PENGERTIAN PEMIMPIN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Pemimpin Menurut Para Ahli
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yg lebih dikenal menggunakan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat menurut banyaknya literatur yg mengkaji tentang kepemimpinan dengan aneka macam sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dicermati menurut bak saja, akan namun dapat dilihat menurut penyiapan sesuatu secara berencana serta dapat melatih calon-calon pemimpin.

Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telah muncul beserta-sama menggunakan peradapan insan. Kerjasama tadi timbul pada tata kehidupan sosial rakyat atau gerombolan -grup insan dalam rangka buat mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang serta menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tadi, terjadi kerjasama antar insan serta mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin menurut kelompok tersebut adalah orang-orang yg paling kuat dan bagak, sehingga terdapat anggaran yg disepakati secara beserta-sama contohnya seseorang pemimpin harus lahir menurut keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet , pandai , memiliki imbas serta lain-lain. Hingga hingga kini seorang pemimpin wajib memiliki kondisi-syarat yang nir ringan, karena pemimpin menjadi ujung tombak kelompok.

Kepemimpinan atau leadership adalah ilmu terapan menurut ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip serta rumusannya dibutuhkan bisa mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan insan (Moejiono, 2002). Ada poly definisi kepemimpinan yg dikemukakan sang para pakar dari sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tadi menunjukkan adanya beberapa kesamaan.

Definisi Kepemimpinan berdasarkan Tead; Terry; Hoyt (pada Kartono, 2003) merupakan kegiatan atau seni menghipnotis orang lain agar mau berhubungan yang didasarkan dalam kemampuan orang tersebut buat membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yg diinginkan grup. Kepemimpinan dari Young (dalam Kartono, 2003) lebih terarah serta jelas dari definisi sebelumnya. Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang mampu mendorong atau mengajak orang lain buat berbuat sesuatu yg dari penerimaan oleh kelompoknya, serta memiliki keahlian khusus yg tepat bagi situasi yg khusus.

Dalam teori kepribadian menurut Moejiono (2002) memandang bahwa kepemimpinan tadi sebenarnya menjadi akibat efek satu arah, lantaran pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas eksklusif yang membedakan dirinya menggunakan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan menjadi pemaksaan atau pendesakan imbas secara nir langsung serta menjadi wahana buat membentuk grup sinkron menggunakan hasrat pemimpin (Moejiono, 2002).

PENGERTIAN PEMIMPIN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Pemimpin Menurut Para Ahli
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan menggunakan pertumbuhan manajemen ilmiah yg lebih dikenal dengan ilmu mengenai memimpin. Hal ini terlihat berdasarkan banyaknya literatur yang mengkaji mengenai kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan nir hanya dicermati berdasarkan bak saja, akan tetapi dapat dipandang menurut penyiapan sesuatu secara berencana serta dapat melatih calon-calon pemimpin.

Sejarah timbulnya kepemimpinan, semenjak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi sudah ada bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial rakyat atau kelompok-grup manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan hewan serta menghadapi alam sekitarnya. Berangkat menurut kebutuhan bersama tadi, terjadi kerjasama antar insan serta mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yg ditunjuk sebagai pemimpin berdasarkan kelompok tadi ialah orang-orang yang paling bertenaga serta bagak, sehingga terdapat aturan yang disepakati secara bersama-sama contohnya seseorang pemimpin harus lahir berdasarkan keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet , pandai , mempunyai dampak serta lain-lain. Hingga sampai kini seseorang pemimpin harus memiliki syarat-kondisi yang tidak ringan, lantaran pemimpin menjadi ujung tombak kelompok.

Kepemimpinan atau leadership adalah ilmu terapan menurut ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip serta rumusannya diharapkan bisa mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan insan (Moejiono, 2002). Ada poly definisi kepemimpinan yg dikemukakan sang para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut memberitahuakn adanya beberapa kecenderungan.

Definisi Kepemimpinan dari Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) merupakan aktivitas atau seni menghipnotis orang lain agar mau berhubungan yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut buat membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yg diinginkan kelompok. Kepemimpinan menurut Young (pada Kartono, 2003) lebih terarah dan terperinci menurut definisi sebelumnya. Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yg sanggup mendorong atau mengajak orang lain buat berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan sang kelompoknya, serta mempunyai keahlian spesifik yang sempurna bagi situasi yang khusus.

Dalam teori kepribadian dari Moejiono (2002) memandang bahwa kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai dampak impak satu arah, karena pemimpin mungkin mempunyai kualitas-kualitas eksklusif yang membedakan dirinya menggunakan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan menjadi pemaksaan atau pendesakan dampak secara tidak pribadi dan menjadi sarana buat membentuk grup sesuai dengan cita-cita pemimpin (Moejiono, 2002).

PENGERTIAN BIROKRASI MENURUT BEBERAPA PAKAR

Pengertian Birokrasi Menurut Beberapa Pakar 
1. Max Weber
Pada dasarnya, Max Weber tidak pernah secara definitif mengungkapkan makna Birokrasi. Weber menyebut begitu saja konsep ini lalu menganalisis karakteristik-karakteristik apa yg seharusnya melekat dalam birokrasi. Gejala birokrasi yang dikaji Weber sesungguhnya birokrasi-patrimonial. Birokrasi-Patrimonial ini berlangsung pada ketika hayati Weber, yaitu birokrasi yg dikembangkan dalam Dinasti Hohenzollern pada Prussia. 

Birokrasi tadi dipercaya oleh Weber menjadi nir rasional. Banyak pengangkatan pejabat yang mengacu pada political-will pimpinan Dinasti. Akibatnya poly pekerjaan negara yg “salah -urus” atau nir mencapai output secara maksimal . Atas dasar “ketidakrasional” itu, Weber lalu mengembangkan apa yang seharusnya (ideal typhus) melekat di sebuah birokrasi. Weber terkenal dengan konsepsinya mengenai tipe ideal (ideal typhus) bagi sebuah otoritas legal dapat diselenggarakan, yaitu :
a. Tugas-tugas pejabat diorganisir atas dasar aturan yang berkesinambungan;
b. Tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang-bidang yg tidak sama sesuai dengan fungsi-fungsinya, yg masing-masing dilengkapi dengan syarat otoritas dan sanksi-hukuman;
c. Jabatan-jabatan tersusun secara hirarkis, yg disertai dengan rincian hak-hak kontrol serta pengaduan (complaint);
d. Anggaran-aturan yg sesuai dengan pekerjaan diarahkan baik secara teknis maupun secara legal. Dalam kedua perkara tersebut, insan yang terlatih sebagai diharapkan;
e. Anggota sebagai sumber daya organisasi tidak sinkron menggunakan anggota menjadi individu eksklusif;
f. Pemegang jabatan tidaklah sama menggunakan jabatannya; 
g. Administrasi berdasarkan dalam dokumen-dokumen tertulis serta hal ini cenderung membuahkan tempat kerja (biro) sebagai sentra organisasi terbaru; dan
h. Sistem-sistem otoritas sah bisa merogoh poly bentuk, tetapi ditinjau pada bentuk aslinya, sistem tersebut tetap berada pada suatu staf administrasi birokratik.

Bagi Weber, jika ke-8 sifat pada atas dilekatkan ke sebuah birokrasi, maka birokrasi tadi dapat dikatakan bercorak legal-rasional. 

Selanjutnya, Weber melanjutkan ke sisi pekerja (staf) di organisasi yang legal-rasional. Bagi Weber, kedudukan staf di sebuah organisasi sah-rasional adalah sebagai berikut :
a. Para anggota staf bersifat bebas secara eksklusif, dalam arti hanya menjalankan tugas-tugas impersonal sesuai menggunakan jabatan mereka;
b. Masih ada girarki jabatan yg jelas;
c. Fungsi-fungsi jabatan dipengaruhi secara tegas;
d. Para pejabat diangkat menurut suatu kontrak;
e. Para pejabat dipilih dari kualifikasi profesional, idealnya berdasarkan pada suatu diploma (ijazah) yg diperoleh melalui ujian;
f. Para pejabat mempunyai gaji serta umumnya jua dilengkapi hak-hak purna tugas. Gaji bersifat berjenjang dari kedudukan dalam hirarki. Pejabat dapat selalu menempati posnya, dan dalam keadaan-keadaan eksklusif, pejabat pula bisa diberhentikan;
g. Pos jabatan merupakan lapangan kerja yg utama bagi para pejabat;
h. Suatu struktur karir dn kenaikan pangkat dimungkinkan atas dasar senioritas dan keahlian (merit) serta berdasarkan pertimbangan keunggulan (superior);
i. Pejabat sangat mungkin nir sinkron dengan pos jabatannya maupun dengan sumber-sumber yg tersedia pada pos terbut, dan;
j. Pejabat tunduk pada sisstem disiplin serta kontrol yang seragam

Weber jua menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, pada mana pemimpin (superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem birokrasi menekankan dalam aspek “disiplin.” Sebab itu, Weber juga memasukkan birokrasi menjadi sistem legal-rasional. Legal oleh sebab tunduk pada aturan-anggaran tertulis dan bisa disimak sang siapa pun juga. Rasional adalah dapat dipahami, dipelajari, serta jelas penerangan sebab-akibatnya.

Khususnya, Weber memperhatikan kenyataan kontrol superordinat atas subordinat. Kontrol ini, bila nir dilakukan pembatasan, mengakibatkan pada akumulasi kekuatan absolut pada tangan superordinat. Akibatnya, organisasi nir lagi berjalan secara rasional melainkan sinkron keinginan pemimpin belaka.

Bagi Weber, perlu dilakukan restriksi atas setiap kekuasaan yang ada pada pada birokrasi, yg mencakup point-point berikut : 

Kolegialitas. 
Kolegialitas merupakan suatu prinsip pelibatan orang lain pada pengambilan suatu keputusan. Weber mengakui bahwa pada birokrasi, satu atasan merogoh satu keputusan sendiri. Tetapi, prinsip kolegialitas dapat saja diterapkan guna mencegah korupsi kekuasaan. 

Pemisahan Kekuasaan. 
Pemisahan kekuasaan berarti pembagian tanggung jawab terhadap fungsi yang sama antara 2 badan atau lebih. Misalnya, buat menyepakati aturan negara, perlu keputusan beserta antara badan DPR dan Presiden. Pemisahan kekuasaan, dari Weber, tidaklah stabil namun dapat membatasi akumulasi kekuasaan. 

Administrasi Amatir. 
Administrasi amatir diperlukan tatkala pemerintah tidak bisa membayar orang-orang buat mengerjakan tugas birokrasi, bisa saja direkrut warganegara yang dapat melaksanakan tugas tersebut. Misalnya, tatkala KPU (birokrasi negara Indonesia) “kerepotan” menghitung surat bunyi bagi tiap TPS, mak -ibu tempat tinggal tangga diberi kesempatan menghitung serta diberi gaji. Tentu saja, pejabat KPU terdapat yang mendampingi selama aplikasi tugas tadi. 

Demokrasi Langsung. 
Demokrasi eksklusif bermanfaat dalam membuat orang bertanggung jawab pada suatu majelis. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia, meski merupakan prerogatif Presiden guna mengangkatnya, terlebih dahulu harus di-fit and proper-test sang DPR. Ini berguna agar Gubernur BI yg diangkat merasa bertanggung jawab pada masyarakat secara holistik. 

Representasi. 
Representasi didasarkan pengertian seseorang pejabat yg diangkat mewakili para pemilihnya. Dalam kinerja birokrasi, partai-partai politik dapat diandalkan dalam mengawasi kinerja pejabat serta staf birokrasi. Ini dampak pengertian tidak eksklusif bahwa anggota DPR menurut partai politik mewakili rakyat pemilih mereka.

Hingga sekarang, pengertian orang mengenai birokrasi sangat ditentukan sang pandangan-pandangan Max Weber pada atas. Dengan modifikasi dan penolakan di sana-sini atas pandangan Weber, analisis birokrasi mereka lakukan.

2. Martin Albrow
Martin Albrow adalah sosiolog menurut Inggris. Ia banyak menulis seputar pandangan para ahli seputar konsep birokrasi Weber. Akhirnya, beliau sendiri mengajukan beberapa konsepsinya seputar birokrasi. 

Albrow membagi 7 cara pandang mengenai birokrasi. Ketujuh cara pandang ini digunakan menjadi pisau analisa guna menganalisis kenyataan birokrasi yg banyak dipraktekkan pada era terkini. Ketujuh konsepsi birokrasi Albrow adalah :

a. Birokrasi menjadi organisasi rasional
Birokrasi sebagai organisasi rasional sebagian besar mengikut dalam pemahaman Weber. Tetapi, rasional di sini patut dipahami bukan sebagai segalanya terukur secara pasti dan kentara. Kajian sosial tidap pernah membuat sesuatu yg niscaya menurut hipotesis yg diangkat. 

Birokrasi dapat dikatakan sebagai organisasi yang memaksimumkan efisiensi dalam administrasi. Secara teknis, birokrasi jua mengacu dalam mode pengorganisasian menggunakan tujuan utamanya menjaga stabilitas serta efisiensi pada organisasi-organisasi yang akbar dan kompleks. Birokrasi juga mengacu dalam susunan aktivitas yg rasional yang diarahkan buat pencapaian tujuan-tujuan organisasi. 

Perbedaan menggunakan Weber merupakan, bila Weber memaklumkan birokrasi sebagai “organisasi rasional”, Albrow memaksudkan birokrasi menjadi “organisasi yang di dalamnya manusia menerapkan kriteria rasionalitas terhadap tindakan mereka.”

b. Birokrasi sebagai Inefesiensi Organisasi
Birokrasi adalah antitesis (perlawanan) berdasarkan menurut vitalitas administratif serta kretivitas manajerianl. Birokrasi pula dinyatakan menjadi susunan manifestasi kelembagaan yang cenderung ke arah infleksibilitas dan depersonalisasi. Selain itu, birokrasi juga mengacu dalam ketidaksempurnaan pada struktur dan fungsi dalam organisasi-organisasi akbar.

Birokrasi terlalu percaya pada preseden (anggaran yang dibuat sebelumnya), kurang inisiatif, penundaan (lamban pada banyak sekali urusan), berkembangbiaknya formulir (terlalu poly formalitas), duplikasi usaha, dan departementalisme. Birokrasi jua adalah organisasi yang nir dapat memperbaiki perilakunya menggunakan cara belajar dari kesalahannya. Aturan-aturan pada pada birokrasi cenderung digunakan para anggotanya buat kepentingan diri sendiri.

c. Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat.
Birokrasi merupakan pelaksanaan kekuasaan sang para administrator yang profesional. Atau, birokrasi adalah pemerintahan oleh para pejabat. Dalam pengertian ini, pejabat memiliki kekuasaan untuk mengatur dan melakukan sesuatu. Juga, tak jarang dikatakan birokrasi adalah kekuasaan para elit pejabat. 

d. Birokrasi sebagai administrasi negara (publik)
Birokrasi merupakan komponen sistem politik, baik administrasi pemerintahan sipil ataupun publik. Ia mencakup semua pegawai pemerintah. Birokrasi adalah sistem administrasi, yaitu struktur yg mengalokasikan barang dan jasa pada suatu pemerintahan. Lewat birokrasi, kebijakan-kebijakan negara diimplementasikan.

e. Birokrasi sebagai administrasi yg dijalankan pejabat.
Birokrasi dianggap sebagai sebuah struktur (badan). Di struktur itu, staf-staf administrasi yang menjalankan otoritas keseharian sebagai bagian krusial. Staf-staf itu terdiri dari orang-orang yg diangkat. Mereka inilah yang dianggap birokrasai-birokrasi. Fungsi berdasarkan orang-orang itu disebut sebagai administrasi.

f. Birokrasi sebagai suatu organisasi
Birokrasi adalah suatu bentuk organisasi berskala akbar, formal, serta terbaru. Suatu organisasi bisa disebut birokrasi atau bukan mengikut dalam karakteristik-ciri yg telah disebut

g. Birokrasi sebagai warga modern
Birokrasi menjadi rakyat modern, mengacu pada suatu kondisi pada mana masyarakat tunduk pada aturan-aturan yg diselenggarakan oleh birokrasi. Untuk itu, nir dibedakan antara birokrasi perusahaan swasta besar ataupun birokrasi negara. Selama rakyat tunduk pada anggaran-anggaran yang terdapat di 2 tipe birokrasi tadi, maka dikatakan bahwa masyarakat tersebut dikatakan terbaru.

Reformasi Birokrasi
Birokrasi bisa memicu pemberdayaan masyarakat, serta mengutamakan pelayanan pada warga tanpa diskriminasi. Birokrasi demikian dapat terwujud jika terbentuk suatu sistem pada mana terjadi prosedur Birokrasi yg efisien dan efektif dengan menjaga sinergi yang konstiruktif pada antara pemerintah, sektor swasta dan rakyat.

Saat ini posisi, kewenangan serta peranan Birokrasi masih sangat bertenaga, baik dalam mobilisasi sumber daya pembangunan, perencanaan, maupun aplikasi pemerintahan serta pembangunan yg masih terkesan sentralistik. Di samping itu, kepekaan Birokrasi buat mengantisipasi tuntutan perkembangan warga tentang perkembangan ekonomi, sosial dan politik sangat kurang sehingga kedudukan birokrasi yg seharusnya menjadi pelayan rakyat cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipative.

Birokrasi yg terjadi di Indonesia waktu ini masih belum efisien, yg diantaranya ditandai menggunakan adanya tumpang tindih aktivitas antar instansi, struktur, kebiasaan, nilai,dan regulasi yang ada pula masih berorientasi dalam kekuasaan, budaya birokrasi yang masih bersifat “dilayani” daripada “melayani”, serta juga banyaknya posisi-posisi terpenting dalam forum birokrasi kita yang tidak diisi sang orang-orang yg berkompeten. Padahal, birokrasi dalam suatu negara merupakan suatu forum krusial yg merupakan alat negara pada melayani warga . Oleh karena itu, suatu perubahan dalam birokrasi kita wajib dilaksanakan, atau biasa yang dikenal dengan reformasi birokrasi.

Reformasi birokrasi, adalah keliru satu cara buat menciptakan kepercayaan warga . Pengertian reformasi birokrasi sendiri artinya, suatu bisnis perubahan pokok dalam suatu sistem yg tujuannya mengubah struktur, tingkah laku , serta eksistensi atau kebiasaan yg sudah lama . Reformasi birokrasi ruang lingkupnya nir hanya terbatas dalam proses dan prosedur, namun juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap dan tingkah laku . Hal ini berhubungan dengan menggunakan pertarungan yg bersinggungan dengan authority atau formal power (kekuasaan).

Menurut Prof. Eko Prasojo, guru akbar sekaligus ahli administrasi negara dari FISIP UI, buat terwujudnya reformasi birokrasi, maka diharapkan strategi-taktik reformasi birokrasi, yaitu :
  • Level kebijakan, harus diciptakan berbagai kebijakan yg mendorong Birokrasi yg berorientasi pada pemenuhan hak-hak sipil masyarakat (kepastian aturan, batas waktu, mekanisme, partisipasi, pengaduan, gugatan).
  • Level organisational, dilakukan melalui pemugaran proses rekrutmen berbasis kompetensi, pendidikan dan latihan yg sensitif terhadap kepentingan warga , penciptaan Standar Kinerja Individu, Standar Kinerja Tim dan Standar Kinerja Instansi Pemerintah.
  • Level operasional, dilakukan perbaikan melalui peningkatan service quality meliputi dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty.
  • Instansi Pemerintah secara periodik melakukan pengukuran kepuasan pelanggan dan melakukan pemugaran 
Selain memerlukan taktik-taktik, dipelukan pula tahapan-tahapan reformasi birokrasi, yaitu menaikkan pelayanan publik guna mendapatkan kembali agama rakyat, pelayanan publik yg berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, dan perbaikan tingkat kesejahteraan pegawai.

Reformasi birokrasi menjadi bisnis mendesak mengingat implikasinya yang begitu luas bagi masyarakat serta negara. Secara nyata, perlu bisnis-bisnis serius supaya pembaharuan birokrasi menjadi lancar dan berkelanjutan. Beberapa poin ini dia adalah langkah-langkah yg perlu ditempuh buat menuju reformasi birokrasi.

PENGERTIAN BIROKRASI MENURUT BEBERAPA PAKAR

Pengertian Birokrasi Menurut Beberapa Pakar 
1. Max Weber
Pada dasarnya, Max Weber tidak pernah secara definitif menjelaskan makna Birokrasi. Weber menyebut begitu saja konsep ini kemudian menganalisis ciri-karakteristik apa yg seharusnya inheren dalam birokrasi. Gejala birokrasi yg dikaji Weber sesungguhnya birokrasi-patrimonial. Birokrasi-Patrimonial ini berlangsung di saat hayati Weber, yaitu birokrasi yg dikembangkan pada Dinasti Hohenzollern di Prussia. 

Birokrasi tersebut dipercaya oleh Weber sebagai nir rasional. Banyak pengangkatan pejabat yang mengacu pada political-will pimpinan Dinasti. Akibatnya banyak pekerjaan negara yg “galat-urus” atau nir mencapai output secara aporisma. Atas dasar “ketidakrasional” itu, Weber lalu membuatkan apa yg seharusnya (ideal typhus) inheren di sebuah birokrasi. Weber terkenal dengan konsepsinya tentang tipe ideal (ideal typhus) bagi sebuah otoritas sah dapat diselenggarakan, yaitu :
a. Tugas-tugas pejabat diorganisir atas dasar anggaran yg berkesinambungan;
b. Tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang-bidang yg tidak sinkron sesuai dengan fungsi-fungsinya, yg masing-masing dilengkapi menggunakan syarat otoritas serta hukuman-hukuman;
c. Jabatan-jabatan tersusun secara hirarkis, yang disertai dengan rincian hak-hak kontrol dan pengaduan (complaint);
d. Anggaran-aturan yg sesuai menggunakan pekerjaan diarahkan baik secara teknis juga secara legal. Dalam ke 2 kasus tersebut, manusia yang terlatih sebagai diperlukan;
e. Anggota sebagai sumber daya organisasi tidak sama menggunakan anggota sebagai individu eksklusif;
f. Pemegang jabatan tidaklah sama menggunakan jabatannya; 
g. Administrasi didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis serta hal ini cenderung berakibat tempat kerja (biro) sebagai sentra organisasi terbaru; dan
h. Sistem-sistem otoritas sah dapat merogoh poly bentuk, tetapi dicermati pada bentuk aslinya, sistem tadi permanen berada dalam suatu staf administrasi birokratik.

Bagi Weber, bila ke-8 sifat di atas dilekatkan ke sebuah birokrasi, maka birokrasi tadi dapat dikatakan bercorak sah-rasional. 

Selanjutnya, Weber melanjutkan ke sisi pekerja (staf) pada organisasi yang sah-rasional. Bagi Weber, kedudukan staf di sebuah organisasi legal-rasional merupakan sebagai berikut :
a. Para anggota staf bersifat bebas secara eksklusif, pada arti hanya menjalankan tugas-tugas impersonal sesuai dengan jabatan mereka;
b. Terdapat girarki jabatan yang kentara;
c. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas;
d. Para pejabat diangkat menurut suatu kontrak;
e. Para pejabat dipilih dari kualifikasi profesional, idealnya berdasarkan pada suatu diploma (ijazah) yang diperoleh melalui ujian;
f. Para pejabat mempunyai gaji dan umumnya juga dilengkapi hak-hak purna tugas. Gaji bersifat berjenjang berdasarkan kedudukan dalam hirarki. Pejabat dapat selalu menempati posnya, dan pada keadaan-keadaan tertentu, pejabat jua bisa diberhentikan;
g. Pos jabatan adalah lapangan kerja yang utama bagi para pejabat;
h. Suatu struktur karir dn promosi dimungkinkan atas dasar senioritas dan keahlian (merit) serta dari pertimbangan keunggulan (superior);
i. Pejabat sangat mungkin nir sinkron menggunakan pos jabatannya maupun dengan asal-asal yg tersedia di pos terbut, serta;
j. Pejabat tunduk pada sisstem disiplin dan kontrol yg seragam

Weber jua menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, pada mana pemimpin (superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem birokrasi menekankan pada aspek “disiplin.” Sebab itu, Weber jua memasukkan birokrasi menjadi sistem legal-rasional. Legal oleh karena tunduk pada anggaran-aturan tertulis serta dapat disimak oleh siapa pun pula. Rasional merupakan dapat dipahami, dipelajari, dan jelas penjelasan karena-akibatnya.

Khususnya, Weber memperhatikan kenyataan kontrol superordinat atas diskriminasi. Kontrol ini, bila nir dilakukan pembatasan, membuahkan pada akumulasi kekuatan mutlak pada tangan superordinat. Akibatnya, organisasi nir lagi berjalan secara rasional melainkan sesuai keinginan pemimpin belaka.

Bagi Weber, perlu dilakukan pembatasan atas setiap kekuasaan yang ada pada dalam birokrasi, yg meliputi point-point berikut : 

Kolegialitas. 
Kolegialitas merupakan suatu prinsip pelibatan orang lain pada pengambilan suatu keputusan. Weber mengakui bahwa dalam birokrasi, satu atasan merogoh satu keputusan sendiri. Namun, prinsip kolegialitas dapat saja diterapkan guna mencegah korupsi kekuasaan. 

Pemisahan Kekuasaan. 
Pemisahan kekuasaan berarti pembagian tanggung jawab terhadap fungsi yang sama antara dua badan atau lebih. Misalnya, buat menyepakati anggaran negara, perlu keputusan bersama antara badan DPR dan Presiden. Pemisahan kekuasaan, dari Weber, tidaklah stabil namun bisa membatasi akumulasi kekuasaan. 

Administrasi Amatir. 
Administrasi amatir dibutuhkan tatkala pemerintah nir bisa membayar orang-orang buat mengerjakan tugas birokrasi, bisa saja direkrut warganegara yang bisa melaksanakan tugas tersebut. Misalnya, tatkala KPU (birokrasi negara Indonesia) “kerepotan” menghitung surat suara bagi tiap TPS, mak -mak rumah tangga diberi kesempatan menghitung dan diberi honor . Tentu saja, pejabat KPU terdapat yang mendampingi selama pelaksanaan tugas tadi. 

Demokrasi Langsung. 
Demokrasi langsung bermanfaat pada menciptakan orang bertanggung jawab kepada suatu majelis. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia, meski adalah prerogatif Presiden guna mengangkatnya, terlebih dahulu harus pada-fit and proper-test oleh DPR. Ini berguna agar Gubernur BI yang diangkat merasa bertanggung jawab kepada warga secara holistik. 

Representasi. 
Representasi berdasarkan pengertian seorang pejabat yg diangkat mewakili para pemilihnya. Dalam kinerja birokrasi, partai-partai politik bisa diandalkan pada mengawasi kinerja pejabat serta staf birokrasi. Ini dampak pengertian tak langsung bahwa anggota DPR berdasarkan partai politik mewakili rakyat pemilih mereka.

Hingga sekarang, pengertian orang tentang birokrasi sangat ditentukan sang pandangan-pandangan Max Weber di atas. Dengan modifikasi serta penolakan pada sana-sini atas pandangan Weber, analisis birokrasi mereka lakukan.

2. Martin Albrow
Martin Albrow adalah sosiolog menurut Inggris. Ia banyak menulis seputar pandangan para ahli seputar konsep birokrasi Weber. Akhirnya, ia sendiri mengajukan beberapa konsepsinya seputar birokrasi. 

Albrow membagi 7 cara pandang mengenai birokrasi. Ketujuh cara pandang ini dipergunakan menjadi pisau analisa guna menganalisis fenomena birokrasi yg poly dipraktekkan pada era modern. Ketujuh konsepsi birokrasi Albrow adalah :

a. Birokrasi menjadi organisasi rasional
Birokrasi menjadi organisasi rasional sebagian besar mengikut pada pemahaman Weber. Namun, rasional di sini patut dipahami bukan menjadi segalanya terukur secara pasti serta jelas. Kajian sosial tidap pernah menghasilkan sesuatu yang pasti berdasarkan hipotesis yg diangkat. 

Birokrasi bisa dikatakan sebagai organisasi yang memaksimumkan efisiensi pada administrasi. Secara teknis, birokrasi pula mengacu dalam mode pengorganisasian dengan tujuan utamanya menjaga stabilitas serta efisiensi pada organisasi-organisasi yg akbar serta kompleks. Birokrasi juga mengacu dalam susunan aktivitas yg rasional yang diarahkan buat pencapaian tujuan-tujuan organisasi. 

Perbedaan menggunakan Weber merupakan, apabila Weber memaklumkan birokrasi sebagai “organisasi rasional”, Albrow memaksudkan birokrasi sebagai “organisasi yg di dalamnya manusia menerapkan kriteria rasionalitas terhadap tindakan mereka.”

b. Birokrasi sebagai Inefesiensi Organisasi
Birokrasi adalah antitesis (perlawanan) dari dari vitalitas administratif dan kretivitas manajerianl. Birokrasi pula dinyatakan sebagai susunan manifestasi kelembagaan yang cenderung ke arah infleksibilitas serta depersonalisasi. Selain itu, birokrasi juga mengacu pada ketidaksempurnaan pada struktur dan fungsi dalam organisasi-organisasi akbar.

Birokrasi terlalu percaya pada preseden (anggaran yang dibentuk sebelumnya), kurang inisiatif, penundaan (lamban dalam berbagai urusan), berkembangbiaknya formulir (terlalu poly formalitas), duplikasi bisnis, serta departementalisme. Birokrasi juga adalah organisasi yg tidak bisa memperbaiki perilakunya menggunakan cara belajar dari kesalahannya. Aturan-anggaran di dalam birokrasi cenderung digunakan para anggotanya buat kepentingan diri sendiri.

c. Birokrasi sebagai kekuasaan yg dijalankan sang pejabat.
Birokrasi adalah pelaksanaan kekuasaan oleh para administrator yang profesional. Atau, birokrasi adalah pemerintahan sang para pejabat. Dalam pengertian ini, pejabat memiliki kekuasaan buat mengatur serta melakukan sesuatu. Juga, tak jarang dikatakan birokrasi merupakan kekuasaan para elit pejabat. 

d. Birokrasi menjadi administrasi negara (publik)
Birokrasi merupakan komponen sistem politik, baik administrasi pemerintahan sipil ataupun publik. Ia mencakup seluruh pegawai pemerintah. Birokrasi adalah sistem administrasi, yaitu struktur yang mengalokasikan barang serta jasa pada suatu pemerintahan. Lewat birokrasi, kebijakan-kebijakan negara diimplementasikan.

e. Birokrasi menjadi administrasi yang dijalankan pejabat.
Birokrasi dianggap menjadi sebuah struktur (badan). Di struktur itu, staf-staf administrasi yg menjalankan otoritas keseharian sebagai bagian krusial. Staf-staf itu terdiri menurut orang-orang yang diangkat. Mereka inilah yg dianggap birokrasai-birokrasi. Fungsi berdasarkan orang-orang itu disebut menjadi administrasi.

f. Birokrasi sebagai suatu organisasi
Birokrasi adalah suatu bentuk organisasi berskala besar , formal, serta terbaru. Suatu organisasi dapat diklaim birokrasi atau bukan mengikut dalam ciri-karakteristik yg telah disebut

g. Birokrasi sebagai warga modern
Birokrasi menjadi warga terbaru, mengacu pada suatu kondisi di mana warga tunduk pada aturan-anggaran yg diselenggarakan oleh birokrasi. Untuk itu, tidak dibedakan antara birokrasi perusahaan swasta besar ataupun birokrasi negara. Selama warga tunduk pada aturan-aturan yg terdapat di 2 tipe birokrasi tadi, maka dikatakan bahwa masyarakat tersebut dikatakan terbaru.

Reformasi Birokrasi
Birokrasi bisa memicu pemberdayaan masyarakat, dan mengutamakan pelayanan kepada warga tanpa subordinat. Birokrasi demikian dapat terwujud jika terbentuk suatu sistem pada mana terjadi prosedur Birokrasi yg efisien serta efektif dengan menjaga sinergi yang konstiruktif pada antara pemerintah, sektor swasta serta rakyat.

Saat ini posisi, wewenang dan peranan Birokrasi masih sangat bertenaga, baik pada mobilisasi asal daya pembangunan, perencanaan, juga aplikasi pemerintahan dan pembangunan yg masih terkesan sentralistik. Di samping itu, kepekaan Birokrasi buat mengantisipasi tuntutan perkembangan masyarakat mengenai perkembangan ekonomi, sosial serta politik sangat kurang sehingga kedudukan birokrasi yang seharusnya menjadi pelayan masyarakat cenderung bersifat vertical top down daripada horizontal partisipative.

Birokrasi yang terjadi pada Indonesia saat ini masih belum efisien, yang diantaranya ditandai menggunakan adanya tumpang tindih kegiatan antar instansi, struktur, norma, nilai,serta regulasi yang ada juga masih berorientasi pada kekuasaan, budaya birokrasi yang masih bersifat “dilayani” daripada “melayani”, dan jua banyaknya posisi-posisi terpenting dalam forum birokrasi kita yang nir diisi oleh orang-orang yang berkompeten. Padahal, birokrasi dalam suatu negara merupakan suatu forum penting yang merupakan indera negara dalam melayani warga . Oleh karenanya, suatu perubahan pada birokrasi kita wajib dilaksanakan, atau biasa yang dikenal dengan reformasi birokrasi.

Reformasi birokrasi, merupakan salah satu cara buat membentuk kepercayaan warga . Pengertian reformasi birokrasi sendiri merupakan, suatu usaha perubahan pokok dalam suatu sistem yang tujuannya mengubah struktur, tingkah laku , dan eksistensi atau norma yang sudah lama . Reformasi birokrasi ruang lingkupnya nir hanya terbatas dalam proses serta mekanisme, namun juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur serta perilaku serta tingkah laris. Hal ini herbi menggunakan perseteruan yg bersinggungan menggunakan authority atau formal power (kekuasaan).

Menurut Prof. Eko Prasojo, guru akbar sekaligus pakar administrasi negara berdasarkan FISIP UI, buat terwujudnya reformasi birokrasi, maka diharapkan taktik-taktik reformasi birokrasi, yaitu :
  • Level kebijakan, wajib diciptakan berbagai kebijakan yg mendorong Birokrasi yang berorientasi dalam pemenuhan hak-hak sipil warga (kepastian aturan, batas ketika, mekanisme, partisipasi, pengaduan, somasi).
  • Level organisational, dilakukan melalui perbaikan proses rekrutmen berbasis kompetensi, pendidikan serta latihan yang sensitif terhadap kepentingan warga , penciptaan Standar Kinerja Individu, Standar Kinerja Tim serta Standar Kinerja Instansi Pemerintah.
  • Level operasional, dilakukan perbaikan melalui peningkatan service quality mencakup dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance serta emphaty.
  • Instansi Pemerintah secara periodik melakukan pengukuran kepuasan pelanggan dan melakukan perbaikan 
Selain memerlukan strategi-taktik, dipelukan jua tahapan-tahapan reformasi birokrasi, yaitu menaikkan pelayanan publik guna mendapatkan balik agama masyarakat, pelayanan publik yg berorientasi dalam pemberdayaan warga , dan perbaikan taraf kesejahteraan pegawai.

Reformasi birokrasi menjadi bisnis mendesak mengingat implikasinya yang begitu luas bagi rakyat dan negara. Secara konkret, perlu usaha-usaha berfokus agar pembaharuan birokrasi menjadi lancar serta berkelanjutan. Beberapa poin berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu ditempuh buat menuju reformasi birokrasi.

PENGERTIAN KEPRIBADIAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk sang proses pengenalan Kepribadian adalah kecenderungan psikologis seseorang buat melakukan tingkah laris social eksklusif, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak juga perbuatan.

Kepribadian secara umum
Personality atau kepribadian berasal berdasarkan kata persona, kata persona merujuk dalam topeng yang biasa dipakai para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara generik kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menyebabkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah lantaran hanya menilai konduite yang bisa diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa karakteristik-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini dianggap lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun dalam dasarnya kepribadian itu tidak bisa dinilai “baik” atau “jelek” karena bersifat netral.

Kepribadian menurut Psikologi
Untuk mengungkapkan kepribadian menurut psikologi aku akan menggunakan teori menurut George Kelly yang memandang bahwa kepribadian menjadi cara yg unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian menjadi “sesuatu” yg terdapat pada diri individu yg membimbing serta memberi arah pada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.

Lebih detail tentang definisi kepribadian dari Allport yaitu kepribadian merupakan suatu organisasi yg dinamis berdasarkan sistem psikofisik individu yg memilih tingkah laris serta pikiran individu secara khas.

Definisi kepribadian menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :
a. Yinger 
Kepribadian adalah holistik konduite dari seorang individu dengan system kesamaan tertentu yg berinteraksi menggunakan serangkaian instruksi. 

b. M.A.W Bouwer 
Kepribadian adalah corak tingkah laris social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, impian, opini serta sikap-sikap seseorang.

c. Cuber 
Kepribadian adalah gabungan holistik berdasarkan sifat-sifat yg tampak dan dapat dicermati sang seorang.

d. Theodore R. Newcombe 
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yg dimiliki seorang menjadi latar belakang terhadap konduite.

e. Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah holistik perilaku, perasaan, ekspresi serta temparmen seseorang. Sikap perasaan aktualisasi diri dan tempramen itu akan terwujud pada tindakan seseorang jika di hadapan dalam situasi tertentu. Setiap orang memiliki kecenderungan prilaku yg baku, atau pola serta konsisten, sebagai akibatnya sebagai karakteristik khas pribadinya.

f. Menurut Schever Dan Lamm (1998)
mendevinisikan kepribadian sebagai holistik pola perilaku, kebutuhan, karakteristik-karakteristik kas dan prilaku seorang. Pola berarti sesuatu yg sudah sebagai baku atu standar, sehingga bila di katakan pola perilaku, maka perilaku itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten pada menghadapai situasi yg di hadapi.

2. Teori Kepribadian
Teori Kepribadian
kita sudah sepakat bahwa teori kepribadian didefinisikan berdasarekan konsep-konsep khusus yang terkandung pada teori-teori tertentu yg dipercaya memadai untuk mendeskripsikan atau memahami tingkah laris insan secara lengkap atau utuh. Kita juga telah sepakati bahwa teori terdiri menurut segugusan perkiraan yg saling berhubungan mengenai tanda-tanda-gejala emfiris tertentu dan definisi-definisi realitas yg memungkin sipemakai berkecimpung berdasarkan teori-teori tak berbentuk keobservasi realitas.
Teori-teori kepribadian termasuk kategori pertama ; teori kepribadian adalah teori generik tentang tingkah laku . Pembagian sederhana ini bermanfaat buat memisahkan teori kepribadian berdasarkan rumpun teori-teori kepribadian lainya. Teori kepribadain memperlihatkan poly variasi dalam hal banyaknya konsep motifasi yang digunakan. Beberapa teori kepribadian asal serta berguna buat membuat deskripsi mengenai tingkah laris yg abnormal atau patologis. Teori psikodinamika serius dalam pergerakan energi psikologis pada pada insan, pada bentuk kelekatan, permasalahan, dan motivasi. 

a. Teori kepribadian Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow lahir dalam lepas 1 April 1908 pada Brooklyn, New York. Dia anak pertama dari tujuh bersaudara. Kedua orangtuanya adalah penganut yahudi nir berpendidikan yg berimigrasi dari Rusia. Lantaran sangat berharap anak-anaknya berhasil pada dunia baru, kedua orang tuanya memaksa Maslow serta saudara-saudaranya belajar keras agar meraih keberhasilan di bidang akademik. Tidak heran apabila semasa kanak-kanak dan remaja, Maslow sebagai anak penyendiri serta menghabiskan hari-harinya dengan buku. Maslow menerima kedudukan berdasarkan departemen psikologi di Branders berdasarkan 1951 sampai 1969. Disitu dia bertemu Kurt Goldstein, yg memberi inspirasi atau pikiran mengenai aktualisasi diri pada bukunya yang populer, The Organism (1934). Disini jua beliau memulai mengenalkan psikologi humanistik – sesuatu yg akbar yang lebih penting buat dia daripada teori yg dibuatnya.maslow membuatkan gagasan ini lebih lanjut serta dikenal menggunakan sebutan hirearki kebutuhan:
  • Kebutuhan fisiologis. Ini termasuk kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, dan lainnya seperti mineral dan vitamin. Ini jua, termasuk kebutuhan buat menjaga PH agar seimbang dan suhu yang sesuai. Dan jua, ada kebutuhan buat aktif, istirahat, tidur, buat melepaskan diri menurut yang nir diharapkan ( CO2, keringat, air kencing, dan kotoran ), buat menjaga agar tidak sakit dan buat memenuhi.
  • Kebutuhan rasa kondusif. Kalau kebutuhan fisiologis telah diperhatikan, barulah lapisan kebutuhan kedua ini ada. Anda akan semakin ingin menemukan situasi serta syarat yang kondusif, stabil serta terlindung. Anda perlahan – huma akan menginginkan struktur serta tatanan. Sebaliknya, apabila kebutuhan lapisan kedua ini dilihat secara negatif, perhatian anda akan terfokus bukan dalam masalah lapar dan haus, akan tetapi pada rasa takut serta kecemasan. Dikalangan orang-orang dewasa pada amerika, kebutuhan ini akan terwujud dalam asa mereka yg sangat kuat untuk tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaan yg aman, perencanaan masa pension yg matang, iuran pertanggungan, serta lain sebagainya.
  • Kebutuhan cinta serta rindu (kebutuhan buat dimiliki atau mempunyai). Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa kondusif telah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga pun ada. Anda mulai merasa butuh teman, kekasih, anak serta bentuk hubungan menurut perasaan Lainnya. Dilihat secara negative, anda akan semakin mencemaskan kesendirian dan kesepian. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini bisa berbentuk harapan buat menikah, memiliki famili, sebagai bagian dari satu grup atau warga .
  • Kebutuhan harga diri. Setelah itu kita akan mencari harga diri. Maslow berkata bahwa terdapat 2 bentuk kebutuhan terhadap harga diri ini : bentuk yang lemah serta yg bertenaga. Bentuk yang lemah adalah kebutuhan kita buat dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan penguasaan. Sementara yg bertenaga merupakan kebutuhan kita buat percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi serta kebebasan. Bentuk ke 2 ini lebih bertenaga lantaran sekali didapat kita tidak melepaskannya, berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain. Bentuk negative menurut kebutuhan akan harga diri ini merupakan rendah diri serta kompleks inferioritas. Maslow mwmbenarkan Adler ketika mengatakan bahwa masala inlah yang sebagai dasar perkara-perkara psikologis. Di Negara-negara modern, sebagian akbar orang hanya mementingkan kebutuhan fisiologis serta rasa kondusif. Sering orang nir terlalu memedulikan kebutuhan mereka akan cinta serta kerinduan.kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengenal realita. Jadi insan mempunyai hasrat yang bertenaga buat mengetahui, tahu buka saja tentang dirinya, namun jua diluar dirinya.
  • Aktualisasi diri.tingkat terakhir ini agak sedikit tidak selaras dengan empat taraf sebelumnya. Maslow menyebut taraf ini dengan istilah berbeda-beda: motivasi pertumbuhan (sebagai versus menurut motivasi devisit), kebutuhan-kebutuhan buat terdapat (being-needs) atau B-Needs (sebagai versus dari D-Needs). B-Needs merupakan kebutuhan buat aktualisasi-Diri. Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri ini nir memerlukan penyeimbangan atau homeostatis. Sekali diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan ini memang akan meningkat jika kita “menyebarkannya”. Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup hasrat buat monoton mewujudkan potensi-potensi diri, hasrat untuk “menjadi apa yang anda bisa”. Kebutuhan ini lebih merupakan duduk perkara sebagai yg paripurna, sebagai “Anda” yg sebenarnya. Oleh lantaran itulah kebutuhan ini disebut aktualisasi-diri.
  • Meta Kebutuhan dan Mega Patologi
Cara lain yg ditempuh Maslow untuk mengetahui apakah sesungguhnya aktualisasi-diri adalah menggunakan mempelajari apa yg menjadi kebutuhan paling dasar (B-needs) orang-orang yg sanggup mengaktualisasikan dirinya. Kebutuhan-kebutuhan yang ingin mereka penuhi demi kebahagiaan adalah:
  • Kebenaran, bukan kepalsuan.
  • Kebaikan, bukan kejahatan .
  • Keindahan, bukan sesuatu yg buruk atau vulgar.
  • Kesatuan, kemenyeluruhan serta penghilangan oposisi biner, bukan pilihan-pilihan sekehendak hati.
  • Kehidupan yg hidup, bukan kematian atau kehidupan bagai mesin.
  • Keunikan, bukan keseragaman.
  • Kesempurnaan serta kepastian, bukan hal yg asal-asalan, ketidakkonsistenan atau kebetulan.
  • Penyelesaian, bukan keterbengkalaian.
  • Keadilan dan keteraturan, bukan ketidakadilan serta kesewenang-wenangan.
  • Kesederhanaan, kerumitan-kerumitan yg tidak perlu.
  • Kebercukupan asal daya, bukan lingkungan yang miskin.
  • Kewajaran, bukan sesuatu ynag didasarkan pada paksaan.
  • Keriangan dan Kegembiraan, bukan sesuatu yang kasar dan mekanistik, kemarau tanpa humor.
  • Kemandirian, bukan ketergantungan.
  • Kebermaknaan, bukan kehampaan hati.

b. Teori Freud
Sigmund Freud beropini bahwa kepribadian terdiri berdasarkan tiga sistem primer: id, ego, dan superego. Setiap tindakan kita merupakan output hubungan serta keseimbangan antara ketiga sistem tersebut. 

c. Teori Jung
Carl Jung pada awalnya adalah salah satu teman terdekat Freud dan anggota bulat koleganya, namun pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran mengenai ketidaksadaran. Menurut Jung, di samping ketidaksadaran individual, manusia mempunyai ketidaksadaran kolektif yg mencakup ingatan universal, simbol-simbol, gambaran eksklusif, dan tema-tema yg disebutya sebagai arketipe. 

3. Tahapan Perkembangan Kepribadian
a. Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri adalah tingkat pada mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menduga diri mereka cakap serta efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas [lingkungan] mereka. Evaluasi inti diri seseorang individu ditentukan oleh 2 elemen primer: harga diri serta lokus kendali. Harga diri didefinisikan menjadi tingkat menyukai diri sendiri dan taraf sampai mana individu menduga diri mereka berharga atau nir berharga sebagai seorang insan. 

b. Machiavellianisme
Machiavellianisme merupakan taraf di mana seseorang individu pragmatis, mempertahankan jeda emosional, dan konfiden bahwa hasil lebih krusial daripada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme dari dari nama Niccolo Machiavelli, penulis dalam abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.
c. Narsisisme
Narsisisme adalah kecenderungan menjadi sombong, memiliki rasa kepentingan diri yg berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, serta mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa saat individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik apabila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka menjadi pemimpin yg lebih buruk. Individu narsisis tak jarang ingin mendapatkan pengakuan berdasarkan individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sebagai akibatnya individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar pada individu yg mengancam mereka. Individu narsisis jua cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain buat keuntungannya.

d. Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang buat menyesuaikan perilakunya menggunakan faktor situasional eksternal. Individu menggunakan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yg sangat baik dalam menyesuaikan perilaku menggunakan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menampakan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yg tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pintar beradaptasi apabila dibandingkan menggunakan individu yang mempunyai tingkat pemantauan diri yang rendah. 

e. Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A merupakan keterlibatan secara militan dalam usaha monoton buat mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara, ciri ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi serta perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik tipe A merupakan: 
  • selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
  • merasa tidak sabaran;
  • berusaha keras buat melakukan atau memikirkan 2 hal pada saat yang bersamaan;
  • tidak dapat menikmati saat luang;
  • terobsesi dengan nomor -angka, mengukur keberhasilan pada bentuk jumlah hal yg mampu mereka peroleh.
f. Kepribadian proaktif
Kepribadian proaktif adalah sikap yg cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, serta tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi agresif membangun perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan. 

Tahap termin perkembangan kognitif
Piaget tidak terlalu memperhatikan batasan usia menurut tahapan tahapan perkembangan yg dikemukakannya. Oleh karenanya Ginsburg dan opper mengadakan pengamatan lebih lanjut dan berhasil membuat pengelompokan usia sebagai berikut:
a. Tahap 1: stadium sensori motor ( 00 – 18 atau 24 bulan )
Pada stadium ini mobilitas anak diawali dengan tingkah laku refleks murni (belum ada differensiasi antara anak menggunakan kelilingnya ). Pada akhir periode ini baru nampak differensiasi yg jelas antara subjek dengan objek. Pada masa ini berkembang jua suatu kemampuan khusus, yaitu object permanence ( permanensi objek ). 

Stadium ini dibagi ke pada 6 sub stadium Â: 
1. Sub stadium 1 : Modifikasi refleks ( 0 -1 bulan ) : reflek tanpa arah dan secara efisien
2. Sub stadium dua : Reaksi pengulangan pertama ( 1 -4 bulan ) : aktivitas menyenangkan akan diulang, ada pengertian bahwa aktivitas yg menarik masih ada apada tubuhnya sendiri
3. Sub stadium 3 : Reaksi pengulangan 2 ( 4 -10 bulan ) : Bayi menemukan objek – objek diluar dirinya yang menarik ( secara nir sengaja ), dan akan diulang lagi kegiatan tersebut. Bayi mulai mengetahui adanya hubungan antara aktivitasnya dengan objek objek menarik pada luar dirinya.
4. Sub stadium 4 : Koordinasi reaksi reaksi sekunder ( 10 – 12 bulan _ : Gerak gerik bayi telah mulai terdifferensiasi. Bayi telah mulai bisa mengkoordinasikan dua skema yg terpisah buat menerima sesuatu.
5. Sub stadium 5 : Reaksi pengulangan ketiga ( 12 -18 bulan ) : anak mencari dan mencapai sesuatu yang baru oleh usahanya sendiri. Anak tidak sekedar melakukan gerakan coba – coba secara tidak sengaja namun ia telah bisa membarui gerakan gerakannya buat mencapai suatu output ( ada tujuan yg lebih kentara )
6. Sub stadium 6 : Permulaan berpikir ( 18 – 24 bulan ) : anak mulai dapat berpikir secara internal ( menganalisis suatu kejadian )
b. Tahap dua : Stadium pra operaional ( 2 – 7 tahun )

Pada termin ini anak telah sanggup melakukan aktifitas simbolis ( kegiatan intern ), anak bisa berpura pura, anak bisa meniru ( imitasi dan imitasi tertunda / delayed imitation ), masih egosentris serta centralized : Penyusunan -> anak baru mampu menyusun dua benda menggunakan ukuran tidak sama, Pengelompokan : anak lebih tertarik pada sekelompok benda yang memiliki ciri ciri eksklusif menggunakan jumlah lebih banyak, konservasi : kemampuan anak buat memahami bahwa jumlah benda selalu tetap, meski pada tempatkan di loka yg berbeda beda.

c. Tahap ketiga : Stadium operasional konkrit ( 7 -1 1 tahun)
Pada stadium ini anak sudah sanggup melakukan tugas – tugas perlindungan dengan baik. Cara berpikir egosentrisme mulai berkurang, sanggup memperhatikan lebih berdasarkan satu dimensi serta menghubungkan dimensi dimensi tersebut satu sama lain, mampu berpikir logis, tetapi pada situasi yang kongkrit

d. Tahap 4 : Stadium operasional formal
Pada stadium ini anak sudah bisa berpikir secara operasional formal / abstract thingking yang mempunyai dua sifat krusial : deduktif – hipotesis serta kombinatoris

4. Tipe Kepribadian & Faktor Pendukung
Sembilan Tipe Kepribadian Manusia
Tipe 1 perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi sang kebutuhan buat hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain serta menghindari marah.
Tipe 2 penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif dalam orang lain, serta menghindari kesan membutuhkan.
Tipe 3 pengejar prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan buat menjadi orang yg produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar berdasarkan kegagalan.
Tipe 4 romantis
Orang tipe romantis termotivasi sang kebutuhan buat tahu perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hayati, dan menghindari gambaran diri yang biasa-biasa saja.
Tipe lima pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu serta alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, dan menghindari kesan kolot atau tidak memiliki jawaban.
Tipe 6 pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk menerima persetujuan, merasa diperhatikan, serta terhindar menurut kesan pemberontak.
Tipe 7 petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan buat merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada global, serta terhindar berdasarkan derita dan dukacita.
Tipe 8 pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, bertenaga, memberi dampak pada global, dan terhindar menurut kesan lemah.
Tipe 9 pendamai
Para pendamai dimotivasi sang kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu menggunakan orang lain serta menghindari pertarungan.

Tipe kepribadian dari golongan darah
Golongan darah A
Biasanya orang yg bergolongan darah A ini berkepala dingin, serius, sabar dan santai atau cool, bahasa kerennya.
Orang yang bergolongan darah A ini memiliki karakter yg tegas, bias di andalkan dan dipercaya namun keras ketua.
Sebelum melakukan sesuatu mereka memikirkannya terlebih dahulu. Dan merencanakan segala sesuatunya secara matang. Mereka mengerjakan segalanya dengan benar-benar-benar-benar serta secara konsisten.
Mereka berusaha menciptakan diri mereka se lumrah serta ideal mungkin.
Mereka bisa kelihatan menyendiri dan jauh menurut orang-orang.
Mereka mencoba menekan perasaan mereka dan lantaran tak jarang melakukannya mereka terlihat tegar. Meskipun sebenarnya mereka mempunya sisi yg lembek seperti gugup dan lain sebagainya.
Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang nir sependapat. Makanya mereka cenderung berada pada kurang lebih orang-orang yg ber’temperamen’ sama.


Golongan darah B
Orang yg bergolongan darah B ini cenderung penasaran dan tertarik terhadap segalanya.
Mereka juga cenderung memiliki terlalu banyak kegemaran serta hobby. Kalau sedang senang menggunakan sesuatu umumnya mereka menggebu-gebu tetapi cepat pula bosan.
Tapi biasanya mereka bisa menentukan mana yg lebih krusial menurut sekian poly hal yang di kerjakannya.
Mereka cenderung ingin menjadi angka satu pada banyak sekali hal ketimbang hanya dipercaya homogen-homogen. Dan umumnya mereka cenderung melalaikan sesuatu jika terfokus menggunakan kesibukan yg lain. Dengan istilah lain, mereka nir bisa mengerjakan sesuatu secara berbarengan.
Mereka dari luar terlihat brilian, riang, bersemangat serta antusias. Namun sebenarnya hal itu semua sama sekali tidak sama dengan yg terdapat didalam diri mereka.
Mereka bisa dikatakan sebagai orang yang nir ingin bergaul menggunakan banyak orang.

Golongan darah O
Orang yang bergolongan darah O, mereka ini umumnya berperan pada menciptakan gairah buat suatu gerombolan . Dan berperan dalam membentuk suatu keharmonisan diantara para anggota grup tadi.
Figur mereka terlihat sebagai orang yang menerima serta melaksakan sesuatu dengan damai. Mereka pandai menutupi sesuatu sebagai akibatnya mereka kelihatan selalu riang, damai dan nir punya kasus sama sekali. Tapi kalau tidak tahan, mereka pasti akan mencari tempat atau orang untuk curhat (tempat mengadu).
Mereka biasanya pemurah (baik hati), bahagia berbuat kebajikan. Mereka gemar memberi serta nir segan-segan mengeluarkan uang buat orang lain.
Mereka umumnya di cintai sang seluruh orang, “loved by all”. Tapi mereka sebenarnya keras kepala pula, serta secara rahasia memiliki pendapatnya sendiri mengenai banyak sekali hal.
Dilain pihak, mereka sangat fleksibel serta sangat mudah menerima hal-hal yg baru.
Mereka cenderung gampang pada pengaruhi oleh orang lain dan sang apa yang mereka lihat dari TV.
Mereka terlihat berkepala dingin dan terpercaya tapi mereka tak jarang tergelincir serta menciptakan kesalahan yg akbar lantaran kurang berhati-hati.
Tapi hal itu yg mengakibatkan orang yang bergolongan darah O ini di cintai.

Golongan darah AB
Orang yang bergolongan darah AB ini memiliki perasaan yg sensitif, lembut. 
Mereka penuh perhatian menggunakan perasaan orang lain serta selalu menghadapi orang lain menggunakan kepedulian dan kehati-hatian.
Disamping itu mereka keras menggunakan diri mereka sendiri pula menggunakan orang-orang yang dekat dengannya. 
Mereka jadi cenderung kelihatan memiliki dua kepribadian.
Mereka seringkali menjadi orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu dalam.
Mereka memiliki banyak sahabat, tapi mereka membutuhkan saat buat menyendiri buat memikirkan masalah-masalah mereka.

Faktor-faktor yg mensugesti kepribadian:
Faktor keturunan
Keturunan merujuk dalam faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk paras, gender, temperamen, komposisi otot serta refleks, taraf tenaga serta irama biologis adalah ciri yg dalam umumnya dipercaya, entah sepenuhnya atau secara substansial, ditentukan oleh siapa orang tua menurut individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, serta psikologis bawaan berdasarkan individu. Terdapat 3 dasar penelitian yg berbeda yang memberikan sejumlah dapat dipercaya terhadap argumen bahwa faktor keturunan mempunyai kiprah krusial dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama serius pada penyokong genetis dari perilaku serta temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yg dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja menurut saat ke saat dan dalam banyak sekali situasi. Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yg bertenaga terhadap imbas berdasarkan faktor keturunan. Bukti memberitahuakn bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, serta agresif bisa dikaitkan menggunakan ciri genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yg memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan serta warna rambut. Para peneliti telah menyelidiki lebih menurut 100 pasangan kembar identik yg dipisahkan semenjak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kecenderungan buat hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yg signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini pula memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu menghipnotis perkembangan kepribadian atau dengan istilah lain, kepribadian berdasarkan seseorang kembar identik yang dibesarkan pada famili yang tidak sama ternyata lebih mirip menggunakan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yg dibesarkan beserta-sama.

Faktor lain yg memberi efek cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan pada mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma pada famili, sahabat, dan grup sosial; dan imbas-imbas lain yg seseorang manusia bisa alami. Faktor lingkungan ini mempunyai peran dalam menciptakan kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan menurut satu generasi ke generasi berikutnya serta membentuk konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yg secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit imbas dalam kultur yg lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara mempunyai semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yg terus tertanam pada diri mereka melalui kitab , sistem sekolah, famili, serta teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius serta militan apabila dibandingkan dengan individu yg dibesarkan dalam budaya yg menekankan hayati beserta individu lain, kerja sama, dan memprioritaskan famili daripada pekerjaan serta karier.

PENGERTIAN KEPRIBADIAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk sang proses pengenalan Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang buat melakukan tingkah laku social eksklusif, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan.

Kepribadian secara umum
Personality atau kepribadian asal berdasarkan kata persona, kata persona merujuk dalam topeng yang biasa dipakai para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara generik ini adalah lemah karena hanya menilai konduite yg bisa diamati saja dan nir mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-karakteristik ini sanggup berubah tergantung dalam situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah lantaran sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu nir bisa dievaluasi “baik” atau “buruk” karena bersifat netral.

Kepribadian berdasarkan Psikologi
Untuk menjelaskan kepribadian dari psikologi aku akan memakai teori dari George Kelly yg memandang bahwa kepribadian menjadi cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang masih ada dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yg bersangkutan.

Lebih detail mengenai definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian merupakan suatu organisasi yg bergerak maju berdasarkan sistem psikofisik individu yg memilih tingkah laris serta pikiran individu secara spesial .

Definisi kepribadian menurut beberapa pakar antara lain sebagai berikut :
a. Yinger 
Kepribadian adalah holistik perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan eksklusif yang berinteraksi menggunakan serangkaian instruksi. 

b. M.A.W Bouwer 
Kepribadian merupakan corak tingkah laris social yang mencakup corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.

c. Cuber 
Kepribadian merupakan gabungan holistik berdasarkan sifat-sifat yg tampak serta bisa dilihat sang seseorang.

d. Theodore R. Newcombe 
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap konduite.

e. Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku, perasaan, ekspresi serta temparmen seseorang. Sikap perasaan aktualisasi diri serta tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seorang jika pada hadapan pada situasi eksklusif. Setiap orang memiliki kesamaan prilaku yg standar, atau pola dan konsisten, sehingga menjadi karakteristik khas pribadinya.

f. Menurut Schever Dan Lamm (1998)
mendevinisikan kepribadian menjadi holistik pola perilaku, kebutuhan, karakteristik-karakteristik kas serta prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yg sudah sebagai standar atu standar, sebagai akibatnya kalau di katakan pola sikap, maka perilaku itu telah standar berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang pada hadapi.

2. Teori Kepribadian
Teori Kepribadian
kita telah sepakat bahwa teori kepribadian didefinisikan berdasarekan konsep-konsep spesifik yg terkandung dalam teori-teori tertentu yg dianggap memadai buat mendeskripsikan atau tahu tingkah laris manusia secara lengkap atau utuh. Kita juga telah sepakati bahwa teori terdiri berdasarkan segugusan perkiraan yg saling bekerjasama tentang gejala-tanda-tanda emfiris eksklusif serta definisi-definisi realitas yang memungkin sipemakai beranjak berdasarkan teori-teori abstrak keobservasi empiris.
Teori-teori kepribadian termasuk kategori pertama ; teori kepribadian merupakan teori generik mengenai tingkah laku . Pembagian sederhana ini bermanfaat buat memisahkan teori kepribadian berdasarkan rumpun teori-teori kepribadian lainya. Teori kepribadain menerangkan banyak variasi pada hal banyaknya konsep motifasi yg digunakan. Beberapa teori kepribadian asal serta berguna buat menciptakan deskripsi mengenai tingkah laku yg abnormal atau patologis. Teori psikodinamika serius dalam pergerakan energi psikologis di pada insan, dalam bentuk kelekatan, permasalahan, serta motivasi. 

a. Teori kepribadian Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow lahir dalam lepas 1 April 1908 pada Brooklyn, New York. Dia anak pertama berdasarkan tujuh bersaudara. Kedua orangtuanya merupakan penganut yahudi tidak berpendidikan yang berimigrasi menurut Rusia. Lantaran sangat berharap anak-anaknya berhasil di dunia baru, ke 2 orang tuanya memaksa Maslow dan saudara-saudaranya belajar keras supaya meraih keberhasilan pada bidang akademik. Tidak heran bila semasa kanak-kanak dan remaja, Maslow menjadi anak penyendiri dan menghabiskan hari-harinya menggunakan buku. Maslow menerima kedudukan menurut departemen psikologi pada Branders berdasarkan 1951 sampai 1969. Disitu dia bertemu Kurt Goldstein, yg memberi ilham atau pikiran mengenai ekspresi pada bukunya yang populer, The Organism (1934). Disini juga dia memulai mengenalkan psikologi humanistik – sesuatu yang besar yg lebih krusial buat beliau daripada teori yg dibuatnya.maslow berbagi gagasan ini lebih lanjut dan dikenal dengan sebutan hirearki kebutuhan:
  • Kebutuhan fisiologis. Ini termasuk kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, serta lainnya seperti mineral serta vitamin. Ini pula, termasuk kebutuhan buat menjaga PH agar seimbang serta suhu yang sesuai. Dan pula, ada kebutuhan buat aktif, istirahat, tidur, buat melepaskan diri menurut yang tidak diperlukan ( CO2, keringat, air kencing, dan kotoran ), buat menjaga agar tidak sakit serta buat memenuhi.
  • Kebutuhan rasa aman. Kalau kebutuhan fisiologis telah diperhatikan, barulah lapisan kebutuhan ke 2 ini ada. Anda akan semakin ingin menemukan situasi serta syarat yg aman, stabil dan terlindung. Anda perlahan – huma akan menginginkan struktur serta tatanan. Sebaliknya, jika kebutuhan lapisan ke 2 ini dilihat secara negatif, perhatian anda akan terfokus bukan dalam dilema lapar serta haus, akan tetapi pada rasa takut serta kecemasan. Dikalangan orang-orang dewasa di amerika, kebutuhan ini akan terwujud pada impian mereka yg sangat bertenaga buat tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaan yg kondusif, perencanaan masa pension yang matang, premi, serta lain sebagainya.
  • Kebutuhan cinta dan rindu (kebutuhan buat dimiliki atau mempunyai). Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga pun muncul. Anda mulai merasa butuh teman, kekasih, anak dan bentuk hubungan berdasarkan perasaan Lainnya. Dilihat secara negative, anda akan semakin mencemaskan kesendirian serta kesepian. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini bisa berbentuk harapan buat menikah, memiliki famili, sebagai bagian berdasarkan satu gerombolan atau rakyat.
  • Kebutuhan harga diri. Setelah itu kita akan mencari harga diri. Maslow menyampaikan bahwa terdapat dua bentuk kebutuhan terhadap harga diri ini : bentuk yg lemah dan yg bertenaga. Bentuk yg lemah merupakan kebutuhan kita buat dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan dominasi. Sementara yg bertenaga merupakan kebutuhan kita buat percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi dan kebebasan. Bentuk kedua ini lebih bertenaga karena sekali didapat kita nir melepaskannya, tidak selaras menggunakan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain. Bentuk negative berdasarkan kebutuhan akan harga diri ini adalah rendah diri serta kompleks inferioritas. Maslow mwmbenarkan Adler waktu mengatakan bahwa masala inlah yang sebagai dasar kasus-masalah psikologis. Di Negara-negara modern, sebagian besar orang hanya mementingkan kebutuhan fisiologis serta rasa aman. Sering orang tidak terlalu memedulikan kebutuhan mereka akan cinta serta kerinduan.kebutuhan ekspresi, yaitu kebutuhan untuk mengenal realita. Jadi manusia memiliki harapan yang bertenaga buat mengetahui, memahami buka saja tentang dirinya, namun juga diluar dirinya.
  • Aktualisasi diri.tingkat terakhir ini agak sedikit tidak sama dengan empat tingkat sebelumnya. Maslow menyebut tingkat ini menggunakan istilah berbeda-beda: motivasi pertumbuhan (sebagai versus menurut motivasi devisit), kebutuhan-kebutuhan buat terdapat (being-needs) atau B-Needs (sebagai versus berdasarkan D-Needs). B-Needs adalah kebutuhan untuk aktualisasi-Diri. Kebutuhan-kebutuhan ekspresi ini nir memerlukan penyeimbangan atau homeostatis. Sekali diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan ini memang akan meningkat kalau kita “menyebarkannya”. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi hasrat buat monoton mewujudkan potensi-potensi diri, hasrat buat “menjadi apa yg anda bisa”. Kebutuhan ini lebih merupakan persoalan menjadi yg paripurna, sebagai “Anda” yang sebenarnya. Oleh karena itulah kebutuhan ini dianggap aktualisasi-diri.
  • Meta Kebutuhan dan Mega Patologi
Cara lain yg ditempuh Maslow buat mengetahui apakah sesungguhnya aktualisasi-diri merupakan dengan menilik apa yang menjadi kebutuhan paling dasar (B-needs) orang-orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya. Kebutuhan-kebutuhan yang ingin mereka penuhi demi kebahagiaan merupakan:
  • Kebenaran, bukan kepalsuan.
  • Kebaikan, bukan kejahatan .
  • Keindahan, bukan sesuatu yg jelek atau vulgar.
  • Kesatuan, kemenyeluruhan dan penghilangan oposisi biner, bukan pilihan-pilihan sekehendak hati.
  • Kehidupan yang hidup, bukan kematian atau kehidupan bagai mesin.
  • Keunikan, bukan keseragaman.
  • Kesempurnaan dan kepastian, bukan hal yang sembarangan, ketidakkonsistenan atau kebetulan.
  • Penyelesaian, bukan keterbengkalaian.
  • Keadilan serta keteraturan, bukan ketidakadilan serta kesewenang-wenangan.
  • Kesederhanaan, kerumitan-kerumitan yang tidak perlu.
  • Kebercukupan asal daya, bukan lingkungan yang miskin.
  • Kewajaran, bukan sesuatu ynag didasarkan dalam paksaan.
  • Keriangan serta Kegembiraan, bukan sesuatu yg kasar dan mekanistik, kering tanpa humor.
  • Kemandirian, bukan ketergantungan.
  • Kebermaknaan, bukan kehampaan hati.

b. Teori Freud
Sigmund Freud beropini bahwa kepribadian terdiri dari tiga sistem primer: id, ego, dan superego. Setiap tindakan kita merupakan output interaksi dan keseimbangan antara ketiga sistem tadi. 

c. Teori Jung
Carl Jung dalam awalnya merupakan salah satu teman terdekat Freud dan anggota bundar koleganya, namun pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran mengenai ketidaksadaran. Menurut Jung, pada samping ketidaksadaran individual, manusia memiliki ketidaksadaran kolektif yang mencakup ingatan universal, simbol-simbol, citra eksklusif, dan tema-tema yang disebutya menjadi arketipe. 

3. Tahapan Perkembangan Kepribadian
a. Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri merupakan taraf di mana individu menyukai atau nir menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap serta efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau nir berdaya atas [lingkungan] mereka. Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan sang 2 elemen utama: harga diri dan lokus kendali. Harga diri didefinisikan menjadi tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat hingga mana individu menduga diri mereka berharga atau nir berharga menjadi seorang insan. 

b. Machiavellianisme
Machiavellianisme adalah tingkat di mana seseorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, serta yakin bahwa output lebih penting daripada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme asal menurut nama Niccolo Machiavelli, penulis dalam abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan memakai kekuasaan.
c. Narsisisme
Narsisisme adalah kesamaan menjadi sombong, memiliki rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yg lebih baik apabila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yg lebih jelek. Individu narsisis seringkali ingin mendapatkan pengakuan berdasarkan individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sebagai akibatnya individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar pada individu yang mengancam mereka. Individu narsisis jua cenderung egois serta eksploitif, serta acap kali memanfaatkan sikap yg dimiliki individu lain buat manfaatnya.

d. Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seorang buat menyesuaikan perilakunya menggunakan faktor situasional eksternal. Individu menggunakan tingkat pemantauan diri yg tinggi menunjukkan kemampuan yg sangat baik dalam menyesuaikan perilaku menggunakan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yg tinggi cenderung lebih memerhatikan konduite individu lain serta pintar mengikuti keadaan bila dibandingkan dengan individu yg mempunyai tingkat pemantauan diri yang rendah. 

e. Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan monoton buat mencapai lebih banyak dalam saat yg lebih sedikit serta melawan upaya-upaya yg menentang menurut orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara, ciri ini cenderung dihargai serta dikaitkan secara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik tipe A adalah: 
  • selalu bergerak, berjalan, serta makan cepat;
  • merasa tidak sabaran;
  • berusaha keras buat melakukan atau memikirkan 2 hal pada waktu yang bersamaan;
  • tidak dapat menikmati waktu luang;
  • terobsesi menggunakan angka-angka, mengukur keberhasilan pada bentuk jumlah hal yg bisa mereka peroleh.
f. Kepribadian proaktif
Kepribadian agresif adalah sikap yg cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, serta tekun hingga berhasil mencapai perubahan yg berarti. Pribadi proaktif membangun perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan. 

Tahap termin perkembangan kognitif
Piaget nir terlalu memperhatikan batasan usia berdasarkan tahapan tahapan perkembangan yang dikemukakannya. Oleh karena itu Ginsburg dan opper mengadakan pengamatan lebih lanjut serta berhasil membuat pengelompokan usia menjadi berikut:
a. Tahap 1: stadium sensori motor ( 00 – 18 atau 24 bulan )
Pada stadium ini gerak anak diawali dengan tingkah laris refleks murni (belum terdapat differensiasi antara anak dengan kelilingnya ). Pada akhir periode ini baru nampak differensiasi yang jelas antara subjek menggunakan objek. Pada masa ini berkembang pula suatu kemampuan khusus, yaitu object permanence ( permanensi objek ). 

Stadium ini dibagi ke pada 6 sub stadium Â: 
1. Sub stadium 1 : Modifikasi refleks ( 0 -1 bulan ) : reflek tanpa arah dan secara efisien
2. Sub stadium dua : Reaksi pengulangan pertama ( 1 -4 bulan ) : aktivitas menyenangkan akan diulang, ada pengertian bahwa aktivitas yg menarik masih ada apada tubuhnya sendiri
3. Sub stadium tiga : Reaksi pengulangan dua ( 4 -10 bulan ) : Bayi menemukan objek – objek diluar dirinya yg menarik ( secara nir sengaja ), dan akan diulang lagi aktivitas tadi. Bayi mulai mengetahui adanya interaksi antara aktivitasnya dengan objek objek menarik pada luar dirinya.
4. Sub stadium 4 : Koordinasi reaksi reaksi sekunder ( 10 – 12 bulan _ : Gerak gerik bayi telah mulai terdifferensiasi. Bayi telah mulai dapat mengkoordinasikan 2 skema yang terpisah buat menerima sesuatu.
5. Sub stadium 5 : Reaksi pengulangan ketiga ( 12 -18 bulan ) : anak mencari serta mencapai sesuatu yang baru sang usahanya sendiri. Anak tidak sekedar melakukan gerakan coba – coba secara nir sengaja tetapi ia telah sanggup membarui gerakan gerakannya buat mencapai suatu output ( ada tujuan yg lebih kentara )
6. Sub stadium 6 : Permulaan berpikir ( 18 – 24 bulan ) : anak mulai bisa berpikir secara internal ( menganalisis suatu insiden )
b. Tahap dua : Stadium pra operaional ( 2 – 7 tahun )

Pada termin ini anak sudah sanggup melakukan aktifitas simbolis ( aktivitas intern ), anak mampu berpura pura, anak mampu meniru ( imitasi dan imitasi tertunda / delayed imitation ), masih egosentris serta centralized : Penyusunan -> anak baru bisa menyusun dua benda menggunakan ukuran berbeda, Pengelompokan : anak lebih tertarik dalam sekelompok benda yang mempunyai karakteristik ciri tertentu dengan jumlah lebih poly, perlindungan : kemampuan anak buat memahami bahwa jumlah benda selalu tetap, meski di tempatkan pada loka yg tidak selaras beda.

c. Tahap ketiga : Stadium operasional konkrit ( 7 -1 1 tahun)
Pada stadium ini anak sudah sanggup melakukan tugas – tugas perlindungan dengan baik. Cara berpikir egosentrisme mulai berkurang, sanggup memperhatikan lebih menurut satu dimensi dan menghubungkan dimensi dimensi tadi satu sama lain, bisa berpikir logis, namun pada situasi yang kongkrit

d. Tahap 4 : Stadium operasional formal
Pada stadium ini anak sudah bisa berpikir secara operasional formal / abstract thingking yang memiliki 2 sifat penting : deduktif – hipotesis serta kombinatoris

4. Tipe Kepribadian & Faktor Pendukung
Sembilan Tipe Kepribadian Manusia
Tipe 1 perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan buat hayati menggunakan sahih, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
Tipe dua penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan buat dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, serta menghindari kesan membutuhkan.
Tipe 3 pengejar prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan buat sebagai orang yg produktif, meraih kesuksesan, serta terhindar berdasarkan kegagalan.
Tipe 4 romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk tahu perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hayati, dan menghindari citra diri yg biasa-biasa saja.
Tipe lima pengamat
Orang tipe ini termotivasi sang kebutuhan buat mengetahui segala sesuatu serta alam semesta, merasa relatif dengan diri sendiri serta menjaga jarak, dan menghindari kesan udik atau nir mempunyai jawaban.
Tipe 6 pencemas
Orang tipe 6 termotivasi sang kebutuhan buat mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar menurut kesan pemberontak.
Tipe 7 petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan buat merasa bahagia dan merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih dalam dunia, dan terhindar dari derita dan dukacita.
Tipe 8 pejuang
Tipe pejuang termotivasi sang kebutuhan buat bisa mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi dampak dalam dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
Tipe 9 pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan buat menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari pertarungan.

Tipe kepribadian berdasarkan golongan darah
Golongan darah A
Biasanya orang yg bergolongan darah A ini berkepala dingin, serius, tabah serta santai atau cool, bahasa kerennya.
Orang yang bergolongan darah A ini memiliki karakter yang tegas, bias pada andalkan dan dipercaya namun keras kepala.
Sebelum melakukan sesuatu mereka memikirkannya terlebih dahulu. Dan merencanakan segala sesuatunya secara matang. Mereka mengerjakan segalanya menggunakan sungguh-benar-benar dan secara konsisten.
Mereka berusaha membuat diri mereka se lumrah dan ideal mungkin.
Mereka sanggup kelihatan menyendiri serta jauh menurut orang-orang.
Mereka mencoba menekan perasaan mereka dan lantaran seringkali melakukannya mereka terlihat tegar. Meskipun sebenarnya mereka mempunya sisi yg lembek misalnya gugup serta lain sebagainya.
Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang nir sependapat. Makanya mereka cenderung berada di lebih kurang orang-orang yang ber’temperamen’ sama.


Golongan darah B
Orang yang bergolongan darah B ini cenderung penasaran dan tertarik terhadap segalanya.
Mereka pula cenderung mempunyai terlalu poly kegemaran serta hobby. Kalau sedang senang menggunakan sesuatu umumnya mereka menggebu-gebu tetapi cepat pula bosan.
Tapi umumnya mereka bisa memilih mana yang lebih krusial berdasarkan sekian banyak hal yg pada kerjakannya.
Mereka cenderung ingin menjadi nomor satu dalam aneka macam hal ketimbang hanya dianggap homogen-rata. Dan umumnya mereka cenderung melalaikan sesuatu bila terfokus menggunakan kesibukan yg lain. Dengan kata lain, mereka tidak mampu mengerjakan sesuatu secara berbarengan.
Mereka berdasarkan luar terlihat cemerlang, riang, bersemangat serta antusias. Namun sebenarnya hal itu seluruh sama sekali tidak sinkron dengan yang terdapat didalam diri mereka.
Mereka sanggup dikatakan menjadi orang yang tidak ingin bergaul menggunakan poly orang.

Golongan darah O
Orang yang bergolongan darah O, mereka ini biasanya berperan dalam menciptakan gairah buat suatu gerombolan . Dan berperan pada membentuk suatu keharmonisan diantara para anggota kelompok tersebut.
Figur mereka terlihat sebagai orang yg menerima serta melaksakan sesuatu dengan hening. Mereka pintar menutupi sesuatu sebagai akibatnya mereka kelihatan selalu riang, hening dan nir punya perkara sama sekali. Tapi bila tidak tahan, mereka niscaya akan mencari tempat atau orang buat curhat (loka mengadu).
Mereka biasanya pemurah (baik hati), bahagia berbuat kebajikan. Mereka dermawan serta nir segan-segan mengeluarkan uang untuk orang lain.
Mereka umumnya di cintai oleh semua orang, “loved by all”. Tapi mereka sebenarnya keras kepala pula, dan secara misteri mempunyai pendapatnya sendiri mengenai aneka macam hal.
Dilain pihak, mereka sangat fleksibel serta sangat gampang mendapat hal-hal yg baru.
Mereka cenderung gampang pada pengaruhi oleh orang lain dan sang apa yg mereka lihat berdasarkan TV.
Mereka terlihat berkepala dingin serta terpercaya akan tetapi mereka tak jarang tergelincir serta menciptakan kesalahan yg besar lantaran kurang berhati-hati.
Tapi hal itu yg menyebabkan orang yg bergolongan darah O ini di cintai.

Golongan darah AB
Orang yang bergolongan darah AB ini memiliki perasaan yang sensitif, lembut. 
Mereka penuh perhatian menggunakan perasaan orang lain dan selalu menghadapi orang lain menggunakan kepedulian serta kehati-hatian.
Disamping itu mereka keras menggunakan diri mereka sendiri jua dengan orang-orang yg dekat dengannya. 
Mereka jadi cenderung kelihatan mempunyai dua kepribadian.
Mereka acapkali sebagai orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu pada.
Mereka memiliki banyak teman, tapi mereka membutuhkan waktu buat menyendiri buat memikirkan problem-problem mereka.

Faktor-faktor yang menghipnotis kepribadian:
Faktor keturunan
Keturunan merujuk dalam faktor genetis seseorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, taraf tenaga serta irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, ditentukan sang siapa orang tua berdasarkan individu tadi, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan berdasarkan individu. Terdapat 3 dasar penelitian yang tidak sinkron yg memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan mempunyai peran krusial pada menentukan kepribadian seorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis menurut konduite dan temperamen anak-anak. Dasar ke 2 berfokus dalam anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja berdasarkan waktu ke saat serta dalam banyak sekali situasi. Penelitian terhadap anak-anak menaruh dukungan yg kuat terhadap pengaruh berdasarkan faktor keturunan. Bukti memberitahuakn bahwa sifat-sifat misalnya perasaan malu, rasa takut, dan militan dapat dikaitkan menggunakan ciri genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin didapatkan berdasarkan kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan serta rona rambut. Para peneliti telah menilik lebih menurut 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kecenderungan buat hampir setiap karakteristik perilaku, ini mengindikasikan bahwa bagian variasi yg signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait menggunakan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan nir begitu mensugesti perkembangan kepribadian atau menggunakan kata lain, kepribadian dari seseorang kembar identik yang dibesarkan pada famili yang berbeda ternyata lebih seperti menggunakan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik menggunakan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.

Faktor lain yang memberi dampak relatif akbar terhadap pembentukan karakter merupakan lingkungan pada mana seorang tumbuh serta dibesarkan; kebiasaan pada famili, sahabat, dan kelompok sosial; serta dampak-imbas lain yg seseorang manusia bisa alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran pada membentuk kepribadian seorang. Sebagai model, budaya membangun norma, perilaku, serta nilai yg diwariskan menurut satu generasi ke generasi berikutnya dan membuat konsistensi seiring berjalannya saat sehingga ideologi yang secara intens berakar pada suatu kultur mungkin hanya mempunyai sedikit impak dalam kultur yg lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara mempunyai semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui kitab , sistem sekolah, keluarga, dan sahabat, sebagai akibatnya orang-orang tadi cenderung ambisius serta agresif bila dibandingkan dengan individu yg dibesarkan dalam budaya yg menekankan hayati beserta individu lain, kerja sama, dan memprioritaskan famili daripada pekerjaan serta karier.