PENGERTIAN HARGA MENURUT PARA AHLI

Pengertian Harga Menurut Para Ahli
Menurut Pepadri (2002, P15), harga merupakan sejumlah uang yg ditentukan perusahaan sebagai imbalan barang atau jasa yang diperdagangkan serta sesuatu yg lain yg diadakan perusahaan buat memuaskan hasrat konsumen dan adalah salah satu faktor penting pada pengambilan keputusan pembelian.

Sahid (2002, P41), Harga adalah yg mencerminkan porto yg sebenarnya buat suatu aktivitas atau produk tertentu.
S Eddy (2002, P 32) Secara spesifik pasal 1457 BW memuat pengertian mengenai jual beli menjadi suatu persetujuan menggunakan mana pihak yg satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan ,dan pihak lain buat membayar harga yang telah dijanjikan.

Dari penerangan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa harga adalah pengorbanan berupa sejumlah uang yg harus dibayarkan oleh konsumen terhadap barang atau jasa yg telah didapatkan sang perusahaan yg bisa mencerminkan juga biaya yang dimuntahkan perusahaan buat menghasilkan barang atau jasa tersebut.

1. Pengertian Inflasi
Menurut Boediono (2001, P155) Definisi singkat menurut inflasi adalah kecenderungan menurut harga-harga buat menaik secara umum serta terus menerus. Perlu diingat, bahwa kenaikkan yg dimaksud pada sini bukan asal menurut satu atau dua barang saja. Kenaikkan yang dimaksud merupakan kenaikkan menurut sebagian besar berdasarkan barang-barang yg lain.

Berdasarkan pendapat McEachern (2001, P488) Inflasi merupakan kenaikan terus menerus pada taraf harga rata-homogen pada perekonomian Harsono (2000, P2) Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yg sama sekali tidak menghipnotis pendapatan seorang.

Simpulan peneliti Inflasi adalah kecenderungan kenaikkan harga barang-barang pada taraf homogen-homogen secara umum dan terus menerus. Hal tersebut pula nir menghipnotis pendapatan seorang.

2. Macam Inflasi
Ada banyak sekali cara mengolongkan macam inflasi serta pengolongan yang kita pilih tergantung dengan pemakaian kita.

Menurut Boediono (2001, P156) Penggolongan pertama berdasarkan atas “parah” tidaknya inflasi tersebut. Di sini kita bedakan beberapa macam inflasi:
1. Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
2. Inflasi sedang ( antara 10% - 30 % setahun)
3. Inflasi berat ( antara 30 – 100 % setahun)
4. Hiperinflasi ( di atas 100 % setahun)

Pendapat lain Boediono (2001, P156) Penggolongan kedua atas dasar sebab musabab awal dari inflasi. Atas dasar ini kita membedakannya menurut 2 macam inflasi:

1. Demand Inflation
Inflasi yg ditimbulkan sang rakyat yang terlalu kuat melakukan permintaan barang.
Teori Inflasi tersebut dipertegas melalui hukum permintaan McEachern (2001, P42), semakin tinggi harganya, semakin mini jumlah barang yang diminta; semakin rendah harganya, semakin besar jumlah barang yg diminta.

Beranjak dari pernyataan tadi dapat disimpulkan, naiknya pendapatan masyarakatlah yg akhirnya menciptakan mereka merasa memiliki kemampuan membeli daripada sebelumnya. Barang yg tadinya mungkin di persepsi mahal, sebagai lebih murah. Dalam hal ini nir terjadi penurunan harga, namun harga yg terdapat di pasar tadi tampak seolah- olah turun dampak kenaikkan pendapatan tersebut.

2. Cost Inflation
Istilah Cost Inflation terdapat yang menyebutnya pula sebagai Supply inflation. Cost
Inflation, merupakan inflasi yang ditimbulkan oleh naiknya ongkos produksi.

Bagi Boediono (2001, P158) penggolongan yg ketiga adalah menurut dari berdasarkan inflasi. Dibedakan menjadi:
1. Domestic Inflation, inflasi yang asal menurut pada negeri
2. Imported Inflation, inflasi yg berasal menurut luar negeri

3. Persepsi Harga
Menurut Pepadri (2002: p16), dalam ketika konsumen melakukan evaluasi serta penilaian terhadap harga dari suatu produk sangat dipengaruhi sang konduite oleh konsumen sendiri.

Sementara konduite konsumen dari Kotler (2000, p135), ditentukan 4 aspek utama yaitu budaya, sosial, personal (umur, pekerjaan, syarat ekonomi) dan psikologi(motivasi, persepsi, percaya).

Sedangkan balik berdasarkan Pepadri (2002, P17) yg mengutip berdasarkan Shiftman serta Kanuk, pengertian persepsi adalah suatu proses menurut seseorang individu dalam menyeleksi, mengorganisasikan dan menterjemahkannya stimulus-stimulus atau liputan yang tiba sebagai suatu gambaran yg menyeluruh. Dengan demikian penilaian terhadap harga suatu produk dikatakan mahal, murah atau biasa saja berdasarkan setiap individu tidaklah sama, lantaran tergantung berdasarkan persepsi individu yg dilatar belakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu.

Simpulan peneliti setiap konsumen memiliki persepsi sendiri terhadap Harga Barang juga jasa yang asalnya dari keterangan yang tiba menjadi suatu gambaran secara menyeluruh.

4. Persepsi Harga Terhadap Nilai
Pepadri (2002, P17), pengertian menurut perceived value merupakan penilaian menyeluruh dari kegunaan suatu produk yg didasari oleh persepsi konsumen terhadap sejumlah manfaat yang akan diterima dibandingkan menggunakan pengorbanan yg dilakukan atau secara generik dipikirkan konsumen value (nilai).

5. Persepsi Harga terhadap nilai pada pasar Oligopoli
Dalam industri manufaktur, pengadaan bahan baku diharapkan perolehannya gampang dan relatif murah. Alasannya buat mencapai profit yang poly, perlu dicapainya efisiensi, sehingga bahan baku buat produksi yang melibatkan variable cost selain perlunya memutuskan posisi kepemimpinan porto, Porter (2000, P113) posisi biaya : Tingkat pengupayaan buat memperoleh posisi porto rendah dalam pabrik dan distribusi melalui investasi dalam fasilitas serta peralatan yg memperkecil biaya

Namun, penetapan harga yang umumnya bertemu pada titik ekuilibrium, yang mana terjadi permintaan dan penawaran hingga tercapainya transaksi karena adanya kesepakatan harga nir berlaku untuk jenis pasar yang selain persaingan sempurna. Dalam pasar monopoli, harga ditetapkan oleh pembuat. Karena dia punya posisi yang sangat menguntungkan. Dimana konsumen tidak mempunyai hak banyak dalam pasar tadi.

Dalam Pasar Oligopoli, pasar yg masih ada sedikit penjual dan banyak pembeli. Pada jenis pasar tersebut, besar kemungkinan terjadi persaingan buat menerima bahan baku. Dengan catatan, tersedianya bahan baku yang terdapat nir mampu mencukupi semua kebutuhan industri yg membutuhkannya. Maka yg terjadi seperti menggunakan sebuah pelelangan. Bagi industri yang bisa meminta dengan harga yang lebih tinggi, maka kemungkinan dialah yang akan mendapatkan bahan standar tadi. Jadi, harga di sini bukan ditentukan sang penjual lagi, melainkan pembeli.

Dapat saja, lantaran kelangkaan tadi, penjual memilih harga. Namun, di Indonesia, terdapat undang-undang yg mengatur bahwa nir diperbolehkannya konspirasi antar penjual buat menetapkan harga.

Untuk penentuan harga yang dilakukan oleh pembeli, dalam hal ini industri, nir terdapat faktor harga pasaran yg berlaku untuk penentuannya. Dalam pasar oligopoly, kita tidak tahu industri lain menentukan taraf harga berapa untuk mendapatkan supplynya tersebut. Tetapi jelas kita akan memahami bahwa harga beli bahan baku tadi seharusnya sudah naik, jika supply yang kita dapatkan telah berkurang berdasarkan penetapan harga beli pertama tadi.

Melalui gambaran pada atas, kita dapat simpulkan bahwa harga bukan menjadi faktor masalah utama, tentunya industri yang melakukan hal tadi cukup modal buat melakukannya. Yang sebagai nilai pada sini merupakan seberapa banyak supply yang mampu dihasilkan melalui harga tadi. Perlunya poly supply terkait menggunakan terpenuhinya kebutuhan konsumen, setelah input supply tadi diproses menjadi output.

Bila kita kaitkan dengan proses produksi, waktu bahan baku yang didapat kurang berdasarkan kapasitas yg terjadi per harinya, maka kasus yg mampu ada merupakan kemacetan produksi. Hal tersebut mampu jadi adalah pekerja yg menganggur dsb.

PENGERTIAN HARGA MENURUT PARA AHLI

Pengertian Harga Menurut Para Ahli
Menurut Pepadri (2002, P15), harga merupakan sejumlah uang yg dipengaruhi perusahaan menjadi imbalan barang atau jasa yg diperdagangkan dan sesuatu yg lain yang diadakan perusahaan untuk memuaskan harapan konsumen serta merupakan keliru satu faktor penting dalam pengambilan keputusan pembelian.

Sahid (2002, P41), Harga merupakan yg mencerminkan biaya yang sebenarnya buat suatu kegiatan atau produk eksklusif.
S Eddy (2002, P 32) Secara khusus pasal 1457 BW memuat pengertian tentang jual beli sebagai suatu persetujuan menggunakan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya buat menyerahkan suatu kebendaan ,dan pihak lain buat membayar harga yang sudah dijanjikan.

Dari penerangan pada atas, peneliti menyimpulkan bahwa harga merupakan pengorbanan berupa sejumlah uang yg wajib dibayarkan sang konsumen terhadap barang atau jasa yg sudah dihasilkan sang perusahaan yang mampu mencerminkan juga porto yg dimuntahkan perusahaan buat menghasilkan barang atau jasa tadi.

1. Pengertian Inflasi
Menurut Boediono (2001, P155) Definisi singkat dari inflasi merupakan kesamaan menurut harga-harga buat menaik secara umum serta terus menerus. Perlu diingat, bahwa kenaikkan yang dimaksud di sini bukan berasal dari satu atau 2 barang saja. Kenaikkan yg dimaksud merupakan kenaikkan dari sebagian akbar berdasarkan barang-barang yg lain.

Berdasarkan pendapat McEachern (2001, P488) Inflasi merupakan kenaikan terus menerus dalam taraf harga rata-rata pada perekonomian Harsono (2000, P2) Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yg sama sekali tidak menghipnotis pendapatan seseorang.

Simpulan peneliti Inflasi adalah kesamaan kenaikkan harga barang-barang dalam tingkat homogen-homogen secara generik dan terus menerus. Hal tadi jua nir menghipnotis pendapatan seseorang.

2. Macam Inflasi
Ada berbagai cara mengolongkan macam inflasi dan pengolongan yg kita pilih tergantung dengan pemakaian kita.

Menurut Boediono (2001, P156) Penggolongan pertama berdasarkan atas “parah” tidaknya inflasi tadi. Di sini kita bedakan beberapa macam inflasi:
1. Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
2. Inflasi sedang ( antara 10% - 30 % setahun)
3. Inflasi berat ( antara 30 – 100 % setahun)
4. Hiperinflasi ( di atas 100 % setahun)

Pendapat lain Boediono (2001, P156) Penggolongan ke 2 atas dasar sebab musabab awal berdasarkan inflasi. Atas dasar ini kita membedakannya menurut 2 macam inflasi:

1. Demand Inflation
Inflasi yang ditimbulkan sang masyarakat yg terlalu kuat melakukan permintaan barang.
Teori Inflasi tersebut dipertegas melalui hukum permintaan McEachern (2001, P42), semakin tinggi harganya, semakin mini jumlah barang yang diminta; semakin rendah harganya, semakin besar jumlah barang yg diminta.

Beranjak berdasarkan pernyataan tadi bisa disimpulkan, naiknya pendapatan masyarakatlah yang akhirnya membuat mereka merasa memiliki kemampuan membeli daripada sebelumnya. Barang yg tadinya mungkin pada persepsi mahal, sebagai lebih murah. Dalam hal ini tidak terjadi penurunan harga, namun harga yang ada di pasar tersebut tampak seolah- olah turun dampak kenaikkan pendapatan tersebut.

2. Cost Inflation
Istilah Cost Inflation ada yg menyebutnya jua menjadi Supply inflation. Cost
Inflation, adalah inflasi yg disebabkan sang naiknya ongkos produksi.

Bagi Boediono (2001, P158) penggolongan yang ketiga merupakan berdasarkan berasal menurut inflasi. Dibedakan menjadi:
1. Domestic Inflation, inflasi yg dari dari dalam negeri
2. Imported Inflation, inflasi yg berasal dari luar negeri

3. Persepsi Harga
Menurut Pepadri (2002: p16), pada waktu konsumen melakukan penilaian dan evaluasi terhadap harga dari suatu produk sangat dipengaruhi sang konduite oleh konsumen sendiri.

Sementara konduite konsumen berdasarkan Kotler (2000, p135), ditentukan 4 aspek primer yaitu budaya, sosial, personal (umur, pekerjaan, syarat ekonomi) serta psikologi(motivasi, persepsi, percaya).

Sedangkan kembali dari Pepadri (2002, P17) yg mengutip berdasarkan Shiftman dan Kanuk, pengertian persepsi adalah suatu proses berdasarkan seorang individu dalam menyeleksi, mengorganisasikan dan menterjemahkannya stimulus-stimulus atau informasi yang tiba sebagai suatu gambaran yg menyeluruh. Dengan demikian evaluasi terhadap harga suatu produk dikatakan mahal, murah atau biasa saja berdasarkan setiap individu tidaklah sama, karena tergantung dari persepsi individu yg dilatar belakangi oleh lingkungan kehidupan serta syarat individu.

Simpulan peneliti setiap konsumen mempunyai persepsi sendiri terhadap Harga Barang juga jasa yg asalnya dari liputan yg tiba sebagai suatu citra secara menyeluruh.

4. Persepsi Harga Terhadap Nilai
Pepadri (2002, P17), pengertian dari perceived value adalah penilaian menyeluruh berdasarkan kegunaan suatu produk yg didasari sang persepsi konsumen terhadap sejumlah manfaat yg akan diterima dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan atau secara umum dipikirkan konsumen value (nilai).

5. Persepsi Harga terhadap nilai dalam pasar Oligopoli
Dalam industri manufaktur, pengadaan bahan baku diharapkan perolehannya mudah dan relatif murah. Alasannya buat mencapai profit yg poly, perlu dicapainya efisiensi, sebagai akibatnya bahan standar buat produksi yang melibatkan variable cost selain perlunya menetapkan posisi kepemimpinan porto, Porter (2000, P113) posisi porto: Tingkat pengupayaan buat memperoleh posisi biaya rendah dalam pabrik serta distribusi melalui investasi dalam fasilitas serta peralatan yang memperkecil biaya

Namun, penetapan harga yg umumnya bertemu pada titik ekuilibrium, yg mana terjadi permintaan serta penawaran sampai tercapainya transaksi lantaran adanya konvensi harga tidak berlaku buat jenis pasar yg selain persaingan sempurna. Dalam pasar monopoli, harga ditetapkan oleh penghasil. Karena beliau punya posisi yg sangat menguntungkan. Dimana konsumen nir mempunyai hak banyak dalam pasar tersebut.

Dalam Pasar Oligopoli, pasar yg masih ada sedikit penjual dan poly pembeli. Pada jenis pasar tersebut, akbar kemungkinan terjadi persaingan buat mendapatkan bahan baku. Dengan catatan, tersedianya bahan baku yang ada tidak sanggup mencukupi seluruh kebutuhan industri yang membutuhkannya. Maka yang terjadi seperti dengan sebuah pelelangan. Bagi industri yg bisa meminta menggunakan harga yang lebih tinggi, maka kemungkinan dialah yang akan menerima bahan baku tadi. Jadi, harga di sini bukan dipengaruhi oleh penjual lagi, melainkan pembeli.

Dapat saja, karena kelangkaan tersebut, penjual memilih harga. Namun, di Indonesia, terdapat undang-undang yg mengatur bahwa tidak diperbolehkannya konspirasi antar penjual buat tetapkan harga.

Untuk penentuan harga yang dilakukan sang pembeli, dalam hal ini industri, nir ada faktor harga pasaran yg berlaku untuk penentuannya. Dalam pasar oligopoly, kita tidak memahami industri lain menentukan tingkat harga berapa buat mendapatkan supplynya tadi. Namun kentara kita akan tahu bahwa harga beli bahan baku tadi seharusnya telah naik, jika supply yg kita dapatkan sudah berkurang menurut penetapan harga beli pertama tersebut.

Melalui citra di atas, kita bisa simpulkan bahwa harga bukan sebagai faktor masalah primer, tentunya industri yang melakukan hal tersebut relatif kapital buat melakukannya. Yang sebagai nilai di sini merupakan seberapa poly supply yg bisa dihasilkan melalui harga tersebut. Perlunya banyak supply terkait menggunakan terpenuhinya kebutuhan konsumen, selesainya input supply tersebut diproses menjadi output.

Bila kita kaitkan dengan proses produksi, waktu bahan standar yg didapat kurang dari kapasitas yg terjadi per harinya, maka masalah yg sanggup timbul adalah kemacetan produksi. Hal tersebut bisa jadi adalah pekerja yang menganggur dsb.

PENGERTIAN INFLASI MENURUT PARA AHLI

Pengertian Inflasi Menurut Para Ahli
Inflasi adalah kenaikan harga ( penurunan nilai barang dan jasa ) secara terus menerus serta berkepanjangan atau pada jangka ketika yang lama . Yang Secara generik akan menyebabkan nilai uang akan turun.

Pengertian tadi mengandung makna :
1. Ada kecenderungan harga-harga meningkat walaupun suatu masa eksklusif turun atau naik dibandingkan sebelumnya, namun tetap menunjukkan kecenderunagn yang meningkat.
2. Kenaikan taraf harga berlangsung secara terus menerus, nir terjadi dalam suatu saat/satu waktu saja
3. Kenaikan harga merupakan tingkat harga generik, bukan hanya beberapa produk (komoditi) saja.

A. Penyebab Timbulnya inflasi
Secara garis besar , terdapat tiga kelompok yg memberikan teori penyebab timbulnya inflasi, yaitu:

1. Teori Kuantitas
Teori kuantitas menyoroti proses inflasi berdasarkan segi peranan jumlah uang yang beredar serta harapan (expectation) warga tentang kenaikan harga di masa yg akan tiba.

a. Peranan jumlah uang yg beredar
Dengan dilandasai pemikiran atas persamaan pertukaran berdasarkan Irving Fisher Inflasi diperoleh, 

Keterangan :
M : jumlah uang yang beredar
V : kecepatan uang beredar berpindah tangan
P : harga barang
T :jumlah barang yang diperdagangkan.

Contoh :
Jumlah uang yg beredar adalah Rp 100.000,00, kecepatan beredar merupakan 10 kali. Jumlah barang yang diperdagangkan merupakan 100 unit, maka taraf harga adalah Rp 10.000,00. Jika jumlah uang yg tersebar sebagai Rp 200.000,00, sedang V dan T tetap maka taraf harga akan menjadi Rp 20.000,00.

b. Harapan (expectation) masyarakat tentang kenaikan harga.
Walaupun jumlah uang bertambah, bila warga percaya atau mempunyai keyakinan bahwa harga barang serta jasa nir akan naik, maka pertambahan pendapatan uang tersebut nir akan dibelanjakan, namun disimpan buat menambah kas atau berjaga-jaga. Sebaliknya jika mayarakat mempunyai asa, maka penambahan pendapatan akan menambah permintaan efektif sehingga mendorong terjadinya inflasi.

2. Teori Keyness
Menurut Keyness inflasi terjadi karena perebutan perolehan barang dan jasa oleh masyarakat pelaku ekonomi(rumah tangga konsumsi) yang ingin memperoleh barang serta jasa lebih poly dengan kredit, demikian jua investasi tempat tinggal tangga produksi memperluas usahanya menggunakan cara kredit. Sementara iyu pemerintah menggunakan cara mencetak uang baru. Akibatnya permintaan agregate/holistik terhadap barang serta jasa melebihi jumlah barang serta jasa yang dihasilkan serta menyebabkan kenaikan harga.

Contoh :
Di negara A kebutuhan akan bahan pangan sekitar lebih kurang 28.978.000 ton pertahun, sedangkan faktor produksinya hanya sanggup membuat 18.028.000 ton/tahun.

3. Teori Strukturalis
Menurut teori strukturalis inflasi ditimbulkan sang ketidakelastisan pembuat dalam membentuk barang khususnya sektor pangan. 

Contoh : di negara berkembang pertumbuhan produksi bahan makanan lebih lambat daripada pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita sebagai akibatnya harga bahan kuliner semakin tinggi.

B. Penggolongan Inflasi
Inflasi digolongkan dari taraf keparahannya,awal penyebab, dan asal menurut inflasi.
1. Penggolongan inflasi Berdasarkan taraf keparahannya
Inflasi dari tingkat keparahannya dibedakan sebagai 4, yaitu :
a) Inflasi Ringan 
Adalah inflasi menggunakan taraf inflasi di bawah menurut 10 % per tahun.

b) Inflasi Sedang
Adalah inflasi dengan laju 10% sampai dengan 30% per tahun.

c) Inflasi Berat
Inflasi dengan laju 30% hingga menggunakan 100% per tahun.

d) Inflasi sangat berat (Hipper Inflation)
Inflasi dengan laju lebih berdasarkan 100 % per tahun.

Contoh :
Laju inflasi di indonesia
Tahun
2003
2004
2005
2006
Inflasi(%)
5,06
6,40
17,11
9,52
Berdasarkan data pada atas tampak pada tahun 2005 laju inflasi yang terjadi pada indonesia masih tergolong inflasi sedang, yaitu sebanyak 17,11%. Dan pada tahun 2006 inflasi di indonesia tergolong ringan lantaran pada bawah 10% per tahun yaitu 9, 52 %.

2. Pengolongan inflasi menurut penyebab awal terjadinya inflasi.
Pengolongan inflasi menurut penyebab awal terjadinya inflasi di bagi dua sebagai berikut :
a. Inflasi karena kelebihan permintaan efektif atas barang dan jasa (demand pull inflation).
Permintaan efektif yang besar berdasarkan masyarakat tanpa di imbangi dengan penyedian barang dan jasa akan mengakibatkan ekuilibrium antara permintaan dengan penawaran terganggu, akibatnya harga barang naik. Dengan demikian, inflasi akan terjadi.

Demand pull inflation dapat terjadi karena beberapa hal berikut :
  • Terlalu banyak uang yg tersebar di warga karena terlalu banyak uang yg dialirkan sang bank sentral.
  • Meningkatnya anggaran belanja negara dan exspansi usaha dapat menaikkan permintaan barang secara holistik, akhirnya memicu inflasi.
  • Konsumen lebh memilih membeli barang pada jumlah yang lebih poly dibandingkan buat menabung
  • Besarnya pajak diturunkan.
Kurva demand pull inflation

Keterangan: naiknya permintaan barang 0Q1 ke 0Q2 membuat harga barang jua naik menurut 0P1 ke 0P2. Naiknya harga ini mengakibatkankurva dar D1D1 bergeser ke P1P2 yg berarti juga bergesernya ekuilibrium berdasarkan E1 ke E2, tetapi tidak diimbangi naiknya penawaran(penawaran permanen/SS).

b. Inflasi karena naiknya porto produksi (Cost pull inflation)
Inflasi dapat terjadi karena kenaikan biaya produksi peruasahan menggunakan harga utama produksi naik serta menyebabkan hasil produksi serta perusahaan berkurang sehingga harga barang naik.

Kurva Cost push inflation

Keterangan : Naiknya biaya produksi menyebabkan output produksi turun sebagai akibatnya penawaran berkurang berdasarkan 0Q1 ke 0Q2. Turunnya penawaran menyebabkan harga naik 0P1 ke 0P2. Turunnya penawaran membuat kurva bergeser dari S1S1 ke S2S2 yang bergeser pula berdasarkan E1 ke E2.

3. Penggolongan inflasi dari asal inflasi.
Penggolongan inflasi menurut dari inflasi dibagi 2 sebagai berikut.
a) Inflasi dari Negara Luar Negeri (Imported Inflation)
Inflasi yang ditimbulkan efek-impak yg dari menurut dalam negeri, contohnya: karena defisit aturan belanja yang didanai menggunakan melakukan percetakan baru.

b) Dalam Negeri (Domestic Inflation)
Inflasi yg disebabkan efek-impak menurut luar negeri, contohnya : karena kenaikan harga gandum ynag di import naik maka harga tepumng terigu serta harga roti di pada negeri ikut naik.

C. Dampak Inflasi
Inflasi berdampak positif juga negatif. Inflasi ringan berdampak positif, yaitu dapat :
  • Mendorong perkembangan ekonomi
  • Memperbesar laba
  • Mendorong pengusaha memperluas produksi
  • Meningkatkan pendapatan nasional
  • Memperluas kesempatan kerja
Sedangkan yang berdampak postif yaitu :
1. Bagi pelaku ekonomi
Inflasi mengakibatkan :
a) Pengusaha enggan melakukan investasi serta ekspansi usaha, karena dalam waktu inflasi tingkat bunga akan tinggi menggunakan syarat harga yg semakin semakin tinggi pengusaha cenderung menginvestasikan dalam bisnis yg bersifat spekulatif.
b) Semakin meningkatnya investasi
c) Harga barang lebih murah serta aktivitas eksport akan terhambat
d) Neraca perdagangan defisit
e) Mengurangi defisa negara
f) Ketidak pastian ekonomi negara.

2. Bagi warga  
Inflasi akan merugikan bagi warga yaitu :
a) Orang yang berpenghasilan tetap akan dirugikan lantaran honor yang diterima akan menerima barang/jasa lebih sedikit.
b) Orang bekerja di perusahaan honor yang diterima mengikuti timgkat inflasi.
c) Harga-harga umum akan meningkat
d) Permintaan luar negeri akan berkurang serta prpoduksi dalm negeri menurun.
e) Pengurangan kesempatan kerja.
f) Pengangguran.
g) Masyarakat enggan menabung karena nilai uang semakin menurun.
h) Kelngkaan barang yg akan memperparah inflasi.

D. Cara Mengatasi Inflasi
Pemerintah buat mengendalikan serta mengatasi inflasi yang semakin meningkat, memakai beberapa kebijakan yaitu :

1. Kebijakan Moneter
Adalah Kebijakan pemerintah dibidang keuangan yang dilakukan sang Bank Sentral/dewan moneter menggunakan tujuan buat mengukur jumlah uang yg beredar pada masyarakat.

Kebijakan moneter bisa dilakukan dengan mengambil kebijakan diantaranya melalui :

a. Kebijakan Diskonto(discount Policy)
Adalah kebijakan yg dilakukan oleh pemerintah dengan cara menaikan suku bunga.
Contoh : Bank indonesia memerintah bank umum supaya mengurangi/ mempersempit hadiah kredit pada masyarakat menggunakan cara menaikan bunga pengaman sebagai akibatnya uang yang beredar akan menurun.

b. Operasi Pasar Terbuka(open Market Operation)
Adalah kebijakan yg dilakukan pemerintah menggunakan cara menjual/membeli surat berharga.
Contoh : Bank indonesia akan menjual surat-surat berharga misalnya obligasi kepasar kapital, sehingga uang masyarakat akan masuk ke Bank sentral dan mengurangi uang yang tersebar.

c. Menaikan kas rasio
Menaikan kas rasio dilakukan oleh bank indonesia dengan cara membarui besarnya kas rasio menggunakan menentukan angka banding minimum antara uang tunai dengan kewajiban giral bank.

d. Kebijakan pengaturan kredit atau pembiyaan
Kebijakan kredit yg dilakukan dengan cara kredit selektif, yaitu hadiah kredit yang dilakukan oleh Bank Sentral dengan menentukan penerima kredit secara selektif. Ini dilakukan bertujuan buat mengurangi JUB sehingga inflasi bisa ditekan.

Contoh : Banj Sentral berusaha mensugesti bank-bank generik pada hal anggaran anugerah kredit kepada nasabah.

2. Kebijakan Fiskal
Ada 3 kebijakan fiskal buat mengatasi inflasi yaitu :

a) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
Penerima dapat menekan angka inflasi menggunakan cara mengurangi pengeluaran belanja negara yg mengakibatkan permintaan barang serta jasa berkurang

b) Menaikan tarif pajak
Peningkatan tarif pajak akan mengurangi aktivitas komsumsi, sehingga uang yg di belanjakan masyarakat akan berkurang.

c) Mengadakan pinjaman pemerintah
Pemerintah meminjam secara paksa atau dilakukan tanpa kompromi terlebih dahulu sehingga menambah pendapatan / berupa pinjaman bagi negara.

Contoh : dalam masa orde usang pemerintah pernah menerapkan kebijakan memotong 10% berdasarkan gaji pegawai negeri buat ditabung/ dipinjam oleh pemerintah.

3. Kebijakan Non Moneter atau Kebijakan Riil
Kebijakan diluar kebijakan fiskal dan moneter buat mengatasi masalah inflasi dapat ditempuh menggunakan cara :

a. Peningkatan produksi
Jika barang yang di produksi bertambah maka inflasi akan tertahan bahkan perekonomian akan lebih semakin tinggi.

b. Kebijakan upah
Inflasi bisa diatasi dengan mengurangi deposible income masyarakat. Untuk menurunkan laju produksi pemerintah menaikkan produktifitas disertai menggunakan pengaturan upah yang sesuai.

c. Pengendalian harga dan distribusi produksi
Pengawasan harga pemrintah umumnya dilakukan berupa penetapan harga minimun(floor Price) atau penetapan harga maksimum(ceiling Price). Dampak menurut pengendalian harga merupakan munculnya pasar gelap (black market).

E. Peran Bank Central(Bank Indonesia) pada mengatasi inflasi
Dilakukan melalui :
1. Open Market policy/ operasi pasar terbuka
Adalah Bank Sentral menjual SBI kepada masyarakat melalui Bank Umum. Dengan penjualan SBI maka jumlah uang yg tersebar akan berkurang karena masuk ke Bank Sentral/Bank Indonesia.

2. Cash Ratio/ politik Persediaan Kas
Adalah Bank Indonesia mewajibkan pada bank-bank Umum buat menaikan cadangan kasnya. Dengan kebijakan ininmaka bank-bank generik akan berusaha menaikan persediaan kasnya dengan menaikkan tabungan dan mengurangi kredit.

3. Politik Diskonto
Adalah menggunakan cara menaikan tingkat suku bunga. Dengan demikian taraf suku bunga diharapkan warga akan menyimpan uangnya di bank sehingga jumlah uang yg beredar sebagai berbunga.

4. Pengawasan kredit/kredit selektif
Adalah kredit hanya diberikan untuk bisnis-usah produktif serta bukan untuk kredit yang sifatnya konsumtif.

F. Pengertian Indeks Harga
Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI) adalah untuk mengukur tingkat perubahan harga grup barang dan jasa yg tak jarang dipakai pada sebuah tempat tinggal tangga dalam jangka saat tertentu.


Dengan 
IHK = Indeks Harga Konsumen
IHKn = Indeks Harga Konsumen periode sekarang
IHK n-1 = Indeks Harga Konsumen periode sebelumnya.

PENGERTIAN INFLASI MENURUT PARA AHLI

Pengertian Inflasi Menurut Para Ahli
Inflasi adalah kenaikan harga ( penurunan nilai barang serta jasa ) secara terus menerus dan berkepanjangan atau pada jangka ketika yg usang. Yang Secara umum akan menyebabkan nilai uang akan turun.

Pengertian tadi mengandung makna :
1. Ada kesamaan harga-harga semakin tinggi walaupun suatu masa eksklusif turun atau naik dibandingkan sebelumnya, namun permanen memperlihatkan kecenderunagn yg semakin tinggi.
2. Kenaikan tingkat harga berlangsung secara terus menerus, tidak terjadi dalam suatu waktu/satu ketika saja
3. Kenaikan harga merupakan tingkat harga umum, bukan hanya beberapa produk (komoditi) saja.

A. Penyebab Timbulnya inflasi
Secara garis akbar, terdapat tiga kelompok yang memberikan teori penyebab timbulnya inflasi, yaitu:

1. Teori Kuantitas
Teori kuantitas menyoroti proses inflasi dari segi peranan jumlah uang yg beredar dan asa (expectation) rakyat tentang kenaikan harga di masa yg akan tiba.

a. Peranan jumlah uang yg beredar
Dengan dilandasai pemikiran atas persamaan pertukaran berdasarkan Irving Fisher Inflasi diperoleh, 

Keterangan :
M : jumlah uang yg beredar
V : kecepatan uang beredar berpindah tangan
P : harga barang
T :jumlah barang yang diperdagangkan.

Contoh :
Jumlah uang yg tersebar merupakan Rp 100.000,00, kecepatan beredar merupakan 10 kali. Jumlah barang yg diperdagangkan merupakan 100 unit, maka tingkat harga merupakan Rp 10.000,00. Jika jumlah uang yang tersebar menjadi Rp 200.000,00, sedang V serta T tetap maka taraf harga akan menjadi Rp 20.000,00.

b. Harapan (expectation) warga tentang kenaikan harga.
Walaupun jumlah uang bertambah, apabila masyarakat percaya atau mempunyai keyakinan bahwa harga barang serta jasa nir akan naik, maka pertambahan pendapatan uang tersebut tidak akan dibelanjakan, namun disimpan buat menambah kas atau berjaga-jaga. Sebaliknya apabila mayarakat mempunyai asa, maka penambahan pendapatan akan menambah permintaan efektif sebagai akibatnya mendorong terjadinya inflasi.

2. Teori Keyness
Menurut Keyness inflasi terjadi lantaran perebutan perolehan barang serta jasa sang warga pelaku ekonomi(rumah tangga konsumsi) yg ingin memperoleh barang serta jasa lebih poly dengan kredit, demikian juga investasi rumah tangga produksi memperluas usahanya menggunakan cara kredit. Sementara iyu pemerintah dengan cara mencetak uang baru. Akibatnya permintaan agregate/keseluruhan terhadap barang serta jasa melebihi jumlah barang serta jasa yang didapatkan serta mengakibatkan kenaikan harga.

Contoh :
Di negara A kebutuhan akan bahan pangan kurang lebih lebih kurang 28.978.000 ton pertahun, sedangkan faktor produksinya hanya sanggup membentuk 18.028.000 ton/tahun.

3. Teori Strukturalis
Menurut teori strukturalis inflasi disebabkan sang ketidakelastisan pembuat dalam membentuk barang khususnya sektor pangan. 

Contoh : di negara berkembang pertumbuhan produksi bahan kuliner lebih lambat daripada pertumbuhan penduduk serta pendapatan perkapita sehingga harga bahan kuliner semakin tinggi.

B. Penggolongan Inflasi
Inflasi digolongkan menurut taraf keparahannya,awal penyebab, dan berasal dari inflasi.
1. Penggolongan inflasi Berdasarkan taraf keparahannya
Inflasi berdasarkan taraf keparahannya dibedakan menjadi 4, yaitu :
a) Inflasi Ringan 
Adalah inflasi menggunakan taraf inflasi di bawah menurut 10 % per tahun.

b) Inflasi Sedang
Adalah inflasi menggunakan laju 10% sampai menggunakan 30% per tahun.

c) Inflasi Berat
Inflasi menggunakan laju 30% sampai dengan 100% per tahun.

d) Inflasi sangat berat (Hipper Inflation)
Inflasi dengan laju lebih menurut 100 % per tahun.

Contoh :
Laju inflasi pada indonesia
Tahun
2003
2004
2005
2006
Inflasi(%)
5,06
6,40
17,11
9,52
Berdasarkan data pada atas tampak dalam tahun 2005 laju inflasi yang terjadi di indonesia masih tergolong inflasi sedang, yaitu sebesar 17,11%. Dan dalam tahun 2006 inflasi di indonesia tergolong ringan karena pada bawah 10% per tahun yaitu 9, 52 %.

2. Pengolongan inflasi menurut penyebab awal terjadinya inflasi.
Pengolongan inflasi menurut penyebab awal terjadinya inflasi di bagi 2 menjadi berikut :
a. Inflasi lantaran kelebihan permintaan efektif atas barang dan jasa (demand pull inflation).
Permintaan efektif yg akbar berdasarkan warga tanpa pada imbangi dengan penyedian barang dan jasa akan mengakibatkan keseimbangan antara permintaan dengan penawaran terganggu, akibatnya harga barang naik. Dengan demikian, inflasi akan terjadi.

Demand pull inflation bisa terjadi lantaran beberapa hal berikut :
  • Terlalu poly uang yg tersebar di masyarakat karena terlalu poly uang yang dialirkan sang bank sentral.
  • Meningkatnya aturan belanja negara serta exspansi bisnis dapat menaikkan permintaan barang secara keseluruhan, akhirnya memicu inflasi.
  • Konsumen lebh memilih membeli barang dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan untuk menabung
  • Besarnya pajak diturunkan.
Kurva demand pull inflation

Keterangan: naiknya permintaan barang 0Q1 ke 0Q2 membuat harga barang juga naik dari 0P1 ke 0P2. Naiknya harga ini mengakibatkankurva dar D1D1 bergeser ke P1P2 yang berarti pula bergesernya keseimbangan berdasarkan E1 ke E2, tetapi nir diimbangi naiknya penawaran(penawaran tetap/SS).

b. Inflasi lantaran naiknya biaya produksi (Cost pull inflation)
Inflasi dapat terjadi lantaran kenaikan biaya produksi peruasahan menggunakan harga utama produksi naik dan menyebabkan output produksi serta perusahaan berkurang sehingga harga barang naik.

Kurva Cost push inflation

Keterangan : Naiknya porto produksi mengakibatkan output produksi turun sebagai akibatnya penawaran berkurang menurut 0Q1 ke 0Q2. Turunnya penawaran menyebabkan harga naik 0P1 ke 0P2. Turunnya penawaran membuat kurva bergeser dari S1S1 ke S2S2 yang bergeser juga berdasarkan E1 ke E2.

3. Penggolongan inflasi menurut asal inflasi.
Penggolongan inflasi berdasarkan asal inflasi dibagi 2 sebagai berikut.
a) Inflasi berasal Negara Luar Negeri (Imported Inflation)
Inflasi yg ditimbulkan pengaruh-efek yang dari menurut dalam negeri, contohnya: lantaran defisit aturan belanja yang dibiayai dengan melakukan percetakan baru.

b) Dalam Negeri (Domestic Inflation)
Inflasi yg disebabkan imbas-pengaruh dari luar negeri, misalnya : lantaran kenaikan harga terigu ynag pada import naik maka harga tepumng terigu serta harga roti pada dalam negeri ikut naik.

C. Dampak Inflasi
Inflasi berdampak positif juga negatif. Inflasi ringan berdampak positif, yaitu bisa :
  • Mendorong perkembangan ekonomi
  • Memperbesar laba
  • Mendorong pengusaha memperluas produksi
  • Meningkatkan pendapatan nasional
  • Memperluas kesempatan kerja
Sedangkan yg berdampak postif yaitu :
1. Bagi pelaku ekonomi
Inflasi mengakibatkan :
a) Pengusaha enggan melakukan investasi serta perluasan bisnis, karena dalam waktu inflasi taraf bunga akan tinggi dengan kondisi harga yg semakin meningkat pengusaha cenderung menginvestasikan pada usaha yg bersifat spekulatif.
b) Semakin meningkatnya investasi
c) Harga barang lebih murah serta aktivitas eksport akan terhambat
d) Neraca perdagangan defisit
e) Mengurangi defisa negara
f) Ketidak pastian ekonomi negara.

2. Bagi warga  
Inflasi akan merugikan bagi warga yaitu :
a) Orang yang berpenghasilan tetap akan dirugikan karena honor yg diterima akan menerima barang/jasa lebih sedikit.
b) Orang bekerja di perusahaan gaji yg diterima mengikuti timgkat inflasi.
c) Harga-harga generik akan meningkat
d) Permintaan luar negeri akan berkurang serta prpoduksi dalm negeri menurun.
e) Pengurangan kesempatan kerja.
f) Pengangguran.
g) Masyarakat enggan menabung lantaran nilai uang semakin menurun.
h) Kelngkaan barang yg akan memperparah inflasi.

D. Cara Mengatasi Inflasi
Pemerintah buat mengendalikan dan mengatasi inflasi yg semakin meningkat, memakai beberapa kebijakan yaitu :

1. Kebijakan Moneter
Adalah Kebijakan pemerintah dibidang keuangan yg dilakukan sang Bank Sentral/dewan moneter dengan tujuan buat mengukur jumlah uang yang tersebar pada rakyat.

Kebijakan moneter bisa dilakukan menggunakan merogoh kebijakan antara lain melalui :

a. Kebijakan Diskonto(discount Policy)
Adalah kebijakan yg dilakukan sang pemerintah dengan cara menaikan suku bunga.
Contoh : Bank indonesia memerintah bank umum agar mengurangi/ mempersempit hadiah kredit kepada masyarakat menggunakan cara menaikan bunga pengaman sehingga uang yg tersebar akan menurun.

b. Operasi Pasar Terbuka(open Market Operation)
Adalah kebijakan yg dilakukan pemerintah dengan cara menjual/membeli surat berharga.
Contoh : Bank indonesia akan menjual surat-surat berharga seperti obligasi kepasar kapital, sehingga uang rakyat akan masuk ke Bank sentral dan mengurangi uang yang beredar.

c. Menaikan kas rasio
Menaikan kas rasio dilakukan sang bank indonesia menggunakan cara mengubah besarnya kas rasio dengan menentukan nomor banding minimum antara uang tunai dengan kewajiban giral bank.

d. Kebijakan pengaturan kredit atau pembiyaan
Kebijakan kredit yang dilakukan menggunakan cara kredit selektif, yaitu pemberian kredit yang dilakukan sang Bank Sentral menggunakan menentukan penerima kredit secara selektif. Ini dilakukan bertujuan buat mengurangi JUB sehingga inflasi bisa ditekan.

Contoh : Banj Sentral berusaha menghipnotis bank-bank generik pada hal anggaran hadiah kredit kepada nasabah.

2. Kebijakan Fiskal
Ada tiga kebijakan fiskal buat mengatasi inflasi yaitu :

a) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
Penerima dapat menekan angka inflasi menggunakan cara mengurangi pengeluaran belanja negara yg mengakibatkan permintaan barang dan jasa berkurang

b) Menaikan tarif pajak
Peningkatan tarif pajak akan mengurangi aktivitas komsumsi, sehingga uang yg pada belanjakan masyarakat akan berkurang.

c) Mengadakan pinjaman pemerintah
Pemerintah meminjam secara paksa atau dilakukan tanpa kompromi terlebih dahulu sebagai akibatnya menambah pendapatan / berupa pinjaman bagi negara.

Contoh : pada masa orde usang pemerintah pernah menerapkan kebijakan memotong 10% berdasarkan honor pegawai negeri untuk ditabung/ dipinjam sang pemerintah.

3. Kebijakan Non Moneter atau Kebijakan Riil
Kebijakan diluar kebijakan fiskal dan moneter buat mengatasi kasus inflasi dapat ditempuh dengan cara :

a. Peningkatan produksi
Jika barang yang di produksi bertambah maka inflasi akan tertahan bahkan perekonomian akan lebih meningkat.

b. Kebijakan upah
Inflasi dapat diatasi dengan mengurangi deposible income rakyat. Untuk menurunkan laju produksi pemerintah menaikkan produktifitas disertai menggunakan pengaturan upah yg sesuai.

c. Pengendalian harga dan distribusi produksi
Pengawasan harga pemrintah umumnya dilakukan berupa penetapan harga minimun(floor Price) atau penetapan harga maksimum(ceiling Price). Dampak dari pengendalian harga adalah keluarnya pasar gelap (black market).

E. Peran Bank Central(Bank Indonesia) pada mengatasi inflasi
Dilakukan melalui :
1. Open Market policy/ operasi pasar terbuka
Adalah Bank Sentral menjual SBI kepada warga melalui Bank Umum. Dengan penjualan SBI maka jumlah uang yg tersebar akan berkurang karena masuk ke Bank Sentral/Bank Indonesia.

2. Cash Ratio/ politik Persediaan Kas
Adalah Bank Indonesia mewajibkan pada bank-bank Umum buat menaikan cadangan kasnya. Dengan kebijakan ininmaka bank-bank generik akan berusaha menaikan persediaan kasnya dengan menaikkan tabungan serta mengurangi kredit.

3. Politik Diskonto
Adalah menggunakan cara menaikan tingkat suku bunga. Dengan demikian taraf suku bunga diperlukan masyarakat akan menyimpan uangnya pada bank sebagai akibatnya jumlah uang yg tersebar sebagai berbunga.

4. Pengawasan kredit/kredit selektif
Adalah kredit hanya diberikan buat usaha-usah produktif serta bukan buat kredit yg sifatnya konsumtif.

F. Pengertian Indeks Harga
Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI) merupakan untuk mengukur tingkat perubahan harga kelompok barang dan jasa yang tak jarang digunakan dalam sebuah tempat tinggal tangga pada jangka saat eksklusif.


Dengan 
IHK = Indeks Harga Konsumen
IHKn = Indeks Harga Konsumen periode sekarang
IHK n-1 = Indeks Harga Konsumen periode sebelumnya.

PENGERTIAN ECOMMERCE MENURUT PARA AHLI

Pengertian E-Commerce Menurut Para Ahli
Menurut E. Turban, David K, J. Lee, T. Liang, D. Turban (2012,p38), Perdagangan elektronik (electronic commerce, disingkat EC, atau e-commerce) mencangkup proses pembelian, penjualan, transfer, atau pertukaran produk, layanan atau fakta melalui jaringan komputer, termasuk internet. Beberapa orang memandang kata perdagangan (e-commerce) hanya buat menyebutkan transaksi yang bisa dilakukan antar kawan bisnis. Apabila definisi ini dipakai, beberapa orang menyadari bahwa istilah e-commerce sangat sempit. Sehingga, banyak yg menggunakan kata e-bussines sebagai kata penggantinya. Bisnis elektronik (electronic bussines atau e-bussines) menunjuk pada definisi EC yg lebih luas, tidak adanya pembelian dan penjualan barang saja. Namun juga layanan pelanggan, kerja sama dengan mitra bisnis. Lainnya memandang e-bussines sebagai “kegiatan selain pembelian serta penjualan” di internet, seperti kerja sama dan kegiatan intra bisnis.

Jenis E-Commerce
Menurut E. Turban, David K, J. Lee, T. Liang, D. Turban (2012,pp42-43), e-commerce dapat dilakukan banyak sekali pihak, Jenis umum dari transaksi e-commerce dijelaskan pada bawah ini. 

1. Bisnis ke usaha (bussines-to-bussines B2B)
Dalam transaksi b2b, baik penjual maupun pembeli adalah organisasi bisnis. Kebanyakan menurut EC adalah jenis ini.

2. Perdagangan kerja sama (collaborative--c-commerce)
Dalam c-commerce para mitra usaha berkolaborasi (alih – alih membeli atau menjual) secara elektro. Kolaborasi semacam ini sering terjadi antara serta pada mitra usaha di sepanjang rantai pasokan.

3. Bisnis ke konsumen (bussines-to-consumer B2C)
Dalam B2C, penjual merupakan perusahaan serta pembeli merupakan perorangan. B2C disebut pula e-tailing.

4. Konsumen-ke-konsumen (consumer-to-consumer C2C)
Dalam C2C, seseorang menjual produk ke orang lain. (Anda pula) bisa melihat C2C dipakai sebagai “customer-to-customer” (pelanggan ke pelanggan). Kedua istilah ini dapat dianggap sama, dan keduanya akan dipakai buat mengungkapkan orang-orang yang menjual produk serta jasa ke satu sama lain.

5. Konsumen-ke-usaha (consumer-to-bussines C2B)
Dalam C2B, konsumen memberitahukan kebutuhan atas produk atau jasa tertentu, serta para pemasok bersaing buat menuediakan produk atau jasa tersebut ke konsumen, Contohnya di Priceline.com, pada mana pelanggan mengungkapkan produk dan harga yg diinginkan, serta Priceline mencoba buat menemukan pemasok yang memenuhi kebutuhan tadi.

6. Perdagangan intrabisnis (intraorganisasional)
Dalam situasi ini perusahaan memakai EC secara internal buat memperbaiki operasinya, Kondisi khusus dalam hal ini diklaim juga menjadi EC B2E (business-to-its-employees).

7. Pemerintah-ke-masyarakat(government-tocitizen G2C)
Dalam syarat ini sebuah entitas (unit) pemerintah menyediakan layanan ke para warganya melalui teknologi EC. Unit-unit pemerintah bisa melakukan bisnis menggunakan aneka macam unit pemerintah lainnya serta dengan aneka macam perusahaan (G2B).

8. Perdagangan mobile (mobile commercem-commerce)
Ketika e-commerce dilakukan dalam lingkungan nirkabel, misalnya menggunakan menggunakan telepon seluler untuk mengakses internet serta berbelanja, maka hal ini dianggap m-commerce.

Kelebihan E-Commerce
Menurut E. Turban, David K, J. Lee, T. Liang, D. Turban (2012,p67), kelebihan e-commerce dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Kelebihan e-commerce bagi perusahaan :
- Ketersediaan pasar nasional serta internasional
- Penurunan biaya pemprosesan, distiribusi serta penarikan informasi

2. Kelebihan e-commerce bagi pelanggan
- Akses ke sejumlah akbar produk dan jasa, 24 jam sehari.

3. Kelebihan e-commerce bagi masyarakat
- Dengan mudah serta nyaman menaruh layanan kabar, serta aneka macam produk ke orang- orang di kota, di desa, serta banyak sekali Negara berkembang. 

Kekurangan E-commerce
Menurut E. Turban, David K, J. Lee, T. Liang, D. Turban (2012,p68), e-commerce mempunyai beberapa keterbatasan, secara teknologi dan nonteknologi, yang telah memperlambat pertumbuhan dan penerimaanya. Keterbatasan teknologi meliputi kurangnya baku keamanan yang diterima secara universal, bandwidth telekomunikasi yang tidak cukup serta mahalnya akses. Keterbatasan nonteknologi mencakup persepsi bahwa EC nir aman, segi hukumnya yg belum lengkap, dan kurangnya penjual serta pembeli akbar yg penting.

PENGERTIAN ECOMMERCE MENURUT PARA AHLI

Pengertian E-Commerce Menurut Para Ahli
Menurut E. Turban, David K, J. Lee, T. Liang, D. Turban (2012,p38), Perdagangan elektro (electronic commerce, disingkat EC, atau e-commerce) mencangkup proses pembelian, penjualan, transfer, atau pertukaran produk, layanan atau liputan melalui jaringan personal komputer , termasuk internet. Beberapa orang memandang istilah perdagangan (e-commerce) hanya buat menjelaskan transaksi yang dapat dilakukan antar mitra usaha. Jika definisi ini digunakan, beberapa orang menyadari bahwa istilah e-commerce sangat sempit. Sehingga, banyak yang menggunakan kata e-bussines sebagai istilah penggantinya. Bisnis elektronik (electronic bussines atau e-bussines) menunjuk dalam definisi EC yang lebih luas, nir adanya pembelian dan penjualan barang saja. Namun jua layanan pelanggan, kerja sama dengan mitra usaha. Lainnya memandang e-bussines sebagai “kegiatan selain pembelian dan penjualan” di internet, misalnya kolaborasi serta aktivitas intra bisnis.

Jenis E-Commerce
Menurut E. Turban, David K, J. Lee, T. Liang, D. Turban (2012,pp42-43), e-commerce dapat dilakukan aneka macam pihak, Jenis umum dari transaksi e-commerce dijelaskan pada bawah ini. 

1. Bisnis ke usaha (bussines-to-bussines B2B)
Dalam transaksi b2b, baik penjual maupun pembeli merupakan organisasi usaha. Kebanyakan berdasarkan EC merupakan jenis ini.

2. Perdagangan kerja sama (collaborative--c-commerce)
Dalam c-commerce para mitra usaha berkolaborasi (alih – alih membeli atau menjual) secara elektronik. Kolaborasi semacam ini tak jarang terjadi antara dan dalam kawan usaha pada sepanjang rantai pasokan.

3. Bisnis ke konsumen (bussines-to-consumer B2C)
Dalam B2C, penjual merupakan perusahaan serta pembeli merupakan perorangan. B2C dianggap jua e-tailing.

4. Konsumen-ke-konsumen (consumer-to-consumer C2C)
Dalam C2C, seorang menjual produk ke orang lain. (Anda juga) dapat melihat C2C digunakan menjadi “customer-to-customer” (pelanggan ke pelanggan). Kedua kata ini dapat dipercaya sama, dan keduanya akan digunakan buat mengungkapkan orang-orang yg menjual produk dan jasa ke satu sama lain.

5. Konsumen-ke-bisnis (consumer-to-bussines C2B)
Dalam C2B, konsumen memberitahukan kebutuhan atas produk atau jasa eksklusif, serta para pemasok bersaing buat menuediakan produk atau jasa tersebut ke konsumen, Contohnya pada Priceline.com, di mana pelanggan mengungkapkan produk dan harga yang diinginkan, dan Priceline mencoba buat menemukan pemasok yang memenuhi kebutuhan tadi.

6. Perdagangan intrabisnis (intraorganisasional)
Dalam situasi ini perusahaan menggunakan EC secara internal buat memperbaiki operasinya, Kondisi khusus pada hal ini diklaim jua sebagai EC B2E (business-to-its-employees).

7. Pemerintah-ke-rakyat(government-tocitizen G2C)
Dalam syarat ini sebuah entitas (unit) pemerintah menyediakan layanan ke para warganya melalui teknologi EC. Unit-unit pemerintah dapat melakukan usaha dengan banyak sekali unit pemerintah lainnya dan menggunakan banyak sekali perusahaan (G2B).

8. Perdagangan mobile (mobile commercem-commerce)
Ketika e-commerce dilakukan pada lingkungan nirkabel, seperti dengan menggunakan telepon seluler buat mengakses internet dan berbelanja, maka hal ini diklaim m-commerce.

Kelebihan E-Commerce
Menurut E. Turban, David K, J. Lee, T. Liang, D. Turban (2012,p67), kelebihan e-commerce dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Kelebihan e-commerce bagi perusahaan :
- Ketersediaan pasar nasional dan internasional
- Penurunan biaya pemprosesan, distiribusi serta penarikan informasi

2. Kelebihan e-commerce bagi pelanggan
- Akses ke sejumlah akbar produk dan jasa, 24 jam sehari.

3. Kelebihan e-commerce bagi masyarakat
- Dengan mudah serta nyaman memberikan layanan fakta, serta banyak sekali produk ke orang- orang di kota, di desa, dan banyak sekali Negara berkembang. 

Kekurangan E-commerce
Menurut E. Turban, David K, J. Lee, T. Liang, D. Turban (2012,p68), e-commerce memiliki beberapa keterbatasan, secara teknologi serta nonteknologi, yang telah memperlambat pertumbuhan serta penerimaanya. Keterbatasan teknologi mencakup kurangnya baku keamanan yang diterima secara universal, bandwidth telekomunikasi yg nir relatif dan mahalnya akses. Keterbatasan nonteknologi mencakup persepsi bahwa EC tidak aman, segi hukumnya yg belum lengkap, serta kurangnya penjual dan pembeli besar yg penting.

PENGERTIAN PENJUALAN TUNAI MENURUT PARA AHLI

Pengertian Penjualan Tunai Menurut Para Ahli
Secara umum, terdapat dua (dua) jenis penjualan, yaitu penjualan tunai dan penjualan kredit. Menurut Narko (2008:71), “Penjualan tunai adalah apabila pembeli telah menentukan barang yang akan dibeli, pembeli diharuskan membayar ke bagian kassa.”

Sedangkan menurut Yadiati serta Wahyu (2006:129), “Penjualan tunai adalah pembeli pribadi menyerahkan sejumlah uang tunai yg dicatat sang penjual melalui register kas.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa penjualan tunai adalah penjualan yang transaksi pembayaran dan pemindahan hak atas barangnya pribadi melalui register kas atau bagian kassa. Sehingga, tidak perlu terdapat prosedur pencatatan piutang pada perusahaan penjual.

Pengertian Penjualan Kredit
Selain penjualan tunai, jenis penjualan lainnya merupakan penjualan kredit. Menurut Mulyadi (2008:206) adalah “Penjualan kredit dilaksanakan sang perusahaan dengan cara mengirimkan barang sinkron menggunakan order yang diterima menurut pembeli serta buat jangka ketika eksklusif, perusahaan memiliki tagihan pada pembeli tersebut.”

Sedangkan dari Soemarso (2009:160) yaitu “Penjualan kredit adalah transaksi antara perusahaan menggunakan pembeli buat menyerahkan barang atau jasa yg menjadikan timbulnya piutang, kas aktiva.”

Dari ke 2 definisi tersebut, bisa disimpulkan bahwa penjualan kredit merupakan suatu transaksi antara perusahaan menggunakan pembeli, mengirimkan barang sinkron dengan order dan perusahaan memiliki tagihan sesuai jangka ketika eksklusif yang mengakibatkan timbulnya suatu piutang serta kas aktiva.

Pengertian Retur Penjualan
Menurut Soemarso (2009:41), “Retur penjualan adalah barang dagang yg dijual mungkin dikembalikan sang pelanggan atau oleh karena kerusakan atau alasan-alasan lain, pelanggan diberikan rabat harga (pengurangan harga atau sales allowance).”

Menurut pengertian pada atas dapat disimpulkan bahwa retur penjualan adalah pembatalan atau pengembalian barang yg dilakukan sang pelanggan lantaran barang tersebut mengalami kerusakan, stigma atau alasan lainnya sebagai akibatnya mengakibatkan pembeli mendapat suatu penggantian barang atau pengurangan harga.

Pengertian Penjualan Konsinyasi
Menurut Drebin yg diterjemahkan sang Sinaga (2008:158) menyatakan, “Penjualan Konsinyasi adalah penyerahan fisik barang-barang sang pihak pemilik pada pihak lain yang bertindak menjadi agen penjual, secara aturan bisa dinyatakan bahwa hak atas barang tersebut permanen berada pada tangan pemilik hingga dapat terjual sang pihak agen penjual.”

Pihak yang mempunyai barang disebut konsinyor (consignor), sedangkan pihak yg mengusahakan penjualan barang disebut konsinyi (consignee), faktor (factor), atau pedagang komisi (commision merchant).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penjualan konsinyasi merupakan proses perpindahan atau penyerahan barang dari pengamanat kepada pihak lain menggunakan saat sudah melakukan penjualan barang tadi.

Karakteristik Penjualan Konsinyasi
Menurut Yunus serta Harnanto (2008) masih ada 4 hal yg dalam biasanya merupakan karakteristik menurut transaksi konsinyasi itu, serta merupakan perbedaan perlakuan akuntansinya menggunakan transaksi penjualan, yaitu : 
1. Karena hak milik atas barang masihh berada dalam pengamanat, maka barang-barang konsinyasi harus dilaporkan menjadi persediaan sang pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner.

2. Pihak pengamanat tetap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap seluruh porto yang herbi barang-barang konsinyasi sejak ketika pengiriman sampai menggunakan waktu komisioner menjualnya kepada pihak ketiga. Kecuali ditentukan bagi pihak yg bersangkutan.

3. Pengiriman barang-barang konsinyasi nir mengakibatkan timbulnya pendapatan dan nir boleh dibakai menjadi kriteria untuk mengakui timbulnya pendapatan, baik bagi pengamanat maupun bagi komisioner hingga waktu barang dijual pada pihak ketiga.

4. Komisioner dalam batas kemampuannya memiliki kekwajiban buat menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang komisi yg diterimanya. Oleh sebab itu administrasi yang tertib harus diselenggarakan hingga menggunakan waktu beliau menjual barang tadi kepada pihak ketiga.

Dokumen serta Catatan Akuntansi yang Digunakan
Dokumen yg digunakan dalam sistem penjualan tunai merupakan:

a. Faktur Penjualan Tunai (FPT)
Faktur ini diisi sang bagian order penjualan dalam rangka tiga antara lain :
1) Lembar 1 : Diberikan ke pembeli sebagai pengantar buat kepentingan pembayaran ke kassa.
2) Lembar 2 : Diberikan ke bagian pembungkus beserta barang menjadi perintah penyerahan barang ke pembeli yg telah membayar pada kassa.
3) Lembar 3 : Diarsip sementara dari nomor urutnya oleh bagian order penjualan/pelayan sebagai pengendali jika terjadi kejanggalan transaksi

b. Pita Register Kas
Dokumen ini dihasilkan sang mesin yang dioperasikan oleh bagian kassa setelah terjadi transaksi penerimaan uang dari pembeli sebagai pembayaran atas barang. Dokumen ini berfungsi sebagai dokumen pendukung untuk meyakinkan bahwa faktur tadi benar-sahih sudah dibayar serta dicatat dalam register kas.

Catatan Akuntansi yang digunakan adalah :

1 Jurnal Penjualan
Catatan akuntansi ini digunakan buat mencatat transaksi penjualan, baik secara tunai maupun kredit.
Kas                   ---
             Penjualan                                ---

2 Kartu Persediaan 
Catatan akuntansi ini berfungsi menjadi buku besar pembantu yang berisi 

Rincian mutasi barang.

3 Kartu Gudang
Catatan ini diselenggarakan sang fungsi gudang buat mencatat mutasi serta persediaan fisik barang yg disimpan di gudang.

4 Laporan (menurut Jenis/Tipe barang)
Laporan ini dipakai sang manajemen buat menganalisis jenis atau tipe barang mana yg disukai pelanggan.

Unsur Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Unsur pokok pengendalian internal yang digunakan dalam mekanisme penjualan merupakan:

1. Organisasi
Dilakukan pemisahan fungsi serta tugas menurut fungsi – fungsi yang herbi mekanisme penjualan serta transaksi harus dilakukan sang lebih menurut satu fungsi.
a. Fungsi penjualan terpisah dari fungsi tunai
b. Fungsi akuntansi terpisah dari fungsi penjualan
c. Fungsi akuntansi terpisah menurut fungsi kas
d. Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan sang fungsi penjualan, fungsi penagihan, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi

2. Otorisasi dan mekanisme pencatatan
a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan memakai formulis surat order pengiriman.
b. Persetujuan pembelian kredit yg diberikan oleh fungsi kredit dengan membubuhkan indikasi tangan pada credit copy.
c. Terjadinya piutang diotorisasi sang fungsi penagihan menggunakan membubuhkan pertanda tangan dalam faktur penjualan.
d. Penetapan harga jual, kondisi penjualan, kondisi pengangkutan barang, serta potongan penjualan berada di tangan Direktur Pemasaran dengan penerbitan surat keputusan tentang hal tadi.

3. Praktek kerja yg sehat
a. Surat order pengiriman bernomor urut tercetak serta pemakaiannya dipertanggungjawabkan sang fungsi penjualan.
b. Faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan sang fungsi penagihan.