CARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Media dibuat menggunakan rancangan yg sistematis melalui banyak sekali langkah pengembangan serta melibatkan berbagai tenaga terampil serta ahli, serta menggunakan aneka macam jenis peralatan. Dengan cara demikian diperlukan media yang didapatkan dapat adalah media yang efektif. Namun demikian betapapun banyak kelebihan suatu media, bila cara menggunakannya nir benar tentulah tidak akan banyak manfaatnya. Lantaran itu yg perlu didesain menggunakan baik bukan hanya pembuatan media itu sendiri melainkan pemanfaatan serta cara penggunaan media itu pun juga perlu diatur dan didesain sebaik¬-baiknya. Lebih-lebih apabila media itu merupakan media pembelajaran. Supaya media pembelajaran itu efektif maka pemanfaatan dan penggunaan media itu harus direncanakan serta dirancang secara sistematik. Berikut ini diuraikan cara-cara penggunaan dari beberapa media serta peralatannya yg paling umum dipakai dan tersedia di forum-forum diklat pada menunjang proses pembelajaran.

1) Buku bahan ajar atau handouts.

Bila handouts yang digunakan mengikuti aktivitas proses pembelajaran, sebaiknya dibagikan pada awal aktivitas. Dan peserta diklat diinstruksikan buat melihat atau mencari halaman-page pada buku yang memuat materi yang dikehendaki bersama-sama. Bisa berupa tabel, kolom-kolom, diagram, gambar, foto, sketsa, bagan, grafik, kartun, disain huruf dan sebagainya. Akan menarik bila masing-masing peserta diberi kesempatan buat mendiskusikan suatu kasus atau membahasnya bersama-sama. Namun jika hanya menjadi surat keterangan saja usahakan dibagikan dalam akhir kegiatan pembelajaran, bila tidak peserta diklat cenderung akan membaca kearah handoutsnya saja.


2) Papan Tulis atau Blackboard.

Penggunaannya selalu dilakukan dalam waktu itu jua, baik menuliskan sesuatu atau membuat sketsa juga gambar-gambar sederhana. Sebaiknya disaat menulis di papan, hindari sambil berbicara.
Untuk memancing curah pendapat dan supaya seluruh peserta melihat pendapat peserta yg lain, setiap pendapat eksklusif dituliskan di papan tulis. Efeknya terdapat perasaan dihargai setiap apa yg diungkapkan peserta. Apalagi bila pendapatnya benar, menciptakan si perserta lebih berbangga hati.
Seandainya pengajar memiliki kemampuan menggambar atau tulisannya cantik, kesempatan ini baik dimanfaatkan semaksimal mungkin, karena perhatian peserta umumnya akan tercurah kearah proses penggambaran serta akan menyebabkan respek/penghargaan pada guru.
Yang wajib diwaspadai adalah agar tidak terlalu seringkali melewatkan tatap pandang ke arah peserta, ketika menulis, bagi yang nir berbakat menulis indah merupakan kendala, dan biar apapun gambar serta goresan pena tidak sebagus yang diharapkan tampilannya, karena alat tulisnya menurut kapur,dan perlu ketika usang buat membuatnya. Juga waktu menghapus tampilan goresan pena dan gambar akan menyebabkan debu yg relatif mengganggu.


3)White board.

Prinsipnya penggunaan white board ini hampir sama menggunakan papan tulis biasa, hanya berbeda ditampilan papan dan indera tulisnya, dan dampak tampilan gambar serta tulisan yg lebih kelihatan rapih dan buat pemakaian alat tulis yang berwarna-warni. Bisa pula dimanfaatkan buat menempelkan gambar-gambar yg direkati magnit. Hati-hati menggunakan pemeliharaan alat tulisnya, karena mengandung cairan alkohol atau thiner, karena mudah menguap jika lupa memasang tutupnya, sehingga sebagai kering nir bisa dipakai lagi, harganya jadi mahal. Kemungkinan lain indera tulisnya lantaran bentuknya hampir sama dengan yg tintanya permanent bisa tertukar, sebagai akibatnya sulit dihapus. Kalau hanya beberapa coretan masih sanggup diakali menggunakan menggoreskan dalam coretan itu menggunakan spidol yg non permanen selagi basah buru-buru dihapus menggunakan penghapus. Tetapi jikalau poly usahakan memakai cairan alkohol atau thinner.

Alat tulis white board biasa dianggap board marker, namun umumnya menyebutnya menggunakan spidol biarpun kurang sempurna. Sebab spidol merupakan sebuah merk buat board marker yg lebih dahulu populer pada Indonesia. Sama seperti menyebut semua air mineral dalam kemasan botol menggunakan "aqua" padahal merknya lain. Atau "in focus" buat semua LCD (Liquid Crystal Display) proyektor. Juga menyebut "kodak" untuk seluruh kamera foto. Dan masih banyak lagi contoh-model yg lain. Tetapi justru rakyat lebih mendapat yang terlanjur galat.


4) Peta singkap / Flipchart.

Sebaiknya lembar pertama serta kedua dibiarkan kosong atau nir ditulisi, dipakai sebagai epilog pelin¬dung lembaran materi pelajaran yang akan ditampilkan agar tidak terbaca terlebih dahulu oleh peserta diklat.

Usahakan cara menyingkap lembaran kertas flipchart menggunakan melipat menurut sudut bawah berupa segitiga tegak lurus; baru disingkap keatas cukup menggunakan tangan satu agar kelihatan profesional rapih dan tidak berantakan.
Setiap sudut lembaran flipchart yg sudah ada materi pelajarannya diberi code berupa indikasi tulisan kecil saja, buat catatan bagi guru agar waktu menyingkap lembarannya sinkron yg dikehendaki tidak keliru dan berulang-ulang.
Apabila kemampuan menulis atau pun menggam¬bar terbatas, usahakan tidak usah memaksakan diri buat menciptakan tampilan bahan ajar sendiri, minta bantuan orang yg lebih ahli. Atau meman¬faatkan alat-alat OHP buat rnenayangkan goresan pena maupun gambar ke kertas flipchart serta membuat jiplakannya. Jiplakan bisa eksklusif ditulis dengan spidol atau hanya menggunakan pensil saja, dengan maksud nantinya akan ditebalkan disaat presen¬tasi pada depan kelas, sehingga seolah-olah mampu menggambar menggunakan cekatan serta seksama.
Untuk metode curah pendapat, sangat disarankan semua pendapat peserta diklat pribadi dituliskan pada kertas flipchart. Ini menaruh perhatian kepada buah pikiran peserta diklat. Lagi pula coretari-coretan ini sanggup disimpan. Untuk menampilkan juga bisa bervariasi, mau berurutan atau acak, atau diulang-ulang jika dibutuhkan. Lebih mengena lagi jika pada kegiatan diskusi gerombolan memanfaatkan lembaran-lembaran kertas flipchart ini, masalahnya mampu disimpan serta ditempel di dinding atau dimana saja.
Yang perlu diwaspadai keterbatasan berukuran kertas flipchart yg nir begitu lebar, sehingga buat ditampilkan pada depan audience yang besar jumlahnya kurang sempurna. Terlalu kecil.
Flipchart sangat tepat dipakai sebagai media cadangan yg mudah dibawa kemana-mana dengan cara hanya digulung saja, ringan dan tidak begitu makan loka, serta sanggup dipersiapkan di tempat lain dan mungkin juga oleh orang lain yang lebih ahli. Bermanfaat sekali apabila genre listrik padam, sementara media yg lain berupa alat-alat elektronik tidak mampu berfungsi. Juga apabila harus mengajar di daerah terpencil yang belum ada genre listrik atau pada loka terbuka.


5)Film bingkai (slide film) proyektornya,

Bahan bahan ajar sanggup dibentuk berupa foto, baik hitam putih maupun warna sebagai akibatnya lebih meyakinkan bagi para peserta diklat. Lantaran keterbatasan cahaya yg diproyeksikan sebagai akibatnya memerlukan pemadaman lampu ruangan dan membuatnya gelap total. Usahakan buat nir terlalu lama mempresentasikan materi ajar slide ini, buat menghindari peserta malah jatuh tertidur. Kendala yg primer adalah peserta tidak mampu menciptakan catatan lantaran gelap, juga tatap pandang menggunakan para peserta terganggu.
Sebaiknya datang lebih awal sebelum memulai presentasi untuk persiapan pemasangan film bingkainya (slide), serta mencoba tayangannya di layar apakah sudah tepat.
Namun dalam kenyataannya, media ini serta peralatannya sudah sporadis yg menyediakan dan memanfaatkannya lantaran sudah digantikan menggunakan peralatan berteknologi baru yang lebih praktis namun lebih besar kemampuannya.


6) Media Film berkiprah serta proyektornya.

Bila media filmnya sudah ada tinggal memasang¬nya sinkron menggunakan petunjuk praktisnya. Namun buat menghasilkan film berkecimpung ini cukup memakan waktu serta energi yg poly dan porto yang akbar.
Kemarnpuan buat menyampaikan gambar yang latif, nyata, beranjak dan bersuara harus kita manfaatkan semaksimal mungkin. Namun harus diwaspadai lantaran situasi ruangan dibikin gelap total, sehingga tatap pandang ke peserta terganggu, ad interim kemungkinan peserta jatuh tertidur. Lantaran merekapun nir sanggup menciptakan catatan.
Media film menggunakan proyektornya inipun sudah termasuk barang langka, selain kesulitan penampilannya, pada mana nir sembarang ruangan sanggup dimanfaatkan, spare partsnya sulit diperoleh, juga kurang praktis serta fleksibel pemakaiannya, apalagi telah ada alat-alat lain yang prinsipnya sama namun lebih menjanjikan, seperti video cassette; laser disc video atau CD video.


7) Transparerssi serta Overhead Proyektor.

Penggunaan media transparensi menggunakan proyektornya merupakan sangat gampang, praktis serta sederhana. Sebelum memulai pelajaran sebaiknya mengecek dulu    OHP    (Overhead projector) -nya, cari pada mana letak tombol on/off nya terlebih dahulu, coba nyalakan, bila nir menyala periksa kabelnya telah menyambung menggunakan stop kontak, bila nir menyala juga periksa ujung kabelnya apakah ada yang putus, bila masih tidak mampu juga hubungi panitia diklatnya. Bila sudah menyala taruh selembar OHT (overhead transparency) yg bukan berisi bahan ajar, termasuk bingkainya, pada permukaan kaca, posisikan gambar yang tertayang di layar dengan lezat , serta stel ketajaman gambar menggunakan memutar tombol focus. Setelah itu anda siap mempergunakannya.
Setiap mengubah OHT sebaiknya OHP dalam keadaan padam agar tidak mengganggu pandangan peserta waktu mengganti, posisi berdiri saat memasang OHT sejajar dengan OHP, baik pada sebelah kanan atau sebelah kiri, ini pentirig buat menghindari OHT yg dipasang nir terbalik, sebaiknya nir menghalangi pandangan peserta diklat secara holistik. Jika toh demikian pula, usahakan posisi berdiri diubah agar pula tidak menyebabkan kejenuhan pandangan peserta.
Hindari menunjuk tampilan ke arah layar, atau menggunakan penunjuk, relatif meletakkan sesuatu yang runcing, berupa lidi atau pensil, atau ballpoint pada atas lembaran OHT. Juga hindari memilih memakai jari tangan atau benda yg diputar ¬putar pada atas OHT, hal ini mengurangi kenikmatan     pandangan peserta.
OHT yang digunakan sanggup dipersiapkan sebelumnya ditempat lain mampu oleh orang lain yg sanggup supaya tampil bagus serta menarik atau ditulis ketika itu jua sendiri di bagian atas OHT.
Tetap menjaga kontak pandang menggunakan peserta dengan tidak membelakangi peserta di saat membaca kearah tayangan di layar, usahakan membaca ke arah OHT.
Sebaiknya penayangan OHT dibuat lebih variatif agar peserta nir jenuh, hindari sebagai pembantunya alat bantu, agar tampilan lebih rilek.
OHT yg digunakan dapat difotocopy buat bahan handouts bagi para peserta diklat.
Sebaiknya OHT yg sudah digunakan disimpan dengan cermat, menggunakan diberi lapisan plastik atau kertas pelindung supaya motifnya nir tergesek-gesek sehingga mengelupas dan rusak. Untuk lebih amannya serta gampang mencarinya sebaiknya dimasukkan kedalam album clear holder, tentu saja tanpa bingkainya.
Agar para peserta diklat pandangannya lebih terarah pada tampilan OHT yg ditayangkan, pakailah bingkai (frame) khusus OHT dan beri penutup agar nir ada cahaya lampu yg tidak bermanfaat bocor ikut ditayangkan. Di samping itu    bingkai berguna untuk menekan OHT supaya permanen    rata meskipun kena panasnya lampu yg kemungkinan melengkung, jua agar permanen rapih pada tempatnya. Pakailah penutup OHT yg ditempeli pemberat agar nir jatuh ketika pada posisi tepi OHP, atau diterbangkan angin dari kipas angin atau blower AC ruangan. Manfaatkan bingkai maupun epilog OHT menjadi catatan rahasia buat kita sendiri, mungkin berupa istilah asing, singkatan, kata asing, angka-angka surat kepu¬tusan atau undang-undang, urutan utama-utama bahasan atau apa saja, sebagai contekan yang nir akan diketahui sang peserta menurut dalam kita wajib mencarinya menggunakan membuka kitab catatan yg belum tentu segera ketemu, ad interim peserta melihat bahwa kita tidak siap.


8) Video cassette, Laser Video serta Compact Disc (CD) Video menggunakan peralatan penayang Pesawat Televisi atats LCD (Liquid Crystal Display) proyektor.

Sebetulnya media gambar bergerak berupa Video Cassette, Laser video dan Compact Disc (CD) Video pada awalnya adalah asal berdasarkan gambar film bergerak juga, yg di transfer sebagai media video. Namun sesudah itu memang buat pembuatan gambar video nir memakai kamera film lagi tetapi eksklusif menggunakan kamera video, yg lebih menjanjikan segalanya. Misalnya pada proses pengambilan gambar (shooting) dengan kamera telah sanggup disaksikan eksklusif hasil gambarnya, dengan cahaya yg seadanyapun bisa merekam gambar, sementara pita videonyapun sanggup digunakan berulang kali.
Maka dari sini penggunaan media video dengan perangkatnya tidak tidak selaras jauh menggunakan gambar film dengan proyektornya, pada ketika pemutaran ulang. Bedanya ruangan nir perlu digelapkan, seluruh lampu ruangan sanggup dibiarkan tetap menyala. Baik untuk memutar ulang gambar video itu melalui pesawat Televisi ataupun diproyeksikan ke layar dengan memakai LCD proyektor. Sehingga tatap pandang dengan semua peserta diklat nir terganggu.


9) Media Komputer Multi Media menggunakan LCD Proyektor.

Sebaiknya sewaktu mempergunakan media multi media menggunakan LCD proyektor, diusahakan buat datang lebih awal dari para peserta diklat, sebagai akibatnya sewaktu melakukan aktivitas mema¬sang peralatan serta menyambung kabel-kabel yg tidak sedikit jumlahnya itu termasuk setting sound systemnya nir disaksikan oleh peserta diklat. Sehingga begitu proses pembelajaran dimulai semuanya sudah siap dan eksklusif mulai tanpa pengetesan lagi.
Percaya dalam panitia/petugas diklat boleh saja namun curiga jalan terus, maksudnya seseorang Pelatih yang akan mengajar sebaiknya juga selalu siap dengan segala situasi serta kondisi pada kelas. Misalnya dianjurkan buat paling tidak membawa Testpen elektronik, buat mengecek genre sumber daya listrik, juga apabila mungkin kabel republika online listrik minimal 5 meter, sambungan "T" dua buah. Atau multi stop hubungan yang berisi 6 lobang. Karena acapkali terjadi gara-gara memerlukan beberapa stop kontak yg banyak, petugas nir siap. Sehingga menunggu dicarikan dulu, apalagi kalau petugas diklatnya pula datangnya terlambat, sementara peserta diklat sudah mulai hadir. Untuk presentasi menggunakan media komputer dengan LCD proyektornya, sebaiknya memanfaatkan personal komputer Note book atau Laptop karena penyaji mampu permanen tatap pandang menggunakan peserta diklat, meskipun sembari melihat ke layar monitor komputernya. Kalau toh harus menggunakan Desktop komputer ya sanggup saja dari ada. Layar, monitornya yang bisa tampil simultan menggunakan yg ditayangkan di layar, melalui LCD proyektor.
Selalu jangan lupa buat merubah tampiian layar tidak pada posisi. Trapesium (Keystone), atau tayangannya sudutnya nir siku menjadi siku. Sehingga tampilan gambar sesuai menggunakan skalanya, tidak memanjang atau melebar.
Sebaiknya memakai laser pointer buat memilih ke layar agar lebih kentara, tetapi nir semata-mata membelakangi peserta diklat.
Usahakan memposisikan power LCD proyektor ke posisi "Stand by" jika nir dipakai, jadi tidak eksklusif menekan tombol "Off-nya.
Efek suara jika kurang perlu sebaiknya dipelankan atau dimatikan jika mengganggu konsentrasi peserta diklat. Jangan lupa merogoh balik diskette atau CD video pelajaran yang digunakan di komputer bila alat-alat itu bukan bawaan sendiri sebab acapkali tertinggal.
Bila memakai tampilan alfabet yang khas yg di komputer yg digunakan nir ada, sebaikrnya diinstal dulu untuk menghindari tampilannya diubah oleh komputer sehingga tidak selaras sama sekali serta terkesan berantakan.
Cara lain artinya sebelumnya merubah tampilar huruf (text) itu menjadi arsip gambar (curve), atau bitmap. Atau yang paling kondusif artinya menggu¬nakan font atau huruf yg sudah standard dsemua komputer berbasis Microsoft Windows, seperti Arial atau Times New Romans.
Kemungkinan ada kesalahan ejaan atau ada saran perbaikan dari peserta mengenai tampil-annya usahakan proses perbaikannya dilakukan di depan para peserta ketika itu juga, disamping menghindari faktor lupa jua peserta yang meng¬usulkan akan mendapatkan kepuasan tersendiri.


10) Media Audio dan Radio.

Media audio serta radio berkaitan menggunakan alat telinga. Pesan yg disampaikan dituangkan ke pada lambang-lambang auditif, baik ekspresi (ke dalam kata-kata/bahasa verbal) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yg dapat dikelompokkan dalam media audio, diantaranya, radio, alat perekam pita magnetik, kaset audio, cd audio dan laboratorium bahasa. Untuk pelajaran pengenalan bunyi-bunyian misalnya sound effect, atau macam-macam irama musik, serta mengenal bunyi sendiri di saat mengajar di depan kelas, mampu dimanfaatkan alat-alat audio ini. Yaitu menggunakan merekamnya dan memutar ulang. Kita gunakan audio kaset player atau pita reel audio. Sedangkan buat pelajaran bahasa asing bisa memanfaatkan kaset ataupun cd audio. Untuk PH (piringan hitam) mungkm hanya sanggup memutar ulang lagu atau musik jua suara-bunyian.
Sedangkan radio mampu dimanfaatkan siaran-sia¬rannya buat belajar tanpa harus di depan keias, dan sembari tetap mengerjakan pekerjaan yg lain.

11) Benda konkret atau tiruan miniatur.

Manfaatkan benda nyata atau tiruannya sanggup berupa minatur untuk peragaan ataupun aktivitas praktik. Bila memakai benda miniatur sebaiknya hadirkan pembandingnya.

Demikian cara penggunaan media pembelajaran yang dapat dipakai dalam proses belajar mengajar di kelas. Semoga bermanfaat.


Sumber surat keterangan :

Radio NederlandTraining Centre, Handouts OVERHEAD PROJECTOR Alaihi Salam TEACHING AIDS. Hilversum, The Netherland, 1987.

Amir Hamzah Suleiman,MEDIA AUDIO-VISUAL UNTUK PENGAJARAN, PENERANGAN DAN PENYULUHAN. PT. Gramedia Jakarta 1981.

Sayling Wen, FUTUREOF THE MEDIA, Lucky Publishers, P.O.box 238, Batam Centre, 29432: Prof. Dr. AzharArsyad, MA, MEDIA PEMBELAJARAN PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2002.

Lisa Lopuck,DESIGNING MULTIMEDIA, Peachpit Press 2414 Sixth Street Berkeley, CA 94710, USA, 1996

Dr. Arif S. Sadiman, M.sc.(dkk), MEDIA PENDIDIKAN : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta, PT Raja GrafindoPersada 2002.

MAKALAH PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KF KEAKSARAAN FUNGSIONAL


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Keaksaraan fungsional (KF) adalah sebuah pendekatan melaluiprogram pendidikan non formal buat mengatasi rakyat yg menyandang butaaksara. Keaksaraan fungsional diartikan secara sederhana sebagai kemampuanuntuk membaca, menulis dan berhitung (calistung) dan berorientasi pada kehidupansehari-hari menggunakan memanfaatkan kearifan lokal serta sumber daya alam yang terdapat dilingkungan lebih kurang buat menaikkan mutu serta taraf hayati wargabelajarnya.
Keaksaraan fungsional membantu masyarakat lebih berdayadengan cara belajar buat menambah kemampuan serta pengetahuan. Penyandang butaaksara dalam kehidupan sehari-hari akan dihadapkan pada dilema dan kasus yang sangat komplek. Seperti,kesulitan mendampingi dan membantu dalam menuntaskan tugas sekolah anaknya dirumah. Penyandang buta aksara (butahuruf) bisa dipercaya negatif dilingkungan sekitar yang berdampakpada psikologisnya karena adanya kesenjangan dalam status sosial pada baca, tulis serta berhitung mengenaiangka dan bukan hanya dalam menghitung uang saja.
Penyandang buta aksara pula mempunyai keterbatasan nir dapatmembaca serta menulis buat mengurus administrasi kependudukan, misalnya pembuatanKTP (Kartu Tanda Penduduk). Proses menerima akses pengurusan jaminankesehatan warga dengan mekanisme menciptakan kabar keluarga miskin kepadaaparatur pemerintah terendah yaitu Rukun Tetangga (RT) hingga menggunakan tingkatanteratas juga termasuk keterbatasan penyandang buta aksara. Proses tersebutdapat dipandang ketika mereka wajib mengisi absensi pertemuan atau kegiatandilingkungan. Fakta tadi, terlihat bahwa penyandang buta aksara kurangmemiliki kesempatan menggunakan istilah lain mereka haruslah bergantung pada oranglain. Adanya program keaksaraan fungsional, penyandang buta aksara memilikikekuatan buat meningkatkan mutu dan kualitas hidupnya dalam kehidupansehari-hari.
Jumlah penyandang buta aksara di Indonesia memang dapatdikatakan masih besar , hal ini dapat ditinjau menurut data Kementerian PendidikanNasional (Kemendiknas) tahun 2011 mengenai penduduk Indonesia yang buta alfabet (penyandangbuta aksara usia 15 tahun ke atas sebanyak 7,76 juta orang. Sebanyak 64% atau6,3 juta dari data Kemendiknas adalah perempuan masih menyandang buta aksarayang berusia 15 tahun ke atas (Kemendiknas, 2011).
Kemampuan baca tulis pada kenyataannya masih menjadipermasalahan bagi sebagian warga Indonesia khususnya perempuan miskin. Berdasarkanidentifikasi data dilapangan,pada kota Banjarmasin sendiri tercatat 1,760 penyandang buta aksara. Data Diknas KotaBanjarmasintahun 2011, darijumlah pendudukKotaBanjarmasinyang buta alfabet (penyandang buta aksara) usia 15 tahun ke atas ada sebanyaksebanyak 1.553orang. (Disdik Kota Banjarmasin: 2011).
Program Keaksaraan fungsional yg dilaksanakan sang SKBKota Banjarmasin menjadi salah satu upaya buat turut membantumengentaskan perkara buta aksara ini di masyarakat. Program KeaksaraanFungsional inidilaksanakan dalam periode pertama merupakan selama delapan bulan dimulai daribulan Januari 2013 – Agustus 2013 menggunakan enam bulan sebagai waktupembelajaran utamanya. Sasaran buat kegiatan keaksaraan fungsionaldilaksanakan dalam 2 kelompok belajar menggunakan 10 rakyat belajar (penyandang butaaksara yg mengikuti keaksaraan fungsional buat belajar) setiap kelompoknya.sebagai pilot project di Kota Banjarmasin untuk pembelajaran keaksaraan fungsional diwilayah kelurahan Alalak Utara dilaksanakan dalam dua grup belajar, yaitu pada RW02 Kuin Utara Kelurahan Alalak Utara Kecamatan BanjarmasinUtara.
Di RW 02 Kuin Utara Kelurahan Alalak Utara Kecamatan BanjarmasinUtara kegiatanbelajar keaksaraan yang diselenggarakan oleh SKB Kota Banjarmasin. Kelurahan Kuin Utara memiliki 1 gerombolan belajar sebagaipelaksanaan dalam periode berikutnya buat mencapai 20 rakyat belajar. Kelompok belajar keaksaraanfungsional yg direncanakan sang SKB Kota Banjarmasin akan terdapat programlanjutan yg dimaksudkan buat menjaga kemampuan baca, tulis dan berhitung (calistung) warga belajar supaya nir butahuruf pulang. Kegiatan pembelajaran lanjutan ini direncanakan akan membukapembelajaan keaksaraan fungsional lanjutan menggunakan menggunakan pengembanganmedia Pembelajaran Papan Casing.casing singkatan buat Cantol Calistungdan Gasing, yang adalah pengembangan media pembelajaran denganmengaplikasikan antara media Poster/ beberan, papan tulis, Kartu huruf danAngka, serta Game/ permainan tradisional yang berkompilasi antara permainanrakyat dan pembelajaran Calistung.
Secara umum kegiatanpembelajarankeaksaraan fungsional dasar daripengelola diKota Banjarmasinselama ini yang berusaha menerapkan critical literacy sebagai bentuk upaya memenuhiStandar Kompetensi Keaksaraan Dasar (SKKD). Ruang lingkup SKKD sinkron denganketentuan Kemendiknas yg terdiri menurut lima pokok, yaitu, 1) Mendengar; 2) Berbicara; tiga)Membaca; 4) Menulis; dan lima) Berhitung. Ternyata dalam penerapannya masihbelum efektif sepenuhnya terakomodasi pada kegiatan pembelajaran yangdilakukan, hal ini terbukti menggunakan masih adanya masyarakat belajar yangberulang-ulang mengikuti program keaksaraan fungsional tadi.
Kegiatan pembelajaran yg masihkonfensional membutuhkan ketika serta pemahaman yang berat serta lama berdasarkan wargabelajar buat mencapai SKKD tersebut. Lantaran itu perlu dilakukan pengembangan metodedan media pembelajaran yg lebih efektif buat membantu peningkatan pemahamanwarga belajar pada aktivitas belajarnya secara tutorial. Metiode ini dapat diaplikasikan dengan pengembangan media Pembelajaran Papan Casing. Casing singkatan untukCantol, Calistung serta Gasing,yang merupakan pengembangan media pembelajaran dengan mengaplikasikan antarametode belajar membaca serta aksara mencantol, media Poster/ beberan, papantulis, Kartu alfabet dan Angka, dan Game/ permainan tradisional yangberkompilasi antara permainan masyarakat dan pembelajaran Calistung tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang, maka perseteruan yg dikemukakan dalam karya tulis ini merupakan :
1.Metode serta Media pembelajaran KeaksaraanFungsional yg konfensional belum efektif dalam mempertinggi pemahaman warga belajar dalamkegiatan pembelajaran Keaksaraan Fungsional.
2.Tutor kesulitan menyediakan serta membawa mediaPembelajaran ketempat belajar warga belajar Keaksaraan Fungsional.
3.Warga belajar kurang tertarik dan kurangberminat terhadap media pembelajaran konfensional yang selama ini digunakandalam Pembelajaran Keaksaraan Fungsional.

C. Tujuan
Mengacu padapermasalahan,maka tujuan penelitian ini merupakan untuk memperoleh citra atau informasitentang :
1Metode dan media pembelajaran KeaksaraanFungsional baru yang lebih efektif buat mempertinggi pemahaman rakyat belajardalam kegiatan pembelajaran.
2.Memudahkan tutor dalam menyediakan dan membawamedia Pembelajaran ketempat belajar masyarakat belajar Keaksaraan Fungsional.
3.Meningkatkan Minat dan ketertarikan wargabelajar terhadap media pembelajaran yg digunakan pada PembelajaranKeaksaraan Fungsional.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
1.Pengertian Media Pembelajaran
IstilahmediaberasaldariBahasaLatinyangmerupakanbentukjamakdari istilah “medium”yangsecara harfiah berarti perantara atau pengantar.makna umumnyamediaadalah segala sesuatu yangdapat menyalurkan kabar dari asal kabar pada penerima warta.
Dalam penjelasan Asosiasi Teknologi serta KomunikasiPedidikan (Assosiation of Education andCommunication Technology/AECT) pada Amerika, membatasi media sebagai bentuk dansaluran yg digunakan orang buat menyalurkan pesan/kabar. Gagne (1970)menyatakan bahwa media adalah menjadi jenis komponen dalam lingkungan siswayang dapat merangsang belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwamedia merupakan segala indera fisik yang dapat menyajikan pesan dan merangsangsiswa buat belajar.
Istilahmediainisangatpopulerdalambidangkomunikasi.prosesbelajarmengajarpada dasarnyajugamerupakanproseskomunikasi,sehinggamediayangdigunakandalam 2pembelajarandisebutmediapembelajaran.mediapembelajaran adalahsegalasesuatuyang dapatdipergunakanuntukmerangsangpikiran,perasaan,perhatiandankemampuanatau ketrampilanpesertasehinggadapatmendorongterjadinyaprosesbelajarpadadiripeserta pembelajaran (Arif S. Sadiman, 2009: 6-11)
Padamulanyamediahanyaberfungsi sebagaialatbantuvisualdalamkegiatan belajar, yaitu berupa sarana yangcepat memberikan pengalaman visual pada peserta diantaranya untuk mendorongmotivasi, memperjelas dan mempermudah konsep-konsep yang tak berbentuk danmempertinggidayaserapbelajar.denganmasuknyapengaruhteknologiaudiomaka lahirlahalatbantuaudiovisualyangterutamamenekankanpenggunaanpengalamanyang konkrit buat menghindari verbalisme.

2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Berdasarkanprinsip pembelajaran partisipatif dan andragogis, maka media pembelajaran yang digunakanhendaknya mengikuti alur atau siklus belajar dari pengalaman. Olehkarena itu dalam pembelajaran partisipatif, penggunaan media pembelajarantersebut di atas dalam umumnya digunakan untuk:
a.Membantumempermudah dan menstimulasi para peserta pembelajaran untukmelakukanpembahasan serta diskusi serta nir bersifat instruksional.
b.Membantudan menstimulasi proses pengungkapan pengalaman, pengungkapanpermasalahansesuai menggunakan kenyataan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
c.Membantumenimbulkan "proses mengalami" untukdapatdiungkapkan sebagai bahan diskusi lebih jauh.
d.Membantu peserta pembelajaran buat"memperkuat" serta "memperteguh" hasil-hasil pembahasan atauhasil-hasil diskusi yg sudah dilakukan sang peserta itu sendiri.
Dalamprosespembelajaran Keaksaraan Fungsional,banyakjenismediayangdapatdimanfaatkanuntuk memproseskanbahankajian.mulaidarimediayangsederhana,konvensional,danmurah harganya, hingga media yang kompleks, rumit, modern yang harganyasangat mahal. Mulai menurut yg hanya merespons indera tertentu, hingga padaperpaduan berdasarkan aneka macam alat manusia yangdapatdirespons.dariyanghanyasecaramanualdansecarakonvensionaldalam mengoperasikannya,hinggayangsangattergantungpadaperangkatkerasdankemahiran asal daya manusiatertentu pada mengoperasikannya.
Jenismediayanglazimdipergunakandalampembelajaranantaralain:medianon proyeksi, media proyeksi, media audio,media mobilitas, media personal komputer , personal komputer multi-media, hipermedia serta media jarakjauh (Heinich, Molenda, Russel, 1996 : 8).
DepartemenPendidikan Nasional 2003, mengelompokkanmedia menjadi 10 golongan yg bisa ditinjau pada daftartabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1.
Jenis-jenis Media Pembelajaran

Sementaraitu,menurut sekian poly jenis media yang dapat dimanfaatkandalam pembelajaran keaksaraan fungsionaldibuat pembagian terstruktur mengenai media yg lebih sederhana sebagai berikut: Media yang tidakdiproyeksikan, Media yangdiproyeksikan,Media audio, Mediavideo, Mediaberbasis komputer serta Multimedia kit serta sebagainya termasuk media yang diproyeksikan.
B.  Pengembangan Media Pembelajaran KeaksaraanFungsional
Dalam bidang Pendidikan Non-Formal pada umumnya dan Pendidikan Keaksaraan khususnya,sebenarnya sudah sejak usang dikenal adanya kriteria yangharusdipatuhidalamprosedurpenyusunanpengembanganmediaataubahanbelajar. Kriteria tadi lebih dikenal istilah 7-M,yaitu:
1.Mudah;adalah gampang membuatnya, mudah memperoleh bahan serta alatnya, serta mudahmenggunakannya.
2.Murah;artinyadenganbiayasedikit,jikamemungkinkanbahkantanpabiaya,media pembelajaran tersebut dapat dibuat.
3.Menarik;ialah menarik atau merangsang perhatianwarga belajar(pesertapembelajaran),baik menurut sisi bentuk, warna, jumlah, bahasamaupun isinya.
4.Mempan;artinyaefektifatauberdayagunabagiwargabelajar(pesertapembelajaran) dalammemenuhi kebutuhannya.
5.Mendorong;artinyaisinyamendorongwargabelajar(pesertapembelajaran)buat bersikapatauberbuatsesuatuyangpositif,baikuntukdirinyasendirimaupun lingkungannyasesuai tujuan belajar yg diharapkan.
6.Mustari;adalah sempurna ketika, isinya nir basi, serta sesuai menggunakan kebutuhan dan potensilokal/kurang lebih loka pembelajaran.
7.Manfaat;merupakan isinya bernilai, mengandung manfaat, tidak mubazir atau sia-sia, apalagi merusak.
Adapun langkah-langkah penyusunan serta pengembanganmedia pembelajaran keaksaraan fungsional ini juga mengacu dalam kriteriatersebut.penyusunanmedia pembelajaran dapat diartikan menciptakan media pembelajaran yang baruataubelumpernahada,sedangkanpengembanganmediapembelajarandapatdiartikansebagai upayamengadaptasi,merekayasa,ataumenyesuaikan(modifikasi) mediapembelajaranyang sudah adadengan kebutuhan pada proses pembelajaran. Dalamprosespembelajaran seringkalitidak dilengkapi menggunakan media pembelajaran yang memadai. Oleh karenaitu, pendidik (tutor/ fasilitator)ataupunpengelola/penyelenggaraprogramdituntutuntukmampumerancang, menyusunataumengembangkanmediapembelajaran efektif yg dapatdigunakandalamprosespembelajaranyang dikelolanya (Sujarwo.2012).
Secaragarisbesaratau pada umumnya, proses penyusunan atau pengembangan media pembelajaranmeliputi langkah-langkah yg bisa dilakukan sebagaimana pada Tabel dua. Berikut.
Tabel dua.
Proses Penyusunan/Pengembangan MediaPembelajaran
Sumber: DepartemenPendidikan Nasional (1989/1990).

C.  Metode danMedia Pembelajaran Papan Casing
Banyak faktor penghambat peningkatan kemampuanmembaca rakyat belajar KF antara lain yaitu pengalaman belajar warga belajaryang kurang, kualitas tutor/ narasumber dalam mengajar yg rendah, saranaprasarana dalam kegiatan pembelajaran minim, taraf kecerdasar masyarakat belajaryang memang sudah rendah, dan tidak efektifnya metode pembelajaran yangdigunakan, khususnya metode membaca kurang menarik minat belajar masyarakat.sebenarnya banyak cara buat menaikkan kemampuan membaca permulaan agarwarga belajar cepat paham serta memiliki kemampuan membaca menggunakan baik. Berikutini sebagian metode membaca yang bisa digunakan tutor dalam pembelajaran KF:
a.Metode Suku Kata
b.Metode Huruf serta Gambar
c.Metode SAS (struktur analitik sintetik/struktur urairangkai)
d.Metode Visual, Auditory, Kinesthetic, Tactile(VAKT)
Dalam metode cantol ini dapat diperkenalkan sukukata yang terdiri berdasarkan adonan huruf yg dibantu menggunakan cantolan berupagambar menggunakan memakai kartu bacaan buat mempermudah anak pada mengingatseluruh suku kata, lalu dilanjutkan pembelajaran menggunakan Game/permainan yangmembuat visual dan auditory masyarakat belajar ikut bekerja melalui tebak kata dalammembantu rakyat belajar mengingat bunyi dan bentuk suku istilah. Lantaran metode inimengembangkan aspek visual, auditorialdan kinestetik.
Metode membaca sistem cantol adalah sebuahmetode yang berpegang pada prinsip “belajar yg menyenangkan”. Mengapa penulismengangkat metode ini buat mendampingi media pembelajaran Papan casing, karenamenurut pengalaman penulis menjadi tutor Keaksaraan Fungsional, menemukan bahwawarga belajar lebih menyukai pembelajaran dengan hal-hal yg menyenangkan, danmelibatkan mereka pada praktik kerja langsung, sebagai akibatnya pembelajaran tidakmenimbulkan kebosanan yang menciptakan mengantuk pada kelas.


BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang dan hasil pembahasan yg telahdisajikan dalam karya tulis pada atas, dapat ditarik kesimpulan menjadi berikut:
1.Metode dan media pembelajaran Keaksaraan Fungsional menggunakan memanfaatkanpapan casing, dapat menaruh aktivitas pembelajaran yang efektif untukmeningkatkan pemahaman masyarakat belajar dalam aktivitas pembelajaran KeaksaraanFungsional.
2.Metode serta media pembelajaran Keaksaraan Fungsional dengan memanfaatkanpapan casing bisa memudahkan tutor dalam menyediakan dan membawa mediaPembelajaran ketempat belajar warga belajar Keaksaraan Fungsional.
3.Media pembelajaran Keaksaraan Fungsional menggunakan memanfaatkan papan casingdapat menaikkan minat dan ketertarikan warga belajar terhadap mediapembelajaran yg dipakai dalam Pembelajaran Keaksaraan Fungsional.
B.Rekomendasi
Mengingat pentingnya  pengembangan media pembelajaran Keaksaraan Fungsional menggunakan memanfaatkanpapan casing Belajar ini untukmeningkatkan efektivitas serta kemampuanbelajar masyarakat belajar KF. Desain contoh dan kerangka acara pembuatanmedia pembelajaran papan casing seperti yg sudah diungkapkan pada karya tulis ini karenanya perludirekomendasikan untuk diterapkan pada banyak sekali aspek penyelenggaraan acara-programKeaksaraan Fungsional di masyarakatyang bersangkutan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.Motivasi kegiatan penyelenggaraan program kegiatanKeaksaraan Fungsionalyang telah baik selama ini perlu dipertahankan, ditingkatkan serta dikembangkan dengan upaya-upaya yang memperkaya pengembangan media pembelajaran KeaksaraanFungsional yg efektif dan efisien.
2.Kepada pihak terkait yang berkepentingan pada menentukankebijakan program, supaya dapat menerapkan mekanismepenyelenggaraan proyekpendidikan masyarakatyang efisiendari output masukan yang mengakomodir kebutuhan tutor dan masyarakat belajaruntuk manfaat yg lebih akbar terhadap kebutuhan tutor dan rakyat belajar itu sendiri.
3.Desain model serta kerangka program pembuatan mediapembelajaran papan casing seperti yg sudah diungkapkan pada karya tulis ini,yg mempunyai keunggulan berdasarkan segi efektifitas danefisiensi pelaksanaan, dapat diterapkan pada masing-masing wilayah kerja Pamong belajar, dantutor, penyesuaian dilakukanberdasarkan hasil analisis kebutuhan Pamong Belajar itu sendiri dengan memperhatikan potensi masing-masingwilayah pada wilayah masing-masing.

FUNGSI JENIS DAN KEGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Fungsi, Jenis Dan Kegunaan Media Pembelajaran
Kata media adalah bentuk jamak berdasarkan kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi berdasarkan pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu menjadi pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). 

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, pengajar (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, anak didik (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang bisa dipakai buat menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sebagai akibatnya bisa merangsang perhatian, minat, pikiran, serta perasaan anak didik dalam aktivitas belajar buat mencapai tujuan belajar.

A. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media mempunyai fungsi sebagai pembawa informasi menurut sumber (guru) menuju penerima (anak didik). Sedangkan metode adalah mekanisme buat membantu murid pada menerima danmengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Hamalik yang pada kutip Azhar Arsyad (2002: 15) mengemukakan bahwa “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan hasrat dan minat yg baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, serta bahkan membawa dampak-impak psokologis terhadap murid".

Media pembelajaran, dari Kemp serta Dayton pada bukunya Azhar Arsyad(2002: 9) menyatakan bahwa “ Media pembelajaran bisa memnuhi tiga fungsi utama apabila media itu dipakai buat perorangan, gerombolan , atau kelompok pendengar yg akbar jumlahnya, yaitu:
  1. Memotivasi minat atau tindakan
  2. Menyampikan informasi
  3. Memberi instruksi.

Sumber yang lain menjelaskan bahwa, fungsi media pembelajaran antara lain:

1. Menyampaikan liputan dalam proses belajar mengajar. 
2. Melengkapi dan memperkaya liputan dalam aktivitas belajar mengajar. 
3. Mendorong motivasi belajar. 
4. Menambah variasi dalam penyajian materi. 
5. Menambah pengertian konkret mengenai suatu pengetahuan. 
6. Memungkinkan anak didik memilih aktivitas belajar sesuai menggunakan kemampuan, talenta serta minatnya. 
7. Praktis dicerna dan tahan usang pada menyerap pesan-pesan (informasinya sangat membekas serta tidak mudah lupa) (Rohani, 1997: 9). 

B. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media adalah bahan atau aplikasi (perangkat lunak) berisi pesan atau informasi pendidikan yang umumnya disajikan menggunakan memakai alat-alat. Peralatan atau perangkat keras (hardware) adalah sarana buat dapat menampilkan pesan yg terkandung pada media tadi. Dengan masuknya efek ilmu cetak-mencetak, perilaku, komunikasi, dan perkembangan teknologi elektronika, media mengalami perkembangan menggunakan menampilkan banyak sekali jenis dan karakteristiknya (modul cetak, film, televisi, film bingkai, slide, radio, komputer, serta sebagainya). Celce-Murcia (pada van Els, 1984: 289) membagi media atas dua gerombolan , yakni:
(1) perangkat pengajaran nonteknis (non-technical teaching aids)
(dua) perangkat projek teknis (technical projected aids). 

Terdapat enam jenis dasar menurut media pembelajaran menurut Heinich and Molenda (2005) yaitu:

1. Teks
· Merupakan elemen dasar bagi mengungkapkan suatu fakta yang
· Mempunyai aneka macam jenis serta bentuk tulisan yg berupaya memberi daya tarik dalam penyampaian berita.

2. Media Audio
· Membantu membicarakan maklumat menggunakan lebih berkesan
· Membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman bunyi dan lainnya.

3. Media Visual
Media yg bisa memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan buletin dan lainnya.

4. Media Proyeksi Gerak.
Termasuk pada dalamnya film gerak, film gelang, program TV, video kaset (CD, VCD, atau DVD)

5. Benda-benda Tiruan / miniatur
Seperti benda-benda 3 dimensi yg dapat disentuh dan dirabaoleh anak didik. Media ini dibentuk buat mengatasi keterbatasan baik obyek maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.

6. Manusia.
Termasuk di dalamnya pengajar, anak didik, atau ahli/ahli pada bidang/materi eksklusif.

C. Kegunaan Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran merupakan memperlancar hubungan antara guru menggunakan murid sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif serta efisien. Secara lebih rinci, media pembelajaran mempunyai kegunaan menjadi berikut:
1. Memperjelas penyajian suatu pesan supaya nir terlalu bersifat Verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti:
a. Obyek yg terlalu besar , dapat digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, gambar video, atau contoh.
b. Obyek yang kecil dibantu menggunakan proyektor mikro, film slide,gambar video atau gambar.
c. Gerak yg terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantudengan timelapse, highspeed photografi atau slow motionplayback video.
d. Kejadian atau insiden yg terjadi dalam masa lalu dapatditampilkan lagi melalui rekaman film, video, atau foto.
e. Obyek yg terlalu kompleks dapat disajikan menggunakan model,diagram, dll.
f. Konsep yg terlalu luas dapat divisualkan pada bentuk film,slide, gambar atau video.

3. Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi bisa mengatasi perilaku pasif anak didik. Dalam hal ini mediapembelajaran bermanfaat untuk:
a. Menimbulkan gairah belajar.
b. Memungkinkan interaksi eksklusif antara murid menggunakan lingkungan serta kenyataan. 
c. Memungkinkan murid otodidak berdasarkan minat dankemampuannya.

4. Dengan sifat yang unik dalam anak didik pula dengan lingkungan dan pengalaman yg berbeda-beda, sedangkan kurikulum dan materipembelajaran yg sama buat setiap murid, kasus ini bisa diatasi dengan media pembelajaran dalam kemampuannya:
a. Memberikan perangsang yg sama.
b. Menyamakan pengalaman.
c. Menimbulkan persepsi yg sama.

5. Efisiensi dalam saat serta tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih gampang tercapai secara aporisma menggunakan waktu dan energi seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab menggunakan sekali hidangan memakai media, anak didik akan lebih gampang memahami pelajaran.

6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana dan kapan saja
Media pembelajaran bisa dirangsang sedemikian rupa sebagai akibatnya murid dapat melakukan aktivitas belajar menggunakan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seseorang guru.perlu kita sadari ketika belajar pada sekolah sangat terbatas dan ketika terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.

7. Mengubah kiprah guru ke arah yang lebih positif serta produktif
Guru dapat menyebarkan peran dengan media sehingga banyak mamiliki ketika buat memberi perhatian dalam aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar murid, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, serta lain-lain

Sudjana serta Rivai dalam bukunya Azhar Arsyad (2002: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran pada proses belajar siswa, yaitu:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian murid sebagai akibatnya bisa menumbuhkan motivasi belajar
2) Bahan pembelajaran akan lebih kentara maknanya sehingga bisa lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai serta mencapai tujuan pembelajaran
3) Metode mengajar akan bervariasi, tidak semata-mata komunikasi ekspresi melalui penuturan kata-istilah oleh guru, sebagai akibatnya nir bosan da pengajar tidak kehabisan energi, apalagi kalau guru mengajar pada setiap pelajaran
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan aktivitas belajar karena hanya mendengarkan uaraian pengajar, tetapi juga kegiatan lain sperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Menurut Encyclopedia of Educatioanal Reseach dalam Hamalik yang dikutip Azhar Arsyad (2002: 25) merincikan manfaat media pendidikan menjadi berikut:
  • Meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme. 
  • Memperbesar perhatian murid 
  • Meletakkan dasar-dasar yg krusial buat perkembanganbelajar, sang karenanya menciptakan pelajaran lebih mantap. 
  • Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa. 
  • Menumbuhkan pemikiran yg teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup. 
  • Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa 
  • Memberikan pengalaman yg tidak mudah diperoleh dengan cara lain , dan membantu efisiensi dan keragaman yg banyak pada belajar. 
Selain itu, donasi media pembelajaran adalah: 
1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar. 
2) Pembelajaran dapat lebih menarik. 
3) Pembelajaran sebagai lebih interaktif menggunakan menerapkan teori belajar.
4) Waktu aplikasi pembelajaran bisa diperpendek.
5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. 
6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diharapkan. 
7) Sikap positif murid terhadap materi pembelajaran dan proses pembelajaran dapat ditingkatkan. 

TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI DALAM PENDIDIKAN

Teknologi Komunikasi Dan Informasi Dalam Pendidikan
Perkembangan teknologi keterangan serta komunikasi (TIK) telah menaruh pengaruh terhadap global pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK terdapat 5 pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) menurut training ke penampilan, (dua) dari ruang kelas ke di mana serta kapan saja, (3) berdasarkan kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (lima) dari saat siklus ke waktu konkret. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan menggunakan menggunakan media-media komunikasi misalnya telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara pengajar dan anak didik tidak hanya dilakukan melalui interaksi tatap muka tetapi juga dilakukan menggunakan menggunakan media-media tersebut. Guru bisa memberikan layanan tanpa wajib berhadapan eksklusif menggunakan siswa. Demikian jua anak didik dapat memperoleh kabar dalam lingkup yang luas menurut banyak sekali sumber melalui cyber space atau ruang maya menggunakan memakai personal komputer atau internet. Hal yang paling terkini merupakan berkembangnya apa yang diklaim “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pedagogi yang dilakukan menggunakan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper waktu ini artinya e-learning yaitu satu model pembelajaran menggunakan memakai media teknologi komunikasi dan warta khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning adalah satu penggunaan teknologi internet pada penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan 3 kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan buat memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau liputan, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui personal komputer dengan memakai teknologi internet yg standar, (3) memfokuskan dalam pandangan yg paling luas tentang pembelajaran di pulang kerangka berpikir pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang pada banyak sekali contoh pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb. 

Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan pada ambang abad 21. Kehadirannya sudah memberikan efek yg relatif akbar terhadap kehidupan umat manusia pada aneka macam aspek dan dimensi. Internet adalah keliru satu instrumen dalam era globalisasi yg telah membuahkan global ini sebagai transparan serta terhubungkan menggunakan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia dunia buat memperoleh fakta dalam aneka macam bidang serta pada glirannya akan menaruh efek dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir sudah terjadi revolusi internet di aneka macam negara dan penggunaannya dalam aneka macam bidang kehidupan. Keberadaan internet dalam masa sekarang telah merupakan satu kebutuhan pokok insan modern dalam menghadapi aneka macam tantangan perkembangan global. Kondisi ini telah tentu akan memberikan efek terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat insan secara holistik. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yg ingin lestari pada menghadapi tantangan dunia, perlu menaikkan kualitas dirinya buat beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK sudah membarui wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai menggunakan hubungan tatap muka antara pengajar dengan siswa baik pada kelas maupun pada luar kelas. 

Di masa-masa mendatang, arus keterangan akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global pada seluruh global serta menuntut siapapun buat menyesuaikan diri menggunakan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat nir dapat terlepas berdasarkan keberadaan personal komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan pada tema "Asia in the New Millenium" yg menaruh citra aneka macam kesamaan perkembangan yang akan terjadi pada Asia dalam banyak sekali aspek misalnya ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. Termasuk pada dalamnya imbas revolusi internet dalam aneka macam dimensi kehidupan. Salah satu goresan pena yg berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul "Rebooting:The Mind Starts at School". Dalam goresan pena tadi dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh tidak sinkron dengan ruang kelas misalnya sekarang ini yaitu dalam bentuk misalnya laboratorium personal komputer pada mana tidak masih ada lagi format anak duduk di bangku dan pengajar berada pada depan kelas. Ruang kelas di masa yg akan tiba diklaim sebagai "cyber classroom" atau "ruang kelas maya" menjadi tempat anak-anak melakukan kegiatan pembelajaran secara individual maupun grup menggunakan pola belajar yg disebut "interactive learning" atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan menggunakan personal komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet buat memperoleh materi belajar menurut aneka macam sumber belajar. Anak akan melakukan aktivitas belajar yang sesuai menggunakan syarat kemampuan individualnya sehingga anak yg lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai menggunakan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yg lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sinkron dengan kondisi lingkungan serta syarat anak sebagai akibatnya memberikan peluang buat terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik pada dimensi saat juga ruang dan materi. Dalam situasi misalnya ini, guru bertindak menjadi fasilitator pembelajaran sesuai dengan kiprah-kiprah sebagaimana dikemukakan di atas. 

Dalam goresan pena itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-kitab dan alat tulis seperti kini ini, akan namun berupa: (1) personal komputer notebook menggunakan akses internet tanpa kabel, yg bermuatan materi-materi belajar yg berupa bahan bacaan, materi buat ditinjau atau didengar, serta dilengkapi dengan kamera digital dan perekam suara, (2) Jam tangan yg dilengkapi menggunakan data langsung, uang elektronika, kode sekuriti buat masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan software, akses internet, permainan, musik, serta TV, (4) indera-indera musik, (5) alat olah raga, serta (6) bingkisan buat makan siang. Hal itu memperlihatkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah pada masa itu nanti berupa perlengkapan yg bernuansa internet menjadi alat bantu belajar. 

Meskipun teknologi fakta komunikasi pada bentuk komputer dan internet sudah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif serta produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan serta kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah menggunakan internetnya itu sendiri dibandingkan menggunakan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yg terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek warta yg diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan liputan berdasarkan internet sehingga sangat berbahaya bila anak kurang mempunyai sikap kritis terhadap warta yg diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yg kurang proporsional bisa mengabaikan peningkatan kemampuan yg bersifat manual misalnya menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu mempunyai kemampuan pada mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian juga perlunya kerjasama yg baik dengan orang tua buat membimbing anak-anak belajar di tempat tinggal masing-masing.

Pergeseran pandangan tentang pembelajaran
Untuk bisa memanfaatkan TIK pada memperbaiki mutu pembelajaran, terdapat tiga hal yang wajib diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus mempunyai akses kepada teknologi digital serta internet pada kelas, sekolah, dan forum pendidikan guru, (2) wajib tersedia materi yang berkualitas, bermakna, serta dukungan kultural bagi siswa dan pengajar, serta (tiga) pengajar harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan asal-sumber digital buat membantu siswa supaya mencaqpai standar akademik. Sejalan menggunakan pesatnya perkembangan TIK, maka sudah terjadi pergeseran pandangan mengenai pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa kemudian (serta masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dilihat sebagai: (1) sesuatu yg sulit serta berat, (dua) upoaya mengisi kekurangan siswa, (tiga) satu proses transfer serta penerimaan keterangan, (4) proses individual atau soliter, (lima) kegiatan yg dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan mini serta terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif serta pasif, (4) proses linear serta atau nir linear, (5) proses yg berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur murid, (7) aktivitas yg dievaluasi menurut pemenuhan tugas, perolehan output, dan pemecahan masalah konkret baik individual maupun gerombolan .

Hal itu telah menguban kiprah pengajar serta siswa pada pembelajaran. Peran pengajar telah berubah menurut: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber primer fakta, akhli materi, serta sumber segala jawaban, menjadi menjadi fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan kawan belajar; (dua) berdasarkan mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih poly menaruh lebih poly alternatif serta tanggung jawab pada setiap anak didik dalam proses pembelajaran. Sementara itu kiprah murid dalam pembelajaran sudah mengalami perubahan yaitu: (1) menurut penerima keterangan yg pasif sebagai partisipan aktif pada proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan pulang pengetahuan menjadi menghasilkan dan aneka macam pengetahuan, (3) berdasarkan pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif menggunakan siswa lain. 

Lingkungan pembelajaran yang pada masa kemudian berpusat pada guru sudah bergesar menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci bisa digambarkan sebagai berikut:
Lingkungan
Berpusat dalam guru
Berpusat pada siswa
Aktivitas kelas
Guru menjadi sentral dan bersifat didaktis
Siswa menjadi sentral dan bersifat interaktif
Peran guru
Menyampaikan warta-kabar, guru sebagai akhli
Kolaboratif, kadang-kadang siswa menjadi akhli
Penekanan pengajaran
Mengingat informasi-fakta
Hubungan antara informasi serta temuan
Konsep pengetahuan
Akumujlasi keterangan secara kuantitas
Transformasi fakta-fakta
Penampilan keberhasilan
Penilaian acuan norma
Kuantitas pemahaman , evaluasi acuan patokan
Penilaian
Soal-soal pilihan berganda
Protofolio, pemecahan kasus, serta penampilan
Penggunaan teknologi
Latihan dan praktek
Komunikasi, akses, kerja sama, ekspresi
Kreativitas dan kemandirian belajar

Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang relatif berarti terhadap proses serta output pembelajaran baik di kelas maupun pada luar kelas. TIK sudah memungkinkan terjadinya individuasi, percepatan, pengayaan, ekspansi, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yg pada gilirannya akan mempertinggi kualitas pendidikan menjadi infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap murid akan terangsang buat belajar maju berkelanjutan sinkron dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran menggunakan memakai TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan menyebarkan seluruh potensi yang dimilikinya.. 

Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern pada abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan buat mampu beradaptasi menggunakan aneka macam tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hayati ini menggunakan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas menaruh peluang bagi individu buat mengaktualisasikan dirinya, ke 2, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan kasus, ketiga, kreativitas bisa menaruh kepuasan hayati, dan keempat, kreativitas memungkinkan insan menaikkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yg memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai menggunakan motivasi yg bertenaga, rasa ingin tahu, tertarik menggunakan tugas beragam, berani menghadapi resiko, nir mudah putus harapan, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, bisa ditransformasikan, dan bisa dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diharapkan pada kehidupan yg penuh tantangan ini sebab kemandirian adalah kunci utama bagi individu buat mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan pada kehidupannya. Kemandirian didukung menggunakan kualitas langsung yg ditandai dengan dominasi kompetensi eksklusif, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif pada berfikir dan bertindak, sanggup mengendalikan dirinya, serta mempunyai komitmen yang kuat terhadap banyak sekali hal.

Dengan memperhatikan karakteristik-karakteristik kreativitas serta kemandirian tersebut, maka bisa dikatakan bahwa TIK menaruh peluang buat berkembangnya kreativitas serta kemandirian anak didik. Pembelajaran menggunakan dukungan TIK memungkinkan bisa membentuk karya-karya baru yg orsinil, mempunyai nilai yg tinggi, dan bisa dikembangkan lebih jauh buat kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh banyak sekali berita dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga mempertinggi wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yg kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri juga terhadap pihak lain. 

Peran guru
Semua hal itu nir akan terjadi menggunakan sendirinya karena setiap murid mempunyai kondisi yg tidak sama antara satu menggunakan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun menurut orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran menggunakan dukungan TIK. Dalam kaitan ini pengajar memegang peran yang amat krusial serta harus menguasai seluk beluk TIK serta yang lebih krusial lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi fakta wajib bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah kiprah-kiprah tertentu, karena pengajar bukan satu-satunya asal berita melainkan hanya keliru satu asal informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. Dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang kiprah-kiprah guru mengalami perluasan yaitu guru menjadi: instruktur (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, serta pengarang. Sebagai instruktur (coaches), pengajar wajib menaruh peluang yang sebanyak-besarnya bagi anak didik buat mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai menggunakan syarat masing-masing. Pengajar hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja serta tidak memberikan satu cara yg mutlak. Hal ini adalah analogi pada bidang olah raga, pada mana pelatih hanya menaruh petunjuk dasar-dasar permainan, ad interim pada permainan itu sendiri para pemain akan menyebarkan kiat-kiatnya sinkron menggunakan kemampuan dan syarat yg ada. Sebagai konselor, pengajar harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana murid melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif serta tidak ada jeda yang kaku menggunakan pengajar. Disamping itu, pengajar dibutuhkan bisa tahu kondisi setiap anak didik serta membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru mempunyai kemandirian dan swatantra yg seluas-luasnya pada mengelola keseluruhan aktivitas belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh asal-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi pula berperilaku belajar menurut interaksinya menggunakan anak didik. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi beliau sebagai fasilitator pembelajaran murid. Sebagai pemimpin, diperlukan guru bisa sebagai seorang yg mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan beserta. Disamping sebagai pengajar, guru wajib mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab pada aneka macam kegiatan lain pada luiar mengajar. Sebagai pembelajar, pengajar harus secara terus menerus belajar pada rangka menyegarkan kompetensinya dan menaikkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, pengajar wajib selalu kreatif dan inovatif membentuk aneka macam karya yg akan dipakai buat melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang berdikari bukan sebagai tukang atau teknisi yg harus mengikuti satu buku petunjuk yg standar, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang sanggup membuat banyak sekali karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu wajib didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yg tinggi menjadi basis kualitas profesionaliemenya.

STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

Pengertian Strategi Pembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran adalah suatu proses dimana konduite diubah, dibuat atau dikendalikan. Jika istilah pembelajaran digunakan buat menyatakan suatu fungsi, maka tekanannya diletakan pada aspek-aspek krusial eksklusif (seperti motivasi) yg diyakini buat membantu membentuk belajar. Jadi arti pembelajaran merupakan suatu prubahan yg dapat memberikan output jika (orang-orang) berinteraksi dengan fakta (materi,aktivitas, pengalaman). Definisi lain pembelajaran merupakan upaya yang direncanakan dan dilaksanakan menggunakan sengaja buat memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri masyarakat belajar.
Strategi adalah sarana organisasi yg dipakai buat mencapai tujuannya. Strategi pembelajaran adalah wahana atau cara bagaimana supaya pembelajaran berlangsung secara efektif sebagai akibatnya tercapai tujuan belajar yg diinginkan.

Pembelajara orang dewasa adalah pembelajaran buat tahu orang dewasa dalam belajar menggunakan syarat optimum bagi orang dewasa tersebut. Smith (1982) mengungkapkan terdapat enam mengenai pembelajaran bagi orang dewasa ini, yaitu :


  1. Belajar berlangsung sepanjang hayat, hidup berarti belajar, belajar bisa dikehendaki tetapi dapat pula tanpa dikehendaki. Kita belajar banyak melalui proses pengenalan, semenjak dari pengasuhan keluarga, pengaruh sahabat sebaya, pekerjaan, permainan, harus militer dan media masa.
  2. Belajar merupakan suatu proses yang bersifat pribadi dan alamiah, tidak seseorang pun yang dapat melakukan belajar untuk kita.
  3. Belajar meliputi perubahan, sesuatu yg dibubuhi atau dikurangi. Perubahan-perubahan mungkin kecil sekali dalam masa dewasa.
  4. Belajar dibatasi oleh tingkat perkembangan manusia. Belajar menghipnotis dan dipengaruhi sang perubahan biologis dan fisik pada kepribadian, nilai peranan serta tugas yg umumnya terjadi sepanjang rentang kehidupan normal. 
  5. Berkaitan menggunakan pengalaman dan mengalami, Belajar merupakan mengalami, yaitu berinteraksi dengan lingkungan. Belajar merupakan melakukan.
  6. Belajar mengandung intuitif. Pengetahuan dapat muncul berdasarkan kegiatanbelajar itu sendiri. Intuisi dinamankan pengetahuan yang nir bisa ditemukan.
Karakteristik Orang Dewasa

Proses belajar bagi orang dewasa memerlukan kehadiran orang lain yg bisa berperan sebagai pembimbing belajar bukan cenderung digurui, orang dewasa cenderung ingin belajar bukan berguru. Orang dewasa tumbuh sebagai eksklusif dan memiliki kematangan konsep diri, mengalami perubahan psikologis serta ketergantungan yang terjadi pada masa kanak-kanak sebagai kemandirian untuk mengarahkan diri sendiri, sebagai akibatnya proses pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan karakteristik orang dewasa.


Karakteristik orang dewasa dari Knowles (1986) tidak sinkron asumsinya dibandingkan dengan anak-anak. Asumsi yg dimaksud adalah:

  1. Konsep dirinya beranjak berdasarkan seorang pribadi yang bergantung ke arah langsung yang mandiri
  2. Manusia mengakumulasi poly pengalaman yang diperolehnya sebagai akibatnya sebagai asal belajar yang berkembang
  3. Kesiapan belajar insan secara meningkat diorientasikan dalam tugas perkembangan peranan sosial yg dibawanya.
  4. Persfektif waktunya berubah berdasarkan suatu pengetahuan yang tertunda penerapannya menjadi penerapan yang segera, orientasi belajarnya menurut yang terpusat pada pelajaran beralih sebagai terpusat dalam kasus.
Dari perkiraan mengenai konsep diri tersebut mengandung implikasi tentang pembelajaran orang dewasa yaitu :
  1. Terciptanya suasana belajar yang menyenangkan 
  2. Terjadinya multi komunikasi
  3. Peran serta warga belajar wajib diutamakan
  4. Pendapat orang dewasa harus dihormati
  5. Belajar orang dewasa bersifat unik, subyektif, serta lokalitas
  6. Rasa saling mempercayai antara pendidik serta terdidik
  7. Orang dewasa mempunyai tingkat kecerdasan yg tidak sinkron 
  8. Orang dewasa belajar igin mengetahui arti dirinya pada grup belajar
  9. Membangkitkan motivasi yang berasal berdasarkan dalam dirinya sendiri.
Berpusat pada karakteristik orang dewasa tersebut, maka akan mensugesti aspek-aspek pembelajaran orang dewasa diantaranya mengenal kurikulum atau materi, metode, media, asal belajar, dan setting pembelajaran.
Kurikulum pada kegiatan belajar orang dewasa harus disusun menurut kebutuhan yg terkait dengan aplikasi tugas kiprah sosial tentang perseteruan kehidupan yang secara kongkrit dihadapi oleh warga belajar, bukan disusun atas dasar urutan logik mata pelajaran.
Materi pembelajaran orang dewasa disusun menurut kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar dapat didefinisikan menjadi kesenjangan antara kebutuhan sekarang dengan kebutuhan yg diperlukan. Oleh karena itu sarana buat memilih kebutuhan belajar adalah menyusun suatu model belajar orang dewasa dan mengungkap kesenjangan antara kebutuhan sekarang dengan kebutuhan yg dibutuhkan.

Metode serta teknik pembelajaran memegang peranan  krusial dalam menyusun strategi serta aplikasi kegiatan belajar membelajarkan . Metode serta teknik pembelajaran orang dewasa akan dibahas tersendiri.

Model-contoh Pembelajaran Orang Dewasa

Sesuai dengan ciri orang dewasa, maka pembelajarannya jua memerlukan ciri yang khusus. Ada beberapa model pembelajaran yg cocok dipakai buat pembelajaran orang dewasa yaitu :


a. Model Pembelajaran Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peranan


Model pembelajaran ini memakai pendekatan partisipatori andragogi melalui siklus pengalaman struktur. Model pembelajaran ini adalah proses membantu belajar orang dewasa secara analisis serta partisipasif melalui tahap-termin :

  1. Pengenalan serta penghayatan terhadap kasus serta kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas berdasarkan pandangan peserta
  2. Pengungkapan masalah/kebutuhan peningkatan mutu program serta kemampuan petugas berdasarkan pandangan peserta
  3. Pengolahan masalah serta kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas oleh peserta bersama fasilitator atau narasumber.
  4. Penyimpulan cara pemecahan perkara dan pemenuhan kebutuhan penigkatan mutu acara serta kemampuan petugas oleh peserta beserta fasilitator
  5. Penyerapan serta penerapan cara-cara peningkatan mutu acara dan kemampuan petugas dalam penyelenggaraan acara.'
Merujuk pada model pembelajaran siklus pengalaman berstruktur buat analisis kiprah peserta dapat menggunakan metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah dan Peran). Pembelajaran dengan metode ATMAP adalah upaya peningkatan kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta terhadap perannya pada menyelenggarakan acara dalam masyarakat. Aplikasi metode ATMAP dalam siklus pengalaman berstruktur adalah menjadi berikut :
1. Arah acara serta arah tugas
Arah acara berkenaan diantaranya tujuan aktivitas, cara pelaksanaan dan cara penilaian menurut acara yg diselenggaraka dalam warga . Arah tugas peserta berkenaan tugas pokok, rincian kegiatannya dan proses pelaksanaannya. Metode pembelajaran ini diantaranya hidangan arah, jajak kaus, curah pendapat, ceramah, tanya jawab, serta metode lain yang sesuai.
2. Terapan acara serta tugas
Terapan acara adalah cara aplikasi acara menurut arah yang sudah ditetapkan baik yang sudah diwujudkan maupun yang diperkirakan. Terapan tugas ialah cara pelaksanaan tugas yg sudah ditetapkan. Terapan acara serta terapan tugas dikaitkan menggunakan situasi serta kondisi wilayah, tempat serta fasilitas pendukungnya. Metode pembelajaran untuk ini diantaranya memakai curah pendapat, diskusi, telaah terapan,kerja kelompk,serta metode lain yang sinkron.
3. Masalah Terapan Program dan Terapan Tugas
Masalah terapan acara merupakan masalah-masalah yg muncul atau yuang diperkirakan akan ada baik internal maupun eksternal. Masalah terapan tugas ialah kasus kemampuan petugas dalam melaksanakan tugasnya yang berkaitan menggunakan terapan program baik yg timbul atau yg diperkirakan akan timbul (internal maupun eksternal). Metode pembelajaran ini antara lain curah pendapat, telaah perkara, diskusi kelompok (pleno), telaah banding, jajak lapangan, kerja kelompok dan metode lain yang sesuai.
4. Alternatif Pemecahan Masalah Terapan Program serta Terapan Tugas
Alternatif pemecahan kasus terapan program artinya gagasan-gagasan cara pemecahan perkara yang sudah dianalisis baik buat kini ataupun yg akan datang terutama terhadap perkara internal. Alternatif pemecahan kasus terapan tugas ialah gagasan-gagasan cara peningkatan kemampuan petugas sinkron menggunakan tuntutan terapan acara baik buat sekarang maupun buat yang akan tiba terutama yang bersifat internal. Metode pembelajaran untuk ini adalah telaah kasus, diskusi, jajak banding, kerja grup dan metode lain yang sesuai.
5. Peran Petugas
Peran petugas ialah kiprah serta kemampuannya melaksanakan program serta pemecahan masalahnya, buat sekarang juga yang akan datang. Metode pembelajaran buat ini harus ditekankan pada belajar, praktek dan bekerja melalui metode diskusi, kerja kelompok atau individual, simulasi, bermain peran serta metode lain yang sesuai.
b. Model Pembelajaran Latihan Penyelidikan (Inguiry Training Model)
Latihan penyelidikan sebagai galat satu model pembelajaran meliputi 5 fase yaitu :
  1. Menghadapkan peserta belajar buat berkonfrontasi dengan situasi teka-teki
  2.  Fase operasional pengumpulan data buat pembuktian, meminta peserta belajar menanyakan serangkaian serangkaian pertanyaan untuk dijawab sang fasilitator dengan "ya" atau "tidak" dan menyelenggarakan serangkaian eksperimen tentang lingkungan situasi perkara.
  3. Operasi pengumpulan data buat eksperimentasi
  4. Peserta belajar menyadap keterangan menurut pengumpulan data mereka serta menjelaskan kasus sebaik mungkin.
  5. Fasilitator dan peserta belajar bekerja sama menganalisis strategi satu sama lain. Tekanan di sini merupakan pada konsekuensi strategi eksklusif. Analisis ini berusaha membantu peserta belajar lebih terarah dalam mengajukan pertanyaan serta mengikuti rencana: Pengadaan fakta, Menentukan apa yg relevan, Menyiapkan konsep penjelasan atau hubungan. 

c. Model Pembelajaran Advance Organizer
Advance Organizer ialah materi sosialisasi yang tersaji lebih dahulu menurut tugas pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi dibandingkan dengan tugas pembelajarn itu sendiri. Tujuannya artinya buat mengungkapkan, mengintegrasikan, serta menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yg sudah dipelajari lebih dahulu, disamping jua buat membantu peserta belajar membedakan materi baru berdasarkan materi pembelajaran yg sudah diberikan. Organisasi yang paling efektif merupakan materi yg menggunakan konsep, istilah serta dalil yang sudah dikenal oleh rakyat belajar termasuk juga ilustrasi dan analogi.

Bahan pembelajaran dapat berupa artikel dalam koran atau majalah dan jurnal, ceramah bahkan dapat pula film. Tugas pembelajaran bagi peserta belajar adalah buat menghayati warta, buat mengingat gagasan sentral dan mungkin juga warta kunci. Sebelum memperkenalkan materi pembelajaran pada peserta belajar hendaknya fasilitator menyiapkan materi ta’aruf pada bentuk Advance Organizer berupa lampiran yang dapat dipakai untk mengaitkan data baru yg relevan.


Advance Organizer dalam umumnya berdasarkan dalam konsep serta aturan/anggaran suatu disiplin. Sebagai contoh suatu pelajaran atau uraian tentang sistem kasta pada India bisa didahului dengan  organizer yang berdasarkan dalam konsep stratifikasi sosial. Biasanya organizer dikaitkan menggunakan materi yang bersifat aktual atau kurang tak berbentuk dibandingkan dengan yang mendahuluinya. Organizer timbul dari interaksi secara integral menggunakan materi pembelajaran. Organizer bisa jua digunakan secara kreatif untuk menyiapkan persfektif baru.


Pembelajaran model Advance Organizer bisa diterapkan melaluibeberapa fase yaitu :

  1. Penyajian Advance Organizer mencakup kegiatan : Menjelaskan tujuan satuan pelajaran, Menyajikan organizer, Mendorong timbulnya kesadaran akan pengetahuan dan pengalaman yg relevan dengan latar belakang peserta belajar.
  2. Penyajian materi tugas pembelajaran; Menyusun urutan logis materi pelajaran bagi rakyat belajar, Membina perhatian rakyat belajar, Menyiapkan bahan organiser yg bersifat eksplisit.
  3. Memperkuat organisasi kognitif : Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi secara terintegrasi, Mengintegrasikan pembelajaran penerimaan aktif,Memperoleh pendekatan kritis terhadap pengetahuan yg dipelajari.
d. Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep
Pembelajaran contoh pemerolehan konsep meliputi penganalisisan proses berpikir serta diskusi menganai atribut peroleha konsep. Selanjutnya terhadap variasi pada contoh dasar yang melibatkan lebih poly peserta belajar berpartisipasi serta mengendalikan diskusi dan lebih poly materi yg kompleks. Kelaziman diantara materi ini merupakan aplikasi menurut teori tentang konsep. Inilah yg membedakan antara contoh perolehan konsep yg orisinil menggunakan perlombaan menebak. Model ini mengandung nilai pelaksanaan yang penting dan pribadi pada pembelajaran sebagai berikut :
  1. Dengan tahu hakikat dari konsep serta aktivitas yg bersifat konseptual fasilitator dapat menetapkan secara lebih baik apabila peserta belajar memperoleh pengertian suatu konsep
  2. Fasilitator bisa mengenal strategi pengkategorisasian yang digunakan warga belajar serta membantu mereka menggunakannya secara lebih efektif.
  3. Fasilitator dapat memperbaiki kualitas pembelajaran untuk memeriksa konsep menggunakan memakai model pembelajaran tentang hakikat proses perolehan konsep.
Referesi :
Ditentis (1998), Metode belajar orang dewasa. Modul. Jakarta
Knowles, M.(19986). The adult leaner a neglected species. London. Gulf Publishing Company.
Kuntoro, Sodiq A. (1999). Andragogi : teori pembelajaran orang dewasa. Makalah. Yogyakarta.
Soedomo.(1989). Pendidikan Luar sekolah ke arah pengembangan sistem belajar masyarakat. Jakarta. Ditjen Dikti, Depdikbud.
Srinivasan. Lyra (1977). Perspectives on nonformal adult learning. New York. World Educational.
Syamsu M, dkk. (1994). Teori belajar orang dewasa. Jakarta, Depdikbud.