TIPS MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI

Tips Meningkatkan Kepercayaan Diri - Kepercayaan diri memang sebagai kemampuan lebih waktu kita akan menghadapi dunia kerja, bersosialisasi apalagi jika kita memiliki jiwa seorang pemimpin. Setiap orang memiliki kepercayaan diri cuma kita harus memolesnya buat menerima agama diri yg tinggi. Tidak gampang memang tetapi suka atau nir kepercayaan diri akan membantu poly hal pada kehidupan kita, bahkan mau tidak mau agama diri ini pula akan kita perlukan suatu saat nanti, nah bagaimana cara mempertinggi rasa percaya diri kita? Berikut tips mempertinggi rasa percaya diri kita yang terpendam.

Tips Meningkatkan Rasa Kepercayaan Diri
Tersenyum
Senyuman memiliki tenaga yang sangat akbar pada kehidupan kita, dengan tersenyum kita memiliki tenaga yang bisa mengurangi rasa gugup dalam diri kita dan menaikkan rasa percaya diri. Anda nir hanya tersenyum apabila anda merasa senang serta percaya diri, kebalikannya anda sanggup tersenyum buat membuat diri anda merasa lebih baik. Tersenyum berhubungan erat dengan perasaan positif sebagai akibatnya hampir tidak mungkin anda merasa nir lezat saat anda tersenyum.
Tersenyum lebih menurut sekedar memberitahuakn ekspresi pada wajah anda. Tersenyum melepaskan hormon endorphin yang membuat anda merasa lebih baik, meningkatkan peredaran darah pada wajah anda, menciptakan anda merasa nyaman menggunakan diri anda sendiri dan tentunya bisa menaikkan rasa percaya diri anda. Anda jua akan tampak lebih percaya diri pada hadapan orang lain ketika anda tersenyum.
Tatap Mata Lawan Bicara Anda
Sama halnya menggunakan tersenyum, tataplah mata semua orang di pada ruangan. Berikan senyum anda dan dapat dipastikan mereka akan membalas senyuman anda, serta senyum yang diberikan orang lain dapat menaikkan rasa percaya diri anda dengan cepat. Sama halnya dengan tersenyum, hubungan mata menampakan bahwa anda percaya diri. Menatap sepatu anda atau meja mendorong perasaan anda menjadi ragu-ragu dan malu. Tips ini sangat bermanfaat buat situasi kerja; buatlah kontak mata dengan orang yg mewawancarai anda, atau orang-orang yang menghadiri presentasi anda.
“Kontak mata membantu anda untuk menghilangkan rasa takut apabila anda sedang berbicara di depan generik dan semakin mendekatkan anda menggunakan versus bicara anda. Stress adalah perasaan yang tiba menurut sesuatu yang asing serta tidak bisa dikendalikan. Kontak mata memberikan pembicara citra dari fenomena yg tidak lain adalah lawan bicara itu sendiri. Kontak mata pula membantu menarik minat lawan bicara anda.” (Confident Eye Contact, Unlimited Confidence)
Ubahlah Suara Dalam Diri Anda
Kebanyakan berdasarkan kita memiliki suara pada diri yang mengatakan bahwa kita bodoh, nir cukup bisa, terlalu gendut, kurus, berisik, pendiam, dll. Kemampuan merubah bunyi pada pada diri anda adalah kunci untuk memperoleh kepercayaan diri dari dalam. Buat suara dalam diri anda sebagai sahabat pendukung yg paling mengenal anda serta mengetahui bakat anda, dan menginginkan anda buat mencapai yg terbaik.
Lupakan Standar Yang Ditetapkan Orang Lain
Terlepas menurut situasi yang menciptakan anda mengalami krisis percaya diri, anda sanggup membantu diri anda sendiri menggunakan berpegang pada standar yang anda miliki. Orang lain memiliki nilai yg tidak selaras dengan anda, dan sekeras apa pun anda mencoba, anda tidak pernah sanggup memuaskan semua orang setiap saat. Jangan khawatir jika orang-orang menyebut anda gendut, kurus, pemalas, membosankan, pelit, konyol, dll.. Bertahanlah pada baku yg anda miliki, bukan dalam baku yg dimiliki orang lain. Ingatlah nilai-nilai serta baku-baku yg dimiliki biasanya tidak sinkron pada masyarakat; anda tidak wajib menerima nilai dan standar tersebut hanya karena orang-orang di lebih kurang anda menerimanya.
Tampillah Serapih Mungkin
Meskipun anda hanya memiliki sedikit ketika, pergilah ke kamar mandi untuk memastikan anda tampil rapih. Sisirlah rambut anda, cucilah muka anda, perbaiki riasan wajah anda, luruskan kerah anda, pastikan tidak ada residu makanan pada gigi anda. Semua hal ini dapat membuat disparitas antara rasa percaya diri terhadap penampilan anda serta rasa takut anda terhadap penampilan anda.
”Sempurnakan penampilan fisik anda; telah merupakan fakta bahwa penampilan seorang memainkan peranan krusial pada menciptakan rasa percaya diri. Meskipun kita tahu apa yg kita miliki dalam diri kitalah yang penting, penampilan fisik anda memilih impresi orang terhadap diri anda.” (Building Blocks to Self-Confidence, Complete Wellbeing)
Berdoalah Atau Bermeditasi Sejenak
Jika anda percaya pada Yang Maha Kuasa, mengucapkan doa mampu mempertinggi rasa percaya diri anda (anda juga sanggup melakukan meditasi selain berdoa). Langkah ini membantu anda buat mundur sesaat dari situasi yang serba cepat dan mencari bantuan menurut Yang Maha Kuasa. Berikut adalah sebuah contoh doa, tetapi anda mampu menulis hal serupa yg sesuai menggunakan agama atau kepercayaan anda:
“Ya Tuhan, terima kasih lantaran Kau sudah mengasihi serta menerimaku apa adanya.. Bantulah saya untuk melakukan hal yg sama.. Serta bantulah aku untuk tumbuh menjadi sinkron menggunakan kehendakMu sebagai akibatnya rasa percaya diriku akan bertambah; semuanya demi keagungan namaMu serta bukan namaku. Terima kasih karena Engkau telah mendengarkan dan menjawab doaku. Amin.” (Daily Encounter, Strengthen Your Self-Confidence, Acts International)
Reka Ulang
Jika sesuatu terjadi diluar dugaan anda, hal ini cukup mudah menggoyahkan rasa percaya diri anda. Mungkin anda menumpahkan minuman anda, terlambat hadir di sebuah rendezvous penting karena macet, atau seseorang yang ingin anda ajak bicara menaruh tanggapan dingin. Cobalah buat “mereka ulang” situasi tadi dan tempatkan dalam situasi yg lebih positif. Seringkali suatu insiden sebagai negatif karena persepsi kita sendiri.
Tentukan Langkah Anda Selanjutnya
Jika anda tidak yakin menggunakan apa yang wajib anda lakukan, temukan satu langkah sederhana yg mampu membantu anda buat terus maju. Hal ini mungkin saja mampu dilakukan dengan melakukan kontak mata dalam sebuah pesta, memperkenalkan diri anda dalam orang asing, memecahkan kebekuan dalam sebuah kedap, atau menanyakan orang yg mewawancarai anda buat menampakan pengetahuan anda terhadap industri serta perusahaan mereka.
Mulailah bertindak meskipun anda tidak memiliki gambaran yang kentara tentang apa yang seharusnya anda lakukan. Bergeraklah menuju target anda. Koreksi diri anda pada lain kesempatan.
Bicaralah Perlahan
Sebuah tips sederhana agar anda terlihat atau menjadi lebih percaya diri adalah menggunakan bicara perlahan. Apabila anda bicara terlalu cepat, anda akan merasa tidak lezat lantaran anda sadar anda bicara terlalu cepat. Bicara perlahan memberi anda kesempatan buat memikirkan apa yang anda akan katakan selanjutnya. Jika anda sedang berbicara atau melakukan presentasi, berhentilah sesaat pada akhir sebuah frase atau kalimat buat membantu orang lain mencerna apa yg anda katakan.
Berbicara perlahan menunjukkan agama diri seorang. Seseorang yg merasa tidak layak didengarkan akan berbicara dengan cepat, karena dia tidak mau menciptakan orang lain menunggu hal-hal yang nir layak didengarkan.
Ikut Ambil Bagian
Pernahkah anda duduk seharian pada dalam kelas atau di sebuah kedap tanpa mengucapkan satu patah istilah pun? Pernahkah anda pergi beserta sahabat-sahabat anda di malam hari dimana sahabat-sahabat anda berbincang menggunakan gembira sementara anda hanya duduk serta menatap minuman anda? Kemungkinan yg terjadi adalah anda merasa tidak terlalu percaya diri dalam waktu itu – dan mungkin saja anda akan merasa lebih nir enak setelah malam tersebut. Apapun situasi anda, berusahalah buat ikut ambil bagian. Meskipun anda merasa nir banyak yang sanggup anda katakan, pikiran serta perspektif anda sangat berharga bagi orang-orang pada lebih kurang anda.
Dengan mencoba buat berbicara setidaknya satu kali pada setiap diskusi gerombolan , anda akan menjadi pembicara yang lebih baik, lebih percaya diri mengutarakan pikiran anda, serta dikenal menjadi seseorang pemimpin sang rekan-rekan anda.

PENGERTIANTEORI CLIENT CENTERD

Pengertian,Teori Client Centerd
1. Konsep Dasar Tentang Manusia Menurut Teori Client – Centerd
Carl Ransom Rogers berbagi konseling client-centered menjadi reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Konselor berfugsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan langsung seorang menggunakan jalan membantunya dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan buat memecahkan perkara-masalah. Pendekatan client centered ini memberikan kepercayaan yg besar dalam kesanggupan seorang untuk mengikuti jalan konseling serta menemukan arahnya sendiri.

Rogers menciptakan teorinya ini dari penelitian serta observasi eksklusif terhadap insiden-insiden nyata, dimana dalam akhirnya ia memandang bahwa insan dalam hakekatnya merupakan baik. Beberapa konsepsi Rogers tentang hakekat insan (human being) merupakan menjadi berikut: 
a. Manusia tumbuh melalui pengalamannya, baik melalui perasaan, berfikir, pencerahan ataupun penemuan. 
b. Manusia adalah makhluk subyektif, secara, esensial manusia hidup pada pribadinya sendiri dalam dunia subjektif 
c. Keakraban interaksi insan merupakan keliru satu cara seorang paling banyak memenuhi kebutuhannya. 
d. Pada umumnya. Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan buat bebas, beserta-sama dan saling berkomunikasi. 
e. Manusia mempunyai kecenderungan ke arah aktualisasi, yaitu kecenderungan yg melekat dalam organisme buat mengembangkan keseluruhan kemampuannya pada cara memberi pemeliharaan serta meningkatkan aktualisasi diri. 

2. Ciri-Ciri Teori Client – Centered
Rogers nir mengemukakan teori client-centered sebagai suatu pendekatan konseling serta tuntas. La mengharapkan orang lain akan memandang teorinya menjadi sekumpulan prinsip percobaan yang berkaitan menggunakan perkembangan proses konseling. Rogers menguraikan karakteristik-ciri yang membedakan pendekatan client-centered menurut pendekatan-pendekatan lain. Berikut ini ciri-karakteristik pendekatan client centered yaitu:
  • Difokuskan pada tanggungjawab serta kesanggupan seseorang buat menemukan cara-cara menghadapi fenomena secara lebih penuh. Sebagai orang yang paling mengetahui diri sendiri, maka orang tersebut yg wajib menemukan tingkah laris yang lebih pantas bagi dirinya.
  • Menekankan dunia fenomenal seseorang konseli. Dengan ikut merasakan yg cermat serta menggunakan bisnis memahami kerangka acuan internal seseorang, konselor menaruh perhatian terutama pada persepsi-diri konseli serta persepsinya terhadap global.
  • Prinsip-prinsip konseling client centered diterapkan pada individu yang fungsi psikologisnya berada dalam taraf yg relative normal juga pada individu yg derajat penyimpangan psikologisnya lebih besar .
  • Menurut pendekatan ini jua, psikokonseling hanyalah salah satu contoh menurut interaksi eksklusif yang konstruktif. Konseli akan melalui hubungannya menggunakan seseorang yg membantunya melakukan apa yang tidak mampu dilakukannya sendiri. Itu merupakan interaksi dengan konselor yg selaras (menyeimbangkan tingkah laris dan aktualisasi diri eksternal dengan perasaan-perasaan serta pemikiran-pemikiran internal), bersikap mendapat dan empatik yang bertindak menjadi agen perubahan terapeutik bagi konseli.
3. Tujuan Teori Client – Center 
Tujuan dasar konseling client-centered merupakan membentuk iklim yang aman bagi usaha membantu konselit buat menjadi seorang pribadi yg berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan terapeutik tadi, konselor perlu mengusahakan agar konselit mampu tahu hal-hal yang ada di pulang topeng sebagai pertahanan terhadap ancaman. Sandiwara yang dimainkan sang konselit, menghambatnya buat tampil utuh dihadapan orang lain dan pada usahanya menipu orang lain, beliau menjadi asing terhadap dirinya sendiri. Adapun tujuan-tujuan teori client-centered secara luas yaitu :

a. Keterbukaan pada Pengalaman
Keterbukaan pada pengalamam menyiratkan sebagai lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar dirinya. Orang mempunyai kesadaran atas diri sendiri pada waktu kini serta kesanggupan mengalami dirinya menggunakan cara-cara yang baru. 

b. Kepercayaan pada Organisme Sendiri
Salah satu tujuan konseling adalah membantu konseli pada membentuk rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan meningkatnya keterbukaan konseli terhadap pengalaman-pengalamannya sendiri, agama kilen kepada dirinya sendiri pun akan mulai muncul.

c. Tempat Evaluasi Internal 
Tempat penilaian internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri, yg berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi kasus-masalahnya. Dia tetapkan standar-standar tingkah laris serta melihat ke dalam dirinya sendiri pada membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.

d. Kesediaan buat menjadi Satu Proses.
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian, yg merupakan versus dari konsep tentang diri sebagai produk, sangat penting. Meskipun client dapat menjalani konseling buat mencari sejenis formula buat membentuk keadaan berhasil serta berbahagia (hasil akhir), mereka menjadi sadar bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para konselit dalam konseling berada pada proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan -agama serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru. 

4. Fungsi serta Peran Konselor dalam Konseling Client-Centered 
Peran konselor client centered berakar pada cara-cara keberadaannya serta sikap-sikapnya, bukan dalam penggunaan teknik-teknik yg dirancang buat membuahkan konseli "berbuat sesuatu". Penelitian tentang konseling client centered sepertinya menerangkan bahwa yg menuntut perubahan kepribadian konseli adalah sikap-sikap konselor alih-alih pengetahuan, teori-teori atau teknik-teknik yang dipergunakannya. Pada dasarnya, konselor menggunakan dirinya sendiri sebagai alat buat mengganti. Adapun fungsi konselor merupakan membentuk suatu iklim terapeutik yg menunjang pertumbuhan konseli. 

Jadi, konselor client centered membangun interaksi yg membantu dimana konseli akan mengalami kebebasan yg diperlukan buat mengeksplorasi area-area hidupnya yang kini diingkari atau didistorsinya. Konseli menjadi kurang defensif serta menjadi lebih terbuka terhadap kemungkinan-kemingkinan yg terdapat dalam dirinya juga dalam dunia. 

Yang pertama serta terutama, konselor harus bersedia menjadi konkret dalarn hubungan menggunakan konseli. Konselor menghadapi konseli berlandaskan pengalaman berdasarkan waktu ke waktu dan membantu konseli dengan jalan memasuki dunianya. Melalui perhatian yg tulus, respek, penerimaan. Serta pengertian konselor, konseli bisa menghilangkan pertahanan-pertahanan serta persepsi-persepsinya yg kaku serta berkiprah menuju taraf fungsi pribadi yang lebih baik. 

5. Proses serta Prosedur Konseling Menurut Teori Client – Centered
Pemahaman berdasarkan proses dan prosedur konseling ini bisa dilakukan melalui 3 hal, yaitu: 

a. Kondisi-kondisi konseling 
Rogers percaya bahwa keterampilan-keterampilan teknis serta latihan-latihan khusus tidak mengklaim keberhasilan konseling atau therapy, namun sikap-sikap tertentu berdasarkan konselor adalah elemen krusial dalam perubahan konseli. Sikap eksklusif tadi adalah Condition Variable atau Facilitative Conditions, termasuk sebagai berikut: 
  • Dalam relationship therapist hendaknya tampil secara kongruen atau tampil apa adanya (asli). 
  • Penghargaan tanpa kondisi terhadap pengalaman-pengalaman konseli secara positif serta penerimaan secara hangat. 
  • Melakukan emphatik secara seksama. 
Dengan kondisi tadi memungkinkan konseli sanggup menerima konselor sepenuhnya, pada samping terjadinya iklim Therapeutik. Client Centered jua seringkali dideskripsikan menjadi konseling, konselor tampak passive, lantaran kerja konselor hanya mengulang apa yg diucapkan konseli sebelumnya, bahkan sering dikatakan sebagai teknik wawancara khusus. Hal ini disebabkan lantaran mereka melihat permukaannya saja. Ketiga syarat di atas, nir terpisah satu dengan yg lain masing-masing saling bergantung serta bekerjasama, di samping itu, masih ada beberapa konsidi yang memudahkan komunikasi, seperti sikap badan, ekspresi wajah, nada suara, komentar-komentar yang akurat.

b. Proses konseling 
Pada dasamya teori ini tidak ada proses therapy yang khusus, namun beberapa hal berikut adalah memperlihatkan bagaimana proses konseling itu terjadi. 

- Awal 
Semula dijelaskan proses konseling dan psikokonseling sebagai cara kerja melalui kemajuan yang sedikit demi sedikit, namun overlaving, Sp Der (1945), menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan emosi yg negatif lalu diikuti menggunakan pertanyaan - pernyataan emosi yg positif, dan keberhasilan konseling adalah dengan mengarahkan penyataan-penyataan tersebut kepada insight, diskusi perencanaan aktivitas.

- Perubahan. Self 
Proses konseling berarti juga proses perubahan self konsep dan sikap-perilaku kea rah self. Konseling yang berhasil berarti bergeraknya. Perasaan-perasaan yang negatif ke arah yang positif.

- Teori Formal 
Rogers jua mengemukakan teori formal mengenai proses konseling (1953), yaitu: 
  • Konseli secara semakin tinggi sebagai lebih bebas dalam menyatakan perasaan perasaannya. 
  • Munculnya disparitas objek berdasarkan ekspresi perasaan persepsinya. 
  • Perasaan-perasaan yang diekspresikan secara bertahap menampakkan adanya kesamaan inkongruensi antara pengalaman tertentu menggunakan self konsepnya. 
  • Self konsep secara semakin tinggi menjadi terorganisir, termasuk pengalaman- pengalaman. Yang sebelumnya ditolak dalam kesadarannya. 
  • Konseli secara meningkat merasakan adanya penghargaan diri secara. Positif. 
c. Hasil konseling 
Pada prinsipnya sulit buat membedakan antara proses dengan hasil konseling. Ketika kita memeriksa output secara pribadi, maka sebenarnya kita menguji perbedaan-perbedaan antara dua perangkat observasi yg dibentuk pada awal serta akhir menurut rangkaian wawancara. Walau demikian Rogers menyampaikan output konseling merupakan konseli menjadi lebih kongruen, lebih terbuka terhadap kasus-masalahnya yg kurang defensif, yg sernua ini nampak pada dimensi-dimensi pribadi serta konduite. Berdasarkan hasil riset, beberapa output konseling antara lain: 
  • Peningkatan dalarn penyesuaian psikologis. 
  • Kurangnya keteganggan pisik dan pemikiran kapasitas yang lebih besar buat merespon rasa frustasi. 
  • Menurunnya sikap defensive. 
  • Tingkat hubungan yg lebih besar antara self picture menggunakan self ideal. 
  • Secara, emosional lebih matang. 
  • Lebih kreatif. 
Untuk penerapannya pada sekolah, menggunakan mengacu dalam filsafat yang melandasi teori client centered memiliki penerapan langsung dalam proses belajar mengajar. Perhatian Rogers dalam sifat proses belajar yang dilibatkan pada dalam konseling jua telah beralih pada perhatian terhadap apa yang terjadi pada pendidikan. Pada dasamya, filsafat pendidikan yg diajukan sang Rogers sama dengan pandangannya mengenai konseling dan konseling, yakni ia konfiden bahwa siswa bisa dipercaya buat menemukan perkara-kasus yang krusial, yang berkaitan menggunakan dirinya. Para anak didik sanggup sebagai terlibat pada aktivitas belajar yg bermakna, yang mampu ada dalam bentuknya yang terbaik. Jika pengajar membentuk iklim kebebasan dan agama. Fungsi guru sama dengan fungsi konselor client centered kesejatian, keterbukaan, ketulusan, penerimaan, pengertian, ikut merasakan dan kesediaan buat membiarkan para siswa mengeksplorasi material yg bermakna membentuk atmosfer di mana aktivitas belajar yg signifikan bisa bejalan. Rogers menganjurkan pembaharuan pendidikan dan menyatakan bahwa bila terdapat satu saja di antara seratus orang pengajar mengajar di ruangan kelas yang terpusat pada siswa pada mana para siswa diizinkan untuk bebas menekuni duduk perkara-persoalan yg relevan maka pendidikan akan mengalami revolusi. 

Konseling mampu diintegrasikan ke pada kurikulum yg dibuat terpisah berdasarkan kegiatan belajar mengajar, sebagai akibatnya sanggup menempatkan murid dalam suatu tempat yang sentral yang menyingkirkan problem-dilema yg berkaitan dengan diri serta nilai-nilai, pengalaman, perasaan-perasaan, perhatian dan minat para siswa yg sesungguhnya.

6. Kontribusi dan Kelemahan Pendekatan Konseling Client Centered 
Pendekatan client centered adalah corak yang lebih banyak didominasi yang digunakan dalam. Pendidikan konselor. Salah satu sebab adalah, konseling client centered memiliki sifat keamanan. Konseling client centered menitik beratkan mendengar aktif, menaruh resfek pada konseli, memperhitungkan kerangka acuan intemal konseli, dan menjalin kebersamaan dengan konseli yg adalah kebalikan menurut menghadapi konseli menggunakan penafsiran-penafsiran. Para konselor client centered secara khas merefleksikan isi serta perasaan-perasaan, menjelaskan pesan-pesan, membantu para konseli untuk menyelidiki sumber-sumbemya sendiri, dan mendorong konseli untuk menemukan cara-cara pemecahannya sendiri. Jadi, konseling client centered jauh lebih kondusif dibanding menggunakan model konseling lain yang menempakan konseling dalam posisi direktif. Pendekatan client centered dengan banyak sekali cara menaruh sumbangan-sumbangan pada situasi-siuasi konseling individual maupun gerombolan . Konselor bertindak sebagai cermin, merefleksikan perasaan konselinya yg lebih mendalam. Jadi, konseli mempunyai kemungkinan buat mencapai penekanan yang lebih maju serta makna. Yg lebih pada bagi aspek-aspek berdasarkan strukur dirinya yg sebelumnya hanya diketahui sebagian oleh konseli. Teori client centered tidak terbatas pada psikokonseling. Rogers pertanda bahwa teorinya memiliki akibat-implikasi bagi pendidikan, bisnis, serta hubungan internasional. 

Kelemahan pendekatan client centered terletak pada cara sejumlah pempraktek yg galat menafsirkan atau menyederhanakan sikap-perilaku sentral dari posisi client centered. Tidak seluruh konselor sanggup mempraktekan client centered, sebab banyak konselor yang nir mempercayai filsafat yang melandasinya. Satu. Kekurangan menurut pendekaan client centered merupakan adanya jalan yg menyebabkan sejumlah pempraktek sebagai terlalu terpusat dalam konseli sehingga mereka sendiri merasa kehilangan rasa menjadi eksklusif yg unik. Secara paradoks, konselor dibenarkan berfokus pada konseli hingga batas tertentu. Sehingga menghilangkan nilai kekuatannya sendiri menjadi langsung serta oleh karenanya kepribadiannya kehilangan imbas. Konselor perlu menggarisbawahi kebutuhan-kebutuhan dan maksud-maksud konseli, serta pada waktu yg sama ia bebas mernbawa kepribadiannya sendiri ke dalam rendezvous konseling.

Jadi, orang bisa mempunyai kesan bahwa konseling client centered tidak lebih berdasarkan teknik mendengar serta merefleksikan. Konseling client centered berlandaskan sekumpulan perilaku yg dibawa oleh konselor ke dalam rendezvous menggunakan konselinya, dan lebih berdasarkan kualitas lain yang manapun, kesejatian konselor memilih kekuatan interaksi terapeutik. Beberapa kritik lain terhadap client centered: 
  • Penggunaan berita buat membantu konseli, nir sinkron dengan teori 
  • Tujuan ditetapkan oleh konseli, tetapi tujuan konseling kadang-kadang dibentuk tergantung lokasi konselor serta konseli 
  • Sulit bagi konselor buat benar-sahih bersifat netral pada situasi interaksi interpersonal 

Namun dernikian pada sumber lain dikatakan bahwa konseling client centered sudah menaruh kontribusi dalam hal: 
  • Pemusatan pada konseli serta bukan pada konselor pada konseling 
  • Idenifikasi dan fokus interaksi konseling menjadi wahana primer, dalam mengganti kepribadian 
  • Lebih menekankan pada perilaku konselor daripada teknik
  • Penanganan emosi, perasaan serta afektif pada konseling.

CARA MENGENALI DIRI AGAR BERPRESTASI DAN MEMILIKI PERCAYA DIRI

Warga belajar serta siswa--sekalian, kalian pasti pernah mendengar kata-istilah bijak yang berbunyi, "Tak kenal maka tidak sayang!". Apabila didengar sekilas, kata-istilah tadi seakan tak bermakna. Padahal jika mau menghayatinya, istilah-kata tadi cukup digdaya buat pembentukan diri yang akan menghipnotis kelangsungan karir kamu. Apabila kita mengasihi diri kita, maka kita harus mengenali diri. Dengan mengenali diri, kita akan sebagai diri sendiri. Menjadi diri sendiri menciptakan kita mempunyai fondasi kepribadian yang bertenaga.

Memang, buat sebagai diri sendiri tidaklah mudah. Ada beberapa faktor yg berperan pada hal ini. Artinya, ada sejumlah kondisi pada pembentukan diri sendiri buat menjadi yang berprestasi serta mempunyai percaya diri yang baik.
1. Jadilah Pribadi yang berbeda
Setiap orang dilahirkan tidak sama. Bahkan, ada dua orang atau lebih yang dilahirkan kembar memiliki perbedaan. Perbedaan itu dapat meliputi fisik maupun jiwanya.
Oleh karenanya, sadarilah bahwa anda berbeda dengan orang lain, baik secara fisik juga psikis (kejiwaan). Setiap orang mempunyai ciri khas dan karakter masing-masing. Hal ini menyiratkan bahwa pada satu sisi anda mempunyai kelebihan yg nir dimiliki orang orang lain namun di sisi lain anda juga mempunyai kekurangan dibandingkan orang lain. Kesadaran misalnya ini akan membantu anda merasa kondusif serta nyaman dalam menerima kondisi anda yg sesungguhnya. Anda nir merasa risau dengan keberadaan orang lain. Dan hal ini akan membantu menumbuhkan rasa percaya diri anda.
2. Kenalilah diri sendiri
Secara fisik anda tentu mengenali diri anda menggunakan baik. Misalnya berap tinggi dan berat tubuh anda, apa warna rambut serta kulit anda, atau bagaimana bentuk mata anda. Anda tentu jua mengetahui secara niscaya tempat serta lepas lahir anda, dimana tempat tinggal anda, dan apa pekerjaan anda. Namun hal-hal fisik ini tidak cukup untuk mengenali diri sendiri. Anda dituntut buat mengenali hal-hal yg bersifat non-fisik seperti bagaimana sifat, tabiat kebiasaan, dan kepribadian anda, Dari hal-hal seperti inilah kualitas diri anda terbentuk.
3. Jangan meratapi diri
Setiap orang tidak lepas menurut kelemahan dan kekurangan. Tetapi jangan sekalipun menyesalinya. Tak perlu repot membandingkan kekurangan anda menggunakan kelebihan orang lain. Toh disamping kekurangan, anda jua punya potensi lain serta kelebihan. Dan jangan hingga anda menempuh 'jalan pintas' buat merubah diri anda. Lebih baik gali kelebihan anda untuk menutupi kekurangan anda.
4. Evaluasi diri
Lakukan penilaian terhadap diri sendiri untuk mencapai apa yg anda inginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi terhadap berbagai kendala juga hal yg memperlancar kesuksesan andan. Ini mencakup berbagai aspek baik fisik maupun non fisik. Misalnya bagaimana cara bicara dan berpakaian anda, bagaimana sifat serta karakter anda. Jika anda merasakan kekurangan di stua sisi maka anda harus berusaha membenahinya. Mintalah bantuan orang lain yg mengenal anda untuk mengevaluasi diri. Jadi anda akan mendapatkan penilaian obyektif tentang diri anda serta hal ini bisa sebagai masukan berharga bagi pengembangan diri.
5. Hargai diri sendiri
Hargai diri sendiri tentang diri anda. Sekalipun anda punya kekurangan, anda tidak boleh menilai buruk dan membenci diri sendiri. Apabila anda selalu dibayang-bayangi kelemahan anda, anda akan kesulitan menerima serta menghargai diri sendiri. Maka anda wajib memulai menurut diri anda. Apabila anda saja telah nir menghargai diri sendiri, bagaimana menggunakan orang lain?
6. Percaya diri
Rasa percaya diri yg anda miliki sanggup menjadi modal dasar dalam menerima diri sendiri. Anda bisa menerima diri anda sendiri dalam segala suasana dan kondisi apapun. Kepercayaan diri ini memudahkan anda menjadi diri sendiri. Lantaran anda memiliki pujian yang bersifat eksklusif terhadap diri. Tapi tentu saja anda nir mampu merasa puas hanya menggunakan rasa percaya diri. Lebih jauh, anda juga wajib terus menggali dan menaikkan hal-hal yang dapat meningkatkan rasa percaya diri anda sendiri.
Terlepas berdasarkan hal-hal pada atas, kamu wajib didukung sang sikap dan pemikiran yang realistis. Artinya kita wajib menyadari bahwa kita tidak mungkin bisa menyamai orang lain, fisik, kemampuan berpikir, ataupun kesuksesannya. Anda pula sanggup mencapai sukses tetapi bukan kesuksesan misalnya yang orang lain capai. Ingatlah, apapun adanya diri anda, anda wajib mendapat dan menghargai diri sebagai pribadi yang memiliki segala kekurangan dan kelebihan. Yang krusial, Anda bisa menggali kelebihan Anda sendiri tanpa mencontek kelebihan orang lain. Dengan demikian, Anda akan sebagai pribadi yg kuat dan bersahaja. Dan sukses pun siap Anda gapai....!
Sumber: Buku Modul, 'Etika Kerja' Paket C kelas X tahun 2009.

PENGERTIANTEORI CLIENT CENTERD

Pengertian,Teori Client Centerd
1. Konsep Dasar Tentang Manusia Menurut Teori Client – Centerd
Carl Ransom Rogers berbagi konseling client-centered menjadi reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Konselor berfugsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan eksklusif seseorang dengan jalan membantunya pada menemukan kesanggupan-kesanggupan buat memecahkan perkara-kasus. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yg besar pada kesanggupan seseorang buat mengikuti jalan konseling serta menemukan arahnya sendiri.

Rogers membentuk teorinya ini berdasarkan penelitian dan observasi langsung terhadap insiden-peristiwa nyata, dimana dalam akhirnya beliau memandang bahwa manusia dalam hakekatnya merupakan baik. Beberapa konsepsi Rogers mengenai hakekat manusia (human being) adalah sebagai berikut: 
a. Manusia tumbuh melalui pengalamannya, baik melalui perasaan, berfikir, pencerahan ataupun penemuan. 
b. Manusia merupakan makhluk subyektif, secara, esensial insan hidup pada pribadinya sendiri dalam dunia subjektif 
c. Keakraban hubungan manusia adalah keliru satu cara seseorang paling poly memenuhi kebutuhannya. 
d. Pada umumnya. Setiap insan mempunyai kebutuhan-kebutuhan buat bebas, beserta-sama serta saling berkomunikasi. 
e. Manusia mempunyai kecenderungan ke arah aktualisasi, yaitu tendensi yg inheren pada organisme untuk mengembangkan keseluruhan kemampuannya pada cara memberi pemeliharaan serta meningkatkan aktualisasi diri. 

2. Ciri-Ciri Teori Client – Centered
Rogers tidak mengemukakan teori client-centered menjadi suatu pendekatan konseling serta tuntas. La mengharapkan orang lain akan memandang teorinya menjadi sekumpulan prinsip percobaan yang berkaitan dengan perkembangan proses konseling. Rogers menguraikan ciri-ciri yang membedakan pendekatan client-centered menurut pendekatan-pendekatan lain. Berikut ini karakteristik-ciri pendekatan client centered yaitu:
  • Difokuskan pada tanggungjawab dan kesanggupan seseorang buat menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Sebagai orang yg paling mengetahui diri sendiri, maka orang tersebut yang wajib menemukan tingkah laris yang lebih pantas bagi dirinya.
  • Menekankan global fenomenal seseorang konseli. Dengan empati yang cermat serta menggunakan usaha memahami kerangka acuan internal seorang, konselor memberikan perhatian terutama pada persepsi-diri konseli dan persepsinya terhadap global.
  • Prinsip-prinsip konseling client centered diterapkan dalam individu yg fungsi psikologisnya berada pada taraf yg relative normal maupun pada individu yg derajat penyimpangan psikologisnya lebih besar .
  • Menurut pendekatan ini pula, psikokonseling hanyalah keliru satu model dari hubungan pribadi yg konstruktif. Konseli akan melalui hubungannya dengan seorang yang membantunya melakukan apa yg tidak sanggup dilakukannya sendiri. Itu merupakan interaksi menggunakan konselor yang selaras (menyeimbangkan tingkah laris dan ekspresi eksternal menggunakan perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran internal), bersikap menerima dan empatik yg bertindak sebagai agen perubahan terapeutik bagi konseli.
3. Tujuan Teori Client – Center 
Tujuan dasar konseling client-centered adalah membangun iklim yang aman bagi bisnis membantu konselit untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan terapeutik tersebut, konselor perlu mengusahakan supaya konselit mampu tahu hal-hal yang ada pada kembali topeng menjadi pertahanan terhadap ancaman. Sandiwara yg dimainkan oleh konselit, menghambatnya buat tampil utuh dihadapan orang lain dan dalam usahanya menipu orang lain, dia menjadi asing terhadap dirinya sendiri. Adapun tujuan-tujuan teori client-centered secara luas yaitu :

a. Keterbukaan dalam Pengalaman
Keterbukaan pada pengalamam menyiratkan sebagai lebih sadar terhadap fenomena sebagaimana kenyataan itu hadir pada luar dirinya. Orang mempunyai pencerahan atas diri sendiri pada saat kini dan kesanggupan mengalami dirinya menggunakan cara-cara yg baru. 

b. Kepercayaan dalam Organisme Sendiri
Salah satu tujuan konseling adalah membantu konseli dalam membentuk rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan meningkatnya keterbukaan konseli terhadap pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen pada dirinya sendiri pun akan mulai ada.

c. Tempat Evaluasi Internal 
Tempat penilaian internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri, yg berarti lebih poly mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi perkara-masalahnya. Dia tetapkan baku-standar tingkah laris dan melihat ke dalam dirinya sendiri pada membuat putusan-putusan serta pilihan-pilihan bagi hidupnya.

d. Kesediaan buat sebagai Satu Proses.
Konsep mengenai diri dalam proses pemenjadian, yang merupakan versus berdasarkan konsep tentang diri menjadi produk, sangat penting. Meskipun client dapat menjalani konseling buat mencari homogen formula buat membangun keadaan berhasil dan berbahagia (output akhir), mereka menjadi sadar bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yg berkesinambungan. Para konselit dalam konseling berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan agama-kepercayaan dan membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru. 

4. Fungsi serta Peran Konselor pada Konseling Client-Centered 
Peran konselor client centered berakar pada cara-cara keberadaannya dan perilaku-sikapnya, bukan dalam penggunaan teknik-teknik yg dibuat buat membuahkan konseli "berbuat sesuatu". Penelitian tentang konseling client centered sepertinya menerangkan bahwa yang menuntut perubahan kepribadian konseli adalah perilaku-perilaku konselor alih-alih pengetahuan, teori-teori atau teknik-teknik yg dipergunakannya. Pada dasarnya, konselor memakai dirinya sendiri menjadi indera buat membarui. Adapun fungsi konselor adalah membangun suatu iklim terapeutik yg menunjang pertumbuhan konseli. 

Jadi, konselor client centered membangun hubungan yg membantu dimana konseli akan mengalami kebebasan yg diperlukan buat mengeksplorasi area-area hidupnya yg sekarang diingkari atau didistorsinya. Konseli menjadi kurang defensif serta sebagai lebih terbuka terhadap kemungkinan-kemingkinan yang terdapat dalam dirinya juga dalam global. 

Yang pertama dan terutama, konselor wajib bersedia sebagai nyata dalarn interaksi menggunakan konseli. Konselor menghadapi konseli berlandaskan pengalaman berdasarkan waktu ke waktu serta membantu konseli dengan jalan memasuki dunianya. Melalui perhatian yang ikhlas, respek, penerimaan. Serta pengertian konselor, konseli sanggup menghilangkan pertahanan-pertahanan serta persepsi-persepsinya yg kaku serta berkiprah menuju tingkat fungsi pribadi yg lebih baik. 

5. Proses dan Prosedur Konseling Menurut Teori Client – Centered
Pemahaman dari proses serta prosedur konseling ini dapat dilakukan melalui tiga hal, yaitu: 

a. Kondisi-kondisi konseling 
Rogers percaya bahwa keterampilan-keterampilan teknis serta latihan-latihan khusus nir mengklaim keberhasilan konseling atau therapy, tetapi perilaku-perilaku eksklusif berdasarkan konselor merupakan elemen krusial pada perubahan konseli. Sikap eksklusif tadi merupakan Condition Variable atau Facilitative Conditions, termasuk sebagai berikut: 
  • Dalam relationship therapist hendaknya tampil secara kongruen atau tampil apa adanya (orisinil). 
  • Penghargaan tanpa syarat terhadap pengalaman-pengalaman konseli secara positif dan penerimaan secara hangat. 
  • Melakukan emphatik secara seksama. 
Dengan syarat tersebut memungkinkan konseli bisa mendapat konselor sepenuhnya, di samping terjadinya iklim Therapeutik. Client Centered juga acapkali dideskripsikan sebagai konseling, konselor tampak passive, lantaran kerja konselor hanya mengulang apa yg diucapkan konseli sebelumnya, bahkan seringkali dikatakan menjadi teknik wawancara khusus. Hal ini ditimbulkan lantaran mereka melihat permukaannya saja. Ketiga kondisi pada atas, tidak terpisah satu dengan yg lain masing-masing saling bergantung dan bekerjasama, di samping itu, masih ada beberapa konsidi yang memudahkan komunikasi, misalnya perilaku badan, aktualisasi diri paras, nada bunyi, komentar-komentar yang akurat.

b. Proses konseling 
Pada dasamya teori ini tidak ada proses therapy yg khusus, tetapi beberapa hal ini dia menampakan bagaimana proses konseling itu terjadi. 

- Awal 
Semula dijelaskan proses konseling dan psikokonseling menjadi cara kerja melalui kemajuan yang sedikit demi sedikit, namun overlaving, Sp Der (1945), menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan emosi yg negatif lalu diikuti dengan pertanyaan - pernyataan emosi yg positif, dan keberhasilan konseling adalah menggunakan mengarahkan penyataan-penyataan tersebut kepada insight, diskusi perencanaan aktivitas.

- Perubahan. Self 
Proses konseling berarti juga proses perubahan self konsep dan sikap-sikap kea rah self. Konseling yang berhasil berarti bergeraknya. Perasaan-perasaan yang negatif ke arah yg positif.

- Teori Formal 
Rogers juga mengemukakan teori formal tentang proses konseling (1953), yaitu: 
  • Konseli secara semakin tinggi menjadi lebih bebas pada menyatakan perasaan perasaannya. 
  • Munculnya perbedaan objek berdasarkan aktualisasi diri perasaan persepsinya. 
  • Perasaan-perasaan yg diekspresikan secara bertahap menampakkan adanya kecenderungan inkongruensi antara pengalaman eksklusif dengan self konsepnya. 
  • Self konsep secara semakin tinggi menjadi terorganisir, termasuk pengalaman- pengalaman. Yang sebelumnya ditolak dalam kesadarannya. 
  • Konseli secara semakin tinggi mencicipi adanya penghargaan diri secara. Positif. 
c. Hasil konseling 
Pada prinsipnya sulit buat membedakan antara proses menggunakan hasil konseling. Ketika kita mempelajari output secara langsung, maka sebenarnya kita menguji perbedaan-perbedaan antara dua perangkat observasi yang dibuat pada awal dan akhir menurut rangkaian wawancara. Walau demikian Rogers mengungkapkan output konseling merupakan konseli sebagai lebih kongruen, lebih terbuka terhadap masalah-masalahnya yg kurang defensif, yang sernua ini nampak pada dimensi-dimensi langsung dan perilaku. Berdasarkan output riset, beberapa output konseling antara lain: 
  • Peningkatan dalarn penyesuaian psikologis. 
  • Kurangnya keteganggan pisik dan pemikiran kapasitas yg lebih besar buat merespon rasa putus harapan. 
  • Menurunnya sikap defensive. 
  • Tingkat hubungan yang lebih akbar antara self picture dengan self ideal. 
  • Secara, emosional lebih matang. 
  • Lebih kreatif. 
Untuk penerapannya di sekolah, dengan mengacu pada filsafat yg melandasi teori client centered mempunyai penerapan pribadi pada proses belajar mengajar. Perhatian Rogers pada sifat proses belajar yang dilibatkan pada dalam konseling pula telah beralih pada perhatian terhadap apa yg terjadi pada pendidikan. Pada dasamya, filsafat pendidikan yg diajukan oleh Rogers sama menggunakan pandangannya tentang konseling serta konseling, yakni dia konfiden bahwa murid sanggup dianggap buat menemukan perkara-perkara yg penting, yang berkaitan dengan dirinya. Para anak didik mampu menjadi terlibat dalam kegiatan belajar yang bermakna, yg bisa timbul pada bentuknya yang terbaik. Apabila pengajar menciptakan iklim kebebasan dan kepercayaan . Fungsi guru sama menggunakan fungsi konselor client centered kesejatian, keterbukaan, ketulusan, penerimaan, pengertian, ikut merasakan serta kesediaan buat membiarkan para siswa mengeksplorasi material yg bermakna menciptakan atmosfer pada mana kegiatan belajar yg signifikan bisa bejalan. Rogers menganjurkan pembaharuan pendidikan serta menyatakan bahwa apabila ada satu saja pada antara seratus orang guru mengajar pada ruangan kelas yg terpusat dalam anak didik pada mana para murid diizinkan buat bebas menekuni persoalan-persoalan yang relevan maka pendidikan akan mengalami revolusi. 

Konseling bisa diintegrasikan ke dalam kurikulum yg dibuat terpisah menurut kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu menempatkan siswa pada suatu loka yang sentral yg menyingkirkan problem-duduk perkara yang berkaitan dengan diri serta nilai-nilai, pengalaman, perasaan-perasaan, perhatian dan minat para siswa yg sesungguhnya.

6. Kontribusi dan Kelemahan Pendekatan Konseling Client Centered 
Pendekatan client centered adalah corak yang secara umum dikuasai yg dipakai pada. Pendidikan konselor. Salah satu alasannya adalah merupakan, konseling client centered memiliki sifat keamanan. Konseling client centered menitik beratkan mendengar aktif, menaruh resfek pada konseli, memperhitungkan kerangka acuan intemal konseli, dan menjalin kebersamaan dengan konseli yang adalah kebalikan menurut menghadapi konseli dengan penafsiran-penafsiran. Para konselor client centered secara spesial merefleksikan isi dan perasaan-perasaan, menyebutkan pesan-pesan, membantu para konseli buat mengusut asal-sumbemya sendiri, dan mendorong konseli untuk menemukan cara-cara pemecahannya sendiri. Jadi, konseling client centered jauh lebih kondusif dibanding menggunakan model konseling lain yang menempakan konseling pada posisi direktif. Pendekatan client centered menggunakan berbagai cara menaruh sumbangan-sumbangan pada situasi-siuasi konseling individual juga gerombolan . Konselor bertindak sebagai cermin, merefleksikan perasaan konselinya yg lebih mendalam. Jadi, konseli memiliki kemungkinan buat mencapai fokus yang lebih maju serta makna. Yang lebih pada bagi aspek-aspek menurut strukur dirinya yang sebelumnya hanya diketahui sebagian sang konseli. Teori client centered nir terbatas dalam psikokonseling. Rogers pertanda bahwa teorinya mempunyai implikasi-akibat bagi pendidikan, usaha, serta interaksi internasional. 

Kelemahan pendekatan client centered terletak dalam cara sejumlah pempraktek yang salah menafsirkan atau menyederhanakan perilaku-perilaku sentral dari posisi client centered. Tidak seluruh konselor sanggup mempraktekan client centered, sebab banyak konselor yang tidak mempercayai filsafat yang melandasinya. Satu. Kekurangan menurut pendekaan client centered merupakan adanya jalan yang menyebabkan sejumlah pempraktek menjadi terlalu terpusat dalam konseli sehingga mereka sendiri merasa kehilangan rasa menjadi pribadi yg unik. Secara lawan asas, konselor dibenarkan serius dalam konseli hingga batas tertentu. Sebagai akibatnya menghilangkan nilai kekuatannya sendiri sebagai pribadi serta oleh karenanya kepribadiannya kehilangan dampak. Konselor perlu menggarisbawahi kebutuhan-kebutuhan dan maksud-maksud konseli, dan dalam saat yg sama ia bebas mernbawa kepribadiannya sendiri ke dalam pertemuan konseling.

Jadi, orang mampu memiliki kesan bahwa konseling client centered nir lebih dari teknik mendengar dan merefleksikan. Konseling client centered berlandaskan sekumpulan perilaku yang dibawa oleh konselor ke dalam rendezvous menggunakan konselinya, dan lebih menurut kualitas lain yang manapun, kesejatian konselor menentukan kekuatan hubungan terapeutik. Beberapa kritik lain terhadap client centered: 
  • Penggunaan kabar buat membantu konseli, tidak sinkron dengan teori 
  • Tujuan ditetapkan oleh konseli, namun tujuan konseling kadang-kadang dibentuk tergantung lokasi konselor serta konseli 
  • Sulit bagi konselor buat sahih-benar bersifat netral pada situasi interaksi interpersonal 

Namun dernikian dalam sumber lain dikatakan bahwa konseling client centered sudah menaruh kontribusi pada hal: 
  • Pemusatan dalam konseli dan bukan pada konselor dalam konseling 
  • Idenifikasi serta fokus hubungan konseling sebagai wahana primer, pada membarui kepribadian 
  • Lebih menekankan dalam sikap konselor daripada teknik
  • Penanganan emosi, perasaan dan afektif pada konseling.

PENGERTIAN PENDIDIKAN PADA HAKEKATNYA

Pengertian Pendidikan Pada Hakekatnya 
Pendidikan dalam hakekatnya merupakan bisnis membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan amat strategis buat mencerdaskan kehidupan bangsa dan dibutuhkan guna menaikkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana buat mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya buat mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diharapkan dirinya, masyarakat, bangsa serta negara. 

Penyelenggaraan pendidikan pada Indonesia adalah suatu sistem pendidikan nasional yg diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi berbagi kemampuan serta membentuk watak serta peradaban bangsa yg bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan buat berkembangnya potensi siswa agar sebagai manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, berdikari, serta sebagai warga negara yg demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003).

Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan pada rangka mencapai tujuan pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan sehingga penyelenggaraan pendidikan harus diarahkan kepada (1) pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta nir diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, (2) pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka serta multimakna, (3) pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan siswa yang berlangsung sepanjang hayat, (4) pendidikan diselenggarakan menggunakan memberi keteladanan, membentuk kemauan, dan menyebarkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, (5) pendidikan diselenggarakan dengan berbagi budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap masyarakat masyarakat, (6) pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen warga melalui peran dan pada penyelenggaraan serta pengendalian mutu layanan pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh kesiapan sumber daya insan yang terlibat pada proses pendidikan. Pengajar adalah galat satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu menaruh perhatian besar pada peningkatan pengajar baik pada segi jumlah maupun mutunya.

Guru adalah figur insan sumber yg menempati posisi dan memegang kiprah penting pada pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan figur guru mesti terlibat pada agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal pada sekolah. Pendidik atau pengajar merupakan energi profesional yg bertugas merencanakan serta melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan training, serta melakukan penelitian serta darma pada warga , terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal tadi tidak bisa disangkal kerana forum pendidikan formal merupakan dunia kehidupan pengajar. Sebagai besar ketika pengajar ada di sekolah, sisanya terdapat pada tempat tinggal serta pada warga (Djamarah, 2000). 

Guru merupakan faktor yg sangat mayoritas serta paling krusial pada pendidikan formal pada umumnya lantaran bagi murid pengajar acapkali dijadikan tokoh teladan bahkan sebagai tokoh identifikasi diri. Di sekolah pengajar merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur siswa dan fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan pengajar dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru buat menaikkan mutu output pendidikan sangat ditentukan sang kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya. 

Guru adalah ujung tombak pendidikan sebab secara pribadi berupaya mempengaruhi, membina serta berbagi siswa, sebagai ujung tombak, pengajar dituntut buat memiliki kemampuan dasar yang diharapkan menjadi pendidik, pembimbing serta guru serta kemampuan tadi tercermin dalam kompetensi pengajar. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat tergantung dalam kreativitas serta penemuan yang dimiliki guru. Gunawan (1996) mengemukakan bahwa Pengajar merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas, maka siswa merupakan subjek yang terlibat langsung pada proses buat mencapai tujuan pendidikan. 

Kehadiran pengajar pada proses pembelajaran pada sekolah masih tetap memegang peranan yg krusial. Peran tadi belum bisa diganti serta diambil alih sang apapun. Hal ini ditimbulkan lantaran masih poly unsur-unsur manusiawi yg tidak dapat diganti oleh unsur lain. Pengajar adalah faktor yang sangat dominan dan paling penting pada pendidikan formal dalam umumnya karena bagi anak didik guru acapkali dijadikan tokoh teladan bahkan sebagai tokoh identifikasi diri. (Wijaya serta Rusyan, 1994). 

Guru dituntut mempunyai kinerja yang sanggup memberikan dan merealisasikan asa serta hasrat seluruh pihak terutama rakyat generik yg telah mempercayai sekolah serta guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi sang kinerja guru pada melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru sebagai tuntutan krusial buat mencapai keberhasilan pendidikan. Secara generik mutu pendidikan yg baik sebagai tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yg ditunjukkan pengajar. 

Guru sebagai pekerja wajib berkemampuan yang mencakup dominasi materi pelajaran, dominasi profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian buat melaksanakan tugasnya, disamping itu guru wajib merupakan eksklusif yang berkembang serta bersifat bergerak maju. Hal ini sesuai menggunakan yg tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yg bermakna, menyenangkan, kreatif, bergerak maju, dan dialogis, (dua) mempunyai komitmen secara profesional untuk menaikkan mutu pendidikan dan (tiga) memberi teladan dan menjaga nama baik forum, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yg diberikan kepadanya. Harapan pada Undang-Undang tersebut memberitahuakn adanya perubahan paradigma pola mengajar pengajar yang pada mulanya menjadi sumber fakta bagi murid serta selalu mendominasi aktivitas pada kelas berubah menuju kerangka berpikir yang memposisikan pengajar menjadi fasilitator pada proses pembelajaran serta selalu terjadi interaksi antara guru menggunakan siswa maupun murid dengan siswa pada kelas. Kenyataan ini mengharuskan pengajar buat selalu mempertinggi kemampuannya terutama memberikan keteladanan, menciptakan kemauan, dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. 

Menurut Pidarta (1999) bahwa setiap pengajar adalah adalah eksklusif yang berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, telah tentu bisa lebih terarah dan meningkatkan kecepatan laju perkembangan itu sendiri, yg dalam akhirnya menaruh kepuasan pada pengajar-guru dalam bekerja di sekolah sebagai akibatnya sebagai pekerja, pengajar harus berkemampuan yang mencakup unjuk kerja, dominasi bahan ajar, dominasi profesional keguruan serta pendidikan, penguasaan cara-cara mengikuti keadaan dan berkepribadian buat melaksanakan tugasnya. 

Guru dalam prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi buat berkreasi guna mempertinggi kinerjanya. Tetapi potensi yang dimiliki pengajar buat berkreasi menjadi upaya mempertinggi kinerjanya nir selalu berkembang secara masuk akal serta lancar ditimbulkan adanya impak berdasarkan berbagai faktor baik yg timbul pada langsung pengajar itu sendiri maupun yang masih ada diluar pribadi guru. Tidak dapat dipungkiri bahwa syarat dilapangan mencerminkan keadaan pengajar yang nir sinkron menggunakan asa misalnya adanya guru yg bekerja sambilan baik yang sesuai dengan profesinya juga diluar profesi mereka, terkadang ada sebagian guru yang secara totalitas lebih menekuni kegiatan sambilan dari pada kegiatan utamanya sebagai guru pada sekolah. Kenyataan ini sangat memprihatinkan dan mengundang banyak sekali pertanyaan mengenai konsistensi pengajar terhadap profesinya. Disisi lain kinerja guru pun dipersoalkan saat memperbicangkan kasus peningkatan mutu pendidikan. Kontroversi antara kondisi ideal yg wajib dijalani pengajar sinkron asa Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dengan fenomena yang terjadi dilapangan adalah suatu hal yg perlu dan patut buat dipandang secara mendalam tentang faktor penyebab keluarnya problem tersebut, sebab hanya dengan tahu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pengajar maka bisa dicarikan alternatif pemecahannya sebagai akibatnya faktor tadi bukan menjadi hambatan bagi peningkatan kinerja guru melainkan sanggup menaikkan dan mendorong kinerja pengajar kearah yg lebih baik karena kinerja menjadi suatu perilaku serta perilaku dapat meningkat dari saat ke waktu. 

Untuk itu, faktor-faktor yg mensugesti kinerja pengajar dilihat perlu buat dipelajari, ditelaah dan dikaji secara mendalam agar bisa menaruh citra yg kentara faktor yg lebih berperan dan urgen yang mensugesti kinerja pengajar.

TEORI BELAJAR MENURUT ISLAM

Teori Belajar Menurut Islam
1. Teori naratif dan Teori Preskriptif
Bruner mengemukakan bahwa teori pembelajaran merupakan preskriptif dan teori belajar adalah naratif, preskriptif lantaran tujuan primer teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yg optimal, serta deskriptif lantaran tujuan utama teori belajar merupakan memerika proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada interaksi di antara variabel-variabel yg memilih hasil belajar, atau sebagaimana seorang belajar. Teori pembelajaran menaruh perhatian dalam bagaimana seorang mensugesti orang lain supaya terjadi hal belajar atau upaya mengontrol variabel-variabel yg dispesifikasi pada teori belajar supaya bisa memudahkan belajar.

Teori belajar yg deskriptif menempatkan variabel syarat dan metode pembelajaran sebagai given, serta memerikan output pembelajaran menjadi variabel yang diamati atau syarat dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan output pembelajaran sebagai variabel tergantung. Sedangkan teori pembelajaran yang preskriptif, kondisi dan output pembelajaran ditempatkan sebagai given serta metode yang optimal dtempatkan menjadi variabel yang diamati, atau metode pembelajaran sebagai variabel tergantung. Teori preskriptif merupakan goal oriented(buat mencapai tujuan), sedangkan teori naratif merupakan goal free(untuk memerikan output). Variabel yang diamati dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori-teori pembelajaran deskriptif variabel yang diamati merupakan hasil menjadi impak dari interasi antara metode dan syarat.

2. Teori Behaviouristik
Teori behaviouristik menyampaikan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku . Seseorang dianggap sudah belajar sesuatu bila dia sudah bisa menunjukkan perubahan tingkah laku . Pandangan behaviouristik mengakui pentingnya masuan atau input yg berupa stimulus serta keluaran atau hasil yang berupa respon. Sedangkan apa yg terjadi pada antara stimulus dan respon di anggap tidak penting diperhatikan karena nir sanggup diamati dan diukur. Yang sanggup diamati dan diukur hanyalah stimulus serta respons.

Penguatan (reinforcement) adaah faktor krusial dalam belajar. Penguatan merupakan apa saja yang bisa memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positif reinforcement) maka respon akan semakin bertenaga. Demikian pula bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respon jua akan menguat. Tokoh-tokoh krusial teori behaviouristik antara lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull serta Guthrie.

Aplikasi teori ini pada pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan menjadi aktifitas “mimetic” yg menuntut murid buat menyampaikan balik pengetahuan yg sudah dipelajari. Penyajian bahan ajar mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan penilaian menuntut suatu jawaban sahih. Jawaban yg benar menerangkan bahwa siswa telah merampungkan tugas belajarnya.

3. Teori Kognitif
Pengertian belajar menurut teori kognitif merupakan perubahan persepsi serta pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laris yg dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini merupakan bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sudah tertata pada bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan menggunakan baik jika bahan ajar atau fakta baru mengikuti keadaan menggunakan struktur kognitif yang sudah dimiliki seorang.

Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan murid secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat serta meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru menggunakan steruktur kognitif yag sudah dimilii anak didik. Materi pelajaran disusun menggunakan menggunakan pola atau akal eksklusif, dari sederhan ke kompleks. Perbedaan individual pada diri anak didik perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mepengaruhi keberhasilan anak didik.

4. Teori Konstruktivistik
Usaha berbagi manusia serta masyarakat yg memiliki kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta bisa berkolaborasi pada memecahkan kasus, dibutuhkan layanan pendidikan yang bisa melihat kaitan antara karakteristik-ciri insan tersebut, menggunakan praktek-praktek pendidikan serta pembelajaran buat mewujudkannya. Pandangan konstruktivistik yg mengemukakan bahwa belajar adalah bisnis anugerah makna sang siswa pada pengalamnnya melalui asimilasi serta akomodasi yg menuju dalam pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan menunjuk kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan agar dapat menaruh kondisi terjadinya proses pembentukan tadi secara optimal dalam diri siswa. 

Proses belajar sebagai suatu bisnis pemberian makna oleh anak didik pada pengalamannya melalui proses asimilasi serta akomodasi, akan membentuk suatu kunstruksi pengetahuan yg menuju dalam kemutakhiran struktur kognitifnya. Pengajar-guru konstrutivistik yg mengakui dan menghargai dorongan dari manusia atau anak didik buat mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, aktivitas pembelajaran yg dilakukannya akan diarahkan supaya terjadi aktifitas konstruksi pengetahuan oleh murid secara optimal.

5. Teori Humanistik
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dipercaya berhasil bila murid telah memahami lingkungannya serta dirinya sendiri. Dengan kata lain, anak didik sudah sanggup mencapai ekspresi secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat eklektik, maksudnya teori ini bisa memanfaatkan teori apa saja dari tujuannya tercapai. 

Aplikasi teori humanistik pada aktivitas pembelajaran cenderung mendorong murid buat berfikir induktif. Teori ini pula amat mementingan faktor pengalaman serta keterlibatan murid secara aktif dalam belajar. 

6. Teori Sibernetik
Teori sibernetik menekankan bahwa belajar merupakan pemrosesan liputan. Teori ini lebih mementingkan system berita dari pesan atau materi yg dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi berdasarkan pesan tersebut. Oleh karena itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak terdapat satu jenispun cara belajar yg ideal buat segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system liputan.

Proses pengolahan warta pada ingatan dimulai dari proses penyandian keterangan (encoding), diikuti menggunakan penyimpanan liputan (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali berita-warta yang sudah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri berdasarkan struktur kabar yg terorganisasi serta proses penulusuran berkecimpung secara hirakhis, menurut liputan yang paling generik serta inklusif ke berita yang paling generik dan rinci, hingga informasi yg diinginkan diperoleh.

Konsepsi landa dengan model pendekatannya yg disebut algoritmik serta heuristik mengatakan bahwa belajar algoritmik menuntut siswa buat berpikir sistematis, tahap demi termin, linear , menuju dalam sasaran tujuan eksklusif, sedangkan belajar heuristic menuntut anak didik buat berpikir devergan, menyebar ke beberapa sasaran tujuan sekaligus.

Aplikasi teori pengolahan berita pada pembelajaran antara lain dirumuskan pada teori Gagne serta Briggs yg mempreskripsikan adanya 1) kapabilitas belajar, 2) peristiwa pembelajaran serta 3) pengorganisasian atau urutan pembelajaran. 

7. Teori Revolusi-Sosiokultural
Pandangan yang dianggap lebih sanggup mengakomodasi tuntunan sosiocultural-revolution merupakan teori belajar yg dikembangkan oleh Vygotsky. Dikemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seorang terutama berasal berdasarkan kehidupan social atau kelompoknya, serta bukan sekedar berdasarkan individu itu sendiri. Teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat diklaim pendekatan ko-konstruktivisme.

Konsep-konsep krusial dalam teorinya yaitu genetic low of development, zona of proxsimal development, serta mediasi, bisa menandakan bahwa jalan pikiran seorang harus dimengerti menurut latar social budaya serta sejarahnya. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi pencerahan social bersifat primer sedangkan dimensi individual bersifat sekunder.

Berdasarkan teori Vygotsky maka dalam aktivitas pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proxsimalnya atau potensinya melalui belajar serta berkembang. Guru perlu menyediakan aneka macam jenis dan tingkatan bantuan yang bisa memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan perkara yang dihadapinya. Donasi dapat pada bentuk model, panduan, bimbingan orang lain atau sahabat yg lebih kompeten. Bentuk-bentuk pembelajarn kooperatif –kolaboratif dan belajar kontekstual sangat sempurna dipakai. Sedngkan anak yg sudah bisa otodidak perlu ditingkatkan tuntutannya, segingga tidak perlu menunggu anak yang berada di bawahnya menggunakan demikian diharapkan pemahaman yang tepat tentang karaktristik siswa dan budayanya menjadi pijakan dalam pembelajaran.

8. Teori Kecerdasan Ganda
Kecerdasan ganda yang dikemukakan sang Gardner yang lalu dikembangkan oleh para tokoh lain, terdiri dari kecerdasan mulut/bahasa, kecerdasan akal/matematik, keserdasan visual/ruang, kecerdasan tubuh/gerak tubuh, kecerdasan musical/ritmik, keceedasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan spiritual, serta kecerdasan eksistensial, perlu dilatihkan dalam rangka mengembangkan keterampilan hayati. Semua kecerdasan ini sebagai satu kesatuan yg utuh dan terpadu. Komposisi keterpaduannya bhineka dalam masing-masing orang dan dalam masing-masing budaya, tetapi secara holistik semua kecerdasan tadi dapat diubah dan ditingkatkan. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan kasus.

Para pakar kecerdasan sebelum Gardner cenderung memberikan tekanan terhadap kecerdasan hanya terbatas dalam aspek kognitif, sehingga insan sudah tereduksi sebagai sekedar komponen kognitif. Gardner melakukan hal yang berbeda, dia memandang insan tidak hanya sekedar komponen kognitif, tetapi suatu holistik. Melalui teori kecerdasan ganda beliau berusaha menghindari adanya penghakiman terhadap manusia berdasarkan sudut pandang kecerdasan (inteligensi). Tidak ada manusia yg sangat cerdas dan nir cerdas buat semua aspek yg ada pada dirinya. Yg ada merupakan terdapat insan yg memiliki kecerdasan tinggi pada galat satu kecerdasan yg dimilikinya. Mungkin seorang memiliki kecerdasan tinggi buat kecerdasan logika-matematika namun tidak buat kecerdasan music atau kecerdasan bidy-kinestetik.

Srategi pembelajaran kecerdasan ganda bertujuan agar seluruh potensi anak bisa berkembang. Taktik dasar pembelajarannya dimulai menggunakan (1) membangunkan/memicu kecerdasan, (dua) memperkuat kecerdasan, (3) mengajarkan menggunakan /buat kecerdasan, dan (4) mentransfer kecerdasan.

9. Teori Pembelajaran Menurut Islam
Kemampuan buat belajar adalah sebuah karunia Allah yg bisa membedakan insan dangan makhluk yg lain. Allah menghadiahkan logika pada insan buat sanggup belajar dan sebagai pemimpin di dunia ini. Pendapat yang mengungkapkan bahwa belajar menjadi aktifitas yang nir bisa menurut kehidupan insan, ternyata bukan berasal dari hasil renungan insan semata. Ajaran kepercayaan menjadi pedoman hidup manusia jua menganjurkan insan buat selalu malakukan aktivitas belajar. Dalam AlQur’an, kata al-ilm serta turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub pada wahyu yg pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al-‘Alaq ayat 1-lima. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang bahwa kegiatan belajar merupakan sesuatu yang sangat krusial dalam kehidupan insan. Kegiatan belajar dapat berupa mengungkapkan, menelaah,mencari, dan menelaah, dan meniliti. Selain Al-Qur’an, Al Hadist pula banyak memberitahuakn mengenai pentingnya menuntut ilmu. 

Proses belajar-mengajar hendaknya mampu membuat ilmu yg berupa kemampuan dalam 3 ranah yg menjadi tujuan pendidikan/ pembelajaran, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Selain itu, belajar adalah proses buat mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk beribadah. Artinya, belajar sebagai manifestasi perwujudan rasa syukur manusia menjadi seseorang hamba pada Allah SWT yang telah mengaruniakan nalar. Lebih berdasarkan itu, output menurut proses belajar-mengajar yang berupa ilmu (kemampuan dalam tiga ranah tadi), hendaknya bisa diamalkan serta dimanfaatkan sebaik mungkin buat kemaslahatan diri serta manusia. Buah ilmu merupakan amal. Pengamalan dan pemanfaatan ilmu hendaknya pada koridor keridhaan Allah, yakni buat berbagi serta melestarikan agama Islam dan menghilangkan kebodohan, baik pada dirinya juga orang lain. Inilah butir dari ilmu yg dari al-Zarnuji akan bisa menghantarkan kebahagiaan hayati pada global juga akhirat kelak.

Para guru wajib memiliki perangai yang terpuji. Pengajar disyaratkan memiliki sifat wara’ (meninggalkan hal-hal yang terlarang), mempunyai kompetensi (kemampuan) dibanding muridnya, dan berumur (lebih tua usianya) serta mempunyai “kedewasaan” (baik ilmu maupun umur).

BENTUK-BENTUK IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
Pengajaran yang efektif berlangsung dalam suatu proses brkesinambungan, terarah berdasarkan perecanaan yg matang. Proses pengajaran itu dilandasi oleh prinsip-prinsip yg mendasar yang akan menentuekan apakah pedagogi berlangsung secara lumrah dan berhasil.

1. Pengajaran berbasis motivasi (Motivation based teaching)
Motivasi merupakan perubahan tenaga (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan serta reaksi buat mencapai tujuan. Ada 3 unsur dalam motivasi yang saling berkaitan yaitu : 
1. Motivasi dimulai berdasarkan adanya perubahan tenaga dalam langsung.
2. Motivasi ditandai menggunakan timbulnya perasaan affective arousal
3. Motivasi ditandai menggunakan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi memiliki 2 komponen, yakni komponen dalam (inner component), serta komponen luar (outer component). Motivasi bisa dibagi jadi 2 jenis : 
1. Motivasi intrinsik 
2. Motivasi ekstrinsik

Motivasi memiliki prinsip-prinsip, diantaranya:
Kenneth H. Hover, mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut.
1. Pujian lebih efektif dari dalam sanksi.
2. Semua siswa memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis (yg bersifat dasar) tertentu yang wajib mendapat kepuasan.
3. Motivasi yg dari berdasarkan dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan menurut luar.
4. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sinkron dengan impian) perlu dilakukan usaha pemantauan.
5. Motivasi itu mudah menjalar atau beredar terhadap orang lain.
6. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi.
7. Tugas-tugas yg dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih akbar buat mengerjakannya daripada jika tugas-tugas itu dipaksakan oleh pengajar.
8. Pujian-pujian yg datangnya berdasarkan luar kadang-kadang diperlukan serta cukup efektif buat merangsang minat yg sebenarnya.
9. Teknik dan proses mengajar yang beragam merupakan efektif buat memelihara minat siswa.
10. Manfaat minat yang telah dimiliki sang murid merupakan bersifat hemat.
11. Kegiatan-aktivitas yang akan dapat merangsang minat murud-siswa yg kurang mungkin tidak ada merupakan (kurang berharga) bagi para anak didik yang tergolong pintar.
12. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.
13. Kecemasan dan frustasi yg lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik.
14. Apabila tugas nir terlalu besar dan jika tidak terdapat maka putus harapan secara cepat menuju kedemoralisasi.
15. Tiap siswa memiliki taraf-tingkat putus harapan toleransi yang berlainan.
16. Tekanan gerombolan siswa (pergrup) kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada tekanan/paksaan menurut orang dewasa.
17. Motivasi yang akbar erat hubungannya dengan kreatifitas anak didik. 

2. Pengajaran berbasis disparitas individual
a. Pengertian perbedaan individual
Individual adalah suatu kesatuan yg masing-masing memiliki ciri khasnya, dan karenanya nir terdapat 2 individu yg sama, satu menggunakan yg lainnya tidak sinkron. Setiap individu tidak selaras dengan individu lainnya dalam aspek mental, seperti: taraf kecerdasan, abilitas, minat, ingatan, emosi, kemauan, serta sebagainya. Selain tiu, nir ada 2 individu yg sama dalam aspek jasmaniah, misalnya bentuk, berukuran, kekuatan, dan daya tahan tubuh. Perbedaan-perbedaan itu masing-masing mempunyai laba serta kelemahan.

Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya disparitas individual, yakni faktor warisan, keturunan, serta faktor efek lingkungan. Antara ke 2 faktor itu terjadi konveregensi. Mungkin dalam satu individu faktor pengaruh keturunan lebih lebih banyak didominasi, sedangkan dalam individu lainnya efek faktor linhkungan yg lebih dominan. Perbedaan individual bisa dikembalikan dalam interaksi antara 2 faktor tersebut berdasarkan perkiraan, bahwa setiap pertumbuhan dan perkembangan tentu ditimbulkan sang kedua faktor tadi.

b. Jenis Perbedaan individual
1) Kecerdasan (intelegence)
2) Bakat(attitude)
3) Keadaan jasmaniah (physical Fitness)
4) Penyesuaian sosial serta emosional ( social and emotional adjuustman)
5) Latar belakang famili (home backround)
6) Hasil belajar (Academic Achievement)
7) Para murid yang menghadapi kesulitan-kesulitan pada handicap jasmani, kesulitan berbicara, kesulitan menyesuaikan social
8) Siswa yang cerdas serta lamban belajar

c. Cara melayani perbedaan individual
1) Akselerasi dan program terbatas
a) Akselerasi: menaruh kesempatan kepada siswa yg bersangkutan untuk naik ke strata kelas yang berikutnya lebih cepat (double promotion) satu atau dua kali sekaligus.
b) Program tambahan: pada anak didik diberikan tugas-tugas tambahan di dalam setiap strata kelas.

2) Pengajaran individual
3) Pengajaran unit
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Tiap individu mendapat tugas sesuai minat serta kemampuannya. Siswa yg lamban akan menentukan tugas dan bahan yg lebih mudah, sedangkan siswa yg cerdas akan memilih tugas yang lebih sulit. Kelompok-kelompok tadi saling bertukar pengalaman, dan hasil kerja perorangan pada akhirnya sebagai output kerja grup.

4) Kelas spesifik bagi siswa yang cerdas
5) Kelas remedi bagi para murid yang lamban
6) Pengelompokkan dari abilitas
Berdasarkan abilitas siswa, kelas dibagi sebagai 3 kelompok, yakni: grup kurang, kelompok sedang, serta gerombolan pandai . Pembagian kelompok dilakukan setelah pengajar melakukan penelitian yang akurat terhadap kelas. Berdasarkan kelompok-grup abilitas tadi, guru berkesempatan untuk menyesuaikan serta mendiferensiasi bahan pelajaran serta metode mengajar sinkron individu.

7) Pengelompokkan informal (kelompok kecil dalam kelas)
Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (2-8 siswa). Tiap kelompok terdiri berdasarkan individu-individu yg tidak sama sinkron menggunakan minat serta abilitasnya masing-masing. Guru bertindak menjadi konsultan yang berkiprah dari satu gerombolan ke grup lainnya.

8) Supervise periode individualisasi
Metode ini adalah suatu periode dimana para siswa masing-masing mendapatkan kesempatan membaca buku-kitab yg tidak sama atau mengerjakan hal-hal lain dalam mata pelajaran tertentu sesuai menggunakan kebutuhan individu, dengan bimbingan atau supervise sang pengajar.
9) Memperkaya dan memperluas kurikulum
10) Pelajaran pilihan (Elective Subjects)
Kurikulum perlu menyediaan pula sejumlah mata pelajaran pilihan disamping pendidikan umum. Pelajaran pilihan ini biasanya bertujuan buat membangun keterampilan.
11) Diferensiasi anugerah tugas dan pemberian tugas yg fleksibel
12) Sistem Tutorial (tutoring system)
Sistem tutor merupakan suatu system dalam memberikan bimbingan pada murid-murid yang mengalami kesulitan eksklusif. Dalam hal ini pengajar dianggap menjadi tutor.

13) Bimbingan Individual
Bimbingan individual sangat diharapkan bagi murid yang lamban dan bagi siswa yang mengalami kegagalan pada belajar.

14) Modifikasi Metode-Metode Mengajar
Guru dapat menggunakan metode mengajar berganti-ganti buat para anak didik yg lamban dan para siswa yg cerdas.

3. Pengajaran Berbasis Aktivitas
a. Konsep aktivitas belajar
Pendidikan tradisional dengan “Sekolah Dengar”-nya nir mengenal, bahkan sama sekali tidak memakai asas aktivitas pada proses belajar mengajar. Para murid hanya mendengarkan hal-hal yang dipompakan oleh pengajar. Kegiatan berdikari dianggap tidak tidak ada maknanya, karena pengajar adalah orang yg serba memahami dan menentukan segala hal yang dipercaya krusial bagi anak didik. Guru relatif mempelajari materi berdasarkan kitab lalu disampaikan kepada siswa. Siswa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam serta bersikap pasif atau nir aktif.

Adanya temuan-temuan baru dalam psikologi perkembangan serta psikologi belajar yg mengakibatkan pandangan tersebut berubah. Berdasarkan output penelitian para ahli pendidikan itu :
1) Siswa merupakan suatu organisme yang hayati, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan serta potensi yang hayati yg sedang berkembang. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku dan perbuatan itu menuju ke taraf perkembangan yg dibutuhkan. 
2) Setiap murid mempunyai banyak sekali kebutuhan, mencakup kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. 

Adanya banyak sekali temuan serta pendapat dalam gilirannya mengakibatkan pandangan anak (anak didik) berubah. Pengajaran yang efektif adalah pedagogi yang menyediakan kesempatan otodidak atau melakukan aktivitas sendiri. Anak (siswa) belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, serta aspek-aspek tingkah laris lainnya, dan berbagi ketrampilan yang bermakna untuk hayati pada warga . 

b. Nilai aktivitas dalam pengajaran
Penggunaan asas kegiatan akbar nilainya bagi pedagogi para murid, karena :
1) Para murid mencari pengalaman sendiri serta langsung mengalami sendiri.
2) Berbuat sendiri akan berbagi seluruh aspek pribadi anak didik secara integral.
3) Memupuk kerjasama yg serasi pada kalangan siswa.
4) Para murid bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri.
5) memupuk disiplin kelas secara lumrah dan suasana belajar sebagai demokratis.
6) Mempererat interaksi sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru.
7) Pengajaran diselenggarakan secara relistis dan nyata sebagai akibatnya membuatkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis.
8) Pengajaran pada sekolah menjadi hayati sebagaimana kegiatan dalam kehidupan di warga .

c. Penggunaan kegiatan pada pengajaran
Asas aktivitas dipakai pada semua jenis metode pengajaran, baik metode dalam kelas juga metode mengajar di luar kelas. Hanya saja penggunaanya dilaksanakan dalam bentuk yg berlain-lainan sinkron menggunakan tujuan yg hendak dicapai dan diubahsuaikan juga pada orientasi sekolah yang memakai jenis aktivitas itu.

4. Pengajaran Berbasis Lingkungan
a. Konsep lingkungan
Belajar dalam hakikatnya adalah suatu hubungan antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan kebalikannya individu memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi ini dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laris. Dapat pula terjadi, individu menyebabkan terjadinya perubahan dalam lingkungan, baik yg positif atau bersifat negatif. Hal ini menerangkan, bahwa fungsi lingkungan merupakan faktor yg penting pada proses belajar mengajar.

b. Pengertian lingkungan
Ada dua istilah yg sangat erat kaitannya tetapi tidak selaras secara gradual, ialah “alam sekitar” dan “lingkungan”. Alam sekitar mencangkup segala hal yang ada pada lebih kurang kita, baik yang jauh maupun yang dekat letaknya, baik masa silam mupun yg akan tiba nir terikat dalam dimensi ketika yang sempurna. Lingkungan merupakan sesuatu yg ada pada alam sekitar yang memiliki makna serta atau pengaruh tertentu pada individu. 

Lingkungan (environment) menjadi dasar pengajaran adalah faktor tradisional yang menghipnotis tingkah laku individu serta merupakan faktor belajar yg krusial. Lingkungan belajar atau pembelajaran atau pendidikan terdiri dari ini dia :
1. Lingkungan sosial merupakan lingkungan masyarakat bagi kelompok akbar atau kelompok mini .
2. Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu eksklusif lainnya.
3. Lingkungan alam (fisik) meliputi semua asal daya alam yang dapat diberdayakan menjadi asal belajar.
4. Lingkungan kultural mencangkup hasil budaya dan teknologi yang bisa dijadikan asal belajar dan yg bisa menjadi faktor pendukung pedagogi.

Suatu lingkungan pendidikan atau pedagogi memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi psikologis
Stimulus bersumber atau dari menurut lingkungan yg adalah rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respons, yang menampakan tingkah laris tertentu.

2. Fungsi pedagogis
Lingkungan menaruh efek-impak yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yg sengaja disiapkan sebagai suatu forum pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan, lembaga-forum sosial.

3. Fungsi instruksional
Program instruksional adalah lingkungan pengajaran atau pembelajaran yg dibuat secara khusus.
Suatu dimensi lingkungan yang sangat penting adalah warga . Dalam kontens ini masyarakat mencangkup unsur-unsur individu, kelompok, sumber-sumber alami, sumber budaya, sistem nilai dan kebiasaan, syarat atau situasi serta perkara-masalah, serta banyak sekali hambatan dalam warga , secara keseluruhan adalah lingkungan warga .

5. Problem-basic Learning
a. Gambaran Umum
Dalam model pembelajaran Problem-basic Learning, belajar dan pembelajaran diorientasikan kepada pemecahan aneka macam kasus terutama yg terkait menggunakan aplikasi materi pembelajaran pada dalam kehidupan nyata. Selama anak didik melakukan aktivitas pemecahan perkara, guru berperan sebagai tutor yg akan membantu mereka mendefinisikan apa yg mereka tidak memahami dan apa yang mereka perlu ketahui buat memahami atau memecahkan kasus.

Pengembangan model ini antara lain didasari sang:
1) Prinsip Enquiry Learning yang memandang belajar adalah upaya buat menemukan sendiri pengetahuan.
2) Teori-teori psikologi belajar serta pembelajaran modern yang menjelaskan bahwa pengetahuan akan lebih diingat dan dikemukakan pulang secara lebih efektif jika belajar dan pembelajaran berdasarkan dalam konteks keuntungannya pada masa depan.

b. Tahapan-Tahapan Pemecahan Masalah
Tahapan pemecahan perkara sangat bergantung pada kompleksitas masalahnya. Untuk perkara yang kompleks karena cakupan dan dimensasinya sangat luas, maka langkah-langkah pemecahan masalah menggunakan pendekatan akademik bisa dilakukan. Perseteruan yg sederhana dengan cakupan dan dimensi yg relatif sempit dan praktis bisa dipecahkan menggunakan tahapan-tahapan yg sederhana dan simpel.

6. Cooperative Learning
a. Falsafah Cooperative Learning
Berbeda menggunakan model pembelajaran kompetisi dan model individual learning yang menitikberatkan proses serta pencapaian belajar dan pembelajaran pada prestasi dengan tinggi-tingginya yang murid secara individual, contoh cooperative learning didasari oleh falsafah bahwa manusia adalah makhluk sosial. Oleh karenanya, model pembelajaran ini tidak mengenal kompetisi antar individu. Model ini pula tidak memberikan kesempatan pada siswa buat belajar dengan kecepatan dan iramanya sendiri. Sebaliknya, contoh ini menekankan kerjasama atau gotong-royong sesama anak didik dalam menilik materi pembelajaran.

Ada 2 kemungkinan kerjasama antar anak didik pada gerombolan belajar, yaitu :
1) Kooperatif merupakan kerjasama antara siswa yang tidak selaras taraf kemampuannya.
2) Kolaboratif merupakan kerjasama antara anak didik dengan kemampuan yg setingkat.

b. Unsur-Unsur Cooperative Learning
Ada 5 unsur yang menjadi karakteristik menurut Cooperative Learning yang membedakannya menggunakan contoh belajar serta pembelajaran yang lain yaitu :
1) Saling ketergantungan positif.
2) Tanggungjawab perseorangan.
3) Tatap muka.
4) Komunikasi antar anggota.
5) Evaluasi proses kelompok

7. Quantum Teaching
a. Pengertian
Dalam teknik belajar serta pembelajaran pengertian quantum bisa diartikan yaitu mendorong terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa, anak didik menggunakan pengajar, anak didik menggunakan fasilitas belajar lainnya secara terarah sesuai dengan ciri diri, potensi, dan kebutuhan individual siswa guna mengerahkan seluruh energinya buat mencapai kegemilangan dalam belajar.

b. Kerangka Perancangan Belajar
Ada enam unsur yang menjadi kerangka dasar pembelajaran menggunakan contoh Quantum Teaching :
a. Tumbuhkan : sertakan diri mereka (anak didik), pikat mereka, puaskan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagi Ku).
b. Alami : berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan “kebutuhan buat mengetahui.”
c. Namai : berikan “data” tepat ketika minat anak didik memuncak.
d. Demonstrasikan: berikan kesempatan bagi murid buat mengaitkan pengalaman dengan data baru, sebagai akibatnya mereka menghayati dan menambatnya sebagai pengalaman pribadi.
e. Ulangi : rekatkan gambaran keseluruhannya melalui pengulangan.
f. Rayakan : Sesuatu yg pantas dipelajari tentu pantas buat dirayakan jika berhasil dipelajari. Berikan penghargaan pada kelas atas keberhasilan seluruh.

c. Prinsip Kecerdasan Jamak (Multiple Inteligence) serta Pembelajarannya
Salah satu prinsip yang dijadikan acum primer pada kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan quantum learning adalah prinsip kecerdasan jamak (Multiple Inteligence). Prinsip yg dikembangka sang Gardner ini memandang bahwa :
a. Semua insan berbakat buat sebagai jenius jika belajar serta pembelajarannya sinkron dengan minat, karakteristik belajar serta bakatnya.oleh sebab itu pembelajaran yang menyeragamkan siswa dan menyeragamkan metoda akan mematikan potensi kejeniusan anak didik eksklusif lantaran nir mengakomodir kekhasan minat, ciri belajar dan bakatnya.
b. Kejeniusan manusia nir bisa diukur pada bidang yang sama, lantaran mereka lahir membawa minat, karakteristik belajar dan bakatnya sendiri-sendiri.