KISAH PERTARUNGAN DEWA SIWA VS DEWA WISNU PERTEMPURAN PARA DEWA

Dikatakan bahwa terdapat perselisihan antara dua yang kuasa tertinggi, yaitu Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Cerita ini berkaitan menggunakan beberapa kesempatan yg unik, salah satunya adalah waktu Dewa Wisnu hanya memberikan minuman keabadian kepada Dewa sesudah peristiwa mengaduk samudera saat pemindahan Gunung Meru ke lautan mencari air suci Amerta (Kisah Samuderaamantana ).
Asura (rakshasha) merasa ilahi Wisnu nir adil, karena mereka pula sudah membantu dalam proses mengaduk samudera . Asura marah, dan bertempur dengan para dewa. Dewa Wisnu berpihak pada Dewa melawan Asura.
Sampai suatu saat waktu di tengah-tengah pertempuran, Dewa Wisnu jatuh cinta pada Apsara (para malaikat yang timbul berdasarkan dampak insiden Samuderamantana), dan menghasilkan poly anak.
Anak-anak Dewa Wisnu serta Bidadari sebagai pejuang yg tidak tertandingi, sampai-sampai mereka kehilangan diri mereka, serta menciptakan kenakalan tidak hanya pada bumi namun pula pada tanah para Dewa.
Melihat syarat kacau ini, Dewa Brahma memberi memahami Dewa Siwa, karena apabila terus dibiarkan maka rusaknya tatanan kehidupan langit dan bumi. Dewa Siwa akhirnya tahu syarat ini, serta tahu bagaimana menangani anak-anak Wisnu serta Apsara.
Dewa Siwa terwujud pada tubuh banteng akbar, Wrishabha. Kemudian, Wrishabha tiba ke Asura, dan bertempur melawan keturunan Dewa Wisnu-Apsara hingga seluruh tewas.
Dewa Wisnu tidak mendapat, dan menantang pertarungan banteng Wrishabha. Segala macam senjata Dewa Wisnu sudah hilang, bahkan termasuk kekuatan Chakra Sudarsana, senjata melingkar Dewa Wisnu yg berputar dengan gigi tajam di tepi.
Namun, Chakra Sudarsana nir juga bisa mengalahkan Bantha Wrishabha. Dewa Wisnu galau. Di tengah kebingungan atas banteng itu, banteng itu segera berubah sebagai Dewa Siwa. Dewa Wisnu jua memperlihatkan doa dan permintaan maaf kepada Dewa Siwa.
Dewa Siwa memberinya pengampunan dan memintanya buat merenungkan kebijaksanaan dari seluruh peristiwa ini, bahwa evaluasi terburuk yang kuasa Wisnu atas konduite Asura permanen wajib ditegakkan.
Bukankah berkat bantuan para Asura jua, air kudus amerta bisa diperoleh? Bahkan Asura sudah mengorbankan diri mereka dengan terkena Vasuki Naga sambil memegang ketua naga.
Cerita itu merupakan cerita konflik pertama antara Dewa Wisnu serta Dewa Siwa yg sebenarnya bukan perseteruan atas dasar kebencian satu sama lain, namun hanya kesalahpahaman dan proses belajar yg harus diterima.
Lain cerita perselisihan, pula, merupakan Dewa Siwa selalu mengajarkan kebijaksanaan pada Dewa Wisnu. Ini bisa dimengerti, karena Dewa Siwa adalah Mahadewa, Dewa Tertinggi berdasarkan seluruh yang kuasa, bahkan Dewa Wisnu serta Dewa Brahma juga menghormati beliau.

Dewa Krishna vs Dewa Siwa

Kisah selanjutnya tentang konflik ini terkait menggunakan kisah Krisna Basudewa yang merupakan perwujudan (inkarnasi) Dewa Wisnu.
Sekali ketika, keliru satu cucu Krishna bernama Aniruddha jatuh cinta menggunakan seseorang putri raja Asura / Rakshasha. Usha, nama puteri raja Asura.
Usha serta Aniruddha ingin menikah, namun karena mereka milik orang yang tidak sama, satu keturunan Dewa, Rakshasha lain, ayah dari Usha bernama Bena / Bana, menyarankan agar Aniruddha tinggal serta menikah di tanah super besar. Jadi Aniruddha pindah ke negeri super besar buat bersama kekasihnya.
Berita ini terdengar tidak sama di telinga Krishna. Berita yang sampai ke telinganya adalah bahwa cucunya telah diculik / ditawan sang pasukan Raja Bana.
Krishna murka mendengarnya, serta tanpa berpikir atau menyelidiki lebih detail, Krishna segera menyiapkan pasukan perang buat menyerang Bana buat menyelamatkan cucunya.
Raja Bana merasa bahwa Krisna keliru paham, namun mau tidak mau dia jua wajib siap bertarung, karena pasukan Krishna telah menyerang menggunakan segera.
Raja Bana yg sebenarnya nir ingin memulai perselisihan, memohon kepada Dewa Siwa. Raja Bana ternyata adalah salah satu pengikut setia Dewa Siwa.
Dewa Siwa mendengar permohonan Bana, serta turun ke bumi buat membantu Bana memukul pasukan Krishna.
Dewa Brahma, yang tahu pertempuran ini, merasa bahwa bila konflik ini berlanjut, maka bumi dan langit akan dihancurkan, sebagai akibatnya Dewa Brahma memohon yang kuasa Siwa buat tidak memukul kekuatan Krishna, bahkan nir menyerang Krishna sendiri, karena Krishna hanya keliru mengerti situasi.
Jadi hal konkret yg dipecahkan adalah penyelarasan berita di ke 2 sisi. Dewa Siwa mengerti, bahkan ternyata bahwa Krishna sendiri ketika hendak membunuh Bana, niatnya dilepas, lantaran dia tahu bahwa Bana adalah keturunan dari para pengikut Vishnu yang setia.
Setelah seluruh hal dibicarakan, serta jelas duduk perkara, menyadari bahwa kemarahan Krisna muncul hanya karena kurangnya fakta dan terlalu terburu-buru secara emosional.
Akhirnya, Krisna dan Bana sebagai teman dan pernikahan kedua anak mereka dilakukan menggunakan baik. Semua balik damai.

GANESHA ANAK DEWA SIWA

Dewa Ganesha
Ganesha  (Sanskerta गणेश) merupakan ilahi yg menyingkirkan semua kesedihan. Ganesha adalah putra Siwa dan Parvati serta jua dikenal menjadi Ganapati (Pemimpin Shiva Ganas).
Ganesha digambarkan sebagai manusia gemuk dengan ketua gajah. Dia memiliki empat tangan yg memegang kapak buat menghancurkan kebodohan, buku, serta butir pengetahuan.
Anak kedua Dewa Siwa merupakan Shree Ganesha, yg lahir saat Dewa Siwa nir terdapat pada sana. Dewa Ganesh secara luas dipuja di India serta orang-orang masih hari ini berdoa kepadanya sebelum melakukan upacara keberuntungan.
Dewa berkepala gajah, Ganesha, juga dikenal sebagai Ganpati, Vighneshwara, Vinayaka serta Pillaiyar, adalah galat satu dewa paling terkenal pada jajaran Hindu.
Citra-Nya ditemukan di seluruh India serta Nepal dan meluas ke Jain serta Buddha, bahkan ke daerah lain pada luar India.
Ganesha secara umum dianggap sebagai Penghilang Rintangan serta tuhan Awal dan tuhan Hambatan, jua Pelindung seni dan ilmu pengetahuan dan Tuhan Buddhi dan Siddhi (kecerdasan serta kebijaksanaan).
Nama, Ganesha atau Ganapati, merupakan kombinasi berdasarkan kata-istilah Sansekerta, Gana (kelompok pengikut Ganas atau Siwa) dan Isha atau Pati (Tuan / Tuan).
Amarakosha, sebuah daftar bahasa Sansekerta awal, mendaftar delapan sinonim dari Ganesha: Vinayaka, Vighnarāja, Dvaimātura (seseorang yang mempunyai 2 mak ), Gaṇādhipa (sama menggunakan Ganapati), Ekadanta (orang yg mempunyai satu taring), Heramba, Lambodara (orang yg memiliki pot perut), serta Gajanana (memiliki wajah gajah).
Ganesha mempunyai kepala gajah serta perut akbar. Dia memiliki empat tangan dan taring yg patah. Belalainya menunjuk ke kiri atau kanannya, tergantung pada wilayah pada mana patung itu dibentuk.
Umumnya, Ganesha biasanya memegang kapak atau tongkat pada keliru satu lengan atas dan tali pada lengan atas lainnya.
Tangan kanan bawah memperlihatkan pada pemirsa suatu gerakan perlindungan atau keberanian (abhaya mudra), sementara tangan kiri bawah memegang modak manis.
Ganesha's vahana (kendaraan) merupakan Mushika (tikus) serta seringkali ditampilkan sebagai sedang duduk di kaki-Nya.
Umat Hindu yang memuja Dewa Ganesha adalah untuk memohon berkah Tuhan agar dapat mencapai keberhasilan dalam dunia fisik untuk selanjutnya mencapai kesempurnaan.
Dewa Ganesha adalah ilahi yg harus terlebih dahulu dipuja sebelum melakukan pemujaan kepada dewa atau dewi lain atau seremoni lainnya.
Dalam mitologi Hindu, Dewa Ganesha adalah putra Dewa Siwa dan Dewi Parwati (bentuk lain dari Dewi Durga).
Adalah Dewa Siwa juga memerintahkan agar Ganesha dipuja pertama kali dalam seluruh upacara keagamaan sebelum memuja tuhan lainnya.

Siwa, Parwati & Ganesha

Istri Siwa adalah Parvati, sering berinkarnasi sebagai Kali serta Durga. Parwati sebenarnya merupakan reinkarnasi berdasarkan Sati (atau Dakshayani), putri menurut tuhan Daksha.

Daksha tidak menyetujui pernikahan Sati menggunakan Siwa dan bahkan melangkah lebih jauh serta mengadakan upacara pengorbanan spesifik buat seluruh ilahi kecuali Shiwa.

Marah sekecil ini, Sati melemparkan dirinya ke atas barah korban. Siwa bereaksi terhadap bencana ini menggunakan menciptakan 2 setan (Virabhadra dan Rudrakali) menurut rambutnya yang menciptakan kekacauan dalam upacara dan memenggal ketua Daksha.

Para tuhan lain menghimbau Siwa buat mengakhiri kekerasan dan, menurut, Shiva membawa Daksha kembali ke kehidupan namun menggunakan ketua seekor domba jantan (atau kambing). Sati akhirnya bereinkarnasi menjadi Parwati di kehidupan berikutnya dan beliau menikahi Siwa.

Dengan Parwati, Siwa mempunyai seseorang anak, tuhan Ganesha. Bocah itu sebenarnya diciptakan berdasarkan tanah liat buat menemaninya dan melindunginya ketika Siwa melanjutkan pengembaraan meditatifnya.

Namun, saat Siwa balik suatu hari, serta menemukan anak lelaki yang menjaga ruangan loka Parvati sedang mandi, beliau bertanya siapa beliau.
Tidak percaya bahwa anak laki-laki itu merupakan anaknya, dan menganggapnya sebagai pengemis yang kurang ajar, Siwa memanggil iblis bhutagana buat memerangi bocah itu.

Dan akhirnya berhasil mengalihkan perhatiannya dengan penampilan Maya yang latif, serta saat dewa Ganesha mengagumi estetika itu, mereka memangkas habis ketua.

Pada keributan itu, dewi Parwati bergegas keluar berdasarkan kamar mandi serta berteriak bahwa putranya telah terbunuh.
Mengetahui hal tadi Dewi Parwati sangat marah serta menuntut supaya Ganesha dihidupkan kembali pada Dewa Siwa. 

Dewa Siwa termenung serta menyanggupi permintaan istrinya. Dewa Siwa kemudian menemui Dewa Brahma sang pencipta, beliau bercerita mengenai peristiwa yg telah dialaminya dan meminta pada Dewa Brahma untuk menghidupkan pulang Ganesha.
Atas saran Dewa Brahma, Dewa Siwa diutus untuk memerintah abdinya yaitu Gana buat memenggal fauna apapaun yang ia temui pertamakali serta menghadap ke utara.
Ketika sampai di dunia, fauna yang menghadap ke utara serta hewan pertama yang ditemui Gana adalah seekor gajah.
Ketika akan dipenggal kepalanya, gajah tadi memberontak sampai mengakibatkan salah satu gadinganya patah.
Pada akhirnya gajah tadi bisa dikalahkan serta dipenggal oleh Gana buat selanjutnya diserahkan kepada Dewa Siwa.
Ganesha pun dihidupkan dengan wujud yg tidak sinkron yaitu manusia berkepala gajah. Maka Ganesha, tuhan berkepala gajah,Sekarang, beliau hayati lagi.

Anak-anak Siwa lainnya merupakan Skanda atau Karttikeya, ilahi perang dan Kuvera, tuhan harta.

Mantra Memuja Dewa Ganesha

Berikut ada beberapa mantra buat memuja Ganesha :
1. Om Gam Ganapatayae Namaha
Mantra ini digunakan buat memulai sesuatu yg baru, seperti memulai bepergian, mengadakan usaha baru, buka tempat kerja baru, penandatanganan kontrak-dagang baru, sebagai akibatnya pelaksanaan usaha tidak menemui kendala-hambatan.

2. Om Namo Bhagabatae Gajaanaaya Namaha
Mantra ini untuk meminta kehadiran Ganesha, serta akan bisa dirasakan kehadirannya.

3. Om Shri Ganeshaaya Namaha
Mantra ini buat menaikkan daya-ingat (terutama pelajar dan mahasiswa) buat mencapai tingkat lebih tinggi pada belajar.

4. Om Vakratundaaya Hum
Mantra ini sangat bertenaga buat merusak serta menghilangkan pikiran-pikiran buruk, baik untuk eksklusif maupun buat insan di tingkat nasional juga internasional bahkan taraf universal. Sering digunakan buat mengusir setan. Dapat pula buat penyembuhan penyakit yg berkaitan tulang belakang (berdasarkan bawah ke atas) dan penyakit dipaha. Untuk itu harus diucapkan 1008 kali (bukan 108 kali !).

5. Om Kshipra Prasadaya Namaha
Mantra ini bersifat “instant” (cepat sekali). Mantra ini diucapkan, ketika ada bahaya atau kesulitan yg telah nir mampu diatasi sendiri.

6. Om Vinayakaaya Namaha
Mantra ini digunakan buat melancarkan segala macam pekerjaan/usaha. Anda akan bisa menguasai serta memecahkan masalah dengan baik serta menciptakan “masa keemasan”.

HINDUISM DEWA SIWA DEWA PERANG DAN KEHANCURAN

Siwa secara harfiah berarti "keberuntungan, kesejahteraan". Dia adalah ilahi ketiga berdasarkan Triad Hindu serta dia adalah tuhan kehancuran. Dia mewakili kegelapan, dan dikatakan sebagai "tuhan yang marah". Seringkali Dewa Siwa menghancurkan kehadiran negatif seperti kejahatan, ketidaktahuan, serta kematian.
Dalam agama Hindu yg terkenal, Dewa Siwa dipercaya satu dari 3 aspek tertinggi Brahman, atau galat satu Trimurthis, serta diidentifikasi menggunakan fungsi penghancuran universal. Tempat tinggalnya merupakan Kailas serta permaisuri Parvathi. Ganesha dan Kartikeya adalah anak-anaknya yg yang kuasa, yg pula menempati tempat krusial pada panteon Hindu. Kendaraan Siwa merupakan Nandi, banteng tuhan. Saivism adalah sekte Hinduisme yang paling populer, pada samping Vaishnavism. Shaivisme adalah tradisi massa. Ini menolak hak istimewa kasta yg tiba dengan kelahiran serta hak eksklusif Brahmana dalam tradisi ritual Hindu.
Dewa Siwa , Dewa Brahma , Dewa Wisnu adalah Bagian menurut maha pencipta yang mempunyai tugas masing-masing serta berbeda-beda , mereka di sebut tri murti .
Dalam kitab Mahābhārata, Dewa Siwa lebih sering disebut sebagai Mahādewa, yaitu Dewa tertinggi di antara para ilahi. Kitab itu jua menyebutkan berasal mula dewa Siwa sebutannya. Pada suatu saat, para ilahi menyuruh Siwa membinasakan makhluk-makhluk dursila yang tinggal di Tripura. Untuk meramalkan makhluk-makhluk itu, Dewa Siwa diberi kekuatan dari masing-masing yang kuasa, dan selesainya bisa memusnahkan makhluk-makhluk itu, Dewa Siwa dianggap menjadi ilahi tertinggi.
Sementara itu, sebutan Maheswara ada dalam kitab Mahabharata sloka 222a. Sebutan lain untuk Siwa merupakan Trinetra, yang berarti bermata tiga. Sebutan ini didapat Dewa Siwa saat berdasarkan keningnya "ada" mata ketiga buat "balik " keadaan misalnya keadaan semula, yang "terganggu" karena ke 2 disentuh oleh kedua tangan Parwati, yg waktu itu asyik bercengkerama menggunakan Siwa. Untuk mengembalikan keadaan darurat di global, Siwa  menciptakan mata ketiga dalam keningnya.
Cerita mengenai mata ketiga berdasarkan dewa Siwa dapat di temukan dalam berbagai versi. Diceritakanlah Siwa sedang asyik bercengkerama dengan sakti-Nya yaitu Dewi Parwati sedang bermain tutup-tutupan mata, karena mata dia ditutup sang ke 2 telapak tangan dewi Parwati mengakibatkan Siwa sulit melihat, lantaran terhalangnya penglihatan Siwa maka dunia sebagai goncang. Maka, dari  kening beliau ada mata ketiga buat mengembalikan keadaan global seperti keadaan semula, yg terganggu karena ke 2 matanya tertutup oleh kedua tangan Parwati.
Uraian tentang yang kuasa Siwa yang memiliki tiga mata (Trinetra) pula dijumpai pada buku Mahabharata. Kitab Linga Purana memberikan cerita yang tidak selaras tentang timbulnya mata ketiga Siwa. Dikisahkan adalah Sati, anak Daksa istri pertama Siwa yg bunuh diri menggunakan cara terjun ke pada barah lantaran ayahnya (Daksa) nir menghiraukan suaminya (Siwa). Karena insiden itu, Siwa pergi bertapa pada atas Gunung Himalaya. Parvati, anak Himawan yg jatuh cinta kepada Siwa sebenarnya adalah Sati “yang lahir balik ”. Sementara itu, makhluk dursila Asura (raksasa) Tataka mulai mengganggu para yang kuasa. Menurut ramalan, yang dapat membinasakan makhluk dursila itu hanyalah anak Siwa Dalam kebingungan, para yang kuasa tetapkan buat “membangunkan” Siwa Mereka putusan bulat meminta pertolongan Dewa Kama. Dengan upayanya, berangkatlah para tuhan disertai Parwati ke tempat Siwa bertapa. Karena keampuhan panah Dewa Kama, Siwa “terbangun”. Siwa yang sedikit terusik oleh perbuatan Kama membuka mata ketiganya yg menyemburkan api. Api itu membakar Kama sampai menjadi abu. Pada waktu yang bersamaan karena keampuhan panah Kama, Siwa jatuh cinta pada dewi Parwati.

Asal Muasal Atribut Dewa Siwa
Siwa diyakini terdapat pada berbagai bentuk. Penggambarannya yg paling generik adalah menjadi pertapa berkulit gelap menggunakan tenggorokan biru. Biasanya duduk bersila pada kulit harimau, rambut Siwa kusut serta melingkar pada kepalanya, dihiasi dengan ular serta bulan sabit. Gangga selalu digambarkan mengalir keluar berdasarkan jambulnya.
Siwa memiliki empat lengan serta 3 mata. Mata ketiga, di tengah keningnya, selalu tertutup dan hanya terbuka buat memusnahkan pelaku kejahatan. Sebuah karangan bunga tengkorak, manik-manik rudraksha, atau ular menggantung dari lehernya. Siwa jua memakai ular sebagai armlets serta gelang.
Kitab Suprabhedagama menguraikan mengapa Siwa mengenakan pakaian kulit harimau, hiasan berupa ular, kijang, serta parasu, serta memakai hiasan bulan sabit, serta tengkorak dalam mahkotanya. Pada suatu saat, Siwa pulang ke hutan menggunakan menyamar sebagai pengemis. Istri para pendeta yang kebetulan melihatnya jatuh cinta, sehingga para pendeta murka . Dengan kekuatan magisnya mereka membentuk seekor harimau yg diperintahkan buat menyerang Siwa, akan tetapi dapat dibinasakan dan kulitnya digunakan Siwa menjadi pakaiannya. Melihat Siwa mampu mengalahkan harimau ciptaannya, mereka makin murka dan membentuk seekor ular. Ular itu dapat ditangkap Siwa dan dibentuk perhiasan. Setelah kedua bisnis itu gagal, mereka membentuk kijang dan parasu, akan tetapi kali inipun Çiwa bisa melumpuhkan agresi para pendeta itu. Sejak peristiwa itu, kijang dan parasu sebagai 2 di antara laksana (atribut) Siwa.
Dia menggunakan kulit macan atau macan tutul di sekitar pinggangnya, dan bagian atas tubuhnya umumnya telanjang, akan tetapi diolesi abu, seperti layaknya seseorang pertapa. Mata ketiganya diyakini telah ada saat Parvati (Parvati, dewi kekuasaan, adalah pemuja kosmis Shiva), pada suasana hati yg menyenangkan, menutupi matanya menggunakan ke 2 tangannya.
Menurut Shiva Purana, Dewa Siwa dikatakan memiliki lima wajah, sesuai dengan 5 tugasnya, yaitu panchakriya: penciptaan, pendirian, kehancuran, pelupaan, serta hadiah. Kelima wajahnya dikaitkan dengan penciptaan suku kata kudus "Om".
Di pada kitab Purana kita menerima informasi tentang hiasan  yg di pakai sang Deva Siwa.  Istri para rsi terpikat pada Siwa, yg sekali ketika tampil dengan mengenakan pakaian misalnya peminta-minta. Para rsi sangat murka terhadap Siwa atas penampilannya itu dan ingin membunuhnya. Dari lobang yang di gali, timbul seekor harimau. Siwa membunuh harimau itu serta merogoh kulitnya. Seekor menjangan mengikuti harimau dan juga ada berdasarkan lubang yg sama. Siwa memegang hewan itu menggunakan tangan kirinya. Selanjutnya muncul menurut lubang itu tongkat besi panas berwarna merah. Siwa merogoh tongkat itu dan berakibat senjatanya. Terahir berdasarkan lubang timbul beberapa ular kobra dan Siwa mengambil ular dan mengenakan sebagai hiasan. Suatu hari super besar bernama Gaya menyamar pada wujud seekor gajah serta menangkap seseorang pandita yg melarikan diri serta memohon perlindungan di sebuah pura Siwa. Siwa muncul serta membunuh gajah tersebut, lalu mengambil kulitnya dikenakan di badannya. Suatu hari Siwa mengenakan beberapa ekor ular menjadi anting-antingnya, sang karenanya dia pada kenal menggunakan nama Nagakundala. Siwa dilambangkan oleh ular pada lebih kurang lehernya. Ular yg terbelit di lehernya melambangkan kekuatan penghancurnya. Dalam purana yang lain dikatakan juga bahwa ular tadi berfungsi buat mencegah racun yang diminum waktu para yang kuasa dan asura memperebutkan tirtha amertha masuk kedalam tubuh ilahi Siwa. Tasbih melambangkan sifatnya yang anadi ananta yakni nir berawal dan nir berakhir.
Siwa menghancurkan segalanya dengan mebawa Trisula. Trisula senjata yg utama Siwa,  Dalam aneka macam gambar Siwa digambarkan memegang Trisula pada tangan belakang. Siwa Purana IV.20 mengungkapkan,
Dewa yg bersenjatakan Trisula ,
Brahman yg agung, yaitu Siwa merupakan dari mula penciptaan, pemeliharaan, dan penghancuran. Pelenyapan, serta pemberkatan.
Tanpa campur tangan dia maka nir seujung rambut pun benda atau makhluk sanggup dihancurkan.
 Sebuah Trisula memiliki 3 ujung, yang menandakan tiga sifat alam : sattva (keaktifan), rajas (kegiatan), serta tamas (ketidakaktifan). Trisula melambangkan bahwa ilahi jauh menurut jangkauan ketiga sifat alam ini. Trisula juga melambangkan senjata yang dipakai Dewa untuk menghancurkan kejahatan dan ketidakpedulian di global. (Pandit, 2006 : 208). Selain trisula  terdapat jua senjata lain disebutpinaka, oleh karenanya Siwa dianggap dengan nama Pinakapani (Siwa yg memegang pinaka pada tangannya). Siwa digambarkan mempunyai dua,dua,8, dan 10 tangan. Disamping membawa Pinaka, Siwa pula memegang tongkat yg dinamakan khatyanga, busur (Ajagava), seekor menjangan, genitri, tengkorak, damaru (gendang kecil), serta benda-benda kudus lainnya.
Kitab Kamikagama membicarakan mengapa dalam pengarcaannya, Çiwa mengenakan hiasan bulan sabit pada jatāmakutanya (mahkota). Datohan, keliru seseorang putra Brahmā, menikahkan keduapuluh tujuh (=konstelasi bintang) anak perempuannya pada Santiran, Dewa Bulan. Dia minta agar menantunya memperlakukan semua istrinya sama dan mencintainya tanpa membeda-bedakan. Selama beberapa waktu, Santiran hayati bahagia beserta istri-istrinya, tanpa membeda-bedakan mereka. Dua di antara semua istrinya, Kartikai dan Rogini merupakan yg tercantik. Lama-kelamaan, tanpa disadarinya, Santiran lebih memperhatikan keduanya serta mengabaikan istri-istrinya yang lain. Merasa nir diperhatikan, mereka mengadu pada ayah mereka. Datohan mencoba menasihati menantunya agar mengganti perilaku, tapi tidak berhasil. Setelah berunlangkali Santiran diingatkan serta nir mengindahkan, Datohan sebagai murka dan mengutuh menantunya; keenam belas bagian tubuhnya akan hilang satu per satu sampai akhirnya dia akan hilang, meninggal. Ketika bagian tubuhnya tinggal seperenam belas bagian, Santiran menjadi panik dan pulang minta tolong dan perlindungan Intiran. Intiran tidak bisa menolong. Dalam keadaan putus asa, dia menghadap ilahi Brahmā yg menasihatinya supaya pulang menghadap Çiwa. Santiran langsung menuju Gunung Kailasa serta mengadakan pemujaan buat Çiwa. Çiwa yg berbelas kasihan lalu mengambil bagian tubuh Santiran itu serta diletakkan pada pada rambutnya sambil menyampaikan, “Jangan risi, Anda akan mendapatkan balik bagian-bagian tubuh Anda. Namun, itu akan balik hilang satu per satu. Perubahan itu akan berlangsung terus.” Demikianlah dalam pengarcaannya rambut Çiwa dihiasi bagian tubuh Santiran yang berbentuk bulan sabit pada samping tengkorak (ardhacanrakapala). Selain mata ketiga dan hiasan candrakapala, Çiwa jua dikenal mempunyai tunggangan banteng atau sapi jantan.

Dewa Siwa serta Gunung Kailash
Siwa dikatakan tinggal di Gunung Kailash, sebuah gunung di Himalaya. Kendaraannya adalah Nandi si banteng dan senjatanya, trishul. Pemuja Siwa adalah Parvati, yang juga dianggap menjadi bagian dari Siwa. Salah satu bentuk Shiva yg paling populer adalah Ardhanarishvara.
Menurut sebuah cerita pada dalam Purana, Brahma tidak berhasil menciptakannya. Dia mendahului Siwa yg mengambil bentuk ini serta memisahkan Parvati dari tubuhnya. Parvati memiliki poly inkarnasi, misalnya Kali, Durga, dan Uma. Anak-anak mereka adalah Kartikeya dan dewa Ganesha.
Siwa diyakini mempunyai sejumlah besar pembantu, yg diklaim ganas. Makhluk mitologis ini memiliki tubuh insan menggunakan ketua hewan. Anak laki-laki Siwa Ganesha adalah pemimpin para ganas.
Di semua negara Hindu, terdapat ratusan kuil dan kuil yg didedikasikan untuk Siwa. Dia umumnya disembah dalam bentuk shivalinga. Dia disembah dengan menawarkan bunga, susu, serta pasta cendana.

KEKUATAN ILMU MATA KETIGA DEWA SIWA

Dewa Siwa adalah galat satu Dewa Hindu yang paling kuat serta dikenal dengan poly nama lainnya - Mahadeva, Mahayogi, Natraja, dan Bhole Shankar.
Dewa Siwa pula disebut sebagai Tryambaka untuk mata ketiga, ditempatkan di dahinya. Ini merupakan mata kebijaksanaan, bebas berdasarkan "Maya", delusi, dan dualitas kehidupan. Ini terlihat di luar yg jelas menggunakan persepsi yg jelas, serta memperlihatkan satu apa yg benar.
Mata ketiga Siwa selalu menciptakan orang tergoda. Dewa Siwa umumnya dikenal lantaran mata ketiga-Nya. Mata yg memancarkan api serta membakar benda-benda menjadi abu. Dipercaya bahwa saat Siwa sangat marah, Dia membuka mata ketiga serta menghukum pelakunya.
Mata ketiga yang kuasa Siwa pula kadang-kadang dikenal menjadi mata kebijaksanaan. Mata kanan dan kiri mewakili kegiatan-Nya di global fisik sementara mata ketiga melambangkan kebijaksanaan dan kekuatan rohani-Nya.

Diyakini bahwa Dewa Siwa hanya membuka mata ketiga pada kasus-masalah ekstrim ketika tidak terdapat lagi ruang tersisa buat pengampunan dan nir ada keraguan buat memberikan kesempatan lain. 

Itu mata ketiganya yang memberinya nama perusak. Kapanpun Dewa Siwa membuka mata ketiga, itu menghancurkan orang yang kebetulan melihat penglihatan.

Melalui mata ketiga-Nya, Dewa Siwa bisa melihat melampaui yang tampak serta menghancurkan semua kejahatan.

Kisah tentang asal-usul mata ketiga Dewa Siwa

Dipercaya ketika pertama kali Siwa membuka mata ketiga merupakan waktu beliau marah dengan kematian istri pertamanya, Sati. Bahkan saat Sati dilahirkan kembali menjadi Parwati, dia tidak akan keluar menurut meditasi. 

Setelah kematian dewi Sati, Dewa Siwa sangat berduka lantaran kematiannya. Jadi, Dewa Siwa menarik diri pulang ke sebuah gua serta melakukan meditasi yang mendalam.

Ini merupakan ketika waktu Sati dilahirkan kembali menjadi Parwati serta berangkat untuk menikahi Dewa Siwa. Tetapi terlepas berdasarkan seluruh upaya para Dewa, Dewa Siwa nir sanggup keluar menurut meditasi.

Kemudian para Dewa mengirim Kama, Dewa Cinta, buat membawa Dewa Siwa keluar berdasarkan penebusan dosanya. Ketika Kama memukul Dewa Siwa dengan panahnya, mata ketiga Siwa membuka dan membakar Kama sebagai abu.

Mata ketiga Siwa dengan demikian mewakili penolakan cita-cita. Itu membunuh Kama, Dewa cinta dan hasrat.

Karena menggunakan menghancurkan Kama, Siwa tidak hanya menghancurkan cita-cita, namun pula prinsip yg membuat semua dunia permanen hidup.

Tanpa asa, lebah tidak akan pergi ke bunga, banteng tidak akan pergi ke sapi. Tidak akan ada penyerbukan, nir terdapat reproduksi. Apabila hewan tidak kawin, tidak akan ada kehidupan.

Tidak akan terdapat pembaruan, tidak ada kebangkitan, nir terdapat regenerasi. Musim semi tidak akan mengikuti animo dingin. Dunia akan berubah sebagai tanah kosong.

Siwa menolak harapan lantaran beliau memahami bahwa ketika objek keinginan (dewi Sati) hilang, terdapat dukacita dan amarah yang luar biasa yang berkembang pada wujud. Oleh karena itu, menjauhi impian adalah cara terbaik buat mencapai kebahagiaan.
Kisah lain berdasarkan mata ketiga Dewa Siwa merupakan menjadi berikut, Suatu kali, Dewa Siwa duduk sepenuhnya terlibat pada meditasi. Dewi Parvati, permaisurinya tiba ke sana dan dengan main-main menutupi kedua matanya menggunakan kedua tangannya.

Seketika, semua semesta terjerumus ke pada kegelapan. Kekacauan menang pada mana-mana. Bahkan Dewa surga pun takut. Dengan kekuatan ilahinya, Siwa membangun mata ketiga di tengah dahinya.

Api muncul dari mata ketiga serta dia mengembalikan cahaya di alam semesta. Panas yg dipancarkan sang barah mata ketiga mengakibatkan tangan Parwati, yang menutupi mata kiri serta kanan Siwa, berkeringat.

Keringat yang dipenuhi dengan kekuatan Siwa serta Parwati berubah menjadi seorang anak yang dianggap Andhaka.

Anak itu dipanggil Andhaka serta diadopsi sang seorang pemuja Asura yang tak punya anak menurut Dewa Siwa. Andhaka tumbuh tanpa mengetahui berasal-usulnya yang sebenarnya.

Di masa mudanya, Andhaka melakukan penebusan dosa akbar dan memperoleh anugerah bahwa beliau nir akan dibunuh sang siapa pun selain ayahnya. 

Setelah memperoleh anugerah, Andhaka berangkat buat menaklukkan dunia. Selama perjalanannya beliau menemukan Parvati dan terpesona oleh kecantikannya, dia tetapkan untuk menjadikannya istrinya.

Dia mengejarnya serta lalu Parvathi memanggil Parameshwara buat menyelamatkannya. Siwa tiba menyelamatkannya serta menusuk Andhaka pada trisulanya.

Andhaka menyadari kebenaran kelahirannya dan meminta maaf atas harapan jiwanya. Sejak insiden yg disebutkan di atas, mata ketiga ilahi Siwa disimpan untuk penghancuran.

Kisah ini jua mendeskripsikan sisi gelap berdasarkan mata ketiga yang menolak semua impian duniawi karena cita-cita juga penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa hasrat, dunia akan berdiri membisu. Tidak akan ada reproduksi, nir ada regenerasi.

Ada satu peristiwa lagi yg memaksa Siwa membuka mata ketiga. Setelah Indra dan Brihaspati pulang ke Kailash buat bertemu Dewa Siwa. Mengetahui bahwa Dewa Siwa akan menguji mereka, menggunakan menyamar menjadi pertapa.

Siwa sebagai murka dengan tindakan Indra ini dan matanya memerah serta Indra ketakutan. Kemarahan ini menyebabkan mata ketiga Shiva terbuka, hampir membunuh Indra.

Brihaspati mengenali Siwa serta berdoa kepadanya, meminta dia untuk mengampuni Indra. Dewa Siwa memaafkan Indra serta buat menyelamatkan Indra.

Siwa mengirim api dari matanya ke arah lautan serta sesudah bertemu menggunakan lautan itu menjadi seorang anak dalam bentuk anak laki-laki yg dikenal sebagai Jalandhara. Dewa Indra diselamatkan sang doa-doa Brihaspati.

MITOLOGI INDIA DEWA KARTIKEYA DEWA PERANG DAN JENDERAL TENTARA PARA DEWA

Dewa Kartikeya (Dewanagari: कार्तिकेय; IAST: Kārtikeya) (Tamil: முருகன), merupakan anak Dewa Siwa dan Dewi Parwati dikenal menggunakan nama yg berbeda yaitu tuhan Swaminatha, dewa Murugan, Kumara, Skanda, Shanmukha dll.
Dewa Kartikeya juga dikenal sebagai Subramaniam yg merupakan nama umum di India Selatan. Dia tampaknya merupakan dewa perang populer yang pula abang tertua yang kuasa Ganesha.
Di negara bagian selatan India, Kartikeya merupakan ilahi terkenal serta lebih dikenal sebagai Murugan.
Namun, tidak termasuk orang-orang seperti Tamil Nadu serta beberapa loka lain di India, Skanda nir sepopuler saudaranya pada bagian lain India. Tetapi demikian, beliau adalah Allah yg sangat dihias serta berkuasa menggunakan poly sifat ilahi.
Menurut Mitologi Hindu, Siwa, dewa perusak, ditakdirkan untuk memiliki seorang putra yg akan sebagai pejuang hebat dan menyelamatkan para dewa.
Dalam versi cerita asal Kartikeya yang biasa ditemukan pada India bagian utara, Siwa serta istrinya, Parwati, menciptakan wujud menggunakan 5 paras. Sebuah percikan bersinar muncul dari setiap wajah.
Siwa mengirim makhluk berwajah lima ke pada sungai Gangga yg kudus. Lima bunga barah melayang keluar, dan masing-masing terbentuk menjadi seseorang anak. Wanita muda menemukan mereka pada kolam hutan, masing-masing merogoh serta merawat salah satu menurut anak-anak.
Ketika dewa Siwa dan dewi Parwati akhirnya membawa anak-anak mereka kembali, Parwati nir tahu bagaimana beliau sanggup mengurus dan memberi makan semua 5.
Untuk mempermudah pekerjaannya, Siwa menggabungkan anak-anak menjadi satu dengan enam ketua - satu untuk masing-masing anak, mewakili kelima alat, dan ketua akhir buat menggabungkan perasaan menjadi satu, simbol menurut pikiran serta kekuatan Siwa. Anak berkepala enam adalah tuhan pejuang yg dinantikan-tunggu, dia adalah yang kuasa Kartikeya.
Kelahiran Kartikeya

Setelah pernikahan mereka, Dewa Siwa dan dewi Parwati hidup senang di gunung Gandhamadana. Suatu kali, waktu mereka sedang menikmati momen intim, sejumlah mini cairan penting Siwa jatuh ke tanah.

Sejumlah akbar panas mulai memancar darinya dan mengancam akan menelan semua dunia pada api. Bertindak atas saran Brahma serta Wisnu, Agni pulang ke sana menggunakan menyamar menjadi pengemis serta menelan cairan penting tadi.

Dewi Parvati merasa terhina. Parwati mengutuk Agni menggunakan mengungkapkan, "Mulai hari ini engkau akan menjadi hewan pemakan daging dan tumbuh-tumbuhan dan makan hal-hal yang nir bersih. Cairan penting yg telah kau makan akan menyebabkan peradangan yg tak tertahankan dalam tubuhmu."

Seketika, Agni mengalami peradangan yang tidak tertahankan pada tubuhnya. Dia memohon kepada Dewa Siwa buat mencari cara buat mengakhiri penderitaannya. Dewa Siwa mengatakan, "Anda akan terbebas menurut penderitaan ini waktu Anda mentransfer cairan vital saya ke rahim seseorang wanita."

Agni pulang ke loka terpencil, menunggu seorang wanita yg cocok buat datang. Dia melihat enam Kritikas, semua menggigil kedinginan yang tiba pada sana. Dia kemudian memindahkan cairan penting Shiva ke rahim mereka.

Mereka hamil. Ketika suami mereka mengetahui hal ini, mereka mengutuk enam perempuan , buat berubah sebagai bintang pada rasi bintang di langit. Sebelum transformasi, Kritikas menggugurkan janin mereka pada pegunungan Himalaya.

Sungai kudus Gangga membawa janin ke tempat yg terpencil, yg disebut Sara Vana, yang ditutupi menggunakan ilalang. Setelah beberapa saat, ilahi Kartikeya (Skanda) dimanifestasikan berdasarkan alang-alang itu.

Karena Kartikeya dilahirkan sang enam mak , beliau memiliki enam kepala. Sejak ia dilahirkan di Sara Vana, ia pula dikenal sebagai Saravana.

Para ilahi bersukacita saat kelahiran anak ini. Dewa Siwa dan dewi Parwati pergi ke tempat pada mana anak itu dilahirkan. Parwati berdoa pada Siwa bahwa anak itu mungkin tidak ada dan tidak lain menjadi ibunya. Siwa memberinya hadiah ini.

Sesuai menggunakan nubuat sebelumnya, Kartikeya diurapi menjadi jenderal tentara para Deva. Telah diramalkan bahwa hanya dia yang bisa membunuh iblis bernama Taraka yg telah mengganggu para Dewa.

9 Fakta menarik mengenai Dewa Kartikeya

1. Dewa Tampan
Dewa Kartikeya dikatakan sebagai galat satu dewa yg terlihat paling ganteng . Dia acapkali digambarkan aeperti selalu memancarkan pesona kekanak-kanakan namun dengan wajah serius, nir misalnya saudara gendutnya yang bahagia, yang kuasa Ganesha. 

Dewa Kartikeya acapkali digambarkan sebagai karakter yg tenang dan damai, dia memiliki paras yang menyerupai pancaran sinar bulan purnama. Dengan demikian, banyak orang tua yang membuahkan nama putra mereka sebagai Kartikeya berharap putra mereka akan sebagai sangat tampan.

2. Lahir buat Membunuh Tarakasura
Setan bernama Tarakasura diberi pemberian oleh Dewa Brahma sendiri bahwa beliau hanya akan dibunuh oleh seseorang yang sekuat Dewa Siwa yang hanya akan sebagai putranya. 

Ini segera sesudah kematian Sati, jadi Tarakasura menerima begitu saja bahwa Siwa murung dan tertekan dan sama sekali nir akan menikah lagi. Oleh karena itu, beliau tidak akan mempunyai seseorang putra tanpa seseorang istri.

Namun, diyakini bahwa tuhan Kartikeya terwujud buat satu-satunya tujuan membunuh Tarakasura. Tarakasura memahami betul bahwa Dewa Siwa adalah seorang pertapa dan dia pikir dia nir akan menikah atau mempunyai anak. Oleh karenanya, dia nir akan terkalahkan. Namun, ilahi siwa bukanlah dewa yg sanggup membiarkan ketidakadilan menang.

3. Shanmukha
Dewa Siwa menikahi Dewi Parvati. Dewa Siwa membawanya ke sebuah gua dan memintanya untuk bermeditasi. Ketika mereka berdua bermeditasi, bola barah timbul berdasarkan tenaga kosmik mereka.

Sementara itu, Dewa lain yang nir aman dari Tarakasura, mengirim Agni atau Dewa Api untuk menangkap bola barah. Namun bahkan Agni pun tidak bisa menunda panasnya tenaga Siwa dan Parwati.

Jadi, Dia menyerahkan bola ke Goddess Ganga. Ketika bahkan Ganga nir tahan dengan panas, Dia menyimpan bola barah ke danau pada hutan buluh.

Kartikeya jua dikenal sebagai Shanmukha atau Tuhan dengan enam wajah. Dewa Shiva menyerahkan barah benihnya yang menyala-nyala kepada Agni yg bisa mengatasinya sampai pancaran itu sebagai keturunan Siwa. 

Karena nir tahan panas, Agni memberikan pancaran ke Gangga. Kemudian Dewi Parvati mengambil bentuk badan air ini karena beliau sendiri dapat menanggung tenaga Siwa dan Shakti. 

Akhirnya, bola barah merogoh bentuk bayi dengan enam wajah - Eesanam, Sathpurusham, Vamadevam, Agoram, Sathyojatham serta Adhomugam, serta karenanya nama Shanmuga atau Shadanan. 

Kartikeya diasuh oleh enam wanita yg melambangkan Pleiades (Kritika dalam bahasa Sanskerta) dan menggunakan demikian menerima nama Kartikeya.

4. Vahana
Kendaraan yang Kartikeya kendarai adalah burung merak yang diklaim Paravani. Kartikeya, jua dikenal menjadi Murugan di India Selatan, jua dipasang di burung merak. 

Merak ini awalnya merupakan setan yg dianggap Surapadma, sedangkan ayam jago yg disebut malaikat, Krichi. Setelah memprovokasi Murugan pada pertempuran, iblis itu bertobat dalam ketika tombaknya turun ke arahnya. Dia merogoh bentuk pohon dan mulai berdoa. Pohon itu dipotong sebagai dua. Dari setengahnya, Murugan menarik seekor ayam jago, yg beliau buat lambangnya, dan menurut yang lain, seekor burung merak, yg dia buat tunggangannya.

5. Simbolisme dewa Kartikeya
Jika kita melihat patung Kartikeya, di satu tangan Dia membawa tombak. Ini jua disebut Vel, ini bukan trisula. Ini adalah simbol berdasarkan Kundalini Shakti.

Di tangan yang lain, Kartikeya membawa bendera kecil pada mana terdapat ayam jantan. Dalam versi lain, Tarakasur dikalahkan oleh Kartikeya.

Jadi, Tarakasur (ego) sebagai ayam atau ayam jago sehabis dikalahkan oleh Kartikeya. Setelah mengalahkan Taraka (ego) pada pertempuran, Kartikeya menyelamatkan nyawanya serta bertanya kepadanya apa yg beliau inginkan.

Taraka berdoa supaya selalu berada pada kaki Tuhan, serta menggunakan demikian ilahi Kartikeya membuatnya menjadi lambang pada atas bendera. Ini pula berarti bahwa ego wajib selalu ditaklukkan. Ego dibutuhkan untuk kehidupan namun wajib permanen tenang.

6. Swaminatha - Pengajar Siwa
Suatu ketika Kartikeya bertanya pada Dewa Brahma buat menyebutkan arti berdasarkan Om. Brahma menjelaskan kepadanya namun beliau tidak puas.

Kemudian, ketika ditanya oleh Dewa Siwa, Kartikeya menjelaskan semua episode kepadanya. Dewa Siwa mengungkapkan bahwa Kartikeya harus belajar berdasarkan Dewa Brahma, lantaran ia adalah pencipta tertinggi.

Untuk ini Kartikeya menjawab, 'Lalu kamu beritahu aku , apa arti Om?' Mendengar ini, Dewa Siwa tersenyum serta mengatakan, 'Bahkan aku tidak tahu.' Kartikeya kemudian mengungkapkan, 'Maka aku akan memberitahumu lantaran saya memahami arti berdasarkan Om.'

Dewa Siwa: ‘Lalu beri tahu saya artinya lantaran Anda mengetahuinya’

Kartikeya: "Saya nir sanggup bilang misalnya ini. Anda wajib memberi aku tempat Guru. Hanya bila Anda menempatkan saya dalam tumpuan Guru, saya bisa mengatakannya pada Anda ’, istilah Kartikeya.

Dewa Siwa: (Berpikir untuk dirinya sendiri) 'Guru berarti beliau wajib berada pada posisi yang lebih tinggi. Guru harus duduk pada loka yg lebih tinggi dan murid harus duduk dan mendengarkannya. Tapi bagaimana saya mampu menemukan tempat duduk lebih tinggi darinya, lantaran beliau merupakan Dewa tertinggi dan terbesar? "
Jadi, Dewa Siwa mengangkat Kartikeya muda itu ke pundak-Nya. Dan lalu pada indera pendengaran Dewa Siwa, tuhan Kartikeya menyebutkan arti dari Pranava Mantra (Om).

Kartikeya: "Bahwa seluruh Penciptaan terkandung pada Om. Trinitas - Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa terkandung dalam Om. Ini merupakan esensi serta juga rahasia Om yang yang kuasa Kartikeya diriwayatkan kepada Dewa Siwa. "

Setelah mendengar ini, Dewi Parwati (Bunda ilahi Kartikeya) merasa gembira serta penuh sukacita.


Dewi Parwati: ‘Anda sudah sebagai seorang Guru (Swami) kepada dewaku (Natha)!’

Mengatakan hal ini Parwati memanggil anaknya sebagai Swaminatha, dan sejak saat itu tuhan Kartikeya juga lalu dikenal menjadi Swaminatha.

7. Pernikahan dewa Kartikeya 
Amritavalli serta Saundaravalli merupakan dua putri yang kuasa Vishnu, yang lahir dari matanya. Mereka membuatkan cinta kekal buat Skanda dan melakukan pertapaan keras buat mendapatkan Kartikeya sebagai seorang suami.

Atas instruksi Skanda, Amritavalli berkembang menjadi sebagai Devasena, seseorang gadis belia pada bawah perwalian Indra pada Swarga. Saundaravalli merogoh bentuk Valli, seorang gadis di bawah perlindungan Nambiraja, seseorang pemburu pada dekat Kanchipuram.

'Valli' adalah istilah bahasa Tamil buat Sanskrit 'Lavali', sejenis creeper. Ketika dia ditemukan pada antara para penjelajah menjadi bayi, pemburu memanggilnya 'Valli'.

Setelah perang dengan Surapadma berakhir, para dewa sangat gembira. Skanda menyetujui doa Indra buat mendapat Devasena menjadi permaisurinya.

Pernikahan tuhan dirayakan menggunakan sangat antusias di Tirupparankundram dekat Madurai pada hadapan dewi Parwati dan yang kuasa Siva. Penobatan ulang Indra pada Amaravati di Swarga diikuti. Dewa mendapatkan balik kekuatan dan posisi mereka.

Skanda mengambil rumahnya pada Skandagiri. Dia kemudian melanjutkan ke Tiruttani dekat Chennai, pada mana Valli sedang mencari ladang barley.

Setelah serangkaian lelucon cinta-sportif, di mana saudaranya Vighneswara pula memberikan bantuan, dia menikahinya. Senjata yang lebih disukai adalah Vel atau tombak maka nama terkenal Velayudhan - dia yg senjatanya adalah tombak.

8. Festival untuk Menghormati Kartikeya
Sharad Purnima, juga dikenal sebagai Kumara Purnima, yang dirayakan pada hari bulan purnama selesainya Vijayadashami, merupakan salah satu festival terkenal yg didedikasikan buat Kartikeya pada Odisha.

Hal ini diyakini bahwa gadis-gadis yang belum menikah menyembah Kartikeya pada hari ini buat mendapatkan calon pengantin pria tampan sebagai Kartikeya.

Hari raya besar lainnya yang didedikasikan buat pemujaan tuhan Kartikeya merupakan Thaipusam. Diyakini bahwa dalam hari ini, Dewi Parwati memberi tombak pada dewa Murugan buat menaklukkan tentara iblis Tarakasura serta memerangi perbuatan dursila mereka.

Oleh karena itu, Thaipusam adalah perayaan kemenangan kebaikan atas kejahatan. Selain itu, Skanda Sashti adalah festival regional lain yg dirayakan sebagian akbar oleh umat Hindu Shaivite, yg diamati untuk menghormati ilahi Kartikeya dalam hari keenam berdasarkan 2 bulan cerah bulan Tamil Aippasi (Oktober - November).

Dipercaya bahwa Kartikeya, dalam hari ini, memusnahkan iblis mitos Taraka. Dirayakan di seluruh kuil Shaivite dan Subramanya di India Selatan, Skanda Sashti memperingati penghancuran kejahatan oleh Yang Mahatinggi.

9. Dewa Senapati - ilahi perang
Kartikeya jua diklaim 'Dewa Senapati' dan 'Yuddharanga'. Kartikeya, tuhan perang dan jenderal tentara para dewa, dikenal karena kekuatan dan keterampilannya yang luar biasa. 

Dikatakan bahwa Kartikeya merupakan kesempurnaan yang dipersonifikasikan, sangat berani serta cerdas dan sangat terampil pada seni perang. 

Kartikeya dianggap sebagai panglima tertinggi karena dia terutama diciptakan buat menghancurkan iblis yang melambangkan kesamaan insan yg negatif.

Dewa Kartikeya terlahir buat membunuh Tarakasura, dengan demikian, ia merupakan seseorang ksatria yg terlahir.

KISAH MENARIK LEGENDA DEWI SATI ISTRI PERTAMA DEWA SIWA

Kisah Dewi Sati
Legenda Dewi Sati, istri pertama Siwa adalah keliru satu yg sudah memikat dan menginspirasi wanita India selama berabad-abad.
Kata "sati" (Sankerta: सती ; Satī) berarti perempuan berbudi luhur dan pada tradisi India seseorang perempuan yang melakukan sati akan dicermati menjadi Dewi dan akan langsung menuju nirwana.
Dewi Sati, juga dikenal menjadi Dakshayani (Sanskerta: दक्षायणी; Dakshāyaṇī), merupakan Dewi umur panjang serta keanggunan pernikahan Hindu. Dewi Sati atau Dakshayani adalah permaisuri pertama Dewa Siwa.
Dewi Sati dikenal sangat berapi-api, dengan temperamen yang menyeramkan sekaligus peduli. Namun, beliau pula mengasihi dan sangat baik hati secara alami.
Dewa Siwa selalu dikaitkan menggunakan dewi istri tercinta Parwati. Tetapi, Dewi Parvati merupakan istri ke 2 Siwa.
Cinta pertamanya, istri pertamanya merupakan Dewi Sati. Dewi Sati, personifikasi energi wanita yang kuasa, mengambil kelahiran insan atas saran Brahma, Tuhan Penciptaan.
Sati dilahirkan sebagai putri berdasarkan Daksha Prajapati, putra Brahma, jadi beliau dipanggil Dakshayani. Dia mendapat nama Sati karena dia adalah cucu Brahma dan Daksha menjadi putra Brahma, dia menamai putrinya setelah bentuk feminin "Kebenaran" yang disebut "Sati".
Ayah dari Daksha yaitu Dewa Brahma menginginkan agar Sati harus tumbuh serta menikahi Dewa Siwa. Dia ingin membawa Siwa keluar menurut penebusan dosa dan beliau mulai mengikutinya sejak mini .
Devosi atau bakti dewi Sati buat yang kuasa Siwa tumbuh dan Sati memutuskan bahwa beliau hanya akan menikahi Dewa Siwa. Dia menolak semua lamaran berdasarkan raja-raja yang kaya dan terkenal, lantaran beliau ingin menikah dengan yang kuasa Siwa.
Untuk memenangkan hati pertapa Siwa, dewi Sati meninggalkan semua kenyamanannya serta mengucapkan selamat tinggal kepada orang tuanya serta pergi ke hutan yang pada.
Sati memahami bahwa satu-satunya cara buat memenangkan hati Siwa adalah dengan melakukan penebusan dosa.
Dewi Sati mulai melakukan penebusan dosa dengan berpuasa dan mengucapkan mantra kudus. Terlepas berdasarkan kondisi cuaca yang sangat dingin dan nir menyenangkan, Sati terus bermeditasi dalam nama Dewa Siwa.
Akhirnya, tobatnya menjadi berbuah. Dewa Siwa sebagai sangat bahagia karena pengabdiannya serta menetapkan buat bermanifestasi pada depannya.
Menurut kehendaknya, Dewa Siwa setuju untuk menikahinya. Sati menjadi sangat bahagia pada luar keyakinannya serta kemudian dia kembali ke istananya, menunggu hari Siwa akan datang dan menikahinya.
Dewi Shakti sebagai Sati merupakan Avatar pertama yg lahir pada tengah dunia insan, dan di Avatar ke 2, dia merupakan Parvati atau Parwati.
Ketika Daksa melakukan Yajna, dia mengundang seluruh tuhan kecuali Siwa serta Sati. Sati sangat murung setelah tidak mendapat undangan untuk yajna.
Sati bersikeras menghadiri program tadi, meskipun terdapat ketidaksetujuan menurut Dewa Siwa. Ketika Sati memasuki istana, raja Daksha menghinanya.
Dia menyampaikan bahwa anak perempuannya yg lain lebih terhormat dan layak dihormati daripada Siwa dan Sati.
Sati tidak sanggup menanggung ketidakhormatan ayahnya terhadap suaminya. Kemudian Dewi Sati mendekati para sadas (wilayah tempat pengorbanan di mana imam utama duduk).
Sati bergemuruh:
 Suami saya, Tuan Penguasa telah dihina tanpa alasan yg baik. Tidak ada kesalahan pada dalam Dia. Dikatakan di pada buku kudus bahwa mereka yang mencuri pengetahuan, mereka yang mengkhianati seseorang Pengajar serta mereka yang mencemarkan Tuhan adalah orang yg berdosa besar serta harus dieksekusi.
Setelah mengucapkan istilah-kata ini, Dewi melemparkan dirinya ke dalam barah kudus bercahaya. Dan upacara yajna yg dilakukan oleh Daksha pun dinodai.
Semua undangan takut akan kutukan tersebut, karenanya merekapun pergi menghilang. Ketika Siwa mendengar ini dia sangat marah. Dia membentuk makhluk Veerbhadra menurut ujung rambutnya.
Veerbhadra merobek kepala raja Daksha serta melemparkannya ke pada barah korban kudus yang sama. Tetapi diproklamasikan bahwa yajna nir boleh dibiarkan tidak lengkap, jadi ketua kambing ditempatkan di Daksha buat memulihkan hidupnya.
Dengan rasa murung yang mendalam, dewa Siwa mulai mengembara membawa mayat Sati di pelukannya.
Siwa memulai tarian penghancuran alam semesta. Untuk menyelamatkan alam semesta, dan untuk menghancurkan keterikatan dengan dewa siwa ini, yang kuasa Wisnu dengan chakra sudarshannya memotong tubuh Sati sebagai beberapa bagian. Potongan tubuh Sati jatuh di loka yg tidak selaras dan ini dianggap Shakti Peeths atau loka peribadatan (kuil).
Ada 52 loka peribadatan serta diyakini bahwa jika kita menyembah pada loka-loka ini dengan pengabdian yang ikhlas, semua asa akan terpenuhi.
Di Avatar pertama, Dewi Shakti lahir menjadi Sati dilahirkan sebagai putri Daksha. Tetapi karena Daksha menghina Mahadewa atau dewa Siwa, lalu Sati pergi jauh meninggalkan tubuh materinya.
Begitulah kesetiaan serta perjuangannya yg mendalam berubah sebagai pencapaian besar menikahi Dewa Siwa.

ALASAN KENAPA HANOMAN DILAHIRKAN DALAM WUJUD SEEKOR KERA

Hanoman merupakan salah satu tokoh karakter penting pada epos Ramayana. Dewa Hanoman dalam agama Hindu adalah simbol kekuatan sejati. Ada aneka macam arti dari nama Dewa Hanoman tersebut. Merupakan anak berdasarkan Vayu, dia dikenal menjadi Pavanputra. Dia juga disebut "Brahmachari" di antara siswa-muridnya. Hanoman umumnya disembah sebagai tuhan kera. Ada poly cerita yang menjelaskan kelahiran Hanoman pada bentuk monyet tadi. Dia tidak selaras menggunakan Dewa lainnya pada agama Hindu karena fisiknya yg kuat serta kokoh.
Peran Siwa dan Parvati
Menurut mitologi Hindu, Lord Shiva (Siwa) dan Parvati memutuskan untuk beradaptasi menggunakan simpanse serta pergi ke hutan buat memainkan beberapa permainan pemujaan. Parvati kemudian hamil selesainya itu. Dewa Siwa populer akan tanggung jawabnya yang sangat loyal meski dia menyamar serta meminta Dewa Angin 'Vayu' buat tiba serta mengangkat keturunan Parvati.
Vayu lalu menempatkan keluarganya di rahim Anjana yang didoakan lahir seseorang anak pria. Ada cerita lain yg ditulis pada buku Puranas Hindu tentang kelahiran Hanoman, pada mana ditulis bahwa Anjana menginginkan seseorang bayi laki-laki serta buat itu beliau menyembah Dewa Siwa, serta pada sisi lain, raja Dasharatha (ayah Ram) jua melakukan puja buat menerima anak. Raja Dasharath menerima puding suci menurut prosesi puja tersebut, dan ilahi angin Vayu mengirimkan sedikit puding ini ke tangan Anjana. Dia memakannya serta kemudian pahlawan berwujud monyet itu lahir.
Anjaneya: Anak Anjana
Anjana, seorang apsara menggunakan bentuk seekor simpanse yg sedang menyembah Siwa melahirkan seorang bayi laki-laki , serta mendapat keturunan Parvati. Hanoman lahir sebagai hasil dari ini, serta buat alasan tadi, Hanoman pula dikenal sebagai Anjaneya.
Simbol Kekuatan Dan Keberanian
Hanoman umumnya disembah lantaran kekuatan serta keberaniannya. Namun Ia juga dikenal sebagai simbol darma, pengorbanan, dan pelayanan. Hanoman melindungi umatnya berdasarkan setan serta membantu mereka keluar berdasarkan nasib jelek yg menimpanya.
Peran di Ramayana
Hanoman memainkan peran penting pada Ramayana. Hanoman mengirim pesan Rama ke Sita pada bahasa Lanka serta mengambil kepemimpinan tentara kera pada pertempuran Lanka.
Kekuatan Kera
Sebagai perwujudan seekor simpanse, Hanoman memiliki kekuatan tambahan yang sanggup melintasi jarak jauh menggunakan cepat, dan pada pertempuran Lanka, dia juga menggunakan ekornya buat menghancurkan seluruh kota Lanka. Sebagai seseorang bayi, Hanoman memang nakal. Dia sangat aktif serta energik selama masa kecilnya. Di usia belia, ia sebagai idola loyalitas serta pelayanan. Dia mengabdikan hidupnya buat melayani Lord Ram.
Pemimpin Kera
Menurut mitologi India, Hanoman merupakan anak ratu kera serta merogoh bagian utama tentara monyet dalam pertempuran Lanka selama perang Ram-Raavan.
Cerita Hanoman
Kisah Hanoman selalu menginspirasi anak-anak serta memberi semangat buat melawan seluruh kejahatan. Dewa Hanoman memperlihatkan pada orang jalan buat mengatasi seluruh rintangan dalam hayati.
Hal itu jua tertulis dalam beberapa cerita kuno bahwa Deqa Brahma ingin para dewa dilahirkan sebagai monyet atau beruang dan membantu Sri Ram. Ada cerita lain di mana ditemukan bahwa Lord Siwa pada bentuk Hanoman tiba untuk membantu Ram yg sebenarnya merupakan Wisnu dalam bentuk aslinya.
Seiring menggunakan perkembangan Hinduisme, Hanoman juga disembah pada Buddhisme dan Jainisme. Hanoman jua dihormati di negara lain misalnya Myanmar, Bali, Malaysia, dan Thailand. Hanoman, karakter heroik Ramayana, selalu menerangkan jalan hayati yg benar pada orang-orang serta memberi semangat buat mengusir kekuatan jahat dalam dirinya.
Sumber surat keterangan: Boldsky.com

HINDU RELIGION INDRA RAJA PARA DEWA DAN PENGUASA SURGA

Dalam agama Hindu, ada kurang lebih jumlah  yg tidak terbatas Dewa dan Dewi termasuk Tiga Dewa Tritunggal, Dewa Siwa, Dewa Wisnu, serta Dewa Brahma. Di antara dewa-dewa ini, Dewa Indra dipercaya menjadi Raja Dewa dan penguasa Surga.
Kata Indra dari menurut ‘Indriyan’, alat (Sanskerta: इन्द्र atau इंद्र, Indra). Dewa Indra dikenal sebagai Sakra pada Veda merupakan Dewa yg memegang kekuatan Hujan serta badai petir. Menjadi Dewa Hujan dan Badai Petir, dewa Indra menggunakan halilintar yg dikenal sebagai Vajra dalam buku kudus Hindu.
Dewa Indra digambarkan menunggangi gajah putih surgawi yg dianggap Airavata. Gajah Airavata dikenal sebagai Vahananya yang kuasa Indra. Dewa Indra dipercaya sebagai putra Dyaus dan Dewi Savasi serta Indra diyakini tinggal pada Gunung Meru yang terletak pada surga .
Dewa Indra diklaim sang poly nama pada dalam Agama Hindu misalnya “Vrsan Yang Perkasa”, “Vrtrahan, Pembunuh Vrtra”, “Devapati, penguasa Deva” serta seterusnya. Indra dikenal sebagai Dewa Nasional untuk Suku Arya.
Dalam berbagai cerita yg timbul lalu, Krishna yg merupakan penjelmaan Wisnu dikisahkan jua kebal terhadap kekuatan Indra.
Dewa Indra menjadi galat satu tokoh krusial pada agama Hindu, agama Veda, serta Buddhisme, khususnya Buddhisme Cina, Tradisi Chan/zen.
Mitos Tentang Dewa Indra
Menurut Mitos Hindu, Indra lahir menurut verbal Dewa Awal antik (Raksasa Purusha) bersama menggunakan saudaranya ilahi Agni. Juga diyakini bahwa yang kuasa-dewa Hindu lainnya lahir berdasarkan berbagai bagian tubuh Purusha Raksasa.
Kemudian, Dewa Indra duduk di Tahta duduk di dalam awan Svarga atau yang disebut Surga Ketiga. Dalam Regveda, dinyatakan bahwa Dalam Rgveda, Dewa Indra merupakan salah satu tuhan yg kuat bersama menggunakan Varuna serta Mitra.
Indra dianggap sebagai Sakra, yg perkasa semenjak dia mengalahkan Vrtra, Panis, membebaskan sungai serta memenjarakan sapi. Dewa Indra pula dikenal sebagai Dewa Perang.
Dewa Indra sebagian besar digambarkan menunggangi gajah putih Airavata serta memegang vajra serta busur yang Pelangi. Dia pula ditampilkan memegang busur, jaring serta kail.
Pukulan petir Dewa Indra merupakan keliru satu senjata paling kuat pada agama Hindu, dikenal sebagai Bhaudhara. Pada masa awal sebelum Veda, tunggangan nirwana Vahana yaitu Airavata digambarkan sebagai empat gajah berjinjit membawa Dewa Indra dan istrinya, Shachi.
Menurut agama Hindu, Indra menikah dengan Shachi, Indrani atau Pulomaja. Shachi sebagian besar digambarkan menggunakan Dewa Indra menunggangi Airavata. Bersama-sama mereka memiliki 3 anak, seseorang putra, Jayanta, serta dua anak wanita yang diklaim Jayanti serta Devasena.
Dewa Indra memiliki nama lain sesuai dengan karakter dan mitologi yang terkait dengannya. Nama lain tersebut juga mengandung suatu kebanggaan. Nama lain Dewa Indra yakni:
  1. Sakra (yg berkuasa)
  2. Svargapati (raja khayangan/surga )
  3. Divapati (raja para Dewa)
  4. Meghavahana (yang mengendarai awan)
  5. Vasava (pemimpin para Wasu)
  6. Bajri (yang bersenjatakan Bajra)
  7. Mahendra (yg maha Agung)
  8. Mahaksa (ia yang bermata hebat)
  9. Sahasraka (yg bermata seribu)
Regweda seringkali menyebutnya Śakra: yg perkasa. Saat zaman Weda, para tuhan dipercaya berjumlah 33 serta Indra adalah pemimpinnya (secara ringkas Brihadaranyaka Upanishad menjabarkan bahwa para dewa terdiri berdasarkan delapan Wasu, sebelas Rudra, 2 belas Aditya, Indra, dan Prajapati). Sebagai pemimpin para Wasu, Indra jua dijuluki Wasawa.

Pada zaman Wedanta, Indra menjadi patokan untuk segala hal yang bersifat penguasa sebagai akibatnya seorang raja sanggup dianggap “Manawèndra” (Manawa Indra, pemimpin insan) dan Rama, tokoh primer wiracarita Ramayana, disebut “Raghawèndra” (Raghawa Indra, Indra dari klan Raghu). Dengan demikian Indra yang asli juga disebut Déwèndra (Dewa Indra, raja para tuhan).

PURA DALEM AGUNG PADANGTEGAL TEMPAT WISATA ROHANI DI UBUD BALI

Merupakantempat wisata pada Bali berupa pura kudus bersejarah. Pura Dalem AgungPadangtegal berada tepat di kawasan monkey forest Ubud. Pura ini digunakanuntuk memuja Dewa Siwa baik berdasarkan kalangan rakyat juga wisatawan. Dikalanganwisatawan asing Pura Dalem Agung Padangtegal dikenal pula dengan nama “Templeof the Dead”.

NamaPadangtegal diambil berdasarkan lokasi dimana Pura Dalem Agung ini berdiri. Hal itu dimaksudkan buat memudahkan wisatawanyang hendak berkunjung ke pura tersebut. Daya tarik pura terletak padaarsitektur bangunannya berupa ornamen-ornamen kuno yg khas. Selain itupemandangan disekitar pura pula sangat latif karena letaknya yang berada dikawasan hutan.

PuraDalem Agung Padangtegal jua terkenal dengan keliru satu patungnya yang seringdijuluki sebagai anak vampir. Selain itu pura ini jua mempunyai sebuah baleyang digunakan sebagai loka upacara kremasi. Itulah keliru satu hal yangmembuat tempat wisata pada Bali satu ini terkesan sakral.

AktivitasSeru di Pura Dalem Agung Padang Tegal

1. Berwisata Rohani
Seperti namanya, pura padangtegal mempunyai fungsi primer sebagai tempat ibadah umat Hindu. Ketika berkunjung kesini Anda bisa sekaligus beribadah dan mengenal lebih dekat Dewa Siwa.

2. Menikmati Keindahan Pemandangan Hutan
Lokasinya yang berada di daerah hutan, tidak ayal menciptakan Pura Dalem Agung Padangtegal ini mempunyai panorama dan udara yang cukup sejuk. Hal tadi sanggup dimanfaatkan sang wisatawan yang nir beragama hindu buat berkeliling menikmati keindahan pemandangan. Udara sejuk sekitar pura pun sanggup menciptakan tubuh lebih rileks. Wisatawan juga bisa melihat aneka ragam simpanse yg hidup di sekitar hutan.

3. Berfoto
Tempatwisata di Bali satu ini jugamemiliki bangunan menggunakan arsitek ornamen klasik yang khas. Wisatawan bisamemanfaatkan hal tadi buat mengabadikan foto sambil menikmati karya seniyang agung.

Lokasi,Harga Tiket Masuk dan Jam Buka

PuraDalem Agung Padangtegal berada satu komplek menggunakan tempat wisata pada Balimonkey forest. Lebih tepatnya berada di Kabupaten Gianyar, Jalan MonkeyForest Ubud, Bali. Wisatawan mampu berkunjung ke pura ini setiap hari pada pukul08.30 – 18.00. Untuk harga tiket masuk pura diadaptasi menggunakan harga tiketmasuk monkey forest yaitu Rp50.000 buat dewasa serta Rp40.000 buat anak-anak.

APA ITU CAKRA DASAR MULADHARA

Cakra Muladhara terletak di dasar tulang ekor, itu merupakan yang pertama dari Cakra manusia. Mantra yg sinkron merupakan LAM. Cakra muladhara merupakan fondasi struktur fisik dan tubuh tenaga.
Cakra Muladhara membangun perbatasan antara pencerahan fauna dan insan. Ini terkait menggunakan pikiran bawah sadar, pada mana tindakan dan pengalaman kita dari kehidupan lampau disimpan.
Energi Muladhara memungkinkan kita buat memanfaatkan keberanian, nalar serta hasrat buat hayati selama masa-masa sulit. Ini menghubungkan kita dengan tenaga spiritual nenek moyang kita, tantangan mereka serta kemenangan mereka.
Oleh karenanya menurut Hukum Karma, Chakra ini mengandung jalan takdir masa depan kita. Chakra ini pula merupakan fondasi bagi perkembangan kepribadian kita.
Energinya berdasarkan dalam elemen bumi. Terletak di dasar tulang belakang, dasar panggul, dan tiga vertebra pertama, cakra akar bertanggung jawab atas rasa aman dan keamanan kita dalam perjalanan duniawi ini.
Atribut positif dari Muladhara Chakra merupakan vitalitas, kekuatan serta pertumbuhan. Kualitas negatif adalah kemalasan, kelembaman, egois, serta penguasaan sang asa fisik seseorang.
Dalam gambar simbolis berdasarkan Chakra Muladhara terdapat Lotus menggunakan empat kelopak. Ini mewakili empat fungsi jiwa: pikiran (Manas), kecerdasan (Buddhi), pencerahan (Chitta) dan ego (Ahamkara) - yg semuanya asal dari Chakra ini.
Ketika energi atau pencerahan kita diarahkan ke atas pada aliran positif, chakra pertama membantu kita buat berkonsentrasi, bertahan, dan permanen setia dalam kebenaran.
Hidup merupakan kesadaran dan kesadaran berjuang buat evolusi. Simbol dari Chakra Muladhara merupakan ciri berdasarkan energi dan gerakan ke atas. Warna Chakra merah, rona Shakti.
Shakti berarti tenaga, gerakan, kebangkitan serta pengembangan. Merah melambangkan kebangkitan kesadaran tidur untuk kesadaran sadar aktif.
Simbol lain menurut Muladhara Chakra merupakan segitiga terbalik, yang mempunyai 2 makna. Satu makna memberitahuakn bahwa tenaga kosmik ditarik serta dipandu ke bawah, seolah-olah menjadi corong.
Makna lainnya menampakan perluasan kesadaran. Ujung segitiga yang memilih ke bawah merupakan titik awal, benih, serta sisi-sisi segitiga yang berkiprah ke atas menandakan terbukanya kesadaran menuju pencerahan insan.
Hewan terkait chakra Muladhara  merupakan Ganesha, dewa berkepala gajah. Ganesha adalah penguasa semua permulaan serta dimohon buat menaruh proteksi atas seluruh bisnis.
Kulitnya oranye karang. Ganesha memakai dhoti warna kuning lemon. Syal sutra berwarna hijau menutupi pundaknya. Ganesha mempunyai empat lengan buat melayaninya sementara beliau bertindak sebagai penghancur rintangan.
Ganesha adalah anak berdasarkan ilahi siwa serta dewi parwati. Dia memegang ladu yg harum, bunga teratai, kapak. Tangan keempat dibesarkan di mudra buat mengusir rasa takut.