PENGERTIAN DAN FUNGSI MANAJEMEN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Dan Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli 
1. Pengertian Manajemen 
Dalam suatu forum atau instansi baik yg akbar juga yg kecil dibutuhkan adanya sistem manajemen, supaya tujuan berdasarkan forum atau instansi tadi dapat tercapai menggunakan baik. Untuk itu peranan manajemen sangat penting khususnya manajemen kepegawaian, yang memegang peranan dalam menentukan, mengatur dan merampungkan perkara yg terdapat dalam kepegawaian. Sebelum mengetahui apa yang dimaksud menggunakan manajemen kepegawaian, terlebih dahulu wajib mengetahui pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen merupakan suatu kerangka kerja yg terdiri dari berbagai bagian atau komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan yg diorganisasikan sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan beserta. Menurut pendapat Mary Parker Follet yang dikutip sang Alfonsus Sirait pada bukunya yg berjudul “Manajemen” mendefinisikan pengertian manajemen, bahwa: 

“Manajemen adalah adalah seni buat melaksanakan sesuatu pekerjaan melalui orang lain, menggunakan memakai sumber-sumber daya buat mencapai tujuan yg ditetapkan”. (Sirait,1991:8).

Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, ketika dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan, terfokusnya kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan yang mendorong buat membagi pekerjaan, tugas serta tanggung jawab. Manajemen dari dari istilah to manage yg merupakan mengatur. 

Menurut Malayu SP. Hasibuan, pada bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia mendefinisikan manajemen merupakan sebagai berikut :

“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan asal-asal lainnya secara efektif dan efisien buat mencapai tujuan eksklusif”. (Hasibuan,1996:259).

Pandangan yg sama tentang pengertian manajemen jua dikemukakan sang George R. Terry, dalam bukunya Principles of Management yg dikutip oleh Soewarno Handayaningrat, pada bukunya yg berjudul “Pengantar Studi Ilmu Administrasi serta Manajemen”, memberikan definisi manajemen sebagai berikut :

“Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling utility in each both science and art followed in order to accomplish predermined objectives”. (manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas: perencanaan, pengorganisasian, penggerak pelaksanaan serta supervisi, menggunakan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar bisa menyelesaikan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya). (Soewarno,1994:20).

Fungsi Manajemen 
Fungsi manajemen seperti yang dikemukakan oleh John F. Mee yang dikutip oleh Soewarno Handayaningrat, dalam bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasi serta Manajemen”.(Soewarno,1996:26), yang menggunakan pendekatan fungsi dari manajemen (dengan akronim POMCO) yaitu :

1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan proses pemikiran yg matang buat dilakukan dimasa yang akan dating menggunakan menentukan aktivitas-kegiatannya. 

2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, aktivitas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab, sebagai akibatnya adalah organisasi yang bisa digerakan secara holistik dalam rangka tercapainya tujuan yg ditentukan.

3. Pemberian Motivasi (Motivating)
Pemberian motivasi adalah proses hadiah motif (dorongan) pada para karyawan buat bekerja lebih bergairah, sehingga mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna serta berdaya guna.

4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap aplikasi seluruh aktivitas organisasi buat mengklaim agar seluruh pekerjaan bisa berjalan sesuai menggunakan rencana yang sudah ditentukan sebelumnya.

Fungsi manajemen jua didefinisikan sang Oey Liang Lee pada bukunya Malayu SP. Hasibuan adalah menjadi berikut : 
1. Perencanaan (Planning);
2. Pengorgnisasian (Organizing);
3. Pengarahan (Actuating);
4. Pengkoordinasian (Coordinating);
5. Pengontrolan (Controlling);
(Hasibuan,1996:39). 

Berdasarkan uraian serta definisi-definisi yg sudah dikemukakan oleh para ahli diatas, bisa disimpulkan bahwa manajemen ternyata mempunyai prinsip-prinsip. Adapun prinsip-prinsip manajemen tadi digolongkan dalam 14 (emapat belas) bagian, hal ini dikemukakan oleh Henry Fayol yang dikutip sang Malayu SP. Hasibuan dalam bukunya “Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah” dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Division of Work (asas pembagian kerja); merupakan pembagian kerja yg spesialisasi sangat diperlukan guna memperoleh efisiensi dalam mencapai tujuan secara berhasil guna dan berdaya guna.
2. Authority and Responsibility (asas kewenangan serta tanggung jawab); merupakan adanya pembagian kewenangan dan tanggung jawab antara atasan serta bawahan.
3. Discipline (asas disiplin); ialah semua perjanjian, peraturan yg sudah ditetapkan, perintah atasan harus dihormati, dipatuhi serta dilaksanakan sepenuhnya.
4. Unity of Command (asas kesatuan perintah); merupakan terdapat yg diperintah dan ada yang memerintah dan yang diberi perintah bertanggung jawab pada yang memerintah.
5. Unity of Direction (kesatuan arah).
6. Subordination of Individual interest into General Interest; ialah setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama (organisasi), diatas kepentingan langsung.
7. Remuneration of Personnel (gaji/penggajian); merupakan gaji serta agunan-jaminan sosial harus adil, lumrah dan berimbang dengan kebutuhan.
8. Centralization (sentralisasi/pemusatan); adalah kewenangan itu dipusatkan atau dibagi-bagikan tanpa mengabaikan siatuasi yg luas. Pemusatan ini sifatnya dalam arti relatif, belum diklaim absolut.
9. Scalar chain (susunan organisasi); ialah perintah wajib berjenjang menurut jabatan tertinggi ke jabatan terendah dengan cara berurutan.
10. Order (keteraturan); merupakan keteraturan dan ketertiban pada suatu penempatan.
11. Equity (persamaan/keadilan); adalah berlaku adil terhadap seluruh pegawai dalam pemberian honor dan agunan sosial, pekerjaan dan hukuman.
12. Inisiative.
13. Stability of tenure (stabilitas pegawai)
14. Esprit de Corps (kecintaan terhadap kesatuan). (Hasibuan,1996:10-12).

Disamping itu prinsip-prinsip manajemen juga dikemukakan sang F.W. Taylor yg dikutip sang H. Malayu S.P. Hasibuan pada bukunya “Manajemen Dasar Pengertian serta Masalah”, bahwa prinsip-prinsip manajemen adalah : 
  • Pengembangan metode-metode kerja yang terbaik. 
  • Pemilihan dan pengembangan para pegawai. 
  • Usaha untuk menghubungkan serta mempersatukan metode kerja yang terbaik dari para pegawai yang terpilih serta yg terlatih. 
  • Kerja sama yang harmonis antara atasan serta bawahan, mencakup pembagian kerja dan tanggung jawab atasan buat merencanakan pekerjaan. (Hasibuan,1996:7). 
Pengertian Kepegawaian 
Istilah kepegawaian berasal menurut kata pegawai yg adalah merupakan orang yang melakukan pekerjaan menggunakan menerima imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan menurut pemerintah. Unsur insan sebagai pegawai maka tujuan badan (wadah yg telah ditentukan) kemungkinan akbar akan tercapai sebagaimana yang diperlukan. Pegawai inilah yg mengerjakan segala pekerjaan atau aktivitas-aktivitas penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan. 

Jadi yg dimaksud menggunakan kepegawaian merupakan segala kegiatan yang menyangkut duduk perkara pegawai mulai berdasarkan penerimaan pegawai sampai dalam divestasi pegawai dalam rangka menjalani masa pensiun buat pulang ke rakyat sehabis menjalankan tugasnya, dalam hal ini menjadi pegawai yang menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Pengertian Manajemen Kepegawaian 
Manajemen kepegawaian lazim diklaim personel management atau rapikan personalia atau pelatihan, karena walaupun istilah-kata tersebut nampaknya tidak selaras tetapi pengertiannya sama. M. Manullang mendefinisikan tentang pengertian manajemen kepegawaian pada bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Manajemen”, bahwa manajemen kepegawaian adalah :

“Manajemen kepegawaian (personnel management) merupakan seni serta ilmu perencanaan, aplikasi serta pengontrolan energi kerja buat tercapainya tujuan yang sudah ditentukan terlebih dahulu dengan adanya kepuasan hati dalam diri para pegawai”. (Manullang,1962:11).

Dari definisi tadi bisa disimpulkan bahwa manajemen kepegawaian bertugas untuk melaksanakan kegiatan-aktivitas yang secara garis besar telah dipengaruhi oleh administrator menggunakan menitik beratkan dalam bisnis-bisnis buat :
1. Mendapatkan tenaga-energi pegawai yg cakap serta bisa bekerja berdasarkan kebutuhan instansi/lembaga, organisasi.
2. Menggerakan mereka buat tercapainya tujuan.
3. Memelihara dan mengembangkan kecakapan serta kemampuan pegawai buat menerima prestasi kerja yg sebaik-baiknya.

Fungsi Manajemen Kepegawaian 
Fungsi merupakan sesuatu yg wajib dijalankan sebagai bagian atau sumbangan pada organisasi (wadah yang sudah ditentukan) secara keseluruhan atau bagian yg tertentu serta merupakan kegiatan-aktivitas utama. Seperti diketahui bahwa general management memiliki fungs-fungsi yang perlu dilaksanakan dalam setiap organisasi, demikian juga manajemen kepegawaian. Fungsi primer daripada manajemen kepegawaian adalah memperkembangkan kebijaksanaan-kebijaksanaan serta panduan-pedoman kerja yg menyeluruh supaya bisa digunakan hingga pedoman aplikasi sang badan/forum organisasi pelaksananya. Fungsi manajemen kepegawaian jua merupakan suatu tugas-tugas primer yang harus dilaksanakan buat menyelenggarakan holistik aktivitas-aktivitas di bidang kepegawaian.

Jadi dalam manajemen kepegawaian sine qua non pembagian tanggung jawab yang jelas, tegas dan tepat sehingga program yang sudah ditetapkan dapat berjalan suatu sistem, supaya semua pegawai bekerja dan menjalankan tugasnya menggunakan sebaik-baiknya.

Tujuan Manajemen Kepegawaian 
Segenap proses aktivitas manajemen kepegawaian dalam suatu organisasi tertentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utamanya adalah buat mengurus segala sesuatu yang herbi perkara kepegawaian. 

Tujuan dari aplikasi manajemen kepegawaian adalah buat menjamin terlaksananya pembangunan yg ditangani sang pemerintah diantaranya yaitu buat : 
  • Meningkatkan jaminan kepastian hukum hak atas pegawai. 
  • Meningkatkan pelayanan administrasi kepegawaian pada masyarakat. 
  • Meningkatkan kinerja aparatur. 
Disamping itu tujuan manajemen kepegawaian merupakan dua, yaitu production minded dan people minded atau menggunakan istilah lain efisiensi (daya guna) serta collaboration (kolaborasi).

PENGERTIAN DAN FUNGSI MANAJEMEN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Dan Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli 
1. Pengertian Manajemen 
Dalam suatu forum atau instansi baik yang besar juga yang mini diperlukan adanya sistem manajemen, agar tujuan dari forum atau instansi tadi dapat tercapai dengan baik. Untuk itu peranan manajemen sangat krusial khususnya manajemen kepegawaian, yg memegang peranan dalam memilih, mengatur dan menuntaskan perkara yang ada pada kepegawaian. Sebelum mengetahui apa yang dimaksud menggunakan manajemen kepegawaian, terlebih dahulu harus mengetahui pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen adalah suatu kerangka kerja yg terdiri menurut aneka macam bagian atau komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan yang diorganisasikan sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan beserta. Menurut pendapat Mary Parker Follet yg dikutip sang Alfonsus Sirait dalam bukunya yg berjudul “Manajemen” mendefinisikan pengertian manajemen, bahwa: 

“Manajemen merupakan merupakan seni buat melaksanakan sesuatu pekerjaan melalui orang lain, menggunakan memakai sumber-asal daya buat mencapai tujuan yang ditetapkan”. (Sirait,1991:8).

Pada dasarnya kemampuan insan itu terbatas (fisik, pengetahuan, saat serta perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha buat memenuhi kebutuhan, terfokusnya kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan yang mendorong buat membagi pekerjaan, tugas serta tanggung jawab. Manajemen berasal menurut istilah to manage yg artinya mengatur. 

Menurut Malayu SP. Hasibuan, dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia mendefinisikan manajemen merupakan menjadi berikut :

“Manajemen merupakan ilmu serta seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya insan serta asal-sumber lainnya secara efektif dan efisien buat mencapai tujuan tertentu”. (Hasibuan,1996:259).

Pandangan yang sama tentang pengertian manajemen jua dikemukakan sang George R. Terry, pada bukunya Principles of Management yang dikutip oleh Soewarno Handayaningrat, dalam bukunya yg berjudul “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen”, menaruh definisi manajemen menjadi berikut :

“Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling utility in each both science and art followed in order to accomplish predermined objectives”. (manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas: perencanaan, pengorganisasian, penggerak aplikasi dan pengawasan, menggunakan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar bisa merampungkan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya). (Soewarno,1994:20).

Fungsi Manajemen 
Fungsi manajemen seperti yg dikemukakan oleh John F. Mee yang dikutip oleh Soewarno Handayaningrat, pada bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen”.(Soewarno,1996:26), yang memakai pendekatan fungsi dari manajemen (dengan akronim POMCO) yaitu :

1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses pemikiran yg matang buat dilakukan dimasa yang akan dating menggunakan memilih aktivitas-kegiatannya. 

2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah seluruh proses pengelompokkan orang-orang, peralatan, aktivitas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab, sehingga merupakan organisasi yang bisa digerakan secara keseluruhan dalam rangka tercapainya tujuan yang ditentukan.

3. Pemberian Motivasi (Motivating)
Pemberian motivasi merupakan proses pemberian motif (dorongan) pada para karyawan buat bekerja lebih bergairah, sebagai akibatnya mereka menggunakan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna dan berdaya guna.

4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap aplikasi semua kegiatan organisasi buat menjamin supaya seluruh pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan planning yg sudah ditentukan sebelumnya.

Fungsi manajemen juga didefinisikan oleh Oey Liang Lee pada bukunya Malayu SP. Hasibuan merupakan menjadi berikut : 
1. Perencanaan (Planning);
2. Pengorgnisasian (Organizing);
3. Pengarahan (Actuating);
4. Pengkoordinasian (Coordinating);
5. Pengontrolan (Controlling);
(Hasibuan,1996:39). 

Berdasarkan uraian serta definisi-definisi yg sudah dikemukakan oleh para ahli diatas, bisa disimpulkan bahwa manajemen ternyata memiliki prinsip-prinsip. Adapun prinsip-prinsip manajemen tadi digolongkan dalam 14 (emapat belas) bagian, hal ini dikemukakan sang Henry Fayol yang dikutip sang Malayu SP. Hasibuan dalam bukunya “Manajemen Dasar Pengertian serta Masalah” menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Division of Work (asas pembagian kerja); merupakan pembagian kerja yg spesialisasi sangat diperlukan guna memperoleh efisiensi pada mencapai tujuan secara berhasil guna dan berdaya guna.
2. Authority and Responsibility (asas kewenangan dan tanggung jawab); ialah adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab antara atasan dan bawahan.
3. Discipline (asas disiplin); artinya semua perjanjian, peraturan yg telah ditetapkan, perintah atasan harus dihormati, dipatuhi serta dilaksanakan sepenuhnya.
4. Unity of Command (asas kesatuan perintah); artinya ada yang diperintah serta terdapat yg memerintah serta yg diberi perintah bertanggung jawab pada yang memerintah.
5. Unity of Direction (kesatuan arah).
6. Subordination of Individual interest into General Interest; adalah setiap orang pada organisasi wajib mengutamakan kepentingan beserta (organisasi), diatas kepentingan langsung.
7. Remuneration of Personnel (gaji/penggajian); artinya honor dan jaminan-agunan sosial wajib adil, lumrah dan berimbang dengan kebutuhan.
8. Centralization (sentralisasi/pemusatan); merupakan kewenangan itu dipusatkan atau dibagi-bagikan tanpa mengabaikan siatuasi yg luas. Pemusatan ini sifatnya pada arti nisbi, belum diklaim absolut.
9. Scalar chain (susunan organisasi); merupakan perintah wajib berjenjang dari jabatan tertinggi ke jabatan terendah menggunakan cara berurutan.
10. Order (keteraturan); adalah keteraturan serta ketertiban dalam suatu penempatan.
11. Equity (persamaan/keadilan); ialah berlaku adil terhadap semua pegawai dalam anugerah gaji dan jaminan sosial, pekerjaan serta sanksi.
12. Inisiative.
13. Stability of tenure (stabilitas pegawai)
14. Esprit de Corps (kecintaan terhadap kesatuan). (Hasibuan,1996:10-12).

Disamping itu prinsip-prinsip manajemen juga dikemukakan oleh F.W. Taylor yang dikutip sang H. Malayu S.P. Hasibuan pada bukunya “Manajemen Dasar Pengertian serta Masalah”, bahwa prinsip-prinsip manajemen merupakan : 
  • Pengembangan metode-metode kerja yang terbaik. 
  • Pemilihan serta pengembangan para pegawai. 
  • Usaha buat menghubungkan dan mempersatukan metode kerja yang terbaik menurut para pegawai yg terpilih serta yang terlatih. 
  • Kerja sama yg serasi antara atasan dan bawahan, mencakup pembagian kerja serta tanggung jawab atasan untuk merencanakan pekerjaan. (Hasibuan,1996:7). 
Pengertian Kepegawaian 
Istilah kepegawaian berasal menurut kata pegawai yg ialah merupakan orang yg melakukan pekerjaan menggunakan menerima imbalan jasa berupa honor dan tunjangan dari pemerintah. Unsur manusia sebagai pegawai maka tujuan badan (wadah yang sudah ditentukan) kemungkinan akbar akan tercapai sebagaimana yg diharapkan. Pegawai inilah yg mengerjakan segala pekerjaan atau aktivitas-aktivitas penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan. 

Jadi yang dimaksud menggunakan kepegawaian adalah segala aktivitas yg menyangkut duduk perkara pegawai mulai menurut penerimaan pegawai sampai dalam pelepasan pegawai pada rangka menjalani masa pensiun buat pulang ke masyarakat setelah menjalankan tugasnya, dalam hal ini sebagai pegawai yg menjalankan tugasnya menggunakan sebaik-baiknya.

Pengertian Manajemen Kepegawaian 
Manajemen kepegawaian lazim dianggap personel management atau rapikan personalia atau training, sebab walaupun istilah-kata tersebut nampaknya tidak selaras tetapi pengertiannya sama. M. Manullang mendefinisikan tentang pengertian manajemen kepegawaian pada bukunya yg berjudul “Dasar-Dasar Manajemen”, bahwa manajemen kepegawaian merupakan :

“Manajemen kepegawaian (personnel management) adalah seni dan ilmu perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan energi kerja buat tercapainya tujuan yg sudah dipengaruhi terlebih dahulu menggunakan adanya kepuasan hati dalam diri para pegawai”. (Manullang,1962:11).

Dari definisi tadi bisa disimpulkan bahwa manajemen kepegawaian bertugas untuk melaksanakan kegiatan-aktivitas yg secara garis akbar sudah dipengaruhi sang administrator dengan menitik beratkan dalam usaha-usaha buat :
1. Mendapatkan energi-tenaga pegawai yang cakap dan mampu bekerja dari kebutuhan instansi/forum, organisasi.
2. Menggerakan mereka buat tercapainya tujuan.
3. Memelihara dan membuatkan kecakapan dan kemampuan pegawai buat mendapatkan prestasi kerja yang sebaik-baiknya.

Fungsi Manajemen Kepegawaian 
Fungsi adalah sesuatu yang harus dijalankan sebagai bagian atau sumbangan kepada organisasi (wadah yang telah dipengaruhi) secara keseluruhan atau bagian yg eksklusif serta adalah kegiatan-kegiatan utama. Seperti diketahui bahwa general management memiliki fungs-fungsi yang perlu dilaksanakan dalam setiap organisasi, demikian pula manajemen kepegawaian. Fungsi utama daripada manajemen kepegawaian adalah memperkembangkan kebijaksanaan-kebijaksanaan serta pedoman-pedoman kerja yg menyeluruh agar dapat dipergunakan hingga pedoman pelaksanaan oleh badan/lembaga organisasi pelaksananya. Fungsi manajemen kepegawaian jua adalah suatu tugas-tugas primer yang harus dilaksanakan untuk menyelenggarakan keseluruhan aktivitas-aktivitas pada bidang kepegawaian.

Jadi pada manajemen kepegawaian sine qua non pembagian tanggung jawab yang jelas, tegas serta sempurna sehingga acara yg sudah ditetapkan bisa berjalan suatu sistem, agar seluruh pegawai bekerja dan menjalankan tugasnya menggunakan sebaik-baiknya.

Tujuan Manajemen Kepegawaian 
Segenap proses kegiatan manajemen kepegawaian dalam suatu organisasi tertentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utamanya adalah buat mengurus segala sesuatu yang herbi masalah kepegawaian. 

Tujuan dari pelaksanaan manajemen kepegawaian merupakan buat mengklaim terlaksananya pembangunan yg ditangani sang pemerintah antara lain yaitu buat : 
  • Meningkatkan agunan kepastian hukum hak atas pegawai. 
  • Meningkatkan pelayanan administrasi kepegawaian kepada rakyat. 
  • Meningkatkan kinerja aparatur. 
Disamping itu tujuan manajemen kepegawaian merupakan dua, yaitu production minded dan people minded atau menggunakan kata lain efisiensi (daya guna) serta collaboration (kolaborasi).

SOLUSI STRATEGIS ORGANISASI BISNIS MENGHADAPI PERSAINGAN DI ERA GLOBAL

Solusi Strategis Organisasi Bisnis Menghadapi Persaingan Di Era Global
Beberapa kesamaan dunia yang memiliki pengaruh langsung bagi perkembangan usaha sudah mengakibatkan beberapa fenomena yg perlu diantisipasi sang pelaku usaha yg terlibat pada dalamnya. Pertama, terjadinya ekspansi ekonomi yang telah mengakibatkan ketidakstabilan, dimana kemampuan produksi di setiap negara cenderung meningkat setiap tahunnya. Kedua, karena kecanggihan teknologi, maka kebutuhan global industri terhadap energi kerja semakin mengecil. Ini dikarenakan banyak tenaga manusia yang digantikan energi mesin. Akibatnya, kasus-kasus sosial timbul berbarengan dengan semakin majunya tingkat perekonomian seluruh bangsa.

Globalisasi jua menghadirkan “kekacauan” perubahan menggunakan intensitas yang sedemikian cepat. Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut keluwesannya dalam mengantisipasi perubahan yg cepat itu. Penyesuaian gaya manajemen dengan ekonomi pasar yang telah sebagai trend umum penting dikedepankan. Manajemen konvensional dengan taraf pengambilan keputusan yang rumit sudah saatnya buat diganti menggunakan yang lebih sinkron.

Tantangan-tantangan persaingan global mempunyai implikasi bagi bisnis, bahwa kapasitas organisasi merupakan satu-satunya senjata kompetitif. Ulrich (1998) menyatakan bahwa bentuk-bentuk persaingan tradisional yg mengandalkan dalam keunggulan-keunggulan misalnya efisiensi porto, kemajuan teknologi, kecepatan distribusi, efisiensi produksi serta pengembangan ciri produk, cepat atau lambat dapat ditiru sang pesaing. Oleh karena itu, pada era persaingan dunia yang hyper competition, maka buat memenangkan persaingan dapat dilakukan dengan mempertinggi kapasitas baru organisasi melalui keunggulan organisasi misalnya kecepatan, kemampuan daya tanggap, kelincahan atau kegesitan, kemampuan pembelajaran serta kompetensi (Ulrich, 1998). 

Bagi perusahaan yg berkecimpung pada lingkungan global perubahan dan penyesuaian adalah sesuatu yang tidak terelakkan, semua ini ditujukan bagi kesinambungan serta kemampuan bersaing menggunakan pelaku-pelaku ekonomi lain. Tujuan dari perubahan pada hakikatnya ada 2 (Robbins, 1996). Pertama, perubahan itu mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan pada lingkungan. Kedua, perubahan itu mengupayakan perubahan perilaku karyawan. Oleh karena itu, pada upaya penyesuaian tadi, solusi strategis berikut cukup layak buat dilihat.

Perubahan Struktur Organisasi dan Kapabilitas Organisasional
Perubahan menghadapi tantangan-tantangan usaha kritis mengharuskan organisasi menciptakan kapabilitas baru organisasional buat mencapai keunggulan organisasi. Upaya buat mencapai keunggulan ini, nampaknya pada masa yg akan tiba akan menjadi tanggung jawab dan kesempatan bagi asal daya insan buat memainkan kiprah kepemimpinan dalam organisasi yang memungkinkan buat memenuhi tantangan kompetitif. Ulrich (1998) menyatakan terdapat beberapa tantangan kompetitif yg secara bersama-sama mengharuskan organisasi buat membentuk kapabilitas baru, yaitu globalisasi, kemampuan menerima keuntungan melalui pertumbuhan, kapital intelektual, serta perubahan yang tidak pernah berhenti serta berlangsung menggunakan cepat.

Tantangan yang demikian itu, mengharuskan produksi lebih adaptif serta berupaya mengembangkan kapabilitas organisasional menjadi alat kompetitif melalui keunggulan organisasi seperti kecepatan, kemampuan daya tanggap, kelincahan atau kegesitan, kemampuan pembelajaran dan kompetensi karyawan. Pengembangan kapabilitas organisasional mengharuskan pihak manajemen buat agresif melalui proses transformasi organisasional, baik transformasi organisasi atau restrukturisasi yg mencakup struktur, kultur sistem juga transformasi kualitas proses serta kegiatan.

Proses rasionalisasi dan spesialisasi yang bermula menurut masa revolusi industri sudah mendorong terciptanya struktur organisasi hierarkis, mekanistik, otokratik, konfrontatif yg terlancur sebagai tinggi dan gemuk. Dalam menghadapi gejolak perubahan, struktur organisasi tradisional yang demikian sebagai terlalu kaku dan tidak mampu beradapatasi dari dalam untuk berkembang.

Snow & Miles (1996) menerangkan bahwa pengembangan pada organisasi bergeser dari struktur organisasi tradisional: functional, divisional, matrix ke struktur organisasi terkini: network, celluler. Struktur organisasi network mempunyai struktur yang lebih datar serta struktur organisasi celluler merupakan struktur di masa yang akan datang, tidak melibatkan hierarki manajemen. Untuk itu perlu merancang balik sifat dasar dan bentuk struktur internalnya secara radikal serta dramatis pada upaya buat meningkatkan fleksiblitas, kecepatan, daya tanggap terhadap banyak sekali perubahan lingkungan.

Perusahaan wajib mengganti cara mengelola organisasinya agar lebih kompetitif dengan berusaha keras melakukan banyak sekali praktik manajemen yg lebih fleksibel, dengan taraf manajemen yg datar serta jumlah karyawan yang lebih sedikit (Walker, 1993). McDermott (1996) menyatakan bahwa organisasi yg berkinerja tinggi dewasa ini merupakan sebagai bisnis buat memenuhi tuntutan-tuntutan:
  • Peningkatan rasa kepemilikan atau tanggung jawab pada antara para karyawan buat membicarakan service atau product secara kompetitif.
  • Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan di seluruh organisasi.
  • Kecepatan, kemampuan daya tanggap, kualitas dan kepuasan pelanggan.
Dengan demikian menurut McDermott, menjadi reaksi terhadap tuntutan-tuntutan ini, maka organisasi wajib lebih berkarakteristik dalam:
  • Kerjasama team
  • Struktur organisasi flat menggunakan spans of control yang lebih luas
  • Proses yang serius pada pelanggan
  • Temporary particpatory units yg dilibatkan pada design policy serta strategi 
Pembahasan pada atas memberitahuakn terjadinya banyak sekali bentuk transformasi organisasi. Transformasi kualitas serta proses dengan fokus pada peningkatan kualitas dan perancangan ulang yang berorientasi dalam kepuasan pelanggan. Pergeseran paradigma yg ada ini berdampak pada bentuk organisasi. Transformasi organisasi atau restrukturisasi yang mencakup bentuk struktur, kultur serta sistem yang memiliki fokus yg berbeda dengan bentuk sebelumnya. Dan menghendaki suatu organisasi yg fleksibel, cepat dan memiliki daya tanggap. Tabel  mengungkapkan perubahan karakteristik organisasi menjadi tuntutan terhadap kapabilitas organisasional.

Tabel  Perubahan Karakteristik Organisasi 
Dari

Menuju

·Hierarki tall
·Individual
·Span of control sempit
·Fungsional
·Static, stable, rigid
·Internal
·Control
·Hierarchical
·Berfokus pada profit
·Functoinal, division, matrix
·Hierarki flat
·Team
·Span of control luas
·Integrasi, melibatkan setiap unit
·Dynamic, changing, flexible
·External
·Empowerment
·Networked
·Berfokus dalam kepuasan pelanggan
·Network, celluler

Organisasi-organisasi yg sukses merupakan organisasi yg sanggup secara cepat mengalih taktik ke dalam tindakan, mengelola proses-proses intelligent, serta efisien memaksimumkan donasi dan komitmen karyawan dan membentuk tanpa batas atau secara terus menerus. Menurut Ulrich (1998) melalui proses transformasi buat berbagi kapabilitas organisasional, maka pentingnya pemikiran pulang kiprah baru sumber daya manusia.

Perubahan Peran Sumber Daya Manusia 
Yeung, Brockbank & Ulrich (1994), mengungkapkan bahwa di tengah-tengah transformasi perusahaan yang radikal, fungsi asal daya manusia sedang mengalami transformasi menggunakan mengacu pada 3 rencana baru asal daya insan menjadi katalisator perubahan: pengurangan biaya , kepuasan pelanggan, kebutuhan usaha strategis. Reformasi fungsi sumber daya manusia mensyaratkan para profesional asal daya insan. Tabel  menyebutkan rencana perubahan fungsi sumber daya manusia.

Tabel  Agenda Perubahan Fungsi Sumber Daya Manusia 
Katalisator Perubahan

Agenda/Taktik SDM

·Cost Reduction

To reduce HR costs by:

·Share service

·Information system

·Outscoring


·Customer satisfaction

To enhance quality of HR service by:

·Reengineering HR processes

·Making HR depts. As profit center

·Redefining line manager’s role

·Developing self managed work teams

·Providing consulting services


·Strategic business needs

To focus on business objectives by:

·Functioning as strategic partners

·Facilitating organizational change


Kriteria untuk mendefinisikan kiprah baru asal daya insan berdasarkan Conner & Ulrich (1996) berbeda-beda, lantaran para penulis memandangnya berdasarkan sudut pandang atau fokus yg bhineka. Fokus pada kegiatan (what do HR people do), penekanan dalam saat (where do HR people spend time), fokus pada metaphors (what identify HR people have), serta fokus pada penciptaan nilai (what value HR people create).

Walker (1994) menerangkan karakteristik kiprah baru sumber daya manusia menjadi suatu rangkaian kiprah yang dimulai dari support, service, consultating kepada leadership. Kebanyakan manajemen menekankan dalam kiprah support dan service dibandingkan dengan peran consultating dan leadership.

Menurut Walker perusahaan cenderung menekankan dalam kiprah consultating serta leadership. Conner & Ulrich memberi definisi kiprah asal daya manusia ini dengan memfokus dalam kegiatan.

Menurut Schuler (1994) keterkaitan antara taktik asal daya manusia serta taktik usaha merupakan kiprah utama bagi asal daya manusia dewasa ini. Dan Schuler tahun 1990 menggarisbawahi enam peran utama baru sumber daya insan: business person, shaper of change, consultant to organization/partner to line, strategy formulator and impplementator, talent manager, asset manager, and cost controller (Conner & Ulrich, 1996). Keenam peran ini menurut kriteria definisi Conner dan Ulrich memfokus pada saat.

Ulrich (1998) memberitahuakn kiprah sumber daya manusia melalui kiprah sebagai partner para manager senior serta lini pada melaksanakan strategi atau strategic partner, menjadi pakar administrasi, sebagai employee champion serta agen perubahan. Gambar  memberitahuakn contoh konseptual peran asal daya manusia yang diusulkan Ulrich.

Gambar  Kerangka Kerja Peran Sumber Daya Manusia 

Sumber: Conner & Ulrich, 1993: p.42

Berdasarkan pada beberapa pandangan penulis pada atas, mencerminkan terjadinya pergeseran kiprah sumber daya insan. Fungsi asal daya insan melalui kiprah barunya, berupaya mengembangkan kapabilitas organisasional buat membangun keunggulan organisasi menjadi alat kompetitif dengan cara menjadi berikut.

Pertama: Becoming a Partner in Strategy Execution
Sumber daya manusia wajib sebagai partner para manajer senior dan garis pada melaksanakan taktik yang membantu buat mengganti perancangan berdasarkan “conference room” ke “market place”. A partner in strategy execution, sang penulis lain mengungkapkan sebagai strategic partner (Ulrich, 1998), consultant to organization parnter to line, strategy formulator (Schuler, 1994), business partner (Willey, 1992). 

Untuk membangun kondisi ini akan melibatkan beberapa langkah menjadi berikut:
  • Sumber daya insan wajib bertanggung jawab untuk menentukan atau mendefinisikan arsitektur organisasional
  • Sumber daya manusia wajib bertanggung jawab buat melaksanakan audit organisasional
  • Sumber daya insan harus mengidentifikasi metode buat memperbarui bagian-bagian arsitektur organisasional yg membutuhkannya
  • Sumber daya manusia wajib mengadakan pemeriksaan tentang pekerjaannya sendiri serta memilih prioritas yang kentara.
Kedua: Becoming an Adminsitrative Expert
Sumber daya insan sebagai pakar dalam cara kerja yang diorganisir dan dilaksanakan buat membuat efisiensi administratif yang menjamin fokus porto dengan permanen mempertahankan kualitas. Dalam hal ini terjadinya pergeseran peran lama menjadi administrator ke kiprah baru menjadi administrative experts. Penulis lain mengungkapkan administrative expert sebagai controller, auditor (Schuler, 19940.

Staf asal daya insan insan harus memperbaiki efisiensi baik pada manfaatnya sendiri maupun organisasi seluruhnya. Keberhasilannya memperbaiki efisiensi akan menciptakan kredibilitas sumber daya insan yang pada gilirannya akan menjadi kawan pada aplikasi taktik. Di samping itu, sumber daya manusia jua wajib mengumpulkan, mengkoordinasikan, mengembangkan informasi primer mengenai pasar serta proses organisasional.

Ketiga: Becoming an Employee Champion
Sumber daya manusia harus sebagai champion bagi karyawan yang mewakili urusan-urusan mereka terhadap manajemen senior serta menaikkan donasi para karyawan melalui komitmen dan kemampuan mereka memberi hasil terhadap organisasi. An employee champion oleh penulis lain menjelaskan menjadi business person (Schuler, 1994), provider, canciliator, employee, advocate, facilitator (Wiley, 1992).

Dalam peran baru ini sumber daya insan profesoinal harus memegang tanggung jawab untuk memastikan, bahwa para karyawan diikutsertakan dan mempunyai komitmen serta memberi donasi sepenuhnya terhadap organisasi. Sumber daya insan wajib mengambil tanggung jawab buat memberi orientasi dan pelatihan pada manajemen garis tentang pentingnya moral karyawan yang tinggi dan bagaimana cara buat mencapainya. Dalam hal ini fungsi sumber daya manusia memegang kiprah kritis pada merekomendasi cara-cara buat memperbaiki masalah-masalah moral karyawan.

Dan pula peran sumber daya manusia harus sebagai bunyi karyawan dalam diskusi-diskusi manajemen. Juga memberikan kesempatan bagi pertumbuhan profesional dan personal serta menyediakan asal yang membantu para karyawan buat memenuhi tugas yang diemban.

Keempat: Becoming a Change Agent
Sumber daya manusia wajib menjadi agen transformasi yang terus menerus yg membentuk proses dan kultur yg bersama-sama menaikkan kapabilitas terhadap perubahan. A change agent, sang penulis lain juga mengungkapkan sebagai shaper of change (Schuler, 1994), innovator change agent (Wiley, 1992).

Peran baru sumber daya manusia bertanggung jawab membentuk kemampuan organisasi buat merangkul dan menggunakan kesempatan perusahaan. Dalam hal ini sumber daya insan akan meyakinkan bahwa inisiatif perubahan yg serius dalam kinerja teams, implementasi teknologi baru tertentu, dikembangkan dan disampaikan dengan cara yg sempurna pada waktunya.

Peran baru asal daya insan pula meyakinkan bahwa pernyataan visi yg luas yg ditransformasikan ke pada konduite spesifik, dengan membantu karyawan buat tahu pekerjaan mana yg bisa mereka hentikan, mulai menurut mempertahankan sehingga visi menjadi fenomena. Peran sumber daya insan menjadi agen perubahan pula berupaya mengganti resistance menggunakan resolve, rencana menggunakan result serta fear of change dengan axcitement about its probabilities.

Sehubungan menggunakan pembahasan peran baru sumber daya manusia ini, Blackburn & Rosen (1993), juga menyatakan bahwa buat sebagai full partner, sumber daya manusia yang profesional wajib menjadi ahli melalui kontribusi manfaatnya. Hal ini berarti sumber daya manusia sebagai agen perubahan yang menuntun penilaian ulang banyak sekali praktik manajemen kini .

Drucker (1995) menyatakan bahwa staf asal daya manusia akan bersama-sama manajemen lini pada merogoh keputusan dan tindakan dan tidak sekedar saran. Hal ini berarti bahwa staf sumber daya manusia bukan bersama-sama unit usaha buat tahu situasi masing-masing dan orang yg terlibat serta mendukung para manajer secara aktif buat mencapai perubahan yang diinginkan.

Pengembangan Teknologi 
Salah satu karakteristik global yg paling menonjol dewasa ini dan yg diperkirakan terus berlanjut di masa yang akan datang artinya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Bagi para manajer puncak perkembangan tersebut memiliki ramifikasi yg luas pada kegiatan mengelola perusahaan. Ramifikasi itu terdapat yg bersifat positif dan oleh karenanya melalui taktik yg tepat bisa dimanfaatkan, namun ada juga yang bersifat negatif dan harus dikenali supaya dampaknya bisa dihilangkan atau paling sedikit dikurangi. Misalnya, perkembangan ilmu pengetahuan yg sangat pesat kemungkinan para manajer memakai instrumen ilmiah baru yg lebih digdaya dan nir terus bergantung pada teori kuno yg sangat mungkin nir mampu menyelesaikan bagi masalah baru yang dihadapi. Hal ini sangat krusial karena misalnya diketahui satu ilmu baru tumbuh dan berkembang memenuhi tuntutan kebutuhan rakyat dalam arti bahwa ilmu yg sudah dikenal tidak ampuh lagi digunakan sang pihak yang memerlukan.

Berkat perkembangan teknologi yang sangat pesat, dunia mengalami paling sedikit 3 jenis utama revolusi teknologi (Werther & Davis, 1996) yaitu revolusi teknologi transportasi, revolusi teknologi komunikasi dan revolusi teknologi keterangan. Revolusi teknologi transportasi sudah mengubah “wajah” dunia berdasarkan satu planet super besar menjadi hanya “satu desa global”. Bahkan revolusi teknologi transportasi tadi menciptakan seolah-olah insan tidak lagi terikat pada hukum ruang serta ketika. Mobilitas manusia serta barang menjadi sangat tinggi berkat revolusi tersebut serta hal ini mempunyai implikasi yg sangat luas pada mengelola suatu perusahaan.

Perkembangan teknologi komunikasi telah sedemikian rupa sebagai akibatnya wahana serta prasarana komunikasi gaya lama terasa sangat tidak memadai karena lambat, makan porto yg nir sedikit serta acapkali nir efektif. Berbeda halnya dengan teknologi komunikasi mutakhir yg sangat cepat, terjadi tanpa distorsi, bersifat multimedia serta menggunakan “kesamaan” porto yang semakin rendah. Penggunaan telekomunikasi terbaru dengan aneka macam alatnya menciptakan proses komunikasi berjalan menggunakan gaya yg sama sekali tidak sama dengan masa lalu.

Perkembangan teknologi berita berlangsung menggunakan kecepatan yg belum pernah dialami sebelumnya, serta komputer merupakan primadonanya. Dari segi piranti kerasnya, perkembangan teknologi yg sangat pesat itu terlihat diantaranya dalam tersedianya personal komputer mulai menurut main frame super besar menggunakan kemampuan yg sangat tinggi serta beraneka ragam sampai personal computer yg sederhana. Bersamaan dengan perkembangan pada bidang piranti keras terjadi pula perkembangan pada bidang piranti lunak, aneka ragam program sudah diciptakan yang memungkinkan makin banyaknya jenis aplikasi personal komputer yg bisa dilakukan. Komputer sudah adalah satu output perkembangan teknologi mutakhir yg dipakai pada banyak kegiatan perkantoran (Huczynski & Buchanan, 1991).

Jika di masa lalu dalam perusahaan masih ada Electronic Data Processing Unit menggunakan brainware yg langka dan mahal, dewasa ini kebutuhan akan adanya satuan kerja seperti itu sudah lain sifat serta urgensinya. Kehadiran PC telah membarui semua itu. Dalam pada itu terdapat hal lain yang harus diperhitungkan sang para manajer yaitu bahwa usia satu generasi personal komputer cenderung makin pendek. Teknologi yang digunakan buat rancang bangun suatu generasi personal komputer sangat cepat kadaluwarsa. Hal ini perlu mendapat perhatian bukan hanya dikaitkan dengan soal porto, akan namun pula menggunakan kompetensi para anggota organisasi buat memanfaatkannya.

Perubahan global mendorong terjadinya kerangka berpikir baru dalam bidang ekonomi. Kemajuan dan pemanfaatan teknologi digital khususnya teknologi komunikasi dan warta dalam setiap kegiatan dan proses ekonomi menciptakan nuansa baru dalam aspek organisasi, proses, manajemen, serta sumber daya insan yang berbasis pengetahuan. Ekonomi baru yang berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) bertolak pada aplikasi pengetahuan insan (human know-how) dalam setiap apa yg kita produksi serta bagaimana memproduksinya. Nilai tambah irit semakin dipengaruhi serta diciptakan lebih poly sang otak daripada otot (by brain rather than brawn). Produk itu sendiri mempunyai kandungan (content) pengetahuan misalnya produk yang dilengkapi menggunakan teknologi digital misalnya chip dan microprocessor.

Teknologi komunikasi dan informasi yang super cepat serta kerja jaringan yang memasuki “The Age of Networked Intelligence”. Dengan microprocessors serta jalur kaca fiber bisa membawa insan menembus dinding serta menyeberang ke planet buat mengaplikasikan pengetahuan dalam setiap aspek kehidupan ekonomi serta sosial. Dengan teknologi jaringan seperti internet serta internet dengan Worlds Wide Web (WWW) bisa memudahkan manusia membuatkan keterangan, bekerjasama dan berkomunikasi dalam rakyat dunia.

Menghadapi persaingan pasar, teknologi memegang peranan yang sangat krusial, teknologi senantiasa berubah, adalah basis pada perkembangan (Drejer & Riis, 1999). Dengan demikian, bagi perusahaan yg akan masuk dalam pergaulan global maka tidak terdapat pilihan lain kecil membuat persiapan dan mengadakan perubahan terhadap teknologi yg ada. Tanpa perubahan serta adaptasi yang dilakukan merupakan sulit bagi perusahaan tadi bersaing di tengah pasar yg sarat menggunakan persaingan.

Menciptakan Suatu Organisasi Belajar 
Perubahan global telah mendorong perubahan impian pelanggan atas produk atau jasa yang didapatkan. Mereka menghendaki produk serta jasa yg mereka beli merupakan produk dan jasa yang sesuai menggunakan keinginan serta kebutuhan mereka. Produk serta jasa harus bermutu lebih baik, penyerahan lebih cepat, harga relatif murah dan berguna. Oleh karenanya, perusahaan wajib berupaya memenuhi permintaan ini serta mereka harus melakukan transformasi dan perbaikan mutu yang terus menerus, mengefektifkan semua wahana yg terdapat mencapai efisiensi yg tinggi serta sanggup bersaing.

Menurut Brill (1997), perusahaan yang bisa bertahan serta bersaing dalam era pasar bebas serta abad ke-21 adalah perusahaan yang memiliki karakteristik karena. Mempunyai misi dan visi yg jelas dan terarah, aktivitas proses menggunakan lintas fungsi serta struktur organisasi yang mendatar menggunakan pemberdayaan yg kentara. Mereka berorientasi dunia serta mempunyai jaringan yang luas. Memanfaatkan teknologi informasi menggunakan baik, berfokus bukan hanya buat pemegang saham tetapi jua pada lingkungan.

Bentuk perusahaan akan lebih ramping dan lincah dalam penyesuaian dampak perubahan. Mereka serius dalam dorongan pelanggan dengan penekanan pada mutu terpadu. Mereka memanfaatkan ketika seefisien mungkin pada setiap kegiatan serta proses. Mereka selalu inovatif serta menawarkan kewiraswastaan.

Dengan adanya pergeseran ini, dibutuhkan pembaruan kembali atas investasi dalam sumber daya insan serius dalam kebijakan serta taktik baru yang adalah alat motivasi baru. Modal manusia (human capital) akan dinilai balik , dimana para pemimpin akan berbicara “core competence, competing on capability” atau hasrat mereka menjadi organisasi pembelajaran. Penemuan cara menilai dan mengukur modal insan-keterampilan, kapabilitas serta know how merupakan langkah penting yg sebagai perhatian para pimpinan atas keberhasilan bawahan. Kebijakan misalnya ini dapat memperbarui loyalitas, komitmen, dan produktivitas karyawan baik pria juga perempuan pada organisasi sebagai upaya mereka berjuang melakukan pekerjaan, kemakmuran serta sejahtera dalam ekonomi dunia.

Fenomena ini perlu diperhatikan pada melakukan perubahan dan transformasi pada loka kerja dan ini akan menjadi rambu-rambu bagaimana usahakan mengelola organisasi dan mempersiapkan angkatan kerja yg mempunyai kompetensi yg sesuai dengan kebutuhan serta bisa mengisi kesempatan kerja yang terjadi.

Perspektif jabatan atau pekerjaan di abad ke-21 bagi perusahaan dunia oleh Mitrani, et al. (1995) dan Rhinesmith (1996), telah merinci kompetensi angkatan kerja yang akan tiba sinkron menggunakan taraf hierarki manajemen yaitu kompetensi para eksekutif adalah berpikir strategis, kepemimpinan atas perubahan dan manajemen hubungan. Para manajer memiliki kompetensi keluwesan aplikasi perubahan, saling pengertian antar eksklusif, memberikan kewenangan dan pemberdayaan, bantuan atas grup dan portabilitas.

Seorang manajer yg ingin berhasil dalam era global yg berubah ini wajib memiliki setidaknya lima keterampilan yaitu: (1) mengelola persaingan (managing competitiveness); (2) mengelola kompleksitas (managing complexity); (3) mengelola penyelarasan organisasi (managing organizational alignment); (4) mengelola perubahan organisasi (managing organizational change); serta (lima) mengeloal tim multikultural (managing multicultural teams).

Sementara karyawan pelaksana mempunyai keluwesan, selalu mencari berita, motivasi serta kemampuan belajar, motivasi buat berprestasi, bekerja pada tekanan saat, bekerjasama dan berorientasi dalam pelayanan terhadap pelanggan. Di Amerika calon karyawan pada jabatan terendah harus memiliki pendidikan setara menggunakan diploma dua serta diperkirakan bahwa suatu jabatan yg tadinya dijabat sang lulusan perguruan tinggi dengan gelar master atau strata dua, tahun 2000, jabatan ini akan dipegang sang orang yang bergelar strata 3 atau doktor.

Dengan citra jabatan serta pekerjaan tadi di atas, maka kompetensi tenaga kerja yang diperlukan akan sangat tinggi baik kemampuan teknis, manajerial, maupun hubungan antar insan. Mereka memangku jabatan tersebut dapat dikategorikan menjadi angkatan kerja bebasis pengetahuan dan elektro (knowledge workers atau wired workers dan atau cyberspace workers) yg berkemampuan tinggi dalam memanfaatkan teknologi kabar dengan efektif, mengelola perubahan, persaingan serta multikultural. Para manajer yang bergerak maju, berwawasan luas, cerdas dan karismatik; para pelaksana mempunyai kompetensi yang tinggi dan profesional dengan wawasan yg lebih luas dan berlandaskan pengetahuan.

Mengacu dalam kebutuhan industri serta antisipasi perubahan, khususnya perubahan teknologi pada global kerja diharapkan learning organization (organisasi belajar). Organisasi belajar ditujukan guna mencari cara-cara baru buat menanggapi menggunakan sukses dunia yg saling bergantung dan yang berubah (Dodgson, 1993) dan adalah persyaratan mendasar buat mempertahankan keberadaan (Kim, 1993).

Pemikiran ulang atas tujuan, proses serta penempatan pulang sumber-sumber yang terdapat pada sistem pendidikan, akan membawa suatu perubahan yang diperlukan bisa memenuhi dan mempercepat proses pembelajaran serta hubungannya dengan pekerjaan serta kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran dalam ekonomi memunculkan enam tema (Tapcott, 1996): (1) increasingly work and learning are becoming the same thing; (2) learning becoming a life long challenge; (tiga) learning is shifting away from the formal school and universities; (4) some educational institution are working hard to reinvent themselves for relevance, but progress is low; (lima) organizational consciousness is required to create learning organization; and (6) the new media can transform education, creating a working-learning infrastructure for the digital economy.

Suatu sistem pendidikan serta pelatihan yang berintegrasi penuh dengan teknologi serta liputan yang cepat akan dapat menjaga langkah percepatan perkembangan pengetahuan serta kemajuan teknologi yang terjadi hampir pada seluruh bidang, termasuk bidang pembinaan asal daya insan.

KONSEP DASAR MANAJEMEN DAN MANAJEMEN ORGANISASI BISNIS

Konsep Dasar Manajemen Dan Manajemen Organisasi Bisnis
Organisasi Dan Manajemen
Kata "manajemen" tampaknya telah begitu sering kita dengar. Manajemen erat kaitannya dengan konsep organisasi. Sehubungan dengan hat tersebut, maka ada baiknya kita tahu dulu pengertian dari organisasi. Menurut Griffin (2002), organisasi merupakan a group of people working together in a structured and coordinated fashion to achieve a set of goals. Organisasi merupakan sekelompok orang yg bekerja sama pada struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan eksklusif. Atau menggunakan bahasa lain, penulis mendefinisikan organisasi menjadi sekumpulan orang atau grup yang memiliki tujuan eksklusif dan berupaya buat mewujudkan tujuannya tersebut melalui kerja sama.

Berbagai organisasi memiliki tujuan yang bhineka, tergantung pada jenis organisasinya. Organisasi politik, social, usaha dll. Khusuanya organisasi bisnis bertujuan buat memperoleh profit. Sekalipun nir semua organisasi usaha bertujuan buat profit, namun profit merupakan salah satu tujuan yg ingin dicapai oleh organisasi usaha pada mana pun. Jika tujuan berdasarkan usaha adalah profit, maka organisasi bisnis merupakan sekumpulan orang atau grup yg mempunyai tujuan buat meraih profit dalam kegiatan bisnisnya, sebagai akibatnya mereka berupaya buat mewujudkan tujuannya tadi melalui kolaborasi pada dalam organisasi tersebut. Bagaimana kerja sama bisa dilakukan ketika karakter orang-orang atau grup orang yang terdapat pada dalam organisasi sangat berbeda-beda, didorong oleh motif yg berbeda-beda, dan berlatar belakang yang berbeda-beda pula? Selain orang-orang yang berbeda-beda, organisasi jua terdiri dari banyak sekali asal daya yang dimilikinya, contohnya peralatan, perlengkapan, dan lain-lain. Griffin mengemukakan bahwa paling tidak organisasi mempunyai berbagai sumber daya, misalnya asal daya manusia (human resources), sumber daya alam (natural resources), sumber daya dana (financial resources) atau keuangan (funds), dan asal daya informasi (infor­mational resources). Bagaimana keseluruhan asal daya tersebut bisa dikelola melalui kerja sama berdasarkan orang-orang yg tidak selaras sebagai akibatnya tujuan organisasi dapat dicapai? Di sinilah kiprah menurut manajemen dibutuhkan. Manajemen dibutuhkan waktu masih ada sekumpulan orang-orang (yg pada umumnya mempunyai ciri perbedaan) dan sejumlah asal daya yang wajib dikelola supaya tujuan sebuah organisasi dapat tercapai.

Pentingnya Manajemen
Manajemen dibutuhkan oleh seluruh organisasi, karena tanpa ma­najemen, seluruh bisnis akan sia-sia serta pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada 3 alasan utama diperlukannya manajemen :

Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan buat menca­pai tujuan organisasi dan pribadi. 
Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang sa­ling bertentangan. Manajemen diharapkan untuk menjaga ke­seimbangan antara tujuan-tujuan, target-sasaran dan aktivitas-aktivitas yg saling bertentangan dari pihak-pihak yg berke­pentingan dalam organisasi, misalnya pemilik serta karyawan, ma­upun kreditur, pelanggan, konsumen, supplier, perkumpulan kerja, assosiasi perdagangan, rakyat serta pemerintah. 
Untuk mencapai efisiensi don efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur menggunakan banyak cara yang tidak sama. Salah satu cara yg generik adalah efisiensi dan efektivitas. 

Efisiensi dan Efektivitas
Dua konsepsi utama buat mengukur prestasi kerja (perfor­mance) manajemen adalah efisiensi dan efektivitas. Efisiensi merupakan kemampuan buat menuntaskan suatu pekerjaan menggunakan sahih. Ini adalah konsep matematik, atau merupakan perhitungan ratio antara keluaran (hasil) serta masukan (input). Seorang manajer efi­sien merupakan seorang yg mencapai keluaran yang lebih tinggi (output, produktivitas, performance) dibanding masukan-masukan (energi kerja, bahan, uang, mesin, serta waktu) yg dipakai. Dengan istilah lain, manajer yg dapat meminimumkan biaya penggunaan sumber daya-sumber daya buat mencapai keluaran yang sudah dipengaruhi dianggap manajer yang efisien. Atau kebalikannya, manajer diklaim efi­sien bila dapat memaksimumkan keluaran menggunakan jumlah masukan yang terbatas.

Efektivitas adalah kemampuan buat menentukan tujuan yang sempurna atau alat-alat yg sempurna untuk pencapaian tujuan yg telah ditetapkan. Dengan istilah lain, seseorang manajer efektif bisa menentukan pekerjaan yg wajib dilakukan atau metoda (cara) yang tepat buat mencapai tujuan.

Menurut ahli manajemen Peter Drucker efektivitas merupakan mela­kukan pekerjaan yang benar (doing the right things) , sedang efisiensi adalah melakukan pekerjaan menggunakan benar (doing things right). Bagi para manajer, pertanyaan yang paling krusial adalah- bukan bagai­mana melakukan pekerjaan menggunakan benar, namun bagaimana menemu­kan pekerjaan yg benar buat dilakukan, dan memusatkan sumber daya serta bisnis dalam pekerjaan tadi. Seorang manajer yg ber­sikeras buat menghasilkan hanya kendaraan beroda empat-kendaraan beroda empat akbar, sedang permin­taan rakyat justru ditujukan pada mobil-kendaraan beroda empat kecil adalah ma­najer yang nir efektif, walaupun produksi mobil-mobil besar terse­but dilakukan menggunakan efisien.

Definisi Manajemen
Mary Parker Follett mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menuntaskan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang­-orang lain buat melaksanakan berbagai tugas yg mungkin diperlu­kan, atau berarti dengan nir melakukan tugas-tugas itu sendiri.

Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada definisi yang dipakai secara konsisten sang seluruh orang. Pembahasan kita akan dimulai dengan definisi yg lebih kompleks serta mencakup aspek-aspek krusial pengelolaan, misalnya yg dikemukakan sang Stoner menjadi berikut :

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, peng­arahan serta supervisi bisnis-usaha para anggota organisasi dan penggunaan asal daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Dari definisi diatas terlihat bahwa Stoner telah memakai istilah proses, bukan seni. Mengartikan manajemen sebagai seni mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan atau ketrampilan pribadi Suatu proses merupakan cara sistematis buat melakukan pekerjaan. Manajemen didefinisikan menjadi proses karena semua manajer, tanpa memperdulikan kecakapan atau ketrampilan khusus mereka, wajib melaksanakan aktivitas-kegiatan eksklusif yang saling berkaitan un­tuk mencapai tujuan-tujuan yg mereka inginkan.

Akhirnya, definisi yg kita gunakan menyatakan bahwa mana­jemen melibatkan pencapaian "tujuan-tujuan organisasi yg telah ditetapkan" (stated goals). Ini mengandung arti bahwa para manajer organisasi apapun berupaya buat mencapai banyak sekali output akhir spe­sifik. Hasil-output akhir ini tentu saja unik bagi masing-masing organisa­si. Bagaimanapun jua, apapun tujuan yang sudah ditetapkan organi­sasi tertentu, manajemen adalah proses dengan mana tujuan­tujuan dicapai.

Atas dasar uraian diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa dalam dasarnya manajemen bisa didefinisikan menjadi bekerja dengan orang-orang buat memilih, menginterpretasikan serta mencapai tujuan-tujuan organisasi menggunakan pelaksanaan fungsi-fungsi perenca­naan (rencana), pengorganisasian (organizing), penyusunan persona­lia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) serta pengawasan (controlling).

Masalah identifikasi dan definisi manajemen memang merupa­kan kasus yg sulit. Dan sampai sekarang nir ada persetujuan universal mengenai definisi manajemen. Bahkan telah terjadi banyak perdebatan bertahun-tahun hanya buat mengungkapkan bagaima­na manajemen dapat diklasifikasikan. Banyak penulis menyetujui bahwa manajemen meliputi berbagai tingkat ketrampilan, tetapi pada lain pihak juga perilaku yang bhineka. Untuk lebih memper­jelas pengertian manajemen akan dibicarakan topik-topik berikut ini .
1. Manajemen sebagai ilmu dan seni
2. Manajemen sebagai profesi

Manajemen Sebagai Ilmu Dan Seni
Luther Gulick mendefinisikan manajemen menjadi suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secarasistematis buat tahu mengapa serta bagaimana insan bekerja beserta buat mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kerrianusiaan. 4) Menurut Gulick manajemen sudah memenuhi persyaratan untuk diklaim bidang ilmu pengetahuan, karena sudah pada­pelajari buat waktu yg lama serta telah diorganisasi menjadi suatu rangkaian teori. Teori-teori ini masih terlalu generik dan subyektif. Namun teori manajemen selalu diuji dalam praktek, sebagai akibatnya manaje­men menjadi ilmu akan terus berkembang.

Hubungan antara teori serta praktek manajemen bisa dijelas­kan pada gambar 1.3. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa praktek manajemen seharusnya selalu didasarkan atas prinsip-prinsip teori. Hubungan tadi adalah praktek → mengakibatkan suatu te­ori → membuat prinsip-prinsip yang akan sebagai kai­dah-kaidah dasar pengembangan kegiatan manajemen dalam praktek.

Manajemen merupakan ilmu pengetahuan juga pada artian bahwa manajemen memerlukan disiplin ilmu-ilmu pengetahuan lain dalam penerapannya; misal, ilmu ekonomi, statistik, akuntansi, dan sebagainya. Bidang-bidang ilmu ini dapat kita pelajari secara univer­sal. 

Gambar  Teori dan praktek manajemen merupakan saling tergantung satu dengan yg lain.

Manajemen bukan hanya merupakan ilmu atau seni, tetapi kom­binasi dari keduanya. Kombinasi ini nir pada proporsi yg permanen namun dalam proporsi yg bermaCam-macam. Pada umumnya para manajer efektif mempergunakan pendekatan ilmiah pada penghasil­an keputusan, apalagi menggunakan perkembangan peralatan komputer. Di lain pihak dalam banyak aspek perencanaan, kepemimpinan, komunikasi, serta segala sesuatu yang menyangkut unsur manusia, ha­gaimanapun manajer wajib pula menggunakan pendekatan artistik (seni ).

Manajemen Sebagai Profesi
Banyak usaha telah dilakukan buat mengklasifikasikan manaje­men sebagai suatu profesi. Edgar H. Schein telah menguraikan karak­teristik-ciri atau kriteria-kriteria buat memilih sesuatu menjadi profesi yg bisa diperinci berikut :
  • Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip­prinsip generik. Adanya pendidikan, kursus-kursus dan pro­gr-acara latihan formal menerangkan bahwa terdapat prinsip-prinsip manajemen tertentu yg bisa diandalkan. 
  • Para profesional menerima status mereka lantaran menca­pai standar prestasi kerja tertentu, bukan lantaran favoritis­me atau karena suku bangsa atau agamanya dan kriteria politik atau sosial lainnya. 
  • Para profesional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang bertenaga, dengan disiplin buat mereka yg menjadi kliennya. 
Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen merupakan serangkaian kegiatan yg dijalankan pada manajemen menurut fungsinya masing-masing serta mengikuti satu tahapan-tahapan eksklusif pada pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana diterangkan sang Nickels, McHugh and McHugh (1997), terdiri menurut empat fungsi, yaitu:
  • Perencanaan atau Planning, yaitu proses yg menyangkut upaya yang dilaku­kan buat mengantisipasi kesamaan pada masa yang akan tiba dan penentuan taktik dan strategi yang sempurna buat mewujudkan sasaran dan tujuan organisasi. 
Menetapkan tujuan serta sasaran bisnis 
Merumuskan strategi untuk mcncapai tujuan serta target usaha tadi 
Menentukan sumber-sumber daya yg diharapkan 
Menetapkan standar/indicator keberhasilan pada pencapaian tujuan serta target usaha 

  • Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yg menyangkut bagaimana taktik dan taktik yg sudah dirumuskan pada perencanaan dirancang pada sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa seluruh pihak dalam orga­nisasi sanggup bekerja secara efektif serta efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
  • Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program agar bisa dijalankan sang seluruh pihak pada organisasi serta proses memotivasi supaya seluruh pihak tadi bisa menjalankan tanggung jawabnya menggunakan penuh kesadaran serta produktivitas yang tinggi.
  • Pengendalian dan Pengawasan atau Controlling, yaitu proses yg dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian aktivitas yg telah direncanakan, di­organisasikan, serta diimplementasikan bisa berjalan sinkron dengan sasaran yg diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi pada lingkungan global usaha yg dihadapi.
Beberapa literatur mengemukakan pengertian yg tidak selaras, tetapi mempunyai esensi yg sama. Misalnya saja, Griffin mengemukakan bahwa fungsi-fungsi manajemen adalah perencanaan (rencana), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading), serta pengawasan (controlling). Griffin tidak sama pada hal leading, pada mana Griffin ber­tnaksud buat mengemukakan bahwa kepemimpinan memiliki impak kuat supaya kegiatan manajemen bisa dilaksanakan menggunakan baik. Pendapat Griffin ini sejalan menggunakan James AF Stoner yang menempatkan fungsi leading sebagai ganti dari directing. 

Selain planing, organizing, directing, dan controlling, Sekalipun para pakar manajemen tadi memiliki disparitas pandangan dalam melihat fungsi-fungsi manajemen, akan tetapi esensinya permanen sama, bahwa:
Manajemen terdiri menurut banyak sekali proses yang terdiri menurut tahapan-tahapan eksklusif yang berfungsi buat mencapai tujuan organisasi. 

Setiap tahapan mempunyai keterkaitan satu sama lain dalam pencapaian tujuan organisasi. 

SOLUSI STRATEGIS ORGANISASI BISNIS MENGHADAPI PERSAINGAN DI ERA GLOBAL

Solusi Strategis Organisasi Bisnis Menghadapi Persaingan Di Era Global
Beberapa kecenderungan global yg memiliki dampak langsung bagi perkembangan usaha sudah mengakibatkan beberapa kenyataan yang perlu diantisipasi sang pelaku usaha yang terlibat di dalamnya. Pertama, terjadinya ekspansi ekonomi yang telah menyebabkan ketidakstabilan, dimana kemampuan produksi di setiap negara cenderung meningkat setiap tahunnya. Kedua, lantaran kecanggihan teknologi, maka kebutuhan global industri terhadap energi kerja semakin mengecil. Ini dikarenakan poly tenaga insan yang digantikan energi mesin. Akibatnya, kasus-kasus sosial timbul berbarengan menggunakan semakin majunya tingkat perekonomian seluruh bangsa.

Globalisasi pula menghadirkan “kekacauan” perubahan dengan intensitas yg sedemikian cepat. Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut keluwesannya dalam mengantisipasi perubahan yg cepat itu. Penyesuaian gaya manajemen menggunakan ekonomi pasar yg telah menjadi musim umum krusial dikedepankan. Manajemen konvensional menggunakan tingkat pengambilan keputusan yg rumit sudah saatnya buat diganti dengan yg lebih sinkron.

Tantangan-tantangan persaingan dunia memiliki akibat bagi bisnis, bahwa kapasitas organisasi merupakan satu-satunya senjata kompetitif. Ulrich (1998) menyatakan bahwa bentuk-bentuk persaingan tradisional yang mengandalkan pada keunggulan-keunggulan seperti efisiensi biaya , kemajuan teknologi, kecepatan distribusi, efisiensi produksi serta pengembangan ciri produk, cepat atau lambat dapat ditiru oleh pesaing. Oleh karenanya, di era persaingan global yg hyper competition, maka buat memenangkan persaingan bisa dilakukan dengan menaikkan kapasitas baru organisasi melalui keunggulan organisasi misalnya kecepatan, kemampuan daya tanggap, kelincahan atau kegesitan, kemampuan pembelajaran dan kompetensi (Ulrich, 1998). 

Bagi perusahaan yang berkecimpung pada lingkungan global perubahan dan penyesuaian adalah sesuatu yang tak terelakkan, semua ini ditujukan bagi kesinambungan dan kemampuan bersaing menggunakan pelaku-pelaku ekonomi lain. Tujuan menurut perubahan dalam hakikatnya terdapat 2 (Robbins, 1996). Pertama, perubahan itu mengupayakan pemugaran kemampuan organisasi buat beradaptasi terhadap perubahan pada lingkungan. Kedua, perubahan itu mengupayakan perubahan perilaku karyawan. Oleh karena itu, pada upaya penyesuaian tersebut, solusi strategis berikut cukup layak buat dilihat.

Perubahan Struktur Organisasi dan Kapabilitas Organisasional
Perubahan menghadapi tantangan-tantangan bisnis kritis mengharuskan organisasi membentuk kapabilitas baru organisasional buat mencapai keunggulan organisasi. Upaya buat mencapai keunggulan ini, nampaknya pada masa yg akan datang akan sebagai tanggung jawab dan kesempatan bagi asal daya insan buat memainkan peran kepemimpinan dalam organisasi yg memungkinkan untuk memenuhi tantangan kompetitif. Ulrich (1998) menyatakan terdapat beberapa tantangan kompetitif yg secara bersama-sama mengharuskan organisasi buat menciptakan kapabilitas baru, yaitu globalisasi, kemampuan mendapat laba melalui pertumbuhan, modal intelektual, serta perubahan yg tidak pernah berhenti dan berlangsung dengan cepat.

Tantangan yg demikian itu, mengharuskan produksi lebih adaptif dan berupaya berbagi kapabilitas organisasional sebagai alat kompetitif melalui keunggulan organisasi seperti kecepatan, kemampuan daya tanggap, kelincahan atau kegesitan, kemampuan pembelajaran dan kompetensi karyawan. Pengembangan kapabilitas organisasional mengharuskan pihak manajemen buat proaktif melalui proses transformasi organisasional, baik transformasi organisasi atau restrukturisasi yg meliputi struktur, kultur sistem juga transformasi kualitas proses serta kegiatan.

Proses rasionalisasi serta spesialisasi yang bermula berdasarkan masa revolusi industri telah mendorong terciptanya struktur organisasi hierarkis, mekanistik, otokratik, konfrontatif yg terlancur sebagai tinggi dan gemuk. Dalam menghadapi gejolak perubahan, struktur organisasi tradisional yang demikian sebagai terlalu kaku dan tidak bisa beradapatasi menurut pada buat berkembang.

Snow & Miles (1996) memperlihatkan bahwa pengembangan dalam organisasi bergeser dari struktur organisasi tradisional: functional, divisional, matrix ke struktur organisasi terkini: network, celluler. Struktur organisasi network memiliki struktur yg lebih datar dan struktur organisasi celluler merupakan struktur di masa yang akan datang, tidak melibatkan hierarki manajemen. Untuk itu perlu merancang pulang sifat dasar dan bentuk struktur internalnya secara radikal serta dramatis pada upaya buat menaikkan fleksiblitas, kecepatan, daya tanggap terhadap aneka macam perubahan lingkungan.

Perusahaan harus membarui cara mengelola organisasinya supaya lebih kompetitif dengan berusaha keras melakukan berbagai praktik manajemen yang lebih fleksibel, dengan taraf manajemen yg datar serta jumlah karyawan yg lebih sedikit (Walker, 1993). McDermott (1996) menyatakan bahwa organisasi yg berkinerja tinggi dewasa ini merupakan menjadi bisnis buat memenuhi tuntutan-tuntutan:
  • Peningkatan rasa kepemilikan atau tanggung jawab pada antara para karyawan buat membicarakan service atau product secara kompetitif.
  • Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan di seluruh organisasi.
  • Kecepatan, kemampuan daya tanggap, kualitas serta kepuasan pelanggan.
Dengan demikian dari McDermott, menjadi reaksi terhadap tuntutan-tuntutan ini, maka organisasi wajib lebih berkarakteristik pada:
  • Kerjasama team
  • Struktur organisasi flat menggunakan spans of control yg lebih luas
  • Proses yang berfokus pada pelanggan
  • Temporary particpatory units yang dilibatkan dalam design policy dan taktik 
Pembahasan di atas memberitahuakn terjadinya aneka macam bentuk transformasi organisasi. Transformasi kualitas serta proses dengan penekanan dalam peningkatan kualitas serta perancangan ulang yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Pergeseran paradigma yang timbul ini berdampak pada bentuk organisasi. Transformasi organisasi atau restrukturisasi yg meliputi bentuk struktur, kultur serta sistem yang memiliki fokus yang berbeda menggunakan bentuk sebelumnya. Dan menghendaki suatu organisasi yang fleksibel, cepat serta memiliki daya tanggap. Tabel  menyebutkan perubahan karakteristik organisasi menjadi tuntutan terhadap kapabilitas organisasional.

Tabel  Perubahan Karakteristik Organisasi 
Dari

Menuju

·Hierarki tall
·Individual
·Span of control sempit
·Fungsional
·Static, stable, rigid
·Internal
·Control
·Hierarchical
·Berfokus pada profit
·Functoinal, division, matrix
·Hierarki flat
·Team
·Span of control luas
·Integrasi, melibatkan setiap unit
·Dynamic, changing, flexible
·External
·Empowerment
·Networked
·Berfokus pada kepuasan pelanggan
·Network, celluler

Organisasi-organisasi yg sukses merupakan organisasi yg sanggup secara cepat mengalih taktik ke pada tindakan, mengelola proses-proses intelligent, dan efisien memaksimumkan kontribusi dan komitmen karyawan serta membentuk tanpa batas atau secara terus menerus. Menurut Ulrich (1998) melalui proses transformasi untuk berbagi kapabilitas organisasional, maka pentingnya pemikiran pulang kiprah baru asal daya manusia.

Perubahan Peran Sumber Daya Manusia 
Yeung, Brockbank & Ulrich (1994), menyampaikan bahwa di tengah-tengah transformasi perusahaan yang radikal, fungsi asal daya manusia sedang mengalami transformasi dengan mengacu kepada 3 agenda baru asal daya manusia sebagai katalisator perubahan: pengurangan porto, kepuasan pelanggan, kebutuhan usaha strategis. Reformasi fungsi sumber daya manusia mensyaratkan para profesional asal daya insan. Tabel  menyebutkan rencana perubahan fungsi sumber daya insan.

Tabel  Agenda Perubahan Fungsi Sumber Daya Manusia 
Katalisator Perubahan

Agenda/Taktik SDM

·Cost Reduction

To reduce HR costs by:

·Share service

·Information system

·Outscoring


·Customer satisfaction

To enhance quality of HR service by:

·Reengineering HR processes

·Making HR depts. As profit center

·Redefining line manager’s role

·Developing self managed work teams

·Providing consulting services


·Strategic business needs

To focus on business objectives by:

·Functioning as strategic partners

·Facilitating organizational change


Kriteria untuk mendefinisikan peran baru sumber daya manusia menurut Conner & Ulrich (1996) bhineka, karena para penulis memandangnya dari sudut pandang atau fokus yg bhineka. Fokus pada aktivitas (what do HR people do), penekanan pada ketika (where do HR people spend time), penekanan dalam metaphors (what identify HR people have), dan fokus dalam penciptaan nilai (what value HR people create).

Walker (1994) menerangkan karakteristik peran baru sumber daya insan menjadi suatu rangkaian kiprah yang dimulai dari support, service, consultating pada leadership. Kebanyakan manajemen menekankan dalam peran support dan service dibandingkan dengan peran consultating serta leadership.

Menurut Walker perusahaan cenderung menekankan dalam kiprah consultating dan leadership. Conner & Ulrich memberi definisi peran asal daya insan ini dengan memfokus dalam kegiatan.

Menurut Schuler (1994) keterkaitan antara strategi sumber daya insan serta taktik bisnis adalah peran primer bagi asal daya insan dewasa ini. Dan Schuler tahun 1990 menggarisbawahi enam peran utama baru sumber daya manusia: business person, shaper of change, consultant to organization/partner to line, strategy formulator and impplementator, talent manager, asset manager, and cost controller (Conner & Ulrich, 1996). Keenam kiprah ini dari kriteria definisi Conner serta Ulrich memfokus dalam waktu.

Ulrich (1998) menampakan kiprah asal daya insan melalui peran sebagai partner para manager senior dan lini pada melaksanakan strategi atau strategic partner, sebagai ahli administrasi, menjadi employee champion serta agen perubahan. Gambar  menunjukkan contoh konseptual kiprah sumber daya manusia yg diusulkan Ulrich.

Gambar  Kerangka Kerja Peran Sumber Daya Manusia 

Sumber: Conner & Ulrich, 1993: p.42

Berdasarkan dalam beberapa pandangan penulis pada atas, mencerminkan terjadinya pergeseran peran sumber daya insan. Fungsi sumber daya manusia melalui kiprah barunya, berupaya berbagi kapabilitas organisasional buat menciptakan keunggulan organisasi menjadi alat kompetitif menggunakan cara menjadi berikut.

Pertama: Becoming a Partner in Strategy Execution
Sumber daya insan wajib sebagai partner para manajer senior dan garis pada melaksanakan strategi yang membantu buat membarui perancangan menurut “conference room” ke “market place”. A partner in strategy execution, sang penulis lain mengungkapkan menjadi strategic partner (Ulrich, 1998), consultant to organization parnter to line, strategy formulator (Schuler, 1994), business partner (Willey, 1992). 

Untuk membentuk kondisi ini akan melibatkan beberapa langkah menjadi berikut:
  • Sumber daya insan wajib bertanggung jawab buat memilih atau mendefinisikan arsitektur organisasional
  • Sumber daya manusia wajib bertanggung jawab untuk melaksanakan audit organisasional
  • Sumber daya manusia wajib mengidentifikasi metode buat memperbarui bagian-bagian arsitektur organisasional yg membutuhkannya
  • Sumber daya insan harus mengadakan inspeksi tentang pekerjaannya sendiri serta memilih prioritas yg kentara.
Kedua: Becoming an Adminsitrative Expert
Sumber daya manusia menjadi ahli dalam cara kerja yang diorganisir dan dilaksanakan buat membuat efisiensi administratif yg mengklaim fokus biaya menggunakan permanen mempertahankan kualitas. Dalam hal ini terjadinya pergeseran peran lama menjadi administrator ke kiprah baru sebagai administrative experts. Penulis lain menyebutkan administrative expert sebagai controller, auditor (Schuler, 19940.

Staf sumber daya manusia insan wajib memperbaiki efisiensi baik dalam fungsinya sendiri maupun organisasi seluruhnya. Keberhasilannya memperbaiki efisiensi akan membangun dapat dipercaya asal daya insan yang pada gilirannya akan sebagai mitra dalam pelaksanaan taktik. Di samping itu, asal daya insan juga harus mengumpulkan, mengkoordinasikan, berbagi liputan primer mengenai pasar serta proses organisasional.

Ketiga: Becoming an Employee Champion
Sumber daya manusia harus menjadi champion bagi karyawan yang mewakili urusan-urusan mereka terhadap manajemen senior dan mempertinggi kontribusi para karyawan melalui komitmen dan kemampuan mereka memberi output terhadap organisasi. An employee champion sang penulis lain menyebutkan sebagai business person (Schuler, 1994), provider, canciliator, employee, advocate, facilitator (Wiley, 1992).

Dalam peran baru ini sumber daya insan profesoinal harus memegang tanggung jawab buat memastikan, bahwa para karyawan diikutsertakan dan memiliki komitmen dan memberi kontribusi sepenuhnya terhadap organisasi. Sumber daya insan wajib mengambil tanggung jawab buat memberi orientasi dan training pada manajemen garis tentang pentingnya moral karyawan yang tinggi dan bagaimana cara buat mencapainya. Dalam hal ini fungsi asal daya manusia memegang kiprah kritis pada merekomendasi cara-cara buat memperbaiki perkara-kasus moral karyawan.

Dan pula peran asal daya insan harus menjadi bunyi karyawan dalam diskusi-diskusi manajemen. Juga memberikan kesempatan bagi pertumbuhan profesional serta personal serta menyediakan sumber yg membantu para karyawan buat memenuhi tugas yang diemban.

Keempat: Becoming a Change Agent
Sumber daya insan harus menjadi agen transformasi yang terus menerus yang membentuk proses dan kultur yg bersama-sama menaikkan kapabilitas terhadap perubahan. A change agent, oleh penulis lain pula menyebutkan menjadi shaper of change (Schuler, 1994), innovator change agent (Wiley, 1992).

Peran baru asal daya manusia bertanggung jawab membentuk kemampuan organisasi buat merangkul serta memakai kesempatan perusahaan. Dalam hal ini asal daya insan akan meyakinkan bahwa inisiatif perubahan yg berfokus dalam kinerja teams, implementasi teknologi baru eksklusif, dikembangkan dan disampaikan menggunakan cara yg sempurna pada waktunya.

Peran baru sumber daya insan jua meyakinkan bahwa pernyataan visi yang luas yang ditransformasikan ke pada konduite khusus, dengan membantu karyawan buat tahu pekerjaan mana yang bisa mereka hentikan, mulai dari mempertahankan sebagai akibatnya visi sebagai kenyataan. Peran sumber daya manusia menjadi agen perubahan pula berupaya membarui resistance dengan resolve, rencana dengan result serta fear of change menggunakan axcitement about its probabilities.

Sehubungan dengan pembahasan kiprah baru asal daya insan ini, Blackburn & Rosen (1993), juga menyatakan bahwa buat menjadi full partner, asal daya manusia yang profesional wajib sebagai pakar melalui kontribusi fungsinya. Hal ini berarti sumber daya insan menjadi agen perubahan yg menuntun penilaian ulang aneka macam praktik manajemen sekarang.

Drucker (1995) menyatakan bahwa staf asal daya manusia akan bersama-sama manajemen lini dalam merogoh keputusan dan tindakan dan nir sekedar saran. Hal ini berarti bahwa staf sumber daya manusia bukan beserta-sama unit bisnis buat tahu situasi masing-masing serta orang yang terlibat serta mendukung para manajer secara aktif buat mencapai perubahan yang diinginkan.

Pengembangan Teknologi 
Salah satu karakteristik global yg paling menonjol dewasa ini serta yg diperkirakan terus berlanjut pada masa yang akan datang artinya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yg sangat pesat. Bagi para manajer zenit perkembangan tersebut memiliki ramifikasi yang luas pada aktivitas mengelola perusahaan. Ramifikasi itu ada yg bersifat positif serta sang karenanya melalui strategi yang sempurna bisa dimanfaatkan, namun ada jua yg bersifat negatif serta harus dikenali supaya dampaknya dapat dihilangkan atau paling sedikit dikurangi. Misalnya, perkembangan ilmu pengetahuan yg sangat pesat kemungkinan para manajer menggunakan instrumen ilmiah baru yang lebih ampuh serta nir terus bergantung pada teori antik yang sangat mungkin tidak mampu merampungkan bagi perkara baru yang dihadapi. Hal ini sangat penting lantaran seperti diketahui satu ilmu baru tumbuh serta berkembang memenuhi tuntutan kebutuhan warga pada arti bahwa ilmu yg sudah dikenal tidak ampuh lagi dipakai sang pihak yang memerlukan.

Berkat perkembangan teknologi yg sangat pesat, dunia mengalami paling sedikit 3 jenis utama revolusi teknologi (Werther & Davis, 1996) yaitu revolusi teknologi transportasi, revolusi teknologi komunikasi serta revolusi teknologi fakta. Revolusi teknologi transportasi sudah membarui “wajah” dunia dari satu planet super besar menjadi hanya “satu desa dunia”. Bahkan revolusi teknologi transportasi tadi menciptakan seolah-olah manusia nir lagi terikat pada aturan ruang dan waktu. Mobilitas insan serta barang sebagai sangat tinggi berkat revolusi tadi serta hal ini mempunyai implikasi yg sangat luas pada mengelola suatu perusahaan.

Perkembangan teknologi komunikasi sudah sedemikian rupa sebagai akibatnya wahana dan prasarana komunikasi gaya lama terasa sangat tidak memadai karena lambat, makan biaya yang tidak sedikit serta seringkali nir efektif. Berbeda halnya menggunakan teknologi komunikasi terkini yang sangat cepat, terjadi tanpa penyimpangan , bersifat multimedia dan dengan “kecenderungan” biaya yang semakin rendah. Penggunaan telekomunikasi terbaru menggunakan banyak sekali alatnya membuat proses komunikasi berjalan menggunakan gaya yg sama sekali berbeda menggunakan masa kemudian.

Perkembangan teknologi berita berlangsung menggunakan kecepatan yg belum pernah dialami sebelumnya, dan komputer adalah primadonanya. Dari segi piranti kerasnya, perkembangan teknologi yg sangat pesat itu terlihat antara lain dalam tersedianya personal komputer mulai berdasarkan main frame super besar dengan kemampuan yang sangat tinggi serta beraneka ragam sampai personal computer yg sederhana. Bersamaan dengan perkembangan pada bidang piranti keras terjadi juga perkembangan pada bidang piranti lunak, aneka ragam program sudah diciptakan yg memungkinkan makin banyaknya jenis aplikasi komputer yg dapat dilakukan. Komputer telah merupakan satu hasil perkembangan teknologi mutakhir yg digunakan dalam banyak kegiatan perkantoran (Huczynski & Buchanan, 1991).

Jika pada masa lalu pada perusahaan masih ada Electronic Data Processing Unit dengan brainware yang langka serta mahal, dewasa ini kebutuhan akan adanya satuan kerja seperti itu telah lain sifat serta urgensinya. Kehadiran PC sudah membarui seluruh itu. Dalam dalam itu ada hal lain yg harus diperhitungkan oleh para manajer yaitu bahwa usia satu generasi personal komputer cenderung makin pendek. Teknologi yg digunakan untuk rancang bangun suatu generasi komputer sangat cepat kadaluwarsa. Hal ini perlu mendapat perhatian bukan hanya dikaitkan menggunakan soal porto, akan namun jua dengan kompetensi para anggota organisasi buat memanfaatkannya.

Perubahan global mendorong terjadinya paradigma baru pada bidang ekonomi. Kemajuan dan pemanfaatan teknologi digital khususnya teknologi komunikasi serta informasi pada setiap kegiatan dan proses ekonomi membentuk nuansa baru dalam aspek organisasi, proses, manajemen, dan sumber daya manusia yg berbasis pengetahuan. Ekonomi baru yang berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) bertolak pada pelaksanaan pengetahuan manusia (human know-how) dalam setiap apa yg kita produksi dan bagaimana memproduksinya. Nilai tambah hemat semakin ditentukan serta diciptakan lebih banyak oleh otak daripada otot (by brain rather than brawn). Produk itu sendiri mempunyai kandungan (content) pengetahuan contohnya produk yg dilengkapi menggunakan teknologi digital seperti chip serta microprocessor.

Teknologi komunikasi serta warta yang super cepat dan kerja jaringan yg memasuki “The Age of Networked Intelligence”. Dengan microprocessors serta jalur kaca fiber sanggup membawa manusia menembus dinding serta menyeberang ke planet buat mengaplikasikan pengetahuan dalam setiap aspek kehidupan ekonomi serta sosial. Dengan teknologi jaringan misalnya internet dan internet menggunakan Worlds Wide Web (WWW) dapat memudahkan insan mengembangkan warta, berafiliasi serta berkomunikasi dalam warga dunia.

Menghadapi persaingan pasar, teknologi memegang peranan yg sangat penting, teknologi senantiasa berubah, merupakan basis dalam perkembangan (Drejer & Riis, 1999). Dengan demikian, bagi perusahaan yang akan masuk dalam pergaulan global maka tidak ada pilihan lain kecil membuat persiapan dan mengadakan perubahan terhadap teknologi yang ada. Tanpa perubahan serta adaptasi yang dilakukan adalah sulit bagi perusahaan tadi bersaing pada tengah pasar yg sarat menggunakan persaingan.

Menciptakan Suatu Organisasi Belajar 
Perubahan dunia telah mendorong perubahan asa pelanggan atas produk atau jasa yang dihasilkan. Mereka menghendaki produk serta jasa yang mereka beli adalah produk serta jasa yg sesuai dengan harapan serta kebutuhan mereka. Produk serta jasa wajib bermutu lebih baik, penyerahan lebih cepat, harga relatif murah dan berguna. Oleh karenanya, perusahaan harus berupaya memenuhi permintaan ini serta mereka wajib melakukan transformasi dan pemugaran mutu yg terus menerus, mengefektifkan semua sarana yang terdapat mencapai efisiensi yg tinggi serta sanggup bersaing.

Menurut Brill (1997), perusahaan yang dapat bertahan dan bersaing dalam era pasar bebas dan abad ke-21 adalah perusahaan yg memiliki ciri sebab. Mempunyai misi serta visi yg jelas serta terarah, kegiatan proses dengan lintas fungsi serta struktur organisasi yg mendatar dengan pemberdayaan yg kentara. Mereka berorientasi global serta memiliki jaringan yg luas. Memanfaatkan teknologi keterangan menggunakan baik, serius bukan hanya buat pemegang saham tetapi juga pada lingkungan.

Bentuk perusahaan akan lebih ramping serta lincah dalam penyesuaian dampak perubahan. Mereka berfokus dalam dorongan pelanggan menggunakan penekanan dalam mutu terpadu. Mereka memanfaatkan saat seefisien mungkin pada setiap kegiatan dan proses. Mereka selalu inovatif serta memberikan kewiraswastaan.

Dengan adanya pergeseran ini, diperlukan pembaruan kembali atas investasi pada asal daya insan berfokus dalam kebijakan dan strategi baru yg adalah alat motivasi baru. Modal manusia (human capital) akan dinilai kembali, dimana para pemimpin akan berbicara “core competence, competing on capability” atau keinginan mereka menjadi organisasi pembelajaran. Penemuan cara menilai dan mengukur kapital insan-keterampilan, kapabilitas dan know how merupakan langkah penting yang sebagai perhatian para pimpinan atas keberhasilan bawahan. Kebijakan misalnya ini dapat memperbarui loyalitas, komitmen, dan produktivitas karyawan baik pria juga perempuan pada organisasi sebagai upaya mereka berjuang melakukan pekerjaan, kemakmuran serta sejahtera pada ekonomi dunia.

Fenomena ini perlu diperhatikan pada melakukan perubahan serta transformasi pada tempat kerja serta ini akan menjadi rambu-rambu bagaimana usahakan mengelola organisasi serta mempersiapkan angkatan kerja yang mempunyai kompetensi yang sesuai menggunakan kebutuhan serta bisa mengisi kesempatan kerja yang terjadi.

Perspektif jabatan atau pekerjaan di abad ke-21 bagi perusahaan dunia oleh Mitrani, et al. (1995) dan Rhinesmith (1996), telah merinci kompetensi angkatan kerja yg akan datang sinkron menggunakan tingkat hierarki manajemen yaitu kompetensi para eksekutif merupakan berpikir strategis, kepemimpinan atas perubahan dan manajemen hubungan. Para manajer memiliki kompetensi keluwesan pelaksanaan perubahan, saling pengertian antar eksklusif, menaruh kewenangan serta pemberdayaan, donasi atas kelompok dan portabilitas.

Seorang manajer yg ingin berhasil pada era dunia yang berubah ini wajib memiliki setidaknya lima keterampilan yaitu: (1) mengelola persaingan (managing competitiveness); (2) mengelola kompleksitas (managing complexity); (3) mengelola penyelarasan organisasi (managing organizational alignment); (4) mengelola perubahan organisasi (managing organizational change); serta (lima) mengeloal tim multikultural (managing multicultural teams).

Sementara karyawan pelaksana memiliki keluwesan, selalu mencari liputan, motivasi serta kemampuan belajar, motivasi buat berprestasi, bekerja pada tekanan ketika, bekerjasama dan berorientasi dalam pelayanan terhadap pelanggan. Di Amerika calon karyawan pada jabatan terendah harus memiliki pendidikan setara dengan diploma dua dan diperkirakan bahwa suatu jabatan yang tadinya dijabat sang lulusan perguruan tinggi dengan gelar master atau tingkatan 2, tahun 2000, jabatan ini akan dipegang sang orang yg bergelar tingkatan tiga atau doktor.

Dengan gambaran jabatan serta pekerjaan tadi pada atas, maka kompetensi tenaga kerja yg dibutuhkan akan sangat tinggi baik kemampuan teknis, manajerial, juga interaksi antar manusia. Mereka memangku jabatan tersebut dapat dikategorikan sebagai angkatan kerja bebasis pengetahuan serta elektronik (knowledge workers atau wired workers dan atau cyberspace workers) yang berkemampuan tinggi pada memanfaatkan teknologi kabar menggunakan efektif, mengelola perubahan, persaingan dan multikultural. Para manajer yg bergerak maju, berwawasan luas, cerdas serta karismatik; para pelaksana memiliki kompetensi yang tinggi serta profesional menggunakan wawasan yg lebih luas serta berlandaskan pengetahuan.

Mengacu pada kebutuhan industri dan antisipasi perubahan, khususnya perubahan teknologi pada global kerja dibutuhkan learning organization (organisasi belajar). Organisasi belajar ditujukan guna mencari cara-cara baru untuk menanggapi dengan sukses global yg saling bergantung dan yang berubah (Dodgson, 1993) dan adalah persyaratan fundamental untuk mempertahankan keberadaan (Kim, 1993).

Pemikiran ulang atas tujuan, proses serta penempatan pulang asal-sumber yg ada pada sistem pendidikan, akan membawa suatu perubahan yg diperlukan dapat memenuhi serta meningkatkan kecepatan proses pembelajaran serta hubungannya menggunakan pekerjaan serta kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran dalam ekonomi memunculkan enam tema (Tapcott, 1996): (1) increasingly work and learning are becoming the same thing; (dua) learning becoming a life long challenge; (tiga) learning is shifting away from the formal school and universities; (4) some educational institution are working hard to reinvent themselves for relevance, but progress is low; (5) organizational consciousness is required to create learning organization; and (6) the new media can transform education, creating a working-learning infrastructure for the digital economy.

Suatu sistem pendidikan dan pelatihan yang berintegrasi penuh dengan teknologi serta warta yang cepat akan dapat menjaga langkah percepatan perkembangan pengetahuan serta kemajuan teknologi yang terjadi hampir pada seluruh bidang, termasuk bidang pembinaan sumber daya insan.