PENGORGANISASIAN PESANPESAN BISNIS MELAUI OUTLINE

Pengorganisasian Pesan-Pesan Bisnis Melaui Outline
A. Hal-Hal Yang Menyebabkan Pesan-Pesan Tak Terorganisasi Dengan Baik
Dalam suatu organisasi, pesan-pesan yang disampaikan sang pimpinan kepada para bawahannya, kadangkala tidak terorganisasi dengan baik. Hal ini mengakibatkan pesan-pesan yg disampaikan tidak tentang sasaran atau hasilnya tidak sesuai menggunakan apa yg dikehendaki. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tidak terorganisasinya komunikasi menggunakan baik bisa disebabkan oleh beberapa hal menjadi berikut:

1. Bertele-tele
Seringkali pesan pembuka awal sebuah surat terlalu panjang sampai mencapai beberapa paragraf, baru lalu masuk ke topik bahasan. Dengan kata lain, pesan-pesan awal terlalu bertele-tele, pembaca memerlukan waktu yang relatif usang buat tahu maksud pesan-pesan yang disampaikan

2. Memasukkan Bahan-bahan yang Tidak Relevan
Faktor berikutnya merupakan adanya keterangan yang tidak relevan, dan tidak penting, pada pesan yang disampaikan kepada audiens. Informasi yang tidak relevan, pada samping membuang-buang saat, jua bisa menciptakan pesan-pesan yang disampaikan sebagai kabur, nir jelas serta sulit dipahami. Oleh karenanya, usahakan hanya berita yang relevan serta krusial saja yang disampaikan kepada audiens.

3. Menyajikan Ide-pandangan baru Secara Tidak Logis
Penyebab selanjutnya adalah adanya ilham-ide yang tidak logis dan tidak terkait dengan topik bahasan yang disampaikan pada audiens. Hal ini mengakibatkan ketidak lancaran komunikasi, karena audiens akan sulit tahu poin-poin penting yang disampaikan.

4. Informasi Penting Kadangkala Tidak Tercakup Dalam Pembahasan
Apabila pesan-pesan yg nir relevan, pesan-pesan yang tidak krusial, serta pesan-pesan yg bersifat bombastis lebih secara umum dikuasai, terdapat kecenderungan poin-poin yang penting justru terlupakan berdasarkan topik pembahasan. Lantaran asyik membahas hal-hal yg hanya bersifat pelengkap atau pendukung saja, poin-poin yg seharusnya memperoleh porsi bahasan yg lebih akbar menjadi terabaikan.

Keempat kasus tadi tak jarang terjadi dalam komunikasi bisnis. Oleh karenanya, hal-hal tersebut perlu memperoleh perhatian yang seksama bagi para komunikator.

B. Pentingnya Pengorganisasian Yang Baik
Dengan mengatur wangsit-ide secara logis, berurutan, dan nir bertele-tele, ide yang disampaikan akan dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan keterangan, motivasi juga simpel bagi para audiens. Mengorganisasi pesan-pesan secara baik adalah suatu tantangan bagi komunikator. Untuk bisa mengorganisasi pesan-pesan menggunakan baik, ada 4 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Subjek serta tujuan haruslah kentara.
2. Semua informasi harus berhubungan dengan subjek dan tujuan.
3. Ide-ilham harus dikelompokkan dan tersaji menggunakan cara yg logis.
4. Semua informasi yg krusial wajib telah tercakup.

Suatu pesan yang disusun menggunakan baik akan membantu audiens memahami pesan yg disampaikan, membantu audiens mendapat pesan, menghemat waktu audiens, dan mempermudah pekerjaan komunikator.

a. Membantu Audiens Memahami Suatu Pesan
Dengan mengemukakan poin-poin penting secara kentara, menyusun wangsit-ilham secara logis serta runtut, serta memasukkan semua informasi yang relevan pada pesan, audiens menggunakan gampang akan tahu maksud/ tujuan pesan.

b. Membantu Audiens Menerima Suatu Pesan
Pengorganisasian pesan-pesan yg baik di samping membantu audiens dalam tahu maksud pesan, juga membantu audiens buat bisa mendapat isi pesan tersebut. Misalnya, seorang konsumen yang mengadukan masalah pembelian suatu produk pada manajer toko, namun memperoleh jawaban yg nir menyenangkan atau mengecewakannya. Mungkin saja surat jawaban yg diberikan telah disusun logis sebagai akibatnya dapat dipahami maksudnya, namun tidak bisa diterima sang konsumen karena gaya bahasa yg digunakan terlalu menusuk pada target (to thepoint).

c. Menghemat waktu
Apabila suatu pesan tidak terorganisasi dengan baik, penyampaiannya akan menghabiskan ketika audiens. Mengapa demikian? Salah satu tujuan pengorganisasian pesan-pesan yang baik merupakan penyampaian keterangan atau ide-wangsit yg relevan saja. Dengan hanya menyampaikan liputan yg relevan, saat audiens akan bisa dihemat. Disamping itu, audiens dapat menggunakan mudah mengikuti alur pemikiran pesan yang di sampaikan, tanpa harus memeras otak dan mengerutkan dahi.

d. Mempermudah Pekerjaan Komunikator
Pengorganisasian pesan-pesan yang baik bisa membantu pekerjaan komunikator, sehingga bisa terselesaikan lebih cepat dan hemat saat. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam global usaha, pada mana penyelesaian pekerjaan berjalan menggunakan baik, cepat, dan efisien. Dengan mengetahui apa yg ingin disampaikan, dan mengetahui cara menyampaikannya, rasa percaya diri komunikator akan semakin tinggi. Semakin tinggi rasa percaya diri komunikator, semakin cepat dan efisien beliau merampungkan pekerjaan.

C. Pengorganisasian Pesan-Pesan Melalui Outline
Pada dasarnya, buat mencapai pengorganisasian yg baik diperlukan dua proses tahapan, yaitu Anda mendefinisikan dan menggolongkan inspirasi-inspirasi; kemudian Anda tetapkan urutan wangsit-pandangan baru menggunakan perencanaan organisasional terpilih secara hati-hati.

1. Mendefinisikan serta Mengelompokkan Ide-ide
Memutuskan apa yang wajib dikatakan adalah kasus mendasar bagi setiap komunikator yang wajib dipecahkan. Jika materinya memang lemah, nir mempunyai suatu gaya yg menarik, maka akan mengaburkan keterangan yg terdapat. Cepat atau lambat, audiens akan menyimpulkan bahwa Anda sahih-benar nir memiliki sesuatu yg bernilai sedikit pun. Apakah Anda menelepon, membuat tiga paragraf surat, atau menulis laporan 200 page, Anda akan mulai dengan mendefinisikan isi materinya. Semakin panjang dan kompleks, maka semakin krusial termin pertarna ini.

Apabila Anda menyusun pesan yang panjang serta kompleks, maka outline sangat diperlukan dan menjadi penting adalah. Mengapa demikian? Hal ini karena menggunakan adanya outline akan membantu Anda memvisualisasikan interaksi antara bagian yg satu dengan bagian yg lainnya. Di samping itu, outline jua akan menuntun Anda buat mengkomunikasikan wangsit-ide dengan cara yg lebih sistematik, efisien, serta efektif Melalui perencanaan yg baik outline akan membantu Anda mengekspresikan transisi antara ide-wangsit, sebagai akibatnya audiens akan mengerti dan memahami pola pernikiran Anda.

Susunan suatu outline secara garis besar dapat digolongkan ke pada 3 golongan:

a. Mulailah dengan Ide Pokok
Ide utama akan membantu Anda dalam memutuskan tujuan dan strategi umum berdasarkan suatu pesan. Ide pokok tadi dapat dirangkum ke dalam 2 hal, yaitu: (1) apa yang Anda inginkan terhadap audiens buat melakukannya atau memikirkannya; (dua) alasan yang fundamental mengapa mereka harus melakukan atau memikirkannya. Ide pokok adalah titik awal buat menciptakan outline.

b. Nyatakan Poin-poin pendukungyang Penting
Setelah menetapkan wangsit utama pesan yg akan disampaikan, maka termin ke 2 adalah menyusun poin-poin pendukung yg krusial menjadi pendukung wangsit-ilham utama tadi.

c. Ilustrasi menggunakan Bukti-bukti
Tahap ketiga dalam menyusun outline adalah memberikan illustrasi menggunakan mengemukakan bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan. Semakin banyak bukti-bukti yg bisa tersaji, maka outline yang Anda buat akan menjadi semakin baik.

2. Menentukan Urutan dengan Rencana Organisasional
Setelah Anda mendefinisikan dan menggolongkan inspirasi-pandangan baru Anda, Anda siap buat tetapkan bagaimana urut-urutannya. Untuk bisa menentukan urutannya, terdapat 2 pendekatan krusial, yaitu:

a. Pendekatan Langsung
Pendekatan pribadi (direct approach) tak jarang disebut juga dengan istilah pendekatan deduktif (deductive approach), di mana pandangan baru utama muncul paling awal, kemudian diikuti bukti-bukti pendukungnya. Gunakan pendekatan ini jika reaksi audiens cenderung positif atau menyenangkan.

b. Pendekatan Tak Langsung
Pendekatan tidak pribadi (indirect approach) seringkali diklaim jua menggunakan istilah pendekatan induktif (inductive approach), pada mana bukti-bukti ada terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan wangsit pokoknya. Gunakan pendekatan ini, apabila reaksi audiens cenderung negatif atau nir menyenangkan.

Kedua pendekatan dasar tersebut dapat diterapkan baik buat pesan-pesan singkat (memo serta surat) juga pesan-pesan formal atau panjang (laporan, usulan, dan presentasi). Untuk memilih pada antara kedua cara lain tersebut, Anda harus menganalisis bagaimana reaksi audiens terhadap maksud/tujuan dan pesan-pesan yg Anda sampaikan.

Setelah Anda menganalisis kemungkinan reaksi para audiens dan menentukan suatu pendekatan umum, maka Anda dapat menentukan planning organisasional yang paling cocok sebagai berikut :

a. Direct Request
Jenis/tipe pesan bisnis yg paling umum digunakan adalah penyampaian yang langsung pada poin yang dituju. Direct request (permintaan langsung) bisa berbentuk surat maupun memo. Misalnya, Anda tertarik terhadap suatu produk baru dan Anda ingin sekali mengetahui berbagai hal tentang produk tersebut seperd karakteristik, harga, cara pembayaran, dan sebagainya, maka Anda dapat menciptakan surat permintaan eksklusif. Permintaan eksklusif menggunakan pendekatan langsung, lantaran eksklusif pada poin yg dituju.

b. Pesan-pesan Rutin, Good News, atau Goodwill
Jika Anda menaruh informasi rutin sebagai bagian menurut bisnis permanen Anda, para audiens kemungkinan akan sebagai netral. Jika Anda mengumumkan penurunan harga, mendapat suatu undangan, atau ucapan selamat berdasarkan sahabat sejawat, para audiens akan bahagia mendengarnya. Jadi, pesan-pesan rutin, good news, atau goodwill lebih cocok menggunakan memakai pendekatan eksklusif.

c. Pesan-pesan Bad News
Jika Anda mengumumkan penolakan suatu. Lamaran, menolak kredit, perampingan karyawan, penurunan pangkat, maka audiens Anda umumnya akan kecewa atau nir senang mendengarnya. Oleh karenanya, pendekatan yg dapat diterapkan merupakan pendekatan tak pribadi. Jika Anda mempunyai berita yg kurang menyenangkan (bad news) cobalah buat menempatkannya pada bagian. Pertengahan surat dengan memakai bahasa yg halus.

d. Pesan-pesan Persuasif
Bila audiens sahih-sahih sangat tidak tertarik terhadap pesan-pesan yg Anda sampaikan, maka pesan-pesan persuasif (persuasive messages) bisa digunakan dan pendekatannya adalah dengan cara tak pribadi. Untuk melakukan penagihan pinjaman serta penjualan produk, pendekatan yg dipakai adalah persuasi. Anda perlu membuka pikiran audiens Anda menggunakan melakukan persuasi, sebagai akibatnya mereka dapat memahami informasi yg terdapat.

Kebanyakan pesan-pesan singkat bisa memakai salah satu berdasarkan keempat dasar rencana organisasional. Namun, buat pesan-pesan yang lebih panjang, misalnya pembuatan laporan serta presentasi, perlu pola yang lebih kompleks buat menangani semakin banyaknya informasi. Pola-pola tadi dapat dibedakan ke pada 2 kategori, yaitu informasional dan analitikal.

PENGORGANISASIAN PESANPESAN BISNIS MELAUI OUTLINE

Pengorganisasian Pesan-Pesan Bisnis Melaui Outline
A. Hal-Hal Yang Menyebabkan Pesan-Pesan Tak Terorganisasi Dengan Baik
Dalam suatu organisasi, pesan-pesan yg disampaikan sang pimpinan kepada para bawahannya, kadangkala tidak terorganisasi dengan baik. Hal ini mengakibatkan pesan-pesan yang disampaikan nir tentang sasaran atau hasilnya nir sesuai dengan apa yg dikehendaki. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tidak terorganisasinya komunikasi menggunakan baik dapat ditimbulkan sang beberapa hal menjadi berikut:

1. Bertele-tele
Seringkali pesan pembuka awal sebuah surat terlalu panjang sampai mencapai beberapa paragraf, baru kemudian masuk ke topik bahasan. Dengan istilah lain, pesan-pesan awal terlalu bertele-tele, pembaca memerlukan ketika yg cukup lama untuk tahu maksud pesan-pesan yg disampaikan

2. Memasukkan Bahan-bahan yg Tidak Relevan
Faktor berikutnya adalah adanya informasi yang nir relevan, serta nir krusial, dalam pesan yg disampaikan pada audiens. Informasi yg nir relevan, pada samping membuang-buang saat, pula dapat membuat pesan-pesan yg disampaikan sebagai kabur, tidak jelas dan sulit dipahami. Oleh karena itu, sebaiknya hanya keterangan yg relevan serta penting saja yang disampaikan kepada audiens.

3. Menyajikan Ide-pandangan baru Secara Tidak Logis
Penyebab selanjutnya adalah adanya wangsit-pandangan baru yg nir logis serta nir terkait menggunakan topik bahasan yg disampaikan dalam audiens. Hal ini menyebabkan ketidak lancaran komunikasi, karena audiens akan sulit tahu poin-poin krusial yang disampaikan.

4. Informasi Penting Kadangkala Tidak Tercakup Dalam Pembahasan
Apabila pesan-pesan yg tidak relevan, pesan-pesan yg tidak penting, dan pesan-pesan yang bersifat bombastis lebih lebih banyak didominasi, ada kecenderungan poin-poin yg penting justru terlupakan menurut topik pembahasan. Lantaran asyik membahas hal-hal yg hanya bersifat pelengkap atau pendukung saja, poin-poin yg seharusnya memperoleh porsi bahasan yang lebih akbar menjadi terabaikan.

Keempat perkara tadi tak jarang terjadi pada komunikasi bisnis. Oleh karena itu, hal-hal tadi perlu memperoleh perhatian yang seksama bagi para komunikator.

B. Pentingnya Pengorganisasian Yang Baik
Dengan mengatur pandangan baru-pandangan baru secara logis, berurutan, serta nir bertele-tele, pandangan baru yang disampaikan akan dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan fakta, motivasi maupun mudah bagi para audiens. Mengorganisasi pesan-pesan secara baik merupakan suatu tantangan bagi komunikator. Untuk bisa mengorganisasi pesan-pesan dengan baik, ada 4 hal yg perlu diperhatikan, yaitu:
1. Subjek dan tujuan haruslah jelas.
2. Semua keterangan harus herbi subjek serta tujuan.
3. Ide-ilham wajib dikelompokkan dan disajikan dengan cara yang logis.
4. Semua informasi yang krusial wajib telah tercakup.

Suatu pesan yg disusun dengan baik akan membantu audiens memahami pesan yang disampaikan, membantu audiens mendapat pesan, berhemat ketika audiens, serta mempermudah pekerjaan komunikator.

a. Membantu Audiens Memahami Suatu Pesan
Dengan mengemukakan poin-poin penting secara kentara, menyusun ide-pandangan baru secara logis serta runtut, serta memasukkan seluruh berita yg relevan dalam pesan, audiens menggunakan gampang akan tahu maksud/ tujuan pesan.

b. Membantu Audiens Menerima Suatu Pesan
Pengorganisasian pesan-pesan yg baik pada samping membantu audiens dalam tahu maksud pesan, pula membantu audiens untuk dapat mendapat isi pesan tadi. Misalnya, seorang konsumen yang mengadukan perkara pembelian suatu produk pada manajer toko, tetapi memperoleh jawaban yg tidak menyenangkan atau mengecewakannya. Mungkin saja surat jawaban yang diberikan sudah disusun logis sehingga dapat dipahami maksudnya, tetapi nir bisa diterima oleh konsumen lantaran gaya bahasa yang digunakan terlalu menusuk pada sasaran (to thepoint).

c. Menghemat waktu
Apabila suatu pesan tidak terorganisasi menggunakan baik, penyampaiannya akan menghabiskan saat audiens. Mengapa demikian? Salah satu tujuan pengorganisasian pesan-pesan yang baik merupakan penyampaian informasi atau wangsit-ilham yang relevan saja. Dengan hanya mengungkapkan informasi yg relevan, waktu audiens akan dapat dihemat. Disamping itu, audiens dapat dengan gampang mengikuti alur pemikiran pesan yg pada sampaikan, tanpa wajib memeras otak serta mengerutkan dahi.

d. Mempermudah Pekerjaan Komunikator
Pengorganisasian pesan-pesan yg baik bisa membantu pekerjaan komunikator, sebagai akibatnya bisa selesai lebih cepat serta ekonomis ketika. Hal ini merupakan faktor yg sangat penting pada global bisnis, di mana penyelesaian pekerjaan berjalan menggunakan baik, cepat, serta efisien. Dengan mengetahui apa yg ingin disampaikan, dan mengetahui cara menyampaikannya, rasa percaya diri komunikator akan meningkat. Semakin tinggi rasa percaya diri komunikator, semakin cepat dan efisien beliau merampungkan pekerjaan.

C. Pengorganisasian Pesan-Pesan Melalui Outline
Pada dasarnya, buat mencapai pengorganisasian yang baik diharapkan dua proses tahapan, yaitu Anda mendefinisikan dan menggolongkan ilham-ilham; kemudian Anda tetapkan urutan ide-inspirasi dengan perencanaan organisasional terpilih secara hati-hati.

1. Mendefinisikan dan Mengelompokkan Ide-ide
Memutuskan apa yg wajib dikatakan adalah masalah mendasar bagi setiap komunikator yg wajib dipecahkan. Apabila materinya memang lemah, tidak memiliki suatu gaya yg menarik, maka akan mengaburkan fakta yg ada. Cepat atau lambat, audiens akan menyimpulkan bahwa Anda benar-benar tidak mempunyai sesuatu yang bernilai sedikit pun. Apakah Anda menelepon, membuat tiga paragraf surat, atau menulis laporan 200 halaman, Anda akan mulai dengan mendefinisikan isi materinya. Semakin panjang dan kompleks, maka semakin krusial termin pertarna ini.

Apabila Anda menyusun pesan yg panjang serta kompleks, maka outline sangat diharapkan serta sebagai penting ialah. Mengapa demikian? Hal ini lantaran menggunakan adanya outline akan membantu Anda memvisualisasikan interaksi antara bagian yang satu menggunakan bagian yang lainnya. Di samping itu, outline pula akan menuntun Anda untuk mengkomunikasikan ilham-ide menggunakan cara yg lebih sistematik, efisien, serta efektif Melalui perencanaan yg baik outline akan membantu Anda mengekspresikan transisi antara wangsit-ide, sehingga audiens akan mengerti dan memahami pola pernikiran Anda.

Susunan suatu outline secara garis besar dapat digolongkan ke dalam 3 golongan:

a. Mulailah dengan Ide Pokok
Ide pokok akan membantu Anda dalam menetapkan tujuan serta strategi generik dari suatu pesan. Ide utama tadi bisa dirangkum ke dalam 2 hal, yaitu: (1) apa yang Anda inginkan terhadap audiens buat melakukannya atau memikirkannya; (2) alasan yg fundamental mengapa mereka harus melakukan atau memikirkannya. Ide utama merupakan titik awal buat membuat outline.

b. Nyatakan Poin-poin pendukungyang Penting
Setelah memutuskan inspirasi utama pesan yg akan disampaikan, maka tahap ke 2 adalah menyusun poin-poin pendukung yang krusial menjadi pendukung wangsit-ide utama tadi.

c. Ilustrasi dengan Bukti-bukti
Tahap ketiga pada menyusun outline adalah menaruh illustrasi menggunakan mengemukakan bukti-bukti yg berhasil dikumpulkan. Semakin poly bukti-bukti yg bisa disajikan, maka outline yg Anda buat akan menjadi semakin baik.

2. Menentukan Urutan menggunakan Rencana Organisasional
Setelah Anda mendefinisikan dan menggolongkan ilham-inspirasi Anda, Anda siap untuk menetapkan bagaimana urut-urutannya. Untuk bisa menentukan urutannya, ada 2 pendekatan krusial, yaitu:

a. Pendekatan Langsung
Pendekatan eksklusif (direct approach) sering diklaim jua menggunakan kata pendekatan deduktif (deductive approach), pada mana ilham pokok timbul paling awal, lalu diikuti bukti-bukti pendukungnya. Gunakan pendekatan ini bila reaksi audiens cenderung positif atau menyenangkan.

b. Pendekatan Tak Langsung
Pendekatan tidak langsung (indirect approach) tak jarang disebut juga dengan istilah pendekatan induktif (inductive approach), di mana bukti-bukti muncul terlebih dahulu, kemudian diikuti menggunakan inspirasi pokoknya. Gunakan pendekatan ini, jika reaksi audiens cenderung negatif atau tidak menyenangkan.

Kedua pendekatan dasar tadi bisa diterapkan baik buat pesan-pesan singkat (memo dan surat) juga pesan-pesan formal atau panjang (laporan, usulan, dan presentasi). Untuk menentukan di antara ke 2 alternatif tersebut, Anda wajib menganalisis bagaimana reaksi audiens terhadap maksud/tujuan dan pesan-pesan yang Anda sampaikan.

Setelah Anda menganalisis kemungkinan reaksi para audiens dan memilih suatu pendekatan umum, maka Anda bisa menentukan rencana organisasional yg paling cocok menjadi berikut :

a. Direct Request
Jenis/tipe pesan usaha yang paling generik digunakan adalah penyampaian yg eksklusif dalam poin yg dituju. Direct request (permintaan pribadi) bisa berbentuk surat juga memo. Misalnya, Anda tertarik terhadap suatu produk baru dan Anda ingin sekali mengetahui aneka macam hal tentang produk tersebut seperd karakteristik, harga, cara pembayaran, dan sebagainya, maka Anda dapat menciptakan surat permintaan eksklusif. Permintaan pribadi menggunakan pendekatan langsung, lantaran eksklusif dalam poin yang dituju.

b. Pesan-pesan Rutin, Good News, atau Goodwill
Jika Anda memberikan berita rutin sebagai bagian berdasarkan usaha permanen Anda, para audiens kemungkinan akan sebagai netral. Apabila Anda mengumumkan penurunan harga, mendapat suatu undangan, atau ucapan selamat menurut sahabat sejawat, para audiens akan bahagia mendengarnya. Jadi, pesan-pesan rutin, good news, atau goodwill lebih cocok menggunakan memakai pendekatan pribadi.

c. Pesan-pesan Bad News
Jika Anda mengumumkan penolakan suatu. Lamaran, menolak kredit, perampingan karyawan, penurunan pangkat, maka audiens Anda umumnya akan kecewa atau tidak bahagia mendengarnya. Oleh karenanya, pendekatan yang bisa diterapkan merupakan pendekatan tak langsung. Apabila Anda memiliki informasi yg kurang menyenangkan (bad news) cobalah buat menempatkannya dalam bagian. Pertengahan surat menggunakan menggunakan bahasa yg halus.

d. Pesan-pesan Persuasif
Bila audiens sahih-benar sangat nir tertarik terhadap pesan-pesan yang Anda sampaikan, maka pesan-pesan persuasif (persuasive messages) dapat digunakan serta pendekatannya merupakan menggunakan cara tidak langsung. Untuk melakukan penagihan pinjaman dan penjualan produk, pendekatan yang digunakan adalah persuasi. Anda perlu membuka pikiran audiens Anda dengan melakukan persuasi, sebagai akibatnya mereka dapat tahu liputan yang terdapat.

Kebanyakan pesan-pesan singkat dapat memakai keliru satu berdasarkan keempat dasar planning organisasional. Tetapi, buat pesan-pesan yang lebih panjang, misalnya pembuatan laporan serta presentasi, perlu pola yg lebih kompleks untuk menangani semakin banyaknya keterangan. Pola-pola tersebut dapat dibedakan ke pada 2 kategori, yaitu informasional dan analitikal.

KONSEPKONSEP DASAR KOMUNIKASI YANG DIAPLIKASIKAN DALAM KEGIATAN BISNIS

Konsep-Konsep Dasar Komunikasi Yang Diaplikasikan Dalam Kegiatan Bisnis
A. Konsep-konsep dasar Komunikasi dalam Komunikasi Bisnis 
Pada dasarnya terdapat 2 bentuk dasar komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia bisnis, yaitu komunikasi lisan dan nonverbal. Masing-masing bentuk komunikasi tadi dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

1. Komunikasi Verbal
Apa yang dimaksud dengan komunikasi ekspresi? Komunikasi verbal (verbal communications) merupakan keliru satu bentuk komunikasi yang lazim dipakai buat mengungkapkan pesan-pesan bisnis pada pihak lain melalui goresan pena maupun lisan. Bentuk komunikasi ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik.

Dalam dunia bisnis bisa dijumpai banyak sekali macam contoh komunikasi ekspresi, contohnya:
  • Membuat dan mengirim surat teguran kepada nasabah yang menunggak pembayarannya.
  • Membuat dan mengirim surat penawaran harga barang pada pihak lain.
  • Membuat serta mengirim surat konfirmasi barang pada pelanggan.
  • Membuat dan mengirim surat pemesanan barang (order) pada pihak lain.
  • Membuat serta mengirim surat aduan (claim) pada pihak lain.
  • Membuat dan mengirim surat permintaan barang pada pihak lain.
  • Membuat serta mengirim surat penolakan kerja.
  • Membuat dan mengirim surat kontrak kerja pada pihak lain.
  • Memberi berita kepada pelanggan yang meminta kabar mengenai produk-produk baru.
  • Berdiskusi pada suatu tim kerja (teamwork).
  • Melakukan wawancara kerja dengan para pelarnar kerja pada suatu perusahaan.
  • Mengadakan briefing dengan staf karyawan. 
  • Mengadakan pembinaan manajernen kepada para manajer operasional/lini bawah.
  • Melakukan presentasi proposal pengembangan perusahaan di hadapan tim penguji. 
  • Melakukan teleconference menggunakan pihak lain.
Dalam dunia bisnis, seseorang bisa saja mengekspresikan pesan-pesannya secara nonverbal (tidak melalui goresan pena atau ekspresi). Namun, ekspresi secara nonverbal mempunyai suatu keterbatasan dalam mengkomunikasikan sesuatu kepada pihak lain. Sebagai model, bila seseorang ingin membahas suatu peristiwa masa kemudian, pandangan baru atau abstraksi, dia tidak sanggup memakai aktualisasi diri wajah atau bahasa tubuh buat menerangkannya. Sebaliknya, dia harus menggunakan bahasa mulut, atau dengan kata lain beliau perlu menyusun kata-istilah pada suatu pola. Yg merniliki arti atau makna, baik pada bentuk goresan pena juga lisan.

Melalui komunikasi ekspresi atau goresan pena, dibutuhkan orang bisa tahu apa yang disampaikan oleh pengirim pesan menggunakan baik. Penyarnpaian suatu pesan melalui goresan pena serta mulut memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat mernbaca atau mendengar apa yg dikatakan pihak lain dengan baik dan benar.

Komunikasi usaha yang efektif sangat tergantung dalam keterampilan seseorang pada mengirim maupun mendapat pesan. Secara umum, buat membicarakan pesan-pesan usaha, seseorang dapat menggunakan goresan pena serta ekspresi. Sedangkan buat menerima pesan-pesan bisnis, seorang dapat menggunakan telinga dan bacaan. Bagan 1.2 menunjukkan aneka macam macam bentuk komunikasi verbal yg digunakan dalam dunia bisnis.

a. Berbicara dan Menulis
Pada umumnya, buat mengirimkan pesan-pesan bisnis, orang lebih senang berbicara (speaking) daripada menulis (writing) suatu pesan. Alasannya, komunikasi lisan relatif lebih mudah, praktis (efisien), dan cepat pada penyampaian pesan-pesan bisnis. Pada umumnya, bagi para pelaku usaha, penyampaian pesan-pesan usaha menggunakan tulisan relatif jarang dilakukan. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa komunikasi lewat tulisan tidak Penting. Hal ini lantaran nir seluruh hal mampu disampaikan secara ekspresi.

Pesan yg sangat penting dan kompleks, lebih tepat disampaikan dengan memakai tulisan. Adapun bentuk-bentuk komunikasi tertulis dalam dunia bisnis meliputi antara lain surat (macam-macam surat usaha), memo, dan laporan. Masing-masing bentuk surat-surat bisnis tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci pada bab-bab berikutnya.

b. Mendengar dan Membaca
Meskipun kitab ini lebih menekankan dalam bentuk komunikasi goresan pena daripada mulut, perlu diingat bahwa komunikasi yg efektif adalah komunikasi dua arah. Orang-orang yg terlibat pada global bisnis cenderung lebih senang memperoleh atau menerima informasi daripada menyampaikan warta. Untuk melakukan hal tersebut, mereka memerlukan keterampilan mendengar (listening) serta membaca (reading).

Sayangnya, kebanyakan orang dalam global bisnis memiliki kemampuan mendengar yg relatif lemah (kurang baik). Sebagai model sederhana, ketika seseorang mengikuti seminar bisnis, maka fakta yg dapat diserap pada benak pikiran mungkin hanya setengah berdasarkan yg diucapkan (itupun masih lumayan). Beberapa hari lalu, pesan yang masih bisa diingat mungkin tinggal seperempatnya. Begitu pula halnya menggunakan mahasiswa. Tatkala mengikuti kuliah, pada hari pertama mungkin poly hal yg dihasilkan, dipaharni, serta dimengerti. Namun, dalam hari-hari berikutnya materi yg masih dapat diingat, dipaharni, serta dimengerti sudah semakin poly berkurang.

Dalam kaitannya menggunakan keterampilam membaca, seorang seringkali mengalarni kesulitan dalam merogoh pesan-pesan penting menurut suatu bacaan. Hasil studi yg dilakukan oleh Irwin Ross pada tahun 1986 di majalah Fortune Amerika Serikat rnenunjukkan bahwa kira-kira 38 % dari orang dewasa mengalarni kesulitan tahu iklan pada banyak sekali surat warta, 14 persen kesulitan mengisi cek secara benar, 26 persen kesulitan pada penjurnlahan dan pengurangan dalam buku cek, dan lebih kurang 20 % mengalarni kesulitan membaca menggunakan baik.

Meskipun mendengar dan membaca merupakan hal yg tidak sinkron, keduanya memerlukan pendekatan serupa. Langkah pertama merupakan mencatat kabar yg berarti bahwa seseorang harus memusatkan perhatian dalam pembicaraan yg tengah berlangsung atau bahan yg sedang dibacanya. Setelah bisa menangkap inti pembicaraan atau bacaan, langkah selanjutnya merupakan menafsirkan dan menilai warta. Langkah ini adalah bagian terpenting menurut proses mendengar.

Sambil melakukan penyaringan suatu fakta, seorang harus dapat menetapkan mana kabar yang krusial serta mana yg tidak krusial. Suatu pendekatan yg bisa dilakukan merupakan mencari ide pokok (main idea) serta pandangan baru-ilham pendukung (supporting idea) secara rinci. Jadi, buat dapat menyerap keterangan dengan baik seorang wajib dapat berkonsentrasi pada apa yang sedang dibaca atau didengar. Pekerjaan tersebut tentu saja bukan tugas yang mudah, karena perlu suatu tindakan yang berulang-ulang, tidak sekali jadi sebagaimana bim salabim!

2. Komunikasi Nonverbal
Bentuk komunikasi yg paling fundamental dalam komunikasi usaha merupakan komunikasi nonverbal (nonverbal communications). Menurut teori antropologi, sebelum manusia menggunakan istilah-istilah, manusia telah memakai gerakan-gerakan tubuh, bahasa tubuh (body language) sebagai alat buat berkomunikasi menggunakan orang lain. Berikut ini merupakan beberapa contoh perilaku yang memberitahuakn komunikasi nonverbal:
  • Menggertakkan gigi buat menampakan kemarahan (pada bahasa jawa disebut getem-getem).
  • Mengerutkan dahi buat memberitahuakn seorang sedang berpikir.
  • Gambar pria atau perempuan yang dipasang pada pintu masuk toilet buat menerangkan kamar sinkron menggunakan jenis kelaminnya.
  • Berpangku tangan buat menerangkan seorang sedang melamun.
  • Tersenyum serta berjabat tangan menggunakan orang lain untuk mewujudkan rasa senang , simpati, dan penghormatan.
  • Membuang muka buat memperlihatkan perilaku tidak senang atau antipati terhadap orang lain.
  • Menggelengkan kepala buat menerangkan sikap menolak atau keheranan.
  • Menganggukkan ketua untuk menunjukkan indikasi putusan bulat atau OK.
  • Berbicara menggunakan merogoh jarak agak menjauh buat menampakan bahwa lawan bicaranya belum begitu dikenal menggunakan baik (asing).
  • Menutup verbal menggunakan telapak tangan buat memberitahuakn suatu kebohongan.
  • Telapak tangan yg terbuka buat menunjukkan kejujuran.
  • Tangan mengepal buat memberitahuakn penuh percaya diri.
  • Gerakan kaki serta tangan secara nir teratur, bagaikan orang yg kedinginan buat memberitahuakn bahwa seseorang sedang grogi (nervous).
  • Seseorang mengirimkan seuntai bunga pada sahabat yg meraih sukses bisnis buat menampakan rasa simpati dan ucapan selamat atas kesuksesan yg diraih.
  • Ruang tunggu sebuah bank disediakan tanpa tempat duduk buat memberitahuakn bahwa para nasabah akan dilayani menggunakan cepat tanpa harus menunggu lama .
Pendek kata, pada komunikasi nonverbal orang bisa merogoh suatu konklusi mengenai berbagai macam perasaan orang lain, baik rasa senang , benci, cinta, rindu dan berbagai macam perasaan lainnya. Lagi jua, komunikasi nonverbal berbeda menggunakan komunikasi mulut pada pada cara yang relatif mendasar.

Pada umumnya, bentuk komunikasi nonverbal memiliki sifat yg kurang terstruktur yang menciptakan komunikasi nonverbal sulit buat dipelajari. Sebagai model, seorang akan mengalami kesulitan apabila menyuruh orang lain buat merogoh kitab kerja pada suatu tempat yang terdapat beragam warna maupun judul bukunya dengan menggunakan bahasa nonverbal. Di samping itu, proses belajar yg dialami seorang buat bisa melakukan konduite nonverbal juga sulit dijelaskan. Tak seorang pun pernah mengajari bagaimana bayi menangis, tersenyum, atau tertawa. Dan tak seorang pun pernah belajar mengerutkan dahi, manakala jalan pikirannya buntu atau terganggu. Begitu halnya orang berteriak histeris, manakala seseorang sedang frustasi atau stres berat karena tidak mampu merampungkan pekerjaan berat sempurna pada waktunya.

Ada beberapa jenis komunikasi nonverbal lainnya, seperti arti suatu warna dan gerak-isyarat tertentu, yang akan, bervariasi berdasarkan waktu ke ketika. Warna-rona cerah yang terdapat pada ruang-ruang tempat kerja, warna pakaian seragam kerja (uniform) para karyawan yang tidak sama antar departemen (bagian) yg satu menggunakan departemen (bagian) lainnya dalam suatu perusahaan. Di samping itu, bahasa isyarat yang sering ditunjukkan sang para karyawan yg sedang menuntaskan pekerjaan pada kantor, jua termasuk keliru satu bentuk komunikasi nonverbal.

Komunikasi nonverbal jua lebih bersifat impulsif dibandingkan dengan komunikasi ekspresi dalam hal penyampaian suatu pesan. Pada umumnyal sebelum menyampaikan sesuatu, seseorang sudah memiliki suatu planning tentang apa yg ingin dikatakan. Misalnya, waktu seorang berkata "Tolong, bukakan pintu itu," maka dalam saat itu seorang menggunakan sadar sudah mempunyai tujuan atau maksud tertentu. Namun, saat seseorang berkomunikasi secara nonverbal, ia seringkali melakukannya secara nir sadar. Contoh yg paling sederhana merupakan mengerutkan dahi saat sedang memikirkan sesuatu, ekspresi wajah yg memerah karena ingin meluapkan kemarahan, mondar-mandir tanpa tujuan yang pasti karena pikiran sedang kacau, dan sejenisnya. Hal-hal tadi merupakan sesuatu yg bersifat alami (natural) serta tak pernah direncanakan sebelumnya. Ekspresi seorang baik senang dan murung , jua termasuk ke dalam komunikasi nonverbal.

3. Pentingnya Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal acapkali tidak terjadwal atau kurang terstruktur. Namun, komunikasi nonverbal memiliki dampak yang lebih besar daripada komunikasi lisan. Isyarat-isyarat komunikasi nonverbal merupakan sangat penting terutama buat membicarakan perasaan serta emosi seorang.

Apa kebaikan atau keunggulan menurut komunikasi nonverbal? Salah satu kebaikan komunikasi nonverbal adalah kesahihannya (reliabilitas). Hal ini berkaitan dengan taraf kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yg disampaikan menggunakan menggunakan bahasa isyarat. Secara umum, orang akan gampang menipu orang lain dengan memakai kata-kata daripada memakai gerakan tubuh (bahasa isyarat). Komunikasi dengan menggunakan kata-istilah akan lebih mudah dikendalikan daripada menggunakan menggunakan bahasa isyarat (gerakan badan/tubuh) atau ekspresi wajah. Hal ini disebabkan sang sifat komunikasi nonverbal yg impulsif. Ketika seseorang mendengar warta yg menyenangkan, aktualisasi diri wajah seorang nampak cerah ceria, seolah-olah tanpa beban. Tetapi, apabila seseorang mendengar keterangan yang kurang menyenangkan yg menyangkut diri sendiri, famili, atau sahabat karib, maka menggunakan cepat aktualisasi diri paras seseorang akan mudah berubah sebagai sedih, lesu, lemah, tidak bergairah, seolah-olah hampa dunia ini.

Dengan memperhatikan isyarat nonverbal, seorang bisa mendeteksi kecurangan atau menegaskan kejujuran orang lain. Maka, tidaklah mengherankan bila seorang lebih percaya pada pesan-pesan yg disampaikan melalui isyarat nonverbal ketimbang pesan-pesan yg disampaikan melalui isyarat mulut. Seseorang dapat saja menutup-nutupi kecurangan dengan isyarat verbal (misalnya tulisan). Namun, dia tidak dapat sepenuhnya menutupi apa yang sedang terjadi dalam dirinya karena hal itu tercermin pada ekspresi wajahnya. Manakala paras seorang sedih atau cemberut, maka dapat diduga bahwa seseorang sedang menghadapi suatu masalah, mungkin perkara pribadi, famili, atau perkara usaha di kantornya.

Komunikasi nonverbal krusial artinya bagi pengirim dan penerima pesan, karena sifatnya yg efisien. Suatu pesan nonverbal bisa disampaikan tanpa wajib berpikir panjang, serta pihak audiens jua dapat menangkap adalah dengan cepat.

Coba perhatikan para petugas penyaji makanan serta minuman (pada bahasa Jawa dianggap sinoman) pada suatu acara resepsi yang sedang melakukan tugasnya. Pada urnurnnya mereka mempunyai bahasa-bahasa isyarat eksklusif yang dapat dipaharni sang teman-teman mereka buat memberitahuakn loka-loka mana yg telah maupun yang belum mendapat jamuan makanan atau minurnan. Contoh lain, waktu seorang karyawan berusaha inernanggil ternannya yg sedang as yik mengobrol pada suatu ternpat yang relatif jauh. La bisa menggunakan isyarat nonverbal seperti bertepuk tangan sembari melambaikan tangan buat memanggil temannya tadi.

Cukup banyak contoh bentuk kornunikasi nonverbal baik yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari maupun pada global usaha. Coba Anda kernbangkan contoh-model yg lain!

4. Tujuan Komunikasi Nonverbal
Meskipun komunikasi nonverbal bisa berdiri sendiri, namun tak jarang berkaitan erat dengan ucapan (ekspresi). Ini berarti seringkali terjadi penggabungan antara komunikasi mulut serta nonverbal pada suatu situasi. Kata-istilah yang disampaikan pada suatu dialog hanya membawa sebagian menurut suatu pesan. Sedangkan bagian yg lain, disampaikan melalui sinyal-frekuwensi nonverbal. Coba amati acara "Dunia pada Berita' pukul 21.00 WIB pada stasiun televisi TVRI. Dalam acara itu, menggunakan gampang bisa dijurnpai kombinasi kornunikasi lisan serta nonverbal. Coba perhatikan dengan cermat!

Apa sebenarnya tujuan komunikasi nonverbal? Menurut John V. Thil dan Courtland Bovee pada Excellence In Business Communications, kornunikasi nonverbal mempunyai enam tujuan, yaitu: 
1) Menyediakan/menaruh liputan. 
2) Mengatur alur suatu dialog.
3) Mengekspresikan emosi.
4) Mernberi sifat, melengkapi, menentang, atau berbagi pesan-pesan verbal.
5) Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.
6) Mempermudah tugas-tugas spesifik, contohnya bagairnana mengayunkan tongkat golf yang baik serta sahih.

Bagaimana relevansi komunikasi nonverbal dalam global usaha? Dalam dunia bisnis, komunikasi nonverbal dapat membantu memilih dapat dipercaya dan potensi kepemimpinan seorang. Apabila seorang dapat belajar mengelola pesan yg dibentuk menggunakan bahasa isyarat, ciri atau ekspresi wajah, suara serta penampilan, beliau bisa melakukan komunikasi dengan baik. Dengan istilah lain, seorang manajer (pemimpin) sekaligus harus dapat sebagai komunikator yang baik. La harus memahami bagaimana membicarakan pesan-pesan bisnis pada para bawahannya, kapan dan kepada siapa pesan-pesan bisnis itu harus disampaikan.

Lebih lanjut, bila seorang dapat belajar membaca pesan-pesan nonverbal yang disampaikan orang lain, ia akan dapat menafsirkan maksud dan perilaku mereka secara lebih akurat serta lebih tepat. Ketika berurusan dengan para karyawan, klien atau pelanggan, perhatikanlah secara akurat pesan-pesan yg mereka sampaikan. Apabila perilaku karyawan menunjukkan tanda-tanda-gejala kurang atau menurun semangat kerjanya, acapkali melakukan mogok kerja, serta prestasi kerja menurun, seorang manajer harus tanggap serta segera mengambil langkah-langkah penanggulangan. Contoh-contoh tadi menggambarkan betapa pentingnya bagi seorang pemimpin dalam level apa pun buat peka terhadap perilaku atau konduite yg ditunjukkan sang bawahannya.

PROSES KOMUNIKASI
Sesuatu yg bisa dinikmati saat ini misalnya buku yg sedang Anda baca, compact disc menggunakan lagu-lagu nostalgia, program-program televisi yg beraneka ragarn, Internet yang banyak membawa fakta baru, personal computer yang semakin sophisticated, dan sejenisnya tidaklah tiba begitu saja, tetapi melalui suatu proses yang cukup panjang. Demikian jua menggunakan komunikasi, yg memerlukan proses.

Perhatikanlah seseorang yang sedang berbicara, menulis, mendengar, atau membaca, kegiatan komunikasi yg mereka lakukan lebih dari satu tindakan. Sebagai suatu proses, kormunikasi mempunyai persamaan menggunakan bagaimana seseorang mengekspresikan perasaan, hal-hal yg antagonis (kontradiktif), yang sama (selaras, serasi), serta mencakup proses menulis, mendengar, serta mempertukarkan informasi. Menurut Courtland L. Bovee dan John V. Thil dalam Business Communication Today, proses komunikasi (communication process) terdiri atas enarn termin, yaitu:
1) Pengirim memiliki suatu inspirasi atau gagasan.
2) Pengirim mengubah wangsit menjadi suatu pesan. 
3) Pengirim membicarakan pesan.
4) Penerima mendapat pesan.
5) Penerima menafsirkan pesan.
6) Penerima memberi tanggapan serta mengirim urnpan kembali pada pengirim.

Keenam tahapan dalam proses komunikasi tadi bisa digambarkan pada sebuah diagram menjadi berikut:

Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide atau Gagasan
Sebelum proses penyampaian pesan bisa dilakukan, maka pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens. Ide dapat diperoleh menurut aneka macam sumber yg terbentang luas pada hadapan kita. Dunia ini penuh dengan banyak sekali macam kabar, baik yang bisa dilihat, didengar, dicium maupun diraba. Ide-ide yg ada dalam benak kita disaring serta disusun ke dalam suatu memori yang terdapat pada jaringan otak, yang merupakan gambaran persepsi kita terhadap fenomena. Setiap orang akan memiliki peta mental yg berbeda, lantaran kita memandang global dan menyerap banyak sekali pengalaman dengan suatu cara yang unik serta bersifat individual.

Karena persepsi adalah hal yang unik, pandangan baru yg disampaikan seorang mungkin akan ditafsirkan secara tidak sama sang orang lain. Bahkan 2 orang yang memiliki suatu pengalaman yang sama terhadap sesuatu hal atau insiden, akan mempunyai suatu kesan yg nir serupa. Sebagai contoh, terdapat 2 orang yang bersama-sama mengikuti briefing menurut pimpinan perusahaan. Jika mereka diminta buat menceritakan pengalaman mereka masing-masing, tentu ada beberapa hal yg berbeda. Mengapa demikian? Hal ini terjadi lantaran setiap orang akan menyaring warta yang didapat, serta hanya akan memperhatikan dan mengingat hal-hal yang mereka anggap menarik atau krusial. Seorang komunikator yg baik wajib dapat menyaring hal-hal yang tidak penting atau tidak relevan, serta memusatkan perhatian pada hal-hal yg memang penting serta relevan. Dalam global komunikasi, proses tadi dikenal menjadi abstraksi (abstraction).

Tahap Kedua: Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan 
Dalam suatu proses komunikasi, nir semua inspirasi dapat diterima atau dimengerti dengan paripurna. Seperti yang sudah diuraikan dalam, bagian B dari bab ini, proses komunikasi dimulai menggunakan adanya wangsit dalam pikiran, yg lalu diubah ke pada bentuk pesan-pesan misalnya pada bentuk istilah-istilah, ekspresi wajah, dan sejenisnya, untuk lalu dipindahkan pada orang lain.

Agar wangsit bisa diterima serta dimengerti secara paripurna, pengirim pesan wajib memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audiens, gaya personal, serta latar belakang budaya. Sebagai contoh sederhana, pada umumnya orang Timur cenderung mengungkapkan pesan dengan memakai bahasa tak pribadi serta bahasa penghalus. Untuk menyatakan sikap menolak, seseorang terlebih dahulu harus menggunakan kalimat-kalimat pembuka yang bersifat netral, baru kemudian menyatakan sikap penolakan.

Tahap Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan
Setelah membarui inspirasi-wangsit ke dalam suatu pesan, termin berikutnya adalah memindahkan atau membicarakan pesan melalui banyak sekali saluran yg terdapat pada si penerima pesan. Rantai saluran komunikasi yang dipakai buat menyampaikan pesan terkadang relad pendek, namun ada j uga yg relatif panjang. Panjang-pendeknya rantai saluran komunikasi yg digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Jika pesan-pesan yg panjang serta kompleks disampaikan secara lisan, pesan-pesan tadi bisa terdistorsi atau bahkan bertentangan dengan pesan aslinya. Di samping itu, pada membicarakan suatu pesan, berbagai media komunikasi bisa dipakai, media goresan pena juga verbal. Oleh karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yg akan disampaikan.

Tahap Keempat: Penerima Menerima Pesan
Komunikasi antara seorang dengan orang lain akan terjadi, jika pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima mendapat pesan tadi. Jika seorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru bisa terjalin apabila penerima surat sudah membaca dan memahami isinya.

Jika seorang mengungkapkan pidato pada hadapan umum, para pendengar menjadi audiens harus dapat mendengar apa yg dikatakan, serta memahami pesan-pesan yg disampaikan.

Tahap Kelima: Penerima Menafsirkan Pesan
Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya merupakan bagaimana dia dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti serta tersimpan di pada benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya, suatu pesan baru bisa ditafsirkan secara benar apabila penerima pesan sudah memahami isi pesan sebagaimana yg dimaksud sang pengirim pesan.

Tahap Keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Mengirim Umpan Balik ke Pengirim
Umpan pulang (feedback) adalah penghubung akhir pada suatu mata rantai komunikasi. La adalah tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim buat menilai efektivitas suatu pesan.

Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara eksklusif dan memberi frekuwensi terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka macam, bisa berupa suatu senyuman, tertawa, sikap sedih, cemberut, memberi komentar sekilas (singkat), anggukan sebagai pembenaran, atau pesan secara tertulis. Sebagai model, seorang karyawan perusahaan mendapat sepucuk surat menurut pimpinannya. Sesaat lalu surat tersebut dibacanya. Jika ekspresi wajahnya nampak murung , berarti dapat diduga bahwa dia mendapat kabar yg kurang menyenangkan. Sebaliknya, jlka dia menerima surat berdasarkan pimpinannya serta sehabis dibacanya nampak aktualisasi diri paras yg berseri-seri, dapat diduga bahwa dia mendapat fakta yg menyenangkan. Bentuk ekspresi paras tersebut merupakan contoh umpan pulang (feedback) pada berkomunikasi.

Umpan kembali memegang peranan penting pada proses komunikasi, karena dia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Di samping itu, adanya umpan balik dapat memberitahuakn adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata, serta perbedaan reaksi secara emosional.

B. Variabel-variabel Komunikasi Bisnis 
Berbicara tentang variabel-veriabel komunikasi, termasuk komunikasi bisnis, biasanya mengacu dalam contoh komunikasi klasik yang dikembangkan ahli komunikasi Harold D. Laswell. Variabel-variabel tersebut dirumuskan dalam apa yg dinamakan Formula Laswell yg menyatakan : who, says what, to whom, through what channel and with what effect? Dari formula ini, kita bisa mengidentifikasi bahwa who adalah komunikator, say what merupakan pesan, to whom adalah komunikan, through what channel adalah saluran/media, serta with what effects merupakan imbas komunikasi. Tetapi penerapan formula ini pada kegiatan komunikasi bisnis memerlukan sedikit modifikasi, seperti yg dilakukan Rosenblatt ini dia :
  1. Variabel Sumber (who) : yang berkaitan menggunakan dapat dipercaya asal yg berdimensi keahlian, kepercayaan dan dinamisme.
  2. Variabel Pesan (say what) : yg berupa pesan ekspresi serta nonverbal
  3. Variabel Penerima (to whom) : yang berkaitan dengtan ciri komunikan menurut aspek fisologis, psikologis dan sosiologis.
  4. variabel Konteks (in what context) : yg terdiri menurut konteks psikologis serta fisikal
  5. Variabel Saluran (through what channel) : yg penggunaannya ditentukan sang variabel penerima serta pesan
  6. Variabel Efek (with what effects) : yg digunakan buat mengukur tingkat keberhasilan aktivitas atau proses komunikasi.
Bila dibandungkan menggunakan Formula Laswell, Rosenblatt menambahkan variabel “konteks”. Hal ini mampu dimengerti karena proses komunikasi, termasuk komunikasi usaha, selalu berlangsung dalam konteks tertentu.

C. Komunikasi pada Manajemen Bisnis 
Tujuan organisasi bisnis adalah untuk mempertinggi kualitas hidup masyarakat. Sebagai sebuah kegiatan usaha, organisasi usaha pun bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan dan peningkatan kualitas hidup warga itu diperoleh melalui cara yg legal menggunakan menyediakan kebutuhan barang-barang dan jasa rakyat.

Elemen-elemen organisasi bisnis bisa dibagi dua :
1. Elemen eksternal 
2. Elemen internal

Elemen internal berada di dalam organisasi usaha yang meliputi mulai menurut pemilik perusahaan, manajemen hingga karyawan. Sedangkan elemen eksternal adalah lembaga-forum yang secara pribadi juga tidak pribadi berpengaruh pada organisasi/lembaga bisnis misalnya lembaga pemerintah, pemasok, pelanggan dan penyalur.

Fungsi komunikasi pada manajemen adalah menjadi indera buat mengintegrasikan serta mengkoordinasikan para pelaku usaha. Fungsi komunikasi ini mengikuti pula fungsi-fungsi manajemen yakni :
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Actuating
4. Pengawasan

Komunikasi pada usaha sangat krusial buat mendapatkan informasi serta mempengaruhi.
Kegiatan komunikasi dalam manajemen amat bergantung pada iklim komunikasi di dalam organisasi/forum bisnis. Iklim komunikasi ini amat dipengaruhi gaya manajemen. Ada 4 gaya manajemen yakni :
1. Gaya direktif
2. Gaya pelatih
3. Gaya superotif
4. Gaya pendelegasian.

Gaya manajemen mana yg akan kita gunakan, sangatlah bergantung dalam situasi organisasi/lembaga bisnis kita. Namun kesamaan dalam manajemen terkini, gaya yg dipilih merupakan gaya yg mendukung iklim keterbukaan komunikasi. Dalam situasi manajemen ini, para manajer lebih poly menghabiskan waktunya buat mendengarkan dibandingkan memberikan perintah. Para pekerja menawarkan gagasannya, membantu menetapkan tujuan serta bekerja sama pada memecahkan masalah. Namun poly kasus dijumpai, gaya manajemen partisipatif seperti itu sukar dijalankan lantaran keengganan para manajer sndiri buat mengubah gaya manajemen direktifnya. Para manajer itu bisa mendapat gagasan manajemen partisipatif tapi permanen membatasi arus keterangan.

D. Proses Komunikasi Bisnis 
Menurut Bovee serta Thill (1989), pada komunikasi usaha aneka macam bentuk komunikasi dilangsungkan. Kedua ahli itu lalu menciptakan prosentasi kegiatan komunikasi yg dilakukan dalam komunikasi bisnis. Hampir separuh (45%) kegiatan komunikasi usaha merupakan mendengarkan/menyimak pesan komunikasi yang disampaikan orang lain. Sebagai imbangannya, 30% kegiatan komunikasi kita adalah berbicara. Sedangkan membaca mencapai 19% serta terkecil adalah menulis 16%. Kegiatan komunikasi bisnis tersebut berlangsung dalam berbagai level kegiatan komunikasi yakni :

1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa dalam komunikasi bisnis diperlukan buat membicarakan pesan kepada publik dan menerima pesan dari publik. Agar komunikasi usaha dalam level komunikasi massa berjalan menggunakan efektif perlu mengetahui ciri komunikasi massa yaitu :
Sumbernya terlembagakan
  • Pesannya bersifat publik
  • Medianya bersifat simultan dan periodik
  • Khalayaknya heterogen, anonim serta tersebar
  • Efeknya tidak seketika
2. Komunikasi Kelompok
Komunikasi grup pada komunikasi usaha bentuknya sangat bergantung dalam jenis grup yg dibuat. Ada beberapa jenis kelompok seperti :
  1. Kelompok kerja
  2. Fokus grup
  3. Komite
  4. Konferensi media
  5. Rapat publik
Kegiatan komunikasi bisnis dalam level komunikasi grup ini amat dipengruhi budaya.

3. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi bisnis juga berlangsung dalam level komunikasi Interpersonal. Komunikasi interpersonal ini adalah kegiatan memunculkan makna melalui pertukaran pesan. Agar kita memanfaatkan komunikasi interpersonal ini dengan baik, kita harus mengingat 10 prinsip komunikasi di bab sebelumnya. Juga wajib mempertimbangkan proses simplifikasi dan abstraksi saat membarui gagasan sebagai pesan. Dalam mengungkapkan pesan tersebut, kita jua harus memperhatikan siapa penerima pesan tadi.

ANALISA SALURAN DAN MEDIA KOMUNIKASI

Analisa Saluran Dan Media Komunikasi
A. PEMAHAMAN PROSES KOMPOSISI
Proses komposisi (composition proces) penyusunan pesan-pesan bisnis dapat dianalogikan menggunakan proses penciptaan lagu misalnya yang sudah dilakukan sang seorang komposer. Dia wajib merencanakan lagu apa yg akan dibuat, menentukan bentuk aransemen serta personel group yg akan mengiringi lagu tadi. Kemudian mereka wajib melakukan latihan serta uji ulang atau revisi yang diperlukan, sebagai akibatnya lagu yg diciptakan mempunyai mutu yang indah, lezat didengar, dan mudah dicerna para penggemarnya. Begitu halnya menggunakan proses komposisi buat pesan-pesan bisnis. Penyusunan pesan-pesan bisnis mencakup tiga tahap, yaitu:

1. Perencanaan
Dalam fase perencanaan (planning phase), dipikirkan hal-hal yang relatif fundamental, misalnya maksud/tujuan komunikasi, audiens yang akan menerima pesan, wangsit utama (main idea) pesan-pesan yang akan disampaikan, dan saluran atau media yg akan digunakan buat membicarakan pesan. Di samping itu, intonasi pula perlu diatur, apakah melemah, mendatar, atau meninggi. Yang terpenting merupakan menyiasati situasi yg terdapat, sebagai akibatnya tujuan yang dikehendaki bisa tercapai.

2. Organisasi dan Komposisi
Setelah termin perencanaan, tahap berikutnya merupakan bagaimana mengorganisasikan ide-ilham serta selanjutnya dituangkan pada bentuk draft yg berkaitan dengan komitmen pemikiran Anda yang dimulai dengan merangkai istilah, kalimat, paragraf dan memilih gambaran yg diperlukan buat mendukung inspirasi utama bahasannya.

Organisasi dan komposisi erat kaitannya dengan penyusunan atau pengaturan istilah-istilah, kalimat, dan paragraf. Oleh karenanya perlu diperhatikan bagaimana menggunakan kata-istilah, kalimat, serta paragraf yang sederhana, gampang dipahami, dimengerti, dan dilaksanakan oleh si penerima pesan.

3. Revisi
Setelah pandangan baru-inspirasi dituangkan dalam istilah-istilah, kalimat, maupun paragraf, perhatikan apakah kata-istilah, kalimat, serta paragraf tersebut telah diekspresikan menggunakan benar. Seluruh maksud serta isi pesan wajib ditelaah balik baik menurut sisi substansi pesan yang ingin disampaikan, tetapi juga bagaimana gaya penulisannya, struktur kalimat yg digunakan, serta bagaimana taraf pemahamannya.

Kalau ternyata belum sesuai, perlu dilakukan pengecekan sekaligus revisi/pemugaran-perbaikan seperlunya, sebagai akibatnya apa yg sudah direncanakan sebelumnya dapat dicapai seefektif mungkin.

Oleh lantaran perkembangan global usaha ketika ini begitu cepatnya, maka penyampaian pesan-pesan usaha perlu permanen memperhatikan bagaimana merencanakan, mengorganisasi dan mengkomposisi, dan merevisi pesan-pesan usaha secara kentara serta seefektif mungkin.

B. PENENTUAN TUJUAN
Tahap pertama dalam merencanakan suatu pesan bisnis adalah mernikirkan maksud atau tujuan komunikasi. Seorang kornunikator tentunya ingin menjaga nama baik pada hadapan audiens, sekaligus membuat sesuatu yang baik bagi organisasinya.

Sebelum Anda menetapkan buat menyarnpaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain, maka perlu terlebih dahulu dijawab 3 pertanyaan krusial, yaitu: apakah tujuan tadi realistis, apakah waktunya sudah sempurna, serta apakah tujuan tadi dapat diterima pada dalam organisasi tersebut.

Untuk bisa melakukan hal tersebut, pertama Anda wajib menentukan tujuan yang kentara dan bisa diukur, sesuai menggunakan tujuan organisasi.

1. Mengapa Tujuan harus Jelas
Tujuan yang kentara akan membantu mengarahkan Anda pada dalam mencapai tujuan yg dikehendaki. Sebagaimana diketahui, setiap organisasi tentunya memiliki tujuan yang bermacam-macam, yang sangat tergantung pada jenis organisasinya.

Di samping itu, penentuan tujuan yang kentara bagi suatu organisasi akan bisa membantu proses pengambilan keputusan yang mencakup diantaranya:

a. Keputusan buat Meneruskan Pesan
Sebelum mengungkapkan suatu pesan, tanyakan dalam diri sendiri "Apakah pesan yg akan disampaikan sahih-sahih dibutuhkan atau tidak?" bila pesan-pesan yang akan disampaikan diduga mempunyai pengaruh yg sangat mini pada audiens, usahakan penyampaian pesan ditahan dulu. Sebaliknya, apabila isi pesan sangat krusial serta akan membawa dampak yg akbar, maka pesan sebaiknya segera diteruskan atau disampaikan.

b. Keputusan buat Menanggapi Audiens
Untuk menetapkan cara terbaik menanggapi audiens, komunikator perlu mempertimbangkan motif-motif mereka. Mengapa mereka memperhatikan inti pesan yg disampaikan? Apakah mereka mengharapkan keuntungan? Apakah asa. Mereka sesuai menggunakan asa. Komunikator? Tanpa mengetahui motif audiens-nya, komunikator nir akan bisa menanggapi mereka menggunakan baik. Komunikator serta audiens jua akan gagal mendapatkan apa yang mereka inginkan apabila harapan mereka nir sinkron/sejalan.

c. Keputusan buat Memusatkan Isi Pesan
Menetapkan tujuan yang jelas akan membantu memusatkan isi pesan. Komunikator seharusnya hanya memasukkan liputan yang penting, yg relevan dengan pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Informasi yg nir relevan harus disingkirkan atau dibuang jauh-jauh. Jika fakta yang tidak krusial dimasukkan dalam pesan-pesan yg akan disampaikan, inti pesan akan kabur, serta saat pun akan terbuang percuma. Pada akhirnya, penyampaian pesan nir akan mencapai target yang dikehendaki.

a. Keputusan untuk Menetapkan Media yang Akan Digunakan
Penentuan saluran atau media yg akan digunakan buat menyampaikan suatu pesan sangat tergantung pada tujuan yg kehendaki. Media komunikasi yang akan dipakai dapat berupa lisan atau tulisan. Misalnya, seseorang pimpinan gerombolan kerja yg ingin mengumpulkan anggotanya, dia bisa memakai goresan pena menjadi media komunikasi.

2. Tujuan Komunikasi Bisnis
Secara generik, terdapat 3 tujuan komunikasi bisnis, yaitu: memberi keterangan (informing), persuasi (persuading), dan melakukan kolaborasi (collaborating) menggunakan audiens. Bagan 4.1 berikut ini memperlihatkan pengaruh tujuan umum komunikasi.

a. Memberi Informasi
Tujuan pertama dalam komunikasi usaha adalah menaruh informasi yg berkaitan dengan global usaha pada pihak lain. Sebagai contoh, seseorang pimpinan suatu perusahaan membutuhkan beberapa pegawai baru yg akan ditempatkan menjadi staf administrasi pada kantor-kantor cabang yg terdapat.

Untuk memperoleh pegawai yang dibutuhkan, dia bisa memasang iklan lowongan kerja melalui media surat fakta, majalah, radio, dan memasang, website/situs di jalur internet. Masing-masing media komunikasi tersebut tentu mempunyai keunggulan serta sekaligus kelemahannya, baik dipandang berdasarkan sisi jangkauan penerimaannya maupun biayanya. Media komunikasi mana yg akan dipilih sangat tergantung pada kebijakan perusahaan menggunakan melihat kemampuan internal perusahaan tersebut.

b. Memberi Persuasi
Tujuan ke 2 komunikasi bisnis adalah menaruh persuasi pada pihak lain supaya apa yang disampaikan dapat dipahami menggunakan baik serta benar. Hal ini sering dilakukan, terutama yang berkaitan dengan negosiasi antara seorang dengan orang lain pada usaha. Untuk dapat memperoleh output yg optimal dalam bernegosiasi, masing-masing pihak perlu tahu prinsip win-win solution. Artinya kedua belah pihak yg terlibat dalam negosiasi tersebut memperoleh manfaat secara beserta-sama tanpa harus ada yang dikorbankan atau gagal.

c. Melakukan Kolaborasi
Tujuan ketiga pada komunikasi bisnis adalah melakukan kerja sama atau kolaborasi usaha antara seorang menggunakan orang lain. Melalui jalinan komunikasi bisnis tersebut seseorang bisa menggunakan gampang melakukan kerja sama bisnis, baik dengan perusahaan domestik maupun perusahaan asing. Kerja sama antar perusahaan di banyak sekali belahan dunia waktu ini relatif mudah dilakukan seiring menggunakan semakin pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dewasa ini. Seseorang dapat memakai banyak sekali media telekomunikasi yang ada, seperti telepon biasa, faksimile, telepon genggam, internet, surat elektronika, serta teleconference. Teknologi komunikasi tersebut sangat krusial artinya pada mempererat kerjasarna dalam global bisnis.

Dalam global bisnis, presentasi yang baik harus bisa menyebutkan tujuan yang diinginkan secara khusus. Oleh karenanya, buat merumuskan tujuan tersebut, seorang perlu menanyakan dalam diri sendiri, apakah audiens Anda akan melakukan penelaahan terhadap suatu pesan? Tujuan harus dinyatakan setepat mungkin, demikian jua dengan identifikasi individu-individu yang akan memberi tanggapan terhadap pesan yang akan disampaikan.

Berikut ini merupakan beberapa model dalam menyatakan tujuan generik serta khusus.
Tujuan Umum

Tujuan Khusus

Memberi Informasi
Menyajikan penjualan bulan lalu ke manajer pemasaran
Membujuk
Meyakinkan manajer pemasaran buat  mengangkat beberapa karyawan baru bagian penjualan
Kolaborasi
Membantu departemen personalia membuatkan program training bagi beberapa anggota baru.
3. Cara Menguji Tujuan
Penentuan tujuan yang baik tentunya wajib mudah diaplikasikan pada dunia nyata. Oleh karena itu, buat menguji apakah suatu tujuan yang telah ditetapkan tersebut sudah baik atau belum, perlu dilakukan pengujian dengan empat pertanyaan berikut ini:

a. Apakah Tujuan Tersebut Realistis?
Tujuan yang hendak disampaikan hendaknya realistis, dalam arti inspirasi-inspirasi atau gagasan yg hendak disampaikan dapat disesuaikan dengan kemampuan yang terdapat, misalnya kemampuan finansial, manajerial, sumber daya, serta teknis operasional.

b. Apakah Waktunya Tepat?
Dalam menyampaikan suatu pandangan baru atau gagasan hendaknya kasus ketepatan waktu perlu dipertimbangkan. Sebagai contoh, pada situasi krisis moneter, ada ilham buat melakukan ekspansi pabrik, padahal pada ketika itu penjualan produk sedang menurun hingga 50 % dibanding dari tahun sebelumnya. Penyampaian ilham ini nir sempurna waktunya, sebagai akibatnya kemungkinan akbar tidak akan diterima.

c. Apakah Orang yg Mengirimkan Pesan Sudah Tepat?
Pesan atau ide yg disampaikan sang seorang yg memiliki kedudukan atau jabatan tinggi cenderung lebih dapat diterima daripada apabila disampaikan oleh orang yg kedudukannya rendah. Ketidaktepatan pada menentukan siapa yg layak mengungkapkan suatu pesan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian suatu pesan.

d. Apakah Tujuannya Selaras dengan Tujuan Organisasi Perusahaan?
Tujuan penyampaian suatu pesan hendaknya mengacu pada tujuan organisasi secara holistik. Oleh karena itu, bila ingin menyampaikan pesan-pesan usaha kepada audiens, usahakan pesan tersebut sesuai dengan kebijakan organisasi.

Apabila jawaban terhadap keempat pertanyaan tadi adalah "tidak', maka usahakan pesan jangan disampaikan. Jika permanen disampaikan, tujuan tidak akan tercapai, atau hasilnya tidak misalnya yang dibutuhkan.

C. ANALISIS AUDIENS
Bila suatu komunikasi sudah memiliki maksud serta tujuan yang kentara, langkah berikutnya merupakan memperhatikan audiens yang akan dihadapi. Siapa mereka, bagaimana pernahaman/pengetahuan mereka, latar belakang usia, pendidikan, jenis kelamin mereka, bagaimana minat mereka, dan apa yang ingin mereka ketahui? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, adalah informasi yang sangat berharga, yg akan mempengaruhi cakupan materi yg diberikan pada audiens, dan cara mengatasi audiens.

1. Cara Mengembangkan Profil Audiens
Mengembangkan suatu profil audiens boleh dikatakan gampang-mudah susah. Gampang, bila versus berkomunikasi adalah seseorang yg telah dikenal dengan baik. Penentuan profil audiens dalam hal ini nir akan mengalami kesulitan, lantaran yang menjadi audiens adalah orang-orang yang sudah dikenal dengan baik. Akan tetapi, semuanya akan sebagai sulit bila yang sebagai audiens adalah orang-orang yang sama sekali belum dikenal, komunikator tidak pernah mendengar nama mereka, serta nir pernah bertatap muka menggunakan mereka. Dalam perkara ini, komunikator perlu melakukan pemeriksaan buat mengantisipasi reaksi mereka.

a. Menentukan Ukuran serta Komposisi Audiens
Audiens pada jumlah akbar tentu saja akan menampakan konduite yang tidak sama dengan audiens yang berjumlah sedikit, sebagai akibatnya buat menghadapinya diperlukan teknik komunikasi yang berbeda pula.

Bentuk dan format penulisan materi yang akan disampaikan pula ditentukan sang jumlah audiens. Untuk audiens yang jumlahnya kecil, materi bisa dikemas dalam suatu laporan sederhana lalu dipresentasikan atau dibagikan kepada mereka. Namun, buat audiens yg jumlahnya besar , materi sebaiknya dikernas pada suatu makalah atau laporan dengan gaya pengorganisasian dan format penulisan yang lebih formal.

b. Siapa Audiens-nya
Bila audiens yang dituju lebih dari satu orang, komunikator perlu mengidentifikasi siapa di antara mereka yang memegang posisi kunci/posisi paling krusial. Biasanya orang yang mernegang posisi kunci (krusial) merupakan mereka yang memiliki status organisasional tinggi. Tetapi bisa jadi seseorang yang posisinya rendah, karena kelebihannya pada satu atau dua bidang eksklusif, memegang posisi kunci dalam materi yang disampaikan.

c. Reaksi Audiens
Setelah mengetahui siapa yg akan sebagai audiens, pedu diketahui (diantisipasi) reaksi yang mungkin dimunculkan oleh audiens tadi. Apabila kornposisi audiens adalah orang-orang yang nir suka berdebat atau kurang kritis, presentasi sebaiknya tersaji langsung dalam bagian kesimpulan serta saran-saran, karena jika diajak berdiskusi, reaksi mereka diduga kurang positif.

d. Tingkat Pemahaman Audiens
Ketika mengungkapkan pesan-pesan, latar belakang audiens seperti tingkat pendidikan, usia, serta pengalaman jua perlu diperhatikan. Jika komunikator dan audiens mempunyai latar belakang yang jauh tidak sinkron, perlu diputuskan terlebih dahulu seberapa jauh audiens tadi harus dididik. Secara umum, sebaiknya agar Anda tidak terlalu menggurui. Kalau terkesan menggurui, audiens cenderung merasa jenuh, bosan, serta kurang tertarik pada pesan yg disampaikan.

e. Hubungan Komunikator dengan Audiens
Jika komunikator merupakan orang yang belum dikenal sang audiens, maka audiens wajib dapat diyakinkan sebelurn penyampaian suatu pesan dilakukan. Komunikator menggunakan penampilan yg meyakinkan, akan membuat audiens termotivasi buat mendengarkan dan menyimak pembicaraannya, sebagai akibatnya pesan bisa tersampaikan menggunakan baik.

Struktur pesan-pesan yang akan disampaikan, serta nada suara komunikator saat menyarnpaikan pesan, bisa menerangkan tingkat hubungan komunikator menggunakan audiens. Nada suara (intonasi) ketika berbicara menggunakan orang yg telah dikenal tentu berbeda menggunakan saat berbicara dengan orang yang baru dikenal.

2. Cara Memuaskan Kebutuhan Akan Informasi Audiens
Kunci komunikasi yang efektif merupakan menggunakan menentukan kebutuhan fakta audiens, serta selanjutnya berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Ada 5 termin yg diperlukan buat mernenuhi kebutuhan audiens, yaitu:
a. Temukan/Cari Apa yang Diinginkan Oleh Audiens
Untuk bisa mernenuhi kebutuhan fakta audiens, maka komunikator wajib bisa menernukan apa yg ingin mereka ketahui serta segera menaruh kabar yg diminta. Jangan ditunda-tunda.

b. Antisipasi Terhadap Pertanyaan yg Tak Diungkapkan
Setelah memberikan fakta yg diinginkan, berikan tarnbahan kabar yang mungkin sangat mernbantu, meskipun kabar tersebut secara spesifik nir diminta oleh audiens.

c. Berikan Semua Informasi yang Diperlukan
Usahakan seluruh keterangan penting yang diminta sang audiens tidak terdapat yg terlewatkan. Dengan istilah lain, kabar-fakta penting sudah tercakup dalam pesan yang diberikan. Lakukan pengecekan terlebih dahulu sebelurn pesan disampaikan kepada audiens. Hal ini buat menjaga supaya apa yg diminta audiens sahih-benar sinkron dengan yg Anda kirimkan.

d. Yakinkan Bahwa Informasinya merupakan Akurat
Informasi yg disampaikan pada audiens hendaklah keterangan yg benar-benar seksama, dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jangan menaruh fakta yg keliru kepada audiens Anda. Kalau secara tidak sengaja atau terjadi kekhilafan dalam membicarakan berita, komunikator harus sesegera mungkin membetulkannya serta mohon maaf atas kekhilafan yang dilakukan.

e. Tekankan Ide-ilham yg Paling Menarik Bagi Audiens
Cobalah buat menemukan poin krusial sangat yg menarik bagi para audiens. Selanjutnya, berikan perhatian khusus atau perhatian ang lebih kepada poin penting tadi. Apabila hal tersebut bisa dilakukan dengan baik, berarti komunikator sudah berhasil menaruh suatu kepuasan yg tidak terhingga. Ketua audiens-nya.

3. Cara Memuaskan Kebutuhan Motivasional Audiens
Beberapa jenis pesan-pesan bertujuan memotivasi audiens buat mengganti konduite mereka. Namun, pemberian motivasi ini sering mengalami hambatan/ kendala. Hal ini disebabkan sang adanya kesamaan menurut audiens buat tidak mengubah sesuatu yang terdapat dengan hal yg baru.

Bagaimana mengatasi kendala itu? Salah satu caranya adalah menggunakan mengatur pesan-pesan sedemikian rupa, sehingga warta yang disampaikan dapat diterima audiens dengan. Mudah.

Pendekatan yg dapat dilakukan adalah dengan menaruh argumentasi yang bersifat rasional. Contoh, bila seseorang pemohon pinjaman harus mengurangi jumlah pinjaman yang sudah terdapat sebelum menambah pinjaman baru yg lebih akbar, komunikator dapat memakai argumentasi sebab dampak buat menyebutkan bahwa penambahan jumlah pinjaman akan sangat berbahaya bagi kepercayaan yang telah diberikan sekarang ini.

Setelah menganalisis tujuan dan audiens, selanjutnya merupakan menentukan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap pesan-pesan bisnis akan bermuara dalam satu tema/topik, utama yaitu pandangan baru pokok (main idea). Hal-hal lain selain ilham utama hanyalah merupakan ilham-ilham pendukung (supporting idea).

Topik dan wangsit pokok merupakan dua hal yang berbeda. Topik merupakan subjek pesan yg lebih luas. Sedangkan pandangan baru pokok merupakan pernyataan mengenai suatu topik, yang menyebutkan isi dan tujuan dari topik tersebut, sehingga dapat diterima oleh audiens. Ide utama dapat memotivasi orang-orang buat melakukan apa yang diinginkan menggunakan menggabungkan atau menyelaraskan tujuan/maksud pengirim pesan dengan tujuan mereka. Dalam surat pendek atau memo, ilham utama mungkin kentara. Namun, dalam surat yang kompleks, memilih ilham pokok merupakan tugas yg tidak gampang. Sebelurn dapat menentukan pandangan baru pokok, poin-poin yang penting wajib diidentifikasikan terlebih dahulu:

1. Teknik Brainstorming
Untuk dapat mengidentifikasi ilham pokok, diharapkan kreativitas dan pengalaman. Pendekatan yang paling baik merupakan brainstorming (curah pendapat) yang memberikan keleluasaan pikiran, buat mencari banyak sekali kemungkinan, menguji, aneka macam cara lain menggunakan mempertimbangkan tujuan, audiens, dan warta yang terdapat. Beberapa teknik brainstorming yang bisa dipakai antara lain:

a. Storyteller's Tour
Hidupkan tape recorder, dan telaah pesan-pesan yang disampaikan. Fokuskan pada alasan berkomunikasi, poin primer nada, rasionalitas, dan akibat bagi si penerima. Dengarkan menggunakan teliti serta berlatihlah sehingga wangsit-ide pokok dari suatu pesan bisa diternukan dengan mudah.

b. Random List
Dengan pendekatan random list, buat dapat menernukan pandangan baru utama Anda perlu menulis segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran Anda pada atas kertas kosong. Selanjutnya pelajari hubungan antara wangsit yg satu dengan ide yg lain. Bagilah mereka ke dalam grup-gerombolan , dan temukan poin yang penting dan yang nir krusial.

c. CFR (Condusions, Findings, Recommendations) Worksheet
Jika subyeknya mencakup pemecahan perkara, gunakanlah suatu lembar kerja (worksheet) yang akan membantu menjelaskan interaksi antara temuan (findings), kesimpulan (condusions) dan rekomendasi (recommendations) yang akan diberikan. Sebagai suatu contoh, penelitian menemukan bahwa merosotnya penjualan disebabkan sang masalah kebijakan penentuan harga. Oleh karena itu, rekomendasi pada pihak manajemen berisi anjuran buat menurunkan harga produk.

d. Journalistic Approach
Pendekatan jurnalistik menaruh poin yang baik sebagai langkah awal memilih inspirasi pokok. Jawaban terhadap pertanyaan siapa (who), apa (what), kapan (when), di mana (where), dan. Bagaimana (how), akan dapat menjelaskan wangsit utama presentasi.

e. Question and Answer Chain
Barangkali pendekatan yg paling baik adalah melihat berdasarkan sisi perspektif audiens. Coba tanyakan dalam diri sendiri: Apa pertanyaan pokok audiens Anda? Apa yang diinginkan audiens? Periksa atau cek jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Apa pertanyaan tambahan yang mungkin timbul? Ikuti arus pertanyaan serta jawab pertanyaan tadi, sehingga wangsit pokoknya bisa ditemukan.

2. Pembatasan Cakupan
Secara umum, penyajian berita rutin pada audiens yg telah Anda kenal hendaknya memakai istilah-istilah yg singkat. Cara ini juga. Dapat membangkitkan rasa hormat (respect) audiens pada komunikator, sedangkan penyampaian pesan yg kompleks serta kontroversial akan memakan waktu lebih usang, terutama jika audiens yg hadir terdiri atas orang yang skeptikal atau orang yang nir dikenal sebelumnya. Ide pokok menurut pesan-pesan selebihnya disesuaikan menggunakan waktu yg tersedia, sehingga poin-poin yang krusial nir hingga terabaikan. Yang lebih krusial adalah wangsit-pandangan baru pokok yang disampaikan haruslah mudah dimengerti serta diterima oleh audiens.

E. SELEKSI SALURAN DAN MEDIA
Pesan-pesan usaha wajib sesuai dengan situasi yang terdapat. Ide-pandangan baru bisa disampaikan melalui 2 saluran, yaitu saluran verbal (oral) serta tertulis (written). Pilihan fundamental antara berbicara atau memilis tergantung dalam tujuan atau maksud pesan, audiens, serta ciri menurut ke 2 saluran komunikasi tadi.

1. Komunikasi Lisan
Salah satu kebaikan menurut komunikasi verbal (oral communications) merupakan kemampuannya memberikan umpan pulang menggunakan segera. Saluran ini dipakai jika pesan yg disampaikan adalah sederhana, nir diperlukan catatan tetap, serta audiens bisa dibuat lebih nyaman (convenient). Kelebihan lain berdasarkan komunikasi ekspresi merupakan sifatnya yg irit. Pendekatan lisan jua bermanfaat, jika yang disajikan merupakan liputan yg kontroversial, karena reaksi audiens dapat terbaca dari bahasa isyarat mereka sehingga komunikator bisa menyesuaikan pesan-pesan yg akan disampaikan.

Komunikasi lisan mencakup diantaranya dialog antara dua orang atau lebih, pembicaraan melalui telepon, wawancara kerja, rendezvous kelompok kecil (diskusi kelompok), seminar, workshops, program pembinaan, pidato formal, serta presentasi krusial lainnya.

Sedangkan presentasi formal, dengan jumlah audiens yg lebih besar , seperti konvensi penjualan, kedap para pernegang saham, presentasi buat pengenalan produk baru, serta fungsi-fungsi seremonial penganugerahan produk-produk unggulan atau terlaris menjadi best seller, tak jarang diadakan di auditorium.

Alat bantu audio-visual seperti film, video dip, audio rekaman, LCD projector, dan slide show acapkali dipakai buat menaruh daya tarik bagi suatu presentasi. Karena nir mudahnya mengkoordinasi seluruh impak berdasarkan audio-visual, presentasi misalnya ini wajib direncanakan dengan sebaik-baiknya.

2. Komunikasi Tertulis
Pesan-pesan tertulis pula mempunyai banyak sekali macam bentuk, seperti surat, memo, proposal, serta laporan. Salah satu kebaikan berdasarkan komunikasi tertulis (written communications) merupakan penulis mempunyai kesempatan buat merencanakan dan mengendalikan pesan-pesan mereka. Format goresan pena diharapkan jika liputan yg disampaikan kompleks, diperlukan catatan permanen buat surat keterangan pada masa yg akan datang, serta jumlah audiens akbar serta menyebar.

Dalam menentukan saluran serta media berkomunikasi perlu dipertimbangkan taraf kepentingannya, formalitas, kompleksitas, taraf kerahasiaannya, emosional, serta biaya pengiriman serta asa audiens. Kapan usahakan seseorang menentukan komunikasi ekspresi atau tertulis bisa dicermati dalam penerangan berikut adalah :

Perbedaan Karakteristik Komunikasi Lisan menggunakan Kom. Tertulis
Komunikasi Lisan
Komunikasi Tertulis
§Anda menginginkan umpan balik segera dari audiensi
§Pesan Anda relatif sederhana serta gampang diterima


§Anda nir memerlukan catatan permanen
§Anda bisa mengumpulkan audiensi lebih mudah atau ekonomis
§Anda menginginkan hubungan dalam memecahkan masalah
§Anda tidak memerlukan umpan balik segera
§Pesan Anda sangat rinci, kompleks, dan memerlukan perencanaan yg hati-hati
§Anda memerlukan catatan permanen
§Anda ingin mencapai audiensi yang luas.

§Anda ingin meminimisasi distorsi penyampaian pesan
Jenis-jenis Media Komunikasi Lisan serta Tertulis 
Media Komunikasi Lisan
Media Komunikasi Tertulis
§Percakapan secara langsung, pidato, rendezvous-rendezvous.
§Telepon serta surat bunyi (voice mail)
§Audiotape dan videotape
§Teleconference dan videoconference
§Surat-surat, memo, laporan, proposal

§E-mail

§Surat reguler serta khusus
§Faxsimile