PENGERTIAN DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF INTERNET TIK KELAS 9

1. Internet

Internet singkatan menurut interconnected-networking adalah sistem dunia berdasarkan semua jaringan yang ada lewat komputer serta saling terhubung menggunakan memakai standar Internet Protocol Suite (TCP/IP). Hal ini buat melayani semua pengguna internet yg terdapat pada semua dunia. Internet menggunakan memakai huruf 'I' besar , merupakan sistem menurut komputer umum, yang sudah terhubung secara global menggunakan memakai TCP/IP sebagai protokol buat pertukaran paket data(packet switching communication protocol). Seluruh rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Sedangkan cara menghubungkan rangkaian menggunakan sistem ini dianggap internetworking.
2. Dampak Poaitif

- Internet sebagai media komunikasi, merupakan fungsi internet yg paling poly dipakai     dimana setiap pengguna internet bisa berkomunikasi menggunakan pengguna lainnya berdasarkan semua global.
-  Media pertukaran data, menggunakan memakai email, newsgroup, ftp serta world wide web  para pengguna internet di seluruh global bisa saling bertukar fakta menggunakan cepat serta murah.
- Media buat mencari keterangan atau data, perkembangan internet yg pesat, membuahkan www menjadi salah satu asal keterangan yang penting dan seksama.
- Kemudahan memperoleh liputan yang terdapat di internet sebagai akibatnya manusia tahu apa saja yg terjadi.
- Bisa digunakan menjadi lahan fakta buat bidang pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain
- Kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan sebagai akibatnya tidak perlu pergi menuju ke loka penawaran/penjualan.

3. Dampak Negatif Internet

Pornografi
Anggapan yg menyampaikan bahwa internet identik dengan pornografi, memang nir galat. Dengan kemampuan penyampaian berita yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela. Untuk mengantisipasi hal ini, para produsen ‘browser’ melengkapi acara mereka dengan kemampuan buat memilih jenis home-halaman yang dapat di-akses. Di internet masih ada gambar-gambar pornografi dan kekerasan yg bisa mengakibatkan dorongan kepada seorang buat bertindak kriminal.

Violence and Gore
Kekejaman dan kesadisan juga poly ditampilkan. Lantaran segi bisnis serta isi pada dunia internet tidak terbatas, maka para pemilik situs memakai segala macam cara agar bisa ‘menjual’ situs mereka. Salah satunya menggunakan menampilkan hal-hal yg bersifat tabu.

Penipuan

Hal ini memang merajalela di bidang manapun. Internet pun tidak luput menurut agresi penipu. Cara yang terbaik adalah tidak mengindahkan hal ini atau mengkonfirmasi warta yang Anda dapatkan pada penyedia informasi tadi.

Carding
Karena sifatnya yang eksklusif, cara belanja dengan memakai Kartu kredit adalah carayang paling poly dipakai pada global internet. Para penjahat internet pun paling banyak melakukan kejahatan dalam bidang ini. Dengan sifat yang terbuka, para penjahat mampu mendeteksi adanya transaksi (yang menggunakan Kartu Kredit) on-line serta mencatat kode Kartu yang dipakai. Untuk selanjutnya mereka menggunakan data yang mereka dapatkan buat kepentingan kejahatan mereka.

Perjudian
Dampak lainnya adalah meluasnya perjudian. Dengan jaringan yang tersedia, para penjudi nir perlu pulang ke tempat khusus untuk memenuhi keinginannya. Anda hanya perlu menghindari situs misalnya ini, lantaran biasanya situs perjudian tidak militan serta memerlukan poly persetujuan menurut pengunjungnya.

1. Mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih senang berhubungan lewat internet daripada bertemu secara langsung.
2. Dari sifat sosial yg berubah bisa menyebabkan perubahan pola warga dalam berinteraksi.
3. Kejahatan seperti menipu dan mencuri dapat dilakukan pada internet sebagai akibatnya kejahatan juga ikut berkembang.
4. Bisa menciptakan seseorang kecanduan, terutama yang menyangkut pornografi serta bisa menghabiskan uang karena hanya buat melayani kecanduan tersebut.

MAZHAB FRANKFURT DAN CHICAGO

Mazhab Frankfurt Dan Chicago 
Di waktu teknologi komunikasi massa mulai berkembangan sangat pesat pada tahun 1960-an muncul berbagai disparitas pendapat mengenai dampak komunikasi masa pada kalangan para tokoh-tokoh atau pakar-ahli ilmu komunikasi yg pada sebut mazhab atau aliran. Terdapat dua mazhab yang tidak sama pendapat tentang dampak tadi, yaitu mazhab Frankfurt serta Mazhab Chicago. 

MAZHAB FRANKFRUT
a. Mazhab frankfrut
Mazhab Frankfurt merupakan Mazhab atau genre yang asal dari negara Jerman. Penelitiannya dinamakan penelitian kritik (critical research) yang menampilkan teori komunikasi kritik. Aliran Frankfurt atau sering dikenal menjadi Mazhab Frankfurt (die Frankfurter Schule) merupakan sekelompok pemikir sosial yang timbul menurut lingkungan Institut für Sozialforschung Universitas Frankfurt. Para pemikir sosial Frankfurt ini membuat refleksi sosial kritis mengenai rakyat pasca-industri dan konsep tentang rasionalitas yg ikut menciptakan dan mensugesti tindakan masyarakat tersebut. Yang dijadikan objek studi merupakan peranan media massa pada kehidupan terbaru dengan filosofi kritik dalam bentuk lain terhadap kritik Karl Marx. Bukan saja determinisme ekonomi yg ditentangnya, namun pula positivisme empirik.

Mazhab Frankfurt atau yang sering dikenal dengan Teori Kritis sendiri merupakan nama berdasarkan suatu cara berpikir serta sebuah aliran filsafat yg berkembang di Institut fur Sozialforschung (Lembaga Penelitian Sosial) pada Frankfurt, Jerman. Lembaga ini didirikan tahun 1924 sang Carl Grunberg menggunakan tujuan buat mengadakan penelitian-penelitian mengenai warga yg bernafaskan Sosialisme serta Marxisme.

b. Sejarah dan Asumsi-Asumsi Kunci
Teori komunikasi kritik ini muncul saat terjadi aksi-aksi mahasiswa pada Eropa Barat pada tahun 1960-an khususnya di Jerman dalam tahun 1967 yang menuntut demokratisasi universitas. Aksi-aksi itu kemudian dilancarkan juga pada media massa yg dianggapnya tidak memperdulikan ketertiban, hukum, nir mengindahkan hakikat harapan politik para mahasiswa, terutama pada media cetak.

Teori komunikasi kritik itu semakin semarak, sehabis ada Jurgen Hubermas. Hubermas dikenal sebagai filsuf masa sekarang tentang kritisnya terhadap pemikiran Marxis. Dalam interaksi ini menjadi pengganti paradigma kerja, Habermas mengacu kepada paradigma komunikasi. 

Implikasi dari kerangka berpikir baru ini adalah memahami praxis emansipatoris menjadi obrolan-obrolan komunikatif dan tindakan-tindakan komunikatif yg membuat pencerahan. Hal ini bertolak belakang dengan teori-teori Marxis klasik yg menempuh jalan revolusioner buat menjungkirbalikan struktur masyarakat demi terciptanya rakyat sosialis yang dicita-citakan. Habermas menempuh jalan mufakat dengan target terciptanya ”demokrasi radikal”, yaitu hubungan-interaksi soisal yang terjadi pada lingkup komunikasi bebas kekuasaan.

Cara berpikir genre Frankfurt bisa dikatakan sebagai teori kritik masyarakat atau eine Kritische Theorie der Gesselschaft. Maksud teori ini merupakan membebaskan manusia menurut manipulasi teknokrasi modern. Khas jua bila teori ini berinspirasi pada pemikiran dasar Karl Marx, meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa wangsit Teori Kritis banyak didialogkan menggunakan aliran-genre besar filsafat – khususnya filsafat sosial dalam ketika itu. 

„Teori kritis menyatakan bahwa ternyata faktor primer perubahan sosial tidak terletak pada faktor ekonomi saja, tetapi ada faktor-faktor lain, misalnya politik- sosiologi serta kebudayaan yg turut pula mempengaruhi dinamika sosial rakyat serta individu. Aliran frankfrut ingin memperjelas secara rasional struktur yg dimiliki sang warga pasca industri dan melihat dampak-akibat struktur tadi pada kehidupan insan serta dalam kebudayaan. Teori kritis ingin mengungkapkan hubungan manusia menggunakan bertolak dari pemahaman rasio fragmental.teori kritis ingin menciptakan teori yg mengkritik struktur dan konfigurasi warga aktual sebagai dampak menurut suatu pemahaman yg galat tentang rasionalitas“.

c. Para Pemikir serta Pakar Utama Mazhab Frankfrut
Aliran Frankfurt dipelopori sang Felix Weil dalam tahun 1923. Perkembangan Teori Kritis semakin konkret, waktu aliran Frankfurt dipimpin sang Max Horkheimer dan mempunyai anggota Friederick Pollock (pakar Ekonomi), Adorno (musikus, sastrawan serta psikolog), Herbert Marcuse (anak didik Heidegger yang fenomenolog), Erich Fromm (psikoanalis), Karl August Wittfogel (sinolog), Walter Benjamin (kritikus sastra) serta lainnya yaitu Leo Lowenthal, Frans Neumann, Frans Oppenheimer, Alfred Schmidt, Jurgen Habermas, Oskar Negt, susan Buck morss serta terakhir Axel Honneth.

d. Teori-Teori yg tergabung ke pada Mazhab Frankfrut
1. Rasionalitas Positif-Negative (J.hebermass)
"pemikiran Habermas menoleh kedalam 2 hal, yakni disatu sisi pada sistem menggunakan mekanisme dominasi dan penyimpangan yang diakibatkannya kepada dunia kehidupan, serta disisi lain pada perumusan pemikiran buat membentuk tatanan yang lebih bermoral.merumuskan 2 macam rasionalitas, yakni rasionalitas instrumental, yang adalah bentuk rasionalitas yang membenarkan sistem penindasan sang akal sistem administrasi serta ekonomi kapitalis buat mencapai efiensi serta efektifitas sebanyak-besarnya demi laba yg bersifat strategik, dan rasionalitas komunikatif, yg berupaya mewujudkan penciptaan ruang publik kritis serta memiliki potensi buat mencapai emansipasi melalui komunikasi yang bebas dominasi dan setara. Untuk mudahnya, kita sanggup menciptakan distingsi antara rasionalitas negatif, yakni rasionalitas instrumental, dan rasionalitas positif, yakni rasionalitas komunikatif. Akar dari semua pertarungan sosial pada masa ini, berdasarkan Habermas, terletak terjadinya distorsi komunikasi yang diakibatkan sang nalar rasionalitas instrumental didalam sistem birokrasi pemerintahan dan sistem ekonomi “merangsek” masuk kedalam dunia kehidupan yg seharusnya bersifat komunikatif".

2. Teori intervensi (Antonio Gramsci)
"Hegemoni merupakan bisa diartikan menjadi suatu syarat pada mana kelas yang berkuasa sanggup mengadakan kepemimpinan moral dan intelektual (moral and intellectual leadership). Hegemoni berlangsung secara ideologis (by ideology), Ideologi dalam pandangan Gramsci nir hanya dilandasi oleh sistem ekonomi saja namun tertanam secara dalam pada seluruh aktifitas warga . Sehingga, ideologi berartikulasi pada kehidupan dengan nir dipaksakan oleh satu kelompok tetapi adalah menembus serta diluar kesadaran.gramsci menyebutkan bahwa hegemoni merupakan sebuah proses dominasi kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif mendukung inspirasi-pandangan baru kelas mayoritas. Di sini penguasaan dilakukan nir dengan kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk persetujuan warga yg dikuasai.bentuk-bentuk persetujuan masyarakat atas nilai-nilai rakyat secara umum dikuasai dilakukan dengan dominasi basis-basis pikiran, kemampuan kritis, serta kemampuan-kemampuan afektif masyarakat melalui mufakat yg menggiring pencerahan masyarakat mengenai kasus-kasus sosial ke pada pola kerangka yg ditentukan lewat birokrasi (warga secara umum dikuasai). Di sini terlihat adanya bisnis buat menaturalkan suatu bentuk dan makna gerombolan yang berkuasa .

3. Teori Ingatan dan Sejarah Masa Lalu Manusia, Walter Benjamin (1892-1940)
Menurut Benjamin, masa lalu serta masa sekarang memiliki hubungan sekaligus berada dalam sebuah konstelasi, bukan demi memiliki dirinya sendiri. Masa lalu mempunyai potensi sejarah di masa sekarang serta masa mendatang. Singkatnya, masa lalu sendiri memiliki arti bagi masa kini . Sehinga insan sekarang selalu harus bisa merajut rekanan yang bermakna menggunakan pergulatan historis masa kemudian pada wujud perilaku solidaritas, yakni kita berjalan maju dalam sejarah dengan "muka menghadap masa lalu serta punggung membelakangi masa depan".

Paham atau pemikiran Benjamin demikian ada berdasarkan refleksi dirinya atas sejarah kehidupan manusia dalam bentuk kritik dirinya terhadap paham historisisme, yang pula secara khusus dia kenakan kepada diri Horkheimer yang mengungkapkan bahwa sejarah insan merupakan tertutup-closed. Artinya, sejarah kemanusiaan masa lalu sudah tertutup pada masa kemudian serta nir mempunyai relevansi apa pun menggunakan sejarah masa kini . 

4. Teori Keterpisahan Eksistensial (Erich Fromm)
"Fromm merumuskan keterpisahan eksistensial ini dalam kecemasan. Ia berusaha mengangkat perasaan cemas serta kekalutan yg dialami insan bahwa mereka akan ditinggalkan sang orang-orang yg mereka kasihi atau mereka akan lebih dulu meningglkan orang-orang terkasihnya. Kecemasan dampak keterpisahan eksistensial ini sama dengan sebuah kesendirian." 

Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan mengatasi keterpisahan itu dengan menenggelamkan diri dalam keadaan orgiastik. Mereka menghendaki pengalaman trance buat melepaskan keterpisahan. Trance ini sendiri bisa melalui dalam diri insan yakni pada apa yg disebutnya syarat terdalam kemanusiaan, spiritualitas, atau rohani. Bisa pula dengan bantuan alkohol dan obat bius tetapi sifatnya ad interim. Cara lain adalah melalui aktivitas seksual. 

5. Teori Tindakan komunikatif (Communicative Action Theory), J.hebermas
Teori tindakan komunikatif menyatakan adanya situasi ideal (ideal speech situation) yg memungkinkan manusia melakukan komunikasi secara terbuka serta setara sebagai basis bagi terciptanya kesungguhan (sincerity), kejujuran (truthfulness) dan hubungan yg intelektual (intelligibility).

6. Framing Analysis (Erving Goffman 1974)
"Goffman bergeser berdasarkan cara pandang interaksionisme simbolik menuju studi struktur kehidupan sosial berskala mini . Ia melakukan kajian atas sekian poly struktur yang nir terlihat pada rakyat yg membentuk peristiwa atau tindakan manusia yang bermakna. Kerangka (frame adalah prinsip organisasi yang memberi definisi atas pengalaman kita. Frame menaruh kita asumsi terhadap apa yang kita lihat dalam kehidupan sosial) "

7. Public Opinion Theory (Walter Lippmann 1922)
Istilah “komunikasi massa” yg secara umum kita kenal, dalam massa itu belum dikenal, yang digunakan merupakan istilah “public opinion”. Lippmann pula menyatakan bahwa kiprah media massa pada membangun opini public. Yang sebagai konsen Lippman merupakan kebutuhan akan kebebasan media massa yang secara normative serta public yang terinformasikan.

8. Symbolik Interactionalism Theory (Mead)
Menurut perspektif hubungan simbolik, konduite manusia harus pada pahami menurut sudut pandang subyek. Teori ini memandang bahwa kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi insan menggunakan menggunakan simbol-simbol. Inti pada penelitian ini merupakan mengungkap bagaimana cara manusia menggunakan simbol-simbol yg merepresentasikan apa yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi dengan sesame. Makna yg mereka berikan kepada objek dari berdasarkan hubungan sosial serta dapat berubah selama interaksi itu berlangsung. Inti berdasarkan teori hubungan simbolik merupakan “self” atau diri. Mead menganggap konsep diri merupakan suatu proses yg asal dari interaksi sosial individu dengan orang lain ( D. Mulyana, 2001:73 ). 

Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat dalam objek, melainkan dinegosiasikan pada penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena insan mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa ( bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau insiden itu).(Arnold M Rose 1974:143 dalam D.mulyana 2001:72).

Terbentuknya makna dari sebuah simbol tak lepas lantaran peranan individu yang melakukan respon terhadap simbol tersebut. Individu dalam kehidupan sosial selalu merespon lingkungan termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) yg lalu memunculkan sebuah pemaknaan . Respon yg mereka hasilkan bukan berasal menurut faktor eksternal ataupun didapat menurut proses mekanis, tetapi lebih bergantung dari bagaimana individu tadi mendefinisikan apa yg mereka alami atau lihat. Jadi peranan individu sendirilah yg dapat menaruh pemaknaan serta melakukan respon dalam kehidupan sosialnya.

Namun, makna yang merupakan output interpretasi individu bisa berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan berdasarkan faktor-faktor yg berkaitan dengan bentuk fisik (benda) ataupun tujuan (perilaku insan) memungkinkan adanya perubahan terhadap hasil intrepetasi barunya. Dan hal tadi didukung pula dengan faktor bahwa individu bisa melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Proses mental tersebut dapat berwujud proses membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lakukan. Individu bisa melakukan antisipasi terhadap reaksi orang lain, mencari serta memikirkan cara lain kata yg akan beliau ucapkan. 
9. Ideology and Communication Theory (Stuart Hall)
10. Dialectical Differentiation of Emansipathory
11. Dialctic of Enlightenment
12. Instrumentalisme Political Economy Theory (Gramsci & Adorno)

MAZHAB CHICAGO
a. Mazhab Chicago
Mazhab Chicago adalah Mazhab atau aliran yg bewrasal berdasarkan Amerika Serikat. Mazhab Chicago menggunakan positivisme empirik menitikberatkan penelitiannya pada pemecahan perkara kriminal, prostitusi, dan perkara-perkara lainnya yang timbul akibat industrialisasi serta urbanisasi yg berlangsung sangat cepat pada Amerika.

Pada masa puncaknya kejayaan Mazhab Chicago, penelitian komunikasi poly dilakukan dengan metode kuantitatif, diantaranya menjadi akibat dari pendanaan yg disediakan sang sponsor. Sebagai konsekuensinya, penelitian yang semula merupakan kegiatan kreatif perorangan menjadi pekerja secara borongan. Penelitan banyak dilakukan terhadap persuasi, propaganda, serta efek pribadi berdasarkan media massa dalam khalayak. Penelitian komunikasi menggunakan fokus dalam pengaruh pribadi itu, adalah dampak contoh linear menurut Shannon serta Weaver.

Aliran tadi menyadari bahwa media komunikasi memiliki keperkasaan dalam mempengaruhi masyarakat. Oleh karena itu media massa perlu melakukan penyempurnaan secara sinambung agar acaranya, pengolahannya, penyajiannya, serta penyebarannya sebagai lebih efektif serta efisien.

“genre empirik menekankan pada pengaruh komunikasi dalam khalayak dengan melakukan analisis isi (content analysis) dalam rangka menarik kesimpulan tentang impak komunikasi,”

b. Tokoh-Tokoh dalam Mazhab Chicago
Mazhab Chicago tokoh-tokohnya adalah Robert Ezra Park, Harold D. Lasswell, Bernard Berelson, Robert K. Merton, Daniel Lener, Ithiel Da Sola Pool, Wilbur Schramm, Charles Wright, David Berlo, serta lain-lain.

c. Teori-Teori yg tergabung ke pada Mazhab Chicago
a. Model Lasswell
Harold Lasswell, pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan tak jarang dikutif poly orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), pada saluran yang mana (in which channel), pada siapa (to whom) serta efek misalnya apa (what that effect) (Littlejhon, 1996). 

b. Teori Komunikasi 2 tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal berdasarkan output penelitian Paul Lazarsfeld dkk tentang imbas media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam membuat pengaruh media massa. Tetapi hasil penelitian membuktikan kebalikannya. Efek media massa ternyata rendah dan perkiraan stimulus respon tidak cukup mendeskripsikan empiris audience media massa dalam penyebaran arus berita dan menentukan pendapat umum.

Teori serta penelitian-penelitian komunikasi dua termin memiliki asumsi-perkiraan sebagai berikut: 
1) Individu nir terisolasi berdasarkan kehidupan sosial, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok sosial pada berinteraksi menggunakan orang lain.
2) Respon serta rekasi terhadap pesan berdasarkan media nir akan terjadi secara pribadi serta segera, tetapi melalui perantaraan serta ditentukan sang hubungan-hubungan sosial tadi.
3) Ada dua proses yg langsung, yang pertama mengenai penerima serta perhatian, yg kedua berkaitan dengan espon pada bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya mensugesti atau mengungkapkan liputan.
4) Individu tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan memiliki berbagai peran yg tidak sinkron dalam proses komunikasi, serta khususnya dapat dibagi atas mereka yang secara aktif mendapat serta meneruskan/enyebaran gagasan berdasarkan media, serta mereka yg sematamata hanya mengandalkan interaksi personil dengan orang lain sebagai penentunya.
5) individu-individu yang berperan lebih aktif (pemuka pendapat) ditandai oleh penggunaan media massa yang lebih akbar, tingkat pergaulan yang lebih tinggi, anggapan bahwa didinya berpengaruh terhadap orang lain, serta mempunyai peran menjadi asal keterangan serta panutan.

c. Uses and Gratifications Theory (Teori Kegunaan serta Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan sang Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengungkapkan bahwa pengguna media memainkan kiprah aktif buat menentukan dan memakai media tadi. Dengan kata lain, pengguna media merupakan pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari asal media yang paling baik di pada usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media memiliki pilihan cara lain buat memuaskan kebutuhannya.

Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl pada Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, pada interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra serta ekstra individu, dan pula menggunakan (3) struktur rakyat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) aneka macam percampuran personal individu, serta (lima) persepsi mengenai solusi bagi problem tadi, yang menghasilkan (6) banyak sekali motif buat mencari pemenuhan atau penyelesaian duduk perkara, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan (8) perbedaan pola konduite lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yg bisa memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media serta banyak sekali struktur politik, kultural, dan ekonomi pada masyarakat.

d. Uses and Effects Theory
Pertama kali dikemukakan Sven Windahl (1979), adalah sintesis antara pendekatan uses and gratifications serta teori tradisional tentang pengaruh. Konsep use (penggunaan) adalah bagian yg sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Lantaran pengetahuan tentang penggunaan media akan menaruh jalan bagi pemahaman dan asumsi tentang hasil berdasarkan suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media bisa mempunyai poly arti. Ini dapat berarti exposure yang semata-mata memilih dalam tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tadi bisa sebagai suatu proses yg lebih kompleks, dimana isi terkait harapan-asa tertentu buat bisa dipenuhi, fokus menurut teori ini lebih kepada pengertian yang kedua.

e. Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs serta DL Shaw (1972). Asumsi teori ini merupakan bahwa bila media memberi tekanan dalam suatu insiden, maka media itu akan mempengaruhi khalayak buat menganggapnya krusial. Jadi apa yg dianggap krusial media, maka krusial jua bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan mempunyai imbas yang sangat kuat, terutama karena perkiraan ini berkaitan menggunakan proses belajar bukan menggunakan perubahan sikap dan pendapat.

f. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa (Dependention of Mass Communication Effect Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yg memfokuskan pada syarat struktural suatu masyarakat yg mengatur kesamaan terjadinya suatu dampak media massa. Teori ini berangkat menurut sifat rakyat terbaru, diamana media massa diangap sebagai sistem berita yang mempunyai peran krusial dalam proses memelihara, perubahan, serta konflik dalam tataran warga ,grup, serta individu pada kegiatan sosial. 

Secara ringkas kajian terhadap dampak tersebut bisa dirumuskan bisa dirumuskan menjadi berikut: 
1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan bermakna ganda, pembentukan sikap, agenda-setting, ekspansi sistem keyakinan warga , penegasan/ penerangan nilai-nilai.
2. Afektif, membentuk ketakutan atau kecemasan, dan menaikkan atau menurunkan dukungan moral.
3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan info eksklusif atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan taktik buat suatu kegiatan dan mengakibatkan konduite dermawan.

g. The Spiral of Silence Theory (Teori Spiral Keheningan)
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat generik dipengaruhi sang suatu proses saling mensugesti antara komunikasi massa, komunikasi antar eksklusif, dan persepsi individu tentang pendapatnya pada hubungannya menggunakan pendapat orang-orang lain pada masyarakat. 

h. Stimulus – Respons Teory
Pada dasarnya merupakan prinsip belajar yg sederhana, dimana dampak adalah reaksi terhadap stimulus eksklusif. Dengan demikian, seorang bisa menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media serta reaksi audience. Elemen-elemen primer teori ini dari McQuail (1996):
a. Pesan (stimulus)
b. Seorang penerima atau receiver
c. Efek (respons)

Dalam masyarakat massa, prinsip S- R mengansumsikan bahwa pesan berita dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis pada sekala yg luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejulah akbar individu, bukan ditujukan kepada orang per orang. Kemudian sejumlah akbar individu itu akan merespons warta itu.

i. Information Seeking Theory
Donohew serta Tipton (1973), menyebutkan mengenai pencarian, penginderaan, serta pemrosesan kabar, disebut mempunyai akar dari pemikiran psikologi sosial tentang sikap. Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa orang cenderung untuk menghindari warta yg nir sesuai menggunakan image of reality-nya lantaran berita itu sanggup saja membahayakan.

j. Information Gaps Theory
Dalam membahas efek jangka panjang komunikasi massa, krusial dikemukkan pokok bahasan tentang celah pengetahuan (information gaps). Latar belakang pemikiran ini terbentuk oleh arus warta yg terus semakin tinggi, yang sebagian akbar dilakukan oleh media massa. Secara teoritis peningkatan ini akan menguntungkan setiap orang pada masyrakat lantaran setiap individu memiliki kemungkinan buat mengetahui apa yg terjadi di dunia buat memperluas wawasan.

k. Teori Konstruksi sosial media massa
Gagasan awal dari teori ini adalah buat mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun sang Peter L Berrger serta Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah selebaran tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis mengenai konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu menggunakan lainnya pada pada masyrakat. Bangunan empiris yang tercipta karena proses sosial tadi merupakan objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.

MAZHAB FRANKFURT DAN CHICAGO

Mazhab Frankfurt Dan Chicago 
Di ketika teknologi komunikasi massa mulai berkembangan sangat pesat pada tahun 1960-an timbul aneka macam disparitas pendapat mengenai imbas komunikasi masa di kalangan para tokoh-tokoh atau ahli-ahli ilmu komunikasi yg pada sebut mazhab atau aliran. Terdapat dua mazhab yang tidak sinkron pendapat mengenai impak tadi, yaitu mazhab Frankfurt serta Mazhab Chicago. 

MAZHAB FRANKFRUT
a. Mazhab frankfrut
Mazhab Frankfurt adalah Mazhab atau aliran yang asal berdasarkan negara Jerman. Penelitiannya dinamakan penelitian kritik (critical research) yang menampilkan teori komunikasi kritik. Aliran Frankfurt atau tak jarang dikenal menjadi Mazhab Frankfurt (die Frankfurter Schule) adalah sekelompok pemikir sosial yang ada berdasarkan lingkungan Institut für Sozialforschung Universitas Frankfurt. Para pemikir sosial Frankfurt ini membuat refleksi sosial kritis tentang masyarakat pasca-industri serta konsep mengenai rasionalitas yang ikut menciptakan dan menghipnotis tindakan masyarakat tersebut. Yang dijadikan objek studi adalah peranan media massa dalam kehidupan terbaru menggunakan filosofi kritik pada bentuk lain terhadap kritik Karl Marx. Bukan saja determinisme ekonomi yang ditentangnya, namun pula positivisme empirik.

Mazhab Frankfurt atau yg tak jarang dikenal menggunakan Teori Kritis sendiri adalah nama berdasarkan suatu cara berpikir dan sebuah genre filsafat yg berkembang di Institut fur Sozialforschung (Lembaga Penelitian Sosial) di Frankfurt, Jerman. Lembaga ini didirikan tahun 1924 sang Carl Grunberg menggunakan tujuan buat mengadakan penelitian-penelitian tentang warga yang bernafaskan Sosialisme dan Marxisme.

b. Sejarah serta Asumsi-Asumsi Kunci
Teori komunikasi kritik ini ada ketika terjadi aksi-aksi mahasiswa pada Eropa Barat dalam tahun 1960-an khususnya pada Jerman dalam tahun 1967 yang menuntut demokratisasi universitas. Aksi-aksi itu lalu dilancarkan pula kepada media massa yg dianggapnya nir memperdulikan ketertiban, hukum, nir mengindahkan hakikat impian politik para mahasiswa, terutama pada media cetak.

Teori komunikasi kritik itu semakin semarak, selesainya timbul Jurgen Hubermas. Hubermas dikenal sebagai filsuf masa sekarang mengenai kritisnya terhadap pemikiran Marxis. Dalam interaksi ini sebagai pengganti kerangka berpikir kerja, Habermas mengacu kepada paradigma komunikasi. 

Implikasi menurut kerangka berpikir baru ini merupakan tahu praxis emansipatoris sebagai obrolan-obrolan komunikatif serta tindakan-tindakan komunikatif yang membuat pencerahan. Hal ini bertolak belakang menggunakan teori-teori Marxis klasik yang menempuh jalan revolusioner buat menjungkirbalikan struktur masyarakat demi terciptanya warga sosialis yang dicita-citakan. Habermas menempuh jalan konsensus menggunakan sasaran terciptanya ”demokrasi radikal”, yaitu hubungan-interaksi soisal yang terjadi dalam lingkup komunikasi bebas kekuasaan.

Cara berpikir genre Frankfurt dapat dikatakan sebagai teori kritik rakyat atau eine Kritische Theorie der Gesselschaft. Maksud teori ini merupakan membebaskan manusia dari manipulasi teknokrasi terkini. Khas jua bila teori ini berinspirasi dalam pemikiran dasar Karl Marx, meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa pandangan baru Teori Kritis poly didialogkan dengan aliran-aliran akbar filsafat – khususnya filsafat sosial pada saat itu. 

„Teori kritis menyatakan bahwa ternyata faktor primer perubahan sosial nir terletak dalam faktor ekonomi saja, namun terdapat faktor-faktor lain, seperti politik- sosiologi dan kebudayaan yg turut pula mempengaruhi dinamika sosial rakyat dan individu. Aliran frankfrut ingin memperjelas secara rasional struktur yg dimiliki sang masyarakat pasca industri serta melihat dampak-akibat struktur tersebut dalam kehidupan insan serta dalam kebudayaan. Teori kritis ingin menjelaskan interaksi insan dengan bertolak dari pemahaman rasio fragmental.teori kritis ingin menciptakan teori yang mengkritik struktur dan konfigurasi masyarakat aktual menjadi dampak dari suatu pemahaman yang galat tentang rasionalitas“.

c. Para Pemikir dan Pakar Utama Mazhab Frankfrut
Aliran Frankfurt dipelopori oleh Felix Weil dalam tahun 1923. Perkembangan Teori Kritis semakin nyata, ketika aliran Frankfurt dipimpin sang Max Horkheimer dan mempunyai anggota Friederick Pollock (pakar Ekonomi), Adorno (musikus, sastrawan dan psikolog), Herbert Marcuse (murid Heidegger yg fenomenolog), Erich Fromm (psikoanalis), Karl August Wittfogel (sinolog), Walter Benjamin (kritikus sastra) dan lainnya yaitu Leo Lowenthal, Frans Neumann, Frans Oppenheimer, Alfred Schmidt, Jurgen Habermas, Oskar Negt, susan Buck morss serta terakhir Axel Honneth.

d. Teori-Teori yg tergabung ke dalam Mazhab Frankfrut
1. Rasionalitas Positif-Negative (J.hebermass)
"pemikiran Habermas menoleh kedalam dua hal, yakni disatu sisi kepada sistem menggunakan mekanisme penguasaan dan distorsi yang diakibatkannya pada global kehidupan, dan disisi lain kepada perumusan pemikiran buat menciptakan tatanan yang lebih bermoral.merumuskan 2 macam rasionalitas, yakni rasionalitas fragmental, yg merupakan bentuk rasionalitas yg membenarkan sistem penindasan oleh logika sistem administrasi serta ekonomi kapitalis buat mencapai efiensi dan efektifitas sebesar-besarnya demi keuntungan yg bersifat strategik, dan rasionalitas komunikatif, yg berupaya mewujudkan penciptaan ruang publik kritis serta memiliki potensi untuk mencapai emansipasi melalui komunikasi yg bebas dominasi serta setara. Untuk mudahnya, kita sanggup menciptakan distingsi antara rasionalitas negatif, yakni rasionalitas instrumental, dan rasionalitas positif, yakni rasionalitas komunikatif. Akar berdasarkan seluruh pertarungan sosial kontemporer, berdasarkan Habermas, terletak terjadinya distorsi komunikasi yg diakibatkan sang akal rasionalitas fragmental didalam sistem birokrasi pemerintahan serta sistem ekonomi “merangsek” masuk kedalam dunia kehidupan yg seharusnya bersifat komunikatif".

2. Teori intervensi (Antonio Gramsci)
"Hegemoni merupakan bisa diartikan sebagai suatu syarat pada mana kelas yg berkuasa sanggup mengadakan kepemimpinan moral serta intelektual (moral and intellectual leadership). Hegemoni berlangsung secara ideologis (by ideology), Ideologi dalam pandangan Gramsci tidak hanya dilandasi sang sistem ekonomi saja namun tertanam secara pada dalam semua aktifitas warga . Sehingga, ideologi berartikulasi pada kehidupan menggunakan nir dipaksakan oleh satu grup tetapi merupakan menembus dan diluar pencerahan.gramsci menjelaskan bahwa hegemoni merupakan sebuah proses dominasi kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah pula aktif mendukung pandangan baru-pandangan baru kelas lebih banyak didominasi. Di sini penguasaan dilakukan tidak menggunakan kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk persetujuan masyarakat yg dikuasai.bentuk-bentuk persetujuan rakyat atas nilai-nilai rakyat lebih banyak didominasi dilakukan menggunakan penguasaan basis-basis pikiran, kemampuan kritis, serta kemampuan-kemampuan afektif masyarakat melalui mufakat yang menggiring pencerahan masyarakat tentang perkara-masalah sosial ke dalam pola kerangka yang dipengaruhi lewat birokrasi (warga lebih banyak didominasi). Di sini terlihat adanya usaha buat menaturalkan suatu bentuk serta makna gerombolan yg berkuasa .

3. Teori Ingatan serta Sejarah Masa Lalu Manusia, Walter Benjamin (1892-1940)
Menurut Benjamin, masa lalu serta masa sekarang mempunyai hubungan sekaligus berada dalam sebuah konstelasi, bukan demi memiliki dirinya sendiri. Masa lalu memiliki potensi sejarah di masa sekarang serta masa mendatang. Singkatnya, masa kemudian sendiri mempunyai arti bagi masa kini . Sehinga insan sekarang selalu wajib bisa merajut relasi yang bermakna menggunakan pergulatan historis masa lalu pada wujud sikap solidaritas, yakni kita berjalan maju dalam sejarah dengan "muka menghadap masa kemudian serta punggung membelakangi masa depan".

Paham atau pemikiran Benjamin demikian muncul berdasarkan refleksi dirinya atas sejarah kehidupan manusia dalam bentuk kritik dirinya terhadap paham historisisme, yang juga secara khusus beliau kenakan kepada diri Horkheimer yg berkata bahwa sejarah manusia merupakan tertutup-closed. Artinya, sejarah kemanusiaan masa kemudian sudah tertutup pada masa kemudian dan tidak memiliki relevansi apa pun dengan sejarah masa sekarang. 

4. Teori Keterpisahan Eksistensial (Erich Fromm)
"Fromm merumuskan keterpisahan eksistensial ini dalam kecemasan. Ia berusaha mengangkat perasaan cemas serta kekalutan yang dialami manusia bahwa mereka akan ditinggalkan oleh orang-orang yg mereka kasihi atau mereka akan lebih dulu meningglkan orang-orang terkasihnya. Kecemasan dampak keterpisahan eksistensial ini sama dengan sebuah kesendirian." 

Salah satu cara buat memenuhi kebutuhan mengatasi keterpisahan itu dengan menenggelamkan diri dalam keadaan orgiastik. Mereka menghendaki pengalaman trance buat melepaskan keterpisahan. Trance ini sendiri sanggup melalui pada diri insan yakni dalam apa yg disebutnya syarat terdalam kemanusiaan, spiritualitas, atau rohani. Bisa pula menggunakan bantuan alkohol serta obat bius namun sifatnya sementara. Cara lain merupakan melalui kegiatan seksual. 

5. Teori Tindakan komunikatif (Communicative Action Theory), J.hebermas
Teori tindakan komunikatif menyatakan adanya situasi ideal (ideal speech situation) yg memungkinkan manusia melakukan komunikasi secara terbuka serta setara sebagai basis bagi terciptanya kesungguhan (sincerity), kejujuran (truthfulness) serta hubungan yang intelektual (intelligibility).

6. Framing Analysis (Erving Goffman 1974)
"Goffman bergeser berdasarkan cara pandang interaksionisme simbolik menuju studi struktur kehidupan sosial berskala mini . Ia melakukan kajian atas sekian poly struktur yg tidak terlihat dalam masyarakat yg membentuk insiden atau tindakan insan yg bermakna. Kerangka (frame merupakan prinsip organisasi yang memberi definisi atas pengalaman kita. Frame menaruh kita asumsi terhadap apa yang kita lihat pada kehidupan sosial) "

7. Public Opinion Theory (Walter Lippmann 1922)
Istilah “komunikasi massa” yg secara umum kita kenal, dalam massa itu belum dikenal, yang digunakan adalah kata “public opinion”. Lippmann pula menyatakan bahwa peran media massa pada membentuk opini public. Yang sebagai konsen Lippman merupakan kebutuhan akan kebebasan media massa yang secara normative dan public yang terinformasikan.

8. Symbolik Interactionalism Theory (Mead)
Menurut perspektif interaksi simbolik, perilaku manusia harus di pahami berdasarkan sudut pandang subyek. Teori ini memandang bahwa kehidupan sosial dalam dasarnya merupakan hubungan manusia menggunakan memakai simbol-simbol. Inti pada penelitian ini merupakan mengungkap bagaimana cara insan memakai simbol-simbol yang merepresentasikan apa yg akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi menggunakan sesame. Makna yg mereka berikan kepada objek berasal menurut hubungan sosial serta dapat berubah selama interaksi itu berlangsung. Inti berdasarkan teori interaksi simbolik adalah “self” atau diri. Mead menduga konsep diri merupakan suatu proses yg berasal berdasarkan hubungan sosial individu menggunakan orang lain ( D. Mulyana, 2001:73 ). 

Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak inheren dalam objek, melainkan dinegosiasikan dalam penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan lantaran insan sanggup menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa ( bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau insiden itu).(Arnold M Rose 1974:143 dalam D.mulyana 2001:72).

Terbentuknya makna dari sebuah simbol tidak tanggal lantaran peranan individu yang melakukan respon terhadap simbol tersebut. Individu pada kehidupan sosial selalu merespon lingkungan termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) yang lalu memunculkan sebuah pemaknaan . Respon yg mereka hasilkan bukan asal dari faktor eksternal ataupun didapat berdasarkan proses mekanis, namun lebih bergantung menurut bagaimana individu tersebut mendefinisikan apa yang mereka alami atau lihat. Jadi peranan individu sendirilah yg dapat memberikan pemaknaan dan melakukan respon dalam kehidupan sosialnya.

Namun, makna yang adalah hasil interpretasi individu bisa berubah dari saat ke saat, sejalan dengan perubahan berdasarkan faktor-faktor yg berkaitan menggunakan bentuk fisik (benda) ataupun tujuan (perilaku manusia) memungkinkan adanya perubahan terhadap hasil intrepetasi barunya. Dan hal tadi didukung juga menggunakan faktor bahwa individu bisa melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Proses mental tadi dapat berwujud proses membayangkan atau merencanakan apa yg akan mereka lakukan. Individu dapat melakukan antisipasi terhadap reaksi orang lain, mencari serta memikirkan alternatif istilah yg akan ia ucapkan. 
9. Ideology and Communication Theory (Stuart Hall)
10. Dialectical Differentiation of Emansipathory
11. Dialctic of Enlightenment
12. Instrumentalisme Political Economy Theory (Gramsci & Adorno)

MAZHAB CHICAGO
a. Mazhab Chicago
Mazhab Chicago merupakan Mazhab atau genre yg bewrasal dari Amerika Serikat. Mazhab Chicago dengan positivisme empirik menitikberatkan penelitiannya pada pemecahan perkara kriminal, prostitusi, dan masalah-kasus lainnya yg muncul akibat industrialisasi dan urbanisasi yang berlangsung sangat cepat pada Amerika.

Pada masa puncaknya kejayaan Mazhab Chicago, penelitian komunikasi banyak dilakukan dengan metode kuantitatif, diantaranya sebagai dampak menurut pendanaan yang disediakan sang sponsor. Sebagai konsekuensinya, penelitian yg semula merupakan aktivitas kreatif perorangan sebagai pekerja secara borongan. Penelitan banyak dilakukan terhadap persuasi, propaganda, serta impak pribadi berdasarkan media massa dalam khalayak. Penelitian komunikasi dengan penekanan pada impak pribadi itu, adalah impak contoh linear dari Shannon dan Weaver.

Aliran tersebut menyadari bahwa media komunikasi mempunyai keperkasaan pada mempengaruhi rakyat. Oleh karenanya media massa perlu melakukan penyempurnaan secara sinambung supaya acaranya, pengolahannya, penyajiannya, serta penyebarannya menjadi lebih efektif serta efisien.

“aliran empirik menekankan pada pengaruh komunikasi pada khalayak dengan melakukan analisis isi (content analysis) dalam rangka menarik kesimpulan tentang dampak komunikasi,”

b. Tokoh-Tokoh pada Mazhab Chicago
Mazhab Chicago tokoh-tokohnya merupakan Robert Ezra Park, Harold D. Lasswell, Bernard Berelson, Robert K. Merton, Daniel Lener, Ithiel Da Sola Pool, Wilbur Schramm, Charles Wright, David Berlo, dan lain-lain.

c. Teori-Teori yang tergabung ke dalam Mazhab Chicago
a. Model Lasswell
Harold Lasswell, pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan contoh komunikasi yg sederhana serta acapkali dikutif poly orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), pada saluran yg mana (in which channel), pada siapa (to whom) serta efek misalnya apa (what that effect) (Littlejhon, 1996). 

b. Teori Komunikasi dua termin dan efek antar pribadi
Teori ini berawal menurut hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk tentang pengaruh media massa pada kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan menggunakan asumsi bahwa proses stimulus bekerja pada menghasilkan imbas media massa. Namun hasil penelitian mengambarkan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah serta perkiraan stimulus respon nir cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus kabar dan menentukan pendapat umum.

Teori serta penelitian-penelitian komunikasi 2 termin memiliki perkiraan-asumsi sebagai berikut: 
1) Individu nir terisolasi menurut kehidupan sosial, namun merupakan anggota berdasarkan grup-grup sosial pada berinteraksi menggunakan orang lain.
2) Respon serta rekasi terhadap pesan dari media nir akan terjadi secara pribadi dan segera, namun melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh interaksi-hubungan sosial tadi.
3) Ada dua proses yang pribadi, yang pertama mengenai penerima serta perhatian, yg ke 2 berkaitan dengan espon pada bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya mensugesti atau mengungkapkan warta.
4) Individu tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan mempunyai berbagai kiprah yang tidak sama dalam proses komunikasi, serta khususnya dapat dibagi atas mereka yang secara aktif menerima dan meneruskan/enyebaran gagasan menurut media, dan mereka yang sematamata hanya mengandalkan interaksi personil dengan orang lain menjadi penentunya.
5) individu-individu yg berperan lebih aktif (pemuka pendapat) ditandai sang penggunaan media massa yg lebih akbar, taraf pergaulan yg lebih tinggi, asumsi bahwa didinya berpengaruh terhadap orang lain, serta mempunyai peran sebagai sumber berita dan panutan.

c. Uses and Gratifications Theory (Teori Kegunaan serta Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan sang Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini menyampaikan bahwa pengguna media memainkan peran aktif buat menentukan serta menggunakan media tadi. Dengan istilah lain, pengguna media merupakan pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari asal media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media memiliki pilihan alternatif buat memuaskan kebutuhannya.

Elemen dasar yg mendasari pendekatan teori ini (Karl pada Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, pada interaksinya menggunakan (2) banyak sekali kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan pula dengan (tiga) struktur warga , termasuk struktur media, menghasilkan (4) banyak sekali percampuran personal individu, dan (lima) persepsi mengenai solusi bagi dilema tadi, yang menghasilkan (6) berbagai motif buat mencari pemenuhan atau penyelesaian problem, yg menghasikan (7) disparitas pola konsumsi media dan (8) perbedaan pola perilaku lainnya, yg mengakibatkan (9) disparitas pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra serta ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan aneka macam struktur politik, kultural, dan ekonomi pada masyarakat.

d. Uses and Effects Theory
Pertama kali dikemukakan Sven Windahl (1979), merupakan buatan antara pendekatan uses and gratifications serta teori tradisional tentang imbas. Konsep use (penggunaan) merupakan bagian yg sangat penting atau utama menurut pemikiran ini. Lantaran pengetahuan mengenai penggunaan media akan memberikan jalan bagi pemahaman serta perkiraan tentang hasil berdasarkan suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media bisa memiliki banyak arti. Ini dapat berarti exposure yg semata-mata memilih dalam tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut bisa sebagai suatu proses yg lebih kompleks, dimana isi terkait asa-harapan tertentu untuk bisa dipenuhi, fokus berdasarkan teori ini lebih pada pengertian yg ke 2.

e. Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs serta DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu insiden, maka media itu akan menghipnotis khalayak buat menganggapnya krusial. Jadi apa yang dipercaya penting media, maka krusial jua bagi warga . Dalam hal ini media diasumsikan memiliki imbas yg sangat kuat, terutama karena perkiraan ini berkaitan menggunakan proses belajar bukan dengan perubahan perilaku dan pendapat.

f. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa (Dependention of Mass Communication Effect Theory)
Teori ini dikembangkan sang Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan dalam syarat struktural suatu masyarakat yg mengatur kesamaan terjadinya suatu impak media massa. Teori ini berangkat dari sifat rakyat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem keterangan yang memiliki kiprah penting pada proses memelihara, perubahan, serta pertarungan pada tataran warga ,gerombolan , dan individu dalam aktivitas sosial. 

Secara ringkas kajian terhadap dampak tersebut bisa dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut: 
1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan bermakna ganda, pembentukan perilaku, rencana-setting, ekspansi sistem keyakinan rakyat, penegasan/ penerangan nilai-nilai.
2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, serta meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan berita tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan taktik buat suatu kegiatan serta mengakibatkan perilaku senang memberi.

g. The Spiral of Silence Theory (Teori Spiral Keheningan)
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan menggunakan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat generik ditentukan sang suatu proses saling mensugesti antara komunikasi massa, komunikasi antar langsung, serta persepsi individu mengenai pendapatnya pada hubungannya dengan pendapat orang-orang lain pada rakyat. 

h. Stimulus – Respons Teory
Pada dasarnya adalah prinsip belajar yang sederhana, dimana dampak adalah reaksi terhadap stimulus eksklusif. Dengan demikian, seorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media serta reaksi audience. Elemen-elemen utama teori ini dari McQuail (1996):
a. Pesan (stimulus)
b. Seorang penerima atau receiver
c. Efek (respons)

Dalam masyarakat massa, prinsip S- R mengansumsikan bahwa pesan fakta dipersiapkan sang media serta didistribusikan secara sistematis pada sekala yg luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejulah besar individu, bukan ditujukan pada orang per orang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespons liputan itu.

i. Information Seeking Theory
Donohew serta Tipton (1973), mengungkapkan mengenai pencarian, penginderaan, dan pemrosesan informasi, diklaim memiliki akar dari pemikiran psikologi sosial mengenai perilaku. Salah satu perkiraan utamanya adalah bahwa orang cenderung buat menghindari fakta yang nir sinkron menggunakan image of reality-nya lantaran keterangan itu mampu saja membahayakan.

j. Information Gaps Theory
Dalam membahas pengaruh jangka panjang komunikasi massa, penting dikemukkan pokok bahasan tentang celah pengetahuan (information gaps). Latar belakang pemikiran ini terbentuk sang arus liputan yang terus semakin tinggi, yang sebagian besar dilakukan oleh media massa. Secara teoritis peningkatan ini akan menguntungkan setiap orang dalam masyrakat lantaran setiap individu memiliki kemungkinan buat mengetahui apa yg terjadi pada global buat memperluas wawasan.

k. Teori Konstruksi sosial media massa
Gagasan awal menurut teori ini merupakan buat mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yg dibangun sang Peter L Berrger serta Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah selebaran tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu menggunakan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan empiris yg tercipta lantaran proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, serta simbolis atau intersubjektif.

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA BERKOMUNIKASI DENGAN ORANGORANG BERBEDA BUDAYA

Komunikasi Antar Budaya, Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya
Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi itu terdapat di setiap aspek kehidupan serta kegiatan insan. Ia ada di mana-mana, karena itulah komunikasi sangat sulit buat didefinisikan dalam kalimat sederhana yang tegas. Ibarat air, dia sanggup membasahi wilayah atau daerah yang disentuhnya. Komunikasi akan selalu mampu memberi warna atau dampak pada bidang yang disentuhnya. Menurut Litlejohn komunikasi itu mempunyai banyak makna. Bahkan berdasarkan Dance serta Larson terdapat 126 batasan komunikasi. Hal ini menampakan betapa sulitnya membuat definisi secara tegas.

Kita mulai menggunakan satu perkiraan dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan konduite manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainya. Hamper setiap orang membutuhkan interaksi sosial dengan orang-orang lainya, serta kebutuhan ini terjadi dengan pertukaran pesan yang berfungsi menjadi jembatan untuk mempersatukan insan-manusia yang tanpa berkoumunikasi akan terisolasi. Pesan-pesan itu mengemuka lewat konduite manusia. Ketika kita melambaikan tangan, tersenyum, bermuka masam, menganggukan ketua atau menaruh satu isyarat, kita jua sedang berpeilaku. Sering prilaku-prilaku ini merupakan pesan-pesan. Pesan-pesan itu digunakan buat mengkomunikasikan sesuatu pada seseorang. 

Pengertian komunikasi secara eti,ologis mengandung arti sama makna, memberitahukan, serta berpartisipasi. Pemahaman tentang konsep komunikasi dapat dipandang melalui uraian kata secara etimologi yakni: istilah komunikasi itu sendiri terkandung makna beserta-sama common, commones dalam bahasa ingggris communication, yang adalah: pemberitahuan, pemberi bagian (pada sesuatu). Pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya.

Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris sebenarnya berasal dari istilah communicates pada bahasa Latin yang merupakan berbagai atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikas, berdasarkan Lexigraper (ahli kamus bahasa), memilih pada satu upaya, yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu didalam Webster New College Dictionary edisi tahun 1977, diantaranya dijelaskan bahwa komunikasi adalah satu proses pertukaran liputan diantara individu melalui system lambing suara, tanda-tanda atau tingkah laku .

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication,dari dari istilah latin communication serta bersumber dari istilah communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau 2 orang terlibat pada komunikasi akan terjadi serta berlangsung selama terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Komunikasi adalah satu proses melalui mana seseorang (komunikator) membicarakan stimulus (umumnya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membangun prilaku orang-orang lainya (khalayak). Definisi menunjukkan bahwa komunikasi adalah satu proses yg terjadi diantara orang menggunakan orang-orang lainya, definisi ini juga memberikan fokus bahwa aktivitas komunikasi yang dilakukan tadi mempunyai tujuan yakni mengganti atau membentuk prilaku orang-orang lainya yg sebagai target komunikasi.

Komunikasi berlangsung jika antara orang-orang yg terlibat masih ada kecenderungan makna mengenai satu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, apabila seseorang mengerti tentang sesuatu yg dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, interaksi antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya, bila ia tidak mengerti, maka komunikasi nir berlangsung. Dengan lain perkataan interaksi antara orang-orang itu nir komunikatif.

Komunikasi merupakan satu proses yg membuat suatu dari yg semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) sebagai milik oleh 2 orang. Komunikasi pula memiliki tatanan sebagai berikut:

1. Komunikasi Pribadi (personal Communication) 
a. Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication)
b. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication). 

2. Komunikasi Kelompok (class communication) 
a. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication); ceramah, Forum, Simposium (symposium), Diskusi panel (panel discussion), Seminar, Curah saran (brainstorming), dan lain-lain.
b. Komunikasi Kelompok Besar (Large class communication/public speaking). 

3. Komunikasi Massa (mass communication) 
a. Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media communication) : Surat berita (daily), Majalah (magazine), 
b. Komunikasi Media Massa Elektronik (electronic mass media communication) : radio, televise, film, serta lain-lain. 
c. Komunikasi Medio (medio communication)
d. Surat, telepon, pamflet, poster, spanduk serta lain-lain media yang nir termasuk media massa.

A. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Kelompok
Komunikasi gerombolan terdiri dari dua istilah, yaitu, komunikasi dan grup. Menurut Efendy, komunikasi gerombolan merupakan komunikasi yg berlangsung antara seseorang komunikator menggunakan sekelompok orang yg jumlahnya lebih dari 2 orang yang berkumpul.

Pendapat yg dikemukakan oleh Goloberg serta Warson, pengertian komunikasi kelompok adalah satu bidang studi penelitian terapan yang menitikberatkan perhatianya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang mini .

Komunikasi gerombolan adalah komunikasi yang bisa berlangsung antara individu dengan grup, atau kelompok menggunakan grup. Karakterisitik komunikasi gerombolan adalah menjadi berikut:
1. Komunikasi yang terjadi dalam grup bersifat homogeny.
2. Dalam diskusi gerombolan , terjadi kesempatan melakukan tindakan dalam saat itu pula.
3. Arus pulang didalam komunikasi terjadi secara pribadi, lantaran komunikator sedang berlangsung.
4. Pesan yg diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada komunikasi grup kecil) serta bersifat emosional (terjadi dalam komunikasi gerombolan akbar).
5. Komunikator masih dapat mengetahui serta mengenal komunikan meskipun interaksi yg terjadi nir erat misalnya pada komunikasi interpersonal.
6. Komunikasi grup akan menyebabkan konsekuensi beserta untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Keberadaan suatu kelompok dalam satu masyarakat dicerminkan sang adanya fungsi-fungsi yg akan dilaksanakanya. Adapun fungsi tersebut meliputi:
1. Fungsi pertama dalam kelompok merupakan hubungan sosial. Dalam arti sebagaimana suatu gerombolan sanggup memlihara serta memantapkan hubungan sosial diantara para anggotanya.
2. Fungsi kedua, pendidikan pada arti sebagaimana dalam sebuah kelompok secara formal juga informal bekerja buat mencapai dan mempertukarkan pengetahuan mengenai fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok-grup itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat bisa dipenuhi, tetapi demikian,, fungsi pendidikan pada gerombolan akan sesuai menggunakan yg diterapkan atau nir, tergantung pada 3 faktor, yaitu jumlah berita baru yg dikontribusikan, jumlah partisipan dalam grup dan frekuensi interaksi diantara para anggota gerombolan .
3. Fungsi ketiga, yaitu persuasi. Seorang anggota grup bisa beripaya mempersuasi anggotanya agar melakukan atau tirak melakukan sesuatu. Seorang yang terlibat bisnis-bisnis persuasi dalam satu grup membawa resiko buat tidak diterima para anggota lainya.
4. Fungsi keempat, kegiatan-aktivitas untuk memcahkan duduk perkara serta membuat keputusan-keputusan, pemecahan perkara berkaitan dengan alternative atau solusi yg tidak diketahui sebelumnya, sedangkan perbuatan keputusan berhubungan dengan pemilihan antara 2 atau lebih solusi. Jadi pemecahan kasus menghasulkan materi atau bahan buat menciptakan keputusan.
5. Fungsi kelim, terapi. Dari grup-kelompok terapi mempunyai disparitas dengan grup lainya. Tentunya, individu tadi harus berinteraksi menggunakan anggota gerombolan lainya, guna menerima manfaat, tetapi bisnis utamanya adalah membantu dirinya sendiri bukan memebantu kelompok mencapai consensus.

Manusia menurut behaviorisme dilahirkan ranpa sifat-sifat sosial atau psikologis. Oleh karena itu behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia merupakan hasil pengalaman serta prilaku yg digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.

Behaviorisme melihat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa serta bagaikan sebuah meja lilin yang siap dilukis sang pengalaman dan konduite digerakan oleh pengalaman inderawi atau dikenal sebagai proses belajar.

Menurut behaviorisme, terdapat 3 perkiraan mengenai sifat manusia seperti dijelaskan oleh Efendy, yaitu:
1. Behaviorisme melihat bahwa perilaku manusia dipelajari menggunakan membentuk asosiasi, adalah perilaku insan terjadi melalui kebiasaan refleksi, atau interaksi antara responden dengan peneguhan yg memungkinkan pada lingkungan.
2. Behaviorisme menyatakan bahwa insan pada dasarnya bersifat hedonistic. Oleh karenanya mansuia selalu berusaha buat mencari kesenagan dan menghindari kesulitan atau kesengsaraan.
3. Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku pada dasarnya dipengaruhi sang liingkungan. Oleh karena konduite adalah fungsi asosiasi tindakan menggunakan peneguhan, dan seluruh peneguhan tadi berasal berdasarkan lingkungan, maka menggunakan menggunakan lingkungan orang dalam akhirnya dapat membentuk perilaku yang diinginkan.

Dengan demikian, menurut perkiraan ini perkembangan seseorang dipengaruhi sang lingkungan Watson, galat seseorang tokoh aliran behaviorisme yg menjelaskan bahwa manusia akan belajar melalui hubungan yg dilakukan menggunakan lingkunganya. Behaviorisme memandang bahwa manusia adalah organism yg pasif yg perilakunya dibuat sang lingkungan. Oleh karenanya model dasar menurut genre behaviorisme ini adalah contoh belajar.

Teori belajar sosial merupakan teori yg menurut aliran atau pandangan behaviorisme. Perilaku manusa, menurut Bandura, ternyata yg dikaji banyak yang tida mampu dijelaskan dengan pelaziman seperti pelaziman klasik. Bandura menyatakan bahwa insan membangun atau membangun suatu perilaku melalui suatu hubungan menggunakan lingkungan. Teori belajar sosial mempermasalahkan peranan ganjaran serta hukuman dalam proses belajar. Manurut Bandura, belajar terjadi lantaran peniruan. Selanjutnya, Bandura menyatakan bahwa ganjaran dan hukuman itu, terdapat faktor penting lainya dalam belajar yaitu tindakan.

Menurut Bandura, seorang anak yg memeriksa prilaku dapat dibedakan melalui 2 cara, yaitu: pertama, belajar melalui konsekuensi respon, ke 2 belajar melalui peniruan. Proses belajar yg dilakukan seseorang anak baik melalui konsekuesi respon maupun peniruan, umumnya dilakukan seorang anak baik melalui orang-orang terdekat denganya misalnya ayah, ibu, abang, adik, saudara dan sebagainya. Oleh karenanya, famili menjadi lingkungan awal bagi seseorang anak, akan memegang peranan penting pada proses belajar sosial, dan membentuk prilaku serta kepribadianya.

Komunikasi grup ini dibagi kedalam 2 bentuk yaitu komunikasi gerombolan kecil (small class communication) misalnya ceramah (lecturer), diskusi panel (panel discussion), simposium, lembaga, seminar, curah-saran (brainstorming), danl lain sebagainya. Sedangkan bentuk yang kedua diseut menjadi komunikasi grup besar (large group communication atau dikenal sebagai public speaking)

B. Definisi serta Ruang Lingkup Komunikasi Publik
Model Aristoteles merupakan model komunikasi paling klasik, yg seringkali juga diklaim contoh retoris. Filosof Yunani, Aristoteles merupakan tokoh paling dini yang mengkaji komunikasi, yang intinya adalah persuasi. Ia berjasa dalam merumuskan model komunikasi verbal pertama. Komunikasi terjadi ketika seseorang pembicara menyampaikan pembiacaraanya kepada khalayak pada upaya mengubah perilaku mereka. Tepatnya, ia mengemukakan 3 unsur dasar proses komunikasi, yaitu pembicara, pesan, dan pendengar.

Focus komunikasi yg ditelaah oleh Aristoteles adalah komunikasi retoris, yang kini lebih dikenal dengan sebutan komunikasi publik atau pidato. Menurut Aristoteles, persuasi bisa dicapai oleh siapa anda, argument anda, dan menggunakan memainkan emosi khalayak. Dengan kata lain, faktor-faktor yg memainkan peran pada memilih efek persuasif pada komunikasi public meliputi, isi pidato, susunanya, dan cara penyampaianya. Aristoteles jua menyadari kiprah khalayak pendengar. Persuasi berlangsung melalui khalayak ketika mereka diarahkan melalui pidato itu kedalam suatu keadaan emosi tertentu.

Salah satu kelemahan contoh komunikasi public adalahbahwa komunikasi dianggap fenomena yang tidak aktif. Seseorang berbicara, pesanya, berjalan pada khalayak, serta khalayak mendengarkan. Tahap-tahap dalam peristiwa itu berurutan ketimbang terjadi secara simultan. Disamping itu contoh ini juga berfokus pada komunikasi yg bertujuan disengaja, yang terjadi waktu seseorang berusaha membujuk orang lain buat mendapat pendapatnya.

Kelemahan lain menurut contoh komunikasi pulbik ini adalah nir dibahasnya aspek-aspek non mulut pada persuasi. Meskipun demikian kita wajib bersikap adil buat tidak menilai satu model komunikasi dengan perspektif kekinian. Jelas bahwa contoh Aristoteles ini sudah mengilhami para pakar komunikasi lainya buat merancang contoh-contoh komunikasi yang lebih baru. Kebanyakan contoh komunikasi yg lebih baru yang dikembangkan para ahli semenjak zaman Aristoteles permanen mengandung 3 unsure yang sama: asal yg mengirimkan pesan, pesan yang dikirimkan, dan penerima pesan.

Publistik merupakan perkembangan dari ilmu persuratkabaran. Perkembangan tadi bukan saja ditimbulkan berdasarkan timbulnya media massa lain seperti radio, televise, serta lain-lain melainkan jua karena efek media massa modern itu yang menimbulkan perilaku-perilaku rohaniah eksklusif juga antara satu sama lain. Sebagai ilmu, publistik mempelajari dan menliti secara spesifik kasus umum tentang penghimpunan, pengarahan, serta penyebaran secara rohaniah. Menurut Hageman, publistik adalah ajaran mengenai pernyataan umum mengenai isi pencerahan yang aktual.

Dari sekian banyak definisi publistik, definisi yg diketengahkan oleh Hageman ini adalah definisi terbaik karena perumusanya singkat, tetapi maksudnya menyeluruh.

Komunikasi publik adalah komunikasi yg memakai media massa, baik cetak (surat kabar serta majalah) atau elektronik (radio, televise), yg dikelola oleh suatu forum atau orang yg melembagakan yang ditujukan kepada sejumlah akbar orang yang tersebar di banyak loka.

Pendapat De Vito pada bukunya yg berjudul “Communicology: An Introduction to The Study of Communication.” Antara lain menegaskan bahwa komunikasi public adalah komunikasi yg ditujukan kepada khalayak yang luar biasa banyaknya (termasuk kepada murid) atau seluruh orang yg membaca dan menonton. Komunikasi public adalah komunikasi yg disalurkan sang pemancar-pemancar yang audio atau visual.

Dari beberapa pendapat tentang komunikasi diatas, penulis bisa memahami bahwa komunikasi public merupakan komunikasi yg memakai saluran media massa seperti media cetak juga elektro yg ditujukan kepada khalayak atau masyarakat.

Effendy mengungkapkan tentang ciri menurut komunikasi public adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi public berlangsung satu arah, ini berarti tidak terdapat arus pulang dari komunikan kepada komunikator.
2. Komunikator dalam komunikasi public bersifat umum, pesan yg disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) lantaran direuntukan pada umum tentang kepentingan generik. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau grup tertentu.
3. Media dalam komunikasi publik menimbulkan keserempakan, kemempuanya buat menyebabkan keserempakan pada khalayak pada menerima pesan-pesan yg disebarkan.
4. Komunikan komunikasi public bersifat tidak sejenis. Dalam komunikasi public, khalayak yang ditju merupakan siapa saja yg bersifat tidak sejenis atau khalayak umum.

Komunikasi massa ini bisa berupa pers, radio, televisi, film, dan lain-lain. Sebagaimana yang duungkapkan oleh para pakar komunikasi, bahwa komunikasi massa merupakan singkatan menurut komunikasi media massa. Sehingga komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai proses komunikasi yg menngunakan media.

Adapun ciri-ciri komunikasi massa itu adalah menjadi berikut:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah.
2. Komunikator dalam komunikasi massa itu melembaga.
3. Pesan dalam komunikasi massa bersifat generik.
4. Media komunikasi massa mengandung keserempakan.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat tidak sejenis.

C. Peranan Komunikasi Dalam Pendidikan
Komunikasi selalu mengakibatkan efek. Bahkan berteriak didekat tembok dapat berpengaruh kepada orang yang berteriak. Setiap tindakan komunikasi akan melahirkan konsekuensi- terutama bagi seluruh pihak yang terlibat pada komunikasi. Bahkan konsekuensi bagi orang-orang yang dapat mencicipi pengertian pencapaian dalam perubahan komunikasi dimana pendengar didalamnya nir bisa menaruh tanggapan secara lisan. Sebagai model dalam dunia pendidikan contohnya, jika anak didik membuktikan minat dan perhatian, guru mungkin akan merasakan bahwa memahami merupakan suatu hal yg sangat krusial. Oleh karena itu dibutuhkan ketajaman buat memilih imbas komunikasi kita dan apakah imbas tersebut adalah imbas yang dicari. Apabila seorang siswa dikelasnya menyanggupi tugas yg anda sarankan, berbarti anda bertindak benar dalam mempertimbangkan komunikasi anda yg berdampak positif. 

1. Efek Komunikasi Publik: Kognitif, Afektif dan Behavorial
Charles Robert Wright (1960) menambahkan fungsi entertainment (hiburan) pada fungsi komunikasi massa. Jay Black dan frederick C, Whitney (1988) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai: (a) to inform (menginformasikan), (b) to entertaint (memberi hiburan), (c) to persuade (membujuk), dan (d) transmission of the culture (transmisi budaya). John Vivian dal bukunya The Media of Mass Communication (1991) mendefinisikan fungsi komunikasi massa menjadi : (a) providing information, (b) providing entertainment, (c) helping to persuade, serta (d) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial). Joseph R. Dominick dalam bukunya The Dynamics of Mass Communication (1981) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai berikut: (a) surveillance (pengawasan), (b) interpretation (interpretasi), (c) linkage (hubungan), (d) socialitation (pengenalan), serta (e) entertainment (hiburan) (lihat Nurudin, 2003). Sedangkan Onong Uchjana Effendy (1994) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai berikut: (a) menyampaikan fakta (to inform), (b) mendidik (to educate), (c) menghibur (to entertain), serta (d) menghipnotis (to influence).

Ada 3 dimensi imbas komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif mencakup peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif herbi emosi, perasaan, dan attitude (perilaku). Sedangkan imbas konatif berhubungan dengan konduite serta niat untuyk melakukan sesuatu dari cara eksklusif.

Sesuai dengan tujuanya, komunikasi memiliki tujuan buat memberikan informasi, mendidik, menghibur dan menghipnotis. Sudah dapat dipastikan, bahwa komunikasi akan menaruh dampak atau efek terhadap pembaca, pendengar, dan penontonya. Apabila pengaruhnya tidak ada, maka tujuan komunikasi itu sendiri tidak berjalan.

Dampak komunikasi, selain positif pula mempunyai impak negatif. Pengelola komunikasi bisa dipastikan tidak berniat buat membuatkan impak negatif pada khalayaknya. Tentu yg diinginkan merupakan pengaruh positif. Apabila masih ada imbas negatif, bisa dikatakan itu menjadi dampak samping saja. Tetapi dampak samping itu cukup membahayakan sendi-sendi kehidupan warga poly.

Komunikasi harus mempunyai dampak menambah pengetahuan, mengubah perilaku, serta menggerakkan konduite kita. Efek yang terjadi dalam komunikan tersebut terdapat pada 3 aspek.

a. Efek Kognitif
Efek kognitif merupakan akibat yang muncul dalam diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas mengenai bagaimana media massa bisa membantu khalayak dalam menilik berita yang berguna serta membuatkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh berita tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara eksklusif. 

Seseorang menerima fakta dari televisi, bahwa “Robot Gedek” sanggup melakukan sodomi menggunakan anak laki-laki pada bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi memahami mengenai insiden tadi. Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan istilah lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya buat memberitahu saja.

Menurut Mc. Luhan, media massa merupakan perpanjangan alat alat kita (sense extention theory; teori perpanjangan indera indera). Dengan media massa kita memperoleh berita mengenai benda, orang atau loka yg belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara pribadi. Realitas yg ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang telah diseleksi. Kita cenderung memperoleh berita tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi seringkali menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang global ini lebih keras, lebih nir kondusif dan lebih mengerikan.

Karena media massa melaporkan global nyata secara selektif, maka telah tentu media massa akan menghipnotis pembentukan gambaran mengenai lingkungan sosial yg bias serta tak seimbang. Oleh karenanya, muncullah apa yg diklaim stereotip, yaitu citra generik mengenai individu, kelompok, profesi atau warga yg tidak berubah-ubah, bersifat klise serta tak jarang tak seimbang serta nir sahih. Sebagai contoh, dalam film India, wanita tak jarang ditampilkan menjadi makhluk yang cengeng, bahagia kemewahan serta sering cerewet. Penampilan seperti itu, apabila dilakukan terus menerus, akan membentuk stereotipe dalam diri khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh media massa lebih bertenaga lagi, lantaran dalam masyarakat modern orang memperoleh banyak warta mengenai dunia berdasarkan media massa.

Sementara itu, gambaran terhadap seseorang, misalnya, akan terbentuk (jua) sang kiprah rencana setting (penentuan/pengaturan agenda). Teori ini dimulai menggunakan suatu asumsi bahwa media massa menyaring warta, artikel, atau tulisan yg akan disiarkannya. Biasanya, surat fakta mengatur berita mana yang lebih diprioritaskan. Ini adalah rencana mereka yg ditentukan suasana yg sedang hangat berlangsung. Sebagai contoh, bila satu 1/2 page di Media Indonesia memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar, berarti wartawan serta pihak redaksi harian itu sedang mengatur kita buat mencitrakan sebuah fakta krusial. Sebaliknya jika pada halaman selanjutnya di harian yang sama, terdapat warta kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa wilayah, diletakkan pada pojok kiri paling bawah, dan itu pun beritanya hanya terdiri dari 3 paragraf. Berarti, ini merupakan agenda setting dari media tersebut bahwa warta ini seakan tidak krusial. Mau nir mau, pencitraan dan sumber warta kita ditentukan rencana setting.

Media massa tidak menaruh efek kognitif semata, namun beliau menaruh manfaat yang dikehendaki rakyat. Inilah dampak prososial. Bila televisi mengakibatkan kita lebih mengerti bahasa Indonesia yg baik serta sahih, televisi sudah menyebabkan pengaruh prososial kognitif. Jika majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, serta hati kita tergerak buat menolong mereka, media massa telah membentuk dampak prososial afektif. Jika surat keterangan membuka dompet bala alam, menghimbau kita buat menyumbang, kemudian kita mengirimkan wesel pos (atau, kini menggunakan cara transfer via rekening bank) ke surat liputan, maka terjadilah pengaruh prososial behavioral.

2. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu pada khalayak supaya menjadi memahami tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, sesudah mengetahui kabar yg diterimanya, khalayak dibutuhkan bisa merasakannya. Sebagai model, sehabis kita mendengar atau membaca liputan artis kawakan Roy Marten dipenjara lantaran masalah penyalah-gunaan narkoba, maka pada diri kita akan timbul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau sanggup jadi, bahagia. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan menjadi perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan senang merupakan perasaan lega menurut para pembenci artis dan kehidupan hedonisme yg bahagia atas tertangkapnya para public figure yang cenderung hayati hedonisme. Adapun rasa iba atau kasihan dapat jua diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.

3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan dampak yang muncul dalam diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau aktivitas. Adegan kekerasan pada televisi atau film akan menyebabkan orang sebagai beringas. Program acara mengolah beserta Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para bunda tempat tinggal tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar berita seseorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat berdasarkan acara SmackDown yg menyebabkan satu orang mati dampak adegan gulat tersebut. Namun, dari seluruh berita dari banyak sekali media tersebut tidak memiliki dampak yg sama.

Radio, televisi atau film di aneka macam negara telah dipakai menjadi media pendidikan. Sebagian laporan telah menampakan manfaat nyata berdasarkan siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, waktu masih ada tayangan kriminal dalam program “Buser” di SCTV menayangkan kabar: anak Sekolah Dasar yg melakukan bunuh diri karena nir diberi jajan oleh orang tuanya. Sikap yang dibutuhkan berdasarkan kabar kriminal itu ialah, agar orang tua nir semena-mena terhadap anaknya, tetapi apa yang didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan masih ada aneka macam tindakan sama yang dilakukan anak-anak Sekolah Dasar. Inilah yg dimaksud disparitas dampak behavior. Tidak seluruh warta, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, tetapi juga bisa menyebabkan kegagalan yg berakhir dalam tindakan lebih tidak baik.

Mengapa terjadi dampak yg tidak selaras? Belajar berdasarkan media massa memang nir bergantung hanya terdapat unsur stimuli dalam media massa saja. Kita memerlukan teori psikologi yang mengungkapkan insiden belajar semacam ini. Teori psikolog yg bisa mnejelaskan efek prososial merupakan teori belajar sosial berdasarkan Bandura. Menurutnya, kita belajar bukan saja menurut pengelaman eksklusif, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku adalah output faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita sanggup memiliki keterampila eksklusif, jika masih ada jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita.

Bandura menjelaskan proses belajar sosial pada empat tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris, dan proses motivasional.

Permulaan proses belajar adalah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara eksklusif atau nir langsung sang seorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu (contohnya menolong orang karam) atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura menjadi “abstract modeling” (misalnya perilaku, nilai, atau persepsi realitas sosial). Kita mengamati peristiwa tersebut menurut orang-orang sekita kita.jika insiden itu sudah dianati, terjadilah termin pertama belajar sosial: perhatian. Kita baru pata memeriksa sesuatu apabila kita memperhatikannya. Setiap waktu kita menyaksikan berbagai peristiwa yang dapat kita teladani, tetapi tidak seluruh insiden itu kita perhatikan.

Perhatian saja nir relatif membuat dampak prososial. Khalayak wajib mampu menyimpan output pengamatannya pada benak benaknya dan memanggilnya pulang waktu mereka akan bertindak sesuai menggunakan teladan yang diberikan. Untuk mengingat, peristiwa yg diamati wajib direkam pada bentuk imaginal serta mulut. Yang pertama disebut visual imagination, yaitu gambaran mental mengenai insiden yang kita amati dan menyimpan gambaran itu pada memori kita. Yang ke 2 menampakan representasi dalam bentuk bahasa. Menurut Bandura, agar insiden itu dapat diteladani, kita bukan saja wajib merekamnya dalam memori, tetapi juga harus membayangkan secara mental bagaimana kita dapat menjalankan tindakan yang kita teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan sesuatu disebut seabagi “rehearsal”.

Selanjutnya, proses reroduksi ialah menghasilkan balik konduite atau tindakan yg kita amati. Namun apakah kita betul-benar melaksanakan konduite teladan itu bergantung pada motivasi? Motivasi bergantung terdapat peneguhan. Ada tiga macam peneguhan yang mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal, peneguhan gantian (vicarious reinforcement), serta peneguhan diri (self reinforcement). Pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar sudah kita simpan dalam memori kita. Kita bermaksud mempraktekkannya pada dialog menggunakan kawan kita. Kita akan melakukan hanya jika kita mengetahui orang lain nir akan mencemoohkan kitam atau apabila kita yakin orang lain akan menghargai tindakan kita. Ini yg dianggap peneguhan eksternal. Jadi, kampanye bahasa Indoensia pada TVRI dan surat keterangan berhasil, jika ada iklim yang mendorong penggunaan bahasa Indoensia yg baik dan sahih.

Kita pula akan terdorong melakukan perilaku teladan baik kita melihat orang lain yang berbuat sama mendapat ganjaran lantaran perbuatannya. Secara teoritis, relatif sukar orang meniru bahasa Indonesia yg sahih apabila pejabat-pejabat yg memiliki reutasi tinggi justru berbahasa Indonesia yg salah . Kita memerlukan peneguhan gantian. Walaupun kita tidak mendaat ganjaran (pujian, penghargaan, status, dn sebagainya), tetapi melihat orang lain mendapat ganjaran karena perbuatan yg ingin kita teladani membantu terjadinya reproduksi motor.

Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan apabila diri kita sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin ada dari perasaan puas, bahagia, atau dipenuhinya citra diri yang ideal. Kita akan mengikuti anjuran berbahasa Indonesia yg sahih apabila kita yakin bahwa menggunakan cara itu kita memberikan kontribusi bagi kelestarian bahasa Indonesia.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Secara yuridis formal, fungsi komunikasi massa pada atur pada UU RI no: 40 tahun 1999 pasal 3 ayat (1) serta (2), pula dalam UU RI no: 32 tahun 2003 pasal 4 ayat (1) dan (dua). Masing-masing pasal berbunyi menjadi berikut:

Pasal 3 UU 40/1999. (1) Pers Nasional mempunyai fungsi sebagai media berita, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. (2) Di samping fungsi-fungsi tadi ayat (1), pers nasional bisa berfungsi menjadi forum ekonomi.

Pasal 4 UU32/2003. (1) Penyiaran menjadi aktivitas komunikasi massa memiliki fungsi sebagai media berita, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol serta perekat sosial. (2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyiaran juga memiliki fungsi ekonomi dan kebudayaan.

Sedangkan fungsi komunikasi massa buat peserta didik mencakup:

1. Informasi:
a. Mencari keterangan tentang peristiwa serta kondisi yg berkaitan menggunakan lingkungan terdekat, rakyat serta dunia.
b. Mencari bimbingan menyangkut aneka macam perkara mudah, pendapat, dan hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin memahami.
d. Belajar, pendidikan diri sendiri.
e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.

2. Identitas eksklusif:
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
b. Menemukan model konduite.
c. Mengidentifikasikan diri menggunakan nilai-nilai lain (pada media).
d. Meningkatkan pemahamna mengenai diri-sendiri.

3. Integrasi dan interaksi sosial:
a. Memperoleh pengetahuan mengenai keadaan orang lain; ikut merasakan sosial.
b. Mengidentifikasikan diri menggunakan orang lain serta menaikkan rasa mempunyai.
c. Menemukan bahan dialog dan interkasi sosial.
d. Memperoleh teman selain dari insan.
e. Membantu menjalankan peran sosial.
f. Memungkinkan seseorang buat dapat menghubungi sanak –keluiarga, teman, dan warga .