BUDIDAYA TANAMAN CABE MERAH

I.PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Cabemerah (Capsicum annum)merupakan salah satu komoditas unggulan yang bernilaiekonomis tinggi dan mempunyai prospek pasar yg menarik serta menjadi bumbumasak kaya vitamin A, C serta kalsium yg tinggi. Tanaman ini bisa dibudidayakandi dataran tinggi maupun rendah, dilahan sawah ataupun dilahan kering/tegalan,tanpa memerlukan persyaratan agroklimat yang terlalu khusus. Untuk mencegahterjadinya fluktuasi produksi serta fluktuasi harga yang sering merugikan petani,maka perlu diupayakan budidaya yg bisa berlangsung sepanjang tahun antaralain menggunakan cara mengatur pola tanam di masing-masing pusat produksi khususnyadi Jawa Barat. Sehingga dapat memenuhi permintaan pasar serta diperlukan hargaselalu stabil.
Salah satucara untuk menstabilkan harga cabai merupakan dengan mencoba memperluas tanamdisaat diluar trend. Tetapi dengan cara tadi bukan berarti tanpa kendaladalam budidayanya. Budidaya cabai di luar trend umumnya akan menerima hambatanyang lebih besar .
1.2Tujuan

Adapuntujuan merupakan sebagai berikut :
1.agardapat melakukan budidaya flora cabe dalam isu terkini kering karena harganya tidakstabil dan memperbanyak kuota cabai.
2.untukpetunjuk bagi pelaku utama dalam melakukan bididaya flora cabe.
II.BUDIDAYATANAMAN CABE MERAH

2.1SyaratTumbuh

Tanaman cabe sangat cocok buat pada tanam di dataran rendah sampaimenengah. Namun ketika ini para penghasil sudah mampu membuat benih yangdapat tumbuh menggunakan baik bila ditanam di dataran tinggi hingga dua.500 m di ataspermukaan bahari. Untuk pertumbuhan yg optimal, tanaman cabai memerlukanintensitas cahaya matahari sekurang-kurangnya selama 10 - 12 jam buat prosesfotosintesis, pembentukan bunga dan butir, dan pemasakan buah. Jika sinarmatahari yang dibutuhkan kurang atau flora ternaungi maka bisa menyebabkanumur panen sebagai lebih lama , batang menjadi lemas, flora meninggi serta mudahterserang penyakit, terutama yg ditimbulkan sang bakteri dan cendawan.
Kelembapan nisbi yang diharapkan buat pertumbuhan tumbuhan cabai adalahsekitar 80 %. Sedangkan suhu yg paling ideal untuk perkecambahan benih cabaiadalah 25 - 30 C, serta buat pertumbuhannya adalah 24 - 28 C. Jika suhulingkungan terlalu rendah bisa mengakibatkan pertumbuhan tumbuhan terhambat danpertumbuhan serta perkembangan bunga dan buah menjadi kurang sempurna. Tanamancabai, terutama bibit unggul , umumnya bisa ditanam dalam semua jenis tanah, baikandosol, regosol, latosol, ultisol, hingga grumosol. Tetapi demikian, tanamanini paling cocok apabila ditanam pada tanah lempung berpasir yg gembur danbanyak mengandung unsur hara. Apabila tanah yang akan ditanami adalah tanah liatyang sukar menyerap air dan drainasenya buruk, dikhawatirkan timbul seranganpenyakit yang disebabkan cendawan Fusarium sp. Serta atau bakteri Pseudomonassolanacearum. Untuk tanah liat dapat diberi pupuk kandang sebesar 20 - 30ton buat satu kektar huma supaya struktur tanahnya dapat diperbaiki.  Derajat keasaman tanah (pH) yg paling idealuntuk tumbuhan cabe adalah 6 - 7. Pengapuran bisa dilakukan buat mentralkantanah apabila tanah terlalu asam. Tanah yang terlalu asam selain dapat menghambatpenyerapan unsur hara (terutama unsur P, K, S, Mg, dan Mo dampak diikat olehunsur Ai, Mn, atau Fe) sang tumbuhan, jua dikhawatirkan mungundang serangan Rhizoctoniasp. Serta Phytium sp.
2.dua.Pembibitan

Pembibitancabai sebaiknya dilakukan dengan memakai plastik mini (babypolybag)yang berukuran kurang lebih 12 x 8 centimeter. Plastik yang telah tersedia dilubangipada bagian samping serta bawahnya untuk membuang kelebihan air, kemudian diisidengan campuran tanah dan pupuk sangkar halus (ke 2 bahan diayak terlebihdahulu menggunakan ayakan halus) dengan perbandingan dua : 1. Ke dalam mediaditambahkan 150 g SP-36 atau 80 g NPK dan 75 g pestisida (mampu menggunakanFuradan, Petrofur, Indofuron, atau Curater). Untuk meningkatkan kecepatan perkecambahanbenih dan buat menghilangkan hama dan penyakit yg mungkin masih menempeldi benih, sebelum ditanam dalam plastik, benih cabe direndam selama semalamdalam larutan fungisida, bakterisida, dan atonik menggunakan konsentrasi setiapbahan sebesar 1 %  yang dicampurkan menggunakan air suam-suam kuku. Setelahdirendam, kemudian benih dibungkus dengan kertas koran atau kain basah selamadua hari, baru lalu ditanam pada dalam plastik semai yang sudah dipersiapkan.untuk menghindari hama serta penyakit serta mempertahankan kelembapan, plastikdiletakkan di atas bedengan yg dinaungi menggunakan plastik bening yg disanggadengan rangka menurut bambu berbentuk setengah bulat. Ukuran bedengan yangdapat digunakan merupakan lebar 110 - 125 centimeter,  tinggi 75 cm, serta panjangsesuai kebutuhan.

Setelah benihcabai mulai berkecambah, plastik epilog sanggup dibuka secara bertahap. Perawatanyang dilakukan selama pembibitan meliputi penyiraman yg dilakukan setiap pagihari, pengendalian gulma yg dilakukan secara manual, pengendalian hama jugadilakukan secara manual lantaran bibit yg masih kecil umumnya sangat rentanterhadap penyemprotan insektisida. Jika serangan hama sudah melewati ambangbatas toleransi, maka penyemprotan insektisida dapat dilakukan denganmenggunakan setengah dosis buat tumbuhan dewasa.  Pemupukan dapatdilakukan dengan penyemprotan pupuk daun, diantaranya Gandasil D, Complesal,Atonik, dan Growmore yg dilakukan dalam umur bibit 10 hari. 

Bibit yangberumur 20 - 25 hari atau sesudah tumbuh daun sebesar 5 helai sudah siap untukditanam di lahan. Pembibitan cabe sebaiknya dilakukan sebanyak 3 kalidengan selang ketika 1 dan dua minggu. Satu minggu selesainya penyemaian pertama,benih disemai kembali sebanyak lima % dari semua kebutuhan bibit. Demikian pulapada minggu kedua, sehingga tersedia cadangan bibit sebanyak 10 % yangdigunakan buat menyulam tumbuhan yang mati, stigma, atau terserang hama danpenyakit.

2.3.  Pengolahan Lahan

Tahapanpengolahan lahan dalam budidaya cabe meliputi pembersihan huma, pembajakanatau pencangkulan, serta pembuatan bedengan. Pembersihan huma areal penanamancabai terutama dilakukan terhadap gulma yang dapat sebagai inang hama danpenyakit serta mempertinggi kelembapan huma. Pembersihan jua dilakukan terhadaptanaman keras yg dapat menghambat penetrasi sinar surya. Pekerjaan inidapat dilakukan secara manual apabila luas lahan yang dikelola tidak terlalu luas,atau memakai traktor buldozer apabila huma nisbi luas serta poly tanamantahunan.
Lahan yangtelah selesai dibersihkan bisa pribadi dibajak atau dicangkul dengankedalaman 30 - 40 cm. Sewaktu dilakukan pencangkulan ini, rumput dan sisatanaman lunak dapat dicampur sekaligus sebagai akibatnya membusuk serta bisa menjadipupuk. Tujuan pencangkulan merupakan buat mengubah struktur tanah sebagai lebihgembur atau remah sehingga akar tumbuhan akan lebih mudah menembus tanah untukmengambil zat kuliner.
Tanah yangselesai dicangkul usahakan dibiarkan selama 2 minggu supaya terjadi pertukaranudara dan membunuh patogen yg merugikan. Setelah itu dilakukan pembuatanbedengan menggunakan tujuan buat mencegah akar tanaman tergenang air dalam musimhujan, selain buat memudahkan pengaturan jeda tanam. Bedengan dibuat denganukuran panjang 10 - 12 m dengan lebar 110 - 120 centimeter, tinggi minimal 50 centimeter. Jarakantar bedengan atau lebar parit yang ideal buat penanaman cabai pada musimhujan merupakan 75 - 100 centimeter dengan lajur bedengan menghadap ke arah Utara -Selatan. 
Pemupukan awal yang dilakukanpada budidaya flora cabe dapat berupa pupuk kandang dan pupuk kimia. Pupukkandang yg dibutuhkan buat satu hektar lahan penanaman cabai merupakan sebanyak20 - 30 ton, tergantung syarat kesuburan tanahnya. Pemupukan dilakukan dengancara menyebarkannya secara merata pada atas bedengan menggunakan takaran 2 - tiga kg per75 cm panjang bedengan. Setelah disebar, kemudian tanah dicangkul kembalisupaya pupuknya tercampur secara merata hingga ke dalam tanah. Selain itu,pemupukan bisa dilakukan dengan memasukan pupuk ke dalam lubang tanam danmencampurnya menggunakan tanah.
2.4.  Penanaman

Penanamandilakukan pada pagi atau sore hari buat menghindari panas sinar surya yangdapat mengakibatkan kelayuan bibit. Untuk menghindari agresi hama serta penyakit,sebelum ditanam bibit direndam terlebih dahulu pada larutan fungisida danbakterisida menggunakan konsentrasi 0,2 %. Pestisida yg dipakai sebaiknyabersifat sistemik agar bisa bertahan lebih usang dalam jaringan tanaman .penanaman dilakukan pada lubang tanam yang telah dibentuk dan diusahakan sebatasleher akar flora sehingga tidak mengakibatkan kebusukan. Sebelum dan sesudahpenanaman sebaiknya bedengan disiram agar tanaman cabe tidak mengalamikekeringan.
2.5.  Pemeliharaan

Agarpertumbuhan tanaman lebih optimal serta hasil yg diperoleh memuaskan, makadiperlukan perawatan rutin yang mencakup penyulaman, pemasangan ajir,perempelan tunas air serta bunga, serta pemupukan susulan.
a.    Penyulaman
Penyulamandilakukan dengan membarui tumbuhan yang mati atau rusak menggunakan bibit yang barupada saat flora berusia 7 dan 14 hari sehabis penanaman (hst). Jika sehabis 3minggu terdapat flora yg mangkat , maka tidak perlu dilakukan penyulamankarena bisa membentuk tanaman yang tidak seragam, baik umur juga waktupanennya sehingga akan menyulitkan perawatannya.
b.    Pemasangan Ajir
Pemasanganajir dilakukan segera selesainya bibit ditanam. Ajir yg dipakai merupakan daribatang bambu yang dibelah empat, kemudian dibersihkan serta dihaluskan agar tidakmelukai tumbuhan cabe. Tinggi ajir yang umum dipakai buat tanaman cabaihibrida merupakan 125 cm, menggunakan bagian yang dimasukkan ke dalam tanah merupakan 25cm. Ajir dipasang tegak di setiap tumbuhan dengan jeda sekitar 10 centimeter daribatang tumbuhan. Untuk memperkuat pemasangannya, seluruh ajir yang dipakai didalam bedengan tersebut bisa dihubungkan menggunakan memakai bambu panjang yangdiikat menggunakan tali. Setelah ajir terpasang, flora cabe wajib segeradiikatkan pada ajir tadi dengan menggunakan tali rafia. Agar tidak melukaibatang cabai, pengikatan flora bisa memakai simpul yg berbentuk angkadelapan.
c.    Perempelan Tunas Air dan Bunga
Perempelandilakukan menggunakan tujuan buat mengurangi resiko agresi penyakit, memperkokohtanaman, serta mengoptimalkan sinar mentari . Perempelan dilakukan denganmembuang semua tunas air yang tumbuh pada ketiak daun dan di bawah bunga pertamadengan menggunakan tangan yg bersih. Kegiatan ini dilakukan dalam pagi hariketika btg atau tunas tersebut masih gampang dipatahkan karena masih banyakmengandung air. Untuk menjaga kondisi flora, bunga pertama serta ke 2 yangmuncul sebaiknya dibuang, karena dalam ketika itu sebenarnya syarat tumbuhan belumsiap buat berbuah.
d. Pemupukan

Pupuk kimiayang diberikan merupakan ZA dengan takaran 650 kg/ha, Urea menggunakan dosis 250 kg/ha,SP-36 menggunakan dosis 500 kg/ha, serta KCl menggunakan dosis 400 kg/ha. Keempat jenispupuk ini diberikan dalam umur tumbuhan dua, 6, dan 9 minggu menggunakan masing-masingsepertiga dosis.
e. PengendalianHama serta Penyakit
ØUlatBuah (Helicoverpa spp. HSN)
Ulat buahmenyerang tanaman cabe yang masih belia serta mengakibatkan buah berlubang danbusuk karena infeksi. Pemberantasan secara kimia dilakukan menggunakan penyemprotaninsektisida, seperti Supracide 40 EC, Curacron 500 EC, Buldok 25 EC. Untukmencegah agresi yg lebih besar , maka buah yg terjangkit harus dipetik dandimusnahkan dengan cara dibakar supaya tidak menulari butir yg sehat.
ØLalatBuah (Batrocera dorcalis)
Lalat buahmenyerang buah cabe menggunakan cara menyuntikkan telurnya ke pada kulit butir.telur tersebut akan berubah menjadi larva yang akan menggerogoti butir sehinggamenyebabkan kebusukan serta kerontokan. Lalat berwarna coklat kekuningan dengangaris kuning membujur di punggungnya. Pengendalian dapat dilakukan secarakimiawi menggunakan penyemprotan insektisida sisitemik dalam umur butir I minggu.pengendalian jua bisa dilakukan menggunakan menggunakan perangkap yang berbahanaktif methyl eugenol, seperti M-Antraktan. Penyemprotan menggunakan insektisidasebaiknya dilarang 2 minggu sebelum butir dipanen.
ØUlatDaun (Spodoptera litura)
Ulat daunmenyerang tumbuhan menggunakan memakan daun sehingga berlubang dan rusak. Hal inidapat menyebabkan terganggunya proses fotosintesis serta dalam akhirnya dapatmengurangi output yang dipanen. Pengendalian bisa dilakukan menggunakan menggunakaninsektisida racun hubungan atau perut dan menjaga sanitasi kebun. Pemanfaatanperangkap buat ulat pula bisa dipakai dengan cara memasangnya di arealkebun.
ØKutuPutih (Pseudococcus sp.)
Hama kutuputih berbentuk bundar serta berwarna kehijauan. Tubuhnya diselimuti lapisan lilinagak keputihan. Kutu menyerang flora cabe menggunakan cara menghisap cairan daunsehingga menyababkan daun sebagai keriting serta tumbuh merana. Akibat lebih jauhdapat mengakibatkan kerontokan dalam bunga dan butir. Hama ini jua merupakanvektor penyakit embun jelaga. Kotorannya yg anggun bisa mengundang semut,sebagai akibatnya penyebarannya mengkuti penyebaran semut. Pemberantasan kutu putihharus sekaligus dilakukan menggunakan pemberantasan semut serta penyakit embun jelaga.pemberantasan bisa dilakukan dengan insektisida dan akarisida.
ØKutuDaun (Myzus persicae)
Kutu daunmenyerang tanaman cabe menggunakan menghisap cairan daun sebagai akibatnya mengakibatkandaun keriput, berwarna kekuningan, dan terpuntir. Akibat lebih jauh adalahdapat mengakibatkan kerdilnya pertumbuhan tanaman . Hama kutu daun merupakanvektor yg bisa menularkan penyakit, yaitu embun jelaga dan virus, sertaqdapat mengundang semut. Pengendalian bisa dilakuan dengan penyemprotaninsektisida yg berbahan aktif imidakloprid, fipronil, dan protiofos secarabergantian.
ØLayuFusarium
Penyakit layufusarium disebabkan sang cendawan Fusarium oxisporum. Penyakit iniumumnya menyerang flora di dataran tinggi menggunakan kelembaban tinggi pada musimhujan. Gejala berdasarkan agresi penyakit ini dalam flora cabe ditandai denganmenuningnya daun-daun tua yg diikuti menggunakan daun belia, pucatnya tulang-tulangdaun bagian atas, terkulainya tulang daun, dan layunya tumbuhan. Batang punmembusuk dan agak berbau amoniak. Apabila batangnya dipotong akan terlihat warnacoklat berbentuk cincin berdasarkan berkas pembuluhnya. Pencegahan dapat dilakukandengan melakukan pemupukan berimbang, penanaman bibit yang tahan penyakit layudengan drainase yg baik, aliran udara lancar, mengurangi penaungan agar sinarmatahari bisa masuk secara penuh, dan tidak menanam dalam areal tumbuhan yangsebelumnya terjangkit penyakit layu fusarium. Sebelum ditanam, bibit direndam kedalam larutan Benomil 0,1 %. Pengendalian bisa dilakuan dengan penyemprotanfungisida berbahan aktif benomil yg sistemik, misalnya Benlete. Untuk mencegahserangan yg lebih luas, tanaman yang terjangkit segera dibongkar dandimusnahkan, dan lubang bekas penanaman ditaburi menggunakan kapur. Jika penyakitini dibiarkan dapat mengakibatkan kegagalan panen hingga 50 %.
ØLayuBakteri (Bacterial Wilt)
Penyakit layubakteri ditimbulkan sang bakteri Pseudomonas solanacearum E. F. Smith.gejala agresi ditandai dengan layunya tumbuhan misalnya bekas tersiram airpanas, beberapa hari lalu tumbuhan akan mangkat . Gejala lain adalah terdapatnyabercak-bercak coklat pada berkas pembuluh batang bila batang dipotong. Tanamanyang terjangkit, apabila batangnya direndam pada air higienis, sehabis beberapamenit akan keluar cairan berwarna coklat susu berdasarkan btg tersebut. Penyakitlayu bakteri umumnya menyerang tumbuhan cabe di daerah dataran rendah yg suhudan kelembabannya tinggi, tanahnya becek, airnya poly tergenang. Pengendalian penyakit bisa dilakukan menggunakan penyemprotan insektisida Agrept 20WP atau Aqgrimycin 15/1,lima WP. Lahan flora yg terjangkit wajib ditaburidengan kapur serta nir boleh ditanami menggunakan tumbuhan yang bisa menjadi inang Pseudomonasselama 2 tahun, karena bakteri ini dapat bertahan selama 2 tahun dalamtanah.
ØPenyakitBusuk Daun
Penyakitbusuk daun ditimbulkan sang cendawan Phytophthora infestans.Gejalaserangan ditandai menggunakan adanya noda-noda hitam pada butir serta daun seperticacar tidak teratur serta dalam akhirnya sebagai kering, keras, dan busuk.pencegahan bisa dilakukan dengan malakukan pemangkasan yg teratur, menjagakelembapan kebun, dan melakukan sanitasi secara teratur. Pengendalian dapatdilakuan dengan memakai bubur Bordeaux 1-3%, Akofol 50 WP, Preficur N,Prufit PR 10/56 WP, Ridomil, Dithane M-45, serta Antracol.
ØBusukBuah (Antraknose)
Penyakitbusuk butir ditimbulkan sang cendawan Colectroticum sp. Gejala seranganditandai menggunakan adanya bercak coklat pada butir yang terus melebar. Padaserangan yang serius, buah akan kering membusuk serta keriput. Serangan yanghebat bisa mengurangi hasil hingga 75 %. Pengendalian dapat dilakukan denganmengatur jarak tanam yg tidak terlalu rapat, melakukan pemangkasan secarateratur, dan secara kimiawi dilakukan menggunakan penyemprotan fungisida sistemiksecara teratur atau fungisida kontak dengan bahan aktif karbendazim fenorimol.perlakuan benih menggunakan merendamnya dalam air hangat (suhu 55 C) yang dicampurpestisida terbukti mampu mengurangi resiko agresi penyakit ini.
ØPenyakitVirus
Seranganvirus ditandai menggunakan adanya bintik-bintik berwarna orange pada tengah daunbagian bawah atau pada kelopak bunga. Bintik-bintik ini akan semakin membesarserta menciptakan bercak-bercak dan lingkaran-bundar yang berjumlah semakinbanyak. Daun-daun yang lebih tua lalu berwarna coklat, lalu rontok. Lama-kelamaantanaman semakin kerdil, merana, dan mangkat . Pada butir yang masih hijau, bercakkekuningan ada dengan diameter lebih menurut 1,75 centimeter. Pada bagian tengahterdapat bulat konsentrik yang terlihat kentara berwarna kuning, cokelat,hijau, pink, atau merah.
Virus yangsering menyerang adalah TMV (tobacco mozaik virus), TRV (tobaccorattle virus), CMV (cucumber mozaik virus), TRSV (tomato ringspotvirus), CTV (curly top virus), PVY (potato virus Y).  
2.6.   Panen
Waktupemanenan butir cabai bhineka, tergantung pada varietas serta ketinggiantempat. Waktu pemanenan cabai yang ditanam pada dataran rendah umumnya lebihcepat daripada yg ditanam di dataran tinggi. Sebagai model, pada dataranrendah, cabe keriting hibrida jenis TM 999 umumnya telah bisa dipanen padaumur 90 hari sesudah tanam, sedangkan di dataran tinggi panen dilakukan padaumur 105 hari setelah tanam. Cara pemanenan cabai yang sahih adalah denganmemetik buah cabe sekaligus menyertakan tangkai buahnya. Buah yg dipetikdengan cara tadi akan lebih tahan lama dibandingkan butir yg dipetik tanpatangkai.
Pemanenandilakukan terdapat buah yang sudah merah atau masak penuh serta terhadap butir cabaiyang masak 90 %. Buah cabe yang masak 90 % (buat cabe keriting) memilikiwarna merah dengan semburat hitam dan sedikit hijau. Pemanenan sebaiknyadilakukan pada pagi hari sewaktu bobot butir cabai masih optimal. Jika sewaktudilakukan penen turun hujan serta butir cabe yang dipanen poly yg basah,supaya tidak busuk, usahakan cabe diangin-anginkan sampai kering sebelumdikemas. Interval pemanenan cabe merah maupun cabe keriting dilakukan setiap2-3 hari sekali atau tergantung dalam kondisi pasar dan luas penanaman. Cabaikeriting hibrida, misalnya jenis TM 999, masa panennya bisa mencapai dua-3 bulansejak panen pertama. Dengan begitu, apabila interval panen yang dilakukan 3 harisekali, maka jumlah panen yg dilakukan bisa mencapai 30 kali.

III.KESIMPULAN
Adapunkesimpulan adalah sebagai berikut :
1.tanamancabe rentan dengan penyakit serta dikenal sebagi tumbuhan yg manja sehinggamemerlukan perhatian lebih terhadap kelembaban supaya tidak terserang penyakit.
2.tanamancabe sangat menguntungkan lantaran harganya tidak stabil.









                                                                              


BUDIDAYA BAWANG MERAH

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawang merahmerupakan salah satu komoditas sayuran unggulan Jawa Timur yg  sangatfluktuatif  harga juga produksinya.  Hal ini terjadi karena pasokanproduksi yang nir seimbang antara panenan dalam musimnya serta panenan di luarmusim, salah satu diantaranya disebabkan tingginya intensitas serangan hama danpenyakit terutama apabila penanaman dilakukan pada luar animo.  Selain itubawang merah adalah komoditas yang nir dapat disimpan usang, hanya bertahan3-4 bulan padahal konsumen membutuhkannya setiap waktu.
Masalahutama usahatani bawang merah di luar musim adalah tingginya resiko kegagalanpanen karena lingkungan yg kurang menguntungkan , terutama serangan hama danpenyakit.  Hama dan penyakit penting dalam bawang merah diantaranya : ulatbawang (Spodoptera exigua) dan Thrips , sedangkan penyakitnya meliputiantraknose, fusarium dan trotol.
Keberadaanhama serta penyakit tadi menyebabkan petani memakai pestisida secaraberlebihan karena petani beranggapan bahwa keberhasilan usahatani ditentukanoleh keberhasilan pengendalian hama serta penyakit, yaitu menggunakan meningkatkantakaran, frekuensi dan komposisi jenis adonan pestisida yg digunakan. Akibatnya biaya usatani bawang merah semakin tinggi dan laba yangdiperoleh tidak seimbang dan  nir memperhatikan konsep pertanian ramahlingkungan. Dampak lain penggunaan pestisida yang berlebihan yaitu ledakan darihama sekunder.
Untukmengantisipasi masalah di atas galat satu bisnis yaitu mencari dan menggali varietas-varietasbawang merah yang memiliki sifat-sifat unggul terutama dalam hal produksiserta ketahanan terhadap hama dan penyakit primer sebagai akibatnya varietas bawang merahtersebut bisa berproduksi walaupun agresi hama dan penyakit cukup berat.bilamana varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit diperoleh makavarietas tadi dapat ditanam dalam luar trend sehingga transedental produksibawang merah dapat terjamin.
1.2Tujuan

Adapun tujuan adalah sebagi berikut :
1.untuk sebagai petunjuk bagi pelaku utama dalammelaksanakan budidaya bawang merah
2.untuk mempertinggi pendapatan petani serta keluarganya.

II.BUDIDAYABAWANG MERAH
2.1 SyaratTumbuh

Bawang merahakan tumbuh menggunakan baik jika ditanam pada tanah sawah atau tegalan dengantekstur sedang hingga liat. Selain itu tempat pertumbuhan bawang merah yangbaik sanggup pula pada tanam dalam jenis tanah Alluvial yang mempunyai pH lima.6 - 6.lima,dengan ketinggian 0-400 mdpl, serta kelembaban 50-70 %, dan suhu 25-32 drajatC.
2.2 Pemulihat Bibit
Adapun persyaratanbibit bawang merah yg baik antara lain : Umur simpan bibit sudah memenuhi ,yaitu sekitar 3-4 bulan, walaupun untuk umur simpan yg lebih muda bibit tetaptumbuh tetapi dalam pertumbuhan berikutnya akan lebih rendah hasilnyadibandingkan bibit yang sudah siap tanam (sudah relatif umur simpannya) Umurpanen waktu calon umbi bibit ditanam pada lapang  , buat varietas Baujimaupun Super Philip usahakan 65 – 70 har Ukuran bibit sedang , sekitar lima-6gram .  Penggunaan bibit yang berukuran terlalu akbar akan meningkatkanbiaya lantaran kebutuhan bibit semakin banyak.kebutuhan bibit setiap hektarberkisar 800 – 1000 kg , tergantung dari besarnya bibit. Dan biaya untukpembelian bibit kurang lebih separo berdasarkan seluruh porto produksi.
Umbi bibit berwarna merah cerah,menggunakan kulit mengkilat, Umbi bibit bernas , sehat, padat , nir keropos dantidak lunak.  Jika ada umbi bibit yang tidak memiliki sifat demikiansebaiknya tidak dipakai sebagai bibit. Umbi bibit tidak terserang hama danpenyakit. Sebelum ditanam, umbi bibit dibersihkan dulu berdasarkan kulit-kulit yangkering dan jika pertunasan belum kelihatan diujung umbi, maka usahakan ujungumbi dipotong 1/tiga supaya mempercepat  munculnya tunas
2.3Persiapan lahan
Bawangmerah  membutuhkan kondisi tanah yang lebih gembur dibanding tanamansayuran lainnya .  Oleh karenanya pengolahan tanah dalam bawang merahdilakukan sampai beberapa kali hingga tanah benar-benar sebagai gembur. Bila tanah yang digunakan adalah tanah bekas ditanami jagung juga tebu, makasisa tanaman tadi harus dibersihkan sampai akar-akarnya supaya tidakmengganggu pertumbuhan bawang merah. Dapat jua menggunakan herbisida sebelumtanah di olah untuk mematikan rumput serta gulma lainnya ,seperti Goal maupunRoundup yg diberikan dua minggu sebelum tanah diolah. Tanah diolah dengancara dibajak lebih dari 4 kali hingga tanah menjadi gembur serta tanahdikeringkan lebih berdasarkan seminggu .kemudian tanah dihaluskan lagi, sehabis halusdapat dibuat bedengan menggunakan berukuran .untuk musim kemarau : tinggi bedengan 25cm, kedalaman parit 30-40 cm , lebar parit 50 centimeter. Untuk musimhujan      : tinggi bedengan 40 cm, kedalamanparit  50 cm , lebar parit 50 cm.
Padabudidaya bawang merah sangat diperlukan pembentukan bedengan, dimana adanyabedengan berfungsi supaya tanaman bawang merah tidak selalu tergenang air , danair yg disiramkan segera habis terserap.  Setelah bedengan terbentuk,maka ditaburi pupuk kotoran ternak (pupuk kandang ) yg sudah benar-benarmatang, ditandai menggunakan kotoran ternak sudah misalnya tanah yang gembur. Dosis buat kotoran ayam sebanyak 5 ton/ha, sedangkan buat kotoran sapi maupunkambing lebih kurang 10-15 ton/ha.  Namun takaran ini bisa menjadi lebih banyakmaupun lebih sedikit tergantung menurut kesuburan tanah.              
Pupukkandang yang diberikan bersamaan menggunakan pembuatan bedengan merupakan perlakuanpemberian pupuk dasar   .  Selain itu diberikan pula pupuk SP 36dengan takaran 200 kg/ha swebagai pupuk dasar , yg ditaburkan merata padaseluruh bagian atas bedengan.  Pupuk sangkar juga SP 36 diberikan seminggusebelum tanam. Setelah tanah dipupuk maka tanah diairi agar pupuk dapat meresapke pada tanah.
2.4Penanaman
Musim tanamoptimal buat bawang merah yaitu pada akhir musim hujan  bulan Maret –April dan demam isu kering Mei – Juni, tetapi di wilayah sentra produksi dapatdijumpai penanaman bawang merah tanpa mengenal isu terkini,  Untuk penanaman diluar ekspresi dominan (off season) perlu memperhatikan pengendalian hama dan penyakitlebih cermat.
Penanamandilakukan sehabis tanah serta bibit sudah dipersiapkan, dimana sebelum dilakukanpenanaman tanah harus diari agar ketika penanaman syarat tanah gembur Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, bahwa bibit sebelum ditanam lebihbaik dibersihkan dan diseleksi terlebih dulu supaya pertumbuhan tanaman menjadibaik.  Jika nir diseleksi ditakutkan tercampurnya bibit yang jelekkarena terjangkit penyakit misalnya Fusarium , maka akan menyebabkan pertanamanhancur karena Fusarium tadi. Pembersihan bibit dilakukan sehari sebelumditanam dan ujung bibit sudah dipotong , serta esoknya bisa dilakukanpenanaman.
Untukmempercepat proses penanaman, maka sebaiknya bedengan  yang akan ditanamisudah digariti sinkron dengan jarak tanam yg dipakai , sehingga penanamanlebih mudah dilaksanakan.  Jarak tanam yang dianjurkan yaitu 20 cm x 15cm, namun bila umbi bibit akbar maka bisa menggunakan jarak tanam 20 x 20cm.  Penanaman dilakukan menggunakan cara menanam dua/tiga bagian umbi ke dalamtanah, sedangkan 1/3 bagiannya ada di atas tanah.
2.5Pengairan
Bawang merahmembutuhkan air dalam kondisi yang relatif sejak pertumbuhan awal hinggamenjelang panen.  Air yg diberikan pada flora walaupun dengan carapenggenangan/leb, tetapi harus segera meresap ke dalam tanah.  Bila tidakdemikian maka tumbuhan akan sebagai busuk dan sebagai asal penyakit. Oleh karenanya pembuatan bedengan sangat dibutuhkan dalam budidaya bawang merah.  Hal ini berhubunga sifat tanaman bawang merah yg membentuk umbi didalam tanah sehingga air yg terlalu banyak akan membuat umbi sebagai busuk .
Pada musimkemarau , pengairan dapat diberikan setiap hari semenjak tumbuhan ditanam hinggatanaman membangun umbi serta dikurangi setelah umbi terbentuk.  Namunwalaupun demam isu kemarau , jika kondisi tanah setelah diairi serta selang dua haritanah masih basah, maka tanaman nir perlu diairi.  Oleh karena itudituntut kepekaan petani pada mengamati kebutuhan air bagi tanamannya.
Untuk musimhujan pengairan yg diperlukan lebih sedikit yaitu selang dua harisekali.  Seperti di atas maka yg penting melihat syarat kelembabantanah, jika tanah masih lembab usahakan nir perlu diairi.  Yang pentingdiamati yaitu sesudah turun hujan, sebaiknya flora bawang merah disiramidengan air bersih yang tujuannya buat menghilangkan inokulum berdasarkan penyakityang kemungkinan melekat di daun.
Carapengairan bisa dilakukan dengan penggenangan/leb maupun denan caradisiram/disirat.  Kedua cara tadi sebenarnya memiliki kelebihan dankekurangan.  Untuk cara leb usahakan dilakukan pada kondisi tanah yg porous,sebagai akibatnya air yg tergenang cepat habis (tuntas), walaupun cara ini membutuhkanwaktu yg lebih pendek dibandingkan cara disiram.  Sedangkan cara sirammembutuhkan energi lebih banyak dan saat lebih lama .  Namun di daerahtertentu ke 2 cara tersebut jua dilakukan bersamaan .
2.2Pemupukan
Pemupukanpada bawang merah sangat dibutuhkan buat mendukung pertumbuhan flora danproduksi umbi yang lebih baik.  Tetapi pemupukan nir perlu diberikansecara berlebihan lantaran pupuk malahan akan terbuang dengan percuma. Sepertimisalnya sehabis tanaman menciptakan umbi, maka sebaiknya pemupukandihentikan.  Terkadang ada petani yg permanen memberikan pupuk walaupuntanaman sudah berumur diatas 4- hari, dan ini hanya membuang pupuk dengansia-sia. 
Dosis pupuksebenarnya bukan merupakan patokan yang harus ditepati, lantaran memupuk suatutanaman akan tidak selaras pada setiap kondisi kesuburan tanah yangberbeda.   Namun takaran pupuk yg dapat dianjurkan pada jenis tanahaluvial, misalnya wilayah Banyuanyar, Probolinggo maupun Sidokare-Rejoso, Nganjukseperti berikut. Pupuk dasar menggunakan 10 t/ha pupuk kandang serta SP 36 200kg/ha yg diberikan 7 hari sebelum tanam.  Sedangkan pemupukan berikutnyamenggunakan pupuk urea 200 kg/ha, ZA 450 kg/ha dan KCl 200 kg/ha yg diberikanseparo-separo dalam saat flora berumur 15 hari serta 30 hari sehabis tanam. Carapemupukan menggunakan meletakkan pada larikan di sekitar flora, kemudian ditutupdengan tanah.
Pemberianpupuk pelengkap yang poly tersebar pada pasar sebenarnya kurang bermanfaat bagipeningkatan pertumbuhan serta produksi bawang merah.  Namun pupuk pelengkaptersebut hanya menjadi tambahan nutrisi pelengkap karena pada umumnyamengandung unsur mikro.  Untuk flora bawang merah, unsur mikro kurangdiperlukan karena tumbuhan bawang merah berumur pendek yaitu lebih kurang 60-70hari.  Sedangkan unsur mikro proses pelarutannya dan penyerapannya kedalam tanaman usang sehingga lebih sinkron bagi tanaman sayuran yang berumurpanjang misalnya cabai atau tomat.
2.6 Pengendalian gulma

Gulma merupakantumbuhan pengganggu yg menyebabkan tumbuhan utama terganggupertumbuhannya.  Untuk flora bawang merah yg umbinya terbentuk didalam tanah maka kehadiran guilma sangat mengganggu karena pencucian gulmaharus hati-hati serta ditakutkan tentang serta mengganggu umbinya. Pembersihangulma dilakukan dengan cara menyiang menggunakan intensif sesuai dengan kondisigulma yang ada menggunakan cara mencabut gulma hingga terangkat akar-akarnya sertamenggunakan herbisida pra tumbuh menggunakan takaran sinkron anjuran.
Cara membersihkandan mencabut gulma harus hati-hati agar tidak mengganggu tumbuhan bawang merahapalagi bila telah berumbi.  Pembersihan umumnya menggunakan indera sepertisosrok bambu mini sehingga gulma dapat terangkat sampai ke akarnya.  Bilatanaman telah menciptakan umbi yang agak besar maka usahakan pengendalian gulmadihentikan.
2.7Pengendalian Hama serta Penyakit
üHama Ulat Bawang

Ulat Spodopteraexigua dijumpai hampir pada setiap umur flora bawang merah. Ulatberukuran panjang sampai + 25 mm, berwarna hijau atau coklat dengangaris tengah berwarna kuning. Serangga dewasa meletakkan telur pada daun bawangmerah serta gulma yg tumbuh disekitarnya. Siklus hayati hama ini sempurna yaitutelur, larva, pupa dan imago yang berupa ngengat (Duriat, dkk., 1994). Padasaat awal pertumbuhan bawang merah, umumnya dijumpai grup telur serta larvastadia awal (instar 1 atau 2). Populasi ini akan terus semakin tinggi mulai tanamanberumur dua minggu hingga flora  pada panen. Fye serta Mc Ada (1972) dalamSmits (1987), lamanya siklus hayati ulat sangat tergantung dalam temperatur.temperatur yg makin tinggi akan memperpendek lamanya stadia telur, larva,pupa dan ngengat. Periode ngengat berkisar antara 10 – 20 hari. Setiap individubetina dapat bertelur antara 500 – 600 buah. Setelah 2 – 6 hari telur menetas,larva menciptakan lubang pada permukaan daun kemudian masuk ke bagian pada daun. Larva mempunyai lima – 6 stadia menggunakan kisaran umur 8,20 – 18,70 hari. Fasepupa  berkisar 5,10 – 7,70 hari. Pada bulan Agustus – Oktober, kemampuanngengat buat bertelur lebih tinggi (Sutarya , 1996).
Ulatmenyerang tanaman menggunakan cara memakan daun bagian pada, daun bawang merahtinggal epidermisnya saja, sebagai akibatnya pada daun terlihat bercak-bercak putihtransparan. Serangan hama ini kerusakan dapat  menyebabkan kehilanganhasil 56,94 – 57 % (Dibyantoro, 1993; Sastrosiswoyo, 1994), bahkan dalam daerahKab. Probolinggo pada ketika tanam bulan Agustus bisa mengakibatkan kerusakan 100% sehingga menyebabkan puso ( Rosmahani dkk., 2001)
Hama initermasuk hama yg menyerang poly spesies tanaman inang.  Menurut Smits(1987), hama ini memiliki lebih dari 200 spesies tanaman inang yg termasukdalam  lebih berdasarkan 40 famili yang tidak selaras, tetapi tumbuhan inang yg utamaadalah keluarga bawang-bawangan, cabe merah dan jagung (Duriat dkk., 1994).
Kondisi Pengendalian Saat Ini
Pola tanamyang umum dikerjakan sang petani bawang terutama dilahan irigasi, merupakan padi –bawang merah – bawang merah – bawang merah atau padi – bawang merah – cabaimerah – bawang merah.  Padi ditanam dalam isu terkini penghujan. Waktu yangdipilih untuk merotasi tanah dengan tanaman padi nir serentak. Sejak akhirmusim penghujan sampai dengan pertengahan trend penghujan berikutnya petanimenanam bawang merah dalam lahannya atau kadang-kadang pada sela dengan tanamanjagung. Pola tanam demikian adalah pola tanam yang tidak memutus siklushidup hama S. Exigua. Keadaan ini menyebabkan tersedianya semua stadiapertumbuhan bawang merah dan tersedianya inokulum hama ulat S. Exigua.pada areal yg luas di lapangan.
Penggunaaninsektisida buat mengendalikan hama ulat S. Exigua masih menjadiandalan primer para petani, sebagai akibatnya insektisida menjadi agunan utama untukkeberhasilan usahatani. Menurut Stallen dkk.(1990) pada sentra produksi bawangmerah, petani umumya mengendalikan ulat dengan menggunakan insektisida yangberedar di pasaran dengan frekuensi dan takaran yang relatif tinggi. Volume larutaninsektisida yg digunakan dalam setiap pelaksanaan berkisar 560 – 1.588 liter perha. Petani melakukan penyemprotan secara terpola tiga – 4 hari sekali, sehinggadalam satu isu terkini tanam melakukan penyemprotan 15 – 20 kali (Dibyantoro, 1995),bahkan pada animo tanam bulan Agustus interval penyemprotan semakin tinggi menjadi 1– 2 hari sekali, sehingga dalam satu ekspresi dominan tanam dapat mencapai 50 kaliaplikasi insektisisda (Rosmahani dkk., 1998). Apabila udara panas terus menerus,maka pengendalian ulat menggunakan  cara mekanis ( merogoh dan membuangkelompok telur maupun ulat) dan menggunakan cara aplikasi insektisida (interval 1 –2hari sekali) tetap nir bisa mengendalikan populasi ulat  S. Exiguayang meningkat cepat pada waktu satu minggu dapat menyebabkan tumbuhan bawangmerah puso (Rosmahani  dkk., 2001)
Alternatif Pengendalian Secara Fisik
Sampai saatini telah poly output penelitian yang menyajikan komponen –komponenpengendalian yg bisa dirakit pada satu pengendalian secara PHT. Diantaranyaadalah penerapan budidaya flora sehat, pergiliran tumbuhan, penanamanserentak, pengendalian secara mekanis, penggunaan seks feromon, penggunaan alatsemprot yang tepat, pengendalian secara biologi. Namun apabila lingkungan sudahkurang sinkron bagi pertanaman bawang merah, terutama dalam waktu tanam bulanAgustus, yang dalam saat tadi temperatur udara sangat panas ( diatas 29 ° C), tidakada curah hujan, asal infeksi hama telah tersedia di sekitar pertanamankarena sudah terdapat pertanaman semenjak awal isu terkini kemarau, populasi hama dapatmeningkat menggunakan sangat cepat pada waktu 1-dua hari diperlukan alternatifkomponen pengendalian yg lain.  Komponen pengendalian yg harusdisertakan merupakan pengendalian fisik menggunakan jalan memberikan kerodong kasa(Gambar 1.) dalam semua flora menggunakan tinggi kerodong 175 cm, yg dipasangsejak sebelum bibit bawang merah ditanam hingga saat panen. Pada keadaan inipetani masih bisa masuk kedalam lerodong kasa buat melakukan aktivitaspemeliharaan tanamannya a.L.: tanam, aplikasi herbisida, penyiangan,penyiraman, monitoring serangan hama, pengendalian  hama ulat secaramekanis dan panen.
üPenyakitLayu Fusarium (Fusarium oxysporum)
Gejala agresi, tumbuhan kuruskekuningan dan busuk bagian pangkal, Tanaman gampang tercabut lantaran pertumbuhanakar terganggu dan membusuk. Tanaman yg terserang segera dicabut dandimusnahkan. Pencegahan di daerah endemis Fusarium, perlu proteksi bibitdengan menaburkan fungisisda dosis 100 gr/100 kg bibit yg diberikan 2 tautiga hari sebelum tanam. Di wilayah endemis sebelum tanam, tanah yang sudahdiolah diberi fungisida misalnya Fapam sebesar 2 cc/l, buat mematikan patogendan Fusarium
üPenyakitBecak Ungu /Trotol (Alternaria porri)
Gejala awal serangan dalam daunmenimbulkan bercak ukuran kecil, berwarna putih menggunakan sentra berwarna ungu, Ujungdaun mengering bahkan daun dapat patah, Jika flora terkena hujan atau embun,segera disiram air higienis buat mengurangi penularan spora penyakit yangmenempel dalam daun, Pengendalian dengan menggunakan fungisida selektif dengandosis sesuai anjuran, bila intensitas serangan mencapai lima % flora terserangperlu, Yang perlu diperhatikan dalam pengendalian hama serta penyakit menggunakanpestisida yaitu :Memilih pestisida yang tepat , sinkron target hama atau targetpenyakit, Jangan menggunakan pestisida lebih dari 1 macam dalam satu waktupenyemprotan, Gunakan beberapa macam pestisida secara bergantian , supaya hamadan penyakit nir kebal terhadap satu macam pestisida, Jangan menggunakandosis yang berlebihan lantaran tidak efektif dan akan menambah porto produksi, Waktupenyemprotan agar diperhatikan , usahakan sebelum mentari terbit atau sorehari. Cara penyemprotan sempurna mengenai sasaran serta searah menggunakan angin 
2.8Panen dan Pasca Panen
Umur panentergantung varietas, namun bisa memakai dasar:                buat konsumsi  : 50-60 hari sehabis tanam (di dataran rendah) 70-75 harisetelah tanam (di dataran tinggi _kerebahan daun 70-80 %, untuk umbi bibit:  65-70 hari setelah tanam (di dataran rendah) , 80-90 hari sesudah tanam(di dataran tinggi kerebahan daun 90 %. Waktu panen udara cerah serta tidaj basah,Keseluruhan daun tampak menguning, Sebagian umbi nampak tersembul keluar.  berarti telah mencapai kering askip. Penyimpananbawang merah bisa dilakukan di atas tanur , menggunakan para-para bambu dandi bawahnya diberi pengasapan. Penyimpanan pada ruang berventilasi sangat baikkarena mempunyai sirkulasi udara yang baik serta dapat mencegah serangan hama danpenyakit seperti tempat tinggal sere serta gudang berpembangkit vorteks (membarui aliranudara jenuh dalam gudang, dengan menghembus ke atas keluar gudang dandigantikan udara luar yang lebih bersih sang adanya vorteks).. Sortasidilakukan buat memisahkan umbi yang sehat , utuh dan menarik dengan umbi yangtelah rusak.  Sortasi dapat mempertinggi nilai jual dan mencegah penularanpenyakit. Grading dilakukan untuk menentukan tingkat mutu produk, sehinggaharga dapat ditentukan sesuai mutunya.  Grading dilakukan pada beberapakelas yaitu kelas I diameter > 2,lima centimeter, kelas II =1,lima-2,lima cm , kelas III <1,lima cm
III.KESIMPULAN
Adapunkesimpulan dalah sebagai berikut :
1.tanamanbawang merah adalah flora umbi-umbian teknis budidayanya sangat simpel serta mudah dipahami sang pelaku utman.
2.tanamanbawang merah merupakan tanaman yg bisa rentan dengan penyakit sebagai akibatnya harusslalu memperhatikan kelembaban lingkungan.


CARA BERTANAM CABE/LOMBOK YANG BAIK DAN BENAR

Warga belajar--sekalian, dalam seri kegiatan keterampilan kita berikut adalah kita akan mencoba memahami bagaimana usaha pertanian bertanam lombok/Cabe. Mengapa lombok/cabai? Lombok sangat dibutuhkan lantaran Di masyarakat, cabai sangat diminati sebagai pelenggakap utama dari bumbu masak, baik dimasukan dalam kuliner maupun dibentuk sambal. Sehingga cabe menjadi bagian krusial menurut masakan-masakan nusantara. Oleh karena itu aktivitas budidaya dan bertanam cabai/lombok sebagai peluang usaha yg sangat potensial memberikan penghasilan dalam rakyat belajar--sekalian. 


Berikut ini kompendium berdasarkan langkah-langkah cara menanam cabe yg baik dan sahih;
Pemilihan bibit cabe

Pemilihan bibit cabai yg perlu pada lakukan merupakan :
- Tentukan jenis cabe yang akan pada tanam misalkan : cabe rawit,cabe panjang,cabai merah
- Pilih bibit cabai yang segar
- Kupas cabai kemudian ambil biji nya selanjutnya di jemur terik surya sampai kering.
Membuat semaian cabe

Semaian cabai mempunyai 2 cara media :
- Media polybag
- Media bedengan semaian
Kedua media ini hampir sama fungsinya, tetapi kebanyakan petani menggunakan media jenis bedengan menjadi semaian cabe, dengan alasan lebih mudah perawatannya dan menampung lebih poly.

Untuk media bedengan semaian cabe :
  1. Buat balik bedengan semaian
  2. Beri pupuk sangkar dan pupuk kimia TSP secukupnya  mempercepat proses pertumbuhan bibit cabai.
  3. Taburkan bibit cab eke dalam bedengan semaian cabe
  4. Jangan lupa tutup bagian atas mengunakan gulma kering biasanya memakai gulma alang-alang kering yang pada sangga menggunakan kayu jeda antara tanah bedengan serta peyangga menjadi atap sekitar 50 cm agar tidak masuk secara langsung sinar surya ke semaian bibit cabai.
  5. Jaga kelembaban tanah bedengan tersebut seoptimal mungkin  menggunakan cara minmal penyiraman setiap hari lewat atas gulma kering agar air yang jatuh nir eksklusif ke  tanah semaian bibit cabai. Biarkan tumbuh hingga minimal 4 helai daun sebelum di pindahkan ke lahan.
Persiapan huma buat tumbuhan cabe

Sambil menunggu semaian cabe tumbuh dan siap di pindahkan kelahan selanjutnya persiapkan lahan petanian buat budidaya tanaman cabe wajib diperhatiakan merupakan:
  • Gemburkan dan buang seluruh gulma yang terdapat di huma untuk penaman cabe
  • Lalu untuk bedengan-bedengan menggunakan ukuran lebar sekitar 1 meter sampai 1,5 meterserta ketinggian bedangan sekitar 30 cm serta juga jarak antar bedengan lebih kurang 30 centimeter sampai 40cm
  • Buat lubang berjarak antara 40 centimeter hingga 60 cm.

Masa Penanaman cabe

Untuk masa penanaman yg cocok buat flora cabe :
  • Pastikan kadar curah hujan yang nir terlalu banyak
  • Pilih bibit yang dari semaian dengan minimal 4 helai daun serta dalam kondisi subur kemudian masukan ke lubang yang sudah di persiapkan sebelumnya
  • Lalu tutup balik lubang menjadi mana sebelumnya harus pada siram setiap hari jika tidak ada hujan.
  • Kalau dalam animo kering usahakan gunakan epilog tanah mengunakan jerami atau media lain ini di maksudkan buat menjaga kelembaban serta menekan kekeringan serta lain sebagi nya.

Pemupukan Tanaman Cabe

Beri pupuk sangkar yg dapat  juga di campur menggunakan TPS serta Urea secukupnya dalam setiap batang cabai di bedengan lahan flora cabe,Untuk pupuk sangkar yang paling sering di gunakan buat menanam cabe poly dari dari hasil kotoran ayam,namun dapat juga mempergunakan kotoran hewan yang lain sebagai kompos nya.
Perawatan Tanaman Cabe

Perawatan tumbuhan cabai yang wajib pada perhatiakn merupakan:
- Lakukan penyiraman setiap hari
- Bersihkan setiap gulma penggangu hingga bersih
- Lakukan penyemprotan pestisida secara rutin sinkron anjuran
- Petik daun yg telah kuning agar pertumbuhan cabai menjadi produktif
- Dan lain menjadi nya
Pemetikan Hasil Panen Cabe
  • Segera lakukan panen apabila dalam pohon dan btg lombok telah terlihat banyak buah yg masak, umumnya buah berwarna merah kecuali jenis lombok hijau.
  • Lakukan pemetikan butir cabai dengan kondisi buah yg sudah masak serta segar.
  • Masukan lombok/ cabe yang dipanen kedalam kemasan wadah yg aliran atau peredaran udara yang sesuai supaya cabe tidak cepat busuk.
Demikian cara bertanam cabai atau lombok yg baik serta benar, menjadi keliru satu cara lain usaha bagi masyarakat belajar, dalam rangka menambah penghasilan buat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terima kasih. Wassalam...

BUDIDAYA JAHE

I.PENDAHULUAN

1.1LatarBelakang

Jahe termasuk pada suku temu-temuan(Zingiberaceae), sefamili menggunakan temu-temuan lainnya seperti temu komedi (Cucumaxanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica),kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) serta lain-lain.
Jahe juga lazim dipakai sebagaiherba obat dan bahan bumbu kuliner. Jahe mengandung komponen senyawa yangbertanggungjawab atas sensasi panas serta juga aroma khas waktu rimpangnyadimemarkan. Jahe tidak hanya berfungsi menjadi bumbu dan bahan obat, di beberapawilayah tertentu, jahe bahkan dipakai sebagai pestisida organik yg ampuhmengusir hama. Jahe memang memiliki beragam khasiat, menjadi tumbuhan obat, jaheberfungsi buat karminatif (peluruh kentut), anti-muntah, pereda masuk angin,melebarkan pembuluh darah, anti-rematik dan masih banyak lagi lainnya.mencermati beragam manfaat jahe ini, sangat masuk akal bila komoditi yang satu inidijadikan galat satu flora primer petani.
1.2Tujuan

Adapuntujuan merupakan sebagi berikut :
1.untukmenjadi prtunjuk teknis bagi pelak utama dan keluarganya dalam melakukanbudidaya jahe.
2.uttukdapat merubah produksi jahe sebagai lebih optimal kwalitas serta kwantitasnya dandpat merubah pendapatan pelaku uatama dan keluarganya.
II.BUDIDAYA  JAHE

2.1 Syarat Tumbuh

Tanaman jahe membutuhkan curah hujanrelatif tinggi, yaitu antara dua.500-4.000 mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulanatau lebih tanaman jahe memerlukan intensitas cahaya surya 70 - 100%. Dengankata lain penanaman jahe usahakan dilakukan pada loka terbuka sehinggamendapat sinar mentari sepanjang hari. Suhu udara optimum budidaya tanamanjahe antara 20-35 oC.
Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanahsubur, gembur serta poly mengandung humus. Tekstur tanah yang baik adalahlempung berpasir, liat berpasir serta tanah laterik. Tanaman jahe bisa tumbuhpada keasaman tanah (pH) sekitar 4,tiga-7,4. Namun keasaman tanah (pH) optimumuntuk jahe gajah merupakan 6,8-7,0. Jahe tumbuh baik di daerah tropis dansubtropis dengan ketinggian 0 - dua.000 m dpl. Di Indonesia pada biasanya ditanampada ketinggian 200 - 600 m dpl.

2.dua Pembibitan

ØPersyaratan Bibit Jahe

Bibit berkualitas merupakan bibit yangmemenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh tinggi), danmutu fisik. Mutu fisik merupakan bibit bebas hama dan penyakit. Rimpang untukdijadikan benih, sebaiknya mempunyai 2 - tiga bakal mata tunas dengan bobotsekitar 25 - 60 g buat jahe putih besar , 20 - 40 g buat jahe putih kecil danjahe merah. Kebutuhan benih per ha buat jahe putih besar (panen tua)membutuhkan benih dua - 3 ton/ha serta lima ton/ha untuk jahe putih besar panen muda.sedangkan jahe merah dan jahe emprit 1 – 1,5 ton.

ØTeknik Penyemaian Bibit

Untuk mendapatkan pertumbuhan tanamanseragam, bibit jangan pribadi ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan.penyemaian bibit bisa dilakukan menggunakan peti kayu atau ditaruh pada atasbedengan.

ØPenyemaian dalam bedengan

Buat rumah penyemaian sederhana ukuran10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Buatbedengan menurut tumpukan jerami setebal 10 centimeter. Rimpang bakal bibit disusun padabedengan jerami kemudian ditutup jerami, diatasnya diberi rimpang tutup denganjerami, demikian seterusnya, sebagai akibatnya didapatkan 4 susunan lapis rimpang denganbagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan denganpenyiraman setiap hari serta sekali waktu disemprot menggunakan fungisida. Setelah 2minggu, umumnya rimpang telah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidakterbawa bibit berkualitas rendah. Bibit output seleksi itu dipatah-patahkandengan tangan serta setiap potongan mempunyai tiga-5 mata tunas serta beratnya 40-60gram.

ØPenyiapan Bibit

Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskandari ancaman penyakit menggunakan cara bibit tadi dimasukkan ke pada karung dandicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4jam, barulah ditanam.


2.tiga Persiapan Lahan Budidaya Jahe

ØPembentukan Bedengan DanPemupukan Dasar

Untuk memudahkan pemeliharan sekaligusuntuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadibedengan-bedengan engan berukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 centimeter, sedangkanpanjangnya disesuaikan menggunakan kondisi lahan. Penanaman jahe dengan sistembedengan juga bertujuan buat memudahkan serangan patogen, karena kelembabantanah sanggup dijaga dengan membuat pari-parit. Pemupukan dasar diberikanbersamaan dengan pembuatan bedengan memakai pupuk kandang yang sudahdifermentasi sebesar 40 ton/ha dan NPK 15-15-15 sebesar 1,lima ton/ha. Akanlebih baik apabila dibubuhi dengan agensia biologi misalnya Trichoderma sp. dan Gliocladiumsp. buat mencegah serangan bakteri maupun cendawanpatogen. Pemberian humat serta fulvatakan berfungsi sebagai pembenah tanah, sebagai akibatnya serapan unsur hara sang tanamanjahe bisa optimal.
Pengapuran dilakukan pada saatpembentukan bedengan. Pada tanah menggunakan pH rendah, sebagian akbar unsur-unsurhara didalamnya, Terutama fosfor (p) serta kalsium (Ca) pada keadaan tidaktersedia atau terikat oleh ion-ion tanah. Kondisi tanah yg masam ini dapatmenjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp danpythium sp. Pengapuran pula berfungsi menambah unsur kalium yang sangatdiperlukan flora buat mengeraskan bagian tumbuhan yang berkayu, merangsangpembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel butir serta merangsangpembentukan biji.

2.4Penentuan Pola Tanaman

Pembudidayaanjahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai relatif rasional,karena bisa memberikan produksi tinggi. Namun pada daerah, pembudidayaan tanamanjahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkankerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tumbuhan lain mempunyaikeuntungan-keuntungan menjadi berikut : Mengurangi kerugian yang disebabkannaik turunnya harga. Menekan porto kerja, misalnya: tenaga kerja pemeliharaantanaman. Meningkatkan produktivitas huma. Memperbaiki sifat fisik danmengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
Praktek dilapangan, terdapat jahe yang ditumpangsarikan dengan sayursayuran, seperti ketimun,bawang merah, cabai rawit, buncis serta lain-lain. Ada pula yang ditumpangsarikandengan palawija, misalnya jagung, kacang tanah serta beberapa kacang-kacanganlainnya.

ØPembuatan Lubang Tanam

Untukmenghindari pertumbuhan jahe yang buruk, karena syarat air tanah yg jelek,maka usahakan tanah diolah sebagai bedengan-bedengan. Selanjutnya buatlubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,lima centimeter buat menanam bibit.

ØCara Penanaman

Cara penanaman dilakukan dengan caramelekatkan bibit rimpang secara rebah ke pada lubang tanam atau alur yangsudah disiapkan. Jarak tanam yang dipakai buat penanaman jahe putih besaryang dipanen tua adalah 80 centimeter x 40 cm atau 60 centimeter x 40 centimeter, jahe putih mini danjahe merah 60 centimeter x 40 cm.

2.lima PemeliharaanTanaman Jahe

ØPembubunan

Tanaman jahe memerlukan tanah yangperedaran udara dan air dapat berjalan menggunakan baik, maka tanah harusdigemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan buat menimbun rimpang jahe yangkadang-kadang timbul ke atas bagian atas tanah. Jika flora jahe masih muda,cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun menggunakan jarak sekitar 30cm. Pertama kali dilakukan pembumbunan dalam saat tumbuhan jahe berbentuk rumpunyang terdiri atas tiga-lima anakan, biasanya pembubunan dilakukan dua-3 kali selama umurtanaman jahe. Tetapi tergantung pada syarat tanah serta banyaknya hujan.

ØPemupukan Susulan

Tanaman jahe merupakan tanaman yangberumur panjang dibandingkan dengan flora cabe juga tomat. Pada dasarnyapupuk dasar yg diberikan telah mencukupi buat menopang pertumbuhan tanamantersebut. Akan tetapi pada budidaya jahe secara intensif perlu dilakukan upayauntuk meningkatkan output produksi yg signifikan. Oleh karena itu, pupuksusulan perlu diberikan dalam saat tanaman jahe berumur 2 – 3 bulan, 4 – 6bulan, dan 8 – 10 bulan menggunakan pupuk NPK 15-15-15 menggunakan takaran 20 gr pertanaman ditambah dengan pembenah tanah, misalnya asam humat dan asam fulvatuntuk membantu serapan unsur hara sang akar sebagai akibatnya pertumbuhan tanaman bisaoptimal.

ØPengairan serta Penyiraman

Tanaman Jahe tidakmemerlukan air yang terlalu banyak buat pertumbuhannya, akan namun pada awalpetumbuhannya tumbuhan jahe membutuhkan air yang relatif, sehingga saat memulaibudidaya jahe diusahakan penanaman pada awal trend hujan lebih kurang bulanSeptember.

2.7. Panendan Pasca Panen

Setelah semua proses selesai, petanitinggal menunggu masa panen. Langkah pemanenan tergantung dalam peruntukan jahe.untuk jahe bumbu, sudah bisa dipanen pada usia 4 bulan. Jika budidaya flora jahe ditujukan untukindustri orisinil pabrik, sebaiknya dipanen di usia 10 hingga 12 bulan. Cara memanenharus hati-hati, tanah dibongkar memakai alat seperti garpu atau cangkul.pastikan indera Anda tidak tentang rimpang jahe. Setelah dipanen, jahe disimpandi loka terbuka yg tidak




III.KESIMPULAN
Adapunkesimpulan merupakan menjadi berikut :
1.tanamanjahe adlah tanaman yg memiki komersil tinggi dan pada melakukan bididayanyatidak emerlukan perlakuan spesifik dan porto tidak banyak.

2.prospekpemasaran jahe sangat baik akrena jehe merupakan kebutuhan sehari-hari baikrumah tangga, pembuatan jame dan komestik danlai-lainnya.

PERSPEKTIF PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN DALAM ERA PASAR BEBAS

Perspektif Pembangunan Ekonomi Pedesaan Dalam Era Pasar Bebas
Permodalan merupakan keliru satu faktor produksi krusial pada usaha pertanian. Sayangnya, aksesibilitas petani terhadap sumber-sumber permodalan yang disediakan masih sangat terbatas, terutama bagi petani-petani yang menguasai lahan sempit serta petani tanpa lahan yg adalah komunitas terbesar menurut rakyat pedesaan. Dengan demikian, nir jarang ditemui bahwa kekurangan porto adalah hambatan bagi petani pada mengelola serta membuatkan usahatani. 

Kelembagaan ekonomi pedesaan nir berkembang dampak terlalu banyaknya campur tangan yg cenderung berlebihan dari sistem birokrasi pemerintah. Tindakan ini, sudah membangun kondisi berita yang nir simetris antara sebagian besar rakyat (petani) dengan grup masyarakat lainnya. Pada kenyataannya syarat misalnya ini melumpuhkan sebagian kelembagaan lokal yg selama ini berkembang serta berperanan di masyarakat pada pemerataan pendapatan, termasuk kelembagaan pembiayaan pertanian (Sudaryanto dan Syukur, 2000). Lemahnya peranan kelembagaan pembiayaan pertanian tadi membawa konsekuensi semakin terbatasnya akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan (Syukur et al, 2003). Selanjutnya terbukti bahwa campur tangan pemerintah yang hiperbola membawa akibat yg luas berupa rendahnya aksesibilitas pelaku agribisnis terhadap sumberdaya modal, teknologi, peningkatan kemampuan, fakta pasar serta lain sebagainya (Syukur serta Windarti, 2001). 

Fakta di lapangan memang menerangkan bahwa hanya sebagian kecil warga pedesaan yang akses terhadap sumber-sumber permodalan (Braverman serta Guasch, 1989). Padahal, akses terhadap kredit permodalan adalah hak dasar insan yg mendasar dalam menaikkan usahanya, pendapatannya serta kebutuhan dasarnya (Yunus, 1981). Dengan perkataan lain bahwa seorang yg akses terhadap sumber-asal permodalan akan dapat mengoptimalkan usahanya untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Memang diketahui bahwa telah poly dilakukan upaya-upaya yang mengimplementasikan skim pembiayaan yg diperlukan bisa menjangkau sebagian besar warga yg berkecimpung di sektor pertanian di pedesaan. 

Di daerah pedesaan, masih ada dua jenis pasar kredit atau pasar pembiayaan (Syukur et al, 2003), yaitu pasar pembiayaan formal dan pasar pembiayaan informal. Pembiayaan formal dipilah lagi ke dalam pembiayaan program serta pembiayaan non program. Pembiayaan non acara beroperasi di pedesaan yg pada mekanisme pengajuan serta penyalurannya mengikuti mekanisme pasar. Artinya, kaidah-kaidah kelayakan diberlakukan secara formal, seperti tingkat bunga yang dibebankan merupakan tingkat bunga komersial dan dilayani oleh lembaga formal. Sementara pembiayaan program merupakan skim pembiayaan yang pada implementasinya dikaitkan dengan suatu program pemerintah yg umumnya program sektoral. Biasanya program tersebut merupakan upaya sektoral untuk mencapai target tertentu, contohnya KKP (Kredit Ketahanan Pangan) buat mempertinggi produksi pangan, Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UUPKA) serta lain-lain. Selain itu, masih banyak lagi acara-acara serupa yg sudah diimplementasikan, termasuk acara pembiayaan yg mendukung pengembangan usaha pertanian pada pedesaan. Dalam pelaksanaannya, acara tadi diakui bahwa masih poly kendala yg dihadapi. 

Aturan main pada skim pembiayaan bagi usaha pertanian bersifat rigid yang menyebabkan petani serta warga pedesaan nir gampang mengakses sumber-sumber pembiayaan yg terdapat saat ini. Kebijakan pembiayaan yang diperlukan untuk mendukung pengembangan usaha pertanian dirasakan sangat lemah dan cenderung mengabaikan sektor ini. Selama kurun waktu satu dekade terakhir alokasi kredit yg disalurkan untuk sektor pertanian sangat rendah dibandingkan dengan buat sektor-sektor lain. Sistem perbankan konvensional yang berlaku ketika ini seakan-akan tidak tertarik terhadap sektor pertanian. Timpangnya alokasi kredit tersebut bukanlah semata-mata ditimbulkan rendahnya kemampuan sektor ini dalam hal mengembalikan kredit, akan tetapi lebih disebabkan lantaran keberfihakan yang sangat rendah dan anggaran main (kelembagaan) yg kaku.

Berbagai jenis pembiayaan di sektor pertanian, baik yg formal (program serta non acara) maupun informal telah diaplikasikan dalam rakyat. Akan tetapi, pada pelaksanaan pembiayaan tersebut diakui masih menghadapi aneka macam kendala dan hambatan, tidak hanya di pihak penyedia dana tapi juga pada pihak penerima dana sebagai pelaku bisnis. 

Di sisi lain, walaupun pemerintah secara nasional sudah poly mengintroduksi banyak sekali skim pembiayaan buat sektor pertanian, namun efektivitas serta keberlanjutannya dan peranannya dalam mendorong pengembangan pertanian, masih jauh menurut yang diperlukan. Pada kenyataannya, secara mikro sebagian pelaku usaha pertanian masih mempunyai tingkat aksesibilitas yang rendah terhadap asal-asal permodalan. Hal ini terkait menggunakan berbagai faktor antara lain tidak bisa menyediakan agunan fisik ataupun pihak-pihak lain yang bisa menjamin di samping biaya transaksi pinjaman yg dinilai sangat tinggi.

Dari pengalaman beberapa acara pembiayaan yang dilaksanakan, intermediary system sangat penting buat menerima perhatian lantaran dinilai adalah salah satu kunci keberhasilan, seperti Bimas. Pemerintah berperanan sebagai jembatan pada penyaluran permodalan. Artinya, pemerintah bisa berperanan dan memiliki kekuatan fungsi intermediasi. 

Penelitian terhadap sistem pembiayaan mikro pada sektor pertanian menjadi sangat penting bila pengembangan bisnis pertanian pada pedesaan adalah galat satu sumbangan dalam mencapai peningkatan pendapatan dan kesejahteraan warga melalui pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Pengelolaan sumberdaya secara optimal, perlu didukung ketersediaan kapital bisnis yang cukup. Walaupun kapital bukanlah satu-satunya faktor produksi bisnis pertanian, pada batas-batas tertentu modal merupakan faktor kritikal. Kecukupan modal melalui donasi pembiayaan berfungsi efektif buat mencapai tingkat optimal dalam hal skala usaha serta adopsi teknologi baik teknologi produksi juga pasca panen. Dari upaya ini diharapkan para pelaku usaha pertanian bisa mempertinggi produktivitas dan efisiensi usaha, yang selanjutnya menaikkan pendapatan serta kesejahteraan.

Dari kondisi misalnya tadi diatas, penelitian spesifik dan mendalam yg mencakup aneka macam aspek lalu diharapkan. Review mengenai kebijakan pembiayaan mikro sektor pertanian pada pedesaan merupakan fakta yg penting. Disamping itu, output identifikasi tentang forum-forum keuangan mikro yang melayani pembiayaan usaha pertanian dengan anggaran dan representasi yang diberlakukan jua sangat dibutuhkan. Sementara, identifikasi mengenai kendala-hambatan dalam realisasi pembiayaan bisnis pertanian juga berguna. Selanjutnya identifikasi mengenai persepsi petani terhadap kegiatan pembiayaan mikro pula sangat berguna yang meliputi manfaat dan kerugian sebagai partisipan, kelemahan, serta saran-saran penyempurnaan di waktu mendatang. 

Cakupan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal, yaitu jenis pembiayaan dan komoditas usaha pertanian. Jenis pembiayaan mencakup pembiayaan formal dan informal; serta pembiayaan formal mencakup pembiayaan acara dan non acara. Sedangkan komoditas yang dianalisis dibatasi dalam usahatani tumbuhan pangan serta hortikultura, spesifik sayuran. 

Analisis yg dilakukan terhadap aspek-aspek dasar yg terkait erat dengan operasionalisasi pembiayaan jua menerima perhatian, yg mencakup receiving system, delivery system serta intermediary system. Artinya, lingkup penelitian mencangkup mulai dari realisasi/penerimaan dana, penggunaan serta pengembaliannya dan keterkaitan antara lain pula mendapat porsi pada analisis penelitian ini. Untuk itu, adalah hal yg krusial adalah pendekatan serta diskusi mendalam tidak hanya pada aspek ekonomi, tapi aspek kelembagaanpun juga adalah bagian dalam analisis. 

Tujuan
Dari pertarungan yang dikemukakan berdasarkan latar belakang dan cakupan, pada rinci tujuan penelitian misalnya berikut ini. Diharapkan dari jawaban tujuan-tujuan tadi dapat dibangun saran-saran yg adalah masukan bagi produsen kebijakan baru mengenai pembiayaan mikro maupun penyempurnaan program-acara yang sudah terdapat.
  1. Mereview tentang kebijakan pembiayaan mikro usaha pertanian yg sudah diaplikasikan dalam masyarkat. 
  2. Mengidentifikasi mengenai forum-lembaga pembiayaan mikro yang melayani bisnis pertanian, termasuk aturan main serta representasi yang diterapkan.
  3. Mengidentifikasi tentang kendala-hambatan yang dihadapi dalam mengoperasikan pembiayaan mikro bisnis pertanian pada pedesaan.
  4. Mengidentifikasi tentang persepsi nasabah terhadap aktivitas pembiayaan mikro yg berkaitan dengan kemudahan serta kesesuaian, kelancaran serta taraf bunga pinjaman pembiayaan mikro pedesaan. 
  5. Merumuskan alternatif kebijakan yg sesuai baik menurut sisi petani menjadi pelaku bisnis juga berdasarkan sisi forum pembiayaan menjadi penyedia dana.

Keluaran
Dari penelitian ini diperlukan bisa diperoleh keluaran-keluaran yg berguna sesuai menggunakan tujuan yang ditawarkan.
  1. Review mengenai kebijakan pembiayaan mikro bisnis pertanian pada pedesaan yang telah diaplikasikan. 
  2. Data dan kabar tentang lembaga-lembaga keuangan mikro yang melayani bisnis pertanian, termasuk anggaran main dan representasi yang diterapkan.
  3. Data dan warta mengenai kendala-kendala yg dihadapi dalam mengoperasikan pembiayaan mikro bisnis pertanian pada pedesaan.
  4. Data serta fakta mengenai persepsi nasabah terhadap kegiatan pembiayaan mikro yg berkaitan menggunakan kemudahan dan kesesuaian, kelancaran dan taraf bunga pinjaman pembiayaan mikro pedesaan. 
  5. Alternatif kebijakan yang sinkron, baik dari sisi petani menjadi peminjam juga menurut sisi lembaga pembiayaan sebagai penyedia dana.

Kerangka Pemikiran
Hingga waktu ini telah banyak diintroduksikan berbagai skim pembiayaan usaha pertanian. Jenis pembiayaan yg dikenal luas pada masyarakat diantaranya Kredit Ketahanan Pangan (KKP) beserta skim-skim lainnya yang ditujukan buat pengembangan sektor pertanian dan pedesaan. Sumber-sumber pembiayaan yang dari berdasarkan acara pemerintah, disediakan melalui dana pada negeri maupun pinjaman lunak berdasarkan luar negeri. Sumber-sumber pembiayaan lain, yaitu asal-sumber pembiayaan formal seperti perbankan serta non perbankan disamping sumber-sumber pembiayaan non formal, misalnya pedagang, pelepas uang serta kelompok.

Masing-masing skim tadi mempunyai aturan main serta prosedur serta persyaratan administrasi yang berbeda-beda. Skim kredit program contohnya, ditujukan buat menaikkan akses pelaku bisnis pertanian terhadap asal permodalan. Demikian juga menurut segi target, masing-masing skim pula bhineka. KKP dimaksudkan buat membantu permodalan petani yang berusaha pada flora pangan (padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar), pengembangan budidaya tebu, peternak, petani ikan dan pengadaan pangan (padi, jagung serta kedelai). Sementara sasaran Kredit Koperasi Primer buat Anggota (KKPA) bersifat umum yg ditujukan untuk semua aktivitas ekonomi termasuk usaha pertanian pada arti luas, dengan penyaluran kredit melalui koperasi.

Setiap skim memiliki kebijakan dasar dan anggaran main dalam prosedur realisasinya, walaupun dalam operasionalnya nir lepas dari permasalahan. Bagi pengelola forum pembiayaan, perkara yang dihadapi bervariasi, mulai berdasarkan pemilihan calon peminjam sampai pada implementasinya di lapangan. Sedang bagi para pelaku bisnis, pertarungan yg dihadapi nir hanya pada aktifitas usaha, tapi juga konflik yg berkaitan menggunakan aksesibilitas terhadap skim-skim pembiayaan yang terdapat (Syukur et al, 2003).

Antara pelaku usaha serta lembaga pembiayaan terjalin interaksi yang bervariasi, antara lain bersifat independen, kooperatif atau hubungan dalam ikatan pemasaran. Bagi pelaku bisnis proses transaksi memerlukan biaya (Syukur et al, 2003) yang meliputi biaya mencari fakta, porto perundingan serta porto administrasi. Besarnya porto-porto tadi sangat tergantung dalam prosedur dan mekanisme yang diberlakukan oleh masing-masing skim pembiayaan. Disamping itu, para pelaku bisnis memiliki penilaian terhadap lembaga pembiayaan yang dijadikan asal permodalan. Dengan demikian mereka memiliki aspirasi dan pertimbangan tertentu dalam mengakses lembaga-lembaga pembiayaan yg terdapat. 

Lembaga sumber pembiayaan, umumnya memiliki indera-indera serta persyaratan baku buat melakukan seleksi terhadap calon peminjam. Cara ini ditempuh menggunakan maksud buat melindungi forum mengingat lembaga pembiayaan adalah usaha yg terkait menggunakan resiko serta menghindari kemungkinan melayani pengguna yang tidak perspektif. Sebaliknya, forum pembiayaan menaruh semacam bonus bagi peminjam yg memenuhi kewajiban-kewajiban sempurna ketika serta sinkron ketentuan yg diberlakukan. 

Dengan pemahaman secara baik dan komprehensif baik tentang perilaku pihak pengguna (pelaku bisnis pertanian) dan konduite pihak lembaga pembiayaan adalah informasi penting yg bisa digunakan sebagai masukan serta bahan pertimbangan dalam merumuskan skim pembiayaan yg sinkron. Artinya, skim pembiayaan tersebut dapat diterima sang kedua fihak menurut ciri masing-masing, baik berdasarkan pihak pengguna maupun menurut pihak lembaga pembiayaan.

Lokasi Kajian dan Responden
Penelitian dilaksanakan di tiga provinsi, yaitu Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Ketiga provinsi tadi merupakan sebagian berdasarkan provinsi-provinsi yg sudah dilaksanakan program skim pembiayaan mikro bisnis pertanian. Di masing-masing provinsi dipilih 2 lokasi (desa) menggunakan dasar adanya program skim pembiayaan mikro usaha pertanian komoditas pangan serta hortikultura sayuran. Dengan demikian, jumlah lokasi penelitian adalah tiga provinsi dengan masing-masing 2 lokasi. 

Responden yang diwawancara terdiri menurut rumah tangga petani partisipan forum pembiayaan mikro formal serta partisipan lembaga pembiayaan mikro informal. Jumlah responden sebanyak 30 rumah tangga petani partisipan dalam forum pembiayaan, dua lembaga pembiayaan formal serta 2 forum pembiayaan informal buat masing-masing kabupaten.

Jenis Data dan Analisis Data
Jenis Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari 2 jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer tempat tinggal tangga digali menggunakan wawancara individual memakai Daftar Pertanyaan yg terstruktur. Disamping itu data primer yg bersifat umum serta agregat digali dengan wawancara gerombolan . Data primer jua digali dari lembaga pembiayaan formal serta forum pembiayaan informal. Sedangkan data sekunder dihimpun dari administrasi tempat kerja-tempat kerja dinas terkait, lembaga keuangan formal, laporan-laporan serta berbagai publikasi resmi. 

Analisis Data
Analisis dilakukan dengan membentuk indikator-indikator spesifik. Indikator tersebut digunakan buat melihat serta mendiskusikan masing-masing tujuan dan keterkaitannya satu dengan lainnya. Disamping itu, memperbandingkannya menggunakan hasil-output penelitian serupa sebelumnya juga merupakan bagian menurut analisis. Secara generik naratif-analitik adalah indera utama analisis dalam penelitian ini, yg didominasi sang penggunaan metoda hitungan sederhana sesuai keperluan pembahasan dan diskusi. 

Review tentang kebijakan pembiayaan mikro usaha pertanian dalam tujuan pertama dianalisis secara deskriptif berupa uraian dan diskusi yg didasarkan pada fakta sekunder dari publikasi-publikasi formal. Sedangkan identifikasi tentang forum-forum keuangan mikro yg melayani pembiayaan bisnis pertanian dalam tujuan kedua dianalisis secara deskriptif berupa keberadaan berbagai lembaga pembiayaan yg ada, dari asal informasi berupa laporan-laporan dinas terkait serta publikasi formal yang dikumpulkan. Sementara identifikasi mengenai kendala-hambatan pada realisasi pembiayaan dalam tujuan ketiga dianalisis secara deskriptif berupa persentase, nilai homogen-rata serta lain-lain yg sebagian akbar didasarkan pada data utama tingkat tempat tinggal tangga petani menjadi partisipan lembaga pembiayaan. Demikian pula halnya dengan identifikasi mengenai persepsi terhadap kegiatan pembiayaan mikro termasuk kemudahan serta kesesuaian, kelancaran serta taraf bunga sekaligus alasan-alasan menciptakan keputusan tentang keikutsertaan sebagai partisipan pada tujuan keempat dianalisis secara naratif (nilai homogen-rata, tabulasi silang, frekuensi distribusi dan lain-lain) dari data dan berita utama yg dihimpun menurut wawancara survey tempat tinggal tangga petani yg diperbandingkan antar jenis pembiayaan. Selanjutnya, analisis deskriptif jua dilakukan pada mermuskan alternatif kebijakan dalam tujuan kelima berupa uraian dan diskusi secara komprehensif menurut temuan-temuan dalam tujuan pertama hingga keempat.

Materi yang dibahas dan didiskusikan dalam bab ini didasarkan dalam berbagai analisis dari data serta kabar yg dikumpulkan. Dari holistik data serta fakta tersebut dibangun indikator-indikator yg dijadikan dasar interpretasi dalam pelaporan. Pada bagian berikut didiskusikan aspek-aspek yang mencakup: (i) tinjauan kebijakan mengenai pembiayaan mikro, (ii) keragaan forum pembiayaan mikro, (iii) kendala-kendala dalam realisasi pembiayaan (iv) persepsi petani terhadap forum pembiayaan mikro, dan (v) diakhiri menggunakan kesimpulan, saran-saran dan implikasi kebijakan. Masing-masing aspek dibahas secara terpisah dengan permanen memperhatikan keterkaitan satu menggunakan lainnya.

Tinjauan Kebijakan Tentang Pembiayaan Mikro Pertanian
Perubahan Sistem Pembiayaan Pertanian serta Kebijakan.
Sejak sistem pembiayaan untuk pertanian yang difasilitasi pemerintah menggunakan program kredit (dengan karakteristik tingkat bunga rendah, bersifat masal serta lain-lain) berakibat petani nir “mengenal” sistem kredit komersial. Di sisi lain, dari peraturan tahun 1999, Bank Sentral (BI) nir lagi menyediakan paket program kredit dan program kredit bersubsidi yang sudah diakhiri secara sedikit demi sedikit dalam tahun 2003. Adanya peraturan Bank Indonesia yg menghentikan likuiditas perkreditan, pemerintah mereduksi skim kredit bersubsidi dan satu-satunya jasa kredit keuangan buat pertanian adalah Lembaga Pembiayaan Mikro (LPM) atau Micro-Finance Institution (MFI).

Berbagai penelitian menandakan bahwa pola pembiayaan yang menggunakan sistem subsidi (“supply leading approach”) menghasilkan stagnasi pengembalian kredit yang mengakibatkan tunggakan yang sangat besar . Pendekatan lain adalah menggunakan melibatkan institusi pembiayaan pedesaan menjadi forum intermediary yg terkait menggunakan penyerapan dana dari pedesaan serta didistribusikan kembali dalam bentuk kredit (“demand following approach”). Skim ini nir menjanjikan selama taraf genre dana di pedesaan terbatas serta dalam jumlah yang relatif sedikit.

Gambaran serupa diperoleh menurut pengalaman beberapa negara pada Asia, bahwa lemahnya infrastruktur pedesaan mengakibatkan kerugian bagi posisi warga miskin pada pedesaan. Survey Bank Dunia mengenai kemiskinan di Indonesia menyimpulkan bahwa penduduk miskin mempunyai sedikit peluang pada memperoleh pendapatan dengan posisi ekonomi yang kurang menguntungkan.

Program Pembiayaan Pertanian menurut saat ke waktu
a. Program BIMAS
Kredit Bimas yang pada kelola sang BRI mulai diimplementasikan tahun 1967/1970. Memotivasi BRI buat menciptakan BRI Unit Desa di banyak tempat. Dana kredit disediakan berdasarkan subsidi pemerintah (BI) dalam taraf bunga 3 % pertahun ad interim tingkat bunga BRI sebesar 12%. Total Kredit Bimas yang disalurkan sejak menurut mulai acara dilaksanakan (1967/70) hingga musim tanam 1984/85 mencapai Rp 636,7 miliar dengan total nasabah 28.847 petani. Selama periode 1970-75 jumlah pinjaman yg dilunasi sempurna waktu sebesar 80%, ad interim semenjak 1976 dan selanjutnya hanya 57%. Faktor yang turut berkontribusi terhadap tingginya tunggakan diduga karena adanya kebijakan “pengampunan hutang” yang membentuk ekspektasi diantara petani nasabah bahwa pinjaman tadi suatu hari nir harus dibayar. Memang dengan program Bimas skala nasional, pemerintah mempunyai cerita sukses berupa swasembada produksi padi pada tahun 1984, walaupun tahun 1983 program Bimas diakhiri. 

b. Kredit Usaha Tani (KUT)
Program KUT diintroduksikan 1985 yg ditangani secara administrasi sang Koperasi Unit Desa (KUD). Program ini merupakan galat satu berdasarkan program-acara yg seakan-akan melanjutkan acara yg pernah terdapat sebelumnya dengan banyak sekali modifikasi. KUT disediakan buat petani yg belum mempunyai kemampuan menyediakan kebutuhan yang diperlukan buat usahatani berdasarkan asal pembiayaan sendiri. KUT disalurkan melalui kantor cabang BRI ke KUD yg didistribusikan pada para petani anggota KUD. Kredit disediakan buat Kelompok Tani dalam tingkat bunga 12%.

Fakta menunjukkan bahwa poly kredit yg nir sampai pada petani yg ditargetkan, terutama petani miskin yang membuahkan sangat rendahnya taraf pengembalian. Kredit melalui KUT sangat akbar yg meningkat berdasarkan Rp 300 miliar pertahun (sebelum krisis ekonomi mencapai Rp 8 triliun dalam isu terkini tanam 1998/99). Sejak program ini diaplikasikan, besarnya pembayaran pulang hanya lebih kurang 25%, walaupun taraf bunga diturunkan dari 14% pada tahun 1985-1995 serta sebagai 10,5% pada tahun 1995-1998/99).

c. Kredit Ketahanan Pangan (KKP)
Pemerintah membarui KUT menggunakan kredit program yg diperbaharui, yaitu Kredit Ketahanan Pangan (KKP). Aturan pada KKP pulang dalam keikut sertaan bank yang berhadapan menggunakan peluang resiko (executing) mengakibatkan mereka sangat berhati-hati. Tingkat bunga masih disubsidi, serta pemerintah mengurangi subsidi tadi secara bertahap sampai 2004.

Pada tahun 2000, pemerintah mengaplikasikan KKP menggunakan flafon Rp dua,082 triliun buat paket flora padi, palawija, perkebunan tebu, peternakan. Subsidi taraf bunga dibayar pemerintah yg secara sedikit demi sedikit dikurangi. Sumber pendanaan tergantung pada bank yg bersangkutan, dengan bunga sebesar 12% buat tanaman pangan dan 16% buat peternakan, perkebunan dan perikanan. 

Sampai Desember 2001, jumlah peminjam menggunakan anggaran KKP yg baru sangat rendah (20%), jauh dibawah yg diprediksikan semula. Padahal, apabila rintangan berupa tunggakan dapat ditangani dengan baik, kredit KKP diyakini bisa berkembang. Akan namun yang diragukan merupakan kesulitan pada menghadapi lebih banyak didominasi petani berlahan sempit. Kelompok masyarakat tadi sangat terbatas pengetahuan mengenai perkreditan dan menjadikan mereka kesulitan menjangkau bank formal yang menyediakan kredit pembiayaan mikro.

Sisitem Pembiayaan Pertanian
Seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu, pemerintah Indonesia sudah mengaplikasikan mekanisme kredit subsidi berupa acara Kredit UsahaTani (KUT). Program ini bertujuan buat menggerakkan dengan cepat likuiditas dalam penghasil dan konsumen melalui mekanisme sistem delivery . Selanjutnya pemerintah mengganti KUT menggunakan acara kredit yang baru, yaitu Kredit Ketahanan Pangan (KKP). Aturan main KKP balik pada partisipasi bank dengan pertimbangan resiko (executing). Pada Januari 2002, jumlah peminjam melalui KKP menggunakan anggaran yg baru merupakan sangat sedikit, jauh dibawah asumsi awal. 

Dana pedesaan merupakan artikulasi strategi pembiayaan pedesaan yg lebih fokus dalam perluasan jangkauan ketimbang kelengkapan kredit bersubsidi. KKP adalah satu berdasarkan skim bersubsidi yg didukung pemerintah telah dikurangi secara bertahap dan diakhiri dalam tahun 2004. Untuk mengatasi masalah petani selesainya krisis pada pedesaan, Departemen Pertanian meluncurkan acara penguatan kapital secara permanen menggunakan pembentukan Lembaga Pembiayaan Mikro yg adalah upaya buat pemberdayaan petani.

Keragaan Lembaga Pembiayaan Mikro di Pedesaan
Pembiayaan mikro pertanian di pedesaan sudah diaplikasikan serta disalurkan nir hanya melalui forum-forum formal tapi juga melalui forum informal. Lembaga formal yang ditugasi menyalurkan diantaranya bank-bank pemerintah dan bank swsata. Sedangkan forum-forum informal yang turut berperan meliputi pedagang input pertanian, pedagang hasil-hasil pertanian serta juga para pedagang yang berfungsi kedua-duanya, yaitu pedagang input dan pedagang output. Sementara, dari norma atau menurut segi konduite dan pola perilaku rakyat petani, memiliki hutang bukanlah merupakan sesuatu yg memalukan. Bahkan berhutang buat memenuhi keperluan pembiayaan usahatani telah adalah hal yg biasa dilakukan. Penerapan sistem bunga biasanya dapat diterima rakyat lantaran dinilai sebagai pembayaran jasa pinjaman. Lembaga pembiayaan sistem syariah belum dapat diterapkan dalam rakyat di pedesaan. Sumber pembiayaan yang beraqsal menurut petani sendiri acapkali disisihkan berdasarkan hasil pertanian serta disimpan/ditabung pada bentuk hewan ternak atau perhiasan emas, dengan pertimbangan bahwa jenis barang ini mudah buat di uangkan (menggunakan cara serupa pula ditemukan beberapa masalah buat persiapan serta pelaksanaan menunaikan ibadah haji). Alternatif sumber pembiayaan lain yaitu menggunakan cara meminjam pada forum pembiayaan formal atau informal sesuai menggunakan aksesibilitas masing-masing.

Sumber pembiayaan lembaga formal yg menjadi pilihan dan dekat dengan masyarakat pada pedesaan adalah bank pemerintah khususnya Bank BRI namun bank-bank lain misalnya Bank Mandiri, Bank BNI, BPD melalui BPR dan BKK serta lain-lain juga bisa diakses masyarakat. Meskipun di Bank BRI tingkat wilayah penyaluran kredit buat sektor pertanian nisbi kecil, akan tetapi pada tingkat Unit Desa porsi kredit mikro pertanian menduduki urutan pertama. Sementara, kredit mikro informal disalurkan melalui fihak swasta sebagai pelepas uang, seperti bank Plecit/Kangkung (NTB) serta bank Tuyul (Jateng). Lembaga-lembaga informal ini biasanya gampang diakses oleh siapa saja yg memerlukan, secara cepat, jeda dekat, ketika serta akbar pinjaman sinkron kebutuhan, dengan prosedur sederhana serta tanpa jaminan, akan tetapi menggunakan tingkat bunga yg lebih tinggi. Hubungan pinjaman demikian lebih berdasarkan dalam agama ketimbang jamianan seperti halnya institusi pembiayaan komersial.

Pada kenyataannya, forum formal pembiayaan mikro di lokasi penelitian lebih diakses oleh golongan petani yg menguasai huma luas dan/atau pedagang secara individual. Sedangkan para petani yg menguasai huma sempit mengalami kesulitan mengakses forum formal tadi yg diantaranya disebabkan belum memiliki aset yang dapat dijadikan agunan (misalnya sertfikat pemilikan tanah, BPKB kendaraan bermotor dsb.). Bahkan sebagian besar diantara mereka, kalaupun memiliki masih takut serta enggan menjadikannya penjamin pinjaman. Sedangkan penyaluran kredit melalui kelompok dinilai nir praktis, selain agama atas kemampuan dan kejujuran pengurus kelompok tidak sepenuhnya bisa diandalkan.

Kasus di Sulawesi Selatan, adanya satu lembaga perantara IFC-Pensa (International Funancing Corporate – Pengembangan Usaha) yg berhasil menjadi penghubung antara pihak perbankan serta petani. Lembaga ini adalah keliru satu LSM menurut World Bank Group yang mengkhususkan diri pada upaya peningkatan tingkat hidup masyarakat melalui penciptaan peluang bisnis pada bisnis mini dan menengah (UKM). Di kabupaten Bantaeng Sulsel, IFC-Pensa berperan menjadi forum mediator antara pihak perbankan (BSM Makassar) menggunakan grup petani (usahatani jagung). Lembaga ini nir hanya berfungsi menjadi perantara penyaluran kredit, akan tetapi jua bertindak sebagai technical assistance yg membantu petani pada pengembangan SDM dan kelembagaannya.

Berbagai acara pembiayaan mikro sudah direalisasikan baik oleh lembaga perbankan maupun forum-forum pemerintah misalnya Pemda/Bappeda serta Departemen Pertanian. Namun, kredit tadi tak jarang kali tidak terserap karena aneka macam faktor, diantaranya tidak sempurna saat. Selain itu adanya pandangan pihak-pihak eksklusif yg beranggapan bahwa kredit acara adalah hadiah menurut pemerintah yg tidak perlu dikembalikan dan berakibat terjadinya tunggakan. Di beberapa lokasi terdapat program bantuan yang dikelola secara otonom dan disalurkan melalui kelembagaan Kelompok Tani, Lembaga Keuangan Mikro yang merupakan transformasi menurut P4K atau koperasi. Akan tetapi kiranya masih diharapkan pembinaan lembaga-lembaga tadi agar dapat berperan lebih efektif. Disamping itu, diharapkan revitalisasi tenaga penyuluh serta aktivitas penyuluhan agar adopsi teknologi dapat lebih efektif sekaligus pemanfaatan dana pembiayaan mikro yg disediakan.

Hambatan-Hambatan Realisasi Kredit Pembiayaan Mikro
Permodalan buat pembiayaan bisnis pertanian, secara generik dari berdasarkan 2 sumber, yaitu dari modal sendiri dan dari pinjaman atau kredit dari pihak lain. Dari pinjaman dapat dibagi dalam 3 jenis kredit, yakni (i) kredit acara pemerintah, (ii) kredit menurut forum formal, seperti perbankan/BPR, dan (iii) kredit menurut forum informal, misalnya pedagang, pelepas uang, gerombolan serta sebagainya. Kasus di lokasi penelitian pada pedesaan NTB dan Jawa Tengah, dominan petani lebih akses terhadap forum informal. Sangat sedikit petani yg memanfaatkan lembaga pembiayaan formal dalam mendukung permodalan usahataninya. Tapi pada Sulawesi Selatan, jumlah petani yang sudah mengakses asal-asal pembiayaan mikro formal masih ada dalam porsi yg lebih besar , terutama pada BRI Unit Desa. Selain itu, jua dijumpai beberapa petani yang menggunakan jasa pegadaian sebagai lembaga formal penyedia dana buat modal usahataninya.

Dana Kelompok Tani yg selama ini poly membantu petani dalam pembiayaan usahatani adalah berdasarkan donasi pemerintah berupa program BPLM yang adalah bagian berdasarkan Proyek Peningkatan Ketahanan Pangan (P2KP). Khusus di di Sulawesi Selatan program serupa sebagian dari menurut Dana Tanggap Darurat. Pengembalian pinjaman ke grup dilakukan selesainya panen serta jasa bunga pinjaman bervariasai tapi dalam kisaran antara 1 sampai 1,lima %. Secara umum pengembalian kredit di taraf petani relatif tertib serta lancar.

Berbagai kendala pada mengakses kredit pada forum-forum yang ada dirinci dari jenis masing-masing kredit yaitu kredit program, kredit formal serta kredit informal, misalnya ini dia.

(i). Kredit Program
Kendala primer untuk menerima kredit program pemerintah (sistim bergulir) adalah terbatasnya dana lantaran sangat tergantung dari alokasi aturan pemerintah. Lokasi yg dianggap layak buat mendapat dana acara sudah ditentukan dari pertimbangan dengan prioritas serta target eksklusif. Walaupun direncanakan dengan sistem bergulir dalam grup berikutnya, tapi dalam pelaksanaannya dana yang digulirkan, beberapa kasus, sebagai tidak utuh jumlahnya seperti pada awal acara. Hal ini terjadi dampak tidak terdapat ketegasan sejak awal, pengawasan serta hukuman yang tidak jelas. Akibatnya dana yang diterima grup berikutnya nir memadai lagi buat suatu tujuan yg direncanakan. Sementara kredit program yang bersifat komersial (misalnya KKP), menggunakan syarat-kondisi yang sulit diakses petani. Kelompok Tani nasabah KKP wajib menyediakan agunan serta gerombolan yg bersangkutan tidak memiliki gambaran buruk dan harus lunas KUT.

(ii). Kredit Formal
Lembaga kredit formal (perbankan juga BPR) memiliki potensi yang besar lantaran lembaga ini secara legal formal memiliki wewenang buat menghimpun dana simpanan rakyat. Akan namun masih sedikit masyarakat yang mengakses lembaga ini. Hambatan realisasi kredit formal bisa asal dari kedua pihak, perbankan menjadi penyedia dana serta petani menjadi pengguna. Pihak perbankan masih menduga sektor prtanian sangat beresiko serta menerapkan prinsip kehati-hatian. Seleksi nasabah yg ketat diberlakukan serta dengan persyaratan wajib mempunyai agunan dirasakan memberatkan. Apalagi bila jaminan pada bentuk sertifikat tanah yang dianggap sebagai hal yg sulit dipenuhi petani. Sementara berdasarkan sisi petani, selain persyaratan ketat juga mekanisme administrasi dinilai rumit dan memerlukan waktu lebih lama . Akibatnya, waktu petani membutuhkan dana yg bersifat segera (contohnya buat membeli obat-obatan), dana tersebut belum tersedia. Selain itu, sebagian besar petani beranggapan bahwa mekanisme pembayaran wajib dilakukan bulanan. Padahal di lembaga perbankan formal disediakan skim musiman (terutama BRI) seperti per 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun. Informasi yg nir lengkap tersebut kiranya masih dibutuhkan sosialisasi yg lebih intensif pada masa mendatang.

(iii). Kredit Informal
Diantara jenis lembaga pembiayaan yang banyak membantu petani merupakan lembaga kredit informal. Kredit pada lembaga ini umumnya mudah diakses karena persyaratan dan mekanisme administrasi sederhana. Kemudahan akses tadi didasari dalam prinsip kepercayaan karena telah saling mengenal antara debetur dan kreditur, seperti saudara, tetangga, kawan kerja serta interaksi korelasi yg lain. Kasus peminjam baru yg belum begitu dikenal, prinsip kehati-hatian tetap jadi pertimbangan para kreditur dengan cara memerlukan referensi menurut orang-orang yang dikenalnya, disamping jumlah pinjaman dibatasi dan dikenakan jasa pinjaman sedikit lebih tinggi. Walaupun mekanisme pinjaman pada lembaga informal tadi sederhana serta gampang, ketersediaan dana relatif terbatas serta taraf bunga lebih tinggi berdasarkan dalam lembaga pembiayaan formal. Seorang peminjam yg lebih memilih forum informal dibandingkan dengan forum formal menyampaikan pendapatannya. Dengan prosedur yang rigid dan administrasi yg rumit serta ketika yang lama , porto yg dibutuhkan buat pencairan dana pinjaman pada lembaga formal menjadi lebih tinggi dibandingkan harus membayar kelebihan tingkat bunga dalam lembaga informal.

Persepsi Petani Terhadap Pembiayaan Mikro Pedesaan
Dari banyak sekali sumber pembiayaan pertanian, banyak ditawarkan skim-skim kredit buat sub sektor flora pangan serta hortikultura sinkron kondisi masing-masing lokasi. Bagi para petani yg memiliki poly keterbatasan, baik pendidikan juga pengetahuan, kadang kala mengalami kesulitan pada menilai aneka macam skim kredit yang ditawarkan. Tingkat pengetahuan petani suatu daerah terhadap keberadaan forum pembiayaan umumnya masih rendah yg terkait menggunakan aksesibilitas daerah yg bersangkutan. Di kabupaten Lombok Timur NTB dengan padi sebagai tanaman lebih banyak didominasi, menggunakan aksesibilitas yang nisbi baik, lebih mengenal aneka macam lembaga pembiayaan yang terdapat pada daerahnya dibandingkan menggunakan di daerah-wilayah lain (wilayah yang secara umum dikuasai bawang merah, di kabupaten yg sama; lebih banyak didominasi jagung serta kentang pada Sulawesi Selatan serta mayoritas kedele dan cabe merah di Jawa Tengah). 

Mayoritas petani secara generik mengetahui bahwa taraf bunga asal pembiayaan formal memang lebih rendah, tapi mekanisme administrasi dinilai sulit, waktu penyaluran usang/lambat, dan jumlah kadangkala tidak sesuai misalnya yang diharapkan. Sebaliknya, asal pembiayaan informal misalnya pedagang, pelepas uang dan kelompok, mekanisme administrasi sederhana, ketika pencairan pinjaman cepat/sempurna waktu sinkron kebutuhan akan tetapi dengan tingkat bunga lebih tinggi. Tetapi demikian, evaluasi petani terhadap taraf bunga sangat nisbi. Beberapa petani beranggapan bahwa dengan kesediaan memberikan pinjaman lebih diartikan sebagai “donasi” atau “pertolongan” terhadap mereka dalam mengatasi kasus pembiayaan usahatani. Sehingga taraf bunga yang harus dibayar lebih tinggi dianggap sebagai balas jasa serta merupakan hal yang wajar dan tidak memberatkan.

Terhadap pembiayaan menggunakan kredit program, sebagian petani beranggapan bahwa prosedur administrasi dievaluasi mudah, tapi sayangnya realisasi penyalurannya dievaluasi sangat lambat. Hal ini terkait menggunakan anggaran serta prosedur dan target acara yg wajib kentara. Dalam pelaksanaannya selalu melibatkan grup-grup tani yang berperan aktif menjadi penanggung jawab. Para petani di NTB beranggapan bahwa sebagai anggota kelompok merasa sangat mudah mengikuti kredit acara lantaran segala sesuatunya diurus serta diselesaikan oleh kepala dan pengurus grup. Hal serupa juga dialami sang petani pada Sulawesi Selatan yg tidak mengalami kesulitan dalam mendapat BPLM.