KISAH PERTARUNGAN DEWA SIWA VS DEWA WISNU PERTEMPURAN PARA DEWA
Dikatakan bahwa terdapat perselisihan antara dua yang kuasa tertinggi, yaitu Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Cerita ini berkaitan menggunakan beberapa kesempatan yg unik, salah satunya adalah waktu Dewa Wisnu hanya memberikan minuman keabadian kepada Dewa sesudah peristiwa mengaduk samudera saat pemindahan Gunung Meru ke lautan mencari air suci Amerta (Kisah Samuderaamantana ).
Asura (rakshasha) merasa ilahi Wisnu nir adil, karena mereka pula sudah membantu dalam proses mengaduk samudera . Asura marah, dan bertempur dengan para dewa. Dewa Wisnu berpihak pada Dewa melawan Asura.
Sampai suatu saat waktu di tengah-tengah pertempuran, Dewa Wisnu jatuh cinta pada Apsara (para malaikat yang timbul berdasarkan dampak insiden Samuderamantana), dan menghasilkan poly anak.
Anak-anak Dewa Wisnu serta Bidadari sebagai pejuang yg tidak tertandingi, sampai-sampai mereka kehilangan diri mereka, serta menciptakan kenakalan tidak hanya pada bumi namun pula pada tanah para Dewa.
Melihat syarat kacau ini, Dewa Brahma memberi memahami Dewa Siwa, karena apabila terus dibiarkan maka rusaknya tatanan kehidupan langit dan bumi. Dewa Siwa akhirnya tahu syarat ini, serta tahu bagaimana menangani anak-anak Wisnu serta Apsara.
Dewa Siwa terwujud pada tubuh banteng akbar, Wrishabha. Kemudian, Wrishabha tiba ke Asura, dan bertempur melawan keturunan Dewa Wisnu-Apsara hingga seluruh tewas.
Dewa Wisnu tidak mendapat, dan menantang pertarungan banteng Wrishabha. Segala macam senjata Dewa Wisnu sudah hilang, bahkan termasuk kekuatan Chakra Sudarsana, senjata melingkar Dewa Wisnu yg berputar dengan gigi tajam di tepi.
Namun, Chakra Sudarsana nir juga bisa mengalahkan Bantha Wrishabha. Dewa Wisnu galau. Di tengah kebingungan atas banteng itu, banteng itu segera berubah sebagai Dewa Siwa. Dewa Wisnu jua memperlihatkan doa dan permintaan maaf kepada Dewa Siwa.
Dewa Siwa memberinya pengampunan dan memintanya buat merenungkan kebijaksanaan dari seluruh peristiwa ini, bahwa evaluasi terburuk yang kuasa Wisnu atas konduite Asura permanen wajib ditegakkan.
Bukankah berkat bantuan para Asura jua, air kudus amerta bisa diperoleh? Bahkan Asura sudah mengorbankan diri mereka dengan terkena Vasuki Naga sambil memegang ketua naga.
Cerita itu merupakan cerita konflik pertama antara Dewa Wisnu serta Dewa Siwa yg sebenarnya bukan perseteruan atas dasar kebencian satu sama lain, namun hanya kesalahpahaman dan proses belajar yg harus diterima.
Lain cerita perselisihan, pula, merupakan Dewa Siwa selalu mengajarkan kebijaksanaan pada Dewa Wisnu. Ini bisa dimengerti, karena Dewa Siwa adalah Mahadewa, Dewa Tertinggi berdasarkan seluruh yang kuasa, bahkan Dewa Wisnu serta Dewa Brahma juga menghormati beliau.
Sekali ketika, keliru satu cucu Krishna bernama Aniruddha jatuh cinta menggunakan seseorang putri raja Asura / Rakshasha. Usha, nama puteri raja Asura.
Usha serta Aniruddha ingin menikah, namun karena mereka milik orang yang tidak sama, satu keturunan Dewa, Rakshasha lain, ayah dari Usha bernama Bena / Bana, menyarankan agar Aniruddha tinggal serta menikah di tanah super besar. Jadi Aniruddha pindah ke negeri super besar buat bersama kekasihnya.
Berita ini terdengar tidak sama di telinga Krishna. Berita yang sampai ke telinganya adalah bahwa cucunya telah diculik / ditawan sang pasukan Raja Bana.
Krishna murka mendengarnya, serta tanpa berpikir atau menyelidiki lebih detail, Krishna segera menyiapkan pasukan perang buat menyerang Bana buat menyelamatkan cucunya.
Raja Bana merasa bahwa Krisna keliru paham, namun mau tidak mau dia jua wajib siap bertarung, karena pasukan Krishna telah menyerang menggunakan segera.
Raja Bana yg sebenarnya nir ingin memulai perselisihan, memohon kepada Dewa Siwa. Raja Bana ternyata adalah salah satu pengikut setia Dewa Siwa.
Dewa Siwa mendengar permohonan Bana, serta turun ke bumi buat membantu Bana memukul pasukan Krishna.
Dewa Brahma, yang tahu pertempuran ini, merasa bahwa bila konflik ini berlanjut, maka bumi dan langit akan dihancurkan, sebagai akibatnya Dewa Brahma memohon yang kuasa Siwa buat tidak memukul kekuatan Krishna, bahkan nir menyerang Krishna sendiri, karena Krishna hanya keliru mengerti situasi.
Jadi hal konkret yg dipecahkan adalah penyelarasan berita di ke 2 sisi. Dewa Siwa mengerti, bahkan ternyata bahwa Krishna sendiri ketika hendak membunuh Bana, niatnya dilepas, lantaran dia tahu bahwa Bana adalah keturunan dari para pengikut Vishnu yang setia.
Setelah seluruh hal dibicarakan, serta jelas duduk perkara, menyadari bahwa kemarahan Krisna muncul hanya karena kurangnya fakta dan terlalu terburu-buru secara emosional.
Akhirnya, Krisna dan Bana sebagai teman dan pernikahan kedua anak mereka dilakukan menggunakan baik. Semua balik damai.
Asura (rakshasha) merasa ilahi Wisnu nir adil, karena mereka pula sudah membantu dalam proses mengaduk samudera . Asura marah, dan bertempur dengan para dewa. Dewa Wisnu berpihak pada Dewa melawan Asura.
Sampai suatu saat waktu di tengah-tengah pertempuran, Dewa Wisnu jatuh cinta pada Apsara (para malaikat yang timbul berdasarkan dampak insiden Samuderamantana), dan menghasilkan poly anak.
Anak-anak Dewa Wisnu serta Bidadari sebagai pejuang yg tidak tertandingi, sampai-sampai mereka kehilangan diri mereka, serta menciptakan kenakalan tidak hanya pada bumi namun pula pada tanah para Dewa.
Melihat syarat kacau ini, Dewa Brahma memberi memahami Dewa Siwa, karena apabila terus dibiarkan maka rusaknya tatanan kehidupan langit dan bumi. Dewa Siwa akhirnya tahu syarat ini, serta tahu bagaimana menangani anak-anak Wisnu serta Apsara.
Dewa Siwa terwujud pada tubuh banteng akbar, Wrishabha. Kemudian, Wrishabha tiba ke Asura, dan bertempur melawan keturunan Dewa Wisnu-Apsara hingga seluruh tewas.
Dewa Wisnu tidak mendapat, dan menantang pertarungan banteng Wrishabha. Segala macam senjata Dewa Wisnu sudah hilang, bahkan termasuk kekuatan Chakra Sudarsana, senjata melingkar Dewa Wisnu yg berputar dengan gigi tajam di tepi.
Namun, Chakra Sudarsana nir juga bisa mengalahkan Bantha Wrishabha. Dewa Wisnu galau. Di tengah kebingungan atas banteng itu, banteng itu segera berubah sebagai Dewa Siwa. Dewa Wisnu jua memperlihatkan doa dan permintaan maaf kepada Dewa Siwa.
Dewa Siwa memberinya pengampunan dan memintanya buat merenungkan kebijaksanaan dari seluruh peristiwa ini, bahwa evaluasi terburuk yang kuasa Wisnu atas konduite Asura permanen wajib ditegakkan.
Bukankah berkat bantuan para Asura jua, air kudus amerta bisa diperoleh? Bahkan Asura sudah mengorbankan diri mereka dengan terkena Vasuki Naga sambil memegang ketua naga.
Cerita itu merupakan cerita konflik pertama antara Dewa Wisnu serta Dewa Siwa yg sebenarnya bukan perseteruan atas dasar kebencian satu sama lain, namun hanya kesalahpahaman dan proses belajar yg harus diterima.
Lain cerita perselisihan, pula, merupakan Dewa Siwa selalu mengajarkan kebijaksanaan pada Dewa Wisnu. Ini bisa dimengerti, karena Dewa Siwa adalah Mahadewa, Dewa Tertinggi berdasarkan seluruh yang kuasa, bahkan Dewa Wisnu serta Dewa Brahma juga menghormati beliau.
Dewa Krishna vs Dewa Siwa
Kisah selanjutnya tentang konflik ini terkait menggunakan kisah Krisna Basudewa yang merupakan perwujudan (inkarnasi) Dewa Wisnu.Sekali ketika, keliru satu cucu Krishna bernama Aniruddha jatuh cinta menggunakan seseorang putri raja Asura / Rakshasha. Usha, nama puteri raja Asura.
Usha serta Aniruddha ingin menikah, namun karena mereka milik orang yang tidak sama, satu keturunan Dewa, Rakshasha lain, ayah dari Usha bernama Bena / Bana, menyarankan agar Aniruddha tinggal serta menikah di tanah super besar. Jadi Aniruddha pindah ke negeri super besar buat bersama kekasihnya.
Berita ini terdengar tidak sama di telinga Krishna. Berita yang sampai ke telinganya adalah bahwa cucunya telah diculik / ditawan sang pasukan Raja Bana.
Krishna murka mendengarnya, serta tanpa berpikir atau menyelidiki lebih detail, Krishna segera menyiapkan pasukan perang buat menyerang Bana buat menyelamatkan cucunya.
Raja Bana merasa bahwa Krisna keliru paham, namun mau tidak mau dia jua wajib siap bertarung, karena pasukan Krishna telah menyerang menggunakan segera.
Raja Bana yg sebenarnya nir ingin memulai perselisihan, memohon kepada Dewa Siwa. Raja Bana ternyata adalah salah satu pengikut setia Dewa Siwa.
Dewa Siwa mendengar permohonan Bana, serta turun ke bumi buat membantu Bana memukul pasukan Krishna.
Dewa Brahma, yang tahu pertempuran ini, merasa bahwa bila konflik ini berlanjut, maka bumi dan langit akan dihancurkan, sebagai akibatnya Dewa Brahma memohon yang kuasa Siwa buat tidak memukul kekuatan Krishna, bahkan nir menyerang Krishna sendiri, karena Krishna hanya keliru mengerti situasi.
Jadi hal konkret yg dipecahkan adalah penyelarasan berita di ke 2 sisi. Dewa Siwa mengerti, bahkan ternyata bahwa Krishna sendiri ketika hendak membunuh Bana, niatnya dilepas, lantaran dia tahu bahwa Bana adalah keturunan dari para pengikut Vishnu yang setia.
Setelah seluruh hal dibicarakan, serta jelas duduk perkara, menyadari bahwa kemarahan Krisna muncul hanya karena kurangnya fakta dan terlalu terburu-buru secara emosional.
Akhirnya, Krisna dan Bana sebagai teman dan pernikahan kedua anak mereka dilakukan menggunakan baik. Semua balik damai.
Comments
Post a Comment