PUISI DENGAN MAJAS

Majas atau gaya bahasa pada puisi adalah gaya penulisan kalimat dengan pilihan istilah yang nir lumrah namun memiliki makna. Penggunaan majas serta gaya bahasa ini bertujuan buat memperindah puisi. Gaya bahasa atau majas yang tak jarang digunakan pada puisi merupakan personifikasi, metafora, berlebihan, serta sinekdok, baik yang totem pro parte maupun yang pars prototo.

Untuk mengetahui model dan penerangan mengenai citraan pada puisi, mampu dicermati dalam artikel sebelumnya yang berjudul Puisi menggunakan Citraan.


Berikut ini adalah contoh puisi yang berjudul Senyum Mentari Tangis Pepohonan
dengan tema Alam yang mengandung majas atau gaya bahasa:

Senyum Mentari Tangis Pepohonan

            Karyamun


Mentari tersenyum sumringah

Bersama gemericik air yang menari

Berkejaran menggunakan kupu dan capung


Nun jauh, gunung terlihat

Punggungnya mulai memerah

Tak sehijau dulu kala


Merusak segala ada

Setelah cucuraan deras keringat penambang pasir

Digantikan mesin keruk, pasir mengalir

Jadika insan congkak semakin tajir


Sementara, tidak lagi kulihat latif ekor kutilang

Semua alam mengering

Bersama hati yang semakin kerontang

           

(asal: caraflexi.blogspot.com)


Bait pertama puisi pada atas mengandung majas personifikasi. Majas personifikasi (pengorangan) merupakan majas yg menganggap benda atau makhluk seolah-olah bertingkah misalnya manusia. Dalam bait pertama puisi di atas masing-masing baris adalah majas personifikasi.

Dalam baris pertama, mentari tersenyum adalah upaya pengorangan (personifikasi) menurut surya yang bertingkah seolah-olah insan yaitu tersenyum. Alih-alih buat memperlihatkan bahwa mentari atau mentari sedang bersinar.

Dalam baris kedua bait pertama puisi pada atas mengandung personifikasi karena air dianggap menari, gemericik air yg menari. Menari adalah kegiatan yang bisa dilakukan oleh manusia. Air yg gemericik diklaim menari berarti ini merupakan personifikasi. Yang dimaksud menggunakan air yg menari adalah air yang mengalir.

Bait ke 2 puisi di atas mengandung majas metafora. Metafora adalah penggunaan gaya bahasa yg seolah-olah suatu benda atau makhluk bertindak menjadi benda atau makhluk lain. Dalam bait ke 2 puisi tersebut terdapat baris yg berbunyi punggungnya mulai memerah. Kata ganti -nya merujuk pada gunung. Berarti punggung gunung. Padahal yang dimaksud adalah puncak gunung. Penggunaan istilah punggung dalam puisi di atas menampakan adanya penyamaan gunung dengan makhluk lain (fauna atau insan) yang memiliki punggung.



Bait ketiga mengandung majas hiperbola. Majas berlebihan merupakan gaya bahasa yang memakai istilah serta kalimat yang berlebih-lebihkan. Seolah-olah sangat hiperbola menurut fenomena yg terjadi. Majas hiperbola dalam bait ketiga puisi di atas masih ada pada baris yg berbunyi: setelah cucuran deras keringat penambang pasir.


Kata cucuran memiliki makna jatuh mengalir atau mancur. Keringat mungkin menglir menempel di kulit, tetapi nir ada keringat yg hingga mancur. Ditambah lagi menggunakan kata deras. Dengan memakai gaya bahasa hiperbola, puisi tadi berusaha buat menerangkan betapa beratnya keadaan yg sedang digambarkan.

Bait kelima pada puisi di atas mengandung majas sinekdoke pars prototo dan sinekdoke totem pro parte. Majas pars prototo merupakan gaya bahasa yg menyebutkan sebagian buat mewakili holistik. Majas ini masih ada dalam baris puisi yg berbunyi:  Sementara, tidak lagi kulihat latif ekor kutilang. Dalam baris puisi ini, digunakan istilah ekor kutilang. Yang dimaksud adalah burung kutilang. Bukan hanya ekornya saja, melainkan tidak lagi melihat burung kutilang karena alamnya rusak.

Majas totem pro parte adalah gaya bahasa yg menjelaskan keseluruhan tetapi yg dimaksud merupakan sebagian saja. Majas totem pro parte pada puisi di atas masih ada pada baris puisi yg berbunyi: Semua alam mengering. Penggunaan istilah semua alam pada dasarnya nir semuanya. Yang dimaksud dalam puisi tadi merupakan alam yang sedang dicermati sang penulis puisi. Sementara itu yg dipakai merupakan kata semua alam. Padahal hanya sebagian alam saja, yang mengering bukan keseluruhannya.

Untuk mengetahui cara menjelaskan majas dengan mudah serta mampu dipahami bisa ditonton video berdasarkan tautan berikut ini: Tonton Video Majas Hiperbola


Penggunaan majas atau gaya bahasa pada sebuah puisi bertujuan buat memperindah puisi. Jika gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa ‘normal’ maka puisi tersebut tampak sebatas ucapan biasa yang tidak latif. Selain itu juga bertujuan untuk memperkuat makna, contohnya pada penggunaan majas hiperbola yang dijelaskan di atas. Puisi tadi memakai majas hiperbola buat memperlihatkan tetap berat pekerjaan yang wajib dilakukan sebagai akibatnya wajib menguras energi serta keringat yg seolah-olah mengucur deras.

Selamat membaca. Silahkan dipelajari serta diunduh alias di-download juga materi-meteri puisi lainnya. Juga lihat Contoh Puisi yang lainnya atau pribadi unduh

MAJAS PUISI HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO OLEH MUNTIJO

Analisis struktural genetik puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono. 

Majas adalah sebuah 'bumbu' dalam karya sastra khususnya puisi. Dengan adanya majas, puisi bisa terasa lebih latif. Selain memperindah puisi, adanya majas dalam karya puisi berakibat puisi tadi lebih bertenaga maknanya.

Ada poly sekali jenis majas yg sanggup digunakan pada sebuah puisi. Akan tetapi tak jarang seorang pembelajar serta pelajar sastra kesulitan buat menemukannya.


Secara sederhana, majas bisa diartikan sebagai kata dan atau kalimat yg tidak masuk akal tetapi memiliki makna. Dengan penjelasan ini, kita bisa menemukan majas menggunakan lebih gampang. Akan namun terdapat kalanya sebuah majas nir wajib 'nir lumrah'. Pengulangan suara serta istilah sanggup jadi juga disebut menjadi majas.


Untuk lebih jelasnya, ayo ikuti analisis majas yang terkandung dalam puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini dia.


Hujan Bulan Juni
         Karya Sapardi Joko Damono

Tak ada yg lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yg berbunga itu

Tak terdapat yg lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Taka ada yg lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
                    (hujan bulan juni, 1994)

Majas / Gaya Bahasa



Puisi Hujan Bulan Juni memiliki 2 majas. Majas Personifikasi serta Majas Repetisi.

Majas personifikasi merupakan majas atau gaya bahasa yg seolah-olah benda meninggal bisa bersifat serta bertindak (bertingkah laku ) misalnya halnya manusia.


Majas yang paling tampak adalah majas personifikasi. Yaitu seolang-olah hujan memiliki sifat tabah, bijak, dan arif seperti manusia. Baris pertama masing-masing bait mengandung majas personifikasi ini.


Selain memiliki sifat misalnya insan, hujan dalam puisi Hujan Bulan Juni  di atas pula bertingkah laku misalnya manusia dihapusnya jejak-jejak kakinya. Jadi, seolah-olah hujan punya kaki. Selain itu, pula mampu menghapus jejak kakinya.


Hal yg sama tampak pada dirahasiakan, jadi seolah hujan bisa merahasiakan sesuatu (misalnya manusia). Hujan jua digambarkan seolah-olah bisa membiarkan.


Selain majas personfikasi, jua masih ada gaya bahasa repetisi. Repetisi penuh masih ada pada baris
Dari hujan bulan Juni.

Ketiga bait puisi tadi mengandung baris ini di baris keduanya.

Selain repetisi penuh, jua masih ada reptisi pengulangan sebagian baris yaitu Adakah yg lebih.

Majas repitisi jarak jauh (ini kata aku sendiri) tampak pada frasa pohon yang berbunga itu di bait pertama serta frasa pohon bunga itu di bait terakhir. Menurut saya, pengulangan ini jua adalah gaya bahasa alias majas yang memperkuat makna puisi.


Jadi, majas dalam puisi hujan bulan juni memperkuat makna bahwa, hujan bulan juni tidak sempat menyampaikan kepada bunga, tetapi membiarkan rintiknya tetap diserap sang akar pohon bunga itu. Meski nir disampaikan secara langsung, rasa rindu permanen tersampaikan pada bunga melalui akar-akarnya.

MAJAS PERSONIFIKASI PENGERTIAN CONTOH DAN CARA MEMBUATNYA

Pengertian Majas dan Majas Personifikasi


Majas adalah gaya bahasa yg digunakan untuk menyampaikanmaksud menggunakan memperhatikan estetika pilihan istilah serta penguatan makna. Adabanyak jenis majas, salah satu majas yg seringkali dipakai oleh penutur bahasaIndonesia merupakan majas personifikasi.

Secara sederhana majas personifikasi bisa diterjemahkanmenjadi majas peng-orangan. Person adalah insan atau orang, ad interim afiks –fikasiartinya merupakan ‘dibuat jadi’. Maka, personifikasi artinya dibuatjadi orang.


Dari arti kata pada atas, dapat dijelaskan bahwa pengertianmajas personifikasi adalah majas atau gaya bahasa yg menggambarkansesuatu (benda mati) yg bertingkah seolah-olah menjadi insan.

Penggambaran seolah-olah sebagai manusia ini berkaitandengan tingkah laris, juga sifat yg dimiliki. Akan namun penggunaan sifatmanusia atau tingkah insan kepada benda tewas atau flora tidakberbeda jauh menggunakan makna asalnya, masih mempunyai kemiripan bentuk.

Misalnya model majas personifikasi: pohon kelapamelambai.

Kalimat tersebut merupakan majas personifikasi lantaran istilah melambaibiasa digunakan buat orang. Yang sanggup melambai merupakan insan, yaitumengangkat serta menggerak-gerakkan tangan. Intinya, terdapat gerakan. Pohon kelapa,yg ditiup angin, seolah-olah misalnya orang yang sedang melambaikan tangan.maka, pohon kelapa dipersonfikasikan pohon kelapa melambai, seolah-olahpohon kelapa seperti insan.

Majas personifikasi poly dipakai dalam bait dan baris puisi.tidak sebatas penggunaan dalam puisi, majas jenis ini jua tak jarang digunakandalam percakapan sehari-hari. Banyak jua lagu yang memakai majaspersonifikasi, keliru satunya adalah lagu Rayuan Pulau Kelapa karyaIsmail Marzuki.

Judul lagu rayuan pulau kelapa menunjukkan bahwasebuah pulau sanggup merayu. Merayu merupakan tindakan membujuk, yg sanggup membujukadalah manusia. Maka, berdasarkan judulnya saja lagu tersebut kentara mengandung majaspersonifikasi. Pulau kelapa yg dipersonfikasikan seperti manusia yg bisamerayu.

Baris pada lagu tersebut yang mengandung majaspersonifikasi merupakan:
Melambai-lambai nyiur pada pantai


Baris di atas menggambarkan nyiur (pohon kelapa) di pantaiyang mampu melambai-lambai. Seperti yg sudah dijelaskan pada atas, melambaiadalah tindakan yg sanggup dilakukan sang insan, maka ini termasuk pengorangan(personikasi).

Majas personifikasi pula bisa ditemukan dalam meme dankata-kata latif yang beredar pada dunia maya, salah satunya adalah kutipan yangsangat terkenal tentang hujan: Hujan akan permanen tiba lagi meski jatuhberkali-kali.

Penggunaan istilah datang lagi seolah-olah memilikisifat insan yang pantang menyerah. Pantang menyerah dan akan selalu datangmeskipun sudah jatuh berulang kali.

Majas personifikasi pula sanggup digunakan sebagai caramemunculkan humor dalam percapakan. Perhatikan contoh berikut:

A: Kenapa sih kamu takut sama hujan?

B: Aku sih gak takut kalo satu-lawan satu. Masalahnyahujan beraninya keroyokan.


Jawaban menurut B yang menyampaikan bahwa hujan beraninyakeroyokan mengandung personifikasi. Personfikasi yang dirangkai menggunakan‘keterkejutan’ membuat sebuah kalimat sebagai lucu dan menggelikan. Yang sanggup mengeroyokadalah insan. Misalnya dalamamuk masa atau tawuran. Nah, dalamkalimat di atas, hujan dianggap seperti insan dan mempunyai sifatmanusia.

Cara Membuat Majas Personifikasi


Jadi, yang mampu dianggap majas personifikasi adalah segalakata kerja yang mampu dan biasa dilakukan oleh manusia dilekatkan kepada bendamati atau flora atau fauna.

Berikut model-model majas personifikasi pada kalimat:

Kumbang menari-nari beserta bunga pada taman.


Mentari sudah menyapa dengan senyumnya.


Buku termangu di perpustakaan, tanpa ada yg sudimenemani.


Pohon kelapa ditemani pohon mangga pada tepi jalan.


Kamu itu tidur, justru teve yang menontonmu.


Burung bernyanyi riang pada dahan.


Motornya meliuk-liuk mengikuti irama deru jalanan.


Mendung sedang sedih, mencoba memperlihatkan kesedihannya.


Bunga berdansa bersama angin.


Masing-masing kalimat di atas mengandung majaspersonifikasi. Semua istilah kerja yang biasa dilukan sang insan dilakukan olenhewan burung bernyanyi, juga dilakukan oleh tumbuhan bunga berdansa. Bendamati juga bertingkah seperti insan teve menonton.

Benda mangkat juga sanggup merasa seperti insan, mentarimenyapa; mendung murung .

Demikian contoh-contoh majas personifikasi. Semoga bisamembuat kalimat yang lebih kreatif lagi.


Salam sastra, salam Pustamun!

ANALISIS PUISI TAMAN KARYA CHAIRIL ANWAR CONTOH ANALISIS INTRINSIK

Karya sastra merupakan isi kejiwaan seorang pengarang. Ini adalah output pemikiran terhadap karya salah satu tokoh puisi Indonesia yg juga dikenal sebagai Pelopor Angkatan 45.

Selamat membaca semoga berguna buat kita seluruh.
Berikut ini adalah naskah puisi lengkap Chairil Anwar yg berjudul Taman.

TAMAN
Taman punya kita berdua
tak lebar luas, mini saja
satu tak kehilangan yg lain dalamnya
Bagi kau serta aku cukuplah
Taman kembangnya tidak berpuluh warna
Padang rumputnya tidak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita itu bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, saya kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Kecil penuh matahari taman kita
tempat merenggut berdasarkan dunia dan ‘nusia
BACA JUGA: PUISI DENGAN CITRAAN
1. Bunyi
Penggunaan suara yg masih ada pada puisi Taman Karya Chairil Anwar terdapat 2 macam. Yaitu penggunaan Asonansi serta Aliterasi. Asonansi adalah perulangan suara vokal.
Dalam “Taman” terdapat asonansi a (perulangan bunyi a)yang secara umum dikuasai khususnya terdapat dalam baris pertama hingga kelima:
Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan yg lain dalamnya
Bagi kau serta aku cukuplah
Taman kembangnya tidak berpuluh warna
Aliterasi adalah iterasi bunyi konsonanan. Dalam puisi taman terdapat literasi bunyi liquida; l pula ikut memperindah puisi ini terdapat dalam:
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan yg lain dalamnya
Juga masih ada aliterasi d  yg muncul tiga kali berturut-turut. Meskipun tidak dari awal baris tersebut sudah terdapat perulangan bunyi d. Aliterasi tadi masih ada baris terakhir:
dari global serta ‘nusia
sedangkan dalam bait 11 penggunaan bunyi sengau yg dipadu-kan dengan asonansi menghasilkan bunyi yg merdu (efoni). Bunyi sengau yg dimaksud adalah bunyi yg mengandung konsonan gabung /ng/. Perulangan tersebut terapat pada:
Kau kembang, saya kumbang
Aku kumbang, kau kembang
Hal ini memperkuat bahwa puisi yg berjudul Taman ini menggambarkan suasana yg ceria.
2. Irama
Irama merupakan perulangan suara, tinggi rendahnya nada, serta iterasi suara.
Irama yg terdapat dalam “Taman” ini adalah dengan membuat perulangan:
Kau kembang, saya kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Irama yg berbentuk ritme juga terbentuk karena adanya pengkombinasian yg selaras dan cocok: lebar luas (baris dua), halus lembut (baris 7); selain itu, ritme jua dibentuk menggunakan adanya pemendekan (pemenggalan) istilah menurut kata manusia sebagai ‘nusia. Dengan adanya irama ini, kentara puisi lebih terdengar merdu dan mudah buat dibaca.

Baca Juga: Contoh Puisi dengan Rima
3. Kata
Yang teramasuk kata pada analisis ini meliputi: kosa kata; pilihan istilah atau diksi; makna istilah; dan Gaya Bahasa. Semua hal tersebut merupakan unsur intrinsik yg memengaruhi keindahan dan makna sebuah puisi.
3.1 Kosa Kata
Pemilihan kata yg digunakan dalam “Taman” merupakan bahasa yg umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga hal ini dapat memberi efek realistis, mudah diterima dan lebih mudah dicerna oleh pembaca. Yang dimaksud dengan bahasa umum adalah bahasa yg tidak terlalu melambai (konotatif), meskipun konotatif lebih mudah dipahami, daripada bahasa puisi yg lebih personifikasi dan terlalu banyak menggunakan majas.
3.2 Pemilihan Kata (diksi)
Chairil Anwar menggunakan istilah punya. Mengapa Chairil memilih kata ‘punya’ pada baris pertama, bukan memakai kata ‘milik’? Jika menggunakan ‘milik’
Taman milik kita berdua
tidak ada unsur satu kesatuan yg saling memiliki, karena yg memiliki hanya kita, kita yg memiliki taman. Sedangkan jika menggunkan kata ‘punya’ akan sebagai lebih menyatu antara ‘taman’ dengan ‘kita’, karena selain berarti ‘kita’ yg mempunyai ‘taman’ namun juga ‘taman’ yg ‘punya’ (memiliki) ‘kita berdua’.
Pemilihan kata “padang rumput” padahl sudah dikatan bahwa ‘tamannya’ ‘kecil saja’ tapi mengapa digunakan kata ‘padang’ yg dimana hal ini secara tidak langsung menunjukkan tempat yg luas. Hal ini kaena Sang “Binatang Jalang” ingin menunjukkan ‘rumput’ yg dimaksud adalah rumput hiasan yg merupakan bagian dari tamannya, bukan rumput liar pengganggu (gulma).
3.tiga Makna Kata Denotasi dan Konotasi
Dalam puisi, sebuah kata tidak hanya mengandung aspek denotasi saja namun juga ada aspek konotasi yg asosiasi-asosiasi yg keluar dari denotasinya. Makna denotasi adalah makna sebenarnya, sering pula disebut dengan makna kamus. Sedangkan makna konotasi adalah makna kiasan yg juga memiliki makna lain.
Berikut ini analisis makna kata yg terdapat dalam puisi taman karya Chairil Anwar:
Taman: adalah suatu tempat yg indah yg dihiasi dengan tumbuhan, namun dalam hal ini mempunyai makna konotasi sebagai ‘rumah’.
Tak kehilangan: saling melengkapi, antara yg satu dengan yg lain saling melengkapi antar penghuni didalamnya.
Kembangnya tidak berpuluh rona: hiasan/perabotan tidak poly.
Kau Kembang: kembang disini tidak lagi berarti hiasan namun berarti Istri karena dilanjutkan dengan kata selanjutanya;
Aku Kumbang: kumbang disini bisa berarti suami, jelas jika bahwa kembang adalah sang wanita dan kumbang adalah sang pria yg saling membutuhkan.
Penuh Surya: penuh dengan cahaya yg berarti penuh dengan keceriaan.
Merenggut: meninggalkan.
3. 4 Gaya Bahasa (Majas)
  • Metafora:
Majas metafora adalah pembandingan satu hal dengan hal lain. Dalam hal ini benda satu dengan benda yg lain.
Kau kembang, saya kumbang
aku kumbang, kau kembang
dalam sajak itu, ‘Kau’ disamakan menggunakan kembang (bunga) sedangkan ‘saya’ disamakan menggunakan kumbang.
  • Sinekdoke totem pro parte:
Majas sinekdoke totem pro parte adalah majas yg membandingkan satu hal secara keseluruhan tetapi yg dimaksud sebenarnya adalah sebagian saja.
Kecil penuh matahari taman kita
Yang dimaksud dengan surya sebenarnya hanyalah cahayanya saja, bukan surya atau mataharinya yg memenuhi rumah.
  • Metonimia:
Tempat merenggut menurut duniadan ‘nusia
Dunia dan manusia diartikan sebagai kesibukan yg harus dijalani.

Baca Juga: Contoh Puisi menggunakan Majas
3.lima Pencitraan
Pencitraan yg dimaksud dalam puisi adalah cara pembaca dan pengarang untuk menggambarkan sesuatu bisa diketahui dengan alat indra apa. 
  • Citra penglihatan
tak lebar luas, mini saja
Taman kembangnya tidak berpuluh warna
  • Citra perabaan:
Halus lembut dipijak kaki
Baca Juga: Contoh Puisi menggunakan Citraan

5. Parafrase
Taman punya kita berdua/
(meskipun) tidak lebar (pula tidak) luas, (cukup) mini saja/
(yang) satu tak (mungkin) kehilangan (yang) lain (bila terdapat pada) dalamnya//
Bagi kau serta aku cukuplah (taman ini)/
Taman (yg) kembangnya tak berpuluh rona/
(walaupun) padang rumputnya tidak berbanding (menggunakan) permadani
(yang) halus (dan) lembut (ketika) dipijak kaki./
Bagi kita (berdua) itu (seluruh) bukan halangan//
Karena/
(pada) dalam taman (ke-)punya(-an kita) berdua/
(di situ) Kau (jadi) kembang, (sedangkan) saya (jadi) kumbang(-nya)/
aku (jadi) kumbang, (serta) kau (jadi) kembang(-nya)//
(meskipun ) mini (namun) penuh (cahaya) mentari (yg menyinari) taman kita/
tempat (untuk) merenggut (diri kita) dari global serta (ma)‘nusia.//
sebuah rumah (taman) yg kecil, namun didalamnya saling memiliki. Taman itu sudah cukup untuk berdua (kau dan aku) meskipun hiasannya tidak banyak, meskipun tidak ada permadani yg halus dan lembut tidak sebagai halangan karena mereka (kau dan aku) sudah saling menyayangi seperti kumbang dan kembang, sehingga meskipun rumahya kecil namun sebagai tempat yg penuh akan kebahagian dan bisa sebagai tempat untuk istirahat/

BACA JUGA CONTOH PARAFRASE DALAM LAGU IWAN FALS
6. Tema
Tema buat puisi “Taman” karya Chairil Anwar ini adalah kesederhanaan pada menjalani hidup.
Tak perlu bermewah-mewah (kembangnya tak berpuluh warna// rumputnya tak berbanding permadani//) namun sudah bisa hidup bahagia (penuh surya taman kita//). Pada dasarnya manusia bisa hidup dalam keadaan yg cukup tidak perlu lebih.
7. Amanat
Amanat yg ingin disampaikan oleh Chairil Anwar adalah, jika ingin bahagia tidak harus memiliki rumah (materi) yg serba mewah. Meskipun dengan kehidupan yg sedehana asalkan disitu disertai dengan kasih sayang maka sudah cukup untuk menciptakan suatu kehidupan yg membahagian. Cukup sesuatu yg sederhana tetapi saling memiliki dan melengkapi, pasti sudah bahagia.
8. Feeling penyair
Feeling penyair, dalam hal ini adalah Chairil Anwar, adalah harapan atau keinginan yg dimiliki oleh seorang penyair melalui karyanya. Dalam puisi ini penyair menginginkan kehidupan yg sederhana saja dan tidak setuju dan berharap bisa menjalani kehidupan yg sederhana dan bahagia itu dengan ‘Kau’.

Baca Juga: Chairil Anwar yg Miskin dan Terpaksa Mencuri

ANALISIS STRUKTUR FISIK PUISI NYANYIAN GERIMIS KARYA SONI FARIDA MAULANA

Tulisan ini merupakantugas Pelatihan Daring Program Pengajar Pembelajar yang diunggah keGuruPembelajar.id Kelas KK F Jember.

Disusun Oleh: M.nasiruddin Timbul Joyo (SMP PGRI Jengawah)


Nyanyian Gerimis

     Karya Soni Farid Maulana

Telahkutulis jejak hujan
Padarambut dan kulitmu yang basah. Kuntum 
Demikuntum kesepian yg mekar seluas kalbu
Dipetikhangat percakapan juga mobilitas sukma
Yangsaling tahu gairah terpendam
Dialirkansungai ke muara
           Sesaat kita larut pada keheningan
           Cinta membuat kita betah hidup di bumi
           Ekor cahaya berpantulan pada matamu
           Seperti lengkung pelangi
           Sehabis hujan menyentuh telaga

Inikahmusim semi yg sarat nyanyian
Jugatarian burung-burung itu?
Kerinduanbagai awah gunung berapi
Saratletupan. Lalu desah nafasmu
Adalahpuisi adalah gelombang lautan
Yangmenghapus jejak hujan
Dipantai hatiku.
            Begitulah jejak hujan
            Pada kulit serta rambutmu
            Menghapus jeda dan bahasa
            Antara kita berdua
                         1988


1.Diksi merupakan Pilihan dan Penggunaan Kata


Pilihan dan penggunaan istilah dalam  Nyanyian Gerimisi karya Soni Farid Maulanalebih banyak memakai kata yang bermakna konotasi.

Berikut beberapa pilihan kata yang ada puisi NyanyianGerimis berdasarkan makna pungkasnya.

Kuntum,kata ini umumnya digunakanuntuk menyebut bunga pada frasa ‘sekuntum bunga’. Kata kuntum digunakanoleh penulis Nyanyian Gerimis dirangkai menggunakan kesepian. Kesepiandianggap mempunyai kermiripan dengan bunga. Kesepian adalah sesuatu yang tidakenak, merasa sendiri, namun jua mempunyai nilai keindahan, lantaran berkaitandengan gairah terpendam/ dialirkan sungai ke muara. Jadi, meskipun dalamkeadaan kesepian tetapi demi cinta ‘cinta membuat kita betah hayati di bumi.

Tidak hanya istilah kuntum, pilihan kata yang digunakanjuga poly yang misalnya itu, misalnya puisi yang diumpamakan dengan gelombanglautan dalam baris Adalah puisi adalh gelombang lautan.


2.Pengimaji atau Citraan


Citraan adalah gambaran yang terdapat pada puisi yangseolah-olah bisa dirasakan oleh alat indra insan.

Adapun citraan atau pengimaji dalam puisi NyanyianGerimis adalah menjadi berikut:
Citra Pendengaran

Citra pendengaran terdapat pada baris ‘inikah musim semi yg saratnyanyian’ (bait ketiga baris ke 2)

Nyanyianberkaitan menggunakan suara,maka nyanyian adalah tanda bahwa baris tadi mengandung citrapendengaran.

Selain baris tersebut, bari-baris berikut adalah jugamengandung citraan pendengaran pada puisi Nyanyian Gerimis:

            Saratletupan. Lalu desah nafasmu


            Sesaat kita larut dalam keheningan


Letupan serta desah nafas (bunyi nafas) dapatdiketahui melalui indra pendengaran. Begitu jua menggunakan keheningan. Keheninganberarti syarat tidak terdapat bunyi, kondisi sepi tersebut dapat diketahui denganindra indera pendengaran.

Citra Pengelihatan

            Ekorcahaya berpantulan pada matamu

            Seperti lengkung pelangi


Adanya ekor cahaya yg berpantulan bisa diketahuimelalui indra pengelihatan, begitu jua menggunakan lengkung pelangi.  Bentuk lengkung, dapat diketahui melaluipengelihatan begitu pula pelangi, yg identik menggunakan rona-warni.

Kata dan frasa lain yang memperlihatkan adana citrapengelihatan pada puisi di atas merupakan tarian burung-burung;.



Citra Peraba

Puisi Nyanyian Gerimis memiliki citraperaba, yaitu kata-istilah dalam puisi yg seolah dapat dirasakan melalui indraperaba. Antara lain terdapat dalam baris keempat bait pertama. Dalam baristersebut ada istilah hangat.

Hangat adalah kondisi yg dapat diketahui olehmanusia menggunakan indra peraba yang terdapat pada seluruh jaringan kulitnya.


3.Kata Konkret

Kata nyata adalah istilah yang ‘mewakili’ suatukeadaaan. Kata konkret yg masih ada pada puisi Nyanyian Gerimis adalah:

Pelangi yang melambangkan ‘keindahan penuh warna’

Musim semi melambangkan, ‘fase baru yg lebih indah’

4.Majas/Gaya Bahasa

Majas atau gaya bahasa yg masih ada  dalam puisi Nyanyian Gerimis di atasantara lain adalah personifikasi, metafora, sinekdok pars prototo, dan sinestesia.

Majas Personifikasi masih ada pada baris-barisberikut ini:

            NyanyianGerimis

Yang bisa bernyanyi adalah insan. Apabila gerimisbisa bernyanyi maka seolah-olah gerimis bertindak misalnya  insan, maka ini adalah majas personifikasi.

            Tarian burung-burung


Sama halnya menggunakan penjelasan baris judul. Yangdapat menari merupakan insan. Maka tarian burung merupakan personifikasi.

Majas Metafora
 Majasmetafora terdapat dalam baris,
             

Demi kuntum kesepian yg mengembang seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan jua gerak sukma

Dipetik adalah pekerjaan yang dikenakan buat buahdan bunga. Pada baris puisi di atas, istilah dipetik diperuntukkan pada kondisi ‘kesepian’.

Majas Sinekdok Pars Prototo
Majas ini juga terdapat dalam puisi NyanyianGerimisi, khusunya dalam baris:

            Begitulah jejak hujan

            Pada kulit dan rambutmu


Yang disebutkan pada baris puisi tadi ‘hanya’rambut serta kulit, padahal kedua istilah tadi (rambut serta kulit) merupakan seluruhtubuh. Maksudnya semua tubuh basah kehujanan.

Majas Sinestesia
Majas sinestesia secara sederhana dapat diartikansebagai pertukaran istilah yang digunakan dari indra tertentu.

            Dipetikhangat dialog.....


Baris pada atas menggunanakan kata hangat  buat percakapan.  Hangat seharusnya digunakan buat sesuatuyang dapat diketahui memakai indra peraba, misalnya udara hangat.percakapan yang merdu, misalnya sama-sama memakai indra pendengar. Makapenggunaan hangat dalam frasa hangat percakapan merupakan majassinestesia.


5.Rima/Irama


Rima dan Irama pada puisi di atas tidak begitukuat, sehinga nir ada yang spesial menurut segi rima dan irama.  Masing-masing bait nir konsisten penggunaanbunyi akhirnya, tetapi penggunaan beberapa suara sengau (akhir alfabet m, u, dann) memberitahuakn bahwa puisi tadi mengandung kesedihan.

MEMAHAMI MAKNA DAN KEINDAHAN PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR

Cintaku Jauh pada Pulau adalah salah satu puisi cinta karya Chairil Anwar.


Puisi ini menceritakan kisah cinta yg terpisah oleh jarak serta terpisah oleh maut. Dalam penggambarannya, puisi ini menganalogikan hidup (kisah cintanya) menggunakan perahu serta bahari. Berikut puisi lengkapnya.


Cintaku Jauh pada Pulau



Karya Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau,
gadis anggun, kini iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,

di leher kukalungkan ole-ole untuk si pacar.
angin membantu, bahari terang, tapi terasa
aku nir ‘kan sampai padanya.

Di air yg tenang, pada angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan bahtera ke pangkuanku saja,”

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk menggunakan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku meninggal, beliau mati iseng sendiri.

(Chairil Anwar, 1946)

Untuk memahami makna sebuah puisi, bisa dilakukan dengan cara menciptakan parafrasenya. Dengan menciptakan parafrase, istilah-istilah puisi yang dalam serta singkat mampu lebih gampang dipahami. 

Parafrase Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

(gadis yang sebagai) Cintaku (berada) jauh di pulau (lain),
gadis (yg manis)cantik, kini (lagi) iseng sendiri

(waktu) Perahu melancar, (serta cahaya) bulan memancar,
di leher(nya) (ingin) kukalungkan ole-ole buat si (gadis) pacar(ku itu).
angin membantu (meniup), bahari terang (sang cahaya bulan), akan tetapi terasa
aku tidak ‘kan (pernah) sampai padanya.

Di air (bahari) yang hening, di (saat) angin (bertiup) mendayu,
di (waktu) perasaan (rindu) penghabisan segala (serta perahu) melaju
(saat perahu berlayar, justru)Ajal (sedang) bertakhta, sambil mengatakan:
“Tujukan bahtera ke pangkuanku saja,”

Amboi! Jalan (buat menuju cintaku) sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang (kunaiki) beserta (segala rindu dan sang-oleh) ‘kan merapuh!
Mengapa (justru) Ajal (yang) memanggil dulu
Sebelum sempat (aku bertemu serta) berpeluk menggunakan cintaku?!

(gadis) Manisku (masih) jauh di pulau,
kalau ‘ku meninggal (serta tak sempat bertemu), (hingga) dia meninggal (akan meninggal) iseng sendiri (buat menungguku).

BACA JUGA: Parafrase Puisi Cintaku Jauh pada Pulau yang Lebih Lengkap dan Mendalam

Dari parafrase di atas bisa diketahui bahwa aku sedang menapaki jalan menuju untuk menaruh sang-sang dan melepaskan rindu karena bertahun-tahun nir bertemu. Dalam perjalanannya menuju si pacar yang berada jauh di pulau, aku menaiki bahtera. Keadaannya bahari hening, cuaca cerah, angin pun bertiup dengan hening. 

Tetapi dalam pejalanan yang damai, justru ajal yg memanggil dulu. Padahal perjalannya telah usang bertahun-tahun. Jika hingga benar-sahih ajal datang, maka aku akan mati serta tidak akan sempat bertemu menggunakan pacarnya yang sedang menunggu.

Lapis Makna

Dari penerangan parafrase, diceritakan seseorang lelaki yang sedang menuju ke arah kekasihnya. Gadis yg dicintainya ada jauh di pulau. Jauh pada sini bisa dimaknai dengan jarak yang sangat jauh. Bisa jarak harta atau status, sehingga sulit buat menuju ke arah gadis pujaannya.

Ketika beliau berusaha buat menemui (melamar/menikahi) pacarnya awalnya jalannya sangat gampang, sebagai akibatnya perahu (perjalanannya) sangat mudah. Di tengah kemudahan perjalannya, si lelaki justru merasa bahwa tujuannya nir akan tercapai. Ketika telah dalam bepergian justru tampaknya beliau merasa akan mangkat . Padahal dia sangat merindukan pacarnya.

Perjalanan cintanya yg sudah bertahun-tahun ditempuh akan segera kandas. Digambarkan dengan bahtera yang ringkih. Perahu yang rapuh pasti karam pada samudera . Padahal jika hingga beliau meninggal, sang pacar pula akan mati lantaran menyesali kesedihan dan kesendiriannya.

Tema dalam Puisi Cintaku Jauh pada Pulau Karya Chairil Anwar

Tema pada puisi di atas adalah seperti tema karya sastra angkatan 20-30an. Padahal Chiril Anwar merupakan sastrawan angkatan 45. 

Tema puisi tadi merupakan 'Kasih tidak hingga'. Yaitu perasaan cinta pada seseorang tetapi akhirnya tidak mampu hidup bersama (menikah) karena terlebih dahulu dipisahkan sang ajal. 

Bedanya dengan angkatan 20-an serta 30-an. Yang memisahkan cinta tokoh saya bukan adat atau orang tua, melainkan takdir usia.

Hal ini tampak pada baris puisi:

Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk menggunakan cintaku?!

Feeling atau Perasaan Penyair pada Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

Perasaan penyair yg digambarkan dalam puisi di atas adalah perasaan cinta yang menggebu. Awalnya cinta yang sangat bahagia. Hal ini tampak dalam bait pertama:

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole untuk si pacar.

Akan namun pada bait itu juga, penyair merasa bahwa ada sesuatu yg akan menganggu bepergian cintanya. Penyair berkata:

tapi terasa
aku nir ‘kan sampai padanya.

sampai pada akhirnya, penyair sahih-benar kecewa karena tidak bisa hidup bersama kekasihnya yg manis lantaran terlebih dahulu dipisahkan oleh ajal atau kematian.

Nada dan Suasana pada Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

Nada yang digunakan oleh penyair pada puisi tersebut adalah nada kegetiran dan kekhawatiran Hal ini tampak dengan penggunaan istilah yang mengandung alfabet r di akhir istilah yaitu: melancar, memancar, pacar. Akhir bunyi r menggambarkan suasana yang nir nyaman.

Juga terdapat suasana murung dengan digunakan suara akhir -uh pada kata rapuh, tempuh akhir bunyi -u yang berulang pada bait ketiga. Penggunaan nada u yang berulang memberitahuakn kesedihan dan ketidakberdayaan.

Amanat Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui amanat menurut puisi tadi adalah:

Ketika kita mencicipi cinta pada seseorang kita wajib memperjuangkannya. Memperjuangkan menggunakan sekuta energi dan butuh saat yg lama (jalan sudah bertahun kutempuh). 

Akan tetapi, jalan yg telah bertahun ditempuh itu bukan berarti mengindikasikan perjuangan belum berakhir dan sanggup hayati bahagia bersama, tetapi jua mampu berakhir sedih lantaran wajib berpisah serta nir melanjtkan hubungan.

Dalam syarat tersebut kita wajib siap.

Keindahan Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

Keindahan puisi di atas muncul karena penggunaan majas yang baik. Menggunakan aliterasi dan asonansi. Juga memakai rima di masing-masing baitnya. Tidak hanya itu, ciri spesial Chairil Anwar yg senang memenggal baris dan memenggal istilah juga menambah keindahan puisi tadi.

Majas Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

terdapat dalam baris:

Ajal memanggil dulu

Baris pada atas mengandung majas personifikasi karena ajal seolah-olah bertingkah seperti manusia yang bisa memanggil-manggil.


Aliterasi serta Asonansi Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

aliterasi s. adalah perulangan bunyi konsonan s yang terdapat dalam baris:

gadis anggun, kini iseng sendiri

Masing-masing istilah dalam baris tersebut mengandung alfabet s.

asonansi a merupakan iterasi bunyi vokal a yg terdapat pada bari:

Ajal bertakhta sambil berkata

Masing-masing istilah pada beris pada atas mengandung suara a yang berulang-ulang.


Rima atau Sajak Puisi Cintaku Jauh pada Pulau

Rima atau sajak merupakan pengulangan bunyi bahasa dengan pola eksklusif. Rima dalam puisi Chairil Anwar tadi terdapat dalam bait dua, bait 3, serta bait 4.

Bait dua bisa dikatakan bersajak aa-bb. Hal ini tampak dalam suara akhir yang sama antara memancar dan pacar serta suara terasa dan padanya. R-R-A-A.

Bait ketiga mengandung rima yang sama yaitu menggunakan suara akhir mendayu-melaju dan berkata-saja. 

Begitu jua menggunakan bait keempat yang diakhiri menggunakan istilah tempuh dan rapuh serta dulu dan cintaku.

Pemenggalan Kata Chairil Anwar pada Cintaku Jauh pada Pulau 

Chairil Anwar dikenal sebagai penyair yg suka memenggal istilah sehingg hanya ditulis sebagian saja menggunakan memakai apostrof pada awalnya. Misalnya pada puisi Taman karyanya dia hanya menusil 'nusia padahal yang dimaksud merupakan manusia.

Pemenggalan istilah misalnya itu pula masih ada pada puisi ini, yaitu:

ole-ole
'kan
'ku

Kata ole-ole pada baris: di leher kukalungkan ole-ole untuk si pacar. Jika ditulis 'normal' adalah oleh-sang yang ialah sama dengan buah tangan.

'kan adalah bentuk pemendekan istilah akan yang terdapat pada baris keempat bait ke 2: aku nir ‘kan sampai padanya.

'ku adalah bentuk pemendekan berdasarkan kata aku yang terdapat pada baris terakhir: kalau ‘ku meninggal, beliau mati iseng sendiri.

Demikian penerangan tentang makna serta keindahan yg terdapat pada puisi Cintaku Jauh pada Pulau karya sastrawan akbar pelopor angkatan 45, Chairil Anwar.

Salam Pustamun!

PENGERTIAN MAJAS DAN CONTOHNYA

Majas merupakan rangkaian istilah serta kalimat yg nir wajar tetapi memiliki makna. Ini merupakan pengertian majas yang paling sederhana yang dapat disampaikan pada anak-anak di sekolah.
Berikut penjelasan sederhananya.
Majas itu selalu berisi hal yang hiperbola, model:
Pohon kelapa menari bersama angin.

Apakah wajar 'pohon kelapa menari' tentu jawabannya nir. Tapi lantaran kalimat di atas adalah majas, kalimat di atas permanen memiliki makna, yaitu 'beranjak'. Jadi merupakan adalah pohon kelapa yg berkiprah karena tertiup angin.

Begitu jua menggunakan model-contoh majas berikut adalah:
darahnya mengucur deras menganak sungai.
mampirlah ke gubukku.
Dua kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak lumrah. Tidak mungkin darah yang mengucur hingga misalnya anak sungai yg mengalir. Sebelum itu terjadi niscaya orangnya sudah mangkat dan akhirnya darah nir lagi mengalir.
Penggunaan kata 'gubuk' dalam dasarnya pula sesuatu yg tidak wajar. Tidak mungkin orang tinggal pada gubuk. Gubuk merupakan tempat berteduh pada sawah yg berfungsi buat melindungi diri berdasarkan sengatan matahari waktu istirahat, atau berlindung berdasarkan fauna liar serta hawa dingin waktu menjaga tanaman pada malam hari.
Sejelek apapun, yang dimaksud gubuk dalam majas pada atas bukan gubuk, melainkan rumah.
Adapun pengertian majas yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan cara melukiskan sesuatu menggunakan jalan menyamakannya dengan sesuatu yg lain. (lihat KBBI, 2008 halaman 859).
Pengertian majas, baik yang pertama secara sederhana di atas maupun yg  dalam kamus, memiliki keterbatasan. Tidak selamanya majas benar-benar tidak masuk akal. Tidak selamanya majas pula dibandingkan (disamakan) menggunakan menggunakan hal lain yang memiliki hal yg mirip atau berupa kiasan.
Mari kita perhatikan majas repetisi berikut ini,
"Sekali Merdeka, Tetap Merdeka!"
Kalimat pada atas merupakan salah satu bentuk majas, yaitu termasuk jenis majas repetisi. Majas repetisi adalah majas yang mengandung pengulangan beberapa istilah yg sama. Dalam model majas pada atas, istilah yg sama adalah istilah 'merdeka'. Majas di atas nir disamakan menggunakan kalimat atau sesuatu yg lain. Majas di atas jua berupa kalimat yg lumrah.
Sekali lagi, dua pengertian sebelumnya tidak sepenuhnya sahih. Maka pengertian majas perlu disempurnakan lagi supaya mengakomodasi (mencakup) semua jenis majas yang dipelajari dalam bahasa Indonesia.
Alternatif Pengertian Majas yang Komprehensif
Pengertian majas yg komprehensif maksudnya merupakan, pengertian majas yang mampu mengakomodasi seluruh jenis majas. Maka cara lain pengertian majas yang sempurna adalah:
Gaya bahasa atau cara menggunakan serta menyusun kalimat yg bertujuan buat memperindah arti serta mempertajam maksud sinkron dengan kehendak penyusunnya, baik menggunakan cara menggunakan kalimat yang tidak lumrah atau membandingkan (menyamakan) dengan sesuatu hal yg lain.
Dengan pengertian yang luas tersebut, majas bisa dipahami menggunakan lebih gampang pengertiannya. Apabila telah dimengerti, maka pembelajaran majas pada sekolah bisa berjalan dengan baik.

ANALISIS STRUKTURAL GENETIK PUISI SENJA DI PELABUHAN KECIL KARYA CHAIRIL ANWAR VERSI 2

Analisis struktural genetik puisi Senja pada Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar.

Artikel ini merupakan tugas Tagihan pada program GuruPembelajar.id.
Disusun Oleh M. Nasiruddin Timbul Joyo, Peserta Kelas Bahasa Indonesia D Jatim KK-F Jember-1.

Semoga berguna untuk pembanding pembelajaran.

SENJA DI PELABUHAN KECIL

(Chairil Anwar,1946)
Buat Sri Aryati
Ini kali nir ada yang mencari cinta
Di antara gudang-gudang, rumah tua, dalam cerita
Tiang dan temali. Kapal, perahu tiada yang berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam, ada juga kelepak elang
Menyinggung muram,desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini , tanah, air tidur, hilang ombak.

Tiada lagi, aku sendiri, Berjalan
Menyisir semenanjung, masih penggap harap
Sekali tiba di ujung serta sekali selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan mampu berdekap


Struktur Fisik Puisi Senja pada Pelabuhan Kecil

a. Tipologi

Puisi Senja pada Pelabuhan Kecil denganpenjelasan judul Buat Sri Aryati, terdiridari 12 baris. Masing-masing baris berkaitan antara satu dengan yg lainnya.misalnya:
            Gerimisimempercepat kelam, ada jua kelepak elang

            Menyinggungmuram, desir hari lari berenang

Chairil Anwar sebagi Pelopor Angkatan 45 mempunyaiciri khas memenggal baris puisi tidak pada tempatnya. Chairil melakukan ini buat keseuaian baris serta suara akhir. Keduabaris pada atas dipenggal nir pada tempatnya buat memunculkan suara yg samayaitu /–ng/.

Jika ditulisdengan kaidah penulisan yg benar maka mampu ditulis Gerimis meningkatkan kecepatan kelam/ Ada jua kelepak elang menyinggung muram/


Semua barispuisi tadi, oleh Chairil dipenggal sekenanya buat memperindah suara.

b. Diksi

Pilihan katayang khas Chairil Anwar adalah ketikadia menulis sering kali membarui susunan frasa. Dalam puisi Senja pada Pelabuhan Kecil ini, hal itu tampak pada baris kedua
Ini kali nir ada yang mencari cinta

Frasa ini kali jika ditulis ‘normal’ merupakan kali ini. Jadi, Kali ini tidak terdapat yang mencari cinta.

Ciri spesial Chairil ini jua tampak dalam puisinyayang lain yg berbunyi

            Ini mukapenuh luka.

Maksudnyaadalah muka ini.


Diksi spesial Chairil adalah buat. Chairil Anwar hampir selalu memakai kata buat alih-alih kata untuk. Buat Sri Aryati sama jua dengan Buat Dien Tamaila.

Diksi khasselanjutnya merupakan sedu dan penghabisan. Kata sedu yang dimaksud Chairil Anwar adalah tangisan. Sementara kata penghabisanyang dimaksud dalah terakhir.



c. Pengiamjian / Citraan

Citraan ataupengimajian yang ada pada puisi Senja diPelabuhan Kecil adalah citraan pengelihatan (visual) dan citraanpendengaran.
Citraanpendengaran masih ada dalam baris berikut ini:
Gerimismempercepat kelam, terdapat juga kelepak elang

Kelepakmerupakan bunyi untuk menirukan hentakan sayap menggunakan badan hewan yang bisaterbang. Maka, kelepak elang dapatdiketahui dengan indra telinga.

Citraanpendengaran jua masih ada dalam baris:
Menyinggungmuram,desir hari lari berenang

Desir adalahtiruan suara angin.

Citraanpengelihatan terdapat pada beris ini dia:
Tiang sertatemali. Kapal, perahu tiada yang berlaut,

Adana kapal,temali, perahu, dapat diketahui menggunakan indra pengelihatan.


d. Majas / Gaya Bahasa

Gaya bahasayang terdapat pada Puisi Senja diPelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar ini merupakan majas personifikasi.

Majaspersonifikasi yaitu majas yang menerangkan bahwa benda tewas atau hal lainbertingkah seperti insan. Dalam puisi ini masih ada dalam baris:
            .....kelepak elang

            Menyinggunmuram....

Biasanyayang dapat menyinggung perasaan adalah orang dengan ucapannya. Ini kelepakelang dipersonifikasikan misalnya ucapan manusia yg dapat menyinggung.
           
            ......desir hari lari berenang

Dalam baristersebut, desir (bunyi)dipersonifikasikan menggunakan tindakan lariberenang.

e. Rima / Irama

Permainanbunyi (rima) yg digunakan oleh Chairil Anwar dalam puisi Senja pada Pelabuhan Kecil ada dua macam, yaitu permaian bunyi aliterasi dan permainan bunyi akhir.

Aliterasiatau perulangan bunyi konsonan masih ada pada baris berikut adalah:
Menghembusdiri pada mempercaya mau berpaut

Pada barisdi atas masih ada perulangan bunyi /m/. Bunyi /m/ berulang-ulang sebanyak limakali, masing-masing pada kata menghembus,pada, mempercaya, dan mau.


Masing-masingbaris dalam puisi Senja di PelabuhanKecil memiliki pola yang sama yaitu 2 baris mempunyai rima yg sama.jadi, bunyi akhir baris satu dan 2 sama. Baris 3 sama dengan bariskeempat. Baris kelima sama dengan keenam. Baris ke 7 sama menggunakan kedelapan.
Sementaraempat baris terakhir mempunyai pola a-b-a-b.
Tiada lagi, aku sendiri, Berjalan (a)

Menyisir semenanjung, masih penggap harap (b)

Sekali tiba di ujung serta sekali selamat jalan (a)

Dari pantai keempat, sedu penghabisan mampu berdekap (b)


f. Kata Konkret

Kata konkretdalam Puisi Senja pada Pelabuhan Kecil antaralain:
Pelabuhan mewakilitempat buat menambatkan hati.

Pantai mewakilimakna loka indah yang menjadi ujung perjalanan.

Senja mewakilimakna hari telah mulai berakhir atau akhir sebuah usaha.

Perahu mewakilikehidupan. Jadi perahu yang tak lagimelaut berarti akhir sebuah kisah berumah tangga atau interaksi percintaan.


Struktur Batin Puisi Nyanyian Gerimis

a. Tema

Tema Puisi Senja pada Pelabuhan Kecil adalah putus interaksi yaitu tema humanisme.mengisahkan seoarang manusia yg kehilangan orang yg dicintai kemudianberjalan mencari tempat (cinta) yang lain.

b. Perasaan

Feeling penyairdalam puisi Senja pada Pelabuhan keciladalah perasan murung . Tampak pada penggunaan kata penggap yang berarti suasana nir nyaman buat bernafas. Selainitu, pula masih ada istilah sedu yangartinya menangis. Jadi, penyair sedang bersedih pada puisi tadi.

c. Nada

Nada puisi Senja pada Pelabuhan Kecil adalahkesedihan serta kemurungan. Hal ini tampak pada penggunaan simbol-simbolkesedihan misalnya istilah muram, senja,penggap, sedu, dan kelam.


d. Amanat


Amanat yangdapat dipetik berdasarkan puisi Senja diPelabuhan adalah:
1. Rodaharus terus berputar, kita harus terus berjalan (berjuang) buat menemukan halyang kita inginkan.
2. Untukterbebas berdasarkan kondisi tidak nyaman (tanpa cinta) kita wajib berjalan bahkan danberusaha sekuat tenaga.

3. Dalammemperjuangkan yg diinginkan sering kali manusia menerima kesulitan dantidak berhasil dalam satu kali percobaan. Dalam puisi, baru berhenti dalam pantai keempat. Jadi, pada pantaipertama hingga ketiga masih gagal menemukan yang diinginkan.

ANALISIS STRUKTUR LAHIR DAN STRUKTUR BATIN PUISI HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO GURUPEMBELAJAR.ID

Analisis struktural genetik puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono. 

Artikel ini merupakan tugas tagihan pada program pelatihan Pengajar Pembelajar yang disususn sang M. Nasiruddin Timbul Joyo, Peserta Kelas Bahasa Indonesia D Jatim KK F Jember-1. 

Semoga dapat dijadikan bahan perbandingan.



Hujan Bulan Juni
         Karya Sapardi Joko Damono

Tak ada yg lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yg berbunga itu

Tak ada yg lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Taka ada yg lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yg tidak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
                   (hujan bulan juni, 1994)




Struktur Fisik Puisi Hujan Bulan Juni.

a. Tipologi

Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi DjokoDamono terdiri berdasarkan 3 bait yg masing-masing bait terdiri berdasarkan empat baris.masing-masing baris nir lebih berdasarkan sebelas suku istilah.

b. Diksi

Pilihan katayang dipakai oleh Sapardi Djoko Damono adalah kata-istilah yang bernas danmenunjukkan kedalaman makna. Kata yg sangat kuat adalah tabah, bijak, dan arif. Ketiganyadibandingkan menggunakan hujan bulan juni.
c. Pengiamjian/Citraan

CitraPengelihatan (Imaji Visual)
Merupakancitraan yg sangat secara umum dikuasai dalam puisi HujanBulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini. Citraan yang lain tidak tampak.masing-masing bait, mengandung citraan pengelihatan.
Salah satubaris yang paling bertenaga memberitahuakn citraan pengelihatan adalah baris berikutini:
Kepada pohon yg berbunga itu

Kondisi pohon yg berbunga dapat diketahuidengan indra pengelihatan.

Selain citrapengelihtan juga ada gambaran indera pendengaran yang mungkin bisa dilekatkan pada baitpertama, lebih tepatnya pada baris:
Dirahasiakannyarintik rindunya

Rintikmerupakan bunyi yg dapat ditangkap menggunakan indra indera pendengaran.


d. Majas / Gaya Bahasa

Puisi Hujan Bulan Juni memiliki dua majas.majas yang paling tampak adalah majas personifikasi. Yaitu seolang-olah hujan memilikif sifat tabah, bijak, dan arif seperti manusia. Baris pertama masing-masing bait mengandungmajas personifikasi ini.

Selain majaspersonfikasi, pula masih ada gaya bahasa repetisi. Repetisi penuh terdapat padabaris Dari hujan bulan Juni.

Ketiga baitpuisi tersebut mengandung baris ini di baris keduanya.

Selainrepetisi penuh, pula terdapat reptisi pengulangansebagian baris yaitu Adakah yanglebih.

e. Rima / Irama

Rima dalampuisi Hujan Bulan Juni, bisa diidentifikasi berupa aliterasi, yaitu perulangan bunyi konsonan.
Perulanganbunyi /n/ masih ada dalam baris
Hujan bulan Juni.

Masing-masingkata pada baris tersebut mengandung huruf /n/.


Perulanganbunyi /r/ terdapat pada baris:
            Dirahasiakannyarintik rindunya.

Masing-masingkata tersebut adalah rahasia, rintik, danrindu sama-sama diawali menggunakan suara /r/.


Perulangan bunyi /r/ lebih terasapada dua baris terakhir puisi Hujan BulanJuni berikut ini:
Dibiarkannyayang tidak terucapkan

Diserapakar pohon bunga itu


f. Kata Konkret

Kata konkretyang terdapat dalam Puisi Hujan BulanJuni adalah sebagai berikut:
“Pohon”mewakili manusia yg diam saja tapiindah. Yang dimaksud dengan pohon di sini adalah sesuatu yang dirindu danberbunga (indah). Meskipun nir bergerak mampu menyerap rindu.


“Bunga”mewakili perempuan.

Hujan”mewakili manusia yang terjatuh, Karenajatuhnya dalam Bulan Juni berartijatuh berkali-kali nir pada tempatnya. Juni umumnya animo kering.

Penjelasan lengkap tentang kata konkret dapat dibaca dalam artikel yg berjudul Kata Konkret pada Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono


Struktur Batin Puisi Hujan Bulan Juni

a. Tema

Tema puisi Hujan Bulan Juni adalah Cinta terpendam yang tak terungkapkan.
Meskipuncintanya tidak terungkapkan oleh insan (hujan) permanen tabah, arif, danbijaksana. Membiarkan keadaan menghapus jejak (cintanya) di jalan(kehidupan)nya. Dia ragu akan mengungkapkan ataukah nir.
Hinggaakhirnya dia membiarkan yg tidak terucapkan permanen terdapat dan diserap melalui akarpohon yang berbunga. Artinya, diserap serta diketahui secara sembunyi-sembunyi(akar tersembunyi di pada tanah) sang perempuan (pohon berbunga) yg dicintainya.

b. Perasaan

Perasaanpenyair yang tampak dalam Puisi HujanBulan Juni adalah perasaan orang yg sabar meskipun harus memendam rasa.kesabaran tersebut tampak pada penggunaan kata tabah, bijak, dan arif. Diajuga ragu membicarakan perasaannya hingga akhirnya dia menghapus jejak-jejaknya.

c. Nada

Nada puisitersebut merupakan kegetiran. Hal ini ditunjukkan menggunakan penggunaan alfabet /r/ yangberulang-ulang pada puisi. Pilihan kata yang digunakan jua memberitahuakn bahwapenyair mengalami keraguan. Hingga akhirnya menentukan diam saja. Mencintai dalamdiam.

d. Amanat


Adapun amanat puisi HujanBulan Juni adalah menjadi berikut:
1. Semua orang harus mempunyai sifat tabah, arif, dan bijakmeskipun segala sesuatu tidak misalnya yang kita harapkan.

2. Tidak semua hal yang kita inginkan mampu kita dapatkandengan gampang.