MEMPELAJARI BENTUKBENTUK PUISI BARU DALAM SASTRA INDONESIA

WArga belajar--sekalian, dalam pembelajaran berikut adalah kita akan mencoba menilik tentang bentuk-bentuk Puisi baru yg terdapat dalam khasanah sastra pada Indonesia. Pada pembahasan yang kemudian kita telah mengenal apa saja yang dimaksud dengan puisi lama , puisi baru tidak sama dengan puisi lama . Isi bentuk, irama, dan bentuk persajakan yang masih ada pada puisi lama relatif tidak selaras karena telah mengalami beberapa perubahan pada puisi baru. Jika pada puisi lama , irama diucapkan secara permanen atau teratur dua kata-dua istilah sekali ucap, maka di dalam puisi baru, irama diucapkan sealun dan selaras menggunakan perasaan dan jalan pikiran pengarangnya. Isinya pun digambarkan pada bahasa yang bergerak maju, bebas serta lincah.
Berdasarkan jumlah baris dalam kalimat dalam setiap baitnya, puisi baru dibagi dalam beberapa bentuk puisi, yaitu :
  1. Sajak dua seuntai atau distikon
  2. Sajak tiga seuntai atau tarzina
  3. Sajak empat seuntai atau quatrin
  4. Sajak 5 seuntai atau quit
  5. Sajak enam seuntai atau sektet
  6. Sajak tujuh seuntai atau septina
  7. Sajak delapan seuntai atau oktava atau stanza
  8. Sajak empat belas seuntai atau Soneta. (menjadi pelengkap dan pengembangan selanjutnya).
Jika kita perhatikan pada puisi baru selain dibagi berdasarkan jumlah baris yg terkandung dalam tiap-tiap baitnya, juga dibagi berdasarkan isi yang terkandung pada dalamnya. Bentuk-bentuk puisi yg dibagi berdasarkan isi yang terkandung pada dalamnya merupakan sebagai berikut:
  1. Ode, yaitu sajak berisikan tntang puji-pujian pada seorang, bangsa atau sesuatu yg dipercaya mulia.
  2. Himne, yaitu puisi atau sajak kebanggaan kepada Tuhan yang Mahakuasa. Himne diklaim sajak Ketuhanan.
  3. Elegi, yaitu puisi atau sajak duka nestapa.
  4. Epigram, yaitu puisi atau sajak yg mengandung bisikan hayati yang baik serta benar, mengandung ajaran nasihat serta pendidikan agama
  5. Satire, yaitu sajak atau puisi yg mengecam, mengejek, menyindir dengan kasar (sarkasme) kepincangan sosial atau ketidak adilan yg terjadi dalam masyarakat.
  6. Romance, yaitu sajak atau puisi yg berisikan cerita mengenai cinta kasih, baik cinta kasih kepada lawan jenis, bangsa dan negara, kedamaian. Serta sebagainya.
  7. Balada, yaitu puisi atau sajak yang berbentuk cerita.
Warga belajar sekalian---Selain bentuk-bentuk puisi misalnya disebutkan pada atas, dalam puisi baru jua masih ada satu bentuk puisi yang lain, yaitu soneta. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat tentang puisi baru.
1. Distikon (Distichon)
Distikon atau Distichon merupakan sajak yang terdiri dari 2 baris kalimat dalam setiap baitnya. Distokon bersajak a-a
contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
2. Tarzina (Terzina)
Tarzina atau sajak tiga seuntai, merupakan setiap baitnya terdiri atas 3 buah kalimat. Tarzina dapat bersajak a-a-a; a-a-b; a-b-c; atau a-b-b.
Contoh:
Kadang-kadang au benci
    Bahkan hingga aku maki
       ......diriku sendir
seperti aku
    menjadi seteru
       ...... Diriku sendiri
Waktu itu
   Aku .....
       misalnya seseorang lain menurut diriku
Aku tak puas
    sebab itu saya menjadi buas
        menjadi buas serta panas
              (Or. Mandank)
3. Kuatrin (Quatrain)
Kuatrin atau Quatrain adalah sajak empat seuntai yang setiap baitnya terdiri atas empat buah kalimat. Kuatrin bersajak a-b-a-b, a-a-a-a, atau a-a-b-b
MENDATANG-DATANG JUA
Mendatang-datang jua
Kenangan usang lampau
Menghilang ada jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
adi kanda usang lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
               (A.M. Daeng Myala)
4. Kuint (Quint)
Kuint adalah sajak atau puisi yg terdiri atas lima baris kalimat pada setiap baitnya. Kuint berjasak a-a-a-a-a.
Contoh:
HANYA KEPADA TUHAN
Satu-satu perasaan
Yang aku rasakan
Hanya bisa aku katakan
kepada Tuan
Yang pernah merasakan
     Satu-satu kegelisahan
     Yang aku rasakan
     Hanya bisa aku kisahkan
     pada Tuan
     Yang pernah di resh gelisahkan
satu-satu desiran
yang saya dengarkan
Hanya dapat aku syarikan
kepada Tuan
Yang pernah mendengarkan desiran
     Satu-satu kenyataan
     Yang aku didustakan
     Hanya dapat aku nyatakan
     pada Tuan
     yang enggan merasakan
              (Or. Madank)
5. Sektet (Sextet)
Sektet adala sajak atau puisi enam seuntai, artinya terdiri atas enam bauh kalimat pada setiap baitnya. Sektet mempunyai persajakan yg nir beraturan. Dalam sektet, pengarangnya bebas menyatakan perasaannya tanpa menghiraukan persajakan atau rima suara.
Contoh:
MERINDUKAN BAGIA
Jika hari'lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Alam seperti pada samadhi
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terbatas
Menangis hari diiris sedih
              (Ipih)
6. Septina
Septina merupakan sajak tujuh seuntai yang setiap baitnya terdiri atas tujuh butir kalimat. Sama halnya menggunakan sektet, persajakan septina nir berurutan.
API UNGGUN
Diam damai kami memandang
Api unggun menyala riang
Menjilat meloncat menari riang
Berkilat-kilat bersinar terang
Nyala api nampak curai
Hanya satu cita dicapai
Alam nan tinggi, sunyi, sepi
             (Intojo).
  
7. Stanza
Stanza merupakan sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan butir kalimat. Stanza disebut pula oktava. Persajakan stanza atau oktava nir berurutan.
Contoh:
PERTANYAAN ANAK KECIL
Hai kayu-kayu serta daun-daun!
Mengapakah engkau bersenang-bahagia?
Tertawa-tawa bersuka-sukaan?
Oleh angin serta damai, serang?
Adakah angin tertawa dengan kami?
Bercerita cantik menyenangkan kami?
Aku tidak mengerti selera kamu!
Mengapa kamu tertawa-tawa
    Hai kumbang bernyanyi-nyanyi!
    Apakah yg engkau nyanyi-nyanyikan?
    Bunga-bungaan kau penuhkan suara!
    Apakah yang kamu suara-bunyikan?
    Bungakah itu atau madukah?
    Apakah? Mengapakah? Bagaimanakah?
    Mengapakan kamu tertawa-tawa?
        (Mr. Dajoh)
8. Soneta
Perkataan Soneta berasal berdasarkan kata Sonetto pada bahasa Italia yang berbentuk dari kata latin Sono yang berarti 'bunyi' atau 'bunyi', Adapun kondisi-kondisi soneta (bentuknya yg asli) adalah menjadi berikut.
a. Jumlah baris terdapat 14 buah
b. Keempat belas baris terdiri atas 2 butir kuatrain dan 2 buah terzina. Jadi pembagian bait itu: 2X4 serta 2X3
c. Kedua butir kuatrain adalah kesatuan yang dianggap stanza atau octav
d. Kedua butir Terzina adalah kesatuan, dianggap Sextet.
e. Octav berisi lukisan alam; jadi sifatnya objektif
f. Sextet berisi curahan, jawaban, atau kesimpulan sesuatu yg dilukiskan pada Octav; jadi sifatnya subjektif.
g. Peralihan berdasarkan Octav ke Sextet dianggap Volta.
h. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris umumnya antara 9 serta 14 suku istilah.
i. Rumusan serta sajak a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.
Tetapi seiring berjalannya ketika dan perkembangan global kesusastraan yg berubah sesuai dengan jamannya, para pujangga nir mengikuti kondisi-syarat di atas. Pembagian atas bait-bait, rumusan sajak serta hubungan isinya pun mengalami perubahan. Yang permanen dipatuhinya hanyalah jumlah baris yang 14 buah itu saja. Bahkan tak jarang jumlah yg 14 baris dirasa nir relatif sang pengarang buat mencurahkan angan-angannya. Itulah sebabnya lalu ditambah beberapa baris dari kehendak pengarang. Tambahan itu dianggap Cauda yang berarti ekor. Karena itu, kini kita temukan beberapa kemungkinan strukutur serta bagan. Soneta Shakespeare, contohnya memiliki bagan sendiri tentang soneta-soneta gubahannya, yakni:
a. Pembagian baitnya    : tiga X 4 dan 1 X 2
b. Sajaknya                      : a-b-a-b, c-d-c-d, e-f-e-f, g-g
Demikian jua pujangga lain, termasuk pujangga soneta Indonesia mempunyai cara pembagian bait dan rumus-rumus sajaknya sendiri.
Contoh:
GEMBALA
Perasaan siapa ta'kan nyala       (a)
Melihat anak berlagu dendang    (b)
Seorang saja ditengah padang   (b)
Tiada berbaju buka ketua           (a)
Beginilah nasib anak gembala                (a)
Berteduh pada bawah kayu nan ridang        (b)
Semenjak pagi meninggalkan sangkar (b)
Pulang ke rumah di senja kala                 (a)
Jauh sedikit sesayup sampai           (a)
Terdengar olehku bunyi serunai        (a)
Melagukan alam nan molek permai (a)
Wahai gembala di segara hijua                         (c)
Mendengarkan puputmu menurutkan kebau    (c)
Maulah saya menurutkan dikau                           (c)
                               (Muhammad Yamin, SH).
Demikianlah rakyat belajar sekalian tentang bentuk-bentuk puisi baru yg terdapat dalam kesusastraan puisi Indonesia pada umumnya, semoga bermanfaat dan dapat dipahami menjadi tambahan pengetahuan buat kalian seluruh. Terimakasih.

Sumber : Bahan belajar / Modul Bahasa dan Sastra Indonesia Kejar kesetaraan paket C 2010

Comments