MOTIVASI ISLAMI

Kau tidak pernah tau dia acapkali memperhatikanmu dan merogoh pesan yang tersirat berdasarkan setiap perkataanmu. Dan diam2 beliau berterimakasih padamu atas itu
“apabila keburukan orang lain sahih-benar mengganggu kita, itu mungkin demi mengingatkan kita terhadap keburukan kita sendiri.”
“Segala sesuatu pada dunia ini yg bisa berkarat pasti terdapat pemolesnya serta pemoles hati merupakan zikir.”
Engkau harus menggali dasar seluruh jalan menuju hatimu lalu menciptakan sebuah istana dg amal shaleh
Seorang muslim adalah orang yg bersih lahir serta batinnya. Cermin yg bersih dari hatimu akan memantulkan seluruh yang indah serta benar
 Manusia termiskin adlh mereka yang paling poly penghasilannya dr yg haram. Ia sudah berutang secara zalim maka ia harus mengembalikannya
Istighfar sendiri misalnya tobat. Ia menghapus dosa, menghilangkan bekasnya, serta menjauhkan keburukannya. -Ibnu Qayyim al-Jawziyah"
bersyukur akan setiap sel tubuh kita yg masih sanggup hayati menggunakan normal :')
bersyukur atas segalnya :')
ketika hal kecil saja bisa kita syukuri, betapa Allaah akan memberikan nikmat lain yang lebih akbar nantinya :')
pasti terdapat pesan yang tersirat menurut semua yang kita alami..
ayo coba pandang, dengar serta rasakan dari sisi yang lain :')
ketika begitu banyak cobaan yang dirasa berat, ingatlah ada Allaah yang maha tahu, maha bijaksana, maha pemurah, dan maha segalanya :')
"Barang siapa mencintai Allah serta menyayangi lantaran Allah, maka benar-benar telah sempurna cintanya." (Syekh Abu al-Hasan al-Syadzili)
Ada dua hal yang paling acapkali menciptakan insan terhijab dari Allah, yaitu susah soal rezeki dan takut pada makhluk.” [al-Syadzili]"
"Di antara pertanda kematian hati adalah tdk merasa murung saat tak sanggup menjalankan kebaikan&tidak menyesal sehabis melakukan dosa." [al-Syadzili]"
"Allah melimpahkan nikmat-Nya. Jika nir disyukuri, nikmat itu berbalik sebagai siksa" -Al-Hasan Al-Bashri"
"Di antara matinya kalbu adalah tidak bersedih atas ketaatan yg terlewat dan tidak menyesal atas dosa yg diperbuat" #AlHikam"
"Setiap anak Adam niscaya berbuat dosa, serta sebaik-baik pembuat dosa merupakan mereka yang bertaubat”. (HR.tirmidzi)."
3 rahasia kematian;  ketika, loka, Cara. Kapanpun, dimanapun serta cara apapun ajal tiba yg penting HUSNUL KHOTIMAH" (aa gym)
Orang yg akan sulit berubah merupakan orang yang paling susah melihat serta mengakui kesalahan diri sendiri" (Aa gym)
Luruskan pulang niat, tingkatkan taat, jadikan al Qur'an sebaik-baik sahabat
Semoga Allah mempermudah apa yang sulit, melapangkan apa yg sempit.
Tips sukses sederhana; Minta do'a orang tua, karena restu mereka adalah ridhoNya.
Perbaiki akhlaqmu, karena jodoh merupakan cerminanmu.
Jika masa lalu kelam, sadarlah itu hanya masa silam, ubahlah dengan taubatan nasuha kepada Sang Penguasa Alam.
Tugas kita kini hanyalah ikhtiar terus menerus, do'a yg tak pernah putus, tawakal yg lurus. #Penantian
Wahai hati, sungguh hanya cintaNya lah yg sahih-sahih menaungi.
Wahai asa tak usah bingung gulana, ingat janjiNya pasti adanya.
Wahai diri tidak usah bersedih hati manakala jodoh belum menghampiri
setidaknya kita telah mengingatkan..
selemah-lemahnya iman artinya menolak dengan hati, yang sebelumnya sudah menolak dgn tindakan dan ucapan
jika lingkungan kita tidak mau menerima masukan pencerahan menurut kita dengan menunjukkan ajaran yang benar (lewat hadist dan quran), maka mari kita memulainya buat keluarga kita terdahulu,, mewartakan kebenaran sesuai ajaran islam yang sahih bukan membenarkan diri :')
Jika kamu bertemu dgn seorang yang berilmu, maka ucapkan dlm hatimu: "orang ini memperoleh karunia yang tdk aku peroleh, … mencapai kedudukan yang tdk akan pernah kucapai, mengetahui apa yang tdk ku ketahui & beliau mengamalkan ilmu nya, tentu beliau lbh baik drpdku"
“Tempat yg seorang hamba sangat dekat menggunakan Rabbnya yaitu saat beliau sujud.”
Allah itu dekat menggunakan hamba-Nya ketika ia berdoa yakinlah bahwa Allah mendengar doa dan akan mengabulkan doa tadi.
yg lagi move on menurut masa lalu keep istiqomah jg belajar jalan itu kudu pelan-pelan pula, kalo tetiba lari bakal lebih byk tersungkurnya
kalo centimeter buat cari pujian anggun mah, foto selfie-nya simpen dulu buat suami besok jamin deh, gak bakal dtk terlewat tanpa muji km cantik
Ayat2 Al-Quran bukanlah rangkaian huruf2 meninggal. Setiap kalimat, setiap istilah, bahkan setip alfabet Al-Quran mempunyai jiwa.
kalimat yang paling agung & paling berguna adl kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah” sebuah ikatan yg kuat & pula merupakan kalimat taqwa
Ya Allaah, tiada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, serta Engkau berakibat yg sulit menjadi hal yang gampang, jika Engkau menghendaki
Apakah terdapat sesuatu yang lebih keras daripada batu?”Hati orang munafik itu lebih keras daripada batu.”
Apakah terdapat sesuatu yg lebih kaya daripada bahari?”Hati yang qona`ah itu lebih kaya daripada bahari.”
Cobaan itu sentiasa terdapat. 
Kadang kita merungut kan?
Sabarlah,
Ada pesan tersirat. 
Ikhlas kan hati,
Ucap Alhamdulilah.
Jarak antara kegagalan serta keberhasilan hanya mampu ditempuh sang impian yg bertenaga serta usaha pantang menyerah buat terus mencoba.
Lumuran dosa ibarat mobil yg kacanya kotor, selalu akan gelisah dan penuh kesulitan walaupun jalan terbentang dihadapannya" (aa gym)
Kata-istilah kdng lebih tajam dari pisau yang menyayat, lebih berbahaya dr anak panah yang melesat.
Belajar buat lapang dada itu sulit, sangat sulit. Tapi kita tak akan pernah bisa tulus tanpa belajar
Ya Allah, lindungilah kami berdasarkan nikmat yang melenakan, akal budi yg menyesatkan, harta yg memabukkan, kuasa yg menjerumuskan
Bisa jadi hujan merupakan bulir segar yg selalu kamu rindukan, pada tengah panas dan gersangnya hayati.tiap tetesnya menyampaikan kesejukan
Kumpulan Kata Hikmah @PusatHikmah  ·  17 j
"Jika kehidupan sibuk akan kebanggaan sesama manusia, tdk mungkin punya kepekaan hati terhadap sesama.
"Org gampang melupakan kebaikan2 kita, tapi saat ada kesalahan org tdk akan melupakannya.
"Bukan berada dimana kini , tapi kita mau kemana nanti.
"Barangsiapa berbuat baik kepadamu, balaslah beliau, apabila kamu tidak bisa, berdoalah untuknya." (HR Baihaqi)
"Yang terbaik konfiden datangnya dari Allah...
"Mencintai adalah belajar mengikhlaskan. Bukan memaksa utk memiliki. Lantaran seluruh hal dlm hidup adalah miliknya Allah.
"Ya Allah Ampunilah aku menurut dosa yg aku sembunyikan & yg aku tampakkaan Dan semua semua dosaku yg Engkau lebih mengetahui berdasarkan diriku.
"Saya tidak berharap menjadi segalanya buat setiap orang, Saya lebih senang menjadi sesuatu untuk seseorang."
"Tidak dicintai orang lain memang menyedihkan, namun lebih menyedihkan lagi bila nir mampu menyayangi orang lain."

PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK PEMBANGUNAN

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Untuk Pembangunan 
Prioritas pembangunan nasional diletakkan dalam bidang ekonomi seiring menggunakan peningkatan kualitas asal daya insan (SDM), terlebih dalam menghadapi era globalisasi, khususnya perdagangan bebas di daerah ASEAN 2003 dan pada daerah Asia-Pasifik 2020, yg diwarnai menggunakan persaingan yang ketat dan memilih jati diri suatu bangsa pada antara bangsa-bangsa maju lainnya pada global. Dalam mengisi swatantra daerah, peningkatan kualitas SDM mutlak dibutuhkan. Hal ini terbukti dengan banyaknya dibuka program-program pendidikan lanjutan misalnya Pascasarjana (S2/S3) pada banyak sekali bidang studi yg pada tahun 1990-an hanya ada di bunda kota (Jakarta) serta kota-kota akbar di pulau Jawa.

Era globalisasi membuka mata kita buat melihat ke masa depan yang penuh tantangan dan persaingan. Era kesejagatan yang tidak dibatasi ketika dan tempat membuat SDM yg terdapat selalu ingin menaikkan kualitas dirinya supaya nir tertinggal menurut yang lain.

Kebijakan pembangunan nasional dengan berpegang pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 mengenai Otonomi Daerah membawa perubahan strategik dalam kualitas SDM yang diharapkan setiap daerah buat dapat bersaing secara positif dengan wilayah lain di Indonesia. Berbagai upaya perlu dilakukan buat mewujudkan kualitas SDM. Pendidikan merupakan galat satu upaya primer buat mengimplikasikan hasrat tadi, tetapi juga memerlukan saat yang cukup usang serta biaya yg besar . Berbagai jenis serta jenjang pendidikan ditawarkan sang pemerintah. Peningkatan kualitas SDM adalah tanggung jawab seluruh pihak. Dengan demikian, pembangunan pada bidang pendidikan merupakan galat satu keberhasilan suatu negara/wilayah.

Pemerintah, khususnya Depdiknas, semenjak PJP I telah mengatur strategi dasar dalam pengembangan SDM melalui pemerataan, relevansi, dan kualitas serta manajemen pendidikan. Ditambah menggunakan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Daerah bagi Propinsi Daerah spesial Aceh sebagai Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), diatur setiap lini menggunakan kurikulum yang bernuansa Islami, mulai berdasarkan jenjang pendidikan dasar sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Dengan demikian, diperlukan kualitas SDM akan meningkat, baik segi intelektual, moral, maupun spiritual.

Beberapa argumentasi pada atas, pada menghadapi kesejagatan liberalisasi ekonomi dalam awal abad ke-21, khususnya kawasan ASEAN 2003 serta Asia-Pasifik 2020, menyambut Otonomi Daerah 1999 dan Otonomi Khusus 2001, memberi pertanda bahwa telah saatnya kualitas pendidikan memperoleh fokus yang lebih berfokus pada rangka peningkatan kualitas SDM. 

Artikel ini mencoba menyampaikan pemikiran yang memberikan konsep-konsep peningkatan kualitas SDM pada memasuki era globalisasi serta mengisi era swatantra wilayah. Pemikiran konseptual ini akan bisa diimplikasikan secara kontekstual sehabis diadakan penelitian yang mendalam dan objektif.

Kajian Teori
Pendidikan adalah keliru satu wahana untuk menaikkan kualias SDM. Untuk menaikkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, perlu ditingkatkan kualitas manajemen pendidikan. Berkaitan dengan kasus ini, Engkoswara (2001:lima) mengungkapkan bahwa “Manajemen Pendidikan yg diharapkan menghasilkan pendidikan yg produktif, yaitu efektif dan efisien, memerlukan analisis kebudayaan atau nilai-nilai serta gagasan vital dalam berbagai dimensi kehidupan yang berlaku buat kurun ketika yang cukup pada mana manusia hayati.”

Kualitas pendidikan bisa dipandang dari nilai tambah yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan, baik produk dan jasa juga pelayanan yg bisa bersaing pada lapangan kerja yg ada dan yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Sehubungan menggunakan perkara ini, Supriadi (1996:54) mengemukakan bahwa “Agar pendidikan dapat memainkan perannya maka wajib terkait dengan global kerja, merupakan lulusan pendidikan semestinya mempunyai kemampuan dan keterampilan yg relevan dengan tuntutan dunia kerja. Hanya dengan cara ini, pendidikan memiliki kontribusi terhadap ekonomi.” 

Mengenai relevansi pendidikan pada arti adanya kesepadanan sebagaimana ditawarkan Djoyonegoro (1995:5) dalam bentuk link and match, pada kenyataannya pendidikan sudah sinkron dengan keperluan masyarakat yg sedang membentuk. Pendidikan sampai saat ini dianggap sebagai unsur utama pada pengembangan SDM. SDM lebih bernilai bila mempunyai perilaku, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian dan keterampilan yang sinkron dengan kebutuhan berbagai bidang serta sektor. Pendidikan adalah salah satu indera untuk menghasilkan perubahan dalam diri manusia. Manusia akan bisa mengetahui segala sesuatu yg tidak atau belum diketahui sebelumnya. Pendidikan adalah hak seluruh umat insan. Hak buat memperoleh pendidikan wajib diikuti oleh kesempatan dan kemampuan dan kemauannya. Dengan demikian, dapat dicermati menggunakan kentara betapa pentingnya peranan pendidikan dalam menaikkan kualitas SDM supaya sejajar menggunakan manusia lain, baik secara regional (otonomi daerah), nasional, maupun internasional (dunia).

Berbagai kenyataan kehidupan pada segala dimensi, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun politik yang terjadi pada sekitar kita menerangkan citra yang semakin jelas bahwa sesungguhnya apa yg kita miliki akhirnya akan menjadi nir berarti jika kita tidak sanggup memanfaatkannya. Hal ini bermula berdasarkan problem rendahnya kualitas SDM.

Tinggi rendahnya kualitas SDM diantaranya ditandai menggunakan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan menggunakan output kerja atau kinerja yg baik secara perorangan atau kelompok. Konflik ini akan bisa diatasi jika SDM mampu menampilkan output kerja produktif secara rasional serta memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yg biasanya dapat diperoleh melalui pendidikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan galat satu solusi buat menaikkan kualitas SDM.

Sanusi (1998:7) mengemukakan ”apabila abad silam diklaim abad kualitas produk/jasa, maka masa yang akan datang merupakan abad kualitas SDM. SDM yg berkualitas serta pengembangan kualitas SDM bukan lagi merupakan informasi atau tema-tema retorik, melainkan merupakan taruhan atau andalan dan ujian setiap individu, grup, golongan masyarakat, serta bahkan setiap bangsa.”

Pengembangan SDM adalah proses sepanjang hayat yg meliputi aneka macam bidang kehidupan, terutama dilakukan melalui pendidikan. Apabila dipandang dari sudut pandang ekonomi, peningkatan kualitas SDM lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, serta teknologi yang diperlukan sang dunia kerja dalam upaya peningkatan efisiensi serta efektivitas proses produksi dan mempertahankan ekuilibrium ekonomi.

Sehubungan dengan pengembangan SDM buat peningkatan kualitas, Kartadinata (1997:6) mengemukakan bahwa “Pengembangan SDM berkualitas adalah proses kontekstual, sebagai akibatnya pengembangan SDM melalui upaya pendidikan bukanlah sebatas menyiapkan insan yg menguasai pengetahuan serta keterampilan yg cocok menggunakan global kerja dalam ketika ini, melainkan jua insan yang sanggup, mau, serta siap belajar sepanjang hayat.”

Program peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberi manfaat pada organisasi berupa produktivitas, moral, efisiensi, efektivitas, dan stabilitas organisasi pada mengantisipasi lingkungan, baik dari dalam maupun ke luar organisasi yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Perencanaan SDM yg berkualitas, pada Malaysia’s 2020 (1995), sebagaimana yg dikutip Kartadinata (1997:7) merumuskan beberapa kesamaan yg terjadi dalam masyarakat dunia yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan kualitas SDM. Kecenderungan tersebut adalah: (1) Dibandingkan menggunakan dasawarsa 1970-an serta 1980-an, 3 dasawarsa mendatang diperkirakan akan terjadi eksplosi yang hebat, terutama yang menyangkut teknologi fakta dan bioteknologi. Dalam konteks peningkatan kualitas SDM, implikasi yg dapat diangkat adalah para ilmuwan wajib bekerja dalam pendekatan multidisipliner dan adanya program pendidikan berkelanjutan (S2/S3), serta (2) Eksplosi teknologi komunikasi yang semakin sophisticated dapat mempersingkat jeda serta meningkatkan kecepatan bepergian. Hal ini akan membuat bangsa yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan yg relevan dan menguasai teknologi baru secara substantif bisa menaikkan produktivitasnya.

Hasil pemikitan pada atas menghadapkan kita dalam arah, tantangan, dan tuntutan umum pendidikan pada kehidupan abad ke-21 sebagai masa depan suatu forum. Sehubungan menggunakan masalah ini, UPI (dulu IKIP Bandung 1997:9) membuat kajian mengenai arah, tantangan, dan tuntutan abad ke-21 pada peningkatan kualitas SDM. Hasil menurut kajian tersebut adalah sebagai berikut: (1) Pendidikan merupakan modal dasar pembangunan bangsa yg terarah dalam upaya memberdayakan semua potensi insan Indonesia, baik yg menyangkut nilai-nilai intrinsik, instrumental juga kesinambungan; (dua) Pendidikan meliputi target khalayak yang amat luas yang mengandung target, tujuan, serta kepentingan yg bhineka dan menuntut suasana yg bervariasi serta multymethods serta multymedia; (tiga) Fungsi pendidikan akan terarah pada upaya mendorong orang buat belajar aktif dan memberdayakan seluruh potensi yg terdapat dalam dirinya; (4) Produk pendidikan yg berwujud SDM harus menampilkan kualitas yang berdikari serta mengandung keunggulan, baik komparatif juga kompetitif, baik di taraf lokal, nasional maupun internasional; (lima) Kualitas organisasi (forum), kualitas manajemen, serta kualitas kepemimpinan sebagai tuntutan yang semakin luas, terbuka, serta menghendaki ketertiban dalam seluruh unsur yang terarah untuk mencapai pendidikan yg berkualitas pada gilirannya akan mencapai kualitas SDM yang makin baik serta merata; serta (6) Pengembangan sikap sadar teknologi serta sains serta peningkatan kualitas diri para pendidik serta staf adalah hal yang absolut perlu ditanamkan dan akan dipakai menjadi wahana pada menyiapkan SDM yg berwawasan teknologi serta memiliki kesiapan belajar sepanjang hayat.

Program peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberikan manfaat dalam lembaga berupa produktivitas, moral, efisiensi kerja, stabilitas, serta fleksibilitas forum pada mengantisipasi lingkungan, baik berdasarkan dalam maupun ke luar forum yang bersangkutan. Fungsi dan orientasi pendidikan dalam peningkatan kualitas SDM sudah dibentuk pada suatu kebijakan Depdiknas (2001:5) dalam tiga taktik pokok pembangunan pendidikan nasional, yaitu: (1) pemerataan kesempatan pendidikan, (dua) peningkatan relevansi serta kualitas pendidikan, serta (tiga) peningkatan kualitas manajemen pendidikan. Untuk melaksanakan ketiga taktik utama pembangunan pendidikan tadi di atas, seyogianya ditinjau bagian-bagian sistem pendidikan nasional pada kaitannya dengan orientasi masing-masing serta dijabarkan dalam rencana serta prioritas pembangunan pendidikan.

Titik tolak pemikiran tentang orientasi pendidikan nasional adalah: (1) mencerdaskan kehidupan bangsa, (2) mempersiapkan SDM yg berkualitas, terampil, dan ahli yang dibutuhkan dalam proses memasuki era globalisasi serta swatantra daerah, serta (tiga) membina serta berbagi dominasi banyak sekali cabang keahlian ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Dalam membicarakan peningkatan kualitas SDM dewasa ini, ada 2 sisi yang perlu ditinjau secara lebih khusus, yaitu peningkatan kualitas SDM pada era globalisasi serta peningkatan kualitas SDM di era swatantra daerah.

Peningkatan Kualitas SDM Era Globalisasi
Dalam rakyat terkini misalnya kini ini, terlebih lagi dalam menuju era globalisasi, kita dituntut agar mampu menghadapi persaingan yg makin kompetitif, baik pada dalam maupun di luar negeri. Salah satu cara buat mengantisipasi persaingan yang makin kompetitif tadi merupakan melalui peningkatan kualitas SDM yang komprehensif.

Pemerintah Republik Indonesia dalam menghadapi era globalisasi telah merencanakan peningkatan kualitas SDM secara konseptual. Hal ini dituangkan pada GBHN 1998 yang berbunyi “Peningkatan kualitas SDM menjadi pelaku utama pembangunan yg mempunyai kemampuan memanfaatkan, menyebarkan, dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi serta permanen dilandasi sang motivasi dan kendali keimanan serta ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Globalisasi makin mendorong peluang terbukanya pasar internasional; bagi produk barang dan jasa (pendidikan).”

Selanjutnya, Siagian (1998:96) mengemukakan bahwa SDM abad ke-21 ditandai oleh “Salah satu segi kehidupan yang muncul ke permukaan dewasa ini menggunakan gaung yang lebih kuat dibandingkan masa lalu adalah peningkatan kualitas hidup umat manusia. Kualitas hayati dalam dasarnya bermuara pada pengakuan atas harkat dan martabat manusia.”

Setelah menyelidiki beberapa uraian pada atas, jelaslah bahwa buat melaksanakan tugas pada masa depan diharapkan SDM yg berkualitas. Hal ini sesuai menggunakan ungkapan Kartadinata (1997:4) berikut adalah, yaitu “SDM berkualitas yg wajib disiapkan untuk memasuki abad ke-21 merupakan SDM yg mampu melakukan life long learning.” Hal ini tampak dengan jelas pada sebagian SDM kita yang terus-menerus menimba ilmu menggunakan nir memikirkan usia. Makin tua usia SDM tadi, makin matang pula cara berpikirnya, ini dibantu oleh pengalaman yg poly, baik di dalam juga di luar dinas.

Peningkatan Kualitas SDM Era Otonomi Daerah 
Otonomi wilayah merupakan dambaan masyarakat Indonesia dewasa ini pada setiap daerah. Masyarakat NAD memperoleh anugerah dalam rangka swatantra wilayah menggunakan swatantra khusus, yg berarti relatif berbeda menggunakan wilayah lain di Indonesia. Perbedaan (kekhususan) ini bukanlah suatu hal yang gampang karena memerlukan penanganan yg profesional berdasarkan SDM yang ada pada wilayah. Timbul pertanyaan, apakah wilayah yang diberi otonomi khusus ini telah siap pada pengertian yg luas, terutama SDM-nya?

Otonomi khusus buat NAD diatur pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 yang dianggap dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Sebelumnya, Aceh diklaim dengan Daerah Istimewa, yg nir ada bedanya menggunakan daerah lain pada Indonesia. Dalam swatantra khusus ini, hal yg tidak sama merupakan tentang biaya pendidikan. Hal ini dimuat pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 pasal 7 ayat (dua) yaitu: “Sekurang-kurangnya 30 % pendapatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) alfabet (a), ayat (4) serta ayat (5) dialokasikan buat biaya pendidikan di NAD”. Dengan adanya peningkatan/kenaikan porto pendidikan yang mencukupi kebutuhan, maka dibutuhkan peningkatan kualitas bisa dilaksanakan dengan mudah. Hal ini masih adalah harapan seluruh pihak, tetapi kenyataannya belum bisa diketahui (memerlukan penelitian yg seksama serta berlanjut). 

Fattah (2000:6) menyebutkan bahwa “SDM terdiri dari 2 dimensi, yaitu dimensi kualitatif serta dimensi kuantitatif.” Dimensi kualitatif adalah terdiri atas prestasi energi kerja yang memasuki dunia kerja pada jumlah waktu belajar, sedangkan dimensi kuantitatif meliputi berbagai potensi yang terkandung pada setiap insan, diantaranya pikiran (wangsit), pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memberi pengaruh terhadap kapasitas kemampuan insan buat melaksanakan pekerjaan yang produktif. Apabila pengeluaran untuk menaikkan kualitas SDM ditingkatkan, nilai produktivitas dari SDM tersebut akan membuat nilai pulang (rate of return) yang positif.

Dalam upaya peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan perlu diadakan beberapa pendekatan, yaitu:
  1. Pendekatan Religius. Dalam mengisi swatantra spesifik NAD, sudah disusun kurikulum dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan tinggi menggunakan kurikulum yang bernuansa Islami yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Bergerak dari kurikulum sekolah yg bernuansa Islami, menggunakan proses pendidikan yang Islami, akan dihasilkan output yang Islami jua. Output pendidikan yg Islami akan melahirkan SDM yang Islami dan dapat mengisi setiap lowongan kerja/jabatan yg terdapat pada NAD, sehingga dibutuhkan setiap lini akan membuat pekerjaan yg Islami, yaitu pekerjaan yg sinkron menggunakan firman Allah swt pada Al Qur’an yg adalah “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah engkau ke pada Islam keseluruhannya, serta jangan kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al Qur’an Surat Al Baqarah 208). Dari ayat pada atas jelaslah bahwa SDM Islam wajib melaksanakan segala segi kehidupan menggunakan pekerjaan yang Islami, nir boleh sepotong-potong (masuklah ke pada Islam secara kaffah/keseluruhan) lantaran segala segi kehidupan itu saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Dalam ayat lain Allah swt berfirman, yang artinya “Kamu adalah sebaik-baik umat yg diturunkan buat manusia. Kamu mengajak yang makruf dan melarang yang mungkar serta beriman kepada Allah” (Al Qur’anulkarim Surat Ali Imran 110). Dalam ayat pada atas ditegaskan bahwa umat Islam (SDM Islam) merupakan sebaik-baik umat dalam menjalankan misinya menjadi khalifah pada muka bumi. Dalam ayat itu ditegaskan jua SDM harus mengerjakan yg disuruh serta meninggalkan yang tidak boleh oleh agama jika ingin mendapat Rahmat Allah swt. Siapakah yg tidak ingin memperoleh rahmat Alllah swt? Apabila ingin memperoleh rahmat Allah swt bekerjalah sesuai menggunakan anggaran yg berlaku. Adalah kewajiban bagi umat muslim (SDM muslim) untuk menanggapi pengakuan Allah swt, apakah akan disambut menggunakan perilaku tidak peduli atau ditanggapi menggunakan rasa tanggung jawab yg tinggi atas rahmat Allah swt. Selanjutnya, hadis Nabi Besar Muhammad saw menurut Abdullah yang meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda “Sesungguhnya kebenaran membawa kebaikan serta sesungguhnya kebaikan membawa kepada syurga. Dan sesungguhnya seseorang yang menyampaikan benar sampai dia menjadi orang yang dapat dipercaya. Dan sesungguhnya kebohongan membawa kejahatan dan kejahatan membawa pada neraka. Dan sesungguhnya seorang yang berdusta hingga ia ditetapkan di sisi Allah sebagai seseorang pendusta,” Hadis Shahih Bukhari (Hussein Bahreisy, 1980:348). Dari hadis pada atas jelaslah kepada kita bahwa seseorang (SDM) yang bekerja secara Islami akan selalu jujur pada pekerjaan, lantaran resiko seorang (SDM) berdusta pada kehidupannya adalah neraka. Setiap umat Islam akan sangat takut pada neraka. Untuk melahirkan SDM yg Islami, wajib dididik oleh pendidik yang Islami pula. Timbul pertanyaan, telah siapkan SDM yg Islami untuk mengisi setiap lini? Dalam pendekatan religius ini, GBHN 1998 menekankan pada “kendali keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.” Bergerak dari pendekatan ini, SDM akan beranjak pada bidangnya pada bentuk kualitas yg tinggi buat melaksanakan tanggung jawabnya yang besar .
  2. Pendekatan Politik. Telah umum diketahui bahwa terlepas berdasarkan sistem politik yg dianut oleh suatu negara, keliru satu tujuan negara adalah buat menaikkan kesejahteraan rakyatnya. Dalam konteks kehidupan kenegaraan, kesejahteraan warga tidak lagi dibatasi pada kesejahteraan fisik yang terwujud pada kemakmuran ekonomi yang semakin merata, namun pula kesejahteraan mental spiritual. Bahkan, kesejahteraan dimaksud dewasa ini acapkali dikaitkan dengan kualitas hidup umat manusia sinkron dengan harkat serta martabatnya yang nir hanya diikuti, akan tetapi pula dijunjung tinggi.
  3. Pendekatan Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan serta seakan-akan tak kunjung reda di negara kita berdampak sangat buruk bagi peningkatan kualitas SDM. Banyak anggota rakyat (SDM) yang adalah aset suatu negara tidak bisa melanjutkan studi (pendidikan) ke jenjang lebih tinggi lantaran ketidakmampuan ekonominya. Hal ini akan bisa diatasi jika pengambil kebijakan dalam mengelola pembiayaan pendidikan lebih arif serta bijaksana pada mengelola porto pendidikan yang tersedia. Mereka hendaknya membantu SDM yg betul-benar membutuhkan, sehingga bantuan itu sangat bermanfaat. Pada kenyataannya, SDM yg tidak membutuhkan bantuan (SDM yang mempunyai kemampuan ekonomi tinggi) jua memperoleh atau bahkan menginginkan donasi tersebut. Ironis sekali bukan?
  4. Pendekatan Hukum. Salah satu indikator kehidupan rakyat modern adalah makin tingginya kesadaran anggota warga akan pentingnya keseimbangan antara kewajiban dan hak masing-masing. Instrumen primer buat menjamin keseimbangan tadi adalah kepastian aturan. Kualitas SDM dapat ditingkatkan dengan mematuhi hukum-aturan yg berlaku di negaranya. Dengan mematuhi hukum termasuk peraturan-peraturan pada loka ia bekerja, sebagai akibatnya pelanggaran sporadis terjadi atau bahkan nir terjadi, kualitas SDM akan meningkat. 
  5. Pendekatan Sosio-Kultural. Nilai-nilai budaya memilih baik atau jelek serta sahih atau salah . Dalam peningkatan kualitas SDM, nilai sosio-kultural adalah suatu faktor yg sangat krusial buat diperhatikan. Seseorang (SDM) akan membuat malu berbuat tidak baik karena masyarakat akan menilainya serta bahkan mengucilkannya jika seseorang terbukti berbuat hal-hal yg berbenturan menggunakan istiadat tata cara (budaya) suatu kelompok. Oleh sebab itu, budaya memalukan itu perlu dipupuk. Peningkatan kualitas nir bisa dilakukan apabila nir ada yang mengikutinya.
  6. Pendekatan Administratif/Manajerial. Salah satu karakteristik yg menonjol di abad ini adalah terciptanya banyak sekali jenis organisasi. Oleh sebab itu, manusia modern tak jarang diklaim insan organisasional yang menjadi fokus administratif/manajerial. Apabila suatu pekerjaan dilaksanakan secara administratif/manajerial, maka efektivitas, efisiensi, dan produktivitas akan dapat dicapai dengan gampang. Dengan demikian, kualitas pun akan semakin tinggi. Di pada proses manajemen diharapkan perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan. Jika ketiga proses ini diikuti menggunakan sahih, peningkatan kualitas akan bisa dicapai. Salah satu filsafat manajemen merupakan mengurangi ketidakpastian. Jika memang itu benar, kualitas akan dapat ditingkatkan. Manajemen pendidikan merupakan suatu ilmu yg memeriksa bagaimana menata sumber daya, baik SDM juga sumber daya lain untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu, penataan manajemen pendidikan sangat diharapkan pada mencapai kualitas pendidikan yang akan berdampak positif pada peningkatan kualitas SDM.

PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK PEMBANGUNAN

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Untuk Pembangunan 
Prioritas pembangunan nasional diletakkan dalam bidang ekonomi seiring menggunakan peningkatan kualitas asal daya manusia (SDM), terlebih pada menghadapi era globalisasi, khususnya perdagangan bebas di tempat ASEAN 2003 serta di tempat Asia-Pasifik 2020, yang diwarnai dengan persaingan yg ketat dan memilih jati diri suatu bangsa pada antara bangsa-bangsa maju lainnya pada dunia. Dalam mengisi otonomi wilayah, peningkatan kualitas SDM mutlak diperlukan. Hal ini terbukti dengan banyaknya dibuka program-acara pendidikan lanjutan seperti Pascasarjana (S2/S3) dalam berbagai bidang studi yang dalam tahun 1990-an hanya terdapat pada mak kota (Jakarta) dan kota-kota besar di pulau Jawa.

Era globalisasi membuka mata kita buat melihat ke masa depan yang penuh tantangan serta persaingan. Era kesejagatan yang nir dibatasi ketika dan tempat membuat SDM yang terdapat selalu ingin menaikkan kualitas dirinya agar nir tertinggal dari yg lain.

Kebijakan pembangunan nasional menggunakan berpegang pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 mengenai Otonomi Daerah membawa perubahan strategik pada kualitas SDM yang diharapkan setiap wilayah buat dapat bersaing secara positif dengan wilayah lain pada Indonesia. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mewujudkan kualitas SDM. Pendidikan merupakan salah satu upaya primer untuk mengimplikasikan asa tersebut, namun pula memerlukan ketika yg relatif lama serta biaya yg besar . Berbagai jenis dan jenjang pendidikan ditawarkan sang pemerintah. Peningkatan kualitas SDM merupakan tanggung jawab seluruh pihak. Dengan demikian, pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu keberhasilan suatu negara/wilayah.

Pemerintah, khususnya Depdiknas, sejak PJP I telah mengatur strategi dasar pada pengembangan SDM melalui pemerataan, relevansi, serta kualitas dan manajemen pendidikan. Ditambah menggunakan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Daerah bagi Propinsi Daerah spesial Aceh menjadi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), diatur setiap lini menggunakan kurikulum yg bernuansa Islami, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Dengan demikian, diperlukan kualitas SDM akan semakin tinggi, baik segi intelektual, moral, maupun spiritual.

Beberapa argumentasi di atas, pada menghadapi kesejagatan liberalisasi ekonomi dalam awal abad ke-21, khususnya tempat ASEAN 2003 serta Asia-Pasifik 2020, menyambut Otonomi Daerah 1999 serta Otonomi Khusus 2001, memberi indikasi bahwa sudah saatnya kualitas pendidikan memperoleh fokus yang lebih berfokus pada rangka peningkatan kualitas SDM. 

Artikel ini mencoba menyampaikan pemikiran yang menunjukkan konsep-konsep peningkatan kualitas SDM dalam memasuki era globalisasi dan mengisi era otonomi daerah. Pemikiran konseptual ini akan bisa diimplikasikan secara kontekstual selesainya diadakan penelitian yg mendalam serta objektif.

Kajian Teori
Pendidikan merupakan salah satu sarana buat menaikkan kualias SDM. Untuk menaikkan efektivitas serta efisiensi penyelenggaraan pendidikan, perlu ditingkatkan kualitas manajemen pendidikan. Berkaitan dengan kasus ini, Engkoswara (2001:5) mengungkapkan bahwa “Manajemen Pendidikan yang dibutuhkan membuat pendidikan yang produktif, yaitu efektif serta efisien, memerlukan analisis kebudayaan atau nilai-nilai dan gagasan vital pada banyak sekali dimensi kehidupan yang berlaku buat kurun waktu yang relatif pada mana insan hayati.”

Kualitas pendidikan dapat dicermati dari nilai tambah yang dihasilkan sang forum pendidikan, baik produk dan jasa maupun pelayanan yg bisa bersaing pada lapangan kerja yg ada dan yang diharapkan. Peningkatan kualitas SDM bisa dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Sehubungan dengan perkara ini, Supriadi (1996:54) mengemukakan bahwa “Agar pendidikan bisa memainkan perannya maka harus terkait menggunakan dunia kerja, adalah lulusan pendidikan semestinya mempunyai kemampuan dan keterampilan yang relevan dengan tuntutan dunia kerja. Hanya menggunakan cara ini, pendidikan memiliki kontribusi terhadap ekonomi.” 

Mengenai relevansi pendidikan pada arti adanya kesepadanan sebagaimana ditawarkan Djoyonegoro (1995:5) pada bentuk link and match, pada kenyataannya pendidikan sudah sesuai dengan keperluan warga yg sedang menciptakan. Pendidikan sampai ketika ini dipercaya menjadi unsur utama dalam pengembangan SDM. SDM lebih bernilai apabila memiliki sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian dan keterampilan yg sesuai menggunakan kebutuhan banyak sekali bidang dan sektor. Pendidikan adalah keliru satu alat buat menghasilkan perubahan dalam diri manusia. Manusia akan dapat mengetahui segala sesuatu yg tidak atau belum diketahui sebelumnya. Pendidikan merupakan hak seluruh umat insan. Hak buat memperoleh pendidikan wajib diikuti sang kesempatan dan kemampuan serta kemauannya. Dengan demikian, dapat dipandang menggunakan jelas betapa pentingnya peranan pendidikan dalam menaikkan kualitas SDM agar sejajar menggunakan insan lain, baik secara regional (swatantra wilayah), nasional, maupun internasional (dunia).

Berbagai fenomena kehidupan dalam segala dimensi, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun politik yang terjadi di sekitar kita menunjukkan citra yang semakin kentara bahwa sesungguhnya apa yang kita miliki akhirnya akan menjadi tidak berarti jika kita nir sanggup memanfaatkannya. Hal ini bermula berdasarkan problem rendahnya kualitas SDM.

Tinggi rendahnya kualitas SDM diantaranya ditandai menggunakan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yg direalisasikan dengan output kerja atau kinerja yang baik secara perorangan atau gerombolan . Permasalahan ini akan bisa diatasi apabila SDM mampu menampilkan output kerja produktif secara rasional serta mempunyai pengetahuan, keterampilan, serta kemampuan yg umumnya bisa diperoleh melalui pendidikan. Dengan demikian, pendidikan adalah galat satu solusi buat menaikkan kualitas SDM.

Sanusi (1998:7) mengemukakan ”Jika abad silam diklaim abad kualitas produk/jasa, maka masa yang akan tiba merupakan abad kualitas SDM. SDM yg berkualitas dan pengembangan kualitas SDM bukan lagi adalah gosip atau tema-tema retorik, melainkan merupakan taruhan atau andalan serta ujian setiap individu, gerombolan , golongan masyarakat, serta bahkan setiap bangsa.”

Pengembangan SDM adalah proses sepanjang hayat yg meliputi aneka macam bidang kehidupan, terutama dilakukan melalui pendidikan. Jika dicermati berdasarkan sudut pandang ekonomi, peningkatan kualitas SDM lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi yg dibutuhkan sang global kerja pada upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas proses produksi dan mempertahankan keseimbangan ekonomi.

Sehubungan menggunakan pengembangan SDM buat peningkatan kualitas, Kartadinata (1997:6) mengemukakan bahwa “Pengembangan SDM berkualitas merupakan proses kontekstual, sehingga pengembangan SDM melalui upaya pendidikan bukanlah sebatas menyiapkan insan yg menguasai pengetahuan dan keterampilan yg cocok menggunakan global kerja pada ketika ini, melainkan jua manusia yang sanggup, mau, dan siap belajar sepanjang hayat.”

Program peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberi manfaat pada organisasi berupa produktivitas, moral, efisiensi, efektivitas, dan stabilitas organisasi dalam mengantisipasi lingkungan, baik menurut dalam maupun ke luar organisasi yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Perencanaan SDM yang berkualitas, dalam Malaysia’s 2020 (1995), sebagaimana yang dikutip Kartadinata (1997:7) merumuskan beberapa kecenderungan yg terjadi pada masyarakat global yg perlu sebagai bahan pertimbangan pada pengembangan kualitas SDM. Kecenderungan tersebut adalah: (1) Dibandingkan dengan dasawarsa 1970-an serta 1980-an, tiga dasawarsa mendatang diperkirakan akan terjadi eksplosi yang hebat, terutama yang menyangkut teknologi kabar serta bioteknologi. Dalam konteks peningkatan kualitas SDM, implikasi yg bisa diangkat merupakan para ilmuwan harus bekerja dalam pendekatan multidisipliner serta adanya program pendidikan berkelanjutan (S2/S3), serta (2) Eksplosi teknologi komunikasi yang semakin canggih dapat mempersingkat jarak serta meningkatkan kecepatan bepergian. Hal ini akan membuat bangsa yg mempunyai kemampuan dan pengetahuan yg relevan dan menguasai teknologi baru secara substantif sanggup menaikkan produktivitasnya.

Hasil pemikitan pada atas menghadapkan kita dalam arah, tantangan, serta tuntutan umum pendidikan pada kehidupan abad ke-21 sebagai masa depan suatu lembaga. Sehubungan menggunakan masalah ini, UPI (dulu IKIP Bandung 1997:9) menciptakan kajian mengenai arah, tantangan, dan tuntutan abad ke-21 dalam peningkatan kualitas SDM. Hasil menurut kajian tadi adalah menjadi berikut: (1) Pendidikan merupakan modal dasar pembangunan bangsa yang terarah pada upaya memberdayakan semua potensi manusia Indonesia, baik yang menyangkut nilai-nilai intrinsik, instrumental maupun kesinambungan; (2) Pendidikan mencakup sasaran khalayak yang amat luas yg mengandung target, tujuan, dan kepentingan yg bhineka serta menuntut suasana yg bervariasi serta multymethods dan multymedia; (tiga) Fungsi pendidikan akan terarah pada upaya mendorong orang buat belajar aktif serta memberdayakan semua potensi yang terdapat pada dirinya; (4) Produk pendidikan yang berwujud SDM harus menampilkan kualitas yang mandiri serta mengandung keunggulan, baik komparatif juga kompetitif, baik pada tingkat lokal, nasional juga internasional; (lima) Kualitas organisasi (lembaga), kualitas manajemen, dan kualitas kepemimpinan sebagai tuntutan yg semakin luas, terbuka, dan menghendaki ketertiban pada seluruh unsur yang terarah buat mencapai pendidikan yang berkualitas dalam gilirannya akan mencapai kualitas SDM yg makin baik serta merata; serta (6) Pengembangan sikap sadar teknologi serta sains serta peningkatan kualitas diri para pendidik serta staf merupakan hal yg absolut perlu ditanamkan serta akan digunakan menjadi sarana pada menyiapkan SDM yang berwawasan teknologi serta memiliki kesiapan belajar sepanjang hayat.

Program peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberikan manfaat dalam lembaga berupa produktivitas, moral, efisiensi kerja, stabilitas, serta fleksibilitas lembaga pada mengantisipasi lingkungan, baik menurut pada juga ke luar lembaga yg bersangkutan. Fungsi serta orientasi pendidikan dalam peningkatan kualitas SDM telah dibentuk pada suatu kebijakan Depdiknas (2001:5) pada tiga strategi utama pembangunan pendidikan nasional, yaitu: (1) pemerataan kesempatan pendidikan, (2) peningkatan relevansi dan kualitas pendidikan, dan (tiga) peningkatan kualitas manajemen pendidikan. Untuk melaksanakan ketiga strategi pokok pembangunan pendidikan tersebut pada atas, seyogianya dicermati bagian-bagian sistem pendidikan nasional pada kaitannya menggunakan orientasi masing-masing dan dijabarkan dalam planning dan prioritas pembangunan pendidikan.

Titik tolak pemikiran tentang orientasi pendidikan nasional merupakan: (1) mencerdaskan kehidupan bangsa, (2) mempersiapkan SDM yg berkualitas, terampil, dan pakar yang dibutuhkan dalam proses memasuki era globalisasi dan swatantra daerah, dan (tiga) membina serta menyebarkan penguasaan berbagai cabang keahlian ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Dalam mengungkapkan peningkatan kualitas SDM dewasa ini, ada dua sisi yg perlu dicermati secara lebih spesifik, yaitu peningkatan kualitas SDM di era globalisasi dan peningkatan kualitas SDM pada era swatantra daerah.

Peningkatan Kualitas SDM Era Globalisasi
Dalam warga modern seperti kini ini, terlebih lagi pada menuju era globalisasi, kita dituntut supaya sanggup menghadapi persaingan yg makin kompetitif, baik di pada maupun pada luar negeri. Salah satu cara buat mengantisipasi persaingan yg makin kompetitif tersebut adalah melalui peningkatan kualitas SDM yang komprehensif.

Pemerintah Republik Indonesia pada menghadapi era globalisasi telah merencanakan peningkatan kualitas SDM secara konseptual. Hal ini dituangkan dalam GBHN 1998 yg berbunyi “Peningkatan kualitas SDM menjadi pelaku primer pembangunan yg mempunyai kemampuan memanfaatkan, menyebarkan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta tetap dilandasi sang motivasi serta kendali keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Globalisasi makin mendorong peluang terbukanya pasar internasional; bagi produk barang serta jasa (pendidikan).”

Selanjutnya, Siagian (1998:96) mengemukakan bahwa SDM abad ke-21 ditandai oleh “Salah satu segi kehidupan yang timbul ke permukaan dewasa ini dengan gaung yang lebih kuat dibandingkan masa kemudian adalah peningkatan kualitas hayati umat insan. Kualitas hidup dalam dasarnya bermuara pada pengakuan atas harkat dan martabat manusia.”

Setelah menyelidiki beberapa uraian di atas, jelaslah bahwa buat melaksanakan tugas pada masa depan diperlukan SDM yg berkualitas. Hal ini sinkron dengan ungkapan Kartadinata (1997:4) berikut adalah, yaitu “SDM berkualitas yg harus disiapkan buat memasuki abad ke-21 merupakan SDM yg mampu melakukan life long learning.” Hal ini tampak dengan kentara pada sebagian SDM kita yang terus-menerus menimba ilmu dengan nir memikirkan usia. Makin tua usia SDM tersebut, makin matang juga cara berpikirnya, ini dibantu oleh pengalaman yg poly, baik pada pada juga di luar dinas.

Peningkatan Kualitas SDM Era Otonomi Daerah 
Otonomi daerah merupakan dambaan rakyat Indonesia dewasa ini di setiap daerah. Masyarakat NAD memperoleh pemberian dalam rangka swatantra daerah dengan otonomi khusus, yg berarti agak berbeda menggunakan daerah lain di Indonesia. Perbedaan (kekhususan) ini bukanlah suatu hal yang gampang karena memerlukan penanganan yang profesional dari SDM yg ada pada daerah. Timbul pertanyaan, apakah daerah yg diberi otonomi khusus ini telah siap dalam pengertian yg luas, terutama SDM-nya?

Otonomi spesifik buat NAD diatur pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 yang diklaim dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Sebelumnya, Aceh dianggap menggunakan Daerah Istimewa, yang nir ada bedanya dengan wilayah lain di Indonesia. Dalam otonomi khusus ini, hal yang tidak sinkron merupakan tentang biaya pendidikan. Hal ini dimuat pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 pasal 7 ayat (2) yaitu: “Sekurang-kurangnya 30 % pendapatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (tiga) huruf (a), ayat (4) dan ayat (5) dialokasikan buat biaya pendidikan pada NAD”. Dengan adanya peningkatan/kenaikan biaya pendidikan yg mencukupi kebutuhan, maka dibutuhkan peningkatan kualitas dapat dilaksanakan dengan gampang. Hal ini masih merupakan harapan seluruh pihak, namun kenyataannya belum dapat diketahui (memerlukan penelitian yang akurat dan berlanjut). 

Fattah (2000:6) mengungkapkan bahwa “SDM terdiri menurut 2 dimensi, yaitu dimensi kualitatif dan dimensi kuantitatif.” Dimensi kualitatif merupakan terdiri atas prestasi tenaga kerja yg memasuki global kerja pada jumlah waktu belajar, sedangkan dimensi kuantitatif mencakup banyak sekali potensi yg terkandung dalam setiap manusia, antara lain pikiran (wangsit), pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yg memberi dampak terhadap kapasitas kemampuan insan buat melaksanakan pekerjaan yang produktif. Jika pengeluaran buat meningkatkan kualitas SDM ditingkatkan, nilai produktivitas dari SDM tadi akan membentuk nilai pulang (rate of return) yg positif.

Dalam upaya peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan perlu diadakan beberapa pendekatan, yaitu:
  1. Pendekatan Religius. Dalam mengisi otonomi spesifik NAD, sudah disusun kurikulum dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan tinggi dengan kurikulum yang bernuansa Islami yg diatur dalam perda Nomor 6 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Bergerak dari kurikulum sekolah yg bernuansa Islami, menggunakan proses pendidikan yg Islami, akan dihasilkan output yg Islami pula. Output pendidikan yg Islami akan melahirkan SDM yg Islami serta bisa mengisi setiap lowongan kerja/jabatan yg ada pada NAD, sehingga diperlukan setiap lini akan membuat pekerjaan yang Islami, yaitu pekerjaan yg sinkron menggunakan firman Allah swt dalam Al Qur’an yang adalah “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke pada Islam keseluruhannya, serta jangan engkau mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yg nyata bagimu.” (Al Qur’an Surat Al Baqarah 208). Dari ayat pada atas jelaslah bahwa SDM Islam wajib melaksanakan segala segi kehidupan dengan pekerjaan yang Islami, nir boleh sepotong-pangkas (masuklah ke dalam Islam secara kaffah/keseluruhan) karena segala segi kehidupan itu saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Dalam ayat lain Allah swt berfirman, yang artinya “Kamu merupakan sebaik-baik umat yg diturunkan buat manusia. Kamu mengajak yg makruf serta melarang yang mungkar serta beriman pada Allah” (Al Qur’anulkarim Surat Ali Imran 110). Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa umat Islam (SDM Islam) merupakan sebaik-baik umat pada menjalankan misinya menjadi khalifah pada muka bumi. Dalam ayat itu ditegaskan pula SDM wajib mengerjakan yang disuruh serta meninggalkan yg dihentikan oleh agama apabila ingin mendapat Rahmat Allah swt. Siapakah yang nir ingin memperoleh rahmat Alllah swt? Jika ingin memperoleh rahmat Allah swt bekerjalah sinkron menggunakan aturan yg berlaku. Adalah kewajiban bagi umat muslim (SDM muslim) buat menanggapi pengakuan Allah swt, apakah akan disambut dengan perilaku tidak peduli atau ditanggapi menggunakan rasa tanggung jawab yg tinggi atas rahmat Allah swt. Selanjutnya, hadis Nabi Besar Muhammad saw berdasarkan Abdullah yg meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda “Sesungguhnya kebenaran membawa kebaikan dan sesungguhnya kebaikan membawa pada syurga. Dan sesungguhnya seseorang yg berkata sahih hingga beliau menjadi orang yg dapat dipercaya. Dan sesungguhnya kebohongan membawa kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Dan sesungguhnya seorang yang berdusta sampai dia ditetapkan di sisi Allah menjadi seorang pendusta,” Hadis Shahih Bukhari (Hussein Bahreisy, 1980:348). Dari hadis di atas jelaslah pada kita bahwa seorang (SDM) yang bekerja secara Islami akan selalu jujur dalam pekerjaan, lantaran resiko seseorang (SDM) berdusta pada kehidupannya merupakan neraka. Setiap umat Islam akan sangat takut kepada neraka. Untuk melahirkan SDM yg Islami, harus dididik oleh pendidik yang Islami pula. Timbul pertanyaan, telah siapkan SDM yg Islami buat mengisi setiap lini? Dalam pendekatan religius ini, GBHN 1998 menekankan pada “kendali keimanan serta ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.” Bergerak dari pendekatan ini, SDM akan beranjak pada bidangnya dalam bentuk kualitas yang tinggi buat melaksanakan tanggung jawabnya yang akbar.
  2. Pendekatan Politik. Telah umum diketahui bahwa terlepas dari sistem politik yg dianut oleh suatu negara, galat satu tujuan negara adalah untuk menaikkan kesejahteraan rakyatnya. Dalam konteks kehidupan kenegaraan, kesejahteraan rakyat nir lagi dibatasi dalam kesejahteraan fisik yg terwujud pada kemakmuran ekonomi yg semakin merata, tetapi pula kesejahteraan mental spiritual. Bahkan, kesejahteraan dimaksud dewasa ini acapkali dikaitkan menggunakan kualitas hidup umat insan sesuai menggunakan harkat dan martabatnya yg tidak hanya diikuti, akan namun pula dijunjung tinggi.
  3. Pendekatan Ekonomi. Krisis ekonomi yg berkepanjangan serta seakan-akan tidak kunjung reda di negara kita berdampak sangat tidak baik bagi peningkatan kualitas SDM. Banyak anggota warga (SDM) yang adalah aset suatu negara nir dapat melanjutkan studi (pendidikan) ke jenjang lebih tinggi karena ketidakmampuan ekonominya. Hal ini akan bisa diatasi bila pengambil kebijakan dalam mengelola pembiayaan pendidikan lebih arif dan bijaksana pada mengelola porto pendidikan yg tersedia. Mereka hendaknya membantu SDM yang benar -betul membutuhkan, sebagai akibatnya donasi itu sangat berguna. Pada kenyataannya, SDM yg tidak membutuhkan bantuan (SDM yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi) jua memperoleh atau bahkan menginginkan donasi tersebut. Ironis sekali bukan?
  4. Pendekatan Hukum. Salah satu indikator kehidupan warga terbaru adalah makin tingginya pencerahan anggota rakyat akan pentingnya keseimbangan antara kewajiban dan hak masing-masing. Instrumen utama buat mengklaim ekuilibrium tersebut adalah kepastian hukum. Kualitas SDM bisa ditingkatkan menggunakan mematuhi aturan-hukum yg berlaku pada negaranya. Dengan mematuhi aturan termasuk peraturan-peraturan di loka beliau bekerja, sebagai akibatnya pelanggaran jarang terjadi atau bahkan nir terjadi, kualitas SDM akan semakin tinggi. 
  5. Pendekatan Sosio-Kultural. Nilai-nilai budaya menentukan baik atau jelek dan sahih atau keliru. Dalam peningkatan kualitas SDM, nilai sosio-kultural merupakan suatu faktor yg sangat penting buat diperhatikan. Seseorang (SDM) akan memalukan berbuat jelek lantaran rakyat akan menilainya serta bahkan mengucilkannya apabila seseorang terbukti berbuat hal-hal yang berbenturan dengan norma istiadat (budaya) suatu kelompok. Oleh karena itu, budaya memalukan itu perlu dipupuk. Peningkatan kualitas nir bisa dilakukan apabila nir ada yg mengikutinya.
  6. Pendekatan Administratif/Manajerial. Salah satu ciri yang menonjol di abad ini merupakan terciptanya berbagai jenis organisasi. Oleh karena itu, manusia terkini tak jarang disebut manusia organisasional yg menjadi fokus administratif/manajerial. Jika suatu pekerjaan dilaksanakan secara administratif/manajerial, maka efektivitas, efisiensi, dan produktivitas akan bisa dicapai dengan gampang. Dengan demikian, kualitas pun akan meningkat. Di dalam proses manajemen diharapkan perencanaan, aplikasi, serta supervisi. Jika ketiga proses ini diikuti dengan benar, peningkatan kualitas akan dapat dicapai. Salah satu filsafat manajemen adalah mengurangi ketidakpastian. Apabila memang itu sahih, kualitas akan dapat ditingkatkan. Manajemen pendidikan merupakan suatu ilmu yang mengusut bagaimana menata asal daya, baik SDM juga asal daya lain buat mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu, penataan manajemen pendidikan sangat diperlukan pada mencapai kualitas pendidikan yg akan berdampak positif dalam peningkatan kualitas SDM.

KEBERHASILAN PENDIDIKAN ISLAM

Keberhasilan Pendidikan Islam 
Pendidikan Islam adalah suatu aktivitas buat menyebarkan semua aspek kepribadian subjek didik yang berjalan seumur hayati. Maka pada hal ini pendidikan harus dilaksanakan secara trylogi pendidikan yaitu pendidikan informal (tempat tinggal tangga), pendidikan formal (disekolah) serta pendidikan non formal (pada warga ). 

H. M. Arifin bahwa pendidikan Islam adalah sebagai bisnis membina serta mengembangkanpribadai manusia berdasarkan aspek-aspek rohaniah serta jasmaniah juga wajib berlangsung secara bertahap oleh lantaran suatu kematangan yg bertitik akhir dalam optimalisasi perkembangan/pertumbuhan.

Omar Muhammad At-Toumy al-Syaebani mengemukakan bahwa pendidikan Islam diartikan menjadi usaha mengganti tingkah laris individu dalam kehidupan pada alam sekitarnya melalui proses kependidikan.

Mohd. Fadil Al-Djamaly menyampaikan bahwa pendidikan Islam merupakan proses yang mengarahkan insan kepada kehidupan yg baik serta mengangkat derajat kemanusiaannya, sinkron menggunakan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (dampak dari luar). 

Pendapat Mohd. Fadil Al-Djamaly di atas bahwa manusia ketika lahir ke dunia memiliki potensi (fitrah), maka potensi dasar tersebut perlu dikembangkan melalui pendidikan sehingga subjek didik bisa mengaktualisasikan ilmu pada kehidupannya. 

Sebagaimana Allah berfirman dalam surat ar-Rum Ayat 30, yg ialah: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yg sudah menciptakan manusia dari fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yg lurus, namun kebanyakan insan nir mengetahui” (QS. Ar-Ruum: 30).

Islam menegaskan bahwa anak pada dasarnya baik, ketiak dilahirkan dalam fitrah yang suci. Sehingga seseorang bayi, hayati pada alam paradise (kalau meninggal dalam keadaan Islam dianggap eksklusif masuk ke surga ). Dalam perkembangan selanjutnya, dalam kata keagamaan, lantaran kelemahannya sendiri, sang bayi yang tumbuh pelanpelan menjadi dewasa ini kemudian tergoda, lantaran taraikan kehidupan dunia, sehingga sedikit-sedikit ia masuk ke dalam inferno “neraka global” (metafor buat mereka yeng menjauhi diri berdasarkan suara hatinya yg kudus).

Karena dosanya hatinya pun jadi kotor. Kemudian pada suatu keadaan yg disebut penyucian, seorang insan dilatih kembali buat tanggal dari infernonya dari neraka dirinya. Inilah proses kealam purgatorio, alam pembersihan diri, dimana akan dirinya. Inilah proses ke alam purgatorio, alam pembersihan diri, dimana akan terbuka kembali alam kefitrahannya, yg pada dasarnya setiap manusia dilahirkan dalam kefitrahan ini. Keadaan hati yang ada pada kecermelangannya. Sebenarnya fitrah ini bukanlah sesuatu yg dihasilkan atau diusahakan, namun sesuatu yg ditemukan balik . Itu sebabnya istilah yang dipakai (misalnya misalnya dalam Idul Fitri kita minggu depan) adalah “pulang ke fitrah” yang secara simbolik artinya adalah merayakan kembalinya diri kita kembali kea lam paradise (surge diri) alam kefitrahan manasia (kembali pada kecemerlangan suara hati) asal menurut penciptaannya. 

Dengan kemampuan dasar pada atas Abdul ‘Ala al-Maududi menyatakan insan sudah dibentuk sang Tuhan pada 2 aspek kehidupan pada dua suasana kegiatan yg tidak sinkron. Pertama dia berada pada dalam suasana di mana dirinya secara menyeluruh diatur oleh hukum Tuhannya. Dia sedikitpun tidak dapat beringsut serta tidak dapat menghindari sama sekali dari anggaran Tuhannya. Juga ia tak bisa mengganti dan melangkahinya. 

Dengan istilah lain ia sahih-benar terperangkap pada genggaman hukum alam dan terikat buat mematuhinya. Kedua, manusia telah dianugerahi kemampuan logika serta kecerdasan. Ia bisa berpikir dan menciptakan pertimbangan dangan akalnya buat memilih serta menolak serta merogoh atau membuangnya. Ia juga dapat memeluk agama apa saja, mengikuti cara hayati apa saja, dan membangun kehidupannya sinkron menggunakan ideology yang dipilih. Diapun dapat menciptakan kode tingkah lakunya sendiri atau menerima saja kode-kode yang di buat oleh orang lain. Dia sudah diberi kemampuan “free will” (bebas berkehendak) serta dapat memutuskan arah perbuatannya sendiri.

Herman H. Horne berpendapat pendidikan harus dilihat suatu proses penyesuaian diri insan secara timbale kembali dengan alam sekitar, menggunakan sesama manusia serta dengan watak yg tertinggi dari kosmos.

Brubacher bahwa pendidikan adalah proses timbal kembali menurut tiap eksklusif insan pada rangka penyesuaian dirinya denganalam semesta serta temannya. 

Pendidikan adalah perkembangan yang terorganisasi serta kelengkapan dari semua potensi-potensi insan, moral, intelektual dan jasmani (fisik), sang dan buat kepribadian individunya dan kegunaan yg diperlukan demi menghimpun seluruh aktivitas tersebut bagi tujuan akhir hidupnya. Pendidikan adalah proses dimana potensi-potensi ini (kemampuan kapasitas) manusia yg gampang dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan sang norma yg baik, sang indera atau media yang disusun sedemikian rupa dan dikelola sang manusia buat menolong orang lain atau dirinya untuk mencapai tujuan yg ditetapkan.

Dari pendapat pada atas dapat dijelaskan bahwa setiap jenis pendidikan baik informal, formal dan non informal agar subjek didik terjadi perkembangan kecerdasan baik kecerdasan intelektual, spiritual juga emosional serta jua dapat diaktualisasi sang subjek didik dalam kehidupannya, maka pendidikan serta pengajaran harus diarahkan sinkron dengan tujuan pendidikan Islam. 

Dalam hal ini secara empiris kebanyakan subjek didik belum mengaktualisasikan ilmu-ilmu pengetahuan atau meteri-bahan ajar yang sudah dipelajari secara formal atau non formal. Justru itu pembelajaran tadi belum tercapai tujuan operasional yaitu tujuan mudah yg dicapai malalui sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam pendidikan formal, disebut jua tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Tujuan Instruksional tadi adalah tujuan pengajaran yang direncanakan pada unit kegiatan pengajaran tertentu. Maka pada hal ini, jika Tujuan Instruksional Umum serta Tujuan Instruksional Khusus belum tercapai, sehingga belum tercapai pula Tujuan Pendidikan Islam. Oleh karenanya tujuan pendidikan Islam yg merupakan kemampuan dan keterampilan yang menuju kepada manusia kamil (manusia paripurna). 

Dari pada atas Burhan Somad bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan individu bercorak serta berderajat tertinggi dari berukuran Allah yang merupakan tujuan hidup manusia.

Dalam hal ini Allah sudah berfirman dalam surat at-Tin ayat 4-6 yaitu: “Sesungguhnya Kami sudah membentuk manusia dalam bentuk yg sebaikbaiknya, kemudian Kami kembalikan beliau ke derajat yang paling rendah, kecuali orang-orang yang beriman serta yg mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala yg nir putus-putusnya”. 

Dengan demikian pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yg dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik individu juga sosial buat mengarahkan potensi baik yang sinkron menggunakan fitrahnya melalui proses intelektual serta spiritual berlandasan nilai Islam untuk mencapai kehidupan pada global serta akhirat. Dari pandangan ini, bisa dikatakan bahwa pendidikan Islam bukan sekedar “transfer of knowledge” ataupun “transfer of training”, tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata pada atas pondasi “keimanan” dan “kesalehan”, yaitu suatu sistem yang terkait secara langsung menggunakan Tuhan. Dengan demikian, bisa dikatakan pendidikan Islam merupakan suatu kegiatan yang mengarahkan menggunakan sengaja perkembangan seorang sesuai atau sejalan menggunakan nilai-nilai Islam. Maka sosok pendidikan Islam bisa digambarkan menjadi suatu sistem yang membawa insan kearah kebahagian dunia serta akhirat melalui ilmu dan ibadah. Karena pendidikan Islam membawa manusia untuk kebahagian dunia serta akhirat, maka yang harus diperhatikan merupakan “nilai-nilai Islam mengenai insan, hakikat serta sifat-sifatnya, misi dan tujuan hidupnya pada global ini serta akhirat nanti, hak serta kewajibanny menjadi individu serta anggota rakyat. Semua ini dapat kita jumpai pada Al-Quran serta Hadits. Jadi, bisa dikatakan bahwa konsepsi pendidikan contoh Islam, tidak hanya melihat pendidikan itu sebagai upaya “mencerdaskan” semata (pendidikan intelek, kecerdasan), melainkan sejalan menggunakan konsep Islam mengenai insan dan hakikat eksistensinya. Maka pendidikan Islam menjadi suatu pranata sosial, juga sangat terkait dengan pandangan Islam mengenai hakikat eksistensi (eksistensi) insan. Oleh karena itu, pendidikan Islam pula berupaya buat menumbuhkan pemahaman serta kesadaran bahwa insan itu sama di depan Allah dan perbedaannya adalah terletak pada kadar ketakwaan masing-masing insan, menjadi bentuk perbedaan secara kualitiatif. 

1. Hakikat Subjek Didik
Dalam proses pembelajaran subjek didik unsur yg sangat penting di samping pengajar serta fasilitas lainnya, sehingga perlu dibahas terlebih dahulu hakikat daripada subjek didik tersebut. Manusia diciptakan Allah selain sebagai hamba-Nya, pula menjadi penguasa (khalifa) di atas bumi. Selaku hamba serta khalifah manusia telah diberikan kelengkapan kemampuan jasmaniah (fisiologis) serta rohaniah (mental psikologis) yang bisa pada kembang tumbuhkan seoptimal mungkin, sebagai akibatnya sebagai alat yang berdaya guna pada ikhtiar kemanusiaannya buat melaksanakan tugas utama kehidupan di global. 

Manusia diberi hayati sang Allah nir secara outomatis serta langsung, akan tetapi melalui proses panjang yg melibatkan berbagai faktor serta aspek. Ini tidak berarti Allah nir bisa atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan namun justru lantaran terdapat proses itulah maka tercipta dan muncul apa yg diklaim “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri juga bagi makhluk lain yang pula diberi hidup sang Allah, yakni flora serta hewan.

Kehidupan yg demikian merupakan proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang yang saling menunjang antara insan, alam dan segala isinya utamanya flora dan hewan, pada suatu “tata nilai” juga “tatanan” yang dianggap ekosistem. Tata nilai serta tatanan itulah yang diklaim pula “moral dan etika kehidupan alam” yang acapkali ditentukan oleh paradigm sinamis yg berkembang dalam komunitas warga pada samping imbas ajaran agama yg menjadi sumber wangsit moral serta etika itu. 

Oleh karena itu buat mengembangkan atau menumbuhkan kemampuan dasar jasmaniah serta rohaniah tadi, pendidikan adalah sarana atau indera yang memilih sampai pada mana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut bisa dicapai.

Berdasarkan pernyataan pada pada usaha pengembangan subjek didik, maka perlu diarahkan materi yang relevan pada pembelajaran, sebagai akibatnya subjek didik bisa menguasai, baik kemampuan kognitif, efektif maupun psychomotorik. Apabila kemampuan terdapat dalam subjek didik, maka tercapailah tujuan intruksional. Dengan tercapai tujuan instruksional maka tercapai pula tujuan pendidikan Islam. 

Demikian jua hakikat subjek didik merupakan menjadi makhluk yg pada perkembangannya selalu dipengaruhi sang unsur heredity (keturunan) dan lingkungan. 

Sebagaimana Nabi SAW bersabda: Artinya: “tiap anak yang dilahirkan membawa fitrah, maka ke 2 orang tuanyalah yang berakibat Yahudi atau Nasrani atau majusi.

Hadits di atas sejak insan lahir telah membawa kemampuankemampuan atau dari hadits tersebut fitrah (potensi). Sedangkan orang tua pada hadits tersebut adalah lingkungan, sebagaimana dimaksud sang para ahli pendidikan, sang karena demikian ke 2 faktor tersebut di atas sangat memilih perkembangan subjek didik pada proses pendidikan.

Pengaruh ini bisa terjadi pada aspek jasmani, logika maupun dalam aspek rohani. Menurut al-Syaibani dampak ini dimulai sejak bayi berupa embrio serta baru berakhir setelaj kematian orang tadi. Justru itu begitu bertenaga dan bercampur aduk rata peranan dari faktor-faktor ini maka sukar sekali buat bisa memilih faktor lebih banyak didominasi yeng berpengaruh yg dalam perkembangan subjek didik dalam pendidikan, akan tetapi pada beberapa hala kita dapat melihat pertumbuhan serta perkembangan yg muncul dalam subjek didik dalam faktor keturunan, misalnya roman muka, mata, rona rambut serta sebagainya. Demikian pula dalam faktor lingkungan depat ditinjau pada pertumbuhan kepribadian serta sosial subjek didik.

Islam sebagai agama yg paripurna telah memberikan pijakan yang kentara tentang tujuan dan hakikat pendidikan, yakni memberdayakan potensi fitrah manusia yg condong pada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan agar dia dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba yg siap menjalankan selebaran yang dibebankan kepadanya sebagai khalifah pada muka bumi, sebagaimana yg tertuang pada firman-Nya yg ialah: “ingatlah saat Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “sesungguhnya Aku hendak membuahkan seseorang khalifah dimuka bumi” mereka menyampaikan “mengapa Engkau hendak menjaikan seseorang (khalifah) di muka bumi, itu orang yang akan menciptakan kerusakan padanya serta menumpahkan darah, padahal Kami Senantiasa bertasbih menggunakan memuji Engkau dan mensucikan Engkau”? Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yg tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Bagarah: 30). 

Selanjutnya Allah berfirman yg artinya: “sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat pada langit, bumi serta gunung-gunung, maka semuanya enggan buat memikul amanat itu serta mereka risi akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya insan itu amat zalim serta amat terbelakang”. (QS. Al-Ahzab: 72). 

Oleh karena itu pendidikan berarti adalah suatu proses membina semua potensi insan menjadi makhluk yg beriman dan bertakwa, berpikir dan berkarya, sehat, kuat serta berketerampilan tinggi buat kemaslahatan diri serta lingkungannya. 

Pendidikan diperlukan tidak hanya focus pada perkara intelektual namun juga emosional serta spiritual. Walaupun kecerdasan intelektual (IQ) mempunyai kedudukan dan posisi yg sangat penting, akan namun tanpa kehadiran kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) yg merupakan kecerdasan yg herbi perasaan yang bersumber dalam hati, nir akan optimal serta bermakna. Banyak orang berusaha untuk merubah global, namun sedikit sekali orang terlebih dahulu berusaha merubah dirinya sebagai langsung yang lebih baik dan shaleh. Orang sukses sejati merupakan orang yg terus menerus berusaha membersihakan hati. 

John Locke (1623-1704) filosof Inggris yg terkenal dengan teorinya tabula rasa mengungkapkan bahwa jiwa manusia waktu dilahirkan laksana kertas bersih (istilahnya meja lilin) lalu diisi dengan pengalaman-pengalaman yg diperoleh pada hidupnya, maka pendidikan sangat berpengaruh pada seorang. 

Dalam hal ini, keharusan mendapatkan pendidikan masih ada beberapa aspek antara lain menjadi berikut: 

a. Aspek paedagogis 
Dalam aspek ini para pakar didik memandang insan menjadi animal educandum, yaitu makhluk yang memerlukan pendidikan, sehingga insan menggunakan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkannya, akan sebagai manusia yang memadai secara fisik, psikis serta mental. 

b. Aspek sosiologis dan cultural 
Menurut ahli sosiologi, pada prinsipnya insan adalah moscius yaitu makhluk yg berwatak atau berkemampuan dasar atau yang mempunyai garizah (naluri) buat hayati bermasyarakat, sebagai makhluk sosial, manusia wajib mempunyai rasa tanggung jawab sosial (social responability) yg diharapkan pada membuatkan interaksi timbal pulang (interelasi) dan saling impak menghipnotis antara sesame anggota warga pada kesatuan hidup mereka, oleh karena demikian insan sosial berkembang, hal ini adalah makhluk yg berkebudayaan, baik moral juga mental. 

c. Aspek Tauhid 
Aspek Tauhid adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa insan adalah makhluk yang berketuhanan, karena ketika insan dilahirkan telah mempunyai kemampuan dasar (potensi) yaitu percaya kepada Tuhan. Itulah sebabnya manusia sebagai makhluk yang berketuhanan atau beragama, maka pada dalam jiwa insan terdapat naluri religious atau garizah diniyah (naluri percaya dalam agama). Oleh lantaran demikian untuk mengembangkan insting religious atau garizah diniyah, yaitu melalui proses pendidikan, sebagai akibatnya insan atau subjek didik bisa mengaktualisasi dalam kehidupannya, sebagai inti menurut ajaran Islam yaitu “rahmatal lil ‘alamin” Dalam hal ini Islam menyetujui juga pengaruh lingkungan dalam perkembangan fitrah sebagaimana hadits yg diriwayatkan sang Bukhari di atas, tetapi bukan berarti Islam sebagai perhambaan pada lingkungan. Memang dalam realitasnya lingkungan memegang peranan yang relatif penting dalam pembentukan tingkah laris subjek didik, akan namun bulan satu-satunya faktor yang menentukan, kecuali berat sebelah dalam hakikat manusia, juga tidak menghargai harkat manusia yang pada hakikatnya berpusat pada proses individualitas san sosialitas secara naluriah yg tak mungkin dihindarkan dalam perkembangan hidupnya. Individualitas dan sosialitas insan sebagai makhluk Tuhan, baru terbentuk dengan Integrited bila dilandasi dengan faktor moralitas.

Menurut Immanuel (1724-1804) filosof akbar global (Jerman), mengungkapkan insan nir akan mampu mengendalikan diri sendiri. Manusia mengenali dirinya menurut apa yang tampak (baik secara realitas juga secara bathin). Yang krusial bagi dunia pendidikan menurut Kant adalah bahwa manusia makhluk rasional, insan bebas bertindak menurut alasan moral manusia bertindak bukan buat dirinya sendiri. Jadi tatkala insan akan bertindak beliau meski mempunyai alasan melakukan tindakan itu. Menurut Kant, hal ini dalam fauna tidak. 

Dengan demikian, pemahaman terhadap subjek hakikat subjek didik pada pendidikan Islam adalah sebagai acuan dalam proses pembalajara, supaya tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai. Hakikat subjek didik ini mencakup ketrampilan unsur jasmani, kecerdasan intelektual yang mutlak diharapkan insan menjadi langkah buat menyebarkan dirinya ke arah kemajuan yang teguh pada Allah, sebagai akibatnya manusia secara langsung bisa mengakui eksistensi Tuhan menjadi zat yg paling mulia. Hal ini sudah termaktub pada surah Al-Ambiya ayat 80 yg berbunyi menjadi berikut: 

Artinya: “Dan sudah kami ajarkan kepada Daud menciptakan baju besi untuk kamu, guna memlihara kamu dalam peperanganmu, maka hendaklah kamu bersyukur (pada Allah).

Demikian pula dalam surat al-Angkabut ayat 43 yang berbunyi menjadi berikut: 
Artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat buat manusia dan tiada yg memahaminya kecuali orang-orang yg berilmu Berdasarkan ayat yang pada atas bahwa hakikat subjek manusia sebagai didik memiliki potensi-potensi yang perlu dikembang baik unsur jasmaniyah juga unsur rohaniah. 

2. Tujuan Pendidikan Islam 
Dalam rangka buat mencapai suatu tujuan menurut filsafat pendidikan Islam harus mempunyai suatu proses pendidikan, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan dalam hakikatnya adalah suatu perwujudan berdasarkan nilai-nilai ideal yg terbentuk pada pribadi manusia yang diinginkan. Nilai-nilai ideal itu mensugesti serta mewarnai pola kepribadian insan sehingga membentuk pada prilaku lahiriyah. Oleh lantaran demikian prilaku lahiriyah merupakan cerminan yang memproyeksi nilai-nilai yang telah mengacu di pada jiwa insan menjadi produk berdasarkan proses kependidikan. 

Tujuan pendidikan Islam adalah idealisme (hasrat) yg mengandung nilai-nilai Islami yang hendak dicapai oleh proses kependidikan yang menurut ajaran Islam secara bertahap. Oleh karenanya tujuan pendidikan Islam adalah merupakan penggambaran nilai-nilai Islam yang hendak diwujukan pada eksklusif manusia menjadi subjek didik yang pada akhirnya proses pendidikan yang disadari atau dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah menjadi sumber kekuasaan mutlak.

Tujuan pendidikan Islam merupakan buat mencapai ekuilibrium pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, nalar pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional, perasaan indra. Karena itu, pendidikan hendaknya meliputi pengembangan semua aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, khayalan, fisik, ilmiah serta bahasa, baik secara individual juga kolektif serta mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan serta kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan insan terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat insan. Pendidikan, bila dipahami dari pengertiannya maka kita mampu menggolongkan sebagai satu disiplin keilmuan yang berdikari, yaitu ilmu pendidikan. 

Ilmu pendidikan adalah sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yg diperoleh melalui riset. Riset disajikan dalam bentuk konsep-konsep, maka ilmu pendidikan bisa dibataskan sebagai sistem konsep pendidikan yg dihasilkan melalui riset. Disini kita akan menentukan objek formal ilmu pendidikan yg maha luas, luas terbatas namun jua diartikan sempit. Dalam pengertian maha luas, pendidikan adalah segala situasi dalam hayati yg mensugesti pada pertumbuhan seorang, sanggup berupa pengalaman belajar sepanjang hayati, tidak terbatas pada waktu, loka, bentuk sekolah, jenis lingkungan dan tidak terbatas dalam bentuk kegiatannya. 

Pengertian kemaha-luasna implisit pada tujuan pendidikannya. Dalam pengertian sempit, pendidikan merupakan sekolah atau persekolahan. Pendidikan mampu diartikan impak yg diupayakan dan direkayasa sekolah terhadap siswa agar mempunyai kemampuan sempurna serta kesadaran penuh terhadap hubungan dan tusas-tugas sosial mereka. Dengan istilah lain pendidikan memperliahatkan keterbatasan pada waktu, tempat, bentuk kegiatana serta tujuan dalam proses berlangsungnya pendidikan. Dalam pengertian luas terbatas menaruh alternatif definisi pendidikan, yaitu menggunakan melihat kelemahan berdasarkan definisi pendidikan maha luas yang tidak tegas menggambarkan batas-batas dampak pendidikan serta bukan pendidikan terhadap pertumbuhan individu. Sedangkan kekuatannya terletak dalam menempatkan aktivitas atau pengalaman-pengalaman belajar menjadi inti dalam proses pendisikan yg berlangsung dimanapun dalam lingkungan hidup, baik sekolah juga pada luar sekolah. Selanjutnya kelemahan pada definisi sempit pendidikan, diantaranya terletak pada sangat kuatnya campur tangan pendidikan pada proses pendidikan sebagai akibatnya proses pendidikan lebih adalah kegiatan mengajar daripada kegiatan belajar yg mengandung makna pendidikan terasing menurut kehidupan sehingga lulusannya ditolak oleh masyarakat. Adapun kekuatannya, anatara lain terletak pada bentuk kegiatan pendidikannya yg dilaksanakan secara terprogram serta sistematis. Al-Attas bahwa tujuan pendidikan Islam merupakan insan yang baik terlalu generik.

Sedangkan berdasarkan Marimba menyampaikan bahwa tujuan pendidikan Islam berbentuk orang yg berkepribadian Muslim Al-Abrasyi mengungkapkan tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia yang berakhlak baik.

Sedang Abdul Fattah tujuan umum pendidikan Islam serta juga merupakan tujuan spesifik pendidikan Islam merupakan mewujud manusia sebagai hamba Allah yaitu beribadah pada Allah tujuan tadi yg dimaksud adalah buat sesame insan atau subjek didik buat dapat beribadah kepada Allah. 

Oleh lantaran demikian, Islam menghendaki agar subjek didik diajarkan agar mampu merealisasikan tujuan hidupnya, sebagaimana Allah telah mencantumkan dalam Al-Quran nur Karim. Tujuan hayati subjek didik (manusia), agar dapat mengabdi kepada Allah, hal ini Allah sudah berfirman dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56, yaitu: 

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin serta insan melainkan agar mereka mengabdi pada-Ku.

Ayat di atas, subjek didik wajib menjalankan perintah AllahSWT menggunakan mengabdi kepada-Nya, yg meliputi semua aspek dan segala yg dilakukan subjek didik baik perkataan, perbuatan, perasaan dan zikir atau fikirnya kepada Allah. 

Maka hal ini subjek didik harus memeriksa aspek-aspek tersebut terlebih dahulu buat tercapai tujuan pendidikan Islam. Maka pada hal ini tujuan pendidikan Islam merupakan cerminan dan realisasi dari perilaku penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik seorang subjek didik ataupun gerombolan juga manusia secara holistik, sebagai hamba Allah yg berserah diri pada Khalidnya, ini merupakan hamba-Nya yg beriman, berilmu pengetahuan serta beramal shaleh.

Sesuai menggunakan firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 122, yang berbunyi: 
Artinya: “Dan tidak sepatutnya bagi mukminin itu pulang semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan buat member peringatan kapada kaumnya apabila mereka telah balik kepadanya, agar mereka itu bisa menjaga dirinya”.

Ayat di atas bisa bahwa, maka subjek didik wajib menuntut ilmu pengetahuan, kemudian merealisasikan dalam kehidupan, yg merupakan tujuan hidupnya. Dalam hal ini sinkron dalam konsep filsafat Islam, bahwa tujuan hayati insan atau subjek didik merupakan mencapai perjumpaan pulang dengan Tuhan, dalam hal ini tidak bersifat materi, seperti pulang air hujan ke laut serta secara materi manusia tidak pulang pada Tuhannya, tetapi balik ke dari materi yg menciptakan jasadnya. Maka pertemuaan itu terjadi pada tahapan nafs, yang sepenuhnya bersifat spiritual, lantaran hakikat nafs adalah spiritual, kemudian Allah SWT memanggil balik kepada-Nya dengan sangat latif.

Manusia atau subjek didik dalam hakikatnya adalah mengandung nilai-nilai prilaku insan yg didasari atau dijiwai sang iman serta takwa pada Allah menjadi sumber kekuasaan absolut yang harus ditaati, menjadi perwujudan penyerahan diri secara total kepada Allah. Penyerahan diri tadi adalah perhambaan diri manusia hanya kepada Allah semata-mata. Oleh karena demikian, jika subjek didik sudah bersikap menghambakan diri dalam Allah, berarti subjek didik tadi berada dalam dimensi kehidupan mendapat kebahagian di dunia serta kebahagian akhirat, yang adalah tujuan pendidikan Islam secara Insan Kamil (insan sempurna). Sehingga menggambarkan kepribadian subjek didik yg baik atau kepribadian rabbani. 

Adapun demensi kehidupan yg mengandung nilai ideal islami dapat dikatagorikan ked ala tiga macam yaitu sebgai berikut : 
a. Dimensi yg mengandung nilai yabg menaikkan kesejahteraan hidup manusia di dunia. Dimensi kehidupan ini mendorong kegiatan manusia buat mengelola dan memanfaatkan dunia ini supaya sebagai bakal/sarana bagi kehidupan di akhirat. 
b. Dimensi yang mengandung nilai yg mendorongkan manusia berusaha keras buat meraih kehidupan pada akhirat yang membahagiakan. Dimensi ini menuntut manusia buat tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yg dimiliki, tetapi kemelaratan atau kemiskinan dunia harus diberantas, sebab kemelaratan duniawi sanggup sebagai ancaman yg menjerumuskan manusia kepada kukurufan. 
c. Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan ( mengintegrasikan ) antara kepentingan hidup duniwi dan ukhrawi. Keseimbangan dan keserasian antara kedua kepentingan hayati ini sebagai daya lepas terhadap impak-dampak negative dari aneka macam gejolak kehidupan yang menarik hati ketenangan hidup insan, baik yg bersiap sepritual , sosial, cultural, ekonomi, maupun ideologis dalam hayati pribadi manusia

Oleh lantaran demikian subjek didik wajib di berikan pembeljaran yang dapat sistimatis serta termotivasi buat merealisasikan idealitas Islami, sebagai akibatnya bisa memadukan atau mengintegrasikan antara kepentingan global serta akhirat, yang mengandung nilai-nilai Islami pada kehidupannya. Maka pada hal ini subjek didik sebagai manusia”rahmatal lil ‘alamin ( insan yang menerima rahamat selurh ala mini ). 

a. Pendidik Dalam Pendidikan Islam 
Pendidik adalah :Guru, guru dalam bahasa arab mu’allim, mu’allimah, ustaz ustazah, sedangkan pada bahasa inggris merupakan teacher”. Jadi pengajar atau pendidik siapa yg bertanggung jawab terhadap perkembangan subjek didik, seperti orang tua (ayah serta mak ), Lantaran orang tua adalah pendidik yg paling pertama serta utama, sebagaiman Allah berfirman dalam Al-Quran at-Tahrim ayat 6 yg berbunyi: 

Artinya: “Hai orang-orang yg beriman peliharalah dirimu dan keluargamu menurut ancaman neraka…” 

Berdasarkan ayat pada atas “dirimu” adalah orang tua (ayah serta mak ), sebagai anggota keluarga yang mempunyai kewajiban tanggung jawab terhadap anak-anaknya yaitu dalam mendidik dan memberikan pengetahuan secara murni serta konsukuen, sebagai akibatnya tercapai tujuan yg pada harapkan. Maka dalam hal ini orang tua merupakan menjadi tugas yang paling pertama dan utama pada tempat tinggal tngga ( Al baitu madrasatul ula ). Akan namun oaring tua nir mampu mendidik anak-anak pada sebakan lantaran perkembangan ilmu pengetahuan, keterampilan, perilaku dan kebutuhan pendidikan lainnya, maka pada antarkan ke sekolah formal atau non formal lainnya. Oleh karena demikian pendidik pada pandangan Islam merupakan mengupayakan perkembangan seluruh potensi subjek didik, baik potensi kognitif, efektifmaupun psykomotorik, yg harus di kembangkan secara seimbang sampai ke tingkat tinggi Mengajarkan subjek didikdari ketidak tahuan menjadi manusia yg berilmu dan berpengatuahuan, berakhlak dan berperadaban dalah tanggung jawab pendidik bisa memilih pendidik-pendidik dalam masa lamapau serta jua pendidik-pendidik dalam mas awal islam bagaiman keikhlasan serta rasa tanggung jawab moral mareka umt sehingga menghabiskan saat bertahun-tahun buat mencerdaskan umat tanpa mengharap pembalasandari manusia. 

Pendidik merupakan orang yang mempunyai komitmen terhadap tuntutan agamanya. Berbicara benar serta jujur, mempunyai semangat belajar ( mencari ilmu ) yang tinggi bagi mencapai ilmu yg poly dan memperluas cakrawala pemikiran sebagai akibatnya menjadi loka bertana insan lain selama hidupnya. Pendidik merupakan orang dewasa yang bertanggung jawab member bimbingandan bantuan pada anak didik ( subjek didik ) pada perkembangan jasmani dan rohaninya supaya mencapai kedewasaannya, bisa melaksakan tugasnya sebagai makhluk allah yaitu khalifah di bagian atas bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang bisa berdiri sendiri. 

Pendidikan Islam adalah individuyang melaksanakan tindakan mendidik dan berdasarkan tugas-tugas pendidik secara islam dalam satu situasi pandidikan Islam buat mencapai tujuan yg di harapkan. 

Seorang pendidik menjalankan proses belajar mengajar sangat pada perlukan komitmen, karena, pendidik adalah pembangkit motivasi serta penentu arah subjek didik buat mencapai tujuan pendidikan. Keikhlasan, kesetiaan dan tanggung jawab, kesabaran, bersikap adil, mampu menggunakan metode yang bervariasi bertingkah laris rabbani (berakhlak yg baik adalah sifat-sifat seorang pendidik dalam mentranfer ilmu kepada subjek, sehingga member corak serta model subjek didik yang mapu mengembangkan ilmu pengetahuannya pada kehidupannya. Pendidik itu menjadi pemimpin, pendidik, serta instruktur bagi subjek-subjek pada dalam kelas, serta pula sebagai rujukan vagi subjek-subjek serta warga sekitarnya. Dia harus menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak, nilai ilmu, dan bisa mengakibatkan sebagai model teladan bagi subjek dan masyarakat pada mana dia hidup.

Pendidik itu menjadi pemegang jujur mak bapak orang tua atau rakyat, sang karenanya harus cepat serta tanggap terhadap kebutuhan dan cita-cita masyarakat dan bunda bapak subjek. Ia wajib menyadari serta penuh komitmen bahwa tugasnya mendidik, mengajar, serta harus dapat mengikuti perkembangan zaman dan mengembangkan metode mengajar agar tidak membosankan subjek. 

Namun demikian kalau kita telah memiliki komitmen dalam mengajar serta membimbing siswa atau subjek supaya sebagai insan yang berguna dunia serta akhirat. 

Kita pula harus mempunyai komitmen yang kuat terhadap manhaj kehidupan kita sesuai menggunakan tuntutan Allah serta Rasul-nya. Pendidik perlu menaruh pelajaran kepada subjek didik mengenai komitmententang manhaj Allah pada aqidah, ibadah, etika, kehidupan sosial, yang tinggi pada kehidupan sehari-hari yang bersumber dari Al-Quran serta Sunnah Rasul SAW dan harus selalu dalam manhaj Allah pada berakidah yang sahih, beribadah dan berakhlak seperti akhlak Rasulullah SAW, dalam kehidupan sosial antara seorang muslim menggunakan muslim yang lain adalah bersaudara serta penuhilah hak-hak mareka sebagai saudara kandung. 

Oleh lantaran demikian pendidik harus mempunyai kompetensi baik pengetahuan yang di perlukan buat di berikan kepada subjek didik. Pengetahuan tidak sekedardi ketahui sang pendidik, tetapi jua pada amalkan dan pada yakininya. Juga mempunyai ketrampilan serta nilai-nilai keagamaan yang harus pada berikan kepada subjek didik dalam suatu pembelajaran eksklusif, sebagai akibatnya subjek didik mampu serta memiliki pengetahuan yg cukup, ketrampilan yang memadai dan nilai-nilai keaagamaan yang harus dimiliki, sehingga tercapailah tujuan pembelajarannya. 

Di samping itu pula tugas pendidik merupakan : 
a. Membimbing subjek didik yaitu dengan cara mencari sosialisasi terhadapnya tentang kebutuhan, kesnggupan, bakat, minat dan sebagainya. 
b. Membentuk situasi buat pendidikan yaitu suatu keadaan dimana tindakan pendidikan bisa berlangsung dengan baik serta output yg memuaskan. 
c. Mempunyai pengetahuan yg cukup, supaya pembelajaran dapat di pahami oleh subjek didik, sehingga tercapai tujuan yg di inginkan menggunakan demikian pendidik harus melaksakan tugas-tugasnya dalm proses pembelajaran baik membimbing, menolong, mengevaluasi, kreativitas dan juga memiliki pengetahuan yg tinggi, juga memiliki sifat-sifat pendidik, sebagai akibatnya subjek didik bisa memahami dan mengerti apa yang sudah di jelaskannya dan bisa mengaplikasi dalam kehidupannya. 

b. Metode dlam proses proses pendidikan Islam 
Dalam proses pendidikan Islam, metode memiliki kedudukan yg sangat krusial dalam upaya pencapaian tujuan. Tanpa metode pada suatu pembelajaran terhadap suatu materi nir akan berjalan pembelajaran secara efektif dan efisien. 

Justru itu pada penggunaan metode wajib tepat guna , shingga mengandung nilai-nilai intrinsik ekstrinsik yg relevan dengan materi pembelajaran, maka secara fungsional bisa pada gunakan buat merealisasikan nilai-nilai ideal yg terkandung pada tujuan pendidikan Islam. Antara penggunaan metode dengan materi pembelajaran wajib relevasi ( keterkaitan, karena proses pendidikan Islam mengandung makna internalisasi dan transformasi nilai-nilai islam ke pada langsung subjek didik pada upaya membentuk langsung muslim yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan yang amaliah mengacu pada tuntutan kepercayaan dan tuntutan hidup bermasyarakat jadi metode-metode pembelajaran, contohnya metode ceramah, tnya jawab, demontrasi, diskusi drama, metode karya wisata, metode nasehat, metode ‘iqab, metode karja grup, metode drill, metode Imlak, metode hafalan dan lain-lain. 

Penggunaan metode mengajar sperti yang tadi pada atas relatif poly, hal ini terbukti dalam zaman keemasan Islam perkembangan ilmu pengetahuan yaitu filosoffilosof Islam terkenal seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Maskaweh. Al- Mawardi, ibnu Saina, Al- Ghazali. Ibnu Rusydi, Ibnu Thufail, Ibnu Khaldun dan lain-lain, metodemetode pembelajaran yang dipakai yaitu: metode Halaqah (bulat), metode mendengar, metode mambaca, metode Imla’, metode hafalan, metode pemahaman, metode tandang serta lain-lain. Maka hal ini bisa terlihat bahwa, missal dalam penggunaan metode Halaqah (lingkaran) sangat efektif serta efesien, misalnya dalam membahas suatu topic, seminar dan lain-lain, sebagai akibatnya subjek termotivasi pada proses pembelajaran, sehingga tercapai tujuan yg dibutuhkan. 

Oleh lantaran demikian menjadi galat satu komponen operasional ilmu pendidikan Islam, metode harus mengandung potensi yang bersifat mengarahkan meteri pelajaran pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai, melalui proses, baik kelembagaan formal, non formal juga informal, sebagai akibatnya memiliki interaksi serta relevansi yg senada menggunakan tujuan pendidika Islam. 

Dalam hal ini masih ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yg hendak direalisasikan melalui metode yg memiliki interaksi dan relavansi, yaitu: pertama, membangun subjek didik menjadi hamba Allah yang mengabdi pada-Nya. Kedua, bernilai edukatif yg mengacu kepada petunjuk Al-Quran. Ketiga, adalah berkaitan menggunakan motivasi dan kedisiplinan sesuai menggunakan ajaran Al-Quran yg dianggap pahala serta siksa.

Sedangkan berdasarkan ilmu Hasan Langgulung, penggunaan metode pembelajaran merupakan cara buat mencapai tujuan pendidikan Islam, melalui 3 aspek, yaitu: pertama, training karakter subjek didik, yaitu manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, sebagai akibatnya pendidik menggunkan metode-metode yang bervariasi pada pendidikan serta pengajaran dakan perubahan serta perkembangan potensi subjek didik kearah yang lebih baik. Kedua, penggunaan metode yang relevan dengan kondisi dan bahan ajar. Ketiga, yaitu konvoi (motivasi) dan disiplin yaitu ganjaran (Thawab) serta sanksi (‘Iqab).

c. Pendidikan dalam perspektif Pendidikan Islam 
Dalam pendidikan Islam, pendidikan memiliki arti serta yg sangat penting, kerena memiliki tanggung jawab serta menentukan arah pendidikan. Diantara kiprah pendidikan yaitu, sebagai guru, pendamping, fasilitator, motivator, pembimbing, pengarah, sebagai uswah bhasanah (model teladan yg baik) dan lain-lainnya. Oleh lantaran demikian kiprah pendidik sangat penting dalam pendidikan Islam serta menggunakan aneka macam macam cara mentrasfer ilmu pengetahuan kepada subjek didik. Justru itu Islam sangat menghargai orang-orang yg berilmu pengetahuan serta mengangkat derajat mereka dan memuliakan mereka melebihi orang Islam lainnya, yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan serta bukan pendidik. Sebagaimana Allah sudah berfirman pada surat al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi: 

Artinya: “hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan padamu “belapanglapanglah pada majlis”, maka lapangkanlah pasti Allah akan member kelapangan untukmu serta apabila dikatakan “berdirilah kamu” maka berdirilah, pasti Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yg diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat serta Allah Maha Mangetahui apa yg kamu kerjakan”.

Dari ayat di atas bisa dijelaskan bahwa sangatlah keberuntungan yang dimiliki oleh orang yg berilmu pengetahuan atau pendidik yang mengajar ilmunya pada orang lain. Agar pendidik berhasil melaksanakan tugasnya dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini Al-Ghazali manyarankan pendidik wajib memiliki adab yang baik, sehingga subjek didik akan selalu melihat kepadanya sebagai contoh yang wajib selalu diikutinya, Al-Ghazali menyampaikan: “mata siswa selalu tertuju kepadanya, telinganya selalu menganggap baik, berarti baik juga pada sisi mereka serta bila menganggap jelek, berarti buruk pula pada sisi mereka.

Maka dalam hal ini pendidik wajib mempunyai sifat uswatun hasanah dalam kehidupannya sehari-hari baik pada sekolah, pada rumah tangga jua pada masyarkat, sebagai akibatnya subjek didik dapat mencontohkannya. Justru itu materi yg disampaikan bisa diterima oleh subjek didik, lantaran sinkron antara perkataan menggunakan perbuatan. 

Lembaga pendidikan islam 
Dalam proses perkembangan potensi subjek didik, maka lembaga pendidikan merupakan kondisi mutlak menggunakan tugas dan tanggung jawabnya yang cultural edukatif terhadap subjek didik dan pula warga dalam pengembangan pendidikan secara continuo (terus menerus). Dengan demikian forum pendidikan mempunyai tanggung jawab pada bisnis buat pengembangan subjek didik untuk mencapai tujuan hayati, yaitu: 

1. Pembebasan manusia atau subjek didik dari semacam barah neraka sinkron menggunakan perintah Allah, sebagaimana telah berfirman pada surat at-Tahrim ayat 6, yg merupakan “jagalah dirimu dan keluargamu berdasarkan ancaman barah neraka”. 

2. Pembinaan umat insan sebagai hamba Allah yg memiliki keselarasan dan ekuilibrium hidup senang di global serta di akhirat sebagai realisasi dambaan seseorang yang beriman buat mencapai tujuan hayati insan 

3. Membentuk eksklusif subjek didik yang dapat mengembangkan potensi-potensi atau kemampuan yg telah dimiliki, baik kemampuan pengetahuan, kemampuan nilai dan pula kemapuan skill (keterampilan), sebagai akibatnya subjek didik bisa memperhambakan dirinya dalam Allah. 

Dengan demikian bahwa forum-lembaga pendidikan merupakan cerminan dari idealitas umat Islam yang sekaligus dalam taraf eksklusif beliau bisa menjadi perubahan terhadap ketinggalan atau kemunduran idealitas umat Islam. Dalam hal ini forum-lembaga pendidikan Islam menjadi dimisiator (pembangkit) atau mativator terhadap umat Islam, sebagai akibatnya terpancar asal idealitas ajaran Islam yg dianalisa serta dikembangkan oelh lembaga tersebut.

Justru lembaga pendidikan tersebut dapat menyiapkan subjek didik yang unggul, menggunakan kriteria sekurang-kurangnya sebagai berikut: pertama, harus berdedikasi serta berdisiplin yg tinggi, yaitu memiliki rasa darma terhadap tugas serta pekerjaannya. Kedua, manusia unggul harus mempunyai sifat jujur, yaitu dapat bekerja sama (dalam suatu networking) menggunakan orang lain. Ketiga, manusia atau subjek didik yang unggul haruslah inovatif, yaitu ia selalu mengadakan kompetisi, sebagai akibatnya selalu mencari yang lain. Keempat, manusia atau subjek didik unggul wajib tekun, yaitu melaksanakan dan memfokuskan aktivitas yg sedang dihadapi. Kelima, subjek didik yg unggul haruslah ulet , yaitu perilaku tekun yang suatu dedikasi terhadap pekerjaannya dalam mencari yg lebih baik. Keenam, subjek didik ungguk wajib bisa mengendalikan dirinya.

Justru ini buat mencapai keunggulan dan kemajuaan subjek didik secara baik dan sempurna, maka wajib dilaksanakan dan diusahakan, yaitu kedisiplinan yg tinggi, kejujuran, giat, inovatif, dan kreati pada mencari berbagai ilmu pengetahuan yang lebih maju karena akan mengalami perubahan dan tantangan dalam hayati. Dengan demikian lembaga-lembaga pendidikan Islam mengalami tantangan serta hambatannya pada melaksanakan fungsi dan tugasnya.