MENYUSUN DAFTAR PERTANYAAN TENTANG BERITA PEMENTASAN DRAMA KELOMPOK TEATER DI SEKOLAH

Salah satu cara buat tahu sebuah fakta serta cara penulisan liputan, adalah menggunakan mengetahui kalimat tanya yang biasa digunakan pada wawancara ketika mencari sumber informasi. Nah, seperti yang telah diketahui, unsur-unsur pembentuk warta dapat diketahui dengan rumus 5W + 1H atau yang pula mampu diklaim menggunakan ADIKSIMBA yaitu istilah tanya Apa, Di mana, Kapan, Siapa, Mengapa, Bagaimana.
Masing-masing istilah tanya tadi merupakan 'istilah kunci' yg bisa digunakan untuk menggali informasi. Kata tanya itu nir bisa digunakan bila tidak disusun dalam kalimat tanya.
Nah, dalam menyusun kalimat pertanyaan buat sebuah wawancara, wajib diseuaikan dengan konteks wawancaranya.
Dalam contoh daftar pertanyaan wawancara kali ini, yg dipakai sebagai konteks adalah pementasan drama di sekolah yg dilakukan sang kelompok teater. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun pada daftar pertanyaan buat wawancara menggunakan ketua grup teater dan anggota gerombolan teater tersebut mampu mencakup proses persiapan sampai pementasan serta isi pementasan drama.
Berikut ini beberapa model pertanyaan untuk pementasan drama oleh kelompok teater pada sekolah:
Kata tanya: APA
a. Apa judul drama yg dipentaskan?
b. Apa latar belakang pengambilan judul drama tadi?
c. Apa kendala yg dihadapi selama proses pementasan drama?
d. Apa pesan yg ingin disampaikan melalui pementasan drama tersebut?
Kata tanya: SIAPA
a. Siapa tokoh utama pada pementasa drama tadi?
b. Siapa yang berperan menjadi tokoh utama?
c. Siapa saja yg terlibat dalam pementasa drama di sekolah ini?
d. Siapa saja yang turut membantu menyukseskan pementasan drama ini?
e. Siapa yang paling semangat waktu berlatih pementasan?
Kata tanya: KAPAN
a. Kapan pementasan akan dilaksanakan?
b. Kapan latihan dan persiapan dilakukan?
c. Kapan inspirasi pelaksanaan pementasan drama ini timbul?
Kata tanya: DI MANA
a. Di mana latihan pementasan drama dilakukan?
b. Di mana pementasan dilaksanakan?
Kata tanya: MENGAPA
a. Mengapa mengambil tema pementasan tersebut?
b. Mengapa melakukan pementasan drama itu?
c. Mengapa hingga membutuhkan saat sekian buat persiapan pementasan?
Kata tanya: BAGAIMANA
a. Bagaimana proses jalannya latihan?
b. Bagaiman proses perijinan untuk melakukan pementasan?
c. Bagaimana cara memilih para pemain pementasan drama tersebut?
d. Bagaimana persiapan menjelang pementasan?
e. Bagaimana pendapat mengenai kiprah yang dilakukan?
f. Bagaiman kesan terlibat dalam pementasan drama ini?
Demikian model-contoh kalimat tanya buat daftar pertanyaan pementasan drama di sekolah. Dengan menggunakan daftar pertanyaan ini, berita tentang pementasan oleh kelompok teater di sekolah sanggup ditulis menggunakan lebih dalam. Tentu daftar pertanyaan ini harus diadaptasi menggunakan kondisi dan jawaban serta urutannya.

PENGERTIAN DAN FANFAAT DATA

Pengertian Dan Fanfaat Data 
Ada poly pengertian tentang data, secara sederhana data dapat diartikan sebagai berita mengenai sesuatu (www.ketut.web.id). Menurut Vercellis,(2009:6) pada risyana.wordpress.com, data mendeskripsikan sebuah representasi warta yang tersusun secara terstruktur, dengan istilah lain bahwa “Generally, data represent a structured codification of single primary entities, as well as of transactions involving two or more primary entities .” Sedangkan berdasarkan Wawan dan Munir (2006:1) dalam risyana.wordpress.com bahwa “Data merupakan nilai yg merepresantasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian.”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, data adalah kabar yg benar serta nyata. Data juga dapat diartikan sebagai sesuatu yg dipakai atau diharapkan pada penelitian dengan memakai parameter tertentu yg telah ditentukan (Priyatno:2008). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data adalah suatu objek, peristiwa, atau berita yg terdokumentasikan menggunakan mempunyai kodifikasi terstruktur buat suatu atau beberapa entitas. 

A. JENIS-JENIS DATA
Dalam sebuah penelitian, terdapat dua macam jenis data (Priyatno:2008), yaitu :

1. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk bukan angka, namun berbentuk kata, kalimat, gambar, atau bagan.

2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan pada bentuk angka. Tipe-tipe data kuantitatif adalah sebagai berikut :

a. Data Nominal
Data nominal adalah ukuran yg paling sederhana, dimana angka yg diberikan pada objek memiliki arti sebagai label saja, dan nir menerangkan strata apapun (Moh. Nazir.2003). 

Ciri-ciri data nominal merupakan hanya mempunyai atribut, atau nama. Data nominal adalah data kontinum serta tidak mempunyai urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan pada seluruh anggota set diberikan angka, set-set tadi nir boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set di atas kita berikan nomor , contohnya tenis (1), basket (2) serta renang (3). Jelas kelihatan bahwa nomor yg diberikan tidak memperlihatkan bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi menurut tenis. Angka tadi tidak memberikan arti apa-apa jika dibubuhi. Angka yg diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. 

b. Data Ordinal
Bagian lain dati data kontimun merupakan data ordinal. Data ini selain mempunyai nama (atribut) juga mempunyai peringkat atau urutan. Angka yg diberikan mengandung strata. Ini digunakan untuk mengurutkan objek berdasarkan yg paling rendah sampai paling tinggi atau sebaliknya. Ukuran ini tidak menaruh nilai mutlak terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita mempunyai sebuah set objek yg dinomori, dari 1 sampai n, contohnya peringkat 1, 2, tiga, 4, lima serta seterusnya, jika dinyatakan pada skala, maka jarak antara data yang satu menggunakan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Atau paling baik hingga ke yg paling jelek. Misalnya dalam skala Likert (Moh Nazir.2003), mulai berdasarkan sangat sepakat, putusan bulat, ragu-ragu, nir sepakat sampai sangat nir putusan bulat. Atau jawaban pertanyaan tentang kesamaan rakyat buat menghadiri rapat generik pemilihan ketua wilayah, mulai dari tidak pernah absen menghadiri, menggunakan kode lima, kadang-kadang saja menghadiri, menggunakan kode 4, kurang menghadiri, menggunakan kode 3, tidak pernah menghadiri, menggunakan kode 2 hingga tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal.

c. Data Interval
Pemberian nomor pada set berdasarkan objek yg mempunyai sifat-sifat berukuran ordinal serta ditambah satu sifat lain, yakni jeda yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini menampakan jeda yang sama menurut karakteristik atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak menaruh jumlah mutlak berdasarkan objek yg diatur. Data yang diperoleh menurut output pengukuran memakai skala interval dinamakan data interval. Misalnya mengenai nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E serta F diukur menggunakan ukuran interval pada skala prestasi dengan berukuran 1, dua, 3, 4, lima, dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara C dan A adalah tiga – 1 = dua. Beda prestasi antara C dan F adalah 6 – tiga = 3. Akan tetapi tidak sanggup dikatakan bahwa prestasi E merupakan lima kali prestasi A ataupun prestasi F adalah tiga kali lebih baik berdasarkan prestasi B. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval.

d. Data Rasio
Data rasio merupakan data yg mempunyai rentang nilai 0 dan plus serta minus berdasarkan seluruh angka (Muhajir, 2007). Ukuran ratio bisa dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada skala ratio bisa menerangkan nilai sebenarnya menurut objek yang diukur. Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. Bila dilihat dengan berukuran ratio maka pendapatan pengemudi C merupakan 4 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan D adalah lima kali pendapatan A. Pendapatan C adalah 4/3 kali pendapatan B. Dengan kata lain, ratio antara C serta A adalah 4 : 1, ratio antara D dan A merupakan lima : 1, sedangkan rasio antara C serta B adalah 4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A dan C adalah 30.000. Dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh lainnya adalah berat badan bayi yg diukur dengan skala ratio. Bayi A mempunyai berat tiga Kg. Bayi B mempunyai berat 2 Kg serta bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur menggunakan skala Ratio, maka bayi A mempunyai ratio berat badan tiga kali menurut berat badan bayi C. Bayi B memiliki ratio berat badan dua kali dari berat badan bayi C, dan bayi C memiliki ratio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A, dst. Dari output pengukuran menggunakan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data ratio. 

B. JENIS-JENIS METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Dalam proses pengumpulan data tentu dibutuhkan sebuah indera atau instrument pengumpul data. Arti konsep instrument dalam penelitian adalah indera ukur, yaitu dengan instrument penelitian ini bisa dikumpulkan data menjadi alat buat menyatakan besaran atau persentase dan lebih kurangnya pada bentuk kualitatif dan kuantitatif. Sehingga menggunakan memakai instrument yg digunakan tersebut berguna sebagai alat, baik buat mengumpulkan data juga bagi pengukurannya. Sebelum tetapkan pemilihan dan penyusunan instrument perlu diperhatikan mengenai validitas dan reliabilitas instrument yang digunakan. Sebab dikhawatirkan terjadinya penggunaan instrument yg tidak valid serta tidak reliable, buat itu perlu diketahui validitas serta reliabilitas suatu instrument terlebih dahulu. Alat pengumpul data dapat dilakukan dengan memakai metode test serta metode non test.

Langkah-langkah yg perlu dilakukan dalam proses pengumpulan data merupakan menjadi berikut :
a. Peneliti harus mengetahui dimana, bagaimana data itu diperoleh. Hal ini sudah terpikirkan sewaktu peneliti melihat variable-variabel yang terdapat dalam perkara serta hipotesa penelitian.
b. Menyusun instrument sebagai alat buat mengumpulkan data tadi, serta sudah memutuskan data mana yg betul-benar diharapkan dan data mana yg perlu diabaikan. Semuanya telah disusun oleh peneliti dalam instrument yang digunakan.
c. Sudah memikirkan siapa-siapa yang jadi responden peneliti dan bagaimana cara menghubunginya dan siapa-siapa yang bisa membantu peneliti dalam mengembangkan kuosioner atau instrument tadi.
d. Orang yg membantu mengumpulkan data ini apakah telah dipersiapkan dengan pengetahuan untuk itu atau menggunakan kata lain apakan peneliti telah melatih atau memberi petunjuk dalam melakukan tugasnya. Apabila instrument peneliti adalah wawancara maka apakah pembantu peneliti ini sudah dibekali dengan cara-cara yang baik buat berwawancara menggunakan responden.
e. Apakah birokrasi yg perlu ditembus telah kita persiapkan dengan adanya surat-surat izin untuk meneliti seseorang atau instansi tertentu.
f. Apabila semuanya sudah dilakukan peneliti bertanya berapa jumlah data yang dibutuhkan. Apakah tidak mungkin terjadinya kekurangan jumlah yg peneliti inginkan karena terdapat instrument waktu pengisian tidak lengkap, nir paripurna serta yang hilang, dan sebagainya. Untuk dapatnya data sesuai menggunakan yang diinginkan maka diharapkan supaya peneliti memperkirakan kerusakan contohnya 10%. Untuk itu sebelum dijalankan sengaja kita tambahkan jumlahnya dengan 10% yang diperkirakan akan berkurang.
g. Setelah semua teknisnya dipenuhi, maka yang tidak kalah pentingnya merupakan biaya transportasi untuk mengumpulkan data tadi. Karena kadang kala seorang wajib berkali-kali menemui seseorang utnuk wawancara atau untuk mengisi instrument yang dipakai. Oleh karenanya dalam suatu proposal, peneliti umumnya sudah dapat memperkirakan berapa porto yang dibutuhkan buat biaya transportasi tadi di samping porto lainnya.

Untuk beberapa metode, kata bagi instrumentnya memang sama menggunakan metodenya, yaitu :
1) Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes.
2) Instrumen buat metode angket atau kuosioner adalah angket atau kuosioner.
3) Instrumen untuk metode observasi adalah check-list.
4) Instrumen buat metode dokumentasi merupakan panduan dokumentasi atau bisa juga check list.

Untuk lebih jelasnya, maka akan dibahas metode dan instrument pengumpulan data satu per satu.

a. Pengumpulan data dengan Metode Tes
Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta indera lain yang digunakan buat mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang di miliki sang individu atau grup. Dalam mengungkapkan tes ini akan disampaikan sekaligus alat ukur lain yang sifatnya terstandar. Ditinjau berdasarkan target atau objek yanga kan dinilai, maka dibedakan adanya beberapa macam tes dan alat ukur lain. 

1. Tes kepribadian atau personality tes
Yaitu tes yg dipakai buat mengungkap kepribadian seorang. Yang diukur bisa self konsep, kreativitas, disiplin, kemampuan spesifik, dsb.

2. Tes bakat atau aptitude tes
Yaitu tes yg digunakan buat mengukur atau mengetahui bakat seorang. 

3. Tes intelegensi 
Yaitu tes yg dipakai buat mengadakan estimasi atau asumsi terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara menaruh tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya. 

4. Tes perilaku atau attitude tes
Yaitu indera yg dipakai buat mengadakan pengukuran terhadap banyak sekali sikap seorang. 

5. Tes minat
Yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu. 

6. Tes prestasi atau achievement tes
Yaitu tes yg dipakai buat mengukur pencapaian seseorang sehabis mengusut sesuatu. Berbeda menggunakan yg lain-lain sebelum ini, tes prestasi diberikan sehabis orang yang dimaksud mengusut hal-hal sesuai dengan apa yg akan pada teskan. 

Dalam memakai metode tes, peneliti menggunakan instrument berupa tes, atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari poly buah tes (item) yang masing-masing mengukur satu jenis variabel.

b. Pengumpulan data menggunakan metode non tes
Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya apabila dipadukan dengan data-data yg dihasilkan dengan menggunakan tehnik yg tidak sinkron, berikut tersaji indera pengumpul data dalam bentuk non tes.

1. Angket atau kuesioner
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis dalam seorang atau sekumpulan orang buat menerima jawaban atau tanggapan dan informasi yg dibutuhkan sang peneliti. Kuesioner lebih baik digunakan buat mengumpulkan data atau warta daripada teknik wawancara, karena dalam wawancara peneliti harus mengadakan hubungan pribadi. Pertemuan langsung antara responden dengan peneliti ini memerlukan saat yg poly, apalagi apabila wajib menghubungi ratusan orang. Wawancara harus dilakukan sang orang yang mahir dalam hubungan personal serta nir mampu dilakukan sang seluruh orang. Sedangkan menggunakan berita umum dapat dilakukan sang banyak orang buat mengantar serta menjemput informasi lapangan tersebut setelah diisi oleh responden dan bisa pula dilakukan sang peneliti secara masal dalam suatu kelas tehadap siswa-anak didik atau mahasiswa pada waktu yang singkat. Kuesioner mampu disusun dibelakang meja menggunakan tenang serta bisa direvisi setiap saat jika terjadi kesalahan. Kuesioner bisa pula dilakukan pngirimanya melalui kantor pos serta pengembaliannya bisa melalui tempat kerja pos tadi.

Bentuk berita umum bisa pula berstruktur dab nir berstruktur seperti pada persiapan wawancara, isinya sangat tergantung berdasarkan kebutuhan peneliti. Dalam menyusun survey supaya lebih tepat sasarannya dan lebih gampang dalam menganalisisnya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Mardalis:1989) :
1. Kuesioner disusun sejelas mungkin, buat menghindari galat tafsir dari responden yg bervariasi.
2. Diusahakan pertanyaannya sesingkat mungkin dan jangan berbeli-belit.
3. Setelah terselesaikan disusun, sebelm diedarkan untuk kegiatan yang sebenarnya. Sebaiknya dilakukan uji coba dulu terhadap sebagaian responden lalu dianalisa serta bila ditemui kelemahan dan keuranan perlu dilakukan revisi.
4. Kalimat pada pertanyaan disusun yang bisa dimengerti serta diapahami sang setiap responden ( peneliti harus tau terlebih dahulu, bagaimana perkiraan jawaban responden).
5. Alternative jawaban yg dikendaji dibuat selengkap mungkin. Misalnya, jika dikatakan alat tulis, apakah pensil, boolpoin, dll).
6. Hindari pertanyaan yg merendah atau menyinggung perasaan responden.
7. Setelah survey dibuat peneliti mestinya sudah mengetahui bagaimana cara menghitung atau analisanya nanti. 

Dalam penyusunan instrument umumnya atau survey bertitik tolak berdasarkan variable yang dikemukakan pada hipotesa atau kasus penelitian, dari sana lalu baru dijabarkan kedalam item-item serta dimensi-dimensi pertanyaan. Jangan sampai mengajukan dan menciptakan pertanyaan yang tidak ada kaitanya dengan kasus yang sedang ditelitikarena akan merugikan dan tidak terdapat gunanya.

Kuesioner bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung dalam sudut pandangan :

a. Dipandang menurut cara menjawab, maka terdapat :
1. Kuesioner terbuka, yang member kesempatan kepad responden untuk menjawab menggunakan kalimatnya sendiri.
2. Kuesioner tertutup, yg sudah disediakan jawabannya sebagai akibatnya responden tinggal memilih.

b. Dipandang dari jawaban yg diberikan, yaitu:
1. Kuesioner pribadi, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
2. Kuesioner nir eksklusif, yaitu apabila responden menjawab mengenai orang lain.

c. Dipandang berdasarkan bentuknya, yaitu :
1. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud merupakan sama menggunakan kuesioner tertutup.
2. Kuesioner isian, yg dimaksud merupakan kuesioner terbuka.
3. Check List, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan pertanda cek pada kolom yang sesuai.
4. Rating-Scale (Skala Bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yg diikuti sang kolom-kolom yang memberitahuakn tingkatan-tingkatan. Misalnya mulai menurut sangat putusan bulat sampai sangat tidak setuju

Keuntungan Kuesioner :
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
3. Dapat dijawab oleh responden berdasarkan kecepatannya masing-masing, serta dari ketika senggang responden.
4. Dapat dibentuk anonym, sehingga responden bebas amanah dan nir malu-memalukan menjawab.
5. Dapat dibentuk terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang sahih-sahih sama.

Kelemahan Kuesioner :
1. Responden tak jarang tidak teliti dalam menjawab sebagai akibatnya ada pertanyaan yg terlewati nir dijawab, pdahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.
2. Sering kali sukar dicari validitasnya.
3. Walaupun dibentuk anonym, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yg nir betul atau tidak jujur.
4. Sering kali tidak kembali, terutama apabila dikirim lewat pos.
5. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu usang sebagai akibatnya terlambat.

Contoh Angket :
a. Bentuk Skala Liert
Bentuk ini dipakai apabila peneliti menginginkan data tentang pendapat responden mengenai masalah yg diteliti. Bentuk ini dapat dilakukan buat penilaian kuantitatif terhadap holistik atau setiap responden. Cara ini menggunakan memutuskan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item atau sub item yg ditetapkan, pertanyaannya berbentuk positif atau negative. 

2. Interview (Wawancara)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yg dipakai peneliti buat menerima warta-warta mulut melalui bercakap-cakap serta berhadap-hadapan mika dengan orang yang dapat menaruh berita dalam sipeneliti. Wawancara ini bisa dipakai untuk melengkapi data yg diperoleh melalui observasi. Apabila peneliti akan menggunakan teknik wawancara dalam penelitiannya perlu diketahui terlebih dulu: target, maksud, dan masalah apa yang diperlukan sipeneliti sebab dalam suatu wawancara bisa diperoleh berita yg berlainana dan terdapat kalanya tidak sesuai menggunakan maksud si peneliti. 

Secara fisik, interview bisa dibedakan atas interview terstruktur serta nir terstruktur. Seperti halnya kuesioner, interview terstruktur terdiri berdasarkan serenteten pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan tanda cek (√) dalam pilihan jawaban yang sudah disiapkan. Interview terstandar kadang-kadang disembunyikan oleh pewawancara, akan tetapi tidak jua diperlihatkan kepada responden, bahkan respondenlah yg dipersilahkan menaruh pertanda.

Ditinjau dari pelaksanaannya, maka dibedakan atas :
a. Interview Bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja namun pula mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya pewawancara tidak membawa pedoman apa yang akan ditanyakan. Kebaikan metode ini merupakan bahwa responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa beliau sedang diinterview. Kelemahannya adalah arah pertanyaan kadang-kadang kurang terkendali.
b. Interview Terpimpin (Guided Interview), yaitu interview yg dilakukan sang pewawancara menggunakan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan jelas seperti yang dimaksud pada interview terstruktur.
c. Interview Bebas Terpimpin, kombinasi antara interview bebas serta terpimpin. Dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis akbar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. 

Menginterview bukanlah pekerjaan yg gampang. Dalam hal ini pewawancara harus bisa membangun suasana kalem namun serius. Artinya bahwa interview dilakukan dengan benar-benar-benar-benar, tidak main-main, namun tidak kaku. Suasana ini krusial dijaga supaya responden mau menjawab apa saja yg dikehendaki sang pewawancara secara amanah.oleh karena sulitnya pekerjaan ini, maka perlu adanya pelatihan bagi pewawancara. Sebagai instrument interview adalah interview guide atau panduan wawancara.

Waktu mempersiapkan wawancara menggunakan responden perlu diperhatikan hal-hal berikut (Mardalis:1989):
a. Responden yg akan diwawancarai sebaiknya diseleksi supaya sesuai dengan data yg dibutuhkan.
b. Waktu berwawancara sedapatnya dilakukan sinkron dengan kesediaan responden.
c. Permulaan wawancara usahakan peneliti memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan wawancara yg dilakukan.
d. Ketika bewawancara, peneliti sebaiknya berlaku misalnya orang ingin memahami dan belajar menurut responden serta jangan seperti orang menggurui terhadap responden. Hal ini krusial buat kelancaran wawancara.
e. Jangan sampai ada pertanyaan-pertanyaan yg nir diinginkan oleh responden.
f. Peneliti usahakan menunjukkan perhatian penuh terhadap pembicaraan responden. Jika terjadi pengalihan pembicaraan oleh responden peneliti dengan hati-hati meluruskannya ke sasaran pokok.
g. Melakukan penutupan pembicaraan dengan ucapan terima kasih.

3. Observasi
Observasi acapkali kali diartikan menjadi suatu arti yang sempit, yakni memperhatiakn sesuatu memakai mata. Di dalam pengertian psikologig, observasi atau yg diklaim menggunakan pengamatan, meliputi aktivitas penguatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan memakai seluruh alat indera. Jadi, mengobservasi bisa dilakukan melalui penglihatan, penciuman, telinga, raba, serta pengecap. Apa yg dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan pribadi. Di pada artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, informasi lapangan, rekaman gambar, rekaman suara. 

Jika diperhatikan lebih lanjut, observasi atau pengamatan ini dapat dibedakan sebagai dua observasi, yaitu :

a. Observasi Partisipasi
Dalam melakukan observasi partisipasi pengamat ikut terlibat pada kegiatan yang sedang diamatinya atau bisa dikatakan si pengamat ikut dan menjadi pemain. Pengamat mengamati sembari iktu berperan pada aktivitas tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam observasi partisipasi ini adalah supaya si pengamat nir lupa tugas pokoknya, yaitu mengamati dan mencari data.

b. Observasi Simulasi
Diharapkan pengamat dapat mensimulasikan keinginannya dalam responden yang dituju sehingga responden dapat memenuhi keinginan pengamat yg membutuhkan liputan atau data berdasarkan responden. 

Observasi dapat dilakukan dengan 2 cara yang kemudian digunakan buat menyebut jenis observasi yaitu:
a. Observasi non sistematis, yg dilakukan sang pengamat menggunakan tidak menggunakan instrument pengamatan. 
b. Observasi sistematis, yang dilakukan sang pengamat menggunakan menggunakan pedoman menjadi instrument pengamatan. 

Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, pengamat hanya memberikan indikasi dalam kolom tempat peristiwa timbul itulah sebabnya maka cara bekerja seperti ini dianggap dengan sistem pertanda ( sign system).

Sign system dipakai sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret sinkron pengajaran sebagai sebuah potret selintas (snap shot). Instrument tadi berisi sederetan sub_variable contohnya: pengajar memperlihatkan, guru menulis dipapan tulis, pengajar bertanya dalam grup, guru menjawab, murid bertanya, dll. Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu contohnya lima mnt, seluruh insiden yg timbul di cek. Kejadian yang muncul lebih dari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoleh gambar tentang apa peristiwa yg timbul dalam situasi pengajaran. 

Dalam hal ini pengamat nir dapat memperhatikan variable yang terlalu banyak. Dengan demikian pada akhir pengamatan bisa disimpulkan di kelas mana partisipasi murid terjadi paling akbar.

4. Skala bertingkat (Rating) atau Rating Scale 
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yg dibuat berskala. Walaupun bertingkat ini mengahasilkan data yang kasar, tetapi cukup menaruh fakta. Instrumen ini dapat menggunakan mudah memberikan citra penampilan, terutama penampilan di pada orang menjalankan tugas, yang menerangkan frekuensi keluarnya sifat-sifat.

Rating-scale harus diinterpretasikan secara hati-hati karena disamping membuat gambaran yg kasar juga jawaban responden nir begitu saja gampang dipercaya. Sehubungan menggunakan ini Bregman serta Siegel pada Arikunto:2006 mendaftar hal-hal yang mempengaruhi ketidakjujuran jawaban responden yaitu: 
a). Persahabatan, 
b). Kecepatan mengira, 
c). Cepat menetapkan, 
d). Jawaban kesan pertama, 
e). Penampilan instrument, 
f). Prasangka.

Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih variable skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden. Misalnya seorang guru ditanya mengenai jam kehadiran dan kepulangan kepala sekolah. Dia nir akan menjawab jika beliau sendiri selalu datang siang serta pulang awal.

5. Dokumentasi
Dokumentasi, dari dari ucapnya dokumen, yang adalah barang-barang tertulis. Di pada melaksanakan metode dokumentasi, peneliti memeriksa benda-benda tertulis seperti buku-kitab , majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dsb.

Dengan memakai serentetan kotak-kotak seperti ini dalam waktu mengumpulkan data melalui catatan-catatan yg memperlihatkan keadaan karyawan atau pegawai yang sebagai subjek penelitian memberikan tanda centang dalam kotak yang sesuai. Untuk merekam data berdasarkan beberapa orang karyawan, peneliti dapat menderetkan nama-nama subjek dibawah kotak-kotak tadi yg pada setiap aspek dijadikan sebagai judul table.

a. Check list, yaitu daftar variabel yg akan dikimpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan pertanda atau tally setiap pemunculan data yang dimaksud.

Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yg berwujud goresan pena saja, tetapi bisa berupa benda-benda peninggalan misalnya prasasti serta symbol-simbol. Metode dokumentasi ini dapat adalah metode primer apabila peneliti melakukan pendekatan analisis isi . Buat penelitian dengan pendekatan lain pun metode dokumentasi jua memiliki kedudukan penting. Apabila peneliti memang cermat serta mencari bukti-bukti berdasarkan landasan aturan dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan metode dokumentasi menjadi nir terhindarkan. 

PENGERTIAN DAN FANFAAT DATA

Pengertian Dan Fanfaat Data 
Ada poly pengertian tentang data, secara sederhana data dapat diartikan sebagai berita mengenai sesuatu (www.ketut.web.id). Menurut Vercellis,(2009:6) pada risyana.wordpress.com, data menggambarkan sebuah representasi kabar yang tersusun secara terstruktur, menggunakan kata lain bahwa “Generally, data represent a structured codification of single primary entities, as well as of transactions involving two or more primary entities .” Sedangkan dari Wawan dan Munir (2006:1) dalam risyana.wordpress.com bahwa “Data merupakan nilai yang merepresantasikan deskripsi menurut suatu objek atau insiden.”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, data merupakan fakta yang benar dan nyata. Data pula bisa diartikan menjadi sesuatu yang digunakan atau diperlukan dalam penelitian menggunakan menggunakan parameter tertentu yang telah dipengaruhi (Priyatno:2008). Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa data merupakan suatu objek, insiden, atau liputan yg terdokumentasikan dengan mempunyai kodifikasi terstruktur buat suatu atau beberapa entitas. 

A. JENIS-JENIS DATA
Dalam sebuah penelitian, terdapat 2 macam jenis data (Priyatno:2008), yaitu :

1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yg dinyatakan pada bentuk bukan angka, tetapi berbentuk istilah, kalimat, gambar, atau bagan.

2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yg dinyatakan pada bentuk angka. Tipe-tipe data kuantitatif merupakan menjadi berikut :

a. Data Nominal
Data nominal merupakan ukuran yg paling sederhana, dimana angka yang diberikan pada objek memiliki arti sebagai label saja, dan tidak memberitahuakn tingkatan apapun (Moh. Nazir.2003). 

Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama. Data nominal merupakan data kontinum serta nir mempunyai urutan. Bila objek dikelompokkan ke pada set-set, serta kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tadi tidak boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket serta renang. Kemudian masing-masing anggota set pada atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (dua) serta renang (tiga). Jelas kelihatan bahwa nomor yg diberikan tidak memberitahuakn bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi berdasarkan tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi berdasarkan tenis. Angka tersebut nir memberikan arti apa-apa bila dibubuhi. Angka yg diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. 

b. Data Ordinal
Bagian lain dati data kontimun adalah data ordinal. Data ini selain memiliki nama (atribut) jua mempunyai peringkat atau urutan. Angka yg diberikan mengandung tingkatan. Ini dipakai buat mengurutkan objek menurut yg paling rendah sampai paling tinggi atau kebalikannya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya menaruh peringkat saja. Jika kita mempunyai sebuah set objek yg dinomori, menurut 1 sampai n, contohnya peringkat 1, dua, 3, 4, lima dan seterusnya, apabila dinyatakan pada skala, maka jeda antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan mempunyai urutan mulai berdasarkan yg paling tinggi hingga paling rendah. Atau paling baik hingga ke yang paling jelek. Misalnya pada skala Likert (Moh Nazir.2003), mulai menurut sangat setuju, putusan bulat, ragu-ragu, tidak sepakat hingga sangat nir putusan bulat. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan warga buat menghadiri kedap generik pemilihan kepala daerah, mulai berdasarkan tidak pernah absen menghadiri, dengan kode lima, kadang-kadang saja menghadiri, menggunakan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, nir pernah menghadiri, dengan kode 2 hingga tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari hasil pengukuran dengan memakai skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal.

c. Data Interval
Pemberian nomor kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat berukuran ordinal serta ditambah satu sifat lain, yakni jeda yg sama dalam pengukuran dinamakan data interval. Data ini memberitahuakn jeda yg sama dari karakteristik atau sifat objek yg diukur. Akan namun ukuran interval nir memberikan jumlah mutlak dari objek yg diatur. Data yang diperoleh berdasarkan output pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval. Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F diukur menggunakan ukuran interval dalam skala prestasi menggunakan berukuran 1, 2, tiga, 4, lima, dan 6, maka bisa dikatakan bahwa beda prestasi antara C dan A adalah tiga – 1 = 2. Beda prestasi antara C serta F merupakan 6 – 3 = tiga. Akan tetapi nir sanggup dikatakan bahwa prestasi E merupakan lima kali prestasi A ataupun prestasi F merupakan 3 kali lebih baik dari prestasi B. Dari output pengukuran menggunakan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval.

d. Data Rasio
Data rasio merupakan data yg memiliki rentang nilai 0 dan plus serta minus berdasarkan semua nomor (Muhajir, 2007). Ukuran ratio dapat dibentuk perkalian ataupun pembagian. Angka dalam skala ratio bisa menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yg diukur. Apabila terdapat 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. Bila dipandang dengan ukuran ratio maka pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan D adalah lima kali pendapatan A. Pendapatan C merupakan 4/3 kali pendapatan B. Dengan istilah lain, ratio antara C dan A adalah 4 : 1, ratio antara D dan A adalah lima : 1, sedangkan rasio antara C dan B merupakan 4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A serta C merupakan 30.000. Dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh lainnya merupakan berat badan bayi yg diukur dengan skala ratio. Bayi A mempunyai berat 3 Kg. Bayi B memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur menggunakan skala Ratio, maka bayi A mempunyai ratio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C. Bayi B mempunyai ratio berat badan dua kali menurut berat badan bayi C, dan bayi C mempunyai ratio berat badan 1/3 kali berat badan bayi A, dst. Dari output pengukuran menggunakan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data ratio. 

B. JENIS-JENIS METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Dalam proses pengumpulan data tentu diharapkan sebuah indera atau instrument pengumpul data. Arti konsep instrument dalam penelitian adalah indera ukur, yaitu menggunakan instrument penelitian ini dapat dikumpulkan data sebagai indera buat menyatakan besaran atau persentase serta lebih kurangnya dalam bentuk kualitatif serta kuantitatif. Sehingga menggunakan memakai instrument yg dipakai tersebut berguna sebagai alat, baik buat mengumpulkan data juga bagi pengukurannya. Sebelum tetapkan pemilihan serta penyusunan instrument perlu diperhatikan mengenai validitas serta reliabilitas instrument yg digunakan. Sebab dikhawatirkan terjadinya penggunaan instrument yang tidak valid dan nir reliable, buat itu perlu diketahui validitas serta reliabilitas suatu instrument terlebih dahulu. Alat pengumpul data dapat dilakukan dengan menggunakan metode test serta metode non test.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan pada proses pengumpulan data adalah menjadi berikut :
a. Peneliti wajib mengetahui dimana, bagaimana data itu diperoleh. Hal ini telah terpikirkan sewaktu peneliti melihat variable-variabel yg terdapat pada kasus serta hipotesa penelitian.
b. Menyusun instrument sebagai indera buat mengumpulkan data tersebut, dan telah memutuskan data mana yg benar -benar dibutuhkan serta data mana yang perlu diabaikan. Semuanya sudah disusun oleh peneliti dalam instrument yg digunakan.
c. Sudah memikirkan siapa-siapa yang jadi responden peneliti dan bagaimana cara menghubunginya serta siapa-siapa yang dapat membantu peneliti pada membuatkan kuosioner atau instrument tersebut.
d. Orang yang membantu mengumpulkan data ini apakah sudah dipersiapkan dengan pengetahuan buat itu atau dengan kata lain apakan peneliti telah melatih atau memberi petunjuk dalam melakukan tugasnya. Apabila instrument peneliti merupakan wawancara maka apakah pembantu peneliti ini sudah dibekali dengan cara-cara yg baik buat berwawancara menggunakan responden.
e. Apakah birokrasi yg perlu ditembus telah kita persiapkan menggunakan adanya surat-surat biar buat meneliti seseorang atau instansi tertentu.
f. Jika semuanya telah dilakukan peneliti bertanya berapa jumlah data yang dibutuhkan. Apakah tidak mungkin terjadinya kekurangan jumlah yang peneliti inginkan lantaran ada instrument saat pengisian tidak lengkap, tidak sempurna serta yang hilang, dan sebagainya. Untuk dapatnya data sesuai menggunakan yg diinginkan maka dibutuhkan supaya peneliti memperkirakan kerusakan misalnya 10%. Untuk itu sebelum dijalankan sengaja kita tambahkan jumlahnya dengan 10% yg diperkirakan akan berkurang.
g. Setelah seluruh teknisnya dipenuhi, maka yg tidak kalah pentingnya merupakan biaya transportasi buat mengumpulkan data tersebut. Karena kadang kala seorang harus berkali-kali menemui seorang utnuk wawancara atau buat mengisi instrument yang digunakan. Oleh karenanya dalam suatu proposal, peneliti umumnya sudah bisa memperkirakan berapa porto yang dibutuhkan buat biaya transportasi tadi pada samping porto lainnya.

Untuk beberapa metode, kata bagi instrumentnya memang sama menggunakan metodenya, yaitu :
1) Instrumen buat metode tes merupakan tes atau soal tes.
2) Instrumen buat metode angket atau kuosioner merupakan angket atau kuosioner.
3) Instrumen buat metode observasi merupakan check-list.
4) Instrumen buat metode dokumentasi adalah panduan dokumentasi atau bisa juga check list.

Untuk detail, maka akan dibahas metode serta instrument pengumpulan data satu per satu.

a. Pengumpulan data dengan Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan dan indera lain yg digunakan buat mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang pada miliki oleh individu atau grup. Dalam menyampaikan tes ini akan disampaikan sekaligus indera ukur lain yg sifatnya terstandar. Ditinjau berdasarkan target atau objek yanga kan dievaluasi, maka dibedakan adanya beberapa macam tes dan alat ukur lain. 

1. Tes kepribadian atau personality tes
Yaitu tes yang dipakai buat mengungkap kepribadian seorang. Yang diukur bisa self konsep, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dsb.

2. Tes bakat atau aptitude tes
Yaitu tes yg dipakai buat mengukur atau mengetahui bakat seseorang. 

3. Tes intelegensi 
Yaitu tes yg dipakai buat mengadakan perkiraan atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang menggunakan cara memberikan tugas pada orang yang akan diukur intelegensinya. 

4. Tes perilaku atau attitude tes
Yaitu indera yg digunakan buat mengadakan pengukuran terhadap aneka macam perilaku seorang. 

5. Tes minat
Yaitu indera buat menggali minat seorang terhadap sesuatu. 

6. Tes prestasi atau achievement tes
Yaitu tes yg dipakai buat mengukur pencapaian seorang sehabis mempelajari sesuatu. Berbeda dengan yg lain-lain sebelum ini, tes prestasi diberikan sehabis orang yg dimaksud mengusut hal-hal sinkron menggunakan apa yang akan di teskan. 

Dalam memakai metode tes, peneliti menggunakan instrument berupa tes, atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari banyak butir tes (item) yg masing-masing mengukur satu jenis variabel.

b. Pengumpulan data dengan metode non tes
Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya apabila dipadukan menggunakan data-data yg dihasilkan dengan menggunakan tehnik yang berbeda, berikut disajikan alat pengumpul data dalam bentuk non tes.

1. Angket atau kuesioner
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yg berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis dalam seseorang atau sekumpulan orang untuk menerima jawaban atau tanggapan dan informasi yg diharapkan sang peneliti. Kuesioner lebih baik dipakai buat mengumpulkan data atau berita daripada teknik wawancara, karena dalam wawancara peneliti harus mengadakan hubungan pribadi. Pertemuan pribadi antara responden menggunakan peneliti ini memerlukan waktu yg banyak, apalagi jika harus menghubungi ratusan orang. Wawancara wajib dilakukan sang orang yg mahir dalam hubungan personal dan nir bisa dilakukan oleh semua orang. Sedangkan memakai informasi lapangan bisa dilakukan oleh poly orang untuk mengantar dan menjemput informasi lapangan tersebut selesainya diisi oleh responden dan dapat pula dilakukan oleh peneliti secara masal pada suatu kelas tehadap anak didik-murid atau mahasiswa dalam saat yang singkat. Kuesioner mampu disusun dibelakang meja menggunakan hening serta dapat direvisi setiap ketika jika terjadi kesalahan. Kuesioner dapat jua dilakukan pngirimanya melalui tempat kerja pos dan pengembaliannya dapat melalui tempat kerja pos tersebut.

Bentuk informasi lapangan bisa jua berstruktur dab nir berstruktur seperti dalam persiapan wawancara, isinya sangat tergantung berdasarkan kebutuhan peneliti. Dalam menyusun berita umum agar lebih tepat sasarannya serta lebih mudah dalam menganalisisnya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Mardalis:1989) :
1. Kuesioner disusun sejelas mungkin, buat menghindari keliru tafsir berdasarkan responden yang bervariasi.
2. Diusahakan pertanyaannya sesingkat mungkin dan jangan berbeli-belit.
3. Setelah terselesaikan disusun, sebelm diedarkan buat kegiatan yang sebenarnya. Sebaiknya dilakukan uji coba dulu terhadap sebagaian responden lalu dianalisa serta apabila ditemui kelemahan serta keuranan perlu dilakukan revisi.
4. Kalimat pada pertanyaan disusun yg dapat dimengerti serta diapahami sang setiap responden ( peneliti wajib tau terlebih dahulu, bagaimana asumsi jawaban responden).
5. Alternative jawaban yg dikendaji dibentuk selengkap mungkin. Misalnya, jika dikatakan alat tulis, apakah pensil, boolpoin, dll).
6. Hindari pertanyaan yg merendah atau menyinggung perasaan responden.
7. Setelah berita umum dibuat peneliti mestinya telah mengetahui bagaimana cara menghitung atau analisanya nanti. 

Dalam penyusunan instrument umumnya atau survey bertitik tolak menurut variable yang dikemukakan pada hipotesa atau masalah penelitian, menurut sana lalu baru dijabarkan kedalam item-item serta dimensi-dimensi pertanyaan. Jangan hingga mengajukan serta membuat pertanyaan yang nir ada kaitanya dengan kasus yg sedang ditelitikarena akan merugikan serta tidak ada gunanya.

Kuesioner dapat dibedakan sebagai beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangan :

a. Dipandang dari cara menjawab, maka terdapat :
1. Kuesioner terbuka, yang member kesempatan kepad responden buat menjawab menggunakan kalimatnya sendiri.
2. Kuesioner tertutup, yg telah disediakan jawabannya sebagai akibatnya responden tinggal memilih.

b. Dipandang menurut jawaban yg diberikan, yaitu:
1. Kuesioner pribadi, yaitu responden menjawab mengenai dirinya.
2. Kuesioner tidak langsung, yaitu bila responden menjawab tentang orang lain.

c. Dipandang menurut bentuknya, yaitu :
1. Kuesioner pilihan ganda, yg dimaksud merupakan sama menggunakan survey tertutup.
2. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah informasi lapangan terbuka.
3. Check List, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda cek pada kolom yang sinkron.
4. Rating-Scale (Skala Bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti sang kolom-kolom yg memperlihatkan tingkatan-strata. Misalnya mulai berdasarkan sangat setuju sampai sangat nir setuju

Keuntungan Kuesioner :
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada poly responden.
3. Dapat dijawab sang responden dari kecepatannya masing-masing, serta menurut saat senggang responden.
4. Dapat dibuat anonym, sebagai akibatnya responden bebas jujur dan tidak memalukan-memalukan menjawab.
5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden bisa diberi pertanyaan yg benar-benar sama.

Kelemahan Kuesioner :
1. Responden acapkali tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yg terlewati tidak dijawab, pdahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.
2. Sering kali sukar dicari validitasnya.
3. Walaupun dibentuk anonym, kadang-kadang responden menggunakan sengaja menaruh jawaban yg tidak betul atau nir jujur.
4. Sering kali nir balik , terutama bila dikirim lewat pos.
5. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yg terlalu usang sehingga terlambat.

Contoh Angket :
a. Bentuk Skala Liert
Bentuk ini dipakai apabila peneliti menginginkan data mengenai pendapat responden mengenai masalah yg diteliti. Bentuk ini bisa dilakukan untuk evaluasi kuantitatif terhadap keseluruhan atau setiap responden. Cara ini menggunakan tetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item atau sub item yang ditetapkan, pertanyaannya berbentuk positif atau negative. 

2. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yg digunakan peneliti buat menerima keterangan-kabar lisan melalui bercakap-cakap serta berhadap-hadapan mika dengan orang yg dapat memberikan informasi pada sipeneliti. Wawancara ini bisa dipakai buat melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Apabila peneliti akan memakai teknik wawancara pada penelitiannya perlu diketahui terlebih dulu: target, maksud, serta masalah apa yg dibutuhkan sipeneliti karena dalam suatu wawancara dapat diperoleh warta yang berlainana serta terdapat kalanya tidak sinkron menggunakan maksud si peneliti. 

Secara fisik, interview bisa dibedakan atas interview terstruktur serta nir terstruktur. Seperti halnya kuesioner, interview terstruktur terdiri dari serenteten pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan indikasi cek (√) dalam pilihan jawaban yang sudah disiapkan. Interview terstandar kadang-kadang disembunyikan oleh pewawancara, akan tetapi tidak juga diperlihatkan kepada responden, bahkan respondenlah yg dipersilahkan memberikan tanda.

Ditinjau berdasarkan pelaksanaannya, maka dibedakan atas :
a. Interview Bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya pewawancara tidak membawa pedoman apa yang akan ditanyakan. Kebaikan metode ini merupakan bahwa responden nir menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diinterview. Kelemahannya merupakan arah pertanyaan kadang-kadang kurang terkendali.
b. Interview Terpimpin (Guided Interview), yaitu interview yg dilakukan sang pewawancara menggunakan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terang misalnya yang dimaksud pada interview terstruktur.
c. Interview Bebas Terpimpin, kombinasi antara interview bebas serta terpimpin. Dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa panduan yang hanya adalah garis akbar mengenai hal-hal yg akan ditanyakan. 

Menginterview bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam hal ini pewawancara harus bisa membentuk suasana santai namun berfokus. Artinya bahwa interview dilakukan dengan sungguh-sungguh, nir main-main, namun nir kaku. Suasana ini penting dijaga supaya responden mau menjawab apa saja yang dikehendaki oleh pewawancara secara jujur.sang karena sulitnya pekerjaan ini, maka perlu adanya pembinaan bagi pewawancara. Sebagai instrument interview adalah interview guide atau pedoman wawancara.

Waktu mempersiapkan wawancara menggunakan responden perlu diperhatikan hal-hal berikut (Mardalis:1989):
a. Responden yang akan diwawancarai usahakan diseleksi agar sinkron dengan data yg dibutuhkan.
b. Waktu berwawancara sedapatnya dilakukan sinkron menggunakan kesediaan responden.
c. Permulaan wawancara usahakan peneliti memperkenalkan diri dan menyebutkan maksud serta tujuan wawancara yang dilakukan.
d. Ketika bewawancara, peneliti sebaiknya berlaku seperti orang ingin memahami dan belajar berdasarkan responden serta jangan seperti orang menggurui terhadap responden. Hal ini penting buat kelancaran wawancara.
e. Jangan sampai ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak diinginkan sang responden.
f. Peneliti sebaiknya menunjukkan perhatian penuh terhadap pembicaraan responden. Jika terjadi pengalihan pembicaraan oleh responden peneliti menggunakan hati-hati meluruskannya ke target utama.
g. Melakukan penutupan pembicaraan dengan ucapan terima kasih.

3. Observasi
Observasi sering kali diartikan sebagai suatu arti yg sempit, yakni memperhatiakn sesuatu memakai mata. Di pada pengertian psikologig, observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan penguatan perhatian terhadap sesuatu objek menggunakan memakai seluruh alat indera. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, indera pendengaran, raba, serta pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan pribadi. Di dalam artian penelitian observasi bisa dilakukan dengan tes, berita umum, rekaman gambar, rekaman suara. 

Jika diperhatikan lebih lanjut, observasi atau pengamatan ini dapat dibedakan sebagai 2 observasi, yaitu :

a. Observasi Partisipasi
Dalam melakukan observasi partisipasi pengamat ikut terlibat dalam aktivitas yang sedang diamatinya atau bisa dikatakan si pengamat ikut serta menjadi pemain. Pengamat mengamati sambil iktu berperan pada aktivitas tadi. Yg perlu diperhatikan pada observasi partisipasi ini adalah agar si pengamat tidak lupa tugas pokoknya, yaitu mengamati serta mencari data.

b. Observasi Simulasi
Diharapkan pengamat bisa mensimulasikan keinginannya pada responden yang dituju sehingga responden dapat memenuhi cita-cita pengamat yang membutuhkan kabar atau data berdasarkan responden. 

Observasi dapat dilakukan menggunakan 2 cara yang kemudian dipakai buat menyebut jenis observasi yaitu:
a. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan. 
b. Observasi sistematis, yang dilakukan sang pengamat dengan memakai panduan sebagai instrument pengamatan. 

Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin ada dan akan diamati. Dalam proses observasi, pengamat hanya menaruh tanda dalam kolom loka insiden muncul itulah sebabnya maka cara bekerja seperti ini diklaim menggunakan sistem pertanda ( sign system).

Sign system dipakai sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran menjadi sebuah potret sesuai pedagogi menjadi sebuah potret selintas (snap shot). Instrument tadi berisi sederetan sub_variable misalnya: guru memberitahuakn, pengajar menulis dipapan tulis, pengajar bertanya dalam gerombolan , pengajar menjawab, anak didik bertanya, dll. Setelah pengamatan pada satu periode eksklusif contohnya 5 mnt, semua insiden yang timbul di cek. Kejadian yang muncul lebih dari satu kali pada satu periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoleh gambar mengenai apa kejadian yg timbul pada situasi pengajaran. 

Dalam hal ini pengamat nir bisa memperhatikan variable yg terlalu poly. Dengan demikian pada akhir pengamatan bisa disimpulkan di kelas mana partisipasi anak didik terjadi paling besar .

4. Skala bertingkat (Rating) atau Rating Scale 
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yg dibuat berskala. Walaupun bertingkat ini mengahasilkan data yang kasar, tetapi relatif menaruh kabar. Instrumen ini bisa menggunakan gampang memberikan citra penampilan, terutama penampilan pada pada orang menjalankan tugas, yang memperlihatkan frekuensi munculnya sifat-sifat.

Rating-scale harus diinterpretasikan secara hati-hati lantaran disamping membentuk gambaran yang kasar jua jawaban responden tidak begitu saja mudah dipercaya. Sehubungan dengan ini Bregman serta Siegel dalam Arikunto:2006 mendaftar hal-hal yang menghipnotis ketidakjujuran jawaban responden yaitu: 
a). Persahabatan, 
b). Kecepatan mengira, 
c). Cepat menetapkan, 
d). Jawaban kesan pertama, 
e). Penampilan instrument, 
f). Prasangka.

Di pada menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih variable skala. Apa yang ditanyakan harus apa yg dapat diamati responden. Misalnya seorang pengajar ditanya mengenai jam kehadiran dan kepulangan kepala sekolah. Dia nir akan menjawab apabila beliau sendiri selalu tiba siang dan pulang awal.

5. Dokumentasi
Dokumentasi, berdasarkan asal pungkasnya dokumen, yg artinya barang-barang tertulis. Di pada melaksanakan metode dokumentasi, peneliti mempelajari benda-benda tertulis misalnya buku-kitab , majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen kedap, catatan harian, dsb.

Dengan memakai serentetan kotak-kotak seperti ini dalam ketika mengumpulkan data melalui catatan-catatan yg menerangkan keadaan karyawan atau pegawai yang sebagai subjek penelitian menaruh indikasi centang pada kotak yg sinkron. Untuk merekam data berdasarkan beberapa orang karyawan, peneliti dapat menderetkan nama-nama subjek dibawah kotak-kotak tadi yg dalam setiap aspek dijadikan menjadi judul table.

a. Check list, yaitu daftar variabel yang akan dikimpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal menaruh indikasi atau tally setiap pemunculan data yg dimaksud.

Dalam pengertian yg lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, namun bisa berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti serta symbol-simbol. Metode dokumentasi ini dapat merupakan metode primer apabila peneliti melakukan pendekatan analisis isi . Buat penelitian menggunakan pendekatan lain pun metode dokumentasi pula memiliki kedudukan penting. Apabila peneliti memang cermat dan mencari bukti-bukti dari landasan aturan dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan metode dokumentasi menjadi tidak terhindarkan. 

PENGERTIAN HEURISTIK MENURUT PARA AHLI

Pengertian Heuristik Menurut Para Ahli
Heuristik yaitu asal berdasarkan kata yunani heurishein, merupakan memperoleh. Menurut G. J. Reiner seperti yang ditulis Dudung Abdurrahman (1900), heuristik adalah suatu tehnik, suatu seni, serta bukan suatu ilmu. Heuristik seringkali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, mengenali serta memperinci bibliografi atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan. Lebih jelasnya seperti apa yang dikatakan Carrad bahwa heuristik merupakan merupakan langkah awal sebagai sebuah kegiatan mencari asal-asal, mendapatkan data, atau materi sejarah atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2007: 86). Dari kedua pendapat pada atas dapat disimpulkan bahwa heuristik merupakan langkah pertama dalam penulisan sejarah yaitu menggunakan pengumpulan data sebanyak mungkin buat dijadikan sumber penelitian sejarah.

Adapun macam-macam warta yang dikumpulkan dalam heuristik ini seperti norma-norma bangsawan, pegaulan sehari-hari, setratifikasi sosial, perubahan adat norma dan bahasa yg digunakan oleh golongan bangsawan di desa Jerowaru serta beberapa liputan yg sinkron menggunakan rumusan masalah misalnya diajukan dalam bagian sebelumnya. 

Karena heuristik adalah kegiatan pengumpulan data-data sejarah, maka terdapat beberapa tehnik pada pengumpulan data tadi yg dipakai pada penelitian ini yaitu: 

1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah aktivitas manusia dengan memakai pancaindra lainnya seperti indera pendengaran, penciuman, verbal serta kulit. Lantaran itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui output kerja pencarian mata serta dibantu menggunakan pancaindra lainnya (Burhan Bungin, 2008: 115). Sedangkan Sutrisno Hadi mengungkapkan bahwa observasi adalah suatu proses yg komplek, suatu proses yang tersusun menurut banyak sekali proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yg terpenting merupakan proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiono, 2008: 145). 

Dalam penelitian ini proses pelaksanaan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu observasi nonpartisipan (non participant observasion). Dalam hal ini tidak terlibat secara langsung terlibat sebagai anggota menurut masyarakat tadi, tetapi hanya menjadi pengamat independen. Dengan cara ini walaupun secara nir eksklusif terlibat misalnya masyarakat umumnya, tetapi menggunakan cara ini peneliti jua dapat mengamati bagaimana prilaku rakyat, pergaulan rakyat menggunakan masyarakat lain, serta bagaimana interaksi sosial dalam masyarakat pada desa Jerowaru.

Adapun liputan-berita yg dihasilkan peneliti selama melakukan observasi berkisar pada bagaima proses hubungan antara dua gerombolan sosial yg tidak selaras, mengamati beberapa perbedaan yang menonjol antara golongan bangsawan dengan masyarakat biasa dalam hal bangunan terutama lumbung padi, memperhatikan tata krama pada golongan bangsawan, dan beberapa aspek menurut segi lahiriah yg dapat peneliti dapatkan selama melakukan observasi. 

1. Wawancara
Wawancara adalah dialog menggunakan maksud tertentu, dialog dilakukan oleh dua pihak orang, yaitu pewawancara (interviewer) yg mengajukan pertanyaan terwawancara (interviewee) yg menaruh jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007: 186). Jadi disini masih ada elemen yang krusial yaitu interviewer serta interviewee. 

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur serta bisa dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan memakai telepon). Dan dalam penelitian ini memakai wawancara terstruktur menjadi tehnik pengumpulan data. Oleh karena itu seperti apa yg dikatakan Sugiyono, seseorang peneliti pada melakukan wawancara, pengumpulan data selesainya penyiapan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis yg alternatif jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan terstruktur ini setiap responden diberi peranyaan yg sama, dan pengumpul data mencatatnya (Sugiyono, 141: 2008). Sedangkan metode wawancara yang peneliti pakai dalam penelitian ini adalah metode wawancara bertahap, karena karakter primer dari wawancara ini adalah dilakukan secara sedikit demi sedikit dan pewawancara tadak wajib terlibat pada kehidupan sosial formal. Sistem datang serta pergi pada wawancara ini mempunyai kelebihan pada menyebarkan objek-objek baru pada wawancara berikutnya lantaran pewawancara memperoleh ketika yang panjang diluar informan buat menganalisis hasil wawancara yg telah dilakukan serta bisa mengoreksinya (Burhan Bungin, 2008: 110).

Untuk menerima data menurut informan melelui wawancara ini mencakup, menemukan informan pada lapangan dilakukan menggunakan memilih orang-orangnya dengan alasan orang yg dipilih menjadi informan benar-benar memahami tentang sejarah mengenai asal-usul, proses interaksi, status sosial dan lain sebagainya. Adapun beberapa keterangan dan serta liputan yg ingin peneliti dapatkan pada wawancara ini berupa berasal-usul bangsawan Jerowaru, perkembangannnya, aplikasi norma-istiadatnya, bagaimana implementasi istiadat-tata cara yang dikembangkan, bgaimana sistem perkawinan, bahasa yg digunakan dengan memakai pengumpulan data melelui wawancara ini. Serta beberapa warta lainnya yang sesuai menggunakan tema pada penelitian ini.

Berbagai pihak yang peneliti minta keterangannya pada penelitian ini antara lain, pejabat pemerintah yang ada di desa Jerowaru, tokoh tata cara, tokoh rakyat, para bangsawan serta rakyat biasa pada umumnya yg tahu tentang kabar yg penulis cari. 

2. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan keliru satu metode pengumpulan data yg digunakan pada metodologi penelitian ilmu sosial. Pada intinya metode dokumenter merupakan metode yg digunakan untuk menelusuri data historis. Dengan demikian, dalam penelitian sejarah, data dokmenter memang berperan sangat penting (Burhan Bungin, 2008: 121).

Metode penelitian ini adalah keliru satu yg wajib digali sang seseorang peneliti sejarah, karena sebenarnya sejumlah akbar berita tentang sejarah tersimpan pada bahan yang berbentuk dokumentasi guna dijadikan istilah-istilah dan kabar historis.

Sebagian akbar data yang tersedia adalah berbentuk surat-sura, catatan-catatan harian, cendramata, surat harian, laporan serta sebagainya. Sifat primer dari data ini tidak terbatas menurut ruang dan saat sehingga memberi peluang pada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi dalam masa silam.perpaduan data dalam bentuk tulisan ini dianggap dokumen dalam arti luas. Adapun barang-barang yg termasuk dokumen diantaranya merupakan artepak, caset tape, mikrofilm, dise, CD, flashdisk serta sebagainya (Burhan Bungin, 2008: 122). Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam yaitu: 
a. Otobiografi
b. Surat langsung, buku-buku atau catatan harian, memorial
c. Kliping
d. Dokumen pemerintah juga suasta
e. Cerita roman serta cerita rakyat
f. Data server serta flashdisk
g. Data tersimpan di web site dan lain-lain.

Selain macam-macam bahan dokumenter diatas, bahan dokumenter ini dibagi lagi sebagai 2, yaitu dokumen langsung dan dokumen resmi.

a. Dokumen Pribadi
Dokumen langsung adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis mengenai tindakan, pengalaman, da kepercayaannya. Maksud mengumpulkan dokumentasi pribadi ialah buat memperoleh insiden konkret tentang situasi sosial serta banyak sekali faktor dis ekitar subjek penelitian (Sugiyono, 2008: 217). Dokumen pribadi ini sanggup berupa kitab harian, otobiografi dan sebagainya.

b. Dokumen Resmi
Dokumen resmi terbagi terbagi atas dokumen intern serta dokumen intern. Dokumen intern bisa berupa memo, pengumuman instruksi, ataupun dari forum buat kalangan sendiri misalnya risalah atau laporan kedap,keputusa pemimpin tempat kerja, kesepakatan yaitu kebiasaab-kebiasaan yang berlangsung pada suatu forum dan sebagainya. Sedangkan dokumen ekstern berupa bahan-bahan fakta yang dikeluarkan suatu pemerintahan (Burhan Bungin, 2008: 123).

Dalam penelitian ini dokumen yang akan dikaji sebagai bahan penulisan sejarah yang terkait dengan kebutuhan peneliti nir begitu banyak maka peneliti pada hal ini hanya memakai buku antik yg disebut sebagai Takepan buat menelusuri sejarah tadi, lebih menurut itu ada pula monografi desa dan salinan daftar pemilih permanen pemilihan umum kabupaten Lombok timur tahun 2009/2019. Adapun berdasarkan takepan itu buat mengetahui tentang sejarah awal rakyat desa Jerowaru, kemudian berdasarkan monografi desa yaitu untuk memperoleh data yang jelas tentang desa Jerowaru secara umum dari beberapa aspek pada kekiniannya. Dan yang terakhir adalah daftar pemilih tetap tadi, yaitu digunakan buat memastikan mengenai konsentrasi tempat tinggal bangsawan yg cendrung tinggal pada satu tempat dengan sesama golongannya. Selain bahan dokumen yang berupa kitab -buku diatas tadi, peneliti jua memakai foto-foto sebagai bahan kajian dokumenter ini.

b. Kritik 
Setelah asal sejarah pada berbagai katagorinya itu terkumpul, tahap yg berikutnya merupakan pembuktian atau lazim dianggap juga menggunakan kritik buat memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini yang harus jug adiuji merupakan keabsahan mengenai keaslian asal (otensitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern, dan keabsahan mengenai kesahihan sumber (kredibilitas) yg ditelusuri melalui kritik intern. Berikut ini ke 2 teknik pembuktian tersebut akan dijelaskan satu-persatu:

1. Keaslian Sumber (otensitas)
Otensitas menurut asal ini minimal bisa diuji menurut 5 pertanyaan utama menjadi berikut:
1. Kapan sumber itu dibuat ?
2. Dimana asal itu dibentuk ?
3. Siapa yg menciptakan ?
4. Dari bahan apa asal itu dubuat ?
5. Apakah sumber itu dalam bentuk yg orisinil?

Kelima pertanyaan ini masih minimal buat mengajukan pertanyaan dalam menentukan keabsahan dari dokumen sejarah yg diteliti buat dijadikan asal penulisan sejarah (Abdurrahman, 1999: 26). Lebih menurut itu jika yg kita teliti tersebut merupakan fakta berdasarkan informan dan bukan dokumen maka dalam hal ini Lucet sebagaimana dikutif Helius Sjamsudin (2007) menyampaikan bahwa sebelum smber-sumber sejarah dapat dipakai dengan kondusif, paling nir ada 5 pertanyaan yg harus dijawab dengan memuaskan: 
1. Siapa yang mengungkapkan itu?
2. Apakan satu atau menggunakan cara lain kesaksian itu telah diubah?
3. Apa sebenarnya yg dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya itu?
4. Apakan orang yg menaruh informasi itu seseorang saksi mata (witnes) yg kompeten, apakah dia mengetahui faktor itu?

Oleh karenanya pada dasarnya kritik eksternal wajib menegakkan liputan dari kesaksia bahwa :
a. Kesaksian itu sahih-sahih diberikan oleh orang ini atau dalam saat ini (authenticity)
b. Kesaksian yang telah diberikan itu sudah bertahan tanpa terdapat perunahan (uncorupted), tanpa terdapat suatu tambahan-tambahan atau penghilangan-penghilangan yg substansial (itegriti) (Helius Sjamsudin, 2007: 134).

Karena fakta yang peneliti cari berkisar dalam tahun 1970-an, maka tergolong sejarah yg kontemporek, karena orang-orang yg terlibat langsung dalam ketika itu masih hidup jadi sanggup dikatakan kesaksiannya lantaran adalah asal utama sangat sanggup dipercaya, sekaligus menggunakan jalan memadukan diantara beberapa partanyaan yg sama serta diajukan dalam informan yg tidak selaras, kemudian apabila terdapat menurut sebagian mini berdasarkan informan yg pendapatnya berbeda serta penulis kurang meyakini pendapatnya karena sebagian besar bersaksi sama maka pendapat satu orang atau dua orang diantara sepuluh orang tadi gugur dengan sendirinya.

2. Kesahihan Sumber (dapat dipercaya)
Kritik internal sebagaimana yg disarankan oleh istilahnya menekankan aspek kedalaman yaitu isi berdasarkan asal, kesaksian (testimoni). Oleh karenanya misalnya yg ditulis Helius Sjamsudin (2007) dalam kritik intern ini seorang peneliti harus tetapkan apakah kesaksian itu bisa diandalkan (reliable) atau tidak. Keputusan ini berdasarkan atas penemuan dua penyidikan (inquiry), yaitu:
a. Arti sebenarnya berdasarkan kesaksian itu harus dipahami?
b. Setelah warta kesaksian dibuktikan serta setelah arti sebenarnya menurut isinya telah dibentuk sejelas mungkin, selanjutnya kredibelitas saksi wajib ditegakkan.

Adapun berkenaan dengan asal ekspresi, jika ingin teruji kredibilitasnya menjadi fakta sejarah, maka wajib memenuhi sebagaimana kondisi-kondisi yg diajukan Garraghan sebagaimana dikutif Dudung Abdurrahman (1999) menjadi berikut:
a. Syarat-kondisi umum: sumber ekspresi (tradisi) harus didukung olek saksi berantai dan disampaikan oleh pelopor pertama yang terdekat. Sejumlah saksi itu wajib sejajar dan bebas, dan sanggup membicarakan warta yg teruji kebenarannya.
b. Syarat-syarat khusus: asal lisan mengandung insiden penting yang diketahui generik; telah sebagai kepercayaan generik pada masa tertentu; selama masa tertentu itu tradisi dapat berlanjut tanpa protes atau penolakan perseorangan; lamanya tradisi nisbi terbatas; adalah aflikasi dari penelitian yg kritis; serta tradisi nir pernah ditola sang pemikiran kritis.

Dalam hal dapat dipercaya sumber ini peneliti sebagaimana penjelasan diatas dalam sumber ekspresi menggunakan saksi yang berantai, bahkan saksi tersebut merupakan asal primer yang secara eksklusif mengalami dan mencicipi mengenai warta yg peneliti tanyakan terkait menggunakan sejarah masyarakat desa jerowaru tadi. Dan berdasarkan beberapa saksi yang berantai itu bila seperti yang sudah dijelaskan diatas menyimpang dari pendapat generik maka kesaksiaanya tadi ditolak buat dijadikan sumber sejarah, yang sudah barang tentu dalam hal ini ke kredibelan informan tadi juga peneliti ketahui.

c. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran data sejarah acapkali diklaim jua dengan analisis sejarah. Kata analisis sendiri berarti menguraikan, dan secara terminologis berbeda dengan sintesis yg berarti menyatukan. Tetapi keduanya seperti yg dikatakan Kuntowijoyo pada bukunya Dudung Abdurrahman (1999) bahwa analisis dan sintesis dipandang sebagai metode-metode primer dalam interpretasi.

Lebih jelasnya bahwa interpretasi data atau analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh menurut output wawancara, catatan lapangtan, dan dokumentasi menggunakan cara mengorganisasikan dalam katagori,menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, menentukan mana yang krusial serta yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami sang diri sendiri juga orang lain (Sugiyono, 2008: 244). Dengan begitu analisis sejarah itu sendiri, misalnya yang dikatakan Berkhofer (Abdurrahan:1999) bertujuan melakukan buatan atas sejumlah berita yang diperoleh dari sumber-asal sejarah serta beserta-sama menggunakan teori-teori disusunlah informasi itu kedalam suatu interpretasi yg menyeluruh. 

Karena didalam penulisan sejarah acapkali pula terjadi interpretasi nir sinkron atau bahkan terlalu meluas maka soerang peneliti dianjurkan memusatkan perhatiannya pada pos-pos tertentu yg mengungkapkan suatu maslah, misalnya: menggunakan mempelajari tokoh-tokoh, longkungan insiden yang melingkupinya serta sebagainya. Selanjutnya perhatian diarahkan kepada analisis tentang apa yg dipikirkan orang, diucapkan dan diperbuat orang yg menyebabkan perubahan melalui dimensi waku (abdurrahman, 1999: 61-62).

Adapun yg dilakukan peneliti dalam termin iterpretasi data ini merupakan mensintesiskan beberapa liputan agar sesuai menggunakan teori yg dipakai. Misalnya terdapat teori yg mengatakan bahwa relasi ditentukan oleh keturunan yg selektif, dimana pada kekerabatannya memiliki hak atas gelar, lambing, kepemilikan dan lain-lain, begitu juga fakta yang didapatkan mencari titik temu antara teori tersebut menggunakan output penelitian yg akan dijelaskan.

d. Historiografi
Sebagai fase terakhir dalam penulisan sejarah, historiografi ini merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan output penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan ilmiah, penulisan output penelitian sejarah itu hendaknya dapat memberikan citra yang jelas tentang proses penelitian, semenjak awal (fase perencanaan) hingga dengan tahap terakhir (penarikan kesimpulan). Jadi dengan penulisan sejarah itu akan ditentukan mutu penelitian sejarah itu sendiri (Abdurrahman,1999: 67).

Diantara kondisi generik yang harus diperhatikan peneliti didalam pemaparan sejarah, misalnya yang dikatakan Hasan Usman dalam bukunya Dudung Abdurrahman (1999), merupakan: 
1. Peneliti wajib memiliki kemampuan membicarakan bahasa secara baik.
2. Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah itu sendiri sebagai bagian dari sejarah yang lebih umum, karena beliau didahului oleh masa serta diikuti oleh masa juga. Dengan perkataan lain, penulisan itu ditempatkannya sinkron menggunakan perjalanan sejarah. 
3. Menjelaskan apa yg ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan bukti-buktinya dan menciptakan garis-garis generik yg akan diikuti secara jelas sang pemikiran pembaca.
4. Keseluruhan pemaparan sejarah haruslah argumentatf, artinya bisnis menyerahkan ide-idenya dalam merekonstruksi masa lampau itu didasarkan atas bukti-bukti tersendiri, buktri yang cukup lengkap, dan kabar-keterangan akuarat.

Penyajian penelitian secara garis akbar terdiri atas tiga bagian: (1) pengantar, (2) hasil penelitian, (tiga) kesimpulan. Setiap bagian umumnya terjabarkan pada bab-bab atau sub bab yang jumlahnya nir ditantukan swecara singkat. Asalkan antara satu bab dengan bab yang lain sine qua non pertalian yang jelas (Abdurrahman, 1999: 69).

Jenis historiografi yg dipakai sang peneliti adalah histiiriografi kritis, lantaran selain memakai pendekatan sosial yg merupakan bagian menurut tema sejarah kritis yang multi disipliner (multy approach), sekaligus dalam melihat hubungan status sosial di jerowaru menggunakan dua pendekatan baik dari golongan bangsawan juga warga biasa mengenai sejarahnya sebagai akibatnya dalam penulisannya pada tahap historiografi nir terjadi bias atau melihat menggunakan satu kacamata saja. Sekaligus dalam penulisan ini selain bisa menghadirkan perbedaan makna sejarahnya sekaligus perbedaan makna sosial, budaya, ekonomi serta pendididak tercakup di dalamnya.

ARTI DAN PENGGOLONGAN LAPORAN BISNIS

Arti Dan Penggolongan Laporan Bisnis
1. Pengertian Laporan Bisnis
Untuk bisa melakukan suatu aktivitas operasi secara efisien, perusahaan perlu banyak sekali macam jenis laporan. Apapun posisi Anda, baik sebagai pelatih manajemen, akuntan, ilmuan, eksekutif junior, supervisor, wakil direktur atau peneliti, Anda mungkin harus menulis suatu laporan pada atasan Anda. Seringkali efektivitas suatu laporan yg Anda sajikan akan sebagai bahan pertimbangan terhadap promisi juga honor Anda. Untuk itu, Anda perlu mengetahui bagaimana menciptakan suatu laporan bisnis secara efisien dan efektif.

Herta A. Murphy dan Herbert W. Hildebrandt pada bukunya “Effective Busines Communications” memberikan definisi tentang laporan usaha (busines report) sebagai suatu laporan yang memiliki sifat netral, tidak memihak, memiliki tujuan yang jelas serta planning penyajian liputan kepada seorang atau lebih buat tujuan bisnis tertentu. Sedangkan Himstreet dan Baty dalam bukunya “Business Communications” mendefinisikan laporan (usaha) menjadi suatu pesan-pesan yang objektif, tersusun teratur yang dipakai buat menyampaikan keterangan berdasarkan suatu bagian organisasional atau dari satu institusi/lembaga ke lembaga yg lain buat membantu pengambilan keputusan atau pemecahan perkara.

Atas dasar definisi tersebut, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa satu laporan bisnis mempunyai aneka macam ciri misalnya netral, tidak memihak, objektif, penyampaian keterangan baik intern maupun eksten, umumnya diminta sang mereka yang mempunyai wewenang yang lebih tinggi dan memiliki suatu tujuan tertentu, yaitu membantu pemecahan perkara serta pengambilan keputusan.

Biasanya suatu laporan menyajikan secara lebih rinci yg dikemas pada bentuk memo atau contoh satu laman surat bisnis. Laporan memerlukan perhatian yg lebih pada pengorganisasian, alat bantu visual, serta teknik-teknik lain yg memungkinkan suatu laporan bisa serta mudah dibaca. Laporan pula bisa memberikan manfaat serta tujuan suatu penyajian laporan yang akurat, informasi yg logis dan tidak emosional. Suatu laporan mungkin dapat kedua-duanya, baik tertulis atau ekspresi. 

Bagi suatu perusahaan, pada umumnya penulisan laporan usaha dipakai buat memenuhi berbagai keperluan antara lain: 
  1. § Untuk memonitor serta mengendalikan operasional perusahaan. Misaln laporan operasional, laporan kegiatan personal. 
  2. Untuk membantu mengimplementasikan kebijakan-kebijakan mekanisme-mekanisme yg sudah ditetapkan perusahaan. Misalnya, kebijakan penempatan posisi kerja. 
  3. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan aturan dan peraturan-pera yang berlaku bagi perusahaan. Misalnya laporan pajak, laporan anali pengaruh lingkungan, dan laporan ketenagakerjaan (perburuhan). 
  4. Untuk mendokumentasikan prestasi kerja yang diharapkan baik b keperluan internal juga eksternal. Misalnya, laporan perk mban serta laporan akhir suatu kegiatan. 
  5. Untuk menganalisis liputan serta memberikan bimbingan agi pengambilan keputusan-keputusan atas berita-gosip tertentu. Misalnya, laporan penelitian/riset, laporan troubleshooting, serta laporan justifikasi. 
  6. Untuk memperoleh sumber pendanaan atau membuka usaha baru. Misalnya, proposal penjualan.
2. Penggolongan Laporan Bisnis
Laporan usaha bisa digolongkan ke pada banyak sekali cara penggolongan baik menurut fungsi, subjek, formalitas, keaslian, frekuensi, jenis atau penampilan, pelaksanaan proyek, dan aplikasi perternuan. Masing-masing penggolongan tersebut secara rinci dapat dijelaskan berikut ini.

a. Menurut Fungsinya
Menurut manfaatnya, suatu laporan bisa dibedakan apakah untuk memberi keterangan atau buat analisis. Suatu laporan yg bersifat memberi fakta (informational report) menyajikan liputan-warta serta rangkuman-tanpa melakukan analisis, konklusi, atau rekomendasi. Nama lain buat laporan informasional adalah Laporan Perkembangan (progress reports), Laporan Sementara (interm reports), serta Laporan Thwulan (quarterly Reports).

Laporan analitikal (analitycal report) menyajikan keterangan-informasi, menganalisis dan menafsirkannya, lalu mengambil konklusi serta memberi rekomendasi. Laporan analitikal mungkin diberi label, contohnya laporan rekomendasi (recommendation reports), usulan (proposal), atau laporan justifikasi (justification reports).

b. Menurut Subjeknya
Menurut subjeknya, suatu laporan bisa dibedakan berdasarkan pada departemen mana suatu laporan itu diperoleh. Sebagai contoh, laporan akuntAnsi, laporan periklanan, laporan pengumpulan kredit, laporan pembelanjaan, laporan iuran pertanggungan, laporan pemasaran, laporan ekonomi, laporan produksi, laporan personalia, laporan statistik, serta laporan-laporan teknik.

c. Menurut Formalitasnya
Menurut formalitasnya, suatu laporan bisa dibedakan atas dasar apakah bersifat formal atau nonformal. Laporan formal acapkali disebut juga dengan istilah laporan panjang (long reports); sedangkan laporan nonformal tak jarang disebut pula menggunakan istilah laporan singliat (short reports). Laporan formal umumnya panjang-lebih berdasarkan 10 laman-serta meliputi kasus-kasus kompleks. Tetapi demikian, pengertian panjang lebih berdasarkan 10 halaman serta “panjang” atau "pendek' adalah bervariasi, tergantung pada situasi dan kondisi yang terdapat.

Laporan formal meliputi:
Body text: pendahuluan, isi, epilog.
Prefatory parts: sampul, judul, laman, surat wewenang, penerimaan, persetujuan, pengiriman, penghargaan, sinopsis, abstraksi, rangkuman eksekutif, daftar isi, daftar tabel.

Supplemental parts: lampiran, bibliograf, catatan akhir, daftar istilah, indeks.
Laporan informal umumnya hanya meliputi body text. Namun demikian, beberapa laporan informal mungkin meliputi judul laman, pengiriman, catatan akhir, dan lampiran.

d. Menurut Keasliannya
Menurut keasliannya, suatu laporan bisa dibedakan atas dasar otoritas atau sukarela; pula apakah publik atau partikelir. Laporan otoritas (authorized reports) merupakan suatu laporan yg dibentuk atas dasar permintaan atau menerima kuasa berdasarkan orang lain atau komite; laporan sukarela (voluntary reports) merupakan suatu laporan yg dibuat atas inisiatif Anda sendiri. Laporan swasta (private reports) adalah suatu laporan yang dibentuk perusahaan-perusahaan partikelir. Laporan publik (public reports) adalah suatu laporan yang dibuat sang lembaga-lembaga pernerintah, termasuk sekolahsekolah, tempat tinggal sakit-rumah sakit, atau lembaga-lembaga lain yg dibiaya oleh negara.

e. Menurut Frekuensinya
Menurut frekuensinya, suatu laporan bisa dibedakan atas dasar apakah secara. Bersiklus atau khusus. Laporan terencana (periodic reports) bisa dikeluarkan secara harian, mingguan, bulanan, semesteran, atau tahunan. Yang termasuk laporan berkala antara lain laporan bursa saharn setiap jam, laporan penjualan tiap hari, laporan porto tiap seminggu, laporan produksi setiap bulan, laporan kegiatan komite tiap kuartar, dan laporan anggaran tahunan. Laporan khusus ditulis manakala kebutuhan terhadap suatu informasi muncul. Laporan khusus (special reports) meliputi suatu situasi atau peristiwa yang unik (spesifik) misalnya munculnya krisis dalam suatu perusahaan.

f. Menurut Jenisnya
Menurut jenis atau penampilannya, suatu laporan dipengaruhi oleh formalitas serta panjangnya laporan. Jenlis laporan dapat bersifat informal (laporan singkat/short reports) maupun formal (laporan panjang/long reports). Laporan informal mencakup laporan memorandum, laporan surat, dan laporan cetak. Laporan formal seringkali diklaim dengan laporan panjang.

1) Laporan Memorandum
Laporan memorandum (memorandum reports) merupakan suatu laporan yang menggunakan format memo yaitu pada, berdasarkan, subjek, serta tanggal.

2) Laporan Surat
Laporan surat (letter reports) merupakan suatu laporan yg menggunakan format surat dengan kepala surat, di dalamnya berisi alamat, salam pembuka, penutup, indikasi tangan, serta bagian surat keterangan. 

3) Laporan pada bentuk cetakan
Laporan pada bentuk cetakan memiliki judul yang sudah tercetak, instruksi, baris-baris kosong.

4) Laporan Formal
Laporan formal (formal reports) umumnya lebih panjang daripada laporan informal. Laporan formal sering pula diklaim menggunakan laporan panjang (long reports).

g. Menurut Kegiatan Proyek
Dalam melaksanakan suatu proyek, masih ada figa jenis laporan, yaitu laporan pendahutuan (preliminary reports), laporan perkembangan, (progress reports), dan laporan akhir (final reports). Laporan pendahuluan meliputi bagaimana suatu proyek disiapkan, output yg diharapkan, serta bagaimana melakukan peladhan pegawai. Selanjutnya, sesudah proyek berlangsung, perlu disusun laporan perkembangan secara berkala. Pada ketika proyek berakhir, dibuatlah laporan akhir.

h. Menurut Pelaksanaan Pertemuan
Berdasarkan pelaksanaan rendezvous, laporan usaha bisa dibedakan ke pada rencana (rencana), resolusi (resolutions), notulen (minutes), serta laporan perternuan (proceedings). Agenda adalah suatu dokumen yg ditulis sebelum suatu Perternuan berlangsung. La mencakup jadwal pelaksanaan, serta topik yg akan dibahas dalam pertemuan. Hal ini akan membantu peserta pada mempersiapkan rendezvous. Resolusi adalah laporan singkat yang secara formal berisi pengumuman hasil mufakat pada suatu rendezvous. Notulen adalah laporan resmi dalam suatu perternuan yang telah berlangsung. La mencakup catatan seluruh hal yg terjadi dalam suatu rendezvous. Laporan rendezvous merupakan suatu laporan resmi yg cakupan bahasannya lebih luas serta berisi output-hasil pertemuan atau konferensi krusial.

A. Persiapan Sebelum Menulis Laporan Bisnis
Persiapan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala aspek, begitu nya menggunakan menciptakan laporan. Adapun persiapan yang dibutuhkan sebefum enulis laporan meliputi paling tidak 4 tahapan sebagai berikut:

1. Definisikan Masalah, Tujuan, serta Ruang Lingkup
Tahap pertarna perencanaan merupakan melakukan analisis masalah, yang encakup tujuan penyusunan laporan. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan, misalnya: Apa yg diinginkan?, Berapa poly?, Mengapa?, serta kapan, akan membantu Anda dalam menetapkan perkara, tujuan, ruang up, keterbarasan (dana serta ketika), serta judul suatu laporan.

2. Pertimbangkan Siapa Yang Akan Menerima Laporan
Memvisualisasikan pembaca atau pendengar Anda dan kebutuhan mereka merupakan tahapan yang krusial pada mempersiapkan laporan usaha. Dalam mepersiapkan laporan usaha perlu dipertimbangkan aneka macam hal yg berkaitan menggunakan audience. Artinya, seorang yang ingin menyusun laporan bisnis perlu memperhatikan siapa yang akan menerima laporan tersebut, baik dari segi pendidikannya, pengalamannya, maupun perilaku emosionalnya. Hal ini bertujuan supaya laporan bisnis yang ingin disampaikan pada audience bisa genai sasarannya.

3. Menentukan Ide atau Gagasan
Dalam tahap ini, tuliskan sernua ilham yang terlintas, secara umum. Kemudian buatlah laporan menurut planning kerja yg rind. Untuk beberapa laporan, rumuskan hipotesis sebagai dasar buat menentukan fakta apa yg Anda perlukan. Sebagai contoh, bila tujuan Anda adalah mencari penyebab tingginya taraf perputaran pada perusahaan, Anda bisa menuangkan wangsit-wangsit yang berkaitan menggunakan kondisi kerja, pengawasan, honor , dan kebijakan promosi. Kemudian Anda mungkin mempertimbangkan subdivisi berdasarkan topik-topik tadi. Kondisi kerja dapat meliputi lingkungan fisik (lokasi tempat kerja, pabrik, kafetaria) serta faktor-faktor nonfisik, misalnya bau dan kebisingan.

4. Mengumpulkan Bahan Yang Diperlukan
Tahap keempat dalam menyiapkan laporan merupakan mengumpulkan kabar yang diperlukan berdasarkan sumber-sumber yang bonafide. Untuk beberapa laporan mungkin Anda memiliki data pada dalam ingatan Anda. Meskipun demikian, Anda mungkin perlu juga mencari data-data tambahan menggunakan melakukan penelitian sekunder (mencari data berdasarkan majalah, surat fakta, dolcumen pernerintah, ensiklopedia) serta penelitian primer (mencari data menurut catatan file organisasi, surat-surat, catatan harian, laporan-laporan, wawancara, daftar pertanyaan).

5. Menganalisis dan Menafsirkan Data
Untuk laporan singkat, termin ini hanya memerlukan waktu yg sangat singkat. Tetapi, buat laporan panjang misalnya laporan analisis yang berdasarkan dalam fakta yang diperoleh berdasarkan berbagai sumber, termin ini memerlukan ketika yang lebih lama . Analisis atau penafsiran Anda haruslah seobjektif mungkin. Berusahalah amanah, serta nir pernah menghilangkan atau memanipulasi warta relevan.

6. Mengorganisasi Data dan Mernpersiapkan Outline Akhir
Setelah menganalisis serta menafsirkan data secara hati-hati, Anda bisa mengorganisasikan output ternuan dan membuat outline akhir. Tetapi, sebelum menyiapkan outline, Anda perlu tahu tubuh laporan dan mempertimbangkan banyak sekali metode pengorganisasian dan outline.

Setelah Anda menyelesaikan 6 termin persiapan, langkah berikutnya adalah merupakan membuat bagian utama laporan bisnis yg mencakup pendahuluan, teks (text), serta epilog.

B. Bagian Pokok Laporan Bisnis
1. Pendahuluan 
Dalam bagian pendahuluan masih ada sebelas hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:
a. Pemberi Kuasa adalah orang yg merninta laporan.
b. Layout atau Rencana Presentasi menceriterakan pada pernbaca apa saja yang akan dibahas dalam laporan usaha.
c. Masalah umumnya didefinisikan pada awal-awal bab pendahuluan sebelum maksud atau tujuan laporan bisnis dinyatakan.
d. Maksudpenulisan laporan bisnis wajib nampak dalam. Bagian. Pendahuluan. Elemen tersebut adalah hal. Yang sangat krusial dalam suatu laporan bisnis. Istilah lain yang serupa antara lain: tujuan, misi, taktik, atau target.
e. Ruang Lingkup berkaitan menggunakan luas cakupan atau batas suatu pokok bahasan buat sebuah laporan bisnis.
f. Metodologi mengacu dalam metode pengumpulan informasi. Anda dapat memperoleh data menggunakan membaca bahan-bahan di perpustakaan atau melakukan wawancara, survei, atau eksperimen.
g. Sumber-sumberprimer atau sekunder, yang meliputi diantaranya: publikasi (majalah, jurnal, surat kabar), catatan perusahaan, surat, memo, output wawancara, karyawan, dan sebagainya. Apabila Anda menulis laporan mengenai pengalaman. Bisnis Anda sendiri, maka pernyataan yg Anda tulis pada. Suatu laporan bisnis merupakan merupakan sumber.
h. Latar Belakang berdasarkan situasi yg sedang diteliti kadangkala dimasukkan, apabila pembaca perlu latar belakang fakta untuk memperoleh citra menyeluruh serta pemahaman yg jelas terhadap suatu utama bahasan.
i. Definisi Istilah perlu dicantumkan apabila Anda memakai kata yang mempunyai beberapa penafsiran. Anda wajib mengungkapkan kepada pembaca definisi yg Anda maksudkan.
j. Keterbatasan misalnya pada hal. Dana, ketika, asisten peneliti, atau data yang tersedia. Seorang penulis nir perlu membuat malu-malu buat menyebutkan beberapa keterbatasan. Yg terdapat sebelurn melakukan penelitian lebih lanjut. 
k. Rekomendasi menyebutkan mengenai keputusan yg perlu pada laporkan di pada suatu laporan usaha, contohnya keputusan antara membeli mesin baru atau mesin setengah pakai, restrukturisasi karyawan, anugerah uang pesangon, menambah perangkat lunak (software) serta perangkat keras (hardwar~), menciptakan kantor perwakilan, serta sebagainya. Lantaran pembaca membaca secara rinci pada laporan, dia tahu bagaimana fakta yg ada berpengaruh terhadap keputusan yang sudah diambil.

Untuk laporan singkat, beberapa unsur tersebut, bisa digabungkan sebagai satu atau 2 paragraf menggunakan atau tanpa judul "Pendahuluan". Bahkan dalam laporan terpola, judul pendahuluan bisa dihilangkan apabila isi setiap periode sama serta pembaca telah mengetahuinya.

2. Teks
Bagian terpanjang berdasarkan suatu laporan usaha merupakan isi teks (laporan). Dalam. Bagian ini, Anda membahas serta berbagi hal-hal yg krusial secara rinci. Di samping itu, bagian. Ini bisa membantu Anda mencapai maksud penulisan laporan usaha. Penulisan laporan usaha yang baik, harus meliputi temuan keterangan yang krusial dan relevan serta membuang hal-hal yang nir perlu dan tidak relevan dengan maksud penulisan laporan usaha tersebut.

3. Penutup
Bagian epilog berfungsi umuk merangkum laporan secara menyeluruh merogoh kesimpulan, atau memberi rekomendasi. Pengambilan kesimpular wajib didasarkan pada isi teksnya dan tidak memasukkan bahan-bahan yan baru, yang sama sekali belum dibahas dalam bagian pembahasan. Pada bagian penutup, Informational Report diklaim rangkuman dan Analytical Report disebu kesimpulan, rekomendasi, atau kesimpulan serta rekomendasi. Bagian penutup sendiri diberi j udul planning tindakan atau proposisi.

a. Rangkuman
Rangkuman berisi kompendium pembahasan secara menyeluruh. Kadang kala hanya berisi poin-poin yg penting, kekuatan dan kelemahan, atau manfaat dan kerugian.

b. Kesimpulan
Kesimpulan berisi evaluasi informasi-keterangan yang dibahas, tanpa memasukkan pendapat eksklusif penulis.

C. Rekomendasi
Rekomendasi menyarankan suatu program tindakan yg didasarkan dalam kesimpulan yang telah dibuat.

d. Rencana Tindakan
Rencana tindakan menjadi pernyataan terakhir yg meliputi waktu aplikasi acara, aturan yg dibutuhkan, dan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap program/proyek yg akan dilaksanakan.

e. Proposisi
Istilah proposisi belakangan ini dipakai dalam global akademis atau jurnal sebagai suatu pernyataan yg tegas, tuntutan yg berdasarkan dalam suatu laporan atau artikel.

Bentuk penyusunan suatu laporan memiliki daya tarik tertentu yang akan mensugesti pembacanya. Oleh karenanya, selain maksud serta subjek laporan, calon. Pembaca laporan juga harus Anda pertimbangkan manaka6 Anda. Menentukan rencaKia organisasional buat semua tubuh laporan (body report) dan bagian teks. Kemudian, Anda perlu menciptakan topik bahasan dengan sahih.

C. Organisasi Tubuh Laporan Bisnis
1. Cara Menyusun Tubuh Laporan Bisnis
Ada 2 cara yg dapat digunakan buat menyusun tubuh laporan bisnis yaitu cara deduktif (pribadi) dan induktif (tak langsung). Kebanyakan laporan bisnis disusun secara deduktif karena pembaca ingin memahami lebih dini mengenai konklusi dan rekomendasi laporan bisnis. I

a. Cara Deduktif
Kata deduktif (deductive) atau pribadi (direct), berard menggambarkan laporan berdasarkan belakang ke depan atau, mengungkapkan ilham pokok atau rekomendasi terlebih dahulu, sebelum hal-hal yang rinci dijelaskan. 

Dalam suatu laporan panjang, pembaca umumnya lebih senang menggunakan cara deduktif karena beliau menaruh pada pembacanya suatu gambaran yang cepat sebelum mereka mengetahui secara lebih rinci. Bila bagian akhir nir diungkapkan pada awal (permulaan) laporan, mungkin pembaca akan melewati atau mengabaikan bahasan yg rinci supaya da at segera mengetahui bagian akhir (terminalsection) laporan baru kemudian, kembali lagi ke bagian awal. Secara umum, Anda bisa menggunakan cara deduktif, apabila pembaca Anda memiliki ciri menjadi berikut:
1. Eksekutif yg sibuk.
2. Lebih suka buat memilih sesuatu menggunakan segera.
3. Ingin mengetahui good news atau berita netral.
4. Ingin menganalisis data lebih baik, serta hal ini akan sebagai lebih mudah jika konklusi dan rekomendasi dicantumkan dalam awal laporan.
5. Ingin mengetahui pandangan penulis menggunakan segera.
6. Lebih menyukai laporan yang disusun menggunakan cara deduktif

b. Cara Induktif
Cara induktif berbeda cara penyajiannya menggunakan cara deduktif. Dengan cara induktif Anda mengungkapkan kabar-fakta yang ada sebelum wangsit-inspirasi pokok, kesimpulan atau rekomendasi dikemukakan. Anda menyajikan warta-informasi dan bahan-bahan pendukung lainnya, sebelum hingga pada bagian kesimpulan atau rekomendasi. Anda dapat menggunakan cara induktif, jika pembaca Anda memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui penerangan secara rinci terlebih dahulu buat bisa tahu konklusi serta rekomendasinya.
2. Ingin mengetahui kesimpulan yang kurang menyenangkan (badnews).
3. Mungkin merasa kesimpulannya tidak bias dan bisa menerimanya.
4. Perlu membaca holistik laporan, bukan hanya bagian akhirnya saja.
5. Lebih menyukai laporan disusun menggunakan cara induktif

2. Cara Menyusun Teks Laporan Bisnis
Salah satu tugas yang relatif rumit pada menciptakan laporan bisnis adalah memutuskan cara terbaik buat menyusun fakta-kabar yang tersedia sehinggaterbentuk bagian teks laporan bisnis. Anda harus menciptakan keputusan sebelum mulai menulis laporan. Anda bisa membuatkan teks menggunakan cara-cara berikut ini :

a. Membuat Topik-topik atau Kriteria
Cara ini merupakan hal yang umum dalam membuat suatu laporan.
Judul utarna laporan Anda mungkin memakai kriteria baku, faktor-faktor, pernecahan masalah, manfaat, atau ciri. Jika tujuan laporan Anda adalah buat memilih apakah suatu perusahaan harus membeli, menghasilkan sendiri, atau menyewa dari perusahaan lain, keputusan pertama merupakan bagaimana memilih kriteria yang paling krusial.

b. Menyusun Urutan suatu Peristiwa atau Kijadian-kdadian
Dalam pembuatan agenda, program kesepakatan , serta laporan perkembangan bisa menggunakan aturan secara kronologis. Periode waktu, misalnya tanggal, bulan, tahun, jam, animo akan lebih sinkron menggunakan utama bahasannya.

c. Mendeskripsikan Lokasi atau Tempat
Organisasi ini adalah berguna untuk menggambarkan lokasi atau tempat, apakah mereka pada tempat tinggal , pabrik, kantor, pusat perbelanjaan, perusahaan internasional menggunakan cabang-cabangnya yg beredar secara geografis ke berbagai penjuru global.

d. Menjelaskan suatu proses atau prosedur
Cara pengembangan ini hampir sama dengan pendekatan kronologis.

Metode ini menelusuri tahapan-tahapan, katakanlah suatu tahapan kebijaksanaan, operasi mesin, tahapan prosedur melakukart tabungan atau penarikan simpanan.

e. Menyusun Urutan Tingkat Pentingnya secara Alfabet
Pada urutan pertama memperlihatkan pandangan baru-inspirasi, kejadian-kejadian, atau topik yang paling penting, selanjutnya kurang penting, atau nir penting.

f. Menyusun urutan tingkatjami & tritas
Cara pengembangannya menggunakan menyajikan hal-hal yang paling sederhana (simple) atau familiar kemudian meningkat ke hal-hal yang lebih kompleks atau yang kurang familiar. Hal ini disebabkan sang adanya kesamaan Anda akan lebih mudah memahami hal-hal yang telah diketahui sebelumnya daripada yg nir atau belum diketahui.

g. Menyusun asal-sumberyang digunakan
Metode ini kurang diminati, kecuali Anda konfiden terhadap pembaca bahwa mereka sangat tertarik terhadap sumber informasinya. Anda bisa menggunakan cara ini apabila, misainya, Anda melaporkan seseorang pakar yang berpidato pada gedung perternuan dalam perusahaan Anda dan Anda diminta buat hadir.

h. Pemecahan Masalah
Cara yg terkenal ini membahas kasus terlebih dahulu, lalu diikuti menggunakan cara pernecahan masalahnya. Cara ini generik dipakai untuk mengorganisasi suatu. Presentasi yang bersifat persuasi.

3. Metode Outline
Setelah Anda menyusun atau mengorganisasi tubuh serta teks laporan, Anda akan mengatur judul (headings) serta subjudul (subheadings) dalam suatu outline. Suatu outline yg baik, khususnya buat laporan yg panjangnya 2 page atau lebih, outline merupakan alat yg paling penting serta hemat saat. Ia akan sebagai penuntun Anda pada menyusun laporan. Dalam suatu laporan panj ang (laporan formal), beliau j uga akan menj adi daftar isi laporan Anda.

Sebelum Anda menulis laporan, outline membantu Anda buat melihat interaksi antara topik, membandingkan proporsi serta judul, mengecek keterkaitan holistik di pada suatu susunan yang logis, serta menghilangkan tumpang tindih (overlapping). Sebelum Anda membahas judul serta subjudul, terlebih dahulu akan dibahas jenis-jenis judul, format outline, serta paralelisme pada judul.

a. Jenis-jenis judul
Di dalam penulisan laporan, jenis-jenis judul dapat digolongkan kedalam 4 judul, yaitu: (1) judul topik (topic headings), (2) judul kalimat lengkap (complete sentence headings), (3) judul kalimat imperatif (imperative sentence headings), dan (4) judul variant (variant headings). Judul topik adalah judul yg paling familiar atau umum. Mereka terdiri atas kata tunggal (istilah benda), beberapa kata, atau frase singkat. Judul kalimat lengkap selalu mencakup subjek serta predikat. Judul kalimat imperatif (misalnya perintah) dimulai menggunakan suatu istilah kerja serta tidak memiliki subjek. Judul variant umumnya dimulai dengan participle.

Berikut ini merupakan model jenis-jenis judul:
  • Judul Topik: Persiapan atau Persiapan Sebelum Menulis Laporan
  • Judul Kalimat Lengkap : Persiapan Adalah Penting Sebelum Menulis Laporan atau Persiapan Adalah Penting
  • Judul Kalimat Imperatif : Siapkan Secara Efisien atau Siap Sebelum menulis Laporan
  • Judul Variant : Mempersiapkan Sebelum Menulis Laporan
  • Judul yang baik seharusnya kentara dan menerangkan subjek yg akan dijelaskannya. Di samping itu, jika sebuah istilah dipilih menjadi judul topik, maka sebaiknya dia nir menunjukkan pada suatu pengertian yang terlalu luas.
b. Format Outline
Untuk outline singkat/pendek (short outlines) (hanya tiga atau empat judul serta subjudul), Anda mungkin lebih baik menentukan format yang sederhana (simple). Sedangkan buat outline yang panjang, Anda bisa menggunakan salah satu berdasarkan ketiga cara yang tersedia.

Kombinasi angka-alfabet (numerical-letter combination) adalah yang paling populer dalam dunia usaha dan sekolah-sekolah. Sistem decimal (decimal system) lebih poly dipakai pada laporan sains serta teknik. Kombinasi alfabet -angka lebih banyak dipakai oleh mereka yang senang dengan alfabet -huruf sebelurn sampai pada judul utamanya.

Bila Anda menyusun judul dan subjudul, perlu diperhatikan lima hal yaitu:
1. Tempatkan inspirasi-pandangan baru yg paling krusial pada tingkatan tertinggi, pertimbangkanpanjanglaporan, subjek, serta pembaca.
2. Sedapat mungkin cobalah buat menjaga ekuilibrium masingmasing bagian. 
3. Apabila Anda membagi suatu topik, paling t1dak Anda memiliki 2 subjudul, misalnya A. 1 serta A.dua.
4. Gunakan pertimbangan dengan baik, jangan terlalu poly dan jangan terlalu sedikit buat subjudul.
5. Tidak pernah menggunakan judul Laporan sebagai bagian judul.

C. Paralelisme dalam judul
Semua judul wajib paralel, adalah mempunyai taraf yang sama pada setiap bagian outline. Ini berarti bahwa mereka wajib mempunyai bentuk gramatikal yang sama, misalnya adalah istilah benda, frase, atau kalimat. Sebagai contoh, paralelisme kombinasi angka-huruf dapat digambarkan sebagai 1, 11, 111, IV, V; A, B, C, D di bawah 1; 1, 2, tiga di bawah ILA; I dan 2 di bawah ILB; a serta b dibawah II.B.dua serta seterusnya.