PIHAK YANG TERKAIT DALAM KEGIATAN PELAYARAN NIAGA

PIHAK YANG TERKAIT DALAM KEGIATAN PELAYARAN NIAGA - Kegiatan pelayaran niaga muncul lantaran adanya kebutuhan buat mengangkut barang barang niaga уаng dihasilkan dі ѕuаtu loka serta аkаn dijual dі tempat lаіn sehingga timbulah slogan The Flag Follow The Trade (bendera atau kapal mengikuti perdagangan). 

Olеh lantaran іtu pada ѕuаtu pengiriman atau pengapalan barang dеngаn kapal laut terdapat tiga (3) pihak уаng saling berhubungan aturan satu ѕаmа lain:

- Pengirim Barang (Shipper), уаіtu orang atau badan hukum уаng mempunyai muatan kapal buat dikirim dаrі ѕuаtu pelabuhan tertentu (pelabuhan pemuatan) buat diangkut kе pelabuhan tujuan.

- Pengangkut barang (carrier), уаіtu perusahaan pelayaran уаng melaksanakan pengangkutan barang dаrі pelabuhan muat buat diangkut/disampaikan kе pelabuhan tujuan dеngаn kapal.

- Penerima barang (consignee), уаіtu orang atau badan hukum kepada ѕіара barang kiriman ditujukan.

PIHAK YANG TERKAIT DALAM KEGIATAN PELAYARAN NIAGA

Hak dan kewajiban ketiga pihak pada pengapalan diatur оlеh perundang-undangan nasional/peraturan pemerintah dan bеbеrара kesepakatan internasional уаng sudah dibentuk gunа mengatur kasus pelayaran, baik segi teknis-nautis pelayaran maupun segi niaganya. 

Disamping ketiga pihak tadi, mаѕіh masih ada pihak-pihak уаng tіdаk saling berhubungan aturan/tidak diatur оlеh undang-undang nаmun memiliki peranan уаng уаng ѕаngаt penting pada dunia pelayaran, yaitu:


1. Ekspeditur (Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL atau Forwarding Agent)

Yаіtu ѕuаtu perusahaan atau perseorangan уаng menyelenggarakan bisnis mengurus berbagai macam dokumen serta formalitas уаng diperlukan guan memasukkan serta mengeluarkan barang dаrі kapal serta kе pelabuhan. Dalam hal pengiriman muatan ekspor, tugas dan kewajibab ekspeditur terbatas ѕаmраі pemuatan barang kе dalam kapal serta penyebaran Bill of Loading (B/L). Pada hal mengurus muatan impor dаrі pelabuhan, ekspeditur membuat dokumen-dokumen impor berupa Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai (PIUD), pembayaran bea masuk, pembayaran biaya dan pengeluaran lainnya, ѕаmраі barang dараt dimuntahkan dаrі gudang pabean buat deserahkan kе pemiliknya.

Aktivitas pekerjaan misalnya іtu mengakibatkan perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) mempunyai armada angkutan darat sendiri dеngаn maksud memudahkan serta menekan porto pengangkutan barang. 

Usaha sampingan trucking іnі dараt menambahpendapatan EMKL dan selanjutnya menumbuhkan usaha Freight Forwarding (FF). Kegiatan іnі mencakup penyediaan ѕеmuа keperluan pengapalan mulai dаrі sortasi barang (pemilihan jenis barang sinkron penjelasan tariff bea uang tambang(, packing (pengemasan barang dalam kemasan уаng sinkron bagi pengangkutan lautan), cargo documentation (penyiapan dan pembuatan dokumen-dokumen pengapalan) ѕаmраі kepada perolehan izin ekspor kаlаu diperlukan.

2. Warehousing (Usaha Pergudangan)

Yаіtu usaha penimbunan dan penyimpanan barang dalam gudang atau lapangan penumpukan pelabuhan selama menunggu proses pemuatan kе аtаѕ kapal. Dalam ѕеbuаh pelabuhan lazimnya masih ada 3 macam gudang yaitu:

o Gudang pabean (diklaim јugа Gudang Lini I, Gudang diepzee)

o Gudang entrepot (bounded warehouse)

o Gudang bebas

Gudang pabean merupakan bagian уаng terpenting pada kegiatan pengapalan karena dі gudang pabean іnі disimpan barang уаng baru dibongkar dаrі kapal atau аkаn dimuat dke kapal. Pada kegiatan ini, instansi pebean perlu melakukan pengawasan, karena barang уаng аkаn dibongkar atau dimuat dаrі dan kе kapal wajib diselesaikan formalitas pabeannya dan membayar bea-bea ѕеbеlum diizinkan keluar dаrі gudang pabean.

3. Stevedoring (Perusahaan Bongkar Muat/PBM)

Yаіtu usaha pemuatan serta pembongkaran barang-barang muatan kapal laut. Seringkali perusahaan stevedoring іnі bergabung dеngаn perusahaan pengangkutan muatan kapal buat memuat dаrі dank e kapal уаng sedang berlabuh (tidak tertambat dі dermaga уаng ditimbulkan syarat dermaga atau kolam pelabuhan уаng tіdаk mеmungkіnkаn kapal tеrѕеbut bertambat) sebagai akibatnya bongkar muat barang dilakukan dеngаn tongkang atau dikenal dеngаn trade transport. Bongkar muat secara rede transport іnі kemungkinan mengakibatkan barang уаng аkаn dibongkar muat nilainya tіdаk sebanding dеngаn biaya kapal уаng аkаn dikeluarkan apabila kapal tеrѕеbut bertambat. Kamungkinan іtu terjadi dikarenakan kapal tеrlаlu usang menunggu gilioran tambat dan biaya bongkar muat dі dermaga tеrlаlu mahal. Perusahaan stevedoring іnі dinamakan Perusahaan Bongkar Muat (PBM).

Bongkar muat barang pada satuan unit dеngаn berukuran уаng tіdаk seragam аkаn mengakibatkan kesulitan pada pelaksanaannya. Hal іnі membutuhkan saat dan bermacam-macam tipe alat bongkar muat sinkron bentuk serta berukuran barang уаng dibongka muat. Kondisi іnі merupakan ssalah satu penyebab mahalnya porto bongkar mmmuat barang dі dermaga, sebagai akibatnya mendorong perkembangan system bongkar muat уаng bersifat unitasi dаrі system paket. 

System paket уаng dimaksud аdаlаh barang уаng dimasukkan pada satuan-satuan keranjang. System іnі memudahkan aplikasi bongkar muat dan penyusunan muatan kapal juga dalam angkutan darat dan dі dalam gudang. System unitasi berkembang lаgі menjadi system bongkar muat bandela (container) уаng memiliki kelebihan pada efesiensi serta efektifitas bongkar muat dan јugа dalam keamanan, kerusakan dan kehilangan.

Saat іnі dikenal kata kapal LASH (Lighter Aboard Ship) atau FLASH (Floating Lighter Aboard Ship) уаіtu kapal akbar уаng dipakai buat mengangkut tonglkang-tongkang (lighter) уаng berkapasitas s/d 400 ton ѕеtіар tongkang. 

Tongkang tеrѕеbut digunakan buat membongkar dan memuat peti kemas уаng berada dі pelabuhan-pelabuhan sungai seperti dі Pekanbaru. Sеdаngkаn kapal induk (Kapal LASH/FLASH) sukup menunggu dі muara sungai, уаng selanjutnya mengangkut tongkang beserta muatannya (bandela) kе pelabuhan tujuan. Kapal jenis tеrѕеbut tіdаk perlu membayar porto tambat juga porto pelabuhan lainnya, bаhkаn porto labuhpun dараt dihindari apabila kapal tеrѕеbut tіdаk memasuku area kolam plebuhan.

4. Lembaga Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Forwader)

аdаlаh perusahaan уаng mengkoordinir angkutan  multimoda sehingga terselenggara angkutan secara terpadu semenjak dаrі door shipper ѕаmраі dеngаn door consignee.

KONSEPKONSEP DASAR KOMUNIKASI YANG DIAPLIKASIKAN DALAM KEGIATAN BISNIS

Konsep-Konsep Dasar Komunikasi Yang Diaplikasikan Dalam Kegiatan Bisnis
A. Konsep-konsep dasar Komunikasi dalam Komunikasi Bisnis 
Pada dasarnya terdapat 2 bentuk dasar komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia bisnis, yaitu komunikasi lisan dan nonverbal. Masing-masing bentuk komunikasi tadi dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

1. Komunikasi Verbal
Apa yang dimaksud dengan komunikasi ekspresi? Komunikasi verbal (verbal communications) merupakan keliru satu bentuk komunikasi yang lazim dipakai buat mengungkapkan pesan-pesan bisnis pada pihak lain melalui goresan pena maupun lisan. Bentuk komunikasi ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik.

Dalam dunia bisnis bisa dijumpai banyak sekali macam contoh komunikasi ekspresi, contohnya:
  • Membuat dan mengirim surat teguran kepada nasabah yang menunggak pembayarannya.
  • Membuat dan mengirim surat penawaran harga barang pada pihak lain.
  • Membuat serta mengirim surat konfirmasi barang pada pelanggan.
  • Membuat dan mengirim surat pemesanan barang (order) pada pihak lain.
  • Membuat serta mengirim surat aduan (claim) pada pihak lain.
  • Membuat dan mengirim surat permintaan barang pada pihak lain.
  • Membuat serta mengirim surat penolakan kerja.
  • Membuat dan mengirim surat kontrak kerja pada pihak lain.
  • Memberi berita kepada pelanggan yang meminta kabar mengenai produk-produk baru.
  • Berdiskusi pada suatu tim kerja (teamwork).
  • Melakukan wawancara kerja dengan para pelarnar kerja pada suatu perusahaan.
  • Mengadakan briefing dengan staf karyawan. 
  • Mengadakan pembinaan manajernen kepada para manajer operasional/lini bawah.
  • Melakukan presentasi proposal pengembangan perusahaan di hadapan tim penguji. 
  • Melakukan teleconference menggunakan pihak lain.
Dalam dunia bisnis, seseorang bisa saja mengekspresikan pesan-pesannya secara nonverbal (tidak melalui goresan pena atau ekspresi). Namun, ekspresi secara nonverbal mempunyai suatu keterbatasan dalam mengkomunikasikan sesuatu kepada pihak lain. Sebagai model, bila seseorang ingin membahas suatu peristiwa masa kemudian, pandangan baru atau abstraksi, dia tidak sanggup memakai aktualisasi diri wajah atau bahasa tubuh buat menerangkannya. Sebaliknya, dia harus menggunakan bahasa mulut, atau dengan kata lain beliau perlu menyusun kata-istilah pada suatu pola. Yg merniliki arti atau makna, baik pada bentuk goresan pena juga lisan.

Melalui komunikasi ekspresi atau goresan pena, dibutuhkan orang bisa tahu apa yang disampaikan oleh pengirim pesan menggunakan baik. Penyarnpaian suatu pesan melalui goresan pena serta mulut memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat mernbaca atau mendengar apa yg dikatakan pihak lain dengan baik dan benar.

Komunikasi usaha yang efektif sangat tergantung dalam keterampilan seseorang pada mengirim maupun mendapat pesan. Secara umum, buat membicarakan pesan-pesan usaha, seseorang dapat menggunakan goresan pena serta ekspresi. Sedangkan buat menerima pesan-pesan bisnis, seorang dapat menggunakan telinga dan bacaan. Bagan 1.2 menunjukkan aneka macam macam bentuk komunikasi verbal yg digunakan dalam dunia bisnis.

a. Berbicara dan Menulis
Pada umumnya, buat mengirimkan pesan-pesan bisnis, orang lebih senang berbicara (speaking) daripada menulis (writing) suatu pesan. Alasannya, komunikasi lisan relatif lebih mudah, praktis (efisien), dan cepat pada penyampaian pesan-pesan bisnis. Pada umumnya, bagi para pelaku usaha, penyampaian pesan-pesan usaha menggunakan tulisan relatif jarang dilakukan. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa komunikasi lewat tulisan tidak Penting. Hal ini lantaran nir seluruh hal mampu disampaikan secara ekspresi.

Pesan yg sangat penting dan kompleks, lebih tepat disampaikan dengan memakai tulisan. Adapun bentuk-bentuk komunikasi tertulis dalam dunia bisnis meliputi antara lain surat (macam-macam surat usaha), memo, dan laporan. Masing-masing bentuk surat-surat bisnis tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci pada bab-bab berikutnya.

b. Mendengar dan Membaca
Meskipun kitab ini lebih menekankan dalam bentuk komunikasi goresan pena daripada mulut, perlu diingat bahwa komunikasi yg efektif adalah komunikasi dua arah. Orang-orang yg terlibat pada global bisnis cenderung lebih senang memperoleh atau menerima informasi daripada menyampaikan warta. Untuk melakukan hal tersebut, mereka memerlukan keterampilan mendengar (listening) serta membaca (reading).

Sayangnya, kebanyakan orang dalam global bisnis memiliki kemampuan mendengar yg relatif lemah (kurang baik). Sebagai model sederhana, ketika seseorang mengikuti seminar bisnis, maka fakta yg dapat diserap pada benak pikiran mungkin hanya setengah berdasarkan yg diucapkan (itupun masih lumayan). Beberapa hari lalu, pesan yang masih bisa diingat mungkin tinggal seperempatnya. Begitu pula halnya menggunakan mahasiswa. Tatkala mengikuti kuliah, pada hari pertama mungkin poly hal yg dihasilkan, dipaharni, serta dimengerti. Namun, dalam hari-hari berikutnya materi yg masih dapat diingat, dipaharni, serta dimengerti sudah semakin poly berkurang.

Dalam kaitannya menggunakan keterampilam membaca, seorang seringkali mengalarni kesulitan dalam merogoh pesan-pesan penting menurut suatu bacaan. Hasil studi yg dilakukan oleh Irwin Ross pada tahun 1986 di majalah Fortune Amerika Serikat rnenunjukkan bahwa kira-kira 38 % dari orang dewasa mengalarni kesulitan tahu iklan pada banyak sekali surat warta, 14 persen kesulitan mengisi cek secara benar, 26 persen kesulitan pada penjurnlahan dan pengurangan dalam buku cek, dan lebih kurang 20 % mengalarni kesulitan membaca menggunakan baik.

Meskipun mendengar dan membaca merupakan hal yg tidak sinkron, keduanya memerlukan pendekatan serupa. Langkah pertama merupakan mencatat kabar yg berarti bahwa seseorang harus memusatkan perhatian dalam pembicaraan yg tengah berlangsung atau bahan yg sedang dibacanya. Setelah bisa menangkap inti pembicaraan atau bacaan, langkah selanjutnya merupakan menafsirkan dan menilai warta. Langkah ini adalah bagian terpenting menurut proses mendengar.

Sambil melakukan penyaringan suatu fakta, seorang harus dapat menetapkan mana kabar yang krusial serta mana yg tidak krusial. Suatu pendekatan yg bisa dilakukan merupakan mencari ide pokok (main idea) serta pandangan baru-ilham pendukung (supporting idea) secara rinci. Jadi, buat dapat menyerap keterangan dengan baik seorang wajib dapat berkonsentrasi pada apa yang sedang dibaca atau didengar. Pekerjaan tersebut tentu saja bukan tugas yang mudah, karena perlu suatu tindakan yang berulang-ulang, tidak sekali jadi sebagaimana bim salabim!

2. Komunikasi Nonverbal
Bentuk komunikasi yg paling fundamental dalam komunikasi usaha merupakan komunikasi nonverbal (nonverbal communications). Menurut teori antropologi, sebelum manusia menggunakan istilah-istilah, manusia telah memakai gerakan-gerakan tubuh, bahasa tubuh (body language) sebagai alat buat berkomunikasi menggunakan orang lain. Berikut ini merupakan beberapa contoh perilaku yang memberitahuakn komunikasi nonverbal:
  • Menggertakkan gigi buat menampakan kemarahan (pada bahasa jawa disebut getem-getem).
  • Mengerutkan dahi buat memberitahuakn seorang sedang berpikir.
  • Gambar pria atau perempuan yang dipasang pada pintu masuk toilet buat menerangkan kamar sinkron menggunakan jenis kelaminnya.
  • Berpangku tangan buat menerangkan seorang sedang melamun.
  • Tersenyum serta berjabat tangan menggunakan orang lain untuk mewujudkan rasa senang , simpati, dan penghormatan.
  • Membuang muka buat memperlihatkan perilaku tidak senang atau antipati terhadap orang lain.
  • Menggelengkan kepala buat menerangkan sikap menolak atau keheranan.
  • Menganggukkan ketua untuk menunjukkan indikasi putusan bulat atau OK.
  • Berbicara menggunakan merogoh jarak agak menjauh buat menampakan bahwa lawan bicaranya belum begitu dikenal menggunakan baik (asing).
  • Menutup verbal menggunakan telapak tangan buat memberitahuakn suatu kebohongan.
  • Telapak tangan yg terbuka buat menunjukkan kejujuran.
  • Tangan mengepal buat memberitahuakn penuh percaya diri.
  • Gerakan kaki serta tangan secara nir teratur, bagaikan orang yg kedinginan buat memberitahuakn bahwa seseorang sedang grogi (nervous).
  • Seseorang mengirimkan seuntai bunga pada sahabat yg meraih sukses bisnis buat menampakan rasa simpati dan ucapan selamat atas kesuksesan yg diraih.
  • Ruang tunggu sebuah bank disediakan tanpa tempat duduk buat memberitahuakn bahwa para nasabah akan dilayani menggunakan cepat tanpa harus menunggu lama .
Pendek kata, pada komunikasi nonverbal orang bisa merogoh suatu konklusi mengenai berbagai macam perasaan orang lain, baik rasa senang , benci, cinta, rindu dan berbagai macam perasaan lainnya. Lagi jua, komunikasi nonverbal berbeda menggunakan komunikasi mulut pada pada cara yang relatif mendasar.

Pada umumnya, bentuk komunikasi nonverbal memiliki sifat yg kurang terstruktur yang menciptakan komunikasi nonverbal sulit buat dipelajari. Sebagai model, seorang akan mengalami kesulitan apabila menyuruh orang lain buat merogoh kitab kerja pada suatu tempat yang terdapat beragam warna maupun judul bukunya dengan menggunakan bahasa nonverbal. Di samping itu, proses belajar yg dialami seorang buat bisa melakukan konduite nonverbal juga sulit dijelaskan. Tak seorang pun pernah mengajari bagaimana bayi menangis, tersenyum, atau tertawa. Dan tak seorang pun pernah belajar mengerutkan dahi, manakala jalan pikirannya buntu atau terganggu. Begitu halnya orang berteriak histeris, manakala seseorang sedang frustasi atau stres berat karena tidak mampu merampungkan pekerjaan berat sempurna pada waktunya.

Ada beberapa jenis komunikasi nonverbal lainnya, seperti arti suatu warna dan gerak-isyarat tertentu, yang akan, bervariasi berdasarkan waktu ke ketika. Warna-rona cerah yang terdapat pada ruang-ruang tempat kerja, warna pakaian seragam kerja (uniform) para karyawan yang tidak sama antar departemen (bagian) yg satu menggunakan departemen (bagian) lainnya dalam suatu perusahaan. Di samping itu, bahasa isyarat yang sering ditunjukkan sang para karyawan yg sedang menuntaskan pekerjaan pada kantor, jua termasuk keliru satu bentuk komunikasi nonverbal.

Komunikasi nonverbal jua lebih bersifat impulsif dibandingkan dengan komunikasi ekspresi dalam hal penyampaian suatu pesan. Pada umumnyal sebelum menyampaikan sesuatu, seseorang sudah memiliki suatu planning tentang apa yg ingin dikatakan. Misalnya, waktu seorang berkata "Tolong, bukakan pintu itu," maka dalam saat itu seorang menggunakan sadar sudah mempunyai tujuan atau maksud tertentu. Namun, saat seseorang berkomunikasi secara nonverbal, ia seringkali melakukannya secara nir sadar. Contoh yg paling sederhana merupakan mengerutkan dahi saat sedang memikirkan sesuatu, ekspresi wajah yg memerah karena ingin meluapkan kemarahan, mondar-mandir tanpa tujuan yang pasti karena pikiran sedang kacau, dan sejenisnya. Hal-hal tadi merupakan sesuatu yg bersifat alami (natural) serta tak pernah direncanakan sebelumnya. Ekspresi seorang baik senang dan murung , jua termasuk ke dalam komunikasi nonverbal.

3. Pentingnya Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal acapkali tidak terjadwal atau kurang terstruktur. Namun, komunikasi nonverbal memiliki dampak yang lebih besar daripada komunikasi lisan. Isyarat-isyarat komunikasi nonverbal merupakan sangat penting terutama buat membicarakan perasaan serta emosi seorang.

Apa kebaikan atau keunggulan menurut komunikasi nonverbal? Salah satu kebaikan komunikasi nonverbal adalah kesahihannya (reliabilitas). Hal ini berkaitan dengan taraf kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yg disampaikan menggunakan menggunakan bahasa isyarat. Secara umum, orang akan gampang menipu orang lain dengan memakai kata-kata daripada memakai gerakan tubuh (bahasa isyarat). Komunikasi dengan menggunakan kata-istilah akan lebih mudah dikendalikan daripada menggunakan menggunakan bahasa isyarat (gerakan badan/tubuh) atau ekspresi wajah. Hal ini disebabkan sang sifat komunikasi nonverbal yg impulsif. Ketika seseorang mendengar warta yg menyenangkan, aktualisasi diri wajah seorang nampak cerah ceria, seolah-olah tanpa beban. Tetapi, apabila seseorang mendengar keterangan yang kurang menyenangkan yg menyangkut diri sendiri, famili, atau sahabat karib, maka menggunakan cepat aktualisasi diri paras seseorang akan mudah berubah sebagai sedih, lesu, lemah, tidak bergairah, seolah-olah hampa dunia ini.

Dengan memperhatikan isyarat nonverbal, seorang bisa mendeteksi kecurangan atau menegaskan kejujuran orang lain. Maka, tidaklah mengherankan bila seorang lebih percaya pada pesan-pesan yg disampaikan melalui isyarat nonverbal ketimbang pesan-pesan yg disampaikan melalui isyarat mulut. Seseorang dapat saja menutup-nutupi kecurangan dengan isyarat verbal (misalnya tulisan). Namun, dia tidak dapat sepenuhnya menutupi apa yang sedang terjadi dalam dirinya karena hal itu tercermin pada ekspresi wajahnya. Manakala paras seorang sedih atau cemberut, maka dapat diduga bahwa seseorang sedang menghadapi suatu masalah, mungkin perkara pribadi, famili, atau perkara usaha di kantornya.

Komunikasi nonverbal krusial artinya bagi pengirim dan penerima pesan, karena sifatnya yg efisien. Suatu pesan nonverbal bisa disampaikan tanpa wajib berpikir panjang, serta pihak audiens jua dapat menangkap adalah dengan cepat.

Coba perhatikan para petugas penyaji makanan serta minuman (pada bahasa Jawa dianggap sinoman) pada suatu acara resepsi yang sedang melakukan tugasnya. Pada urnurnnya mereka mempunyai bahasa-bahasa isyarat eksklusif yang dapat dipaharni sang teman-teman mereka buat memberitahuakn loka-loka mana yg telah maupun yang belum mendapat jamuan makanan atau minurnan. Contoh lain, waktu seorang karyawan berusaha inernanggil ternannya yg sedang as yik mengobrol pada suatu ternpat yang relatif jauh. La bisa menggunakan isyarat nonverbal seperti bertepuk tangan sembari melambaikan tangan buat memanggil temannya tadi.

Cukup banyak contoh bentuk kornunikasi nonverbal baik yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari maupun pada global usaha. Coba Anda kernbangkan contoh-model yg lain!

4. Tujuan Komunikasi Nonverbal
Meskipun komunikasi nonverbal bisa berdiri sendiri, namun tak jarang berkaitan erat dengan ucapan (ekspresi). Ini berarti seringkali terjadi penggabungan antara komunikasi mulut serta nonverbal pada suatu situasi. Kata-istilah yang disampaikan pada suatu dialog hanya membawa sebagian menurut suatu pesan. Sedangkan bagian yg lain, disampaikan melalui sinyal-frekuwensi nonverbal. Coba amati acara "Dunia pada Berita' pukul 21.00 WIB pada stasiun televisi TVRI. Dalam acara itu, menggunakan gampang bisa dijurnpai kombinasi kornunikasi lisan serta nonverbal. Coba perhatikan dengan cermat!

Apa sebenarnya tujuan komunikasi nonverbal? Menurut John V. Thil dan Courtland Bovee pada Excellence In Business Communications, kornunikasi nonverbal mempunyai enam tujuan, yaitu: 
1) Menyediakan/menaruh liputan. 
2) Mengatur alur suatu dialog.
3) Mengekspresikan emosi.
4) Mernberi sifat, melengkapi, menentang, atau berbagi pesan-pesan verbal.
5) Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.
6) Mempermudah tugas-tugas spesifik, contohnya bagairnana mengayunkan tongkat golf yang baik serta sahih.

Bagaimana relevansi komunikasi nonverbal dalam global usaha? Dalam dunia bisnis, komunikasi nonverbal dapat membantu memilih dapat dipercaya dan potensi kepemimpinan seorang. Apabila seorang dapat belajar mengelola pesan yg dibentuk menggunakan bahasa isyarat, ciri atau ekspresi wajah, suara serta penampilan, beliau bisa melakukan komunikasi dengan baik. Dengan istilah lain, seorang manajer (pemimpin) sekaligus harus dapat sebagai komunikator yang baik. La harus memahami bagaimana membicarakan pesan-pesan bisnis pada para bawahannya, kapan dan kepada siapa pesan-pesan bisnis itu harus disampaikan.

Lebih lanjut, bila seorang dapat belajar membaca pesan-pesan nonverbal yang disampaikan orang lain, ia akan dapat menafsirkan maksud dan perilaku mereka secara lebih akurat serta lebih tepat. Ketika berurusan dengan para karyawan, klien atau pelanggan, perhatikanlah secara akurat pesan-pesan yg mereka sampaikan. Apabila perilaku karyawan menunjukkan tanda-tanda-gejala kurang atau menurun semangat kerjanya, acapkali melakukan mogok kerja, serta prestasi kerja menurun, seorang manajer harus tanggap serta segera mengambil langkah-langkah penanggulangan. Contoh-contoh tadi menggambarkan betapa pentingnya bagi seorang pemimpin dalam level apa pun buat peka terhadap perilaku atau konduite yg ditunjukkan sang bawahannya.

PROSES KOMUNIKASI
Sesuatu yg bisa dinikmati saat ini misalnya buku yg sedang Anda baca, compact disc menggunakan lagu-lagu nostalgia, program-program televisi yg beraneka ragarn, Internet yang banyak membawa fakta baru, personal computer yang semakin sophisticated, dan sejenisnya tidaklah tiba begitu saja, tetapi melalui suatu proses yang cukup panjang. Demikian jua menggunakan komunikasi, yg memerlukan proses.

Perhatikanlah seseorang yang sedang berbicara, menulis, mendengar, atau membaca, kegiatan komunikasi yg mereka lakukan lebih dari satu tindakan. Sebagai suatu proses, kormunikasi mempunyai persamaan menggunakan bagaimana seseorang mengekspresikan perasaan, hal-hal yg antagonis (kontradiktif), yang sama (selaras, serasi), serta mencakup proses menulis, mendengar, serta mempertukarkan informasi. Menurut Courtland L. Bovee dan John V. Thil dalam Business Communication Today, proses komunikasi (communication process) terdiri atas enarn termin, yaitu:
1) Pengirim memiliki suatu inspirasi atau gagasan.
2) Pengirim mengubah wangsit menjadi suatu pesan. 
3) Pengirim membicarakan pesan.
4) Penerima mendapat pesan.
5) Penerima menafsirkan pesan.
6) Penerima memberi tanggapan serta mengirim urnpan kembali pada pengirim.

Keenam tahapan dalam proses komunikasi tadi bisa digambarkan pada sebuah diagram menjadi berikut:

Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide atau Gagasan
Sebelum proses penyampaian pesan bisa dilakukan, maka pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens. Ide dapat diperoleh menurut aneka macam sumber yg terbentang luas pada hadapan kita. Dunia ini penuh dengan banyak sekali macam kabar, baik yang bisa dilihat, didengar, dicium maupun diraba. Ide-ide yg ada dalam benak kita disaring serta disusun ke dalam suatu memori yang terdapat pada jaringan otak, yang merupakan gambaran persepsi kita terhadap fenomena. Setiap orang akan memiliki peta mental yg berbeda, lantaran kita memandang global dan menyerap banyak sekali pengalaman dengan suatu cara yang unik serta bersifat individual.

Karena persepsi adalah hal yang unik, pandangan baru yg disampaikan seorang mungkin akan ditafsirkan secara tidak sama sang orang lain. Bahkan 2 orang yang memiliki suatu pengalaman yang sama terhadap sesuatu hal atau insiden, akan mempunyai suatu kesan yg nir serupa. Sebagai contoh, terdapat 2 orang yang bersama-sama mengikuti briefing menurut pimpinan perusahaan. Jika mereka diminta buat menceritakan pengalaman mereka masing-masing, tentu ada beberapa hal yg berbeda. Mengapa demikian? Hal ini terjadi lantaran setiap orang akan menyaring warta yang didapat, serta hanya akan memperhatikan dan mengingat hal-hal yang mereka anggap menarik atau krusial. Seorang komunikator yg baik wajib dapat menyaring hal-hal yang tidak penting atau tidak relevan, serta memusatkan perhatian pada hal-hal yg memang penting serta relevan. Dalam global komunikasi, proses tadi dikenal menjadi abstraksi (abstraction).

Tahap Kedua: Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan 
Dalam suatu proses komunikasi, nir semua inspirasi dapat diterima atau dimengerti dengan paripurna. Seperti yang sudah diuraikan dalam, bagian B dari bab ini, proses komunikasi dimulai menggunakan adanya wangsit dalam pikiran, yg lalu diubah ke pada bentuk pesan-pesan misalnya pada bentuk istilah-istilah, ekspresi wajah, dan sejenisnya, untuk lalu dipindahkan pada orang lain.

Agar wangsit bisa diterima serta dimengerti secara paripurna, pengirim pesan wajib memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audiens, gaya personal, serta latar belakang budaya. Sebagai contoh sederhana, pada umumnya orang Timur cenderung mengungkapkan pesan dengan memakai bahasa tak pribadi serta bahasa penghalus. Untuk menyatakan sikap menolak, seseorang terlebih dahulu harus menggunakan kalimat-kalimat pembuka yang bersifat netral, baru kemudian menyatakan sikap penolakan.

Tahap Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan
Setelah membarui inspirasi-wangsit ke dalam suatu pesan, termin berikutnya adalah memindahkan atau membicarakan pesan melalui banyak sekali saluran yg terdapat pada si penerima pesan. Rantai saluran komunikasi yang dipakai buat menyampaikan pesan terkadang relad pendek, namun ada j uga yg relatif panjang. Panjang-pendeknya rantai saluran komunikasi yg digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Jika pesan-pesan yg panjang serta kompleks disampaikan secara lisan, pesan-pesan tadi bisa terdistorsi atau bahkan bertentangan dengan pesan aslinya. Di samping itu, pada membicarakan suatu pesan, berbagai media komunikasi bisa dipakai, media goresan pena juga verbal. Oleh karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yg akan disampaikan.

Tahap Keempat: Penerima Menerima Pesan
Komunikasi antara seorang dengan orang lain akan terjadi, jika pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima mendapat pesan tadi. Jika seorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru bisa terjalin apabila penerima surat sudah membaca dan memahami isinya.

Jika seorang mengungkapkan pidato pada hadapan umum, para pendengar menjadi audiens harus dapat mendengar apa yg dikatakan, serta memahami pesan-pesan yg disampaikan.

Tahap Kelima: Penerima Menafsirkan Pesan
Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya merupakan bagaimana dia dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti serta tersimpan di pada benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya, suatu pesan baru bisa ditafsirkan secara benar apabila penerima pesan sudah memahami isi pesan sebagaimana yg dimaksud sang pengirim pesan.

Tahap Keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Mengirim Umpan Balik ke Pengirim
Umpan pulang (feedback) adalah penghubung akhir pada suatu mata rantai komunikasi. La adalah tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim buat menilai efektivitas suatu pesan.

Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara eksklusif dan memberi frekuwensi terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka macam, bisa berupa suatu senyuman, tertawa, sikap sedih, cemberut, memberi komentar sekilas (singkat), anggukan sebagai pembenaran, atau pesan secara tertulis. Sebagai model, seorang karyawan perusahaan mendapat sepucuk surat menurut pimpinannya. Sesaat lalu surat tersebut dibacanya. Jika ekspresi wajahnya nampak murung , berarti dapat diduga bahwa dia mendapat kabar yg kurang menyenangkan. Sebaliknya, jlka dia menerima surat berdasarkan pimpinannya serta sehabis dibacanya nampak aktualisasi diri paras yg berseri-seri, dapat diduga bahwa dia mendapat fakta yg menyenangkan. Bentuk ekspresi paras tersebut merupakan contoh umpan pulang (feedback) pada berkomunikasi.

Umpan kembali memegang peranan penting pada proses komunikasi, karena dia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Di samping itu, adanya umpan balik dapat memberitahuakn adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata, serta perbedaan reaksi secara emosional.

B. Variabel-variabel Komunikasi Bisnis 
Berbicara tentang variabel-veriabel komunikasi, termasuk komunikasi bisnis, biasanya mengacu dalam contoh komunikasi klasik yang dikembangkan ahli komunikasi Harold D. Laswell. Variabel-variabel tersebut dirumuskan dalam apa yg dinamakan Formula Laswell yg menyatakan : who, says what, to whom, through what channel and with what effect? Dari formula ini, kita bisa mengidentifikasi bahwa who adalah komunikator, say what merupakan pesan, to whom adalah komunikan, through what channel adalah saluran/media, serta with what effects merupakan imbas komunikasi. Tetapi penerapan formula ini pada kegiatan komunikasi bisnis memerlukan sedikit modifikasi, seperti yg dilakukan Rosenblatt ini dia :
  1. Variabel Sumber (who) : yang berkaitan menggunakan dapat dipercaya asal yg berdimensi keahlian, kepercayaan dan dinamisme.
  2. Variabel Pesan (say what) : yg berupa pesan ekspresi serta nonverbal
  3. Variabel Penerima (to whom) : yang berkaitan dengtan ciri komunikan menurut aspek fisologis, psikologis dan sosiologis.
  4. variabel Konteks (in what context) : yg terdiri menurut konteks psikologis serta fisikal
  5. Variabel Saluran (through what channel) : yg penggunaannya ditentukan sang variabel penerima serta pesan
  6. Variabel Efek (with what effects) : yg digunakan buat mengukur tingkat keberhasilan aktivitas atau proses komunikasi.
Bila dibandungkan menggunakan Formula Laswell, Rosenblatt menambahkan variabel “konteks”. Hal ini mampu dimengerti karena proses komunikasi, termasuk komunikasi usaha, selalu berlangsung dalam konteks tertentu.

C. Komunikasi pada Manajemen Bisnis 
Tujuan organisasi bisnis adalah untuk mempertinggi kualitas hidup masyarakat. Sebagai sebuah kegiatan usaha, organisasi usaha pun bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan dan peningkatan kualitas hidup warga itu diperoleh melalui cara yg legal menggunakan menyediakan kebutuhan barang-barang dan jasa rakyat.

Elemen-elemen organisasi bisnis bisa dibagi dua :
1. Elemen eksternal 
2. Elemen internal

Elemen internal berada di dalam organisasi usaha yang meliputi mulai menurut pemilik perusahaan, manajemen hingga karyawan. Sedangkan elemen eksternal adalah lembaga-forum yang secara pribadi juga tidak pribadi berpengaruh pada organisasi/lembaga bisnis misalnya lembaga pemerintah, pemasok, pelanggan dan penyalur.

Fungsi komunikasi pada manajemen adalah menjadi indera buat mengintegrasikan serta mengkoordinasikan para pelaku usaha. Fungsi komunikasi ini mengikuti pula fungsi-fungsi manajemen yakni :
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Actuating
4. Pengawasan

Komunikasi pada usaha sangat krusial buat mendapatkan informasi serta mempengaruhi.
Kegiatan komunikasi dalam manajemen amat bergantung pada iklim komunikasi di dalam organisasi/forum bisnis. Iklim komunikasi ini amat dipengaruhi gaya manajemen. Ada 4 gaya manajemen yakni :
1. Gaya direktif
2. Gaya pelatih
3. Gaya superotif
4. Gaya pendelegasian.

Gaya manajemen mana yg akan kita gunakan, sangatlah bergantung dalam situasi organisasi/lembaga bisnis kita. Namun kesamaan dalam manajemen terkini, gaya yg dipilih merupakan gaya yg mendukung iklim keterbukaan komunikasi. Dalam situasi manajemen ini, para manajer lebih poly menghabiskan waktunya buat mendengarkan dibandingkan memberikan perintah. Para pekerja menawarkan gagasannya, membantu menetapkan tujuan serta bekerja sama pada memecahkan masalah. Namun poly kasus dijumpai, gaya manajemen partisipatif seperti itu sukar dijalankan lantaran keengganan para manajer sndiri buat mengubah gaya manajemen direktifnya. Para manajer itu bisa mendapat gagasan manajemen partisipatif tapi permanen membatasi arus keterangan.

D. Proses Komunikasi Bisnis 
Menurut Bovee serta Thill (1989), pada komunikasi usaha aneka macam bentuk komunikasi dilangsungkan. Kedua ahli itu lalu menciptakan prosentasi kegiatan komunikasi yg dilakukan dalam komunikasi bisnis. Hampir separuh (45%) kegiatan komunikasi usaha merupakan mendengarkan/menyimak pesan komunikasi yang disampaikan orang lain. Sebagai imbangannya, 30% kegiatan komunikasi kita adalah berbicara. Sedangkan membaca mencapai 19% serta terkecil adalah menulis 16%. Kegiatan komunikasi bisnis tersebut berlangsung dalam berbagai level kegiatan komunikasi yakni :

1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa dalam komunikasi bisnis diperlukan buat membicarakan pesan kepada publik dan menerima pesan dari publik. Agar komunikasi usaha dalam level komunikasi massa berjalan menggunakan efektif perlu mengetahui ciri komunikasi massa yaitu :
Sumbernya terlembagakan
  • Pesannya bersifat publik
  • Medianya bersifat simultan dan periodik
  • Khalayaknya heterogen, anonim serta tersebar
  • Efeknya tidak seketika
2. Komunikasi Kelompok
Komunikasi grup pada komunikasi usaha bentuknya sangat bergantung dalam jenis grup yg dibuat. Ada beberapa jenis kelompok seperti :
  1. Kelompok kerja
  2. Fokus grup
  3. Komite
  4. Konferensi media
  5. Rapat publik
Kegiatan komunikasi bisnis dalam level komunikasi grup ini amat dipengruhi budaya.

3. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi bisnis juga berlangsung dalam level komunikasi Interpersonal. Komunikasi interpersonal ini adalah kegiatan memunculkan makna melalui pertukaran pesan. Agar kita memanfaatkan komunikasi interpersonal ini dengan baik, kita harus mengingat 10 prinsip komunikasi di bab sebelumnya. Juga wajib mempertimbangkan proses simplifikasi dan abstraksi saat membarui gagasan sebagai pesan. Dalam mengungkapkan pesan tersebut, kita jua harus memperhatikan siapa penerima pesan tadi.

PENGERTIAN HEURISTIK MENURUT PARA AHLI

Pengertian Heuristik Menurut Para Ahli
Heuristik yaitu dari dari kata yunani heurishein, artinya memperoleh. Menurut G. J. Reiner seperti yg ditulis Dudung Abdurrahman (1900), heuristik merupakan suatu tehnik, suatu seni, serta bukan suatu ilmu. Heuristik tak jarang adalah suatu keterampilan dalam menemukan, mengenali serta memperinci bibliografi atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan. Lebih jelasnya seperti apa yg dikatakan Carrad bahwa heuristik adalah merupakan langkah awal sebagai sebuah kegiatan mencari sumber-asal, menerima data, atau materi sejarah atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2007: 86). Dari kedua pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa heuristik merupakan langkah pertama pada penulisan sejarah yaitu dengan pengumpulan data sebesar mungkin buat dijadikan sumber penelitian sejarah.

Adapun macam-macam informasi yang dikumpulkan pada heuristik ini misalnya adat-tata cara bangsawan, pegaulan sehari-hari, setratifikasi sosial, perubahan norma norma dan bahasa yang digunakan sang golongan bangsawan di desa Jerowaru dan beberapa kabar yang sinkron dengan rumusan masalah seperti diajukan pada bagian sebelumnya. 

Karena heuristik adalah kegiatan pengumpulan data-data sejarah, maka ada beberapa tehnik dalam pengumpulan data tadi yang digunakan pada penelitian ini yaitu: 

1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan manusia menggunakan menggunakan pancaindra lainnya seperti indera pendengaran, penciuman, verbal dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang buat memakai pengamatannya melalui output kerja pencarian mata dan dibantu menggunakan pancaindra lainnya (Burhan Bungin, 2008: 115). Sedangkan Sutrisno Hadi mengungkapkan bahwa observasi adalah suatu proses yg komplek, suatu proses yang tersusun menurut banyak sekali proses biologis serta psikologis. Dua diantaranya yg terpenting merupakan proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiono, 2008: 145). 

Dalam penelitian ini proses aplikasi pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu observasi nonpartisipan (non participant observasion). Dalam hal ini tidak terlibat secara pribadi terlibat menjadi anggota menurut masyarakat tadi, tetapi hanya menjadi pengamat independen. Dengan cara ini walaupun secara tidak langsung terlibat misalnya rakyat umumnya, namun menggunakan cara ini peneliti pula dapat mengamati bagaimana prilaku rakyat, pergaulan masyarakat dengan rakyat lain, dan bagaimana hubungan sosial dalam warga pada desa Jerowaru.

Adapun berita-liputan yang didapatkan peneliti selama melakukan observasi berkisar pada bagaima proses interaksi antara dua gerombolan sosial yang tidak selaras, mengamati beberapa disparitas yang menonjol antara golongan bangsawan dengan rakyat biasa dalam hal bangunan terutama lumbung padi, memperhatikan tata krama dalam golongan bangsawan, serta beberapa aspek dari segi lahiriah yg bisa peneliti dapatkan selama melakukan observasi. 

1. Wawancara
Wawancara merupakan dialog menggunakan maksud eksklusif, percakapan dilakukan oleh dua pihak orang, yaitu pewawancara (interviewer) yg mengajukan pertanyaan terwawancara (interviewee) yg memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007: 186). Jadi disini masih ada elemen yang krusial yaitu interviewer serta interviewee. 

Wawancara bisa dilakukan secara terstruktur juga tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) juga dengan menggunakan telepon). Dan dalam penelitian ini memakai wawancara terstruktur sebagai tehnik pengumpulan data. Oleh karenanya misalnya apa yang dikatakan Sugiyono, seseorang peneliti pada melakukan wawancara, pengumpulan data selesainya penyiapan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis yg cara lain jawabannya pun telah disiapkan. Dengan terstruktur ini setiap responden diberi peranyaan yg sama, dan pengumpul data mencatatnya (Sugiyono, 141: 2008). Sedangkan metode wawancara yg peneliti gunakan pada penelitian ini merupakan metode wawancara sedikit demi sedikit, karena karakter primer berdasarkan wawancara ini merupakan dilakukan secara bertahap dan pewawancara tadak harus terlibat dalam kehidupan sosial formal. Sistem datang serta pulang pada wawancara ini mempunyai kelebihan pada berbagi objek-objek baru pada wawancara berikutnya karena pewawancara memperoleh saat yg panjang diluar informan untuk menganalisis output wawancara yg telah dilakukan serta dapat mengoreksinya (Burhan Bungin, 2008: 110).

Untuk mendapatkan data menurut informan melelui wawancara ini mencakup, menemukan informan di lapangan dilakukan menggunakan menentukan orang-orangnya menggunakan alasan orang yang dipilih menjadi informan sahih-sahih tahu mengenai sejarah mengenai asal-usul, proses interaksi, status sosial dan lain sebagainya. Adapun beberapa fakta dan dan keterangan yg ingin peneliti dapatkan pada wawancara ini berupa berasal-usul bangsawan Jerowaru, perkembangannnya, aplikasi adat-istiadatnya, bagaimana implementasi tata cara-istiadat yg dikembangkan, bgaimana sistem perkawinan, bahasa yg dipakai menggunakan menggunakan pengumpulan data melelui wawancara ini. Serta beberapa informasi lainnya yg sesuai menggunakan tema pada penelitian ini.

Berbagai pihak yg peneliti minta keterangannya dalam penelitian ini antara lain, pejabat pemerintah yang ada di desa Jerowaru, tokoh tata cara, tokoh rakyat, para bangsawan serta rakyat biasa dalam umumnya yang tahu tentang keterangan yang penulis cari. 

2. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yg dipakai dalam metodologi penelitian ilmu sosial. Pada pada dasarnya metode dokumenter merupakan metode yg dipakai buat menelusuri data historis. Dengan demikian, pada penelitian sejarah, data dokmenter memang berperan sangat penting (Burhan Bungin, 2008: 121).

Metode penelitian ini adalah salah satu yg wajib digali sang seseorang peneliti sejarah, karena sebenarnya sejumlah besar liputan tentang sejarah tersimpan dalam bahan yg berbentuk dokumentasi guna dijadikan istilah-kata serta fakta historis.

Sebagian akbar data yang tersedia merupakan berbentuk surat-sura, catatan-catatan harian, cendramata, surat harian, laporan serta sebagainya. Sifat primer dari data ini nir terbatas berdasarkan ruang dan waktu sehingga memberi peluang pada peneliti buat mengetahui hal-hal yang pernah terjadi pada masa silam.formasi data pada bentuk tulisan ini disebut dokumen pada arti luas. Adapun barang-barang yang termasuk dokumen antara lain adalah artepak, caset tape, mikrofilm, dise, CD, flashdisk serta sebagainya (Burhan Bungin, 2008: 122). Secara lebih jelasnya bahan dokumenter terbagi beberapa macam yaitu: 
a. Otobiografi
b. Surat pribadi, kitab -buku atau catatan harian, memorial
c. Kliping
d. Dokumen pemerintah juga suasta
e. Cerita roman serta cerita rakyat
f. Data server serta flashdisk
g. Data tersimpan pada web site dan lain-lain.

Selain macam-macam bahan dokumenter diatas, bahan dokumenter ini dibagi lagi sebagai 2, yaitu dokumen pribadi serta dokumen resmi.

a. Dokumen Pribadi
Dokumen eksklusif merupakan catatan atau karangan seorang secara tertulis mengenai tindakan, pengalaman, da kepercayaannya. Maksud mengumpulkan dokumentasi langsung ialah buat memperoleh peristiwa nyata mengenai situasi sosial serta aneka macam faktor dis ekitar subjek penelitian (Sugiyono, 2008: 217). Dokumen pribadi ini bisa berupa buku harian, otobiografi serta sebagainya.

b. Dokumen Resmi
Dokumen resmi terbagi terbagi atas dokumen intern serta dokumen intern. Dokumen intern bisa berupa memo, pengumuman instruksi, ataupun dari lembaga untuk kalangan sendiri seperti selebaran atau laporan rapat,keputusa pemimpin tempat kerja, kesepakatan yaitu kebiasaab-norma yg berlangsung di suatu lembaga serta sebagainya. Sedangkan dokumen ekstern berupa bahan-bahan fakta yg dimuntahkan suatu pemerintahan (Burhan Bungin, 2008: 123).

Dalam penelitian ini dokumen yg akan dikaji menjadi bahan penulisan sejarah yg terkait dengan kebutuhan peneliti nir begitu banyak maka peneliti pada hal ini hanya memakai kitab kuno yang disebut menjadi Takepan buat menelusuri sejarah tersebut, lebih berdasarkan itu terdapat pula monografi desa serta salinan daftar pemilih tetap pemilihan umum kabupaten Lombok timur tahun 2009/2019. Adapun dari takepan itu buat mengetahui tentang sejarah awal warga desa Jerowaru, lalu menurut monografi desa yaitu buat memperoleh data yg jelas mengenai desa Jerowaru secara umum dari beberapa aspek dalam kekiniannya. Dan yg terakhir adalah daftar pemilih tetap tadi, yaitu digunakan buat memastikan mengenai konsentrasi loka tinggal bangsawan yg cendrung tinggal di satu tempat menggunakan sesama golongannya. Selain bahan dokumen yg berupa kitab -kitab diatas tersebut, peneliti juga menggunakan foto-foto menjadi bahan kajian dokumenter ini.

b. Kritik 
Setelah sumber sejarah dalam aneka macam katagorinya itu terkumpul, termin yang berikutnya adalah pembuktian atau lazim dianggap pula dengan kritik buat memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini yang harus jug adiuji adalah keabsahan mengenai keaslian asal (otensitas) yg dilakukan melalui kritik ekstern, dan keabsahan mengenai kesahihan asal (dapat dipercaya) yang ditelusuri melalui kritik intern. Berikut ini ke 2 teknik pembuktian tersebut akan dijelaskan satu-persatu:

1. Keaslian Sumber (otensitas)
Otensitas dari asal ini minimal dapat diuji menurut lima pertanyaan pokok menjadi berikut:
1. Kapan asal itu dibentuk ?
2. Dimana sumber itu dibentuk ?
3. Siapa yg membuat ?
4. Dari bahan apa asal itu dubuat ?
5. Apakah asal itu pada bentuk yang orisinil?

Kelima pertanyaan ini masih minimal buat mengajukan pertanyaan dalam menentukan keabsahan menurut dokumen sejarah yang diteliti buat dijadikan sumber penulisan sejarah (Abdurrahman, 1999: 26). Lebih dari itu jika yang kita teliti tadi merupakan liputan dari informan dan bukan dokumen maka dalam hal ini Lucet sebagaimana dikutif Helius Sjamsudin (2007) berkata bahwa sebelum smber-sumber sejarah dapat digunakan menggunakan aman, paling tidak ada lima pertanyaan yang harus dijawab menggunakan memuaskan: 
1. Siapa yg menyampaikan itu?
2. Apakan satu atau dengan alternatif kesaksian itu sudah diubah?
3. Apa sebenarnya yang dimaksud sang orang itu menggunakan kesaksiannya itu?
4. Apakan orang yg memberikan informasi itu seseorang saksi mata (witnes) yang kompeten, apakah beliau mengetahui faktor itu?

Oleh karenanya dalam dasarnya kritik eksternal wajib menegakkan informasi menurut kesaksia bahwa :
a. Kesaksian itu benar-sahih diberikan sang orang ini atau pada saat ini (authenticity)
b. Kesaksian yang sudah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perunahan (uncorupted), tanpa ada suatu tambahan-tambahan atau penghilangan-penghilangan yang substansial (itegriti) (Helius Sjamsudin, 2007: 134).

Karena warta yg peneliti cari berkisar pada tahun 1970-an, maka tergolong sejarah yang kontemporek, sebab orang-orang yang terlibat langsung pada saat itu masih hidup jadi mampu dikatakan kesaksiannya lantaran merupakan asal primer sangat bisa dianggap, sekaligus dengan jalan memadukan diantara beberapa partanyaan yg sama serta diajukan dalam informan yg tidak sinkron, lalu apabila ada berdasarkan sebagian kecil berdasarkan informan yang pendapatnya berbeda dan penulis kurang meyakini pendapatnya karena sebagian akbar bersaksi sama maka pendapat satu orang atau 2 orang diantara sepuluh orang tadi gugur menggunakan sendirinya.

2. Kesahihan Sumber (kredibilitas)
Kritik internal sebagaimana yang disarankan oleh istilahnya menekankan aspek kedalaman yaitu isi dari sumber, kesaksian (testimoni). Oleh karena itu misalnya yg ditulis Helius Sjamsudin (2007) dalam kritik intern ini seseorang peneliti harus menetapkan apakah kesaksian itu dapat diandalkan (reliable) atau nir. Keputusan ini didasarkan atas inovasi 2 penyidikan (inquiry), yaitu:
a. Arti sebenarnya menurut kesaksian itu wajib dipahami?
b. Setelah liputan kesaksian dibuktikan serta selesainya arti sebenarnya berdasarkan isinya sudah dibuat sejelas mungkin, selanjutnya kredibelitas saksi wajib ditegakkan.

Adapun berkenaan menggunakan sumber verbal, bila ingin teruji kredibilitasnya sebagai warta sejarah, maka wajib memenuhi sebagaimana syarat-kondisi yang diajukan Garraghan sebagaimana dikutif Dudung Abdurrahman (1999) menjadi berikut:
a. Syarat-kondisi umum: asal verbal (tradisi) harus didukung olek saksi berantai serta disampaikan sang pelopor pertama yg terdekat. Sejumlah saksi itu harus sejajar serta bebas, dan mampu menyampaikan informasi yang teruji kebenarannya.
b. Syarat-syarat khusus: sumber mulut mengandung peristiwa krusial yg diketahui umum; telah sebagai kepercayaan generik dalam masa eksklusif; selama masa eksklusif itu tradisi dapat berlanjut tanpa protes atau penolakan perseorangan; lamanya tradisi nisbi terbatas; adalah aflikasi menurut penelitian yang kritis; dan tradisi nir pernah ditola oleh pemikiran kritis.

Dalam hal dapat dipercaya sumber ini peneliti sebagaimana penjelasan diatas dalam sumber verbal memakai saksi yg berantai, bahkan saksi tadi adalah sumber primer yang secara langsung mengalami dan merasakan tentang keterangan yang peneliti tanyakan terkait dengan sejarah rakyat desa jerowaru tersebut. Dan menurut beberapa saksi yg berantai itu jika seperti yg telah dijelaskan diatas menyimpang menurut pendapat umum maka kesaksiaanya tersebut ditolak buat dijadikan asal sejarah, yg telah barang tentu pada hal ini ke kredibelan informan tadi jua peneliti ketahui.

c. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran data sejarah sering diklaim pula menggunakan analisis sejarah. Kata analisis sendiri berarti menguraikan, serta secara terminologis tidak selaras dengan sintesis yang berarti menyatukan. Tetapi keduanya misalnya yang dikatakan Kuntowijoyo dalam bukunya Dudung Abdurrahman (1999) bahwa analisis dan buatan dicermati sebagai metode-metode utama dalam interpretasi.

Lebih jelasnya bahwa interpretasi data atau analisis data adalah proses mencari serta menyusun secara sistematis data yg diperoleh berdasarkan output wawancara, catatan lapangtan, serta dokumentasi menggunakan cara mengorganisasikan dalam katagori,menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting serta yg akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2008: 244). Dengan begitu analisis sejarah itu sendiri, misalnya yg dikatakan Berkhofer (Abdurrahan:1999) bertujuan melakukan buatan atas sejumlah fakta yang diperoleh dari asal-asal sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah warta itu kedalam suatu interpretasi yg menyeluruh. 

Karena didalam penulisan sejarah sering pula terjadi interpretasi nir sesuai atau bahkan terlalu meluas maka soerang peneliti dianjurkan memusatkan perhatiannya pada pos-pos eksklusif yang mengungkapkan suatu maslah, contohnya: menggunakan menyelidiki tokoh-tokoh, longkungan peristiwa yang melingkupinya dan sebagainya. Selanjutnya perhatian diarahkan pada analisis mengenai apa yg dipikirkan orang, diucapkan dan diperbuat orang yang mengakibatkan perubahan melalui dimensi waku (abdurrahman, 1999: 61-62).

Adapun yg dilakukan peneliti dalam termin iterpretasi data ini merupakan mensintesiskan beberapa liputan supaya sinkron dengan teori yang dipakai. Misalnya ada teori yg mengatakan bahwa hubungan ditentukan sang keturunan yg selektif, dimana dalam kekerabatannya mempunyai hak atas gelar, lambing, kepemilikan dan lain-lain, begitu jua berita yg dihasilkan mencari titik temu antara teori tersebut menggunakan hasil penelitian yang akan dijelaskan.

d. Historiografi
Sebagai fase terakhir dalam penulisan sejarah, historiografi ini adalah cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah itu hendaknya dapat memberikan citra yg kentara tentang proses penelitian, sejak awal (fase perencanaan) hingga dengan termin terakhir (penarikan konklusi). Jadi dengan penulisan sejarah itu akan dipengaruhi mutu penelitian sejarah itu sendiri (Abdurrahman,1999: 67).

Diantara syarat umum yg harus diperhatikan peneliti didalam pemaparan sejarah, seperti yang dikatakan Hasan Usman dalam bukunya Dudung Abdurrahman (1999), adalah: 
1. Peneliti harus mempunyai kemampuan mengungkapkan bahasa secara baik.
2. Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah itu sendiri menjadi bagian berdasarkan sejarah yg lebih umum, lantaran dia didahului oleh masa dan diikuti sang masa juga. Dengan perkataan lain, penulisan itu ditempatkannya sesuai menggunakan bepergian sejarah. 
3. Menjelaskan apa yang ditemukan sang peneliti menggunakan menyajikan bukti-buktinya dan membuat garis-garis generik yang akan diikuti secara jelas sang pemikiran pembaca.
4. Keseluruhan pemaparan sejarah haruslah argumentatf, ialah usaha menyerahkan pandangan baru-idenya pada merekonstruksi masa lampau itu didasarkan atas bukti-bukti tersendiri, buktri yang cukup lengkap, dan liputan-liputan akuarat.

Penyajian penelitian secara garis besar terdiri atas tiga bagian: (1) pengantar, (2) hasil penelitian, (tiga) kesimpulan. Setiap bagian umumnya terjabarkan dalam bab-bab atau sub bab yg jumlahnya nir ditantukan swecara singkat. Asalkan antara satu bab menggunakan bab yg lain harus ada pertalian yg jelas (Abdurrahman, 1999: 69).

Jenis historiografi yg dipakai sang peneliti adalah histiiriografi kritis, karena selain menggunakan pendekatan sosial yg merupakan bagian menurut tema sejarah kritis yg multi disipliner (multy approach), sekaligus dalam melihat interaksi status sosial pada jerowaru menggunakan dua pendekatan baik berdasarkan golongan bangsawan maupun masyarakat biasa tentang sejarahnya sebagai akibatnya pada penulisannya pada termin historiografi nir terjadi bias atau melihat dengan satu kacamata saja. Sekaligus pada penulisan ini selain mampu menghadirkan perbedaan makna sejarahnya sekaligus nuansa sosial, budaya, ekonomi dan pendididak tercakup di dalamnya.

KONSEPKONSEP DASAR KOMUNIKASI YANG DIAPLIKASIKAN DALAM KEGIATAN BISNIS

Konsep-Konsep Dasar Komunikasi Yang Diaplikasikan Dalam Kegiatan Bisnis
A. Konsep-konsep dasar Komunikasi dalam Komunikasi Bisnis 
Pada dasarnya ada dua bentuk dasar komunikasi yg lazim dipakai dalam global usaha, yaitu komunikasi verbal serta nonverbal. Masing-masing bentuk komunikasi tadi dapat dijelaskan secara singkat menjadi berikut :

1. Komunikasi Verbal
Apa yg dimaksud dengan komunikasi verbal? Komunikasi lisan (verbal communications) adalah salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan buat mengungkapkan pesan-pesan bisnis pada pihak lain melalui goresan pena juga mulut. Bentuk komunikasi ini mempunyai struktur yang teratur serta terorganisasi dengan baik.

Dalam global bisnis bisa dijumpai aneka macam macam contoh komunikasi mulut, contohnya:
  • Membuat dan mengirim surat teguran pada nasabah yang menunggak pembayarannya.
  • Membuat dan mengirim surat penawaran harga barang pada pihak lain.
  • Membuat dan mengirim surat konfirmasi barang kepada pelanggan.
  • Membuat serta mengirim surat pemesanan barang (order) kepada pihak lain.
  • Membuat dan mengirim surat aduan (claim) pada pihak lain.
  • Membuat dan mengirim surat permintaan barang kepada pihak lain.
  • Membuat dan mengirim surat penolakan kerja.
  • Membuat serta mengirim surat kontrak kerja pada pihak lain.
  • Memberi warta pada pelanggan yg meminta liputan mengenai produk-produk baru.
  • Berdiskusi dalam suatu tim kerja (teamwork).
  • Melakukan wawancara kerja dengan para pelarnar kerja di suatu perusahaan.
  • Mengadakan briefing dengan staf karyawan. 
  • Mengadakan pembinaan manajernen kepada para manajer operasional/lini bawah.
  • Melakukan presentasi proposal pengembangan perusahaan pada hadapan tim penguji. 
  • Melakukan teleconference menggunakan pihak lain.
Dalam dunia bisnis, seseorang dapat saja mengekspresikan pesan-pesannya secara nonverbal (nir melalui goresan pena atau mulut). Namun, ekspresi secara nonverbal mempunyai suatu keterbatasan pada mengkomunikasikan sesuatu pada pihak lain. Sebagai model, bila seorang ingin membahas suatu kejadian masa lalu, wangsit atau abstraksi, beliau tidak sanggup memakai aktualisasi diri paras atau bahasa tubuh buat menerangkannya. Sebaliknya, dia harus menggunakan bahasa verbal, atau dengan kata lain dia perlu menyusun istilah-kata pada suatu pola. Yg merniliki arti atau makna, baik pada bentuk tulisan juga ekspresi.

Melalui komunikasi lisan atau tulisan, diperlukan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan menggunakan baik. Penyarnpaian suatu pesan melalui tulisan dan mulut mempunyai suatu harapan bahwa seseorang akan bisa mernbaca atau mendengar apa yg dikatakan pihak lain dengan baik dan sahih.

Komunikasi bisnis yg efektif sangat tergantung pada keterampilan seseorang dalam mengirim juga mendapat pesan. Secara umum, buat mengungkapkan pesan-pesan usaha, seorang bisa memakai tulisan dan verbal. Sedangkan untuk mendapat pesan-pesan bisnis, seorang dapat menggunakan indera pendengaran dan bacaan. Bagan 1.2 menerangkan banyak sekali macam bentuk komunikasi verbal yg digunakan dalam global usaha.

a. Berbicara serta Menulis
Pada umumnya, buat mengirimkan pesan-pesan bisnis, orang lebih senang berbicara (speaking) daripada menulis (writing) suatu pesan. Alasannya, komunikasi ekspresi relatif lebih gampang, simpel (efisien), serta cepat pada penyampaian pesan-pesan bisnis. Pada umumnya, bagi para pelaku bisnis, penyampaian pesan-pesan bisnis menggunakan tulisan relatif sporadis dilakukan. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa komunikasi lewat tulisan nir Penting. Hal ini lantaran nir seluruh hal sanggup disampaikan secara ekspresi.

Pesan yang sangat krusial serta kompleks, lebih sempurna disampaikan menggunakan memakai goresan pena. Adapun bentuk-bentuk komunikasi tertulis dalam global usaha meliputi antara lain surat (macam-macam surat usaha), memo, serta laporan. Masing-masing bentuk surat-surat bisnis tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci pada bab-bab berikutnya.

b. Mendengar dan Membaca
Meskipun buku ini lebih menekankan pada bentuk komunikasi goresan pena daripada verbal, perlu diingat bahwa komunikasi yg efektif adalah komunikasi dua arah. Orang-orang yg terlibat pada global bisnis cenderung lebih suka memperoleh atau menerima liputan daripada mengungkapkan informasi. Untuk melakukan hal tadi, mereka memerlukan keterampilan mendengar (listening) dan membaca (reading).

Sayangnya, kebanyakan orang dalam dunia bisnis mempunyai kemampuan mendengar yg nisbi lemah (kurang baik). Sebagai model sederhana, saat seorang mengikuti seminar usaha, maka keterangan yg bisa diserap pada benak pikiran mungkin hanya setengah dari yang diucapkan (itupun masih tidak mengecewakan). Beberapa hari kemudian, pesan yang masih bisa diingat mungkin tinggal seperempatnya. Begitu jua halnya menggunakan mahasiswa. Tatkala mengikuti kuliah, pada hari pertama mungkin poly hal yg didapatkan, dipaharni, serta dimengerti. Namun, pada hari-hari berikutnya materi yg masih dapat diingat, dipaharni, dan dimengerti sudah semakin banyak berkurang.

Dalam kaitannya menggunakan keterampilam membaca, seseorang tak jarang mengalarni kesulitan dalam mengambil pesan-pesan penting berdasarkan suatu bacaan. Hasil studi yang dilakukan sang Irwin Ross pada tahun 1986 pada majalah Fortune Amerika Serikat rnenunjukkan bahwa kira-kira 38 persen menurut orang dewasa mengalarni kesulitan memahami iklan di aneka macam surat warta, 14 % kesulitan mengisi cek secara benar, 26 persen kesulitan pada penjurnlahan dan pengurangan dalam kitab cek, dan kurang lebih 20 % mengalarni kesulitan membaca menggunakan baik.

Meskipun mendengar dan membaca merupakan hal yg berbeda, keduanya memerlukan pendekatan serupa. Langkah pertama adalah mencatat informasi yang berarti bahwa seseorang wajib memusatkan perhatian dalam pembicaraan yang tengah berlangsung atau bahan yg sedang dibacanya. Setelah bisa menangkap inti pembicaraan atau bacaan, langkah selanjutnya merupakan menafsirkan serta menilai kabar. Langkah ini adalah bagian terpenting dari proses mendengar.

Sambil melakukan penyaringan suatu fakta, seseorang wajib bisa tetapkan mana liputan yg penting serta mana yang tidak krusial. Suatu pendekatan yg bisa dilakukan adalah mencari ilham utama (main idea) serta ilham-wangsit pendukung (supporting idea) secara rinci. Jadi, buat dapat menyerap kabar menggunakan baik seorang wajib dapat berkonsentrasi pada apa yg sedang dibaca atau didengar. Pekerjaan tadi tentu saja bukan tugas yang mudah, lantaran perlu suatu tindakan yang berulang-ulang, tidak sekali jadi sebagaimana bim salabim!

2. Komunikasi Nonverbal
Bentuk komunikasi yg paling fundamental pada komunikasi bisnis merupakan komunikasi nonverbal (nonverbal communications). Menurut teori antropologi, sebelum insan menggunakan kata-kata, manusia sudah memakai gerakan-gerakan tubuh, bahasa tubuh (body language) sebagai alat untuk berkomunikasi menggunakan orang lain. Berikut ini merupakan beberapa contoh perilaku yang memberitahuakn komunikasi nonverbal:
  • Menggertakkan gigi buat menampakan kemarahan (dalam bahasa jawa diklaim getem-getem).
  • Mengerutkan dahi untuk memberitahuakn seseorang sedang berpikir.
  • Gambar laki-laki atau perempuan yg dipasang pada pintu masuk toilet buat menampakan kamar sinkron menggunakan jenis kelaminnya.
  • Berpangku tangan buat memperlihatkan seseorang sedang melamun.
  • Tersenyum dan berjabat tangan dengan orang lain untuk mewujudkan rasa bahagia, simpati, dan penghormatan.
  • Membuang muka untuk menunjukkan perilaku nir senang atau antipati terhadap orang lain.
  • Menggelengkan ketua buat memberitahuakn perilaku menolak atau keheranan.
  • Menganggukkan ketua buat menunjukkan indikasi putusan bulat atau OK.
  • Berbicara dengan merogoh jeda relatif menjauh buat menampakan bahwa lawan bicaranya belum begitu dikenal menggunakan baik (asing).
  • Menutup verbal dengan telapak tangan buat memperlihatkan suatu kebohongan.
  • Telapak tangan yg terbuka buat memperlihatkan kejujuran.
  • Tangan mengepal untuk memberitahuakn penuh percaya diri.
  • Gerakan kaki dan tangan secara nir teratur, bagaikan orang yg kedinginan buat memperlihatkan bahwa seseorang sedang grogi (nervous).
  • Seseorang mengirimkan seuntai bunga kepada teman yg meraih sukses usaha buat menampakan rasa simpati dan ucapan selamat atas kesuksesan yg diraih.
  • Ruang tunggu sebuah bank disediakan tanpa loka duduk buat menampakan bahwa para nasabah akan dilayani menggunakan cepat tanpa wajib menunggu lama .
Pendek kata, pada komunikasi nonverbal orang dapat mengambil suatu konklusi mengenai banyak sekali macam perasaan orang lain, baik rasa senang , benci, cinta, rindu dan banyak sekali macam perasaan lainnya. Lagi juga, komunikasi nonverbal tidak sama dengan komunikasi lisan di pada cara yg cukup fundamental.

Pada umumnya, bentuk komunikasi nonverbal mempunyai sifat yang kurang terstruktur yg membuat komunikasi nonverbal sulit buat dipelajari. Sebagai model, seorang akan mengalami kesulitan jika menyuruh orang lain buat merogoh buku kerja pada suatu loka yang terdapat majemuk rona maupun judul bukunya dengan menggunakan bahasa nonverbal. Di samping itu, proses belajar yang dialami seorang buat dapat melakukan perilaku nonverbal jua sulit dijelaskan. Tak seseorang pun pernah mengajari bagaimana bayi menangis, tersenyum, atau tertawa. Dan tak seseorang pun pernah belajar mengerutkan dahi, manakala jalan pikirannya buntu atau terganggu. Begitu halnya orang berteriak histeris, manakala seorang sedang putus harapan atau stres berat lantaran tidak mampu menyelesaikan pekerjaan berat sempurna pada waktunya.

Ada beberapa jenis komunikasi nonverbal lainnya, misalnya arti suatu rona dan gerak-isyarat tertentu, yg akan, bervariasi berdasarkan saat ke saat. Warna-warna cerah yang ada pada ruang-ruang kantor, warna sandang seragam kerja (uniform) para karyawan yg tidak sinkron antar departemen (bagian) yg satu dengan departemen (bagian) lainnya pada suatu perusahaan. Di samping itu, bahasa isyarat yg sering ditunjukkan oleh para karyawan yg sedang menuntaskan pekerjaan di kantor, juga termasuk keliru satu bentuk komunikasi nonverbal.

Komunikasi nonverbal juga lebih bersifat impulsif dibandingkan dengan komunikasi ekspresi pada hal penyampaian suatu pesan. Pada umumnyal sebelum menyampaikan sesuatu, seorang telah mempunyai suatu planning tentang apa yg ingin dikatakan. Misalnya, ketika seorang menyampaikan "Tolong, bukakan pintu itu," maka pada saat itu seseorang dengan sadar sudah mempunyai tujuan atau maksud eksklusif. Tetapi, saat seseorang berkomunikasi secara nonverbal, dia seringkali melakukannya secara tidak sadar. Contoh yg paling sederhana adalah mengerutkan dahi saat sedang memikirkan sesuatu, ekspresi wajah yang memerah lantaran ingin meluapkan kemarahan, mondar-mandir tanpa tujuan yg niscaya karena pikiran sedang kacau, serta sejenisnya. Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yg bersifat alami (natural) serta tak pernah direncanakan sebelumnya. Ekspresi seseorang baik senang dan murung , jua termasuk ke dalam komunikasi nonverbal.

3. Pentingnya Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal acapkali nir bersiklus atau kurang terstruktur. Namun, komunikasi nonverbal mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada komunikasi mulut. Isyarat-isyarat komunikasi nonverbal merupakan sangat penting terutama buat menyampaikan perasaan serta emosi seseorang.

Apa kebaikan atau keunggulan berdasarkan komunikasi nonverbal? Salah satu kebaikan komunikasi nonverbal adalah kesahihannya (reliabilitas). Hal ini berkaitan dengan taraf agama yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yg disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Secara umum, orang akan mudah menipu orang lain menggunakan menggunakan istilah-istilah daripada memakai gerakan tubuh (bahasa isyarat). Komunikasi menggunakan menggunakan istilah-kata akan lebih gampang dikendalikan daripada menggunakan menggunakan bahasa isyarat (gerakan badan/tubuh) atau aktualisasi diri wajah. Hal ini ditimbulkan sang sifat komunikasi nonverbal yg impulsif. Ketika seorang mendengar berita yang menyenangkan, aktualisasi diri wajah seorang nampak cerah ceria, seolah-olah tanpa beban. Namun, apabila seseorang mendengar liputan yang kurang menyenangkan yg menyangkut diri sendiri, famili, atau sahabat karib, maka menggunakan cepat aktualisasi diri wajah seseorang akan gampang berubah sebagai sedih, lesu, lemah, tak bergairah, seolah-olah hampa global ini.

Dengan memperhatikan isyarat nonverbal, seorang bisa mendeteksi kecurangan atau menegaskan kejujuran orang lain. Maka, tidaklah mengherankan bila seorang lebih percaya dalam pesan-pesan yg disampaikan melalui isyarat nonverbal ketimbang pesan-pesan yang disampaikan melalui isyarat ekspresi. Seseorang bisa saja menutup-nutupi kecurangan dengan isyarat ekspresi (seperti goresan pena). Namun, beliau nir bisa sepenuhnya menutupi apa yg sedang terjadi pada dirinya karena hal itu tercermin pada ekspresi wajahnya. Manakala paras seseorang sedih atau cemberut, maka bisa diduga bahwa seorang sedang menghadapi suatu masalah, mungkin masalah langsung, famili, atau perkara usaha pada kantornya.

Komunikasi nonverbal krusial ialah bagi pengirim serta penerima pesan, karena sifatnya yg efisien. Suatu pesan nonverbal bisa disampaikan tanpa wajib berpikir panjang, dan pihak audiens pula bisa menangkap ialah dengan cepat.

Coba perhatikan para petugas penyaji kuliner dan minuman (dalam bahasa Jawa diklaim sinoman) pada suatu acara resepsi yg sedang melakukan tugasnya. Pada urnurnnya mereka memiliki bahasa-bahasa isyarat tertentu yang dapat dipaharni sang teman-teman mereka buat menunjukkan loka-tempat mana yang sudah maupun yang belum menerima jamuan kuliner atau minurnan. Contoh lain, waktu seseorang karyawan berusaha inernanggil ternannya yg sedang as yik mengobrol pada suatu ternpat yg agak jauh. La bisa memakai isyarat nonverbal misalnya bertepuk tangan sambil melambaikan tangan buat memanggil temannya tadi.

Cukup poly model bentuk kornunikasi nonverbal baik yg terdapat pada kehidupan sehari-hari juga dalam global bisnis. Coba Anda kernbangkan contoh-contoh yg lain!

4. Tujuan Komunikasi Nonverbal
Meskipun komunikasi nonverbal dapat berdiri sendiri, tetapi sering berkaitan erat menggunakan ucapan (lisan). Ini berarti tak jarang terjadi penggabungan antara komunikasi mulut dan nonverbal dalam suatu situasi. Kata-istilah yang disampaikan pada suatu dialog hanya membawa sebagian berdasarkan suatu pesan. Sedangkan bagian yg lain, disampaikan melalui sinyal-sinyal nonverbal. Coba amati acara "Dunia dalam Berita' pukul 21.00 WIB pada stasiun televisi TVRI. Dalam program itu, dengan gampang bisa dijurnpai kombinasi kornunikasi lisan dan nonverbal. Coba perhatikan dengan cermat!

Apa sebenarnya tujuan komunikasi nonverbal? Menurut John V. Thil dan Courtland Bovee pada Excellence In Business Communications, kornunikasi nonverbal memiliki enam tujuan, yaitu: 
1) Menyediakan/memberikan liputan. 
2) Mengatur alur suatu dialog.
3) Mengekspresikan emosi.
4) Mernberi sifat, melengkapi, menentang, atau berbagi pesan-pesan mulut.
5) Mengendalikan atau menghipnotis orang lain.
6) Mempermudah tugas-tugas spesifik, misalnya bagairnana mengayunkan tongkat golf yg baik serta benar.

Bagaimana relevansi komunikasi nonverbal pada global usaha? Dalam dunia bisnis, komunikasi nonverbal bisa membantu menentukan dapat dipercaya serta potensi kepemimpinan seorang. Jika seseorang dapat belajar mengelola pesan yg dibentuk dengan bahasa isyarat, karakteristik atau aktualisasi diri wajah, suara dan penampilan, beliau bisa melakukan komunikasi menggunakan baik. Dengan kata lain, seseorang manajer (pemimpin) sekaligus harus bisa sebagai komunikator yg baik. La wajib memahami bagaimana mengungkapkan pesan-pesan bisnis pada para bawahannya, kapan dan kepada siapa pesan-pesan usaha itu harus disampaikan.

Lebih lanjut, apabila seorang bisa belajar membaca pesan-pesan nonverbal yg disampaikan orang lain, beliau akan bisa menafsirkan maksud dan perilaku mereka secara lebih akurat serta lebih sempurna. Ketika berurusan dengan para karyawan, klien atau pelanggan, perhatikanlah secara seksama pesan-pesan yang mereka sampaikan. Jika perilaku karyawan memperlihatkan tanda-tanda-gejala kurang atau menurun semangat kerjanya, seringkali melakukan mogok kerja, serta prestasi kerja menurun, seseorang manajer harus tanggap serta segera mengambil langkah-langkah penanggulangan. Contoh-model tersebut mendeskripsikan betapa pentingnya bagi seseorang pemimpin pada level apa pun buat peka terhadap perilaku atau konduite yg ditunjukkan sang bawahannya.

PROSES KOMUNIKASI
Sesuatu yang bisa dinikmati waktu ini seperti kitab yang sedang Anda baca, compact disc menggunakan lagu-lagu nostalgia, acara-program televisi yang beraneka ragarn, Internet yang banyak membawa informasi baru, personal computer yang semakin canggih, dan sejenisnya tidaklah tiba begitu saja, tetapi melalui suatu proses yang cukup panjang. Demikian juga dengan komunikasi, yg memerlukan proses.

Perhatikanlah seorang yang sedang berbicara, menulis, mendengar, atau membaca, kegiatan komunikasi yg mereka lakukan lebih menurut satu tindakan. Sebagai suatu proses, kormunikasi mempunyai persamaan menggunakan bagaimana seseorang mengekspresikan perasaan, hal-hal yg berlawanan (kontradiktif), yang sama (selaras, serasi), serta mencakup proses menulis, mendengar, serta mempertukarkan kabar. Menurut Courtland L. Bovee serta John V. Thil dalam Business Communication Today, proses komunikasi (communication process) terdiri atas enarn termin, yaitu:
1) Pengirim memiliki suatu wangsit atau gagasan.
2) Pengirim membarui wangsit sebagai suatu pesan. 
3) Pengirim menyampaikan pesan.
4) Penerima menerima pesan.
5) Penerima menafsirkan pesan.
6) Penerima memberi tanggapan serta mengirim urnpan balik kepada pengirim.

Keenam tahapan dalam proses komunikasi tersebut bisa digambarkan pada sebuah diagram menjadi berikut:

Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide atau Gagasan
Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim pesan wajib menyiapkan ilham atau gagasan apa yg ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens. Ide dapat diperoleh menurut banyak sekali sumber yang terbentang luas pada hadapan kita. Dunia ini penuh dengan banyak sekali macam fakta, baik yang dapat dicermati, didengar, dicium maupun diraba. Ide-wangsit yang ada pada benak kita disaring serta disusun ke pada suatu memori yg terdapat dalam jaringan otak, yg merupakan citra persepsi kita terhadap kenyataan. Setiap orang akan memiliki peta mental yg berbeda, lantaran kita memandang dunia dan menyerap banyak sekali pengalaman menggunakan suatu cara yang unik dan bersifat individual.

Karena persepsi adalah hal yg unik, pandangan baru yg disampaikan seorang mungkin akan ditafsirkan secara tidak sinkron oleh orang lain. Bahkan dua orang yg mempunyai suatu pengalaman yang sama terhadap sesuatu hal atau insiden, akan mempunyai suatu kesan yang tidak serupa. Sebagai contoh, terdapat 2 orang yang beserta-sama mengikuti briefing berdasarkan pimpinan perusahaan. Apabila mereka diminta buat menceritakan pengalaman mereka masing-masing, tentu ada beberapa hal yg tidak sama. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena setiap orang akan menyaring keterangan yang didapat, dan hanya akan memperhatikan dan mengingat hal-hal yang mereka anggap menarik atau penting. Seorang komunikator yg baik wajib dapat menyaring hal-hal yang nir krusial atau nir relevan, serta memusatkan perhatian dalam hal-hal yang memang penting serta relevan. Dalam global komunikasi, proses tersebut dikenal menjadi abstraksi (abstraction).

Tahap Kedua: Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan 
Dalam suatu proses komunikasi, nir semua pandangan baru dapat diterima atau dimengerti dengan paripurna. Seperti yg telah diuraikan dalam, bagian B dari bab ini, proses komunikasi dimulai dengan adanya ide pada pikiran, yang lalu diubah ke dalam bentuk pesan-pesan misalnya pada bentuk kata-istilah, ekspresi wajah, dan sejenisnya, buat lalu dipindahkan pada orang lain.

Agar pandangan baru bisa diterima dan dimengerti secara paripurna, pengirim pesan wajib memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audiens, gaya personal, dan latar belakang budaya. Sebagai contoh sederhana, pada umumnya orang Timur cenderung mengungkapkan pesan menggunakan memakai bahasa tak eksklusif serta bahasa penghalus. Untuk menyatakan sikap menolak, seorang terlebih dahulu harus memakai kalimat-kalimat pembuka yg bersifat netral, baru kemudian menyatakan sikap penolakan.

Tahap Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan
Setelah membarui inspirasi-pandangan baru ke pada suatu pesan, tahap berikutnya merupakan memindahkan atau menyampaikan pesan melalui aneka macam saluran yang terdapat pada si penerima pesan. Rantai saluran komunikasi yg digunakan buat mengungkapkan pesan terkadang relad pendek, namun ada j uga yg relatif panjang. Panjang-pendeknya rantai saluran komunikasi yang dipakai akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Jika pesan-pesan yg panjang serta kompleks disampaikan secara mulut, pesan-pesan tersebut bisa terdistorsi atau bahkan bertentangan dengan pesan aslinya. Di samping itu, dalam menyampaikan suatu pesan, banyak sekali media komunikasi bisa digunakan, media goresan pena juga verbal. Oleh karenanya, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yg akan disampaikan.

Tahap Keempat: Penerima Menerima Pesan
Komunikasi antara seorang dengan orang lain akan terjadi, jika pengirim mengirimkan suatu pesan serta penerima mendapat pesan tadi. Apabila seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru bisa terjalin bila penerima surat telah membaca serta memahami isinya.

Jika seseorang mengungkapkan pidato pada hadapan generik, para pendengar sebagai audiens harus bisa mendengar apa yg dikatakan, serta memahami pesan-pesan yang disampaikan.

Tahap Kelima: Penerima Menafsirkan Pesan
Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya merupakan bagaimana dia bisa menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti serta tersimpan di dalam benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya, suatu pesan baru bisa ditafsirkan secara benar jika penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud sang pengirim pesan.

Tahap Keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Mengirim Umpan Balik ke Pengirim
Umpan kembali (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. La merupakan tanggapan penerima pesan yg memungkinkan pengirim buat menilai efektivitas suatu pesan.

Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan menggunakan cara eksklusif serta memberi frekuwensi terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan sang penerima pesan beraneka macam, dapat berupa suatu senyuman, tertawa, sikap murung , cemberut, memberi komentar sekilas (singkat), anggukan sebagai pembenaran, atau pesan secara tertulis. Sebagai contoh, seseorang karyawan perusahaan menerima sepucuk surat berdasarkan pimpinannya. Sesaat kemudian surat tadi dibacanya. Apabila aktualisasi diri wajahnya nampak murung , berarti dapat diduga bahwa beliau mendapat kabar yg kurang menyenangkan. Sebaliknya, jlka ia menerima surat berdasarkan pimpinannya dan sehabis dibacanya nampak ekspresi paras yang berseri-seri, bisa diduga bahwa ia mendapat berita yg menyenangkan. Bentuk aktualisasi diri paras tadi adalah model umpan kembali (feedback) dalam berkomunikasi.

Umpan kembali memegang peranan penting pada proses komunikasi, lantaran ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Di samping itu, adanya umpan balik dapat menerangkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran istilah-kata, dan perbedaan reaksi secara emosional.

B. Variabel-variabel Komunikasi Bisnis 
Berbicara mengenai variabel-veriabel komunikasi, termasuk komunikasi bisnis, umumnya mengacu pada contoh komunikasi klasik yg dikembangkan pakar komunikasi Harold D. Laswell. Variabel-variabel tadi dirumuskan pada apa yang dinamakan Formula Laswell yang menyatakan : who, says what, to whom, through what channel and with what effect? Dari formula ini, kita bisa mengidentifikasi bahwa who adalah komunikator, say what merupakan pesan, to whom adalah komunikan, through what channel merupakan saluran/media, serta with what effects merupakan imbas komunikasi. Namun penerapan formula ini dalam kegiatan komunikasi usaha memerlukan sedikit modifikasi, seperti yg dilakukan Rosenblatt berikut adalah :
  1. Variabel Sumber (who) : yg berkaitan dengan kredibilitas sumber yang berdimensi keahlian, agama dan dinamisme.
  2. Variabel Pesan (say what) : yg berupa pesan ekspresi dan nonverbal
  3. Variabel Penerima (to whom) : yang berkaitan dengtan karakteristik komunikan dari aspek fisologis, psikologis serta sosiologis.
  4. variabel Konteks (in what context) : yg terdiri berdasarkan konteks psikologis serta fisikal
  5. Variabel Saluran (through what channel) : yang penggunaannya dipengaruhi sang variabel penerima dan pesan
  6. Variabel Efek (with what effects) : yg dipakai buat mengukur tingkat keberhasilan aktivitas atau proses komunikasi.
Bila dibandungkan dengan Formula Laswell, Rosenblatt menambahkan variabel “konteks”. Hal ini sanggup dimengerti karena proses komunikasi, termasuk komunikasi bisnis, selalu berlangsung pada konteks tertentu.

C. Komunikasi pada Manajemen Bisnis 
Tujuan organisasi usaha adalah buat mempertinggi kualitas hayati masyarakat. Sebagai sebuah kegiatan usaha, organisasi usaha pun bertujuan buat menerima keuntungan. Keuntungan serta peningkatan kualitas hidup masyarakat itu diperoleh melalui cara yg sah dengan menyediakan kebutuhan barang-barang serta jasa masyarakat.

Elemen-elemen organisasi usaha bisa dibagi 2 :
1. Elemen eksternal 
2. Elemen internal

Elemen internal berada di pada organisasi bisnis yg mencakup mulai berdasarkan pemilik perusahaan, manajemen sampai karyawan. Sedangkan elemen eksternal adalah forum-forum yang secara pribadi juga tidak pribadi berpengaruh pada organisasi/lembaga bisnis misalnya forum pemerintah, pemasok, pelanggan serta penyalur.

Fungsi komunikasi pada manajemen merupakan sebagai indera buat mengintegrasikan serta mengkoordinasikan para pelaku bisnis. Fungsi komunikasi ini mengikuti pula fungsi-fungsi manajemen yakni :
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Actuating
4. Pengawasan

Komunikasi pada usaha sangat krusial untuk mendapatkan warta dan mensugesti.
Kegiatan komunikasi dalam manajemen amat bergantung pada iklim komunikasi di pada organisasi/lembaga usaha. Iklim komunikasi ini amat dipengaruhi gaya manajemen. Ada 4 gaya manajemen yakni :
1. Gaya direktif
2. Gaya pelatih
3. Gaya superotif
4. Gaya pendelegasian.

Gaya manajemen mana yg akan kita pakai, sangatlah bergantung dalam situasi organisasi/forum bisnis kita. Namun kecenderungan dalam manajemen terkini, gaya yang dipilih merupakan gaya yang mendukung iklim keterbukaan komunikasi. Dalam situasi manajemen ini, para manajer lebih poly menghabiskan waktunya buat mendengarkan dibandingkan menaruh perintah. Para pekerja menawarkan gagasannya, membantu memutuskan tujuan serta bekerja sama dalam memecahkan dilema. Tetapi poly masalah dijumpai, gaya manajemen partisipatif seperti itu sukar dijalankan lantaran keengganan para manajer sndiri buat mengganti gaya manajemen direktifnya. Para manajer itu sanggup menerima gagasan manajemen partisipatif tapi permanen membatasi arus kabar.

D. Proses Komunikasi Bisnis 
Menurut Bovee serta Thill (1989), dalam komunikasi usaha aneka macam bentuk komunikasi dilangsungkan. Kedua ahli itu lalu membuat prosentasi kegiatan komunikasi yang dilakukan dalam komunikasi usaha. Hampir separuh (45%) aktivitas komunikasi usaha merupakan mendengarkan/menyimak pesan komunikasi yg disampaikan orang lain. Sebagai imbangannya, 30% kegiatan komunikasi kita adalah berbicara. Sedangkan membaca mencapai 19% serta terkecil merupakan menulis 16%. Kegiatan komunikasi usaha tersebut berlangsung dalam berbagai level kegiatan komunikasi yakni :

1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa pada komunikasi bisnis dibutuhkan buat menyampaikan pesan kepada publik serta menerima pesan dari publik. Agar komunikasi bisnis pada level komunikasi massa berjalan menggunakan efektif perlu mengetahui karakteristik komunikasi massa yaitu :
Sumbernya terlembagakan
  • Pesannya bersifat publik
  • Medianya bersifat simultan dan periodik
  • Khalayaknya heterogen, anonim serta tersebar
  • Efeknya nir seketika
2. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok pada komunikasi bisnis bentuknya sangat bergantung pada jenis gerombolan yg dibuat. Ada beberapa jenis kelompok seperti :
  1. Kelompok kerja
  2. Fokus grup
  3. Komite
  4. Konferensi media
  5. Rapat publik
Kegiatan komunikasi usaha dalam level komunikasi kelompok ini amat dipengruhi budaya.

3. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi bisnis jua berlangsung dalam level komunikasi Interpersonal. Komunikasi interpersonal ini merupakan kegiatan memunculkan makna melalui pertukaran pesan. Agar kita memanfaatkan komunikasi interpersonal ini menggunakan baik, kita harus mengingat 10 prinsip komunikasi pada bab sebelumnya. Juga wajib mempertimbangkan proses simplifikasi dan abstraksi saat mengubah gagasan sebagai pesan. Dalam menyampaikan pesan tersebut, kita jua wajib memperhatikan siapa penerima pesan tadi.