HINDUISM DEWA SIWA DEWA PERANG DAN KEHANCURAN

Siwa secara harfiah berarti "keberuntungan, kesejahteraan". Dia adalah ilahi ketiga berdasarkan Triad Hindu serta dia adalah tuhan kehancuran. Dia mewakili kegelapan, dan dikatakan sebagai "tuhan yang marah". Seringkali Dewa Siwa menghancurkan kehadiran negatif seperti kejahatan, ketidaktahuan, serta kematian.
Dalam agama Hindu yg terkenal, Dewa Siwa dipercaya satu dari 3 aspek tertinggi Brahman, atau galat satu Trimurthis, serta diidentifikasi menggunakan fungsi penghancuran universal. Tempat tinggalnya merupakan Kailas serta permaisuri Parvathi. Ganesha dan Kartikeya adalah anak-anaknya yg yang kuasa, yg pula menempati tempat krusial pada panteon Hindu. Kendaraan Siwa merupakan Nandi, banteng tuhan. Saivism adalah sekte Hinduisme yang paling populer, pada samping Vaishnavism. Shaivisme adalah tradisi massa. Ini menolak hak istimewa kasta yg tiba dengan kelahiran serta hak eksklusif Brahmana dalam tradisi ritual Hindu.
Dewa Siwa , Dewa Brahma , Dewa Wisnu adalah Bagian menurut maha pencipta yang mempunyai tugas masing-masing serta berbeda-beda , mereka di sebut tri murti .
Dalam kitab Mahābhārata, Dewa Siwa lebih sering disebut sebagai Mahādewa, yaitu Dewa tertinggi di antara para ilahi. Kitab itu jua menyebutkan berasal mula dewa Siwa sebutannya. Pada suatu saat, para ilahi menyuruh Siwa membinasakan makhluk-makhluk dursila yang tinggal di Tripura. Untuk meramalkan makhluk-makhluk itu, Dewa Siwa diberi kekuatan dari masing-masing yang kuasa, dan selesainya bisa memusnahkan makhluk-makhluk itu, Dewa Siwa dianggap menjadi ilahi tertinggi.
Sementara itu, sebutan Maheswara ada dalam kitab Mahabharata sloka 222a. Sebutan lain untuk Siwa merupakan Trinetra, yang berarti bermata tiga. Sebutan ini didapat Dewa Siwa saat berdasarkan keningnya "ada" mata ketiga buat "balik " keadaan misalnya keadaan semula, yang "terganggu" karena ke 2 disentuh oleh kedua tangan Parwati, yg waktu itu asyik bercengkerama menggunakan Siwa. Untuk mengembalikan keadaan darurat di global, Siwa  menciptakan mata ketiga dalam keningnya.
Cerita mengenai mata ketiga berdasarkan dewa Siwa dapat di temukan dalam berbagai versi. Diceritakanlah Siwa sedang asyik bercengkerama dengan sakti-Nya yaitu Dewi Parwati sedang bermain tutup-tutupan mata, karena mata dia ditutup sang ke 2 telapak tangan dewi Parwati mengakibatkan Siwa sulit melihat, lantaran terhalangnya penglihatan Siwa maka dunia sebagai goncang. Maka, dari  kening beliau ada mata ketiga buat mengembalikan keadaan global seperti keadaan semula, yg terganggu karena ke 2 matanya tertutup oleh kedua tangan Parwati.
Uraian tentang yang kuasa Siwa yang memiliki tiga mata (Trinetra) pula dijumpai pada buku Mahabharata. Kitab Linga Purana memberikan cerita yang tidak selaras tentang timbulnya mata ketiga Siwa. Dikisahkan adalah Sati, anak Daksa istri pertama Siwa yg bunuh diri menggunakan cara terjun ke pada barah lantaran ayahnya (Daksa) nir menghiraukan suaminya (Siwa). Karena insiden itu, Siwa pergi bertapa pada atas Gunung Himalaya. Parvati, anak Himawan yg jatuh cinta kepada Siwa sebenarnya adalah Sati “yang lahir balik ”. Sementara itu, makhluk dursila Asura (raksasa) Tataka mulai mengganggu para yang kuasa. Menurut ramalan, yang dapat membinasakan makhluk dursila itu hanyalah anak Siwa Dalam kebingungan, para yang kuasa tetapkan buat “membangunkan” Siwa Mereka putusan bulat meminta pertolongan Dewa Kama. Dengan upayanya, berangkatlah para tuhan disertai Parwati ke tempat Siwa bertapa. Karena keampuhan panah Dewa Kama, Siwa “terbangun”. Siwa yang sedikit terusik oleh perbuatan Kama membuka mata ketiganya yg menyemburkan api. Api itu membakar Kama sampai menjadi abu. Pada waktu yang bersamaan karena keampuhan panah Kama, Siwa jatuh cinta pada dewi Parwati.

Asal Muasal Atribut Dewa Siwa
Siwa diyakini terdapat pada berbagai bentuk. Penggambarannya yg paling generik adalah menjadi pertapa berkulit gelap menggunakan tenggorokan biru. Biasanya duduk bersila pada kulit harimau, rambut Siwa kusut serta melingkar pada kepalanya, dihiasi dengan ular serta bulan sabit. Gangga selalu digambarkan mengalir keluar berdasarkan jambulnya.
Siwa memiliki empat lengan serta 3 mata. Mata ketiga, di tengah keningnya, selalu tertutup dan hanya terbuka buat memusnahkan pelaku kejahatan. Sebuah karangan bunga tengkorak, manik-manik rudraksha, atau ular menggantung dari lehernya. Siwa jua memakai ular sebagai armlets serta gelang.
Kitab Suprabhedagama menguraikan mengapa Siwa mengenakan pakaian kulit harimau, hiasan berupa ular, kijang, serta parasu, serta memakai hiasan bulan sabit, serta tengkorak dalam mahkotanya. Pada suatu saat, Siwa pulang ke hutan menggunakan menyamar sebagai pengemis. Istri para pendeta yang kebetulan melihatnya jatuh cinta, sehingga para pendeta murka . Dengan kekuatan magisnya mereka membentuk seekor harimau yg diperintahkan buat menyerang Siwa, akan tetapi dapat dibinasakan dan kulitnya digunakan Siwa menjadi pakaiannya. Melihat Siwa mampu mengalahkan harimau ciptaannya, mereka makin murka dan membentuk seekor ular. Ular itu dapat ditangkap Siwa dan dibentuk perhiasan. Setelah kedua bisnis itu gagal, mereka membentuk kijang dan parasu, akan tetapi kali inipun Çiwa bisa melumpuhkan agresi para pendeta itu. Sejak peristiwa itu, kijang dan parasu sebagai 2 di antara laksana (atribut) Siwa.
Dia menggunakan kulit macan atau macan tutul di sekitar pinggangnya, dan bagian atas tubuhnya umumnya telanjang, akan tetapi diolesi abu, seperti layaknya seseorang pertapa. Mata ketiganya diyakini telah ada saat Parvati (Parvati, dewi kekuasaan, adalah pemuja kosmis Shiva), pada suasana hati yg menyenangkan, menutupi matanya menggunakan ke 2 tangannya.
Menurut Shiva Purana, Dewa Siwa dikatakan memiliki lima wajah, sesuai dengan 5 tugasnya, yaitu panchakriya: penciptaan, pendirian, kehancuran, pelupaan, serta hadiah. Kelima wajahnya dikaitkan dengan penciptaan suku kata kudus "Om".
Di pada kitab Purana kita menerima informasi tentang hiasan  yg di pakai sang Deva Siwa.  Istri para rsi terpikat pada Siwa, yg sekali ketika tampil dengan mengenakan pakaian misalnya peminta-minta. Para rsi sangat murka terhadap Siwa atas penampilannya itu dan ingin membunuhnya. Dari lobang yang di gali, timbul seekor harimau. Siwa membunuh harimau itu serta merogoh kulitnya. Seekor menjangan mengikuti harimau dan juga ada berdasarkan lubang yg sama. Siwa memegang hewan itu menggunakan tangan kirinya. Selanjutnya muncul menurut lubang itu tongkat besi panas berwarna merah. Siwa merogoh tongkat itu dan berakibat senjatanya. Terahir berdasarkan lubang timbul beberapa ular kobra dan Siwa mengambil ular dan mengenakan sebagai hiasan. Suatu hari super besar bernama Gaya menyamar pada wujud seekor gajah serta menangkap seseorang pandita yg melarikan diri serta memohon perlindungan di sebuah pura Siwa. Siwa muncul serta membunuh gajah tersebut, lalu mengambil kulitnya dikenakan di badannya. Suatu hari Siwa mengenakan beberapa ekor ular menjadi anting-antingnya, sang karenanya dia pada kenal menggunakan nama Nagakundala. Siwa dilambangkan oleh ular pada lebih kurang lehernya. Ular yg terbelit di lehernya melambangkan kekuatan penghancurnya. Dalam purana yang lain dikatakan juga bahwa ular tadi berfungsi buat mencegah racun yang diminum waktu para yang kuasa dan asura memperebutkan tirtha amertha masuk kedalam tubuh ilahi Siwa. Tasbih melambangkan sifatnya yang anadi ananta yakni nir berawal dan nir berakhir.
Siwa menghancurkan segalanya dengan mebawa Trisula. Trisula senjata yg utama Siwa,  Dalam aneka macam gambar Siwa digambarkan memegang Trisula pada tangan belakang. Siwa Purana IV.20 mengungkapkan,
Dewa yg bersenjatakan Trisula ,
Brahman yg agung, yaitu Siwa merupakan dari mula penciptaan, pemeliharaan, dan penghancuran. Pelenyapan, serta pemberkatan.
Tanpa campur tangan dia maka nir seujung rambut pun benda atau makhluk sanggup dihancurkan.
 Sebuah Trisula memiliki 3 ujung, yang menandakan tiga sifat alam : sattva (keaktifan), rajas (kegiatan), serta tamas (ketidakaktifan). Trisula melambangkan bahwa ilahi jauh menurut jangkauan ketiga sifat alam ini. Trisula juga melambangkan senjata yang dipakai Dewa untuk menghancurkan kejahatan dan ketidakpedulian di global. (Pandit, 2006 : 208). Selain trisula  terdapat jua senjata lain disebutpinaka, oleh karenanya Siwa dianggap dengan nama Pinakapani (Siwa yg memegang pinaka pada tangannya). Siwa digambarkan mempunyai dua,dua,8, dan 10 tangan. Disamping membawa Pinaka, Siwa pula memegang tongkat yg dinamakan khatyanga, busur (Ajagava), seekor menjangan, genitri, tengkorak, damaru (gendang kecil), serta benda-benda kudus lainnya.
Kitab Kamikagama membicarakan mengapa dalam pengarcaannya, Çiwa mengenakan hiasan bulan sabit pada jatāmakutanya (mahkota). Datohan, keliru seseorang putra Brahmā, menikahkan keduapuluh tujuh (=konstelasi bintang) anak perempuannya pada Santiran, Dewa Bulan. Dia minta agar menantunya memperlakukan semua istrinya sama dan mencintainya tanpa membeda-bedakan. Selama beberapa waktu, Santiran hayati bahagia beserta istri-istrinya, tanpa membeda-bedakan mereka. Dua di antara semua istrinya, Kartikai dan Rogini merupakan yg tercantik. Lama-kelamaan, tanpa disadarinya, Santiran lebih memperhatikan keduanya serta mengabaikan istri-istrinya yang lain. Merasa nir diperhatikan, mereka mengadu pada ayah mereka. Datohan mencoba menasihati menantunya agar mengganti perilaku, tapi tidak berhasil. Setelah berunlangkali Santiran diingatkan serta nir mengindahkan, Datohan sebagai murka dan mengutuh menantunya; keenam belas bagian tubuhnya akan hilang satu per satu sampai akhirnya dia akan hilang, meninggal. Ketika bagian tubuhnya tinggal seperenam belas bagian, Santiran menjadi panik dan pulang minta tolong dan perlindungan Intiran. Intiran tidak bisa menolong. Dalam keadaan putus asa, dia menghadap ilahi Brahmā yg menasihatinya supaya pulang menghadap Çiwa. Santiran langsung menuju Gunung Kailasa serta mengadakan pemujaan buat Çiwa. Çiwa yg berbelas kasihan lalu mengambil bagian tubuh Santiran itu serta diletakkan pada pada rambutnya sambil menyampaikan, “Jangan risi, Anda akan mendapatkan balik bagian-bagian tubuh Anda. Namun, itu akan balik hilang satu per satu. Perubahan itu akan berlangsung terus.” Demikianlah dalam pengarcaannya rambut Çiwa dihiasi bagian tubuh Santiran yang berbentuk bulan sabit pada samping tengkorak (ardhacanrakapala). Selain mata ketiga dan hiasan candrakapala, Çiwa jua dikenal mempunyai tunggangan banteng atau sapi jantan.

Dewa Siwa serta Gunung Kailash
Siwa dikatakan tinggal di Gunung Kailash, sebuah gunung di Himalaya. Kendaraannya adalah Nandi si banteng dan senjatanya, trishul. Pemuja Siwa adalah Parvati, yang juga dianggap menjadi bagian dari Siwa. Salah satu bentuk Shiva yg paling populer adalah Ardhanarishvara.
Menurut sebuah cerita pada dalam Purana, Brahma tidak berhasil menciptakannya. Dia mendahului Siwa yg mengambil bentuk ini serta memisahkan Parvati dari tubuhnya. Parvati memiliki poly inkarnasi, misalnya Kali, Durga, dan Uma. Anak-anak mereka adalah Kartikeya dan dewa Ganesha.
Siwa diyakini mempunyai sejumlah besar pembantu, yg diklaim ganas. Makhluk mitologis ini memiliki tubuh insan menggunakan ketua hewan. Anak laki-laki Siwa Ganesha adalah pemimpin para ganas.
Di semua negara Hindu, terdapat ratusan kuil dan kuil yg didedikasikan untuk Siwa. Dia umumnya disembah dalam bentuk shivalinga. Dia disembah dengan menawarkan bunga, susu, serta pasta cendana.

Comments