PUISI DENGAN RIMA

Puisi tanpa rima seperti bunga tapa warnanya
Puisi menggunakan rima adalah keindahan yang mengindahkan
kau adalah puisi pada hidup bersama rima-Nya
                                   (mun buat nay)

Salah satu ciri puisi adalah rima. Puisi yg bagus mengandung rima yang bagus. Sebenarnya apa yg dimaksud dengan rima. Berikut ini penjelasan singkat mengenai rima bersama contoh dalam puisinya.


Pengertian Rima
Rima adalah pengulangan bunyi yg berselang, baik di pada larik sajak juga dalam akhir larik sajak yg bedekatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa).
Berdasarkan pengertian dari KBBI di atas, inti rima adalah pengulangan bunyi. Pengulangan bunyi tadi nir sebatas akhir baris atau larik, sanggup pada awal, di tengah, mampu pada satu baris. Penandan pengulangan suara dapat diklaim sebagai rima apabila pengulangan tersebut saling berdekatan. Kalau terlalu jauh contohnya di baris pertama sama menggunakan baris kesepuluh, maka pengulangannya nir tampak.
Jenis-jenis Rima dalam Puisi
Rima Akhir merupakan rima atau pengulangan bunyi yang ada pada akhhir larik sebuah sajak atau puisi. Jadi, yg sama atau yg berulang-ulang merupakan suara akhir masing-masing barisnya.
Rima Berpeluk adalah rima akhir atau pengulangan bunyi akhir masing-masing larik atau baris yg jumlah barisnya genap. Jadi, bunyi akhir larik pertama sama menggunakan bunyi akhir larik ketiga. Bunyi akhir larik kedua, sama dengan suara akhir larik keempat. Contoh sederhana merupakan bersajak a-b-a-b
Rima Dalam adalah pengulangan antara dua istilah atau lebih yang terdapat pada satu larik sajak. Istilah lainnya adalah repetisi.
Rima Ganda adalah pengulangan suara yang terdiri atas dua suku istilah, namun suku kata yang pertama yg mendapat tekanan. Intinya terdapat pengulangan bunyi kata yang mempunyai satu suku istilah yg sama. Tidak keseluruhan istilah.
Rima Tengah pengulangan suara antara suku istilah pada posisi yg sama. Terdapat pada dua istilah pada satu larik sajak atau puisi.
CONTOH PUISI DENGAN RIMA

Puisi dengan Rima Akhir

Setiap bunga yang mekar
kusandingkan beserta jamuan pada altar
bersama rasa yg terus berkobar
berurat berakar
Puisi di atas mempunyai pengulangan bunyi pada akhir lariknya. Masing larik diakhiri denga suara -ar. Larik atau baris pertama kata akar. Larik atau baris kedua puisi merupakan kata altar. Kata berkobar di larik ketiga, dan berakar di larik terakhir. Masing-masing kata tadi yg terdapat pada akhir baris atau larik menampakan adanya rima akhir pada puisi.
Puisi menggunakan Rima Berpeluk 

Biarkan padi menguning bening
mengandung segala semangat petani
yang selalu tidak bergeming
diterpa badai terik sejak dini
Seperti penejelasan sebelumnya, rima berpeluk merupakan bunyi akhir yang sama antara baris satu serta 3, serta beris dua serta empat. Larik pertama serta larik ketiga puisi di atas memiliki bunyi akhir yg sama, yaitu bunyi -ing dari kata bening dan suara -ing pada kata geming.

Larik kedua yang diakhiri istilah petani memiliki bunyi akhir yg sam menggunakan istilah dini. Yaitu sama-sama berima akhir ni.
Puisi menggunakan Rima Dalam

Menghisap duka pada muka
merakit semangat merakit cita merakit ke hulu
Mengunduh buah 

dalam rabat bait puisi pada atas masih ada pengulangan bunyi kata yang sama pada satu larik puisi yaitu istilah merakit. merakit pada frasa merakit semangat dan merakit cita memiliki arti merangkai. Sementara yg merakit dalam merakit ke hulu memiliki arti menaiki rakit (perahu).
Puisi dengan Rima Ganda

Mengemban semangat
memeras semangat mengisi pundi sagu
wajah dan langkah tidak pernah ragu
sembari siul terus kumandangkan lagu

Rima yang masih ada dalam contoh puisi pada atas adalah rima ganda. Kata sagu, ragu, dan lagu. Ketiga istilah tersebut memiliki kesamaan pada suku istilah terakhirnya. Hanya disparitas satu huruf depannya saja.

Puisi menggunakan Rima Tengah
kobarkanlah hasratmu
bukan sekadar menimbun rongsokan
sebatas rangkai bangkai-bangkai lunglai
kau adalah pejuang lestari buat bumi

Puisi di atas mengandung Rima Tengah. Rima tengahn masih ada pada larik ketiga. Dalam larik terseebut terdapat pengulangan bunyi dalam suku istilah yg sama, yaitu suku istilah ke 2 masing-masing istilah rang-kai, bang-kai, dan lung-lai. Pada posisi suku istilah kedua, masih ada pengulangan bunyi -lai.

Rima-rima pada atas dalam model masing-masing puisinya menambah estetika sebuah puisi. Maka dari itu, setiap penyair perlu menambahkan rima dalam puisinya supaya lebih berkesan bagi pembacanya.
Di samping itu, jua terdapat ciri-ciri puisi yang lain yaitu adanya majas, adanya citraan.
Mari berpuisi, yuk lebih peduli, berusaha sebagai yang terpuji.
Salam Pustamun!
Terima kasih telah membaca contoh-model puisi. Baik Puisi menggunakan Rima Akhir. Puisi dengan Rima Ganda. Puisi menggunakan Rima berpeluk. Puisi dengan rima pada. Puisi menggunakan rima tengah.

ANALISIS STRUKTURAL GENETIK PUISI SENJA DI PELABUHAN KECIL KARYA CHAIRIL ANWAR VERSI 2

Analisis struktural genetik puisi Senja pada Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar.

Artikel ini merupakan tugas Tagihan pada program GuruPembelajar.id.
Disusun Oleh M. Nasiruddin Timbul Joyo, Peserta Kelas Bahasa Indonesia D Jatim KK-F Jember-1.

Semoga berguna untuk pembanding pembelajaran.

SENJA DI PELABUHAN KECIL

(Chairil Anwar,1946)
Buat Sri Aryati
Ini kali nir ada yang mencari cinta
Di antara gudang-gudang, rumah tua, dalam cerita
Tiang dan temali. Kapal, perahu tiada yang berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam, ada juga kelepak elang
Menyinggung muram,desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini , tanah, air tidur, hilang ombak.

Tiada lagi, aku sendiri, Berjalan
Menyisir semenanjung, masih penggap harap
Sekali tiba di ujung serta sekali selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan mampu berdekap


Struktur Fisik Puisi Senja pada Pelabuhan Kecil

a. Tipologi

Puisi Senja pada Pelabuhan Kecil denganpenjelasan judul Buat Sri Aryati, terdiridari 12 baris. Masing-masing baris berkaitan antara satu dengan yg lainnya.misalnya:
            Gerimisimempercepat kelam, ada jua kelepak elang

            Menyinggungmuram, desir hari lari berenang

Chairil Anwar sebagi Pelopor Angkatan 45 mempunyaiciri khas memenggal baris puisi tidak pada tempatnya. Chairil melakukan ini buat keseuaian baris serta suara akhir. Keduabaris pada atas dipenggal nir pada tempatnya buat memunculkan suara yg samayaitu /–ng/.

Jika ditulisdengan kaidah penulisan yg benar maka mampu ditulis Gerimis meningkatkan kecepatan kelam/ Ada jua kelepak elang menyinggung muram/


Semua barispuisi tadi, oleh Chairil dipenggal sekenanya buat memperindah suara.

b. Diksi

Pilihan katayang khas Chairil Anwar adalah ketikadia menulis sering kali membarui susunan frasa. Dalam puisi Senja pada Pelabuhan Kecil ini, hal itu tampak pada baris kedua
Ini kali nir ada yang mencari cinta

Frasa ini kali jika ditulis ‘normal’ merupakan kali ini. Jadi, Kali ini tidak terdapat yang mencari cinta.

Ciri spesial Chairil ini jua tampak dalam puisinyayang lain yg berbunyi

            Ini mukapenuh luka.

Maksudnyaadalah muka ini.


Diksi spesial Chairil adalah buat. Chairil Anwar hampir selalu memakai kata buat alih-alih kata untuk. Buat Sri Aryati sama jua dengan Buat Dien Tamaila.

Diksi khasselanjutnya merupakan sedu dan penghabisan. Kata sedu yang dimaksud Chairil Anwar adalah tangisan. Sementara kata penghabisanyang dimaksud dalah terakhir.



c. Pengiamjian / Citraan

Citraan ataupengimajian yang ada pada puisi Senja diPelabuhan Kecil adalah citraan pengelihatan (visual) dan citraanpendengaran.
Citraanpendengaran masih ada dalam baris berikut ini:
Gerimismempercepat kelam, terdapat juga kelepak elang

Kelepakmerupakan bunyi untuk menirukan hentakan sayap menggunakan badan hewan yang bisaterbang. Maka, kelepak elang dapatdiketahui dengan indra telinga.

Citraanpendengaran jua masih ada dalam baris:
Menyinggungmuram,desir hari lari berenang

Desir adalahtiruan suara angin.

Citraanpengelihatan terdapat pada beris ini dia:
Tiang sertatemali. Kapal, perahu tiada yang berlaut,

Adana kapal,temali, perahu, dapat diketahui menggunakan indra pengelihatan.


d. Majas / Gaya Bahasa

Gaya bahasayang terdapat pada Puisi Senja diPelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar ini merupakan majas personifikasi.

Majaspersonifikasi yaitu majas yang menerangkan bahwa benda tewas atau hal lainbertingkah seperti insan. Dalam puisi ini masih ada dalam baris:
            .....kelepak elang

            Menyinggunmuram....

Biasanyayang dapat menyinggung perasaan adalah orang dengan ucapannya. Ini kelepakelang dipersonifikasikan misalnya ucapan manusia yg dapat menyinggung.
           
            ......desir hari lari berenang

Dalam baristersebut, desir (bunyi)dipersonifikasikan menggunakan tindakan lariberenang.

e. Rima / Irama

Permainanbunyi (rima) yg digunakan oleh Chairil Anwar dalam puisi Senja pada Pelabuhan Kecil ada dua macam, yaitu permaian bunyi aliterasi dan permainan bunyi akhir.

Aliterasiatau perulangan bunyi konsonan masih ada pada baris berikut adalah:
Menghembusdiri pada mempercaya mau berpaut

Pada barisdi atas masih ada perulangan bunyi /m/. Bunyi /m/ berulang-ulang sebanyak limakali, masing-masing pada kata menghembus,pada, mempercaya, dan mau.


Masing-masingbaris dalam puisi Senja di PelabuhanKecil memiliki pola yang sama yaitu 2 baris mempunyai rima yg sama.jadi, bunyi akhir baris satu dan 2 sama. Baris 3 sama dengan bariskeempat. Baris kelima sama dengan keenam. Baris ke 7 sama menggunakan kedelapan.
Sementaraempat baris terakhir mempunyai pola a-b-a-b.
Tiada lagi, aku sendiri, Berjalan (a)

Menyisir semenanjung, masih penggap harap (b)

Sekali tiba di ujung serta sekali selamat jalan (a)

Dari pantai keempat, sedu penghabisan mampu berdekap (b)


f. Kata Konkret

Kata konkretdalam Puisi Senja pada Pelabuhan Kecil antaralain:
Pelabuhan mewakilitempat buat menambatkan hati.

Pantai mewakilimakna loka indah yang menjadi ujung perjalanan.

Senja mewakilimakna hari telah mulai berakhir atau akhir sebuah usaha.

Perahu mewakilikehidupan. Jadi perahu yang tak lagimelaut berarti akhir sebuah kisah berumah tangga atau interaksi percintaan.


Struktur Batin Puisi Nyanyian Gerimis

a. Tema

Tema Puisi Senja pada Pelabuhan Kecil adalah putus interaksi yaitu tema humanisme.mengisahkan seoarang manusia yg kehilangan orang yg dicintai kemudianberjalan mencari tempat (cinta) yang lain.

b. Perasaan

Feeling penyairdalam puisi Senja pada Pelabuhan keciladalah perasan murung . Tampak pada penggunaan kata penggap yang berarti suasana nir nyaman buat bernafas. Selainitu, pula masih ada istilah sedu yangartinya menangis. Jadi, penyair sedang bersedih pada puisi tadi.

c. Nada

Nada puisi Senja pada Pelabuhan Kecil adalahkesedihan serta kemurungan. Hal ini tampak pada penggunaan simbol-simbolkesedihan misalnya istilah muram, senja,penggap, sedu, dan kelam.


d. Amanat


Amanat yangdapat dipetik berdasarkan puisi Senja diPelabuhan adalah:
1. Rodaharus terus berputar, kita harus terus berjalan (berjuang) buat menemukan halyang kita inginkan.
2. Untukterbebas berdasarkan kondisi tidak nyaman (tanpa cinta) kita wajib berjalan bahkan danberusaha sekuat tenaga.

3. Dalammemperjuangkan yg diinginkan sering kali manusia menerima kesulitan dantidak berhasil dalam satu kali percobaan. Dalam puisi, baru berhenti dalam pantai keempat. Jadi, pada pantaipertama hingga ketiga masih gagal menemukan yang diinginkan.

MEMPELAJARI BENTUKBENTUK PUISI BARU DALAM SASTRA INDONESIA

WArga belajar--sekalian, dalam pembelajaran berikut adalah kita akan mencoba menilik tentang bentuk-bentuk Puisi baru yg terdapat dalam khasanah sastra pada Indonesia. Pada pembahasan yang kemudian kita telah mengenal apa saja yang dimaksud dengan puisi lama , puisi baru tidak sama dengan puisi lama . Isi bentuk, irama, dan bentuk persajakan yang masih ada pada puisi lama relatif tidak selaras karena telah mengalami beberapa perubahan pada puisi baru. Jika pada puisi lama , irama diucapkan secara permanen atau teratur dua kata-dua istilah sekali ucap, maka di dalam puisi baru, irama diucapkan sealun dan selaras menggunakan perasaan dan jalan pikiran pengarangnya. Isinya pun digambarkan pada bahasa yang bergerak maju, bebas serta lincah.
Berdasarkan jumlah baris dalam kalimat dalam setiap baitnya, puisi baru dibagi dalam beberapa bentuk puisi, yaitu :
  1. Sajak dua seuntai atau distikon
  2. Sajak tiga seuntai atau tarzina
  3. Sajak empat seuntai atau quatrin
  4. Sajak 5 seuntai atau quit
  5. Sajak enam seuntai atau sektet
  6. Sajak tujuh seuntai atau septina
  7. Sajak delapan seuntai atau oktava atau stanza
  8. Sajak empat belas seuntai atau Soneta. (menjadi pelengkap dan pengembangan selanjutnya).
Jika kita perhatikan pada puisi baru selain dibagi berdasarkan jumlah baris yg terkandung dalam tiap-tiap baitnya, juga dibagi berdasarkan isi yang terkandung pada dalamnya. Bentuk-bentuk puisi yg dibagi berdasarkan isi yang terkandung pada dalamnya merupakan sebagai berikut:
  1. Ode, yaitu sajak berisikan tntang puji-pujian pada seorang, bangsa atau sesuatu yg dipercaya mulia.
  2. Himne, yaitu puisi atau sajak kebanggaan kepada Tuhan yang Mahakuasa. Himne diklaim sajak Ketuhanan.
  3. Elegi, yaitu puisi atau sajak duka nestapa.
  4. Epigram, yaitu puisi atau sajak yg mengandung bisikan hayati yang baik serta benar, mengandung ajaran nasihat serta pendidikan agama
  5. Satire, yaitu sajak atau puisi yg mengecam, mengejek, menyindir dengan kasar (sarkasme) kepincangan sosial atau ketidak adilan yg terjadi dalam masyarakat.
  6. Romance, yaitu sajak atau puisi yg berisikan cerita mengenai cinta kasih, baik cinta kasih kepada lawan jenis, bangsa dan negara, kedamaian. Serta sebagainya.
  7. Balada, yaitu puisi atau sajak yang berbentuk cerita.
Warga belajar sekalian---Selain bentuk-bentuk puisi misalnya disebutkan pada atas, dalam puisi baru jua masih ada satu bentuk puisi yang lain, yaitu soneta. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat tentang puisi baru.
1. Distikon (Distichon)
Distikon atau Distichon merupakan sajak yang terdiri dari 2 baris kalimat dalam setiap baitnya. Distokon bersajak a-a
contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
2. Tarzina (Terzina)
Tarzina atau sajak tiga seuntai, merupakan setiap baitnya terdiri atas 3 buah kalimat. Tarzina dapat bersajak a-a-a; a-a-b; a-b-c; atau a-b-b.
Contoh:
Kadang-kadang au benci
    Bahkan hingga aku maki
       ......diriku sendir
seperti aku
    menjadi seteru
       ...... Diriku sendiri
Waktu itu
   Aku .....
       misalnya seseorang lain menurut diriku
Aku tak puas
    sebab itu saya menjadi buas
        menjadi buas serta panas
              (Or. Mandank)
3. Kuatrin (Quatrain)
Kuatrin atau Quatrain adalah sajak empat seuntai yang setiap baitnya terdiri atas empat buah kalimat. Kuatrin bersajak a-b-a-b, a-a-a-a, atau a-a-b-b
MENDATANG-DATANG JUA
Mendatang-datang jua
Kenangan usang lampau
Menghilang ada jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
adi kanda usang lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
               (A.M. Daeng Myala)
4. Kuint (Quint)
Kuint adalah sajak atau puisi yg terdiri atas lima baris kalimat pada setiap baitnya. Kuint berjasak a-a-a-a-a.
Contoh:
HANYA KEPADA TUHAN
Satu-satu perasaan
Yang aku rasakan
Hanya bisa aku katakan
kepada Tuan
Yang pernah merasakan
     Satu-satu kegelisahan
     Yang aku rasakan
     Hanya bisa aku kisahkan
     pada Tuan
     Yang pernah di resh gelisahkan
satu-satu desiran
yang saya dengarkan
Hanya dapat aku syarikan
kepada Tuan
Yang pernah mendengarkan desiran
     Satu-satu kenyataan
     Yang aku didustakan
     Hanya dapat aku nyatakan
     pada Tuan
     yang enggan merasakan
              (Or. Madank)
5. Sektet (Sextet)
Sektet adala sajak atau puisi enam seuntai, artinya terdiri atas enam bauh kalimat pada setiap baitnya. Sektet mempunyai persajakan yg nir beraturan. Dalam sektet, pengarangnya bebas menyatakan perasaannya tanpa menghiraukan persajakan atau rima suara.
Contoh:
MERINDUKAN BAGIA
Jika hari'lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Alam seperti pada samadhi
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terbatas
Menangis hari diiris sedih
              (Ipih)
6. Septina
Septina merupakan sajak tujuh seuntai yang setiap baitnya terdiri atas tujuh butir kalimat. Sama halnya menggunakan sektet, persajakan septina nir berurutan.
API UNGGUN
Diam damai kami memandang
Api unggun menyala riang
Menjilat meloncat menari riang
Berkilat-kilat bersinar terang
Nyala api nampak curai
Hanya satu cita dicapai
Alam nan tinggi, sunyi, sepi
             (Intojo).
  
7. Stanza
Stanza merupakan sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan butir kalimat. Stanza disebut pula oktava. Persajakan stanza atau oktava nir berurutan.
Contoh:
PERTANYAAN ANAK KECIL
Hai kayu-kayu serta daun-daun!
Mengapakah engkau bersenang-bahagia?
Tertawa-tawa bersuka-sukaan?
Oleh angin serta damai, serang?
Adakah angin tertawa dengan kami?
Bercerita cantik menyenangkan kami?
Aku tidak mengerti selera kamu!
Mengapa kamu tertawa-tawa
    Hai kumbang bernyanyi-nyanyi!
    Apakah yg engkau nyanyi-nyanyikan?
    Bunga-bungaan kau penuhkan suara!
    Apakah yang kamu suara-bunyikan?
    Bungakah itu atau madukah?
    Apakah? Mengapakah? Bagaimanakah?
    Mengapakan kamu tertawa-tawa?
        (Mr. Dajoh)
8. Soneta
Perkataan Soneta berasal berdasarkan kata Sonetto pada bahasa Italia yang berbentuk dari kata latin Sono yang berarti 'bunyi' atau 'bunyi', Adapun kondisi-kondisi soneta (bentuknya yg asli) adalah menjadi berikut.
a. Jumlah baris terdapat 14 buah
b. Keempat belas baris terdiri atas 2 butir kuatrain dan 2 buah terzina. Jadi pembagian bait itu: 2X4 serta 2X3
c. Kedua butir kuatrain adalah kesatuan yang dianggap stanza atau octav
d. Kedua butir Terzina adalah kesatuan, dianggap Sextet.
e. Octav berisi lukisan alam; jadi sifatnya objektif
f. Sextet berisi curahan, jawaban, atau kesimpulan sesuatu yg dilukiskan pada Octav; jadi sifatnya subjektif.
g. Peralihan berdasarkan Octav ke Sextet dianggap Volta.
h. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris umumnya antara 9 serta 14 suku istilah.
i. Rumusan serta sajak a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.
Tetapi seiring berjalannya ketika dan perkembangan global kesusastraan yg berubah sesuai dengan jamannya, para pujangga nir mengikuti kondisi-syarat di atas. Pembagian atas bait-bait, rumusan sajak serta hubungan isinya pun mengalami perubahan. Yang permanen dipatuhinya hanyalah jumlah baris yang 14 buah itu saja. Bahkan tak jarang jumlah yg 14 baris dirasa nir relatif sang pengarang buat mencurahkan angan-angannya. Itulah sebabnya lalu ditambah beberapa baris dari kehendak pengarang. Tambahan itu dianggap Cauda yang berarti ekor. Karena itu, kini kita temukan beberapa kemungkinan strukutur serta bagan. Soneta Shakespeare, contohnya memiliki bagan sendiri tentang soneta-soneta gubahannya, yakni:
a. Pembagian baitnya    : tiga X 4 dan 1 X 2
b. Sajaknya                      : a-b-a-b, c-d-c-d, e-f-e-f, g-g
Demikian jua pujangga lain, termasuk pujangga soneta Indonesia mempunyai cara pembagian bait dan rumus-rumus sajaknya sendiri.
Contoh:
GEMBALA
Perasaan siapa ta'kan nyala       (a)
Melihat anak berlagu dendang    (b)
Seorang saja ditengah padang   (b)
Tiada berbaju buka ketua           (a)
Beginilah nasib anak gembala                (a)
Berteduh pada bawah kayu nan ridang        (b)
Semenjak pagi meninggalkan sangkar (b)
Pulang ke rumah di senja kala                 (a)
Jauh sedikit sesayup sampai           (a)
Terdengar olehku bunyi serunai        (a)
Melagukan alam nan molek permai (a)
Wahai gembala di segara hijua                         (c)
Mendengarkan puputmu menurutkan kebau    (c)
Maulah saya menurutkan dikau                           (c)
                               (Muhammad Yamin, SH).
Demikianlah rakyat belajar sekalian tentang bentuk-bentuk puisi baru yg terdapat dalam kesusastraan puisi Indonesia pada umumnya, semoga bermanfaat dan dapat dipahami menjadi tambahan pengetahuan buat kalian seluruh. Terimakasih.

Sumber : Bahan belajar / Modul Bahasa dan Sastra Indonesia Kejar kesetaraan paket C 2010

PANTUN SYARATSYARAT ATAU CIRICIRINYA CONTOH DAN CARA MENULISNYA

Caraflexi.blogspot.com – Dalam postingan kali ini, dibahas pengertian pantun, karakteristik-ciri atau kondisi-kondisi pantun, model pantun denganbeberapa jenis serta tema, serta cara menulis pantun.

Pantun adalah karya sastra usang pada genre puisi. Karenaberupa karya sastra lama yang berupa puisi, maka pantun terikat olehsyarat-kondisi serta ketentuan-ketentuan. Penjelasan tadi adalah pengertianpantun secara sederhana.

Pengertian Pantun lebih lengkap merupakan menjadi berikut:
Pantun adalah karya sastra puisi usang yang terikat olehketentuan banyak baris, ketentuan banyak suku istilah, dan ketentuan suara akhir,serta ketentuan isi pantun.

Pengertian pantun pada atas berdasarkan pada syarat-syaratpantun. Adapun kondisi-syarat atau karakteristik-karakteristik pantun ada empat, yaitu:

  • -Dalam satu bait terdiridari empat baris
  • -Dalam satu baris terdiridelapan hingga 2 belas suku kata
  • -Bersajak a-b-a-b
  • -Dua baris pertama (barissatu dan baris dua) merupakan sampiran; Dua baris terakhir (baris tiga danbaris empat) merupakan isi


Syarat-syarat atau ciri-ciri pantun pada atas bisa dijelaskanlebih lanjut pada gambaran di bawah ini:

Satu Bait ada Empat Baris

Sebuah pantun bisa disusun menurut beberapa bait. Misalnya pantunberkait, maka terdiri dari beberapa bait dalam satu karya pantun.  Namun pada satu bait, tidak boleh terdapatlebih berdasarkan satu pantun.

Berikut ini adalah contoh pantun bertema pendidikan yangterdiri menurut dua bait:

Buku ditumpuk tidak berjajar

Pensil diraut jangan dipatah

Semangat dipupuk buat belajar

Sejak kecil telah bersekolah


Pensil diraut jangan dipatah

Kertas dilipat juga ditata

Sejak kecil telah sekolah

Besar kelak meraih cita-cita


Pantun pada atas adalah pantun berkait yang terdiri daridua bait. Masing-masing bait pada atas terdiri berdasarkan empat baris. Sehingga, totalbaris terdapat delapan baris.

Satu Baris Delapan hingga Dua Belas Suku Kata

Masing-masing baris pada pantun nir boleh keluar darisyarat ketentuan jumlah suku istilah. Satu baris minimal terdiri dari delapan sukukata, sedangkan jumlah suku kata dalam satu baris pantun maksimal sebesar duabelas sukukata.

Contoh Pantun Bertema Asmara atau Percintaan:

Beli rujak cantik tanpa petai

Beli rujak di tokopedia

Duduk berdua pada tepi pantai

Hati terasa senang bahagia


Baris pertama pantun pada atas terdiri berdasarkan 10 suku kata.baris kedua pantun pada atas terdiri dari 9 suku istilah. Baris ketiga terdiri dari10 suku kata. Baris keempat terdiri berdasarkan 11 suku kata.

Cara gampang menghitung jumlah suku istilah adalah denganmemahami batasan suku kata, yaitu rangkaian huruf pada satu pengucapan. Jugadisebut pengucapan satu tarikan nafas. Misalnya istilah petai terdiri daridua suku istilah yaitu pe-tai ad interim kata bahagia terdiri dariempat suku kata ba-ha-gi-a. Kedua kata tersebut (petai dan bahagia)meskipun sama-sama diakhiri dengan dua huruf vokal, pemenggalannya tidak sama.pada kata petai rangkain huruf ai tidak dapat dipisahkanpengucapannya pe-ta-i *.

Bersajak a-b-a-b

Yang dimaksud sajak merupakan rima akhir masing-masinghuruf. Penjelasan sajak a-b-a-b merupakan, huruf akhir baris pertama sama denganhuruf akhir alfabet ketiga, huruf akhir baris ke 2 sama dengan dengan hurufakhir baris keempat. Huruf akhir baris pertama tidak boleh sama menggunakan hurufakhir baris ke 2.

Contoh pantun bersajak a-b-a-b bertema persahabatan

Ada kucing mengejar kuda

Karena kuda bolos sekolah

Sahabat setia selalu ada

Meski bahagia juga susah


Baris pertama pantun pada atas

Baris 1-dua Sampiran; Baris 3-4 Isi


Sampiran merupakan baris yg terdiri menurut rangkaian istilah yangtidak memiliki maksud. Yang dibutuhkan dalam sebuah sampiran ‘sekadar’ bunyinyayang pas. Maksudnya bunyi akhir yg pas. Juga jumlah suku istilah yang pas.biasanya sampiran berisi hal yang tidak masuk akal.

Isi merupakan maksud dan inti yang ingin disampaikan dalamsebuah pantun.  Jadi, buat menulispantun yg perlu ditulis serta dipikirkan dulu merupakan isinya. Setelah selesaimenulis baris ketiga serta keempat, baru kemudian menulis baris pertama serta keduasebagai isi.

Contoh Pantun Bertema Lingkungan:
Ada bebek bermain kentongan

Kentongan dipukul nyaring suaranya

Ayo kita lestarikan lingkungan

Hidup sehat sejahtera semuanya


Baris pertama dan ke 2 merupakan sampiran. Sesuatu yangtidak penting dan nir masuk akal. Akan namun keberadaannya diperlukansebagai kondisi-kondisi pantun. Seperti dalam model pantun di atas, ada bebekbermain kentongan; kentongan dipukul nyaring suaranya.

Sangat tidak wajar seekor bebek bermain kentongan.