TEORI PSIKOLOGI MENURUT PARA AHLI

Teori Psikologi Menurut Para Ahli 
1. Aliran psikologi tingkah laku
A. Teori Pengaitan menurut Edward L. Thorndike
Berdasarkan hasil percobaannnya di Laboratorium yg memakai beberapa jenis fauna, beliau mengemukakan suatu teori belajar yg dikenal dengan teori “pengaitan” (connectionism). Teori tadi menyatakan belajar dalam hewan dan insan pada dasrnya berlangsung menurut prinsip yang sam taitu, belajar merupakan peristiwa terbentuknya ikatan (asosiasi) antara peristiwa-insiden yg diklaim stimulus (S) dengan respon (R) yang diberikan atas stimulus tersebut. (Orton, 1991:39; Resnick dan Ford, 1981:13).

Selanjutnya Thorndike (pada Orton, 1991:39-40; Resnick dan Ford, 1981:13; Hudojo, 1991:15-16) mengemukakan bahwa, terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hkum-aturan berikut. (1) Hukum Kesiapan (law of readiness), (dua) Hukum Latihan (law of exercise), (tiga) hukum Akibat (law of effect).

B. Teori Penguatan B.F. Skinner
Skinner menyebarkan tori belajarnya jua berdasarkan output percobaan menggunakan menggunakan hewan. Dari percobaannya, Skinner menyimpulkan bahwa kita dapat menciptakan tingkah laris insan melalui pengaturan kondisi lingkungan (operant conditioning) dan penguatan.

Skinner membagi penguatan ini sebagai dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila penyajiannya mengiringi suatu tingkah laris siswa yang cenderung bisa menaikkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu, dalam hal ini berarti tingkah laku tadi diperkuat. Sedangkan penguatan negatif merupakan stimulus yang dihilangkan/dihapuskan Karena cenderung menguatkan tingkah laris.

C. Teori Hirarki Belajar menurut Robert M. Gagne
Menurut Orton (1990:39), Gagne adalah tokoh Behaviorism gaya baru (terkini neobehaviourist). Dalam berbagi teorinya, Gagne memperhatikan objek-objek dalam mempelajari matematika yg terdiri berdasarkan objek pribadi dan nir pribadi. Objek langsung adalah: liputan, keterampilan, konsep serta prinsip, sedangkan objek tidak langsung merupakan: transfer belajar, kemampuan memeriksa, kemampuan memecahkan perkara, disiplin diri, serta bersikap positif terhadap matematika.

Gagne berpandangan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laris yg kegiatan belajarnya mengikuti suatu hirarki kemampuan yg bisa diobservasi serta diukur. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne dikenal dengan “ teori hirarki belajar”

Gagne membagi belajar pada delapan tipe secara berurtan, yaitu: belajar frekuwensi (isyarat), stimulus-respon, rangkaian mobilitas, rangkaian mulut, memperbedakan, pembentukan konsep, dan pemecahan perkara.gagne beropini bahwa proses belajar dalam setiap tipe belajar tersebut terjadi dalam empat termin secara berurutan yaitu tahap: pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan balik .

Untuk menerapkan teori hirarki belajar Gagne ini dalam pembelajaran matematika perlu diterjemahkan secara operasional yaitu: (1) buat mengajarkan suatu topic matematika pengajar perlu: (a) memperhatikan kemampuan prasyarat yang dibutuhkan buat mengusut topic tersebut, (b) menyusun serta mendaftar langkah-langkah aktivitas belajar serta membedakan karakteristik belajar yang tersusun secara hirarkis yg dapat didemonstrasikan oleh siswa sebagai akibatnya guru dapat mengamati dan mengukurnya. (dua) pengajar dapat menentukan tipe belajar tertentu yg dipercaya sinkron untuk belajar topic matematika yang akan diajarkan.

Perkembangan kemampuan belajar menurut Gagne (McNeil,1977) 
Multideskriminasi, yaitu belajar membedakan stimuli yg seperti, misalnya huruf b serta d. 
Belajar konsep, yaitu belajar menciptakan respon sederhana, seperti huruf hayati, hurup mati, dsb. 

3. Belajar Prinsip, yaitu menilik prinsip-prinsip atau aturan-anggaran konsep. 

2. Aliran psikologi kognitif
A. Teori Perkembangan Intelektual Jean Piaget
Piaget merupakan pakar psikologi Swiss yg latar belakang pendidikan formalnya merupakan falsafah dan biologi. Piaget mengemukakan Teori Perkembangan Intelektual (kognitif)

Menurut Piaget ada empat taraf perkembangan Intelektual. (Mulyani 1988, Nana Syaodih, 1988, dan Callahan, 1983):
1. Periode Sensorimotor pada umur 0 – 2 tahun
2. Periode Praoperasional dalam umur dua – 7 tahun
3. Periode operasi nyata dalam umur 7 – 11 tahun
4. Periode operasi formal pada umur 11 – 15 tahun

B. Teori Belajar menurut Jerome Bruner
Perkembangan mental anak menurut Bruner (Toeti Soekamto, 1994) terdapat 3 termin, yaitu:
1.tahap Enaktif, anak melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya tahu lingkungan
2. Tahap Ikonik, anak tahu dunia melalui citra-gambaran dan visualisasi ekspresi.
3.tahap simbolik,anak sudah memilikigagasan tak berbentuk yang poly dipengaruhi sang bahasa dan nalar.

Berdasarkan output observasi dan eksperimennya mengenai aktivitas belajar-mengajar matematika Bruner merumuskan empat teori umum tentang belajar matematika yaitu:
1. Teorema penyusunan (contruction theorem)
2. Teorema pelambangan (notation theorem)
3. Teorema pembedaan serta keaneka ragaman ( contrast and variation theorem)
4. Teorema pengaitan (connectivity theorem)

Teori-teori Psikologi telah banyak membantu membangun Landasan Pendidikan didalamnya anak bisa belajar dengan efektif. Landasan psikologis sangat penting lantaran manusia memiliki karakter yang bhineka, sehinggap membutuhkan teori yg bhineka buat diaplikasikan pada perkara-kasus pendidikan. Mengingat dekatnya interaksi teori-teori tadi menggunakan pendidikan, maka guru-pengajar terkini patut mempelajarinya serta mengaplikasikannya dalam kelas.

TEORI PSIKOLOGI MENURUT PARA AHLI

Teori Psikologi Menurut Para Ahli 
1. Aliran psikologi tingkah laku
A. Teori Pengaitan berdasarkan Edward L. Thorndike
Berdasarkan output percobaannnya di Laboratorium yg memakai beberapa jenis hewan, beliau mengemukakan suatu teori belajar yg dikenal menggunakan teori “pengaitan” (connectionism). Teori tadi menyatakan belajar pada hewan serta manusia dalam dasrnya berlangsung berdasarkan prinsip yg sam taitu, belajar merupakan insiden terbentuknya ikatan (asosiasi) antara peristiwa-insiden yang diklaim stimulus (S) dengan respon (R) yg diberikan atas stimulus tersebut. (Orton, 1991:39; Resnick serta Ford, 1981:13).

Selanjutnya Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick serta Ford, 1981:13; Hudojo, 1991:15-16) mengemukakan bahwa, terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hkum-hukum berikut. (1) Hukum Kesiapan (law of readiness), (dua) Hukum Latihan (law of exercise), (3) aturan Akibat (law of effect).

B. Teori Penguatan B.F. Skinner
Skinner mengembangkan tori belajarnya jua berdasarkan hasil percobaan menggunakan memakai fauna. Dari percobaannya, Skinner menyimpulkan bahwa kita dapat membangun tingkah laku insan melalui pengaturan kondisi lingkungan (operant conditioning) serta penguatan.

Skinner membagi penguatan ini sebagai 2, yaitu penguatan positif serta penguatan negative. Penguatan positif menjadi stimulus, bila penyajiannya mengiringi suatu tingkah laku anak didik yang cenderung dapat menaikkan terjadinya pengulangan tingkah laris itu, dalam hal ini berarti tingkah laku tadi diperkuat. Sedangkan penguatan negatif adalah stimulus yg dihilangkan/dihapuskan Karena cenderung menguatkan tingkah laku .

C. Teori Hirarki Belajar dari Robert M. Gagne
Menurut Orton (1990:39), Gagne adalah tokoh Behaviorism gaya baru (modern neobehaviourist). Dalam berbagi teorinya, Gagne memperhatikan objek-objek dalam mempelajari matematika yg terdiri berdasarkan objek langsung dan nir eksklusif. Objek pribadi merupakan: warta, keterampilan, konsep dan prinsip, sedangkan objek tak langsung merupakan: transfer belajar, kemampuan mempelajari, kemampuan memecahkan kasus, disiplin diri, serta bersikap positif terhadap matematika.

Gagne berpandangan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yg kegiatan belajarnya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang bisa diobservasi serta diukur. Oleh karena itu teori belajar yg dikemukakan sang Gagne dikenal menggunakan “ teori hirarki belajar”

Gagne membagi belajar pada delapan tipe secara berurtan, yaitu: belajar sinyal (isyarat), stimulus-respon, rangkaian mobilitas, rangkaian lisan, memperbedakan, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.gagne berpendapat bahwa proses belajar pada setiap tipe belajar tadi terjadi pada empat tahap secara berurutan yaitu termin: pemahaman, dominasi, ingatan, dan pengungkapan kembali.

Untuk menerapkan teori hirarki belajar Gagne ini dalam pembelajaran matematika perlu diterjemahkan secara operasional yaitu: (1) buat mengajarkan suatu topic matematika guru perlu: (a) memperhatikan kemampuan prasyarat yang diperlukan buat menilik topic tadi, (b) menyusun serta mendaftar langkah-langkah kegiatan belajar dan membedakan karakteristik belajar yang tersusun secara hirarkis yg dapat didemonstrasikan sang siswa sebagai akibatnya guru bisa mengamati serta mengukurnya. (2) guru dapat memilih tipe belajar tertentu yang dipercaya sesuai buat belajar topic matematika yang akan diajarkan.

Perkembangan kemampuan belajar berdasarkan Gagne (McNeil,1977) 
Multideskriminasi, yaitu belajar membedakan stimuli yang mirip, misalnya alfabet b dan d. 
Belajar konsep, yaitu belajar membuat respon sederhana, misalnya alfabet hayati, hurup mangkat , dsb. 

3. Belajar Prinsip, yaitu memeriksa prinsip-prinsip atau aturan-anggaran konsep. 

2. Aliran psikologi kognitif
A. Teori Perkembangan Intelektual Jean Piaget
Piaget merupakan pakar psikologi Swiss yg latar belakang pendidikan formalnya adalah falsafah dan hayati. Piaget mengemukakan Teori Perkembangan Intelektual (kognitif)

Menurut Piaget terdapat empat tingkat perkembangan Intelektual. (Mulyani 1988, Nana Syaodih, 1988, dan Callahan, 1983):
1. Periode Sensorimotor dalam umur 0 – dua tahun
2. Periode Praoperasional dalam umur dua – 7 tahun
3. Periode operasi konkret pada umur 7 – 11 tahun
4. Periode operasi formal dalam umur 11 – 15 tahun

B. Teori Belajar dari Jerome Bruner
Perkembangan mental anak dari Bruner (Toeti Soekamto, 1994) ada 3 termin, yaitu:
1.tahap Enaktif, anak melakukan kegiatan-aktivitas pada upaya memahami lingkungan
2. Tahap Ikonik, anak memahami global melalui citra-gambaran dan visualisasi verbal.
3.tahap simbolik,anak telah memilikigagasan abstrak yang banyak ditentukan oleh bahasa dan nalar.

Berdasarkan hasil observasi dan eksperimennya tentang aktivitas belajar-mengajar matematika Bruner merumuskan empat teori generik mengenai belajar matematika yaitu:
1. Teorema penyusunan (contruction theorem)
2. Teorema pelambangan (notation theorem)
3. Teorema pembedaan dan keaneka ragaman ( contrast and variation theorem)
4. Teorema pengaitan (connectivity theorem)

Teori-teori Psikologi sudah banyak membantu membentuk Landasan Pendidikan didalamnya anak bisa belajar menggunakan efektif. Landasan psikologis sangat krusial lantaran manusia memiliki karakter yang bhineka, sehinggap membutuhkan teori yg bhineka untuk diaplikasikan dalam perkara-kasus pendidikan. Mengingat dekatnya hubungan teori-teori tadi dengan pendidikan, maka guru-pengajar terkini patut mempelajarinya dan mengaplikasikannya pada kelas.

PENGERTIAN LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian landasan psikologi pendidikan Menurut Para Ahli
Untuk tahu karakteristik peserta didik pada masa kanak-kanak, remaja, dewasa, serta usia tua, psikologi pendidikan membuatkan dan menerapkan teori-teori pembangunan manusia. Sering digambarkan sebagai tahap di mana orang lulus saat jatuh tempo, teori-teori perkembangan mendeskripsikan perubahan kemampuan mental (kognisi), kiprah sosial, penalaran moral, serta keyakinan tentang hakikat pengetahuan. 

Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa merupakan ilmu yang menyelidiki jiwa insan. Jiwa itu sendiri merupakan roh pada keadaan mengendalikan jasmani, yg bisa dipengaruhi olaeh alam kurang lebih. Jiwa insan berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan insan, sehingga landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yg membahas banyak sekali warta tentang kehidupan manusia dalam umumnya dan tanda-tanda-tanda-tanda yang berkaitan menggunakan aspek eksklusif manusia dalam setiap tahapan usia perkembangan tertentu buat mengenali dan menyikapi manusia sesuai menggunakan tahapan usia perkembangannya yg bertujuan buat memudahkan proses pendidikan.

Bentuk psikologis pendidikan
A. Psikologis Perkembangan
Ada 3 teori atau pendekatan mengenai perkembangan. Pendekatan-pendekatan yg dimaksud merupakan (Nana Syaodih, 1989).
1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan eksklusif. Pada setiap termin mempunyai ciri-karakteristik spesifik yg tidak sinkron menggunakan karakteristik-karakteristik dalam tahap-tahap yg lain. 
2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini ditinjau individu-individu itu memiliki kecenderungan-kesamaan serta disparitas-perbedaan. Atas dasar ini kemudian orang-orang menciptakan kelompok–kelompok. Anak-anak yg mempunyai kesamaan dijadikan satu grup. Maka terjadilah kelompok menurut jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya. 
3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat ciri setiap individu, bisa saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual. 

Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan. Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus. Yang menyeluruh akan meliputi segala aspek perkembangan menjadi faktor yg diperhitungkan pada menyusun tahap-termin perkembangan, sedangkan yg bersifat spesifik hanya mempertimbang faktor eksklusif saja menjadi dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, serta Erikson.

Psikologi perkembangan berdasarkan Rouseau membagi masa perkembangan anak atas empat tahap yaitu :
1)Masa bayi dari 0 – dua tahun sebagian besar adalah perkembangan fisik.
2)Masa anak berdasarkan dua – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru misalnya hidup manusia primitif.
3)Masa pubertas berdasarkan 12 – 15 tahun, ditandai menggunakan perkembangan pikiran serta kemauan buat berpetualang.
4)Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, istilah hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.

B. Psikologi Belajar
Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan konduite yang nisbi permanen menjadi output pengalaman (bukan hasil perkembangan, dampak obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain dan sanggup mengomunikasikannya kepada orang lain.

Secara psikologis, belajar bisa didefinisikan sebagai “suatu bisnis yg dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar menurut hasil interaksinya menggunakan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar adalah suatu bisnis buat mencapai tujuan tertentu yaitu buat mendapatkan perubahan tingkah laris Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.

Dari pengertian belajar di atas, maka aktivitas dan usaha buat mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang menjadi Proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dicermati menjadi Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar dalam hakikatnya menyangkut 2 hal yaitu proses belajar serta output belajar.

Para ahli psikologi cenderung buat menggunakan pola-pola tingkah laku insan sebagai suatu contoh yg menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim dianggap menggunakan Teori Belajar.
1. Teori belajar klasik masih permanen dapat dimanfaatkan, diantaranya untuk menghapal perkalian serta melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis mampu digunakan pada pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hayati. 
2. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan konduite-konduite nyata, seperti rajin, menerima skor tinggi, nir berkelahi serta sebagainya. 
3. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam menilik materi-materi yg rumit yg membutuhkan pemahaman, buat memecahkan perkara dan buat berbagi ide (Pidarta, 2007:218). 

C. Psikologi Sosial
Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seorang pada rakyat, yg mengkombinasikan karakteristik-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk memeriksa efek masyarakat terhadap individu serta antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219).

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki 3 kunci primer yaitu.
1. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar mengenai orang itu sebelumnya atau cerita-cerita yg seperti menggunakan orang itu, terutama tentang kepribadiannya. 
2. Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu sesudah berhadapan, maka hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar. 
3. Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan menggunakan situasi pada saat itu, maka menurut kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama tentang orang itu. 

Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yg positif yang dibangkitkan pendidik akan memberikan kemauan serta semangat belajar anak-anak. Motivasi pula merupakan aspek psikologis sosial, karena tanpa motivasi eksklusif seorang sulit buat bersosialisasi dalam warga . Sehubungan menggunakan itu, pendidik punya kewajiban buat menggali motivasi anak-anak agar ada, sebagai akibatnya mereka dengan senang hati belajar pada sekolah.

Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yg menentukan motivasi belajar adalah.
1. Minat dan kebutuhan individu. 
2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas. 
3. Harapan sukses. 

Kontribusi psikologi pendidikan pada proses belajar
1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan menggunakan pemahaman aspek-aspek konduite dalam konteks belajar mengajar. Terlepas menurut berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, dalam pada dasarnya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan bisa berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.

Secara psikologis, insan adalah individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki sang setiap individu, baik ditinjau dari segi taraf kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan dan karakterisktik-karakteristikindividulainnya.

Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu buat bisa berkembang sesuai dengan potensi yg dimilikinya, baik dalam hal subject matter juga metodepenyampaiannya.

Secara khusus, dalam konteks pendidikan pada Indonesia ketika ini, kurikulum yang dikembangkan ketika ini merupakan kurikulum berbasis kompetensi, yang pada pada dasarnya menekankan dalam upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir serta bertindak secara konsisten serta terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, pada arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar buat melakukan sesuatu.

Dengan demikian pada pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan menggunakan aspek-aspek: (1) kemampuan murid melakukan sesuatu dalam aneka macam konteks; (2) pengalaman belajar murid; (3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa

2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan sudah melahirkan banyak sekali teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, misalnya : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas menurut kontroversi yang menyertai kelemahan menurut masing masing teori tadi, dalam kenyataannya teori-teori tadi sudah menaruh sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.

Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan jua sejumlah prinsip-prinsip yg melandasi aktivitas pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan 3 belas prinsip pada belajar, yakni :
1) Agar seorang sahih-benar belajar, ia wajib memiliki suatu tujuan
2) Tujuan itu wajib muncul berdasarkan atau herbi kebutuhan hidupnya serta bukan lantaran dipaksakan sang orang lain.
3) Orang itu wajib bersedia mengalami beragam kesulitan serta berusaha menggunakan tekun buat mencapai tujuan yang berharga baginya.
4) Belajar itu wajib terbukti menurut perubahan kelakuannya.
5) Selain tujuan pokok yg hendak dicapai, diperolehnya jua output sambilan.
6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7) Seseorang belajar menjadi keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual tetapi termasuk jua aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8) Seseorang memerlukan bantuan serta bimbingan menurut orang lain.
9) Untuk belajar dibutuhkan insight. Apa yg dipelajari wajib sahih-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal liputan lepas secara verbalistis.
10) Disamping mengejar tujuan belajar yg sebenarnya, seseorang seringkali mengejar tujuan-tujuan lain.
11) Belajar lebih berhasil, apabila bisnis itu memberi sukses yang menyenangkan.
12) Ulangan serta latihan perlu akan namun wajib didahului oleh pemahaman.
13) Belajar hanya mungkin jika terdapat kemauan serta hasrat buat belajar.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain pendidikan adalah salah satu aspek penting pada pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita bisa tahu perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh siswa sesudah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.

Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata pada pengukuran potensi-potensi yg dimiliki oleh setiap siswa, terutama sehabis dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik buat mengukur taraf kecerdasan, talenta juga kepribadian individu lainnya.kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan buat mengukur potensi seseorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan indera ukur lainnya.

Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, mempunyai arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yg bersangkutan sebagai akibatnya pada gilirannya bisa dicapai perkembangan individu yg optimal.

Oleh karena itu, betapa pentingnya dominasi psikologi pendidikan bagi kalangan guru pada melaksanakan tugas profesionalnya.

Keadaan anak yang tadinya belum dewasa sampai menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,karena dibimbing, dan aktivitas bimbingan adalah usaha atau aktivitas berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan.

Perubahan tadi merupakan merupakan gejala yang muncul secara psikologis. Di dalam interaksi inilah kiranya pendidik harus bisa memahami perubahan yang terjadi dalam diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu jua pendidik perlu memahami landasan pendidikan berdasarkan sudut psikologis.

Dengan demikian, psikologi merupakan salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi menggunakan pendidikan adalah satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek serta obyek pendidikan merupakan insan, sedangkan psikologi menyelidiki gejala-gejala psikologis berdasarkan manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

DEFINISI PEMIMPIN MENURUT PARA AHLI DAN DALAM BEBERAPA KAMUS MODERN

Definisi Pemimpin Menurut Para Ahli Dan Dalam Beberapa Kamus Modern
Ahmad Rusli pada kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999). Menyatakan pemimpin merupakan individu manusia yang diamanahkan memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yg ditetapkan.

Miftha Thoha pada bukunya Prilaku Organisasi (1983: 255). Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mensugesti orang lain atau gerombolan tanpa mengindahkan bentuk sebab. 

Kartini Kartono (1994 : 33). Pemimpin adalah seorang pribadi yang mempunyai kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga beliau sanggup menghipnotis orang-orang lain buat beserta-sama melakukan kegiatan-aktivitas eksklusif, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

C.N. Cooley (1902). Pemimpin itu selalu adalah titik pusat menurut suatu kesamaan, serta dalam kesempatan lain, seluruh gerakan sosial kalau diamati secara cermat akan ditemukan kesamaan yang mempunyai titik sentra.

Henry Pratt Faiechild pada Kartini Kartono (1994: 33). Pemimpin dalam pengertian adalah seorang yang menggunakan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol bisnis/upaya orang lain atau melalui martabat, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yg membimbing, memimpin menggunakan donasi kualitas-kualitas persuasifnya serta ekseptansi/penerimaan secara sukarela sang para pengikutnya.

Sam Walton. Pemimpin besar akan berusaha menanamkan rasa percaya diri dalam para pendukung. Apabila orang mempunyai percaya diri tinggi, maka kita akan terkejut pada output luar biasa yang akan mereka raih.

Rosalynn Carter. “Seorang pemimpin biasa membawa orang lain ke tempat yang ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yg luar biasa membawa para pendukung ke loka yang mungkin nir ingin mereka tuju, namun yang wajib mereka tuju. 

John Gage Alle. Leader…a guide; a conductor; a commander” (pemimpin itu artinya pemandu, penunjuk, penuntun; komandan).

Jim Collin. Mendefinisikan pemimpin mempunyai beberapa strata, terendah adalah pemimpin yg andal, kemudian pemimpin yang menjadi bagian dalam tim, lalu pemimpin yang memiliki visi, taraf yang paling tinggi merupakan pemimpin yang bekerja bukan dari ego eksklusif, namun buat kebaikan organisasi serta bawahannya.

Modern Dictionary Of Sociology (1996). Pemimpin (leader) adalah seorang yang menempati peranan sentral atau posisi mayoritas serta pengaruh pada kelompok (a person who occupies a central role or position of dominance and influence in a group).

C.N. Cooley pada “ The Man Nature and the Social Order’.
Pemimpin itu selalu merupakan titik sentra dari suatu kecenderungan, dan kebalikannya, semua gerakan sosial, bila diamat-amati secara cermat, akan ditemukan pada dalamnya kecenderungan-kesamaan yg memiliki titik pusat.

I . Redl pada “Group Emotion and Leadership”. Pemimpin merupakan seorang yang menjadi titik pusat yg mengintegrasikan grup.

J.L. Borwn dalam “Psychology and the Social Order”. Pemimpin nir dapat dipisahkan dengan kelompok, namun dapat ditinjau menjadi suatu posisi yang memiliki potensi yang tinggi dibidangnya.

Kenry Pratt Fairchild pada “Dictionary of Sociologi and Related Sciences”. Pemimpin bisa dibedakan pada dua arti; Pertama, pemimpin arti luas, sesorang yg memimpin menggunakan cara merogoh inisiatif tingkah laris masyarakat secara mengarahkan, mengorganisir atau mengawasi usaha-usaha orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan. Kedua, pemimpin arti sempit, seorang yg memimpin menggunakan alat-alat yang meyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara senang rela.

Dr. Phil. Astrid S. Susanto. Pemimpin adalah orangyang dianggap memiliki efek terhadap sekelompok orang banyak.

Ensiklopedia Administrasi (disusun sang Staf Dosen Balai Pembinaan Administrasi Universitas Gadjah Mada). Pemimpin (Leader) merupakan orang yang melakukan kegiatan atau proses menghipnotis orang lain dalam situasi eksklusif, melalui proses komunikasi, yg diarahkan guna mencapai tujuan/tujuan-tujuan eksklusif.

Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian galat seseorang pada antara mereka “mengajak” sahabat-temannya buat melakukan sesuatu (Apakah: nonton film, bermain sepak bola, dan lain-lain). Pada pengertian yang sederhana orang tadi telah melakukan “aktivitas memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, terdapat teman serta terdapat aktivitas dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yg dikemukakan para pakar tentang kepemimpinan yg tentu saja berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut : 
  1. Koontz serta O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan menjadi proses menghipnotis sekelompok orang sehingga mau bekerja menggunakan benar-benar-sungguh buat meraih tujuan kelompoknya. 
  2. Wexley dan Yuki (1977), kepemimpinan mengandung arti mensugesti orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan energi, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka. 
  3. Georger R. Terry, kepemimpinan merupakan kegiatan mensugesti orang-orang buat bersedia berusaha mencapai tujuan bersama. 
  4. Pendapat lain, kepemimpinan adalah suatu proses dengan aneka macam cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang. 
Dari keempat definisi tadi, bisa disimpulkan bahwa sudut pandang yg dicermati sang para ahli tersebut merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain buat mencapai tujuan beserta.

Definisi lain, para ahli kepemimpinan merumuskan definisi, sebagai berikut: 1) Fiedler (1967), kepemimpinan dalam dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yg memakai kewenangan dan pengaruhnya terhadap grup orang supaya bekerja bersama-sama buat mencapai tujuan. Dua) John Pfiffner, kepemimpinan merupakan kemampuan mengkoordinasikan dan memotivasi orang-orang serta kelompok untuk mencapai tujuan yg pada kehendaki. Tiga) Davis (1977), mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan buat mengajak orang lain mencapai tujuan yang telah dipengaruhi dengan penuh semangat. 4) Ott (1996), kepemimpinan dapat didefinisikan menjadi proses interaksi antar pribadi yang pada dalamnya seorang mensugesti sikap, kepercayaan , dan khususnya konduite orang lain. 5) Locke et.al. (1991), mendefinisikan kepemimpinan adalah proses membujuk orang lain buat mengambil langkah menuju suatu sasaran beserta Dari kelima definisi ini, para ahli ada yg meninjau menurut sudut pandang dari pola interaksi, kemampuan mengkoordinasi, memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk dan mensugesti orang lain. 

Dari beberapa definisi pada atas, ada beberapa unsur utama yang mendasari atau sudut pandang serta sifat-sifat dasar yang ada pada merumuskan definisi kepemimpinan, yaitu:

a. Unsur-unsur yang mendasari
Unsur-unsur yg mendasari kepemimpinan menurut definisi-definisi yang dikemukakan di atas, merupakan: (1) Kemampuan mempengaruhi orang lain (grup/bawahan). (dua) Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laris orang lain atau kelompok. (tiga) adanya unsur kolaborasi buat mencapai tujuan yg diinginkan.

b. Sifat dasar kepemimpinan
Sifat-sifat yg mendasari kepemimpinan merupakan kecakapan memimpin. Paling tidak, bisa dikatakan bahwa kecakapan memimpin meliputi tiga unsur kecakapan pokok, yaitu: 
  1. Kecakapan tahu individual, adalah mengetahui bahwa setiap insan mempunyai daya motivasi yang tidak sinkron pada banyak sekali waktu dan keadaan yang berlainan. 
  2. Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi ilham. 
  3. Kemampuan buat melakukan tindakan pada suatu cara yang dapat membuatkan suasana (iklim) yang bisa memenuhi serta sekaligus mengakibatkan dan mengendalikan motivasi-motivasi (Tatang M. Amirin, 1983:15). Pendapat lain, menyatakan bahwa kecakapan memimpin meliputi 3 unsur utama yg mendasarinya, yaitu : 
  • Seseorang pemimpin wajib memiliki kemampuan persepsi sosial [sosial perception]. 
  • Kemampuan berpikir tak berbentuk [abilitiy in abstrakct thinking]. 
  • Memiliki kestabilan emosi [emosional stability].
Kemudian dari definisi Locke, yg dikemukakan di atas, dapat mengkategorikan kepemimpinan menjadi tiga [tiga] elemen dasar, yaitu: 
  1. Kepemimpinan adalah suatu konsep rekanan [relation consept], ialah kepemimpinan hanya ada dalam rekanan menggunakan orang lain, maka bila tiadak terdapat pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin. Dalam defines Locke, implisit premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan ilham dan berelasi menggunakan para pengikut mereka. 
  2. Kepemimpinan adalah suatu proses, adalah proses kepemimpinan lebih berdasarkan sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena dipandang tidak cukup memadai buat membuat seseorang sebagai pemimpin, ialah seorang pemimpin harus melakukan sesuatu. Maka menurut Burns (1978), bahwa untuk menjadi pemimpin seorang wajib bisa mengembangkan motivasi pengikut secara terus menerus serta mengubah perilaku mereka sebagai responsif.
  3. Kepemimpinan berarti mempengaruhi orang-orang lain buat merogoh tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mensugesti pengikutnya menggunakan aneka macam cara, seperti memakai otoritas yg terlegitimasi, menciptakan contoh (sebagai teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan serta hukuman, restrukrisasi organisasi, serta mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dicermati efektif bila bisa membujuk para pengikutnya buat meninggalkan kepentingan eksklusif mereka demi keberhasilan organisasi (Bass, 1995. Locke et.al., 1991., pada Mochammad Teguh, dkk., 2001:69).
Dari definisi-definisi di atas, paling tidak bisa ditarik konklusi yg sama , yaitu perkara kepemimpinan merupakan kasus sosial yg pada dalamnya terjadi hubungan antara pihak yg memimpin dengan pihak yg dipimpin buat mencapai tujuan beserta, baik menggunakan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi serta mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya nir hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-acara saja, namun lebih berdasarkan itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya buat ikut berperan aktif sehingga mereka bisa menaruh donasi yg posetif pada bisnis mencapai tujuan.

Teori Kelahiran Pemimpin
Para ahli teori kepemimpinan sudah mengemukakan beberapa teori tentang timbulnya Seorang Pemimpin. Dalam hal ini terdapat 3 (3) teori yg menonjol (Sunindhia serta Ninik Widiyanti, 1988:18), yaitu:

a. Teori Genetik
Penganut teori ini beropini bahwa, “pemimpin itu dilahirkan serta bukan dibuat”. Pandangan terori ini bahwa, seorang akan sebagai pemimpin lantaran “keturunan” atau dia telah dilahirkan dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini, bisa saja terjadi, lantaran seorang dilahirkan sudah “mempunyai potensi” termasuk “memiliki potensi atau bakat” buat memimpin dan inilah yang diklaim dengan faktor “dasar”. Dalam empiris, teori keturunan ini umumnya bisa terjadi pada kalangan bangsawan atau keturunan raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang lahir dalam keturunan tadi akan diangkan sebagai raja.

b. Teori Sosial
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seorang yang sebagai pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan (Leaders are made and not born). Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang itu sama serta mempunyai potensi buat menjadi pemimpin. Tiap orang memiliki potensi atau talenta untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi tadi teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang dianggap menggunakan faktor “ajar” atau “latihan”.

Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan dilatih buat menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang mempunyai potensi buat menjadi pemimpin, meskipun dia bukan merupakan atau asal menurut keturunan dari seorang pemimpin atau seorang raja, asalkan bisa dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin.

c. Teori Ekologik
Penganut teori ini beropini bahwa, seorang akan menjadi pemimpin yang baik “manakala dilahirkan” telah memiliki talenta kepemimpinan. Kemudian bakat tadi dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan buat menyebarkan lebih lanjut talenta-bakat yg sudah dimiliki.

Jadi, inti berdasarkan teori ini yaitu seseorang yang akan sebagai pemimpin adalah kumpulan antara faktor keturunan, talenta, serta lingkungan yaitu faktor pendidikan, latihan dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasi menggunakan baik.

Selain ketiga teori tersebut, ada pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa, terdapat 3 faktor yg turut berperan pada proses perkembangan seseorang menjadi pemimpin atau nir, yaitu: 
  1. Bakat kepemimpinan yg dimilikinya. 
  2. Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yg pernah diperolehnya, serta 
  3. Kegiatan sendiri buat menyebarkan bakat kepemimpinan tersebut. 
Teori ini diklaim menggunakan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang niscaya, merupakan seseorang dapat sebagai pemimpin apabila mempunyai bakat, lingkungan yg membentuknya, kesempatan serta kepribadian, motivasi serta minat yg memungkinkan buat sebagai pemimpin.

Menurut Ordway Tead, bahwa timbulnya seseorang pemimpin, karana : (1) Membentuk diri sendiri (self constituded leader, self mademan, born leader). (dua) Dipilih sang golongan, ialah dia sebagai pemimpin lantaran jasa-jasanya, lantaran kecakapannya, keberaniannya serta sebagainya terhadap organisasi. (3) Ditunjuk berdasarkan atas, adalah ia sebagai pemimpin karena dipercaya dan disetujui oleh pihak atasannya (Imam Mujiono, 2002: 18).

Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat akbar artinya buat mengkaji sejauh mana kepemimpinan pada suatu organisasi sudah bisa dilaksanakan secara efektif dan menunjang pada produktifitas organisasi secara holistik. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan supaya nantinya memiliki referensi pada menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :

1. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali pada Yunani Kuno serta Romawi yg beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yg lalu teori ini dikenal “The Greatma Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat impak menurut aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan namun pula dapat dicapai melalui pendidikan serta pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik, mental dan kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yg berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain:

a) Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yg mempunyai kecerdasan yg tinggi pada atas kecerdasan rat-rata berdasarkan pengikutnya akan memiliki kesempatan berhasil yang lebih tinggi juga. Lantaran pemimpin dalam umumnya memiliki tingkat kecerdasan yg lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

b) Kedewasaan serta keluasan interaksi sosial
Umumnya pada dalam melakukan hubungan sosial menggunakan lingkungan internal maupun eksternal, seseorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang serta stabil. Hal ini membuat pemimpin nir mudah panic serta goyah pada mempertahankan pendirian yg diyakini kebenarannya.

c) Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya mempunyai motivasi diri yang tinggi dan dorongan buat berprestasi. Dorongan yg bertenaga ini lalu tercermin pada kinerja yg optimal, efektif dan efisien.

d) Sikap interaksi kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya bisa berpihak kepadanya.

2. Teori Kepemimpinan Perilaku serta Situasi
Berdasarkan penelitian, konduite seseorang pemimpin yg mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal, yaitu:
  • Pertama yang diklaim dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seseorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab menggunakan bawahan. Contoh tanda-tanda yang ada dalam hal ini misalnya : membela bawahan, memberi masukan pada bawahan serta bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
  • Kedua dianggap Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan pada bawahan. Contoh yg bisa dicermati , bawahan mendapat instruksi pada pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yg akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seseorang pemimpin yg baik merupakan bagaimana seseorang pemimpin yang memiliki perhatian yg tinggi kepada bawahan dan terhadap output yang tinggi juga.

3. Teori kewibawaan pemimpin
Kewibawaan adalah faktor krusial pada kehidupan kepemimpinan, karena dengan faktor itu seseorang pemimpin akan bisa mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun gerombolan sebagai akibatnya orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yg dikehendaki sang pemimpin.

4. Teori kepemimpinan situasi
Seorang pemimpin harus adalah seorang pendiagnosa yg baik serta harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan taraf kedewasaan bawahan.

5. Teori kelompok
Agar tujuan grup (organisasi) bisa tercapai, harus ada pertukaran yg positif antara pemimpin menggunakan pengikutnya.

Tipe serta Gaya Kepemimpinan
Kartini Kartono mengungkapkan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:

1. Tipe Kharismatik
Tipe ini memiliki daya tarik dan pembawaan yg luar biasa, sehingga mereka memiliki pengikut yg jumlahnya besar . Kesetiaan serta kepatuhan pengikutnya ada berdasarkan agama terhadap pemimpin itu. Pemimpin dipercaya mempunyai kemampuan yang diperoleh menurut kekuatan

Yang Maha Kuasa.

2. Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;
a. Menganggap bawahannya belum dewasa
b. Bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberi kesempatan bawahan buat merogoh keputusan
d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat menjadi berikut:
a. Pemimipin organisasi sebagai miliknnya
b. Pemimpin bertindak sebagai dictator
c. Cara menggerakkan bawahan menggunakan paksaan serta ancaman.

4. Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin memiliki siafat sifat:
a. Menuntut kedisiplinan yg keras dan kaku
b. Lebih banyak menggunakan system perintah
c. Menghendaki keputusan absolut berdasarkan bawahan
d. Formalitas yang berlebih-lebihan
e. Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan
f. Sifat komunikasi hanya sepihak

5. Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan kasus kerja sama sebagai akibatnya masih ada koordinasi pekerjaan berdasarkan seluruh bawahan. Kepemimpinan demokrasi menghadapi potensi sikap individu, mau mendengarkan saran dan kritik yang sifatnya membentuk. Jadi pemimpin menitik beratkan pada aktifitas setiap anggota gerombolan , sebagai akibatnya semua unsure organisasi dilibatkan pada akatifitas, yg dimulai penentuan tujuan,, pembuatan planning keputusan, disiplin.

Syarat-syarat Kepemimpinan
Ada 3 hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:

1. Kekuasaan
Kekuasaaan merupakan otorisasi dan legalitas yg menaruh kewenangan kepada pemimpin buat mempengaruhi dan menggerakkan bawahan buat berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas eksklusif.

2. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin mampu mengatur orang lain serta patuh padanya.

3. Kemampuan
Kemampuan merupakan asal daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis juga social, yang melebihi dari anggota biasa. Sementara itu Stodgill yang dikutip James A. Lee menyatakan pemimpin itu harus mempunyai kelebihan sebagai persyaratan, antara lain:
1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai.
2. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang eksklusif.
3. Tangggung jawab, berani, tekun, berdikari, kreatif, giat, percaya diri, militan.
4. Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, sanggup berteman.
5. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggidan tenar.

Ciri-karakteristik Kepemimpinan Yang Baik
WA. Gerungan mengungkapkan bahwa seseorang pemimpin paling tidak wajib mempunyai tiga karakteristik, yaitu:

1. Penglihatan Sosial
Artinya suatu kemampuan buat melihat dan mengerti gejala-gejala yg muncul dalam masyarakat sehari-hari.

2. Kecakapan Berfikir Abstrak
Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak yang cerdas, intelegensi yang tingggi. Jadi seorang pemimpin wajib dapat menganalisa serta mumutuskan adanya tanda-tanda yang terjadi pada kelompoknya, sehingga berguna pada tujuan organisasi.

3. Keseimbangan Emosi
Orang yang mudah naik darah, menciptakan ribut menandakan emosinya belum mantap serta tidak memililki ekuilibrium emosi. Orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin sebab seseorang pemimpin harus mampu menciptakan suasana tenang dan senang . Maka seseorang pemimpin harus memiliki ekuilibrium emosi.

Pemimpin serta Pimpinan Indonesia
1. Kepemimpinan Pancasila
Dalam rangka menjalankan tugas kewajibannya seorang pemimpin harus dapat menjaga kewibawaannya. Lebih-lebih dalam kemerdekaan dan pembangunan. Berhasilnya pembangunan nasional tergantung kiprah aktif rakyat Indonesia, dengan sikap mental, tekad semangat, ketaatan dan disiplin nasional dalam menjalankan tugas kewajibannya. Dengan demikian perlu dikembangkan motivasi membentuk dikalangan masyarakat luas serta motivasi pengorbanan pengabdian dalam unsur kepemimpinannya. Norma-norma yg tercakup dalam Pancasila itu sekaligus merupakan sistem nilai yang harus dihayati serta diamalkan sang setiap masyarakat Negara, khususnya para pemimpin. Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan yang selalu menggambarkan nilai-nilai serta norma-norma Pancasila.

Sumber-sumber kepemimpinan Pancasila:
a. Nilai-nilai positif dan modernisme
b. Refleksi hakekat hidup dan tujuan hidup bangsa pada era pembangunan serta zaman terbaru.
c. Intisari warisan pusaka berupa nilai-nilai serta norma-kebiasaan kepemimpinan yang ditulis para nenek moyang, pujangga, raja.

Ada beberapa azas kepemimpinan Pancasila yg digali berdasarkan nilai-nilai kepemimpinan Indonesia:
a. Ing ngarsa sung tulada
b. Ing madya mangun karsa
c. Tut wuri Handayani
d. Taqwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa
e. Waspada purwa wasesa
f. Ambeg para marta
g. Prasaja
h. Satya
i. Gemi nastiti
j. Blaka
k. Legawa

2. Kepemimpinan Pembangunan
Dalam pembangunan nasional dalam hakekatnya adalah pembangunan insan seutuhnya serta membentuk seluruh warga Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hakekat pembangunan merupakan rangkaian upaya pembangunan serta perubahan yg dilangsungkan secara sadar, sengaja, berencana yang menuju kepada modernitas dan taraf hidup yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan pembangunan tadi dibutuhkan tipe kepimimpinan yg bisa mengelola pembangunan yaitu tipe kepemimpinan “Administrator serta Sosio teknokrat”. Pemimpin Administrator pembangunan bertugas buat melakukan rentetan bisnis bersama menggunakan warga buat mengadakan pemugaran, peningkatan rapikan kehidupan dan wahana kehidupan sosial demi pencapaian kesejahteraan manusia, kebaikan serta keadilan yg merata. Sosio teknokrat adalah seorang yg bertugas mengelola aspek-aspek teknik administratif dan mahir membimbing serta membentuk manusianya.

PENGERTIAN LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI

Pengertian landasan psikologi pendidikan Menurut Para Ahli
Untuk tahu ciri peserta didik dalam masa kanak-kanak, remaja, dewasa, serta usia tua, psikologi pendidikan mengembangkan serta menerapkan teori-teori pembangunan manusia. Sering digambarkan sebagai tahap di mana orang lulus ketika jatuh tempo, teori-teori perkembangan mendeskripsikan perubahan kemampuan mental (kognisi), peran sosial, penalaran moral, serta keyakinan mengenai hakikat pengetahuan. 

Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa merupakan ilmu yang mempelajari jiwa insan. Jiwa itu sendiri merupakan roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang bisa dipengaruhi olaeh alam lebih kurang. Jiwa insan berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan insan, sebagai akibatnya landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan pada proses pendidikan yg membahas banyak sekali warta mengenai kehidupan manusia pada biasanya serta gejala-gejala yg berkaitan menggunakan aspek eksklusif insan dalam setiap tahapan usia perkembangan eksklusif buat mengenali serta menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yg bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.

Bentuk psikologis pendidikan
A. Psikologis Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan mengenai perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud merupakan (Nana Syaodih, 1989).
1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan eksklusif. Pada setiap termin memiliki ciri-ciri khusus yg tidak sinkron dengan ciri-ciri dalam tahap-termin yang lain. 
2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini ditinjau individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan serta disparitas-perbedaan. Atas dasar ini kemudian orang-orang membuat grup–gerombolan . Anak-anak yang memiliki kecenderungan dijadikan satu grup. Maka terjadilah kelompok dari jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya. 
3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja diklaim sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seorang secara individual. 

Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan merupakan pendekatan pentahapan. Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh serta yg bersifat spesifik. Yang menyeluruh akan meliputi segala aspek perkembangan menjadi faktor yang diperhitungkan dalam menyusun termin-tahap perkembangan, sedangkan yang bersifat spesifik hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-termin perkembangan anak, contohnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.

Psikologi perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak atas empat tahap yaitu :
1)Masa bayi menurut 0 – 2 tahun sebagian akbar merupakan perkembangan fisik.
2)Masa anak berdasarkan dua – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup insan primitif.
3)Masa pubertas menurut 12 – 15 tahun, ditandai menggunakan perkembangan pikiran serta kemauan buat berpetualang.
4)Masa adolesen menurut 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati, dan moral. Remaja ini telah mulai belajar berbudaya.

B. Psikologi Belajar
Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yg relatif tetap menjadi hasil pengalaman (bukan output perkembangan, efek obat atau kecelakaan) serta mampu melaksanakannya pada pengetahuan lain dan sanggup mengomunikasikannya pada orang lain.

Secara psikologis, belajar bisa didefinisikan menjadi “suatu usaha yg dilakukan oleh seorang buat memperoleh suatu perubahan tingkah laris secara sadar menurut output interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:dua). Definisi ini menyiratkan 2 makna. Pertama, bahwa belajar adalah suatu usaha buat mencapai tujuan eksklusif yaitu buat mendapatkan perubahan tingkah laku Kedua, perubahan tingkah laris yang terjadi wajib secara sadar.

Dari pengertian belajar di atas, maka aktivitas serta usaha buat mencapai perubahan tingkah laku itu dicermati menjadi Proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laris itu sendiri dilihat sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar dalam hakikatnya menyangkut 2 hal yaitu proses belajar serta output belajar.

Para pakar psikologi cenderung buat menggunakan pola-pola tingkah laku insan sebagai suatu model yg menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim diklaim dengan Teori Belajar.
1. Teori belajar klasik masih permanen dapat dimanfaatkan, diantaranya untuk menghapal perkalian serta melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis mampu dipakai pada pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup. 
2. Teori belajar behaviorisme berguna pada membuatkan perilaku-konduite konkret, seperti rajin, menerima skor tinggi, tidak berkelahi serta sebagainya. 
3. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam menilik materi-materi yang rumit yang membutuhkan pemahaman, buat memecahkan perkara dan buat menyebarkan ilham (Pidarta, 2007:218). 

C. Psikologi Sosial
Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang menilik psikologi seseorang pada rakyat, yang mengkombinasikan karakteristik-ciri psikologi dengan ilmu sosial buat mempelajari imbas masyarakat terhadap individu dan antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219).

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki 3 kunci utama yaitu.
1. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip menggunakan orang itu, terutama mengenai kepribadiannya. 
2. Perilaku orang itu. Ketika melihat konduite orang itu setelah berhadapan, maka hubungkan menggunakan cerita-cerita yang pernah didengar. 
3. Latar belakang situasi. Kedua data pada atas kemudian dikaitkan dengan situasi pada ketika itu, maka berdasarkan kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama mengenai orang itu. 

Dalam global pendidikan, kesan pertama yg positif yang dibangkitkan pendidik akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi jua adalah aspek psikologis sosial, karena tanpa motivasi eksklusif seseorang sulit buat bersosialisasi dalam warga . Sehubungan menggunakan itu, pendidik punya kewajiban buat menggali motivasi anak-anak supaya ada, sebagai akibatnya mereka dengan bahagia hati belajar di sekolah.

Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang memilih motivasi belajar merupakan.
1. Minat serta kebutuhan individu. 
2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas. 
3. Harapan sukses. 

Kontribusi psikologi pendidikan pada proses belajar
1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas menurut aneka macam aliran psikologi yg mewarnai pendidikan, pada pada dasarnya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan menggunakan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.

Secara psikologis, insan adalah individu yg unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik dicermati berdasarkan segi taraf kecerdasan, kemampuan, perilaku, motivasi, perasaaan dan karakterisktik-karakteristikindividulainnya.

Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu buat bisa berkembang sesuai dengan potensi yg dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metodepenyampaiannya.

Secara khusus, dalam konteks pendidikan pada Indonesia ketika ini, kurikulum yg dikembangkan waktu ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yg pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan pada kebiasaan berfikir serta bertindak. Kebiasaan berfikir serta bertindak secara konsisten serta terus menerus memungkinkan seorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar buat melakukan sesuatu.

Dengan demikian pada pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan menggunakan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam aneka macam konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (tiga) output belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa

2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan aneka macam teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori pada pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif serta teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas berdasarkan kontroversi yg menyertai kelemahan menurut masing masing teori tersebut, dalam kenyataannya teori-teori tadi sudah memberikan sumbangan yang signifikan pada proses pembelajaran.

Di samping itu, kajian psikologi pendidikan sudah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi aktivitas pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan 3 belas prinsip pada belajar, yakni :
1) Agar seseorang sahih-sahih belajar, beliau harus memiliki suatu tujuan
2) Tujuan itu wajib ada berdasarkan atau herbi kebutuhan hidupnya serta bukan lantaran dipaksakan sang orang lain.
3) Orang itu wajib bersedia mengalami beragam kesulitan dan berusaha menggunakan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya juga hasil sambilan.
6) Belajar lebih berhasil menggunakan jalan berbuat atau melakukan.
7) Seseorang belajar menjadi holistik, tidak hanya aspek intelektual tetapi termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8) Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9) Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari wajib benar-sahih dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal informasi lepas secara verbalistis.
10) Disamping mengejar tujuan belajar yg sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain.
11) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
12) Ulangan serta latihan perlu akan tetapi wajib didahului sang pemahaman.
13) Belajar hanya mungkin jikalau terdapat kemauan serta asa buat belajar.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain pendidikan adalah salah satu aspek krusial pada pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita bisa tahu perkembangan perilaku apa saja yg diperoleh peserta didik sehabis mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran eksklusif.

Di samping itu, kajian psikologis sudah menaruh sumbangan konkret pada pengukuran potensi-potensi yang dimiliki sang setiap peserta didik, terutama sehabis dikembangkannya banyak sekali tes psikologis, baik buat mengukur taraf kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.kita mengenal sejumlah tes psikologis yg waktu ini masih poly digunakan buat mengukur potensi seseorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS serta alat ukur lainnya.

Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti krusial bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga dalam gilirannya bisa dicapai perkembangan individu yg optimal.

Oleh karena itu, betapa pentingnya dominasi psikologi pendidikan bagi kalangan pengajar pada melaksanakan tugas profesionalnya.

Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,lantaran dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau aktivitas berinteraksi antara pendidik,murid serta lingkungan.

Perubahan tersebut merupakan merupakan tanda-tanda yg timbul secara psikologis. Di dalam interaksi inilah kiranya pendidik wajib mampu tahu perubahan yg terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu juga pendidik perlu memahami landasan pendidikan menurut sudut psikologis.

Dengan demikian, psikologi adalah galat satu landasan pokok menurut pendidikan. Antara psikologi menggunakan pendidikan merupakan satu kesatuan yg sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah insan, sedangkan psikologi mempelajari tanda-tanda-gejala psikologis dari insan. Dengan demikian keduanya menjadi satu kesatuan yg tidak terpisahkan.

DEFINISI PEMIMPIN MENURUT PARA AHLI DAN DALAM BEBERAPA KAMUS MODERN

Definisi Pemimpin Menurut Para Ahli Dan Dalam Beberapa Kamus Modern
Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999). Menyatakan pemimpin merupakan individu insan yg diamanahkan memimpin diskriminasi (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.

Miftha Thoha pada bukunya Prilaku Organisasi (1983: 255). Pemimpin adalah seorang yg mempunyai kemampuan memimpin, ialah memiliki kemampuan untuk mensugesti orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya adalah. 

Kartini Kartono (1994 : 33). Pemimpin adalah seorang eksklusif yg mempunyai kecakapan serta kelebihan khususnya kecakapan serta kelebihan disatu bidang, sebagai akibatnya dia bisa mensugesti orang-orang lain buat beserta-sama melakukan kegiatan-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

C.N. Cooley (1902). Pemimpin itu selalu adalah titik pusat menurut suatu kesamaan, dan dalam kesempatan lain, semua gerakan sosial jika diamati secara cermat akan ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat.

Henry Pratt Faiechild pada Kartini Kartono (1994: 33). Pemimpin pada pengertian adalah seseorang yang menggunakan jalan memprakarsai tingkah laris sosial menggunakan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol bisnis/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin artinya seseorang yang membimbing, memimpin menggunakan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan ekseptansi/penerimaan secara sukarela sang para pengikutnya.

Sam Walton. Pemimpin akbar akan berusaha menanamkan rasa percaya diri pada para pendukung. Apabila orang memiliki percaya diri tinggi, maka kita akan terkejut pada output luar biasa yg akan mereka raih.

Rosalynn Carter. “Seorang pemimpin biasa membawa orang lain ke tempat yg ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yang luar biasa membawa para pendukung ke tempat yang mungkin tidak ingin mereka tuju, namun yang wajib mereka tuju. 

John Gage Alle. Leader…a guide; a conductor; a commander” (pemimpin itu artinya pemandu, penunjuk, penuntun; komandan).

Jim Collin. Mendefinisikan pemimpin memiliki beberapa tingkatan, terendah merupakan pemimpin yang tangguh, lalu pemimpin yg menjadi bagian dalam tim, kemudian pemimpin yang memiliki visi, taraf yang paling tinggi adalah pemimpin yg bekerja bukan berdasarkan ego eksklusif, tetapi buat kebaikan organisasi dan bawahannya.

Modern Dictionary Of Sociology (1996). Pemimpin (leader) merupakan seorang yg menempati peranan sentral atau posisi dominan serta pengaruh pada grup (a person who occupies a central role or position of dominance and influence in a group).

C.N. Cooley pada “ The Man Nature and the Social Order’.
Pemimpin itu selalu adalah titik sentra berdasarkan suatu kecenderungan, dan kebalikannya, seluruh gerakan sosial, jikalau diamat-amati secara cermat, akan ditemukan pada dalamnya kecenderungan-kecenderungan yg memiliki titik sentra.

I . Redl dalam “Group Emotion and Leadership”. Pemimpin adalah seseorang yg sebagai titik pusat yg mengintegrasikan grup.

J.L. Borwn pada “Psychology and the Social Order”. Pemimpin tidak dapat dipisahkan menggunakan gerombolan , tetapi dapat dipandang menjadi suatu posisi yg memiliki potensi yg tinggi dibidangnya.

Kenry Pratt Fairchild dalam “Dictionary of Sociologi and Related Sciences”. Pemimpin bisa dibedakan pada dua arti; Pertama, pemimpin arti luas, sesorang yang memimpin dengan cara mengambil inisiatif tingkah laris warga secara mengarahkan, mengorganisir atau mengawasi bisnis-bisnis orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan. Kedua, pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan alat-indera yang meyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara suka rela.

Dr. Phil. Astrid S. Susanto. Pemimpin merupakan orangyang dianggap memiliki pengaruh terhadap sekelompok orang poly.

Ensiklopedia Administrasi (disusun oleh Staf Dosen Balai Pembinaan Administrasi Universitas Gadjah Mada). Pemimpin (Leader) adalah orang yang melakukan kegiatan atau proses mensugesti orang lain dalam situasi eksklusif, melalui proses komunikasi, yg diarahkan guna mencapai tujuan/tujuan-tujuan tertentu.

Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian galat seorang pada antara mereka “mengajak” teman-temannya buat melakukan sesuatu (Apakah: nonton film, bermain sepak bola, serta lain-lain). Pada pengertian yg sederhana orang tersebut telah melakukan “aktivitas memimpin”, lantaran terdapat unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada sahabat dan ada kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan adalah hal yang gampang serta poly definisi yg dikemukakan para pakar mengenai kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yg dikemukakan sang para pakar sebagai berikut : 
  1. Koontz dan O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan menjadi proses menghipnotis sekelompok orang sehingga mau bekerja menggunakan benar-benar-benar-benar untuk meraih tujuan kelompoknya. 
  2. Wexley dan Yuki (1977), kepemimpinan mengandung arti mensugesti orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan energi, pada tugasnya atau merubah tingkah laris mereka. 
  3. Georger R. Terry, kepemimpinan merupakan aktivitas mempengaruhi orang-orang buat bersedia berusaha mencapai tujuan beserta. 
  4. Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan banyak sekali cara mensugesti orang atau sekelompok orang. 
Dari keempat definisi tersebut, bisa disimpulkan bahwa sudut pandang yg dilihat oleh para ahli tersebut adalah kemampuan mensugesti orang lain buat mencapai tujuan bersama.

Definisi lain, para pakar kepemimpinan merumuskan definisi, sebagai berikut: 1) Fiedler (1967), kepemimpinan dalam dasarnya merupakan pola interaksi antara individu-individu yg memakai wewenang dan pengaruhnya terhadap gerombolan orang supaya bekerja bersama-sama buat mencapai tujuan. Dua) John Pfiffner, kepemimpinan adalah kemampuan mengkoordinasikan serta memotivasi orang-orang serta gerombolan buat mencapai tujuan yg di kehendaki. Tiga) Davis (1977), mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan buat mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah dipengaruhi menggunakan penuh semangat. 4) Ott (1996), kepemimpinan dapat didefinisikan menjadi proses interaksi antar eksklusif yang pada dalamnya seorang menghipnotis sikap, kepercayaan , dan khususnya konduite orang lain. Lima) Locke et.al. (1991), mendefinisikan kepemimpinan adalah proses membujuk orang lain buat merogoh langkah menuju suatu target bersama Dari kelima definisi ini, para pakar terdapat yang meninjau menurut sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi, memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk serta mensugesti orang lain. 

Dari beberapa definisi pada atas, ada beberapa unsur utama yang mendasari atau sudut pandang serta sifat-sifat dasar yang ada dalam merumuskan definisi kepemimpinan, yaitu:

a. Unsur-unsur yg mendasari
Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan berdasarkan definisi-definisi yg dikemukakan pada atas, merupakan: (1) Kemampuan mensugesti orang lain (kelompok/bawahan). (2) Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laris orang lain atau gerombolan . (3) adanya unsur kolaborasi buat mencapai tujuan yg diinginkan.

b. Sifat dasar kepemimpinan
Sifat-sifat yg mendasari kepemimpinan adalah kecakapan memimpin. Paling nir, bisa dikatakan bahwa kecakapan memimpin mencakup tiga unsur kecakapan pokok, yaitu: 
  1. Kecakapan memahami individual, artinya mengetahui bahwa setiap manusia memiliki daya motivasi yg berbeda pada banyak sekali ketika dan keadaan yg berlainan. 
  2. Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi ilham. 
  3. Kemampuan buat melakukan tindakan dalam suatu cara yg bisa mengembangkan suasana (iklim) yg bisa memenuhi dan sekaligus menyebabkan dan mengendalikan motivasi-motivasi (Tatang M. Amirin, 1983:15). Pendapat lain, menyatakan bahwa kecakapan memimpin mencakup 3 unsur utama yang mendasarinya, yaitu : 
  • Seseorang pemimpin harus mempunyai kemampuan persepsi sosial [sosial perception]. 
  • Kemampuan berpikir tak berbentuk [abilitiy in abstrakct thinking]. 
  • Memiliki kestabilan emosi [emosional stability].
Kemudian dari definisi Locke, yang dikemukakan pada atas, bisa dikategorikan kepemimpinan menjadi tiga [tiga] elemen dasar, yaitu: 
  1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi [relation consept], adalah kepemimpinan hanya terdapat dalam rekanan dengan orang lain, maka jika tiadak terdapat pengikut atau bawahan, tidak ada pemimpin. Dalam defines Locke, tersirat premis bahwa para pemimpin yg efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan wangsit dan berelasi menggunakan para pengikut mereka. 
  2. Kepemimpinan merupakan suatu proses, adalah proses kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena dilihat tidak cukup memadai buat menciptakan seorang sebagai pemimpin, artinya seseorang pemimpin harus melakukan sesuatu. Maka menurut Burns (1978), bahwa buat menjadi pemimpin seseorang wajib bisa menyebarkan motivasi pengikut secara terus menerus dan mengubah konduite mereka sebagai responsif.
  3. Kepemimpinan berarti mensugesti orang-orang lain buat mengambil tindakan, ialah seseorang pemimpin harus berusaha menghipnotis pengikutnya menggunakan aneka macam cara, misalnya menggunakan otoritas yg terlegitimasi, membentuk contoh (sebagai teladan), penetapan target, memberi imbalan serta sanksi, restrukrisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dilihat efektif jika dapat membujuk para pengikutnya buat meninggalkan kepentingan langsung mereka demi keberhasilan organisasi (Bass, 1995. Locke et.al., 1991., dalam Mochammad Teguh, dkk., 2001:69).
Dari definisi-definisi di atas, paling nir bisa ditarik kesimpulan yg sama , yaitu perkara kepemimpinan adalah masalah sosial yang pada dalamnya terjadi hubungan antara pihak yang memimpin menggunakan pihak yang dipimpin buat mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seseorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya nir hanya terbatas pada kemampuannya pada melaksanakan program-acara saja, namun lebih dari itu yaitu pemimpin wajib mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya buat ikut berperan aktif sehingga mereka bisa menaruh donasi yg posetif dalam bisnis mencapai tujuan.

Teori Kelahiran Pemimpin
Para pakar teori kepemimpinan sudah mengemukakan beberapa teori mengenai timbulnya Seorang Pemimpin. Dalam hal ini masih ada 3 (tiga) teori yg menonjol (Sunindhia serta Ninik Widiyanti, 1988:18), yaitu:

a. Teori Genetik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan serta bukan dibentuk”. Pandangan terori ini bahwa, seorang akan sebagai pemimpin lantaran “keturunan” atau beliau telah dilahirkan menggunakan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat saja terjadi, karena seseorang dilahirkan telah “mempunyai potensi” termasuk “memiliki potensi atau bakat” buat memimpin dan inilah yg diklaim menggunakan faktor “dasar”. Dalam empiris, teori keturunan ini umumnya dapat terjadi di kalangan bangsawan atau keturunan raja-raja, lantaran orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yg lahir pada keturunan tadi akan diangkan menjadi raja.

b. Teori Sosial
Penganut teori ini beropini bahwa, seseorang yg menjadi pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan (Leaders are made and not born). Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang itu sama dan mempunyai potensi buat menjadi pemimpin. Tiap orang memiliki potensi atau talenta buat sebagai pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik serta inilah yg dianggap menggunakan faktor “ajar” atau “latihan”.

Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang bisa dididik, diajar, serta dilatih untuk menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang mempunyai potensi buat sebagai pemimpin, meskipun beliau bukan merupakan atau asal menurut keturunan menurut seorang pemimpin atau seorang raja, asalkan bisa dididik, diajar serta dilatih buat menjadi pemimpin.

c. Teori Ekologik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seorang akan menjadi pemimpin yg baik “manakala dilahirkan” sudah memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian talenta tadi dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman-pengalaman yg memungkinkan buat mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang telah dimiliki.

Jadi, inti dari teori ini yaitu seorang yang akan menjadi pemimpin merupakan gugusan antara faktor keturunan, bakat, dan lingkungan yaitu faktor pendidikan, latihan serta pengalaman-pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasi menggunakan baik.

Selain ketiga teori tadi, ada pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi. Penganut teori ini beropini bahwa, ada tiga faktor yang turut berperan pada proses perkembangan seorang sebagai pemimpin atau tidak, yaitu: 
  1. Bakat kepemimpinan yang dimilikinya. 
  2. Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, serta 
  3. Kegiatan sendiri buat membuatkan talenta kepemimpinan tersebut. 
Teori ini diklaim menggunakan teori serba kemungkinan serta bukan sesuatu yang niscaya, merupakan seorang dapat sebagai pemimpin bila memiliki talenta, lingkungan yg membentuknya, kesempatan serta kepribadian, motivasi dan minat yg memungkinkan buat sebagai pemimpin.

Menurut Ordway Tead, bahwa timbulnya seseorang pemimpin, karana : (1) Membentuk diri sendiri (self constituded leader, self mademan, born leader). (2) Dipilih sang golongan, ialah beliau sebagai pemimpin lantaran jasa-jasanya, karena kecakapannya, keberaniannya serta sebagainya terhadap organisasi. (3) Ditunjuk menurut atas, adalah dia sebagai pemimpin lantaran dipercaya serta disetujui sang pihak atasannya (Imam Mujiono, 2002: 18).

Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat akbar adalah buat mengkaji sejauh mana kepemimpinan pada suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif dan menunjang pada produktifitas organisasi secara holistik. Dalam karya tulis ini akan dibahas mengenai teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti mengenai teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi pada menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan diantaranya :

1. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah mengenai kepemimpinan berangkat menurut pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali pada Yunani Kuno dan Romawi yg beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yg lalu teori ini dikenal “The Greatma Theory”. Dalam perkembangannya, teori ini mendapat pengaruh menurut genre konduite pemikir psikologi yg berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan serta pengalaman. Sifat-sifat itu diantaranya: sifat fisik, mental dan kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, diantaranya:

a) Kecerdasan
Berdasarkan output penelitian, pemimpin yang memiliki kecerdasan yang tinggi pada atas kecerdasan rat-homogen dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi jua. Karena pemimpin dalam umumnya mempunyai taraf kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

b) Kedewasaan dan keluasan interaksi sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seseorang pemimpin yg berhasil memiliki emosi yg matang serta stabil. Hal ini menciptakan pemimpin tidak mudah panic dan goyah dalam mempertahankan pendirian yg diyakini kebenarannya.

c) Motivasi diri serta dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yg berhasil biasanya mempunyai motivasi diri yang tinggi dan dorongan buat berprestasi. Dorongan yang kuat ini lalu tercermin dalam kinerja yg optimal, efektif dan efisien.

d) Sikap interaksi kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya bisa berpihak kepadanya.

2. Teori Kepemimpinan Perilaku serta Situasi
Berdasarkan penelitian, konduite seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kesamaan kearah 2 hal, yaitu:
  • Pertama yg disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yg menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh tanda-tanda yang terdapat dalam hal ini misalnya : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
  • Kedua diklaim Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seseorang pemimpin yg menaruh batasan pada bawahan. Contoh yg bisa dicermati , bawahan menerima instruksi pada aplikasi tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, serta output yg akan dicapai.
Jadi, dari teori ini, seorang pemimpin yg baik merupakan bagaimana seorang pemimpin yg mempunyai perhatian yg tinggi pada bawahan dan terhadap output yg tinggi jua.

3. Teori kewibawaan pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, karena dengan faktor itu seseorang pemimpin akan bisa menghipnotis konduite orang lain baik secara perorangan juga grup sebagai akibatnya orang tadi bersedia buat melakukan apa yg dikehendaki sang pemimpin.

4. Teori kepemimpinan situasi
Seorang pemimpin wajib merupakan seseorang pendiagnosa yg baik serta harus bersifat fleksibel, sesuai menggunakan perkembangan serta tingkat kedewasaan bawahan.

5. Teori kelompok
Agar tujuan grup (organisasi) dapat tercapai, sine qua non pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

Tipe serta Gaya Kepemimpinan
Kartini Kartono mengungkapkan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas:

1. Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik serta pembawaan yg luar biasa, sebagai akibatnya mereka memiliki pengikut yg jumlahnya besar . Kesetiaan serta kepatuhan pengikutnya ada berdasarkan kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin dipercaya mempunyai kemampuan yang diperoleh dari kekuatan

Yang Maha Kuasa.

2. Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan menggunakan sifat-sifat diantaranya;
a. Menganggap bawahannya belum dewasa
b. Bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberi kesempatan bawahan buat mengambil keputusan
d. Selalu bersikap maha tahu serta maha sahih.

3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter memiliki sifat sebagai berikut:
a. Pemimipin organisasi menjadi miliknnya
b. Pemimpin bertindak menjadi dictator
c. Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman.

4. Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai siafat sifat:
a. Menuntut kedisiplinan yg keras serta kaku
b. Lebih poly menggunakan system perintah
c. Menghendaki keputusan absolut menurut bawahan
d. Formalitas yg berlebih-lebihan
e. Tidak mendapat saran serta kritik menurut bawahan
f. Sifat komunikasi hanya sepihak

5. Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan perkara kolaborasi sebagai akibatnya terdapat koordinasi pekerjaan menurut seluruh bawahan. Kepemimpinan demokrasi menghadapi potensi perilaku individu, mau mendengarkan saran serta kritik yang sifatnya membentuk. Jadi pemimpin menitik beratkan dalam aktifitas setiap anggota kelompok, sebagai akibatnya seluruh unsure organisasi dilibatkan pada akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan,, pembuatan planning keputusan, disiplin.

Syarat-syarat Kepemimpinan
Ada 3 hal penting dalam konsepsi kepemimpinan diantaranya:

1. Kekuasaan
Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yg menaruh wewenang kepada pemimpin buat mempengaruhi dan menggerakkan bawahan buat berbuat sesuatu pada rangka penyelesaian tugas tertentu.

2. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin sanggup mengatur orang lain dan patuh padanya.

3. Kemampuan
Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis maupun social, yg melebihi menurut anggota biasa. Sementara itu Stodgill yg dikutip James A. Lee menyatakan pemimpin itu wajib memiliki kelebihan sebagai persyaratan, antara lain:
1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai.
2. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang eksklusif.
3. Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet , percaya diri, agresif.
4. Partisipasi aktif, mempunyai stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu berteman.
5. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggidan tenar.

Ciri-ciri Kepemimpinan Yang Baik
WA. Gerungan menjelaskan bahwa seorang pemimpin paling tidak harus memiliki 3 ciri, yaitu:

1. Penglihatan Sosial
Artinya suatu kemampuan buat melihat dan mengerti tanda-tanda-tanda-tanda yang muncul pada masyarakat sehari-hari.

2. Kecakapan Berfikir Abstrak
Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak yang cerdas, intelegensi yang tingggi. Jadi seseorang pemimpin harus dapat menganalisa dan mumutuskan adanya gejala yang terjadi pada kelompoknya, sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi.

3. Keseimbangan Emosi
Orang yg gampang naik darah, membuat ribut menandakan emosinya belum mantap serta tidak memililki ekuilibrium emosi. Orang yg demikian tidak sanggup jadi pemimpin karena seorang pemimpin harus sanggup menciptakan suasana tenang serta bahagia. Maka seorang pemimpin harus mempunyai ekuilibrium emosi.

Pemimpin serta Pimpinan Indonesia
1. Kepemimpinan Pancasila
Dalam rangka menjalankan tugas kewajibannya seseorang pemimpin harus bisa menjaga kewibawaannya. Lebih-lebih pada kemerdekaan serta pembangunan. Berhasilnya pembangunan nasional tergantung kiprah aktif warga Indonesia, menggunakan sikap mental, tekad semangat, ketaatan dan disiplin nasional pada menjalankan tugas kewajibannya. Dengan demikian perlu dikembangkan motivasi menciptakan dikalangan masyarakat luas dan motivasi pengorbanan darma pada unsur kepemimpinannya. Norma-kebiasaan yang tercakup dalam Pancasila itu sekaligus adalah sistem nilai yang harus dihayati dan diamalkan oleh setiap warga Negara, khususnya para pemimpin. Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan yang selalu menggambarkan nilai-nilai serta kebiasaan-norma Pancasila.

Sumber-sumber kepemimpinan Pancasila:
a. Nilai-nilai positif dan modernisme
b. Refleksi hakekat hayati serta tujuan hayati bangsa dalam era pembangunan serta zaman terkini.
c. Intisari warisan pusaka berupa nilai-nilai serta norma-norma kepemimpinan yang ditulis para nenek moyang, pujangga, raja.

Ada beberapa azas kepemimpinan Pancasila yg digali berdasarkan nilai-nilai kepemimpinan Indonesia:
a. Ing ngarsa sung tulada
b. Ing madya mangun karsa
c. Tut wuri Handayani
d. Taqwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa
e. Waspada purwa wasesa
f. Ambeg para marta
g. Prasaja
h. Satya
i. Gemi nastiti
j. Blaka
k. Legawa

2. Kepemimpinan Pembangunan
Dalam pembangunan nasional dalam hakekatnya merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan membentuk semua rakyat Indonesia, yg berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hakekat pembangunan merupakan rangkaian upaya pembangunan serta perubahan yang dilangsungkan secara sadar, sengaja, berencana yg menuju pada modernitas dan taraf hidup yg lebih tinggi. Untuk mewujudkan pembangunan tersebut diharapkan tipe kepimimpinan yang bisa mengelola pembangunan yaitu tipe kepemimpinan “Administrator dan Sosio teknokrat”. Pemimpin Administrator pembangunan bertugas buat melakukan rentetan bisnis bersama menggunakan rakyat buat mengadakan perbaikan, peningkatan rapikan kehidupan serta wahana kehidupan sosial demi pencapaian kesejahteraan insan, kebaikan dan keadilan yg merata. Sosio teknokrat merupakan seseorang yang bertugas mengelola aspek-aspek teknik administratif dan mahir membimbing dan membangun manusianya.