KERJA CERDAS VS KERJA KERAS

Kerja Cerdas vs Kerja Keras - Banyak pro serta kontra mengenai pembahasan teknik bekerja lebih cerdas, bukan lebih keras. Masalah menggunakan bekerja keras vs kerja cerdas sering membingkai pikiran kita menjadi keliru satu pilihan di mana kita hanya sanggup memilih "keras" atau "pintar." Pertanyaan kita harus bertanya, mengapa kita tidak melakukan keduanya? Apapun ide bisnis bisnis apa yang akan anda kembangkan kenapa kita tidak menerapkan keduanya pada usaha kita.
Bekerja cerdas mungkin penting, akan tetapi bila anda hanya menerapkan kerja "cerdas" tanpa kerja "keras" maka output yg anda bisa pun tidak akan maksimal . Tidak terdapat pengusaha sukses yang menerima kesuksesannya hanya dengan kerja cerdas saja, mereka pula membutuhkan kerja keras, membutuhkan banyak ketika perharinya bahkan saat pesaing mereka telah tidur pun para bisnisman sukses ini masih melakukan pekerjaannya.

Untuk mencapai zenit suskses pada bidang usaha Anda, Anda perlu buat nir hanya mengambil keuntungan dari teknologi dan bekerja secara efisien, tetapi pula sebagai faktor yang primer penentu keberhasilan anda menjadi conttoh saja seorang pebisnis yg sukses merupakan mereka yang awal tiba di tempat kerja dan yg terakhir masih berada dikantor berusaha keras pada kesunyian ketika pesaing mereka tertidur. Pekerjaan Smarter memberi kita lebih poly waktu, akan tetapi ketika yang kita miliki nir berarti apa-apa kecuali kita memanfaatkannya secara optimal.
Jika kita ingin sukses, kita nir boleh puas hanya bekerja lebih cerdas. Orang-orang yg paling sukses membangun dan mengembangkan bisnis mereka harus bekerja cerdas, tetapi mereka juga bekerja sangat keras. Mereka mempertahankan rasio 1:1 antara kerja "cerdas" kerja "keras" ketekunan dan drive sembari belajar cara buat melakukan hal-hal lebih efisien.
Kerja keras dan kerja cerdas saja tidak relatif bagi keberhasilan usaha - kecerdikan, visi, perhitungan resiko, dan keberuntungan, diantaranya, semua kiprah bermain - tetapi keduanya sangat krusial, serta telah waktunya untuk berhenti memperlakukan kerja "cerdas serta "keras" seolah-olah mereka saling eksklusif . Profesional belia dan pengusaha pemula harus bekerja lebih cerdas, lebih keras, lebih lama serta lebih baik - lantaran setiap kita memulai terjun di global bisnis itu berarti kompetisi baru saja dimulai.
Jadi seluruh hal serta faktor penentu keberhasilan menyebarkan suatu bisnis dipengaruhi oleh banyak hal. Tidak semata mata kerja cerdas dan kerja keras. Faktor lain tersebut adalah, ketekunan, visi misi yang jelas, memperhitungkan segala resiko termasuk resiko paling tidak baik yg kemungkinan terjadi, faktor keberuntungan, pemanfaatan ketika serta lain sebagainya.

KECERDASAN SPIRITUAL KECERDASAN DALAM MENGHADAPI RINTANGAN ETOS KERJA SDM

Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Dalam Menghadapi Rintangan, Etos Kerja SDM
Era globalisasi telah bergulir, penguasaan teknologi personal komputer digital menjadi infrastruktur sebagai teman para pelaku bisnis. Ekonomi akan lebih berbasis dalam pengetahuan, bukan tanah atau mesin-mesin tradisional. Aset ekonomi semakin nir lagi bersifat fisik, misalnya gedung, mesin atau properti lainnya, namun bersifat mental intelektual, seperti persepsi pasar, hubungan, gambaran bisnis, gambaran brand, hak paten, kredibilitas, visi dan pengetahuan spesifik (Sinamo, 2002).

Persaingan antar perusahaan di era globalisasi semakin tajam, sebagai akibatnya sumber daya insan (SDM) dituntut buat terus menerus mampu menyebarkan diri secara agresif. SDM wajib sebagai manusia-insan pembelajar, yaitu pribadi-pribadi yang mau belajar dan bekerja keras menggunakan penuh semangat, sebagai akibatnya potensi insaninya berkembang maksimal . Sinamo (2002) mengemukakan bahwa SDM yg dibutuhkan pada dalam era globalisasi ini merupakan SDM yg bisa menguasai teknologi menggunakan cepat, adaptif serta responsif terhadap perubahan-perubahan teknologi. Dalam syarat tadi integritas eksklusif semakin penting buat memenangkan persaingan.

Agar perusahaan sanggup terus bertahan serta bersaing, penguasaan teknologi saja tidak cukup jika tidak ditunjang oleh SDM yg handal, sehingga investasi pada sumber daya ekonomi yg paling berharga, yaitu SDM tidak bisa ditunda lagi. Menurut Handoko (2002) ancaman nyata terbesar terhadap stabilitas ekonomi merupakan angkatan kerja yg tidak siap (workforce illeguipped) untuk menghadapi tantangan-tantangan di abad 21. Kondisi SDM tersebut cenderung rentan pada menghadapi perubahan serta rintangan, akibatnya stres dan gangguan emosi lain nir bisa dihindari. Konsekuensinya merupakan kerugian yang dialami perusahaan dengan besarnya porto yg wajib dimuntahkan buat biaya pengobatan serta perawatan dan kehilangan jam kerja (Hawari, 1996). SDM yg nir mempunyai kesanggupan menghadapi tuntutan-tuntutaan globalisasi menganggap pekerjaan menjadi beban. Mereka menjalani pekerjaan menjadi suatu keharusaaan serta tuntutaan. Kondisi akhirnya adalah tidak dirasakannya makna kerja.

SDM yg menganggap pekerjaan sebagai beban bisa dikatakan sebagai SDM yg mempunyai etos kerja rendah. Menurut Latief (Tasmara, 1995) pandangan hidup kerja bangsa Indonesia relatif masih rendah, diantaranya tercermin menurut disiplin, semangat kerja dan produktivitas yg rendah. 

Konsep etos kerja lain dikemukakan oleh Sinamo (2002) bahwa terdapat delapan aspek etos kerja profesional pada era digital dunia yg dinamakan ethos 21, yaitu: kerjaa adalah rahmat, panggilan, amanah, aktualisasi diri, ibadah, seni, kehormatan dan pelayanan. Dikemukakan bahwa etos kerja tersebut merupakan doktrin kerja yg bersifat universal, artinyaa mempunyai moralitas kerja positif, lintas budaya dan agama. Peran SDM yg beretos kerja tinggi dalam global usaha yg penuh resiko, ketidakpastian serta perubahan tidak hanya dalam kemampuan buat menguasai high-tech, namun high-touch sekaligus.

Agar perusahaan mendapatkan SDM yg beretos kerja tinggi, perhatian terhadap aspek kecerdasan perlu ditingkatkan. Konsep kecerdasan dewasa ini semakin meluas. Kecerdasan intelektual (IQ) telah dianggap sekian usang menjadi penentu kinerja SDM. Dalam perkembangannya diketahui bahwa orang yang mempunyai IQ yg sama akan membuat kinerja yg tidak sama (Wahyono, 2002). Perhatian mulai beralih dalam konsep kecerdasan emosi (EQ), ternyata kinerja karyawan cenderung semakin tinggi dengan semakin tingginya kecerdasan emosi yang dimiliki (Melianawati, dkk., 2001). Kenyataannya nir seluruh orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi mampu menarik manfaat secara optimal menurut hal yang dimiliki tersebut (Lasmono, 2001).

Konsep baru yang tak jarang dibahas akhir-akhir ini merupakan kecerdasan spiritual (SQ) serta kecerdasan dalam menghadapi rintangan (AQ). Kecerdasan spiritual membantu seorang menjalani hayati dalam strata makna yang pada (Zohar serta Marshall, 2000). SDM yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi cenderung lebih kreatif, luwes, berwawasan luas dan spontan.

Zohar serta Marshall (2000) selanjutnya mengemukakan bahwa bila kecerdasan spiritual seseorang telah berkembang dengan baik, akan ditandai sang kemampuannya buat bersikap fleksibel (adaptif secara spontan serta aktif), taraf pencerahan diri yang tinggi, kemampuan buat menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit dan kualitas hayati yg diilhami oleh visi serta nilai-nilai. Mereka pula enggan buat melakukan sesuatu yang mengakibatkan kerugian karena nir dibutuhkan serta mempunyai kesamaan buat melihat keterkaitan antara banyak sekali hal (berpandangan holistik). Mereka memiliki pertanyaan fundamental, yaitu “mengapa” serta “bagaimana” serta memilii kemudahan buat bekerja melawan konvensi.

Jika SDM memiliki fleksibilitas, adaptif dan aktif, maka mereka memiliki kesiapan atau lebih proaktif pada menghadapi tantangan di era globalisasi. Menurut Covey (1997) orang yg proaktif akan mengerjakan sesuatu yang terhadapnya mereka bisa berbuat sesuatu, mempunyai energi positif, memperluas dan memperbesarnya, yang akan menyebabkan bulat imbas mereka meningkat. Kecerdasan spiritual menciptakan SDMmempunyai pencerahan diri yang bertenaga pada melakukan pekerjaan, sehingga pekerjaan dianggap sebagai sumber aktualisasi dan makna hayati. Mereka akan mempersepsi pekerjaan sebagai panggilan hati serta jujur.

Di sisi lain, SDM yg mempunyai kecerdasan dalam menghadapi rintangan tinggi bisa mengatasi kesulitan-kesulitan yang ditemui dan tidak berhenti berusaha sebelum energi dan batas kemampuan mereka sahih-sahih teruji (Stoltz, 1997). Dikemukakan bahwa SDM yg mempunyai kecerdasan pada menghadapi rintangan tinggi dapat diramalkan memiliki kinerja, motivasi, pemberdayaan, kreativitas, produktivitas yg tinggi jua. Mereka jua mempunyai pengetahuan, tenaga, pengharapan, kebahagiaan, vitalitas serta kegembiraan dan kesehatan emosional yang cenderung tinggi. Dampak lain merupakan tentang kesehatan jasmani, ketekunan, daya tahan serta mampu melakukan respon yang positif terhadap perubahan. SDM yg bekerja menggunakan penuh semangat, tanggung jawab, tuntas penuh integritas dan senang cita dan tekun adalah SDM yang mempunyai etos kerja tinggi.

Identifikasi dan pengembangan SDM yang mempunyai kecerdasan spiritual dan kecerdasan pada menghadapi rintangan tinggi perlu dilakukan oleh perusahaan, supaya dari sisi individual perusahaan mempunyai SDM yg bekerja penuh keikhlasan, vitalitas serta tahan terhadap kesulitan. Mereka akan menampakan etos kerja yg tinggi.

Pentingnya Etos Kerja di Era Globalisasi
Etos kerja yg dimiliki SDM sebuah organisasi memainkan peran krusial bagi produktivitas kerja. Mereka tidak hanya bisa bekerja sesuai tuntutan kerja, namun lebih daripada itu mereka melaksanakannya menggunakan penuh keikhlasan dan semangat. Hasil penelitian Hadipranata dan Sudardjo (1999) menemukan bahwa etos kerja memberi kontribusi yg akbar bagi produktivitas kerja insani.

Tasmara (1995) mengaatakan bahwa jika seseorang menganggap menjadi suatu hal yg dapat menaikkan harga dirinya menjadi insan, maka orang tersebut dalam bekerja cenderung giat, rajin dan mau mendayagunakan semua potensi dirinya. Ketika perusahaan dituntut buat bertahan dan bersaing agar bisa meraih dan memenangkan persaingan dunia, SDM tersebut akan menggunakan kapasitas dirinya secara optimal dengan penuh ketekunan serta semangat juang.

Perilaku etos kerja ditandai sang kegesitan dalam memakai kesempatan-kesempatan yg muncul, penuh tenaga, percaya terhadap kekuatan diri dan kesediaan buat memandang jauh ke masa depan (Myrdal pada Soewarso, dkk., 1996). Di era globalisasi pemanfaatan SDM menjadi kapital dasar wajib diikuti sang pengembangan dan pembaharuan terhadap kemampuan serta keahlian yg dimiliki agar setiap anggota organisasi mampu merespon dan peka terhadap arah perubahan organisasi (Harvey serta Brown dalam Rokhman Jr, 2001). SDM yang memiliki pandangan hidup kerja tinggi lebih peka terhadap perubahan yang terjadi secara cepat dan mampu menggunakan segenap kapasitas dirinya agar bisa merespon perubahan tadi.

Individu atau grup rakyat dikatakan memiliki pandangan hidup kerja tinggi apabila memperlihatkan indikasi-tanda sebagai berikut: mempunyai penilaian positif terhadap hasil kerja insan, menempatkan pandangan mengenai kerja menjadi suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi insan, kerja dirasakan sebagai kegiatan yang bermakna bagi kehidupan insan, kerja dihayati menjadi suatu proses yg membutuhkan ketekunan serta sekaligus wahana yg penting dalam mewujudkan cita-cita serta kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah (Doelhadi, 2001). Persaingan antar perusahaan serta negara membutuhkan ketekunan serta sekaligus keikhlasan. Rintangan-rintangan yg muncul di samping ditanggapi sebagai peluang juga wajib dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Sinamo (2002) mengemukakan ethos 21, yg terdiri dari delapan aspek pandangan hidup kerja. Delapan aspek tadi adalah: kerja sebagaai raahmat, yg dilakukan dengan penuh ketulusan serta rasa syukur; kerja merupakan jujur, ialah seorang bekerja dengan penuh tanggung jawab; kerja adalah panggilan, artinya seseorang bekerja dengan tuntas penuh integritas; kerja adalah aktualisasi, seseorang bekerja keras penuh semangat. SDM yang memiliki etos kerja tinggi juga ditandai oleh: kerja dipercaya menjadi ibadah, sehingga dalam bekerja lebih berfokus penuh kecintaan; kerja merupakan seni, sebagai akibatnya pada bekerja legih kreatif penuhsuka cita; kerja merupakan kehormatan, sehingga pada bekerja tekun penuh keunggulan serta yang terakhir kerja merupakan pelayanan, sebagai akibatnya dalam bekerja menggunakan penuh kesempurnaan penuh kerendahan hati.

Etos kerja adalah syarat perlu (necessary condition), namun bukan kondisi relatif (sufficient condition) bagi keberhasilan (Sinamo, 2002). Dikemukakan bahwa etos kerja merupakan kunci sukses yg unik, lantaran sekaligus sanggup menjadi fundamen keberhasilan pada tingkatan personal, organisasional serta sosial. Etos kerja merupakan fundamen keberhasilan. Tingkatan sosial pada era globalisasi bisa dimulai dari level personal serta organisasional, sehingga keberhasilan suatu bangsa diantaranya didasari oleh pandangan hidup kerja setiap personel serta organisasi yang berada dalam naungan bangsa tersebut. Apabila pondasi tersebut kuat, maka bangsa pula kuat dan siap menghadapi era digitas global.

Peran Kecerdasan Spiritual (SQ) serta Kecerdasan dalam Menghadapi Rintangan (AQ) terhadap Pembentukan Etos Kerja SDM
Siburian (1997) dan Pudyastuti (1997) mengemukakan beberapa faktor yg menghipnotis etos kerja. Secara internal pandangan hidup kerja dipengaruhi sang situasi serta kondisi SDM serta agama, sedangkan secara eksternal dipengaruhi sang situasi dan syarat lingkungan dan hubungan sosial. Kecerdasan spiritual serta kecerdasan dalam menghadapi rintangan merupakan faktor yg bersifat internal, tetapi pengembangannya dapat dilakukan secara eksternal. Menurut Zohar serta Marshall (2000) serta Agustian (2001), kecerdasan spiritual beroperasi dalam pusat otak, yaitu fungsi-fungsi penyatu otak yang dinamakan titik Tuhan (God-Spot). Sedangkan kecerdasan pada menghadapi rintangan adalah pengembangan area cortex prefrontallis yg membesar dibandingkan menggunakan hewan. Area tadi bertugas buat melakukan perbandingan laba rugi melalui rasionalitas (Wahyono, 2001), sebagai akibatnya saat menghadapi rintangan seorang akan terus melakukan penilaian untung rugi antara menyerah serta bertahan.

Ancok (2001) menegaskan bahwa agar dapat hayati pada bisnis dunia, kapital yg harus dilakukan adalah intelektual, sosial dan spiritual. Disampaikan bahwa kapital spiritual sebagai semakin krusial peranannnya lantaran upaya membentuk insan yang cerdas dengan IQ tinggi dan insan yg pintar mengelola emosi dalam berhubungan dengan orang lain tidak menghantarkan insan dalam kebermaknaan hidup. Kebermaknaan hayati adalah motivasi yg bertenaga menjadi pendorong seseorang buat melakukan sesuatu aktivitas yang bermanfaat. SQ menempatkan konduite serta hayati manusia dalam konteks makna yg lebih luas dan kaya (Zohar serta Marshall, 2001).

Agustian (2001) mengembangkan model penggabungan antara kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ). Melalui konsep tersebut mereka berbagi empat langkah buat memaknai hayati, termasuk pekerjaan. Proses pertama adalah melalui penjernihan emosi dan pikiran (zero mind process), selanjutnya melalui pembangunan mental (mental building), penguatan karakter (personal strength) serta sosial. Apabila SDM di perusahaan melakukan pekerjaan dengan niat karena ibadah serta tanpa belenggu-belenggu negatif dari dalam hati (prasangka, prinsip-prinsip hidup, pengalaman, kepentingan dan prioritas, sudut pandang, pembanding dan literatur), maka mental serta kepribadiannya akan bertenaga serta mampu menjalin perilaku dalam konteks menyeluruh.

Tasmara (2001) mengistilahkan kecerdasan spiritual menjadi kecerdasan ruhaniyah (trancendental intelligence). Menurut konsepnya kecerdasan ruhaniyah bertumpu pada ajaran cinta. SDM yg mengasihi pekerjaannya akan menganggap pekerjaan menjadi sebuah rahmat (Sinamo, 2002), sehingga pada bekerja akan terdorong buat dilakukan dengan benar-benar-sungguh. Mereka bekerja menggunakan penuh rasa syukur menurut hati yg higienis serta tulus. Dalam pengertian lain bekerja merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan, dan dalam bentuk derivatnya adalah bentuk rasa syukur pada negara, pemilik kapital dan manajemen.

Aspek kecerdasan lain yg bisa mengatasi kelemahan konsep kecerdasan emosi adaalah kecerdasan pada menghadapi rintangan (AQ). Kemampuan SDM ini terlihat waktu kesulitan semakin semakin tinggi, baik pada tingkatan warga , loka kerja juga individu (Stoltz, 1997). Dalam kondisi kesulitan yg semakin meningkat diharapkan SDM yg mampu bertahan menggunakan rasa optimis dan mampu merogoh langkah yg sempurna agar dapat keluar dari situasi tadi. Perusahaan harus sanggup berbagi SDM yang bertipe pendaki (climber) daripada tipe berhenti (quitter) serta berkemah (camper). SDM yg bertipe quitter akan segera berhenti di tengah jalan waktu menghadapi kesulitan, sedangkan camper walaupun telah berusaha berjalan dan bersemangat, namun mereka cepat puas serta berhenti pada tengah jalan. Lain halnya bagi para pendaki (climber), mereka akan mewujudkan hampir semua potensi dirinya yang terus berkembang sepanjang bepergian hidupnya di perusahaan. Climber memahami bahwa kesulitan merupakan bagian berdasarkan hayati, menghindari kesulitan sama saja menggunakan menghindari kehidupan.

SDM yang bertipe climber memiliki keuletan dalam menghadapi serta mengatasi seluruh kesulitan. Mereka merespon kesulitan menggunakan optimis, menduga kesulitan bersifat ad interim, nir akan melebar ke aspek-aspek kehidupan lainnya dan hal tadi lebih bersifat eksternal (Stoltz, 1997). Menurut Sinamo (2002) jika SDM tetap bekerja keras, maka potensi dirinya akan berkembang, lantaran kerja keras berfungsi sebagai wahana ekspresi bagi manusia pekerja. Manusia tersebut saat bekerja akan mengerahkan energi bio-psiko-spiritual yg selain membentuk karakter serta kompetensi, sekaligus membuat mereka sehat serta bertenaga lahir batin. Dikemukakan lebih lanjut bahwa SDM yang bekerja keras seolah-olah memiliki semangat tanpa batas serta tidak mengenal kata menyerah. SDM demikian dikatakan sebagai SDM yg memiliki pandangan hidup kerja tinggi.

Stoltz (1997) jua mengemukakan cara untuk mencapai AQ tinggi, yaitu melalui LEAD (listen, explore, analyze dan do). Prosesnya diawali dari mendengarkan respon terhadap kesulitan, menjajaki asal-usul atau penyebab serta pengakuan atas dampak (yang menentukan tanggung jawab), menganalisis bukti-bukti serta akhirnya melakukan tindakan nyata berdasarkan kondisi yg dihadapinya. Stoltz (dalam Lasmono, 2001) lalu memperbaiki LEAD menggunakan mengubah E sebagai establish (menegakkan akuntabilitas terhadap sesuatu yg wajib diperbaiki). Berdasarkan hal tadi, SDM yang dimiliki perusahaan akan senantiasa melakukan langkah-langkah konstruktif serta akan tercermin dalam perilaku bertahan dan berani mengambil resiko supaya keluar dari situasi kesulitan yg dihadapi. Mereka akan nampak sebagai SDM yang ulet serta pantang menyerah.

KECERDASAN SPIRITUAL KECERDASAN DALAM MENGHADAPI RINTANGAN ETOS KERJA SDM

Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Dalam Menghadapi Rintangan, Etos Kerja SDM
Era globalisasi telah bergulir, penguasaan teknologi personal komputer digital sebagai infrastruktur menjadi sahabat para pelaku bisnis. Ekonomi akan lebih berbasis pada pengetahuan, bukan tanah atau mesin-mesin tradisional. Aset ekonomi semakin tidak lagi bersifat fisik, misalnya gedung, mesin atau properti lainnya, tetapi bersifat mental intelektual, misalnya persepsi pasar, hubungan, citra usaha, gambaran brand, hak paten, kredibilitas, visi serta pengetahuan khusus (Sinamo, 2002).

Persaingan antar perusahaan di era globalisasi semakin tajam, sebagai akibatnya sumber daya manusia (SDM) dituntut buat terus menerus sanggup membuatkan diri secara agresif. SDM harus sebagai manusia-manusia pembelajar, yaitu pribadi-pribadi yg mau belajar dan bekerja keras menggunakan penuh semangat, sebagai akibatnya potensi insaninya berkembang maksimal . Sinamo (2002) mengemukakan bahwa SDM yang diharapkan di dalam era globalisasi ini merupakan SDM yang sanggup menguasai teknologi menggunakan cepat, adaptif dan responsif terhadap perubahan-perubahan teknologi. Dalam kondisi tersebut integritas eksklusif semakin penting buat memenangkan persaingan.

Agar perusahaan mampu terus bertahan dan bersaing, dominasi teknologi saja tidak relatif apabila nir ditunjang oleh SDM yg handal, sehingga investasi dalam sumber daya ekonomi yang paling berharga, yaitu SDM tidak bisa ditunda lagi. Menurut Handoko (2002) ancaman konkret terbesar terhadap stabilitas ekonomi adalah angkatan kerja yg tidak siap (workforce illeguipped) buat menghadapi tantangan-tantangan pada abad 21. Kondisi SDM tersebut cenderung rentan pada menghadapi perubahan dan rintangan, akibatnya stres serta gangguan emosi lain tidak bisa dihindari. Konsekuensinya adalah kerugian yang dialami perusahaan dengan besarnya biaya yg harus dimuntahkan buat porto pengobatan dan perawatan dan kehilangan jam kerja (Hawari, 1996). SDM yg tidak memiliki kesanggupan menghadapi tuntutan-tuntutaan globalisasi menduga pekerjaan menjadi beban. Mereka menjalani pekerjaan sebagai suatu keharusaaan serta tuntutaan. Kondisi akhirnya adalah tidak dirasakannya makna kerja.

SDM yg menganggap pekerjaan menjadi beban bisa dikatakan sebagai SDM yg mempunyai pandangan hidup kerja rendah. Menurut Latief (Tasmara, 1995) pandangan hidup kerja bangsa Indonesia nisbi masih rendah, antara lain tercermin berdasarkan disiplin, semangat kerja dan produktivitas yang rendah. 

Konsep etos kerja lain dikemukakan oleh Sinamo (2002) bahwa masih ada delapan aspek pandangan hidup kerja profesional pada era digital global yg dinamakan ethos 21, yaitu: kerjaa adalah rahmat, panggilan, jujur, aktualisasi diri, ibadah, seni, kehormatan dan pelayanan. Dikemukakan bahwa pandangan hidup kerja tersebut merupakan doktrin kerja yang bersifat universal, artinyaa memiliki moralitas kerja positif, lintas budaya serta kepercayaan . Peran SDM yg beretos kerja tinggi dalam global usaha yang penuh resiko, ketidakpastian serta perubahan tidak hanya pada kemampuan buat menguasai high-tech, tetapi high-touch sekaligus.

Agar perusahaan mendapatkan SDM yg beretos kerja tinggi, perhatian terhadap aspek kecerdasan perlu ditingkatkan. Konsep kecerdasan dewasa ini semakin meluas. Kecerdasan intelektual (IQ) sudah dipercaya sekian lama sebagai penentu kinerja SDM. Dalam perkembangannya diketahui bahwa orang yang memiliki IQ yg sama akan menghasilkan kinerja yang tidak sama (Wahyono, 2002). Perhatian mulai beralih pada konsep kecerdasan emosi (EQ), ternyata kinerja karyawan cenderung semakin tinggi menggunakan semakin tingginya kecerdasan emosi yang dimiliki (Melianawati, dkk., 2001). Kenyataannya tidak seluruh orang yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi bisa menarik manfaat secara optimal berdasarkan hal yg dimiliki tadi (Lasmono, 2001).

Konsep baru yg tak jarang dibahas akhir-akhir ini merupakan kecerdasan spiritual (SQ) serta kecerdasan pada menghadapi rintangan (AQ). Kecerdasan spiritual membantu seorang menjalani hayati dalam tingkatan makna yang dalam (Zohar dan Marshall, 2000). SDM yg mempunyai kecerdasan spiritual tinggi cenderung lebih kreatif, luwes, berwawasan luas dan spontan.

Zohar dan Marshall (2000) selanjutnya mengemukakan bahwa bila kecerdasan spiritual seorang telah berkembang menggunakan baik, akan ditandai sang kemampuannya buat bersikap fleksibel (adaptif secara impulsif serta aktif), tingkat pencerahan diri yg tinggi, kemampuan buat menghadapi serta memanfaatkan penderitaan, kemampuan buat menghadapi dan melampaui rasa sakit serta kualitas hidup yang diilhami sang visi dan nilai-nilai. Mereka pula enggan buat melakukan sesuatu yang menyebabkan kerugian karena tidak dibutuhkan dan memiliki kesamaan buat melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan keseluruhan). Mereka mempunyai pertanyaan mendasar, yaitu “mengapa” dan “bagaimana” dan memilii kemudahan buat bekerja melawan kesepakatan .

Jika SDM mempunyai fleksibilitas, adaptif dan aktif, maka mereka memiliki kesiapan atau lebih proaktif dalam menghadapi tantangan di era globalisasi. Menurut Covey (1997) orang yang agresif akan mengerjakan sesuatu yg terhadapnya mereka dapat berbuat sesuatu, mempunyai energi positif, memperluas serta memperbesarnya, yang akan menyebabkan bulat pengaruh mereka semakin tinggi. Kecerdasan spiritual membuat SDMmempunyai pencerahan diri yg kuat dalam melakukan pekerjaan, sehingga pekerjaan dipercaya sebagai asal aktualisasi dan makna hayati. Mereka akan mempersepsi pekerjaan menjadi panggilan hati dan jujur.

Di sisi lain, SDM yang memiliki kecerdasan dalam menghadapi rintangan tinggi sanggup mengatasi kesulitan-kesulitan yang ditemui serta tidak berhenti berusaha sebelum tenaga dan batas kemampuan mereka benar-benar teruji (Stoltz, 1997). Dikemukakan bahwa SDM yg memiliki kecerdasan dalam menghadapi rintangan tinggi dapat diramalkan memiliki kinerja, motivasi, pemberdayaan, kreativitas, produktivitas yg tinggi juga. Mereka juga memiliki pengetahuan, tenaga, pengharapan, kebahagiaan, vitalitas dan kegembiraan serta kesehatan emosional yang cenderung tinggi. Dampak lain adalah tentang kesehatan jasmani, ketekunan, daya tahan serta mampu melakukan respon yg positif terhadap perubahan. SDM yang bekerja menggunakan penuh semangat, tanggung jawab, tuntas penuh integritas serta senang cita dan tekun merupakan SDM yang mempunyai etos kerja tinggi.

Identifikasi serta pengembangan SDM yg mempunyai kecerdasan spiritual serta kecerdasan pada menghadapi rintangan tinggi perlu dilakukan oleh perusahaan, supaya dari sisi individual perusahaan memiliki SDM yang bekerja penuh keikhlasan, vitalitas dan tahan terhadap kesulitan. Mereka akan memberitahuakn etos kerja yang tinggi.

Pentingnya Etos Kerja di Era Globalisasi
Etos kerja yang dimiliki SDM sebuah organisasi memainkan peran penting bagi produktivitas kerja. Mereka tidak hanya sanggup bekerja sinkron tuntutan kerja, namun lebih daripada itu mereka melaksanakannya menggunakan penuh keikhlasan dan semangat. Hasil penelitian Hadipranata serta Sudardjo (1999) menemukan bahwa pandangan hidup kerja memberi kontribusi yg besar bagi produktivitas kerja insani.

Tasmara (1995) mengaatakan bahwa apabila seseorang menganggap menjadi suatu hal yg bisa meningkatkan harga dirinya sebagai manusia, maka orang tersebut dalam bekerja cenderung giat, rajin dan mau mendayagunakan seluruh potensi dirinya. Ketika perusahaan dituntut untuk bertahan dan bersaing agar sanggup meraih dan memenangkan persaingan dunia, SDM tadi akan menggunakan kapasitas dirinya secara optimal dengan penuh ketekunan serta semangat juang.

Perilaku pandangan hidup kerja ditandai oleh kegesitan dalam menggunakan kesempatan-kesempatan yg ada, penuh energi, percaya terhadap kekuatan diri serta kesediaan buat memandang jauh ke masa depan (Myrdal pada Soewarso, dkk., 1996). Di era globalisasi pemanfaatan SDM menjadi modal dasar harus diikuti sang pengembangan dan pembaharuan terhadap kemampuan serta keahlian yang dimiliki agar setiap anggota organisasi bisa merespon dan peka terhadap arah perubahan organisasi (Harvey serta Brown dalam Rokhman Jr, 2001). SDM yang memiliki etos kerja tinggi lebih peka terhadap perubahan yang terjadi secara cepat dan mampu menggunakan segenap kapasitas dirinya supaya bisa merespon perubahan tadi.

Individu atau grup masyarakat dikatakan memiliki pandangan hidup kerja tinggi jika menampakan tanda-indikasi menjadi berikut: mempunyai penilaian positif terhadap hasil kerja insan, menempatkan pandangan mengenai kerja sebagai suatu hal yg amat luhur bagi keberadaan insan, kerja dirasakan menjadi kegiatan yang bermakna bagi kehidupan manusia, kerja dihayati menjadi suatu proses yg membutuhkan ketekunan dan sekaligus wahana yg krusial pada mewujudkan hasrat dan kerja dilakukan menjadi bentuk ibadah (Doelhadi, 2001). Persaingan antar perusahaan dan negara membutuhkan ketekunan serta sekaligus keikhlasan. Rintangan-rintangan yang timbul di samping ditanggapi menjadi peluang pula harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Sinamo (2002) mengemukakan ethos 21, yang terdiri menurut delapan aspek pandangan hidup kerja. Delapan aspek tadi merupakan: kerja sebagaai raahmat, yg dilakukan menggunakan penuh ketulusan dan rasa syukur; kerja adalah amanah, artinya seorang bekerja dengan penuh tanggung jawab; kerja merupakan panggilan, ialah seorang bekerja menggunakan tuntas penuh integritas; kerja adalah aktualisasi, seorang bekerja keras penuh semangat. SDM yg memiliki etos kerja tinggi juga ditandai oleh: kerja dipercaya menjadi ibadah, sehingga dalam bekerja lebih serius penuh kecintaan; kerja merupakan seni, sebagai akibatnya dalam bekerja legih kreatif penuhsuka cita; kerja adalah kehormatan, sehingga pada bekerja tekun penuh keunggulan serta yg terakhir kerja merupakan pelayanan, sehingga pada bekerja menggunakan penuh kesempurnaan penuh kerendahan hati.

Etos kerja merupakan syarat perlu (necessary condition), namun bukan syarat relatif (sufficient condition) bagi keberhasilan (Sinamo, 2002). Dikemukakan bahwa etos kerja adalah kunci sukses yang unik, karena sekaligus mampu sebagai fundamen keberhasilan dalam tingkatan personal, organisasional dan sosial. Etos kerja adalah fundamen keberhasilan. Tingkatan sosial pada era globalisasi bisa dimulai berdasarkan level personal dan organisasional, sebagai akibatnya keberhasilan suatu bangsa diantaranya didasari oleh etos kerja setiap personel serta organisasi yg berada pada naungan bangsa tadi. Apabila pondasi tersebut bertenaga, maka bangsa jua bertenaga dan siap menghadapi era digitas global.

Peran Kecerdasan Spiritual (SQ) serta Kecerdasan pada Menghadapi Rintangan (AQ) terhadap Pembentukan Etos Kerja SDM
Siburian (1997) dan Pudyastuti (1997) mengemukakan beberapa faktor yang menghipnotis pandangan hidup kerja. Secara internal pandangan hidup kerja ditentukan sang situasi dan syarat SDM serta kepercayaan , sedangkan secara eksternal ditentukan oleh situasi dan syarat lingkungan dan interaksi sosial. Kecerdasan spiritual dan kecerdasan dalam menghadapi rintangan adalah faktor yang bersifat internal, tetapi pengembangannya bisa dilakukan secara eksternal. Menurut Zohar dan Marshall (2000) serta Agustian (2001), kecerdasan spiritual beroperasi pada pusat otak, yaitu fungsi-fungsi penyatu otak yg dinamakan titik Tuhan (God-Spot). Sedangkan kecerdasan pada menghadapi rintangan adalah pengembangan area cortex prefrontallis yg membesar dibandingkan dengan fauna. Area tersebut bertugas buat melakukan perbandingan untung rugi melalui rasionalitas (Wahyono, 2001), sebagai akibatnya waktu menghadapi rintangan seseorang akan terus melakukan evaluasi laba rugi antara menyerah dan bertahan.

Ancok (2001) menegaskan bahwa agar dapat hayati pada bisnis dunia, modal yg harus dilakukan adalah intelektual, sosial dan spiritual. Disampaikan bahwa kapital spiritual sebagai semakin krusial peranannnya lantaran upaya membangun insan yg cerdas dengan IQ tinggi dan insan yg pandai mengelola emosi dalam berhubungan dengan orang lain tidak menghantarkan insan pada kebermaknaan hayati. Kebermaknaan hayati merupakan motivasi yang kuat menjadi pendorong seseorang buat melakukan sesuatu kegiatan yang bermanfaat. SQ menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yg lebih luas dan kaya (Zohar dan Marshall, 2001).

Agustian (2001) berbagi contoh penggabungan antara kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ). Melalui konsep tersebut mereka berbagi empat langkah buat memaknai hayati, termasuk pekerjaan. Proses pertama merupakan melalui penjernihan emosi dan pikiran (zero mind process), selanjutnya melalui pembangunan mental (mental building), penguatan karakter (personal strength) serta sosial. Apabila SDM pada perusahaan melakukan pekerjaan dengan niat lantaran ibadah dan tanpa belenggu-belenggu negatif berdasarkan pada hati (prasangka, prinsip-prinsip hayati, pengalaman, kepentingan dan prioritas, sudut pandang, pembanding dan literatur), maka mental serta kepribadiannya akan bertenaga serta bisa menjalin perilaku dalam konteks menyeluruh.

Tasmara (2001) mengistilahkan kecerdasan spiritual menjadi kecerdasan ruhaniyah (trancendental intelligence). Menurut konsepnya kecerdasan ruhaniyah bertumpu pada ajaran cinta. SDM yg mengasihi pekerjaannya akan menganggap pekerjaan menjadi sebuah rahmat (Sinamo, 2002), sehingga dalam bekerja akan terdorong untuk dilakukan dengan sungguh-benar-benar. Mereka bekerja menggunakan penuh rasa syukur berdasarkan hati yg higienis dan tulus. Dalam pengertian lain bekerja merupakan bentuk rasa syukur pada Tuhan, serta pada bentuk derivatnya merupakan bentuk rasa syukur kepada negara, pemilik modal dan manajemen.

Aspek kecerdasan lain yang sanggup mengatasi kelemahan konsep kecerdasan emosi adaalah kecerdasan dalam menghadapi rintangan (AQ). Kemampuan SDM ini terlihat saat kesulitan semakin meningkat, baik dalam strata rakyat, tempat kerja juga individu (Stoltz, 1997). Dalam syarat kesulitan yang semakin meningkat diharapkan SDM yang bisa bertahan dengan rasa optimis dan mampu merogoh langkah yg sempurna supaya dapat keluar berdasarkan situasi tersebut. Perusahaan wajib mampu berbagi SDM yg bertipe pendaki (climber) daripada tipe berhenti (quitter) dan berkemah (camper). SDM yang bertipe quitter akan segera berhenti pada tengah jalan saat menghadapi kesulitan, sedangkan camper walaupun telah berusaha berjalan dan bersemangat, tetapi mereka cepat puas dan berhenti pada tengah jalan. Lain halnya bagi para pendaki (climber), mereka akan mewujudkan hampir semua potensi dirinya yang terus berkembang sepanjang bepergian hidupnya di perusahaan. Climber memahami bahwa kesulitan merupakan bagian dari hidup, menghindari kesulitan sama saja menggunakan menghindari kehidupan.

SDM yang bertipe climber memiliki keuletan pada menghadapi dan mengatasi semua kesulitan. Mereka merespon kesulitan dengan optimis, menduga kesulitan bersifat ad interim, tidak akan melebar ke aspek-aspek kehidupan lainnya serta hal tersebut lebih bersifat eksternal (Stoltz, 1997). Menurut Sinamo (2002) bila SDM permanen bekerja keras, maka potensi dirinya akan berkembang, lantaran kerja keras berfungsi menjadi sarana ekspresi bagi insan pekerja. Manusia tadi saat bekerja akan mengerahkan tenaga bio-psiko-spiritual yg selain membangun karakter serta kompetensi, sekaligus menciptakan mereka sehat serta bertenaga lahir batin. Dikemukakan lebih lanjut bahwa SDM yang bekerja keras seolah-olah memiliki semangat tanpa batas dan nir mengenal istilah menyerah. SDM demikian dikatakan menjadi SDM yg mempunyai etos kerja tinggi.

Stoltz (1997) pula mengemukakan cara buat mencapai AQ tinggi, yaitu melalui LEAD (listen, explore, analyze dan do). Prosesnya diawali dari mendengarkan respon terhadap kesulitan, menjajaki dari-usul atau penyebab dan pengakuan atas akibat (yang memilih tanggung jawab), menganalisis bukti-bukti dan akhirnya melakukan tindakan nyata dari kondisi yang dihadapinya. Stoltz (dalam Lasmono, 2001) kemudian memperbaiki LEAD menggunakan mengubah E sebagai establish (menegakkan akuntabilitas terhadap sesuatu yang wajib diperbaiki). Berdasarkan hal tadi, SDM yang dimiliki perusahaan akan senantiasa melakukan langkah-langkah konstruktif dan akan tercermin pada perilaku bertahan serta berani mengambil resiko supaya keluar menurut situasi kesulitan yang dihadapi. Mereka akan nampak sebagai SDM yg giat dan pantang menyerah.

TIPS CARA MERAIH SUKSES & KEBERHASILAN

Mencapai kesuksesan & keberhasilan - Pencapaian sukses & keberhasilan memang tidak mudah dihasilkan atau diraih menggunakan mudah bahkan terbilang sangat sulit. Namun sulit bukan berarti mustahil buat dilakukan lantaran setiap orang mempunyai kesempatan yang sama buat sukses serta berhasil serta hal itu mampu mereka dapatkan apabila mereka mau berusaha. Kesuksesan dan keberhasilan bukan berarti jua selalu pada hal materi, kesuksesan mampu berarti sukses pada belajar (kuliah, pendidikan), karir, pencapaian sesuatu, keberhasilan untuk memperbaiki diri serta lain sebagainya.
Keberhasilan dan kesuksesan jua sanggup diraih dan didapatkan tidak hanya buat mereka yang kaya, yg mempunyai banyak kapital, anggun, ganteng dll. Banyak yang sanggup sebagai referensi bagi anda menurut bagaimana kondisi orang-orang ini yg serba kekurangan tetapi bisa memotivasi diri mereka serta membarui kekurangan mereka menjadi kelebihan yang patut dicungi jempol serta menerima apreasi yang tinggi.
Jan koum seseorang yg sangat miskin bahkan saking miskinnya beliau dan ibunya (seorang janda) hidup dijalanan mengemis buat hanya sanggup makan, apalagi buat bersekolah atau kuliah. Tetapi jan memiliki tekat bahwa kesuksesan mampu didapat menggunakan kerja keras akhirnya dia belajar secara otodidak sistem operasi personal komputer dan web developer hanya menggunakan komputer usang yg dibelinya saat mereka pindah ke Amerika perkumpulan, dan hasilnya akhirnya dia menemukan whatsapp serta diakuisisi Facebook dengan nilai fantastis triliunan rupiah.
Mark Zuckerberg walaupun beliau lulusan Harvard bidang komputer tetapi beliau bukanlah orang kaya dulunya, dia sukses menemukan dan mengawali Facebook di garasi ruang kos beserta rekan-rekannya ketika dia masih sebagai mahasiswa serta hasilnya media umum terbesar didunia serta pada 2009 pernah mau dibeli dengan harga 400 triliun, lalu bagaimana harganya sekarang menggunakan jumlah user lebih dari 2 milyar pengguna.
Richard branson pemilik virgin class (kelompok atas ratusan perusahaan) dia nir lulus SMU dan mengawali kerajaan bisnisnya menurut label rekamana virgin. Nah mungkin itulah sekelumit bagaimana orang orang ini memotivasi kita bahwa kekurangan tidak menghalangi kita buat meraih sukses & keberhasilan, berikut beberapa saran cara meraih kesuksesan.

Cara Meraih Sukses & Keberhasilan
Bekerja keras
Tidak ada kesuksesan atau keberhasilan akan menemui anda tanpa anda bekerja menggunakan keras. Kesuksesan dan keberhasilan merupakan adonan rumus dan galat satu rumus tersebut adalah kerja keras. Banyak yang mengatakan bahwa kerja cerdas lebih baik daripada kerja keras padahal opini ini justru salah kaprah, keduanya memang menjadi 1 formula yg tidak dipisahkan bila ingin sukses. Anda bekerja terlalu keras tetapi tidak menggunakan kecerdasan atau anda bekerja cerdas, berpikir ekstra tetapi tanpa terdapat kerja keras buat mewujudkannya hal itu hanya akan sebagai sekedar niat atau kemauan saja tanpa terdapat aksi.
Tak terdapat kata menyerah
Menyerah merupakan kata yg mungkin tidak "pantas" apabila anda berkemauan keras buat sukses serta berhasil. Kesuksesan adalah kegagalan yang tertunda bukan? Apabila anda terus mencoba serta berusaha dan memperbaiki dengan belajar berdasarkan kesalahan maka kesuksesan dan keberhasilan akan sebagai milik anda. Dan sebenarnya nir terdapat istilah "gagal" dalam berusaha, selama anda masih mencoba, berusaha serta nir menghentikan apa yang anda lakukan.
Maafkan kegagalan pada masa lalu anda
Mungkin anda memiliki masa kemudian suram atau kegagalan di masa lalu anda, tetapi jangan jadikan hal memperpuruk syarat anda. Anda harus tetap maju kedepan serta jadikan kegagalan pada masa lalu anda sebagai spion kendaraan anda. Anda boleh menengok sekali waktu ke belakang melalui spion hanya buat memastikan anda melaju menggunakan benar serta melaju ke depan dengan lebih baik sehabis anda melihat kebelakang. Masa kemudian atau kegagalan anda di masa adalah pembelajaran anda buat berjalan kedepannya.
Singkirkan kendala dengan mengatasinya
Masalah itu nir harus anda hindari, jika anda terbiasa menghindari kasus maka saat tiba saatnya tiba masalah pada hidup anda serta anda terjepit tidak mampu menghindarinya anda justru akan terpuruk dan tidak sanggup terbangun. Kesuksesan merupakan keliru satu hasil bagaimana anda memecahkan setiap perkara dan belajar menurut hal itu. Untuk sebagai sukses dan berhasil akan banyak kendala, rintangan dan cobaan dan itu adalah hal yg pasti. Salah satu hal yg paling sering menciptakan orang berhenti berusaha merupakan penilaian orang, omongan, ejekan serta godaan mereka.
Anda nir mampu menghentikan orang lain buat menilai atau berpikir mengenai anda. Anda memang tidak mampu menghentikan omongan yang buruk dari lisan orang lain, tetapi anda di anugerahi sang Tuhan dua indera pendengaran yg bisa anda tutup buat hal yang buruk untuk anda dengar. Anda memang membutuhkan kritik yang bersifat menciptakan berdasarkan orang orang yg telah terbukti sukses dan berhasil, namun jangan sampai kritik pedas orang lain menghentikan langkah anda buat maju.
Bersabar
Semua proses membutuhkan saat buat membuatnya berhasil termasuk kesuksesan. Untuk meraih kesuksesan dan keberhasilan anda membutuhkan proses panjang, hambatan serta cobaan. Coba anda pikir bahkan seorang buat bisa dewasa harus melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja baru menginjak usia dewasa. Anda tidak sanggup memaksa bayi yang baru lahir buat eksklusif sebagai orang dewasa, butuh saat dan proses serta bila anda mengikuti proses tadi suatu waktu anda akan menjadi orang dewasa. Sama halnya menggunakan kesuksesan, anda tidak sanggup memaksa apa yang anda sebaiknya buat segera berhasil dan sukses butuh proses serta ketika yg nir sedikit buat menciptakan bisnis anda sukses serta maju.
Kesuksesan anda sendiri yang membuatnya
Tingkatkan kepercayaan diri, semangat, keluarkan segala kemampuan anda, berpikir ekstra, serta segala hal yang perlu dilakukan buat keberhasilan dan kesuksesan. Karena anda sendiri yg sanggup mewujudkan serta membuatnya menjadi sukses. Orang lain memang berkontribusi serta mungkin mempunyai kiprah buat kesuksesan tetapi anda sendirilah yang harus membentuk pondasi kesuksesan anda sendiri. Anda adalah satu satunya orang yg bisa membuat kesuksesan serta keberhasilan anda sendiri sedang orang lain mungkin yg akan membantu berkontribusi pada mengembangkan kesuksesan anda.
Jangan membandingkan anda dengan orang lain
Membandingkan anda menggunakan orang lain memang perlu dilakukan buat menilai seberapa mampu anda mencontoh atau belajar menurut orang yang sukses sebelum anda. Ini akan memotivasi anda buat bekerja lebih keras dalam mewujudkan virtual anda sebagai keberhasilan, namun jangan hingga membandingkan anda menggunakan orang lain pada sisi negatif... Hal ini justru akan menciptakan anda minder serta menghentikan langkah anda. Akan ada keraguan serta sisi negatif buat keberhasilan anda. Nah berdasarkan pada anda membandingkan dalam sisi negatif seperti:
"Jelas beliau lebih sukses daripada aku lantaran beliau bla..bla..bla..(ganteng , cantik, kaya, punya modal, punya kuasa, pendidikan tinggi)" maka sebaiknay bandingkan dengan pernyataan positif misalnya "Jika beliau hanya lulusan SMA saja mampu sukses, kenapa saya yg lulusan kuliah nir sanggup, saya wajib mampu ..."
Berdoa & Berderma / menyebarkan kesuksesan
Seseorang yang menyebarkan kebahagiaan dan kesuksesannya dengan orang lain maka Tuhan akan melipatgandakan untuknya kebahagiaan dan keberhasilan. Tidak ada orang yang berderma atau bersedekah yg jatuh miskin, justru sebaliknya mereka akan tambah bahagia dan sukses. Kita adalah makhluk sosial yang tidak sanggup hidup sendiri tanpa adanya orang lain, Berbagi kesuksesan serta kebahagiaan akan menciptakan anda lebih memahami arti hidup yang lebih baik. Berdoa jua selain mendekatkan diri anda menggunakan Tuhan pada menjalankan kewajiban anda menjadi umat beragama juga dengan berdoa merupakan cara memotivasi diri anda pada bertindak serta berpikir lebih baik karena orang berdoa tidak ada yang berdoa buat hal lebih jelek.
nah demikian artikel tentang tips cara meraih keberhasilan dan kesuksesan, panjang banget ya? Hehehehe... Tentunya anda mempunyai keberhasilan dan tips sukses dari pengalaman anda sendiri, ayo bantu yang lain termotivasi menggunakan tips sukses anda dengan berkomentar atau anda sanggup mengirimkan motivasi sukses anda utnuk berbagi dengan ribuan teman kita pembaca blog ini, terima kasih.

RAHASIA SUKSES MEMBANGUN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual 
A. Pengertian, Hakekat Dan Makna Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yg menyangkut moral yang sanggup memberikan pemahaman yg menyatu buat membedakan sesuatu yang benar menggunakan yang salah

Dalam Emotional Spiritual Quotient, kecerdasan spiritual adalah kemampuan buat memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku serta kegiatan, dan mampu menyinergikan Intellectual Quotient, Emotional Quotient serta Spiritual Quotient secara komprehensif.

2. Hakekat
Kecerdasan spiritual pada hakekatnya, adalah kecerdasan buat menghadapi serta memecahkan perkara makna serta nilai menempatkan perilaku dan hidup insan pada konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan spiritual yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yg berhubungan dengan kearifan pada luar ego atau jiwa sadar.

Kecerdasan spiritual mengakibatkan manusia yg benar-sahih utuh secara intelektual, emosional serta spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan fasilitas yang berkembang selama jutaan tahun yang memungkinkan otak buat menemukan dan memakai makna dalam pemecahan dilema.

Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik dapat membuahkan seseorang mempunyai “makna” pada hidupnya. Dengan makna hidup ini seseorang akan mempunyai kualitas “menjadi”, yaitu suatu modus eksistensi yg bisa membuat seseorang merasa gembira, menggunakan kemampuannya secara produktif serta bisa menyatu menggunakan dunia.

3. Makna 
Harjani Hefni (2005) menyatakan makna kecerdasan spiritual merupakan kemampuan mendengarkan suara hati untuk cerdas herbi Tuhan YME serta sesama dalam memberikan yang terbaik serta berguna. Dengan demikian kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa dalam memaknai hayati yg bisa membantu seseorang bisa membentuk dirinya buat tumbuh, berkembang serta seimbang.

B. Meta Kecerdasan 
Menurut Taufik Bahaudin dikatakan seseorang itu Cerdas bila mempunyai beberapa kecerdasan atau dianggap berfungsinya meta kecerdasan sinergi. Meta kecerdasan itu diantaranya IQ, EQ, SQ, CQ ( creativity Quotient) , AQ (Advercity Quotient).
  • Definisdi IQ ( intelligent quotient ) : kecerdasan yang berhubungan fisik, aritmatika, 
  • Definisi EQ ( emotional quotient ) : kecderdasan mengelola emos
  • Definisi CQ ( creativity quotient) : kecerdasan buat mencari solusi 
Definisi AQ ( adversity quotient ) : kecerdasan daya tahan dalam penderitaan dan bisa merubah kemalangan sebagai peluang keberuntungan SI ( Spiritual quotient) : kecerdasan spiritual sebagai poros seluruh kecerdasan yang lain. Danah Zohar mengatakan IQ dan EQ akan berfungsi efektif jika SQ bekerja. 

Ary ginanjar (2003,) menjelaskan meta kecerdasan sinergi adalah integrasi dari kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual yang berorientasi dalam spiritualisme tauhid serta diwujudkan dengan kemampuan memecahkan masalah serta tantangan menggunakan radar suara hati.

Begitupula yang dikatakan sang Dadang Hawari (2003), integrasi dari IQ, EQ, CQ serta SQ diperlukan pada membangun SDM pemimpin yang berkualitas dan higienis dari KKN. 

C. Sinergi Kompetensi Spiritual, Kompetensi Sosial Dan Kompetensi Teknis Sebagai SDM Profesional 
Kata kompetensi adalah saduran dari bahasa Inggris ‘Competence’ yg berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut Susanto (2003) definisi tentang kompetensi yg seringkali dipakai adalah karakteristik-karakteristik yg mendasari individu buat mencapai kinerja superior. Kompetensi jua merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Kompetensi adalah ciri diri yang sebagai pembeda antara performance yang sangat baik menggunakan performance yang biasa pada suatu pekerjaan atau organisasi. Ife (1995) menyatakan bahwa secara umum kompetensi dimaknai sama dengan keterampilan-keterampilan yang dimiliki sang seorang (skills) buat melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan, Mendiknas dalam Surat Keputusan No. 045/U/2002 menyatakan bahwa kompetensi merupakan seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yg dimiliki seseorang menjadi kondisi untuk dianggap sanggup oleh warga pada melaksanakan tugas-tugas pada bidang pekerjaan eksklusif. 

Sejalan menggunakan pernyataan Mujiman dari Badan Nasional Sertifikasi Pelatihan ( 2005) kompetensi sebenarnya merupakan suatu kemampuan buat menguasai serta menerapkan pengetahuan, keterampilan/keahlian, sikap dan mental kerja eksklusif di tempat kerja, sesuai menggunakan mekanisme dan kinerja yang dipersyaratkan.

Profesionalisme merupakan Orientasi dan sikap kerja kompeten, dalam melakukan pekerjaan yang disertai menggunakan tanggung jawab fungsional dan moral sinkron menggunakan kode etik profesi. Untuk menjadi SDM yang profesional perlu kompetensi kompetensi spiritual serta kompetensi sosial dan kompetensi teknis. 

1. Kompetensi spiritual
Tiga dimensi kompetensi spiritual menurut Mujiman ( APNI, 2008) :
  • Bersumber berdasarkan dan terkait menggunakan nilai-nilai spiritual keagamaan dan kepercayaan pada kaitannya menggunakan pengabdiannya pada Tuhan YME. 
  • Membentuk perilaku mental bahwa bekerja adalah bagian dari amal dan ibadah pada Tuhan YME.
  • Aplikasinya pada pekerjaan tercermin pada bentuk disiplin, dedikasi, integritas dan loyalitas, ethos kerja, motivasi kerja
  • Harjani Hefni ( 2005) mengungkapkan kompetensi spiritual menjadi kemampuan pada membaca dan melaksanakan perintah Tuhan. 
2. Kompetensi sosial 
Dimensi Kompetensi sosial menurut Mujiman ( APNI, 2008) :
  • Bersumber menurut dan terkait dengan nilai-nilai sosial budaya serta emasyarakatan pada kaitannya menggunakan kebutuhan hayati ermasyarakat sebagai makhluk sosial
  • Membentuk kepribadian serta perilaku sosial dalam hayati ermasyarakat
Menurut Harjani Hefni ( 2005) kompetensi sosial merupakan kemampuan pada memberikan kenyamanan kepada orang lain.

Dimensi kompetensi sosial 
  • Bersumber dari dan terkait dengan nilai-nilai sosial budaya dan kemasyarakatan pada kaitannya menggunakan kebutuhan hidup bermasyarakat menjadi makhluk sosial
  • Membentuk kepribadian serta perilaku sosial pada hidup bermasyarakat
  • Aplikasinya pada tempat kerja tercermin pada bentuk kemampuan bekerjasama, kemampuan bergaul serta berkomunikasi, kemampuan berkoordinasi, kemampuan mengapresiasi pendapat orang lain, kemampuan kerjasama pada tim
3. Kompetensi teknis adalah kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan pada melakukan pekerjaan.
  • Bersumber berdasarkan dan terkait dengan penguasaan IPTEK pada bidangnya
  • Membentuk kemampuan teknikal pada kehidupan bermasyarakat
  • Aplikasinya pada tempat kerja tercermin pada bentuk kemampuan aplikasi tugas pekerjaan sinkron menggunakan mekanisme dan kinerja ang ditetapkan atau pada atas kinerja yang ditetapkan.
BUKTI ILMIAH KECERDASAN SPIRITUAL DALAM PENINGKATAN KINERJA PELAKSANAAN TUGAS JABATANNYA
A. Bukti Ilmiah Kecerdasan Spiritual
Titik Ketuhanan ( God spot )
Para peneliti mencari interaksi antara ilmu pengetahuan menggunakan dimensi spiritual. Dari eksperimen yang dilakukan para ahli diperoleh dalam lobus frontalis (bagian otak depan ) terdapat titik yg menghubungkan dengan jiwa, kalbu serta lalu dengan Tuhan. Titik ini diklaim God Spot ( Ramachandran,V.1998; Marshall,I; Johar,D.2002) Bagian otak tadi apabila diberi rangsangan dengan gelombang mikro elektronika maka yang bersangkutan akan merasakan hening, khusyu, dan rasa dekat kepada Tuhan. 


Pendapat para pakar tersebut sinkron dengan pandangan agama Islam yg menyatakan insan merupakan makhluk fitrah yaitu makhluk yg berke-Tuhan-an ( QS. Ar Ruum, 30 :30)


Para peneliti seperti Harrington , A. Juthani.N.V. Serta Monakow, V. Goldstein dalam Dadang Hawari, 2002 hal.70 mencari hubungan antara ilmu dengan dimensi spiritual. Diyakini adanya God Spot pada susunan saraf pusat (otak). Sebagai contoh orang yg menderita kecemasan akan sebagai hening selesainya diberi obat anti cemas. Sementara itu orang yang berdoa serta berdzikir memperoleh juga ketenangan. Hal ini sebagaimana dikatakan Christy, J.H. ( dalam Dadang Hawari 2002, hal 71) prayer is medicine. Hal ini di dukung berdasarkan penelitian berdasarkan Snyderman ( dalam Dadang Hawari,2002 hal 71) terapi medis akan efektif apabila disertai doa serta dzikir. 

B. Pengalaman (Success Story) Kecerdasan Spiritual Dalam Peningkatan Kinerja
1. Pemberdayaan SDM dalam organisasi 
Dari hasil penelitian penulis dalam keliru satu unit kerja pada Pusdiklat Hukum serta Ham pada tahun 2005, menggunakan kompetensi spiritual pimpinan unit kerja itu berhasil membentuk unit kerja yg dipimpinnya menjadi suatu tim kerja yang solid. Penelitian mengamati konduite kepala seksi yg semula kurang peduli, kurang memperhatikan atribut kerja dan jam kerja. Dengan kecerdasan spiritual beliau mengajak anak buahnya buat menciptakan visi bekerja dan membangun komitmen bersama. Perubahan terjadi 4 bulan selesainya itu menggunakan peningkatan pada disiplin, tanggung jawab, motivasi dan prestasi kerja. Ia berhasil mewujudkan tim kerja yg sinergi dimana satu sama lain saling membantu apabila temannya berhalangan serta baru pulang manakala semua pekerjaan telah diselesaikan. Kecerdasan spiritual telah menaikkan self belonging serta self responsibility dalam unit kerja tadi. 

2. PT. Taspen. 
Kecerdasan spiritual sudah membentuk karakter pelayanan prima pada PT. Taspen. Subiyanto sudah berhasil merubah kinerja pegawainya buat tidak bekerja berdasarkan ego (kemauannya sendiri) tetapi bekerja ditujukan buat mencari ridho Allah SWT. Karyawan tidak mau menerima hadiah, tetapi menyalurkan ke kotak amal yang disediakan. Seorang hakim yang mengurus Taspennya di Cabang Bogor merasa tersentuh hatinya menerima pensiun dan THT yg cukup besar pada ketika kurang menurut 1 jam. Dia sangat terkesan akan kecepatan pelayanan serta menaruh uang 1 juta pada petugas pada depan loket. Namun petugas tersebut berkata dia nir diperkenankan menerima apapaun menurut peserta Taspen. Sang Hakim meneteskan air mata mendengarkan ucapan petugas itu. Hal sama juga terjadi dalam petugas counter pada tempat kerja Taspen yang lain, yg menolak pemberian peserta Taspen. 

3. Pengaruh pelatihan emotional and spiritual quotient (esq) terhadap motif berprestasi pegawai negeri sipil (pns) dalam forum penjaminan mutu pendidikan (lpmp) lampung.

4 Penelitian ini dilakukan buat mengetahui efek training ESQ terhadap otif berprestasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung. 

Metode yang dipakai pada penelitian ini merupakan metode survei yang dilaksanakan pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung dengan jumlah sampel sebesar 46 orang. Pengumpulan datanya dilakukan dengan metode survey, wawancara serta dokumentasi. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan menggunakan Regresi Logistik Binari. 

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel Training ESQ berpengaruh positif terhadap motif berprestasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam Lembaga Penajaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi variabel tersebut yg bernilai positif yakni 0,290. Selain itu pula diperoleh output analisis besarnya koefisien diterminasi R2 = 0,2165, adalah training ESQ mempunyai konstribusi 21,65 % terhadap motif berprestasi pegawai, sedangkan sisanya 78,35 % ditentukan oleh faktor lain.

Faktor kualitas sumber daya insan sangat lebih banyak didominasi buat memilih tercapai tidaknya tujuan organisasi, sebagai akibatnya terkait dengan penelitian mengenai imbas pembinaan ESQ terhadap PNS di LPMP Lampung, maka disarankan supaya pimpinan forum melakukan training terhadap para alumni pembinaan ESQ secara berkesinambungan dan memberikan kesempatan pelatihan ESQ pada pegawai yang belum mengikuti training, pada para pegawai alumni pembinaan ESQ hendaknya konsisten terhadap prinsip-prinsip yg sudah dijabarkan selama mengikuti pembinaan, sehingga tujuh nilai dasar dalam ESQ dapat terealisasi.

4. Perusahaan kosmetik wardah dan zahra 
1985 home industri, 1990 - musibah kebakaran, tempat tinggal dan aset habis terbakar.harus membayar hutang – hutang. Semangat bangkit balik tersentuh menggunakan nasib karyawan yang kehilangan pekerjaan. Tidak memiliki ilmu pemasaran. Modal silaturahmi dan keyakinan akan pertolongan Allah. Tapi beliau terus kerja keras, tidak putus harapan dan berdoa.

Ia menerima pinjaman loka dan pinjaman produk. Dengan kapital pemasaran silaturahmi pada dua minggu mampu menaruh THR pada 30 orang karyawan. Setahun kemudian berhasil menciptakan rumah serta pabrik. Kini nurhayati memimpin lebih dari 300 karyawan dengan omset mencapai milyaran rupiah ( sumber ’nebula’ ESQ).

C. Karakteristik Kecerdasan Spiritual Orang-Orang Sukses Dan Mulia
Peringkat karakter CEO ideal output penelitian berdasarkan The Leadership Challenge th. 1987, 1995 dan 2002 pada 6 benua: Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Eropa dan Australia. Tujuh karakter Chief Executive Officer ( CEO)  : 
1. Jujur
2. Berpikiran maju ( forward looking )
3. Kompeten
4. Dapat memberikan inspirasi
5. Cerdas
6. Adil
7. Berpandangan luas ( broad minded )

Menurut output pertemuan top ekeskutif internasional pada tahun 2002 pada Harvard Business School, terdapat 5 karakter powerful leader  yaitu:
1. Kejujuran
2. Semangat
3. Ide atau inisiatif
4. Bijaksana
5. Keberanian mengambil keputusan

Michael E. Hart (2009 ) telah menciptakan peringkat terhadap 100 orang yang paling berpengaruh pada dunia yg sudah memberikan imbas terbesar sepanjang sejarah bepergian global. Sebagai peringkat pertama ia mengungkapkan Muhammad SAW. Ia menentukan Muhammad SAW sebagai tokoh teratas pada daftar orang yg paling berpengaruh di global karena satu -satunya orang dalam sejarah yang sangat berhasil, baik dalam keagamaan juga sekuler. Karakter primer nabi Muhammad SAW adalah:
1. Jujur 
2. Tanggung jawab
3. Cerdas
4. Mampu membicarakan menggunakan suara hati 

MENGINTERNALISASI KECERDASAN SPIRITUAL
A. PENYADARAN DIRI
1. Mengenali konsep diri manusia
Perubahan diri manusia pada mulai semenjak proses kejadiannya berdasarkan Zygot yang tumbuh berkembang dalam rahim ibu sampai terlahir ke global. Sejak bayi pada pangkuan sampai dewasa terjadi proses pembentukan nilai-nilai dalam diri insan. Konsep diri seseorang di bangun oleh nilai-nilai yang diyakininya serta pengaruh lingkungan yg membentuknya. 

Untuk mengenal konsep diri, insan perlu mengetahui siapa yang menciptakannya, menurut apa dia diciptakan, buat apa hidup dan kemana akan pulang. 

Nanusia diciptakan sang Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yg membangun serta menguasai sekalian alam. Tuhan yg menghidupkan dan yg mematikan mahkluk . Tuhan yg hayati abadi ketika semua tiada. Tuhan yang menguasai dunia dani akherat. 

Manusia diciptakan menurut tanah. Manusia selanjutnya terjadi melalui proses reproduksi yaitu bertemunya sperma serta sel telur. Sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an ”Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, kemudian tulang belulang itu kami bungkus menggunakan daging. Kemudian Kami jadikan beliau makhluq yg (berbentuk) lain. Maka Maha Suci-lah Allah, Pencipta yang Paling Baik ”. ( QS. 23 : 14 ). ” Kemudian Dia menyempurnakan serta meniupkan ke pada (tubuh) manusia ruh (kreasi ) Nya dan beliau menjadikan bagi engkau pendengaran, penglihatan serta hati, (namun ) kamu sedikit sekali bersyukur ” ( QS. 32 : 9)

Manusia hidup buat beribadah pada Tuhan YME. Sesuai firmanNya dalam Al Qur’an : ” Dan Aku tidak membangun jin serta insan melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” ( QS .51 :56 ). 

Setelah kehidupan ini insan akan meninggal menjadi ketentuan berdasarkan Sang Pencipta serta manusia kembali ke akhirat, menghadap Tuhan YME. 

Di Akhirat segala perbuatan insan pada global akan diberi ganjaran sinkron dengan amalnya. Bagi orang yang banyak beriman dan beramal soleh maka akan diberi ganjaran nirwana. Bagi orang yang banyak berbuat dosa diberi ganjaran neraka. 

Dengan menjadari manusia sebagai hamba Tuhan, nir terdapat daya serta upaya kecuali dengan pertolongan Tuhan YME. Kita bisa mensyukuri segala nikmat yg telah diberikan buat menggunakan menggunakan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunanNya buat sanggup menaruh manfaat sebesar-banyak kepada orang lain an lingkungan.

Dengan menyadari konsep diri insan akan menumbuhkan pencerahan dan semangat buat melakukan perubahan. Brain Tracy (2007) menyatakan perubahan diri kuncinya merupakan dalam pikiran. Pikiran sesorang yg mengantarkannya pada kesuksesan atau kegagalan. Pikiran ditentukan sang hati ( keyakinan). Ary Ginanjar Agustian ( 2003) menyatakan perlu nya Zero mind proses (ZMP) untuk membersihkan hati dari belenggu bunyi hati yg menutupi god spot. 

2. Mengenali mental block
Pikiran merupakan pekerjaan mental, dengan demikian sehat pikiran adalah sehat pula mental seorang. Kesehatan jiwa didefinisikan sang para psikolog sebagai kematangan emosional dan sosial. Dengan sehat jiwa akan bisa mengikuti keadaan dengan lingkungan kerja, sanggup mengemban tanggung jawab kehidupan dan bisa menghadapi seluruh masalah hidup dengan realistis, kemampuan inilah yang dapat menentukan tingkat kebahagiaan serta kebermaknaan hayati ( Dr.M. Utsman Najati, 2005). Yang menciptakan seorang sukar untuk berubah merupakan adanya hambatan (mental block) dalam diri seorang yg mempengaruhi pikiran seorang. Ada 5 blok mental menurut Lembaga Training & Consultancy dan training mindset (2007) yg menjadi kendala mental yg berasal dari pada diri yaitu : 
  • Blok persepsi
  • Blok emosi
  • Blok kultur / lingkungan
  • Blok intelektual
  • Blok ego 
Sedangkan Faktor ekternal merupakan :
  • Lingkungan
  • Teman sejawat
  • Anak buah
  • Iklim kerja 
3. Penjernihan bunyi hati
Hati nurani tak jarang tertutup sang aneka macam belenggu yang mengakibatkan orang menjadi buta hati. Hal ini menyebabkan seorang tidak mampu lagi mendengar fakta-warta maha penting yg asal menurut suara-bunyi hatinya sendiri, di mana hal ini akan mengakibatkan seseorang akan menjadi nir sanggup untuk membaca lingkungan pada luar dirinya atau membaca dirinya sendiri. Akibatnya, dia sering sekali terperosok ke dalam berbagai kegagalan serta tidak mampuan buat memanfaatkan potensi dirinya atau potensi lingkungannya.

Ari Ginanjar Agustian ( 2003) mengemukakan 7 belenggu yg menutupi suara hati yaitu :
  • Prasangka negatif. 
  • Prinsip hidup
  • Pengaruh kepentingan
  • Pengaruh pengalaman
  • Pengaruh sudut pandang
  • Pengaruh pembanding
  • Pengaruh literatur
Menurut Dr. Sayyid Muhammad Nuh ( 2004), ada 7 penyakit hati yang menjangkiti hati manusia yaitu : 
  • Membanggakan diri
  • Terpedaya sang perasaan sendiri
  • sombong
  • pamer ( riya ) serta ingin didengar (sum’ah)
  • Buruk sangka
  • Kikir
  • Dendam
Poniman, dkk ( 2005) mengidentifikasikan 12 kotoran hati pada diri seorang, sbb : Dengki, Sombong, Angan –angan, Ingkar, Malas, Egois, Cepat puas, Putus asa, tamak, Pelit, Mengganggu dan riya. Untuk mensucikan hati dengan 12 epos ( enersi positip ) penawarnya yaitu :
  1. Dengki diganti menggunakan penyayang. 
  2. Lawan sombong menggunakan rendah hati, 
  3. Lawan angan dengan tawakal, 
  4. Lawaningkar dengan taat, 
  5. lawan malas denganrajin,
  6. Lawan Egois dengan bebagi, 
  7. Lawan cepat puas dengan impian, 
  8. Lawan Putus harapan dengan ikhtiar, 
  9. Lawan tamak dengan sahaja, 
  10. Lawan pelit dengan pemurah, 
  11. Lawan norma menghambat dengan memelihara, 
  12. Lawan riya menggunakan terbang rendah. 
Penjernihan bunyi hati ini dilaksanakan melalui kontemplasi atau perenungan buat mengungkap kembali hal-hal positip dan negatif menurut pada diri serta dapat mengenali kesalahan dan keburukan diri. Proses ini diiringi dengan bertobat ( tobat nasuha ) untuk membersihkan hati. Bertobat dilakukan menggunakan cara sbb :
  • Mengenali / mengidentifikasi kesalahan diri
  • Mohon ampun pada Tuhan Yang Maha Esa 
  • Berjanji buat tidak mengulangi kesalahan / dosa 
  • Melakukan perbaikan 
Hati itu ibarat cermin, jika seorang berbuat dosa, maka cermin akan ternodai menggunakan satu tiitk hitam. Makin poly dosa, semakin poly titik nodanya. Apabila dia bertobat, maka cemerlanglah hatinya (hadist). 


Gambar Tujuh langkah perubahan

5. Membangun komitmen spiritual 
Komitmen diartikan menjadi perjanjian (keterikatan) buat melakukan sesuatu ( Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2005). Untuk melakukan perubahan dan pemugaran perlu adanya suatu komitmen dalam diri sendiri. Setiap diri mempunyai potensi baik. Murdoko ( 2006) dalam hakekatnya insan itu mempunyai potensi baik misalnya kejujuran,kesetiaan, bisa bertanggung jawab, pantang menyerah dsb. Dimensi hakekat diri adalah kebenaran-kebenaran alamiah serta dasariah yang absolut. Tetapi mengapa seseorang nir dapat memunculkan pada perilaku yg riil, lantaran ’kekayaan’ itu nir diasah serta nir ada nya kemauan serta upaya buat kewujudkannya. Komitmen spiritual merupakan pernyataan kemauan atau tekad yang bertenaga buat mengangkat potensi baik yg terdapat pada setiap diri. Cobalah temukan potensi baik yang terdapat pada diri anda. Komitmen pada potensi baik buat maju bisa menaruh motivasi buat bangkit mewujudkannya. Pernyataan komitmen ini di ucapkan dengan mulut, diakui sang hati serta diikuti oleh perbuatan. Komitmen merupakan suatu janji yang diucapkan dan jika disaksikan ( orang lain ) akan lebih mantap karena sekaligus menjadi indera kontrol atau cermin diri. 

B. Pemahaman Konsep Nilai
1. Berbagai konsep nilai 
Berbagai konsep-konsep tentang nilai dikemukakan oleh para ahli antar lain Steven Covey dengan 7 norma efektif, Ary Ginanjar Agustian menggunakan 7 budi primer dan kubik leadership menggunakan 3 kepemimpinan diri dan Harjani Hefni dengan 7 norma hayati sukses dan barokah B5KB. 

B5KB adalah konsep nilai yg dari dari negeri sendiri, yang teraplikasi pada warga karena dia disarikan dari surah Al Fatihah.

Harjani Hefni (2008) mengemukakan 7 norma hayati Sukses dan barokah sbb : 
a. Berdoa saat memulai kerja 
b. Bersyukur atas segala ni’mat
c. Berfikir positif terhadap Sang Pencipta dan terhadap sesama
d. Berorientasi akhirat
e. Bekerja sebagai ibadah dan berdoa
f. Konsisten dalam komitmen
g. Bercermin

2. Elemen kompetensi spiritual PNS
Dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 jo UU No. 32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah secara siginifikan sudah menaruh perubahan pada penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Ciri utama menurut kedua UU tadi merupakan makin luasnya otonomi daerah dan makin meningkatnya diskresi wilayah pada melaksanakan swatantra wilayahnya.

Demikian halnya saat ini, dengan munculnya PP No 41/2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Permendagri No. 57 Ttg Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, yang mengatur jumlah Dinas daerah, Lembaga Teknis wilayah dan perangkat lainnya, sesuai dengan tipologi berdasarkan masing2 wilayah. Ditetapkanya PP No. 41/2007 yang merupakan PP pengganti dari PP 8/ 2003 merupakan buat lebih meningkatkan kinerja pemerintah wilayah pada hal pelayanan publik dan buat mengurangi pro serta kontra yg selama ini disampaikan oleh provinsi serta kab/kota pada Indonesia yang pada tataran implementasi banyak yang menolak pemberlakuannya di daerah masing-masing.

Salah satu indikator baik tidakya organisasi adalah tercapainya tujuan berdasarkan organisasi sesuai menggunakan apa yg telah dicanangkan para pengelolanya. Proses pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi sang banyak sekali faktor, keliru satunya merupakan faktor sumber daya insan yang ada pada organisasi.

Elemen kompetensi spiritual dapat dipandang berdasarkan panca prasetia KORPRI, yaitu antara lain : kejujuran, tanggung jawab, daya juang, visioner, kedisiplinan, kerjasama, keadilan, serta kepedulian 

3. Syarat perubahan mindset
Empat kondisi perubahan pola pikir dari Juni Pranoto (2008) :
a. Konsep yang benar
b. Proses yg konsisten
c. Motivasi yang tinggi 

Dilakukan secara kontinyu dan melalui pembiasaan ‘habit’ 

C. Pemantapan Diri
1. Penetapan tujuan ( goal setting ) 
Ary Ginanjar Agustian (2008) dalam training mission character building (MCB) mulai dengan penetapan visi serta misi semenjak taraf pribadi, famili sampai pekerjaan. Poniman,dkk ( 2005) pada merencanakan tantangan 90 hari memulai menggunakan bintang terperinci. Menurut Poniman,dkk (2005) Bintang terang adalah suatu prestasi terbesar yang yg kita ingin capai pada hidup ( the ultimate life achievement ). Disebut sebagai bintang karena bintang merupakan sesuatu yg tinggi, bukan sesuatu yg gampang dicapai. Sedang jelas artinya mimpi tentang prestasi besar itu haruslah yg menarik serta sangat berarti bagi kita. Dengan begitu bisa sebagai petunjuk arah dan memberikan penerangan pada kita pada masa-masa sulit. Bintang terang yang terbaik merupakan perwujudan dari dorongan nurani kita. Orang –orang akbar global memiliki bintang jelas. Bill Gates pendiri microsoft memimpikan adanya komputer langsung di setiap tempat tinggal . Henry Ford pendiri Ford Motor Company memimpikan seluruh orang mampu memiliki kendaraan beroda empat dsb.

Untuk mencari bintang jelas anda, bayangkan sebuah prestasi akbar yg diidam-idamkan pada hayati. Apabila sudah didapat, apakah prestasi tersebut sesuai dengn garis nurani ( cocok menggunakan logika dan kalbu 100%). Itulah bintang terperinci anda. 

Ada 3 manfaat memiliki bintang terang, yaitu :
1. Bintang terperinci memberikan arah tujuan hayati (to be) dan mempertinggi valensi.
2. Bintang terperinci memfokuskan semua kemampuan kita.
3. Bintang terang menaruh motivasi buat berjuang.

Dalam penetapan tujuan harus kentara. Untuk itu terdapat 5 (lima) syarat dalam penetapan tujuan ( SMART ) :
  • Specific ( spesifik )
  • Measurement ( terukur )
  • Achievable ( bisa dicapai )
  • Rational ( rasional )
  • Time bound ( saat )
Langkah penetapan tujuan :
  • Mulai dari bintang terang. Setelah itu tetapkanlah target 6 – 12 bulan. Setelah itu rencanakan buat : 1) menaikkan expertis, dua) mengkapitalisasi aset serta 3) memperbanyak epos. 
  • Meningkatkan expertis dengan cara memilih kompetensi yan perlu dikuasai untuk mencapai prestasi 90 hari. Mengkapitalisasi aset adalah mengoptimalkan setiap aset yang ada baik aset diri juga aset lingkungan.
  • Sedang memperbanyak epos (energi positif) menggunakan cara memperbanyak aktivitas yg memiliki imbas yang akbar.
2. Membuat agenda
Agenda merupakan aktualialisasi tujuan kedalam rencana harian. Merencanakan saat setiap harinya buat melakukan planning planning perbaikan menjadi bahan monitoring pengembangan diri, 

Langkah-langkah memutuskan tujuan menggunakan mulai menurut tujuan jangka panjang ( tujuan hayati ), tujuan jangka menengah ( tujuan bekerja ) serta tujuan jangka pendek ( Rencana harian ). Rencana harian dituangkan pada rencana. Agenda ini sebagai alat yang efektif buat monitor serta evaluasi proses perbaikan diri yg berkelanjutan. 

Contoh agenda:

RAHASIA SUKSES MEMBANGUN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual 
A. Pengertian, Hakekat Dan Makna Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang menyangkut moral yg mampu menaruh pemahaman yg menyatu untuk membedakan sesuatu yang sahih menggunakan yang salah

Dalam Emotional Spiritual Quotient, kecerdasan spiritual adalah kemampuan buat memberi makna spiritual terhadap pemikiran, konduite dan kegiatan, serta mampu menyinergikan Intellectual Quotient, Emotional Quotient serta Spiritual Quotient secara komprehensif.

2. Hakekat
Kecerdasan spiritual dalam hakekatnya, merupakan kecerdasan buat menghadapi serta memecahkan perkara makna dan nilai menempatkan konduite serta hidup insan dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan spiritual yg bertumpu dalam bagian pada diri kita yang herbi kearifan di luar ego atau jiwa sadar.

Kecerdasan spiritual berakibat manusia yang benar-sahih utuh secara intelektual, emosional serta spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan fasilitas yg berkembang selama jutaan tahun yg memungkinkan otak buat menemukan serta memakai makna pada pemecahan problem.

Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik bisa berakibat seorang memiliki “makna” dalam hidupnya. Dengan makna hayati ini seseorang akan mempunyai kualitas “sebagai”, yaitu suatu modus eksistensi yg dapat membuat seseorang merasa gembira, menggunakan kemampuannya secara produktif dan bisa menyatu dengan global.

3. Makna 
Harjani Hefni (2005) menyatakan makna kecerdasan spiritual merupakan kemampuan mendengarkan bunyi hati buat cerdas berhubungan dengan Tuhan YME serta sesama pada menaruh yg terbaik dan berguna. Dengan demikian kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan jiwa pada memaknai hidup yang dapat membantu seseorang dapat membentuk dirinya buat tumbuh, berkembang dan seimbang.

B. Meta Kecerdasan 
Menurut Taufik Bahaudin dikatakan seseorang itu Cerdas jika mempunyai beberapa kecerdasan atau dianggap berfungsinya meta kecerdasan sinergi. Meta kecerdasan itu antara lain IQ, EQ, SQ, CQ ( creativity Quotient) , AQ (Advercity Quotient).
  • Definisdi IQ ( intelligent quotient ) : kecerdasan yang berhubungan fisik, aritmatika, 
  • Definisi EQ ( emotional quotient ) : kecderdasan mengelola emos
  • Definisi CQ ( creativity quotient) : kecerdasan untuk mencari solusi 
Definisi AQ ( adversity quotient ) : kecerdasan daya tahan dalam penderitaan dan bisa merubah kemalangan sebagai peluang keberuntungan SI ( Spiritual quotient) : kecerdasan spiritual sebagai poros seluruh kecerdasan yang lain. Danah Zohar menyampaikan IQ serta EQ akan berfungsi efektif apabila SQ bekerja. 

Ary ginanjar (2003,) menyebutkan meta kecerdasan sinergi merupakan integrasi berdasarkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi serta kecerdasan spiritual yg berorientasi pada spiritualisme tauhid dan diwujudkan menggunakan kemampuan memecahkan kasus dan tantangan dengan radar bunyi hati.

Begitupula yg dikatakan oleh Dadang Hawari (2003), integrasi dari IQ, EQ, CQ dan SQ diharapkan dalam menciptakan SDM pemimpin yg berkualitas serta higienis berdasarkan KKN. 

C. Sinergi Kompetensi Spiritual, Kompetensi Sosial Dan Kompetensi Teknis Sebagai SDM Profesional 
Kata kompetensi adalah saduran berdasarkan bahasa Inggris ‘Competence’ yg berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut Susanto (2003) definisi tentang kompetensi yg acapkali dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu buat mencapai kinerja superior. Kompetensi juga adalah pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, dan kemampuan yg diharapkan buat pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Kompetensi adalah karakteristik diri yang sebagai pembeda antara performance yang sangat baik dengan performance yg biasa dalam suatu pekerjaan atau organisasi. Ife (1995) menyatakan bahwa secara generik kompetensi dimaknai sama dengan keterampilan-keterampilan yg dimiliki sang seorang (skills) buat melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan, Mendiknas pada Surat Keputusan No. 045/U/2002 menyatakan bahwa kompetensi merupakan seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat buat dianggap sanggup oleh rakyat pada melaksanakan tugas-tugas pada bidang pekerjaan tertentu. 

Sejalan dengan pernyataan Mujiman menurut Badan Nasional Sertifikasi Pelatihan ( 2005) kompetensi sebenarnya adalah suatu kemampuan buat menguasai dan menerapkan pengetahuan, keterampilan/keahlian, perilaku serta mental kerja eksklusif di tempat kerja, sesuai menggunakan prosedur dan kinerja yang dipersyaratkan.

Profesionalisme merupakan Orientasi dan sikap kerja kompeten, pada melakukan pekerjaan yg disertai dengan tanggung jawab fungsional serta moral sinkron menggunakan kode etik profesi. Untuk sebagai SDM yang profesional perlu kompetensi kompetensi spiritual dan kompetensi sosial serta kompetensi teknis. 

1. Kompetensi spiritual
Tiga dimensi kompetensi spiritual menurut Mujiman ( APNI, 2008) :
  • Bersumber dari dan terkait menggunakan nilai-nilai spiritual keagamaan dan agama pada kaitannya dengan pengabdiannya kepada Tuhan YME. 
  • Membentuk sikap mental bahwa bekerja adalah bagian dari amal serta ibadah kepada Tuhan YME.
  • Aplikasinya pada pekerjaan tercermin dalam bentuk disiplin, pengabdian , integritas serta loyalitas, ethos kerja, motivasi kerja
  • Harjani Hefni ( 2005) menyebutkan kompetensi spiritual sebagai kemampuan pada membaca serta melaksanakan perintah Tuhan. 
2. Kompetensi sosial 
Dimensi Kompetensi sosial berdasarkan Mujiman ( APNI, 2008) :
  • Bersumber menurut dan terkait dengan nilai-nilai sosial budaya dan emasyarakatan dalam kaitannya menggunakan kebutuhan hidup ermasyarakat sebagai makhluk sosial
  • Membentuk kepribadian serta sikap sosial dalam hidup ermasyarakat
Menurut Harjani Hefni ( 2005) kompetensi sosial adalah kemampuan dalam menaruh kenyamanan pada orang lain.

Dimensi kompetensi sosial 
  • Bersumber dari dan terkait menggunakan nilai-nilai sosial budaya serta kemasyarakatan dalam kaitannya dengan kebutuhan hayati bermasyarakat sebagai makhluk sosial
  • Membentuk kepribadian serta sikap sosial dalam hidup bermasyarakat
  • Aplikasinya di tempat kerja tercermin pada bentuk kemampuan berhubungan, kemampuan berteman dan berkomunikasi, kemampuan berkoordinasi, kemampuan mengapresiasi pendapat orang lain, kemampuan kerjasama pada tim
3. Kompetensi teknis adalah kemampuan pengetahuan serta keterampilan yg diharapkan dalam melakukan pekerjaan.
  • Bersumber dari dan terkait menggunakan penguasaan IPTEK di bidangnya
  • Membentuk kemampuan teknikal pada kehidupan bermasyarakat
  • Aplikasinya di loka kerja tercermin pada bentuk kemampuan aplikasi tugas pekerjaan sesuai menggunakan mekanisme dan kinerja ang ditetapkan atau pada atas kinerja yang ditetapkan.
BUKTI ILMIAH KECERDASAN SPIRITUAL DALAM PENINGKATAN KINERJA PELAKSANAAN TUGAS JABATANNYA
A. Bukti Ilmiah Kecerdasan Spiritual
Titik Ketuhanan ( God spot )
Para peneliti mencari hubungan antara ilmu pengetahuan menggunakan dimensi spiritual. Dari eksperimen yang dilakukan para pakar diperoleh pada lobus frontalis (bagian otak depan ) terdapat titik yg menghubungkan dengan jiwa, kalbu dan lalu dengan Tuhan. Titik ini disebut God Spot ( Ramachandran,V.1998; Marshall,I; Johar,D.2002) Bagian otak tersebut bila diberi rangsangan dengan gelombang mikro elektro maka yg bersangkutan akan merasakan damai, khusyu, dan rasa dekat pada Tuhan. 


Pendapat para ahli tersebut sesuai menggunakan pandangan kepercayaan Islam yang menyatakan manusia merupakan makhluk fitrah yaitu makhluk yang berke-Tuhan-an ( QS. Ar Ruum, 30 :30)


Para peneliti misalnya Harrington , A. Juthani.N.V. Serta Monakow, V. Goldstein dalam Dadang Hawari, 2002 hal.70 mencari interaksi antara ilmu menggunakan dimensi spiritual. Diyakini adanya God Spot dalam susunan saraf pusat (otak). Sebagai model orang yg menderita kecemasan akan menjadi tenang selesainya diberi obat anti cemas. Sementara itu orang yg berdoa dan berdzikir memperoleh jua ketenangan. Hal ini sebagaimana dikatakan Christy, J.H. ( pada Dadang Hawari 2002, hal 71) prayer is medicine. Hal ini di dukung berdasarkan penelitian berdasarkan Snyderman ( pada Dadang Hawari,2002 hal 71) terapi medis akan efektif bila disertai doa serta dzikir. 

B. Pengalaman (Success Story) Kecerdasan Spiritual Dalam Peningkatan Kinerja
1. Pemberdayaan SDM dalam organisasi 
Dari output penelitian penulis dalam galat satu unit kerja pada Pusdiklat Hukum serta Ham dalam tahun 2005, menggunakan kompetensi spiritual pimpinan unit kerja itu berhasil membangun unit kerja yg dipimpinnya menjadi suatu tim kerja yang solid. Penelitian mengamati perilaku ketua seksi yang semula kurang peduli, kurang memperhatikan atribut kerja serta jam kerja. Dengan kecerdasan spiritual ia mengajak anak buahnya buat membangun visi bekerja dan menciptakan komitmen bersama. Perubahan terjadi 4 bulan setelah itu menggunakan peningkatan pada disiplin, tanggung jawab, motivasi dan prestasi kerja. Ia berhasil mewujudkan tim kerja yg sinergi dimana satu sama lain saling membantu apabila temannya berhalangan serta baru pulang manakala semua pekerjaan sudah diselesaikan. Kecerdasan spiritual telah meningkatkan self belonging serta self responsibility dalam unit kerja tersebut. 

2. PT. Taspen. 
Kecerdasan spiritual sudah menciptakan karakter pelayanan prima pada PT. Taspen. Subiyanto telah berhasil merubah kinerja pegawainya buat nir bekerja menurut ego (kemauannya sendiri) namun bekerja ditujukan untuk mencari ridho Allah SWT. Karyawan nir mau mendapat bantuan gratis, tetapi menyalurkan ke kotak amal yang disediakan. Seorang hakim yg mengurus Taspennya di Cabang Bogor merasa tersentuh hatinya menerima purna tugas dan THT yg cukup besar dalam saat kurang menurut 1 jam. Dia sangat terkesan akan kecepatan pelayanan serta memberikan uang 1 juta pada petugas pada depan loket. Namun petugas tersebut berkata dia tidak diperkenankan menerima apapaun dari peserta Taspen. Sang Hakim meneteskan air mata mendengarkan ucapan petugas itu. Hal sama juga terjadi pada petugas counter di kantor Taspen yg lain, yang menolak hadiah peserta Taspen. 

3. Pengaruh pelatihan emotional and spiritual quotient (esq) terhadap motif berprestasi pegawai negeri sipil (pns) dalam lembaga penjaminan mutu pendidikan (lpmp) lampung.

4 Penelitian ini dilakukan buat mengetahui pengaruh training ESQ terhadap otif berprestasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung. 

Metode yg digunakan dalam penelitian ini merupakan metode survei yang dilaksanakan pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung menggunakan jumlah sampel sebesar 46 orang. Pengumpulan datanya dilakukan menggunakan metode berita umum, wawancara serta dokumentasi. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan memakai Regresi Logistik Binari. 

Berdasarkan output analisis bisa disimpulkan bahwa variabel Training ESQ berpengaruh positif terhadap motif berprestasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Lembaga Penajaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung. Hal ini ditunjukkan sang koefisien regresi variabel tadi yg bernilai positif yakni 0,290. Selain itu pula diperoleh hasil analisis besarnya koefisien diterminasi R2 = 0,2165, artinya pelatihan ESQ memiliki konstribusi 21,65 % terhadap motif berprestasi pegawai, sedangkan sisanya 78,35 % ditentukan sang faktor lain.

Faktor kualitas sumber daya manusia sangat secara umum dikuasai buat menentukan tercapai tidaknya tujuan organisasi, sehingga terkait menggunakan penelitian mengenai impak pembinaan ESQ terhadap PNS pada LPMP Lampung, maka disarankan agar pimpinan forum melakukan pembinaan terhadap para alumni pembinaan ESQ secara berkesinambungan dan menaruh kesempatan training ESQ pada pegawai yang belum mengikuti training, kepada para pegawai alumni training ESQ hendaknya konsisten terhadap prinsip-prinsip yang sudah dijabarkan selama mengikuti pembinaan, sebagai akibatnya tujuh nilai dasar pada ESQ bisa terlaksana.

4. Perusahaan kosmetik wardah serta zahra 
1985 home industri, 1990 - musibah kebakaran, rumah dan aset habis terbakar.harus membayar hutang – hutang. Semangat bangkit balik tersentuh dengan nasib karyawan yg kehilangan pekerjaan. Tidak memiliki ilmu pemasaran. Modal silaturahmi dan keyakinan akan pertolongan Allah. Tapi ia terus kerja keras, nir putus asa serta berdoa.

Ia mendapatkan pinjaman tempat serta pinjaman produk. Dengan modal pemasaran silaturahmi dalam 2 minggu mampu menaruh THR kepada 30 orang karyawan. Setahun kemudian berhasil membentuk rumah serta pabrik. Kini nurhayati memimpin lebih menurut 300 karyawan dengan omset mencapai milyaran rupiah ( sumber ’nebula’ ESQ).

C. Karakteristik Kecerdasan Spiritual Orang-Orang Sukses Dan Mulia
Peringkat karakter CEO ideal hasil penelitian menurut The Leadership Challenge th. 1987, 1995 dan 2002 di 6 benua: Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Eropa dan Australia. Tujuh karakter Chief Executive Officer ( CEO)  : 
1. Jujur
2. Berpikiran maju ( forward looking )
3. Kompeten
4. Dapat memberikan inspirasi
5. Cerdas
6. Adil
7. Berpandangan luas ( broad minded )

Menurut hasil rendezvous top ekeskutif internasional dalam tahun 2002 di Harvard Business School, terdapat 5 karakter powerful leader  yaitu:
1. Kejujuran
2. Semangat
3. Ide atau inisiatif
4. Bijaksana
5. Keberanian mengambil keputusan

Michael E. Hart (2009 ) telah membuat peringkat terhadap 100 orang yg paling berpengaruh pada dunia yg telah memberikan efek terbesar sepanjang sejarah bepergian global. Sebagai peringkat pertama dia menjelaskan Muhammad SAW. Ia menentukan Muhammad SAW menjadi tokoh teratas dalam daftar orang yg paling berpengaruh pada global lantaran satu -satunya orang pada sejarah yg sangat berhasil, baik dalam keagamaan juga sekuler. Karakter primer nabi Muhammad SAW adalah:
1. Jujur 
2. Tanggung jawab
3. Cerdas
4. Mampu menyampaikan dengan bunyi hati 

MENGINTERNALISASI KECERDASAN SPIRITUAL
A. PENYADARAN DIRI
1. Mengenali konsep diri manusia
Perubahan diri insan di mulai sejak proses kejadiannya berdasarkan Zygot yang tumbuh berkembang pada rahim mak sampai terlahir ke dunia. Sejak bayi pada pangkuan sampai dewasa terjadi proses pembentukan nilai-nilai pada diri insan. Konsep diri seorang di bangun oleh nilai-nilai yang diyakininya dan imbas lingkungan yang membentuknya. 

Untuk mengenal konsep diri, manusia perlu mengetahui siapa yang menciptakannya, dari apa beliau diciptakan, buat apa hidup serta kemana akan pulang. 

Nanusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang menciptakan serta menguasai sekalian alam. Tuhan yg menghidupkan dan yg mematikan mahkluk . Tuhan yang hayati abadi waktu seluruh tiada. Tuhan yang menguasai global dani akherat. 

Manusia diciptakan menurut tanah. Manusia selanjutnya terjadi melalui proses reproduksi yaitu bertemunya sperma serta sel telur. Sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an ”Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, serta segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus menggunakan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluq yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci-lah Allah, Pencipta yang Paling Baik ”. ( QS. 23 : 14 ). ” Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke pada (tubuh) manusia ruh (ciptaan ) Nya serta beliau mengakibatkan bagi engkau indera pendengaran, penglihatan serta hati, (tetapi ) engkau sedikit sekali bersyukur ” ( QS. 32 : 9)

Manusia hayati buat beribadah kepada Tuhan YME. Sesuai firmanNya pada Al Qur’an : ” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” ( QS .51 :56 ). 

Setelah kehidupan ini insan akan tewas menjadi ketentuan berdasarkan Sang Pencipta dan manusia kembali ke akhirat, menghadap Tuhan YME. 

Di Akhirat segala perbuatan manusia pada global akan diberi ganjaran sesuai dengan amalnya. Bagi orang yang poly beriman serta beramal soleh maka akan diberi ganjaran nirwana. Bagi orang yg poly berbuat dosa diberi ganjaran neraka. 

Dengan menjadari insan sebagai hamba Tuhan, nir ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Tuhan YME. Kita mampu mensyukuri segala nikmat yang sudah diberikan untuk memakai menggunakan sebaik-baiknya sinkron menggunakan tuntunanNya untuk bisa memberikan manfaat sebesar-banyak pada orang lain an lingkungan.

Dengan menyadari konsep diri insan akan menumbuhkan pencerahan serta semangat untuk melakukan perubahan. Brain Tracy (2007) menyatakan perubahan diri kuncinya merupakan pada pikiran. Pikiran sesorang yg mengantarkannya pada kesuksesan atau kegagalan. Pikiran dipengaruhi sang hati ( keyakinan). Ary Ginanjar Agustian ( 2003) menyatakan perlu nya Zero mind proses (ZMP) buat membersihkan hati menurut belenggu bunyi hati yg menutupi god spot. 

2. Mengenali mental block
Pikiran adalah pekerjaan mental, menggunakan demikian sehat pikiran merupakan sehat jua mental seseorang. Kesehatan jiwa didefinisikan sang para psikolog menjadi kematangan emosional serta sosial. Dengan sehat jiwa akan bisa beradaptasi menggunakan lingkungan kerja, bisa mengemban tanggung jawab kehidupan serta dapat menghadapi semua duduk perkara hayati dengan realistis, kemampuan inilah yg bisa memilih taraf kebahagiaan dan kebermaknaan hayati ( Dr.M. Utsman Najati, 2005). Yang menciptakan seorang sukar buat berubah adalah adanya kendala (mental block) dalam diri seorang yg mempengaruhi pikiran seorang. Ada lima blok mental berdasarkan Lembaga Training & Consultancy serta training mindset (2007) yang menjadi hambatan mental yang dari berdasarkan dalam diri yaitu : 
  • Blok persepsi
  • Blok emosi
  • Blok kultur / lingkungan
  • Blok intelektual
  • Blok ego 
Sedangkan Faktor ekternal adalah :
  • Lingkungan
  • Teman sejawat
  • Anak buah
  • Iklim kerja 
3. Penjernihan suara hati
Hati nurani acapkali tertutup sang berbagai belenggu yg mengakibatkan orang menjadi buta hati. Hal ini menyebabkan seorang nir bisa lagi mendengar berita-warta maha krusial yang asal menurut bunyi-suara hatinya sendiri, pada mana hal ini akan menyebabkan seorang akan menjadi tidak mampu buat membaca lingkungan pada luar dirinya atau membaca dirinya sendiri. Akibatnya, dia tak jarang sekali terperosok ke dalam banyak sekali kegagalan dan tidak mampuan buat memanfaatkan potensi dirinya atau potensi lingkungannya.

Ari Ginanjar Agustian ( 2003) mengemukakan 7 belenggu yg menutupi bunyi hati yaitu :
  • Prasangka negatif. 
  • Prinsip hidup
  • Pengaruh kepentingan
  • Pengaruh pengalaman
  • Pengaruh sudut pandang
  • Pengaruh pembanding
  • Pengaruh literatur
Menurut Dr. Sayyid Muhammad Nuh ( 2004), terdapat 7 penyakit hati yang menjangkiti hati manusia yaitu : 
  • Membanggakan diri
  • Terpedaya sang perasaan sendiri
  • sombong
  • pamer ( riya ) serta ingin didengar (sum’ah)
  • Buruk sangka
  • Kikir
  • Dendam
Poniman, dkk ( 2005) mengidentifikasikan 12 kotoran hati pada diri seorang, sbb : Dengki, Sombong, Angan –angan, Ingkar, Malas, Egois, Cepat puas, Putus harapan, tamak, Pelit, menghambat dan riya. Untuk mensucikan hati dengan 12 epos ( enersi positip ) penawarnya yaitu :
  1. Dengki diganti dengan penyayang. 
  2. Lawan sombong menggunakan rendah hati, 
  3. Lawan angan dengan tawakal, 
  4. Lawaningkar menggunakan taat, 
  5. lawan malas denganrajin,
  6. Lawan Egois menggunakan bebagi, 
  7. Lawan cepat puas menggunakan harapan, 
  8. Lawan Putus harapan dengan ikhtiar, 
  9. Lawan tamak menggunakan sahaja, 
  10. Lawan pelit menggunakan pemurah, 
  11. Lawan norma merusak dengan memelihara, 
  12. Lawan riya dengan terbang rendah. 
Penjernihan bunyi hati ini dilaksanakan melalui kontemplasi atau perenungan buat mengungkap balik hal-hal positip dan negatif dari dalam diri serta dapat mengenali kesalahan serta keburukan diri. Proses ini diiringi dengan bertobat ( tobat nasuha ) buat membersihkan hati. Bertobat dilakukan menggunakan cara sbb :
  • Mengenali / mengidentifikasi kesalahan diri
  • Mohon ampun pada Tuhan Yang Maha Esa 
  • Berjanji untuk nir mengulangi kesalahan / dosa 
  • Melakukan perbaikan 
Hati itu ibarat cermin, apabila seorang berbuat dosa, maka cermin akan ternodai menggunakan satu tiitk hitam. Makin poly dosa, semakin banyak titik nodanya. Apabila dia bertobat, maka cemerlanglah hatinya (hadist). 


Gambar Tujuh langkah perubahan

5. Membangun komitmen spiritual 
Komitmen diartikan sebagai perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu ( Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2005). Untuk melakukan perubahan serta perbaikan perlu adanya suatu komitmen dalam diri sendiri. Setiap diri memiliki potensi baik. Murdoko ( 2006) dalam hakekatnya manusia itu mempunyai potensi baik misalnya kejujuran,kesetiaan, dapat bertanggung jawab, pantang menyerah dsb. Dimensi hakekat diri merupakan kebenaran-kebenaran alamiah serta dasariah yang mutlak. Namun mengapa seorang tidak bisa memunculkan dalam konduite yg riil, karena ’kekayaan’ itu nir diasah serta nir ada nya kemauan serta upaya buat kewujudkannya. Komitmen spiritual adalah pernyataan kemauan atau tekad yg kuat buat mengangkat potensi baik yang terdapat pada setiap diri. Cobalah temukan potensi baik yg ada dalam diri anda. Komitmen dalam potensi baik buat maju dapat menaruh motivasi buat bangkit mewujudkannya. Pernyataan komitmen ini di ucapkan menggunakan ekspresi, diakui sang hati dan diikuti oleh perbuatan. Komitmen merupakan suatu janji yg diucapkan dan jika disaksikan ( orang lain ) akan lebih mantap lantaran sekaligus sebagai indera kontrol atau cermin diri. 

B. Pemahaman Konsep Nilai
1. Berbagai konsep nilai 
Berbagai konsep-konsep mengenai nilai dikemukakan sang para ahli antar lain Steven Covey menggunakan 7 norma efektif, Ary Ginanjar Agustian menggunakan 7 budi primer serta kubik leadership dengan 3 kepemimpinan diri dan Harjani Hefni menggunakan 7 norma hayati sukses serta barokah B5KB. 

B5KB adalah konsep nilai yg berasal menurut negeri sendiri, yg teraplikasi di warga lantaran ia disarikan menurut surah Al Fatihah.

Harjani Hefni (2008) mengemukakan 7 kebiasaan hidup Sukses serta barokah sbb : 
a. Berdoa waktu memulai kerja 
b. Bersyukur atas segala ni’mat
c. Berfikir positif terhadap Sang Pencipta serta terhadap sesama
d. Berorientasi akhirat
e. Bekerja menjadi ibadah dan berdoa
f. Konsisten dalam komitmen
g. Bercermin

2. Elemen kompetensi spiritual PNS
Dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 jo UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah secara siginifikan telah memberikan perubahan pada penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Ciri utama berdasarkan kedua UU tadi merupakan makin luasnya swatantra daerah dan makin meningkatnya diskresi wilayah pada melaksanakan otonomi wilayahnya.

Demikian halnya ketika ini, menggunakan keluarnya PP No 41/2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah serta Permendagri No. 57 Ttg Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, yg mengatur jumlah Dinas wilayah, Lembaga Teknis wilayah serta perangkat lainnya, sinkron menggunakan tipologi berdasarkan masing2 daerah. Ditetapkanya PP No. 41/2007 yang merupakan PP pengganti menurut PP 8/ 2003 merupakan buat lebih menaikkan kinerja pemerintah daerah dalam hal pelayanan publik dan buat mengurangi pro dan kontra yang selama ini disampaikan sang provinsi dan kab/kota pada Indonesia yg dalam tataran implementasi banyak yang menolak pemberlakuannya di daerah masing-masing.

Salah satu indikator baik tidakya organisasi adalah tercapainya tujuan menurut organisasi sinkron menggunakan apa yang sudah dicanangkan para pengelolanya. Proses pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi sang banyak sekali faktor, galat satunya adalah faktor asal daya insan yang ada pada organisasi.

Elemen kompetensi spiritual bisa dilihat dari panca prasetia KORPRI, yaitu diantaranya : kejujuran, tanggung jawab, daya juang, visioner, kedisiplinan, kerjasama, keadilan, serta kepedulian 

3. Syarat perubahan mindset
Empat kondisi perubahan pola pikir dari Juni Pranoto (2008) :
a. Konsep yang benar
b. Proses yg konsisten
c. Motivasi yg tinggi 

Dilakukan secara kontinyu serta melalui pembiasaan ‘habit’ 

C. Pemantapan Diri
1. Penetapan tujuan ( goal setting ) 
Ary Ginanjar Agustian (2008) dalam training mission character building (MCB) mulai dengan penetapan visi serta misi semenjak tingkat pribadi, keluarga hingga pekerjaan. Poniman,dkk ( 2005) pada merencanakan tantangan 90 hari memulai menggunakan bintang terang. Menurut Poniman,dkk (2005) Bintang terang adalah suatu prestasi terbesar yg yg kita ingin capai pada hidup ( the ultimate life achievement ). Disebut sebagai bintang karena bintang adalah sesuatu yang tinggi, bukan sesuatu yang gampang dicapai. Sedang terperinci ialah mimpi tentang prestasi besar itu haruslah yg menarik serta sangat berarti bagi kita. Dengan begitu mampu sebagai petunjuk arah dan memberikan penerangan kepada kita dalam masa-masa sulit. Bintang terang yg terbaik adalah perwujudan dari dorongan nurani kita. Orang –orang akbar global memiliki bintang terperinci. Bill Gates pendiri microsoft memimpikan adanya komputer pribadi di setiap rumah. Henry Ford pendiri Ford Motor Company memimpikan semua orang bisa memiliki mobil dsb.

Untuk mencari bintang terang anda, bayangkan sebuah prestasi besar yang diidam-idamkan dalam hidup. Jika sudah didapat, apakah prestasi tersebut sesuai dengn garis nurani ( cocok menggunakan akal dan kalbu 100%). Itulah bintang terperinci anda. 

Ada 3 manfaat mempunyai bintang terang, yaitu :
1. Bintang terperinci menaruh arah tujuan hayati (to be) dan menaikkan valensi.
2. Bintang terperinci memfokuskan semua kemampuan kita.
3. Bintang jelas memberikan motivasi buat berjuang.

Dalam penetapan tujuan harus kentara. Untuk itu ada lima (lima) kondisi pada penetapan tujuan ( SMART ) :
  • Specific ( khusus )
  • Measurement ( terukur )
  • Achievable ( dapat dicapai )
  • Rational ( rasional )
  • Time bound ( saat )
Langkah penetapan tujuan :
  • Mulai menurut bintang jelas. Setelah itu tetapkanlah sasaran 6 – 12 bulan. Setelah itu rencanakan buat : 1) menaikkan expertis, dua) mengkapitalisasi aset dan tiga) memperbanyak epos. 
  • Meningkatkan expertis menggunakan cara menentukan kompetensi yan perlu dikuasai untuk mencapai prestasi 90 hari. Mengkapitalisasi aset adalah mengoptimalkan setiap aset yang ada baik aset diri maupun aset lingkungan.
  • Sedang memperbanyak epos (energi positif) menggunakan cara memperbanyak kegiatan yg mempunyai impak yang besar .
2. Membuat agenda
Agenda merupakan aktualialisasi tujuan kedalam planning harian. Merencanakan ketika setiap harinya buat melakukan rencana rencana perbaikan menjadi bahan monitoring pengembangan diri, 

Langkah-langkah tetapkan tujuan dengan mulai berdasarkan tujuan jangka panjang ( tujuan hidup ), tujuan jangka menengah ( tujuan bekerja ) dan tujuan jangka pendek ( Rencana harian ). Rencana harian dituangkan dalam rencana. Agenda ini menjadi alat yang efektif buat monitor serta evaluasi proses pemugaran diri yang berkelanjutan. 

Contoh rencana: