TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI DALAM PENDIDIKAN

Teknologi Komunikasi Dan Informasi Dalam Pendidikan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah memberikan efek terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran pada proses pembelajaran yaitu: (1) menurut training ke penampilan, (2) menurut ruang kelas ke pada mana serta kapan saja, (tiga) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (lima) dari saat siklus ke ketika nyata. Komunikasi menjadi media pendidikan dilakukan menggunakan memakai media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui interaksi tatap muka tetapi pula dilakukan menggunakan menggunakan media-media tersebut. Pengajar dapat menaruh layanan tanpa harus berhadapan eksklusif menggunakan siswa. Demikian pula anak didik bisa memperoleh berita dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yg paling terkini adalah berkembangnya apa yg diklaim “cyber teaching” atau pedagogi maya, yaitu proses pengajaran yg dilakukan menggunakan memakai internet. Istilah lain yang makin poluper waktu ini merupakan e-learning yaitu satu model pembelajaran menggunakan memakai media teknologi komunikasi serta keterangan khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran pada jangkauan luas yg belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi bahan ajar atau warta, (dua) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui personal komputer dengan menggunakan teknologi internet yg standar, (tiga) memfokuskan dalam pandangan yg paling luas tentang pembelajaran pada balik paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning sudah berkembang pada berbagai contoh pembelajaran yang berbasis TIK misalnya: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb. 

Satu bentuk produk TIK merupakan internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan pada ambang abad 21. Kehadirannya sudah menaruh dampak yang relatif besar terhadap kehidupan umat insan pada banyak sekali aspek serta dimensi. Internet merupakan galat satu instrumen dalam era globalisasi yg sudah menjadikan dunia ini menjadi transparan serta terhubungkan dengan sangat mudah serta cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia dunia buat memperoleh informasi pada berbagai bidang serta pada glirannya akan memberikan dampak dalam holistik perilakunya. Dalam kurun ketika yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir sudah terjadi revolusi internet pada aneka macam negara serta penggunaannya dalam banyak sekali bidang kehidupan. Keberadaan internet dalam masa kini telah merupakan satu kebutuhan pokok insan modern pada menghadapi banyak sekali tantangan perkembangan dunia. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan impak terhadap corak serta pola-pola kehidupan umat insan secara holistik. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yg ingin lestari pada menghadapi tantangan global, perlu menaikkan kualitas dirinya buat beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah membarui paras pembelajaran yang berbeda menggunakan proses pembelajaran tradisional yg ditandai menggunakan interaksi tatap muka antara pengajar dengan anak didik baik di kelas juga pada luar kelas. 

Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin semakin tinggi melalui jaringan internet yg bersifat dunia di semua global dan menuntut siapapun buat menyesuaikan diri menggunakan kesamaan itu jikalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat nir bisa terlepas dari keberadaan personal komputer serta internet sebagai indera bantu primer. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 sudah menurunkan goresan pena-goresan pena pada tema "Asia in the New Millenium" yg menaruh citra banyak sekali kecenderungan perkembangan yg akan terjadi di Asia pada berbagai aspek seperti ekonomi, politik, kepercayaan , sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. Termasuk pada dalamnya pengaruh revolusi internet pada banyak sekali dimensi kehidupan. Salah satu goresan pena yang berkenaan menggunakan global pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo menggunakan judul "Rebooting:The Mind Starts at School". Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas pada era millenium yg akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti kini ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak masih ada lagi format anak duduk di bangku dan pengajar berada pada depan kelas. Ruang kelas pada masa yg akan datang dianggap sebagai "cyber classroom" atau "ruang kelas maya" menjadi loka anak-anak melakukan kegiatan pembelajaran secara individual maupun grup menggunakan pola belajar yg diklaim "interactive learning" atau pembelajaran interaktif melalui komputer serta internet. Anak-anak berhadapan menggunakan komputer serta melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet buat memperoleh materi belajar berdasarkan aneka macam asal belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan syarat kemampuan individualnya sebagai akibatnya anak yg lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yg lebih elastis atau lunak serta fleksibel sinkron menggunakan kondisi lingkungan serta kondisi anak sehingga menaruh peluang buat terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik pada dimensi ketika maupun ruang serta materi. Dalam situasi seperti ini, pengajar bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan pada atas. 

Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa pada masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi kitab -kitab serta indera tulis seperti kini ini, akan namun berupa: (1) komputer notebook menggunakan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dipandang atau didengar, dan dilengkapi menggunakan kamera digital serta perekam suara, (dua) Jam tangan yg dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti buat masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku menggunakan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4) indera-indera musik, (5) indera olah raga, serta (6) bingkisan buat makan siang. Hal itu menerangkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah pada masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai indera bantu belajar. 

Meskipun teknologi liputan komunikasi dalam bentuk personal komputer dan internet sudah terbukti poly menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih poly kelemahan serta kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan menggunakan materi yg dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yg terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek berita yg diperoleh, nir terjamin adanya ketepatan fakta dari internet sebagai akibatnya sangat berbahaya jika anak kurang mempunyai perilaku kritis terhadap informasi yg diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yg kurang proporsional bisa mengabaikan peningkatan kemampuan yg bersifat manual misalnya menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam interaksi ini guru perlu memiliki kemampuan pada mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian jua perlunya kerjasama yang baik menggunakan orang tua buat membimbing anak-anak belajar pada tempat tinggal masing-masing.

Pergeseran pandangan tentang pembelajaran
Untuk bisa memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yg harus diwujudkan yaitu (1) anak didik serta pengajar wajib mempunyai akses pada teknologi digital serta internet dalam kelas, sekolah, dan forum pendidikan guru, (dua) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi anak didik serta pengajar, serta (3) pengajar harus memilikio pengetahuan serta ketrampilan pada menggunakan alat-indera serta sumber-sumber digital buat membantu siswa agar mencaqpai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik pada kelas juga di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa kemudian (serta terdapat pada masa sekarang), proses pembelajaran dilihat sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upoaya mengisi kekurangan anak didik, (tiga) satu proses transfer serta penerimaan berita, (4) proses individual atau soliter, (lima) kegiatan yg dilakukan menggunakan menjabarkan bahan ajar pada satuan-satuan kecil serta terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan menggunakan perkembangan TIK sudah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran menjadi: (1) proses alami, (dua) proses sosial, (3) proses aktif serta pasif, (4) proses linear serta atau tidak linear, (5) proses yg berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yg berbasis dalam contoh kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur anak didik, (7) aktivitas yg dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan perkara nyata baik individual juga grup.

Hal itu telah menguban peran guru dan siswa pada pembelajaran. Peran guru sudah berubah dari: (1) menjadi penyampai pengetahuan, sumber primer informasi, akhli materi, dan asal segala jawaban, menjadi menjadi fasilitator pembelajaran, instruktur, kolaborator, navigator pengetahuan, serta mitra belajar; (dua) berdasarkan mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih poly memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab pada setiap anak didik pada proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa pada pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) berdasarkan penerima liputan yang pasif sebagai partisipan aktif pada proses pembelajaran, (dua) berdasarkan menyampaikan balik pengetahuan sebagai membuat dan aneka macam pengetahuan, (tiga) berdasarkan pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) sebagai pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain. 

Lingkungan pembelajaran yang pada masa kemudian berpusat dalam pengajar telah bergesar menjadi berpusat pada murid. Secara rinci bisa digambarkan sebagai berikut:
Lingkungan
Berpusat pada guru
Berpusat dalam siswa
Aktivitas kelas
Guru sebagai sentral serta bersifat didaktis
Siswa menjadi sentral dan bersifat interaktif
Peran guru
Menyampaikan liputan-fakta, pengajar menjadi akhli
Kolaboratif, kadang-kadang murid menjadi akhli
Penekanan pengajaran
Mengingat liputan-fakta
Hubungan antara informasi dan temuan
Konsep pengetahuan
Akumujlasi fakta secara kuantitas
Transformasi fakta-fakta
Penampilan keberhasilan
Penilaian acuan norma
Kuantitas pemahaman , penilaian acuan patokan
Penilaian
Soal-soal pilihan berganda
Protofolio, pemecahan kasus, dan penampilan
Penggunaan teknologi
Latihan dan praktek
Komunikasi, akses, kerja sama, ekspresi
Kreativitas dan kemandirian belajar

Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK memiliki pengaruh yg relatif berarti terhadap proses dan output pembelajaran baik pada kelas juga di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, percepatan, pengayaan, perluasan, efektivitas serta produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan menaikkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara holistik. Melalui penggunaan TIK setiap murid akan terangsang buat belajar maju berkelanjutan sesuai menggunakan potensi serta kecakapan yg dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sebagai akibatnya memungkinkan mengembangkan semua potensi yg dimilikinya.. 

Dalam menghadapi tantangan kehidupan terkini di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diharapkan buat bisa menyesuaikan diri dengan banyak sekali tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hayati ini dengan beberapa alasan diantaranya: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, ke 2, kreativitas memungkinkan orang bisa menemukan aneka macam alternatif dalam pemecahan perkara, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia menaikkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang mempunyai kelancaran, keluwesan, keaslian, serta perincian. Sedangkan berdasarkan segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yg bertenaga, rasa ingin memahami, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, nir gampang putus harapan, menghargai estetika, mempunyai rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri serta orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai menggunakan orisinalitas, mempunyai nilai, bisa ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini karena kemandirian adalah kunci primer bagi individu buat bisa mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas langsung yang ditandai menggunakan penguasaan kompetensi eksklusif, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan mempunyai komitmen yg kuat terhadap banyak sekali hal.

Dengan memperhatikan ciri-karakteristik kreativitas dan kemandirian tadi, maka bisa dikatakan bahwa TIK memberikan peluang buat berkembangnya kreativitas serta kemandirian anak didik. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan bisa membuat karya-karya baru yg orsinil, mempunyai nilai yg tinggi, dan bisa dikembangkan lebih jauh buat kepentingan yg lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh aneka macam fakta dalam lingkup yg lebih luas serta mendalam sebagai akibatnya menaikkan wawasannya. Hal ini adalah rangsangan yg kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama pada hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, serta komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain. 

Peran guru
Semua hal itu tidak akan terjadi menggunakan sendirinya lantaran setiap siswa memiliki syarat yg berbeda antara satu menggunakan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik berdasarkan guru juga dari orang tuanya pada melakukan proses pembelajaran menggunakan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang kiprah yang amat penting serta harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih krusial lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi warta harus bergeser menjadi manajer pembelajaran menggunakan sejumlah peran-kiprah tertentu, lantaran pengajar bukan satu-satunya asal kabar melainkan hanya keliru satu sumber liputan. Dalam bukunya yg berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. Dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-kiprah pengajar mengalami perluasan yaitu pengajar sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, serta pengarang. Sebagai pelatih (coaches), pengajar harus memberikan peluang yg sebesar-besarnya bagi anak didik buat mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai menggunakan kondisi masing-masing. Pengajar hanya menaruh prinsip-prinsip dasarnya saja serta nir menaruh satu cara yg mutlak. Hal ini merupakan analogi pada bidang olah raga, pada mana pelatih hanya menaruh petunjuk dasar-dasar permainan, ad interim pada permainan itu sendiri para pemain akan berbagi kiat-kiatnya sinkron dengan kemampuan serta kondisi yg ada. Sebagai konselor, guru harus sanggup membangun satu situasi hubungan belajar-mengajar, pada mana murid melakukan konduite pembelajaran pada suasana psikologis yg kondusif dan nir terdapat jarak yang kaku menggunakan pengajar. Disamping itu, pengajar diperlukan bisa tahu syarat setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, pengajar memiliki kemandirian serta swatantra yg seluas-luasnya pada mengelola keseluruhan aktivitas belajar-mengajar dengan mendinamiskan semua sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, pengajar tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi jua berperilaku belajar dari interaksinya menggunakan anak didik. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya asal belajar bagi anak, akan namun beliau menjadi fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yg sanggup menggerakkan orang lain buat mewujudkan konduite menuju tujuan bersama. Disamping sebagai guru, guru wajib mendapat kesempatan buat mewujudkan dirinya menjadi pihak yg bertanggung jawab pada banyak sekali aktivitas lain pada luiar mengajar. Sebagai pembelajar, pengajar harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta menaikkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, pengajar harus selalu kreatif serta inovatif membuat berbagai karya yg akan dipakai untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Pengajar yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang standar, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yg bisa menghasilkan aneka macam karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu wajib didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yg tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.

TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI DALAM PENDIDIKAN

Teknologi Komunikasi Dan Informasi Dalam Pendidikan
Perkembangan teknologi keterangan serta komunikasi (TIK) telah menaruh pengaruh terhadap global pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK terdapat 5 pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) menurut training ke penampilan, (dua) dari ruang kelas ke di mana serta kapan saja, (3) berdasarkan kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (lima) dari saat siklus ke waktu konkret. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan menggunakan menggunakan media-media komunikasi misalnya telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara pengajar dan anak didik tidak hanya dilakukan melalui interaksi tatap muka tetapi juga dilakukan menggunakan menggunakan media-media tersebut. Guru bisa memberikan layanan tanpa wajib berhadapan eksklusif menggunakan siswa. Demikian jua anak didik dapat memperoleh kabar dalam lingkup yang luas menurut banyak sekali sumber melalui cyber space atau ruang maya menggunakan memakai personal komputer atau internet. Hal yang paling terkini merupakan berkembangnya apa yang diklaim “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pedagogi yang dilakukan menggunakan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper waktu ini artinya e-learning yaitu satu model pembelajaran menggunakan memakai media teknologi komunikasi dan warta khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning adalah satu penggunaan teknologi internet pada penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan 3 kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan buat memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau liputan, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui personal komputer dengan memakai teknologi internet yg standar, (3) memfokuskan dalam pandangan yg paling luas tentang pembelajaran di pulang kerangka berpikir pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang pada banyak sekali contoh pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb. 

Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan pada ambang abad 21. Kehadirannya sudah memberikan efek yg relatif akbar terhadap kehidupan umat manusia pada aneka macam aspek dan dimensi. Internet adalah keliru satu instrumen dalam era globalisasi yg telah membuahkan global ini sebagai transparan serta terhubungkan menggunakan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia dunia buat memperoleh fakta dalam aneka macam bidang serta pada glirannya akan menaruh efek dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir sudah terjadi revolusi internet di aneka macam negara dan penggunaannya dalam aneka macam bidang kehidupan. Keberadaan internet dalam masa sekarang telah merupakan satu kebutuhan pokok insan modern dalam menghadapi aneka macam tantangan perkembangan global. Kondisi ini telah tentu akan memberikan efek terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat insan secara holistik. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yg ingin lestari pada menghadapi tantangan dunia, perlu menaikkan kualitas dirinya buat beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK sudah membarui wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai menggunakan hubungan tatap muka antara pengajar dengan siswa baik pada kelas maupun pada luar kelas. 

Di masa-masa mendatang, arus keterangan akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global pada seluruh global serta menuntut siapapun buat menyesuaikan diri menggunakan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat nir dapat terlepas berdasarkan keberadaan personal komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan pada tema "Asia in the New Millenium" yg menaruh citra aneka macam kesamaan perkembangan yang akan terjadi pada Asia dalam banyak sekali aspek misalnya ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. Termasuk pada dalamnya imbas revolusi internet dalam aneka macam dimensi kehidupan. Salah satu goresan pena yg berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul "Rebooting:The Mind Starts at School". Dalam goresan pena tadi dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh tidak sinkron dengan ruang kelas misalnya sekarang ini yaitu dalam bentuk misalnya laboratorium personal komputer pada mana tidak masih ada lagi format anak duduk di bangku dan pengajar berada pada depan kelas. Ruang kelas di masa yg akan tiba diklaim sebagai "cyber classroom" atau "ruang kelas maya" menjadi tempat anak-anak melakukan kegiatan pembelajaran secara individual maupun grup menggunakan pola belajar yg disebut "interactive learning" atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan menggunakan personal komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet buat memperoleh materi belajar menurut aneka macam sumber belajar. Anak akan melakukan aktivitas belajar yang sesuai menggunakan syarat kemampuan individualnya sehingga anak yg lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai menggunakan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yg lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sinkron dengan kondisi lingkungan serta syarat anak sebagai akibatnya memberikan peluang buat terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik pada dimensi saat juga ruang dan materi. Dalam situasi misalnya ini, guru bertindak menjadi fasilitator pembelajaran sesuai dengan kiprah-kiprah sebagaimana dikemukakan di atas. 

Dalam goresan pena itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-kitab dan alat tulis seperti kini ini, akan namun berupa: (1) personal komputer notebook menggunakan akses internet tanpa kabel, yg bermuatan materi-materi belajar yg berupa bahan bacaan, materi buat ditinjau atau didengar, serta dilengkapi dengan kamera digital dan perekam suara, (2) Jam tangan yg dilengkapi menggunakan data langsung, uang elektronika, kode sekuriti buat masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan software, akses internet, permainan, musik, serta TV, (4) indera-indera musik, (5) alat olah raga, serta (6) bingkisan buat makan siang. Hal itu memperlihatkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah pada masa itu nanti berupa perlengkapan yg bernuansa internet menjadi alat bantu belajar. 

Meskipun teknologi fakta komunikasi pada bentuk komputer dan internet sudah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif serta produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan serta kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah menggunakan internetnya itu sendiri dibandingkan menggunakan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yg terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek warta yg diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan liputan berdasarkan internet sehingga sangat berbahaya bila anak kurang mempunyai sikap kritis terhadap warta yg diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yg kurang proporsional bisa mengabaikan peningkatan kemampuan yg bersifat manual misalnya menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu mempunyai kemampuan pada mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian juga perlunya kerjasama yg baik dengan orang tua buat membimbing anak-anak belajar di tempat tinggal masing-masing.

Pergeseran pandangan tentang pembelajaran
Untuk bisa memanfaatkan TIK pada memperbaiki mutu pembelajaran, terdapat tiga hal yang wajib diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus mempunyai akses kepada teknologi digital serta internet pada kelas, sekolah, dan forum pendidikan guru, (2) wajib tersedia materi yang berkualitas, bermakna, serta dukungan kultural bagi siswa dan pengajar, serta (tiga) pengajar harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan asal-sumber digital buat membantu siswa supaya mencaqpai standar akademik. Sejalan menggunakan pesatnya perkembangan TIK, maka sudah terjadi pergeseran pandangan mengenai pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa kemudian (serta masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dilihat sebagai: (1) sesuatu yg sulit serta berat, (dua) upoaya mengisi kekurangan siswa, (tiga) satu proses transfer serta penerimaan keterangan, (4) proses individual atau soliter, (lima) kegiatan yg dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan mini serta terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif serta pasif, (4) proses linear serta atau nir linear, (5) proses yg berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur murid, (7) aktivitas yg dievaluasi menurut pemenuhan tugas, perolehan output, dan pemecahan masalah konkret baik individual maupun gerombolan .

Hal itu telah menguban kiprah pengajar serta siswa pada pembelajaran. Peran pengajar telah berubah menurut: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber primer fakta, akhli materi, serta sumber segala jawaban, menjadi menjadi fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan kawan belajar; (dua) berdasarkan mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih poly menaruh lebih poly alternatif serta tanggung jawab pada setiap anak didik dalam proses pembelajaran. Sementara itu kiprah murid dalam pembelajaran sudah mengalami perubahan yaitu: (1) menurut penerima keterangan yg pasif sebagai partisipan aktif pada proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan pulang pengetahuan menjadi menghasilkan dan aneka macam pengetahuan, (3) berdasarkan pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif menggunakan siswa lain. 

Lingkungan pembelajaran yang pada masa kemudian berpusat pada guru sudah bergesar menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci bisa digambarkan sebagai berikut:
Lingkungan
Berpusat dalam guru
Berpusat pada siswa
Aktivitas kelas
Guru menjadi sentral dan bersifat didaktis
Siswa menjadi sentral dan bersifat interaktif
Peran guru
Menyampaikan warta-kabar, guru sebagai akhli
Kolaboratif, kadang-kadang siswa menjadi akhli
Penekanan pengajaran
Mengingat informasi-fakta
Hubungan antara informasi serta temuan
Konsep pengetahuan
Akumujlasi keterangan secara kuantitas
Transformasi fakta-fakta
Penampilan keberhasilan
Penilaian acuan norma
Kuantitas pemahaman , evaluasi acuan patokan
Penilaian
Soal-soal pilihan berganda
Protofolio, pemecahan kasus, serta penampilan
Penggunaan teknologi
Latihan dan praktek
Komunikasi, akses, kerja sama, ekspresi
Kreativitas dan kemandirian belajar

Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang relatif berarti terhadap proses serta output pembelajaran baik di kelas maupun pada luar kelas. TIK sudah memungkinkan terjadinya individuasi, percepatan, pengayaan, ekspansi, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yg pada gilirannya akan mempertinggi kualitas pendidikan menjadi infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap murid akan terangsang buat belajar maju berkelanjutan sinkron dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran menggunakan memakai TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan menyebarkan seluruh potensi yang dimilikinya.. 

Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern pada abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan buat mampu beradaptasi menggunakan aneka macam tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hayati ini menggunakan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas menaruh peluang bagi individu buat mengaktualisasikan dirinya, ke 2, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan kasus, ketiga, kreativitas bisa menaruh kepuasan hayati, dan keempat, kreativitas memungkinkan insan menaikkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yg memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai menggunakan motivasi yg bertenaga, rasa ingin tahu, tertarik menggunakan tugas beragam, berani menghadapi resiko, nir mudah putus harapan, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, bisa ditransformasikan, dan bisa dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diharapkan pada kehidupan yg penuh tantangan ini sebab kemandirian adalah kunci utama bagi individu buat mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan pada kehidupannya. Kemandirian didukung menggunakan kualitas langsung yg ditandai dengan dominasi kompetensi eksklusif, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif pada berfikir dan bertindak, sanggup mengendalikan dirinya, serta mempunyai komitmen yang kuat terhadap banyak sekali hal.

Dengan memperhatikan karakteristik-karakteristik kreativitas serta kemandirian tersebut, maka bisa dikatakan bahwa TIK menaruh peluang buat berkembangnya kreativitas serta kemandirian anak didik. Pembelajaran menggunakan dukungan TIK memungkinkan bisa membentuk karya-karya baru yg orsinil, mempunyai nilai yg tinggi, dan bisa dikembangkan lebih jauh buat kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh banyak sekali berita dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga mempertinggi wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yg kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri juga terhadap pihak lain. 

Peran guru
Semua hal itu nir akan terjadi menggunakan sendirinya karena setiap murid mempunyai kondisi yg tidak sama antara satu menggunakan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun menurut orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran menggunakan dukungan TIK. Dalam kaitan ini pengajar memegang peran yang amat krusial serta harus menguasai seluk beluk TIK serta yang lebih krusial lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi fakta wajib bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah kiprah-kiprah tertentu, karena pengajar bukan satu-satunya asal berita melainkan hanya keliru satu asal informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. Dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang kiprah-kiprah guru mengalami perluasan yaitu guru menjadi: instruktur (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, serta pengarang. Sebagai instruktur (coaches), pengajar wajib menaruh peluang yang sebanyak-besarnya bagi anak didik buat mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai menggunakan syarat masing-masing. Pengajar hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja serta tidak memberikan satu cara yg mutlak. Hal ini adalah analogi pada bidang olah raga, pada mana pelatih hanya menaruh petunjuk dasar-dasar permainan, ad interim pada permainan itu sendiri para pemain akan menyebarkan kiat-kiatnya sinkron menggunakan kemampuan dan syarat yg ada. Sebagai konselor, pengajar harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana murid melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif serta tidak ada jeda yang kaku menggunakan pengajar. Disamping itu, pengajar dibutuhkan bisa tahu kondisi setiap anak didik serta membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru mempunyai kemandirian dan swatantra yg seluas-luasnya pada mengelola keseluruhan aktivitas belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh asal-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi pula berperilaku belajar menurut interaksinya menggunakan anak didik. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi beliau sebagai fasilitator pembelajaran murid. Sebagai pemimpin, diperlukan guru bisa sebagai seorang yg mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan beserta. Disamping sebagai pengajar, guru wajib mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab pada aneka macam kegiatan lain pada luiar mengajar. Sebagai pembelajar, pengajar harus secara terus menerus belajar pada rangka menyegarkan kompetensinya dan menaikkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, pengajar wajib selalu kreatif dan inovatif membentuk aneka macam karya yg akan dipakai buat melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang berdikari bukan sebagai tukang atau teknisi yg harus mengikuti satu buku petunjuk yg standar, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang sanggup membuat banyak sekali karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu wajib didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yg tinggi menjadi basis kualitas profesionaliemenya.

ANALISIS KINERJA PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TIK

Analisis Kinerja Penerapan Teknologi Informasi serta Komunikasi (TIK) 
Teknologi keterangan dan komunikasi (TIK) adalah sebuah teknologi yang dapat menghubungkan seluruh pemakai personal komputer , buat berbagai tujuan, di seluruh global tanpa harus bertemu secara langsung. TIK sering pula dianggap ICT (Information and Communication Technology). TIK merupakan fasilitas yang didesain buat memudahkan insan buat berkomunikasi, baik secara tertulis (e-mail, lembaga,chatting, dll.), mulut, maupun visual (misalnya video conference). Dengan kemudahan-kemudahan yang tersedia menggunakan dukungan TIK tersebut, maka insan dapat menaikkan kompetensi dan kapasitas tertentu dalam dirinya tanpa harus melalui institusi-institusi formal, seperti belajar di sekolah, di perguruan tinggi, pada forum-forum kursus, serta lain-lian semacamnya. Terminologi TIK serta ICT dalam proposal ini akan digunakan secara bergantian sinkron peruntukannya.

Dengan kiprah TIK seperti yang digambarkan pada atas, dan perguruan tinggi sebagai galat satu institusi yg berperan buat menaikkan kompetensi dan kapasitas asal daya manusia, bila ingin permanen mempertahankan atau menaikkan kiprah tadi, maka harus mengintegrasikan TIK sebagai keliru satu media utama proses pembelajarannya selain dosen dan perpustakaannya. Perguruan tinggi atau institusi semacamnya yang nir bisa mengoptimalkan peran internet dalam proses pembelajarannya, sangat mungkin akan ditinggalkan, cepat atau lambat, sang stakeholdernya.

Dengan pencerahan akan besarnya peran TIK tersebut, serta kebutuhan akan data serta liputan yang cepat, seksama, dan komprehensif bagi setiap lini manajemen di lingkungan Unhas, maka sejak akhir tahun 80-an dibentuklah unt pelaksana teknis

(UPT Komputer). Untuk meningkatkan kinerja unit ini, dalam tahun 1995 dibangun jaringan LAN kampus. Dengan adanya jaringan itu, maka pengelolaan data serta berita diharapkan akan berjalan lebih baik, lantaran proses peremajaan data bisa dilakukan secara online dalam setiap unit kerja yang bertanggung jawab dengan data tadi. Rencana tadi ternyata belum berjalan sinkron menggunakan harapan. 

Dari output analisis perkara diperoleh bahwa akar masalahnya terletak pada “struktur organisasi UPT Komputer yg kurang sesuai dengan tugas yg dibebankan kepadanya. Untuk mengatasi masalah tadi, sejak tahun 2000, dilakukan reorganisasi kelembagaan dalam UPT Komputer dan sekaligus membarui namanya menjadi Pusat Informasi Universitas (PIU). Lembaga ini mempunyai tiga (3) divisi, yaitu : (i) divisi pelayanan yg bertugas menyediakan warta dan training kepada sivitas akademika Unhas dan masyarakat yang membutuhkan, (ii) divisi teknologi yang bertugas buat menelaah dan memanfaatkan TIK (Information and Communication Technology= ICT) serta memelihara dan menaikkan kinerja jaringan kampus serta akses internet, serta (iii) divisi sistem berita yg bertugas buat mengelola Sistem Informasi Manajemen (SIM) Unhas” (Renstra 2006-2010).

Sejak dibentuknya, PIU telah memberitahuakn kinerja yg lebih baik. Keberhasilan ini banyak didukung oleh adanya proyek TPSDP-batch I yg dimenangkan UPT Komputer. Dengan proyek ini, ketersediaan serta kualitas jaringan bisa diperbaiki dan ditingkatkan, demikian jua beberapa aplikasi SIM bisa dikembangkan. Di samping itu, dengan alokasi dana berdasarkan universitas, PIU jua telah berhasil mendapatkan donasi fasilitas pelatihan dan pelayanan yang dilengkapi kurang lebih 100 unit komputer serta askes internet. Fasilitas ini telah dimanfaatkan oleh sivitas akademika Unhas, baik menjadi media buat mengusut aneka macam perangkat lunak personal komputer , jua buat mengakses keterangan melalui internet. 

Pada tahun 2003, Unhas memasang PABX yg memiliki kemampuan buat mendukung komunikasi data. Jaringan PABX ini kemudian diintegrasikan menggunakan jaringan LAN Unhas yg telah terdapat. Ditambah dengan upaya membangun Wave- LAN dengan menggunakan dukungan dana menurut proyek TPSDP, maka dalam pertengahan tahun 2004, kualitas jaringan komunikasi data di lingkungan Kampus Unhas sebagai semakin baik, sebagai akibatnya akan semakin sanggup mendukung SIM Unhas serta mendukung pemanfaatan ICT dalam proses pembelajaran. 

Seiring dengan komitmen pemerintah buat mempertinggi kinerja perguruan tinggi, maka sejak tahun 2004 sampai sekarang diluncurkan berbagai hadiah kompetisi pada tingkat acara studi, Jurusan, sistem support institusi, seperti TPSDP, SP4, Duelike, QUE, PHK-A1, PHK-A2, INHERENT, I-MHERE, PHK-I, dll. Proyek-proyek hadiah tadi ada yang fokus untuk mendorong pemugaran internal manajemen, peningkatan relevansi serta kualitas, dll. Salah satu hasil yang diperoleh dari proyek-proyek hibah tadi merupakan peningkatan kualitas serta kuantitas infrastruktur ICT pada setiap unit pemenang PHK tadi. 

Pada tahun 2006, melalui PHK INHERENT, serta pada tahun 2007-2009, melalui PHK I-MHERE, Unhas kembali menerima donasi yang sangat signifikan berdasarkan DIKTI buat menaikkan kapasitas serta kualitas ICT-nya. Dari PHK INHERENT, Unhas sudah berhasil menambah infrastruktur server sebanyak 14 butir, 13 buah server didistribusikan kepada fakultas, dan berhasil menciptakan 4 (empat) sistem berita manajemen (SIM) dan mengembangkan satu SIM. SIM baru yang dimaksud adalah SIM Asset, Keuangan, Learning Manajemen System, dan Proxy Library, serta SIM yg berhasil dikembangkan adalah SIM Akademik, lihat (http:10.0.1.7). Sedangkan menurut PHK I-MHERE, Unhas berhasil meletakkan banyak sekali dasar pijakan pengembangan TIK serta pengembangan SIM Keuangan serta Asset. Dasar-dasar pijakan yg dimaksud merupakan sbb: 1. Kebijakan dasar pengembangan ICT (ICT policy), 2. Cetak biru (blueprint) ICT 2009-2013, serta Sistem dan Prosedur pengembangan ICT.

Selain itu, Universitas Hasanuddin pula sebagai salah satu percontohan pemerintah pada penerapan TIK di Indonesia Bagian Timur, hal ini ditunjukkan dengan aneka macam bantuan misalnya acara SOI (School of Internet), GDLN (Global Distance Learning).

Pada tahun 2007, Unhas kembali melakukan reorganisasi menurut PIU sebagai PTIK (Pusat Teknologi Informasi serta Komunikasi). PTIK ini memiliki 4 (empat) divisi, yaitu : (i) divisi SDM yg bertugas mempertinggi kompetensi TIK para sivitas akademika Unhas serta masyarakat yang membutuhkan, (ii) divisi Jaringan yg bertugas buat mempelajari serta memanfaatkan TIK (Information and Communication Technology= ICT) dan memelihara serta menaikkan kinerja jaringan kampus serta akses internet, (iii) divisi sistem kabar yg bertugas buat mengelola Sistem Informasi Manajemen (SIM) Unhas, serta (iv) divisi E-Learning yang bertugas buat mengelola system pembelajaran berbasis elektronik. Pada tahun itu juga, Unhas membangun tim ICT dalam setiap unit kerja (Fakultas, Pusat, Lembaga, Biro, dan UPI) yg beranggotakan tiga-4 orang yang dipimpin oleh 1 (satu) orang dosen menjadi kordinator. 

Pada pertengahan tahun 2008, Unhas kembali menaikkan berkomitmen bertenaga buat menerapkan TIK ini buat mendukung gambaran Unhas sebagai world group university. Komitmen bertenaga tersebut dibuktikan dengan melakukan peningkatan kapasitas infrasturktur jaringan intranet (menerapkan teknologi fiberoptic), dan bandwidth internet yg sangat signifikan (berdasarkan lima Mbps menjadi 40 Mbps berdasarkan TELKOM) dari tahun 2008.  
Sejak tahun 2008 tersebut, Unhas memasuki era TIK. Semua unit kerja sudah dihubungkan dengan infrastruktur intranet untuk mendukung internet baik melalui kabel serat optic (fiber optic) serta lainnya maupun nirkabel (wireless). Bahkan, semenjak 2009 Unhas sudah memulai menyalurkan internet yg idel diluar jam kerja ke perumahan unhas Tamalanrea dan Baraya yang tidak dimanfaatkan pada luar saat kerja efektif Unhas (jam 16.00 s.D. 08.00). Tahun 2010 ini juga telah ke perumahan UNHAS Antang. Upaya ini memberitahuakn tingginya komitmen UNHAS pada penerapan internet bagi civitas akademikanya.

Pertanyaan besar yg muncul serta mendorong penelitian ini dilakukan adalah, mengapa fasilitas TIK yang begitu banyak serta begitu canggih, dasar-dasar pijakan pengembangan TIK yang telah sangat bertenaga, SDM yang menangani TIK yang begitu banyak, komitmen Unhas terhadap penerapan TIK yg sangat tinggi, masih belum menaruh imbas yang signifikan terhadap civitas akademika Unhas. Hal ini ditunjukkan dengan akses ke seluruh fasilitas TIK Unhas secara generik belum memuaskan.

Dari sejarah panjang peningkatan kapasitas infrastruktur TIK seperti yg dikemukakan pada latar belakang di atas, namun masih banyak konflik yg tak jarang dimunculkan dipermukaan oleh para civitas akademika unhas. Adapun pertarungan-konflik yang sangat dominant tersebut adalah sbb: (1) belum optimalnya pemanfaatan fasilitas internet serta intranet Unhas, (dua) masih adanya fasilitas sistem kabar manajemen (SIM) dalam level UNHAS (//10.0.1.7) yang tumpang tindih pada level unit yang dibawahnya, (3) liputan yg disajikan pada SIM unhas, khususnya dalam sistem warta akademik, sistem informasi asset, serta system informasi keuangan masih acapkali tidak konsisten menggunakan SIM dalam level dibawahnya, (4) fasilitas e-learning (learning mangemen system=LMS dan Proxy Library) belum dimanfaatkan dengan baik sang para civitas akademika buat menunjang pembelajaran, (5) belum jelasnya sistem pengelolaan infrastruktur TIK unhas bagi sebagian akbar civitas akademika unhas.

Permasalahan generik yg sering timbul dipermukaan yg terkait dengan fasilitas internet dan intranet merupakan kurang lacarnya akses ke internet melalui intranet unhas. Sebagian unit kerja menyatakan bahwa akses ke internet masih kurang lancar tetapi semakin membaik seperti Fak. Kedokteran dalam umumnya, Fak Kesehatan Masyarakat, Fak. Kelautan, Sebagian Fakultas MIPA, Sebagian akbar Fak. Teknik, Perputakaan, Kantor Pusat, Fak. Hukum, sebagian Fak. Ekonomi, sebagian Fak. Ilmu Budaya, Pascasarjana, Lembaga Pengabdian Masyarakat, Lembaga Penelitian, dll. Sebagian yang lain menyatakan masih seringnya akses ke internet mengalami kelambatan bahkan nir terdapat aksess sama sekali. Permasalahan infrastruktur yg terkait dengan kelambatan akases inilah yg akan sebagai salahsatu penekanan kajian primer penelitian ini.

Permasalahan yg terkait dengan tumpang tindihnya fasilitas SIM dalam level Unhas dan dalam level unit dibawahnya lantaran memungkinkannya setiap unit kerja membangun sendiri SIM berbasis elektronik melalui PHK tanpa adanya standarisasi data dan pengkodeannya dalam level unhas. Pertarunga yang terkait terhadap tumpan tindihnya SIM yg akan sebagai salah satu penekanan penelitian.

Permasalahan yang acapkali ada dipermukaan yg terkait Sitem Informasi Manajemen (SIM) Unhas adalah kualitas keterangan yang tersaji pada SIM tadi. Beberapa unit kerja, khususnya yg telah mendapatkan PHK berdasarkan DIKTI atau lainnya, melakukan penerapan SIM pada level unit kerjanya. Meskipun Unhas sudah tetapkan buat menerapkan SIM level unhas serta SIM level dibawahnya mengintegrasikan seluruh datanya pada SIM unhas, namun terdapat beberapa unit kerja yg masih permanen bertumpuh pada SIM dalam unitnya masing-masing. Penerapan SIM yg tumpang tindih seperti ini sering memunculkan disparitas fakta yang tersaji dalam level SIM unhas menggunakan SIM serta dibawahnya, sehingga warta yg tersaji pada SIM unhas belum dapat dijadikan sebagai acum. Sementara masih poly kabar yang diperlukan pada level SIM Unhas nir tersedia pada level SIM dibawahnya. Pertarunga tumpang tindihnya penerapan SIM dalam level yg tidak sama inilah yg akan sebagai salahsatu penekanan analisis pada penelitian ini.

Permasalahan yang sering ada dipermukaan yang terkait dengan fasilitas e-learning adalah akses yg nir lancar, bahkan lebih acapkali tidak bisa diakses melalui fasilitas intranet Unhas. Selain itu, belum ada komitmen bertenaga menurut pihak manajemen tingkat unhas buat memulai penerapannya. Selama ini pihak manajemen taraf Unhas hanya memberi himbauan pada civitas akademika untuk penerapannya.

Permasalahan yg acapkali timbul dipermukaan yang terkait dengan sistem pengelolaan infrastruktur TIK unhas merupakan ketidak tahuan sebagian besar civitas akademika mengenai sistem pengelolaannya. Mereka nir memahami siapa yg bertanggung jawab terhadap pengelolaan fasilitas infrastruktur TIK dalam level Fakultas, Jurusan/Program Studi/ Bagian, sebagai akibatnya dalam umumnya mereka hanya memanfaatkan fasilitas TIK jika sedang berfungsi. Ketidak tahuan ini berimplikasi pada persepsi ketidak puasan terhadap pengelola TIK pada taraf universitas, yaitu Pusat Teknologi Informasi serta Komunikasi (PTIK) Unhas.

Menurut Haryadi, teknologi berita merupakan “Teknologi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran banyak sekali jenis informasi dengan memanfaatkan personal komputer serta telekomunikasi yang lahir lantaran adanya dorongan-dorongan bertenaga buat membentuk teknologi baru yang bisa mengatasi kelambatan insan memasak warta”.

“The system by which the current and future use of ICT is directed and controlled. It in volves evaluating and directing the plans for the use of ICT to support the organization and monitoring this use to achieve plans. It includes the strategy and policies for using ICT within an organization” (Australian Standard on Corporate Governance of ICT, 2005.

Menurut Tifatul Sembiring, Menkominfo Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2009-2014, “Ada empat PR besar yang wajib segera kita perbaiki dari sektor komunikasi dan informatika”. Beliau merincikan sbb: “pertama merupakan Indonesia mempunyai perkara dalam hal disparitas kemudahan akses di kota besar serta wilayah terpencil yg sangat akbar. Persoalan kedua merupakan kurangnya warta edukatif berdasarkan media komunikasi tanah air. Ia beropini, komunikasi edukatif masih sangat lemah pada mana 75 % tayangan yg ada pada media siaran Indonesia dinilai nir mendidik. "Sebagai Menkominfo aku ingin komunikasi yg lancar dan berita yang benar pada arti lancar, gampang, dan bermanfaat", perkara yang ketiga yang menghadang global komunikasi serta informatika adalah infrastruktur ICT yg masih sangat lemah. "Dan dilema yg terakhir adalah layanan informasi kita masih sangat kurang," (JAKARTA, KOMPAS.com, Rabu, 21 Oktober 2009). 

Menurut Wibawanto Hari, penerapan TIK dalam lembaga pendidikan memungkinkan melayani aneka macam hambatan pembelajaran. “Ide buat menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yg rumit, animasi proses-proses yg sulit dideskripsikan, sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala saat serta loka, jua dapat difasilitasi oleh TIK. Sejalan menggunakan itu mulailah bermunculan banyak sekali jargon berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library dan sebagainya. Awalan e- bermakna electronics yg secara tersirat dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.”

Menurut Suwardi, peneliti Bidang Informasi, Pusat Analisis serta Informasi Kedirgantaraan, “E-government adalah penggunaan teknologi kabar serta komunikasi TIK) sang pemerintah (seperti Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) yg memungkinkan pemerintah buat mentransformasikan interaksi menggunakan warga , dunia bisnis serta pihak yg berkepentingan”. Unhas sebagai galat satu institusi pemerintah, pada penerapan TIK-nya, seyogyanya terintegrasi menggunakan e-Government.

Menurut Cahyana Ahmadjayadi, Dirjen Depkominfo, Trend Teknologi Informasi Dan Komunikasi adalah Next Generation Network (NGN): ”NGN dibuat buat memenuhi kebutuhan infrastruktur infokom abad ke 21. Konsepnya lebih dari sekedar Internet yg digabungkan dengan PSTN (dan ISDN). NGN harus mampu mengelola dan membawa aneka macam macam trafik sinkron kebutuhan customer yg terus berkembang. Jaringan tidak lagi dibutuhkan bersifat TDM misalnya PSTN kini , melainkan sudah dalam bentuk paket-paket yg efisien, namun menggunakan keandalan dan kualitas (QoS) terjaga. Jika PSTN meletakkan kecerdasan pada network, dan Internet meletakkannya pada host, maka NGN membuatkan kecerdasan dalam network dan host. Feature layanan lintas media menjadi dimungkinkan”. Melihat animo tersebut, posisi penerapan TIK Unhas masih sangat jauh berdasarkan standard tersebut.

Merujuk Rekomendasi kebijakan ICT Unhas sbb:
1. Universitas wajib membentuk fondasi infrastruktur ICT yg handal sebagai akibatnya memungkinkan universitas buat mencapai posisi terdepan dalam skala nasional serta mendapat posisi yang membanggakan pada skala internasional dibidang penyediaan, pemanfaatan, serta pelayanan ICT buat mendukung manajeman universitas dan pelaksanaan tridharma perguruan tinggi.
2. Infrastruktur jaringan harus dibangun menggunakan redundant network berbasis fiber-optik dan wireless sehingga mempunyai ketersediaan layanan 99.5%, dengan mean-time-to-fix tidak lebih berdasarkan dua jam. 
3. Infrastruktur jaringan harus bisa menghubungkan seluruh unit kerja dalam kampus beserta unit-unit pendukung (bank, koperasi, asrama, sarana olahraga, ruang senat, audiotorium, dsb). 
4. Infrastruktur jaringan wajib menyediakan bandwidth akses jaringan kabar baik intra juga internet untuk masyarakat kampus, minimal sebesar lima Kbps/orang, yang dapat melayani akses data, warta, suara, musik, video, dan objek multimedia lainnya.
5. Universitas menyediakan dana pengembangan dan perawatan sistem ICT minimal US$ 5 / orang / tahun, supaya sistem ICT permanen terpelihara serta memiliki perangkat uptodate. 
6. Universitas wajib menyediakan akses fakta, fasilitas komputasi, serta jaringan yg handal buat setiap warga kampus (dosen, mahasiswa, staff) baik dari dalam lingkup kampus juga berdasarkan luar kampus.
7. Program training, pengembangan SDM bidang ICT, serta program insentif harus ditetapkan serta diadakan secara reguler sehingga bisa memicu dosen, mahasiswa, dan staff buat berkarya secara kreatif pada memanfaatkan ICT serta secara innovatif membentuk pelaksanaan ICT buat keperluan tridharma perguruan tinggi
8. Harus dibangun suatu sistem basisdata yg ter-integrasi, dengan standarisasi interface serta standarisasi struktur, sebagai akibatnya memungkinkan seluruh data dan kabar dilingkungan unit kerja baik tingkat jurusan, tingkat fakultas, juga taraf universitas, dapat diakses sang warga kampus yg diberi hak akses, menurut mana saja dan kapan saja.
9. Harus dibangun sistem warta manajemen yg responsif (ontime, accurate, complete, precise) mendukung pengelolaan data serta informasi disegala bidang, baik pada bidang administrasi akademik, bidang administrasi personalia, keuangan serta asset, bidang administrasi kemahasiswaan, dan bidang administrasi pengembangan dan kerjasama, baik ditingkat jurusan, taraf fakultas, serta taraf universitas.
10. Harus dibangun suatu sistem intranet buat mendukung kegiatan tridharma perguruan tinggi, misalnya akses kabar pada ruang kelas, di laboratorium, maupun pada luar kelas.
11. Harus disediakan wahana akses pada banyak sekali tempat dalam lingkungan kampus, baik berupa perangkat DTE juga berupa sarana koneksi kabel dan koneksi hot-spot. 
12. Harus dibangun perpustakaan digital online yg terkoneksi ke banyak sekali perpustakaan online lainnya baik dalam lingkup nasional juga internasional, menggunakan penyediakan e-book yg mampu melayani kebutuhan literatur dan referensi menurut setiap warga kampus, serta mampu diakses dengan mudah oleh setiap warga kampus yang terdaftar.
13. Harus ada kebijakan serta prosedur yg mengatur akses, pemakaian fasilitas, eksploitasi infrastruktur, dan sistem keamanan jaringan komputer, sebagai akibatnya akses sebagai kondusif, data terlindungi, HAKI permanen dihargai, dengan tetap memberi kebebasan akses yang bertanggung jawab kepada semua rakyat kampus.

Sebagaimana sudah diamanatkan pada Renstra Unhas 2006-2010, Universitas Hasanuddin (Unhas) mempunyai tanggung jawab akbar buat menjadi institusi pendidikan tinggi yg unggul dan mampu membaharui warga Indonesia memasuki era pengetahuan abad 21 (knowledge society). Salah satu karakteristik utama abad 21 ini adalah berkembangnya Teknologi Informasi serta Komunikasi (Information and Communication Technology (ICT) buat selanjutnya disingkat TIK) yg sangat mempengaruhi taraf kemajuan, kemakmuran, serta daya saing suatu bangsa.

Dari hasil kajian tim PHK I-MHERE 2007-2009 Unhas beserta tim Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) Unhas serta tim Technical Assitence bidan TIK yang dituangkan dalam dokumen cetak biru (blueprint) ICT Unhas. “Dengan penerapan yang sempurna, TIK sanggup memberdayakan dan mencerdaskan rakyat ke taraf kemajuan yg lebih tinggi. Dalam skala mikro, Unhas meyakini sepenuhnya bahwa hanya dengan melalui TIK yang tepat, visi dan misi unhas segera dapat direalisasikan. Dengan demikian pengembangan Unhas menjadi ICT-Based Campus adalah suatu keniscayaan. Penerapan TIK yg tepat menuntut warga kampus serta lingkungannya, civitas akademika Unhas terutama, buat sanggup menguasai teknologi ini menjadi salah satu kompetensi intinya. Dengan kata lain, tujuan pengembangan TIK di Unhas harus diarahkan buat mendukung tercapainya visi serta misi Unhas serta menaikkan kiprah civitas akademika Unhas buat membaharui masyarakat Indonesia memasuki era pengetahuan. Pada saat yang sama jua, civitas akademika Unhas menguasai TIK sebagai sebuah kompetensi sesuai bidangnya”. Selanjutnya Visi TIK Unhas 2009-2013 buat mendukung visi Unhas, maka yaitu “Menjadikan Universitas Hasanuddin sebagai kampus yg didukung sepenuhnya oleh ICT sehingga mampu membawa UNHAS menjadi universitas terdepan pada pelayanan serta pemanfaatan ICT pada manajemen universitas dan aplikasi tridharma perguruan tinggi, baik dalam skala nasional juga internasional”. (Dokumen PHK I-MHERE Unhas, Draft Cetak Biru Penerapan TIK Unhas).

Teknologi Informasi serta Komunikasi (TIK) menjadi bagian berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara generik adalah semua yg teknologi berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian warta (Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 6).

Dari dokumen Renstra Unhas 2006-2010 menyatakan bahwa: “terdapat beberapa masalah yang perlu dipecahkan agar fasilitas ICT Unhas mampu berperan optimal pada mendukung manajemen universitas. Pertama, adalah mendo rong serta memfasilitasi pimpinan Fakultas dan Unit Kerja buat membuatkan jaringan komputer pada lingkungan kerja masing-masing. Ketiadaan jaringan interanet ini, adalah kendala yg sangat berarti, karena proses peremajaan data pada tataran unit kerja menjadi terhambat. Hasil penilaian memperlihatkan bahwa kelangkaan jaringan pada tataran unit kerja poly ditimbulkan oleh lantaran beberapa pimpinan unit kerja belum memprioritaskan upaya pengembangan SIM serta jaringan intranetnya, sebagai akibatnya alokasi dana menjadi sangat terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Komitmen yg kurang ini secara eksklusif juga tidak langsung mengakibatkan motivasi staf yang bertugas mengelola SIM serta jaringan menjadi sangat rendah. Selain itu, masih ada juga beberapa unit kerja yang kemampuannya memang sangat terbatas. Untuk kasus seperti ini, pimpinan universitas turun tangan membantu. Kedua, merupakan masalah ketersediaan sumberdaya manusia. Sebagaimana disinggung sebelumnya, kekurangberhasilan pengembangan SIM Unhas pada masa lalu poly ditimbulkan oleh kurangnya dukungan staf. Pengoperasian SIM membutuhkan staf menggunakan kualifikasi spesifik yang umumnya nir tersedia. Oleh karenanya, Unhas harus menyelenggarakan program training yang bersiklus menggunakan baik. Di samping itu, Unhas perlu juga memberikan perlakuan yang proporsional pada staf yang telah terlatih, karena tanpa adanya perlakuan itu, mereka akan gampang terpengaruh dalam peluang-peluang yang ditawarkan pihak lain pada mereka. Ketiga, mendorong dan memfasilitasi supaya PIU dapat berkembang menjadi value center, yaitu sebagai pusat pelayanan pengembangan SIM dan pemanfaatan ICT bagi institusi pemerintah serta masyarakat, pelayanan akses internet serta content provider, dan mendukung penyelenggaraan acara Distance Learning. Jika PIU dapat menggapai posisi ini, maka tidak saja pelayanan berita akan sebagai semakin prima, tetapi juga akan membuat PIU nir lagi tergantung pada dukungan dana universitas, malah kebalikannya.

Demi mewujudkan “Citra Unhas 2010", maka pemanfaatan teknologi berita serta komunikasi, diupayakan menggunakan:

Peningkatan kualitas serta jangkauan pelayanan PIU. Jangkauan serta kualitas pelayanan Pusat Informasi Universitas (PIU) ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan kualitas Wide Area Network (WAN) serta Sistem Informasi Manajemen (SIM) Unhas.

Pembangunan sistem basis data. Keberadaan sistem basis data yang handal adalah syarat harus bagi terbangunnya sistem fakta manajemen (SIM) universitas yang handal. Sistim basis data perlu dibangun secara terpusat dalam PIU namun transaksi data wajib terjadi pada unit kerja dimana data bersumber. Dengan pola ini, pengulangan proses input data nir akan terjadi. Untuk tujuan ini, PIU wajib dapat membentuk kapasitas pada unit-unit kerja secara berkelanjutan buat penanganan sistem basis data misalnya ini.

Pengembangan knowledge management. Unhas perlu menyebarkan sistem yang menjamin pengelolaan pengetahuan yg sinkron dengan standar dunia. Hal ini penting karena knowledge merupakan asal daya terpenting serta sekaligus merupakan kegiatan primer (core business) Unhas.

Mengingat posisi strategis kegiatan-kegiatas pada atas, Pimpinan Universitas Hasanuddin bertekad membuahkan kegiatan tadi sebagai prioritas utama dalam pengembangan institusi Unhas”.

Gateway jaringan komunikasi data Kampus Unhas terhubung ke Internet melalui internet provider dan Perguruan-perguruan tinggi lain pada Indonesia melalui jaringan Inherent. Gambar berikut menerangkan secara generik topologi jaringan yang saat ini terdapat di Unhas.

1. KERANGKA KONSEPTUAL
Variabel primer (dependen) penelitian ini merupakan “optimaslisasi pemanfaatan TIK Unhas”. Variabel-variabel berpengaruh (independen) terhadap variabel dependen adalah “kinerja jaringan intrernet dan intranet unhas”, “Kinerja SIM yg diterapkan Unhas”, “Sistem serta prosedur pengelolaan TIK, dan “kinerja tim TIK pada semua level unit kerja pada Unhas”. Sedangkan variabel kinerja jaringan internet serta intranet sangat dipengaruhi oleh variabel “Kompatibilitas dan sinergitas infrastruktur hardware pendukung jaringan intranet Unhas” serta “Kompatibilitas serta sinergitas infrastruktur internet Unhas dan Telkom” . Variabel kinerja SIM Unhas sangat ditentukan variabel “Keterintegrasian flatform database semua SIM yg diterapkan di Unhas”. Variabel kinerja tim TIK pada semua level unit kerja di Unhas sangat ditentukan oleh variabel “Kompetensi SDM pengelola TIK dalam semua level menejmen” dan “Komitmen tim terhadap TUPOKSI masing-masing anggota tim”. Semua variabel independen tersebut pula saling berhubungan antara satu dengan lainnya.

Secara teoritis, fasilitas internet dengan 40 Mbps menurut Astinet Telkom, 8 Mbps berdasarkan INHERENT (Indonesian Higher Education Network) , 2 Mbps menurut GDLN (Global Distance Learning) serta 13 Mbps downlink menurut SOI (School of nternet) dan intranet yang menghubungkan seluruh unit kerja sampai pada tingkat fakultas, forum, sentra-pusat degan infrastruktur jaringan fiber optik (FO), UTP serta DSL yg ada waktu ini di Unhas sudah relatif memadai, bahkan sangat memadai. Kenyataan bahwa pemanfaatan fasilitas TIK terebut belum optimal tentu menjadi keperihatinan kita seluruh. Dari pementauan awal yang kami lakukan melalui MRTG (Multi Router Traffic Grapher) pada PTIK Unhas, khususnya yg menurut Astinet Telkom, menampakan bahwa bandwidth internet yang masuk ke Unhas belum sepenuhnya 40 Mbps setiap ketika. Selanjutnya, berdasarkan laporan pemanfaatan bandwidth unit-unit kerja se Unhas (masing-masing dua-5 Mbps tergantung jumlah potensi penggunanya) melalui MRTG masing-masing menerangkan bahwa hanya sedikit unitkerja saja yg memanfaatkan internetnya secara rata-homogen di atas 60%. Namun bila ditinjau berdasarkan keluhan sebagian akbar civitas akademika akan lambatnya, bahkan seringkali nir terdapat koneksi internet pada unitnya menampakan bahwa ada konflik teknis operasional yang Mengganggu sampainya internet dalam pengguna nya.

Kompatibilitas dan sinergitas infrastruktur hardware pendukung jaringan internet dan intranet Unhas sangat mempengaruhi optimalitas jaringan intranet Unhas secara internal. Kedua issu tersebut terkait menggunakan teknologi infrastuktur jaringan yg dimanfaatkan. Idealnya, semua teknologi yang mendukung jaringan berasal dari pabrik yg sama, misalnya semua teknologi CISCO, dll. Perbedaan teknologi akan memberikan pengaruh terhadap kinerja jaringan internet dan intranet, serta pada umumnya memperlambat transmisi data pada jaringan.

Kinerja SIM pula sangat mensugesti optimalitas pemanfaatan fasilitas TIK pada Unhas. Masih terdapat beberapa unit kerja yg masih memanfaatkan SIM pada level unitnya sendiri dan belum memanfaatkan SIM (hasil PHK INHERENT Unhas 2006) yang peruntukannya sama pada level Unhas dengan alasan yg sangat bervariasi. Alasan yang paling seringkali dimunculkan sang masing-masing pengguna SIM dalam level unit adalah belum stabilnya akses melalui intranet ke SIM Unhas. Sementara ada unit kerja dengan konsisten menggunakan SIM Unhas dari tahun 2007 dan merasakan relatif terbantu dengan fasilitas SIM tadi buat unitnya, seperti Fakultas Sastra (Fakultas Ilmu Budaya), Fakultas Kelautan. Kontradiksi dari ke 2 gerombolan unit kerja tersebut menerangkan bahwa permasalahan secara umum dikuasai yang terdapat sebenarnya bukan dalam SIM Unhas, tatapi terdapat faktor lain yang perlu sebagai perhatian seluruh pihak yang terkait dengan pengelolaan SIM ini.

Keterintegrasian flatform database semua SIM yg diterapkan sangat berpengaruh terhadap kinerja SIM. Keterintegrasian disini menyangkut 2 faktor, yang pertama menyangkut teknologi database yg diterapkan, misalnya Sql, MySQL atau ORACLE. Yang ke 2 merupakan standar format database yang diterapkan institusi. Perbedaan flatform database SIM yg diterapkan membutuhkan tambahan proses pengintegrasian data-datanya setiap kali terjadi proses terhadap masing-masing SIM yg tidak sama flatform database. Akibatnya akan memeperlambat kinerja SIM. Meskipun flatform database SIM yg akan diintegrasikan sama, tetapi apabila format database SIM yg akan diintegrasikan tidak sama, maka proses pengintegrasiannyapun membutuhkan proses tambahan. Proses tambahan inilah yang akan menghipnotis kinerja SIM secara keseluruhan. 

Sistem dan mekanisme (Sisdur) pengelolaan TIK pada Unhas juga sangat berpengaruh terhadap optimalitas pemanfaatan TIK pada Unhas. Meskipun Sisdur, bahkan Kebijakan TIK (ICT Policy), dan Cetak biru TIK (blueprint ICT) Unhas 2009-2013 telah dirumuskan melalui PHK I-MHERE Unhas 2007-2009, namun penerapannya belum dilakukan samapai waktu ini. Sangat disayangkan bila produk-produk kajian akademik yang sudah dihasilkan tersebut tidak diimplementasikan secara terncana menggunakan baik. Penerapan Sisdur, Kebijakan TIK, dan Cetak biru TIK tadi akan berdampak sangat positif dalam pemanfaatan TIK Unhas.  
Kinerja tim TIK Unhas (Pengelola PTIK serta tim ICT Unit kerja) jua sangat berpengaruh terhadap optimalitas pemanfaatan TIK Unhas. Tim TIK Unhas, sejak 2007 sampai sekarang, masih bersifat adhock (diangkat serta ditetapkan buat periode satu tahun melaui SK Rektor). Sejak itu, SK Rektor paling cepat timbul pada bulan April setiap tahun. Meskipun demikian, tim TIK permanen mengerjakan tugas-tugasnya dalam masa tenggang saat dari Januari hingga April tersebut, namun semua anggota tim secara formal nir mempunyai tanggung jawab lagi dalam TIK Unhas. Selain itu, Tim TIK yg diusulkan sang masing-masing unit kerja pada umumnya pegawai yg telah sangat sibuk dalm bidang komputer pada unit kerjanya masing-masing, sebagian lagi yang diusulkan adalah pegawai yg belum memeiliki dasar yang baik mengenai TIK. Ketiga faktor yg terkait menggunakan tim TIK Unhas tadi akan semakin memperlemah posisi TIK pada jangka panjang. Masalah ini tentu merupakan kelemahan yg sangat lebih banyak didominasi pada pemanfaatn TIK yang perlu segera diatasi sang Unhas.

Kompetensi SDM pengelola TIK pada semua level sangat mempengaruhi kinerja tim TIK. Pengelolaan TIK sangat taat terhadap prisip “The right man on the right place”. Melanggar prinsip ini akan berakibat jangka panjang terhadap pemanfaatan TIK pada Unhas. Dari hasil penelusuran awal terhadap SDM yg ada pada tim TIK Unhas , sejak 2007, menampakan bahwa masih tak jarang ada beberapa anggota tim TIK pada unit tertentu tidak tepat berada dalam posisi tim TIK.

Melihat besarnya serta luasnya skala permasalahan TIK Unhas ketika ini, maka perlu penelitian berkelanjutan buat menemukenali akar konflik, dan menaruh cara lain solusi penyelesaian perkara TIK, baik jangka pendek juga jangka panjang. Untuk itu, penelitian ini perlu dilakukan secara multi year menggunakan Road Map Penelitian seperti dalam tabel berikut. Road map penelitian ini mengacu pada acara pencapaian Visi TIK Unhas yang tertuang dalam dokumen draft cetak biru (blueprint) TIK unhas 2009-2013
No
Fokus Penelitian
Tahun
2010
2011
2012
1
Analisis kinerja infrastruktur TIK yg meli puti: Server, jaringan FO intranet kampus, kappa sitas band width, Data Center dan Pengembangan Disaster Reco very Center, Perangkat workstation, sistem monitoring jaringan computer, Pengimple mentasian cybersecurity dan cyberresponsibility strategies, guidelines, kompe tensi teknis staf orga nisasi pengelola TIK, Tren peng gunaan pelaksanaan opensource, Pemanfaatan TIK bagi civitas akade mika.



2
Analisis Kinerja penerapan Sistem Informasi Manajemen (SIM) Unhas yg dikembangkan melalui Proyek Hibah Kompetisi (PHK) DIKTI.



3
Analisis kinerja pengintegrasian SIM berdasarkan berbagai unit kerja, baik SIM yg dibangun dengan dana PHK DIKTI, maupun lainnya.



MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Manfaat Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communicatioan Technology/ICT) di global telah semakin luas. Hal ini bisa dilihat menurut penggunaan ICT yg tidak terbatas pada bidang perdagangan saja, melainkan pula pada bidang-bidang lain, seperti bidang pendidikan, bidang pertahanan dan keamanan negara, sosial serta sebagainya. ICT ini digunakan lantaran memiliki banyak sekali kelebihan yg menguntungkan dibandingkan cara-cara tradisional. Kelebihan ICT ini dapat ditinjau dalam hal kecepatan, kemudahan dan biaya yang lebih murah. Kelebihan ini bisa diilustrasikan dengan perkara sebagai berikut : misalnya A merupakan seorang penjual barang yg berada di Indonesia dan B adalah pembeli yg berada di Belanda. Kemudian B berniat membeli barang yg dijual sang A. Jika menggunakan cara tradisional maka B wajib mendatangi negara tempat A berada buat membuat perjanjian pembelian atau kebalikannya. Tetapi menggunakan mempergunakan internet misalnya maka menggunakan saling mengirimkan email saja perjanjian jual beli ini dapat dibuat.

Dengan kelebihan-kelebihan seperti yg sudah diuraikan dengan gambaran pada atas, maka dapat dikatakan bahwa menggunakan mempergunakan ICT maka efisiensi pada mobilitas kehidupan manusia pada berinteraksi menggunakan sesamanya bisa terwujud. Efisiensi ini sendiri berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas dari hubungan yg terjadi, lantaran menggunakan mempergunakan ICT dalam hubungan yang terjadi maka dengan mempertimbangkan keuntungan-laba yg didapat dari penerapan ICT ini dapat semakin menaikkan kuantitas dan kualitas menurut interaksi tadi. Oleh sebab itu ICT banyak diterapkan dalam aneka macam bidang kehidupan insan, serta dengan laba-laba yg ditawarkan sang teknologi keterangan.

Pengaruh yang sangat kuat dari globalisasi merupakan melembaganya citra baru, yaitu perdagangan bebas yang akan memberikan peningkatan kesejahteraan bagi bangsa-bangsa yang konvergen. Dunia baru kita adalah global perdagangan pada arti yang seluas-luasnya, yakni global yang tidak mengenal batas-batas geografis satu negara. Pembatas yang terdapat hanyalah kemampuan kita bersaing dengan para pengusaha di serta berdasarkan negara lain baik pada pada negeri juga pada pasar internasional. Seandainya globalisasi berjalan mulus, maka semua penduduk pada dunia ini akan lebih baik dan sejahtera. Tetapi kenyataannya ketimpangan antara negara industri maju dengan menggunakan negara lainnya terus melebar. Krisis keuangan serta ekonomi pada tahun 1997 yg melanda sebagian akbar negara Asia, makin memperparah ketimpangan yg terjadi. Brand, standards and quality telah menjadi ciri primer globalisasi yg berlaku di mana saja. Dengan terbukanya lalulintas produk dan komoditi, serta rendahnya energi kerja pada beberapa negara berkembang, maka negara-negara G-8 telah mengembangkan strategi yg mempertahankan hegemoni teknologi dan industri. Mengambil laba dari keadaan tadi, perusahaan-perusahaan telah memperlebar supply chainnya dengan cara outsourching. Memanfaatkan asal-asal murah (low cost) buat proses produksi, pemilik proprietary technology terpaksa membagi sebagai komponen-komponen supaya bisa dibuat dimana saja. Dengan konsep modular yg diterapkan pada desain , produk serta jasa. Dengan demikian pemilik teknologi masih menguasai keunggulan teknologinya, walaupun desain dan produksi dilakukan di negara-negara menggunakan tenaga kerja rendah. Bersamaan dengan konsep modular dalam memanfaatkan dunia supply chain, maka pengetahuanpun semakin di-codified. Hal ini pula berlaku bagi pengetahuan yang sudah berkembang dalam masyarakat. Dengan perkembangan tersebut dan didukung makin canggihnya digitalisasi dan komunikasi, akan memudahkan bagi negara-negara berkembang mendapatkan berita terbaru menurut perkembangan teknologi. Walaupun demikian globalisasi mengalir terus menggunakan derasnya, keterbukaan keterangan sudah membuahkan sebagian warga kita hayati seperti di negara maju lainnya, budaya internasional sudah menyusup ke dalam kehidupan kita. Ditambah lagi menggunakan keberadaan perusahaan multinasional serta profesional asing yang ikut mempercepat proses perubahan budaya khususnya pada kota-kota akbar.

Kreativitas dan penemuan merupakan ujung tombak dalam menghadapi persaingan dunia yg berkembang dinamis. Kreativitas dan inovasi bisa terjadi pada seluruh lapisan masyarakat dan tidak tergantung tingkat pendidikan. Prakondisi yg krusial buat mendukung proses kreativitas dan inovasi adalah tingginya tingkat kepekaan terhadap kebutuhan warga atau terhadap perubahan lingkungan. Setiap perubahan, reformasi atau transformasi memerlukan penyesuaian. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dinamakan daya adaptasi. Proses perubahan yang sedang kita hadapi baik secara dunia maupun di negara kita masih berlangsung menggunakan laju yang semakin cepat. Dalam iklim yg penuh dengan kompetisi, dengan sendirinya akan terjadi proses seleksi. Individu, perusahaan atau bangsa yg mempunyai kemampuan yang tinggi pada menyesuaikan perilakunya terhadap perubahan, akan berhasil pada seleksi tadi. Konsep daya adaptasi lebih menekankan pada kemampuan mengikuti keadaan melalui learning process terhadap perubahan lingkungan.

Inovasi adalah sesuatu yg baru atau perbaikan penting. Merupakan hasil menurut kreasi atau transformasi dari inventions, discoveries, ide, analisa, pengetahuan maupun data/keterangan. Inovasi pada sehari-hari diartikan pada dua pengertian. Yang pertama, diartikan sesuatu inspirasi, atau obyek baru yang dimanfaatkan sang seseorang atau warga . Pengertian yg kedua merupakan bukan produk atau wangsit, namun bagaimana sesuatu yg baru tersebut bisa terbentuk serta dimanfaatkan pada rakyat pada arti prosesnya. Daya penemuan adalah kemampuan individu atau masyarakat memanipulasi atau mengintervensi lingkungan dari kepentingan individu atau masyarakat tersebut. Seperti yang tak jarang dikatakan “innovation insome sense called forth or triggered in response to demands” atau sering disebut market pull atau demand pull. Tetapi disisi lain kemampuan ilmu pengetahuan bisa mensugesti proses penemuan dan disebut menggunakan “technical knowledge push” atau “technology push”. Tetapi menggunakan kemudahan menerima warta kini ini, khususnya dengan perkembangan Institute Computing Technology (ICT), maka “technology push” ini dapat dilakukan dengan lebih gampang menggunakan memanfaatkan sumber yg hampir nir terbatas. Terbentuknya penemuan merupakan proses yang kompleks, memanfaatkan output-output dari kegiatan teknologi. Inovasi teknologi berbentuk sesuatu yang baru, atau adalah perbaikan krusial baik berupa produk, proses maupun service. Hasil penemuan teknologi, umumnya muncul menggunakan beberapa bentuk, misalnya inovasi, desain, data-data baru ataupun pengetahuan baru. Dari hasil temuan tadi dapat membuat penemuan.tidak seluruh penemuan memerlukan inovasi (invention) baru, kadang-kadang hanya adalah perubahan-perubahan mini . Penyebaran keterangan penemuan teknologi di semua negara dan khususnya di negara industri maju sangat tergantung menurut beberapa faktor ekonomi, sosial dan politik menurut sistem lingkungan sosial-budaya masyarakatnya. Penyebaran tergantung berdasarkan kemampuan pemasaran, distribusi, penjualan, pelayanan purna jual serta cara pendanaan. Penyebaran dimulai menurut menggunakan riset pasar dan perilaku pasar. Perlu diciptakan musim setter atau opinion leader. Di dalam budaya pada masa ini barat, yang sangat mensugesti penyebaran penemuan teknologi adalah pandangan ”ingin yg baru”,”lebih besar ” atau “lebih bagus”. Strategi “new” atau ”improved” dilakukan. Selain itu penyebaran teknologi jua ditentukan sang situasi politik di dalam serta pada luar negeri. Beberapa negara telah melakukan konsep costinnovation, buat mampu mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju, dan memberikan keleluasaan kepada manajemen buat merogoh keputusan kebutuhan warga dengan image dan standart yang sama di seluruh dunia, menjadikan pasar lokal, regional dan global menyatu.

Dalam proses transformasi yang panjang menurut ekonomi sentralistik menuju ekonomi pasar, perusahaan nasional diberi akses buat memanfaatkan seluas-luasnya aset dan kekayaan intelektual (IP) yg dimiliki negara menggunakan porto yang sangat rendah. Sehingga utilisasi aset negara menjadi lebih produktif melalui kombinasi menggunakan aset swasta serta pasar uang. Sebagai model adalah tumbuhnya Lenovo yang dimulai tahun 1984 sebagai perusahaan pada pada ICT yg merupakan bagian berdasarkan Chinese Academy of Science. ICT menaruh pinjaman menjadi start up capital. Pada awalnya ruangan kerjapun diberikan sang ICT, ilmuwan serta engineer yg bekerja. Hal ini dilakukan sang pemerintah China dalam rangka reformasi sistem IPTEK mereka. China mempunyai berbagai teknologi, pengetahuan serta kemampuan menjadi peninggalan sistem yg usang. Kemampuan tadi tersebar diberbagai lembaga penelitian dan industri militer. Kemampuan inilah yg memungkinkan perusahaan China membiayai inovasi.

Inovasi dapat diistilahkan menjadi menemukan cara baru buat menjalankan bisnis, termasuk di dalamnya pengembangan produk baru serta cara baru pada menghasilkan atau mendistribusi produk serta jasa. Berikut merupakan tabel model kegunaan menurut strategi bersaing buat menghadapi setiap faktor persaingan :

Tabel  :


Konsumen

Pemasok

Pesaing

Pendtg baru

Pengganti

Tujuan strategis

Menarik konsumen baru dan mengikat konsumen sekarang menggunakan switching cost
Mengikat pemasok dengan switching cost
Menghalau rintangan buat memasuki industri
Membuat rintangan buat memasuki industri
Membuat produk pengganti menjadi nir menarik
Strategi keunggulan biaya

Menawarkan harga yang lebih murah
Menolong pemasok menurunkan biaya
Memiliki harga yg lebih rendah berdasarkan pesaing
Membuat investasi baru tidak menarik
Membuat penggantiansecara ekonomi tidak mungkin
Strategi perbedaan

Menyediakan kualitas lebih baik
Menolong pemasok meningkatkan pelayanan
Merebut persaingan menggunakan fitur yg unik
Mempersulit masuknya produk baru
Menyediakan fitur yg ada pada produk pengganti
Strategi inovasi

Menyediakan produk baru
Menyediakan layanan pasokan yg unik
Menyediakan produk dan jasa yg berbeda
Memasuki usaha pendatang baru yg potensial
Memproduksi produk pengganti

Peran Strategis buat Sistem Informasi
Sistem keterangan manajemen (SIM) dapat menolong perusahaan untuk :

1. Meningkatkan efisiensi operasional
Investasi pada pada teknologi sistem kabar bisa menolong operasi perusahaan sebagai lebih efisien. Efisiensi operasional membuat perusahaan dapat menjalankan strategi keunggulan porto (low-cost leadership).

Dengan menanamkan investasi dalam teknologi sistem warta, perusahaan pula dapat menanamkan rintangan buat memasuki industri tersebut (barriers to entry) menggunakan jalan menaikkan besarnya investasi atau kerumitan teknologi yg diharapkan buat memasuki persaingan pasar. Selain itu, cara lain yg dapat ditempuh adalah mengikat (lock in) konsumen serta pemasok menggunakan cara membentuk interaksi baru yg lebih bernilai dengan mereka.

2. Memperkenalkan inovasi dalam bisnis
Penggunaan ATM (automated teller machine) pada perbankan adalah contoh yg baik dari penemuan teknologi sistem warta. Dengan adanya ATM, bank-bank akbar bisa memperoleh laba strategis melebihi pesaing mereka yg berlangsung beberapa tahun.

Perkembangan teknologi web begitu cepat. Web merupakan sistem komunikasi baru, dimana teknik hypertext yang dijadikan sebagai standart. Sejalan dengan itu pembuatan Web-Server buat membicarakan atau menerima warta atau berdasarkan publik sudah semakin tinggi secara eksponesial. Jadi web merupakan sistem komunikasi dan web bisa dipakai dalam jaringan yg tidak sama bahkan bisa digunakan dalam seluruh jaringan. Sejalan dengan kemajuan teknologi web, maka terjadi jua beragam kemajuan orang memanfaatkan pelaksanaan internet baik ke dalam intranet juga ke dalam extranet.

Penekanan primer pada sistem informasi strategis adalah membangun biaya pertukaran (switching costs) ke pada interaksi antara perusahaan dengan konsumen atau pemasoknya. Sebuah contoh yang rupawan berdasarkan hal ini adalah sistem reservasi penerbangan terkomputerisasi yg ditawarkan kepada agen perjalanan oleh perusahaan penerbangan besar . Bila sebuah agen bepergian sudah menjalankan sistem reservasi terkomputerisasi tersebut, maka mereka akan segan buat menggunakan sistem reservasi menurut penerbangan lain

3. Membangun sumber-asal warta strategis
Teknologi sistem liputan memampukan perusahaan untuk menciptakan asal liputan strategis sehingga mendapat kesempatan pada laba strategis. Hal ini berarti memperolah perangkat keras dan aplikasi, berbagi jaringan telekomunikasi , menyewa seorang ahli sistem keterangan, serta melatih end users.

Sistem warta memungkinkan perusahaan buat menciptakan basis liputan strategis (strategic information base) yang dapat menyediakan informasi buat mendukung strategi bersaing perusahaan. Informasi ini merupakan aset yang sangat berharga pada menaikkan operasi yg efisien dan manajemen yg efektif menurut perusahaan. Sebagai model, poly usaha yg menggunakan kabar berbasis personal komputer mengenai konsumen mereka buat membantu merancang kampanye pemasaran buat menjual produk baru kepada konsumen

Perubahan Peranan Sistem Informasi
Sampai pada tahun 1960-an, kiprah sistem liputan masih sederhana : memproses transaksi, menyimpan data, accounting, serta pelaksanaan proses data elektronika (electronic data processing) lainnya.

Pada tahun 1970-an, keterangan spesifikasi awal produk yg dibentuk sang information reporting systems tidak bisa memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan manajemen. Oleh karena itu dibuatlah suatu konsep decision support systems (DSS). Peranan baru ini adalah menyediakan dukungan interaktif kepada menajemen buat proses pengambilan keputusan mereka.

Pada tahun 1980-an, perkembangan yang cepat menurut tenaga proses mikrokomputer, pelaksanaan software, serta jaringan telekomunikasi menimbulkan apa yang disebut dengan enduser computing. Kemudian konsep executive information systems (ESS) dibangun, dimana sistem kabar ini menaruh jalan yg gampang bagi manajemen atas untuk menerima fakta kritikal yang diinginkan saat sedang dibutuhkan. Pengembangan dan pelaksanaan menurut teknik kecerdasan protesis atau artificial intelligence (AI) memberi gebrakan baru pada sistem berita bisnis. Sistem ahli atau expert systems (ES) dan sistem berbasis pengetahuan menciptakan peran baru bagi sistem informasi.

Sebuah kiprah baru yang krusial bagi sistem informasi timbul di tahun 1980-an dan diharapkan terus berlanjut hingga ke tahun 1990-an. Peran tadi adalah konsep peran strategis (strategic role) berdasarkan sistem warta yg diklaim strategic information systems (SIS). Pada konsep ini, sistem warta diperlukan buat memainkan peranan pribadi dalam mencapai tujuan atau target strategis dari perusahaan. Hal ini menaruh tanggung jawab baru bagi sistem fakta di dalam bisnis.

Sistem Informasi buat Operasi Bisnis
Peranan sistem keterangan buat operasi bisnis merupakan buat memproses transaksi bisnis, mengontrol proses industrial, serta mendukung komunikasi serta produktivitas kantor secara efisien.

· Transaction Processing Systems
Transaction processing systems (TPS) berkembang menurut sistem kabar manual buat sistem proses data dengan donasi mesin menjadi sistem proses data elektro (electronic data processing systems). Transaction processing systems mencatat serta memproses data output menurut transaksi usaha, seperti penjualan, pembelian dan perubahan persediaan/inventori. Transaction processing systems menghasilkan banyak sekali liputan produk untuk penggunaan internal juga eksternal. Sebagai model, TPS membuat permintaan konsumen, cek gaji karyawan, kwitansi penjualan, order pembelian, formulir pajak, dan rekening keuangan. TPS juga memperbaharui database yang dipakai perusahaan buat diproses lebih lanjut oleh SIM.

· Process Control Systems
Sistem keterangan operasi secara rutin menciptakan keputusan yg mengendalikan proses operasional, seperti keputusan pengendalian produksi. Hal ini melibatkan process control systems (PCS) yg keputusannya mengatur proses produk fisik yang secara otomatis dibuat sang komputer. Kilang minyak petroleum serta jalur perakitan (assembly lines) berdasarkan pabrik-pabrik yang otomatis menggunakan sistem ini.

· Office Automation Systems
Office Automation Systems (OAS) mengumpulkan, memproses, menyimpan serta mengirim data serta keterangan dalam bentuk komunikasi tempat kerja elektronika. Contoh dari office automation (OA) adalah word processing, surat elektronik (electronic mail), teleconferencing.

Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen
Sistem fakta manajemen atau SIM (manajement information system) merupakan sistem berita yang dirancang buat menyediakan berita akurat, sempurna ketika, serta relevan yg diharapkan buat pengambilan keputusan oleh para manajer. Konsep SIM merupakan meniadakan pengembangan yang tidak efisien serta penggunaan personal komputer yg tidak efektif. Konsep SIM sangat krusial buat sistem fakta yang efektif efisien karena :
- Menekankan pada orientasi manajemen (manajement orientation) berdasarkan pemrosesan warta pada bisnis yang bertujuan mendukung pengambilan keputusan manajemen (management decision making)
- Menekankan bahwa kerangka sistem (system framework) harus digunakan buat mengatur penggunaan sistem informasi. Penggunaan sistem informasi pada bisnis harus dicermati menjadi suatu integrasi serta berhubungan, nir sebagai proses yg berdiri sendiri.

Secara garis akbar SIM terdiri menurut 3 macam yaitu : Information reporting systems, decision support systems dan executive information systems

- Information Reporting Systems
Information reporting systems (IRS) menyediakan liputan produk bagi manajerial end users untuk membantu mereka dalam pengambilan keputusan menurut hari ke hari. Akses data IRS berisi liputan mengenai operasi internal yg telah diproses sebelumnya oleh transaction processing systems. Informasi produk memberi citra serta laporan yg dapat dilengkapi (1) berdasarkan permintaan, (dua) secara periodik, atau (tiga) ketika terjadi situasi dispensasi. Sebagai model, manajer penjualan dapat menerima laporan analisa penjualan setiap minggunya buat mengevaluasi output penjualan produk.

- Decision Support Systems
Decision Support Systems (DSS), adalah kemajuan menurut information reporting systems serta transaction processing systems. DSS adalah interaktif, sistem fakta berbasis komputer yg menggunakan model keputusan serta database spesifik buat membantu proses pengambilan keputusan bagi manajerial end users. Sebagai contoh, program kertas kerja elektronik memudahkan manajerial end user menerima respon secara interaktif buat peramalan penjualan atau laba.

- Executive Information Systems
Executive Information Systems (EIS) adalah tipe SIM yang sinkron untuk kebutuhan warta startegis bagi manajemen atas. Tujuan menurut sistem fakta eksekutif berbasis komputer adalah menyediakan akses yg gampang serta cepat buat liputan selektif tentang faktor-faktor kunci dalam menjalankan tujuan strategis perusahaan bagi manajemen atas. Jadi EIS wajib gampang untuk dioperasikan dan dimengerti.

Expert Systems
Adalah sistem pakar merupakan galat satu aplikasi artificial intelligence (AI) yang paling poly dipakai. Expert systems (ES) merupakan sistem berita berbasis pengetahuan yang memakai pengetahuannya buat bertindak sebagai konsultan pakar dalam area yg khusus pada pengguna. ES sudah digunakan pada pada berbagai bidang seperti kedokteran, teknik, ilmu ekamatra dan bisnis. Sebagai model, ES digunakan untuk mendiagnosa penyakit, pencairan mineral, menganalisa senyawa kimia dan perencanaan keuangan.

End User Computing Systems
End user computing (EUC) systems adalah sistem fakta berbasis personal komputer yang secara pribadi mendukung pelaksanaan operasional dan manajerial oleh end users. Dalam EUC systems, end users menggunakan stasiun kerja mikrokomputer serta bermacam aplikasi untuk menerima balik informasi, pendukung keputusan dan pengembangan pelaksanaan. Sebagai model, pengguna bisa mengirim surat elektronika, menggerakkan contoh analitik atau menciptakan pelaksanaan bisnis yg baru.

Sistem liputan bisa memainkan kiprah yang besar pada mendukung tujuan strategis berdasarkan sebuah perusahaan dapat bertahan dan sukses pada waktu usang apabila perusahaan itu sukses membentuk strategi untuk melawan kekuatan persaingan yg berupa : persaingan menurut para pesaing yg berada di industri yg sama, ancaman menurut perusahaan baru, ancaman dari produk pengganti, kekuatan tawar menawar dari konsumen serta kekuatan tawar menawar menurut pemasok. 

Konsep dasar lain yang juga penting pada mengidentifikasi sistem kabar dianggap rantai nilai (value chain). Konsep ini memandang perusahaan menjadi sebuah “rantai” berdasarkan kegiatan dasar yg menambah nilai suatu produk atau jasa, sebagai akibatnya memperluas batas berdasarkan nilai tersebut. Konsep rantai nilai ini dapat membantu manajer dalam tetapkan dimana serta bagaimana menggunakan kemampuan strategis berdasarkan teknologi sistem informasi. Jadi sistem berita dapat dipakai buat aktivitas usaha secara khusus yang membantu perusahaan memperoleh keuntungan strategis di pasar. Fungsi dari sistem kabar tidak lagi hanya memproses transaksi, penyedia fakta, atau alat buat pengambilan keputusan. Sekarang sistem warta bisa berfungsi buat menolong enduser manajerial menciptakan senjata yang memakai teknologi sistem kabar buat menghadapi tantangan berdasarkan persaingan yg ketat. Penggunaan yang efektif berdasarkan sistem fakta strategis menyajikan end users manajerial menggunakan tantangan manajerial yang besar .

Kata telematika, dari menurut kata dalam Bahasa Perancis “TELEMATIQUE” , yang merujuk dalam bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informis. Istilah Teknologi Informasi sendiri merujuk dalam perkembangan teknologi perangkat-perangkat pengolah liputan. Para praktisi menyatakan bahwa TELEMATICS merupakan singkatan menurut “TELECOMMUNICATION and INFORMATICS” menjadi wujud berdasarkan perpaduan konsep Computing and Communication. Istilah Telematics jua dikenal sebagi “the new hybrid technology” yg lahir karena perkembangan teknologi digital. Perkembangan ini memicu perkembangan teknologi telekomunikasi serta informatika sebagai semakin terpadu atau populer menggunakan kata “konvergensi”. Semula media masih belum sebagai bagian integral dari berita konvergensi teknologi liputan dan komunikasi dalam saat itu. Belakangan baru disadari bahwa penggunaan sistem personal komputer dan sistem komunikasi ternyata pula menghadirkan Media Komunikasi baru. 

Mengamati perkembangan teknologi saat ini seharusnya membangkitkan rasa ingin maju dan berkarya. Saat ini kita melihat berbagai perkembangan menarik mengenai teknologi :
1. Konvergensi teknologi personal komputer serta telekomunikasi
2. Konvergensi teknologi komunikasi dan inovasi content
3. Pergeseran contoh bisnis menurut menjual produk ke menjual jasa

Konvergensi atau menyatunya teknologi personal komputer dan telekomunikasi warta makin mengembang, menghubungkan simpul-simpul jaringan pemroses yg makin bervariasi, seperti PC, notebook, pocket PC, handphone, pirantikontrol ke mesin produksi, dan lain-lain. Syaratnya adalah pemahaman tentang kompleksitas proses bisnis serta fitur-fitur produk telekomunikasi dan jejaring komputer. Menyatunya teknologi penemuan content akan meningkatkan kecepatan tersebar serta terbangunnya pengetahuan rakyat. Content bisa berupa suara, gambar serta teks. Topik content bergantung kebutuhan komunitas. Inovasi content merupakan kreasi buat pengetahuan dalam format yang menarik bagi komunitas serta teknologi berita yang berkembang.

Dua komponen krusial yg boleh dikatakan sudah semakin tinggi dengan pesat pada era globalisasi. Yang pertama adalah impor, ekspor dan kedua merupakan pasar modal. Ekspor impor makin bergairah antara lain disebabkan lantaran berkurangnya kendala perdagangan pada antara negara-negara, sedangkan integrasi pasar modal (uang) bisa dicermati pada cepatnya proses pinjam-meminjam antar negara, ditandai menggunakan munculnya IMF (International Monetary Fund).

Lingkungan usaha pada ekonomi dunia :

1. Menjamurnya sejumlah pesaing baru
Dengan globalisasi yang melanda semua negara pada dunia, perusahaan-perusahaan memasuki lingkungan bisnis yg tidak selaras menggunakan yg sebelumnya. Pesaing usaha datang tidak datang berdasarkan lingkungan domestik, namun jua menurut mancanegara yg membawa teknologi kerja serta proses kerja mutakhir. Bisnis eceran di Indonesia makin diramaikan sang kehadiran pebisnis internasional misalnya Sogo, Carefour, usaha fastfood domestik mulai bersaing dengan Kentucky, McDonald, demikian jua pabrik sepatu lokal bersaing dengan Nike, Adidas. Dengan demikian arus globalisasi berdampak terhadap jumlah pesaing.

2. Tekanan-tekanan buat menaikkan kualitas dan produktivitas
Pesaingtidak hanya bertambah jumlahnya, melainkan pula mutunya. Perusahaan yang baru timbul, tidak sekedar timbul melainkan timbul dengan produk yang bermutu lebih baik serta harga yg lebih bersaing. Startegi bisnis yg mereka lakukan tak jarang mengejutkan pebisnis lama , yaitu kreatif, inovatif serta atraktif.

3. Kesempatan-kesempatan baru
Adanya pasasr bebas dan gerak kapital, informasi, maka dimungkinkan munculnya gagasan-gagasan baru yg dapat terealisasikan. Hambatan-kendala perdagangan yg berkurang mempertinggi kegairahan berusaha. Kalaupun gagasan tadi sulit direalisasikan sendiri, maka kesempatan beraliansi menggunakan pihak lain terbuka. Demikian pula kesempatan memperoleh kapital usaha.

4. Deregulasi
Menjadi lebih baik, lebih cepat, lebih kompetitif, adalah hal yang semaki krusial. Hal ini dimungkinkan karena regulasi-regulasi yg sebelumnya terdapat, dikurangi atau bahkan dihapuskan. Deregulasi pada bidang perbankan, telekomunikasi, penerbangan dan lain-lain. Contoh yg mampu diambil antara lain yang terjadi di Amerika Serikat serta di negara industri lainnya seperti Jepang, Eropa serta Perancis. Mulai dari industri penerbangan sampai perbankan, agar berdaya saing secara nasional dan internasional, pemerintah di negara-negara tersebut mencabut proteksidan aturan tarif

5. Keragaman Tenaga Kerja
Komposisi tenaga kerja sangat majemuk. Etnik, kebangsaan, kelamin, keahlian, pendidikan, nilai kerja, kepercayaan . Pada tahun 2003 dimana AFTA akan mulai diaktifkan, telah sanggup diduga bahwa banyak tenaga ahli asing yang akan bekerja pada Indonesia. Demikian jua akibat perkembangan teknologi kerja, makin bertambah pekerjaan yg diambil alih oleh wanita/pria, dan makin banyaknya pasanga suami istri yang bekerja

6. Sistem sosial, politik, aturan baru
Sistem perdagangan bebas menuntut jua pemerintah yang demokratis, pemathan terhadap HAM, persamaan hak, aliansi perdagangan, tekanan serikat pekerja internasional. Pemerintahan wajib dikelola denganbenar dan higienis (good governance dan clean government)

Tanda-indikasi era globalisasi atau pasar bebas bersama teknologinya bisa dicermati menurut adanya kecenderungan-kecenderungan yang terjadi antara lain :
- Investasi : tidak mengenal batas negara juga kendala geografi, lebih dipacu sang mutu dan kesempatan yg terdapat/ditawarkan, sebagian akbar oleh swasta
- Badan Usaha : cepat serta penuh tanggap terhadap pasar juga konsumen, usaha lebih terfokus, berorientasi global, lebih berbasis dalam pengetahuan, ramping serta nirbatas, multi sourcing serta aliansi, tergabung pada jaringan berita usaha global
- Proses teknologi : berbasis pada cabang/agen, nir terpusat, mengorganisir sendiri, manufaktur pada lokasi jual, makin memakai teknologi cerdas, adanya standar global (ISO), teknologi baru, aman dan higienis.
- Pasar/konsumen : makin berorientasi dalam produk global, kompetitif pada mutu, harga, purna jual serta pelayanan