PUISI DENGAN MAJAS

Majas atau gaya bahasa pada puisi adalah gaya penulisan kalimat dengan pilihan istilah yang nir lumrah namun memiliki makna. Penggunaan majas serta gaya bahasa ini bertujuan buat memperindah puisi. Gaya bahasa atau majas yang tak jarang digunakan pada puisi merupakan personifikasi, metafora, berlebihan, serta sinekdok, baik yang totem pro parte maupun yang pars prototo.

Untuk mengetahui model dan penerangan mengenai citraan pada puisi, mampu dicermati dalam artikel sebelumnya yang berjudul Puisi menggunakan Citraan.


Berikut ini adalah contoh puisi yang berjudul Senyum Mentari Tangis Pepohonan
dengan tema Alam yang mengandung majas atau gaya bahasa:

Senyum Mentari Tangis Pepohonan

            Karyamun


Mentari tersenyum sumringah

Bersama gemericik air yang menari

Berkejaran menggunakan kupu dan capung


Nun jauh, gunung terlihat

Punggungnya mulai memerah

Tak sehijau dulu kala


Merusak segala ada

Setelah cucuraan deras keringat penambang pasir

Digantikan mesin keruk, pasir mengalir

Jadika insan congkak semakin tajir


Sementara, tidak lagi kulihat latif ekor kutilang

Semua alam mengering

Bersama hati yang semakin kerontang

           

(asal: caraflexi.blogspot.com)


Bait pertama puisi pada atas mengandung majas personifikasi. Majas personifikasi (pengorangan) merupakan majas yg menganggap benda atau makhluk seolah-olah bertingkah misalnya manusia. Dalam bait pertama puisi di atas masing-masing baris adalah majas personifikasi.

Dalam baris pertama, mentari tersenyum adalah upaya pengorangan (personifikasi) menurut surya yang bertingkah seolah-olah insan yaitu tersenyum. Alih-alih buat memperlihatkan bahwa mentari atau mentari sedang bersinar.

Dalam baris kedua bait pertama puisi pada atas mengandung personifikasi karena air dianggap menari, gemericik air yg menari. Menari adalah kegiatan yang bisa dilakukan oleh manusia. Air yg gemericik diklaim menari berarti ini merupakan personifikasi. Yang dimaksud menggunakan air yg menari adalah air yang mengalir.

Bait ke 2 puisi di atas mengandung majas metafora. Metafora adalah penggunaan gaya bahasa yg seolah-olah suatu benda atau makhluk bertindak menjadi benda atau makhluk lain. Dalam bait ke 2 puisi tersebut terdapat baris yg berbunyi punggungnya mulai memerah. Kata ganti -nya merujuk pada gunung. Berarti punggung gunung. Padahal yang dimaksud adalah puncak gunung. Penggunaan istilah punggung dalam puisi di atas menampakan adanya penyamaan gunung dengan makhluk lain (fauna atau insan) yang memiliki punggung.



Bait ketiga mengandung majas hiperbola. Majas berlebihan merupakan gaya bahasa yang memakai istilah serta kalimat yang berlebih-lebihkan. Seolah-olah sangat hiperbola menurut fenomena yg terjadi. Majas hiperbola dalam bait ketiga puisi di atas masih ada pada baris yg berbunyi: setelah cucuran deras keringat penambang pasir.


Kata cucuran memiliki makna jatuh mengalir atau mancur. Keringat mungkin menglir menempel di kulit, tetapi nir ada keringat yg hingga mancur. Ditambah lagi menggunakan kata deras. Dengan memakai gaya bahasa hiperbola, puisi tadi berusaha buat menerangkan betapa beratnya keadaan yg sedang digambarkan.

Bait kelima pada puisi di atas mengandung majas sinekdoke pars prototo dan sinekdoke totem pro parte. Majas pars prototo merupakan gaya bahasa yg menyebutkan sebagian buat mewakili holistik. Majas ini masih ada dalam baris puisi yg berbunyi:  Sementara, tidak lagi kulihat latif ekor kutilang. Dalam baris puisi ini, digunakan istilah ekor kutilang. Yang dimaksud adalah burung kutilang. Bukan hanya ekornya saja, melainkan tidak lagi melihat burung kutilang karena alamnya rusak.

Majas totem pro parte adalah gaya bahasa yg menjelaskan keseluruhan tetapi yg dimaksud merupakan sebagian saja. Majas totem pro parte pada puisi di atas masih ada pada baris puisi yg berbunyi: Semua alam mengering. Penggunaan istilah semua alam pada dasarnya nir semuanya. Yang dimaksud dalam puisi tadi merupakan alam yang sedang dicermati sang penulis puisi. Sementara itu yg dipakai merupakan kata semua alam. Padahal hanya sebagian alam saja, yang mengering bukan keseluruhannya.

Untuk mengetahui cara menjelaskan majas dengan mudah serta mampu dipahami bisa ditonton video berdasarkan tautan berikut ini: Tonton Video Majas Hiperbola


Penggunaan majas atau gaya bahasa pada sebuah puisi bertujuan buat memperindah puisi. Jika gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa ‘normal’ maka puisi tersebut tampak sebatas ucapan biasa yang tidak latif. Selain itu juga bertujuan untuk memperkuat makna, contohnya pada penggunaan majas hiperbola yang dijelaskan di atas. Puisi tadi memakai majas hiperbola buat memperlihatkan tetap berat pekerjaan yang wajib dilakukan sebagai akibatnya wajib menguras energi serta keringat yg seolah-olah mengucur deras.

Selamat membaca. Silahkan dipelajari serta diunduh alias di-download juga materi-meteri puisi lainnya. Juga lihat Contoh Puisi yang lainnya atau pribadi unduh

ANALISIS MAKNA PUISI DOA KARYA CHAIRIL ANWAR STRUKTUR FISIK LAHIR DAN STRUKTUR BATIN PUISI DOA

Analisis Puisi Doa Berdasarkan Struktur Fisik (Lahir) dan Struktur Batinnya

Para pelajar di Indonesia, niscaya mengenal Chairil Anwar. Tokoh sastra Indonesia yg jua dikenal menjadi Pelopor Angkatan 45 ini sebagai penyair yang sangat dikenal lantaran karya-karyanya selalu sebagai model dalam Buku Pelajaran, mulai dari SD, SMP, SMA, sampai Perguruan Tinggi. Bahkan Karya Chairil Anwar ini nir hanya dipelajari di Wilayah Indonesia, akan tetapi juga dipelajari serta dianalisis oleh Pelajar Bahasa serta Sastra Indonesia berdasarkan negara-negara lain.

Salah satu karya Chairil Anwar yg juga poly dibahas dan dianalisis adalah yg berjudul Doa. Berikut ini adalah analisis puisi Doa karya Chairil Anwar. Teknik yang dipakai dalam analisis Puisi Doa milik Chairil Anwar ini memakai analisis struktural. Yang dimaksud dengan analisis struktural Puisi Doa merupakan, menganalisis Puisi Tersebut dengan memperhatikan struktur fisik (lahir) serta struktur batin puisi.

Struktur lahir (zahir) atau juga diklaim menjadi struktur fisik, merupakan analisis terhadap karya sastra puisi dari hal ihwal yang tampak oleh mata. Jadi, analisis struktur fisik puisi Doa karya Si Binatang Jalang ini membahas tentang Diksi, Kata Konkret, Imaji (Pencitraan), Tipografi, Susunan Rima (Bunyi), dan Majas. 

Adapun yg bisa dianalisis berdasakan struktur batin pada Puisi Doa Karya Chairil Anwar adalah tema, suasana, nada, dan amanat puisi.
Sebelum kita lakukan analisis, terdapat baiknya kita baca terlebih dahulu Puisi Doa Karya Chairil Anwar.
Doa


Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengigat Kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
Tinggal kerlip lilin pada kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku aku mengembara pada negara asing
Tuhanku
Di pintu-Mu saya mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Hasil Analisis Struktur Lahir (Struktur Fisik) Puisi Doa Karya Chairil Anwar


DIKSI PUISI DOA KARYA CHAIRIL ANWAR



Yang dimaksud dengan diksi adalah pilihan serta penggunaan kata yang memperkuat estetika serta kedalaman makna serta pesan puisi. Dalam pembahasan diksi puisi, jua berkaitan dengan makna konotatif dan makna denotatif.
Pilihan kata yg spesial Chairil Anwar yang digunakannya pada Puisi 'Doa' adalah CayaMu dalam larik:
CayaMu panas suci

Diksi CayaMu menjadi sangat bertenaga lantaran tidak digunakan oleh penyair-penyair lain. Kata Caya tentu mengacu dalam kata Cahya atau Cahaya yang jua bersinonim menggunakan sinar. 

Penggunaan kata panas yang dirangkai menggunakan istilah suci juga memperkuat serta memperindah puisi. Lantaran akhir istilah panas adalah suara s yang bisa eksklusif digunakan buat mengucapkan istilah suci. Diksi ini tentu memperindah puisi Doa.

KATA KONKRET PUISI DOA KARYA CHAIRIL ANWAR


Kata konkret adalah istilah yg konkret serta seoalah-olah mewakili keadaan sesungguhnya yg dituangkan sang penyair ke dalam puisinya. Jadi, kata konkret yg digunakan oleh Chairil Anwar pada Puisi Doa karyanya ini bisa dianalisis menjadi berikut:
Pintu-Mu

Penggunaan kata pintu dalam larik Di pintu-Mu saya mengetuk menunjukkan sebuah makna batas. Batas antara luar dan pada. Dengan menggunakan kata pintu yang diikuti istilah ganti miliki pintuMu yang merujuk pada Tuhan, memperlihatkan arti bahwa Penyair ingin masuk ke dalam (lindungan) Tuhan. 

Tapi buat mampu masuk ke pada rumah (lindungan) Tuhan tidak bisa langsung membuka pintu. Maka, ini berkaitan dengan istilah konkret selanjutnya yaitu mengetuk.

Mengetuk menandakan upaya yg masih belum kita lakukan sepenuhnya. Hanya bisa mengetuk, bahkan memanggil pemilik tempat tinggal pun tidak berani. Ini menandakan arti bahwa, menurut kanta konkret ini puisi Doa Chairil Anwar ini berisi ketidak-berdayaan.
Baca Juga: Contoh Kata Kata Konkret pada Puisi 

TIPOGRAFI PUISI DOA KARYA CHAIRIL ANWAR


Tipografi merupakan bentuk penulisan fisik puisi yang memperhatikan bentuk yg tampak. Dalam puisi doa di atas, bisa dianalisis menjadi berikut:
Secara tipografis, Puisi Doa karya Chairil Anwar ini terbagi menjadi dua bait. Yang masing-masing bait terdiri berdasarkan tujuh larik. Masing-masing larik disusun menggunakan sedikit kata.
Larik menggunakan kata terbanyak ada dalam bait kedua yaitu larik: Tuhanku saya mengembara di negeri asing. Sementara larik yg lain terdiri berdasarkan sedikit kata. Bahkan ada beberapa larik yg hanya terdiri dari satu istilah saja yaitu istilah Tuhanku dan istilah Remuk.


IMAJI PUISI DOA KARYA CHAIRIL ANWAR


Imaji yang dimaksud dalam analsis puisi adalah kekuatan puisi dalam memunculkan daya khayalan pembacanya. Istilah lain yg berkaitan dengan imaji merupakan pencitraan. Istilah yang lebih mudah, bisa kita sebut menggunakan seolah-olah. Jadi ada imaji visual (selah-oleh melihat) terdapat pula imaji yang seolah-olah mendengar, dan merasakan.
Adapun Imaji atau citraan yg masih ada pada puisi Doa Karya Chairil Anwar ini, ada 2 jenis imaji, yaitu citraan yang seolah-olah mendengar, citraan pengelihatan, serta citraan peraba.
Citraan (Imaji) yg seolah melihat masih ada pada larik pusi Doa:
Tinggal kerlip lilin pada kelam sunyi

Pada kata kerlip pembaca seolah-olah melihat lilin dengan nyalanya yg nir begitu akbar. Nah, untuk mengetahui sesuatu yang menyala kita menggunakan indra pengelihatan, jadi larik tersebut bisa diklaim sebagai citraan (imaji) pengelihatan.
Masih pada larik pada atas, terdapat punya kata sunyi. Sunyi itu berkaitan menggunakan indra pengelihatan. Memang nir mendengar apa-apa, karena keadaan sunyi. Untuk mengetahui kondisi sunyi maka dibutuhkan indra telinga. Maka, larik dalam puisi Doa di atas, bisa dianggap sebagai imaji indera pendengaran.
Baca Juga: Contoh Puisi yg Mengandung Citraan atau Imaji
Selanjutnya, imaji (citraan) peraba masih ada dalam larik:
CayaMu panas suci

Adanya kata panas menunjukkan hal yg bisa diketahui menggunakan indra peraba yang ada dalam lapisan kulit manusia. Jadi, rasa panas itu didapat melalu imaji peraba. Seoalah-olah merasaka hawa panas dari CayaNya.

MAJAS PUISI DOA KARYA CHAIRIL ANWAR


Majas yang dipakai pada pusi Doa karya Chairil Anwar ini ada dua jenis yaitu majas berlebihan serta majas metafora.
Majas hiperbola merupakan majas yang melebih-lebihkan. Majas ini terdapat dalam larik puisi Doa milik Chairil Anwar berikut adalah:
Aku hilang bentuk
Remuk

Baca Juga: Contoh Puisi dengan Majas

Jadi, penggunakan hilang bentuk dan remuk adalah sebuah perumpamaan yg sangat berlebihan. Tidak mungkin seorang yg masih berpuisi sampai kehilangan bentuk dirinya dan dalam syarat remuk.
Majas ke 2 yang dipakai dalam Puisi Doa sang Chairil Anwar ini adalah Majas Metafora. Majas metafora masih ada dalam larik:
Di pintuMu aku mengetuk

Jadi, penggunakan istilah Pintu dan Mengetuk saling berkaitan. Pintu merupakan majas metafora buat ampunan serta lindungan. Mengetuk merupakan metafor dari memohon. Larik di atas diklaim sebagai majas metafora karena membandingkan pintu-ampunan dan mengetuk-memohon tanpa memakai kata pembanding (misalnya; bagai).
Demikian penjelasan mengenai analisis puisi Doa karya Chairil Anwar. Sementara masih dari struktur lahir puisi saja. Dalam postingan selanjutnya akan dibahas analisis menurut struktur batinnya.
Baca Lanjutannya: Analisis Struktur Batin Puisi Doa Karya Chairil Anwar

PUISI DENGAN MAJAS IRONI PENGERTIAN DAN CONTOH

Contoh Puisi dengan Majas Ironi

Puisi adalah karaya sastra dengan pilihan istilah yg singkat, kentara, padat, dan penuh makna. 

Majas merupakan gaya bahasa yg digunakan dalam kalimat dan puisi. Digunakan buat memperindah puisi. Memperdalam makna puisi, serta menerangkan sebuah karakteristik spesial puisi.

Majas Ironi  dalam pengertian sastra adalah majas atau gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan dengan makna sesungguhnya. Misalnya menggunakan mengemukakan makna yang antagonis dengan makna yg sebenarnya dan ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya. 

Intinya majas ironi adalah majas yg memakai istilah yg sesungguhnya yang dimaksud adalah lawan katanya.

Contoh Majas Ironi:

Pagi benar kau tiba. Sudah pukul delapan baru masuk sekolah.

Penggunaan kata pagi sahih merupakan sebuah ironi. Yang dimaksud dengan pagi  sahih sebenarnya sangat siang. Hal ini diketahui berdasarkan sudah pukul delapan. Ukuran masuk sekolah jika pukul 8 berarti terlalu siang. Biasanya masuknya pukul tujuh pagi.

Dengan mengetahui makna majas ironi, model puisi yg mengandung majas Ironi berikut adalah mampu dipahami dnegan gampang.

Contoh Puisi dengan Majas Ironi

Dalam gemerlap cahaya kota
Kami sanggup tertawa
dalam setiap dengkuran anak yang kelaparan
Kami sanggup tersenyum
memandangi bakul dan piring yg tidak kunjung terisi


Kami pula bangga melihat
deretan gigi putih para pejabat yang menebar janji
ilusi


Kami tertawa
terbahak bahkan

Menyaksikan anak-anak mini membaca slogan
"Du... Kung.. Kami. Untuk ke.. Sejah te ra an."

Awalnya kami tidak mengerti, sebelum anak-anak kami
membaca dengan tertatih
dengan cedalnya
dengan polosnya
dengan bangganya
menunjukkan bahwa mereka cerdas

Kecerdasan sederhana
dari kami yang hanya mampu tersenyum serta tertawa

Meski perut masih seringkali perih
besama saki hati dijanji

Pembahasan

Puisi pada atas menggambarkan tentang keadaan wilayah yg penduduknya bisa tersenyum saat kelaparan. Yang kentara, maksud dari tersenyum adalah menangis. 

Maka itu adalah sebuah contoh menurut majas ironi.
Silahkan dibagikan apabila kabar ini layak buat diketahui orang lain. Silahkan juga diunduh atau di-download apabila memang diperlukan. Selamat men-download, selamat berpuisi, selamat bersastra. Baca Juga Contoh Puisi yang lain atau langusung unduh

PUISI DENGAN RIMA

Puisi tanpa rima seperti bunga tapa warnanya
Puisi menggunakan rima adalah keindahan yang mengindahkan
kau adalah puisi pada hidup bersama rima-Nya
                                   (mun buat nay)

Salah satu ciri puisi adalah rima. Puisi yg bagus mengandung rima yang bagus. Sebenarnya apa yg dimaksud dengan rima. Berikut ini penjelasan singkat mengenai rima bersama contoh dalam puisinya.


Pengertian Rima
Rima adalah pengulangan bunyi yg berselang, baik di pada larik sajak juga dalam akhir larik sajak yg bedekatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa).
Berdasarkan pengertian dari KBBI di atas, inti rima adalah pengulangan bunyi. Pengulangan bunyi tadi nir sebatas akhir baris atau larik, sanggup pada awal, di tengah, mampu pada satu baris. Penandan pengulangan suara dapat diklaim sebagai rima apabila pengulangan tersebut saling berdekatan. Kalau terlalu jauh contohnya di baris pertama sama menggunakan baris kesepuluh, maka pengulangannya nir tampak.
Jenis-jenis Rima dalam Puisi
Rima Akhir merupakan rima atau pengulangan bunyi yang ada pada akhhir larik sebuah sajak atau puisi. Jadi, yg sama atau yg berulang-ulang merupakan suara akhir masing-masing barisnya.
Rima Berpeluk adalah rima akhir atau pengulangan bunyi akhir masing-masing larik atau baris yg jumlah barisnya genap. Jadi, bunyi akhir larik pertama sama menggunakan bunyi akhir larik ketiga. Bunyi akhir larik kedua, sama dengan suara akhir larik keempat. Contoh sederhana merupakan bersajak a-b-a-b
Rima Dalam adalah pengulangan antara dua istilah atau lebih yang terdapat pada satu larik sajak. Istilah lainnya adalah repetisi.
Rima Ganda adalah pengulangan suara yang terdiri atas dua suku istilah, namun suku kata yang pertama yg mendapat tekanan. Intinya terdapat pengulangan bunyi kata yang mempunyai satu suku istilah yg sama. Tidak keseluruhan istilah.
Rima Tengah pengulangan suara antara suku istilah pada posisi yg sama. Terdapat pada dua istilah pada satu larik sajak atau puisi.
CONTOH PUISI DENGAN RIMA

Puisi dengan Rima Akhir

Setiap bunga yang mekar
kusandingkan beserta jamuan pada altar
bersama rasa yg terus berkobar
berurat berakar
Puisi di atas mempunyai pengulangan bunyi pada akhir lariknya. Masing larik diakhiri denga suara -ar. Larik atau baris pertama kata akar. Larik atau baris kedua puisi merupakan kata altar. Kata berkobar di larik ketiga, dan berakar di larik terakhir. Masing-masing kata tadi yg terdapat pada akhir baris atau larik menampakan adanya rima akhir pada puisi.
Puisi menggunakan Rima Berpeluk 

Biarkan padi menguning bening
mengandung segala semangat petani
yang selalu tidak bergeming
diterpa badai terik sejak dini
Seperti penejelasan sebelumnya, rima berpeluk merupakan bunyi akhir yang sama antara baris satu serta 3, serta beris dua serta empat. Larik pertama serta larik ketiga puisi di atas memiliki bunyi akhir yg sama, yaitu bunyi -ing dari kata bening dan suara -ing pada kata geming.

Larik kedua yang diakhiri istilah petani memiliki bunyi akhir yg sam menggunakan istilah dini. Yaitu sama-sama berima akhir ni.
Puisi menggunakan Rima Dalam

Menghisap duka pada muka
merakit semangat merakit cita merakit ke hulu
Mengunduh buah 

dalam rabat bait puisi pada atas masih ada pengulangan bunyi kata yang sama pada satu larik puisi yaitu istilah merakit. merakit pada frasa merakit semangat dan merakit cita memiliki arti merangkai. Sementara yg merakit dalam merakit ke hulu memiliki arti menaiki rakit (perahu).
Puisi dengan Rima Ganda

Mengemban semangat
memeras semangat mengisi pundi sagu
wajah dan langkah tidak pernah ragu
sembari siul terus kumandangkan lagu

Rima yang masih ada dalam contoh puisi pada atas adalah rima ganda. Kata sagu, ragu, dan lagu. Ketiga istilah tersebut memiliki kesamaan pada suku istilah terakhirnya. Hanya disparitas satu huruf depannya saja.

Puisi menggunakan Rima Tengah
kobarkanlah hasratmu
bukan sekadar menimbun rongsokan
sebatas rangkai bangkai-bangkai lunglai
kau adalah pejuang lestari buat bumi

Puisi di atas mengandung Rima Tengah. Rima tengahn masih ada pada larik ketiga. Dalam larik terseebut terdapat pengulangan bunyi dalam suku istilah yg sama, yaitu suku istilah ke 2 masing-masing istilah rang-kai, bang-kai, dan lung-lai. Pada posisi suku istilah kedua, masih ada pengulangan bunyi -lai.

Rima-rima pada atas dalam model masing-masing puisinya menambah estetika sebuah puisi. Maka dari itu, setiap penyair perlu menambahkan rima dalam puisinya supaya lebih berkesan bagi pembacanya.
Di samping itu, jua terdapat ciri-ciri puisi yang lain yaitu adanya majas, adanya citraan.
Mari berpuisi, yuk lebih peduli, berusaha sebagai yang terpuji.
Salam Pustamun!
Terima kasih telah membaca contoh-model puisi. Baik Puisi menggunakan Rima Akhir. Puisi dengan Rima Ganda. Puisi menggunakan Rima berpeluk. Puisi dengan rima pada. Puisi menggunakan rima tengah.

ANALISIS PUISI TAMAN KARYA CHAIRIL ANWAR CONTOH ANALISIS INTRINSIK

Karya sastra merupakan isi kejiwaan seorang pengarang. Ini adalah output pemikiran terhadap karya salah satu tokoh puisi Indonesia yg juga dikenal sebagai Pelopor Angkatan 45.

Selamat membaca semoga berguna buat kita seluruh.
Berikut ini adalah naskah puisi lengkap Chairil Anwar yg berjudul Taman.

TAMAN
Taman punya kita berdua
tak lebar luas, mini saja
satu tak kehilangan yg lain dalamnya
Bagi kau serta aku cukuplah
Taman kembangnya tidak berpuluh warna
Padang rumputnya tidak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita itu bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, saya kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Kecil penuh matahari taman kita
tempat merenggut berdasarkan dunia dan ‘nusia
BACA JUGA: PUISI DENGAN CITRAAN
1. Bunyi
Penggunaan suara yg masih ada pada puisi Taman Karya Chairil Anwar terdapat 2 macam. Yaitu penggunaan Asonansi serta Aliterasi. Asonansi adalah perulangan suara vokal.
Dalam “Taman” terdapat asonansi a (perulangan bunyi a)yang secara umum dikuasai khususnya terdapat dalam baris pertama hingga kelima:
Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan yg lain dalamnya
Bagi kau serta aku cukuplah
Taman kembangnya tidak berpuluh warna
Aliterasi adalah iterasi bunyi konsonanan. Dalam puisi taman terdapat literasi bunyi liquida; l pula ikut memperindah puisi ini terdapat dalam:
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan yg lain dalamnya
Juga masih ada aliterasi d  yg muncul tiga kali berturut-turut. Meskipun tidak dari awal baris tersebut sudah terdapat perulangan bunyi d. Aliterasi tadi masih ada baris terakhir:
dari global serta ‘nusia
sedangkan dalam bait 11 penggunaan bunyi sengau yg dipadu-kan dengan asonansi menghasilkan bunyi yg merdu (efoni). Bunyi sengau yg dimaksud adalah bunyi yg mengandung konsonan gabung /ng/. Perulangan tersebut terapat pada:
Kau kembang, saya kumbang
Aku kumbang, kau kembang
Hal ini memperkuat bahwa puisi yg berjudul Taman ini menggambarkan suasana yg ceria.
2. Irama
Irama merupakan perulangan suara, tinggi rendahnya nada, serta iterasi suara.
Irama yg terdapat dalam “Taman” ini adalah dengan membuat perulangan:
Kau kembang, saya kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Irama yg berbentuk ritme juga terbentuk karena adanya pengkombinasian yg selaras dan cocok: lebar luas (baris dua), halus lembut (baris 7); selain itu, ritme jua dibentuk menggunakan adanya pemendekan (pemenggalan) istilah menurut kata manusia sebagai ‘nusia. Dengan adanya irama ini, kentara puisi lebih terdengar merdu dan mudah buat dibaca.

Baca Juga: Contoh Puisi dengan Rima
3. Kata
Yang teramasuk kata pada analisis ini meliputi: kosa kata; pilihan istilah atau diksi; makna istilah; dan Gaya Bahasa. Semua hal tersebut merupakan unsur intrinsik yg memengaruhi keindahan dan makna sebuah puisi.
3.1 Kosa Kata
Pemilihan kata yg digunakan dalam “Taman” merupakan bahasa yg umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga hal ini dapat memberi efek realistis, mudah diterima dan lebih mudah dicerna oleh pembaca. Yang dimaksud dengan bahasa umum adalah bahasa yg tidak terlalu melambai (konotatif), meskipun konotatif lebih mudah dipahami, daripada bahasa puisi yg lebih personifikasi dan terlalu banyak menggunakan majas.
3.2 Pemilihan Kata (diksi)
Chairil Anwar menggunakan istilah punya. Mengapa Chairil memilih kata ‘punya’ pada baris pertama, bukan memakai kata ‘milik’? Jika menggunakan ‘milik’
Taman milik kita berdua
tidak ada unsur satu kesatuan yg saling memiliki, karena yg memiliki hanya kita, kita yg memiliki taman. Sedangkan jika menggunkan kata ‘punya’ akan sebagai lebih menyatu antara ‘taman’ dengan ‘kita’, karena selain berarti ‘kita’ yg mempunyai ‘taman’ namun juga ‘taman’ yg ‘punya’ (memiliki) ‘kita berdua’.
Pemilihan kata “padang rumput” padahl sudah dikatan bahwa ‘tamannya’ ‘kecil saja’ tapi mengapa digunakan kata ‘padang’ yg dimana hal ini secara tidak langsung menunjukkan tempat yg luas. Hal ini kaena Sang “Binatang Jalang” ingin menunjukkan ‘rumput’ yg dimaksud adalah rumput hiasan yg merupakan bagian dari tamannya, bukan rumput liar pengganggu (gulma).
3.tiga Makna Kata Denotasi dan Konotasi
Dalam puisi, sebuah kata tidak hanya mengandung aspek denotasi saja namun juga ada aspek konotasi yg asosiasi-asosiasi yg keluar dari denotasinya. Makna denotasi adalah makna sebenarnya, sering pula disebut dengan makna kamus. Sedangkan makna konotasi adalah makna kiasan yg juga memiliki makna lain.
Berikut ini analisis makna kata yg terdapat dalam puisi taman karya Chairil Anwar:
Taman: adalah suatu tempat yg indah yg dihiasi dengan tumbuhan, namun dalam hal ini mempunyai makna konotasi sebagai ‘rumah’.
Tak kehilangan: saling melengkapi, antara yg satu dengan yg lain saling melengkapi antar penghuni didalamnya.
Kembangnya tidak berpuluh rona: hiasan/perabotan tidak poly.
Kau Kembang: kembang disini tidak lagi berarti hiasan namun berarti Istri karena dilanjutkan dengan kata selanjutanya;
Aku Kumbang: kumbang disini bisa berarti suami, jelas jika bahwa kembang adalah sang wanita dan kumbang adalah sang pria yg saling membutuhkan.
Penuh Surya: penuh dengan cahaya yg berarti penuh dengan keceriaan.
Merenggut: meninggalkan.
3. 4 Gaya Bahasa (Majas)
  • Metafora:
Majas metafora adalah pembandingan satu hal dengan hal lain. Dalam hal ini benda satu dengan benda yg lain.
Kau kembang, saya kumbang
aku kumbang, kau kembang
dalam sajak itu, ‘Kau’ disamakan menggunakan kembang (bunga) sedangkan ‘saya’ disamakan menggunakan kumbang.
  • Sinekdoke totem pro parte:
Majas sinekdoke totem pro parte adalah majas yg membandingkan satu hal secara keseluruhan tetapi yg dimaksud sebenarnya adalah sebagian saja.
Kecil penuh matahari taman kita
Yang dimaksud dengan surya sebenarnya hanyalah cahayanya saja, bukan surya atau mataharinya yg memenuhi rumah.
  • Metonimia:
Tempat merenggut menurut duniadan ‘nusia
Dunia dan manusia diartikan sebagai kesibukan yg harus dijalani.

Baca Juga: Contoh Puisi menggunakan Majas
3.lima Pencitraan
Pencitraan yg dimaksud dalam puisi adalah cara pembaca dan pengarang untuk menggambarkan sesuatu bisa diketahui dengan alat indra apa. 
  • Citra penglihatan
tak lebar luas, mini saja
Taman kembangnya tidak berpuluh warna
  • Citra perabaan:
Halus lembut dipijak kaki
Baca Juga: Contoh Puisi menggunakan Citraan

5. Parafrase
Taman punya kita berdua/
(meskipun) tidak lebar (pula tidak) luas, (cukup) mini saja/
(yang) satu tak (mungkin) kehilangan (yang) lain (bila terdapat pada) dalamnya//
Bagi kau serta aku cukuplah (taman ini)/
Taman (yg) kembangnya tak berpuluh rona/
(walaupun) padang rumputnya tidak berbanding (menggunakan) permadani
(yang) halus (dan) lembut (ketika) dipijak kaki./
Bagi kita (berdua) itu (seluruh) bukan halangan//
Karena/
(pada) dalam taman (ke-)punya(-an kita) berdua/
(di situ) Kau (jadi) kembang, (sedangkan) saya (jadi) kumbang(-nya)/
aku (jadi) kumbang, (serta) kau (jadi) kembang(-nya)//
(meskipun ) mini (namun) penuh (cahaya) mentari (yg menyinari) taman kita/
tempat (untuk) merenggut (diri kita) dari global serta (ma)‘nusia.//
sebuah rumah (taman) yg kecil, namun didalamnya saling memiliki. Taman itu sudah cukup untuk berdua (kau dan aku) meskipun hiasannya tidak banyak, meskipun tidak ada permadani yg halus dan lembut tidak sebagai halangan karena mereka (kau dan aku) sudah saling menyayangi seperti kumbang dan kembang, sehingga meskipun rumahya kecil namun sebagai tempat yg penuh akan kebahagian dan bisa sebagai tempat untuk istirahat/

BACA JUGA CONTOH PARAFRASE DALAM LAGU IWAN FALS
6. Tema
Tema buat puisi “Taman” karya Chairil Anwar ini adalah kesederhanaan pada menjalani hidup.
Tak perlu bermewah-mewah (kembangnya tak berpuluh warna// rumputnya tak berbanding permadani//) namun sudah bisa hidup bahagia (penuh surya taman kita//). Pada dasarnya manusia bisa hidup dalam keadaan yg cukup tidak perlu lebih.
7. Amanat
Amanat yg ingin disampaikan oleh Chairil Anwar adalah, jika ingin bahagia tidak harus memiliki rumah (materi) yg serba mewah. Meskipun dengan kehidupan yg sedehana asalkan disitu disertai dengan kasih sayang maka sudah cukup untuk menciptakan suatu kehidupan yg membahagian. Cukup sesuatu yg sederhana tetapi saling memiliki dan melengkapi, pasti sudah bahagia.
8. Feeling penyair
Feeling penyair, dalam hal ini adalah Chairil Anwar, adalah harapan atau keinginan yg dimiliki oleh seorang penyair melalui karyanya. Dalam puisi ini penyair menginginkan kehidupan yg sederhana saja dan tidak setuju dan berharap bisa menjalani kehidupan yg sederhana dan bahagia itu dengan ‘Kau’.

Baca Juga: Chairil Anwar yg Miskin dan Terpaksa Mencuri

CONTOH PUISI DENGAN ALITERASI

Salah satu unsur pembentuk keindahan puisi merupakan bunyi. Permainan suara yg menarik akan memperindah puisi. Maka berdasarkan itu, bunyi benar -betul diperhatikan pada penulisan maupun pada analisis puisi. 

Oleh karenanya, maestro kritikus sastra Indonesia, Rachmat Djoko Pradopo dalam beberapa buku teori kritik sasatranya, mengelompokkan BUNYI menjadi galat satu hal yang harus dianalisis dalam puisi.

Pengertian Aliterasi dalam Puisi

Salah satu penggunaan bunyi yang bisa dipakai pada puisi adalah aliterasi. Aliterasi dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, aliterasi mempunyai dua penjelasan yaitu, 1 sajak awal (buat mendapatkan efek kesedapan bunyi); 2 pengulangan bunyi konsonan berdasarkan kata-istilah yang berurutan. 

Maksdunya, terdapat kalanya aliterasi diletakkan pada awal masing-masing baris yg tujuannya buat mendapatkan keindahan bunyi. Sementara pengertian kedua menjelaskan bahwa, ada deretan kalimat pada satu kalimat yg diawali sang huruf yg sama.

Contoh, judul puisi: Anak Kecil Berkalung Kaleng Kecil. 

Dalam baris tadi ada iterasi suara K dlam istilah kecil, kalung, kaleng, dan kecil lagi. Perualangan bunyi k tersebut yang dimaksud dengan aliterasi.

Contoh lain aliterasi adalah:

"Senyum sumringahmu semangatkan suasana"

Dalam model di atas, masih ada aliterasi /s/ yg digunakan di awal kata pada kalimat tersebut.

Yang perlu diketahui sang penulis dan pelajar yang sedang belajar menulis puisi dengan aliterasi, saat menulis puisi tidak usah terlalu poly aliterasi, nanti menjadi sulit mbembacanya. Sederhana tapi latif, itu baru keren dan benar.


Contoh Puisi dengan Aliterasi

Kusapa Langit Kelabu
                    (Karyamun)


Kusapa Langit pada Bingkai Sendu
Dalam diam dekatkan diri
pada oleh pemilik-Nya

Dalam gugusan debu-debu dekil
yang inheren pada keringat
Memikul tanggung
memikul jawab
kehidupan

Pada sinar mentari hingga senja
aku masih percaya
di sela sambat sang penguasa semesta

ikhtiar tak kan pudar


Dalam puisi yg berjudul Kusapa Langit Kelabu memiliki beberap alitersi. Pada bait pertama, masih ada aliterasi D, terletak baris ke 2, yaitu: Dalam Diam Dekatkan diri.

Pada bait ke 2, juga menunjukkan adanya aliterasi D, pada baris pertama. Yang berbunyi: dalam deretan debu-debu dekitl Bahkan terdapat 5 istilah yang berjajar. Lebih poly daripada bait pertama.

Sementara, pada bait ketiga ada aliterasi lagi. Bedanya, jika dua model sebelumny aliterasi di diawali dengan huruf D, kali ini, menggunakn rumus angka Romawi.

Demikian penerangan tentang Contoh Puisi dengan Citraan. Semoga bermafaat serta bisa sebagai berkah bagi kita seluruh.

Jika dirasa bermnfaat, silahkan diunduh alias di-download. Jangan lupa jua, baca blog pustamun lagi mari!



MAJAS PUISI HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO OLEH MUNTIJO

Analisis struktural genetik puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono. 

Majas adalah sebuah 'bumbu' dalam karya sastra khususnya puisi. Dengan adanya majas, puisi bisa terasa lebih latif. Selain memperindah puisi, adanya majas dalam karya puisi berakibat puisi tadi lebih bertenaga maknanya.

Ada poly sekali jenis majas yg sanggup digunakan pada sebuah puisi. Akan tetapi tak jarang seorang pembelajar serta pelajar sastra kesulitan buat menemukannya.


Secara sederhana, majas bisa diartikan sebagai kata dan atau kalimat yg tidak masuk akal tetapi memiliki makna. Dengan penjelasan ini, kita bisa menemukan majas menggunakan lebih gampang. Akan namun terdapat kalanya sebuah majas nir wajib 'nir lumrah'. Pengulangan suara serta istilah sanggup jadi juga disebut menjadi majas.


Untuk lebih jelasnya, ayo ikuti analisis majas yang terkandung dalam puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini dia.


Hujan Bulan Juni
         Karya Sapardi Joko Damono

Tak ada yg lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yg berbunga itu

Tak terdapat yg lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Taka ada yg lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
                    (hujan bulan juni, 1994)

Majas / Gaya Bahasa



Puisi Hujan Bulan Juni memiliki 2 majas. Majas Personifikasi serta Majas Repetisi.

Majas personifikasi merupakan majas atau gaya bahasa yg seolah-olah benda meninggal bisa bersifat serta bertindak (bertingkah laku ) misalnya halnya manusia.


Majas yang paling tampak adalah majas personifikasi. Yaitu seolang-olah hujan memiliki sifat tabah, bijak, dan arif seperti manusia. Baris pertama masing-masing bait mengandung majas personifikasi ini.


Selain memiliki sifat misalnya insan, hujan dalam puisi Hujan Bulan Juni  di atas pula bertingkah laku misalnya manusia dihapusnya jejak-jejak kakinya. Jadi, seolah-olah hujan punya kaki. Selain itu, pula mampu menghapus jejak kakinya.


Hal yg sama tampak pada dirahasiakan, jadi seolah hujan bisa merahasiakan sesuatu (misalnya manusia). Hujan jua digambarkan seolah-olah bisa membiarkan.


Selain majas personfikasi, jua masih ada gaya bahasa repetisi. Repetisi penuh masih ada pada baris
Dari hujan bulan Juni.

Ketiga bait puisi tadi mengandung baris ini di baris keduanya.

Selain repetisi penuh, jua masih ada reptisi pengulangan sebagian baris yaitu Adakah yg lebih.

Majas repitisi jarak jauh (ini kata aku sendiri) tampak pada frasa pohon yang berbunga itu di bait pertama serta frasa pohon bunga itu di bait terakhir. Menurut saya, pengulangan ini jua adalah gaya bahasa alias majas yang memperkuat makna puisi.


Jadi, majas dalam puisi hujan bulan juni memperkuat makna bahwa, hujan bulan juni tidak sempat menyampaikan kepada bunga, tetapi membiarkan rintiknya tetap diserap sang akar pohon bunga itu. Meski nir disampaikan secara langsung, rasa rindu permanen tersampaikan pada bunga melalui akar-akarnya.

ANALISIS STRUKTUR LAHIR DAN STRUKTUR BATIN PUISI NYAYIAN GERIMIS VERSI 2

Analisis struktur lahir serta analisis struktur batin puisi ini merupakan tagihan pada acara Guru Pembelajar.
Disusun sang M.nasiruddin Timbul Joyo, Peserta Kelas KK - F Jember 1.

NyanyianGerimis
     Soni Farida Maulana

Telahkutulis jejak hujan
Pada rambutdan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntumkesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetikhangat dialog pula gerak sukma
Yang salingmemahami gairah terpendam
Dialirkansungai ke muara

            Sesaat kita larut dalam keheningan
                        Cinta menciptakan kita betahhidup di bumi
Ekor cahayaberpantulan dalam matamu
            Seperti lengkung pelangi
                        Sehabis hujan menyentuhtelaga


            Inikah demam isu semi yg saratnyanyian
Juga tarianburung-burung itu?
              Kerinduan bagai awah gunung berapi
                        Sarat letupan. Laludesah nafasmu
            Adalah puisi merupakan gelombang lautan
                        Yang menghapus jejakhujan
Di pantaihatiku. Begitulah jejak hujan
            Pada kulit dan rambutmu
                        Menghapus jeda danbahasa
                                    Antarakita berdua
                                                            1988


Analisisstruktural genetik puisi Nyanyian GerimisKarya Soni Farida Maulana.
Struktur Fisik


a. Tipologi

Puisi ‘NyanyianGerimis’ secara tipologi ditulis dalam bentuk yg nir beraturan. Hal inimenggambarkan bahwa kondisi yg juga nir berarturan (berkaitan dengan maknapuisi).
Pemenggalanbaris puisi jua nir dalam akhir kalimat, contohnya pada baris ke 2 dankeempat ini dia:

Pada rambut dan kulitmu yg basah.kuntum
Demi kuntum kesepian yg mekarseluas kalbu

Penulisan kuntum di akhir baris pertama sebenarnyaberkaitan menggunakan baris kedua Kuntum demikuntum kesepian. Penulisan dengan cara misalnya itu jua buat memperdalammakna puisi yg penuh kebingungan tetapi juga penuh kebahagiaan.

b. Diksi

Pilihan danpenggunaan istilah yang terdapat pada Puisi NyanyianGerimis menunjukkan pilihan kata yg spesial , yaitu istilah yang bermakna konotasi. Penggunaan istilah kuntum dan mekar. Kedua kata tersebut identik dengan bunga tetapi pada puisi pada atas digunakan inheren buat kesepian. Jadi,kesepian diasosiasikansebagai bunga.

c. Pengiamjian/Citraan

Citraan yangterdapat dalam puisi Nyanyian Gerimisantara lain:


CitraanVisual (Pengelihatan)
Citraanvisual terdapat pada baris:

            Juga tarian burung-burung itu?

Tarian dapatdiketahui melalui indra pengelihatan lantaran beruwuju visual.

CitraanPendengaran
Citraanpendengaran terdapat pada baris:
                        Sarat letupan. Laludesah nafasmu

Letupan dandan desah merupakn tiruan bunyi. Bunyi dapat diketahui dengan indra pendengara.

CitraanPeraba
Citraanperaba terdapat pada baris:
Pada rambut dan kulitmu yg basah.

Kondisi basah dapat diketahui juga menggunakan indraperaba. Terlebih pada puisi telah disebutkan bahwa dalam rambut dan kulitmuyang basah. Menunjukkan bahawa bahasa tersentuh sang kulit.


d. Majas / Gaya Bahasa

Gaya bahasaatau majas yg terdapat dalam Puisi NyanyianGerimis antara lain:

MajasPersonifikasi
Majaspersonifikasi merupakan majas perbandingan yg menyamakan fauna atau bendabertingkah seolah-olah seperti insan. Dalam puisi di atas masih ada padabaris:
            Juga tarian burung-burung itu?

Pada barispuisi di atas, burung seolah-olah bertingkah misalnya insan yaitu denganmenari.

MajasHiperbola
Majashiperbola merupakan gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu yang sangat dahsyatbahkan cenderung tidak masuk akal. Pada puisi pada atas majas berlebihan terdapatpada baris ini dia:
            Adalah puisi merupakan gelombang lautan
Bunyidesahan nafas disebutkan seperi gelombang lautan. Tentu saja suara deburangelombang lautan jauh lebih dahsyat dibandingkan menggunakan suara desahan nafasmanusia.


MajasSinestesia
Majassinestesia merupakan gaya bahasa yg menukarkan indera indra satu dengan alat  indra yg lain.
Contoh majassinestesia masih ada dalam baris puisi ini dia:
Dipetik hangat dialog juga geraksukma

Yang disebuthangat dalam baris di atas adalahsebuah dialog. Seharusnya dialog hanya bisa diketahui dengan indrapendengaran. Tetapi karena memakai kata hangat, menandakan bahwa adapertukaran antara indra telinga dengan indra peraba.

e. Rima /Irama
Puisi Nyanyia Gerimis tidak mengandung Rimamaupun Irama yg kuat. Tidak terdapat aliterasi, maupun asonansi. Tetapi,penggunaan suara nasal pada akhir beberapa baris puisi mengindikasikan bahwa puisitersebut berupaya buat menunjukkan kesedihan. Penggunaan suara i, jugabertujuan buat mengindikasikan bahwa puisi tersebut berisi mengenai kesedihaan.

            Inikah demam isu semi yg saratnyanyian (n)
Juga tarianburung-burung itu?
              Kerinduan bagai awah gunung berapi
                        Sarat letupan. Laludesah nafasmu
            Adalah puisi merupakan gelombang lautan(n)
                        Yang menghapus jejakhujan (n)
Di pantaihatiku. Begitulah jejak hujan (n)
            Pada kulit dan rambutmu
                        Menghapus jeda danbahasa
                                    Antarakita berdua

f. Kata Konkret

Kata konkretyang terdapat pada Puisi Nyanyian Gerimis antara lain:
Musim Semi menunjukkankeindahan selesainya kegersangan.

Gerimis menunjukkanbahwa sesuatu yg datang meskipun tidak begitu kentara. Tetapi membawa harapanakan estetika (demam isu semi)

Pelangi mewakilikeindahan yg penuh rona serta menjadi satu.


Struktur Batin Puisi Nyanyian Gerimis


a. Tema

Tema dalampuisi Nyanyian Gerimis adalah awal datangnya estetika buat hayati berdua.Jadi, adalah tema percintaan.
Menceritakanbahwa hujan telah mendatangkan estetika.

b. Perasaan

Perasaanpenyair pada puisi tersebut adalah perasaan senang . Terlihat berdasarkan beberapakata yang memberitahuakn estetika dan kegembiraan, yaitu: Musim semi, pelangi, menari, nyanyian. Hal-hal tersebut menunjukkansebuah estetika dan perasaan senang .
Perasaanbahagia tadi tiba secara dahsyat dan sangat terasa menggunakan penggambaranseperti gelombang lautan.

c. Nada

Adapun nadayang tampak pada puisi pada atas adalah nada bahagia. Puisi tersebutmenggambarkan perasaan bahagia. Setelah munculnya kesedihan.

d. Amanat

Amanat yangdapat dipetika dari puisi Nyanyian Gerimis diantaranya:
1. Janganmudah menyerah, estetika niscaya akan datang.
2. Perasaansenang akan membuat orang berbahagia.

3. Hidupbersama dengan akrab memperlihatkan kebahagiaan jua.


Materi ini nir dapat disalin-tempel (copy-paste) namun bisa didownload. Silahkan download dengan mengkeklik tautan berikut ini: Unduh

PENGERTIAN MAJAS DAN CONTOHNYA

Majas merupakan rangkaian istilah serta kalimat yg nir wajar tetapi memiliki makna. Ini merupakan pengertian majas yang paling sederhana yang dapat disampaikan pada anak-anak di sekolah.
Berikut penjelasan sederhananya.
Majas itu selalu berisi hal yang hiperbola, model:
Pohon kelapa menari bersama angin.

Apakah wajar 'pohon kelapa menari' tentu jawabannya nir. Tapi lantaran kalimat di atas adalah majas, kalimat di atas permanen memiliki makna, yaitu 'beranjak'. Jadi merupakan adalah pohon kelapa yg berkiprah karena tertiup angin.

Begitu jua menggunakan model-contoh majas berikut adalah:
darahnya mengucur deras menganak sungai.
mampirlah ke gubukku.
Dua kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak lumrah. Tidak mungkin darah yang mengucur hingga misalnya anak sungai yg mengalir. Sebelum itu terjadi niscaya orangnya sudah mangkat dan akhirnya darah nir lagi mengalir.
Penggunaan kata 'gubuk' dalam dasarnya pula sesuatu yg tidak wajar. Tidak mungkin orang tinggal pada gubuk. Gubuk merupakan tempat berteduh pada sawah yg berfungsi buat melindungi diri berdasarkan sengatan matahari waktu istirahat, atau berlindung berdasarkan fauna liar serta hawa dingin waktu menjaga tanaman pada malam hari.
Sejelek apapun, yang dimaksud gubuk dalam majas pada atas bukan gubuk, melainkan rumah.
Adapun pengertian majas yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan cara melukiskan sesuatu menggunakan jalan menyamakannya dengan sesuatu yg lain. (lihat KBBI, 2008 halaman 859).
Pengertian majas, baik yang pertama secara sederhana di atas maupun yg  dalam kamus, memiliki keterbatasan. Tidak selamanya majas benar-benar tidak masuk akal. Tidak selamanya majas pula dibandingkan (disamakan) menggunakan menggunakan hal lain yang memiliki hal yg mirip atau berupa kiasan.
Mari kita perhatikan majas repetisi berikut ini,
"Sekali Merdeka, Tetap Merdeka!"
Kalimat pada atas merupakan salah satu bentuk majas, yaitu termasuk jenis majas repetisi. Majas repetisi adalah majas yang mengandung pengulangan beberapa istilah yg sama. Dalam model majas pada atas, istilah yg sama adalah istilah 'merdeka'. Majas di atas nir disamakan menggunakan kalimat atau sesuatu yg lain. Majas di atas jua berupa kalimat yg lumrah.
Sekali lagi, dua pengertian sebelumnya tidak sepenuhnya sahih. Maka pengertian majas perlu disempurnakan lagi supaya mengakomodasi (mencakup) semua jenis majas yang dipelajari dalam bahasa Indonesia.
Alternatif Pengertian Majas yang Komprehensif
Pengertian majas yg komprehensif maksudnya merupakan, pengertian majas yang mampu mengakomodasi seluruh jenis majas. Maka cara lain pengertian majas yang sempurna adalah:
Gaya bahasa atau cara menggunakan serta menyusun kalimat yg bertujuan buat memperindah arti serta mempertajam maksud sinkron dengan kehendak penyusunnya, baik menggunakan cara menggunakan kalimat yang tidak lumrah atau membandingkan (menyamakan) dengan sesuatu hal yg lain.
Dengan pengertian yang luas tersebut, majas bisa dipahami menggunakan lebih gampang pengertiannya. Apabila telah dimengerti, maka pembelajaran majas pada sekolah bisa berjalan dengan baik.

UNSURUNSUR STRUKTUR FISIK PUISI DALAM SEBUAH ANALISIS PUISI

Dalam sebuah analisis puisi, terdapat kalanya sebuah puisi dianalisis dengan menggunakan teori struktural. Yaitu sebuah puisi dianalisis berdasarkan lapis fisik atau unsur struktur lahirnya. Yang dimaksud menggunakan unsur lahir atau unsur struktur fisik puisi merupakan bagian puisi yang bisa ditinjau secara indrawi. Tampak wujud tulisannya.
Jadi, buat mengetahui struktur fisik puisi, kita relatif menggunakan cara melihat bentuk penulisannya, membaca larik dan masing-masing pilihan istilah. Maka berdasarkan itu, yang tampak pada struktur fisik puisi merupakan yang bisa dicermati dan dibaca dan didengar tanpa wajib diresapi maknanya. Apabila telah berkaitan dengan tema, amanat, feeling atau perasaan penyair, itu tidak lagi berkaitan menggunakan badan atau fisik puisi, itu telah berkaitan dengan batin puisi.
Berikut ini adalah hal-hal atau unsur-unsur puisi yang ditinjau menurut segi struktur fisik atau struktur lahirnya.
Tipografi

Secara sederhana, tipografi dapat diartikan menjadi bentuk serta wujud atau gambar yg terlintas ketika kita melihat puisi sebelum membaca kata per kata. Tipografi ini bekaitan dengan puisi yg berupa pemenggalannya, pada satu baitnya terdapat berapa larik, atau hanya terdiri dari satu kata atau beberapa kata.
Ada jua puisi yg sangat memperhatikan tipografi, contohnya puisi Tragedi Sihka Winka karya Sutardji Calzoum Bachri. Dalam puisi ini, tipografi atau bentuk fisik puisinya berupa penggalan satu atau dua kata saja yang sengaja ditulis dengan bentuk zigzag.
Ada juga yg memakai istilah tipologi untuk menyebut bentuk fisik puisi.
Pengimajian (Citraan)

Pengimajian atau hanya disebut imaji atau citraan pada puisi termasuk ke dalam struktur fisik puisi. Citraan digolongkan ke dalam jenis struktur fisik (lahir) puisi karena buat mengetahuinya dilakukan dengan cara membaca puisi secara eksklusif.
Untuk mengetahui adanya citraan pendengaran contohnya wajib dibaca masing-masing larik puisinya.
Diksi

Diksi adalah pilihan serta penggunaan kata. Pengguaan istilah jelas bisa ditinjau serta dianalisis secara lahir. Penulisan contohnya, 'nusia yang spesial Chairil Anwar, bentuk penulisan itu yg menghilangkan suku kata 'ma' bisa dicermati secara lahir.
Gaya Bahasa

Gaya bahasa atau istilah lainnya adalah majas  merupakan bentuk penulisan dan penggunaan kata yang memperlihatkan keadaan yg kadang tidak mungkin.

Kata Konkret

Kata konkret juga adalah bagian dari struktur lahir puisi karena pilihan kata sanggup dilihat dan dianalisis.
Itulah hal-hal atau unsur-unsur struktur fisik atau struktur lahir puisi, yg biasa dipakai menjadi dasar analisis puisi secara struktural.

MEMAHAMI MAKNA DAN KEINDAHAN PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR

Cintaku Jauh pada Pulau adalah salah satu puisi cinta karya Chairil Anwar.


Puisi ini menceritakan kisah cinta yg terpisah oleh jarak serta terpisah oleh maut. Dalam penggambarannya, puisi ini menganalogikan hidup (kisah cintanya) menggunakan perahu serta bahari. Berikut puisi lengkapnya.


Cintaku Jauh pada Pulau



Karya Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau,
gadis anggun, kini iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,

di leher kukalungkan ole-ole untuk si pacar.
angin membantu, bahari terang, tapi terasa
aku nir ‘kan sampai padanya.

Di air yg tenang, pada angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan bahtera ke pangkuanku saja,”

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk menggunakan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku meninggal, beliau mati iseng sendiri.

(Chairil Anwar, 1946)

Untuk memahami makna sebuah puisi, bisa dilakukan dengan cara menciptakan parafrasenya. Dengan menciptakan parafrase, istilah-istilah puisi yang dalam serta singkat mampu lebih gampang dipahami. 

Parafrase Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

(gadis yang sebagai) Cintaku (berada) jauh di pulau (lain),
gadis (yg manis)cantik, kini (lagi) iseng sendiri

(waktu) Perahu melancar, (serta cahaya) bulan memancar,
di leher(nya) (ingin) kukalungkan ole-ole buat si (gadis) pacar(ku itu).
angin membantu (meniup), bahari terang (sang cahaya bulan), akan tetapi terasa
aku tidak ‘kan (pernah) sampai padanya.

Di air (bahari) yang hening, di (saat) angin (bertiup) mendayu,
di (waktu) perasaan (rindu) penghabisan segala (serta perahu) melaju
(saat perahu berlayar, justru)Ajal (sedang) bertakhta, sambil mengatakan:
“Tujukan bahtera ke pangkuanku saja,”

Amboi! Jalan (buat menuju cintaku) sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang (kunaiki) beserta (segala rindu dan sang-oleh) ‘kan merapuh!
Mengapa (justru) Ajal (yang) memanggil dulu
Sebelum sempat (aku bertemu serta) berpeluk menggunakan cintaku?!

(gadis) Manisku (masih) jauh di pulau,
kalau ‘ku meninggal (serta tak sempat bertemu), (hingga) dia meninggal (akan meninggal) iseng sendiri (buat menungguku).

BACA JUGA: Parafrase Puisi Cintaku Jauh pada Pulau yang Lebih Lengkap dan Mendalam

Dari parafrase di atas bisa diketahui bahwa aku sedang menapaki jalan menuju untuk menaruh sang-sang dan melepaskan rindu karena bertahun-tahun nir bertemu. Dalam perjalanannya menuju si pacar yang berada jauh di pulau, aku menaiki bahtera. Keadaannya bahari hening, cuaca cerah, angin pun bertiup dengan hening. 

Tetapi dalam pejalanan yang damai, justru ajal yg memanggil dulu. Padahal perjalannya telah usang bertahun-tahun. Jika hingga benar-sahih ajal datang, maka aku akan mati serta tidak akan sempat bertemu menggunakan pacarnya yang sedang menunggu.

Lapis Makna

Dari penerangan parafrase, diceritakan seseorang lelaki yang sedang menuju ke arah kekasihnya. Gadis yg dicintainya ada jauh di pulau. Jauh pada sini bisa dimaknai dengan jarak yang sangat jauh. Bisa jarak harta atau status, sehingga sulit buat menuju ke arah gadis pujaannya.

Ketika beliau berusaha buat menemui (melamar/menikahi) pacarnya awalnya jalannya sangat gampang, sebagai akibatnya perahu (perjalanannya) sangat mudah. Di tengah kemudahan perjalannya, si lelaki justru merasa bahwa tujuannya nir akan tercapai. Ketika telah dalam bepergian justru tampaknya beliau merasa akan mangkat . Padahal dia sangat merindukan pacarnya.

Perjalanan cintanya yg sudah bertahun-tahun ditempuh akan segera kandas. Digambarkan dengan bahtera yang ringkih. Perahu yang rapuh pasti karam pada samudera . Padahal jika hingga beliau meninggal, sang pacar pula akan mati lantaran menyesali kesedihan dan kesendiriannya.

Tema dalam Puisi Cintaku Jauh pada Pulau Karya Chairil Anwar

Tema pada puisi di atas adalah seperti tema karya sastra angkatan 20-30an. Padahal Chiril Anwar merupakan sastrawan angkatan 45. 

Tema puisi tadi merupakan 'Kasih tidak hingga'. Yaitu perasaan cinta pada seseorang tetapi akhirnya tidak mampu hidup bersama (menikah) karena terlebih dahulu dipisahkan sang ajal. 

Bedanya dengan angkatan 20-an serta 30-an. Yang memisahkan cinta tokoh saya bukan adat atau orang tua, melainkan takdir usia.

Hal ini tampak pada baris puisi:

Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk menggunakan cintaku?!

Feeling atau Perasaan Penyair pada Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

Perasaan penyair yg digambarkan dalam puisi di atas adalah perasaan cinta yang menggebu. Awalnya cinta yang sangat bahagia. Hal ini tampak dalam bait pertama:

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole untuk si pacar.

Akan namun pada bait itu juga, penyair merasa bahwa ada sesuatu yg akan menganggu bepergian cintanya. Penyair berkata:

tapi terasa
aku nir ‘kan sampai padanya.

sampai pada akhirnya, penyair sahih-benar kecewa karena tidak bisa hidup bersama kekasihnya yg manis lantaran terlebih dahulu dipisahkan oleh ajal atau kematian.

Nada dan Suasana pada Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

Nada yang digunakan oleh penyair pada puisi tersebut adalah nada kegetiran dan kekhawatiran Hal ini tampak dengan penggunaan istilah yang mengandung alfabet r di akhir istilah yaitu: melancar, memancar, pacar. Akhir bunyi r menggambarkan suasana yang nir nyaman.

Juga terdapat suasana murung dengan digunakan suara akhir -uh pada kata rapuh, tempuh akhir bunyi -u yang berulang pada bait ketiga. Penggunaan nada u yang berulang memberitahuakn kesedihan dan ketidakberdayaan.

Amanat Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui amanat menurut puisi tadi adalah:

Ketika kita mencicipi cinta pada seseorang kita wajib memperjuangkannya. Memperjuangkan menggunakan sekuta energi dan butuh saat yg lama (jalan sudah bertahun kutempuh). 

Akan tetapi, jalan yg telah bertahun ditempuh itu bukan berarti mengindikasikan perjuangan belum berakhir dan sanggup hayati bahagia bersama, tetapi jua mampu berakhir sedih lantaran wajib berpisah serta nir melanjtkan hubungan.

Dalam syarat tersebut kita wajib siap.

Keindahan Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

Keindahan puisi di atas muncul karena penggunaan majas yang baik. Menggunakan aliterasi dan asonansi. Juga memakai rima di masing-masing baitnya. Tidak hanya itu, ciri spesial Chairil Anwar yg senang memenggal baris dan memenggal istilah juga menambah keindahan puisi tadi.

Majas Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

terdapat dalam baris:

Ajal memanggil dulu

Baris pada atas mengandung majas personifikasi karena ajal seolah-olah bertingkah seperti manusia yang bisa memanggil-manggil.


Aliterasi serta Asonansi Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

aliterasi s. adalah perulangan bunyi konsonan s yang terdapat dalam baris:

gadis anggun, kini iseng sendiri

Masing-masing istilah dalam baris tersebut mengandung alfabet s.

asonansi a merupakan iterasi bunyi vokal a yg terdapat pada bari:

Ajal bertakhta sambil berkata

Masing-masing istilah pada beris pada atas mengandung suara a yang berulang-ulang.


Rima atau Sajak Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

Rima atau sajak merupakan pengulangan bunyi bahasa dengan pola eksklusif. Rima dalam puisi Chairil Anwar tadi terdapat dalam bait dua, bait 3, serta bait 4.

Bait dua bisa dikatakan bersajak aa-bb. Hal ini tampak dalam suara akhir yang sama antara memancar dan pacar serta suara terasa dan padanya. R-R-A-A.

Bait ketiga mengandung rima yang sama yaitu menggunakan suara akhir mendayu-melaju dan berkata-saja. 

Begitu jua menggunakan bait keempat yang diakhiri menggunakan istilah tempuh dan rapuh serta dulu dan cintaku.

Pemenggalan Kata Chairil Anwar pada Cintaku Jauh pada Pulau 

Chairil Anwar dikenal sebagai penyair yg suka memenggal istilah sehingg hanya ditulis sebagian saja menggunakan memakai apostrof pada awalnya. Misalnya pada puisi Taman karyanya dia hanya menusil 'nusia padahal yang dimaksud merupakan manusia.

Pemenggalan istilah misalnya itu pula masih ada pada puisi ini, yaitu:

ole-ole
'kan
'ku

Kata ole-ole pada baris: di leher kukalungkan ole-ole untuk si pacar. Jika ditulis 'normal' adalah oleh-sang yang ialah sama dengan buah tangan.

'kan adalah bentuk pemendekan istilah akan yang terdapat pada baris keempat bait ke 2: aku nir ‘kan sampai padanya.

'ku adalah bentuk pemendekan berdasarkan kata aku yang terdapat pada baris terakhir: kalau ‘ku meninggal, beliau mati iseng sendiri.

Demikian penerangan tentang makna serta keindahan yg terdapat pada puisi Cintaku Jauh pada Pulau karya sastrawan akbar pelopor angkatan 45, Chairil Anwar.

Salam Pustamun!

ANALISIS STRUKTUR FISIK PUISI NYANYIAN GERIMIS KARYA SONI FARIDA MAULANA

Tulisan ini merupakantugas Pelatihan Daring Program Pengajar Pembelajar yang diunggah keGuruPembelajar.id Kelas KK F Jember.

Disusun Oleh: M.nasiruddin Timbul Joyo (SMP PGRI Jengawah)


Nyanyian Gerimis

     Karya Soni Farid Maulana

Telahkutulis jejak hujan
Padarambut dan kulitmu yang basah. Kuntum 
Demikuntum kesepian yg mekar seluas kalbu
Dipetikhangat percakapan juga mobilitas sukma
Yangsaling tahu gairah terpendam
Dialirkansungai ke muara
           Sesaat kita larut pada keheningan
           Cinta membuat kita betah hidup di bumi
           Ekor cahaya berpantulan pada matamu
           Seperti lengkung pelangi
           Sehabis hujan menyentuh telaga

Inikahmusim semi yg sarat nyanyian
Jugatarian burung-burung itu?
Kerinduanbagai awah gunung berapi
Saratletupan. Lalu desah nafasmu
Adalahpuisi adalah gelombang lautan
Yangmenghapus jejak hujan
Dipantai hatiku.
            Begitulah jejak hujan
            Pada kulit serta rambutmu
            Menghapus jeda dan bahasa
            Antara kita berdua
                         1988


1.Diksi merupakan Pilihan dan Penggunaan Kata


Pilihan dan penggunaan istilah dalam  Nyanyian Gerimisi karya Soni Farid Maulanalebih banyak memakai kata yang bermakna konotasi.

Berikut beberapa pilihan kata yang ada puisi NyanyianGerimis berdasarkan makna pungkasnya.

Kuntum,kata ini umumnya digunakanuntuk menyebut bunga pada frasa ‘sekuntum bunga’. Kata kuntum digunakanoleh penulis Nyanyian Gerimis dirangkai menggunakan kesepian. Kesepiandianggap mempunyai kermiripan dengan bunga. Kesepian adalah sesuatu yang tidakenak, merasa sendiri, namun jua mempunyai nilai keindahan, lantaran berkaitandengan gairah terpendam/ dialirkan sungai ke muara. Jadi, meskipun dalamkeadaan kesepian tetapi demi cinta ‘cinta membuat kita betah hayati di bumi.

Tidak hanya istilah kuntum, pilihan kata yang digunakanjuga poly yang misalnya itu, misalnya puisi yang diumpamakan dengan gelombanglautan dalam baris Adalah puisi adalh gelombang lautan.


2.Pengimaji atau Citraan


Citraan adalah gambaran yang terdapat pada puisi yangseolah-olah bisa dirasakan oleh alat indra insan.

Adapun citraan atau pengimaji dalam puisi NyanyianGerimis adalah menjadi berikut:
Citra Pendengaran

Citra pendengaran terdapat pada baris ‘inikah musim semi yg saratnyanyian’ (bait ketiga baris ke 2)

Nyanyianberkaitan menggunakan suara,maka nyanyian adalah tanda bahwa baris tadi mengandung citrapendengaran.

Selain baris tersebut, bari-baris berikut adalah jugamengandung citraan pendengaran pada puisi Nyanyian Gerimis:

            Saratletupan. Lalu desah nafasmu


            Sesaat kita larut dalam keheningan


Letupan serta desah nafas (bunyi nafas) dapatdiketahui melalui indra pendengaran. Begitu jua menggunakan keheningan. Keheninganberarti syarat tidak terdapat bunyi, kondisi sepi tersebut dapat diketahui denganindra indera pendengaran.

Citra Pengelihatan

            Ekorcahaya berpantulan pada matamu

            Seperti lengkung pelangi


Adanya ekor cahaya yg berpantulan bisa diketahuimelalui indra pengelihatan, begitu jua menggunakan lengkung pelangi.  Bentuk lengkung, dapat diketahui melaluipengelihatan begitu pula pelangi, yg identik menggunakan rona-warni.

Kata dan frasa lain yang memperlihatkan adana citrapengelihatan pada puisi di atas merupakan tarian burung-burung;.



Citra Peraba

Puisi Nyanyian Gerimis memiliki citraperaba, yaitu kata-istilah dalam puisi yg seolah dapat dirasakan melalui indraperaba. Antara lain terdapat dalam baris keempat bait pertama. Dalam baristersebut ada istilah hangat.

Hangat adalah kondisi yg dapat diketahui olehmanusia menggunakan indra peraba yang terdapat pada seluruh jaringan kulitnya.


3.Kata Konkret

Kata nyata adalah istilah yang ‘mewakili’ suatukeadaaan. Kata konkret yg masih ada pada puisi Nyanyian Gerimis adalah:

Pelangi yang melambangkan ‘keindahan penuh warna’

Musim semi melambangkan, ‘fase baru yg lebih indah’

4.Majas/Gaya Bahasa

Majas atau gaya bahasa yg masih ada  dalam puisi Nyanyian Gerimis di atasantara lain adalah personifikasi, metafora, sinekdok pars prototo, dan sinestesia.

Majas Personifikasi masih ada pada baris-barisberikut ini:

            NyanyianGerimis

Yang bisa bernyanyi adalah insan. Apabila gerimisbisa bernyanyi maka seolah-olah gerimis bertindak misalnya  insan, maka ini adalah majas personifikasi.

            Tarian burung-burung


Sama halnya menggunakan penjelasan baris judul. Yangdapat menari merupakan insan. Maka tarian burung merupakan personifikasi.

Majas Metafora
 Majasmetafora terdapat dalam baris,
             

Demi kuntum kesepian yg mengembang seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan jua gerak sukma

Dipetik adalah pekerjaan yang dikenakan buat buahdan bunga. Pada baris puisi di atas, istilah dipetik diperuntukkan pada kondisi ‘kesepian’.

Majas Sinekdok Pars Prototo
Majas ini juga terdapat dalam puisi NyanyianGerimisi, khusunya dalam baris:

            Begitulah jejak hujan

            Pada kulit dan rambutmu


Yang disebutkan pada baris puisi tadi ‘hanya’rambut serta kulit, padahal kedua istilah tadi (rambut serta kulit) merupakan seluruhtubuh. Maksudnya semua tubuh basah kehujanan.

Majas Sinestesia
Majas sinestesia secara sederhana dapat diartikansebagai pertukaran istilah yang digunakan dari indra tertentu.

            Dipetikhangat dialog.....


Baris pada atas menggunanakan kata hangat  buat percakapan.  Hangat seharusnya digunakan buat sesuatuyang dapat diketahui memakai indra peraba, misalnya udara hangat.percakapan yang merdu, misalnya sama-sama memakai indra pendengar. Makapenggunaan hangat dalam frasa hangat percakapan merupakan majassinestesia.


5.Rima/Irama


Rima dan Irama pada puisi di atas tidak begitukuat, sehinga nir ada yang spesial menurut segi rima dan irama.  Masing-masing bait nir konsisten penggunaanbunyi akhirnya, tetapi penggunaan beberapa suara sengau (akhir alfabet m, u, dann) memberitahuakn bahwa puisi tadi mengandung kesedihan.