PENGERTIAN DAN FANFAAT DATA

Pengertian Dan Fanfaat Data 
Ada poly pengertian tentang data, secara sederhana data dapat diartikan sebagai berita mengenai sesuatu (www.ketut.web.id). Menurut Vercellis,(2009:6) pada risyana.wordpress.com, data mendeskripsikan sebuah representasi warta yang tersusun secara terstruktur, dengan istilah lain bahwa “Generally, data represent a structured codification of single primary entities, as well as of transactions involving two or more primary entities .” Sedangkan berdasarkan Wawan dan Munir (2006:1) dalam risyana.wordpress.com bahwa “Data merupakan nilai yg merepresantasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian.”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, data adalah kabar yg benar serta nyata. Data juga dapat diartikan sebagai sesuatu yg dipakai atau diharapkan pada penelitian dengan memakai parameter tertentu yg telah ditentukan (Priyatno:2008). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data adalah suatu objek, peristiwa, atau berita yg terdokumentasikan menggunakan mempunyai kodifikasi terstruktur buat suatu atau beberapa entitas. 

A. JENIS-JENIS DATA
Dalam sebuah penelitian, terdapat dua macam jenis data (Priyatno:2008), yaitu :

1. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk bukan angka, namun berbentuk kata, kalimat, gambar, atau bagan.

2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan pada bentuk angka. Tipe-tipe data kuantitatif adalah sebagai berikut :

a. Data Nominal
Data nominal adalah ukuran yg paling sederhana, dimana angka yg diberikan pada objek memiliki arti sebagai label saja, dan nir menerangkan strata apapun (Moh. Nazir.2003). 

Ciri-ciri data nominal merupakan hanya mempunyai atribut, atau nama. Data nominal adalah data kontinum serta tidak mempunyai urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan pada seluruh anggota set diberikan angka, set-set tadi nir boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set di atas kita berikan nomor , contohnya tenis (1), basket (2) serta renang (3). Jelas kelihatan bahwa nomor yg diberikan tidak memperlihatkan bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi menurut tenis. Angka tadi tidak memberikan arti apa-apa jika dibubuhi. Angka yg diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. 

b. Data Ordinal
Bagian lain dati data kontimun merupakan data ordinal. Data ini selain mempunyai nama (atribut) juga mempunyai peringkat atau urutan. Angka yg diberikan mengandung strata. Ini digunakan untuk mengurutkan objek berdasarkan yg paling rendah sampai paling tinggi atau sebaliknya. Ukuran ini tidak menaruh nilai mutlak terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita mempunyai sebuah set objek yg dinomori, dari 1 sampai n, contohnya peringkat 1, 2, tiga, 4, lima serta seterusnya, jika dinyatakan pada skala, maka jarak antara data yang satu menggunakan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Atau paling baik hingga ke yg paling jelek. Misalnya dalam skala Likert (Moh Nazir.2003), mulai berdasarkan sangat sepakat, putusan bulat, ragu-ragu, nir sepakat sampai sangat nir putusan bulat. Atau jawaban pertanyaan tentang kesamaan rakyat buat menghadiri rapat generik pemilihan ketua wilayah, mulai dari tidak pernah absen menghadiri, menggunakan kode lima, kadang-kadang saja menghadiri, menggunakan kode 4, kurang menghadiri, menggunakan kode 3, tidak pernah menghadiri, menggunakan kode 2 hingga tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal.

c. Data Interval
Pemberian nomor pada set berdasarkan objek yg mempunyai sifat-sifat berukuran ordinal serta ditambah satu sifat lain, yakni jeda yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini menampakan jeda yang sama menurut karakteristik atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak menaruh jumlah mutlak berdasarkan objek yg diatur. Data yang diperoleh menurut output pengukuran memakai skala interval dinamakan data interval. Misalnya mengenai nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E serta F diukur menggunakan ukuran interval pada skala prestasi dengan berukuran 1, dua, 3, 4, lima, dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara C dan A adalah tiga – 1 = dua. Beda prestasi antara C dan F adalah 6 – tiga = 3. Akan tetapi tidak sanggup dikatakan bahwa prestasi E merupakan lima kali prestasi A ataupun prestasi F adalah tiga kali lebih baik berdasarkan prestasi B. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval.

d. Data Rasio
Data rasio merupakan data yg mempunyai rentang nilai 0 dan plus serta minus berdasarkan seluruh angka (Muhajir, 2007). Ukuran ratio bisa dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada skala ratio bisa menerangkan nilai sebenarnya menurut objek yang diukur. Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. Bila dilihat dengan berukuran ratio maka pendapatan pengemudi C merupakan 4 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan D adalah lima kali pendapatan A. Pendapatan C adalah 4/3 kali pendapatan B. Dengan kata lain, ratio antara C serta A adalah 4 : 1, ratio antara D dan A merupakan lima : 1, sedangkan rasio antara C serta B adalah 4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A dan C adalah 30.000. Dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh lainnya adalah berat badan bayi yg diukur dengan skala ratio. Bayi A mempunyai berat tiga Kg. Bayi B mempunyai berat 2 Kg serta bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur menggunakan skala Ratio, maka bayi A mempunyai ratio berat badan tiga kali menurut berat badan bayi C. Bayi B memiliki ratio berat badan dua kali dari berat badan bayi C, dan bayi C memiliki ratio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A, dst. Dari output pengukuran menggunakan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data ratio. 

B. JENIS-JENIS METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Dalam proses pengumpulan data tentu dibutuhkan sebuah indera atau instrument pengumpul data. Arti konsep instrument dalam penelitian adalah indera ukur, yaitu dengan instrument penelitian ini bisa dikumpulkan data menjadi alat buat menyatakan besaran atau persentase dan lebih kurangnya pada bentuk kualitatif dan kuantitatif. Sehingga menggunakan memakai instrument yg digunakan tersebut berguna sebagai alat, baik buat mengumpulkan data juga bagi pengukurannya. Sebelum tetapkan pemilihan dan penyusunan instrument perlu diperhatikan mengenai validitas dan reliabilitas instrument yang digunakan. Sebab dikhawatirkan terjadinya penggunaan instrument yg tidak valid serta tidak reliable, buat itu perlu diketahui validitas serta reliabilitas suatu instrument terlebih dahulu. Alat pengumpul data dapat dilakukan dengan memakai metode test serta metode non test.

Langkah-langkah yg perlu dilakukan dalam proses pengumpulan data merupakan menjadi berikut :
a. Peneliti harus mengetahui dimana, bagaimana data itu diperoleh. Hal ini sudah terpikirkan sewaktu peneliti melihat variable-variabel yang terdapat dalam perkara serta hipotesa penelitian.
b. Menyusun instrument sebagai alat buat mengumpulkan data tadi, serta sudah memutuskan data mana yg betul-benar diharapkan dan data mana yg perlu diabaikan. Semuanya telah disusun oleh peneliti dalam instrument yang digunakan.
c. Sudah memikirkan siapa-siapa yang jadi responden peneliti dan bagaimana cara menghubunginya dan siapa-siapa yang bisa membantu peneliti dalam mengembangkan kuosioner atau instrument tadi.
d. Orang yg membantu mengumpulkan data ini apakah telah dipersiapkan dengan pengetahuan untuk itu atau menggunakan kata lain apakan peneliti telah melatih atau memberi petunjuk dalam melakukan tugasnya. Apabila instrument peneliti adalah wawancara maka apakah pembantu peneliti ini sudah dibekali dengan cara-cara yang baik buat berwawancara menggunakan responden.
e. Apakah birokrasi yg perlu ditembus telah kita persiapkan dengan adanya surat-surat izin untuk meneliti seseorang atau instansi tertentu.
f. Apabila semuanya sudah dilakukan peneliti bertanya berapa jumlah data yang dibutuhkan. Apakah tidak mungkin terjadinya kekurangan jumlah yg peneliti inginkan karena terdapat instrument waktu pengisian tidak lengkap, nir paripurna serta yang hilang, dan sebagainya. Untuk dapatnya data sesuai menggunakan yang diinginkan maka diharapkan supaya peneliti memperkirakan kerusakan contohnya 10%. Untuk itu sebelum dijalankan sengaja kita tambahkan jumlahnya dengan 10% yang diperkirakan akan berkurang.
g. Setelah semua teknisnya dipenuhi, maka yang tidak kalah pentingnya merupakan biaya transportasi untuk mengumpulkan data tadi. Karena kadang kala seorang wajib berkali-kali menemui seseorang utnuk wawancara atau untuk mengisi instrument yang dipakai. Oleh karenanya dalam suatu proposal, peneliti umumnya sudah dapat memperkirakan berapa porto yang dibutuhkan buat biaya transportasi tadi di samping porto lainnya.

Untuk beberapa metode, kata bagi instrumentnya memang sama menggunakan metodenya, yaitu :
1) Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes.
2) Instrumen buat metode angket atau kuosioner adalah angket atau kuosioner.
3) Instrumen untuk metode observasi adalah check-list.
4) Instrumen buat metode dokumentasi merupakan panduan dokumentasi atau bisa juga check list.

Untuk lebih jelasnya, maka akan dibahas metode dan instrument pengumpulan data satu per satu.

a. Pengumpulan data dengan Metode Tes
Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta indera lain yang digunakan buat mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang di miliki sang individu atau grup. Dalam mengungkapkan tes ini akan disampaikan sekaligus alat ukur lain yang sifatnya terstandar. Ditinjau berdasarkan target atau objek yanga kan dinilai, maka dibedakan adanya beberapa macam tes dan alat ukur lain. 

1. Tes kepribadian atau personality tes
Yaitu tes yg dipakai buat mengungkap kepribadian seorang. Yang diukur bisa self konsep, kreativitas, disiplin, kemampuan spesifik, dsb.

2. Tes bakat atau aptitude tes
Yaitu tes yg digunakan buat mengukur atau mengetahui bakat seorang. 

3. Tes intelegensi 
Yaitu tes yg dipakai buat mengadakan estimasi atau asumsi terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara menaruh tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya. 

4. Tes perilaku atau attitude tes
Yaitu indera yg dipakai buat mengadakan pengukuran terhadap banyak sekali sikap seorang. 

5. Tes minat
Yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu. 

6. Tes prestasi atau achievement tes
Yaitu tes yg dipakai buat mengukur pencapaian seseorang sehabis mengusut sesuatu. Berbeda menggunakan yg lain-lain sebelum ini, tes prestasi diberikan sehabis orang yang dimaksud mengusut hal-hal sesuai dengan apa yg akan pada teskan. 

Dalam memakai metode tes, peneliti menggunakan instrument berupa tes, atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari poly buah tes (item) yang masing-masing mengukur satu jenis variabel.

b. Pengumpulan data menggunakan metode non tes
Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya apabila dipadukan dengan data-data yg dihasilkan dengan menggunakan tehnik yg tidak sinkron, berikut tersaji indera pengumpul data dalam bentuk non tes.

1. Angket atau kuesioner
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis dalam seorang atau sekumpulan orang buat menerima jawaban atau tanggapan dan informasi yg dibutuhkan sang peneliti. Kuesioner lebih baik digunakan buat mengumpulkan data atau warta daripada teknik wawancara, karena dalam wawancara peneliti harus mengadakan hubungan pribadi. Pertemuan langsung antara responden dengan peneliti ini memerlukan saat yg poly, apalagi apabila wajib menghubungi ratusan orang. Wawancara harus dilakukan sang orang yang mahir dalam hubungan personal serta nir mampu dilakukan sang seluruh orang. Sedangkan menggunakan berita umum dapat dilakukan sang banyak orang buat mengantar serta menjemput informasi lapangan tersebut setelah diisi oleh responden dan bisa pula dilakukan sang peneliti secara masal dalam suatu kelas tehadap siswa-anak didik atau mahasiswa pada waktu yang singkat. Kuesioner mampu disusun dibelakang meja menggunakan tenang serta bisa direvisi setiap saat jika terjadi kesalahan. Kuesioner bisa pula dilakukan pngirimanya melalui kantor pos serta pengembaliannya bisa melalui tempat kerja pos tadi.

Bentuk berita umum bisa pula berstruktur dab nir berstruktur seperti pada persiapan wawancara, isinya sangat tergantung berdasarkan kebutuhan peneliti. Dalam menyusun survey supaya lebih tepat sasarannya dan lebih gampang dalam menganalisisnya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Mardalis:1989) :
1. Kuesioner disusun sejelas mungkin, buat menghindari galat tafsir dari responden yg bervariasi.
2. Diusahakan pertanyaannya sesingkat mungkin dan jangan berbeli-belit.
3. Setelah terselesaikan disusun, sebelm diedarkan untuk kegiatan yang sebenarnya. Sebaiknya dilakukan uji coba dulu terhadap sebagaian responden lalu dianalisa serta bila ditemui kelemahan dan keuranan perlu dilakukan revisi.
4. Kalimat pada pertanyaan disusun yang bisa dimengerti serta diapahami sang setiap responden ( peneliti harus tau terlebih dahulu, bagaimana perkiraan jawaban responden).
5. Alternative jawaban yg dikendaji dibuat selengkap mungkin. Misalnya, jika dikatakan alat tulis, apakah pensil, boolpoin, dll).
6. Hindari pertanyaan yg merendah atau menyinggung perasaan responden.
7. Setelah survey dibuat peneliti mestinya sudah mengetahui bagaimana cara menghitung atau analisanya nanti. 

Dalam penyusunan instrument umumnya atau survey bertitik tolak berdasarkan variable yang dikemukakan pada hipotesa atau kasus penelitian, dari sana lalu baru dijabarkan kedalam item-item serta dimensi-dimensi pertanyaan. Jangan sampai mengajukan dan menciptakan pertanyaan yang tidak ada kaitanya dengan kasus yang sedang ditelitikarena akan merugikan dan tidak terdapat gunanya.

Kuesioner bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung dalam sudut pandangan :

a. Dipandang menurut cara menjawab, maka terdapat :
1. Kuesioner terbuka, yang member kesempatan kepad responden untuk menjawab menggunakan kalimatnya sendiri.
2. Kuesioner tertutup, yg sudah disediakan jawabannya sebagai akibatnya responden tinggal memilih.

b. Dipandang dari jawaban yg diberikan, yaitu:
1. Kuesioner pribadi, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
2. Kuesioner nir eksklusif, yaitu apabila responden menjawab mengenai orang lain.

c. Dipandang berdasarkan bentuknya, yaitu :
1. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud merupakan sama menggunakan kuesioner tertutup.
2. Kuesioner isian, yg dimaksud merupakan kuesioner terbuka.
3. Check List, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan pertanda cek pada kolom yang sesuai.
4. Rating-Scale (Skala Bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yg diikuti sang kolom-kolom yang memberitahuakn tingkatan-tingkatan. Misalnya mulai menurut sangat putusan bulat sampai sangat tidak setuju

Keuntungan Kuesioner :
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
3. Dapat dijawab oleh responden berdasarkan kecepatannya masing-masing, serta dari ketika senggang responden.
4. Dapat dibentuk anonym, sehingga responden bebas amanah dan nir malu-memalukan menjawab.
5. Dapat dibentuk terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang sahih-sahih sama.

Kelemahan Kuesioner :
1. Responden tak jarang tidak teliti dalam menjawab sebagai akibatnya ada pertanyaan yg terlewati nir dijawab, pdahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.
2. Sering kali sukar dicari validitasnya.
3. Walaupun dibentuk anonym, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yg nir betul atau tidak jujur.
4. Sering kali tidak kembali, terutama apabila dikirim lewat pos.
5. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu usang sebagai akibatnya terlambat.

Contoh Angket :
a. Bentuk Skala Liert
Bentuk ini dipakai apabila peneliti menginginkan data tentang pendapat responden mengenai masalah yg diteliti. Bentuk ini dapat dilakukan buat penilaian kuantitatif terhadap holistik atau setiap responden. Cara ini menggunakan memutuskan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item atau sub item yg ditetapkan, pertanyaannya berbentuk positif atau negative. 

2. Interview (Wawancara)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yg dipakai peneliti buat menerima warta-warta mulut melalui bercakap-cakap serta berhadap-hadapan mika dengan orang yang dapat menaruh berita dalam sipeneliti. Wawancara ini bisa dipakai untuk melengkapi data yg diperoleh melalui observasi. Apabila peneliti akan menggunakan teknik wawancara dalam penelitiannya perlu diketahui terlebih dulu: target, maksud, dan masalah apa yang diperlukan sipeneliti sebab dalam suatu wawancara bisa diperoleh berita yg berlainana dan terdapat kalanya tidak sesuai menggunakan maksud si peneliti. 

Secara fisik, interview bisa dibedakan atas interview terstruktur serta nir terstruktur. Seperti halnya kuesioner, interview terstruktur terdiri berdasarkan serenteten pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan tanda cek (√) dalam pilihan jawaban yang sudah disiapkan. Interview terstandar kadang-kadang disembunyikan oleh pewawancara, akan tetapi tidak jua diperlihatkan kepada responden, bahkan respondenlah yg dipersilahkan menaruh pertanda.

Ditinjau dari pelaksanaannya, maka dibedakan atas :
a. Interview Bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja namun pula mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya pewawancara tidak membawa pedoman apa yang akan ditanyakan. Kebaikan metode ini merupakan bahwa responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa beliau sedang diinterview. Kelemahannya adalah arah pertanyaan kadang-kadang kurang terkendali.
b. Interview Terpimpin (Guided Interview), yaitu interview yg dilakukan sang pewawancara menggunakan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan jelas seperti yang dimaksud pada interview terstruktur.
c. Interview Bebas Terpimpin, kombinasi antara interview bebas serta terpimpin. Dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis akbar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. 

Menginterview bukanlah pekerjaan yg gampang. Dalam hal ini pewawancara harus bisa membangun suasana kalem namun serius. Artinya bahwa interview dilakukan dengan benar-benar-benar-benar, tidak main-main, namun tidak kaku. Suasana ini krusial dijaga supaya responden mau menjawab apa saja yg dikehendaki sang pewawancara secara amanah.oleh karena sulitnya pekerjaan ini, maka perlu adanya pelatihan bagi pewawancara. Sebagai instrument interview adalah interview guide atau panduan wawancara.

Waktu mempersiapkan wawancara menggunakan responden perlu diperhatikan hal-hal berikut (Mardalis:1989):
a. Responden yg akan diwawancarai sebaiknya diseleksi supaya sesuai dengan data yg dibutuhkan.
b. Waktu berwawancara sedapatnya dilakukan sinkron dengan kesediaan responden.
c. Permulaan wawancara usahakan peneliti memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan wawancara yg dilakukan.
d. Ketika bewawancara, peneliti sebaiknya berlaku misalnya orang ingin memahami dan belajar menurut responden serta jangan seperti orang menggurui terhadap responden. Hal ini krusial buat kelancaran wawancara.
e. Jangan sampai ada pertanyaan-pertanyaan yg nir diinginkan oleh responden.
f. Peneliti usahakan menunjukkan perhatian penuh terhadap pembicaraan responden. Jika terjadi pengalihan pembicaraan oleh responden peneliti dengan hati-hati meluruskannya ke sasaran pokok.
g. Melakukan penutupan pembicaraan dengan ucapan terima kasih.

3. Observasi
Observasi acapkali kali diartikan menjadi suatu arti yang sempit, yakni memperhatiakn sesuatu memakai mata. Di dalam pengertian psikologig, observasi atau yg diklaim menggunakan pengamatan, meliputi aktivitas penguatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan memakai seluruh alat indera. Jadi, mengobservasi bisa dilakukan melalui penglihatan, penciuman, telinga, raba, serta pengecap. Apa yg dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan pribadi. Di pada artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, informasi lapangan, rekaman gambar, rekaman suara. 

Jika diperhatikan lebih lanjut, observasi atau pengamatan ini dapat dibedakan sebagai dua observasi, yaitu :

a. Observasi Partisipasi
Dalam melakukan observasi partisipasi pengamat ikut terlibat pada kegiatan yang sedang diamatinya atau bisa dikatakan si pengamat ikut dan menjadi pemain. Pengamat mengamati sembari iktu berperan pada aktivitas tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam observasi partisipasi ini adalah supaya si pengamat nir lupa tugas pokoknya, yaitu mengamati dan mencari data.

b. Observasi Simulasi
Diharapkan pengamat dapat mensimulasikan keinginannya dalam responden yang dituju sehingga responden dapat memenuhi keinginan pengamat yg membutuhkan liputan atau data berdasarkan responden. 

Observasi dapat dilakukan dengan 2 cara yang kemudian digunakan buat menyebut jenis observasi yaitu:
a. Observasi non sistematis, yg dilakukan sang pengamat menggunakan tidak menggunakan instrument pengamatan. 
b. Observasi sistematis, yang dilakukan sang pengamat menggunakan menggunakan pedoman menjadi instrument pengamatan. 

Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, pengamat hanya memberikan indikasi dalam kolom tempat peristiwa timbul itulah sebabnya maka cara bekerja seperti ini dianggap dengan sistem pertanda ( sign system).

Sign system dipakai sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret sinkron pengajaran sebagai sebuah potret selintas (snap shot). Instrument tadi berisi sederetan sub_variable contohnya: pengajar memperlihatkan, guru menulis dipapan tulis, pengajar bertanya dalam grup, guru menjawab, murid bertanya, dll. Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu contohnya lima mnt, seluruh insiden yg timbul di cek. Kejadian yang muncul lebih dari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoleh gambar tentang apa peristiwa yg timbul dalam situasi pengajaran. 

Dalam hal ini pengamat nir dapat memperhatikan variable yang terlalu banyak. Dengan demikian pada akhir pengamatan bisa disimpulkan di kelas mana partisipasi murid terjadi paling akbar.

4. Skala bertingkat (Rating) atau Rating Scale 
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yg dibuat berskala. Walaupun bertingkat ini mengahasilkan data yang kasar, tetapi cukup menaruh fakta. Instrumen ini dapat menggunakan mudah memberikan citra penampilan, terutama penampilan di pada orang menjalankan tugas, yang menerangkan frekuensi keluarnya sifat-sifat.

Rating-scale harus diinterpretasikan secara hati-hati karena disamping membuat gambaran yg kasar juga jawaban responden nir begitu saja gampang dipercaya. Sehubungan menggunakan ini Bregman serta Siegel pada Arikunto:2006 mendaftar hal-hal yang mempengaruhi ketidakjujuran jawaban responden yaitu: 
a). Persahabatan, 
b). Kecepatan mengira, 
c). Cepat menetapkan, 
d). Jawaban kesan pertama, 
e). Penampilan instrument, 
f). Prasangka.

Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih variable skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden. Misalnya seorang guru ditanya mengenai jam kehadiran dan kepulangan kepala sekolah. Dia nir akan menjawab jika beliau sendiri selalu datang siang serta pulang awal.

5. Dokumentasi
Dokumentasi, dari dari ucapnya dokumen, yang adalah barang-barang tertulis. Di pada melaksanakan metode dokumentasi, peneliti memeriksa benda-benda tertulis seperti buku-kitab , majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dsb.

Dengan memakai serentetan kotak-kotak seperti ini dalam waktu mengumpulkan data melalui catatan-catatan yg memperlihatkan keadaan karyawan atau pegawai yang sebagai subjek penelitian memberikan tanda centang dalam kotak yang sesuai. Untuk merekam data berdasarkan beberapa orang karyawan, peneliti dapat menderetkan nama-nama subjek dibawah kotak-kotak tadi yg pada setiap aspek dijadikan sebagai judul table.

a. Check list, yaitu daftar variabel yg akan dikimpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan pertanda atau tally setiap pemunculan data yang dimaksud.

Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yg berwujud goresan pena saja, tetapi bisa berupa benda-benda peninggalan misalnya prasasti serta symbol-simbol. Metode dokumentasi ini dapat adalah metode primer apabila peneliti melakukan pendekatan analisis isi . Buat penelitian dengan pendekatan lain pun metode dokumentasi jua memiliki kedudukan penting. Apabila peneliti memang cermat serta mencari bukti-bukti berdasarkan landasan aturan dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan metode dokumentasi menjadi nir terhindarkan. 

PENGERTIAN DAN FANFAAT DATA

Pengertian Dan Fanfaat Data 
Ada poly pengertian tentang data, secara sederhana data dapat diartikan sebagai berita mengenai sesuatu (www.ketut.web.id). Menurut Vercellis,(2009:6) pada risyana.wordpress.com, data menggambarkan sebuah representasi kabar yang tersusun secara terstruktur, menggunakan kata lain bahwa “Generally, data represent a structured codification of single primary entities, as well as of transactions involving two or more primary entities .” Sedangkan dari Wawan dan Munir (2006:1) dalam risyana.wordpress.com bahwa “Data merupakan nilai yang merepresantasikan deskripsi menurut suatu objek atau insiden.”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, data merupakan fakta yang benar dan nyata. Data pula bisa diartikan menjadi sesuatu yang digunakan atau diperlukan dalam penelitian menggunakan menggunakan parameter tertentu yang telah dipengaruhi (Priyatno:2008). Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa data merupakan suatu objek, insiden, atau liputan yg terdokumentasikan dengan mempunyai kodifikasi terstruktur buat suatu atau beberapa entitas. 

A. JENIS-JENIS DATA
Dalam sebuah penelitian, terdapat 2 macam jenis data (Priyatno:2008), yaitu :

1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yg dinyatakan pada bentuk bukan angka, tetapi berbentuk istilah, kalimat, gambar, atau bagan.

2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yg dinyatakan pada bentuk angka. Tipe-tipe data kuantitatif merupakan menjadi berikut :

a. Data Nominal
Data nominal merupakan ukuran yg paling sederhana, dimana angka yang diberikan pada objek memiliki arti sebagai label saja, dan tidak memberitahuakn tingkatan apapun (Moh. Nazir.2003). 

Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama. Data nominal merupakan data kontinum serta nir mempunyai urutan. Bila objek dikelompokkan ke pada set-set, serta kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tadi tidak boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket serta renang. Kemudian masing-masing anggota set pada atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (dua) serta renang (tiga). Jelas kelihatan bahwa nomor yg diberikan tidak memberitahuakn bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi berdasarkan tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi berdasarkan tenis. Angka tersebut nir memberikan arti apa-apa bila dibubuhi. Angka yg diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. 

b. Data Ordinal
Bagian lain dati data kontimun adalah data ordinal. Data ini selain memiliki nama (atribut) jua mempunyai peringkat atau urutan. Angka yg diberikan mengandung tingkatan. Ini dipakai buat mengurutkan objek menurut yg paling rendah sampai paling tinggi atau kebalikannya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya menaruh peringkat saja. Jika kita mempunyai sebuah set objek yg dinomori, menurut 1 sampai n, contohnya peringkat 1, dua, 3, 4, lima dan seterusnya, apabila dinyatakan pada skala, maka jeda antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan mempunyai urutan mulai berdasarkan yg paling tinggi hingga paling rendah. Atau paling baik hingga ke yang paling jelek. Misalnya pada skala Likert (Moh Nazir.2003), mulai menurut sangat setuju, putusan bulat, ragu-ragu, tidak sepakat hingga sangat nir putusan bulat. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan warga buat menghadiri kedap generik pemilihan kepala daerah, mulai berdasarkan tidak pernah absen menghadiri, dengan kode lima, kadang-kadang saja menghadiri, menggunakan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, nir pernah menghadiri, dengan kode 2 hingga tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari hasil pengukuran dengan memakai skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal.

c. Data Interval
Pemberian nomor kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat berukuran ordinal serta ditambah satu sifat lain, yakni jeda yg sama dalam pengukuran dinamakan data interval. Data ini memberitahuakn jeda yg sama dari karakteristik atau sifat objek yg diukur. Akan namun ukuran interval nir memberikan jumlah mutlak dari objek yg diatur. Data yang diperoleh berdasarkan output pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval. Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F diukur menggunakan ukuran interval dalam skala prestasi menggunakan berukuran 1, 2, tiga, 4, lima, dan 6, maka bisa dikatakan bahwa beda prestasi antara C dan A adalah tiga – 1 = 2. Beda prestasi antara C serta F merupakan 6 – 3 = tiga. Akan tetapi nir sanggup dikatakan bahwa prestasi E merupakan lima kali prestasi A ataupun prestasi F merupakan 3 kali lebih baik dari prestasi B. Dari output pengukuran menggunakan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval.

d. Data Rasio
Data rasio merupakan data yg memiliki rentang nilai 0 dan plus serta minus berdasarkan semua nomor (Muhajir, 2007). Ukuran ratio dapat dibentuk perkalian ataupun pembagian. Angka dalam skala ratio bisa menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yg diukur. Apabila terdapat 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. Bila dipandang dengan ukuran ratio maka pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan D adalah lima kali pendapatan A. Pendapatan C merupakan 4/3 kali pendapatan B. Dengan istilah lain, ratio antara C dan A adalah 4 : 1, ratio antara D dan A adalah lima : 1, sedangkan rasio antara C dan B merupakan 4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A serta C merupakan 30.000. Dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh lainnya merupakan berat badan bayi yg diukur dengan skala ratio. Bayi A mempunyai berat 3 Kg. Bayi B memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur menggunakan skala Ratio, maka bayi A mempunyai ratio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C. Bayi B mempunyai ratio berat badan dua kali menurut berat badan bayi C, dan bayi C mempunyai ratio berat badan 1/3 kali berat badan bayi A, dst. Dari output pengukuran menggunakan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data ratio. 

B. JENIS-JENIS METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Dalam proses pengumpulan data tentu diharapkan sebuah indera atau instrument pengumpul data. Arti konsep instrument dalam penelitian adalah indera ukur, yaitu menggunakan instrument penelitian ini dapat dikumpulkan data sebagai indera buat menyatakan besaran atau persentase serta lebih kurangnya dalam bentuk kualitatif serta kuantitatif. Sehingga menggunakan memakai instrument yg dipakai tersebut berguna sebagai alat, baik buat mengumpulkan data juga bagi pengukurannya. Sebelum tetapkan pemilihan serta penyusunan instrument perlu diperhatikan mengenai validitas serta reliabilitas instrument yg digunakan. Sebab dikhawatirkan terjadinya penggunaan instrument yang tidak valid dan nir reliable, buat itu perlu diketahui validitas serta reliabilitas suatu instrument terlebih dahulu. Alat pengumpul data dapat dilakukan dengan menggunakan metode test serta metode non test.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan pada proses pengumpulan data adalah menjadi berikut :
a. Peneliti wajib mengetahui dimana, bagaimana data itu diperoleh. Hal ini telah terpikirkan sewaktu peneliti melihat variable-variabel yg terdapat pada kasus serta hipotesa penelitian.
b. Menyusun instrument sebagai indera buat mengumpulkan data tersebut, dan telah memutuskan data mana yg benar -benar dibutuhkan serta data mana yang perlu diabaikan. Semuanya sudah disusun oleh peneliti dalam instrument yg digunakan.
c. Sudah memikirkan siapa-siapa yang jadi responden peneliti dan bagaimana cara menghubunginya serta siapa-siapa yang dapat membantu peneliti pada membuatkan kuosioner atau instrument tersebut.
d. Orang yang membantu mengumpulkan data ini apakah sudah dipersiapkan dengan pengetahuan buat itu atau dengan kata lain apakan peneliti telah melatih atau memberi petunjuk dalam melakukan tugasnya. Apabila instrument peneliti merupakan wawancara maka apakah pembantu peneliti ini sudah dibekali dengan cara-cara yg baik buat berwawancara menggunakan responden.
e. Apakah birokrasi yg perlu ditembus telah kita persiapkan menggunakan adanya surat-surat biar buat meneliti seseorang atau instansi tertentu.
f. Jika semuanya telah dilakukan peneliti bertanya berapa jumlah data yang dibutuhkan. Apakah tidak mungkin terjadinya kekurangan jumlah yang peneliti inginkan lantaran ada instrument saat pengisian tidak lengkap, tidak sempurna serta yang hilang, dan sebagainya. Untuk dapatnya data sesuai menggunakan yg diinginkan maka dibutuhkan supaya peneliti memperkirakan kerusakan misalnya 10%. Untuk itu sebelum dijalankan sengaja kita tambahkan jumlahnya dengan 10% yg diperkirakan akan berkurang.
g. Setelah seluruh teknisnya dipenuhi, maka yg tidak kalah pentingnya merupakan biaya transportasi buat mengumpulkan data tersebut. Karena kadang kala seorang harus berkali-kali menemui seorang utnuk wawancara atau buat mengisi instrument yang digunakan. Oleh karenanya dalam suatu proposal, peneliti umumnya sudah bisa memperkirakan berapa porto yang dibutuhkan buat biaya transportasi tadi pada samping porto lainnya.

Untuk beberapa metode, kata bagi instrumentnya memang sama menggunakan metodenya, yaitu :
1) Instrumen buat metode tes merupakan tes atau soal tes.
2) Instrumen buat metode angket atau kuosioner merupakan angket atau kuosioner.
3) Instrumen buat metode observasi merupakan check-list.
4) Instrumen buat metode dokumentasi adalah panduan dokumentasi atau bisa juga check list.

Untuk detail, maka akan dibahas metode serta instrument pengumpulan data satu per satu.

a. Pengumpulan data dengan Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan dan indera lain yg digunakan buat mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang pada miliki oleh individu atau grup. Dalam menyampaikan tes ini akan disampaikan sekaligus indera ukur lain yg sifatnya terstandar. Ditinjau berdasarkan target atau objek yanga kan dievaluasi, maka dibedakan adanya beberapa macam tes dan alat ukur lain. 

1. Tes kepribadian atau personality tes
Yaitu tes yang dipakai buat mengungkap kepribadian seorang. Yang diukur bisa self konsep, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dsb.

2. Tes bakat atau aptitude tes
Yaitu tes yg dipakai buat mengukur atau mengetahui bakat seseorang. 

3. Tes intelegensi 
Yaitu tes yg dipakai buat mengadakan perkiraan atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang menggunakan cara memberikan tugas pada orang yang akan diukur intelegensinya. 

4. Tes perilaku atau attitude tes
Yaitu indera yg digunakan buat mengadakan pengukuran terhadap aneka macam perilaku seorang. 

5. Tes minat
Yaitu indera buat menggali minat seorang terhadap sesuatu. 

6. Tes prestasi atau achievement tes
Yaitu tes yg dipakai buat mengukur pencapaian seorang sehabis mempelajari sesuatu. Berbeda dengan yg lain-lain sebelum ini, tes prestasi diberikan sehabis orang yg dimaksud mengusut hal-hal sinkron menggunakan apa yang akan di teskan. 

Dalam memakai metode tes, peneliti menggunakan instrument berupa tes, atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari banyak butir tes (item) yg masing-masing mengukur satu jenis variabel.

b. Pengumpulan data dengan metode non tes
Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya apabila dipadukan menggunakan data-data yg dihasilkan dengan menggunakan tehnik yang berbeda, berikut disajikan alat pengumpul data dalam bentuk non tes.

1. Angket atau kuesioner
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yg berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis dalam seseorang atau sekumpulan orang untuk menerima jawaban atau tanggapan dan informasi yg diharapkan sang peneliti. Kuesioner lebih baik dipakai buat mengumpulkan data atau berita daripada teknik wawancara, karena dalam wawancara peneliti harus mengadakan hubungan pribadi. Pertemuan pribadi antara responden menggunakan peneliti ini memerlukan waktu yg banyak, apalagi jika harus menghubungi ratusan orang. Wawancara wajib dilakukan sang orang yg mahir dalam hubungan personal dan nir bisa dilakukan oleh semua orang. Sedangkan memakai informasi lapangan bisa dilakukan oleh poly orang untuk mengantar dan menjemput informasi lapangan tersebut selesainya diisi oleh responden dan dapat pula dilakukan oleh peneliti secara masal pada suatu kelas tehadap anak didik-murid atau mahasiswa dalam saat yang singkat. Kuesioner mampu disusun dibelakang meja menggunakan hening serta dapat direvisi setiap ketika jika terjadi kesalahan. Kuesioner dapat jua dilakukan pngirimanya melalui tempat kerja pos dan pengembaliannya dapat melalui tempat kerja pos tersebut.

Bentuk informasi lapangan bisa jua berstruktur dab nir berstruktur seperti dalam persiapan wawancara, isinya sangat tergantung berdasarkan kebutuhan peneliti. Dalam menyusun berita umum agar lebih tepat sasarannya serta lebih mudah dalam menganalisisnya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Mardalis:1989) :
1. Kuesioner disusun sejelas mungkin, buat menghindari keliru tafsir berdasarkan responden yang bervariasi.
2. Diusahakan pertanyaannya sesingkat mungkin dan jangan berbeli-belit.
3. Setelah terselesaikan disusun, sebelm diedarkan buat kegiatan yang sebenarnya. Sebaiknya dilakukan uji coba dulu terhadap sebagaian responden lalu dianalisa serta apabila ditemui kelemahan serta keuranan perlu dilakukan revisi.
4. Kalimat pada pertanyaan disusun yg dapat dimengerti serta diapahami sang setiap responden ( peneliti wajib tau terlebih dahulu, bagaimana asumsi jawaban responden).
5. Alternative jawaban yg dikendaji dibentuk selengkap mungkin. Misalnya, jika dikatakan alat tulis, apakah pensil, boolpoin, dll).
6. Hindari pertanyaan yg merendah atau menyinggung perasaan responden.
7. Setelah berita umum dibuat peneliti mestinya telah mengetahui bagaimana cara menghitung atau analisanya nanti. 

Dalam penyusunan instrument umumnya atau survey bertitik tolak menurut variable yang dikemukakan pada hipotesa atau masalah penelitian, menurut sana lalu baru dijabarkan kedalam item-item serta dimensi-dimensi pertanyaan. Jangan hingga mengajukan serta membuat pertanyaan yang nir ada kaitanya dengan kasus yg sedang ditelitikarena akan merugikan serta tidak ada gunanya.

Kuesioner dapat dibedakan sebagai beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangan :

a. Dipandang dari cara menjawab, maka terdapat :
1. Kuesioner terbuka, yang member kesempatan kepad responden buat menjawab menggunakan kalimatnya sendiri.
2. Kuesioner tertutup, yg telah disediakan jawabannya sebagai akibatnya responden tinggal memilih.

b. Dipandang menurut jawaban yg diberikan, yaitu:
1. Kuesioner pribadi, yaitu responden menjawab mengenai dirinya.
2. Kuesioner tidak langsung, yaitu bila responden menjawab tentang orang lain.

c. Dipandang menurut bentuknya, yaitu :
1. Kuesioner pilihan ganda, yg dimaksud merupakan sama menggunakan survey tertutup.
2. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah informasi lapangan terbuka.
3. Check List, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda cek pada kolom yang sinkron.
4. Rating-Scale (Skala Bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti sang kolom-kolom yg memperlihatkan tingkatan-strata. Misalnya mulai berdasarkan sangat setuju sampai sangat nir setuju

Keuntungan Kuesioner :
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada poly responden.
3. Dapat dijawab sang responden dari kecepatannya masing-masing, serta menurut saat senggang responden.
4. Dapat dibuat anonym, sebagai akibatnya responden bebas jujur dan tidak memalukan-memalukan menjawab.
5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden bisa diberi pertanyaan yg benar-benar sama.

Kelemahan Kuesioner :
1. Responden acapkali tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yg terlewati tidak dijawab, pdahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.
2. Sering kali sukar dicari validitasnya.
3. Walaupun dibentuk anonym, kadang-kadang responden menggunakan sengaja menaruh jawaban yg tidak betul atau nir jujur.
4. Sering kali nir balik , terutama bila dikirim lewat pos.
5. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yg terlalu usang sehingga terlambat.

Contoh Angket :
a. Bentuk Skala Liert
Bentuk ini dipakai apabila peneliti menginginkan data mengenai pendapat responden mengenai masalah yg diteliti. Bentuk ini bisa dilakukan untuk evaluasi kuantitatif terhadap keseluruhan atau setiap responden. Cara ini menggunakan tetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item atau sub item yang ditetapkan, pertanyaannya berbentuk positif atau negative. 

2. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yg digunakan peneliti buat menerima keterangan-kabar lisan melalui bercakap-cakap serta berhadap-hadapan mika dengan orang yg dapat memberikan informasi pada sipeneliti. Wawancara ini bisa dipakai buat melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Apabila peneliti akan memakai teknik wawancara pada penelitiannya perlu diketahui terlebih dulu: target, maksud, serta masalah apa yg dibutuhkan sipeneliti karena dalam suatu wawancara dapat diperoleh warta yang berlainana serta terdapat kalanya tidak sinkron menggunakan maksud si peneliti. 

Secara fisik, interview bisa dibedakan atas interview terstruktur serta nir terstruktur. Seperti halnya kuesioner, interview terstruktur terdiri dari serenteten pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan indikasi cek (√) dalam pilihan jawaban yang sudah disiapkan. Interview terstandar kadang-kadang disembunyikan oleh pewawancara, akan tetapi tidak juga diperlihatkan kepada responden, bahkan respondenlah yg dipersilahkan memberikan tanda.

Ditinjau berdasarkan pelaksanaannya, maka dibedakan atas :
a. Interview Bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya pewawancara tidak membawa pedoman apa yang akan ditanyakan. Kebaikan metode ini merupakan bahwa responden nir menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diinterview. Kelemahannya merupakan arah pertanyaan kadang-kadang kurang terkendali.
b. Interview Terpimpin (Guided Interview), yaitu interview yg dilakukan sang pewawancara menggunakan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terang misalnya yang dimaksud pada interview terstruktur.
c. Interview Bebas Terpimpin, kombinasi antara interview bebas serta terpimpin. Dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa panduan yang hanya adalah garis akbar mengenai hal-hal yg akan ditanyakan. 

Menginterview bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam hal ini pewawancara harus bisa membentuk suasana santai namun berfokus. Artinya bahwa interview dilakukan dengan sungguh-sungguh, nir main-main, namun nir kaku. Suasana ini penting dijaga supaya responden mau menjawab apa saja yang dikehendaki oleh pewawancara secara jujur.sang karena sulitnya pekerjaan ini, maka perlu adanya pembinaan bagi pewawancara. Sebagai instrument interview adalah interview guide atau pedoman wawancara.

Waktu mempersiapkan wawancara menggunakan responden perlu diperhatikan hal-hal berikut (Mardalis:1989):
a. Responden yang akan diwawancarai usahakan diseleksi agar sinkron dengan data yg dibutuhkan.
b. Waktu berwawancara sedapatnya dilakukan sinkron menggunakan kesediaan responden.
c. Permulaan wawancara usahakan peneliti memperkenalkan diri dan menyebutkan maksud serta tujuan wawancara yang dilakukan.
d. Ketika bewawancara, peneliti sebaiknya berlaku seperti orang ingin memahami dan belajar berdasarkan responden serta jangan seperti orang menggurui terhadap responden. Hal ini penting buat kelancaran wawancara.
e. Jangan sampai ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak diinginkan sang responden.
f. Peneliti sebaiknya menunjukkan perhatian penuh terhadap pembicaraan responden. Jika terjadi pengalihan pembicaraan oleh responden peneliti menggunakan hati-hati meluruskannya ke target utama.
g. Melakukan penutupan pembicaraan dengan ucapan terima kasih.

3. Observasi
Observasi sering kali diartikan sebagai suatu arti yg sempit, yakni memperhatiakn sesuatu memakai mata. Di pada pengertian psikologig, observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan penguatan perhatian terhadap sesuatu objek menggunakan memakai seluruh alat indera. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, indera pendengaran, raba, serta pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan pribadi. Di dalam artian penelitian observasi bisa dilakukan dengan tes, berita umum, rekaman gambar, rekaman suara. 

Jika diperhatikan lebih lanjut, observasi atau pengamatan ini dapat dibedakan sebagai 2 observasi, yaitu :

a. Observasi Partisipasi
Dalam melakukan observasi partisipasi pengamat ikut terlibat dalam aktivitas yang sedang diamatinya atau bisa dikatakan si pengamat ikut serta menjadi pemain. Pengamat mengamati sambil iktu berperan pada aktivitas tadi. Yg perlu diperhatikan pada observasi partisipasi ini adalah agar si pengamat tidak lupa tugas pokoknya, yaitu mengamati serta mencari data.

b. Observasi Simulasi
Diharapkan pengamat bisa mensimulasikan keinginannya pada responden yang dituju sehingga responden dapat memenuhi cita-cita pengamat yang membutuhkan kabar atau data berdasarkan responden. 

Observasi dapat dilakukan menggunakan 2 cara yang kemudian dipakai buat menyebut jenis observasi yaitu:
a. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan. 
b. Observasi sistematis, yang dilakukan sang pengamat dengan memakai panduan sebagai instrument pengamatan. 

Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin ada dan akan diamati. Dalam proses observasi, pengamat hanya menaruh tanda dalam kolom loka insiden muncul itulah sebabnya maka cara bekerja seperti ini diklaim menggunakan sistem pertanda ( sign system).

Sign system dipakai sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran menjadi sebuah potret sesuai pedagogi menjadi sebuah potret selintas (snap shot). Instrument tadi berisi sederetan sub_variable misalnya: guru memberitahuakn, pengajar menulis dipapan tulis, pengajar bertanya dalam gerombolan , pengajar menjawab, anak didik bertanya, dll. Setelah pengamatan pada satu periode eksklusif contohnya 5 mnt, semua insiden yang timbul di cek. Kejadian yang muncul lebih dari satu kali pada satu periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoleh gambar mengenai apa kejadian yg timbul pada situasi pengajaran. 

Dalam hal ini pengamat nir bisa memperhatikan variable yg terlalu poly. Dengan demikian pada akhir pengamatan bisa disimpulkan di kelas mana partisipasi anak didik terjadi paling besar .

4. Skala bertingkat (Rating) atau Rating Scale 
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yg dibuat berskala. Walaupun bertingkat ini mengahasilkan data yang kasar, tetapi relatif menaruh kabar. Instrumen ini bisa menggunakan gampang memberikan citra penampilan, terutama penampilan pada pada orang menjalankan tugas, yang memperlihatkan frekuensi munculnya sifat-sifat.

Rating-scale harus diinterpretasikan secara hati-hati lantaran disamping membentuk gambaran yang kasar jua jawaban responden tidak begitu saja mudah dipercaya. Sehubungan dengan ini Bregman serta Siegel dalam Arikunto:2006 mendaftar hal-hal yang menghipnotis ketidakjujuran jawaban responden yaitu: 
a). Persahabatan, 
b). Kecepatan mengira, 
c). Cepat menetapkan, 
d). Jawaban kesan pertama, 
e). Penampilan instrument, 
f). Prasangka.

Di pada menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih variable skala. Apa yang ditanyakan harus apa yg dapat diamati responden. Misalnya seorang pengajar ditanya mengenai jam kehadiran dan kepulangan kepala sekolah. Dia nir akan menjawab apabila beliau sendiri selalu tiba siang dan pulang awal.

5. Dokumentasi
Dokumentasi, berdasarkan asal pungkasnya dokumen, yg artinya barang-barang tertulis. Di pada melaksanakan metode dokumentasi, peneliti mempelajari benda-benda tertulis misalnya buku-kitab , majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen kedap, catatan harian, dsb.

Dengan memakai serentetan kotak-kotak seperti ini dalam ketika mengumpulkan data melalui catatan-catatan yg menerangkan keadaan karyawan atau pegawai yang sebagai subjek penelitian menaruh indikasi centang pada kotak yg sinkron. Untuk merekam data berdasarkan beberapa orang karyawan, peneliti dapat menderetkan nama-nama subjek dibawah kotak-kotak tadi yg dalam setiap aspek dijadikan menjadi judul table.

a. Check list, yaitu daftar variabel yang akan dikimpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal menaruh indikasi atau tally setiap pemunculan data yg dimaksud.

Dalam pengertian yg lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, namun bisa berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti serta symbol-simbol. Metode dokumentasi ini dapat merupakan metode primer apabila peneliti melakukan pendekatan analisis isi . Buat penelitian menggunakan pendekatan lain pun metode dokumentasi pula memiliki kedudukan penting. Apabila peneliti memang cermat dan mencari bukti-bukti dari landasan aturan dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan metode dokumentasi menjadi tidak terhindarkan. 

PENGEMBANGAN ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

Pengembangan Enterprise Resource Planning
1. Enterprise Resource Planning 
Enterprises Resource Planning (ERP) bertindak menjadi tulang punggung lintas fungsi perusahaan yang mengintegrasikan dan mengotomatisasi banyak proses internal dan sistem informasi dalam fungsi produksi, logistik, distribusi, akuntansi, keuangan dan sumberdaya insan perusahaan (O’Brien, 2005). Konsep ERP dikembangkan dengan latar belakang pemikiran perlunya dilakukan aktivitas pengintegrasian proses secara lintas fungsi pada dalam perusahaan, agar dapat lebih responsif terhadap banyak sekali kebutuhan pelanggan atau “customer”. Aplikasi ERP merupakan suatu paket piranti lunak (aplikasi) yang bisa memenuhi kebutuhan suatu perusahaan dalam mengintegrasikan keseluruhan aktivitasnya, berdasarkan sudut pandang proses usaha di dalam perusahaan atau organisasi tersebut. Dilibatkannya aplikasi atau perangkat lunak pada konsep ERP adalah semata-mata karena perangkat teknologi tersebut dapat menaruh nilai tambah berupa: penghapusan proses-proses yg tidak perlu (process elimination), penyederhanaan proses-proses yang rumit atau bertele-tele (process simplification), penyatuan proses-proses yg redundan (process integration), serta pengotomatisasian proses-proses yang manual (process automation).

Gambar Komponen Aplikasi Utama menurut ERP

Beberapa faktor yang perlu dijadikan pertimbangan pada mengimplementasikan suatu pelaksanaan ERP yaitu: 
1. Fitur 
Piranti lunak yg tergolong pelaksanaan ERP secara generik dibuat agar bisa memberikan solusi buat perusahaan atau industri jenis apapun (horizontal solution). Namun, dalam kenyataannya, setiap industri itu punya ciri spesial tersendiri. Hal ini mengakibatkan timbulnya fungsi-fungsi atau features di pelaksanaan yang khusus buat industri tertentu (vertical solution). Salah pengertian atau galat menentukan dari faktor features akan menyebabkan kekacauan dan bahkan Mengganggu operasi perusahaan. Sesuai atau tidaknya fitur yg disediakan dapat di selidiki dari daftar konsumen yg sudah memakai aplikasi ERP tersebut. 

2. Teknologi
Pada pemilihan aplikasi ERP harus dipandang teknologi yg digunakan dibaliknya. Untuk mengetahui teknologi mana yang digunakan adalah suatu tantangan bagi departemen MIS/EDP perusahaan calon pengguna, yg umumnya lebih ter-update dibanding dengan departemen lainnya. Faktor teknologi kadang terabaikan, lantaran perusahaan lebih fokus pada fitur. 

3. Sumber daya manusia 
Secanggih apapun teknologi aplikasi ERP yang digunakan permanen saja belum paripurna seperti yg diperlukan manusia. Oleh karena itu, seberapa sukses pun pelaksanaan ERP yg dipilih menurut luar negeri, pada Indonesia belum tentu dapat berjalan apabila tidak didukung sang lokal support yg bertenaga. Pada ketika ini pada Indonesia telah ada beberapa vendor yg mulai mengembangkan pelaksanaan ERP lokal yg mengimplementasikan ”best practise process” yang berlaku bagi perusahaan-perusahaan Indonesia, dan penyediaan support secara menyeluruh berdasarkan pelaksanaan ERP lokal yang telah dikembangkan. Selain vendor, perusahaan-perusahaan tadi jua dituntut buat menyediakan sumber daya manusia yang terampil pada melaksanakan proyek implementasi dalam perusahaan. 

4. Infrastruktur
Infrastruktur pada hal ini termasuk sistem pendukung buat penerapan suatu proyek ERP. Perusahaan tadi wajib dapat membedakan infrastuktur yg sekedarnya dengan yg sahih-sahih bisa diandalkan. Penerapan suatu pelaksanaan ERP merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Begitu dimulai telah nir mungkin lagi dilarang dan nir terdapat titik kesempurnaannya. Yang ada hanyalah proses penyempurnaan yg tak akan berhenti. 

Pada umumnya pelaksanaan ERP yang masuk ke Indonesia sudah teruji kesuksesannya, namun kesuksesan pada negara lain belum tentu dapat menjadi jaminan bahwa aplikasi ERP tersebut akan dapat dipakai (suitable) bagi perusahaan pada Indonesia karena poly faktor yang perlu diperhatikan dan dipikirkan dalam melakukan pemilihan penggunaan pelaksanaan ERP tersebut. Sistem ERP dapat membuat manfaat usaha yang signifikan bagi perusahaan. Menurut O’Brien (2005) manfaat berdasarkan penggunaan ERP antara lain: 

1. Kualitas serta efisiensi 
ERP menciptakan kerangka kerja buat mengintegrasikan serta meningkatkan proses usaha internal perusahaan yang membuat peningkatan signifikan dalam kualitas serta efisiensi layanan pelanggan, produksi serta distribusi. 

2. Penurunan biaya  
ERP berguna dalam penurunan secara signifikan pada porto pemrosesan transaksi dan hardware, perangkat lunak dan karyawan pendukung IT, jika dibandingkan dengan sistem yg nir terintegrasi sebelumnya. 

3. Pendukung keputusan 
ERP menyediakan berita mengenai kinerja usaha lintas fungsi yang membantu menaikkan kemampuan para manajer dalam merogoh keputusan secara sempurna ketika. 

4. Kelincahan perusahaan 
Implementasi sistem ERP dapat meruntuhkan banyak dinding departemen dan fungsi atau “benteng” aneka macam proses usaha, sistem berita dan sumberdaya fakta. Sehingga menghasilkan struktur organisasi, tanggung jawab manajerial dan kiprah kerja yg lebih fleksibel. Akibatnya organisasi perusahaan dan energi kerja menjadi lebih lincah dan adaptif. 

Untuk bisa mengadopsi teknologis sistem ERP, suatu perusahaan tidak sporadis wajib menyediakan dana menurut ratusan juta sampai milyaran rupiah. Dana sebesar itu wajib disediakan buat investasi paket perangkat lunak aplikasi ERP, hardware berupa server serta desktop, database serta operating sistem aplikasi, high performance network, sampai biaya konsultasi buat implementasi. Meskipun dihalangi sang biaya investasi yang besar , banyak perusahaan di global serta nir terkecuali pada Indonesia, berlomba-lomba buat mengadopsi sistem warta ini, lantaran paket perangkat lunak ERP yg diimplementasikan secara baik akan membuat ”return” terhadap investasi yg layak serta pada saat cepat. Pemanfaatan ERP pada suatu perusahaan dapat mengalami kegagalan. 

Menurut O’Brien kegagalan ERP bisa diakibatkan sang (1). Manajer bisnis dan pakar IT meremehkan kerumitan perencanaan, pengembangan dan pelatihan yg dibutuhkan buat mempersiapkan perusahaan menghadapi sistem ERP yang akan diaplikasikan; (2). Perusahaan gagal melibatkan karyawan yg seharusnya berperan dalam tahap perencanaan serta pengembangan penggunaan ERP; (3). Pelatihan yg tidak memadai dalam berbagai tugas baru yang dibutuhkan oleh sistem ERP; (4). Kegagalan dalam konversi data serta pengujian yang cukup atas data; (5). Perusahaan terlalu mempercayai penjual aplikasi ERP atau konsultan ERP sehingga sebagai kurang kritis terhadap informasi yg diberikan. 

Secara arsitektural sistem, ERP dikembangkan berdasarkan modul-modul fungsional yang meliputi seluruh aspek asal daya di pada sebuah perusahaan/organisasi. Secara historis, ERP dari dari metamorfosis dari MRP (Manufacturing Resources Planning) yang diarahkan buat gerombolan bisnis manufaktur. Seiring menggunakan perkembangan teknologi, manajerial dan bisnis maka MRP pun berubah sebagai ERP. Istilah ERP sendiri diperkenalkan pertama kali oleh Gartner Group.

Secara teknis sebenarnya ERP berfungsi memadukan aneka macam sistem berita yg tersebar di masing-masing departemen (unit fungsional) di sebuah lembaga. Dengan adanya sistem yg terpadu tersebut maka masing-masing unit fungsional pada forum tadi dapat saling berbagi data dan berita yang dalam akhirnya menaikkan sinergi antar elemen pada perusahaan yang menerapkannya. Perlu diingat bahwa ERP bukanlah aplikasi software personal komputer yg berfungsi menangani data secara elektronika serta memprosesnya secara terang saja.

ERP memiliki keunggulan dalam menyajikan keterangan analitik pada para pemegang keputusan melalui modul OLAP (online analytical processing). Sehingga bila dipandang dari sisi fungsional sistem, ERP dibagi atas modul OLAP dan OLTP (online transaction processing). Modul OLTP adalah lapis (layer) yg berfungsi menangani proses pemasukan (input), ubah (update) dan hapus (delete) menurut setiap data ke dalam rekam (record) tabel yang saling terkait dalam suatu basis data. Misalkan saat memasukkan data penjualan maka sistem OLTP akan melakukan pembuktian ke tabel pegawai untuk memastikan otoritasnya, penelusuran apakah pelanggan tersebut adalah langganan yang telah terdaftar sebagai akibatnya berhak atas potongan harga, mengusut apakah ada program harga khusus berdasarkan sistem warta akunting hingga akhirnya data tadi direkam pada tabel penjualan. Sedangkan modul-modul standar yang umumnya terintegrasi di pada suatu sistem ERP setidaknya minimal terdiri atas:

Customer Relationship Management (CRM) : Adalah sebuah sistem kabar yg terintegrasi yang digunakan buat merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan aktivitas-kegiatan prapenjualan dan pascapenjualan pada sebuah organisasi. CRM melingkupi semua aspek yang herbi calon pelanggan dan pelanggan ketika ini, termasuk pada dalamnya adalah pusat panggilan (call center), energi penjualan (sales force), pemasaran, dukungan teknis (technical support) serta layanan lapangan (field service).

Financial Resource Management (FRM): Adalah modul modul yg berfungsi buat mengumpulkan dan mengelola semua data finansial sehingga bisa menyajikan laporan dari hasil relasi data menurut beberapa departemen. Modul-modulnya diantaranya; General Accounting, Financial Accounting, Controling, Invesment Management, Treasury, serta Enterprise Controlling.

Supply Chain Management (SCM) : Modul logistik secara fungsional dipakai untuk memproses pengadaan, penjualan serta distribusi logistik yang dipakai oleh perusahaan Tujuan dari SCM adalah buat melakukan efektifitas dan efisiensi mulai berdasarkan suppliers, manufacturers, warehouse dan stores.

SCM sebenarnya merupakan modul yang menjadi fokus yang mutakhir pada pengembangan sistem ERP. Penerapan SCM yang baik dengan memanfaatkan Internet adalah solusi yg sangat efektif pada penghematan biaya perusahaan. Proses perencanaan sampai optimalisasi penyimpanan dan penggunaan logistik sangat membantu pada memperbaiki prediksi permintaan dan efisiensi bagi perusahaan. Modul-modulnya diantaranya adalah :General Logistics, Sales and Distribution, Materials Management, Logistics Execution, Quality Management, Plant Maintenance, Customer Service, Production Planning and Control, Project System, Environment Management

HRM (Human Resource Management) :
Sumber daya insan adalah asset terbesar perusahaan yang memerlukan pengelolaan yg baik dan terukur dari mulai perekrutan, penjadualan dan pemrosesan honor .pekerjaan-pekerjaan rutin usaha yg terkait sumber daya insan misalnya pembayaran gaji, manajemen tugas, ongkos tugas luar tempat kerja, insentif/kompensasi, perekrutan hingga perencanaan kebutuhan energi kerja dapat dikelola sang modul ini. Modulnya antara lain: Personnel Management, Personnel Time Management, Payroll, Training and Event Management, Organizational Management, Travel Management.

Manufacturing Resource Planning (MRP II) adalah : evolusi menurut Material Requirements Planning (MRP I), yang melingkupi faktor tambahan seperti perencanaan jangka panjang, master schedulling, rough cut capacity planning dan shoop floor control. MRP I sudah memasukan unsur pengawasan serta pelaporan. Setelah MRP I perusahaan menyadari bahwa poly hal yg harus dipadukan antara lain keuangan, peramalan, sales order, analisis penjualan, distribusi, quality control serta sistem pelaporan dan pengawasan lebih lanjut. Hal ini kemudian dikenal menggunakan konsep ERP (Enterprise Resources Planning).

Gambar Ruang lingkup ERP 

Setelah mengetahui ruang lingkup dari ERP tersebut. Maka sanggup kita menarik kesimpulan bahwa tujuan menurut penerapan ERP di suatu Perusahaan antara lain merupakan; buat mendukung fungsi usaha, mempertinggi produktivitas perusahaan, dapat menaikkan kinerja, dan dapat bersaing menggunakan kompetitor lainnya.

Manajemen Hubungan Pelangggan (Customer Relationship Management/CRM)
Customer relationship management (CRM) merupakan sebuah sebuah sistem yg bisa membantu mereka yang menjalankan usaha yg berfokus dalam pelanggan. CRM menggunakan teknologi informasi buat membuat lintas fungsi dalam perusahaan yang mengintegrasikan serta mengotomasisasi dalam proses layanan dalam pelanggan pada penjualan, pemasaran, dan layanan pelanggan yang berinteraksi dengan pelanggan perusahaan. Sistem CRM jua membangun kerangka kerja TI perangkat lunak dan database yang dijalankan melalui web, yang mengintegrasikan proses-proses ini denga operasi usaha perusahaan lainnya, serta mendukung kerjasama antara perusahaan dengan pelanggan dan mitranya (O’Brien, 2005).

Sistem CRM mencakup sekelompok modul software yang memberi berbagai indera yang membantu perusahaan dan para karyawannya menaruh layanan cepat, dapat diandalkan, dan kosisten ke para pelanggannya. Siebel System, Oracle PeopleSoft, SAP AG, Epiphany adalah beberapa penjual utama software CRM (O’Brien, 2005).

Software CRM bisa membantu para praktisi penjualan, pemasaran dan layak untuk menangkap dan menelusuri data yg relevan tentang setiap kontak yang sudah lewat atau direncanakan dengan para pelanggan atau calon pelanggan. Informasi ditangkap berdasarkan seluruh titik persinggungan, seperti telepon, faks, email, situs web perusahaan toko ritel, kios, dan kontak personal. Sistem CRM menyimpan data tersebut dalam database umum buat pelanggan yg mengintegrasikan semua fakta rekening pelanggan serta membuatnya tersedia pada seluruh perusahaan melalui internet, internet atau hubungan jaringan lainnya buat aplikasi penjualan, pemasaran, layanan, serta aplikasi CRM lainnya (O’Brien, 2005).

Sistem CRM memberikan para staf penjualan indera perangkat lunak serta sumber data perusahaan yg mereka butuhkan untuk mendukung serta mengelola aktifitas penjualan mereka, serta mengoptimalkan penjualan silang dan peningkatan tawaran penjualan buat penjualan. Contohnya meliputi prospek penjualan serta warta produk, konfigurasi produk, serta kemampuan pembuatan daftar penjualan. CRM juga memberi mereka data akses real-time ke satu tampilan umum atas pelanggan, sampai memungkinkan mereka memeriksa semua aspek dari status rekening pelanggan dan sejarahnya, sebelum menjadwalkan panggilan telepon buat penjualan mereka. Contohnya, sistem CRM akan memperingatkan staf penjualan sebuah bank buat menelpon nasabah yg melakukan penyimpanan akbar, supaya bisa menjual layanan kredit primer atau investasi. Atau, sistem tersebut akan memperingatkan seseorang tenaga penjualan atas layanan yg belum terpenuhi, kasus pengiriman atau pembayaran, yang dapat diatasi melalui interaksi personal dengan pelanggan (O’Brien, 2005).

Sistem CRM membantu para praktisi pemasaran menyelesaikan kampanye pemasaran eksklusif menggunakan mengotomatisasi tugas-tugas misalnya pengkualifikasian pemasaran dalam target, serta penjadwalan dan penelusuran pengiriman surat pemasaran langsung. Kemudian software CRM akan membantu para praktisi pemasaran buat menangkap dan mengelola respon pelanggan serta calon pelanggan pada database CRM, serta menganalisa nilai pelanggan dan nilai bisnis dari kampanye pemasaran langsung perusahaan. CRM jua membantu pada pemenuhan respon calon pelanggan serta pelanggan dengan sangat cepat menjadwalkan hubungan penjualan serta menaruh liputan yg tepat atas produk dan jasa bagi merek, sementara sambil menangkap kabar yang relevan buat database CRM.

Sistem CRM memberi para staff penjualan indera perangkat lunak serta akses real-time ke database umum pelanggan yg bisa dibagi bersama dengan para praktisi penjualan serta pemasaran. CRM membantu para manajer pelayanan pelanggan menciptakan, menetapkan, serta mengelola aneka macam permintaan atas pelayanan berdasarkan pelanggan. Software call center mengirimkan semua panggilan pada para staf pendukung buat para pelanggan menurut pada keahlian dan otoritas mereka buat menangani permintaan layanan eksklusif. Software helpdesk ini membantu para pelanggan yg mempunyai perkara dengan suatu produk atau jasa, dengan memberi data layanan serta saran yang relevan buat mengatasi perkara tersebut. Layanan madiri brbasis web memungkinkan para pelanggan mengakses dengan gampang warta pendukug eksklusif di situs web perusahaan, menggunakan tetap memberi mereka pilihan untuk mendapat bantuan lebih jauh secara online atau melalui telpon menurut personal layanan pelanggan.

Sistem CRM bisa sebagai tumpuan pada menaikkan serta mengoptimalkan retensi dan loyalitas pelanggan, sistem ini membantu perusahaan mengidentifikasi, memberi penghargaan, serta masukan pada para pelanggan perusahaan yg paling menguntungkan dan loyal. Software analitis CRM meliputi alat penambahan data dan aplikasi analitis lainnya, sementara database CRM dapat berisi loka data pelanggan, dan data mart CRM. Alat-alat ini dipakai buat mengidentifikasi para pelanggan yg mnenguntungkan dan loyal dan mengarahkan serta mngevaluasi acara pemasaran ke target, serta pemasaran relasi ke para pelangan tadi.

Namun demikian implementasi dapat menyebabkan jebakan bagi banyak perusahaan, mengapa demikian? Penelitian menandakan bahwa alasan utamanya sangatlah umum : kurangnya pemahaman serta persiapan. Dalam kata lain, para manajer perusahaan tak jarang eksklusif bergantung dengan sistem teknologi liputan terbaru (misalnya CRM) untuk mengatasi kasus bisnis tanpa pengembangan terlebih dahulu perubahan proses usaha dan acara manajemen perubahan yang dibutuhkan. (O’Brien, 2005).

Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management/SCM)
Manajemen Rantai Pasokan adalah sistem antar perusahaan lintas fungsi yang menggunakan teknologi keterangan buat membantu mendukung serta mengelola aneka macam interaksi antara beberapa proses bisnis primer perusahaan serta menggunakan pemasok, pelanggan, dan para mitra usaha. Tujuan menurut SCM adalah buat membangun jaringan yg cepat, efisien, serta berbiaya rendah, atau dianggap rantai pasokan, untuk membuat produk perusahaan berkecimpung menurut konsep menuju pasar (O’Brien, 2005).

Membuat infrastruktur SCM real-time adalah info yang angker serta monoton tampak dan tak jarang kali merupakan asal kegagalan, buat beberapa alasan. Alasan utama adalah perencanaan, pemilihan, serta implementasi solusi SCM sebagai makin rumit waktu gerak perubahan teknologi makin cepat dan jumlah kawan perusahaan semakin tinggi. Mengembangkan sistem SCM yang efektif terbukti merupakan pelaksanaan teknologi liputan yang rumit dan sulit bagi operasi bisnis. Jadi, mencapai tujuan pembentukan nilai usaha serta nilai pelanggan dalam manajemen rantai pasokan, telah menjadi tantangan besar bagi kebanyakan perusahaan (O’Brien, 2005).

Teknologi Informasi serta Supply Chain Management
Supply Chain Management merupakan manajemen dalam interaksi organisasi dimana setiap organisasi memiliki jalur interaksi menggunakan lainnya secara upstream maupun downstream dengan proses yg berbeda buat membuat nilai dalam bentuk barang atau jasa buat konsumen.

Menurut Simchi-Levi (2003) Tujuan berdasarkan teknologi fakta pada SCM adalah :
  • Menyediakan keterangan yang bermanfaat dan nyata
  • Memungkinkan untuk kontak data tunggal
  • Memberikan keputusan menurut total liputan supply chain
  • Memungkinkan kerjasama menggunakan supply chain partner
Manfaat menurut ERP
Tiga manfaat yang dihasilkan yaitu;
  • Integrasi data yang menyebabkan akses data ke unit usaha lain, fungsi-fungsi lain, proses-proses dan organisasi meningkat
  • Menyediakan cara lain buat melakukan usaha yaitu lewat rekayasa proses bisnis menuju ke orientasi proses serta pengurangan biaya proses bisnis
  • Menyediakan kemampuan global dengan menyediakan globalisasi lewat proses usaha yang generik dan kelas global.
Penerapan ERP pada PT.bentoel Prima (Bentoel: Dengan Be-one Integrasikan Sistem menurut Ujung ke Ujung).
Gencarnya kampanye mengenai himbauan buat mengurangi konsumsi rokok terkait menggunakan kesehatan dan semakin dibatasinya aktivitas berpromosi, menciptakan prediksi bisnis rokok pada tanah air akan menuju keterpurukan. Namun hal ini nir menciptakan penghasil rokok berhenti berinovasi buat menaikkan bisnisnya. Dengan bantuan Teknologi Informasi, PT Bentoel Prima adalah galat satu perusahaan rokok yang bisa terus maju serta bersaing didalam usaha rokok hingga ketika ini.

Sejak tahun 2003, PT.bentoel Prima memiliki direktorat IT yang berperan sebagai pendukung usaha yang integrated agent pada hal TI dan Business Prosess, direktorat ini dinamakan Information System and Business Process (ISBP) yang berbagi Enterprise System yang diberi nama B1 (Be-One). Be-One dikembangkan menggunakan mengacu pada standart Telecommunication Industry Association 942, IT Service Management menurut framework IT Infrastructure Library, dan Information Security Management System yg telah mendapat standart ISO / IEC 27001.

Gambar Sistem Be-One

Sistem Be-one ini diimplementasikan dalam tahun 2004 serta berpusat pada aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP) berdasarkan SAP. Di dalam ERP yang sistem nya diimplementasikan oleh Soltius Indonesia ini terdapat beberapa modul primer antara lain Material Manajement, Sales and Distribution, Production Planning, Fund Managemet, Controlling dan Financial accounting. Dengan sistem ini data mampu seragam dan menjadi acuan menurut seluruh aktivitas transaksi.

Sistem Be-one ini adalah sistem yg terintegrasi berdasarkan hulu hingga ke hilir, dari transaksi hingga pelaporan buat manajemen. Sebagai misalnya, data penjualan yg dilakukan energi penjualan dimasukan ke dalam PDA di lapangan waktu melakukan transaksi penjualan. Pada akhir hari, seluruh transaksi di upload secara otomatis ke sistem pada Area Sales serta Marketing Office (ASMO), buat selanjutnya akan terkirim secara otomatis juga ke sistem yang terdapat di kantor pusat, dan semua data tersebut yg terkena imbas dari transaksi penjualan pun akan ter-update.

Gambar Modul menurut Be-One system

Modul-modul menurut Be-one system tersebut antara lain adalah ; 
  • Be-one Portal 
  • Be-one ASMO & Mobile meliputi (Sales Administration & Management System dan Sales Force automation & Mobile Management. 
  • Be-one Deal buat pembayaran 
  • Be-one Synergy (HRMS) buat pengelolaan karyawan 
  • Be-one Poli buat Healt care 
  • Be-one Intellegence (Business Intelegence) buat menganalisa pasar 
  • Be-one Business Planning & Simulation buat Perencanaan Perusahaan 
  • Be-one War Map & War Room. Buat menganalisa pasar 

Gambar Terintegrasi menggunakan system ERP sebagai satu kesatuan sistem.

Dampak usaha menurut penerapan ERP di PT.bentoel Prima tadi terasa dengan meningkatnya produktivitas usaha seperti meningkatnya kecepatan proses data serta kecepatan proses bisnis itu sendiri. Semisal, data menjualan menurut kira-kira 1000 energi penjualan di semua Indonesia bisa dikumpulkan serta dilaporkan pada hari yg sama, menggunakan begitu manajemen Bentoel bisa segera mengetahui situasi pasar dan hasi dari aksi-aksi yg dilakukan, dan buat selanjutnya mampu melakukan langkah penyesuaian yang dibutuhkan. Selain itu nir ada lagi inkonsistensi atau dispute di antara unit-unit pada perusahaan. Dengan demikian pengambilan keputusan mampu sebagai tajam dan cepat.

Contoh lain adalah dengan adanya modul business intellegence, orang pemasaran sanggup mengetahui produk, profil dan value seperti apa produk yg laku di suatu pasar. Hal ini telah dibuktikan dengan kesuksesannya Bentoel memasarkan salah satu produk barunya dengan bisa menjual dua kali lipat dari produk yg di luncurkan sebelumnya. Waktu berdasarkan produksi produk tadi pun dapat dipangkas menjadi lebih singkat karena positioning maupun segmentasinya bisa diketahui dengan pas dari keterangan yg dikumpulkan menurut business Intellegence tadi. Dengan penerapan ERP pada PT.bentoel Prima tersebut. Revenue Bentoel mengalami kenaikan yang signifikan. Terhitung revenue di tahun 2005 hanya Rp.dua triliun, lalu sehabis menerapkan ERP bisa semakin tinggi sampai Rp.6,9 triliun dalam tahun 2008.dari sisi Volume produksi juga mengalami peningkatan, yg sebelumnya hanya 6,6 miliar batang pada tahun 2005 menjadi 17,lima miliar batang di tahun 2008. Market share nya pun meningkat 2 kali lipat.




Gambar  Tingkat Revenue dan Product Volume

Keuntungan menurut penerpan ERP di PT.bentoel Prima antara lain :
  • Instant Feedback, Business Intellegence, serta Operational Excellence terciptanya data penjualan yg mampu diterima pada hari yg sama mulai dari Sales Supervisor hingga direksi mampu diketahui.
  • Efektifitas Sales Performance dapat diketahui.
  • Bisa mengetahui dengan cepat masalah / kesulitan peneterasi pada suatu wilayah, maka bisa dengan segera diambil tindakan.
  • Bisa mengetahui kompetitor.
  • Sisi operational Excellence Effectiveness sanggup terpangkas karena menggunakan pelaksanaan lewat PDA
  • Produktifitas meningkat hingga 15%
  • Penjualan pun meningkat
  • Stok level bisa terkontrol mulai menurut pabrik hingga menggunakan penjual
  • Financial Intern jua bisa terkontrol
  • Dapat mengetahui produk, profil dan value seperti apa yang laris di pasar.
  • Waktu produksi jauh lebih singkat
Rencana yang akan datang setelah penerapan ERP, Pt.bentoel Prima akan menaikkan lagi sistem administrasi manajemen penjualan dan mobile management, yg tadinya 1200 PDA di seluruh Indonesia maka jumlah nya akan ditambah menjadi 1600.