PENGERTIAN PEMIMPIN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Pemimpin Menurut Para Ahli
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yg lebih dikenal menggunakan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat menurut banyaknya literatur yg mengkaji tentang kepemimpinan dengan aneka macam sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dicermati menurut bak saja, akan namun dapat dilihat menurut penyiapan sesuatu secara berencana serta dapat melatih calon-calon pemimpin.

Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telah muncul beserta-sama menggunakan peradapan insan. Kerjasama tadi timbul pada tata kehidupan sosial rakyat atau gerombolan -grup insan dalam rangka buat mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang serta menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tadi, terjadi kerjasama antar insan serta mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin menurut kelompok tersebut adalah orang-orang yg paling kuat dan bagak, sehingga terdapat anggaran yg disepakati secara beserta-sama contohnya seseorang pemimpin harus lahir menurut keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet , pandai , memiliki imbas serta lain-lain. Hingga hingga kini seorang pemimpin wajib memiliki kondisi-syarat yang nir ringan, karena pemimpin menjadi ujung tombak kelompok.

Kepemimpinan atau leadership adalah ilmu terapan menurut ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip serta rumusannya dibutuhkan bisa mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan insan (Moejiono, 2002). Ada poly definisi kepemimpinan yg dikemukakan sang para pakar dari sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tadi menunjukkan adanya beberapa kesamaan.

Definisi Kepemimpinan berdasarkan Tead; Terry; Hoyt (pada Kartono, 2003) merupakan kegiatan atau seni menghipnotis orang lain agar mau berhubungan yang didasarkan dalam kemampuan orang tersebut buat membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yg diinginkan grup. Kepemimpinan dari Young (dalam Kartono, 2003) lebih terarah serta jelas dari definisi sebelumnya. Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang mampu mendorong atau mengajak orang lain buat berbuat sesuatu yg dari penerimaan oleh kelompoknya, serta memiliki keahlian khusus yg tepat bagi situasi yg khusus.

Dalam teori kepribadian menurut Moejiono (2002) memandang bahwa kepemimpinan tadi sebenarnya menjadi akibat efek satu arah, lantaran pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas eksklusif yang membedakan dirinya menggunakan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan menjadi pemaksaan atau pendesakan imbas secara nir langsung serta menjadi wahana buat membentuk grup sinkron menggunakan hasrat pemimpin (Moejiono, 2002).

PENGERTIAN PEMIMPIN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Pemimpin Menurut Para Ahli
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan menggunakan pertumbuhan manajemen ilmiah yg lebih dikenal dengan ilmu mengenai memimpin. Hal ini terlihat berdasarkan banyaknya literatur yang mengkaji mengenai kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan nir hanya dicermati berdasarkan bak saja, akan tetapi dapat dipandang menurut penyiapan sesuatu secara berencana serta dapat melatih calon-calon pemimpin.

Sejarah timbulnya kepemimpinan, semenjak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi sudah ada bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial rakyat atau kelompok-grup manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan hewan serta menghadapi alam sekitarnya. Berangkat menurut kebutuhan bersama tadi, terjadi kerjasama antar insan serta mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yg ditunjuk sebagai pemimpin berdasarkan kelompok tadi ialah orang-orang yang paling bertenaga serta bagak, sehingga terdapat aturan yang disepakati secara bersama-sama contohnya seseorang pemimpin harus lahir berdasarkan keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet , pandai , mempunyai dampak serta lain-lain. Hingga sampai kini seseorang pemimpin harus memiliki syarat-kondisi yang tidak ringan, lantaran pemimpin menjadi ujung tombak kelompok.

Kepemimpinan atau leadership adalah ilmu terapan menurut ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip serta rumusannya diharapkan bisa mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan insan (Moejiono, 2002). Ada poly definisi kepemimpinan yg dikemukakan sang para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut memberitahuakn adanya beberapa kecenderungan.

Definisi Kepemimpinan dari Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) merupakan aktivitas atau seni menghipnotis orang lain agar mau berhubungan yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut buat membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yg diinginkan kelompok. Kepemimpinan menurut Young (pada Kartono, 2003) lebih terarah dan terperinci menurut definisi sebelumnya. Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yg sanggup mendorong atau mengajak orang lain buat berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan sang kelompoknya, serta mempunyai keahlian spesifik yang sempurna bagi situasi yang khusus.

Dalam teori kepribadian dari Moejiono (2002) memandang bahwa kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai dampak impak satu arah, karena pemimpin mungkin mempunyai kualitas-kualitas eksklusif yang membedakan dirinya menggunakan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan menjadi pemaksaan atau pendesakan dampak secara tidak pribadi dan menjadi sarana buat membentuk grup sesuai dengan cita-cita pemimpin (Moejiono, 2002).

DEFINISI PEMIMPIN MENURUT PARA AHLI DAN DALAM BEBERAPA KAMUS MODERN

Definisi Pemimpin Menurut Para Ahli Dan Dalam Beberapa Kamus Modern
Ahmad Rusli pada kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999). Menyatakan pemimpin merupakan individu manusia yang diamanahkan memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yg ditetapkan.

Miftha Thoha pada bukunya Prilaku Organisasi (1983: 255). Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mensugesti orang lain atau gerombolan tanpa mengindahkan bentuk sebab. 

Kartini Kartono (1994 : 33). Pemimpin adalah seorang pribadi yang mempunyai kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga beliau sanggup menghipnotis orang-orang lain buat beserta-sama melakukan kegiatan-aktivitas eksklusif, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

C.N. Cooley (1902). Pemimpin itu selalu adalah titik pusat menurut suatu kesamaan, serta dalam kesempatan lain, seluruh gerakan sosial kalau diamati secara cermat akan ditemukan kesamaan yang mempunyai titik sentra.

Henry Pratt Faiechild pada Kartini Kartono (1994: 33). Pemimpin dalam pengertian adalah seorang yang menggunakan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol bisnis/upaya orang lain atau melalui martabat, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yg membimbing, memimpin menggunakan donasi kualitas-kualitas persuasifnya serta ekseptansi/penerimaan secara sukarela sang para pengikutnya.

Sam Walton. Pemimpin besar akan berusaha menanamkan rasa percaya diri dalam para pendukung. Apabila orang mempunyai percaya diri tinggi, maka kita akan terkejut pada output luar biasa yang akan mereka raih.

Rosalynn Carter. “Seorang pemimpin biasa membawa orang lain ke tempat yang ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yg luar biasa membawa para pendukung ke loka yang mungkin nir ingin mereka tuju, namun yang wajib mereka tuju. 

John Gage Alle. Leader…a guide; a conductor; a commander” (pemimpin itu artinya pemandu, penunjuk, penuntun; komandan).

Jim Collin. Mendefinisikan pemimpin mempunyai beberapa strata, terendah adalah pemimpin yg andal, kemudian pemimpin yang menjadi bagian dalam tim, lalu pemimpin yang memiliki visi, taraf yang paling tinggi merupakan pemimpin yang bekerja bukan dari ego eksklusif, namun buat kebaikan organisasi serta bawahannya.

Modern Dictionary Of Sociology (1996). Pemimpin (leader) adalah seorang yang menempati peranan sentral atau posisi mayoritas serta pengaruh pada kelompok (a person who occupies a central role or position of dominance and influence in a group).

C.N. Cooley pada “ The Man Nature and the Social Order’.
Pemimpin itu selalu merupakan titik sentra dari suatu kecenderungan, dan kebalikannya, semua gerakan sosial, bila diamat-amati secara cermat, akan ditemukan pada dalamnya kecenderungan-kesamaan yg memiliki titik pusat.

I . Redl pada “Group Emotion and Leadership”. Pemimpin merupakan seorang yang menjadi titik pusat yg mengintegrasikan grup.

J.L. Borwn dalam “Psychology and the Social Order”. Pemimpin nir dapat dipisahkan dengan kelompok, namun dapat ditinjau menjadi suatu posisi yang memiliki potensi yang tinggi dibidangnya.

Kenry Pratt Fairchild pada “Dictionary of Sociologi and Related Sciences”. Pemimpin bisa dibedakan pada dua arti; Pertama, pemimpin arti luas, sesorang yg memimpin menggunakan cara merogoh inisiatif tingkah laris masyarakat secara mengarahkan, mengorganisir atau mengawasi usaha-usaha orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan. Kedua, pemimpin arti sempit, seorang yg memimpin menggunakan alat-alat yang meyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara senang rela.

Dr. Phil. Astrid S. Susanto. Pemimpin adalah orangyang dianggap memiliki efek terhadap sekelompok orang banyak.

Ensiklopedia Administrasi (disusun sang Staf Dosen Balai Pembinaan Administrasi Universitas Gadjah Mada). Pemimpin (Leader) merupakan orang yang melakukan kegiatan atau proses menghipnotis orang lain dalam situasi eksklusif, melalui proses komunikasi, yg diarahkan guna mencapai tujuan/tujuan-tujuan eksklusif.

Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian galat seseorang pada antara mereka “mengajak” sahabat-temannya buat melakukan sesuatu (Apakah: nonton film, bermain sepak bola, dan lain-lain). Pada pengertian yang sederhana orang tadi telah melakukan “aktivitas memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, terdapat teman serta terdapat aktivitas dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yg dikemukakan para pakar tentang kepemimpinan yg tentu saja berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut : 
  1. Koontz serta O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan menjadi proses menghipnotis sekelompok orang sehingga mau bekerja menggunakan benar-benar-sungguh buat meraih tujuan kelompoknya. 
  2. Wexley dan Yuki (1977), kepemimpinan mengandung arti mensugesti orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan energi, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka. 
  3. Georger R. Terry, kepemimpinan merupakan kegiatan mensugesti orang-orang buat bersedia berusaha mencapai tujuan bersama. 
  4. Pendapat lain, kepemimpinan adalah suatu proses dengan aneka macam cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang. 
Dari keempat definisi tadi, bisa disimpulkan bahwa sudut pandang yg dicermati sang para ahli tersebut merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain buat mencapai tujuan beserta.

Definisi lain, para ahli kepemimpinan merumuskan definisi, sebagai berikut: 1) Fiedler (1967), kepemimpinan dalam dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yg memakai kewenangan dan pengaruhnya terhadap grup orang supaya bekerja bersama-sama buat mencapai tujuan. Dua) John Pfiffner, kepemimpinan merupakan kemampuan mengkoordinasikan dan memotivasi orang-orang serta kelompok untuk mencapai tujuan yg pada kehendaki. Tiga) Davis (1977), mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan buat mengajak orang lain mencapai tujuan yang telah dipengaruhi dengan penuh semangat. 4) Ott (1996), kepemimpinan dapat didefinisikan menjadi proses interaksi antar pribadi yang pada dalamnya seorang mensugesti sikap, kepercayaan , dan khususnya konduite orang lain. 5) Locke et.al. (1991), mendefinisikan kepemimpinan adalah proses membujuk orang lain buat mengambil langkah menuju suatu sasaran beserta Dari kelima definisi ini, para ahli ada yg meninjau menurut sudut pandang dari pola interaksi, kemampuan mengkoordinasi, memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk dan mensugesti orang lain. 

Dari beberapa definisi pada atas, ada beberapa unsur utama yang mendasari atau sudut pandang serta sifat-sifat dasar yang ada pada merumuskan definisi kepemimpinan, yaitu:

a. Unsur-unsur yang mendasari
Unsur-unsur yg mendasari kepemimpinan menurut definisi-definisi yang dikemukakan di atas, merupakan: (1) Kemampuan mempengaruhi orang lain (grup/bawahan). (dua) Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laris orang lain atau kelompok. (tiga) adanya unsur kolaborasi buat mencapai tujuan yg diinginkan.

b. Sifat dasar kepemimpinan
Sifat-sifat yg mendasari kepemimpinan merupakan kecakapan memimpin. Paling tidak, bisa dikatakan bahwa kecakapan memimpin meliputi tiga unsur kecakapan pokok, yaitu: 
  1. Kecakapan tahu individual, adalah mengetahui bahwa setiap insan mempunyai daya motivasi yang tidak sinkron pada banyak sekali waktu dan keadaan yang berlainan. 
  2. Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi ilham. 
  3. Kemampuan buat melakukan tindakan pada suatu cara yang dapat membuatkan suasana (iklim) yang bisa memenuhi serta sekaligus mengakibatkan dan mengendalikan motivasi-motivasi (Tatang M. Amirin, 1983:15). Pendapat lain, menyatakan bahwa kecakapan memimpin meliputi 3 unsur utama yg mendasarinya, yaitu : 
  • Seseorang pemimpin wajib memiliki kemampuan persepsi sosial [sosial perception]. 
  • Kemampuan berpikir tak berbentuk [abilitiy in abstrakct thinking]. 
  • Memiliki kestabilan emosi [emosional stability].
Kemudian dari definisi Locke, yg dikemukakan di atas, dapat mengkategorikan kepemimpinan menjadi tiga [tiga] elemen dasar, yaitu: 
  1. Kepemimpinan adalah suatu konsep rekanan [relation consept], ialah kepemimpinan hanya ada dalam rekanan menggunakan orang lain, maka bila tiadak terdapat pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin. Dalam defines Locke, implisit premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan ilham dan berelasi menggunakan para pengikut mereka. 
  2. Kepemimpinan adalah suatu proses, adalah proses kepemimpinan lebih berdasarkan sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena dipandang tidak cukup memadai buat membuat seseorang sebagai pemimpin, ialah seorang pemimpin harus melakukan sesuatu. Maka menurut Burns (1978), bahwa untuk menjadi pemimpin seorang wajib bisa mengembangkan motivasi pengikut secara terus menerus serta mengubah perilaku mereka sebagai responsif.
  3. Kepemimpinan berarti mempengaruhi orang-orang lain buat merogoh tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mensugesti pengikutnya menggunakan aneka macam cara, seperti memakai otoritas yg terlegitimasi, menciptakan contoh (sebagai teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan serta hukuman, restrukrisasi organisasi, serta mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dicermati efektif bila bisa membujuk para pengikutnya buat meninggalkan kepentingan eksklusif mereka demi keberhasilan organisasi (Bass, 1995. Locke et.al., 1991., pada Mochammad Teguh, dkk., 2001:69).
Dari definisi-definisi di atas, paling tidak bisa ditarik konklusi yg sama , yaitu perkara kepemimpinan merupakan kasus sosial yg pada dalamnya terjadi hubungan antara pihak yg memimpin dengan pihak yg dipimpin buat mencapai tujuan beserta, baik menggunakan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi serta mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya nir hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-acara saja, namun lebih berdasarkan itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya buat ikut berperan aktif sehingga mereka bisa menaruh donasi yg posetif pada bisnis mencapai tujuan.

Teori Kelahiran Pemimpin
Para ahli teori kepemimpinan sudah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya Seorang Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 3 (3) teori yg menonjol (Sunindhia serta Ninik Widiyanti, 1988:18), yaitu:

a. Teori Genetik
Penganut teori ini beropini bahwa, “pemimpin itu dilahirkan serta bukan dibuat”. Pandangan terori ini bahwa, seorang akan sebagai pemimpin lantaran “keturunan” atau dia telah dilahirkan dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini, bisa saja terjadi, lantaran seorang dilahirkan sudah “mempunyai potensi” termasuk “memiliki potensi atau bakat” buat memimpin dan inilah yang diklaim dengan faktor “dasar”. Dalam empiris, teori keturunan ini umumnya bisa terjadi pada kalangan bangsawan atau keturunan raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang lahir dalam keturunan tadi akan diangkan sebagai raja.

b. Teori Sosial
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seorang yang sebagai pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan (Leaders are made and not born). Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang itu sama serta mempunyai potensi buat menjadi pemimpin. Tiap orang memiliki potensi atau talenta untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi tadi teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang dianggap menggunakan faktor “ajar” atau “latihan”.

Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan dilatih buat menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang mempunyai potensi buat menjadi pemimpin, meskipun dia bukan merupakan atau asal menurut keturunan dari seorang pemimpin atau seorang raja, asalkan bisa dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin.

c. Teori Ekologik
Penganut teori ini beropini bahwa, seorang akan menjadi pemimpin yang baik “manakala dilahirkan” telah memiliki talenta kepemimpinan. Kemudian bakat tadi dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan buat menyebarkan lebih lanjut talenta-bakat yg sudah dimiliki.

Jadi, inti berdasarkan teori ini yaitu seseorang yang akan sebagai pemimpin adalah kumpulan antara faktor keturunan, talenta, serta lingkungan yaitu faktor pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasi menggunakan baik.

Selain ketiga teori tersebut, ada pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa, terdapat 3 faktor yg turut berperan pada proses perkembangan seseorang menjadi pemimpin atau nir, yaitu: 
  1. Bakat kepemimpinan yg dimilikinya. 
  2. Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yg pernah diperolehnya, serta 
  3. Kegiatan sendiri buat menyebarkan bakat kepemimpinan tersebut. 
Teori ini diklaim menggunakan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang niscaya, merupakan seseorang dapat sebagai pemimpin apabila mempunyai bakat, lingkungan yg membentuknya, kesempatan serta kepribadian, motivasi serta minat yg memungkinkan buat sebagai pemimpin.

Menurut Ordway Tead, bahwa timbulnya seseorang pemimpin, karana : (1) Membentuk diri sendiri (self constituded leader, self mademan, born leader). (dua) Dipilih sang golongan, ialah dia sebagai pemimpin lantaran jasa-jasanya, lantaran kecakapannya, keberaniannya serta sebagainya terhadap organisasi. (3) Ditunjuk berdasarkan atas, adalah ia sebagai pemimpin karena dipercaya dan disetujui oleh pihak atasannya (Imam Mujiono, 2002: 18).

Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat akbar artinya buat mengkaji sejauh mana kepemimpinan pada suatu organisasi sudah bisa dilaksanakan secara efektif dan menunjang pada produktifitas organisasi secara holistik. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan supaya nantinya memiliki referensi pada menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :

1. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali pada Yunani Kuno serta Romawi yg beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yg lalu teori ini dikenal “The Greatma Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat impak menurut aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan namun pula dapat dicapai melalui pendidikan serta pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik, mental dan kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yg berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain:

a) Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yg mempunyai kecerdasan yg tinggi pada atas kecerdasan rat-rata berdasarkan pengikutnya akan memiliki kesempatan berhasil yang lebih tinggi juga. Lantaran pemimpin dalam umumnya memiliki tingkat kecerdasan yg lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

b) Kedewasaan serta keluasan interaksi sosial
Umumnya pada dalam melakukan hubungan sosial menggunakan lingkungan internal maupun eksternal, seseorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang serta stabil. Hal ini membuat pemimpin nir mudah panic serta goyah pada mempertahankan pendirian yg diyakini kebenarannya.

c) Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya mempunyai motivasi diri yang tinggi dan dorongan buat berprestasi. Dorongan yg bertenaga ini lalu tercermin pada kinerja yg optimal, efektif dan efisien.

d) Sikap interaksi kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya bisa berpihak kepadanya.

2. Teori Kepemimpinan Perilaku serta Situasi
Berdasarkan penelitian, konduite seseorang pemimpin yg mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal, yaitu:
  • Pertama yang diklaim dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seseorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab menggunakan bawahan. Contoh tanda-tanda yang ada dalam hal ini misalnya : membela bawahan, memberi masukan pada bawahan serta bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
  • Kedua dianggap Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan pada bawahan. Contoh yg bisa dicermati , bawahan mendapat instruksi pada pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yg akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seseorang pemimpin yg baik merupakan bagaimana seseorang pemimpin yang memiliki perhatian yg tinggi kepada bawahan dan terhadap output yang tinggi juga.

3. Teori kewibawaan pemimpin
Kewibawaan adalah faktor krusial pada kehidupan kepemimpinan, karena dengan faktor itu seseorang pemimpin akan bisa mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun gerombolan sebagai akibatnya orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yg dikehendaki sang pemimpin.

4. Teori kepemimpinan situasi
Seorang pemimpin harus adalah seorang pendiagnosa yg baik serta harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan taraf kedewasaan bawahan.

5. Teori kelompok
Agar tujuan grup (organisasi) bisa tercapai, harus ada pertukaran yg positif antara pemimpin menggunakan pengikutnya.

Tipe serta Gaya Kepemimpinan
Kartini Kartono mengungkapkan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:

1. Tipe Kharismatik
Tipe ini memiliki daya tarik dan pembawaan yg luar biasa, sehingga mereka memiliki pengikut yg jumlahnya besar . Kesetiaan serta kepatuhan pengikutnya ada berdasarkan agama terhadap pemimpin itu. Pemimpin dipercaya mempunyai kemampuan yang diperoleh menurut kekuatan

Yang Maha Kuasa.

2. Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;
a. Menganggap bawahannya belum dewasa
b. Bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberi kesempatan bawahan buat merogoh keputusan
d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat menjadi berikut:
a. Pemimipin organisasi sebagai miliknnya
b. Pemimpin bertindak sebagai dictator
c. Cara menggerakkan bawahan menggunakan paksaan serta ancaman.

4. Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin memiliki siafat sifat:
a. Menuntut kedisiplinan yg keras dan kaku
b. Lebih banyak menggunakan system perintah
c. Menghendaki keputusan absolut berdasarkan bawahan
d. Formalitas yang berlebih-lebihan
e. Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan
f. Sifat komunikasi hanya sepihak

5. Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan kasus kerja sama sebagai akibatnya masih ada koordinasi pekerjaan berdasarkan seluruh bawahan. Kepemimpinan demokrasi menghadapi potensi sikap individu, mau mendengarkan saran dan kritik yang sifatnya membentuk. Jadi pemimpin menitik beratkan pada aktifitas setiap anggota gerombolan , sebagai akibatnya semua unsure organisasi dilibatkan pada akatifitas, yg dimulai penentuan tujuan,, pembuatan planning keputusan, disiplin.

Syarat-syarat Kepemimpinan
Ada 3 hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:

1. Kekuasaan
Kekuasaaan merupakan otorisasi dan legalitas yg menaruh kewenangan kepada pemimpin buat mempengaruhi dan menggerakkan bawahan buat berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas eksklusif.

2. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin mampu mengatur orang lain serta patuh padanya.

3. Kemampuan
Kemampuan merupakan asal daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis juga social, yang melebihi dari anggota biasa. Sementara itu Stodgill yang dikutip James A. Lee menyatakan pemimpin itu harus mempunyai kelebihan sebagai persyaratan, antara lain:
1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai.
2. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang eksklusif.
3. Tangggung jawab, berani, tekun, berdikari, kreatif, giat, percaya diri, militan.
4. Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, sanggup berteman.
5. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggidan tenar.

Ciri-karakteristik Kepemimpinan Yang Baik
WA. Gerungan mengungkapkan bahwa seseorang pemimpin paling tidak wajib mempunyai tiga karakteristik, yaitu:

1. Penglihatan Sosial
Artinya suatu kemampuan buat melihat dan mengerti gejala-gejala yg muncul dalam masyarakat sehari-hari.

2. Kecakapan Berfikir Abstrak
Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak yang cerdas, intelegensi yang tingggi. Jadi seorang pemimpin wajib dapat menganalisa serta mumutuskan adanya tanda-tanda yang terjadi pada kelompoknya, sehingga berguna pada tujuan organisasi.

3. Keseimbangan Emosi
Orang yang mudah naik darah, menciptakan ribut menandakan emosinya belum mantap serta tidak memililki ekuilibrium emosi. Orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin sebab seseorang pemimpin harus mampu menciptakan suasana tenang dan senang . Maka seseorang pemimpin harus memiliki ekuilibrium emosi.

Pemimpin serta Pimpinan Indonesia
1. Kepemimpinan Pancasila
Dalam rangka menjalankan tugas kewajibannya seorang pemimpin harus dapat menjaga kewibawaannya. Lebih-lebih dalam kemerdekaan dan pembangunan. Berhasilnya pembangunan nasional tergantung kiprah aktif rakyat Indonesia, dengan sikap mental, tekad semangat, ketaatan dan disiplin nasional dalam menjalankan tugas kewajibannya. Dengan demikian perlu dikembangkan motivasi membentuk dikalangan masyarakat luas serta motivasi pengorbanan pengabdian dalam unsur kepemimpinannya. Norma-norma yg tercakup dalam Pancasila itu sekaligus merupakan sistem nilai yang harus dihayati serta diamalkan sang setiap masyarakat Negara, khususnya para pemimpin. Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan yang selalu menggambarkan nilai-nilai serta norma-norma Pancasila.

Sumber-sumber kepemimpinan Pancasila:
a. Nilai-nilai positif dan modernisme
b. Refleksi hakekat hidup dan tujuan hidup bangsa pada era pembangunan serta zaman terbaru.
c. Intisari warisan pusaka berupa nilai-nilai serta norma-kebiasaan kepemimpinan yang ditulis para nenek moyang, pujangga, raja.

Ada beberapa azas kepemimpinan Pancasila yg digali berdasarkan nilai-nilai kepemimpinan Indonesia:
a. Ing ngarsa sung tulada
b. Ing madya mangun karsa
c. Tut wuri Handayani
d. Taqwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa
e. Waspada purwa wasesa
f. Ambeg para marta
g. Prasaja
h. Satya
i. Gemi nastiti
j. Blaka
k. Legawa

2. Kepemimpinan Pembangunan
Dalam pembangunan nasional dalam hakekatnya adalah pembangunan insan seutuhnya serta membentuk seluruh warga Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hakekat pembangunan merupakan rangkaian upaya pembangunan serta perubahan yg dilangsungkan secara sadar, sengaja, berencana yang menuju kepada modernitas dan taraf hidup yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan pembangunan tadi dibutuhkan tipe kepimimpinan yg bisa mengelola pembangunan yaitu tipe kepemimpinan “Administrator serta Sosio teknokrat”. Pemimpin Administrator pembangunan bertugas buat melakukan rentetan bisnis bersama menggunakan warga buat mengadakan pemugaran, peningkatan rapikan kehidupan dan wahana kehidupan sosial demi pencapaian kesejahteraan manusia, kebaikan serta keadilan yg merata. Sosio teknokrat adalah seorang yg bertugas mengelola aspek-aspek teknik administratif dan mahir membimbing serta membentuk manusianya.

DEFINISI PEMIMPIN MENURUT PARA AHLI DAN DALAM BEBERAPA KAMUS MODERN

Definisi Pemimpin Menurut Para Ahli Dan Dalam Beberapa Kamus Modern
Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999). Menyatakan pemimpin merupakan individu insan yg diamanahkan memimpin diskriminasi (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.

Miftha Thoha pada bukunya Prilaku Organisasi (1983: 255). Pemimpin adalah seorang yg mempunyai kemampuan memimpin, ialah memiliki kemampuan untuk mensugesti orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya adalah. 

Kartini Kartono (1994 : 33). Pemimpin adalah seorang eksklusif yg mempunyai kecakapan serta kelebihan khususnya kecakapan serta kelebihan disatu bidang, sebagai akibatnya dia bisa mensugesti orang-orang lain buat beserta-sama melakukan kegiatan-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

C.N. Cooley (1902). Pemimpin itu selalu adalah titik pusat menurut suatu kesamaan, dan dalam kesempatan lain, semua gerakan sosial jika diamati secara cermat akan ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat.

Henry Pratt Faiechild pada Kartini Kartono (1994: 33). Pemimpin pada pengertian adalah seseorang yang menggunakan jalan memprakarsai tingkah laris sosial menggunakan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol bisnis/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin artinya seseorang yang membimbing, memimpin menggunakan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan ekseptansi/penerimaan secara sukarela sang para pengikutnya.

Sam Walton. Pemimpin akbar akan berusaha menanamkan rasa percaya diri pada para pendukung. Apabila orang memiliki percaya diri tinggi, maka kita akan terkejut pada output luar biasa yg akan mereka raih.

Rosalynn Carter. “Seorang pemimpin biasa membawa orang lain ke tempat yg ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yang luar biasa membawa para pendukung ke tempat yang mungkin tidak ingin mereka tuju, namun yang wajib mereka tuju. 

John Gage Alle. Leader…a guide; a conductor; a commander” (pemimpin itu artinya pemandu, penunjuk, penuntun; komandan).

Jim Collin. Mendefinisikan pemimpin memiliki beberapa tingkatan, terendah merupakan pemimpin yang tangguh, lalu pemimpin yg menjadi bagian dalam tim, kemudian pemimpin yang memiliki visi, taraf yang paling tinggi adalah pemimpin yg bekerja bukan berdasarkan ego eksklusif, tetapi buat kebaikan organisasi dan bawahannya.

Modern Dictionary Of Sociology (1996). Pemimpin (leader) merupakan seorang yg menempati peranan sentral atau posisi dominan serta pengaruh pada grup (a person who occupies a central role or position of dominance and influence in a group).

C.N. Cooley pada “ The Man Nature and the Social Order’.
Pemimpin itu selalu adalah titik sentra berdasarkan suatu kecenderungan, dan kebalikannya, seluruh gerakan sosial, jikalau diamat-amati secara cermat, akan ditemukan pada dalamnya kecenderungan-kecenderungan yg memiliki titik sentra.

I . Redl dalam “Group Emotion and Leadership”. Pemimpin adalah seseorang yg sebagai titik pusat yg mengintegrasikan grup.

J.L. Borwn pada “Psychology and the Social Order”. Pemimpin tidak dapat dipisahkan menggunakan gerombolan , tetapi dapat dipandang menjadi suatu posisi yg memiliki potensi yg tinggi dibidangnya.

Kenry Pratt Fairchild dalam “Dictionary of Sociologi and Related Sciences”. Pemimpin bisa dibedakan pada dua arti; Pertama, pemimpin arti luas, sesorang yang memimpin dengan cara mengambil inisiatif tingkah laris warga secara mengarahkan, mengorganisir atau mengawasi bisnis-bisnis orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan. Kedua, pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan alat-indera yang meyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara suka rela.

Dr. Phil. Astrid S. Susanto. Pemimpin merupakan orangyang dianggap memiliki pengaruh terhadap sekelompok orang poly.

Ensiklopedia Administrasi (disusun oleh Staf Dosen Balai Pembinaan Administrasi Universitas Gadjah Mada). Pemimpin (Leader) adalah orang yang melakukan kegiatan atau proses mensugesti orang lain dalam situasi eksklusif, melalui proses komunikasi, yg diarahkan guna mencapai tujuan/tujuan-tujuan tertentu.

Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian galat seorang pada antara mereka “mengajak” teman-temannya buat melakukan sesuatu (Apakah: nonton film, bermain sepak bola, serta lain-lain). Pada pengertian yg sederhana orang tersebut telah melakukan “aktivitas memimpin”, lantaran terdapat unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada sahabat dan ada kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan adalah hal yang gampang serta poly definisi yg dikemukakan para pakar mengenai kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yg dikemukakan sang para pakar sebagai berikut : 
  1. Koontz dan O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan menjadi proses menghipnotis sekelompok orang sehingga mau bekerja menggunakan benar-benar-benar-benar untuk meraih tujuan kelompoknya. 
  2. Wexley dan Yuki (1977), kepemimpinan mengandung arti mensugesti orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan energi, pada tugasnya atau merubah tingkah laris mereka. 
  3. Georger R. Terry, kepemimpinan merupakan aktivitas mempengaruhi orang-orang buat bersedia berusaha mencapai tujuan beserta. 
  4. Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan banyak sekali cara mensugesti orang atau sekelompok orang. 
Dari keempat definisi tersebut, bisa disimpulkan bahwa sudut pandang yg dilihat oleh para ahli tersebut adalah kemampuan mensugesti orang lain buat mencapai tujuan bersama.

Definisi lain, para pakar kepemimpinan merumuskan definisi, sebagai berikut: 1) Fiedler (1967), kepemimpinan dalam dasarnya merupakan pola interaksi antara individu-individu yg memakai wewenang dan pengaruhnya terhadap gerombolan orang supaya bekerja bersama-sama buat mencapai tujuan. Dua) John Pfiffner, kepemimpinan adalah kemampuan mengkoordinasikan serta memotivasi orang-orang serta gerombolan buat mencapai tujuan yg di kehendaki. Tiga) Davis (1977), mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan buat mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah dipengaruhi menggunakan penuh semangat. 4) Ott (1996), kepemimpinan dapat didefinisikan menjadi proses interaksi antar eksklusif yang pada dalamnya seorang menghipnotis sikap, kepercayaan , dan khususnya konduite orang lain. Lima) Locke et.al. (1991), mendefinisikan kepemimpinan adalah proses membujuk orang lain buat merogoh langkah menuju suatu target bersama Dari kelima definisi ini, para pakar terdapat yang meninjau menurut sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi, memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk serta mensugesti orang lain. 

Dari beberapa definisi pada atas, ada beberapa unsur utama yang mendasari atau sudut pandang serta sifat-sifat dasar yang ada dalam merumuskan definisi kepemimpinan, yaitu:

a. Unsur-unsur yg mendasari
Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan berdasarkan definisi-definisi yg dikemukakan pada atas, merupakan: (1) Kemampuan mensugesti orang lain (kelompok/bawahan). (2) Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laris orang lain atau gerombolan . (3) adanya unsur kolaborasi buat mencapai tujuan yg diinginkan.

b. Sifat dasar kepemimpinan
Sifat-sifat yg mendasari kepemimpinan adalah kecakapan memimpin. Paling nir, bisa dikatakan bahwa kecakapan memimpin mencakup tiga unsur kecakapan pokok, yaitu: 
  1. Kecakapan memahami individual, artinya mengetahui bahwa setiap manusia memiliki daya motivasi yg berbeda pada banyak sekali ketika dan keadaan yg berlainan. 
  2. Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi ilham. 
  3. Kemampuan buat melakukan tindakan dalam suatu cara yg bisa mengembangkan suasana (iklim) yg bisa memenuhi dan sekaligus menyebabkan dan mengendalikan motivasi-motivasi (Tatang M. Amirin, 1983:15). Pendapat lain, menyatakan bahwa kecakapan memimpin mencakup 3 unsur utama yang mendasarinya, yaitu : 
  • Seseorang pemimpin harus mempunyai kemampuan persepsi sosial [sosial perception]. 
  • Kemampuan berpikir tak berbentuk [abilitiy in abstrakct thinking]. 
  • Memiliki kestabilan emosi [emosional stability].
Kemudian dari definisi Locke, yang dikemukakan pada atas, bisa dikategorikan kepemimpinan menjadi tiga [tiga] elemen dasar, yaitu: 
  1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi [relation consept], adalah kepemimpinan hanya terdapat dalam rekanan dengan orang lain, maka jika tiadak terdapat pengikut atau bawahan, tidak ada pemimpin. Dalam defines Locke, tersirat premis bahwa para pemimpin yg efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan wangsit dan berelasi menggunakan para pengikut mereka. 
  2. Kepemimpinan merupakan suatu proses, adalah proses kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena dilihat tidak cukup memadai buat menciptakan seorang sebagai pemimpin, artinya seseorang pemimpin harus melakukan sesuatu. Maka menurut Burns (1978), bahwa buat menjadi pemimpin seseorang wajib bisa menyebarkan motivasi pengikut secara terus menerus dan mengubah konduite mereka sebagai responsif.
  3. Kepemimpinan berarti mensugesti orang-orang lain buat mengambil tindakan, ialah seseorang pemimpin harus berusaha menghipnotis pengikutnya menggunakan aneka macam cara, misalnya menggunakan otoritas yg terlegitimasi, membentuk contoh (sebagai teladan), penetapan target, memberi imbalan serta sanksi, restrukrisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dilihat efektif jika dapat membujuk para pengikutnya buat meninggalkan kepentingan langsung mereka demi keberhasilan organisasi (Bass, 1995. Locke et.al., 1991., dalam Mochammad Teguh, dkk., 2001:69).
Dari definisi-definisi di atas, paling nir bisa ditarik kesimpulan yg sama , yaitu perkara kepemimpinan adalah masalah sosial yang pada dalamnya terjadi hubungan antara pihak yang memimpin menggunakan pihak yang dipimpin buat mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seseorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya nir hanya terbatas pada kemampuannya pada melaksanakan program-acara saja, namun lebih dari itu yaitu pemimpin wajib mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya buat ikut berperan aktif sehingga mereka bisa menaruh donasi yg posetif dalam bisnis mencapai tujuan.

Teori Kelahiran Pemimpin
Para pakar teori kepemimpinan sudah mengemukakan beberapa teori mengenai timbulnya Seorang Pemimpin. Dalam hal ini masih ada 3 (tiga) teori yg menonjol (Sunindhia serta Ninik Widiyanti, 1988:18), yaitu:

a. Teori Genetik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan serta bukan dibentuk”. Pandangan terori ini bahwa, seorang akan sebagai pemimpin lantaran “keturunan” atau beliau telah dilahirkan menggunakan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat saja terjadi, karena seseorang dilahirkan telah “mempunyai potensi” termasuk “memiliki potensi atau bakat” buat memimpin dan inilah yg diklaim menggunakan faktor “dasar”. Dalam empiris, teori keturunan ini umumnya dapat terjadi di kalangan bangsawan atau keturunan raja-raja, lantaran orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yg lahir pada keturunan tadi akan diangkan menjadi raja.

b. Teori Sosial
Penganut teori ini beropini bahwa, seseorang yg menjadi pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan (Leaders are made and not born). Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang itu sama dan mempunyai potensi buat menjadi pemimpin. Tiap orang memiliki potensi atau talenta buat sebagai pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik serta inilah yg dianggap menggunakan faktor “ajar” atau “latihan”.

Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang bisa dididik, diajar, serta dilatih untuk menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang mempunyai potensi buat sebagai pemimpin, meskipun beliau bukan merupakan atau asal menurut keturunan menurut seorang pemimpin atau seorang raja, asalkan bisa dididik, diajar serta dilatih buat menjadi pemimpin.

c. Teori Ekologik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seorang akan menjadi pemimpin yg baik “manakala dilahirkan” sudah memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian talenta tadi dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman-pengalaman yg memungkinkan buat mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang telah dimiliki.

Jadi, inti dari teori ini yaitu seorang yang akan menjadi pemimpin merupakan gugusan antara faktor keturunan, bakat, dan lingkungan yaitu faktor pendidikan, latihan serta pengalaman-pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasi menggunakan baik.

Selain ketiga teori tadi, ada pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi. Penganut teori ini beropini bahwa, ada tiga faktor yang turut berperan pada proses perkembangan seorang sebagai pemimpin atau tidak, yaitu: 
  1. Bakat kepemimpinan yang dimilikinya. 
  2. Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, serta 
  3. Kegiatan sendiri buat membuatkan talenta kepemimpinan tersebut. 
Teori ini diklaim menggunakan teori serba kemungkinan serta bukan sesuatu yang niscaya, merupakan seorang dapat sebagai pemimpin bila memiliki talenta, lingkungan yg membentuknya, kesempatan serta kepribadian, motivasi dan minat yg memungkinkan buat sebagai pemimpin.

Menurut Ordway Tead, bahwa timbulnya seseorang pemimpin, karana : (1) Membentuk diri sendiri (self constituded leader, self mademan, born leader). (2) Dipilih sang golongan, ialah beliau sebagai pemimpin lantaran jasa-jasanya, karena kecakapannya, keberaniannya serta sebagainya terhadap organisasi. (3) Ditunjuk menurut atas, adalah dia sebagai pemimpin lantaran dipercaya serta disetujui sang pihak atasannya (Imam Mujiono, 2002: 18).

Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat akbar adalah buat mengkaji sejauh mana kepemimpinan pada suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif dan menunjang pada produktifitas organisasi secara holistik. Dalam karya tulis ini akan dibahas mengenai teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti mengenai teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi pada menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan diantaranya :

1. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah mengenai kepemimpinan berangkat menurut pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali pada Yunani Kuno dan Romawi yg beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yg lalu teori ini dikenal “The Greatma Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh menurut genre konduite pemikir psikologi yg berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan serta pengalaman. Sifat-sifat itu diantaranya: sifat fisik, mental dan kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, diantaranya:

a) Kecerdasan
Berdasarkan output penelitian, pemimpin yang memiliki kecerdasan yang tinggi pada atas kecerdasan rat-homogen dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi jua. Karena pemimpin dalam umumnya mempunyai taraf kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

b) Kedewasaan dan keluasan interaksi sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seseorang pemimpin yg berhasil memiliki emosi yg matang serta stabil. Hal ini menciptakan pemimpin tidak mudah panic dan goyah dalam mempertahankan pendirian yg diyakini kebenarannya.

c) Motivasi diri serta dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yg berhasil biasanya mempunyai motivasi diri yang tinggi dan dorongan buat berprestasi. Dorongan yang kuat ini lalu tercermin dalam kinerja yg optimal, efektif dan efisien.

d) Sikap interaksi kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya bisa berpihak kepadanya.

2. Teori Kepemimpinan Perilaku serta Situasi
Berdasarkan penelitian, konduite seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kesamaan kearah 2 hal, yaitu:
  • Pertama yg disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yg menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh tanda-tanda yang terdapat dalam hal ini misalnya : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
  • Kedua diklaim Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seseorang pemimpin yg menaruh batasan pada bawahan. Contoh yg bisa dicermati , bawahan menerima instruksi pada aplikasi tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, serta output yg akan dicapai.
Jadi, dari teori ini, seorang pemimpin yg baik merupakan bagaimana seorang pemimpin yg mempunyai perhatian yg tinggi pada bawahan dan terhadap output yg tinggi jua.

3. Teori kewibawaan pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, karena dengan faktor itu seseorang pemimpin akan bisa menghipnotis konduite orang lain baik secara perorangan juga grup sebagai akibatnya orang tadi bersedia buat melakukan apa yg dikehendaki sang pemimpin.

4. Teori kepemimpinan situasi
Seorang pemimpin wajib merupakan seseorang pendiagnosa yg baik serta harus bersifat fleksibel, sesuai menggunakan perkembangan serta tingkat kedewasaan bawahan.

5. Teori kelompok
Agar tujuan grup (organisasi) dapat tercapai, sine qua non pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

Tipe serta Gaya Kepemimpinan
Kartini Kartono mengungkapkan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:

1. Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik serta pembawaan yg luar biasa, sebagai akibatnya mereka memiliki pengikut yg jumlahnya besar . Kesetiaan serta kepatuhan pengikutnya ada berdasarkan kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin dipercaya mempunyai kemampuan yang diperoleh dari kekuatan

Yang Maha Kuasa.

2. Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan menggunakan sifat-sifat diantaranya;
a. Menganggap bawahannya belum dewasa
b. Bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberi kesempatan bawahan buat mengambil keputusan
d. Selalu bersikap maha tahu serta maha sahih.

3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter memiliki sifat sebagai berikut:
a. Pemimipin organisasi menjadi miliknnya
b. Pemimpin bertindak menjadi dictator
c. Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman.

4. Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai siafat sifat:
a. Menuntut kedisiplinan yg keras serta kaku
b. Lebih poly menggunakan system perintah
c. Menghendaki keputusan absolut menurut bawahan
d. Formalitas yg berlebih-lebihan
e. Tidak mendapat saran serta kritik menurut bawahan
f. Sifat komunikasi hanya sepihak

5. Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan perkara kolaborasi sebagai akibatnya terdapat koordinasi pekerjaan menurut seluruh bawahan. Kepemimpinan demokrasi menghadapi potensi perilaku individu, mau mendengarkan saran serta kritik yang sifatnya membentuk. Jadi pemimpin menitik beratkan dalam aktifitas setiap anggota kelompok, sebagai akibatnya seluruh unsure organisasi dilibatkan pada akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan,, pembuatan planning keputusan, disiplin.

Syarat-syarat Kepemimpinan
Ada 3 hal penting dalam konsepsi kepemimpinan diantaranya:

1. Kekuasaan
Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yg menaruh wewenang kepada pemimpin buat mempengaruhi dan menggerakkan bawahan buat berbuat sesuatu pada rangka penyelesaian tugas tertentu.

2. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin sanggup mengatur orang lain dan patuh padanya.

3. Kemampuan
Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis maupun social, yg melebihi menurut anggota biasa. Sementara itu Stodgill yg dikutip James A. Lee menyatakan pemimpin itu wajib memiliki kelebihan sebagai persyaratan, antara lain:
1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai.
2. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang eksklusif.
3. Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet , percaya diri, agresif.
4. Partisipasi aktif, mempunyai stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu berteman.
5. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggidan tenar.

Ciri-ciri Kepemimpinan Yang Baik
WA. Gerungan menjelaskan bahwa seorang pemimpin paling tidak harus memiliki 3 ciri, yaitu:

1. Penglihatan Sosial
Artinya suatu kemampuan buat melihat dan mengerti tanda-tanda-tanda-tanda yang muncul pada masyarakat sehari-hari.

2. Kecakapan Berfikir Abstrak
Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak yang cerdas, intelegensi yang tingggi. Jadi seseorang pemimpin harus dapat menganalisa dan mumutuskan adanya gejala yang terjadi pada kelompoknya, sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi.

3. Keseimbangan Emosi
Orang yg gampang naik darah, membuat ribut menandakan emosinya belum mantap serta tidak memililki ekuilibrium emosi. Orang yg demikian tidak sanggup jadi pemimpin karena seorang pemimpin harus sanggup menciptakan suasana tenang serta bahagia. Maka seorang pemimpin harus mempunyai ekuilibrium emosi.

Pemimpin serta Pimpinan Indonesia
1. Kepemimpinan Pancasila
Dalam rangka menjalankan tugas kewajibannya seseorang pemimpin harus bisa menjaga kewibawaannya. Lebih-lebih pada kemerdekaan serta pembangunan. Berhasilnya pembangunan nasional tergantung kiprah aktif warga Indonesia, menggunakan sikap mental, tekad semangat, ketaatan dan disiplin nasional pada menjalankan tugas kewajibannya. Dengan demikian perlu dikembangkan motivasi menciptakan dikalangan masyarakat luas dan motivasi pengorbanan darma pada unsur kepemimpinannya. Norma-kebiasaan yang tercakup dalam Pancasila itu sekaligus adalah sistem nilai yang harus dihayati dan diamalkan oleh setiap warga Negara, khususnya para pemimpin. Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan yang selalu menggambarkan nilai-nilai serta kebiasaan-norma Pancasila.

Sumber-sumber kepemimpinan Pancasila:
a. Nilai-nilai positif dan modernisme
b. Refleksi hakekat hayati serta tujuan hayati bangsa dalam era pembangunan serta zaman terkini.
c. Intisari warisan pusaka berupa nilai-nilai serta norma-norma kepemimpinan yang ditulis para nenek moyang, pujangga, raja.

Ada beberapa azas kepemimpinan Pancasila yg digali berdasarkan nilai-nilai kepemimpinan Indonesia:
a. Ing ngarsa sung tulada
b. Ing madya mangun karsa
c. Tut wuri Handayani
d. Taqwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa
e. Waspada purwa wasesa
f. Ambeg para marta
g. Prasaja
h. Satya
i. Gemi nastiti
j. Blaka
k. Legawa

2. Kepemimpinan Pembangunan
Dalam pembangunan nasional dalam hakekatnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan membentuk semua rakyat Indonesia, yg berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hakekat pembangunan merupakan rangkaian upaya pembangunan serta perubahan yang dilangsungkan secara sadar, sengaja, berencana yg menuju pada modernitas dan taraf hidup yg lebih tinggi. Untuk mewujudkan pembangunan tersebut diharapkan tipe kepimimpinan yang bisa mengelola pembangunan yaitu tipe kepemimpinan “Administrator dan Sosio teknokrat”. Pemimpin Administrator pembangunan bertugas buat melakukan rentetan bisnis bersama menggunakan rakyat buat mengadakan perbaikan, peningkatan rapikan kehidupan serta wahana kehidupan sosial demi pencapaian kesejahteraan insan, kebaikan dan keadilan yg merata. Sosio teknokrat merupakan seseorang yang bertugas mengelola aspek-aspek teknik administratif dan mahir membimbing dan membangun manusianya.

PENGERTIAN KEPRIBADIAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk sang proses pengenalan Kepribadian adalah kecenderungan psikologis seseorang buat melakukan tingkah laris social eksklusif, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak juga perbuatan.

Kepribadian secara umum
Personality atau kepribadian berasal berdasarkan kata persona, kata persona merujuk dalam topeng yang biasa dipakai para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara generik kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menyebabkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah lantaran hanya menilai konduite yang bisa diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa karakteristik-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini dianggap lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun dalam dasarnya kepribadian itu tidak bisa dinilai “baik” atau “jelek” karena bersifat netral.

Kepribadian menurut Psikologi
Untuk mengungkapkan kepribadian menurut psikologi aku akan menggunakan teori menurut George Kelly yang memandang bahwa kepribadian menjadi cara yg unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian menjadi “sesuatu” yg terdapat pada diri individu yg membimbing serta memberi arah pada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.

Lebih detail tentang definisi kepribadian dari Allport yaitu kepribadian merupakan suatu organisasi yg dinamis berdasarkan sistem psikofisik individu yg memilih tingkah laris serta pikiran individu secara khas.

Definisi kepribadian menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :
a. Yinger 
Kepribadian adalah holistik konduite dari seorang individu dengan system kesamaan tertentu yg berinteraksi menggunakan serangkaian instruksi. 

b. M.A.W Bouwer 
Kepribadian adalah corak tingkah laris social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, impian, opini serta sikap-sikap seseorang.

c. Cuber 
Kepribadian adalah gabungan holistik berdasarkan sifat-sifat yg tampak dan dapat dicermati sang seorang.

d. Theodore R. Newcombe 
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yg dimiliki seorang menjadi latar belakang terhadap konduite.

e. Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah holistik perilaku, perasaan, ekspresi serta temparmen seseorang. Sikap perasaan aktualisasi diri dan tempramen itu akan terwujud pada tindakan seseorang jika di hadapan dalam situasi tertentu. Setiap orang memiliki kecenderungan prilaku yg baku, atau pola serta konsisten, sebagai akibatnya sebagai karakteristik khas pribadinya.

f. Menurut Schever Dan Lamm (1998)
mendevinisikan kepribadian sebagai holistik pola perilaku, kebutuhan, karakteristik-karakteristik kas dan prilaku seorang. Pola berarti sesuatu yg sudah sebagai baku atu standar, sehingga bila di katakan pola perilaku, maka perilaku itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten pada menghadapai situasi yg di hadapi.

2. Teori Kepribadian
Teori Kepribadian
kita sudah sepakat bahwa teori kepribadian didefinisikan berdasarekan konsep-konsep khusus yang terkandung pada teori-teori tertentu yg dipercaya memadai untuk mendeskripsikan atau memahami tingkah laris insan secara lengkap atau utuh. Kita juga telah sepakati bahwa teori terdiri menurut segugusan perkiraan yg saling berhubungan mengenai tanda-tanda-gejala emfiris tertentu dan definisi-definisi realitas yg memungkin sipemakai berkecimpung berdasarkan teori-teori tak berbentuk keobservasi realitas.
Teori-teori kepribadian termasuk kategori pertama ; teori kepribadian adalah teori generik tentang tingkah laku . Pembagian sederhana ini bermanfaat buat memisahkan teori kepribadian berdasarkan rumpun teori-teori kepribadian lainya. Teori kepribadain memperlihatkan poly variasi dalam hal banyaknya konsep motifasi yang digunakan. Beberapa teori kepribadian asal serta berguna buat membuat deskripsi mengenai tingkah laris yg abnormal atau patologis. Teori psikodinamika serius dalam pergerakan energi psikologis pada pada insan, pada bentuk kelekatan, permasalahan, dan motivasi. 

a. Teori kepribadian Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow lahir dalam lepas 1 April 1908 pada Brooklyn, New York. Dia anak pertama dari tujuh bersaudara. Kedua orangtuanya adalah penganut yahudi nir berpendidikan yg berimigrasi dari Rusia. Lantaran sangat berharap anak-anaknya berhasil pada dunia baru, kedua orang tuanya memaksa Maslow serta saudara-saudaranya belajar keras agar meraih keberhasilan di bidang akademik. Tidak heran apabila semasa kanak-kanak dan remaja, Maslow sebagai anak penyendiri serta menghabiskan hari-harinya dengan buku. Maslow menerima kedudukan berdasarkan departemen psikologi di Branders berdasarkan 1951 sampai 1969. Disitu dia bertemu Kurt Goldstein, yg memberi inspirasi atau pikiran mengenai aktualisasi diri pada bukunya yang populer, The Organism (1934). Disini jua beliau memulai mengenalkan psikologi humanistik – sesuatu yg akbar yang lebih penting buat dia daripada teori yg dibuatnya.maslow membuatkan gagasan ini lebih lanjut serta dikenal menggunakan sebutan hirearki kebutuhan:
  • Kebutuhan fisiologis. Ini termasuk kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, dan lainnya seperti mineral dan vitamin. Ini jua, termasuk kebutuhan buat menjaga PH agar seimbang dan suhu yang sesuai. Dan jua, ada kebutuhan buat aktif, istirahat, tidur, buat melepaskan diri menurut yang nir diharapkan ( CO2, keringat, air kencing, dan kotoran ), buat menjaga agar tidak sakit dan buat memenuhi.
  • Kebutuhan rasa kondusif. Kalau kebutuhan fisiologis telah diperhatikan, barulah lapisan kebutuhan kedua ini ada. Anda akan semakin ingin menemukan situasi serta syarat yang kondusif, stabil serta terlindung. Anda perlahan – huma akan menginginkan struktur serta tatanan. Sebaliknya, apabila kebutuhan lapisan kedua ini dilihat secara negatif, perhatian anda akan terfokus bukan dalam masalah lapar dan haus, akan tetapi pada rasa takut serta kecemasan. Dikalangan orang-orang dewasa pada amerika, kebutuhan ini akan terwujud dalam asa mereka yg sangat kuat untuk tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaan yg aman, perencanaan masa pension yg matang, iuran pertanggungan, serta lain sebagainya.
  • Kebutuhan cinta serta rindu (kebutuhan buat dimiliki atau mempunyai). Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa kondusif telah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga pun ada. Anda mulai merasa butuh teman, kekasih, anak serta bentuk hubungan menurut perasaan Lainnya. Dilihat secara negative, anda akan semakin mencemaskan kesendirian dan kesepian. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini bisa berbentuk harapan buat menikah, memiliki famili, sebagai bagian dari satu grup atau warga .
  • Kebutuhan harga diri. Setelah itu kita akan mencari harga diri. Maslow berkata bahwa terdapat 2 bentuk kebutuhan terhadap harga diri ini : bentuk yang lemah serta yg bertenaga. Bentuk yang lemah adalah kebutuhan kita buat dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan penguasaan. Sementara yg bertenaga merupakan kebutuhan kita buat percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi serta kebebasan. Bentuk ke 2 ini lebih bertenaga lantaran sekali didapat kita tidak melepaskannya, berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain. Bentuk negative menurut kebutuhan akan harga diri ini merupakan rendah diri serta kompleks inferioritas. Maslow mwmbenarkan Adler ketika mengatakan bahwa masala inlah yang sebagai dasar perkara-perkara psikologis. Di Negara-negara modern, sebagian akbar orang hanya mementingkan kebutuhan fisiologis serta rasa kondusif. Sering orang nir terlalu memedulikan kebutuhan mereka akan cinta serta kerinduan.kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengenal realita. Jadi insan mempunyai hasrat yang bertenaga buat mengetahui, tahu buka saja tentang dirinya, namun jua diluar dirinya.
  • Aktualisasi diri.tingkat terakhir ini agak sedikit tidak selaras dengan empat taraf sebelumnya. Maslow menyebut taraf ini dengan istilah berbeda-beda: motivasi pertumbuhan (sebagai versus menurut motivasi devisit), kebutuhan-kebutuhan buat terdapat (being-needs) atau B-Needs (sebagai versus dari D-Needs). B-Needs merupakan kebutuhan buat aktualisasi-Diri. Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri ini nir memerlukan penyeimbangan atau homeostatis. Sekali diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan ini memang akan meningkat jika kita “menyebarkannya”. Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup hasrat buat monoton mewujudkan potensi-potensi diri, hasrat untuk “menjadi apa yang anda bisa”. Kebutuhan ini lebih merupakan duduk perkara sebagai yg paripurna, sebagai “Anda” yg sebenarnya. Oleh lantaran itulah kebutuhan ini disebut aktualisasi-diri.
  • Meta Kebutuhan dan Mega Patologi
Cara lain yg ditempuh Maslow untuk mengetahui apakah sesungguhnya aktualisasi-diri adalah menggunakan mempelajari apa yg menjadi kebutuhan paling dasar (B-needs) orang-orang yg sanggup mengaktualisasikan dirinya. Kebutuhan-kebutuhan yang ingin mereka penuhi demi kebahagiaan adalah:
  • Kebenaran, bukan kepalsuan.
  • Kebaikan, bukan kejahatan .
  • Keindahan, bukan sesuatu yg buruk atau vulgar.
  • Kesatuan, kemenyeluruhan serta penghilangan oposisi biner, bukan pilihan-pilihan sekehendak hati.
  • Kehidupan yg hidup, bukan kematian atau kehidupan bagai mesin.
  • Keunikan, bukan keseragaman.
  • Kesempurnaan serta kepastian, bukan hal yg asal-asalan, ketidakkonsistenan atau kebetulan.
  • Penyelesaian, bukan keterbengkalaian.
  • Keadilan dan keteraturan, bukan ketidakadilan serta kesewenang-wenangan.
  • Kesederhanaan, kerumitan-kerumitan yg tidak perlu.
  • Kebercukupan asal daya, bukan lingkungan yang miskin.
  • Kewajaran, bukan sesuatu ynag didasarkan pada paksaan.
  • Keriangan dan Kegembiraan, bukan sesuatu yang kasar dan mekanistik, kemarau tanpa humor.
  • Kemandirian, bukan ketergantungan.
  • Kebermaknaan, bukan kehampaan hati.

b. Teori Freud
Sigmund Freud beropini bahwa kepribadian terdiri berdasarkan tiga sistem primer: id, ego, dan superego. Setiap tindakan kita merupakan output hubungan serta keseimbangan antara ketiga sistem tersebut. 

c. Teori Jung
Carl Jung pada awalnya adalah salah satu teman terdekat Freud dan anggota bulat koleganya, namun pertemanan mereka berakhir dalam pertengkaran mengenai ketidaksadaran. Menurut Jung, di samping ketidaksadaran individual, manusia mempunyai ketidaksadaran kolektif yg mencakup ingatan universal, simbol-simbol, gambaran eksklusif, dan tema-tema yg disebutya sebagai arketipe. 

3. Tahapan Perkembangan Kepribadian
a. Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri adalah tingkat pada mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menduga diri mereka cakap serta efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas [lingkungan] mereka. Evaluasi inti diri seseorang individu ditentukan oleh 2 elemen primer: harga diri serta lokus kendali. Harga diri didefinisikan menjadi tingkat menyukai diri sendiri dan taraf sampai mana individu menduga diri mereka berharga atau nir berharga sebagai seorang insan. 

b. Machiavellianisme
Machiavellianisme merupakan taraf di mana seseorang individu pragmatis, mempertahankan jeda emosional, dan konfiden bahwa hasil lebih krusial daripada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme dari dari nama Niccolo Machiavelli, penulis dalam abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.
c. Narsisisme
Narsisisme adalah kecenderungan menjadi sombong, memiliki rasa kepentingan diri yg berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, serta mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa saat individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik apabila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka menjadi pemimpin yg lebih buruk. Individu narsisis tak jarang ingin mendapatkan pengakuan berdasarkan individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sebagai akibatnya individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar pada individu yg mengancam mereka. Individu narsisis jua cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain buat keuntungannya.

d. Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang buat menyesuaikan perilakunya menggunakan faktor situasional eksternal. Individu menggunakan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yg sangat baik dalam menyesuaikan perilaku menggunakan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menampakan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yg tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pintar beradaptasi apabila dibandingkan menggunakan individu yang mempunyai tingkat pemantauan diri yang rendah. 

e. Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A merupakan keterlibatan secara militan dalam usaha monoton buat mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara, ciri ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi serta perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik tipe A merupakan: 
  • selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
  • merasa tidak sabaran;
  • berusaha keras buat melakukan atau memikirkan 2 hal pada saat yang bersamaan;
  • tidak dapat menikmati saat luang;
  • terobsesi dengan nomor -angka, mengukur keberhasilan pada bentuk jumlah hal yg mampu mereka peroleh.
f. Kepribadian proaktif
Kepribadian proaktif adalah sikap yg cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, serta tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi agresif membangun perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan. 

Tahap termin perkembangan kognitif
Piaget tidak terlalu memperhatikan batasan usia menurut tahapan tahapan perkembangan yg dikemukakannya. Oleh karenanya Ginsburg dan opper mengadakan pengamatan lebih lanjut dan berhasil membuat pengelompokan usia sebagai berikut:
a. Tahap 1: stadium sensori motor ( 00 – 18 atau 24 bulan )
Pada stadium ini mobilitas anak diawali dengan tingkah laku refleks murni (belum ada differensiasi antara anak menggunakan kelilingnya ). Pada akhir periode ini baru nampak differensiasi yg jelas antara subjek dengan objek. Pada masa ini berkembang jua suatu kemampuan khusus, yaitu object permanence ( permanensi objek ). 

Stadium ini dibagi ke pada 6 sub stadium Â: 
1. Sub stadium 1 : Modifikasi refleks ( 0 -1 bulan ) : reflek tanpa arah dan secara efisien
2. Sub stadium dua : Reaksi pengulangan pertama ( 1 -4 bulan ) : aktivitas menyenangkan akan diulang, ada pengertian bahwa aktivitas yg menarik masih ada apada tubuhnya sendiri
3. Sub stadium 3 : Reaksi pengulangan 2 ( 4 -10 bulan ) : Bayi menemukan objek – objek diluar dirinya yang menarik ( secara nir sengaja ), dan akan diulang lagi kegiatan tersebut. Bayi mulai mengetahui adanya hubungan antara aktivitasnya dengan objek objek menarik pada luar dirinya.
4. Sub stadium 4 : Koordinasi reaksi reaksi sekunder ( 10 – 12 bulan _ : Gerak gerik bayi telah mulai terdifferensiasi. Bayi telah mulai bisa mengkoordinasikan dua skema yg terpisah buat menerima sesuatu.
5. Sub stadium 5 : Reaksi pengulangan ketiga ( 12 -18 bulan ) : anak mencari dan mencapai sesuatu yang baru oleh usahanya sendiri. Anak tidak sekedar melakukan gerakan coba – coba secara tidak sengaja namun ia telah bisa membarui gerakan gerakannya buat mencapai suatu output ( ada tujuan yg lebih kentara )
6. Sub stadium 6 : Permulaan berpikir ( 18 – 24 bulan ) : anak mulai dapat berpikir secara internal ( menganalisis suatu kejadian )
b. Tahap dua : Stadium pra operaional ( 2 – 7 tahun )

Pada termin ini anak telah sanggup melakukan aktifitas simbolis ( kegiatan intern ), anak bisa berpura pura, anak bisa meniru ( imitasi dan imitasi tertunda / delayed imitation ), masih egosentris serta centralized : Penyusunan -> anak baru mampu menyusun dua benda menggunakan ukuran tidak sama, Pengelompokan : anak lebih tertarik pada sekelompok benda yang memiliki ciri ciri eksklusif menggunakan jumlah lebih banyak, konservasi : kemampuan anak buat memahami bahwa jumlah benda selalu tetap, meski pada tempatkan di loka yg berbeda beda.

c. Tahap ketiga : Stadium operasional konkrit ( 7 -1 1 tahun)
Pada stadium ini anak sudah sanggup melakukan tugas – tugas perlindungan dengan baik. Cara berpikir egosentrisme mulai berkurang, sanggup memperhatikan lebih berdasarkan satu dimensi serta menghubungkan dimensi dimensi tersebut satu sama lain, mampu berpikir logis, tetapi pada situasi yang kongkrit

d. Tahap 4 : Stadium operasional formal
Pada stadium ini anak sudah bisa berpikir secara operasional formal / abstract thingking yang mempunyai dua sifat krusial : deduktif – hipotesis serta kombinatoris

4. Tipe Kepribadian & Faktor Pendukung
Sembilan Tipe Kepribadian Manusia
Tipe 1 perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi sang kebutuhan buat hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain serta menghindari marah.
Tipe 2 penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif dalam orang lain, serta menghindari kesan membutuhkan.
Tipe 3 pengejar prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan buat menjadi orang yg produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar berdasarkan kegagalan.
Tipe 4 romantis
Orang tipe romantis termotivasi sang kebutuhan buat tahu perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hayati, dan menghindari gambaran diri yang biasa-biasa saja.
Tipe lima pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu serta alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, dan menghindari kesan kolot atau tidak memiliki jawaban.
Tipe 6 pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk menerima persetujuan, merasa diperhatikan, serta terhindar menurut kesan pemberontak.
Tipe 7 petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan buat merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada global, serta terhindar berdasarkan derita dan dukacita.
Tipe 8 pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, bertenaga, memberi dampak pada global, dan terhindar menurut kesan lemah.
Tipe 9 pendamai
Para pendamai dimotivasi sang kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu menggunakan orang lain serta menghindari pertarungan.

Tipe kepribadian dari golongan darah
Golongan darah A
Biasanya orang yg bergolongan darah A ini berkepala dingin, serius, sabar dan santai atau cool, bahasa kerennya.
Orang yang bergolongan darah A ini memiliki karakter yg tegas, bias di andalkan dan dipercaya namun keras ketua.
Sebelum melakukan sesuatu mereka memikirkannya terlebih dahulu. Dan merencanakan segala sesuatunya secara matang. Mereka mengerjakan segalanya dengan benar-benar-benar-benar serta secara konsisten.
Mereka berusaha menciptakan diri mereka se lumrah serta ideal mungkin.
Mereka bisa kelihatan menyendiri dan jauh menurut orang-orang.
Mereka mencoba menekan perasaan mereka dan lantaran tak jarang melakukannya mereka terlihat tegar. Meskipun sebenarnya mereka mempunya sisi yg lembek seperti gugup dan lain sebagainya.
Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang nir sependapat. Makanya mereka cenderung berada pada kurang lebih orang-orang yg ber’temperamen’ sama.


Golongan darah B
Orang yg bergolongan darah B ini cenderung penasaran dan tertarik terhadap segalanya.
Mereka juga cenderung memiliki terlalu banyak kegemaran serta hobby. Kalau sedang senang menggunakan sesuatu umumnya mereka menggebu-gebu tetapi cepat pula bosan.
Tapi biasanya mereka bisa menentukan mana yg lebih krusial menurut sekian poly hal yang di kerjakannya.
Mereka cenderung ingin menjadi angka satu pada banyak sekali hal ketimbang hanya dipercaya homogen-homogen. Dan umumnya mereka cenderung melalaikan sesuatu jika terfokus menggunakan kesibukan yg lain. Dengan istilah lain, mereka nir bisa mengerjakan sesuatu secara berbarengan.
Mereka dari luar terlihat brilian, riang, bersemangat serta antusias. Namun sebenarnya hal itu semua sama sekali tidak sama dengan yg terdapat didalam diri mereka.
Mereka bisa dikatakan sebagai orang yang nir ingin bergaul menggunakan banyak orang.

Golongan darah O
Orang yang bergolongan darah O, mereka ini umumnya berperan pada menciptakan gairah buat suatu gerombolan . Dan berperan dalam membentuk suatu keharmonisan diantara para anggota grup tadi.
Figur mereka terlihat sebagai orang yang menerima serta melaksakan sesuatu dengan damai. Mereka pandai menutupi sesuatu sebagai akibatnya mereka kelihatan selalu riang, damai dan nir punya kasus sama sekali. Tapi kalau tidak tahan, mereka pasti akan mencari tempat atau orang untuk curhat (tempat mengadu).
Mereka biasanya pemurah (baik hati), bahagia berbuat kebajikan. Mereka gemar memberi serta nir segan-segan mengeluarkan uang buat orang lain.
Mereka umumnya di cintai sang seluruh orang, “loved by all”. Tapi mereka sebenarnya keras kepala pula, serta secara rahasia memiliki pendapatnya sendiri mengenai banyak sekali hal.
Dilain pihak, mereka sangat fleksibel serta sangat mudah menerima hal-hal yg baru.
Mereka cenderung gampang pada pengaruhi oleh orang lain dan sang apa yang mereka lihat dari TV.
Mereka terlihat berkepala dingin dan terpercaya tapi mereka tak jarang tergelincir serta menciptakan kesalahan yg akbar lantaran kurang berhati-hati.
Tapi hal itu yg mengakibatkan orang yang bergolongan darah O ini di cintai.

Golongan darah AB
Orang yang bergolongan darah AB ini memiliki perasaan yg sensitif, lembut. 
Mereka penuh perhatian menggunakan perasaan orang lain serta selalu menghadapi orang lain menggunakan kepedulian dan kehati-hatian.
Disamping itu mereka keras menggunakan diri mereka sendiri pula menggunakan orang-orang yang dekat dengannya. 
Mereka jadi cenderung kelihatan memiliki dua kepribadian.
Mereka seringkali menjadi orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu dalam.
Mereka memiliki banyak sahabat, tapi mereka membutuhkan saat buat menyendiri buat memikirkan masalah-masalah mereka.

Faktor-faktor yg mensugesti kepribadian:
Faktor keturunan
Keturunan merujuk dalam faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk paras, gender, temperamen, komposisi otot serta refleks, taraf tenaga serta irama biologis adalah ciri yg dalam umumnya dipercaya, entah sepenuhnya atau secara substansial, ditentukan oleh siapa orang tua menurut individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, serta psikologis bawaan berdasarkan individu. Terdapat 3 dasar penelitian yg berbeda yang memberikan sejumlah dapat dipercaya terhadap argumen bahwa faktor keturunan mempunyai kiprah krusial dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama serius pada penyokong genetis dari perilaku serta temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yg dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja menurut saat ke saat dan dalam banyak sekali situasi. Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yg bertenaga terhadap imbas berdasarkan faktor keturunan. Bukti memberitahuakn bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, serta agresif bisa dikaitkan menggunakan ciri genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yg memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan serta warna rambut. Para peneliti telah menyelidiki lebih menurut 100 pasangan kembar identik yg dipisahkan semenjak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kecenderungan buat hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yg signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini pula memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu menghipnotis perkembangan kepribadian atau dengan istilah lain, kepribadian berdasarkan seseorang kembar identik yang dibesarkan pada famili yang tidak sama ternyata lebih mirip menggunakan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yg dibesarkan beserta-sama.

Faktor lain yg memberi efek cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan pada mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma pada famili, sahabat, dan grup sosial; dan imbas-imbas lain yg seseorang manusia bisa alami. Faktor lingkungan ini mempunyai peran dalam menciptakan kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan menurut satu generasi ke generasi berikutnya serta membentuk konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yg secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit imbas dalam kultur yg lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara mempunyai semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yg terus tertanam pada diri mereka melalui kitab , sistem sekolah, famili, serta teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius serta militan apabila dibandingkan dengan individu yg dibesarkan dalam budaya yg menekankan hayati beserta individu lain, kerja sama, dan memprioritaskan famili daripada pekerjaan serta karier.