STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

Pengertian Strategi Pembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran adalah suatu proses dimana konduite diubah, dibuat atau dikendalikan. Jika istilah pembelajaran digunakan buat menyatakan suatu fungsi, maka tekanannya diletakan pada aspek-aspek krusial eksklusif (seperti motivasi) yg diyakini buat membantu membentuk belajar. Jadi arti pembelajaran merupakan suatu prubahan yg dapat memberikan output jika (orang-orang) berinteraksi dengan fakta (materi,aktivitas, pengalaman). Definisi lain pembelajaran merupakan upaya yang direncanakan dan dilaksanakan menggunakan sengaja buat memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri masyarakat belajar.
Strategi adalah sarana organisasi yg dipakai buat mencapai tujuannya. Strategi pembelajaran adalah wahana atau cara bagaimana supaya pembelajaran berlangsung secara efektif sebagai akibatnya tercapai tujuan belajar yg diinginkan.

Pembelajara orang dewasa adalah pembelajaran buat tahu orang dewasa dalam belajar menggunakan syarat optimum bagi orang dewasa tersebut. Smith (1982) mengungkapkan terdapat enam mengenai pembelajaran bagi orang dewasa ini, yaitu :


  1. Belajar berlangsung sepanjang hayat, hidup berarti belajar, belajar bisa dikehendaki tetapi dapat pula tanpa dikehendaki. Kita belajar banyak melalui proses pengenalan, semenjak dari pengasuhan keluarga, pengaruh sahabat sebaya, pekerjaan, permainan, harus militer dan media masa.
  2. Belajar merupakan suatu proses yang bersifat pribadi dan alamiah, tidak seseorang pun yang dapat melakukan belajar untuk kita.
  3. Belajar meliputi perubahan, sesuatu yg dibubuhi atau dikurangi. Perubahan-perubahan mungkin kecil sekali dalam masa dewasa.
  4. Belajar dibatasi oleh tingkat perkembangan manusia. Belajar menghipnotis dan dipengaruhi sang perubahan biologis dan fisik pada kepribadian, nilai peranan serta tugas yg umumnya terjadi sepanjang rentang kehidupan normal. 
  5. Berkaitan menggunakan pengalaman dan mengalami, Belajar merupakan mengalami, yaitu berinteraksi dengan lingkungan. Belajar merupakan melakukan.
  6. Belajar mengandung intuitif. Pengetahuan dapat muncul berdasarkan kegiatanbelajar itu sendiri. Intuisi dinamankan pengetahuan yang nir bisa ditemukan.
Karakteristik Orang Dewasa

Proses belajar bagi orang dewasa memerlukan kehadiran orang lain yg bisa berperan sebagai pembimbing belajar bukan cenderung digurui, orang dewasa cenderung ingin belajar bukan berguru. Orang dewasa tumbuh sebagai eksklusif dan memiliki kematangan konsep diri, mengalami perubahan psikologis serta ketergantungan yang terjadi pada masa kanak-kanak sebagai kemandirian untuk mengarahkan diri sendiri, sebagai akibatnya proses pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan karakteristik orang dewasa.


Karakteristik orang dewasa dari Knowles (1986) tidak sinkron asumsinya dibandingkan dengan anak-anak. Asumsi yg dimaksud adalah:

  1. Konsep dirinya beranjak berdasarkan seorang pribadi yang bergantung ke arah langsung yang mandiri
  2. Manusia mengakumulasi poly pengalaman yang diperolehnya sebagai akibatnya sebagai asal belajar yang berkembang
  3. Kesiapan belajar insan secara meningkat diorientasikan dalam tugas perkembangan peranan sosial yg dibawanya.
  4. Persfektif waktunya berubah berdasarkan suatu pengetahuan yang tertunda penerapannya menjadi penerapan yang segera, orientasi belajarnya menurut yang terpusat pada pelajaran beralih sebagai terpusat dalam kasus.
Dari perkiraan mengenai konsep diri tersebut mengandung implikasi tentang pembelajaran orang dewasa yaitu :
  1. Terciptanya suasana belajar yang menyenangkan 
  2. Terjadinya multi komunikasi
  3. Peran serta warga belajar wajib diutamakan
  4. Pendapat orang dewasa harus dihormati
  5. Belajar orang dewasa bersifat unik, subyektif, serta lokalitas
  6. Rasa saling mempercayai antara pendidik serta terdidik
  7. Orang dewasa mempunyai tingkat kecerdasan yg tidak sinkron 
  8. Orang dewasa belajar igin mengetahui arti dirinya pada grup belajar
  9. Membangkitkan motivasi yang berasal berdasarkan dalam dirinya sendiri.
Berpusat pada karakteristik orang dewasa tersebut, maka akan mensugesti aspek-aspek pembelajaran orang dewasa diantaranya mengenal kurikulum atau materi, metode, media, asal belajar, dan setting pembelajaran.
Kurikulum pada kegiatan belajar orang dewasa harus disusun menurut kebutuhan yg terkait dengan aplikasi tugas kiprah sosial tentang perseteruan kehidupan yang secara kongkrit dihadapi oleh warga belajar, bukan disusun atas dasar urutan logik mata pelajaran.
Materi pembelajaran orang dewasa disusun menurut kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar dapat didefinisikan menjadi kesenjangan antara kebutuhan sekarang dengan kebutuhan yg diperlukan. Oleh karena itu sarana buat memilih kebutuhan belajar adalah menyusun suatu model belajar orang dewasa dan mengungkap kesenjangan antara kebutuhan sekarang dengan kebutuhan yg dibutuhkan.

Metode serta teknik pembelajaran memegang peranan  krusial dalam menyusun strategi serta aplikasi kegiatan belajar membelajarkan . Metode serta teknik pembelajaran orang dewasa akan dibahas tersendiri.

Model-contoh Pembelajaran Orang Dewasa

Sesuai dengan ciri orang dewasa, maka pembelajarannya jua memerlukan ciri yang khusus. Ada beberapa model pembelajaran yg cocok dipakai buat pembelajaran orang dewasa yaitu :


a. Model Pembelajaran Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peranan


Model pembelajaran ini memakai pendekatan partisipatori andragogi melalui siklus pengalaman struktur. Model pembelajaran ini adalah proses membantu belajar orang dewasa secara analisis serta partisipasif melalui tahap-termin :

  1. Pengenalan serta penghayatan terhadap kasus serta kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas berdasarkan pandangan peserta
  2. Pengungkapan masalah/kebutuhan peningkatan mutu program serta kemampuan petugas berdasarkan pandangan peserta
  3. Pengolahan masalah serta kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas oleh peserta bersama fasilitator atau narasumber.
  4. Penyimpulan cara pemecahan perkara dan pemenuhan kebutuhan penigkatan mutu acara serta kemampuan petugas oleh peserta beserta fasilitator
  5. Penyerapan serta penerapan cara-cara peningkatan mutu acara dan kemampuan petugas dalam penyelenggaraan acara.'
Merujuk pada model pembelajaran siklus pengalaman berstruktur buat analisis kiprah peserta dapat menggunakan metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah dan Peran). Pembelajaran dengan metode ATMAP adalah upaya peningkatan kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta terhadap perannya pada menyelenggarakan acara dalam masyarakat. Aplikasi metode ATMAP dalam siklus pengalaman berstruktur adalah menjadi berikut :
1. Arah acara serta arah tugas
Arah acara berkenaan diantaranya tujuan aktivitas, cara pelaksanaan dan cara penilaian menurut acara yg diselenggaraka dalam warga . Arah tugas peserta berkenaan tugas pokok, rincian kegiatannya dan proses pelaksanaannya. Metode pembelajaran ini diantaranya hidangan arah, jajak kaus, curah pendapat, ceramah, tanya jawab, serta metode lain yang sesuai.
2. Terapan acara serta tugas
Terapan acara adalah cara aplikasi acara menurut arah yang sudah ditetapkan baik yang sudah diwujudkan maupun yang diperkirakan. Terapan tugas ialah cara pelaksanaan tugas yg sudah ditetapkan. Terapan acara serta terapan tugas dikaitkan menggunakan situasi serta kondisi wilayah, tempat serta fasilitas pendukungnya. Metode pembelajaran untuk ini diantaranya memakai curah pendapat, diskusi, telaah terapan,kerja kelompk,serta metode lain yang sinkron.
3. Masalah Terapan Program dan Terapan Tugas
Masalah terapan acara merupakan masalah-masalah yg muncul atau yuang diperkirakan akan ada baik internal maupun eksternal. Masalah terapan tugas ialah kasus kemampuan petugas dalam melaksanakan tugasnya yang berkaitan menggunakan terapan program baik yg timbul atau yg diperkirakan akan timbul (internal maupun eksternal). Metode pembelajaran ini antara lain curah pendapat, telaah perkara, diskusi kelompok (pleno), telaah banding, jajak lapangan, kerja kelompok dan metode lain yang sesuai.
4. Alternatif Pemecahan Masalah Terapan Program serta Terapan Tugas
Alternatif pemecahan kasus terapan program artinya gagasan-gagasan cara pemecahan perkara yang sudah dianalisis baik buat kini ataupun yg akan datang terutama terhadap perkara internal. Alternatif pemecahan kasus terapan tugas ialah gagasan-gagasan cara peningkatan kemampuan petugas sinkron menggunakan tuntutan terapan acara baik buat sekarang maupun buat yang akan tiba terutama yang bersifat internal. Metode pembelajaran untuk ini adalah telaah kasus, diskusi, jajak banding, kerja grup dan metode lain yang sesuai.
5. Peran Petugas
Peran petugas ialah kiprah serta kemampuannya melaksanakan program serta pemecahan masalahnya, buat sekarang juga yang akan datang. Metode pembelajaran buat ini harus ditekankan pada belajar, praktek dan bekerja melalui metode diskusi, kerja kelompok atau individual, simulasi, bermain peran serta metode lain yang sesuai.
b. Model Pembelajaran Latihan Penyelidikan (Inguiry Training Model)
Latihan penyelidikan sebagai galat satu model pembelajaran meliputi 5 fase yaitu :
  1. Menghadapkan peserta belajar buat berkonfrontasi dengan situasi teka-teki
  2.  Fase operasional pengumpulan data buat pembuktian, meminta peserta belajar menanyakan serangkaian serangkaian pertanyaan untuk dijawab sang fasilitator dengan "ya" atau "tidak" dan menyelenggarakan serangkaian eksperimen tentang lingkungan situasi perkara.
  3. Operasi pengumpulan data buat eksperimentasi
  4. Peserta belajar menyadap keterangan menurut pengumpulan data mereka serta menjelaskan kasus sebaik mungkin.
  5. Fasilitator dan peserta belajar bekerja sama menganalisis strategi satu sama lain. Tekanan di sini merupakan pada konsekuensi strategi eksklusif. Analisis ini berusaha membantu peserta belajar lebih terarah dalam mengajukan pertanyaan serta mengikuti rencana: Pengadaan fakta, Menentukan apa yg relevan, Menyiapkan konsep penjelasan atau hubungan. 

c. Model Pembelajaran Advance Organizer
Advance Organizer ialah materi sosialisasi yang tersaji lebih dahulu menurut tugas pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi dibandingkan dengan tugas pembelajarn itu sendiri. Tujuannya artinya buat mengungkapkan, mengintegrasikan, serta menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yg sudah dipelajari lebih dahulu, disamping jua buat membantu peserta belajar membedakan materi baru berdasarkan materi pembelajaran yg sudah diberikan. Organisasi yang paling efektif merupakan materi yg menggunakan konsep, istilah serta dalil yang sudah dikenal oleh rakyat belajar termasuk juga ilustrasi dan analogi.

Bahan pembelajaran dapat berupa artikel dalam koran atau majalah dan jurnal, ceramah bahkan dapat pula film. Tugas pembelajaran bagi peserta belajar adalah buat menghayati warta, buat mengingat gagasan sentral dan mungkin juga warta kunci. Sebelum memperkenalkan materi pembelajaran pada peserta belajar hendaknya fasilitator menyiapkan materi ta’aruf pada bentuk Advance Organizer berupa lampiran yang dapat dipakai untk mengaitkan data baru yg relevan.


Advance Organizer dalam umumnya berdasarkan dalam konsep serta aturan/anggaran suatu disiplin. Sebagai contoh suatu pelajaran atau uraian tentang sistem kasta pada India bisa didahului dengan  organizer yang berdasarkan dalam konsep stratifikasi sosial. Biasanya organizer dikaitkan menggunakan materi yang bersifat aktual atau kurang tak berbentuk dibandingkan dengan yang mendahuluinya. Organizer timbul dari interaksi secara integral menggunakan materi pembelajaran. Organizer bisa jua digunakan secara kreatif untuk menyiapkan persfektif baru.


Pembelajaran model Advance Organizer bisa diterapkan melaluibeberapa fase yaitu :

  1. Penyajian Advance Organizer mencakup kegiatan : Menjelaskan tujuan satuan pelajaran, Menyajikan organizer, Mendorong timbulnya kesadaran akan pengetahuan dan pengalaman yg relevan dengan latar belakang peserta belajar.
  2. Penyajian materi tugas pembelajaran; Menyusun urutan logis materi pelajaran bagi rakyat belajar, Membina perhatian rakyat belajar, Menyiapkan bahan organiser yg bersifat eksplisit.
  3. Memperkuat organisasi kognitif : Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi secara terintegrasi, Mengintegrasikan pembelajaran penerimaan aktif,Memperoleh pendekatan kritis terhadap pengetahuan yg dipelajari.
d. Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep
Pembelajaran contoh pemerolehan konsep meliputi penganalisisan proses berpikir serta diskusi menganai atribut peroleha konsep. Selanjutnya terhadap variasi pada contoh dasar yang melibatkan lebih poly peserta belajar berpartisipasi serta mengendalikan diskusi dan lebih poly materi yg kompleks. Kelaziman diantara materi ini merupakan aplikasi menurut teori tentang konsep. Inilah yg membedakan antara contoh perolehan konsep yg orisinil menggunakan perlombaan menebak. Model ini mengandung nilai pelaksanaan yang penting dan pribadi pada pembelajaran sebagai berikut :
  1. Dengan tahu hakikat dari konsep serta aktivitas yg bersifat konseptual fasilitator dapat menetapkan secara lebih baik apabila peserta belajar memperoleh pengertian suatu konsep
  2. Fasilitator bisa mengenal strategi pengkategorisasian yang digunakan warga belajar serta membantu mereka menggunakannya secara lebih efektif.
  3. Fasilitator dapat memperbaiki kualitas pembelajaran untuk memeriksa konsep menggunakan memakai model pembelajaran tentang hakikat proses perolehan konsep.
Referesi :
Ditentis (1998), Metode belajar orang dewasa. Modul. Jakarta
Knowles, M.(19986). The adult leaner a neglected species. London. Gulf Publishing Company.
Kuntoro, Sodiq A. (1999). Andragogi : teori pembelajaran orang dewasa. Makalah. Yogyakarta.
Soedomo.(1989). Pendidikan Luar sekolah ke arah pengembangan sistem belajar masyarakat. Jakarta. Ditjen Dikti, Depdikbud.
Srinivasan. Lyra (1977). Perspectives on nonformal adult learning. New York. World Educational.
Syamsu M, dkk. (1994). Teori belajar orang dewasa. Jakarta, Depdikbud.

KONSEP DAN MODEL PEMBELAJARAN

Pendahuluan
Menurut Mills (1989:4), contoh adalah bentuk reprensentasi akurat, sebagai proses aktual yg memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan contoh itu. Hal itu merupakan interpretasi atas output observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.
Perumusan model memiliki tujuan: (1) menaruh citra kerja sistem buat periode eksklusif, serta di dalamnya secara implisit terdapat seperangkat aturan buat melaksanakan perubahan; (2) memberikan gambaran tentang kenyataan tertentu menurut diferensiasi saat atau memproduksi seperangkat anggaran yg bernilai bagi keteraturan sebuah sistem; (3) memproduk model yg mempresentasikan data serta format ringkas dengan kompleksitas rendah.
Dengan demikian, suatu contoh dapat dipandang dari aspek mana kita memfokuskan suatu pemecahan permasalahannya. Pengertian contoh pembelajaran dalam konteks ini, adalah landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan serta teori belajar, yg didesain menurut proses analisis yg diarahkan dalam implementasi KTSP serta implikasinya dalam taraf operasional pada pembelajaran.
Model Mengajar
Model mengajar bisa diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang dipakai dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada guru di pada kelas dalam setting pengajaran. Untuk memutuskan model mengajar yg tepat, merupakan suatu pekerjaan yg nir mudah, lantaran memerlukan pemahaman yang mendalam tentang materi yg akan diberikan dan model mengajar yang dikuasai.
Memilih suatu contoh mengajar, wajib juga diadaptasi dengan empiris yang ada dan situasi kelas yang akan didapatkan menurut proses kerjasama yg dilakukan antara guru serta siswa. Meskipun pada menentukan model mengajar yang cocok itu tidak gampang, namun guru harus memiliki perkiraan, bahwa hanya ada model mengajar yang sesuai menggunakan model belajar. Apabila pengajar mengharapkan peserta didiknya menjadi produktif, maka pengajar wajib membiarkannya dia berkembang sinkron dengan gayanya masing-masing. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar peserta didik.
Banyak model mengajar yg telah dikembangkan sang para pakar. Pengembangan contoh tersebut didasarkan dalam konsep teori yang selama ini dikembangkan. Mengingat banyaknya contoh mengajar yg sudah dikembangkan, Bruce Joyce et.al (2000) mengelompokkan menjadi empat rumpun yaitu: contoh pemrosesan liputan (processing information contoh), contoh eksklusif (personal model), contoh interaksi sosial (social model), dan model konduite (behavior contoh).
Model mengajar pemrosesan kabar terdiri dari model mengajar yang menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon terhadap stimulus yang tiba berdasarkan lingkungan. Dalam prosesnya ditempuh langkah-langkah misalnya mengorganisasi data, memformulasikan kasus, menciptakan konsep serta rencana pemecahan masalah, dan penggunaan simbol mulut serta non lisan. Banyak contoh mengajar yang tergolong pada gerombolan model ini, yaitu: Inductive thinking (classification-oriented), Concept attainment, Scientific inquiry, Inquiry Tarining.
Model langsung berorientasi pada perkembangan diri individu. Pelaksanannya lebih menekankan pada upaya membantu individu pada membangun dan mengorganisasikan realita yang unik dan lebih memperhatikan kehidupan emosional siswa. Upaya pedagogi lebih diarahkan dalam menolong siswa buat dapat menyebarkan kemampuannya dalam berbagi hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Yang tergolong dalam grup model mengajar ini adalah: Nondirective teaching dan Enhancing self esteem.
Model Interaksi Sosial mengutamakan dalam interaksi individu menggunakan warga atau orang lain, dan memusatkan perhatiannya pada proses dimana realita yg ada dipandang sebagai negosiasi sosial. Prioritas primer diletakkan dalam kecakapan individu pada herbi orang lain. Yang tergolong pada kelompok model mengajar antara lain: Partner in learning, Structured Inquiry, Group Investigation, Role Playing.
Model mengajar perilaku dibangun atas dasar teori yg generik, yaitu kerangka teori perilaku. Salah satu cirinya merupakan kecenderungan memecahkan tugas belajar kepada sejumlah perilaku yg kecil-kecil serta berurutan serta dapat terukur. Belajar ditinjau menjadi sesuatu yang tidak menyeluruh, tetapi diuraikan pada langkah-langkah yg konkrit dan bisa diamati. Mengajar berarti mengusahakan terjadinya perbuatan pada konduite murid, serta perubahan tadi haruslah teramati. Termasuk dalam contoh konduite ini adalah: Mastery learning, Direct Instruction, Simulation, Social Learning, Programmed Schedule.
Pergeseran Konsep Pembelajaran
Tuntutan terhadap pelayanan pembelajaran yg ditunjang sang perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, mendorong terjadinya pergeseran konsep pembelajaran. Model mengajar bergeser ke arah model belajar. Asumsi pergeseran tadi, bertolak berdasarkan siswa yg dibutuhkan dapat menaikkan upaya dirinya memperkaya pengetahuan, sikap serta keterampilan. Pengajar di sekolah bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan, akan tetapi bagian integral pada sistem pembelajaran. Berdasarkan teori belajar yang terdapat, bermuara dalam 3 model utama, yaitu: a) Behaviroisme, b) Kognitivisme, serta c) Konstruktivisme.
a. Pembelajaran Behavirosime
Good et. Al.(1973) menganggap Behaviorisme atau tingkah laris bisa diperhatikan serta diukur. Prinsip utama bagi teori ini artinya faktor rangsangan (stimulus), Respon (response) serta penguatan (reinforcement). Teori ini menganggap faktor lingkungan sebagai rangsangan serta respon siswa terhadap rangsangan itu artinya responsnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Thorndike (2001) yang menyatakan bahwa hubungan pada antara stimulus serta respon akan diperkuat apabila responnya positif diberikan reward yg positif serta tingkah laku nagatif tidak diberi apa-apa (sanksi).
Sebagai contoh, seorang peserta didik diberikan ganjaran positif sehabis dia menampakan respon positif. Dia akan mengulangi respon tersebut setiap kali rangsangan yang serupa ditemui. Hal demikian akan diperoleh dalam pengajaran guru menggunakan adanya latihan dan ganjaran terhadap sesuatu latihan. Penguatan (reinforcement) yg terbina akan memberi rangsangan agar belajar lebih bersemangat serta bermotivasi tinggi. Peserta didik yang berprestasi memperoleh pengetahuan yang mereka inginkan pada sesuatu sesi pembelajaran, dapat dikatakan menerima response positif.
b. Pembelajaran Kognitif
Model kognitif berkembang sebagai protes terhadap teori konduite yang berkembang sebelumnya. Model kognitif ini mempunyai perspektif bahwa para siswa memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, serta lalu menemukan hubungan antara pengetahuan yg baru menggunakan pengetahuan yg sudah terdapat. Model ini menekankan pada bagaimana liputan diproses. Peneliti yang berbagi kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, serta Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki fokus yang tidak sinkron. Ausubel menekankan dalam apsek pengelolaan (organizer) yg memiliki imbas utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tadi dimaksudkan buat penyiapan struktur kognitif siswa buat pengalaman belajar. Bruner bekerja dalam pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep menjadi suatu jawaban atas bagaimana siswa memperoleh liputan dari lingkungan. Bruner berbagi teorinya mengenai perkembangan intelektual, meliputi: (1) enactive, dimana seorang siswa belajar tentang dunia melalui tindakannya pada objek; (dua) iconic, dimana belajar terjadi melalui penggunaan contoh dan gambar; serta (tiga) symbolic yang menggambarkan kapasitas pada berfikir abstrak
Gagne melakukan penelitian pada belajar mengajar sebagai suatu rangkaian pase, memakai step-step kognitif: pengkodean (cooding), penyimpanan (storing), perolehan kembali (retrieving), serta pemindahan kabar (transferring information). Menurut Bruner (1963) perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui 3 termin yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu enactif, iconic, dan symbolic. Tahap pertama merupakan termin enaktif, dimana murid melakukan aktifitas-aktifitasnya pada usahanya memahami lingkungan. Tahap kedua adalah termin ikonik dimana dia melihat global melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.tahap ketiga merupakan tahap simbolik, dimana dia memiliki gagasan-gagasan abstrak yg banyak ditentukan bahasa dan akal serta komunikasi dilkukan dengan pertolongan sistem simbol.
Menurut Hartley & Davies (1978), prinsip-prinsip kognitifisme banyak diterapkan pada global pendidikan khususnya dalam melaksanakan aktivitas perancangan pembelajaran, yg mencakup: (1) Peserta didik akan lebih bisa mengingat dan memahami sesuatu bila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola serta logika eksklusif; (2) Penyusunan bahan ajar wajib menurut yg sederhana ke yang rumit. Untuk bisa melakukan tugas menggunakan baik peserta didik wajib lebih memahami tugas-tugas yg bersifat lebih sederhana; (3) Belajar menggunakan memahami lebih baik dari pada menghapal tanpa pengertian. Sesuatu yang baru wajib sinkron menggunakan apa yang telah diketahui murid sebelumnya. Tugas pengajar disini adalah memberitahuakn interaksi apa yg sudah diketahui sebelumnya; DAN (4) Adanya disparitas individu pada anak didik harus diperhatikan lantaran faktor ini sangat mensugesti proses belajar anak didik. Perbedaan ini meliputi kemampuan intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses serta lain-lain. (pada Toeti Soekamto 1992:36)
c. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisime adalah proses pembelajaran yg memperlihatkan bagaimana pengetahuan disusun pada diri insan. Unsur-unsur konstruktivisme sudah usang dipraktekkan pada proses belajar dan pembelajaran baik pada taraf sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum kentara terlihat.
Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, pengajar nir serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik pada bentuk yg serba sempurna. Dengan istilah lain, pesera didik harus menciptakan suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah output menurut bisnis peserta didik itu sendiri. Pola pembinaan ilmu pengetahuan pada sekolah merupakan suatu skema, yaitu kegiatan mental yg digunakan sang peserta didik menjadi bahan mentah bagi proses renungan serta pengabstrakan. Fikiran peserta didik tidak akan menghadapi fenomena pada bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui siswa merupakan realita yang beliau bina sendiri. Peserta didik sebenarnya telah memiliki satu set idea dan pengalaman yang membangun struktur kognitif terhadap lingkungan mereka.untuk membantu peserta didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan struktur kognitif yang terdapat dalam mereka. Apabila pengetahuan baru sudah disesuaikan dan diserap buat dijadikan sebagian daripada pegangan bertenaga mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.
John Dewey menguatkan teori konstruktivisme ini menggunakan menyampaikan bahwa pendidik yg cakap wajib melaksanakan pengajaran serta pembelajaran menjadi proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan. Beliau jua menekankan kepentingan keikutsertakan siswa di pada setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran.
Ditinjau persepektif epistemologi yg disarankan pada konstruktivisme, maka fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku pada teknik pedagogi serta pembelajaran, penilaian, penelitian dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai model, perspektif ini akan mengganti kaidah pengajaran serta pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan siswa mencontoh menggunakan sempurna apa saja yang disampaikan sang pengajar, pada kaidah pedagogi serta pembelajaran yg menumpu pada kemampuan siswa pada membina skema pengkonsepan menurut pengalaman yg aktif. Ia jua akan mengubah tumpuan penelitian berdasarkan pelatihan contoh berdasarkan kaca mata guru pada pembelajaran sesuatu konsep dilihat berdasarkan kaca mata siswa.
Beberapa aliran pembelajaran konstruktivisme:
§ Piaget
Pembelajaran konstruktivisme menurut pemahaman Piaget, beranggapan bahwa: 1) gambaran mental seorang dihasilkan pada ketika berinteraksi menggunakan lingkungannya, dua) pengetahuan yg diterima sang seseorang adalah proses pembinaan diri serta pemaknaan, bukan internalisasi makna berdasarkan luar.
§ Konstrukstivisme personal
pembelajaran menurut konstruktivisme personal, mempunyai beberapa anggapan (postulat), yaitu: 1) Set mental (idea) yg dimiliki siswa mempengaruhi panca alat serta dalam akhirnya akan berpengaruh terhadap proses pembentukan pengetahuan, 2) Input yg diterima peserta didik nir mempunyai makna yang tetap, tiga) siswa menyimpan input yg diterima tadi ke dalam memorinya, 4) input yang tersimpan dalam memori tersebut bisa digunakan lagi buat menguji input lain yang baru diterima, lima) peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap apa yang sebagai keputusannya.
§ Konstrukstivisme sosial
Konstruktivisme sosial beranggapan bahwa pengetahuan yang dibentuk sang siswa, merupakan output interaksinya menggunakan lingkungan sosial disekitarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa: a) pengetahuan dibina sang manusia, 2) pembinaan pengetahuan bersifat sosial dan personal, 3) pembina pengetahuan personal merupakan perantara sosial dan pembina pengetahuan sosial merupakan perantara personal, 4) pelatihan pengetahuan sosial merupakan output interaksi sosial, serta 5) hubungan sosial menggunakan yang lain adalah sebagian menurut personal, training sosial, serta training pengetahuan bawaan.
§ Konstrukstivisme radikal
Konstruktivisme radikal beranggapan bahwa: 1) kebenaran tidak diketahui secara absolut, 2) pengetahuan saintifik hanya bisa diketahui menggunakan memakai instrumen yg tepat, 3) konsep yg terjadi merupakan output yg diperoleh individu selesainya melakukan ujicoba buat menggambarkan pengalaman subjektif, 4) konsep akan berkembang dalam upaya penggambaran fungsi efektif mengenai pengalaman subjektif.
Implikasi konstrukstivisme terhadap pembelajaran merupakan: (1) Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak diberi kesempatan menyelesaikan perkara dengan tingkat pengetahuan yg dimilikinya; (dua) Pada akhir proses pembelajaran, siswa mempunyai taraf pengetahuan yg tidak selaras sesuai menggunakan kemampuannya; (tiga) Untuk memutuskan (menilai) keputusannya, peserta didik harus bekerja sama dengan siswa yg lain; (4) Pengajar wajib mengakui bahwa siswa membentuk dan menstruktur pengetahuannya dari modalitas belajar yang dimilikinya.
2. Pengembangan Model Pembelajaran
Berpijak pada 3 teori belajar misalnya dijelaskan di atas, maka dalam pengembangan contoh pembelajaran wajib selaras menggunakan teori belajar yang dianut. Dengan kata lain, bila kita menganut teori behaviorisme, maka contoh pembelajaran yg bisa digunakan diantaranya adalah model pembelajaran yang tergolong dalam kelompok perilaku. Untuk penganut teori kognitivisme, contoh pembelajaran yang bisa dipakai merupakan model pembelajaran yang mengarah pada proses pengolahan informasi. Adapun buat yg menganut teori belajar konstruktivisme, maka model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran yg bersifat interaktif serta contoh pembelajaran yg berpusat dalam kasus. Hal ini berdasarkan dalam keliru satu prinsip yg dianut sang konstruktivisme, yaitu bahwa setiap siswa menstruktur pengetahuannya sendiri menurut pengalaman dan output interaksinya dengan lingkungan sekitar. Jadi pengetahuan itu tidak begitu saja diberikan oleh guru.
a. Pengembangan model pembelajaran behaviorisme.
Sesuai dengan pilosofis yang dianut sang para pakar behavioris tentang belajar, yaitu perubahan konduite yg dapat diukur, maka pada pengembangan model pembelajaran harus diarahkan pada proses penciptaan konduite baru yg dapat diukur. Menurut pilosofis behaviorist, belajar terjadi menurut pola berfikir deduktif, dan murid belajar secara individu (individual learning). Selain itu, pada proses pemelajarannya lebih terfokus pada guru (teacher centered). Model pembelajaran yang dapat dikembangkan diantaranya merupakan model pembelajaran mastery, model pembelajaran eksklusif, model pembelajaran simulasi, contoh pembelajaran sosial, serta model pembelajaran berprogram. Setiap model tersebut bisa dikembangkan menggunakan berbagai pendekatan dan strategi.
b. Pengembangan model pembelajaran yg menganut teori kognitivisme.
Menurut pandangan kognitivis, belajar bukan hanya sekedar perubahan konduite yg bisa diukur, melainkan bagaimana pengetahuan tadi diproses. Dengan istilah lain, berdasarkan kognitivis belajar bukan hanya sekedar keterkaitan antara stimulus serta respons, melainkan apa yang terjadi didalam fikiran atau mental orang yang belajar. Menurut pandangan kognitivis, seorang dikatakan belajar jika dalam diri individu tadi terjadi proses pengolahan keterangan menurut ketika mendapat berita baru, mengolah, menyimpan serta mengulang balik . Menurut pandangan ini, belajar akan baik jika diseusuaikan menggunakan taraf perkembangan siswa. Artinya, mengajarkan topik yang sama buat anak dan orang dewasa akan mempunyai cara yang tidak sinkron. Dalam proses berfikirnya, bisa menganut pola fikir deduktif, juga induktif.
c. Pengembangan contoh pembelajaran yg menganut teori konstruktivisme.
Berbeda menggunakan teori sebelumnya, konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh langsung sang anak didik berdasarkan pengalaman dan hasil interaksi menggunakan lingkungan sekitar. Dalam proses pemelajarannya lebih ditekankan pada model belajar kolaboratif. Dengan kata lain, murid belajar pada grup nir seperti pada pembelajaran konvensional, bahwa siswa belajar secara individu. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang murid tidak hanya belajar menurut dirinya sendiri, melainkan pula belajar menurut yg lain. Dengan demikian, contoh pembelajaran yg perlu dikembangkan merupakan model pembelajaran yang terpusat pada perkara dan model belajar kolaboratif.
Trend Pembelajaran

Ada beberapa konsep serta metode pembelajaran yg berkembang dewasa ini, dan menjadi demam isu yang diterapkan diberbagai forum pendidikan serta pedagogi di antaranya :

1. Quantum Learning
Keberhasilan proses belajar yang dialami sang seseorang, nir terlepas dari beberapa faktor yg mempengaruhinya, baik yang dari menurut luar diri individu juga yang berasal berdasarkan dalam diri individu yang bersangkutan. Faktor yang dari menurut dalam diri individu berupa: motivasi, partisipasi, konfirmasi, pengulangan, serta pelaksanaan. Adapun yg dari dari luar diri individu bisa berasal dari bahan ajar, guru, ataupun lingkungan loka beliau belajar. Proses belajar yg terjadi dalam individu yg belajar, erat kaitannya menggunakan struktur otak yang dimilikinya. Berdasarkan belahannya, otak manusia terdiri dari belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Otak kanan mempunyai ciri pada cara berfikir logis, sekuensial, linier, dan rasional. Adapun otak kiri memiliki ciri dalam berfikir yg acak, tidak teratur, intuitif, serta keseluruhan. Agar pada proses belajar terjadi ekuilibrium, wajib diupayakan kerja otak kanan dan otak kiri seimbang.
Quantum learning membentuk konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Oleh karenanya, belajar dalam konsep quantum learning merupakan memberdayakan semua potensi yang ada, sebagai akibatnya proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan bukan menjadi sesuatu yg memberatkan.
Quantum learning mengonsep mengenai “menata pentas: lingkungan belajar yg sempurna.” Penataan lingkungan ditujukan pada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset krusial buat belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke pada lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Target penataannya merupakan membangun suasana yg menyebabkan ketenangan serta rasa kalem.
Lingkungan makro merupakan “global yang luas”. Peserta didik diminta buat menciptakan ruang belajar di rakyat. Mereka diminta buat memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan eksklusif, berinteraksi sosial ke lingkungan warga yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi menggunakan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yg menantang serta semakin mudah Anda menyelidiki keterangan baru”. Setiap murid diminta berhubungan secara aktif serta menerima rangsangan baru pada lingkungan warga , supaya mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan eksklusif.
Pola yg dikembangkan tersebut, maka dalam setiap individu dibutuhkan timbul sikap tanggung jawab terhadap diri, sehingga akan terus belajar dan berupaya menggali sesuatu yg baru dan menggunakannya. Kemampuan pada menyerap kabar selanjutnya dikenal menggunakan istilah modalitas belajar. Adapun kemampuan dalam mengatur dan memasak berita dikenal menggunakan istilah penguasaan otak.
DePorter (2002) mengelompokkan modalitas seseorang sebagai tiga gerombolan yaitu visual, auditorial, dan kinestesik. Dalam proses belajar modalitas tersebut bisa dibantu menggunakan memakai suatu alat yg dinamakan media, yakni media pembelajaran. Seseorang yang bertanggung jawab terhadap dirinya, akan sahih-sahih menyadari terhadap modalitas, khususnya modalitas belajar yg dimilikinya.
Komponen modalitas secara teoretis mengandung aspek-aspek misalnya yg dikemukakan Gardner (1992) meliputi aneka macam cara dilakukan pada membelajarkan diri, meliputi: (1) lisan/linguistik, (dua) logical/mathematical, (3) visual/spatial, (4) body/kinesetik, (5) musical/rhythmic, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, serta ( 8) naturalistik.
2. Quantum Teaching
Mengajar adalah galat satu tugas seseorang yg menyandang predikat sebagai pengajar. Ada empat kemampuan yang perlu dimiliki seseorang pengajar yaitu kemampuan dalam mendiagnosis tingkah laku siswa, melaksanakan proses pembelajaran, menguasai bahan ajar, serta melakukan penilaian hasil belajar.
Mengajar dalam hakekatnya merujuk dalam kegiatan yang dilakukan sang guru pada rangka menciptkan proses belajar pada pembelajar. Dengan demikian, mengajar adalah upaya guru buat membentuk syarat-syarat atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sebagai akibatnya terjadi proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, termasuk dengan pengajar, indera pelajaran dan lain sebagainya. Melalui proses interaksi tersebut, diperlukan pada diri peserta didik terjadi proses yg dikenal dengan nama proses belajar (Nasution, 1982).
Dalam konsep pada atas, implisit bahwa kiprah pengajar adalah pemimpin dan fasilitator belajar. Dengan demikian, mengajar bukan hanya mengungkapkan bahan pelajaran, namun suatu proses dalam upaya membelajarkan peserta pembelajar. Mengingat sasaran utama pada proses pembelajaran merupakan terjadinya proses belajar, maka komponen-komponen pembelajaran diubahsuaikan menggunakan ciri siswa, terutama modalitas yang dimilikinya.
Quantum teaching, merupakan konsep yg dikembangkan tentang mengajar ini berdasarkan dalam asas utama, yaitu “bawalah dunia mereka ke dunia kita serta bawalah global kita ke dunia mereka”. Selain itu, dikembangkan pula lima prinsip dasar, yaitu segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum anugerah nama, akui setiap usaha, dan bila layak dikerjakan layak juga dihargai (DePorter, 2002). Model yg dikembangkan terdiri dari dua komponen yaitu konteks yang memiliki empat aspek (suasana, landasan, lingkungan, dan rancangan) serta isi yang mencakup presentasi. Kerangka rancangan belajarnya merupakan tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan (TANDUR).
DAFTAR PUSTAKA
Bruce Joyce., Marsha Weil. (2000). Model of Teaching. Boston : Allyn and Bacon
Bruner, Jerome S. (1963). The Process of Education. New York : Vontage Books
Davis, Russel G. (1980). Planning Education for Development: Volume Issue and Problems in The Planning of Education in Developing Coutries. Cambridge. Massachusetts.
Gardner., White Blythe (1992). Multiple Modalities of Learning (Multiple Ontelligences).usa : CORD Communications, Inc
Good,C.V.(1973).dictionary of Education.new York:McGraw-Hill Book Company.
McKenzie, Jamie. 2000. Beyond Edutainment and Technotainment. //fno.org/sep00 /eliterate.html
Pannen Paulina, dkk. 2005. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Dikti. Depdiknas.
Soekamto, Toeti dan Udin Saripudin Winataputra. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Dikti. Depdiknas.
Wowo Sunaryo Kuswana., Yayat, Sriyono. 2003. Model, Pendekatan, Strategi, Metode, Gaya. //wowosk.com/artikel/kurpem-contoh.php.

PENGERTIAN DAN FAKTORFAKTOR PENDIDIKAN

Pengertian Dan Faktor-Faktor Pendidikan 
A. Pengertian Pendidikan 
  1. Pendidikan dalam arti yg sederhana merupakan suatu usaha buat membina keperibadiannya sesuai menggunakan nilai-nilai pada masyarakat serta kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yg diberikan dengan sengaja sang orang dewasa supaya beliau sebagai dewasa. 
  2. Pendidikan merupakan usaha yg dijalankan sang seseorang atau kelompok orang lain agar sebagai dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 
  3. Langeveld: pendidikan adalah bisnis, efek, perlindungan serta bantuan yg diberikan pada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar relatif cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. 
  4. John Dewey: pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan mendasar secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama insan. 
  5. J.J. Rousseau: pendidikan memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. 
  6. Driyarkara: pendidikan adalah pemanusian insan muda atau pengangkatan insan belia ke tingkat insani. 
  7. Carter V. Good: 
a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching. 
b. The systematized learning or intructioan concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term education. 

Dalam arti :
a. Seni, praktik atau profesi menjadi pengajar,
b. Ilmu yg sistematis atau pedagogi yg berhubungan dengan prinsip serta metode-metode mengajar, pengawasan dan binbingan anak didik; dalam arti luas digantikan dengan kata pendidikan. 
Ahmad D. Marimba. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya keperibadian yang utama. 

Unsur-unsur pada pendidikan adalah:
  1. Usaha (kegiatan), bisnis itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar;
  2. Ada pendidik, pembimbing;atau penolong;
  3. Ada yg didik
  4. Bimbingan itu memiliki dasar serta tujuan;
Dalam bisnis itu tentu terdapat alat-indera yg digunakan. 
  • Ki Hajar Dewantara. Pendidikan merupakan tuntunan pada pada hayati tumbuhnya anak-anak. 
  • Menurut undang-undang no 2 th 1989. Pendidikan adalah bisnis sadar buat menyiapkan pesdik melalui aktivitas bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan tiba. 
  • menurut UU no 20 th 2003. Pendidikan adalah bisnis sadar serta terjadwal buat mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran supaya pesdik secara aktif berbagi potensi dirinya untuk memili kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 
Beberapa pengertian dasar batasan-batasan pendidikan yg perlu dipahami menjadi berikut: 
  • pendidikan adalah suatu proses terhadap murid berlansung terus sampai siswa mencapai pribadi dewasa susila. 
  • pendidikan adalah perbuatan manusiawi. 
  • pendidikan adalah hubungan antar langsung pendidik serta anak didik. 
  • tindakan atau perbuatan mendidik menuntun anak didik mencapai tujuan-tujuan eksklusif, dan hal ini tanpak pada perubahan-perubahan dalam diri anak didik. 

Pendidikan lebih tua dibandingkan ilmu pendidikan, karena pendidikan telah terdapat sebelum ilmu pengetahuan. 

Pengertian ilmu pendidikan:
Prof. Dr. N. Driyarkara; pemikiran ilmiah mengenai realitas yang diklaim pendidikan (mendidik dan dididik). 
Prof. M. J. Langeveld; Paedogogic atau ilmu mendidik adalah suatu ilmu yg bukan saja menyelidiki objeknya buat mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan menilik pula betapa hendaknya bertindak. 

Dr. Sutari Imam Barnadib; ilmmu pendidikan mempelajari suasana dan proses-proses pendidikan. 

Prof. Brodjonegoro; ilmu pendidikan merupakan teori pendidikan, perenungan, mengenai pendidikan. 

B. Faktor-faktor Pendidikan
Dalam proses perkembangan pemikiran pendidikan di dunia barat, aktivitas pendidikan berkembang dari konsep paedagogi yg adalah aktivitas pendidikan ditujukan hanya pada anak yanng belum dewasa, menjadi andragogi yg adalah kata dasar andro adalah laki-laki yg rupanya misalnya wanita, selanjutnya education yg berfungsi ganda, yakni “transfer of khnowledge” pada satu sisi menggunakan “making scientific attitude” dalam sisi yang lain.

Menurut Sutari Imam Barnadib, bahwa perbuatan mendidik serta dididik memuat faktor-faktor eksklusif yang menghipnotis dan memilih; 
  • Adanya tujuan yg hendak di capai 
  • Adanya subjek insan 
  • Yang hayati beserta dalam linkungan hayati tertentu 
  • Yang menggunakan indera-alat eksklusif buat mencapai tujuan. 
1. Faktor tujuan; “ mencerdaskan kehidupan bangsa dan berbagi insan Indonesia seutuhnya, yaitu insan yg beriman serta bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani serta rohani, kepribadian yang mantap serta berdikari serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan serta kebangsaan. 

Fungsi Tujuan bagi Pendidikan; 
  • Sebagai arah pendidikan 
  • Tujuan sebagai titik akhir 
  • Tujuan menjadi titik pangkal mencapai tujujan lain 
  • Memberi nilai pada usaha yg dilakukan 
Macam-macam Tujuan Pendidikan 
  • Tujuan generik, yg menjiwai pekerjaan mendidik pada segala waktu serta keadaan, dirumuskan menggunakan memperhatikan hakikat kemannusian yg univesal. 
  • Tujuan spesifik, antara lain: terhadap disparitas individu murid, disparitas lingkungan keluarga dan warga , perbedaan yang herbi tugas lembaga pendidikan, disparitas yang herbi pandangan atau falsafah hayati suatu bangsa. 
  • Tujuan tak lengkap, yang adalah tujujan yan g hanya mencangkup satu aspek tujuan saja 
  • Tujuan ad interim, tujjuan pertingkat sesuai denga jenjang pendidikan 
  • Tujuan insidentil, tujuan yg bersifat sesaat lantaran adanya situasi yang terjadi secara kebetuilan, kendatipun demikian tujuan ini tak terlepas berdasarkan tujuan generik. 
  • Tujuan intermedier; tujuan perantara 
Kemudian, pada hubungannya menggunakan hierarki tujuan pendidikan, dibedakan macam-macam tujuan yaitu; nasional, institusional, kurikuler serta instruksional.

2. Faktor Pendidik
Pendidik adalah orang yg memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. Dwi Nugroho Hidayanto menginventarisasi bahwa pengertian pendidik ini meliputi: a, orang dewasa, b, orang tua, c, guru, d, pemimpin masyarakat, e, pemimpin agama. Karakteristik eksklusif dewasa susila, yaitu; memiliki individualitas yg utuh, memiliki sosialitas yang utuh, memiliki norma kesusilaan serta nilai-nilai kemanusian, bertindak sinkron menggunakan kebiasaan serta nilai-nilai atas tanggung jawab sendiri demi kebahagian dirinyya serta kebahagian masyarakat atau orang lain. 

Orang dewasa dapat disifati secara generik melalui gejala-gejala kepribadiannya, yaitu; a, sudah sanggup mandiri, b, dapat mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatannya, c, memilki pandangan hidup, serta prinsip hayati yang pasti dan tetap, d, kesanggupan buat ikut serta secara konstruktif dalam matra sosio kultural; e, kesadaran akan kebiasaan-kebiasaan; f, menunjjukkan interaksi eksklusif menggunakan norma-norma. 

Beberapa Karakteristik Pendidik. 
Kematangan diri stabil 
kematangan sosial yang stabil, 
kematangan profisional, 

Guru sebagai Pendidik Formal.
Di pada UU Pokok Pendidikan No.4 tahun 1950 Pasal 15 ditetapkan bahwa: syarat-syarat sebagai guru, selain ijazah, dan kondisi-yarat yg tentang kesehatan jasmani dan rohani, adalah sifat yang perlu buat bisa memberikan pendidikan serta pengajaran, yaitu: kondisi profisional (ijazah), kondisi biologis (Kesehatan jasmani), syarat psikologis (kesehatan mental); kondisi paedagogis-didaktis (pendidikan serta pedagogi). Persyaratan eksklusif adalah: berbudi pekerti luhur, kecerdasan yg relatif, temperamen yang tenang dan kestabilan dan kematangan emosional. Persyaratan jabatan pengetahuan mengenai insan serta masyarakat, dasar fundamental jabatan profesi, keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan, dalam kepemimpinan, filsafat pendidikan yg niscaya.

3. Faktor Anak Didik
Karakteristiknya merupakan: belum memiliki eksklusif dewasa, masih menyempurnakan aspek kedewasaannya, mempunyai sifat-sifat dasar yang sedang dia kembangkan secara terpadu. 

4. Faktor Alat Pendidikan 
Alat pendidikan merupakan suatu tindakan atau situasi yg sengaja diadakan buat tercapainya pendidikan eksklusif. 
Macam-macam indera pendidikan dari segi wujud: perbuatan pendidik serta benda-benda. Dari 3 sudut pandang: dampak terhadap tinngkah laris anak didik, dampak tindakan terhadap perasaan siswa dan bersifat melindungi anak didik. 
Dasar-dasar Pertimbangan penggunaan alat merupakan tujuan yang ingin dicapai, orang yg menggunakan alat, untuk siapa indera itu dipakai, efektifitas penggunaan indera tadi dengan nir melahirkan efek tambahan yg merugikan. 
Penggunaan indera pendidikan,tampak dalam bentuk tindakan: teladan, anjuran, suruhan dan perintah, embargo, kebanggaan serta hadiah, teguran, peringatan dan ancaman, sanksi didasari tiga prinsip kenapa diadakan; lantaran adanya pelanggaran, adanya kesalahan yg diperbuat, dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran. 

5. Faktor Lingkungan, berdasarkan Sartain (ahli Psikologi Amerika), lingkungan (environment) mencakup syarat dan alam dunia yg menggunakan cara-cara tertentu mensugesti tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau llife processes. Pada dasarnya meliputi loka, kebudayaan dan gerombolan hayati beserta

PENGERTIAN DAN FAKTORFAKTOR PENDIDIKAN

Pengertian Dan Faktor-Faktor Pendidikan 
A. Pengertian Pendidikan 
  1. Pendidikan dalam arti yang sederhana merupakan suatu usaha buat membina keperibadiannya sinkron dengan nilai-nilai dalam rakyat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yg diberikan dengan sengaja sang orang dewasa agar dia menjadi dewasa. 
  2. Pendidikan merupakan usaha yg dijalankan sang seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 
  3. Langeveld: pendidikan adalah usaha, impak, proteksi serta donasi yang diberikan pada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih sempurna membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. 
  4. John Dewey: pendidikan merupakan proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam serta sesama manusia. 
  5. J.J. Rousseau: pendidikan memberi kita perbekalan yg tidak terdapat pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada saat dewasa. 
  6. Driyarkara: pendidikan merupakan pemanusian insan belia atau pengangkatan insan belia ke taraf insani. 
  7. Carter V. Good: 
a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching. 
b. The systematized learning or intructioan concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term education. 

Dalam arti :
a. Seni, praktik atau profesi sebagai pengajar,
b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang herbi prinsip serta metode-metode mengajar, pengawasan serta binbingan siswa; dalam arti luas digantikan menggunakan kata pendidikan. 
Ahmad D. Marimba. Pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar sang si pendidik terhadap perkembangan jasmani serta rohani si terdidik menuju terbentuknya keperibadian yg primer. 

Unsur-unsur pada pendidikan adalah:
  1. Usaha (kegiatan), bisnis itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) serta dilakukan secara sadar;
  2. Ada pendidik, pembimbing;atau penolong;
  3. Ada yang didik
  4. Bimbingan itu mempunyai dasar serta tujuan;
Dalam bisnis itu tentu terdapat indera-indera yg dipergunakan. 
  • Ki Hajar Dewantara. Pendidikan merupakan tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. 
  • Menurut undang-undang no dua th 1989. Pendidikan merupakan bisnis sadar buat menyiapkan pesdik melalui kegiatan bimbingan, pedagogi serta latihan bagi peranannya di masa yg akan datang. 
  • menurut UU no 20 th 2003. Pendidikan merupakan bisnis sadar serta bersiklus buat mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran agar pesdik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memili kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yg diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, serta negara. 
Beberapa pengertian dasar batasan-batasan pendidikan yg perlu dipahami sebagai berikut: 
  • pendidikan adalah suatu proses terhadap murid berlansung terus sampai siswa mencapai eksklusif dewasa susila. 
  • pendidikan adalah perbuatan manusiawi. 
  • pendidikan merupakan hubungan antar eksklusif pendidik serta anak didik. 
  • tindakan atau perbuatan mendidik menuntun murid mencapai tujuan-tujuan tertentu, dan hal ini tanpak pada perubahan-perubahan dalam diri murid. 

Pendidikan lebih tua dibandingkan ilmu pendidikan, sebab pendidikan sudah terdapat sebelum ilmu pengetahuan. 

Pengertian ilmu pendidikan:
Prof. Dr. N. Driyarkara; pemikiran ilmiah tentang realitas yang disebut pendidikan (mendidik dan dididik). 
Prof. M. J. Langeveld; Paedogogic atau ilmu mendidik merupakan suatu ilmu yg bukan saja mempelajari objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari juga betapa hendaknya bertindak. 

Dr. Sutari Imam Barnadib; ilmmu pendidikan menilik suasana serta proses-proses pendidikan. 

Prof. Brodjonegoro; ilmu pendidikan adalah teori pendidikan, perenungan, mengenai pendidikan. 

B. Faktor-faktor Pendidikan
Dalam proses perkembangan pemikiran pendidikan pada dunia barat, kegiatan pendidikan berkembang menurut konsep paedagogi yang adalah kegiatan pendidikan ditujukan hanya pada anak yanng belum dewasa, sebagai andragogi yg merupakan istilah dasar andro artinya laki-laki yang rupanya misalnya wanita, selanjutnya education yg berfungsi ganda, yakni “transfer of khnowledge” di satu sisi menggunakan “making scientific attitude” dalam sisi yang lain.

Menurut Sutari Imam Barnadib, bahwa perbuatan mendidik serta dididik memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan; 
  • Adanya tujuan yg hendak di capai 
  • Adanya subjek manusia 
  • Yang hidup bersama pada linkungan hayati eksklusif 
  • Yang memakai indera-indera eksklusif buat mencapai tujuan. 
1. Faktor tujuan; “ mencerdaskan kehidupan bangsa serta membuatkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu insan yg beriman serta bertaqwa terhadap Tuhan YME serta berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani serta rohani, kepribadian yg mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan serta kebangsaan. 

Fungsi Tujuan bagi Pendidikan; 
  • Sebagai arah pendidikan 
  • Tujuan sebagai titik akhir 
  • Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujujan lain 
  • Memberi nilai pada usaha yg dilakukan 
Macam-macam Tujuan Pendidikan 
  • Tujuan generik, yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala ketika serta keadaan, dirumuskan menggunakan memperhatikan hakikat kemannusian yg univesal. 
  • Tujuan khusus, antara lain: terhadap disparitas individu siswa, disparitas lingkungan keluarga dan masyarakat, disparitas yg berhubungan dengan tugas forum pendidikan, perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup suatu bangsa. 
  • Tujuan tak lengkap, yg adalah tujujan yan g hanya mencangkup satu aspek tujuan saja 
  • Tujuan sementara, tujjuan pertingkat sesuai denga jenjang pendidikan 
  • Tujuan insidentil, tujuan yang bersifat sesaat lantaran adanya situasi yang terjadi secara kebetuilan, kendatipun demikian tujuan ini tak terlepas berdasarkan tujuan umum. 
  • Tujuan intermedier; tujuan perantara 
Kemudian, pada hubungannya dengan hierarki tujuan pendidikan, dibedakan macam-macam tujuan yaitu; nasional, institusional, kurikuler dan instruksional.

2. Faktor Pendidik
Pendidik adalah orang yg memikul pertanggungjawaban buat mendidik. Dwi Nugroho Hidayanto menginventarisasi bahwa pengertian pendidik ini mencakup: a, orang dewasa, b, orang tua, c, pengajar, d, pemimpin warga , e, pemimpin kepercayaan . Karakteristik pribadi dewasa susila, yaitu; memiliki individualitas yang utuh, mempunyai sosialitas yang utuh, mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai kemanusian, bertindak sinkron menggunakan kebiasaan dan nilai-nilai atas tanggung jawab sendiri demi kebahagian dirinyya serta kebahagian masyarakat atau orang lain. 

Orang dewasa bisa disifati secara umum melalui gejala-gejala kepribadiannya, yaitu; a, telah bisa berdikari, b, dapat mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatannya, c, memilki etos, dan prinsip hayati yang niscaya dan tetap, d, kesanggupan buat ikut serta secara konstruktif pada matra sosio kultural; e, kesadaran akan norma-kebiasaan; f, menunjjukkan interaksi langsung dengan kebiasaan-kebiasaan. 

Beberapa Karakteristik Pendidik. 
Kematangan diri stabil 
kematangan sosial yg stabil, 
kematangan profisional, 

Guru menjadi Pendidik Formal.
Di dalam UU Pokok Pendidikan No.4 tahun 1950 Pasal 15 ditetapkan bahwa: syarat-syarat menjadi guru, selain ijazah, dan syarat-yarat yg mengenai kesehatan jasmani dan rohani, artinya sifat yg perlu untuk bisa menaruh pendidikan dan pedagogi, yaitu: kondisi profisional (ijazah), syarat biologis (Kesehatan jasmani), syarat psikologis (kesehatan mental); kondisi paedagogis-didaktis (pendidikan dan pedagogi). Persyaratan langsung adalah: berbudi pekerti luhur, kecerdasan yang relatif, temperamen yang tenang dan kestabilan dan kematangan emosional. Persyaratan jabatan pengetahuan tentang manusia dan rakyat, dasar mendasar jabatan profesi, keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan, dalam kepemimpinan, filsafat pendidikan yang pasti.

3. Faktor Anak Didik
Karakteristiknya adalah: belum mempunyai langsung dewasa, masih menyempurnakan aspek kedewasaannya, mempunyai sifat-sifat dasar yang sedang dia kembangkan secara terpadu. 

4. Faktor Alat Pendidikan 
Alat pendidikan merupakan suatu tindakan atau situasi yg sengaja diadakan buat tercapainya pendidikan eksklusif. 
Macam-macam indera pendidikan menurut segi wujud: perbuatan pendidik serta benda-benda. Dari 3 sudut pandang: impak terhadap tinngkah laris murid, akibat tindakan terhadap perasaan anak didik dan bersifat melindungi anak didik. 
Dasar-dasar Pertimbangan penggunaan indera merupakan tujuan yg ingin dicapai, orang yang memakai alat, buat siapa alat itu digunakan, efektifitas penggunaan indera tersebut dengan tidak melahirkan pengaruh tambahan yang merugikan. 
Penggunaan alat pendidikan,tampak pada bentuk tindakan: teladan, anjuran, suruhan serta perintah, embargo, kebanggaan serta hibah, teguran, peringatan dan ancaman, hukuman didasari tiga prinsip kenapa diadakan; karena adanya pelanggaran, adanya kesalahan yang diperbuat, dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran. 

5. Faktor Lingkungan, berdasarkan Sartain (pakar Psikologi Amerika), lingkungan (environment) mencakup kondisi serta alam dunia yang menggunakan cara-cara eksklusif menghipnotis tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau llife processes. Pada dasarnya meliputi tempat, kebudayaan dan gerombolan hidup beserta