Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui SMK
Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yg ditandai menggunakan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan global kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia pada arti mengaktualisasikan semua potensi yg dimilikinya menjadi kemampuan yg dapat dimanfaatkan pada kehidupan sehari-hari pada warga luas. Hari Sudrajat (2003) mengemukakan bahwa : “Muara menurut suatu proses pendidikan, apakah itu pendidikan yg bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan adalah dunia kerja, baik sektor formal juga sektor non formal”.
Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan sangat bergantung pada sumber daya insan sebagai aset bangsa pada mengoptimalkan serta memaksimalkan perkembangan semua asal daya insan yg dimiliki. Upaya tersebut bisa dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga dalam jalur pendidikan formal yg menyiapkan lulusannya buat memiliki keunggulan di dunia kerja, antara lain melalui jalur pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan yg dikembangkan pada Indonesia antara lain merupakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dibuat buat menyiapkan siswa atau lulusan yg siap memasuki dunia kerja serta sanggup mengembangkan perilaku profesional pada bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, dibutuhkan menjadi individu yg produktif yang sanggup bekerja menjadi energi kerja menengah serta memiliki kesiapan buat menghadapi persaingan kerja. Kehadiran Sekolah Menengah Kejuruan sekarang ini semakin didambakan masyarakat; khususnya rakyat yg beranjak eksklusif dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang mempunyai keterampilan vokasional eksklusif sinkron menggunakan bidang keahliannya.
Gambaran mengenai kualitas lulusan pendidikan kejuruan yg disarikan berdasarkan Finch serta Crunkilton (1979), bahwa : “Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan berukuran ganda, yaitu kualitas menurut berukuran sekolah atau in-school success standards serta kualitas dari ukuran masyarakat atau out-of school success standards”. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa pada memenuhi tuntutan kurikuler yg sudah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria ke 2, mencakup keberhasilan peserta didik yang tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi nasional ataupun internasional sesudah mereka berada pada lapangan kerja yg sebenarnya.
Upaya buat mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang sesuai menggunakan tuntutan global kerja tadi, perlu didasari menggunakan kurikulum yang dibuat serta dikembangkan menggunakan prinsip kesesuaian menggunakan kebutuhan stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah pada pembentukan kecakapan lulusan yg berkaitan menggunakan aplikasi tugas pekerjaan eksklusif. Kecakapan tadi sudah diakomodasi pada kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan yg mencakup gerombolan Normatif, Adaptif serta gerombolan Produktif.
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang dimulai dari berpikir tentang ilham kurikulum hingga bagaimana pelaksanaannya pada sekolah. Hasan (1988) mengungkapkan bahwa, aspek-aspek pada mekanisme pengembangan kurikulum merupakan aspek-aspek aktivitas kurikulum yg terdiri atas empat dimensi yg saling bekerjasama satu terhadap yg lain, yaitu : (1) Kurikulum menjadi suatu inspirasi atau konsepsi, (dua) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, (3) Kurikulum menjadi suatu kegiatan (proses) serta (4) Kurikulum menjadi suatu output belajar.
Kurikulum yang diimplementasikan pada SMK ketika ini, khusus buat kelompok produktif masih memakai kurikulum tahun 2004, sedangkan buat kelompok normatif serta adaptif sudah memakai model pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Pada tataran implementasi kurikulum ini mauntut kreativitas guru pada dalam menaruh pengalaman belajar yg bisa menaikkan kompetensi peserta didik, lantaran betapapun baiknya kurikulum yang telah direncanakan pada akhirnya berhasil atau tidaknya sangat tergantung dalam sentuhan aktivitas dan kreativitas guru sebagai ujung tombak implementasi suatu kurikulum.
Pendidikan serta pembinaan pada Sekolah Menengah Kejuruan; khusnya pada program produktif yang sinkron menggunakan bidang keahlian, secara ideal dituntut buat menerapkan pendekatan pembelajaran yang bisa memberikan pengalaman belajar pada peserta didik pada pada penguasaan kompetensi atau kemampuan kerja sesuai menggunakan tuntutan global bisnis serta industri. Pendekatan pembelajaran tadi terdiri menurut : Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training), Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) dan Pelatihan Berbasis Industri. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran ini dibutuhkan sanggup menaruh pengalaman belajar pada siswa di pada penguasaan semua kompetensi yg wajib dikuasai sesuai Standar Kompetensi Nasional, sehingga mereka mampu mengikuti uji level pada setiap akhir semester buat Kelas X serta XI dan uji kompetensi buat kelas XII yg dilaksanakan sang pihak industri menjadi inatitusi pasangan.
Karakteristik Dan Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan
A. Karakteristik Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan mempunyai karakteristik yg tidak selaras menggunakan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan tadi bisa dikaji berdasarkan tujuan pendidikan, substansi pelajaran, tuntutan pendidikan dan lulusannya.
1. Tujuan pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan buat meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan keterampilan siswa buat hidup berdikari serta mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai menggunakan acara kejuruannya. Dari tujuan pendidikan kejuruan tadi mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan pada samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional jua mempersiapkan siswa buat bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan program kejuruan atau bidang keahlian.
Berdasarkan pada tujuan pendidikan kejuruan pada atas, maka buat tahu filosofi pendidikan kejuruan perlu dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan menjadi berikut :
a. Asumsi mengenai anak didik
Pendidikan kejuruan wajib memandang murid menjadi individu yg selalu pada proses buat mengembangkan langsung serta segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan ini menyangkut proses yang terjadi pada diri siswa, seperti proses menjadi lebih dewasa, sebagai lebih pandai , menjadi lebih matang, yg menyangkut proses perubahan dampak efek eksternal, antara lain berubahnya karir atau pekerjaan dampak perkembangan sosial ekonomi warga .
Pendidikan kejuruan adalah upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman belajar buat membantu mereka pada berbagi diri serta potensinya. Oleh karena itu, keunikan tiap individu pada berinteraksi dengan global luar melalui pengalaman belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip pendidikan kejuruan “learning by doing”, dengan kurikulum yang berorientasi pada dunia kerja.
b. Konteks sosial pendidikan kejuruan
Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibuat sang kebutuhan rakyat yang berubah begitu pesat, sekaligus jua wajib berperan aktif dalam ikut dan memilih tingkat serta arah perubahan rakyat dalam bidang kejuruannya tadi.
Pendidikan kejuruan berkembang sinkron dengan perkembangan tuntutan warga , melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian kiprah atau tugas, dan konduite yg berkaitan menggunakan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yg kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.
c. Dimensi ekonomi pendidikan kejuruan
Hubungan dimensi ekonomi menggunakan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik partikelir maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan mempunyai konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya mempunyai peluang taraf balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan menggunakan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan serta isi pendidikan kejuruan dibuat sejalan menggunakan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan juga pengembangan karir siswa.
Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan siswa sebagai manusia produktif, buat mengisi kebutuhan terhadap kiprah-peran yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi rakyat. Dalam kerangka ini, bisa dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya mempunyai nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum.
d. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan harus lebih memfokuskan usahanya dalam komponen pendidikan serta pelatihan yang bisa berbagi potensi manusia secara optimal. Meskipun pada dasarnya hubungan antara pendidikan kejuruan serta kebijakan ketenagakerjaan merupakan hubungan yang didasari oleh kepentingan irit, tetapi wajib selalu diingat bahwa interaksi penyelenggraan pendidikan kejuruan nir semata-mata ditentukan sang kepentingan ekonomi.
Dalam konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan, dengan dalih kepentingan ekonomi, nir seharusnya hanya mendidik siswa dengan seperangkat skill atau kemampuan spesifik buat pekerjaan tertentu saja, karena keadaan ini nir memperhatikan anak didik menjadi suatu totalitas. Mengembangkan kemampuan spesifik secara terpisah dari totalitas langsung siswa, berarti memberikan bekal yang sangat terbatas bagi masa depannya sebagai tenaga kerja.
2. Peserta didik
Peserta didik dalam SMK (SMK) lebih dikhususkan bagi anak yang berkeinginan mempunyai kemampuan vokatif. Harapan mereka setelah lulus bisa pribadi bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi menggunakan mengambil bidang profesional atau bidang akademik. Usia siswa secara umum dalam rentang 15/16 – 18/19 tahun, atau siswa berada pada masa remaja.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa. Pada masa ini umumnya terjadi gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif, sosial, intelektual dan moral. Kondisi ini terjadi lantaran adanya perubahan-perubahan baik fisik juga psikis yg sangat cepat yg mengganggu kestabilan kepribadian anak. Oleh karena itu, di pada merancang pembelajaran bagi anak yg berusia remaja ini seyogianya memperhatikan tugas-tugas perkembangan yang wajib diselesaikan para remaja. Beberapa tugas perkembangan remaja yang disarikan menurut Sukmadinata (2001), yaitu :
a. Mampu menjalin interaksi yg lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain. Belajar bekerja menggunakan orang lain buat mencapai tujuan eksklusif, mampu melepaskan perasaan langsung dan sanggup memimpin tanpa mendominasi.
b. Mampu melakukan kiprah-kiprah sosial menjadi pria serta wanita. Mampu menghargai, menerima serta melakukan peran-peran sosial sebagai pria serta wanita dewasa.
c. Menerima syarat jasmaninya serta dapat menggunakannya secara efektif. Remaja dituntut buat menyenangi dan menerima dengan masuk akal kondisi badannya, bisa menghargai atau menghormati syarat badan orang lain, dapat memelihara dan menjaga syarat badannya.
d. Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Remaja diharapkan sudah tanggal menurut ketergantungan sebagai kanak-kanak menurut orang tuanya, dapat menyayangi orang tua, menghargai orang tua atau orang dewasa lainnya tanpa tergantung pada mereka.
e. Memiliki perasaan bisa berdiri sendiri pada bidang ekonomi. Terutama pada anak laki-laki , kemudian berangsur-angsur juga tumbuh pada anak perempuan , perasaan mampu buat mencari nafkah sendiri.
f. Mampu menentukan dan mempersiapkan diri buat suatu pekerjaan. Anak telah mampu membuat perencanaan karir, memilih pekerjaan yang cocok dan bisa beliau kerjakan, membuat persiapan-persiapan yang sesuai.
g. Belajar mempersiapkan diri buat perkawinan serta hayati berkeluarga. Memiliki perilaku yang positif terhadap hidup berkeluarga dan punya anak.
h. Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hayati bermasyarakat. Mengembangkan konsep-konsep tentang hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, institusi sosial yang cocok bagi kehidupan modern, mengembangkan keterampilan berpikir serta berbahasa untuk bisa memecahkan problema-problema masyarakat terbaru.
i. Memiliki perilaku sosial seperti yang dibutuhkan warga . Dapat berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab bagi kemajuan serta kesejahteraan rakyat.
j. Memiliki seperangkat nilai yg sebagai pedoman bagi perbuatannya. Telah memiliki seperangkat nilai yg sanggup diterapkan dalam kehidupan, terdapat kemauan dan usaha buat merealisasikannya.
3. Substansi pendidikan kejuruan
Substansi berdasarkan pendidikan kejuruan harus menampilkan ciri pendidikan kejuruan yang tercermin dalam aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum, yaitu :
a. Orientasi (Orientation)
Kurikulum pendidikan kejuruan telah berorientasi dalam proses serta output atau lulusan. Keberhasilan utama kurikulum pendidikan kejuruan tidak hanya diukur menggunakan keberhasilan pendidikan siswa di sekolah saja, namun juga menggunakan output prestasi kerja dalam global kerja. Finch serta Crunkilton (1984 : 12) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi terhadap proses (pengalaman dan aktivitas pada lingkungan sekolah) dan output (dampak pengalaman serta kegiatan tersebut pada siswa).
b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification)
Pengembangan program pendidikan kejuruan perlu adanya alasan atau justifikasi yg jelas. Justifikasi buat acara pendidikan kejuruan merupakan adanya kebutuhan nyata tenaga kerja pada lapangan kerja atau di global bisnis serta industri. Dasar kebenaran/justifikasi pendidikan kejuruan menurut Finch serta Crunkilton (1984 : 12), meluas hingga lingkungan sekolah serta warga . Ketika kurikulum berorientasi pada siswa, maka dukungan bagi kurikulum tersebut dari menurut peluang kerja yg tersedia bagi para lulusan.
c. Fokus (Focus)
Fokus kurikulum dalam pendidikan kejuruan nir terlepas pada pengembangan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, namun harus secara simultan mempersiapkan siswa yg produktif. Finch serta Crunkilton (1984 : 13) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berhubungan langsung dengan membantu siswa buat membuatkan suatu taraf pengetahuan, keahlian, perilaku dan nilai yang luas. Setiap aspek tadi akhirnya bertambah pada beberapa kemampuan kerja lulusan. Lingkungan belajar pendidikan kejuruan mengupayakan pada dalam mengembangkan pengetahuan siswa, keahlian meniru, perilaku dan nilai serta penggabungan aspek-aspek tersebut dan aplikasinya bagi lingkkungan kerja yang sebenarnya.
Seluruh kemampuan tadi di atas, bisa dikuasai oleh siswa melalui pengalaman belajar yang diberikan, yaitu berupa rangsangan yg diaplikasikan baik dalam situasi kerja yg tersimulasi lewat proses belajar mengajar pada sekolah maupun situasi kerja yg sebenarnya dalam dunia usaha atau industri (pembelajaran di global kerja). Dari hasil belajar atau kemampuan yg telah dikuasai diperlukan dapat menaruh kontribusi pada pengembangan diri siswa, sebagai akibatnya mereka mampu bekerja sinkron menggunakan tuntutan dunia usaha dan industri.
d. Standar keberhasilan di sekolah (In-school success standards)
Kriteria buat memilih keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan diukur dari keberhasilan siswa di sekolah, mengenai beberapa aspek yg akan dia masuki. Penilaian keberhasilan dalam siswa di sekolah wajib dalam evaluasi sebenarnya atau kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain bahwa dalam baku keberhasilan sekolah harus bekerjasama erat menggunakan keberhasilan yang diharapkan pada pekerjaan, menggunakan kriteria yg dipakai sang guru dengan mengacu dalam standar atau prosedur kerja yang telah ditentukan sang dunia kerja (dunia usaha dan global industri).
e. Standar keberhasilan pada luar sekolah (Out-of school success standards)
Penentu keberhasilan tidak terbatas pada apa yg terjadi di lingkungan sekolah. Standar keberhasilan pada luar sekolah berkaitan menggunakan pekerjaan atau kemampuan kerja yang umumnya dilakukan oleh dunia bisnis atau global industri. Menurut Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan majemuk antar sekolah dan antar Negara, namun keberhasilan tadi tak jarang merogoh bentuk kepuasan pegawai menggunakan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yg mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yg bekerjasama, kepuasan kerja lulusan, kemajuan yg dialami lulusan.
Sebagai model, buat memilih keberhasilan pada luar sekolah yang sudah dilakukan dalam SMK merupakan menggunakan dilaksanakannya uji level buat kelas X serta XI, dan uji kompetensi buat kelas XII yang dilakukan sang global bisnis atau industri menurut baku kompetensi nasional sesuai bidang keahlian.
Standar kelulusan di luar sekolah (out-of school success standards) dilakukan oleh global bisnis dan industri yang mengacu pada baku kompetensi sesuai bidang keahlian atau produk yang didapatkan sang masing-masing industri.
f. Hubungan kerja sama menggunakan masyarakat (School-community relationships)
Suatu bisnis pendidikan harus herbi masyarakat, demikian juga menggunakan pendidikan kejuruan memiliki tanggung jawab pada dalam mempertahankan interaksi yg bertenaga dengan banyak sekali bidang keahlian yg berkembang pada rakyat.
Pengertian msyarakat yang dimakasud adalah dunia usaha serta global industri. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan wajib relevan menggunakan tuntutan kerja dalam global usaha atau industri, maka perkara hubungan antara forum pendidikan dengan dunia usaha atau industri merupakan suatu karakteristik ciri yg penting bagi pendidikan kejuruan.
Perwujudan hubungan timbal kembali berupa kesediaan global bisnis atau industri, menampung peserta didik buat mendapat kesempatan pengalaman belajar pada lapangan kerja atau industri, merpakan bentuk kerjasama yg saling menguntungkan.
g. Keterlibatan pemerintah sentra (Federal involvement)
Keterlibatan pemerintah pusat ini berkaitan menggunakan dana pendidikan yang akan dialokasikan, lantaran hal ini akan mensugesti kurikulum. Misalnya : Ketentuan jam pengajaran kejuruan tertentu dan jenis perlengkapan eksklusif yang dipakai pada bengkel atau laboratorium dapat membantu perkembangan suatu tingkat kualitas yang lebih tinggi.
h. Kepekaan (Responsivenenss)
Komitmen yg tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan harus memiliki ciri berupa kepekaan atau daya suai terhadap perkembangan warga dalam biasanya, dan global kerja dalam khususnya. Perkembangan ilmu dan teknologi, penemuan dan inovasi-inovasi baru di bidang produksi dan jasa, besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan. Untuk itulah pendidikan kejuruan wajib bersifat responsif agresif terhadap perkembangan ilmu serta teknologi, menggunakan upaya lebih menekankan pada sifat adaptabilitas dan fleksibilitas buat menghadapi prospek karir peserta didik pada jangka panjang.
i. Logistik
Kurikulum pendidikan kejuruan pada implementasi aktivitas pembelajaran perlu didukung sang fasilitas beajar yang memadai, karena untuk mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan situasi global kerja secara realistis serta edukatif, diharapkan poly perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja serta laboratorium adalah kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan yg harus ada sebagai fasilitas bagi siswa pada pada membuatkan kemampuan kerja sinkron dengan tuntutan global usaha dan industri.
Kebutuhan buat koordinasi program kejuruan yg bekerja sama menggunakan industri pada warga , berafiliasi erat buat menjalin dan mempertahankan sentra kerja bagi peserta didik memberitahuakn suatu susunan unit permasalahan logistik.
j. Pengeluaran (Expense)
Pengeluaran rutin sebagai porto pendidikan pada pendidikan kejuruan yang menunjang aktivitas pembelajaran, mencakup biaya listrik, air, pemeliharaan serta penggantian peralatan, biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek kerja/magang) yang jauh berdasarkan sekolah. Di samping itu, alat-alat harus diperbaharui secara periodik jua guru berharap buat menaruh pengalaman belajar yg sebenarnya bagi peserta didik sebagaimana layaknya di industri, maka ini bisa sebagai mahal. Yang terakhir yang juga wajib menjadi perhatian adalah pembelian bahan habis menjadi bahan praktikum yang dipakai secara rutin sinkron dengan acara keahlian yg dikembangkan dalam Sekolah Menengah Kejuruan masing-masing.
Dari uraian mengenai karakteristik pendidikan kejuruan yang disarikan berdasarkan Finch serta Crunkilton (1984) di atas, bisa dijadikan acuan pada dalam pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan pada Indonesia. Kurikulum pendidikan kejuruan yg dikembangkan di Indoneisa seyogianya mengacu pada ciri sebagai berikut :
1) Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja
2) Pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan dunia kerja
3) Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai-nilai yg dibutuhkan sang dunia kerja.
4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan siswa wajib pada “hands-on” atau performance dalam dunia kerja
5) Hubungan yg erat dengan global kerja merupakan kunci keberhasilan pendidikan kejuruan
6) Pendidikan kejuruan yang baik merupakan responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi
7) Pendidikan kejuruan lebih ditekankan dalam “learning by doing”
8) Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir buat praktek sinkron dengan tuntutan dunia bisnis serta industri
B. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan
Perkembangan teknologi menuntut adanya perkembangan juga pada pendidikan kejuruan, lantaran waktu ini tatanan kehidupan dalam umumnya serta tatanan perekonomian pada khususnya sedang mengalami pergeseran paradigma ke arah global. Pergeseran ini akan membuka peluang kolaborasi antar Negara semakin terbuka dan pada sisi lain, persaingan antar Negara semakin ketat. Untuk mempertinggi kemampuan persaingan dalam perdagangan bebas, diperlukan serangkaian kekuatan daya saing yang andal, antara lain kemampuan manajemen, teknologi serta asal daya insan. Sumber daya manusia merupakan sumber daya aktif yg bisa menentukan kelangsungan hayati serta kemenangan dalam persaingan suatu bangsa.
Pendidikan mempunyai peran yg sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yg tangguh buat menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan yang menyiapkan peserta didik atau asal daya manusia yg mempunyai kemampuan kerja sebagai energi kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha serta global industri. Oleh karenanya sinkron dengan tuntutan perkembangan pendidikan kejuruan, maka perlu adanya pembaharuan pendidikan dan training kejuruan pada Sekolah Menengah Kejuruan buat masa depan.
1. Tuntutan peserta didik
Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik supaya siap bekerja, baik bekerja secara berdikari (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang terdapat. SMK menjadi keliru satu institusi yg menyiapkan energi kerja, dituntut bisa membentuk lulusan sebagaimana yg diharapkan global kerja. Tenaga kerja yang diharapkan adalah sumber daya insan yg memiliki kompetensi sinkron dengan bidang pekerjaannya, mempunyai daya adaptasi serta daya saing yg tinggi. Atas dasar itu, pengembangan kurikulum pada rangka penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan harus disesuaikan menggunakan syarat serta kebutuhan global kerja.
Tuntutan siswa serta lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja perlu dijadikan asal pijakan pada pada merumuskan tujuan pendidikan kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan pada penerangan Pasal 15 UU SISDIKNAS, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama buat bekerja pada bidang tertentu, yang dirumuskan dalam tujuan umum serta tujuan khusus menjadi berikut.
Tujuan Umum :
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik pada Tuhan Yang Maha Esa
b. Mengembangkan potensi peserta didik agar sebagai warga Negara yg berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis serta bertanggung jawab.
c. Mengembangkan potensi peserta didik supaya memiliki wawasan kebangsaan, memahami serta menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia
d. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hayati, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, dan memanfaatkan sumber daya alam menggunakan efektif dan efisien.
Tujuan Khusus :
a. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, juga bekerja berdikari, mengisi lowongan pekerjaan yang terdapat di global usaha dan industri menjadi energi tingkat kerja menengah, sinkron dengan kompetensi dalam program keahlian yg dipilihnya.
b. Menyiapkan peserta didik agar bisa menentukan karir, ulet serta gigih dalam berkompetisi, menyesuaikan diri di lingkungan kerja, dan menyebarkan perilaku profesional pada bidang keahlian yg diminatinya.
c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi serta seni, agar sanggup berbagi diri di lalu hari baik secara berdikari maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi
d. Membekali siswa dengan kompetensi-kompetensi sinkron dengan acara keahlian yang dipilih.
(Disarikan dari Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Tata Busana, 2004).
2. Tuntutan menjawab kebutuhan masyarakat
Ditinjau berdasarkan perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran serta aksesibilitas duia usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yg sebagai tantangan bagi Sekolah Menengah Kejuruan, baik pada konteks regional juga nasional, antara lain :
a. Implementasi acara pendidikan dan training wajib serius pada pendayagunaan potensi sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan institusi pasangan
b. Pelaksanaan kurikulum harus dari pendekatan yang lebih fleksibel sinkron dengan musim perkembangan serta kemajuan teknologi supaya kompetensi yg diperoleh siswa selama serta setelah mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi yang tinggi
c. Program pendidikan dan training sepenuhnya wajib berorientasi mastery learning (belajar tuntas) dengan melibatkan kiprah aktif – partisipatif para stakeholders pendidikan, termasuk optimalisasi kiprah Pemerintah Daerah untuk merumuskan pemetaan kompetensi ketenagakerjaan pada wilayahnya sebagai input bagi SMK dalam penyelenggaraan diklat berkelanjutan.
Untuk mencari solusi menurut tantangan tersebut pada atas, Sekolah Menengah Kejuruan sebagai galat satu lembaga penyelenggara pendidikan serta pembinaan kejuruan wajib mampu memberikan layanan pendidikan terbaik kepada siswa walaupun syarat fasilitasnya sangat majemuk. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang dilakukan oleh pemerintah pada pendidikan kejuruan merupakan pada sistem Sekolah Menengah Kejuruan. Dengan kenyataan ini, apakah Sekolah Menengah Kejuruan masih dibutuhkan ?
Pembukaan serta penutupan suatu SMK dalam dasarnya sangat tergantung dalam tuntutan kebutuhan pengembangan asal daya manusia di daerah atau daerah setempat. Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan asal daya insan yang terkait menggunakan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan lantaran lebih menurut 80 % tenaga kerja pada lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja dalam lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan kentara adalah hal penting”.
Penutupan suatu institusi SMK hanya dimungkinkan bila secara hukum nir dapat dipertahankan atau karena adanya tuntutan rakyat yang sama sekali tidak dapat dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan buat menutup Sekolah Menengah Kejuruan selama institusi tadi masih bisa menjalankan kiprah dan fungsi serta tidak bertentangan menggunakan aturan yg berlaku.
Upaya buat mempertahan Sekolah Menengah Kejuruan yg bisa menjawab tuntutan kebutuhan warga , pada hal ini Sekolah Menengah Kejuruan wajib mampu menjalankan kiprah dan fungsinya dengan baik. Dalam menjalankan peran serta fungsinya tersebut, maka pendidikan serta pelatihan di SMK perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yg dikemukakan Prosser (Djojonegoro, 1998); menjadi berikut :
a. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti beliau akan bekerja.
b. Pendidikan kejuruan yg efektif hanya bisa diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan menggunakan cara, indera dan mesin yg sama misalnya yang ditetapkan pada tempat kerja.
c. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir serta bekerja misalnya yg dibutuhkan dalam pekerjaan itu sendri
d. Pendidikan kejuruan akan efektif jika beliau bisa memampukan setiap individu memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya dalam taraf yg paling tinggi
e. Pendidikan kejuruan yg efektif buat setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya bisa diberikan kepada seorang yang memerlukannya, yg menginginkannya serta yang bisa untung darinya
f. Pendidikan kejuruan akan efektif bila pengalaman latihan buat menciptakan norma kerja serta kebiasaan berfkir yg sahih diulangkan sebagai akibatnya pas misalnya yg diharapkan dalam pekerjaan nantinya
g. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila gurunya sudah mempunyai pengalaman yg sukses pada penerapan keterampilan serta pengetahuan pada operasi serta proses kerja yg akan dilakukan
h. Pada setiap jabatan terdapat kemampuan minimum yg harus dipunyai oleh seseorang supaya dia permanen bisa bekerja dalam jabatan tersebut
i. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan pertanda-pertanda pasar kerja)
j. Proses pembinaan kebiasaan yg efektif pada murid akan tercapai jika training diberikan dalam pekerjaan yang nyata
k. Sumber yg bonafide buat mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi tersebut
l. Setiap okupasi mempunyai karakteristik-ciri isi (body of content) yang bhineka satu menggunakan yg lainnya
m. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yg efisien jika sesuai menggunakan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan serta memang paling efektif bila dilakukan lewat pengajaran kejuruan
n. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila metode pengajaran yg digunakan dan interaksi eksklusif dengan siswa mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut
o. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika beliau luwes dan mengalir daripada kaku dan terstandar
p. Pendidikan kejuruan memerlukan porto tertentu serta bila tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan nir boleh dipaksakan beroperasi.
3. Tuntutan pengelolaan pendidikan kejuruan
Tuntutan pengelolaan dalam pendidikan kejuruan harus sinkron menggunakan kebijakan link and match, yaitu perubahan dari pola usang yang cenderung berbentuk pendidikan demi pendidikan ke suatu yang lebih terperinci, jelas dan konkrit sebagai pendidikan kejuruan menjadi program pengembangan sumber daya insan. Dimensi pembaharuan yang diturunkan menurut kebijakan link and match, yaitu :
a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven
Dengan deman driven ini mengharapkan global bisnis serta global industri atau dunia kerja lebih berperan di pada memilih, mendorong dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yg lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya, global kerja ikut berperan dan karena proses pendidikan itu sendiri lebih lebih banyak didominasi dalam menentukan kualitas tamatannya, serta pada penilaian hasil pendidikan itupun global kerja ikut menentukan supaya hasil pendidikan kejuruan itu terjamin serta terukur menggunakan ukuran global kerja.
Sebagai salah satu bentuk penerapan prinsip demand driven, maka dalam pengembangan kurikulum SMK wajib melakukan sinkronisasi kurikulum yng direalisasikan pada program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dengan melakukan sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK diupayakan sedekat mungkin menggunakan kebutuhan serta kondisi global kerja/industri, serta mempunyai relevansi dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan. Melalui sinkronisasi kurikulum ini, diharapkan sekolah bisa membaca keahlian dan performansi apa yg diperlukan dunia bisnis atau industri buat dapat dimasuki oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan.
b. Perubahan berdasarkan pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem berbasis ganda (Dual Based Program)
Perubahan berdasarkan pendidikan berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda sesuai dengan kebijakan link and match, mengharapkan supaya acara pendidikan kejuruan itu dilaksanakan pada 2 tempat. Sebagian program pendidikan dilaksanakan di sekolah, yaitu teori dan praktek dasar kejuruan, dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing. Pendidikan yg dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan serta nilai-nilai dunia kerja yang nir mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan pandangan hidup kerja.
c. Perubahan berdasarkan model pedagogi yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke contoh pengajaran berbasis kompetensi
Perubahan ke model pedagogi ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses pedagogi secara eksklusif berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus memerlukan perubahan kemasan kurikulum kejuruan ke pada kemasan berbentuk paket-paket kompetensi.
d. Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke acara dasar yang mendasar, bertenaga serta luas (Broad Based)
Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, menunjuk kepada pembentukan dasar yang mendasar, kuat serta lebih luas. Sistem baru yg berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan mutu dan keunggulan menganut prinsip, bahwa : tidak mungkin membangun sumberdaya manusia yang berkualitas serta yang memiliki keunggulan, bila nir diawali menggunakan pembentukan dasar yg kuat. Dalam rangka penguatan dasar ini, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar yang berfungsi buat membangun keunggulan, sekaligus menyesuaikan diri terhadap perkembangan IPTEK, dengan memperkuat penguasaan matematika, IPA, Bahasa Inggris serta Komputer. Sistem baru ini wajib memberi dasar yg lebih luas namun kuat serta mendasar, yg memungkinkan seorang tamatan SMK mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan perubahan pekerjaan.
e. Perubahan menurut sistem pendidikan formal yg kaku, ke sistem yang luwes serta menganut prinsip multy entry, multy exit
Dengan adanya perubahan menurut supply driven ke demand driven, dari schools based acara ke dual based acara, dari contoh pedagogi mata pelajaran ke acara berbasis kompetensi; diperlukan adanya keluwesan yg memungkinkan pelaksanaan praktek kerja industri serta pelaksanaan prinsip multy entry multy exit. Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yg telah mempunyai sejumlah satuan kemampuan tertentu (lantaran program pengajarannya berbasis kompetensi), menerima kesempatan kerja pada dunia kerja, maka siswa tadi dimungkinkan meninggalkan sekolah. Dan jikalau siswa tadi ingin masuk sekolah kembali menyelesaikan acara SMK nya, maka sekolah harus membuka diri menerimanya, serta bahkan menghargai dan mengakui keahlian yg diperoleh peserta didik yang bersangkutan menurut pengalaman kerjanya. Di samping itu, sistem program berbasis ganda jua memerlukan pengaturan praktek kerja pada industri sesuai menggunakan anggaran kerja yg berlaku di industri yang tidak sama menggunakan anggaran kalender belajar di sekolah.
f. Perubahan menurut sistem yg tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya, ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh menurut mana dan dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning)
Sistem baru pendidikan kejuruan harus sanggup memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki sang seorang. Sistem ini akan memotivasi banyak orang yg sudah mempunyai kompetensi tertentu, misalnya dari pengalaman kerja, berusaha mendapatkan pengakuan sebagai bekal buat pendidikan dan pembinaan berkelanjutan. Untuk ini Sekolah Menengah Kejuruan perlu menyiapkan diri sebagai akibatnya memiliki instrument dan kemampuan menguji kompetensi seorang darimana serta dengan cara apapun kompetensi itu dihasilkan.
g. Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sistem baru yg mengintegrasikan pendidikan dan training kejuruan secara terpadu
Program baru pendidikan yg mengemas pendidikannya pada bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap program pembinaan kejuruan dan program pendidikan kejuruan. Sistem baru ini memerlukan standarisasi kompetensi, serta kompetensi yang terstandar itu mampu dicapai melalui program pendidikan, acara pelatihan atau bahkan dengan pengalaman kerja yang ditunjang dengan inisiatif belajar sendiri.
h. Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan
Sistem baru permanen mengharapkan serta mengutamakan tamatan Sekolah Menengah Kejuruan langsung bekerja, agar segera sebagai energi produktif, bisa memberi return atas investasi SMK. Sistem baru juga mengakui banyak tamatan SMK yg potensial, dan potensi keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi sesudah bekerja. Terhadap mereka ini diberi peluang buat melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yg lebih tinggi (misalnya acara Diploma), melalui suatu proses artikulasi yg mengakui dan menghargai kompetensi yang diperoleh berdasarkan Sekolah Menengah Kejuruan dan dari pengalaman kerja sebelumnya.
Untuk menerima sistem artikulasi yg efisien diharapkan “acara antara” (bridging acara) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan Sekolah Menengah Kejuruan yang telah berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yg lebih tinggi.
i. Perubahan berdasarkan manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip desentralisasi)
Pola baru manajemen berdikari dimaksudkan memberi peluang pada propinsi serta bahkan sekolah buat menentukan kebijakan operasional, dari permanen mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi dalam hal-hal yang bersifat strategis, supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melakukan penemuan. Proses pendewasaan Sekolah Menengah Kejuruan perlu ditekankan, buat menumbuhkan rasa percaya diri sekolah melakukan apa yg baik dari sekolah, menggunakan prinsip akuntabilitas (accountability) yg secara taat azas menaruh penghargaan pada mereka yg pantas dihargai, serta menindak mereka yang pantas ditindak.
j. Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah sentra, ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat
Sejalan menggunakan prinsip demand driven, dual based acara, pendewasaan manajemen sekolah, dan pengembangan unit produksi sekolah, sistem baru diharapkan bisa mendorong pertumbuhan swadana dalam Sekolah Menengah Kejuruan, dan posisi lokasi dana menurut pemerintah sentra bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini pula dibutuhkan sanggup mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.