POTRET PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dunia Pendidikan Indonesia sampai ketika ini ditinjau belum mampu membentuk output yang berkualitas serta sanggup bersaing dengan output pendidikan di negara-negara maju. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Organisasi kerjasama serta pembangunan Eropa OECD yang diambil dari hasil tes pada 76 negara yang menempatkan Indonesia terdapat pada peringkat 69 . Sementara itu peringkat 1-10 diduduki sang 1) Singapura, dua) Hongkong, tiga) Korea Selatan, 4) Jepang, lima) Taiwan, 6)Finlandia, 7) Estonia, 8) Swiss, 9) Belanda , 100 Kanada.

Banyak faktor yg menyebabkan kualitas dunia pendidikan Indonesia yang rendah. Salah satunya adalah struktur kurikulum pada Indonesia yg terlalu berat dengan begitu banyak mata pelajaran sebagai akibatnya beban anak didik buat menyelidiki semua pelajaran sangat tinggi. Belum lagi faktor guru pula wahana serta prasarana yg belum memadai. Lihatlah di pelosok pedesaan masih ada poly sekolah yg buruk dan hanya terdapat 2 atau tiga pengajar saja yg mengajar.

Tulisan saudari Nazwa Safira pada Facebook tentang pendidikan pada Indonesia barangkali mampu membuka mata kita mengapa dunia pendidikan kita begitu ketinggalan. Sebagai seorang pendidik, aku merasa apa yang dipaparkan saudara Nazwa Zafira ada benarnya. Kita tentu tidak sanggup membarui syarat tersebut lantaran urusan mata pelajaran merupakan kebijakan nasional, tapi setidaknya tulisan tersebut bisa sebagai bahan renungan kita seluruh.

Inilah goresan pena Nazwa Zafira selengkapnya:

Belajar pada Sekolah Menengah Atas di Indonesia, setahun libur cuma 7 minggu gak lebih.. Masuk jam 06.30 keluar jam 15.00. Mata pelajaran kurang lebih 16 buat generik, 27 untuk pesantren. Ujian mulu sampe ujian final aja 4 kali. Apalagi ditambah pr-pr serta tugas yang seringkali bikin kita cita rasanya mau mati.
Nah, pas lulus, sujud syukur bgt deh mampu masuk ptn (just ptn, bukan UI ITB aja udh seneng bgt) gak kebayang masuk univ fovorit dunia kyk Harvard, Cambridge, MIT, London, Free Berlin, atau University of Tokyo.. Jangankan itu, masuk NUS Singapore atau Nanyang atau Universiti Malaysia aja pasti putus asa duluan deh. Itupun dapetin ptn susahnya minta ampun, mesti les sana sini dgn biaya jutaan, belajar tewas-matian pergi pagi pergi malem udah kayak Bang Toyib (mending Bang Toyib pergi-pergi bawa duit). Sabtu pun belajar, minggu ngerjain PR. Sampe-sampe gak sadar mereka itu insan atau robot.
Pas kerja, interview sana-sini gak dapet-dapet bahkan untuk beberapa lulusan UI, ITB, UGM, dan ptn-ptn lainnya. Sedangkan jika orang bule yg ngelamar pribadi cus deh. Mereka menggunakan mudahnya nempatin posisi2 teratas spt CEO, Kadiv, dll. Sementara kita, jadi manager atau supervisor aja udah syukur-syukur deh.. Walau ada beberapa yang bakal jadi petinggi pula.
Pas baca koran dan browsing pada internet, ternyata kita sadar yg punya perusahaan-perusahaan multinasional itu bukan orang Indonesia. Orang Indonesia paling-paling cuma jadi Direktur Regional Indonesia atau mujur-mujur bagian ASEAN. Gak sporadis jua yg menduduki jabatan itu malah orang asing. Atau lebih mujur lagi yang diriin sendiri perusahaannya, akan tetapi yang seperti ini paling jua sukses pada Indonesia doang..
Pasti iri dong sama orang-orang asing dari Amrik, Jerman, Inggris, Jepang, Korea, dll..
Kok mereka bisa sukses sih? Kok bisa jadi adidaya? Padahal anak-anak Indonesia sering bulak-pulang bawa medali olimpiade sains internasional. Padahal... (baca paragraf pertama menjadi perbandingan) saya punya temen menurut Amerika, kini telah jadi direktur perusahaan multinasional populer. Katanya..
Di Sekolah Menengah Atas beliau serta SMA-SMA lainnya pada Amrik, banyak liburnya.. Setahun lebih kurang 5bulan.
Di SMA beliau serta SMA-SMA lainnya di Amrik, masuk jam 08.30 keluar jam 15.50.
Di SMA dia serta Sekolah Menengah Atas-Sekolah Menengah Atas lainnya pada Amrik, mapel hanya ada 7
Di SMA beliau dan Sekolah Menengah Atas-Sekolah Menengah Atas lainnya di Amrik, ujian final setahun cuma sekali. Gak pernah beliau dapet ulangan tengah semester atau ulangan semester.
Kok mampu sih mereka semua jadi pemimpin-pemimpin dunia? Padahal pada Indonesia, belajar sudah paling lama , mata pelajaran telah paling lengkap, PR dan tugasnya telah paling meribetkan, serta ujian telah paling tak jarang, Les pun sudah paling rajin.
Jawabannya terdapat pada sistem pendidikan serta diri kita sendiri.
Dulu waktu TK serta Sekolah Dasar kita seluruh lancar menjawab ketika ditanya apa asa kita. Tapi sekarang? Pasti kita jumpai banyak sekali remaja-remaja yg justru resah akan asa mereka bahkan nir jarang bagi mereka yg pintar pula bingun atau ragu menggunakan keinginan mereka. Apa sebabnya? Bisa jadi lantaran sistem pendidikan kita yg galat. Sistem kita menuntut kita buat menilik semuanya namun nir mendalami satu pun. Inilah yang menciptakan mereka yg mengejar nilai resah akan cita-citanya karena telah dibentuk semenjak awal tidak memiliki tujuan, sudah dibentuk tidak mendalami apa yg mereka cita-citakan.
Apa yang mereka dapatkan menurut sekolah yaitu sukses hanya dengan sebuah kertas ujian and just reading your book to be success. Padahal bila telah kerja, izin sukses wajib melakukan hal-hal kompleks spt kemampua berkomunikasi, kemampuan membentuk wangsit, dll.
Apa yang mereka dapatkan menurut sekolah adalah materi yg akan mereka lupakan karena nir terpakai saat mereka bekerja. Apakah seseorang atlet sepakbola yang sukses perlu menyelidiki strukur sel bakteri utk menjadi sukses? Apakah seseorang dokter ahli bedah yang sukses perlu belajar menghitung percepatan setripetal agar menjadi sukses? Justru kebalikannya, mereka yg ingin sukses menjadi arsitek seharusnya lebih mendalami ilmu ekamatra dan bangunan, bukannya malah mendalami sebab revolusi Prancis, dll. Lah ini kok kita ingin bangun rumah kok dikasihnya malah pensil, penghapus, rautan atau istilahnya kita mau ngapain kok gadapet apa yang kita butuhkan malah dapetnya hal yang gadibutuhi. Ya niscaya dubuang.
Back to the topic, teman aku bilang yg membedakan Sekolah Menengah Atas di Amrik serta di Indonesia yaitu sejak SMP, murid/i di Amerika disuruh menentukan keputusannya sendiri. Dengan sistem moving class, istilahnya kita boleh memilih ingin masuk ke kelas Fisika atau Biologi dalam jam ini. Atau ingin masuk ke kelas Sejarah atau Matematika pada jam selanjutnya. Jadi diadaptasi dengan minat bakat kita mau itu kita hanya masuker ke kelas Sejarah 1x rendezvous seminggu atau 3x atau lebih itu tergantung keputusan kita. Jadi jika ingin jadi dokter yg sukses ya kita mampu ambil kelas biologi lebih tak jarang berdasarkan kelas mata pelajaran lainnya. Sehingga, semenjak SMP orang Amrik sudah terfokus dalam bidang yang mereka inginkan buat kerja di dalamnya. Dan saat kerja mereka telah punya persiapan sejak mini .
Maka berdasarkan itu mari benahi sistem pendidikan kita serta mulailah penekanan terhadap apa yang dicita-citakan mulai dari kini jikalau kita seluruh mau Indonesia merdeka secara ekonomi!

APA ITU SEKOLAH MODEL SPMI

Pada tahun 2016 ini Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di  seluruh Indonesia menggulirkan satu acara bagi peningkatan mutu pendidikan pada Indonesia. Program ini dilaksanakan dengan memilih beberapa sekolah taraf Sekolah Dasar, SLTP serta SLTA di semua Indonesia buat sebagai sekolah model bagi pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Internal (SPMI)

MenurutKamus Besar Bahasa Indonesia, model adalah pola (contoh, acuan, ragam dan sebagainya) berdasarkan sesuatu yg akan dibentuk atau dihasilkan. Jadi secara sederhana, model bisa dimaknai sebagi contoh atau acuan. Sedangkan SPMI merupakan kepanjangan berdasarkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Internal . Sistem penjaminan mutu internal adalah system penjaminan mutu yg dilaksanakan secara mandiri oleh pihak sekolah. Berdasarkan hal tadi pada atas, sekolah model SPMI bisa diartikan menjadi sekolah yg menjadi contoh atau acuan dalam sistem penjaminan mutu internal.

Definisi sekolah model menurut Buku Juknis Dikdasmen, adalah sekolah yang ditetapkan dan dibina oleh LPMP untuk sebagai sekolah acuan bagi sekolah lain pada sekitarnya pada penerapan penjaminan mutu pendidikan secara berdikari; menerapkan semua siklus penjaminan mutu pendidikan secara sistemik, keseluruhan, serta berkelanjutan, sebagai akibatnya budaya mutu tumbuh dan berkembang secara mandiri  dan memiliki tanggungjawab buat mengimbaskan praktik baik penerapan penjaminan mutu pendidikan pada lima sekolah pada sekitarnya.

Sekolah model dipilih dari sekolah yg belum memenuhi SNP buat dibina oleh LPMP agar bisa menerapkan penjaminan mutu pendidikan di sekolah mereka menjadi upaya untuk memenuhi SNP. Pembinaan sang LPMP dilakukan hingga sekolah sudah mampu melaksanakan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah contoh dijadikan sebagai sekolah percontoan bagi sekolah lain yg akan menerapkan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah contoh memiliki tanggungjawab buat mengimbaskan praktik baik penerapan penjaminan mutu pendidikan kepada 5 sekolah pada sekitarnya, sekolah yg diimbaskan ini selanjutnya diklaim menggunakan sekolah efek.

Kriteria Sekolah Model
  1. Sekolah belum memenuhi SNP
  2. Seluruh komponen sekolah bersedia dan berkomitmen buat mengikuti seluruh rangkaian pelaksanaan pengembangan sekolah contoh.
  3. Adanya dukungan dari pemerintah wilayah.
     Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di sekolah wajib dilakukan oleh semua anggota sekolah yaitu ketua sekolah, guru, siswa dan staf sekolah sesuai tugasnya masing-masing. Ada 5 tahapan daur  yang harus dilaksanakan yaitu:
  1. Tahap pertama merupakan memetakan mutu sekolah dengan berpedoman dalam EDS
  2. Tahap ke 2 merupakan membuat perencanaan peningkatan mutu sekolah
  3. Tahap ketiga adalah aplikasi acara penjaminan mutu sekolah
  4. Tahap Ke empat adalalah  monitoring dan evaluasi
  5. Tahap kelimastrategi peningkatan mutu sekolah
     Dalam pelaksanaannya, LPMP akan memberikan pendampingan kepada calon sekolah contoh yang telah dipilih sampai sekolah tersebut bisa melaksanakan daur pemenuhan mutu pendidikan internal secara berdikari. Adapaun program pendampingan yang dilaksanakan LPMP dalam tahun 2016 terbagi kepada beberapa tahap diantaranya:
  1. Bimtek  Sekolah Model, di tiap kabupaten/kota yg terpilih sebagai pilot projek SPMI
  2. Pendampingan Tahap 1, di sekolah model
  3. Pendampingan Tahap dua, pada sekolah model
  4. Workshop Penyusunan Potret Sekolah, di LPMP Propinsi
  5. Ekspose Sekolah Model, di kabupaten dilanjutkan pada taraf pusat.
     Puncak dari pendampingan program sekolah ini adalah ekspose/pameran yang dilaksanakan di tingkat kabupaten dan dilanjutkan pada taraf pusat. Materi yang ditampilkan pada ekspose sekolah model adalah; 1) Potret / Profil Sekolah Model, 2) Odner (map) yang berisikan dokumentasi aktivitas sekolah pada pelaksanaan lima siklus SPMI mencakup dokumen tertulis serta foto-foto kegiatan, tiga) Foto-foto kegiatan pelaksanaan SPMI pada sekolah, 4) Slide show kegiatan SPMI, 5) Baner, Pamplet, Newsletter, dll.
     Program sekolah contoh ini tidak hanya dilaksanakan pada tahun 2016.Pada tahun 2017 LPMP akan melaksanakan acara ini dengan lebih poly lagi sekolah baik taraf SD, SLTP maupun SLTA.

TIGA PERSOALAN PENDIDIKAN SEPANJANG 2018 KURIKULUM GURU DAN SARPRAS

Dunia pendidikan Indonesia sepanjang tahun 2017 tidak tanggal berdasarkan persoalan. Persoalan itu menurut Sugeng masih didominasi problem klasik seputar kurikulum, kompetensi guru serta sarana prasarana.

“Potret pendidikan tahun 2017 masih terus berbenah. Meskipun berdasarkan tahun ketahun bisa dibilang stagnan dengan pertarungan klasik seputar kurikulum, kompetensi guru dan sarpras. Ketiga hal ini masih menjadi perbincangan hangat dan cita rasanya sangat lezat sebagai kudapat buat menilai kinerja pemerintah pada membangun global pendidikan,”
Tak hanya itu, carut marut Kurikulum 2013 pula masih wajib menjadi perhatian beserta. Di lapangan, penerapan kurikulum ini masih belum diterapkan secara menyeluruh. Akibatnya, berlaku 2 kurikulum berbeda di dumia pendidikan Indonesia. Sebagian sekolah sudah menerapkan kurikulum 2013, sedangkan sebagian lainnya masih setia menggunakan kurikulum 2006.
“Tidak bisa dipungiri carut-marut kurikulum 2013 yg perlu dibenahi, baik berdasarkan sisi kebijakan maupun berdasarkan pelaksana lapangan seperti sekolah ataupun pendidik.
Pemetaan guru usahakan segera dilakukan guna mencari sisi lemah kualitas pendidikan. Prestasi hasil belajar selama ini hanya bersifat monoton serta belum ada perubahan yg berarti.
Tiga Persoalan Pendidikan Sepanjang 2017 : Kurikulum, Pengajar serta Sarpras
“Ini mampu dipandang dari peringkat hasil penilaian, peringkat atas masih diduduki sekolah kota yg notabene fasilitas lengkap. Sementara daerah pinggiran masih pada peringkat bawah,” pungkasnya. Selengkapnya Baca Disini