PENGERTIAN TELEVISI MENURUT PARA AHLI

Pengertian televisi Menurut Para Ahli
Televisi merupakan alat penangkap siaran bergambar, yang berupa audio visual dan penyiaran videonya secara broadcasting. Istilah ini dari dari bahasa yunani yaitu tele (jauh) dan vision (melihat), jadi secara harfiah berarti “melihat jauh”, lantaran pemirsa berada jauh dari studio tv. (Ilham Z, 2010:255)

Sedangkan menurut Adi Badjuri (2010:39) Televisi merupakan media pandang sekaligus media pendengar (audio-visual), yang dimana orang nir hanya memandang gambar yg ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengar atau mencerna narasi menurut gambar tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, bisa disimpulkan bahwa televisi adalah salah satu media massa elektro yg bisa menyiarkan siarannya pada bentuk gambar atau video serta suara yg berfungsi menaruh kabar serta hiburan kepada khalayak luas.

Karakteristik Televisi
Didalam kitab Elvinaro (2007:137-139) terdapat tiga macam karakteristik televisi, yaitu: 

1. Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan dibandingkan menggunakan media penyiaran lainnya, yakni bisa didengar sekaligus dipandang. Jadi bila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik serta impak suara, maka khalayak televisi bisa melihat gambar yang berkecimpung. Maka berdasarkan itu televisi dianggap sebagai media massa elektronika audiovisual. Tetapi demikian, nir berarti gambar lebih krusial berdasarkan istilah-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara serasi.

2. Berpikir dalam gambar
Ada dua tahap yg dilakukan proses berpikir pada gambar. Pertama adalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yg mengandung gagasan yg sebagai gambar secara individual. Kedua, penggambaran (picturization) yakni aktivitas merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna eksklusif.

3. Pengoprasian lebih kompleks
Dibaningkan menggunakan radio siaran, pengoprasian televisi siaran jauh lebih kompleks, dan lebih poly melibatkan orang. Peralatan yg dipakai pun lebih banyak serta buat mengoprasikannya lebih rumit serta wajib dilakukan sang orang-orang yg terampil serta terlatih.

Kekuatan dan kelemahan televisi
Menurut skomis (1985) kekuatan televisi keliru satunya adalah menaruh gambaran bila dibandingkan dengan menggunakan media massa lainnya (radio, surat fakta, majalah, kitab dan sebagainya), televisi sepertinya memberikan sifat yang istimewa. Ia merupakan adonan dari media menggunakan serta gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan bahkan adonan antara ketiga unsur tersebut.

Ada 4 kekuatan televisi, yaitu: (Syahputra, 2006:70)
1. Menguasai jeda serta saat, karena teknologi televisi memakai elektromagnetik, kabel-kabel serta fiber yg dipancarkan transmisi melalui satelit.
2. Sasaran yang dicapai buat menjangkau massa cukup besar , nilai aktualitas terhadap suatu berita atau pemberitaan cukup cepat.
3. Daya rangsang terhadap media televisi relatif tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan bunyi serta gambarnya yang berkiprah (ekspresif).
4. Informasi atau fakta-keterangan yg disampaikan lebih singkat, kentara dan sistematis.


Sedangkan kelemahan televisi, yaitu: (Syahputra, 2006:70)
1. Media televisi terikat saat tontonan.
2. Televisi nir mampu melakukan kritik sosial serta pengawasan sosial secara langsung serta vulgar.
3. Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa. Bersifat “transitory”, lantaran sifat ini membuat isi pesannya nir bisa dimemori oleh pemirsanya. Lain halnya menggunakan media cetak, liputan dapat disimpan dalam bentuk kliping.


Program Acara Televisi
Secara teknis acara televisi diartikan menjadi penjadwalan atau perencanaan siaran televisi menurut hari ke hari (horizontal programming) serta dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya (Soenarto, 2007:1).

Sedangkan menurut Naratama pada kitab “Sutradara Televisi: Dengan Angle Dan Multi Camera” (2004:63), mengatakan bahwa program televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan sebagai landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan terbagi pada banyak sekali kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan sasaran pemirsa acara tersebut.

Maka menurut pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa acara televisi sangat berpengaruh pada keberhasilan sebuah acara televisi yang akan diproduksi. Program program televisi pula memilih siapa target yang akan menonton program televisi tadi dan bagaimana cara menyajikannya supaya bisa diterima serta dinikmati sang penonton yg sebagai sasaran acara tadi.

Jenis Program Televisi
Menurut morissan (2008:207) program televisi dibagi sebagai dua, yaitu:

1. Program Informasi
Program informasi merupakan segala jenis siaran yang tujuannya menambah pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Dalam hal ini program liputan terbagi menjadi dua bagian yaitu keterangan keras (hard news) serta fakta lunak (soft news).

- Berita keras (Hard news) 
Sebuah liputan yg sajiannya berisi mengenai segala keterangan penting dan menarik yang harus disiarkan sang media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui khalayak.

- Berita lunak (Soft news) 
Sebuah acara kabar yang menyajikan berita penting serta menarik ysng disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yg masuk kategori ini ditayangkan dalam satu program tersendiri di luar acara liputan. 

2. Program Hiburan
Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang dibertujuan buat menghibur audien dalam bentuk music, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori ini merupakan drama, music, serta permainan (game).

Infotainment
Kata “infotainment” merupakan singkatan dari information serta entertainment yang berarti suatu kombinasi sajian siaran keterangan serta hiburan atau sajian berita yg bersifat menghibur (Morissan, 2005:284).

Infotainment merupakan liputan yg menyajikan keterangan mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal warga (celebrity), serta karena sebagian akbar berdasarkan mereka bekerja dalam industri hiburan misalnya pemain film/sinetron, penyanyi, dan sebagainya, maka fakta mengenai mereka dianggap pula menggunakan infotainment (Morissan, 2008:27).

Didalam kitab Iswandi Syahputra yg berjudul Jurnalistik Infotainment (2006:153) memperlihatkan bahwa infotainment sebagai semacam lembaga yg siap menampung siapa saja yang ingin menyodorkan tontonan publik. 

Infotainment berhak meggunakan kata-istilah publik karena infotainment telah menjalankan misinya menjadi media massa yg berpihak serta mengabdi buat kepentingan publik (Syahputra, 2006:122).

Namun tanpa sadar, infotainment telah membuatkan “sebuah jurnalisme yang membenarkan mengatasnamakan publik, tetapi publik tak memainkan kiprah apapun selain menjadi audiens”. (Syahputra, 2006:154)
Kode Etik Jurnalistik
Menurut Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English, Kode adalah sistem anggaran-aturan serta prinsip-prinsip yang sudah disetujui serta diterima sang rakyat atau kelas eksklusif atau gerombolan tertentu (Soehoet, 2002:9).

Secara harafiah kata “etika” dari menurut bahasa yunani, yaitu ethos yang berarti donasi moral atau tradisi yg mengatur sebuat budaya. Jadi etika sanggup disebut menjadi peraturan atau standar yang mengatur prilaku seseorang (Biagi, 2010:418).

Sedangkan jurnalistik merupakan suatu pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak mulai berdasarkan peliputan sampai penyebarannya kepada warga (Effendy 2006:151).

Dari pengertian diatas, peneliti bisa menyimpulkan bahwa kode etik jurnalistik adalah norma atau landasan moral yang mengatur tindak-tanduk seorang wartawan dalam melaksanakan tugasnya dalam mencari, mengumpulkan serta menyajikan kabar. Kode etik jurnalistik memberi arahan mengenai apa yg seharusnya dilakukan serta hal-hal yg tidak boleh dilakukan oleh seseorang jurnalis.


Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia
Dalam menjalankan kegiatan kewartawanannya, para jurnalis dituntut buat mematuhi kode etik jurnalistik yang telah ditetapkan sang dewan pers. Menurut UU Republik Indonesia nomor 40 tahun 1999 mengenai Pers, bab 1 ketentuan umum pasal 1 point 14 mengungkapkan bahwa kode etik jurnalistik merupakan himpunan etika profesi kewartawanan. Kode etik jurnalistik ini merupakan panduan oprasional pada melaksanakan tugas wartawan atau jurnalis secara profesional dan tidak melanggar hukum. Adapun kode etik jurnalistik wartawan Indonesia yang menyangkut mengenai tata cara pemberitaan yg berkaitan menggunakan penelitian ini merupakan pasal 5.

Pasal lima Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia menyatakan bahwa:
“Wartawan menyajikan keterangan secara berimbang dan adil, mengutamakan ketepatan menurut kecepatan dan nir mencampuradukkan keterangan serta opini. Tulisan yang berisi interpretasi dan opini, disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya.”

Dari ketentuan yg ditetapkan oleh Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia bahwa dalam menyajikan sebuah fakta haruslah cermat serta tepat atau dalam bahasa jurnalistik wajib akurat. Selain itu informasi juga wajib berimbang (balance) dan adil (fair), serta liputan nir boleh mencampurkan sebuah warta serta opini si produsen informasi (wartawan). Berikut penjelasan tentang Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia:

1. Yang dimaksud warta secara berimbang dan adil adalah menyajikan informasi yang bersumber dari banyak sekali pihak yg memiliki kepentingan, penilaian atau sudut pandang masing-masing perkara secara proporsional.

2. Mengutamakan kecermatan berdasarkan kecepatan, ialah setiap penulisan, penyiaran atau penayangan fakta hendaknya selalu memastikan kebenaran dan ketepatan sesuatu insiden dan atau kasus yang diberitakan.

3. Tidak mencampuradukkan berita serta opini, adalah seorang wartawan tidak menyajikan pendapatnya menjadi liputan atau informasi.

Apabila suatu informasi ditulis atau disiarkan dengan opini, maka fakta tersebut wajib tersaji menggunakan menjelaskan nama penulisnya.


Kode Etik Jurnalistik Televisi
Dengan adanya kode etik jurnalistik, para wartawan atau seorang jurnalis memiliki tanggung jawab pada mengungkapkan berita haruslah dari informasi serta akurat dan wartawan tidak boleh mengungkapkan warta yg bersifat dusta atau rekaan, melebih-lebihkan suatu peristiwa, serta berbagi keterangan yang nir seksama kepada warga . Seperti yang tertera pada Kode Etik Jurnalistik Televisi yang dibentuk sang “IKATAN JURNALIS TELEVISI INDONESIA” yaitu buat menyampaikan beritanya haruslah mematuhi pasal lima dalam hal cara pemberitaannya, adalah sebagai berikut:

Pasal 5
Dalam menayangkan asal serta bahan warta secara seksama, jujur serta berimbang, jurnalis televisi Indonesia:
1. Selalu mengevakuasi berita semata-mata dari kelayakan warta, menolak sensasi, liputan menyesatkan, memutarbalikkan liputan, fitnah, cabul, serta sadis.

2. Tidak menayangkan materi gambar juga suara yang menyesatkan pemirsa.

3. Tidak merekayasa insiden, gambar juga bunyi buat dijadikan keterangan.

4. Menghindari warta yang memungkinkan benturan yg berkaitan dengan kasus SARA.

5. Menyatakan secara jelas fakta-liputan yg bersifat kabar, analisis, komentar, serta opini.

6. Tidak mencampur-adukkan warta menggunakan advertorial.

7. Mencabut atau meralat pada kesempatan pertama setiap pemberitaan yang nir seksama, serta memberikan kesempatan hak jawab secara proposional bagi pihak yang dirugikan.

8. Menyajikan keterangan menggunakan memakai bahasa serta gambar yg santun dan patut, serta nir melecehkan nilai-nilai kemanusiaan.

9. Menghormati larangan serta 0ff the record.

Dari Kode Etik Jurnalistik Televisi yang tercantum pada pasal lima diatas, peneliti hanya merogoh 5 ayat yg terdapat didalamnya, yaitu pada ayat 1, dua, tiga, 4, 7 serta 8.

PENGERTIAN TELEVISI MENURUT PARA AHLI

Pengertian televisi Menurut Para Ahli
Televisi adalah indera penangkap siaran bergambar, yang berupa audio visual serta penyiaran videonya secara broadcasting. Istilah ini dari berdasarkan bahasa yunani yaitu tele (jauh) serta vision (melihat), jadi secara harfiah berarti “melihat jauh”, lantaran pemirsa berada jauh menurut studio tv. (Ilham Z, 2010:255)

Sedangkan menurut Adi Badjuri (2010:39) Televisi merupakan media pandang sekaligus media pendengar (audio-visual), yg dimana orang tidak hanya memandang gambar yg ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengar atau mencerna narasi berdasarkan gambar tadi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa televisi adalah keliru satu media massa elektronik yang bisa menyiarkan siarannya pada bentuk gambar atau video dan suara yg berfungsi menaruh fakta serta hiburan pada khalayak luas.

Karakteristik Televisi
Didalam kitab Elvinaro (2007:137-139) masih ada tiga macam ciri televisi, yaitu: 

1. Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainnya, yakni bisa didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan impak suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang berkiprah. Maka berdasarkan itu televisi diklaim sebagai media massa elektronika audiovisual. Tetapi demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari istilah-kata, keduanya sine qua non kesesuaian secara harmonis.

2. Berpikir dalam gambar
Ada 2 termin yang dilakukan proses berpikir dalam gambar. Pertama merupakan visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata-istilah yang mengandung gagasan yg sebagai gambar secara individual. Kedua, penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sebagai akibatnya kontinuitasnya mengandung makna eksklusif.

3. Pengoprasian lebih kompleks
Dibaningkan dengan radio siaran, pengoprasian televisi siaran jauh lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang dipakai pun lebih poly serta buat mengoprasikannya lebih rumit serta harus dilakukan sang orang-orang yg terampil serta terlatih.

Kekuatan dan kelemahan televisi
Menurut skomis (1985) kekuatan televisi keliru satunya merupakan memberikan gambaran bila dibandingkan dengan dengan media massa lainnya (radio, surat keterangan, majalah, kitab dan sebagainya), televisi tampaknya menaruh sifat yang istimewa. Ia merupakan adonan dari media menggunakan dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan, juga pendidikan bahkan gabungan antara ketiga unsur tersebut.

Ada 4 kekuatan televisi, yaitu: (Syahputra, 2006:70)
1. Menguasai jarak serta waktu, lantaran teknologi televisi memakai elektromagnetik, kabel-kabel dan fiber yg dipancarkan transmisi melalui satelit.
2. Sasaran yang dicapai buat menjangkau massa cukup besar , nilai aktualitas terhadap suatu informasi atau pemberitaan relatif cepat.
3. Daya rangsang terhadap media televisi relatif tinggi. Hal ini ditimbulkan sang kekuatan suara serta gambarnya yang berkecimpung (ekspresif).
4. Informasi atau keterangan-liputan yg disampaikan lebih singkat, kentara serta sistematis.


Sedangkan kelemahan televisi, yaitu: (Syahputra, 2006:70)
1. Media televisi terikat saat tontonan.
2. Televisi nir bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara eksklusif dan vulgar.
3. Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa. Bersifat “transitory”, karena sifat ini membuat isi pesannya nir bisa dimemori sang pemirsanya. Lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk kliping.


Program Acara Televisi
Secara teknis acara televisi diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi berdasarkan hari ke hari (horizontal programming) serta dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya (Soenarto, 2007:1).

Sedangkan menurut Naratama dalam buku “Sutradara Televisi: Dengan Angle Dan Multi Camera” (2004:63), menyampaikan bahwa acara televisi merupakan sebuah perencanaan dasar berdasarkan suatu konsep program televisi yang akan sebagai landasan kreatifitas dan desain produksi yg akan terbagi dalam banyak sekali kriteria utama yg disesuaikan menggunakan tujuan serta target pemirsa acara tadi.

Maka berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa acara televisi sangat berpengaruh pada keberhasilan sebuah acara televisi yang akan diproduksi. Program acara televisi pula memilih siapa sasaran yg akan menonton program televisi tersebut serta bagaimana cara menyajikannya supaya dapat diterima serta dinikmati oleh penonton yg menjadi target acara tersebut.

Jenis Program Televisi
Menurut morissan (2008:207) program televisi dibagi sebagai dua, yaitu:

1. Program Informasi
Program kabar adalah segala jenis siaran yg tujuannya menambah pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Dalam hal ini acara keterangan terbagi menjadi 2 bagian yaitu berita keras (hard news) dan keterangan lunak (soft news).

- Berita keras (Hard news) 
Sebuah fakta yg sajiannya berisi tentang segala fakta krusial serta menarik yang harus disiarkan sang media penyiaran lantaran sifatnya yang segera buat diketahui khalayak.

- Berita lunak (Soft news) 
Sebuah program liputan yang menyajikan warta krusial serta menarik ysng disampaikan secara mendalam (indepth) tetapi tidak bersifat wajib segera ditayangkan. Berita yang masuk kategori ini ditayangkan dalam satu acara tersendiri di luar program berita. 

2. Program Hiburan
Program hiburan merupakan segala bentuk siaran yg dibertujuan buat menghibur audien pada bentuk music, lagu, cerita serta permainan. Program yang termasuk pada kategori ini merupakan drama, music, serta permainan (game).

Infotainment
Kata “infotainment” merupakan singkatan menurut information dan entertainment yg berarti suatu kombinasi hidangan siaran liputan dan hiburan atau hidangan warta yg bersifat menghibur (Morissan, 2005:284).

Infotainment adalah liputan yang menyajikan fakta tentang kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity), dan lantaran sebagian besar berdasarkan mereka bekerja pada industri hiburan seperti pemain film/sinetron, penyanyi, serta sebagainya, maka informasi tentang mereka dianggap jua dengan infotainment (Morissan, 2008:27).

Didalam kitab Iswandi Syahputra yang berjudul Jurnalistik Infotainment (2006:153) memberitahuakn bahwa infotainment menjadi semacam lembaga yg siap menampung siapa saja yg ingin menyodorkan tontonan publik. 

Infotainment berhak meggunakan kata-istilah publik karena infotainment telah menjalankan misinya sebagai media massa yang berpihak serta mengabdi buat kepentingan publik (Syahputra, 2006:122).

Namun tanpa sadar, infotainment telah berbagi “sebuah jurnalisme yang membenarkan mengatasnamakan publik, namun publik tak memainkan kiprah apapun selain menjadi audiens”. (Syahputra, 2006:154)
Kode Etik Jurnalistik
Menurut Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English, Kode adalah sistem aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang telah disetujui serta diterima oleh rakyat atau kelas tertentu atau kelompok eksklusif (Soehoet, 2002:9).

Secara harafiah istilah “etika” asal berdasarkan bahasa yunani, yaitu ethos yg berarti bantuan moral atau tradisi yg mengatur sebuat budaya. Jadi etika mampu diklaim sebagai peraturan atau standar yg mengatur prilaku seseorang (Biagi, 2010:418).

Sedangkan jurnalistik adalah suatu pengelolaan laporan harian yg menarik minat khalayak mulai berdasarkan peliputan hingga penyebarannya kepada warga (Effendy 2006:151).

Dari pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kode etik jurnalistik merupakan kebiasaan atau landasan moral yang mengatur tindak-tanduk seseorang wartawan pada melaksanakan tugasnya dalam mencari, mengumpulkan serta menyajikan liputan. Kode etik jurnalistik memberi arahan tentang apa yg seharusnya dilakukan dan hal-hal yang nir boleh dilakukan oleh seorang jurnalis.


Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia
Dalam menjalankan aktivitas kewartawanannya, para jurnalis dituntut buat mematuhi kode etik jurnalistik yg telah ditetapkan sang dewan pers. Menurut UU Republik Indonesia nomor 40 tahun 1999 mengenai Pers, bab 1 ketentuan generik pasal 1 point 14 menyebutkan bahwa kode etik jurnalistik merupakan himpunan etika profesi kewartawanan. Kode etik jurnalistik ini merupakan panduan oprasional pada melaksanakan tugas wartawan atau jurnalis secara profesional dan tidak melanggar hukum. Adapun kode etik jurnalistik wartawan Indonesia yang menyangkut tentang rapikan cara pemberitaan yg berkaitan dengan penelitian ini adalah pasal lima.

Pasal lima Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia menyatakan bahwa:
“Wartawan menyajikan warta secara berimbang dan adil, mengutamakan ketepatan dari kecepatan dan nir mencampuradukkan warta serta opini. Tulisan yg berisi interpretasi serta opini, disajikan dengan menggunakan nama kentara penulisnya.”

Dari ketentuan yg ditetapkan oleh Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia bahwa dalam menyajikan sebuah liputan haruslah cermat serta tepat atau pada bahasa jurnalistik harus seksama. Selain itu keterangan jua wajib berimbang (balance) serta adil (fair), serta warta nir boleh mencampurkan sebuah liputan serta opini si pembuat informasi (wartawan). Berikut penjelasan tentang Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia:

1. Yang dimaksud informasi secara berimbang dan adil ialah menyajikan liputan yang bersumber menurut banyak sekali pihak yang mempunyai kepentingan, penilaian atau sudut pandang masing-masing masalah secara proporsional.

2. Mengutamakan kecermatan dari kecepatan, artinya setiap penulisan, penyiaran atau penayangan kabar hendaknya selalu memastikan kebenaran dan ketepatan sesuatu peristiwa dan atau perkara yang diberitakan.

3. Tidak mencampuradukkan informasi dan opini, merupakan seseorang wartawan nir menyajikan pendapatnya sebagai kabar atau berita.

Apabila suatu kabar ditulis atau disiarkan dengan opini, maka kabar tadi wajib disajikan menggunakan menjelaskan nama penulisnya.


Kode Etik Jurnalistik Televisi
Dengan adanya kode etik jurnalistik, para wartawan atau seseorang jurnalis mempunyai tanggung jawab pada mengungkapkan keterangan haruslah dari warta dan seksama dan wartawan nir boleh menyampaikan berita yg bersifat bohong atau fitnah, melebih-lebihkan suatu insiden, serta berbagi keterangan yg tidak seksama kepada rakyat. Seperti yg tertera dalam Kode Etik Jurnalistik Televisi yg dibuat oleh “IKATAN JURNALIS TELEVISI INDONESIA” yaitu buat menyampaikan beritanya haruslah mematuhi pasal lima pada hal cara pemberitaannya, adalah sebagai berikut:

Pasal 5
Dalam menayangkan asal dan bahan warta secara seksama, jujur dan berimbang, jurnalis televisi Indonesia:
1. Selalu mengevakuasi informasi semata-mata dari kelayakan berita, menolak sensasi, berita menyesatkan, memutarbalikkan informasi, rekaan, cabul, serta sadis.

2. Tidak menayangkan materi gambar maupun suara yg menyesatkan pemirsa.

3. Tidak merekayasa peristiwa, gambar juga bunyi buat dijadikan fakta.

4. Menghindari berita yang memungkinkan benturan yg berkaitan menggunakan masalah SARA.

5. Menyatakan secara jelas informasi-keterangan yang bersifat kabar, analisis, komentar, serta opini.

6. Tidak mencampur-adukkan berita menggunakan advertorial.

7. Mencabut atau meralat pada kesempatan pertama setiap pemberitaan yang nir akurat, dan memberikan kesempatan hak jawab secara proposional bagi pihak yang dirugikan.

8. Menyajikan kabar menggunakan menggunakan bahasa serta gambar yg santun dan patut, serta nir melecehkan nilai-nilai humanisme.

9. Menghormati embargo serta 0ff the record.

Dari Kode Etik Jurnalistik Televisi yg tercantum dalam pasal lima diatas, peneliti hanya merogoh 5 ayat yg terdapat didalamnya, yaitu pada ayat 1, dua, 3, 4, 7 serta 8.

PENGERTIAN PERSEPSI MENURUT PARA AHLI

Pengertian Persepsi Menurut Para Ahli
Persepsi merupakan pengalaman mengenai suatu objek, insiden, atau interaksi-interaksi yang diperoleh menggunakan menyimpulkan fakta serta menafsirkan pesan. Persepsi artinya memberikan makna pada stimulasi inderawi (sensory stimuli). 

Persepsi merupakan proses internal yg kita lakukan buat memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan menurut lingkungan eksternal. Persepsi mencakup : Penginderaan (sensasi) melalui indera-indera alat kita (indera perasa, indera peraba, indera pencium, alat pengecap serta indera pendengar), Semua alat itu memiliki andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Atensi atau perhatian adalah pemprosesan secara sadar sejumlah kecil warta dari sejumlah mini liputan yg tersedia. Informasi yang dihasilkan dari penginderaan, ingatan dan proses kognitif lainnya. Interpretasi adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tidak bisa menggunakan symbol-simbol yg sama, baik secara stimulant (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal menjadi interpretasi berurutan), (Joyce Marcella Laurens, 2004 : 58). Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan menjadi berikut : objek menyebabkan stimulus dan stimulus tentang alat indera (reseptor). Proses ini merupajan proses fisik. Stimulus yg diterima sang alat alat diteruskan oleh saraf sensorik ke otak. Proses ini merupakan proses psikologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai sentra kesadaran sehingga individu menyadari apa yg dipandang, apa yg didengar atau apa yg diraba. Proses ini merupakan proses terakhir menurut persepsi serta adalah persepsi yg sebenarnya. 

Respon menjadi akibat dari persepsi dapat diambil sang individu menggunakan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung dalam perhatian individu yang bersangkutan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah hasil sebuah proses seleksi, organisasi serta interpretasi (citra) yang terstimuli oleh objek melalui indera-alat manusia. 

Masyarakat
Ahli sosiologi menyampaikan, suatu masyarakat bisa dikatakan bila anggota-anggota suatu kelompok, bisa hayati beserta sedemikian rupa sebagai akibatnya mencicipi bahwa gerombolan tadi bisa memenuhi kepentingan- kepentingan hidup yg primer pada suatu daerah yang eksklusif (Soekanto, 1990 : 162).

Adapun ciri-ciri warga merupakan menjadi berikut : terdiri dari beberapa individu serta gerombolan , memiliki loka tinggal dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya, hidup berkelompok dan saling berhubungan, mempunyai mata pencaharian buat kelangsungan hidupnya, dan terdapat sebuah pembagian kerja serta memiliki kepercayaan didalamnya.

Komunikasi Massa
Komunikasi massa diadopsi menurut istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan berdasarkan mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yg menggunakan media massa atau komunikasi yg mass mediated. Istilah mass communications atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) menjadi kependekan dari media of communication (Susanto, 1974). Menurut Nurudin (2003:1) komunikasi massa merupakan studi ilmiah tentang media massa bersama pesan yang didapatkan pembaca atau pendengar atau penonton yang akan coba diraihnya serta efeknya terhadap mereka.

Kata massa dalam komunikasi massa bisa diartikan lebih dari sekedar “orang banyak” sebagaimana orang-orang yang sedang mengerumuni penjual obat ditrotoar atau sedang beserta-sama berhenti menanti pintu lintasan kereta api dibuka. Massa disini bukan sekedar orang poly disuatu lokasi yang sama. Massa disini kita artikan sebagai “Meliputi semua orang yg sebagai sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang dalam ujung lain menurut saluran” (Berlo, 1960). Massa mengandung pengertian orang poly. Mereka nir harus berada dilokasi tertentu yang sama. Mereka bisa tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan bisa memperoleh pesan-pesan komunikasi yg sama. 

Pengertian komunikasi massa berdasarkan Mulyana adalah ‘komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat informasi, majalah) atau elektro (radio, televise) yg dikelola oleh suatu forum atau orang yang tersebar dibanyak loka, anonim dan heterogen”. Pesan-pesannya bersifat generik, disampaikan secara serempak dan selintas (khususnya media elektro). (Mulyana, 2001 : 75).

Nurudin dalam bukunya yang berjudul pengantar komunikasi massa menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa yaitu : kabar, persuasif, transmisi budaya, komunikasi massa mempunyai fungsi supervisi, dan hubungan. 

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang memakai media massa baik cetak atau elektro dan berisi pesan-pesan yang disampaikan secara serempak serta selintas.

Media Massa
Media massa sendiri merupakan “kependekan” dari media komunikasi massa. Media massa lahir buat menjembatani komunikasi antar massa. Massa merupakan masyarakat luas yg tidak sejenis, tetapi saling bergantung satu sama lain. Ketergantungan antar massa sebagai penyebab lahirnya media yg bisa menyalurkan impian, gagasan dan kepentingan masing-masing supaya diketahui dan dipahami sang orang lain (Pareno, 2005 : 7)

Media yang dimaksud pada proses komunikasi massa, yaitu media massa yg memiliki ciri khas, memiliki kemampuan buat memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous). 

Menurut Hafied Cangara (2006 : 122) pada Pengantar Ilmu Komunikasi, media massa merupakan alat yg dipakai pada penyampaian pesan dari asal kepada khalayak (penerima) menggunakan menggunakan indera-alat komunikasi mekanis misalnya surat informasi, film, radio, serta televisi.

Sebagai indera buat berbagi kabar serta sebagai indera kontrol sosial media mempunyai kegunaannya. (Efendy, 2005 : 149) idealisme yg melekat kepada media dijabarkan pada aplikasi manfaatnya, selain menyiarkan fakta jua mendidik, menghibur dan mempengaruhi.

Dapat disimpulkan bahwa media massa merupakan pesan-pesan dari asal kepada khalayak (menerima) komunikasi mekanis misalnya televisi, radio, surat informasi, majalah, tabloid, buku, film, internet, dan lain-lain.

Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah aktivitas yg fundamental bagi insan sebagai makhluk sosial. Setiap proses komunikasi diawali menggunakan adanya stimulus yang masuk dalam diri individu yang ditangkap melalui panca indera. Stimulus diolah di otak dengan pengetahuan, pengalaman, selera, serta iman yg dimiliki individu. Stimulus tersebut mengalami proses intelektual menjadi kabar. Adapun berita yg sudah dikomunikasikan disebut sebagai pesan.

Schramm berkata bahwa buat berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi, minimal diharapkan tiga komponen yaitu source, message, serta destination atau komunikator, pesan, komunikan.

Dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi merupakan proses pemberian atau penyampaian pesan berdasarkan komunikator (program acara reality show “Catatan Si Olga”) pada komunikan (warga yg menonton acara program reality show “Catatan Si Olga”) serta effect yg akan ditimbulkan sesudah menyaksikan tayangan tersebut.

Televisi
Televisi berasal berdasarkan 2 istilah yg berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre asal dari bahasa latin) yg berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang pada bahasa inggrisnya television diartikan menjadi melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan bunyi yang diproduksi pada suatu tempat (studio televisi) dapat ditinjau dari loka lain melalui sebuah penerima.

Pengertian televisi menurut Effendy pada kitab kamus komunikasi, (2003 : 361) merupakan media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar serta indera pendengaran suara, baik melalui dawai juga secara elektromagnetik tanpa kawat. 

Televisi mempunyai 3 fungsi, yakni fungsi penerangan, pendidikan serta hiburan (Effendy 1993, 93).
Dapat disimpulkan bahwa televisi merupakan media yang bisa melihat berdasarkan jauh. Melihat berdasarkan jauh disini diartikan menggunakan gambar serta suara yang diproduksi disuatu tempat (studio televisi) dan dapat dipandang dari tempat lain melalui sebuah penerima (televisi set).

Format Acara Televisi 
Televisi menjadi keliru satu media komunikasi mempunyai berbagai ragam bentuk tayangan dengan format yg berlainan. Kajian tentang format program televisi disertai menggunakan penelitian agar ada dasar yang kuat digunakan peneliti pada dikategorikan tayangan “Catatan Si Olga” pada salah satu format atau program acara televisi.

Menurut Alvin Toffler, berbagai jenis format atau program acara televisi jumlahnya sangat poly dan jenisnya, diantaranya : acara warta (news), acara hiburan (non news), music, pertunjukkan, dan sport.

Program program yang dijadikan pada objek penelitian ini merupakan “Catatan Si Olga”. Melihat menurut format dan isi tayangan menurut pendapat Alvin Toffler, maka format ini bisa dikategorikan menjadi format dalam gameshow khususnya termasuk dalam reality show. Dikatakan sebagai format reality show karena dari berdasarkan isi tayangan, mengisahkan realitas sosial kehidupan warga yaitu mengisahkan tentang kalangan menengah kebawah (penghasilan).

Program Reality Show
Reality show merupakan salah satu gendre dalam program televisi. Dalam Nirmala (2007), dijelaskan bahwa reality show berasal menurut kata televisi realitas, yaitu acara televisi yg menyajikan situasi yang dramatis atau lucu namun tidak memakai naskah, merupakan kejadian yang sebenarnya (walau terkadang direncanakan), serta mengutamakan orang biasa menurut dalam aktor profesional. 

Dengan istilah lain, reality show adalah suatu jenis acara televisi yg menayangkan kehidupan seorang dalam dunia nyata, bukan menampilkan tokoh ‘buatan’ yang diperankan oleh seseorang aktor atau aktris. Hal ini sinkron dengan yg dikemukakan Reiss serta Wiltz (2004) bahwa ciri reality television/reality show merupakan orang biasa (bukan aktor) menjadi karakter utama dalam acara tadi. 

Dapat disimpulkan bahwa reality show ialah program yg menayangkan suatu realita kehidupan sosial tanpa dibentuk-buat serta berdasarkan kisah nyata yg mana pada kehidupan sosial warga memiliki perbedaan berdasarkan status sosialnya.

S-O-R Theory (Teori S-O-R)
Teori S-O-R menjadi singkatan menurut Stimulus – Organism – Response ini semula asal berdasarkan psikologi. Kalau lalu sebagai pula teori komunikasi, tidak mengherankan, lantaran objek material menurut psikologi serta ilmu komunikasi merupakan sama, yaitu insan yg jiwanya meliputi komponen-komponen : perilaku, opini, konduite, kognisi, afeksi dan konasi.

Menurut stimulus response ini, efek yang disebabkan merupakan reaksi spesifik terhadap stimulus spesifik, sehingga seseorang dapat mengharapkan serta memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Jadi unsur-unsur pada contoh ini adalah :
a. Pesan (Stimulus, S)
b. Komunikasi (Organism, O)
c. Efek (Response, R)

Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individual)
Nama teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur (Uchjana 2003 : 275) ini lengkapnya adalah “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Jadi teori ini menelaah disparitas-perbedaan di antara individu-individu sebagai target media massa waktu mereka diterpa sehingga menimbulkan impak-efek eksklusif. 

Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian pada pesan-pesan, terutama bila berkaitan dengan kepentingannya, konsisten menggunakan perilaku-sikapnya, sinkron menggunakan kepercayaannya yang didukung sang nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan-pesan tadi diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam, melainkan beragam ditimbulkan secara individual tidak sinkron satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.

Oleh karena terdapat disparitas individual dalam setiap langsung anggota khalayak, maka secara alamiah bisa diduga akan ada efek yang bervariasi sesuai dengan disparitas individual itu.

Metode Penelitian
Metode pada artikel ini adalah naratif kualitatif
Hasil Penelitian 
Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa yg menjadi penekanan penelitian ini adalah Persepsi Msyarakat mengenai Program Acara Reality Show “Catatan Si Olga” di Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda menggunakan beberapa indikator menurut penelitian yg telah dikemukakan sang penulis pada bab sebelumnya. Maka berikut dibawah ini bisa dipandang mengenai penyajian data yg telah diperoleh pada lapangan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan sang penulis, Persepsi Masyarakat mencakup :

Persepsi
Dalam mempersepsikan sesuatu, perlu diperhatikan hal-hal yang melibatkan persepsi yakni sensai (penginderan), attention (perhatian). Ekspektasi, motivasi serta memori.

Berdasarkan output penelitian yg dilakukan dalam rakyat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda bisa disimpulkan bahwa acara “Catatan Si Olga” mempunyai nilai yang bermanfaat bagi penonton/audiens yg melihatnya, karena acara tersebut real adalah hal tadi konkret terjadi disekeliling kita. Dari persepsi rakyat bahwa tayangan ini bisa membuat orang lain tersentuh hatinya menggunakan melihat keadaan rakyat yang nir sanggup yang serba kekurangan buat bertahan hidup. 

Sensasi
Berdasarkan penelitian, sensasi disini ditunjukkan pada audiens yg pernah menonton acara reality show “Catatan Si Olga”, sebagai akibatnya audiens dapat mengetahui alur cerita yang terdapat pada program tadi sesuai menggunakan apa yang mereka ketahui. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menampakan bahwa audiens dapat menggambarkan acara reality show “Catatan Si Olga” sinkron dengan apa yang mereka lihat pada tayangan tersebut.

Attention 
Berdasarkan penelitian, perhatian disini merupakan proses pemusatan atau konsentrasi dalam audiens terhadap suatu objek yang mereka lihat dalam hal ini merupakan tayangan program acara reality show “Catatan Si Olga”. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa Olga menjadi pembawa program dalam tayangan tersebut menggunakan pembawaannya yang bisa membuat orang lain terharu melihatnya, membuat acara ini menarik buat ditayangkan.

Ekspektasi
Berdasarkan penelitian, ekspektasi pada acara acara reality show ”Catatan Si Olga” bertujuan untuk memberikan makna kehidupan yg bermanfaat bagi audiens supaya penonton sanggup merasakan kesusahan hidup orang lain. Dari output penelitian yg sudah dilakukan memperlihatkan bahwa program reality show “Catatan Si Olga” ini selain memberikan makna yg positif dengan memberikan sejumlah warta tentang kehidupan rakyat yang nir bisa, jua berfungsi sebagai wadah buat beramal melalui sedekah yang diberikan kepada warga yg menonton acara tersebut seperti dana, sembako, pakaian serta lain-lain melalui media telekomunikasi menggunakan asa bisa meringankan beban mereka. 

Motivasi
Berdasarkan penelitian, motivasi pada program program reality show “Catatan Si Olga” bertujuan buat memotivasi para penonton agar pada memenuhi kebutuhan hidupnya perlu mempunyai sikap pekerja keras sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi dan nir bergantung pada orang lain seperti meminta-minta (pengemis) diberbagai tempat. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan menerangkan bahwa acara ini menaruh pesan-pesan moral dimana dalam tayangan tadi mengajarkan kita buat melihat bagaimana kehidupan orang lain yang permanen sanggup bertahan hayati pada keterbatasan mereka. Acara ini memberikan imbas yang positif bagi siapapun yg melihat sebagai akibatnya acara ini menarik buat ditayangkan.

Memori
Berdasarkan penelitian, memori pada acara program reality show “Catatan Si Olga” bertujuan agar audiens bisa mengingat-jangan lupa pulang apa saja yg disajikan dari program itu sehingga mereka bisa mempersepsikan bagaimana isi tayangan tadi. Dari hasil penelitian yg telah dilakukan pertanda bahwa dalam mempersepsikan sesuatu atau menanggapi sesuatu, kita harus melihat program ini bukan hanya sekali perlu namun perlu adanya perulangan sebagai akibatnya kita bisa tahu alur cerita program tersebut.

Model S-O-R
Stimulus
Dalam reality show “Catatan Si Olga” pada Antv, setelah menerima stimulus atau pesan yg berupa warta atau pesan tersebut maka dengan perhatian, pengertian dan penerimaan dari berlangsungnya proses komunikasi, komunikan menaruh efek yg terakhir menurut keterangan yang disampaikan. Kemampuan komunikan pada memahami liputan dalam reality show “Catatan Si Olga” akan bisa membawa perubahan kepada diri komunikan. Berdasarkan penelitian yg telah dilakukan pertanda bahwa isi atau pesan dalam program tadi dapat menaruh rangsangan bagi penonton sebagai akibatnya bisa mempersepsikan isi program secara keselurahan.

Organism
Komunikan pada reality show “Catatan Si Olga” di Antv ini yakni penonton atau audiens yang menonton acara tersebut (rakyat Kelurahan Gunung Lingai yang dijumpai dan pernah menonton acara tersebut). Berdasarkan penelitian yg telah dilakukan membuktikan bahwa setiap komunikan pada memberikan persepsinya masing-masing tidak sama tergantung menurut pemaknaan mereka melihat isi program tadi.

Respons
Respons penonton atau audiens yg menonton acara reality show “Catatan Si Olga” akan mengakibatkan reaksi tergantung menurut stimulus yg mereka terima. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pertanda bahwa isi acara tadi bisa menaruh impak positif bagi auidens yg menonton acara tadi serta memiliki rasa ingin membantu dan peduli terhadap sesama. 

Penelitian ini bertujuan buat mengetahui persepsi warga mengenai Program Acara Reality Show “Catatan Si Olga” di Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda. Jumlah sampel yg dipakai pada penelitian ini berjumlah 6 orang yg sesuai dengan kriteria-kriteria penelitian pada daerah Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda. 

Jumlah pertanyaan yang dipakai dalam wawancara penelitian ini berjumlah 11 pertanyaan. Pada penelitian ini perkara yg akan dibahas merupakan persepsi warga tentang Program Acara Reality Show “Catatan Si Olga” di Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda.

Dari hasil penelitian yang sudah tersaji sebelumnya, dapat diketahui bahwa pada hubungannya dengan media dan persepsi, pengamatan, tanggapan dan evaluasi terhadap apa yg didengar, dicermati serta dirasakan oleh panca indra, lalu menaruh makna mengenai apa yg sudah sebagai kesimpulan berdasarkan pesan yang diterima. Penilaian atau tanggapan itu, bisa bersifat baik atau jelek sesuai menggunakan pesan yang diterima. Hal tersebut sesuai menggunakan pernyataan yang dinyatakan Jalaluddin Rakhmat pada kitab psikologi komunikasi (2009) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan keterangan serta menafsirkan pesan (Rakhmat, 2009).

Berdasarkan teori perbedaan individual (individual differences theory), memberitahuakn bahwa dalam dasarnya setiap individu dalam mendapat stimuli atau informasi, mereka mempunyai penilaian yang bhineka dalam menanggapi rangsangan tadi. Hal ini ditimbulkan lantaran setiap individu memiliki karakter yang tidak sinkron satu menggunakan yang lain. Pada program acara reality show “Catatan Si Olga” ini, rakyat Gunung Lingai yg menjadi sampel dalam penelitian ini mengungkapkan tanggapannya yang masing-masing mempunyai evaluasi yg nir sama dalam stimuli yg sama yakni informasi serta hiburan yang diberikan oleh program tersebut. Banyak masyarakat yang menduga bahwa program tadi baik buat ditayangkan dan dikonsumsi sang penonton tetapi terdapat juga yg menganggap bahwa acara itu biasa saja karena sudah menjadi hal yg biasa serta sering dijumpai oleh masyarakat dilingkungan sekitar tempat mereka tinggal.

Menurut teori Gestalt, jika kita mempersepsikan sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu holistik, kita tidak hanya melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya. Begitu jua persepsi masyarakat tentang acara program reality show “Catatan Si Olga”, rakyat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda tidak sanggup hanya mempersepsikan sebagian menurut yg mereka ketahui saja, nir hanya isi acara tetapi persepsi yang bersifat holistik, barulah didapat persepsi yg sesungguhnya mengenai program program reality show “Catatan Si Olga pada Antv. Dari hasil penelitian serta pengamatan yang peneliti lakukan pada 6 responden yang telah menonton program acara reality show “Catatan Si Olga” pada Antv secara holistik menunjukkan bahwa persepsi pada masyarakat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda Cukup Baik terhadap acara tadi sebagai media informasi dan hiburan. 

Analisis Kritis
Segi Acara
Berdasarkan output penelitian secara holistik, bisa diperoleh gambaran yakni dicermati menurut segi acara acara, acara reality show “Catatan Si Olga” di Antv memiliki konsep yang memadukan antara reality dan lawak. Berdasarkan data yang diperoleh dari media internet (www.ratting_catatansiolga.htm), menerangkan bahwa acara program reality show “Catatan Si Olga” merupakan program program menggunakan rating ke-2 urutan tertinggi di antara program program yang dimiliki Antv. Hal ini berarti program program tadi dapat dikatakan menarik sinkron ratting yg disandang sang program tersebut. Acara reality show ”Catatan Si Olga” yang diproduserin oleh Suwandi bersama tim kreatif yakni tim PIDI Project menaruh imbas yang berguna, baik menurut segi rakyat yg dibantu Olga dalam program tersebut serta rakyat yang menonton tayangan itu. Banyak program reality show yg pernah hadir sebelum reality show “Catatan Si Olga ini” yang mengemas sebuah pesan yg sama, namun formasi antara lawak dan reality show baru tayangan ini yg mempunyai variasi penayangan yang tidak sama berdasarkan reality show yg lainnya.

Segi Persepsi Masyarakat
Setelah penulis melakukan penelitian dalam masyarakat di daerah Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda, bisa disimpulkan bahwa tanggapan mereka selesainya mereka menonton program tersebut sudah relatif baik. Acara reality show “Catatan Si Olga” sebagai salah satu kebutuhan masyarakat yakni dalam hal liputan serta hiburan pada penonton. Selain itu, acara ini memberikan stimuli atau pesan yg diterima oleh penonton kemudian diproses sehingga menghasilkan interpretasi yg berbeda-beda. Seseorang memiliki rasa ingin tahu, dari proses tadi seorang dapat mempersepsikan stimuli yang beliau tangkap, oleh karenanya pada hal ini rakyat mengerti, menata dan menduga serta tahu stimuli yg diterima berdasarkan acara tersebut. Dalam pemilihan program, seorang sanggup menilai serta menyeleksi program-acara yang baik serta menaruh pesan yang berguna bagi penikmat acara televisi. Acara tadi bisa diterima sang masyarakat menjadi kebutuhan akan fakta serta hiburan mereka lantaran mengandung nilai humanisme yg baik bagi kelangsungan hidup mereka dan berdasarkan program tadi bisa memberikan citra hayati orang lain yang mengalami kesusahan serta umumnya hal tadi terjadi disekeliling kita. Acara tadi sangat memotivasi dan poly pesan-pesan moral yang berisikan nilai-nilai kemanusiaan yang mana setiap kehidupan warga perlu adanya saling bantu serta saling membuatkan terhadap mereka yang kesusahan. Sebagian yg telah menonton acara tadi mencicipi bahwa hati dapat tersentuh bila melihat program itu bukan saja orang yg nir bisa yg dibantu dalam acara tersebut namun rakyat yang mempunyai penyakit yg membutuhkan porto yang relatif banyak, sedangkan adapun yg menyampaikan bahwa sehabis melihat acara itu, nir ada perubahan yang begitu berarti atau bisa dikatakan hal tadi biasa-biasa saja dan hal tersebut tergantung siapa saja yg melihat, menilai serta memaknai isi tayangan tersebut.

PENGERTIAN PERSEPSI MENURUT PARA AHLI

Pengertian Persepsi Menurut Para Ahli
Persepsi adalah pengalaman tentang suatu objek, peristiwa, atau interaksi-hubungan yg diperoleh menggunakan menyimpulkan kabar dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah menaruh makna dalam stimulasi inderawi (sensory stimuli). 

Persepsi adalah proses internal yg kita lakukan untuk menentukan, mengevaluasi serta mengorganisasikan rangsangan menurut lingkungan eksternal. Persepsi meliputi : Penginderaan (sensasi) melalui indera-alat indera kita (indera perasa, alat peraba, indera pencium, indera pengecap serta alat pendengar), Semua indera itu memiliki andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Atensi atau perhatian merupakan pemprosesan secara sadar sejumlah mini keterangan dari sejumlah mini informasi yg tersedia. Informasi yg didapatkan berdasarkan penginderaan, ingatan dan proses kognitif lainnya. Interpretasi merupakan proses komunikasi melalui verbal atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yg tak dapat menggunakan symbol-simbol yang sama, baik secara stimulant (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan), (Joyce Marcella Laurens, 2004 : 58). Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut : objek menimbulkan stimulus serta stimulus tentang indera alat (reseptor). Proses ini merupajan proses fisik. Stimulus yg diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf sensorik ke otak. Proses ini merupakan proses psikologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai sentra kesadaran sebagai akibatnya individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses ini merupakan proses terakhir menurut persepsi dan merupakan persepsi yang sebenarnya. 

Respon sebagai dampak dari persepsi dapat diambil sang individu dengan banyak sekali macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Dapat ditarik konklusi bahwa persepsi merupakan hasil sebuah proses seleksi, organisasi serta interpretasi (gambaran) yang terstimuli sang objek melalui alat-alat insan. 

Masyarakat
Ahli sosiologi berkata, suatu warga bisa dikatakan bila anggota-anggota suatu kelompok, bisa hayati beserta sedemikian rupa sebagai akibatnya mencicipi bahwa grup tadi bisa memenuhi kepentingan- kepentingan hidup yg utama pada suatu wilayah yang tertentu (Soekanto, 1990 : 162).

Adapun karakteristik-karakteristik warga adalah sebagai berikut : terdiri berdasarkan beberapa individu serta gerombolan , memiliki loka tinggal serta memenuhi kebutuhan hayati lainnya, hidup berkelompok serta saling bekerjasama, memiliki mata pencaharian buat kelangsungan hidupnya, serta masih ada sebuah pembagian kerja dan memiliki agama didalamnya.

Komunikasi Massa
Komunikasi massa diadopsi menurut kata bahasa Inggris, mass communication, menjadi kependekan berdasarkan mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yg memakai media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communications atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) menjadi kependekan menurut media of communication (Susanto, 1974). Menurut Nurudin (2003:1) komunikasi massa merupakan studi ilmiah mengenai media massa beserta pesan yg dihasilkan pembaca atau pendengar atau penonton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka.

Kata massa pada komunikasi massa dapat diartikan lebih menurut sekedar “orang poly” sebagaimana orang-orang yang sedang mengerumuni penjual obat ditrotoar atau sedang beserta-sama berhenti menanti pintu lintasan kereta api dibuka. Massa disini bukan sekedar orang banyak disuatu lokasi yg sama. Massa disini kita artikan menjadi “Meliputi semua orang yang sebagai target alat-alat komunikasi massa atau orang dalam ujung lain berdasarkan saluran” (Berlo, 1960). Massa mengandung pengertian orang poly. Mereka tidak harus berada dilokasi eksklusif yg sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar pada banyak sekali lokasi, yg dalam saat yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. 

Pengertian komunikasi massa berdasarkan Mulyana merupakan ‘komunikasi yg memakai media massa, baik cetak (surat berita, majalah) atau elektronik (radio, televise) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang beredar dibanyak loka, anonim serta heterogen”. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara serempak dan selintas (khususnya media elektro). (Mulyana, 2001 : 75).

Nurudin pada bukunya yg berjudul pengantar komunikasi massa menjelaskan fungsi-fungsi komunikasi massa yaitu : kabar, persuasif, transmisi budaya, komunikasi massa mempunyai fungsi supervisi, dan hubungan. 

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang memakai media massa baik cetak atau elektronika serta berisi pesan-pesan yg disampaikan secara serempak serta selintas.

Media Massa
Media massa sendiri adalah “kependekan” berdasarkan media komunikasi massa. Media massa lahir buat menjembatani komunikasi antar massa. Massa merupakan rakyat luas yg heterogen, namun saling bergantung satu sama lain. Ketergantungan antar massa sebagai penyebab lahirnya media yang sanggup menyalurkan asa, gagasan serta kepentingan masing-masing supaya diketahui serta dipahami oleh orang lain (Pareno, 2005 : 7)

Media yg dimaksud pada proses komunikasi massa, yaitu media massa yg mempunyai karakteristik spesial , memiliki kemampuan buat memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous). 

Menurut Hafied Cangara (2006 : 122) dalam Pengantar Ilmu Komunikasi, media massa merupakan indera yang digunakan pada penyampaian pesan berdasarkan sumber kepada khalayak (penerima) menggunakan memakai alat-alat komunikasi mekanis seperti surat liputan, film, radio, dan televisi.

Sebagai alat buat menyebarkan informasi serta menjadi alat kontrol sosial media mempunyai manfaatnya. (Efendy, 2005 : 149) idealisme yg inheren kepada media dijabarkan dalam pelaksanaan manfaatnya, selain menyiarkan kabar juga mendidik, menghibur dan menghipnotis.

Dapat disimpulkan bahwa media massa merupakan pesan-pesan berdasarkan sumber kepada khalayak (menerima) komunikasi mekanis misalnya televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid, buku, film, internet, serta lain-lain.

Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah aktivitas yang mendasar bagi insan sebagai makhluk sosial. Setiap proses komunikasi diawali dengan adanya stimulus yg masuk dalam diri individu yg ditangkap melalui panca indera. Stimulus diolah pada otak dengan pengetahuan, pengalaman, selera, serta iman yg dimiliki individu. Stimulus tersebut mengalami proses intelektual sebagai keterangan. Adapun keterangan yang telah dikomunikasikan diklaim menjadi pesan.

Schramm mengatakan bahwa buat berlangsungnya suatu aktivitas komunikasi, minimal diperlukan 3 komponen yaitu source, message, serta destination atau komunikator, pesan, komunikan.

Dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi adalah proses anugerah atau penyampaian pesan dari komunikator (acara program reality show “Catatan Si Olga”) pada komunikan (warga yang menonton acara acara reality show “Catatan Si Olga”) serta effect yang akan ditimbulkan sehabis menyaksikan tayangan tersebut.

Televisi
Televisi asal berdasarkan 2 kata yg tidak sama asalnya, yaitu tele (bahasa yunani) yang berarti jauh, serta visi (videre asal menurut bahasa latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa inggrisnya television diartikan menjadi melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan menggunakan gambar serta bunyi yg diproduksi di suatu loka (studio televisi) bisa dicermati dari loka lain melalui sebuah penerima.

Pengertian televisi dari Effendy dalam kitab kamus komunikasi, (2003 : 361) adalah media komunikasi jeda jauh menggunakan penayangan gambar dan indera pendengaran bunyi, baik melalui dawai maupun secara elektromagnetik tanpa dawai. 

Televisi mempunyai 3 fungsi, yakni fungsi penerangan, pendidikan serta hiburan (Effendy 1993, 93).
Dapat disimpulkan bahwa televisi adalah media yg bisa melihat berdasarkan jauh. Melihat berdasarkan jauh disini diartikan dengan gambar dan bunyi yang diproduksi disuatu tempat (studio televisi) serta bisa dilihat dari loka lain melalui sebuah penerima (televisi set).

Format Acara Televisi 
Televisi sebagai keliru satu media komunikasi memiliki aneka macam ragam bentuk tayangan dengan format yang berlainan. Kajian mengenai format acara televisi disertai menggunakan penelitian agar ada dasar yg kuat digunakan peneliti dalam mengkategorikan tayangan “Catatan Si Olga” pada keliru satu format atau acara acara televisi.

Menurut Alvin Toffler, banyak sekali jenis format atau acara acara televisi jumlahnya sangat poly serta jenisnya, antara lain : program liputan (news), program hiburan (non news), music, pertunjukkan, dan sport.

Program program yg dijadikan pada objek penelitian ini merupakan “Catatan Si Olga”. Melihat menurut format dan isi tayangan dari pendapat Alvin Toffler, maka format ini bisa dikategorikan sebagai format dalam gameshow khususnya termasuk pada reality show. Dikatakan sebagai format reality show karena berdasarkan menurut isi tayangan, mengisahkan empiris sosial kehidupan warga yaitu mengisahkan tentang kalangan menengah kebawah (penghasilan).

Program Reality Show
Reality show merupakan salah satu gendre pada acara televisi. Dalam Nirmala (2007), dijelaskan bahwa reality show berasal berdasarkan istilah televisi empiris, yaitu acara televisi yg menyajikan situasi yg dramatis atau lucu namun nir menggunakan naskah, adalah kejadian yang sebenarnya (walau terkadang direncanakan), serta mengutamakan orang biasa dari dalam aktor profesional. 

Dengan kata lain, reality show adalah suatu jenis program televisi yang menayangkan kehidupan seorang pada global nyata, bukan menampilkan tokoh ‘protesis’ yg diperankan oleh seorang aktor atau aktris. Hal ini sesuai menggunakan yang dikemukakan Reiss dan Wiltz (2004) bahwa ciri reality television/reality show merupakan orang biasa (bukan aktor) menjadi karakter utama dalam acara tadi. 

Dapat disimpulkan bahwa reality show adalah program yg menayangkan suatu realita kehidupan sosial tanpa dibuat-buat dan berdasarkan kisah konkret yang mana dalam kehidupan sosial rakyat memiliki perbedaan berdasarkan status sosialnya.

S-O-R Theory (Teori S-O-R)
Teori S-O-R menjadi singkatan berdasarkan Stimulus – Organism – Response ini semula dari dari psikologi. Kalau kemudian sebagai juga teori komunikasi, tidak mengherankan, lantaran objek material menurut psikologi serta ilmu komunikasi adalah sama, yaitu insan yg jiwanya mencakup komponen-komponen : perilaku, opini, perilaku, kognisi, afeksi serta konasi.

Menurut stimulus response ini, efek yang disebabkan merupakan reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sebagai akibatnya seorang bisa mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Jadi unsur-unsur dalam contoh ini adalah :
a. Pesan (Stimulus, S)
b. Komunikasi (Organism, O)
c. Efek (Response, R)

Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individual)
Nama teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur (Uchjana 2003 : 275) ini lengkapnya merupakan “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Jadi teori ini mempelajari perbedaan-disparitas di antara individu-individu sebagai sasaran media massa waktu mereka diterpa sebagai akibatnya menimbulkan dampak-pengaruh tertentu. 

Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, memberikan perhatian pada pesan-pesan, terutama jika berkaitan menggunakan kepentingannya, konsisten dengan perilaku-sikapnya, sinkron dengan kepercayaannya yg didukung oleh nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan-pesan tadi diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, pengaruh media massa pada khalayak massa itu nir seragam, melainkan beragam disebabkan secara individual tidak selaras satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.

Oleh karena masih ada perbedaan individual pada setiap eksklusif anggota khalayak, maka secara alamiah bisa diduga akan muncul pengaruh yg bervariasi sesuai menggunakan disparitas individual itu.

Metode Penelitian
Metode dalam artikel ini merupakan naratif kualitatif
Hasil Penelitian 
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa yg sebagai penekanan penelitian ini adalah Persepsi Msyarakat tentang Program Acara Reality Show “Catatan Si Olga” pada Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda menggunakan beberapa indikator berdasarkan penelitian yang sudah dikemukakan sang penulis pada bab sebelumnya. Maka berikut dibawah ini bisa dipandang tentang penyajian data yang sudah diperoleh di lapangan dari hasil penelitian yg telah dilakukan sang penulis, Persepsi Masyarakat mencakup :

Persepsi
Dalam mempersepsikan sesuatu, perlu diperhatikan hal-hal yg melibatkan persepsi yakni sensai (penginderan), attention (perhatian). Ekspektasi, motivasi serta memori.

Berdasarkan output penelitian yg dilakukan pada rakyat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda dapat disimpulkan bahwa acara “Catatan Si Olga” mempunyai nilai yang berguna bagi penonton/audiens yang melihatnya, karena program tersebut real artinya hal tadi konkret terjadi disekeliling kita. Dari persepsi masyarakat bahwa tayangan ini bisa membuat orang lain tersentuh hatinya menggunakan melihat keadaan warga yg tidak bisa yg serba kekurangan buat bertahan hidup. 

Sensasi
Berdasarkan penelitian, sensasi disini ditunjukkan kepada audiens yang pernah menonton acara reality show “Catatan Si Olga”, sebagai akibatnya audiens dapat mengetahui alur cerita yang terdapat pada acara tersebut sesuai menggunakan apa yang mereka ketahui. Berdasarkan output penelitian yg sudah dilakukan menunjukkan bahwa audiens bisa mendeskripsikan program reality show “Catatan Si Olga” sinkron dengan apa yg mereka lihat dalam tayangan tadi.

Attention 
Berdasarkan penelitian, perhatian disini merupakan proses pemusatan atau konsentrasi pada audiens terhadap suatu objek yg mereka lihat dalam hal ini merupakan tayangan acara acara reality show “Catatan Si Olga”. Dari output wawancara yang sudah dilakukan menampakan bahwa Olga sebagai pembawa acara dalam tayangan tadi menggunakan pembawaannya yg bisa membuat orang lain terharu melihatnya, membuat acara ini menarik buat ditayangkan.

Ekspektasi
Berdasarkan penelitian, ekspektasi pada acara program reality show ”Catatan Si Olga” bertujuan buat menaruh makna kehidupan yg bermanfaat bagi audiens agar penonton bisa mencicipi kesusahan hidup orang lain. Dari hasil penelitian yg telah dilakukan memperlihatkan bahwa acara reality show “Catatan Si Olga” ini selain memberikan makna yang positif dengan menaruh sejumlah berita mengenai kehidupan masyarakat yg tidak sanggup, juga berfungsi menjadi wadah buat beramal melalui sedekah yg diberikan pada rakyat yang menonton acara tadi misalnya dana, sembako, sandang serta lain-lain melalui media telekomunikasi menggunakan asa dapat meringankan beban mereka. 

Motivasi
Berdasarkan penelitian, motivasi pada program acara reality show “Catatan Si Olga” bertujuan buat memotivasi para penonton agar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya perlu memiliki perilaku pekerja keras sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi serta nir bergantung kepada orang lain misalnya meminta-minta (pengemis) diberbagai loka. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa acara ini menaruh pesan-pesan moral dimana dalam tayangan tadi mengajarkan kita buat melihat bagaimana kehidupan orang lain yang permanen sanggup bertahan hayati dalam keterbatasan mereka. Acara ini menaruh efek yg positif bagi siapapun yang melihat sehingga program ini menarik buat ditayangkan.

Memori
Berdasarkan penelitian, memori dalam acara acara reality show “Catatan Si Olga” bertujuan supaya audiens bisa mengingat-jangan lupa kembali apa saja yang disajikan dari program itu sebagai akibatnya mereka dapat mempersepsikan bagaimana isi tayangan tersebut. Dari output penelitian yang sudah dilakukan menandakan bahwa pada mempersepsikan sesuatu atau menanggapi sesuatu, kita wajib melihat acara ini bukan hanya sekali perlu namun perlu adanya perulangan sebagai akibatnya kita dapat tahu alur cerita acara tadi.

Model S-O-R
Stimulus
Dalam reality show “Catatan Si Olga” di Antv, setelah menerima stimulus atau pesan yg berupa keterangan atau pesan tadi maka menggunakan perhatian, pengertian serta penerimaan menurut berlangsungnya proses komunikasi, komunikan memberikan dampak yang terakhir berdasarkan informasi yang disampaikan. Kemampuan komunikan pada tahu fakta pada reality show “Catatan Si Olga” akan dapat membawa perubahan kepada diri komunikan. Berdasarkan penelitian yg sudah dilakukan mengambarkan bahwa isi atau pesan dalam program tadi dapat memberikan rangsangan bagi penonton sebagai akibatnya bisa mempersepsikan isi program secara keselurahan.

Organism
Komunikan dalam reality show “Catatan Si Olga” di Antv ini yakni penonton atau audiens yg menonton program tersebut (rakyat Kelurahan Gunung Lingai yg dijumpai serta pernah menonton acara tersebut). Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan mengambarkan bahwa setiap komunikan pada menaruh persepsinya masing-masing berbeda tergantung dari pemaknaan mereka melihat isi program tadi.

Respons
Respons penonton atau audiens yg menonton acara reality show “Catatan Si Olga” akan menimbulkan reaksi tergantung dari stimulus yg mereka terima. Berdasarkan penelitian yg telah dilakukan membuktikan bahwa isi acara tersebut bisa memberikan pengaruh positif bagi auidens yg menonton program tadi serta mempunyai rasa ingin membantu serta peduli terhadap sesama. 

Penelitian ini bertujuan buat mengetahui persepsi rakyat tentang Program Acara Reality Show “Catatan Si Olga” pada Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 6 orang yg sinkron dengan kriteria-kriteria penelitian pada daerah Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda. 

Jumlah pertanyaan yg dipakai dalam wawancara penelitian ini berjumlah 11 pertanyaan. Pada penelitian ini kasus yg akan dibahas merupakan persepsi warga tentang Program Acara Reality Show “Catatan Si Olga” di Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda.

Dari hasil penelitian yg sudah tersaji sebelumnya, dapat diketahui bahwa pada hubungannya dengan media dan persepsi, pengamatan, tanggapan dan penilaian terhadap apa yang didengar, dipandang dan dirasakan sang panca indra, lalu memberikan makna tentang apa yg sudah sebagai konklusi menurut pesan yg diterima. Penilaian atau tanggapan itu, mampu bersifat baik atau tidak baik sesuai dengan pesan yg diterima. Hal tadi sesuai menggunakan pernyataan yang dinyatakan Jalaluddin Rakhmat dalam kitab psikologi komunikasi (2009) persepsi merupakan pengalaman tentang objek, insiden atau interaksi-hubungan yg diperoleh menggunakan menyimpulkan keterangan dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2009).

Berdasarkan teori disparitas individual (individual differences theory), menerangkan bahwa pada dasarnya setiap individu dalam mendapat stimuli atau warta, mereka mempunyai penilaian yang berbeda-beda pada menanggapi rangsangan tersebut. Hal ini ditimbulkan karena setiap individu mempunyai karakter yg tidak sinkron satu menggunakan yg lain. Pada program program reality show “Catatan Si Olga” ini, masyarakat Gunung Lingai yang menjadi sampel pada penelitian ini mengungkapkan tanggapannya yg masing-masing mempunyai evaluasi yg tidak sama dalam stimuli yang sama yakni informasi dan hiburan yg diberikan sang program tersebut. Banyak warga yg menduga bahwa acara tersebut baik buat ditayangkan dan dikonsumsi oleh penonton namun terdapat jua yang menduga bahwa program itu biasa saja lantaran sudah sebagai hal yang biasa serta tak jarang dijumpai sang warga dilingkungan sekitar loka mereka tinggal.

Menurut teori Gestalt, apabila kita mempersepsikan sesuatu, kita mempersepsinya menjadi suatu keseluruhan, kita tidak hanya melihat bagian-bagiannya kemudian menghimpunnya. Begitu juga persepsi masyarakat tentang acara acara reality show “Catatan Si Olga”, masyarakat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda nir sanggup hanya mempersepsikan sebagian berdasarkan yg mereka ketahui saja, tidak hanya isi program namun persepsi yg bersifat holistik, barulah didapat persepsi yg sesungguhnya mengenai acara acara reality show “Catatan Si Olga di Antv. Dari hasil penelitian serta pengamatan yg peneliti lakukan pada 6 responden yg sudah menonton program program reality show “Catatan Si Olga” di Antv secara holistik menerangkan bahwa persepsi pada rakyat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda Cukup Baik terhadap program tersebut sebagai media fakta serta hiburan. 

Analisis Kritis
Segi Acara
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, dapat diperoleh citra yakni ditinjau menurut segi program program, acara reality show “Catatan Si Olga” pada Antv mempunyai konsep yg memadukan antara reality dan komedi. Berdasarkan data yang diperoleh menurut media internet (www.ratting_catatansiolga.htm), menampakan bahwa program acara reality show “Catatan Si Olga” adalah program acara menggunakan rating ke-dua urutan tertinggi pada antara program program yang dimiliki Antv. Hal ini berarti acara acara tadi bisa dikatakan menarik sinkron ratting yg disandang oleh acara tadi. Acara reality show ”Catatan Si Olga” yg diproduserin sang Suwandi beserta tim kreatif yakni tim PIDI Project menaruh dampak yang berguna, baik menurut segi rakyat yg dibantu Olga dalam acara tersebut serta warga yang menonton tayangan itu. Banyak acara reality show yang pernah hadir sebelum reality show “Catatan Si Olga ini” yg mengemas sebuah pesan yg sama, namun deretan antara lawak serta reality show baru tayangan ini yang mempunyai variasi penayangan yg tidak sama dari reality show yang lainnya.

Segi Persepsi Masyarakat
Setelah penulis melakukan penelitian pada rakyat pada wilayah Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda, dapat disimpulkan bahwa tanggapan mereka selesainya mereka menonton acara tersebut sudah cukup baik. Acara reality show “Catatan Si Olga” menjadi salah satu kebutuhan warga yakni dalam hal berita serta hiburan pada penonton. Selain itu, acara ini memberikan stimuli atau pesan yang diterima oleh penonton lalu diproses sehingga menghasilkan interpretasi yang bhineka. Seseorang mempunyai rasa ingin tahu, dari proses tadi seorang dapat mempersepsikan stimuli yg beliau tangkap, oleh karenanya dalam hal ini masyarakat mengerti, menata serta menduga dan tahu stimuli yg diterima menurut program tadi. Dalam pemilihan program, seseorang sanggup menilai serta menyeleksi program-acara yang baik serta menaruh pesan yang berguna bagi penikmat program televisi. Acara tadi dapat diterima sang warga menjadi kebutuhan akan liputan serta hiburan mereka lantaran mengandung nilai kemanusiaan yg baik bagi kelangsungan hayati mereka serta menurut acara tadi bisa menaruh gambaran hidup orang lain yg mengalami kesusahan serta umumnya hal tadi terjadi disekeliling kita. Acara tadi sangat memotivasi serta banyak pesan-pesan moral yang berisikan nilai-nilai humanisme yg mana setiap kehidupan masyarakat perlu adanya saling bantu dan saling berbagi terhadap mereka yang kesusahan. Sebagian yg telah menonton acara tersebut merasakan bahwa hati dapat tersentuh bila melihat program itu bukan saja orang yg nir mampu yang dibantu pada program tersebut namun masyarakat yg mempunyai penyakit yang membutuhkan biaya yang relatif banyak, sedangkan adapun yang berkata bahwa selesainya melihat acara itu, nir terdapat perubahan yang begitu berarti atau bisa dikatakan hal tadi biasa-biasa saja serta hal tadi tergantung siapa saja yg melihat, menilai dan memaknai isi tayangan tadi.

PENGERTIAN MAJALAH MENURUT PARA AHLI

Pengertian Majalah Menurut Para Ahli
Di dorong sang keberadaannya sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa berusaha buat mengetahui hal-hal yg terjadi disekitarnya. Media massa menyediakan keterangan yang pada perlukan guna memenuhi kebutuhan akan keterangan tadi, baik media cetak maupun media elektronika. Adapun kiprah spesifik media cetak pada penyampaian warta, diantaranya berkaitan dengan reading habit dan tradisi menulis. Majalah sebagai keliru satu media cetak yaitu adalah galat satu asal informasi yang pada ketika ini semakin populer di masyarakat. Majalah merupakan bagian dari pers yang membawa misi penerangan, pendidikan, dan hiburan. Penerbitan majalah sendiri dimulai pertama kali di Amerika sang Benjamin Franklin bernama General Magazine pada tahun 1741, tetapi perkembangannya sendiri baru tampak lebih kurang abad XIX.

Karena termasuk sebagai media cetak, maka pesan-pesan dalam majalah bersifat permanen dan publik bisa mengatur tempo pada membacanya, selain itu jua kekuatan utamanya merupakan bisa dijadikan sebagai bukti. (Assegaff, 1980:27).

Pernyataan tersebut sinkron dengan pernyataan Peterson mengenai keunggulan-keunggulan yg dimiliki oleh sebuah majalah, yaitu:

Mirip dengan media cetak lainnya majalah tampil lebih berisikan pengetahuan dari dalam hal-hal yg menyangkut kesukaan dan perasaan menurut komunikannya. Media ini bukan wahana yg dibaca selintas saja misalnya media aktual (Broadcast Media), nir jua membutuhkan perhatian dalam saat eksklusif, media ini nir menggunakan segera dapat pada kesampingkan seperti Koran, majalah bisa disimpan sang pembaca selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, kadang-kadang bertahun-tahun. (Defleur Dennis:137).

Tetapi menurut keunggulan yg dimilikinya itu, kita dapat merogoh kelemahan yang utama menurut majalah tadi, yaitu bahwa majalah nir terbit setiap hari misalnya halnya surat kabar yg merupakan sumber kabar (menyampaikan kabar) setiap harinya dalam setiap orang. “Majalah diminati oleh mereka yang sibuk serta nir sempat menekuni Koran harian”. (Depdikbud, 1992:67).

Dalam istilah asing, majalah disebut The Prited Page, yg ialah segala barang yang dicetak, yg ditujukan buat menyalurkan komunikasi massa. Arti majalah misalnya yang pada kutip berdasarkan The Random House Dictionary Of English Language, adalah “Majalah yg diterbitkan secara berkala senantiasa memiliki sampul muka, dan secara spesial majalah memuat cerita-cerita, karangan-karangan, puisi-puisi serta sebagainya. Serta kadangkala berisikan foto-foto dan gambar-gambar yg secara khusus memfokuskan dalam keterangan (subject of area) seperti; hobbi, kabar, atau olah raga”. (Baird, 1980:60). Jadi pada suatu majalah, pesan yang disampaikan bukan saja berupa warta-berita, akan namun bisa juga dalam bentuk hiburan, seperti cerita-cerita, puisi atau sajak, foto atau gambar sesuatu yang hendak di perlihatkan pada pembacanya, dan sebagainya. Menurut Edwin Emery dkk (1967:62-65) “Majalah merupakan media opini”. Jadi pada sebuah majalahpun masih ada goresan pena-goresan pena mengenai opini atau pendapat-pendapat, pandangan-pandangan seseorang tentang sesuatu yg tentunya berkaitan dengan perkara-perkara yg terjadi di rakyat. Di samping itu jua, majalah dapat di definisikan sebagai:

Salah satu jenis indera komunikasi dalam bentuk publikasi yg terbit secara terjadwal seminggu sekali, atau sebulan sekali, atau dalam waktu-ketika yang teratur. Majalah ini pada terbitkan dengan isi yg diantaranya artikel-artikel, fakta-keterangan, cerita-cerita yang mengandung nilai sastra, fiksi dan non-fiksi, puisi, resensi, kritik-kritik, karikatur, lelucon-lelucon, pengisi (filler), tajuk rencana, kadang-kadang iklan. (Komarudin, 1984:149).

Karena majalah diterbitkan lebih sporadis menurut dalam surat keterangan (minimal seminggu sekali), maka majalah dapat menelaah duduk perkara-persoalan dan keadaan-keadaan yg terjadi dalam warga secara teliti dan mendalam. Pada biasanya tulisan-goresan pena yg di muat pada majalah nir terlalu mementingkan aktualitas pada karenakan dalam memuat warta majalah tadi menyesuaikan menggunakan waktu terbitnya. Oleh karena itu jua maka fakta yg disampaikan bukan lagi fakta hangat satu hari tertentu, lantaran fakta-fakta tersebut di sesuaikan dengan saat terbitnya majalah, maka penulisan-penulisan fakta yang ada mampu di jajak secara lebih luas serta lebih mendalam lagi. Hal ini sinkron menggunakan ciri majalah yang membedakannya dengan surat warta seperti yg dinyatakan oleh Defleur dan Dennis, yaitu “Disebabkan majalah di terbitkan sedikit lebih jarang menurut dalam surat keterangan, maka majalah bisa menyelidiki dilema-problem serta keadaan yg lebih hati-hati serta mendalam. Majalah kurang memberikan perhatian terhadap berita yg sifatnya aktual serta lebih menekankan pada penelaahan hal-hal yg bekerjasama secara luas”. (Defleur Dennis :137).

Untuk menarik perhatian pembaca, maka suatu penerbitan majalah senantiasa berusaha buat memenuhi cita-cita serta kebutuhan yang diminati oleh rakyat tersebut. Pada waktu kini ini telah poly tersebar beraneka ragam jenis majalah. Hal ini dilakukan buat memenuhi asa dan kebutuhan pembaca yang beragam juga.

“Kepentingan pembaca, pendengar, dan pemirsa, harus selalu di perhatikan dan pada utamakan, karena “laku ” tidaknya isi pesan yang pada “jual” sangat tergantung berdasarkan konsumen atau dengan istilah lain surat informasi atau majalah, radio, televisi, dan film akan “laris” bila, isi pesan sesuai menggunakan selera konsumen (audience)”. (Wahyudi, 1991:99).

Perbedaan minat yg masih ada dalam pembaca itu bisa ditimbulkan sang poly faktor, diantaranya adalah faktor-faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial, norma, serta lain-lain. Media massa cetak berupa majalah berskala nasional sekarang jauh lebih banyak jumlah dan macamnya, seperti majalah anak-anak (Bobo, Donald Bebek, serta lain-lain), majalah remaja (GADIS, Hai, ANEKA), majalah perempuan dan mak -bunda (Kartini, Femina), majalah keluarga (Ayah Bunda) atau bahkan jika pada lihat dari misi yg melekat pada masing-masing majalah yg tercermin dalam warna pemberitaannya yg terfokuspun dalam suatu aspek tertentu, seperti halnya majalah kesehatan (Rumah Tangga serta Kesehatan, Bugar). Majalah pertanian (Trubus), majalah Keagamaan (Amanah), majalah wilayah (Mangle), sampai majalah gaya hayati anak remaja kini ini (Ripple), dan lainnya menerangkan bahwa rakyat terkini sudah lebih selektif terhadap media-media yang tersebar.

Bukan merupakan suatu kekeliruan bila kita memasukkan majalah sebagai bagian menurut media massa atau komunikasi massa, karena menggunakan melihat ciri komunikasi massa seperti bersifat nir pribadi (melalui media teknis) bersifat satu arah merupakan nir ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (komunikan), terbuka, serta mempunyai publik yg secara geografis tersebar, maka majalah termasuk menjadi keliru satu media komunikasi massa. (Rakhmat, 1994). Dan menjadi media komunikasi, majalah memiliki sifat-sifat spesifik yang nir dimiliki oleh media komunikasi yg lain, antara lain:

1. Khalayak yang diterpa bersifat aktif, nir pasif seperti jika mereka diterpa media radio, televisi, atau film. Pesan melalui pers majalah diungkapkan dengan alfabet -huruf meninggal, yg baru menimbulkan makna apabila khalayak menggunakan tatanan mentalnya secara aktif.

2. Terekam, artinya artikel-artikel pada majalah tersusun pada alinea, kalimat, dan kata-istilah yang terdiri berdasarkan alfabet -alfabet yang tercetak pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa atau hal-hal yang di beritakan terekam sebagai akibatnya dapat dibaca setiap saat serta pada dokumentasikan, di ulang kali, disimpan untuk kepentingan tertentu dan dapat pada jadikan menjadi bukti. 
(Effendy, 1986:111).

Teknik Penyajian Majalah
Suatu pengorganisasian pesan ditetapkan sebelum kata-kata di tuliskan serta sebelum gambar-gambar dibuat, atau keduanya digabungkan ke dalam suatu tata letak (Lay Out). Kegiatan rapikan letak mencakup penetapan keputusan-keputusan tentang berbagai komponen judul, gambaran, naskah, serta indikasi-pertanda identifikasi yg akan disusun dan di tempatkan pada laman. Lima butir pertimbangan bagi perkembangan rapikan letak adalah:
1. Keseimbangan (balance), penataan unsur-unsur buat mencapai suatu kesan kasat mata atau penyebaran yang menyenangkan.

2. Lawanan (kontras), penggunaan ukuran, kepekatan, dan rona yg sangat bhineka pada rangka menarik perhatian serta keterbacaan.

3. Perbandingan (proportion), pertalian di antara objek serta latar belakang, yg keduanya tampak dan saling berinteraksi.

4. Alunan pirsa (gaze motion), penataan judul, ilustrasi, naskah, serta pertanda-tanda identifikasi yg demikian rupa dalam rangka pengurutan paling logis.

5. Kesatuan (unity), berbagai mutu keseimbangan, lawanan, perbandingan, dan alunan pirsa, digabungkan buat pengembangan kesatuan piker, penampilan, dan reka bentuk tata letak (design in the lay out).
(Sudiana, 1986:29).

Suatu rapikan letak akan berhasil jika di dalamnya mengandung mutu kesatuan dan sederhana, adalah yg berhasil menggunakan mengusahakan rapikan letak sederhana, nir rancu, dan bersifat membantu pada meringankan pembaca selama mencerna pesan yang dibacanya.
1. Huruf, ada beragam jenis serta ukuran alfabet yang dapat dipilih buat menandaskan utama-pokok tertentu atau buat menarik perhatian pembaca terhadap beberapa aspek pada naskah.

2. Foto atau gambar, alternatif yang bisa diperkenalkan pada hal ini sangat poly dan bervariasi. Kita dapat menentukan dan menyunting foto, gambar, sketsa, lukisan, kartun, serta bisa menyisipkan banyak sekali macam bentuk lainnya.

3. Judul, dengan pembubuhan judul pembaca dituntun dalam penyeberangan menurut ilustrasi ke pesan. Dalam pengertian generik, judul mempunyai fungsi: secara ringkas serta langsung menyarankan isi pesan, serta menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan sumber. Secara umum penempatan judul wajib tampak dalam bagian atas suatu halaman atau iklan. Dan, bagaimanapun judul wajib memiliki berukuran alfabet yg memadai untuk bisa dagi mata pembaca, dan secara sempurna guna berpasangan dengan daya tarik gambaran.

4. Warna, pada dasarnya rona merupakan suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari suatu objek ke mata insan. Pembubuhan rona mungkin bisa merebut perhatian awal komunikan. Namun pemilihan serta penerapan warna secara serampangan akan mengusir pemirsa segera selesainya perhatiannya tergugah. Para peneliti menemukan bahwa warna-warna yg sering dipercaya favorit ternyata tidak selalu menarik pada penggunaan-penggunaan eksklusif. Bagaimanapun, rona-warna- termasuk hitam, abu-abu, dan putih- dalam lbr tercetak perlu ditata sedemikian rupa sinkron dengan asas dasar yg sama dari rapikan letak, yakni mengandung kesan-kesan ekuilibrium, kontras, proporsi, irama, keselarasan, gerakan, serta kesatuan. (Sudiana, 1986:34-41).

Agar pembaca nir lekas merasa bosan sewaktu membaca pesan yang diterimanya, maka seorang komunikator wajib sempurna, ringkas, jelas, sederhana, bonafide dalam penulisan naskah beritanya. (Wahyudi, 1991:102). Sedangkan menurut James M. Neal serta Suzzane S. Brown, “Penulis naskah keterangan itu wajib objektif, ringkas, jelas, sempurna, serta mengandung daya rangsang”. (wahyudi, 1991:102).

Untuk gampang menarik perhatian komunikan, maka surat fakta, majalah, ataupun media lainnya wajib sanggup menampilkan lay out yg menarik. Menurut Teguh Meinanda, terdapat tiga tujuan menurut pengaturan tata letak, yaitu: “Agar gampang dibaca dan menarik pembaca untuk mengkaji goresan pena-goresan pena, bisa menciptakan atau menghasilkan hal-hal yang menarik serta mengasyikkan, serta supaya pembaca gampang mengenali surat kabar itu”. (Meinanda, 1981:75).

Walaupun begitu, semenarik apapun tata letak pesan pada sebuah majalah, komunikator, yg pada hal ini pereka bentuk dan penata letak memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu, misalnya:

1. Keterbatasan mekanis, sehubungan dengan wahana produksi.
2. Keterbatasan bahan, sehubungan menggunakan jenis kertas, tinta, dan sebagainya.
3. Keterbatasan porto, sehubungan dengan porto produksi.
4. Keterbatasan fungsi, baik mengingat penggunaan maupun calon pembacanya.
5. Keterbatasan waktu, serta keterbatasan lainnya, contohnya yg berkenaan menggunakan lingkungan kerja. 
(Sudiana, 1986:43).

Fungsi dan Peranan Majalah
Media massa misalnya halnya majalah merupakan merupakan suatu sumber yg dapat menyalurkan keterangan dan menambah wawasan pengetahuan rakyat pada banyak sekali bidang kehidupan. Salah satu fungsi majalah merupakan sebagai sarana pendidikan (mass education). Majalah memuat tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca akan bertambah pengetahuannya. (Effendy, 1993:93). Di samping itu jua, sebagai bagian dari pers, maka majalah akan memiliki fungsi yg sama menggunakan yg dimiliki sang pers. Menurut Onong Uchjana Effendy, fungsi-fungsi tadi antara lain:

1. Fungsi menyiarkan (to inform).
2. Fungsi mendidik (to educate).
3. Fungsi menghibur (to entertain).
4. Dan fungsi menghipnotis (to influence).
(Effendy, 1985:193).

Berdasarkan pemuatan tulisan-tulisan dalam majalah yg ditulis secara lebih luas, terang serta mendalam, maka tak galat bila pembacapun akan menerima pengetahuan yang lebih luas dan lebih poly lagi tentang sesuatu hal, dan pemahaman pembaca terhadap sesuatu masalahpun tentunya mampu lebih mendalam lagi lantaran pada memakai majalah pembaca tidak dikejar oleh waktu seperti halnya menggunakan media radio atau televisi sehingga dalam menyerap goresan pena-tulisan yg pada muat pada majalah bisa secara perlahan serta teliti.

Dalam situasi dan kondisi kehidupan masyarakat terbaru, peranan majalah sebagai media komunikasi yang banyak di pergunakan sang masyarakat pada kehidupan sehari-harinya semakin terasa penting. Dalam hal ini ada beberapa peranan utama majalah misalnya yang disebutkan oleh Peterson, yaitu:

1. Membantu perkembangan perubahan-perubahan sosial serta politik.
2. Menafsirkan dilema-masalah dari peristiwa-insiden dan menjadikannya menjadi pandangan nasional.
3. Membantu perkembangan suatu pengertian nasional dalam warga .
4. Memberikan hiburan yg murah kepada jutaan orang.
5. Menjadi penyuluh dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
6. Menjadi pendidik dalam warisan-warisan kebudayaan insan, melalui tulisan serta perhatian terhadap seni, jua mengenai tokoh-tokoh warga .
(Click dan Baird, 1980:60).

Agar suatu majalah bisa dirasakan keuntungannya serta bernilai bagi para pembacanya, maka pada pelaksanaannya diharapkan keahlian menurut pengelola penerbitan majalah tersebut terutama para penulisnya, karena isi berdasarkan majalah itu dapat menentukan karakter serta impactnya.

Jenis Majalah
Untuk kepentingan pembaca, maka majalah-majalah yang beredar di masyarakat bisa pada kelompokkan sesuai dengan kepentingan serta kebutuhan rakyat, sebagai akibatnya warga sebagai pembaca dapat memilih jenis majalah yang bagaimana yang sanggup memenuhi impian dan kebutuhannya.

Secara universal, M.O Palapah serta Atang Syamsuddin membagi jenis majalah menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Mass magazine, merupakan majalah generik yang ditujukan untuk seluruh golongan, jadi merupakan majalah generik.

2. Class magazine, adalah majalah yg ditujukan buat golongan eksklusif (high or middle class) isinya mengenai bidang-bidang eksklusif.

3. Spesialized magazine, merupakan majalah spesifik serta ditujukan kepada para pembaca khusus.
(Palapah serta Syamsuddin, 1983:105-106).

Pembagian jenis majalah secara garis besar misalnya pada sebutkan pada atas, bisa dirinci lagi kedalam jenis-jenis majalah yg lebih spesifik. Djafar Assegaff, mengemukakan sebagai berikut:

1. Majalah bergambar (picture magazine), bentuk majalah yang memuat reportase menurut dalam gambar. Gambar sesuatu peristiwa, atau suatu karangan spesifik yg berisikan foto-foto.

2. Majalah anak-anak (childrens weekly), bentuk majalah yang isinya khusus mengenai global anak-anak.

3. Majalah keterangan (news magazine), mingguan terencana yang menyajikan warta-liputan menggunakan suatu gaya goresan pena yang khas dilengkapi dengan foto-foto serta gambar-gambar.

4. Majalah budaya (culture magazine), penerbitan pers yg mengkhususkan isinya dengan perkara-perkara kebudayaan dan diterbitkan setiap minggu, bulan ataupun secara terpola.

5. Majalah ilmiah (scientific magazine), majalah berkala khusus berisi mengenai ilmu pengetahuan dan mengkhususkan isinya tentang suatu bidang ilmu, contohnya teknik radio, elektronika, ekonomi, hokum, dan sebagainya.

6. Majalah hiburan (popular magazine), majalah yang memuat karangan-karangan ringan, cerita pendek, cerita bergambar, dan sebagainya.

7. Majalah keagamaan (religious magazine), bentuk majalah yg isinya khusus mengenai kasus-masalah kepercayaan .

8. Majalah famili (home magazine), majalah yg memuat karangan-karangan buat semua keluarga, berdasarkan bacaan anak-anak hingga kasus rumah tangga (resep, mode, serta lain-lain).

9. Majalah khas (specialized magazine), bentuk majalah yang isinya khusus tentang banyak sekali macam bidang profesi.

10. Majalah mode (fashion magazine), majalah yang berisi mode dan dilampiri lembaran yg berisikan pola sandang.

11. Majalah perusahaan (company magazine), majalah yang diterbitkan secara teratur sang perusahaan berisi berita-warta atau warta mengenai kepegawaian, karyawan, kebijaksaan perusahaan serta produksi perusahaan.

12. Majalah remaja (juvenile weekly), bentuk majalah yang isinya spesifik membahas kasus remaja.

13. Majalah sari tulisan (magazine digest), bentuk penerbitan menggunakan format khusus yang berisi kompendium karangan menurut aneka macam penerbitan.

14. Majalah sastra (literary magazine), bentuk majalah spesial yang terbit dan isinya spesifik menyampaikan kasus kesusastraan dan resensi buku-kitab (novel) pada masa ini atau aktivitas dalam bidang seni sastra.

15. Majalah perempuan (woman magazine), bentuk majalah yg berisikan spesifik mengenai global wanita, berdasarkan kasus mode, resep, musik, keluarga, pula dihiasi oleh foto-foto yg menarik.
(Assegaff, 1983:126-128).

Sesuai menggunakan jenis-jenis majalah yg sudah pada sebutkan diatas, majalah Ripple adalah termasuk kedalam jenis majalah khas. Majalah Ripple menyajikan warta-liputan dengan gaya penulisan yg khas mencakup fakta tentang musik, fashion, olah raga extreme, dan pula gaya hidup anak belia kini .