PENGERTIAN DAN JENISJENIS MEDIA PEMBELAJARAN

1. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, masih ada beberapa faktoryang sangat berperan dalam keberhasilan pembelajaran. Faktor-faktor tersebutadalah : (1) faktor pengajar, (dua) faktor siswa, (tiga) faktor wahana dan fasilitas,serta (4) faktor lingkungan. Dalam faktor sarana dan fasilitas termasukdidalamnya media  yg berfungsi sebagaialat buat membantu kemudahan belajar bagi anak didik pada pembelajaran.
“Kata mediaberasal berdasarkan bahasa latin medius yangsecara harfiah berarti `tengah`, `mediator`, atau `pengantar`. Dalam bahasaArab, media merupakan perantara (wasaa`il)atau pengantar pesan berdasarkan pengirim kepada penerima pesan” (Azhar Arsyad,2005:3). Gerlach dan Ely (dalam Azhar Arsyad,2005:tiga) mengungkapkan bahwa, “Media bila dipahami secara garis akbar adalahmanusia, materi, atau kejadian yg membentuk syarat yang membuat murid mampumemperoleh pengetahuan, keterampilan serta perilaku”.
Pemerolehan pengetahuan, keterampilan, sikap danperilaku bisa terjadi karena hubungan antara pengalaman baru denganpengalaman sebelumnya. Menurut Bruner (pada Azhar Arsyad, 2005:7) “ Ada tigatingkatan utama proses belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), serta pengalaman abstrak (symbolic)”.
 Dengan demikianmedia pembelajaran bisa diartikan sebagai indera bantu guru dalam pembelajaranserta wahana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan (siswa).sebagai penyaji serta penyalur pesan, media pembelajaran dalam hal-hal tertentudapat mewakili pengajar menyajikan liputan belajar pada anak didik. Jika mediapembelajaran didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapatdiperankan sang media meskipun tanpa keberadaan guru.

2.ManfaatPenggunaan Media Pembelajaran

Secara generik, manfaat media dalam proses pembelajaranadalah memperlancar hubungan antara pengajar dengan anak didik sebagai akibatnya kegiatanpembelajaran akan berlangsung secara efektif dan efisien. Secara lebih khususmanfaat media pembelajaran  dapatdijelaskan menjadi berikut :
a.media dapatmemperjelas penyajian pesan agar nir terlalu verbalistis (pada bentukkata-istilah tertulis atau mulut belaka)
b.mengatasiketerbatasan ruang, saat dan daya indera
c.penggunaanmedia secara tepat dan bervariasi bisa mengatasi sikap pasif anak didik
d.menimbulkankegairahan belajar
e.interaksilangsung antara anak didik menggunakan lingkungannya

3.Jenis-JenisMedia Pembelajaran

Media pembelajaran banyaksekali jenis serta macamnya. Mulai menurut yg paling sederhana serta murah hinggamedia yang berteknologi tinggi serta mahal harganya. Ada media yang dibuat sendiri sang pengajar danada juga media yang diproduksi sang pabrik. Ada media yg telah tersedia di lingkungandan bisa dimanfaatkan langsung, terdapat pula media yang secara spesifik sengajadirancang buat keperluan pembelajaran.
Menurut Seel serta Glasgow (dalamAzhar Arsyad, 2005:33) media dibagi ke pada dua kategori luas, yaitu pilihanmedia tradisional dan pilihan media teknologi terkini menggunakan perincian sebagaiberikut:
1.pilihan MediaTradisional yang terdiri menurut :
a.Visual diamyang diproyeksikan (proyeksi opaque/tak tembus pandang, proyeksi overhea,slide, filmstrip)

b.visual yangtak diproyeksiskan (gambar, poster, foto, charts,grafik, diagram, pameran, papan berita, papan-bulu)
c.audio(rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge)
d.penyajianMultimedia (slide plus suara, multi –image)
e.visualdinamis yang diproyeksikan ( film, televisi, video)
f.cetak (bukuteks, modul, teks terprogram, workbook, majalahilmiah, lembaran lepas/hand-out)
g.permainan(teka-teki, simulasi, permainan papan)
h.realia(contoh, specimen, manipulatif)
2.pilihanMedia Teknologi Mutakhir
a.mediaberbasis telekomunikasi (telekonfren, kuliah jarak jauh)

b.mediaberbasis mikroprosesor (Computer-assistedinstruction, permainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia, compact (video) disc)

PENGERTIAN MAJALAH MENURUT PARA AHLI

Pengertian Majalah Menurut Para Ahli
Di dorong sang keberadaannya sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa berusaha buat mengetahui hal-hal yg terjadi disekitarnya. Media massa menyediakan keterangan yang pada perlukan guna memenuhi kebutuhan akan keterangan tadi, baik media cetak maupun media elektronika. Adapun kiprah spesifik media cetak pada penyampaian warta, diantaranya berkaitan dengan reading habit dan tradisi menulis. Majalah sebagai keliru satu media cetak yaitu adalah galat satu asal informasi yang pada ketika ini semakin populer di masyarakat. Majalah merupakan bagian dari pers yang membawa misi penerangan, pendidikan, dan hiburan. Penerbitan majalah sendiri dimulai pertama kali di Amerika sang Benjamin Franklin bernama General Magazine pada tahun 1741, tetapi perkembangannya sendiri baru tampak lebih kurang abad XIX.

Karena termasuk sebagai media cetak, maka pesan-pesan dalam majalah bersifat permanen dan publik bisa mengatur tempo pada membacanya, selain itu jua kekuatan utamanya merupakan bisa dijadikan sebagai bukti. (Assegaff, 1980:27).

Pernyataan tersebut sinkron dengan pernyataan Peterson mengenai keunggulan-keunggulan yg dimiliki oleh sebuah majalah, yaitu:

Mirip dengan media cetak lainnya majalah tampil lebih berisikan pengetahuan dari dalam hal-hal yg menyangkut kesukaan dan perasaan menurut komunikannya. Media ini bukan wahana yg dibaca selintas saja misalnya media aktual (Broadcast Media), nir jua membutuhkan perhatian dalam saat eksklusif, media ini nir menggunakan segera dapat pada kesampingkan seperti Koran, majalah bisa disimpan sang pembaca selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, kadang-kadang bertahun-tahun. (Defleur Dennis:137).

Tetapi menurut keunggulan yg dimilikinya itu, kita dapat merogoh kelemahan yang utama menurut majalah tadi, yaitu bahwa majalah nir terbit setiap hari misalnya halnya surat kabar yg merupakan sumber kabar (menyampaikan kabar) setiap harinya dalam setiap orang. “Majalah diminati oleh mereka yang sibuk serta nir sempat menekuni Koran harian”. (Depdikbud, 1992:67).

Dalam istilah asing, majalah disebut The Prited Page, yg ialah segala barang yang dicetak, yg ditujukan buat menyalurkan komunikasi massa. Arti majalah misalnya yang pada kutip berdasarkan The Random House Dictionary Of English Language, adalah “Majalah yg diterbitkan secara berkala senantiasa memiliki sampul muka, dan secara spesial majalah memuat cerita-cerita, karangan-karangan, puisi-puisi serta sebagainya. Serta kadangkala berisikan foto-foto dan gambar-gambar yg secara khusus memfokuskan dalam keterangan (subject of area) seperti; hobbi, kabar, atau olah raga”. (Baird, 1980:60). Jadi pada suatu majalah, pesan yang disampaikan bukan saja berupa warta-berita, akan namun bisa juga dalam bentuk hiburan, seperti cerita-cerita, puisi atau sajak, foto atau gambar sesuatu yang hendak di perlihatkan pada pembacanya, dan sebagainya. Menurut Edwin Emery dkk (1967:62-65) “Majalah merupakan media opini”. Jadi pada sebuah majalahpun masih ada goresan pena-goresan pena mengenai opini atau pendapat-pendapat, pandangan-pandangan seseorang tentang sesuatu yg tentunya berkaitan dengan perkara-perkara yg terjadi di rakyat. Di samping itu jua, majalah dapat di definisikan sebagai:

Salah satu jenis indera komunikasi dalam bentuk publikasi yg terbit secara terjadwal seminggu sekali, atau sebulan sekali, atau dalam waktu-ketika yang teratur. Majalah ini pada terbitkan dengan isi yg diantaranya artikel-artikel, fakta-keterangan, cerita-cerita yang mengandung nilai sastra, fiksi dan non-fiksi, puisi, resensi, kritik-kritik, karikatur, lelucon-lelucon, pengisi (filler), tajuk rencana, kadang-kadang iklan. (Komarudin, 1984:149).

Karena majalah diterbitkan lebih sporadis menurut dalam surat keterangan (minimal seminggu sekali), maka majalah dapat menelaah duduk perkara-persoalan dan keadaan-keadaan yg terjadi dalam warga secara teliti dan mendalam. Pada biasanya tulisan-goresan pena yg di muat pada majalah nir terlalu mementingkan aktualitas pada karenakan dalam memuat warta majalah tadi menyesuaikan menggunakan waktu terbitnya. Oleh karena itu jua maka fakta yg disampaikan bukan lagi fakta hangat satu hari tertentu, lantaran fakta-fakta tersebut di sesuaikan dengan saat terbitnya majalah, maka penulisan-penulisan fakta yang ada mampu di jajak secara lebih luas serta lebih mendalam lagi. Hal ini sinkron menggunakan ciri majalah yang membedakannya dengan surat warta seperti yg dinyatakan oleh Defleur dan Dennis, yaitu “Disebabkan majalah di terbitkan sedikit lebih jarang menurut dalam surat keterangan, maka majalah bisa menyelidiki dilema-problem serta keadaan yg lebih hati-hati serta mendalam. Majalah kurang memberikan perhatian terhadap berita yg sifatnya aktual serta lebih menekankan pada penelaahan hal-hal yg bekerjasama secara luas”. (Defleur Dennis :137).

Untuk menarik perhatian pembaca, maka suatu penerbitan majalah senantiasa berusaha buat memenuhi cita-cita serta kebutuhan yang diminati oleh rakyat tersebut. Pada waktu kini ini telah poly tersebar beraneka ragam jenis majalah. Hal ini dilakukan buat memenuhi asa dan kebutuhan pembaca yang beragam juga.

“Kepentingan pembaca, pendengar, dan pemirsa, harus selalu di perhatikan dan pada utamakan, karena “laku ” tidaknya isi pesan yang pada “jual” sangat tergantung berdasarkan konsumen atau dengan istilah lain surat informasi atau majalah, radio, televisi, dan film akan “laris” bila, isi pesan sesuai menggunakan selera konsumen (audience)”. (Wahyudi, 1991:99).

Perbedaan minat yg masih ada dalam pembaca itu bisa ditimbulkan sang poly faktor, diantaranya adalah faktor-faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial, norma, serta lain-lain. Media massa cetak berupa majalah berskala nasional sekarang jauh lebih banyak jumlah dan macamnya, seperti majalah anak-anak (Bobo, Donald Bebek, serta lain-lain), majalah remaja (GADIS, Hai, ANEKA), majalah perempuan dan mak -bunda (Kartini, Femina), majalah keluarga (Ayah Bunda) atau bahkan jika pada lihat dari misi yg melekat pada masing-masing majalah yg tercermin dalam warna pemberitaannya yg terfokuspun dalam suatu aspek tertentu, seperti halnya majalah kesehatan (Rumah Tangga serta Kesehatan, Bugar). Majalah pertanian (Trubus), majalah Keagamaan (Amanah), majalah wilayah (Mangle), sampai majalah gaya hayati anak remaja kini ini (Ripple), dan lainnya menerangkan bahwa rakyat terkini sudah lebih selektif terhadap media-media yang tersebar.

Bukan merupakan suatu kekeliruan bila kita memasukkan majalah sebagai bagian menurut media massa atau komunikasi massa, karena menggunakan melihat ciri komunikasi massa seperti bersifat nir pribadi (melalui media teknis) bersifat satu arah merupakan nir ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (komunikan), terbuka, serta mempunyai publik yg secara geografis tersebar, maka majalah termasuk menjadi keliru satu media komunikasi massa. (Rakhmat, 1994). Dan menjadi media komunikasi, majalah memiliki sifat-sifat spesifik yang nir dimiliki oleh media komunikasi yg lain, antara lain:

1. Khalayak yang diterpa bersifat aktif, nir pasif seperti jika mereka diterpa media radio, televisi, atau film. Pesan melalui pers majalah diungkapkan dengan alfabet -huruf meninggal, yg baru menimbulkan makna apabila khalayak menggunakan tatanan mentalnya secara aktif.

2. Terekam, artinya artikel-artikel pada majalah tersusun pada alinea, kalimat, dan kata-istilah yang terdiri berdasarkan alfabet -alfabet yang tercetak pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa atau hal-hal yang di beritakan terekam sebagai akibatnya dapat dibaca setiap saat serta pada dokumentasikan, di ulang kali, disimpan untuk kepentingan tertentu dan dapat pada jadikan menjadi bukti. 
(Effendy, 1986:111).

Teknik Penyajian Majalah
Suatu pengorganisasian pesan ditetapkan sebelum kata-kata di tuliskan serta sebelum gambar-gambar dibuat, atau keduanya digabungkan ke dalam suatu tata letak (Lay Out). Kegiatan rapikan letak mencakup penetapan keputusan-keputusan tentang berbagai komponen judul, gambaran, naskah, serta indikasi-pertanda identifikasi yg akan disusun dan di tempatkan pada laman. Lima butir pertimbangan bagi perkembangan rapikan letak adalah:
1. Keseimbangan (balance), penataan unsur-unsur buat mencapai suatu kesan kasat mata atau penyebaran yang menyenangkan.

2. Lawanan (kontras), penggunaan ukuran, kepekatan, dan rona yg sangat bhineka pada rangka menarik perhatian serta keterbacaan.

3. Perbandingan (proportion), pertalian di antara objek serta latar belakang, yg keduanya tampak dan saling berinteraksi.

4. Alunan pirsa (gaze motion), penataan judul, ilustrasi, naskah, serta pertanda-tanda identifikasi yg demikian rupa dalam rangka pengurutan paling logis.

5. Kesatuan (unity), berbagai mutu keseimbangan, lawanan, perbandingan, dan alunan pirsa, digabungkan buat pengembangan kesatuan piker, penampilan, dan reka bentuk tata letak (design in the lay out).
(Sudiana, 1986:29).

Suatu rapikan letak akan berhasil jika di dalamnya mengandung mutu kesatuan dan sederhana, adalah yg berhasil menggunakan mengusahakan rapikan letak sederhana, nir rancu, dan bersifat membantu pada meringankan pembaca selama mencerna pesan yang dibacanya.
1. Huruf, ada beragam jenis serta ukuran alfabet yang dapat dipilih buat menandaskan utama-pokok tertentu atau buat menarik perhatian pembaca terhadap beberapa aspek pada naskah.

2. Foto atau gambar, alternatif yang bisa diperkenalkan pada hal ini sangat poly dan bervariasi. Kita dapat menentukan dan menyunting foto, gambar, sketsa, lukisan, kartun, serta bisa menyisipkan banyak sekali macam bentuk lainnya.

3. Judul, dengan pembubuhan judul pembaca dituntun dalam penyeberangan menurut ilustrasi ke pesan. Dalam pengertian generik, judul mempunyai fungsi: secara ringkas serta langsung menyarankan isi pesan, serta menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan sumber. Secara umum penempatan judul wajib tampak dalam bagian atas suatu halaman atau iklan. Dan, bagaimanapun judul wajib memiliki berukuran alfabet yg memadai untuk bisa dagi mata pembaca, dan secara sempurna guna berpasangan dengan daya tarik gambaran.

4. Warna, pada dasarnya rona merupakan suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari suatu objek ke mata insan. Pembubuhan rona mungkin bisa merebut perhatian awal komunikan. Namun pemilihan serta penerapan warna secara serampangan akan mengusir pemirsa segera selesainya perhatiannya tergugah. Para peneliti menemukan bahwa warna-warna yg sering dipercaya favorit ternyata tidak selalu menarik pada penggunaan-penggunaan eksklusif. Bagaimanapun, rona-warna- termasuk hitam, abu-abu, dan putih- dalam lbr tercetak perlu ditata sedemikian rupa sinkron dengan asas dasar yg sama dari rapikan letak, yakni mengandung kesan-kesan ekuilibrium, kontras, proporsi, irama, keselarasan, gerakan, serta kesatuan. (Sudiana, 1986:34-41).

Agar pembaca nir lekas merasa bosan sewaktu membaca pesan yang diterimanya, maka seorang komunikator wajib sempurna, ringkas, jelas, sederhana, bonafide dalam penulisan naskah beritanya. (Wahyudi, 1991:102). Sedangkan menurut James M. Neal serta Suzzane S. Brown, “Penulis naskah keterangan itu wajib objektif, ringkas, jelas, sempurna, serta mengandung daya rangsang”. (wahyudi, 1991:102).

Untuk gampang menarik perhatian komunikan, maka surat fakta, majalah, ataupun media lainnya wajib sanggup menampilkan lay out yg menarik. Menurut Teguh Meinanda, terdapat tiga tujuan menurut pengaturan tata letak, yaitu: “Agar gampang dibaca dan menarik pembaca untuk mengkaji goresan pena-goresan pena, bisa menciptakan atau menghasilkan hal-hal yang menarik serta mengasyikkan, serta supaya pembaca gampang mengenali surat kabar itu”. (Meinanda, 1981:75).

Walaupun begitu, semenarik apapun tata letak pesan pada sebuah majalah, komunikator, yg pada hal ini pereka bentuk dan penata letak memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu, misalnya:

1. Keterbatasan mekanis, sehubungan dengan wahana produksi.
2. Keterbatasan bahan, sehubungan menggunakan jenis kertas, tinta, dan sebagainya.
3. Keterbatasan porto, sehubungan dengan porto produksi.
4. Keterbatasan fungsi, baik mengingat penggunaan maupun calon pembacanya.
5. Keterbatasan waktu, serta keterbatasan lainnya, contohnya yg berkenaan menggunakan lingkungan kerja. 
(Sudiana, 1986:43).

Fungsi dan Peranan Majalah
Media massa misalnya halnya majalah merupakan merupakan suatu sumber yg dapat menyalurkan keterangan dan menambah wawasan pengetahuan rakyat pada banyak sekali bidang kehidupan. Salah satu fungsi majalah merupakan sebagai sarana pendidikan (mass education). Majalah memuat tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca akan bertambah pengetahuannya. (Effendy, 1993:93). Di samping itu jua, sebagai bagian dari pers, maka majalah akan memiliki fungsi yg sama menggunakan yg dimiliki sang pers. Menurut Onong Uchjana Effendy, fungsi-fungsi tadi antara lain:

1. Fungsi menyiarkan (to inform).
2. Fungsi mendidik (to educate).
3. Fungsi menghibur (to entertain).
4. Dan fungsi menghipnotis (to influence).
(Effendy, 1985:193).

Berdasarkan pemuatan tulisan-tulisan dalam majalah yg ditulis secara lebih luas, terang serta mendalam, maka tak galat bila pembacapun akan menerima pengetahuan yang lebih luas dan lebih poly lagi tentang sesuatu hal, dan pemahaman pembaca terhadap sesuatu masalahpun tentunya mampu lebih mendalam lagi lantaran pada memakai majalah pembaca tidak dikejar oleh waktu seperti halnya menggunakan media radio atau televisi sehingga dalam menyerap goresan pena-tulisan yg pada muat pada majalah bisa secara perlahan serta teliti.

Dalam situasi dan kondisi kehidupan masyarakat terbaru, peranan majalah sebagai media komunikasi yang banyak di pergunakan sang masyarakat pada kehidupan sehari-harinya semakin terasa penting. Dalam hal ini ada beberapa peranan utama majalah misalnya yang disebutkan oleh Peterson, yaitu:

1. Membantu perkembangan perubahan-perubahan sosial serta politik.
2. Menafsirkan dilema-masalah dari peristiwa-insiden dan menjadikannya menjadi pandangan nasional.
3. Membantu perkembangan suatu pengertian nasional dalam warga .
4. Memberikan hiburan yg murah kepada jutaan orang.
5. Menjadi penyuluh dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
6. Menjadi pendidik dalam warisan-warisan kebudayaan insan, melalui tulisan serta perhatian terhadap seni, jua mengenai tokoh-tokoh warga .
(Click dan Baird, 1980:60).

Agar suatu majalah bisa dirasakan keuntungannya serta bernilai bagi para pembacanya, maka pada pelaksanaannya diharapkan keahlian menurut pengelola penerbitan majalah tersebut terutama para penulisnya, karena isi berdasarkan majalah itu dapat menentukan karakter serta impactnya.

Jenis Majalah
Untuk kepentingan pembaca, maka majalah-majalah yang beredar di masyarakat bisa pada kelompokkan sesuai dengan kepentingan serta kebutuhan rakyat, sebagai akibatnya warga sebagai pembaca dapat memilih jenis majalah yang bagaimana yang sanggup memenuhi impian dan kebutuhannya.

Secara universal, M.O Palapah serta Atang Syamsuddin membagi jenis majalah menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Mass magazine, merupakan majalah generik yang ditujukan untuk seluruh golongan, jadi merupakan majalah generik.

2. Class magazine, adalah majalah yg ditujukan buat golongan eksklusif (high or middle class) isinya mengenai bidang-bidang eksklusif.

3. Spesialized magazine, merupakan majalah spesifik serta ditujukan kepada para pembaca khusus.
(Palapah serta Syamsuddin, 1983:105-106).

Pembagian jenis majalah secara garis besar misalnya pada sebutkan pada atas, bisa dirinci lagi kedalam jenis-jenis majalah yg lebih spesifik. Djafar Assegaff, mengemukakan sebagai berikut:

1. Majalah bergambar (picture magazine), bentuk majalah yang memuat reportase menurut dalam gambar. Gambar sesuatu peristiwa, atau suatu karangan spesifik yg berisikan foto-foto.

2. Majalah anak-anak (childrens weekly), bentuk majalah yang isinya khusus mengenai global anak-anak.

3. Majalah keterangan (news magazine), mingguan terencana yang menyajikan warta-liputan menggunakan suatu gaya goresan pena yang khas dilengkapi dengan foto-foto serta gambar-gambar.

4. Majalah budaya (culture magazine), penerbitan pers yg mengkhususkan isinya dengan perkara-perkara kebudayaan dan diterbitkan setiap minggu, bulan ataupun secara terpola.

5. Majalah ilmiah (scientific magazine), majalah berkala khusus berisi mengenai ilmu pengetahuan dan mengkhususkan isinya tentang suatu bidang ilmu, contohnya teknik radio, elektronika, ekonomi, hokum, dan sebagainya.

6. Majalah hiburan (popular magazine), majalah yang memuat karangan-karangan ringan, cerita pendek, cerita bergambar, dan sebagainya.

7. Majalah keagamaan (religious magazine), bentuk majalah yg isinya khusus mengenai kasus-masalah kepercayaan .

8. Majalah famili (home magazine), majalah yg memuat karangan-karangan buat semua keluarga, berdasarkan bacaan anak-anak hingga kasus rumah tangga (resep, mode, serta lain-lain).

9. Majalah khas (specialized magazine), bentuk majalah yang isinya khusus tentang banyak sekali macam bidang profesi.

10. Majalah mode (fashion magazine), majalah yang berisi mode dan dilampiri lembaran yg berisikan pola sandang.

11. Majalah perusahaan (company magazine), majalah yang diterbitkan secara teratur sang perusahaan berisi berita-warta atau warta mengenai kepegawaian, karyawan, kebijaksaan perusahaan serta produksi perusahaan.

12. Majalah remaja (juvenile weekly), bentuk majalah yang isinya spesifik membahas kasus remaja.

13. Majalah sari tulisan (magazine digest), bentuk penerbitan menggunakan format khusus yang berisi kompendium karangan menurut aneka macam penerbitan.

14. Majalah sastra (literary magazine), bentuk majalah spesial yang terbit dan isinya spesifik menyampaikan kasus kesusastraan dan resensi buku-kitab (novel) pada masa ini atau aktivitas dalam bidang seni sastra.

15. Majalah perempuan (woman magazine), bentuk majalah yg berisikan spesifik mengenai global wanita, berdasarkan kasus mode, resep, musik, keluarga, pula dihiasi oleh foto-foto yg menarik.
(Assegaff, 1983:126-128).

Sesuai menggunakan jenis-jenis majalah yg sudah pada sebutkan diatas, majalah Ripple adalah termasuk kedalam jenis majalah khas. Majalah Ripple menyajikan warta-liputan dengan gaya penulisan yg khas mencakup fakta tentang musik, fashion, olah raga extreme, dan pula gaya hidup anak belia kini .

PENGERTIAN MAJALAH MENURUT PARA AHLI

Pengertian Majalah Menurut Para Ahli
Di dorong sang keberadaannya menjadi mahluk sosial, insan senantiasa berusaha buat mengetahui hal-hal yg terjadi disekitarnya. Media massa menyediakan informasi yg di perlukan guna memenuhi kebutuhan akan keterangan tadi, baik media cetak maupun media elektronik. Adapun peran khusus media cetak dalam penyampaian keterangan, diantaranya berkaitan menggunakan reading habit serta tradisi menulis. Majalah sebagai salah satu media cetak yaitu adalah galat satu asal informasi yg dalam saat ini semakin terkenal di rakyat. Majalah adalah bagian menurut pers yg membawa misi penjelasan, pendidikan, serta hiburan. Penerbitan majalah sendiri dimulai pertama kali di Amerika oleh Benjamin Franklin bernama General Magazine dalam tahun 1741, namun perkembangannya sendiri baru tampak sekitar abad XIX.

Karena termasuk sebagai media cetak, maka pesan-pesan dalam majalah bersifat tetap serta publik dapat mengatur tempo pada membacanya, selain itu pula kekuatan utamanya merupakan dapat dijadikan menjadi bukti. (Assegaff, 1980:27).

Pernyataan tersebut sinkron menggunakan pernyataan Peterson mengenai keunggulan-keunggulan yg dimiliki oleh sebuah majalah, yaitu:

Mirip dengan media cetak lainnya majalah tampil lebih berisikan pengetahuan dari dalam hal-hal yang menyangkut selera dan perasaan menurut komunikannya. Media ini bukan sarana yang dibaca selintas saja misalnya media aktual (Broadcast Media), nir pula membutuhkan perhatian dalam saat eksklusif, media ini tidak dengan segera dapat pada kesampingkan misalnya Koran, majalah dapat disimpan sang pembaca selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, kadang-kadang bertahun-tahun. (Defleur Dennis:137).

Tetapi menurut keunggulan yang dimilikinya itu, kita bisa merogoh kelemahan yang primer dari majalah tersebut, yaitu bahwa majalah nir terbit setiap hari misalnya halnya surat berita yg adalah sumber kabar (membicarakan informasi) setiap harinya pada setiap orang. “Majalah diminati sang mereka yg sibuk dan tidak sempat menekuni Koran harian”. (Depdikbud, 1992:67).

Dalam istilah asing, majalah disebut The Prited Page, yg adalah segala barang yang dicetak, yg ditujukan buat menyalurkan komunikasi massa. Arti majalah misalnya yang pada kutip menurut The Random House Dictionary Of English Language, merupakan “Majalah yg diterbitkan secara berkala senantiasa mempunyai sampul muka, dan secara khas majalah memuat cerita-cerita, karangan-karangan, puisi-puisi serta sebagainya. Serta kadangkala berisikan foto-foto serta gambar-gambar yang secara spesifik memfokuskan pada informasi (subject of area) misalnya; hobbi, informasi, atau olah raga”. (Baird, 1980:60). Jadi pada suatu majalah, pesan yang disampaikan bukan saja berupa liputan-fakta, akan tetapi sanggup juga pada bentuk hiburan, misalnya cerita-cerita, puisi atau sajak, foto atau gambar sesuatu yang hendak pada perlihatkan pada pembacanya, serta sebagainya. Menurut Edwin Emery dkk (1967:62-65) “Majalah adalah media opini”. Jadi dalam sebuah majalahpun terdapat goresan pena-tulisan mengenai opini atau pendapat-pendapat, pandangan-pandangan seseorang mengenai sesuatu yang tentunya berkaitan menggunakan masalah-masalah yang terjadi pada warga . Di samping itu jua, majalah bisa pada definisikan sebagai:

Salah satu jenis indera komunikasi dalam bentuk publikasi yg terbit secara bersiklus seminggu sekali, atau sebulan sekali, atau pada saat-ketika yg teratur. Majalah ini pada terbitkan menggunakan isi yg antara lain artikel-artikel, warta-berita, cerita-cerita yg mengandung nilai sastra, fiksi dan non-fiksi, puisi, resensi, kritik-kritik, karikatur, lelucon-lelucon, pengisi (filler), tajuk planning, kadang-kadang iklan. (Komarudin, 1984:149).

Karena majalah diterbitkan lebih jarang menurut dalam surat keterangan (minimal seminggu sekali), maka majalah bisa menyelidiki masalah-persoalan dan keadaan-keadaan yang terjadi pada warga secara teliti serta mendalam. Pada umumnya tulisan-goresan pena yang di muat pada majalah tidak terlalu mementingkan aktualitas pada karenakan dalam memuat keterangan majalah tadi menyesuaikan menggunakan saat terbitnya. Oleh karenanya juga maka berita yg disampaikan bukan lagi keterangan hangat satu hari eksklusif, lantaran kabar-warta tadi pada sesuaikan menggunakan waktu terbitnya majalah, maka penulisan-penulisan berita yg terdapat bisa pada telaah secara lebih luas serta lebih mendalam lagi. Hal ini sinkron dengan karakteristik majalah yg membedakannya menggunakan surat warta seperti yang dinyatakan sang Defleur dan Dennis, yaitu “Disebabkan majalah di terbitkan sedikit lebih sporadis dari pada surat kabar, maka majalah bisa menyelidiki dilema-dilema dan keadaan yg lebih hati-hati serta mendalam. Majalah kurang menaruh perhatian terhadap informasi yg sifatnya aktual dan lebih menekankan dalam penelaahan hal-hal yang berafiliasi secara luas”. (Defleur Dennis :137).

Untuk menarik perhatian pembaca, maka suatu penerbitan majalah senantiasa berusaha buat memenuhi hasrat serta kebutuhan yg diminati oleh warga tersebut. Pada waktu sekarang ini sudah poly beredar beraneka ragam jenis majalah. Hal ini dilakukan buat memenuhi hasrat dan kebutuhan pembaca yang majemuk jua.

“Kepentingan pembaca, pendengar, dan pemirsa, harus selalu pada perhatikan dan pada utamakan, lantaran “laku ” tidaknya isi pesan yang di “jual” sangat tergantung dari konsumen atau menggunakan istilah lain surat informasi atau majalah, radio, televisi, dan film akan “laris” bila, isi pesan sinkron menggunakan kesukaan konsumen (audience)”. (Wahyudi, 1991:99).

Perbedaan minat yang masih ada dalam pembaca itu bisa ditimbulkan oleh poly faktor, antara lain merupakan faktor-faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial, norma, serta lain-lain. Media massa cetak berupa majalah berskala nasional sekarang jauh lebih poly jumlah dan macamnya, misalnya majalah anak-anak (Bobo, Donald Bebek, dan lain-lain), majalah remaja (GADIS, Hai, ANEKA), majalah perempuan dan mak -ibu (Kartini, Femina), majalah famili (Ayah Bunda) atau bahkan bila pada lihat dari misi yang melekat pada masing-masing majalah yg tercermin dalam warna pemberitaannya yang terfokuspun dalam suatu aspek eksklusif, misalnya halnya majalah kesehatan (Rumah Tangga serta Kesehatan, Bugar). Majalah pertanian (Trubus), majalah Keagamaan (Amanah), majalah daerah (Mangle), hingga majalah gaya hayati anak remaja sekarang ini (Ripple), dan lainnya memperlihatkan bahwa masyarakat terkini sudah lebih selektif terhadap media-media yg beredar.

Bukan adalah suatu kekeliruan bila kita memasukkan majalah sebagai bagian berdasarkan media massa atau komunikasi massa, lantaran dengan melihat karakteristik komunikasi massa misalnya bersifat tidak pribadi (melalui media teknis) bersifat satu arah ialah tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (komunikan), terbuka, serta memiliki publik yg secara geografis tersebar, maka majalah termasuk menjadi salah satu media komunikasi massa. (Rakhmat, 1994). Dan menjadi media komunikasi, majalah mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh media komunikasi yg lain, diantaranya:

1. Khalayak yg diterpa bersifat aktif, nir pasif seperti jika mereka diterpa media radio, televisi, atau film. Pesan melalui pers majalah diungkapkan menggunakan huruf-huruf tewas, yang baru mengakibatkan makna jika khalayak memakai tatanan mentalnya secara aktif.

2. Terekam, ialah artikel-artikel dalam majalah tersusun dalam alinea, kalimat, serta istilah-istilah yang terdiri menurut huruf-alfabet yg tercetak dalam kertas. Dengan demikian setiap insiden atau hal-hal yang di beritakan terekam sebagai akibatnya bisa dibaca setiap ketika dan pada dokumentasikan, pada ulang kali, disimpan buat kepentingan tertentu dan bisa di jadikan menjadi bukti. 
(Effendy, 1986:111).

Teknik Penyajian Majalah
Suatu pengorganisasian pesan ditetapkan sebelum istilah-kata di tuliskan serta sebelum gambar-gambar dibentuk, atau keduanya digabungkan ke dalam suatu tata letak (Lay Out). Kegiatan rapikan letak meliputi penetapan keputusan-keputusan mengenai banyak sekali komponen judul, ilustrasi, naskah, serta pertanda-pertanda identifikasi yg akan disusun dan di tempatkan dalam laman. Lima butir pertimbangan bagi perkembangan tata letak merupakan:
1. Keseimbangan (balance), penataan unsur-unsur untuk mencapai suatu kesan kasat mata atau penyebaran yg menyenangkan.

2. Lawanan (paradoksal), penggunaan berukuran, kepekatan, dan warna yang sangat bhineka pada rangka menarik perhatian serta keterbacaan.

3. Perbandingan (proportion), pertalian di antara objek dan latar belakang, yang keduanya tampak serta saling berinteraksi.

4. Alunan pirsa (gaze motion), penataan judul, ilustrasi, naskah, serta indikasi-pertanda identifikasi yg demikian rupa dalam rangka pengurutan paling logis.

5. Kesatuan (unity), aneka macam mutu ekuilibrium, lawanan, perbandingan, dan alunan pirsa, digabungkan buat pengembangan kesatuan piker, penampilan, serta reka bentuk tata letak (design in the lay out).
(Sudiana, 1986:29).

Suatu tata letak akan berhasil apabila pada dalamnya mengandung mutu kesatuan dan sederhana, merupakan yang berhasil menggunakan mengusahakan tata letak sederhana, tidak kacau, serta bersifat membantu pada meringankan pembaca selama mencerna pesan yang dibacanya.
1. Huruf, terdapat beragam jenis serta berukuran alfabet yang bisa dipilih buat menandaskan utama-pokok tertentu atau buat menarik perhatian pembaca terhadap beberapa aspek pada naskah.

2. Foto atau gambar, alternatif yg dapat diperkenalkan dalam hal ini sangat banyak serta bervariasi. Kita dapat memilih dan menyunting foto, gambar, sketsa, lukisan, kartun, dan bisa menyisipkan banyak sekali macam bentuk lainnya.

3. Judul, menggunakan pembubuhan judul pembaca dituntun dalam penyeberangan menurut ilustrasi ke pesan. Dalam pengertian generik, judul mempunyai fungsi: secara ringkas serta langsung menyarankan isi pesan, serta menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentingan dasar pembaca selesainya menyajikan pesan sumber. Secara generik penempatan judul harus tampak pada bagian atas suatu halaman atau iklan. Dan, bagaimanapun judul harus mempunyai ukuran huruf yg memadai buat bisa dagi mata pembaca, serta secara sempurna guna berpasangan dengan daya tarik gambaran.

4. Warna, pada dasarnya rona merupakan suatu mutu cahaya yang dipantulkan menurut suatu objek ke mata insan. Pembubuhan warna mungkin dapat merebut perhatian awal komunikan. Tetapi pemilihan serta penerapan rona secara serampangan akan mengusir pemirsa segera sehabis perhatiannya tergugah. Para peneliti menemukan bahwa warna-warna yang sering dipercaya favorit ternyata nir selalu menarik pada penggunaan-penggunaan tertentu. Bagaimanapun, rona-rona- termasuk hitam, abu-abu, dan putih- pada lembar tercetak perlu ditata sedemikian rupa sesuai menggunakan asas dasar yang sama dari rapikan letak, yakni mengandung kesan-kesan keseimbangan, paradoksal, proporsi, irama, keselarasan, gerakan, dan kesatuan. (Sudiana, 1986:34-41).

Agar pembaca nir lekas merasa bosan sewaktu membaca pesan yang diterimanya, maka seorang komunikator wajib tepat, ringkas, kentara, sederhana, bonafide pada penulisan naskah beritanya. (Wahyudi, 1991:102). Sedangkan dari James M. Neal serta Suzzane S. Brown, “Penulis naskah informasi itu harus objektif, ringkas, jelas, tepat, serta mengandung daya rangsang”. (wahyudi, 1991:102).

Untuk mudah menarik perhatian komunikan, maka surat warta, majalah, ataupun media lainnya wajib bisa menampilkan lay out yg menarik. Menurut Teguh Meinanda, ada tiga tujuan menurut pengaturan rapikan letak, yaitu: “Agar gampang dibaca serta menarik pembaca buat mempelajari tulisan-goresan pena, bisa membangun atau membentuk hal-hal yg menarik dan mengasyikkan, dan supaya pembaca mudah mengenali surat warta itu”. (Meinanda, 1981:75).

Walaupun begitu, semenarik apapun rapikan letak pesan pada sebuah majalah, komunikator, yang pada hal ini pereka bentuk serta penata letak memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu, seperti:

1. Keterbatasan mekanis, sehubungan menggunakan sarana produksi.
2. Keterbatasan bahan, sehubungan menggunakan jenis kertas, tinta, dan sebagainya.
3. Keterbatasan biaya , sehubungan menggunakan porto produksi.
4. Keterbatasan fungsi, baik mengingat penggunaan maupun calon pembacanya.
5. Keterbatasan ketika, dan keterbatasan lainnya, contohnya yang berkenaan dengan lingkungan kerja. 
(Sudiana, 1986:43).

Fungsi serta Peranan Majalah
Media massa seperti halnya majalah merupakan merupakan suatu asal yg dapat menyalurkan keterangan serta menambah wawasan pengetahuan rakyat di berbagai bidang kehidupan. Salah satu fungsi majalah adalah menjadi sarana pendidikan (mass education). Majalah memuat goresan pena yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca akan bertambah pengetahuannya. (Effendy, 1993:93). Di samping itu jua, sebagai bagian berdasarkan pers, maka majalah akan mempunyai fungsi yang sama dengan yg dimiliki oleh pers. Menurut Onong Uchjana Effendy, fungsi-fungsi tersebut diantaranya:

1. Fungsi menyiarkan (to inform).
2. Fungsi mendidik (to educate).
3. Fungsi menghibur (to entertain).
4. Dan fungsi mensugesti (to influence).
(Effendy, 1985:193).

Berdasarkan pemuatan goresan pena-goresan pena pada majalah yang ditulis secara lebih luas, jelas dan mendalam, maka tak keliru bila pembacapun akan menerima pengetahuan yg lebih luas dan lebih banyak lagi tentang sesuatu hal, dan pemahaman pembaca terhadap sesuatu masalahpun tentunya mampu lebih mendalam lagi karena dalam memakai majalah pembaca tidak dikejar sang waktu seperti halnya memakai media radio atau televisi sebagai akibatnya dalam menyerap goresan pena-tulisan yang di muat pada majalah bisa secara perlahan dan teliti.

Dalam situasi serta kondisi kehidupan masyarakat terbaru, peranan majalah sebagai media komunikasi yang banyak di pergunakan sang warga dalam kehidupan sehari-harinya semakin terasa penting. Dalam hal ini ada beberapa peranan utama majalah seperti yg disebutkan oleh Peterson, yaitu:

1. Membantu perkembangan perubahan-perubahan sosial dan politik.
2. Menafsirkan dilema-persoalan dari insiden-kejadian serta menjadikannya sebagai pandangan nasional.
3. Membantu perkembangan suatu pengertian nasional pada rakyat.
4. Memberikan hiburan yang murah kepada jutaan orang.
5. Menjadi penyuluh pada kehidupan warga sehari-hari.
6. Menjadi pendidik pada warisan-warisan kebudayaan manusia, melalui goresan pena serta perhatian terhadap seni, pula tentang tokoh-tokoh rakyat.
(Click dan Baird, 1980:60).

Agar suatu majalah dapat dirasakan keuntungannya serta bernilai bagi para pembacanya, maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan keahlian berdasarkan pengelola penerbitan majalah tadi terutama para penulisnya, sebab isi dari majalah itu bisa memilih karakter serta impactnya.

Jenis Majalah
Untuk kepentingan pembaca, maka majalah-majalah yg beredar pada warga bisa pada kelompokkan sinkron dengan kepentingan dan kebutuhan warga , sebagai akibatnya rakyat menjadi pembaca dapat menentukan jenis majalah yg bagaimana yg bisa memenuhi harapan dan kebutuhannya.

Secara universal, M.O Palapah dan Atang Syamsuddin membagi jenis majalah sebagai 3 jenis, yaitu:
1. Mass magazine, merupakan majalah umum yang ditujukan buat seluruh golongan, jadi merupakan majalah umum.

2. Class magazine, merupakan majalah yg ditujukan buat golongan eksklusif (high or middle group) isinya tentang bidang-bidang eksklusif.

3. Spesialized magazine, merupakan majalah spesifik serta ditujukan pada para pembaca khusus.
(Palapah dan Syamsuddin, 1983:105-106).

Pembagian jenis majalah secara garis akbar misalnya pada sebutkan di atas, dapat dirinci lagi kedalam jenis-jenis majalah yang lebih khusus. Djafar Assegaff, mengemukakan menjadi berikut:

1. Majalah bergambar (picture magazine), bentuk majalah yang memuat reportase dari pada gambar. Gambar sesuatu insiden, atau suatu karangan spesifik yg berisikan foto-foto.

2. Majalah anak-anak (childrens weekly), bentuk majalah yg isinya khusus tentang dunia anak-anak.

3. Majalah fakta (news magazine), mingguan berkala yg menyajikan warta-informasi dengan suatu gaya tulisan yg spesial dilengkapi dengan foto-foto dan gambar-gambar.

4. Majalah budaya (culture magazine), penerbitan pers yang mengkhususkan isinya menggunakan masalah-masalah kebudayaan serta diterbitkan setiap minggu, bulan ataupun secara terpola.

5. Majalah ilmiah (scientific magazine), majalah berkala spesifik berisi tentang ilmu pengetahuan serta mengkhususkan isinya tentang suatu bidang ilmu, contohnya teknik radio, elektronika, ekonomi, hokum, dan sebagainya.

6. Majalah hiburan (popular magazine), majalah yg memuat karangan-karangan ringan, cerita pendek, cerita bergambar, dan sebagainya.

7. Majalah keagamaan (religious magazine), bentuk majalah yg isinya spesifik tentang perkara-masalah agama.

8. Majalah keluarga (home magazine), majalah yg memuat karangan-karangan buat semua keluarga, dari bacaan anak-anak sampai kasus rumah tangga (resep, mode, serta lain-lain).

9. Majalah khas (specialized magazine), bentuk majalah yg isinya spesifik mengenai berbagai macam bidang profesi.

10. Majalah mode (fashion magazine), majalah yang berisi mode dan dilampiri lembaran yg berisikan pola sandang.

11. Majalah perusahaan (company magazine), majalah yg diterbitkan secara teratur sang perusahaan berisi keterangan-keterangan atau informasi mengenai kepegawaian, karyawan, kebijaksaan perusahaan dan produksi perusahaan.

12. Majalah remaja (juvenile weekly), bentuk majalah yg isinya spesifik membahas kasus remaja.

13. Majalah sari goresan pena (magazine digest), bentuk penerbitan dengan format spesifik yang berisi kompendium karangan berdasarkan berbagai penerbitan.

14. Majalah sastra (literary magazine), bentuk majalah spesial yang terbit dan isinya khusus menyampaikan kasus kesusastraan dan resensi kitab -kitab (novel) kontemporer atau kegiatan dalam bidang seni sastra.

15. Majalah wanita (woman magazine), bentuk majalah yang berisikan spesifik tentang global perempuan , berdasarkan masalah mode, resep, musik, famili, jua dihiasi sang foto-foto yang menarik.
(Assegaff, 1983:126-128).

Sesuai menggunakan jenis-jenis majalah yg sudah di sebutkan diatas, majalah Ripple merupakan termasuk kedalam jenis majalah spesial . Majalah Ripple menyajikan berita-informasi menggunakan gaya penulisan yg spesial mencakup fakta tentang musik, fashion, olah raga extreme, dan pula gaya hidup anak belia sekarang.

FUNGSI JENIS DAN KEGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Fungsi, Jenis Dan Kegunaan Media Pembelajaran
Kata media adalah bentuk jamak berdasarkan kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi berdasarkan pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu menjadi pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). 

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, pengajar (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, anak didik (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang bisa dipakai buat menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sebagai akibatnya bisa merangsang perhatian, minat, pikiran, serta perasaan anak didik dalam aktivitas belajar buat mencapai tujuan belajar.

A. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media mempunyai fungsi sebagai pembawa informasi menurut sumber (guru) menuju penerima (anak didik). Sedangkan metode adalah mekanisme buat membantu murid pada menerima danmengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Hamalik yang pada kutip Azhar Arsyad (2002: 15) mengemukakan bahwa “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan hasrat dan minat yg baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, serta bahkan membawa dampak-impak psokologis terhadap murid".

Media pembelajaran, dari Kemp serta Dayton pada bukunya Azhar Arsyad(2002: 9) menyatakan bahwa “ Media pembelajaran bisa memnuhi tiga fungsi utama apabila media itu dipakai buat perorangan, gerombolan , atau kelompok pendengar yg akbar jumlahnya, yaitu:
  1. Memotivasi minat atau tindakan
  2. Menyampikan informasi
  3. Memberi instruksi.

Sumber yang lain menjelaskan bahwa, fungsi media pembelajaran antara lain:

1. Menyampaikan liputan dalam proses belajar mengajar. 
2. Melengkapi dan memperkaya liputan dalam aktivitas belajar mengajar. 
3. Mendorong motivasi belajar. 
4. Menambah variasi dalam penyajian materi. 
5. Menambah pengertian konkret mengenai suatu pengetahuan. 
6. Memungkinkan anak didik memilih aktivitas belajar sesuai menggunakan kemampuan, talenta serta minatnya. 
7. Praktis dicerna dan tahan usang pada menyerap pesan-pesan (informasinya sangat membekas serta tidak mudah lupa) (Rohani, 1997: 9). 

B. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media adalah bahan atau aplikasi (perangkat lunak) berisi pesan atau informasi pendidikan yang umumnya disajikan menggunakan memakai alat-alat. Peralatan atau perangkat keras (hardware) adalah sarana buat dapat menampilkan pesan yg terkandung pada media tadi. Dengan masuknya efek ilmu cetak-mencetak, perilaku, komunikasi, dan perkembangan teknologi elektronika, media mengalami perkembangan menggunakan menampilkan banyak sekali jenis dan karakteristiknya (modul cetak, film, televisi, film bingkai, slide, radio, komputer, serta sebagainya). Celce-Murcia (pada van Els, 1984: 289) membagi media atas dua gerombolan , yakni:
(1) perangkat pengajaran nonteknis (non-technical teaching aids)
(dua) perangkat projek teknis (technical projected aids). 

Terdapat enam jenis dasar menurut media pembelajaran menurut Heinich and Molenda (2005) yaitu:

1. Teks
· Merupakan elemen dasar bagi mengungkapkan suatu fakta yang
· Mempunyai aneka macam jenis serta bentuk tulisan yg berupaya memberi daya tarik dalam penyampaian berita.

2. Media Audio
· Membantu membicarakan maklumat menggunakan lebih berkesan
· Membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman bunyi dan lainnya.

3. Media Visual
Media yg bisa memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan buletin dan lainnya.

4. Media Proyeksi Gerak.
Termasuk pada dalamnya film gerak, film gelang, program TV, video kaset (CD, VCD, atau DVD)

5. Benda-benda Tiruan / miniatur
Seperti benda-benda 3 dimensi yg dapat disentuh dan dirabaoleh anak didik. Media ini dibentuk buat mengatasi keterbatasan baik obyek maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.

6. Manusia.
Termasuk di dalamnya pengajar, anak didik, atau ahli/ahli pada bidang/materi eksklusif.

C. Kegunaan Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran merupakan memperlancar hubungan antara guru menggunakan murid sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif serta efisien. Secara lebih rinci, media pembelajaran mempunyai kegunaan menjadi berikut:
1. Memperjelas penyajian suatu pesan supaya nir terlalu bersifat Verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti:
a. Obyek yg terlalu besar , dapat digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, gambar video, atau contoh.
b. Obyek yang kecil dibantu menggunakan proyektor mikro, film slide,gambar video atau gambar.
c. Gerak yg terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantudengan timelapse, highspeed photografi atau slow motionplayback video.
d. Kejadian atau insiden yg terjadi dalam masa lalu dapatditampilkan lagi melalui rekaman film, video, atau foto.
e. Obyek yg terlalu kompleks dapat disajikan menggunakan model,diagram, dll.
f. Konsep yg terlalu luas dapat divisualkan pada bentuk film,slide, gambar atau video.

3. Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi bisa mengatasi perilaku pasif anak didik. Dalam hal ini mediapembelajaran bermanfaat untuk:
a. Menimbulkan gairah belajar.
b. Memungkinkan interaksi eksklusif antara murid menggunakan lingkungan serta kenyataan. 
c. Memungkinkan murid otodidak berdasarkan minat dankemampuannya.

4. Dengan sifat yang unik dalam anak didik pula dengan lingkungan dan pengalaman yg berbeda-beda, sedangkan kurikulum dan materipembelajaran yg sama buat setiap murid, kasus ini bisa diatasi dengan media pembelajaran dalam kemampuannya:
a. Memberikan perangsang yg sama.
b. Menyamakan pengalaman.
c. Menimbulkan persepsi yg sama.

5. Efisiensi dalam saat serta tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih gampang tercapai secara aporisma menggunakan waktu dan energi seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab menggunakan sekali hidangan memakai media, anak didik akan lebih gampang memahami pelajaran.

6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana dan kapan saja
Media pembelajaran bisa dirangsang sedemikian rupa sebagai akibatnya murid dapat melakukan aktivitas belajar menggunakan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seseorang guru.perlu kita sadari ketika belajar pada sekolah sangat terbatas dan ketika terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.

7. Mengubah kiprah guru ke arah yang lebih positif serta produktif
Guru dapat menyebarkan peran dengan media sehingga banyak mamiliki ketika buat memberi perhatian dalam aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar murid, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, serta lain-lain

Sudjana serta Rivai dalam bukunya Azhar Arsyad (2002: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran pada proses belajar siswa, yaitu:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian murid sebagai akibatnya bisa menumbuhkan motivasi belajar
2) Bahan pembelajaran akan lebih kentara maknanya sehingga bisa lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai serta mencapai tujuan pembelajaran
3) Metode mengajar akan bervariasi, tidak semata-mata komunikasi ekspresi melalui penuturan kata-istilah oleh guru, sebagai akibatnya nir bosan da pengajar tidak kehabisan energi, apalagi kalau guru mengajar pada setiap pelajaran
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan aktivitas belajar karena hanya mendengarkan uaraian pengajar, tetapi juga kegiatan lain sperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Menurut Encyclopedia of Educatioanal Reseach dalam Hamalik yang dikutip Azhar Arsyad (2002: 25) merincikan manfaat media pendidikan menjadi berikut:
  • Meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme. 
  • Memperbesar perhatian murid 
  • Meletakkan dasar-dasar yg krusial buat perkembanganbelajar, sang karenanya menciptakan pelajaran lebih mantap. 
  • Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa. 
  • Menumbuhkan pemikiran yg teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup. 
  • Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa 
  • Memberikan pengalaman yg tidak mudah diperoleh dengan cara lain , dan membantu efisiensi dan keragaman yg banyak pada belajar. 
Selain itu, donasi media pembelajaran adalah: 
1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar. 
2) Pembelajaran dapat lebih menarik. 
3) Pembelajaran sebagai lebih interaktif menggunakan menerapkan teori belajar.
4) Waktu aplikasi pembelajaran bisa diperpendek.
5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. 
6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diharapkan. 
7) Sikap positif murid terhadap materi pembelajaran dan proses pembelajaran dapat ditingkatkan. 

FUNGSI JENIS DAN KEGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Fungsi, Jenis Dan Kegunaan Media Pembelajaran
Kata media adalah bentuk jamak menurut kata medium. Medium dapat didefinisikan menjadi perantara atau pengantar terjadinya komunikasi berdasarkan pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media adalah salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan berdasarkan komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). 

Berdasarkan definisi tadi, bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran adalah proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung 5 komponen komunikasi, pengajar (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, anak didik (komunikan), serta tujuan pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang bisa dipakai untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sebagai akibatnya dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan anak didik pada aktivitas belajar untuk mencapai tujuan belajar.

A. Fungsi Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media mempunyai fungsi menjadi pembawa berita berdasarkan asal (guru) menuju penerima (murid). Sedangkan metode merupakan prosedur buat membantu anak didik dalam menerima danmengolah warta guna mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Hamalik yang di kutip Azhar Arsyad (2002: 15) mengemukakan bahwa “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar bisa membangkitkan cita-cita dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan aktivitas belajar, dan bahkan membawa dampak-imbas psokologis terhadap murid".

Media pembelajaran, dari Kemp serta Dayton pada bukunya Azhar Arsyad(2002: 9) menyatakan bahwa “ Media pembelajaran dapat memnuhi 3 fungsi utama jika media itu dipakai buat perorangan, kelompok, atau grup pendengar yang akbar jumlahnya, yaitu:
  1. Memotivasi minat atau tindakan
  2. Menyampikan informasi
  3. Memberi instruksi.

Sumber yg lain mengungkapkan bahwa, fungsi media pembelajaran antara lain:

1. Menyampaikan berita pada proses belajar mengajar. 
2. Melengkapi dan memperkaya kabar pada aktivitas belajar mengajar. 
3. Mendorong motivasi belajar. 
4. Menambah variasi dalam penyajian materi. 
5. Menambah pengertian konkret mengenai suatu pengetahuan. 
6. Memungkinkan anak didik menentukan aktivitas belajar sesuai dengan kemampuan, talenta serta minatnya. 
7. Praktis dicerna serta tahan lama dalam menyerap pesan-pesan (informasinya sangat membekas dan tidak gampang lupa) (Rohani, 1997: 9). 

B. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media adalah bahan atau aplikasi (perangkat lunak) berisi pesan atau keterangan pendidikan yg umumnya tersaji menggunakan menggunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) adalah sarana buat dapat menampilkan pesan yg terkandung dalam media tadi. Dengan masuknya pengaruh ilmu cetak-mencetak, konduite, komunikasi, dan perkembangan teknologi elektronik, media mengalami perkembangan dengan menampilkan banyak sekali jenis dan karakteristiknya (modul cetak, film, televisi, film bingkai, slide, radio, komputer, dan sebagainya). Celce-Murcia (dalam van Els, 1984: 289) membagi media atas dua grup, yakni:
(1) perangkat pengajaran nonteknis (non-technical teaching aids)
(dua) perangkat projek teknis (technical projected aids). 

Terdapat enam jenis dasar berdasarkan media pembelajaran dari Heinich and Molenda (2005) yaitu:

1. Teks
· Merupakan elemen dasar bagi membicarakan suatu informasi yang
· Mempunyai banyak sekali jenis serta bentuk tulisan yang berupaya memberi daya tarik dalam penyampaian keterangan.

2. Media Audio
· Membantu membicarakan maklumat menggunakan lebih berkesan
· Membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman suara dan lainnya.

3. Media Visual
Media yg bisa menaruh rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan buletin dan lainnya.

4. Media Proyeksi Gerak.
Termasuk pada dalamnya film gerak, film gelang, acara TV, video kaset (CD, VCD, atau DVD)

5. Benda-benda Tiruan / miniatur
Seperti benda-benda 3 dimensi yg dapat disentuh serta dirabaoleh anak didik. Media ini dibentuk buat mengatasi keterbatasan baik obyek maupun situasi sehingga proses pembelajaran tetap berjalan menggunakan baik.

6. Manusia.
Termasuk pada dalamnya pengajar, murid, atau ahli/ahli di bidang/materi eksklusif.

C. Kegunaan Media Pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran merupakan memperlancar hubungan antara guru menggunakan anak didik sebagai akibatnya kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Secara lebih rinci, media pembelajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian suatu pesan supaya nir terlalu bersifat Verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, saat dan daya indera misalnya:
a. Obyek yang terlalu akbar, dapat digantikan menggunakan realita, gambar, film bingkai, film, gambar video, atau contoh.
b. Obyek yang kecil dibantu menggunakan proyektor mikro, film slide,gambar video atau gambar.
c. Gerak yg terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantudengan timelapse, highspeed photografi atau slow motionplayback video.
d. Kejadian atau peristiwa yg terjadi pada masa kemudian dapatditampilkan lagi melalui rekaman film, video, atau foto.
e. Obyek yang terlalu kompleks bisa disajikan menggunakan contoh,diagram, dll.
f. Konsep yg terlalu luas dapat divisualkan dalam bentuk film,slide, gambar atau video.

3. Dengan menggunakan media pembelajaran secara sempurna dan bervariasi bisa mengatasi sikap pasif siswa. Dalam hal ini mediapembelajaran bermanfaat buat:
a. Menimbulkan gairah belajar.
b. Memungkinkan interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan serta kenyataan. 
c. Memungkinkan murid belajar sendiri menurut minat dankemampuannya.

4. Dengan sifat yang unik dalam anak didik pula dengan lingkungan serta pengalaman yg bhineka, sedangkan kurikulum serta materipembelajaran yg sama buat setiap anak didik, masalah ini dapat diatasi menggunakan media pembelajaran dalam kemampuannya:
a. Memberikan perangsang yang sama.
b. Menyamakan pengalaman.
c. Menimbulkan persepsi yang sama.

5. Efisiensi dalam saat serta tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih gampang tercapai secara aporisma menggunakan saat dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak wajib mengungkapkan materi ajaran secara berulang-ulang, karena dengan sekali sajian menggunakan media, murid akan lebih gampang tahu pelajaran.

6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana serta kapan saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sebagai akibatnya anak didik bisa melakukan kegiatan belajar menggunakan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.perlu kita sadari ketika belajar di sekolah sangat terbatas serta waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.

7. Mengubah peran guru ke arah yg lebih positif serta produktif
Guru bisa berbagi kiprah dengan media sehingga poly mamiliki waktu buat memberi perhatian dalam aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain

Sudjana dan Rivai dalam bukunya Azhar Arsyad (2002: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian anak didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
2) Bahan pembelajaran akan lebih kentara maknanya sehingga dapat lebih dipahami sang murid serta memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran
3) Metode mengajar akan bervariasi, tidak semata-mata komunikasi lisan melalui penuturan istilah-istilah oleh pengajar, sebagai akibatnya tidak bosan da guru tidak kehabisan tenaga, apalagi jika pengajar mengajar pada setiap pelajaran
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan aktivitas belajar sebab hanya mendengarkan uaraian pengajar, tetapi pula aktivitas lain sperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, serta lain-lain.

Menurut Encyclopedia of Educatioanal Reseach dalam Hamalik yang dikutip Azhar Arsyad (2002: 25) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:
  • Meletakkan dasar-dasar yg konkret buat berfikir, sang karena itu mengurangi verbalisme. 
  • Memperbesar perhatian murid 
  • Meletakkan dasar-dasar yg penting untuk perkembanganbelajar, sang karena itu membuat pelajaran lebih mantap. 
  • Memberikan pengalaman konkret yg dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan murid. 
  • Menumbuhkan pemikiran yg teratur serta kontinyu, terutama melalui gambar hayati. 
  • Membantu tumbuhnya pengertian yg bisa membantu perkembangan kemampuan berbahasa 
  • Memberikan pengalaman yang tidak gampang diperoleh dengan alternatif, serta membantu efisiensi serta keragaman yang poly pada belajar. 
Selain itu, kontribusi media pembelajaran adalah: 
1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar. 
2) Pembelajaran bisa lebih menarik. 
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif menggunakan menerapkan teori belajar.
4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. 
6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan. 
7) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran bisa ditingkatkan. 

PENGERTIAN LITERASI LENGKAP HASIL SEMINAR PEMBUDAYAAN KEGEMARAN MEMBACA


Cara flexi----Literasi secara etimologi dari berdasarkan bahasa latin Littera yg mempunyai pengertian melibatkan sistem goresan pena yang menyertainya. Literasi adalah hak asasi manusia yg fundamental dan pondasi buat belajar sepanjang hayat. Hal ini penting sepenuhnya buat pembangunan sosial dan manusia dalam kemampuannya buat mengubah kehidupan (UNESCO, 2015). Sebagai ulasan lebih lanjut dalam goresan pena ini, akan menaruh pengertian literasi atau arti literasi secara sempit dan luas berdasarkan para ahli.

Pengertian Literasi

Literasi adalah suatu bentuk kemampuan yang dimiliki seorang buat menulis, membaca serta menganalisis kenyataan sosial dengan ilmu pengetahuan yg mendalam. Sedangkan pengertian budaya literasi adalah melakukan norma berfikir yang disertai dengan proses membaca, menulis, hingga akhirnya apa yg dilakukan pada segala proses aktivitas literasi akan membangun karya konkret yang bermanfaat bagi rakyat.

Literasi ini sangatlah krusial buat dilakukan, karena menggunakan literasi ilmu pengetahuan akan lebih diketahui fungsi serta manfaat yg diberikan. Tanpa adanya literasi apa yg dituliskan oleh seseorang akan menjadi ambigu serta hanya dianggap sebagai opini semata (tanpa dasar). Selengkapnya, baca; Pengertian Opini, Jenis serta Struktur Teks Opini Lengkap


Jenis-Jenis Literasi

Adapun dilihat pada bentuknya, jenis dan macam literasi ini sendiri antara lain merupakan sebagai berikut;

Literasi Dasar

Jenis pertama adalah literasi dasar yg mampu diartikan menjadi bentuk literasi rakyat dan masyarakat umum dengan di dapatkannya menurut proses belajar memabaca, menulis, serta menghitung jumlah rumus tertentu buat merampungkan masalah-masalah.
Literasi Perpusataan

Macam ke 2 adalah literasi perpusatakaan yg mampu dilakukan secara mendalam pada sebuah artikel ilmiah buat memperjelas serta menemukan teori-teori yang mendukung. Litarsi ini tinggatannya lebih tinggi dibandingkan dengan tindakan literasi dasar. 

Literasi Sains

Jenis kedua merupakan bentuk literasi sains. Pengertian literasi sains adalah suatu penggambaran literasi  pada masyarakat dengan diperoleh berdasarkan bentuk-bentuk ilmu sains, menggunakan mengunakan pendekatan serta kajian pada pendidikan.


Pengertian Literasi berdasarkan Para Ahli

Pengertian Literasi adalah kemampuan seseorang pada mengolah serta tahu warta saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi sinkron dengan tantangan zaman. Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan membaca serta menulis. Saat ini, kata Literasi sudah mulai dipakai pada arti yg lebih luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yg berkaitan menggunakan duduk perkara sosial serta politik.

Definisi baru berdasarkan literasi menunjukkan kerangka berpikir baru pada upaya memaknai literasi dan pembelajaran nya. Kini ungkapan literasi memiliki banyak variasi, misalnya Literasi media, literasi personal komputer , literasi sains, literasi sekolah, serta lain sebagainya. Hakikat ber-literasi secara kritis pada warga demokratis diringkas dalam 5 verba: memahami, melibati, memakai, menganalisis, serta mentransformasi teks. Kesemuanya merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis.

Sedangkan pengertian para ahli mengenai arti literasi diantaranya sebagai berikut;

Goody (1999)

Menurutnya, pengertian literasi pada arti sempit adalah kemampuan buat membaca dan menulis yg dilakukan seseorang dalam menggambar fenomana sosial secara ilmiah. Bisa pada manfaatnya dengan mencantumkan sumber pusata yg relefan dalam sebuah penelitian. Selengkapnya, baca; Pengertian Penelitian, Kegunaan, Syarat, Cara Berfikir, serta Sikapnya Menurut Ahli

Alberta (2009)

Menurutnya, arti literasi bukan hanya sekedar kemampuan buat membaca serta menulis namun menambah pengetahuan, keterampilan serta kemampuan yg dapat menciptakan seorang mempunyai kepandaian kritis, mampu memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi secara efektif dan sanggup membuatkan potensi serta berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat).

Kern (2000)

Menurut Kern, Pada dasarnya terdapat tujuh prinsip pendidikan yang dipergunakan para ilmuan buat memperjelas literasi. Prinsip ini sendiri diantaranya: literasi melibatkan interpretasi, kerja sama, konvensi,pengetahuan kultural, pemecahan masalah, releksi serta refleksi diri, dan penggunaan bahasa.

Cordon (2003)

Mengungkapkan, definisi literasi merupakan asal ilmu pengetahuan yang menyenangkan yang sanggup membentuk imajinasi ilmuan lainnya buat menjelajah dunia serta ilmu pengetahuan secara luas berdasarkan dalam refrensi yg memberi arti.

Wells (1987)

Berpendapat bahwa pengertian literasi merupakan umenyatakan masih ada empat tingkatan pada literasi yaitu: literasi performatif (literacy performative), literasi fungsional (literacy functional). Literasi kabar (Literacy informational) dan literasi epistemik (literacy epictemic).

Jeanne R et al (2007)

Menurutnya, bahwa ada tiga tahapan yang bisa diamati pada perkembangan literasi seseorang. Perkembangan ini muncul lantaran faktor motivasi instrinsik peserta didik yaitu: memilih membaca dan menulis, menemukan kesenangan pada melakukan aktivitas yang berkaitan menggunakan literasi, sadar menerapkan pengetahuan buat lebih pada memahami serta menulis teks.

Irene dan Gay (2001)

Mengatakan bahwa nilai-nilai literasi yg berkualitas tergambar dari ketika siswa berhasil menerapkan apa yang telah mereka pelajari dan dituangkan kedalam goresan pena mereka sendiri. Siswa secara eksklusif dalam mengenal dunia pendidikan sudah tahu kata ini.
National Literacy Forum (2014)

Menyatakan bahwa ada empat  cara yg harus dilakukan dalam membangun literasi yg universal yaitu: meningkatkan kemampuan bahasa semenjak dini pada rumah serta dalam pendidikan non formal, lebih  mengefektifkan pembelajaran yg dapat menumbuhkan keterampilan membaca serta menulis di sekolah.

Seperti menggunakan adanya akses buat membaca serta acara yang membuat anak merasa bahagia melakukan aktivitas literasi, membangun kerjasama antara sekolah, lingkungan, keluarga serta lingkungan kerja untuk dapat mendukung budaya literasi.

NAEYC (1998)

Menurutnya, literasi adalah suatu aktivitas yang mampu mendorong anak-anak berkembang sebagai pembaca dan penulis sebagai akibatnya hal ini sangat membutuhkan interaksi dengan seorang yg menguasai literasi.

Dari 9 pengertian literasi dari para pakar diatas bisa dikatakan apabila dalam menumbuhkan motivasi anak buat menyayangi kegiatan literasi diperlukan dukungan pendidik pada hal ini pengajar, orangtua dan masyarakat yang berkolaborasi menjadi satu.

Hal ini sejajalan dengan Schelling (2003) yg menyatakan pendidik wajib menjadi semakin sadar akan pentingnya memberikan motivasi keaksaraan, khususnya yg berkaitan dengan kemajuan anak didik pada membuatkan taraf tinggi kemahiran literasi mereka.

Menurut kamus online Merriam-Webster, Literasi dari menurut kata latin ‘literature‘ dan bahasa inggris ‘letter‘. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek alfabet /aksara yg di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Tetapi lebih menurut itu, makna literasi pula meliputi melek visual yg artinya “kemampuan buat mengenali serta memahami pandangan baru-ilham yg disampaikan secara visual (adegan, video, gambar).”

National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan individu buat membaca, menulis, berbicara, menghitung serta memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, famili dan rakyat.” Definisi ini memaknai Literasi menurut perspektif yg lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang diharapkan dalam lingkungan tertentu.

Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa Literasi lebih menurut sekedar kemampuan baca tulis. Tetapi lebih menurut itu, Literasi merupakan kemampuan individu buat menggunakan segenap potensi dan skill yg dimiliki pada hidupnya. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup kemampuan membaca istilah dan membaca dunia.

Menurut UNESCO, pemahaman orang tentang makna literasi sangat dipengaruhi oleh penelitian akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai budaya, serta juga pengalaman. Pemahaman yg paling umum menurut literasi merupakan seperangkat keterampilan nyata – khususnya keterampilan kognitif membaca serta menulis – yg terlepas menurut konteks pada mana keterampilan itu diperoleh serta dari siapa memperolehnya.

UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literasi adalah hak setiap orang serta adalah dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi bisa memberdayakan dan menaikkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Lantaran sifatnya yg “multiple Effect” atau bisa menaruh impak buat ranah yg sangat luas, kemampuan literasi membantu memberantas kemiskinan, mengurangi nomor kematian anak, pertumbuhan penduduk, serta menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya perdamaian. Buta alfabet , bagaimanapun, merupakan kendala buat kualitas hidup yg lebih baik.
Tujuh Dimensi Pengertian Literasi



Literasi mempunyai tujuh dimensi yang berurusan menggunakan penggunaan bahasa.

1.dimensi geografis mencakup wilayah lokal, nasional, regional, dan internasional. Literasi ini bergantung pada taraf pendidikan dan jejaring sosial.

2. Dimensi bidang mencakup pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer, dan lain sebagainya. Literasi ini mencirikan tingkat kualitas bangsa dibidang pendidikan, komunikasi, militer, serta lain sebagainya.

3. Dimensi ketrampilan mencakup membaca, menulis, menghitung, dan berbicara. Literasi ini bersifat individu dicermati berdasarkan sepertinya aktivitas membaca, menulis, menghitung, dan berbicara. Dalam teradisi orang barat, ada 3 ketrampilan 3R yg lazim diutamakan seperti reading, writing, serta arithmetic.

4. Dimensi fungsi, literasi buat memecahkan persoalan, mendapatkan pekerjaan, mencapai tujuan, berbagi pengetahuan, dan berbagi potensi diri.

5. Dimensi media, (teks, cetak, visual, digital) sesuai dengan perkembangan teknologi yg sangat pesat, begitu juga teknologi pada media literasi.

6. Dimensi jumlah, kemampuan ini tumbuh karena proses pendidikanyang berkualitas tinggi. Literasi misalnya halnya kemampuan berkomunikasi bersifat relative.

7. Dimensi bahasa, (etnis, lokal, internasional) literasi singular dan plural, hal ini yg berakibat monolingual, bilingual, dan multilingual. Ketika seorang menulis serta berlitersi dengan bahasa dearah, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, maka dia disebut seorang yang multilingual.

Literasi, Bahasa, dan Pendidikan

Seseorang melek huruf (mampu baca-tulis) sanggup tahu seluruh bentuk komunikasi yg lain. Implikasi berdasarkan kemampuan literasi yg dia miliki ialah dalam pikirannya. Literasi melibatkan berbagai dasar-dasar kompleks tentang bahasa seperti fonologi (melibatkan kemampuan buat mendengar dan menginterpretasikan bunyi), arti istilah, tata bahasa dan kelancaran dalam setidaknya satu bahasa komunikasi. Keterampilan ini memilih taraf yang dicapai sang seseorang individu.

Literasi memang tidak bisa dilepaskan berdasarkan bahasa. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi jika dia sudah memperoleh kemampuan dasar berbahasa yaitu membaca serta menulis. Jadi, makna dasar literasi sebagai kemampuan baca-tulis merupakan pintu utama bagi pengembangan makna literasi secara lebih luas. Dan cara yg digunakan buat memperoleh literasi adalah melalui PENDIDIKAN.

Pendidikan dan kemampuan literasi merupakan 2 hal yg sangat krusial pada hidup kita. Kemajuan suatu negara secara langsung tergantung dalam taraf melek huruf di negara tersebut. Orang berpendidikan diharapkan buat melakukan tugasnya dengan baik.

Secara historis, Menurut Prof. Dr. Tarwotjo M.sc sebagaimana dikutip oleh Asul Wiyanto dalam pengantar bukunya yg berjudul “Terampil Menulis Paragraf”, produk menurut kegiatan Literasi berupa tulisan, adalah sebuah warisan intelektual yang nir akan kita temukan pada zaman prasejarah. Dengan kata lain, apabila nir terdapat tulisan, sama saja kita berada di zaman prasejarah. Tulisan merupakan bentuk rekaman sejarah yg dapat diwariskan menurut generari ke generasi, bahkan sampai berabad-abad lamanya.

Literasi, Tulisan dan Pendidikan

Sebagai aktivitas Literasi, menulis adalah sebuah aktivitas menyampaikan ilham atau gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan menulis disebut dengan penulis. Sedangkan hasil aktivitas menulis tersebut dinamakan goresan pena. Sejarah mencatat bahwa yang sebagai benang merah antara zaman pra-sejarah menggunakan zaman sejarah adalah goresan pena. Zaman pra-sejarah adalah zaman di mana saat itu belum ada goresan pena, sebagai akibatnya segala peristiwa dan kenyataan yg terjadi kala itu nir bisa diketahui sang generasi selanjutnya. Ditemukannya goresan pena sebagai bukti adanya peradaban Literasi di masa lampau adalah babak baru dimulainya zaman sejarah.

Tulisan merupakan bukti dari jejak rekam sejarah peradaban insan yg berupa insiden, pengalaman, pengetahuan, pemikiran, dan ilmu pengetahuan. Tulisan bisa menembus dan menelusuri lorong-lorong ruang serta waktu pada masa lampau. Seandainya saja di zaman ini tidak ada lagu goresan pena atau orang yang mau menulis, pasti kita akan pulang ke zaman pra-sejarah. Tetapi fakta nya, justru peradaban kita ketika ini bisa dikatakan sebagai peradaban goresan pena atau peradaban teks. Terbukti menurut banjir kabar yg kita terima setiap hari dari banyak sekali media baik cetak maupun elektro, sebagian besar berbentuk teks atau goresan pena. Singkat istilah, tulisan sudah mengisi seluruh ruang kehidupan manusia terbaru di era globalisasi seperti waktu ini.

Dalam global pendidikan khususnya, goresan pena absolut diharapkan. Buku-buku pelajaran juga buku bacaan yg lainnya merupakan wahana buat belajar para siswa pada forum-forum sekolah mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Tanpa goresan pena dan membaca, proses transformasi ilmu pengetahuan nir akan sanggup berjalan. Hal ini memberitahuakn betapa pentingnya goresan pena, budaya membaca, dan menulis di kalangan masyarakat. Oleh karenanya, kita harus terus berupaya mendorong serta membimbing para generasi muda termasuk pelajar serta mahasiswa untuk membudayakan kegiatan Literasi.


Demikianlah ulasan tentang pengertian literasi, semoga dengan adanya pemahaman lebih mengenai literasi ini dapat menaruh wawasan sekaligus pengetahuan bagi setiap pembaca yang sedang mencari referensi tentang arti literasi. Trimakasih.

Sumber: Dirangkum dari Materi Diskusi/Seminar Literasi Safari Gerakan Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca pada Propinsi serta Kabupaten Kota. Puspenas Tahun 2018

Referensi:
//www.unesco.org/new/en/education/themes/education-building-blocks/literacy/
//www.unesco.org/education/GMR2006/full/chapt6_eng.pdf
//www.edc.org/newsroom/articles/what_literacy
//ezinearticles.com/?The-Need-For-Literacy&id=6945882