CONTOH LAPORAN KEGIATAN LABORATORIUM SEKOLAH JENJANG SD/MI

Contoh Laporan Kegiatan Laboratorium Sekolah Jenjang SD/MI ini merupakan file modern yang akan saya share kepada anda yang membutuhkannya. Setiap sekolah tentunya mempunyai Laboratorium baik Lab IPA, Komputer, Bahasa, dll. Tak lepas juga menurut aspek lainnya seperti Kepala Lab (Pengelola), Program Kerja Lab, Laporan Kegiatan Laboratorium (Bulanan/ Mingguan) yg termasuk Jadwal Kegiatan Lab.



Kegiatan Laboratorium sangat berkaitan erat menggunakan aktivitas proses belajar mengajar lainnya sang pengajar serta murid, serta Lab ini berperan sebagai keliru satu wahana serta prasarana yg bisa mendukung kualitas belajar disekolah. Untuk itu perlu sekali manajemen yg baik pada mengelola Laboratorium ini baik menurut segi SDM, Program Kerja, serta Laporan Mingguan/Bulanan Lab yang sahih.

File ini sekaligus sebagai bahan persiapan buat Bukti Fisik Akreditasi SD/MI Standar Sarana serta Prasarana khususnya Instrumen No.62, buat sekolah yg akan melaksanakan akreditasi tahun ini.


MODEL PEMBELAJARAN THINKING GLOBALLY ACTING LOCALLY



Dalam global pendidikan kita saatini, dikenal adanya Pendidikan berbasis keunggulan lokal serta global. Pendidikanberbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkankeunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global pada aspek ekonomi, budaya,bahasa, teknologi kabar serta komunikasi, ekologi, dan lain- lain, yangsemuanya berguna bagi pengembangan kompetensi peserta didik.

Pendidikan berbasis keunggulan lokaldan global bisa adalah bagian dari seluruh mata pelajaran dan pula dapatmenjadi mata pelajaran muatan lokal. Jadi dalam pendidikan ini, dibutuhkan anakdapat berdaya saing dunia tanpa harus meninggalkan kebudayaan lokalnya.sehingga pemikiranya secara dunia namun tindakannya permanen lokal, seiringdengan adanya pendidikan tersebut, dibutuhkan pula adanya suatu pendidikan yangmemberdayakan pendidikan karakter pada setiap pembelajaran yg diajarkankepada siswa di sekolah sebagai akibatnya nantinya peserta didik akanmendapatkan pendidikan yg baik dari segi pemikiran, sikap serta jugatindakannya.

Dari situlah, buat waktu inidibutuhkan suatu contoh pembelajaran yang didalamnya mampu memuat pendidikan budaya sekaligus pendidikan karakter tanpaharus kita tidak mampu beradaptasi menggunakan lingkungan luar atau arus globalisasi.salah satu penemuan pendidikan pada aktivitas pembelajaran di Tingkat SDkhususnya, kami menawarkan suatu model pembelajaran yg bisa menjadiperantara pendidikan berbasis keunggulan lokal dan dunia, pendidikan berbasisbudaya,yg pada dalamnya sekaligus berisi pendidikan karakter. Modelpembelajaran ini kami namakan contoh pembelajaran Thinking Globally ActingLocally atau dalam bahasa Indonesianya merupakan berpikir dunia bertindaklokal.
Bagaimana konsep model pembelajaran ini?
Secara umum Thinking GloballyActing Locally merupakan suatu pemikiran yg memandang secara luas mengenaimasalah-masalah terkenal diseluruh dunia, perkara yg telah generik telah terjadi atau sedangterjadi, masalah/ hal yang seluruh orang sudah ketahui (konteks berfikir global)dan berusaha menanggapi perseteruan ataau keterangan-berita generik tersebutdengan cara sendiri serta bertindak secara lokal. Lokal disini sanggup diartikansebagai tindakan yang dimulai berdasarkan diri sedniri, tindakan berbasis budaya didaerah kurang lebih, atau sanggup juga tindakan lokal yang angaitkan diri menggunakan isuglobal yg sedang terjadi.

Dalam konteks ini jua, lokalbukanlah lawan berdasarkan global, akan tetapi disatukan dan diperkaya menggunakan impuls-impulsdan dampak-efek dunia. Hal ini diharapkan dengan pertimbangan kita bisamengikuti arus gobalisasi yg secara eksklusif berdampak dalam perubahankarakter dan budaya masyarakat sekarang (Thinking Globally) maka dariitu arus-arus globalisasi yg membawa imbas positif dikaji dan digabungkandengan memasukan pendidikan karakter, pendidikan berbasis budaya sekaligus kedalam pembelajaran.

Karena pada pada model pembelajarnini relatif luas basis pendidikannya (berita dunia, pendidikan karakter, danpendidikan berbasis budaya sebagai akibatnya pembelajaran secara langsung bisa dibentukmenjadi pembelejaran tematik integratif, sinkron dengan kurikulum mendatang ,kurikulum 2013.

Sasaran bagi penggunaan contoh iniadalah pendidikan tingkat sekolah dasar (Sekolah Dasar), di mana mereka perlu sekalifondasi berupa penenanaman nilai karakter dan pendidikan budaya supaya kelakmereka sanggup secara bijak sanggup menghadapi arus dunia menggunakan diiringi merekabisa sekaligus mempunyai karakter yg baik dn melestarikan budaya daerahmereka sendiri.

Model ini menaruh konsep dalam peserta did nantinya bahwa hal yg sanggup ditanamkan dalam murid SD ThinkingGlobally Acting Locally adalah bukan bergaya dan bertingkah global,melainkan berpikir global sebagai akibatnya kita sanggup menempatkan diri dan bangsa kitasetara dengan negara-negara pada global menggunakan tetap memiliki karakter serta budayabangsa Indonesia.

Bagaimana contoh pembelajaran iniditerapkan pada RPP?
Selanjutnya, penerapan ModelPembelajaran Thinking Globally Acting Locally pada Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP) dapat dicermati dari penerangan RPP berikut ini

A.Kegiatan Pendahuluan
Dalam aktivitas ini, guru:
  1. Menyiapkan kondisi ruangan kelassesuai menggunakan aktivitas pembelajaran yg akan dilakukan.
  2. Mengkondisikan anak didik, sehingga siswasiap baik secara psikis maupun fisik buat mengikuti proses pembelajaran
  3. Presensi
  4. Apersepsi mengajukanpertanyaan-pertanyaan yg mengait­kan pengetahuan sebelumnya dengan materiyang akan dipelajari 
  5. Menjelaskan tujuan pembelajaran ataukompetensi dasar yg akan dicapai;
B. Kegiatan Inti
Di dalam aktivitas inti, jenis kegiatan dibagi menjadi 2 kategori, yaitukegiatan Thinking Globally, dan Acting Locally.

1). Thinking Globally
Dalam kegiatan Thinking Globally, pengajar:Bertanya jawab(berinteraksi dengan siswa) buat Menindak lanjuti apersepsi, serta mengkaitkanapersepsi dengan isu-info dunia, atau berita-keterangan generik.

Menghadirkan media pembelajaran dan asal belajar lainnya, agaranak-anak secara aktif ikut dalam kegiatan pembelajaran.
Memfasilitasi terjadinya hubungan antarpeserta didik serta antarapeserta didik menggunakan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (anak-anakdiharapkan kritis menanggapi gosip dunia yg disampaikan) menekankan dalam siswabahwa informasi-informasi dunia yg sedang dibicarakan harus ditanggapi sang siswa danada hubungannya menggunakan materi yg akan dipelajari dalam saat itu. Memfasilitasipeserta didik melakukan per­cobaan pada laboratorium, studio, atau lapangan.

2). Acting Locally
Dalarn aktivitas Acting Locally, pengajar: Membiasakan peserta didikuntuk melakukan aktivitas belajar menggunakan mengaitkan materi pembelajaran denganbudaya lebih kurang. Misal guru menciptakan teks lagu yg berisi isi materipembelajaran secara singkat dan nantinya, teks lagu tadi dinyankikan dengannada lagu daerah, atau sanggup dengan lagu-lagulo kal lainnya.

Contoh lain pengajar menciptakan suatu permainantradisional atau permainan yg tak jarang dilakukan siswa sepertiular-ularan, cing ciripit, ular tangga, domikado, ular naga panjang, dakon,cublak-cublak suweng dll buat menerangkan materi pada siswa.

Menghadirkan media pembelajaran dan asal belajar lainnya, agaranak-anak secara aktif ikut dalam kegiatan pembelajaran.

Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lainuntuk memuncul­kan gagasan baru baik secara verbal juga tertulis, melaluikegiatan permainan tradisional yang sudah dijelaskan dalam poin 1, hanya bila didalam poin 1 inti permainan buat menyampaikan materi, disini inti permainanuntuk menjawab pertanyaan, diskusi, serta memberikan tugas.

Memfasilitasi anak didik buat bertindak dari diri sendiri, dan mengaitkanisu-informasi dunia dengan aktivitas-aktivitas untuk mengahadpinya melaui pemikiransendiri, atau kegiatan yg seringkali ditemui di lingkungan lebih kurang.
Memberi kesempatan dalam siswa buat berpikir kritis, kreatif, menga­nalisis,dan menyelesaikan perkara.

Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat buat membentukkarakter dan mempertinggi prestasi belajar.

Memfasilitasi siswa menciptakan laporan info-informasi pada aktivitas ThinkingGlobally yang dilakukan balk ekspresi juga tertulis, secara individualmaupun gerombolan ;
Memfasilitasi peserta didik buat menyajikan hasil kerja individual maupunkelompok;

Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang sifatnya menampilkanproduk yang mereka ha­silkan
Memfasilitasi siswa melakukan aktivitas yang menumbuhkankebanggaan, dan rasa per­caya diri siswa.

C. Kegiatan Penutup
  1. Dalam aktivitas penutup, pengajar:Memberikan umpan pulang positif dalam anak, serta memberikan penghargaan ataskeberhasilan peserta didik.
  2. Memberikan konfirmasi terhadap hasilthinking globally dan acting locally peserta didik melalui ber­bagaisumber
  3. Memfasilitasi peserta didikmelakukan refleksi buat memperoleh pengalaman belajar yang sudah dilakukan,
  4. Memfasilitasi peserta didik untukmemperoleh pengalaman yang bermakna pada mencapai kompetensi dasar;
  5. Bersama-sama dengan peserta didikdan/atau sendiri menciptakan rangkuman/simpulan pelajaran;
  6. Merencanakan aktivitas tindak lanjutdalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layan­an konselingdan/atau memberikan tugas balk tu­gas individual maupun gerombolan sinkron denganhasil belajar peserta didik; 
  7. Menyampaikan planning pembelajaranpada per­temuan berikutnya.
*) Disusun sang  Riki, Dwi H, Taofik, Nur Indah,Linda, Anindita, Eka Vebri, Nur Dani, serta Tri Untari. Mahasiswa UNY angkatantahun 2010 Kelas 6E

PENDEKATAN JOYFUL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP PLH


PENDAHULUAN
lsu kekhawatiran terhadap krisis lingkungan memangtelah diprediksi sejak Malthus menggunakan postulatnya bahwa kemampuan pendudukuntuk bertambah secara kuantitas merupakan lebih akbar menurut kesanggupan sumberdaya alam dalam menyediakan pangan menjadi kebutuhan pokok manusia. Menurutnya,secara matematis dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan penduduk akan mengikutideret ukur, sedangkan pertumbuhan pangan mengikuti deret hitung (Todaro, 1995).pada gilirannya nanti, asal daya alam tidak bisa lagi mendukung kebutuhanmanusia, sehingga dalam saat inilah terjadi bencana kelaparan, kekurangan gizi,endemi penyakit, bencana alam, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan penderitaanberkepanjangan. Prediksi ini didukung oleh output penelitian Meadow et.al.(1 972) yang memperlihatkan bahwa jika konsumsi dan perlakuan insan terhadapsumber daya alam permanen sejalan menggunakan garis eksponensial, maka kualitaslingkungan hidup insan akan mengalami penurunan secara drastic. Lebih jauhlagi, bahwasanya akan terjadi hari kiamat (dooms day) yang diakibatkanoleh pertumbuhan eksponensial berdasarkan penggunaan sumber daya alam serta kerusakanlingkungan, pencemaran lingkungan, pertumbuhan penduduk, dan pertumbuhanproduksi pangan. Hasil penelitian lain sehubungan dengan penurunan mutulingkungan dikemukakan sang Chiras (1995) yg menganalisis bahwa kerusakanlingkungan berakar berdasarkan tabiat dasar manusia menjadi imperialis biologis dimanaia memerlukan makan dan berkembang biak, tanpa peduli keterbatasan sumber dayaalam pada menyediakan kebutuhan hayati bagi diri dan keturunannya. Akumulasidari watak ini membentuk suatu mental yang berpandangan bahwa manusiadiciptakan untuk menguasai alam serta eksistensi alam itu sendiri tidakterbatas. Pandangan ini selanjutnya memberikan warna terhadap perilaku manusiadalam memanfaatkan lingkungan hidupnya, sebagai akibatnya kerusakan-kerusakan sepertiyang telah dikemukakan di atas terjadi tanpa bisa dicegah.
Dengan demikian, masalah-perkara lingkungan hidupyang timbul tidak bisa dipecahkan secara teknis semata, tetapi yang lebihpenting merupakan pemecahan yang bisa mengganti mental dan pencerahan akanpengelolaan lingkungan. Meskipun memerlukan proses yang panjang, serta hasilnyatidak bisa ditinjau dengan segera seperti halnya pemecahan secara teknis, namunpemecahan melalui training perubahan konduite ke arah lebih bertanggung jawabdalam pengelolaan lingkungan merupakan hal yang sangat strategis untukdilakukan. Hal ini adalah tantangan bagi pengembangan pendidikan lingkunganuntuk bisa memberikan donasi terhadap pembentukan konduite yangbertanggung jawab terhadap lingkungan hayati.
Namun demikian, ketidakpuasan akan pembelajaranPendidikan Lingkungan Hidup (PLH) timbul manakala proses pembelajarannya tidakmendukung pada pengembangan daya akal dan kreativitas anak, serta terciptanyasuasana belajar yg membosankan dan nir menarik. Cara pengajar pada penyampaianyang kurang berorientasi pada taraf berpikir anak didik, serta pula kecenderunganbahwa proses pembelajaran PLH memakai metode ceramah yg terus-menerus merupakanfaktor lainnya. Sementara itu, pertumbuhan ke arah berpikir kreatif akanberkembang apabila anak didik senantiasa memperoleh stimuli melalui pembelajaran yangdapat mendukung pengembangan proses berpikir kreatif (creative thinking),memberi bekal keterampilan-keterampilan buat menghadapi kehidupan (lifeskills), serta menciptakan suasana belajar yg menyenangkan (joyfullearning). Pembelaiaran PLH menjadi training ke arah konduite yangbertanggung jawab terhadap lingkungan hidup wajib direncanakan dan dilaksanakansecara aman dan menyenangkan, sehingga murid memiliki motivasi danperhatian buat belajar lebih jauh.
PEMBELAJARAN PLH
PLH merupakan bidang studi yang menyelidiki kesatuanruang dengan seluruh benda, daya, keadaan serta makhluk hidup termasuk insan danperilakunya yang menghipnotis kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraanmanusia serta makhluk hidup lainnya. Secara filosofis, lingkungan hidup itusendiri adalah berkenaan menggunakan bagian atas bumi sebagai acuan dan segalaaktivitas insan (Stapp & Swan, 1974:59). Oleh lantaran bumi merupakan titiktolak pada aneka macam aktivitas manusia, maka konsep lingkungan dapatdiklasifikasikan sebagai berikut:

1.Bumisebagai sistem yang tertutup yang menerima tenaga dari mentari , memilikisumber daya air, udara, dan tanah dengan persediaan yang terbatas untukkesejahteraan manusia, mempunyai kapasitas sistem serta siklus alam, sertamemiliki materi atau bahan mentah yang terbatas.
2.Biosferayang meliputi makhluk hidup dan benda mangkat .
3.Manusiayang memiliki kiprah penting dalam berinteraksi dengan lingkungan alam.
4.Ekonomidan teknologi yg memberikan kontribusi kepada kesejahteraan insan dankeberlanjutan lingkungan hidup.
5.Kebijakanlingkungan hayati yang bisa memilih dalam pengelolaan lingkungan hayati.

Dalam kajiannya, PLH diintegrasikan dalam berbagaibidang studi yang mengusut interaksi antara jasad hayati dengan istilah danlingkungannya. Di dalamnya termasuk bidang studi IPA, IPS, ORKES, serta Bahasa.berbagai disiplin ilmu tersebut dicermati dalam suatu ruang lingkup sertaperspektif yg luas dan saling berkaitan. Pada dasarnya, PLH adalah wadahbagi pendekatan interdisipliner pada mengatasi permasalahan yg berkenaandengan lingkungan hayati manusia khususnya serta organisme hidup pada umumnya.dalam menyelidiki PLH, tekanan ditujukan terutama kepada menyatukan balik segalailmu yg menyangkut perkara lingkungan ke dalam kategori variabel yangmenyangkut tenaga, materi, ruang, saat dan keanekaragaman.
Tujuan pembelajaran PLH itu sendiri adalah pembinaanpeningkatan pengetahuan, pencerahan, sikap, nilai dan konduite lingkungan hidupyang bertanggung jawab. Perilaku dalam hal ini berhubunganlangsung dengan niatuntukbertindak (intention to act) (Orams, 1994). Tetapi sebelum sampaipada ketetapan bertindak, terdapat beberapa faktor yang mensugesti, yaitu:(1) kesiapan dalam bertindak, (dua) pengetahuan mengenai strategi bertindak, (3)pengetahuan tentang gosip, serta (4 faktor-faktor kepribadian sepeti sikap, lokuskontrol, serta tanggung jawab individu. Tugas guru pada pembelajaran PLH adalahselain membentuk siswi buat memiliki niat bertindak yg positif terhadaplingkungan hidup, pula menaruh kondisi yang mendukung ke arah perilaku yangsesuai menggunakan niat tersebut. Hal ini ditimbulkan, untuk mencapai ke arahkeberlanjutan lingkungan hayati, niat saja nir relatif tanpa perilaku yangmendukung.

PENDEKATAN JOYFUL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PLH


Sesuai menggunakan tujuan pembelajaran PLH, makapembelajaran yang efektif seyogianya menggunakan aneka macam macam pendekatan yangdapat menyenangkan serta menarik perhatian anak didik. Tujuan utamanya merupakan membantusiswa buat belajar dengan senang hati, sebagai akibatnya belajar itu adalah hal yangmenyenangkan bukan beban. Untuk membantu ingatan siswa banyak digunakan mnemonicdengan beberapa simbol, nyanyian, dan puisi yg sebagai jembatan keledai.sebagai contoh, menjumlahkan hari pada sebulan menggunakan sebuah jingle'September, April, Juni serta November punya 30 hari, selebihnya 31 hari, kecualiFebruari yg punya 28 hari yg kekecualiannya adalah buat tahun kabisat,kita perlu menambahkan satu hari lagi'. Demikian juga, dalam mempelajarinama-nama planet di tata matahari menggunakan mnemonic 'MOVE MY SUN' di mana Madalah Merkurius, O dibuang, V Venus, E (Earth) Bumi serta so on (=dst.). Plutoharus ditambahkan pada bagian akhir.
Selain itu, murid lebih baik diajak turut memecahkanmasalah berdasarkan pada mendengarkan saja. Mereka akan belajar lebih banyak tentangkonsep PLH jika mereka secara aktif terlibat pada eksperimen, membicarakannya,memikirkannya dan menerapkannya dalam global konkret pada lebih kurang mereka. Perludiingat bahwa prinsip ilmiah yg baru nir akan diketemukan menggunakan duduk diruang kelas semata, melainkan dikaji pada laboratorium menggunakan bereksperimen sertasecara aktif terlibat dalam pembelajaran. Selain itu, belajar adalah prosesyang berkelanjutan, sebagai akibatnya aktivitas pembelajaran sebaiknya dikembangkanberdasarkan urutan di mana setiap pengalaman dikembangkan berdasarkan proses pembelajaransebelumnya.
Jika pembelajaran PLH melalui pendekatan joyfulleaning ingin mencapai tujuan, maka usahakan memperhatikan beberapafactor sebagai berikut:

1.Kebermaknaan; Pemahaman akanmeningkat bila fakta baru menggunakan gagasan serta pengetahuan yang telahdikuasai sang siswa. Khususnya, istilah serta konsep seringkali sulit dipahami.pemahaman tersebut perlu digali melalui pengalaman siswa itu sendiri.
2.Penguatan; terdiri atas pengulanganoleh guru dan latihan oleh siswa. Pengulangan tadi serta latihan dapatmenanggulangi proses lupa.dalam pendekatan joyful learning, penguatanmerupakan yg harus diperhatikan.
3.Umpan kembali; kegiatan belajar akanefektif jika murid mendapat dengan cepat tentang hasil-hasil tugas belajartersebut. Umpan pulang sederhana, misalnya koreksi jawaban anak didik atas pertanyaanguru selama pelajaran berlangsung, atau koreksi pekerjaan murid.
Beberapa contoh pembelajaran yang bisa mendukungpendekatan Joyful Learning diantaranya adalah:

1.Diskusi
Diskusi memiliki arti yangpenting pada berbagi pemahaman. Hal ini ditimbulkan diskusi membawa siswamenggunakan konsep mereka pelajari dan mengubahnya sebagai bentuk ekspresiyang cukup menyenangkan bagi murid. Kegiatan diskusi yg menyenangkan dapatterpenuhi denagan (a) Pengelompokan arti istilah dan pernyataan, (b) Mengadakanpemahaman bersama pada suatu gerombolan , (c) Berbagi pengetahuan dan pengalaman,(d) Membantu murid tahu informasi baru, (e) Mengidentifikasi berbagai opinidan pandangan, dan (f) Bekerja sama pada pemecahan masalah

2.PenyelidikanTerbimbing Penyelidikan terbimbing dalam pembelajaran PLH sangatlah relevan,selain menyenangkan juga peluang bagi murid buat meneliti apa yg telahmereka pelajari serta menerapkannya dalam dunia nyata. Penyelidikan yangterbimbing dapat dilakukan dalam banyak sekali bentuk, pada antaranya adalah mencaritahu mengenai siklus air misalnya atau mencari tahu aspek-aspek yang menyebabkanair sebagai ternoda, serta sebagainya. Penyelidikan terbimbing akan efektif jikamengikuti serangkaian langkah berikut: (a) murid menentukan atau diberi topic yangperlu diselidiki atau diteliti, (b) mengumpulkan fakta yang merekaperlukan, (c) menganalisa berita yang sudah mereka kumpulkan, dan (d)menyajikan sebuah laporan mengenai temuan-temuan penyelidikan tadi dapatberbentuk presentasi pada kelas, serangkaian gambar, diagram dan grafik dinding,atau laporan tertulis.

3.ModelIODE Istilah IODE adalah akronim bahasa Inggris buat intake(Penerimaan), Organization (Pengaturan), Demonstration (Peragaan), danExpression (Pengungkapan). Keempat huruf tersebut memperlihatkan bahwa terdapat empatjenis kegiatan anak didik pada urutan aktivitas belajar. Model tadi merupakan carabelajar alami pada memperoleh pengetahuan baru dalam bidang studi serta cukupmenyenangkan siswa. Sebagai model, dalam pembelajaran PLH adalah topik efekgangguan iklim El Nino yg telah mengakibatkan kekeringan yg luas, kegagalanpanen serta kebakaran hutan pada Indonesia. Penerapan pada pembelajaran di kelasadalah menjadi benkut:

a.Penerimaan (intake) Mendengarkaninformasi pelajaran, melihat foto, peta dan gambar yang memperlihatkan dampak-efekEl Nino, membaca koran, majalah serta buku, mendengarkan laporan radio danmenonton laporan TV tentang El Nino, mewawancarai petani yg panennya telahdirusakkan oleh El Nino.
b.Pengaturan (Organize)Memetakan daerah-daerah yang terkena El Nino, tulis laporan mengenai petani yangterkena kekeringan, siapkan grafik serta tabel yg menunjukkan kerugian karenahilangnya produksi pertanian dan kerugian karena kebakaran hutan, gabungkanlaporan-laporan koran tentang turunnya jumlah orang hutan lantaran kebakaranhutan dan seterusnya.
c.Peragaan(Demonstrate) Menjelaskan bagaimana ElNino terbentuk, menggambarkan daerah-wilayah dunia yang terkena efek El Nino,serta merangkum efek El Nino terhadap produksi beras, kerugian hutan,hilangnya dan matinya hewan hutan dan seterusnya.
d.Pengungkapan (Express) Membuatdiagram yg mendeskripsikan pengaruh El Nino, serta menyajikan pada pembicaraan dikelas mengenai El Nino. Atau pula menulis puisi yang menggambarkan perasaanseorang petani yang terkena kekeringan dan menulis cerita tentang kebakaranhutan serta seterusnya.

4.ModelPemecahan Masalah
Model ini bisa dipakai dalam pendekatan JoyfulLearning karena dapat menarik minat siswa buat memecahkan perkara-masalahlingkungan hidup pada sekitamya. Seperti, mengapa terjadi banjir, mengapa terjadiwabah kolera, mengapa hutan krusial bagi kehidupan insan, serta sebagainya.dalam contoh pemecahan kasus ini, termin-termin pada penyelesaian masalahberbeda-beda sesuai menggunakan masalah yang bersangkutan, namun secara generik tahapanini dapat diurutkan menjadi benkut:

a.Identifikasi Masalah Tahap inimerupakan sosialisasi masalah atau info yang ada di sekitar anak didik. Dalam hal inisiswa bisa dilibatkan buat mengemukakan perkara-masalah yg mereka lihat danrasakan
b.Survei Masalah Pertimbangan tentangberbagai sudut pandang serta aspek yg terkait dengan masalah guna meningkatkanpengertian tentang masalah tadi.
c.Definisi Masalah Pendefinisianmasalah secara sempurna akan membantu anak-anak buat merampungkan perkara.
d.Fokus Masalah Ukuran perkara perludipertimbangkan buat dipahami lantaran akan mempengaruhi cara penyelesaian yangakan dilakukan; guru memiliki peran penting dalam membantu murid untukmengarahkan dalam duduk perkara yang primer.
e.Analisis Faktor-Faktor Penyebab.faktor penyebab harus dicari begitu masalahnya sudah diketahui serta ditentukanukurannya. Lantaran itu, kita perlu membuatkan pemahaman anak didik mengenai masalahitu sendiri.
f.Pemecahan perkara lantaran upaya untukmenyelesaikan masalah tak jarang menimbulkan kasus lain. Siswa pada hal inisebaiknya diikutsertakan.

5.KerjaKelompok Melalui kerja grup siswa diberi peluang untuk menentukan tujuan,mengajukan dan menilik, menyebutkan konsep, serta membahas masalah. Kerjasamasiswa dapat merangsang pemikiran mereka buat berbagi gagasan. Menjadi bagiandari suatu grup akan menumbuhkan rasa saling memiliki, saling hormat, dantanggung jawab. Sikap serta konduite serta keterbukaan pikiran, tanggung jawab,kolaborasi, dan perhatian dalam orang lain juga bisa dikembangkan. Ltu semuaadalah keistimewaan penting tentang perilaku kelompok yang efektif. Kerjakelompok yang baik memerlukan persiapan yang cermat dan dipakai hanya:

a.Untuk kegiatan yg memiliki sasaranyang kentara serta yang bisa dilakukan dengan lebih baik oleh suatu kelompokdibandingkan sang perseorangan.
b.Untuk kegiatan pada mana seluruh anggotakelompok yang bersangkutan bisa diberi tugas bermanfaat yg harus dilaksanakan.
c.Bila semua anggota kelompok tersebutmemiliki keterampilan yang diharapkan buat melaksanakan tugas yg telahdiberi pada mereka.

Keterampilan tadi perlu saat buat dikembangkandan dipraktekan secara terus-menerus. Saran-saran ini dia mungkin bergunaketika memulai kerja kelompok menggunakan kelas, yaitu:

a.Mulailah kerja grup secaraperlahan-huma. Jaga agar kelompok yg bersangkutan tetap mini , mungkin tidaklebih berdasarkan dalam lima-8 anak.
b.Pilihiah tugas yg sederhana,singkat dan terdefinisi dengan baik, serta mungkin diselesaikan secara suksesoleh kelompok yg bersangkutan.
c.Angkatlah seorang pemimpin danseorang pencatat buat kelompok tadi atau suruhlah anak-anak yangbersangkutan mengangkatnya. Jelaskan tanggung jawab-tanggung jawab pemimpin,pencatat tersebut serta para anggota lainnya.
d.Beri siswa tadi bahan-bahansumber yg mereka perlukan buat merampungkan tugas yg bersangkutan (bilamereka lebih berpengalaman, mereka bisa mengumpulkan asal mereka sendiri).
e.Gunakan sejumlah saat dengan setiapkelompok pada awal serta akhir setiap masa kerja. Beri mereka donasi serta sarantertentu mengenai cara mereka buat melakukan pekerjaan mereka dan caramelaporkan kembali kepada semua kelas mengenai apa yg sedang mereka lakukan.pastikanlah bahwa laporan gerombolan tersebut kepada seluruh kelas benar-benarringkas serta menarik.

PENUTUP

Pendekatanjoyful learning merupakan salah satu pendekatan dalampembelajaran PLH yang mendukung pengembangan berpikir kreatif serta menciptaansuasana belajar yang menyenangkan. Dengan adanya contoh-model pembelajaran yangdapat menyenangkan serta menarik perhation siswa, diperlukan murid merasa senangdan bahagia (enjoy) dalam mengikuti pelajaranPLH. Lebih jauh lagi siswadapat berbagi kreativitasnya pada menyebarkan pengetahuan, perilaku,nilai, dan konduite yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hayati. Dengandemikian, pembelajaran PLH di sekolah dapat mencapai sasaran sinkron dengantujuan yang ingin dicapai. Semoga!

Sumber:

//pakguruonline.pendidikan.net

PENGERTIAN DAN BIDANGBIDANG ADMINISTRASI SEKOLAH MENURUT PARA AHLI

Pengertian Dan Bidang-Bidang Administrasi Sekolah Menurut Para Ahli
Administrasi sekolah dari Knezevicch yg dikutif oleh Sahertian (1985) adalah suatu proses yang terdiri berdasarkan bisnis mengkreasi, memelihara, menstimulir, dan mempersatukan semua daya yg ada dalam suatu forum pendidikan supaya bisa mencapai tujuan yang telah dipengaruhi dulu. Selanjutnaya Knezevicch mengungkapkan bahwa cakupan menurut administrasi sekolah merupakan mencakup: (1) pengembangan pengajaran serta kurikulum, (2) pengelolaan kesiswaan, (tiga) mengelola personalia sekolah, (4) mengelola gedung serta perlengkapan sekolah, (5) mengelola angkutan sekolah, (lima) mengatur struktur sekolah, (6) mengelola usaha dan keuangan sekolah, (7) mengelola interaksi menggunakan rakyat. Oleh karena itu maka semestinya para calon ketua sekolah, dan para kepala sekolah diberikan pengertian, pemahaman secara teoretik dan empirik lebih luas dan dalam mengenai administrasi pendidikan, sebagai akibatnya kelak dikemudian hari jika telah menjadi ketua sekolah akan bisa melakukan dan menerapkan dalam melakasanakan tugas menjadi ketua sekolah dengan baik, pada arti sanggup mendayagunakan sumberdaya insan dan sumberdaya wahana dan prasarana lainnya.

A. Administrasi Kurikulum 
Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 dan Peratuan Menteri No. 22 Tahun 2006 ruang lingkup administrasi kurikulum serta program pedagogi maka baku isi meliputi: (a) kerangka dasar serta struktur kurikulum yang adalah panduan pada penyusunan kurikulum dalam tingkat satuan pendidikan, (b) beban belajar bagi siswa dalam satuan pendidikan dasar serta menengah, (c) kurikulum taraf satuan pendidikan yg akan dikembangkan serta disusun sang pengajar menurut pedoman penyusunan kurikulum menjadi bagian tidak terpisahkan menurut baku isi, (d) kalender pendidikan buat penyelenggaraan pendidikan dalam satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar isi dikembangkan oleh BSNP.

Struktur kurikulum pada SMA/MA contohnya mencakup substansi mata pelajaran yg ditempuh pada satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII. Struktur kurikulum disusun menurut baku kompetensi lulusan serta standar kompetensi mata pelajaran.

Pengorganisaian kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler buat membuatkan kompetensi yang disesuaikan dengan karakteristik khas serta potensi wilayah, termasuk keunggulan wilayah, yg materinya nir bisa dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yg terdapat. Substansi muatan lokal ditentukan sang satuan pendidikan. Pengembangan diri bukan mata pelajaran yg harus diasuh sang guru. Pengembangan diri bertujuan menaruh kesempatan kepada siswa buat berbagi serta mengekspresikan diri sinkron menggunakan kebutuhan, talenta, serta minat setiap peserta didik sinkron menggunakan syarat sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan dibimbing oleh konselor, pengajar, atau tenaga kependidikan yg dapat dilakukan pada bentuk aktivitas ekstrakurikuler. Kemudian hal lainnya yg pula pada pada kurikulum adalah: (1) jam pelajaran sesuai dengan yg tertera pada struktur kurikulum. (2) satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran perminggu secara holistik, (tiga) alokasi ketika satu jam pelajaran merupakan 45 mnt, dan (4) minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) merupakan 34-38 minggu.

Standar kompetensi lulusan. Berdasarkan peraturan Menteri No. 23 tahun 2006, standar kompetensi lulusan digunakan sebagai panduan evaluasi dalam penentuan kelulusan siswa dari satuan pendidikan. Standar Kompetensi lulusan ini mencakup kompetensi semua mata pelajaran atau gerombolan mata pelajaran. Kompetensi lulusan ini mencakup aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Standar penilaian pendidikan. Standar evaluasi merupakan standar yang mengatur mekanisme, mekanisme, dan instrumen penilaian prestasi belajar siswa. Penilaian pendidikan dalam jenjang pendidikan dasar serta menengah misalnya tertuang pada PP 19 tahun 2005 terdiri atas: (a) penilaian output belajar sang pendidik, (b) evaluasi output belajar sang satuan pendidikan; dan (c) penilaian output belajar sang Pemerintah. Panduan penilaian setiap grup mata pelajaran yg diterbitkan sang BSNP. Panduan penilaian tadi meliputi: (a) grup mata pelajaran agama serta akhlak mulia, (b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan serta kepribadian, (c) grup mata pelajaran ilmu pengeta-huan serta teknologi, (d) grup mata pelajaran estetika; serta (e) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, serta kesehatan.

Dengan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan berdasarkan Permen No. 22 tentang Standar Isi dan Permen 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan, maka perangkat pembelajaran yang dapat disusun oleh sekolah meliputi: (1) pemetaan kompe-tensi dasar setiap mata pelajaran (analisis konteks), serta (2) standar ketuntasan belajar minimal (SKBM). SKBM merupakan pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran oleh anak didik per mata pelajaran. Penetapan SKBM ini dilakukan sang lembaga pengajar yang berada di lingkungan sekolah yang bersangkutan juga menggunakan sekolah yang terdekat (MGMP). 

B. Adminstrasi Kesiswaan
Administrasi kesiswaan merupakan merupakan pengaturan terhadap kegiatan-kegiatan peserta didik berdasarkan mulai masuk sekolah sampai lulus sekolah. Tujuan dari pengaturan kegiatan-kegiatan peserta didik menurut mulai masuk sekolah sampai lulus sekolah tersebut diarahkan pada peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar baik intra juga ekstra kurikuler, sehingga memberikan kontribusi bagi pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah serta tujuan pendidikan secara keseluruhan. Dengan demikian administrasi kesiswaan di sekolah menengah (Sekolah Menengah Atas-Sekolah Menengah Kejuruan) disusun buat memberi petunjuk bagi penyelenggara dan pengelola administrasi di sekolah agar pada aplikasi administrasi kesiswaan bisa tertib dan teratur sebagai akibatnya mendukung tercapainya tujuan sekolah.

Ruang lingkup administrasi kesiswaan meliputi: (1) perencanaan siswa yang diawali menggunakan penerimaan anak didik baru, dan masa orientasi murid (MOS), (dua) penerimaan murid baru (PSB) meliputi: penentuan kebijaksanaan PSB, sistem PSB, kriteria PSB, mekanisme PSB, serta pemecahan problema-problema PSB, (tiga) orientasi anak didik baru, meliputi pengaturan hari-hari pertama sekolah. Masa orientasi siswa (MOS), pendekatan dan teknik-teknik yg digunakan pada orientasi anak didik adalah (1) mengatur kehadiran, dan ketidak hadiran peserta didik pada sekolah, (dua) mengatur pengelompokan peserta didik, (tiga) mengatur evaluasi siswa, baik dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar, bimbingan penyuluhan juga kepentingan kenaikan pangkat peserta didik, (4) mengatur kenaikan taraf/ kenaikan kelas peserta didik, (5) mengatur siswa yang drop out, (6) mengatur kode etik, serta peningkatan disiplin siswa, (7) mengatur organisasi peserta didik yg meliputi seperi OSIS, Organisasi pramuka, PMR, KIR, kelompok studi, club pencinta alam, peringatan hari akbar keagamaan, (8) mengatur layanan peserta didik mencakup: layanan BP/BK, layanan perpustakaan, layanan laboratorium, layanan penasihat akademik (wali kelas), layanan koperasi siswa, mengatur kegiatan pelaksanaan wawasan wyatamandala.

C. Administrasi Kepegawaian
Dalam pasal 1 Undang-undang angka 43 tahun 1999 mengenai perubahan atas Undang-undang nomor 8 tahun 1974 tentang utama-utama kepegawaian, bahwa yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan setiap masyarakat negara RI yg sudah memenuhi kondisi yang dipengaruhi, diangkat oleh penjabat yg berwenang serta diberikan tugas pada suatu jabatan negara atau diserahi tugas negara lain dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan penjabat yang berwenang merupakan penjabat yang mempunyai wewenang mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan PNS menurut peraturan yg berlaku. Kedudukan PNS menurut UU angka 8 tahun 1974 merupakan unsur aparatur negara, abdi negara, abdi masyarakat, namun menggunakan adanya perubahan menggunakan UU nomor 43 tahun 1999, PNS berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas menaruh pelayanan kepada warga secara profesional, jujur, adil, dan merata pada penyelenggaraan tugas negara, pemerintah, dan pembangunan.

Melihat kedudukan PNS menjadi pelayan masyarakat, maka bagi PNS yg bertugas pada sekolah merupakan melayani warga sekolah atau steakholder yaitu guru, tenaga kepen-didikan, anak didik, orangtua siswa, masyarakat lingkungan sekolah atau warga peduli pendidikan. Untuk memenuhi pelayanan, Mendiknas menggunakan keputusannya angka 053/U/ 2001 tetapkan pedoman penyusunan standar pelayanan minimal penyelenggaraan perse-kolahan bidang pendidikan dasar dan menengah.

Dilihat dari struktur organisasi Sekolah Menengah Atas, Kepala Sekolah bertanggung jawab penuh atas pelayanan pada seluruh masyarakat sekolah serta pembinaan keberhasilan serta peningkatan mutu pendidikan pada SMA tadi. Dalam memenuhi pelayanan yg optimal, maka ketua sekolah dibantu sang wakil kepala sekolah, ketua urusan tata usaha, ketua atau penangungjawab unit laboratorium, perpustakaan, atau unit lainnya.. Berbagai hal yang termasuk pada Administarsi Kepegawaian tadi merupakan mencakup rangkaian aktivitas penyelenggaraan dan pelayanan administrasi kepegawaian, antara lain: (1) penyusunan perpaduan kebutuhan pegawai, (2) penerimaan pegawai, (tiga) pencatatan pegawai dalam buku induk pegawai, (4) perlengkapan file kepegawaian, (5) prajabatan serta pendidikan jabatan, (6) promosi, (7) kenaikan gaji terjadwal, (8) penyusunan DUK, (9) DP3, (10) Cuti, (11) disiplin pegawai, dan (12) pemberhentian serta pension.

D. Administrasi Keuangan Sekolah.
Pengelolaan keuangan secara sederhana bisa dikemukakan menjadi suatu usaha/proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi serta melaporkan aktivitas bidang keuangan supaya tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.

a. Perencanaan
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam menyusun planning keuangan sekolah merupakan:
1) Perencanaan wajib realistis. Perencanaan harus bisa menilai bahwa alternatif yg dipilih sesuai dengan kemampuan wahana/fasilitas, daya/tenaga, dana, juga waktu.
2) Perlunya koordinasi dalam perencanaan. Perencanaan wajib mampu memperhatikan cakupan dan sasaran/volume kegiatan sekolah yang relatif kompleks.
3) Perencanaan harus dari pengalaman, pengetahuan dan bisikan hati. Pengalaman, pengetahuan, dan intuisi bisa menganalisa aneka macam kemungkinan yang terbaik dalam menyusun perencanaan
4) Perencanaan harus fleksibel (luwes). Perencanaan bisa menyesuaikan menggunakan segala kemungkinan yang tidak diperhitungkan sebelumnya tanpa wajib membuat revisi.
5) Perencanaan yg didasarkan penelitian. Perencanaan yg berkualitas perlu didukung suatu data yg lengkap dan akurat melalui suatu penelitian.
6) Perencanaan akan menghindari under dan over planning. Perencanaan yg baik akan menentukan mutu aktivitas-kegiatan yg diselengga-rakan.
(Langkah-langkah penyusunan RAPBS diuraikan dalam pembahasan RAPBS)

b. Organisasi dan Koordinasi
Agar perencanaan tersebut bisa dilaksanakan sesuai menggunakan yg diinginkan, Kepala Sekolah dituntut buat bisa mengorganisasikan dengan tetapkan orang-orang yg akan melaksanakan tugas pekerjaan, membagi tugas, serta menetapkan kedudukan, serta interaksi kerja satu menggunakan yang lainnya agar nir terjadi benturan, kesimpangsiuran, dobel pekerjaan antara satu menggunakan lainnya. Dalam memutuskan orang-orang buat menempati kedudukan, Kepala Sekolah perlu mempertimbangkan kemampuan menurut masing-masing orang yang ditunjuk antara lain merupakan bisa melaksanakan menjadi:
1) Bendahara
2) Pemegang Buku Kas Umum
3) Pemegang Buku Pembantu Mata Anggaran, Buku Bank, Buku Pajak, Registrasi SPM, dan lain-lain
4) Pembuat laporan dan penghasil arsip pertanggung jawaban keuangan (Jumlah energi/staf yang diharapkan buat mengelola kegiatan dana perlu diubahsuaikan dengan bobot pekerjaan)

c. Pelaksanaan
Staf yg dipilih diberi agama buat membantu pengelolaan keuangan pada sekolah dituntut buat memahami tugasnya sebagai berikut:
1) Paham pembukuan
2) Memahami peraturan-peraturan yang berlaku dalam penyelenggaraan administrasi keuangan
3) Layak serta memiliki pengabdian tinggi terhadap pimpinan serta tugas.
4) Memahami bahwa bekerja dibidang keuangan merupakan pelayanan
5) Kurang tanggapnya bagian keuangan akan dapat menghipnotis kelancaran pencapaian tujuan

d. Pengawasan
Pengawasan adalah suatu bisnis buat mencegah kemungkinan-kemungiinan penyimpangan berdasarkan planning instruksi, arahan/saran menurut pimpinan. Dengan adanya supervisi (controlling) diharapkan defleksi yang mungkin terjadi dapat ditekan sebagai akibatnya kerugian dapat dihindari. Untuk melakukan pengawasan yang tepat Kepala Sekolah dituntut buat memahami secara garis akbar pekerjaan yg dilakukan sang pelaksana administrasi keuangan, dan paham peraturan-peraturan pemerintah yang mengatur mengenai penggunaan dan pertanggung jawaban serta pengadministrasian uang negara.

E. Administrasi Sarana Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan semua perangkat alat-alat, bahan, serta perabot yg secara pribadi digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, sedangkan prasarana pen-didikan merupakan semua perangkat kelengkapan dasar yg secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan pada sekolah.

Dalam hubungannya dengan sarana pendidikan, Nawawi (1987) mengklasifika-sikannya sebagai 3 macam kelompok: (1) habis tidaknya digunakan; (2) beranjak tidaknya dalam ketika digunakan; serta (tiga) hubungannya dengan proses belajar mengajar.

Sarana pendidikan yang habis digunakan merupakan segala bahan atau indera yg apabila dipakai bisa habis pada saat yg nisbi singkat. Sebagai contoh adalah kapur tulis yang biasa digunakan oleh pengajar dan murid dalam pembelajaran, beberapa bahan kimia yg dipakai oleh seseorang pengajar serta murid dalam pembelajaran IPA. Semua contoh di atas merupakan wahana pendidikan yang benar-benar habis dipakai. Selain itu, terdapat beberapa wahana pendidikan yg berubah bentuk, contohnya kayu, besi, serta kertas karton yang sering kali dipakai sang guru dalam mengajar materi pelajaran keterampilan. Sementara, menjadi model wahana pendidikan yg berubah bentuk merupakan pita mesin tulis, bola lampu, dan kertas. Semua model tersebut adalah saran pendidikan yang bila digunakan satu kali atau beberapa kali bisa habis dipakai atau berubah sifatnya. Sarana pendidikan yg tahan lama . Sarana pendidikan yang tahan lama adalah holistik bahan atau indera yg bisa digunakan secara terus menerus pada saat yang relatif lama . Beberapa contohnya merupakan bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan beberapa alat-alat olahraga.

Sarana pendidikan yg beranjak adalah wahana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindah sinkron menggunakan kebutuhan pemakaiannya. Lemari arsip sekolah misalnya, merupakan salah satu wahana pendidikan yang sanggup digerakkan atau dipindahkan ke mana-mana jika diinginkan. Demikian pula bangku sekolah termasuk wahana pendidikan yg sanggup digerakkan atau dipindahkan ke mana saja. Sarana pendidikan yang nir sanggup berkiprah merupakan semua wahana pendidikan yang nir bisa atau nisbi sangat sulit buat dipindahkan. Misalnya saluran menurut Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Semua alat-alat yang berkaitan dengan itu, misalnya pipanya nisbi tidak gampang buat dipindahkan ke tempat-tempat eksklusif.

Ditinjau berdasarkan fungsi atau peranannya pada pelaksanaan proses belajar mengajar, maka sarana pendidikan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu indera pelajaran, indera peraga, serta media pengajaran, kadang-kadang ketiga macam sarana tersebut sukar dibedakan, namun dibawah ini dicoba dijelaskan sebagai berikut: (1) alat pelajaran adalah alat yang dipakai secara eksklusif dalam proses belajar mengajar. Alat ini mungkin berwujud buku, alat peraga, indera tulis, serta alat praktek, (dua) alat peraga adalah indera bantu pendidikan dan pedagogi, dapat berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang gampang memberi pengertian pada murid berturut-turut berdasarkan yg abstrak sampai pada yang kongkrit, serta (3) media pedagogi merupakan wahana pendidikan yg digunakan menjadi perantara dalam proses belajar mengajar, buat lebih mempertinggi efektivitas serta efisiensi pada mencapai tujuan pendidikan. Ada 3 jenis media yaitu media audio, media visual, dan media audio visual.

Prasarana pendidikan pada sekolah bisa diklasifikasikan sebagai dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang secara eksklusif dipakai untuk proses belajar mengajar, misalnya ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, serta ruang laboratorium. Kedua, prasarana sekolah yg keberadaannya nir digunakan buat proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, misalnya ruang tempat kerja, kantin sekolah, tanah serta jalan menuju sekolah, kamar mini , ruang bisnis kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, serta loka parkir kendaraan.

Secara generik, tujuan administrasi wahana prasarana sekolah merupakan memberikan layanan secara profesional di bidang wahana serta prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Secara rinci, tujuannya adalah menjadi berikut: (1) buat mengupayakan pengadaan sarana serta prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati serta akurat. Melalui administrasi sarana prasarana sekolah diharapkan seluruh perlengkapan yg dihasilkan oleh sekolah adalah sarana serta prasarana pendidikan yg berkualitas tinggi, sinkron menggunakan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yg efisien, serta (dua) buat mengupayakan pemakaian sarana prasarana sekolah secara sempurna serta efisien, sehingga keberadaannya selalu dalam syarat siap pakai pada setiap dipelukan oleh seluruh personel sekolah.

F. Administrasi Kehumasan
Menurut The British Institute of Public Relation humas merupakan aktivitas mengelola komunikasi antara organisasi serta publiknya (Ruslan: 2006). Kemudian Harlow pada mengungkapkan bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen yg khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi menggunakan publiknya, menyangkut kegiatan komunikasi, pengertian, penerimaan dan kolaborasi; melibatkan manajemen dalam menghadapi problem/konflik, membantu manajemen untuk menanggapi opini publik; mendukung manajemen pada mengikuti serta memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak menjadi system peringatan dini pada mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yg sehat serta etis menjadi wahana utama (Ruslan: 2006). Dari dua definisi pada atas dapat disimpulkan bahwa humas merupakan aktivitas yg menghubungkan antara organisasi menggunakan warga (public) demi tercapainya tujuan organisasi dan asa warga tentang produk yg didapatkan.

Humas pada sistem pendidikan khususnya pada sekolah mempunyai tujuan: 1) Meningkatkan partisipasi, dukungan, serta bantuan secara konkrit berdasarkan masyarakat baik berupa energi, wahana prasarana maupun dana demi kelancaran serta tercapainya tujuan pendidikan. Dua). Menimbulkan serta membangkitkan rasa tanggung jawab yg lebih besar pada masyarakat terhadap kelangsungan program pendidikan pada sekolah secara efektif dan efisien. 3). Mengikutsertakan rakyat pada memecahkan perseteruan yg dihadapi sekolah. 4). Menegakkan serta berbagi suatu citra yang menguntungkan (favorable image) bagi sekolah terhadap para stakeholdersnya menggunakan target yang terkait yaitu publik internal dan publik eksternal. Lima) Membuka kesempatan yang lebih luas kepada para pemakai produk/lulusan dan pihak-pihak yang terkait buat berpartisipasi dalam mempertinggi mutu pendidikan.

Hasil yg diperlukan serta indikator keberhasilan pelaksanaan humas sebagai berikut. (1) Perhatian warga semakin tinggi. (2) Organisasi/instansi mempunyai acara-program yg sinkron menggunakan impian masyarakat. (3)Terjalinnya kemitraan antara organisasi/instansi dan warga . (4) Akses berita semakin tinggi. (lima) Provesionalisme sivitas akademika, para pemimpin, dan para pengelola meningkat.

Humas/PR adalah mediator yang menghubungkan antara organisasi/ instansi dengan mayarakat mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. 1) Timbal balik . Hubungan yang bersifat 2 arah dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan menaikkan pelatihan kolaborasi dan menaruh manfaat bagi sekolah juga masyarakat. Dua) Sukarela. Hubungan yg dilaksanakan secara iklas. 3) Berkesinambungan. Hubungan yg berlangsung secara terus-menerus

Menurut Bernay (Ruslan, 2006) terdapat 3 fungsi primer humas yaitu: (1) menaruh penjelasan pada rakyat, (2) melakukan persuasi untuk membarui perilaku serta perbuatan warga secara pribadi, serta (3) berupaya buat mengintegrasikan perilaku serta perbuatan suatu badan/forum sinkron menggunakan perilaku dan perbuatan masyarakat atau kebalikannya. Selanjutnya, fungsi humas berdasarkan Cutlip & Centre, and Canfield ( 1982) merupakan: (1) menunjang kegiatan primer manajemen dalam mencapai tujuan bersama, (dua) membina interaksi yg harmonis antara badan/organisasi menggunakan publiknya yg merupakan halayak target, (tiga) mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan menggunakan opini, persepsi dan tanggapan rakyat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya, atau kebalikannya, (4) melayani hasrat publiknya dan memberikan sumbang saran pada pimpinan demi tujuan serta manfaat beserta, (5) menciptakan komunikasi dua arah timbal balik , dan mengatur kabar, publikasi dan pesan dari badan/ organisasi ke publiknya atau kebalikannya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.

Berdasarkan pendapat pada atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi humas merupakan sebagai berikut. 1) Agen pembaharuan, 2) Wadah kerja sama, tiga) Penyalur aspirasi, 4) Pemberi fakta.

Posisi humas/PR berada pada antara organisasi/instansi dan warga sehingga kedudukan humas/PR merupakan menilai sikap rakyat (publik) agar tercipta keserasian antara warga dengan kebijaksanaan organisasi /instansi. Oleh karena itu, kegiatan, acara, humas, tujuan (goal) serta hingga sasaran yg hendak dicapai oleh organisasi/instansi tersebut tidak terlepas dari dukungan, dan gambaran positf menurut pihak publiknya. Fungsi humas/PR dalam menyelenggarakan komunikasi timbal pulang dua arah (reciprocal two way traffic communication) antara organisasi/instansi yang diwakilinya dengan publik menjadi sasaran (target audience) pada akhirnya dapat memilih sukses atau tidaknya tujuan dan gambaran yg hendak dicapai sang organisasi bersangkutan.

PENGERTIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Manajemen Pendidikan Menurut Para Ahli
Apabila beberapa pengertian manajemen tersebut dibahas secara lebih lanjut, maka suatu uraian pendapat yang dapat dirujuk buat lebih mengungkapkan pengertian manajemen pendidikan tersebut merupakan pendapat yg dikemukakan sang Sutjipto. Dkk (1994) yg menguraikan secara lebih jelas dan lengkap sebagai berikut.

Pertama, manajemen pendidikan mempunyai pengertian sebagai suatu kerjasama buat mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan pada dasarnya merentang dari tujuan yg sederhana sampai pada tujuan pendidikan yang kompleks, sesuai menggunakan lingkup dan taraf pendidikan. Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajaran di kelas satu SMP, misalnya lebih gampang dirumuskan serta dicapai bila dibandingkan dengan tujuan pendidikan luar sekolah maupun buat pendidikan orang dewasa, atau tujuan pendidikan nasional. Jika tujuan pendidikan tadi kompleks maka cara mencapai tujuan pendidikan tersebut pula kompleks, serta sering tujuan pendidikan tersebut nir bisa dicapai sang satu orang pendidik saja, namun melalui kerjasama menggunakan pendidik yg lainnya, dengan segala aspek kerumitannya. Untuk detail memahami pengertian manejemen pendidikan menjadi proses kerja sama bisa dicontohkan dengan contoh yg lainnya seperti misalnya pada tujuan pendidikan taraf sekolah tidak akan dapat dicapai tanpa adanya proses kerjasama antara semua komponen sekolah mulai menurut guru, pegawai, kepala sekolah, komite sekolah pengawas serta lain sebagainya yang ada kaitnya dengan sekolah.

Kedua, manajemen pendidikan memiliki pengertian menjadi suatu proses buat mencapai tujuan pendidikan. Proses adalah suatu cara yg sistemik pada mengerjakan sesuatu (Wahjosumidjo. 2008). Jadi seorang manajer dimanapun termasuk ketua sekolah menggunakan ketangkasan serta keterampilannya yg khusus akan mengusahakan berbagai aktivitas yang saling berkaitan pada rangka mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan-aktivitas tadi berupa kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengen-dalikan serta penilaian. 

Merencanakan berarti ketua sekolah wajib benar-sahih memikirkan serta merumuskan pada suatu acara tujuan serta tindakan yang akan dilakukan, mengorga-nisasikan berarti ketua sekolah wajib mampu menghimpun dan mengkoordinasikan sumberdaya insan dan asal material sekolah, sebab keberhasilan sekolah sangat tergantung dalam kecakapan dalam mengatur serta mendayagunakan banyak sekali asal dalam mencapai tujuan. Kemudian memimpin berarti ketua sekolah mampu mengarahkan dan mensugesti seluruh sumberdaya manusia buat melakukan tugas-tugas yang esensial, dan mngendalikan berarti ketua sekolah memperoleh agunan, bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan. Jika terdapat kesalahan diantara bagian-bagian yang ada pada sekolah, kepala sekolah wajib memberikan petunjuk pada meluruskan. Demikian pula akhirnya pada proses kerjasama pendidikan tadi harus ada evaluasi buat melihat apakah tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau nir, dan jikalau nir apakah ada hambatan-hambatan. Penilaian bisa berupa penilaian proses aktivitas atau penilaian hasil aktivitas itu. 

Ketiga, manajemen pendidikan diberikan pengertian sebagai sistem. Sistem merupakan keseluruhan yang terdiri berdasarkan bagian-bagian dan bagian-bagian tersebut saling berinteraksi pada suatu proses untuk mengganti tambahkan sebagai keluaran. 

Pengertian manjemen pendidikan sebagai sistem tersebut sepertinya relatif sulit, tetapi sebenarnya nir demikian. Ambilah model misalnya sekolah dasar. Sekolah dasar adalah suatu sistem yg bertujuan buat memproses murid menjadi lulusan. Sebagai suatu sistem sekolah dasar dapat dilihat terdapat komponen (1) tambahkan, yaitu bahan mentah yang berasal menurut luar sistem yg akan diolah oleh sistem pada sistem sekolah. Masukkan tadi berupa anak didik, (dua) proses, yaitu aktivitas sekolah berserta aparatnya untuk mengolah tambahkan sebagai keluaran atau lulusan, serta (3) keluaran, yaitu masukan yg sudah diolah melalui proses eksklusif. Luaran yg dimaksudkan di sini merupakan berupa lulusan. 

Didalam manajemen modern termasuk didalam manajemen pendidikan sepertinya waktu mempunyai peranan penting mengingat saat akan berjalan terus serta berlalu begitu saja dan nir dapat diperbarui. Waktu dalam manajemen berarti kesempatan bila tidak digunakan dengan baik maka akan kehilangan saat tersebut, serta kehilangan saat tersebut menjadi karena kegagalan manajemen tadi.

Keempat, manajemen pendidikan dapat diberikan pengertian sebagai pemanfaatan sumberdaya insan. Sumberdaya yang dimaksudkan tersebut merupakan bisa berupa insan, uang, wahana parasarana serta saat. Dalam mengunakan sumberdaya tersebut harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Buku paket maupun alat-alat laboratorium sering hanya dipajang, demikian kegiatan pembelajaran tidak dipakai secara efektif. Murid banyak disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yg kurang berguna misalnya mencatat bahan pelajaran yg telah ada dalam kitab , menunggu guru yg acapkali terlambat ke kelas, serta lain sebagainya.

Kelima, manajemen pendidikan diberikan pengertian sebagai kepemimpinan. Pengertian manajemen pendidikan menjadi kepemimpinan ini merupakan bisnis untuk menjawab pertanyaan bagaimana menggunakan kemampuan yg dimiliki administrator pendidikan, pemimpin dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangun karsa, dan ing ngarsa sung tulado dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dengan kata yang lain kepala sekolah pada menggerakkan bawahan untuk mau bekerja secara lebih giat dengan bisa dan sanggup mempengaruhi serta mengawasi, bekerja sama dan memberi contoh. Oleh karena itu maka seorang ketua sekolah tadi seharusnya telah tentunya menguasai dan tahu teori dan praktik kepemimpinan, serta mampu dan mau untuk melaksanakan pengetahuan dan kemaunnya tersebut.

Keenam, manajemen pendidikan diberikan pengertian menjadi proses pengambilan keputusan. Setiap waktu seoarang kepala sekolah akan dihadapkan pada aneka macam macam masalah, serta perkara tadi segera wajib dicarikan pemecahannya. Dalam memecahkan masalah tersebut seorang kepala sekolah akan memerlukan kemampuan pada merogoh keputusan, yaitu menentukan kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan, sebab di pada merogoh keputusan tadi akan ada banyak pilihan. Seorang ketua sekolah supaya bisa merogoh suatu keputusan yang terbaik buat seluruh masyarakat sekolah. Dalam interaksi dengan kemampuan buat mengambil keputusan tersebut manajmen pendidikan akan dapat menuntun ketua sekolah buat merogoh keputusan yang terbaik menurut arti akan memiliki resiko paling minimal.

Ketujuh, manajemen pendidikan memiliki pengertian sebagai cara berkomunikasi yg baik. Komunikasi secara sederhana dapat diartikan sebagai bisnis untuk menciptakan orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita pula mengerti apa yang dimaksudkan sang orang lain. Semua kegiatan atau aktivitas dalam pendidikan tidak terdapat serta dapat dilakukan tanpa menggunakan adanya komunikasi. Jadi dalam pendidikan akan terjadi komunikasi serta kerja sama buat bisa saling mengetahui apa yg diinginkan sang kepala sekolah, oleh pengajar-guru, pegawai adminstrasi serta siswa, sehingga proses pendidikan dapat berjalan menggunakan baik pada mencapai tujuan secaranya efektif. 

Kedelapan, manajemen pendidikan diberikan pengertian menjadi kegiatan ketatalaksanaan yang intinya merupakan kegiatan rutin catat mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat menyurat, mempersiapkan laporan serta yg lainnya. Pengertian manajemen pendidikan yg demikian tersebut adalah sangat sempit. 

Kepala Sekolah Sebagai Manajer Pendidikan
Kepala sekolah sebagai manajer adalah motor penggerak, serta memilih arah kebijakan sekolah, yg akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya bisa direalisasikan. Sehubungan dengan hal tadi, maka ketua sekolah dituntut buat menaikkan efektifitas kinerjanya. Dengan demikian manajemen pendidik-kan akan dapat menaruh hasil yang memuaskan. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah sebagai manajer merupakan segala upaya yg dilakukan dan output yang bisa dicapai sang ketua sekolah pada sekolahnya buat mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif serta efesien. Sehubungan menggunakan itu kepala sekolah menjadi manajer pendidikan bisa dipandang dari: 
  1. mampu memberdayakan pengajar-guru buat melaksanakan proses pebelajaran dengan baik, lancar serta produktif, 
  2. dapat menuntaskan tugas dan pekerjaan sinkron dengan saat yang telah ditetapkan, 
  3. mampu menjalin interaksi yang serasi dengan rakyat sebagai akibatnya bisa melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan, 
  4. berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yg sinkron menggunakan tingkat kedewasaan guru serta pegawai pada sekolah, 
  5. bekerja dengan tim manajemen dan, 
  6. berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai menggunakan ketentuan yg telah ditetapkan.
Demikian jua buat bisa efktifitas serta efisiensi manajemen pendidikan dapat terwujud maka seseorang kepala sekolah menurut Stoner yg dikutif sang Wahjosumidjo (2008) mampu melaksanakan fungsi manajemen sebagai berikut:
  1. Kepala sekolah wajib sanggup bekerja dengan atau melalui orang lain. Jadi orang lain yg dimaksudkan disini merupakan para guru, siswa, dan pegawai adminitrasi, termasuk atasan kepala sekolah pada hal ini adalah pemerintah. Dalam fungsi misalnya ini ketua sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah. 
  2. Kepala sekolah harus bertanggungjawab serta mempertanggungjawabkan terhadap keberhasilan atau kegagalan sebagai seorang manajer. Bertangungjawab atas segala tindakan yang dilakukan sang bawahan. Perbuatan yg dilakukan oleh guru, siswa, staf serta orang tua tidak dapat tanggal dari tanggungjawab kepala sekolah. 
  3. Kepala sekolah wajib sanggup menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasannya seseorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara sempurna. Bahkan terdapat kalanya seseorang kepala sekolah wajib dapat menentukan suatu prioritas bilamana terjadi pertarungan antara kepentingan bawahan menggunakan kepentingan sekolah. 
  4. Kepala sekolah wajib memiliki kemampuan berpikir analistik dan konsepsional. Kepala sekolah di pada memecahkan suatu pertarungan harus melalui suatu analisis, kemudian menuntaskan duduk perkara dengan suatu solusi yg feasible. Kepala sekolah wajib mampu melihat setiap tugas sebagai suatu kseluruhan yang saling berkaitan, serta memandang dilema yang timbul menjadi bagian yg terpisahkan menurut suatu kesluruhan. 
  5. Kepala sekolah harus sanggup menjadi mediator. Kepala sekolah wajib turun tangan sebagai penengah di sekolah, sekolah sebagai suatu organisasi nir akan terelakan berdasarkan adanya suatu perbedaan-perbedaan serta pertentangan-kontradiksi atau permasalahan satu dengan yang lainnya sebagai masyarakat sekolah. 
  6. Kepala sekolah harus menjadi politisi. Sebagai ketua sekolah wajib selalu berusaha buat menaikkan tujuan sekolah dan mengembangkan program jauh ke depan. Untuk itu menjadi seseorang politisi kepala sekolah wajib dapat membangun hubungan kolaborasi melalui pendekatan persuasi serta konvensi. Peran politisi atau kecakapan politisi seseorang kepala sekolah dapat berkembang secara efektif apabila memiliki prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, terbentuk suatu aliansi atau kualisi misalnya organisasi profesi PGRI, K3S dll, terciptanya kerja sama dengan banyak sekali pihak, sehingga berbagai aktivitas bisa dilaksanakan. 
  7. Kepala sekolah wajib sanggup sebagai seorang diplomat. Kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yanhg dipimpinnya. Dalam kiprah sebagai diplomat aneka macam macam rendezvous akan diikuti. 
  8. Kepala sekolah sebagai pengambil keputusan yg sulit. Tidak ada suatu organisasi apapun yang berjalan mulus tanpa problem. 
Demikian jua sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput menurut dilema, sperti porto, pegawai, perbedaan pendapat, dll. Jika terjadi persoalan misalnya tersebut ketua sekolah diperlukan berperan sebagai orang yang dapat merampungkan dilema yg sulit tadi. 

Demikian beberapa tugas dan kemampuan yg harus dimiliki oleh seseorang manajer pada interaksi ini seorang ketua sekolah. Lebih menurut itu tugas serta kemampuan tersebut harus juga didukung dengan beberapa keterampilan, yaitu keterampilan konseptual, keterampilan interaksi manusiawi, serta keterampilan teknik (Pidarta. 1986, Wahjosumidjo. 2008, Balanchard. Dkk. 1986). Lebih berdasarkan itu dijelaskan bahwa pada dasarnya setiap pemimpin tadi sebagai manajer sudah memilikinya. Persoalannya keterampilan yg manakah yg wajib lebih atau paling mayoritas didalam mengaplikasikannya tergantung menurut posisi seseorang manajer tersebut, apakah posisinya sebagai manajer zenit, manajer menengah, dan manajer supervisor. Kalau seseorang pemimpin tadi posisinya sebagai manajer zenit mungkin yg paling menonjol wajib dimiliki serta diaplikasikan adalah keterampilan konseptual, apabila seorang pemimpin tadi posisinya menjadi manajer menengah maka yang wajib secara umum dikuasai dimiliki dan diaplikasikan adalah keterampilan interaksi manusia, dan bila posisi pemimpin tadi sebagai supervisor maka yang harus dimiliki dan diaplikasikan secara lebih dominan merupakan keterampilan teknis.

Kemudian secara lebih rinci dijelaskan sang Wahjosumidjo (2008) bahwa masing-masing keterampilan tersebut mempunyai beberapa indikator. Keterampilan konseptual misalnya terditi menurut: 
  1. kemampuan anlisis,
  2. kemampuan berpikir rasional, 
  3. ahli atau cakap pada aneka macam macam konsepsi,
  4. mampu menganalisis berbagai insiden, dan bisa tahu aneka macam kecendrungan,
  5. mampu mengantisipasikan perintah, 
  6. mampu mengenali aneka macam macam kesempatan dan duduk perkara sosial. 
Keterampilan interaksi manusiawi terdiri dari: 
  1. kemampuan untuk tahu konduite manusia dan proses kerjasama,
  2. kemampuan untuk memahami isi hati, sikap serta motif orang lain, mengapa mereka berkata serta berperilaku, 
  3. kemampuan buat berkomunikasi secara jelas serta efektif, 
  4. kemampuan buat menciptakan kerjasama yg efektif, kooperatif, mudah dan diplomatis, 
  5. mampu berperilaku yg dapat diterima. 
Kemudian keteram-pilan teknis terdiri dari: (1) menguasai mengenai merode, proses, prosedur serta teknik buat melaksanakan suatu kegiatan spesifik, serta (dua) kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yg diperlukan pada mendukung aktivitas yang bersifat spesifik tadi. Dengan rumusan yg relatif tidak selaras Danim (2006) menyebutkan masing-masing keterampilan tersebut sebagai berikut. Keterampilan teknis merupakan keteram-pilan dalam menerapkan pengetahuan teoritis kedalam tindakan praktis, kemampuan menyelesaikan tugas menggunakan baik serta sistematis. Keterampilan teknis ini umumnya secara umum dikuasai dimiliki sang energi kerja bawahan, yg indikator mencakup: (1) keterampilan pada menyusun laporan pertanggungjawaban, (2) keterampilan menyusun program tertulus, (tiga) keterampilan, (tiga) kamampuan buat menciptakan data statistik sekolah, (4) keterampilan merealisasikan keputusan, (5) keterampilan mengetik, (6) keterampilan menata ruang, (7) keterampilan membuat surat. Keterampilan interaksi manusiawi merupakan keterampilan buat menempatkan diri dalam grup kerja dan keterampilan menjalin komunikasi yg bisa membangun kepuasan semua masyarakat sekolah. Hubungan manusiawi ini akan melahirkan situasi kooperatif serta membangun hubungan manusiawi diantara para masyarakat sekolah. Hubungan manusiawi ini mencakup: (1) kemampuan menempatkan diri dalam gerombolan , (dua) kemampuan buat menciptakan kepuasan pada diri bawahan, (3) sikap terbuka dalam gerombolan kerja, (4) kemampuan mengambil hati melalui keramah tamahan, (lima) penghargaan terhadap nilai-nilai etis, (6) pemerataan tugas dan tanggungjawab, dan (7) itikad baik, adil, menghormati, serta menghargai orang lain. Kemudian keterampilan konseptual yg dimaksudkan merupakan kecakapan untuk memformulasikan pikiran, tahu teori-teori, melakukan pelaksanaan, melihat kecendrungan berdasarkan kemampuan teoritis yg diharapkan di dalam dunia kerja. Kepala sekolah dituntut memahami konsep dan teori yg erat hubungannya dengan pekerjaan. Demikian juga indikator dari ketrampilan konseptual tersebut disebutkan adalah mencakup: (1) pemahaman terhadap teori secara luas dan mendalam, (dua) kemampuan mengorganisasikan pikiran, (tiga) keberanian mengeluarkan pendapat secara akademik, serta (4) kemampuan buat mengkorelasikan bidang ilmu yg dimiliki dengan aneka macam situasi. Dalam interaksi menggunakan keterampilan ketua sekolah Bordman, dkk (1961) menyatakan bahwa seseorang kepala sekolah wajib sanggup berbagi kemampuan profesional guru, mengembangkan acara super-visi, dan merangsang guru untuk berpartisipasi aktif pada pada bisnis mencapai tujuan pendidikan yg dibutuhkan.

Dengan dari dalam beberapa keterampilan yang dimiliki oleh kepala sekolah sebagai manajer pendidikan, maka ketua sekolah harus bisa dan mampu membagi habis seluruh tugas pada guru dan personil sesuai dengan taraf pengetahuan serta kemampuan masing-masing. Kepala sekolah wajib sanggup membimbing semua personil supaya bisa melaksanakan tugas seoptimal mungkin secara efektif serta efisien.

PENGERTIAN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Manajemen Pendidikan Menurut Para Ahli
Apabila beberapa pengertian manajemen tersebut dibahas secara lebih lanjut, maka suatu uraian pendapat yang bisa dirujuk buat lebih mengungkapkan pengertian manajemen pendidikan tadi merupakan pendapat yg dikemukakan sang Sutjipto. Dkk (1994) yg menguraikan secara lebih kentara serta lengkap sebagai berikut.

Pertama, manajemen pendidikan memiliki pengertian sebagai suatu kerjasama buat mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dalam dasarnya merentang menurut tujuan yg sederhana sampai pada tujuan pendidikan yang kompleks, sesuai dengan lingkup dan taraf pendidikan. Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajaran di kelas satu SMP, contohnya lebih gampang dirumuskan serta dicapai apabila dibandingkan dengan tujuan pendidikan luar sekolah maupun buat pendidikan orang dewasa, atau tujuan pendidikan nasional. Apabila tujuan pendidikan tadi kompleks maka cara mencapai tujuan pendidikan tersebut pula kompleks, serta sering tujuan pendidikan tadi tidak bisa dicapai oleh satu orang pendidik saja, tetapi melalui kerjasama dengan pendidik yang lainnya, menggunakan segala aspek kerumitannya. Untuk lebih jelasnya memahami pengertian manejemen pendidikan menjadi proses kolaborasi dapat dicontohkan menggunakan model yg lainnya misalnya contohnya pada tujuan pendidikan taraf sekolah nir akan bisa dicapai tanpa adanya proses kerjasama antara seluruh komponen sekolah mulai berdasarkan guru, pegawai, kepala sekolah, komite sekolah pengawas serta lain sebagainya yg terdapat kaitnya dengan sekolah.

Kedua, manajemen pendidikan memiliki pengertian sebagai suatu proses buat mencapai tujuan pendidikan. Proses merupakan suatu cara yang sistemik pada mengerjakan sesuatu (Wahjosumidjo. 2008). Jadi seseorang manajer dimanapun termasuk kepala sekolah dengan ketangkasan serta keterampilannya yg spesifik akan mengusahakan berbagai aktivitas yang saling berkaitan pada rangka mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan-aktivitas tersebut berupa aktivitas merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengen-dalikan serta evaluasi. 

Merencanakan berarti kepala sekolah harus sahih-benar memikirkan serta merumuskan pada suatu program tujuan dan tindakan yang akan dilakukan, mengorga-nisasikan berarti ketua sekolah harus mampu menghimpun dan mengkoordinasikan sumberdaya insan serta asal material sekolah, sebab keberhasilan sekolah sangat tergantung pada kecakapan pada mengatur dan mendayagunakan berbagai asal dalam mencapai tujuan. Kemudian memimpin berarti ketua sekolah sanggup mengarahkan serta mempengaruhi seluruh sumberdaya insan buat melakukan tugas-tugas yg esensial, serta mngendalikan berarti kepala sekolah memperoleh agunan, bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan. Jika terdapat kesalahan diantara bagian-bagian yang terdapat di sekolah, ketua sekolah wajib memberikan petunjuk dalam meluruskan. Demikian pula akhirnya pada proses kerjasama pendidikan tadi sine qua non penilaian buat melihat apakah tujuan yg sudah ditetapkan tercapai atau nir, dan bila tidak apakah ada hambatan-hambatan. Penilaian bisa berupa evaluasi proses kegiatan atau evaluasi hasil kegiatan itu. 

Ketiga, manajemen pendidikan diberikan pengertian menjadi sistem. Sistem adalah holistik yg terdiri berdasarkan bagian-bagian dan bagian-bagian tersebut saling berinteraksi pada suatu proses buat membarui masukkan sebagai keluaran. 

Pengertian manjemen pendidikan menjadi sistem tadi sepertinya agak sulit, namun sebenarnya nir demikian. Ambilah contoh misalnya sekolah dasar. Sekolah dasar adalah suatu sistem yang bertujuan buat memproses murid sebagai lulusan. Sebagai suatu sistem sekolah dasar bisa dicermati ada komponen (1) tambahkan, yaitu bahan mentah yg berasal menurut luar sistem yg akan diolah oleh sistem dalam sistem sekolah. Masukkan tadi berupa murid, (2) proses, yaitu kegiatan sekolah berserta aparatnya buat memasak masukkan menjadi keluaran atau lulusan, dan (3) keluaran, yaitu masukan yg telah diolah melalui proses eksklusif. Luaran yg dimaksudkan di sini merupakan berupa lulusan. 

Didalam manajemen modern termasuk didalam manajemen pendidikan sepertinya saat mempunyai peranan penting mengingat saat akan berjalan terus serta berlalu begitu saja dan tidak dapat diperbarui. Waktu dalam manajemen berarti kesempatan bila tidak dipergunakan menggunakan baik maka akan kehilangan ketika tadi, serta kehilangan waktu tersebut sebagai sebab kegagalan manajemen tadi.

Keempat, manajemen pendidikan bisa diberikan pengertian menjadi pemanfaatan sumberdaya insan. Sumberdaya yg dimaksudkan tadi merupakan bisa berupa manusia, uang, wahana parasarana dan saat. Dalam mengunakan sumberdaya tadi harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Buku paket maupun indera-indera laboratorium acapkali hanya dipajang, demikian aktivitas pembelajaran tidak dipakai secara efektif. Murid banyak disibukkan menggunakan aktivitas-kegiatan yang kurang berguna seperti mencatat bahan pelajaran yg sudah ada dalam kitab , menunggu pengajar yang seringkali terlambat ke kelas, dan lain sebagainya.

Kelima, manajemen pendidikan diberikan pengertian sebagai kepemimpinan. Pengertian manajemen pendidikan menjadi kepemimpinan ini merupakan bisnis buat menjawab pertanyaan bagaimana menggunakan kemampuan yang dimiliki administrator pendidikan, pemimpin bisa melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangun karsa, serta ing ngarsa sung tulado dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dengan istilah yang lain ketua sekolah pada menggerakkan bawahan buat mau bekerja secara lebih ulet menggunakan bisa serta mampu mempengaruhi dan mengawasi, bekerja sama dan memberi model. Oleh karena itu maka seseorang kepala sekolah tersebut seharusnya sudah tentunya menguasai serta tahu teori serta praktik kepemimpinan, dan sanggup serta mau buat melaksanakan pengetahuan serta kemaunnya tersebut.

Keenam, manajemen pendidikan diberikan pengertian sebagai proses pengambilan keputusan. Setiap ketika seoarang kepala sekolah akan dihadapkan dalam berbagai macam kasus, dan kasus tadi segera harus dicarikan pemecahannya. Dalam memecahkan masalah tadi seseorang kepala sekolah akan memerlukan kemampuan dalam mengambil keputusan, yaitu memilih kemungkinan tindakan yg dapat dilakukan, sebab pada pada mengambil keputusan tadi akan terdapat banyak pilihan. Seorang ketua sekolah supaya bisa merogoh suatu keputusan yang terbaik buat seluruh masyarakat sekolah. Dalam hubungan menggunakan kemampuan buat mengambil keputusan tersebut manajmen pendidikan akan bisa menuntun kepala sekolah buat mengambil keputusan yang terbaik menurut arti akan mempunyai resiko paling minimal.

Ketujuh, manajemen pendidikan memiliki pengertian menjadi cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi secara sederhana bisa diartikan menjadi usaha buat menciptakan orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, serta kita pula mengerti apa yg dimaksudkan oleh orang lain. Semua aktivitas atau aktivitas pada pendidikan tidak ada serta bisa dilakukan tanpa dengan adanya komunikasi. Jadi dalam pendidikan akan terjadi komunikasi dan kerja sama buat bisa saling mengetahui apa yg diinginkan sang ketua sekolah, oleh guru-guru, pegawai adminstrasi dan siswa, sehingga proses pendidikan bisa berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan secaranya efektif. 

Kedelapan, manajemen pendidikan diberikan pengertian sebagai kegiatan ketatalaksanaan yg pada dasarnya adalah aktivitas rutin catat mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat menyurat, mempersiapkan laporan dan yg lainnya. Pengertian manajemen pendidikan yg demikian tadi adalah sangat sempit. 

Kepala Sekolah Sebagai Manajer Pendidikan
Kepala sekolah sebagai manajer merupakan motor penggerak, serta memilih arah kebijakan sekolah, yang akan memilih bagaimana tujuan-tujuan sekolah serta pendidikan pada umumnya bisa direalisasikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ketua sekolah dituntut buat menaikkan efektifitas kinerjanya. Dengan demikian manajemen pendidik-kan akan dapat memberikan output yang memuaskan. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah menjadi manajer merupakan segala upaya yang dilakukan dan output yg dapat dicapai sang kepala sekolah di sekolahnya buat mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif serta efesien. Sehubungan menggunakan itu kepala sekolah sebagai manajer pendidikan bisa dicermati menurut: 
  1. mampu memberdayakan guru-guru buat melaksanakan proses pebelajaran menggunakan baik, lancar serta produktif, 
  2. dapat menuntaskan tugas serta pekerjaan sinkron dengan waktu yang telah ditetapkan, 
  3. mampu menjalin interaksi yang serasi menggunakan masyarakat sehingga bisa melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan, 
  4. berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan taraf kedewasaan guru serta pegawai pada sekolah, 
  5. bekerja menggunakan tim manajemen serta, 
  6. berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.
Demikian pula buat bisa efktifitas serta efisiensi manajemen pendidikan dapat terwujud maka seorang ketua sekolah menurut Stoner yang dikutif sang Wahjosumidjo (2008) bisa melaksanakan fungsi manajemen sebagai berikut:
  1. Kepala sekolah wajib bisa bekerja menggunakan atau melalui orang lain. Jadi orang lain yg dimaksudkan disini merupakan para pengajar, anak didik, dan pegawai adminitrasi, termasuk atasan kepala sekolah pada hal ini adalah pemerintah. Dalam fungsi seperti ini ketua sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah. 
  2. Kepala sekolah harus bertanggungjawab serta mempertanggungjawabkan terhadap keberhasilan atau kegagalan menjadi seseorang manajer. Bertangungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan sang pengajar, anak didik, staf serta orang tua nir bisa tanggal dari tanggungjawab ketua sekolah. 
  3. Kepala sekolah harus bisa menghadapi berbagai problem. Dengan segala keterbatasannya seorang ketua sekolah harus dapat mengatur hadiah tugas secara sempurna. Bahkan ada kalanya seseorang kepala sekolah harus dapat memilih suatu prioritas bilamana terjadi perseteruan antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah. 
  4. Kepala sekolah harus memiliki akal budi analistik dan konsepsional. Kepala sekolah pada dalam memecahkan suatu konflik harus melalui suatu analisis, kemudian menyelesaikan dilema dengan suatu solusi yg feasible. Kepala sekolah harus sanggup melihat setiap tugas sebagai suatu kseluruhan yg saling berkaitan, serta memandang dilema yg muncul sebagai bagian yang terpisahkan menurut suatu kesluruhan. 
  5. Kepala sekolah wajib mampu sebagai mediator. Kepala sekolah wajib turun tangan sebagai penengah di sekolah, sekolah sebagai suatu organisasi nir akan terelakan menurut adanya suatu disparitas-disparitas serta kontradiksi-pertentangan atau konflik satu dengan yang lainnya menjadi rakyat sekolah. 
  6. Kepala sekolah harus menjadi politisi. Sebagai ketua sekolah harus selalu berusaha buat menaikkan tujuan sekolah serta mengembangkan acara jauh ke depan. Untuk itu menjadi seorang politisi kepala sekolah wajib dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi serta kesepakatan . Peran politisi atau kecakapan politisi seorang ketua sekolah bisa berkembang secara efektif apabila mempunyai prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, terbentuk suatu aliansi atau kualisi seperti organisasi profesi PGRI, K3S dll, terciptanya kolaborasi dengan aneka macam pihak, sehingga berbagai aktivitas bisa dilaksanakan. 
  7. Kepala sekolah harus mampu menjadi seseorang diplomat. Kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yanhg dipimpinnya. Dalam kiprah menjadi diplomat banyak sekali macam pertemuan akan diikuti. 
  8. Kepala sekolah menjadi pengambil keputusan yang sulit. Tidak ada suatu organisasi apapun yg berjalan mulus tanpa persoalan. 
Demikian jua sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari problem, sperti biaya , pegawai, perbedaan pendapat, dll. Jika terjadi duduk perkara misalnya tadi kepala sekolah dibutuhkan berperan sebagai orang yg bisa menyelesaikan masalah yang sulit tersebut. 

Demikian beberapa tugas dan kemampuan yg harus dimiliki sang seseorang manajer dalam interaksi ini seorang kepala sekolah. Lebih dari itu tugas dan kemampuan tersebut harus pula didukung dengan beberapa keterampilan, yaitu keterampilan konseptual, keterampilan hubungan manusiawi, serta keterampilan teknik (Pidarta. 1986, Wahjosumidjo. 2008, Balanchard. Dkk. 1986). Lebih dari itu dijelaskan bahwa pada dasarnya setiap pemimpin tersebut menjadi manajer sudah memilikinya. Persoalannya keterampilan yg manakah yg harus lebih atau paling lebih banyak didominasi didalam mengaplikasikannya tergantung dari posisi seseorang manajer tadi, apakah posisinya sebagai manajer puncak , manajer menengah, serta manajer supervisor. Kalau seseorang pemimpin tadi posisinya menjadi manajer puncak mungkin yang paling menonjol harus dimiliki serta diaplikasikan merupakan keterampilan konseptual, jika seorang pemimpin tersebut posisinya sebagai manajer menengah maka yang harus dominan dimiliki serta diaplikasikan merupakan keterampilan interaksi insan, serta kalau posisi pemimpin tersebut sebagai supervisor maka yang harus dimiliki dan diaplikasikan secara lebih dominan merupakan keterampilan teknis.

Kemudian secara lebih rinci dijelaskan oleh Wahjosumidjo (2008) bahwa masing-masing keterampilan tadi mempunyai beberapa indikator. Keterampilan konseptual misalnya terditi dari: 
  1. kemampuan anlisis,
  2. kemampuan berpikir rasional, 
  3. ahli atau cakap dalam aneka macam macam konsepsi,
  4. mampu menganalisis banyak sekali kejadian, serta bisa memahami berbagai kecendrungan,
  5. mampu mengantisipasikan perintah, 
  6. mampu mengenali berbagai macam kesempatan dan dilema sosial. 
Keterampilan hubungan manusiawi terdiri menurut: 
  1. kemampuan buat memahami konduite insan dan proses kerjasama,
  2. kemampuan buat memahami isi hati, perilaku dan motif orang lain, mengapa mereka mengatakan dan berperilaku, 
  3. kemampuan buat berkomunikasi secara jelas serta efektif, 
  4. kemampuan buat membentuk kerjasama yg efektif, kooperatif, praktis serta diplomatis, 
  5. mampu berperilaku yg dapat diterima. 
Kemudian keteram-pilan teknis terdiri berdasarkan: (1) menguasai mengenai merode, proses, mekanisme dan teknik buat melaksanakan suatu aktivitas spesifik, dan (2) kemampuan buat memanfaatkan serta mendayagunakan wahana, alat-alat yg diharapkan dalam mendukung kegiatan yang bersifat spesifik tersebut. Dengan rumusan yg agak tidak sinkron Danim (2006) mengungkapkan masing-masing keterampilan tersebut menjadi berikut. Keterampilan teknis adalah keteram-pilan dalam menerapkan pengetahuan teoritis kedalam tindakan mudah, kemampuan merampungkan tugas menggunakan baik serta sistematis. Keterampilan teknis ini umumnya dominan dimiliki oleh tenaga kerja bawahan, yg indikator mencakup: (1) keterampilan pada menyusun laporan pertanggungjawaban, (2) keterampilan menyusun acara tertulus, (3) keterampilan, (3) kamampuan buat menciptakan data statistik sekolah, (4) keterampilan merealisasikan keputusan, (5) keterampilan mengetik, (6) keterampilan menata ruang, (7) keterampilan membuat surat. Keterampilan hubungan manusiawi merupakan keterampilan buat menempatkan diri pada gerombolan kerja serta keterampilan menjalin komunikasi yang mampu membentuk kepuasan semua warga sekolah. Hubungan manusiawi ini akan melahirkan situasi kooperatif serta menciptakan hubungan manusiawi diantara para masyarakat sekolah. Hubungan manusiawi ini meliputi: (1) kemampuan menempatkan diri pada grup, (2) kemampuan untuk membangun kepuasan pada diri bawahan, (tiga) perilaku terbuka pada kelompok kerja, (4) kemampuan merogoh hati melalui keramah tamahan, (5) penghargaan terhadap nilai-nilai etis, (6) pemerataan tugas serta tanggungjawab, serta (7) itikad baik, adil, menghormati, serta menghargai orang lain. Kemudian keterampilan konseptual yg dimaksudkan merupakan kecakapan buat memformulasikan pikiran, memahami teori-teori, melakukan aplikasi, melihat kecendrungan berdasarkan kemampuan teoritis yang diperlukan pada pada global kerja. Kepala sekolah dituntut tahu konsep serta teori yang erat hubungannya dengan pekerjaan. Demikian juga indikator menurut ketrampilan konseptual tadi disebutkan merupakan mencakup: (1) pemahaman terhadap teori secara luas dan mendalam, (2) kemampuan mengorganisasikan pikiran, (3) keberanian mengeluarkan pendapat secara akademik, serta (4) kemampuan untuk mengkorelasikan bidang ilmu yang dimiliki dengan berbagai situasi. Dalam interaksi menggunakan keterampilan ketua sekolah Bordman, dkk (1961) menyatakan bahwa seseorang ketua sekolah harus sanggup membuatkan kemampuan profesional pengajar, menyebarkan acara super-visi, dan merangsang guru untuk berpartisipasi aktif pada pada usaha mencapai tujuan pendidikan yg dibutuhkan.

Dengan dari pada beberapa keterampilan yg dimiliki oleh ketua sekolah sebagai manajer pendidikan, maka ketua sekolah harus mampu dan mampu membagi habis semua tugas kepada pengajar serta personil sesuai menggunakan taraf pengetahuan dan kemampuan masing-masing. Kepala sekolah wajib mampu membimbing seluruh personil agar sanggup melaksanakan tugas seoptimal mungkin secara efektif dan efisien.