CONTOH SOAL KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA

Berikut ini merupakan model soal Kesalahan Penggunaan Tanda Baca sekaligus pembahasannya.
Soal yg dibahas pada tulisan ini merupakan SOAL UN 2016.
SOAL PERTAMA KESALAHAN TANDA BACA
Bacalah kalimat berikut!
"Surat itu dikirimkan oleh Susilo, SH a/n PT Megah Abadi."

Perbikan indikasi baca pada kalimat tadi merupakan....

a. Surat itu dikirimkan oleh Susilo, S.H. A.N. PT Megah Abadi.

b. Surat itu dikirmkan oleh Susilo, SH a.N. PT Megah Abadi.

c. Surat itu dikirimkan sang Susilo, SH a/n. PT Megah Abadi.

d. Surat itu dikirimkan oleh Susilo, S.H. A.N. P.T. Megah Abadi.
PEMBAHASAN 

Kesalahan penulisan indikasi baca ada dalam 'a/n'. Sementara penulisan tanda baca yg lain yg terdapat pada soal telah sempurna. Jadi, penulisan tanda baca yg tepat adalah adanya pertanda koma (,) setelah nama orang pemilik gelar. Sementara, gelar nir perlu diberi tanda titik (.) apabila hanya ada 2 kata yang keduanya adalah alfabet kapital.
Misalnya:
Pulung Agus Wijaya, SH
Ahmad Ainun Najib, SE
Sementara, apabila ada gelar akademik pada akhir yang terdiri menurut tiga huruf, maka diperlukan indikasi baca koma (,) dan pertanda baca titik (.).
Misalnya:
Fusliyanto, S.pd.
Atau, Fusliyanto, M.pd.
Penulisan yang benar buat 'a/n' yang merupakan singkatan menurut atas nama adalah a.N. Sama halnya menggunakan penulisan hingga menggunakan yg sahih merupakan s.D.
BACA JUGA: Contoh Soal UN Penggunaan Kata serta Kalimat Efektif
SOAL KEDUA KESALAHAN TANDA BACA
Bacalah kalimat berikut!
"Pembina OSIS akan memimpin rapat kerja program tahunan namun datang-datang beliau ditugasi sang Kepala Sekolah buat kedap di Dinas Pendidikan Kota mewakili beliau."
Penggunaan tanda baca yg tepat pada klimat tadi adalah mencantumkan....
a. Indikasi koma (,) sehabis singkata OSIS
b. Indikasi koma (,) sesudah kata tahunan
c. Pertanda titik koma (;) sehabis singkatan OSIS
d. Indikasi titik koma (;) sesudah istilah tetapi

PEMBAHASAN

Tanda baca koma (,) digunakan buat memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat, atau juga dipakai buat memisahkan pemerian (beberapa hal yang disebutkan). Dalam kalimat contoh soal di atas, seharusnya masih ada tanda koma karena kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk. Ada anak kalimat serta induk kalimat.
Konjungsi antara klausa pertam serta klausa kedua adalah istilah tetapi. Jadi, sebelum kata tetapi perlu terdapat tanda baca koma (,). Jadi jawaban yg paling sempurna adalah B. Tanda koma (,) sesudah istilah tahunan. Jadi, istilah tetapi menjadi penanda awal klausa ke 2 pada kalimat majemuk pada atas.
SOAL KETIGA KESALAHAN TANDA BACA

Bacalah teks berikut!
(1) Irene Sukandar lahir pada Jakarta dalam tanggal 7 April 1992. (dua) Dia merupakan Gran Master Catur Putri Indonesia. (tiga) Dia telah meraih aneka macam macam gelar, baik taraf nasional maupun internasional. (4) Gelar yang berhasil diraihnya seperti: Master Percasi (MP), Master Nasional Wanita (MNW) dan Master Fide Wanita (MFW).
Perbaikan penulisan tanda baca pada kalimat (4) yg tepat adalah....
a. Gelar yang berhasil diraihnya misalnya: Master Percasi (MP), Master Nasional Wanita (MNW) dan Master Fide perempuan (MFW)
b. Gelar yg berhasil diraihnya seperti Master Percasi (MP), Master Nasional Wanita (MNW) dan Master Fide wanita (MFW)
c. Gelar yg berhasil diraihnya, seperti: Master Percasi (MP), Master Nasional Wanita (MNW) dan Master Fide wanita (MFW)
d. Gelar yg berhasil diraihnya, misalnya Master Percasi (MP), Master Nasional Wanita (MNW) serta Master Fide wanita (MFW)
PEMBAHASAN

Fokus pengamatan harus dilakukan pada kalimat keempat. Mempertimbangkan soal misalnya ini, maka perlu dibaca terlebih dahulu perintah soal sebelum membaca tek bacaannya. Dengan terlebih dahulu membaca soal, maka kalimat pertama hingga kalimat ketiga tidak perlu dibaca. Trik ini dibutuhkan supaya tidak membuang saat dan mengefektifkan membaca kalimat soal selanjutnya lebih mendalam.
Pada kalimat keempat, masih ada pertanda baca titik dua (:) yang kurang sempurna penggunaanya. Kemudian, pula terdapat tanda baca koma (,) yang seharusnya terdapat.
Penggunaan tanda titik dua (:) tidak tepat dalam kalimat keempat karena pemerian (pemaparan rincian) yg ada dalam kalimat tersebut dilakukan pada dalam kalimat. Sementara pemeriannya wajib dipisahkan menggunakan indikasi koma. Maka kalimat tadi bisa diperbaiki sebagai:
Gelar yg berhasil diraihnya seperti Master Percasi (MP), Master Nasional Wanita (MNW), dan Master Fide perempuan (MFW)
Tanda titik 2 (:) selesainya kata misalnya dihilangkan, ad interim setelah (HNW) sebelum istilah hubung 'dan' diberi indikasi baca koma (,).
BACA JUGA: Contoh Soal Teks Sastra serta Teks Non-Sastra
SOAL KEEMPAT KESALAHAN TANDA BACA

Perhatikan kaliamt berikut!
Kami duduk-duduk pada bawah pohon kelengkeng. Kami asik makan: jambu, belimbing, dan mangga.
Penggunaan tanda baca yg nir sempurna adalah....
a. Penghubung (-)
b. Titik 2 (:)
c. Koma (,)
d. Titik (.)
PEMBAHASAN

Tanda baca penghubung (-) masih ada pada kata ulang 'duduk-duduk'. Penggunaan pertanda penghubung dalam kata ulang tadi telah tepat. Yaitu memisahkan antara dua istilah yg diulang tanpa spasi.
Tanda titik 2 (:) terdapat selesainya istilah makan. Penggunaan tanda baca ini keliru karena pada satu kalimat nir perlu pertanda titik dua meskipun adalah pemerian atau pemerincian misalnya dalam kalimat tersebut.
Tanda koma (,) terdapat pada antara kata-kata pemerian. Tanda baca tersebut telah tepat sehingga nir perlu diiperbaiki.
Tanda titik (.) terpat di akhir masing-masing kaliamt. Kalimat pada contoh soal pada atas ada dua. Jadi, terdapat dua indikasi titik pada akhis masing-masing kalimat.
Demikian penerangan tentang contoh soal dan pembahasan soal yang berkaitan dengna indikasi baca. Soal ini diambil berdasarkan soal UN tahun 2016.
Jika terdapat pertanyaan mengenai kesalahan pertanda baca silahkan tulis di komentar.
Jika terdapat kesulitan mengerjakan soal dan terdapat yg perlu didiskusikan, silahkan tulis soalnya di komentar (lebih baik pula bila terdapat pilihan jawabannya :) ). Atau juga membahas dan berdiskusi soal UN (khususnya bahasa Indonesia) melalui facebook kami pada Pustamun atau kontak kami melalui 'Kontak'
Semoga Contoh dan Pembahasan Soal Kesalahan Tanda Baca in bermanfaat! Silahkan diunduh alias pada-download buat latihan soal.
Download dan baca soal lain

PEMBAHASAN SOAL KESALAHAN TANDA BACA DALAM UN 2018

Pembahasan Soal Kesalahan Tanda Baca dalam UN 2017


Soal-soal  yangdibahas dalam tulisan ini merupakan deretan soal mengenai pertanda baca dalam kalimatyang masih ada pada naskah Soal UN Bahasa Indonesia SMP/MTs tahun 2017. Yangtermasuk pada soal mengenai tanda baca merupakan penulisan alfabet modal danpenggunaan tanda baca serta cara penulisan dalam kalimat. Hak cipta naskah soalini terdapat pada Pusat Penilaian Pendidikan-BALITBANG-KEMDIKBUD.

Soal Pertama


Bacalah kalimat berikut!

Hindari makanan seperti Burger dan kentang goreng untukmembatasi kalori yang masuk ke pada tubuh.


Alasan ketidaktepatan penulisan huruf modal tersebutadalah ....

a. Nama geografi yang nir diikuti sang nama dirigeografinya.
b. Bukan istilah asing yang wajib dimulai dengan hurufkapital.
c. Burger istilah adopsi yg nir perlu dimulai menggunakan hurufkapital.
d. Burger merupakan kata benda yg nir perlu menggunakanhuruf kapital.

Jawaban: C


Pembahasan:

Yang menjadi inti pembahasan soal pada atas merupakan kata burger.Dalam soal, burger diawali menggunakan huruf akbar: Burger. Jadi,kesalahan indikasi bacanya merupakan karena menggunakan huruf modal di awal kata.

Jawaban C paling tepat karena burger dalamsoal dimulai dengan alfabet modal. Dalam jawaban D menggunakanhuruf kapital. Jadi, apabila menjawab D maka dianggap tulisan burger padasoal ditulis dengan alfabet modal semua misalnya ini: BURGER.

Jawaban A keliru karena burger bukan nama geografi.memang nama diri geografi dan nama geografi harus ditulis menggunakan hurufbesar.

Jawaban B galat lantaran kata asing yang ditulis dalambahasa Indonesia harus dituis miring, bukan justru diawali alfabet besar .

Soal Kedua


Bacalah teks berikut!

1) Alkisah pada desa bunga tanjung ada seseorang wanita tuayang memiliki lahan. 2) Humanya nir begitu luas, hanya seluas jaringpenangkap ikan, tetapi hasilnya melimpah ruah. 3) Putri Tunggal nama perempuanitu. 4) Ia mempunyai tujuh orang anak.

Penggunaan ejaan yang nir sempurna pada kutipan teks tersebutterdapat pada kalimat angka ....

a. 4
b. 3
c. 2
d. 1

Jawaban: D


Pembahasan:

Kalimat yg penulisan huruf modal (ejaan) keliru adalahkalimat pertama, yaitu terdapat pada istilah desa bunga tanjung. Kata tersebutseharusnya ditulis menggunakan awalan huruf kapital yaitu Desa Bunga Tanjung. Alasanpenggunaan huruf modal pada awal karena nama geografi (desa) dirangkaiatau diikuti dengan nama diri (Tanjung Bunga).

Soal Ketiga


Perhatikan kalimat-kalimat berikut!

1) Anak itu sudah pada keluarkan dari sanggar tarinya.
2) Sebelum melakukan yang sesungguhnya kami mengadakansimulasi.
3) Kita wajib selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
4) Satgas dibuat untuk mengungkap masalah vaksin palsu.

Kalimat yang tidak tepat ejaannya terdapat pada kalimatnomor ....

a. 1
b. 2
c. 3
d. 4

Jawaban: A


Pembahasan:

Kalimat pertama dalam soal di atas memiliki kesalahan. Yaitukesalahan pertanda baca berupa penulisan /di/ yg dipisah. Seharusnya kata di-pada istilah dikeluarkan merupakan imbuhan (afiks) yang sebagai satukesatuan dengan imbuhan akhir, yaitu di- -kan. Jika ditulis pisah,seolah-olah itu adalah kat depan, bukan imbuhan.

Penggunaan tanda baca pada kalimat yang lain sudah sahih.tulisan “Tuhan Yang Mahakuasa” sudah benar lantaran Tuhan pada kaidah bahasaIndonesia selalu ditulis menggunakan huruf besar . Adapun sifat Tuhan yangdirangkaikan menjadi kesatuan jua harus diawali huruf akbar. Penulisan maha-harus dirangkai menggunakan kata selanjutnya lantaran maha- adalah fonemterikat.

Soal Keempat


Bacalah kalimat berikut!

“Apakah ada perbedaan jika kita menggunakan pupuk jenislain!” tanya Budi.

Alasan ketidaktepatan penggunaan pertanda baca pada kalimattersebut adalah....

a. Pertanda seru (!) tadi dipakai untuk mengakhirikalimat tanya.
b. Pertanda titik (.) buat mengakhiri kalimat liputan.
c. Tanda petik 2 (“....”) buat kalimat langsung.
d. Pertanda petik dua (“....”) bukan buat kalimat langsung.

Jawaban: A


Pembahasan:

Yang ditanyakan pada soal adalah ketidaktepatan, maka jelasyang nir tepat adalah penggunaan indikasi seru dalam kalimat tanya. Sudah jelasdalam soal bahw Budi sedang bertanya. Maka kalimat pertanyaan yg sedang diucapkanharus diakhiri dengan tanda tanya.

Sementara itu, penggunaan titik pada akhir kalimat (setelahkata ‘Budi’) sudah tepat lantaran digunakan buat mengakhiri kalimat. Tanda titikdua dipakai buat kalimat langsung. Dalam soal di atas sudah sempurna.

Soal Kelima


Cermati kalimat beirkut ini!

Bawalah: beras, kacang tanah, ikan asin dan, sayur-mayur,besok pagi.


Perbaikan indikasi baca yg tepat pada kalimat tersebutadalah....

a. Bawalah; beras, kacang, tanah ikan asin, dan, sayur-mayurbesok pagi.
b. Bawalah beras, kacang tanah, ikan asin, serta sayur-mayurbesok pagi.
c. Bawalah beras: kacang tanah, ikan asin dan, sayur mayurbesok pagi.
d. Bawalah: beras, kacang tanah, ikan asin, serta, sayur-mayurbesok pagi.

Jawaban: B


Pembahasan:

Intinya, contoh penggunaan indikasi baca yg sinkron terdapat padakalimat jawaban B. Tanda koma digunakan buat memisahkan barang yg sedangdirinci. Penggunaan tanda koma digunakan pada setiap akhir kata yang beruparincian, kecuali yang paling akhir.

Demikian model soal kesalahan penggunaan indikasi baca danpembahasannya yg diambil berdasarkan nasakah soal UN 2017. Semoga sanggup memberikanmanfaat. Apabila terdapat sesuatu yang perlu didiskusikan, atau perlu dikoreksi dandikritisi, silahkan berikan komentar.

Salam Pustamun!


Jangan lupa baca dan unduh contoh soal yang lain.

PENGERTIAN DAN FANFAAT DATA

Pengertian Dan Fanfaat Data 
Ada poly pengertian tentang data, secara sederhana data dapat diartikan sebagai berita mengenai sesuatu (www.ketut.web.id). Menurut Vercellis,(2009:6) pada risyana.wordpress.com, data menggambarkan sebuah representasi kabar yang tersusun secara terstruktur, menggunakan kata lain bahwa “Generally, data represent a structured codification of single primary entities, as well as of transactions involving two or more primary entities .” Sedangkan dari Wawan dan Munir (2006:1) dalam risyana.wordpress.com bahwa “Data merupakan nilai yang merepresantasikan deskripsi menurut suatu objek atau insiden.”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, data merupakan fakta yang benar dan nyata. Data pula bisa diartikan menjadi sesuatu yang digunakan atau diperlukan dalam penelitian menggunakan menggunakan parameter tertentu yang telah dipengaruhi (Priyatno:2008). Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa data merupakan suatu objek, insiden, atau liputan yg terdokumentasikan dengan mempunyai kodifikasi terstruktur buat suatu atau beberapa entitas. 

A. JENIS-JENIS DATA
Dalam sebuah penelitian, terdapat 2 macam jenis data (Priyatno:2008), yaitu :

1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yg dinyatakan pada bentuk bukan angka, tetapi berbentuk istilah, kalimat, gambar, atau bagan.

2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yg dinyatakan pada bentuk angka. Tipe-tipe data kuantitatif merupakan menjadi berikut :

a. Data Nominal
Data nominal merupakan ukuran yg paling sederhana, dimana angka yang diberikan pada objek memiliki arti sebagai label saja, dan tidak memberitahuakn tingkatan apapun (Moh. Nazir.2003). 

Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama. Data nominal merupakan data kontinum serta nir mempunyai urutan. Bila objek dikelompokkan ke pada set-set, serta kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tadi tidak boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket serta renang. Kemudian masing-masing anggota set pada atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (dua) serta renang (tiga). Jelas kelihatan bahwa nomor yg diberikan tidak memberitahuakn bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi berdasarkan tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi berdasarkan tenis. Angka tersebut nir memberikan arti apa-apa bila dibubuhi. Angka yg diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. 

b. Data Ordinal
Bagian lain dati data kontimun adalah data ordinal. Data ini selain memiliki nama (atribut) jua mempunyai peringkat atau urutan. Angka yg diberikan mengandung tingkatan. Ini dipakai buat mengurutkan objek menurut yg paling rendah sampai paling tinggi atau kebalikannya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya menaruh peringkat saja. Jika kita mempunyai sebuah set objek yg dinomori, menurut 1 sampai n, contohnya peringkat 1, dua, 3, 4, lima dan seterusnya, apabila dinyatakan pada skala, maka jeda antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan mempunyai urutan mulai berdasarkan yg paling tinggi hingga paling rendah. Atau paling baik hingga ke yang paling jelek. Misalnya pada skala Likert (Moh Nazir.2003), mulai menurut sangat setuju, putusan bulat, ragu-ragu, tidak sepakat hingga sangat nir putusan bulat. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan warga buat menghadiri kedap generik pemilihan kepala daerah, mulai berdasarkan tidak pernah absen menghadiri, dengan kode lima, kadang-kadang saja menghadiri, menggunakan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, nir pernah menghadiri, dengan kode 2 hingga tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari hasil pengukuran dengan memakai skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal.

c. Data Interval
Pemberian nomor kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat berukuran ordinal serta ditambah satu sifat lain, yakni jeda yg sama dalam pengukuran dinamakan data interval. Data ini memberitahuakn jeda yg sama dari karakteristik atau sifat objek yg diukur. Akan namun ukuran interval nir memberikan jumlah mutlak dari objek yg diatur. Data yang diperoleh berdasarkan output pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval. Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F diukur menggunakan ukuran interval dalam skala prestasi menggunakan berukuran 1, 2, tiga, 4, lima, dan 6, maka bisa dikatakan bahwa beda prestasi antara C dan A adalah tiga – 1 = 2. Beda prestasi antara C serta F merupakan 6 – 3 = tiga. Akan tetapi nir sanggup dikatakan bahwa prestasi E merupakan lima kali prestasi A ataupun prestasi F merupakan 3 kali lebih baik dari prestasi B. Dari output pengukuran menggunakan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval.

d. Data Rasio
Data rasio merupakan data yg memiliki rentang nilai 0 dan plus serta minus berdasarkan semua nomor (Muhajir, 2007). Ukuran ratio dapat dibentuk perkalian ataupun pembagian. Angka dalam skala ratio bisa menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yg diukur. Apabila terdapat 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. Bila dipandang dengan ukuran ratio maka pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan D adalah lima kali pendapatan A. Pendapatan C merupakan 4/3 kali pendapatan B. Dengan istilah lain, ratio antara C dan A adalah 4 : 1, ratio antara D dan A adalah lima : 1, sedangkan rasio antara C dan B merupakan 4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A serta C merupakan 30.000. Dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh lainnya merupakan berat badan bayi yg diukur dengan skala ratio. Bayi A mempunyai berat 3 Kg. Bayi B memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur menggunakan skala Ratio, maka bayi A mempunyai ratio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C. Bayi B mempunyai ratio berat badan dua kali menurut berat badan bayi C, dan bayi C mempunyai ratio berat badan 1/3 kali berat badan bayi A, dst. Dari output pengukuran menggunakan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data ratio. 

B. JENIS-JENIS METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Dalam proses pengumpulan data tentu diharapkan sebuah indera atau instrument pengumpul data. Arti konsep instrument dalam penelitian adalah indera ukur, yaitu menggunakan instrument penelitian ini dapat dikumpulkan data sebagai indera buat menyatakan besaran atau persentase serta lebih kurangnya dalam bentuk kualitatif serta kuantitatif. Sehingga menggunakan memakai instrument yg dipakai tersebut berguna sebagai alat, baik buat mengumpulkan data juga bagi pengukurannya. Sebelum tetapkan pemilihan serta penyusunan instrument perlu diperhatikan mengenai validitas serta reliabilitas instrument yg digunakan. Sebab dikhawatirkan terjadinya penggunaan instrument yang tidak valid dan nir reliable, buat itu perlu diketahui validitas serta reliabilitas suatu instrument terlebih dahulu. Alat pengumpul data dapat dilakukan dengan menggunakan metode test serta metode non test.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan pada proses pengumpulan data adalah menjadi berikut :
a. Peneliti wajib mengetahui dimana, bagaimana data itu diperoleh. Hal ini telah terpikirkan sewaktu peneliti melihat variable-variabel yg terdapat pada kasus serta hipotesa penelitian.
b. Menyusun instrument sebagai indera buat mengumpulkan data tersebut, dan telah memutuskan data mana yg benar -benar dibutuhkan serta data mana yang perlu diabaikan. Semuanya sudah disusun oleh peneliti dalam instrument yg digunakan.
c. Sudah memikirkan siapa-siapa yang jadi responden peneliti dan bagaimana cara menghubunginya serta siapa-siapa yang dapat membantu peneliti pada membuatkan kuosioner atau instrument tersebut.
d. Orang yang membantu mengumpulkan data ini apakah sudah dipersiapkan dengan pengetahuan buat itu atau dengan kata lain apakan peneliti telah melatih atau memberi petunjuk dalam melakukan tugasnya. Apabila instrument peneliti merupakan wawancara maka apakah pembantu peneliti ini sudah dibekali dengan cara-cara yg baik buat berwawancara menggunakan responden.
e. Apakah birokrasi yg perlu ditembus telah kita persiapkan menggunakan adanya surat-surat biar buat meneliti seseorang atau instansi tertentu.
f. Jika semuanya telah dilakukan peneliti bertanya berapa jumlah data yang dibutuhkan. Apakah tidak mungkin terjadinya kekurangan jumlah yang peneliti inginkan lantaran ada instrument saat pengisian tidak lengkap, tidak sempurna serta yang hilang, dan sebagainya. Untuk dapatnya data sesuai menggunakan yg diinginkan maka dibutuhkan supaya peneliti memperkirakan kerusakan misalnya 10%. Untuk itu sebelum dijalankan sengaja kita tambahkan jumlahnya dengan 10% yg diperkirakan akan berkurang.
g. Setelah seluruh teknisnya dipenuhi, maka yg tidak kalah pentingnya merupakan biaya transportasi buat mengumpulkan data tersebut. Karena kadang kala seorang harus berkali-kali menemui seorang utnuk wawancara atau buat mengisi instrument yang digunakan. Oleh karenanya dalam suatu proposal, peneliti umumnya sudah bisa memperkirakan berapa porto yang dibutuhkan buat biaya transportasi tadi pada samping porto lainnya.

Untuk beberapa metode, kata bagi instrumentnya memang sama menggunakan metodenya, yaitu :
1) Instrumen buat metode tes merupakan tes atau soal tes.
2) Instrumen buat metode angket atau kuosioner merupakan angket atau kuosioner.
3) Instrumen buat metode observasi merupakan check-list.
4) Instrumen buat metode dokumentasi adalah panduan dokumentasi atau bisa juga check list.

Untuk detail, maka akan dibahas metode serta instrument pengumpulan data satu per satu.

a. Pengumpulan data dengan Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan dan indera lain yg digunakan buat mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang pada miliki oleh individu atau grup. Dalam menyampaikan tes ini akan disampaikan sekaligus indera ukur lain yg sifatnya terstandar. Ditinjau berdasarkan target atau objek yanga kan dievaluasi, maka dibedakan adanya beberapa macam tes dan alat ukur lain. 

1. Tes kepribadian atau personality tes
Yaitu tes yang dipakai buat mengungkap kepribadian seorang. Yang diukur bisa self konsep, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dsb.

2. Tes bakat atau aptitude tes
Yaitu tes yg dipakai buat mengukur atau mengetahui bakat seseorang. 

3. Tes intelegensi 
Yaitu tes yg dipakai buat mengadakan perkiraan atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang menggunakan cara memberikan tugas pada orang yang akan diukur intelegensinya. 

4. Tes perilaku atau attitude tes
Yaitu indera yg digunakan buat mengadakan pengukuran terhadap aneka macam perilaku seorang. 

5. Tes minat
Yaitu indera buat menggali minat seorang terhadap sesuatu. 

6. Tes prestasi atau achievement tes
Yaitu tes yg dipakai buat mengukur pencapaian seorang sehabis mempelajari sesuatu. Berbeda dengan yg lain-lain sebelum ini, tes prestasi diberikan sehabis orang yg dimaksud mengusut hal-hal sinkron menggunakan apa yang akan di teskan. 

Dalam memakai metode tes, peneliti menggunakan instrument berupa tes, atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari banyak butir tes (item) yg masing-masing mengukur satu jenis variabel.

b. Pengumpulan data dengan metode non tes
Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya apabila dipadukan menggunakan data-data yg dihasilkan dengan menggunakan tehnik yang berbeda, berikut disajikan alat pengumpul data dalam bentuk non tes.

1. Angket atau kuesioner
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yg berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis dalam seseorang atau sekumpulan orang untuk menerima jawaban atau tanggapan dan informasi yg diharapkan sang peneliti. Kuesioner lebih baik dipakai buat mengumpulkan data atau berita daripada teknik wawancara, karena dalam wawancara peneliti harus mengadakan hubungan pribadi. Pertemuan pribadi antara responden menggunakan peneliti ini memerlukan waktu yg banyak, apalagi jika harus menghubungi ratusan orang. Wawancara wajib dilakukan sang orang yg mahir dalam hubungan personal dan nir bisa dilakukan oleh semua orang. Sedangkan memakai informasi lapangan bisa dilakukan oleh poly orang untuk mengantar dan menjemput informasi lapangan tersebut selesainya diisi oleh responden dan dapat pula dilakukan oleh peneliti secara masal pada suatu kelas tehadap anak didik-murid atau mahasiswa dalam saat yang singkat. Kuesioner mampu disusun dibelakang meja menggunakan hening serta dapat direvisi setiap ketika jika terjadi kesalahan. Kuesioner dapat jua dilakukan pngirimanya melalui tempat kerja pos dan pengembaliannya dapat melalui tempat kerja pos tersebut.

Bentuk informasi lapangan bisa jua berstruktur dab nir berstruktur seperti dalam persiapan wawancara, isinya sangat tergantung berdasarkan kebutuhan peneliti. Dalam menyusun berita umum agar lebih tepat sasarannya serta lebih mudah dalam menganalisisnya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Mardalis:1989) :
1. Kuesioner disusun sejelas mungkin, buat menghindari keliru tafsir berdasarkan responden yang bervariasi.
2. Diusahakan pertanyaannya sesingkat mungkin dan jangan berbeli-belit.
3. Setelah terselesaikan disusun, sebelm diedarkan buat kegiatan yang sebenarnya. Sebaiknya dilakukan uji coba dulu terhadap sebagaian responden lalu dianalisa serta apabila ditemui kelemahan serta keuranan perlu dilakukan revisi.
4. Kalimat pada pertanyaan disusun yg dapat dimengerti serta diapahami sang setiap responden ( peneliti wajib tau terlebih dahulu, bagaimana asumsi jawaban responden).
5. Alternative jawaban yg dikendaji dibentuk selengkap mungkin. Misalnya, jika dikatakan alat tulis, apakah pensil, boolpoin, dll).
6. Hindari pertanyaan yg merendah atau menyinggung perasaan responden.
7. Setelah berita umum dibuat peneliti mestinya telah mengetahui bagaimana cara menghitung atau analisanya nanti. 

Dalam penyusunan instrument umumnya atau survey bertitik tolak menurut variable yang dikemukakan pada hipotesa atau masalah penelitian, menurut sana lalu baru dijabarkan kedalam item-item serta dimensi-dimensi pertanyaan. Jangan hingga mengajukan serta membuat pertanyaan yang nir ada kaitanya dengan kasus yg sedang ditelitikarena akan merugikan serta tidak ada gunanya.

Kuesioner dapat dibedakan sebagai beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangan :

a. Dipandang dari cara menjawab, maka terdapat :
1. Kuesioner terbuka, yang member kesempatan kepad responden buat menjawab menggunakan kalimatnya sendiri.
2. Kuesioner tertutup, yg telah disediakan jawabannya sebagai akibatnya responden tinggal memilih.

b. Dipandang menurut jawaban yg diberikan, yaitu:
1. Kuesioner pribadi, yaitu responden menjawab mengenai dirinya.
2. Kuesioner tidak langsung, yaitu bila responden menjawab tentang orang lain.

c. Dipandang menurut bentuknya, yaitu :
1. Kuesioner pilihan ganda, yg dimaksud merupakan sama menggunakan survey tertutup.
2. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah informasi lapangan terbuka.
3. Check List, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda cek pada kolom yang sinkron.
4. Rating-Scale (Skala Bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti sang kolom-kolom yg memperlihatkan tingkatan-strata. Misalnya mulai berdasarkan sangat setuju sampai sangat nir setuju

Keuntungan Kuesioner :
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada poly responden.
3. Dapat dijawab sang responden dari kecepatannya masing-masing, serta menurut saat senggang responden.
4. Dapat dibuat anonym, sebagai akibatnya responden bebas jujur dan tidak memalukan-memalukan menjawab.
5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden bisa diberi pertanyaan yg benar-benar sama.

Kelemahan Kuesioner :
1. Responden acapkali tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yg terlewati tidak dijawab, pdahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.
2. Sering kali sukar dicari validitasnya.
3. Walaupun dibentuk anonym, kadang-kadang responden menggunakan sengaja menaruh jawaban yg tidak betul atau nir jujur.
4. Sering kali nir balik , terutama bila dikirim lewat pos.
5. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yg terlalu usang sehingga terlambat.

Contoh Angket :
a. Bentuk Skala Liert
Bentuk ini dipakai apabila peneliti menginginkan data mengenai pendapat responden mengenai masalah yg diteliti. Bentuk ini bisa dilakukan untuk evaluasi kuantitatif terhadap keseluruhan atau setiap responden. Cara ini menggunakan tetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item atau sub item yang ditetapkan, pertanyaannya berbentuk positif atau negative. 

2. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yg digunakan peneliti buat menerima keterangan-kabar lisan melalui bercakap-cakap serta berhadap-hadapan mika dengan orang yg dapat memberikan informasi pada sipeneliti. Wawancara ini bisa dipakai buat melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Apabila peneliti akan memakai teknik wawancara pada penelitiannya perlu diketahui terlebih dulu: target, maksud, serta masalah apa yg dibutuhkan sipeneliti karena dalam suatu wawancara dapat diperoleh warta yang berlainana serta terdapat kalanya tidak sinkron menggunakan maksud si peneliti. 

Secara fisik, interview bisa dibedakan atas interview terstruktur serta nir terstruktur. Seperti halnya kuesioner, interview terstruktur terdiri dari serenteten pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan indikasi cek (√) dalam pilihan jawaban yang sudah disiapkan. Interview terstandar kadang-kadang disembunyikan oleh pewawancara, akan tetapi tidak juga diperlihatkan kepada responden, bahkan respondenlah yg dipersilahkan memberikan tanda.

Ditinjau berdasarkan pelaksanaannya, maka dibedakan atas :
a. Interview Bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya pewawancara tidak membawa pedoman apa yang akan ditanyakan. Kebaikan metode ini merupakan bahwa responden nir menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diinterview. Kelemahannya merupakan arah pertanyaan kadang-kadang kurang terkendali.
b. Interview Terpimpin (Guided Interview), yaitu interview yg dilakukan sang pewawancara menggunakan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terang misalnya yang dimaksud pada interview terstruktur.
c. Interview Bebas Terpimpin, kombinasi antara interview bebas serta terpimpin. Dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa panduan yang hanya adalah garis akbar mengenai hal-hal yg akan ditanyakan. 

Menginterview bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam hal ini pewawancara harus bisa membentuk suasana santai namun berfokus. Artinya bahwa interview dilakukan dengan sungguh-sungguh, nir main-main, namun nir kaku. Suasana ini penting dijaga supaya responden mau menjawab apa saja yang dikehendaki oleh pewawancara secara jujur.sang karena sulitnya pekerjaan ini, maka perlu adanya pembinaan bagi pewawancara. Sebagai instrument interview adalah interview guide atau pedoman wawancara.

Waktu mempersiapkan wawancara menggunakan responden perlu diperhatikan hal-hal berikut (Mardalis:1989):
a. Responden yang akan diwawancarai usahakan diseleksi agar sinkron dengan data yg dibutuhkan.
b. Waktu berwawancara sedapatnya dilakukan sinkron menggunakan kesediaan responden.
c. Permulaan wawancara usahakan peneliti memperkenalkan diri dan menyebutkan maksud serta tujuan wawancara yang dilakukan.
d. Ketika bewawancara, peneliti sebaiknya berlaku seperti orang ingin memahami dan belajar berdasarkan responden serta jangan seperti orang menggurui terhadap responden. Hal ini penting buat kelancaran wawancara.
e. Jangan sampai ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak diinginkan sang responden.
f. Peneliti sebaiknya menunjukkan perhatian penuh terhadap pembicaraan responden. Jika terjadi pengalihan pembicaraan oleh responden peneliti menggunakan hati-hati meluruskannya ke target utama.
g. Melakukan penutupan pembicaraan dengan ucapan terima kasih.

3. Observasi
Observasi sering kali diartikan sebagai suatu arti yg sempit, yakni memperhatiakn sesuatu memakai mata. Di pada pengertian psikologig, observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan penguatan perhatian terhadap sesuatu objek menggunakan memakai seluruh alat indera. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, indera pendengaran, raba, serta pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan pribadi. Di dalam artian penelitian observasi bisa dilakukan dengan tes, berita umum, rekaman gambar, rekaman suara. 

Jika diperhatikan lebih lanjut, observasi atau pengamatan ini dapat dibedakan sebagai 2 observasi, yaitu :

a. Observasi Partisipasi
Dalam melakukan observasi partisipasi pengamat ikut terlibat dalam aktivitas yang sedang diamatinya atau bisa dikatakan si pengamat ikut serta menjadi pemain. Pengamat mengamati sambil iktu berperan pada aktivitas tadi. Yg perlu diperhatikan pada observasi partisipasi ini adalah agar si pengamat tidak lupa tugas pokoknya, yaitu mengamati serta mencari data.

b. Observasi Simulasi
Diharapkan pengamat bisa mensimulasikan keinginannya pada responden yang dituju sehingga responden dapat memenuhi cita-cita pengamat yang membutuhkan kabar atau data berdasarkan responden. 

Observasi dapat dilakukan menggunakan 2 cara yang kemudian dipakai buat menyebut jenis observasi yaitu:
a. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan. 
b. Observasi sistematis, yang dilakukan sang pengamat dengan memakai panduan sebagai instrument pengamatan. 

Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin ada dan akan diamati. Dalam proses observasi, pengamat hanya menaruh tanda dalam kolom loka insiden muncul itulah sebabnya maka cara bekerja seperti ini diklaim menggunakan sistem pertanda ( sign system).

Sign system dipakai sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran menjadi sebuah potret sesuai pedagogi menjadi sebuah potret selintas (snap shot). Instrument tadi berisi sederetan sub_variable misalnya: guru memberitahuakn, pengajar menulis dipapan tulis, pengajar bertanya dalam gerombolan , pengajar menjawab, anak didik bertanya, dll. Setelah pengamatan pada satu periode eksklusif contohnya 5 mnt, semua insiden yang timbul di cek. Kejadian yang muncul lebih dari satu kali pada satu periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoleh gambar mengenai apa kejadian yg timbul pada situasi pengajaran. 

Dalam hal ini pengamat nir bisa memperhatikan variable yg terlalu poly. Dengan demikian pada akhir pengamatan bisa disimpulkan di kelas mana partisipasi anak didik terjadi paling besar .

4. Skala bertingkat (Rating) atau Rating Scale 
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yg dibuat berskala. Walaupun bertingkat ini mengahasilkan data yang kasar, tetapi relatif menaruh kabar. Instrumen ini bisa menggunakan gampang memberikan citra penampilan, terutama penampilan pada pada orang menjalankan tugas, yang memperlihatkan frekuensi munculnya sifat-sifat.

Rating-scale harus diinterpretasikan secara hati-hati lantaran disamping membentuk gambaran yang kasar jua jawaban responden tidak begitu saja mudah dipercaya. Sehubungan dengan ini Bregman serta Siegel dalam Arikunto:2006 mendaftar hal-hal yang menghipnotis ketidakjujuran jawaban responden yaitu: 
a). Persahabatan, 
b). Kecepatan mengira, 
c). Cepat menetapkan, 
d). Jawaban kesan pertama, 
e). Penampilan instrument, 
f). Prasangka.

Di pada menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih variable skala. Apa yang ditanyakan harus apa yg dapat diamati responden. Misalnya seorang pengajar ditanya mengenai jam kehadiran dan kepulangan kepala sekolah. Dia nir akan menjawab apabila beliau sendiri selalu tiba siang dan pulang awal.

5. Dokumentasi
Dokumentasi, berdasarkan asal pungkasnya dokumen, yg artinya barang-barang tertulis. Di pada melaksanakan metode dokumentasi, peneliti mempelajari benda-benda tertulis misalnya buku-kitab , majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen kedap, catatan harian, dsb.

Dengan memakai serentetan kotak-kotak seperti ini dalam ketika mengumpulkan data melalui catatan-catatan yg menerangkan keadaan karyawan atau pegawai yang sebagai subjek penelitian menaruh indikasi centang pada kotak yg sinkron. Untuk merekam data berdasarkan beberapa orang karyawan, peneliti dapat menderetkan nama-nama subjek dibawah kotak-kotak tadi yg dalam setiap aspek dijadikan menjadi judul table.

a. Check list, yaitu daftar variabel yang akan dikimpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal menaruh indikasi atau tally setiap pemunculan data yg dimaksud.

Dalam pengertian yg lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, namun bisa berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti serta symbol-simbol. Metode dokumentasi ini dapat merupakan metode primer apabila peneliti melakukan pendekatan analisis isi . Buat penelitian menggunakan pendekatan lain pun metode dokumentasi pula memiliki kedudukan penting. Apabila peneliti memang cermat dan mencari bukti-bukti dari landasan aturan dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan metode dokumentasi menjadi tidak terhindarkan. 

PENGERTIAN DAN FANFAAT DATA

Pengertian Dan Fanfaat Data 
Ada poly pengertian tentang data, secara sederhana data dapat diartikan sebagai berita mengenai sesuatu (www.ketut.web.id). Menurut Vercellis,(2009:6) pada risyana.wordpress.com, data mendeskripsikan sebuah representasi warta yang tersusun secara terstruktur, dengan istilah lain bahwa “Generally, data represent a structured codification of single primary entities, as well as of transactions involving two or more primary entities .” Sedangkan berdasarkan Wawan dan Munir (2006:1) dalam risyana.wordpress.com bahwa “Data merupakan nilai yg merepresantasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian.”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, data adalah kabar yg benar serta nyata. Data juga dapat diartikan sebagai sesuatu yg dipakai atau diharapkan pada penelitian dengan memakai parameter tertentu yg telah ditentukan (Priyatno:2008). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data adalah suatu objek, peristiwa, atau berita yg terdokumentasikan menggunakan mempunyai kodifikasi terstruktur buat suatu atau beberapa entitas. 

A. JENIS-JENIS DATA
Dalam sebuah penelitian, terdapat dua macam jenis data (Priyatno:2008), yaitu :

1. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk bukan angka, namun berbentuk kata, kalimat, gambar, atau bagan.

2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan pada bentuk angka. Tipe-tipe data kuantitatif adalah sebagai berikut :

a. Data Nominal
Data nominal adalah ukuran yg paling sederhana, dimana angka yg diberikan pada objek memiliki arti sebagai label saja, dan nir menerangkan strata apapun (Moh. Nazir.2003). 

Ciri-ciri data nominal merupakan hanya mempunyai atribut, atau nama. Data nominal adalah data kontinum serta tidak mempunyai urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan pada seluruh anggota set diberikan angka, set-set tadi nir boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set di atas kita berikan nomor , contohnya tenis (1), basket (2) serta renang (3). Jelas kelihatan bahwa nomor yg diberikan tidak memperlihatkan bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi menurut tenis. Angka tadi tidak memberikan arti apa-apa jika dibubuhi. Angka yg diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. 

b. Data Ordinal
Bagian lain dati data kontimun merupakan data ordinal. Data ini selain mempunyai nama (atribut) juga mempunyai peringkat atau urutan. Angka yg diberikan mengandung strata. Ini digunakan untuk mengurutkan objek berdasarkan yg paling rendah sampai paling tinggi atau sebaliknya. Ukuran ini tidak menaruh nilai mutlak terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita mempunyai sebuah set objek yg dinomori, dari 1 sampai n, contohnya peringkat 1, 2, tiga, 4, lima serta seterusnya, jika dinyatakan pada skala, maka jarak antara data yang satu menggunakan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Atau paling baik hingga ke yg paling jelek. Misalnya dalam skala Likert (Moh Nazir.2003), mulai berdasarkan sangat sepakat, putusan bulat, ragu-ragu, nir sepakat sampai sangat nir putusan bulat. Atau jawaban pertanyaan tentang kesamaan rakyat buat menghadiri rapat generik pemilihan ketua wilayah, mulai dari tidak pernah absen menghadiri, menggunakan kode lima, kadang-kadang saja menghadiri, menggunakan kode 4, kurang menghadiri, menggunakan kode 3, tidak pernah menghadiri, menggunakan kode 2 hingga tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal.

c. Data Interval
Pemberian nomor pada set berdasarkan objek yg mempunyai sifat-sifat berukuran ordinal serta ditambah satu sifat lain, yakni jeda yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini menampakan jeda yang sama menurut karakteristik atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak menaruh jumlah mutlak berdasarkan objek yg diatur. Data yang diperoleh menurut output pengukuran memakai skala interval dinamakan data interval. Misalnya mengenai nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E serta F diukur menggunakan ukuran interval pada skala prestasi dengan berukuran 1, dua, 3, 4, lima, dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara C dan A adalah tiga – 1 = dua. Beda prestasi antara C dan F adalah 6 – tiga = 3. Akan tetapi tidak sanggup dikatakan bahwa prestasi E merupakan lima kali prestasi A ataupun prestasi F adalah tiga kali lebih baik berdasarkan prestasi B. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval.

d. Data Rasio
Data rasio merupakan data yg mempunyai rentang nilai 0 dan plus serta minus berdasarkan seluruh angka (Muhajir, 2007). Ukuran ratio bisa dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada skala ratio bisa menerangkan nilai sebenarnya menurut objek yang diukur. Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. Bila dilihat dengan berukuran ratio maka pendapatan pengemudi C merupakan 4 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan D adalah lima kali pendapatan A. Pendapatan C adalah 4/3 kali pendapatan B. Dengan kata lain, ratio antara C serta A adalah 4 : 1, ratio antara D dan A merupakan lima : 1, sedangkan rasio antara C serta B adalah 4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A dan C adalah 30.000. Dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh lainnya adalah berat badan bayi yg diukur dengan skala ratio. Bayi A mempunyai berat tiga Kg. Bayi B mempunyai berat 2 Kg serta bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur menggunakan skala Ratio, maka bayi A mempunyai ratio berat badan tiga kali menurut berat badan bayi C. Bayi B memiliki ratio berat badan dua kali dari berat badan bayi C, dan bayi C memiliki ratio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A, dst. Dari output pengukuran menggunakan menggunakan skala rasio ini akan diperoleh data ratio. 

B. JENIS-JENIS METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Dalam proses pengumpulan data tentu dibutuhkan sebuah indera atau instrument pengumpul data. Arti konsep instrument dalam penelitian adalah indera ukur, yaitu dengan instrument penelitian ini bisa dikumpulkan data menjadi alat buat menyatakan besaran atau persentase dan lebih kurangnya pada bentuk kualitatif dan kuantitatif. Sehingga menggunakan memakai instrument yg digunakan tersebut berguna sebagai alat, baik buat mengumpulkan data juga bagi pengukurannya. Sebelum tetapkan pemilihan dan penyusunan instrument perlu diperhatikan mengenai validitas dan reliabilitas instrument yang digunakan. Sebab dikhawatirkan terjadinya penggunaan instrument yg tidak valid serta tidak reliable, buat itu perlu diketahui validitas serta reliabilitas suatu instrument terlebih dahulu. Alat pengumpul data dapat dilakukan dengan memakai metode test serta metode non test.

Langkah-langkah yg perlu dilakukan dalam proses pengumpulan data merupakan menjadi berikut :
a. Peneliti harus mengetahui dimana, bagaimana data itu diperoleh. Hal ini sudah terpikirkan sewaktu peneliti melihat variable-variabel yang terdapat dalam perkara serta hipotesa penelitian.
b. Menyusun instrument sebagai alat buat mengumpulkan data tadi, serta sudah memutuskan data mana yg betul-benar diharapkan dan data mana yg perlu diabaikan. Semuanya telah disusun oleh peneliti dalam instrument yang digunakan.
c. Sudah memikirkan siapa-siapa yang jadi responden peneliti dan bagaimana cara menghubunginya dan siapa-siapa yang bisa membantu peneliti dalam mengembangkan kuosioner atau instrument tadi.
d. Orang yg membantu mengumpulkan data ini apakah telah dipersiapkan dengan pengetahuan untuk itu atau menggunakan kata lain apakan peneliti telah melatih atau memberi petunjuk dalam melakukan tugasnya. Apabila instrument peneliti adalah wawancara maka apakah pembantu peneliti ini sudah dibekali dengan cara-cara yang baik buat berwawancara menggunakan responden.
e. Apakah birokrasi yg perlu ditembus telah kita persiapkan dengan adanya surat-surat izin untuk meneliti seseorang atau instansi tertentu.
f. Apabila semuanya sudah dilakukan peneliti bertanya berapa jumlah data yang dibutuhkan. Apakah tidak mungkin terjadinya kekurangan jumlah yg peneliti inginkan karena terdapat instrument waktu pengisian tidak lengkap, nir paripurna serta yang hilang, dan sebagainya. Untuk dapatnya data sesuai menggunakan yang diinginkan maka diharapkan supaya peneliti memperkirakan kerusakan contohnya 10%. Untuk itu sebelum dijalankan sengaja kita tambahkan jumlahnya dengan 10% yang diperkirakan akan berkurang.
g. Setelah semua teknisnya dipenuhi, maka yang tidak kalah pentingnya merupakan biaya transportasi untuk mengumpulkan data tadi. Karena kadang kala seorang wajib berkali-kali menemui seseorang utnuk wawancara atau untuk mengisi instrument yang dipakai. Oleh karenanya dalam suatu proposal, peneliti umumnya sudah dapat memperkirakan berapa porto yang dibutuhkan buat biaya transportasi tadi di samping porto lainnya.

Untuk beberapa metode, kata bagi instrumentnya memang sama menggunakan metodenya, yaitu :
1) Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes.
2) Instrumen buat metode angket atau kuosioner adalah angket atau kuosioner.
3) Instrumen untuk metode observasi adalah check-list.
4) Instrumen buat metode dokumentasi merupakan panduan dokumentasi atau bisa juga check list.

Untuk lebih jelasnya, maka akan dibahas metode dan instrument pengumpulan data satu per satu.

a. Pengumpulan data dengan Metode Tes
Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta indera lain yang digunakan buat mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang di miliki sang individu atau grup. Dalam mengungkapkan tes ini akan disampaikan sekaligus alat ukur lain yang sifatnya terstandar. Ditinjau berdasarkan target atau objek yanga kan dinilai, maka dibedakan adanya beberapa macam tes dan alat ukur lain. 

1. Tes kepribadian atau personality tes
Yaitu tes yg dipakai buat mengungkap kepribadian seorang. Yang diukur bisa self konsep, kreativitas, disiplin, kemampuan spesifik, dsb.

2. Tes bakat atau aptitude tes
Yaitu tes yg digunakan buat mengukur atau mengetahui bakat seorang. 

3. Tes intelegensi 
Yaitu tes yg dipakai buat mengadakan estimasi atau asumsi terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara menaruh tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya. 

4. Tes perilaku atau attitude tes
Yaitu indera yg dipakai buat mengadakan pengukuran terhadap banyak sekali sikap seorang. 

5. Tes minat
Yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu. 

6. Tes prestasi atau achievement tes
Yaitu tes yg dipakai buat mengukur pencapaian seseorang sehabis mengusut sesuatu. Berbeda menggunakan yg lain-lain sebelum ini, tes prestasi diberikan sehabis orang yang dimaksud mengusut hal-hal sesuai dengan apa yg akan pada teskan. 

Dalam memakai metode tes, peneliti menggunakan instrument berupa tes, atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari poly buah tes (item) yang masing-masing mengukur satu jenis variabel.

b. Pengumpulan data menggunakan metode non tes
Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya apabila dipadukan dengan data-data yg dihasilkan dengan menggunakan tehnik yg tidak sinkron, berikut tersaji indera pengumpul data dalam bentuk non tes.

1. Angket atau kuesioner
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis dalam seorang atau sekumpulan orang buat menerima jawaban atau tanggapan dan informasi yg dibutuhkan sang peneliti. Kuesioner lebih baik digunakan buat mengumpulkan data atau warta daripada teknik wawancara, karena dalam wawancara peneliti harus mengadakan hubungan pribadi. Pertemuan langsung antara responden dengan peneliti ini memerlukan saat yg poly, apalagi apabila wajib menghubungi ratusan orang. Wawancara harus dilakukan sang orang yang mahir dalam hubungan personal serta nir mampu dilakukan sang seluruh orang. Sedangkan menggunakan berita umum dapat dilakukan sang banyak orang buat mengantar serta menjemput informasi lapangan tersebut setelah diisi oleh responden dan bisa pula dilakukan sang peneliti secara masal dalam suatu kelas tehadap siswa-anak didik atau mahasiswa pada waktu yang singkat. Kuesioner mampu disusun dibelakang meja menggunakan tenang serta bisa direvisi setiap saat jika terjadi kesalahan. Kuesioner bisa pula dilakukan pngirimanya melalui kantor pos serta pengembaliannya bisa melalui tempat kerja pos tadi.

Bentuk berita umum bisa pula berstruktur dab nir berstruktur seperti pada persiapan wawancara, isinya sangat tergantung berdasarkan kebutuhan peneliti. Dalam menyusun survey supaya lebih tepat sasarannya dan lebih gampang dalam menganalisisnya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Mardalis:1989) :
1. Kuesioner disusun sejelas mungkin, buat menghindari galat tafsir dari responden yg bervariasi.
2. Diusahakan pertanyaannya sesingkat mungkin dan jangan berbeli-belit.
3. Setelah terselesaikan disusun, sebelm diedarkan untuk kegiatan yang sebenarnya. Sebaiknya dilakukan uji coba dulu terhadap sebagaian responden lalu dianalisa serta bila ditemui kelemahan dan keuranan perlu dilakukan revisi.
4. Kalimat pada pertanyaan disusun yang bisa dimengerti serta diapahami sang setiap responden ( peneliti harus tau terlebih dahulu, bagaimana perkiraan jawaban responden).
5. Alternative jawaban yg dikendaji dibuat selengkap mungkin. Misalnya, jika dikatakan alat tulis, apakah pensil, boolpoin, dll).
6. Hindari pertanyaan yg merendah atau menyinggung perasaan responden.
7. Setelah survey dibuat peneliti mestinya sudah mengetahui bagaimana cara menghitung atau analisanya nanti. 

Dalam penyusunan instrument umumnya atau survey bertitik tolak berdasarkan variable yang dikemukakan pada hipotesa atau kasus penelitian, dari sana lalu baru dijabarkan kedalam item-item serta dimensi-dimensi pertanyaan. Jangan sampai mengajukan dan menciptakan pertanyaan yang tidak ada kaitanya dengan kasus yang sedang ditelitikarena akan merugikan dan tidak terdapat gunanya.

Kuesioner bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung dalam sudut pandangan :

a. Dipandang menurut cara menjawab, maka terdapat :
1. Kuesioner terbuka, yang member kesempatan kepad responden untuk menjawab menggunakan kalimatnya sendiri.
2. Kuesioner tertutup, yg sudah disediakan jawabannya sebagai akibatnya responden tinggal memilih.

b. Dipandang dari jawaban yg diberikan, yaitu:
1. Kuesioner pribadi, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
2. Kuesioner nir eksklusif, yaitu apabila responden menjawab mengenai orang lain.

c. Dipandang berdasarkan bentuknya, yaitu :
1. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud merupakan sama menggunakan kuesioner tertutup.
2. Kuesioner isian, yg dimaksud merupakan kuesioner terbuka.
3. Check List, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan pertanda cek pada kolom yang sesuai.
4. Rating-Scale (Skala Bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yg diikuti sang kolom-kolom yang memberitahuakn tingkatan-tingkatan. Misalnya mulai menurut sangat putusan bulat sampai sangat tidak setuju

Keuntungan Kuesioner :
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
3. Dapat dijawab oleh responden berdasarkan kecepatannya masing-masing, serta dari ketika senggang responden.
4. Dapat dibentuk anonym, sehingga responden bebas amanah dan nir malu-memalukan menjawab.
5. Dapat dibentuk terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang sahih-sahih sama.

Kelemahan Kuesioner :
1. Responden tak jarang tidak teliti dalam menjawab sebagai akibatnya ada pertanyaan yg terlewati nir dijawab, pdahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.
2. Sering kali sukar dicari validitasnya.
3. Walaupun dibentuk anonym, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yg nir betul atau tidak jujur.
4. Sering kali tidak kembali, terutama apabila dikirim lewat pos.
5. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu usang sebagai akibatnya terlambat.

Contoh Angket :
a. Bentuk Skala Liert
Bentuk ini dipakai apabila peneliti menginginkan data tentang pendapat responden mengenai masalah yg diteliti. Bentuk ini dapat dilakukan buat penilaian kuantitatif terhadap holistik atau setiap responden. Cara ini menggunakan memutuskan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item atau sub item yg ditetapkan, pertanyaannya berbentuk positif atau negative. 

2. Interview (Wawancara)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yg dipakai peneliti buat menerima warta-warta mulut melalui bercakap-cakap serta berhadap-hadapan mika dengan orang yang dapat menaruh berita dalam sipeneliti. Wawancara ini bisa dipakai untuk melengkapi data yg diperoleh melalui observasi. Apabila peneliti akan menggunakan teknik wawancara dalam penelitiannya perlu diketahui terlebih dulu: target, maksud, dan masalah apa yang diperlukan sipeneliti sebab dalam suatu wawancara bisa diperoleh berita yg berlainana dan terdapat kalanya tidak sesuai menggunakan maksud si peneliti. 

Secara fisik, interview bisa dibedakan atas interview terstruktur serta nir terstruktur. Seperti halnya kuesioner, interview terstruktur terdiri berdasarkan serenteten pertanyaan dimana pewawancara tinggal memberikan tanda cek (√) dalam pilihan jawaban yang sudah disiapkan. Interview terstandar kadang-kadang disembunyikan oleh pewawancara, akan tetapi tidak jua diperlihatkan kepada responden, bahkan respondenlah yg dipersilahkan menaruh pertanda.

Ditinjau dari pelaksanaannya, maka dibedakan atas :
a. Interview Bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja namun pula mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya pewawancara tidak membawa pedoman apa yang akan ditanyakan. Kebaikan metode ini merupakan bahwa responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa beliau sedang diinterview. Kelemahannya adalah arah pertanyaan kadang-kadang kurang terkendali.
b. Interview Terpimpin (Guided Interview), yaitu interview yg dilakukan sang pewawancara menggunakan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan jelas seperti yang dimaksud pada interview terstruktur.
c. Interview Bebas Terpimpin, kombinasi antara interview bebas serta terpimpin. Dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis akbar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. 

Menginterview bukanlah pekerjaan yg gampang. Dalam hal ini pewawancara harus bisa membangun suasana kalem namun serius. Artinya bahwa interview dilakukan dengan benar-benar-benar-benar, tidak main-main, namun tidak kaku. Suasana ini krusial dijaga supaya responden mau menjawab apa saja yg dikehendaki sang pewawancara secara amanah.oleh karena sulitnya pekerjaan ini, maka perlu adanya pelatihan bagi pewawancara. Sebagai instrument interview adalah interview guide atau panduan wawancara.

Waktu mempersiapkan wawancara menggunakan responden perlu diperhatikan hal-hal berikut (Mardalis:1989):
a. Responden yg akan diwawancarai sebaiknya diseleksi supaya sesuai dengan data yg dibutuhkan.
b. Waktu berwawancara sedapatnya dilakukan sinkron dengan kesediaan responden.
c. Permulaan wawancara usahakan peneliti memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan wawancara yg dilakukan.
d. Ketika bewawancara, peneliti sebaiknya berlaku misalnya orang ingin memahami dan belajar menurut responden serta jangan seperti orang menggurui terhadap responden. Hal ini krusial buat kelancaran wawancara.
e. Jangan sampai ada pertanyaan-pertanyaan yg nir diinginkan oleh responden.
f. Peneliti usahakan menunjukkan perhatian penuh terhadap pembicaraan responden. Jika terjadi pengalihan pembicaraan oleh responden peneliti dengan hati-hati meluruskannya ke sasaran pokok.
g. Melakukan penutupan pembicaraan dengan ucapan terima kasih.

3. Observasi
Observasi acapkali kali diartikan menjadi suatu arti yang sempit, yakni memperhatiakn sesuatu memakai mata. Di dalam pengertian psikologig, observasi atau yg diklaim menggunakan pengamatan, meliputi aktivitas penguatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan memakai seluruh alat indera. Jadi, mengobservasi bisa dilakukan melalui penglihatan, penciuman, telinga, raba, serta pengecap. Apa yg dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan pribadi. Di pada artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, informasi lapangan, rekaman gambar, rekaman suara. 

Jika diperhatikan lebih lanjut, observasi atau pengamatan ini dapat dibedakan sebagai dua observasi, yaitu :

a. Observasi Partisipasi
Dalam melakukan observasi partisipasi pengamat ikut terlibat pada kegiatan yang sedang diamatinya atau bisa dikatakan si pengamat ikut dan menjadi pemain. Pengamat mengamati sembari iktu berperan pada aktivitas tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam observasi partisipasi ini adalah supaya si pengamat nir lupa tugas pokoknya, yaitu mengamati dan mencari data.

b. Observasi Simulasi
Diharapkan pengamat dapat mensimulasikan keinginannya dalam responden yang dituju sehingga responden dapat memenuhi keinginan pengamat yg membutuhkan liputan atau data berdasarkan responden. 

Observasi dapat dilakukan dengan 2 cara yang kemudian digunakan buat menyebut jenis observasi yaitu:
a. Observasi non sistematis, yg dilakukan sang pengamat menggunakan tidak menggunakan instrument pengamatan. 
b. Observasi sistematis, yang dilakukan sang pengamat menggunakan menggunakan pedoman menjadi instrument pengamatan. 

Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, pengamat hanya memberikan indikasi dalam kolom tempat peristiwa timbul itulah sebabnya maka cara bekerja seperti ini dianggap dengan sistem pertanda ( sign system).

Sign system dipakai sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret sinkron pengajaran sebagai sebuah potret selintas (snap shot). Instrument tadi berisi sederetan sub_variable contohnya: pengajar memperlihatkan, guru menulis dipapan tulis, pengajar bertanya dalam grup, guru menjawab, murid bertanya, dll. Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu contohnya lima mnt, seluruh insiden yg timbul di cek. Kejadian yang muncul lebih dari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoleh gambar tentang apa peristiwa yg timbul dalam situasi pengajaran. 

Dalam hal ini pengamat nir dapat memperhatikan variable yang terlalu banyak. Dengan demikian pada akhir pengamatan bisa disimpulkan di kelas mana partisipasi murid terjadi paling akbar.

4. Skala bertingkat (Rating) atau Rating Scale 
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yg dibuat berskala. Walaupun bertingkat ini mengahasilkan data yang kasar, tetapi cukup menaruh fakta. Instrumen ini dapat menggunakan mudah memberikan citra penampilan, terutama penampilan di pada orang menjalankan tugas, yang menerangkan frekuensi keluarnya sifat-sifat.

Rating-scale harus diinterpretasikan secara hati-hati karena disamping membuat gambaran yg kasar juga jawaban responden nir begitu saja gampang dipercaya. Sehubungan menggunakan ini Bregman serta Siegel pada Arikunto:2006 mendaftar hal-hal yang mempengaruhi ketidakjujuran jawaban responden yaitu: 
a). Persahabatan, 
b). Kecepatan mengira, 
c). Cepat menetapkan, 
d). Jawaban kesan pertama, 
e). Penampilan instrument, 
f). Prasangka.

Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih variable skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden. Misalnya seorang guru ditanya mengenai jam kehadiran dan kepulangan kepala sekolah. Dia nir akan menjawab jika beliau sendiri selalu datang siang serta pulang awal.

5. Dokumentasi
Dokumentasi, dari dari ucapnya dokumen, yang adalah barang-barang tertulis. Di pada melaksanakan metode dokumentasi, peneliti memeriksa benda-benda tertulis seperti buku-kitab , majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dsb.

Dengan memakai serentetan kotak-kotak seperti ini dalam waktu mengumpulkan data melalui catatan-catatan yg memperlihatkan keadaan karyawan atau pegawai yang sebagai subjek penelitian memberikan tanda centang dalam kotak yang sesuai. Untuk merekam data berdasarkan beberapa orang karyawan, peneliti dapat menderetkan nama-nama subjek dibawah kotak-kotak tadi yg pada setiap aspek dijadikan sebagai judul table.

a. Check list, yaitu daftar variabel yg akan dikimpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan pertanda atau tally setiap pemunculan data yang dimaksud.

Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yg berwujud goresan pena saja, tetapi bisa berupa benda-benda peninggalan misalnya prasasti serta symbol-simbol. Metode dokumentasi ini dapat adalah metode primer apabila peneliti melakukan pendekatan analisis isi . Buat penelitian dengan pendekatan lain pun metode dokumentasi jua memiliki kedudukan penting. Apabila peneliti memang cermat serta mencari bukti-bukti berdasarkan landasan aturan dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan metode dokumentasi menjadi nir terhindarkan.