TIPS MEMBACA BUKU EFEKTIF


Tidak dipungkiri membaca bagi kebanyakan orang dalam zaman kini ini merupakan kegiatan yang membosankan. Padahal, ada poly manfaat yg mampu kita dapatkan menurut membaca. Tidak sekadar menguatkan sisi intelektual, membaca juga bisa mengasah sisi afektif serta nurani pelajar. Kedewasaan berpikir serta bertindak salah satunya terbentuk dari norma membaca. Membaca juga adalah sarana hiburan, terutama bila kita membaca topik-topik yg kita sukai, sehingga dapat melatih daya kreativitas serta khayalan kita. Dan secara tidak pribadi, membaca jua dapat menambah kosakata kita. Bahkan, berdasarkan para peneliti, membaca buku atau majalah bisa menunda atau mencegah kehilangan memori karena sel-sel otak bisa terhubung dan tumbuh. Dengan kata lain, membaca bisa mempertinggi memori otak serta mencegah penyakit Alzheimer. Nah berikut adalah ada tujuh tips atau kiat supaya membaca kitab lebih efektif dan gampang diingat.
1. Sebelum baca Buku, buka sekilas sekilas Buku anda, amati data data berupa graphic, quotes, atau hal hal yang menarik, ingat, HANYA hal hal yg menarik anda, anda melakukan review, bukan baca secara keseluruhan. Bisa pada bilang kita sedang melakukan scaning kepada sesuatu yang menarik perhatian kita. Mungkin butuhkan saat dua hingga 3 mnt.
2. Setelah mereview, anda akan sedikit mengerti Buku yg akan anda lahap, segera ketika tiap mau baca Buku tadi, niat kan serta katakan dalam diri anda, kata istilah self consiusness, misalnya "setelah baca Buku ini, saya akan mengerti ........ (isi menggunakan impian anda atau tujuan anda belajar, berdasar aktivitas review anda tersebut). Kalau pada model kan misalkan saja kita akan belajar hayati , Babnya Hereditas. Maka sebelum membaca Buku tadi niatkan dalam hati “Setelah membaca Buku ini aku akan lebih mengerti bab hereditas hayati agar lebih paham dan menerima nilai indah”.
3. Segera baca Buku anda, pastikan anda pada syarat se-rileks mungkin, ciri anda rileks, kepala anda nir sakit waktu lima-10 mnt anda membaca Buku. Kalau bisa, usahakan syarat lebih kurang kita tidak mengganggu anda ketika membaca Buku. Matikan hp atau sesuatu yang mampu mengakibatkan music. Kosongkan pikiran agar nir tegang.
4. Boleh waktu anda memakai stabillo atau menuliskan istilah atau kata istilah penting menarik perhatian anda, prosedur standar dalam speed reading (teknik membaca cepat), umumnya menuliskan atau menggaris bawah kata kata kunci. Ingat istilah kunci! Bukan kalimat kunci! Mungkin sangat di sayangkan buat kalimat kuncinya yg stabile, tapi di sarankan hanya kata kuncinya.
5. Ketika anda terselesaikan baca bagian yg anda inginkan, misalkan satu bab eksklusif, tutup Bukutersebut, serta pelan pelan ingat ingat kata istilah kunci yg anda tulis atau garis bawahi. Bisa pada ucapkan menggunakan mulut, atau di bathin saja. Tapi memang lebih baik buat di ucapkan , menggunakan begitu telinga kita pula akan mendapat informasi tadi. Ingat prinsip belajar “belajar akan lebih berhasil jika semua indra tubuh difungsikan”
6. Berdasarkan kata kunci tersebut, pada otak anda sebenarnya mulai merangkai ilham wangsit yang terbangun berdasarkan perihal yang anda dapatkan berdasarkan membaca Buku tersebut.
7. Ulangi terus langkah ni, lantaran memerlukan latihan, kecuali saat anda baca novel atau cerita fiksi anda tak perlu menggunakan kata istilah ini. Langkah lakngkah ini mungkin akan beda dengan yang selama ini anda lakukan. Tapi nanti, coba bandingkan output antara menggunakan cara yang aku sampaikan pada Cara Membaca Buku agar Cepat Paham dan Ingat atau lebih memakai cara lama anda sekalian.
Dalam menggunakan Cara Membaca Buku agar Cepat Paham serta Ingat ini, ingat sebelumnya berdoa. Dengan berdoa, di harapkan Tuhan pula akan membantu anda dalam tahu Buku yang akan and abaca. Dengan begini anda akan lebih paham Buku tersebut.
I.D.D.A


PENGERTIAN CARA BELAJAR MENURUT PARA AHLI

Pengertian Cara Belajar Menurut Para Ahli
Cara belajar setiap siswa bhineka diadaptasi dengan kemampuan berpikir setiap anak. Oemar Hamalik (1983;30) mengemukakan mengenai cara belajar merupakan “aktivitas-kegiatan yg dilakukan pada menyelidiki sesuatu, artinya kegiatan-aktivitas yg seharusnya dilakukan dalam situasi belajar tertentu. Dalam situasi tertentu dibutuhkan cara belajar eksklusif pula”. Cara belajar yg baik merupakan cara belajar yg teratur, cara belajar yg dipergunakan turut menentukan hasil belajar yg diharapkan.

Slameto (1995;82) mengemukakan bahwa: ”Cara belajar merupakan kebiasaan belajar atau cara belajar yang mempengaruhi belajar meliputi diantaranya; mengulangi bahan pelajaran, membaca serta menciptakan catatan, kosentrasi, mengerjakan tugas, cara mengatur waktu belajar.”

Seorang siswa akan mempunyai hasil belajar yang baik jika cara belajar yg digunakan relatif efisien, cara belajar yg efektif setidak-tidaknya ditentukan sang keteraturan, disiplin, serta semangat, konsentrasi, pengaturan ketika, serta cara-cara belajar yang dilakukan anak didik.

1) Keteraturan Belajar
Pokok pangkal yg utama dari cara belajar yg baik merupakan keteraturan. Siswa harus teratur mengikuti pelajaran, membaca buku pelajaran, catatan pelajaran, serta alat perlengkapan buat belajar wajib dipelihara secara teratur. 

“apabila sifat keteraturan ini sudah sahih dihayati sehingga sebagai kebiasaan seseorang siswa dalam perbuatannya, maka sifat ini akan mempengaruhi jalan pikirannya. Sehingga keteraturan dalam belajar hendaknya tercermin dalam tindakan siswa setiap harinya” (The Liang Gie. 1984;89)

Oleh karena itu keteraturan belajar sangat krusial agar ilmu pelajaran yang telah diperoleh nir hilang, lantaran kemampuan otak pada berpikir serta mengingat memiliki keterbatasan. Sehingga menggunakan belajar secara teratur akan dihindari cara belajar menggunakan mendadak atau semalam suntuk. Seperti yang pada ungkapkan sang Roestiyah (1982) bahwa anak didik hendaknya jangan belajar sekaligus, mulailah belajar teratur agar tujuan yang diinginkan tercapai.

2) Disiplin dan semangat belajar
Siswa harus disiplin serta semangat dalam belajar, menggunakan disiplin maka murid bisa melaksanakan pada usahanya pada belajar. “sifat seringkali bermalas-malasan, impian mencari gampangnya saja, segan buat bersusah payah memusatkan pikiran, ganguan tersebut bias di atasi jika seseorang memiliki rasa disiplin dan semangat sehingga disiplin akan membangun kemauan belajar secara teratur”

(The Liang Gie, 1984;90) pada belajar siswa jua wajib memiliki semangat yang tinggi, supaya siswa mampu mengatasi kesulitan belajar yg terdapat. Sehingga menggunakan adanya semangat akan dapat menghilangkan rasa kantuk, indolen,bosan, malas, serta lain sebagainya.

3) Konsentrasi belajar
Dalam belajar anak didik dituntut buat berkonsentrasi penuh atau nir terbagi-bagi. Tanpa konsentrasi nir mungkin seorang murid berhasil menguasai pelajarannya, lantaran berkonsentrasi berarti siswa dapat memusatkan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampaikan seluruh hal yg tidak berhubungan dengan pelajaran tadi.

Konsentrasi dimaksudkan menjadi segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsure semangat pada hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan pikiran.” Dalam belajar mungkin ada pula perhatian sekedarnya tetapi tidak berkonsentrasi, maka materi yg masuk pada pikiran memiliki kecenderungan berkesan tetapi kurang jelas pada dalam kesadaran”(Sardiman AM. 1994;74) oleh karenanya konsentrasi dalam belajar dibutuhkan sekali supaya belajar yg ingin dicapai akan berhasil menggunakan baik.

4) Pengaturan Waktu Belajar
Salah satu masalah yg seringkali dihadapi siswa merupakan kesukaran dalam mengatur saat belajar. Seseorang yang ingin mencapai output belajar yg aporisma, di tuntut buat pintar mengatur saat dalam belajar. Banyak saat yg terbuang sia-sia terurtama karena kebiasaan mengobrol atau bersantai. Sebaiknya membaca buku pelajaran yg belum dipahaminya bisa dimengerti.

Agar perhatian siswa berpusat dalam buku yg dibacanya dapat dengan cara memberi tanda-tanda pada kalimat yang krusial supaya bisa teringat menggunakan baik.” Pada kalimat-kalimat atau istilah-istilah yang penting bisa dibentuk garis bawah atau lingkari (The Liang Gie.1984:92).

Lebih lanjut syaiful bahri mengemukakan cara belajar yang efisien adalah belajar mengguanakan fasilitas dan perabot belajar yang relatif, mengatur waktu belajar, mengulangi bahan pelajaran, menghafal bahan pelajaran, membaca buku, membuat ringkasan, mengerjakan tugas, serta memanfaatkan perpustakaan.

1) Mempunyai fasilitas dan perabot belajar
Fasilitas serta perabot belajar menentukan keberhasilan belajar seorang, orang yang belajar tanpa dibantu dengan fasilitas nir sporadis mendapatkan kendala pada merampungkan kegiatan belajar, maka fasilitas nir bias pada abaikan dalam perkara belajar. Dengan adanya fasilitas belajar yg cukup paling tidak akan memperkecil kesulitan belajar.

2) Mengatur saat belajar
Masalah pengaturan waktu poly menjadi duduk perkara bagi pelajar. Banyak dari mereka mengeluh lantaran nir dapat membagi waktu menggunakan tepat dan baik, akibatnya waktu yang seharusnya dimanfaatkan terbuang percuma. Pelajar nir bias membagi waktunya dalam belajar akan menghadapi kebingungan, pelajaran apa yg wajib dipelajari hari ini atau esok hari.

3) Mengulangi bahan pelajaran
Setelah disekolah ingat buat mengulangi bahan pelajaran dirumah. Apa yang guru jelaskan tidak semuanya terkesan menggunakan baik. Tentu terdapat kesan-kesan yg masih samar-samar pada ingatan. Pengulangan sangat membantu buat memperbaiki seluruh kesan yg masih samar-samar itu untuk sebagai kesan yang sesungguhnya, yang tergambar kentara pada ingatan.

4) Menghafal bahan pelajaran
dalam belajar, menghafal bahan pelajaran merupakan galat satu kegiatan pada rangka penguasaan bahan. Bahan pelajaran yg wajib dikuasai nir hanya mengambil intisari (pokok pikiran), tetapi terdapat pula bahan pelajaran yang wajib dikuasai dengan cara menghafal. Semua rumus,dalil, konsep, serta kaidah tertentu nir bias di ambil intisari nya, namun wajib dikuasai dan dihafal apa adanya (secara harfiah).

5) Membaca buku
Kegiatan membaca adalah aktivitas yg paling poly dilakukan selama menuntut ilmu. Hampir setiap hari keharusan membaca kitab itu dilakukan. Dengan membaca berarti kita telah menambah ilmu pengetahuan dalam diri kita. Semakin sering membaca pelajaran maka semakin kaya pengetahuan seorang.

6) Membuat kompendium dan ikhtisar
Kegiatan membuat kompendium atau ikhtisar ini umumnya seorang lakukan setelah dia terselesaikan membaca suatu buku, suatu bab, atau sub-sub bab eksklusif. Kegiatan menciptakan ringkasan atau ikhitisar ini nir lain adalah aktivitas yg berupaya untuk memadatkan isi dengan landasan kerangka dasarnya dan menghilangkan pikiran-pikiran jabaran.

7) Mengerjakan tugas
Selama menuntut ilmu pada lembaga pendidikan formal tidak akan pernah melepaskan diri berdasarkan keharusan mengerjakan tugas-tugas studi. Setiap pengajar pasti menaruh tugas buat diselesaikan, baik secara grup juga individu.

8) Memanfaatkan perpustakaan
Dunia pendidikan merupakan dunia pustaka. Di perpustakan terdapat aneka macam macam literature dengan berbagai disiplin ilmu. Semuanya bisa dimanfaatkan buat memenuhi kebutuhan studi.

Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan tolak ukur pada dunia pendidikan, khususnya sekolah, sesudah menjalani proses pembelajaran maka siswa akan mendapatkan output belajar yg sinkron dengan apa yg sudah dilakukannya. Hasil belajar tersebut dinyatakan berupa dengan alfabet serta angka mutu. Hal ini sesuai dengan pendapat abu Ahmasi (1988:21) yg mendefinisikan prestasi belajar menjadi berikut :”prestasi belajar merupakan output belajar yg telah pada capai dalam suatu bisnis dalam aktivitas belajar dan perwujudan prestasinya bisa ditinjau dari nilai yang diperoleh setiap mengikuti Tes”.

Jadi bisa disimpulkan bahwa prestasi adalah bentuk penghargaan yang diberikan oleh para pendidik kepada murid yang telah mengikuti proses pembelajatan, bentuk penghargaan tadi berupa angka-nomor atau alfabet mutu. Yang adalah output yg pada capai murid sehabis mengikuti pelajaran yang pada ukur menurut hasil nilai murid pada setiap tes maupun ujian.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Bimo Walgito (1980 : 125-129) mengemukakan bahwa faktor yg herbi prestasi belajar, yaitu: 
  • Faktor yg berasal berdasarkan pada diri individu (intern), meliputi : 
a. Intelegensi.
b. Motivasi belajar
c. Sikap anak didik terhadap guru
d. Minat siswa terhadap mata pelajaran
e. Persepsi siwa terhadap guru yang mengajar 

  • Faktor yang asal berdasarkan luar individu (eksternal), mencakup : 
a. Pekerjaan orang tua
b. Pendapatan orang tua
c. Pendidikan orang tua
d. Aktifitas belajar siswa
e. Sarana belajar siswa

Berdasarkan pendapat di atas, maka bisa pada tarik kesimpulan bahwa pada memilih prestasi belajar murid terdapat dua faktor yg menghipnotis, yaitu : faktor intern ( faktor yg berasal berdasarkan diri anak didik sendiri) serta faktor eksternal ( faktor menurut luar diri siswa itu sendiri).

PENGERTIAN CARA BELAJAR MENURUT PARA AHLI

Pengertian Cara Belajar Menurut Para Ahli
Cara belajar setiap murid bhineka diubahsuaikan dengan akal budi setiap anak. Oemar Hamalik (1983;30) mengemukakan mengenai cara belajar adalah “aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam mengusut sesuatu, adalah aktivitas-aktivitas yang seharusnya dilakukan dalam situasi belajar tertentu. Dalam situasi eksklusif dibutuhkan cara belajar eksklusif jua”. Cara belajar yang baik merupakan cara belajar yang teratur, cara belajar yang dipergunakan turut memilih output belajar yg diharapkan.

Slameto (1995;82) mengemukakan bahwa: ”Cara belajar adalah norma belajar atau cara belajar yg mensugesti belajar meliputi antara lain; mengulangi bahan pelajaran, membaca dan menciptakan catatan, kosentrasi, mengerjakan tugas, cara mengatur waktu belajar.”

Seorang murid akan memiliki output belajar yang baik apabila cara belajar yang dipakai cukup efisien, cara belajar yg efektif setidak-tidaknya ditentukan sang keteraturan, disiplin, dan semangat, konsentrasi, pengaturan saat, serta cara-cara belajar yang dilakukan anak didik.

1) Keteraturan Belajar
Pokok pangkal yang primer berdasarkan cara belajar yg baik merupakan keteraturan. Siswa harus teratur mengikuti pelajaran, membaca buku pelajaran, catatan pelajaran, serta indera perlengkapan buat belajar harus dipelihara secara teratur. 

“jika sifat keteraturan ini sudah sahih dihayati sebagai akibatnya menjadi norma seseorang siswa dalam perbuatannya, maka sifat ini akan mensugesti jalan pikirannya. Sehingga keteraturan dalam belajar hendaknya tercermin pada tindakan siswa setiap harinya” (The Liang Gie. 1984;89)

Oleh karenanya keteraturan belajar sangat krusial agar ilmu pelajaran yang telah diperoleh nir hilang, karena kemampuan otak dalam berpikir dan mengingat memiliki keterbatasan. Sehingga dengan belajar secara teratur akan dihindari cara belajar menggunakan mendadak atau semalam suntuk. Seperti yg pada ungkapkan sang Roestiyah (1982) bahwa murid hendaknya jangan belajar sekaligus, mulailah belajar teratur agar tujuan yang diinginkan tercapai.

2) Disiplin serta semangat belajar
Siswa wajib disiplin dan semangat dalam belajar, dengan disiplin maka murid dapat melaksanakan dalam usahanya dalam belajar. “sifat sering bermalas-malasan, impian mencari gampangnya saja, segan buat bersusah payah memusatkan pikiran, ganguan tadi bias di atasi bila seorang mempunyai rasa disiplin serta semangat sehingga disiplin akan membangun kemauan belajar secara teratur”

(The Liang Gie, 1984;90) pada belajar murid juga wajib mempunyai semangat yang tinggi, agar anak didik sanggup mengatasi kesulitan belajar yg terdapat. Sehingga menggunakan adanya semangat akan bisa menghilangkan rasa kantuk, indolen,bosan, malas, dan lain sebagainya.

3) Konsentrasi belajar
Dalam belajar anak didik dituntut buat berkonsentrasi penuh atau nir terbagi-bagi. Tanpa konsentrasi nir mungkin seorang murid berhasil menguasai pelajarannya, karena berkonsentrasi berarti anak didik bisa memusatkan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampaikan semua hal yang nir berhubungan dengan pelajaran tersebut.

Konsentrasi dimaksudkan sebagai segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsure semangat dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan pikiran.” Dalam belajar mungkin ada pula perhatian sekedarnya namun tidak berkonsentrasi, maka materi yang masuk dalam pikiran memiliki kesamaan berkesan namun samar-samar pada pada pencerahan”(Sardiman AM. 1994;74) oleh karena itu konsentrasi dalam belajar diharapkan sekali agar belajar yg ingin dicapai akan berhasil menggunakan baik.

4) Pengaturan Waktu Belajar
Salah satu kasus yg tak jarang dihadapi murid adalah kesukaran dalam mengatur waktu belajar. Seseorang yang ingin mencapai hasil belajar yg aporisma, di tuntut untuk pandai mengatur waktu pada belajar. Banyak ketika yg terbuang sia-sia terurtama karena norma mengobrol atau bersantai. Sebaiknya membaca buku pelajaran yg belum dipahaminya dapat dimengerti.

Agar perhatian murid berpusat dalam buku yg dibacanya bisa dengan cara memberi tanda-tanda dalam kalimat yg krusial supaya bisa teringat menggunakan baik.” Pada kalimat-kalimat atau istilah-kata yg krusial bisa dibentuk garis bawah atau lingkari (The Liang Gie.1984:92).

Lebih lanjut syaiful bahri mengemukakan cara belajar yg efisien adalah belajar mengguanakan fasilitas dan perabot belajar yg cukup, mengatur saat belajar, mengulangi bahan pelajaran, menghafal bahan pelajaran, membaca buku, membuat ringkasan, mengerjakan tugas, dan memanfaatkan perpustakaan.

1) Mempunyai fasilitas dan perabot belajar
Fasilitas dan perabot belajar menentukan keberhasilan belajar seorang, orang yg belajar tanpa dibantu menggunakan fasilitas nir jarang mendapatkan kendala pada merampungkan kegiatan belajar, maka fasilitas nir bias pada abaikan dalam perkara belajar. Dengan adanya fasilitas belajar yang relatif paling nir akan memperkecil kesulitan belajar.

2) Mengatur saat belajar
Masalah pengaturan waktu poly menjadi dilema bagi pelajar. Banyak dari mereka mengeluh karena tidak bisa membagi saat dengan tepat dan baik, akibatnya saat yg seharusnya dimanfaatkan terbuang percuma. Pelajar tidak bias membagi waktunya dalam belajar akan menghadapi kebingungan, pelajaran apa yang harus dipelajari hari ini atau esok hari.

3) Mengulangi bahan pelajaran
Setelah disekolah ingat buat mengulangi bahan pelajaran dirumah. Apa yg guru jelaskan nir semuanya terkesan menggunakan baik. Tentu terdapat kesan-kesan yang masih samar-samar dalam ingatan. Pengulangan sangat membantu buat memperbaiki semua kesan yg masih kurang jelas itu buat menjadi kesan yang sesungguhnya, yg tergambar kentara pada ingatan.

4) Menghafal bahan pelajaran
dalam belajar, menghafal bahan pelajaran adalah keliru satu kegiatan pada rangka dominasi bahan. Bahan pelajaran yg wajib dikuasai nir hanya merogoh intisari (utama pikiran), tetapi terdapat pula bahan pelajaran yang harus dikuasai menggunakan cara menghafal. Semua rumus,dalil, konsep, serta kaidah eksklusif nir bias pada ambil intisari nya, tetapi harus dikuasai dan dihafal apa adanya (secara harfiah).

5) Membaca buku
Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan selama menuntut ilmu. Hampir setiap hari keharusan membaca kitab itu dilakukan. Dengan membaca berarti kita sudah menambah ilmu pengetahuan dalam diri kita. Semakin tak jarang membaca pelajaran maka semakin kaya pengetahuan seseorang.

6) Membuat ringkasan serta ikhtisar
Kegiatan menciptakan kompendium atau ikhtisar ini umumnya seorang lakukan setelah dia terselesaikan membaca suatu kitab , suatu bab, atau sub-sub bab eksklusif. Kegiatan membuat ringkasan atau ikhitisar ini nir lain merupakan kegiatan yg berupaya buat memadatkan isi menggunakan landasan kerangka dasarnya dan menghilangkan pikiran-pikiran jabaran.

7) Mengerjakan tugas
Selama menuntut ilmu pada forum pendidikan formal nir akan pernah melepaskan diri berdasarkan keharusan mengerjakan tugas-tugas studi. Setiap guru niscaya menaruh tugas buat diselesaikan, baik secara kelompok maupun individu.

8) Memanfaatkan perpustakaan
Dunia pendidikan merupakan dunia pustaka. Di perpustakan masih ada aneka macam macam literature dengan banyak sekali disiplin ilmu. Semuanya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan studi.

Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah tolak ukur pada dunia pendidikan, khususnya sekolah, sehabis menjalani proses pembelajaran maka anak didik akan menerima output belajar yang sesuai menggunakan apa yg sudah dilakukannya. Hasil belajar tadi dinyatakan berupa dengan huruf serta nomor mutu. Hal ini sesuai menggunakan pendapat abu Ahmasi (1988:21) yang mendefinisikan prestasi belajar sebagai berikut :”prestasi belajar merupakan output belajar yang sudah pada capai dalam suatu usaha pada kegiatan belajar dan perwujudan prestasinya bisa dipandang dari nilai yang diperoleh setiap mengikuti Tes”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan bentuk penghargaan yg diberikan sang para pendidik kepada murid yang telah mengikuti proses pembelajatan, bentuk penghargaan tersebut berupa nomor -angka atau huruf mutu. Yang merupakan hasil yg di capai murid selesainya mengikuti pelajaran yg di ukur dari hasil nilai murid dalam setiap tes juga ujian.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Bimo Walgito (1980 : 125-129) mengemukakan bahwa faktor yg berhubungan dengan prestasi belajar, yaitu: 
  • Faktor yang dari dari dalam diri individu (intern), mencakup : 
a. Intelegensi.
b. Motivasi belajar
c. Sikap anak didik terhadap guru
d. Minat anak didik terhadap mata pelajaran
e. Persepsi siwa terhadap pengajar yang mengajar 

  • Faktor yg dari berdasarkan luar individu (eksternal), mencakup : 
a. Pekerjaan orang tua
b. Pendapatan orang tua
c. Pendidikan orang tua
d. Aktifitas belajar siswa
e. Sarana belajar siswa

Berdasarkan pendapat pada atas, maka dapat pada tarik konklusi bahwa pada memilih prestasi belajar murid ada 2 faktor yang mensugesti, yaitu : faktor intern ( faktor yang dari menurut diri murid sendiri) dan faktor eksternal ( faktor menurut luar diri murid itu sendiri).

BACAKILAT VS BACA CEPAT LEBIH EFEKTIF MANA

Masih banyak orang yang beranggapan kalau bacakilat sama menggunakan baca cepat. Dibuktikan dengan pengalaman tim yg banyak mendapat panggilan telpon menurut calon peserta seminar dan training.
Mungkin karena keduanya menggunkan kata “baca” didepannya, jd para calon cmenganggap bacakilat serta baca cepat itu sama saja. Bisa pula lantaran nama bacakilat itu terdengar aneh dan tidak terlalu f, baca cepat sebagai pilihan istilah yang lebih aman buat digunakan.
Apapun alasanya, bacakilat serta baca cepat adalah dua teknik membaca yang berbeda. Mulai menurut nama sampai dengan teknik serta cara penggunaannya.
Di artikel ini, kita akan membahas keefektifan berdasarkan kedua teknik ini. Jadi, Anda sanggup mempunyai pemahaman yang lebih tentang kedua teknik ini. Bukan hanya itu, Anda bisa dengan bebas memilih salah satu dari teknik ini untuk diterapkan buat merampungkan seluruh tumpukan buku yg belum Anda baca.
Mari kita bahas satu persatu;
1. Pemahaman
Satu alasan mengapa poly orang nir mau membaca buku lantaran merasa kitab begitu berat, sulit tahu dan merasa kurang familiar dengan isi buku. Lantaran itu, seorang perlu membaca kitab sebesar 2 hingga empat kali agar lebih mudah tahu isi buku tadi.
Jelas ini satu pemborosan waktu, energi dan tentunya dibutuhkan motivasi intrinsik yang sangat kuat agar bisa membaca holistik isi buku tadi. Karena inilah, diharapkan teknik membaca supaya seseorang lebih gampang tahu isi buku.
Dengan teknik membaca bacakilat, seorang sanggup memahami isi kitab menggunakan lebih mudah dan cepat. Ini bukan sulap ataupun sihir. Ini karena kerja pikiran bawah sadar, gudang berdasarkan seluruh warta.
Keunikan bacakilat dengan teknik membaca lain merupakan cara memasukkan warta yang terdapat pada buku ke pikiran, lebih tepatnya ke pikiran bawah sadar tanpa adanya distorsi berdasarkan pikiran sadar.
Dengan adanya data di pikiran bawah sadar, tahu isi kitab jauh lebih gampang. Contohnya, saat Anda menelusuri satu loka baru. Apakah Anda merasa begitu usang serta jauh buat hingga ke tujuan? Tapi saat pergi atau kembali, bepergian sebagai jauh lebih cepat daripada sebelumnya. Pernah mengalami perkara misalnya ini?
Saat Anda memasuki tempat baru, pikiran masih asing akan loka dan trak yang dilalui. Ini membuat pikiran bawah sadar menyerap semua liputan yg dia lihat. Seperti, rumah, jalan, pemandangan, orang baru, gedung, warna serta apapun yang dilalui. Saat kembali, pikiran merasa lebih familiar dan perjalanan terasa lebih cepat berdasarkan sebelumnya.
Inilah perbedaan bacakilat dengan baca cepat. Memanfaatkan pikiran bawah sadar menggunakan bacakilat tahu isi kitab sebagai lebih cepat dan gampang. Berbeda halnya menggunakan baca cepat yang hanya mengandalkan kemampuan menurut pikiran sadar yang sangat terbatas.
2. Kenikmatan
Justru menggunakan bacakilat seorang bisa lebih menikmati bacaannya. Maksudnya, adanya rasa bertanya-tanya yang tinggi serta tetap sanggup memahami isi kitab yang telah dibacakilat.
Sama misalnya menghabiskan novel yang sedang dibaca. Seseorang rela menghabiskan berjam-jam suntuk hanya untuk memuaskan rasa penasarannya.
Bacakilat bisa mempertinggi rasa penasaran Anda buat membaca kitab yg telah dibacakilat. Ini lantaran data telah ada di pikiran bawah sadar.
Ini jelas tidak selaras dengan baca cepat. Buku harus bisa menjawab kebutuhan atau minat si pembaca. Jika tidak, rasa bertanya-tanya akan sulit untuk ditumbuhkan. Bahkan saat buku itu mampu menjawab pertanyaan pada pembaca, acapkali kali dia merasa sulit memahami isi buku yg dibaca, menggunakan teknik baca cepat.
3. Menghabiskan Lebih Banyak Buku
Dengan bacakilat, seorang mampu menghabiskan lebih banyak kitab apabila dibandingkan dengan teknik baca cepat. Untuk membaca satu kitab setebal 300 laman hanya membutuhkan ketika sekitar 10-15 mnt. Semua warta eksklusif masuk ke pikiran bawah sadar tanpa adanya penyimpangan berdasarkan pikiran sadar.mungkin Anda terheran-heran.
10-15 mnt hanya buat memasukkan warta menurut buku ke pikiran bawah sadar. Masih terdapat satu teknik lagi menciptakan pikiran sadar paham akan isi buku. Untuk bisa tahu isi buku secara keseluruhan sesuai kebutuhan pembaca, homogen-homogen diperlukan waktu kurang lebih 3 jam lebih. Semua tergantung berdasarkan gerombolan buku.
Menurut Francis Bacon, ada 3 gerombolan kitab . Buku yg hanya perlu dicicip, ditelan serta buku yang harus dikunyah dan cerna. Buku yg dicicip merupakan kitab -buku yg tidak perlu kita baca secara holistik.
Hanya membaca bagian-bagian eksklusif, kita telah mengetahui isi kitab tadi dengan baik. Dengan bacakilat, ketika buat menyelesaikan kelompok kitab cicip hanya membutuhkan ketika lebih kurang 30-45 mnt.
Kelompok kitab yang ditelan merupakan kitab yang tidak memerlukan bisnis, analisa yang terlalu mendalam buat memahami isinya. Jenis bukunya merupakan bidang yang ia geluti serta minati. Waktu buat menuntaskan ini bisa menghabiskan 90-120 mnt.
Sedangkan pengelompokan buku kunyah serta cerna membutuhkan bisnis eksra, analisa yg lebih pada serta banyak usaha membaca. Seperti seorang akuntan yg membaca buku pikiran. Kelompok membaca ini menghabisakan lebih dari 2 jam. Bisa 3-lima jam.
Membaca kelompok kitab ini jauh lebih cepat menggunakan menggunakan teknik bacakilat. Dan hal primer yg nir bisa dilewatkan adalah pemahaman akan isi buku itu sendiri. Dan saat itu tidak selamanya tetap, semua tergantung pada masing-masing orangnya. Tapi, data ini asal dari pengalaman peserta pada kelas bacakilat. Rata-homogen ketebalan kitab kurang lebih 300 laman.
Dengan menggunakan baca cepat, seseorang sanggup menghabisakan satu kitab per hari. Semua tergantung menurut fiksasi mata seorang serta ini belum mengelompokkan buku. Ini belum masuk pemahaman yang mampu dihasilkan sang seorang.
4. Pengalaman “Aha” Akan Isi Buku
Karena isi kitab sudah ada pada pikiran bawah sadar, pembacakilat tak jarang mendapatkan pengalaman “aha” dari buku yang sudah dibacakilat.
Pengalaman “aha” adalah isi kitab atau pandangan baru yang mereka terapkan buat mengatasi masalah atau membuat sesuatu berdasarkan buku yang mereka sudah bacakilat. Sering kali, pengalama “aha” ini terjadi begitu saja serta tanpa mereka sadari.
Jelas, pengalaman “aha” tidak mampu didapatkan dengan memakai teknik baca cepat, lantaran keterbatas berdasarkan penggunaan pikiran sadar. Pengalaman “aha” hanya sanggup dihasilkan jika data tadi sudah terdapat pada pikiran bawah sadar.
Inilah perbedaan utama menurut teknik bacakilat dan baca cepat. Anda bisa menilai sendiri teknik mana yang lebih efektif. Teknik manapun yang Anda pakai buat menuntasakan semua buku yg belum Anda baca, seluruh tergantung pilihan Anda.
Ronal Sembiring Bacakilat

CARA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA PELAJAR

Sebelum kita mengetahui bagaimana cara mempertinggi keterampilan membaca berdasarkan para anak didik atau pelajar ini terlebih dahulu kita ketahui pengertian serta pemahaman dari membaca.
Membaca dari Tarigan (1987: 7-8) adalah suatu proses untuk memahami yg tersirat serta tersurat, melihat pikiran yg terkandung pada dalam kata-istilah yang tertulis. Selanjutnya menurut Tampubolon (1990: 41), membaca merupakan suatu kegiatan fisik serta mental.  Dikatakan kegiatan fisik  lantaran melibatkan kerja mata, dan dikatakan aktivitas mental karena menuntut kerja pikiran buat tahu yg tertulis.  Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses yg dilakukan serta dipergunakan sang pembaca buat memperoleh pesan yang hendak disampaikan sang penulis melalui media istilah-istilah atau bahasa tulis.
Membaca merupakan proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yg dilakukan menggunakan tujuan memperoleh pemahaman yg bersifat menyeluruh tentang bacaan itu dan evaluasi terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan imbas bacaan itu (Oka, 1983: 17). Selanjutnya Burns dkk (1984: dua) beropini bahwa membaca dapat dipandang sebagai suatu proses serta hasil. Membaca menjadi suatu proses adalah semua kegiatan serta teknik yg ditempuh oleh pembaca yang menunjuk pada tujuan melalui termin-tahap tertentu. Hal tadi berarti bahwa keterampilan membaca mengandung unsur-unsur: (1) suatu proses aktivitas yg aktif-kreatif, (2) objek dan atau target aktivitas membaca yaitu lambang-lambang tertulis sebagai penuangan gagasan atau ide orang lain, dan (3) adanya pemahaman yang bersifat menyeluruh. Dalam pengertian tersebut, pembaca dicermati sebagai suatu aktivitas yg aktif karena pembaca nir hanya menerima yang dibacanya saja, melainkan berproses buat tahu, merespon, mengevaluasi, serta menghubung-hubungkan banyak sekali pengetahuan serta pengalaman yg ada pada dirinya. Adapun membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari kegiatan yang dilakukan dalam saat membaca. Jadi dapat dikatakan bahwa keterampilan membaca adalah keterampilan yang dimiliki seseorang buat memahami isi perihal tulis. Sejalan dengan hal tersebut, Harris serta Sipay (1985: 12) mengungkapkan:
“Reading is the meaningful interpretation of printed or written ekspresi symbols.  Reading (comprehension) is a result of the interaction between the perception of graphic symbols that represent language and the reader’s language skills,cognitive skills, and knowledge of the world.  In this process the reader tries to re-create the meanings intended by the writer.
Celce-Murcia (2001: 154) menyatakan:
   
In reading, “an individual constructs meaning through a transaction with written text that has been created by symbols that represent language.  The transaction involves the reader’s acting on or interpreting the text, and the interpretation is influenced by the reader’s past experiences, language background, and cultural framework, as well as the reader’s purpose for reading”.
Menurut Tarigan (1987: 11-12), ada 2 aspek keterampilan membaca yaitu keterampilan yg bersifat mekanis serta bersifat pemahaman.  Pertama, keterampilan yang bersifat mekanis  tadi meliputi: sosialisasi bentuk huruf, sosialisasi unsur-unsur linguistik serta pengenalan interaksi pola ejaan dan suara. Kedua, keterampilan yg bersifat pemahaman meliputi: tahu pengertian sederhana, tahu makna, penilaian, serta kecepatan membaca yg fleksibel.  Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yg dibacanya.  Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca.
Menurut Nuttal (1988: 31) keterampilan membaca pemahaman menjadi suatu proses interaksi antara pembaca menggunakan teks dalam suatu peristiwa membaca.  Dalam proses ini dituntut kemampuan mengolah kabar untuk membuat pemahaman.  Saat proses komunikasi tadi terjadi, pembaca melakukan penyusunan balik pesan yang terdapat dalam teks.  Pada termin ini pembaca melakukan interaksi antara makna yang masih ada dalam teks menggunakan makna yg telah dimiliki sebelumnya.  Jadi membaca pemahaman adalah proses menganalisis pesan penulis yg melibatkan proses mental dan dipengaruhi sang banyak sekali faktor. 


Zuchdi (1995: 34) menyatakan bahwa pemahaman merupakan seperangkat keterampilan pemerolehan pengetahuan yg digeneralisasi, yg memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan fakta yang diperoleh menjadi hasil membaca bahan tertulis.  Hal tersebut berarti bahwa pada proses pemahaman terjadi asimilasi dan akomodasi antara keterangan, konsep, serta generalisasi yang baru menggunakan seluruh pengetahuan yang telah dimiliki pembaca. Pembaca menginterpretasikan apa yang dibacanya berdasarkan pengetahuan yang sudah dimilikinya.  Secara tidak pribadi pembaca berdialog dengan penulis lewat bacaan. 
Makna yang masih ada pada bahan  nir selamanya masih ada dalam bacaan itu sendiri namun bisa pula berada di luar bacaan itu sendiri (makna tersirat).  Oleh karenanya pembaca yg baik wajib jeli dan melibatkan secara aktif dalam bacaan tersebut.  Hal tadi akan memudahkan pembaca dalam memperoleh pemahaman.
Berkenaan dengan keterampilan membaca pemahaman tersebut Wiryodijoyo (1989: 29) menyatakan bahwa pengajar wajib dapat mengajarkan enam macam keterampilan, yaitu menemukan lebih jelasnya, menunjukkan pikiran pokok, mencapai kata akhir, menarik kesimpulan, membuat penilaian, serta mengikuti petunjuk-petunjuk.
Dalam menyusun pertanyaan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman  teks bahasa Indonesia, terdapat beberapa taksonomi yang bisa digunakan sebagai acuan.  Taksonomi tujuan pendidikan yg dibuat sang Bloom, terutama buat ranah kognitif sangat banyak dipakai dalam menyusun tes.
Berdasarkan taksonomi tersebut ada enam (6) jenis pertanyaan buat mengungkap hasil belajar dalam ranah kognitif, yaitu menjadi berikut.
a.kemampuan pada aspek pengetahuan/ingatan
Kemampuan pada aspek pengetahuan/ingatan hanya dimaksud buat mengukur kemampuan ingatan tentang sesuatu hal atau warta faktual.  Kemampuan soal pada taraf ini berarti hanya mengukur taraf yg sifatnya hanya warta faktual saja.
b.kemampuan pada aspek pemahaman
Soal yang mengukur aspek tingkat pemahaman adalah soal yang dimaksudkan buat mengukur kemampuan pemahaman murid tentang adanya interaksi yg sederhana pada antara berita-berita atau konsep
c.kemampuan pada aspek aplikasi
Soal yg mengukur aspek aplikasi merupakan soal yang dimaksud buat mengukur kemampuan anak didik memilih serta mempergunakan sesuatu abstraksi eksklusif dalam situasi yg baru.
d.kemampuan pada aspek analisis
Soal yg mengukur aspek analisis merupakan soal yang dimaksud buat mengukur kemampuan siswa menganalisis sesuatu hal, hubungan, atau situasi tertentu dengan mempergunakan konsep-konsep dasar tertentu.
e.kemampuan pada aspek sintesis
Soal yang mengukur aspek sintesis adalah soal yg dimaksud buat mengukur kemampuan murid buat menghubungkan antara beberapa hal, menyusun balik hal-hal eksklusif sebagai struktur baru, atau melakukan generalisasi.
f.kemampuan pada aspek evaluasi
Soal yg mengukur pada aspek penilaian merupakan soal yang menuntut murid buat dapat melakukan penilaian terhadap sesuatu hal, perkara, atau situasi yg dihadapinya menggunakan mendasarkan diri dalam konsep atau acuan tertentu.
Menurut pendapat Heilman, Blair, dan Rupley (1986: 193), sistem klasifikasi taksonomi  Barret  dibagi sebagai 5 (lima) buah.  In Barret’s classification system, the following five levels of comprehension are identified: literal comprehension, reorganization, inferential comprehension, evaluation, and appreciation. 
Sejalan menggunakan pendapat tadi, berdasarkan Brown dan Attardo (2000: 169), pemahaman bacaan diklasifikasikan sebagai empat (4) buah, antara lain:
a.pengertian literal:  jawaban-jawaban atas pertanyaan terdapat di pada teks bacaan/tersurat.  Siswa hanya mengadopsi atau mengambil berdasarkan bacaan tersebut.
b.penggabungan kembali:  pertanyaan-pertanyaan ini masih mengenai hal-hal yg tersurat, namun digabungkan dengan warta tersurat dari 2 atau lebih bagian bacaan.
c.kesimpulan:  jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yg implisit.
d.tanggapan pribadi:  Pertanyaan seperti  “Apakah Anda menikmati cerita itu?” dan  “Apa pendapatmu tentang perilaku dari karakter X?”
Sedangkan menurut Harris & Sipay (1985: 87), pemahaman bacaan diklasifikasi menjadi lima (lima) buah berikut.
a.kosakata. Siswa itu wajib :
1)memiliki suatu kosakata bacaan yang seksama serta ekstensif.
2)memakai konteks secara efektif buat (a) menentukan makna serta suatu istilah yg tidak familiar (biasa didengar) dan (b) memilih makna yang tepat menurut suatu kata.
3)menginterpertasikan bahasa figuratif dan nonliteral.
b.pemahaman literal.  Siswa itu harus:
1)memahami makna dan keterkaitan berdasarkan aneka macam unit yang lebih luas secara meningkat, seperti frase, kalimat, paragraf, dan holistik seleksi.
2)mengerti serta mengingat kembali ilham-ilham utama yang terdapat.
3)mencatat serta mengingat kembali hal-hal detil yang ada/tersurat.
4)mengenali dan mengingat pulang serangkaian insiden yang terdapat sinkron dengan urutan yg sahih.
5)mencatat serta mengungkapkan hubungan sebab-dampak yang tersurat.
6)menemukan aneka macam jawaban pada pertanyaan yang spesifik.
7)mengikuti perintah-perintah yang tersurat secara akurat.
8)membaca sepintas buat mendapatkan kesan yg menyeluruh.
c.pemahaman inferensial.  Siswa itu wajib :
1)mengerti dan mengulang pulang ilham-wangsit primer yang implisit.
2)Mencatat dan mengulang hal-hal detil krusial yang tersirat.
3)Mengenali dan mengulang suatu rangkaian insiden-peristiwa yang implisit sinkron menggunakan urutan yg sahih.
4)Mencatat serta menjelaskan hubungan sebab-dampak yang tersirat.
5)Mengantisipasi serta memprediksi hasil-hasil.
6)Memahami planning serta maksud berdasarkan pengarang.
7)Mengidentifikasi teknik-teknik mengarang yg dipakai buat membentuk impak-impak yg diinginkan.
d.membaca kritis.  Siswa itu hendaknya mengevaluasi apa yang dibaca secara kritis.
e.membaca kreatif. Siswa itu hendaknya sanggup memprediksi berdasarkan apa yg telah dibaca untuk menerima berbagai inspirasi dan kesimpulan baru.
Faktor-faktor yg Mempengaruhi Keterampilan Membaca Pemahaman
Seperti sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa membaca pemahaman adalah aktivitas yg melibatkan berbagai keterampilan, peningkatan keterampilan membaca pemahaman bukanlah suatu hal yang gampang.  Proses pemahaman pada keterampilan membaca merupakan proses yg memiliki aneka macam segi serta dipengaruhi oleh aneka macam faktor yg bervariasi.  Faktor-faktor tersebut diantaranya: intelegensi, minat baca, motivasi, dampak lingkungan,  pengetahuan atau pengalaman pembaca, juga kompetensi linguistik yang meliputi penguasan struktur tata bentuk,  struktur kalimat, serta pemilihan istilah. 
Jadi, keterampilan membaca pemahaman merupakan keterampilan yg sangat kompleks dan banyak dipengaruhi sang banyak sekali faktor. Jika keterampilan tadi tidak dikuasai, sudah dapat dipastikan bahwa pembaca tidak akan memperoleh taraf pemahaman yg tinggi.
Menurut Pearson (1978: 9), kemampuan membaca seorang ditentukan oleh faktor dalam diri serta luar diri seorang.  Faktor dari dalam diri mencakup: kompetensi linguistik, minat, motivasi, serta kemampuan membaca.  Sedangkan faktor menurut luar diri siswa yaitu:  unsur berdasarkan bacaan itu sendiri yg berupa pesan yg tertulis serta faktor-faktor pada lingkungan membaca.
Pendapat tersebut di atas sejalan dengan pernyataan menurut Leu Jr serta Kinzer (1987: 9) yang menyampaikan bahwa reading is a developmental, interactive, and dunia process involving learned skills.  The process specifically incorporates an individual’s linguistic knowledge, and can be both positively and negatively influenced by non-linguistic internal and external variables or factors.
Menurut Slameto (1995: 54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan sebagai dua, yaitu faktor internal serta faktor eksternal.  Faktor internal dibagi menjadi 3 faktor, yaitu faktor jasmaniah, psikologis, serta kelelahan.  Adapun faktor eksternal dikelompokkan sebagai tiga faktor, yaitu faktor keluarga, sekolah, serta warga .
Suryabrata (1995: 249-254) membagi faktor-faktor yg diduga mensugesti penentu keberhasilan belajar  pada dua klasifikasi,  yaitu: faktor-faktor yg asal dari luar diri siswa serta faktor-faktor yang dari dari dalam diri anak didik.  Faktor-faktor menurut luar murid dibagi lagi sebagai dua faktor, yaitu faktor-faktor nonsosial dan  sosial.  Adapun faktor-faktor dari pada diri siswa dibagi lagi sebagai 2 golongan, yaitu faktor-faktor psikologis dan fisiologis.
 
Selanjutnya, menurut Schieffellein dan Simmons (1981) membagi faktor-faktor yg menghipnotis kemampuan output belajar pada 3 kategori, yaitu (1) asal belajar serta proses belajar pada sekolah, (dua) kemampuan serta kecakapan pengajar,  dan (3) kemampuan murid.  Madaus (1979: 208-230),  beserta tim penelitiannya membagi sebagai 5 kategori, yaitu (1) individual anak didik, (2) lingkup sekolah, (3) latar belakang siswa, (4) komposit ubahan kelas serta individu siswa, serta (lima) skor tes intelegensi.  Sudarsono (1985: 11),  menunjukkan betapa banyaknya variabel yg diduga mempengaruhi hasil belajar murid, terdiri atas (1) latar belakang famili, seperti bahasa yang digunakan anak didik di tempat tinggal , asa orang tua, fasilitas belajar di tempat tinggal , norma belajar pada rumah, banyak saudara kandung, pendidikan orang tua,  (dua) ciri perseorangan siswa, seperti jenis kelamin, usia, urutan kelahiran, kemampuan dasar, intelegensi, sikap serta motivasi, (tiga) ciri guru, seperti pengalaman mengajar, pendidikan, penataran, serta perilaku,  (4) latar belakang sekolah, misalnya fasilitas fisik sekolah, besar sekolah, dan fasilitas alat pelajaran, termasuk kelengkapan buku-kitab pelajaran, (5) gerombolan sahabat sebaya.

Pendapat-pendapat tadi pada hakikatnya hampir sama dan saling mengisi sehingga faktor-faktor yg diduga menghipnotis kemampuan dalam keterampilan membaca pemahaman dapat dikelompokkan sebagai dua bagian, yaitu faktor linguistik dan  nonlinguistik. Faktor linguistik yg dimaksud dalam penelitian ini diantaranya:  pengetahuan fonologi, morfologi, sintaksis, serta semantik. Adapun faktor-faktor nonlinguistik berupa:  kecerdasan, minat, motivasi, cara mengikuti pelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah serta guru, lingkungan sosial, asal belajar dan proses belajar, fasilitas belajar, dan sebagainya.
Sumber : Disarikan menurut banyak sekali sumber
Sumber Gambar : //www.kemdiknas.go.id/
Referensi :
Allen, M. J. Serta Yen, W. M. (1979).  Intriduction to measurement theory.  California: Brooks/Cole Publishing Company.
Bloom, B. S., Engelhart, M. D., and Fusrt, E. J. (1956).  Taxonomy of educational objectives: Handbook I, Cognitive domain. London: Longman Group LTD.
Brown, H. D. (2000).  Principles of language learning and teaching. Fourth Edition New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Brown, S. And Attardo, S. (2000). Understanding language structure, interaction, and variation. An introduction to applied linguistics and sociolinguistics for nonspecialists. USA: The University of Michigan Press.
Burns, P. C., Roe, B. D., and Ross, E. P. (1984). Teaching reading in today’s elementary school.  Boston: Houghton Mifllin Company.
Cohen, J. (1977).  Statistical power analysis for the behavioural sciences (Rev. Ed.). New York: Academic Press.
Falk, S. Y. (1973). Linguistics and language. A kuesioner of basic concepts and applications.  USA: Xerox Co.
Leu, Jr., D. J. And Kinzer, C. K. (1987).  Effective reading instruction in the elementary grades.  Columbus:  Merrill Publishing Company and A Bell & Howell Company.
Tampubolon, D. P. (1990). Kemampuan membaca: teknik membaca efektif dan efisien.  Bandung:  Angkasa.
Tarigan, H. G.  (1987). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
-----------. (1990). Kemampuan membaca: teknik membaca efektif dan efisien.  Bandung: Angkasa.
Wiryodijoyo, S. (1989). Strategi menaikkan kemampuan membaca (diktat). Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
Yuwanti. (1998). Faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan membaca pemahaman anak didik kelas IV Sekolah Dasar: studi masalah di Sekolah Dasar Negeri Pabean (skripsi). Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta.
Zuchdi, D. (1993). Keterampilan membaca serta faktor-faktor penghambatnya: studi masalah terhadap mahasiswa berprestasi rendah. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
------------. (1995). Strategi menaikkan kemampuan membaca: peningkatan kemampuan pemahaman bacaan.  Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.

APLIKASI CARA BELAJAR YANG BAIK DALAM KEHIDUPAN NYATA

Tulisan ini sengaja aku tulis sebagai tandingan berdasarkan goresan pena sebelumnya. Tulisan yang berjudul "Cara Belajar yang Baik dan Efektif". Tulisan tadi dimaksudkan buat memenuhi materi yang mampu disampaikan ketika Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang dahulu dianggap dengan MOS (Masa Orientasi Siswa).

Tulisan aku tersebut perlu aku sanggah sendiri (revisi) lantaran dalam perkembangannya tidak sepenuhnya sahih. Sebagai materi Masa Pengelanan Lingkungan Sekolah (MPLS), seharusnya bersifat aplikatif. Materi yg ada dalam tulisan 'Cara Belajar yang Baik serta Efektif' masih kurang aplikatif. Masih berupa teori normatif.

Namanya saja 'Cara Belajar'. Tentu masing-masing individu, memiliki taraf keefektifan yg berbeda-beda. Ada yang lebih suka membaca kitab . Ada yang lebih senang mendengarkan. Ada pula yg senang menghafal. Tentu taraf keefektifan belajarnya jua tidak sinkron.

Adapun 7 Cara Belajar yang sudah ditulis sebelumnya pada postingan tersebut, lebih layak dikonsumsi oleh guru. Bukan buat siswa. Jadi, tugas guru buat memunculkan 7 kondisi belajar tesebut.

1.     Memunyai tujuan yang jelas (memiliki target kemampuan yang ingin dimiliki)
2.     Berupa planning terprogram (mempunyai rangkaian kegiatan yg akan dilakukan)
3.     Memilih taktik belajar (tempat, saat, dan suasananya wajib sempurna)
4.     senang melakukan latihan-latihan (harus seringkali berlatih, misalnya terus membaca)
5.     mempunyai daya saing untuk berprestasi (wajib berlomba ingin jadi yg terbaik)
6.     kuat di pada berpendapat (mempertahankan pendapat sekuat energi)
7.     senang bertanya (bertanya memberitahuakn kita sudah mengerti, namun belum lengkap)

Ketujuh hal di atas, harus ada pada pola pembelajaran yang efektif pada pada kelas.

1. Tujuan pembelajaran (dalam RPP) harus kentara.
2. Memiliki program pembelajaran yang kentara (apa dulu yg mau dipelajari)
3. Strategi pembelajaran yg wajib diterapkan disesuaikan dengan kondisi bahan ajar serta anak didik.
4. RPP dan aktivitas pembelajaran harus diisi menggunakan latihan (tugas)
5. Guru wajib mampu memunculkan daya saing antar-murid (berjiwa kompetitif)
6. Guru harus bisa membimbing siwa supaya mau serta sanggup mempertahankan pendapatnya.
7. Pengajar wajib membimbing murid agar mau menanyakan hal yang masih belum dipahami sepenuhnya.

Nah, apabila materi Cara Belajar yg Efektif di atas diberikan kepada murid, tentu siswa akan kesulitan. Maka, buat 'menebus dosa' di atas. Perlu disampaikan tips serta trik (cara) belajar yang efektif yang sanggup diterapkan oleh anak didik.

Cara Belajar Efektif buat Siswa 

Seperti yg sudah disinggung pada depan. Cara belajar sebenarnya tidak sanggup dibakukan. Antara anak satu dengan anak yang lain. Maka, masing-masing siwa harus bisa menemukan kenyamanan dalam belajar. Perlu juga disampaikan pada peserta didik, peserta MPLS, bahwa segala sesuatu merupakan asal pelajaran. Jadi, bukan sekadar buku. Berikut ini penerangan lengkapnya.

Kondisi Nyaman sebagai Penunjang Cara Belajar yg Baik dan Efektif

Kondisi nyaman, mengandung unsur kondusif, nir membayakan, tidak ingin berpindah. Misalnya, loka belajarnya merupakan di pada kelas. Maka, syarat kelas harus diperhatikan kebersihannya, penerangannya, ventilasi udara, suhu udaranya, suasananya (tidak bising). Kalau misalnya kelasnya kurang nyaman, murid dan pengajar berhak mengganti posisi duduk, membarui penataan ruang kelas. Atau bahkan berhak memindah kelas ke bawah pohon yang rindang. Misalnya. Agar suasana nyaman.

Kalau loka belajarnya di tempat tinggal . Seorang murid sanggup belajar pada tempat yang dia senang. Di manapun. Asal tidak membahayakan. Tidak harus di meja belajar. Tidak harus menggunakan lampu belajar. 

Tidak Perlu Mengulang Pelajaran pada Rumah

Sebenarnya, taraf keefektifan belajar itu ditentukan juga dengan ragam aktifitas. Untuk mencapai sebuah keberhasilan belajar (arti belajar secara umum), tidak wajib mengulang materi yg terdapat di pada kelas. Membacanya kembali pada rumah. Tidak perlu.

Yang perlu dilakukan adalah, memahami benar materi yg disampaikan oleh guru waktu pada kelas. Pahami. Cerna. Kalau tidak paham tanyakan. Di tempat tinggal , nir perlu lagi membaca hal yang telah diterima. Di tempat tinggal , baca kitab lain. Baca liputan lain. Dengan demikian, kabar yang diterima akan lebih luas.

Nonton Televisi Juga Belajar

Tentu saja, ini harus digarisbahawahi tontonlah tontonan yang berisi ilmu pengetahuan. Misalnya televisi keterangan. Atau, program-acara televisi yg mengungkapkan kabar penetahuan seperi kehidupan hewan liar.

Ini berdasarkan pengalaman eksklusif. Sejak SD telah senang nonton berita pada televisi, ikut-ikutan orang tua. Maka, buat mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan serta Sejarah, aku tidak perlu membuka buku. 

Perisitwa Reformasi contohnya, sudah paham melalui televisi. Hak-hak anggota DPR, telah acapkali dibahas jua pada liputan. Maka tidak perlu belajar hal misalnya itu.

Setiap Tindakan dalam Dasarnya merupakan Belajar

Sering kita dengar bahwa 'pengalaman adalah guru yg paling baik' tapi pengajar sering lupa mengingatkan anak didiknya buat menghormati oleh guru yang paling baik itu. Pengalaman. 

Masing-masing insan niscaya mampu belajar melalui pengalaman. Kita ambil model, aktivitas menciptakan layang-layang. Seorang anak yang pernah membuat layang-layang dengan tangannya sendiri sebenarnya dia sudah belajar banyak sekali mengenai poly hal. Mulai dari memilih bambu, memotong, meraut, mengukur, melekat, hingga menerbangkan layang-layang.

Bis disimpulkan bahwa, cara belajar yang paling efektif yg bisa diterapkan pada kehidupan nyata pada dasarnya ada dua: 1) lakukan banyak hal; 2) kaitkan yang telah kita lakukan menggunakan ilmu pengetahun yang kita peroleh. Pasti akan lebih mengena, lebih paham, serta belajarnya lebih efekif.

EKSISTENSI DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Eksistensi Dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam
Pengertian Cara Belajar
Dalam kamus bahasa Indonesia, cara adalah jalan ( aturan, sistem ) melakukan ( berbuat ) sesuatu, gaya, ragam, tata cara norma, usaha atau ikhtiar. Sedangkan belajar merupakan suatu proses bisnis yang pada lakukan seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara holistik, menjadi output pengalamannya sendiri pada berinteraksi menggunakan lingkungannya.

Dengan demikian cara belajar siswa yg di maksud sang penulis, merupakan perilaku individu siswa yang lebih khusus berkaitan dengan usaha yang sedang atau telah biasa dilakukan sang murid untuk memperoleh ilmu pengetahuan. 

Pada umumnya setiap orang pada melakukan suatu usaha terpengaruh oleh efisiensi. Efisiensi merupakan sebuah pengertaian atau konsepsi yanag mengggambarkan perbandingan terbaik antara suatu bisnis menggunakan hasilnya, yaitu jika output yg diinginkan bisa tercapai dengan usaha terkecil, atau menggunakan usaha eksklusif memberikan kwalitas serta kwantitas output terbesar

Pengertian tadi dapat diterapkan pada banyak sekali bidang aktivitas termasuk usaha belajar. Apabila diterapkan pada belajar, maka terdapatlah efisiensi belajar, yaitu perbandingan terbaik antara suatu usaha belajar menggunakan hasilnya yang dicapai. ( The Liang Gie, 1985:14 ). 

Adapun berdasarkan Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam ( 1980 : 220 ) mengartikan cara belajar yg efisien, yaitu cara belajar yang sempurna, praktis, ekonomis, terarah, sinkron dengan situasi dan tuntutan yg terdapat guna mencapai tujuan belajar. 

Masing masing siswa mempunyai potensi, kemampuan, situasi, kondisi serta latar belakang individu yg tidak sinkron beda. Dengan istilah lain, murid itu adalah individualitas yang unik. Sehingga cara belajarpun sebagai tidak sinkron beda juga sesuai dengan apa adanya siswa. Tugas siswa selanjutnya merupakan berbagi dirinya, sebagai akibatnya menemukan cara belajar yang cocok bagi dirinya. Bimbingan guru dalam hal ini amat pada perlukan. Dengan anugerah bimbingan dari pengajar, siswa akan mengenal dirinya dan segala yg memungkinkan dirinya dapat berkembang secara utuh dan menemukan gaya belajarnya sendiri. Penemuan itu wajib secepatnya beliau peroleh karena tuntutan belajar itu makin usang makin meningkat dan makin kompleks. 

Supaya cara belajar yang efisien tadi bisa pada terapkan pada masing masing anak didik, maka murid perlu buat terus dimotivasi baik secara mental juga psikomotorik oleh pengajar atau orang tua. Karena Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 9 ) mengungkapkan, bahwa misteri sukses belajar terletak pada pemikiran perilaku mental cendekia dan satu kata kunci, yaitu dominasi cara belajar yg baik sebagai penuntun ke arah dominasi ilmu yg optimal.

Setelah anak didik dapat memilih dan memposisikan dirinya dalam kondisi yg aman, maka murid perlu memakai cara belajar yg efektif.

Berdasarkan syarat belajarnya, cara belajar mencakup cara belajar pada rumah, pada sekolah dan cara belajar bersama (grup)

a. Cara belajar berdikari di rumah
1. Pemenuhan fasilitas dan perabot belajar
Fasilitas serta perabot belajar adalah indera perlengkapan belajar yang penting buat dipenuhi sang seorang pelajar, lantaran bila nir terpenuhi bisa menimbulkan impak negatif bagi kelancaran proses belajar. Proses belajar bisa berhenti dan setidaknya mengganggu motivasi serta konsentrasi pada belajar.

Fasilitas belajar ini menurut The Liang Gie (1985 :43), terdiri dari peralatan tulis dan perabot buat kamar yaitu meja, kursi serta lemari buku.

2. Mengatur waktu belajar
Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil, perlulah anak didik mempunyai jadwal yang baik dan bisa melaksanakannya dengan teratur dan disiplin. Adapun cara buat menciptakan jadwal yg baik, adalah :

3. Membaca buku
Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang paling poly dilakukan selama belajar. Dan persoalannya yg utama ketika dia sudah dapat membaca merupakan bagaimana cara membaca yang baik serta efisien.

Hary dexter Kitson dalam bukunya How to use Your Mind, Yang dikutip the Liang Gie (1985; 94), mengemukakan ketentuan-ketentuan mengenai reading hygiene :
a. Sewaktu membaca hendaknya pembaca sekali-kali memejamkan matanya atau melihat ke loka yang jauh.
b. Cahaya penerang hendaknya datang menurut arah belakang
c. Pada pagina buku tidak masih ada bayangan
d. Buku dipegang sang tangan dan nir terletak mendatar diatas bagian atas meja.

Terhadap ketentuan-ketentuan diatas dibubuhi hal-hal berikut ini 
e. Ada cahaya penerangan yang cukup, tidak terlalu gelap dan nir terlalu terperinci sebagai akibatnya menyilaukan dan bergetar.
f. Jarak antara mata dan yg dibaca kira-kira 25-30 cm
g. Tidak sembari tiduran
h. Beristirahat sementara waktu, kira-kira seperempat jam sesudah membaca selama satu hingga satu setengah jam.

Langkah pertama (survei), siswa memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks. Tujuannya supaya siswa mengetahui panjangnya teks, judul bagian, judul sub bagian, kata dan istilah kunci, serta sebagainya. Dalam melakukan survei ini murid dianjurkan menyiapkan pensil, kertas serta indera pembuat karakteristik, seperti stabilo buat menandai bagian-bagian tertentu yg penting.

Langkah ke 2 (question), siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yg jelas, singkat dan relevan dengan bagian-bagian teks yg sudah ditandai dalam langkah pertama.

Langkah yang ketiga (Read), siswa membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun. Membaca secara aktif berarti membaca yg difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan relevan menggunakan pertanyaan tersebut.

Langkah selanjutnya recite, anak didik menjelaskan lagi jawaban atas pertanyaan yang sudah tersusun.
Dan langkah terakhir review, siswa meninjau ulang semua pertanyaan serta jawaban secara singkat. (Muhibbin Syah, 2004: 141). Jika materi telah tersusun pada sebuah modul, maka hal ini lebih memudahkan bagi murid, karena materi sudah tersusun dalam sebuah kompendium, tetapi buat menguatkan pemahaman dan memotivasi keingintahuan mengenai materi itu, maka boleh menggunakan metode tadi.

4. Membuat Ringkasan
Kegiatan ini tidak kalah pentingnya berdasarkan seluruh aktivitas belajar anak didik. Siswa menciptakan ringkasan merupakan bertujuan buat memudahkannya dalam menghafal dan mengulangi pelajaran.

Adapun langkah-langkah menciptakan kompendium yg baik, merupakan :
a. Membaca pelajaran yang akan diringkas menggunakan penuh perhatian, pengertian serta konsentrasi sembari memberi pertanda-pertanda pada hal-hal yang dipercaya pokok dan penting. Dalam hal ini murid bisa menggarisbawahi kalimat-kalimat krusial atau menggunakan stabilo atau menuliskan kata-istilah kunci pada pinggir paragraf.
b. Membuat kerangka ringkasan menggunakan membaca sekali lagi serta menuliskan di atas kertas hal-hal yg sudah ditandai.
c. Membaca kalimat-kalimat yg sudah ditulis di kertas tadi sembari menyelipkan kata-istilah atau pertanda-tanda penghubung yang perlu, sehingga terdapat pertalian yg erat antara kalimat-kalimat itu.
d. Kalu masih tebal page luas dan banyak, maka tulisan tersebut bisa dipersempit dengan merogoh pokok-pokoknya saja serta menghilangkan hal-hal yang dipercaya kecil atau kurang penting. (Judi Al Falansani serta Fauzan Naif,2002: 38).

5. Menghafal Bahan Pelajaran
Dalam belajar, menghafal merupakan galat satu aktivitas dalam rangka penguasaan bahan pelajaran.

Ada beberapa syarat buat dapat menghafal menggunakan baik, yaitu:
a. Menyadari sepenuhnya tujuan belajar
b. Mengetahui benar -benar mengenai makna bahan yg dihafal
c. Mencurahkan perhatian sepenuhnya sewaktu menghafal
d. Menghafal secara teratur sinkron syarat badan yang sebaik-baiknya dan daya serap otak terhadap bahan yang wajib dihafal. (Slamento, 1995: 86).

Sedangkan berkaitan dengan metode menghafal agar sinkron menggunakan karakter siswa dibagi sebagai 3 macam :
a. Menghafal melalui pandangan. Bahan pelajaran dibaca di dalam batin penuh perhatian sembari otak bekerja untuk mengingat-ingat. Dapat juga menggunakan cara membuat catatan besar yg menarik, kemudian disampingkan atau ditempelkan pada loka-loka yang acapkali dipandang.
b. Menghafal menggunakan indera pendengaran melalui penyimakan sendiri. Siswa dapat menggunakan cara lain yg bertujuan sama, misalnya menyuruh temannya membacakan kompendium atau mendengarkan rekaman kaset yg dibuat sendiri.
c. Menghafal malalui gerakan-gerakan tangan, yatu menggunakan menulis-nulis ringkasan berulang-ulang hingga hafal atau menggerakkan jari tangan sembari berfikir.

Ada jua metode yang lain, yaitu metode cantol, metode lokasi, akronim serta kalimat-kalimat kreatif 

Metode cantol digunakan buat menghafal daftar apa saja. Caranya, yaitu menggunakan mencocokkan angka-angka menggunakan kata-istilah berirama sama atau petunjuk-petunjuk visual eksklusif. Contohnya paku mirip menggunakan suara satu dan paku menyerupai nomor satu.

Metode lokasi merupakan metode yang menggunakan tempat yg paling dikenal serta paling mengesankan sebagai model (1) pendahuluan tentang hal yg akan dipelajari (dituliskan pada pintu depan), (2) Tombol lampu mengungkapkan serta meyoroti mengenai ciri-karakteristik khusus suatu fakta, konsep atau suatu prinsip dalam materi yang sedang dipelajari, dan seterusnya.

Akronim atau singkatan adalah kata yg dibentuk berdasarkan huruf atau huruf-alfabet awal atau masing-masing bagian menurut sekelompok kata atau istilah gabungan Misalnya, Program Pembangunan Lima Tahun pada Indonesia dianggap PELITA. PSSI merupakan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.

Sedangkan kalimat-kalimat kreatif digunakan buat menghafal kata-kata yg berurutan, contoh : untuk menghafal susunan planet maka dapat menggunakan kalimat kreatif yaitu Memainkan Violin Bisa Memunculkan Jalinan Suara Unik Tetapi Pasti (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Uranus, Neptunus, Pluto).

6. Mengulangi Bahan Pelajaran
Siswa sepulang sekolah jangan lupa buat mengulangi bahan pelajarannya di tempat tinggal , karena tidak seluruh materi pelajaran yang disampaikan guru terkesan dengan baik.

Cara mengulangi bahan pelajaran merupakan dengan cara membaca pulang catatan yg telah ditulis saat pengajar sedang menunjukkan pelajran, atau bila bahan pelajaran berupa tatacara, cara menghafalnya merupakan dengan cara mempraktekkannya pada kehidupan sehari-hari agar pelajaran tetap dalam ingatan.

7. Mengerjakan Tugas
Selama belajar, siswa tidak akan pernah terlepas berdasarkan keharusan mengerjakan tugas-tugas belajar, baik itu tugas harian, pekerjaan rumah, tugas semesteran, tugas gerombolan juga tugas individu. Siswa harus mengerjakan sinkron perintah pengajar dengan tepat waktu. Mengabaikan tugas tadi boleh jadi murid akan mendapatkan sangsi menurut pengajar.

8. Persiapan Menghadapi Ujian
Dalam menghadapi ujian, murid harus mempersiapkan segala sesuatu yg berhubungan dengan perkara-perkara perbaikan buat mengingat pulang bahan-bahan yang telah dipelajari dengan cara membaca kembali, memperbaiki catatan, menciptakan ikhtisar serta menyusun pengetahuan yg lengkap dan akhirnya tinggal menghafal. Pada saat-saat menjelang ujian siswa usahakan menghindari belajarterlalu poly lantaran bisa mengganggu syarat kesehatan. Siswa jua tidak boleh lupa mempersiapkan seluruh alat tulis untuk kelancaran ujian.

9. Menempuh Ujian
Setelah anak didik melaksanakan persiapan menghadapi ujian dengan matang, selanjutnya sampailah pada waktu ujian. Maka dalam saat hari ujian, anak didik seharusnya tiba lebih awal dan menunggu dengan tenang. Masuklah menggunakan tertib serta duduk pada tempat yang sudah dipengaruhi, kemudian baca serta pahami petunjuk soal dengan baik dan menjawabnya sinkron petunjuk tadi. Jangan lupa murid memperhitungkan ketika yang disediakan, supaya lebih berhemat saat soal-soal yg mudah usahakan dikerjakan lebih dahulu. Tulisan wajib kentara, baik serta rapi. Apabila telah terselesaikan murid wajib mempertimbangkan lagi apakah jawaban yang telah dikerjakan sinkron dengan permintaannya. Segera kumpulkan jawaban, jika waktu ujian sudah habis.

Siswa dalam menempuh ujian haruslah mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Dan rasa percaya diri itu ada waktu mereka melakukan persiapan yg matang jauh sebelum ujian dan penyempurnaan ketika mendekati ujian. Sehingga nir ada kecurangan-kecurangan misalnya menyontek atau melihat pekerjaan orang.

b. Cara Belajar pada Sekolah
Adapun beberapa hal yg berkenaan dengan cara belajar yang dilakukan oleh anak didik pada sekolah.

1. Masuk kelas tepat waktu
Masuk kelas tepat ketika merupakan suatu perilaku mental yg poly mendatangkan keuntungan. Pengajar memuji lantaran disiplin, kawan-mitra nir terganggu waktu sedang memperhatikan pelajaran guru, konsentrasi pun akan terpelihara menggunakan baik. Kondisi tubuh akan tenang, jauh menurut keringat dan alam pikiran anak didik sudah siap mendapat pelajaran dari guru Oleh karena itu kedisiplinan masuk kelas mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

2. Memperhatikan penerangan guru
Setelah pelajaran dimulai, siswa wajib telah siap untuk memperhatikan semua pelajaran pengajar, yaitu dengan melihat mobilitas-geriknya, mendengarkan penjelasannya dan ingat menulis istilah-kata penting dari penjelasan itu.

3. Bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dan menjawab setiap pertanyaan dari guru.
Bertanya tentang hal yang belum kentara merupakan salah satu cara buat bisa mengerti bahan pelajaran yang belum dimengerti. Siswa jangan membuat malu buat bertanya kepada pengajar mengenai bahan pelajaran atau liputan pengajar yang belum jelas, karena membuat malu akan Mengganggu penguasaan bahan yang akan diterima menurut guru dalam rendezvous yg akan tiba. Bertanyalah dengan spesifik jangan berbelit-belit, bila perlu pertanyaan ditulis terlebih dahulu menggunakan singkat serta kentara, lalu dibacakan atau dihafalkan.

Berkaitan dengan semua pertanyaan yg diutarakan oleh guru dalam waktu proses belajar mengajar, anak didik harus berani menjawab seluruh pertanyaan itu dengan baik dan jelas sebagai bukti bahwa dirinya memperhatikan pelajaran. Cara menjawabnya menggunakan sistematis sesuai apa yang telah diterangkan sang guru menggunakan bahasa yg sederhana dan mudah dimengerti.

4. Memanfaatkan waktu istirahat
Di sekolah masih ada bebarapa waktu untuk istirahat supaya syarat siswa segar kembali. Menghilangkan kelelahan mata serta pengalihan konsentrasi anak didik buat ad interim. Untuk itu murid wajib memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya, yaitu menggunakan cara bersantai, mengarahkan pandangan mata ke angkasa biru, mengerak-gerakkan badan agar bisa memperlancar peredaran darah pada pada tubuh, sehingga rasa lelah serta rasa kantuk dapat diusir dengan segera. Apabila haus atau lapar maka segera pergi ke kantin buat minum atau makan secukupnya agar kesehatan tubuh tetap terjaga. Atau saat istirahat itu dimanfaatkan untuk berkunjung ke perpustakaan.

5. Memanfaatkan perpustakaan sekolah
Perpustakaan sekolah memiliki tiga manfaat, yaitu :
a. Sebagai sumber belajar,
b. Sebagai asal keterangan,
c. Sebagai asal rekreasi (Choiruddin Hadhiri Suprapto, 2003 : 68)

Perpustakaan dapat dipakai buat memperdalam pemahaman serta pengahayatan pengetahuan yang diperoleh anak didik berdasarkan pengajar, memeperluas cakrawala pengetahuan dan keterampilan siswa serta buat menaruh hiburan, memupuk keterampilan, nilai serta sikap hidup melaluli koleksi ringan dan segar,

Sedangkan cara memanfaatkan perpustakaan tergantung jua pada kesempatan atau waktu-saat eksklusif, misalnya ketika jam-jam istirahat kalu masih ada waktu lebih dari kepentingan yg lain, seperti makan dan minum, jam-jam kosong serta jika terdapat tugas dari pengajar.

c. Cara Belajar Bersama (grup)
Belajar bersama sanggup dilakukan pada tempat tinggal atau pada loka lain contohnya pada perpustakaan, di sekolah atau di loka eksklusif yg disepakati bersama.

Belajar beserta dalam dasarnya memecahkan problem secara bersama, artinya setiap anggota turut memberikan sumbangan pikiran pada memecahkan problem tersebut, sebagai akibatnya diperoleh output atau jawaban yang lebih baik. Pikiran dari banyak orang umumnya lebih sempurna daripada satu orang.

”Ada beberapa petunjuk buat belajar beserta yg lebih efektif, yaitu :
a. Pilih sahabat yang cocok buat bergabung pada satu grup yang terdidri berdasarkan 3-lima orang. Anggota yang terlalu poly umumnya kurang efektif.
b. Tentukan serta sepakati kapan, pada mana dan apa yang akan pada bahas dan apa yang diharapkan pada diskusi itu. Lakukan secara rutin minimal satu kali pada seminggu.
c. Setelah berkumpul secara bergilir, tetapkan siapa pemimpin gerombolan yg akan mengatur diskusi serta siapa penulis yg akan mencatat diskusi.
d. Rumuskan pertanyaan atau konflik yang akan dipecahkan bersama serta batasi ruang lingkupnya agar pembahasan tidak menyimpang.
e. Bahas serta pecahkan setiap persoalan satu persatu hingga tuntas, menggunakan cara memberi kesempatan setiap anggota mengajukan pendapat. Dari setiap pendapat yang ada dikaji secara beserta manakah yg paling sempurna. Kesimpulan jawaban yang sudah disepakati beserta dicatat sang penulis. 
f. Jika terdapat persoalan yang nir bisa dipecahkan, tangguhkan persoalan itu buat dimintakan pendapatnya pada guru. Lanjutkan saja pada duduk perkara berikutnya supaya nir membuang saat.
g. Kesimpulan hasil diskusi dicatat sang penulis, kemudian dibagikan kepada anggota kelompok buat dipelajaridirumah masing-masing.” (Nana Sudjana, 1989: 168-169).

2. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan sang suatu pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nomor yg diberikan sang guru. (Depdikbud, 1993 : 700).

Prestasi belajar merupakan berukuran keberhasilan murid sesudah mengikuti suatu mata pelajaran tertentu yang ditunjukkan dengan nilai tes berupa angka yang diberikan sang pengajar, menjadi model nilai mid semester, nilai semester, nilai tugas, nilai ulangan, nilai raport serta sebagainya.

Prestasi dalam arti luas merupakan kemampuan murid sehabis mengalami belajar. Hal ini dapat diperoleh atau diketahui dari akhir aktivitas serta diperoleh atau diketahui menurut akhir aktivitas serta diperoleh bukan lantaran kebetulan, namun prestasi diperoleh menggunakan penuh menggunakan pencerahan serta mengalami proses eksklusif.

Pada prinsipnya, pengungkapan output belajar mencakup tiga ranah, yaitu ranah cipta, rasa maupun karsa (kognitif, afektif, psikomotorik). Walaupun pengungkapan tingkah laris seluruh ranah tadi, khususnya ranah rasa siswa, sangat sulit. Hal ini ditimbulkan perubahan hasil belajar itu terdapat yang bersifat intangible (tak bisa diraba), tetapi yang dapat dilakukan sang guru adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yg dianggap penting dan bisa mencerminkan perubahan yg terjadi menjadi output belajar anak didik.

Secara global, faktor yg mempengaruhi prestasi belajar murid, merupakan :
a. Faktor intern siswa
1) Fisiologis, seperti kesehatan mata dan telinga.
2) Fsikologis, seperti intelegensi, sikap, bakat, minat serta motivasi siswa

b. Faktor ekstern siswa
1). Lingkungan sosial, misalnya: pengajar, sahabat-tema sekelas, tetangga, orang tua dan keadaan rakyat.
2). Lingkungan non sosial, misalnya: tempat tinggal , gedung sekolah, wahana dan prasarana, dan sebagainya.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learn), yakni jenis upaya belajar murid yang mencakup taktik serta metode yg dipakai anak didik buat melakukan aktivitas pembelajaran materi-materi pembelajaran.

Pendekatan belajar terdapat tiga yaitu :
1) Pendekatan surface. Manusia belajar lantaran dorongan dari luar antara lain takut tidak lulus yg menyebabkan dia membuat malu. Oleh karenanya, gaya belajarnya santai, dari hafal serta nir mementingkan pemahaman yg gampang.
2) Pendekatan deep. Siswa ini dimotivasi dari dalam dirinya (intrinsik). Oleh karenanya, gaya belajarnya berfokus dan berusaha tahu materi secara mendalam dan memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi anak didik ini yg lebih penting merupakan mempunyai pengetahuan yg relatif banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya dibanding lulus dengan nilai baik.
3) Pendekatan achieving. Pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri spesifik yang dianggap ego-enhanchment, yaitu ambisi eksklusif yg akbar dalam menaikkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi stinggi-tingginya. Gaya belajarnya lebih berfokus, mempunyai keterampilan belajar (study skill) pada arti sangat cerdik dan efisien dalam mengatur saat, ruang kerja dan perangkat silabus. Baginya, berkompetisi menggunakan temannya pada meraih nilai tertinggi adalah krusial, sehingga beliau sangat disiplin, rapi serta sistematis serta berencanauntuk terus maju ke depan (plans ahead).

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam menurut pakar pendidikan, yaitu :
a. Chabib Thoha (1999: 4), Pendidikan Agama Islam adalah sebutan yang diberikan dalam slaah satu pelajaran siswa muslim pada menuntaskan pendidikannya dalam tingkat eksklusif.
b. Ahmad D. Marimba (1986: 47), Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani rohani menurut hukum-aturan kepercayaan Islam menuju terbentuknya kepribadian primer berdasarkan ukuran-ukuran Islam.
c. Zuhairini dkk. (1983 : 27), Pendidikan agama berarti bisnis-usaha secara sistematis serta pragmatis dalam membantu murid supaya agar mereka hidup sesuai denagn ajaran Islam.

Jadi, Pendidikan Agama Islam, adalah usaha-usaha secara sistematis serta pragmatis yang sudah terbentuk mata pelajaran berisi bimbingan jasmani rohani yang menurut hukum-aturan Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim sejati.

SUMBER-SUMBER ARTIKEL DI ATAS :

Abin Syamsuddin Makmun, (2001), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdarkarya.
Ahmad D. Marimba, (1997), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: PT. AL-MA’arif
Anas Sudjiono, (2000), Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Bobbi De Porter, Mike Hernacki (2003), Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman serta Menyenangkan, Bandung : Kaifa. 
Bobbi De Porter dkk., (2001), Mempraktekkan Quantum Learning pada Ruang-ruang Kelas, Bandung : Kaifa.
Chabib Thoha dan Abdul Muti, (1999), PBM-PAI pada Sekolah, , Yogyakarata: Pustaka Belajar.
Choiruddi Hadhiri Suprapto, (2003), Jalan Pintas Menjadi Bintang Pelajar, Panduan Untuk Pelajar Islami, Bandung: Mujahid Press.
Departemen Agama RI, (1996), Al-Qur’an Al-Karim serta Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Departemen Pendidikan serta Kebudayaan (1993), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (tanpa tahun), Laporan Penilaian Hasil Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), tanpa penerbit.
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, (1980), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN Pusat.
Gordon Dryen dan Jeannete Vos, (2001), The Learning Revolution (Terjemahan ration service) Bandung: Kaifa.
Muhaimin, (2002), Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah, (2004), Psikology Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perasada.
Nana Sudjana, (1991), Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
Rohmad Qomari, (1999), Insania, ”Tehnik Penentuan Ukuran Sampel Dalam Penelitian” Edisi Mei-Juli, Purwokerto : P3M STAIN.
Sanafiah Faisal, (1982), Metode Penelitian Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional.
Slamento, (1995), Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sugiyono, (2004), Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah, (2002), Rahasia Sukses Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta.
The Liang Gie, (1985). Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta : Pusat Kemajuan Study.
Thursan Hakim, (2002), Belajar Secara Efektif: Panduan Menemukan Teknik Belajar, Memilih Jurusan, serta Menentukan Cita-cita, Jakarta: Puspa Swara.
Zuhairini dkk, (1983), Metodology Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani.

EKSISTENSI DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Eksistensi Dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam
Pengertian Cara Belajar
Dalam kamus bahasa Indonesia, cara merupakan jalan ( anggaran, sistem ) melakukan ( berbuat ) sesuatu, gaya, ragam, norma kebiasaan, usaha atau ikhtiar. Sedangkan belajar merupakan suatu proses bisnis yang pada lakukan seseorang buat memperoleh suatu perubahan tingkah laris yang baru secara holistik, menjadi hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi menggunakan lingkungannya.

Dengan demikian cara belajar anak didik yang di maksud sang penulis, merupakan perilaku individu murid yang lebih spesifik berkaitan menggunakan bisnis yg sedang atau telah biasa dilakukan sang murid buat memperoleh ilmu pengetahuan. 

Pada umumnya setiap orang pada melakukan suatu usaha terpengaruh oleh efisiensi. Efisiensi adalah sebuah pengertaian atau konsepsi yanag mengggambarkan perbandingan terbaik antara suatu usaha menggunakan hasilnya, yaitu kalau output yg diinginkan dapat tercapai menggunakan bisnis terkecil, atau menggunakan usaha eksklusif memberikan kwalitas dan kwantitas output terbesar

Pengertian tersebut bisa diterapkan pada banyak sekali bidang kegiatan termasuk usaha belajar. Apabila diterapkan dalam belajar, maka terdapatlah efisiensi belajar, yaitu perbandingan terbaik antara suatu bisnis belajar menggunakan hasilnya yang dicapai. ( The Liang Gie, 1985:14 ). 

Adapun dari Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam ( 1980 : 220 ) mengartikan cara belajar yang efisien, yaitu cara belajar yg tepat, simpel, irit, terarah, sinkron menggunakan situasi dan tuntutan yang ada guna mencapai tujuan belajar. 

Masing masing anak didik memiliki potensi, kemampuan, situasi, kondisi dan latar belakang individu yg berbeda beda. Dengan istilah lain, murid itu adalah individualitas yang unik. Sehingga cara belajarpun sebagai berbeda beda pula sesuai menggunakan apa adanya murid. Tugas siswa selanjutnya adalah mengembangkan dirinya, sehingga menemukan cara belajar yg cocok bagi dirinya. Bimbingan guru pada hal ini amat di perlukan. Dengan anugerah bimbingan menurut guru, anak didik akan mengenal dirinya dan segala yg memungkinkan dirinya bisa berkembang secara utuh dan menemukan gaya belajarnya sendiri. Penemuan itu wajib secepatnya dia peroleh karena tuntutan belajar itu makin usang makin semakin tinggi serta makin kompleks. 

Supaya cara belajar yg efisien tersebut dapat pada terapkan pada masing masing murid, maka murid perlu buat terus dimotivasi baik secara mental maupun psikomotorik sang guru atau orang tua. Lantaran Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 9 ) menjelaskan, bahwa rahasia sukses belajar terletak dalam pemikiran sikap mental cendekia serta satu kata kunci, yaitu penguasaan cara belajar yang baik menjadi penuntun ke arah dominasi ilmu yg optimal.

Setelah anak didik dapat memilih serta memposisikan dirinya pada kondisi yang kondusif, maka siswa perlu menggunakan cara belajar yang efektif.

Berdasarkan syarat belajarnya, cara belajar mencakup cara belajar pada tempat tinggal , di sekolah serta cara belajar beserta (kelompok)

a. Cara belajar berdikari di rumah
1. Pemenuhan fasilitas serta perabot belajar
Fasilitas serta perabot belajar merupakan indera perlengkapan belajar yang krusial untuk dipenuhi oleh seseorang pelajar, lantaran bila nir terpenuhi bisa menimbulkan dampak negatif bagi kelancaran proses belajar. Proses belajar dapat berhenti dan setidaknya mengganggu motivasi dan konsentrasi pada belajar.

Fasilitas belajar ini berdasarkan The Liang Gie (1985 :43), terdiri menurut peralatan tulis serta perabot buat kamar yaitu meja, kursi dan lemari kitab .

2. Mengatur waktu belajar
Agar belajar bisa berjalan menggunakan baik serta berhasil, perlulah murid mempunyai jadwal yg baik serta bisa melaksanakannya dengan teratur serta disiplin. Adapun cara buat menciptakan jadwal yg baik, adalah :

3. Membaca buku
Kegiatan membaca merupakan aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar. Dan persoalannya yg primer saat beliau sudah dapat membaca artinya bagaimana cara membaca yang baik serta efisien.

Hary dexter Kitson dalam bukunya How to use Your Mind, Yang dikutip the Liang Gie (1985; 94), mengemukakan ketentuan-ketentuan mengenai reading hygiene :
a. Sewaktu membaca hendaknya pembaca sekali-kali memejamkan matanya atau melihat ke loka yg jauh.
b. Cahaya penerang hendaknya datang berdasarkan arah belakang
c. Pada pagina buku tidak masih ada bayangan
d. Buku dipegang oleh tangan serta nir terletak mendatar diatas permukaan meja.

Terhadap ketentuan-ketentuan diatas ditambahkan hal-hal berikut ini 
e. Ada cahaya penerangan yang cukup, tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang sebagai akibatnya menyilaukan dan bergetar.
f. Jarak antara mata serta yg dibaca kira-kira 25-30 cm
g. Tidak sembari tiduran
h. Beristirahat sementara waktu, kira-kira 1/4 jam sehabis membaca selama satu sampai satu setengah jam.

Langkah pertama (survei), siswa mengusut atau meneliti secara singkat semua struktur teks. Tujuannya agar anak didik mengetahui panjangnya teks, judul bagian, judul sub bagian, istilah serta kata kunci, serta sebagainya. Dalam melakukan survei ini siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas dan indera pembuat ciri, misalnya stabilo buat menandai bagian-bagian eksklusif yg krusial.

Langkah kedua (question), anak didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kentara, singkat serta relevan menggunakan bagian-bagian teks yg sudah ditandai dalam langkah pertama.

Langkah yang ketiga (Read), siswa membaca secara aktif pada rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Membaca secara aktif berarti membaca yg difokuskan pada paragraf-paragraf yg diperkirakan relevan dengan pertanyaan tadi.

Langkah selanjutnya recite, siswa menyebutkan lagi jawaban atas pertanyaan yg sudah tersusun.
Dan langkah terakhir review, siswa meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat. (Muhibbin Syah, 2004: 141). Apabila materi telah tersusun pada sebuah modul, maka hal ini lebih memudahkan bagi siswa, karena materi telah tersusun pada sebuah kompendium, tetapi buat menguatkan pemahaman serta memotivasi keingintahuan tentang materi itu, maka boleh menggunakan metode tersebut.

4. Membuat Ringkasan
Kegiatan ini tidak kalah pentingnya berdasarkan seluruh aktivitas belajar anak didik. Siswa menciptakan kompendium merupakan bertujuan buat memudahkannya pada menghafal dan mengulangi pelajaran.

Adapun langkah-langkah membuat kompendium yang baik, merupakan :
a. Membaca pelajaran yg akan diringkas dengan penuh perhatian, pengertian dan konsentrasi sembari memberi pertanda-tanda pada hal-hal yg dipercaya pokok serta penting. Dalam hal ini murid dapat menggarisbawahi kalimat-kalimat penting atau memakai stabilo atau menuliskan kata-istilah kunci pada pinggir paragraf.
b. Membuat kerangka kompendium dengan membaca sekali lagi serta menuliskan pada atas kertas hal-hal yg sudah ditandai.
c. Membaca kalimat-kalimat yang telah ditulis di kertas tersebut sambil menyelipkan istilah-istilah atau pertanda-tanda penghubung yg perlu, sehingga terdapat pertalian yang erat antara kalimat-kalimat itu.
d. Kalu masih tebal halaman luas serta banyak, maka tulisan tersebut bisa dipersempit menggunakan mengambil utama-pokoknya saja serta menghilangkan hal-hal yang dipercaya kecil atau kurang penting. (Judi Al Falansani serta Fauzan Naif,2002: 38).

5. Menghafal Bahan Pelajaran
Dalam belajar, menghafal adalah salah satu aktivitas pada rangka penguasaan bahan pelajaran.

Ada beberapa syarat buat bisa menghafal menggunakan baik, yaitu:
a. Menyadari sepenuhnya tujuan belajar
b. Mengetahui benar -betul mengenai makna bahan yang dihafal
c. Mencurahkan perhatian sepenuhnya sewaktu menghafal
d. Menghafal secara teratur sesuai kondisi badan yang sebaik-baiknya dan daya serap otak terhadap bahan yg harus dihafal. (Slamento, 1995: 86).

Sedangkan berkaitan menggunakan metode menghafal supaya sesuai menggunakan karakter siswa dibagi menjadi tiga macam :
a. Menghafal melalui pandangan. Bahan pelajaran dibaca pada dalam batin penuh perhatian sambil otak bekerja buat mengingat-jangan lupa. Dapat jua dengan cara menciptakan catatan akbar yg menarik, lalu disampingkan atau ditempelkan pada loka-tempat yg sering dicermati.
b. Menghafal menggunakan telinga melalui penyimakan sendiri. Siswa dapat memakai cara lain yang bertujuan sama, seperti menyuruh temannya membacakan ringkasan atau mendengarkan rekaman kaset yg dibuat sendiri.
c. Menghafal malalui gerakan-gerakan tangan, yatu menggunakan menulis-nulis kompendium berulang-ulang hingga hafal atau menggerakkan jari tangan sambil berfikir.

Ada pula metode yg lain, yaitu metode cantol, metode lokasi, akronim serta kalimat-kalimat kreatif 

Metode cantol digunakan buat menghafal daftar apa saja. Caranya, yaitu menggunakan mencocokkan angka-angka menggunakan istilah-kata berirama sama atau petunjuk-petunjuk visual tertentu. Contohnya paku mirip dengan bunyi satu dan paku menyerupai nomor satu.

Metode lokasi adalah metode yg menggunakan loka yang paling dikenal dan paling mengesankan menjadi contoh (1) pendahuluan tentang hal yg akan dipelajari (dituliskan di pintu depan), (2) Tombol lampu membicarakan dan meyoroti mengenai karakteristik-ciri khusus suatu informasi, konsep atau suatu prinsip pada materi yang sedang dipelajari, dan seterusnya.

Akronim atau singkatan adalah istilah yang dibentuk dari alfabet atau huruf-alfabet awal atau masing-masing bagian menurut sekelompok kata atau istilah adonan Misalnya, Program Pembangunan Lima Tahun di Indonesia disebut PELITA. PSSI merupakan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.

Sedangkan kalimat-kalimat kreatif digunakan buat menghafal kata-kata yang berurutan, model : buat menghafal susunan planet maka bisa menggunakan kalimat kreatif yaitu Memainkan Violin Bisa Memunculkan Jalinan Suara Unik Tetapi Pasti (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Uranus, Neptunus, Pluto).

6. Mengulangi Bahan Pelajaran
Siswa sepulang sekolah jangan lupa buat mengulangi bahan pelajarannya pada tempat tinggal , karena nir semua bahan ajar yg disampaikan guru terkesan dengan baik.

Cara mengulangi bahan pelajaran adalah menggunakan cara membaca kembali catatan yang sudah ditulis ketika guru sedang memperlihatkan pelajran, atau bila bahan pelajaran berupa tatacara, cara menghafalnya merupakan menggunakan cara mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari supaya pelajaran tetap pada ingatan.

7. Mengerjakan Tugas
Selama belajar, murid tidak akan pernah terlepas dari keharusan mengerjakan tugas-tugas belajar, baik itu tugas harian, pekerjaan tempat tinggal , tugas semesteran, tugas grup maupun tugas individu. Siswa wajib mengerjakan sinkron perintah pengajar menggunakan sempurna waktu. Mengabaikan tugas tadi boleh jadi murid akan menerima sangsi berdasarkan guru.

8. Persiapan Menghadapi Ujian
Dalam menghadapi ujian, murid wajib mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah-kasus perbaikan buat mengingat kembali bahan-bahan yg telah dipelajari dengan cara membaca balik , memperbaiki catatan, menciptakan ikhtisar dan menyusun pengetahuan yang lengkap serta akhirnya tinggal menghafal. Pada waktu-saat menjelang ujian siswa usahakan menghindari belajarterlalu poly karena dapat mengganggu kondisi kesehatan. Siswa juga nir boleh lupa mempersiapkan semua indera tulis buat kelancaran ujian.

9. Menempuh Ujian
Setelah siswa melaksanakan persiapan menghadapi ujian dengan matang, selanjutnya sampailah dalam saat ujian. Maka pada ketika hari ujian, siswa seharusnya datang lebih awal serta menunggu dengan tenang. Masuklah dengan tertib dan duduk di tempat yang sudah dipengaruhi, kemudian baca dan pahami petunjuk soal dengan baik dan menjawabnya sesuai petunjuk tadi. Jangan lupa murid memperhitungkan saat yg disediakan, supaya lebih berhemat ketika soal-soal yg mudah usahakan dikerjakan lebih dahulu. Tulisan wajib kentara, baik serta rapi. Apabila telah terselesaikan murid harus mempertimbangkan lagi apakah jawaban yang sudah dikerjakan sesuai menggunakan permintaannya. Segera kumpulkan jawaban, bila ketika ujian sudah habis.

Siswa dalam menempuh ujian haruslah memiliki rasa percaya diri yg tinggi. Dan rasa percaya diri itu ada saat mereka melakukan persiapan yang matang jauh sebelum ujian dan penyempurnaan waktu mendekati ujian. Sehingga nir ada kecurangan-kecurangan misalnya menyontek atau melihat pekerjaan orang.

b. Cara Belajar pada Sekolah
Adapun beberapa hal yang berkenaan dengan cara belajar yg dilakukan oleh anak didik pada sekolah.

1. Masuk kelas sempurna waktu
Masuk kelas sempurna ketika adalah suatu sikap mental yang poly mendatangkan keuntungan. Pengajar memuji lantaran disiplin, kawan-mitra tidak terganggu ketika sedang memperhatikan pelajaran guru, konsentrasi pun akan terpelihara menggunakan baik. Kondisi tubuh akan damai, jauh berdasarkan keringat dan alam pikiran murid sudah siap menerima pelajaran menurut pengajar Oleh karenanya kedisiplinan masuk kelas mempengaruhi keberhasilan belajar murid.

2. Memperhatikan penerangan guru
Setelah pelajaran dimulai, siswa harus sudah siap buat memperhatikan seluruh pelajaran pengajar, yaitu dengan melihat mobilitas-geriknya, mendengarkan penjelasannya serta jangan lupa menulis kata-kata penting berdasarkan penerangan itu.

3. Bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dan menjawab setiap pertanyaan dari pengajar.
Bertanya tentang hal yang belum kentara adalah galat satu cara buat bisa mengerti bahan pelajaran yg belum dimengerti. Siswa jangan memalukan buat bertanya kepada pengajar mengenai bahan pelajaran atau informasi guru yg belum kentara, karena malu akan Mengganggu dominasi bahan yang akan diterima dari pengajar dalam pertemuan yg akan tiba. Bertanyalah menggunakan spesifik jangan berbelit-belit, bila perlu pertanyaan ditulis terlebih dahulu dengan singkat serta kentara, kemudian dibacakan atau dihafalkan.

Berkaitan menggunakan semua pertanyaan yang diutarakan sang pengajar pada ketika proses belajar mengajar, murid wajib berani menjawab semua pertanyaan itu dengan baik dan jelas sebagai bukti bahwa dirinya memperhatikan pelajaran. Cara menjawabnya menggunakan sistematis sinkron apa yg sudah diterangkan oleh guru dengan bahasa yg sederhana dan mudah dimengerti.

4. Memanfaatkan ketika istirahat
Di sekolah terdapat bebarapa ketika buat istirahat agar syarat anak didik segar pulang. Menghilangkan kelelahan mata serta pengalihan konsentrasi anak didik buat ad interim. Untuk itu anak didik harus memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan cara bersantai, mengarahkan pandangan mata ke angkasa biru, mengerak-gerakkan badan agar dapat memperlancar aliran darah pada pada tubuh, sebagai akibatnya rasa lelah dan rasa kantuk dapat diusir dengan segera. Apabila haus atau lapar maka segera pergi ke kantin buat minum atau makan secukupnya supaya kesehatan tubuh tetap terjaga. Atau ketika istirahat itu dimanfaatkan buat berkunjung ke perpustakaan.

5. Memanfaatkan perpustakaan sekolah
Perpustakaan sekolah memiliki 3 manfaat, yaitu :
a. Sebagai asal belajar,
b. Sebagai asal kabar,
c. Sebagai asal rekreasi (Choiruddin Hadhiri Suprapto, 2003 : 68)

Perpustakaan bisa dipakai buat memperdalam pemahaman serta pengahayatan pengetahuan yg diperoleh anak didik berdasarkan pengajar, memeperluas cakrawala pengetahuan serta keterampilan siswa serta buat menaruh hiburan, memupuk keterampilan, nilai dan sikap hidup melaluli koleksi ringan dan segar,

Sedangkan cara memanfaatkan perpustakaan tergantung juga pada kesempatan atau waktu-saat eksklusif, contohnya ketika jam-jam istirahat kalu masih ada waktu lebih menurut kepentingan yang lain, seperti makan serta minum, jam-jam kosong dan apabila ada tugas dari guru.

c. Cara Belajar Bersama (kelompok)
Belajar bersama bisa dilakukan di tempat tinggal atau pada loka lain contohnya di perpustakaan, pada sekolah atau di tempat tertentu yang disepakati beserta.

Belajar bersama pada dasarnya memecahkan duduk perkara secara beserta, merupakan setiap anggota turut memberikan sumbangan pikiran pada memecahkan dilema tadi, sebagai akibatnya diperoleh output atau jawaban yang lebih baik. Pikiran menurut banyak orang umumnya lebih paripurna daripada satu orang.

”Ada beberapa petunjuk untuk belajar bersama yg lebih efektif, yaitu :
a. Pilih teman yg cocok untuk bergabung pada satu gerombolan yg terdidri menurut tiga-5 orang. Anggota yang terlalu banyak umumnya kurang efektif.
b. Tentukan dan sepakati kapan, pada mana dan apa yang akan pada bahas serta apa yg diharapkan pada diskusi itu. Lakukan secara rutin minimal satu kali dalam seminggu.
c. Setelah berkumpul secara bergilir, tetapkan siapa pemimpin kelompok yang akan mengatur diskusi dan siapa penulis yg akan mencatat diskusi.
d. Rumuskan pertanyaan atau pertarungan yg akan dipecahkan bersama dan batasi ruang lingkupnya agar pembahasan tidak menyimpang.
e. Bahas dan pecahkan setiap persoalan satu persatu hingga tuntas, dengan cara memberi kesempatan setiap anggota mengajukan pendapat. Dari setiap pendapat yg ada dikaji secara bersama manakah yang paling tepat. Kesimpulan jawaban yg sudah disepakati bersama dicatat oleh penulis. 
f. Bila ada masalah yg tidak dapat dipecahkan, tangguhkan persoalan itu untuk dimintakan pendapatnya kepada guru. Lanjutkan saja pada dilema berikutnya supaya nir membuang ketika.
g. Kesimpulan output diskusi dicatat oleh penulis, kemudian dibagikan pada anggota kelompok buat dipelajaridirumah masing-masing.” (Nana Sudjana, 1989: 168-169).

2. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah dominasi pengetahuan atau keterampilan yg dikembangkan sang suatu pelajaran yang lazimnya ditunjukkan menggunakan nilai tes atau nomor yg diberikan sang guru. (Depdikbud, 1993 : 700).

Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan murid sehabis mengikuti suatu mata pelajaran tertentu yg ditunjukkan menggunakan nilai tes berupa angka yg diberikan oleh guru, menjadi contoh nilai mid semester, nilai semester, nilai tugas, nilai ulangan, nilai raport serta sebagainya.

Prestasi dalam arti luas adalah kemampuan anak didik setelah mengalami belajar. Hal ini dapat diperoleh atau diketahui dari akhir kegiatan serta diperoleh atau diketahui dari akhir aktivitas dan diperoleh bukan karena kebetulan, tetapi prestasi diperoleh menggunakan penuh dengan kesadaran dan mengalami proses eksklusif.

Pada prinsipnya, pengungkapan output belajar mencakup 3 ranah, yaitu ranah cipta, rasa juga karsa (kognitif, afektif, psikomotorik). Walaupun pengungkapan tingkah laris semua ranah tadi, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini ditimbulkan perubahan hasil belajar itu ada yg bersifat intangible (tidak dapat diraba), tetapi yang bisa dilakukan sang guru merupakan hanya merogoh cuplikan perubahan tingkah laris yg dianggap krusial dan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi menjadi hasil belajar siswa.

Secara dunia, faktor yg mensugesti prestasi belajar murid, merupakan :
a. Faktor intern siswa
1) Fisiologis, misalnya kesehatan mata dan pendengaran.
2) Fsikologis, seperti intelegensi, perilaku, talenta, minat serta motivasi siswa

b. Faktor ekstern siswa
1). Lingkungan sosial, seperti: guru, sahabat-tema sekelas, tetangga, orang tua serta keadaan masyarakat.
2). Lingkungan non sosial, seperti: rumah, gedung sekolah, sarana dan prasarana, dan sebagainya.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learn), yakni jenis upaya belajar anak didik yang mencakup taktik dan metode yg digunakan murid buat melakukan aktivitas pembelajaran materi-materi pembelajaran.

Pendekatan belajar terdapat 3 yaitu :
1) Pendekatan surface. Manusia belajar lantaran dorongan dari luar antara lain takut tidak lulus yang menyebabkan dia malu. Oleh karena itu, gaya belajarnya kalem, asal hafal serta nir mementingkan pemahaman yg gampang.
2) Pendekatan deep. Siswa ini dimotivasi menurut pada dirinya (intrinsik). Oleh karenanya, gaya belajarnya serius serta berusaha tahu materi secara mendalam dan memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi anak didik ini yang lebih krusial adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan berguna bagi kehidupannya dibanding lulus dengan nilai baik.
3) Pendekatan achieving. Pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yg dianggap ego-enhanchment, yaitu ambisi eksklusif yg besar dalam menaikkan prestasi keakuan dirinya menggunakan cara meraih indeks prestasi stinggi-tingginya. Gaya belajarnya lebih berfokus, mempunyai keterampilan belajar (study skill) pada arti sangat cerdik serta efisien pada mengatur ketika, ruang kerja dan perangkat silabus. Baginya, berkompetisi menggunakan temannya pada meraih nilai tertinggi merupakan penting, sebagai akibatnya beliau sangat disiplin, rapi dan sistematis dan berencanauntuk terus maju ke depan (plans ahead).

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ada beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam menurut pakar pendidikan, yaitu :
a. Chabib Thoha (1999: 4), Pendidikan Agama Islam adalah sebutan yang diberikan dalam slaah satu pelajaran anak didik muslim pada menuntaskan pendidikannya dalam taraf eksklusif.
b. Ahmad D. Marimba (1986: 47), Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani rohani dari hukum-aturan agama Islam menuju terbentuknya kepribadian primer menurut berukuran-ukuran Islam.
c. Zuhairini dkk. (1983 : 27), Pendidikan kepercayaan berarti usaha-bisnis secara sistematis serta pragmatis pada membantu murid supaya supaya mereka hidup sesuai denagn ajaran Islam.

Jadi, Pendidikan Agama Islam, merupakan usaha-bisnis secara sistematis dan pragmatis yang telah terbentuk mata pelajaran berisi bimbingan jasmani rohani yang menurut hukum-aturan Islam menuju pada terbentuknya kepribadian muslim sejati.

SUMBER-SUMBER ARTIKEL DI ATAS :

Abin Syamsuddin Makmun, (2001), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdarkarya.
Ahmad D. Marimba, (1997), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: PT. AL-MA’arif
Anas Sudjiono, (2000), Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Bobbi De Porter, Mike Hernacki (2003), Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung : Kaifa. 
Bobbi De Porter dkk., (2001), Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Bandung : Kaifa.
Chabib Thoha dan Abdul Muti, (1999), PBM-PAI pada Sekolah, , Yogyakarata: Pustaka Belajar.
Choiruddi Hadhiri Suprapto, (2003), Jalan Pintas Menjadi Bintang Pelajar, Panduan Untuk Pelajar Islami, Bandung: Mujahid Press.
Departemen Agama RI, (1996), Al-Qur’an Al-Karim serta Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (tanpa tahun), Laporan Penilaian Hasil Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), tanpa penerbit.
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, (1980), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN Pusat.
Gordon Dryen dan Jeannete Vos, (2001), The Learning Revolution (Terjemahan ration service) Bandung: Kaifa.
Muhaimin, (2002), Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah, (2004), Psikology Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perasada.
Nana Sudjana, (1991), Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
Rohmad Qomari, (1999), Insania, ”Tehnik Penentuan Ukuran Sampel Dalam Penelitian” Edisi Mei-Juli, Purwokerto : P3M STAIN.
Sanafiah Faisal, (1982), Metode Penelitian Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional.
Slamento, (1995), Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sugiyono, (2004), Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah, (2002), Rahasia Sukses Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta.
The Liang Gie, (1985). Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta : Pusat Kemajuan Study.
Thursan Hakim, (2002), Belajar Secara Efektif: Panduan Menemukan Teknik Belajar, Memilih Jurusan, serta Menentukan Cita-cita, Jakarta: Puspa Swara.
Zuhairini dkk, (1983), Metodology Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani.