PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung berdasarkan pengalaman, menurut pancaindra, serta diolah oleh akal budi secara impulsif. Pada pada dasarnya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif serta intuitif. Pengetahuan berkaitan erat menggunakan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yg dimiliki insan dengan empiris yang terdapat pada objek.

Pengetahuan bisa dibedakan menjadi pengetahuan non-ilmiah serta pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah output serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang nir perlu serta nir mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non-ilmiah nir dapat dikembangkan sebagai pengetahuan ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tertentu mengenai jin atau makhluk halus di tempat eksklusif, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Pengetahuan prailmiah adalah output serapan indra serta pemikiran rasional yg terbuka terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-metode ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat rebusan daun jambu biji buat mengurangi tanda-tanda diare.

Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti knowledge. Ilmu dipahami menjadi proses penyelidikan yg berdisiplin. Ilmu bertujuan buat meramalkan dan memahami gejala-gejala alam. 

Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yg sudah diolah pulang dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten serta koheren. Agar pengetahuan sebagai ilmu, maka pengetahuan tersebut wajib dipilah (sebagai suatu bidang tertentu menurut fenomena) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya supaya pengalaman tadi mampu diungkapkan balik secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.

Metodis, berarti pada proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode eksklusif, tidak serampangan. Sistematis, berarti dalam bisnis menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yg diperoleh, memakai langkah-langkah eksklusif yg teratur serta terarah sebagai akibatnya sebagai suatu holistik yang terpadu. Koheren, berarti setiap bagian menurut jabaran ilmu pengetahuan itu adalah rangkaian yg saling terkait dan berkesesuaian (konsisten).

Sedangkan suatu bisnis buat menemukan, berbagi serta menguji kebenaran suatu pengetahuan dianggap penelitian (research). Usaha-bisnis itu dilakukan menggunakan memakai metode ilmiah.

Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan atas :
  • Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif, tak jarang diklaim pengetahuan empiris. Pengetahuan ini diperoleh melalui proses observasi dan analisis atas data serta fenomena realitas. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, hayati, antropologi, sosiologi, dan lain-lain. 
  • Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif, seringkali diklaim pengetahuan matematis. Ilmu ini diperoleh menggunakan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam grup ilmu ini merupakan nalar formal, matematika, fisika, kimia, serta lain-lain. 
  • Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial, acapkali disebut pengetahuan filsafat. Pengetahuan filsafat diperoleh menggunakan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis rasional) dengan mencari hakikat prinsip yg melandasi eksistensi semua fenomena. 
Pengertian Metode Ilmiah
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yg dipakai sang para ilmuwan buat memecahkan kasus yang dihadapi. Metode ini memakai langkah-langkah yg sistematis, teratur serta terkontrol. Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi enam termin, yaitu :
  • Merumuskan kasus. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan. 
  • Mengumpulkan warta, yaitu segala kabar yang menunjuk dan dekat pada pemecahan kasus. Sering dianggap pula mengkaji teori atau kajian pustaka. 
  • Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yg disusun menurut data atau liputan yg diperoleh selama observasi atau telaah pustaka. 
  • Menguji hipotesis menggunakan melakukan percobaan atau penelitian. 
  • Mengolah data (hasil) percobaan menggunakan menggunakan metode statistik buat membentuk kesimpulan. Hasil penelitian menggunakan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti serta universal (dilakukan dimana saja serta oleh siapa saja akan menaruh output yg sama). 
  • Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui output percobaan perlu dilakukan uji ulang. Jika hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu mampu sebagai kaidah (hukum) dan bahkan sebagai teori. 
Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun perilaku ilmiah yg dimaksud merupakan :
  • Rasa ingin memahami 
  • Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian serta nir mengada-ada) 
  • Objektif (sinkron warta yang ada, dan nir dipengaruhi oleh perasaan pribadi) 
  • Tekun (tidak putus harapan) 
  • Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan) 
  • Terbuka (mau menerima pendapat yg benar berdasarkan orang lain) 
Penelitian Ilmiah
Salah satu hal yg penting dalam global ilmu merupakan penelitian (research). Research berasal menurut istilah re yg berarti pulang serta search yg berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha buat menyebarkan serta mempelajari kebenaran suatu pengetahuan. 

Suatu penelitian wajib memenuhi beberapa ciri untuk bisa dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada empat ciri penelitian ilmiah, yitu :
  • Sistematik. Berarti suatu penelitian wajib disusun serta dilaksanakan secara berurutan sinkron pola dan kaidah yang sahih, berdasarkan yg gampang dan sederhana sampai yang kompleks. 
  • Logis. Suatu penelitian dikatakan sahih apabila bisa diterima akal serta menurut informasi empirik. Pencarian kebenaran wajib berlangsung berdasarkan prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa mekanisme induktif yaitu cara berpikir buat menarik konklusi umum berdasarkan aneka macam kasus individual (khusus) atau mekanisme deduktif yaitu cara berpikir buat menarik konklusi yang bersifat khusus menurut pernyataan yg bersifat generik. 
  • Empirik. Artinya suatu penelitian umumnya berdasarkan dalam pengalaman sehari-hari (kabar aposteriori, yaitu keterangan dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yg kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik terdapat 3 yaitu : 
a. Hal-hal empirik selalu mempunyai persamaan serta disparitas (terdapat penggolongan atau perbandingan satu sama lain)
b. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sinkron dengan waktu
c. Hal-hal empirik tidak sanggup secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada interaksi karena dampak)

Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan wajib diuji kembali oleh peneliti lain dan harus menaruh output yang sama jika dilakukan menggunakan metode, kriteria, dan kondisi yg sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel sebagai langkah penting bagi seseorang peneliti.

PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui eksklusif berdasarkan pengalaman, berdasarkan pancaindra, serta diolah sang akal budi secara impulsif. Pada intinya, pengetahuan bersifat impulsif, subjektif serta intuitif. Pengetahuan berkaitan erat menggunakan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yg dimiliki insan dengan empiris yang terdapat dalam objek.

Pengetahuan dapat dibedakan sebagai pengetahuan non-ilmiah serta pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yg nir perlu serta nir mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non-ilmiah nir dapat dikembangkan sebagai pengetahuan ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus pada loka eksklusif, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Pengetahuan prailmiah merupakan hasil serapan indra serta pemikiran rasional yg terbuka terhadap pengujian lebih lanjut memakai metode-metode ilmiah. Misalnya pengetahuan orang mengenai manfaat rebusan daun jambu biji buat mengurangi tanda-tanda diare.

Ilmu (sains) asal berdasarkan Bahasa Latin scientia yg berarti knowledge. Ilmu dipahami menjadi proses penyelidikan yg berdisiplin. Ilmu bertujuan buat meramalkan serta tahu tanda-tanda-tanda-tanda alam. 

Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang sudah diolah balik dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan sebagai ilmu, maka pengetahuan tadi wajib dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari fenomena) dan disusun secara metodis, sistematis dan konsisten. Tujuannya supaya pengalaman tersebut bisa diungkapkan balik secara lebih jelas, rinci serta setepat-tepatnya.

Metodis, berarti pada proses menemukan serta mengolah pengetahuan menggunakan metode eksklusif, nir serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yg diperoleh, menggunakan langkah-langkah eksklusif yang teratur dan terarah sebagai akibatnya sebagai suatu holistik yang terpadu. Koheren, berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu adalah rangkaian yang saling terkait serta berkesesuaian (konsisten).

Sedangkan suatu usaha buat menemukan, mengembangkan serta menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut penelitian (research). Usaha-usaha itu dilakukan dengan memakai metode ilmiah.

Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah bisa dibedakan atas :
  • Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif, acapkali dianggap pengetahuan realitas. Pengetahuan ini diperoleh melalui proses observasi dan analisis atas data serta fenomena empiris. Termasuk pada grup ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi, sosiologi, serta lain-lain. 
  • Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif, seringkali dianggap pengetahuan matematis. Ilmu ini diperoleh menggunakan cara analisis refleksi menggunakan mencari hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok ilmu ini merupakan nalar formal, matematika, fisika, kimia, dan lain-lain. 
  • Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial, acapkali dianggap pengetahuan filsafat. Pengetahuan filsafat diperoleh menggunakan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi, evaluasi kritis, logis rasional) menggunakan mencari hakikat prinsip yg melandasi eksistensi seluruh kenyataan. 
Pengertian Metode Ilmiah
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan buat memecahkan kasus yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Pelaksanaan metode ilmiah ini mencakup enam termin, yaitu :
  • Merumuskan masalah. Masalah merupakan sesuatu yg harus diselesaikan. 
  • Mengumpulkan informasi, yaitu segala keterangan yang mengarah dan dekat dalam pemecahan masalah. Sering disebut juga menelaah teori atau kajian pustaka. 
  • Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun dari data atau fakta yg diperoleh selama observasi atau jajak pustaka. 
  • Menguji hipotesis menggunakan melakukan percobaan atau penelitian. 
  • Mengolah data (output) percobaan menggunakan menggunakan metode statistik buat membentuk kesimpulan. Hasil penelitian menggunakan metode ini adalah data yang objektif, tidak ditentukan subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan menaruh output yg sama). 
  • Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui output percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila output uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (aturan) serta bahkan menjadi teori. 
Metode ilmiah didasari sang perilaku ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun perilaku ilmiah yang dimaksud merupakan :
  • Rasa ingin memahami 
  • Jujur (menerima kenyataan output penelitian dan tidak mengada-terdapat) 
  • Objektif (sinkron kabar yg ada, serta nir dipengaruhi oleh perasaan pribadi) 
  • Tekun (tidak putus asa) 
  • Teliti (nir ceroboh serta tidak melakukan kesalahan) 
  • Terbuka (mau menerima pendapat yg sahih menurut orang lain) 
Penelitian Ilmiah
Salah satu hal yg penting pada dunia ilmu adalah penelitian (research). Research asal menurut kata re yg berarti balik dan search yang berarti mencari, sehingga research atau penelitian bisa didefinisikan sebagai suatu usaha buat mengembangkan serta mengkaji kebenaran suatu pengetahuan. 

Suatu penelitian wajib memenuhi beberapa ciri buat dapat dikatakan menjadi penelitian ilmiah. Umumnya terdapat empat ciri penelitian ilmiah, yitu :
  • Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sinkron pola dan kaidah yang benar, berdasarkan yg gampang serta sederhana hingga yang kompleks. 
  • Logis. Suatu penelitian dikatakan benar apabila bisa diterima nalar serta berdasarkan kabar empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya nalar, yaitu akal. Prosedur penalaran yg digunakan mampu prosedur induktif yaitu cara berpikir buat menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (spesifik) atau mekanisme deduktif yaitu cara berpikir buat menarik kesimpulan yg bersifat spesifik berdasarkan pernyataan yang bersifat generik. 
  • Empirik. Artinya suatu penelitian umumnya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (kabar aposteriori, yaitu informasi dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui output coba-coba yang lalu diangkat menjadi output penelitian. Landasan penelitian empirik ada 3 yaitu : 
a. Hal-hal empirik selalu mempunyai persamaan serta disparitas (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain)
b. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sinkron menggunakan waktu
c. Hal-hal empirik tidak sanggup secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan karena dampak)

Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan wajib diuji pulang oleh peneliti lain serta harus memberikan hasil yg sama apabila dilakukan menggunakan metode, kriteria, serta syarat yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

METODOLOGI PENELITIAN BISNIS UNTUK AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen
KOMPLEKSITAS MANAJEMEN
Pokok bahasan manajemen semakin hari semakin diminati oleh banyak sekali kalangan masyarakat baik para ilmuwan, praktisi bahkan orang umum . Namun aneka macam kalangan tadi juga belum mempunyai “communal opinio” mengenai definisi manajemen. Sebagai konsekuensinya, manajemen memiliki majemuk konotasi-konotasi yang kadang nir saling bekerjasama, sebagai akibatnya dapat menyebabkan perbedaan dalam tahu “fauna” manajemen. Kompleksitas yg terjadi pada bahasan tentang manajemen tidak hanya terjadi pada level dialektika, tetapi yang menjadi dilema berat merupakan faktor kepentingan praktis yg sering kali mengendalikan kiprah manajemen menjadi kajian ilmiah yg independen.

Fenomena penting yg bisa kita lihat adalah dalam bidang pendidikan manajemen. Bidang pendidikan diperlukan sebagai “penjaga gawang” dalam kajian ilmiah mengenai manajemen. Namun pada kenyataannya tidak dapat kita hindari bahwa kepentingan kapitalistik serta materialistik telah menaruh pandangan baru dan orientasi yang berbeda pada mengartikulasikan pendidikan manajemen. 

Dewasa ini pada Indonesia benyak yang berpandangan bahwa pendidikan tinggi khususnya dicermati hanya menjadi investasi masa depan daripada buat kepentingan khasanah keilmuan. Artinya pengorbanan berupa biaya serta ketika dipercaya menjadi investasi menggunakan mengharapkan pekerjaan dan pendapatan yg baik sebagai return-nya. Sehingga banyak orang berlomba-lomba melanjutkan pendidikannya pada perguruan tinggi dengan asa terjadi “mobilitas vertikal” yang kelak akan mengantarkan mereka mencapai “kesejahteraan ekonomi”. Pada sisi lain, penyelenggara pendidikan melihat kenyataan pendidikan manajemen menjadi “pasar” yang memiliki permintaan yang sangat melimpah. Penyelenggara pendidikan, terutama swasta sangat bergairah mendirikan berbagai program baik dalam strata diploma, S1, S2 baik MM ataupun MBA dan S3 atau program Doktor. Problemnya adalah dalam “nawaitu” atau niatnya pada menyelenggarakan pendidikan. Newman dalam bukunya Social Research Methods (2000) menjelaskan menjadi fenomena pseudoscience yang erat kaitannya dengan ilmu itu sendiri. Pseudoscience adalah suatu kenyataan yang seolah-olah menampakkan dirinya menjadi suatu ilmu (khususnya ilmu-ilmu sosial misalnya manajemen), padahal hanya berupa jargon-jargon yg dibumbui menggunakan berberapa karakteristik yang seperti dengan karakteristik sebuah ilmu. Termasuk pada dalamnya adalah penyelenggaraan acara gelar aneka macam tingkatan yang kadang sesungguhnya tidak memiliki komitmen serta tanggung jawab terhadap ilmu melainkan hanya kepentingan usaha, beredarnya buku-buku ilmiah manajemen terkenal yg semata-mata buat bisnis, penelitian dan jajak ilmiah “semu” yg bertujuan hanya buat mempopulerkan, mengiklankan produk, jasa, usaha serta lain-lain pada banyak sekali media massa. Hal tersebut semakin diperparah oleh ketidakfahaman warga serta ketiadaan anggaran mengenai batasan area ilmiah.

PROBLEM MANAJEMEN DI INDONESIA
Momentum kemerdekaan di Indonesia seharusnya bisa mendorong pengembangan ilmu pengetahuan secara umum yang bercirikan nilai budaya bangsa Indonesia dan pengembangan manajemen sebagai ilmu pada pendidikan terbaru yg menaruh harapan serta keberanian pada bangsa Indonesia buat memperbaiki kehidupan usaha dan ekonomi dan moralitas bangsa. Tetapi empiris yg dihadapi kehadiran ratusan bahkan ribuan pendidikan tinggi serta pula ratusan ribu sarjana belum bisa melahirkan serta membesarkan ilmu pengetahuan khusunya melahirkan sebuah konsepsi manajemen berwawasan Indonesia.

Penyebab primer kepincangan pada kemajuan ilmu pengetahuan merupakan terletak pada perlakuan yang nir “correct” terhadap ilmu pengetahuan di perguruan tinggi dalam khususnya, pada lingkungan kampus pada umumnya (Daoed Joesoef, 1986). Dikatakan tidak “correct” karena pada sana ilmu pengetahuan (dalam hal ini secara khusus ilmu manajemen) dihayati tidak pada arti yg lengkap, yaitu ilmu pengetahuan pada arti produk, ilmu pengetahuan pada arti sebagai proses dan ilmu pengetahuan pada arti rakyat.

Ilmu pengetahuan menjadi produk, merupakan pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenrannya oleh masyarakat ilmuwan. Jadi ilmu pengetahuan terbatas pada fenomena-fenomena yang mengandung kemungkinan buat disepakati serta terbuka buat diteliti, diuji ataupun dibantah sang orang lain. Sehingga suatu liputan ilmiah nir mungkin bersifat original misalnya halnya pada karya seni. Penemuan warta ilmiah mungkin bisa original, namun bukan buat warta ilmiah itu sendiri.

Ilmu pengetahuan sebagai proses adalah kegiatan masyarakat yang dilakukan demi inovasi serta pemahaman dunia alami sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana kita kehendaki. Metoda ilmiah yg khusus yg dipakai dalam proses ini adalah analisis rasional, obyektif, sejauh mungkin bersifat “impersonal” berdasarkan kasus-kasus yang didasarkan dalam percobaan serta data yg dapat diamati (observable data). Dalam pandangan Thomas S. Kuhn, ilmu pengetahuan pada arti proses (penelitian) diistilahkan sebagai “normal science”. 

Sedangkan ilmu pengetahuan menjadi rakyat adalah suatu dunia pergaulan yg tindak tanduknya, sikap dan perilakunya diatur oleh empat ketentuan (imperatives), yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih (disinterestedness) serta skeptisisme yg teratur. Universalisme berarti bahwa ilmu pengetahuan bebas berdasarkan warna kulit, agama, keturunan atau dikenal dengan slogan “SARA”, yang terdapat hanya metoda. Jadi ilmu pengetahuan dikatakan universal bila metoda ilmiah bersifat empirik, eksperimental dan rasional yg bekerja menurut “logical inference”. Komunalisme berarti bahwa ilmu pengetahuan adalah milik warga (public knowledge). Tanpa pamrih berarti bukan proraganda ataupun promosi bagi kepentiingan tertentu. Skeptisisme yg teratur berarti keinginan buat mengetahui dan bertanya berdasarkan pada akal dan keteraturan dalam berfikir.

Bagaimana dengan perkembangan manajemen pada setting Indonesia? Dunia barat dikenal menggunakan perkembangan ilmu manajemen yg berorientasi dalam individualisme, kapitalisme dan materialisme yang didukung pengembangan teknologi modern. Bangsa Jepang dengan collectivism membuatkan filosofi Kaizen dalam manajemen mereka. Secara epistemologis, bagaimana metoda pengembangan manajemen di Indonesia. Kemudian pada cabang ontologis, apakah manajemen pada Indonesia bisa dikembangkan menjadi ilmu? Dan bagaimana nilai-nilai budaya bangsa dibangun sebagai pijakan aksiologi buat berbagi ilmu manajemen berwawasan Indonesia. 

Bagaimana pengembangan manajemen menjadi ilmu dalam pendidikan terbaru yg menaruh harapan serta keberanian kepada bangsa Indonesia buat memperbaiki kehidupan bisnis dan ekonomi dan moralitas bangsa, sehingga melahirkan sebuah konsepsi ilmu manajemen berwawasan Indonesia.

Secara lebih khusus problem akan diarahkan dalam upaya melahirkan para sarjana manajemen Indonesia berkualitas dan berkarakter. Kualitas lebih menekankan pada keilmuan dan keterampilan sedangkan berkarakter menekankan dalam visi serta nilai.

MENGAPA FILSAFAT ILMU
Pembahasan pada muka diawali menggunakan kompleksitas empiris manajemen, khususnya bagi pengembangan manajemen di Indonesia. Lemahnya tradisi ilmiah dan banyaknya kepentingan ekonomi serta tidak adanya visi bagi pengembangan ilmu dan pendidikan mengakibatkan nir kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu kenyataan dunia perkembangan ilmu begitu cepat termasuk perkembangan ilmu manajemen. Oleh karena itu sesungguhnya filsafat ilmu ada menjadi kelanjutan dari filsafat pengetahuan karena perkembangan ilmu cabang yg tumbuh “bagai cendawan di trend hujan”. Filsafat pengetahuan sendiri lahir menjadi reaksi serta penjelasan terhadap kontradiksi antar cabang ilmu. Kunto Wibisono menyebutkan bahwa filsafat ilmu merupakan refleksi filsafati yg nir pernah mengenal titik henti dalam menjelajahi kawasan ilmiah buat mencapai kebenaran atau fenomena. Sesuatu memang nir pernah akan habis difikirkan serta nir pernah akan selesai diterangkan.

Hakikat ilmu merupakan karena fundamental serta kebenaran universal yg tersirat melekat pada dalam dirinya. Dengan tahu filsafat ilmu berarti tahu seluk beluk ilmu yang paling fundamental, sebagai akibatnya dapat difahami jua perspektif ilmu, kemungkinan pengembagannya, keterkaitan antar cabang ilmu yg satu dengan lainnya, simplifikasi dan artifisialitasnya.

MANAJEMEN SEBAGAI ILMU
Apakah manajemen dapat dikategorisasi menjadi ilmu (science)? Pada awalnya manajemen asal dari kata “manage” yg bisanya dihubungkan menggunakan kemampuan buat mengurusi tempat tinggal tangga (R.W. Morell, 1969). Bahkan Socrates dalam zaman Yunani Kuno mendefinisikan manajemen menjadi suatu keterampilan yang terpisah berdasarkan pengetahuan. Hal tadi tercermin pada pada nasihat Socrates kepada Nichomachides:

“Aku menyampaikan bahwa apapun yang dikepalai seorang serta ia mengetahui apa yang diperlukan, dan bisa menyediakannya, berarti dia akan menjadi pemimpin yg baik. Oleh karenanya Nichodemachides, janganlah meremehkan orang yg mahir mengelola rumah tangga; karena penanganan kasus langsung serta generik hanya terletak pada luas permasalahannya; pada hal lain keduanya sama, namun yang wajib engkau perhatikan keduanya tidak dikelola tanpa sang insan; dan kasus langsung tidak dikelola oleh satu jenis manusia dan kasus generik oleh jenis insan lainnya; karena mereka yang menjalankan perusahaan generik menggunakan manusia yg sama sekali nir tidak selaras dengan mereka yang dipekerjakan sang para manajer menurut bisnis-usaha eksklusif; serta orang yang memahami bagaimana mempekerjakan mereka, menjalankan bisnis baik langsung maupun umum menggunakan bijaksana, sedangkan orang yg tidak mengetahuinya tidak juga keduanya”. 

Pemahaman Socrates tersebut sejalan dengan penelusuran yang ditulis pada proceeding seminar konsep manajemen Indonesia, PPM (1979) yg dihadiri sang sejumlah ahli manajemen, ilmuwan sosial, peneliti dan birokrat Indonesia misalnya Astrid S. Soesanto, Harsya W. Bachtiar, Siswanto Sudomo, Roosseno, Muchtar Lubis, TB. Simatupang, Kwik Kian Gie, Christianto Wibisono, M. Dawam Raharjo dll bahwa pada awalnya manajemen adalah penggunaan keterampilan, pengetahuan serta ikhtiar benar-benar-sungguh buat mencapai tujuannya, maka manajemen merupakan seni (art). Tetapi menggunakan meluasnya cakrawala pengetahuan melalui pengumpulan data secara menyeluruh dan mendalam buat selanjutnya diolah guna perumusan serta pengujian hipotesisnya maka manajemen sudah berkembang menjadi ilmu (science).

Dalam artikel What is a “science” Bahm mendeskripsikan secara jelas unsur-unsur ilmu (science). Bahm mengajak pembaca buat berfikir secara lebih mendasar tentang unsur-unsur atau komponen science. Bahm memulai berdasarkan pertarungan (problem) yang dihadapi manusia dalam kehidupan menjadi komponen krusial science, meskipun nir seluruh dilema bersifat ilmiah. 

Selanjutnya Bahm menguraikan pentingnya sikap seorang ilmuwan dalam membuatkan science. Selain itu juga diuraikan oleh penulisan mengenai kontroversi metoda serta peran metoda pada perkembangan science. Metoda dan perilaku beserta-sama mencoba mencari solusi terhadap duduk perkara dan mencari kebenaran, kenyataan serta memberi penerangan ataupun menaruh solusi terhadap pertarungan. Sehingga science akan selalu bergerak serta berjalan tanpa mengenal berhenti (unfinished journey). 

Bahm pula membicarakan keprihatinannya bahwa pengembangan teknologi serta industri berjalan demikian cepat yang seharusnnya terkait menggunakan efek sosialnya ternyata berjalan tidak seimbang sehingga selain memberi manfaat, namun banyak pula menciptakan kesulitan bagi kehidupan manusia. Sehingga Bahm sangat mendorong buat menambah teknologi serta industri menggunakan hal yang lebih mendasar, yaitu aspek aksiologi, etika, religiusitas dan sosiologi.

Bahm sepertinya jua mengajak pembaca buat lebih dalam tahu science dengan nilai-nilai universalnya. Secara jelas, Bahm menguraikan serta mengulas secara kritis unsur-unsur (komponen) science sekaligus mengingatkan pada para peneliti buat menyadari pentingnya unsur-unsur tadi. 

Di samping pembahasan unsur-unsur science secara struktural, Bahm jua mengulas secara fenomenal baik terkait dengan warga , proses serta science sebagai produk. Bahm membicarakan dampak science sendiri bagi kehidupan manusia di mana science nir sanggup tanggal dari nilai-nilai terkait dengan kepentingan luhur humanisme. 

Perkembangan selanjutnya apakah manajemen adalah ilmu menjadi erat hubungannya dengan semakin canggihnya perubahan, persaingan dan konduite organisasional yang berkaitan menggunakan kompleksitas “how to manage” pada bisnis. Semakin pentingnya manajemen paling nir terlihat pada banyak kasus organisasi bisnis serta publik pada sejumlah negara belum berkembang atau sedang berkembang. Kemudian kualifikasi manajer sebagai mayoritas dalam keberhasilan organisasi.

Hal yang menarik disampaikan sang Socrates dalam masa kemudian bahwa faktor kunci keberhasilan manajemen adalah insan serta grup manusia yang lain. Pada perkembangan selanjutnya muncul interaksi antar insan dan jika terdapat kecenderungan pandangan dan tujuan, mereka akan membentuk grup atau organisasi. 

Pada ketika ini domain manajemen melingkupi bagaimana mengelola organisasi mencapai tujuan secara efektif dan efisien terkait dengan lingkungan yg penuh ketidakpastian. Untuk itu sangat diharapkan pengetahuan tentang prinsip serta teknik dasar manajemen pada mempraktikkan, menyebutkan dan mengembangkannya. Areanya menjadi semakin kentara yaitu efektivitas serta efisiensi insan menjadi sentral. Apabila dibandingkan menggunakan efisiensi mesin maka efisiensi usaha gerombolan manusia masih sangat tertinggal. Hal tersebut disadari oleh banyak pakar manajemen di lapangan misalnya Henri Fayol, Barnard serta Alvin Brown bahwa diharapkan konsep manajemen yg jelas dan suatu kerangka teori serta prinsip yg berpautan.

Beberapa pandangan Koontz mengenai prinsip, teori serta konsep:
Prinsip adalah kebenaran mendasar, atau apa yang diyakini menjadi kebenran pada saat tertentu, yg memberitahuakn 2 atau lebih perpaduan variabel.

Teori adalah pengelompokan yang sistematis terhadap prinsip-prinsip yg saling berhubungan sehingga terbentuk kerangka.

Konsep adalah gambaran mental dari sesuatu yang dibuat dengan penggeneralisasian bagian-bagiannya.

Jika pengertian mengenai konsep, teori, prinsip serta teknik manajemen kurang difahami maka akan menyulitkan analisis pekerjaan manajerial serta training para manajer. Tanpa hal tadi training para manajer hanya bersifat coba-coba. Dalam kadar tertentu, hal tadi mungkin terjadi serta berlangsung hingga ilmu manajemen berkembang secara memadai. 

Pada masalah bisnis, pemerintahan serta perusahaan, susunan ilmu manajemen yang relatif kokoh sudah terwujud serta banyak membantu merealisasikan sifat manajemen serta menyederhanakan ke pada pendidikan dan pembinaan manajer. Bahkan timbul suatu pernyataan yang menarik terkait dengan pendekatan kontingensi yaitu bahwa teori dan ilmu manajemen nir pernah menganjurkan “satu cara yang terbaik” (Koontz et.al). Teori serta ilmu dimaksudkan buat mencari hubungan-interaksi mendasar, dasar-dasar teknik serta susunan pengetahuan yang tersedia yg semuanya seharusnya di dasarkan dalam konsep yg kentara. 

Dengan demikian diharapkan para praktisi manajemen mengerti serta menggunakan ilmu serta teori yg akan mendasari praktik pekerjaan mereka. 

Jika dikaitkan dengan pandangan Bahm tentang ciri krusial ilmu, maka manajemen sesungguhnya sudah memiliki kriteria tersebut. Pada domain manajemen dapat timbul banyak konflik ilmiah misalnya bagaimana interaksi antara penetapan tujuan dengan motivasi dalam suatu setting eksklusif. Untuk mengungkap hal tadi perlu perilaku ilmiah dan metoda ilmiah. 

Di mulai menurut sebuah keyakinan bahwa ilmu memperlihatkan kenyataan di atas, adalah keyakinan rasionalitas alam memberikan ilham bahwa banyak sekali interaksi bisa ditemukan antara dua rangkaian peristiwa atau lebih. Untuk menemukan secara sistematis dibutuhkan suatu metoda ilmiah. Metoda ilmiah meliputi metoda induktif yg dimulai menurut penemuan informasi (fact finding) serta menguji keakuratan warta sebagai akibatnya diperoleh proposisi yang bila terus menerus teruji seksama akan mengambangkan teori serta khasanah ilmu manajemen itu sendiri. Berikutnya adalah metoda deduktif yg menekankan pada pengujian teori atau proposisi pada ilmu manajemen. 

Selanjutnya ilmu manajemen akan terkait dengan aktivitasnya dan implikasi. Implikasi dalam pandangan Bahm dikaitkan menggunakan nilai-nilai bagi peradaban insan. Pada perspektif pada masa ini keberfihakan manajemen dalam nilai-nilai tadi (aksiologis) tampak pada kenyataan etika usaha serta manajemen yg semakin gencar dewasa ini. 

Pada bidang usaha muncul suatu konsep yg berfihak pada konsumen dan kesejahteraan manusia atau warga baik dalam jangka pendek juga jangka panjang termasuk di dalamnya problem lingkungan hidup atau acapkali dikenal menggunakan kata societal marketing concept dan green marketing. Kemudian pada pengelolaan manajemen asal daya insan timbul konsep long life employment yg berfihak dalam kesejahteraan karyawan jangka panjang. Dalam manajemen strategik dan persaingan timbul konsep co-opetition yang menekankan win-win solution kepada seluruh stakeholders (bahkan semua penghuni bumi ini). 

Dikaitkan dengan pandangan Bacharach (1989) yg mendukung pandangan (Dubin, 1969; Nagel, 1961; Cohen, 1980) menyatakan bahwa teori adalah pernyataan hubungan antara unit-unit yang diobservasi dalam dunia realitas. Teori memiliki 2 kriteria meliputi: (a) falsifikasi (b) utilitas. Selanjutnya kemampuan teori menaruh penerangan secara teruji dan tersusun dengan rangkaian teori yg terkait membangun suatu ilmu.

Dalam penelitian yang dilakukan di bidang manajemen, kedua kriteria teori tersebut poly dipakai terutama dalam penelitian yang dilakukan positivism, terutama pada bidang behavioral science menjadi bagian krusial pada studi ilmu-ilmu manajemen.

PENGEMBANGAN ILMU MANAJEMEN DI INDONESIA
Pada bahasan sebelumnya telah didiskusikan pentingnya filsafat ilmu dalam memberikan dasar dan arah bagi pengembangan ilmu. Di samping itu penulis juga sudah mencoba mendiskusikan secara mendasar tentang manajemen sebagai ilmu. Berdasarkan bahan diskusi pada atas maka kita akan dapat membuat sebuah setting pengembangan manajemen di Indonesia. 

Dari suatu pembahasan mengenai imbas budaya dalam perkembangan manajemen pada Indonesia yang dilakukan PPM Jakarta (1979) dijelaskan eksistensi tiga terminologi krusial yang berkaitan erat menggunakan upaya pengembangan manajemen Indonesia. Ketiganya mencakup istilah: manajer & pemimpin, organisasi serta budaya serta perilaku organisasional. 

Dengan menghubungkan dengan teori kontingensi maka sangat terbuka kesempatan bagi kita buat mengembangkan sebuah konsep manajemen Indonesia. Teori ini sesungguhnya berpusat dalam kombinasi taraf diferensiasi serta integrasi dalam organisasi menghadapi kebutuhan yang muncul berdasarkan lingkungan. Perubahan pada lingkungan akan beranjak cepat sehingga menuntut organisasi menciptakan level diferensiasi yang bisa selaras dengan perubahan lingkungan. Artinya dalam praktik organisasi tidak hanya bersandar pada gaya internal organisasi namun terkait erat menggunakan sistem nilai lingkungan budaya yang melingkupinya. 

Dalam kaitannya menggunakan kriteria keilmuan maka manajemen pada Indonesia jua harus memiliki unsur-unsur yang universal menggunakan membuka diri untuk mendapat serta berbagi unsur-unsur tersebut, meskipun demikian kita tetap wajib bersikap selektif. Pada sisi yang lain, proses operasional manajemen akan sangat ditentukan oleh nilai budaya, manusia, rakyat dan pengalaman sejarah suatu bangsa dan visi bangsa. 

Dalam setting Indonesia, secara normatif kita memiliki Pancasila sebagai nilai-nilai budaya serta cita-cita yang merefleksikan keberagaman nilai-nilai budaya dan bukan keseragaman. Sehingga pendekatan kontingensi akan berperan pada menyebutkan bahwa teori dan ilmu manajemen nir pernah menganjurkan “satu cara terbaik”. Keefektifan manajemen selalu bersifat kontingensi, pada hal ini terkait menggunakan tatanan nilai luhur yang berkembang pada sana. Di samping itu dengan pendekatan sistem, praktisi, manajer serta para ilmuwan wajib mempertimbangkan sejumlah besar variabel yg berpengaruh serta berinteraksi dalam pekerjaan manajerial.

Penulis beropini masih ada beberapa hal yang bisa kita gali berdasarkan nilai budaya bangsa yang terefleksikan dalam semangat Pancasila seperti:
  • Nilai-nilai spiritual keagamaan dan etika yg sebagai orientasi, filosofi serta tujuan kita dalam aktivitas manajerial. 
  • Mengembangkan rasa humanisme dalam aktifitas manajemen serta usaha. 
  • Mengembangkan semangat kolektif pada pencapaian tujuan menggunakan kesadaran bahwa diversitas menjadi kekuatan. 
  • Semangat buat berorietasi pada kesejahteraan organisasi dan rakyat menggunakan prinsip win-win solution. 
  • Mengembangkan nilai keadilan pada segenap stakeholders. 

PENDIDIKAN SEBAGAI METODA PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA
Bagaimana pendidikan manajemen di Indonesia dalam satu sisi menghadapi perubahan bisnis yang dahsyat dan dalam sisi yg lain mengembangkan manajemen Indonesia? Jawabannya justru pendekatan yang pengembangan manajemen Indonesia akan menjawab secara komprehensif serta mendasar. Ada beberapa info penting terkait menggunakan pendidikan manajemen, yaitu: relevansi kurikulum, pengembangan metoda pedagogi, rekonsiliasi riset dan praktik manajemen serta kemitraan dengan global usaha (Handoko, 2002).

Pada sisi lain secara makro dan lebih mendasar lagi adalah political will pemerintah terhadap pendidikan dan kebudayaan. Secara operasional tercermin melalui alokasi RAPBN bagi pendidikan dan kebudayaan serta implementasi aturan terhadap pendidikan yang illegal ataupun yg nir bertanggung jawab terhadap konsumen dan rakyat.

METODOLOGI PENELITIAN BISNIS UNTUK AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen
KOMPLEKSITAS MANAJEMEN
Pokok bahasan manajemen semakin hari semakin diminati sang banyak sekali kalangan warga baik para ilmuwan, praktisi bahkan orang umum . Tetapi aneka macam kalangan tersebut juga belum mempunyai “communal opinio” tentang definisi manajemen. Sebagai konsekuensinya, manajemen memiliki majemuk konotasi-konotasi yg kadang tidak saling berhubungan, sehingga dapat menyebabkan disparitas dalam memahami “fauna” manajemen. Kompleksitas yang terjadi pada bahasan tentang manajemen tidak hanya terjadi dalam level dialektika, namun yg sebagai masalah berat adalah faktor kepentingan mudah yg sering kali mengendalikan kiprah manajemen menjadi kajian ilmiah yang independen.

Fenomena krusial yang dapat kita lihat merupakan dalam bidang pendidikan manajemen. Bidang pendidikan diperlukan menjadi “penjaga gawang” pada kajian ilmiah tentang manajemen. Namun dalam kenyataannya tidak bisa kita hindari bahwa kepentingan kapitalistik serta materialistik telah menaruh pandangan baru dan orientasi yang tidak sinkron pada mengartikulasikan pendidikan manajemen. 

Dewasa ini di Indonesia benyak yang berpandangan bahwa pendidikan tinggi khususnya dipandang hanya sebagai investasi masa depan daripada untuk kepentingan khasanah keilmuan. Artinya pengorbanan berupa biaya serta ketika dianggap menjadi investasi menggunakan mengharapkan pekerjaan serta pendapatan yang baik menjadi return-nya. Sehingga poly orang berlomba-lomba melanjutkan pendidikannya dalam perguruan tinggi menggunakan harapan terjadi “gerak vertikal” yang kelak akan mengantarkan mereka mencapai “kesejahteraan ekonomi”. Pada sisi lain, penyelenggara pendidikan melihat fenomena pendidikan manajemen sebagai “pasar” yang mempunyai permintaan yg sangat melimpah. Penyelenggara pendidikan, terutama swasta sangat bergairah mendirikan aneka macam acara baik dalam strata diploma, S1, S2 baik MM ataupun MBA serta S3 atau acara Doktor. Problemnya adalah pada “nawaitu” atau niatnya dalam menyelenggarakan pendidikan. Newman pada bukunya Social Research Methods (2000) menjelaskan menjadi fenomena pseudoscience yg erat kaitannya menggunakan ilmu itu sendiri. Pseudoscience adalah suatu kenyataan yang seolah-olah menampakkan dirinya menjadi suatu ilmu (khususnya ilmu-ilmu sosial seperti manajemen), padahal hanya berupa slogan-slogan yang dibumbui menggunakan berberapa ciri yg mirip dengan karakteristik sebuah ilmu. Termasuk di dalamnya adalah penyelenggaraan program gelar banyak sekali strata yg kadang sesungguhnya nir memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap ilmu melainkan hanya kepentingan usaha, beredarnya buku-buku ilmiah manajemen terkenal yang semata-mata buat usaha, penelitian serta telaah ilmiah “semu” yang bertujuan hanya buat mempopulerkan, mengiklankan produk, jasa, bisnis dan lain-lain pada berbagai media massa. Hal tersebut semakin diperparah sang ketidakfahaman warga serta ketiadaan aturan tentang batasan area ilmiah.

PROBLEM MANAJEMEN DI INDONESIA
Momentum kemerdekaan pada Indonesia seharusnya dapat mendorong pengembangan ilmu pengetahuan secara umum yang bercirikan nilai budaya bangsa Indonesia dan pengembangan manajemen sebagai ilmu pada pendidikan terbaru yg memberikan harapan dan keberanian pada bangsa Indonesia buat memperbaiki kehidupan bisnis dan ekonomi dan moralitas bangsa. Namun empiris yg dihadapi kehadiran ratusan bahkan ribuan pendidikan tinggi serta juga ratusan ribu sarjana belum sanggup melahirkan serta membesarkan ilmu pengetahuan khusunya melahirkan sebuah konsepsi manajemen berwawasan Indonesia.

Penyebab utama kepincangan pada kemajuan ilmu pengetahuan adalah terletak pada perlakuan yang tidak “correct” terhadap ilmu pengetahuan pada perguruan tinggi dalam khususnya, pada lingkungan kampus dalam umumnya (Daoed Joesoef, 1986). Dikatakan nir “correct” lantaran di sana ilmu pengetahuan (pada hal ini secara khusus ilmu manajemen) dihayati tidak dalam arti yg lengkap, yaitu ilmu pengetahuan pada arti produk, ilmu pengetahuan dalam arti sebagai proses serta ilmu pengetahuan pada arti rakyat.

Ilmu pengetahuan sebagai produk, adalah pengetahuan yang sudah diketahui dan diakui kebenrannya oleh masyarakat ilmuwan. Jadi ilmu pengetahuan terbatas dalam kenyataan-fenomena yg mengandung kemungkinan buat disepakati dan terbuka buat diteliti, diuji ataupun dibantah sang orang lain. Sehingga suatu warta ilmiah nir mungkin bersifat original misalnya halnya dalam karya seni. Penemuan kabar ilmiah mungkin bisa original, tetapi bukan buat informasi ilmiah itu sendiri.

Ilmu pengetahuan menjadi proses adalah aktivitas masyarakat yang dilakukan demi inovasi dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana kita kehendaki. Metoda ilmiah yg khusus yg digunakan pada proses ini adalah analisis rasional, obyektif, sejauh mungkin bersifat “impersonal” berdasarkan kasus-masalah yg didasarkan dalam percobaan dan data yg dapat diamati (observable data). Dalam pandangan Thomas S. Kuhn, ilmu pengetahuan dalam arti proses (penelitian) diistilahkan menjadi “normal science”. 

Sedangkan ilmu pengetahuan sebagai masyarakat merupakan suatu dunia pergaulan yg tindak tanduknya, perilaku serta perilakunya diatur oleh empat ketentuan (imperatives), yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih (disinterestedness) dan skeptisisme yg teratur. Universalisme berarti bahwa ilmu pengetahuan bebas menurut warna kulit, kepercayaan , keturunan atau dikenal menggunakan slogan “SARA”, yang terdapat hanya metoda. Jadi ilmu pengetahuan dikatakan universal apabila metoda ilmiah bersifat empirik, eksperimental serta rasional yg bekerja dari “logical inference”. Komunalisme berarti bahwa ilmu pengetahuan adalah milik warga (public knowledge). Tanpa pamrih berarti bukan proraganda ataupun promosi bagi kepentiingan eksklusif. Skeptisisme yg teratur berarti impian untuk mengetahui dan bertanya didasarkan pada akal dan keteraturan dalam berfikir.

Bagaimana dengan perkembangan manajemen pada setting Indonesia? Dunia barat dikenal dengan perkembangan ilmu manajemen yg berorientasi pada individualisme, kapitalisme dan materialisme yg didukung pengembangan teknologi terkini. Bangsa Jepang dengan collectivism membuatkan filosofi Kaizen dalam manajemen mereka. Secara epistemologis, bagaimana metoda pengembangan manajemen pada Indonesia. Kemudian pada cabang ontologis, apakah manajemen di Indonesia bisa dikembangkan menjadi ilmu? Dan bagaimana nilai-nilai budaya bangsa dibangun menjadi pijakan aksiologi buat membuatkan ilmu manajemen berwawasan Indonesia. 

Bagaimana pengembangan manajemen sebagai ilmu pada pendidikan terkini yang menaruh harapan dan keberanian pada bangsa Indonesia buat memperbaiki kehidupan bisnis serta ekonomi dan moralitas bangsa, sebagai akibatnya melahirkan sebuah konsepsi ilmu manajemen berwawasan Indonesia.

Secara lebih khusus persoalan akan diarahkan pada upaya melahirkan para sarjana manajemen Indonesia berkualitas dan berkarakter. Kualitas lebih menekankan pada keilmuan dan keterampilan sedangkan berkarakter menekankan dalam visi serta nilai.

MENGAPA FILSAFAT ILMU
Pembahasan di muka diawali menggunakan kompleksitas empiris manajemen, khususnya bagi pengembangan manajemen di Indonesia. Lemahnya tradisi ilmiah dan banyaknya kepentingan ekonomi dan tidak adanya visi bagi pengembangan ilmu serta pendidikan mengakibatkan tidak kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu fenomena global perkembangan ilmu begitu cepat termasuk perkembangan ilmu manajemen. Oleh karena itu sesungguhnya filsafat ilmu ada menjadi kelanjutan dari filsafat pengetahuan lantaran perkembangan ilmu cabang yang tumbuh “bagai cendawan pada isu terkini hujan”. Filsafat pengetahuan sendiri lahir sebagai reaksi serta penjelasan terhadap kontradiksi antar cabang ilmu. Kunto Wibisono menyebutkan bahwa filsafat ilmu adalah refleksi filsafati yg nir pernah mengenal titik henti dalam menjelajahi kawasan ilmiah buat mencapai kebenaran atau kenyataan. Sesuatu memang tidak pernah akan habis difikirkan serta nir pernah akan terselesaikan diterangkan.

Hakikat ilmu adalah sebab mendasar dan kebenaran universal yg implisit inheren pada dalam dirinya. Dengan tahu filsafat ilmu berarti tahu seluk beluk ilmu yg paling fundamental, sehingga bisa difahami pula perspektif ilmu, kemungkinan pengembagannya, keterkaitan antar cabang ilmu yg satu dengan lainnya, simplifikasi serta artifisialitasnya.

MANAJEMEN SEBAGAI ILMU
Apakah manajemen bisa dikategorisasi menjadi ilmu (science)? Pada awalnya manajemen dari berdasarkan istilah “manage” yg bisanya dihubungkan dengan kemampuan untuk mengurusi tempat tinggal tangga (R.W. Morell, 1969). Bahkan Socrates dalam zaman Yunani Kuno mendefinisikan manajemen sebagai suatu keterampilan yg terpisah menurut pengetahuan. Hal tersebut tercermin pada pada nasihat Socrates kepada Nichomachides:

“Aku menyampaikan bahwa apapun yg dikepalai seorang serta beliau mengetahui apa yang dibutuhkan, serta bisa menyediakannya, berarti ia akan menjadi pemimpin yang baik. Oleh karenanya Nichodemachides, janganlah meremehkan orang yg mahir mengelola rumah tangga; sebab penanganan perkara langsung serta umum hanya terletak dalam luas permasalahannya; dalam hal lain keduanya sama, namun yang wajib engkau perhatikan keduanya tidak dikelola tanpa oleh insan; dan perkara langsung nir dikelola oleh satu jenis manusia serta perkara generik sang jenis insan lainnya; sebab mereka yang menjalankan perusahaan generik menggunakan insan yang sama sekali nir tidak sinkron menggunakan mereka yg dipekerjakan sang para manajer dari usaha-bisnis langsung; serta orang yang tahu bagaimana mempekerjakan mereka, menjalankan usaha baik langsung juga umum dengan bijaksana, sedangkan orang yg nir mengetahuinya nir pula keduanya”. 

Pemahaman Socrates tadi sejalan dengan penelusuran yang ditulis dalam proceeding seminar konsep manajemen Indonesia, PPM (1979) yg dihadiri oleh sejumlah pakar manajemen, ilmuwan sosial, peneliti serta birokrat Indonesia seperti Astrid S. Soesanto, Harsya W. Bachtiar, Siswanto Sudomo, Roosseno, Muchtar Lubis, TB. Simatupang, Kwik Kian Gie, Christianto Wibisono, M. Dawam Raharjo dll bahwa pada awalnya manajemen adalah penggunaan keterampilan, pengetahuan serta ikhtiar benar-benar-sungguh buat mencapai tujuannya, maka manajemen merupakan seni (art). Namun dengan meluasnya cakrawala pengetahuan melalui pengumpulan data secara menyeluruh serta mendalam untuk selanjutnya diolah guna perumusan dan pengujian hipotesisnya maka manajemen sudah berkembang sebagai ilmu (science).

Dalam artikel What is a “science” Bahm mendeskripsikan secara kentara unsur-unsur ilmu (science). Bahm mengajak pembaca buat berfikir secara lebih mendasar mengenai unsur-unsur atau komponen science. Bahm memulai dari konflik (dilema) yang dihadapi insan dalam kehidupan sebagai komponen penting science, meskipun tidak semua masalah bersifat ilmiah. 

Selanjutnya Bahm menguraikan pentingnya sikap seorang ilmuwan dalam membuatkan science. Selain itu jua diuraikan sang penulisan tentang kontroversi metoda dan kiprah metoda dalam perkembangan science. Metoda serta perilaku bersama-sama mencoba mencari solusi terhadap problem dan mencari kebenaran, kenyataan dan memberi penjelasan ataupun menaruh solusi terhadap pertarungan. Sehingga science akan selalu berkiprah dan berjalan tanpa mengenal berhenti (unfinished journey). 

Bahm pula membicarakan keprihatinannya bahwa pengembangan teknologi serta industri berjalan demikian cepat yang seharusnnya terkait menggunakan imbas sosialnya ternyata berjalan tidak seimbang sebagai akibatnya selain memberi manfaat, tetapi poly jua membangun kesulitan bagi kehidupan manusia. Sehingga Bahm sangat mendorong buat menambah teknologi dan industri menggunakan hal yang lebih fundamental, yaitu aspek aksiologi, etika, religiusitas serta sosiologi.

Bahm sepertinya pula mengajak pembaca buat lebih pada tahu science menggunakan nilai-nilai universalnya. Secara kentara, Bahm menguraikan dan mengulas secara kritis unsur-unsur (komponen) science sekaligus mengingatkan kepada para peneliti buat menyadari pentingnya unsur-unsur tersebut. 

Di samping pembahasan unsur-unsur science secara struktural, Bahm jua mengulas secara fenomenal baik terkait menggunakan masyarakat, proses serta science menjadi produk. Bahm menyampaikan pengaruh science sendiri bagi kehidupan manusia di mana science tidak bisa tanggal menurut nilai-nilai terkait dengan kepentingan luhur kemanusiaan. 

Perkembangan selanjutnya apakah manajemen merupakan ilmu sebagai erat hubungannya dengan semakin canggihnya perubahan, persaingan dan konduite organisasional yg berkaitan dengan kompleksitas “how to manage” dalam usaha. Semakin pentingnya manajemen paling nir terlihat pada poly masalah organisasi usaha dan publik pada sejumlah negara belum berkembang atau sedang berkembang. Kemudian kualifikasi manajer sebagai mayoritas pada keberhasilan organisasi.

Hal yang menarik disampaikan oleh Socrates dalam masa kemudian bahwa faktor kunci keberhasilan manajemen adalah insan serta grup manusia yang lain. Pada perkembangan selanjutnya timbul hubungan antar manusia dan bila terdapat kecenderungan pandangan serta tujuan, mereka akan membentuk kelompok atau organisasi. 

Pada ketika ini domain manajemen melingkupi bagaimana mengelola organisasi mencapai tujuan secara efektif dan efisien terkait menggunakan lingkungan yang penuh ketidakpastian. Untuk itu sangat dibutuhkan pengetahuan mengenai prinsip serta teknik dasar manajemen dalam mempraktikkan, menyebutkan dan mengembangkannya. Areanya menjadi semakin jelas yaitu efektivitas serta efisiensi insan menjadi sentral. Jika dibandingkan dengan efisiensi mesin maka efisiensi usaha grup insan masih sangat tertinggal. Hal tadi disadari oleh banyak pakar manajemen di lapangan seperti Henri Fayol, Barnard dan Alvin Brown bahwa dibutuhkan konsep manajemen yg kentara dan suatu kerangka teori serta prinsip yang berpautan.

Beberapa pandangan Koontz tentang prinsip, teori dan konsep:
Prinsip adalah kebenaran fundamental, atau apa yg diyakini sebagai kebenran pada ketika eksklusif, yg menunjukkan 2 atau lebih formasi variabel.

Teori merupakan pengelompokan yg sistematis terhadap prinsip-prinsip yang saling bekerjasama sehingga terbentuk kerangka.

Konsep adalah gambaran mental berdasarkan sesuatu yg dibentuk dengan penggeneralisasian bagian-bagiannya.

Jika pengertian mengenai konsep, teori, prinsip dan teknik manajemen kurang difahami maka akan menyulitkan analisis pekerjaan manajerial dan training para manajer. Tanpa hal tersebut pembinaan para manajer hanya bersifat coba-coba. Dalam kadar tertentu, hal tadi mungkin terjadi dan berlangsung sampai ilmu manajemen berkembang secara memadai. 

Pada perkara usaha, pemerintahan serta perusahaan, susunan ilmu manajemen yg cukup kokoh telah terwujud serta poly membantu merealisasikan sifat manajemen serta menyederhanakan ke dalam pendidikan serta pembinaan manajer. Bahkan ada suatu pernyataan yang menarik terkait dengan pendekatan kontingensi yaitu bahwa teori dan ilmu manajemen tidak pernah menganjurkan “satu cara yang terbaik” (Koontz et.al). Teori serta ilmu dimaksudkan buat mencari interaksi-hubungan fundamental, dasar-dasar teknik dan susunan pengetahuan yg tersedia yang semuanya seharusnya di dasarkan dalam konsep yang kentara. 

Dengan demikian diperlukan para praktisi manajemen mengerti serta menggunakan ilmu serta teori yang akan mendasari praktik pekerjaan mereka. 

Jika dikaitkan dengan pandangan Bahm tentang karakteristik penting ilmu, maka manajemen sesungguhnya sudah memiliki kriteria tersebut. Pada domain manajemen bisa muncul poly konflik ilmiah misalnya bagaimana hubungan antara penetapan tujuan dengan motivasi pada suatu setting eksklusif. Untuk mengungkap hal tadi perlu perilaku ilmiah serta metoda ilmiah. 

Di mulai berdasarkan sebuah keyakinan bahwa ilmu memperlihatkan fenomena pada atas, adalah keyakinan rasionalitas alam menaruh inspirasi bahwa berbagai hubungan dapat ditemukan antara 2 rangkaian peristiwa atau lebih. Untuk menemukan secara sistematis diperlukan suatu metoda ilmiah. Metoda ilmiah mencakup metoda induktif yang dimulai dari penemuan liputan (fact finding) dan menguji keakuratan kabar sehingga diperoleh proposisi yg apabila terus menerus teruji seksama akan mengambangkan teori serta khasanah ilmu manajemen itu sendiri. Berikutnya merupakan metoda deduktif yang menekankan pada pengujian teori atau proposisi dalam ilmu manajemen. 

Selanjutnya ilmu manajemen akan terkait dengan aktivitasnya dan implikasi. Implikasi pada pandangan Bahm dikaitkan dengan nilai-nilai bagi peradaban manusia. Pada perspektif kontemporer keberfihakan manajemen dalam nilai-nilai tersebut (aksiologis) tampak dalam fenomena etika usaha serta manajemen yg semakin gencar dewasa ini. 

Pada bidang usaha muncul suatu konsep yg berfihak dalam konsumen serta kesejahteraan insan atau masyarakat baik pada jangka pendek juga jangka panjang termasuk pada dalamnya problem lingkungan hidup atau seringkali dikenal dengan istilah societal marketing concept serta green marketing. Kemudian dalam pengelolaan manajemen sumber daya insan muncul konsep long life employment yang berfihak pada kesejahteraan karyawan jangka panjang. Dalam manajemen strategik dan persaingan muncul konsep co-opetition yang menekankan win-win solution pada seluruh stakeholders (bahkan semua penghuni bumi ini). 

Dikaitkan menggunakan pandangan Bacharach (1989) yg mendukung pandangan (Dubin, 1969; Nagel, 1961; Cohen, 1980) menyatakan bahwa teori merupakan pernyataan interaksi antara unit-unit yang diobservasi pada global empiris. Teori memiliki dua kriteria mencakup: (a) falsifikasi (b) utilitas. Selanjutnya kemampuan teori menaruh penerangan secara teruji dan tersusun dengan rangkaian teori yg terkait menciptakan suatu ilmu.

Dalam penelitian yg dilakukan di bidang manajemen, kedua kriteria teori tadi poly digunakan terutama pada penelitian yang dilakukan positivism, terutama dalam bidang behavioral science sebagai bagian penting pada studi ilmu-ilmu manajemen.

PENGEMBANGAN ILMU MANAJEMEN DI INDONESIA
Pada bahasan sebelumnya sudah didiskusikan pentingnya filsafat ilmu dalam menaruh dasar serta arah bagi pengembangan ilmu. Di samping itu penulis jua telah mencoba mendiskusikan secara fundamental tentang manajemen menjadi ilmu. Berdasarkan bahan diskusi pada atas maka kita akan dapat membuat sebuah setting pengembangan manajemen pada Indonesia. 

Dari suatu pembahasan mengenai impak budaya pada perkembangan manajemen pada Indonesia yg dilakukan PPM Jakarta (1979) dijelaskan keberadaan 3 terminologi krusial yg berkaitan erat dengan upaya pengembangan manajemen Indonesia. Ketiganya mencakup kata: manajer & pemimpin, organisasi serta budaya serta perilaku organisasional. 

Dengan menghubungkan menggunakan teori kontingensi maka sangat terbuka kesempatan bagi kita buat membuatkan sebuah konsep manajemen Indonesia. Teori ini sesungguhnya berpusat pada kombinasi taraf diferensiasi serta integrasi dalam organisasi menghadapi kebutuhan yg timbul menurut lingkungan. Perubahan pada lingkungan akan bergerak cepat sebagai akibatnya menuntut organisasi membentuk level diferensiasi yg dapat selaras menggunakan perubahan lingkungan. Artinya dalam praktik organisasi tidak hanya bersandar dalam gaya internal organisasi namun terkait erat dengan sistem nilai lingkungan budaya yang melingkupinya. 

Dalam kaitannya menggunakan kriteria keilmuan maka manajemen pada Indonesia pula wajib mempunyai unsur-unsur yg universal dengan membuka diri buat menerima dan mengembangkan unsur-unsur tersebut, meskipun demikian kita permanen wajib bersikap selektif. Pada sisi yg lain, proses operasional manajemen akan sangat ditentukan oleh nilai budaya, manusia, warga serta pengalaman sejarah suatu bangsa serta visi bangsa. 

Dalam setting Indonesia, secara normatif kita mempunyai Pancasila menjadi nilai-nilai budaya serta hasrat yang merefleksikan keberagaman nilai-nilai budaya dan bukan keseragaman. Sehingga pendekatan kontingensi akan berperan dalam mengungkapkan bahwa teori serta ilmu manajemen nir pernah menganjurkan “satu cara terbaik”. Keefektifan manajemen selalu bersifat kontingensi, dalam hal ini terkait dengan tatanan nilai luhur yang berkembang pada sana. Di samping itu menggunakan pendekatan sistem, praktisi, manajer serta para ilmuwan harus mempertimbangkan sejumlah besar variabel yang berpengaruh serta berinteraksi dalam pekerjaan manajerial.

Penulis berpendapat masih ada beberapa hal yang bisa kita gali berdasarkan nilai budaya bangsa yg terefleksikan dalam semangat Pancasila seperti:
  • Nilai-nilai spiritual keagamaan serta etika yang sebagai orientasi, filosofi dan tujuan kita pada kegiatan manajerial. 
  • Mengembangkan rasa humanisme dalam aktifitas manajemen serta usaha. 
  • Mengembangkan semangat kolektif pada pencapaian tujuan menggunakan kesadaran bahwa diversitas menjadi kekuatan. 
  • Semangat buat berorietasi pada kesejahteraan organisasi dan rakyat dengan prinsip win-win solution. 
  • Mengembangkan nilai keadilan kepada segenap stakeholders. 

PENDIDIKAN SEBAGAI METODA PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA
Bagaimana pendidikan manajemen di Indonesia dalam satu sisi menghadapi perubahan usaha yg dahsyat serta pada sisi yang lain menyebarkan manajemen Indonesia? Jawabannya justru pendekatan yg pengembangan manajemen Indonesia akan menjawab secara komprehensif serta mendasar. Ada beberapa isu krusial terkait dengan pendidikan manajemen, yaitu: relevansi kurikulum, pengembangan metoda pengajaran, rekonsiliasi riset serta praktik manajemen dan kemitraan dengan global bisnis (Handoko, 2002).

Pada sisi lain secara makro serta lebih mendasar lagi merupakan political will pemerintah terhadap pendidikan dan kebudayaan. Secara operasional tercermin melalui alokasi RAPBN bagi pendidikan dan kebudayaan dan implementasi aturan terhadap pendidikan yang illegal ataupun yang tidak bertanggung jawab terhadap konsumen serta masyarakat.

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA MODERN

A. Pendahuluan

Islam sudah ada sejak zaman kenabian.semenjak itu Islam terus berkembang hingga waktu ini. Namun, perkembangan islamtidak semudah apa yang kita lihat,waktu ini ,ajaran islam mengalami mundurhingga akhirnya berjaya sampai saat ini.

periode setelah  1800 masehi dikatakan menjadi  islam terkini ,termasuk pada dalamnya ketika ini.dimasa ini  poly perkembangan  pada kehidupan islam,peliputipendidikan,politik,perdagangandan kebudayaan .dan semua perkembangan islam dirangkum dalam  sejarah islam tadi sejarah islam tadi  terbagai menjadi tiga periode,yakni pertamadisebut menggunakan periodeklasik(650-1250M).periode ke 2  diklaim periodepertengahan(1250-1800M).periode ke 3 merupakan periode terkini  (1800-kini ). 

Periode pertama yakni periode klasik(650-1250M)islammengalami masa keemasanatau masa kejayaan .menggunakan di buktikan adanya luasnyawilayah kekuasaan islam,adanya intergrasi antar wilayah islam  dan adanya zenit kemajuan islam pada bidangilmu dan sains .tetapi kurang lebih tahun 1000-1250M keutuhan umat islam di bidang politik pecah  ,kekuasaan khalifah menurun  akhirnta tahun1251M dapat dikuasai serta dihancur kan Hulagu Khan.

Period eke 2 ,yakni periode pertengahan(1250-1800M).dalam periode pertengahan  terbagi sebagai dua fase,pertama ,fase kemunduran(1250-1500M) zaman inidesentralisasikan serta disintegrasi semakin semakin tinggi.banyak wilayah yangmemisahkan diri berdasarkan kekuasaan sentra. Kedua Fase3 kerajaanbesar(1500-1800M). Dimulai zaman kemajuan (1500-1700M) dengantiga Negara ,yaitu kerajaan usmanidiTurkikerajaan syafawi pada Persia,serta kerajaan mughaldi india yang Berjaya di bidang literature danarsitektur.
Periode ke tiga  yakniperiode terkini (1800m kini ). Periode ini pada sebut pula periodepembaharuan  karena merupakan zamankebangkitan dan pencerahan umat islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya buat memperoleh kemajuan dalamberbagai bidang ,terutama dalam bidang pengetahuan danteknologi .dalam bab inikita   hanya akan terfokus membahasmengenai periode Modern(1800-sekarang).

B. Perkembangan islampada periode modern.
Dengan adanya penyimpangan-penyimpangan tadi mendorong munculnya  para penggagas  serta pembaharu Muslim yg berusaha menyadarkan  terhadap penyimpangan defleksi yangtelah di lakukan  supaya kembali jalan yangdi ridhoi  allah SWT. Tokoh-tokohtersebut diantaranya :
1. Muhammad bin Abdul Wahap
       Beliau lahir pada Nejd(arab Saudi)dalam tahun1115H(1703M) dan wafat di Daryah tahun 1201H(1787M) beliau seorangulama besar yang froduktif terbukti menggunakan karangan bukunta mengenai islam .diantaranya bukunya berjudul“buku at tauhid “.
2. Rifa’ah Badawi Rafi At Tahtawiatau At Tahw
        Lahir di Tahta tahub1801.pemikirannya tentangajaran islam merupakan diantaranya menyeru kepada umat islam supaya hidup di duniatidak hanya memikirkan kehidupan akhirat saja ,namun harus juga memikirkankehidupan global ,agar umat islam nir dijajah sang bangsa lain
3.jamaludin Al Afghani
        Lahir di Afganistan tahun1839M. Wafat di istambul Turki tahun1897M.pembaharuan pemikiran yg dimunculkan ,diantaranya mengajak umat islam kembali  kepada ajaran yang murni ,mengajak  para kaum wanita buat biSa meraih kemajuan serta bekerja sama menggunakan kaumlaki-laki ,kepemimpinan otokrasi di
rubahmenjadiDemokrasi,Artinya islam menghendaki pemerintahan republic yg pada dalamnya  terdapat kebebasan mengemukakanpendapat serta Negara harus tunduk  kepadaundang-undang ,dan Plan Islamisme  yaitupersatuan serta kesatuan umat islam sine qua non karena hal tersebut di atassegalanya.
C. Contoh Perkembangan Islam Modern


1.ilmu pengetahuan di india
         wangsit pembaharuan di india serta Pakistan  pertamakali dicetuskan olehsyekh Waliyulloh  padaabad ke 18 .lalu di teruskan oleh anaknya syekh Abdul Aziz (1746-1823)serta di kembangkan sang syekh Waliyulloh danSayid Ahmad Syahid.
2.ilmu pengetahuan  pada mesir 
pembaharuan pada mesir di ilhami dari pembaharuan yangdilakukan Sayid Jamaludin al Afghani di Turkisehingga timbul tokoh-tokoh  pembaharu di mesir misalnya Muh.abduh,Muh.rasyid Ridha ,Tooha Husein ,san yusuf Al qardawi.
3.ilmu pengetahuan pada turki  
           sultan Mahmud II darikesultanan turki (1785-1839) mengadakan pembaharuan ,diantaranya memasukan kurikulum  ilmu pengetahuan  ke dalam lembaga pendidikan islam ,mendirikanlembaga pendidikan “maktebi ma’arif”. Di samping itu ,sultan MahmudIImendirikan perguruan-perguruan tinggi pada bidang kedokteran,militer,serta teknologi.
4.perkembangan pada bidang budaya 
kebudayaan merupakan output cipta serta karsa darimanusiauntuk manusia itu sendiri menurut masa ke masa kebudayaansemakin berkembang . Termasukdidalamnya  perkembangan budayaislam  yg mencakup arsitektur,sastra,serta kaligrafi .
Masa moderen dalamsejarah islam di katagorikan bermula berdasarkan tahun 1800 M serta berlangsung padamasa sekarang yang pada tandai dengan gerakan pembaruan pada banyak sekali bidang.saat islam mengalami kemunduran, bangsa Eropa justru mengalami kemajuan luarbiasa pada lapangan kebudayaan, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, Olehkarena itu, pada periode ini syarat dunia islam berada di bawah pengaruhkolonialisme serta imperialisme Eropa tersebut.
Dalam bepergian sejarah, baru padapertengahan abad 20M, dunia islam bangkit memerdekakan negrinya daripenjajahan. Periode ini memang merupakan zaman kebangkitan kembali islamsetelah mengalami kemundururan pada periode pertengahan. Adapun inspirasikebangkitan pada mulai dalam saat Napoleon Bonaparte menduduki Mesir pada tahun1798M. Meskipun penduduk tadi nir berlangsung lama , namun hal itumeninggalkan kesan yang mendalam dalam diri umat islam mengenai kemajuan Eropadan ketertinggalan peradaban kaum muslim. Kesadaran ino lah yang kemudianberubah sebagai berubah sebagai sebuah upaya dan rencana akbar umat islam diabad moderen ini guna melakukan pembaruan serta modernisasi.

D.perkembangan Agama, Politik, Ekonomi

1. Perkembangan Agama

Masa moderen ini memberi landasanintelektual bagi pembaruan di aneka macam bidang, termasuk pada bidang Agama.dalam istilah Arab, pembaruan di kenal dengan nama Tajdid. Adapun secaraistilah, Tajdid di formulasikan menjadi upaya dan aktivitas buat mengubahkehidupan umat islamdari keadaan yang sedang berlangsung kepada keadaan yang hendakdi wujudkan demi upaya kesejahteraan, baik pada dunia maupun di akhirat, dikehendaki sang islam. Kata pembaharuan islam mempunyai makna”modernisasi”,yaitu ajaran islam yg bersifat relatif serta terbuka buat perubahan sertapembaruan.

Islam adalah agama yg memberikebebasan kepa umatnya untuk mengekspresikan diri asalkan sesuai dengan kaidahajaran islam Dan sejalan dengan tujuan penciptanya, yakni buat beribadahkepada Allah SWT. Perjalanan sejarah umat islam sudah menandakan bahwa setiapsaat ada umat yang senantiasa berposisi menjadi pemberi motivasi atau pembarubagi rakyat.

Salah satu pelopor pembaru pada duniaislam Arab merupakan satu genre yg bernama Wahabiah yang sangat berpengaruh diabad ke-19. Pelopornyo adalah Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787M) yangberasal berdasarkan Nejed, Saudi Arabia. Pemikiran yang dikemukakan sang Muhammad binAbdul Wahab adalah upaya buat memperbaiki kedudukan umat islam serta merupakanreaksi terhadap paham tauhid yang masih ada pada kalangan umat islam ketika itu. Pahamtauhid mereka sudah tercampur aduk sang ajaran tarikan yg sejak abad ke-13tersebar luas pada dunia.

Di setiap negara islam yangdikunjunginya, Muhammad bin Abdul Wahab melihat makam syekh tarika yangbertebaran. Setiap kota, ke makam itu lah umat islam pulang serta memintapertolongan menurut syekh, syekeh atau wali yg telah tewas global di pandangorang yg berkuasa. Perbuatan ini merupakan paham Wahabiah termasuk syirikkarena permohonan tersebut  nir di paham lagi dipanjatan pada Allha SWT.

Oleh karenanya, tidak mengherankanapabila Muhammad bin Abdul Wahab memutuskan perhatiannya dalam problem ini. Iamemiliki utama pemikiran sebagai berikut.

  • Yang harus disembah hanyalah Allah SWT. Dan orang yang menyembah selain menurut-Nya telahdiinyatakan musyrik.
  • Kebanyakan orangislam bukan lagi penganut paham tauhid yg sebenarnya lantaran mereka memintapertolongan bukann lagi kepada Allah, melainkan dari syekeh. Orang islam yangberperilaku demikian dinyatakan musyrik
  • Menyebut nama nabi,syekeh,ataumalaikat  sebagai pengantar pada doa jua dikatakan menjadi syirik.
  • Meminta syafaat selainkepada Allah adalah pula merupakan syirik
  • Benazarkepada selain berdasarkan Allah jua perbuatan syirik
  • Memperolehpengetahuan selain Al Quran, hadis, dan kias adalah ke kufuran
  • Tidak percaya kepadakada serta kadar Allah adalah kekufuran
  • Menafsirkan Al Qurandengan takwil atau interpretasi bebas pula termasuk kekufuran.
Untuk mengembalikan kemurnian tauhidtersebut, makam-makam yang banyak dikunjungi menggunakan tujuan mencari syafaat,keberuntungan, serta lain-lain sebagai akibatnya membawa kepada paham syirik.pemikiran-pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab yg memiliki efek padaperkembangan pemikiran pembaruan pada abad ke-19 merupakan sebagai berikut:
  • Hanya Al Qurandanhadis yg adalah sumber asli ajaran-ajaran islam. Pendapat ulama bukanlahmerupakan asal.
  • Taklidkepada ulama tidak dibenarkan
  • Pintuijtihad senantiasa terbuka dan tidak tertutup.
Muhammad bin Abdul Wahab merupakanpemimpin yg aktif berusaha mewujudkan pemikirannya. Pemikiran Muhammad binAbdul Wahab pula pada kembangkan pada indonesia yang awalnya di bawa sang haji asalminangkabau, yaitu Haji Miskin, Haji Piobang, Haji Sumanik.

2. PerkembanganPolitik 
Terdapat dua agenda pemburuan dalammasyarakat islam tentang perkembangan politik yaitu:

a. Persoalan Internasional PolitikIslam

Jamaluddin AL Afgani merupakan tokohutama penggagas internasionalisme. Islam secara politik. Menurut Al Afgani,umat islam harus menyatukan barisan dan kekuatannya dalam satu bentukPan-Islamisme. Halini menjadi sangat penting buat membentengi diri umat Islamdari dominasi penjajahan Barat. Konsep nasionalisme, yang membuat umat islamterpecah-pecah dan terkotak-kotak pada sekian poly notion-state, nir akankonduktif dan nir bisa diharapkanuntuk menghadapidominasi Barat tadi.

b.persoalan Hubungan Agama menggunakan Konsep Negara dalam Islam

Respon umat islam terhadap kasus inimuncul dalam 3 bentuk, respon kalangan modermis, revivalis, serta sekularis.menurut kalangan revivalis, bentuk negara islam harus pada kembalikan ke dalambentuk pengalaman awal sejarah umat islam . Menurut tokohnyo, Abul A’la AlMududin, kedalutan tertinggi pada islam adalah Tuhan,Oleh karena itu, Al Quranharuslah sebagai konstituti dasar suatu negara islam.

Bagi kalangan Modernis, Bentuk Negaraislam di serahkan sepenuhnya kepada kebutuhan zamannya masing-masing, Yangterpenting adalah bahawa pengelolahan politiknya harus memiliki landasan etikIslam yg kuat.

Yang paling kontrovesial adalahkalangan sekularis. Berawal dengan menjelaskan sifat kepemimpinan Nabi, AliAbdurraziq sampai dalam konklusi bahwa islam nir mengatur kasus –masalahkenegaraan, nir memerintahkan, serta juga tidak melarangnya. Hal ini tampakdalam kepemimpinan Nabi yg murni bersifat keagamaan. Muhammad dalam pandanganAli Abdurraziq, menyerahkan sepenuhnya kasus kenegaraan pada umat islamsecara rasional dan dari pengalaman historisnya masing-masing untukmengatur, mengelola, dan memformat negaranya.

3. Perkembangan Ekonomi

Perekonomian penduduk yg merupakansyarat utama bagi kelangsungan hayati dan hal ini disadari sang Kerajaan Usmanisebagai negara yang mengalami awal masa pembaruan. Maka dalam hal perekonomian,Kerajaan Usmani melakukan hal-hal berikut:

  • Pada periodepertama, Usmani bertujuan menguasai beberapa jalur perdagangan dan beberapasumner produktif.
  • Berbagaiproduk berdasarkan Irian, Teluk Persia, serta, Laut  Merah membantu dalammenjadikan Usmani sebagai pusat perdagangan yg makmur.
  • Beberaparute haji mengantar masyarakat berdasarkan banyak sekali daerah Kerajaan Usmani ke Mekah danMadinah. Mekah adalah sebuah kota pusat perdagangan rempah-rempah, mutiara,lada, serta kopi.
  • Penyediaan saranakendaraan haji di Damaskus, Koiro, dan Bagdad sebagai aktivitas usaha yangpenting.
  • Dalamrentangan abad 15 dan 16, Basrah sebagai pusat perdagangan terbesar di Anotoliaserta berbagai dermaga terbesar pada pertukaran barang –barang.
  • KotaIstambul pada bangun dengan merekontruksi beberapa institusi publik sepertisekolah, tempat tinggal sakit, tempat pemandian generik, dan loka pengapdian.
  • Pada abad 17 dan18, berlangsung perubahan situasi yg sangat menonjol dalam sistem kerajaanUsmani, ialah terjadi juga pecahnya peperangan yang berkepanjangan antarapetinggi pusat serta petinggi lokal buat memperebutkan kekuasaan terhadappendapatan atas pajak produksi penduduk.

B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan danTeknologi

Beberapa tokoh yang populer dalamdunia ilmu pengetahuan atau pemikiran islam tersebut antara lain sebagaiberikut:
1. JamaluddinAl Afgani (Iran Turki 9 Maret 1897)
Salah satu sumbangan terpenting didunia islam diberikan oleh Sayid Jamaluddin Al Afgani. Gagasan mengilhami kaummuslim di turki, iran, mesir, dan india.

2. MuhammadAbduh (Mesir 1849-1905) serta Muhammad Rasyid Rida
Guru dan murid tersebut sempatmengunjungi beberapa negara Eropa dan terkesan dengan pengalaman mereka disana. Rasyid Rida menerima pendidikan islam tradisional dan mengguasai bangsaasing.

3. Toha Husein(Mesir Selatan 1889-1973)
Toha Husein adalah seseorang sejarawandan filsuf yang amat mendukung gagasan Muhammad Ali Pasya. Ia merupakanseseorang pendukung modernisme yg gigih.

4. Sayid Qutub(Mesir 1906-1966)serta Yusuf Al Qardawi
Al Qardawi menekankan perbedaanmodernisasi serta pembaratan. Apabila modernisasi yg dimaksud bukan berarti upayapembaratan serta mempunyai batasan pada pemanfaatan ilmu pengetahuan modern sertapeneratan teknologinya, maka Islam nir menolaknya, bahkan mendukungnya.

5.  Sir SayidAhmad Khan (India 1817-1898)
Sir Sayid Ahmad Khan adalah pemikiryang menyerukan saintifikasi warga muslim. Seprti halnya Al Afgani, iamenyerukan kaum muslim buat meraih ilmu pengetahuan moderen. Akan tetapi,tidak sama dengan Al afgani, beliau melihat adanya kekuatan yang membebaskan dalamilmu pengetahuan serta teknologi moderen.

6. Sir MuhammadIqbal (Punjab 1873-1938)
Generasi awal abad ke-2 adalah SirMuhammad Iqbal yg merupakan salah seorang muslim pertama dfi anak benua indiayang sempat mendalami pemikiran Barat moderen serta memiliki latar belakangpendidikan yg bercorak tradisional intelektual islam.

C. Perkembangan Seni serta Budaya

Hal yg bisa di pelajari pada berbagainegara islam atau negara yang berpenduduk secara umum dikuasai umat islam merupakan:

1.   Arsitektur

Arsitektur terdapat yang berfungsi melayanikeagamaan, seperti masjid, makam, madrasa dan adapula yang berfungsi melayanikepentingan sekunder, seperti istana, benteng, jalan-jalan raya, karavaserai.di bidang perhotelan telah pada bangun hotel-hotel mewah bertarafinternasional diantaranya :

Masjidil Haram adalah masjid yang dihormati atau dimuliakan. M asjid ini berbentuk empat persegi terletak ditengah-tengah kota mekah, Masjid ini adalah masjid tertua di global.
Masjid Nabawi adalah Masjid yg megahdan indah dan sangat luas.masjid Nabawi bertahmbah megah dan latif denganadanya sepuluh buah manara yang menjulang tinggi, 95 butir pintu yang lebar danindah, serta pula kubah masjid yang dapat terbuka dan tertutup.

Sekarang ini Tehera adalah salahsatu kota terbesar pada Asia. Bangunan arsitekturpeninggalan Dinasti Qatar yaitu:

  • IstanaNiavarand, tempat kediaman Syah Muhammad Reza Pahlepi dan keluarganya
  • Pengkuburan Behesyyti Zahara, Pekuburan ini tempatdimakamkah puluhan ribu pahlawan Revolusi islam.


2.sastra

Pada masa pembaharuan telah bermunculan para sastrawan yang berkarya sastranyabersifat islami pada aneka macam negara, misalnya

  • Seorang sastrawan dan pemikir besar , menjelang abad ke-20 sudah lahir diPskitan (1877-1938)yang bernama Muhammad Iqbal, dia sudah mengungkapakanfilsafat mengenai puisi menggunakan bahasa Urdu serta Persi.
  • Mustafa Lutfi Al-Manfaluti(1876-1926) seseorang sastrawan serta ulama Al Azhar
  • Dr. MuhammadHusain Haekal (1888-1956) pengarang yg telah menulis Hayatu Muhammmad
  • Jamil SidiqAz-Zahawi (1863-1936)seorang perintis sajak moderen serta seseorang penyair tua
  • Abdus SalamAl-Ujaili (Lahir 1918)Seorang sastrawan pada Suriah serta jua seorang dokter medis
  • AisyahAbdurrahman seorang dokter dalam sastra klasik

3.kligrafi

Kata Kaligrafi dari menurut BahasaYunani: Kaligrafia atau kaligraphos. Kallos berarti indah grophoberarti goresan pena.jadi kaligrafi berarti latif yang memiliki nilai estetis.

Perhatian umat islam indonesia terhadapseni kaligrafi cukup rupawan. Hal ini ini di tandai diantaranya:

  • Diadakan pameran lukisankaligrafi nasional
  • Di selengarakannya Mussabaqah khaafindah Al-Quran dalam setiap MTQ.

D. Hikmah Perkembangan Islam dalam Masa Moderen

  •    Sejarah pada kemukakan pada Al Quran sebagai kisah atauperistiwayang dialamiumatmanusia di masa lalu. 
  •       Pelajaran yg dapat diambil dari sejarah dapat menjadi pilihanketika  mengambil perilaku.


Sumber : Dirangkum menurut berbagai asal !!I