RUMUS LISTRIK 3 PHASE 380 VOLT KE 1 PHASE 220 VOLT

Listrik 3 phase 382 volt jadi listrik 1 phase 220 volt - Bagaimana bisa listrik tiga phase jadi 1 phase? Kenapa listrik 3 phase itu 380 volt? Pertanyaan2 misalnya ini umum di temui oleh para pekerja listrik, sebagian pertanyaan dari dari konsument yang ingin pandai dan sebagian lagi datang para electrical pemula yang sedang belajar listrik tiga phase. Nah malam ini saya akan menunjukkan sedikit ilmu listrik 3 phase dengan rumus perhitungan nya.
Bagaimana cara merubah listrik tiga phase ke 1 phase dan sebalik nya listrik 1 phase ke tiga phase? Untuk merubah listrik 1 phase ke tiga phase pada butuhkan sebuah indera yg pada sebut dengan inverter (Inverter 1 phase Ke 3 Phase) sedangkan buat merubah listrik tiga phase ke 1 phase tidak pada butuhkan inverter listrik atau indera apapun. Kenapa demikian? Simak pembahasan mengenai rumus-rumus listrik tiga phase berikut adalah.
Dalam praktek pengerjaan listrik 3 phase ke 1 phase mampu anda pahami pada artikel saya yang sebelum nya "Control Panel tiga Phase jadi 1 Phase", Tetapi buat mengetahui secara persis rumus listrik tiga phase dan perhitungan nya anda wajib sabar membaca artikel ini hingga selesai.

Tegangan listrik 3 phase generik-nya dinotasikan menggunakan dawai R - S - T, Jika dilakukan pengukuran antar pahse (phase to phase) menggunakan alat Volt meter maka akbar tegangan menurut phase R ke phase S atau R-T dan S-T akan menerangkan nomor 380 Volt. Akan tetapi jika keliru satu phase saja yang dihubungkan dengan N (Netral) maka besar tegangan yang didapatkan merupakan 220 volt, baik itu phase R ke N (netral) atau S-N serta T-N.

Perhitungan Listrik 3 Phase Menjadi 1 Phase

Pada jaringan listrik 3 fase 380 V terdapat sudut phase antara R - S - T yaitu berselisih 120°. Apabila digambarkan maka listrik 3 phase akan terlihat misalnya gambar dibawah ini.
Sekarang coba kita ambil keliru satu sudut saja dari ketiga sudut 120° sebagai akibatnya sebagai seperti terlihat dalam gambar di bawah ini.
Kemudian kita pakai aturan "rumus" segitiga, dimana jumlah sudut yang ada dalam segitiga adalah sebanyak 180°, diperoleh sudut RTN serta TRN masing-masing sebesar (180°-120°) / dua = 30°
Kemudian kita akan memakai aturan sinus, buat membuktikan bahwa bila galat satu phase misal nya "T" dari RST listrik tiga phase dengan perhitungan sinus misalnya terlihat di bawah ini:
380 V / sin 120° = TN / sin 30°
380 V sin 30° = TN sin 120°
190 V = 0,886 TN
TN = 190 V / 0,866
TN = 220 V
Nah, kini telah kentara bukan bahwa teori listrik 3, apabila galat satu phase saja yang dihubungkan ke titik netral "N" maka akan membentuk besar tegangan yaitu 220 volt. Begitulah kira-kira teori tegangan listrik tiga Fase 380 V sanggup menjadi 1 fase 220 V. Perhitungan matematika yang ajaib bukan...!
Aku galau nih Listrik 1 Phase 220 Volt, kenapa listrik 3 Phase jadi 380 Volt serta bukan 660 Volt?
Tegangan listrik 220 volt merupakan tegangan antar phasa "L atau Api" menggunakan netral "N" yang generik disebut dengan listrik single phase. Sedangkan listrik tiga phase 380 volt adalah tegangan listrik antar dawai phasa dengan dawai  phasa. Sebagian orang mungkin berfikir bahwa listrik 3 phase adalah listrik 1 phase 220 volt di kali tiga = 660 volt. Tentu saja ini galat serta yang lebih tepat merupakan 380 volt merupakan akar 3 dari 220, Mari kita simak rekayasa matematika ini dia.
Listrik 3 phase terdiri menurut 4 kawat penghantar yaitu  RST serta N (netral) Seperti terlihat dari gambar no i (gambar paling atas) masing-masing kabel R, S, T mempunyai phase sinusodial gelombang listrik sebesar 120 derajat. Dengan demikian maka masih ada tiga vektor dalam listrik tiga phase, anggap saja seperti grafik xyz. Dimana resultan vektornya adalah menjadi berikut: kita pakai rumus phytagoras
V^dua = x^dua + y^2 +z^2
Jika masing X,Y dan Z adalah 220 volt
Maka V = akar (tiga x 220^dua)
= 381 volt.
Bingung ya? Ya telah pribadi ke praktek kerja nya saja, utama nya kalo listrik 3 phase jika keliru satu phase nya R atau S atau T terserah yang mana saja pokok nya galat satu kawat saja yg dihubungkan dengan N "Netral" maka besar tegangan nya adalah 220 volt (Menjadi listrik 1 phase). Lihat diagram panel listrik tiga phase ke single phase.

TEGANGAN LISTRIK PADA JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

Seberapa Besar Tegangan Listrik dalam Jaringan Transmisi dan jaringan Distribusi, sebelum hingga ke rumah-rumah?
Listrik sebagai suatu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari, dan Listrik yang sampai di tempat tinggal kita serta yang biasa kita pakai, dalam umumnya memakai listrik AC (arus bolak-balik ) menggunakan tegangan listrik 220 VAC (220 Volt AC).
Lalu, berdasarkan mana sebenarnya listrik tersebut bisa sampai pada tempat tinggal kita ?
Pastinya, listrik yg hingga di rumah-tempat tinggal kita asal menurut suatu pembangkit listrik, dan tentunya Pembangkit listrik tersebut mempunyai kemampuan daya yang sangat akbar, sehingga bisa menyediakan kebutuhan listrik semua tempat tinggal pada satu desa, kecamatan bahkan satu Kabupaten.
Terdapat berbagai jenis pembangkit listrik yang biasa digunakan buat membuat Tenaga listrik sehingga bisa hingga pada instalasi di rumah kita , serta bisa kita rasakan aneka macam manfaat berdasarkan listrik tersebut.
Pembangkit listrik yang dipakai, diantaranya :
  • PLTD atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
  • PLTA atau Pembangkit Listrik Tenaga Air
  • PLTU atau pembangkit Listrik Tenaga Uap
  • PLTG atau Pembangkit Listrik Tenaga Gas
  • Dan aneka macam jenis pembangkit listrik lainnya.

Untuk bisa menyediakan asal listrik dengan akbar tegangan listrik 220 VAC hingga pada instalasi tempat tinggal kita masing-masing, tentunya dibutuhkan besar tegangan listrik yg lebih akbar menurut tegangan 220 VAC yg didapatkan berdasarkan sumber pembangkit listrik utama.
Mengingat jarak yg sangat jauh antara sumber pembangkit listrik primer sampai hingga pada konsumen atau instalasi tempat tinggal kita, pastinya diharapkan tegangan listrik yang sangat besar supaya tegangan listrik yang hingga pada tempat tinggal kita stabil dan sanggup permanen mencapai tegangan 220 VAC.

Kenapa tegangan listrik jaringan Transmisi menggunakan tegangan listrik yg sangat akbar?

Tegangan listrik dalam jaringan Transmisi serta distribusi Listrik menggunakan tegangan yg sangat besar , bahkan dalam jaringan Transmisi Tegangan listriknya mencapai seratus ribu lebih Volt, Hal ini memiliki tujuan, antara lain :
  1. Untuk mencegah kerugian tegangan (Drop Voltage)
  2. Untuk mencegah kerugian daya.
  3. Untuk memperkecil kebutuhan diameter penampang dawai atau kabel penghantar.
Baca juga: Rumus serta cara menghitung Rugi tegangan (Drop Voltage)
Pada umumnya lokasi asal pembangkit listrik yang dipakai memiliki jeda yang sangat jauh sebelum hingga dalam konsumen atau ke tempat tinggal -rumah kita.
Jarak yg sangat jauh ini akan mengakibatkan kerugian tegangan (Drop Voltage) yang besar juga.
Sehingga buat mencegah kerugian daya dan tegangan yang diakibatkan lokasi jaringan transmisi serta jaringan distribusi listrik yang sangat jauh, maka dibutuhkan tegangan menurut pembangkit listrik yang besar agar kerugian tegangan tadi bisa diatasi.
Disamping itu, supaya ukuran diameter penampang kawat atau kabel penghantar yg digunakan nir terlalu akbar, maka tegangan listrik dari sumber pembangkit menggunakan tegangan yang besar .
Apa hubungannya besar tegangan listrik menggunakan ukuran diameter penghantar yang dibutuhkan ?
Besarnya tegangan listrik sangat berpengaruh terhadap kebutuhan akbar kecilnya ukuran penampang dawai atau kabel penghantar.
"Dengan besar beban atau daya yang sama, maka semakin besar tegangan listrik akan semakin mini arus yang dihasilkan, dan semakin mini arus yg mengalir tentunya akan semakin mini diameter penampang penghantar yang dibutuhkan".
Kenapa semakin besar tegangan listrik, kabel yg digunakan semakin kecil ?
Penjelasannya bisa kita lihat berdasarkan perhitungan di bawah ini.
Rumus daya :
P = V x I
  • P = daya (Watt)
  • V = Tegangan (Volt)
  • I = Arus (ampere)

Untuk menampakan hubungan antara besar tegangan listrik menggunakan akbar arus, mampu kita lihat contoh perhitungan berikut:
Contoh pertama:
Jika suatu instalasi menggunakan daya listrik sebanyak 2200 watt, dengan tegangan listrik 220 Volt, maka Arus yang mengalir pada instalasi tadi adalah :
P = V x I
  • 2200 watt = 220 Volt x I
  • I = 2200 watt / 220 Volt
  • I = 10 Ampere

Contoh ke 2:
Jika suatu instalasi menggunakan daya listrik yg sama yaitu sebanyak 2200 watt, namun menggunakan tegangan listrik yg lebih akbar yaitu 2200 Volt, maka arus dalam instalasi listrik tadi adalah :
P = V x I
  • 2200 watt = 2200 Volt x I
  • I = 2200 watt / 2200 Volt
  • I = 1 Ampere.

Kesimpulan:
Pada model pertama, dengan menggunakan tegangan 220 Volt, daya 2200 Watt, akbar Arus = 10 Ampere, Lalu pada model kedua dengan menggunakan tegangan 2200 Volt, daya permanen 2200 Watt, Arus yg didapatkan menjadi lebih kecil, yaitu: 1 Ampere.
"Semakin akbar tegangan listrik yang dipakai, semakin mini Arus listrik (Ampere) yg dihasilkan, dengan daya atau beban yang sama".
Oleh karena itu, supaya berukuran atau diameter penampang penghantar listrik yg dibutuhkan menjadi penghantar pada jaringan Transmisi serta distribusi listrik tidak menggunakan berukuran penghantar yang sangat besar , maka caranya adalah menggunakan menggunakan tegangan listrik yg lebih akbar bahkan mencapai ratusan ribu volt.
Besar kecilnya berukuran penampang suatu kabel penghantar listrik dipengaruhi menggunakan seberapa akbar arus listrik yang melewati penghantar tersebut.
Cara menentukan ukuran Kabel listrik
Setiap ukuran atau diameter penampang penghantar listrik mempunyai batas kemampuan hantar Arus (KHA).
Sebagai contoh, jika kita lihat menurut tabel KHA penghantar listrik berbahan tembaga, suatu penghantar listrik menggunakan diameter penghantar sebesar 120 mm2 memiliki kemampuan hantar arus (KHA) sebesar 292 Ampere.
Bisa kita bayangkan jika pembangkit listrik dari jaringan transmisi atau distribusi memakai tegangan listrik 220 VAC, dengan beban daya mencapai 10 megawatt (10.000.000 watt), maka Arus yg didapatkan sebanyak :
P = V x I
  • 10.000.000 watt = 220 Volt x I
  • I = 10.000.000 watt / 220 Volt
  • I = 45.454,lima Ampere

Dengan arus sebanyak 45.454,lima ampere. Lalu seberapa akbar ukuran diameter penampang kabel penghantar listrik yg diharapkan ?
Tentunya dengan arus sebanyak itu membutuhkan diameter penampang penghantar listrik yang sangat besar , hal ini akan membutuhkan porto yang sangat akbar, serta bahkan pemasangan jaringan akan sangat sulit.
Oleh lantaran itulah buat memperkecil kebutuhan diameter penampang kabel penghantar menggunakan beban daya yg sangat akbar, diharapkan tegangan listrik berdasarkan pembangkit jaringan Transmisi atau distribusi yang sangat besar , bahkan hingga ratusan ribu Volt.
Coba kita hitung seberapa akbar arus yang dihasilkan apabila jaringan Transmisi atau distribusi listrik menggunakan tegangan listrik 24.000 Volt (24 KV). Dengan beban daya 10.000.000 Watt.
Maka:
P = V x I
  • 10.000.000 watt = 24.000 Volt x I
  • I = 10.000.000 watt / 24.000 Volt
  • I = 416,6 Ampere.

Dengan menggunakan tegangan 24.000 Volt (24 KV), maka akbar arus yg dihasilkan hanya sebanyak 416,6 Ampere. Sehingga kebutuhan diameter penampang bisa diperkecil jika tegangan listrik diperbesar.
Berikut gambaran suatu pembangkit listrik dan jaringan distribusi hingga pada jaringan listrik yang kita pakai pada rumah-rumah.

Alur Jaringan listrik berdasarkan asal pembangkit hingga kepada konsumen atau rumah-rumah.
  • Pembangkit Listrik
Pembangkit listrik membuat tegangan listrik sebanyak 6.000 Volt (6 KV) hingga dengan 24.000 Volt (24 KV).
  • Jaringan Transmisi
Lalu dalam gardu Induk Trasnmisi Tegangan ini dinaikkan sebagai sebesar 70.000 Volt (70 KV) sampai dengan 500.000 Volt (500 KV) dengan memakai Transformartor penaik tegangan (Trafo Step-Up) jaringan ini diklaim menggunakan jaringan Transmisi.
  • Jaringan Distribusi Primer
Lalu pada gardu induk Distribusi Tegangan jaringan Transmisi diturunkan sebagai 20.000 Volt (20 KV) menggunakan Transformator penurun tegangan (Trafo Step-Down) jaringan ini diklaim dengan jaringan distribusi Primer.
  • Jaringan Distribusi Sekunder
Pada jaringan distribusi, mulai dilakukan pembagian – pembagian beban daya listrik sinkron menggunakan lokasi dan kebutuhan, lalu pembagian jaringan distribusi ini.
Sebelum hingga pada konsumen di rumah-rumah, tegangan 20.000 Volt (20 KV) diturunkan lagi menjadi 380 Volt (Phase – Phase) atau 220 Volt (Phase – Netral), menggunakan Transformator penurun tegangan (Trafo Step-Down).
Tegangan listrik inilah yg hingga ke rumah-tempat tinggal kita. Jaringan ini dianggap menggunakan jaringan Distribusi Sekunder.
Tingkatan besar tegangan listrik dalam jaringan Transmisi serta distribusi
Beberapa jenis tegangan pada Jaringan Transmisi, Jaringan Distribusi Primer serta Jaringan Distribusi Sekunde, diantaranya:
  • SUTET: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, dengan akbar tegangan listrik 200 KV hingga 500 KV.
  • SUTT: Saluran Udara Tegangan Tinggi, menggunakan besar tegangan listrik 30 KV sampai 150 KV.
  • JDTM: Jaringan distribusi Tegangan menengah, akbar tegangan kurang lebih 6 KV sampai 20 KV.
  • JDTR: Jaringan distribusi tegangan rendah, besar tegangan kurang lebih 380 Volt (Fasa - fasa) serta 220 Volt (Fasa - Netral).

Catatan:
Perhitungan daya diatas memakai rumus daya listrik 1 Phase yaitu:
  • P = V x I

Sedangkan buat rumus perhitungan daya listrik 3 Phase, bisa memakai rumus , yaitu:
  • P = V x I x Cosphi x √3

Demikianlah artikel tentang kenapa jaringan transmisi dan jaringan distribusi memakai tegangan yang sangat besar , hingga ratusan ribu Volt.
Semoga artikel ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan sebagai warta yang bermanfaat buat kita semua !
CARA FLEXI
dikutip menurut berbagai asal

TEGANGAN LISTRIK PADA JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

Seberapa Besar Tegangan Listrik pada Jaringan Transmisi serta jaringan Distribusi, sebelum hingga ke tempat tinggal -rumah?
Listrik sebagai suatu kebutuhan yang sangat krusial dalam kehidupan kita sehari-hari, serta Listrik yg hingga di rumah kita dan yg biasa kita gunakan, dalam umumnya menggunakan listrik AC (arus bolak-balik ) dengan tegangan listrik 220 VAC (220 Volt AC).
Lalu, dari mana sebenarnya listrik tersebut sanggup hingga pada tempat tinggal kita ?
Pastinya, listrik yg hingga pada tempat tinggal -rumah kita asal menurut suatu pembangkit listrik, serta tentunya Pembangkit listrik tersebut mempunyai kemampuan daya yang sangat besar , sebagai akibatnya bisa menyediakan kebutuhan listrik seluruh rumah pada satu desa, kecamatan bahkan satu Kabupaten.
Terdapat aneka macam jenis pembangkit listrik yg biasa dipakai buat menghasilkan Tenaga listrik sehingga sanggup sampai pada instalasi pada tempat tinggal kita , dan bisa kita rasakan banyak sekali manfaat berdasarkan listrik tersebut.
Pembangkit listrik yg digunakan, antara lain :
  • PLTD atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
  • PLTA atau Pembangkit Listrik Tenaga Air
  • PLTU atau pembangkit Listrik Tenaga Uap
  • PLTG atau Pembangkit Listrik Tenaga Gas
  • Dan banyak sekali jenis pembangkit listrik lainnya.

Untuk dapat menyediakan sumber listrik menggunakan akbar tegangan listrik 220 VAC sampai dalam instalasi tempat tinggal kita masing-masing, tentunya diharapkan besar tegangan listrik yg lebih akbar menurut tegangan 220 VAC yg didapatkan dari asal pembangkit listrik primer.
Mengingat jeda yg sangat jauh antara sumber pembangkit listrik primer sampai sampai dalam konsumen atau instalasi tempat tinggal kita, pastinya dibutuhkan tegangan listrik yang sangat besar agar tegangan listrik yang sampai di tempat tinggal kita stabil serta mampu tetap mencapai tegangan 220 VAC.

Kenapa tegangan listrik jaringan Transmisi menggunakan tegangan listrik yg sangat akbar?

Tegangan listrik pada jaringan Transmisi dan distribusi Listrik memakai tegangan yg sangat besar , bahkan dalam jaringan Transmisi Tegangan listriknya mencapai ratusan ribu Volt, Hal ini memiliki tujuan, diantaranya :
  1. Untuk mencegah kerugian tegangan (Drop Voltage)
  2. Untuk mencegah kerugian daya.
  3. Untuk memperkecil kebutuhan diameter penampang kawat atau kabel penghantar.
Baca pula: Rumus dan cara menghitung Rugi tegangan (Drop Voltage)
Pada umumnya lokasi asal pembangkit listrik yang dipakai memiliki jeda yg sangat jauh sebelum sampai dalam konsumen atau ke tempat tinggal -rumah kita.
Jarak yang sangat jauh ini akan mengakibatkan kerugian tegangan (Drop Voltage) yang akbar jua.
Sehingga buat mencegah kerugian daya serta tegangan yg diakibatkan lokasi jaringan transmisi serta jaringan distribusi listrik yang sangat jauh, maka dibutuhkan tegangan menurut pembangkit listrik yg akbar supaya kerugian tegangan tadi bisa diatasi.
Disamping itu, agar berukuran diameter penampang dawai atau kabel penghantar yg dipakai nir terlalu besar , maka tegangan listrik dari asal pembangkit memakai tegangan yang akbar.
Apa hubungannya akbar tegangan listrik menggunakan ukuran diameter penghantar yang diperlukan ?
Besarnya tegangan listrik sangat berpengaruh terhadap kebutuhan besar kecilnya berukuran penampang dawai atau kabel penghantar.
"Dengan akbar beban atau daya yang sama, maka semakin akbar tegangan listrik akan semakin kecil arus yg dihasilkan, serta semakin mini arus yg mengalir tentunya akan semakin kecil diameter penampang penghantar yg dibutuhkan".
Kenapa semakin akbar tegangan listrik, kabel yg dipakai semakin mini ?
Penjelasannya bisa kita lihat dari perhitungan di bawah ini.
Rumus daya :
P = V x I
  • P = daya (Watt)
  • V = Tegangan (Volt)
  • I = Arus (ampere)

Untuk menunjukkan hubungan antara akbar tegangan listrik menggunakan akbar arus, sanggup kita lihat contoh perhitungan berikut:
Contoh pertama:
Jika suatu instalasi memakai daya listrik sebanyak 2200 watt, dengan tegangan listrik 220 Volt, maka Arus yg mengalir pada instalasi tadi merupakan :
P = V x I
  • 2200 watt = 220 Volt x I
  • I = 2200 watt / 220 Volt
  • I = 10 Ampere

Contoh kedua:
Jika suatu instalasi memakai daya listrik yang sama yaitu sebesar 2200 watt, namun menggunakan tegangan listrik yg lebih besar yaitu 2200 Volt, maka arus pada instalasi listrik tersebut adalah :
P = V x I
  • 2200 watt = 2200 Volt x I
  • I = 2200 watt / 2200 Volt
  • I = 1 Ampere.

Kesimpulan:
Pada model pertama, dengan menggunakan tegangan 220 Volt, daya 2200 Watt, besar Arus = 10 Ampere, Lalu dalam model kedua menggunakan memakai tegangan 2200 Volt, daya permanen 2200 Watt, Arus yg dihasilkan sebagai lebih kecil, yaitu: 1 Ampere.
"Semakin besar tegangan listrik yang digunakan, semakin mini Arus listrik (Ampere) yang dihasilkan, dengan daya atau beban yg sama".
Oleh karena itu, supaya berukuran atau diameter penampang penghantar listrik yg diharapkan menjadi penghantar dalam jaringan Transmisi serta distribusi listrik nir menggunakan berukuran penghantar yang sangat akbar, maka caranya merupakan menggunakan memakai tegangan listrik yg lebih besar bahkan mencapai ratusan ribu volt.
Besar kecilnya berukuran penampang suatu kabel penghantar listrik ditentukan dengan seberapa besar arus listrik yg melewati penghantar tersebut.
Cara memilih berukuran Kabel listrik
Setiap berukuran atau diameter penampang penghantar listrik memiliki batas kemampuan hantar Arus (KHA).
Sebagai contoh, jika kita lihat berdasarkan tabel KHA penghantar listrik berbahan tembaga, suatu penghantar listrik dengan diameter penghantar sebesar 120 mm2 mempunyai kemampuan hantar arus (KHA) sebesar 292 Ampere.
Bisa kita bayangkan apabila pembangkit listrik dari jaringan transmisi atau distribusi menggunakan tegangan listrik 220 VAC, dengan beban daya mencapai 10 megawatt (10.000.000 watt), maka Arus yang dihasilkan sebesar :
P = V x I
  • 10.000.000 watt = 220 Volt x I
  • I = 10.000.000 watt / 220 Volt
  • I = 45.454,5 Ampere

Dengan arus sebesar 45.454,5 ampere. Lalu seberapa besar berukuran diameter penampang kabel penghantar listrik yg diperlukan ?
Tentunya menggunakan arus sebanyak itu membutuhkan diameter penampang penghantar listrik yang sangat akbar, hal ini akan membutuhkan biaya yg sangat besar , serta bahkan pemasangan jaringan akan sangat sulit.
Oleh karena itulah untuk memperkecil kebutuhan diameter penampang kabel penghantar menggunakan beban daya yg sangat besar , diperlukan tegangan listrik menurut pembangkit jaringan Transmisi atau distribusi yang sangat akbar, bahkan hingga ratusan ribu Volt.
Coba kita hitung seberapa besar arus yang didapatkan bila jaringan Transmisi atau distribusi listrik menggunakan tegangan listrik 24.000 Volt (24 KV). Dengan beban daya 10.000.000 Watt.
Maka:
P = V x I
  • 10.000.000 watt = 24.000 Volt x I
  • I = 10.000.000 watt / 24.000 Volt
  • I = 416,6 Ampere.

Dengan menggunakan tegangan 24.000 Volt (24 KV), maka besar arus yang didapatkan hanya sebanyak 416,6 Ampere. Sehingga kebutuhan diameter penampang dapat diperkecil apabila tegangan listrik diperbesar.
Berikut gambaran suatu pembangkit listrik dan jaringan distribusi sampai pada jaringan listrik yang kita gunakan di rumah-rumah.

Alur Jaringan listrik menurut asal pembangkit sampai kepada konsumen atau tempat tinggal -tempat tinggal .
  • Pembangkit Listrik
Pembangkit listrik membuat tegangan listrik sebesar 6.000 Volt (6 KV) sampai dengan 24.000 Volt (24 KV).
  • Jaringan Transmisi
Lalu dalam gardu Induk Trasnmisi Tegangan ini dinaikkan menjadi sebanyak 70.000 Volt (70 KV) hingga menggunakan 500.000 Volt (500 KV) menggunakan memakai Transformartor penaik tegangan (Trafo Step-Up) jaringan ini diklaim menggunakan jaringan Transmisi.
  • Jaringan Distribusi Primer
Lalu pada gardu induk Distribusi Tegangan jaringan Transmisi diturunkan menjadi 20.000 Volt (20 KV) memakai Transformator penurun tegangan (Trafo Step-Down) jaringan ini disebut dengan jaringan distribusi Primer.
  • Jaringan Distribusi Sekunder
Pada jaringan distribusi, mulai dilakukan pembagian – pembagian beban daya listrik sinkron menggunakan lokasi dan kebutuhan, kemudian pembagian jaringan distribusi ini.
Sebelum sampai dalam konsumen di tempat tinggal -rumah, tegangan 20.000 Volt (20 KV) diturunkan lagi sebagai 380 Volt (Phase – Phase) atau 220 Volt (Phase – Netral), menggunakan Transformator penurun tegangan (Trafo Step-Down).
Tegangan listrik inilah yg hingga ke tempat tinggal -rumah kita. Jaringan ini disebut menggunakan jaringan Distribusi Sekunder.
Tingkatan akbar tegangan listrik pada jaringan Transmisi dan distribusi
Beberapa jenis tegangan dalam Jaringan Transmisi, Jaringan Distribusi Primer dan Jaringan Distribusi Sekunde, diantaranya:
  • SUTET: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, menggunakan akbar tegangan listrik 200 KV hingga 500 KV.
  • SUTT: Saluran Udara Tegangan Tinggi, menggunakan besar tegangan listrik 30 KV sampai 150 KV.
  • JDTM: Jaringan distribusi Tegangan menengah, besar tegangan lebih kurang 6 KV hingga 20 KV.
  • JDTR: Jaringan distribusi tegangan rendah, besar tegangan sekitar 380 Volt (Fasa - fasa) serta 220 Volt (Fasa - Netral).

Catatan:
Perhitungan daya diatas menggunakan rumus daya listrik 1 Phase yaitu:
  • P = V x I

Sedangkan buat rumus perhitungan daya listrik 3 Phase, bisa menggunakan rumus , yaitu:
  • P = V x I x Cosphi x √3

Demikianlah artikel tentang kenapa jaringan transmisi serta jaringan distribusi menggunakan tegangan yg sangat akbar, hingga ratusan ribu Volt.
Semoga artikel ini dapat memberikan tambahan pengetahuan serta menjadi keterangan yg bermanfaat buat kita semua !
CARA FLEXI
dikutip berdasarkan banyak sekali asal

MENGHITUNG SATUAN WATT AMPERE DAN VOLT

Mengenal satuan Watt, Ampere serta Volt dalam sistem kelistrikan serta bagaimana Menghitung Satuan Ampere, Watt dan Volt
Terkadang muncul pertanyaan 1 Ampere itu berapa watt, atau 1 Watt berapa Ampere, 1 Volt berapa Ampere, 1 Ampere berapa Volt, 1 watt berapa Volt, serta sebagainya.
Bagi anda yg benar-sahih awam tentang ilmu kelistrikan tentu hal ini menjadi suatu hal yg masuk akal buat dipertanyakan, dan satu hal yang cita rasanya perlu buat kita ketahui.
Dalam ilmu listrik, kita memang mengenal berbagai satuan, serta diantara satuan-satuan listrik tersebut adalah Watt, Ampere serta Volt.
Baca pula: Berbagai satuan listrik serta penjelasannya
Apa sebenarnya yg diklaim dengan satuan Watt, Ampere serta Volt tadi? Dan bagaimana perhitungan antara Watt, Ampere serta Volt?
Untuk lebih mengenal satuan Watt, Ampere dan Volt, terlebih dahulu kita harus mengenal definisi dari masing-masing satuan listrik tersebut

Menghitung Satuan Watt, Ampere serta Volt


Watt
Watt adalah satuan listrik buat menyatakan besaran daya (Power) menurut banyak sekali alat-alat listrik, Satuan Watt biasa kita jumpai pada berbagai alat-alat listrik yang biasa dipakai di tempat tinggal , misalnya Lampu TL 36Watt, Setrika 300Watt, Mesin cuci 150Watt, Pompa air 250Watt, serta sebagainya.
Satuan Watt disini menyatakan seberapa besar daya listrik yang diperlukan buat menyalakan banyak sekali peralatan listrik tadi.
Selain itu, satuan Watt juga dapat kita temukan pada berbagai alat-alat listrik lainnya, misalnya Genset 1000Watt, Stabilizer 500Watt, dan sebagainya.
Satuan Watt disini menyatakan seberapa akbar daya listrik yang dapat dibebani atau ditanggung oleh berbagai indera listrik tersebut.
Ampere
Ampere adalah satuan listrik buat menyatakan besaran Arus listrik yang mengalir pada ketika alat listrik digunakan.
Satuan Ampere jua bisa kita jumpai dalam aneka macam alat-alat listrik pada tempat tinggal , Seperti MCB 2Ampere, Stopkontak 16Ampere, dan aneka macam peralatan listrik lainnya.
Satuan Ampere disini menyatakan seberapa besar arus listrik maksimal yg bisa dialirkan melalui indera listrik tersebut.
Selain itu, Satuan Ampere juga bisa kita jumpai pada berbagai peralatan listrik lainnya, seperti Setrika listrik 220watt/ 1 Ampere, Mesin cuci 450Watt / 2Ampere, dan sebagainya.
Satuan Ampere disini menyatakan besaran Arus yang mengalir waktu alat listrik tersebut dinyalakan.
Volt
Volt merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran Tegangan listrik yg dihasilkan atau diperlukan berdasarkan banyak sekali sumber listrik.
Satuan listrik bisa kita jumpai pada aneka macam indera listrik pada tempat tinggal , seperti pada Lampu tertulis 220Volt, Mesin Cuci 220Volt, dan sebagainya.
Satuan Volt disini menyatakan besaran tegangan listrik yg diharapkan buat menyalakan aneka macam alat listrik tadi.
Selain itu, Satuan Volt bisa kita jumpai pada berbagai pembangkit listrik, seperti Genset 220Volt, Genset 380 Volt/220Volt 3 fasa, dan sebagainya.
Satuan Volt disini menyatakan besaran tegangan listrik yg bisa dihasilkan berdasarkan banyak sekali pembangkit listrik tadi.
Lalu apa hubungan antara Watt, Ampere serta Volt?
Sebenarnya yg wajib kita ketahui pertama kali adalah Volt, sebagai satuan Tegangan listrik yg pertama kali didapatkan dari pembangkit (Genset/PLN), lantaran tanpa adanya Tegangan listrik maka tidak ada yg namanya Watt maupun Ampere.
Tegangan listrik dihasilkan menurut sebuah pembangkit listrik dengan prinsip kerja GGL, Tegangan yg didapatkan sebelum digunakan dianggap menggunakan GGL (E), lalu saat Tegangan listrik ini dialirkan ke banyak sekali alat listrik maka dianggap menggunakan Tegangan Jepit (V).
Baca pula: Perbedaan serta rumus perhitungan GGL serta Tegangan Jepit
Lalu ketika Tegangan dialirkan dalam suatu alat listrik, maka akan membuat Arus listrik yg diklaim menggunakan satuan Ampere.
Besaran Arus listrik yang mengalir berdasarkan sumber listrik menuju Alat listrik dipengaruhi sang seberapa besar nilai tahanan dalam suatu indera listrik tadi, serta hal ini biasa dianggap menggunakan Daya listrik dalam satuan Watt.
Semakin besar nilai Resistan (Ohm) pada suatu alat listrik, maka semakin kecil daya (Watt) yg diharapkan, serta semakin kecil juga arus listrik (Ampere) yang didapatkan, dengan akbar tegangan (Volt) permanen.
Semakin kecil nilai Resistan (Ohm) dalam suatu alat listrik, maka semakin akbar daya (Watt) yang diharapkan, serta semakin akbar pula arus listrik (Ampere) yg dihasilkan, menggunakan akbar tegangan (Volt) tetap.
Semakin Besar Tegangan listrik (Volt) yang dipakai, maka semakin kecil arus listrik (Ampere) yang dihasilkan menggunakan beban daya (Watt) yg sama.
Semakin mini Tegangan listrik (Volt) yang digunakan, maka semakin akbar arus listrik (Ampere) yang didapatkan dengan beban daya (Watt) yang sama.

Pernyataan diatas dapat kita buktikan dalam beberapa contoh perhitungan ini dia:
Contoh Perhitungan:
Suatu alat listrik memiliki nilai resistan sebanyak 100Ohm, lalu dialiri tegangan listrik sebanyak 220Volt, maka arus listrik yang mengalir adalah:
Hukum Ohm: V= I x R
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
R: Resistan (Ohm)
  • V = I x R
  • 220Volt = I x 100ohm
  • I = 220Volt : 100ohm
  • I = dua,2 Ampere

Lalu, Berapa Ampere Arus listrik yg dihasilkan apabila nilai Resistannya diperbesar sebagai 200ohm?
  • V = I x R
  • 220Volt = I x 200ohm
  • I = 220Volt : 200ohm
  • I = 1,1 Ampere

Kesimpulan: Semakin akbar nilai resistan maka semakin mini arus listrik yang mengalir (Tegangan tetap), begitu juga sebaliknya.
Lalu berapa besar Daya listrik (Watt), jika tegangan listriknya 220Volt dan arus listriknya dua,2Ampere?
Rumus Daya (Watt): P = V x I
P: Daya listrik (Watt)
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
  • P = V x I
  • P = 220Volt x dua,2Ampere
  • P = 484 Watt.

Lalu, Berapa akbar daya listrik (Watt) bila nilai arus listrik diperkecil sebagai 1,1 Ampere?
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 1,1Ampere
  • P = 264 Watt.

Kesimpulan: Semakin akbar Daya (Watt) maka semakin besar Arus listrik yg didapatkan (Tegangan permanen), begitu pula kebalikannya.
Lalu, bagaimana apabila Tegangan yg diubah menjadi lebih akbar atau lebih mini ?
Contoh perhitungan:
Jika Suatu instalasi listrik memerlukan daya listrik sebesar 484Watt, saat diberi tegangan listrik 220Volt maka membuat arus listrik sebanyak dua,2Ampere, lalu berapa arus listrik yg didapatkan jika tegangan diubah sebagai 380Volt?
  • P = V x I
  • 484Watt = 380Volt x I
  • I = 484Watt : 380Volt
  • I = 1,27 Ampere.

Kesimpulan, Semakin akbar tegangan listrik yg dipakai, maka semakin kecil arus listrik yang mengalir (menggunakan besar daya permanen).
Namun perlu diingat, buat membarui tegangan ini hanya dipakai dalam beberapa jaringan dari sumber pembangkit menuju Trafo, kemudian diturunkan balik sinkron dengan akbar tegangan listrik yg diharapkan sebelum dialirkan ke Alat listrik.
Jika alat listrik tertulis 220Volt, maka nir bisa digunakan dengan tegangan 380Volt.

Dari perhitungan diatas, maka kita bisa menghitung 1 Ampere berapa Watt, bila kita mengetahu tegangan listrik yang dipakai, menjadi model apabila tegangan listrik yg dipakai sebesar 220Volt, maka:
1 Ampere berapa Watt?
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 1Ampere
  • P = 220Watt
Jadi 1 Ampere sama dengan 220 Watt, jika tegangan listrik yang dipakai merupakan 220Volt.
1 Watt berapa Ampere?
  • P = V x I
  • 1 Watt = 220Volt x I
  • I = 1watt : 220Volt
  • I = 0,0045 Ampere
Jadi, 1 watt sama dengan 0,0045ampere, apabila tegangan listrik yg dipakai merupakan 220Volt.
Catatan:
Perhitungan diatas adalah perhitungan yg sederhana, buat beberapa perhitungan lainnya perlu kita hitung seberapa akbar cosphi (Faktor daya), selain itu jika memakai listrik 3 phase mempunyai perhitungan sebagai berikut:
Baca pula: Mengenal faktor daya (Cosphi) pada sistem kelistrikan
P = V x I x Cosphi x akar3
Semoga berguna!
CARA FLEXI

MENGHITUNG SATUAN WATT AMPERE DAN VOLT

Mengenal satuan Watt, Ampere dan Volt dalam sistem kelistrikan dan bagaimana Menghitung Satuan Ampere, Watt dan Volt
Terkadang muncul pertanyaan 1 Ampere itu berapa watt, atau 1 Watt berapa Ampere, 1 Volt berapa Ampere, 1 Ampere berapa Volt, 1 watt berapa Volt, serta sebagainya.
Bagi anda yang sahih-benar umum mengenai ilmu kelistrikan tentu hal ini sebagai suatu hal yang masuk akal buat dipertanyakan, serta satu hal yang cita rasanya perlu untuk kita ketahui.
Dalam ilmu listrik, kita memang mengenal aneka macam satuan, dan diantara satuan-satuan listrik tersebut adalah Watt, Ampere serta Volt.
Baca jua: Berbagai satuan listrik serta penjelasannya
Apa sebenarnya yang dianggap menggunakan satuan Watt, Ampere serta Volt tersebut? Dan bagaimana perhitungan antara Watt, Ampere dan Volt?
Untuk lebih mengenal satuan Watt, Ampere dan Volt, terlebih dahulu kita harus mengenal definisi dari masing-masing satuan listrik tersebut

Menghitung Satuan Watt, Ampere dan Volt


Watt
Watt merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran daya (Power) berdasarkan berbagai alat-alat listrik, Satuan Watt biasa kita jumpai pada aneka macam peralatan listrik yang biasa dipakai pada rumah, misalnya Lampu TL 36Watt, Setrika 300Watt, Mesin cuci 150Watt, Pompa air 250Watt, serta sebagainya.
Satuan Watt disini menyatakan seberapa akbar daya listrik yg dibutuhkan buat menyalakan berbagai alat-alat listrik tadi.
Selain itu, satuan Watt jua bisa kita temukan dalam banyak sekali peralatan listrik lainnya, seperti Genset 1000Watt, Stabilizer 500Watt, serta sebagainya.
Satuan Watt disini menyatakan seberapa besar daya listrik yg dapat dibebani atau ditanggung oleh aneka macam indera listrik tersebut.
Ampere
Ampere merupakan satuan listrik buat menyatakan besaran Arus listrik yg mengalir dalam waktu alat listrik dipakai.
Satuan Ampere pula dapat kita jumpai pada banyak sekali alat-alat listrik pada rumah, Seperti MCB 2Ampere, Stopkontak 16Ampere, serta banyak sekali peralatan listrik lainnya.
Satuan Ampere disini menyatakan seberapa besar arus listrik maksimal yang bisa dialirkan melalui indera listrik tersebut.
Selain itu, Satuan Ampere juga bisa kita jumpai pada banyak sekali peralatan listrik lainnya, seperti Setrika listrik 220watt/ 1 Ampere, Mesin cuci 450Watt / 2Ampere, dan sebagainya.
Satuan Ampere disini menyatakan besaran Arus yang mengalir ketika alat listrik tadi dinyalakan.
Volt
Volt adalah satuan listrik buat menyatakan besaran Tegangan listrik yang didapatkan atau dibutuhkan menurut berbagai sumber listrik.
Satuan listrik dapat kita jumpai pada aneka macam alat listrik pada tempat tinggal , misalnya dalam Lampu tertulis 220Volt, Mesin Cuci 220Volt, serta sebagainya.
Satuan Volt disini menyatakan besaran tegangan listrik yang dibutuhkan buat menyalakan berbagai alat listrik tadi.
Selain itu, Satuan Volt dapat kita jumpai pada aneka macam pembangkit listrik, misalnya Genset 220Volt, Genset 380 Volt/220Volt 3 fasa, dan sebagainya.
Satuan Volt disini menyatakan besaran tegangan listrik yang dapat didapatkan menurut banyak sekali pembangkit listrik tersebut.
Lalu apa interaksi antara Watt, Ampere serta Volt?
Sebenarnya yang harus kita ketahui pertama kali adalah Volt, menjadi satuan Tegangan listrik yg pertama kali didapatkan dari pembangkit (Genset/PLN), karena tanpa adanya Tegangan listrik maka tidak terdapat yg namanya Watt juga Ampere.
Tegangan listrik didapatkan menurut sebuah pembangkit listrik dengan prinsip kerja GGL, Tegangan yg dihasilkan sebelum dipakai dianggap dengan GGL (E), lalu saat Tegangan listrik ini dialirkan ke berbagai alat listrik maka diklaim menggunakan Tegangan Jepit (V).
Baca jua: Perbedaan dan rumus perhitungan GGL serta Tegangan Jepit
Lalu ketika Tegangan dialirkan dalam suatu indera listrik, maka akan menghasilkan Arus listrik yg disebut menggunakan satuan Ampere.
Besaran Arus listrik yang mengalir menurut asal listrik menuju Alat listrik ditentukan sang seberapa akbar nilai tahanan dalam suatu indera listrik tersebut, serta hal ini biasa disebut menggunakan Daya listrik pada satuan Watt.
Semakin besar nilai Resistan (Ohm) pada suatu indera listrik, maka semakin mini daya (Watt) yg diperlukan, serta semakin mini pula arus listrik (Ampere) yang didapatkan, dengan akbar tegangan (Volt) tetap.
Semakin kecil nilai Resistan (Ohm) dalam suatu alat listrik, maka semakin besar daya (Watt) yg dibutuhkan, serta semakin besar juga arus listrik (Ampere) yang dihasilkan, dengan akbar tegangan (Volt) permanen.
Semakin Besar Tegangan listrik (Volt) yang digunakan, maka semakin kecil arus listrik (Ampere) yang didapatkan menggunakan beban daya (Watt) yg sama.
Semakin kecil Tegangan listrik (Volt) yang digunakan, maka semakin besar arus listrik (Ampere) yang didapatkan menggunakan beban daya (Watt) yg sama.

Pernyataan diatas dapat kita buktikan dalam beberapa contoh perhitungan berikut ini:
Contoh Perhitungan:
Suatu alat listrik memiliki nilai resistan sebanyak 100Ohm, kemudian dialiri tegangan listrik sebanyak 220Volt, maka arus listrik yg mengalir merupakan:
Hukum Ohm: V= I x R
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
R: Resistan (Ohm)
  • V = I x R
  • 220Volt = I x 100ohm
  • I = 220Volt : 100ohm
  • I = 2,2 Ampere

Lalu, Berapa Ampere Arus listrik yang didapatkan bila nilai Resistannya diperbesar menjadi 200ohm?
  • V = I x R
  • 220Volt = I x 200ohm
  • I = 220Volt : 200ohm
  • I = 1,1 Ampere

Kesimpulan: Semakin akbar nilai resistan maka semakin mini arus listrik yg mengalir (Tegangan permanen), begitu juga sebaliknya.
Lalu berapa akbar Daya listrik (Watt), bila tegangan listriknya 220Volt dan arus listriknya dua,2Ampere?
Rumus Daya (Watt): P = V x I
P: Daya listrik (Watt)
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 2,2Ampere
  • P = 484 Watt.

Lalu, Berapa besar daya listrik (Watt) apabila nilai arus listrik diperkecil sebagai 1,1 Ampere?
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 1,1Ampere
  • P = 264 Watt.

Kesimpulan: Semakin akbar Daya (Watt) maka semakin akbar Arus listrik yg dihasilkan (Tegangan tetap), begitu juga sebaliknya.
Lalu, bagaimana apabila Tegangan yg diubah sebagai lebih besar atau lebih kecil?
Contoh perhitungan:
Jika Suatu instalasi listrik memerlukan daya listrik sebesar 484Watt, saat diberi tegangan listrik 220Volt maka membentuk arus listrik sebanyak 2,2Ampere, kemudian berapa arus listrik yang didapatkan bila tegangan diubah sebagai 380Volt?
  • P = V x I
  • 484Watt = 380Volt x I
  • I = 484Watt : 380Volt
  • I = 1,27 Ampere.

Kesimpulan, Semakin besar tegangan listrik yg dipakai, maka semakin mini arus listrik yang mengalir (dengan besar daya permanen).
Namun perlu diingat, buat mengubah tegangan ini hanya digunakan dalam beberapa jaringan dari asal pembangkit menuju Trafo, lalu diturunkan pulang sinkron dengan besar tegangan listrik yang diperlukan sebelum dialirkan ke Alat listrik.
Jika alat listrik tertulis 220Volt, maka tidak bisa dipakai dengan tegangan 380Volt.

Dari perhitungan diatas, maka kita dapat menghitung 1 Ampere berapa Watt, jika kita mengetahu tegangan listrik yang dipakai, sebagai contoh bila tegangan listrik yg dipakai sebanyak 220Volt, maka:
1 Ampere berapa Watt?
  • P = V x I
  • P = 220Volt x 1Ampere
  • P = 220Watt
Jadi 1 Ampere sama menggunakan 220 Watt, bila tegangan listrik yang digunakan merupakan 220Volt.
1 Watt berapa Ampere?
  • P = V x I
  • 1 Watt = 220Volt x I
  • I = 1watt : 220Volt
  • I = 0,0045 Ampere
Jadi, 1 watt sama dengan 0,0045ampere, bila tegangan listrik yang dipakai merupakan 220Volt.
Catatan:
Perhitungan diatas merupakan perhitungan yg sederhana, untuk beberapa perhitungan lainnya perlu kita hitung seberapa besar cosphi (Faktor daya), selain itu apabila menggunakan listrik tiga phase memiliki perhitungan sebagai berikut:
Baca jua: Mengenal faktor daya (Cosphi) pada sistem kelistrikan
P = V x I x Cosphi x akar3
Semoga bermanfaat!
CARA FLEXI

WIRING DAN PENJELASAN SISTEM STARTING MOTOR LISTRIK 3 PHASE

Beberapa sistem atau cara starting elektro motor
Electro motor adalah suatu alat yang memakai tenaga listrik dan mengubahnya sebagai energi gerak menggunakan prinsip induksi magnetik.
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Electro motor mempunyai banyak sekali jenis serta ukuran.
Dilihat berdasarkan sumber tegangan listriknya, electro motor dibagi sebagai 2 jenis, yaitu:
  • Electro motor arus bolak-balik (AC - Alternating Current)
  • Electro motor arus searah (DC - Direct Current)

Selain itu, elektronik motor jua terbagi dengan berbagai daya (power) sinkron menggunakan kebutuhan penggunaannya.
Semakin besar daya (HP / KW) elektronika motor atau motor listrik, akan semakin besar energi gerak atau torsi yg dihasilkannya.
Beberapa berukuran elektro motor ditinjau berdasarkan daya atau power , diantaranya:
Dari mulai yg daya mini 1/dua Hp, tiga Hp, 5 Hp, 10 Hp, 15 Hp, 25 Hp, 60 Hp sampai yang besar dayanya melebihi 300 Hp.
Untuk menerangkan besaran daya yg diharapkan Elektro motor, umumnya memakai satuan daya Horse power atau HP.
Adapun daya 1 Hp sama menggunakan sekitar 746 watt, biasa dibulatkan menjadi 0,75 Kw (750 Watt).
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
1 HP = 746 Watt
Semakin besar daya suatu elektronika motor tentu akan semakin akbar pula arus listrik yg diharapkan untuk mengoperasikan elektronika motor tersebut.
Terutama ketika elektronika motor starting , waktu elektro motor dioperasikan, arus startingnya sanggup mencapai 4 hingga 7 kali arus nominal elektronika motor tersebut.
Elektro motor akan membuat lonjakan arus listrik sebesar 4 s/d 7 kali Arus normal elektro motor tadi ketika pertama kali diberi tegangan listrik (Starting).
Arus Starting Elektro motor sanggup mencapai 7 kali Arus Maksimal Elektro motor
Bisa kita bayangkan seberapa akbar lonjakan arus yang dihasilkan saat starting elektro motor.
Sebagai contoh:
Jika sebuah Elektro motor atau Motor listrik 3 phase dengan daya sebanyak 15 HP. Dioperasikan dengan tegangan 380 volt serta cosphi 0,8.
Berapa besar arus lonjakan elektronik motor tersebut waktu starting ?
Daya Elektro motor = 15 Hp
Daya listrik biasa disimbolkan menggunakan P atau Power.
Rumus daya motor listrik tiga phase merupakan:
P = V x I x cosphi x √3
  • P = Power atau Daya pada satuan Watt
  • V = Voltage atau tegangan dalam satuan Volt
  • I = Intensity atau Arus dalam satuan Ampere
Karena daya motor listrik masih dalam satuan HP, maka kita wajib ubah ke dalam satuan Watt, yakni:
15 HP = 15 x 746 Watt = 11.190 Watt
Maka, untuk menghitung besar Arus Maksimal elektro motor tadi, adalah:
P = V x I x Cosphi x√3
11.190 Watt = 380 V x I x 0,8 x 1,73
11.190 Watt = 525,92 x I
I = 11.190 Watt / 525,92
I = 21,27 Ampere.
Maka didapat Arus maksimal motor tadi adalah: 21,27 Ampere.
Jika lonjakan arus ketika elektronik motor tersebut starting merupakan 7 kali arus maksimal , maka:
7 x 21,27 = 148,89 ampere.
Lonjakan Arus waktu starting elektronik motor menggunakan daya 15 HP adalah sebesar 148,89 Ampere, dan lonjakan arus ini akan terjadi dalam ketika yang singkat, kemudian sesudah putaran normal dicapai maka akbar arus akan pulang normal.
Untuk mengatasi lonjakan arus starting elektro motor, maka diperlukan sistem starting yang sinkron supaya lonjakan arus tersebut bisa diminimalkan sekecil mungkin.
Oleh karenanya diharapkan sistem starting yang bhineka juga buat mengoperasikan suatu electro motor dicermati menurut besar dayanya.

Beberapa sistem Starting Elektro Motor

Ada beberapa cara atau sistem starting elektronika motor yang biasa digunakan, antara lain:
  • Direct On Line atau D.O.L
  • Star Delta
  • Auto Transformer
  • Soft Starter
  • Inverter

Di bawah ini bisa kita lihat penjelasan singkat menurut beberapa sistem starting elektronika motor diatas dilengkapi dengan Wiring buat masing-masing sistem starting elektronika motor.
Berikut beberapa jenis sistem starting electro motor serta Gambar Wiring:
Wiring buat rangkaian sistem starting elektro motor

Direct On Line (DOL)
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Sistem starter Direct On Line atau DOL adalah Sistem starting elektronik motor yg paling sederhana, serta biasa dipakai buat elektronik motor yg memiliki daya lebih kecil menurut lima,lima Kw (< lima,5 KW).
Rangkaian Direct On Line atau DOL untuk motor listrik < 5,lima KW
Star Delta
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Sistem starting elektronika motor dengan rangkaian Star Delta berfungsi buat mengurangi lonjakan arus saat electro motor dihidupkan.
Dengan menggunakan rangkaian gulungan Star buat pertama kali start, kemudian beberapa saat berpindah menggunakan rangkaian gulungan Delta dalam electro motor.
Biasa digunakan buat Electro motor menggunakan daya sekitar lima,lima kw sampai 22 kw. Tergantung dengan penggunaan electro motor tersebut.
Rangkaian Star Delta buat Elektro motor 5,5 KW s/d 22 KW
Auto Transformer
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Sistem starting elektro motor menggunakan rangkaian Auto Transformer berfungsi buat megurangi lonjakan-lonjakan arus menggunakan perpindahan rangkaian beberapa langkah / Step.
Dengan memakai Voltage Transformer sebagai pengasut tegangan sebelum pada supplai ke electro motor.
Sistem starting electro motor menggunakan auto transformer akan lebih efisien buat mengurangi lonjakan arus dibanding dengan sistem starting Direct On Line atau Star Delta.
Biasa dipakai buat electro motor dengan besar daya 22 kw hingga dengan 150 kw. Disesuaikan jua menggunakan penggunaan electro motor tersebut.
Rangkaian Auto transformer buat Elektro motor 22 KW s/d 150 KW
Soft starter
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Rangkain starting motor listrik menggunakan menggunakan sistem Soft starter dipergunakan buat mengatur/ memperhalus start menurut elektrik motor.
Prisip kerjanya merupakan menggunakan mengatur tegangan yg masuk ke motor.
Pertama-tama motor hanya diberikan tegangan yg rendah sehingga arus serta torsi pun jua rendah.
Pada level ini motor hanya sekedar berkecimpung perlahan serta nir mengakibatkan kejutan.
Selanjutnya tegangan akan dinaikan secara sedikit demi sedikit hingga tegangan normal dicapai dan motor akan berputar menggunakan dengan syarat RPM atau putaran normal.
Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives)
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) seringkali dianggap pula menggunakan VSD (Variable Speed Drive.
Inverter Terdiri menurut 2 bagian utama yaitu:
  • Bagian pertama merupakan penyearah tegangan berdasarkan AC(Arus bolak-pulang) menjadi DC (Direct Current)
  • Bagian ke 2 merupakan mengembalikan menurut DC (Direct Current) ke tegangan AC(Arus bolak-pulang) dengan nilai frequency yg diinginkan.

Perubahan nilai Frequency pada sumber tegangan listrik elektronika motor akan mengubah kecepatan (RPM) electro motor tadi. Semakin mini nilai Frequency akan semakin rendah putaran (RPM) suatu electro motor.
Apa hubungan Frekwensi dengan RPM atau putaran elektronik motor ?
Rumus RPM atau putaran Motor listrik adalah:
N = Frekwensi x 120
Pole

Dari rumus diatas dapat kita lihat bahwa, semakin mini frekwensi tentu semakin rendah juga putaran sebuah elektronik motor.
Prinsip kerja inverter yg sedehana merupakan:
  • Tegangan yang masuk dari sumber dengan frequency 50 Hz dialirkan ke board Rectifier atau penyearah DC, serta ditampung ke bank capacitor.
  • Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter buat dijadikan AC balik dengan frekuensi sesuai kebutuhan.
  • Jadi berdasarkan DC ke AC yang komponen utamanya adalah Semiconduktor aktif seperti IGBT (Insulated Gate Bipolar Transistor). Dengan menggunakan frekuensi carrier (mampu sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah dan dimodulasi sebagai akibatnya keluar tegangan dan frekuensi yang diinginkan.

Dari beberapa sistem starting electro motor yg terdapat, sistem starting dengan Inverter adalah yg paling baik buat meredam lonjakan arus saat start.
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Semoga berguna !
CARA FLEXI

WIRING DAN PENJELASAN SISTEM STARTING MOTOR LISTRIK 3 PHASE

Beberapa sistem atau cara starting elektronik motor
Electro motor adalah suatu alat yang memakai tenaga listrik serta mengubahnya sebagai tenaga mobilitas dengan prinsip induksi magnetik.
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Electro motor memiliki banyak sekali jenis serta ukuran.
Dilihat menurut asal tegangan listriknya, electro motor dibagi sebagai dua jenis, yaitu:
  • Electro motor arus bolak-balik (AC - Alternating Current)
  • Electro motor arus searah (DC - Direct Current)

Selain itu, elektro motor pula terbagi dengan banyak sekali daya (power) sinkron menggunakan kebutuhan penggunaannya.
Semakin akbar daya (HP / KW) elektro motor atau motor listrik, akan semakin akbar energi gerak atau torsi yg dihasilkannya.
Beberapa ukuran elektro motor dicermati dari daya atau power , diantaranya:
Dari mulai yang daya kecil 1/2 Hp, 3 Hp, 5 Hp, 10 Hp, 15 Hp, 25 Hp, 60 Hp sampai yg akbar dayanya melebihi 300 Hp.
Untuk menampakan besaran daya yg dibutuhkan Elektro motor, umumnya memakai satuan daya Horse power atau HP.
Adapun daya 1 Hp sama dengan lebih kurang 746 watt, biasa dibulatkan menjadi 0,75 Kw (750 Watt).
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
1 HP = 746 Watt
Semakin akbar daya suatu elektronik motor tentu akan semakin besar jua arus listrik yg diperlukan buat mengoperasikan elektro motor tadi.
Terutama ketika elektro motor starting , ketika elektronika motor dioperasikan, arus startingnya sanggup mencapai 4 hingga 7 kali arus nominal elektronika motor tadi.
Elektro motor akan membentuk lonjakan arus listrik sebanyak 4 s/d 7 kali Arus normal elektronika motor tadi saat pertama kali diberi tegangan listrik (Starting).
Arus Starting Elektro motor mampu mencapai 7 kali Arus Maksimal Elektro motor
Bisa kita bayangkan seberapa akbar lonjakan arus yang didapatkan waktu starting elektro motor.
Sebagai contoh:
Jika sebuah Elektro motor atau Motor listrik tiga phase menggunakan daya sebesar 15 HP. Dioperasikan menggunakan tegangan 380 volt dan cosphi 0,8.
Berapa akbar arus lonjakan elektronika motor tadi ketika starting ?
Daya Elektro motor = 15 Hp
Daya listrik biasa disimbolkan dengan P atau Power.
Rumus daya motor listrik tiga phase adalah:
P = V x I x cosphi x √3
  • P = Power atau Daya pada satuan Watt
  • V = Voltage atau tegangan dalam satuan Volt
  • I = Intensity atau Arus pada satuan Ampere
Karena daya motor listrik masih dalam satuan HP, maka kita harus ubah ke pada satuan Watt, yakni:
15 HP = 15 x 746 Watt = 11.190 Watt
Maka, buat menghitung besar Arus Maksimal elektronika motor tadi, merupakan:
P = V x I x Cosphi x√3
11.190 Watt = 380 V x I x 0,8 x 1,73
11.190 Watt = 525,92 x I
I = 11.190 Watt / 525,92
I = 21,27 Ampere.
Maka didapat Arus aporisma motor tersebut merupakan: 21,27 Ampere.
Jika lonjakan arus saat elektronika motor tersebut starting adalah 7 kali arus aporisma, maka:
7 x 21,27 = 148,89 ampere.
Lonjakan Arus ketika starting elektronik motor dengan daya 15 HP adalah sebesar 148,89 Ampere, serta lonjakan arus ini akan terjadi dalam waktu yg singkat, lalu setelah putaran normal dicapai maka akbar arus akan kembali normal.
Untuk mengatasi lonjakan arus starting elektronika motor, maka diperlukan sistem starting yg sesuai supaya lonjakan arus tersebut bisa diminimalkan sekecil mungkin.
Oleh karena itu dibutuhkan sistem starting yang berbeda-beda pula untuk mengoperasikan suatu electro motor dicermati berdasarkan akbar dayanya.

Beberapa sistem Starting Elektro Motor

Ada beberapa cara atau sistem starting elektro motor yang biasa digunakan, diantaranya:
  • Direct On Line atau D.O.L
  • Star Delta
  • Auto Transformer
  • Soft Starter
  • Inverter

Di bawah ini bisa kita lihat penerangan singkat berdasarkan beberapa sistem starting elektronik motor diatas dilengkapi menggunakan Wiring buat masing-masing sistem starting elektronika motor.
Berikut beberapa jenis sistem starting electro motor serta Gambar Wiring:
Wiring buat rangkaian sistem starting elektro motor

Direct On Line (DOL)
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Sistem starter Direct On Line atau DOL merupakan Sistem starting elektronik motor yang paling sederhana, serta biasa dipakai buat elektro motor yang memiliki daya lebih kecil berdasarkan 5,lima Kw (< 5,5 KW).
Rangkaian Direct On Line atau DOL buat motor listrik < lima,lima KW
Star Delta
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Sistem starting elektro motor dengan rangkaian Star Delta berfungsi untuk mengurangi lonjakan arus waktu electro motor dihidupkan.
Dengan menggunakan rangkaian gulungan Star buat pertama kali start, kemudian beberapa waktu berpindah menggunakan rangkaian gulungan Delta dalam electro motor.
Biasa dipakai buat Electro motor menggunakan daya sekitar 5,lima kw sampai 22 kw. Tergantung dengan penggunaan electro motor tadi.
Rangkaian Star Delta buat Elektro motor 5,5 KW s/d 22 KW
Auto Transformer
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Sistem starting elektronika motor dengan rangkaian Auto Transformer berfungsi buat megurangi lonjakan-lonjakan arus dengan perpindahan rangkaian beberapa langkah / Step.
Dengan menggunakan Voltage Transformer menjadi pengasut tegangan sebelum pada supplai ke electro motor.
Sistem starting electro motor menggunakan auto transformer akan lebih efisien buat mengurangi lonjakan arus dibanding menggunakan sistem starting Direct On Line atau Star Delta.
Biasa digunakan buat electro motor dengan akbar daya 22 kw sampai dengan 150 kw. Disesuaikan pula dengan penggunaan electro motor tadi.
Rangkaian Auto transformer buat Elektro motor 22 KW s/d 150 KW
Soft starter
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Rangkain starting motor listrik menggunakan memakai sistem Soft starter digunakan buat mengatur/ memperhalus start dari elektrik motor.
Prisip kerjanya adalah dengan mengatur tegangan yang masuk ke motor.
Pertama-tama motor hanya diberikan tegangan yang rendah sehingga arus dan torsi pun jua rendah.
Pada level ini motor hanya sekedar berkecimpung perlahan serta tidak menimbulkan kejutan.
Selanjutnya tegangan akan dinaikan secara bertahap sampai tegangan normal dicapai dan motor akan berputar menggunakan dengan syarat RPM atau putaran normal.
Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives)
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Inverter atau VFD (Variable Frequency Drives) sering dianggap juga menggunakan VSD (Variable Speed Drive.
Inverter Terdiri menurut 2 bagian utama yaitu:
  • Bagian pertama adalah penyearah tegangan berdasarkan AC(Arus bolak-pulang) menjadi DC (Direct Current)
  • Bagian ke 2 adalah mengembalikan dari DC (Direct Current) ke tegangan AC(Arus bolak-balik ) dengan nilai frequency yang diinginkan.

Perubahan nilai Frequency pada asal tegangan listrik elektronik motor akan mengubah kecepatan (RPM) electro motor tersebut. Semakin mini nilai Frequency akan semakin rendah putaran (RPM) suatu electro motor.
Apa hubungan Frekwensi menggunakan RPM atau putaran elektro motor ?
Rumus RPM atau putaran Motor listrik merupakan:
N = Frekwensi x 120
Pole

Dari rumus diatas bisa kita lihat bahwa, semakin kecil frekwensi tentu semakin rendah jua putaran sebuah elektronika motor.
Prinsip kerja inverter yg sedehana merupakan:
  • Tegangan yang masuk menurut asal menggunakan frequency 50 Hz dialirkan ke board Rectifier atau penyearah DC, serta ditampung ke bank capacitor.
  • Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan AC balik menggunakan frekuensi sinkron kebutuhan.
  • Jadi dari DC ke AC yg komponen utamanya adalah Semiconduktor aktif seperti IGBT (Insulated Gate Bipolar Transistor). Dengan memakai frekuensi carrier (mampu hingga 20 kHz), tegangan DC dicacah serta dimodulasi sehingga keluar tegangan dan frekuensi yg diinginkan.

Dari beberapa sistem starting electro motor yg ada, sistem starting dengan Inverter merupakan yg paling baik untuk meredam lonjakan arus waktu start.
Pengenalan Sistem Starting Electro motor
Semoga bermanfaat !
CARA FLEXI