POTRET PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dunia Pendidikan Indonesia sampai ketika ini ditinjau belum mampu membentuk output yang berkualitas serta sanggup bersaing dengan output pendidikan di negara-negara maju. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Organisasi kerjasama serta pembangunan Eropa OECD yang diambil dari hasil tes pada 76 negara yang menempatkan Indonesia terdapat pada peringkat 69 . Sementara itu peringkat 1-10 diduduki sang 1) Singapura, dua) Hongkong, tiga) Korea Selatan, 4) Jepang, lima) Taiwan, 6)Finlandia, 7) Estonia, 8) Swiss, 9) Belanda , 100 Kanada.

Banyak faktor yg menyebabkan kualitas dunia pendidikan Indonesia yang rendah. Salah satunya adalah struktur kurikulum pada Indonesia yg terlalu berat dengan begitu banyak mata pelajaran sebagai akibatnya beban anak didik buat menyelidiki semua pelajaran sangat tinggi. Belum lagi faktor guru pula wahana serta prasarana yg belum memadai. Lihatlah di pelosok pedesaan masih ada poly sekolah yg buruk dan hanya terdapat 2 atau tiga pengajar saja yg mengajar.

Tulisan saudari Nazwa Safira pada Facebook tentang pendidikan pada Indonesia barangkali mampu membuka mata kita mengapa dunia pendidikan kita begitu ketinggalan. Sebagai seorang pendidik, aku merasa apa yang dipaparkan saudara Nazwa Zafira ada benarnya. Kita tentu tidak sanggup membarui syarat tersebut lantaran urusan mata pelajaran merupakan kebijakan nasional, tapi setidaknya tulisan tersebut bisa sebagai bahan renungan kita seluruh.

Inilah goresan pena Nazwa Zafira selengkapnya:

Belajar pada Sekolah Menengah Atas di Indonesia, setahun libur cuma 7 minggu gak lebih.. Masuk jam 06.30 keluar jam 15.00. Mata pelajaran kurang lebih 16 buat generik, 27 untuk pesantren. Ujian mulu sampe ujian final aja 4 kali. Apalagi ditambah pr-pr serta tugas yang seringkali bikin kita cita rasanya mau mati.
Nah, pas lulus, sujud syukur bgt deh mampu masuk ptn (just ptn, bukan UI ITB aja udh seneng bgt) gak kebayang masuk univ fovorit dunia kyk Harvard, Cambridge, MIT, London, Free Berlin, atau University of Tokyo.. Jangankan itu, masuk NUS Singapore atau Nanyang atau Universiti Malaysia aja pasti putus asa duluan deh. Itupun dapetin ptn susahnya minta ampun, mesti les sana sini dgn biaya jutaan, belajar tewas-matian pergi pagi pergi malem udah kayak Bang Toyib (mending Bang Toyib pergi-pergi bawa duit). Sabtu pun belajar, minggu ngerjain PR. Sampe-sampe gak sadar mereka itu insan atau robot.
Pas kerja, interview sana-sini gak dapet-dapet bahkan untuk beberapa lulusan UI, ITB, UGM, dan ptn-ptn lainnya. Sedangkan jika orang bule yg ngelamar pribadi cus deh. Mereka menggunakan mudahnya nempatin posisi2 teratas spt CEO, Kadiv, dll. Sementara kita, jadi manager atau supervisor aja udah syukur-syukur deh.. Walau ada beberapa yang bakal jadi petinggi pula.
Pas baca koran dan browsing pada internet, ternyata kita sadar yg punya perusahaan-perusahaan multinasional itu bukan orang Indonesia. Orang Indonesia paling-paling cuma jadi Direktur Regional Indonesia atau mujur-mujur bagian ASEAN. Gak sporadis jua yg menduduki jabatan itu malah orang asing. Atau lebih mujur lagi yang diriin sendiri perusahaannya, akan tetapi yang seperti ini paling jua sukses pada Indonesia doang..
Pasti iri dong sama orang-orang asing dari Amrik, Jerman, Inggris, Jepang, Korea, dll..
Kok mereka bisa sukses sih? Kok bisa jadi adidaya? Padahal anak-anak Indonesia sering bulak-pulang bawa medali olimpiade sains internasional. Padahal... (baca paragraf pertama menjadi perbandingan) saya punya temen menurut Amerika, kini telah jadi direktur perusahaan multinasional populer. Katanya..
Di Sekolah Menengah Atas beliau serta SMA-SMA lainnya pada Amrik, banyak liburnya.. Setahun lebih kurang 5bulan.
Di SMA beliau serta SMA-SMA lainnya di Amrik, masuk jam 08.30 keluar jam 15.50.
Di SMA dia serta Sekolah Menengah Atas-Sekolah Menengah Atas lainnya pada Amrik, mapel hanya ada 7
Di SMA beliau dan Sekolah Menengah Atas-Sekolah Menengah Atas lainnya di Amrik, ujian final setahun cuma sekali. Gak pernah beliau dapet ulangan tengah semester atau ulangan semester.
Kok mampu sih mereka semua jadi pemimpin-pemimpin dunia? Padahal pada Indonesia, belajar sudah paling lama , mata pelajaran telah paling lengkap, PR dan tugasnya telah paling meribetkan, serta ujian telah paling tak jarang, Les pun sudah paling rajin.
Jawabannya terdapat pada sistem pendidikan serta diri kita sendiri.
Dulu waktu TK serta Sekolah Dasar kita seluruh lancar menjawab ketika ditanya apa asa kita. Tapi sekarang? Pasti kita jumpai banyak sekali remaja-remaja yg justru resah akan asa mereka bahkan nir jarang bagi mereka yg pintar pula bingun atau ragu menggunakan keinginan mereka. Apa sebabnya? Bisa jadi lantaran sistem pendidikan kita yg galat. Sistem kita menuntut kita buat menilik semuanya namun nir mendalami satu pun. Inilah yang menciptakan mereka yg mengejar nilai resah akan cita-citanya karena telah dibentuk semenjak awal tidak memiliki tujuan, sudah dibentuk tidak mendalami apa yg mereka cita-citakan.
Apa yang mereka dapatkan menurut sekolah yaitu sukses hanya dengan sebuah kertas ujian and just reading your book to be success. Padahal bila telah kerja, izin sukses wajib melakukan hal-hal kompleks spt kemampua berkomunikasi, kemampuan membentuk wangsit, dll.
Apa yang mereka dapatkan menurut sekolah adalah materi yg akan mereka lupakan karena nir terpakai saat mereka bekerja. Apakah seseorang atlet sepakbola yang sukses perlu menyelidiki strukur sel bakteri utk menjadi sukses? Apakah seseorang dokter ahli bedah yang sukses perlu belajar menghitung percepatan setripetal agar menjadi sukses? Justru kebalikannya, mereka yg ingin sukses menjadi arsitek seharusnya lebih mendalami ilmu ekamatra dan bangunan, bukannya malah mendalami sebab revolusi Prancis, dll. Lah ini kok kita ingin bangun rumah kok dikasihnya malah pensil, penghapus, rautan atau istilahnya kita mau ngapain kok gadapet apa yang kita butuhkan malah dapetnya hal yang gadibutuhi. Ya niscaya dubuang.
Back to the topic, teman aku bilang yg membedakan Sekolah Menengah Atas di Amrik serta di Indonesia yaitu sejak SMP, murid/i di Amerika disuruh menentukan keputusannya sendiri. Dengan sistem moving class, istilahnya kita boleh memilih ingin masuk ke kelas Fisika atau Biologi dalam jam ini. Atau ingin masuk ke kelas Sejarah atau Matematika pada jam selanjutnya. Jadi diadaptasi dengan minat bakat kita mau itu kita hanya masuker ke kelas Sejarah 1x rendezvous seminggu atau 3x atau lebih itu tergantung keputusan kita. Jadi jika ingin jadi dokter yg sukses ya kita mampu ambil kelas biologi lebih tak jarang berdasarkan kelas mata pelajaran lainnya. Sehingga, semenjak SMP orang Amrik sudah terfokus dalam bidang yang mereka inginkan buat kerja di dalamnya. Dan saat kerja mereka telah punya persiapan sejak mini .
Maka berdasarkan itu mari benahi sistem pendidikan kita serta mulailah penekanan terhadap apa yang dicita-citakan mulai dari kini jikalau kita seluruh mau Indonesia merdeka secara ekonomi!

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DI SMP DAN SMA

BAB I
PENDAHULUAN
A.latar Belakang
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah mengamanatkan pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini berdampak pada sistem penyelenggaraan pendidikan berdasarkan sentralistik menuju desentralistik. Desentralisasi penyelenggaraan pendidikan ini terwujud dalam UU No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu substansi yg didesentralisasi merupakan kurikulum. Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam UUSPN Pasal 1 ayat (19) adalah “seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi, serta bahan pelajaran serta cara yg dipakai menjadi pedoman penyelenggaraan aktivitas pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan eksklusif”. Lebih lanjut Pasal 36 ayat (1) dinyatakan bahwa “pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu dalam Standar Nasional Pendidikan buat mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Sekolah wajib menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan serta silabusnya menggunakan cara melakukan pembagian terstruktur mengenai dan penyesuaian Standar Isi serta Standar Kompetensi Lulusan. Untuk itu, sekolah/daerah harus mempersiapkan secara matang, karena sebagian akbar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan dilakspeserta didikan oleh sekolah/wilayah. Penyusunan kurikulum dalam taraf satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpodoman dalam pedoman yang disusun sang BSNP (Pasal 16 ayat 1). Lebih lanjut dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 13 ayat (1) dinyatakan bahwa “kurikulum buat Sekolah Menengah pertama/MTs/SMPLB atau bentuk lain yg sederajat, Sekolah Menengah Atas/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, SMK/MAK atau bentuk lain yg sederajat bisa memasukkan pendidikan kecakapan hidup”. Ayat (dua) pendidikan kecakapan hayati sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) mencakup kecakapan eksklusif, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.
Konsep kecakapan hayati sejak usang sebagai perhatian para pakar dalam mewacpeserta didikan pengembangan kurikulum. Tyler (1947) serta Taba (1962) misalnya, mengemukakan bahwa kecakapan hidup adalah keliru satu penekanan analisis pada pengembangan kurikulum pendidikan yang menekankan dalam kecakapan hidup dan bekerja. Pengembangan kecakapan hidup itu mengedepankan aspek-aspek berikut: (1) kemampuan yg relevan buat dikuasai peserta didik, (dua) materi pembelajaran sinkron dengan taraf perkembangan peserta didik, (tiga) pengalaman belajar serta kegiatan peserta didik buat mencapai kompetensi, (4) fasilitas, alat dan sumber belajar yg memadai, dan (lima) kemampuan-kemampuan yang dapat diterapkan pada kehidupan peserta didik. Kecakapan hidup akan mempunyai makna yg luas apabila pengalaman-pengalaman belajar yg dibuat memberikan dampak positif bagi peserta didik dalam memecahkan problematika kehidupannya. Pendidikan kecakapan hayati menyiapkan siswa dalam mengatasi problematika hayati dan kehidupan yang dihadapi secara agresif serta reaktif guna menemukan solusi menurut permasalahan.
Berdasarkan pernyataan di atas, wilayah/sekolah mempunyai wewenang yg luas untuk berbagi serta menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kondisi peserta didik, keadaan sekolah, potensi dan kebutuhan wilayah. Berkenaan dengan itu, Indonesia yang terdiri menurut aneka macam macam suku bangsa yang mempunyai keanekaragaman multikultur (adat adat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri spesial yg memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa. Keanekaragaman harus selalu dilestarikan dan dikembangkan menggunakan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan kecakapan hayati. Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, serta budaya pada peserta didik memungkinkan mereka buat lebih mengakrabkan menggunakan lingkungan kehidupan siswa. Pengenalan serta pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan buat menunjang peningkatan kualitas asal daya manusia, dan dalam akhirnya diarahkan untuk menaikkan kompetensi siswa.
Kebijakan yang berkaitan menggunakan dimasukkannya acara pendidikan kecakapan hidup pada baku isi (SI) serta baku kompetensi lulusan (SKL) dilandasi kenyataan bahwa dalam pendidikan tidak hanya mengejar pengetahuan semata tetapi juga dalam pengembangan keterampilan, sikap, serta nilai-nilai tertentu yang dapat direfleksikan dalam kehidupan siswa. Sekolah tempat program pendidikan dilakspeserta didikan adalah bagian berdasarkan rakyat. Oleh karenanya, program pendidikan kecakapan hayati di sekolah perlu menaruh wawasan yg luas pada siswa tentang keterampilan-keterampilan tertentu yg berkaitan dengan pengalaman siswa dalam keseharian pada lingkungannya. Untuk memudahkan pelaksanaan acara pendidikan kecakapan hidup diharapkan adanya model pengembangan yang bersifat generik buat membantu pengajar/sekolah dalam membuatkan muatan kecakapan hayati pada proses pembelajaran. Oleh lantaran pendidikan kecakapan hidup bukan adalah mata pelajaran yg berdiri sendiri melainkan terintegrasi melalui matapelajaran-matapelajaran. Lantaran itu, pedidikan kecapakan hidup bisa merupakan bagian menurut seluruh mata pelajaran yg ada.
Di samping itu perlu pencerahan beserta bahwa peningkatan mutu pendidikan merupoakan komitmen buat mempertinggi mutu sumberdaya insan, baik sebagai pribadi juga sebagai kapital dasar pembangunan bangsa, serta pemerataan daya tampung pendidikan wajib disertai dengan pemerataan mutu pendidikan sebagai akibatnya mampu menjangkau semua rakyat. Oleh kerenanya pendidikan wajib dapat mengembangkan potensi peserta didik supaya berani menghadapi problema yang dihadapi tanpa merasa stress, mau dan mampu, serta bahagia mengembangkan diri untuk sebagai manusia unggul. Pendidikan pula diharapkan sanggup mendorong peserta didik buat memelihara diri sendiri, sambil menaikkan hubungan dengan Tuhan YME, warga , dan lingkungannya. Dengan demikian jelas bahwa perlu didesain suatu contoh pendidikan kecakapan hidup buat membantu guru/sekolah dalam membekali siswa dengan aneka macam kecakapan hidup, yg secara integratif memadukan potensi generik serta spesifik guna memecahkan dan mengatasi problema hidup peserta didik dalam kehidupan di rakyat dan lingkungannya baik secara lokal juga dunia. Panduan ini adalah suatu model atau contoh, maka sekolah/guru pada melakspeserta didikannya dapat menyesuaikan atau membarui sinkron menggunakan situasi dan syarat sekolah bersangkutan.  
B.tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup
Terdapat dua tujuan berdasarkan pendidikan kecakapan hayati, yaitu tujuan umum dan tujuan spesifik. Secara generik pendidikan kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sinkron menggunakan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi diri siswa dalam menghadapi kiprahnya di masa mendatang. Secara spesifik bertujuan buat:
1.    mengaktualisasikan potensi siswa sebagai akibatnya bisa dipakai buat memecahkan problema yg dihadapi, contohnya: perkara narkoba, lingkungan sosial, dsb
2.    memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir peserta didik
3.    memberikan bekal menggunakan latihan dasar mengenai nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
4.    menaruh kesempatan kepada sekolah untuk berbagi pembelajaran yg fleksibel sesuai menggunakan prinsip pendidikan berbasis luas
5.    mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada pada masyarakat sinkron menggunakan prinsip manajemen berbasis sekolah
C.    Landasan Hukum
Peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan pada mengembangkan kurikulum kecakapan hayati merupakan sebagai berikut.
1.    UU No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 36  ayat (1, dua, dan tiga) dan pasal 38 ayat (2)
2.    UU No. 22 Tahun 1999 mengenai Pemda.
3.    PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 13 ayat (1, 2, tiga, dan 4)
4.    Standar Isi
5.    Standar Kompetensi Lulusan
6.    Peraturan lain yang berkaitan
D.  Ruang Lingkup
Lingkup pengembangan model pendidikan kecakapan hayati ini meliputi jenjang pendidikan menengah, yaitu: SMP serta SMA
BAB II
PENERTIAN DAN KONSEP PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL)
A.pengertian
1.   Kecakapan Hidup (life skill)
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hayati bukan sekedar keterampilan buat bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hayati menjadi keterampilan atau kemampuan buat bisa mengikuti keadaan serta berperilaku positif, yg memungkinkan seseorang bisa menghadapi berbagai tuntutan dan tanangan pada kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan disini mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (tiga) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan.
Barrie Hopson serta Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hayati adalah pengembangan diri buat bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, mempunyai kemampuan buat berkomunikasi dan berafiliasi baik secara individu, gerombolan juga melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup adalah hubungan berdasarkan banyak sekali pengetahuan dan kecakapan sehingga seorang sanggup hidup mandiri. Pengertian kecapan hidup pada pandangan ini nir semata mempunyai kemampuan eksklusif (vocational job), tetapi jua mempunyai kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahklan kasus, mengelola sumber daya, bekerja dalam grup, dan memakai teknologi (Dikdasmen, 2002).
Dari pengertian di atas, bisa diartikan bahwa pendidikan kecakapan hayati adalah kecakapan-kecakapan yang secara praksis bisa membekali peserta didik pada mengatasi banyak sekali macam problem hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, perilaku yg didalamnya termasuk fisik serta mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga sanggup menghadapi tuntutan dan tantangan hayati serta kehidupan. Pendidikan kecakapan hayati dapat dilakukan melalui aktivitas intra/ekstrakurikuler untuk berbagi potensi peserta didik sesuai menggunakan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri, yang materinya menyatu dalam sejumlah mata pelajaran yg terdapat. Penentuan isi dan bahan pelajaran kecakapan hidup dikaitkan menggunakan keadaan dan kebutuhan lingkungan supaya siswa mengenal dan mempunyai bekal pada menjalankan kehidupan dikemudian hari. Isi serta bahan pelajaran tersebut menyatu dalam mata pelajaran yg terintegrasi sehingga secara struktur nir berdiri sendiri.
B.  Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skill concep)
Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dipilah menjadi 2 jenis utama, yaitu:
a)    Kecakapan hidup umum (generic life skill/GLS), dan
b)    Kecakapan hidup khusus (specific life skill/SLS).
Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dipilah menjadi sub kecakapan. Kecakapan hidup umum terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan pada memahami diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill). Kecakapan mengenal diri dalam dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yg dimiliki sekaligus menjadi kapital dalam menaikkan dirinya menjadi individu yang berguna bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir rasional meliputi diantaranya kecakapan mengenali serta menemukan keterangan, memasak, serta merogoh keputusan, dan kecakapan memecahkan perkara secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan sosial meliputi kecakapan berkomunikasi (communication skill) serta kecakapan bekerjasama (collaboration skill).
Kecakapan hayati khusus merupakan kecakapan buat menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu. Kecakapan ini terdiri berdasarkan kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual, serta kecakapan vokasional (vokational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual. Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan-kecakapan ini meliputi kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).
Menurut konsep pada atas, kecakapan hayati adalah kemampuan dan keberanian buat menghadapi problema kehidupan, lalu secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi buat mengatasinya. Konsep kecakapan hidup lebih luas berdasarkan keterampilan vokasional atau keterampilan buat bekerja. Orang yg nir bekerja, misalnya ibu tempat tinggal tangga atau orang yang sudah pensiun tetap memerlukan kecakapan hidup. Seperti halnya orang yang bekerja, mereka jua menghadapi banyak sekali perkara yang harus dipecahkan, orang yang sedang menempuh pendidikanpun memerlukan kecakapan hidup, karena mereka tentunya jua memiliki konflik kehidupan.
Pendidikan berorientasi kecakapan hayati bagi peserta didik adalah menjadi bekal pada menghadapi dan memecahkan problema hayati dan kehidupan, baik menjadi pribadi yg mandiri, warga warga , juga sebagai masyarakat negara. Jika hal ini dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada menjadi akibat tingginya pengangguran, bisa diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara sedikit demi sedikit. (Depdiknas, diolah)
 
Konsep kecakapan-kecakapan tersebut bisa diilustrasikan sebagai berikut:
BAB III
POLA PENGEMBANGAN DESAIN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
A.    Kedudukan Kecakapan Hidup dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Konsep pendidikan kecakapan hayati atau life skill education pada kurun ketika 3-4 tahun sebagai ihwal yang gencar dikumandangkan jajaran Departemen Pendidikan Nasional yang bahkan hingga hari ini sudah menjadi suatu kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Tidak kalah pentingnya, dalam rancangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) secara implisit telah mengakomodasi aktivitas-aktivitas yang menunjuk kepada pencapaian kecakapan hidup bagi setiap peserta didik. Hal ini diperkuat dengan terbitnya PP angka 19 Tahun 2005 Pasal 13 bahwa dalam taraf pendidikan dasar dan menengah atau sederajat bisa memasukkan pendidikan kecakapan hayati. Tetapi pasal ini nir melaksanakan ketegasan bahwa sekolah tidak diharuskan, tetapi sekolah dibolehkan memberikan pendidikan kecakapan hidup. Implementasi ini jelas berimplikasi terhadap perlunya sekolah menyiapkan seperangkat pendukung pelaksanaan pembelajaran yang berbagi kegiatan-aktivitas yang berorientasi kepada kecakapan hidup.
Pengembangan tadi menyangkut pengembagan dimensi insan seutuhnya yaitu pada aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan pengembangan kecakapan hayati yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi siswa buat bertahan hayati serta mengikuti keadaan serta berhasil pada kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan kecakapan hayati pada KBK menyatu melalui kegiatan-kegiatan yang ada pada setiap mata pelajaran.
B.    Pendidikan Kecakapan Hidup serta Standar Isi
Pendidikan kecakapan hidup sudah menjadi suatu kebijakan seiring dengan berlakunya Standar Isi serta Standar Kompetensi Lulusan. Standar isi serta baku kompetensi ini akan menjadi acuan wilayah/sekolah dalam berbagi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam masing-masing jenjang pendidikan. Oleh karena itu, pengembangan kecakapan hidup dengan sendirinya harus mengacu kepada baku-baku yg sudah ditetap pemerintah. Standar isi serta baku kompetensi lulusan adalah salah satu bagian berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Standar isi adalah ruang lingkup materi serta tingkat kompetensi yg dituangkan dalam kriteria mengenai kompertensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yg wajib dipenuhi oleh satuan pendidikan. Dokumen baku isi mencakup: (1) kerangka dasar kurikulum, (2) struktur  kurikulum, (tiga) baku kompetensi dan kompetensi dasar, (4) beban belajar, dan (lima) kalender pendidikan.
Muatan wajib yang harus ada pada kurikulum merupakan: pendidikan kepercayaan , pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni serta budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, pembiasaan serta muatan lokal. Masing-masing muatan memiliki tujuan pendidikan yg tidak sama serta peluang buat memasukkan kecakapan hayati secara terintegratif. Berikut ini tersaji model muatan wajib , tujuan, serta pengembangan kecakapan hayati.
Tabel 1: Muatan Wajib, Tujuan Pendidikan, serta Pengembangan Kecakapan Hidup
No    Mata Pelajaran    Tujuan Pendidikan    Pengembangan Kecakapan Hidup
            Kecakapan Personal    Kecakapan Sosial    Kecakapan Akademik    Kecakapan Vokasional
1    Pendidikan kepercayaan     Membentuk peserta didik sebagai insan yang beriman serta bertakwa kepada Tuhan YME               
2    Pendidikan Kewargane-garaan    Membentuk peserta didik menjadi rakyat negara yang memiliki wawasan dan rasa kebersamaan, cinta tanah air, dan bersikap dan berperilaku demokratis               
3    Bahasa    Membentuk peserta didik bisa berkomunikasi secara efektif serta efisien sesuai dengan etika yg berlaku, baik secara mulut maupun goresan pena               
4    Matematika    Mengembangkan nalar dan kemampuan berpikir siswa               
5    Ilmu Pengetahuan Alam    Mengembangkan pengetahuan, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan alam serta sekitarnya               
6    Ilmu Pengetahuan Sosial    Mengembangkan pengetahuan, pemahaman, serta kemampuan analisis siswa terhadap syarat sosial rakyat               
7    Seni serta Budaya    Membentuk karakter peserta didik sebagai insan yang mempunyai rasa seni serta pemahaman budaya               
8    Pendidikan Jasmani dan Olahraga    Membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa sportivitas               
9    Keterampilan/
Bahasa Asing/TIK    Membentuk peserta didik sebagai manusia yg memiliki keterampilan               
10    Muatan Lokal    Membentuk pemahaman terhadap potensi sinkron menggunakan karakteristik spesial pada wilayah loka tinggalnya                
11    Pengembangan Diri    Memberikan kesempatan pada peserta didik buat mengembangkan serta mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, minat, serta bakat               
C.    Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup
Keberhasilan pelaksanaan pendidikan kecakapan hayati sangat dipengaruhi sang acara/rancangan yang disusun dan kreativitas guru dalam merumuskan serta memilih metode pembelajaran. Langkah-langkah yg ditempuh dalam penyusunan acara pembelajaran menjadi berikut:
1.    Mengidentifikasi baku kompetensi dan kompetensi dasar
2.    Mengidentifikasi bahan kajian/materi
3.    Mengembangkan indikator kompetensi
4.    Mengembangkan pengalaman belajar yang bermuatan kecakapan hidup
5.    Menentukan bahan/alat/asal yang digunakan
6.    Mengembangkan indera evaluasi yg sesuai menggunakan aspek kecakapan hidup
D.    Prinsip-prinsip Pengembangan Model Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hayati dikembangkan  menggunakan memperhatikan beberapa hal berikut:
1.    Pembentukan kepribadian siswa secara utuh baik keimanan, ketaqwaan, serta akhlak mulia.
2.    Mengakomodasi semua mata pelajaran buat dapat menujang peningkatan iman serta takwa dan akhlak mulia, serta mempertinggi toleransi dan kerukunan antar umat beragama menggunakan mempertimbangkan norma-norma kepercayaan yang berlaku
3.    Memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat serta bakat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik siswa secara optimal sesuai menggunakan taraf perkembangannya
4.    Tuntutan dunia kerja dan kebutuhan kehidupan
Program kecakapan hidup hendaknya memungkinkan buat membekali peserta didik pada memasuki global kerja/usaha dan relevan dengan kebutuhan kehidupan sinkron dengan taraf perkembangan peserta didik, khususnya bagi mereka yg tidak melanjutkan pendidikan.
5.    Kecakapan-kecakapan yang perlu dikembangkan meliputi: kecakapan personal, sosial, akademis, dan vokasional.
6.    Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
7.    Mempertimbangkan lima kelompok mata pelajaran berikut:
a)    Kelompok mata pelajaran kepercayaan serta akhlak mulia
b)    Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan serta kepribadian
c)    Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan serta teknologi
d)    Kelompok mata pelajaran estetika
e)    Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga serta kesehatan
E.  Pengembangan Silabus
Silabus adalah pembagian terstruktur mengenai baku kompetensi dan kompetensi dasar ke pada materi utama/bahan kajian, aktivitas pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi buat proses penilaian. Dalam menyebarkan silabus dan perangkat lainnya, menggunakan mengacu dalam Standar Isi yang ditetapkan sang BSNP. Langkah-langkah pengembangan silabus secara umum mencakup:
1.    Menentukan baku kompetensi
2.    Menentukan kompetensi dasar
3.    Pengembangan indikator
4.    Menentukan materi ajar
5.    Merumuskan serta berbagi pengalaman belajar
6.    Mempertimbangkan alokasi ketika buat setiap baku kompetensi
7.    Mengembangkan sistem penilaian
Uraian masing-masing langkah dalam pengembangan silabus adalah menjadi berikut:
a.    Penentuan Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yg diperlukan dicapai. Standar kompetensi yg dipilih atau dipakai sesuai menggunakan yang masih ada pada baku kompetensi serta kompetensi dasar mata pelajaran. Sebelum menentukan atau menentukan standar kompetensi, terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi serta kompetensi dasar mata pelajaran dengan  memperhatikan hal-hal berikut:
1)    urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu serta/atau taraf kesulitan materi;
2)    keterkaitan antar baku kompetensi serta kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
3)    keterkaitan baku kompetensi serta kompetensi dasar antar mata pelajaran.    
b.    Penentuan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang wajib dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai acum buat menyusun indikator kompetensi. Kompetensi dasar yang dipakai atau dipilih sinkron menggunakan yg tercantum dalam standar kompetensi serta kompetensi dasar mata pelajaran. Sebelum menentukan atau memilih kompetensi dasar, terlebih dahulu menyelidiki baku kompetensi serta kompetensi dasar mata pelajaran menggunakan  memperhatikan hal-hal berikut:
1)    urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu serta/atau taraf kesulitan materi;
2)    keterkaitan antar baku kompetensi serta kompetensi dasar dalam mata pelajaran;   
3)    keterkaitan baku kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
   
    c.  Merumuskan Indikator
Indikator merupakan adalah penjabaran berdasarkan kompetensi dasar yang memperlihatkan tanda-indikasi, perbuatan dan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan sang siswa. Indikator dirumuskan sesuai menggunakan karakteristik satuan pendidikan, potensi siswa, serta dirumuskan dalam istilah kerja operasional yg terukur serta atau bisa diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar dalam menyusun indera evaluasi. Kriteria merumuskan indikator:
1)    sesuai taraf perkembangan berpikir peserta didik.
2)    berkaitan menggunakan standar kompetensi serta kompetensi dasar.
3)    memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari
4)    harus bisa menunjukkan pencapaian output belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor)
5)    memperhatikan sumber-asal belajar yang relevan
6)    dapat diukur/dapat dikuantifikasi
7)    memperhatikan ketercapaian baku lulusan secara nasional
8)    berisi istilah kerja operasional
9)    tidak mengandung pengertian ganda (ambigu)
d.    Mengidentifikasi Materi Pokok/Bahan Kajian
Dalam mengidentifikasi materi utama/bahan kajian wajib dipertimbangkan:
1)    taraf perkembangan fisik
2)    tingkat perkembangan intelektual
3)    tingkat perkembangan emosional
4)    taraf perkembangan sosial
5)    taraf perkembangan spritual
6)    kebermanfaatan
7)    struktur keilmuan
8)    kedalaman serta keluasan materi
9)    relevansi menggunakan kebutuhan serta tuntutan lingkungan
10)    alokasi waktu
Selain itu juga harus memperhatikan:
1)    benar (valid), merupakan materi wajib teruji kebenaran dan kesahihannya
2)    taraf kepentingan: materi yang diajarkan memang benar-sahih diperlukan sang peserta didik
3)    kebermanfaatan : materi memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya
4)    layak dipelajari : materi layak dipelajari baik berdasarkan aspek taraf kesulitan maupun aspek pemanfaatan materi ajar
5)    menarik minat (interest): materinya menarik minat peserta didik dan memotivasinya buat mempelejari lebih lanjut
e.    Mengembangkan Kegiatan/Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar merupakan aktivitas fisik juga mental yang dilakukan siswa pada berinteraksi menggunakan materi ajar. Kriteria dalam berbagi pengalaman belajar menjadi berikut:
1)    pengalaman belajar disusun bertujuan buat memberikan bantuan kepada pengajar, supaya mereka bisa bekerja dan melakspeserta didikan proses pembelajaran secara profesional sesuai menggunakan tuntutan kurikulum
2)    pengalaman belajar disusun dari atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh
3)    pengalaman belajar memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan buat mencapai kompetensi dasar
4)    pengalaman belajar berpusat dalam peserta didik (student centered)
5)    mengandung kegiatan-aktivitas yang mendorong peserta didik mencapai kompetensi
6)    materi pengalaman belajar dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan
7)    perumusan pengalaman belajar harus jelas materi/konten yg ingin dikuasai peserta didik
8)    penentuan urutan langkah pembelajaran sangat krusial artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu
9)    pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat spiral (mudah-sukar; nyata-abstrak; dekat-jauh) serta juga memerlukan urutan pembelajaran yg terstruktur
10)    rumusan pernyataan dalam pengalaman belajar minimal mengandung 2 unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu aktivitas siswa serta materi
Dalam menentukan kegiatan peserta didik perlu mempertimbangkan hal-hal menjadi berikut:
•    menaruh peluang bagi peserta didik buat mencari, mengolah serta menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru
•    mencerminkan karakteristik khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran.
•    diadaptasi dengan kemampuan peserta didik, asal belajar serta sarana yang tersedia
•    bervariasi dengan mengkombinasikan kegiatan individu atau perorangan, berpasangan, grup, dan klasikal 
•    memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang famili, sosial-ekonomi serta budaya serta kasus spesifik yang dihadapi peserta didik yg bersangkutan.
f.    Menentukan Jenis dan Bentuk Penilaian
Penilaian adalah serangkaian kegiatan buat memperoleh, menganalisis, serta menafsirkan data tentang proses serta output belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis serta berkesinambungan, sehingga menjadi fakta yg bermakna pada pengambilan keputusan. Kriteria penilaian:
1)    penulisan jenis penilaian wajib disertai dengan aspek-aspek yang akan dievaluasi sehingga memudahkan pada pembuatan soal-soalnya
2)    penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3)    penilaian memakai acuan kriteria; yaitu dari apa yang mampu dilakukan siswa setelah peserta didik mengikuti proses pembelajaran, serta bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
4)    sistem yang direncpeserta didikan adalah sistem penilaian yg berkelanjutan, artinya semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk memilih kompetensi dasar yg telah dimiliki dan yg belum, dan untuk mengetahui kesulitan siswa.
5)    output penilaian dianalisis buat menentukan tindakan perbaikan, berupa acara remedi. Jika siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, beliau harus mengikuti proses pembelajaran lagi, sedang bila sudah menguasai kompetensi dasar, beliau diberi tugas pengayaan.
6)    pada sistem penilaian berkelanjutan, guru wajib menciptakan kisi-kisi penilaian serta rancangan evaluasi secara menyeluruh buat satu semester menggunakan menggunakan teknik evaluasi yg tepat
7)    penilaian dilakukan buat menyeimbangkan banyak sekali aspek pembelajaran: kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan aneka macam model penilaian, formal serta nir formal secara berkesinambungan.
8)    evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan pelajaran serta penggunaan fakta tentang hasil belajar siswa menggunakan menerapkan prinsip evaluasi berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat serta konsisten sebagai akuntabilitas publik.
9)    penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang kentara mengenai baku yang harus serta sudah dicapai disertai dengan peta kemajuan output belajar siswa.
10)    evaluasi berorientasi  pada baku kompetensi, kompetensi dasar serta indikator Dengan demikian hasil penilaian akan menaruh gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
11)    penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncpeserta didikan dan dilakukan terus-menerus) guna mendapatkan gambaran yg utuh mengenai perkembangan dominasi kompetensi oleh peserta didik, baik sebagai efek pribadi (main effect) maupun impak pengiring (nurturant effect) berdasarkan proses pembelajaran.
12)    sistem evaluasi harus diubahsuaikan menggunakan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, apabila pembelajaran memakai pendekatan tugas observasi lapangan maka penilaian harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/output melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang diharapkan.
g.    Mempertimbangkan Alokasi Waktu
Alokasi saat adalah ketika yang diperlukan untuk ketercapaian satu kompetensi dasar, dengan memperhatikan:
1)    minggu efektif per semester
2)    alokasi saat per mata pelajaran
3)    jumlah kompetensi per semester
Apabila pendidikan kecakapan hayati dilakukan secara terintegrasi dengan mata pelajaran.
h.    Menentukan Sumber/Bahan/Alat
1)    Sumber
Merupakan acum, surat keterangan atau literatur yg digunakan pada penyusunan silabus atau pembelajaran.  
2)    Bahan
Bahan merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses praktikum atau pembelajaran lain, contohnya: milimeter blok, benang, daun, kertas, tanah liat, glukosa, serta bahan lain yg relevan
3)    Alat
Alat merupakan segala sesuatu yang dipakai pada proses praktikum atau pembelajaran lain, contohnya: jangka, bandul, mikroskop, gelas ukur, globe, harmonika, matras.
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan pada rencana aplikasi pembelajaran, dilakspeserta didikan, dievaluasi, serta ditindaklanjuti sang masing-masing guru. Silabus harus dikaji serta dikembangkan secara berkelanjutan menggunakan memperhatikan masukan  hasil penilaian output belajar, penilaian proses (aplikasi pembelajaran), serta penilaian rencana pembelajaran.  
Bab IV
POLA PELAKSANAAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
Pada pada dasarnya pendidikan kecakapan hayati membantu peserta didik dalam membuatkan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri buat dikembangkan serta diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan, dan memecahkannya secara kreatif. Pendidikan kecakapan hidup bukanlah mata pelajaran, sehingga dalam pelaksanaannya nir perlu merubah kurikulum dan membangun mata pelajaran baru. Yang diharapkan disini adalah mereorientasi pendidikan dari mata pelajaran ke orientasi pendidikan kecakapan hayati melalui pengintegrasian kegiatan-kegiatan yg dalam prinsipnya membekali peserta didik terhadap kemampuan-kemampuan eksklusif supaya bisa diterapkan pada kehidupan keseharian siswa. Dengan prinsip ini, mata pelajaran dipahami sebagai indera buat dikembangkan kecakapan hayati yg nantinya akan digunakan sang siswa dalam menghadapi kehidupan konkret. Prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan kecakapan hayati sebagai berikut:
1.    Tidak membarui sistem pendidikan yang berlaku
2.    Tidak mengganti kurikulum yg berlaku
3.    Pembelajaran menggunakan prinsip empat pilar, yaitu: belajar buat tahu, belajar menjadi diri sendiri, belajar buat melakukan, dan belajar untuk mencapai kehidupan bersama
4.    Belajar konstekstual menggunakan memakai potensi lingkungan lebih kurang menjadi sarana pendidikan
5.    Mengaitkan dengan kehidupan nyata
6.    Mengarah pada tercapainya hidup sehat serta berkualitas, memperluas wawasan dan pengetahuan, mempunyai akses buat memenuhi standar hidup secara layak
A. Prinsip Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup
Keempat dimensi kecakapan hayati secara berkelanjutan wajib dimiliki sang peserta didik sejak TK hingga sekolah menengah, serta bahkan perguruan tinggi sekalipun. Akan tetapi pada praktik pengembangannya, penekanan pendidikan kecakapan hayati permanen mempertimbangkan taraf perkembangan sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan. Kecakapan hayati pada Taman Kanak-kanak serta sekolah dasar (SD) tidak sinkron menggunakan sekolah menengah pertama (SMP), demikian juga kecakapan hayati pada sekolah menengah pertama berbeda menggunakan sekolah menengah atas (Sekolah Menengah Atas), bergantung pada tingkat perkembagan psikologis serta fisiologis peserta didik. Dominasi pendidikan kecakapan hayati mada masing-masing jenjang dapat digambarkan sebagai berikut.
Pendidikan Kecakapan Hidup Sekolah Menengah pertama, Sekolah Menengah Atas, dan SMK
             SMA                Sekolah Menengah Kejuruan                   
                       
                SMP
           
B. Pendidikan Kecakapan Hidup di SMP serta SMA
Peningkatan mutu pendidikan merupakan sebuah komitmen bersama yg harus dipegang teguh. Pendidikan kecakapan hidup sebagai salah satu upaya pada melahirkan generasi yg bukan hanya bisa hidup tetapi jua bisa bertahan hayati, serta bahkan dapat unggul (excel) dalam kehidupan dikemudian hari.  
Melihat diagram di atas, pendidikan kecapakan hidup dalam jenjang Sekolah Menengah pertama lebih menekankan pada kecakapan hidup umum (generik life skill), yaitu mencakup aspek kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial (social skill). Ini memberikan gambaran bahwa buat jenjang dasar berdasarkan pada prinsip bahwa kecakapan secara umum merupakan fondasi kecakapan yg diharapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini pula dapat dikatakan bahwa bukan berarti bahwa jenjang ini tidak perlu dikembangkan kecakapan hidup akademik dan vokasional, akan tetapi apabila dikembangkan maka baru pada tataran awal, misalnya berpikir kritis dan rasional, menumbuhkan perilaku amanah dan toleransi.
Aspek dasar yg wajib dimiliki peserta didik di SMP adalah kecakapan personal dan sosial yang seringkali disebut menjadi kecakapan generik (general life skill). Proses pembelajaran dengan pembenahan aspek personal dan sosial merupakan prasyarat yang harus diupayakan berlangsung pada jenjang ini. Peserta didik dalam usia Sekolah Menengah pertama nir hanya membutuhkan kecakapan membaca-membaca-berhitung sebagaimana dalam usia TK/SD, melainkan pula butuh suatu kecakapan lain yang mengajaknya buat cakap bernalar dan mengarifi kehidupan, sehingga pada masanya siswa dapat berkembang, kreatif, produktif, kritis, amanah buat menjadi insan-insan yg unggul dan pekerja keras. Pendidikan kecakapan hidup dalam jenjang ini lebih menekankan pada pembelajaran akhlak menjadi dasar pembentukan nilai-nilai dasar kebajikan (basic goodness), seperti: kejujuran, kebaikan, kepatuhan, keadilan, pandangan hidup kerja, kepahlawanan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta kemampuan bersosialisasi.
a. Kecakapan personal (personal skill)
Kecapakan personal meliputi pencerahan diri dan berpikir rasional. Kesadaran diri merupakan tuntutan mendasar bagi peserta didik buat membuatkan potensi dirinya di masa mendatang. Kesadaran diri dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) pencerahan akan keberadaan diri sebagai makhluk Tuhan YME, makhluk sosial, dan makhluk lingkungan, dan (2) pencerahan akan potensi diri dan dorongan buat mengembangkannya. (Dikdasmen, 2004 diolah).
(1) Kesadaran diri difokuskan dalam kemampuan siswa buat melihat sendiri potret dirinya
    Pada tataran yang lebih rendah peserta didik akan melihat dirinya dalam hubungannya menggunakan lingkungan famili, kebiasaannya, kegemarannya, dan sebagainya. Pada tataran yang lebih tinggi, peserta didik akan semakin tahu posisi drinya di lingkungan kelasnya, sekolahnya, desanya, kotanya, serta seterusnya, minat, bakat, serta sebagainya.
(2) Kecakapan berpikir rasional merupakan kecakapan yg memakai rasio atau pikiran. Kecakapan ini meliputi kecakapan menggali kabar, memasak warta, serta merogoh keputusan secara cerdas, dan sanggup memecahkan masalah secara tepat dan baik. Pada jenjang pendidikan menengah (SMP dan Sekolah Menengah Atas) ketiga kecakapan tadi jauh lebih kompleks ketimbang dengan tingkat sekolah dasar (Sekolah Dasar). Sebagaimana diketahui bahwa pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK),  akal budi mengambil keputusan secara cerdas serta memecahkan kasus secara baik serta tepat menjadi isue utama pada pembelajaran kecakapan hayati dalam peserta didik sekolah menengah (Wasino 2004, diolah).
b.  Kecakapan sosial (social skill)
Kecakapan sosial bisa dipilah sebagai 2 jenis utama, yaitu (1) kecakapan berkomunikasi, serta (2) kecakapan bekerjasama
(1)   Kecakapan berkomunikasi
Kecakapan berkomunikasi bisa dilakukan baik secara verbal maupun goresan pena. Sebagai makhluk sosial yang hayati pada rakyat tempat tinggal maupun loka kerja, siswa sangat memerlukan kecakapan berkomunikasi baik secara verbal maupun goresan pena. Dalam realitasnya, komunikasi verbal ternyata tidak gampang dilakukan. Seringkali orang nir dapat mendapat pendapat versus bicaranya, bukan karena isi atau gagasannya tetapi karena cara penyampaiannya yang kurang berkenan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan bagaimana menentukan kata dan cara menyamaikan supaya gampang dimengerti sang lawan bicaranya. Karena komunikasi secara mulut merupakan sangat krusial, maka perlu ditumbuhkembangkan semenjak peserta didik dini. Lain halnya dengan komunikasi secara tertulis. Dalam hal ini dibutuhkan kecakapan bagaimana cara mengungkapkan pesan secara tertulis menggunakan pilihan kalimat, istilah-kata, rapikan bahasa, dan anggaran lainnya agar mudah dipahami orang atau pembaca lain.
      (dua)  Kecakapan bekerjasama
Bekerja pada grup atau tim adalah suatu kebutuhan yg nir dapat dielakkan sepanjang manusia hayati. Salah satu hal yang dibutuhkan buat bekerja dalam grup merupakan adanya kerjasama. Kemampuan bekerjasama perlu dikembangkan agar siswa terbiasa memecahkan masalah yang sifatnya relatif kompleks. Kerjasama yg dimaksudkan adalah bekerjasama adanya saling pengertian serta membantu antar sesama buat mencapai tujuan yang baik, hal ini agar siswa terbiasa dan bisa menciptakan semangat komunitas yang serasi.
c.    Kecakapan akademik (academic skill)
Kecakapan akademik sering diklaim jua kecakapan intelektual atau kepandaian ilmiah yg pada dasarnya merupakan pengembangan menurut kecakapan berpikir secara umum, tetapi menunjuk pada aktivitas yg bersifat keilmuan. Kecakapan ini meliputi diantaranya kecakapan mengidentifikasi variabel, menyebutkan interaksi suatu fenomena eksklusif, merumuskan hipotesis, merancang serta melakspeserta didikan penelitian. Untuk menciptakan kecakapan-kecakapan tadi diharapkan juga sikap ilmiah, kritis, obyektif, serta transparan.
d.   Kecakapan vokasional (vokational skill)
Kecakapan ini seringkali dianggap dengan kecakapan kejuruan, artinya suatu kecakapan yg dikaitkan menggunakan bidang pekerjaan tertentu yg terdapat di warga atau lingkungan siswa. Kecakapan vokasional lebih cocok buat siswa yg menekuni pekerjaan yang mengandalkan keterampilan psikomotorik daripada kecakapan berpikir ilmiah. Namun bukan berarti siswa SMP dan Sekolah Menengah Atas tidak layak buat menekuni bidang kejuruan seperti ini. Misalnya merangkai serta mengoperasikan personal komputer . Kecakapan vokasional mempunyai 2 bagian, yaitu: kecakapan vokasional dasar serta kecakapan vokasional khusus yang sudah terkait dengan bidang pekerjaan eksklusif seperti halnya pada siswa di SMK. Kecakapan dasar vokasional bertalian menggunakan bagaimana peserta didik menggunakan indera sederhana, contohnya: obeng, palu, dsb; melakukan mobilitas dasar, serta membaca gambar sederhana. Kecakapan ini terkait menggunakan sikap taat asas, presisi, akurasi, dan tepat saat yg menunjuk kepada konduite produktif. Sedangkan vokasional spesifik hanya diperlukan bagi mereka yg akan menekuni pekerjaan yg sinkron dengan bidangnya. Misalnya pekerja montir, apoteker, tukang, tehnisi, atau meramu pilihan menu bagi yang menekuni pekerjaan rapikan makanan kenikmatan, serta sebagainya.
C. Penekanan Pendidikan Kecakapan Hidup pada Sekolah Menengah
Pendidikan kecakapan hidup di sekolah menengah mengungkapkan pada upaya mempersiapkan peserta didik menghadapi era warta dan era globalisasi. Pada intinya pendidikan kecakapan hidup ini membantu serta membekali siswa pada pengembangan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri, berani menghadapi problema kehidupan, serta sanggup memecahkan duduk perkara secara kreatif. Pendidikan kecakapan hayati bukan mata pelajaran baru, akan namun menjadi indera serta bukan sebagai tujuan. Penerapan konsep pendidikan kecakapan hayati terkait dengan syarat siswa dan lingkungannya seperti substansi yang dipelajari, karakter peserta didik, syarat sekolah serta lingkungannya.
Pendidikan keccakapan hayati pada Sekolah Menengah Atas lebih memfokuskan pada pengembangan kecakapan akademik dan kecakapan hidup umum. Sementara di Sekolah Menengah Kejuruan penekanan pengembangan diarahkan kepada kecakapan vokasional yang menjadi penekanan pendidikan kejuruan atau keterampilan buat bekerja, jua dalam pengembangan kecakapan akademik dan generik. Lebih lanjut penekanan pembelajaran kecakapan hidup pada masing-masing jenjang dapat digambarkan berikut.
Penekanan Pembelajaran Kecakapan Hidup
                      
                                                                            
   Taman Kanak-kanak             SD    SMP         SMA    S1            S2 dst ...
Gambar di atas menunujukkan penekanan pembelajaran antara kecakapan hidup serta substansi mata pelajaran yg ada di masing-masing jenjang pendidikan. Pada gambar tampak bahwa pada Sekolah Dasar pada kelas awal penekanan terhadap kecakapan hayati masih sangat secara umum dikuasai, meskipun secara bertahap substansi mata pelajaran mulai dimunculkan. Pada jenjang TK/Sekolah Dasar/SMP, proporsi substansi mata pelajaran semakin akbar serta porsi kecakapan hayati makin berkurang, dan pada jenjang SMA porsi kecakapan hayati hampir sebanding dengan substansi mata pelajaran.
Prinsip pembelajaran kecapakan hidup lebih pada kontekstual, yaitu adanya kaitan antara kehidupan nyata menggunakan lingkungan serta pengalaman siswa. Lebih lanjut interaksi antara mata pelajaran, kecakapan hidup, dan kehidupan konkret bisa digambarkan berikut.
Hubungan antara mata pelajaran, Kecakapan hidup
dan Kehidupan nyata
                                   
                                                Kontribusi hasil
                                                pembelajaran
Pendidikan kecakapan hayati sudah menjadi bagian berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), maka kecakapan hidup bukan sebagai mata pelajaran dan tidak sama dengan pendidikan keterampilan. Pendekatan pembelajaran menekankan dan menyesuaikan menggunakan kehidupan nyata atau kontekstual dalam kehidupan keseharian peserta didik. Apabila diakitkan dengan permasalahan dalam kehidupan nyata, maka bisa digambarkan sebagai berikut:
Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup
Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup terintegrasi dengan majemuk mata pelajaran yang ada pada di Sekolah Menengah pertama maupun Sekolah Menengah Atas. Misalnya dalam mata pelajaran Matematika, pada mengusut matematika bukan sekedar buat pandai matematika, akan tetapi supaya seseorang dapat memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari, membaca data, menganalisis data, membuat kesimpulan, memeriksa ilmu lain, serta sebagainya. Itulah antara lain kecakapan hidup yg ingin diperoleh melalui pelajaran matematika.
Langkah-langkah klasifikasi unsur kecakapn hidup sebagai berikut:
a.    melakukan identifikasi unsur kecakapan hayati yg dibutuhkan dalam kehidupan konkret yg dituangkan pada bentuk pengalaman belajar
b.    melakukan identifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yg mendukung kecakapan hidup
c.    mengklasifikasi dalam bentuk topik/tema berdasarkan mata pelajaran
d.    dsb (perlu diskusi)
Bab V
PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
A.  Penilaian
Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) membawa akibat terhadap model serta teknik penilaian yg dilaksanakan peserta didikan pada kelas.  Penilaian tersebut terdiri atas penilaian eksternal serta penilaian internal. Penilaian eksternal adalah penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang nir melakspeserta didikan proses pembelajaran. Penilaian eksternal dilakukan oleh suatu forum, baik dalam juga luar negeri dimaksudkan diantaranya buat pengendali mutu. Sedangkan evaluasi internal merupakan penilaian yg dilakukan serta direncpeserta didikan sang pengajar dalam ketika proses pembelajaran berlangsung pada rangka penjaminan mutu. Dengan demikian, penilaian kelas merupakan evaluasi internal.
Penilaian kelas adalah evaluasi internal (internal assessment) terhadap hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru di kelas atas nama sekolah buat menilai kompetensinya dalam taraf tertentu dalam ketika dan akhir pembelajaran, sebagai akibatnya dapat diketahui perkembangan serta ketercapaian berbagai kompetensi peserta didik. Penilaian kelas adalah suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang memperlihatkan pencapaian output belajar siswa, pelaporan, serta penggunaan berita mengenai output belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan peserta didikan melalui berbagai cara, misalnya tes tertulis (paper and pencil test), penilaian output kerja peserta didik melalui formasi hasil kerja/karya siswa (portfolio), penilaian produk, evaluasi proyek dan penilaian unjuk kerja (performance) siswa. Ini yang dianggap dengan penilaian output belajar.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan pada suasana yg menyenangkan, sehingga memungkinkan siswa menerangkan apa yang dipahami dan bisa dikerjakannya. Hasil belajar seseorang peserta didik nir dianjurkan buat dibandingkan menggunakan siswa lainnya, tetapi menggunakan hasil yang dimiliki siswa tadi sebelumnya.  Dengan demikian peserta didik nir merasa dihakimi sang guru namun dibantu untuk mencapai apa yang dibutuhkan.
Tujuan
Penilaian Kelas ini bertujuan buat :
•    menaruh penjelasan mengenai orientasi yg baru pada penilaian  kurikulum berbasis kompetensi.
•    memberikan wawasan secara generik mengenai konsep penilaian yg dilaksanakan pada tingkat kelas.
•    menaruh rambu-rambu evaluasi kelas.
•    memberikan prinsip-prinsip pengolahan serta pelaporan hasil evaluasi.
Prinsip Penilaian
Dalam melaksanakan penilaian, usahakan pengajar perlu:
•    memandang penilaian dan aktivitas belajar-mengajar secara terpadu.
•    mengembangkan taktik yang mendorong serta memperkuat evaluasi sebagai cermin diri.
•    melakukan aneka macam taktik evaluasi pada dalam acara pengajaran buat menyediakan aneka macam jenis keterangan tentang output belajar siswa.
•    mempertimbangkan berbagai kebutuhan spesifik peserta didik.
•    mengembangkan serta menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan aktivitas belajar siswa.
•    menggunakan cara dan indera evaluasi yang bervariasi.
Agar penilaian objektif, pengajar harus berupaya secara optimal buat:
•    memanfaatkan banyak sekali bukti output kerja peserta didik serta tingkah laris dari sejumlah evaluasi.
•    menciptakan keputusan yang adil mengenai penguasaan kompetensi siswa dengan mempertimbangkan output kerja (karya).
Tehnik Penilaian
Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan keterangan tentang kemajuan belajar siswa, baik yg herbi proses belajar maupun output belajar. Teknik mengumpulkan fakta tersebut dalam prinsipnya merupakan cara penilaian kemajuan belajar siswa berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yg wajib dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan dari indikator-indikator pencapaian kompetensi  yang memuat satu ranah atau lebih. Dengan indikator-indikator ini, dapat ditentukan penilaian yg sinkron. Untuk itu, terdapat tujuh teknik yg dapat dipakai, yaitu: (1) evaluasi unjuk kerja, (2) penilaian perilaku, (tiga) evaluasi tertulis, (4) penilaian proyek, (lima) penilaian produk, (6) penggunaan portofolio, dan (7) penilaian diri. 
B.    Tindak Lanjut
Untuk lebih memahami bentuk dan jenis penilaian pembelajaran kecakapan hayati, perlu dilakukan secara terus menerus tidak hanya pada aspek kognitif, akan namun juga pada aspek-aspek yg lain untuk mengetahui kemampuan siswa. Yang paling fundamental merupakan, bahwa evaluasi pendidikan kecakapan hayati tidak hanya tertumpu pada evaluasi keterampilan vokasional semata akan tetapi juga dalam kecakapan-kecakapan lainya misalnya kecakapan personal, sosial, serta akademiknya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Contoh 1
Pengembangan Silabus dan Penilaian Pendidikan Kecakapan Hidup
Jenjang Sekolah    : SMA
Mata Pelajaran    : Ekonomi
Kelas/Smt    : X/1
Topik        : Kebutuhan manusia
Standar Kompetensi    Kompetensi Dasar    Materi Pokok    Indikator    Pengalaman Belajar dan Aspek Kecakapan Hidup    Penilaian    Sumber/
Bahan/
Alat    Waktu
Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan insan, kelangkaan  serta sistem ekonomi
    1. Mengiden tifikasi kebutuhan manusia
    Kebutuhan manusia, kelangkaan serta sistem ekonomi    Mendiskripsikan kebutuhan manusia
Mendiskripsikan kelangkaan
Mendiskripsikan sistem ekonomi    Mengkaji referensi mengenai kebutuhan manusia (utama serta sekunder)
(Kecakapan hidup: menggali liputan, memasak, komunikasi mulut serta tulisan)
    Kuis dan jawab singkat    Buku siswa
    1 x 45
Mengetahui:
Kepala Sekolah,                            Pengajar Matpel
-------------------------                            -------------------------
Contoh 2
Penyusunan Rencana Pembelajaran
Tahap Kegiatan    Kegiatan Pembelajaran    Strategi    Kecakapan Hidup    Waktu
1. Kegiatan awal    Apersepsi    ......    ..........    ......
2. Kegiatan inti    Belajar gerombolan     Diskusi     •    Menggali informasi
•    Mengolah informasi
•    Bekerjasama
•    Menyusun kesimpulan
•    dst    30 menit
3. Kegiatan akhir    .........    ..........    .........    ........
Mengetahui:
Kepala Sekolah,                            Pengajar Matpel
-------------------------                            -------------------------
Contoh 3
Sistem Penilaian Kecakapan Hidup
a. Aspek Kognitif
Tingkatan Domain    Aspek yg dievaluasi    Nilai/Skor
1. Pengetahuan    Mengemukakan ......
Menceritakan ..........
Menyebutkan ...........   
2. Pemahaman    Membandingkan ...........   
3. Aplikasi    Melakukan percobaan ...........   
4. Analisa    Membuat grafik .........   
5. Sintesa    Memprediksi ...........   
6. Evaluasi    Menulis laporan .........   
Mengetahui:
Kepala Sekolah,                            Pengajar Matpel
-------------------------                            -------------------------
b. Aspek afektif
No    Nama Peserta didik    Aspek yang dievaluasi    Keterangan
        1    2    3    4    5    6    7    8    dst    Ya    Tidak
1                                               
2                                               
3                                               
4                                               
5                                               
6                                               
7                                               
8                                               
9                                               
10                                               
dst                                               
Keterangan:
Beri indikasi √ pada kolom aspek yg dievaluasi serta kolom keterangan
1.    Mengerjakan eksperimen
2.    Mengungkapkan gagasan
3.    Menerima pendapat teman
4.    Menghargai pendapat teman
5.    Kemampuan berkomunikasi
6.    Memecahkan masalah
7.    Menanggapi pendapat sahabat
8.    menyimpulkan hasil diskusi
Contoh 4
Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup dengan Mata Pelajaran di SMA
Mata Pelajaran : ....................................................
Aspek Kecapakan Hidup
Materi Pokok    Eksistensi diri    Potensi diri    Menggali warta    Mengolah informasi    Mengambil keputusan    Memecahkan kasus    .............    Berkomunikasi verbal    Berkomunikasi tertulis    Bekerjasama    ..................    Menguasai pengetahuan       Merancang dan melakspeserta didikan penelitian ilmiah
      Berkomunikasi ilmiah        Mengidentifikasi serta menghubungkan variabel      .......................      Menguasai keterampilan sesuai prosedur      Menguasai TIK      ....................
    Kecakapan
Personal    Kecakapan Sosial    Kecakapan Akademik    KecakapanVokasional
1.                                                                            
2.                                                                           
3.                                                                           
4.                                                                           
5.                                                                           
6.                                                                           
7.                                                                           
8.                                                                           
9.                                                                           
Dst                                                                            
Contoh 5
Tabel : Indikator-indikator Aspek Kecakapan Hidup pada TK/SD/Sekolah Menengah pertama dan SMA/SMK
ASPEK KECAKAPAN HIDUP    JENJANG
    TK    Sekolah Dasar    SMP    SMA    SMK
Kecakapan Personal                   
- Beriman kepada Tuhan YME    v    v    v    v    v
- Berakhlak mulia    v    v    v    v    v
- Berpikir rasional            v    v    v
- Komitmen        v    v    v    v
- Mandiri        v    v    v    v
- Percaya diri    v    v    v    v    v
- Bertanggung jawab    v    v    v    v    v
- Menghargai dan menilai diri        v    v    v    v
- Menggali informasi            v    v    v
- Mengolah liputan            v    v    v
- Mengambil Keputusan            v    v    v
- Memecahkan perkara            v    v    v
Kecakapan sosial                   
- Bekerjasama        v    v    v    v
- Menunjukkan tanggung jawab sosial        v    v    v    v
- Mengendalikan emosi                 v    v
- Berinteraksi dalam masyarakat                v    v
- Mengelola permasalahan                v    v
- Berpartisipasi            v    v    v
- Membudayakan perilaku sportif,
   disiplin, dan hidup sehat        v    v    v    v
-    Mendengarkan        v    v    v    v
-    Berbicara    v    v    v    v    v
-    Membaca        v    v    v    v
-    Menuliskan pendapat/gagasan        v    v    v    v
-    Bekerjasama menggunakan sahabat sekerja        v    v    v    v
-    Memimpin            v    v    v
Kecakapan akademik                   
- Menguasai pengetahuan                   
- Merancang serta melakspeserta didikan penelitian ilmiah                   
- Bersikap ilmiah                   
- Berpikir strategis                   
- Berkomunikasi ilmiah                     
- Menggunakan teknologi                   
- Mengambil keputusan                   
- Mengidentifikasi dan menghubungkan variabel                   
- Kemampuan merumuskan masalah                   
- Kemampuan bersikap kritis dan rasional                   
Kecakapan vokasional                   
- Menguasai keterampilan sinkron mekanisme                   
- Berwirausaha                   
- Menguasai TIK                   
- Merangkai indera                   
 

Demikian model pendidikan kecakapan hayati pada Sekolah Menengah pertama dan Sekolah Menengah Atas, Semoga berguna. Terima kasih.

REVOLUSI ISLAM IRAN DAN REALISASI VILAYATI FAQIH

Revolusi Islam Iran Dan Realisasi Vilayat-I Faqih 
Revolusi Iran merupakan model paling spektakuler di dunia Islam, bagaimana agama mampu memberi kekuatan bagi gerakan revolusioner untuk menumbangkan kekuasaan tiranik dan despotik. Bahkan tidak sekedar menumbangkan kekuasaan, namun lebih mendasar berdasarkan itu, mengganti sistem politik usang (monarki) dengan sistem politik baru (wilâyah al-faqîh). Banyak kalangan menyebut revolusi ini sebagai “keliru satu pemberontakan warga terbesar dalam sejarah umat Islam”. Kesuksesannya dapat disejajarkan menggunakan Revolusi Prancis (1789) atau Revolusi Bolshevik Rusia (1917).

Revolusi yg telah berlangsung pada Iran tahun 1978-1979 serta membentuk pemerintahan Islam yg berlangsung hingga hari ini, mengangkat poly berita yg terkait dengan kebangkitan Islam pada masa ini: keyakinan, kebudayaan, kekuasaan, serta politik dengan fokus dalam identitas bangsa, keaslian budaya, partisipasi politik, dan keadilan sosial disertai pula menggunakan penolakan terhadap pembaratan  otoriterisme kekuasaan, serta pembagian kekayaan yang tidak adil. Inilah “the real revolution” yg digerakkan oleh seluruh lapisan rakyat dan dipimpin sang para tokoh kepercayaan .

Keterlibatan para mullah pada gerakan revolusioner menumbangkan Dinasti Pahlevi yang berkuasa pada Iran mulai tahun 1925-1979, adalah fenomena menarik dan unik jika dicermati dari perspektif sejarah sosial-politik Syi’ah. Syi’ah sebagai madzab resmi Iran sejak Dinasti Safavi menekankan artikulasi politik yang lebih akomodatif terhadap kekuasaan. Perilaku para pengikut Syi’ah semenjak usang bersiklus dalam tradisi taqiyeh (dissimulation) serta quietisme. Apa yg telah ditampakkan sang para mullah dan pengikutnya yg terlibat dalam gerakan revolusi adalah pergeseran orientasi sikap keberagamaan menurut pasivisme menanti datangnya Imam Mahdi ke arah gerakan kongkret serta pro-aktif pada melawan kesewenang-wenangan serta ketidakadilan. Di sinilah tampak kiprah para reformer ideologi Syi’ah pada masa ini yang berhasil memperbaharui ajaran Syi’ah.

Syi’ah menjadi madzab resmi Iran menjadi identitas nasional dan asal legitimasi politik semenjak abad keenam belas. Islam Syi’ah sudah terlibat dalam percaturan politik sejak kemunculannya serta karena itu memiliki sejarah serta sistem agama yang dapat ditafsirkan dan dimanfaatkan pada krisis politik. Tetapi semenjak ditetapkan menjadi madzab resmi pada Dinasti Savafi, ajaran Syi’ah Imâmiyah (genre mainstreem pada Syi’ah) mempunyai kecenderungan apolitis dan terlalu kooperatif menggunakan penguasa negara. Wacana keagamaan yg diusung para ulama berkutat pada perkara-kasus ringan dan fiqh oriented dari dalam perkara sosial-politik yang memiliki jangkauan spektrum lebih luas. Julukan buat mereka merupakan para akhund, sebuah kata pejoratif buat menyebut ulama yg berpengetahuan dangkal.

Dalam tradisi Sunni, ulama contoh itu jua sebagai fenomena mayoritas pada konstelasi politik negara-negara berbasis madzab sunni. Ulama-ulama Wahhabi, contohnya, posisi sosio-politik mereka telah terhegemoni oleh sistem politik kerajaan Saudi. Wahabi sebagai madzab resmi Kerajaan Saudi Arabia sehingga beliau adalah sumber legitimasi bagi penguasannya. Wahabi yang pada awal-awal kelahirannya sangat kritis, telah berubah sebagai sekadar forum stempel bagi kekuasaan sang Raja. Agama dalam kondisi misalnya ini seolah meninggal suri karena tidak bisa berbuat apa-apa buat merubah sejarah umat insan. Agama sudah kehilangan elan penting menjadi sumber pandangan baru untuk membela yang lemah dan memerangi kemungkaran (depotisme).

Ali Syari’ati, keliru satu dari sedikit para pemikir Iran yg sangat galau menggunakan kenyataan “kematian agama (syi’ah)”. Apalagi latar historis ketika Syari’ati tumbuh berkembang menjadi intelektual terkemuka merupakan kekuasaan Syah Reza Pahlevi yg mengumbar ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Di ketika para ulama Syi’ah kebanyakan bungkam atau merogoh sikap membisu serta menjaga jeda dengan dengan sosio-politik kala itu, Syari’ati tampil buat melontarkan gagasan-gagasan radikal tentang oposisi serta revolusi yg bersumber menurut ajaran Syi’ah yg telah dicangkokkan menggunakan tradisi revolusioner Dunia Ketiga dan Marxisme. Ali Syari’ati berhasil menciptakan ideologi Islam revolusioner yg lantas ditawarkan sebagai ideologi cara lain atas kesamaan Marxis serta nasinalis-sekular yang poly digemari kalangan belia Iran.

Ali Syari’ati mengecam para ulama yg sudah berakibat Syi’ah semata-mata sebagai agama berkabung dengan membarui arti hakiki peristiwa Karbala. Ulama, dari Syari’ati telah mengkhianati Islam dengan “menjual diri” kepada kelas penguasa, menggunakan begitu ulama telah membarui Syi’ah dari agama revolusioner menjadi ideologi ortodok; sebagai agama negara (dîn-i dewlati), yg paling tinggi hanya sebabatas menekankan sikap kedermawanan (philantropism), paternalisme, pengekangan diri secara sukarela berdasarkan kemewahan.

Syari’ati lebih jauh menilai, hubungan spesifik ulama semacam itu telah berakibat mereka menjadi instrumen kelas-kelas berharta. Lembaga-forum pendidikan Islam yg dikelola ulama dibiayai kaum kelas berharta buat mencegah ulama berbicara mengenai perlunya menyelamatkan kaum miskin serta mereka yang tertindas (mustad’afîn). Sebaliknya, menggunakan menggunakan doktrin tentang fiqh ekonomi, ulama merupaya mengabsahkan eksploitasi yang menurut Syari’ati lebih eksploitatif dibandingkan dengan kapitalisme Amerika. Islam di tangan ulama itu sudah menjadi khordeh-I burzhuazi (borjuasi kecil). 

Masih menurut Syari’ati, banyak ulama berpandangan sangat picik (ulamâ-i qisyri), yg sanggup bisa mengulang-ulang doktrin fiqih secara ndeso. Mereka memberlakukan Kitab Suci sebagai lembaran kemarau, tanpa makna, sementara pada sisi lain asik menggunakan berita-gosip yg nir penting misalnya soal sandang, ritual, panjang pendeknya jenggot dan semacamnya. Akibatnya ulama gagal tahu makna istilah-kata kunci misalnya ummah, imâmah, serta nizâm al-tauhîd. Ulama yang digambarkan Syari’ati itu lebih cenderung fiqh oriented serta senang bergumul dengan ihwal khilâfiyah yang seluruh itu nir terkait menggunakan dilema real rakyat. Kemisminan, kebodohan dan keterbelakangan dan penindasan menjadi isu yg tak tersentuh (untouchtable) pada alam pikiran para ulama sehari-hari, lantaran mereka lebih disibukkan menggunakan polemik ihwal fiqhiyyah yang nir urgen.

Kecenderungan ulama misalnya gambaran di atas akan menguntungkan posisi penguasa, karena aspek-aspek penyelewengan kekuasaan, praktek ketidakadilan dan kebijakan yg hanya menguntungkan diri sendiri menjadi lepas dari kontrol dan kritik ulama. Maka tidak aneh apabila pihak penguasa menyediakan dana yg cukup buat aktifitas ulama model ini, karena semakin ulama nir independen, akan lebih memudahkan para penguasa melakukan kontrol terhadap aktivitas mereka. Kolaborasi semacam ini yang sudah terjadi di Iran sebelum revolusi, dimana rezim Syah banyak memanfaatkan ulama buat melakukan counter pulang terhadap perihal kritis yang dilontarkan para kaum oposisi. Termasuk pada antara kaum oposisi itu, Ali Syari’ati merupakan keliru satu tokoh pentingnya.

Berada dalam pusaran oposisi vis-à-vis kekuasaan rezim Syah serta ulama konservatif, Ali Syari’ati poly menuai kritik bahkan hujatan serta fitnah berdasarkan beberapa ulama. Mereka pada biasanya menuduh Syari’ati menyesatkan dan menipu kaum belia mengenai ajaran Islam sejati versi Syari’ati. Ulama asal panutan (marja’ taqlid) misalnya Ayatullah Khu’i, Milani, Ruhani dan Thabathaba’i, bahkan mengeluarkan fatwa yang melarang membeli, menjual serta membaca goresan pena Syari’ati. Mereka menganggap goresan pena-tulisan Ali Syari’ati, khususnya dalam bukunya Eslamshenasi (diterjemahkan dalam bahasa Inggris: Islamology), sudah menyimpang dari tradisi Islam Syi’ah lantaran menggunakan asal-asal non-Syi’ah. 

Ali Syari’ati merupakan contoh intelektual sui generis yang berani pada posisi melawan mainstreem politik juga pemikiran Islam. Ia bisa disejajarkan dengan para pembaharu Sunni pendahulunya, misalnya Jamal al-Din al-Afghani (w.1897), Muhammad Abduh (w. 1905) atau Muhammad Iqbal (w.1938). Sama dengan Syari’ati, mereka adalah pembaharu pemikiran Islam serta sekaligus para oposan yang sangat kritis menggunakan fenomena ketidakadilan serta imperialisme Barat. Yang membedakan antara Syari’ati dengan ketiga tokoh Sunni itu merupakan bahwa Syari’ati lebih radikal dalam mengimplementasikan pemikiran-pemikiran pembaharuannya serta ini yang perlu mendapat catatan tebal sejarah pembaharuan Islam, bahwa Syari’ati menggunakan gagasan revolusinya berhasil menarik gerbong oposisi di kalangan masyarakat Iran buat melawan rezim yg berkuasa sampai akhirnya gerakan oposisi itu berhasil melakukan revolusi bersejarah tahun 1979.

Ali Syari’ati serta Revolusi Iran merupakan 2 hal yang sulit buat dipisahkan. Walau dia mangkat dunia beberapa waktu sebelum revolusi itu sahih-benar terwujud, tepatnya tanggal 19 Juni 1977, gema revolusi yang dia kampanyekan di Iran hingga akhir hayatnya, menerima sambutan yang antusias berdasarkan massa pengunjak rasa pada puncak gerakan revolusi 1978-1979. Poster-poster Ali Syari’ati bersanding dengan poster tokoh revolusi lain misalnya Mossadeq serta tentunya Khomeini, diusung sepanjang demonstrasi besar -besaran melawan Rezim Syah. Bahkan beberapa kalangan menyebut Syari’ati lebih mempunyai kiprah dalam Revolusi Iran ketimbang Khomeini, contohnya, yg munculnya dalam waktu-ketika sehabis secara efektif revolusi berakhir. Zayar dalam bukunya Iranian Revolution: Past, Present, and Future, bahkan menuduh Khomeini menjadi pembajak Revolusi Iran menurut para pejuang pra-revolusi. 

Bertitik tolak berdasarkan latar belakang tadi, peneliti menemukan titik urgensi penelitian tentang pemikiran Ali Syari’ati, khususnya yg terkait menggunakan Islam dan revolusi. Syari’ati merupakan prototype cendekiawan Islam yg melaju diantara pusaran konservatisme pemikiran Islam yang menekankan Islam menjadi kepercayaan yg terpisah menggunakan duduk perkara-persoalan real pada rakyat, serta sekularisme pemikiran yg begitu tergoda menggunakan modernisme Barat serta meninggalkan Tradisi Suci Agama. Syari’ati memperlihatkan model lain (the third way, pada kata Antoni Gidden), yaitu Islam revolusioner, Islam yang mengambil posisi sebagai jalan revolusi menuju pembebasan umat atas segala macam bentuk ketidakadilan dan penindasan. Syari’ati berhasil menggali nilai-nilai revolusioner Islam yg selama ini terkubur sang ortodoksi, yg pada konteks ajaran Syi’ah, Syari’ati telah merevolusi doktrin Syi’ah pada bentuknya yg lebih progresif. Simbol-simbol krusial Syi’ah seperti asy-Syûra, Karbala, Syâhid diposisikan pulang pada ihwal perlawanan seperti semula. 

Penelitian ini pula akan menggali lebih eksploratif tentang efek pemikiran revolusioner Ali Syari’ati dalam Revolusi Iran 1979. Keberhasilan Revolusi Iran tidak bisa tanggal berdasarkan keberhasilan revolusi doktin Syi’ah. Dan galat satu tokoh krusial yg terlibat dalam proyek revolusi doktrin Syi’ah itu merupakan Ali Syari’ati.

Pemikiran Ali Syari’ati yang revolusioner mengundang perhatian orang buat menyelidiki lebih pada hubungan pemikirannya menggunakan para pemikir revolusioner sebelumnya. Para pengkaji pun lantas mengaitkan Syari’ati dengan Marx dalam satu pola hubungan geneologis pemikiran. Hasilnya pun sanggup ditebak, bahwa Syari’ati sedikit banyak terpengaruh oleh pemikiran Marx, khususnya yang terkait dengan bagaimana menganalisis ketimpangan sosial pada masyarakat. Sehingga beberapa kalangan menyebut proyek pemikiran Syari’ati adalah Islamisasi Marxisme atau Marxisisasi Islam.

Eko Supriyadi merupakan keliru satu menurut peneliti Indonesia yang sudah berusaha mempelajari dampak Marxisme pada pemikiran Ali Syari’ati. Dalam penelitiannya yang sudah diterbitkan menjadi buku yang berjudul Sosialisme Islam: Pemikiran Ali Syari’ati, Eko berupaya menelusuri akar-akar geneologis pemikiran sosialisme Ali Syari’ati pada pemikiran Marxisme. Dalam temuannya Supriyadi menyatakan bahwa terdapat pengaruh Marx pada pemikiran Syari’ati, tetapi Syari’ati mendapat pemikiran Marx dengan kritik serta beliau memberikan sintesa antara Marxisme dan Islam. Salah satu yg dikritik Syari’ati pada rancang bangun pemikiran Marx merupakan kecenderungannya yg menafikan segala bentuk spiritualitas, yang menggunakan begitu menafikan agama, sekaligus Tuhan. Penelitian lain yg relatif seperti dengan karya Eko Supriyadi adalah yg dilakukan sang Munawar Anwar Firdausi menggunakan judul Analisis Tipologi Pemikiran Karl Marx pada Pandangan Ali Syari’ati yang beliau ajukan sebagai tesis pada pascasarjaan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2004. 

Kedua penelitian pada atas lebih menekankan dalam impak pemikiran Marxisme dalam pemikiran Syari’ati serta kritik Syari'ati terhadap Marxisme. Penelitian itu tidak memotret secara utuh bagaimana wacana Islam serta politik yg diusung Syari'ati apalagi mengaitkannya menggunakan revolusi Iran. Tetapi paling nir berdasarkan penelitian itu dapat dilacak akar geneologis pemikiran revolusioner Syari'ati, sebagai akibatnya lebih memudahkan buat merekonstruksi pemikirannya serta mengaitkannya dengan revolusi Iran 1979.

Adalah terlalu sempit bila memposisikan Syari’ati sebatas tokoh yg mampu mensitesakan antara Islam serta Marxisme. Realitas sosial, politik dan budaya yang melingkupi Syari’ati dalam menelorkan karya-karya intelektualnya begitu komplek. Rezim Syah Pahlevi yg despotik, ajaran-ajaran Islam (Syi’ah) yang dibonsai ulama resmi sebagai sebatas ajaran ritual, serta kondisi generik rakyat Islam yang berada dalam cengkraman intervensi Barat adalah fenomena krusial yg membangun karakter pemikiran Syari’ati, sehingga lumrah bila tampak karakter revolusioner dalam pemikirannya. Ali Syari’ati tergelisahkan sang kondisi umat yang terus-menerus diposisikan sebagai pihak yg teraniaya (mustal’afîn), dan karya-karya Syari’ati seolah mewakili bunyi-suara itu.

Ali Rahmena yg sudah melakukan pembacaan relatif komprehensif atas beberapa karya penting Syari’ati dalam bukunya Pioneer of Islamic Revival yg dalam edisi Indonesia sang penerbit Mizan diberi judul Para Perintis Zaman Baru Islam. Buku Rahmena mereview pemikiran-pemikiran Syari’ati yg tertuang pada beberapa karya krusial, diantaranya adalah Eslamshenasi (Islamologi) dan Kavir (Gurun).

Tulisan Rahnema relatif lengkap sebagai tulisan yg memotret sejarah kehidupan Ali Syari'ati yg sarat menggunakan petualangan khas seseorang revolusioner. Penelitian ia yang bersumber berdasarkan data utama akurat serta berbahasa orisinil (Persia) memungkinkan Rahnema untuk menganalisis secara lebih tajam fenomena kesejarahan pemikiran serta kegiatan politik Syari'ati. Namun lantaran tulisan itu hanya sebuah tulisan biografi, bangunan pemikiran Ali Syari'ati yg kaya serta komplek tidak tertuang menggunakan utuh, dan sebaliknya, poly konteks historis yg terlewatkan begitu saja, sehingga kesan yg timbul adalah fragmentasi serta penyimpangan . Tetapi goresan pena Rahnema akan sebagai liputan awal yg relatif krusial buat memetakan secara historis warisan intelektual dan politik Ali Syari'ati.

Azyumardi Azra pada galat satu bagian dari bukunya yang berjudul Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme, Modernisme, Hingga Post-Modernisme, menulis mengenai filsafat konvoi Ali Syari’ati. Azra menyatakan bahwa pandangan dunia Syari'ati yang paling menonjol merupakan menyangkut hubungan antara kepercayaan serta politik. Sehingga pada konteks ini, Syari'ati bisa diklaim politico–religio thinker (pemikir politik keagamaan), yg butir pikirannya sebagai salah satu akar ideologi Revolusi Islam Iran. Azra jua menyorot bagaimana kritik Syari'ati terhadap ulama serta tawaran Syari'ati mengenai ideologi Syi’ah revolusioner (Syi’ah Alawi) menjadi lawan dari Syi’ah konservatif (Syi’ah Safavi).

Sama dengan goresan pena Rahnema, Azra hanya memotret pemikiran Syari'ati pada segmen tertentu saja. Ketika dia menulis tentang imbas penting pemikiran Ali Syari'ati terhadap Revolusi Islam, Azra nir menjelaskan lebih lanjut bagaimana proses pengaruh-menghipnotis itu berjalan. Tulisan Azra hanya menambah liputan tentang karakter pemikiran Syari'ati serta komentar-komentar para tokoh terhadap pemikiran serta peran Syari'ati dalam gerakan oposisi pada Iran waktu itu.

Senada menggunakan John L. Esposito dan John O. Voll, Abdulaziz Sachedina pada tulisannya, Ali Syari’ati: Ideologue of Iranian Revolution, menyatakan bahwa Syari’ati merupakan keliru satu tokoh yang berhasil merumuskan ideologi usaha bagi Revolusi Iran. Syari’ati, tulis Sachedina, memperlihatkan satu bentuk penafsiran baru pada pemikiran Islam yang mendorong umat Islam buat bersikap progresif dan anti status quo. Progresifitas serta anti status quo inilah yang sebagai ruh dalam ideologi perlawanan yg ditawarkan Syari’ati, serta itu diterima baik oleh khususnya kelompok mahasiswa serta kaum terpelajar lainnya pada Iran saat itu.

John L. Esposito serta John O. Voll serta Abdulaziz Sachedina sudah menulis tentang dampak pemikiran Ali Syari'ati terhadap revolusi Iran, namun seperti juga tulisan-goresan pena para tokoh terdahulu, apa yang ditulis oleh John L. Esposito serta John O. Voll serta Abdulaziz Sachedina nir lebih hanya sekadar perkiraan atau tesis yg nir dilengkapi menggunakan berita historis secara detail. Apa yg mereka tulis tidak utuh mendeskripsikan berita historis dan sosio-politik disaat pemikiran Syari'ati mengalami pergolakan.

Hamid Dabashi menyebut Syari’ati menjadi “the ideologist of revolt”. Dalam bukunya, Theology of Discontent: The Idelogical Foundation of The Islamic Revolution in Iran, Dabashi menyatakan bahwa Ali Syari’ati merupakan salah satu ideolog terkemuka Iran yang mengusung aliran dan ideologi primer serta penting yg berpengaruh pada Iran sebelum pecahnya revolusi. Dalam kajian beberapa sarjana yang concern dengan Revolusi Iran, ada beberapa genre dan ideologi menonjol yg berpengaruh di Iran sebelum pecahnya revolusi 1978-1979, antara lain adalah ideologi sosialis-sekuler yang diusung antara lain sang Partai Tudeh (Partai Komunis Iran), dan ideologi sosialis-religius (Syi’ah progresif) yg diusung sang Ali Syari’ati.

Partai Tudeh memang disebut-sebut sang Zuyar pada bukunya, Iranian Revolution: Past, Present and Future, sebagai elemen penting pada revolusi Iran, disamping beberapa gerombolan gerakan sosialis lainnya, antara lain adalah Fadaeen (Organisasi Rakyat Iran). Tidak hanya itu, Zuyar bahkan menempatkan Khomeini hanya menjadi tokoh yg datangnya lebih belakangan yg ambil bagian pada gerakan revolusi. Khomeini tidak lebih berdasarkan “pembajak revolusi” tulis Zayar.

Apa yg ditulis sang Dabashi dan Zayar memberi jalan masuk yang lebar atas potret historis revolusi Iran. Namun masing-masing kurang menyinggung, bahkan dalam tulisan Zayar nir disinggung sama sekali peran Ali Syari'ati dalam revolusi itu. Sehingga apa yg ditulis Zayar, lebih menampakkan kiprah penting grup Marxis Iran, serta ini seakan misalnya menafikan warta historis-sosiologis bahwa rakyat Iran adalah dominan Syi’ah. 

Penelitian ini merogoh penekanan pada pemikiran revolusioner Ali Syari’ati dan pengaruhnya terhadap Revolusi Islam Iran. Berbeda dengan apa yang sudah diteliti oleh Eko Supriyadi dan Munawar Anwar Firdausi yang lebih penekanan dalam impak pemikiran Marxisme dalam pemikiran Syari’ati, penelitian ini lebih penekanan dalam efek pemikirannya terhadap gerakan revolusi di Iran yg berhasih menumbangkan rezim Syah. Begitu jua menggunakan apa yg sudah dikaji sang Ali Rahmena yang lebih menyorot karya-karya penting Syari’ati. Tulisan Azyumardi Azra memang memberi inspirasi buat melacak imbas pemikiran Syari’ati terhadap Revolusi Iran, namun apa yang disampaikan Azra lebih sekedar hipotesis awal dari pada sebuah analisa yg mendalam. Karya Hamid Dabashi memang memberi liputan lebih jelasnya mengenai berbagai genre serta ideologi yang berpengaruh dalam Revolusi Iran, namun berdasarkan kesekian aliran itu mana yang paling berpengaruh, dan sejauhmana dampak ideologi yang digagas Syari’ati dalam revolusi sepertinya belum dikupas secara memadai sang para peneliti serta penulis itu. 

KERANGKA TEORITIK
Selama ini revolusi adalah sebuah kata yang digunakan untuk menyebut suatu perubahan mendasar di pemerintahan atau konstitusi politik sebuah negara, terutama yg terjadi lantaran sebab-sebab internal dan lewat suatu pergolakan bersenjata, serta rusuh. Menurut Funk & Wagnalls New Encyclopedia, revolusi merupakan sebuah perubahan sosial atau politik menggunakan memakai kekerasan serta secara paksa, dipengaruhi sang kekejaman dan bentrok senjata; revolusi juga berarti perubahan sistem politik, tetapi secara cepat dan total, melalui cara-cara di luar konstitusi serta pengingkaran atas lembaga pemerintahan. Senada dengan pengertian itu, pada Black’s Law Ditionary, revolusi diartikan “on overthrow of a government usu. Resulting in fundamental political change, a successful rebellion” (meruntuhkan pemerintah yang ada, membuat perubahan politik secara mendasar, dan sebuah pemberontakan yg sukses). 

Eugene Camenka adalah salah satu yg menyatakan bahwa kekerasan pada revolusi merupakan sebuah keniscayaan, namun, dia buru-buru memberi penerangan lanjutan, andai saja revolusi itu tanpa menimbulkan kekerasan, masih tetap dianggap revolusi. Akhirnya Samuel Huntington merumuskan revolusi sebagai “suatu penjungkirbalikan nilai-nilai, mitos, lembaga-forum politik, struktur sosial, kepemimpinan, serta aktifitas maupun kebijaksanaan pemerintah yang sudah mayoritas di warga ”. Dan secara prinsip menurut aneka macam definisi yg diberikan para ahli politik, revolusi terkait menggunakan gagasan perubahan menyeluruh, pembaharuan serta diskontinuitas menyeluruh serta jua menganut perkiraan bahwa revolusi erat hubungannya menggunakan transformasi sosial.

Dari beberapa definisi tentang revolusi di atas dapat diambil beberapa kata kunci (key words) dalam diskursus revolusi diantaranya merupakan; perubahan politik secara mendasar (fundamental change in the political system), kekuatan massa (extra-sah mass actions), pemberontakan (rebellion and revolt), serta oposisi. Dalam banyak perkara oposisi senantiasa menyebabkan kekacauan (chaos) serta kekerasan (violence), tetapi terminologi itu bukan karakter pokok dalam revolusi, namun hanya sebagai akibat samping ketika revolusi itu dijalankan.

Bagaimana revolusi bisa dijelaskan sebagai satu taktik politik pada mencapai suatu tujuan? Tentu terdapat poly perspektif untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Salah satu perspektif buat melihat masalah itu adalah tesis Gramsci tentang hegemoni. Pada prinsipnya, pada teori intervensi ala Gramsci disebutkan bahwa para elite membutuhkan cara buat dapat melakukan kontrol efektif terhadap pihak yang dikuasainya. Cara-cara elit ini penting dalam rangka tetap terus menjaga posisi kekuasannya berdasarkan ancaman-ancaman ketidakpatuhan. Hegemoni yg dilakukan para penguasa/elite tidak sebatas hegemoni cara-cara pruduksi, namun pula hegemoni ideologi. Dengan demikian, melalui hegemoni ideologis, kepatuhan mampu dipaksakan dan perlawanan sanggup dipatahkan atau dilenyapkan oleh elite. Pada akhirnya saat hegemoni itu mengalami titik klimaks, demikian istilah Gramsci, pada waktu yg sama, perlawanan bisa mengambil bentuk berupa upaya-upaya kontra hegemoni oleh kelas yang dikuasai untuk melawan perpaduan sosial yg terdapat.

Bagaimana kontra hegemoni bisa dilakukan oleh mereka yg tertindas? Kerkvliet merupakan salah satu ahli politik yg bisa melihat kenyataan kontra- hegemoni sebagai sesuatu yang mungkin terjadi yang berasal-muasalnya adalah dari perilaku kritisisme masyarakat bawah (yg tertindas) terhadap ideologi mayoritas yg dipaksakan oleh elite kekuasaan. Lebih jelas Kerkvliet menulis :

“Masyarakat berdasarkan kelas yg dikuasai tidak wajib selalu tunduk pada ideologi mayoritas, lantaran mereka memiliki gagasan-gagasan dan keyakinan-keyakinan alternatif yg mampu menampilkan tantangan signifikan kepada pandangan gerombolan mayoritas mengenai bagaimana hak milik serta asal-sumber lainnya mampu dipakai sang siapa saja. Mereka memiliki gagasan tentang hak-hak mereka dan apa itu keadilan, yg sekali lagi menentang keyakinan banyak orang yang berkuasa”.

Singkatnya, gagasan bahwa ideologi kelas yg dikuasai bisa menyusup serta melawan ideologi hegemonik adalah mungkin. Banyak model yang membenarkan tesis ini, misalnya yg diperlihatkan sang buruh tambang pada Indian. Mereka mengembangkan ideologi mereka sendiri melalui elaborasi atas kebudayaan tradisional Indian serta mereka menggunakan idiom-idiom budaya buat melakukan perlawanan terhadap pemilik-pemilik tambang serta negara.

Apakah agama sanggup menjadi asal kekuatan dan pandangan baru ideologis buat melakukan oposisi serta revolusi terhadap kekuatan elite yang hegemonik? Bagi Gramsci, fungsi agama keliru satunya merupakan menaruh bentuk-bentuk kesadaran baru yang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan sosial yg baru. Menurut Gramsci, sesuatu yg memiliki nilai krusial spesifik adalah agama atau ideologi yg bisa mewujudkan suatu ‘kehendak kolektif nasional-terkenal’ misalnya yang dia lihat pada protestanisme pada revolusi Perancis.

Oliever Roy dalam bukunya yang sangat populer The Failure of political Islam mengemukakan suatu kabar bahwa keyakinan eksklusif terhadap agama (Islam) ternyata membawa akibat terhadap perilaku politik eksklusif. Kaum Islamisis, begitu Roy menjelaskan, memiliki argumen politik yg berpijak dalam asas bahwa Islam adalah sistem pemikiran dunia dan menyeluruh. Menurut mereka, warga yg terdiri dari orang-orang Islam saja nir relatif, tetapi juga harus Islami pada landasan maupun strukturnya. Konsekwensinya, lanjut Roy, setiap orang punya kewajiban untuk memberontak terhadap negara Muslim yg dinilai korup; bahkan juga keharusan buat mengekskomunikasikan (takfir) penguasa yang ditinjau murtad serta buat melakukan tindakan kekerasan (revolusi) terhadapnya.

Peneliti nir bermaksud memperdebatkan apakah gerakan kelompok Islamisis itu kontra produktif terhadap upaya-upaya gerakan Islam yang ramah serta toleran, namun sekadar mencari bukti kebenaran tesis Gramsci pada atas bahwa kepercayaan bisa, bahkan sebagai faktor penting dalam menumbuhkan kekuatan oposisi serta revolusi. Mungkin ini yang ingin dieksplorasi secara akademis oleh Ali Syari’ati. Ia berupaya buat merumuskan tradisi keberagamaan Islam yang tidak melulu mengurus akherat, seperti yg ditunjukkan sang perilaku secara umum dikuasai Muslim. Akan namun yang lebih berarti dari itu seluruh merupakan bagaimana membuahkan kepercayaan sebagai kekuatan revolusi yang membebaskan umat menurut penindasan, kesewenang-wenangan dan ketidakadilan.

Sebagaimana telah dikemukakan pada muka, bahwa Ali Syari’ati adalah sosok intelektual Muslim yang revolusioner. Pandangan dunia Syari’ati yg paling menonjol merupakan menyangkut interaksi antara agama dan politik, yang bisa dikatakan menjadi dasar dari ideologi pergerakannya. Salah satu tema sentral dalam ideologi politik keagamaan Ali Syari’ati adalah pada hal ini, Islam dapat dan harus pada fungsionalisasikan menjadi kekuatan revolusioner buat membebaskan rakyat yg tertindas, baik secara kultural juga politik. Lebih tegas lagi, Islam pada bentuk murninya yg belum dikuasai kekuatan ortodok – merupakan ideologi revolusioner ke arah pembebasan Dunia Ketiga menurut penjajahan politik, ekonomi dan kultural Barat. Ia mencicipi dilema akut yang dimunculkan kolonialisme serta neo-kolonialisme yg mengalienasikan masyarakat berdasarkan akar-akar tradisi mereka.

Hassan Hanafi senafas menggunakan Ali Syari’ati pada memberdayakan Islam sebagai kekuatan revolusi. Untuk mewujudkan idealisme Islam pembebasan itulah, Hassan Hanafi meluncurkan jurnal berkalanya Al-Yasâr al-Islâmi : Kitâbât fi al-Nahdla Al-Islâmiyah (Kiri Islam : Beberapa Esai tentang Kebangkitan Islam) dalam tahun 1981. Jurnal ini merupakan kelanjutan menurut Al-Urwa al-Wutsqa dan Al-Manâr, yang sebagai rencana Al-Afghani dalam melawan kolonialisme serta keterbelakangan, menyerukan kebebasan serta keadilan sosial serta mempersatukan kaum muslimin ke pada blok Islam atau blok Timur. Jurnal ini jua terbit setelah kemenangan Revolusi Islam di Iran, tahun 1979. Sehingga, peristiwa besar itu memang sudah membangkitkan Hassan Hanafi pada meluncurkan “Proyek Kiri Islam”-nya. Tetapi, menganggap insiden itu menjadi satu-satunya penyebab, merupakan nir benar karena kita jua wajib memperhitungkan faktor konvoi Islam modern serta lingkungan Arab-Islam. Demikian pula, istilah Hassan Hanafi, Kiri Islam bukanlah Islam berbaju Marxisme karenanya berarti menafikan makna revolusioner dalam Islam sendiri. Kiri Islam lahir berdasarkan kesadaran penuh atas posisi tertindas umat Islam, buat lalu melakukan rekonstruksi terhadap semua bangunan pemikiran Islam tradisional agar dapat berfungsi sebagai kekuatan pembebasan. Upaya rekonstruksi ini merupakan suatu keniscayaan karena bangunan pemikiran Islam tradisional yg sesungguhnya satu bentuk tafsir justru menjadi pembenaran atas kekuasaan yg menindas.

Tokoh Islam lain yg senafas dengan Ali Syari’ati serta Hassan Hanafi merupakan misalnya Ashar Ali Engineer. Asghar menyatakan bahwa kedatangan Islam merupakan sebuah revolusi yang selama berabad-abad sudah berperan secara signifikan dalam sejarah umat insan. Akan namun, begitu warta selanjutnya dari Asghar, selesainya meninggalnya Nabi Muhammad, terjadi perebutan kekuasaan yg berorientasi kepada kepentingan pribadi. Saat kekuasaan itu menjadi instrumen kepentingan langsung, muncullah pada wilayah kekuasaan Islam, penguasa-penguasa despotik seperti yg dipertontonkan secara nyata oleh Reza Syeh Pahlevi yg menjadi obyek kritik serta oposisi Ali Syari’ati atau para penguasa Mesir yg jua menjadi ladang kritisisme seseorang anak bangsa misalnya Hassan Hanafi yg dikenal sebagai pengusung al-yasar al-islami (kiri Islam). Watak perlawanan Islam terhadap kesewenang-wenangan sekaligus keberpihakan Islam terhadap grup tertindas (mustad’afîn) sudah menjadi tabiat dasar Islam menjadi kepercayaan rahmatan li al-’âlamîn. Maka akan poly dijumpai dalam al-Qur’an, kitab pedoman umat Islam, pelbagai anjuran bahkan perintah tegas buat melakukan pembelaan terhadap mustad’afîn Pembelaan terhadap mustad’afîn ini dilakukan secara simultan dengan larangan secara tegas pula atas segala bentuk ketidakadilan, baik kultural maupun struktural.

Sebagaimana yg sebagai penekanan kajian para pemikir Islam revolusioner, bahwa Islam nir hanya sebatas kepercayaan yang melangit, hanya sekadar deretan doktrin, tetapi lebih menurut itu, Islam merupakan agama yg sarat menggunakan dimensi praksis. Istilah yang tak jarang dipakai buat ini merupakan faith in actions, keyakinan yang diwujudkan dalam aksi-aksi nyata. Berangkat berdasarkan kerangka berfikir ini, para pemikir Islam revolusioner, termasuk pada dalamnya Ali Syari’ati berupaya supaya butir pikirannya bisa diserap sebesar mungkin lapisan warga buat mensugesti pola pikir mereka. Setelah masyarakat mengalami revolusi pemikiran, maka harapan selanjutnya adalah mewujudkan sebuah gerakan sosial-politik yg radikal untuk merevolusi struktur sosial politik yang dominan.