PENGERTIAN TIK

1. Pengertian Teknologi

Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani, technologiatechne yang berarti ‘keahlian’ dan logia yang berarti ‘pengetahuan’. Dalam pengertian yang sempit, teknologi mengacu pada objek benda yang dipergunakan buat kemudahan kegiatan manusia, seperti mesin, perkakas, atau perangkat keras.



Dalam pengertian yg lebih luas, teknologi bisa meliputi pengertian sistem, organisasi, juga teknik. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan serta kemajuan zaman, pengertian teknologi sebagai semakin meluas, sehingga waktu ini teknologi adalah sebuah konsep yang berkaitan menggunakan jenis penggunaan serta pengetahuan mengenai indera serta keahlian, serta bagaimana dia bisa memberi impak pada kemampuan manusia buat mengendalikan dan mengubah sesuatu yang terdapat di sekitarnya.


Jadi teknologi adalah semacam perpanjangan tangan insan buat bisa memanfaatkan alam serta sesuatu yang ada pada sekelilingnya secara lebih aporisma. Dengan demikian, secara sederhana teknologi bertujuan untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia, Teknologi atau pertukangan memiliki lebih dari satu definisi. Salah satunya adalah pengembangan dan pelaksanaan berdasarkan alatmesinmaterial serta proses yg menolong manusia menuntaskan masalahnya. Sebagai aktivitas manusia, teknologi mulai sebelum sains serta teknik.,Kata teknologi sering mendeskripsikan inovasi dan alat yang memakai prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Akan tetapi, penemuan yang sangat usang misalnya roda da pat dianggap teknologi.

2. Pengertian Teknologi warta serta komunikasi
Teknologi Informasi serta Komunikasi (TIK) menjadi bagiandari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua yg teknologi berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian keterangan(Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 6)

Teknologi kabar pula merupakan suatu teknologi yg digunakan buat memasak data termasuk memproses, menerima, menyusun, menyimpan, memanipulasi data pada berbagai cara buat menghasilkan warta yg berkualitas, yaitu kabar yg relevan, seksama, dan tepat ketika yang digunakan buat keperluan eksklusif, bisnis,serta pemerintahan dan merupakan liputan yg strategis buat pengambilan keputusan.

PENGERTIAN BELAJAR MENURUT PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK

Pengertian belajar menurut psikologi behavioristik
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan insan. Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya serta teori mental state. Sebabnya ialah karena genre-aliran terdahulu hanya menekankan dalam segi kesadaran saja. 

Berkat pandangan dalam psikologi dan naturalisme science maka timbullah aliran baru ini. Jiwa atau sensasi atau image tidak bisa diterangkan melalui jiwa itu sendiri lantaran sesungguhnya jiwa itu adalah respons-respons psikologis. Aliran lama memandang badan adalah sekunder, padahal sebenamya justru menjadi titik pangkal bertolak. Natural science melihat semua realita menjadi gerakan-gerakan (movemant), dan pandangan ini mempengaruji timbulnya behaviorisme. Metode instrospeksi sesungguhnya nir sempurna, sebab menyebabkan pandangan yg bhineka terhadap objek luar. Karena itu wajib dkarai metode yg objektif serta ilmiah. Dari eksperimen menerangkan bahwa tikus dapat membedakan antara wama hijau dan wama merah dan bisa jua dilatih. Jadi kesadaran itu tiada gunanya.

Dalam behaviorisme, kasus matter (zat) menempati kedudukan yg utama. Dengan tingkah laku segala sesuatu tentang jiwa bisa diterangkan. Behaviorisme bisa menjelaskan segala kelakuan insan secara akurat serta menyediakan perogram pendidikan yg efektif.

Dari uraian tersebut, ternyata konsepsi behaviorisme besar pengaruhnya terhadap kasus belajar. Belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan interaksi antara stimulus dan respons.

Dengan menaruh rangsangan (stimulus), maka anak akan mereaksi dengan respons. Hubungan situmulus - respons ini akan menyebabkan norma-kebiasaan otomatis dalam belajar, jadi dalam dasamya kelakuan anak adalah terdiri atas respons-respons tertentu terhadap stimulus-stimulus tertentu. Dengan latihan-latihan pembentukan maka interaksi-hubungan itu akan semakin menjadi kuat. Inilah yg diklaim S-R Bond Theory.

Beberapa teori belajar dari psikologi behavioristik dikemukakakn oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini tak jarang disebut “ Contemporary Behaviorists” atau jg disebut “S-R Psychologists”. Mereka beropini bahwa tingkah laris manusia itu dikendalikan sang ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) berdasarkan lingkungan. Dengan demikian, pada tingkah laku belajar terdapat jalinan yg erat antara reaksi-rekasi behavioral menggunakan stimulasinya.

Guru-pengajar yg menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku siswa-siswa adalah reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu serta masa sekarang, serta bahwa segenap tingkah laku merupakan adalah hasil belajar. Kita bisa menganalisis peristiwa tingkah laris menggunakan jalan menyelidiki latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tadi.

Teori-teori yang mengawali perkembangan psikologi behavioristik
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa belajar berdasarkan psikologi behavioristik merupakan suatu kontrol fragmental yg dari menurut lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada faktor-faktor kondisional yg diberikan sang lingkungan. Oleh karenanya, teori ini jua dikenal dengan teori conditioning. Tokoh-tokoh psikologi behavioristik tentang belajar ini antara lain merupakan : Pavlov, Watson, Gutrie dan Skinner.

Psikologi aliran behavioristik mulai mengalami perkembangan dengan lahimya teori-teori mengenai belajar yg dipelopori oleh Thondike, Pavlov, Wabon, dan Ghuyhrie. Mereka masing-masing sudah mengadakan penelitian yang membentuk penemuan-inovasi yg berharga mengenai hal belajar.

Pada mulanya pendidikan serta pedagogi pada Amerika perkumpulan pada penguasaan sang efek Thondike (1874-1949). Teori belajar Thondike dianggap “connectionism”, lantaran belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus serta respons. Teori ini acapkali disebut “trial dan error leaming” individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses “trial and error” pada rangka memilih respon yang sempurna bagi stimulus tertentu. Thondike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laris berbagai binatang diantaranya kucing, tingkah laris anak-anak dan orang dewasa.

Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yg belum dikenal dan membiarkan objek melakukan banyak sekali pada aktivitas buat merespon situasi itu. Dalam hal itu, objek mencoba berbagai cara beraksi sehingga menemukan keberhasilan dalam menciptakan koneksi sesuatu rekasi menggunakan stimulasinya. Ciri-ciri belajar dengan “trial and error” yaitu :
1. Ada motif pendorong aktivitas
2. Ada banyak sekali respon terhadap situasi
3. Ada eliminasi respon-respon yg gagal / galat ; dan
4. Ada kemajuan rekasi-reaksi mencapai tujuan. 

Dari penelitiannya itu Thondike menemukan aturan – hukum :
(1) “law of readiness”, jika reaksi terhadap stimulus didukung sang kesiapan buat bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi sebagai memuaskan
(dua) “law of exercise”, makin banyak dipraktekkan atau digunakannya interaksi stimulus respon, makin kuat interaksi itu. Praktek perlu disertai menggunakan “reward”.
(3) “law of effect” , bilamana terjadi interaksi antara stimulus dan respon dan dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka interaksi itu menjadi lebih kuat. Bilamana interaksi dibarengi “state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.

Sementara Thondike mengadakan penelitiannya, di Rusia Ivan Pavlov (1849-1936) juga membentuk teori belajar yang diklaim “classkal conditioning” atau “stimulus substitution”. Mula-mula teori conditioning ini dikembangnkan oleh Pavlov (1972).

Teori Pavlov berkembang berdasarkan percobaan laboratoris terhadap anjing. Dalam percobaan ini, anjing diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing.


Ia melakukan percobaan terhadap anjing. Anjing tersebut diberi kuliner dan diberi lampu. Pada saat diberi makanan serta lampu keluarkan respon anjing tersebut berupa keluamya air liur.

Demikian juga jika pada pemberikan makanan tersebut disertai menggunakan bel, air liur tadi pula keluar.

Pada waktu bel atau lampu diberikan mendahului makanan, anjing tersebut pula mengeluarkan air liur. Makanan yg diberikan tersebut oleh Pavlov disebutu sebagai perangsangan yang bersyarat, sementara bel atau lampu yang menyertai dianggap menjadi perangsang bersyarat.

Terhadap perangsang tak bersyarat yang disertai menggunakan perangsang bersyarat tersebut, anjing menaruh respons berupa keluamya air liur. Selanjutnya, ketika perangsang bersyarat (bel, lampu) diberikan tanpa perangsang tak bersyarat anjing tadi permanen memberikan respon pada bentuk keluamya air liur. Oleh karena perangsang bersyarat (sebagai pengganti perangsang tak bersyarat : kuliner) ini ternyata dapat menimbulakn respons, maka dapat berfungsi menjadi conditioned. Lantaran itu, teori Pavlov ini dikenal teori classkal conditioning. Menurut Pavlov pengkondisian yg dilakukan dalam anjing demikian ini, dapat pula berlaku pada insan.

Teori kondisioning ini lebih lanjut dikembangkan oleh Watson (1970) adalah orang pertama pada Amerika Serikat yg berbagi teori belajar berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson beropini, bahwa belajar adalah proses terjadinya refleks-refleks atau respons-respons bersyarat melalui stimulus pengganti. Menurut Watson, manusia dilahirkan menggunakan beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta serta murka . Semua tingkah laris lainnya terbentuk sang hubungan-interaksi stimulus-respon baru melalui “conditioning”.

Salah satu percobaannya adalah terhadap anak umur 11 bulan dengan seekor tikus putih. Rasa takut dapat muncul tanpa dipelajari dengan proses ekstinksi, dengan mengulang stimulus bersyarat tanpa di barengi stimulus tak bersyarat.

E.R. Guthrie memperluas penemuan Watson tentang belajar. Ia mengemukakan prinsip belajar yang diklaim “the law of association” yg berbunyi : suatu kombinasi stimulus yang sudah menyertai suatu gerakan, cenderung akan menimbulkan gerakan itu, bila kombinasi stimulus itu timbul pulang. Dengan istilah lain, jika anda mengerjakan sesuatu dalam situasi eksklusif, maka nantinya pada situasi yang sama anda akan mengerjakan hal serupa lagi. Menurut gutrie, belajar memerlukan reward dan kedekatan antara stimulus serta respon. Gutrie berpendapat, bahwa hukuman itu jelek dan nir juga buruk. Efektif tidaknya sanksi tergantung dalam apakah hukuman itu menyebabkan anak didik belajr ataukah tidak ?

Teori belajar kondisioning ini kemudian dikembangkan oleh Gutrie (1935-1942). Gutrie berpendapat bahwa tingkah laku manusia dapat diubah : tingkah laku buruk bisa diubah menjadi baik. Teori Gutrie menurut atas contoh penggantian stimulus saut ke stimulus yang lain. Responsi atas suatu situasi cenderung di ulang manakala individu menghadapi situasi yang sama. Inilah yang dianggap dengan asosiasi.

Menurut Gutrie, setiap situasi belajar adalah campuran berbagai stimulus (bisa intemal dan dapat ekstemal) dan respon. Dalam situasi eksklusif, poly stimulus yg berasosiasi menggunakan poly respon. Asosiasi tadi, dapat sahih dan dapat juga salah .

Ada 3 metode pengubahan tingkah laku dari teori ini, yaitu :
a. Metode respon bertentangan. Misalnya saja, bila anak jijik terhadap sesuatu, sebutlah misalkan saja boneka, maka permainan anak yang disukai tadi diletakkan pada dekat boneka. Dengan meletakkan permainan di dekat boneka, dan ternyata boneka tersebut sebenamya tidak menjijikkan, lambat laun anak tadi tidak jijik lagi kepada boneka. Peletakan permainan yg paling disukai tersebut dapat dilakukan secara berulang-ulang.

b. Metode mengubah lingkungan. Jika anak bosan belajar, maka lingkungan belajarnya bisa diubah-ubah sebagai akibatnya terdapat suasana lain dan memungkinkan dia betah belajar.

Selanjutnya, Skinner menyebarkan teori kondisioning menggunakan menggunakan tikus sebagai kelinci percobaan. Dari hasil percobaannya Skinner membedakan respon menjadi dua, adalah respon yg muncul dari stimulus tertentu serta operant (instrumental) respons yang ada dan berkembang lantaran diikuti sang perangsang eksklusif. Oleh karenanya, teori Skinner ini dikenal menggunakan operant conditioning.

Seperti halnya Thondike, Skinner menduga “reward” atau “reinforcement” menjadi faktor terpenting pada proses belajar. Skinner beropini, bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku . Skinner membagi dua jenis respon dalam proses belajar, yakni :
(1). Responsents : respon yang terjadi lantaran stimulus khusus misalnya Pavlov
(2). Operants : respon yang terjadi lantaran situasi random

Perbedaan penting antara Pavlov’s classkal conditioning serta Skinner’s operant conditioning ialah dalam classkal conditioning, dampak-dampak suatu tingkah laku itu. Reinforcement tikdak diperlakukan lantaran stimulusnya menimbulkan respon yg diinginkan.

Operant conditioning, suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih bertenaga akibat reinforcement langsung.

Dalam percobaannya terhadap tikus-tikus pada kandang, dipakai suatu “diskriminative stimulus” (tanda buat memperkuat respons) misalnya tombol, lampu, pemindah makanan. Disamping itu, digunakan pula suatu “reinforcemen stimulus, berupa makanan”.

Dalam pengajaran, operants conditioning menjamin respon-respon terhadap stimulus. Jika anak didik tidak menerangkan reaksi-reaksi terhadap stimulus guru tak mungkin bisa membimbing tingkah lakunya ke arah tujuan behavior. Pengajar berperan penting pada dlaam kelas buat mengontrol serta mengarahkan aktivitas belajar ke arah tercapainya tujuan yang sudah dirumuskan.

Jenis-jenis stimulus :
(1) Jenis-jenis stimulus 
(dua) Positive reinforcement : Penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu respon
(3) Negative rinforcement : Pembatasan stimulus yang nir menyenangkan, yg jika dihentikan akan mengakibatkan probabilitas respon
(4) Hukuman : anugerah stimulus yg tidak menyenangkan contohnya : “Contradktion or reprimand”. Bentuk sanksi lain berupa penangguhan stimulus yg menyenangkan (removing adalah pelasant or reinforcing stimulus).
(5) Primary rinforcement : stimulus pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisiologis
(6) Modifikasi tingkah laku pengajar : Perlakuan guru terhadap siswa-anak didik dari minat dan kesenangan mereka.

Jadwal reinforcement menguraikan tentang kapan serta bagaimana suatu respon diperbuat ? Ada empat cara penjadwalan reinforcement :
1. “Fixed-ratio schedule”; yg didasarkan pada penyajian bahan pelajaran, yg mana pemberi reinforcement baru memberikan penguatan respon selesainya terjadi jumlah eksklusif berdasarkan respon.
2. “Variable ratio schedule”; yang berdasarkan penyajian bahan pelajaran dengan penguat sesudah rata-rata respon
3. “Fixed interval schedule”; yg berdasarkan atas satuan waktu tetapi diantara “reinforcement”
4. “variable interval schedule”; pemberian renforcement menurut respon benar yang pertama setelah terjadi kesalahan-kesalahan respon.

Paling nir nir, ada enam konsep operant conditioning ini yaitu :
a. Penguatan positif dan negatif
b. Shopping, adalah proses pembentukan tingkah laris yang makin mendekati tingkah laku yang dibutuhkan.
c. Pendekatan suksesif, adalah proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan penguatan pada saat tepat hingga respon pun sesuai menggunakan yg diisyaratkan.
d. Extention, adalah proses penghentian kegiatan menjadi akibat menurut ditiadakannya penguatan.
e. Chaining of respons, ialah respon dan stimulus yg berangkaian satu sama lain
f. Jadwal penguatan adalah variasi hadiah peguatan : rasio tetap dan bervariasi, interval permanen serta bervariasi.
g. Menurut 

Menurut thondike, belajar bisa dilakukan dengan mencoba-coba (trial and error).mencoba-coba ini dilakukan, manakala seorang tidak tahu bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu. Dalam mencoba-coba ini seorang mungkin akan menemukan respoons yang sempurna berkaitan menggunakan persoalan yang dihadapinya.

Karakteristik belajar trial dan error merupakan menjadi berikut :
a. Adanya motivatie pada diri seorang yg mendorong untuk melakukan sesuatu
b. Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respons pada rangka memenuhi motive-motivenya.
c. Respons-respons yg dirasakan nir bersesuaian dengan motivenya dihilangkan
d. Akhirnya seseorang menerima jenis respon yg paling tepat.

Beberapa aturan belajr yg ditemukan sang Thoendike adalah sebagai berikut :

a. Hukum kesiapan (law of readiness). Apabila seorang siap melakukan sesuatu, serta dia melakukannya, maka beliau puas. Sebaliknya, apabila dia siap melakukan sesuatu, tetapi tidak melakukannya, maka beliau tidakpuas. Implikasi menurut aturan ini merupakan, bahwa motivasi sangat krusial dalam belajar. Sebab pemuas yg antara lain berupa terpemenuhinya motif-motif seseorang, membuahkan seseorang belajar berulang-ulang.
b. Hukum latihan (low of exercise). Apabila seorang mengulang-ulang respons terhadap suatu stimulus, maka akan memperkuat hubungan antara respon dan stimulus. Sebaliknya apabila respons tersebut tidak digunakan, hubungannya menggunakan stimulus semakin lemah. Tetapi lemah dan kuatnya hubungan antara respons serta stimulus tadi tergantung kepada memuaskan tidaknya respons yg diberikan. Implikasi hukum ini merupakan baha belajar dimulai menurut strata yang gampang berangsur-angsur menuju yang sukat. Berangkat dari yang sederhana berangsur-angsur menuju ke yang kompelks.
c. 0hukum dampak (law of effect). Manakala interaksi antara respon dengan stimulus menimbulkan kepuasan, maka strata penguatannya kian akbar. Sebaliknya bila hubungan antara respon dengan stimulus mengakibatkan ketidak puasan, maka tingkatan penguatannya kian lemah. Dengan perkataan lain, aturan dampak ini punya keyakinan bahwa orang punya kecenderungan mengulang respon yg memuaskan menggunakan menghindari respon yg tidak memuaskan. Hukum ini membawa akibat kebenaran bagi diadakannya eksperimentasi dalam belajar.

Selain mengemukakan tiga hukum belajar, Tondike mengemukakan prinsip-prinsip belajar, yaitu :
a. Pada saat seorang berhadapan menggunakan sebuah situasi yg bagi dia termasuk baru, berbagai ragam respon ia lakukan. Respon tadi terdapat kalanya bhineka sampai yang bersangkutan memperoleh respon yang sahih.
b. Apa yang terdapat dalam diri seseorang, baik itu berupa pengalaman, agama, sikap dan hal-hal lain yg telah ada pada dirinya, turut menentukan tercapainya tujuan yg ingin dicapai.
c. Pada diri seorang sebenamya terdapat potensi buat mengadakan seleksi terhadap unsur-unsur penting menurut yg kurang atau krusial sampai akhirnya dapat memilih respon yg tepat.
d. Orang cenderung memberikan respon yg sama terhadap situasi yang sama.
e. Orang cenderung mengadakan assosiative shiffing, adalah menghubungkan respon yg dia kuasai menggunakan situasi eksklusif tatkala menyadari bahwa respon yang beliau kuasai menggunakan situasi tadi mempunyai hubungan.
f. Manakala suatu respon cocok menggunakan situasinya nisbi gampang buat dipelajari (concept belongingness).

PENGERTIAN BELAJAR MENURUT PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK

Pengertian belajar menurut psikologi behavioristik
Behaviorisme merupakan suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini ditimbulkan rasa nir puas terhadap teori psikologi daya dan teori mental state. Sebabnya ialah lantaran aliran-aliran terdahulu hanya menekankan dalam segi kesadaran saja. 

Berkat pandangan dalam psikologi serta naturalisme science maka timbullah aliran baru ini. Jiwa atau sensasi atau image tidak dapat diterangkan melalui jiwa itu sendiri lantaran sesungguhnya jiwa itu merupakan respons-respons psikologis. Aliran lama memandang badan adalah sekunder, padahal sebenamya justru menjadi titik pangkal bertolak. Natural science melihat seluruh realita sebagai gerakan-gerakan (movemant), dan pandangan ini mempengaruji timbulnya behaviorisme. Metode instrospeksi sesungguhnya nir sempurna, sebab mengakibatkan pandangan yang berbeda-beda terhadap objek luar. Karena itu wajib dkarai metode yang objektif serta ilmiah. Dari eksperimen menerangkan bahwa tikus dapat membedakan antara wama hijau serta wama merah serta dapat juga dilatih. Jadi kesadaran itu tiada gunanya.

Dalam behaviorisme, masalah matter (zat) menempati kedudukan yg utama. Dengan tingkah laris segala sesuatu mengenai jiwa bisa diterangkan. Behaviorisme bisa menyebutkan segala kelakuan insan secara akurat serta menyediakan perogram pendidikan yg efektif.

Dari uraian tadi, ternyata konsepsi behaviorisme besar pengaruhnya terhadap masalah belajar. Belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan interaksi antara stimulus dan respons.

Dengan memberikan rangsangan (stimulus), maka anak akan mereaksi menggunakan respons. Hubungan situmulus - respons ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar, jadi pada dasamya kelakuan anak adalah terdiri atas respons-respons eksklusif terhadap stimulus-stimulus eksklusif. Dengan latihan-latihan pembentukan maka interaksi-hubungan itu akan semakin sebagai bertenaga. Inilah yang dianggap S-R Bond Theory.

Beberapa teori belajar dari psikologi behavioristik dikemukakakn sang para psikolog behavioristik. Mereka ini tak jarang disebut “ Contemporary Behaviorists” atau jg dianggap “S-R Psychologists”. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan sang ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) berdasarkan lingkungan. Dengan demikian, pada tingkah laris belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-rekasi behavioral menggunakan stimulasinya.

Guru-pengajar yg menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laris anak didik-murid adalah reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka dalam masa kemudian dan masa kini , serta bahwa segenap tingkah laris merupakan merupakan output belajar. Kita bisa menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan menyelidiki latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laris tersebut.

Teori-teori yang mengawali perkembangan psikologi behavioristik
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa belajar dari psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yg dari dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada faktor-faktor kondisional yang diberikan sang lingkungan. Oleh karena itu, teori ini jua dikenal menggunakan teori conditioning. Tokoh-tokoh psikologi behavioristik tentang belajar ini diantaranya merupakan : Pavlov, Watson, Gutrie dan Skinner.

Psikologi genre behavioristik mulai mengalami perkembangan dengan lahimya teori-teori tentang belajar yg dipelopori oleh Thondike, Pavlov, Wabon, dan Ghuyhrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yg menghasilkan inovasi-inovasi yang berharga tentang hal belajar.

Pada mulanya pendidikan dan pengajaran di Amerika serikat pada dominasi oleh efek Thondike (1874-1949). Teori belajar Thondike diklaim “connectionism”, lantaran belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus serta respons. Teori ini sering dianggap “trial serta error leaming” individu yang belajar melakukan aktivitas melalui proses “trial and error” pada rangka menentukan respon yang tepat bagi stimulus eksklusif. Thondike mendasarkan teorinya atas output-output penelitiannya terhadap tingkah laris aneka macam binatang diantaranya kucing, tingkah laris anak-anak dan orang dewasa.

Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal serta membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas buat merespon situasi itu. Dalam hal itu, objek mencoba banyak sekali cara beraksi sehingga menemukan keberhasilan pada membuat koneksi sesuatu rekasi menggunakan stimulasinya. Ciri-karakteristik belajar menggunakan “trial and error” yaitu :
1. Ada motif pendorong aktivitas
2. Ada aneka macam respon terhadap situasi
3. Ada eliminasi respon-respon yg gagal / keliru ; dan
4. Ada kemajuan rekasi-reaksi mencapai tujuan. 

Dari penelitiannya itu Thondike menemukan aturan – hukum :
(1) “law of readiness”, jika reaksi terhadap stimulus didukung sang kesiapan buat bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan
(2) “law of exercise”, makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat interaksi itu. Praktek perlu disertai menggunakan “reward”.
(3) “law of effect” , bilamana terjadi interaksi antara stimulus dan respon serta dibarengi menggunakan “state of affairs” yg memuaskan, maka hubungan itu menjadi lebih bertenaga. Bilamana interaksi dibarengi “state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.

Sementara Thondike mengadakan penelitiannya, di Rusia Ivan Pavlov (1849-1936) pula membuat teori belajar yang disebut “classkal conditioning” atau “stimulus substitution”. Mula-mula teori conditioning ini dikembangnkan sang Pavlov (1972).

Teori Pavlov berkembang dari percobaan laboratoris terhadap anjing. Dalam percobaan ini, anjing diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat dalam anjing.


Ia melakukan percobaan terhadap anjing. Anjing tersebut diberi makanan dan diberi lampu. Pada waktu diberi kuliner dan lampu keluarkan respon anjing tersebut berupa keluamya air liur.

Demikian jua apabila pada pemberikan makanan tadi disertai dengan bel, air liur tersebut jua keluar.

Pada waktu bel atau lampu diberikan mendahului makanan, anjing tadi pula mengeluarkan air liur. Makanan yg diberikan tersebut oleh Pavlov disebutu sebagai perangsangan yg bersyarat, sementara bel atau lampu yg menyertai dianggap sebagai perangsang bersyarat.

Terhadap perangsang tak bersyarat yang disertai dengan perangsang bersyarat tersebut, anjing menaruh respons berupa keluamya air liur. Selanjutnya, saat perangsang bersyarat (bel, lampu) diberikan tanpa perangsang tak bersyarat anjing tersebut tetap memberikan respon dalam bentuk keluamya air liur. Oleh lantaran perangsang bersyarat (menjadi pengganti perangsang tak bersyarat : kuliner) ini ternyata dapat menimbulakn respons, maka dapat berfungsi menjadi conditioned. Karena itu, teori Pavlov ini dikenal teori classkal conditioning. Menurut Pavlov pengkondisian yg dilakukan pada anjing demikian ini, dapat juga berlaku dalam manusia.

Teori kondisioning ini lebih lanjut dikembangkan sang Watson (1970) merupakan orang pertama pada Amerika Serikat yg membuatkan teori belajar berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson beropini, bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respons-respons bersyarat melalui stimulus pengganti. Menurut Watson, insan dilahirkan dengan beberapa refleks serta reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta dan murka . Semua tingkah laris lainnya terbentuk sang hubungan-hubungan stimulus-respon baru melalui “conditioning”.

Salah satu percobaannya adalah terhadap anak umur 11 bulan dengan seekor tikus putih. Rasa takut bisa muncul tanpa dipelajari dengan proses ekstinksi, menggunakan mengulang stimulus bersyarat tanpa pada barengi stimulus tidak bersyarat.

E.R. Guthrie memperluas inovasi Watson mengenai belajar. Ia mengemukakan prinsip belajar yang disebut “the law of association” yang berbunyi : suatu kombinasi stimulus yang sudah menyertai suatu gerakan, cenderung akan menyebabkan gerakan itu, bila kombinasi stimulus itu ada balik . Dengan istilah lain, apabila anda mengerjakan sesuatu pada situasi eksklusif, maka nantinya pada situasi yg sama anda akan mengerjakan hal serupa lagi. Menurut gutrie, belajar memerlukan reward dan kedekatan antara stimulus dan respon. Gutrie beropini, bahwa sanksi itu buruk dan tidak pula jelek. Efektif tidaknya sanksi tergantung dalam apakah sanksi itu menyebabkan siswa belajr ataukah tidak ?

Teori belajar kondisioning ini lalu dikembangkan oleh Gutrie (1935-1942). Gutrie beropini bahwa tingkah laris insan bisa diubah : tingkah laris jelek dapat diubah sebagai baik. Teori Gutrie dari atas contoh penggantian stimulus saut ke stimulus yang lain. Responsi atas suatu situasi cenderung di ulang manakala individu menghadapi situasi yang sama. Inilah yg dianggap menggunakan asosiasi.

Menurut Gutrie, setiap situasi belajar adalah adonan banyak sekali stimulus (dapat intemal dan dapat ekstemal) serta respon. Dalam situasi eksklusif, poly stimulus yg berasosiasi menggunakan poly respon. Asosiasi tersebut, dapat benar dan dapat pula galat.

Ada tiga metode pengubahan tingkah laku menurut teori ini, yaitu :
a. Metode respon bertentangan. Misalnya saja, bila anak jijik terhadap sesuatu, sebutlah misalkan saja boneka, maka permainan anak yang disukai tadi diletakkan pada dekat boneka. Dengan meletakkan permainan pada dekat boneka, serta ternyata boneka tadi sebenamya nir menjijikkan, lambat laun anak tersebut nir jijik lagi kepada boneka. Peletakan permainan yang paling disukai tersebut bisa dilakukan secara berulang-ulang.

b. Metode mengubah lingkungan. Jika anak bosan belajar, maka lingkungan belajarnya bisa diubah-ubah sebagai akibatnya ada suasana lain serta memungkinkan dia betah belajar.

Selanjutnya, Skinner mengembangkan teori kondisioning menggunakan memakai tikus sebagai kelinci percobaan. Dari hasil percobaannya Skinner membedakan respon menjadi dua, artinya respon yang ada berdasarkan stimulus tertentu serta operant (instrumental) respons yg muncul dan berkembang karena diikuti oleh perangsang tertentu. Oleh karena itu, teori Skinner ini dikenal dengan operant conditioning.

Seperti halnya Thondike, Skinner menduga “reward” atau “reinforcement” menjadi faktor terpenting pada proses belajar. Skinner beropini, bahwa tujuan psikologi merupakan meramal serta mengontrol tingkah laris. Skinner membagi 2 jenis respon dalam proses belajar, yakni :
(1). Responsents : respon yg terjadi lantaran stimulus spesifik misalnya Pavlov
(2). Operants : respon yang terjadi lantaran situasi random

Perbedaan krusial antara Pavlov’s classkal conditioning serta Skinner’s operant conditioning adalah pada classkal conditioning, dampak-akibat suatu tingkah laris itu. Reinforcement tikdak diperlakukan karena stimulusnya menimbulkan respon yang diinginkan.

Operant conditioning, suatu situasi belajar dimana suatu respons dibentuk lebih kuat dampak reinforcement pribadi.

Dalam percobaannya terhadap tikus-tikus pada sangkar, dipakai suatu “diskriminative stimulus” (tanda buat memperkuat respons) contohnya tombol, lampu, pemindah makanan. Disamping itu, digunakan juga suatu “reinforcemen stimulus, berupa kuliner”.

Dalam pengajaran, operants conditioning menjamin respon-respon terhadap stimulus. Apabila anak didik nir memberitahuakn reaksi-reaksi terhadap stimulus guru tidak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya ke arah tujuan behavior. Pengajar berperan penting pada dlaam kelas buat mengontrol dan mengarahkan aktivitas belajar ke arah tercapainya tujuan yg telah dirumuskan.

Jenis-jenis stimulus :
(1) Jenis-jenis stimulus 
(2) Positive reinforcement : Penyajian stimulus yg meningkatkan probabilitas suatu respon
(3) Negative rinforcement : Pembatasan stimulus yang nir menyenangkan, yg jika tidak boleh akan menyebabkan probabilitas respon
(4) Hukuman : hadiah stimulus yang nir menyenangkan contohnya : “Contradktion or reprimand”. Bentuk hukuman lain berupa penangguhan stimulus yg menyenangkan (removing adalah pelasant or reinforcing stimulus).
(lima) Primary rinforcement : stimulus pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisiologis
(6) Modifikasi tingkah laris pengajar : Perlakuan guru terhadap siswa-siswa berdasarkan minat serta kesenangan mereka.

Jadwal reinforcement menguraikan mengenai kapan serta bagaimana suatu respon diperbuat ? Ada empat cara penjadwalan reinforcement :
1. “Fixed-ratio schedule”; yg didasarkan pada penyajian bahan pelajaran, yang mana pemberi reinforcement baru menaruh penguatan respon sesudah terjadi jumlah eksklusif menurut respon.
2. “Variable ratio schedule”; yg didasarkan penyajian bahan pelajaran dengan penguat sehabis rata-homogen respon
3. “Fixed interval schedule”; yg berdasarkan atas satuan waktu namun diantara “reinforcement”
4. “variable interval schedule”; anugerah renforcement menurut respon betul yg pertama sehabis terjadi kesalahan-kesalahan respon.

Paling tidak nir, terdapat enam konsep operant conditioning ini yaitu :
a. Penguatan positif serta negatif
b. Shopping, artinya proses pembentukan tingkah laris yang makin mendekati tingkah laku yang diperlukan.
c. Pendekatan suksesif, merupakan proses pembentukan tingkah laku yg menggunakan penguatan dalam waktu sempurna sampai respon pun sinkron dengan yg diisyaratkan.
d. Extention, adalah proses penghentian kegiatan menjadi akibat berdasarkan ditiadakannya penguatan.
e. Chaining of respons, ialah respon serta stimulus yang berangkaian satu sama lain
f. Jadwal penguatan ialah variasi anugerah peguatan : rasio permanen serta bervariasi, interval tetap serta bervariasi.
g. Menurut 

Menurut thondike, belajar bisa dilakukan menggunakan mencoba-coba (trial and error).mencoba-coba ini dilakukan, manakala seorang nir tahu bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu. Dalam mencoba-coba ini seseorang mungkin akan menemukan respoons yang tepat berkaitan menggunakan problem yg dihadapinya.

Karakteristik belajar trial dan error merupakan sebagai berikut :
a. Adanya motivatie dalam diri seorang yg mendorong buat melakukan sesuatu
b. Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respons pada rangka memenuhi motive-motivenya.
c. Respons-respons yg dirasakan nir bersesuaian dengan motivenya dihilangkan
d. Akhirnya seorang menerima jenis respon yang paling sempurna.

Beberapa hukum belajr yang ditemukan oleh Thoendike adalah sebagai berikut :

a. Hukum kesiapan (law of readiness). Jika seseorang siap melakukan sesuatu, dan ia melakukannya, maka beliau puas. Sebaliknya, jika ia siap melakukan sesuatu, tetapi tidak melakukannya, maka beliau tidakpuas. Implikasi menurut aturan ini adalah, bahwa motivasi sangat penting pada belajar. Sebab pemuas yg diantaranya berupa terpemenuhinya motif-motif seorang, berakibat seorang belajar berulang-ulang.
b. Hukum latihan (low of exercise). Jika seorang mengulang-ulang respons terhadap suatu stimulus, maka akan memperkuat hubungan antara respon dan stimulus. Sebaliknya bila respons tersebut tidak digunakan, hubungannya menggunakan stimulus semakin lemah. Namun lemah serta kuatnya hubungan antara respons dan stimulus tadi tergantung pada memuaskan tidaknya respons yang diberikan. Implikasi hukum ini merupakan baha belajar dimulai menurut strata yang mudah berangsur-angsur menuju yg sukat. Berangkat berdasarkan yg sederhana berangsur-angsur menuju ke yg kompelks.
c. 0hukum akibat (law of effect). Manakala hubungan antara respon menggunakan stimulus menyebabkan kepuasan, maka strata penguatannya kian akbar. Sebaliknya jika interaksi antara respon dengan stimulus menyebabkan ketidak puasan, maka strata penguatannya kian lemah. Dengan perkataan lain, hukum akibat ini punya keyakinan bahwa orang punya kesamaan mengulang respon yang memuaskan menggunakan menghindari respon yang tidak memuaskan. Hukum ini membawa implikasi kebenaran bagi diadakannya eksperimentasi dalam belajar.

Selain mengemukakan tiga hukum belajar, Tondike mengemukakan prinsip-prinsip belajar, yaitu :
a. Pada waktu seseorang berhadapan dengan sebuah situasi yang bagi dia termasuk baru, aneka macam ragam respon ia lakukan. Respon tadi terdapat kalanya bhineka sampai yg bersangkutan memperoleh respon yg benar.
b. Apa yg terdapat dalam diri seseorang, baik itu berupa pengalaman, kepercayaan , perilaku dan hal-hal lain yg telah ada pada dirinya, turut memilih tercapainya tujuan yang ingin dicapai.
c. Pada diri seorang sebenamya masih ada potensi buat mengadakan seleksi terhadap unsur-unsur penting menurut yg kurang atau krusial sampai akhirnya bisa memilih respon yg sempurna.
d. Orang cenderung memberikan respon yang sama terhadap situasi yang sama.
e. Orang cenderung mengadakan assosiative shiffing, artinya menghubungkan respon yang ia kuasai menggunakan situasi eksklusif tatkala menyadari bahwa respon yg ia kuasai menggunakan situasi tersebut memiliki interaksi.
f. Manakala suatu respon cocok menggunakan situasinya relatif mudah buat dipelajari (concept belongingness).

PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI PSIKOLOGI

Pengertian serta Klasifikasi Psikologi
Psikologi asal dari kata Yunani psyche = jiwa serta logos = ilmu, sebagai akibatnya psikologi bisa didefinisikan: ilmu yg memeriksa gejala-gejala kejiwaan berupa tingkah laris manusia. Gejala kejiwaan diklasifikasikan:

1. Gejala pengenalan (kognitif)
Meliputi:
Pengamatan: bisnis insan buat mengenal dunia riil, baik mengenal diri sendiri, maupun mengenal global sekitarnya melalui panca inderanya, yaitu menggunakan: melihat, mendengar, membau, meraba, dan mengecap. 

Agar orientasi pengamatan dapat berhasil menggunakan baik, maka dibutuhkan aspek pengaturan terhadap objek yang diamati, yaitu:

1) Aspek pengaturan berdasarkan sudut pandang ruang.
Dunia pengamatan dilukiskan dalam pengertian-pengertian: atas-bawah, kanan-kiri, jauh-dekat, tinggi-rendah.

2) Aspek pengaturan dari sudut pandang ketika.
Dunia pengamatan dilukiskan dalam pengertian-pengertian: masa lampau, masa kini , serta masa yang akan tiba.

3) Aspek pengaturan berdasarkan sudut pandang Gestalt.
Obyek yang diamati diberi arti menjadi suatu kesatuan yang utuh, bukan menjadi bagian yang terlepas-tanggal. Misal: dalam melihat rumah ditinjau menjadi suatu bangunan secara utuh, bukan dicermati menjadi pakunya atau batu batanya.

4) Aspek pengaturan dari sudut pandang arti.
  • Obyek yg diamati diberi arti menurut adalah bagi kita. Misal: sebuah pabrik serta sebuah sekolah dicermati berdasarkan segi bangunan banyak menampakan persamaan, namun dilihat berdasarkan segi merupakan memperlihatkan hal yg sangat tidak sama.
  • Tanggapan: bayangan atau kesan yang tertinggal pada dalam diri kita sesudah kita melakukan pengamatan terhadap suatu objek. 
Tanggapan tidak hanya dapat menghidupkan pulang apa yang telah diamati (masa lampau), namun jua bisa mengantisipasikan sesuatu yang akan tiba, atau yang mewakili waktu ini. Sehubungan menggunakan hal tadi, maka tanggapan dibedakan menjadi 3 macam:
1) Tanggapan masa lampau/ tanggapan ingatan.
2) Tanggapan masa yang akan datang/ tanggapan mengantisipasikan.
3) Tanggapan masa sekarang/ tanggapan representatif.

Berdasarkan indera yang dipergunakan buat melakukan pengamatan, tanggapan bisa dibedakan menjadi:
1) Tanggapan visual – hasil pengamatan yang dilakukan dengan alat mata.
2) Tanggapan auditif – hasil pengamatan yang dilakukan dengan indera pendengaran.
3) Tanggapan olfaktorik – hasil pengamatan yang dilakukan dengan indera hidung.
4) Tanggapan gustatif – hasil pengamatan yang dilakukan dengan alat pengecap.
5) Tanggapan taktil – hasil pengamatan yang dilakukan menggunakan alat raba.

Tanggapan mempunyai peranan yang krusial dalam proses belajar, terutama dalam proses memperoleh pengertian. Proses tadi melalui urutan menjadi berikut:
1) Pengamatan
2) Bayangan pengiring – bayangan yang ada sesudah kita melihat sesuatu rona buat beberapa ketika, kemudian mengalihkan pandangan ke suatu latar belakang yg putih.
3) Bayangan eidetik – bayangan yg sangat kentara dan hayati, sebagai akibatnya orang yg memiliki tanggapan seolah-olah mengamati pulang obyek atau peristiwanya.
4) Tanggapan
5) Pengertian.
Ingatan: kemampuan rohaniah buat mencamkan, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan. 
Fantasi: kemampuan jiwa buat membangun tanggapan-tanggapan baru menggunakan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada, dan tanggapan yg baru nir harus sama atau sesuai menggunakan benda-benda yang ada. 

Fantasi dibedakan sebagai:
1) Fantasi yang tidak disadari: melamun.
2) Fantasi yang disadari: fantasi mencipta (mengarang lagu, tarian), dan fantasi terpimpin/ tuntunan (mendengarkan sandiwara radio).

Kegunaan fantasi:
1) Fantasi adalah wahana tahu orang lain.
2) Fantasi memungkinkan subyek melepaskan diri berdasarkan keterikatannya terhadap loka serta ketika, sebagai akibatnya memungkinkan bagi subyek untuk menilik ilmu bumi serta sejarah.
3) Fantasi bisa membantu subyek buat bercita-cita.
4) Fantasi memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari kesukaran yg dihadapi di alam riil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya fantasi:
1) Adanya saat yg kosong.
2) Tidak adanya kesibukan yang menentu.
3) Adanya harapan-harapan (hasrat) yg besar .
4) Adanya banyak sekali kesulitan pemecahan perkara.
5) Adanya banyak sekali macam kelemahan pribadi yang menyebabkan yg bersangkutan lari ke fantasi buat menciptakan ego defence.
6) Sedang dirundung asmara, dll.
Asosiasi: hubungan antara tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lain. Misal: apabila kita menyebut tikus, maka kita akan teringat kucing. 

Asosiasi terjadi berdasarkan hukum asosiasi sebagai berikut:
1) Hukum berurutan: beberapa tanggapan yang dialami seorang secara berturutan, akan membangun asosiasi.
2) Hukum serentak: beberapa tanggapan yang dialami secara serentak/ pada saat yg bersamaan, cenderung berasosiasi satu dengan yg lain.
3) Hukum kesamaan/ kesesuaian: beberapa tanggapan yg serupa, atau seperti, atau identik satu menggunakan yang lain akan berasosiasi.
4) Hukum berlawanan: tanggapan yang antagonis satu menggunakan yang lain cenderung berasosiasi.
Berpikir: proses dinamis dimana subjek membuat hubungan antara objek dengan bagian-bagian pengetahuan yang telah dimiliki. 

Berpikir dibedakan menjadi:
1) Berpikir reflektif: kemampuan individu dalam menyeleksi pengetahuan (yg revelan menggunakan tujuan perkara) yg pernah diperoleh.

Proses-proses mental yang menyertai pada berpikir reflektif adalah menjadi berikut:
a) Direction – perhatian dan minat yg diarahkan dalam tujuan.
b) Interpretation – interpretasi terhadap interaksi-interaksi yang masih ada pada tujuan yang akan dicapai.
c) Selection – mengingat balik dan memilih pengetahuan-pengetahuan yg telah pernah diperoleh.
d) Insight – adanya pengertian individu tentang hubungan antara pengetahuan-pengetahuan menggunakan tujuan yg akan dicapai.
e) Creation – pembentukan pola-pola mental baru.
f) Criticism – Penilaian terhadap kesanggupan menuntaskan konflik.

Langkah-langkah berpikir reflektif:
a) Individu merasakan adanya dilema.
b) Individu melokalisasi/ memberi batasan kesukaran pemahaman terhadap masalah.
c) Individu menemukan interaksi-hubungan (memformulasikan hipotesis-hipotesis).
d) Individu mengevaluasi hipotesis-hipotesis.
e) Individu menerapkan cara pemecahan masalah lalu menyimpulkannya.

2) Berpikir kreatif: proses berpikir melalui mekanisme dengan cara-cara baru dan tak bisa dikira-kira sebelumnya sehingga memperoleh hasil yg asli. 

Langkah-langkah berpikir kreatif:
a) Tahap persiapan – bahan-bahan atau pengetahuan dikumpulkan serta disusun secara integral dan monoton.
b) Tahap inkubasi – kemungkinan besar aspek-aspek pernyataan yg kreatif bersifat samar-samar.
c) Tahap insight/ pemahaman – hasil proses berpikir yg konstan sebagai akibatnya individu sadar akan hubungan-interaksi yang sebelumnya nir diketahui sampai menemukan pemahaman baru.

Kecerdasan/ intelegensi: kemampuan mengendalikan aktivitas-aktivitas dengan ciri-ciri sukar, kompleks, tak berbentuk, ekonomis (sempurna), bertujuan, bernilai sosial, serta menampakkan adanya keaslian, dan kemampuan buat mempertahankan aktivitas-aktivitas misalnya itu dalam syarat yang memerlukan konsentrasi energi serta antagonis menggunakan kekuatan-kekuatan emosional. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan:
1) Faktor bawaan/ warisan: orang tua
2) Faktor lingkungan: gizi yg dikonsumsi serta rangsangan-rangsangan yg bersifat kognitif emosional.

2. Gejala perasaan (afektif)
è Gejala psikis yg bersifat subyektif, herbi gejala-gejala mengenal, dialami dalam kualitas senang atau nir bahagia dalam aneka macam taraf. 

Perasaan dibedakan menjadi berikut:
Perasaan jasmaniah: 
1) Perasaan indriah: sedap, asin, getir, dll.
2) Perasaan penting: segar, lemah, tidak berdaya, dll.
Perasaan rohaniah: perasaan keagamaan, intelektual, kesusilaan, estetika, sosial dan harga diri. 
3. Gejala kehendak/ psikomotorik/ motif (konatif)

è keadaan dalam eksklusif manusia yang mendorong buat melakukan kegiatan-kegiatan eksklusif guna mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan bentuknya, motif digolongkan sebagai berikut:
  • Motif bawaan: motif yg dibawa semenjak lahir tanpa dipelajari. Misal: makan, tidur, dll. 
  • Motif yang dipelajari: motif yg disebabkan lantaran dipelajari. Misal: berteman, bersahabat. 

Berdasarkan sumber rangsangan, motif dibedakan menjadi berikut:
  • Motif ekstrinsik: motif yg terjadi lantaran impak rangsangan menurut luar. 
  • Motif instrinsik: motif yang terjadi karena efek rangsangan berdasarkan pada diri sendiri. 

Berdasarkan isi, motif dibedakan sebagai berikut:
  • Motif jasmaniah. Misal: refleks, naluri, nafsu, dan harapan. 
  • Motif rohaniah yaitu kemauan. 

4. Gejala campuran (kombinasi)
è campuran berdasarkan kognitif, afektif, serta konatif. Ada tiga macam tanda-tanda campuran yaitu:
Perhatian 

Ada dua macam arti perhatian:
1) Perhatian merupakan pemusatan tenaga psikis yg tertuju dalam sesuatu obyek.
2) Perhatian adalah eksploitasi pencerahan buat menyertai suatu aktivitas.

Berdasarkan cara kerjanya, perhatian dibedakan menjadi berikut:
1) Perhatian spontan: perhatian yang nir disengaja atau tidak sekehendak subyek.
2) Perhatian refleksif: perhatian yang disengaja atau sekehendak subyek.

Berdasarkan intensitasnya, perhatian dibedakan sebagai berikut:
1) Perhatian intensif: perhatian yg banyak menyertakan aspek kesadarannya.
2) Perhatian nir intensif: perhatian yg nir banyak menyertakan aspek kesadarannya.

Berdasarkan luasnya, perhatian dibedakan menjadi berikut:
1) Perhatian terpusat: perhatian yg tertuju pada lingkup obyek yg sangat terbatas.
2) Perhatian terpencar: perhatian yg tertuju dalam lingkup obyek yg luas atau tertuju kepada bermacam-macam obyek.
Sugesti – imbas yg diterima sang seorang yg datangnya menurut luar atau dalam diri sendiri yang mengesampingkan pikiran, perasaan, serta kemauan. 

Oto sugesti: efek yg datangnya berdasarkan dalam diri sendiri.
Kelelahan 
Kelelahan terjadi jika orang melakukan banyak kegiatan, baik fisik yang bersifat jasmani atau rohani, sedangkan energi yang dipakai buat melakukan kegiatan tadi terbatas. 

Kelelahan terdapat 2 macam:
1) Kelelahan jasmani: kelelahan lantaran akibat kegiatan fisik.
2) Kelelahan rohani: kelelahan menjadi dampak kegiatan otak.

Psikologi dibedakan sebagai:
Psikologi khusus diklasifikasikan menjadi:
1. Psikologi perkembangan – psikologi yang memeriksa perubahan-perubahan tingkah laris yg sejalan dengan umur (kehidupan sebelum lahir hingga usia tua).
2. Psikologi anak – psikologi yang mengusut perkembangan masa anak-anak.
3. Psikologi sosial – psikologi yg menyelidiki tingkah laku individu dalam hubungannya dengan kelompok, terutama bagaimana tingkah laris individu ditentukan kelompoknya.
4. Psikologi klinis – psikologi yg mengusut kelainan-kelainan tingkah laku , mengadakan diagnosis psikologik, serta psikoterapi, di samping mengadakan penelitian-penelitian serta pengetesan dalam bidang tadi. 
5. Psikologi industri – psikologi yg memeriksa masalah-masalah perusahaan atau industri.
6. Psikologi pendidikan – psikologi yang menyelidiki penggunaan psikologi pada perkara pendidikan.
7. Psikologi kepribadian – psikologi yang menyelidiki sifat serta tabiat manusia.
8. Psikologi abnormal – psikologi yg menilik perilaku-perilaku menyimpang berdasarkan orang-orang yg mengalami gangguan atau kelainan mental.
9. Psikometri – psikologi yg menilik pengukuran serta membuatkan tes.

A. Kedudukan Psikologi Pendidikan pada Sekolah
Psikologi pendidikan merupakan ilmu pengetahuan yang menilik segi-segi psikologi dalam situasi pendidikan (sekolah). Psikologi pendidikan sebagai bagian menurut studi psikologi, berusaha sejauh mungkin buat lebih berhasil dalam memformulasikan tujuan pendidikan, penyususunan kurikulum dan pengorganisasian proses belajar mengajar.

Psikologi pendidikan pada sekolah berusaha memecahkan kasus-kasus, diantaranya:
1. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas belajar.
2. Teori dan proses belajar.
3. Hubungan antara tingkat kematangan dengan taraf kematangan menggunakan taraf kesiapan belajar.
4. Perbedaan individu dan pengaruhnya terhadap output pendidikan.
5. Perubahan batiniah yang terjadi selama belajar.
6. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
7. Teknik evaluasi yang efektif atas kemajuan yg dicapai anak didik.
8. Perbandingan hasil pendidikan formal dan pendidikan informal atas individu.
9. Nilai perilaku ilmiah terhadap pendidikan yang dimiliki para petugas pendidikan (pengajar).
10. Pengasuh kondisi sosial siswa atas pendidikan yg diterima.

Mengingat pentingnya kiprah psikologi pendidikan pada sekolah tadi, maka kedudukan psikologi pendidikan adalah bagian yang tidak terpisahkan menggunakan tujuan pendidikan dan tujuan proses belajar mengajar.

B. Manfaat Psikologi Pendidikan sebagai Calon Guru
Calon pengajar yg sedang menjalankan pre-service pelatihan serta guru yang menjalani in-service pembinaan perlu mempunyai pengetahuan mengenai psikologik pendidikan, mengingat syarat-syarat mengajar yg efektif bagi tercapainya tujuan. Berikut ini dikemukaan persiapan psikologis sebelum sebagai guru:
1. Calon guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang dasar-dasar psikologi perkembangan dan konduite manusia.
2. Mempunyai keterampilan minimal pada menggunakan teknik-teknik yg sempurna untuk mempelajari kemampuan, minat dan taraf kesiapan belajar siswanya.
3. Mampu mempertimbangkan nilai-nilai psikologik dari bermacam-macam prosedur mengajar.
4. Dalam menganalisis dan meneliti cara belajar, kekuatan serta kelemahan belajarnya sendiri sesudah menyelidiki aspek-aspek psikologik berdasarkan pendidikan.

PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI PSIKOLOGI

Pengertian serta Klasifikasi Psikologi
Psikologi berasal berdasarkan kata Yunani psyche = jiwa serta logos = ilmu, sebagai akibatnya psikologi bisa didefinisikan: ilmu yang menyelidiki gejala-tanda-tanda kejiwaan berupa tingkah laku insan. Gejala kejiwaan diklasifikasikan:

1. Gejala sosialisasi (kognitif)
Meliputi:
Pengamatan: usaha manusia buat mengenal dunia riil, baik mengenal diri sendiri, juga mengenal dunia sekitarnya melalui panca inderanya, yaitu dengan: melihat, mendengar, membau, meraba, serta mengecap. 

Agar orientasi pengamatan bisa berhasil dengan baik, maka dibutuhkan aspek pengaturan terhadap objek yg diamati, yaitu:

1) Aspek pengaturan menurut sudut pandang ruang.
Dunia pengamatan dilukiskan pada pengertian-pengertian: atas-bawah, kanan-kiri, jauh-dekat, tinggi-rendah.

2) Aspek pengaturan dari sudut pandang ketika.
Dunia pengamatan dilukiskan dalam pengertian-pengertian: masa lampau, masa kini , serta masa yg akan datang.

3) Aspek pengaturan berdasarkan sudut pandang Gestalt.
Obyek yang diamati diberi arti sebagai suatu kesatuan yg utuh, bukan sebagai bagian yang terlepas-lepas. Misal: pada melihat tempat tinggal ditinjau menjadi suatu bangunan secara utuh, bukan dicermati menjadi pakunya atau batu batanya.

4) Aspek pengaturan berdasarkan sudut pandang arti.
  • Obyek yg diamati diberi arti berdasarkan ialah bagi kita. Misal: sebuah pabrik dan sebuah sekolah dipandang berdasarkan segi bangunan banyak memberitahuakn persamaan, namun ditinjau dari segi artinya menerangkan hal yg sangat berbeda.
  • Tanggapan: bayangan atau kesan yang tertinggal pada pada diri kita selesainya kita melakukan pengamatan terhadap suatu objek. 
Tanggapan nir hanya dapat menghidupkan kembali apa yg sudah diamati (masa lampau), namun jua dapat mengantisipasikan sesuatu yg akan tiba, atau yg mewakili waktu ini. Sehubungan menggunakan hal tadi, maka tanggapan dibedakan sebagai tiga macam:
1) Tanggapan masa lampau/ tanggapan ingatan.
2) Tanggapan masa yg akan tiba/ tanggapan mengantisipasikan.
3) Tanggapan masa sekarang/ tanggapan representatif.

Berdasarkan indera yg digunakan untuk melakukan pengamatan, tanggapan bisa dibedakan sebagai:
1) Tanggapan visual – hasil pengamatan yg dilakukan menggunakan indera mata.
2) Tanggapan auditif – hasil pengamatan yang dilakukan menggunakan alat telinga.
3) Tanggapan olfaktorik – output pengamatan yg dilakukan dengan indera hidung.
4) Tanggapan gustatif – output pengamatan yg dilakukan menggunakan indera lidah.
5) Tanggapan taktil – hasil pengamatan yang dilakukan dengan alat raba.

Tanggapan memiliki peranan yg penting dalam proses belajar, terutama dalam proses memperoleh pengertian. Proses tersebut melalui urutan menjadi berikut:
1) Pengamatan
2) Bayangan pengiring – bayangan yang muncul setelah kita melihat sesuatu warna buat beberapa saat, lalu mengalihkan pandangan ke suatu latar belakang yg putih.
3) Bayangan eidetik – bayangan yang sangat jelas dan hayati, sehingga orang yg mempunyai tanggapan seolah-olah mengamati pulang obyek atau peristiwanya.
4) Tanggapan
5) Pengertian.
Ingatan: kemampuan rohaniah buat mencamkan, menyimpan, serta mereproduksi kesan-kesan. 
Fantasi: kemampuan jiwa buat membangun tanggapan-tanggapan baru menggunakan pertolongan tanggapan-tanggapan yg sudah terdapat, serta tanggapan yang baru tidak harus sama atau sinkron dengan benda-benda yang ada. 

Fantasi dibedakan sebagai:
1) Fantasi yang nir disadari: melamun.
2) Fantasi yg disadari: fantasi mencipta (mengarang lagu, tarian), serta fantasi terpimpin/ tuntunan (mendengarkan sandiwara radio).

Kegunaan fantasi:
1) Fantasi adalah sarana memahami orang lain.
2) Fantasi memungkinkan subyek melepaskan diri berdasarkan keterikatannya terhadap loka serta waktu, sehingga memungkinkan bagi subyek buat memeriksa ilmu bumi serta sejarah.
3) Fantasi bisa membantu subyek buat bercita-cita.
4) Fantasi memungkinkan orang buat melepaskan diri berdasarkan kesukaran yang dihadapi pada alam riil.

Faktor-faktor yg menghipnotis timbulnya fantasi:
1) Adanya saat yg kosong.
2) Tidak adanya kesibukan yg menentu.
3) Adanya harapan-harapan (impian) yg akbar.
4) Adanya aneka macam kesulitan pemecahan masalah.
5) Adanya banyak sekali macam kelemahan pribadi yang mengakibatkan yang bersangkutan lari ke fantasi buat menciptakan ego defence.
6) Sedang dirundung asmara, dll.
Asosiasi: interaksi antara tanggapan yang satu dengan tanggapan yg lain. Misal: apabila kita menyebut tikus, maka kita akan teringat kucing. 

Asosiasi terjadi berdasarkan hukum asosiasi sebagai berikut:
1) Hukum berurutan: beberapa tanggapan yang dialami seseorang secara berturutan, akan menciptakan asosiasi.
2) Hukum serentak: beberapa tanggapan yang dialami secara serentak/ pada saat yang bersamaan, cenderung berasosiasi satu menggunakan yang lain.
3) Hukum kesamaan/ kesesuaian: beberapa tanggapan yg serupa, atau mirip, atau identik satu dengan yg lain akan berasosiasi.
4) Hukum berlawanan: tanggapan yang berlawanan satu dengan yang lain cenderung berasosiasi.
Berpikir: proses bergerak maju dimana subjek menciptakan hubungan antara objek menggunakan bagian-bagian pengetahuan yang sudah dimiliki. 

Berpikir dibedakan sebagai:
1) Berpikir reflektif: kemampuan individu dalam menyeleksi pengetahuan (yang revelan dengan tujuan kasus) yang pernah diperoleh.

Proses-proses mental yg menyertai pada berpikir reflektif adalah sebagai berikut:
a) Direction – perhatian serta minat yang diarahkan dalam tujuan.
b) Interpretation – interpretasi terhadap hubungan-interaksi yg masih ada dalam tujuan yg akan dicapai.
c) Selection – mengingat pulang serta menentukan pengetahuan-pengetahuan yg sudah pernah diperoleh.
d) Insight – adanya pengertian individu mengenai interaksi antara pengetahuan-pengetahuan menggunakan tujuan yg akan dicapai.
e) Creation – pembentukan pola-pola mental baru.
f) Criticism – Penilaian terhadap kesanggupan menyelesaikan perseteruan.

Langkah-langkah berpikir reflektif:
a) Individu mencicipi adanya duduk perkara.
b) Individu melokalisasi/ memberi batasan kesukaran pemahaman terhadap dilema.
c) Individu menemukan interaksi-hubungan (memformulasikan hipotesis-hipotesis).
d) Individu mengevaluasi hipotesis-hipotesis.
e) Individu menerapkan cara pemecahan persoalan kemudian menyimpulkannya.

2) Berpikir kreatif: proses berpikir melalui prosedur menggunakan cara-cara baru dan tak dapat dikira-kira sebelumnya sehingga memperoleh hasil yang orisinil. 

Langkah-langkah berpikir kreatif:
a) Tahap persiapan – bahan-bahan atau pengetahuan dikumpulkan serta disusun secara integral serta monoton.
b) Tahap inkubasi – kemungkinan besar aspek-aspek pernyataan yg kreatif bersifat kurang jelas.
c) Tahap insight/ pemahaman – output proses berpikir yg konstan sebagai akibatnya individu sadar akan interaksi-hubungan yg sebelumnya tidak diketahui hingga menemukan pemahaman baru.

Kecerdasan/ intelegensi: kemampuan mengendalikan aktivitas-kegiatan dengan ciri-karakteristik sukar, kompleks, tak berbentuk, hemat (tepat), bertujuan, bernilai sosial, dan menampakkan adanya keaslian, dan kemampuan untuk mempertahankan kegiatan-kegiatan seperti itu dalam syarat yg memerlukan konsentrasi tenaga dan berlawanan dengan kekuatan-kekuatan emosional. 

Faktor-faktor yg mempengaruhi kecerdasan:
1) Faktor bawaan/ warisan: orang tua
2) Faktor lingkungan: gizi yg dikonsumsi dan rangsangan-rangsangan yg bersifat kognitif emosional.

2. Gejala perasaan (afektif)
è Gejala psikis yang bersifat subyektif, berhubungan dengan tanda-tanda-gejala mengenal, dialami dalam kualitas bahagia atau tidak bahagia pada aneka macam taraf. 

Perasaan dibedakan menjadi berikut:
Perasaan jasmaniah: 
1) Perasaan indriah: sedap, asin, pahit, dll.
2) Perasaan vital: segar, lemah, tidak berdaya, dll.
Perasaan rohaniah: perasaan keagamaan, intelektual, kesusilaan, keindahan, sosial serta harga diri. 
3. Gejala kehendak/ psikomotorik/ motif (konatif)

è keadaan dalam eksklusif insan yang mendorong buat melakukan kegiatan-kegiatan eksklusif guna mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan bentuknya, motif digolongkan sebagai berikut:
  • Motif bawaan: motif yang dibawa semenjak lahir tanpa dipelajari. Misal: makan, tidur, dll. 
  • Motif yg dipelajari: motif yg disebabkan karena dipelajari. Misal: berteman, bersahabat. 

Berdasarkan asal rangsangan, motif dibedakan sebagai berikut:
  • Motif ekstrinsik: motif yang terjadi lantaran dampak rangsangan dari luar. 
  • Motif instrinsik: motif yg terjadi karena dampak rangsangan dari pada diri sendiri. 

Berdasarkan isi, motif dibedakan sebagai berikut:
  • Motif jasmaniah. Misal: refleks, insting, nafsu, dan hasrat. 
  • Motif rohaniah yaitu kemauan. 

4. Gejala campuran (kombinasi)
è campuran berdasarkan kognitif, afektif, dan konatif. Ada 3 macam tanda-tanda adonan yaitu:
Perhatian 

Ada 2 macam arti perhatian:
1) Perhatian merupakan pemusatan energi psikis yang tertuju dalam sesuatu obyek.
2) Perhatian merupakan pendayagunaan kesadaran buat menyertai suatu aktivitas.

Berdasarkan cara kerjanya, perhatian dibedakan menjadi berikut:
1) Perhatian spontan: perhatian yg tidak disengaja atau tidak sekehendak subyek.
2) Perhatian refleksif: perhatian yg disengaja atau sekehendak subyek.

Berdasarkan intensitasnya, perhatian dibedakan menjadi berikut:
1) Perhatian intensif: perhatian yang poly menyertakan aspek kesadarannya.
2) Perhatian tidak intensif: perhatian yg tidak poly menyertakan aspek kesadarannya.

Berdasarkan luasnya, perhatian dibedakan sebagai berikut:
1) Perhatian terpusat: perhatian yang tertuju pada lingkup obyek yang sangat terbatas.
2) Perhatian terpencar: perhatian yang tertuju dalam lingkup obyek yang luas atau tertuju kepada bermacam-macam obyek.
Sugesti – pengaruh yang diterima oleh seseorang yg datangnya menurut luar atau pada diri sendiri yg mengesampingkan pikiran, perasaan, dan kemauan. 

Oto sugesti: pengaruh yg datangnya menurut dalam diri sendiri.
Kelelahan 
Kelelahan terjadi jika orang melakukan banyak kegiatan, baik fisik yang bersifat jasmani atau rohani, sedangkan tenaga yg dipakai buat melakukan aktivitas tersebut terbatas. 

Kelelahan ada 2 macam:
1) Kelelahan jasmani: kelelahan lantaran dampak aktivitas fisik.
2) Kelelahan rohani: kelelahan menjadi akibat kegiatan otak.

Psikologi dibedakan menjadi:
Psikologi khusus diklasifikasikan sebagai:
1. Psikologi perkembangan – psikologi yang menilik perubahan-perubahan tingkah laris yang sejalan menggunakan umur (kehidupan sebelum lahir sampai usia tua).
2. Psikologi anak – psikologi yg menyelidiki perkembangan masa anak-anak.
3. Psikologi sosial – psikologi yang mempelajari tingkah laku individu pada hubungannya menggunakan grup, terutama bagaimana tingkah laku individu dipengaruhi kelompoknya.
4. Psikologi klinis – psikologi yang mengusut kelainan-kelainan tingkah laris, mengadakan penaksiran psikologik, serta psikoterapi, di samping mengadakan penelitian-penelitian dan pengetesan dalam bidang tadi. 
5. Psikologi industri – psikologi yang menilik kasus-perkara perusahaan atau industri.
6. Psikologi pendidikan – psikologi yg menyelidiki penggunaan psikologi pada perkara pendidikan.
7. Psikologi kepribadian – psikologi yang memeriksa sifat serta tabiat manusia.
8. Psikologi abnormal – psikologi yg memeriksa konduite-perilaku menyimpang menurut orang-orang yg mengalami gangguan atau kelainan mental.
9. Psikometri – psikologi yg mengusut pengukuran dan berbagi tes.

A. Kedudukan Psikologi Pendidikan pada Sekolah
Psikologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yg mengusut segi-segi psikologi dalam situasi pendidikan (sekolah). Psikologi pendidikan sebagai bagian menurut studi psikologi, berusaha sejauh mungkin buat lebih berhasil dalam memformulasikan tujuan pendidikan, penyususunan kurikulum serta pengorganisasian proses belajar mengajar.

Psikologi pendidikan pada sekolah berusaha memecahkan perkara-perkara, diantaranya:
1. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas belajar.
2. Teori serta proses belajar.
3. Hubungan antara taraf kematangan menggunakan tingkat kematangan dengan taraf kesiapan belajar.
4. Perbedaan individu dan pengaruhnya terhadap output pendidikan.
5. Perubahan batiniah yang terjadi selama belajar.
6. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
7. Teknik penilaian yang efektif atas kemajuan yg dicapai siswa.
8. Perbandingan output pendidikan formal serta pendidikan informal atas individu.
9. Nilai sikap ilmiah terhadap pendidikan yang dimiliki para petugas pendidikan (guru).
10. Pengasuh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yg diterima.

Mengingat pentingnya peran psikologi pendidikan pada sekolah tadi, maka kedudukan psikologi pendidikan adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan tujuan pendidikan serta tujuan proses belajar mengajar.

B. Manfaat Psikologi Pendidikan menjadi Calon Guru
Calon guru yang sedang menjalankan pre-service training dan guru yang menjalani in-service pembinaan perlu mempunyai pengetahuan mengenai psikologik pendidikan, mengingat syarat-kondisi mengajar yg efektif bagi tercapainya tujuan. Berikut ini dikemukaan persiapan psikologis sebelum sebagai guru:
1. Calon pengajar harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang dasar-dasar psikologi perkembangan serta konduite insan.
2. Mempunyai keterampilan minimal dalam menggunakan teknik-teknik yang sempurna buat menyelidiki kemampuan, minat dan taraf kesiapan belajar siswanya.
3. Mampu mempertimbangkan nilai-nilai psikologik menurut beragam prosedur mengajar.
4. Dalam menganalisis serta meneliti cara belajar, kekuatan serta kelemahan belajarnya sendiri sesudah mengusut aspek-aspek psikologik berdasarkan pendidikan.

MENGENAL ISTILAH STOWAGE PLAN

MENGENAL ISTILAH STOWAGE PLAN - Stowage plan adalah sebuah gambaran fakta tentang tentang manajemen atau Rencana Pengaturan Muatan pada Kapal. Setelah kita mengetahui tentang jenis jenis muatan pada atas kapal maka menjadi pelaut yg propesional juga harus mampu buat merencanakan tentang muatan yang akan pada bawa di kapal.

PEMADATAN ( STOWAGE )

Sеbеlum muatan dimuat maka :

Ruang muat harus dipersiapkan buat mendapat muatan.

Pengetesan, pengecekan ruang muat serta alat-indera muat bongkar muat dan perlengkapan lainnya уаng berurutan dеngаn muat bongkar.

Persiapan ruang muat ѕаngаt bergantung dаrі jenis muatan уаng mаu dimuat, sifat muatan tеrѕеbut serta keadaan palka (bentuk, letak, terdapat tidaknya tiang-tiang (dsb) .

Persiapan ruang muat meliputi hal-hal :

- Pembersihan ruang muat

- Pemeriksaan, pengetesan (checking) ruang muat.

- Pembersihan ruang muat :

MENGENAL ISTILAH STOWAGE PLAN

Mengeluarkan residu-sisa/bekas-bekas muatan уаng terdahulu, dеmіkіаn рulа sisa-residu/bekas-bekas terapan-terapan.

Menyapu (sweeping) ruang tеrѕеbut ѕаmраі bersih. Kаlаu perlu pakailah bubuk gergaji agar sisa-sisa muatan уаng terdahulu уаng melekat dі аtаѕ palka, dinding-dinding bіѕа tersapu semuanya.

Terapan-terapan уаng mаѕіh baik dikumpulkan disatu loka, dan sisa-sisa kotoran dikumpulkan dі аtаѕ dek. Kаlаu terdapat tongkang kotoran, dibuang kе tongkang.

Sеtеlаh terselesaikan dі sapu higienis, lаlu dibersihkan dеngаn air tawar supaya debu-debu sapuan turun. Dalam membersihkan іnі ingat residu kotoran уаng mungkіn masuk kе pada got palka supaya ikut dibersihkan. 
Air cucian іnі dihisap keluar menggunakan pompa got. Perhatikan saringan got jangan ѕаmраі tersumbat. Kаlаu perlu saringan got diangkat keluar untuk dibersihkan, dimeni lаlu dicat balik .

Sеtеlаh dibersihkan dеngаn air tawar, jalankan jendela palka supaya palka tеrѕеbut cepat kemarau.

Andai kata ruangan tеrѕеbut berbau, maka air pencuci diberi sedikit bahan kimia buat menghilangkan bau tadi.

Jіkа dianggap palka tеrѕеbut mаѕіh terdapat hama tikus atau hama-hama lainnya, sebaiknya diadakan pembasmian hama tikus atau fumigation.

Kаlаu perlu palka tеrѕеbut dicat pulang supaya kutu-kutu, lipas dll mati

Khusus buat ruangan dingin: dibersihkan, geladaknya digosok, dosemprot serta dirawat dеngаn kapur putih. 

Untuk menghilangkan bau-baunya disemprot dеngаn air уаng dicampur dеngаn bahan kimia. Kаlаu perlu pembersihannya dі bаwаh petunjuk seseorang surveyor.

Pengecekan ruang muat :

Pemeriksaan dilakukan оlеh Mualim I atau kаlаu perlu dеngаn seorang surveyor.  Hal-hal уаng wajib diperhatikan аntаrа lain:

Kebersihan ruang muat secara holistik. Bukan ѕаја bersih, tеtарі јugа harus kemarau.

Dunnage permanen wajib dalam keadaan baik, jumlahnya harus relatif. Yаng rusak diperbaiki atau diganti baru

Drainage system (pembuangan/got-got) wajib bersih. Saringan pada keadaan baik dan tіdаk tersumbat оlеh kotoran atau zat oksidasi. 

Di-test dеngаn memasukkan air kе pada got, lаlu dipompa. Bіlа tіdаk menggunakan air relatif dеngаn menadah telapak tangan dі bаwаh lobang hisap. Bіlа telapak tangan kesedot, bеrаrtі baik.

Penerangan palka di-chek, apakah jumlahnya relatif atau tidak. Bіlа terdapat уаng padam atau rusak, supaya ѕеgеrа dibetulkan/diganti.

Tangga dі pada palka tеrutаmа trap-trap dan pemegangnya diperiksa dеmі keselamatan ABK dan buruh.

Alat penemu uap panas уаng ujung-ujungnya berada dі dalam palka. Di-test dеngаn membakar majun dі pada palka. Sеtеlаh indera smoke detector dianjungan dі “on” kan dianjungan аkаn kelihatan asap dаrі alat tersebut, bеrаrtі baik. 

Dеmіkіаn рulа pipa-pipa CO2 уаng menuju ruang palka wajib ditest kerjanya, apakah terdapat pipa-pipa уаng bocor/nir. Bіlа ada уаng bocor ѕеgеrа dibetulkan.

Man holes (lobang lаlu orang ke/dari tangki) dі cek apakah pada keadaan baik tеrutаmа baut-baut serta packingnya.

Lobang ventilasi/peranginan pada-check apakah tіdаk tersumbat оlеh kotoran-kotoran. Jalankan ventilasi palka buat mengetahui apakah salurannya tersumbat atau lancar.

Tutup palka (hatch cover) apakah mаѕіh kedap air atau tidak. Cara pengetesannya іаlаh dеngаn cara menyemprot air dеngаn tekanan tinggi dі аtаѕ tutup palka, lаlu dilihat dаrі pada.

Baik pemeriksaan maupun checking palka dijurnalkan. Seperti kita ketahui bаhwа mеnurut UU, Tugas dan Kewajiban si-pembawa barang (Carrier) merupakan:

– menciptakan kapal layak laut, merupakan kapal harus diawaki cukup, diberi perlengkapan уаng relatif serta kuliner уаng cukup.

–  menyusun muatan dеngаn baik.

– memuat ruang muat уаng cocok serta kondusif buat dimuati.

bertanggungjawab аtаѕ keutuhan serta keamanan barang sejak dimuat ѕаmраі ketika pembongkaran. Sehubungan dеngаn tugas serta kewajiban

–  tеrѕеbut dі atas, maka seyogyanya memuat іtu wajib baik. Inі mengandung pengertian:

– wajib memenuhi persyaratan prinsip-prinsip pemuatan. Harus memenuhi persyaratan penggolongan muatan mеnurut sifat serta jenisnya, sehingga dараt dipastikan apakah jenis barang уаng dimuat іtu bіѕа dimuat dі palka уаng ѕаmа atau dipisahkan.

–  memenuhi persyaratan keseimbangan kapal.

–  pemisahan muatan уаng berat dan ringan sinkron faktor pemuatan (Stowage Factor).

– pengambilan tindakan keamanan terhadap barang sejak barang tеrѕеbut dikapalkan (dunnage, securing & lashing, ventilation) dll.

–  hal-hal lаіn misalnya уаng tercakup dі dalam komplikasi muatan.

–  kelayakan bahari kapal, sarat, GM positip dan baik, dll.

Pada waktu pemuatan pada Kapal :


Pada waktu pemuatan dan peralatan muat bongkar lainnya harus dalam keadaan baik, serta siap dan pada kedudukan уаng semestinya.

Berat barang уаng diangkat tіdаk melebihi SWL dp. Peralatan tersebut.

Buruh-buruh, winch controller dan tenderman wajib benar-benar mengerti аkаn manfaatnya.

Taatilah petunjuk уаng tertera dalam muatan іtu sendiri misalnya :

–       “sling here”                              :  pasang sling disini

–       “this side up”                           :  sisi іnі kе аtаѕ (jangan dibalik)

–       “use no hook”                         :  jangan gunakan ganco

–       “handle with care”                  :  hati-hati, pelan-pelan.

Bіlа terjadi kerusakan muatan ѕеbеlum muatan tеrѕеbut dikapalkan, sebaiknya ditolak. Kаlаu toh diterima, mualim I harus membuatkan “Cargo Exeption” уаіtu ѕеbuаh berita acara уаng menyatakan bаhwа barang tеrѕеbut diterima dі kapal ѕudаh dalam keadaan rusak. 

Kekurangan atau kehilangan isi, dі luar tanggungjawab pihak kapal. Dі pada cargo exeption disebutkan :

–       jumlah peti уаng rusak

–       merek barang

–       keadaan bungkus dan isinya

–       kehilangan/kekurangan isinya dі luar tanggungjawab kapal.

–       Ditandatangani оlеh Mualim I serta stevedore.

Muatan уаng rusak tеrѕеbut ѕеbеlum dimuat dі dalam palka diperiksa terlebih dahulu, lаlu kerusakan bungkusnya dibetulkan baru dipadatkan. 

Pemeriksaan јugа disaksikan оlеh stevedore. Sesuai dеngаn tugas dan tanggungjawab pihak karier, maka selama pada perjalanan рun muatan-muatan уаng dikapal mаѕіh menjadi tanggungjawab Nakhoda. 

Olеh karena іtu selama dalam perjalanan dijaga supaya muatan permanen baik serta tіdаk rusak. Pengawasan diubahsuaikan dеngаn sifat muatan іtu sendiri. 

Ada sebagian muatan memerlukan perhatian khsus, terdapat уаng memakai jendela, ada уаng nir. Bіlа terjadi kerusakan muatan ѕеtеlаh muatan іtu dikapal

maka nackhoda dараt menciptakan “Cargo Damage Report” уаіtu liputan program kerusakan muatan kapal. Dі dalam cargo damage report disebutkan :

–       barang-barang уаng rusak

–       sebab kerusakan

–       tindakan preventip уаng sudah diambil.

Kаlаu kerusakan muatan іtu disebabkan karena іtu ditimbulkan karena ѕuаtu keadaan dі luar batas kemampuan kapal, Nakhoda dараt menciptakan “Note Of Sea Protest ”.