FUNGSI KOMUNIKASI INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM KOMUNIKASI BISNIS

Fungsi Komunikasi Internal Dan Eksternal Dalam Komunikasi Bisnis
A. Komunikasi internal dan eksternal dalam komunikasi bisnis
Ruang lingkup komunikasi bisnis akan diawali dengan :
  • Ruang lingkup komunikasi internal yaitu mencakup : Komunikasi menggunakan (1) pemilik, (2) manajemen, (tiga) karyawan. Tugas seseorang pelaku bisnis adalah membina hubungan baik dengan pihak-pihak tersebut melalui aktivitas komunikasi. Ketiga pihak tadi, adalah target komunikasi atau disebut stakeholders. Stakeholders adalah perilaku setiap kelompok yg berada di dalm maupun pada luar organisasi/lembaga bisnis yang memiliki kiprah dalam keberhasilan organisasi/forum usaha. Cara komunikasi yg dilakukan pada komunikasi internal dapat berupa komunikasi mulut, tulisan, audio-visual atau adonan ketiganya. Sedangkan arus yg terbaik merupakan arus komunikasi 2 arah, sehingga pelaku komunikasi bisnis harus berani buat membuka saluran komunikasi baik formal maupun informal, hyal tadi mengingat adanya kelemahan komunikasi internal dalam komunikasi usaha, yaitu pesan biasanya didominasi sang pihak manajemen, atau bahkan komunikasi berjenjang, sebagai akibatnya akibatnya pesan komunikasi sering terjadi pengurangan/defleksi.
  • Ruang lingkup komunikasi eksternal yaitu meliputi : Komunikasi dengan (1) pelanggan, (2) penyalur, (tiga) pemasok serta (4) agen regulator. Keempat gerombolan yang berada di luar organisasi/forum bisnis memiliki kepentingan buat kelangsungan bisnis. Kelompok tadi selain menghidupi pula dihidupi oleh organisasi/lembaga bisnis. Kelompok tersebut menentukan kemajuan usaha, sehingga interaksi baik menggunakan kelompok ini harus dijaga dan dipertahankan dan ditingkatkan, melalui kualitas dan kuantitas komunikasi. Kelompok ini mempunyai kepentingan yang tidak sama, misalnya pelanggan yg mempunyai hak buat memilih dan menetukan produk yang akan dipakai. Sedangkan penyalur merupakan gerombolan yg memiliki jaringan distribusi mereka hanya mau menyalurkan produk yang dikehendaki pelanggan. Pemasok menginginkan adanya transaksi menggunakan organisasi lembaga usaha yg memuaskan, sedangkan agen regulator, menginginkan adanya kepatuhan terhadap peraturan.
B. Fungsi-fungsi komunikasi pada komunikasi bisnis
Dalam kegiatan komunikasi usaha, kita nir hanya sekedar menyampaikan pesan pada khalayak usaha internal juga eksternal. Aktivitas ini bisa digunakan untuk fungsi informatif. Suatu fungsi yg dipakai tidak hanya buat merubah domain kognitif khalayak sebatas perubahan pengetahuan, akan tetapi juga menaruh pilihan-pilihan, mengurangi ketidakpastian serta merubah keadaan usaha yang sedang kita lakukan begitu jua pada membuat keputusan. Fungsi ke 2 adalah fungsi persuasif atau motivatif, dimana komunikasi dapat dipakai buat mensugesti orang lain melalui treatment tertentu agar orang lain bertindak misalnya apa yg kita inginkan. Fungsi ketiga merupakan fungsi kontrol, mengendalikan dan mengawasi, buat menjalankan secara efektif fungsi ini adalah menggunakan membuka feed back loop atau saluran umpan balik pada kegiatan komunikasi bisnis baik secara individual juga secara organisasional bagi setiap individu yg terdiri menurut tiga jenis yaitu, umpan kembali informatif, umpan kembali korektif serta umpan kembali peneguhan. Fungsi keempat merupakan fungsi emotif, pada mana komunikasi digunakan sebagai alat aktualisasi diri emosi yg berorientasi kepada penerimaan isi pesan yg disampiakna.

C. Analisis khalayak Komunikasi Bisnis
Salah satu aktivitas komunikasi, termasuk komunikasi bisnis, yang terpenting merupakan mengetahui siapa khalayak komunikasi itu. Karena jika kita telah mengetahui siapa khlayak kita maka cara dan isi pesan komunikasi kita akan tidak sinkron. Misalnya, cara Anda berkomunikasi dengan bawahan akan berbeda menggunakan cara berkomunikasi menggunakan atasan. Hal tersebut terjadi karena kita mengetahui siapa khalayak kita. Hanya saja, memang mustahil mengenal sepenuhnya khalayak, apabila pada komunikasi usaha level komunikasi massa. Tetapi kita jua nir sanggup mengingkari, bahwa mengenal lebih banyak siapa khalayak kita akan menciptakan pesan kita jadi bisa lebih dimengerti khalayak.

Perbedaan level komunikasi menggunakan sendirinya membedakan cara mengidentifikasi khalayak. Pada level komunikasi interpersonal identifikasi khalayak relatif lebih mudah dilakukan, bitu pula pada level komunikasi grup. Tetapi pada level komunikasi massa, identifikasi khalayak hanya bisa kita lakukan berdasarkan kategorisasi-kategorisasi eksklusif. Namun kategorisasi tadi dapat pula digunakan buat mengidentifikasi khalayak pada komunikasi gerombolan .

Identifikasi khalayak bisa dilakukan dari aspek-aspek :
  • Demografis
  • Lokasi geografis
  • Psikodemografis. 
Dapat pula dilakukan melalui pendekatan postur mental khalayak yang umumnya membagi khalay sebagai 2 gerombolan : (1) insan abstrak dan (dua) insan robot.

Untuk mengidentifikasi khalay mampu pula dilakukan melaui motif serta kebutuhan khalayak yg melihat insan menjadi khalayak dengan 3 komponen yakni komponen afektif, komponen kognitif dan komponen konatif. Berdasarkan hal tadi, kemudian kita bisa mengetahui kebutuhan insan yg bersifat biologis dan sosiogenis. Salah satu teori motif serta kebutuhan yang populer merupakan hierarki kebutuhan Abraham Maslow yg mencakup :
  • Kebutuhan biologis
  • Kebutuhan akan rasa aman
  • Kebutuhan akan keterkaitan dan cinta kasih
  • Kebutuhan akan penghargaan
  • Kebutuhan akan aktualisasi diri

Sedangkan David McLeland melihat terdapat tiga kebutuhan insan yaitu :

FUNGSI KOMUNIKASI INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM KOMUNIKASI BISNIS

Fungsi Komunikasi Internal Dan Eksternal Dalam Komunikasi Bisnis
A. Komunikasi internal serta eksternal dalam komunikasi bisnis
Ruang lingkup komunikasi bisnis akan diawali dengan :
  • Ruang lingkup komunikasi internal yaitu meliputi : Komunikasi menggunakan (1) pemilik, (dua) manajemen, (tiga) karyawan. Tugas seorang pelaku usaha adalah membina interaksi baik menggunakan pihak-pihak tadi melalui aktivitas komunikasi. Ketiga pihak tersebut, adalah sasaran komunikasi atau disebut stakeholders. Stakeholders merupakan sikap setiap kelompok yang berada pada dalm maupun di luar organisasi/lembaga usaha yang mempunyai kiprah dalam keberhasilan organisasi/lembaga bisnis. Cara komunikasi yg dilakukan dalam komunikasi internal dapat berupa komunikasi lisan, tulisan, audio-visual atau campuran ketiganya. Sedangkan arus yg terbaik adalah arus komunikasi dua arah, sehingga pelaku komunikasi usaha harus berani buat membuka saluran komunikasi baik formal juga informal, hyal tadi mengingat adanya kelemahan komunikasi internal dalam komunikasi usaha, yaitu pesan umumnya didominasi sang pihak manajemen, atau bahkan komunikasi berjenjang, sebagai akibatnya akibatnya pesan komunikasi seringkali terjadi pengurangan/defleksi.
  • Ruang lingkup komunikasi eksternal yaitu meliputi : Komunikasi menggunakan (1) pelanggan, (2) penyalur, (3) pemasok dan (4) agen regulator. Keempat kelompok yg berada pada luar organisasi/lembaga usaha memiliki kepentingan buat kelangsungan usaha. Kelompok tersebut selain menghidupi juga dihidupi sang organisasi/forum usaha. Kelompok tersebut memilih kemajuan bisnis, sebagai akibatnya interaksi baik menggunakan kelompok ini harus dijaga serta dipertahankan serta ditingkatkan, melalui kualitas dan kuantitas komunikasi. Kelompok ini memiliki kepentingan yg tidak sama, misalnya pelanggan yg mempunyai hak buat menentukan dan menetukan produk yang akan digunakan. Sedangkan penyalur adalah kelompok yang memiliki jaringan distribusi mereka hanya mau menyalurkan produk yg dikehendaki pelanggan. Pemasok menginginkan adanya transaksi menggunakan organisasi forum bisnis yg memuaskan, sedangkan agen regulator, menginginkan adanya kepatuhan terhadap peraturan.
B. Fungsi-fungsi komunikasi dalam komunikasi bisnis
Dalam kegiatan komunikasi bisnis, kita nir hanya sekedar menyampaikan pesan kepada khalayak bisnis internal juga eksternal. Aktivitas ini bisa dipakai buat fungsi informatif. Suatu fungsi yang dipakai tidak hanya buat merubah domain kognitif khalayak sebatas perubahan pengetahuan, tapi juga menaruh pilihan-pilihan, mengurangi ketidakpastian serta merubah keadaan bisnis yg sedang kita lakukan begitu pula pada menciptakan keputusan. Fungsi ke 2 merupakan fungsi persuasif atau motivatif, dimana komunikasi bisa dipakai buat mempengaruhi orang lain melalui treatment tertentu supaya orang lain bertindak misalnya apa yg kita inginkan. Fungsi ketiga adalah fungsi kontrol, mengendalikan dan mengawasi, buat menjalankan secara efektif fungsi ini merupakan dengan membuka feed back loop atau saluran umpan pulang dalam aktivitas komunikasi usaha baik secara individual juga secara organisasional bagi setiap individu yg terdiri dari tiga jenis yaitu, umpan kembali informatif, umpan balik korektif serta umpan pulang peneguhan. Fungsi keempat merupakan fungsi emotif, di mana komunikasi dipakai sebagai indera aktualisasi diri emosi yang berorientasi kepada penerimaan isi pesan yg disampiakna.

C. Analisis khalayak Komunikasi Bisnis
Salah satu kegiatan komunikasi, termasuk komunikasi bisnis, yang terpenting merupakan mengetahui siapa khalayak komunikasi itu. Lantaran apabila kita sudah mengetahui siapa khlayak kita maka cara serta isi pesan komunikasi kita akan berbeda. Misalnya, cara Anda berkomunikasi menggunakan bawahan akan tidak selaras menggunakan cara berkomunikasi dengan atasan. Hal tadi terjadi lantaran kita mengetahui siapa khalayak kita. Hanya saja, memang tidak mungkin mengenal sepenuhnya khalayak, apabila dalam komunikasi bisnis level komunikasi massa. Tetapi kita juga tidak bisa mengingkari, bahwa mengenal lebih banyak siapa khalayak kita akan membuat pesan kita jadi mampu lebih dimengerti khalayak.

Perbedaan level komunikasi dengan sendirinya membedakan cara mengidentifikasi khalayak. Pada level komunikasi interpersonal identifikasi khalayak nisbi lebih mudah dilakukan, bitu juga dalam level komunikasi kelompok. Tetapi dalam level komunikasi massa, identifikasi khalayak hanya sanggup kita lakukan dari kategorisasi-kategorisasi eksklusif. Tetapi kategorisasi tadi bisa jua digunakan buat mengidentifikasi khalayak pada komunikasi gerombolan .

Identifikasi khalayak sanggup dilakukan berdasarkan aspek-aspek :
  • Demografis
  • Lokasi geografis
  • Psikodemografis. 
Dapat pula dilakukan melalui pendekatan postur mental khalayak yg umumnya membagi khalay menjadi 2 grup : (1) insan tak berbentuk serta (2) manusia robot.

Untuk mengidentifikasi khalay mampu juga dilakukan melaui motif serta kebutuhan khalayak yang melihat insan sebagai khalayak menggunakan tiga komponen yakni komponen afektif, komponen kognitif dan komponen konatif. Berdasarkan hal tadi, kemudian kita mampu mengetahui kebutuhan insan yg bersifat biologis serta sosiogenis. Salah satu teori motif dan kebutuhan yang terkenal adalah hierarki kebutuhan Abraham Maslow yg meliputi :
  • Kebutuhan biologis
  • Kebutuhan akan rasa aman
  • Kebutuhan akan keterkaitan serta cinta kasih
  • Kebutuhan akan penghargaan
  • Kebutuhan akan aktualisasi diri

Sedangkan David McLeland melihat ada 3 kebutuhan insan yaitu :

KOMUNIKASI INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM KOMUNIKASI BISNIS

Komunikasi Internal Dan Eksternal Dalam Komunikasi Bisnis
A. Komunikasi internal dan eksternal pada komunikasi bisnis
Ruang lingkup komunikasi usaha akan diawali dengan :
  • Ruang lingkup komunikasi internal yaitu mencakup : Komunikasi dengan (1) pemilik, (2) manajemen, (3) karyawan. Tugas seorang pelaku bisnis adalah membina interaksi baik menggunakan pihak-pihak tadi melalui aktivitas komunikasi. Ketiga pihak tadi, merupakan target komunikasi atau disebut stakeholders. Stakeholders adalah sikap setiap grup yang berada di dalm maupun pada luar organisasi/lembaga usaha yang memiliki kiprah dalam keberhasilan organisasi/lembaga usaha. Cara komunikasi yang dilakukan pada komunikasi internal dapat berupa komunikasi lisan, goresan pena, audio-visual atau adonan ketiganya. Sedangkan arus yang terbaik adalah arus komunikasi 2 arah, sebagai akibatnya pelaku komunikasi bisnis wajib berani buat membuka saluran komunikasi baik formal juga informal, hyal tadi mengingat adanya kelemahan komunikasi internal pada komunikasi usaha, yaitu pesan umumnya didominasi oleh pihak manajemen, atau bahkan komunikasi berjenjang, sehingga akibatnya pesan komunikasi sering terjadi pengurangan/penyimpangan.
  • Ruang lingkup komunikasi eksternal yaitu meliputi : Komunikasi menggunakan (1) pelanggan, (dua) penyalur, (tiga) pemasok serta (4) agen regulator. Keempat grup yg berada pada luar organisasi/forum usaha mempunyai kepentingan buat kelangsungan bisnis. Kelompok tadi selain menghidupi juga dihidupi sang organisasi/forum usaha. Kelompok tadi memilih kemajuan bisnis, sebagai akibatnya interaksi baik menggunakan grup ini wajib dijaga serta dipertahankan dan ditingkatkan, melalui kualitas serta kuantitas komunikasi. Kelompok ini memiliki kepentingan yang tidak sama, misalnya pelanggan yg memiliki hak buat memilih dan menetukan produk yang akan digunakan. Sedangkan penyalur merupakan grup yang memiliki jaringan distribusi mereka hanya mau menyalurkan produk yg dikehendaki pelanggan. Pemasok menginginkan adanya transaksi menggunakan organisasi lembaga bisnis yang memuaskan, sedangkan agen regulator, menginginkan adanya kepatuhan terhadap peraturan.
B. Fungsi-fungsi komunikasi pada komunikasi bisnis
Dalam aktivitas komunikasi bisnis, kita tidak hanya sekedar mengungkapkan pesan pada khalayak usaha internal juga eksternal. Aktivitas ini dapat digunakan buat fungsi informatif. Suatu fungsi yg digunakan tidak hanya buat merubah domain kognitif khalayak sebatas perubahan pengetahuan, akan tetapi juga memberikan pilihan-pilihan, mengurangi ketidakpastian dan merubah keadaan usaha yang sedang kita lakukan begitu juga pada menciptakan keputusan. Fungsi ke 2 merupakan fungsi persuasif atau motivatif, dimana komunikasi bisa digunakan buat mempengaruhi orang lain melalui treatment tertentu agar orang lain bertindak misalnya apa yang kita inginkan. Fungsi ketiga adalah fungsi kontrol, mengendalikan serta mengawasi, buat menjalankan secara efektif fungsi ini merupakan dengan membuka feed back loop atau saluran umpan pulang dalam aktivitas komunikasi bisnis baik secara individual maupun secara organisasional bagi setiap individu yg terdiri berdasarkan tiga jenis yaitu, umpan balik informatif, umpan pulang korektif serta umpan balik peneguhan. Fungsi keempat adalah fungsi emotif, di mana komunikasi digunakan sebagai alat ekspresi emosi yang berorientasi pada penerimaan isi pesan yg disampiakna.

C. Analisis khalayak Komunikasi Bisnis
Salah satu kegiatan komunikasi, termasuk komunikasi bisnis, yang terpenting adalah mengetahui siapa khalayak komunikasi itu. Lantaran apabila kita telah mengetahui siapa khlayak kita maka cara dan isi pesan komunikasi kita akan berbeda. Misalnya, cara Anda berkomunikasi menggunakan bawahan akan tidak selaras dengan cara berkomunikasi dengan atasan. Hal tersebut terjadi lantaran kita mengetahui siapa khalayak kita. Hanya saja, memang mustahil mengenal sepenuhnya khalayak, bila pada komunikasi usaha level komunikasi massa. Tetapi kita pula nir bisa mengingkari, bahwa mengenal lebih poly siapa khalayak kita akan menciptakan pesan kita jadi mampu lebih dimengerti khalayak.

Perbedaan level komunikasi dengan sendirinya membedakan cara mengidentifikasi khalayak. Pada level komunikasi interpersonal identifikasi khalayak nisbi lebih mudah dilakukan, bitu pula dalam level komunikasi kelompok. Namun pada level komunikasi massa, identifikasi khalayak hanya bisa kita lakukan menurut kategorisasi-kategorisasi tertentu. Tetapi kategorisasi tersebut dapat jua digunakan buat mengidentifikasi khalayak dalam komunikasi gerombolan .

Identifikasi khalayak sanggup dilakukan dari aspek-aspek :
  • Demografis
  • Lokasi geografis
  • Psikodemografis. 
Dapat juga dilakukan melalui pendekatan postur mental khalayak yang umumnya membagi khalay sebagai 2 kelompok : (1) manusia abstrak dan (2) insan robot.

Untuk mengidentifikasi khalay bisa pula dilakukan melaui motif serta kebutuhan khalayak yg melihat manusia sebagai khalayak dengan tiga komponen yakni komponen afektif, komponen kognitif dan komponen konatif. Berdasarkan hal tadi, kemudian kita sanggup mengetahui kebutuhan manusia yang bersifat biologis dan sosiogenis. Salah satu teori motif serta kebutuhan yang terkenal merupakan hierarki kebutuhan Abraham Maslow yang mencakup :
  • Kebutuhan biologis
  • Kebutuhan akan rasa aman
  • Kebutuhan akan keterkaitan dan cinta kasih
  • Kebutuhan akan penghargaan
  • Kebutuhan akan aktualisasi diri
Sedangkan David McLeland melihat ada 3 kebutuhan insan yaitu :
  • Kebutuhan buat berprestasi 
  • Kebutuhan akan kasih sayang
  • Kebutuhan berkuasa

KOMUNIKASI INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM KOMUNIKASI BISNIS

Komunikasi Internal Dan Eksternal Dalam Komunikasi Bisnis
A. Komunikasi internal dan eksternal dalam komunikasi bisnis
Ruang lingkup komunikasi usaha akan diawali menggunakan :
  • Ruang lingkup komunikasi internal yaitu mencakup : Komunikasi menggunakan (1) pemilik, (2) manajemen, (3) karyawan. Tugas seorang pelaku bisnis adalah membina hubungan baik dengan pihak-pihak tadi melalui aktivitas komunikasi. Ketiga pihak tersebut, merupakan sasaran komunikasi atau diklaim stakeholders. Stakeholders adalah sikap setiap gerombolan yang berada di dalm maupun di luar organisasi/forum bisnis yang mempunyai kiprah pada keberhasilan organisasi/forum bisnis. Cara komunikasi yang dilakukan dalam komunikasi internal bisa berupa komunikasi lisan, tulisan, audio-visual atau adonan ketiganya. Sedangkan arus yang terbaik adalah arus komunikasi dua arah, sehingga pelaku komunikasi usaha wajib berani buat membuka saluran komunikasi baik formal maupun informal, hyal tadi mengingat adanya kelemahan komunikasi internal pada komunikasi usaha, yaitu pesan umumnya didominasi oleh pihak manajemen, atau bahkan komunikasi berjenjang, sebagai akibatnya akibatnya pesan komunikasi sering terjadi pengurangan/penyimpangan.
  • Ruang lingkup komunikasi eksternal yaitu mencakup : Komunikasi dengan (1) pelanggan, (2) penyalur, (3) pemasok serta (4) agen regulator. Keempat gerombolan yg berada di luar organisasi/lembaga usaha mempunyai kepentingan untuk kelangsungan bisnis. Kelompok tersebut selain menghidupi jua dihidupi sang organisasi/forum usaha. Kelompok tersebut menentukan kemajuan usaha, sebagai akibatnya interaksi baik menggunakan kelompok ini harus dijaga serta dipertahankan dan ditingkatkan, melalui kualitas serta kuantitas komunikasi. Kelompok ini memiliki kepentingan yang tidak sama, misalnya pelanggan yang mempunyai hak buat menentukan dan menetukan produk yang akan dipakai. Sedangkan penyalur adalah grup yg memiliki jaringan distribusi mereka hanya mau menyalurkan produk yang dikehendaki pelanggan. Pemasok menginginkan adanya transaksi menggunakan organisasi lembaga bisnis yg memuaskan, sedangkan agen regulator, menginginkan adanya kepatuhan terhadap peraturan.
B. Fungsi-fungsi komunikasi dalam komunikasi bisnis
Dalam kegiatan komunikasi usaha, kita tidak hanya sekedar menyampaikan pesan pada khalayak usaha internal juga eksternal. Aktivitas ini bisa dipakai buat fungsi informatif. Suatu fungsi yang digunakan tidak hanya untuk merubah domain kognitif khalayak sebatas perubahan pengetahuan, tapi juga menaruh pilihan-pilihan, mengurangi ketidakpastian serta merubah keadaan usaha yg sedang kita lakukan begitu pula pada membuat keputusan. Fungsi kedua adalah fungsi persuasif atau motivatif, dimana komunikasi bisa digunakan buat mensugesti orang lain melalui treatment eksklusif supaya orang lain bertindak misalnya apa yang kita inginkan. Fungsi ketiga adalah fungsi kontrol, mengendalikan dan mengawasi, buat menjalankan secara efektif fungsi ini adalah dengan membuka feed back loop atau saluran umpan kembali dalam aktivitas komunikasi bisnis baik secara individual juga secara organisasional bagi setiap individu yg terdiri berdasarkan tiga jenis yaitu, umpan kembali informatif, umpan balik korektif dan umpan pulang peneguhan. Fungsi keempat adalah fungsi emotif, di mana komunikasi dipakai sebagai indera aktualisasi diri emosi yang berorientasi pada penerimaan isi pesan yg disampiakna.

C. Analisis khalayak Komunikasi Bisnis
Salah satu aktivitas komunikasi, termasuk komunikasi bisnis, yang terpenting adalah mengetahui siapa khalayak komunikasi itu. Lantaran apabila kita telah mengetahui siapa khlayak kita maka cara dan isi pesan komunikasi kita akan tidak sama. Misalnya, cara Anda berkomunikasi dengan bawahan akan berbeda menggunakan cara berkomunikasi menggunakan atasan. Hal tersebut terjadi karena kita mengetahui siapa khalayak kita. Hanya saja, memang mustahil mengenal sepenuhnya khalayak, apabila dalam komunikasi usaha level komunikasi massa. Namun kita jua tidak bisa mengingkari, bahwa mengenal lebih poly siapa khalayak kita akan menciptakan pesan kita jadi mampu lebih dimengerti khalayak.

Perbedaan level komunikasi menggunakan sendirinya membedakan cara mengidentifikasi khalayak. Pada level komunikasi interpersonal identifikasi khalayak nisbi lebih mudah dilakukan, bitu juga dalam level komunikasi gerombolan . Tetapi pada level komunikasi massa, identifikasi khalayak hanya sanggup kita lakukan berdasarkan kategorisasi-kategorisasi eksklusif. Namun kategorisasi tadi bisa jua digunakan buat mengidentifikasi khalayak pada komunikasi gerombolan .

Identifikasi khalayak mampu dilakukan berdasarkan aspek-aspek :
  • Demografis
  • Lokasi geografis
  • Psikodemografis. 
Dapat pula dilakukan melalui pendekatan postur mental khalayak yg umumnya membagi khalay sebagai 2 grup : (1) manusia abstrak serta (dua) insan robot.

Untuk mengidentifikasi khalay mampu pula dilakukan melaui motif dan kebutuhan khalayak yg melihat manusia menjadi khalayak dengan tiga komponen yakni komponen afektif, komponen kognitif dan komponen konatif. Berdasarkan hal tadi, kemudian kita mampu mengetahui kebutuhan manusia yang bersifat biologis serta sosiogenis. Salah satu teori motif serta kebutuhan yang terkenal adalah hierarki kebutuhan Abraham Maslow yang meliputi :
  • Kebutuhan biologis
  • Kebutuhan akan rasa aman
  • Kebutuhan akan keterkaitan serta cinta kasih
  • Kebutuhan akan penghargaan
  • Kebutuhan akan aktualisasi diri
Sedangkan David McLeland melihat terdapat tiga kebutuhan insan yaitu :
  • Kebutuhan buat berprestasi 
  • Kebutuhan akan kasih sayang
  • Kebutuhan berkuasa

FINANCIAL MANAGEMENT IMPROVEMENT PROGRAM

Financial Management Improvement Program 
Semakin meningkatnya tuntutan warga atas penyelenggaraan pemerintahan yang higienis, adil, transparan, serta akuntabel harus disikapi menggunakan serius serta sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran eksekutif, legislatif, serta yudikatif harus memiliki komitmen beserta untuk menegakkan good governance serta clean government. Seiring dengan hal tadi, pemerintah pusat dan daerah telah mencanangkan target buat menaikkan pelayanan birokrasi pada warga dengan arah kebijakan penciptaan tata pemerintahan yg bersih dan berwibawa (good governance). 

Beberapa hal yg terkait dengan kebijakan buat mewujudkan good governance pada sektor publik antara lain mencakup penetapan standar etika serta perilaku aparatur pemerintah, penetapan struktur organisasi dan proses pengorganisasian yg secara jelas mengatur tentang kiprah serta tanggung jawab dan akuntabilitas organisasi kepada publik, pengaturan sistem pengendalian organisasi yang memadai, dan pelaporan eksternal yang disusun berdasarkan sistem akuntansi yang sesuai menggunakan baku akuntansi pemerintahan. Selanjutnya, berkaitan dengan pengaturan sistem pengendalian organisasi yg memadai, hal ini menyangkut permasalahan mengenai manajemen risiko, audit internal, pengendalian internal, penganggaran, manajemen keuangan serta pembinaan buat staf keuangan. Secara umum, permasalahan-pertarungan tersebut telah diakomodasi pada paket undang-undang di bidang pengelolaan keuangan negara yang baru-baru ini sudah diterbitkan oleh pemerintah. 

Paket peraturan perundang-undangan pada bidang keuangan negara yang meliputi UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, serta UU Nomor 15 Tahun 2004 mengenai Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara beserta peraturan-peraturan pendukungnya menggambarkan keseriusan jajaran pemerintah dan DPR buat memperbaiki pengelolaan, pencatatan, pertanggungjawaban, serta pemeriksaan atas pengelolaan keuangan pemerintah baik di taraf pusat maupun wilayah. Salah satu pertimbangan yang menjadi dasar penerbitan peraturan perundang-undangan tadi merupakan bahwa keuangan negara harus dikelola secara tertib, taat dalam peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, serta bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan serta kepatutan menjadi galat satu prasyarat buat mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara. 

Berkaitan menggunakan pemeriksaan atas pengelolaan serta tanggung jawab keuangan negara, dalam pasal 9 ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2004 disebutkan bahwa: “Dalam menyelenggarakan inspeksi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat supervisi intern pemerintah.” Seperti telah disebutkan di atas, peran dan fungsi audit internal termasuk unsur yang krusial pada sistem pengendalian organisasi yang memadai. Untuk bisa mendukung efektivitas aplikasi audit sang auditor eksternal sesuai amanat pasal 9 ayat (1) tadi di atas maka peran dan fungsi audit internal perlu diperjelas serta dipertegas. Tulisan ini berisikan analisis mengenai berbagai cara lain berkaitan menggunakan pemberdayaan kiprah dan fungsi audit internal dan formulasi sinerji fungsi supervisi pada antara aneka macam institusi audit internal pada kerangka mewujudkan good governance yg adalah idaman dan hasrat semua masyarakat Indonesia. 

1. Prinsip-Prinsip Good Governance pada Sektor Publik
Berdasarkan output penelitian Bank Dunia (1999), disimpulkan bahwa masih ada hubungan yg positif antara praktik kepemerintahan yang baik dengan output-hasil pembangunan yang lebih baik, diantaranya menyangkut pendapatan per kapita yg semakin tinggi, berkurangnya taraf kematian bayi, serta kemampuan membaca serta menulis warga yg lebih baik. Di samping itu, praktik kepemerintahan yg baik pula bisa menaikkan iklim keterbukaan, integritas, serta akuntabilitas sinkron dengan prinsip-prinsip dasar good governance dalam sektor publik. 

Secara lebih rinci, ketiga prinsip dasar good governance dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, keterbukaan memang sangat diharapkan buat meyakinkan bahwa stakeholders memiliki keyakinan dalam proses pengambilan keputusan serta tindakan terhadap institusi pemerintah serta terhadap pengelolaan kegiatan sang instansi pemerintah tersebut. Iklim keterbukaan yg diciptakan melalui proses komunikasi yang kentara, seksama, dan efektif dengan pihak stakeholders bisa membantu proses aplikasi suatu aktivitas secara sempurna ketika dan efektif.

Kedua, integritas meliputi dua hal pokok yaitu kejujuran dan kelengkapan informasi yang disampaikan pada warga terhadap pengelolaan asal daya, dana, serta urusan publik. Dalam organisasi, integritas ini tercermin pada prosedur pengambilan keputusan serta kualitas pelaporan keuangan serta kinerja yg didapatkan dalam suatu periode eksklusif.

Ketiga, akuntabilitas yang merupakan bentuk pertanggungjawaban setiap individu maupun secara organisatoris dalam institusi publik kepada pihak-pihak luar yg berkepentingan atas pengelolaan asal daya, dana, dan seluruh unsur kinerja yg diamanatkan pada mereka. 

Secara generik, ketiga prinsip good governance tadi di atas tercermin secara kentara pada proses penganggaran, pelaporan keuangan, dan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana tercantum dalam ketiga paket perundang-undangan di bidang keuangan negara tadi.

2. Kewajiban Pelaporan Keuangan dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Undang-Undang di Bidang Keuangan Negara
Pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan adalah keliru satu bentuk akuntabilitas penyelenggara pemerintahan pada rakyat melalui perwakilannya di forum legislatif. Dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 sudah secara tegas dinyatakan bahwa pengelola keuangan pemerintah baik di taraf pusat juga daerah diwajibkan buat menyelenggarakan sistem akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya. Sistem akuntansi tadi dipakai menjadi sarana penyusunan laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah berdasarkan baku akuntansi pemerintahan yang berlaku. Laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah sekurang-kurangnya meliputi Laporan Realisasi APBN/APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, serta Catatan atas Laporan Keuangan yg dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara/daerah serta badan lainnya. Selanjutnya, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun aturan, Presiden selaku ketua pemerintahan di sentra serta Gubernur/Bupati/Walikota selaku ketua pemerintahan di wilayah mengungkapkan laporan keuangan pemerintah sentra/wilayah kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Badan Pemeriksa Keuangan selaku auditor eksternal pemerintah melaksanakan audit atas laporan keuangan pemerintah pusat/wilayah tersebut berdasarkan baku pemeriksaan yg berlaku. Jangka waktu pelaksanaan audit atas laporan keuangan pemerintah pusat/daerah oleh BPK ini sesuai menggunakan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 harus diselesaikan paling lama pada jangka ketika 3 (3) bulan. Alasannya, Presiden serta Gubernur/Bupati/Walikota sudah wajib membicarakan rancangan undang-undang mengenai pertanggungjawaban aplikasi APBN/APBD kepada DPR/DPRD berupa laporan keuangan yg sudah diperiksa sang BPK selambat-lambatnya 6 (enam) bulan selesainya tahun aturan berakhir. Padahal, penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat/wilayah, meskipun sudah menggunakan sistem akuntansi keuangan yg terkomputerisasi, pada umumnya masih memerlukan waktu yg cukup usang sehingga baru diselesaikan serta disampaikan pada BPK sekitar 3 (3) bulan sesudah tahun aturan berakhir sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk dapat memenuhi jadwal yang sangat ketat sesuai amanat undang-undang tersebut, yaitu melaksanakan audit atas laporan keuangan pemerintah pusat serta wilayah simpel dalam saat paling usang tiga (3) bulan tentu saja diperlukan pemanfaatan asal daya serta dana yg tersedia dalam forum auditor eksternal secara arif, efektif, dan efisien. Yang menarik untuk didiskusikan pada sini adalah apakah BPK selaku auditor eksternal pemerintah bisa buat melaksanakan pekerjaan yang maha berat itu pada ketika yang nisbi sangat terbatas? Bagaimana kualitas hasil auditnya nanti menggunakan hambatan misalnya itu? Bagaimana pengaruhnya pada pihak DPR serta warga luas nantinya dalam pengambilan keputusannya apabila hingga terjadi pelaksanaan audit yang tidak sinkron dengan baku audit sehingga laporan hasil audit malah menyesatkan pihak-pihak yg berkepentingan pada pengambilan keputusan terhadap pertanggungjawaban pemerintah tersebut? 

Meskipun sudah ada kewajiban APIP buat melaksanakan reviu atas laporan keuangan sebelum disampaikan kepada BPK buat diaudit, namun sampai waktu ini, pelaksanaan reviu tadi ternyata masih belum sepenuhnya dapat menaikkan kualitas laporan keuangan pemerintah. Hal ini terbukti berdasarkan masih banyaknya laporan keuangan pemerintah baik pada taraf kementerian maupun di tingkat daerah yang masih mendapatkan opini disclaimer berdasarkan BPK. Menurut hemat penulis, hal ini merupakan masalah serius yang harus segera dicari cara lain jalan munculnya sebagai akibatnya nir sampai menyebabkan kerugian dalam pihak-pihak tertentu yg terkait menggunakan pertarungan ini. Terdapat dua hal utama yg penulis uraikan dalam bagian berikut menjadi wacana buat meminimalisasi konflik yg kemungkinan terjadi dalam audit atas laporan keuangan pemerintah sang BPK, yaitu pemberdayaan peran serta fungsi audit internal dan sinerji pengawasan pada antara sesama Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). 

3. Pemberdayaan Peran serta Fungsi APIP
Dalam penjelasan UU Nomor 15 Tahun 2004 diantaranya dinyatakan bahwa buat mewujudkan perencanaan yg komprehensif, BPK bisa memanfaatkan hasil pekerjaan aparat supervisi intern pemerintah. Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan bisa diadaptasi serta difokuskan dalam bidang-bidang yg secara potensial berdampak dalam kewajaran laporan keuangan serta tingkat efisiensi serta efektivitas pengelolaan keuangan negara. Sebagai konsekuensinya, APIP diwajibkan buat mengungkapkan laporan output pemeriksaannya pada BPK. Untuk bisa membuat laporan hasil audit yg dibutuhkan oleh BPK, tentunya dibutuhkan kejelasan kewenangan, kiprah dan ruang lingkup pekerjaan yang dilaksanakan sang APIP. Jika hal ini diabaikan maka besar kemungkinan akan terdapat output pekerjaan APIP yang nir bisa dimanfaatkan secara maksimal buat mendukung perencanaan serta aplikasi audit oleh BPK.

Penulis mengakui secara amanah bahwa selama ini tugas-tugas yang dilaksanakan sang APIP tidak hanya terbatas dalam inspeksi saja, namun pula banyak melakukan fungsi pelayanan dan konsultansi pada rangka peningkatan kinerja instansi pemerintah sesuai dengan tuntutan kerangka berpikir auditor internal yg dikehendaki dalam waktu ini. Hanya saja, masih tak jarang terdengar suara sumbang yang mengecilkan kiprah dan arti krusial APIP dalam membantu terwujudnya good governace pada sektor publik. Untuk merespon ihwal yang berkembang di masyarakat tersebut, telah tiba saatnya bagi Pemerintah Pusat dan Daerah buat secara jelas memformulasikan ruang lingkup pekerjaan, peranan, dan kewenangan audit internal pemerintah. 

Berkenaan menggunakan kiprah serta fungsi yang wajib dilaksanakan sang auditor internal pada rangka mewujudkan good governance dalam sektor publik, The International Federation of Accountants (IFAC) pada tahun 2001 pada Study 13 mengenai Governance in the Public Sector: A Governing Body Perspective merumuskan bahwa fungsi audit internal yang efektif meliputi reviu yg dilaksanakan secara sistematis, evaluasi serta pelaporan atas kehandalan serta efektivitas penerapan sistem manajemen, keuangan, pengendalian operasional serta penganggaran, yang setidak-tidaknya meliputi aneka macam aktivitas reviu menjadi berikut:
  • Tingkat relevansi atas kebijakan yang ditetapkan, perencanaan dan prosedur, taraf kesesuaian antara praktik dengan kebijakan, rencana, serta mekanisme yg telah ditetapkan, termasuk implikasinya terhadap aspek keuangan negara.
  • Kehandalan serta keakuratan atas peraturan yg dibuat sebagai pembagian terstruktur mengenai berdasarkan peraturan yang lebih tinggi tingkatannya.
  • Ketepatan mengenai penyusunan struktur organisasi, pengembangan sumber daya manusia (personil), dan supervisi.
  • Reviu terhadap pelaksanaan program dan aktivitas dari rencana yg telah ditetapkan serta manfaat atas program dan kegiatan apakah sudah selaras menggunakan tujuan diadakannya program serta aktivitas tadi.
  • Evaluasi terhadap pertanggungjawaban serta pengamanan atas penggunaan aset dan asal daya lainnya menurut penyalahgunaan kewenangan, pemborosan, kelalaian, keliru urus, serta lain-lainnya. 
  • Reviu terhadap ketepatan, keakuratan, dan kejujuran atas proses pengolahan serta pelaporan keterangan keuangan dan manajemen.
  • Penilaian terhadap taraf keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya.
  • Penilaian terhadap integritas sistem yg terkomputerisasi berikut pengembangan sistemnya, dan
  • Evaluasi terhadap tindak lanjut yg telah dilaksanakan buat mengatasi perseteruan yang terjadi pada periode sebelumnya.
Berdasarkan uraian pada atas, tampak bahwa ruang lingkup pekerjaan audit internal sangat luas dan komprehensif agar dapat menjamin pencapaian tujuan organisasi. Penulis yakin, bila institusi audit internal pada Indonesia yang tergabung pada wadah APIP diberikan wewenang, kiprah, dan fungsi yg kentara dan luas misalnya tadi di atas maka output pekerjaan APIP akan sangat berguna nir hanya bagi pemerintah saja, tetapi pula bermanfaat bagi pihak legislatif, eksternal auditor, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan. Akan namun, buat menjamin kualitas hasil pekerjaan APIP yang melibatkan sekian poly asal daya manusia dengan banyak sekali jenis latar belakang pendidikan dan pengalaman, diharapkan suatu program pendidikan serta training yg profesional serta berkelanjutan. Di samping itu, buat meningkatkan koordinasi pada perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi aktivitas pada antara jajaran APIP, diharapkan adanya pengembangan sinergi supervisi APIP.

4. Pengembangan Sinerji Pengawasan APIP
Pengembangan sinergi supervisi sesama APIP bisa dilakukan dengan cara mutual adjustment melalui koordinasi yang baik, direct supervision melalui proses peer review, dan standardisasi input, proses kerja juga output. Selanjutnya, upaya pengembangan sinergi pengawasan APIP bisa dilakukan dengan cara menjadi berikut :
  • Penajaman peran jajaran APIP dalam struktur supervisi intern secara holistik. Dalam kaitan ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) yg bertanggung jawab pada bidang koordinasi supervisi dapat memainkan peran sebagai strategic apex, yaitu menyinergikan gerak dan langkah supervisi intern dalam rangka mendorong peningkatan kinerja organisasi pemerintahan serta membangun good governance. Dalam konteks penajaman kiprah ini pun, perlu juga dikukuhkan APIP yg secara teknis berfungsi sebagai technostructure serta middle line. 
  • Revitalisasi penerapan Standar Audit serta Kode Etik pada jajaran APIP. Dengan ciri yg nisbi khusus mengingat basis disiplin keilmuan serta profesinya, fungsi pengawasan intern perlu merevitalisasi penerapan standar audit dan kode etik dalam aplikasi tugas pengawasan. Dengan penerapan standar audit dan kode etik secara benar-benar-benar-benar dan konsisten, maka pola konduite aparat pengawasan dapat terprediksi dan terkendali. Hal ini berarti bahwa secara tidak langsung akan terwujud standardisasi keahlian, keterampilan dan pengetahuan asal daya insan pengawasan, standardisasi proses kerja pelaksanaan audit, serta standardisasi hasil kerja audit pada tataran mikro yg pada akhirnya akan berpengaruh pada tataran makro. 
  • Pengembangan anggaran main serta program kerja. Aturan main pelaksanaan tugas supervisi serta acara kerja APIP yang dituangkan dalam peraturan perundangan perlu disusun dan ditetapkan. Selain sebagai acuan kalangan APIP, hal ini jua dibutuhkan bagi pihak auditan. 
  • Pengembangan prosedur kerja dan dukungan teknologi fakta dan komunikasi. Prosedur kerja standar perlu dikembangkan buat menginternalisasikan proses sinergi pengawasan, baik dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pemantauan dan penilaian tindak lanjut.

FINANCIAL MANAGEMENT IMPROVEMENT PROGRAM

Financial Management Improvement Program 
Semakin meningkatnya tuntutan warga atas penyelenggaraan pemerintahan yg bersih, adil, transparan, serta akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran eksekutif, legislatif, dan yudikatif wajib mempunyai komitmen beserta buat menegakkan good governance serta clean government. Seiring menggunakan hal tadi, pemerintah pusat serta wilayah telah mencanangkan sasaran buat menaikkan pelayanan birokrasi kepada warga menggunakan arah kebijakan penciptaan rapikan pemerintahan yg higienis serta berwibawa (good governance). 

Beberapa hal yang terkait menggunakan kebijakan buat mewujudkan good governance pada sektor publik diantaranya mencakup penetapan baku etika dan konduite aparatur pemerintah, penetapan struktur organisasi dan proses pengorganisasian yang secara kentara mengatur mengenai peran serta tanggung jawab serta akuntabilitas organisasi pada publik, pengaturan sistem pengendalian organisasi yang memadai, serta pelaporan eksternal yang disusun berdasarkan sistem akuntansi yang sesuai menggunakan baku akuntansi pemerintahan. Selanjutnya, berkaitan menggunakan pengaturan sistem pengendalian organisasi yg memadai, hal ini menyangkut konflik mengenai manajemen risiko, audit internal, pengendalian internal, penganggaran, manajemen keuangan dan pembinaan buat staf keuangan. Secara generik, pertarungan-perseteruan tadi telah diakomodasi pada paket undang-undang di bidang pengelolaan keuangan negara yang yang terbaru sudah diterbitkan sang pemerintah. 

Paket peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara yang meliputi UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara bersama peraturan-peraturan pendukungnya mendeskripsikan keseriusan jajaran pemerintah serta DPR untuk memperbaiki pengelolaan, pencatatan, pertanggungjawaban, dan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan pemerintah baik di taraf pusat juga daerah. Salah satu pertimbangan yg menjadi dasar penerbitan peraturan perundang-undangan tersebut merupakan bahwa keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, serta bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan serta kepatutan menjadi salah satu prasyarat buat mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara. 

Berkaitan dengan pemeriksaan atas pengelolaan serta tanggung jawab keuangan negara, pada pasal 9 ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2004 disebutkan bahwa: “Dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan serta tanggung jawab keuangan negara, BPK bisa memanfaatkan output inspeksi aparat pengawasan intern pemerintah.” Seperti telah disebutkan pada atas, peran dan fungsi audit internal termasuk unsur yang krusial dalam sistem pengendalian organisasi yg memadai. Untuk bisa mendukung efektivitas pelaksanaan audit sang auditor eksternal sesuai amanat pasal 9 ayat (1) tersebut pada atas maka peran serta fungsi audit internal perlu diperjelas serta dipertegas. Tulisan ini berisikan analisis mengenai aneka macam cara lain berkaitan menggunakan pemberdayaan peran dan fungsi audit internal serta formulasi sinerji fungsi pengawasan di antara banyak sekali institusi audit internal dalam kerangka mewujudkan good governance yang adalah idaman serta asa semua masyarakat Indonesia. 

1. Prinsip-Prinsip Good Governance pada Sektor Publik
Berdasarkan hasil penelitian Bank Dunia (1999), disimpulkan bahwa terdapat hubungan yg positif antara praktik kepemerintahan yg baik menggunakan hasil-output pembangunan yang lebih baik, antara lain menyangkut pendapatan per kapita yang semakin tinggi, berkurangnya tingkat kematian bayi, dan kemampuan membaca dan menulis masyarakat yg lebih baik. Di samping itu, praktik kepemerintahan yang baik juga bisa menaikkan iklim keterbukaan, integritas, dan akuntabilitas sesuai menggunakan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor publik. 

Secara lebih rinci, ketiga prinsip dasar good governance dapat diuraikan menjadi berikut:
Pertama, keterbukaan memang sangat diperlukan untuk meyakinkan bahwa stakeholders memiliki keyakinan pada proses pengambilan keputusan dan tindakan terhadap institusi pemerintah serta terhadap pengelolaan aktivitas sang instansi pemerintah tadi. Iklim keterbukaan yg diciptakan melalui proses komunikasi yang kentara, akurat, serta efektif menggunakan pihak stakeholders dapat membantu proses aplikasi suatu kegiatan secara sempurna ketika serta efektif.

Kedua, integritas mencakup dua hal utama yaitu kejujuran serta kelengkapan kabar yang disampaikan pada warga terhadap pengelolaan sumber daya, dana, serta urusan publik. Dalam organisasi, integritas ini tercermin dalam prosedur pengambilan keputusan dan kualitas pelaporan keuangan serta kinerja yg dihasilkan dalam suatu periode tertentu.

Ketiga, akuntabilitas yang merupakan bentuk pertanggungjawaban setiap individu juga secara organisatoris pada institusi publik pada pihak-pihak luar yg berkepentingan atas pengelolaan asal daya, dana, serta seluruh unsur kinerja yg diamanatkan pada mereka. 

Secara generik, ketiga prinsip good governance tadi di atas tercermin secara jelas pada proses penganggaran, pelaporan keuangan, dan pemeriksaan atas pengelolaan serta tanggung jawab keuangan negara sebagaimana tercantum pada ketiga paket perundang-undangan pada bidang keuangan negara tersebut.

2. Kewajiban Pelaporan Keuangan dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Undang-Undang di Bidang Keuangan Negara
Pencatatan serta pelaporan transaksi keuangan merupakan galat satu bentuk akuntabilitas penyelenggara pemerintahan pada masyarakat melalui perwakilannya di forum legislatif. Dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 sudah secara tegas dinyatakan bahwa pengelola keuangan pemerintah baik di tingkat sentra juga wilayah diwajibkan untuk menyelenggarakan sistem akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, serta ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya. Sistem akuntansi tersebut digunakan sebagai wahana penyusunan laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah dari standar akuntansi pemerintahan yg berlaku. Laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah sekurang-kurangnya mencakup Laporan Realisasi APBN/APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, serta Catatan atas Laporan Keuangan yg dilampiri menggunakan laporan keuangan perusahaan negara/wilayah dan badan lainnya. Selanjutnya, selambat-lambatnya tiga (3) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran, Presiden selaku kepala pemerintahan di pusat serta Gubernur/Bupati/Walikota selaku kepala pemerintahan pada daerah membicarakan laporan keuangan pemerintah sentra/daerah pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Badan Pemeriksa Keuangan selaku auditor eksternal pemerintah melaksanakan audit atas laporan keuangan pemerintah sentra/wilayah tersebut berdasarkan standar pemeriksaan yang berlaku. Jangka waktu pelaksanaan audit atas laporan keuangan pemerintah pusat/daerah oleh BPK ini sinkron menggunakan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 wajib diselesaikan paling lama pada jangka waktu 3 (3) bulan. Alasannya, Presiden dan Gubernur/Bupati/Walikota telah harus menyampaikan rancangan undang-undang mengenai pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD pada DPR/DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa sang BPK selambat-lambatnya 6 (enam) bulan selesainya tahun anggaran berakhir. Padahal, penyusunan laporan keuangan pemerintah sentra/wilayah, meskipun telah memakai sistem akuntansi keuangan yang terkomputerisasi, pada umumnya masih memerlukan saat yg relatif lama sehingga baru diselesaikan serta disampaikan pada BPK sekitar 3 (tiga) bulan sehabis tahun aturan berakhir sinkron dengan ketentuan yang berlaku. Untuk dapat memenuhi jadwal yang sangat ketat sesuai amanat undang-undang tersebut, yaitu melaksanakan audit atas laporan keuangan pemerintah sentra serta wilayah praktis dalam saat paling usang tiga (tiga) bulan tentu saja diperlukan pemanfaatan asal daya dan dana yg tersedia dalam lembaga auditor eksternal secara arif, efektif, serta efisien. Yang menarik untuk didiskusikan di sini merupakan apakah BPK selaku auditor eksternal pemerintah bisa buat melaksanakan pekerjaan yg maha berat itu pada saat yg nisbi sangat terbatas? Bagaimana kualitas hasil auditnya nanti dengan hambatan misalnya itu? Bagaimana pengaruhnya kepada pihak DPR dan rakyat luas nantinya pada pengambilan keputusannya apabila sampai terjadi aplikasi audit yang tidak sinkron dengan standar audit sehingga laporan hasil audit malah menyesatkan pihak-pihak yg berkepentingan pada pengambilan keputusan terhadap pertanggungjawaban pemerintah tadi? 

Meskipun sudah terdapat kewajiban APIP untuk melaksanakan reviu atas laporan keuangan sebelum disampaikan pada BPK buat diaudit, namun sampai waktu ini, aplikasi reviu tersebut ternyata masih belum sepenuhnya bisa menaikkan kualitas laporan keuangan pemerintah. Hal ini terbukti menurut masih banyaknya laporan keuangan pemerintah baik pada taraf kementerian maupun di taraf daerah yang masih mendapatkan opini disclaimer berdasarkan BPK. Menurut irit penulis, hal ini adalah masalah berfokus yg wajib segera dicari cara lain jalan keluarnya sebagai akibatnya nir sampai mengakibatkan kerugian pada pihak-pihak tertentu yang terkait menggunakan konflik ini. Terdapat dua hal pokok yang penulis uraikan dalam bagian berikut menjadi ihwal buat meminimalisasi perseteruan yg kemungkinan terjadi pada audit atas laporan keuangan pemerintah sang BPK, yaitu pemberdayaan kiprah serta fungsi audit internal dan sinerji supervisi pada antara sesama Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). 

3. Pemberdayaan Peran serta Fungsi APIP
Dalam penjelasan UU Nomor 15 Tahun 2004 diantaranya dinyatakan bahwa buat mewujudkan perencanaan yg komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan aparat supervisi intern pemerintah. Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan bisa disesuaikan dan difokuskan dalam bidang-bidang yg secara potensial berdampak dalam kewajaran laporan keuangan serta taraf efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Sebagai konsekuensinya, APIP diwajibkan buat mengungkapkan laporan hasil pemeriksaannya pada BPK. Untuk bisa membuat laporan hasil audit yang diperlukan oleh BPK, tentunya dibutuhkan kejelasan kewenangan, kiprah dan ruang lingkup pekerjaan yang dilaksanakan sang APIP. Jika hal ini diabaikan maka akbar kemungkinan akan terdapat hasil pekerjaan APIP yang tidak dapat dimanfaatkan secara aporisma buat mendukung perencanaan serta pelaksanaan audit oleh BPK.

Penulis mengakui secara jujur bahwa selama ini tugas-tugas yg dilaksanakan sang APIP nir hanya terbatas dalam pemeriksaan saja, tetapi jua banyak melakukan fungsi pelayanan serta konsultansi dalam rangka peningkatan kinerja instansi pemerintah sinkron menggunakan tuntutan paradigma auditor internal yang dikehendaki pada ketika ini. Hanya saja, masih tak jarang terdengar suara tidak sinkron yg mengecilkan kiprah dan arti krusial APIP dalam membantu terwujudnya good governace pada sektor publik. Untuk merespon ihwal yang berkembang pada warga tersebut, telah datang saatnya bagi Pemerintah Pusat serta Daerah buat secara kentara memformulasikan ruang lingkup pekerjaan, peranan, dan kewenangan audit internal pemerintah. 

Berkenaan dengan kiprah serta fungsi yg harus dilaksanakan sang auditor internal pada rangka mewujudkan good governance pada sektor publik, The International Federation of Accountants (IFAC) pada tahun 2001 dalam Study 13 tentang Governance in the Public Sector: A Governing Body Perspective merumuskan bahwa fungsi audit internal yg efektif meliputi reviu yg dilaksanakan secara sistematis, penilaian serta pelaporan atas kehandalan serta efektivitas penerapan sistem manajemen, keuangan, pengendalian operasional dan penganggaran, yang setidak-tidaknya mencakup berbagai aktivitas reviu sebagai berikut:
  • Tingkat relevansi atas kebijakan yg ditetapkan, perencanaan dan prosedur, tingkat kesesuaian antara praktik dengan kebijakan, rencana, dan prosedur yg telah ditetapkan, termasuk implikasinya terhadap aspek keuangan negara.
  • Kehandalan dan keakuratan atas peraturan yg dibentuk menjadi penjabaran menurut peraturan yang lebih tinggi tingkatannya.
  • Ketepatan mengenai penyusunan struktur organisasi, pengembangan sumber daya manusia (personil), dan pengawasan.
  • Reviu terhadap aplikasi program serta kegiatan menurut rencana yang telah ditetapkan dan manfaat atas acara dan kegiatan apakah telah selaras dengan tujuan diadakannya acara serta kegiatan tadi.
  • Evaluasi terhadap pertanggungjawaban serta pengamanan atas penggunaan aset dan sumber daya lainnya berdasarkan penyalahgunaan kewenangan, pemborosan, kelalaian, salah urus, serta lain-lainnya. 
  • Reviu terhadap ketepatan, keakuratan, serta kejujuran atas proses pengolahan serta pelaporan fakta keuangan dan manajemen.
  • Penilaian terhadap tingkat keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya.
  • Penilaian terhadap integritas sistem yang terkomputerisasi berikut pengembangan sistemnya, dan
  • Evaluasi terhadap tindak lanjut yang telah dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yg terjadi dalam periode sebelumnya.
Berdasarkan uraian pada atas, tampak bahwa ruang lingkup pekerjaan audit internal sangat luas dan komprehensif agar dapat menjamin pencapaian tujuan organisasi. Penulis konfiden, apabila institusi audit internal pada Indonesia yg tergabung dalam wadah APIP diberikan wewenang, peran, serta fungsi yang kentara serta luas misalnya tadi di atas maka hasil pekerjaan APIP akan sangat bermanfaat tidak hanya bagi pemerintah saja, tetapi pula bermanfaat bagi pihak legislatif, eksternal auditor, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Akan tetapi, untuk mengklaim kualitas output pekerjaan APIP yang melibatkan sekian banyak sumber daya insan menggunakan aneka macam jenis latar belakang pendidikan dan pengalaman, diperlukan suatu program pendidikan serta pembinaan yang profesional serta berkelanjutan. Di samping itu, buat menaikkan koordinasi pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi aktivitas pada antara jajaran APIP, diperlukan adanya pengembangan sinergi supervisi APIP.

4. Pengembangan Sinerji Pengawasan APIP
Pengembangan sinergi supervisi sesama APIP dapat dilakukan dengan cara mutual adjustment melalui koordinasi yang baik, direct supervision melalui proses peer review, serta standardisasi input, proses kerja juga hasil. Selanjutnya, upaya pengembangan sinergi pengawasan APIP dapat dilakukan dengan cara menjadi berikut :
  • Penajaman kiprah jajaran APIP pada struktur pengawasan intern secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) yang bertanggung jawab pada bidang koordinasi supervisi bisa memainkan peran menjadi strategic apex, yaitu menyinergikan gerak dan langkah supervisi intern dalam rangka mendorong peningkatan kinerja organisasi pemerintahan dan membentuk good governance. Dalam konteks penajaman kiprah ini pun, perlu pula dikukuhkan APIP yg secara teknis berfungsi menjadi technostructure dan middle line. 
  • Revitalisasi penerapan Standar Audit dan Kode Etik dalam jajaran APIP. Dengan karakteristik yg nisbi khusus mengingat basis disiplin keilmuan serta profesinya, fungsi pengawasan intern perlu merevitalisasi penerapan baku audit serta kode etik dalam pelaksanaan tugas supervisi. Dengan penerapan baku audit dan kode etik secara benar-benar-sungguh serta konsisten, maka pola perilaku aparat pengawasan dapat terprediksi dan terkendali. Hal ini berarti bahwa secara tidak eksklusif akan terwujud standardisasi keahlian, keterampilan serta pengetahuan sumber daya insan pengawasan, standardisasi proses kerja aplikasi audit, serta standardisasi hasil kerja audit dalam tataran mikro yg pada akhirnya akan berpengaruh dalam tataran makro. 
  • Pengembangan anggaran main dan program kerja. Aturan main aplikasi tugas supervisi serta program kerja APIP yg dituangkan pada peraturan perundangan perlu disusun dan ditetapkan. Selain menjadi acuan kalangan APIP, hal ini juga diperlukan bagi pihak auditan. 
  • Pengembangan prosedur kerja dan dukungan teknologi informasi dan komunikasi. Prosedur kerja standar perlu dikembangkan buat menginternalisasikan proses sinergi pengawasan, baik pada tahapan perencanaan, aplikasi, pelaporan, dan pemantauan dan penilaian tindak lanjut.

KONSEPKONSEP DASAR KOMUNIKASI YANG DIAPLIKASIKAN DALAM KEGIATAN BISNIS

Konsep-Konsep Dasar Komunikasi Yang Diaplikasikan Dalam Kegiatan Bisnis
A. Konsep-konsep dasar Komunikasi dalam Komunikasi Bisnis 
Pada dasarnya ada dua bentuk dasar komunikasi yg lazim dipakai dalam global usaha, yaitu komunikasi verbal serta nonverbal. Masing-masing bentuk komunikasi tadi dapat dijelaskan secara singkat menjadi berikut :

1. Komunikasi Verbal
Apa yg dimaksud dengan komunikasi verbal? Komunikasi lisan (verbal communications) adalah salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan buat mengungkapkan pesan-pesan bisnis pada pihak lain melalui goresan pena juga mulut. Bentuk komunikasi ini mempunyai struktur yang teratur serta terorganisasi dengan baik.

Dalam global bisnis bisa dijumpai aneka macam macam contoh komunikasi mulut, contohnya:
  • Membuat dan mengirim surat teguran pada nasabah yang menunggak pembayarannya.
  • Membuat dan mengirim surat penawaran harga barang pada pihak lain.
  • Membuat dan mengirim surat konfirmasi barang kepada pelanggan.
  • Membuat serta mengirim surat pemesanan barang (order) kepada pihak lain.
  • Membuat dan mengirim surat aduan (claim) pada pihak lain.
  • Membuat dan mengirim surat permintaan barang kepada pihak lain.
  • Membuat dan mengirim surat penolakan kerja.
  • Membuat serta mengirim surat kontrak kerja pada pihak lain.
  • Memberi warta pada pelanggan yg meminta liputan mengenai produk-produk baru.
  • Berdiskusi dalam suatu tim kerja (teamwork).
  • Melakukan wawancara kerja dengan para pelarnar kerja di suatu perusahaan.
  • Mengadakan briefing dengan staf karyawan. 
  • Mengadakan pembinaan manajernen kepada para manajer operasional/lini bawah.
  • Melakukan presentasi proposal pengembangan perusahaan pada hadapan tim penguji. 
  • Melakukan teleconference menggunakan pihak lain.
Dalam dunia bisnis, seseorang dapat saja mengekspresikan pesan-pesannya secara nonverbal (nir melalui goresan pena atau mulut). Namun, ekspresi secara nonverbal mempunyai suatu keterbatasan pada mengkomunikasikan sesuatu pada pihak lain. Sebagai model, bila seorang ingin membahas suatu kejadian masa lalu, wangsit atau abstraksi, beliau tidak sanggup memakai aktualisasi diri paras atau bahasa tubuh buat menerangkannya. Sebaliknya, dia harus menggunakan bahasa verbal, atau dengan kata lain dia perlu menyusun istilah-kata pada suatu pola. Yg merniliki arti atau makna, baik pada bentuk tulisan juga ekspresi.

Melalui komunikasi lisan atau tulisan, diperlukan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan menggunakan baik. Penyarnpaian suatu pesan melalui tulisan dan mulut mempunyai suatu harapan bahwa seseorang akan bisa mernbaca atau mendengar apa yg dikatakan pihak lain dengan baik dan sahih.

Komunikasi bisnis yg efektif sangat tergantung pada keterampilan seseorang dalam mengirim juga mendapat pesan. Secara umum, buat mengungkapkan pesan-pesan usaha, seorang bisa memakai tulisan dan verbal. Sedangkan untuk mendapat pesan-pesan bisnis, seorang dapat menggunakan indera pendengaran dan bacaan. Bagan 1.2 menerangkan banyak sekali macam bentuk komunikasi verbal yg digunakan dalam global usaha.

a. Berbicara serta Menulis
Pada umumnya, buat mengirimkan pesan-pesan bisnis, orang lebih senang berbicara (speaking) daripada menulis (writing) suatu pesan. Alasannya, komunikasi ekspresi relatif lebih gampang, simpel (efisien), serta cepat pada penyampaian pesan-pesan bisnis. Pada umumnya, bagi para pelaku bisnis, penyampaian pesan-pesan bisnis menggunakan tulisan relatif sporadis dilakukan. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa komunikasi lewat tulisan nir Penting. Hal ini lantaran nir seluruh hal sanggup disampaikan secara ekspresi.

Pesan yang sangat krusial serta kompleks, lebih sempurna disampaikan menggunakan memakai goresan pena. Adapun bentuk-bentuk komunikasi tertulis dalam global usaha meliputi antara lain surat (macam-macam surat usaha), memo, serta laporan. Masing-masing bentuk surat-surat bisnis tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci pada bab-bab berikutnya.

b. Mendengar dan Membaca
Meskipun buku ini lebih menekankan pada bentuk komunikasi goresan pena daripada verbal, perlu diingat bahwa komunikasi yg efektif adalah komunikasi dua arah. Orang-orang yg terlibat pada global bisnis cenderung lebih suka memperoleh atau menerima liputan daripada mengungkapkan informasi. Untuk melakukan hal tadi, mereka memerlukan keterampilan mendengar (listening) dan membaca (reading).

Sayangnya, kebanyakan orang dalam dunia bisnis mempunyai kemampuan mendengar yg nisbi lemah (kurang baik). Sebagai model sederhana, saat seorang mengikuti seminar usaha, maka keterangan yg bisa diserap pada benak pikiran mungkin hanya setengah dari yang diucapkan (itupun masih tidak mengecewakan). Beberapa hari kemudian, pesan yang masih bisa diingat mungkin tinggal seperempatnya. Begitu jua halnya menggunakan mahasiswa. Tatkala mengikuti kuliah, pada hari pertama mungkin poly hal yg didapatkan, dipaharni, serta dimengerti. Namun, pada hari-hari berikutnya materi yg masih dapat diingat, dipaharni, dan dimengerti sudah semakin banyak berkurang.

Dalam kaitannya menggunakan keterampilam membaca, seseorang tak jarang mengalarni kesulitan dalam mengambil pesan-pesan penting berdasarkan suatu bacaan. Hasil studi yang dilakukan sang Irwin Ross pada tahun 1986 pada majalah Fortune Amerika Serikat rnenunjukkan bahwa kira-kira 38 persen menurut orang dewasa mengalarni kesulitan memahami iklan di aneka macam surat warta, 14 % kesulitan mengisi cek secara benar, 26 persen kesulitan pada penjurnlahan dan pengurangan dalam kitab cek, dan kurang lebih 20 % mengalarni kesulitan membaca menggunakan baik.

Meskipun mendengar dan membaca merupakan hal yg berbeda, keduanya memerlukan pendekatan serupa. Langkah pertama adalah mencatat informasi yang berarti bahwa seseorang wajib memusatkan perhatian dalam pembicaraan yang tengah berlangsung atau bahan yg sedang dibacanya. Setelah bisa menangkap inti pembicaraan atau bacaan, langkah selanjutnya merupakan menafsirkan serta menilai kabar. Langkah ini adalah bagian terpenting dari proses mendengar.

Sambil melakukan penyaringan suatu fakta, seseorang wajib bisa tetapkan mana liputan yg penting serta mana yang tidak krusial. Suatu pendekatan yg bisa dilakukan adalah mencari ilham utama (main idea) serta ilham-wangsit pendukung (supporting idea) secara rinci. Jadi, buat dapat menyerap kabar menggunakan baik seorang wajib dapat berkonsentrasi pada apa yg sedang dibaca atau didengar. Pekerjaan tadi tentu saja bukan tugas yang mudah, lantaran perlu suatu tindakan yang berulang-ulang, tidak sekali jadi sebagaimana bim salabim!

2. Komunikasi Nonverbal
Bentuk komunikasi yg paling fundamental pada komunikasi bisnis merupakan komunikasi nonverbal (nonverbal communications). Menurut teori antropologi, sebelum insan menggunakan kata-kata, manusia sudah memakai gerakan-gerakan tubuh, bahasa tubuh (body language) sebagai alat untuk berkomunikasi menggunakan orang lain. Berikut ini merupakan beberapa contoh perilaku yang memberitahuakn komunikasi nonverbal:
  • Menggertakkan gigi buat menampakan kemarahan (dalam bahasa jawa diklaim getem-getem).
  • Mengerutkan dahi untuk memberitahuakn seseorang sedang berpikir.
  • Gambar laki-laki atau perempuan yg dipasang pada pintu masuk toilet buat menampakan kamar sinkron menggunakan jenis kelaminnya.
  • Berpangku tangan buat memperlihatkan seseorang sedang melamun.
  • Tersenyum dan berjabat tangan dengan orang lain untuk mewujudkan rasa bahagia, simpati, dan penghormatan.
  • Membuang muka untuk menunjukkan perilaku nir senang atau antipati terhadap orang lain.
  • Menggelengkan ketua buat memberitahuakn perilaku menolak atau keheranan.
  • Menganggukkan ketua buat menunjukkan indikasi putusan bulat atau OK.
  • Berbicara dengan merogoh jeda relatif menjauh buat menampakan bahwa lawan bicaranya belum begitu dikenal menggunakan baik (asing).
  • Menutup verbal dengan telapak tangan buat memperlihatkan suatu kebohongan.
  • Telapak tangan yg terbuka buat memperlihatkan kejujuran.
  • Tangan mengepal untuk memberitahuakn penuh percaya diri.
  • Gerakan kaki dan tangan secara nir teratur, bagaikan orang yg kedinginan buat memperlihatkan bahwa seseorang sedang grogi (nervous).
  • Seseorang mengirimkan seuntai bunga kepada teman yg meraih sukses usaha buat menampakan rasa simpati dan ucapan selamat atas kesuksesan yg diraih.
  • Ruang tunggu sebuah bank disediakan tanpa loka duduk buat menampakan bahwa para nasabah akan dilayani menggunakan cepat tanpa wajib menunggu lama .
Pendek kata, pada komunikasi nonverbal orang dapat mengambil suatu konklusi mengenai banyak sekali macam perasaan orang lain, baik rasa senang , benci, cinta, rindu dan banyak sekali macam perasaan lainnya. Lagi juga, komunikasi nonverbal tidak sama dengan komunikasi lisan di pada cara yg cukup fundamental.

Pada umumnya, bentuk komunikasi nonverbal mempunyai sifat yang kurang terstruktur yg membuat komunikasi nonverbal sulit buat dipelajari. Sebagai model, seorang akan mengalami kesulitan jika menyuruh orang lain buat merogoh buku kerja pada suatu loka yang terdapat majemuk rona maupun judul bukunya dengan menggunakan bahasa nonverbal. Di samping itu, proses belajar yang dialami seorang buat dapat melakukan perilaku nonverbal jua sulit dijelaskan. Tak seseorang pun pernah mengajari bagaimana bayi menangis, tersenyum, atau tertawa. Dan tak seseorang pun pernah belajar mengerutkan dahi, manakala jalan pikirannya buntu atau terganggu. Begitu halnya orang berteriak histeris, manakala seorang sedang putus harapan atau stres berat lantaran tidak mampu menyelesaikan pekerjaan berat sempurna pada waktunya.

Ada beberapa jenis komunikasi nonverbal lainnya, misalnya arti suatu rona dan gerak-isyarat tertentu, yg akan, bervariasi berdasarkan saat ke saat. Warna-warna cerah yang ada pada ruang-ruang kantor, warna sandang seragam kerja (uniform) para karyawan yg tidak sinkron antar departemen (bagian) yg satu dengan departemen (bagian) lainnya pada suatu perusahaan. Di samping itu, bahasa isyarat yg sering ditunjukkan oleh para karyawan yg sedang menuntaskan pekerjaan di kantor, juga termasuk keliru satu bentuk komunikasi nonverbal.

Komunikasi nonverbal juga lebih bersifat impulsif dibandingkan dengan komunikasi ekspresi pada hal penyampaian suatu pesan. Pada umumnyal sebelum menyampaikan sesuatu, seorang telah mempunyai suatu planning tentang apa yg ingin dikatakan. Misalnya, ketika seorang menyampaikan "Tolong, bukakan pintu itu," maka pada saat itu seseorang dengan sadar sudah mempunyai tujuan atau maksud eksklusif. Tetapi, saat seseorang berkomunikasi secara nonverbal, dia seringkali melakukannya secara tidak sadar. Contoh yg paling sederhana adalah mengerutkan dahi saat sedang memikirkan sesuatu, ekspresi wajah yang memerah lantaran ingin meluapkan kemarahan, mondar-mandir tanpa tujuan yg niscaya karena pikiran sedang kacau, serta sejenisnya. Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yg bersifat alami (natural) serta tak pernah direncanakan sebelumnya. Ekspresi seseorang baik senang dan murung , jua termasuk ke dalam komunikasi nonverbal.

3. Pentingnya Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal acapkali nir bersiklus atau kurang terstruktur. Namun, komunikasi nonverbal mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada komunikasi mulut. Isyarat-isyarat komunikasi nonverbal merupakan sangat penting terutama buat menyampaikan perasaan serta emosi seseorang.

Apa kebaikan atau keunggulan berdasarkan komunikasi nonverbal? Salah satu kebaikan komunikasi nonverbal adalah kesahihannya (reliabilitas). Hal ini berkaitan dengan taraf agama yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yg disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Secara umum, orang akan mudah menipu orang lain menggunakan menggunakan istilah-istilah daripada memakai gerakan tubuh (bahasa isyarat). Komunikasi menggunakan menggunakan istilah-kata akan lebih gampang dikendalikan daripada menggunakan menggunakan bahasa isyarat (gerakan badan/tubuh) atau aktualisasi diri wajah. Hal ini ditimbulkan sang sifat komunikasi nonverbal yg impulsif. Ketika seorang mendengar berita yang menyenangkan, aktualisasi diri wajah seorang nampak cerah ceria, seolah-olah tanpa beban. Namun, apabila seseorang mendengar liputan yang kurang menyenangkan yg menyangkut diri sendiri, famili, atau sahabat karib, maka menggunakan cepat aktualisasi diri wajah seseorang akan gampang berubah sebagai sedih, lesu, lemah, tak bergairah, seolah-olah hampa global ini.

Dengan memperhatikan isyarat nonverbal, seorang bisa mendeteksi kecurangan atau menegaskan kejujuran orang lain. Maka, tidaklah mengherankan bila seorang lebih percaya dalam pesan-pesan yg disampaikan melalui isyarat nonverbal ketimbang pesan-pesan yang disampaikan melalui isyarat ekspresi. Seseorang bisa saja menutup-nutupi kecurangan dengan isyarat ekspresi (seperti goresan pena). Namun, beliau nir bisa sepenuhnya menutupi apa yg sedang terjadi pada dirinya karena hal itu tercermin pada ekspresi wajahnya. Manakala paras seseorang sedih atau cemberut, maka bisa diduga bahwa seorang sedang menghadapi suatu masalah, mungkin masalah langsung, famili, atau perkara usaha pada kantornya.

Komunikasi nonverbal krusial ialah bagi pengirim serta penerima pesan, karena sifatnya yg efisien. Suatu pesan nonverbal bisa disampaikan tanpa wajib berpikir panjang, dan pihak audiens pula bisa menangkap ialah dengan cepat.

Coba perhatikan para petugas penyaji kuliner dan minuman (dalam bahasa Jawa diklaim sinoman) pada suatu acara resepsi yg sedang melakukan tugasnya. Pada urnurnnya mereka memiliki bahasa-bahasa isyarat tertentu yang dapat dipaharni sang teman-teman mereka buat menunjukkan loka-tempat mana yang sudah maupun yang belum menerima jamuan kuliner atau minurnan. Contoh lain, waktu seseorang karyawan berusaha inernanggil ternannya yg sedang as yik mengobrol pada suatu ternpat yg agak jauh. La bisa memakai isyarat nonverbal misalnya bertepuk tangan sambil melambaikan tangan buat memanggil temannya tadi.

Cukup poly model bentuk kornunikasi nonverbal baik yg terdapat pada kehidupan sehari-hari juga dalam global bisnis. Coba Anda kernbangkan contoh-contoh yg lain!

4. Tujuan Komunikasi Nonverbal
Meskipun komunikasi nonverbal dapat berdiri sendiri, tetapi sering berkaitan erat menggunakan ucapan (lisan). Ini berarti tak jarang terjadi penggabungan antara komunikasi mulut dan nonverbal dalam suatu situasi. Kata-istilah yang disampaikan pada suatu dialog hanya membawa sebagian berdasarkan suatu pesan. Sedangkan bagian yg lain, disampaikan melalui sinyal-sinyal nonverbal. Coba amati acara "Dunia dalam Berita' pukul 21.00 WIB pada stasiun televisi TVRI. Dalam program itu, dengan gampang bisa dijurnpai kombinasi kornunikasi lisan dan nonverbal. Coba perhatikan dengan cermat!

Apa sebenarnya tujuan komunikasi nonverbal? Menurut John V. Thil dan Courtland Bovee pada Excellence In Business Communications, kornunikasi nonverbal memiliki enam tujuan, yaitu: 
1) Menyediakan/memberikan liputan. 
2) Mengatur alur suatu dialog.
3) Mengekspresikan emosi.
4) Mernberi sifat, melengkapi, menentang, atau berbagi pesan-pesan mulut.
5) Mengendalikan atau menghipnotis orang lain.
6) Mempermudah tugas-tugas spesifik, misalnya bagairnana mengayunkan tongkat golf yg baik serta benar.

Bagaimana relevansi komunikasi nonverbal pada global usaha? Dalam dunia bisnis, komunikasi nonverbal bisa membantu menentukan dapat dipercaya serta potensi kepemimpinan seorang. Jika seseorang dapat belajar mengelola pesan yg dibentuk dengan bahasa isyarat, karakteristik atau aktualisasi diri wajah, suara dan penampilan, beliau bisa melakukan komunikasi menggunakan baik. Dengan kata lain, seseorang manajer (pemimpin) sekaligus harus bisa sebagai komunikator yg baik. La wajib memahami bagaimana mengungkapkan pesan-pesan bisnis pada para bawahannya, kapan dan kepada siapa pesan-pesan usaha itu harus disampaikan.

Lebih lanjut, apabila seorang bisa belajar membaca pesan-pesan nonverbal yg disampaikan orang lain, beliau akan bisa menafsirkan maksud dan perilaku mereka secara lebih akurat serta lebih sempurna. Ketika berurusan dengan para karyawan, klien atau pelanggan, perhatikanlah secara seksama pesan-pesan yang mereka sampaikan. Jika perilaku karyawan memperlihatkan tanda-tanda-gejala kurang atau menurun semangat kerjanya, seringkali melakukan mogok kerja, serta prestasi kerja menurun, seseorang manajer harus tanggap serta segera mengambil langkah-langkah penanggulangan. Contoh-model tersebut mendeskripsikan betapa pentingnya bagi seseorang pemimpin pada level apa pun buat peka terhadap perilaku atau konduite yg ditunjukkan sang bawahannya.

PROSES KOMUNIKASI
Sesuatu yang bisa dinikmati waktu ini seperti kitab yang sedang Anda baca, compact disc menggunakan lagu-lagu nostalgia, acara-program televisi yang beraneka ragarn, Internet yang banyak membawa informasi baru, personal computer yang semakin canggih, dan sejenisnya tidaklah tiba begitu saja, tetapi melalui suatu proses yang cukup panjang. Demikian juga dengan komunikasi, yg memerlukan proses.

Perhatikanlah seorang yang sedang berbicara, menulis, mendengar, atau membaca, kegiatan komunikasi yg mereka lakukan lebih menurut satu tindakan. Sebagai suatu proses, kormunikasi mempunyai persamaan menggunakan bagaimana seseorang mengekspresikan perasaan, hal-hal yg berlawanan (kontradiktif), yang sama (selaras, serasi), serta mencakup proses menulis, mendengar, serta mempertukarkan kabar. Menurut Courtland L. Bovee serta John V. Thil dalam Business Communication Today, proses komunikasi (communication process) terdiri atas enarn termin, yaitu:
1) Pengirim memiliki suatu wangsit atau gagasan.
2) Pengirim membarui wangsit sebagai suatu pesan. 
3) Pengirim menyampaikan pesan.
4) Penerima menerima pesan.
5) Penerima menafsirkan pesan.
6) Penerima memberi tanggapan serta mengirim urnpan balik kepada pengirim.

Keenam tahapan dalam proses komunikasi tersebut bisa digambarkan pada sebuah diagram menjadi berikut:

Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide atau Gagasan
Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim pesan wajib menyiapkan ilham atau gagasan apa yg ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens. Ide dapat diperoleh menurut banyak sekali sumber yang terbentang luas pada hadapan kita. Dunia ini penuh dengan banyak sekali macam fakta, baik yang dapat dicermati, didengar, dicium maupun diraba. Ide-wangsit yang ada pada benak kita disaring serta disusun ke pada suatu memori yg terdapat dalam jaringan otak, yg merupakan citra persepsi kita terhadap kenyataan. Setiap orang akan memiliki peta mental yg berbeda, lantaran kita memandang dunia dan menyerap banyak sekali pengalaman menggunakan suatu cara yang unik dan bersifat individual.

Karena persepsi adalah hal yg unik, pandangan baru yg disampaikan seorang mungkin akan ditafsirkan secara tidak sinkron oleh orang lain. Bahkan dua orang yg mempunyai suatu pengalaman yang sama terhadap sesuatu hal atau insiden, akan mempunyai suatu kesan yang tidak serupa. Sebagai contoh, terdapat 2 orang yang beserta-sama mengikuti briefing berdasarkan pimpinan perusahaan. Apabila mereka diminta buat menceritakan pengalaman mereka masing-masing, tentu ada beberapa hal yg tidak sama. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena setiap orang akan menyaring keterangan yang didapat, dan hanya akan memperhatikan dan mengingat hal-hal yang mereka anggap menarik atau penting. Seorang komunikator yg baik wajib dapat menyaring hal-hal yang nir krusial atau nir relevan, serta memusatkan perhatian dalam hal-hal yang memang penting serta relevan. Dalam global komunikasi, proses tersebut dikenal menjadi abstraksi (abstraction).

Tahap Kedua: Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan 
Dalam suatu proses komunikasi, nir semua pandangan baru dapat diterima atau dimengerti dengan paripurna. Seperti yg telah diuraikan dalam, bagian B dari bab ini, proses komunikasi dimulai dengan adanya ide pada pikiran, yang lalu diubah ke dalam bentuk pesan-pesan misalnya pada bentuk kata-istilah, ekspresi wajah, dan sejenisnya, buat lalu dipindahkan pada orang lain.

Agar pandangan baru bisa diterima dan dimengerti secara paripurna, pengirim pesan wajib memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audiens, gaya personal, dan latar belakang budaya. Sebagai contoh sederhana, pada umumnya orang Timur cenderung mengungkapkan pesan menggunakan memakai bahasa tak eksklusif serta bahasa penghalus. Untuk menyatakan sikap menolak, seorang terlebih dahulu harus memakai kalimat-kalimat pembuka yg bersifat netral, baru kemudian menyatakan sikap penolakan.

Tahap Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan
Setelah membarui inspirasi-pandangan baru ke pada suatu pesan, tahap berikutnya merupakan memindahkan atau menyampaikan pesan melalui aneka macam saluran yang terdapat pada si penerima pesan. Rantai saluran komunikasi yg digunakan buat mengungkapkan pesan terkadang relad pendek, namun ada j uga yg relatif panjang. Panjang-pendeknya rantai saluran komunikasi yang dipakai akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Jika pesan-pesan yg panjang serta kompleks disampaikan secara mulut, pesan-pesan tersebut bisa terdistorsi atau bahkan bertentangan dengan pesan aslinya. Di samping itu, dalam menyampaikan suatu pesan, banyak sekali media komunikasi bisa digunakan, media goresan pena juga verbal. Oleh karenanya, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yg akan disampaikan.

Tahap Keempat: Penerima Menerima Pesan
Komunikasi antara seorang dengan orang lain akan terjadi, jika pengirim mengirimkan suatu pesan serta penerima mendapat pesan tadi. Apabila seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru bisa terjalin bila penerima surat telah membaca serta memahami isinya.

Jika seseorang mengungkapkan pidato pada hadapan generik, para pendengar sebagai audiens harus bisa mendengar apa yg dikatakan, serta memahami pesan-pesan yang disampaikan.

Tahap Kelima: Penerima Menafsirkan Pesan
Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya merupakan bagaimana dia bisa menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti serta tersimpan di dalam benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya, suatu pesan baru bisa ditafsirkan secara benar jika penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud sang pengirim pesan.

Tahap Keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Mengirim Umpan Balik ke Pengirim
Umpan kembali (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. La merupakan tanggapan penerima pesan yg memungkinkan pengirim buat menilai efektivitas suatu pesan.

Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan menggunakan cara eksklusif serta memberi frekuwensi terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan sang penerima pesan beraneka macam, dapat berupa suatu senyuman, tertawa, sikap murung , cemberut, memberi komentar sekilas (singkat), anggukan sebagai pembenaran, atau pesan secara tertulis. Sebagai contoh, seseorang karyawan perusahaan menerima sepucuk surat berdasarkan pimpinannya. Sesaat kemudian surat tadi dibacanya. Apabila aktualisasi diri wajahnya nampak murung , berarti dapat diduga bahwa beliau mendapat kabar yg kurang menyenangkan. Sebaliknya, jlka ia menerima surat berdasarkan pimpinannya dan sehabis dibacanya nampak ekspresi paras yang berseri-seri, bisa diduga bahwa ia mendapat berita yg menyenangkan. Bentuk aktualisasi diri paras tadi adalah model umpan kembali (feedback) dalam berkomunikasi.

Umpan kembali memegang peranan penting pada proses komunikasi, lantaran ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Di samping itu, adanya umpan balik dapat menerangkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran istilah-kata, dan perbedaan reaksi secara emosional.

B. Variabel-variabel Komunikasi Bisnis 
Berbicara mengenai variabel-veriabel komunikasi, termasuk komunikasi bisnis, umumnya mengacu pada contoh komunikasi klasik yg dikembangkan pakar komunikasi Harold D. Laswell. Variabel-variabel tadi dirumuskan pada apa yang dinamakan Formula Laswell yang menyatakan : who, says what, to whom, through what channel and with what effect? Dari formula ini, kita bisa mengidentifikasi bahwa who adalah komunikator, say what merupakan pesan, to whom adalah komunikan, through what channel merupakan saluran/media, serta with what effects merupakan imbas komunikasi. Namun penerapan formula ini dalam kegiatan komunikasi usaha memerlukan sedikit modifikasi, seperti yg dilakukan Rosenblatt berikut adalah :
  1. Variabel Sumber (who) : yg berkaitan dengan kredibilitas sumber yang berdimensi keahlian, agama dan dinamisme.
  2. Variabel Pesan (say what) : yg berupa pesan ekspresi dan nonverbal
  3. Variabel Penerima (to whom) : yang berkaitan dengtan karakteristik komunikan dari aspek fisologis, psikologis serta sosiologis.
  4. variabel Konteks (in what context) : yg terdiri berdasarkan konteks psikologis serta fisikal
  5. Variabel Saluran (through what channel) : yang penggunaannya dipengaruhi sang variabel penerima dan pesan
  6. Variabel Efek (with what effects) : yg dipakai buat mengukur tingkat keberhasilan aktivitas atau proses komunikasi.
Bila dibandungkan dengan Formula Laswell, Rosenblatt menambahkan variabel “konteks”. Hal ini sanggup dimengerti karena proses komunikasi, termasuk komunikasi bisnis, selalu berlangsung pada konteks tertentu.

C. Komunikasi pada Manajemen Bisnis 
Tujuan organisasi usaha adalah buat mempertinggi kualitas hayati masyarakat. Sebagai sebuah kegiatan usaha, organisasi usaha pun bertujuan buat menerima keuntungan. Keuntungan serta peningkatan kualitas hidup masyarakat itu diperoleh melalui cara yg sah dengan menyediakan kebutuhan barang-barang serta jasa masyarakat.

Elemen-elemen organisasi usaha bisa dibagi 2 :
1. Elemen eksternal 
2. Elemen internal

Elemen internal berada di pada organisasi bisnis yg mencakup mulai berdasarkan pemilik perusahaan, manajemen sampai karyawan. Sedangkan elemen eksternal adalah forum-forum yang secara pribadi juga tidak pribadi berpengaruh pada organisasi/lembaga bisnis misalnya forum pemerintah, pemasok, pelanggan serta penyalur.

Fungsi komunikasi pada manajemen merupakan sebagai indera buat mengintegrasikan serta mengkoordinasikan para pelaku bisnis. Fungsi komunikasi ini mengikuti pula fungsi-fungsi manajemen yakni :
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Actuating
4. Pengawasan

Komunikasi pada usaha sangat krusial untuk mendapatkan warta dan mensugesti.
Kegiatan komunikasi dalam manajemen amat bergantung pada iklim komunikasi di pada organisasi/lembaga usaha. Iklim komunikasi ini amat dipengaruhi gaya manajemen. Ada 4 gaya manajemen yakni :
1. Gaya direktif
2. Gaya pelatih
3. Gaya superotif
4. Gaya pendelegasian.

Gaya manajemen mana yg akan kita pakai, sangatlah bergantung dalam situasi organisasi/forum bisnis kita. Namun kecenderungan dalam manajemen terkini, gaya yang dipilih merupakan gaya yang mendukung iklim keterbukaan komunikasi. Dalam situasi manajemen ini, para manajer lebih poly menghabiskan waktunya buat mendengarkan dibandingkan menaruh perintah. Para pekerja menawarkan gagasannya, membantu memutuskan tujuan serta bekerja sama dalam memecahkan dilema. Tetapi poly masalah dijumpai, gaya manajemen partisipatif seperti itu sukar dijalankan lantaran keengganan para manajer sndiri buat mengganti gaya manajemen direktifnya. Para manajer itu sanggup menerima gagasan manajemen partisipatif tapi permanen membatasi arus kabar.

D. Proses Komunikasi Bisnis 
Menurut Bovee serta Thill (1989), dalam komunikasi usaha aneka macam bentuk komunikasi dilangsungkan. Kedua ahli itu lalu membuat prosentasi kegiatan komunikasi yang dilakukan dalam komunikasi usaha. Hampir separuh (45%) aktivitas komunikasi usaha merupakan mendengarkan/menyimak pesan komunikasi yg disampaikan orang lain. Sebagai imbangannya, 30% kegiatan komunikasi kita adalah berbicara. Sedangkan membaca mencapai 19% serta terkecil merupakan menulis 16%. Kegiatan komunikasi usaha tersebut berlangsung dalam berbagai level kegiatan komunikasi yakni :

1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa pada komunikasi bisnis dibutuhkan buat menyampaikan pesan kepada publik serta menerima pesan dari publik. Agar komunikasi bisnis pada level komunikasi massa berjalan menggunakan efektif perlu mengetahui karakteristik komunikasi massa yaitu :
Sumbernya terlembagakan
  • Pesannya bersifat publik
  • Medianya bersifat simultan dan periodik
  • Khalayaknya heterogen, anonim serta tersebar
  • Efeknya nir seketika
2. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok pada komunikasi bisnis bentuknya sangat bergantung pada jenis gerombolan yg dibuat. Ada beberapa jenis kelompok seperti :
  1. Kelompok kerja
  2. Fokus grup
  3. Komite
  4. Konferensi media
  5. Rapat publik
Kegiatan komunikasi usaha dalam level komunikasi kelompok ini amat dipengruhi budaya.

3. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi bisnis jua berlangsung dalam level komunikasi Interpersonal. Komunikasi interpersonal ini merupakan kegiatan memunculkan makna melalui pertukaran pesan. Agar kita memanfaatkan komunikasi interpersonal ini menggunakan baik, kita harus mengingat 10 prinsip komunikasi pada bab sebelumnya. Juga wajib mempertimbangkan proses simplifikasi dan abstraksi saat mengubah gagasan sebagai pesan. Dalam menyampaikan pesan tersebut, kita jua wajib memperhatikan siapa penerima pesan tadi.