CARA PEMBUATAN MAKALAH YANG BAIK & BENAR

Membuat Makalah - Bagi anda yang masih bersekolah atau kuliah tentu tidak asing dengan laporan tugas ini. Ya makalah mampu disebut menggunakan karya tulis, laporan tugas adalah karya akademis yg biasanya diterbitkan pada suatu jurnal ilmiah serta membahas suatu utama permasalahan tertentu. Yah tidak hanya mahasiswa atau mahasiswi saja yg dipusingkan dengan tugas makalah ini karena sekarang sekolah taraf SMU/ Sekolah Menengah Kejuruan pun sudah menggunakan jenis makalah ini walaupun susunannya belum begitu resmi.
Paling susah adalah makalah yang adalah hasil penelitian maupun laporan tugas resmi, karena memang harus menggunakan bahasa yg benar sahih baku, memakai kertas standar buat penyusunan makalah, font, spasi, ukuran font, struktur penulisan dll. Penyusunan sebuah makalah yang baik dan benar seharusnya memang wajib diteliti dilapangan secara pribadi. Maka tidak mengherankan apabila banyak berdasarkan mahasiswa/i merasa kesulitan buat menciptakan makalah ini apalagi mereka baru saja memasuki jenjang kuliah. Tetapi mau tidak mau permanen wajib mendalami dan memeriksa mengenai pembuatan makalah ini dengan baik dan sahih lantaran memang hal ini sangat dibutuhkan. Pembuatan makalah secara generik umumnya memiliki elemen laman misalnya berikut adalah:

1. Cover
2. Judul Makalah
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Bab I Pendahuluan
6. Bab II Isi
7. Bab III Penutup
8. Daftar Pustaka
Menyusun Makalah Yang baik & benar
Nah selesainya anda mengetahui elemen elemen paling umum dalam penyusunan makalah tadi, kita akan membahasnya satu persatu serta akan kita uraikan lagi konten-konten yg terdapat pada tiap elemen diatas:
1. Cover
Cover atau page depan memiliki pesan singkat yang menyebutkan secara singkat apa yg terkandung didalam makalah tersebut mulai menurut:
  • Nama/ Judul Makalah
  • Logo Lembaga/ Institusi
  • Penulis/ penyusun yang mengajukan makalah tersebut
  • Nama Lembaga
  • Tahun Akademik.

2. Judul Makalah
Halaman Judul makalah berisi judul apa yg akan dibawakan serta nama dari penulis makalah. Pada lembar ini, penulisan judul makalah sanggup disertai menggunakan penulis ataupun tanpa penulis makalah.
3. Kata Pengantar
Kata Pengantar merupakan kata-kata pengantar menurut penulis berkenaan dengan topik yg dibawakan pada makalah buat menyuguhkan karya tulisnya kehadapan pembaca. Susunan kata pengantar ini biasanya berisi:
  • Salam pembuka
  • Mukadimmah/ pembuka
  • Sekilas proses pembuatan makalah
  • Ucapan terima kasih pada pihak-pihak yg dianggap membantu dalam pembuatan makalah tersebut
  • Penutup mukadimmah
  • Salam penutup
  • Dan terakhir, nama penulis/ pemakalah

4. Daftar Isi
Daftar Isi adalah halaman makalah yg berisi letak setiap Kata pengantar, Daftar isi, Bab, serta daftar pustaka, yakni dalam page mana ditulis oleh penulis, supaya mempermudah pembaca dalam mencari bahan bacaannya. Halaman yg berisi letak page yg bertujuan buat memudahkan pembaca dalam pencarian materi yang terdapat dalam makalah tersebut berikut halamannya.
5. Bab I Pendahuluan
Pada elemen ini, kita mulai memasuki bab-bab makalah. Dimana dalam bab ini kita menunjukkan konsep, rencana, gagasan, seputar konflik dan tujuan yg termuat dalam latar belakang penyususnan makalah. Setelah itu, adanya rumusan masalah, yakni masalah-perkara yang kita temukan pada materi makalah yang kita angkat tersebut.
Bab I Pendahuluan secara generik terdiri menurut :
1.1 Latar Belakang
Berisi latar belakang menurut penulisan makalah tersebut.
1.2 Rumusan masalah
Berisi masalah-masalah yg kita temukan dalam materi makalah yg kita angkat tersebut
1.3 Maksud dan Tujuan
Berisi tentang apa yg sebagai maksud serta tujuan dari penulis menulis makalahnya.
1.4 Metode Penulisan
Metode apa yg digunakan dalam penulisan makalah tadi.
6. Bab II Isi
Dalam bab ini, kita mulai menguraikan isi/ materi makalah, berisi pembahasan menurut setiap kasus dan pokok permasalah yg sudah tersaji atau pembahasan secara rinci berdasarkan setiap pokok pertarungan. Dimulai dari:
  • Pengertian/ definisi
  • Ulasan materi
  • Adanya alur perbandingan (bila diharapkan)
  • Penyelesaikan kasus, berikut solusi serta donasi kita terhadap permasalahan yg terdapat dalam materi makalah yang kita angkat tersebut.

7. Bab III Penutup
Berisi mengenai konklusi menurut penulis mengenai topik yg sudah dibawakannya. Di penutup ini jua kita kemukakan sambutan, terima kasih pada pihak-pihak yang turut membantu dalam penyelesaian makalah tadi.
III.2 Kritik & Saran
Berisi saran-saran menurut penulis. Penulis jua haruslah membuka kesempatan pada pembaca buat memberikan kritik serta saran terhadap makalah kita. Hal ini bertujuan agar pada pembuatan makalah berikutnya lebih baik lagi.
8. Daftar Pustaka
Berisi daftar menurut bahan bacaan / pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan makalah tadi. Inilah bagian terakhir (sebelum cover belakang) pada penyusunan sebuah makalah. Daftar pustaka ini berisi nama-nama literature yg kita jadikan surat keterangan pada pembuatan makalah tersebut. Literature disini meliputi jurnal ilmiah, buku, majalah, surat berita, media elektronika, interview jua bias dari website internet. Akan namun, keberadaan/ keabsahan website internet buat dijadikan surat keterangan karya ilmiah masih sebagai pertentangan di kalangan akademisi. Ada kampus yg memperbolehkan, terdapat pula yang nir membolehkan.
Nah demikian tadi merupakan susunan-susunan makalah secara generik yang disusun secara baik dan benar. Semoga artikel berguna bagi para pembaca, jika terdapat masukan, saran juga tambahan silahkan berkomentar pada form komentar yang sudah disediakan terima kasih.

DASARDASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling
A. Pengertian, Peran Dan Tujuan Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan serta konseling adalah upaya hadiah donasi pada siswa dengan membentuk lingkungan perkembangan yang aman, dilakukan secara sistematis serta berkesinambungan, supaya siswa bisa tahu dirinya sebagai akibatnya mampu mengarahkan diri dan bisa bertindak secara masuk akal, sesuai menggunakan tuntutan tugas-tugas perkembangan. Upaya bantuan ini dilakukan secara terjadwal dan sistematis untuk semua peserta didik berdasarkan identifikasi kebutuhan mereka, pendidik, institusi serta asa orang tua dan dilakukan sang seorang tenaga profesional bimbingan dan konseling yaitu konselor.

Tujuan pendidikan yaitu menciptakan manusia yg seutuhnya. Bimbingan serta konseling secara nir eksklusif menunjang tujuan pendidikan dengan menangani perkara serta menaruh layanan secara khusus dalam murid, agar anak didik bisa berbagi dirinya secara penuh. Kehadiran koselor sekolah membantu pengajar pada memperluas pandangan pengajar mengenai masalah afektif yang erta kaitannya menggunakan profesi pengajar, misalnya keadaan emosional yang mensugesti proses belajar-mengajar, berbagi perilaku positif serta menangani perkara yang ditemui pengajar dalam pelaksanaan tugasnya. Konselor dan pengajar adalah suatu tim yang saling menunjang demi terciptanya pembelajaran yang efektif. Kegiatan bimbingan dan konseling menggunakan demikian nir bisa dilepaskan menurut aktivitas sekolah.

Tujuan bimbingan pada sekolah artinya membantu anak didik dalam : 
  1. mengatasi kesulitan belajar, 
  2. mengatasi kebiasaan yg jelek pada waktu kegiatan belajar juga pada interaksi sosial, 
  3. mengatasi kesulitan yg berhubungan dengan kesehatan jasmani, 
  4. hal yg berkaitan dengan kelanjutan studi, 
  5. kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan serta pemilihan pekerjaan serta 
  6. mengatasi kesulitan masalah sosial-emosional yg berasal menurut siswa berkaitan dengan lingkunga sekolah, keluarga dan lingkungan yg lebih luas. 
Dalam bahasa lain Downing mengemukakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah sama dengan pendidikan terhadap diri sendiri yaitu membantu anak didik supaya dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis, merealisasikan keinginan serta mengembangkan kemampuan serta potensinya.

B. Hambatan Konselor Dalam Melakukan Layanan Bimbingan serta Konseling.
Keberadaan konselor pada sistem pendidikan nasional dinyatakan menjadi salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi pengajar, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, serta pelatih (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 Ayat 6). Tetapi masih banyak ditemukan hambatan-hambatan yang dihadapi konselor pada melakukan layanan bimbingan serta konseling. Secara garis akbar hambatan bimbingan dan konseling pada dikelompokkan dalam dua hal, yaitu 1) kendala internal dan dua) kendala eksternal.

1. Hambatan Intermal.
Hambatan internal ini berkaitan menggunakan kompetensi konselor. Kompetensi konselor meliputi kompetensi akademik serta kompetensi profesional. Kompetensi akademik konselor yakni lulusan S1 bimbingan konseling atau S2 bimbingan konseling serta melanjutkan pendidikan profesi selama 1 tahun. Kenyataan pada lapangan membuktikan bahwa masih poly pada temukan diberbagai sekolah SMP, MTs, MA, SMA, dan SMK pengajar BK non BK, adalah konselor sekolah yg bukan berlatar pendidikan bimbingan konseling. Mereka diangakat sang ketua sekolah karena dianggap mampu atau mereka yg dari dari sarjana kepercayaan . Meskipun secara keilmuan mereka nir mendalami mengenai teori-teori bimbingan konseling.

Kompetensi profesional terbentuk melalui latihan, seminar, workshop. Untuk menjadi konselor profesional memerlukan proses dan waktu. Konselor profesional membutuhkan jam terbang yang relatif matang. Di samping itu masih jua ditemukan dilapangan, adanya manajemen bimbingan dan konseling yang masih amburadul. Uman Suherman (2008), lebih lanjut mengungkapkan mengenai manajemen bimbingan dan konseling, layanan bimbingan dan konseling perlu diurus, diatur, dikemudikan, dikendalikan, ditangani, dikelola, diselenggarakan, dijalankan, dilaksanakan serta dipimpin sang orang yang mempunyai keahlian, keterampilan, dan wawasan dan pemahaman tentang arah, tujuan, fungsi, kegiatan, strategi dan indikator keberhasilannya.

2. Hambatan Eksternal.
a. Layanan Bimbingan serta Konseling bisa dilakukan oleh siapa saja 
Benarkah pekerjaan bimbingan konseling bisa dilakukan oleh siapa saja? Jawabannya bisa saja “benar” dan bisa jua “tidak”. Jawaban ”sahih”, apabila bimbingan dan konseling dianggap menjadi pekerjaan yang mudah serta bisa dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan jawaban ”nir”, apabila bimbingan serta konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan serta teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas tertentu), dengan istilah lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu karakteristik keprofesionalan bimbingan serta konseling merupakan bahwa pelayanan itu harus dilakukan sang orang-orang yang pakar dalam bidang bimbingan serta konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan serta latihan yang cukup usang pada Perguruan Tinggi, serta pengalaman-pengalaman.

b. Bimbingan serta Konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja
Sebagian orang berpandangan bahwa BK itu ada karena adanya perkara, apabila tidak ada maka BK tidak diperlukan, serta BK itu dibutuhkan untuk membantu menyelesaikan kasus saja. Memang nir dipungkiri bahwa keliru satu tugas primer bimbingan serta konseling merupakan buat membantu pada menuntaskan kasus. Namun sebenarnya juga peranan BK itu sendiri merupakan melakukan tindakan preventif supaya masalah nir muncul serta antisipasi supaya ketika kasus yg sewaktu-saat tiba nir berkembang menjadi kasus yg besar . Kita pastinya tahu semboyan yang berbunyi “Mencegah itu lebih baik daripada mengobati”.

c. Keberhasilan layanan BK tergantung pada wahana dan prasarana
Sering kali kita temukan pandangan bahwa kehandalan dan kehebatan seorang konselor itu disebabkan berdasarkan ketersediaan wahana serta prasarana yg lengkap serta terkini. Seorang konselor yang dinilai nir rupawan kinerjanya, acapkali berdalih dengan alasan bahwa beliau kurang didukung oleh sarana serta prasarana yg bagus. Sebaliknya pihak konseli pun terkadang jua terjebak dalam asumsi bahwa konselor yg hebat itu terlihat dari wahana dan prasarana yg dimiliki konselor. Pada hakikatnya kehebatan konselor itu dievaluasi bukan menurut faktor luarnya, tetapi lebih pada faktor kepribadian konselor itu sendiri, termasuk didalamnya pemahaman kepercayaan , tingkah laku sehari-hari, pergaulan dan gaya hayati.

d. Konselor harus aktif, sedangkan konseli harus/boleh pasif
Sering kita temukan bahwa konseli seringkali menyerahkan sepenuhnya penyelesaian masalahnya pada konselor, mereka menduga bahwa memang itulah kewajiban konselor, terlebih lagi apabila pada pelayanan Bk tadi konseli harus membayar. Hal ini terjadi sebenarnya jua disebabkan karena tidak jarang konselor yang menciptakan konseli itu menjadi sangat berketergantungan dengan konselor. Konselor terkadang mencitrakan dirinya menjadi pemecah masalah yg handal serta dapat dipercaya. Konselor misalnya ini biasanya berorientasi pada ekonomi bukan pengabdian. Tak jarang juga konselor yg enggan melepaskan konselinya, sehingga beliau merekayasa buat memperlambat proses penyelesaian masalah, karena tentunya apabila tiap rendezvous konseli harus membayar maka akan semakin banyak laba yang diperoleh konselor.

e. Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan serta Konseling harus segera terlihat
Seringkali konseli (orangtua/famili konseli) yg berekonomi tinggi memaksakan kehendak kepada konselor buat bisa menyelesaikan masalahnya secepat mungkin tidak peduli berapapun biaya yg wajib dimuntahkan. Tidak sporadis konselor sendiri secara nir sadar atau sadar (lantaran ada faktor tertentu) menyanggupi asa konseli yg seperti ini, umumnya konselor ini meminta kompensasi dengan bayaran yg tinggi. Yang lebih parah justru kadang ada konselor itu sendiri yang mempromosikan dirinya sebagai konselor yang bisa menuntaskan perkara secara tuntas serta cepat. Pada dasarnya yang bisa menganalisa akbar/kecil nya kasus dan cepat/lambat nya penanganan perkara merupakan konselor itu sendiri, lantaran konselor tentunya memahami landasan dan kerangka teoritik BK serta memiliki pengalaman pada penanganan kasus yg sejenisnya.

f. Guru Bimbingan serta Konseling pada sekolah merupakan “polisi sekolah”
Masih poly asumsi bahwa bimbingan serta konseling adalah “polisi sekolah”. Hal ini disebabkan karena seringkali pihak sekolah menyerahkan sepenuhnya kasus pelanggaran kedisiplinan serta peraturan sekolah lainnya pada guru BK. Bahkan poly guru BK yg diberi kewenangan sebagai eksekutor bagi anak didik yang bermasalah. Sehingga banyak sekali kita temukan pada sekolah-sekolah yang menduga guru Bk menjadi guru “killer” (yg ditakuti). Guru (BK) itu bukan buat ditakuti namun buat disegani, dicintai serta diteladani. Apabila kita menganalogikan menggunakan global hukum, konselor wajib mampu berperan menjadi pembela terdakwa resmi, yg bertindak sebagai sahabat kepercayaan , loka mencurahkan isi hati dan pikiran. Konselor adalah kawan pengiring, penunjuk jalan, pemberi liputan, pembangun kekuatan, dan pembina konduite-perilaku positif yang dikehendaki sebagai akibatnya siapa pun yg berhubungan dengan bimbingan konseling akan memperoleh suasana sejuk serta memberi harapan. Kendati demikian, konselor jua tidak bisa membela/melindungi anak didik yang memang kentara bermasalah, namun konselor boleh sebagai agunan buat penangguhan sanksi/pe-maaf-an bagi konselinya. Yang salah tetaplah salah tetapi sanksi boleh saja tidak diberikan, bergantung pada akbar kecilnya perkara itu sendiri.

C. Cara Mengatasi Hambatan-Hambatan Seorang Konselor.
Sebagai pengajar BK tentu kita sangat memberikan harapan besar agar BK dapat berjalan efektif pada sekolah. Kami merasa prihatin apabila pelaksanakan tugas-tugas BK pada sekolah kurang aporisma, oleh karena itu untuk bisa mingkatkan kinerja BK disekolah kita harus bekerja keras agar keberadaan BK disekolah dapat dakui keberadaanya serta terasa manfaatnya baik terhadap anak didik, pengajar, sekolah dan warga ., sang karenan itu terdapat beberapa saran yg bisa direnungkan dan dilaksanakan diantaranya adalah menjadi berikut :
  1. Buatlah acara BK sesuai dengan kubutuhan dan situasi kondisi sekolah
  2. Laksanakan program sinkron dengan kemampuan anda dan sekolah
  3. Laksanakan sosialisasi mengenai tugas BK di Sekolah supaya para anak didik , guru dan ketua sekolah memahaminya tentang tugas-tugas BK di sekolah.
  4. Jangan terlalu menuntut kepada sekolah buat melengkapi sarana dan prasarana BK jika sekolah memang tidak mampu menyediakannya.namun membuat usulan merupakan hal yg bijak buat dilaksanakan.
  5. Kuasai konsep BK dan Jangan malu bertanya jika anda memang tidak menguasai layanan BK disekolah, bertanya lebih baik dari pada salah dalam melaksanakan layanan BK.
  6. Jalin kolaborasi yg solid antar pengajar BK melalui komunikasi intensif dalam forum MGBK, ABKIN serta forum-lembaga lain yg bisa menaikkan kinerja BK.
  7. Jangan memaksakan diri untuk menangani perkara yang bukan sebagai tanggung jawab anda sepeti narkotika, perkara-kasus Kriminal, atau kasu-masalah kelainan jiwa, jangan lupa bahwa betanggiung jawab sebatas anak didik yang normal. Dan bila hal ini terjadi di sekolah, maka segera kordinasi menggunakan pihak terkait buat segera di “ Referal “ atau alih tangankasuskan.
  8. Tumbuhkan Niat serta mantapkan hati bahwa “ Saya akan menjadi pengajar BK yang professional mulai hari ini.

PENGERTIAN TUJUAN DAN FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengertian, Tujuan dan Fungsi Bimbingan serta Konseling
Penggunaan bahasa yang melibatkan kesesuaian pembicaraan telinga dalam suatu dialog bukan hanya gambaran bagaimana mengungkapkan makna dan gagasan melainkan bukti interaksi sosial. Penggunaan bahasa tersebut dipercaya menjadi fungsi bahasa buat membuka saluran komunikasi serta membentuk interaksi diantara rakyat sekolah khususnya guru pembimbing dengan siswa.

Dalam suatu percakapan antara guru pembimbing (konselor) dengan siswa (klien) dalam proses bimbingan serta konseling tidak akan mengajukan bahasa-bahasa yg tidak kontroversial namun dipilih secara hati-hati sesuai kondisi siswa sebagai akibatnya cenderung membuat persetujuan bersama dalam hal mengatasi atau menuntaskan suatu persoalan.

Betapa pentingnya peranan bahasa pada berkomunikasi, sebagai akibatnya keterampilan berbicara bagi kehidupan insan sangat dibutuhkan. Billow (Pateda, 2004:62) menyatakan “ bahasa terutama adalah berbicara”. Berbicara berarti menggunakan bahsa ekspresi secara aktif. Penggunaan bahsa ekspresi secara aktif ini pada kaitannya dengan proses bimbimgan serta konseling bisa saja berwujud perintah, pertanyaan, dorongan, asa, saran, permintaan, pengakuan, penjelasan atau menaruh penerangan

Sehubungan dengan hal tersebut secara rinci dalam proses bimbingan mengandung ciri-karakteristik menjadi berikut : 1) adanya tujuan yg ingin dicapai, dua) ada bahan/pesan yg menjadi isi hubungan, tiga) terdapat peserta didik yg aktif mengalami, 4) terdapat pengajar yg melaksanakan, 5) ada metode buat mencapai tujuan, 6) ada situasi yg memungkinkan proses bimbingan serta konseling berjalan menggunakan baik, 7) terdapat evaluasi terhadap hasil interaksi.

Ini memberitahuakn bahwa peranan bahasa khususnya bahasa instruksi pada proses bimbingan dan konseling adalah suatu komunikasi atau interaksi yg melibatkan pengajar pembimbing (konselor) dan peserta didik (klien) menggunakan maksud buat mencapai tujuan bimbingan yaitu: 1) peserta didik dapat mengenal dirinya sendiri serta lingkungan dimana beliau berada dan kekurangan/kelemahan pada dirinya, dua) dapat menerima diri sndiri serta lingkungan secara positif dan bergerak maju atau apa adanya, 3) bisa merogoh keputusan sendiri tentang berbagai hal, 4) dapat mengarahkan diri sendiri yang didasarkan dalam keputusan yang diambil sinkron apa yg terdapat padanya, lima) perwujudan diri sendiri/ peserta didik bisa merealisasikan dirinya sendiri. Jadi komunikasi antara peserta didik dan pengajar atau guru pembimbing menggunakan siswa memegang peranan krusial pada keberhasilan proses bimbingan serta konseling. Pengajar mempunyai peran buat mengarahkan, membimbing, menaruh dorongan serta motivasi pada pserta didik menggunakan bahasa instruksi yang sesuai kebutuhan serta kondisi peserta didik itu sendiri.

Sesuai menggunakan uraian diatas, tampak jelas bahwa bimbingan serta konseling sebagai galat satu organisasi serta kegiatan acara pendidikan di sekolah menengah pertam perlu di kelolah serta dikembangkan agar dapat menghasilkan produk atau hasil belajar secara optimal. General A. Glad Stein (pada Sarono, 2005:6) Mengemukakan bahwa layanan bimbingan dan konseling yg bemutu itu bisa membantu siswa, nir hanya mengatasi kasus-kasus pendidikan serta pekerjaan tetapi juga sanggup mengatasi masalah-kasus eksklusif murid.

Sesuai harapa guru mata pelajaran Robert F. Gibshon (pada Sarono, 2005:6) beropini bahwa layanan bimbingan serta konseling yang bermutu itu sanggup membantu pengajar mengurangi perilaku murid yg sebagai penyebab keributan atau gangguan di kelas, serta membantu proses pedagogi mudah serta efektif.

Berkaitan menggunakan harapan ketua sekolah Darrel H. Hart dan Donald J. Prince (dalam Sarono, 2005:6) menyatakan pendapat bahwa layanan bimbingna serta konseling yang bermutu itu wajib bisa membantu memecahkan kasus, memperlancar keberhasilan belajar siswa , dan membantu memecahkan masalah pendidikan dan karir murid.

Untuk mengatasi masalah-masalah yg dihadapi peserta didik merupakan bekerja sama dengan pengajar pembimbing (konselor sekolah) menggunakan cara memberikan layanan konseling individual.” Konseling individual “mengandung makna bagaimana seorang berbicara menggunakan orang lain menggunakan tujuan buat membantu agar terjadi perubahan perilaku kearah positif berdasarkan orang yg dibatu.

Dalam konseling individual, kedua belah pihak harus bekerja sama agar klien dapat tahu diri dan permasalahannya dan bisa menyebarkan potensi positif pada dirinya, serta sanggup memecahkan masalahnya sendiri yang tentunya atas donasi dan kepakaran konselor, karena itu seseorang konselor yang berkecimpung di banyak sekali hubungan antar manusia wajib pada lengkapi menggunakan ilmu konseling, ilmu penunjang lain seperti psikologi, antropologi, sosiologi serta ilmu-ilmu lain yang bersinggungan dengan perilaku insan. Selanjutnya konselor harus memiliki keterampilan konseling yaitu menguasai tekhnik-tekhnik konseling di setiap tahapan proses konseling. Tahap awal, termin pertengahan, dan termin akhir supaya konselor mengetahui hingga di mana kemajuan konseling yg dilakukan buat mencapai tujuan yang diharapkan.

Unruk mengoptimalakan proses bimbingan serta konseling kemampuan konselor pada penerapan bahasa instruksi baik menurut segi bentuk maupun isi sangat pada perlukan sehingga benar-sahih terjalin kolaborasi yg baik pada proses bimbingan dan konseling demi tercapainya tujuan bimbingan yang dibutuhkan.

1. Bahasa Instruksi pada Proses Bimbingan dan Konseling
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa “Bahasa merupakan (i) system lambang bunyi yang arbitrer yg digunakan oleh para anggota suatu rakyat buat bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri, (ii) dialog (perkataan) yg baik, tingkah laris yang baik, sopan santun”. Ali Syahbana (dalam Pateda,2003:tiga) menyatakan bahwa bahasa adalah ucapan pikiran serta perasaan manusia dengan teratur menggunakan memakai alat suara. Sedangkn instruksi pada kamus Bahasa Indonesia menyetakan sebagai pelajaran atau petunjuk.

Jadi bahasa instruksi dimaksudkan menjadi suatu ungkapan dalam bentuk kalimat atau istilah menurut seorang kepada orang lain sehingga terjalin hubungan kerja sama saling berinteraksi anatara satu menggunakan lainnya buat mencapai satu tujuan eksklusif menjadi akhir menurut suatu pembicaraan. Sama halnya pada proses bimbingan dan konseling sebagaimana di kemukakan sang Muhammad (2004:4) bahwa “ Bimbingan dan konseling merupakan merupakan proses donasi psikologis dan humanisme secara ilmiah serta profesional yg diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada yg dibimbing (klien), supaya dapat berkembang secara optimal , yaitu mampu tahu diri, mengarahkan diri, dan mengaktualisasikan diri, sinkron termin perkembangan , sifat-sifat, potensi yang dimiliki serta latar belakang kehidupan dan lingkungannya sebagai akibatnya tercapai kebahagiaan dalam kehidupannya “.

Tanpa adanya bahasa instruksi ( bahasa perintah / bahasa petunjuk) pada proses 

Bimbingan dan konseling tentunya maksud serta tujuan yg di kehendaki sebagai akhir berdasarkan pada konseling individual nir akan tercapai. Untuk itu sangat dibutuhkan tehnik dan keterampilan berkomunikasi yg baik serta sopan sebagai akibatnya bisa membuka hati, pikiran serta perasaan secara suka rela serta iklas mengikuti alur pembicaraan yg pada akhirnya klien benar-sahih merasa terbimbing oleh konselor itu sendiri.

2. Bentuk Bahasa Instruksi
Jika mendengar orang berbicara, kita mendengar bunyi bahasa, bunyi bahasa yang digunakannya pada sebut bahasa mulut. Terdapat empat aktivitas berbahasa yakni : 1) berbicara, dua) mendengar, tiga)membaca, 4) menulis (Pateda, 2005:20). Khusus pada proses bimbingan dan konseling bentuk bahasa yang di pakai adalah bahsa ekspresi yaitu bahasa yg disampaikan secara eksklusif antara pembicara serta pendengar. Jadi terdapat yang berbicara dan ada yang mendengar, antara konselor dan klien terjalin interaksi timbal kembali. 

Bentuk bahasa instruksi pada proses bimbingan dan konseling bisa dilakukan dengan cara : 1) menangkap pesan utama , 2) bertanya buat membuka dialog,tiga) bertanya tertutup, 4) dorongan minimal, lima) interpretasi, 7) mengarahkan, 8) memimpin, 9) penekanan, 10) komprontasi, 11) menjernihkan, 12) memudahkan, 13) membisu, 14) mengambil inisiatif, 15) memberi nasehat, 16) memberi kabar, 17) merencanakan, 18) serta menyimpulkan ( S.willis, 2004:187 ) 

3. Isi Bahasa instruksi
Bahasa selalu pada pakai setiap hari. Apa yang di pakai yang berwujud bahasa mengandung isi, mengandung jujur, dan berisi hal-hal menyangkut nama, kegiatan, proses, konsep-konsep, keyakinan, dan pikiran (Pateda, 2005:18)

Miller (dalam Pateda,2005:20) menyampaikan bahwa buat menggunakan bahasa secara efektif, wajib memperhatikan isi bahasa ini dia.
1. Informasi fonologis, maksudnya, kita mendengar bunyi-bunyi bahasa yg bermakna.
2. Informasi leksikal. Kita mendengar istilah atau urutan kata yang berisi pesan atau mengandung makna.
3. Informasi sintaksis. Bunyi-bunyi bahasa berhubung-interaksi membentuk kata berhubung-hubungan dengan istilah lain yg membangun kalimat. Kalimat yang kita gunakan mengandung makna atau memiliki pesan atau jujur.
4. Konsep yang ingin diutarakan dan kenyataannya.
5. Sistem keyakinan, baik yang berkaitan menggunakan agama yang kita yakini maupun evaluasi kita terhadap apa yang kita dengar atau kita baca.

Apa yg dikemukakan sang kedua pakar tadi pertanda bahwa isi bahasa instruksi pada proses bimbingan dan konseling adalah nir terikat dalam suatu bentuk, tetapi bebas memilih bentuk bahasa yg digunakan, buat membicarakan apa yang difikirkan, dikehendaki atau dirasakan sehingga proses konseling berjalan sebagaimana mestinya serta dalam akhirnya klien benar-benar merasa terbimbing, mampu menentukan sikap buat penyelesaian suatu perseteruan ,tantangan dan hambatan yang dihadapinya.

4. Bimbingan dan konseling
a. Pengertian bimbingan 
Bimbingan dan konseling adalah terjemahan dari “Guidance” serta “Conseling” dalam bahasa inggris. Istilah ini mengandung arti : (1) mengarahkan (to direct), (dua) memandu (to pilot), (tiga) mengelola (to manage), serta (4) menyetir (to steer).

Sunaryo (Syamsu Yusuf,A Juntika, 2005:6) mengemukakan bahwa bimbingan sebagai “ Proses membantu individu buat mencapai perkembangan optimal”.sedangkan Rochman Natawijaya mengartikan bimbingan menjadi proses pemberian donasi kepada individu yg dilakukan secara berkesinambungan , agar individu tadi bisa memahami dirinya serta dapat bertindak secara masuk akal, sesuai menggunakan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, rakyat dan khidupan dalam biasanya.

b. Pengertian Konseling
ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa “ Konseling adalah interaksi tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan perilaku penerimaan serta pemebrian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan serta keterampilannya buat membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya” (Syamsu Yusuf, A. Juntika,2005:8) 

Prayitno, Erman Amti(1999: 104) mengemukakan bahwa “ Konseling adalah proses anugerah donasi yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (diklaim konselor) pada individu yg sedang mengalami sesuatu kasus (disebut klien) yang bermuara dalam teratasinya masalah yang dihadapi sang klien”.

Dalam wawancara konseling itu klien mengemukakan maalah –masalah yg dihadapi kepada konselor, dan konselor menciptakan suasana interaksi yg akrab menggunakan menerapkan prinsip-prinsip serta tekhnik wawancara konseling sedemikian rupa, sehingga masalahnya itu terjelajahi sgenap seginya dan pribadi klien terangsang buat mengatasi maslah yang sedang di hadapi menggunakan menggunakan kekuatanya sendiri. Proses konseling pada dasarnya merupakan bisnis menghidupkan serta mendayagunakan secara penuh fungsi-fungsi yg minimal secara potensial organismik terdapat pada diri klien itu. Apabila fungsi ini berjalan dengan baik dapoat dibutuhkan dinamika hayati klien akan pulang berjalan dengan wajar menunjuk kepada tujuan yang positif.

c. Proses Konseling
Jika menyimak pengertian bimbingan dan konseling sebagaimana pada kemukakan pada atas, maka implisit pada dlamnya tujuan konseling yaitu membantu individu/ klien agar sebagai orang yang lebih fungsionbal, mencapai integritas diri, bukti diri diri, dan ekspresi. Versi lain dari tujuqan konseling merupakan agar potensi optimal, mampu memecahkan perkara, serta mampu mengikuti keadaan terhadap lingkungan.

Untuk mencapai tujuan konseling dengan efektif seorang konselor wajib mampu: 1) menangkap berita sentral atau pesan utama klien, dua) utamakan tujuan klien-tujuan konseling. Secara umum dikatakan bahwa tujuan konseling haruslah mencapai : a) Effectif daily living, artinya setelah selesai proses konseling klien wajib bisa menjalani kehidupan sehari-harinya secara effektif dan berdayaguna buat diri, famili, warga , bangsa dan Tuhannya. B) Relationship with Other, adalah klien bisa menjalin interaksi yg harmonis menggunakan orang lain pada famili, sekolah, rakyat dan sebagainya.

Brammer dalam Sofyan S.willis (2004:50) Proses konseing adalah insiden yg tengah berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tadi (konselor serta klien) supaya proses konseling berjalan menggunakan lancar dibutuhkan keterampilan spesifik secara sedikit demi sedikit yg dibagi dalam 3 tahapan: (1) termin awal konseling, (2) termin pertengahan /tahap kerja, serta (tiga) Tahap akhir konseling / tahap tindakan

Tahap awal sejak klien menemui konselor hingga berjalan proses konseling hingga sanpai konselor serta klien menemukan defenisi perkara klien atas dasar berita, kepedulian,atau masalah klien. Berangkat berdasarkan defenisi kasus klien yg di sepakati pada termin awal, kegiatan selanjutnya adalah mempokuskan pada ;(1) penjelejahan masalah klien, (dua) donasi apa yang akan di berikan menurut evaluasi balik apa-apa yg telah dijelajah mengenai perkara klien.selanjutnya tahap akhir konseling/ tahap tindakan bertujuan buat : (1) tetapkan perubahan perilaku dan perilaku yg memadai, (2) terjadi transfer of learning pada diri klien, (3) melaksanakan perubahan prilaku, (4) mengakhiri hubungan konseling.

d. Teknik-teknik Konseling
Teknik konseling mengandung pengertian yakni cara yang digunakan oleh sorang konselor pada interaksi konseling buat membantu klien supaya berkembang potensinya serta bisa mengatasi kasus yang di hadapi menggunakan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya dan kepercayaan .

Tanggung jawab konselor dalam proses konseling merupakan mendorong buat menyebarkan potensi klien, agar beliau bisa bekerja efektif, produktif, dan sebagai insan berdikari. Relasi konselor kliein dalam hubungan konseling ditandai dengan nuansa efektif. Artinya konselor berupaya membangun agar interaksi akrab, saling percaya sebagai akibatnya terjadi self-discbsure (keterbukaan diri) klien serta keterlibatan secara emosional dalam proses konseling.

Berikut ini dijelaskan ragam teknik konseling menjadi berikut: (1) perilaku attending yaitu menjadi perilku menghampiri klien yg meliputi hubungan mata, bahasa badan dan bahasa lisan., (dua) ikut merasakan artinya kemampuan konselor buat mencicipi apa yg pada rasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau mengenai klien, (3) Refleksi adalah keterampilan konselor buat memantulakn kembali pada klien mengenai perasaan, pikiran serta pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap prilaku lisan dan non mulut, (4) eksplorasi merupakan suatu keterasmpilan konselor buat menggali perasaan , pengalaman, serta pikiran klien. Hal ini krusial karena kebanyakan klien menyimpan misteri bathin, menutup diri,atau nir sanggup mengemukakan pendapatnya menggunakan terus terperinci., (lima) menangkap pesan utama (paraphrasing) yg baik merupakan dengan teliti mendengarkan pesan primer klien, nyatakan kembali dengan ringkas, amati respon klien terhadap konselor, (6) bertanya buat membuka percakapan (open quetion) yang baik dimulai dengan kata-kata ; apakah, bagaimana,bolehkah, dapatkah dll., (7) bertanya tertutup (closed question) tujuannya adalah buat mengumpulkan fakta, menjernihkan dan memperjelas sesuatu , serta menghentikan omongan klien yang melantur menyimpang jauh., (8) dorongan minimal (minimal encouragement) merupakan suatu dorongan eksklusif yg singkat terhadap apa yang sudah dikatakan klien, serta menaruh dorongan singkat sperti oh....,ya...., terus...., lalu,...dan..., (9) interpretasiadalah bertujuan buat menaruh rujukan, pandangan atau perilaku klien, agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman berdasarkan output rujukan baru tersebut, (10) mengarahkanadalah suatu keterampilan yg mengatakan kepada klien supaya beliau berbuat sesuatu, atau dengan kata lain mengarahkannya supaya melakukan sesuatu, (11) menyimpulkan ad interim (summarizing) tujuannya adalah menaruh kesempatan kepada klien buat merogoh kilas pulang (feed back) menurut hal-hal yang telah dibicarakan, menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara sedikit demi sedikit, buat menaikkan kualitas diskusi, mempertajam atau memperjelas penekanan pada wawancara konseling, (12) memimpin (leading) bertujuan agar klien nir menyimpang berdasarkan penekanan pembicaraan, supaya arah pembicaraan lurus pada tujuan konseling, (13) fokus merupakan membantu klien buat memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan, (14) komprontasi merupakan suatu tehnik konseling yg menantang klien buat buat melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), inspirasi awal dengan inspirasi berikutnya, senyum dengan kepedihan dan sebagainya,(15) menjernihkan (clarifying)merupakan menjernihkan ucapan-ucapan klien yang kurang jelas, samar-samar, dan relatif mewaspadai, (16) memudahkan (facilitating) adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien menggunakan mudah berbicara dengan konselor serta menyatakan perasaan, pikiran, serta pengalamannya secara bebas, sebagai akibatnya komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan efektif., (17) membisu tujuannya adalah menanti klien berfikir, menjadi protes apabila klien ngomong berbelit-belit, serta menunjang konduite attending dan empati sebagai akibatnya klien bebas berbicara, (18) mengambil inisiatif tujuannya adalah merogoh inisiatif jika klien kurang semangat, jika klien lambat berfikir buat merogoh keputusan, bila klien kehilangan arah pembicaraan, (19) memberi nasehatini mampu dilakukan jika klien memintanya dan konselor perlu mempertimbangkannya karena dalam anugerah nasehat tetap dijaga supaya tujuan konseling yakni kemandirian klien harus permanen tercapai, (20) hadiah berita dalam hal ini perlu keterbukaan serta kejujuran , bila konselor mengetahui kabar ataukah idak usahakan nir melayani klientetapi diarahkan ketempat yang lebih sesuai / kesumber fakta tadi supaya lebih jelas, (21) merencanakanyaitu membantu klien dalam akhir sesi buat dapat menciptakan planning berupa suatu acara buat action, perbuatan konkret yang produktif bagi kemajuan dirinya., (22) menyimpulkan . Pada akhir sesi konseling membantu klien buat menyimpulkan output pembicaraan menyangkut bagaimana keadaan/perasaan klien terutama tentang kecemasan , memantapkan rencana klien, dan pokok-poko yang akan dibicarakan dalam sesi berikutnya.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP (Sekolah Menengah pertama) Negeri Luwuk Kabupaten Banggai serta dilaksanakan selama tiga bulan pada tahun 2006-2007.

Metode Penelitian
Metode penelitian yg digunakan adalah metode deskriftif kualitatif, dengan membuahkan peneliti menjadi instrumen penelitian. Cara ini pada gunakan pada upaya mengungkap tanda-tanda secara menyeluruh namun kontekstual dengan penekanan penelitian.

Hasil Penelitian

1. Bahasa instruksi pada proses wawancara bimbingan dan konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Konselor serta klien duduk berhadapan
14
93,3
1
6.6
2
Klien tampak bersemangat
10
66,6
5
40
3
Konselor mengajukan Bahasa Instruksi
13
86.6
2
13.3
4
Bahasa Instruksi kelihatan dipahami oleh klien
14
93,3
1
6,6
5
Klien ragu – ragu mereaksi terhadap penggunaan
Bahasa konselor
2
13,3
13
86,6
6
Klien mengajukan pertanyaan kepada konselor
8
56,6
7
46,6
7
Klien berdebat menggunakan konselor
2
13,3
13
86,6
8
Klien melaksanakan apa yg pada instruksikan
14
93,3
1
6,6
9
Konselor mengamati pelaksanaan pekerjaan
14
93,3
1
6,6
10
Konselor memperbaiki kesalahan
12
80
2
13,3
11
Konselor menggunakan klien mendiskusikan masalah
15
100
-
0

Proses wawancara konseling yang dilaksanakan antara klien dan konselor memperlihatkan bahwa Penggunaan Bahasa Instruksi menaruh output yg signifikan terhadap keberhasilan proses hadiah bantuan. Interaksi juga terjadi secara aktif antara klien serta konselor . Kalaupun terjadi keraguan klien mereaksi Bahasa Instruksi konselor hal itu semata – mata disebabkan oleh keragaman daya pikir dan daya logika klien yg dihadapi.

2. Tabel Analisis Bahasa Instruksi pada proses Konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bahasa Instruksi digunakan sewaktu – waktu
10
6,6
5
33,3
2
Bahasa Instruksi umumnya digunakan buat meminta mengerjakan sesuatu
14
93,3
1
6,6
3
Bahasa Instruksi memakai Bahasa Indonesia ragam baku
2
13,3
13
86,6
4
Bahasa Instruksi tersusun sederhana
14
93,3
1
6,6
5
Pelaksanaan Bahasa Instruksi pada suasana kekeluargaan
13
86,6
2
13,3
6
Bahasa Instruksi dipakai kalau memang ada yang diinstruksikan
6
40
9
60
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Intensitas Penggunaan Bahasa Instruksi disesuaikan dengan kondisi serta permasalahan yg dialami sang klien . Tetapi masih ada sebagian konselor yg beranggapan bahwa Bahasa Instruksi selalu identik dengan perintah atau permintaan melakukan sesuatu, padahal sejatinya Bahasa Instruksi mampu berupa pernyataan, penolakan , permintaan, persetujuan dan lain – lain. Kesederhanaan Bahasa Instruksi juga turut mempengaruhi efektifitas pelaksanaan Bimbingan dan Konseling , lantaran pemahaman klien terhadap Bahasa Instruksi yang diberikan oleh konselor sangat mensugesti reksi klien terhadap Bahasa Instruksi tadi.

3. Tabel : Hasil Pengamatan Bentuk Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bentuk Bahasa Instruksi sederhana
13
86,6
2
13,3
2
Bentuk Bahasa Instruksi paling banyak 5 kata
4
26,6
11
73,3
3
Bentuk Bahasa Instruksi berbentuk perintah
14
93,3
1
6,6
4
Kata-kata buat Bahasa Instruksi umumnya berakhiran – lah
10
66,6
5
33,3
5
Bentuk Bahasa Instruksi diusahakan tidak disalahtafsirkan
15
100
-
0

Bentuk Bahasa Instruksi sangat memperungaruhi keberhasilan proses Bimbingan serta Konseling, kesederhanaan dan ketetpatan penggunaannya berhubungan erat dengan keberhasilan proses Bimbingan serta Konseling , lantaran kesalahan pada menafsirkan Bahasa Instruksi mengakibatkan tujuan proses Bimbingan dan Konseling tidak seperti apa yang diperlukan.

4. Tabel Pengamatan Isi Bahasa Instruksi dalam Wawancara Konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Berisi mengenai pekerjaan yg akan dilaksanakan
3
20
12
80
2
Berisi tentang sesuatu yang akan ditiru
4
26,6
11
73,3
3
Berisi mengenai sesuatu yang kan diikuti
5
33,3
10
66,6
4
Berisi mengenai sesuatu yang nir akan diikuti
2
13,3
13
86,6
5
Berisi tentang sesuatu pilihan
2
13,3
13
86,6
6
Berisi tentang sesuatu dorongan moral
10
66,6
5
40
7
Berisi mengenai yang berhubungan dengan ajaran agama
3
20
13
86,6
8
Berisi tentang sesuatu yg berhubungan dengan budi pekerti
13
86,6
2
13,3
9
Berisi tentang sesuatu yg herbi lingkungan hidup
0
0
15
100
10
Berisi mengenai mengenai sesuatu yg herbi kesehatan
2
13,3
13
86,6
11
Berisi tentang sesuatu yang herbi kemudian lintas
1
6,6
14
93,3
12
Berisi tentang sesuatu yg herbi kesetiakawanan
2
13,3
13
86,6
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Isi Bahasa Instruksi nir melulu berisi perintah atau permintaan atau merlakukan sesuatu, berdasarkan penelitian yg dilakukan menujjukkan hasil bahwa Bahasa Instruksi terdiri menurut beberapa hal dengan prosentase terbanyak berisi mengenai hal yg herbi budi pekerti dan hal yg berhubungan dengan moral. Ini menunjukkan bahwa kompetensi konselor yang sebagai subjek penelitian bisa dikatakan sinkron menggunakan apa yg dibutuhkan.

5. Tabel Penafsiran klien terhadap Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena bahasa yg dipakai jelas
14
93,3
1
6,6
2
Bahasa Instruksi ditafsirkan menggunakan sahih karena kalimat yang dipakai pendek
4
26,6
11
73,3
3
Bahasa Instruksi ditafsirkan benar lantaran sinkron kebutuhan klien
14
93,3
1
6,6
4
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih lantaran klien pernah mengalaminya
13
86,6
2
13,3
5
Bahasa Instruksi ditafsirkan benar lantaran ada seseorang yang dicontohi
1
6,6
14
93,3
6
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena konselor melafalkannya dengan benar
14
93,3
1
6,6
7
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena konselor melaksanakan secara santai
7
46,6
8
53,3

Kejelasan bahasa, penggunaan kalimat dan cara pengucapan dan pelafalan memegang peranan penting pada hal penggunaan Bahasa Instruksi , karena hal ini dapat menaikkan daya penafsiran klien terhadap Bahasa Instruksi konselor . Penelitian menunjukkan , sebagian besar konselor telah menampakkan hasil misalnya apa yang diperlukan.

6. Tabel Reaksi klien terhadap Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Klien mereaksi secara tepat
12
80
3
20
2
Klien nir mereaksi karena Bahasa Instruksi tidak jelas
1
6,6
14
93,3
3
Klien nir mereaksi karena Bahasa Instruksi tidak jelas
1
6,6
14
93,3
4
Klien tidak mereaksi karena instruksi nir sesuai pengalaman
13
86,6
2
13,3
5
Klien nir mereaksi lantaran hal yg diinstruksikan nir sesuai kebutuhan
1
6,6
14
93,3
6
Klien nir mereaksi karena isi instruksi bisa ditafsirkan tidak sama-beda
1
6,6
14
93,3
7
Klien nir mereaksi karena dia nir perduli
0
0
15
100

Kesesuaian pengalaman klien terhadap Bahasa Instruksi yg disampaikan adalah satu gejala menarik yang didapatkan dari hasil penelitian, merupakan berdasarkan seluruh objek penelitian, 86 % memperlihatkan reaksi negatif waktu diajukan Bahasa Instruksi yg nir sesuai dengan pengalaman yang pernah dilaluinya.

ANALISIS JENIS DAN BENTUK KESALAHAN BERBAHASA BESERTA PERBAIKANNYA

Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia serta Perbaikannya


Analisis Kesalahan  merupakan cabang ilmu bahasa yang bergunabagi pedagogi bahasa Indonesia. Analisis kesalahan bisa digunakan untukmengetahui kesalahan apa saja yang terdapat pada penggunaan bahasa Indonesia.setelah diketahui bentuk-bentuk kesalahan maka diberi cara lain penggunaanbahasa yg sahih.
Oleh karena manfaat yangbesar menurut analisis kesalahan tadi, banyak mahasiswa yg menjadikannyasebagai tugas akhir (skripsi). Setidaknya terdapat empat skripsi tentang analisiskesalahan berbahasa yang disusun sang mahasiswa Pendidikan Bahasa serta SastraIndonesia. Dari keempat skripsi tersebut, hanya skripsi karya Rima KintamiNuarika (angkatan 2005) yang meneliti kesalahan berbahasa pada semua tataran.

Kesalahan berbahasa merupakanpenggunaan bahasa baik secara verbal juga tulisan yg menyimpang dari faktorpenentu berkomunikasi, atau menyimpang dari kebiasaan kemasyarakatan, danmenyimpang berdasarkan kaidah tata bahasa (Setyawati, 2010:10).
Analisis kesalahanberbahasa merupakan sebuah prosedur kerja yg biasa digunakan oleh penelitiatau pengajar (guru) bahasa yang meliputi kegiatan  mengumpulkan sampel (contoh) kesalahan, mengidentifikasinya,mengklasifikasi  serta mengevaluasikeseriusan kesalahan tadi (Tarigan serta Sulistyaningsih dalam Setyawati,2010:12). Di samping tahapan tersebut analisis kesalahan pula memberikanalternatif perbaikan terhadap kesalahan yang terjadi.
Dilihat dari tataran ilmubahasa (linguistik) terdapat empat tataran kesalahan berbahasa, yaitu kesalahanfonologi, kesalahan morfologi, kesalahan sintaksis, serta kesalahan semantik.
Sintaksis adalah ilmu cabanglinguistik yg menyelidiki mengenai susunan kalimat serta bagiannya. Ramlan (dalamSetyawati, 2010:53) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang ilmubahasa yang membicarakan seluk beluk perihal, kalimat, klausa serta frase; berbedadengan morfologi yg hanya menyampaikan seluk-beluk kata serta morfem. MenurutSetyawati (2010:53)  kesalahan dalamtataran sintaksis berkaitan erat menggunakan kesalahan pada bidang morfologi, karenakalimat berunsurkan istilah-kata. Oleh karenanya, analisis kesalahan sintaksisbisa mengandung analisis kesalahan morfologi. Kesalahan pada tataran sintaksisjuga herbi semantik, lantaran kata mampu mengandung makna lebih darisatu.
Skripsi karya Rima KintamiNuarika yg berjudul Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam Karangan NarasiSiswa Kelas VII Sekolah Menengah pertama Negeri 1 Grujugan Bondowoso Berdasarkan Taksonomi SiasatPermukaan disertai poly data yang memperlihatkan kesalahan serta disertaiperbaikan berdasarkan peneliti. Akan tetapi, perbaikan yg dipaparkan sang penelitimasih mengandung kesalahan.
Kesalahan  perbaikan yang terdapat pada skripsi tersebutmerupakan kesalahan dalam tataran sintaksis. Kesalahan yang terjadi antara lain adalah penggunaan preposisi yang tidak tepat.
Data yang diperoleh Nuarika merupakan:
            Waktusaya masuk SMP Grujugan , saya mengikuti MOS.

Perbaikan yg ditawarkan sang Nuarika merupakan:
            Waktusaya masuk di SMP Grujugan, aku mengikuti MOS.

Data yg diperoleh memangdata yang keliru lantaran nir memakai kata depan. Nuarika menambahkanpreposisi di pada antara istilah masuk dan SMP. Penggunaanpreposisi di  pada susunantersebut kurang tepat. Kata masuk lebih sempurna diikuti kata depan ke karenamenunjukkan tujuan, sebagai akibatnya yg tepat merupakan masuk ke SMP.

Selain bentuk kesalahanpenggunaan preposisi misalnya model di atas, kesalahan apa saja yg terdapatdalam pembahasan skripsi Nuarika? Lalu, bagaimana cara lain pemugaran yangbisa ditawarkan? Pertanyaan tersebut akan diuraikan dalam bagian pembahasanmakalah ini.

PEMBAHASAN

Pemaparan dalam pembahasanini tidak menurut jenis kesalahan, melainkan berdasarkan data. Hal inidilakukan supaya data dapat dianalisis secara mendalam. Data yang terdapatdalam  makalah  ini didapat berdasarkan  skripsi Nuarika. Dalam tabel ditampilkan datakesalahan beserta jenis kesalahan data tersebut.
NO
Data
Jenis Kesalahan
1
Waktu saya masuk  di Sekolah Menengah pertama Grujugan, saya mengikuti MOS
kesalahan penggunaan kata depan; kesalahan penggunaan kata (diksi);
2
Aku sangat memalukan dengan teman-temanku lantaran saya ditertawakan.
kesalahan penggunaan kata depan;
3
Saya disuruh merayu wanita dengan kakak OSIS.
kesalahan penggunaan kata depan;
4
Aku sangat memalukan sekali ketika itu dengan kepala OSIS
Penyangatan (superlatif) berlebihan; kesalahan penggunaan kata depan;
5
Siswa yang tidak mengikuti ( ) akan dikenakan hukuman.
verba transitif nir diikuti objek; ketidakselarasan bentuk;
6
Saat saudara tertua OSIS masuk ke kelas salah satu teman sebangkuku, wajahnya terlihat gugup.
penggunaan 2 unsur (kata ganti) yg hiperbola; penggandaan subjek;
7
Perempuan disuruh mengepang rambutnya menjadi 2 dengan menggunakan tali rafia.
penggunaan 2 unsur (verba) yang hiperbola;
8
Besoknya saya datang pada sekolah langsung baris pada lapangan basket.
pengaruh bahasa daerah; susunan istilah yang tidak tepat;
9
Mereka tidak mematuhi rapikan tertib kemudian mereka diberi sanksi untuk berbaris pada tengah lapangan buat berjemur.
Kesalahan penggunaan konjungsi; ketidak sejajaran bentuk;

Dalam masalah no. 1, Nuarikahanya menambahkan preposisi di di antara masuk  dan  SMP.Penggunaan preposisi ini kurang sempurna. Preposisi di diikuti kata kerjayang memiliki makna diam/tinggal pada suatu tempat. Preposisi diuntuk menyatakan ‘tempat berada’serta menyatakan aspek ‘diam’ (Chaer,2006:122-123). Misalnya menunggu pada kelas, terdapat pada kampus. Kata masukmerupakan istilah kerja yg memiliki makna proses menuju, membutuhkantujuan sebagai akibatnya lebih sempurna apabila menggunakan preposis ke,  menjadi masuk ke kelas. Perbaikan yangtepat tentang preposisi adalah  masukke Sekolah Menengah pertama.

Jika hanya memperhatikanperbaikan preposisi, maka perbaikannya sebagai: Waktu saya masuk ke SMPGrujugan, aku mengikuti MOS. Kalimat ini masih tidak efektif.  Akan lebih efektif bila dipisah sebagai sayaditerima di Sekolah Menengah pertama Grujugan serta kalimat saya mengikuti MOS. Kata waktutidak dibutuhkan karena dalam dasarnya tidak ada yang menampakan keteranganwaktu. Kedua kalimat ini mampu dijadikan satu kalimat berupa kalimat majemukhubungan ketika:
            (1a) Sayamengikuti MOS setelah diterima di Sekolah Menengah pertama Grujugan.

Atau bisa pula keduaklausa tadi dijadikan kalimat majemuk interaksi akibat:
(1b) Saya diterima pada SMPGrujugan, maka saya mengikuti MOS.

Dalam kasus no. Dua, Nuarikahanya mengganti istilah sama yang dianggap nir baku dengan istilah dengan,serta menambahkan karena sebagai konjungtor antar-klausa. Kalimatperbaikan yang disarankan oleh Nuarika tidak sempurna. Preposisi dengan untukmenyatakan ‘indera’, ‘beserta’, serta ‘cara atau sifat perbuatan’ (Chaer,2006:133). Preposisi yg digunkan seharusnya bukan dengan melainkan kepada.Salah satu fungsi kata depan kepada untuk menyatakan ‘arah yangdituju’ (Chaer, 2006:131). Jadi, bila yg digunakan adalah preposisi denganmaka yg membuat malu adalah aku bersama sahabat-sahabat. Padahal yg maluhanya aku ditunjukkan pada anak kalimat: aku ditertawakan bukan kamiditertawakan.

Yang dimaksud oleh penulisadalah penulis (aku ) memalukan kepada teman-temannya lantaran dia ditertawakan. Makasalah satu alternatif pemugaran adalah:
            (2a) Akusangat membuat membuat malu kepada teman-temanku lantaran saya ditertawakan.


Kesalahan yg terdapatdalam kasus no. Tiga sama menggunakan kesalahan yang masih ada pada perkara no.2, yaitukesalahan preposisi. Tetapi, istilah ganti yg tepat bukan kepada melainkanoleh. Preposisi oleh menyatakan ‘pelaku perbuatan’ dipakai dimuka objek pelaku pada kalimat pasif (Chaer, 2006:133).  Kalimat no. Tiga adalah kalimat pasif. Subjekkalimat tersebut merupakan  aku;  disuruh sebagai predikat; merayuperempuan menjadi pelengkap; serta kakak OSIS sebagai objek. Jadi,perbaikan yang sempurna adalah menjadi berikut:
(3a) Saya disuruh merayu wanita oleh kakakOSIS.

Untuk kasus no. 4  perbaikan yg dilakukan sang  Nuarika hanya dari kesalahan penulisankata standar. Kata banget diganti menggunakan sekali. Sangat membuat membuat malu bangetdiganti dengan sangat membuat malu sekali. Bentuk ini masih galat karenamerupakan superlatif yang berlebihan.seharusnya, istilah banget nir perludiganti sekali lantaran sudah terdapat kata sangat di depat istilah malu.Jika digunakan kata sekali maka kata sangat nir perlu dipakai.
Preposisi dengan  nir sempurna lantaran ketua OSIS merupakan‘loka yang dituju’ rasa membuat malu. Oleh karena itu, lebih sempurna jika digunakanpreposisi kepada. Keterangan saat: waktu itu akan lebih baikjika diposisikan di awal atau pada akhir kalimat.perbaikan yg bisa disarankanadalah:
            (4a) Akusangat membuat malu kepada kepala OSIS waktu itu.
            (4b) Akumalu sekali kepada kepala OSIS waktu itu.

Dalam data no. 5, perbaikanyang dilakukan sang Nuarika hanya masalah penulisan istilah sangsi menjadi sanksi.Tulisan murid yang dipakai sebagai data sang Nuarika sebenarnya jua mengalamikesalahan lain yaitu nir adanya objek. Kalimat dengan predikat yg berupa verba transitif seharusnya diikutiobjek secara eksklusif. Kalimat pemugaran Nuarika masih nir mengandung objek.objek yang mungkin dimaksud dalam kalimat tadi merupakan kegiatan.dilihat menurut keselarasan/kesejajaran bentuk, dalam kalimat tersebut terdapatdua predikat yaitu mengikuti (bentuk aktif) serta dikenakan (bentukpasif). Bentuk yg sejajar menggunakan mengikuti (aktif) bukan mengenakanmelainkan mendapatkan (aktif) sebagai akibatnya perbaikan yg sahih merupakan:
(5a) Siswa yg tidakmengikuti kegiatan (MOS) akan mendapatkan hukuman.

Kasus no. 6 merupakankalimat majemuk menggunakan klausa pertama berfungsi sebagai fakta.  Klausa pertama merupakan  saat abang OSIS masuk ke kelas, klausakedua adalah salah satu teman sebangkuku, wajahnya terlihat gugup. Terdapatdua subjek pada klausa kedua yaitu salah satu teman sebangkuku dan wajahnya
Penulisan subjek klausakedua bisa diringkas agar lebih efisien menjadi wajah salah satu temansebangkuku, sehingga kalimatnya menjadi Saat kakak OSIS masuk ke kelas,wajah galat satu teman sebangkuku terlihat gugup. Kalimat ini masih memilikikesalahan, yaitu penggunaan dua istilah ganti yaitu salah satu teman dan temansebangkuku. Terjadi 2 kali pengkhususan sebagai akibatnya menyebabkan ambigu. Penulisankalimat yang benar merupakan:
(6a) Saat saudara tertua OSIS masukke kelas, wajah teman sebangkuku terlihat gugup.
(6b) Saat kakak OSIS masukkelas, wajah salah satu temanku terlihat gugup.
Dalam perkara no. 7,pengguaan dengan  serta menggunakansecara beserta-sama merupakan pleonasme. Kata menggunakan serta dengan sudahsaling menggantikan tidak saling melengkapi. Dalam KBBI (2008:312) kata denganjuga memiliki makna memakai/menggunakan di samping makna yanglainnya. Akan lebih baik apabila penulisannya sebagai berikut:
(7a) Perempuan disuruhmengepang rambutnya menjadi dua dengan tali rafia.
(7b) Perempuan disuruhmengepang rambutnya sebagai dua menggunakan tali rafia.

Dalam kasus no. 8, terjadidua kesalahan, yaitu pengaruh bahasa daerah serta susunan kalimat yang tidaktepat. Penggunaan istilah besoknya merupakan pengaruh bahasa wilayah sisuke.Yang dimaksud sang penulis merupakan hari berikutnya atau menggunakanpenghitungan hari ke 2, hari ketiga dan seterusnya.
Penggunaan istilah datangyang diikuti sang preposisi di pula kurang sesuai. Kata kerja datanglebih tepat apabila diikuti dengan preposis ke. Preposisi ke  buat menyatakan aspek ‘mobilitas’ atau‘berkiprah’. Chaer (2006:130) mencontohkan penggunaan preposisi kedirangkaikan menggunakan kata datang: datang ke sini. Kata yg bersinonimdengan tiba merupakan tiba dan sampai (Sugono, 2010:145). Kata tiba  atau sampai diikuti preposisi di lebihtepat digunakan dalam konteks kalimat no. 8 lantaran tiba dan sampaimengandung makna sudah terdapat di. Contoh: saya tiba di sekolahmemiliki makna bahwa saya sudah terdapat di sekolah; saya datang ke sekolah mengandungmakna proses menuju sekolah.
Sebelumnya, data yangdihimpun oleh Nuarika tidak mempunyai subjek: Besoknya tiba pada sekolahlangsung baris pada lapangan basket. Usaha Nuarika memasukkan saya merupakanusaha buat memunculkan unsur subjek. Namun, peletakan yg kurang tepatmengakibatkan ketidakefektifan kalimat. Kalimat tersebut akan lebih efektifjika ditulis:
(8a) Hari berikutnya,begitu  tiba di sekolah, sayalangsung berbaris pada lapangan basket.
Penambahan istilah begitu dibutuhkanuntuk kesesuaian dengan penggunaan kata langsung. Penggunaan istilah langsungmenunjukkan makna tidak terdapat jarak ketika antara tiba dan berbaris. Penambahanprefiks ber- dalam berbaris untuk memperlihatkan bahwa berbaris adalahkata kerja, bukan istilah benda.
Dalam masalah no. 9 Nuarikahanya memperbaiki istilah terus yang dianggap tidak baku diganti dengankata kemudian. Konjung kemudian berfungsi‘menggabungkan-mengurutkan’ (Chaer, 2006:150). Perbaikan yg dilakukanoleh Nuarika masih kurang sempurna lantaran hubungan antara klausa pertama: merekatidak mematuhi rapikan tertib dan klausa kedua: mereka diberi sanksi adalahhubungan sebab akibat. Muslich (1990:107) menyebut konjungsi subordinatifpenyebab ditandai menggunakan sebab, lantaran, sang karena. Juga terdapat konjungsipengakibatan mencakup: (se)sampai, sampai-sampai, dan  makanya. Jadi, pemugaran yangdisarankan merupakan:
(9a) Mereka nir mematuhitata tertib,  maka dihukumberbaris di tengah lapangan buat dijemur.
(9b) Karena tidakmematuhi tata tertib, mereka dihukum berbaris di tengah lapangan buat dijemur.
(9a) adalah kalimatsubordinatif pengakibatan ditandai dengan konjungsi maka. (9b) merupakankalimat subordinatif penyebab dintandai menggunakan konjungsi karena. Perbaikanlain adalah pengubahan bentuk diberi hukuman  menggunakan bentuk dihukum lantaran wujud hukumansudah terdapat yaitu berbaris di tengah lapangan buat dijemur. Imbuhan ber-dalam berjemur diubah di- menjadi berjemur karena merupakanbentuk kalimat pasif menggunakan mereka sebagai subjek.



KESIMPULAN

Perbaikan yang ditawarkanoleh Nuarika masih mengandung kesalahan berbahasa. Jenis-jenis kesalahannya meliputi:kesalahan penggunaan kata depan; kesalahan penggunaan konjungsi; ketidaksejajaranbentuk; ketidaklogisan kalimat; pengaruh bahasa daerah; penyangatan yangberlebihan; serta penggunaan dua unsur yang sama (pleonasme).
Kesalahan-kesalahantersebut muncul lantaran Nuarika hanya serius pada saju jenis kesalahan ketikamenganalisis sebuah kalimat. Misalnya dalam kalimat siswa yang tidakmengikuti akan dikenakan sangsi. Perbaikan yg dilakukan oleh Nuarikahanya terfokus pada penulisan kata sangsi, diperbaiki sebagai sanksi.kesalahan lain (ketidakadaan objek serta ketidaksejajaran) tidak diperbaiki.
Analisis kesalahan harusdilakukan secara komprehensif dari semua tataran sintaksis agar kalimatperbaikan yang ditawarkan tidak lagi mengandung kesalahan. Oleh karena itu,meskipun titik fokus analisis kesalahan dalam makalah ini adalah tataransintaksis,  tapi diperbaiki pulakesalahan tataran semantik (makna kata) serta tataran morfologi (prefiks ber-dalam berbaris)  yg terdapatdalam data.

SENARAI PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis BahasaIndonesia (Edisi Revisi). Cet. Ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.
Nuarika, Rima Kintami. 2010. Kesalahan BerbahasaIndonesia pada Karangan Narasi Siswa Kelas VII Sekolah Menengah pertama Negeri 1 Grujugan Bondowoso.Skripsi. Jember: Universitas Jember.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa:Teori & Praktik. Surakarta: Yama Pustaka.
Sugono, Dendy (peny.). 2008. Kamus Besar BahasaIndonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia & Depdikbud.
Sugono, Dendy (peny). 2010. Tesaurus Alfabetis BahasaIndonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Mizan & Depdikbud.