PENGERTIAN SENI DAN SENI RUPA JENISJENIS KARYA SENI RUPA

Manusia nir mampu lepas berdasarkan seni, karena seni merupakan keliru satu kebudayaan yang mengandung nilai estetika. Sedangkan setiap manusia menyukai estetika. Melalui seni orang bisa memperoleh kenikmatan secara batiniah.

Tidak ada yg bisa memastikan kapan seni mulai dikenal manusia. Namun, jejak-jejak peninggalan manusia dari masa lampau menerangkan bahwa seni tumbuh dan berkembang sejajar menggunakan perkembangan insan.

Menurut Ensiklopedia Indonesia, pengertian seni adalah penciptaan segala hal atau benda yg lantaran estetika bentuknya orang senang melihat atau mendengarnya. Tetapi tidak seluruh estetika (keindahan) itu selalu bernilai seni (artistik), lantaran kenyataannya nir semua yang indah itu bernilai seni. Banyak keindahan keindahan yang tidak termasuk dalam karya seni.

Keindahan seni adalah estetika yg diciptakan insan. Keindahan di luar kreasi insan nir termasuk estetika yang bernilai seni, contohnya estetika pantai di Bali, estetika Gunung Bromo, serta keindahan seekor burung merak. Jadi, seni adalah kreasi manusia yang mempunyai keindahan.

Bermacam jenis seni, diantaranya seni tari, seni musik, seni teater, dan seni rupa. Seni rupa merupakan hasil karya ciptaan insan, baik berbentuk 2 dimensi maupun tiga dimensi yang mengandung atau memiliki nilai estetika yang diwujudkan dalam bentuk rupa.

Seni rupa dipandang dari segi fungsinya dibagi menjadi dua gerombolan sebagai berikut.

  1. Seni rupa murni (fine art), yaitu karya seni yang hanya buat dinikmati nilai keindahannya saja. Karya seni ini bertujuan buat memenuhi kebutuhan batiniah. Seni rupa murni banyak ditemukan pada cabang seni grafika, seni lukis, dan seni patung.
  2. Seni rupa terapan (applied art), yaitu seni rupa yang mempunyai nilai kegunaan (fungsional) sekaligus memiliki nilai seni. Karya seni ini bertujuan buat memenuhi kebutuhan mudah atau memenuhi kebutuhan seharihari secara materi, misalnya furnitur, tekstil, serta keramik.

Berdasarkan wujud fisiknya, karya seni rupa terapan bisa digolongkan sebagai dua, yaitu sebagai berikut.

  1. Karya seni rupa terapan dua dimensi (dwimatra), Karya seni rupa terapan 2 dimensi, yaitu karya seni rupa yang mempunyai berukuran panjang serta lebar dan hanya sanggup dipandang menurut satu arah. Misalnya, wayang kulit, tenun, dan batik.
  2.  Karya seni rupa terapan 3 dimensi (trimatra), Karya seni rupa terapan 3 dimensi, yaitu karya seni rupa yg bisa ditinjau menurut segala arah dan memiliki volume (ruang). Misalnya, rumah norma, senjata tradisional misalnya rencong dan pedang, dan patung.

Jenis-Jenis Karya Seni Rupa Terapan Daerah Setempat

Hasil karya seni rupa terapan setiap wilayah tidak sama. Setiap daerah mempunyai karakteristik khas masing masing. Benda benda seni rupa terapan yang didapatkan di berbagai wilayah, di antaranya sebagai berikut.

1. Kerajinan batik
Sejarah batik di Nusantara berkaitan dengan perkembangan Kerajaan Majapahit serta kerajaan sesudahnya. Kain batik dibuat menggunakan cara melukis dengan memakai canting dan kuas pada atas kain dengan bahan lilin yg dipanaskan. Hasil proses membatik tersebut dinamakan batik tulis.

Daerah-daerah penghasil batik pada Nusantara, antara lain sebagai berikut.

a. Jawa Tengah dan Yogyakarta
Jawa Tengah adalah daerah produsen kain batik terbesar di Nusantara. Batik Jawa Tengah mempunyai corak yang khas dan sarat dengan filosofi. Daerah produsen batik di Jawa Tengah yg paling menonjol adalah Pekalongan, Solo, serta Semarang. Pusat produsen kain batik populer lainnya merupakan Yogyakarta.

1) Batik Yogyakarta dan Solo (Surakarta)
Sejarah batik Yogyakarta adalah pengembangan dari batik Solo. Hubungan berdasarkan kedua daerah tersebut sangat erat. Batik Yogyakarta serta Solo sarat filosofi serta lebih banyak didominasi warna cokelat dan biru tua. Ada sekitar 4.000 motif batik Yogyakarta, yang cukup populer, di antaranya merupakan motif parang, babon angrem, dan wahyu tumurun. Motif batik Solo, antara lain sidomukti, sidoluruh, dan lereng

2) Batik Pekalongan dan Semarang
Batik Pekalongan mempunyai ciri pesisir menggunakan corak ragam hias alami. Corak ragam hiasnya banyak menerima dampak dari Cina yang dinamis serta kaya akan warna. Batik Pekalongan banyak didominasi rona cerah, hijau, kuning, merah, dan merah muda, dan didominasi motif bunga (buketan). Batik Semarang poly didominasi rona cokelat, kuning, hijau, dan hitam menggunakan motif alam, misalnya bunga, dedaunan, serta burung.

b. Jawa Timur
Jawa Timur termasuk daerah pembuat batik, diantaranya Madura, Tulungagung, Pacitan, Ponorogo, Mojokerto, Tuban, serta lain-lain. Batik Madura mengandalkan corak bunga yg unik menggunakan pola daun-daunan. Di daerah ini masih ada beberapa motif batik tertua, yaitu ramok, sebar jagab, rumput laut, okel, dan panji lintrik. Warna yg digunakan kebanyakan diambil dari bahan alam menggunakan warna yang mencolok.
Batik Tulungagung berwarna sogan (cokelat) serta biru tua dengan motif Lung (tumbuhan) dan bunga. Untuk batik Tuban, yang relatif dikenal adalah batik gedog yang berciri khas golongan batik pesisir. Motif ini didominasi motif burung dan bunga. Sedangkan batik Banyuwangi lebih dikenal dengan motif batik gajah uling, menggunakan dasar kain berwarna putih.

c. Jawa Barat
Daerah produsen batik di Jawa Barat, diantaranya Cirebon dan Tasikmalaya. Batik Cirebon memiliki kekhasan sendiri, yaitu motif mega mendung yg kaya akan rona seperti cokelat, ungu, biru, hijau, merah, serta hitam. Batik Tasikmalaya yang sangat terkenal merupakan batik sarian yang adalah gugusan beberapa motif adonan menurut motif kumeli, rereng, burung, kupu-kupu, serta bunga.
Batik tulis spesial Tasikmalaya banyak memakai rona dasar merah, kuning, ungu, biru, hijau, dan
sogan. Motifnya lebih poly natural (alam).

d. Bali
Daerah penghasil batik di Bali, antara lain Gianyar dan Denpasar. Corak batik Bali banyak kesamaan
gaya menggunakan batik di Jawa. Tetapi batik Bali menggunakan warna-rona yg lebih cerah.

e. Sumatra
Daerah pembuat batik Sumatra diantaranya Padang (Sumatra Barat) dan Jambi. Padang populer dengan batik tanah liek. Bahan pewarna batik Sumatra umumnya dari menurut bahan-bahan alami, termasuk akar-akaran yang dicampur tanah liat sebagai akibatnya memiliki ciri spesial tersendiri.

f. Kalimantan
Salah satu penghasil batik populer di Kalimantan merupakan Banjarmasin (Kalimantan Timur). Kain batik yg digunakan adalah berjenis santung,katun, sutra, yuyur, dan satin. Batik
Banjarmasin mempunyai motif yang bervariatif serta banyak mengambil objek alam. Motif-motif batik Banjar,antara lain berbentuk irisan daun pudak, daun bayam, serta fungi mini .

2. Kerajinan ukir
Kerajinan ukir pada Nusantara, diantaranya berupa seni ukir kayu dan seni ukir logam. Daerah-wilayah produsen kerajinan ukir kayu di Nusantara, pada antaranya adalah Jepara, Cirebon, Bali, Kalimantan, Papua, Madura, dan Sumatra.
Kerajinan ukir logam terbuat berdasarkan perak, tembaga, emas,serta kuningan. Proses pembuatan kerajinan logam banyak menggunakan teknik cetak atau cor, tempa, toreh, dan penyepuhan. Daerah produsen kerajinan logam di Nusantara, antara lain Jawa Tengah dan Yogyakarta.

3. Kerajinan anyaman
Anyaman banyak kita jumpai, baik berupa benda gunakan maupun benda hias. Anyaman dibentuk dari bahan alami dan bahan sintetis. Bahan-bahan alami yang digunakan, diantaranya bambu, rotan, daun mendong, serta janur.
Bahan-bahan sintetis yg digunakan, antara lain plastik, pita, dan kertas. Daerah pembuat kerajinan
anyaman, antara lain Bali, Kudus, Kedu, Tasikmalaya,dan Tangerang.

4. Kerajinan topeng
Topeng merupakan hasil karya seni kerajinan yg mampu digunakan buat keperluan perlengkapan tari serta hiasan. Kerajinan topeng umumnya dibuat dari bahan kayu. Daerah penghasil kerajinan topeng di Nusantara, diantaranya Yogyakarta, Cirebon, Bali, Surakarta, dan Bandung. Setiap daerah mempunyai karakteristik spesial topeng yang tidak sama.

5. Kerajinan tenun
Tenun adalah hasil kerajinan tradisional yg dibuat menggunakan teknik serta indera spesifik. Kerajinan tenun banyak masih ada pada Kalimantan, Minangkabau, Sumatra Utara, NTT, NTB, Lampung, Flores, Sulawesi, serta Palembang. Motif yg dibuat pun berlainan pada setiap wilayah. Berbagai motif tenun dari Palembang, diantaranya mawar Jepang, anggun anggun, bintang berantai, nago besaung, serta bunga cino.
Ada dua jenis tenun, yaitu tenun ikat serta tenun songket. Keduanya tidak sama pada teknik serta bahan yang dipakai. Berbeda dengan tenun ikat, pada songket mendapat tambahan benang emas yang diletakkan dengan teknik tusuk serta cukit.

6. Kerajinan wayang
Wayang merupakan budaya asli Nusantara, yang ceritanya berasal berdasarkan budaya Hindu India. Wayang dibentuk buat seni pertunjukan sekaligus sebagai hiasan.jenis wayang terdiri atas wayang kulit yg terbuat berdasarkan kulit kerbau serta wayang golek yang terbuat berdasarkan kayu.
Daerah penghasil kerajinan wayang, di antaranya Bali, Yogyakarta, serta Surakarta.

7. Kerajinan keramik
Keramik merupakan hasil karya seni kerajinan yang berbahan dasar menurut tanah. Hasil kerajinan keramik sangat majemuk, seperti vas bunga, guci, mangkuk, cangkir, dan lain-lain. Daerah produsen kerajinan keramik yg terkenal pada Nusantara, pada antaranya Kasongan (Yogyakarta), Sompok, dan Mayong (Jepara).


Apresiasi Keunikan Gagasan Karya Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
Taraf apresiasi rakyat terhadap karya seni perlu ditingkatkan pemahamannya melalui aneka macam aktivitas dan pendidikan seni. Apresiasi (bahasa Inggris appreciate) merupakan menghargai atau menilai. Bagi murid, pelajaran apresiasi sangat penting untuk menumbuhkan kepekaan estetis, menumbuhkan kreativitas, belajar menghargai karya seni, dan melatih murid buat menumbuhkan kecintaan dan
keaktifan dalam banyak sekali kegiatan seni.

Apresiasi muncul sehabis melihat dan mengamati aneka macam bentuk karya seni yang diciptakan, termasuk karya seni rupa terapan wilayah setempat. Kegiatan apresiasi dapat berupa apresiasi aktif serta apresiasi pasif. Seorang seniman yang aktif berkarya mampu dikatakan melakukan apresiasi aktif, sedangkan warga yg bertindak menjadi pengagum atau pengamat karya seni digolongkan dalam apresiasi pasif.

Seni rupa terapan wilayah setempat menggunakan segenap keunikan gagasannya patut mendapatkan apresiasi, baik secara aktif juga pasif. Gagasan (ilham kreatif) tersebut merupakan awal proses penciptaan karya seni, termasuk karya seni rupa terapan daerah setempat yang diciptakan menurut nilai guna tanpa mengesampingkan nilai seni.
Dalam penciptaan karya seni tadi, masing-masing wilayah memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri, baik dalam teknik maupun ketersediaan bahan yg terdapat di sekitarnya.

Teknik yang dipakai dalam pembuatan karya seni rupa terapan daerah setempat kebanyakan masih tradisional dan dibuat menggunakan keterampilan tangan. Misalnya, buat membuat keramik, seorang pengrajin keramik cukup memakai teknik putar dengan menggunakan indera yang terbuat dari kayu. Pengrajin ukir kayu cukup menggunakan indera pahat sederhana buat mengukir. Teknik pembuatan karya seni rupa terapan daerah setempat terdiri atas karya seni rupa terapan dua dimensi serta tiga dimensi.

1. Dua dimensi
Teknik pembuatan karya seni rupa terapan daerah setempat menggunakan wujud dua dimensi, diantaranya menjadi berikut.

a. Teknik kerajinan kain batik
Teknik membatik telah mengalami perkembangan tanpa meninggalkan teknik usang yg sudah diwariskan secara turun-temurun. Teknik batik yang kita kenal di Nusantara, diantaranya sebagai berikut.

  1. Batik tulis, yaitu batik yg dibentuk menggunakan teknik menggambar motif di atas kain memakai canting. Canting merupakan indera spesifik untuk menggambar motif batik di atas kain yg berisi cairan lilin atau malam panas buat menutup bagianbagian eksklusif sinkron menggunakan pola yang dibentuk. Batik tulis memiliki keunggulan nilai seni dibandingkan dengan batik yang lain.
  2. Batik cap, yaitu batik yang dibentuk menggunakan menggunakan teknik cap (stempel), umumnya dibuat berdasarkan tembaga serta ditambahkan malam (cairan lilin panas).
  3. Batik sablon, yaitu batik yang dibentuk menggunakan menggunakan klise (hand printing). Motif batik yang sudah dibuat kemudian dibuat klise lalu dicetak.
  4. Batik printing, yaitu batik yang dibentuk dengan teknik printing atau menggunakan indera mesin. Teknik pembuatannya mirip menggunakan batik sablon.
  5. Batik lukis, yaitu batik yg dibentuk dengan teknik melukiskan eksklusif pada atas kain. Alat yg dipakai dan motif yg dibentuk pun lebih bebas.

b. Teknik kerajinan wayang kulit
Wayang kulit dibuat dengan teknik pahat dan sungging (digambar) menggunakan bahan cat serta indera sederhana. Desain wayang kulit dibentuk sesuai menggunakan pakem yang telah ditetapkan dari warisan nenek moyang.

c. Teknik kerajinan kain tenun
Kain tenun dibentuk dengan cara memintal benang sedikit demi sedikit menggunakan alat tenun, hingga menjadi kain dengan ragam hias yg latif. Alat tenun terbuat dari kayu atau bambu.

d. Teknik kerajinan sulaman atau bordir
Sulaman atau bordir dibuat menggunakan menggunakan mesin jahit atau dengan teknik tusuk jarum.

2. Tiga dimensi
Teknik pembuatan karya seni rupa terapan wilayah setempat menggunakan wujud tiga dimensi, antara lain menjadi berikut.

a. Teknik cetak (cor tuang)
Teknik cetak untuk pembuatan karya seni terapan, yaitu tuang berulang (bivalve)serta masukkan sekali pakai (a cire perdue). Teknik bivalvemenggunakan 2 jenis cetakan yang terbuat menurut batu, gips, serta semen yg bisa dipakai berulang-ulang sinkron kebutuhan. Teknik bivalvesering dipakai untuk mencetak benda-benda sederhana yg nir terlalu rumit pembuatannya. Sedangkan teknik a cire perduebiasanya memakai benda berdasarkan logam (tembaga, besi) yg bentuk dan hiasannya lebih rumit.

b. Teknik pahat/ukir
Teknik ini dipakai buat memahat, menggores, menoreh, serta membentuk pola bagian atas benda.
Bahan-bahan yang bisa diukir atau dipahat, antara lain kayu, batu, atau bahan lain yang homogen. Alat yang dipakai untuk mengukir merupakan tatah (pahat ukir) yang terbuat dari besi atau baja. Hasil karya seni menurut pahat ukir, diantaranya masih ada dalam alat-alat kebutuhan tempat tinggal tangga, misalnya kursi, meja, lemari, serta hiasan dinding.

c. Teknik tempa
Teknik tempa umumnya digunakan buat menciptakan benda-benda menurut logam (besi, baja, serta kuningan). Logam terlebih dahulu dipanaskan di perapian spesifik lalu ditempa (dibentuk) sinkron keinginan. Contoh benda-benda tradisional menurut hasil teknik tempa adalah aneka senjata tradisional serta benda-benda perhiasan.

d. Teknik anyaman
Hasil karya seni rupa terapan yg menggunakan teknik anyaman, misalnya tikar, topi, tas, kipas, dan
benda-benda hiasan lainnya. Bahan yg digunakan buat menciptakan anyaman terdiri atas bahan alam,
seperti rotan, bambu, serat kayu, dan eceng gondok

Ringkasan
  • Seni rupa merupakan hasil karya ciptaan manusia, baik berbentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang mengandung atau memiliki nilai keindahan dan diwujudkan dalam bentuk rupa.
  • Seni rupa dilihat menurut segi fungsi dibagi sebagai 2 gerombolan , yaitu seni rupa murni serta seni rupa terapan.
  • Karya seni rupa terapan berdasarkan wujud fisiknya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu karya seni rupa terapan 2 dimensi (dwimatra) dan karya seni rupa terapan tiga dimensi (trimarta).
  • Seni rupa terapan daerah setempat menggunakan segenap keunikan gagasannya patut menerima apresiasi, baik secara aktif maupun pasif.
  • Teknik pembuatan karya seni dua dimensi memakai teknik batik, pahat dan sungging, pintal, dan tusuk jarum. Teknik karya seni 3 dimensi menggunakan teknik cetak, pahat atau ukir, tempa, serta anyaman

PENGERTIAN DAN FUNGSI MANAJEMEN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Dan Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli 
1. Pengertian Manajemen 
Dalam suatu forum atau instansi baik yang besar juga yang mini diperlukan adanya sistem manajemen, agar tujuan dari forum atau instansi tadi dapat tercapai dengan baik. Untuk itu peranan manajemen sangat krusial khususnya manajemen kepegawaian, yg memegang peranan dalam memilih, mengatur dan menuntaskan perkara yang ada pada kepegawaian. Sebelum mengetahui apa yang dimaksud menggunakan manajemen kepegawaian, terlebih dahulu harus mengetahui pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen adalah suatu kerangka kerja yg terdiri menurut aneka macam bagian atau komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan yang diorganisasikan sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan beserta. Menurut pendapat Mary Parker Follet yg dikutip sang Alfonsus Sirait dalam bukunya yg berjudul “Manajemen” mendefinisikan pengertian manajemen, bahwa: 

“Manajemen merupakan merupakan seni buat melaksanakan sesuatu pekerjaan melalui orang lain, menggunakan memakai sumber-asal daya buat mencapai tujuan yang ditetapkan”. (Sirait,1991:8).

Pada dasarnya kemampuan insan itu terbatas (fisik, pengetahuan, saat serta perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha buat memenuhi kebutuhan, terfokusnya kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan yang mendorong buat membagi pekerjaan, tugas serta tanggung jawab. Manajemen berasal menurut istilah to manage yg artinya mengatur. 

Menurut Malayu SP. Hasibuan, dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia mendefinisikan manajemen merupakan menjadi berikut :

“Manajemen merupakan ilmu serta seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya insan serta asal-sumber lainnya secara efektif dan efisien buat mencapai tujuan tertentu”. (Hasibuan,1996:259).

Pandangan yang sama tentang pengertian manajemen jua dikemukakan sang George R. Terry, pada bukunya Principles of Management yang dikutip oleh Soewarno Handayaningrat, dalam bukunya yg berjudul “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen”, menaruh definisi manajemen menjadi berikut :

“Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling utility in each both science and art followed in order to accomplish predermined objectives”. (manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas: perencanaan, pengorganisasian, penggerak aplikasi dan pengawasan, menggunakan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar bisa merampungkan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya). (Soewarno,1994:20).

Fungsi Manajemen 
Fungsi manajemen seperti yg dikemukakan oleh John F. Mee yang dikutip oleh Soewarno Handayaningrat, pada bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen”.(Soewarno,1996:26), yang memakai pendekatan fungsi dari manajemen (dengan akronim POMCO) yaitu :

1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses pemikiran yg matang buat dilakukan dimasa yang akan dating menggunakan memilih aktivitas-kegiatannya. 

2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokkan orang-orang, peralatan, aktivitas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab, sehingga merupakan organisasi yang bisa digerakan secara keseluruhan dalam rangka tercapainya tujuan yang ditentukan.

3. Pemberian Motivasi (Motivating)
Pemberian motivasi merupakan proses pemberian motif (dorongan) pada para karyawan buat bekerja lebih bergairah, sebagai akibatnya mereka menggunakan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna dan berdaya guna.

4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap aplikasi semua kegiatan organisasi buat menjamin supaya seluruh pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan planning yg sudah ditentukan sebelumnya.

Fungsi manajemen juga didefinisikan oleh Oey Liang Lee pada bukunya Malayu SP. Hasibuan merupakan menjadi berikut : 
1. Perencanaan (Planning);
2. Pengorgnisasian (Organizing);
3. Pengarahan (Actuating);
4. Pengkoordinasian (Coordinating);
5. Pengontrolan (Controlling);
(Hasibuan,1996:39). 

Berdasarkan uraian serta definisi-definisi yg sudah dikemukakan oleh para ahli diatas, bisa disimpulkan bahwa manajemen ternyata memiliki prinsip-prinsip. Adapun prinsip-prinsip manajemen tadi digolongkan dalam 14 (emapat belas) bagian, hal ini dikemukakan sang Henry Fayol yang dikutip sang Malayu SP. Hasibuan dalam bukunya “Manajemen Dasar Pengertian serta Masalah” menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Division of Work (asas pembagian kerja); merupakan pembagian kerja yg spesialisasi sangat diperlukan guna memperoleh efisiensi pada mencapai tujuan secara berhasil guna dan berdaya guna.
2. Authority and Responsibility (asas kewenangan dan tanggung jawab); ialah adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab antara atasan dan bawahan.
3. Discipline (asas disiplin); artinya semua perjanjian, peraturan yg telah ditetapkan, perintah atasan harus dihormati, dipatuhi serta dilaksanakan sepenuhnya.
4. Unity of Command (asas kesatuan perintah); artinya ada yang diperintah serta terdapat yg memerintah serta yg diberi perintah bertanggung jawab pada yang memerintah.
5. Unity of Direction (kesatuan arah).
6. Subordination of Individual interest into General Interest; adalah setiap orang pada organisasi wajib mengutamakan kepentingan beserta (organisasi), diatas kepentingan langsung.
7. Remuneration of Personnel (gaji/penggajian); artinya honor dan jaminan-agunan sosial wajib adil, lumrah dan berimbang dengan kebutuhan.
8. Centralization (sentralisasi/pemusatan); merupakan kewenangan itu dipusatkan atau dibagi-bagikan tanpa mengabaikan siatuasi yg luas. Pemusatan ini sifatnya pada arti nisbi, belum diklaim absolut.
9. Scalar chain (susunan organisasi); merupakan perintah wajib berjenjang dari jabatan tertinggi ke jabatan terendah menggunakan cara berurutan.
10. Order (keteraturan); adalah keteraturan serta ketertiban dalam suatu penempatan.
11. Equity (persamaan/keadilan); ialah berlaku adil terhadap semua pegawai dalam anugerah gaji dan jaminan sosial, pekerjaan serta sanksi.
12. Inisiative.
13. Stability of tenure (stabilitas pegawai)
14. Esprit de Corps (kecintaan terhadap kesatuan). (Hasibuan,1996:10-12).

Disamping itu prinsip-prinsip manajemen juga dikemukakan oleh F.W. Taylor yang dikutip sang H. Malayu S.P. Hasibuan pada bukunya “Manajemen Dasar Pengertian serta Masalah”, bahwa prinsip-prinsip manajemen merupakan : 
  • Pengembangan metode-metode kerja yang terbaik. 
  • Pemilihan serta pengembangan para pegawai. 
  • Usaha buat menghubungkan dan mempersatukan metode kerja yang terbaik menurut para pegawai yg terpilih serta yang terlatih. 
  • Kerja sama yg serasi antara atasan dan bawahan, mencakup pembagian kerja serta tanggung jawab atasan untuk merencanakan pekerjaan. (Hasibuan,1996:7). 
Pengertian Kepegawaian 
Istilah kepegawaian berasal menurut kata pegawai yg ialah merupakan orang yg melakukan pekerjaan menggunakan menerima imbalan jasa berupa honor dan tunjangan dari pemerintah. Unsur manusia sebagai pegawai maka tujuan badan (wadah yang sudah ditentukan) kemungkinan akbar akan tercapai sebagaimana yg diharapkan. Pegawai inilah yg mengerjakan segala pekerjaan atau aktivitas-aktivitas penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan. 

Jadi yang dimaksud menggunakan kepegawaian adalah segala aktivitas yg menyangkut duduk perkara pegawai mulai menurut penerimaan pegawai sampai dalam pelepasan pegawai pada rangka menjalani masa pensiun buat pulang ke masyarakat setelah menjalankan tugasnya, dalam hal ini sebagai pegawai yg menjalankan tugasnya menggunakan sebaik-baiknya.

Pengertian Manajemen Kepegawaian 
Manajemen kepegawaian lazim dianggap personel management atau rapikan personalia atau training, sebab walaupun istilah-kata tersebut nampaknya tidak selaras tetapi pengertiannya sama. M. Manullang mendefinisikan tentang pengertian manajemen kepegawaian pada bukunya yg berjudul “Dasar-Dasar Manajemen”, bahwa manajemen kepegawaian merupakan :

“Manajemen kepegawaian (personnel management) adalah seni dan ilmu perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan energi kerja buat tercapainya tujuan yg sudah dipengaruhi terlebih dahulu menggunakan adanya kepuasan hati dalam diri para pegawai”. (Manullang,1962:11).

Dari definisi tadi bisa disimpulkan bahwa manajemen kepegawaian bertugas untuk melaksanakan kegiatan-aktivitas yg secara garis akbar sudah dipengaruhi sang administrator dengan menitik beratkan dalam usaha-usaha buat :
1. Mendapatkan energi-tenaga pegawai yang cakap dan mampu bekerja dari kebutuhan instansi/forum, organisasi.
2. Menggerakan mereka buat tercapainya tujuan.
3. Memelihara dan membuatkan kecakapan dan kemampuan pegawai buat mendapatkan prestasi kerja yang sebaik-baiknya.

Fungsi Manajemen Kepegawaian 
Fungsi adalah sesuatu yang harus dijalankan sebagai bagian atau sumbangan kepada organisasi (wadah yang telah dipengaruhi) secara keseluruhan atau bagian yg eksklusif serta adalah kegiatan-kegiatan utama. Seperti diketahui bahwa general management memiliki fungs-fungsi yang perlu dilaksanakan dalam setiap organisasi, demikian pula manajemen kepegawaian. Fungsi utama daripada manajemen kepegawaian adalah memperkembangkan kebijaksanaan-kebijaksanaan serta pedoman-pedoman kerja yg menyeluruh agar dapat dipergunakan hingga pedoman pelaksanaan oleh badan/lembaga organisasi pelaksananya. Fungsi manajemen kepegawaian jua adalah suatu tugas-tugas primer yang harus dilaksanakan untuk menyelenggarakan keseluruhan aktivitas-aktivitas pada bidang kepegawaian.

Jadi pada manajemen kepegawaian sine qua non pembagian tanggung jawab yang jelas, tegas serta sempurna sehingga acara yg sudah ditetapkan bisa berjalan suatu sistem, agar seluruh pegawai bekerja dan menjalankan tugasnya menggunakan sebaik-baiknya.

Tujuan Manajemen Kepegawaian 
Segenap proses kegiatan manajemen kepegawaian dalam suatu organisasi tertentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utamanya adalah buat mengurus segala sesuatu yang herbi masalah kepegawaian. 

Tujuan dari pelaksanaan manajemen kepegawaian merupakan buat mengklaim terlaksananya pembangunan yg ditangani sang pemerintah antara lain yaitu buat : 
  • Meningkatkan agunan kepastian hukum hak atas pegawai. 
  • Meningkatkan pelayanan administrasi kepegawaian kepada rakyat. 
  • Meningkatkan kinerja aparatur. 
Disamping itu tujuan manajemen kepegawaian merupakan dua, yaitu production minded dan people minded atau menggunakan kata lain efisiensi (daya guna) serta collaboration (kolaborasi).

PENGERTIAN DAN FUNGSI MANAJEMEN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Dan Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli 
1. Pengertian Manajemen 
Dalam suatu forum atau instansi baik yg akbar juga yg kecil dibutuhkan adanya sistem manajemen, supaya tujuan berdasarkan forum atau instansi tadi dapat tercapai menggunakan baik. Untuk itu peranan manajemen sangat penting khususnya manajemen kepegawaian, yang memegang peranan dalam menentukan, mengatur dan merampungkan perkara yg terdapat dalam kepegawaian. Sebelum mengetahui apa yang dimaksud menggunakan manajemen kepegawaian, terlebih dahulu wajib mengetahui pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen merupakan suatu kerangka kerja yg terdiri dari berbagai bagian atau komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan yg diorganisasikan sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan beserta. Menurut pendapat Mary Parker Follet yang dikutip sang Alfonsus Sirait pada bukunya yg berjudul “Manajemen” mendefinisikan pengertian manajemen, bahwa: 

“Manajemen adalah adalah seni buat melaksanakan sesuatu pekerjaan melalui orang lain, menggunakan memakai sumber-sumber daya buat mencapai tujuan yg ditetapkan”. (Sirait,1991:8).

Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, ketika dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan, terfokusnya kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan yang mendorong buat membagi pekerjaan, tugas serta tanggung jawab. Manajemen dari dari istilah to manage yg merupakan mengatur. 

Menurut Malayu SP. Hasibuan, pada bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia mendefinisikan manajemen merupakan sebagai berikut :

“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan asal-asal lainnya secara efektif dan efisien buat mencapai tujuan eksklusif”. (Hasibuan,1996:259).

Pandangan yg sama tentang pengertian manajemen jua dikemukakan sang George R. Terry, dalam bukunya Principles of Management yg dikutip oleh Soewarno Handayaningrat, pada bukunya yg berjudul “Pengantar Studi Ilmu Administrasi serta Manajemen”, memberikan definisi manajemen sebagai berikut :

“Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling utility in each both science and art followed in order to accomplish predermined objectives”. (manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas: perencanaan, pengorganisasian, penggerak pelaksanaan serta supervisi, menggunakan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar bisa menyelesaikan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya). (Soewarno,1994:20).

Fungsi Manajemen 
Fungsi manajemen seperti yang dikemukakan oleh John F. Mee yang dikutip oleh Soewarno Handayaningrat, dalam bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasi serta Manajemen”.(Soewarno,1996:26), yang menggunakan pendekatan fungsi dari manajemen (dengan akronim POMCO) yaitu :

1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan proses pemikiran yg matang buat dilakukan dimasa yang akan dating menggunakan menentukan aktivitas-kegiatannya. 

2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, aktivitas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab, sebagai akibatnya adalah organisasi yang bisa digerakan secara holistik dalam rangka tercapainya tujuan yg ditentukan.

3. Pemberian Motivasi (Motivating)
Pemberian motivasi adalah proses hadiah motif (dorongan) pada para karyawan buat bekerja lebih bergairah, sehingga mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna serta berdaya guna.

4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap aplikasi seluruh aktivitas organisasi buat mengklaim agar seluruh pekerjaan bisa berjalan sesuai menggunakan rencana yang sudah ditentukan sebelumnya.

Fungsi manajemen jua didefinisikan sang Oey Liang Lee pada bukunya Malayu SP. Hasibuan adalah menjadi berikut : 
1. Perencanaan (Planning);
2. Pengorgnisasian (Organizing);
3. Pengarahan (Actuating);
4. Pengkoordinasian (Coordinating);
5. Pengontrolan (Controlling);
(Hasibuan,1996:39). 

Berdasarkan uraian serta definisi-definisi yg sudah dikemukakan oleh para ahli diatas, bisa disimpulkan bahwa manajemen ternyata mempunyai prinsip-prinsip. Adapun prinsip-prinsip manajemen tadi digolongkan dalam 14 (emapat belas) bagian, hal ini dikemukakan oleh Henry Fayol yang dikutip sang Malayu SP. Hasibuan dalam bukunya “Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah” dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Division of Work (asas pembagian kerja); merupakan pembagian kerja yg spesialisasi sangat diperlukan guna memperoleh efisiensi dalam mencapai tujuan secara berhasil guna dan berdaya guna.
2. Authority and Responsibility (asas kewenangan serta tanggung jawab); merupakan adanya pembagian kewenangan dan tanggung jawab antara atasan serta bawahan.
3. Discipline (asas disiplin); ialah semua perjanjian, peraturan yg sudah ditetapkan, perintah atasan harus dihormati, dipatuhi serta dilaksanakan sepenuhnya.
4. Unity of Command (asas kesatuan perintah); merupakan terdapat yg diperintah dan ada yang memerintah dan yang diberi perintah bertanggung jawab pada yang memerintah.
5. Unity of Direction (kesatuan arah).
6. Subordination of Individual interest into General Interest; ialah setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama (organisasi), diatas kepentingan langsung.
7. Remuneration of Personnel (gaji/penggajian); merupakan gaji serta agunan-jaminan sosial harus adil, lumrah dan berimbang dengan kebutuhan.
8. Centralization (sentralisasi/pemusatan); adalah kewenangan itu dipusatkan atau dibagi-bagikan tanpa mengabaikan siatuasi yg luas. Pemusatan ini sifatnya dalam arti relatif, belum diklaim absolut.
9. Scalar chain (susunan organisasi); ialah perintah wajib berjenjang menurut jabatan tertinggi ke jabatan terendah dengan cara berurutan.
10. Order (keteraturan); merupakan keteraturan dan ketertiban pada suatu penempatan.
11. Equity (persamaan/keadilan); adalah berlaku adil terhadap seluruh pegawai dalam pemberian honor dan agunan sosial, pekerjaan dan hukuman.
12. Inisiative.
13. Stability of tenure (stabilitas pegawai)
14. Esprit de Corps (kecintaan terhadap kesatuan). (Hasibuan,1996:10-12).

Disamping itu prinsip-prinsip manajemen juga dikemukakan sang F.W. Taylor yg dikutip sang H. Malayu S.P. Hasibuan pada bukunya “Manajemen Dasar Pengertian serta Masalah”, bahwa prinsip-prinsip manajemen adalah : 
  • Pengembangan metode-metode kerja yang terbaik. 
  • Pemilihan dan pengembangan para pegawai. 
  • Usaha untuk menghubungkan serta mempersatukan metode kerja yang terbaik dari para pegawai yang terpilih serta yg terlatih. 
  • Kerja sama yang harmonis antara atasan serta bawahan, mencakup pembagian kerja dan tanggung jawab atasan buat merencanakan pekerjaan. (Hasibuan,1996:7). 
Pengertian Kepegawaian 
Istilah kepegawaian berasal menurut kata pegawai yg adalah merupakan orang yang melakukan pekerjaan menggunakan menerima imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan menurut pemerintah. Unsur insan sebagai pegawai maka tujuan badan (wadah yg telah ditentukan) kemungkinan akbar akan tercapai sebagaimana yang diperlukan. Pegawai inilah yg mengerjakan segala pekerjaan atau aktivitas-aktivitas penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan. 

Jadi yg dimaksud menggunakan kepegawaian merupakan segala kegiatan yang menyangkut duduk perkara pegawai mulai berdasarkan penerimaan pegawai sampai dalam divestasi pegawai dalam rangka menjalani masa pensiun buat pulang ke rakyat sehabis menjalankan tugasnya, dalam hal ini menjadi pegawai yang menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Pengertian Manajemen Kepegawaian 
Manajemen kepegawaian lazim diklaim personel management atau rapikan personalia atau pelatihan, karena walaupun istilah-kata tersebut nampaknya tidak selaras tetapi pengertiannya sama. M. Manullang mendefinisikan tentang pengertian manajemen kepegawaian pada bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Manajemen”, bahwa manajemen kepegawaian adalah :

“Manajemen kepegawaian (personnel management) merupakan seni serta ilmu perencanaan, aplikasi serta pengontrolan energi kerja buat tercapainya tujuan yang sudah ditentukan terlebih dahulu dengan adanya kepuasan hati dalam diri para pegawai”. (Manullang,1962:11).

Dari definisi tadi bisa disimpulkan bahwa manajemen kepegawaian bertugas untuk melaksanakan kegiatan-aktivitas yang secara garis besar telah dipengaruhi oleh administrator menggunakan menitik beratkan dalam bisnis-bisnis buat :
1. Mendapatkan tenaga-energi pegawai yg cakap serta bisa bekerja berdasarkan kebutuhan instansi/lembaga, organisasi.
2. Menggerakan mereka buat tercapainya tujuan.
3. Memelihara dan mengembangkan kecakapan serta kemampuan pegawai buat menerima prestasi kerja yg sebaik-baiknya.

Fungsi Manajemen Kepegawaian 
Fungsi merupakan sesuatu yg wajib dijalankan sebagai bagian atau sumbangan pada organisasi (wadah yang sudah ditentukan) secara keseluruhan atau bagian yg tertentu serta merupakan kegiatan-aktivitas utama. Seperti diketahui bahwa general management memiliki fungs-fungsi yang perlu dilaksanakan dalam setiap organisasi, demikian juga manajemen kepegawaian. Fungsi primer daripada manajemen kepegawaian adalah memperkembangkan kebijaksanaan-kebijaksanaan serta panduan-pedoman kerja yg menyeluruh supaya bisa digunakan hingga pedoman aplikasi sang badan/forum organisasi pelaksananya. Fungsi manajemen kepegawaian jua merupakan suatu tugas-tugas primer yang harus dilaksanakan buat menyelenggarakan holistik aktivitas-aktivitas di bidang kepegawaian.

Jadi dalam manajemen kepegawaian sine qua non pembagian tanggung jawab yang jelas, tegas dan tepat sehingga program yang sudah ditetapkan dapat berjalan suatu sistem, supaya semua pegawai bekerja dan menjalankan tugasnya menggunakan sebaik-baiknya.

Tujuan Manajemen Kepegawaian 
Segenap proses aktivitas manajemen kepegawaian dalam suatu organisasi tertentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utamanya adalah buat mengurus segala sesuatu yang herbi perkara kepegawaian. 

Tujuan dari aplikasi manajemen kepegawaian adalah buat menjamin terlaksananya pembangunan yg ditangani sang pemerintah diantaranya yaitu buat : 
  • Meningkatkan jaminan kepastian hukum hak atas pegawai. 
  • Meningkatkan pelayanan administrasi kepegawaian pada masyarakat. 
  • Meningkatkan kinerja aparatur. 
Disamping itu tujuan manajemen kepegawaian merupakan dua, yaitu production minded dan people minded atau menggunakan istilah lain efisiensi (daya guna) serta collaboration (kolaborasi).

PENGERTIAN MAJALAH MENURUT PARA AHLI

Pengertian Majalah Menurut Para Ahli
Di dorong sang keberadaannya sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa berusaha buat mengetahui hal-hal yg terjadi disekitarnya. Media massa menyediakan keterangan yang pada perlukan guna memenuhi kebutuhan akan keterangan tadi, baik media cetak maupun media elektronika. Adapun kiprah spesifik media cetak pada penyampaian warta, diantaranya berkaitan dengan reading habit dan tradisi menulis. Majalah sebagai keliru satu media cetak yaitu adalah galat satu asal informasi yang pada ketika ini semakin populer di masyarakat. Majalah merupakan bagian dari pers yang membawa misi penerangan, pendidikan, dan hiburan. Penerbitan majalah sendiri dimulai pertama kali di Amerika sang Benjamin Franklin bernama General Magazine pada tahun 1741, tetapi perkembangannya sendiri baru tampak lebih kurang abad XIX.

Karena termasuk sebagai media cetak, maka pesan-pesan dalam majalah bersifat permanen dan publik bisa mengatur tempo pada membacanya, selain itu jua kekuatan utamanya merupakan bisa dijadikan sebagai bukti. (Assegaff, 1980:27).

Pernyataan tersebut sinkron dengan pernyataan Peterson mengenai keunggulan-keunggulan yg dimiliki oleh sebuah majalah, yaitu:

Mirip dengan media cetak lainnya majalah tampil lebih berisikan pengetahuan dari dalam hal-hal yg menyangkut kesukaan dan perasaan menurut komunikannya. Media ini bukan wahana yg dibaca selintas saja misalnya media aktual (Broadcast Media), nir jua membutuhkan perhatian dalam saat eksklusif, media ini nir menggunakan segera dapat pada kesampingkan seperti Koran, majalah bisa disimpan sang pembaca selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, kadang-kadang bertahun-tahun. (Defleur Dennis:137).

Tetapi menurut keunggulan yg dimilikinya itu, kita dapat merogoh kelemahan yang utama menurut majalah tadi, yaitu bahwa majalah nir terbit setiap hari misalnya halnya surat kabar yg merupakan sumber kabar (menyampaikan kabar) setiap harinya dalam setiap orang. “Majalah diminati oleh mereka yang sibuk serta nir sempat menekuni Koran harian”. (Depdikbud, 1992:67).

Dalam istilah asing, majalah disebut The Prited Page, yg ialah segala barang yang dicetak, yg ditujukan buat menyalurkan komunikasi massa. Arti majalah misalnya yang pada kutip berdasarkan The Random House Dictionary Of English Language, adalah “Majalah yg diterbitkan secara berkala senantiasa memiliki sampul muka, dan secara spesial majalah memuat cerita-cerita, karangan-karangan, puisi-puisi serta sebagainya. Serta kadangkala berisikan foto-foto dan gambar-gambar yg secara khusus memfokuskan dalam keterangan (subject of area) seperti; hobbi, kabar, atau olah raga”. (Baird, 1980:60). Jadi pada suatu majalah, pesan yang disampaikan bukan saja berupa warta-berita, akan namun bisa juga dalam bentuk hiburan, seperti cerita-cerita, puisi atau sajak, foto atau gambar sesuatu yang hendak di perlihatkan pada pembacanya, dan sebagainya. Menurut Edwin Emery dkk (1967:62-65) “Majalah merupakan media opini”. Jadi pada sebuah majalahpun masih ada goresan pena-goresan pena mengenai opini atau pendapat-pendapat, pandangan-pandangan seseorang tentang sesuatu yg tentunya berkaitan dengan perkara-perkara yg terjadi di rakyat. Di samping itu jua, majalah dapat di definisikan sebagai:

Salah satu jenis indera komunikasi dalam bentuk publikasi yg terbit secara terjadwal seminggu sekali, atau sebulan sekali, atau dalam waktu-ketika yang teratur. Majalah ini pada terbitkan dengan isi yg diantaranya artikel-artikel, fakta-keterangan, cerita-cerita yang mengandung nilai sastra, fiksi dan non-fiksi, puisi, resensi, kritik-kritik, karikatur, lelucon-lelucon, pengisi (filler), tajuk rencana, kadang-kadang iklan. (Komarudin, 1984:149).

Karena majalah diterbitkan lebih sporadis menurut dalam surat keterangan (minimal seminggu sekali), maka majalah dapat menelaah duduk perkara-persoalan dan keadaan-keadaan yg terjadi dalam warga secara teliti dan mendalam. Pada biasanya tulisan-goresan pena yg di muat pada majalah nir terlalu mementingkan aktualitas pada karenakan dalam memuat warta majalah tadi menyesuaikan menggunakan waktu terbitnya. Oleh karena itu jua maka fakta yg disampaikan bukan lagi fakta hangat satu hari tertentu, lantaran fakta-fakta tersebut di sesuaikan dengan saat terbitnya majalah, maka penulisan-penulisan fakta yang ada mampu di jajak secara lebih luas serta lebih mendalam lagi. Hal ini sinkron menggunakan ciri majalah yang membedakannya dengan surat warta seperti yg dinyatakan oleh Defleur dan Dennis, yaitu “Disebabkan majalah di terbitkan sedikit lebih jarang menurut dalam surat keterangan, maka majalah bisa menyelidiki dilema-problem serta keadaan yg lebih hati-hati serta mendalam. Majalah kurang memberikan perhatian terhadap berita yg sifatnya aktual serta lebih menekankan pada penelaahan hal-hal yg bekerjasama secara luas”. (Defleur Dennis :137).

Untuk menarik perhatian pembaca, maka suatu penerbitan majalah senantiasa berusaha buat memenuhi cita-cita serta kebutuhan yang diminati oleh rakyat tersebut. Pada waktu kini ini telah poly tersebar beraneka ragam jenis majalah. Hal ini dilakukan buat memenuhi asa dan kebutuhan pembaca yang beragam juga.

“Kepentingan pembaca, pendengar, dan pemirsa, harus selalu di perhatikan dan pada utamakan, karena “laku ” tidaknya isi pesan yang pada “jual” sangat tergantung berdasarkan konsumen atau dengan istilah lain surat informasi atau majalah, radio, televisi, dan film akan “laris” bila, isi pesan sesuai menggunakan selera konsumen (audience)”. (Wahyudi, 1991:99).

Perbedaan minat yg masih ada dalam pembaca itu bisa ditimbulkan sang poly faktor, diantaranya adalah faktor-faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial, norma, serta lain-lain. Media massa cetak berupa majalah berskala nasional sekarang jauh lebih banyak jumlah dan macamnya, seperti majalah anak-anak (Bobo, Donald Bebek, serta lain-lain), majalah remaja (GADIS, Hai, ANEKA), majalah perempuan dan mak -bunda (Kartini, Femina), majalah keluarga (Ayah Bunda) atau bahkan jika pada lihat dari misi yg melekat pada masing-masing majalah yg tercermin dalam warna pemberitaannya yg terfokuspun dalam suatu aspek tertentu, seperti halnya majalah kesehatan (Rumah Tangga serta Kesehatan, Bugar). Majalah pertanian (Trubus), majalah Keagamaan (Amanah), majalah wilayah (Mangle), sampai majalah gaya hayati anak remaja kini ini (Ripple), dan lainnya menerangkan bahwa rakyat terkini sudah lebih selektif terhadap media-media yang tersebar.

Bukan merupakan suatu kekeliruan bila kita memasukkan majalah sebagai bagian menurut media massa atau komunikasi massa, karena menggunakan melihat ciri komunikasi massa seperti bersifat nir pribadi (melalui media teknis) bersifat satu arah merupakan nir ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (komunikan), terbuka, serta mempunyai publik yg secara geografis tersebar, maka majalah termasuk menjadi keliru satu media komunikasi massa. (Rakhmat, 1994). Dan menjadi media komunikasi, majalah memiliki sifat-sifat spesifik yang nir dimiliki oleh media komunikasi yg lain, antara lain:

1. Khalayak yang diterpa bersifat aktif, nir pasif seperti jika mereka diterpa media radio, televisi, atau film. Pesan melalui pers majalah diungkapkan dengan alfabet -huruf meninggal, yg baru menimbulkan makna apabila khalayak menggunakan tatanan mentalnya secara aktif.

2. Terekam, artinya artikel-artikel pada majalah tersusun pada alinea, kalimat, dan kata-istilah yang terdiri berdasarkan alfabet -alfabet yang tercetak pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa atau hal-hal yang di beritakan terekam sebagai akibatnya dapat dibaca setiap saat serta pada dokumentasikan, di ulang kali, disimpan untuk kepentingan tertentu dan dapat pada jadikan menjadi bukti. 
(Effendy, 1986:111).

Teknik Penyajian Majalah
Suatu pengorganisasian pesan ditetapkan sebelum kata-kata di tuliskan serta sebelum gambar-gambar dibuat, atau keduanya digabungkan ke dalam suatu tata letak (Lay Out). Kegiatan rapikan letak mencakup penetapan keputusan-keputusan tentang berbagai komponen judul, gambaran, naskah, serta indikasi-pertanda identifikasi yg akan disusun dan di tempatkan pada laman. Lima butir pertimbangan bagi perkembangan rapikan letak adalah:
1. Keseimbangan (balance), penataan unsur-unsur buat mencapai suatu kesan kasat mata atau penyebaran yang menyenangkan.

2. Lawanan (kontras), penggunaan ukuran, kepekatan, dan rona yg sangat bhineka pada rangka menarik perhatian serta keterbacaan.

3. Perbandingan (proportion), pertalian di antara objek serta latar belakang, yg keduanya tampak dan saling berinteraksi.

4. Alunan pirsa (gaze motion), penataan judul, ilustrasi, naskah, serta pertanda-tanda identifikasi yg demikian rupa dalam rangka pengurutan paling logis.

5. Kesatuan (unity), berbagai mutu keseimbangan, lawanan, perbandingan, dan alunan pirsa, digabungkan buat pengembangan kesatuan piker, penampilan, dan reka bentuk tata letak (design in the lay out).
(Sudiana, 1986:29).

Suatu rapikan letak akan berhasil jika di dalamnya mengandung mutu kesatuan dan sederhana, adalah yg berhasil menggunakan mengusahakan rapikan letak sederhana, nir rancu, dan bersifat membantu pada meringankan pembaca selama mencerna pesan yang dibacanya.
1. Huruf, ada beragam jenis serta ukuran alfabet yang dapat dipilih buat menandaskan utama-pokok tertentu atau buat menarik perhatian pembaca terhadap beberapa aspek pada naskah.

2. Foto atau gambar, alternatif yang bisa diperkenalkan pada hal ini sangat poly dan bervariasi. Kita dapat menentukan dan menyunting foto, gambar, sketsa, lukisan, kartun, serta bisa menyisipkan banyak sekali macam bentuk lainnya.

3. Judul, dengan pembubuhan judul pembaca dituntun dalam penyeberangan menurut ilustrasi ke pesan. Dalam pengertian generik, judul mempunyai fungsi: secara ringkas serta langsung menyarankan isi pesan, serta menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan sumber. Secara umum penempatan judul wajib tampak dalam bagian atas suatu halaman atau iklan. Dan, bagaimanapun judul wajib memiliki berukuran alfabet yg memadai untuk bisa dagi mata pembaca, dan secara sempurna guna berpasangan dengan daya tarik gambaran.

4. Warna, pada dasarnya rona merupakan suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari suatu objek ke mata insan. Pembubuhan rona mungkin bisa merebut perhatian awal komunikan. Namun pemilihan serta penerapan warna secara serampangan akan mengusir pemirsa segera selesainya perhatiannya tergugah. Para peneliti menemukan bahwa warna-warna yg sering dipercaya favorit ternyata tidak selalu menarik pada penggunaan-penggunaan eksklusif. Bagaimanapun, rona-warna- termasuk hitam, abu-abu, dan putih- dalam lbr tercetak perlu ditata sedemikian rupa sinkron dengan asas dasar yg sama dari rapikan letak, yakni mengandung kesan-kesan ekuilibrium, kontras, proporsi, irama, keselarasan, gerakan, serta kesatuan. (Sudiana, 1986:34-41).

Agar pembaca nir lekas merasa bosan sewaktu membaca pesan yang diterimanya, maka seorang komunikator wajib sempurna, ringkas, jelas, sederhana, bonafide dalam penulisan naskah beritanya. (Wahyudi, 1991:102). Sedangkan menurut James M. Neal serta Suzzane S. Brown, “Penulis naskah keterangan itu wajib objektif, ringkas, jelas, sempurna, serta mengandung daya rangsang”. (wahyudi, 1991:102).

Untuk gampang menarik perhatian komunikan, maka surat fakta, majalah, ataupun media lainnya wajib sanggup menampilkan lay out yg menarik. Menurut Teguh Meinanda, terdapat tiga tujuan menurut pengaturan tata letak, yaitu: “Agar gampang dibaca dan menarik pembaca untuk mengkaji goresan pena-goresan pena, bisa menciptakan atau menghasilkan hal-hal yang menarik serta mengasyikkan, serta supaya pembaca gampang mengenali surat kabar itu”. (Meinanda, 1981:75).

Walaupun begitu, semenarik apapun tata letak pesan pada sebuah majalah, komunikator, yg pada hal ini pereka bentuk dan penata letak memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu, misalnya:

1. Keterbatasan mekanis, sehubungan dengan wahana produksi.
2. Keterbatasan bahan, sehubungan menggunakan jenis kertas, tinta, dan sebagainya.
3. Keterbatasan porto, sehubungan dengan porto produksi.
4. Keterbatasan fungsi, baik mengingat penggunaan maupun calon pembacanya.
5. Keterbatasan waktu, serta keterbatasan lainnya, contohnya yg berkenaan menggunakan lingkungan kerja. 
(Sudiana, 1986:43).

Fungsi dan Peranan Majalah
Media massa misalnya halnya majalah merupakan merupakan suatu sumber yg dapat menyalurkan keterangan dan menambah wawasan pengetahuan rakyat pada banyak sekali bidang kehidupan. Salah satu fungsi majalah merupakan sebagai sarana pendidikan (mass education). Majalah memuat tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca akan bertambah pengetahuannya. (Effendy, 1993:93). Di samping itu jua, sebagai bagian dari pers, maka majalah akan memiliki fungsi yg sama menggunakan yg dimiliki sang pers. Menurut Onong Uchjana Effendy, fungsi-fungsi tadi antara lain:

1. Fungsi menyiarkan (to inform).
2. Fungsi mendidik (to educate).
3. Fungsi menghibur (to entertain).
4. Dan fungsi menghipnotis (to influence).
(Effendy, 1985:193).

Berdasarkan pemuatan tulisan-tulisan dalam majalah yg ditulis secara lebih luas, terang serta mendalam, maka tak galat bila pembacapun akan menerima pengetahuan yang lebih luas dan lebih poly lagi tentang sesuatu hal, dan pemahaman pembaca terhadap sesuatu masalahpun tentunya mampu lebih mendalam lagi lantaran pada memakai majalah pembaca tidak dikejar oleh waktu seperti halnya menggunakan media radio atau televisi sehingga dalam menyerap goresan pena-tulisan yg pada muat pada majalah bisa secara perlahan serta teliti.

Dalam situasi dan kondisi kehidupan masyarakat terbaru, peranan majalah sebagai media komunikasi yang banyak di pergunakan sang masyarakat pada kehidupan sehari-harinya semakin terasa penting. Dalam hal ini ada beberapa peranan utama majalah misalnya yang disebutkan oleh Peterson, yaitu:

1. Membantu perkembangan perubahan-perubahan sosial serta politik.
2. Menafsirkan dilema-masalah dari peristiwa-insiden dan menjadikannya menjadi pandangan nasional.
3. Membantu perkembangan suatu pengertian nasional dalam warga .
4. Memberikan hiburan yg murah kepada jutaan orang.
5. Menjadi penyuluh dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
6. Menjadi pendidik dalam warisan-warisan kebudayaan insan, melalui tulisan serta perhatian terhadap seni, jua mengenai tokoh-tokoh warga .
(Click dan Baird, 1980:60).

Agar suatu majalah bisa dirasakan keuntungannya serta bernilai bagi para pembacanya, maka pada pelaksanaannya diharapkan keahlian menurut pengelola penerbitan majalah tersebut terutama para penulisnya, karena isi berdasarkan majalah itu dapat menentukan karakter serta impactnya.

Jenis Majalah
Untuk kepentingan pembaca, maka majalah-majalah yang beredar di masyarakat bisa pada kelompokkan sesuai dengan kepentingan serta kebutuhan rakyat, sebagai akibatnya warga sebagai pembaca dapat memilih jenis majalah yang bagaimana yang sanggup memenuhi impian dan kebutuhannya.

Secara universal, M.O Palapah serta Atang Syamsuddin membagi jenis majalah menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Mass magazine, merupakan majalah generik yang ditujukan untuk seluruh golongan, jadi merupakan majalah generik.

2. Class magazine, adalah majalah yg ditujukan buat golongan eksklusif (high or middle class) isinya mengenai bidang-bidang eksklusif.

3. Spesialized magazine, merupakan majalah spesifik serta ditujukan kepada para pembaca khusus.
(Palapah serta Syamsuddin, 1983:105-106).

Pembagian jenis majalah secara garis besar misalnya pada sebutkan pada atas, bisa dirinci lagi kedalam jenis-jenis majalah yg lebih spesifik. Djafar Assegaff, mengemukakan sebagai berikut:

1. Majalah bergambar (picture magazine), bentuk majalah yang memuat reportase menurut dalam gambar. Gambar sesuatu peristiwa, atau suatu karangan spesifik yg berisikan foto-foto.

2. Majalah anak-anak (childrens weekly), bentuk majalah yang isinya khusus mengenai global anak-anak.

3. Majalah keterangan (news magazine), mingguan terencana yang menyajikan warta-liputan menggunakan suatu gaya goresan pena yang khas dilengkapi dengan foto-foto serta gambar-gambar.

4. Majalah budaya (culture magazine), penerbitan pers yg mengkhususkan isinya dengan perkara-perkara kebudayaan dan diterbitkan setiap minggu, bulan ataupun secara terpola.

5. Majalah ilmiah (scientific magazine), majalah berkala khusus berisi mengenai ilmu pengetahuan dan mengkhususkan isinya tentang suatu bidang ilmu, contohnya teknik radio, elektronika, ekonomi, hokum, dan sebagainya.

6. Majalah hiburan (popular magazine), majalah yang memuat karangan-karangan ringan, cerita pendek, cerita bergambar, dan sebagainya.

7. Majalah keagamaan (religious magazine), bentuk majalah yg isinya khusus mengenai kasus-masalah kepercayaan .

8. Majalah famili (home magazine), majalah yg memuat karangan-karangan buat semua keluarga, berdasarkan bacaan anak-anak hingga kasus rumah tangga (resep, mode, serta lain-lain).

9. Majalah khas (specialized magazine), bentuk majalah yang isinya khusus tentang banyak sekali macam bidang profesi.

10. Majalah mode (fashion magazine), majalah yang berisi mode dan dilampiri lembaran yg berisikan pola sandang.

11. Majalah perusahaan (company magazine), majalah yang diterbitkan secara teratur sang perusahaan berisi berita-warta atau warta mengenai kepegawaian, karyawan, kebijaksaan perusahaan serta produksi perusahaan.

12. Majalah remaja (juvenile weekly), bentuk majalah yang isinya spesifik membahas kasus remaja.

13. Majalah sari tulisan (magazine digest), bentuk penerbitan menggunakan format khusus yang berisi kompendium karangan menurut aneka macam penerbitan.

14. Majalah sastra (literary magazine), bentuk majalah spesial yang terbit dan isinya spesifik menyampaikan kasus kesusastraan dan resensi buku-kitab (novel) pada masa ini atau aktivitas dalam bidang seni sastra.

15. Majalah perempuan (woman magazine), bentuk majalah yg berisikan spesifik mengenai global wanita, berdasarkan kasus mode, resep, musik, keluarga, pula dihiasi oleh foto-foto yg menarik.
(Assegaff, 1983:126-128).

Sesuai menggunakan jenis-jenis majalah yg sudah pada sebutkan diatas, majalah Ripple adalah termasuk kedalam jenis majalah khas. Majalah Ripple menyajikan warta-liputan dengan gaya penulisan yg khas mencakup fakta tentang musik, fashion, olah raga extreme, dan pula gaya hidup anak belia kini .

PENGERTIAN MAJALAH MENURUT PARA AHLI

Pengertian Majalah Menurut Para Ahli
Di dorong sang keberadaannya menjadi mahluk sosial, insan senantiasa berusaha buat mengetahui hal-hal yg terjadi disekitarnya. Media massa menyediakan informasi yg di perlukan guna memenuhi kebutuhan akan keterangan tadi, baik media cetak maupun media elektronik. Adapun peran khusus media cetak dalam penyampaian keterangan, diantaranya berkaitan menggunakan reading habit serta tradisi menulis. Majalah sebagai salah satu media cetak yaitu adalah galat satu asal informasi yg dalam saat ini semakin terkenal di rakyat. Majalah adalah bagian menurut pers yg membawa misi penjelasan, pendidikan, serta hiburan. Penerbitan majalah sendiri dimulai pertama kali di Amerika oleh Benjamin Franklin bernama General Magazine dalam tahun 1741, namun perkembangannya sendiri baru tampak sekitar abad XIX.

Karena termasuk sebagai media cetak, maka pesan-pesan dalam majalah bersifat tetap serta publik dapat mengatur tempo pada membacanya, selain itu pula kekuatan utamanya merupakan dapat dijadikan menjadi bukti. (Assegaff, 1980:27).

Pernyataan tersebut sinkron menggunakan pernyataan Peterson mengenai keunggulan-keunggulan yg dimiliki oleh sebuah majalah, yaitu:

Mirip dengan media cetak lainnya majalah tampil lebih berisikan pengetahuan dari dalam hal-hal yang menyangkut selera dan perasaan menurut komunikannya. Media ini bukan sarana yang dibaca selintas saja misalnya media aktual (Broadcast Media), nir pula membutuhkan perhatian dalam saat eksklusif, media ini tidak dengan segera dapat pada kesampingkan misalnya Koran, majalah dapat disimpan sang pembaca selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, kadang-kadang bertahun-tahun. (Defleur Dennis:137).

Tetapi menurut keunggulan yang dimilikinya itu, kita bisa merogoh kelemahan yang primer dari majalah tersebut, yaitu bahwa majalah nir terbit setiap hari misalnya halnya surat berita yg adalah sumber kabar (membicarakan informasi) setiap harinya pada setiap orang. “Majalah diminati sang mereka yg sibuk dan tidak sempat menekuni Koran harian”. (Depdikbud, 1992:67).

Dalam istilah asing, majalah disebut The Prited Page, yg adalah segala barang yang dicetak, yg ditujukan buat menyalurkan komunikasi massa. Arti majalah misalnya yang pada kutip menurut The Random House Dictionary Of English Language, merupakan “Majalah yg diterbitkan secara berkala senantiasa mempunyai sampul muka, dan secara khas majalah memuat cerita-cerita, karangan-karangan, puisi-puisi serta sebagainya. Serta kadangkala berisikan foto-foto serta gambar-gambar yang secara spesifik memfokuskan pada informasi (subject of area) misalnya; hobbi, informasi, atau olah raga”. (Baird, 1980:60). Jadi pada suatu majalah, pesan yang disampaikan bukan saja berupa liputan-fakta, akan tetapi sanggup juga pada bentuk hiburan, misalnya cerita-cerita, puisi atau sajak, foto atau gambar sesuatu yang hendak pada perlihatkan pada pembacanya, serta sebagainya. Menurut Edwin Emery dkk (1967:62-65) “Majalah adalah media opini”. Jadi dalam sebuah majalahpun terdapat goresan pena-tulisan mengenai opini atau pendapat-pendapat, pandangan-pandangan seseorang mengenai sesuatu yang tentunya berkaitan menggunakan masalah-masalah yang terjadi pada warga . Di samping itu jua, majalah bisa pada definisikan sebagai:

Salah satu jenis indera komunikasi dalam bentuk publikasi yg terbit secara bersiklus seminggu sekali, atau sebulan sekali, atau pada saat-ketika yg teratur. Majalah ini pada terbitkan menggunakan isi yg antara lain artikel-artikel, warta-berita, cerita-cerita yg mengandung nilai sastra, fiksi dan non-fiksi, puisi, resensi, kritik-kritik, karikatur, lelucon-lelucon, pengisi (filler), tajuk planning, kadang-kadang iklan. (Komarudin, 1984:149).

Karena majalah diterbitkan lebih jarang menurut dalam surat keterangan (minimal seminggu sekali), maka majalah bisa menyelidiki masalah-persoalan dan keadaan-keadaan yang terjadi pada warga secara teliti serta mendalam. Pada umumnya tulisan-goresan pena yang di muat pada majalah tidak terlalu mementingkan aktualitas pada karenakan dalam memuat keterangan majalah tadi menyesuaikan menggunakan saat terbitnya. Oleh karenanya juga maka berita yg disampaikan bukan lagi keterangan hangat satu hari eksklusif, lantaran kabar-warta tadi pada sesuaikan menggunakan waktu terbitnya majalah, maka penulisan-penulisan berita yg terdapat bisa pada telaah secara lebih luas serta lebih mendalam lagi. Hal ini sinkron dengan karakteristik majalah yg membedakannya menggunakan surat warta seperti yang dinyatakan sang Defleur dan Dennis, yaitu “Disebabkan majalah di terbitkan sedikit lebih sporadis dari pada surat kabar, maka majalah bisa menyelidiki dilema-dilema dan keadaan yg lebih hati-hati serta mendalam. Majalah kurang menaruh perhatian terhadap informasi yg sifatnya aktual dan lebih menekankan dalam penelaahan hal-hal yang berafiliasi secara luas”. (Defleur Dennis :137).

Untuk menarik perhatian pembaca, maka suatu penerbitan majalah senantiasa berusaha buat memenuhi hasrat serta kebutuhan yg diminati oleh warga tersebut. Pada waktu sekarang ini sudah poly beredar beraneka ragam jenis majalah. Hal ini dilakukan buat memenuhi hasrat dan kebutuhan pembaca yang majemuk jua.

“Kepentingan pembaca, pendengar, dan pemirsa, harus selalu pada perhatikan dan pada utamakan, lantaran “laku ” tidaknya isi pesan yang di “jual” sangat tergantung dari konsumen atau menggunakan istilah lain surat informasi atau majalah, radio, televisi, dan film akan “laris” bila, isi pesan sinkron menggunakan kesukaan konsumen (audience)”. (Wahyudi, 1991:99).

Perbedaan minat yang masih ada dalam pembaca itu bisa ditimbulkan oleh poly faktor, antara lain merupakan faktor-faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial, norma, serta lain-lain. Media massa cetak berupa majalah berskala nasional sekarang jauh lebih poly jumlah dan macamnya, misalnya majalah anak-anak (Bobo, Donald Bebek, dan lain-lain), majalah remaja (GADIS, Hai, ANEKA), majalah perempuan dan mak -ibu (Kartini, Femina), majalah famili (Ayah Bunda) atau bahkan bila pada lihat dari misi yang melekat pada masing-masing majalah yg tercermin dalam warna pemberitaannya yang terfokuspun dalam suatu aspek eksklusif, misalnya halnya majalah kesehatan (Rumah Tangga serta Kesehatan, Bugar). Majalah pertanian (Trubus), majalah Keagamaan (Amanah), majalah daerah (Mangle), hingga majalah gaya hayati anak remaja sekarang ini (Ripple), dan lainnya memperlihatkan bahwa masyarakat terkini sudah lebih selektif terhadap media-media yg beredar.

Bukan adalah suatu kekeliruan bila kita memasukkan majalah sebagai bagian berdasarkan media massa atau komunikasi massa, lantaran dengan melihat karakteristik komunikasi massa misalnya bersifat tidak pribadi (melalui media teknis) bersifat satu arah ialah tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (komunikan), terbuka, serta memiliki publik yg secara geografis tersebar, maka majalah termasuk menjadi salah satu media komunikasi massa. (Rakhmat, 1994). Dan menjadi media komunikasi, majalah mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh media komunikasi yg lain, diantaranya:

1. Khalayak yg diterpa bersifat aktif, nir pasif seperti jika mereka diterpa media radio, televisi, atau film. Pesan melalui pers majalah diungkapkan menggunakan huruf-huruf tewas, yang baru mengakibatkan makna jika khalayak memakai tatanan mentalnya secara aktif.

2. Terekam, ialah artikel-artikel dalam majalah tersusun dalam alinea, kalimat, serta istilah-istilah yang terdiri menurut huruf-alfabet yg tercetak dalam kertas. Dengan demikian setiap insiden atau hal-hal yang di beritakan terekam sebagai akibatnya bisa dibaca setiap ketika dan pada dokumentasikan, pada ulang kali, disimpan buat kepentingan tertentu dan bisa di jadikan menjadi bukti. 
(Effendy, 1986:111).

Teknik Penyajian Majalah
Suatu pengorganisasian pesan ditetapkan sebelum istilah-kata di tuliskan serta sebelum gambar-gambar dibentuk, atau keduanya digabungkan ke dalam suatu tata letak (Lay Out). Kegiatan rapikan letak meliputi penetapan keputusan-keputusan mengenai banyak sekali komponen judul, ilustrasi, naskah, serta pertanda-pertanda identifikasi yg akan disusun dan di tempatkan dalam laman. Lima butir pertimbangan bagi perkembangan tata letak merupakan:
1. Keseimbangan (balance), penataan unsur-unsur untuk mencapai suatu kesan kasat mata atau penyebaran yg menyenangkan.

2. Lawanan (paradoksal), penggunaan berukuran, kepekatan, dan warna yang sangat bhineka pada rangka menarik perhatian serta keterbacaan.

3. Perbandingan (proportion), pertalian di antara objek dan latar belakang, yang keduanya tampak serta saling berinteraksi.

4. Alunan pirsa (gaze motion), penataan judul, ilustrasi, naskah, serta indikasi-pertanda identifikasi yg demikian rupa dalam rangka pengurutan paling logis.

5. Kesatuan (unity), aneka macam mutu ekuilibrium, lawanan, perbandingan, dan alunan pirsa, digabungkan buat pengembangan kesatuan piker, penampilan, serta reka bentuk tata letak (design in the lay out).
(Sudiana, 1986:29).

Suatu tata letak akan berhasil apabila pada dalamnya mengandung mutu kesatuan dan sederhana, merupakan yang berhasil menggunakan mengusahakan tata letak sederhana, tidak kacau, serta bersifat membantu pada meringankan pembaca selama mencerna pesan yang dibacanya.
1. Huruf, terdapat beragam jenis serta berukuran alfabet yang bisa dipilih buat menandaskan utama-pokok tertentu atau buat menarik perhatian pembaca terhadap beberapa aspek pada naskah.

2. Foto atau gambar, alternatif yg dapat diperkenalkan dalam hal ini sangat banyak serta bervariasi. Kita dapat memilih dan menyunting foto, gambar, sketsa, lukisan, kartun, dan bisa menyisipkan banyak sekali macam bentuk lainnya.

3. Judul, menggunakan pembubuhan judul pembaca dituntun dalam penyeberangan menurut ilustrasi ke pesan. Dalam pengertian generik, judul mempunyai fungsi: secara ringkas serta langsung menyarankan isi pesan, serta menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca selesainya menyajikan pesan sumber. Secara generik penempatan judul harus tampak pada bagian atas suatu halaman atau iklan. Dan, bagaimanapun judul harus mempunyai ukuran huruf yg memadai buat bisa dagi mata pembaca, serta secara sempurna guna berpasangan dengan daya tarik gambaran.

4. Warna, pada dasarnya rona merupakan suatu mutu cahaya yang dipantulkan menurut suatu objek ke mata insan. Pembubuhan warna mungkin dapat merebut perhatian awal komunikan. Tetapi pemilihan serta penerapan rona secara serampangan akan mengusir pemirsa segera sehabis perhatiannya tergugah. Para peneliti menemukan bahwa warna-warna yang sering dipercaya favorit ternyata nir selalu menarik pada penggunaan-penggunaan tertentu. Bagaimanapun, rona-rona- termasuk hitam, abu-abu, dan putih- pada lembar tercetak perlu ditata sedemikian rupa sesuai menggunakan asas dasar yang sama dari rapikan letak, yakni mengandung kesan-kesan keseimbangan, paradoksal, proporsi, irama, keselarasan, gerakan, dan kesatuan. (Sudiana, 1986:34-41).

Agar pembaca nir lekas merasa bosan sewaktu membaca pesan yang diterimanya, maka seorang komunikator wajib tepat, ringkas, kentara, sederhana, bonafide pada penulisan naskah beritanya. (Wahyudi, 1991:102). Sedangkan dari James M. Neal serta Suzzane S. Brown, “Penulis naskah informasi itu harus objektif, ringkas, jelas, tepat, serta mengandung daya rangsang”. (wahyudi, 1991:102).

Untuk mudah menarik perhatian komunikan, maka surat warta, majalah, ataupun media lainnya wajib bisa menampilkan lay out yg menarik. Menurut Teguh Meinanda, ada tiga tujuan menurut pengaturan rapikan letak, yaitu: “Agar gampang dibaca serta menarik pembaca buat mempelajari tulisan-goresan pena, bisa membangun atau membentuk hal-hal yg menarik dan mengasyikkan, dan supaya pembaca mudah mengenali surat warta itu”. (Meinanda, 1981:75).

Walaupun begitu, semenarik apapun rapikan letak pesan pada sebuah majalah, komunikator, yang pada hal ini pereka bentuk serta penata letak memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu, seperti:

1. Keterbatasan mekanis, sehubungan menggunakan sarana produksi.
2. Keterbatasan bahan, sehubungan menggunakan jenis kertas, tinta, dan sebagainya.
3. Keterbatasan biaya , sehubungan menggunakan porto produksi.
4. Keterbatasan fungsi, baik mengingat penggunaan maupun calon pembacanya.
5. Keterbatasan ketika, dan keterbatasan lainnya, contohnya yang berkenaan dengan lingkungan kerja. 
(Sudiana, 1986:43).

Fungsi serta Peranan Majalah
Media massa seperti halnya majalah merupakan merupakan suatu asal yg dapat menyalurkan keterangan serta menambah wawasan pengetahuan rakyat di berbagai bidang kehidupan. Salah satu fungsi majalah adalah menjadi sarana pendidikan (mass education). Majalah memuat goresan pena yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca akan bertambah pengetahuannya. (Effendy, 1993:93). Di samping itu jua, sebagai bagian berdasarkan pers, maka majalah akan mempunyai fungsi yang sama dengan yg dimiliki oleh pers. Menurut Onong Uchjana Effendy, fungsi-fungsi tersebut diantaranya:

1. Fungsi menyiarkan (to inform).
2. Fungsi mendidik (to educate).
3. Fungsi menghibur (to entertain).
4. Dan fungsi mensugesti (to influence).
(Effendy, 1985:193).

Berdasarkan pemuatan goresan pena-goresan pena pada majalah yang ditulis secara lebih luas, jelas dan mendalam, maka tak keliru bila pembacapun akan menerima pengetahuan yg lebih luas dan lebih banyak lagi tentang sesuatu hal, dan pemahaman pembaca terhadap sesuatu masalahpun tentunya mampu lebih mendalam lagi karena dalam memakai majalah pembaca tidak dikejar sang waktu seperti halnya memakai media radio atau televisi sebagai akibatnya dalam menyerap goresan pena-tulisan yang di muat pada majalah bisa secara perlahan dan teliti.

Dalam situasi serta kondisi kehidupan masyarakat terbaru, peranan majalah sebagai media komunikasi yang banyak di pergunakan sang warga dalam kehidupan sehari-harinya semakin terasa penting. Dalam hal ini ada beberapa peranan utama majalah seperti yg disebutkan oleh Peterson, yaitu:

1. Membantu perkembangan perubahan-perubahan sosial dan politik.
2. Menafsirkan dilema-persoalan dari insiden-kejadian serta menjadikannya sebagai pandangan nasional.
3. Membantu perkembangan suatu pengertian nasional pada rakyat.
4. Memberikan hiburan yang murah kepada jutaan orang.
5. Menjadi penyuluh pada kehidupan warga sehari-hari.
6. Menjadi pendidik pada warisan-warisan kebudayaan manusia, melalui goresan pena serta perhatian terhadap seni, pula tentang tokoh-tokoh rakyat.
(Click dan Baird, 1980:60).

Agar suatu majalah dapat dirasakan keuntungannya serta bernilai bagi para pembacanya, maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan keahlian berdasarkan pengelola penerbitan majalah tadi terutama para penulisnya, sebab isi dari majalah itu bisa memilih karakter serta impactnya.

Jenis Majalah
Untuk kepentingan pembaca, maka majalah-majalah yg beredar pada warga bisa pada kelompokkan sinkron dengan kepentingan dan kebutuhan warga , sebagai akibatnya rakyat menjadi pembaca dapat menentukan jenis majalah yg bagaimana yg bisa memenuhi harapan dan kebutuhannya.

Secara universal, M.O Palapah dan Atang Syamsuddin membagi jenis majalah sebagai 3 jenis, yaitu:
1. Mass magazine, merupakan majalah umum yang ditujukan buat seluruh golongan, jadi merupakan majalah umum.

2. Class magazine, merupakan majalah yg ditujukan buat golongan eksklusif (high or middle group) isinya tentang bidang-bidang eksklusif.

3. Spesialized magazine, merupakan majalah spesifik serta ditujukan pada para pembaca khusus.
(Palapah dan Syamsuddin, 1983:105-106).

Pembagian jenis majalah secara garis akbar misalnya pada sebutkan di atas, dapat dirinci lagi kedalam jenis-jenis majalah yang lebih khusus. Djafar Assegaff, mengemukakan menjadi berikut:

1. Majalah bergambar (picture magazine), bentuk majalah yang memuat reportase dari pada gambar. Gambar sesuatu insiden, atau suatu karangan spesifik yg berisikan foto-foto.

2. Majalah anak-anak (childrens weekly), bentuk majalah yg isinya khusus tentang dunia anak-anak.

3. Majalah fakta (news magazine), mingguan berkala yg menyajikan warta-informasi dengan suatu gaya tulisan yg spesial dilengkapi dengan foto-foto dan gambar-gambar.

4. Majalah budaya (culture magazine), penerbitan pers yang mengkhususkan isinya menggunakan masalah-masalah kebudayaan serta diterbitkan setiap minggu, bulan ataupun secara terpola.

5. Majalah ilmiah (scientific magazine), majalah berkala spesifik berisi tentang ilmu pengetahuan serta mengkhususkan isinya tentang suatu bidang ilmu, contohnya teknik radio, elektronika, ekonomi, hokum, dan sebagainya.

6. Majalah hiburan (popular magazine), majalah yg memuat karangan-karangan ringan, cerita pendek, cerita bergambar, dan sebagainya.

7. Majalah keagamaan (religious magazine), bentuk majalah yg isinya spesifik tentang perkara-masalah agama.

8. Majalah keluarga (home magazine), majalah yg memuat karangan-karangan buat semua keluarga, dari bacaan anak-anak sampai kasus rumah tangga (resep, mode, serta lain-lain).

9. Majalah khas (specialized magazine), bentuk majalah yg isinya spesifik mengenai berbagai macam bidang profesi.

10. Majalah mode (fashion magazine), majalah yang berisi mode dan dilampiri lembaran yg berisikan pola sandang.

11. Majalah perusahaan (company magazine), majalah yg diterbitkan secara teratur sang perusahaan berisi keterangan-keterangan atau informasi mengenai kepegawaian, karyawan, kebijaksaan perusahaan dan produksi perusahaan.

12. Majalah remaja (juvenile weekly), bentuk majalah yg isinya spesifik membahas kasus remaja.

13. Majalah sari goresan pena (magazine digest), bentuk penerbitan dengan format spesifik yang berisi kompendium karangan berdasarkan berbagai penerbitan.

14. Majalah sastra (literary magazine), bentuk majalah spesial yang terbit dan isinya khusus menyampaikan kasus kesusastraan dan resensi kitab -kitab (novel) kontemporer atau kegiatan dalam bidang seni sastra.

15. Majalah wanita (woman magazine), bentuk majalah yang berisikan spesifik tentang global perempuan , berdasarkan masalah mode, resep, musik, famili, jua dihiasi sang foto-foto yang menarik.
(Assegaff, 1983:126-128).

Sesuai menggunakan jenis-jenis majalah yg sudah di sebutkan diatas, majalah Ripple merupakan termasuk kedalam jenis majalah spesial . Majalah Ripple menyajikan berita-informasi menggunakan gaya penulisan yg spesial mencakup fakta tentang musik, fashion, olah raga extreme, dan pula gaya hidup anak belia sekarang.