PERENCANAAN KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN

Perencanaan Keuangan serta Pertumbuhan Perusahaan
Keberhasilan sebuah perusahaan bisa terlihat dari kemampuan para pengelola atau pihak manajemen perusahaan memanfaatkan peluang secara maksimal sehingga membentuk return (imbal output) sinkron yg dibutuhkan, itulah sebabnya tugas yg utama berdasarkan pengelola atau pihak manajemen perusahaan merupakan merencanakan masa depan perusahaan agar seluruh peluang atau kemungkinan yang diprediksi bisa diambil serta direalisasikan.

Pada dasarnya sebuah perencanaan tentang masa depan adalah perencanaan jangka panjang, itulah sebabnya diharapkan sebuah koordinasi yang padu tentang perencanaan jangka panjang berdasarkan aneka macam fungsi dalam perusahaan. Dalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan dibutuhkan unsur-unsur dasar berdasarkan kebijakan keuangan perusahaan, membaginya sebagai 4 (empat) unsur yakni :
  1. Perusahaan membutuhkan investasi pada asset-aset baru : Unsur ini akan muncul dari peluang-peluang investasi yg dipilih buat dilaksanakan perusahaan dan adalah output berdasarkan keputusan penganggaran kapital perusahaan.
  2. Tingkat Leverage keuangan yang dipilih buat dipergunakan : Hal ini akan menentukan jumlah pinjaman yg akan dipakai sang perusahaan buat mendanai investasinya dalam asset riil. Hal ini adalah kebijakan struktur kapital perusahaan. 
  3. Jumlah kas yang dirasakan perusahaan perlu dan layak buat dibayarkan kepada pemegang saham: hal ini ada kebijakan dividen perusahaan. 
  4. Jumlah likuiditas serta modal kerja yg diharapkan perusahaan pada operasi sehari-hari: Ini adalah keputusan modal kerja bersih perusahaan. 
Jadi keputusan mengenai perencanaan keuangan perusahaan mengenai masa depan perusahaan tersebut akan mencakup ke-empat area ini yang dalam gilirannya akan mencakup peluang pertumbuhan perusahaan yang berimbas dalam pemenuhan kebutuhan pendanaan baik melalui internal maupun eksternal yang akan memilih profitabilitas perusahaan tadi.

Adapun proses perencanaan keuangan adalah merupakan kegiatan perencanaan keuangan yg memperkirakan posisi serta syarat keuangan di masa depan, sehingga dalam menyusun rencana keuangan tadi dipergunakan serangkaian skenario yg merupakan perkiraan terhadap kemungkinan terjadinya kondisi di masa depan. Adapun serangkaian skenario masa depan tadi umumnya dibagi pada 3 (3) kondisi:
  1. Kondisi Terburuk ( Worst Condition) : Kondisi ini merupakan syarat yang diperkirakan terjadi waktu situasi perusahaan dan perekonomian sedang berada dalam situasi yang sulit sebagai akibatnya angka-angka yg digunakan dalam perencanaan merupakan angka-nomor yg pesimistis.
  2. Kondisi Normal (Normal Condition): Kondisi ini adalah kondisi dimana dianggap situasi perusahaan serta perekonomian yg biasa terjadi serta berjalan misalnya sebelumnya.
  3. Kondisi Terbaik ( Best Condition): Kondisi ini merupakan syarat waktu situasi perusahaan atau perekonomian sedang berada dalam situasi terbaiknya sebagai akibatnya angka –angka yg digunakan pada perencanaan adalah nomor –nomor yang optimistik.

Model Perencanaan Keuangan
Ketika sebuah perencanaan keuangan dibuat maka rencana tadi jua akan memasukkan laporan keuangan yakni neraca, laporan keuntungan-rugi menjadi bagian menurut perencanaan yang dibuat, adapun laporan keuangan ini diklaim jua laporan keuangan pro forma ( “pada bentuk”) . Jadi dalam hal ini laporan keuangan pro forma ini akan memasukkan serangkaian kemungkinan atau skenario yang terjadi pada masa depan, sehingga laporan keuangan pro forma merupakan hasil dari model perencanaan keuangan.

Andaikan seseorang memberikan data proyeksi penjualan yang telah diperkirakan maka contoh perencanaan keuangan akan menyediakan laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi yang didapatkan berdasarkan data proyeksi penjualan tersebut. Disini, data proyeksi penjualan yang telah diperkirakan tersebut menjadi “penggerak (driver)” yg artinya data proyeksi penjualan ini akan diberikan terlebih dahulu, kemudian data proyeksi laporan keuanganitu akan dihitung menurut atas data tersebut. 

Bisa saja, nomor proyeksi penjualan akan diberikan pada bentuk tingkat pertumbuhan pada penjualan, hal ini tidaklah menjadi duduk perkara karena perhitungan proyeksi penjualan akan diketahui sehabis diketahui tingkat pertumbuhannya. Sesudah dilakukan serangkaian skenario, maka yang teRp.enting disini bukanlah proyeksi penjualan wajib sempurna namun bagaimana interaksi atau keterkaitan antara investasi dan kebutuhan pendanaan pada aneka macam kemungkinan taraf penjualan bisa diketahui buat dipelajari agar bisa dilakukan keputusan-keputusan strategis serta berdampak jangka panjang.

Dalam hal investasi, disini akan diperkirakan proyeksi belanja kapital, serta akan terlihat pula disini proyeksi neraca melalui perubahan pada total asset tetap dan modal kerja higienis, sedangkan dalam hal keuangan (financing) akan bagaimana mencari dana yang diperlukan terhadap dana investasi yg diharapkan, akan ada masalah mengenai kebijakan deviden dan kebijakan utang agar perusahaan mendapatkan dana yg “siap” buat dipakai belanja kapital. 

Setelah data proyeksi penjualan dan perkiraan belanja kapital yg diharapkan diketahui maka akan terjadi ketidak-seimbangan dalam neraca, hal ini dikarenakan proyeksi total asset pasti lebih akbar menurut proyeksi sisi total pasiva. Karena itu diharapkan pendanaan baru buat menutupi semua proyeksi belanja modal, variable penyeimbang inilah yg dianggap “Plug” yang wajib dipilih, Penyeimbang ini adalah sumber berdasarkan pendanaan eksternal spesifik yg diharapkan untuk mengatasi kekuranagn (kelebihan) pada pendanaan sehingga dana bisa menjadi seimbang lagi seperti sebelumnya.

Tentu saja, yg terakhir dan jua sangat penting adalah dalam perencanaan tadi haruslah secara kentara menyatakan kondisi perekonomian suatu negara atau daerah kekuasaan politik dimana perusahaan tersebut berada, hal ini dikenal sebagai syarat makro-ekonomi suatu negara. Kondisi makro- ekonomian tadi antara lain mengenai inflasi, taraf suku bunga serta tarif pajak perusahaan.

Model Sederhana berdasarkan Perencanaan Keuangan
Adapun sebuah contoh dari model perencanaan keuangan sederhana menjadi berikut :
PT. Campur
Laporan Keuangan
Laporan Rugi Laba
Neraca
Penjualan

Rp.1000
Aset
Rp. 500
Hutang
Rp.250
Biaya

800


Modal Sendiri
Rp.250
Laba bersih
Rp.200
Total
Rp.500
Total
Rp.500

Perencanaan keuangan PT.campur berasumsi bahwa semua variabel terikat dalam penjualan serta interaksi yang sekarang merupakan optimal. Artinya semua item akan berkembang menggunakan persentase yg sama menggunakan penjualan. Misalkan penjualan meningkat 20 % berdasarkan Rp.1000 menjadi Rp.1200. Perencana pula akan meramalkan bahwa masih ada peningkatan biaya sebesar 20 persen, dari Rp. 800 menjadi Rp.800X1,dua=Rp.960. Laporan Pro forma akan menjadi:
Pro Forma
Laporan Laba Rugi
Penjualan
Rp. 1200
Biaya
960
Laba bersih
Rp.240
Asumsi bahwa semua variabel akan meningkat sebesar 20 %, membuat kita juga dapat membuat neraca pro forma.
Pro Forma Neraca
Aset
Rp.600(+100)

Hutang
Rp. 300(+50)



Modal Sendiri
300(+50)
Total
Rp.600(+100)

Total
Rp.600 (+100)

Sekarang kita harus merekonsiliasi ke 2 pro forma. Contohnya dapatkah Laba higienis sama menggunakan Rp.240 dan Modal Sendiri meningkat hanya Rp.50? Jawabannya merupakan bahwa PT.campur wajib membayar disparitas sebesar Rp.240-Rp.50=Rp.190,kemungkinan menjadi dividen. Dalam kasus ini dividen adalah plug variable.

Misalkan PT.campur tidak membayar Rp.190 tersebut. Dalam perkara ini, tambahan ke Laba ditahan merupakan sejumlah Rp.240. Pos Modal Sendiri PT.campur akan bertambah menjadi Rp.490(Rp.250 sebagai starting income+Rp.240 sebagai net income), serta hutang wajib dilunasi buat menjaga jumlah asset tetap Rp.600.

Dengan Rp.600 pada total Aset and Rp.490 pada Modal Sendiri, maka Hutang wajib Rp.600-Rp.490=Rp.190. Karena saldo awal Hutang merupakan Rp.250, maka PT.campur harus melunasi hutang sebanyak Rp.250-Rp.110=Rp.140. Maka neraca pro forma akan sebagai:
Pro Forma Neraca
Aset
$600(+100)

Hutang
$ 110(-140)



Modal Sendiri
490(+240)
Total
$600(+100)

Total
$600 (+100)
Dalam masalah ini, Hutang merupakan plug variable yang digunakan buat menyeimbangkan proyeksi total aset serta Kewajiban. Contoh ini menerangkan hubungan diantara pertumbuhan penjualan serta kebijakan keuangan. Ketika penjualan semakin tinggi, total aset jua meningkat. Hal ini terjadi lantaran perusahaan harus berinvestasi pada kapital kerja bersih (net working capital) serta Aset tetap (fixed asset) buat mendukung taraf penjualan yg lebih tinggi. Karena Aset berkembang, total Modal Sendiri dan Kewajiban (Hutang) pula akan berkembang.

Hal yg wajib kita perhatikan berdasarkan contoh di atas adalah cara Kewajiban (Hutang) dan Modal Sendiri berubah berubah bergantung dalam dalam kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen perusahaan. Pertumbuhan asset dipengaruhi bagaimana perusahaan mendanai pertumbuhan tersebut.

Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of PenjualanApproach)
Pada bagian sebelumnya, kita mendisikripsikan sebuah contoh perencanaan yang simple dimana persentase seluruh pos meningkat secara bersamaan dengan persentase penjualan.ini mungkin asumsi yang logis bagi beberapa pos atau akun dalam laporan keuangan. Tetapi buat pinjaman jangka panjang mungkin nir akan sesuai. Jumlah dari pinjaman jangka panjang itu dipengaruhi oleh pihak manajemen, dan tidak ada kaitannya menggunakan tingkat penjualan.

Pada bagian ini, akan dijelaskan tambahan atau ekspansi dari contoh sederhana yang sebelumnya. Prinsip dasarnya adalah buat memisahkan Laporan Rugi-Laba dan Neraca sebagai 2 kelompok, dimana yang satu langsung terkait penjualan serta yang satunya nir pribadi terkait. Jika suatu ramalan penjualan ditetapkan,maka akan dapat mengitung berapa banyak dana yang diperlukan perusahaan buat menopang prediksi taraf penjualan.

Laporan Laba Rugi (The Income Statement)
Dimulai membahas menggunakan memakai laporan Laba -Rugi milik PT.hale, seperti yg ditunjukan pada tabel 4.1. Disini masih menyederhanakan hal – hal berikut misalnya : biaya , penyusutan, dan bunga pada satu bentuk pos atau akun : porto.

PT.hale telah memproyeksikan 25% peningkatan dalam Penjualan buat tahun yg akan datang, jadi mengantisipasi penjualan sejumlah Rp.1000 x 1.25 = Rp.1250. Untuk membentuk pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total porto akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% menurut penjualan. Dengan perkiraan ini, pro forma laoran Rugi Laba PT.hale ditampilkan pada tabel 4.2. Konsekwensi dari mengasumsikan bahwa biaya itu mempunyai persentase yang konstan dengan Penjualan merupakan profit margin itu akan konstan. Untuk memeriksanya,profit marginnya Rp.132/1000 = 13.2%. Di pro forma milik PT.hale, profit marginnya Rp.165/1250 = 13.dua%, jadi itu tidak berubah.

Selanjutnya, kita butuh memproyeksikan pembayaran dividen. Jumlahnya tergantung pihak manajemen PT.hale. Kita akan mengasumsikan PT.hale memiliki kebijakan buat membayar dividen secara tunai.

TABLE 
PT.hale
Laporan Laba Rugi
Penjualan
 Rp.          1,000
Biaya-biaya
 Rp.              800
Laba kena pajak
 Rp.              200
Pajak (34%)
 Rp.                68
Laba bersih
 Rp.              132
     Dividend
 Rp.                                44

     Tambahan Laba ditahan

 Rp.                                88


TABLE 
PT.hale
Laporan Laba Rugi Pro Forma
Penjualan(proyeksi)
 Rp.          1,250
Costs (80% menurut penjualan)
 Rp.          1,000
Laba kena pajak
 Rp.              250
Pajak (34%)
 Rp.                85
Laba bersih


 Rp.              165


Untuksebagian akbar dari tahun sekarang, dividendpayout ratio merupakan :
            Dividend payout ratio = CashDividens/Net Income
                                                = Rp.44/132 = 33 1/tigapersen
Kitajuga bisa menghitung ratio berdasarkan tambahan laba ditahan terhadap laba bersih :
            Tambahan Laba ditahan/Laba ditahan =Rp.88/132 = 66 2/tigapersen
Ratioini biasa dianggap menggunakan retention ratioatau plowback ratio, serta itu samadengan 1 dikurangi menggunakan dividend payoutratio, lantaran sisa yg nir dibayarkan sebagai  laba yang ditahan. Dengan asumsi bahwa payout ratio konstan, berikut adalah adalahproyeksi dividen serta tambahan pada Laba yang ditahan:
               Proyeksi dividen buat pemegangsaham= Rp.165X1/tiga= Rp.  55
                            Proyeksi tambahan  Laba yg ditahan  =Rp.165X2/tiga  =Rp.110

                                      Rp.165


Neraca ( The Neraca)
Untuk membuat pro forma Neraca, dimulai menggunakan statements yg paling baru. Dalam neracadi asumsikan bahwa beberapa pos atau akunnya dapat mensugesti penjualan dan juga ada yg tidak. Untuk pos atau akun yang memliki hubungan dengan penjualan, dinyatakan persentase penjualan pada tahun yang baru saja sudah selesai.ketika sebuah pos tersebut nir mempengaruhi penjualan secara pribadi, dituliskan “n/a” (not applicable).

Untuk model, pada bagian aset, maka persediaan sama menggunakan 60persen dari Penjualan(Rp.600/1000) buat akhir tahun. Kita asumsikan persentase diaplikasikan buat tahun yang akan tiba, jadi setiap peningkatan Rp.1,- pada penjualan, persaediaan akan naik sebanyak Rp..60. Ratio menurut total assets kepada penjualan buat akhir tahun adalah Rp.3000/1000 = tiga, atau 300%.

Ratio dari total assets pada penjualan itu dianggap sebagai capital intensity ratio.itu memberitahukan bahwa jumlah asset yg diperlukan buat menghasilkan Rp.1 dalam penjualan. Jadi meningkat ratio nya, semakin tinggi capital intensity pada suatu perusahaan.

Selanjutnya disusunlah neraca pro forma buat PT.hale. Lakukan menggunakan memakai persentase-persentase yg dihitung guna menghitung jumlah yang diproyeksikan. Perlu diperhatikan, buat pos-pos yang nir berkecimpung pribadi mengikuti penjualan, sumsi awalnya nir ada perubahan dan hanya menulis saldo aslinya. Dari neraca diatas bahwa aset diproyeksikan naik sebanyak Rp.750. Namun tanpa pendanaan tambahan, kewajiban serta ekuitas (modal sendiri) hanya mengalami kenaikan Rp.185 sehingga terjadi kekurangan sebesar Rp.750-185= Rp 565. Ini dianggap kebutuhan pendanaan eksternal (EFN= External Financing Needed)


SKENARIO KHUSUS (A PARTICULAR SCENARIO)
Model prencanaan finansial ini mengingatkan dalam humor mengenai warta cantik danberita tidak baik. Berita bagusnya, Perusahaan ternyata sanggup memproyeksikan kenaikan penjualan 25%. Berita buruknya merupakan hal itu tidak mungkin terjadi kecuali PT.hale entah dengan cara bagaimana harus mencari pembiayaan sebanyak Rp.565.

Selain itu, hal ini merupakan model yg mengagumkan bagaimana proses perencanaan bisa menyelesaikan kasus serta potensi konflik. Mengapa ? Jika kita lihat dalam PT.hale, misalkan perusahaan ini punya tujuan nir mau meminjam sedikitpun buat dana tambahan serta tidak mau menjual ekuitas baru, maka kenaikan 25% mungkin nir mampu dilakukan. Jika kita menambahkan Rp.565 sebagai pendanaan yang baru maka PT.hale memiliki tiga asal yg memungkinkan : Pinjaman jangka pendek, Pinjaman jangka panjang, dan Ekuitas baru. Jadi, ini tergantung menurut keputusan manajemen.

Misalnya PT.hale menetapkan buat meminjam dana yang butuhkan, dalam kasus ini perusahaan bisa menentukan buat meminjam sebagian pinjaman jangka panjang serta sebagian lagi pinjaman jangka pendek. Contohnya, aset lancar (current asset ) bertambah Rp.300 dimana current kewajiban (liabilities) hanya bertambah Rp.75. PT.hale pula dapat meminjam Rp.300-Rp.75=Rp.225 sebagai pinjaman jangka pendek. Dengan Rp.565 yang dibutuhkan maka residu Rp.565-Rp.225= Rp.340 sanggup didapatkan dengan pinjaman jangka panjang. Tabel 4.5 membuktikan pro forma neraca PT.hale.

SKENARIO ALTERNATIF (AN ALTERNATIVE SCENARIO )
Asumsi bahwa asset adalah presentase permanen berdasarkan penjualan merupakan sahih, tapi mungkin saja tidak cocok dalam beberapa syarat riil yang terjadi. Khususnya jika mengasumsikan PT.hale memakai 100 persen kapasitas karena setiap peningkatan pada penjualan mengarah pada peningkatan fixed assets. Bagi sebagian bisnis, mungkin akan terjadi sedikit kelonggaran atau kelebihan kapasitas, serta produksi mungkin mampu bertambah dengan menjalankan shift tambahan.

Jika kita mengasumsikan bahwa PT.hale beroperasi dalam 70% menurut holistik kapasitas, maka kebutuhan dana eksternal akan sedikit berbeda. Ketika dikatatakan “ 70 persen dari kapasitas”, hal ini bermaksud bahwa level penjualan waktu ini 70 % menurut keseluruhan kapasitas

Penjualan waktu ini: Rp.1000 = 70 X Kapasitas penuh

Penjualan dengan kapasitas penuh: Rp.1000/70 = Rp.1429

Ini memberitahukan bahwa penjualan naik hampir 43 persen menurut Rp.1000 menjadi Rp.1429 sebelum sedikitpun aset permanen dibutuhkan. 

Pada skenario sebelumnya, diasumsikan bahwa penambahan aset tetapRp.450 sangat dibutuhkan. Sedangkan pada skenario yg kini , nir terdapat aset tetap yg dibutuhkan lantaran penjualan hanya diproyeksikan hanya menjadi Rp.1250 yang mana kurang menurut Rp.1429 menjadi level kapasitas penuh. Hasilnya, perkiraan awal sebesar Rp.565 dalam dana eksternal dievaluasi terlalu tinggi. Kita berasumsi bahwa Rp.450 dalam aset tetap baru diharapkan. Padahal nir ada penggunaan menurut aset baru permanen diharapkan. Sehingga bila beroperasi pada 70 % kapasitas, maka hanya memerlukan Rp.115 (Rp.565-Rp.450) pada dana eksternal.

Pendanaan dan Pertumbuhan Eksterna (External Financing and Growth) 
Kebutuhan pendanaan eksternal dan pertumbuhan bekerjasama.semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan atau assets, maka semakin akbar jua pendanaan eksternal yg diperlukan. Bila pada bagian sebelumnya kita tinggal menentukan pendanaan eksternalnya saja, maka pada bagian ini kita akan mencari tahu hubungan antar kebijakan finansial serta kemampuan perusahaan untuk mendanai investasi baru serta pertumbuhannya. 

EFN serta Pertumbuhan (EFN and Growth)
Hal pertama yang wajib dilakukan adalah mengadakan interaksi antara EFN serta Growth. Untuk melakukannya kita akan menunjukan income statement singkat serta neraca menurut PT,HaLe pada table 4.6
PT,HaLe
Laporan Rugi Laba
Penjualan
 Rp.    500
Biaya
 Rp.    400
Laba kena pajak
 Rp.    100
Pajak (34%)
 Rp.      34
Laba bersih
 Rp.      66
Deviden
 Rp.      22
Tambahan Laba ditahan
 Rp.      44

PT.hale
Neraca
Asset
Kewajiban
Rp.
Percentage of Sales
Rp.
Percentage of Sales
Aset lancar
200
40persen
Total Hutang
250
n/a
Aktiva Tetap bersih
300
60persen
Modal Sendiri
250
n/a
Total Asset
500
100%
Total Kewajiban and Modal Sendiri
500
n/a


PT.hale memperkirakan level penjualan tahun depan sebanyak Rp. 600, semakin tinggi Rp. 100. Diketahui bahwa persentase kenaikan penjualan sebesar 20% maka pada tabel 4.7 mengilustrasikan dengan tingkat pertumbuhan 20%, PT.hale membutuhkan penambahan Rp.100 pada asset baru (dipercaya kapasitas penuh). Proyeksi penambahan dalam laba yg ditahan merupakan Rp. 52.8, maka EFN nya adalah Rp.100 - 52.8 = Rp.47.2
PT.hale

Pro-Forma Income Statement

Penjualan(projected)
 Rp.         600.0

Biaya (80% of Sales)
 Rp.         480.0

Laba kena pajak
 Rp.         120.0

Pajak(34%)
 Rp.           40.8

Laba bersih
 Rp.           79.dua

Devidend
 Rp.         26.4

Tambahan Laba yg ditahan
 Rp.         52.8





Neraca PT HaLe
Aset
Liabilities
Rp.
Persentase Penjualan
Rp.
Percentage Penjualan
Aset Lancar
240
40persen
Total Hutang
250
n/a
Aktiva tetap bersih
360
60persen
Modal Sendiri
302.8
n/a
Total Asset
600
100%
Total hutang and Modal Sendiri
552.8
n/a
EFN (Kebutuhan pendanaan menurut luar)
47.2
n/a
Tabel pada atas memperlihatkan EFN berdasarkan taraf pertumbuhan yang tidak selaras. Proyeksi tambahan ke Laba yang ditahan dan proyeksi ratio Hutang serta Modal Sendiri buat setiap scenario jua masih ada di tabel. Dalam menentukan rasio Hutang dan Modal Sendiri, diasumsikan bahwa dana yang dibutuhkan adalah pinjaman, serta juga berasumsi bahwa dana surplus dipakai buat melunasi hutang. Lalu untuk pertumbuhan nol, utang berkurang sebanyak Rp.44 menurut Rp.250 sebagai Rp.206.. Pertambahan asset yang dibutuhkan sama menggunakan aset asli sebesar Rp.500 dikalikan dengan taraf pertumbuhan. Tambahan ke retained earning sama dengan Rp.44 ditambah menggunakan Rp.44 dikali taraf pertumbuhan.

Untuk tingkat pertumbuhan yang nisbi rendah, PT.hale akan menjalankan surplus dan rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan menurun. Namun taraf pertumbuhan meningkat sampai 10 %, surplus menjadi berubah defisit. Lebih lanjut, saat taraf pertumbuhan melebihi 20 persen, rasio Hutang serta Modal Sendirinya akan melewati nilai 1,0.

Kebijakan keuangan serta pertumbuhan
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, sudah dinyatakan bahwa terdapat sebuah interaksi langsung antara pertumbuhan serta pembiayaan eksternal. Dalam bagian ini, dua taraf pertumbuhan yg khususnya yg berguna dalam perencanaan jeda jauh.

Tingkat pertumbuhan internal, Tingkat Pertumbuhan pertama merupakan pertumbuhan maksimum yang dapatdiraih menggunakan tidak terdapat pembiayaan eksternal apapun. Diklaim taraf pertumbuhan internal karena ini adalah taraf perusahaan dapat mempertahankan menggunakan mengandalkan pembiayaan internal. Dalam gambar 4.1, taraf pertumbuhan internal ini diwakili sang titik mana dua garis bertemu..pada titik ini. Peningkatan penambahan aset yang diperlukan pada aset merupakan persis sama menggunakan penambahan buat dipertahankan penghasilan, serta kebutuhan pertumbuhan external ( external financing needed) merupakan nol. Hal ini terjadi saat pertumbuhan angka ini sedikit kurang berdasarkan 10 persen. Menggunakan sedikit perhitungan matematis, maka dapat didefinisikan tingkat pertumbuhan ini t =

Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate) = (ROA x b)/1-ROA x b

di sini, ROA merupakan keuntungan atas aset (Return on Aset), serta b adalah ratio retensi, rasio yang melihat dana ditanamkan balik ke perusahaan.

Untuk perusahaan PT.halelaba bersihnya sebanyak Rp. 66 and total asetnya adalah Rp.500, Sehingga ROA merupakan Rp.66/Rp.500= 13.dua%. Dari Laba higienis sebesar Rp.66, Rp.44 adalah bagian laba yg ditanamkan pulang ke perusahaan, jadi plowback ratio merupakan Rp.44/Rp.66= dua/3. Dengan hasil ini, dapat menghitung Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate):

Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate): (ROA x b)/ 1- ROA x b

0.132x(2/tiga)/ 1- .132x (2/3) = 9.65 %

Dengan demikian, perusahaan PT.hale bisa memperluas atau ekspansi di taraf maximun 9.65 % per tahun tanpa pengeluaran pembiayaan external.

Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate), Jika perusahaan PT.hale berharap buat berkembang lebih cepat dari 9,65% pertahun, maka pembiayaan eksternal wajib diatur atau diadakan. Pembahasan mengenai Tingkat Pertumbuhan yg sustain (Sustainable Growth Rate) adalah taraf pertumbuhan aporisma oleh sebuah perusahaan dengan nir terdapat pembiayaan menurut ekuitas (Modal Sendiri) tapi tetap mempertahankan rasio utang-ekuitas tersebut sama.

Untuk Tingkat Pertumbuhan yg sustain (Sustainable Growth Rate ) perushaan PT.hale adalah kira-kira 20 % karena rasio utang-ekuitas dekat 1.0 dalam tingkat pertumbuhan tadi.

Tingkat Pertumbuhan yg sustain (Sustainable Growth Rate): ( ROE x b)/ 1 – ROE x b

Perhitungan ini identik dengan tingkat pertumbuhan interna, kecuali rasio profitabilitas yang digunakan merupakan ROE bukan ROA.L 

Untuk perusahaan PT.hale, Laba bersihnya adalah Rp.66 serta totl ekuitasnya Rp.250, dengan demikian ROEnya Rp.66/Rp.250 = 26.4 %, sedangkan Plowback rationnya merupakan, b, tetap dua/3, jadi Tingkat Pertumbuhan yg sustain (Sustainable Growth Rate) menjadi berikut :

Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate ) : ROE x b/ 1-ROExb

0.264x (2/tiga)/ 0.264x (dua/tiga) : 21,36persen

Dengan demikian, perusahaan PT.hale dapat memperluas usahanya atau perluasan dalam taraf maximal sebanyak 21.36 % pertahun tanpa pembiayaan ekuitas dari pihak eksternal.

Determinan berdasarkan Pertumbuhan (Determinants of Growth) 
Diketahui bahwa ROE ( Return on Equity) sanggup disusun berdasarkan aneka macam komponen menggunakan persamaan Du Pont Karena ROE sangat menonjol dalam memilih tingkat pertumbuhan yg berkelanjutan, jelas bahwa factor penting yang menentukan ROE pula penting menentukan pertumbuhan

ROE = Profit margin X Total Asset turnover X Modal Sendiri Multiplier

Disini dapat melihat, apapun yang menambah ROE akan menambah tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan dengan cara menciptakan pembilang semakin akbar dan penyebut semakin mini . Meningkatkan plowback ratio jua akan menyebabkan imbas yang sama. Jikalau semuanya disatukan bisa diketahui bahwa kemampuan perusahaan menopang pertumbuhan menurut 4 faktor ini dia :

  1. Profit Margin : Penambahan profit margin akan menaikkan kemampuan perusahaan untuk membuat dana secara internal dan menaikkan pertumbuhan yang sustain atau dipertahankan.
  2. Devidend Policy : Pengurangan persentase laba bersih yg dibayarkan buat deviden akan menaikkan retention ratio. Hal ini akan membentuk ekuitas secara internal serta menaikkan pertumbuhan sustain atau dipertahankan.
  3. Financial Policy : Peningkatan dalam Hutang-Modal Sendiri ratio akan menaikkan leverage keuangan perusahaan. Lantaran ini membuka peluang tambahan hutang, maka tentu saja tingkat pertumbuhan yang sustain pula akan semakin tinggi.
  4. Total Asset Turnover : Peningkatan dalam total asset turnover perusahaan akan mempertinggi penjualan dihasilkan buat setiap rupiah aset. Ini akan mengurangi kebutuhan perusahaan akan aset baru sebagai akibatnya ada pertumbuhan penjualan dan bagaimanapun akan menaikkan taraf pertumbuhan yang sustain. Ingat, bahwa peningkatan total asset turnover sama saja mengurangi intensitas kapital

PERENCANAAN KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN

Perencanaan Keuangan serta Pertumbuhan Perusahaan
Keberhasilan sebuah perusahaan dapat terlihat dari kemampuan para pengelola atau pihak manajemen perusahaan memanfaatkan peluang secara aporisma sebagai akibatnya membentuk return (imbal hasil) sinkron yg dibutuhkan, itulah sebabnya tugas yg primer dari pengelola atau pihak manajemen perusahaan merupakan merencanakan masa depan perusahaan supaya seluruh peluang atau kemungkinan yg diprediksi bisa diambil dan direalisasikan.

Pada dasarnya sebuah perencanaan mengenai masa depan adalah perencanaan jangka panjang, itulah sebabnya diharapkan sebuah koordinasi yg padu tentang perencanaan jangka panjang menurut banyak sekali fungsi dalam perusahaan. Dalam hal perencanaan keuangan jangka panjang perusahaan diperlukan unsur-unsur dasar berdasarkan kebijakan keuangan perusahaan, membaginya sebagai 4 (empat) unsur yakni :
  1. Perusahaan membutuhkan investasi dalam asset-aset baru : Unsur ini akan muncul dari peluang-peluang investasi yang dipilih buat dilaksanakan perusahaan dan merupakan output dari keputusan penganggaran modal perusahaan.
  2. Tingkat Leverage keuangan yang dipilih buat digunakan : Hal ini akan memilih jumlah pinjaman yg akan dipakai sang perusahaan buat mendanai investasinya dalam asset riil. Hal ini adalah kebijakan struktur kapital perusahaan. 
  3. Jumlah kas yg dirasakan perusahaan perlu dan layak buat dibayarkan kepada pemegang saham: hal ini ada kebijakan dividen perusahaan. 
  4. Jumlah likuiditas serta kapital kerja yang diperlukan perusahaan dalam operasi sehari-hari: Ini merupakan keputusan kapital kerja bersih perusahaan. 
Jadi keputusan tentang perencanaan keuangan perusahaan mengenai masa depan perusahaan tersebut akan mencakup ke-empat area ini yang pada gilirannya akan meliputi peluang pertumbuhan perusahaan yang berimbas dalam pemenuhan kebutuhan pendanaan baik melalui internal juga eksternal yg akan menentukan profitabilitas perusahaan tersebut.

Adapun proses perencanaan keuangan adalah adalah kegiatan perencanaan keuangan yang memperkirakan posisi serta kondisi keuangan di masa depan, sehingga dalam menyusun planning keuangan tersebut dipergunakan serangkaian skenario yang adalah perkiraan terhadap kemungkinan terjadinya syarat di masa depan. Adapun serangkaian skenario masa depan tersebut umumnya dibagi dalam tiga (3) kondisi:
  1. Kondisi Terburuk ( Worst Condition) : Kondisi ini adalah kondisi yg diperkirakan terjadi ketika situasi perusahaan serta perekonomian sedang berada dalam situasi yang sulit sebagai akibatnya nomor -angka yg digunakan pada perencanaan merupakan nomor -nomor yang pesimistis.
  2. Kondisi Normal (Normal Condition): Kondisi ini merupakan kondisi dimana dipercaya situasi perusahaan dan perekonomian yg biasa terjadi dan berjalan seperti sebelumnya.
  3. Kondisi Terbaik ( Best Condition): Kondisi ini merupakan kondisi ketika situasi perusahaan atau perekonomian sedang berada pada situasi terbaiknya sehingga angka –angka yang digunakan pada perencanaan merupakan angka –angka yang optimistik.

Model Perencanaan Keuangan
Ketika sebuah perencanaan keuangan dibentuk maka rencana tersebut juga akan memasukkan laporan keuangan yakni neraca, laporan keuntungan-rugi menjadi bagian berdasarkan perencanaan yg dibentuk, adapun laporan keuangan ini diklaim juga laporan keuangan pro forma ( “pada bentuk”) . Jadi dalam hal ini laporan keuangan pro forma ini akan memasukkan serangkaian kemungkinan atau skenario yang terjadi pada masa depan, sebagai akibatnya laporan keuangan pro forma adalah output berdasarkan contoh perencanaan keuangan.

Andaikan seorang memberikan data proyeksi penjualan yang sudah diperkirakan maka model perencanaan keuangan akan menyediakan laporan keuangan berupa neraca serta keuntungan rugi yg dihasilkan menurut data proyeksi penjualan tersebut. Disini, data proyeksi penjualan yg sudah diperkirakan tadi menjadi “penggerak (driver)” yang ialah data proyeksi penjualan ini akan diberikan terlebih dahulu, kemudian data proyeksi laporan keuanganitu akan dihitung dari atas data tadi. 

Bisa saja, nomor proyeksi penjualan akan diberikan pada bentuk tingkat pertumbuhan pada penjualan, hal ini tidaklah menjadi duduk perkara lantaran perhitungan proyeksi penjualan akan diketahui selesainya diketahui taraf pertumbuhannya. Sesudah dilakukan serangkaian skenario, maka yang teRp.enting disini bukanlah proyeksi penjualan harus tepat namun bagaimana interaksi atau keterkaitan antara investasi dan kebutuhan pendanaan dalam banyak sekali kemungkinan tingkat penjualan dapat diketahui buat dipelajari supaya bisa dilakukan keputusan-keputusan strategis serta berdampak jangka panjang.

Dalam hal investasi, disini akan diperkirakan proyeksi belanja kapital, serta akan terlihat pula disini proyeksi neraca melalui perubahan dalam total asset permanen dan modal kerja bersih, sedangkan pada hal keuangan (financing) akan bagaimana mencari dana yg dibutuhkan terhadap dana investasi yg dibutuhkan, akan ada problem mengenai kebijakan deviden serta kebijakan utang supaya perusahaan menerima dana yang “siap” buat dipakai belanja modal. 

Setelah data proyeksi penjualan dan perkiraan belanja modal yg diharapkan diketahui maka akan terjadi ketidak-seimbangan dalam neraca, hal ini dikarenakan proyeksi total asset niscaya lebih besar dari proyeksi sisi total pasiva. Lantaran itu diperlukan pendanaan baru buat menutupi semua proyeksi belanja kapital, variable penyeimbang inilah yg disebut “Plug” yg wajib dipilih, Penyeimbang ini merupakan asal berdasarkan pendanaan eksternal khusus yg diharapkan buat mengatasi kekuranagn (kelebihan) dalam pendanaan sehingga dana bisa sebagai seimbang lagi misalnya sebelumnya.

Tentu saja, yang terakhir serta juga sangat krusial adalah pada perencanaan tersebut haruslah secara kentara menyatakan kondisi perekonomian suatu negara atau wilayah kekuasaan politik dimana perusahaan tersebut berada, hal ini dikenal sebagai kondisi makro-ekonomi suatu negara. Kondisi makro- ekonomian tersebut diantaranya tentang inflasi, tingkat suku bunga dan tarif pajak perusahaan.

Model Sederhana menurut Perencanaan Keuangan
Adapun sebuah contoh dari contoh perencanaan keuangan sederhana sebagai berikut :
PT. Campur
Laporan Keuangan
Laporan Rugi Laba
Neraca
Penjualan

Rp.1000
Aset
Rp. 500
Hutang
Rp.250
Biaya

800


Modal Sendiri
Rp.250
Laba bersih
Rp.200
Total
Rp.500
Total
Rp.500

Perencanaan keuangan PT.campur berasumsi bahwa seluruh variabel terikat dalam penjualan serta hubungan yg kini merupakan optimal. Artinya semua item akan berkembang dengan persentase yang sama dengan penjualan. Misalkan penjualan meningkat 20 persen dari Rp.1000 sebagai Rp.1200. Perencana pula akan meramalkan bahwa terdapat peningkatan porto sebesar 20 %, berdasarkan Rp. 800 menjadi Rp.800X1,2=Rp.960. Laporan Pro forma akan menjadi:
Pro Forma
Laporan Laba Rugi
Penjualan
Rp. 1200
Biaya
960
Laba bersih
Rp.240
Asumsi bahwa semua variabel akan semakin tinggi sebanyak 20 persen, membuat kita juga dapat membuat neraca pro forma.
Pro Forma Neraca
Aset
Rp.600(+100)

Hutang
Rp. 300(+50)



Modal Sendiri
300(+50)
Total
Rp.600(+100)

Total
Rp.600 (+100)

Sekarang kita wajib merekonsiliasi ke 2 pro forma. Contohnya dapatkah Laba higienis sama dengan Rp.240 dan Modal Sendiri meningkat hanya Rp.50? Jawabannya merupakan bahwa PT.campur wajib membayar perbedaan sebanyak Rp.240-Rp.50=Rp.190,kemungkinan menjadi dividen. Dalam kasus ini dividen adalah plug variable.

Misalkan PT.campur nir membayar Rp.190 tersebut. Dalam kasus ini, tambahan ke Laba ditahan adalah sejumlah Rp.240. Pos Modal Sendiri PT.campur akan bertambah sebagai Rp.490(Rp.250 sebagai starting income+Rp.240 sebagai net income), serta hutang wajib dilunasi untuk menjaga jumlah asset permanen Rp.600.

Dengan Rp.600 pada total Aset and Rp.490 pada Modal Sendiri, maka Hutang harus Rp.600-Rp.490=Rp.190. Lantaran saldo awal Hutang adalah Rp.250, maka PT.campur wajib melunasi hutang sebanyak Rp.250-Rp.110=Rp.140. Maka neraca pro forma akan sebagai:
Pro Forma Neraca
Aset
$600(+100)

Hutang
$ 110(-140)



Modal Sendiri
490(+240)
Total
$600(+100)

Total
$600 (+100)
Dalam kasus ini, Hutang merupakan plug variable yg dipakai buat menyeimbangkan proyeksi total aset dan Kewajiban. Contoh ini memperlihatkan interaksi diantara pertumbuhan penjualan dan kebijakan keuangan. Ketika penjualan meningkat, total aset pula semakin tinggi. Hal ini terjadi lantaran perusahaan harus berinvestasi dalam kapital kerja bersih (net working capital) dan Aset permanen (fixed asset) buat mendukung tingkat penjualan yg lebih tinggi. Karena Aset berkembang, total Modal Sendiri serta Kewajiban (Hutang) pula akan berkembang.

Hal yg harus kita perhatikan dari contoh di atas adalah cara Kewajiban (Hutang) dan Modal Sendiri berubah berubah bergantung pada dalam kebijakan pendanaan serta kebijakan dividen perusahaan. Pertumbuhan asset dipengaruhi bagaimana perusahaan mendanai pertumbuhan tersebut.

Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of PenjualanApproach)
Pada bagian sebelumnya, kita mendisikripsikan sebuah model perencanaan yang simple dimana persentase semua pos meningkat secara bersamaan menggunakan persentase penjualan.ini mungkin perkiraan yang logis bagi beberapa pos atau akun pada laporan keuangan. Tetapi buat pinjaman jangka panjang mungkin nir akan sesuai. Jumlah dari pinjaman jangka panjang itu dipengaruhi sang pihak manajemen, dan tidak ada kaitannya menggunakan tingkat penjualan.

Pada bagian ini, akan dijelaskan tambahan atau ekspansi menurut contoh sederhana yg sebelumnya. Prinsip dasarnya adalah buat memisahkan Laporan Rugi-Laba serta Neraca menjadi 2 grup, dimana yang satu langsung terkait penjualan dan yg satunya tidak langsung terkait. Apabila suatu ramalan penjualan ditetapkan,maka akan dapat mengitung berapa banyak dana yg diharapkan perusahaan buat menopang prediksi taraf penjualan.

Laporan Laba Rugi (The Income Statement)
Dimulai membahas menggunakan memakai laporan Laba -Rugi milik PT.hale, misalnya yg ditunjukan dalam tabel 4.1. Disini masih menyederhanakan hal – hal berikut misalnya : biaya , penyusutan, dan bunga pada satu bentuk pos atau akun : biaya .

PT.hale sudah memproyeksikan 25% peningkatan dalam Penjualan buat tahun yg akan tiba, jadi mengantisipasi penjualan sejumlah Rp.1000 x 1.25 = Rp.1250. Untuk membentuk pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus berjalan dalam level (Rp.800/1000 )= 80% menurut penjualan. Dengan asumsi ini, pro forma laoran Rugi Laba PT.hale ditampilkan pada tabel 4.dua. Konsekwensi berdasarkan mengasumsikan bahwa biaya itu memiliki persentase yg konstan dengan Penjualan merupakan profit margin itu akan konstan. Untuk memeriksanya,profit marginnya Rp.132/1000 = 13.2%. Di pro forma milik PT.hale, profit marginnya Rp.165/1250 = 13.2%, jadi itu nir berubah.

Selanjutnya, kita butuh memproyeksikan pembayaran dividen. Jumlahnya tergantung pihak manajemen PT.hale. Kita akan mengasumsikan PT.hale mempunyai kebijakan buat membayar dividen secara tunai.

TABLE 
PT.hale
Laporan Laba Rugi
Penjualan
 Rp.          1,000
Biaya-biaya
 Rp.              800
Laba kena pajak
 Rp.              200
Pajak (34%)
 Rp.                68
Laba bersih
 Rp.              132
     Dividend
 Rp.                                44

     Tambahan Laba ditahan

 Rp.                                88


TABLE 
PT.hale
Laporan Laba Rugi Pro Forma
Penjualan(proyeksi)
 Rp.          1,250
Costs (80% dari penjualan)
 Rp.          1,000
Laba kena pajak
 Rp.              250
Pajak (34%)
 Rp.                85
Laba bersih


 Rp.              165


Untuksebagian besar dari tahun sekarang, dividendpayout ratio adalah :
            Dividend payout ratio = CashDividens/Net Income
                                                = Rp.44/132 = 33 1/3persen
Kitajuga dapat menghitung ratio menurut tambahan keuntungan ditahan terhadap laba bersih :
            Tambahan Laba ditahan/Laba ditahan =Rp.88/132 = 66 2/tiga%
Ratioini biasa disebut dengan retention ratioatau plowback ratio, dan itu samadengan 1 dikurangi menggunakan dividend payoutratio, lantaran residu yg tidak dibayarkan sebagai  keuntungan yg ditahan. Dengan perkiraan bahwa payout ratio kontinu, ini dia adalahproyeksi dividen serta tambahan dalam Laba yg ditahan:
               Proyeksi dividen untuk pemegangsaham= Rp.165X1/3= Rp.  55
                            Proyeksi tambahan  Laba yg ditahan  =Rp.165X2/tiga  =Rp.110

                                      Rp.165


Neraca ( The Neraca)
Untuk membuat pro forma Neraca, dimulai dengan statements yang paling baru. Dalam neracadi asumsikan bahwa beberapa pos atau akunnya bisa mensugesti penjualan dan pula terdapat yg nir. Untuk pos atau akun yang memliki interaksi menggunakan penjualan, dinyatakan persentase penjualan pada tahun yg baru saja telah selesai.ketika sebuah pos tadi tidak mensugesti penjualan secara eksklusif, dituliskan “n/a” (not applicable).

Untuk contoh, pada bagian aset, maka persediaan sama menggunakan 60persen berdasarkan Penjualan(Rp.600/1000) buat akhir tahun. Kita asumsikan persentase diaplikasikan buat tahun yang akan datang, jadi setiap peningkatan Rp.1,- dalam penjualan, persaediaan akan naik sebanyak Rp..60. Ratio dari total assets kepada penjualan buat akhir tahun merupakan Rp.3000/1000 = tiga, atau 300%.

Ratio berdasarkan total assets pada penjualan itu diklaim sebagai capital intensity ratio.itu memberitahukan bahwa jumlah asset yg dibutuhkan untuk membentuk Rp.1 pada penjualan. Jadi meningkat ratio nya, meningkat capital intensity pada suatu perusahaan.

Selanjutnya disusunlah neraca pro forma buat PT.hale. Lakukan menggunakan memakai persentase-persentase yg dihitung guna menghitung jumlah yg diproyeksikan. Perlu diperhatikan, buat pos-pos yang nir berkecimpung eksklusif mengikuti penjualan, sumsi awalnya nir ada perubahan dan hanya menulis saldo aslinya. Dari neraca diatas bahwa aset diproyeksikan naik sebanyak Rp.750. Tetapi tanpa pendanaan tambahan, kewajiban serta ekuitas (kapital sendiri) hanya mengalami kenaikan Rp.185 sebagai akibatnya terjadi kekurangan sebanyak Rp.750-185= Rp 565. Ini diklaim kebutuhan pendanaan eksternal (EFN= External Financing Needed)


SKENARIO KHUSUS (A PARTICULAR SCENARIO)
Model prencanaan finansial ini mengingatkan pada humor mengenai liputan mengagumkan danberita jelek. Berita bagusnya, Perusahaan ternyata mampu memproyeksikan kenaikan penjualan 25%. Berita buruknya adalah hal itu tidak mungkin terjadi kecuali PT.hale entah menggunakan cara bagaimana harus mencari pembiayaan sebanyak Rp.565.

Selain itu, hal ini adalah model yang indah bagaimana proses perencanaan bisa menyelesaikan kasus serta potensi perseteruan. Mengapa ? Kalau kita lihat dalam PT.hale, misalkan perusahaan ini punya tujuan nir mau meminjam sedikitpun buat dana tambahan serta nir mau menjual ekuitas baru, maka kenaikan 25% mungkin nir bisa dilakukan. Bila kita menambahkan Rp.565 menjadi pendanaan yang baru maka PT.hale memiliki tiga sumber yang memungkinkan : Pinjaman jangka pendek, Pinjaman jangka panjang, serta Ekuitas baru. Jadi, ini tergantung berdasarkan keputusan manajemen.

Misalnya PT.hale menetapkan buat meminjam dana yang butuhkan, dalam perkara ini perusahaan dapat menentukan buat meminjam sebagian pinjaman jangka panjang serta sebagian lagi pinjaman jangka pendek. Contohnya, aset lancar (current asset ) bertambah Rp.300 dimana current kewajiban (liabilities) hanya bertambah Rp.75. PT.hale jua dapat meminjam Rp.300-Rp.75=Rp.225 menjadi pinjaman jangka pendek. Dengan Rp.565 yang diperlukan maka residu Rp.565-Rp.225= Rp.340 sanggup dihasilkan dengan pinjaman jangka panjang. Tabel 4.5 membuktikan pro forma neraca PT.hale.

SKENARIO ALTERNATIF (AN ALTERNATIVE SCENARIO )
Asumsi bahwa asset adalah presentase tetap dari penjualan adalah sahih, tapi mungkin saja tidak cocok dalam beberapa kondisi riil yang terjadi. Khususnya jika mengasumsikan PT.hale menggunakan 100 % kapasitas lantaran setiap peningkatan pada penjualan mengarah dalam peningkatan fixed assets. Bagi sebagian usaha, mungkin akan terjadi sedikit kelonggaran atau kelebihan kapasitas, serta produksi mungkin bisa bertambah menggunakan menjalankan shift tambahan.

Jika kita mengasumsikan bahwa PT.hale beroperasi dalam 70% berdasarkan keseluruhan kapasitas, maka kebutuhan dana eksternal akan sedikit tidak selaras. Ketika dikatatakan “ 70 persen berdasarkan kapasitas”, hal ini bermaksud bahwa level penjualan ketika ini 70 % dari holistik kapasitas

Penjualan waktu ini: Rp.1000 = 70 X Kapasitas penuh

Penjualan dengan kapasitas penuh: Rp.1000/70 = Rp.1429

Ini memberitahukan bahwa penjualan naik hampir 43 persen menurut Rp.1000 sebagai Rp.1429 sebelum sedikitpun aset permanen diperlukan. 

Pada skenario sebelumnya, diasumsikan bahwa penambahan aset tetapRp.450 sangat dibutuhkan. Sedangkan pada skenario yg sekarang, nir terdapat aset permanen yang diperlukan lantaran penjualan hanya diproyeksikan hanya sebagai Rp.1250 yg mana kurang dari Rp.1429 sebagai level kapasitas penuh. Hasilnya, perkiraan awal sebesar Rp.565 pada dana eksternal dinilai terlalu tinggi. Kita berasumsi bahwa Rp.450 pada aset tetap baru diharapkan. Padahal nir ada penggunaan dari aset baru tetap diperlukan. Sehingga jika beroperasi pada 70 persen kapasitas, maka hanya memerlukan Rp.115 (Rp.565-Rp.450) pada dana eksternal.

Pendanaan dan Pertumbuhan Eksterna (External Financing and Growth) 
Kebutuhan pendanaan eksternal serta pertumbuhan berafiliasi.semakin tinggi taraf pertumbuhan penjualan atau assets, maka semakin akbar juga pendanaan eksternal yg diperlukan. Jika pada bagian sebelumnya kita tinggal menentukan pendanaan eksternalnya saja, maka pada bagian ini kita akan mencari memahami hubungan antar kebijakan finansial dan kemampuan perusahaan buat mendanai investasi baru dan pertumbuhannya. 

EFN serta Pertumbuhan (EFN and Growth)
Hal pertama yang wajib dilakukan merupakan mengadakan interaksi antara EFN serta Growth. Untuk melakukannya kita akan menerangkan income statement singkat dan neraca dari PT,HaLe dalam table 4.6
PT,HaLe
Laporan Rugi Laba
Penjualan
 Rp.    500
Biaya
 Rp.    400
Laba kena pajak
 Rp.    100
Pajak (34%)
 Rp.      34
Laba bersih
 Rp.      66
Deviden
 Rp.      22
Tambahan Laba ditahan
 Rp.      44

PT.hale
Neraca
Asset
Kewajiban
Rp.
Percentage of Sales
Rp.
Percentage of Sales
Aset lancar
200
40persen
Total Hutang
250
n/a
Aktiva Tetap bersih
300
60persen
Modal Sendiri
250
n/a
Total Asset
500
100persen
Total Kewajiban and Modal Sendiri
500
n/a


PT.hale memperkirakan level penjualan tahun depan sebesar Rp. 600, meningkat Rp. 100. Diketahui bahwa persentase kenaikan penjualan sebesar 20% maka pada tabel 4.7 mengilustrasikan dengan taraf pertumbuhan 20%, PT.hale membutuhkan penambahan Rp.100 dalam asset baru (dipercaya kapasitas penuh). Proyeksi penambahan pada keuntungan yg ditahan adalah Rp. 52.8, maka EFN nya adalah Rp.100 - 52.8 = Rp.47.2
PT.hale

Pro-Forma Income Statement

Penjualan(projected)
 Rp.         600.0

Biaya (80% of Sales)
 Rp.         480.0

Laba kena pajak
 Rp.         120.0

Pajak(34%)
 Rp.           40.8

Laba bersih
 Rp.           79.2

Devidend
 Rp.         26.4

Tambahan Laba yang ditahan
 Rp.         52.8





Neraca PT HaLe
Aset
Liabilities
Rp.
Persentase Penjualan
Rp.
Percentage Penjualan
Aset Lancar
240
40persen
Total Hutang
250
n/a
Aktiva permanen bersih
360
60persen
Modal Sendiri
302.8
n/a
Total Asset
600
100persen
Total hutang and Modal Sendiri
552.8
n/a
EFN (Kebutuhan pendanaan dari luar)
47.2
n/a
Tabel pada atas memperlihatkan EFN menurut tingkat pertumbuhan yg tidak sama. Proyeksi tambahan ke Laba yg ditahan dan proyeksi ratio Hutang dan Modal Sendiri untuk setiap scenario pula terdapat di tabel. Dalam menentukan rasio Hutang dan Modal Sendiri, diasumsikan bahwa dana yang diperlukan merupakan pinjaman, serta juga berasumsi bahwa dana surplus digunakan buat melunasi hutang. Lalu buat pertumbuhan nol, utang berkurang sebanyak Rp.44 dari Rp.250 sebagai Rp.206.. Pertambahan asset yang diperlukan sama menggunakan aset orisinil sebesar Rp.500 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan. Tambahan ke retained earning sama menggunakan Rp.44 ditambah menggunakan Rp.44 dikali tingkat pertumbuhan.

Untuk taraf pertumbuhan yang relatif rendah, PT.hale akan menjalankan surplus serta rasio Hutang serta Modal Sendirinya akan menurun. Namun tingkat pertumbuhan semakin tinggi sampai 10 %, surplus menjadi berubah defisit. Lebih lanjut, ketika tingkat pertumbuhan melebihi 20 persen, rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan melewati nilai 1,0.

Kebijakan keuangan serta pertumbuhan
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, sudah dinyatakan bahwa ada sebuah interaksi eksklusif antara pertumbuhan serta pembiayaan eksternal. Dalam bagian ini, 2 taraf pertumbuhan yang khususnya yg berguna dalam perencanaan jarak jauh.

Tingkat pertumbuhan internal, Tingkat Pertumbuhan pertama adalah pertumbuhan maksimum yang dapatdiraih dengan nir terdapat pembiayaan eksternal apapun. Dianggap tingkat pertumbuhan internal lantaran ini adalah tingkat perusahaan bisa mempertahankan dengan mengandalkan pembiayaan internal. Dalam gambar 4.1, taraf pertumbuhan internal ini diwakili oleh titik mana dua garis bertemu..pada titik ini. Peningkatan penambahan aset yg diharapkan pada aset adalah persis sama menggunakan penambahan buat dipertahankan penghasilan, serta kebutuhan pertumbuhan external ( external financing needed) merupakan nol. Hal ini terjadi ketika pertumbuhan nomor ini sedikit kurang berdasarkan 10 persen. Dengan sedikit perhitungan matematis, maka bisa didefinisikan tingkat pertumbuhan ini t =

Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate) = (ROA x b)/1-ROA x b

di sini, ROA adalah keuntungan atas aset (Return on Aset), dan b adalah ratio retensi, rasio yang melihat dana ditanamkan pulang ke perusahaan.

Untuk perusahaan PT.halelaba bersihnya sebesar Rp. 66 and total asetnya adalah Rp.500, Sehingga ROA adalah Rp.66/Rp.500= 13.2%. Dari Laba higienis sebesar Rp.66, Rp.44 adalah bagian keuntungan yg ditanamkan balik ke perusahaan, jadi plowback ratio adalah Rp.44/Rp.66= 2/tiga. Dengan output ini, dapat menghitung Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate):

Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate): (ROA x b)/ 1- ROA x b

0.132x(dua/tiga)/ 1- .132x (dua/tiga) = 9.65 %

Dengan demikian, perusahaan PT.hale bisa memperluas atau perluasan di taraf maximun 9.65 % per tahun tanpa pengeluaran pembiayaan external.

Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate), apabila perusahaan PT.hale berharap untuk berkembang lebih cepat berdasarkan 9,65% pertahun, maka pembiayaan eksternal harus diatur atau diadakan. Pembahasan mengenai Tingkat Pertumbuhan yg sustain (Sustainable Growth Rate) adalah tingkat pertumbuhan maksimal oleh sebuah perusahaan dengan nir ada pembiayaan berdasarkan ekuitas (Modal Sendiri) akan tetapi tetap mempertahankan rasio utang-ekuitas tersebut sama.

Untuk Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate ) perushaan PT.hale merupakan kira-kira 20 % lantaran rasio utang-ekuitas dekat 1.0 pada tingkat pertumbuhan tadi.

Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate): ( ROE x b)/ 1 – ROE x b

Perhitungan ini identik menggunakan tingkat pertumbuhan interna, kecuali rasio profitabilitas yg dipakai adalah ROE bukan ROA.L 

Untuk perusahaan PT.hale, Laba bersihnya merupakan Rp.66 dan totl ekuitasnya Rp.250, dengan demikian ROEnya Rp.66/Rp.250 = 26.4 %, sedangkan Plowback rationnya merupakan, b, tetap 2/3, jadi Tingkat Pertumbuhan yg sustain (Sustainable Growth Rate) menjadi berikut :

Tingkat Pertumbuhan yg sustain (Sustainable Growth Rate ) : ROE x b/ 1-ROExb

0.264x (2/tiga)/ 0.264x (2/3) : 21,36%

Dengan demikian, perusahaan PT.hale bisa memperluas usahanya atau ekspansi pada tingkat maximal sebanyak 21.36 % pertahun tanpa pembiayaan ekuitas dari pihak eksternal.

Determinan menurut Pertumbuhan (Determinants of Growth) 
Diketahui bahwa ROE ( Return on Equity) mampu disusun berdasarkan aneka macam komponen menggunakan persamaan Du Pont Lantaran ROE sangat menonjol dalam memilih taraf pertumbuhan yang berkelanjutan, kentara bahwa factor penting yg memilih ROE juga krusial menentukan pertumbuhan

ROE = Profit margin X Total Asset turnover X Modal Sendiri Multiplier

Disini bisa melihat, apapun yg menambah ROE akan menambah tingkat pertumbuhan yg berkelanjutan dengan cara membuat pembilang semakin akbar dan penyebut semakin kecil. Meningkatkan plowback ratio pula akan menyebabkan dampak yang sama. Jikalau semuanya disatukan dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan menopang pertumbuhan menurut 4 faktor berikut adalah :

  1. Profit Margin : Penambahan profit margin akan menaikkan kemampuan perusahaan buat membuat dana secara internal serta menaikkan pertumbuhan yang sustain atau dipertahankan.
  2. Devidend Policy : Pengurangan persentase keuntungan bersih yang dibayarkan buat deviden akan mempertinggi retention ratio. Hal ini akan membentuk ekuitas secara internal dan mempertinggi pertumbuhan sustain atau dipertahankan.
  3. Financial Policy : Peningkatan dalam Hutang-Modal Sendiri ratio akan mempertinggi leverage keuangan perusahaan. Karena ini membuka peluang tambahan hutang, maka tentu saja taraf pertumbuhan yang sustain juga akan semakin tinggi.
  4. Total Asset Turnover : Peningkatan pada total asset turnover perusahaan akan menaikkan penjualan dihasilkan buat setiap rupiah aset. Ini akan mengurangi kebutuhan perusahaan akan aset baru sebagai akibatnya terdapat pertumbuhan penjualan dan bagaimanapun akan menaikkan tingkat pertumbuhan yg sustain. Ingat, bahwa peningkatan total asset turnover sama saja mengurangi intensitas kapital

PENGERTIAN PERENCANAAN MUNURUT PARA AHLI

Pengertian Perencanaan Munurut Para Ahli
Pengertian perencanaan memiliki banyak makna sinkron dengan pandangan masing-masing pakar dan belum masih ada batasan yang dapat diterima secara umum. Pengertian atau batasan perencanaan tadi diantaranya menjadi berikut :
  • Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang dilakukan buat mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu dalam hakekatnya masih ada dalam setiap jenis bisnis manusia (Khairuddin, 1992 : 47). 
  • Perencanaan merupakan merupakan suatu upaya penyusunan program baik acara yg sifatnya umum maupun yang spesifik, baik jangka pendek juga jangka panjang (Sa’id & Intan, 2001 : 44 ). 
  • Perencanaan sebagai Analisis Kebijakan (Planning as Policy Analysis) yaitu, merupakan tradisi yang diilhami sang akal-logika berpikir ilmu manajemen, administrasi publik, kebangkitan balik ekonomi neoklasik, dan teknologi fakta yang dianggap sibernetika (Aristo, 2004). 
Perencanaan, meskipun mengandung pengertian masa depan, bukanlah hipotesis yg dibentuk tanpa perhitungan. Hipotesis dalam perencanaan selalu didasarkan atas data-data dan perkiraan yang sudah tercapai, serta jua memperhitungkan sumber daya yg ada serta akan bisa dihimpun. Dengan demikian, perencanaan berfungsi menjadi panduan sekaligus ukuran untuk menentukan perencanaan berikutnya. Mosher (1965 : 191) menyatakan bahwa, sering perencanaan hanya mencakup kegiatan-aktivitas baru, atau alokasi keuangan buat aktivitas-aktivitas lama , tanpa menilai pulang kualitasnya secara kritis. Acapkali lebih poly sumbangan bisa diberikan kepada pembangunan menggunakan memperbaiki kualitas kegiatan yang sedang dalam pelaksanaan daripada memulai yang baru. 

Perencanaan dalam dasarnya adalah penetapan cara lain , yaitu memilih bidang-bidang dan langkah-langkah perencanaan yg akan diambil dari banyak sekali kemungkinan bidang dan langkah yg terdapat. Bidang dan langkah yang diambil ini tentu saja dilihat sinkron dengan tujuan yang hendak dicapai, asal daya yang tersedia dan memiliki resiko yang sekecil-kecilnya. Oleh sebab itu, dalam penentuannya timbul aneka macam bentuk perencanaan yang merupakan cara lain -cara lain ditinjau menurut banyak sekali sudut, seperti yg dijelaskan sang Westra (1980) pada Khairuddin (1992 : 48), antara lain :
  • Dari segi jangka saat, perencanaan bisa dibedakan : (a) perencanaan jangka pendek (1 tahun), dan (b) perencanaan jangka panjang (lebih dari 1 tahun). 
  • Dari segi luas lingkupnya, perencanaan bisa dibedakan : (a) perencanaan nasional (umumnya untuk mengejar keterbelakangan suatu bangsa dalam berbagai bidang), (b) perencanaan regional (untuk menggali potensi suatu daerah serta menyebarkan kehidupan masyarakat daerah itu), dan (c) perencanaan lokal, contohnya; perencanaan kota (untuk mengatur pertumbuhan kota, menertibkan penggunaan loka serta memperindah corak kota) dan perencanaan desa (buat menggali potensi suatu desa serta membuatkan warga desa tersebut). 
  • Dari segi bidang kerja yang dicakup, dapat dikemukakan antara lain : industrialisasi, agraria (pertanahan), pendidikan, kesehatan, pertanian, pertahanan serta keamanan, serta lain sebagainya. 
  • Dari segi rapikan jenjang organisasi serta taraf kedudukan menejer, perencanaan dapat dibedakan : (a) perencanaan haluan policy planning, (b) perencanaan program (acara rencana) dan (c) perencanaan langkah operational rencana. 
Perencanaan Pembangunan Masyarakat
Soetomo (2006 : 56) mengungkapkan bahwa, pembangunan masyarakat ditinjau berdasarkan mekanisme perubahan pada rangka mencapai tujuannya, kegiatan pembangunan warga ada yg mengutamakan dan memberikan fokus dalam bagaimana prosesnya hingga suatu output pembangunan dapat terwujud, dan adapula yg lebih menekankan pada hasil material, pada pengertian proses dan prosedur perubahan buat mencapai suatu hasil material tidak begitu dipersoalkan, yg krusial dalam waktu relatif singkat bisa ditinjau hasilnya secara fisik. Pendekatan yg pertama acapkali disebut sebagai pendekatan yang mengutamakan proses dan lebih menekankan pada aspek manusianya, sedangkan pendekatan yg ke 2 diklaim sebagai pendekatan yang mengutamakan output-output material dan lebih menekankan pada sasaran.

Secara umum community development merupakan kegiatan pengembangan warga yg dilakukan secara sistematis, bersiklus dan diarahkan buat memperbesar akses rakyat guna mencapai syarat sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yg lebih baik apabila dibandingkan menggunakan kegiatan pembangunan berikutnya. Dengan dasar itulah maka pembangunan warga secara umum ruang lingkup acara-programnya dapat dibagi menurut kategori sebagai berikut : (1) community service, (2) community empowering, dan (tiga) community relation (Rudito & Budimanta, 2003 : 29, 33).

Solihin (2006), membicarakan tiga tahapan perencanaan pembangunan yaitu : (1) perumusan serta penentuan tujuan, (dua) pengujian atau analisis opsi atau pilihan yg tersedia, serta (tiga) pemilihan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yg telah ditentukan serta sudah disepakati bersama. Dari ketiga tahapan perencanaan tersebut dapat didefenisikan perencanaan pembangunan daerah atau dearah sebagai berikut yaitu : suatu usaha yg sistematik berdasarkan berbagai pelaku (aktor) baik umum (publik) atau pemerintah, partikelir, juga gerombolan rakyat stakeholder lainnya dalam strata yg tidak sinkron buat menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial, ekonomi serta aspek lingkungan lainnya. Selanjutnya Adi (2003 : 81-82), dalam perencanaan sosial tidak ada perkiraan yg pervasif tentang tingkat intraktabilitas ataupun perseteruan kepentingan. Dalam perencanaan sosial klien lebih ditinjau sebagai konsumen dari suatu layanan (service), dan mereka akan mendapat serta memanfaatkan program serta layanan menjadi hasil dari proses perencanaan.

Suzetta (2007) menjelaskan bahwa, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, sudah dijabarkan lebih lanjut ke dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 serta No. 40 Tahun 2006. Sistem perencanaan ini dibutuhkan bisa mengkoordinasikan seluruh upaya pembangunan yg dilaksanakan sang aneka macam pelaku pembangunan sehingga menghasilkan sinergi yang optimal pada mewujudkan tujuan serta harapan bangsa Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka Proses perubahan sosial (atau “pembangunan”) tersebut perlu dilakukan secara berkala, terkoordinasi, konsisten, dan berkelanjutan, melalui “kiprah pemerintah beserta masyarakat” dengan memperhatikan syarat ekonomi, perubahan-perubahan sosio-politik, perkembangan sosial-budaya yang terdapat, perkembangan ilmu serta teknologi, serta perkembangan global internasional atau globalisasi.

Perencanaan Pembangunan Partisipasi 
1. Pengertian Partisipasi
Istilah partisipasi sekarang ini menjadi istilah kunci dalam setiap program pengembangan masyarakat dimana-mana, seolah-olah sebagai “lebel baru” yang harus inheren dalam setiap rumusan kebijakan serta proposal proyek. Dalam perkembangannya tak jarang diucapkan dan ditulis berulang-ulang tetapi kurang dipraktekkan, sebagai akibatnya cenderung kehilangan makna. Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling tahu, menganalisis, merencanakan serta melakukan tindakan oleh sejumlah anggota rakyat.

Asngari (2001: 29) menyatakan bahwa, penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah lantaran diantara orang-orang itu saling berkomunikasi serta berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran dan semua pihak itu dibutuhkan : (1) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis, dan (2) terbinanya kebersamaan. Selanjutnya Slamet (2003: 8) menyatakan bahwa, partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan menjadi ikut sertanya warga pada pembangunan, ikut dalam aktivitas-kegiatan pembangunan, dan ikut dan memanfaatkan serta menikmati output-hasil pembangunan. Gaventa dan Valderama (1999) dalam Arsito (2004), mencatat ada 3 tradisi konsep partisipasi terutama apabila dikaitkan dengan pembangunan rakyat yang demokratis yaitu: 1) partisipasi politik Political Participation, dua) partisipasi sosial Social Participation dan tiga) partisipasi rakyat Citizen Participation/Citizenship, ke 3 hal tersebut bisa dijelaskan menjadi berikut :
  • Partisipasi Politik, political participation lebih berorientasi dalam ”mensugesti” serta ”mendudukan wakil-wakil masyarakat” dalam lembaga pemerintahan ketimbang partisipasi aktif dalam proses-proses kepemerintahan itu sendiri. 
  • Partisipasi Sosial, social Participation partisipasi ditempatkan sebagai keterlibatan masyarakat terutama yang dipandang sebagai beneficiary atau pihak pada luar proses pembangunan pada konsultasi atau pengambilan keputusan pada seluruh tahapan daur proyek pembangunan berdasarkan evaluasi kebutuhan hingga evaluasi, implementasi, pemantauan serta evaluasi. Partisipasi sosial sebenarnya dilakukan buat memperkuat proses pembelajaran dan mobilisasi sosial. Dengan istilah lain, tujuan primer dari proses partisipasi sosial sebenarnya bukanlah pada kebijakan publik itu sendiri tetapi keterlibatan komunitas dalam global kebijakan publik lebih diarahkan sebagai wahana pembelajaran dan mobilisasi sosial. 
  • Partisipasi Warga, citizen participation/citizenship menekankan dalam partisipasi pribadi masyarakat pada pengambilan keputusan pada lembaga serta proses kepemerintahan. Partisipasi rakyat sudah mengalihkan konsep partisipasi “menurut sekedar kepedulian terhadap ‘penerima derma’ atau ‘kaum tersisih’ menuju ke suatu kepedulian dengan aneka macam bentuk keikutsertaan masyarakat pada pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan pada aneka macam gelanggang kunci yg mensugesti kehidupan mereka”. Maka berbeda menggunakan partisipasi sosial, partisipasi rakyat memang lebih berorientasi dalam rencana penentuan kebijakan publik oleh masyarakat ketimbang mengakibatkan arena kebijakan publik sebagai sarana pembelajaran. 
2. Proses Perencanaan Pembangunan Partisipasi
Ndraha (1990 : 104) menyatakan bahwa, dalam menggerakkan pemugaran syarat serta peningkatan tingkat hayati masyarakat, maka perencanaan partisipasi harus dilakukan dengan bisnis : (1) perencanaan wajib disesuaikan menggunakan kebutuhan warga yang konkret (felt need), (2) dijadikan stimulasi terhadap warga , yg berfungsi mendorong timbulnya jawaban (response), dan (tiga) dijadikan motivasi terhadap warga , yg berfungsi membangkitkan tingkah laku (behavior). Dalam perencanaan yg partisipatif (participatory planning), warga dipercaya sebagai mitra pada perencanaan yang turut berperan serta secara aktif baik dalam hal penyusunan maupun implementasi planning, lantaran walau bagaimanapun rakyat adalah stakeholder terbesar dalam penyusunan sebuah produk rencana.

Suzetta (2007), menjadi cerminan lebih lanjut berdasarkan demokratisasi dan partisipasi menjadi bagian berdasarkan good governance maka proses perencanaan pembangunan juga melalui proses partisipatif. Pemikiran perencanaan partisipatif diawali berdasarkan pencerahan bahwa kinerja sebuah prakarsa pembangunan rakyat sangat dipengaruhi oleh semua pihak yang terkait menggunakan prakarsa tadi. Sejak dikenalkannya model perencanaan partisipatif, istilah “stakeholders” menjadi sangat meluas dan akhirnya dipercaya menjadi idiom model ini.

Slamet (2003 : 11) menegaskan bahwa bisnis pembangunan pedesaan melalui proses perencanaan partisipasi perlu didekati dengan banyak sekali cara yaitu : (1) penggalian potensi-potensi dapat dibagung sang warga setempat, (2) training teknologi sempurna guna yg meliputi penciptaan, pengembangan, penyebaran hingga digunakannya teknologi itu sang masyarakat pedesaan, (tiga) pelatihan organisasi usaha atau unit pelaksana yang melaksanakan penerapan banyak sekali teknologi sempurna guna buat mencapai tujuan pembangunan, (4) training organisasi pembina/pendukung, yg menyambungkan usaha pembangunan yang dilakukan sang individu-individu rakyat masyarakat pedesaan dengan forum lain atau menggunakan taraf yang lebih tinggi (kota, kecamatan, kabupaten, propinsi, nasional), (5) pelatihan kebijakan pendukung, yaitu yang mencakup input, biaya kredit, pasaran, dan lain-lain yg memberi iklim yg harmonis untuk pembangunan.

Cahyono (2006), proses perencanaan pembangunan dari partisipasi masyarakat harus memperhatikan adanya kepentingan warga yg bertujuan untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat, sebagai akibatnya itu dalam proses perencanaan pembangunan partisipasi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya : (1) perencanaan acara harus berdasarkan kabar serta fenomena dimasyarakat, (2) Program wajib memperhitungkan kemampuan rakyat menurut segi teknik, ekonomi dan sosialnya, (tiga) Program wajib memperhatikan unsur kepentingan grup dalam warga , (4) Partisipasi rakyat dalam pelaksanaan acara (5) Pelibatan sejauh mungkin organisasi-organisasi yang terdapat (6) Program hendaknya memuat program jangka pendek serta jangka panjang, (7) Memberi kemudahan buat evaluasi, (8) Program wajib memperhitungkan syarat, uang, saat, indera serta energi (KUWAT) yang tersedia.