PENGERTIAN SENI DAN SENI RUPA JENISJENIS KARYA SENI RUPA

Manusia nir mampu lepas berdasarkan seni, karena seni merupakan keliru satu kebudayaan yang mengandung nilai estetika. Sedangkan setiap manusia menyukai estetika. Melalui seni orang bisa memperoleh kenikmatan secara batiniah.

Tidak ada yg bisa memastikan kapan seni mulai dikenal manusia. Namun, jejak-jejak peninggalan manusia dari masa lampau menerangkan bahwa seni tumbuh dan berkembang sejajar menggunakan perkembangan insan.

Menurut Ensiklopedia Indonesia, pengertian seni adalah penciptaan segala hal atau benda yg lantaran estetika bentuknya orang senang melihat atau mendengarnya. Tetapi tidak seluruh estetika (keindahan) itu selalu bernilai seni (artistik), lantaran kenyataannya nir semua yang indah itu bernilai seni. Banyak keindahan keindahan yang tidak termasuk dalam karya seni.

Keindahan seni adalah estetika yg diciptakan insan. Keindahan di luar kreasi insan nir termasuk estetika yang bernilai seni, contohnya estetika pantai di Bali, estetika Gunung Bromo, serta keindahan seekor burung merak. Jadi, seni adalah kreasi manusia yang mempunyai keindahan.

Bermacam jenis seni, diantaranya seni tari, seni musik, seni teater, dan seni rupa. Seni rupa merupakan hasil karya ciptaan insan, baik berbentuk 2 dimensi maupun tiga dimensi yang mengandung atau memiliki nilai estetika yang diwujudkan dalam bentuk rupa.

Seni rupa dipandang dari segi fungsinya dibagi menjadi dua gerombolan sebagai berikut.

  1. Seni rupa murni (fine art), yaitu karya seni yang hanya buat dinikmati nilai keindahannya saja. Karya seni ini bertujuan buat memenuhi kebutuhan batiniah. Seni rupa murni banyak ditemukan pada cabang seni grafika, seni lukis, dan seni patung.
  2. Seni rupa terapan (applied art), yaitu seni rupa yang mempunyai nilai kegunaan (fungsional) sekaligus memiliki nilai seni. Karya seni ini bertujuan buat memenuhi kebutuhan mudah atau memenuhi kebutuhan seharihari secara materi, misalnya furnitur, tekstil, serta keramik.

Berdasarkan wujud fisiknya, karya seni rupa terapan bisa digolongkan sebagai dua, yaitu sebagai berikut.

  1. Karya seni rupa terapan dua dimensi (dwimatra), Karya seni rupa terapan 2 dimensi, yaitu karya seni rupa yang mempunyai berukuran panjang serta lebar dan hanya sanggup dipandang menurut satu arah. Misalnya, wayang kulit, tenun, dan batik.
  2.  Karya seni rupa terapan 3 dimensi (trimatra), Karya seni rupa terapan 3 dimensi, yaitu karya seni rupa yg bisa ditinjau menurut segala arah dan memiliki volume (ruang). Misalnya, rumah norma, senjata tradisional misalnya rencong dan pedang, dan patung.

Jenis-Jenis Karya Seni Rupa Terapan Daerah Setempat

Hasil karya seni rupa terapan setiap wilayah tidak sama. Setiap daerah mempunyai karakteristik khas masing masing. Benda benda seni rupa terapan yang didapatkan di berbagai wilayah, di antaranya sebagai berikut.

1. Kerajinan batik
Sejarah batik di Nusantara berkaitan dengan perkembangan Kerajaan Majapahit serta kerajaan sesudahnya. Kain batik dibuat menggunakan cara melukis dengan memakai canting dan kuas pada atas kain dengan bahan lilin yg dipanaskan. Hasil proses membatik tersebut dinamakan batik tulis.

Daerah-daerah penghasil batik pada Nusantara, antara lain sebagai berikut.

a. Jawa Tengah dan Yogyakarta
Jawa Tengah adalah daerah produsen kain batik terbesar di Nusantara. Batik Jawa Tengah mempunyai corak yang khas dan sarat dengan filosofi. Daerah produsen batik di Jawa Tengah yg paling menonjol adalah Pekalongan, Solo, serta Semarang. Pusat produsen kain batik populer lainnya merupakan Yogyakarta.

1) Batik Yogyakarta dan Solo (Surakarta)
Sejarah batik Yogyakarta adalah pengembangan dari batik Solo. Hubungan berdasarkan kedua daerah tersebut sangat erat. Batik Yogyakarta serta Solo sarat filosofi serta lebih banyak didominasi warna cokelat dan biru tua. Ada sekitar 4.000 motif batik Yogyakarta, yang cukup populer, di antaranya merupakan motif parang, babon angrem, dan wahyu tumurun. Motif batik Solo, antara lain sidomukti, sidoluruh, dan lereng

2) Batik Pekalongan dan Semarang
Batik Pekalongan mempunyai ciri pesisir menggunakan corak ragam hias alami. Corak ragam hiasnya banyak menerima dampak dari Cina yang dinamis serta kaya akan warna. Batik Pekalongan banyak didominasi rona cerah, hijau, kuning, merah, dan merah muda, dan didominasi motif bunga (buketan). Batik Semarang poly didominasi rona cokelat, kuning, hijau, dan hitam menggunakan motif alam, misalnya bunga, dedaunan, serta burung.

b. Jawa Timur
Jawa Timur termasuk daerah pembuat batik, diantaranya Madura, Tulungagung, Pacitan, Ponorogo, Mojokerto, Tuban, serta lain-lain. Batik Madura mengandalkan corak bunga yg unik menggunakan pola daun-daunan. Di daerah ini masih ada beberapa motif batik tertua, yaitu ramok, sebar jagab, rumput laut, okel, dan panji lintrik. Warna yg digunakan kebanyakan diambil dari bahan alam menggunakan warna yang mencolok.
Batik Tulungagung berwarna sogan (cokelat) serta biru tua dengan motif Lung (tumbuhan) dan bunga. Untuk batik Tuban, yang relatif dikenal adalah batik gedog yang berciri khas golongan batik pesisir. Motif ini didominasi motif burung dan bunga. Sedangkan batik Banyuwangi lebih dikenal dengan motif batik gajah uling, menggunakan dasar kain berwarna putih.

c. Jawa Barat
Daerah produsen batik di Jawa Barat, diantaranya Cirebon dan Tasikmalaya. Batik Cirebon memiliki kekhasan sendiri, yaitu motif mega mendung yg kaya akan rona seperti cokelat, ungu, biru, hijau, merah, serta hitam. Batik Tasikmalaya yang sangat terkenal merupakan batik sarian yang adalah gugusan beberapa motif adonan menurut motif kumeli, rereng, burung, kupu-kupu, serta bunga.
Batik tulis spesial Tasikmalaya banyak memakai rona dasar merah, kuning, ungu, biru, hijau, dan
sogan. Motifnya lebih poly natural (alam).

d. Bali
Daerah penghasil batik di Bali, antara lain Gianyar dan Denpasar. Corak batik Bali banyak kesamaan
gaya menggunakan batik di Jawa. Tetapi batik Bali menggunakan warna-rona yg lebih cerah.

e. Sumatra
Daerah pembuat batik Sumatra diantaranya Padang (Sumatra Barat) dan Jambi. Padang populer dengan batik tanah liek. Bahan pewarna batik Sumatra umumnya dari menurut bahan-bahan alami, termasuk akar-akaran yang dicampur tanah liat sebagai akibatnya memiliki ciri spesial tersendiri.

f. Kalimantan
Salah satu penghasil batik populer di Kalimantan merupakan Banjarmasin (Kalimantan Timur). Kain batik yg digunakan adalah berjenis santung,katun, sutra, yuyur, dan satin. Batik
Banjarmasin mempunyai motif yang bervariatif serta banyak mengambil objek alam. Motif-motif batik Banjar,antara lain berbentuk irisan daun pudak, daun bayam, serta fungi mini .

2. Kerajinan ukir
Kerajinan ukir pada Nusantara, diantaranya berupa seni ukir kayu dan seni ukir logam. Daerah-wilayah produsen kerajinan ukir kayu di Nusantara, pada antaranya adalah Jepara, Cirebon, Bali, Kalimantan, Papua, Madura, dan Sumatra.
Kerajinan ukir logam terbuat berdasarkan perak, tembaga, emas,serta kuningan. Proses pembuatan kerajinan logam banyak menggunakan teknik cetak atau cor, tempa, toreh, dan penyepuhan. Daerah produsen kerajinan logam di Nusantara, antara lain Jawa Tengah dan Yogyakarta.

3. Kerajinan anyaman
Anyaman banyak kita jumpai, baik berupa benda gunakan maupun benda hias. Anyaman dibentuk dari bahan alami dan bahan sintetis. Bahan-bahan alami yang digunakan, diantaranya bambu, rotan, daun mendong, serta janur.
Bahan-bahan sintetis yg digunakan, antara lain plastik, pita, dan kertas. Daerah pembuat kerajinan
anyaman, antara lain Bali, Kudus, Kedu, Tasikmalaya,dan Tangerang.

4. Kerajinan topeng
Topeng merupakan hasil karya seni kerajinan yg mampu digunakan buat keperluan perlengkapan tari serta hiasan. Kerajinan topeng umumnya dibuat dari bahan kayu. Daerah penghasil kerajinan topeng di Nusantara, diantaranya Yogyakarta, Cirebon, Bali, Surakarta, dan Bandung. Setiap daerah mempunyai karakteristik spesial topeng yang tidak sama.

5. Kerajinan tenun
Tenun adalah hasil kerajinan tradisional yg dibuat menggunakan teknik serta indera spesifik. Kerajinan tenun banyak masih ada pada Kalimantan, Minangkabau, Sumatra Utara, NTT, NTB, Lampung, Flores, Sulawesi, serta Palembang. Motif yg dibuat pun berlainan pada setiap wilayah. Berbagai motif tenun dari Palembang, diantaranya mawar Jepang, anggun anggun, bintang berantai, nago besaung, serta bunga cino.
Ada dua jenis tenun, yaitu tenun ikat serta tenun songket. Keduanya tidak sama pada teknik serta bahan yang dipakai. Berbeda dengan tenun ikat, pada songket mendapat tambahan benang emas yang diletakkan dengan teknik tusuk serta cukit.

6. Kerajinan wayang
Wayang merupakan budaya asli Nusantara, yang ceritanya berasal berdasarkan budaya Hindu India. Wayang dibentuk buat seni pertunjukan sekaligus sebagai hiasan.jenis wayang terdiri atas wayang kulit yg terbuat berdasarkan kulit kerbau serta wayang golek yang terbuat berdasarkan kayu.
Daerah penghasil kerajinan wayang, di antaranya Bali, Yogyakarta, serta Surakarta.

7. Kerajinan keramik
Keramik merupakan hasil karya seni kerajinan yang berbahan dasar menurut tanah. Hasil kerajinan keramik sangat majemuk, seperti vas bunga, guci, mangkuk, cangkir, dan lain-lain. Daerah produsen kerajinan keramik yg terkenal pada Nusantara, pada antaranya Kasongan (Yogyakarta), Sompok, dan Mayong (Jepara).


Apresiasi Keunikan Gagasan Karya Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
Taraf apresiasi rakyat terhadap karya seni perlu ditingkatkan pemahamannya melalui aneka macam aktivitas dan pendidikan seni. Apresiasi (bahasa Inggris appreciate) merupakan menghargai atau menilai. Bagi murid, pelajaran apresiasi sangat penting untuk menumbuhkan kepekaan estetis, menumbuhkan kreativitas, belajar menghargai karya seni, dan melatih murid buat menumbuhkan kecintaan dan
keaktifan dalam banyak sekali kegiatan seni.

Apresiasi muncul sehabis melihat dan mengamati aneka macam bentuk karya seni yang diciptakan, termasuk karya seni rupa terapan wilayah setempat. Kegiatan apresiasi dapat berupa apresiasi aktif serta apresiasi pasif. Seorang seniman yang aktif berkarya mampu dikatakan melakukan apresiasi aktif, sedangkan warga yg bertindak menjadi pengagum atau pengamat karya seni digolongkan dalam apresiasi pasif.

Seni rupa terapan wilayah setempat menggunakan segenap keunikan gagasannya patut mendapatkan apresiasi, baik secara aktif juga pasif. Gagasan (ilham kreatif) tersebut merupakan awal proses penciptaan karya seni, termasuk karya seni rupa terapan daerah setempat yang diciptakan menurut nilai guna tanpa mengesampingkan nilai seni.
Dalam penciptaan karya seni tadi, masing-masing wilayah memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri, baik dalam teknik maupun ketersediaan bahan yg terdapat di sekitarnya.

Teknik yang dipakai dalam pembuatan karya seni rupa terapan daerah setempat kebanyakan masih tradisional dan dibuat menggunakan keterampilan tangan. Misalnya, buat membuat keramik, seorang pengrajin keramik cukup memakai teknik putar dengan menggunakan indera yang terbuat dari kayu. Pengrajin ukir kayu cukup menggunakan indera pahat sederhana buat mengukir. Teknik pembuatan karya seni rupa terapan daerah setempat terdiri atas karya seni rupa terapan dua dimensi serta tiga dimensi.

1. Dua dimensi
Teknik pembuatan karya seni rupa terapan daerah setempat menggunakan wujud dua dimensi, diantaranya menjadi berikut.

a. Teknik kerajinan kain batik
Teknik membatik telah mengalami perkembangan tanpa meninggalkan teknik usang yg sudah diwariskan secara turun-temurun. Teknik batik yang kita kenal di Nusantara, diantaranya sebagai berikut.

  1. Batik tulis, yaitu batik yg dibentuk menggunakan teknik menggambar motif di atas kain memakai canting. Canting merupakan indera spesifik untuk menggambar motif batik di atas kain yg berisi cairan lilin atau malam panas buat menutup bagianbagian eksklusif sinkron menggunakan pola yang dibentuk. Batik tulis memiliki keunggulan nilai seni dibandingkan dengan batik yang lain.
  2. Batik cap, yaitu batik yang dibentuk menggunakan menggunakan teknik cap (stempel), umumnya dibuat berdasarkan tembaga serta ditambahkan malam (cairan lilin panas).
  3. Batik sablon, yaitu batik yang dibentuk menggunakan menggunakan klise (hand printing). Motif batik yang sudah dibuat kemudian dibuat klise lalu dicetak.
  4. Batik printing, yaitu batik yang dibentuk dengan teknik printing atau menggunakan indera mesin. Teknik pembuatannya mirip menggunakan batik sablon.
  5. Batik lukis, yaitu batik yg dibentuk dengan teknik melukiskan eksklusif pada atas kain. Alat yg dipakai dan motif yg dibentuk pun lebih bebas.

b. Teknik kerajinan wayang kulit
Wayang kulit dibuat dengan teknik pahat dan sungging (digambar) menggunakan bahan cat serta indera sederhana. Desain wayang kulit dibentuk sesuai menggunakan pakem yang telah ditetapkan dari warisan nenek moyang.

c. Teknik kerajinan kain tenun
Kain tenun dibentuk dengan cara memintal benang sedikit demi sedikit menggunakan alat tenun, hingga menjadi kain dengan ragam hias yg latif. Alat tenun terbuat dari kayu atau bambu.

d. Teknik kerajinan sulaman atau bordir
Sulaman atau bordir dibuat menggunakan menggunakan mesin jahit atau dengan teknik tusuk jarum.

2. Tiga dimensi
Teknik pembuatan karya seni rupa terapan wilayah setempat menggunakan wujud tiga dimensi, antara lain menjadi berikut.

a. Teknik cetak (cor tuang)
Teknik cetak untuk pembuatan karya seni terapan, yaitu tuang berulang (bivalve)serta masukkan sekali pakai (a cire perdue). Teknik bivalvemenggunakan 2 jenis cetakan yang terbuat menurut batu, gips, serta semen yg bisa dipakai berulang-ulang sinkron kebutuhan. Teknik bivalvesering dipakai untuk mencetak benda-benda sederhana yg nir terlalu rumit pembuatannya. Sedangkan teknik a cire perduebiasanya memakai benda berdasarkan logam (tembaga, besi) yg bentuk dan hiasannya lebih rumit.

b. Teknik pahat/ukir
Teknik ini dipakai buat memahat, menggores, menoreh, serta membentuk pola bagian atas benda.
Bahan-bahan yang bisa diukir atau dipahat, antara lain kayu, batu, atau bahan lain yang homogen. Alat yang dipakai untuk mengukir merupakan tatah (pahat ukir) yang terbuat dari besi atau baja. Hasil karya seni menurut pahat ukir, diantaranya masih ada dalam alat-alat kebutuhan tempat tinggal tangga, misalnya kursi, meja, lemari, serta hiasan dinding.

c. Teknik tempa
Teknik tempa umumnya digunakan buat menciptakan benda-benda menurut logam (besi, baja, serta kuningan). Logam terlebih dahulu dipanaskan di perapian spesifik lalu ditempa (dibentuk) sinkron keinginan. Contoh benda-benda tradisional menurut hasil teknik tempa adalah aneka senjata tradisional serta benda-benda perhiasan.

d. Teknik anyaman
Hasil karya seni rupa terapan yg menggunakan teknik anyaman, misalnya tikar, topi, tas, kipas, dan
benda-benda hiasan lainnya. Bahan yg digunakan buat menciptakan anyaman terdiri atas bahan alam,
seperti rotan, bambu, serat kayu, dan eceng gondok

Ringkasan
  • Seni rupa merupakan hasil karya ciptaan manusia, baik berbentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang mengandung atau memiliki nilai keindahan dan diwujudkan dalam bentuk rupa.
  • Seni rupa dilihat menurut segi fungsi dibagi sebagai 2 gerombolan , yaitu seni rupa murni serta seni rupa terapan.
  • Karya seni rupa terapan berdasarkan wujud fisiknya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu karya seni rupa terapan 2 dimensi (dwimatra) dan karya seni rupa terapan tiga dimensi (trimarta).
  • Seni rupa terapan daerah setempat menggunakan segenap keunikan gagasannya patut menerima apresiasi, baik secara aktif maupun pasif.
  • Teknik pembuatan karya seni dua dimensi memakai teknik batik, pahat dan sungging, pintal, dan tusuk jarum. Teknik karya seni 3 dimensi menggunakan teknik cetak, pahat atau ukir, tempa, serta anyaman

PENGERTIAN ILMU BUDAYA DASAR IBD

Pengertian Ilmu Budaya Dasar (IBD)
Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yg diharapkan dapat membcrikan pengetahuan dasar dan pengcrtian umum mengenai konsep-konsep yg dikembangkan buat mempelajari perkara-masalah serta kebudayaan.

Istilah IBD dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities yang berasal menurut istilah bahasa Inggris “The Humanities’. Adapun istilah Humanities itu sendiri asal menurut bahasa Latin Humanus yg bisa diartikan manusiawi, berbudaya dan halus (fefined). Dengan memeriksa The Humanities diandaikan seseorang ‘akan bisa mcnjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya serta lebih halus. Secara demikian bisa dikatakan bahwa The Humanities berkaitan menggunakan kasus nilai-nilai, yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar. Manusia bisa menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu The Humanities di samping tidak mehinggalkan tanggung jawabnya yg lain menjadi manusia itu sendiri. Kendatipun demikian, Ilmu Budaya Dasar (atau Basic Humanities) menjadi satu matakuliah tidaklah identik menggunakan The Humanities (yang disalin ke dalam bahasa Indonesia menjadi: Pengetahuan Budaya).

Pengetahuan Budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pe­ngetahuan yg mencakup keahlian cabang ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun bisa dibagi-bagi lagi ke pada banyak sekali bidang kahlian lain, misalnya seni sastra, seni tari, seni musik, seni rupa dan lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic Humanities) sebagaimana dikemukakan di atas, merupakan usaha yg dibutuhkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan buat menyelidiki masalah-perkara insan serta kebudayaan. Masalah-perkara ini bisa didekati menggunakan memakai pengetahuan budaya (The Humanities), baik secara gabungan banyak sekali disiplin dalam pengetahuan budaya ataupun dengan memakai masing-masing keahlian di dalam pengetahuan budaya (The Humanities). Dengan poerkataan lain, Ilmu Budaya Dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasa! Menurut ber­bagai bidang pengetahuan budaya untuk menyebarkan wawasan pemikiran serta kepekaan pada mempelajari masalah-perkara manusia dan kebudayaan.

Dengan perkataan lain dapatlah dikatakan bahwa selesainya mendapat matakuliah IBD ini, mahasiswa dibutuhkan memperlihatkan:
a. Minat dan kebiasaan mengusut apa-apa yang terjadi pada sekitarnya serta diluar lingkungannya, menelaah apa yg dikcrjakan sendiri dan mengapa.
b. Kesadaran akan pola-pola nilai yg dianutnya dan bagaimana hubungan nilai-nilai ini menggunakan cara hidupnya sehari-hari.
c. Keberanian moral buat mempertahankan nilai-nilai yang dirasakannya sudah bisa diterimanya menggunakan penuh tanggung jawab dan scbaliknya mcnolak nilai-nilai yg tidak dapat dibenarkan.

Tujuan Ilmu Budaya Dasar (IBD).
Sebagaimana dikemukakan pada atas, penyajian Ilmu Budaya Dasar (IBD) nir lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pe­ngetahuan dasar serta pengertian umum tentang konsep-konsep yg dikem-bftngkan buat menelaah msalah-perkara insan dan kebudayaan, Dengan demikian jelas bahwa matakuliah ini tidak dimaksudkan buat mendidik seorang pakar dalam salah satu bidang keahlian (disiplin) yg termasuk. Dalam pengetahuan budaya, akan tetapi Ilmu Budaya Dasar semata-mata sebagai keliru satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran dan kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yg menyangkut orang lain dan alam sekitar­nya, juga yg menyangkut dirinya sendiri.

Dan bahwa pada rakyat yang berkabung semakin Cepat serta rumit ini, mahasiswa wajib mcngalami pergeseran nilai-nilai yg , mungkin sekali bisa membuatnya masa terbelakang atau putus harapan, suatu sikap yang tidak selayaknya dimiliki sang seseorang terpelajar. Bagaimanapun jua, mahasiswa adalah orang-orang belia yang sedang mengusut cara menaruh tanggapan dan evaluasi terhadap apa saja yg terjadi atas dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya. Sudah barang tentu ia perlu dibimbing buat menemukan cara terbaik yg sinkron menggunakan dirinya sendiri tanpa harus mengorbankan rakyat serta alam sekitarnya. Secara nir pribadi Budaya Dasar akan membantu mereka buat mencapai tujuan-tujuan tadi.

Berpijak berdasarkan hal pada atas, tujuan matakuliah Ilmu Budaya Dasar adalah untuk berbagi kepribadian dan wawasan pemikiran, khususnya berkenaan dengan kebudayaan, agar daya tangkap, persepsi dan penalaran mengenai lingkungan budaya mahasiswa bisa menjadi lebih halus. Untuk bidag menjangkau tujuan tadi pada atas, dibutuhkan Ilmu Budaya Dasar bisa:
a. Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sebagai akibatnya mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan yg baru, terutama buat kepentingan profesi mereka.
b. Memberi kesempatan dalam mahasiswa buat bisa memperluas pandangan mereka tcntang masalah humanisme dan budaya, dan menyebarkan daya kritis mercka tcrhadap persoalan-problem yg mcnyangkut kedua hal tadi.
c. Mcngusahakan supaya mahasiswa sebagai caion pcmimpin bangsa serta ncgara, serta ahli dalatn bidang disiplin masing-masing, nir jatuh ke pada sifat-sifat kedaerahan serta pengkotaan disiplin yg ketat. Usaha ini tcrjadi karcna ruang lingkup pendidikan kita amat serta condong mem-buat manusia spcsialis yg berpandangan kurang luas. Matakuliah ini berusaha menambah kcmampuan mahasiswa buat menanggapi nilai-nilai serta masalah pada masyarakat lingkungan mereka khususnya dan perkara seria nilai-nilai umumnya tanpa terlalu terikat sang disiplin mereka.
d. Mcngusahakan wahana komunikasi para akademisi, agar mercka lebih mampu bcrdialog satu sama lain. Dengan mcmiliki satu bekal yg sama, para akademisi dibutuhkan dapat lebih lancar berkomunikasi. Kalau cara berkomunikasi ini selanjutnya akan lebih memperlancar pclaksanaan pembangunan dalam bcrbagai bidang keahlian. Mcskipun spcsialisasi sangat krusial, spcsialisasi yang terlalu sempit akan membuat global scorang mahasiswa/sarjana sebagai tcrlalu sempit. Masyarakat yang pcrcaya dalam pentingnya modcrnisasi tidak akan bisa memanfaat-kan sccara penuh sarjana-sarjana demikian, scbab proses modcrnisasi mcmerlukan orang yang bcrpandangan luas.

Secara umum tujuan IBD adalah Pembentukan dan pengembangan keperibadian dan ekspansi wawasan perhatian, pengetahuan dan pemikiran mengenai banyak sekali tanda-tanda yg terdapat serta timbul dalam lingkungan, khususnya tanda-tanda-gejala berkenaan dengan kebudayaan dan kemanusiaan, supaya daya tanggap, persepsi serta penalaran berkenaan menggunakan lingkungan budaya bisa diperluas. Apabila diperinci, maka tujuan pengajaran llmu Budaya Dasar itu adalah:
1. Lebih peka dan terbuka terhadap kasus humanisme serta budaya, scrta lebih bertanggung jawab terhadap perkara-kasus tersebut.
2. Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain buat lebih gampang menyesuaikan diri.
3. Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hayati pada masyarakat, hormat menghormati dan simpati dalam nilai-nilai yang hidup dalam rakyat.
4. Mengembangkan daya kritis tcrhadap pcrsoalan kemanusiaan dan kebudayaan.
5. Memiliki latarbelakang pengetahuan yang relatif luas mengenai kebudayaan Indonesia.
6. Menimbulkan minat buat mendalaminya.
7. Mcndukung dan mcngcmbangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.
8. Tidak terjerumus pada sifat kedaarahan serta pengkotakan disiplin ilmu.
9. Menambahkan kemampuan mahasiswa buat mcnanggapi masalah nilai-nilai budaya dalam rakyat Indonesia dan dunia tanpa terpikat sang disiplin mereka.
10. Mempunyai kecenderungan bahan pembicaraan, tempat berpijak tentang perkara humanisme dan kebudayaan.
11. Terjalin hubungan antara cendekiawan yang berbeda keahlian agar lebih positif dan komunikatif.
12. Menjembatani para sarjana yang tidak sama keahliannya pada bertugas menghadapi masalah kemanusiaan serta budaya.
13. Memperlancar aplikasi pembangunan pada berbagai bidang yg ditangani oleh berbagai cendekiawan.
14. Agar bisa memenuhi tuntutan rakyat yang sedang menciptakan.
15. Agar bisa memenuhi tuntutan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma pendidikan.

Dari kerangka tujuan yg telah dikemukakan tersebut diatas, dua perkara utama biasa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk memilih ruang lingkup kajian matakuliah Ilmu Budaya Dasar (IBD). Kedua kasus pokok tersebut artinya :
a. Berbagai aspek kehidupan yg seluruhnya mcrupakan ungkapan masalah humanisme serta budaya yg dapal didekati dengan menggunakan pe­ngetahuan budaya (The Humanities), baik berdasarkan segi masing-masing keah­lian (disiplin) di pada pengetahuan budaya, juga sccara campuran (anlar bidang) bcrbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
b. Hakekat insan yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya pada kebudayaan masing-masing zaman.

Proses budaya menjadi kemapanan Emosional
Dari Basic Cultural , akan bisa diketahui kemapanan emosi dan sosialnya. Dan ini akan berpengaruh secara langsung maupun tidak pribadi menggunakan tata cara kebiasaan hidupnya sehari-hari pada interaksinya (pergaulan) dengan insan lain, imbas lain yg disebabkan secara individu merupakan ketrampilan yang diperoleh menurut hubungan yg terjadi monoton tersebut, sebagai akibatnya mampu inheren dalam diri individu itu selama-lamanya. Seperti suara pepatah “ Lain lading lain belalang-lain lubuk lain jua Ikannya “ adalah disuatu loka akan beda cara dan kebiasaanya sehari-hari menggunakan tempat lain.

Bidang ilmu yang dibawanya kelak juga akan ditentukan oleh budaya serta adapt istiadat yg telah melekat pada dirinya.

Maka seringkali kita saksikan, sebuah konduite sosial yang menyimpang dari istiadat kebiasaan yang lazim, Dan itu terjadi 1 orang berdasarkan 10 orang yg lain yang mempunyai perilaku yang tidak selaras. Tetapi kita tidak mampu menjustifikasi atau menghakimi tindakan beliau keliru, lantaran kenyataan yang terjadi dalam diri seseorang asal berdasarkan insiden yang ditimbulkan sebelumnya.sikap-perilaku tersebut merupakan :
1. Angkuh
2. Sombong
3. Mau menang Sendiri
4. Egois
5. Sektarian
6. Acuh tak acuh

Sikap-sikap tadi akan terbawa dalam ketika mereka mempunyai kepandaian atau pengetahuan, sebagai akibatnya akan menjadi lain manakala ilmu tersebut digunakan dalam hal-hal yg jelek.

Ada ad interim orang yg menyampaikan bahwa perilaku yang tidak selaras akan membawa efek kemajuan pada hidupnya, namun dilain pihak terdapat yg menyampaikan sebaliknya, yaitu membawa kehancuran dalam dirinya. Yang terbaik adalah keselarasan yaitu membentuk sikap yg selaras serta sesuai menggunakan norma-norma yang terdapat pada rakyat. Dari kumpulan orang yang mempunyai langsung yang baik serta ilmu yg dimiliki, akan berguna bagi umat insan.

Berkesenian bisa membangun perilaku dan eksklusif yg baik, hal ini bisa dilakukan apabila seseorang tahu proses sebuah penciptaan karya seni, dimana berdasarkan awalnya ada proses : “ CIPTA – RASA – KARSA “
1. CIPTA : Adalah sebuah proses perenungan yg dilakukan menggunakan kontemplasi, yang pada hal ini berdasarkan menurut kedalaman ilmu seorang dari olah batin, pengetahuan, wawasan dan ketajaman bisikan hati seseorang hingga tercipta sebuah karya seni.
2. RASA : Setelah proses pertama terselesaikan, maka selanjutnya berdasarkan output penciptaan sampai membentuk karya seni tersebut sebelum di edarkan atau diinformasikan dalam orang lain, dirasakan terlebih dahulu sang oleh pembuatnya. Dari proses ini terjadi gugusan antara pikiran serta perasaan sehingga terjadi dialog yg lalu mampu memutuskan layak serta tidaknya karya ini ditampilkan.
3. KARSA : sehabis terselesaikan pada proses pengkombinasian tadi, maka lalu dilakukan proses tahapan terakhir yaitu mengkarsakan atau memvisualisasikan dalam bentuk gerakan, lukisan, goresan pena atau bentuk lain yang diinginkan.

Proses – proses tahapan tadi terjadi begitu cepat, tergantung berdasarkan kemampuan seseorang dalam memadukan segala potensi yang dimilikinya.

PENGERTIAN ILMU BUDAYA DASAR IBD

Pengertian Ilmu Budaya Dasar (IBD)
Secara sederhana IBD merupakan pengetahuan yg diperlukan dapat membcrikan pengetahuan dasar serta pengcrtian umum tentang konsep-konsep yg dikembangkan buat mempelajari perkara-perkara dan kebudayaan.

Istilah IBD dikembangkan pada Indonesia menjadi pengganti kata Basic Humanities yang dari berdasarkan istilah bahasa Inggris “The Humanities’. Adapun kata Humanities itu sendiri dari menurut bahasa Latin Humanus yang mampu diartikan manusiawi, berbudaya serta halus (fefined). Dengan memeriksa The Humanities diandaikan seorang ‘akan bisa mcnjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Secara demikian mampu dikatakan bahwa The Humanities berkaitan dengan masalah nilai-nilai, yaitu nilai-nilai manusia menjadi homo humanus atau manusia berbudaya. Agar. Insan bisa sebagai humanus, mereka wajib mempelajari ilmu yaitu The Humanities di samping tidak mehinggalkan tanggung jawabnya yg lain sebagai insan itu sendiri. Kendatipun demikian, Ilmu Budaya Dasar (atau Basic Humanities) sebagai satu matakuliah tidaklah identik dengan The Humanities (yg disalin ke pada bahasa Indonesia sebagai: Pengetahuan Budaya).

Pengetahuan Budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pe­ngetahuan yg mencakup keahlian cabang ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi lagi ke pada banyak sekali bidang kahlian lain, misalnya seni sastra, seni tari, seni musik, seni rupa serta lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic Humanities) sebagaimana dikemukakan di atas, merupakan usaha yang diperlukan dapat menaruh pengetahuan dasar dan pengertian generik tentang konsep-konsep yg dikembangkan buat menelaah perkara-masalah insan serta kebudayaan. Masalah-masalah ini dapat didekati dengan memakai pengetahuan budaya (The Humanities), baik secara adonan banyak sekali disiplin pada pengetahuan budaya ataupun menggunakan memakai masing-masing keahlian pada pada pengetahuan budaya (The Humanities). Dengan poerkataan lain, Ilmu Budaya Dasar memakai pengertian-pengertian yang berasa! Dari ber­bagai bidang pengetahuan budaya buat membuatkan wawasan pemikiran serta kepekaan pada menelaah kasus-masalah manusia serta kebudayaan.

Dengan perkataan lain dapatlah dikatakan bahwa selesainya menerima matakuliah IBD ini, mahasiswa dibutuhkan menerangkan:
a. Minat dan norma menyelidiki apa-apa yang terjadi pada sekitarnya dan diluar lingkungannya, mengkaji apa yg dikcrjakan sendiri serta mengapa.
b. Kesadaran akan pola-pola nilai yg dianutnya serta bagaimana hubungan nilai-nilai ini dengan cara hidupnya sehari-hari.
c. Keberanian moral buat mempertahankan nilai-nilai yang dirasakannya telah bisa diterimanya dengan penuh tanggung jawab dan scbaliknya mcnolak nilai-nilai yang tidak bisa dibenarkan.

Tujuan Ilmu Budaya Dasar (IBD).
Sebagaimana dikemukakan pada atas, penyajian Ilmu Budaya Dasar (IBD) tidak lain adalah usaha yg diharapkan bisa menaruh pe­ngetahuan dasar dan pengertian generik tentang konsep-konsep yang dikem-bftngkan untuk menelaah msalah-perkara insan dan kebudayaan, Dengan demikian kentara bahwa matakuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik seseorang pakar dalam galat satu bidang keahlian (disiplin) yg termasuk. Dalam pengetahuan budaya, akan namun Ilmu Budaya Dasar semata-mata sebagai galat satu usaha membuatkan kepribadian mahasiswa menggunakan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam kurang lebih­nya, maupun yg menyangkut dirinya sendiri.

Dan bahwa pada rakyat yang berkabung semakin Cepat dan rumit ini, mahasiswa harus mcngalami pergeseran nilai-nilai yang , mungkin sekali bisa membuatnya masa kolot atau putus harapan, suatu sikap yang nir selayaknya dimiliki sang seorang terpelajar. Bagaimanapun pula, mahasiswa merupakan orang-orang muda yg sedang mempelajari cara menaruh tanggapan serta evaluasi terhadap apa saja yg terjadi atas dirinya sendiri serta rakyat sekitarnya. Sudah barang tentu ia perlu dibimbing untuk menemukan cara terbaik yang sinkron menggunakan dirinya sendiri tanpa wajib mengorbankan rakyat serta alam sekitarnya. Secara nir eksklusif Budaya Dasar akan membantu mereka buat mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Berpijak menurut hal pada atas, tujuan matakuliah Ilmu Budaya Dasar adalah buat membuatkan kepribadian dan wawasan pemikiran, khususnya berkenaan menggunakan kebudayaan, agar daya tangkap, persepsi dan penalaran mengenai lingkungan budaya mahasiswa dapat menjadi lebih halus. Untuk bidag menjangkau tujuan tersebut pada atas, diharapkan Ilmu Budaya Dasar dapat:
a. Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka akan lebih gampang menyesuaikan diri menggunakan lingkungan yg baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
b. Memberi kesempatan pada mahasiswa buat dapat memperluas pandangan mereka tcntang perkara kemanusiaan dan budaya, serta mengembangkan daya kritis mercka tcrhadap duduk perkara-persoalan yang mcnyangkut ke 2 hal tadi.
c. Mcngusahakan supaya mahasiswa menjadi caion pcmimpin bangsa dan ncgara, serta pakar dalatn bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan serta pengkotaan disiplin yg ketat. Usaha ini tcrjadi karcna ruang lingkup pendidikan kita amat dan condong mem-buat manusia spcsialis yang berpandangan kurang luas. Matakuliah ini berusaha menambah kcmampuan mahasiswa buat menanggapi nilai-nilai serta perkara pada warga lingkungan mereka khususnya dan perkara seria nilai-nilai umumnya tanpa terlalu terikat oleh disiplin mereka.
d. Mcngusahakan sarana komunikasi para akademisi, supaya mercka lebih mampu bcrdialog satu sama lain. Dengan mcmiliki satu bekal yg sama, para akademisi dibutuhkan bisa lebih lancar berkomunikasi. Kalau cara berkomunikasi ini selanjutnya akan lebih memperlancar pclaksanaan pembangunan pada bcrbagai bidang keahlian. Mcskipun spcsialisasi sangat krusial, spcsialisasi yg terlalu sempit akan menciptakan dunia scorang mahasiswa/sarjana menjadi tcrlalu sempit. Masyarakat yg pcrcaya dalam pentingnya modcrnisasi nir akan dapat memanfaat-kan sccara penuh sarjana-sarjana demikian, scbab proses modcrnisasi mcmerlukan orang yg bcrpandangan luas.

Secara umum tujuan IBD merupakan Pembentukan dan pengembangan keperibadian serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan serta pemikiran mengenai banyak sekali gejala yg terdapat serta timbul dalam lingkungan, khususnya tanda-tanda-tanda-tanda berkenaan menggunakan kebudayaan dan kemanusiaan, supaya daya tanggap, persepsi dan penalaran berkenaan dengan lingkungan budaya dapat diperluas. Jika diperinci, maka tujuan pengajaran llmu Budaya Dasar itu merupakan:
1. Lebih peka dan terbuka terhadap kasus humanisme dan budaya, scrta lebih bertanggung jawab terhadap masalah-kasus tersebut.
2. Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain buat lebih mudah beradaptasi.
3. Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam warga , hormat menghormati dan simpati pada nilai-nilai yang hayati pada masyarakat.
4. Mengembangkan daya kritis tcrhadap pcrsoalan humanisme dan kebudayaan.
5. Memiliki latarbelakang pengetahuan yg relatif luas mengenai kebudayaan Indonesia.
6. Menimbulkan minat buat mendalaminya.
7. Mcndukung serta mcngcmbangkan kebudayaan sendiri menggunakan kreatif.
8. Tidak terjerumus kepada sifat kedaarahan dan pengkotakan disiplin ilmu.
9. Menambahkan kemampuan mahasiswa buat mcnanggapi kasus nilai-nilai budaya pada warga Indonesia dan dunia tanpa terpikat sang disiplin mereka.
10. Mempunyai kesamaan bahan pembicaraan, loka berpijak mengenai masalah humanisme serta kebudayaan.
11. Terjalin interaksi antara cendekiawan yang tidak sinkron keahlian agar lebih positif dan komunikatif.
12. Menjembatani para sarjana yg berbeda keahliannya pada bertugas menghadapi kasus humanisme serta budaya.
13. Memperlancar pelaksanaan pembangunan pada berbagai bidang yang ditangani oleh aneka macam cendekiawan.
14. Agar bisa memenuhi tuntutan rakyat yg sedang menciptakan.
15. Agar sanggup memenuhi tuntutan berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma pendidikan.

Dari kerangka tujuan yang sudah dikemukakan tersebut diatas, dua kasus pokok biasa dipakai menjadi bahan pertimbangan buat memilih ruang lingkup kajian matakuliah Ilmu Budaya Dasar (IBD). Kedua masalah utama tersebut ialah :
a. Berbagai aspek kehidupan yg seluruhnya mcrupakan ungkapan masalah kemanusiaan serta budaya yg dapal didekati dengan memakai pe­ngetahuan budaya (The Humanities), baik berdasarkan segi masing-masing keah­lian (disiplin) di dalam pengetahuan budaya, maupun sccara adonan (anlar bidang) bcrbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
b. Hakekat insan yang satu atau universal, akan tetapi yg beraneka ragam perwujudannya pada kebudayaan masing-masing zaman.

Proses budaya sebagai kemapanan Emosional
Dari Basic Cultural , akan bisa diketahui kemapanan emosi serta sosialnya. Dan ini akan berpengaruh secara langsung juga tidak langsung dengan tata cara kebiasaan hidupnya sehari-hari dalam interaksinya (pergaulan) dengan manusia lain, pengaruh lain yg ditimbulkan secara individu adalah ketrampilan yg diperoleh berdasarkan interaksi yang terjadi terus-menerus tersebut, sehingga sanggup melekat dalam diri individu itu selama-lamanya. Seperti suara pepatah “ Lain lading lain belalang-lain lubuk lain jua Ikannya “ artinya disuatu tempat akan beda cara dan kebiasaanya sehari-hari dengan loka lain.

Bidang ilmu yang dibawanya kelak jua akan dipengaruhi oleh budaya dan adapt adat yg sudah melekat pada dirinya.

Maka seringkali kita saksikan, sebuah perilaku sosial yg menyimpang menurut adat kebiasaan yg lazim, Dan itu terjadi 1 orang dari 10 orang yg lain yang memiliki sikap yang berbeda. Tetapi kita nir sanggup menjustifikasi atau menghakimi tindakan beliau galat, karena kenyataan yg terjadi pada diri seorang berasal berdasarkan insiden yang ditimbulkan sebelumnya.sikap-perilaku tersebut adalah :
1. Angkuh
2. Sombong
3. Mau menang Sendiri
4. Egois
5. Sektarian
6. Acuh tak acuh

Sikap-perilaku tadi akan terbawa pada waktu mereka memiliki kemampuan berpikir atau pengetahuan, sehingga akan sebagai lain manakala ilmu tadi digunakan dalam hal-hal yang tidak baik.

Ada sementara orang yg mengungkapkan bahwa sikap yang tidak selaras akan membawa dampak kemajuan pada hidupnya, namun dilain pihak terdapat yang mengatakan sebaliknya, yaitu membawa kehancuran pada dirinya. Yang terbaik merupakan keselarasan yaitu membangun perilaku yg selaras serta sinkron menggunakan kebiasaan-norma yg terdapat di masyarakat. Dari kumpulan orang yg memiliki langsung yg baik dan ilmu yg dimiliki, akan bermanfaat bagi umat manusia.

Berkesenian bisa membangun sikap serta eksklusif yg baik, hal ini dapat dilakukan jika seseorang tahu proses sebuah penciptaan karya seni, dimana dari awalnya terdapat proses : “ CIPTA – RASA – KARSA “
1. CIPTA : Adalah sebuah proses perenungan yg dilakukan menggunakan kontemplasi, yang dalam hal ini didasarkan berdasarkan kedalaman ilmu seorang menurut olah batin, pengetahuan, wawasan serta ketajaman bisikan hati seseorang hingga tercipta sebuah karya seni.
2. RASA : Setelah proses pertama selesai, maka selanjutnya berdasarkan output penciptaan sampai membentuk karya seni tersebut sebelum di edarkan atau diinformasikan dalam orang lain, dirasakan terlebih dahulu sang sang pembuatnya. Dari proses ini terjadi gugusan antara pikiran serta perasaan sehingga terjadi obrolan yg lalu bisa memutuskan layak serta tidaknya karya ini ditampilkan.
3. KARSA : sehabis terselesaikan dalam proses pengkombinasian tersebut, maka kemudian dilakukan proses tahapan terakhir yaitu mengkarsakan atau memvisualisasikan pada bentuk gerakan, lukisan, tulisan atau bentuk lain yang diinginkan.

Proses – proses tahapan tersebut terjadi begitu cepat, tergantung menurut kemampuan seorang dalam memadukan segala potensi yang dimilikinya.

PENGERTIAN MAJALAH MENURUT PARA AHLI

Pengertian Majalah Menurut Para Ahli
Di dorong sang keberadaannya sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa berusaha buat mengetahui hal-hal yg terjadi disekitarnya. Media massa menyediakan keterangan yang pada perlukan guna memenuhi kebutuhan akan keterangan tadi, baik media cetak maupun media elektronika. Adapun kiprah spesifik media cetak pada penyampaian warta, diantaranya berkaitan dengan reading habit dan tradisi menulis. Majalah sebagai keliru satu media cetak yaitu adalah galat satu asal informasi yang pada ketika ini semakin populer di masyarakat. Majalah merupakan bagian dari pers yang membawa misi penerangan, pendidikan, dan hiburan. Penerbitan majalah sendiri dimulai pertama kali di Amerika sang Benjamin Franklin bernama General Magazine pada tahun 1741, tetapi perkembangannya sendiri baru tampak lebih kurang abad XIX.

Karena termasuk sebagai media cetak, maka pesan-pesan dalam majalah bersifat permanen dan publik bisa mengatur tempo pada membacanya, selain itu jua kekuatan utamanya merupakan bisa dijadikan sebagai bukti. (Assegaff, 1980:27).

Pernyataan tersebut sinkron dengan pernyataan Peterson mengenai keunggulan-keunggulan yg dimiliki oleh sebuah majalah, yaitu:

Mirip dengan media cetak lainnya majalah tampil lebih berisikan pengetahuan dari dalam hal-hal yg menyangkut kesukaan dan perasaan menurut komunikannya. Media ini bukan wahana yg dibaca selintas saja misalnya media aktual (Broadcast Media), nir jua membutuhkan perhatian dalam saat eksklusif, media ini nir menggunakan segera dapat pada kesampingkan seperti Koran, majalah bisa disimpan sang pembaca selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, kadang-kadang bertahun-tahun. (Defleur Dennis:137).

Tetapi menurut keunggulan yg dimilikinya itu, kita dapat merogoh kelemahan yang utama menurut majalah tadi, yaitu bahwa majalah nir terbit setiap hari misalnya halnya surat kabar yg merupakan sumber kabar (menyampaikan kabar) setiap harinya dalam setiap orang. “Majalah diminati oleh mereka yang sibuk serta nir sempat menekuni Koran harian”. (Depdikbud, 1992:67).

Dalam istilah asing, majalah disebut The Prited Page, yg ialah segala barang yang dicetak, yg ditujukan buat menyalurkan komunikasi massa. Arti majalah misalnya yang pada kutip berdasarkan The Random House Dictionary Of English Language, adalah “Majalah yg diterbitkan secara berkala senantiasa memiliki sampul muka, dan secara spesial majalah memuat cerita-cerita, karangan-karangan, puisi-puisi serta sebagainya. Serta kadangkala berisikan foto-foto dan gambar-gambar yg secara khusus memfokuskan dalam keterangan (subject of area) seperti; hobbi, kabar, atau olah raga”. (Baird, 1980:60). Jadi pada suatu majalah, pesan yang disampaikan bukan saja berupa warta-berita, akan namun bisa juga dalam bentuk hiburan, seperti cerita-cerita, puisi atau sajak, foto atau gambar sesuatu yang hendak di perlihatkan pada pembacanya, dan sebagainya. Menurut Edwin Emery dkk (1967:62-65) “Majalah merupakan media opini”. Jadi pada sebuah majalahpun masih ada goresan pena-goresan pena mengenai opini atau pendapat-pendapat, pandangan-pandangan seseorang tentang sesuatu yg tentunya berkaitan dengan perkara-perkara yg terjadi di rakyat. Di samping itu jua, majalah dapat di definisikan sebagai:

Salah satu jenis indera komunikasi dalam bentuk publikasi yg terbit secara terjadwal seminggu sekali, atau sebulan sekali, atau dalam waktu-ketika yang teratur. Majalah ini pada terbitkan dengan isi yg diantaranya artikel-artikel, fakta-keterangan, cerita-cerita yang mengandung nilai sastra, fiksi dan non-fiksi, puisi, resensi, kritik-kritik, karikatur, lelucon-lelucon, pengisi (filler), tajuk rencana, kadang-kadang iklan. (Komarudin, 1984:149).

Karena majalah diterbitkan lebih sporadis menurut dalam surat keterangan (minimal seminggu sekali), maka majalah dapat menelaah duduk perkara-persoalan dan keadaan-keadaan yg terjadi dalam warga secara teliti dan mendalam. Pada biasanya tulisan-goresan pena yg di muat pada majalah nir terlalu mementingkan aktualitas pada karenakan dalam memuat warta majalah tadi menyesuaikan menggunakan waktu terbitnya. Oleh karena itu jua maka fakta yg disampaikan bukan lagi fakta hangat satu hari tertentu, lantaran fakta-fakta tersebut di sesuaikan dengan saat terbitnya majalah, maka penulisan-penulisan fakta yang ada mampu di jajak secara lebih luas serta lebih mendalam lagi. Hal ini sinkron menggunakan ciri majalah yang membedakannya dengan surat warta seperti yg dinyatakan oleh Defleur dan Dennis, yaitu “Disebabkan majalah di terbitkan sedikit lebih jarang menurut dalam surat keterangan, maka majalah bisa menyelidiki dilema-problem serta keadaan yg lebih hati-hati serta mendalam. Majalah kurang memberikan perhatian terhadap berita yg sifatnya aktual serta lebih menekankan pada penelaahan hal-hal yg bekerjasama secara luas”. (Defleur Dennis :137).

Untuk menarik perhatian pembaca, maka suatu penerbitan majalah senantiasa berusaha buat memenuhi cita-cita serta kebutuhan yang diminati oleh rakyat tersebut. Pada waktu kini ini telah poly tersebar beraneka ragam jenis majalah. Hal ini dilakukan buat memenuhi asa dan kebutuhan pembaca yang beragam juga.

“Kepentingan pembaca, pendengar, dan pemirsa, harus selalu di perhatikan dan pada utamakan, karena “laku ” tidaknya isi pesan yang pada “jual” sangat tergantung berdasarkan konsumen atau dengan istilah lain surat informasi atau majalah, radio, televisi, dan film akan “laris” bila, isi pesan sesuai menggunakan selera konsumen (audience)”. (Wahyudi, 1991:99).

Perbedaan minat yg masih ada dalam pembaca itu bisa ditimbulkan sang poly faktor, diantaranya adalah faktor-faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial, norma, serta lain-lain. Media massa cetak berupa majalah berskala nasional sekarang jauh lebih banyak jumlah dan macamnya, seperti majalah anak-anak (Bobo, Donald Bebek, serta lain-lain), majalah remaja (GADIS, Hai, ANEKA), majalah perempuan dan mak -bunda (Kartini, Femina), majalah keluarga (Ayah Bunda) atau bahkan jika pada lihat dari misi yg melekat pada masing-masing majalah yg tercermin dalam warna pemberitaannya yg terfokuspun dalam suatu aspek tertentu, seperti halnya majalah kesehatan (Rumah Tangga serta Kesehatan, Bugar). Majalah pertanian (Trubus), majalah Keagamaan (Amanah), majalah wilayah (Mangle), sampai majalah gaya hayati anak remaja kini ini (Ripple), dan lainnya menerangkan bahwa rakyat terkini sudah lebih selektif terhadap media-media yang tersebar.

Bukan merupakan suatu kekeliruan bila kita memasukkan majalah sebagai bagian menurut media massa atau komunikasi massa, karena menggunakan melihat ciri komunikasi massa seperti bersifat nir pribadi (melalui media teknis) bersifat satu arah merupakan nir ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (komunikan), terbuka, serta mempunyai publik yg secara geografis tersebar, maka majalah termasuk menjadi keliru satu media komunikasi massa. (Rakhmat, 1994). Dan menjadi media komunikasi, majalah memiliki sifat-sifat spesifik yang nir dimiliki oleh media komunikasi yg lain, antara lain:

1. Khalayak yang diterpa bersifat aktif, nir pasif seperti jika mereka diterpa media radio, televisi, atau film. Pesan melalui pers majalah diungkapkan dengan alfabet -huruf meninggal, yg baru menimbulkan makna apabila khalayak menggunakan tatanan mentalnya secara aktif.

2. Terekam, artinya artikel-artikel pada majalah tersusun pada alinea, kalimat, dan kata-istilah yang terdiri berdasarkan alfabet -alfabet yang tercetak pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa atau hal-hal yang di beritakan terekam sebagai akibatnya dapat dibaca setiap saat serta pada dokumentasikan, di ulang kali, disimpan untuk kepentingan tertentu dan dapat pada jadikan menjadi bukti. 
(Effendy, 1986:111).

Teknik Penyajian Majalah
Suatu pengorganisasian pesan ditetapkan sebelum kata-kata di tuliskan serta sebelum gambar-gambar dibuat, atau keduanya digabungkan ke dalam suatu tata letak (Lay Out). Kegiatan rapikan letak mencakup penetapan keputusan-keputusan tentang berbagai komponen judul, gambaran, naskah, serta indikasi-pertanda identifikasi yg akan disusun dan di tempatkan pada laman. Lima butir pertimbangan bagi perkembangan rapikan letak adalah:
1. Keseimbangan (balance), penataan unsur-unsur buat mencapai suatu kesan kasat mata atau penyebaran yang menyenangkan.

2. Lawanan (kontras), penggunaan ukuran, kepekatan, dan rona yg sangat bhineka pada rangka menarik perhatian serta keterbacaan.

3. Perbandingan (proportion), pertalian di antara objek serta latar belakang, yg keduanya tampak dan saling berinteraksi.

4. Alunan pirsa (gaze motion), penataan judul, ilustrasi, naskah, serta pertanda-tanda identifikasi yg demikian rupa dalam rangka pengurutan paling logis.

5. Kesatuan (unity), berbagai mutu keseimbangan, lawanan, perbandingan, dan alunan pirsa, digabungkan buat pengembangan kesatuan piker, penampilan, dan reka bentuk tata letak (design in the lay out).
(Sudiana, 1986:29).

Suatu rapikan letak akan berhasil jika di dalamnya mengandung mutu kesatuan dan sederhana, adalah yg berhasil menggunakan mengusahakan rapikan letak sederhana, nir rancu, dan bersifat membantu pada meringankan pembaca selama mencerna pesan yang dibacanya.
1. Huruf, ada beragam jenis serta ukuran alfabet yang dapat dipilih buat menandaskan utama-pokok tertentu atau buat menarik perhatian pembaca terhadap beberapa aspek pada naskah.

2. Foto atau gambar, alternatif yang bisa diperkenalkan pada hal ini sangat poly dan bervariasi. Kita dapat menentukan dan menyunting foto, gambar, sketsa, lukisan, kartun, serta bisa menyisipkan banyak sekali macam bentuk lainnya.

3. Judul, dengan pembubuhan judul pembaca dituntun dalam penyeberangan menurut ilustrasi ke pesan. Dalam pengertian generik, judul mempunyai fungsi: secara ringkas serta langsung menyarankan isi pesan, serta menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan sumber. Secara umum penempatan judul wajib tampak dalam bagian atas suatu halaman atau iklan. Dan, bagaimanapun judul wajib memiliki berukuran alfabet yg memadai untuk bisa dagi mata pembaca, dan secara sempurna guna berpasangan dengan daya tarik gambaran.

4. Warna, pada dasarnya rona merupakan suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari suatu objek ke mata insan. Pembubuhan rona mungkin bisa merebut perhatian awal komunikan. Namun pemilihan serta penerapan warna secara serampangan akan mengusir pemirsa segera selesainya perhatiannya tergugah. Para peneliti menemukan bahwa warna-warna yg sering dipercaya favorit ternyata tidak selalu menarik pada penggunaan-penggunaan eksklusif. Bagaimanapun, rona-warna- termasuk hitam, abu-abu, dan putih- dalam lbr tercetak perlu ditata sedemikian rupa sinkron dengan asas dasar yg sama dari rapikan letak, yakni mengandung kesan-kesan ekuilibrium, kontras, proporsi, irama, keselarasan, gerakan, serta kesatuan. (Sudiana, 1986:34-41).

Agar pembaca nir lekas merasa bosan sewaktu membaca pesan yang diterimanya, maka seorang komunikator wajib sempurna, ringkas, jelas, sederhana, bonafide dalam penulisan naskah beritanya. (Wahyudi, 1991:102). Sedangkan menurut James M. Neal serta Suzzane S. Brown, “Penulis naskah keterangan itu wajib objektif, ringkas, jelas, sempurna, serta mengandung daya rangsang”. (wahyudi, 1991:102).

Untuk gampang menarik perhatian komunikan, maka surat fakta, majalah, ataupun media lainnya wajib sanggup menampilkan lay out yg menarik. Menurut Teguh Meinanda, terdapat tiga tujuan menurut pengaturan tata letak, yaitu: “Agar gampang dibaca dan menarik pembaca untuk mengkaji goresan pena-goresan pena, bisa menciptakan atau menghasilkan hal-hal yang menarik serta mengasyikkan, serta supaya pembaca gampang mengenali surat kabar itu”. (Meinanda, 1981:75).

Walaupun begitu, semenarik apapun tata letak pesan pada sebuah majalah, komunikator, yg pada hal ini pereka bentuk dan penata letak memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu, misalnya:

1. Keterbatasan mekanis, sehubungan dengan wahana produksi.
2. Keterbatasan bahan, sehubungan menggunakan jenis kertas, tinta, dan sebagainya.
3. Keterbatasan porto, sehubungan dengan porto produksi.
4. Keterbatasan fungsi, baik mengingat penggunaan maupun calon pembacanya.
5. Keterbatasan waktu, serta keterbatasan lainnya, contohnya yg berkenaan menggunakan lingkungan kerja. 
(Sudiana, 1986:43).

Fungsi dan Peranan Majalah
Media massa misalnya halnya majalah merupakan merupakan suatu sumber yg dapat menyalurkan keterangan dan menambah wawasan pengetahuan rakyat pada banyak sekali bidang kehidupan. Salah satu fungsi majalah merupakan sebagai sarana pendidikan (mass education). Majalah memuat tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca akan bertambah pengetahuannya. (Effendy, 1993:93). Di samping itu jua, sebagai bagian dari pers, maka majalah akan memiliki fungsi yg sama menggunakan yg dimiliki sang pers. Menurut Onong Uchjana Effendy, fungsi-fungsi tadi antara lain:

1. Fungsi menyiarkan (to inform).
2. Fungsi mendidik (to educate).
3. Fungsi menghibur (to entertain).
4. Dan fungsi menghipnotis (to influence).
(Effendy, 1985:193).

Berdasarkan pemuatan tulisan-tulisan dalam majalah yg ditulis secara lebih luas, terang serta mendalam, maka tak galat bila pembacapun akan menerima pengetahuan yang lebih luas dan lebih poly lagi tentang sesuatu hal, dan pemahaman pembaca terhadap sesuatu masalahpun tentunya mampu lebih mendalam lagi lantaran pada memakai majalah pembaca tidak dikejar oleh waktu seperti halnya menggunakan media radio atau televisi sehingga dalam menyerap goresan pena-tulisan yg pada muat pada majalah bisa secara perlahan serta teliti.

Dalam situasi dan kondisi kehidupan masyarakat terbaru, peranan majalah sebagai media komunikasi yang banyak di pergunakan sang masyarakat pada kehidupan sehari-harinya semakin terasa penting. Dalam hal ini ada beberapa peranan utama majalah misalnya yang disebutkan oleh Peterson, yaitu:

1. Membantu perkembangan perubahan-perubahan sosial serta politik.
2. Menafsirkan dilema-masalah dari peristiwa-insiden dan menjadikannya menjadi pandangan nasional.
3. Membantu perkembangan suatu pengertian nasional dalam warga .
4. Memberikan hiburan yg murah kepada jutaan orang.
5. Menjadi penyuluh dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
6. Menjadi pendidik dalam warisan-warisan kebudayaan insan, melalui tulisan serta perhatian terhadap seni, jua mengenai tokoh-tokoh warga .
(Click dan Baird, 1980:60).

Agar suatu majalah bisa dirasakan keuntungannya serta bernilai bagi para pembacanya, maka pada pelaksanaannya diharapkan keahlian menurut pengelola penerbitan majalah tersebut terutama para penulisnya, karena isi berdasarkan majalah itu dapat menentukan karakter serta impactnya.

Jenis Majalah
Untuk kepentingan pembaca, maka majalah-majalah yang beredar di masyarakat bisa pada kelompokkan sesuai dengan kepentingan serta kebutuhan rakyat, sebagai akibatnya warga sebagai pembaca dapat memilih jenis majalah yang bagaimana yang sanggup memenuhi impian dan kebutuhannya.

Secara universal, M.O Palapah serta Atang Syamsuddin membagi jenis majalah menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Mass magazine, merupakan majalah generik yang ditujukan untuk seluruh golongan, jadi merupakan majalah generik.

2. Class magazine, adalah majalah yg ditujukan buat golongan eksklusif (high or middle class) isinya mengenai bidang-bidang eksklusif.

3. Spesialized magazine, merupakan majalah spesifik serta ditujukan kepada para pembaca khusus.
(Palapah serta Syamsuddin, 1983:105-106).

Pembagian jenis majalah secara garis besar misalnya pada sebutkan pada atas, bisa dirinci lagi kedalam jenis-jenis majalah yg lebih spesifik. Djafar Assegaff, mengemukakan sebagai berikut:

1. Majalah bergambar (picture magazine), bentuk majalah yang memuat reportase menurut dalam gambar. Gambar sesuatu peristiwa, atau suatu karangan spesifik yg berisikan foto-foto.

2. Majalah anak-anak (childrens weekly), bentuk majalah yang isinya khusus mengenai global anak-anak.

3. Majalah keterangan (news magazine), mingguan terencana yang menyajikan warta-liputan menggunakan suatu gaya goresan pena yang khas dilengkapi dengan foto-foto serta gambar-gambar.

4. Majalah budaya (culture magazine), penerbitan pers yg mengkhususkan isinya dengan perkara-perkara kebudayaan dan diterbitkan setiap minggu, bulan ataupun secara terpola.

5. Majalah ilmiah (scientific magazine), majalah berkala khusus berisi mengenai ilmu pengetahuan dan mengkhususkan isinya tentang suatu bidang ilmu, contohnya teknik radio, elektronika, ekonomi, hokum, dan sebagainya.

6. Majalah hiburan (popular magazine), majalah yang memuat karangan-karangan ringan, cerita pendek, cerita bergambar, dan sebagainya.

7. Majalah keagamaan (religious magazine), bentuk majalah yg isinya khusus mengenai kasus-masalah kepercayaan .

8. Majalah famili (home magazine), majalah yg memuat karangan-karangan buat semua keluarga, berdasarkan bacaan anak-anak hingga kasus rumah tangga (resep, mode, serta lain-lain).

9. Majalah khas (specialized magazine), bentuk majalah yang isinya khusus tentang banyak sekali macam bidang profesi.

10. Majalah mode (fashion magazine), majalah yang berisi mode dan dilampiri lembaran yg berisikan pola sandang.

11. Majalah perusahaan (company magazine), majalah yang diterbitkan secara teratur sang perusahaan berisi berita-warta atau warta mengenai kepegawaian, karyawan, kebijaksaan perusahaan serta produksi perusahaan.

12. Majalah remaja (juvenile weekly), bentuk majalah yang isinya spesifik membahas kasus remaja.

13. Majalah sari tulisan (magazine digest), bentuk penerbitan menggunakan format khusus yang berisi kompendium karangan menurut aneka macam penerbitan.

14. Majalah sastra (literary magazine), bentuk majalah spesial yang terbit dan isinya spesifik menyampaikan kasus kesusastraan dan resensi buku-kitab (novel) pada masa ini atau aktivitas dalam bidang seni sastra.

15. Majalah perempuan (woman magazine), bentuk majalah yg berisikan spesifik mengenai global wanita, berdasarkan kasus mode, resep, musik, keluarga, pula dihiasi oleh foto-foto yg menarik.
(Assegaff, 1983:126-128).

Sesuai menggunakan jenis-jenis majalah yg sudah pada sebutkan diatas, majalah Ripple adalah termasuk kedalam jenis majalah khas. Majalah Ripple menyajikan warta-liputan dengan gaya penulisan yg khas mencakup fakta tentang musik, fashion, olah raga extreme, dan pula gaya hidup anak belia kini .

PENGERTIAN MAJALAH MENURUT PARA AHLI

Pengertian Majalah Menurut Para Ahli
Di dorong sang keberadaannya menjadi mahluk sosial, insan senantiasa berusaha buat mengetahui hal-hal yg terjadi disekitarnya. Media massa menyediakan informasi yg di perlukan guna memenuhi kebutuhan akan keterangan tadi, baik media cetak maupun media elektronik. Adapun peran khusus media cetak dalam penyampaian keterangan, diantaranya berkaitan menggunakan reading habit serta tradisi menulis. Majalah sebagai salah satu media cetak yaitu adalah galat satu asal informasi yg dalam saat ini semakin terkenal di rakyat. Majalah adalah bagian menurut pers yg membawa misi penjelasan, pendidikan, serta hiburan. Penerbitan majalah sendiri dimulai pertama kali di Amerika oleh Benjamin Franklin bernama General Magazine dalam tahun 1741, namun perkembangannya sendiri baru tampak sekitar abad XIX.

Karena termasuk sebagai media cetak, maka pesan-pesan dalam majalah bersifat tetap serta publik dapat mengatur tempo pada membacanya, selain itu pula kekuatan utamanya merupakan dapat dijadikan menjadi bukti. (Assegaff, 1980:27).

Pernyataan tersebut sinkron menggunakan pernyataan Peterson mengenai keunggulan-keunggulan yg dimiliki oleh sebuah majalah, yaitu:

Mirip dengan media cetak lainnya majalah tampil lebih berisikan pengetahuan dari dalam hal-hal yang menyangkut selera dan perasaan menurut komunikannya. Media ini bukan sarana yang dibaca selintas saja misalnya media aktual (Broadcast Media), nir pula membutuhkan perhatian dalam saat eksklusif, media ini tidak dengan segera dapat pada kesampingkan misalnya Koran, majalah dapat disimpan sang pembaca selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, kadang-kadang bertahun-tahun. (Defleur Dennis:137).

Tetapi menurut keunggulan yang dimilikinya itu, kita bisa merogoh kelemahan yang primer dari majalah tersebut, yaitu bahwa majalah nir terbit setiap hari misalnya halnya surat berita yg adalah sumber kabar (membicarakan informasi) setiap harinya pada setiap orang. “Majalah diminati sang mereka yg sibuk dan tidak sempat menekuni Koran harian”. (Depdikbud, 1992:67).

Dalam istilah asing, majalah disebut The Prited Page, yg adalah segala barang yang dicetak, yg ditujukan buat menyalurkan komunikasi massa. Arti majalah misalnya yang pada kutip menurut The Random House Dictionary Of English Language, merupakan “Majalah yg diterbitkan secara berkala senantiasa mempunyai sampul muka, dan secara khas majalah memuat cerita-cerita, karangan-karangan, puisi-puisi serta sebagainya. Serta kadangkala berisikan foto-foto serta gambar-gambar yang secara spesifik memfokuskan pada informasi (subject of area) misalnya; hobbi, informasi, atau olah raga”. (Baird, 1980:60). Jadi pada suatu majalah, pesan yang disampaikan bukan saja berupa liputan-fakta, akan tetapi sanggup juga pada bentuk hiburan, misalnya cerita-cerita, puisi atau sajak, foto atau gambar sesuatu yang hendak pada perlihatkan pada pembacanya, serta sebagainya. Menurut Edwin Emery dkk (1967:62-65) “Majalah adalah media opini”. Jadi dalam sebuah majalahpun terdapat goresan pena-tulisan mengenai opini atau pendapat-pendapat, pandangan-pandangan seseorang mengenai sesuatu yang tentunya berkaitan menggunakan masalah-masalah yang terjadi pada warga . Di samping itu jua, majalah bisa pada definisikan sebagai:

Salah satu jenis indera komunikasi dalam bentuk publikasi yg terbit secara bersiklus seminggu sekali, atau sebulan sekali, atau pada saat-ketika yg teratur. Majalah ini pada terbitkan menggunakan isi yg antara lain artikel-artikel, warta-berita, cerita-cerita yg mengandung nilai sastra, fiksi dan non-fiksi, puisi, resensi, kritik-kritik, karikatur, lelucon-lelucon, pengisi (filler), tajuk planning, kadang-kadang iklan. (Komarudin, 1984:149).

Karena majalah diterbitkan lebih jarang menurut dalam surat keterangan (minimal seminggu sekali), maka majalah bisa menyelidiki masalah-persoalan dan keadaan-keadaan yang terjadi pada warga secara teliti serta mendalam. Pada umumnya tulisan-goresan pena yang di muat pada majalah tidak terlalu mementingkan aktualitas pada karenakan dalam memuat keterangan majalah tadi menyesuaikan menggunakan saat terbitnya. Oleh karenanya juga maka berita yg disampaikan bukan lagi keterangan hangat satu hari eksklusif, lantaran kabar-warta tadi pada sesuaikan menggunakan waktu terbitnya majalah, maka penulisan-penulisan berita yg terdapat bisa pada telaah secara lebih luas serta lebih mendalam lagi. Hal ini sinkron dengan karakteristik majalah yg membedakannya menggunakan surat warta seperti yang dinyatakan sang Defleur dan Dennis, yaitu “Disebabkan majalah di terbitkan sedikit lebih sporadis dari pada surat kabar, maka majalah bisa menyelidiki dilema-dilema dan keadaan yg lebih hati-hati serta mendalam. Majalah kurang menaruh perhatian terhadap informasi yg sifatnya aktual dan lebih menekankan dalam penelaahan hal-hal yang berafiliasi secara luas”. (Defleur Dennis :137).

Untuk menarik perhatian pembaca, maka suatu penerbitan majalah senantiasa berusaha buat memenuhi hasrat serta kebutuhan yg diminati oleh warga tersebut. Pada waktu sekarang ini sudah poly beredar beraneka ragam jenis majalah. Hal ini dilakukan buat memenuhi hasrat dan kebutuhan pembaca yang majemuk jua.

“Kepentingan pembaca, pendengar, dan pemirsa, harus selalu pada perhatikan dan pada utamakan, lantaran “laku ” tidaknya isi pesan yang di “jual” sangat tergantung dari konsumen atau menggunakan istilah lain surat informasi atau majalah, radio, televisi, dan film akan “laris” bila, isi pesan sinkron menggunakan kesukaan konsumen (audience)”. (Wahyudi, 1991:99).

Perbedaan minat yang masih ada dalam pembaca itu bisa ditimbulkan oleh poly faktor, antara lain merupakan faktor-faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial, norma, serta lain-lain. Media massa cetak berupa majalah berskala nasional sekarang jauh lebih poly jumlah dan macamnya, misalnya majalah anak-anak (Bobo, Donald Bebek, dan lain-lain), majalah remaja (GADIS, Hai, ANEKA), majalah perempuan dan mak -ibu (Kartini, Femina), majalah famili (Ayah Bunda) atau bahkan bila pada lihat dari misi yang melekat pada masing-masing majalah yg tercermin dalam warna pemberitaannya yang terfokuspun dalam suatu aspek eksklusif, misalnya halnya majalah kesehatan (Rumah Tangga serta Kesehatan, Bugar). Majalah pertanian (Trubus), majalah Keagamaan (Amanah), majalah daerah (Mangle), hingga majalah gaya hayati anak remaja sekarang ini (Ripple), dan lainnya memperlihatkan bahwa masyarakat terkini sudah lebih selektif terhadap media-media yg beredar.

Bukan adalah suatu kekeliruan bila kita memasukkan majalah sebagai bagian berdasarkan media massa atau komunikasi massa, lantaran dengan melihat karakteristik komunikasi massa misalnya bersifat tidak pribadi (melalui media teknis) bersifat satu arah ialah tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (komunikan), terbuka, serta memiliki publik yg secara geografis tersebar, maka majalah termasuk menjadi salah satu media komunikasi massa. (Rakhmat, 1994). Dan menjadi media komunikasi, majalah mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh media komunikasi yg lain, diantaranya:

1. Khalayak yg diterpa bersifat aktif, nir pasif seperti jika mereka diterpa media radio, televisi, atau film. Pesan melalui pers majalah diungkapkan menggunakan huruf-huruf tewas, yang baru mengakibatkan makna jika khalayak memakai tatanan mentalnya secara aktif.

2. Terekam, ialah artikel-artikel dalam majalah tersusun dalam alinea, kalimat, serta istilah-istilah yang terdiri menurut huruf-alfabet yg tercetak dalam kertas. Dengan demikian setiap insiden atau hal-hal yang di beritakan terekam sebagai akibatnya bisa dibaca setiap ketika dan pada dokumentasikan, pada ulang kali, disimpan buat kepentingan tertentu dan bisa di jadikan menjadi bukti. 
(Effendy, 1986:111).

Teknik Penyajian Majalah
Suatu pengorganisasian pesan ditetapkan sebelum istilah-kata di tuliskan serta sebelum gambar-gambar dibentuk, atau keduanya digabungkan ke dalam suatu tata letak (Lay Out). Kegiatan rapikan letak meliputi penetapan keputusan-keputusan mengenai banyak sekali komponen judul, ilustrasi, naskah, serta pertanda-pertanda identifikasi yg akan disusun dan di tempatkan dalam laman. Lima butir pertimbangan bagi perkembangan tata letak merupakan:
1. Keseimbangan (balance), penataan unsur-unsur untuk mencapai suatu kesan kasat mata atau penyebaran yg menyenangkan.

2. Lawanan (paradoksal), penggunaan berukuran, kepekatan, dan warna yang sangat bhineka pada rangka menarik perhatian serta keterbacaan.

3. Perbandingan (proportion), pertalian di antara objek dan latar belakang, yang keduanya tampak serta saling berinteraksi.

4. Alunan pirsa (gaze motion), penataan judul, ilustrasi, naskah, serta indikasi-pertanda identifikasi yg demikian rupa dalam rangka pengurutan paling logis.

5. Kesatuan (unity), aneka macam mutu ekuilibrium, lawanan, perbandingan, dan alunan pirsa, digabungkan buat pengembangan kesatuan piker, penampilan, serta reka bentuk tata letak (design in the lay out).
(Sudiana, 1986:29).

Suatu tata letak akan berhasil apabila pada dalamnya mengandung mutu kesatuan dan sederhana, merupakan yang berhasil menggunakan mengusahakan tata letak sederhana, tidak kacau, serta bersifat membantu pada meringankan pembaca selama mencerna pesan yang dibacanya.
1. Huruf, terdapat beragam jenis serta berukuran alfabet yang bisa dipilih buat menandaskan utama-pokok tertentu atau buat menarik perhatian pembaca terhadap beberapa aspek pada naskah.

2. Foto atau gambar, alternatif yg dapat diperkenalkan dalam hal ini sangat banyak serta bervariasi. Kita dapat memilih dan menyunting foto, gambar, sketsa, lukisan, kartun, dan bisa menyisipkan banyak sekali macam bentuk lainnya.

3. Judul, menggunakan pembubuhan judul pembaca dituntun dalam penyeberangan menurut ilustrasi ke pesan. Dalam pengertian generik, judul mempunyai fungsi: secara ringkas serta langsung menyarankan isi pesan, serta menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca selesainya menyajikan pesan sumber. Secara generik penempatan judul harus tampak pada bagian atas suatu halaman atau iklan. Dan, bagaimanapun judul harus mempunyai ukuran huruf yg memadai buat bisa dagi mata pembaca, serta secara sempurna guna berpasangan dengan daya tarik gambaran.

4. Warna, pada dasarnya rona merupakan suatu mutu cahaya yang dipantulkan menurut suatu objek ke mata insan. Pembubuhan warna mungkin dapat merebut perhatian awal komunikan. Tetapi pemilihan serta penerapan rona secara serampangan akan mengusir pemirsa segera sehabis perhatiannya tergugah. Para peneliti menemukan bahwa warna-warna yang sering dipercaya favorit ternyata nir selalu menarik pada penggunaan-penggunaan tertentu. Bagaimanapun, rona-rona- termasuk hitam, abu-abu, dan putih- pada lembar tercetak perlu ditata sedemikian rupa sesuai menggunakan asas dasar yang sama dari rapikan letak, yakni mengandung kesan-kesan keseimbangan, paradoksal, proporsi, irama, keselarasan, gerakan, dan kesatuan. (Sudiana, 1986:34-41).

Agar pembaca nir lekas merasa bosan sewaktu membaca pesan yang diterimanya, maka seorang komunikator wajib tepat, ringkas, kentara, sederhana, bonafide pada penulisan naskah beritanya. (Wahyudi, 1991:102). Sedangkan dari James M. Neal serta Suzzane S. Brown, “Penulis naskah informasi itu harus objektif, ringkas, jelas, tepat, serta mengandung daya rangsang”. (wahyudi, 1991:102).

Untuk mudah menarik perhatian komunikan, maka surat warta, majalah, ataupun media lainnya wajib bisa menampilkan lay out yg menarik. Menurut Teguh Meinanda, ada tiga tujuan menurut pengaturan rapikan letak, yaitu: “Agar gampang dibaca serta menarik pembaca buat mempelajari tulisan-goresan pena, bisa membangun atau membentuk hal-hal yg menarik dan mengasyikkan, dan supaya pembaca mudah mengenali surat warta itu”. (Meinanda, 1981:75).

Walaupun begitu, semenarik apapun rapikan letak pesan pada sebuah majalah, komunikator, yang pada hal ini pereka bentuk serta penata letak memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu, seperti:

1. Keterbatasan mekanis, sehubungan menggunakan sarana produksi.
2. Keterbatasan bahan, sehubungan menggunakan jenis kertas, tinta, dan sebagainya.
3. Keterbatasan biaya , sehubungan menggunakan porto produksi.
4. Keterbatasan fungsi, baik mengingat penggunaan maupun calon pembacanya.
5. Keterbatasan ketika, dan keterbatasan lainnya, contohnya yang berkenaan dengan lingkungan kerja. 
(Sudiana, 1986:43).

Fungsi serta Peranan Majalah
Media massa seperti halnya majalah merupakan merupakan suatu asal yg dapat menyalurkan keterangan serta menambah wawasan pengetahuan rakyat di berbagai bidang kehidupan. Salah satu fungsi majalah adalah menjadi sarana pendidikan (mass education). Majalah memuat goresan pena yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca akan bertambah pengetahuannya. (Effendy, 1993:93). Di samping itu jua, sebagai bagian berdasarkan pers, maka majalah akan mempunyai fungsi yang sama dengan yg dimiliki oleh pers. Menurut Onong Uchjana Effendy, fungsi-fungsi tersebut diantaranya:

1. Fungsi menyiarkan (to inform).
2. Fungsi mendidik (to educate).
3. Fungsi menghibur (to entertain).
4. Dan fungsi mensugesti (to influence).
(Effendy, 1985:193).

Berdasarkan pemuatan goresan pena-goresan pena pada majalah yang ditulis secara lebih luas, jelas dan mendalam, maka tak keliru bila pembacapun akan menerima pengetahuan yg lebih luas dan lebih banyak lagi tentang sesuatu hal, dan pemahaman pembaca terhadap sesuatu masalahpun tentunya mampu lebih mendalam lagi karena dalam memakai majalah pembaca tidak dikejar sang waktu seperti halnya memakai media radio atau televisi sebagai akibatnya dalam menyerap goresan pena-tulisan yang di muat pada majalah bisa secara perlahan dan teliti.

Dalam situasi serta kondisi kehidupan masyarakat terbaru, peranan majalah sebagai media komunikasi yang banyak di pergunakan sang warga dalam kehidupan sehari-harinya semakin terasa penting. Dalam hal ini ada beberapa peranan utama majalah seperti yg disebutkan oleh Peterson, yaitu:

1. Membantu perkembangan perubahan-perubahan sosial dan politik.
2. Menafsirkan dilema-persoalan dari insiden-kejadian serta menjadikannya sebagai pandangan nasional.
3. Membantu perkembangan suatu pengertian nasional pada rakyat.
4. Memberikan hiburan yang murah kepada jutaan orang.
5. Menjadi penyuluh pada kehidupan warga sehari-hari.
6. Menjadi pendidik pada warisan-warisan kebudayaan manusia, melalui goresan pena serta perhatian terhadap seni, pula tentang tokoh-tokoh rakyat.
(Click dan Baird, 1980:60).

Agar suatu majalah dapat dirasakan keuntungannya serta bernilai bagi para pembacanya, maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan keahlian berdasarkan pengelola penerbitan majalah tadi terutama para penulisnya, sebab isi dari majalah itu bisa memilih karakter serta impactnya.

Jenis Majalah
Untuk kepentingan pembaca, maka majalah-majalah yg beredar pada warga bisa pada kelompokkan sinkron dengan kepentingan dan kebutuhan warga , sebagai akibatnya rakyat menjadi pembaca dapat menentukan jenis majalah yg bagaimana yg bisa memenuhi harapan dan kebutuhannya.

Secara universal, M.O Palapah dan Atang Syamsuddin membagi jenis majalah sebagai 3 jenis, yaitu:
1. Mass magazine, merupakan majalah umum yang ditujukan buat seluruh golongan, jadi merupakan majalah umum.

2. Class magazine, merupakan majalah yg ditujukan buat golongan eksklusif (high or middle group) isinya tentang bidang-bidang eksklusif.

3. Spesialized magazine, merupakan majalah spesifik serta ditujukan pada para pembaca khusus.
(Palapah dan Syamsuddin, 1983:105-106).

Pembagian jenis majalah secara garis akbar misalnya pada sebutkan di atas, dapat dirinci lagi kedalam jenis-jenis majalah yang lebih khusus. Djafar Assegaff, mengemukakan menjadi berikut:

1. Majalah bergambar (picture magazine), bentuk majalah yang memuat reportase dari pada gambar. Gambar sesuatu insiden, atau suatu karangan spesifik yg berisikan foto-foto.

2. Majalah anak-anak (childrens weekly), bentuk majalah yg isinya khusus tentang dunia anak-anak.

3. Majalah fakta (news magazine), mingguan berkala yg menyajikan warta-informasi dengan suatu gaya tulisan yg spesial dilengkapi dengan foto-foto dan gambar-gambar.

4. Majalah budaya (culture magazine), penerbitan pers yang mengkhususkan isinya menggunakan masalah-masalah kebudayaan serta diterbitkan setiap minggu, bulan ataupun secara terpola.

5. Majalah ilmiah (scientific magazine), majalah berkala spesifik berisi tentang ilmu pengetahuan serta mengkhususkan isinya tentang suatu bidang ilmu, contohnya teknik radio, elektronika, ekonomi, hokum, dan sebagainya.

6. Majalah hiburan (popular magazine), majalah yg memuat karangan-karangan ringan, cerita pendek, cerita bergambar, dan sebagainya.

7. Majalah keagamaan (religious magazine), bentuk majalah yg isinya spesifik tentang perkara-masalah agama.

8. Majalah keluarga (home magazine), majalah yg memuat karangan-karangan buat semua keluarga, dari bacaan anak-anak sampai kasus rumah tangga (resep, mode, serta lain-lain).

9. Majalah khas (specialized magazine), bentuk majalah yg isinya spesifik mengenai berbagai macam bidang profesi.

10. Majalah mode (fashion magazine), majalah yang berisi mode dan dilampiri lembaran yg berisikan pola sandang.

11. Majalah perusahaan (company magazine), majalah yg diterbitkan secara teratur sang perusahaan berisi keterangan-keterangan atau informasi mengenai kepegawaian, karyawan, kebijaksaan perusahaan dan produksi perusahaan.

12. Majalah remaja (juvenile weekly), bentuk majalah yg isinya spesifik membahas kasus remaja.

13. Majalah sari goresan pena (magazine digest), bentuk penerbitan dengan format spesifik yang berisi kompendium karangan berdasarkan berbagai penerbitan.

14. Majalah sastra (literary magazine), bentuk majalah spesial yang terbit dan isinya khusus menyampaikan kasus kesusastraan dan resensi kitab -kitab (novel) kontemporer atau kegiatan dalam bidang seni sastra.

15. Majalah wanita (woman magazine), bentuk majalah yang berisikan spesifik tentang global perempuan , berdasarkan masalah mode, resep, musik, famili, jua dihiasi sang foto-foto yang menarik.
(Assegaff, 1983:126-128).

Sesuai menggunakan jenis-jenis majalah yg sudah di sebutkan diatas, majalah Ripple merupakan termasuk kedalam jenis majalah spesial . Majalah Ripple menyajikan berita-informasi menggunakan gaya penulisan yg spesial mencakup fakta tentang musik, fashion, olah raga extreme, dan pula gaya hidup anak belia sekarang.