ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT

Administrasi Dan Manajemen Rumah Sakit 
Dalam kehidupan sehari-hari begitu poly sektor kehidupan yg sebagai perhatian pemerintah, seperti sektor pendidikan, pertanian, industri, ekonomi, kesehatan dan lain-lain. Salah satu sektor yang menerima perhatian yg relatif besar menurut pemerintah merupakan sektor kesehatan. 

Kebutuhan rakyat akan kesehatan yg semakin semakin tinggi, memicu rumah sakit-tempat tinggal sakit yg ada buat meningkatkan fasilitas kesehatan serta melakukan perbaikan terhadap manajemen pelayanan pada pasien, keliru satu yang termasuk pada dalamnya merupakan tempat tinggal sakit Ropanasuri. 

Rumah sakit Ropanasuri merupakan satu-satunya rumah sakit partikelir khusus bedah yg ada di Padang. Rumah sakit ini berencana melakukan perubahan-perubahan supaya dapat memberikan pelayanan kesehatan yg lebih baik kepada pasiennya. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat, konsumen (pada hal ini pasien) semakin banyak menuntut haknya selaku pemakai jasa pelayanan kesehatan buat menerima pelayanan yang terbaik. Semakin baik mutu pelayanan kesehatan yg diberikan sang suatu tempat tinggal sakit 

kepada pasiennya, maka akan menaruh peluang bagi rumah sakit itu, buat bisa bersaing dengan rumah sakit lainnya pada mendapatkan kepercayaan dari pasien. 

Kegiatan pelayanan yang dilakukan rumah sakit dimulai dari ketika pasien mendaftar di loka penerimaan pasien, masa pengobatan oleh dokter, pemeriksaan penunjang medis dan mengevaluasi pasien hingga pasien keluar dari tempat tinggal sakit. Kegiatan penunjang medis yg terdapat pada tempat tinggal sakit khusus bedah Ropanasuri, seperti tenaga medis, ruang rawat, jumlah pasien, pemakaian tempat tidur dan fasilitas fisik lainnya dan status rekam medis melibatkan keterangan yang akan bermanfaat buat menunjang kelancaran proses aktivitas pelayanan medis rumah sakit dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan rumah sakit itu sendiri, misalnya Departemen Kesehatan serta Dinas Kesehatan Kota.

Proses pengelolaan data pasien dilakukan secara terpusat dalam bagian rekam medis rumah sakit spesifik bedah Ropanasuri dengan sumber data diperoleh berdasarkan unit-unit pelayanan medis yaitu rawat jalan, gawat darurat serta rawat inap. Data rekam medis ini lalu diolah menjadi liputan-berita yg diharapkan, seperti pembuatan laporan. 

Saat ini tempat tinggal sakit spesifik bedah Ropanasuri melakukan pengelolaan data pasien menjadi liputan secara manual. Data pasien dicatat dalam lembaran kertas berupa formulir yg memuat data pasien serta jenis penyakit yg dideritanya, sehingga hal ini membutuhkan ketika yang usang, karena bagian rekam medis harus menunggu data pasien dari setiap unit pelayanan kesehatan, kemudian data tersebut dipindahkan ke komputer dan pengolahan terhadap data tersebut hanya dilakukan pada ketika diharapkan saja, misalnya dalam ketika pembuatan laporan bulanan, tahunan atau pada saat dinas kesehatan membutuhkan liputan mengenai jumlah pasien yg terdaftar yang mengidap suatu penyakit yg sedang mewabah serta taraf kematian pasien dalam periode eksklusif. Petugas rekam medis harus mengusut data pasien tersebut yg masih dalam bentuk catatan satu per satu, buat memastikan bahwa data pasien tersebut sudah dipindahkan ke komputer. 

Berkas-berkas status rekam medis pasien yg sudah selesai diisi disimpan pada rak penyimpanan. Pada ketika pasien usang tiba berobat, terjadi kesulitan saat pencarian berkas status rekam medis pasien tersebut, begitu jua dengan pasien yang kehilangan kartu berobat. Apabila berkas status rekam medis pasien tidak ditemukan, maka status rekam medis pasien wajib dibentuk pulang. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penggandaan dokumen atau status rekam medis pasien yang telah pernah tiba sebelumnya.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tadi di atas, maka perlu dikembangkan cara pengelolaan data pasien pada tempat tinggal sakit spesifik bedah Ropanasuri, agar bisa menaruh berita secara cepat pada pengguna sesuai dengan kebutuhannya. Dan dapat membantu proses pengolahan data menggunakan lebih baik. 

Manajemen Informasi
Organisasi memiliki lima sumber daya yaitu: manusia, material mesin, uang dan berita. Sumber daya berita perusahaan/organisasi merupakan salah satu keunggulan kompetitif suatu perusahaan/organisasi, bila dikelola menggunakan baik. Manajemen asal daya warta (Information Resources Management-IRM) merupakan kegiatan yang dijalankan oleh manajer dalam seluruh tingkatan dalam perusahaan/organisasi dengan tujuan mengidentifikasi, memperoleh, serta mengelola sumber daya informasi yang diharapkan buat memenuhi kebutuhan pemakai. Sumber daya warta perusahaan/organisasi mencakup [McLeod,1995] :
a. Perangkat keras komputer.
b. Perangkat lunak personal komputer .
c. Para spesialis keterangan, merupakan pihak-pihak di dalam perusahaan yg bertanggung jawab secara penuh buat memelihara dan menyebarkan sistem berbasis komputer. 

Para seorang ahli berita itu merupakan:
1. Analis sistem, adalah pakar dalam mendefinisikan masalah serta menyiapkan dokumentasi tertulis mengenai cara komputer membantu menyelesaikan masalah. Analis sistem bekerja sama dengan pemakai dalam berbagi sistem yang baru dan memperbaiki sistem yang telah terdapat.
2. Pengelola database (database administrator), pihak yang bekerja sama dengan pemakai dan analis sistem dalam menciptakan database yang berisi data yg diharapkan buat menghasilkan fakta bagi pemakai.
3. Spesialis jaringan (network specialist), pihak yang bekerja sama dengan analis sistem serta pemakai membentuk jaringan komunikasi data yang menyatukan aneka macam asal daya komputer yg beredar.
4. Programmer, pihak yang membuat acara komputer menurut dokumentasi yang disiapkan oleh analis sistem.
5.operator, pihak yang mengoperasikan alat-alat personal komputer berskala besar seperti komputer mainframe serta komputer kecil. Operator memantau layar personal komputer , mengganti ukuran-berukuran kertas printer, mengelola perpustakaan tape serta disk storage, dan melakukan tugas-tugas serupa lainnya.
d. Pemakai (User), sebagai pihak pemakai sistem yang ada, dan menjadi acum bagi para seorang ahli informasi pada mengembangkan sistem yang ada.
e. Fasilitas
f. Database.
g. Informasi.

Metodologi Siklus Hidup Sistem
Menurut McLeod, 2001, siklus hidup sistem terdiri dari 5 tahap, yaitu perencanaan, survei, analisis, rancangan serta penerapan yg dimaksudkan bagi pengembangannya. Semua tahap dapat melibatkan pemakai, dan bisa pula melibatkan spesialis liputan apabila end-user computing tidak dilakukan sepenuhnya.

Siklus hidup sistem adalah penerapan pendekatan sistem untuk tugas mengembangkan dan menggunakan sistem berbasis personal komputer . Siklus hayati sistem itu sendiri adalah metodologi, namun polanya lebih ditentukan sang kebutuhan untuk berbagi sistem lebih cepat. Pengembang sistem yg lebih responsif dapat dicapai menggunakan peningkatan siklus hayati dan penggunaan peralatan pengembangan berbasis personal komputer (compute-based development tools). Dua peningkatan itu adalah prototyping dan rapid application development. Saat perusahaan-perusahaan berusaha memanfaatkan sepenuhnya teknologi berita, mereka memperbaharui sistem mereka dengan menggunakan rancang ulang proses usaha(business process redesign).

Uraian mengenai jenis-jenis metodologi daur hidup sistem yg dapat digunakan pada berbagi sistem, bisa dijelaskan pada bagian berikut. 

Prototyping
Prototyping sistem berita adalah suatu teknik yg sangat berguna buat menyebarkan kabar tertentu tentang kondisi-kondisi warta pengguna secara cepat. Dengan memakai prototyping, analis sistem berupaya memperoleh reaksi awal menurut para pengguna serta pihak manajemen terhadap prototipe, saran-saran pengguna terhadap perubahan atau pemecahan kasus sistem yg dibuat prototipenya, sehingga memungkinkan dilakukan penemuan mengenai prototipe tadi, serta planning-planning revisi yg mendetail menggunakan bagian-bagian sistem yg perlu dilakukan lebih dulu.

Prototipe memberikan ide bagi pembuat juga pemakai tentang cara sistem berfungsi pada bentuk lengkapnya. Proses membuat sebuah prototipe diklaim prototyping. 

Jenis-jenis keterangan yang dicari ketika melakukan prototyping Kendall, 2003 merupakan sebagai berikut;

1. Reaksi awal menurut pengguna
Saat analis sistem menampilkan sebuah prototipe sistem warta, maka analis akan tertarik dengan reaksi pengguna dan pihak manajemen terhadap prototipe. Analis ingin tahu secara mendetail bagaimana reaksi mereka saat bekerja dengan prototipe dan apakah fitur-fitur sistem yg diprototipekan sudah sesuai menggunakan kebutuhan mereka. Untuk mengetahui reaksi menurut pengguna ini bisa dipakai lbr evaluasi.

2. Saran-saran dari pengguna
Analis pula tertarik dengan saran-saran pengguna serta pihak manajemen perbaikan terhadap prototipe yg ditampilkan. Saran-saran diperoleh dari pengalaman saat bekerja dengan prototipe selama periode saat tertentu. Waktu yg dihabiskan pengguna saat bekerja menggunakan prototipe umumnya tergantung pada dedikasi mereka serta ketertarikan atas proyek sistem. Saran-saran adalah output berdasarkan hubungan pengguna dengan prototipe serta refleksi mereka atas hubungan tersebut. Saran yang diperoleh menurut pengguna memberi petunjuk dalam analis teatang cara-cara memperbaiki, mengganti atau menghentikan prototipe sebagai akibatnya sanggup memenuhi kebutuhan pengguna dengan lebih baik.

3. Inovasi
Inovasi prototipe merupakan bagian menurut keterangan yg dicari sang tim analis sistem. Inovasi adalah kemampuan-kemampuan sistem baru yg nir dipercaya berhubungan dengan ketika waktu pengguna mulai berinteraksi menggunakan prototipe. Inovasi-penemuan ini memberi nilai tambah terhadap fitur-fitur yg diprototipekan sebelumnya menggunakan menambahkan sesuatu yg baru atau yang lebih inovatif.

4. Rencana revisi
Rencana revisi membantu mengidentifikasikan prioritas apa yang akan diprototipekan selanjutnya. Informasi yg terkumpul pada fase prototyping memungkinkan analis menyusun prioritas-prioritas serta memberi pengarahan balik rencana-rencana tadi menggunakan lebih efisien, dan menggunakan gangguan minimum. Karena fitur inilah, prototyping serta perencanaan bisa dilaksanakan beserta-sama. 

Dalam pengembangannya, prototipe terbagi kedalam dua jenis, dimana langkah-langkah yg terdapat pada masing-masing jenis tadi menurut Kendall, 2003, dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pengembangan Prototipe Jenis I
Langkah-langkah yang masih ada dalam pengembangan prototipe jenis 1 merupakan menjadi berikut Kendall, 2003:

1. Mengidentifikasikan kebutuhan pemakai.
Analis sistem mewawancarai pemakai buat menerima gagasan menurut apa yg diinginkan pemakai terhadap sistem.

2. Mengembangkan prototipe
Analis sistem mungkin berhubungan dengan spesialis kabar lain, menggunakan satu atau lebih pendekatan prototyping buat menyebarkan sebuah prototipe. 

Contoh berdasarkan peralatan prototyping, adalah integrated application generator dan prototyping toolkits. Integrator application generator merupakan sistem perangkat lunak jadi yang mampu membuat semua tampilan yg diinginkan dalam sistem baru, misalnya pilihan menu, laporan, layar, database, dan sebagainya. Prototyping toolkits mencakup sistem-sistem software terpisah, yg masing-masing mampu membuat sebagian tampilan sistem yg diinginkan.

3. Menentukan apakah prototipe dapat diterima.
Analis mendidik pemakai untuk menggunakan prototipe dan memberi kesempatan kepada mereka untuk membiasakan diri dengan sistem. Pemakai memberi tambahkan pada analis apakah prototipe memuaskan. Jika ya, langkah 4 akan pada ambil, apabila nir, prototipe direvisi menggunakan mengulangi langkah 1, 2, dan 3. 

4. Menggunakan prototipe
Prototipe ini menjadi sistem operasional. 

Pengembangan Prototipe Jenis II
Langkah pertama pada pengembangan prototipe jenis II ini sama menggunakan pengembangan prototipe jenis I, menurut Kendall, 2003, langkah selanjutnya merupakan:

5. Mengkodekan sistem operasional.
Programer memakai prototipe sebagai dasar buat pengkodean (coding) sistem operasional.

6. Menguji sistem operasional
Programer menguji sistem.

7. Menentukan bila sistem operasional dapat diterima
pemakai memberi masukan kepada analis apakah sistem bisa diterima, apabila ya, langkah 7 dilakukan, jika tidak, langkah 4 serta 5 diulangi.

8. Menggunakan sistem operasional.

Daya Tarik Prototyping
Pemakai maupun spesialis kabar menyukai prototyping, untuk alasan-alasan Kendall,2003, menjadi berikut:
1. Komunikasi antara analis sistem serta pemakai, membaik.
2. Analis bisa bekerja menggunakan lebih baik pada memilih kebutuhan pemakai
3. Pemakai berperan lebih aktif pada pengembangan sistem 
4. Spesialis informasi dan pemakai menghabiskan lebih sedikit waktu dan bisnis dalam pengembangan sistem
5. Penerapan sebagai lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yg diperlukan.

Keuntungan-laba ini memungkinkan prototyping berhemat biaya pengembangan dan menaikkan kepuasan pemakai dengan sistem yg didapatkan.

Potensi Kegagalan Prototyping
Prototyping berpotensi pula buat gagal, karena beberapa hal, Kendall,2003, yaitu;
1. Ketergesaan buat membuat prototipe mungkin membentuk jalan pintas dalam definisi perseteruan, penilaian alternatif, serta dokumentasi. 
2. Pemakai mungkin sangat tertarik dengan prototipe tersebut sebagai akibatnya mereka mengharapkan sesuatu yang nir realistis berdasarkan sistem operasional itu.
3. Prototipe jenis I mungkin tidak seefisien sistem yg dikodekan pada bahasa pemograman 
4. Hubungan komputer-insan yg disediakan sang alat-alat prototyping eksklusif mungkin nir mencerminkan teknik perancangan yang baik.

Rapid Application Development (RAD)
Menurut McLeod, 2001, RAD adalah istilah yg dibentuk oleh James Martin, seorang konsultan komputer serta pengarang, buat siklus hidup pengembangan yg ditujukan guna menghasilkan sistem secara cepat tanpa mengorbankan kualitas.

RAD adalah seperangkat strategi, metodologi dan alat-alat yang terintegrasi yg ada pada satu rangka kerja menyeluruh yang disebut information engineering (IE). Information engineering (IE) adalah nama yang diberikan oleh Martin buat pendekatannya yang menyeluruh pada pengembangan sistem, yg memperlakukannya sebagai kegiatan seluruh perusahaan. Istilah enterprise dipakai buat mendeskripsikan keseluruhan perusahaan.

Unsur-unsur Penting RAD 
RAD memerlukan empat unsur penting; manajemen, insan, metodologi dan peralatan [Kendall, 2003]:

Manajemen. Manajemen, khususnya manajemen puncak , wajib merupakan orang yg suka bereksperimen, yg senang melakukan hal yang baru atau orang yang cepat tanggap, yg cepat belajar memakai metodologi baru. Manajemen harus mendukung RAD sepenuhnya dan menyediakan lingkungan kerja yang membuat aktivitas tersebut sangat menyenangkan.

Manusia. Daripada memakai satu tim tunggal buat mengerjakan seluruh aktivitas SLC, RAD menyadari efisiensi yang bisa dicapai melalui penggunaan beberapa tim yg terspesialisasi. Tim untuk perancangan kebutuhan, rancangan pemakai, konstruksi, penelaahan pemakai, dan cutover dapat dibuat. Anggota tim ini merupakan pada ahli metodologi serta alat-alat yg dibutuhkan buat melaksanakan tugas khusus mereka. Untuk mendeskripsikan tim, Martin menggunakan istilah tim SWAT. SWAT merupakan singkatan dari “skilled with advanced tools”.

Metodologi. Metodologi dasar RAD adalah siklus hidup RAD, yang terdiri berdasarkan empat tahap: (1) perencanaan kebutuhan, (dua) rancangan pemakai,(3) kontruksi, dan (4) cutover. Tahap-termin ini, seperti SDLC, mencerminkan pendekatan sistem. Pemakai berperan penting pada setiap termin, berafiliasi menggunakan seorang ahli berita.

Peralatan. Peralatan RAD terutama terdiri berdasarkan bahasa-bahasa pemograman generasi ke empat (fourth-generation language) dan alat-alat CASE yg memudah prototyping serta pembuatan kode. Bahasa pemograman generasi ke empat memungkinkan spesialis warta atau pemakai buat menghasilkan kode personal komputer tanpa memakai bahasa pemograman konvensional. Contoh menurut bahasa pemograman generasi keempat adalah natural, FOCUS, serta SQL.

Hubungan antara metodologi-metodologi siklus hayati sistem tersebut diatas dapat ditinjau pada sub bab berikut ini.

Menempatkan SLC, Prototyping, dan RAD pada Perspektif
Siklus hidup sistem, prototyping serta RAD semuanya adalah metodologi. Metodologi ini adalah cara-cara yg dianjurkan pada menerapkan sistem berbasis personal komputer . SLC merupakan pelaksanaan menurut pendekatan sistem buat perkara penerapan sistem personal komputer dan berisikan seluruh elemen pendekatan sistem dasar, dimulai berdasarkan identifikasi perkara dan diakhiri menggunakan penggunaan sistem.

Prototyping adalah bentuk pendek menurut pendekatan sistem yang serius dalam definisi serta pemuasan kebutuhan pemakai. Prototyping bisa berada dalam SLC. Kenyataannya, selama proses pengembangan satu sistem tunggal mungkin diharapkan poly prototyping.

RAD adalah pendekatan cara lain buat tahap rancangan serta penerapan berdasarkan SLC. Sumbangan terbesar dari RAD adalah kecepatannya membentuk sistem buat digunakan, yang terutama dicapai melalui penggunaan alat-alat berbasis personal komputer serta tim proyek terspesialisasi.

Dari seluruh metodologi yg ada, SLC adalah metodologi tertua serta akan terus menjadi dasar sebagian akbar kerja pengembangan sistem. Prototyping pula merupakan metodologi yang telah cukup mapan, dan akan terus dipakai bagi proyek-proyek yang kebutuhan pemakainya masih sulit didefinisikan McLeod, 2001. 

Rancang Ulang Proses Bisnis
Rekayasa ulang proses bisnis (BPR- Business Process Engineering) yaitu inspeksi proses terhadap proses-proses usaha dan berdampak terhadap profitabilitas. BPR mengidentifikasi kesempatan-kesempatan untuk menciptakan sistem-sistem baru, menspesifikasikan maksud serta memilih lingkupnya.

Information System sudah membangun tiga teknik buat menerapkan BPR pada CBIS. Teknik-teknik ini dikenal menjadi tiga R yaitu McLeod, 2001;

1. Rekayasa mundur
Untuk komputer, rekayasa mundur (reverse engineering) merupakan proses menganalisis suatu sistem buat mengidentifikasi elemen-elemennya dan antar hubungannya, serta buat menciptakan dokumentasi pada tingkat abstraksi lebih tinggi menurut yg sekarang. Rekayasa mundur diterapkan dalam suatu sistem bila terdapat kebutuhan buat menyiapkan dokumentasi baru.

Titik awal pada merekayasa mundur suatu sistem adalah kode acara, yg diubah menjadi dokumentasi program seperti diagram tindakan, bahasa inggris terstruktur serta bagan arus program. Dokumentasi ini bisa, pada gilirannya diubah sebagai penerangan yang lebih tak berbentuk misalnya diagram arus data dan bagan arus sitem. Transformasi ini bisa dicapai secara manual atau oleh aplikasi BPR.

Karena itu, rekayasa mundur mengikuti suatu alur mundur melalui daur hayati sistem.

2. Restrukturisasi
Restrukturisasi (restructuring) adalah transformasi suatu sistem menjadi bentuk lain tanpa mengganti fungsionalitasnya. Contoh restrukturisasi yang baik merupakan transformasi suatu acara yang ditulis dalam tahun awal-awal komputer, waktu hanya sedikit baku pemograman, menjadi program pada format terstruktur. Setelah suatu program direstrukturisasi, program itu pulang dipakai, sebagai akibatnya membuat pola bulat. Restrukturisasi dapat dilakukan dalam arah mundur melalui tiap termin berdasarkan daur hidup sistem. Hasilnya adalah suatu sistem yg terstruktur lengkap dari rencana ke kode.

3. Rekayasa ulang
Rekayasa ulang (reengineering) merupakan rancang ulang lengkap suatu sistem menggunakan tujuan membarui fungsionalitasnya. Ini bukan pendekatan “sapu habis” lantaran pengetahuan mengenai cara sistem yang sedang berjalan tidak diabaikan sama sekali. Pengetahuan itu bisa diperoleh menggunakan pertama-tama terlibat dalam rekayasa mundur. Lalu sistem baru dikembangkan secara normal. Nama rekayasa maju (forward engineering) diberikan buat proses yg mengikuti daur hidup sistem secara normal saat terlibat dalam BPR.


Metodologi Penelitian
a. Bagan Alir Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini, sistem liputan pengelolaan data pasien tempat tinggal sakit khusus bedah Ropanasuri dikembangkan sesuai menggunakan tahapan penelitian ini dia: 


b. Metodologi Pengembangan Sistem Informasi
Metodologi yang dipakai pada pengembangan sistem informasi pengelolaan data pasien tempat tinggal sakit khusus bedah Ropanasuri ini adalah prototyping, yaitu galat satu modifikasi berdasarkan metodologi siklus hayati sistem.

Prototyping dibuat agar dapat memberikan respon yang lebih baik bagi kebutuhan pemakai, sebagai akibatnya dengan prototyping, ketika yg dibutuhkan buat menerapkan sistem bisa dikurangi.

Metodologi pengembangan sistem informasi menggunakan menggunakan prototyping mempunyai tahapan menjadi berikut:

1. Penelitian pendahuluan
Pada termin ini dilakukan informasi lapangan terhadap syarat organisasi, konflik sistem, liputan-kabar kegiatan medis, serta ruang lingkup pengembangan sistem.

2. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna
Proses mengidentifikasi kebutuhan pengguna bertujuan buat mengetahui apa yang diinginkan pemakai terhadap sistem yg akan dikembangkan. Proses ini bisa dilakukan menggunakan cara wawancara, observasi, dan pencarian data yang herbi aktivitas medis. Setelah itu dilakukan analisis terhadap kegiatan serta proses yang terjadi dalam sistem.

3. Mengembangkan prototipe
Dalam pegembangan prototipe atau dalam perancangan sistem informasi, tahapan ini termasuk ke dalam termin desain sistem, dimana perancangan tersebut meliputi;
  • Perancangan contoh sistem
  • Perancangan output dan input sistem
  • Perancangan database sistem dan
  • Perancangan pelaksanaan sistem 
Tahapan perancangan ini akan mempermudah penganalisis dalam berbagi prototipe hingga prototipe tadi bisa diaplikasikan. Dalam setiap proses perancangan sistem, penganalisis harus selalu berinteraksi dengan pengguna buat mendapatkan fakta tentang kebutuhannya. 

Dalam mengembangkan prototipe ini terlebih dahulu wajib dipengaruhi peralatan prototyping, yaitu aplikasi yang digunakan buat membentuk tampilan yang diinginkan dalam sistem baru.

4. Verifikasi
Pada tahap ini, analis menaruh kesempatan pada pengguna buat membiasakan diri menggunakan sistem, kemudian pengguna menaruh masukan apakah prototipe yang dihasilkan sinkron dengan harapan pengguna. Sehingga keputusan apakah prototipe diterima atau tidak, dapat diketahui. Dan pembuktian ini bisa dilakukan secara berulang.

5. Mengkodekan sistem operasional
Setelah pengguna menyatakan sepakat menggunakan prototipe yang dirancang, maka termin selanjutnya dilakukan pengkodean sistem operasional. Disini prototipe digunakan menjadi dasar buat pengkodean tadi.

6. Menguji sistem operasional
Setelah terselesaikan melakukan pengkodean sistem operasional, maka sistem tersebut diuji sang programmer.

7. Verifikasi
Untuk tahap selanjutnya dilakukan pulang verifikasi terhadap sistem operasional yg dibentuk, apakah sistem tersebut bisa diterima atau nir.
8. Menggunakan sistem operasional
9. Analisis hasil rancangan
Merupakan analisis terhadap prototipe yang telah dibuat.
10. Kesimpulan serta saran
Merupakan kesimpulan menurut sistem keterangan yg dibuat dan saran-saran buat pemugaran dimasa yang akan tiba serta buat penelitian lebih lanjut.

c. Alat Bantu yang Digunakan
Alat Bantu yg digunakan dalam sistem warta pengelolaan data pasien ini, merupakan menjadi berikut:
1. Formulir penilaian prototipe
2. SQL buat merancang database sistem liputan pengelolaan data pasien 
3. Macromedia Dreamweaver untuk perancangan page web dan interaksi ke database. 

Survey Sistem
Survey sistem adalah tahap pendahuluan yg dilakukan menggunakan cara mengamati secara pribadi sistem yang bersangkutan, melakukan wawancara menggunakan pihak-pihak yg terkait menggunakan bagian rekam medis/pemakai, dan mengamati proses sistem dan meneliti dokumen-dokumen yg ada, terutama yg berkaitan dengan dokumen rekam medis. Survey sistem dilakukan buat mengetahui ruang lingkup sistem, organisasi sistem, kebutuhan sistem serta planning-planning sistem yang akan dikembangkan. 

Analisis Sistem
Analisis sistem merupakan tahapan penelitian selanjutnya. Analisis dilakukan terhadap proses sistem, konflik sistem, kebutuhan liputan pengguna, analisis rencana-rencana organisasi serta analisis kebutuhan asal daya yang dimiliki sistem.

Analisis Proses Sistem
Pengelolaan data pasien pada bagian rekam medis secara garis akbar terdiri menurut tiga proses, yaitu proses penerimaan pasien, pengelolaan data pasien, dan pengolahan data serta laporan secara holistik.

Analisis Konflik Sistem
Permasalahan yang terdapat pada bagian pengelolaan data rekam medis pasien tempat tinggal sakit Ropanasuri misalnya yang telah disebutkan diatas mengakibatkan pengelolaan data pasien membutuhkan saat yang lama . Permasalahan tersebut diantaranya:
1. Bagian pengolahan data rekam medis harus menunggu data pasien berdasarkan setiap unit rawat buat diolah pada lembaran dokumen. Dalam meng-input-kan data pasien sering terjadi kesalahan dalam pemberian nomor rekam medis.
2. Lamanya proses pencarian status rekam medis pasien usang yg tiba berobat, karena data pasien tersebut wajib dicari diantara tumpukan dokumen rekam medis pasien lainnya.
3. Status rekam medis nir ditemukan, akan dibuatkan status baru, sebagai akibatnya hal ini menyebabkan terjadinya penggandaan status rekam medis.
4. Lamanya saat yg dibutuhkan dalam pengolahan data pasien, seperti jumlah pasien yang hidup dan tewas pada jangka ketika eksklusif, lama pasien dirawat serta lainnya, sebagai akibatnya apabila terjadi perubahan data nir dapat ditinjau pada ketika itu juga.
5. Apabila terdapat pihak-pihak eksklusif yg membutuhkan liputan mengenai pasien, maka mereka wajib menunggu jadwal pembuatan laporannya.

Analisis Kebutuhan Informasi
Proses pengelolaan dan pengolahan data pasien pada tempat tinggal sakit Ropanasuri dilakukan secara manual, hal ini menyebabkan lambatnya berita hingga ke pengguna berita tadi. Data yg memerlukan perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator, misalnya perhitungan usang hari perawatan, BOR, BTO, TOI serta lainnya.

Analisis Rencana Organisasi
Rencana tempat tinggal sakit Ropanasuri buat kedepannya merupakan melakukan pemugaran-pemugaran terhadap sistem kerjanya, yaitu menggunakan mengoptimalkan sistem kerja yg ada. Salah satu cara yang dapat dilakukan sang pihak rumah sakit adalah menggunakan memanfaatkan teknologi fakta dalam pengelolaan sistem berita secara terkomputerisasi, hal ini tentu saja dibutuhkan tersedianya perangkat komputer yg lengkap, sebagai akibatnya menggunakan rencana ini dibutuhkan rumah sakit Ropanasuri bisa menaikkan kinerjanya dalam masa yg akan tiba.

Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Sistem fakta pengelolaan data pasien yang didesain ini memakai teknologi liputan dengan memanfaatkan teknologi jaringan intranet, dimana setiap personal komputer yg ada dalam bagian unit rawat, direktur serta bagian pengelolaan rekam medis saling terhubung satu dengan yg lainnya. Dengan pemanfaatan teknologi ini akan dapat mempermudah dan mempercepat proses pengelolaan dan pengolahan data rekam medis pasien.

Desain dan Perancangan Sistem 
Perancangan sistem dilakukan untuk menaruh gambaran mengenai proses yang terjadi dalam sistem yang sedang diteliti, sebagai akibatnya dapat dijadikan pedoman pada melakukan pengembangan aplikasi menurut sistem tadi.

Perancangan Model Sistem
Dalam perancangan model sistem digunakan indera bantu berupa diagram alir data dan bagan alir dokumen. Pada diagram alir data dapat ditinjau urutan proses yg terjadi dalam mengelola data pasien yang dimulai menurut ketika pasien mendaftar hingga pasien tadi selesai menerima pelayanan pada rumah sakit tersebut. Pada bagan alir dokumen bisa dicermati urutan genre dokumen-dokumen pasien dimulai menurut ketika pasien mendaftar, kemudian data tadi diolah pada setiap unit rawat yg dituju serta terakhir diolah dalam bagian pengelolaan data rekam medis pasien.

Perancangan Input serta Output Sistem
Perancangan input sistem yang dibuat disesuaikan dengan bentuk formulir atau dokumen status rekam medis pasien. Data yg diinputkan ini akan berpengaruh terhadap output yang akan didapatkan nantinya, oleh karenanya kelengkapan data yg akan pada-input-kan harus diperhatikan pada ketika merancang form input ini. 

Output sistem yg dirancang berpedoman dalam format laporan tahunan pasien dan berdasarkan output wawancara dengan user atau pemakai yaitu petugas pada loka penerimaan pasien, petugas pada setiap unit rawat dan petugas dalam bagian pengolahan data rekam medis. 

Perancangan Database Sistem
Database sistem keterangan yg dibuat ini dipakai menjadi loka penyimpanan data pasien. Database tadi dibentuk sinkron menggunakan kebutuhan informasi sistem dan berpedoman dalam diagram alir data yang telah dibuat.

Perancangan Prototipe 
Setelah menganalisis sistem serta kebutuhan liputan pada rumah sakit khusus bedah Ropanasuri, menggunakan memakai metode tradisional seperti wawancara, observasi, serta pencarian data file, maka tahap pengembangan prototipe dapat dilakukan. Tahap ini adalah tahapan perancangan obrolan layar terminal yg merupakan perantara antara pengguna sistem dengan sistem yg dibentuk.

Teknologi yang Digunakan
Teknologi yg dipakai dalam pembuatan sistem kabar pengelolaan data pasien ini adalah berbasis web menggunakan teknologi Active Server Pages (ASP). User bisa mengakses berita menurut komputer lain yg terhubung menggunakan jaringan. Perangkat lunak yg dipasang cukup pada satu server, lalu bila user ingin mengakses fakta yg dibutuhkan, mereka hanya perlu meminta ke server, kemudian server akan memasak permintaan user tadi serta mengirimkannya ke browser user dalam bentuk format html biasa, sedangkan kode-kode script tetap tersimpan pada komputer server, sehingga keamanan kode-kode script permanen terjaga.

ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT

Administrasi Dan Manajemen Rumah Sakit 
Dalam kehidupan sehari-hari begitu poly sektor kehidupan yg sebagai perhatian pemerintah, misalnya sektor pendidikan, pertanian, industri, ekonomi, kesehatan dan lain-lain. Salah satu sektor yg menerima perhatian yang cukup besar menurut pemerintah merupakan sektor kesehatan. 

Kebutuhan warga akan kesehatan yg semakin meningkat, memicu rumah sakit-tempat tinggal sakit yang ada untuk meningkatkan fasilitas kesehatan serta melakukan pemugaran terhadap manajemen pelayanan kepada pasien, salah satu yg termasuk di dalamnya adalah rumah sakit Ropanasuri. 

Rumah sakit Ropanasuri merupakan satu-satunya tempat tinggal sakit partikelir spesifik bedah yang terdapat di Padang. Rumah sakit ini berencana melakukan perubahan-perubahan agar dapat menaruh pelayanan kesehatan yang lebih baik pada pasiennya. Dengan meningkatnya taraf pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat, konsumen (pada hal ini pasien) semakin banyak menuntut haknya selaku pemakai jasa pelayanan kesehatan buat menerima pelayanan yang terbaik. Semakin baik mutu pelayanan kesehatan yg diberikan oleh suatu tempat tinggal sakit 

kepada pasiennya, maka akan memberikan peluang bagi tempat tinggal sakit itu, buat bisa bersaing dengan rumah sakit lainnya pada mendapatkan kepercayaan dari pasien. 

Kegiatan pelayanan yang dilakukan tempat tinggal sakit dimulai dari waktu pasien mendaftar di tempat penerimaan pasien, masa pengobatan sang dokter, inspeksi penunjang medis serta mengevaluasi pasien sampai pasien keluar berdasarkan tempat tinggal sakit. Kegiatan penunjang medis yg ada pada rumah sakit spesifik bedah Ropanasuri, seperti energi medis, ruang rawat, jumlah pasien, pemakaian tempat tidur serta fasilitas fisik lainnya dan status rekam medis melibatkan fakta yg akan bermanfaat buat menunjang kelancaran proses aktivitas pelayanan medis tempat tinggal sakit dan bagi pihak-pihak yg berkepentingan dengan rumah sakit itu sendiri, misalnya Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota.

Proses pengelolaan data pasien dilakukan secara terpusat pada bagian rekam medis tempat tinggal sakit khusus bedah Ropanasuri dengan sumber data diperoleh menurut unit-unit pelayanan medis yaitu rawat jalan, gawat darurat serta rawat inap. Data rekam medis ini kemudian diolah sebagai berita-liputan yg diperlukan, seperti pembuatan laporan. 

Saat ini tempat tinggal sakit khusus bedah Ropanasuri melakukan pengelolaan data pasien menjadi fakta secara manual. Data pasien dicatat dalam lembaran kertas berupa formulir yg memuat data pasien dan jenis penyakit yg dideritanya, sebagai akibatnya hal ini membutuhkan waktu yang lama , karena bagian rekam medis harus menunggu data pasien dari setiap unit pelayanan kesehatan, kemudian data tadi dipindahkan ke personal komputer serta pengolahan terhadap data tersebut hanya dilakukan dalam saat dibutuhkan saja, misalnya dalam waktu pembuatan laporan bulanan, tahunan atau dalam waktu dinas kesehatan membutuhkan fakta mengenai jumlah pasien yg terdaftar yang mengidap suatu penyakit yg sedang mewabah serta taraf kematian pasien pada periode eksklusif. Petugas rekam medis wajib mengusut data pasien tadi yg masih pada bentuk catatan satu per satu, buat memastikan bahwa data pasien tersebut telah dipindahkan ke komputer. 

Berkas-berkas status rekam medis pasien yg sudah terselesaikan diisi disimpan dalam rak penyimpanan. Pada waktu pasien lama tiba berobat, terjadi kesulitan ketika pencarian berkas status rekam medis pasien tersebut, begitu jua menggunakan pasien yang kehilangan kartu berobat. Apabila berkas status rekam medis pasien tidak ditemukan, maka status rekam medis pasien wajib dibuat kembali. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penggandaan dokumen atau status rekam medis pasien yang telah pernah datang sebelumnya.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut pada atas, maka perlu dikembangkan cara pengelolaan data pasien pada rumah sakit khusus bedah Ropanasuri, agar dapat menaruh informasi secara cepat pada pengguna sesuai menggunakan kebutuhannya. Dan dapat membantu proses pengolahan data menggunakan lebih baik. 

Manajemen Informasi
Organisasi memiliki lima asal daya yaitu: insan, material mesin, uang serta berita. Sumber daya kabar perusahaan/organisasi adalah salah satu keunggulan kompetitif suatu perusahaan/organisasi, jika dikelola menggunakan baik. Manajemen sumber daya fakta (Information Resources Management-IRM) adalah aktivitas yang dijalankan sang manajer dalam semua tingkatan pada perusahaan/organisasi menggunakan tujuan mengidentifikasi, memperoleh, serta mengelola sumber daya keterangan yang diperlukan buat memenuhi kebutuhan pemakai. Sumber daya liputan perusahaan/organisasi mencakup [McLeod,1995] :
a. Perangkat keras personal komputer .
b. Perangkat lunak komputer.
c. Para seorang ahli warta, adalah pihak-pihak di dalam perusahaan yg bertanggung jawab secara penuh buat memelihara serta membuatkan sistem berbasis personal komputer . 

Para spesialis liputan itu adalah:
1. Analis sistem, adalah pakar pada mendefinisikan masalah dan menyiapkan dokumentasi tertulis tentang cara personal komputer membantu menyelesaikan masalah. Analis sistem bekerja sama menggunakan pemakai pada berbagi sistem yg baru dan memperbaiki sistem yg telah ada.
2. Pengelola database (database administrator), pihak yg bekerja sama dengan pemakai serta analis sistem pada menciptakan database yang berisi data yang diharapkan buat membuat fakta bagi pemakai.
3. Spesialis jaringan (network specialist), pihak yang bekerja sama menggunakan analis sistem dan pemakai membentuk jaringan komunikasi data yang menyatukan banyak sekali asal daya personal komputer yg tersebar.
4. Programmer, pihak yg membuat acara komputer menurut dokumentasi yg disiapkan sang analis sistem.
5.operator, pihak yg mengoperasikan alat-alat personal komputer berskala besar seperti personal komputer mainframe serta komputer mini . Operator memantau layar komputer, membarui ukuran-berukuran kertas printer, mengelola perpustakaan tape dan disk storage, serta melakukan tugas-tugas serupa lainnya.
d. Pemakai (User), menjadi pihak pemakai sistem yg terdapat, dan menjadi rujukan bagi para seorang ahli informasi pada menyebarkan sistem yg terdapat.
e. Fasilitas
f. Database.
g. Informasi.

Metodologi Siklus Hidup Sistem
Menurut McLeod, 2001, siklus hayati sistem terdiri dari 5 termin, yaitu perencanaan, survei, analisis, rancangan serta penerapan yg dimaksudkan bagi pengembangannya. Semua termin bisa melibatkan pemakai, serta dapat juga melibatkan spesialis fakta jika end-user computing tidak dilakukan sepenuhnya.

Siklus hidup sistem adalah penerapan pendekatan sistem buat tugas menyebarkan serta memakai sistem berbasis personal komputer . Siklus hidup sistem itu sendiri merupakan metodologi, tetapi polanya lebih dipengaruhi sang kebutuhan buat membuatkan sistem lebih cepat. Pengembang sistem yg lebih responsif bisa dicapai dengan peningkatan daur hidup dan penggunaan peralatan pengembangan berbasis personal komputer (compute-based development tools). Dua peningkatan itu merupakan prototyping dan rapid application development. Saat perusahaan-perusahaan berusaha memanfaatkan sepenuhnya teknologi warta, mereka memperbaharui sistem mereka menggunakan memakai rancang ulang proses bisnis(business process redesign).

Uraian mengenai jenis-jenis metodologi siklus hayati sistem yg dapat digunakan dalam menyebarkan sistem, bisa dijelaskan dalam bagian berikut. 

Prototyping
Prototyping sistem liputan adalah suatu teknik yang sangat bermanfaat buat mengembangkan berita tertentu tentang syarat-syarat keterangan pengguna secara cepat. Dengan menggunakan prototyping, analis sistem berupaya memperoleh reaksi awal menurut para pengguna dan pihak manajemen terhadap prototipe, saran-saran pengguna terhadap perubahan atau pemecahan perkara sistem yg dibentuk prototipenya, sebagai akibatnya memungkinkan dilakukan inovasi tentang prototipe tadi, dan rencana-rencana revisi yang mendetail dengan bagian-bagian sistem yang perlu dilakukan lebih dulu.

Prototipe memberikan pandangan baru bagi produsen juga pemakai mengenai cara sistem berfungsi dalam bentuk lengkapnya. Proses membentuk sebuah prototipe diklaim prototyping. 

Jenis-jenis warta yang dicari ketika melakukan prototyping Kendall, 2003 adalah menjadi berikut;

1. Reaksi awal dari pengguna
Saat analis sistem menampilkan sebuah prototipe sistem kabar, maka analis akan tertarik menggunakan reaksi pengguna dan pihak manajemen terhadap prototipe. Analis ingin memahami secara mendetail bagaimana reaksi mereka saat bekerja dengan prototipe serta apakah fitur-fitur sistem yg diprototipekan telah sinkron dengan kebutuhan mereka. Untuk mengetahui reaksi dari pengguna ini bisa digunakan lembar penilaian.

2. Saran-saran menurut pengguna
Analis pula tertarik dengan saran-saran pengguna dan pihak manajemen pemugaran terhadap prototipe yg ditampilkan. Saran-saran diperoleh menurut pengalaman waktu bekerja menggunakan prototipe selama periode waktu tertentu. Waktu yang dihabiskan pengguna waktu bekerja dengan prototipe umumnya tergantung pada pengabdian mereka dan ketertarikan atas proyek sistem. Saran-saran merupakan hasil dari interaksi pengguna menggunakan prototipe serta refleksi mereka atas interaksi tersebut. Saran yg diperoleh berdasarkan pengguna memberi petunjuk dalam analis teatang cara-cara memperbaiki, mengganti atau menghentikan prototipe sehingga bisa memenuhi kebutuhan pengguna dengan lebih baik.

3. Inovasi
Inovasi prototipe adalah bagian berdasarkan informasi yg dicari sang tim analis sistem. Inovasi adalah kemampuan-kemampuan sistem baru yg nir dianggap berhubungan dengan saat saat pengguna mulai berinteraksi menggunakan prototipe. Inovasi-penemuan ini memberi nilai tambah terhadap fitur-fitur yg diprototipekan sebelumnya dengan menambahkan sesuatu yang baru atau yg lebih inovatif.

4. Rencana revisi
Rencana revisi membantu mengidentifikasikan prioritas apa yang akan diprototipekan selanjutnya. Informasi yang terkumpul dalam fase prototyping memungkinkan analis menyusun prioritas-prioritas dan memberi pengarahan pulang rencana-rencana tadi menggunakan lebih efisien, dan menggunakan gangguan minimum. Lantaran fitur inilah, prototyping dan perencanaan bisa dilaksanakan beserta-sama. 

Dalam pengembangannya, prototipe terbagi kedalam dua jenis, dimana langkah-langkah yang masih ada pada masing-masing jenis tersebut berdasarkan Kendall, 2003, dapat dijelaskan menjadi berikut.

Pengembangan Prototipe Jenis I
Langkah-langkah yang terdapat pada pengembangan prototipe jenis 1 merupakan menjadi berikut Kendall, 2003:

1. Mengidentifikasikan kebutuhan pemakai.
Analis sistem mewawancarai pemakai untuk mendapatkan gagasan dari apa yang diinginkan pemakai terhadap sistem.

2. Mengembangkan prototipe
Analis sistem mungkin bekerjasama menggunakan seorang ahli liputan lain, menggunakan satu atau lebih pendekatan prototyping buat membuatkan sebuah prototipe. 

Contoh menurut peralatan prototyping, adalah integrated application generator dan prototyping toolkits. Integrator application generator merupakan sistem software jadi yang sanggup membentuk seluruh tampilan yang diinginkan dalam sistem baru, seperti menu, laporan, layar, database, serta sebagainya. Prototyping toolkits mencakup sistem-sistem perangkat lunak terpisah, yang masing-masing sanggup membentuk sebagian tampilan sistem yang diinginkan.

3. Menentukan apakah prototipe bisa diterima.
Analis mendidik pemakai buat memakai prototipe serta memberi kesempatan kepada mereka untuk membiasakan diri dengan sistem. Pemakai memberi masukkan pada analis apakah prototipe memuaskan. Apabila ya, langkah 4 akan di ambil, apabila nir, prototipe direvisi menggunakan mengulangi langkah 1, 2, serta tiga. 

4. Menggunakan prototipe
Prototipe ini sebagai sistem operasional. 

Pengembangan Prototipe Jenis II
Langkah pertama pada pengembangan prototipe jenis II ini sama menggunakan pengembangan prototipe jenis I, dari Kendall, 2003, langkah selanjutnya merupakan:

5. Mengkodekan sistem operasional.
Programer menggunakan prototipe sebagai dasar buat pengkodean (coding) sistem operasional.

6. Menguji sistem operasional
Programer menguji sistem.

7. Menentukan apabila sistem operasional dapat diterima
pemakai memberi masukan kepada analis apakah sistem dapat diterima, apabila ya, langkah 7 dilakukan, apabila nir, langkah 4 serta 5 diulangi.

8. Menggunakan sistem operasional.

Daya Tarik Prototyping
Pemakai maupun spesialis kabar menyukai prototyping, buat alasan-alasan Kendall,2003, sebagai berikut:
1. Komunikasi antara analis sistem serta pemakai, membaik.
2. Analis dapat bekerja dengan lebih baik dalam memilih kebutuhan pemakai
3. Pemakai berperan lebih aktif dalam pengembangan sistem 
4. Spesialis keterangan serta pemakai menghabiskan lebih sedikit saat serta bisnis pada pengembangan sistem
5. Penerapan menjadi lebih gampang karena pemakai mengetahui apa yg dibutuhkan.

Keuntungan-laba ini memungkinkan prototyping berhemat porto pengembangan serta menaikkan kepuasan pemakai dengan sistem yg didapatkan.

Potensi Kegagalan Prototyping
Prototyping berpotensi juga untuk gagal, lantaran beberapa hal, Kendall,2003, yaitu;
1. Ketergesaan buat menciptakan prototipe mungkin membentuk jalan pintas dalam definisi permasalahan, evaluasi cara lain , dan dokumentasi. 
2. Pemakai mungkin sangat tertarik menggunakan prototipe tersebut sehingga mereka mengharapkan sesuatu yg nir realistis menurut sistem operasional itu.
3. Prototipe jenis I mungkin tidak seefisien sistem yg dikodekan pada bahasa pemograman 
4. Hubungan komputer-manusia yg disediakan oleh peralatan prototyping eksklusif mungkin nir mencerminkan teknik perancangan yang baik.

Rapid Application Development (RAD)
Menurut McLeod, 2001, RAD merupakan istilah yg dibuat oleh James Martin, seorang konsultan personal komputer serta pengarang, buat daur hayati pengembangan yang ditujukan guna menghasilkan sistem secara cepat tanpa mengorbankan kualitas.

RAD adalah seperangkat strategi, metodologi dan alat-alat yg terintegrasi yg terdapat pada satu rangka kerja menyeluruh yg disebut information engineering (IE). Information engineering (IE) merupakan nama yg diberikan oleh Martin buat pendekatannya yang menyeluruh dalam pengembangan sistem, yg memperlakukannya sebagai kegiatan seluruh perusahaan. Istilah enterprise dipakai buat mendeskripsikan keseluruhan perusahaan.

Unsur-unsur Penting RAD 
RAD memerlukan empat unsur penting; manajemen, manusia, metodologi dan alat-alat [Kendall, 2003]:

Manajemen. Manajemen, khususnya manajemen puncak , harus adalah orang yg senang bereksperimen, yang suka melakukan hal yang baru atau orang yang cepat tanggap, yg cepat belajar memakai metodologi baru. Manajemen harus mendukung RAD sepenuhnya serta menyediakan lingkungan kerja yg membuat aktivitas tersebut sangat menyenangkan.

Manusia. Daripada menggunakan satu tim tunggal buat mengerjakan seluruh aktivitas SLC, RAD menyadari efisiensi yang bisa dicapai melalui penggunaan beberapa tim yg terspesialisasi. Tim buat perancangan kebutuhan, rancangan pemakai, konstruksi, penelaahan pemakai, dan cutover dapat dibentuk. Anggota tim ini adalah pada pakar metodologi dan alat-alat yg diperlukan untuk melaksanakan tugas spesifik mereka. Untuk mendeskripsikan tim, Martin menggunakan istilah tim SWAT. SWAT merupakan singkatan menurut “skilled with advanced tools”.

Metodologi. Metodologi dasar RAD merupakan siklus hayati RAD, yg terdiri berdasarkan empat tahap: (1) perencanaan kebutuhan, (2) rancangan pemakai,(tiga) kontruksi, dan (4) cutover. Tahap-termin ini, misalnya SDLC, mencerminkan pendekatan sistem. Pemakai berperan krusial pada setiap termin, berhubungan menggunakan seorang ahli liputan.

Peralatan. Peralatan RAD terutama terdiri dari bahasa-bahasa pemograman generasi ke empat (fourth-generation language) serta alat-alat CASE yg memudah prototyping dan pembuatan kode. Bahasa pemograman generasi ke empat memungkinkan seorang ahli kabar atau pemakai buat menghasilkan kode personal komputer tanpa memakai bahasa pemograman konvensional. Contoh menurut bahasa pemograman generasi keempat adalah natural, FOCUS, dan SQL.

Hubungan antara metodologi-metodologi daur hidup sistem tersebut diatas dapat dipandang dalam sub bab berikut adalah.

Menempatkan SLC, Prototyping, dan RAD pada Perspektif
Siklus hayati sistem, prototyping dan RAD semuanya adalah metodologi. Metodologi ini merupakan cara-cara yang dianjurkan dalam menerapkan sistem berbasis personal komputer . SLC adalah pelaksanaan berdasarkan pendekatan sistem buat perkara penerapan sistem personal komputer serta berisikan seluruh elemen pendekatan sistem dasar, dimulai berdasarkan identifikasi masalah dan diakhiri menggunakan penggunaan sistem.

Prototyping adalah bentuk pendek berdasarkan pendekatan sistem yang serius dalam definisi serta pemuasan kebutuhan pemakai. Prototyping dapat berada pada SLC. Kenyataannya, selama proses pengembangan satu sistem tunggal mungkin diharapkan poly prototyping.

RAD merupakan pendekatan cara lain buat tahap rancangan dan penerapan dari SLC. Sumbangan terbesar menurut RAD merupakan kecepatannya membentuk sistem buat digunakan, yang terutama dicapai melalui penggunaan peralatan berbasis personal komputer serta tim proyek terspesialisasi.

Dari seluruh metodologi yg terdapat, SLC adalah metodologi tertua dan akan terus menjadi dasar sebagian akbar kerja pengembangan sistem. Prototyping jua merupakan metodologi yg telah cukup mapan, serta akan terus digunakan bagi proyek-proyek yang kebutuhan pemakainya masih sulit didefinisikan McLeod, 2001. 

Rancang Ulang Proses Bisnis
Rekayasa ulang proses bisnis (BPR- Business Process Engineering) yaitu inspeksi proses terhadap proses-proses bisnis serta berdampak terhadap profitabilitas. BPR mengidentifikasi kesempatan-kesempatan buat membuat sistem-sistem baru, menspesifikasikan maksud serta menentukan lingkupnya.

Information System telah membentuk tiga teknik buat menerapkan BPR pada CBIS. Teknik-teknik ini dikenal sebagai tiga R yaitu McLeod, 2001;

1. Rekayasa mundur
Untuk komputer, rekayasa mundur (reverse engineering) merupakan proses menganalisis suatu sistem buat mengidentifikasi elemen-elemennya serta antar hubungannya, serta buat menciptakan dokumentasi pada tingkat abstraksi lebih tinggi menurut yang sekarang. Rekayasa mundur diterapkan dalam suatu sistem apabila masih ada kebutuhan buat menyiapkan dokumentasi baru.

Titik awal dalam merekayasa mundur suatu sistem adalah kode acara, yang diubah menjadi dokumentasi program seperti diagram tindakan, bahasa inggris terstruktur serta bagan arus program. Dokumentasi ini dapat, dalam gilirannya diubah menjadi penerangan yg lebih abstrak seperti diagram arus data serta bagan arus sitem. Transformasi ini dapat dicapai secara manual atau oleh perangkat lunak BPR.

Karena itu, rekayasa mundur mengikuti suatu alur mundur melalui siklus hidup sistem.

2. Restrukturisasi
Restrukturisasi (restructuring) merupakan transformasi suatu sistem menjadi bentuk lain tanpa mengubah fungsionalitasnya. Contoh restrukturisasi yang baik merupakan transformasi suatu acara yg ditulis pada tahun awal-awal komputer, waktu hanya sedikit baku pemograman, menjadi program dalam format terstruktur. Setelah suatu program direstrukturisasi, acara itu kembali dipakai, sehingga membentuk pola bundar. Restrukturisasi bisa dilakukan pada arah mundur melalui tiap termin berdasarkan siklus hayati sistem. Hasilnya adalah suatu sistem yang terstruktur lengkap dari rencana ke kode.

3. Rekayasa ulang
Rekayasa ulang (reengineering) adalah rancang ulang lengkap suatu sistem dengan tujuan membarui fungsionalitasnya. Ini bukan pendekatan “sapu habis” lantaran pengetahuan mengenai cara sistem yg sedang berjalan tidak diabaikan sama sekali. Pengetahuan itu bisa diperoleh menggunakan pertama-tama terlibat dalam rekayasa mundur. Lalu sistem baru dikembangkan secara normal. Nama rekayasa maju (forward engineering) diberikan buat proses yg mengikuti daur hidup sistem secara normal ketika terlibat dalam BPR.


Metodologi Penelitian
a. Bagan Alir Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini, sistem fakta pengelolaan data pasien tempat tinggal sakit spesifik bedah Ropanasuri dikembangkan sesuai menggunakan tahapan penelitian berikut adalah: 


b. Metodologi Pengembangan Sistem Informasi
Metodologi yang digunakan pada pengembangan sistem liputan pengelolaan data pasien tempat tinggal sakit spesifik bedah Ropanasuri ini adalah prototyping, yaitu salah satu modifikasi dari metodologi daur hidup sistem.

Prototyping dibentuk agar bisa memberikan respon yg lebih baik bagi kebutuhan pemakai, sehingga menggunakan prototyping, saat yg diharapkan untuk menerapkan sistem bisa dikurangi.

Metodologi pengembangan sistem warta dengan memakai prototyping mempunyai tahapan sebagai berikut:

1. Penelitian pendahuluan
Pada tahap ini dilakukan berita umum terhadap syarat organisasi, permasalahan sistem, keterangan-kabar aktivitas medis, serta ruang lingkup pengembangan sistem.

2. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna
Proses mengidentifikasi kebutuhan pengguna bertujuan buat mengetahui apa yg diinginkan pemakai terhadap sistem yang akan dikembangkan. Proses ini bisa dilakukan menggunakan cara wawancara, observasi, dan pencarian data yang herbi kegiatan medis. Setelah itu dilakukan analisis terhadap aktivitas dan proses yang terjadi dalam sistem.

3. Mengembangkan prototipe
Dalam pegembangan prototipe atau pada perancangan sistem liputan, tahapan ini termasuk ke pada tahap desain sistem, dimana perancangan tersebut mencakup;
  • Perancangan model sistem
  • Perancangan output serta input sistem
  • Perancangan database sistem dan
  • Perancangan pelaksanaan sistem 
Tahapan perancangan ini akan mempermudah penganalisis dalam mengembangkan prototipe hingga prototipe tersebut dapat diaplikasikan. Dalam setiap proses perancangan sistem, penganalisis harus selalu berinteraksi dengan pengguna buat menerima warta mengenai kebutuhannya. 

Dalam menyebarkan prototipe ini terlebih dahulu harus ditentukan peralatan prototyping, yaitu aplikasi yg digunakan buat menghasilkan tampilan yang diinginkan pada sistem baru.

4. Verifikasi
Pada tahap ini, analis menaruh kesempatan kepada pengguna untuk membiasakan diri menggunakan sistem, lalu pengguna menaruh masukan apakah prototipe yg dihasilkan sesuai dengan asa pengguna. Sehingga keputusan apakah prototipe diterima atau tidak, dapat diketahui. Dan verifikasi ini dapat dilakukan secara berulang.

5. Mengkodekan sistem operasional
Setelah pengguna menyatakan putusan bulat menggunakan prototipe yg didesain, maka tahap selanjutnya dilakukan pengkodean sistem operasional. Disini prototipe digunakan menjadi dasar buat pengkodean tadi.

6. Menguji sistem operasional
Setelah terselesaikan melakukan pengkodean sistem operasional, maka sistem tadi diuji oleh programmer.

7. Verifikasi
Untuk tahap selanjutnya dilakukan pulang pembuktian terhadap sistem operasional yang dibentuk, apakah sistem tersebut dapat diterima atau tidak.
8. Menggunakan sistem operasional
9. Analisis hasil rancangan
Merupakan analisis terhadap prototipe yang telah dibentuk.
10. Kesimpulan serta saran
Merupakan kesimpulan menurut sistem keterangan yg dibentuk dan saran-saran untuk pemugaran dimasa yang akan tiba dan buat penelitian lebih lanjut.

c. Alat Bantu yg Digunakan
Alat Bantu yang dipakai pada sistem fakta pengelolaan data pasien ini, adalah sebagai berikut:
1. Formulir penilaian prototipe
2. SQL buat merancang database sistem informasi pengelolaan data pasien 
3. Macromedia Dreamweaver untuk perancangan halaman web dan hubungan ke database. 

Survey Sistem
Survey sistem merupakan tahap pendahuluan yg dilakukan dengan cara mengamati secara pribadi sistem yg bersangkutan, melakukan wawancara dengan pihak-pihak yg terkait menggunakan bagian rekam medis/pemakai, dan mengamati proses sistem serta meneliti dokumen-dokumen yg terdapat, terutama yg berkaitan menggunakan dokumen rekam medis. Survey sistem dilakukan buat mengetahui ruang lingkup sistem, organisasi sistem, kebutuhan sistem serta rencana-planning sistem yg akan dikembangkan. 

Analisis Sistem
Analisis sistem merupakan tahapan penelitian selanjutnya. Analisis dilakukan terhadap proses sistem, permasalahan sistem, kebutuhan warta pengguna, analisis planning-planning organisasi dan analisis kebutuhan sumber daya yg dimiliki sistem.

Analisis Proses Sistem
Pengelolaan data pasien dalam bagian rekam medis secara garis akbar terdiri dari 3 proses, yaitu proses penerimaan pasien, pengelolaan data pasien, dan pengolahan data dan laporan secara holistik.

Analisis Perseteruan Sistem
Permasalahan yg ada pada bagian pengelolaan data rekam medis pasien tempat tinggal sakit Ropanasuri seperti yang sudah disebutkan diatas menyebabkan pengelolaan data pasien membutuhkan ketika yg usang. Pertarunga tersebut antara lain:
1. Bagian pengolahan data rekam medis harus menunggu data pasien menurut setiap unit rawat untuk diolah pada lembaran dokumen. Dalam meng-input-kan data pasien seringkali terjadi kesalahan pada hadiah nomor rekam medis.
2. Lamanya proses pencarian status rekam medis pasien lama yg datang berobat, karena data pasien tadi wajib dicari diantara tumpukan dokumen rekam medis pasien lainnya.
3. Status rekam medis tidak ditemukan, akan dibuatkan status baru, sehingga hal ini menyebabkan terjadinya penggandaan status rekam medis.
4. Lamanya saat yg diperlukan pada pengolahan data pasien, seperti jumlah pasien yg hayati serta meninggal dalam jangka saat tertentu, lama pasien dirawat serta lainnya, sehingga jika terjadi perubahan data tidak dapat dilihat pada waktu itu pula.
5. Apabila terdapat pihak-pihak eksklusif yg membutuhkan keterangan tentang pasien, maka mereka harus menunggu jadwal pembuatan laporannya.

Analisis Kebutuhan Informasi
Proses pengelolaan serta pengolahan data pasien dalam tempat tinggal sakit Ropanasuri dilakukan secara manual, hal ini menyebabkan lambatnya liputan hingga ke pengguna liputan tadi. Data yg memerlukan perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator, seperti perhitungan lama hari perawatan, BOR, BTO, TOI dan lainnya.

Analisis Rencana Organisasi
Rencana tempat tinggal sakit Ropanasuri buat kedepannya merupakan melakukan pemugaran-pemugaran terhadap sistem kerjanya, yaitu menggunakan mengoptimalkan sistem kerja yang ada. Salah satu cara yang dapat dilakukan sang pihak tempat tinggal sakit merupakan menggunakan memanfaatkan teknologi fakta pada pengelolaan sistem fakta secara terkomputerisasi, hal ini tentu saja diperlukan tersedianya perangkat komputer yang lengkap, sebagai akibatnya menggunakan rencana ini dibutuhkan tempat tinggal sakit Ropanasuri dapat menaikkan kinerjanya pada masa yang akan datang.

Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Sistem kabar pengelolaan data pasien yang didesain ini menggunakan teknologi keterangan dengan memanfaatkan teknologi jaringan intranet, dimana setiap komputer yg terdapat dalam bagian unit rawat, direktur serta bagian pengelolaan rekam medis saling terhubung satu dengan yang lainnya. Dengan pemanfaatan teknologi ini akan bisa mempermudah serta meningkatkan kecepatan proses pengelolaan serta pengolahan data rekam medis pasien.

Desain dan Perancangan Sistem 
Perancangan sistem dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai proses yang terjadi pada sistem yang sedang diteliti, sebagai akibatnya bisa dijadikan pedoman pada melakukan pengembangan pelaksanaan menurut sistem tadi.

Perancangan Model Sistem
Dalam perancangan model sistem digunakan alat bantu berupa diagram alir data dan bagan alir dokumen. Pada diagram alir data bisa dipandang urutan proses yg terjadi pada mengelola data pasien yang dimulai menurut ketika pasien mendaftar sampai pasien tadi terselesaikan menerima pelayanan di rumah sakit tersebut. Pada bagan alir dokumen dapat ditinjau urutan genre dokumen-dokumen pasien dimulai dari waktu pasien mendaftar, kemudian data tadi diolah dalam setiap unit rawat yang dituju serta terakhir diolah dalam bagian pengelolaan data rekam medis pasien.

Perancangan Input dan Output Sistem
Perancangan input sistem yg dibuat diubahsuaikan menggunakan bentuk formulir atau dokumen status rekam medis pasien. Data yg diinputkan ini akan berpengaruh terhadap hasil yang akan didapatkan nantinya, oleh karenanya kelengkapan data yang akan pada-input-kan wajib diperhatikan pada saat merancang form input ini. 

Output sistem yg didesain berpedoman dalam format laporan tahunan pasien dan berdasarkan output wawancara menggunakan user atau pemakai yaitu petugas pada loka penerimaan pasien, petugas dalam setiap unit rawat serta petugas pada bagian pengolahan data rekam medis. 

Perancangan Database Sistem
Database sistem warta yang dirancang ini digunakan sebagai tempat penyimpanan data pasien. Database tadi dibentuk sesuai dengan kebutuhan informasi sistem dan berpedoman pada diagram alir data yang telah dibentuk.

Perancangan Prototipe 
Setelah menganalisis sistem dan kebutuhan informasi pada rumah sakit spesifik bedah Ropanasuri, dengan memakai metode tradisional misalnya wawancara, observasi, serta pencarian data file, maka termin pengembangan prototipe bisa dilakukan. Tahap ini merupakan tahapan perancangan obrolan layar terminal yg adalah perantara antara pengguna sistem menggunakan sistem yang dibuat.

Teknologi yg Digunakan
Teknologi yg digunakan dalam pembuatan sistem informasi pengelolaan data pasien ini adalah berbasis web menggunakan teknologi Active Server Pages (ASP). User bisa mengakses keterangan dari komputer lain yg terhubung menggunakan jaringan. Perangkat lunak yang dipasang relatif pada satu server, kemudian jika user ingin mengakses fakta yang diperlukan, mereka hanya perlu meminta ke server, lalu server akan mengolah permintaan user tersebut dan mengirimkannya ke browser user pada bentuk format html biasa, sedangkan kode-kode script permanen tersimpan dalam personal komputer server, sebagai akibatnya keamanan kode-kode script permanen terjaga.

PENGERTIAN MANAJEMEN PELAYANAN MASYARAKAT

Pengertian Manajemen Pelayanan Masyarakat 
Pelayanan adalah suatu cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus dan merampungkan keperluan kebutuhan mayarakat, baik secara perorangan, kelompok serta atau golongan, organisasi ataupun sekelompok anggota organisasi).

Dalam pengertian pelayanan tersebut terkandung suatu syarat bahwa yg melayani mempunyai suatu keterampilan, keahlian dibidang eksklusif. Berdasarkan keterampilan dan keahlian tersebut pihak aparat yg melayani mempunyai posisi atau nilai lebih dalam kecakapan tertentu, sebagai akibatnya sanggup menaruh donasi dalam menuntaskan suatu keperluan, kebutuhan individu atau organisasi.

Dalam pengertian pelayanan tadi secara konkrit diutarakan : 
  1. Pelayanan merupakan keliru satu tugas utama aparatur pemerintah, termasuk pelaku bisnis.
  2. Obyek yang dilayani : masyarakat (publik)
  3. Bentuk pelayanan itu berupa barang serta jasa yg sinkron dengan kepentingan kebutuhan masyarakat dan peraturan perundang-undangan yg berlaku.
Dengan demikian pelayanan publik bisa diartikan sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan rakyat terutama yg berkaitan menggunakan kepentingan umum dan kepentingan golongan atau individu pada bentuk barang dan jasa.

Pelayanan merupakan suatu bentuk kegiatan pelayanan yg dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik pada pusat dan daerah maupun BUMN dan BUMD pada rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sinkron peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam kamus akbar bahasa Indonesia dinyatakan bahwa pelayanan publik adalah suatu bisnis buat membantu menyiapkan (mengurus) apa yg diharapkan orang lain. 

Dalam pelaksanaannya pelayanan dilakukan secara pelayanan profesional, dan prima merupakan dilakukan secara konkrit bahwa yg melayani wajib memiliki suatu kemampuan pada melayani, menanggapi kebutuhan spesial (unik, spesifik, istimewa) orang lain supaya mereka puas. Pelayanan prima merupakan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan terhadap permintaan, keinginan, serta asa masyarakat yg memiliki nilai yg tinggi serta bermutu (berkualitas). 

Selanjutnya, Drs. H. Tamaruddin pada Pengembangan Pelaksanaan Pelayanan Prima menyebutkan : Tujuan dari pelayanan prima adalah memuaskan dan atau sinkron dengan keinginan pelanggan. Untuk mencapai hal itu, dibutuhkan kualitas pelayanan yg sinkron menggunakan kebutuhan serta atau cita-cita pelanggan. Zeithaml et el, (1990) misalnya dikutip Yun, Yong, dan Loh (1998) menyatakan bahwa mutu pelayanan didefinisikan oleh pelanggan, yaitu kesesuaian antara harapan dan atau asa menggunakan kenyataan.

Konsepsi Pelayanan 
Kekuasaan dan kewenangan pemerintah bersumber berdasarkan rakyat. Oleh karenanya, maju atau mundurnya suatu pemerintah ditentukan dukungan rakyat. Untuk mempertahankan serta menaikkan pelayanan dibutuhkan dukungan, kepercayaan , loyalitas warga , seyogyanya aparat pemerintah dalam semua bidang dan taraf menerapkan suatu konsep pelayanan berwawasan dalam pemenuhan kebutuhan, keperluan, kepentingan masyarakat. Segala kebijakan, peraturan, program yang ditetapkan hendaknya berorientasi pada kepuasan masyarakat. 

Menurut Sianipar aparatur pemerintah hendaknya selalu lebih mengutamakan kepentingan warga , lebih mempercepat proses penyelesaian urusan masyarakat, menaruh yg lebih berkualitas, lebih baik, lebih murah, lebih cepat, lengkap dan tuntas. 

Aparat pemerintah hendaknya telah meninggalkan konsep menjual, yakni menawarkan secara militan produk-produk yg dihasilkan berupa kebijaksanaan, peraturan, acara yang belum tentu kondusif dengan kebutuhan masyarakat yang berubah cepat, asa dan kepuasan warga . Aparat wajib cepat tanggap terhadap tuntutan serta perubahan kebutuhan warga . Melakukan berbagai perbaikan, perubahan atas banyak sekali cara, prosedur kerja, peraturan, kebijakan, program pada semua bidang kehidupan.

Selanjutnya Sianipar mengungkapkan bahwa sejalan dengan konsepsi pelayanan yang berwawasan warga , maka ada cara pandang baru yakni merubah posisi warga yg dilayani dari pada bawah manajemen garis depan sebagai diatas manajemen. Konsepsi memposisikan warga dalam zenit manajemen, merupakan suatu cara pengaktualisasian fungsi aparatur pemerintah menjadi abdi masyarakat. Konsepsi ini juga adalah pencerminan pemikiran bahwa pelanggan merupakan raja. 

Semua aparatur pemerintah mereformasi konsepsi, wawasan berfikir, merubah paradigma, serta -prilaku mereka dari dilayani sebagai melayani. Melayani dengan cepat, tepat pada setiap level dibidang masing-masing sinkron dengan tugas utama dan fungsi. Cara kerja usang yang terkesan lamban diubah, dibuat sebagai pelayanan yang cepat, sempurna, lebih efektif, lebih efisien. Cara-cara berfikir yg kurang terbuka, yg kaku dalam mengartikan, menerapkan peraturan, disiplin, direformasi menjadi pemikir yg kreatif, inovatif, serta adaptif terhadap perubahan. Peraturan kebijakan yang kurang aman terhadap tuntutan warga , dikaji, disempurnakan, atau diganti.

Sistem Pelayanan Nasional 
Sebagai titik tolak, esensi pada penyelenggaraan pelayanan publik yg perlu disadari merupakan masalah pelayanan publik bersumber pada :
  • Adanya kewajiban dalam pihak administrasi negara buat menjalankan fungsi dan wewenangnya dari prinsip-prinsip pemerintahan yang baik serta higienis.
  • Adanya pengakuan terhadap hak-asasi setiap warganegara atas pemerintahan, konduite administratif, serta kualitas hasil pelayanan yg baik.
  • Adanya keanekaragaman jenis dan bidang pelayanan publik di Indonesia sebagai dampak menurut adanya keragaman urusan serta kepentingan rakyat yg harus dipenuhi. 
Terlepas berdasarkan perbedaan jenis serta bidang pelayanan pada atas, aktivitas pelayanan publik hampir selalu berkaitan dengan aplikasi tugas-tugas penyelenggaraan pemerintahan, pada mana semua tugas yang wajib diselenggarakan pada rangka merealisasikan kebijakan umum (public policies) pemerintah wajib bisa didelegasikan dalam pihak-pihak atau institusi tertentu yg mempunyai kewenangan (authority), kompetensi (competensi), serta sumber-asal daya (resources) buat menyelenggarakan pelayanan publik.

Sejalan dengan itu, beberapa hal utama yang selalu inheren menjadi ciri berdasarkan Pelayanan Publik serta Penyelenggaraan Pelayanan Publik (public servants) adalah : 
a. Umumnya diselenggarakan menjadi pengejawantahan dari dan dalam rangka realisasi kebijaksanaan negara yg ditujukan buat warga generik (dalam wujud penetapan hak dan kewajiban bagi masyarakat warga ) yg ditetapkan melalui aturan-aturan serta perundang-undangan.
b. Diselenggarakan sang petugas-petugas atau instansi yg berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan diberi kewenangan serta diwajibkan buat memenuhi kualifikasi eksklusif dalam memberikan pelayanan. 
c. Menyangkut penyelenggaraan pelayanan kepada rakyat yang dijalankan berdasarkan kerangka prosedural eksklusif yg telah distandarisasi berdasarkan segi kinerja juga kualitasnya.
d. Menyangkut pelbagai urusan serta kepentingan rakyat dalam aneka macam bidang kehidupan pemenuhannya menjadi tanggung jawab negara, serta penyelenggaraannya dapat berkenaan dengan pelayanan administratif, penyediaan barang, penyediaan jasa bagi warga atau gabungan berdasarkan jenis-jenis pelayanan itu.
e. Tingkat keberhasilannya diukur berdasarkan tingkat kepuasan warga penerima pelayanan, baik berdasarkan segi kualitas pelayanan, praktikabilitas, tingkat biaya pelayanan yg harus dimuntahkan, kualitas produk (barang/jasa/status), taraf responsitivitas terhadap keanekaragaman kepentingan dan kebutuhan warga , serta tingkat responsivitas terhadap keluhan-keluhan yg disampaikan oleh masyarakat.
f. Selalu harus diselenggarakan dari standar kualitas output kerja eksklusif yang mengikat para penyelenggara pelayanan publik sebagai akibatnya dapat dijamin pencapaian tingkat kepuasan masyarakat penerima pelayanan publik yang minimal seragam secara nasional dan atau seragam pada pelbagai sektor pelayanan publik yang terdapat.
g. Selalu berhadapan menggunakan pluralitas di dalam rakyat, baik menurut segi kepentingan (interest), kebutuhan (necessities), latar belakang ekonomi, sosial, politik, budaya serta sebagainya, sebagai akibatnya dalam penyelenggaraannya tercakup pula adanya jaminan buat bersifat non-diskriminatif, proporsional, obyektif dan imparsial. Artinya, apabila terdapat defleksi hanya dapat dibenarkan bila terdapat justifikasinya pada dalam hukum.
h. Lantaran pada tingkat realisasinya dilaksanakan oleh petugas atau pejabat publik tertentu, adanya standar konduite yg mencakup baku etik juga manajerial dalam wujud code of good conduct menjadi keharusan. Standar semacam itu sebagai panduan perilaku bagi para petugas/pejabat serta panduan penilaian terhadap pemenuhan hak-hak rakyat buat memperoleh pelayanan prima.

Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa Sistem Penyelenggaraan Pelayanan Publik Indonesia perlu bersinergi serta saling mengisi dalam mendukung bekerjanya holistik sistem itu secara optimal. Faktor-faktor penentu meliputi :

a) Regulasi tentang Pelayanan Publik
Regulasi pelayanan publik berwujud seperangkat peraturan perundang-undangan, yang sebagian besar adalah kaidah-kaidah hukum administrasi negara, yang memberikan dasar aturan berdasarkan beroperasinya sistem palayanan publik. Peraturan-peraturan hukum yg sebagai dasar keabsahan merupakan :
  1. Keberadaan aturan (sah existence) institusi-institusi administrasi negara penyelenggara pelayanan publik.
  2. Bekerjanya struktur organisasi, pengisian jabatan dan fungsi penyelenggara pelayanan publik dengan pejabat dengan kualifikasi serta kompetensi tertentu.
  3. Penetapan dan pelaksanaan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak-hak penyelenggaraan pelayanan publik.
  4. Pengakuan kedudukan, dan penegakan hak, kewajiban, dan tanggung jawab warga rakyat pengguna pelayanan jasa publik.
  5. Penetapan berlakunya proses/prosedur penyeleng- garaan pelayanan jasa publik serta baku minimum pelayanan (tolok ukur kinerja/hasil kerja kualitas produk) termasuk indeks kepuasan warga serta proses/prosedur pengajuan dan pelayanan keluhan publik (publik complaint/public grievance).
  6. Berlakunya standar konduite (standard of conduct) para penjabat penyelenggara pelayanan publik.
b) Asas-asas Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Dimaksud menggunakan asas-asas penyelenggaraan pelayanan publik merupakan prinsip-prinsip dasar yg sebagai acuan pada pengorganisasian, acuan kerja, serta pedoman evaluasi kerja bagi setiap forum penyelenggara pelayanan publik. Asas-asas penyelenggaraan mengkategorikan menjadi asas-asas umum administrasi publik yang baik (general principles of good administra-tion) dan azas bersifat adaptif.

Bersifat umum lantaran asas ini secara eksklusif menyentuh hakekat pelayanan publik menjadi wujud berdasarkan upaya melaksanakan tugas pemerintah pada pemenuhan kebutuhan rakyat poly serta/atau tugas pelaksanaan perintah peraturan perundang-undangan.

Bersifat adaptif, karena asas-asas ini secara tidak langsung bersentuhan menggunakan hadiah pelayanan pada masyarakat generik, baik di bidang pelayanan administratif, pelayanan jasa, pelayanan barang, ataupun kombinasi dari pelayanan-pelayanan tersebut. 

Menurut Cadbury Committee pada Inggris ( 1992) Asas-asas utama, yg inheren secara inherent dalam esensi Pelayanan Publik merupakan : 
1) Asas Keterbukaan (openness)
Keterbukaan sebagai galat satu asas primer buat mengklaim bahwa para stakeholders yg mengandalkan proses pengambilan keputusan, tindakan-tindakan sang institusi publik, pengelolaan kegiatan, serta pengelolaan asal daya manusia pada melaksanakan pelayanan publik. Keterbukaan (mungkin setara dengan asas transparansi) yang diwujudkan melalui pelatihan komunikasi secara penuh, naratif dan jelas menggunakan para stakeholders yg sebagai galat satu prinsip utama menurut suatu good governance.

2) Asas Integritas 
Integritas mengandung makna ”berurusan secara pribadi” (straightforward dealings) serta ketuntasan (completeness) dalam aplikasi fungsi-fungsi pelayanan publik. Asas moral yang mendasari asas integritas ini terutama merupakan kejujuran, obyektivitas serta standar kesantunan yang tinggi, dan tanggung jawab atas penggunaan dana-dana dan asal daya publik.

3) Asas Akuntabilitas 
Asas ini berkenaan dengan proses pada mana unit-unit pelayanan publik serta orang-orang yg berfungsi di dalamnya harus bertanggung jawab atas keputusan serta tindakan yang dibuatnya. Singkatnya, akuntabilitas melahirkan kewajiban buat bertanggung jawab atas fungsi serta wewenang yang secara sah dipercayakan kepada setiap public servant.

4) Asas Legalitas 
Berdasarkan asas lawfulness ini, setiap tindakan, pengambilan keputusan, dan aplikasi fungsi suatu institusi pelayanan publik harus sejalan menggunakan peraturan perundang-undangan yg berlaku, dan dijalankan sesuai dengan aturan serta prosedur yg ditetapkan dari peraturan perundang-undangan. 

6) Asas Non-Diskriminasi dan Perlakuan yang Sama 
Institusi penyelenggara pelayanan publik wajib bekerja atas dasar prinsip hadiah pelayanan yg sama dan setara pada warga , tanpa membedakan gender, ras, kepercayaan /kepercayaan , kemampuan fisik, aspirasi politik, dan sebagainya.

7) Asas Proporsionalitas 
Asas ini meletakkan kewajiban pada setiap penyeleng- gara pelayanan publik buat menjamin bahwa beban yg harus ditanggung sang masyarakat pengguna jasa layanan publik dampak tindakan-tindakan yang diambil institusi pelayanan publik berbanding proporsional menggunakan tujuan dan manfaat yg hendak diperoleh rakyat. Asas ini berkaitan erat menggunakan beban administratif, porto serta saat pelayanan yg harus ditanggung sang rakyat bila mereka hendak memperoleh pelayanan publik.

8) Asas Konsistensi 
Berdasarkan asas ini, rakyat warga dan/atau stakeholders layanan publik pada umumnya memperoleh jaminan bahwa institusi pelayanan publik akan bekerja secara konsisten sesuai pola kerjanya yg normal pada konduite administratifnya. Penyimpangan terhadap asas ini (dispensasi, perlakuan spesifik, serta sebagainya) wajib memperoleh pembenarannya secara sah (duly justified).