PENGERTIAN PERSEPSI MENURUT PARA AHLI

Pengertian Persepsi Menurut Para Ahli
Persepsi merupakan pengalaman mengenai suatu objek, insiden, atau interaksi-interaksi yang diperoleh menggunakan menyimpulkan fakta serta menafsirkan pesan. Persepsi artinya memberikan makna pada stimulasi inderawi (sensory stimuli). 

Persepsi merupakan proses internal yg kita lakukan buat memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan menurut lingkungan eksternal. Persepsi mencakup : Penginderaan (sensasi) melalui indera-indera alat kita (indera perasa, indera peraba, indera pencium, alat pengecap serta indera pendengar), Semua alat itu memiliki andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Atensi atau perhatian adalah pemprosesan secara sadar sejumlah kecil warta dari sejumlah mini liputan yg tersedia. Informasi yang dihasilkan dari penginderaan, ingatan dan proses kognitif lainnya. Interpretasi adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tidak bisa menggunakan symbol-simbol yg sama, baik secara stimulant (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal menjadi interpretasi berurutan), (Joyce Marcella Laurens, 2004 : 58). Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan menjadi berikut : objek menyebabkan stimulus dan stimulus tentang alat indera (reseptor). Proses ini merupajan proses fisik. Stimulus yg diterima sang alat alat diteruskan oleh saraf sensorik ke otak. Proses ini merupakan proses psikologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai sentra kesadaran sehingga individu menyadari apa yg dipandang, apa yg didengar atau apa yg diraba. Proses ini merupakan proses terakhir menurut persepsi serta adalah persepsi yg sebenarnya. 

Respon menjadi akibat dari persepsi dapat diambil sang individu menggunakan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung dalam perhatian individu yang bersangkutan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah hasil sebuah proses seleksi, organisasi serta interpretasi (citra) yang terstimuli oleh objek melalui indera-alat manusia. 

Masyarakat
Ahli sosiologi menyampaikan, suatu masyarakat bisa dikatakan bila anggota-anggota suatu kelompok, bisa hayati beserta sedemikian rupa sebagai akibatnya mencicipi bahwa gerombolan tadi bisa memenuhi kepentingan- kepentingan hidup yg primer pada suatu daerah yang eksklusif (Soekanto, 1990 : 162).

Adapun ciri-ciri warga merupakan menjadi berikut : terdiri dari beberapa individu serta gerombolan , memiliki loka tinggal dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya, hidup berkelompok dan saling berhubungan, mempunyai mata pencaharian buat kelangsungan hidupnya, dan terdapat sebuah pembagian kerja serta memiliki kepercayaan didalamnya.

Komunikasi Massa
Komunikasi massa diadopsi menurut istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan berdasarkan mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yg menggunakan media massa atau komunikasi yg mass mediated. Istilah mass communications atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) menjadi kependekan dari media of communication (Susanto, 1974). Menurut Nurudin (2003:1) komunikasi massa merupakan studi ilmiah tentang media massa bersama pesan yang didapatkan pembaca atau pendengar atau penonton yang akan coba diraihnya serta efeknya terhadap mereka.

Kata massa dalam komunikasi massa bisa diartikan lebih dari sekedar “orang banyak” sebagaimana orang-orang yang sedang mengerumuni penjual obat ditrotoar atau sedang beserta-sama berhenti menanti pintu lintasan kereta api dibuka. Massa disini bukan sekedar orang poly disuatu lokasi yang sama. Massa disini kita artikan sebagai “Meliputi semua orang yg sebagai sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang dalam ujung lain menurut saluran” (Berlo, 1960). Massa mengandung pengertian orang poly. Mereka nir harus berada dilokasi tertentu yang sama. Mereka bisa tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan bisa memperoleh pesan-pesan komunikasi yg sama. 

Pengertian komunikasi massa berdasarkan Mulyana adalah ‘komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat informasi, majalah) atau elektro (radio, televise) yg dikelola oleh suatu forum atau orang yang tersebar dibanyak loka, anonim dan heterogen”. Pesan-pesannya bersifat generik, disampaikan secara serempak dan selintas (khususnya media elektro). (Mulyana, 2001 : 75).

Nurudin dalam bukunya yang berjudul pengantar komunikasi massa menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa yaitu : kabar, persuasif, transmisi budaya, komunikasi massa mempunyai fungsi supervisi, dan hubungan. 

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang memakai media massa baik cetak atau elektro dan berisi pesan-pesan yang disampaikan secara serempak serta selintas.

Media Massa
Media massa sendiri merupakan “kependekan” dari media komunikasi massa. Media massa lahir buat menjembatani komunikasi antar massa. Massa merupakan masyarakat luas yg tidak sejenis, tetapi saling bergantung satu sama lain. Ketergantungan antar massa sebagai penyebab lahirnya media yg bisa menyalurkan impian, gagasan dan kepentingan masing-masing supaya diketahui dan dipahami sang orang lain (Pareno, 2005 : 7)

Media yang dimaksud pada proses komunikasi massa, yaitu media massa yg memiliki ciri khas, memiliki kemampuan buat memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous). 

Menurut Hafied Cangara (2006 : 122) pada Pengantar Ilmu Komunikasi, media massa merupakan alat yg dipakai pada penyampaian pesan dari asal kepada khalayak (penerima) menggunakan menggunakan indera-alat komunikasi mekanis misalnya surat informasi, film, radio, serta televisi.

Sebagai indera buat berbagi kabar serta sebagai indera kontrol sosial media mempunyai kegunaannya. (Efendy, 2005 : 149) idealisme yg melekat kepada media dijabarkan pada aplikasi manfaatnya, selain menyiarkan fakta jua mendidik, menghibur dan mempengaruhi.

Dapat disimpulkan bahwa media massa merupakan pesan-pesan dari asal kepada khalayak (menerima) komunikasi mekanis misalnya televisi, radio, surat informasi, majalah, tabloid, buku, film, internet, dan lain-lain.

Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah aktivitas yg fundamental bagi insan sebagai makhluk sosial. Setiap proses komunikasi diawali menggunakan adanya stimulus yang masuk dalam diri individu yang ditangkap melalui panca indera. Stimulus diolah di otak dengan pengetahuan, pengalaman, selera, serta iman yg dimiliki individu. Stimulus tersebut mengalami proses intelektual menjadi kabar. Adapun berita yg sudah dikomunikasikan disebut sebagai pesan.

Schramm berkata bahwa buat berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi, minimal diharapkan tiga komponen yaitu source, message, serta destination atau komunikator, pesan, komunikan.

Dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi merupakan proses pemberian atau penyampaian pesan berdasarkan komunikator (program acara reality show “Catatan Si Olga”) pada komunikan (warga yg menonton acara program reality show “Catatan Si Olga”) serta effect yg akan ditimbulkan sesudah menyaksikan tayangan tersebut.

Televisi
Televisi berasal berdasarkan 2 istilah yg berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre asal dari bahasa latin) yg berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang pada bahasa inggrisnya television diartikan menjadi melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan bunyi yang diproduksi pada suatu tempat (studio televisi) dapat ditinjau dari loka lain melalui sebuah penerima.

Pengertian televisi menurut Effendy pada kitab kamus komunikasi, (2003 : 361) merupakan media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar serta indera pendengaran suara, baik melalui dawai juga secara elektromagnetik tanpa kawat. 

Televisi mempunyai 3 fungsi, yakni fungsi penerangan, pendidikan serta hiburan (Effendy 1993, 93).
Dapat disimpulkan bahwa televisi merupakan media yang bisa melihat berdasarkan jauh. Melihat berdasarkan jauh disini diartikan menggunakan gambar serta suara yang diproduksi disuatu tempat (studio televisi) dan dapat dipandang dari tempat lain melalui sebuah penerima (televisi set).

Format Acara Televisi 
Televisi menjadi keliru satu media komunikasi mempunyai berbagai ragam bentuk tayangan dengan format yg berlainan. Kajian tentang format program televisi disertai menggunakan penelitian agar ada dasar yang kuat digunakan peneliti pada dikategorikan tayangan “Catatan Si Olga” pada salah satu format atau program acara televisi.

Menurut Alvin Toffler, berbagai jenis format atau program acara televisi jumlahnya sangat poly dan jenisnya, diantaranya : acara warta (news), acara hiburan (non news), music, pertunjukkan, dan sport.

Program program yang dijadikan pada objek penelitian ini merupakan “Catatan Si Olga”. Melihat menurut format dan isi tayangan menurut pendapat Alvin Toffler, maka format ini bisa dikategorikan menjadi format dalam gameshow khususnya termasuk dalam reality show. Dikatakan sebagai format reality show karena dari berdasarkan isi tayangan, mengisahkan realitas sosial kehidupan warga yaitu mengisahkan tentang kalangan menengah kebawah (penghasilan).

Program Reality Show
Reality show merupakan salah satu gendre dalam program televisi. Dalam Nirmala (2007), dijelaskan bahwa reality show berasal menurut kata televisi realitas, yaitu acara televisi yg menyajikan situasi yang dramatis atau lucu namun tidak memakai naskah, merupakan kejadian yang sebenarnya (walau terkadang direncanakan), serta mengutamakan orang biasa menurut dalam aktor profesional. 

Dengan istilah lain, reality show adalah suatu jenis acara televisi yg menayangkan kehidupan seorang dalam dunia nyata, bukan menampilkan tokoh ‘buatan’ yang diperankan oleh seseorang aktor atau aktris. Hal ini sinkron dengan yg dikemukakan Reiss serta Wiltz (2004) bahwa ciri reality television/reality show merupakan orang biasa (bukan aktor) menjadi karakter utama dalam acara tadi. 

Dapat disimpulkan bahwa reality show ialah program yg menayangkan suatu realita kehidupan sosial tanpa dibentuk-buat serta berdasarkan kisah nyata yg mana pada kehidupan sosial warga memiliki perbedaan berdasarkan status sosialnya.

S-O-R Theory (Teori S-O-R)
Teori S-O-R menjadi singkatan menurut Stimulus – Organism – Response ini semula asal berdasarkan psikologi. Kalau lalu sebagai pula teori komunikasi, tidak mengherankan, lantaran objek material menurut psikologi serta ilmu komunikasi merupakan sama, yaitu insan yg jiwanya meliputi komponen-komponen : perilaku, opini, konduite, kognisi, afeksi dan konasi.

Menurut stimulus response ini, efek yang disebabkan merupakan reaksi spesifik terhadap stimulus spesifik, sehingga seseorang dapat mengharapkan serta memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Jadi unsur-unsur pada contoh ini adalah :
a. Pesan (Stimulus, S)
b. Komunikasi (Organism, O)
c. Efek (Response, R)

Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individual)
Nama teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur (Uchjana 2003 : 275) ini lengkapnya adalah “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Jadi teori ini menelaah disparitas-perbedaan di antara individu-individu sebagai target media massa waktu mereka diterpa sehingga menimbulkan impak-efek eksklusif. 

Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian pada pesan-pesan, terutama bila berkaitan dengan kepentingannya, konsisten menggunakan perilaku-sikapnya, sinkron menggunakan kepercayaannya yang didukung sang nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan-pesan tadi diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam, melainkan beragam ditimbulkan secara individual tidak sinkron satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.

Oleh karena terdapat disparitas individual dalam setiap langsung anggota khalayak, maka secara alamiah bisa diduga akan ada efek yang bervariasi sesuai dengan disparitas individual itu.

Metode Penelitian
Metode pada artikel ini adalah naratif kualitatif
Hasil Penelitian 
Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa yg menjadi penekanan penelitian ini adalah Persepsi Msyarakat mengenai Program Acara Reality Show “Catatan Si Olga” di Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda menggunakan beberapa indikator menurut penelitian yg telah dikemukakan sang penulis pada bab sebelumnya. Maka berikut dibawah ini bisa dipandang mengenai penyajian data yg telah diperoleh pada lapangan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan sang penulis, Persepsi Masyarakat mencakup :

Persepsi
Dalam mempersepsikan sesuatu, perlu diperhatikan hal-hal yang melibatkan persepsi yakni sensai (penginderan), attention (perhatian). Ekspektasi, motivasi serta memori.

Berdasarkan output penelitian yg dilakukan dalam rakyat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda bisa disimpulkan bahwa acara “Catatan Si Olga” mempunyai nilai yang bermanfaat bagi penonton/audiens yg melihatnya, karena acara tersebut real adalah hal tadi konkret terjadi disekeliling kita. Dari persepsi rakyat bahwa tayangan ini bisa membuat orang lain tersentuh hatinya menggunakan melihat keadaan rakyat yang nir sanggup yang serba kekurangan buat bertahan hidup. 

Sensasi
Berdasarkan penelitian, sensasi disini ditunjukkan pada audiens yg pernah menonton acara reality show “Catatan Si Olga”, sebagai akibatnya audiens dapat mengetahui alur cerita yang terdapat pada program tadi sesuai menggunakan apa yang mereka ketahui. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menampakan bahwa audiens dapat menggambarkan acara reality show “Catatan Si Olga” sinkron dengan apa yang mereka lihat pada tayangan tersebut.

Attention 
Berdasarkan penelitian, perhatian disini merupakan proses pemusatan atau konsentrasi dalam audiens terhadap suatu objek yang mereka lihat dalam hal ini merupakan tayangan program acara reality show “Catatan Si Olga”. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa Olga menjadi pembawa program dalam tayangan tersebut menggunakan pembawaannya yang bisa membuat orang lain terharu melihatnya, membuat acara ini menarik buat ditayangkan.

Ekspektasi
Berdasarkan penelitian, ekspektasi pada acara acara reality show ”Catatan Si Olga” bertujuan untuk memberikan makna kehidupan yg bermanfaat bagi audiens supaya penonton sanggup merasakan kesusahan hidup orang lain. Dari output penelitian yg sudah dilakukan memperlihatkan bahwa program reality show “Catatan Si Olga” ini selain memberikan makna yg positif dengan memberikan sejumlah warta tentang kehidupan rakyat yang nir bisa, jua berfungsi sebagai wadah buat beramal melalui sedekah yang diberikan kepada warga yg menonton acara tersebut seperti dana, sembako, pakaian serta lain-lain melalui media telekomunikasi menggunakan asa bisa meringankan beban mereka. 

Motivasi
Berdasarkan penelitian, motivasi pada program program reality show “Catatan Si Olga” bertujuan buat memotivasi para penonton agar pada memenuhi kebutuhan hidupnya perlu mempunyai sikap pekerja keras sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi dan nir bergantung pada orang lain seperti meminta-minta (pengemis) diberbagai tempat. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan menerangkan bahwa acara ini menaruh pesan-pesan moral dimana dalam tayangan tadi mengajarkan kita buat melihat bagaimana kehidupan orang lain yang permanen sanggup bertahan hayati pada keterbatasan mereka. Acara ini memberikan imbas yang positif bagi siapapun yg melihat sebagai akibatnya acara ini menarik buat ditayangkan.

Memori
Berdasarkan penelitian, memori pada acara program reality show “Catatan Si Olga” bertujuan agar audiens bisa mengingat-jangan lupa pulang apa saja yg disajikan dari program itu sehingga mereka bisa mempersepsikan bagaimana isi tayangan tadi. Dari hasil penelitian yg telah dilakukan pertanda bahwa dalam mempersepsikan sesuatu atau menanggapi sesuatu, kita harus melihat program ini bukan hanya sekali perlu namun perlu adanya perulangan sebagai akibatnya kita bisa tahu alur cerita program tersebut.

Model S-O-R
Stimulus
Dalam reality show “Catatan Si Olga” pada Antv, setelah menerima stimulus atau pesan yg berupa warta atau pesan tersebut maka dengan perhatian, pengertian dan penerimaan dari berlangsungnya proses komunikasi, komunikan menaruh efek yg terakhir menurut keterangan yang disampaikan. Kemampuan komunikan pada memahami liputan dalam reality show “Catatan Si Olga” akan bisa membawa perubahan kepada diri komunikan. Berdasarkan penelitian yg telah dilakukan pertanda bahwa isi atau pesan dalam program tadi dapat menaruh rangsangan bagi penonton sebagai akibatnya bisa mempersepsikan isi program secara keselurahan.

Organism
Komunikan pada reality show “Catatan Si Olga” di Antv ini yakni penonton atau audiens yang menonton acara tersebut (rakyat Kelurahan Gunung Lingai yang dijumpai dan pernah menonton acara tersebut). Berdasarkan penelitian yg telah dilakukan membuktikan bahwa setiap komunikan pada memberikan persepsinya masing-masing tidak sama tergantung menurut pemaknaan mereka melihat isi program tadi.

Respons
Respons penonton atau audiens yg menonton acara reality show “Catatan Si Olga” akan mengakibatkan reaksi tergantung menurut stimulus yg mereka terima. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pertanda bahwa isi acara tadi bisa menaruh impak positif bagi auidens yg menonton acara tadi serta memiliki rasa ingin membantu dan peduli terhadap sesama. 

Penelitian ini bertujuan buat mengetahui persepsi warga mengenai Program Acara Reality Show “Catatan Si Olga” di Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda. Jumlah sampel yg dipakai pada penelitian ini berjumlah 6 orang yg sesuai dengan kriteria-kriteria penelitian pada daerah Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda. 

Jumlah pertanyaan yang dipakai dalam wawancara penelitian ini berjumlah 11 pertanyaan. Pada penelitian ini perkara yg akan dibahas merupakan persepsi warga tentang Program Acara Reality Show “Catatan Si Olga” di Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda.

Dari hasil penelitian yang sudah tersaji sebelumnya, dapat diketahui bahwa pada hubungannya dengan media dan persepsi, pengamatan, tanggapan dan evaluasi terhadap apa yg didengar, dicermati serta dirasakan oleh panca indra, lalu menaruh makna mengenai apa yg sudah sebagai kesimpulan berdasarkan pesan yang diterima. Penilaian atau tanggapan itu, bisa bersifat baik atau jelek sesuai menggunakan pesan yang diterima. Hal tersebut sesuai menggunakan pernyataan yang dinyatakan Jalaluddin Rakhmat pada kitab psikologi komunikasi (2009) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan keterangan serta menafsirkan pesan (Rakhmat, 2009).

Berdasarkan teori perbedaan individual (individual differences theory), memberitahuakn bahwa dalam dasarnya setiap individu dalam mendapat stimuli atau informasi, mereka mempunyai penilaian yang bhineka dalam menanggapi rangsangan tadi. Hal ini ditimbulkan lantaran setiap individu memiliki karakter yang tidak sinkron satu menggunakan yang lain. Pada program acara reality show “Catatan Si Olga” ini, rakyat Gunung Lingai yg menjadi sampel dalam penelitian ini mengungkapkan tanggapannya yang masing-masing mempunyai evaluasi yg nir sama dalam stimuli yg sama yakni informasi serta hiburan yang diberikan oleh program tersebut. Banyak masyarakat yang menduga bahwa program tadi baik buat ditayangkan dan dikonsumsi sang penonton tetapi terdapat juga yg menganggap bahwa acara itu biasa saja karena sudah menjadi hal yg biasa serta sering dijumpai oleh masyarakat dilingkungan sekitar tempat mereka tinggal.

Menurut teori Gestalt, jika kita mempersepsikan sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu holistik, kita tidak hanya melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya. Begitu jua persepsi masyarakat tentang acara program reality show “Catatan Si Olga”, rakyat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda tidak sanggup hanya mempersepsikan sebagian menurut yg mereka ketahui saja, nir hanya isi acara tetapi persepsi yang bersifat holistik, barulah didapat persepsi yg sesungguhnya mengenai program program reality show “Catatan Si Olga pada Antv. Dari hasil penelitian serta pengamatan yang peneliti lakukan pada 6 responden yang telah menonton program acara reality show “Catatan Si Olga” pada Antv secara holistik menunjukkan bahwa persepsi pada masyarakat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda Cukup Baik terhadap acara tadi sebagai media informasi dan hiburan. 

Analisis Kritis
Segi Acara
Berdasarkan output penelitian secara holistik, bisa diperoleh gambaran yakni dicermati menurut segi acara acara, acara reality show “Catatan Si Olga” di Antv memiliki konsep yang memadukan antara reality dan lawak. Berdasarkan data yang diperoleh dari media internet (www.ratting_catatansiolga.htm), menerangkan bahwa acara program reality show “Catatan Si Olga” merupakan program program menggunakan rating ke-2 urutan tertinggi di antara program program yang dimiliki Antv. Hal ini berarti program program tadi dapat dikatakan menarik sinkron ratting yg disandang sang program tersebut. Acara reality show ”Catatan Si Olga” yang diproduserin oleh Suwandi bersama tim kreatif yakni tim PIDI Project menaruh imbas yang berguna, baik menurut segi rakyat yg dibantu Olga dalam program tersebut serta rakyat yang menonton tayangan itu. Banyak program reality show yg pernah hadir sebelum reality show “Catatan Si Olga ini” yang mengemas sebuah pesan yg sama, namun formasi antara lawak dan reality show baru tayangan ini yg mempunyai variasi penayangan yang tidak sama berdasarkan reality show yg lainnya.

Segi Persepsi Masyarakat
Setelah penulis melakukan penelitian dalam masyarakat di daerah Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda, bisa disimpulkan bahwa tanggapan mereka selesainya mereka menonton program tersebut sudah relatif baik. Acara reality show “Catatan Si Olga” sebagai salah satu kebutuhan masyarakat yakni dalam hal liputan serta hiburan pada penonton. Selain itu, acara ini memberikan stimuli atau pesan yg diterima oleh penonton kemudian diproses sehingga menghasilkan interpretasi yg berbeda-beda. Seseorang memiliki rasa ingin tahu, dari proses tadi seorang dapat mempersepsikan stimuli yang beliau tangkap, oleh karenanya pada hal ini rakyat mengerti, menata dan menduga serta tahu stimuli yg diterima berdasarkan acara tersebut. Dalam pemilihan program, seorang sanggup menilai serta menyeleksi program-acara yang baik serta menaruh pesan yang berguna bagi penikmat acara televisi. Acara tadi bisa diterima sang masyarakat menjadi kebutuhan akan fakta serta hiburan mereka lantaran mengandung nilai humanisme yg baik bagi kelangsungan hidup mereka dan berdasarkan program tadi bisa memberikan citra hayati orang lain yang mengalami kesusahan serta umumnya hal tadi terjadi disekeliling kita. Acara tadi sangat memotivasi dan poly pesan-pesan moral yang berisikan nilai-nilai kemanusiaan yang mana setiap kehidupan warga perlu adanya saling bantu serta saling membuatkan terhadap mereka yang kesusahan. Sebagian yg telah menonton acara tadi mencicipi bahwa hati dapat tersentuh bila melihat program itu bukan saja orang yg nir bisa yg dibantu dalam acara tersebut namun rakyat yang mempunyai penyakit yg membutuhkan porto yang relatif banyak, sedangkan adapun yg menyampaikan bahwa sehabis melihat acara itu, nir ada perubahan yang begitu berarti atau bisa dikatakan hal tadi biasa-biasa saja dan hal tersebut tergantung siapa saja yg melihat, menilai serta memaknai isi tayangan tersebut.

PENGERTIAN PERSEPSI MENURUT PARA AHLI

Pengertian Persepsi Menurut Para Ahli
Persepsi adalah pengalaman tentang suatu objek, peristiwa, atau interaksi-hubungan yg diperoleh menggunakan menyimpulkan kabar dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah menaruh makna dalam stimulasi inderawi (sensory stimuli). 

Persepsi adalah proses internal yg kita lakukan untuk menentukan, mengevaluasi serta mengorganisasikan rangsangan menurut lingkungan eksternal. Persepsi meliputi : Penginderaan (sensasi) melalui indera-alat indera kita (indera perasa, alat peraba, indera pencium, indera pengecap serta alat pendengar), Semua indera itu memiliki andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Atensi atau perhatian merupakan pemprosesan secara sadar sejumlah mini keterangan dari sejumlah mini informasi yg tersedia. Informasi yg didapatkan berdasarkan penginderaan, ingatan dan proses kognitif lainnya. Interpretasi merupakan proses komunikasi melalui verbal atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yg tak dapat menggunakan symbol-simbol yang sama, baik secara stimulant (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan), (Joyce Marcella Laurens, 2004 : 58). Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut : objek menimbulkan stimulus serta stimulus tentang indera alat (reseptor). Proses ini merupajan proses fisik. Stimulus yg diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf sensorik ke otak. Proses ini merupakan proses psikologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai sentra kesadaran sebagai akibatnya individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses ini merupakan proses terakhir menurut persepsi dan merupakan persepsi yang sebenarnya. 

Respon sebagai dampak dari persepsi dapat diambil sang individu dengan banyak sekali macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Dapat ditarik konklusi bahwa persepsi merupakan hasil sebuah proses seleksi, organisasi serta interpretasi (gambaran) yang terstimuli sang objek melalui alat-alat insan. 

Masyarakat
Ahli sosiologi berkata, suatu warga bisa dikatakan bila anggota-anggota suatu kelompok, bisa hayati beserta sedemikian rupa sebagai akibatnya mencicipi bahwa grup tadi bisa memenuhi kepentingan- kepentingan hidup yg utama pada suatu wilayah yang tertentu (Soekanto, 1990 : 162).

Adapun karakteristik-karakteristik warga adalah sebagai berikut : terdiri berdasarkan beberapa individu serta gerombolan , memiliki loka tinggal serta memenuhi kebutuhan hayati lainnya, hidup berkelompok serta saling bekerjasama, memiliki mata pencaharian buat kelangsungan hidupnya, serta masih ada sebuah pembagian kerja dan memiliki agama didalamnya.

Komunikasi Massa
Komunikasi massa diadopsi menurut kata bahasa Inggris, mass communication, menjadi kependekan berdasarkan mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yg memakai media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communications atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) menjadi kependekan menurut media of communication (Susanto, 1974). Menurut Nurudin (2003:1) komunikasi massa merupakan studi ilmiah mengenai media massa beserta pesan yg dihasilkan pembaca atau pendengar atau penonton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka.

Kata massa pada komunikasi massa dapat diartikan lebih menurut sekedar “orang poly” sebagaimana orang-orang yang sedang mengerumuni penjual obat ditrotoar atau sedang beserta-sama berhenti menanti pintu lintasan kereta api dibuka. Massa disini bukan sekedar orang banyak disuatu lokasi yg sama. Massa disini kita artikan menjadi “Meliputi semua orang yang sebagai target alat-alat komunikasi massa atau orang dalam ujung lain berdasarkan saluran” (Berlo, 1960). Massa mengandung pengertian orang poly. Mereka tidak harus berada dilokasi eksklusif yg sama. Mereka dapat tersebar atau terpencar pada banyak sekali lokasi, yg dalam saat yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. 

Pengertian komunikasi massa berdasarkan Mulyana merupakan ‘komunikasi yg memakai media massa, baik cetak (surat berita, majalah) atau elektronik (radio, televise) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang beredar dibanyak loka, anonim serta heterogen”. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara serempak dan selintas (khususnya media elektro). (Mulyana, 2001 : 75).

Nurudin pada bukunya yg berjudul pengantar komunikasi massa menjelaskan fungsi-fungsi komunikasi massa yaitu : kabar, persuasif, transmisi budaya, komunikasi massa mempunyai fungsi supervisi, dan hubungan. 

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang memakai media massa baik cetak atau elektronika serta berisi pesan-pesan yg disampaikan secara serempak serta selintas.

Media Massa
Media massa sendiri adalah “kependekan” berdasarkan media komunikasi massa. Media massa lahir buat menjembatani komunikasi antar massa. Massa merupakan rakyat luas yg heterogen, namun saling bergantung satu sama lain. Ketergantungan antar massa sebagai penyebab lahirnya media yang sanggup menyalurkan asa, gagasan serta kepentingan masing-masing supaya diketahui serta dipahami oleh orang lain (Pareno, 2005 : 7)

Media yg dimaksud pada proses komunikasi massa, yaitu media massa yg mempunyai karakteristik spesial , memiliki kemampuan buat memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous). 

Menurut Hafied Cangara (2006 : 122) dalam Pengantar Ilmu Komunikasi, media massa merupakan indera yang digunakan pada penyampaian pesan berdasarkan sumber kepada khalayak (penerima) menggunakan memakai alat-alat komunikasi mekanis seperti surat liputan, film, radio, dan televisi.

Sebagai alat buat menyebarkan informasi serta menjadi alat kontrol sosial media mempunyai manfaatnya. (Efendy, 2005 : 149) idealisme yg inheren kepada media dijabarkan dalam pelaksanaan manfaatnya, selain menyiarkan kabar juga mendidik, menghibur dan menghipnotis.

Dapat disimpulkan bahwa media massa merupakan pesan-pesan berdasarkan sumber kepada khalayak (menerima) komunikasi mekanis misalnya televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid, buku, film, internet, serta lain-lain.

Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah aktivitas yang mendasar bagi insan sebagai makhluk sosial. Setiap proses komunikasi diawali dengan adanya stimulus yg masuk dalam diri individu yg ditangkap melalui panca indera. Stimulus diolah pada otak dengan pengetahuan, pengalaman, selera, serta iman yg dimiliki individu. Stimulus tersebut mengalami proses intelektual sebagai keterangan. Adapun keterangan yang telah dikomunikasikan diklaim menjadi pesan.

Schramm mengatakan bahwa buat berlangsungnya suatu aktivitas komunikasi, minimal diperlukan 3 komponen yaitu source, message, serta destination atau komunikator, pesan, komunikan.

Dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi adalah proses anugerah atau penyampaian pesan dari komunikator (acara program reality show “Catatan Si Olga”) pada komunikan (warga yang menonton acara acara reality show “Catatan Si Olga”) serta effect yang akan ditimbulkan sehabis menyaksikan tayangan tersebut.

Televisi
Televisi asal berdasarkan 2 kata yg tidak sama asalnya, yaitu tele (bahasa yunani) yang berarti jauh, serta visi (videre asal menurut bahasa latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa inggrisnya television diartikan menjadi melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan menggunakan gambar serta bunyi yg diproduksi di suatu loka (studio televisi) bisa dicermati dari loka lain melalui sebuah penerima.

Pengertian televisi dari Effendy dalam kitab kamus komunikasi, (2003 : 361) adalah media komunikasi jeda jauh menggunakan penayangan gambar dan indera pendengaran bunyi, baik melalui dawai maupun secara elektromagnetik tanpa dawai. 

Televisi mempunyai 3 fungsi, yakni fungsi penerangan, pendidikan serta hiburan (Effendy 1993, 93).
Dapat disimpulkan bahwa televisi adalah media yg bisa melihat berdasarkan jauh. Melihat berdasarkan jauh disini diartikan dengan gambar dan bunyi yang diproduksi disuatu tempat (studio televisi) serta bisa dilihat dari loka lain melalui sebuah penerima (televisi set).

Format Acara Televisi 
Televisi sebagai keliru satu media komunikasi memiliki aneka macam ragam bentuk tayangan dengan format yang berlainan. Kajian mengenai format acara televisi disertai menggunakan penelitian agar ada dasar yg kuat digunakan peneliti dalam mengkategorikan tayangan “Catatan Si Olga” pada keliru satu format atau acara acara televisi.

Menurut Alvin Toffler, banyak sekali jenis format atau acara acara televisi jumlahnya sangat poly serta jenisnya, antara lain : program liputan (news), program hiburan (non news), music, pertunjukkan, dan sport.

Program program yg dijadikan pada objek penelitian ini merupakan “Catatan Si Olga”. Melihat menurut format dan isi tayangan dari pendapat Alvin Toffler, maka format ini bisa dikategorikan sebagai format dalam gameshow khususnya termasuk pada reality show. Dikatakan sebagai format reality show karena berdasarkan menurut isi tayangan, mengisahkan empiris sosial kehidupan warga yaitu mengisahkan tentang kalangan menengah kebawah (penghasilan).

Program Reality Show
Reality show merupakan salah satu gendre pada acara televisi. Dalam Nirmala (2007), dijelaskan bahwa reality show berasal berdasarkan istilah televisi empiris, yaitu acara televisi yg menyajikan situasi yg dramatis atau lucu namun nir menggunakan naskah, adalah kejadian yang sebenarnya (walau terkadang direncanakan), serta mengutamakan orang biasa dari dalam aktor profesional. 

Dengan kata lain, reality show adalah suatu jenis program televisi yang menayangkan kehidupan seorang pada global nyata, bukan menampilkan tokoh ‘protesis’ yg diperankan oleh seorang aktor atau aktris. Hal ini sesuai menggunakan yang dikemukakan Reiss dan Wiltz (2004) bahwa ciri reality television/reality show merupakan orang biasa (bukan aktor) menjadi karakter utama dalam acara tadi. 

Dapat disimpulkan bahwa reality show adalah program yg menayangkan suatu realita kehidupan sosial tanpa dibuat-buat dan berdasarkan kisah konkret yang mana dalam kehidupan sosial rakyat memiliki perbedaan berdasarkan status sosialnya.

S-O-R Theory (Teori S-O-R)
Teori S-O-R menjadi singkatan berdasarkan Stimulus – Organism – Response ini semula dari dari psikologi. Kalau kemudian sebagai juga teori komunikasi, tidak mengherankan, lantaran objek material menurut psikologi serta ilmu komunikasi adalah sama, yaitu insan yg jiwanya mencakup komponen-komponen : perilaku, opini, perilaku, kognisi, afeksi serta konasi.

Menurut stimulus response ini, efek yang disebabkan merupakan reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sebagai akibatnya seorang bisa mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Jadi unsur-unsur dalam contoh ini adalah :
a. Pesan (Stimulus, S)
b. Komunikasi (Organism, O)
c. Efek (Response, R)

Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individual)
Nama teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur (Uchjana 2003 : 275) ini lengkapnya merupakan “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Jadi teori ini mempelajari perbedaan-disparitas di antara individu-individu sebagai sasaran media massa waktu mereka diterpa sebagai akibatnya menimbulkan dampak-pengaruh tertentu. 

Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, memberikan perhatian pada pesan-pesan, terutama jika berkaitan menggunakan kepentingannya, konsisten dengan perilaku-sikapnya, sinkron dengan kepercayaannya yg didukung oleh nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan-pesan tadi diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, pengaruh media massa pada khalayak massa itu nir seragam, melainkan beragam disebabkan secara individual tidak selaras satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.

Oleh karena masih ada perbedaan individual pada setiap eksklusif anggota khalayak, maka secara alamiah bisa diduga akan muncul pengaruh yg bervariasi sesuai menggunakan disparitas individual itu.

Metode Penelitian
Metode dalam artikel ini merupakan naratif kualitatif
Hasil Penelitian 
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa yg sebagai penekanan penelitian ini adalah Persepsi Msyarakat tentang Program Acara Reality Show “Catatan Si Olga” pada Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda menggunakan beberapa indikator berdasarkan penelitian yang sudah dikemukakan sang penulis pada bab sebelumnya. Maka berikut dibawah ini bisa dipandang tentang penyajian data yang sudah diperoleh di lapangan dari hasil penelitian yg telah dilakukan sang penulis, Persepsi Masyarakat mencakup :

Persepsi
Dalam mempersepsikan sesuatu, perlu diperhatikan hal-hal yg melibatkan persepsi yakni sensai (penginderan), attention (perhatian). Ekspektasi, motivasi serta memori.

Berdasarkan output penelitian yg dilakukan pada rakyat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda dapat disimpulkan bahwa acara “Catatan Si Olga” mempunyai nilai yang berguna bagi penonton/audiens yang melihatnya, karena program tersebut real artinya hal tadi konkret terjadi disekeliling kita. Dari persepsi masyarakat bahwa tayangan ini bisa membuat orang lain tersentuh hatinya menggunakan melihat keadaan warga yg tidak bisa yg serba kekurangan buat bertahan hidup. 

Sensasi
Berdasarkan penelitian, sensasi disini ditunjukkan kepada audiens yang pernah menonton acara reality show “Catatan Si Olga”, sebagai akibatnya audiens dapat mengetahui alur cerita yang terdapat pada acara tersebut sesuai menggunakan apa yang mereka ketahui. Berdasarkan output penelitian yg sudah dilakukan menunjukkan bahwa audiens bisa mendeskripsikan program reality show “Catatan Si Olga” sinkron dengan apa yg mereka lihat dalam tayangan tadi.

Attention 
Berdasarkan penelitian, perhatian disini merupakan proses pemusatan atau konsentrasi pada audiens terhadap suatu objek yg mereka lihat dalam hal ini merupakan tayangan acara acara reality show “Catatan Si Olga”. Dari output wawancara yang sudah dilakukan menampakan bahwa Olga sebagai pembawa acara dalam tayangan tadi menggunakan pembawaannya yg bisa membuat orang lain terharu melihatnya, membuat acara ini menarik buat ditayangkan.

Ekspektasi
Berdasarkan penelitian, ekspektasi pada acara program reality show ”Catatan Si Olga” bertujuan buat menaruh makna kehidupan yg bermanfaat bagi audiens agar penonton bisa mencicipi kesusahan hidup orang lain. Dari hasil penelitian yg telah dilakukan memperlihatkan bahwa acara reality show “Catatan Si Olga” ini selain memberikan makna yang positif dengan menaruh sejumlah berita mengenai kehidupan masyarakat yg tidak sanggup, juga berfungsi menjadi wadah buat beramal melalui sedekah yg diberikan pada rakyat yang menonton acara tadi misalnya dana, sembako, sandang serta lain-lain melalui media telekomunikasi menggunakan asa dapat meringankan beban mereka. 

Motivasi
Berdasarkan penelitian, motivasi pada program acara reality show “Catatan Si Olga” bertujuan buat memotivasi para penonton agar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya perlu memiliki perilaku pekerja keras sehingga kebutuhannya dapat terpenuhi serta nir bergantung kepada orang lain misalnya meminta-minta (pengemis) diberbagai loka. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa acara ini menaruh pesan-pesan moral dimana dalam tayangan tadi mengajarkan kita buat melihat bagaimana kehidupan orang lain yang permanen sanggup bertahan hayati dalam keterbatasan mereka. Acara ini menaruh efek yg positif bagi siapapun yang melihat sehingga program ini menarik buat ditayangkan.

Memori
Berdasarkan penelitian, memori dalam acara acara reality show “Catatan Si Olga” bertujuan supaya audiens bisa mengingat-jangan lupa kembali apa saja yang disajikan dari program itu sebagai akibatnya mereka dapat mempersepsikan bagaimana isi tayangan tersebut. Dari output penelitian yang sudah dilakukan menandakan bahwa pada mempersepsikan sesuatu atau menanggapi sesuatu, kita wajib melihat acara ini bukan hanya sekali perlu namun perlu adanya perulangan sebagai akibatnya kita dapat tahu alur cerita acara tadi.

Model S-O-R
Stimulus
Dalam reality show “Catatan Si Olga” di Antv, setelah menerima stimulus atau pesan yg berupa keterangan atau pesan tadi maka menggunakan perhatian, pengertian serta penerimaan menurut berlangsungnya proses komunikasi, komunikan memberikan dampak yang terakhir berdasarkan informasi yang disampaikan. Kemampuan komunikan pada tahu fakta pada reality show “Catatan Si Olga” akan dapat membawa perubahan kepada diri komunikan. Berdasarkan penelitian yg sudah dilakukan mengambarkan bahwa isi atau pesan dalam program tadi dapat memberikan rangsangan bagi penonton sebagai akibatnya bisa mempersepsikan isi program secara keselurahan.

Organism
Komunikan dalam reality show “Catatan Si Olga” di Antv ini yakni penonton atau audiens yg menonton program tersebut (rakyat Kelurahan Gunung Lingai yg dijumpai serta pernah menonton acara tersebut). Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan mengambarkan bahwa setiap komunikan pada menaruh persepsinya masing-masing berbeda tergantung dari pemaknaan mereka melihat isi program tadi.

Respons
Respons penonton atau audiens yg menonton acara reality show “Catatan Si Olga” akan menimbulkan reaksi tergantung dari stimulus yg mereka terima. Berdasarkan penelitian yg telah dilakukan membuktikan bahwa isi acara tersebut bisa memberikan pengaruh positif bagi auidens yg menonton program tadi serta mempunyai rasa ingin membantu serta peduli terhadap sesama. 

Penelitian ini bertujuan buat mengetahui persepsi rakyat tentang Program Acara Reality Show “Catatan Si Olga” pada Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 6 orang yg sinkron dengan kriteria-kriteria penelitian pada daerah Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda. 

Jumlah pertanyaan yg dipakai dalam wawancara penelitian ini berjumlah 11 pertanyaan. Pada penelitian ini kasus yg akan dibahas merupakan persepsi warga tentang Program Acara Reality Show “Catatan Si Olga” di Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda.

Dari hasil penelitian yg sudah tersaji sebelumnya, dapat diketahui bahwa pada hubungannya dengan media dan persepsi, pengamatan, tanggapan dan penilaian terhadap apa yang didengar, dipandang dan dirasakan sang panca indra, lalu memberikan makna tentang apa yg sudah sebagai konklusi menurut pesan yg diterima. Penilaian atau tanggapan itu, mampu bersifat baik atau tidak baik sesuai dengan pesan yg diterima. Hal tadi sesuai menggunakan pernyataan yang dinyatakan Jalaluddin Rakhmat dalam kitab psikologi komunikasi (2009) persepsi merupakan pengalaman tentang objek, insiden atau interaksi-hubungan yg diperoleh menggunakan menyimpulkan keterangan dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2009).

Berdasarkan teori disparitas individual (individual differences theory), menerangkan bahwa pada dasarnya setiap individu dalam mendapat stimuli atau warta, mereka mempunyai penilaian yang berbeda-beda pada menanggapi rangsangan tersebut. Hal ini ditimbulkan karena setiap individu mempunyai karakter yg tidak sinkron satu menggunakan yg lain. Pada program program reality show “Catatan Si Olga” ini, masyarakat Gunung Lingai yang menjadi sampel pada penelitian ini mengungkapkan tanggapannya yg masing-masing mempunyai evaluasi yg tidak sama dalam stimuli yang sama yakni informasi dan hiburan yg diberikan sang program tersebut. Banyak warga yg menduga bahwa acara tersebut baik buat ditayangkan dan dikonsumsi oleh penonton namun terdapat jua yang menduga bahwa program itu biasa saja lantaran sudah sebagai hal yang biasa serta tak jarang dijumpai sang warga dilingkungan sekitar loka mereka tinggal.

Menurut teori Gestalt, apabila kita mempersepsikan sesuatu, kita mempersepsinya menjadi suatu keseluruhan, kita tidak hanya melihat bagian-bagiannya kemudian menghimpunnya. Begitu juga persepsi masyarakat tentang acara acara reality show “Catatan Si Olga”, masyarakat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda nir sanggup hanya mempersepsikan sebagian berdasarkan yg mereka ketahui saja, tidak hanya isi program namun persepsi yg bersifat holistik, barulah didapat persepsi yg sesungguhnya mengenai acara acara reality show “Catatan Si Olga di Antv. Dari hasil penelitian serta pengamatan yg peneliti lakukan pada 6 responden yg sudah menonton program program reality show “Catatan Si Olga” di Antv secara holistik menerangkan bahwa persepsi pada rakyat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda Cukup Baik terhadap program tersebut sebagai media fakta serta hiburan. 

Analisis Kritis
Segi Acara
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, dapat diperoleh citra yakni ditinjau menurut segi program program, acara reality show “Catatan Si Olga” pada Antv mempunyai konsep yg memadukan antara reality dan komedi. Berdasarkan data yang diperoleh menurut media internet (www.ratting_catatansiolga.htm), menampakan bahwa program acara reality show “Catatan Si Olga” adalah program acara menggunakan rating ke-dua urutan tertinggi pada antara program program yang dimiliki Antv. Hal ini berarti acara acara tadi bisa dikatakan menarik sinkron ratting yg disandang oleh acara tadi. Acara reality show ”Catatan Si Olga” yg diproduserin sang Suwandi beserta tim kreatif yakni tim PIDI Project menaruh dampak yang berguna, baik menurut segi rakyat yg dibantu Olga dalam acara tersebut serta warga yang menonton tayangan itu. Banyak acara reality show yang pernah hadir sebelum reality show “Catatan Si Olga ini” yg mengemas sebuah pesan yg sama, namun deretan antara lawak serta reality show baru tayangan ini yang mempunyai variasi penayangan yg tidak sama dari reality show yang lainnya.

Segi Persepsi Masyarakat
Setelah penulis melakukan penelitian pada rakyat pada wilayah Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda, dapat disimpulkan bahwa tanggapan mereka selesainya mereka menonton acara tersebut sudah cukup baik. Acara reality show “Catatan Si Olga” menjadi salah satu kebutuhan warga yakni dalam hal berita serta hiburan pada penonton. Selain itu, acara ini memberikan stimuli atau pesan yang diterima oleh penonton lalu diproses sehingga menghasilkan interpretasi yang bhineka. Seseorang mempunyai rasa ingin tahu, dari proses tadi seorang dapat mempersepsikan stimuli yg beliau tangkap, oleh karenanya dalam hal ini masyarakat mengerti, menata serta menduga dan tahu stimuli yg diterima menurut program tadi. Dalam pemilihan program, seseorang sanggup menilai serta menyeleksi program-acara yang baik serta menaruh pesan yang berguna bagi penikmat program televisi. Acara tadi dapat diterima sang warga menjadi kebutuhan akan liputan serta hiburan mereka lantaran mengandung nilai kemanusiaan yg baik bagi kelangsungan hayati mereka serta menurut acara tadi bisa menaruh gambaran hidup orang lain yg mengalami kesusahan serta umumnya hal tadi terjadi disekeliling kita. Acara tadi sangat memotivasi serta banyak pesan-pesan moral yang berisikan nilai-nilai humanisme yg mana setiap kehidupan masyarakat perlu adanya saling bantu dan saling berbagi terhadap mereka yang kesusahan. Sebagian yg telah menonton acara tersebut merasakan bahwa hati dapat tersentuh bila melihat program itu bukan saja orang yg nir mampu yang dibantu pada program tersebut namun masyarakat yg mempunyai penyakit yang membutuhkan biaya yang relatif banyak, sedangkan adapun yang berkata bahwa selesainya melihat acara itu, nir terdapat perubahan yang begitu berarti atau bisa dikatakan hal tadi biasa-biasa saja serta hal tadi tergantung siapa saja yg melihat, menilai dan memaknai isi tayangan tadi.

PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI MENURUT PARA AHLI

Pengertian Budaya Organisasi Menurut Para Ahli
Sebelum melangkah pada pengertian mengenai budaya organisasi, alangkah baiknya kita jelaskan dulu pengertian dari budaya itu sendiri. Kebudayaan menyinggung daya cipta bebas serta serba ganda dari manusia dalam alam dunia. Manusia pelaku kebudayaan. Ia menjalankan kegiatannya buat mencapai sesuatu yg berharga bagi dirinya, dan dengan demikian nilai kemanusiannya sebagai lebih konkret. Melalui aktivitas kebudayan sesuatu yg sebelumnya hanya merupakan kemungkinan belaka diwujudkan serta diciptakan yang baru. Dalam kebudayaan insan mengakui alam dalam arti yang seluas-luasnya sebagai ruang pelengkap untuk semakin memanusiakan dirinya, yg identik menggunakan kebudayaan alam. Kebudayaan singkatnya merupakan penciptaan penertiban dan pengolahan nilai-nilai insani. Berdasarkan titik tolak penelitian, kebudayaan didefinisikan secara majemuk. Ahli sosiologi megatakan bahwa kebudayaan adalah holistik kecakapan-kecakapan (tata cara, akhlak, kesenian, ilmu, serta lain-lain) yang dimiliki manusia menjadi subjek masyarakat. Ahli sejarah menekankan pertumbuhan kebudayaan serta mendefinisikan sebagai warisan sosial atau tradisi. Ahli filsafat menekankan aspek normatif, kaidah kebudayaan serta terutama pelatihan nilai serta realisasi impian. Antropologi melihat kebudayaan sebagai rapikan hidup, pandangan hidup, serta kelakuan. Psikologi mendekati kebudayaan berdasarkan segi penyesuaian manusia kepada alam sekelilingnya atas syarat-syarat hayati. Arkheologi menaksir kebudayaan sebagai output artefact dan kesenian. 

Berdarakan pengertian kebudayaan di atas, budaya organisasi itu berdasarkan dalam suatu konsep bangunan dalam 3 strata, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar (Basic Assumption), kemudian Tingkatan Nilai (Value), serta Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yg ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar itu adalah interaksi insan menggunakan apa yg ada pada lingkungannya, alam, tumbuh-tanaman , binatang, manusia, hubungan itu sendiri, serta hal ini, perkiraan dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang nir mampu dipandang oleh mata akan tetapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya Value, Value itu dalam hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku , buat itu, value itu bisa diukur (ditest) menggunakan adanya perubahan-perubahan atau menggunakan melalui konsensus sosial. Sedangkan artifact merupakan sesuatu yg sanggup dicermati namun sulit buat ditirukan, mampu pada bentuk tehnologi, seni, atau sesuatu yang mampu didengar (Schein, 1991: 14).

Budaya organisasi merupakan bentuk keyakinan, nilai, cara yg bisa dipelajari buat mengatasi dan hidup pada organisasi, budaya organisasi itu cenderung buat diwujudkan oleh anggota organisasi (Brown, 1998: 34). Robbins, (2003: 525) mengungkapkan bahwa budaya organisasi itu adalah suatu system nilai yg dipegang dan dilakukan oleh anggota organisasi, sehingga hal yang sedemikian tersebut mampu membedakan organisasi tadi menggunakan organisasi lainnya. Sistem nilai tersebut dibangun oleh 7 karakteristik menjadi sari (essence) menurut budaya organisasi, 7 ciri adalah:
  1. Inovasi dan pengambilan risiko (Innovation and risk taking). Tingkatan dimana para karyawan terdorong buat berinovasi serta mengambil risiko.
  2. Perhatian yg rinci (Attention to lebih jelasnya). Suatu strata dimana para karyawan diharapkan menerangkan kecermatan (precision), analisis dan perhatian kepada rincian.
  3. Orientasi hasil (Outcome orientation). Tingkatan dimana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya dalam teknik serta proses yg dipakai untuk mencapai hasil.
  4. Orientasi pada manusia (People orientation). Suatu tingkatan dimana keputusan manajemen memperhitungkan impak output – output pada orang–orang anggota organisasi itu.
  5. Orientasi tim (Team orientation). Suatu strata dimana kegiatan kerja diorganisir pada kurang lebih tim – tim, bukannya individu – individu.
  6. Keagresifan (Aggressiveness). Suatu strata dimana orang – orang (anggota organisasi) itu mempunyai sifat agresif serta kompetitif serta bukannya kalem – kalem.
  7. Stabilitas (Stability). Suatu strata dimana aktivitas organisasi menekankan pada pertahankannya status quo daripada pertumbuhan.
Perspektif interpretif (subjektif) melihat budaya organisasi sebagai proses-proses pembentukan pemahaman yg membentuk realitas organisasi dan dengan demikian memberi makna pada keanggotaannya. Konsep pembentukan pemahaman ini krusial bagi perspektif interpretif, sama pentingnya dengan pemahaman yg dilaksanakan (enacted sense making) bagi teori Weick mengenai pengorganisasian. Peraga dan indikator budaya organisasi tidak timbul begitu saja. Semua ini wajib dikonstruksi serta makna yg diberikan kepada peraga serta indikator tersebut harus dibangkitkan dan dibangkitkan ulang dalam interaksi. Peraga dan indikator (kisah-kisah, ritus-ritus, ritual) lebih dipercaya sebagai tindakan daripada menjadi benda. Pacanowsky da O`Donnel-Trujillo (1982) beropini bahwa saat para anggota mewujudkan konstruk-konstruk, praktik-praktik, dan ritual ini merupakan pencapaian kecil yg termasuk dalam pencapaian yg lebih akbar lagi dalam budaya organisasi. Istilah kuncinya adalah pencapaian pada arti bahwa hal itu menerangkan tindakan, dan tindakan yg terus berlangsung pada tindakan itu. Peraga serta indikator budaya dapat pula dimasukkan ke pada rubrik luas yang diklaim simbolisme organisasi. Yang krusial dalam konsep pemahaman budaya ini merupakan makna simbolisme untuk anggota-anggota organisasi waktu mereka membangun realitas organisasi dan saat mereka dibuat oleh konstruk-konstruk mereka sendiri. 

Seiring menggunakan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat jua dirasakan keuntungannya pada memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.

Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi berdasarkan beberapa ahli :
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi merupakan sistem yg dipercayai serta nilai yg dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun konduite menurut anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll misalnya yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan serta bereaksi dari pola-pola eksklusif yg terdapat pada organisasi atau yang ada dalam bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi merupakan suatu persepsi beserta yg dianut sang anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi buat bertindak dan memecahkan perkara, menciptakan karyawan yang mampu menyesuaikan diri menggunakan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu wajib diajarkan pada anggota termasuk anggota yg baru menjadi suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yg dihadapi. 
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi adalah sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yg dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang lalu mempengaruhi cara bekerja serta berperilaku dari para anggota organisasi. 

Sumber-sumber Budaya Organisasi
Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip sang Munandar (2001:264), budaya organisasi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: 
1. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yg tidak bisa dikendalikan atau hanya sedikit bisa dikendalikan oleh organisasi.
2. Pengaruh dari nilai-nilai yang terdapat pada masyarakat
Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang lebih banyak didominasi dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan serta kebersihan.
3. Faktor-faktor yg spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi menggunakan lingkungannya. Dalam mengatasi baik kasus eksternal maupun internal organisasi akan menerima penyelesaian-penyelesaian yg berhasil. Keberhasilan mengatasi aneka macam kasus tadi adalah dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi. 

Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi menjadi berikut :
a. Budaya membangun pembedaan yang jelas antara satu organisasi serta yg lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya adalah perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan menaruh baku-standar yg sempurna buat dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya menjadi prosedur penghasil makna serta kendali yang memandu serta membentuk sikap dan konduite karyawan. 

Ciri-karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996:289), terdapat 7 ciri-karakteristik budaya organisasi merupakan:
1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung buat sebagai inovatif dan merogoh resiko.
2. Perhatian terhadap lebih jelasnya. Sejauh mana karyawan dibutuhkan menerangkan kecermatan, analisis serta perhatian terhadap lebih jelasnya.
3. Orientasi output. Sejauh mana manajemen memfokus dalam hasil bukannya pada teknik dan proses yang dipakai buat mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan dampak pada orang-orang pada pada organisasi itu.
5. Orientasi tim. Sejauh mana aktivitas kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.
6. Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
7. Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.
Dengan menilai organisasi itu dari tujuh ciri ini, akan diperoleh gambaran majemuk menurut budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar buat perasaan pemahaman beserta yang dimiliki para anggota tentang organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289). 

Tipologi Budaya
Menurut Sonnenfeld menurut Universitas Emory (Robbins, 1996 :290-291), terdapat empat tipe budaya organisasi : 
1. Akademi
Perusahaan suka merekrut para lulusan muda universitas, memberi mereka pembinaan istimewa, dan kemudian mengoperasikan mereka pada suatu fungsi yang khusus. Perusahaan lebih menyukai karyawan yang lebih cermat, teliti, dan mendetail dalam menghadapi dan memecahkan suatu perkara.

2. Kelab
Perusahaan lebih condong ke arah orientasi orang dan orientasi tim dimana perusahaan memberi nilai tinggi pada karyawan yg dapat beradaptasi pada sistem organisasi. Perusahaan pula menyukai karyawan yang setia dan memiliki komitmen yg tinggi serta mengutamakan kerja sama tim. 

3. Tim Bisbol
Perusahaan berorientasi bagi para pengambil resiko dan inovator, perusahaan jua berorientasi dalam hasil yg dicapai oleh karyawan, perusahaan pula lebih menyukai karyawan yg agresif. Perusahaan cenderung buat mencari orang-orang berbakat menurut segala usia serta pengalaman, perusahaan jua menawarkan bonus finansial yg sangat besar serta kebebasan besar bagi mereka yang sangat berprestasi. 

4. Benteng
Perusahaan condong untuk mempertahankan budaya yg sudah baik. Menurut Sonnenfield poly perusahaan nir dapat dengan rapi mengkategorikan dalam keliru satu menurut empat kategori lantaran merek memiliki suatu paduan budaya atau lantaran perusahaan berada dalam masa peralihan.

Budaya Organisasi adalah bagian berdasarkan manajemen asal daya insan dan teori organisasi. Manajemen budaya organisasi dipandang diri aspek prilaku, sedangkan Teori organisasi ditinjau dari aspek sekelompok individu yg berkerjasama untk mencapai tujuan, atau organisasi sebagai wadah tempat individu bekerjasama secara rasional serta sistematis buat mencapai tujuan. 

Dalam pekembangannya, pertama kali budaya organisasi dikenal di Amerika serta Eropa pada era 1970-an. Salah satu tokohnya : Edward H. Shein seorang Profesor Manajemen menurut Sloan School of Management, Massachusetts Institute of Technology serta juga seseorang Ketua kelompok Studi Organisasi 1972-1981, serta Konsultan budaya organisasi dalam banyak sekali perusahaan pada Amerika dan Eropa. Salah satu karya ilmiahnya Organizational Culture and Leadership.

PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI MENURUT PARA AHLI

Pengertian Budaya Organisasi Menurut Para Ahli
Sebelum melangkah dalam pengertian tentang budaya organisasi, alangkah baiknya kita jelaskan dulu pengertian menurut budaya itu sendiri. Kebudayaan menyinggung daya cipta bebas dan serba ganda berdasarkan insan pada alam dunia. Manusia pelaku kebudayaan. Ia menjalankan kegiatannya buat mencapai sesuatu yg berharga bagi dirinya, dan menggunakan demikian nilai kemanusiannya menjadi lebih konkret. Melalui kegiatan kebudayan sesuatu yang sebelumnya hanya adalah kemungkinan belaka diwujudkan serta diciptakan yg baru. Dalam kebudayaan manusia mengakui alam pada arti yg seluas-luasnya sebagai ruang pelengkap untuk semakin memanusiakan dirinya, yg identik menggunakan kebudayaan alam. Kebudayaan singkatnya merupakan penciptaan penertiban serta pengolahan nilai-nilai insani. Berdasarkan titik tolak penelitian, kebudayaan didefinisikan secara beragam. Ahli sosiologi megatakan bahwa kebudayaan merupakan holistik kecakapan-kecakapan (tata cara, akhlak, kesenian, ilmu, dan lain-lain) yg dimiliki insan menjadi subjek warga . Ahli sejarah menekankan pertumbuhan kebudayaan serta mendefinisikan menjadi warisan sosial atau tradisi. Ahli filsafat menekankan aspek normatif, kaidah kebudayaan serta terutama pembinaan nilai dan realisasi hasrat. Antropologi melihat kebudayaan menjadi rapikan hayati, pandangan hidup, serta kelakuan. Psikologi mendekati kebudayaan menurut segi penyesuaian insan kepada alam sekelilingnya atas syarat-syarat hayati. Arkheologi menaksir kebudayaan menjadi output artefact serta kesenian. 

Berdarakan pengertian kebudayaan pada atas, budaya organisasi itu didasarkan dalam suatu konsep bangunan dalam 3 strata, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar (Basic Assumption), kemudian Tingkatan Nilai (Value), serta Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan perkiraan dasar itu adalah interaksi manusia menggunakan apa yg terdapat di lingkungannya, alam, tumbuh-flora, hewan, insan, hubungan itu sendiri, serta hal ini, perkiraan dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang nir bisa ditinjau sang mata tapi ditanggung bahwa itu terdapat. Tingkatan yg berikutnya Value, Value itu dalam hubungannya menggunakan perbuatan atau tingkah laku , buat itu, value itu mampu diukur (ditest) dengan adanya perubahan-perubahan atau menggunakan melalui mufakat sosial. Sedangkan artifact merupakan sesuatu yg mampu dicermati namun sulit buat ditirukan, sanggup dalam bentuk tehnologi, seni, atau sesuatu yang bisa didengar (Schein, 1991: 14).

Budaya organisasi adalah bentuk keyakinan, nilai, cara yang sanggup dipelajari buat mengatasi serta hayati dalam organisasi, budaya organisasi itu cenderung buat diwujudkan sang anggota organisasi (Brown, 1998: 34). Robbins, (2003: 525) menjelaskan bahwa budaya organisasi itu adalah suatu system nilai yg dipegang dan dilakukan sang anggota organisasi, sebagai akibatnya hal yg sedemikian tersebut bisa membedakan organisasi tadi menggunakan organisasi lainnya. Sistem nilai tadi dibangun oleh 7 karakteristik menjadi sari (essence) menurut budaya organisasi, 7 ciri adalah:
  1. Inovasi serta pengambilan risiko (Innovation and risk taking). Tingkatan dimana para karyawan terdorong buat berinovasi dan mengambil risiko.
  2. Perhatian yg rinci (Attention to lebih jelasnya). Suatu strata dimana para karyawan diperlukan menerangkan kecermatan (precision), analisis serta perhatian kepada rincian.
  3. Orientasi hasil (Outcome orientation). Tingkatan dimana manajemen memusatkan perhatian pada output bukannya dalam teknik serta proses yang dipakai buat mencapai output.
  4. Orientasi dalam manusia (People orientation). Suatu tingkatan dimana keputusan manajemen memperhitungkan dampak output – hasil pada orang–orang anggota organisasi itu.
  5. Orientasi tim (Team orientation). Suatu tingkatan dimana aktivitas kerja diorganisir di lebih kurang tim – tim, bukannya individu – individu.
  6. Keagresifan (Aggressiveness). Suatu strata dimana orang – orang (anggota organisasi) itu memiliki sifat agresif serta kompetitif serta bukannya santai – kalem.
  7. Stabilitas (Stability). Suatu tingkatan dimana aktivitas organisasi menekankan pada pertahankannya status quo daripada pertumbuhan.
Perspektif interpretif (subjektif) melihat budaya organisasi menjadi proses-proses pembentukan pemahaman yang membentuk empiris organisasi serta dengan demikian memberi makna pada keanggotaannya. Konsep pembentukan pemahaman ini krusial bagi perspektif interpretif, sama pentingnya dengan pemahaman yg dilaksanakan (enacted sense making) bagi teori Weick mengenai pengorganisasian. Peraga dan indikator budaya organisasi tidak ada begitu saja. Semua ini wajib dikonstruksi dan makna yg diberikan kepada peraga serta indikator tersebut harus dibangkitkan dan dibangkitkan ulang dalam hubungan. Peraga dan indikator (kisah-kisah, ritus-ritus, ritual) lebih dianggap menjadi tindakan daripada sebagai benda. Pacanowsky da O`Donnel-Trujillo (1982) beropini bahwa ketika para anggota mewujudkan konstruk-konstruk, praktik-praktik, dan ritual ini merupakan pencapaian mini yg termasuk dalam pencapaian yg lebih besar lagi dalam budaya organisasi. Istilah kuncinya adalah pencapaian dalam arti bahwa hal itu menerangkan tindakan, serta tindakan yg terus berlangsung dalam tindakan itu. Peraga dan indikator budaya dapat pula dimasukkan ke pada rubrik luas yang diklaim simbolisme organisasi. Yang penting dalam konsep pemahaman budaya ini merupakan makna simbolisme buat anggota-anggota organisasi ketika mereka membangun realitas organisasi dan waktu mereka dibentuk sang konstruk-konstruk mereka sendiri. 

Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya niscaya terbentuk pada organisasi serta dapat pula dirasakan keuntungannya pada memberi donasi bagi efektivitas organisasi secara holistik.

Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi dari beberapa ahli :
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yg dipercayai serta nilai yang dikembangkan sang organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yg dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan serta bereaksi berdasarkan pola-pola eksklusif yang ada dalam organisasi atau yang ada dalam bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi merupakan suatu persepsi beserta yg dianut sang anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi merupakan pola dasar yang diterima oleh organisasi buat bertindak serta memecahkan masalah, membangun karyawan yang sanggup menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu wajib diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang sahih dalam mempelajari, berpikir serta merasakan masalah yang dihadapi. 
e. Menurut Cushway serta Lodge (GE : 2000), budaya organisasi adalah sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini merupakan sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mensugesti cara bekerja dan berperilaku berdasarkan para anggota organisasi. 

Sumber-sumber Budaya Organisasi
Menurut Tosi, Rizzo, Carrol misalnya yg dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi sang beberapa faktor, yaitu: 
1. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yg tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit bisa dikendalikan oleh organisasi.
2. Pengaruh berdasarkan nilai-nilai yang terdapat di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yg mayoritas menurut masyarakat luas misalnya kesopansantunan serta kebersihan.
3. Faktor-faktor yg spesifik berdasarkan organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal juga internal organisasi akan menerima penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi banyak sekali perkara tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi. 

Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi menjadi berikut :
a. Budaya membentuk pembedaan yg jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa bukti diri bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen dalam sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya adalah perekat sosial yg membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-baku yg sempurna buat dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai prosedur produsen makna serta kendali yg memandu serta menciptakan sikap dan perilaku karyawan. 

Ciri-karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996:289), terdapat 7 ciri-karakteristik budaya organisasi merupakan:
1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung buat menjadi inovatif serta mengambil resiko.
2. Perhatian terhadap lebih jelasnya. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap lebih jelasnya.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus dalam output bukannya pada teknik serta proses yang dipakai untuk mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek dalam orang-orang di pada organisasi itu.
5. Orientasi tim. Sejauh mana aktivitas kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.
6. Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
7. Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang telah baik.
Dengan menilai organisasi itu dari tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran beragam dari budaya organisasi itu. Gambaran ini sebagai dasar buat perasaan pemahaman beserta yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan pada dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289). 

Tipologi Budaya
Menurut Sonnenfeld dari Universitas Emory (Robbins, 1996 :290-291), ada empat tipe budaya organisasi : 
1. Akademi
Perusahaan suka merekrut para lulusan muda universitas, memberi mereka pelatihan istimewa, serta lalu mengoperasikan mereka pada suatu fungsi yang khusus. Perusahaan lebih menyukai karyawan yg lebih cermat, teliti, dan mendetail dalam menghadapi serta memecahkan suatu kasus.

2. Kelab
Perusahaan lebih condong ke arah orientasi orang serta orientasi tim dimana perusahaan memberi nilai tinggi pada karyawan yang bisa beradaptasi pada sistem organisasi. Perusahaan jua menyukai karyawan yg setia serta memiliki komitmen yang tinggi dan mengutamakan kolaborasi tim. 

3. Tim Bisbol
Perusahaan berorientasi bagi para pengambil resiko dan inovator, perusahaan pula berorientasi pada hasil yg dicapai oleh karyawan, perusahaan jua lebih menyukai karyawan yang agresif. Perusahaan cenderung buat mencari orang-orang berbakat berdasarkan segala usia dan pengalaman, perusahaan pula menawarkan bonus finansial yang sangat besar serta kebebasan akbar bagi mereka yg sangat berprestasi. 

4. Benteng
Perusahaan condong buat mempertahankan budaya yang telah baik. Menurut Sonnenfield banyak perusahaan nir dapat dengan rapi dikategorikan pada keliru satu dari empat kategori lantaran merek memiliki suatu paduan budaya atau karena perusahaan berada pada masa peralihan.

Budaya Organisasi adalah bagian dari manajemen sumber daya manusia serta teori organisasi. Manajemen budaya organisasi dipandang diri aspek prilaku, sedangkan Teori organisasi dipandang menurut aspek sekelompok individu yang berkerjasama untk mencapai tujuan, atau organisasi menjadi wadah tempat individu berhubungan secara rasional serta sistematis buat mencapai tujuan. 

Dalam pekembangannya, pertama kali budaya organisasi dikenal di Amerika serta Eropa dalam era 1970-an. Salah satu tokohnya : Edward H. Shein seseorang Profesor Manajemen berdasarkan Sloan School of Management, Massachusetts Institute of Technology dan jua seorang Ketua kelompok Studi Organisasi 1972-1981, dan Konsultan budaya organisasi pada banyak sekali perusahaan di Amerika serta Eropa. Salah satu karya ilmiahnya Organizational Culture and Leadership.

PENGERTIAN LOYALITAS NASABAH MENURUT PARA AHLINYA

Pengertian Loyalitas Nasabah Menurut Para Ahlinya
Perubahan lingkungan ekonomi yang berdampak dalam proses keputusan beli nasabah. Daya beli konsumen yang menurun tajam telah mengondisikan konsumen dalam situasi yg lebih terbatas menyangkut pilihan produk yang diinginkannya. Meskipun pemasar telah mempunyai segmen nasabah yg dipercaya loyal, tetapi tekanan-tekanan persaingan yg gencar yg sengaja diarahkan buat mengubah loyalitas nasabah, tidak dapat diabaikan lantaran akan berlanjut dengan perpindahan merek.

Dalam jangka panjang, loyalitas nasabah menjadi tujuan bagi perencanaan pasar strategik dijadikan dasar pengembangan keunggulan kompetitif yg berkelanjutan. Dalam lingkungan persaingan dunia yang semakin ketat menggunakan masuknya produk-produk inovatif ke pasaran pada satu sisi, serta kondisi pasar yg jenuh buat produk-produk tertentu pada sisi lain, maka tugas mengelola loyalitas nasabah sebagai tantangan manajerial yg nir ringan.

Loyalitas nasabah akan sebagai kunci sukses, tidak hanya pada jangka pendek, tetapi keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Hal ini lantaran loyalitas nasabah memiliki nilai strategis bagi perusahaan, lihat suksesnya IBM, Cola, Singapore Airlines, Xerox, dan sejumlah merek lain nir terlepas dari ikatan yang bertenaga berdasarkan nasabahnya, yaitu loyalitas.

Nasabah yang loyal karena puas dan ingin meneruskan interaksi pembelian, loyalitas nasabah adalah berukuran kedekatan nasabah pada sebuah merek, nasabah menyukai merek, merek sebagai top of mind (merek pertama yg muncul) bila mengingat sebuah kategori produk, komitmen merek yg mendalam memaksa preferensi pilihan buat melakukan pembelian, membantu nasabah mengindentifikasi perbedaan mutu, sebagai akibatnya saat berbelanja akan lebih efisien. Argumentasi ini memperkuat dan sebagai penting bagi nasabah buat melakukan pembelian ulang.

Loyalitas nasabah merupakan konduite yg terkait dengan merek sebuah produk, termasuk kemungkinkan memperbarui kontrak pada masa yang akan datang, berapa kemungkinan nasabah mengganti dukungannya terhadap merek, berapa kemungkinan keinginan nasabah buat menaikkan citra positif suatu produk. Jika produk nir sanggup memuaskan nasabah, nasabah akan bereaksi menggunakan cara exit (nasabah menyatakan berhenti membeli merek atau produk) serta voice (nasabah menyatakan ketidakpuasan secara langsung dalam perusahaan).

Menurut Subagyo (2010 : 13) berpendapat bahwa : “Loyalitas nasabah adalah pembelian ulang sebuah merek secara konsisten sang nasabah.”

Istilah loyalitas sudah seringkali diperdengarkan oleh ahli marketing juga praktisi bisnis, loyalitas adalah konsep yg tampak gampang dibicarakan pada konteks sehari-hari, tetapi menjadi lebih sulit waktu dianalisis maknanya. Menurut Hasan (2008 : 81) dalam poly literatur mengemukakan definisi loyalitas menjadi berikut :
1. Sebagai konsep generik, loyalitas merek memberitahuakn kesamaan konsumen buat membeli sebuah merek eksklusif menggunakan taraf konsistensi yang tinggi.
2. Sebagai konsep konduite, pembelian ulang kerap kali dihubungkan menggunakan loyalitas merek (merk loyalty). Perbedaannya, jika loyalitas merek mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek eksklusif, perilaku pembelian ulang menyangkut pembelian merek yang sama secara berulang.
3. Pembelian ulang adalah hasil secara umum dikuasai perusahan (a) berhasil membuat produknya sebagai satu-satunya alternatif yang tersedia, (b) yg terus-menerus melakukan kenaikan pangkat buat memikat dan membujuk nasabah membeli balik merek yg sama.”

Selanjutnya Dick serta Basu dalam Umar (2003 : 16) mengemukakan bahwa : "Loyalitas nasabah sebagai komitmen nasabah terhadap suatu merek serta pemasok, menurut sikap yang positif dan tercermin pada pembelian ulang yang konsisten." 

Loyalitas nasabah terhadap merek adalah keliru satu berdasarkan aset merek, yang menampakan mahalnya nilai sebuah loyalitas, lantaran buat membangunnya poly tantangan yang harus dihadapi serta membutuhkan ketika yang sangat lama . Lebih lanjut dijelaskan bahwa loyalitas nasabah bagi perusahaan antara lain : 

1. Mengurangi porto pemasaran
Nasabah setia bisa mengurangi porto pemasaran. Beberapa penelitian menerangkan bahwa porto buat menerima nasabah baru enam kali lebih besar dibandingkan dengan porto buat mempertahankan nasabah yang ada. Biaya iklan dan bentuk-bentuk kenaikan pangkat lain dimuntahkan dalam jumlah besar , belum tentu bisa menarik nasabah baru, lantaran nir mudah membangun perilaku positif terhadap merek.

2. Trade leverage
Loyalitas terhadap merek menyediakan trade leverage bagi perusahaan. Sebuah produk menggunakan merek yang memiliki nasabah serta akan menarik para distributor buat memberikan ruang yang lebih besar dibandingkan menggunakan merek lain pada toko yg sama. Merek yang memiliki gambaran kualitas tinggi, akan memaksa konsumen membeli secara berulang-ulang merek yg sama bahkan mengajak konsumen lain untuk membeli merek tersebut.

3. Menarik nasabah baru
Nasabah yg puas dengan merek yg dibelinya bisa memengaruhi konsumen lain. Nasabah yg nir puas akan mengungkapkan ketidakpuasannya pada 8 hingga 10 orang. Sebaliknya, apabila puas akan menceritakan bahkan merekomendasikan kepada orang lain buat menentukan produk yg telah menaruh kepuasan.

4. Merespon ancaman pesaing
Loyalitas terhadap merek memungkinkan perusahaan memiliki ketika buat merespon tindakan-tindakan yg dilakukan oleh pesaing. Jika pesaing membuatkan produk yg lebih superior, perusahaan mempunyai kesempatan untuk membuat produk yg lebih baik pada jangka waktu tertentu, karena bagi pesaing nisbi sulit buat memengaruhi nasabah-nasabah yg setia. Mereka butuh waktu yg nisbi lama . Karena pentingnya loyalitas nasabah, maka loyalitas nasabah terhadap merek dipercaya menjadi aset perusahaan dan berdampak akbar terhadap pangsa pasar serta profitabilitas perusahaan.

5. Nilai kumulatif bisnis berkelanjutan
Upaya mempertahankan (retensi) nasabah dan loyal dalam produk perusahaan sepanjang customer lifetime value, dengan cara menyediakan produk yang konstan dibutuhkan secara teratur dengan harga per unit yang lebih rendah.

6. Word of mouth communication
Nasabah yang mempunyai loyalitas terhadap produk akan bersedia bercerita hal-hal baik (positive word of mouth) mengenai perusahaan serta produknya kepada orang lain, teman dan famili yg jauh persuasif daripada iklan.

Loyalitas terhadap merek melibatkan fungsi berdasarkan proses-proses psikologis yg memperlihatkan bahwa saat nasabah loyal terhadap merek-merek tertentu, nasabah secara aktif akan memilih merek, terlibat menggunakan merek serta membuatkan sikap positif terhadap merek.

Kini konsep loyalitas nasabah yang dalam perkembangan awalnya lebih menitik beratkan pada aspek perilaku, dikembangkan lebih luas lagi menggunakan melibatkan perilaku dan perilaku. Loyalitas dipandang sebagai hubungan erat antara perilaku nisbi menggunakan konduite pembelian ualng. Pandangan amat bermanfaat bagi pemasar. Pertama menurut segi validitas dapat digunakan buat memprediksi apakah loyalitas yg terlihat berdasarkan konduite pembelian ulang terjadi lantaran memang sikapnya yang positif (senang ) terhadap produk tersebut ataukah hanya karena situasi eksklusif yang memaksanya (spurious loyalty). Kedua, memungkinkan pemasar melakukan identifikasi terhadap faktor yg bisa menguatkan atau melemahkan konsisten loyalitas.

Karakteristik Loyalitas 
Pada awal perkembangannya loyalitas nasabah lebih dikaitkan dengan perilaku. Ini bisa dicermati dari teori belajar tradisional (classical serta intrumental conditioning) yang cenderung melihat loyalitas berdasarkan aspek perilaku. Konsumen dianggap mempunyai loyalitas terhadap suatu merek eksklusif apabila ia telah membeli merek yang sama tersebut sebanyak tiga kali berturut-turut. Kendalanya merupakan kesulitan dalam membedakan antara yang benar-benar setia dengan yang palsu meskipun perilakunya sama.

Hampir sama menggunakan konsep loyalitas menurut teori belajar tradisional, Jacoby serta Kynes dalam Suryani (2008 : 148) menyatakan loyalitas nasabah memiliki empat unsur karakteristik, yaitu : 
1. Dipandang sebagai kejadian non random. Maksudnya merupakan apabila nasabah mengetahui manfaat dari merek-merek tertentu dan manfaat ini sinkron dengan kebutuhannya, maka dapat dipastikan beliau akan setia terhadap merek tersebut.

2. Loyalitas terhadap merek merupakan respon konduite yg ditunjukkan sepanjang waktu selama memungkinkan. Respon perilaku ini mendeskripsikan adanya komitmen atau keterlibatan terhadap merek tertentu sepanjang ketika. Dalam hal ini jika konsumen memandang merek tersebut mempunyai arti penting bagi dirinya, umumnya jenis produk yang berhubungan dengan konsep diri, maka kesetiaan akan sebagai lebih kuat.

3. Loyalitas terhadap merek dikarakteristikkan menggunakan adanya proses pengambilan keputusan yang melibatkan alternatif-alternatif merek yg tersedia. Konsumen mempunyai looked set, yaitu merek-merek eksklusif yg turut diperhitungkan berkaitan menggunakan keputusan pembelian. Dengan demikian nir menutup kemungkinan konsumen akan loyal terhadap lebih menurut satu merek dalam satu jenis produk.

Tingkatan Loyalitas Nasabah
Proses seseorang nasabah sebagai nasabah yang loyal terhadap perusahaan terbentuk melalui beberapa tahapan. Menurut Hurriyati (2005 : 132), adapun strata tahapan loyalitas dari beberapa pendapat para pakar bisa diuraikan dibawah ini :

1. Tahapan Loyalitas menurut Niegel Hill
Menurut Niegel Hill (1996 : 60) loyalitas nasabah dapat dibagi sebagai enam tahapan yaitu : Suspect, prospect, customer, clients, advocates dan partners. Tahapan-tahapan tersebut bisa dijelaskan dibawah ini :

a. Suspect
Meliputi semua orang yang diyakini akan membeli (membutuhkan) barang/jasa, namun belum memiliki berita mengenai barang dan jasa perusahaan.

b. Prospect
Adalah orang-orang yg mempunyai kebutuhan akan jasa tertentu, dan mempunyai kemampuan buat membelinya. Pada tahap ini, meskipun mereka belum melakukan pembelian tetapi telah mengetahui keberadaan perusahaan dan jasa yang ditawarkan melalui rekomendasi pihak lain (word of mouth).

c. Customer
Pada termin ini, nasabah sudah melakukan interaksi transaksi dengan perusahaan, tetapi nir memiliki perasaan positif terhadap perusahaan, loyalitas pada tahap ini belum terlihat.

d. Clients
Meliputi seluruh nasabah yg sudah membeli barang/jasa yg diperlukan serta ditawarkan perusahaan secara teratur, interaksi ini berlangsung usang dan mereka sudah mempunyai sifat retention.

e. Advocates
Pada termin ini, Clients secara aktif mendukung perusahaan dengan menaruh rekomendasai kepada orang lain agar mau membeli barang/jasa diperusahaan tadi 

f. Partners
Pada tahap ini telah terjadi hubungan yang bertenaga serta saling menguntungkan antara perusahaan dengan nasabah, dalam tahap ini juga nasabah berani menolak produk/jasa dari perusahaan lain.

2. Tahapan Loyalitas Menurut Hermawan Kertajaya
Kartajaya (2003 : 100) membagi tahapan loyalitas nasabah kedalam lima tingkatan mulai menurut terrorist customer hingga advocator customer, lebih jelasnya strata tadi merupakan menjadi berikut :
a. Terrorist Customer, adalah nasabah yang senang menjelek-jelekkan merek perusahaan dikarenakan nir senang atau pernah tidak puas menggunakan layanan yg diberikan perusahaan. Nasabah seperti ini bersikap misalnya terroris yg senang menyusahkan perusahaan.

b. Transactional customer, yaitu nasabah yang mempunyai hubungan menggunakan perusahaan yang sifatnya sebatas transaksi, nasabah misalnya ini membeli satu atau 2 kali, sehabis itu dua nir mengulangi pembeliannya, atau jika melakukan pembelian lagi sifatnya kadang-kadang. Nasabah yang mempunyai sifat misalnya ini gampang datang dan pulang karena nir mempunyai relationship yg baik menggunakan produk/merek perusahaan, basis relationship-nya merupakan transaksional.

c. Relationship customer, dimana tipe nasabah ini nilai ekuitasnya lebih tinggi dibanding 2 jenis nasabah di atas, nasabah jenis ini sudah melakukan repeat buying dan pola hubungannya menggunakan produk atau merek perusahaan merupakan relasional.

d. Loyal customer, nasabah jenis ini nir hanya melakukan repeat buying, akan tetapi lebih jauh lagi sangat loyal menggunakan produk serta merek perusahaan. Jika terdapat orang lain yg menjelekkan perusahaan, nasabah ini permanen bertahan, dia tetap bersama perusahaan seburuk apapun orang menjelekkan perusahaan.

e. Advocator customer, jenis nasabah yg terakhir merupakan advocator customer, nasabah menggunakan strata tertinggi, nasabah semacam ini sangat istimewa dan excellent, mereka sebagai aset terbesar perusahaan apabila perusahaan memilikinya. Advocator customer adalah nasabah yg selalu membela produk serta merek perusahaan, nasabah yang sebagai juru bicara yang baik kepada nasabah lain serta nasabah yang marah jika ada orang lain menjelek-jelekkan merek perusahaan.

3. Tingkatan nasabah menuju loyalitas berdasarkan Syafruddin Chan
Tingkatan nasabah menuju loyalitas menurut Chan (2003 : 24) dibagi menjadi empat tahapan, yaitu :
a. Emas (Gold) merupakan kelompok nasabah yg menaruh keuntungan terbesar kepada perusahaan. Biasanya kelompok ini merupakan Heavy user yg selalu membeli pada jumlah yg akbar serta frekuensi pembeliannya tinggi. Mereka tidak sensitive terhadap harga, tidak segan mengeluarkan uang buat sesuatu yang hanya bisa dinikmati dalam masa yg akan tiba, mau mencoba sesuatu yg baru yang ditawarkan sang perusahaan, dan yang paling penting memiliki komitmen buat nir berpaling pada pesaing. Ciri-ciri menurut nasabah emas ini merupakan :
1) Mereka masih mempunyai potensi buat terus memperbesar sumbangan profitnya bagi perusahaan.
2) Mereka termasuk orang yang mapan, serta cenderung tidak punya kasus menggunakan keuangannya
3) Mereka cukup pintar, serta sadar bahwa berpindah ke pesaing akan membawa risiko bagi kelangsungan suplai produk atau jasa, maupun kenyamanan yang telah dihasilkan selama ini.
4) Jumlah mereka yg poly, tetapi mempunyai peran yang relatif besar dalam menentukan kesuksesan perusahaan.

Untuk mengimbangi adanya nasabah emas tersebut. Perusahaan wajib menjalankan langkah-langkah berikut :  1) Siap menaruh pelayanan terbaik yang dimiliki
2) Siap dan responsive menaruh pelayanan purna jual terbaik
3) Siap lebih proaktif memonitor perubahan yang terjadi di pasar dan mem berikan yang terbaik buat memenuhi kebutuhan yang unik

b. Perak (Silver), grup ini masih memberikan keuntungan yang besar walaupun posisinya masih di bawah gold tier. Mereka mulai memperhatikan tawaran potongan harga hal ini dikarenakan mereka cenderung sensitive terhadap harga, mereka pun tidak seloyal gold. Walaupun mereka sebenarnya heavy user, tetapi pemenuhan kebutuhannya diperoleh dari berbagai perusahaan, tergantung penawaran yg lebih baik.

c. Perunggu (Bronze). Kelompok ini paling besar jumlahnya. Mereka adalah gerombolan yang spending levelnya relatif rendah. Driver terkuatnya buat bertransaksi semata-mata didorong sang rabat harga yg akbar, sehingga mereka juga dikenal menjadi grup pemburu diskon . Dengan demikian, margin yg diterima perusahaan juga nisbi kecil. Akibatnya, perusahaan tidak berpikir untuk memberikan pelayanan premium pada mereka. Terlepas dari average spending level yg rendah, gerombolan ini masih diharapkan sang perusahaan buat menggenapkan pemenuhan sasaran penjualan tahunan.

d. Besi (iron), adalah grup nasabah yang membebani perusahaan, tipe nasabah misalnya ini mempunyai kecenderungan buat meminta perhatian lebih besar serta cenderung bermasalah, membuat perusahaan berfikir lebih baik menyingkirkan mereka dari daftar nasabah. Ciri-ciri lain menurut nasabah ini adalah sebagai berikut :
1) Potensi profit yg akan didapatkan dari kelompok nasabah ini sangat kecil, dan bahkan nir ada sama sekali.
2) Mereka mempunyai kemungkinan berjuang untuk mengatur pengeluarannya
3) Mereka nir berpikir jangka panjang. Transaksi yang dilakukan hanya berdasarkan kebutuhan hari ini dan selalu membanding-bandingkan dengan perusahaan pesaing buat mencari harga yg paling murah.
4) Mereka nasabah yang banyak jumlahnya tetapi paling sedikit nilai transaksinya.
5) Sleeping customer, yang telah memanfaatkan fasilitas perusahaan tetapi nir melakukan transaksi.

4. Tahapan loyalitas berdasarkan Stanley A. Brown
Menurut Stanley A. Brown (2000 : 58) loyalitas nasabah mempunyai tahapan sinkron menggunakan customer lifetime value. Tahapan tadi merupakan : 

a. The Courtship
Pada tahap ini, interaksi yang terjalin antara perusahaan dengan nasabah terbatas pada transaksi, nasabah masih mempertimbangkan produk dan harga. Jika penawaran produk serta harga yg dilakukan pesaing lebih baik, maka mereka akan berpindah.

b. The Relationship
Pada tahapan ini tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dengan nasabah, loyalitas yang terbentuk nir lagi berdasarkan pada pertimbangan harga dan produk, walaupun tidak ada agunan konsumen akan melihat produk pesaing, selain itu dalam termin ini terjadi interaksi saling menguntungkan bagi ke 2 belah pihak. 

c. The Marriage
Pada tahapan ini hubungan jangka panjang telah tercipta dan keduanya nir bisa dipisahkan, loyalitas terbentuk dampak adanya taraf kepuasan yg tinggi. Pada tahapan ini nasabah akan terlibat secara eksklusif menggunakan perusahaan serta loyalitas tercipta seiring menggunakan kepuasan terhadap perusahaan dan ketergantungan nasabah. Tahapan Marriage yang sempurna diterjemahkan kedala advocate costumer yaitu nasabah yg merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain serta menaruh masukan pada perusahaan bila terjadi ketidakpuasan

Tahapan loyalitas tadi sebanding dengan customer life time value. Menurut Chan (2003 : 83) Lifetime value merupakan profit yang dihasilkan sang masing-masing nasabah pada waktu tertentu. Semakin lama seseorang sebagai nasabah, maka semakin besar value nasabah tadi bagi perusahaan. Oleh karenanya kebijakan pemasaran yg diterapkan wajib dapat mempertahankan nasabah pada jangka waktu panjang. Life time bisa dipakai sebagai dasar pada pengambilan kebijakan yg berhubungan dengan penetapan taktik pemasaran.

Strategi yang dilakukan perusahaan kaitannya dengan tahapan loytalitas dari Stanley (2000 : 69), dibagi menjadi 3 termin. Tahap pertama adalah customer Acquisition, strategi ini dilakukan saat konsumen berada pada tingkatan The Fokus primer perusahaan pada tahapan ini merupakan mendapatkan nasabah baru dengan cara menciptakan data base nasabah sebagai acuan menerima nasabah baru, menggunakan melakukan berbagai riset. Selanjutnya pada tahapan ke 2, strategi yg dilakukan perusahaan adalah strategic customer care, yaitu memperhatikan nasabah menggunakan melakukan banyak sekali pendekatan dan merancang acara spesifik untuk merebut kembali nasabah yang telah pergi atau beralih ke pesaing.

5. Tahapan loyalitas berdasarkan Jill Griffin
Sementara itu, Griffin (2002 : 35) membagi tahapan loyalitas nasabah menjadi berikut :

a. Suspects
Meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang/jasa perusahaan tetapi belum tahun apapun mengenai perusahaan serta barang/jasa yg ditawarkan

b. Prospect
Adalah orang-orang yg mempunyai kebutuhan akan produk atau jasa tertentu dan mempunyai kemampuan buat membelinya. Para prospect ini, meskipun mereka belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahui eksistensi perusahaan dan barang/jasa yg ditawarkan, lantaran seseorang sudah merekomendasikan barang/jasa tersebut padanya.

c. Disqualified prospects
Yaitu prospects yang sudah mengetahui eksistensi barang/jasa tertentu, namun tidak mempunyai kebutuhan akan barang/jasa tersebut, atau nir memiliki kemampuan buat membeli barang/jasa tadi.

d. First time customers
Yaitu nasabah yg membeli buat pertama kalinya. Mereka masih sebagai nasabah yang baru.

e. Repeat customers
Yaitu nasabah yang sudah melakukan pembelian suatu produk sebanyak 2 kali atau lebih. Mereka adalah yg melakukan pembelian atas produk yang sama sebesar dua kali, atau membeli dua macam produk yang tidak sinkron dalam 2 kesempatan yang tidak sinkron pula. 

f. Clients
Clients membeli semua barang/jasa yg ditawarkan serta mereka butuhkan. Mereka membeli secara teratur, hubungan menggunakan jenis nasabah ini telah bertenaga serta berlangsung usang, yg membuat mereka tidak terpengaruh sang produk pesaing. 

g. Advocates
Seperti halnya clients, advocates membeli barang/jasa yang ditawarkan serta yang mereka butuhkan, dan melakukan pembelian secara teratur. Selain itu mereka mendorong teman-teman mereka agar membeli barang/jasa perusahaan tersebut dalam orang lain, menggunakan begitu secara nir langsung mereka telah melakukan pemasaran buat perusahaan. 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah
Adapun faktor-faktor yang mensugesti loyalitas nasabah adalah menjadi berikut :

1. Tarif
Dalam global bisnis tarif/harga memiliki poly istilah. Sebagai model pada global usaha premi tarif disebut bunga, bisnis konsultan serta makelar disebut fee, bisnis indutri manufaktur dianggap harga, sedangkan dalam bisnis angkutan serta perhotelan dianggap tarif.

Menurut Siswanto, (2009 : 65) mengemukakan bahwa tarif merupakan sejumlah uang yg ditentukan perusahaan menjadi imbalan barang atau jasa yg mereka perdagangkan serta (sesuatu yang lain) yang diadakan perusahaan buat memuaskan impian konsumen”. 

Berdasarkan pengertian tadi pada atas bahwa sesuatu yg lain itu bisa berupa kebanggaan mempunyai produk yg sudah tenar mereknya, agunan mutu, perasaan kondusif karena memiliki produk itu, dan perasaan puas. Bagi para penghasil buat membentuk ketenaran merek diperlukan upaya dan porto kenaikan pangkat penjualan yang sering tidak sedikit jumlahnya. Untuk membangun mutu produk yang tinggi dibutuhkan upaya dan porto riset buat pengembangan produk.

Menurut berdasarkan Lamb, dkk. Terjemahan (2006 : 268) bahwa: “Tarif merupakan sesuatu yg diserahkan pada pertukaran buat menerima suatu barang maupun jasa”. Tarif atau harga adalah pertukaran barang dan jasa. Juga pengorbanan waktu karena menunggu buat memperoleh barang dan jasa. Misalnya, poly orang menunggu seharian pada tempat kerja tiket penerbangan Southwest. Bahkan kemudian, beberapa orang tidak memperoleh bonus tiket yang mereka harapkan sebelumnya. Harga pula mungkin meliputi “prestise yang hilang” bagi seseorang yg kehilangan pekerjaannya dan harus mengharapkan kemurahan hati orang lain buat memperoleh kuliner serta pakaian.

Oleh lantaran penetapan harga mempengaruhi pendapatan total dan porto total, maka keputusan serta taktik penetapan harga memegang peranan penting pada setiap perusahaan. Sementara itu, berdasarkan sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan menjadi indikator nilai bilamana harga tadi dihubungkan menggunakan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat tarif tertentu, apabila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula. Demikian pula kebalikannya, dalam taraf tarif eksklusif, nilai suatu barang serta jasa akan meningkat seiring menggunakan meningkatnya manfaat yg dirasakan. Sering jua pada penentuan nilai suatu barang dan jasa pada memenuhi kebutuhannya menggunakan kemampuan barang atau jasa substitusi (asal literatur).

Gregorius, (2002 : 149) berkata bahwa : “Tarif dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) serta atau aspek lain (non-moneter) yg mengandung utilities/kegunaan eksklusif yg dibutuhkan buat menerima suatu produk”.

Berdasarkan pengertian tarif yang ditetapkan ini, maka konsumen akan merogoh keputusan apakah beliau membeli barang tadi atau nir. Konsumen jua memutuskan berapa jumlah yg wajib dibeli menurut harga tersebut. Sudah barang tentu keputusan menurut konsumen ini tidak hanya berdasarkan kepada harga semata-mata, namun ada faktor-faktor yg menjadi pertimbangan, misalnya kualitas berdasarkan barang, kepercayaan terhadap merek serta sebagainya. Meskipun demikian perkara tarif tak boleh diabaikan oleh perusahaan.

2. Pelayanan
Salah satu cara supaya penjualan jasa satu perusahaan lebih unggul dibandingkan para pesaingnya merupakan menggunakan memberikan pelayanan yang berkualitas serta bermutu yang memenuhi taraf kepentingan konsumen. Tingkat kepentingan konsumen terhadap jasa yg akan mereka terima bisa dibentuk menurut pengalaman serta saran yang mereka peroleh. Konsumen menentukan pemberi jasa menurut peringkat kepentingan. Dan setelah menikmati jasa tersebut mereka cenderung akan membandingkannya dengan yang mereka harapkan.

Menurut Soegito (2007 : 152) mengemukakan bahwa: “Pelayanan (service) adalah setiap kegiatan atau manfaat yang bisa diberikan suatu pihak pada pihak lainnya yg dalam dasarnya nir berwujud dan nir pula berakibat pemilikan sesuatu serta produksinya bisa atau nir bisa dikaitkan menggunakan suatu produk fisik.” 

Sedangkan Barata (2006 : 23) mengemukakan bahwa : “Pelayanan merupakan daya tarik yg akbar bagi para pelanggan, sebagai akibatnya korporat bisnis seringkali menggunakannya sebagai indera kenaikan pangkat buat menarik minat pelanggan.”

Tingkat kualitas pelayanan nir bisa dinilai menurut sudut pandang perusahan tetapi harus dicermati dari sudut pandang pelanggan. Karena itu, pada merumuskan taktik serta program pelayanan, perusahaan wajib berorientasi pada kepentingan pelanggan dengan memperhatikan komponen kualitas pelanggan. 

3. Promosi (promotion)
Promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran yang besar peranannya. Promosi adalah kegiatan-aktivitas yg secara aktif dilakukan perusahaan buat mendorong konsumen membeli produk yg ditawarkan. Promosi juga dikatakan menjadi proses berlanjut karena dapat menyebabkan rangkaian aktivitas perusahaan yang selanjutnya. Lantaran itu kenaikan pangkat ditinjau menjadi arus keterangan atau persuasi satu arah yg dibentuk buat mengarahkan seseorang atau organisasi supaya melakukan pertukaran pada pemasaran. Kegiatan dalam kenaikan pangkat ini dalam umumnya merupakan periklanan, personal selling, kenaikan pangkat penjualan, pemasaran pribadi, dan hubungan warga dan publisitas.

4. Citra
Identitas dan citra perlu dibedakan. Identitas terdiri dari berbagai cara yang diarahkan perusahaan buat mengidentifikasi dirinya atau memposisikan diri atau produknya. Citra merupakan persepsi rakyat terhadap perusahaan atau produknya (Philip Kotler, 2002: 338). Citra ditentukan sang poly faktor yg pada luar kontrol perusahaan. Fakta banyak gambaran memiliki kehidupan tersendiri diperlihatkan sang masalah Nike pada mempertahankan daya tariknya terhadap pasar anak muda yg berubah-ubah.

Ada enam makna atau taraf pengertian yang bisa disampaikan kepada konsumen diantaranya:

1. Atribut
Suatu merek mengingatkan dalam atribut-atribut tertentu. Contoh: Mercedes menyatakan suatu yang mahal, dibuat menggunakan baik, terancang baik, tahan usang, bergengsi tinggi, cepat serta kondusif. 

2. Manfaat
Suatu merek lebih berdasarkan serangkaian atribut, lantaran yang dibeli sang konsumen sesungguhnya adalah manfaat bukannya atribut. Atribut hanya dibutuhkan buat diterjemahkan sebagai manfaat fungsional dan emosional.

3. Nilai
Merek pula menyatakan sesuatu tentang nilai pembuat. Contoh Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi dan ketenangan.

4. Kepribadian
Merek pula mencerminkan kepribadian tertentu. Apabila merek itu adalah orang, binatang, atau suatu obyek, apa yg akan terpikirkan oleh kita ? Mercedes mencerminkan seorang pemimpin yang wajar (orang), singa yg memerintah (hewan), istana yang megah (obyek).

5. Pemakai
Merek menampakan jenis konsumen yang membeli atau memakai produk tadi. Misalnya kita akan terkejut jika melihat seorang sekretaris berumur 20 tahun sedang mengendarai Mercedes. Padahal yg dibutuhkan adalah seseorang pimpinan zenit berumur 55 tahun dibelakang kemudi. Pemakainya merupakan orang yg menghargai nilai budaya, serta kepribadian produk tersebut. Oleh karenanya, bila suatu perusahaan hanya memperlakukan merek sebagai nama, maka perusahaan tadi nir melihat tujuan merek yang sebenarnya.