PENGERTIAN TUJUAN DAN FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengertian, Tujuan dan Fungsi Bimbingan serta Konseling
Penggunaan bahasa yang melibatkan kesesuaian pembicaraan telinga dalam suatu dialog bukan hanya gambaran bagaimana mengungkapkan makna dan gagasan melainkan bukti interaksi sosial. Penggunaan bahasa tersebut dipercaya menjadi fungsi bahasa buat membuka saluran komunikasi serta membentuk interaksi diantara rakyat sekolah khususnya guru pembimbing dengan siswa.

Dalam suatu percakapan antara guru pembimbing (konselor) dengan siswa (klien) dalam proses bimbingan serta konseling tidak akan mengajukan bahasa-bahasa yg tidak kontroversial namun dipilih secara hati-hati sesuai kondisi siswa sebagai akibatnya cenderung membuat persetujuan bersama dalam hal mengatasi atau menuntaskan suatu persoalan.

Betapa pentingnya peranan bahasa pada berkomunikasi, sebagai akibatnya keterampilan berbicara bagi kehidupan insan sangat dibutuhkan. Billow (Pateda, 2004:62) menyatakan “ bahasa terutama adalah berbicara”. Berbicara berarti menggunakan bahsa ekspresi secara aktif. Penggunaan bahsa ekspresi secara aktif ini pada kaitannya dengan proses bimbimgan serta konseling bisa saja berwujud perintah, pertanyaan, dorongan, asa, saran, permintaan, pengakuan, penjelasan atau menaruh penerangan

Sehubungan dengan hal tersebut secara rinci dalam proses bimbingan mengandung ciri-karakteristik menjadi berikut : 1) adanya tujuan yg ingin dicapai, dua) ada bahan/pesan yg menjadi isi hubungan, tiga) terdapat peserta didik yg aktif mengalami, 4) terdapat pengajar yg melaksanakan, 5) ada metode buat mencapai tujuan, 6) ada situasi yg memungkinkan proses bimbingan serta konseling berjalan menggunakan baik, 7) terdapat evaluasi terhadap hasil interaksi.

Ini memberitahuakn bahwa peranan bahasa khususnya bahasa instruksi pada proses bimbingan dan konseling adalah suatu komunikasi atau interaksi yg melibatkan pengajar pembimbing (konselor) dan peserta didik (klien) menggunakan maksud buat mencapai tujuan bimbingan yaitu: 1) peserta didik dapat mengenal dirinya sendiri serta lingkungan dimana beliau berada dan kekurangan/kelemahan pada dirinya, dua) dapat menerima diri sndiri serta lingkungan secara positif dan bergerak maju atau apa adanya, 3) bisa merogoh keputusan sendiri tentang berbagai hal, 4) dapat mengarahkan diri sendiri yang didasarkan dalam keputusan yang diambil sinkron apa yg terdapat padanya, lima) perwujudan diri sendiri/ peserta didik bisa merealisasikan dirinya sendiri. Jadi komunikasi antara peserta didik dan pengajar atau guru pembimbing menggunakan siswa memegang peranan krusial pada keberhasilan proses bimbingan serta konseling. Pengajar mempunyai peran buat mengarahkan, membimbing, menaruh dorongan serta motivasi pada pserta didik menggunakan bahasa instruksi yang sesuai kebutuhan serta kondisi peserta didik itu sendiri.

Sesuai menggunakan uraian diatas, tampak jelas bahwa bimbingan serta konseling sebagai galat satu organisasi serta kegiatan acara pendidikan di sekolah menengah pertam perlu di kelolah serta dikembangkan agar dapat menghasilkan produk atau hasil belajar secara optimal. General A. Glad Stein (pada Sarono, 2005:6) Mengemukakan bahwa layanan bimbingan dan konseling yg bemutu itu bisa membantu siswa, nir hanya mengatasi kasus-kasus pendidikan serta pekerjaan tetapi juga sanggup mengatasi masalah-kasus eksklusif murid.

Sesuai harapa guru mata pelajaran Robert F. Gibshon (pada Sarono, 2005:6) beropini bahwa layanan bimbingan serta konseling yang bermutu itu sanggup membantu pengajar mengurangi perilaku murid yg sebagai penyebab keributan atau gangguan di kelas, serta membantu proses pedagogi mudah serta efektif.

Berkaitan menggunakan harapan ketua sekolah Darrel H. Hart dan Donald J. Prince (dalam Sarono, 2005:6) menyatakan pendapat bahwa layanan bimbingna serta konseling yang bermutu itu wajib bisa membantu memecahkan kasus, memperlancar keberhasilan belajar siswa , dan membantu memecahkan masalah pendidikan dan karir murid.

Untuk mengatasi masalah-masalah yg dihadapi peserta didik merupakan bekerja sama dengan pengajar pembimbing (konselor sekolah) menggunakan cara memberikan layanan konseling individual.” Konseling individual “mengandung makna bagaimana seorang berbicara menggunakan orang lain menggunakan tujuan buat membantu agar terjadi perubahan perilaku kearah positif berdasarkan orang yg dibatu.

Dalam konseling individual, kedua belah pihak harus bekerja sama agar klien dapat tahu diri dan permasalahannya dan bisa menyebarkan potensi positif pada dirinya, serta sanggup memecahkan masalahnya sendiri yang tentunya atas donasi dan kepakaran konselor, karena itu seseorang konselor yang berkecimpung di banyak sekali hubungan antar manusia wajib pada lengkapi menggunakan ilmu konseling, ilmu penunjang lain seperti psikologi, antropologi, sosiologi serta ilmu-ilmu lain yang bersinggungan dengan perilaku insan. Selanjutnya konselor harus memiliki keterampilan konseling yaitu menguasai tekhnik-tekhnik konseling di setiap tahapan proses konseling. Tahap awal, termin pertengahan, dan termin akhir supaya konselor mengetahui hingga di mana kemajuan konseling yg dilakukan buat mencapai tujuan yang diharapkan.

Unruk mengoptimalakan proses bimbingan serta konseling kemampuan konselor pada penerapan bahasa instruksi baik menurut segi bentuk maupun isi sangat pada perlukan sehingga benar-sahih terjalin kolaborasi yg baik pada proses bimbingan dan konseling demi tercapainya tujuan bimbingan yang dibutuhkan.

1. Bahasa Instruksi pada Proses Bimbingan dan Konseling
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa “Bahasa merupakan (i) system lambang bunyi yang arbitrer yg digunakan oleh para anggota suatu rakyat buat bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri, (ii) dialog (perkataan) yg baik, tingkah laris yang baik, sopan santun”. Ali Syahbana (dalam Pateda,2003:tiga) menyatakan bahwa bahasa adalah ucapan pikiran serta perasaan manusia dengan teratur menggunakan memakai alat suara. Sedangkn instruksi pada kamus Bahasa Indonesia menyetakan sebagai pelajaran atau petunjuk.

Jadi bahasa instruksi dimaksudkan menjadi suatu ungkapan dalam bentuk kalimat atau istilah menurut seorang kepada orang lain sehingga terjalin hubungan kerja sama saling berinteraksi anatara satu menggunakan lainnya buat mencapai satu tujuan eksklusif menjadi akhir menurut suatu pembicaraan. Sama halnya pada proses bimbingan dan konseling sebagaimana di kemukakan sang Muhammad (2004:4) bahwa “ Bimbingan dan konseling merupakan merupakan proses donasi psikologis dan humanisme secara ilmiah serta profesional yg diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada yg dibimbing (klien), supaya dapat berkembang secara optimal , yaitu mampu tahu diri, mengarahkan diri, dan mengaktualisasikan diri, sinkron termin perkembangan , sifat-sifat, potensi yang dimiliki serta latar belakang kehidupan dan lingkungannya sebagai akibatnya tercapai kebahagiaan dalam kehidupannya “.

Tanpa adanya bahasa instruksi ( bahasa perintah / bahasa petunjuk) pada proses 

Bimbingan dan konseling tentunya maksud serta tujuan yg di kehendaki sebagai akhir berdasarkan pada konseling individual nir akan tercapai. Untuk itu sangat dibutuhkan tehnik dan keterampilan berkomunikasi yg baik serta sopan sebagai akibatnya bisa membuka hati, pikiran serta perasaan secara suka rela serta iklas mengikuti alur pembicaraan yg pada akhirnya klien benar-sahih merasa terbimbing oleh konselor itu sendiri.

2. Bentuk Bahasa Instruksi
Jika mendengar orang berbicara, kita mendengar bunyi bahasa, bunyi bahasa yang digunakannya pada sebut bahasa mulut. Terdapat empat aktivitas berbahasa yakni : 1) berbicara, dua) mendengar, tiga)membaca, 4) menulis (Pateda, 2005:20). Khusus pada proses bimbingan dan konseling bentuk bahasa yang di pakai adalah bahsa ekspresi yaitu bahasa yg disampaikan secara eksklusif antara pembicara serta pendengar. Jadi terdapat yang berbicara dan ada yang mendengar, antara konselor dan klien terjalin interaksi timbal kembali. 

Bentuk bahasa instruksi pada proses bimbingan dan konseling bisa dilakukan dengan cara : 1) menangkap pesan utama , 2) bertanya buat membuka dialog,tiga) bertanya tertutup, 4) dorongan minimal, lima) interpretasi, 7) mengarahkan, 8) memimpin, 9) penekanan, 10) komprontasi, 11) menjernihkan, 12) memudahkan, 13) membisu, 14) mengambil inisiatif, 15) memberi nasehat, 16) memberi kabar, 17) merencanakan, 18) serta menyimpulkan ( S.willis, 2004:187 ) 

3. Isi Bahasa instruksi
Bahasa selalu pada pakai setiap hari. Apa yang di pakai yang berwujud bahasa mengandung isi, mengandung jujur, dan berisi hal-hal menyangkut nama, kegiatan, proses, konsep-konsep, keyakinan, dan pikiran (Pateda, 2005:18)

Miller (dalam Pateda,2005:20) menyampaikan bahwa buat menggunakan bahasa secara efektif, wajib memperhatikan isi bahasa ini dia.
1. Informasi fonologis, maksudnya, kita mendengar bunyi-bunyi bahasa yg bermakna.
2. Informasi leksikal. Kita mendengar istilah atau urutan kata yang berisi pesan atau mengandung makna.
3. Informasi sintaksis. Bunyi-bunyi bahasa berhubung-interaksi membentuk kata berhubung-hubungan dengan istilah lain yg membangun kalimat. Kalimat yang kita gunakan mengandung makna atau memiliki pesan atau jujur.
4. Konsep yang ingin diutarakan dan kenyataannya.
5. Sistem keyakinan, baik yang berkaitan menggunakan agama yang kita yakini maupun evaluasi kita terhadap apa yang kita dengar atau kita baca.

Apa yg dikemukakan sang kedua pakar tadi pertanda bahwa isi bahasa instruksi pada proses bimbingan dan konseling adalah nir terikat dalam suatu bentuk, tetapi bebas memilih bentuk bahasa yg digunakan, buat membicarakan apa yang difikirkan, dikehendaki atau dirasakan sehingga proses konseling berjalan sebagaimana mestinya serta dalam akhirnya klien benar-benar merasa terbimbing, mampu menentukan sikap buat penyelesaian suatu perseteruan ,tantangan dan hambatan yang dihadapinya.

4. Bimbingan dan konseling
a. Pengertian bimbingan 
Bimbingan dan konseling adalah terjemahan dari “Guidance” serta “Conseling” dalam bahasa inggris. Istilah ini mengandung arti : (1) mengarahkan (to direct), (dua) memandu (to pilot), (tiga) mengelola (to manage), serta (4) menyetir (to steer).

Sunaryo (Syamsu Yusuf,A Juntika, 2005:6) mengemukakan bahwa bimbingan sebagai “ Proses membantu individu buat mencapai perkembangan optimal”.sedangkan Rochman Natawijaya mengartikan bimbingan menjadi proses pemberian donasi kepada individu yg dilakukan secara berkesinambungan , agar individu tadi bisa memahami dirinya serta dapat bertindak secara masuk akal, sesuai menggunakan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, rakyat dan khidupan dalam biasanya.

b. Pengertian Konseling
ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa “ Konseling adalah interaksi tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan perilaku penerimaan serta pemebrian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan serta keterampilannya buat membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya” (Syamsu Yusuf, A. Juntika,2005:8) 

Prayitno, Erman Amti(1999: 104) mengemukakan bahwa “ Konseling adalah proses anugerah donasi yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (diklaim konselor) pada individu yg sedang mengalami sesuatu kasus (disebut klien) yang bermuara dalam teratasinya masalah yang dihadapi sang klien”.

Dalam wawancara konseling itu klien mengemukakan maalah –masalah yg dihadapi kepada konselor, dan konselor menciptakan suasana interaksi yg akrab menggunakan menerapkan prinsip-prinsip serta tekhnik wawancara konseling sedemikian rupa, sehingga masalahnya itu terjelajahi sgenap seginya dan pribadi klien terangsang buat mengatasi maslah yang sedang di hadapi menggunakan menggunakan kekuatanya sendiri. Proses konseling pada dasarnya merupakan bisnis menghidupkan serta mendayagunakan secara penuh fungsi-fungsi yg minimal secara potensial organismik terdapat pada diri klien itu. Apabila fungsi ini berjalan dengan baik dapoat dibutuhkan dinamika hayati klien akan pulang berjalan dengan wajar menunjuk kepada tujuan yang positif.

c. Proses Konseling
Jika menyimak pengertian bimbingan dan konseling sebagaimana pada kemukakan pada atas, maka implisit pada dlamnya tujuan konseling yaitu membantu individu/ klien agar sebagai orang yang lebih fungsionbal, mencapai integritas diri, bukti diri diri, dan ekspresi. Versi lain dari tujuqan konseling merupakan agar potensi optimal, mampu memecahkan perkara, serta mampu mengikuti keadaan terhadap lingkungan.

Untuk mencapai tujuan konseling dengan efektif seorang konselor wajib mampu: 1) menangkap berita sentral atau pesan utama klien, dua) utamakan tujuan klien-tujuan konseling. Secara umum dikatakan bahwa tujuan konseling haruslah mencapai : a) Effectif daily living, artinya setelah selesai proses konseling klien wajib bisa menjalani kehidupan sehari-harinya secara effektif dan berdayaguna buat diri, famili, warga , bangsa dan Tuhannya. B) Relationship with Other, adalah klien bisa menjalin interaksi yg harmonis menggunakan orang lain pada famili, sekolah, rakyat dan sebagainya.

Brammer dalam Sofyan S.willis (2004:50) Proses konseing adalah insiden yg tengah berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tadi (konselor serta klien) supaya proses konseling berjalan menggunakan lancar dibutuhkan keterampilan spesifik secara sedikit demi sedikit yg dibagi dalam 3 tahapan: (1) termin awal konseling, (2) termin pertengahan /tahap kerja, serta (tiga) Tahap akhir konseling / tahap tindakan

Tahap awal sejak klien menemui konselor hingga berjalan proses konseling hingga sanpai konselor serta klien menemukan defenisi perkara klien atas dasar berita, kepedulian,atau masalah klien. Berangkat berdasarkan defenisi kasus klien yg di sepakati pada termin awal, kegiatan selanjutnya adalah mempokuskan pada ;(1) penjelejahan masalah klien, (dua) donasi apa yang akan di berikan menurut evaluasi balik apa-apa yg telah dijelajah mengenai perkara klien.selanjutnya tahap akhir konseling/ tahap tindakan bertujuan buat : (1) tetapkan perubahan perilaku dan perilaku yg memadai, (2) terjadi transfer of learning pada diri klien, (3) melaksanakan perubahan prilaku, (4) mengakhiri hubungan konseling.

d. Teknik-teknik Konseling
Teknik konseling mengandung pengertian yakni cara yang digunakan oleh sorang konselor pada interaksi konseling buat membantu klien supaya berkembang potensinya serta bisa mengatasi kasus yang di hadapi menggunakan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya dan kepercayaan .

Tanggung jawab konselor dalam proses konseling merupakan mendorong buat menyebarkan potensi klien, agar beliau bisa bekerja efektif, produktif, dan sebagai insan berdikari. Relasi konselor kliein dalam hubungan konseling ditandai dengan nuansa efektif. Artinya konselor berupaya membangun agar interaksi akrab, saling percaya sebagai akibatnya terjadi self-discbsure (keterbukaan diri) klien serta keterlibatan secara emosional dalam proses konseling.

Berikut ini dijelaskan ragam teknik konseling menjadi berikut: (1) perilaku attending yaitu menjadi perilku menghampiri klien yg meliputi hubungan mata, bahasa badan dan bahasa lisan., (dua) ikut merasakan artinya kemampuan konselor buat mencicipi apa yg pada rasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau mengenai klien, (3) Refleksi adalah keterampilan konselor buat memantulakn kembali pada klien mengenai perasaan, pikiran serta pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap prilaku lisan dan non mulut, (4) eksplorasi merupakan suatu keterasmpilan konselor buat menggali perasaan , pengalaman, serta pikiran klien. Hal ini krusial karena kebanyakan klien menyimpan misteri bathin, menutup diri,atau nir sanggup mengemukakan pendapatnya menggunakan terus terperinci., (lima) menangkap pesan utama (paraphrasing) yg baik merupakan dengan teliti mendengarkan pesan primer klien, nyatakan kembali dengan ringkas, amati respon klien terhadap konselor, (6) bertanya buat membuka percakapan (open quetion) yang baik dimulai dengan kata-kata ; apakah, bagaimana,bolehkah, dapatkah dll., (7) bertanya tertutup (closed question) tujuannya adalah buat mengumpulkan fakta, menjernihkan dan memperjelas sesuatu , serta menghentikan omongan klien yang melantur menyimpang jauh., (8) dorongan minimal (minimal encouragement) merupakan suatu dorongan eksklusif yg singkat terhadap apa yang sudah dikatakan klien, serta menaruh dorongan singkat sperti oh....,ya...., terus...., lalu,...dan..., (9) interpretasiadalah bertujuan buat menaruh rujukan, pandangan atau perilaku klien, agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman berdasarkan output rujukan baru tersebut, (10) mengarahkanadalah suatu keterampilan yg mengatakan kepada klien supaya beliau berbuat sesuatu, atau dengan kata lain mengarahkannya supaya melakukan sesuatu, (11) menyimpulkan ad interim (summarizing) tujuannya adalah menaruh kesempatan kepada klien buat merogoh kilas pulang (feed back) menurut hal-hal yang telah dibicarakan, menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara sedikit demi sedikit, buat menaikkan kualitas diskusi, mempertajam atau memperjelas penekanan pada wawancara konseling, (12) memimpin (leading) bertujuan agar klien nir menyimpang berdasarkan penekanan pembicaraan, supaya arah pembicaraan lurus pada tujuan konseling, (13) fokus merupakan membantu klien buat memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan, (14) komprontasi merupakan suatu tehnik konseling yg menantang klien buat buat melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), inspirasi awal dengan inspirasi berikutnya, senyum dengan kepedihan dan sebagainya,(15) menjernihkan (clarifying)merupakan menjernihkan ucapan-ucapan klien yang kurang jelas, samar-samar, dan relatif mewaspadai, (16) memudahkan (facilitating) adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien menggunakan mudah berbicara dengan konselor serta menyatakan perasaan, pikiran, serta pengalamannya secara bebas, sebagai akibatnya komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan efektif., (17) membisu tujuannya adalah menanti klien berfikir, menjadi protes apabila klien ngomong berbelit-belit, serta menunjang konduite attending dan empati sebagai akibatnya klien bebas berbicara, (18) mengambil inisiatif tujuannya adalah merogoh inisiatif jika klien kurang semangat, jika klien lambat berfikir buat merogoh keputusan, bila klien kehilangan arah pembicaraan, (19) memberi nasehatini mampu dilakukan jika klien memintanya dan konselor perlu mempertimbangkannya karena dalam anugerah nasehat tetap dijaga supaya tujuan konseling yakni kemandirian klien harus permanen tercapai, (20) hadiah berita dalam hal ini perlu keterbukaan serta kejujuran , bila konselor mengetahui kabar ataukah idak usahakan nir melayani klientetapi diarahkan ketempat yang lebih sesuai / kesumber fakta tadi supaya lebih jelas, (21) merencanakanyaitu membantu klien dalam akhir sesi buat dapat menciptakan planning berupa suatu acara buat action, perbuatan konkret yang produktif bagi kemajuan dirinya., (22) menyimpulkan . Pada akhir sesi konseling membantu klien buat menyimpulkan output pembicaraan menyangkut bagaimana keadaan/perasaan klien terutama tentang kecemasan , memantapkan rencana klien, dan pokok-poko yang akan dibicarakan dalam sesi berikutnya.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP (Sekolah Menengah pertama) Negeri Luwuk Kabupaten Banggai serta dilaksanakan selama tiga bulan pada tahun 2006-2007.

Metode Penelitian
Metode penelitian yg digunakan adalah metode deskriftif kualitatif, dengan membuahkan peneliti menjadi instrumen penelitian. Cara ini pada gunakan pada upaya mengungkap tanda-tanda secara menyeluruh namun kontekstual dengan penekanan penelitian.

Hasil Penelitian

1. Bahasa instruksi pada proses wawancara bimbingan dan konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Konselor serta klien duduk berhadapan
14
93,3
1
6.6
2
Klien tampak bersemangat
10
66,6
5
40
3
Konselor mengajukan Bahasa Instruksi
13
86.6
2
13.3
4
Bahasa Instruksi kelihatan dipahami oleh klien
14
93,3
1
6,6
5
Klien ragu – ragu mereaksi terhadap penggunaan
Bahasa konselor
2
13,3
13
86,6
6
Klien mengajukan pertanyaan kepada konselor
8
56,6
7
46,6
7
Klien berdebat menggunakan konselor
2
13,3
13
86,6
8
Klien melaksanakan apa yg pada instruksikan
14
93,3
1
6,6
9
Konselor mengamati pelaksanaan pekerjaan
14
93,3
1
6,6
10
Konselor memperbaiki kesalahan
12
80
2
13,3
11
Konselor menggunakan klien mendiskusikan masalah
15
100
-
0

Proses wawancara konseling yang dilaksanakan antara klien dan konselor memperlihatkan bahwa Penggunaan Bahasa Instruksi menaruh output yg signifikan terhadap keberhasilan proses hadiah bantuan. Interaksi juga terjadi secara aktif antara klien serta konselor . Kalaupun terjadi keraguan klien mereaksi Bahasa Instruksi konselor hal itu semata – mata disebabkan oleh keragaman daya pikir dan daya logika klien yg dihadapi.

2. Tabel Analisis Bahasa Instruksi pada proses Konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bahasa Instruksi digunakan sewaktu – waktu
10
6,6
5
33,3
2
Bahasa Instruksi umumnya digunakan buat meminta mengerjakan sesuatu
14
93,3
1
6,6
3
Bahasa Instruksi memakai Bahasa Indonesia ragam baku
2
13,3
13
86,6
4
Bahasa Instruksi tersusun sederhana
14
93,3
1
6,6
5
Pelaksanaan Bahasa Instruksi pada suasana kekeluargaan
13
86,6
2
13,3
6
Bahasa Instruksi dipakai kalau memang ada yang diinstruksikan
6
40
9
60
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Intensitas Penggunaan Bahasa Instruksi disesuaikan dengan kondisi serta permasalahan yg dialami sang klien . Tetapi masih ada sebagian konselor yg beranggapan bahwa Bahasa Instruksi selalu identik dengan perintah atau permintaan melakukan sesuatu, padahal sejatinya Bahasa Instruksi mampu berupa pernyataan, penolakan , permintaan, persetujuan dan lain – lain. Kesederhanaan Bahasa Instruksi juga turut mempengaruhi efektifitas pelaksanaan Bimbingan dan Konseling , lantaran pemahaman klien terhadap Bahasa Instruksi yang diberikan oleh konselor sangat mensugesti reksi klien terhadap Bahasa Instruksi tadi.

3. Tabel : Hasil Pengamatan Bentuk Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bentuk Bahasa Instruksi sederhana
13
86,6
2
13,3
2
Bentuk Bahasa Instruksi paling banyak 5 kata
4
26,6
11
73,3
3
Bentuk Bahasa Instruksi berbentuk perintah
14
93,3
1
6,6
4
Kata-kata buat Bahasa Instruksi umumnya berakhiran – lah
10
66,6
5
33,3
5
Bentuk Bahasa Instruksi diusahakan tidak disalahtafsirkan
15
100
-
0

Bentuk Bahasa Instruksi sangat memperungaruhi keberhasilan proses Bimbingan serta Konseling, kesederhanaan dan ketetpatan penggunaannya berhubungan erat dengan keberhasilan proses Bimbingan serta Konseling , lantaran kesalahan pada menafsirkan Bahasa Instruksi mengakibatkan tujuan proses Bimbingan dan Konseling tidak seperti apa yang diperlukan.

4. Tabel Pengamatan Isi Bahasa Instruksi dalam Wawancara Konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Berisi mengenai pekerjaan yg akan dilaksanakan
3
20
12
80
2
Berisi tentang sesuatu yang akan ditiru
4
26,6
11
73,3
3
Berisi mengenai sesuatu yang kan diikuti
5
33,3
10
66,6
4
Berisi mengenai sesuatu yang nir akan diikuti
2
13,3
13
86,6
5
Berisi tentang sesuatu pilihan
2
13,3
13
86,6
6
Berisi tentang sesuatu dorongan moral
10
66,6
5
40
7
Berisi mengenai yang berhubungan dengan ajaran agama
3
20
13
86,6
8
Berisi tentang sesuatu yg berhubungan dengan budi pekerti
13
86,6
2
13,3
9
Berisi tentang sesuatu yg herbi lingkungan hidup
0
0
15
100
10
Berisi mengenai mengenai sesuatu yg herbi kesehatan
2
13,3
13
86,6
11
Berisi tentang sesuatu yang herbi kemudian lintas
1
6,6
14
93,3
12
Berisi tentang sesuatu yg herbi kesetiakawanan
2
13,3
13
86,6
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Isi Bahasa Instruksi nir melulu berisi perintah atau permintaan atau merlakukan sesuatu, berdasarkan penelitian yg dilakukan menujjukkan hasil bahwa Bahasa Instruksi terdiri menurut beberapa hal dengan prosentase terbanyak berisi mengenai hal yg herbi budi pekerti dan hal yg berhubungan dengan moral. Ini menunjukkan bahwa kompetensi konselor yang sebagai subjek penelitian bisa dikatakan sinkron menggunakan apa yg dibutuhkan.

5. Tabel Penafsiran klien terhadap Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena bahasa yg dipakai jelas
14
93,3
1
6,6
2
Bahasa Instruksi ditafsirkan menggunakan sahih karena kalimat yang dipakai pendek
4
26,6
11
73,3
3
Bahasa Instruksi ditafsirkan benar lantaran sinkron kebutuhan klien
14
93,3
1
6,6
4
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih lantaran klien pernah mengalaminya
13
86,6
2
13,3
5
Bahasa Instruksi ditafsirkan benar lantaran ada seseorang yang dicontohi
1
6,6
14
93,3
6
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena konselor melafalkannya dengan benar
14
93,3
1
6,6
7
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena konselor melaksanakan secara santai
7
46,6
8
53,3

Kejelasan bahasa, penggunaan kalimat dan cara pengucapan dan pelafalan memegang peranan penting pada hal penggunaan Bahasa Instruksi , karena hal ini dapat menaikkan daya penafsiran klien terhadap Bahasa Instruksi konselor . Penelitian menunjukkan , sebagian besar konselor telah menampakkan hasil misalnya apa yang diperlukan.

6. Tabel Reaksi klien terhadap Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Klien mereaksi secara tepat
12
80
3
20
2
Klien nir mereaksi karena Bahasa Instruksi tidak jelas
1
6,6
14
93,3
3
Klien nir mereaksi karena Bahasa Instruksi tidak jelas
1
6,6
14
93,3
4
Klien tidak mereaksi karena instruksi nir sesuai pengalaman
13
86,6
2
13,3
5
Klien nir mereaksi lantaran hal yg diinstruksikan nir sesuai kebutuhan
1
6,6
14
93,3
6
Klien nir mereaksi karena isi instruksi bisa ditafsirkan tidak sama-beda
1
6,6
14
93,3
7
Klien nir mereaksi karena dia nir perduli
0
0
15
100

Kesesuaian pengalaman klien terhadap Bahasa Instruksi yg disampaikan adalah satu gejala menarik yang didapatkan dari hasil penelitian, merupakan berdasarkan seluruh objek penelitian, 86 % memperlihatkan reaksi negatif waktu diajukan Bahasa Instruksi yg nir sesuai dengan pengalaman yang pernah dilaluinya.

PENGERTIAN TUJUAN DAN FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengertian, Tujuan serta Fungsi Bimbingan serta Konseling
Penggunaan bahasa yg melibatkan kesesuaian pembicaraan pendengaran dalam suatu dialog bukan hanya gambaran bagaimana membicarakan makna serta gagasan melainkan bukti hubungan sosial. Penggunaan bahasa tadi dianggap menjadi fungsi bahasa buat membuka saluran komunikasi serta membangun interaksi diantara rakyat sekolah khususnya guru pembimbing dengan siswa.

Dalam suatu dialog antara pengajar pembimbing (konselor) menggunakan siswa (klien) dalam proses bimbingan serta konseling tidak akan mengajukan bahasa-bahasa yg tidak kontroversial tetapi dipilih secara hati-hati sesuai syarat siswa sebagai akibatnya cenderung menghasilkan persetujuan bersama pada hal mengatasi atau merampungkan suatu masalah.

Betapa pentingnya peranan bahasa pada berkomunikasi, sebagai akibatnya keterampilan berbicara bagi kehidupan manusia sangat diperlukan. Billow (Pateda, 2004:62) menyatakan “ bahasa terutama merupakan berbicara”. Berbicara berarti menggunakan bahsa lisan secara aktif. Penggunaan bahsa lisan secara aktif ini dalam kaitannya menggunakan proses bimbimgan dan konseling mampu saja berwujud perintah, pertanyaan, dorongan, asa, saran, permintaan, pengakuan, penerangan atau menaruh penerangan

Sehubungan menggunakan hal tadi secara rinci pada proses bimbingan mengandung ciri-ciri menjadi berikut : 1) adanya tujuan yg ingin dicapai, 2) terdapat bahan/pesan yg sebagai isi hubungan, 3) terdapat peserta didik yg aktif mengalami, 4) ada guru yang melaksanakan, 5) ada metode buat mencapai tujuan, 6) ada situasi yang memungkinkan proses bimbingan dan konseling berjalan dengan baik, 7) terdapat evaluasi terhadap hasil hubungan.

Ini menerangkan bahwa peranan bahasa khususnya bahasa instruksi pada proses bimbingan dan konseling adalah suatu komunikasi atau hubungan yg melibatkan pengajar pembimbing (konselor) dan siswa (klien) menggunakan maksud buat mencapai tujuan bimbingan yaitu: 1) peserta didik bisa mengenal dirinya sendiri dan lingkungan dimana dia berada serta kekurangan/kelemahan pada dirinya, dua) dapat mendapat diri sndiri serta lingkungan secara positif dan bergerak maju atau apa adanya, 3) dapat mengambil keputusan sendiri mengenai banyak sekali hal, 4) bisa mengarahkan diri sendiri yang didasarkan dalam keputusan yang diambil sesuai apa yang terdapat padanya, lima) perwujudan diri sendiri/ siswa dapat merealisasikan dirinya sendiri. Jadi komunikasi antara siswa serta guru atau guru pembimbing menggunakan peserta didik memegang peranan penting dalam keberhasilan proses bimbingan serta konseling. Guru memiliki peran buat mengarahkan, membimbing, menaruh dorongan dan motivasi kepada pserta didik dengan bahasa instruksi yg sesuai kebutuhan serta syarat peserta didik itu sendiri.

Sesuai dengan uraian diatas, tampak jelas bahwa bimbingan dan konseling menjadi keliru satu organisasi dan kegiatan acara pendidikan pada sekolah menengah pertam perlu di kelolah serta dikembangkan agar dapat menghasilkan produk atau hasil belajar secara optimal. General A. Glad Stein (pada Sarono, 2005:6) Mengemukakan bahwa layanan bimbingan dan konseling yang bemutu itu sanggup membantu murid, nir hanya mengatasi kasus-perkara pendidikan serta pekerjaan tetapi jua bisa mengatasi kasus-masalah eksklusif anak didik.

Sesuai harapa guru mata pelajaran Robert F. Gibshon (dalam Sarono, 2005:6) berpendapat bahwa layanan bimbingan serta konseling yang bermutu itu mampu membantu guru mengurangi perilaku siswa yg sebagai penyebab keributan atau gangguan di kelas, dan membantu proses pengajaran gampang dan efektif.

Berkaitan menggunakan harapan ketua sekolah Darrel H. Hart serta Donald J. Prince (pada Sarono, 2005:6) menyatakan pendapat bahwa layanan bimbingna serta konseling yang bermutu itu wajib bisa membantu memecahkan masalah, memperlancar keberhasilan belajar anak didik , serta membantu memecahkan perkara pendidikan dan karir anak didik.

Untuk mengatasi perkara-masalah yang dihadapi siswa merupakan bekerja sama menggunakan pengajar pembimbing (konselor sekolah) dengan cara menaruh layanan konseling individual.” Konseling individual “mengandung makna bagaimana seorang berbicara menggunakan orang lain menggunakan tujuan buat membantu supaya terjadi perubahan konduite kearah positif berdasarkan orang yg dibatu.

Dalam konseling individual, ke 2 belah pihak harus bekerja sama supaya klien dapat tahu diri serta permasalahannya serta mampu berbagi potensi positif pada dirinya, dan bisa memecahkan masalahnya sendiri yg tentunya atas bantuan serta kepakaran konselor, karena itu seseorang konselor yg beranjak pada aneka macam interaksi antar insan harus di lengkapi menggunakan ilmu konseling, ilmu penunjang lain seperti psikologi, antropologi, sosiologi dan ilmu-ilmu lain yang bersinggungan menggunakan perilaku manusia. Selanjutnya konselor wajib mempunyai keterampilan konseling yaitu menguasai tekhnik-tekhnik konseling pada setiap tahapan proses konseling. Tahap awal, termin pertengahan, serta termin akhir supaya konselor mengetahui hingga pada mana kemajuan konseling yg dilakukan buat mencapai tujuan yg diperlukan.

Unruk mengoptimalakan proses bimbingan serta konseling kemampuan konselor pada penerapan bahasa instruksi baik berdasarkan segi bentuk maupun isi sangat pada perlukan sehingga sahih-benar terjalin kolaborasi yg baik pada proses bimbingan serta konseling demi tercapainya tujuan bimbingan yang dibutuhkan.

1. Bahasa Instruksi pada Proses Bimbingan serta Konseling
Dalam kamus akbar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa “Bahasa merupakan (i) system lambang suara yg arbitrer yg dipergunakan sang para anggota suatu warga buat bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri, (ii) dialog (perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun”. Ali Syahbana (dalam Pateda,2003:tiga) menyatakan bahwa bahasa merupakan ucapan pikiran serta perasaan manusia dengan teratur dengan memakai alat suara. Sedangkn instruksi dalam kamus Bahasa Indonesia menyetakan sebagai pelajaran atau petunjuk.

Jadi bahasa instruksi dimaksudkan sebagai suatu ungkapan dalam bentuk kalimat atau istilah berdasarkan seorang kepada orang lain sebagai akibatnya terjalin hubungan kerja sama saling berinteraksi anatara satu menggunakan lainnya buat mencapai satu tujuan tertentu menjadi akhir menurut suatu pembicaraan. Sama halnya dalam proses bimbingan dan konseling sebagaimana di kemukakan sang Muhammad (2004:4) bahwa “ Bimbingan dan konseling merupakan adalah proses bantuan psikologis serta humanisme secara ilmiah serta profesional yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada yg dibimbing (klien), agar dapat berkembang secara optimal , yaitu mampu tahu diri, mengarahkan diri, serta mengaktualisasikan diri, sesuai tahap perkembangan , sifat-sifat, potensi yg dimiliki serta latar belakang kehidupan serta lingkungannya sehingga tercapai kebahagiaan dalam kehidupannya “.

Tanpa adanya bahasa instruksi ( bahasa perintah / bahasa petunjuk) pada proses 

Bimbingan serta konseling tentunya maksud serta tujuan yang pada kehendaki sebagai akhir dari pada konseling individual tidak akan tercapai. Untuk itu sangat dibutuhkan tehnik dan keterampilan berkomunikasi yg baik dan sopan sebagai akibatnya dapat membuka hati, pikiran serta perasaan secara suka rela dan iklas mengikuti alur pembicaraan yang dalam akhirnya klien sahih-sahih merasa terbimbing oleh konselor itu sendiri.

2. Bentuk Bahasa Instruksi
Jika mendengar orang berbicara, kita mendengar suara bahasa, bunyi bahasa yg digunakannya pada sebut bahasa mulut. Terdapat empat kegiatan berbahasa yakni : 1) berbicara, 2) mendengar, 3)membaca, 4) menulis (Pateda, 2005:20). Khusus dalam proses bimbingan serta konseling bentuk bahasa yang di pakai adalah bahsa ekspresi yaitu bahasa yg disampaikan secara eksklusif antara pembicara serta pendengar. Jadi terdapat yg berbicara serta terdapat yg mendengar, antara konselor serta klien terjalin hubungan timbal kembali. 

Bentuk bahasa instruksi dalam proses bimbingan serta konseling dapat dilakukan dengan cara : 1) menangkap pesan utama , 2) bertanya buat membuka percakapan,tiga) bertanya tertutup, 4) dorongan minimal, lima) interpretasi, 7) mengarahkan, 8) memimpin, 9) fokus, 10) komprontasi, 11) menjernihkan, 12) memudahkan, 13) membisu, 14) mengambil inisiatif, 15) memberi nasehat, 16) memberi berita, 17) merencanakan, 18) dan menyimpulkan ( S.willis, 2004:187 ) 

3. Isi Bahasa instruksi
Bahasa selalu di gunakan setiap hari. Apa yang pada gunakan yg berwujud bahasa mengandung isi, mengandung jujur, serta berisi hal-hal menyangkut nama, kegiatan, proses, konsep-konsep, keyakinan, serta pikiran (Pateda, 2005:18)

Miller (dalam Pateda,2005:20) berkata bahwa buat memakai bahasa secara efektif, harus memperhatikan isi bahasa ini dia.
1. Informasi fonologis, maksudnya, kita mendengar suara-suara bahasa yang bermakna.
2. Informasi leksikal. Kita mendengar istilah atau urutan kata yg berisi pesan atau mengandung makna.
3. Informasi sintaksis. Bunyi-bunyi bahasa berhubung-interaksi menciptakan istilah berhubung-hubungan dengan kata lain yang membentuk kalimat. Kalimat yang kita gunakan mengandung makna atau memiliki pesan atau amanah.
4. Konsep yang ingin diutarakan dan kenyataannya.
5. Sistem keyakinan, baik yang berkaitan menggunakan agama yg kita yakini maupun evaluasi kita terhadap apa yg kita dengar atau kita baca.

Apa yang dikemukakan sang ke 2 ahli tadi membuktikan bahwa isi bahasa instruksi dalam proses bimbingan dan konseling merupakan nir terikat dalam suatu bentuk, tetapi bebas memilih bentuk bahasa yg dipergunakan, buat mengungkapkan apa yang difikirkan, dikehendaki atau dirasakan sebagai akibatnya proses konseling berjalan sebagaimana mestinya serta dalam akhirnya klien benar-sahih merasa terbimbing, mampu menentukan sikap buat penyelesaian suatu konflik ,tantangan serta kendala yang dihadapinya.

4. Bimbingan serta konseling
a. Pengertian bimbingan 
Bimbingan serta konseling merupakan terjemahan menurut “Guidance” dan “Conseling” dalam bahasa inggris. Istilah ini mengandung arti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).

Sunaryo (Syamsu Yusuf,A Juntika, 2005:6) mengemukakan bahwa bimbingan sebagai “ Proses membantu individu buat mencapai perkembangan optimal”.sedangkan Rochman Natawijaya mengartikan bimbingan menjadi proses hadiah donasi kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan , supaya individu tadi dapat memahami dirinya dan bisa bertindak secara wajar, sinkron dengan tuntutan serta keadaan lingkungan sekolah, famili, rakyat serta khidupan pada umumnya.

b. Pengertian Konseling
ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa “ Konseling merupakan interaksi tatap muka yg bersifat rahasia, penuh dengan perilaku penerimaan dan pemebrian kesempatan dari konselor pada klien, konselor mempergunakan pengetahuan serta keterampilannya buat membantu kliennya mengatasi kasus-masalahnya” (Syamsu Yusuf, A. Juntika,2005:8) 

Prayitno, Erman Amti(1999: 104) mengemukakan bahwa “ Konseling adalah proses anugerah bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling sang seseorang ahli (diklaim konselor) kepada individu yg sedang mengalami sesuatu perkara (dianggap klien) yang bermuara dalam teratasinya kasus yg dihadapi oleh klien”.

Dalam wawancara konseling itu klien mengemukakan maalah –masalah yang dihadapi kepada konselor, serta konselor menciptakan suasana interaksi yang akrab menggunakan menerapkan prinsip-prinsip serta tekhnik wawancara konseling sedemikian rupa, sehingga masalahnya itu terjelajahi sgenap seginya serta langsung klien terangsang buat mengatasi maslah yang sedang di hadapi menggunakan memakai kekuatanya sendiri. Proses konseling pada dasarnya adalah bisnis menghidupkan serta mendayagunakan secara penuh fungsi-fungsi yang minimal secara potensial organismik ada dalam diri klien itu. Apabila fungsi ini berjalan dengan baik dapoat dibutuhkan dinamika hidup klien akan balik berjalan menggunakan lumrah mengarah kepada tujuan yang positif.

c. Proses Konseling
Jika menyimak pengertian bimbingan dan konseling sebagaimana pada kemukakan di atas, maka implisit pada dlamnya tujuan konseling yaitu membantu individu/ klien supaya sebagai orang yang lebih fungsionbal, mencapai integritas diri, identitas diri, dan ekspresi. Versi lain menurut tujuqan konseling merupakan supaya potensi optimal, sanggup memecahkan masalah, serta mampu beradaptasi terhadap lingkungan.

Untuk mencapai tujuan konseling dengan efektif seseorang konselor wajib sanggup: 1) menangkap informasi sentral atau pesan utama klien, dua) utamakan tujuan klien-tujuan konseling. Secara umum dikatakan bahwa tujuan konseling haruslah mencapai : a) Effectif daily living, ialah selesainya selesai proses konseling klien harus bisa menjalani kehidupan sehari-harinya secara effektif dan berdayaguna buat diri, keluarga, masyarakat , bangsa serta Tuhannya. B) Relationship with Other, merupakan klien bisa menjalin interaksi yang harmonis dengan orang lain pada keluarga, sekolah, masyarakat serta sebagainya.

Brammer pada Sofyan S.willis (2004:50) Proses konseing merupakan peristiwa yg tengah berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tadi (konselor serta klien) agar proses konseling berjalan menggunakan lancar diperlukan keterampilan khusus secara bertahap yg dibagi pada tiga tahapan: (1) termin awal konseling, (2) tahap pertengahan /tahap kerja, serta (tiga) Tahap akhir konseling / termin tindakan

Tahap awal semenjak klien menemui konselor hingga berjalan proses konseling sampai sanpai konselor serta klien menemukan defenisi masalah klien atas dasar gosip, kepedulian,atau kasus klien. Berangkat berdasarkan defenisi kasus klien yg pada sepakati pada termin awal, aktivitas selanjutnya merupakan mempokuskan pada ;(1) penjelejahan perkara klien, (dua) donasi apa yang akan di berikan menurut evaluasi kembali apa-apa yg telah dijelajah mengenai kasus klien.selanjutnya tahap akhir konseling/ termin tindakan bertujuan buat : (1) menetapkan perubahan sikap serta konduite yg memadai, (dua) terjadi transfer of learning pada diri klien, (3) melaksanakan perubahan prilaku, (4) mengakhiri interaksi konseling.

d. Teknik-teknik Konseling
Teknik konseling mengandung pengertian yakni cara yang digunakan oleh sorang konselor pada interaksi konseling buat membantu klien supaya berkembang potensinya dan bisa mengatasi masalah yg di hadapi dengan mempertimbangkan syarat-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya dan agama.

Tanggung jawab konselor dalam proses konseling merupakan mendorong untuk mengembangkan potensi klien, agar beliau bisa bekerja efektif, produktif, dan menjadi manusia berdikari. Relasi konselor kliein pada hubungan konseling ditandai menggunakan nuansa efektif. Artinya konselor berupaya membangun agar interaksi akrab, saling percaya sebagai akibatnya terjadi self-discbsure (keterbukaan diri) klien dan keterlibatan secara emosional dalam proses konseling.

Berikut ini dijelaskan ragam teknik konseling sebagai berikut: (1) konduite attending yaitu sebagai perilku menghampiri klien yg meliputi kontak mata, bahasa badan serta bahasa mulut., (dua) ikut merasakan artinya kemampuan konselor buat merasakan apa yang di rasakan klien, merasa dan berfikir beserta klien dan bukan buat atau mengenai klien, (tiga) Refleksi merupakan keterampilan konselor untuk memantulakn kembali kepada klien mengenai perasaan, pikiran serta pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap prilaku verbal serta non ekspresi, (4) eksplorasi merupakan suatu keterasmpilan konselor buat menggali perasaan , pengalaman, serta pikiran klien. Hal ini krusial lantaran kebanyakan klien menyimpan rahasia bathin, menutup diri,atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya dengan terus terang., (lima) menangkap pesan primer (paraphrasing) yang baik merupakan dengan teliti mendengarkan pesan primer klien, nyatakan pulang dengan ringkas, amati respon klien terhadap konselor, (6) bertanya buat membuka dialog (open quetion) yg baik dimulai dengan istilah-kata ; apakah, bagaimana,bolehkah, dapatkah dll., (7) bertanya tertutup (closed question) tujuannya adalah buat mengumpulkan informasi, menjernihkan dan memperjelas sesuatu , serta menghentikan omongan klien yang melantur menyimpang jauh., (8) dorongan minimal (minimal encouragement) adalah suatu dorongan pribadi yg singkat terhadap apa yang sudah dikatakan klien, serta menaruh dorongan singkat sperti oh....,ya...., terus...., kemudian,...serta..., (9) interpretasiadalah bertujuan buat menaruh rujukan, pandangan atau konduite klien, agar klien mengerti serta berubah melalui pemahaman berdasarkan hasil acum baru tersebut, (10) mengarahkanadalah suatu keterampilan yang berkata kepada klien supaya dia berbuat sesuatu, atau menggunakan kata lain mengarahkannya agar melakukan sesuatu, (11) menyimpulkan ad interim (summarizing) tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada klien buat merogoh kilas pulang (feed back) berdasarkan hal-hal yang telah dibicarakan, menyimpulkan kemajuan output pembicaraan secara sedikit demi sedikit, buat menaikkan kualitas diskusi, mempertajam atau memperjelas fokus pada wawancara konseling, (12) memimpin (leading) bertujuan agar klien tidak menyimpang menurut penekanan pembicaraan, agar arah pembicaraan lurus kepada tujuan konseling, (13) fokus merupakan membantu klien buat memusatkan perhatian pada utama pembicaraan, (14) komprontasi merupakan suatu tehnik konseling yg menantang klien buat buat melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), ilham awal menggunakan ide berikutnya, senyum menggunakan kepedihan serta sebagainya,(15) menjernihkan (clarifying)adalah menjernihkan ucapan-ucapan klien yg samar-samar, kurang jelas, dan relatif meragukan, (16) memudahkan (facilitating) adalah suatu keterampilan membuka komunikasi supaya klien dengan gampang berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, serta pengalamannya secara bebas, sehingga komunikasi serta partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan efektif., (17) membisu tujuannya merupakan menanti klien berfikir, menjadi protes apabila klien ngomong berbelit-belit, serta menunjang perilaku attending serta ikut merasakan sebagai akibatnya klien bebas berbicara, (18) merogoh inisiatif tujuannya merupakan mengambil inisiatif apabila klien kurang semangat, bila klien lambat berfikir buat mengambil keputusan, bila klien kehilangan arah pembicaraan, (19) memberi nasehatini sanggup dilakukan jika klien memintanya dan konselor perlu mempertimbangkannya karena pada hadiah nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni kemandirian klien harus permanen tercapai, (20) pemberian warta dalam hal ini perlu keterbukaan serta kejujuran , bila konselor mengetahui berita ataukah idak sebaiknya nir melayani klientetapi diarahkan ketempat yg lebih sinkron / kesumber fakta tadi supaya lebih jelas, (21) merencanakanyaitu membantu klien dalam akhir sesi untuk bisa membuat planning berupa suatu acara buat action, perbuatan nyata yg produktif bagi kemajuan dirinya., (22) menyimpulkan . Pada akhir sesi konseling membantu klien buat menyimpulkan hasil pembicaraan menyangkut bagaimana keadaan/perasaan klien terutama tentang kecemasan , memantapkan rencana klien, dan pokok-poko yang akan dibicarakan dalam sesi berikutnya.

Tempat serta Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Pertama (Sekolah Menengah pertama) Negeri Luwuk Kabupaten Banggai dan dilaksanakan selama 3 bulan pada tahun 2006-2007.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif kualitatif, menggunakan membuahkan peneliti menjadi instrumen penelitian. Cara ini pada pakai dalam upaya mengungkap tanda-tanda secara menyeluruh namun kontekstual menggunakan fokus penelitian.

Hasil Penelitian

1. Bahasa instruksi pada proses wawancara bimbingan dan konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Konselor serta klien duduk berhadapan
14
93,3
1
6.6
2
Klien tampak bersemangat
10
66,6
5
40
3
Konselor mengajukan Bahasa Instruksi
13
86.6
2
13.3
4
Bahasa Instruksi kelihatan dipahami sang klien
14
93,3
1
6,6
5
Klien ragu – ragu mereaksi terhadap penggunaan
Bahasa konselor
2
13,3
13
86,6
6
Klien mengajukan pertanyaan kepada konselor
8
56,6
7
46,6
7
Klien berdebat dengan konselor
2
13,3
13
86,6
8
Klien melaksanakan apa yang pada instruksikan
14
93,3
1
6,6
9
Konselor mengamati pelaksanaan pekerjaan
14
93,3
1
6,6
10
Konselor memperbaiki kesalahan
12
80
2
13,3
11
Konselor dengan klien mendiskusikan masalah
15
100
-
0

Proses wawancara konseling yg dilaksanakan antara klien serta konselor memperlihatkan bahwa Penggunaan Bahasa Instruksi memberikan hasil yang signifikan terhadap keberhasilan proses anugerah donasi. Interaksi juga terjadi secara aktif antara klien dan konselor . Kalaupun terjadi keraguan klien mereaksi Bahasa Instruksi konselor hal itu semata – mata disebabkan sang keragaman daya pikir dan daya akal klien yg dihadapi.

2. Tabel Analisis Bahasa Instruksi dalam proses Konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bahasa Instruksi digunakan sewaktu – waktu
10
6,6
5
33,3
2
Bahasa Instruksi umumnya dipakai buat meminta mengerjakan sesuatu
14
93,3
1
6,6
3
Bahasa Instruksi memakai Bahasa Indonesia ragam baku
2
13,3
13
86,6
4
Bahasa Instruksi tersusun sederhana
14
93,3
1
6,6
5
Pelaksanaan Bahasa Instruksi pada suasana kekeluargaan
13
86,6
2
13,3
6
Bahasa Instruksi dipakai kalau memang ada yang diinstruksikan
6
40
9
60
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Intensitas Penggunaan Bahasa Instruksi diadaptasi dengan syarat serta pertarungan yang dialami oleh klien . Tetapi masih ada sebagian konselor yang beranggapan bahwa Bahasa Instruksi selalu identik menggunakan perintah atau permintaan melakukan sesuatu, padahal sejatinya Bahasa Instruksi mampu berupa pernyataan, penolakan , permintaan, persetujuan dan lain – lain. Kesederhanaan Bahasa Instruksi pula turut mensugesti efektifitas aplikasi Bimbingan serta Konseling , karena pemahaman klien terhadap Bahasa Instruksi yang diberikan oleh konselor sangat menghipnotis reksi klien terhadap Bahasa Instruksi tersebut.

3. Tabel : Hasil Pengamatan Bentuk Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bentuk Bahasa Instruksi sederhana
13
86,6
2
13,3
2
Bentuk Bahasa Instruksi paling banyak 5 kata
4
26,6
11
73,3
3
Bentuk Bahasa Instruksi berbentuk perintah
14
93,3
1
6,6
4
Kata-istilah buat Bahasa Instruksi umumnya berakhiran – lah
10
66,6
5
33,3
5
Bentuk Bahasa Instruksi diusahakan nir disalahtafsirkan
15
100
-
0

Bentuk Bahasa Instruksi sangat memperungaruhi keberhasilan proses Bimbingan serta Konseling, kesederhanaan serta ketetpatan penggunaannya bekerjasama erat dengan keberhasilan proses Bimbingan serta Konseling , lantaran kesalahan dalam menafsirkan Bahasa Instruksi menyebabkan tujuan proses Bimbingan serta Konseling tidak misalnya apa yg diharapkan.

4. Tabel Pengamatan Isi Bahasa Instruksi pada Wawancara Konseling
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Berisi tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan
3
20
12
80
2
Berisi tentang sesuatu yang akan ditiru
4
26,6
11
73,3
3
Berisi mengenai sesuatu yang kan diikuti
5
33,3
10
66,6
4
Berisi tentang sesuatu yg nir akan diikuti
2
13,3
13
86,6
5
Berisi mengenai sesuatu pilihan
2
13,3
13
86,6
6
Berisi mengenai sesuatu dorongan moral
10
66,6
5
40
7
Berisi mengenai yg herbi ajaran agama
3
20
13
86,6
8
Berisi tentang sesuatu yang herbi budi pekerti
13
86,6
2
13,3
9
Berisi mengenai sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan hayati
0
0
15
100
10
Berisi tentang tentang sesuatu yang herbi kesehatan
2
13,3
13
86,6
11
Berisi mengenai sesuatu yang berhubungan dengan kemudian lintas
1
6,6
14
93,3
12
Berisi tentang sesuatu yang herbi kesetiakawanan
2
13,3
13
86,6
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Isi Bahasa Instruksi tidak melulu berisi perintah atau permintaan atau merlakukan sesuatu, dari penelitian yang dilakukan menujjukkan output bahwa Bahasa Instruksi terdiri dari beberapa hal menggunakan prosentase terbanyak berisi tentang hal yg berhubungan dengan budi pekerti serta hal yg berhubungan dengan moral. Ini memberitahuakn bahwa kompetensi konselor yg sebagai subjek penelitian mampu dikatakan sinkron menggunakan apa yg diharapkan.

5. Tabel Penafsiran klien terhadap Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih lantaran bahasa yg dipakai jelas
14
93,3
1
6,6
2
Bahasa Instruksi ditafsirkan dengan sahih lantaran kalimat yang digunakan pendek
4
26,6
11
73,3
3
Bahasa Instruksi ditafsirkan benar karena sinkron kebutuhan klien
14
93,3
1
6,6
4
Bahasa Instruksi ditafsirkan benar karena klien pernah mengalaminya
13
86,6
2
13,3
5
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena terdapat seorang yang dicontohi
1
6,6
14
93,3
6
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena konselor melafalkannya menggunakan benar
14
93,3
1
6,6
7
Bahasa Instruksi ditafsirkan sahih karena konselor melaksanakan secara santai
7
46,6
8
53,3

Kejelasan bahasa, penggunaan kalimat dan cara pengucapan serta pelafalan memegang peranan penting pada hal penggunaan Bahasa Instruksi , karena hal ini bisa menaikkan daya penafsiran klien terhadap Bahasa Instruksi konselor . Penelitian menerangkan , sebagian akbar konselor sudah menampakkan hasil seperti apa yg diperlukan.

6. Tabel Reaksi klien terhadap Bahasa Instruksi 
No
Indikator
Hasil Pengamatan
ya
%
tidak
%
1
Klien mereaksi secara tepat
12
80
3
20
2
Klien tidak mereaksi lantaran Bahasa Instruksi tidak jelas
1
6,6
14
93,3
3
Klien tidak mereaksi lantaran Bahasa Instruksi tidak jelas
1
6,6
14
93,3
4
Klien nir mereaksi karena instruksi nir sesuai pengalaman
13
86,6
2
13,3
5
Klien tidak mereaksi lantaran hal yg diinstruksikan nir sinkron kebutuhan
1
6,6
14
93,3
6
Klien nir mereaksi lantaran isi instruksi dapat ditafsirkan tidak sinkron-beda
1
6,6
14
93,3
7
Klien nir mereaksi lantaran ia nir perduli
0
0
15
100

Kesesuaian pengalaman klien terhadap Bahasa Instruksi yang disampaikan adalah satu gejala menarik yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian, adalah berdasarkan semua objek penelitian, 86 % memberitahuakn reaksi negatif saat diajukan Bahasa Instruksi yang tidak sinkron menggunakan pengalaman yang pernah dilaluinya.

DASARDASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling
A. Pengertian, Peran Dan Tujuan Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan serta konseling merupakan upaya hadiah donasi pada peserta didik dengan membentuk lingkungan perkembangan yg kondusif, dilakukan secara sistematis serta berkesinambungan, agar siswa dapat memahami dirinya sebagai akibatnya mampu mengarahkan diri serta dapat bertindak secara masuk akal, sinkron menggunakan tuntutan tugas-tugas perkembangan. Upaya bantuan ini dilakukan secara terencana dan sistematis untuk seluruh siswa menurut identifikasi kebutuhan mereka, pendidik, institusi serta harapan orang tua serta dilakukan sang seseorang energi profesional bimbingan dan konseling yaitu konselor.

Tujuan pendidikan yaitu membentuk insan yg seutuhnya. Bimbingan dan konseling secara tidak eksklusif menunjang tujuan pendidikan menggunakan menangani masalah dan memberikan layanan secara spesifik pada murid, agar anak didik dapat berbagi dirinya secara penuh. Kehadiran koselor sekolah membantu pengajar pada memperluas pandangan pengajar mengenai perkara afektif yg erta kaitannya dengan profesi pengajar, misalnya keadaan emosional yg mensugesti proses belajar-mengajar, menyebarkan sikap positif serta menangani masalah yg ditemui guru dalam aplikasi tugasnya. Konselor serta pengajar adalah suatu tim yang saling menunjang demi terciptanya pembelajaran yg efektif. Kegiatan bimbingan serta konseling menggunakan demikian tidak sanggup dilepaskan dari aktivitas sekolah.

Tujuan bimbingan pada sekolah ialah membantu siswa pada : 
  1. mengatasi kesulitan belajar, 
  2. mengatasi kebiasaan yg buruk dalam waktu aktivitas belajar maupun pada interaksi sosial, 
  3. mengatasi kesulitan yang herbi kesehatan jasmani, 
  4. hal yang berkaitan dengan kelanjutan studi, 
  5. kesulitan yang herbi perencanaan dan pemilihan pekerjaan dan 
  6. mengatasi kesulitan perkara sosial-emosional yg asal menurut siswa berkaitan menggunakan lingkunga sekolah, keluarga serta lingkungan yg lebih luas. 
Dalam bahasa lain Downing mengemukakan bahwa tujuan bimbingan pada sekolah sama menggunakan pendidikan terhadap diri sendiri yaitu membantu murid agar dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis, merealisasikan keinginan dan mengembangkan kemampuan dan potensinya.

B. Hambatan Konselor Dalam Melakukan Layanan Bimbingan serta Konseling.
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai keliru satu kualifikasi pendidik, sejajar menggunakan kualifikasi pengajar, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, serta pelatih (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 Ayat 6). Tetapi masih banyak ditemukan hambatan-kendala yang dihadapi konselor dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling. Secara garis akbar hambatan bimbingan dan konseling pada dikelompokkan dalam 2 hal, yaitu 1) kendala internal serta dua) hambatan eksternal.

1. Hambatan Intermal.
Hambatan internal ini berkaitan dengan kompetensi konselor. Kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Kompetensi akademik konselor yakni lulusan S1 bimbingan konseling atau S2 bimbingan konseling serta melanjutkan pendidikan profesi selama 1 tahun. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa masih poly pada temukan diberbagai sekolah Sekolah Menengah pertama, MTs, MA, Sekolah Menengah Atas, dan SMK pengajar BK non BK, artinya konselor sekolah yg bukan berlatar pendidikan bimbingan konseling. Mereka diangakat oleh ketua sekolah lantaran dianggap sanggup atau mereka yg asal berdasarkan sarjana kepercayaan . Meskipun secara keilmuan mereka nir mendalami tentang teori-teori bimbingan konseling.

Kompetensi profesional terbentuk melalui latihan, seminar, workshop. Untuk menjadi konselor profesional memerlukan proses serta saat. Konselor profesional membutuhkan jam terbang yg relatif matang. Di samping itu masih jua ditemukan dilapangan, adanya manajemen bimbingan dan konseling yg masih amburadul. Uman Suherman (2008), lebih lanjut mengungkapkan tentang manajemen bimbingan serta konseling, layanan bimbingan serta konseling perlu diurus, diatur, dikemudikan, dikendalikan, ditangani, dikelola, diselenggarakan, dijalankan, dilaksanakan dan dipimpin oleh orang yang memiliki keahlian, keterampilan, serta wawasan dan pemahaman tentang arah, tujuan, fungsi, kegiatan, strategi serta indikator keberhasilannya.

2. Hambatan Eksternal.
a. Layanan Bimbingan dan Konseling bisa dilakukan oleh siapa saja 
Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja? Jawabannya bisa saja “benar” serta sanggup pula “tidak”. Jawaban ”benar”, jika bimbingan dan konseling dianggap menjadi pekerjaan yg mudah serta bisa dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan jawaban ”nir”, jika bimbingan dan konseling itu dilaksanakan menurut prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas eksklusif), menggunakan istilah lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan itu wajib dilakukan sang orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yg relatif lama pada Perguruan Tinggi, serta pengalaman-pengalaman.

b. Bimbingan serta Konseling hanya buat orang yg bermasalah saja
Sebagian orang berpandangan bahwa BK itu ada karena adanya kasus, apabila tidak ada maka BK nir diperlukan, serta BK itu diharapkan buat membantu menuntaskan perkara saja. Memang tidak dipungkiri bahwa galat satu tugas utama bimbingan serta konseling merupakan buat membantu pada merampungkan perkara. Namun sebenarnya jua peranan BK itu sendiri merupakan melakukan tindakan preventif agar masalah nir ada dan antisipasi agar saat perkara yang sewaktu-waktu tiba nir berkembang menjadi perkara yang akbar. Kita pastinya tahu semboyan yang berbunyi “Mencegah itu lebih baik daripada mengobati”.

c. Keberhasilan layanan BK tergantung pada sarana serta prasarana
Sering kali kita temukan pandangan bahwa kehandalan dan kehebatan seseorang konselor itu disebabkan menurut ketersediaan sarana serta prasarana yg lengkap serta mutakhir. Seorang konselor yg dinilai nir cantik kinerjanya, sering berdalih dengan alasan bahwa dia kurang didukung oleh sarana serta prasarana yg bagus. Sebaliknya pihak konseli pun terkadang pula terjebak pada perkiraan bahwa konselor yg hebat itu terlihat berdasarkan sarana dan prasarana yg dimiliki konselor. Pada hakikatnya kehebatan konselor itu dinilai bukan dari faktor luarnya, namun lebih pada faktor kepribadian konselor itu sendiri, termasuk didalamnya pemahaman kepercayaan , tingkah laris sehari-hari, pergaulan serta gaya hidup.

d. Konselor wajib aktif, sedangkan konseli wajib /boleh pasif
Sering kita temukan bahwa konseli sering menyerahkan sepenuhnya penyelesaian masalahnya kepada konselor, mereka menduga bahwa memang itulah kewajiban konselor, terlebih lagi jika pada pelayanan Bk tersebut konseli wajib membayar. Hal ini terjadi sebenarnya pula ditimbulkan karena tidak jarang konselor yg menciptakan konseli itu sebagai sangat berketergantungan menggunakan konselor. Konselor terkadang mencitrakan dirinya sebagai pemecah perkara yang handal serta dapat dipercaya. Konselor seperti ini umumnya berorientasi dalam ekonomi bukan darma. Tak sporadis juga konselor yg enggan melepaskan konselinya, sehingga dia merekayasa buat memperlambat proses penyelesaian perkara, karena tentunya bila tiap pertemuan konseli harus membayar maka akan semakin poly keuntungan yang diperoleh konselor.

e. Menganggap output pekerjaan Bimbingan dan Konseling wajib segera terlihat
Seringkali konseli (orangtua/famili konseli) yang berekonomi tinggi memaksakan kehendak kepada konselor buat bisa menuntaskan masalahnya secepat mungkin tidak peduli berapapun biaya yang harus dikeluarkan. Tidak sporadis konselor sendiri secara nir sadar atau sadar (karena terdapat faktor tertentu) menyanggupi hasrat konseli yg seperti ini, umumnya konselor ini meminta kompensasi dengan bayaran yg tinggi. Yang lebih parah justru kadang terdapat konselor itu sendiri yang mempromosikan dirinya sebagai konselor yang bisa menuntaskan masalah secara tuntas dan cepat. Pada dasarnya yang mampu menganalisa akbar/kecil nya perkara dan cepat/lambat nya penanganan masalah adalah konselor itu sendiri, lantaran konselor tentunya tahu landasan dan kerangka teoritik BK dan mempunyai pengalaman pada penanganan perkara yang sejenisnya.

f. Guru Bimbingan serta Konseling pada sekolah merupakan “polisi sekolah”
Masih banyak anggapan bahwa bimbingan dan konseling merupakan “polisi sekolah”. Hal ini disebabkan karena tak jarang pihak sekolah menyerahkan sepenuhnya kasus pelanggaran kedisiplinan dan peraturan sekolah lainnya pada guru BK. Bahkan banyak guru BK yg diberi wewenang sebagai eksekutor bagi murid yang bermasalah. Sehingga banyak sekali kita temukan pada sekolah-sekolah yg menduga pengajar Bk menjadi guru “killer” (yang ditakuti). Guru (BK) itu bukan buat ditakuti tetapi untuk disegani, dicintai serta diteladani. Jika kita menganalogikan dengan global aturan, konselor wajib mampu berperan sebagai advokat, yg bertindak menjadi teman kepercayaan , tempat mencurahkan isi hati serta pikiran. Konselor merupakan mitra pengiring, penunjuk jalan, pemberi informasi, pembangun kekuatan, dan pembina konduite-perilaku positif yg dikehendaki sebagai akibatnya siapa pun yang berhubungan dengan bimbingan konseling akan memperoleh suasana sejuk dan memberi harapan. Kendati demikian, konselor juga tidak mampu membela/melindungi murid yang memang kentara bermasalah, namun konselor boleh menjadi agunan untuk penangguhan sanksi/pe-maaf-an bagi konselinya. Yang galat tetaplah keliru namun sanksi boleh saja nir diberikan, bergantung pada akbar kecilnya perkara itu sendiri.

C. Cara Mengatasi Hambatan-Hambatan Seorang Konselor.
Sebagai guru BK tentu kita sangat menaruh harapan akbar supaya BK dapat berjalan efektif pada sekolah. Kami merasa prihatin apabila pelaksanakan tugas-tugas BK di sekolah kurang maksimal , sang karenanya untuk bisa mingkatkan kinerja BK disekolah kita wajib bekerja keras agar eksistensi BK disekolah dapat dakui keberadaanya serta terasa manfaatnya baik terhadap anak didik, pengajar, sekolah serta masyarakat., sang karenan itu ada beberapa tips yg bisa direnungkan serta dilaksanakan diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Buatlah acara BK sinkron dengan kubutuhan serta situasi kondisi sekolah
  2. Laksanakan acara sesuai menggunakan kemampuan anda serta sekolah
  3. Laksanakan sosialisasi tentang tugas BK pada Sekolah supaya para anak didik , pengajar serta ketua sekolah memahaminya mengenai tugas-tugas BK di sekolah.
  4. Jangan terlalu menuntut pada sekolah buat melengkapi sarana dan prasarana BK jika sekolah memang nir sanggup menyediakannya.namun membuat usulan adalah hal yang bijak buat dilaksanakan.
  5. Kuasai konsep BK dan Jangan malu bertanya apabila anda memang tidak menguasai layanan BK disekolah, bertanya lebih baik dari pada galat pada melaksanakan layanan BK.
  6. Jalin kerja sama yang solid antar pengajar BK melalui komunikasi intensif dalam forum MGBK, ABKIN serta lembaga-forum lain yg dapat menaikkan kinerja BK.
  7. Jangan memaksakan diri buat menangani perkara yg bukan menjadi tanggung jawab anda sepeti narkotika, perkara-masalah Kriminal, atau kasu-kasus kelainan jiwa, jangan lupa bahwa betanggiung jawab sebatas siswa yang normal. Dan jika hal ini terjadi di sekolah, maka segera kordinasi menggunakan pihak terkait buat segera pada “ Referal “ atau alih tangankasuskan.
  8. Tumbuhkan Niat dan mantapkan hati bahwa “ Saya akan sebagai pengajar BK yang professional mulai hari ini.