PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IPA

Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan menggunakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sebagai akibatnya IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa berita-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi jua merupakan suatu proses inovasi. Pendidikan IPA diperlukan dapat sebagai sarana bagi peserta didik untuk menyelidiki diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut pada menerapkannya di pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada hadiah pengalaman pribadi buat membuatkan kompetensi supaya menjelajahi dan tahu alam kurang lebih secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan buat inkuiri dan berbuat sehingga bisa membantu peserta didik buat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai alam sekitar.

Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hayati serta proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan pada membantu peserta didik buat memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yg telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, menggunakan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, serta tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang utama bahasannya merupakan alam serta segala isinya. 

Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA menjadi “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku generik (universal), serta berupa kumpulan data output observasi serta eksperimen”.

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka bisa disimpulkan bahwa hakikat IPA mencakup empat unsur primer yaitu:
1. Perilaku: rasa ingin tahu mengenai benda, kenyataan alam, makhluk hayati, dan hubungan sebab akibat yg mengakibatkan kasus baru yg bisa dipecahkan melalui mekanisme yang benar; IPA bersifat open ended;
2. Proses: prosedur pemecahan perkara melalui metode ilmiah; metode ilmiah mencakup penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, penilaian, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. Produk: berupa keterangan, prinsip, teori, dan hukum;
4. Pelaksanaan: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA pada kehidupan sehari-hari. 

Keempat unsur itu adalah ciri IPA yang utuh yg sebenarnya nir bisa dipisahkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan bisa ada, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan perkara, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja pada menemukan berita baru. Kecenderungan pembelajaran IPA dalam masa sekarang adalah siswa hanya memeriksa IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah sang pembelajaran yang beriorientasi dalam tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan pelaksanaan tidak tersentuh dalam pembelajaran.

Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas nir utuh dan nir berorientasi tercapainya baku kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, pengajar hanya menyampaikan IPA menjadi produk dan siswa menghafal warta faktual. Peserta didik hanya menilik IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik nir dibiasakan untuk berbagi potensi berpikirnya. Fakta pada lapangan menampakan bahwa poly peserta didik yg cenderung menjadi malas berpikir secara berdikari. Cara berpikir yang dikembangkan pada aktivitas belajar belum menyentuh domain afektif serta psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan sang para guru merupakan keterbatasan waktu, wahana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yg terlalu poly.

Abad 21 ditandai sang pesatnya perkembangan IPA serta teknologi dalam banyak sekali bidang kehidupan di warga , terutama teknologi liputan dan komunikasi. Oleh karenanya, dibutuhkan cara pembelajaran yang bisa menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, sanggup berpikir logis, kritis, kreatif, serta bisa berargumentasi secara sahih. Dalam kenyataan, memang nir poly peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, lantaran dipercaya sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau lantaran mereka tak berminat sebagai ilmuwan atau pakar teknologi. Namun demikian, mereka permanen berharap agar pembelajaran IPA pada sekolah bisa tersaji secara menarik, efisien, serta efektif.

Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar yg akan dicapai siswa yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup serta proses kehidupan, materi serta sifatnya, energi serta perubahannya, dan bumi serta alam semesta.

Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, serta media dan lingkungan belajar yang terdapat di sekolah. Semua ini ditujukan supaya pengajar bisa lebih aktif, kreatif, serta melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.

Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat menciptakan pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam gerombolan , belajar berinteraksi dan berkomunikasi, dan bersikap ilmiah. 

Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan menjadi pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data menggunakan eksperimen, pengamatan, dan konklusi buat membuat suatu penerangan mengenai sebuah tanda-tanda yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan buat mengetahui apa yang diamati, (dua) kemampuan buat memprediksi apa yang belum diamati, serta kemampuan buat menguji tindak lanjut output eksperimen, (tiga) dikembangkannya perilaku ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan pada mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, tahu jawaban, menyempurnakan jawaban mengenai “apa”, “mengapa”, serta “bagaimana” mengenai gejala alam maupun ciri alam kurang lebih melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan pada lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal menggunakan kegiatan ilmiah yang berdasarkan dalam metode ilmiah. Metode ilmiah dalam menyelidiki IPA itu sendiri sudah diperkenalkan semenjak abad ke-16 (Galileo Galilei serta Francis Bacon) yg mencakup mengidentifikasi kasus, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen buat menguji prediksi, dan merumuskan hukum generik yg sederhana yg diorganisasikan menurut hipotesis, prediksi, dan eksperimen.

Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan buat membandingkan output prediksi siswa dengan teori melalui eksperimen menggunakan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan bisa sebagai wahana bagi peserta didik buat mempelajari diri sendiri serta alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut pada menerapkannya pada kehidupan sehari-hari, yg berdasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan dalam pengalaman eksklusif buat berbagi kompetensi supaya siswa bisa tahu alam kurang lebih melalui proses “mencari memahami” serta “berbuat”, hal ini akan membantu siswa buat memperoleh pemahaman yg lebih mendalam. Keterampilan pada mencari memahami atau berbuat tersebut dinamakan menggunakan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen buat menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan inspirasi dalam situasi baru, memakai alat-alat sederhana serta mengkomunikasikan liputan dalam banyak sekali cara, yaitu dengan gambar, verbal, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang mencakup rasa ingin tahu, amanah, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, giat, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. 

Oleh karenanya pembelajaran IPA pada sekolah usahakan: (1) menaruh pengalaman pada siswa sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (dua) menanamkan dalam peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini bisa berasal menurut pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yg memerlukan verifikasi secara ilmiah, (tiga) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu menjadi penerapan matematika pada masalah-masalah konkret yang berkaitan dengan insiden alam, (4) memperkenalkan global teknologi melalui kegiatan kreatif dalam aktivitas perancangan serta pembuatan indera-alat sederhana maupun penjelasan aneka macam tanda-tanda serta keampuhan IPA dalam menjawab aneka macam perkara. 

Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan efisiensi serta efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar yg wajib dicapai siswa masih dalam lingkup bidang kajian energi serta perubahannya, materi dan sifatnya, serta makhluk hidup serta proses kehidupan. Banyak ahli yg menyatakan pembelajaran IPA yg disajikan secara disiplin keilmuan dipercaya terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, lantaran anak pada usia ini masih dalam transisi dari taraf berpikir operasional konkret ke berpikir tak berbentuk. Selain itu, peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara keseluruhan. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya tersaji dalam bentuk yg utuh dan nir parsial. Di samping itu pembelajaran yang tersaji terpisah-pisah dalam tenaga dan perubahannya, makhluk hayati dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan ketika dan energi yg lebih poly, dan membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yg tumpang tindih serta pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.

Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru buat mengembangkan kreativitas tinggi lantaran adanya tuntutan buat tahu keterkaitan antara satu materi menggunakan materi yg lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, serta kemampuan kategorik supaya dapat tahu keterkaitan atau kesamaan materi juga metodologi.

2. Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru buat berbagi situasi pembelajaan yg utuh, menyeluruh, bergerak maju, dan bermakna sesuai menggunakan harapan dan kemampuan pengajar, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan menggunakan tema yang disampaikan.

Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik buat mengenal, mendapat, menyerap, serta memahami keterkaitan atau interaksi antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yg termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sinkron menggunakan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring buat berpikir luas serta mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yg disajikan pengajar. Selanjutnya siswa akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, serta analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar apabila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, serta apabila mereka berhasil menerapkan apa yang sudah dipelajarinya.

3. Beberapa kompetensi dasar bisa dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat saat, tenaga, dan sarana, dan biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar bisa diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu jua menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi lantaran adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah baku kompetensi, kompetensi dasar, serta langkah pembelajaran yg dicermati mempunyai kecenderungan atau keterkaitan.

Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA
1. Kekuatan serta Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi serta kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam bidang kajian, dalam tingkat aplikasi pengajar mempunyai keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya buat mencapai kompetensi tadi. Salah satu contoh yang akan dikembangkan pada model ini merupakan guru bisa mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat serta relevan buat dikemas dalam satu tema dan tersaji pada aktivitas pembelajaran yg terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan aktivitas dalam bentuk tema usahakan dilakukan pada jenjang kelas yg sama serta masih dalam lingkup IPA . 

Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara laian menjadi berikut.
(a) Dengan menggabungkan aneka macam bidang kajian akan terjadi penghematan saat, lantaran ketiga bidang kajian tadi (Energi serta perubahannya, Materi serta sifatnya, dan Makhluk hidup serta proses kehidupan) bisa dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga bisa dikurangi bahkan dihilangkan.
(b) Peserta didik bisa melihat hubungan yg bermakna antarkonsep Energi serta perubahannya, Materi serta sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan.
(c) Meningkatkan taraf kecakapan berpikir siswa, lantaran siswa dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yg lebih luas dan lebih pada waktu menghadapi situasi pembelajaran.
(d) Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi mengenai dunia nyata yg dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep serta kepemilikan kompetensi IPA.
(e) Motivasi belajar siswa bisa diperbaiki dan ditingkatkan.
(f) Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik menggunakan pengalaman belajar yang terkait, sebagai akibatnya pemahaman sebagai lebih terorganisasi dan mendalam, serta memudahkan tahu hubungan materi IPA menurut satu konteks ke konteks lainnya.
(g) Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru menggunakan siswa, siswa menggunakan siswa, peserta didik/pengajar menggunakan narasumber; sebagai akibatnya belajar lebih menyenangkan, belajar pada situasi nyata, serta dalam konteks yg lebih bermakna.

Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model pembelajaran IPA Terpadu pula mempunyai kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada contoh pembelajaran yang cocok buat seluruh konsep, oleh karena itu model pembelajaran wajib diadaptasi dengan konsep yg akan diajarkan. Begitu juga dengan pembelajaran terpadu pada IPA mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut ini.
(a) Aspek Pengajar: Guru harus berwawasan luas, mempunyai kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yg handal, rasa percaya diri yang tinggi, serta berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut buat terus menggali kabar ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yg akan diajarkan serta poly membaca buku agar dominasi materi ajar tidak terfokus dalam bidang kajian eksklusif saja. Tanpa syarat ini, maka pembelajaran terpadu pada IPA akan sulit terwujud.
(b) Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yg nisbi “baik”, baik pada kemampuan akademik juga kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan dalam kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif serta elaboratif (menemukan dan menggali). Jika syarat ini nir dimiliki, maka penerapan contoh pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
(c) Aspek sarana serta asal pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau asal informasi yang cukup poly dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, serta mempermudah pengembangan wawasan. Bila wahana ini nir dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
(d) Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi dalam pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian sasaran penyampaian materi). Guru perlu diberi wewenang dalam menyebarkan materi, metode, evaluasi keberhasilan pembelajaran peserta didik.
(e) Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara evaluasi yang menyeluruh (komprehensif), yaitu memutuskan keberhasilan belajar peserta didik berdasarkan beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, pengajar selain dituntut buat menyediakan teknik serta prosedur pelaksanaan evaluasi serta pengukuran yg komprehensif, pula dituntut buat berkoordinasi dengan guru lain, apabila materi pelajaran asal berdasarkan pengajar yang berbeda. 
(f) Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘karam’nya bidang kajian lain. Dengan istilah lain, dalam saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tadi sinkron menggunakan pemahaman, kesukaan, dan latar belakang pendidikan pengajar itu sendiri. 

Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk penemuan pada implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan pada atas, perlu dibahas bersama antara guru bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan buat menaikkan efektivitas serta efisiensi dalam pembelajaran IPA.

2. Pemaduan Konsep Dalam Pembelajaran IPA 
Salah satu kunci pembelajaran terpadu yg terdiri atas beberapa bidang kajian merupakan menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa menerima pengalaman belajar yg bisa menghubungkaitkan konsep-konsep menurut aneka macam bidang kajian. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai bidang kajian (Carin 1997;236). Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu misalnya makhluk hidup serta proses kehidupan, tenaga serta perubahannya, materi dan sifatnya, geologi, dan astronomi. Sebenarnya IPA bisa pula dipadukan dengan bidang kajian lain pada luar bidang kajian IPA serta hal ini lebih sinkron buat jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat pembahasan materi IPA pada taraf lebih tinggi semakin luas serta mendalam, maka dalam jenjang pendidikan SMP/MTs dan Sekolah Menengah Atas/MA, akan lebih baik jika keterpaduan dibatasi pada bidang kajian yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan supaya tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pembelajaran serta penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin pada serta luas jua pemahaman konsep yg wajib diserap oleh peserta didik. 

Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, karena penentuan tema akan membantu peserta didik pada beberapa aspek yaitu:
(a) siswa yg bekerja sama menggunakan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, serta berdikari;
(b) peserta didik sebagai lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar jika mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya;
(c) siswa lebih memahami dan lebih gampang mengingat lantaran mereka ‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ dan ‘melakukan’ aktivitas mempelajari kasus yang sedang dipelajarinya;
(d) memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik;
(e) belajar akan lebih baik jika siswa terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kerja sama, dan berinteraksi dengan teman, guru, serta dunia nyata.

PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IPA

Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan menggunakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yg berupa warta-liputan, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja namun juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan bisa sebagai wahana bagi peserta didik buat mempelajari diri sendiri dan alam lebih kurang, dan prospek pengembangan lebih lanjut pada menerapkannya pada pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan dalam anugerah pengalaman pribadi buat membuatkan kompetensi supaya menjelajahi dan memahami alam lebih kurang secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan buat inkuiri serta berbuat sebagai akibatnya bisa membantu siswa buat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai alam sekitar.

Secara generik Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, mencakup bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hayati dan proses kehidupan, serta materi dan sifatnya yg sebenarnya sangat berperan pada membantu siswa buat memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yg telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, menggunakan karakteristik: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang utama bahasannya merupakan alam dan segala isinya. 

Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yg sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku generik (universal), dan berupa deretan data hasil observasi dan eksperimen”.

Merujuk dalam pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA mencakup empat unsur primer yaitu:
1. Sikap: rasa ingin tahu mengenai benda, kenyataan alam, makhluk hidup, serta hubungan karena akibat yang mengakibatkan masalah baru yg bisa dipecahkan melalui mekanisme yang sahih; IPA bersifat open ended;
2. Proses: mekanisme pemecahan perkara melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, penilaian, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. Produk: berupa informasi, prinsip, teori, serta hukum;
4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. 

Keempat unsur itu merupakan karakteristik IPA yang utuh yang sebenarnya tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat ada, sebagai akibatnya peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, tahu fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, serta meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan liputan baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan aturan. Keadaan ini diperparah sang pembelajaran yang beriorientasi dalam tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan pelaksanaan nir tersentuh pada pembelajaran.

Pengalaman belajar yg diperoleh di kelas nir utuh dan nir berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya membicarakan IPA sebagai produk serta siswa menghafal berita faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA dalam domain kognitif yang terendah. Peserta didik nir dibiasakan buat mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta pada lapangan menampakan bahwa poly peserta didik yang cenderung sebagai malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam aktivitas belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yg acapkali dikemukakan oleh para pengajar merupakan keterbatasan ketika, wahana, lingkungan belajar, serta jumlah siswa per kelas yg terlalu banyak.

Abad 21 ditandai sang pesatnya perkembangan IPA serta teknologi pada banyak sekali bidang kehidupan pada warga , terutama teknologi liputan dan komunikasi. Oleh karenanya, diharapkan cara pembelajaran yang bisa menyiapkan peserta didik buat melek IPA serta teknologi, bisa berpikir logis, kritis, kreatif, dan bisa berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yg menyukai bidang kajian IPA, lantaran dianggap sukar, keterbatasan kemampuan siswa, atau karena mereka tak berminat sebagai ilmuwan atau pakar teknologi. Tetapi demikian, mereka permanen berharap agar pembelajaran IPA di sekolah bisa disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yg akan dicapai siswa yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, tenaga serta perubahannya, serta bumi dan alam semesta.

Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan sang sekolah, diadaptasi dengan lingkungan setempat, serta media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan supaya guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.

Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membentuk pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam gerombolan , belajar berinteraksi dan berkomunikasi, dan bersikap ilmiah. 

Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan menjadi pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data menggunakan eksperimen, pengamatan, dan deduksi buat menghasilkan suatu penerangan mengenai sebuah gejala yg dapat dipercaya. Ada 3 kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan buat mengetahui apa yg diamati, (dua) kemampuan buat memprediksi apa yg belum diamati, serta kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (tiga) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA meliputi pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, serta “bagaimana” tentang tanda-tanda alam juga karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan pada lingkungan serta teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan aktivitas ilmiah yang berdasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam menilik IPA itu sendiri telah diperkenalkan semenjak abad ke-16 (Galileo Galilei serta Francis Bacon) yang mencakup mengidentifikasi kasus, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen buat menguji prediksi, serta merumuskan aturan umum yg sederhana yg diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.

Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan buat membandingkan output prediksi siswa dengan teori melalui eksperimen menggunakan memakai metode ilmiah. Pendidikan IPA pada sekolah dibutuhkan dapat sebagai sarana bagi siswa buat menyelidiki diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut pada menerapkannya pada kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan dalam pengalaman eksklusif buat berbagi kompetensi agar peserta didik sanggup memahami alam lebih kurang melalui proses “mencari memahami” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik buat memperoleh pemahaman yg lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tadi dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yg meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen buat menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, serta menganalisis data, menerapkan pandangan baru pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana dan mengkomunikasikan liputan dalam aneka macam cara, yaitu menggunakan gambar, ekspresi, goresan pena, serta sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap serta nilai yg mencakup rasa ingin memahami, amanah, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, giat, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, serta bekerja sama dengan orang lain. 

Oleh karenanya pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sebagai akibatnya mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan dalam peserta didik pentingnya pengamatan empiris pada menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini bisa dari dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan verifikasi secara ilmiah, (tiga) latihan berpikir kuantitatif yg mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika dalam perkara-kasus konkret yang berkaitan dengan insiden alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif pada kegiatan perancangan serta pembuatan alat-indera sederhana juga penerangan banyak sekali gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab banyak sekali masalah. 

Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa masih dalam lingkup bidang kajian tenaga dan perubahannya, materi serta sifatnya, serta makhluk hidup serta proses kehidupan. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yg disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak dalam usia ini masih dalam transisi dari taraf berpikir operasional nyata ke berpikir abstrak. Selain itu, peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara keseluruhan. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan pada bentuk yg utuh serta nir parsial. Di samping itu pembelajaran yang tersaji terpisah-pisah dalam tenaga dan perubahannya, makhluk hayati serta proses kehidupan, materi dan sifatnya, serta bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih serta pengulangan, sebagai akibatnya membutuhkan saat dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Jika konsep yang tumpang tindih dan pengulangan bisa dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien serta efektif.

Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru buat menyebarkan kreativitas tinggi lantaran adanya tuntutan untuk tahu keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Pengajar dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik supaya bisa tahu keterkaitan atau kecenderungan materi maupun metodologi.

2. Meningkatkan minat serta motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru buat mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, bergerak maju, dan bermakna sinkron menggunakan asa dan kemampuan pengajar, serta kebutuhan dan kesiapan siswa. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yg berkaitan menggunakan tema yang disampaikan.

Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah serta memotivasi siswa buat mengenal, menerima, menyerap, serta tahu keterkaitan atau interaksi antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yg termuat pada tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sinkron dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring buat berpikir luas serta mendalam buat menangkap serta tahu interaksi konseptual yg tersaji pengajar. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi pada belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yg sudah dipelajarinya.

3. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu bisa menghemat saat, energi, serta sarana, dan porto lantaran pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu pula menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan serta penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, serta langkah pembelajaran yg dilihat mempunyai kecenderungan atau keterkaitan.

Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA
1. Kekuatan serta Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam bidang kajian, pada taraf aplikasi guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya buat mencapai kompetensi tersebut. Salah satu contoh yg akan dikembangkan pada model ini merupakan guru bisa mengidentifikasi baku kompetensi serta kompetensi dasar yg dekat serta relevan buat dikemas dalam satu tema dan tersaji dalam aktivitas pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema usahakan dilakukan pada jenjang kelas yg sama serta masih dalam lingkup IPA . 

Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui aplikasi pembelajaran terpadu antara laian sebagai berikut.
(a) Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan saat, karena ketiga bidang kajian tadi (Energi dan perubahannya, Materi serta sifatnya, serta Makhluk hidup dan proses kehidupan) bisa dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi jua dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
(b) Peserta didik bisa melihat interaksi yang bermakna antarkonsep Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, serta Makhluk hayati serta proses kehidupan.
(c) Meningkatkan tingkat kecakapan berpikir siswa, lantaran peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas serta lebih dalam waktu menghadapi situasi pembelajaran.
(d) Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi mengenai global konkret yg dialami dalam kehidupan sehari-hari, sebagai akibatnya memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
(e) Motivasi belajar siswa bisa diperbaiki dan ditingkatkan.
(f) Pembelajaran terpadu membantu membentuk struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik menggunakan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, serta memudahkan tahu interaksi materi IPA berdasarkan satu konteks ke konteks lainnya.
(g) Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, pengajar dengan siswa, peserta didik menggunakan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sebagai akibatnya belajar lebih menyenangkan, belajar pada situasi konkret, dan pada konteks yang lebih bermakna.

Di samping kekuatan/manfaat yg dikemukakan itu, contoh pembelajaran IPA Terpadu jua memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya nir terdapat contoh pembelajaran yg cocok buat semua konsep, sang karenanya contoh pembelajaran harus disesuaikan menggunakan konsep yang akan diajarkan. Begitu jua dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan sebagai ini dia.
(a) Aspek Guru: Pengajar wajib berwawasan luas, mempunyai kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yg handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas serta mengembangkan materi. Secara akademik, pengajar dituntut buat terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan menggunakan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca kitab agar dominasi materi ajar tidak terfokus dalam bidang kajian tertentu saja. Tanpa syarat ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.
(b) Aspek siswa: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yang nisbi “baik”, baik pada kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi lantaran contoh pembelajaran terpadu menekankan dalam kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Jika kondisi ini nir dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
(c) Aspek wahana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau asal informasi yg cukup banyak dan bervariasi, mungkin jua fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Jika wahana ini nir dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu jua akan terhambat.
(d) Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Pengajar perlu diberi wewenang pada membuatkan materi, metode, evaluasi keberhasilan pembelajaran peserta didik.
(e) Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yg menyeluruh (komprehensif), yaitu tetapkan keberhasilan belajar peserta didik berdasarkan beberapa bidang kajian terkait yg dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut buat menyediakan teknik dan mekanisme pelaksanaan evaluasi serta pengukuran yg komprehensif, jua dituntut buat berkoordinasi dengan guru lain, apabila bahan ajar asal menurut pengajar yg tidak sama. 
(f) Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan keliru satu bidang kajian serta ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan istilah lain, pada ketika mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi adonan tadi sinkron dengan pemahaman, selera, serta latar belakang pendidikan guru itu sendiri. 

Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, menjadi sebuah bentuk inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama antara pengajar bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan buat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pada pembelajaran IPA.

2. Pemaduan Konsep Dalam Pembelajaran IPA 
Salah satu kunci pembelajaran terpadu yg terdiri atas beberapa bidang kajian merupakan menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa mendapat pengalaman belajar yg bisa menghubungkaitkan konsep-konsep dari banyak sekali bidang kajian. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA menggunakan banyak sekali bidang kajian (Carin 1997;236). Lintas bidang kajian dalam IPA merupakan mengkoordinasikan banyak sekali disiplin ilmu misalnya makhluk hidup dan proses kehidupan, tenaga dan perubahannya, materi serta sifatnya, geologi, serta astronomi. Sebenarnya IPA dapat jua dipadukan menggunakan bidang kajian lain di luar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sinkron buat jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat pembahasan materi IPA dalam tingkat lebih tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs serta Sekolah Menengah Atas/MA, akan lebih baik apabila keterpaduan dibatasi dalam bidang kajian yg termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yg terlibat, yg akan membuka peluang timbulnya kesulitan pada pembelajaran serta penilaian, mengingat meningkat jenjang pendidikan, maka semakin pada serta luas juga pemahaman konsep yang wajib diserap sang peserta didik. 

Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, lantaran penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek yaitu:
(a) siswa yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri;
(b) siswa sebagai lebih percaya diri dan termotivas pada belajar apabila mereka berhasil menerapkan apa yg telah dipelajarinya;
(c) peserta didik lebih memahami serta lebih mudah mengingat lantaran mereka ‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ serta ‘melakukan’ aktivitas memeriksa kasus yg sedang dipelajarinya;
(d) memperkuat kemampuan berbahasa siswa;
(e) belajar akan lebih baik jika siswa terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kerja sama, dan berinteraksi dengan teman, guru, serta dunia konkret.

PANDUAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD

Panduan Pembelajaran Tematik Terpadu pada SD

Panduan Pembelajaran Tematik Terpadu ini bertujuan sebagai acuan bagi guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, dinas pendidikan, warga serta pemangku kepentingan buat mempunyai pemahaman yg mendalam mengenai pembelajaran yang berkualitas.

Secara spesifik, pedoman ini disusun dengan maksud:
  1. Sebagai acuan bagi guru pada melaksanakan pembelajaran yang bermutu dari baku isi, baku proses, standar penilaian, multiliterasi, Pedagogical Content Knowledge, PAKEM, pendekatan saintifik serta banyak sekali pendekatan lainnya.
  2. Sebagai acuan bagi kepala sekolah, sebagai penanggungjawab pendidikan pada sekolah, dalam merumuskan serta mengimplementasikan kebijakan pendidikan nasional terkait menggunakan aplikasi pembelajaran yg bermutu di sekolah dasar.
  3. Sebagai acuan bagi pengawas sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan, sebagai pihak yg bertanggung jawab pada memberikan jaminan mutu di lingkungan sekolah binaannya, terkait dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dasar.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SEKOLAH DASAR

Keterpaduan menjadi keliru satu karakteristik Kurikulum 2013. Kurikulum terpadu yg dimaksud merupakan kurikulum yang menghubungkan berbagai disiplin ilmu dalam bentuk keterpaduan. Kompetensi-kompetensi yg akan dicapai dari mata pelajaran dihubungkan pada satu jaringan kompetensi buat menyebutkan suatu konteks yang mendeskripsikan keterpaduan. Ada aneka macam bentuk keterpaduan yg terdiri atas 2 kelompok akbar, yaitu keterpaduan materi serta keterpaduan kompetensi atau capaian pembelajaran.

A. Keterpaduan Materi Pembelajaran

Keterpaduan materi pelajaran terdiri atas keterpaduan pada pada mata pelajaran, antarmata pelajaran, dan pada luar mata pembelajaran. Keterpaduan tersebut memakai pendekatan intradisipliner, multidisipliner, interdisipiliner, dan transdisipliner yang digambarkan seperti bagan berikut.

B.keterpaduan Capaian Pembelajaran

Sejalan dengan Kurikulum 2013 yang memuat kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, keterpaduan capaian pembelajaran diimplementasikan pada proses pembelajaran yg bertujuan mencapai tiga kompetensi tadi secara utuh.

Model Pembelajaran Terpadu

Model pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Forgaty, yaitu (1) the fragmented model (model terpisah); (dua) the connected contoh (model terhubung); (tiga) the nested model (model tersarang); (4) the sequenced model (model terurut); (5) the shared model (contoh terbagi); (6) the webbed model (contoh jaring keuntungan-keuntungan); (7) the threaded contoh (contoh disusupkan); (8) the integrated model (contoh terpadu); (9) the immersed contoh (model terbenam); (10) the networked model(model jaringan). Contoh model pembelajaran terpadu dari Forgaty yg diterapkan pada pembelajaran tematik terpadu merupakan the webbed model (model jaring keuntungan-keuntungan) dan the integrated model (contoh terpadu).

1.the Integrated Model (Model Terpadu)

Model terpadu memadukan berbagai bidang studi berdasarkan keterampilan, konsep, serta sikap yang saling tumpang tindih. Pembelajaran model terpadu didesain dari satu aktivitas yg dilakukan buat mencapai banyak sekali kompetensi dasar menurut aneka macam disipilin ilmu. Model Terpadu bisa digambarkan sebagai berikut:

2.the Webbed Model (Model Jaring Laba-Laba)

Model jaring keuntungan-keuntungan dikembangkan menggunakan cara menentukan tema atau topik menjadi pengait kompetensi banyak sekali mata pelajaran. Tema bisa dipengaruhi menurut kebutuhan atau melalui negosiasi antara pengajar serta anak didik. Tema dipilih dari hal-hal yg dekat dengan murid. Model jaring laba-laba dapat digambarkan sebagai berikut:

The Webbed Model (Model Jaring Laba-Laba) ini sejalan dengan pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013 jenjang SD.

Pengertian Panduan Pembelajaran Tematik Terpadu pada SD
  • Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan menggunakan prinsip keterpaduan yg memakai tema menjadi pemersatu.
  • Kegiatan pembelajaran memadukan Kompetensi Dasar menurut beberapa muatan pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka.
  • Pembelajaran tematik terpadu berguna buat memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik, karena waktu peserta didik tahu banyak sekali konsep dapat melalui pengalaman eksklusif dan menghubungkan menggunakan konsep lain yang telah dikuasai sebelumnya.
  • Tematik terpadu disusun berdasarkan gabungan proses integrasi.

Lebih kentara silahkan download materi lengkapnya dalam tautan ini dia:
Panduan Pembelajaran Tematik Terpadu pada SD
Demikian uraian singkat tentang materi Panduan Pembelajaran Tematik Terpadu pada SD semoga dapat bermanfaat.
Baca jua panduan-panduan yang lain:

KONSEP DAN MODEL PEMBELAJARAN

Pendahuluan
Menurut Mills (1989:4), contoh adalah bentuk reprensentasi akurat, sebagai proses aktual yg memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan contoh itu. Hal itu merupakan interpretasi atas output observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.
Perumusan model memiliki tujuan: (1) menaruh citra kerja sistem buat periode eksklusif, serta di dalamnya secara implisit terdapat seperangkat aturan buat melaksanakan perubahan; (2) memberikan gambaran tentang kenyataan tertentu menurut diferensiasi saat atau memproduksi seperangkat anggaran yg bernilai bagi keteraturan sebuah sistem; (3) memproduk model yg mempresentasikan data serta format ringkas dengan kompleksitas rendah.
Dengan demikian, suatu contoh dapat dipandang dari aspek mana kita memfokuskan suatu pemecahan permasalahannya. Pengertian contoh pembelajaran dalam konteks ini, adalah landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan serta teori belajar, yg didesain menurut proses analisis yg diarahkan dalam implementasi KTSP serta implikasinya dalam taraf operasional pada pembelajaran.
Model Mengajar
Model mengajar bisa diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang dipakai dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada guru di pada kelas dalam setting pengajaran. Untuk memutuskan model mengajar yg tepat, merupakan suatu pekerjaan yg nir mudah, lantaran memerlukan pemahaman yang mendalam tentang materi yg akan diberikan dan model mengajar yang dikuasai.
Memilih suatu contoh mengajar, wajib juga diadaptasi dengan empiris yang ada dan situasi kelas yang akan didapatkan menurut proses kerjasama yg dilakukan antara guru serta siswa. Meskipun pada menentukan model mengajar yang cocok itu tidak gampang, namun guru harus memiliki perkiraan, bahwa hanya ada model mengajar yang sesuai menggunakan model belajar. Apabila pengajar mengharapkan peserta didiknya menjadi produktif, maka pengajar wajib membiarkannya dia berkembang sinkron dengan gayanya masing-masing. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar peserta didik.
Banyak model mengajar yg telah dikembangkan sang para pakar. Pengembangan contoh tersebut didasarkan dalam konsep teori yang selama ini dikembangkan. Mengingat banyaknya contoh mengajar yg sudah dikembangkan, Bruce Joyce et.al (2000) mengelompokkan menjadi empat rumpun yaitu: contoh pemrosesan liputan (processing information contoh), contoh eksklusif (personal model), contoh interaksi sosial (social model), dan model konduite (behavior contoh).
Model mengajar pemrosesan kabar terdiri dari model mengajar yang menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon terhadap stimulus yang tiba berdasarkan lingkungan. Dalam prosesnya ditempuh langkah-langkah misalnya mengorganisasi data, memformulasikan kasus, menciptakan konsep serta rencana pemecahan masalah, dan penggunaan simbol mulut serta non lisan. Banyak contoh mengajar yang tergolong pada gerombolan model ini, yaitu: Inductive thinking (classification-oriented), Concept attainment, Scientific inquiry, Inquiry Tarining.
Model langsung berorientasi pada perkembangan diri individu. Pelaksanannya lebih menekankan pada upaya membantu individu pada membangun dan mengorganisasikan realita yang unik dan lebih memperhatikan kehidupan emosional siswa. Upaya pedagogi lebih diarahkan dalam menolong siswa buat dapat menyebarkan kemampuannya dalam berbagi hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Yang tergolong dalam grup model mengajar ini adalah: Nondirective teaching dan Enhancing self esteem.
Model Interaksi Sosial mengutamakan dalam interaksi individu menggunakan warga atau orang lain, dan memusatkan perhatiannya pada proses dimana realita yg ada dipandang sebagai negosiasi sosial. Prioritas primer diletakkan dalam kecakapan individu pada herbi orang lain. Yang tergolong pada kelompok model mengajar antara lain: Partner in learning, Structured Inquiry, Group Investigation, Role Playing.
Model mengajar perilaku dibangun atas dasar teori yg generik, yaitu kerangka teori perilaku. Salah satu cirinya merupakan kecenderungan memecahkan tugas belajar kepada sejumlah perilaku yg kecil-kecil serta berurutan serta dapat terukur. Belajar ditinjau menjadi sesuatu yang tidak menyeluruh, tetapi diuraikan pada langkah-langkah yg konkrit dan bisa diamati. Mengajar berarti mengusahakan terjadinya perbuatan pada konduite murid, serta perubahan tadi haruslah teramati. Termasuk dalam contoh konduite ini adalah: Mastery learning, Direct Instruction, Simulation, Social Learning, Programmed Schedule.
Pergeseran Konsep Pembelajaran
Tuntutan terhadap pelayanan pembelajaran yg ditunjang sang perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, mendorong terjadinya pergeseran konsep pembelajaran. Model mengajar bergeser ke arah model belajar. Asumsi pergeseran tadi, bertolak berdasarkan siswa yg dibutuhkan dapat menaikkan upaya dirinya memperkaya pengetahuan, sikap serta keterampilan. Pengajar di sekolah bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan, akan tetapi bagian integral pada sistem pembelajaran. Berdasarkan teori belajar yang terdapat, bermuara dalam 3 model utama, yaitu: a) Behaviroisme, b) Kognitivisme, serta c) Konstruktivisme.
a. Pembelajaran Behavirosime
Good et. Al.(1973) menganggap Behaviorisme atau tingkah laris bisa diperhatikan serta diukur. Prinsip utama bagi teori ini artinya faktor rangsangan (stimulus), Respon (response) serta penguatan (reinforcement). Teori ini menganggap faktor lingkungan sebagai rangsangan serta respon siswa terhadap rangsangan itu artinya responsnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Thorndike (2001) yang menyatakan bahwa hubungan pada antara stimulus serta respon akan diperkuat apabila responnya positif diberikan reward yg positif serta tingkah laku nagatif tidak diberi apa-apa (sanksi).
Sebagai contoh, seorang peserta didik diberikan ganjaran positif sehabis dia menampakan respon positif. Dia akan mengulangi respon tersebut setiap kali rangsangan yang serupa ditemui. Hal demikian akan diperoleh dalam pengajaran guru menggunakan adanya latihan dan ganjaran terhadap sesuatu latihan. Penguatan (reinforcement) yg terbina akan memberi rangsangan agar belajar lebih bersemangat serta bermotivasi tinggi. Peserta didik yang berprestasi memperoleh pengetahuan yang mereka inginkan pada sesuatu sesi pembelajaran, dapat dikatakan menerima response positif.
b. Pembelajaran Kognitif
Model kognitif berkembang sebagai protes terhadap teori konduite yang berkembang sebelumnya. Model kognitif ini mempunyai perspektif bahwa para siswa memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, serta lalu menemukan hubungan antara pengetahuan yg baru menggunakan pengetahuan yg sudah terdapat. Model ini menekankan pada bagaimana liputan diproses. Peneliti yang berbagi kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, serta Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki fokus yang tidak sinkron. Ausubel menekankan dalam apsek pengelolaan (organizer) yg memiliki imbas utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tadi dimaksudkan buat penyiapan struktur kognitif siswa buat pengalaman belajar. Bruner bekerja dalam pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep menjadi suatu jawaban atas bagaimana siswa memperoleh liputan dari lingkungan. Bruner berbagi teorinya mengenai perkembangan intelektual, meliputi: (1) enactive, dimana seorang siswa belajar tentang dunia melalui tindakannya pada objek; (dua) iconic, dimana belajar terjadi melalui penggunaan contoh dan gambar; serta (tiga) symbolic yang menggambarkan kapasitas pada berfikir abstrak
Gagne melakukan penelitian pada belajar mengajar sebagai suatu rangkaian pase, memakai step-step kognitif: pengkodean (cooding), penyimpanan (storing), perolehan kembali (retrieving), serta pemindahan kabar (transferring information). Menurut Bruner (1963) perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui 3 termin yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu enactif, iconic, dan symbolic. Tahap pertama merupakan termin enaktif, dimana murid melakukan aktifitas-aktifitasnya pada usahanya memahami lingkungan. Tahap kedua adalah termin ikonik dimana dia melihat global melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.tahap ketiga merupakan tahap simbolik, dimana dia memiliki gagasan-gagasan abstrak yg banyak ditentukan bahasa dan akal serta komunikasi dilkukan dengan pertolongan sistem simbol.
Menurut Hartley & Davies (1978), prinsip-prinsip kognitifisme banyak diterapkan pada global pendidikan khususnya dalam melaksanakan aktivitas perancangan pembelajaran, yg mencakup: (1) Peserta didik akan lebih bisa mengingat dan memahami sesuatu bila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola serta logika eksklusif; (2) Penyusunan bahan ajar wajib menurut yg sederhana ke yang rumit. Untuk bisa melakukan tugas menggunakan baik peserta didik wajib lebih memahami tugas-tugas yg bersifat lebih sederhana; (3) Belajar menggunakan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu yang baru wajib sinkron menggunakan apa yang telah diketahui murid sebelumnya. Tugas pengajar disini adalah memberitahuakn interaksi apa yg sudah diketahui sebelumnya; DAN (4) Adanya disparitas individu pada anak didik harus diperhatikan lantaran faktor ini sangat mensugesti proses belajar anak didik. Perbedaan ini meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses serta lain-lain. (pada Toeti Soekamto 1992:36)
c. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisime adalah proses pembelajaran yg memperlihatkan bagaimana pengetahuan disusun pada diri insan. Unsur-unsur konstruktivisme sudah usang dipraktekkan pada proses belajar dan pembelajaran baik pada taraf sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum kentara terlihat.
Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, pengajar nir serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik pada bentuk yg serba sempurna. Dengan istilah lain, pesera didik harus menciptakan suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah output menurut bisnis peserta didik itu sendiri. Pola pembinaan ilmu pengetahuan pada sekolah merupakan suatu skema, yaitu kegiatan mental yg digunakan sang peserta didik menjadi bahan mentah bagi proses renungan serta pengabstrakan. Fikiran peserta didik tidak akan menghadapi fenomena pada bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui siswa merupakan realita yang beliau bina sendiri. Peserta didik sebenarnya telah memiliki satu set idea dan pengalaman yang membangun struktur kognitif terhadap lingkungan mereka.untuk membantu peserta didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan struktur kognitif yang terdapat dalam mereka. Apabila pengetahuan baru sudah disesuaikan dan diserap buat dijadikan sebagian daripada pegangan bertenaga mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.
John Dewey menguatkan teori konstruktivisme ini menggunakan menyampaikan bahwa pendidik yg cakap wajib melaksanakan pengajaran serta pembelajaran menjadi proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan. Beliau jua menekankan kepentingan keikutsertakan siswa di pada setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran.
Ditinjau persepektif epistemologi yg disarankan pada konstruktivisme, maka fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku pada teknik pedagogi serta pembelajaran, penilaian, penelitian dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai model, perspektif ini akan mengganti kaidah pengajaran serta pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan siswa mencontoh menggunakan sempurna apa saja yang disampaikan sang pengajar, pada kaidah pedagogi serta pembelajaran yg menumpu pada kemampuan siswa pada membina skema pengkonsepan menurut pengalaman yg aktif. Ia jua akan mengubah tumpuan penelitian berdasarkan pelatihan contoh berdasarkan kaca mata guru pada pembelajaran sesuatu konsep dilihat berdasarkan kaca mata siswa.
Beberapa aliran pembelajaran konstruktivisme:
§ Piaget
Pembelajaran konstruktivisme menurut pemahaman Piaget, beranggapan bahwa: 1) gambaran mental seorang dihasilkan pada ketika berinteraksi menggunakan lingkungannya, dua) pengetahuan yg diterima sang seseorang adalah proses pembinaan diri serta pemaknaan, bukan internalisasi makna berdasarkan luar.
§ Konstrukstivisme personal
pembelajaran menurut konstruktivisme personal, mempunyai beberapa anggapan (postulat), yaitu: 1) Set mental (idea) yg dimiliki siswa mempengaruhi panca alat serta dalam akhirnya akan berpengaruh terhadap proses pembentukan pengetahuan, 2) Input yg diterima peserta didik nir mempunyai makna yang tetap, tiga) siswa menyimpan input yg diterima tadi ke dalam memorinya, 4) input yang tersimpan dalam memori tersebut bisa digunakan lagi buat menguji input lain yang baru diterima, lima) peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap apa yang sebagai keputusannya.
§ Konstrukstivisme sosial
Konstruktivisme sosial beranggapan bahwa pengetahuan yang dibentuk sang siswa, merupakan output interaksinya menggunakan lingkungan sosial disekitarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa: a) pengetahuan dibina sang manusia, 2) pembinaan pengetahuan bersifat sosial dan personal, 3) pembina pengetahuan personal merupakan perantara sosial dan pembina pengetahuan sosial merupakan perantara personal, 4) pelatihan pengetahuan sosial merupakan output interaksi sosial, serta 5) hubungan sosial menggunakan yang lain adalah sebagian menurut personal, training sosial, serta training pengetahuan bawaan.
§ Konstrukstivisme radikal
Konstruktivisme radikal beranggapan bahwa: 1) kebenaran tidak diketahui secara absolut, 2) pengetahuan saintifik hanya bisa diketahui menggunakan memakai instrumen yg tepat, 3) konsep yg terjadi merupakan output yg diperoleh individu selesainya melakukan ujicoba buat menggambarkan pengalaman subjektif, 4) konsep akan berkembang dalam upaya penggambaran fungsi efektif mengenai pengalaman subjektif.
Implikasi konstrukstivisme terhadap pembelajaran merupakan: (1) Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak diberi kesempatan menyelesaikan perkara dengan tingkat pengetahuan yg dimilikinya; (dua) Pada akhir proses pembelajaran, siswa mempunyai taraf pengetahuan yg tidak selaras sesuai menggunakan kemampuannya; (tiga) Untuk memutuskan (menilai) keputusannya, peserta didik harus bekerja sama dengan siswa yg lain; (4) Pengajar wajib mengakui bahwa siswa membentuk dan menstruktur pengetahuannya dari modalitas belajar yang dimilikinya.
2. Pengembangan Model Pembelajaran
Berpijak pada 3 teori belajar misalnya dijelaskan di atas, maka dalam pengembangan contoh pembelajaran wajib selaras menggunakan teori belajar yang dianut. Dengan kata lain, bila kita menganut teori behaviorisme, maka contoh pembelajaran yg bisa digunakan diantaranya adalah model pembelajaran yang tergolong dalam kelompok perilaku. Untuk penganut teori kognitivisme, contoh pembelajaran yang bisa dipakai merupakan model pembelajaran yang mengarah pada proses pengolahan informasi. Adapun buat yg menganut teori belajar konstruktivisme, maka model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran yg bersifat interaktif serta contoh pembelajaran yg berpusat dalam kasus. Hal ini berdasarkan dalam keliru satu prinsip yg dianut sang konstruktivisme, yaitu bahwa setiap siswa menstruktur pengetahuannya sendiri menurut pengalaman dan output interaksinya dengan lingkungan sekitar. Jadi pengetahuan itu tidak begitu saja diberikan oleh guru.
a. Pengembangan model pembelajaran behaviorisme.
Sesuai dengan pilosofis yang dianut sang para pakar behavioris tentang belajar, yaitu perubahan konduite yg dapat diukur, maka pada pengembangan model pembelajaran harus diarahkan pada proses penciptaan konduite baru yg dapat diukur. Menurut pilosofis behaviorist, belajar terjadi menurut pola berfikir deduktif, dan murid belajar secara individu (individual learning). Selain itu, pada proses pemelajarannya lebih terfokus pada guru (teacher centered). Model pembelajaran yang dapat dikembangkan diantaranya merupakan model pembelajaran mastery, model pembelajaran eksklusif, model pembelajaran simulasi, contoh pembelajaran sosial, serta model pembelajaran berprogram. Setiap model tersebut bisa dikembangkan menggunakan berbagai pendekatan dan strategi.
b. Pengembangan model pembelajaran yg menganut teori kognitivisme.
Menurut pandangan kognitivis, belajar bukan hanya sekedar perubahan konduite yg bisa diukur, melainkan bagaimana pengetahuan tadi diproses. Dengan istilah lain, berdasarkan kognitivis belajar bukan hanya sekedar keterkaitan antara stimulus serta respons, melainkan apa yang terjadi didalam fikiran atau mental orang yang belajar. Menurut pandangan kognitivis, seorang dikatakan belajar jika dalam diri individu tadi terjadi proses pengolahan keterangan menurut ketika mendapat berita baru, mengolah, menyimpan serta mengulang balik . Menurut pandangan ini, belajar akan baik jika diseusuaikan menggunakan taraf perkembangan siswa. Artinya, mengajarkan topik yang sama buat anak dan orang dewasa akan mempunyai cara yang tidak sinkron. Dalam proses berfikirnya, bisa menganut pola fikir deduktif, juga induktif.
c. Pengembangan contoh pembelajaran yg menganut teori konstruktivisme.
Berbeda menggunakan teori sebelumnya, konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh langsung sang anak didik berdasarkan pengalaman dan hasil interaksi menggunakan lingkungan sekitar. Dalam proses pemelajarannya lebih ditekankan pada model belajar kolaboratif. Dengan kata lain, murid belajar pada grup nir seperti pada pembelajaran konvensional, bahwa siswa belajar secara individu. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang murid tidak hanya belajar menurut dirinya sendiri, melainkan pula belajar menurut yg lain. Dengan demikian, contoh pembelajaran yg perlu dikembangkan merupakan model pembelajaran yang terpusat pada perkara dan model belajar kolaboratif.
Trend Pembelajaran

Ada beberapa konsep serta metode pembelajaran yg berkembang dewasa ini, dan menjadi demam isu yang diterapkan diberbagai forum pendidikan serta pedagogi di antaranya :

1. Quantum Learning
Keberhasilan proses belajar yang dialami sang seseorang, nir terlepas dari beberapa faktor yg mempengaruhinya, baik yang dari menurut luar diri individu juga yang berasal berdasarkan dalam diri individu yang bersangkutan. Faktor yang dari menurut dalam diri individu berupa: motivasi, partisipasi, konfirmasi, pengulangan, serta pelaksanaan. Adapun yg dari dari luar diri individu bisa berasal dari bahan ajar, guru, ataupun lingkungan loka beliau belajar. Proses belajar yg terjadi dalam individu yg belajar, erat kaitannya menggunakan struktur otak yang dimilikinya. Berdasarkan belahannya, otak manusia terdiri dari belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Otak kanan mempunyai ciri pada cara berfikir logis, sekuensial, linier, dan rasional. Adapun otak kiri memiliki ciri dalam berfikir yg acak, tidak teratur, intuitif, serta keseluruhan. Agar pada proses belajar terjadi ekuilibrium, wajib diupayakan kerja otak kanan dan otak kiri seimbang.
Quantum learning membentuk konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Oleh karenanya, belajar dalam konsep quantum learning merupakan memberdayakan semua potensi yang ada, sebagai akibatnya proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan bukan menjadi sesuatu yg memberatkan.
Quantum learning mengonsep mengenai “menata pentas: lingkungan belajar yg sempurna.” Penataan lingkungan ditujukan pada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset krusial buat belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke pada lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Target penataannya merupakan membangun suasana yg menyebabkan ketenangan serta rasa kalem.
Lingkungan makro merupakan “global yang luas”. Peserta didik diminta buat menciptakan ruang belajar di rakyat. Mereka diminta buat memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan eksklusif, berinteraksi sosial ke lingkungan warga yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi menggunakan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yg menantang serta semakin mudah Anda menyelidiki keterangan baru”. Setiap murid diminta berhubungan secara aktif serta menerima rangsangan baru pada lingkungan warga , supaya mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan eksklusif.
Pola yg dikembangkan tersebut, maka dalam setiap individu dibutuhkan timbul sikap tanggung jawab terhadap diri, sehingga akan terus belajar dan berupaya menggali sesuatu yg baru dan menggunakannya. Kemampuan pada menyerap kabar selanjutnya dikenal menggunakan istilah modalitas belajar. Adapun kemampuan dalam mengatur dan memasak berita dikenal menggunakan istilah penguasaan otak.
DePorter (2002) mengelompokkan modalitas seseorang sebagai tiga gerombolan yaitu visual, auditorial, dan kinestesik. Dalam proses belajar modalitas tersebut bisa dibantu menggunakan memakai suatu alat yg dinamakan media, yakni media pembelajaran. Seseorang yang bertanggung jawab terhadap dirinya, akan sahih-sahih menyadari terhadap modalitas, khususnya modalitas belajar yg dimilikinya.
Komponen modalitas secara teoretis mengandung aspek-aspek misalnya yg dikemukakan Gardner (1992) meliputi aneka macam cara dilakukan pada membelajarkan diri, meliputi: (1) lisan/linguistik, (dua) logical/mathematical, (3) visual/spatial, (4) body/kinesetik, (5) musical/rhythmic, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, serta ( 8) naturalistik.
2. Quantum Teaching
Mengajar adalah galat satu tugas seseorang yg menyandang predikat sebagai pengajar. Ada empat kemampuan yang perlu dimiliki seseorang pengajar yaitu kemampuan dalam mendiagnosis tingkah laku siswa, melaksanakan proses pembelajaran, menguasai bahan ajar, serta melakukan penilaian hasil belajar.
Mengajar dalam hakekatnya merujuk dalam kegiatan yang dilakukan sang guru pada rangka menciptkan proses belajar pada pembelajar. Dengan demikian, mengajar adalah upaya guru buat membentuk syarat-syarat atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sebagai akibatnya terjadi proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, termasuk dengan pengajar, indera pelajaran dan lain sebagainya. Melalui proses interaksi tersebut, diperlukan pada diri peserta didik terjadi proses yg dikenal dengan nama proses belajar (Nasution, 1982).
Dalam konsep pada atas, implisit bahwa kiprah pengajar adalah pemimpin dan fasilitator belajar. Dengan demikian, mengajar bukan hanya mengungkapkan bahan pelajaran, namun suatu proses dalam upaya membelajarkan peserta pembelajar. Mengingat sasaran utama pada proses pembelajaran merupakan terjadinya proses belajar, maka komponen-komponen pembelajaran diubahsuaikan menggunakan ciri siswa, terutama modalitas yang dimilikinya.
Quantum teaching, merupakan konsep yg dikembangkan tentang mengajar ini berdasarkan dalam asas utama, yaitu “bawalah dunia mereka ke dunia kita serta bawalah global kita ke dunia mereka”. Selain itu, dikembangkan pula lima prinsip dasar, yaitu segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum anugerah nama, akui setiap usaha, dan bila layak dikerjakan layak juga dihargai (DePorter, 2002). Model yg dikembangkan terdiri dari dua komponen yaitu konteks yang memiliki empat aspek (suasana, landasan, lingkungan, dan rancangan) serta isi yang mencakup presentasi. Kerangka rancangan belajarnya merupakan tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan (TANDUR).
DAFTAR PUSTAKA
Bruce Joyce., Marsha Weil. (2000). Model of Teaching. Boston : Allyn and Bacon
Bruner, Jerome S. (1963). The Process of Education. New York : Vontage Books
Davis, Russel G. (1980). Planning Education for Development: Volume Issue and Problems in The Planning of Education in Developing Coutries. Cambridge. Massachusetts.
Gardner., White Blythe (1992). Multiple Modalities of Learning (Multiple Ontelligences).usa : CORD Communications, Inc
Good,C.V.(1973).dictionary of Education.new York:McGraw-Hill Book Company.
McKenzie, Jamie. 2000. Beyond Edutainment and Technotainment. //fno.org/sep00 /eliterate.html
Pannen Paulina, dkk. 2005. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Dikti. Depdiknas.
Soekamto, Toeti dan Udin Saripudin Winataputra. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Dikti. Depdiknas.
Wowo Sunaryo Kuswana., Yayat, Sriyono. 2003. Model, Pendekatan, Strategi, Metode, Gaya. //wowosk.com/artikel/kurpem-contoh.php.

CARA PENDEKATAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL IPS

1. Hakikat Pendekatan Pembelajaran

Menurut Djahiri (1995 :19), pendekatan adalah cara pandang seorang terhadap sesuatu yg menjadi landasan buat tindakan selanjutnya. Diantara pendekatan-pendekatan pembelajaran yg banyak dipakai pada pembelajaran IPS antara lain :



a. Pendekatan terpisah
Dengan pendekatan terpisah bahan pelajaran diorganisir murni menurut ilmu yang bersangkutan tanpa mempertautkan atau memfokuskan dengan cabang ilmu lainnya. Semua masalah atau topik hanya disoroti dan diisi menurut yang  ada dalam cabang ilmu eksklusif saja. Pendekatan pembelajaran yg demikian kurang cocok dengan sifat karakteristik dan misi IPS yg diantaranya sebagai ilmu yang akan mengantarkan siswa kearah maupun melakukan interaksi sosial.

b. Pendekatan terpadu (integratif)
Dengan pendekatan terpadu suatu konsep dari suatu cabang ilmu atau suatu topik diorganisir bahannya dari banyak sekali cabang ilmu sosial secara terpadu. Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk mengaitkan suatu utama bahasan lain pada bidang studi itu. Dengan demikian siswa akan menerima citra keterpaduan pada memproses perolehan hasil belajar. Sekarang ini, para pakar Ilmu Pengetahuan Sosial serta penentu kebijakan pendidikan, umumnya sependapat bahwa pembelajaran IPS usahakan dilaksanakan menggunakan memakai pendekatan terpadu, menggunakan beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar seperti yang dikemukakan sang  Hamalik, (1992: 14) yaitu :

  1. Manusia nir pernah dan tidak sanggup melepaskan diri dari perkara-perkara sosial. Setiap masyarakat perlu mempunyai kemampuan terpadu mengenai cara memecahkannya. Untuk itu pendekatan terpadu merupakan cara yang cocok buat mengatasinya.
  2. Pendekatan terpadu lebih menekankan keterlibatan anak didik pada belajar, membuat murid secara aktif terlibat pada proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
  3. Sekolah serta masyarakat adalah dua institusi yg sangat berdekatan, bahkan terintegrasi satu sama lainnya. Lantaran institusi ini tidak bisa melepaskan diri secara tegas, karenanya perkara-kasus sosial pada warga sudah tentu wajib menerima perhatian sepantasnya menurut sekolah, serta demikian sebaliknya. Ini berarti peserta didik nir mungkin jua dipisahkan berdasarkan berbagai aspek kehidupan rakyat dan banyak sekali kasus yang dihadapi. Karena itu sejak berdasarkan awal mereka telah wajib didik dan dilatih mengenai bagaimana cara berhadapan dan beradaptasi menggunakan kehidupan sosial.
  4. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan serta teknologi, penciptaan syarat belajar yang sesuai menggunakan sipat-sipat kemanusiaan dan ligkungan sisoal sekolah dan pemikiran-pemikiran inovatif lainnya, mendorong para ahli IPS lebih berkenaan dengan pendekartan terpadu.
  
Berdasarkan  uraian di atas dapat ditarik konklusi bahwa pembelajaran IPS akan berjalan secara efektif bila dipakai pendekatan terpadu, karena menggunakan pembelajaran terpadu akan menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak, membuat anak aktif terlibat pada proses pembelajaran dan produsen keputusan.
2. Pendekatan Pembelajaran Terpadu

Menurut Collins dan Dixon (1991) bahwa pembelajaran terpadu merupakan aktivitas yg berlangsung secara nyata serta penyelidikan topik diarahkan buat menguat kurikulum. Selanjutnya Hamalik (1990: 22) mengemukakan bahwa pendekatan terpadu bertitik tolak menurut suatu keseluruhan bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian melainkan suatu totalitas yg memilki makna tersendiri. Bagian yang terdapat dalam holistik itu berada dan berfungsi pada suatu stuktur eksklusif.
Istilah terpadu dari Nasution (1989:40), dikaitkan dengan kurikulum terpadu, bahwa pembelajaran dengan pendekatan terpadu adalah pembelajaran menggunakan meniadakan batas-batas banyak sekali mata pelajaran dalam bentuk unit-unit atau keseluruhan.    
Berdasarkan pendapat pada atas bisa disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu merupakan aktivitas pembelajaran yg berlangsung secara konkret, yg berbagi proses berpikir pembelajar sebagai akibatnya terasa bermaknanya bagi kehidupan.  Di pada pembelajaran terpadu meniadakan batas-batas banyak sekali mata pelajaran. Penggabungan aneka macam mata pelajaran itu diikat pada topik yg berkaitan dengan kehidupan nyata pembelajar.
Belajar mengajar merupakan dua konsep yg hanya bisa dibedakan namun tidak bisa dipisahkan antara satu menggunakan yang lain. Kedua aktivitas tadi terpadu dalam suatu kegiatan yg diklaim interaksi belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar mengajar terjadi antara pengajar menggunakan anak didik dan murid dengan murid. Pada pembelajaran IPS murid tidak hanya sebagai target yang wajib mendapat materi IPS yg diajarkan kepadanya, melainkan mereka harus memperlakukan sebagai subyek yg menjalani proses belajar IPS secara aktif.
Salah satu cara buat menaikkan terjadinya pembelajaran  terpadu dengan melalui unit tematik. Unit tematik adalah serangkaian tema-tema yg digunakan sebagai topik pada proses pembelajaran. Dengan pengambilan tema pokok yang menarik, yang acapkali terjadi di rakyat, proses pembelajaran sebagai lebih bermakna (Susetyo, 1998:35).
Pendekatan terpadu sebagai suatu konsep yang dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yg melibatkan beberapa bidang studi buat memberikan pengalaman yang bermakna pada murid. Berkaitan dengan pembelajaran IPS pada Sekolah Dasar terdapat beberapa aspek yg patut dipertimbangkan sang guru dalam mengoptimalkan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar yg menunjuk pada terwujudnya keterpaduan pembelajaran.

  1. Aspek-aspek perkembangan peserta didik yaitu aspek fisik, intelektual, pribadi, sosial, emosional serta moral.
  2. Kesiapan guru menjadi penterjemah serta perancang kurikulum. 
  3. Iklim belajar bergeser dari instruksional ke transaksional.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian pendekatan terpadu dapat dipandang menjadi :
a.pembelajaran yg berkiprah dari satu tema terutama menjadi pusat perhatian yg dipakai buat tahu tanda-tanda-gejala dan konsep lain, baik yang berasal menurut bidang studi yang bersangkutan maupun berdasarkan bidang studi lain.


b.suatu pendekatan pembelajaran yg menghubungkan banyak sekali bidang studi yang mencerminkan global konkret disekeliling siswa dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak. 


c.suatu cara buat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara  simultan.
d.merakit serta menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yg berbeda menggunakan harapan anak akan belajar menggunakan lebih baik serta bermakna.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan pendekatan terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan anak didik baik secara individu juga secara grup aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsif keilmuan secara holistik, bermakna serta otentik.
Ditinjau menurut cara memadukan konsep, serta keterampilan, unit masih ada beberapa cara merencanakan pembelajaran terpadu diantaranya yang relevan menggunakan pembelajaran IPS, berdasarkan Robin Forgaty (Gafur, 2001), adalah menjadi berikut : 


1. Tersarang (Nested) yaitu pada dalam menilik suatu bidang studi, ditargetkan dominasi multi keahlian. Misalnya pada mengajar IPS, ditargetkan dikuasai keterampilan sosial, keterampilan berpikir kritis, keterampilan memecahkan perkara-kasus sosial serta penguasaan materinya sendiri.


2. Terjalin (Shared) yaitu 2 atau lebih mata pelajaran yg mempunyai ketumpangtindihan konsep dan keterampilan. Perencanaan serta pengajaran beserta terhadap 2 atau lebih mata pelajaran yg memiliki konsep serta keterampilan yang tumpang tindih. Contoh pengajar Matematika dan IPA membangun Tim Teaching untuk mengajar konsep dan teknik pengumpulan data, pembuatan bagai atau grafik.


3. Connected  dilandasi asumsi bahwa beberapa materi pelajaran disusun secara berhubungan antara topik satu menggunakan topik yang lain, antara konsep yg satu dengan konsep yang lain atau antara materi semester satu dengan semester berikutnya. Misalnya, guru secara sengaja memadukan subpokok bahasan lapangan pekerjaan, dan koperasi kemudian menghubungkan konsep interaksi, kerjasama, keadilan atau kebudayaan.


4.sequenced  yaitu topik atau unit-unit pelajaran disusun dan dituntut sejalan dengan susunan atau urutan mata pelajaran yang lain.


5.webbed Yaitu menggunakan pendekatan tematik buat mengintegrasikan beberapa bahan ajar dalam bentuk jala atau jaring. Tema sebagai inspirasi sentral dijadikan sebagai penyajian isi pembelajaran, baik secara interdisipliner maupun antar disiplin. Misalnya tema transportasi, jaring sub tema yg herbi transportasi misalnya indera, wahana permesinan tunggangan (teknik), porto (ekonomi), perkembangan alat angkut (sejarah), kebersihan lingkungan (ekologi) serta peraturan kemudian lintas (aturan). 


6. Integrated yaitu memadukan beberapa bidang studi atau mata pelajaran yang berisikan topik atau konsep untuk diajarkan bersama pada bentuk tim teaching . Pendekatan ini diusahakan dengan menggabungkan  matapelajaran menggunakan cara memutuskan prioritas kurikuler dan dan menemukan keterampilan, konsep yg tumpang tindih pada pada mara pelajaran. Berbeda menggunakan webbed yang menuntut pemilihan tema serta pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam  integrated tema yg berkaitan serta tumpang tindih merupakan yg dipilih pengajar dalam termin perencanaan acara. Misalnya mengajar secara terintegrasi pelajaran matematika, IPA, IPS, Seni rupa, Seni sastra, Seni drama, dsb. 


7. Networked yaitu pemyajian bahan ajar dengan jalan menciptakan jaringan atau bidang studi atau keterampilan sesuai menggunakan perkembangan kebutuhan.
Berdasarkan  beberapa model pembelajaran terpadu, yang akan dikembangkan di SD  merupakan model connected, webbed dan integrated. Untuk mencapai keterpaduan, guru sanggup berangkat dari kegiatan menganalisis kurikulum. Pengajar menganalisis kurikulum yang ada, menciptakan peta konsep serta menemukan tema berdasarkan konsep-konsep yg saling tumpang tindih. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis pengajar menyusun acara pembelajaran terpadu.
Dipihak lain, pengajar pula dapat melaksanakan pembelajaran terpadu dengan cara tetapkan tema terlebih dahulu, lalu menurut tema tadi dipilihlah aktivitas belajar mengajar yang memadukan mata pelajaran-mata pelajaran terkait.
Di pada prakteknya, pendekatan  terpadu yg dikembangkan sang pengajar nir hanya satu dimensi. Pendekatan terpadu ada kalanya terjadi secara spontan, terdapat kalanya juga terjadi melalui proses perencanaan yang matang. Ada pendekatan terpadu impulsif yg memadukan 2 mata pelajaran secara utuh. Ada jua pendekatan terpadu terjadwal didasarkan atas suatu tema eksklusif, dan dilaksanakan setiap periode ketika tertentu. Dalam penelitian ini pendekatan terpadu yang diterapkan merupakan pembelajaran terpadu secara spontan dengan memakai contoh webbed dan connected.
3. Pendekatan Pembelajaran Monolitik

Hasan, (1996: 26), Istilah monolitik diartikan menjadi pendekatan terpisah yaitu pendekatan dimana setiap disiplin pada ilmu-ilmu sosial dijarkan secara terpisah.
Berdasarakan  beberapa pengertian  pada atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran monolitik  adalah sistem pembelajaran yg terpusat dalam guru, pada mengajar atau menaruh pelajaran antara satu bidang studi dengan bidang studi yg lain tersaji secara terpisah, tidak ada usaha buat membentuk iklim belajar yg menciptakan siswa aktif, inovatif serta kreatif.
Menurut Nasution (1989: 50), menyampaikan bahwa pendekatan monolitik  dapat jua diartikan  menjadi pembelajaran yg memakai pengelompokan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum yang pelaksanaannya disajikan pada mata pelajaran terpisah-pisah, yg satu terpisah dengan yang lain.
Jadi disparitas pembelajaran IPS dengan pendekatan terpadu dan pendekatan monolitik  terletak dalam kiprah guru pada menyajikan materi pembelajaran dan dalam mengelola proses pembelajaran pada rangka menciptakan suasana belajar yg lebih melibatkan murid secara aktif pada melatih berpikir logis, kritis serta analistis serta menyebarkan potensi yg ada pada diri siswa.

Sumber: Dari Berbagai asal!!