PENGERTIAN BIAYA MODAL

Pengertian Biaya Modal
Modal yang dipakai buat membiayai operasi perusahaan terdiri dari kapital sendiri dan modal pinjaman atau hutang atau modal asing. Modal sendiri merupakan modal yg asal dari pihak perusahaan baik menurut pemilik perusahaan (pemegang saham) juga laba yg tidak dibagi (laba ditahan), sedangkan modal pinjaman merupakan modal yg asal dari pinjaman para kreditur, suplier dan perbankan. Di pada memenuhi modal yg diperlukan tersebut perusahaan dapat menerbitkan dan menjual surat berharga berupa obligasi (kapital pinjaman) serta saham (kapital sendiri). Surat berharga tersebut dijual pada para investor yg menginginkannya. Apabila perusahaan menjual surat berharga kepada investor, maka perusahaan berkewajiban menaruh output (return) yang diharapkan atau dikehendaki sang investor tadi. Hasil yang diharapkan oleh investor tadi, bagi perusahaan merupakan biaya yg diklaim biaya kapital misalnya porto bunga, porto penurunan nilai surat berharga serta porto lain yg berkaitan menggunakan perolehan kapital tadi. Biaya kapital pinjaman tidak hanya bunga yg wajib dibayar, tetapi pula biaya notaris, porto provisi serta meterai.

Biaya kapital (Cost of Capital) adalah biaya riil yg harus dimuntahkan sang perusahaan buat memperoleh dana baik yang dari berdasarkan hutang, saham preferen, saham biasa, maupun keuntungan ditahan buat mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Pengertian biaya kapital yaitu semua biaya yang secara riil dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mendapatkan sumber dana atau kapital. Biaya yg dimuntahkan mampu bersifat eksplisit seperti porto bunga, ada juga yg bersifat tersirat yaitu biaya yg nir dikeluarkan dalam saat ini tetapi dikeluarkan di masa yang akan tiba misalnya selisih harga obligasi yg dimuntahkan dalam saat jatuh tempo serta diratakan pada tahun-tahun berlakunya obligasi. Penentuan besarnya biaya kapital ini dimaksud-kan buat mengetahui berapa besarnya biaya riil yang wajib dimuntahkan perusahaan buat memperoleh dana yg diperlukan. Sebagai model, pada umumnya orang menduga bahwa porto kapital yg berasal menurut hutang yg dipinjam dari bank hanya berupa taraf bunga yang ditetapkan oleh bank pada kontrak perjanjian hutang. Hal ini sahih jika jumlah uang yang diterima sama besarnya menggunakan jumlah nominal hutangnya. Tetapi, pada kenyataannya acapkali kali dijumpai bahwa penerima kredit harus membayar porto administrasi, biaya asuransi dan sebagainya. Biaya-biaya tadi seringkali tidak dicantumkan dalam perjanjian kredit. Misalnya, perusahaan A akan meminjam uang atau kredit rekening koran berjangka 1 tahun sebanyak Rp. 10.000.000,- menggunakan bunga 20% setahun, berarti wajib membayar bunga sebanyak 20% kali Rp. 10.000.000,- = Rp. 2.000.000,- selain itu jua harus membayar biaya provisi Rp. 200.000,- biaya administrasi dan meterai Rp. 25.000,- dan biaya Notaris Rp. 50.000,- Dengan demikian semua porto yg dikeluarkan merupakan Rp. Dua.000.000 + Rp. 200.000 + Rp. 25.000 + Rp. 50.000 = Rp. Dua.275.000,-. Dana yg sanggup digunakan sebanyak Rp. 10.000.000 - Rp. Dua.275.000 = Rp. 7.725.000,- sebagai akibatnya porto modalnya yaitu (dua.275.000 : 7.725.000) x 100 % = 29,45%. Biaya kapital berdasarkan rekening koran sebanyak Rp. 10.000.000,- tersebut tidak sebesar 20 % namun 29,45% inilah menjadi biaya modal yg secara riil dibayar perusahaan. Dengan demikian biaya modal menurut penggunaan hutang yang secara riil harus ditanggung atas penerimaan kredit adalah lebih akbar daripada tingkat bunga dari kontrak. Fungsi biaya modal yaitu sebagai cut of rate atau taraf pembatas suatu keputusan investasi diterima atau ditolak. Suatu investasi diterima jika keuntungan yg diperoleh sanggup menutup semua porto modal yang dimuntahkan. Keputusan investasi merupakan keputusan berjangka panjang dan porto modal sebagai tolok ukur diterima atau ditolaknya suatu investasi, oleh karenanya yang perlu dihitung biaya modalnya.

Perusahaan yg memakai dana dari laba ditahan (laba ditahan dipakai buat reinvestasi pada perusahaan yg bersangkutan) juga terdapat biayanya walaupun keuntungan ditahan dari dari hasil usaha perusahaan. Biaya modal yang dari menurut keuntungan ditahan dianggap cost of retained earning. Biaya tadi sebanyak tingkat laba investasi (rate of return) yang disyaratkan diterima oleh para investor, karena bila keuntungan ditahan tersebut diinvestasikan pada perusahaan lain maka akan mendatangkan keuntungan. Besarnya laba tadi sama menggunakan besarnya keuntungan jika perusahaan menginvestasi sendiri dana laba ditahan tersebut atau sama besarnya dengan rate of return yg dibutuhkan diterima dari investasi dalam saham (expected rate of return on the stock).

Biaya modal bisa dihitung berdasarkan biaya buat masing-masing sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya kapital individual tersebut dihitung satu per satu buat tiap jenis kapital. Namun, jika perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya kapital yg dihitung adalah porto modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital disingkat WACC) berdasarkan semua kapital yg digunakan. Sekali lagi bahwa, konsep biaya modal dimaksudkan buat menentukan besarnya porto nyata (riil) berdasarkan penggunaan dana menurut masing-masing sumber dana. Dari biaya kapital secara sendiri tadi dipakai buat menentukan porto kapital homogen-ratanya. Konsep biaya kapital erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat keuntungan yg disyaratkan (required rate of return). Tingkat laba yg disyaratkan sebenarnya bisa dipandang menurut dua pihak yaitu menurut sisi investor serta perusahaan. Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return adalah taraf laba (rate of return) yg mencerminkan taraf risiko berdasarkan aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang memakai dana (modal), besarnya required rate of returnmerupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dimuntahkan buat menerima kapital tersebut.

Fungsi Biaya Modal
Perhitungan biaya modal sangat erat kaitannya dengan pajak yang dikenakan pada perusahaan. Biaya kapital yg dikenakan dalam kapital pinjaman akan tidak sama menggunakan biaya modal berdasarkan kapital sendiri. Konsep perhitungan porto kapital dapat berdasarkan dalam perhitungan sebelum pajak (before tax basis) atau perhitungan setelah pajak (after tax basis). Perbedaan konsep ini lantaran pajak adalah pengurang keuntungan yg diperoleh perusahaan, namun dalam umumnya, analisis porto modal berdasarkan dalam keadaan selesainya pajak. Jika terdapat porto modal yg dihitung sebelum pajak (seperti biaya kapital berdasarkan obligasi), maka perlu diubahsuaikan dulu menggunakan pajak sebelum dilakukan perhitungan porto modal rata-ratanya.

Biaya kapital umumnya dipakai menjadi berukuran buat memilih diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat laba (rate of return) menurut usulan investasi tadi menggunakan biaya modalnya. Yang dimaksud dengan biaya kapital pada sini merupakan biaya modal yg menyeluruh (overall cost of capital). Misalnya apabila kita menggunakan metode Net present value atau Profitability Index buat menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi, maka porto modal berfungsi sebagai "discount rate" yang dipakai buat menghitung nilai kini menurut proceeds dan pengeluaran investasi. Oleh lantaran perhitungan rate of return berdasarkan atas dasar sesudah pajak, maka sewajarnya jika pembandingnya (yaitu biaya modal) diperhitungkan atas dasar sehabis pajak. Dengan demikian perhitungan biaya modal pada buku ini akan berdasarkan atas dasar porto kapital sesudah pajak.

Biaya Modal Individual
Telah dijelaskan pada depan bahwa perhitungan porto modal atas perusahaan merupakan porto modal homogen-rata berdasarkan biaya tiap jenis kapital (biaya modal individual). Masing-masing perhitungan biaya modal dimaksud yg dimulai menggunakan perhitungan biaya modal secara individual hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan porto kapital sendiri.

1. Biaya Modal Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek (hutang lancar) adalah hutang yang jangka saat pengembaliannya kurang dari satu tahun. Hutang jangka pendek terdiri menurut hutang perniagaan (trade accounts payable), hutang wesel serta kredit jangka pendek menurut bank. Biaya kapital berdasarkan penggunaan hutang (cost of debt) dapat dihitung menggunakan cara: 

Biaya hutang sehabis pajak = porto hutang sebelum pajak (1,0 - taraf pajak). 

atau 


dimana:
k t = Biaya hutang jangka pendek setelah pajak
k b = Biaya hutang jangka pendek sebelum pajak yaitu sebanyak tingkat bunga hutang
t = Tingkat pajak

2. Biaya Modal Hutang Jangka Panjang
Biaya hutang yang ditanggung oleh perusahaan yg menggunakan dana hutang nir lain adalah sebesar taraf laba yang disyaratkan sang investor (pemilik dana). Pada dasarnya biaya penggunaan hutang jangka panjang (cost of debt) yang biasanya berasal berdasarkan obligasi (cost of bond) bisa dihitung menggunakan memakai cara misalnya perhitungan taraf pendapatan investasi dalam obligasi menggunakan rumus (metode) singkat dan metode present value (lihat pula Bab 3: Penilaian surat berharga). Untuk lebih jelasnya kita ikuti contoh berikut:


b. Perhitungan porto kapital hutang dengan metode Present value
Perhitungan biaya kapital dari hutang jangka panjang (obligasi) menggunakan menggunakan tabel present value tak jarang dianggap metode accurate. Dalam metode ini dicari tingkat bunga yg mengakibatkan nilai sekarang dari pembayaran bunga tahunan sebanyak Rp. 1.000,- ditambah pembayaran akhir sebanyak Rp. 25.000,- (outflows) sama menggunakan nilai sekarang berdasarkan penerimaan (inflows), yaitu sebanyak Rp. 24.250,-. Teknik perhitungannya persis sama dengan perhitungan analisis IRR dalam penilaian investasi yang telah dibahas pada muka. 

Untuk memperoleh besarnya porto modal (kd) yg pada cari, bila menggunakan cara coba-coba. Misalnya digunakan tingkat bunga 4% serta 7% buat mencari present value bunga serta nilai obligasi (pinjaman pokok), lalu dilakukan interpolasi dan hasilnya.

3. Biaya Modal Saham Preferen
Biaya modal saham preferen (cost of preferred stock atau kp) merupakan porto riil yg harus dibayar jika perusahaan memakai dana dengan menjual saham preferen. Biaya modal saham preferen diperhitungkan sebesar taraf keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) oleh investor pemegang saham preferen. Artinya taraf keuntungan yg diharapkan oleh investor merupakan porto yg wajib ditanggung emiten. Biaya kapital saham preferen berupa dividen yang besarnya permanen. Oleh karenanya, saham preferen mempunyai sifat adonan antara hutang dan saham biasa. Mempunyai sifat hutang, lantaran saham preferen mengandung kewajiban yang tetap buat memberikan pembayaran dividen secara periodik. Memiliki sifat misalnya saham biasa karena saham preferen merupakan bukti kepemilikan perusahaan yang mengeluarkan saham preferen tadi. Demikian juga waktu perusahan terpaksa dilikuidasi, maka perusahaan pemegang saham preferen memiliki hak didahulukan sebelum pemegang saham biasa.

Pembayaran dividen saham preferen dilakukan sehabis pendapatan dikurangi pajak, sebagai akibatnya porto kapital saham preferen tidak perlu lagi diubahsuaikan menggunakan pajak. Biaya kapital penggunaan saham preferen (kp) dihitung menggunakan membagi dividen per lbr saham preferen (Dp) dengan harga saham preferen waktu ini (PO).

4. Biaya Modal Saham Biasa serta Laba Ditahan
Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi biaya kapital sendiri (porto ekuitas) atau kadang-kadang disebut porto kapital saham biasa saja merupakan porto yang dimuntahkan oleh perusahaan yg memperoleh dana dengan menjual saham biasa atau menggunakan laba ditahan buat investasi. Biaya modal saham biasa atau porto ekuitas (cost of equity atau ke) bisa mengalami peningkatan secara internal dengan menunda keuntungan atau secara ekternal dengan menjual atau mengeluarkan saham biasa baru. Perusahaan dapat menunjukkan laba sesudah pajak yang diperoleh menjadi dividen atau menahannya pada bentuk laba ditahan. Laba yg ditahan tadi kemudian digunakan buat investasi (reinvestasi) pada dalam perusahaan. Laba ditahan yg dipakai buat investasi pulang tadi perlu diperhitungkan porto modalnya.

Secara teoritis perusahaan yang menggunakan keuntungan untuk reinvestasi harus memperoleh laba minimal sebesar tingkat keuntungan bila pemegang saham menginvestasikan dananya ke dalam perusahaan menggunakan tingkat risiko yg sama. Hal ini lantaran keuntungan sehabis pajak tadi sebenarnya merupakan hak bagi pemegang saham biasa. Tingkat laba yg dibutuhkan sang pemegang saham dari investasi dengan tingkat risiko eksklusif merupakan sebanyak ke. Pemegang saham bisa memperoleh return sebanyak ke menggunakan membeli saham perusahaan lain yg homogen, sehingga apabila perusahaan tidak bisa menginvestasikan laba ditahan serta memperoleh tingkat keuntungan paling tidak sebanyak ke maka sebaiknya perusahaan membagikannya pada bentuk dividen, serta membiarkan pemegang saham melakukan investasi sendiri. Oleh karena itu biaya modal berdasarkan penggunaan laba ditahan buat investasi akan sama dengan biaya penggunaan modal saham biasa. Untuk menghitung biaya ekuitas (ke) dipakai dua model pendekatan yaitu: 
a. Pendekatan Model Diskonto Dividen (Dividend Discount Model) 
b. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)

a. Pendekatan Model Diskonto Dividen (Dividend Discount Model)
Model Diskonto Dividen (MDD) mengungkapkan bahwa biaya ekuitas (ke), adalah tingkat diskonto yg menyeimbangkan nilai kini menurut keseluruhan dividen per lembar saham yg diperlukan pada masa akan datang, sehingga biaya kapital merupakan faktor diskonto berdasarkan dividen yg ada. 

Dari rumus di atas terlihat bahwa besarnya ke dipengaruhi oleh dividen yg dibutuhkan akan diterima selama periode (t). Asumsi yg dipakai pada metode ini bahwa pemegang saham akan mempunyai saham tersebut buat jangka waktu yg tak terbatas, serta dividen yg diterima nir mengalami pertumbuhan. Asumsi ini adalah keliru satu kelemahan model ini, lantaran saham bisa diperjualbelikan sewaktu-saat. Sehingga dalam kenyataannya contoh dividen yang mengalami pertumbuhan dirasa lebih realistis. Para investor selalu menginginkan output investasinya yg ditunjukkan oleh dividen yg mengalami pertumbuhan menurut ketika ke saat atau berdasarkan tahun ke tahun. 

b. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Model CAPM (model penetapan harga aktiva modal) adalah model penetapan porto kapital dengan menganalisis interaksi antara taraf return saham i atau Ri yang diharapkan dengan return pasar (market return atau Rm) yg terjadi. Besarnya taraf return saham yang diharapkan sang investor ini adalah biaya modal yg wajib dikeluarkan oleh emiten. Model CAPM ini dipengaruhi sang tiga faktor yaitu: besarnya tingkat bunga bebas risiko (risk free rate, Rf), risiko sistematis yg ditunjukkan oleh koefisien beta (b) dan premium risiko pasar yg ditunjukkan oleh selisih antara return pasar dengan return saham (Rm - Ri). 

Dalam rumus pada atas terlihat bahwa besarnya return saham i yg diperlukan (Ri) dipengaruhi antara lain oleh return pasarnya (Rm). Besarnya imbas return pasar terhadap return saham individual i tergantung dalam besarnya koefisien Beta saham i (bi). Beta merupakan koefisien yang menampakan sensitivitas tingkat laba sekuritas (saham) terhadap perubahan pasar. Apabila Beta = 1,00 ialah suatu saham memiliki standar deviasi atau risiko yang sama dengan risiko rata-homogen pasar.

Portofolio (penganekaragaman) investasi yg terdiri atas saham-saham dengan beta = 1 akan memiliki baku deviasi yg sama menggunakan indeks pasar. Artinya, jika risiko portofolio saham = 1, maka sama dengan risiko pasar yg ada. Sedangkan saham atau sekuritas menggunakan koefisien beta = 0,lima berarti sekuritas itu akan berubah sebesar setengah berdasarkan risiko pasar sebagai akibatnya harga pasar sekuritas akan cenderung beranjak 1/2 kali perubahan pasar. Sekuritas dengan koefisien beta lebih akbar dari 1 (satu) akan memberikan taraf keuntungan yang lebih akbar berdasarkan homogen-homogen pasar apabila kondisi pasar membaik, dan sebaliknya memberikan taraf keuntungan yang lebih rendah berdasarkan rata-rata pasar bila kondisi pasar melemah. Koefisien beta sekuritas yg mengukur perubahan pasar terhadap sebuah sekuritas bisa dicari dengan meregresikan tingkat laba sekuritas dengan taraf laba portofolio pasar. 

4. Biaya Modal Keseluruhan
Biaya kapital secara holistik adalah porto kapital yang memperhitungkan seluruh porto atas kapital yang digunakan sang perusahaan. Telah kita ketahui bersama bahwa perusahaan akan menggunakan kapital dari asal kapital asing dan kapital sendiri. Oleh karena itu, porto modal yang diperhitungkan merupakan porto modal berdasarkan semua jenis modal yang dipakai. Konsep biaya kapital perusahaan secara holistik (overall cost of capital) bermanfaat dalam kaitannya menggunakan evaluasi usulan investasi jangka panjang. Misalnya, bila kita ingin memilih proyek investasi yg wajib diambil, maka kita dapat menentukannya dengan membandingkan besarnya biaya modal yg harus dikeluarkan (cost of capital) menggunakan tingkat laba yg diperoleh di masa tiba. Lantaran biaya kapital berdasarkan masing-masing asal dana berbeda-beda, maka buat menetapkan biaya kapital berdasarkan perusahaan secara keseluruhan perlu dihitung porto kapital rata-homogen tertimbangnya (weighted average cost of capital atau WACC). Sebagai unsur penimbangnya merupakan proporsi dana bagi setiap jenis atau sumber modal yg digunakan pada investasi proyek tadi

PENGERTIAN BIAYA MODAL

Pengertian Biaya Modal
Modal yang digunakan buat membiayai operasi perusahaan terdiri menurut kapital sendiri serta modal pinjaman atau hutang atau modal asing. Modal sendiri adalah kapital yg berasal berdasarkan pihak perusahaan baik berdasarkan pemilik perusahaan (pemegang saham) maupun laba yang nir dibagi (laba ditahan), sedangkan kapital pinjaman adalah modal yang berasal dari pinjaman para kreditur, suplier dan perbankan. Di dalam memenuhi modal yg dibutuhkan tadi perusahaan bisa menerbitkan serta menjual surat berharga berupa obligasi (modal pinjaman) dan saham (modal sendiri). Surat berharga tersebut dijual kepada para investor yang menginginkannya. Jika perusahaan menjual surat berharga kepada investor, maka perusahaan berkewajiban memberikan output (return) yg diperlukan atau dikehendaki sang investor tadi. Hasil yang diharapkan oleh investor tersebut, bagi perusahaan merupakan biaya yang diklaim biaya modal seperti porto bunga, porto penurunan nilai surat berharga dan porto lain yg berkaitan dengan perolehan kapital tadi. Biaya modal pinjaman nir hanya bunga yang harus dibayar, tetapi juga biaya notaris, biaya provisi serta meterai.

Biaya kapital (Cost of Capital) merupakan biaya riil yg wajib dimuntahkan oleh perusahaan buat memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Pengertian biaya modal yaitu semua porto yang secara riil dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mendapatkan sumber dana atau kapital. Biaya yg dikeluarkan bisa bersifat eksplisit seperti biaya bunga, terdapat pula yg bersifat implisit yaitu porto yg nir dikeluarkan pada ketika ini namun dikeluarkan pada masa yg akan datang misalnya selisih harga obligasi yang dikeluarkan dalam waktu jatuh tempo serta diratakan dalam tahun-tahun berlakunya obligasi. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksud-kan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dimuntahkan perusahaan buat memperoleh dana yang diperlukan. Sebagai model, pada umumnya orang menduga bahwa porto modal yg asal berdasarkan hutang yg dipinjam berdasarkan bank hanya berupa taraf bunga yang ditetapkan sang bank dalam kontrak perjanjian hutang. Hal ini benar jika jumlah uang yang diterima sama besarnya menggunakan jumlah nominal hutangnya. Tetapi, pada kenyataannya tak jarang kali dijumpai bahwa penerima kredit harus membayar porto administrasi, biaya premi dan sebagainya. Biaya-porto tadi seringkali tidak dicantumkan pada perjanjian kredit. Misalnya, perusahaan A akan meminjam uang atau kredit rekening koran berjangka 1 tahun sebesar Rp. 10.000.000,- menggunakan bunga 20% setahun, berarti wajib membayar bunga sebesar 20% kali Rp. 10.000.000,- = Rp. Dua.000.000,- selain itu jua wajib membayar biaya provisi Rp. 200.000,- porto administrasi dan meterai Rp. 25.000,- dan biaya Notaris Rp. 50.000,- Dengan demikian seluruh porto yg dikeluarkan adalah Rp. 2.000.000 + Rp. 200.000 + Rp. 25.000 + Rp. 50.000 = Rp. 2.275.000,-. Dana yang sanggup dipakai sebesar Rp. 10.000.000 - Rp. Dua.275.000 = Rp. 7.725.000,- sehingga biaya modalnya yaitu (dua.275.000 : 7.725.000) x 100 % = 29,45%. Biaya kapital dari rekening koran sebesar Rp. 10.000.000,- tersebut nir sebesar 20 % namun 29,45% inilah menjadi biaya kapital yg secara riil dibayar perusahaan. Dengan demikian biaya kapital berdasarkan penggunaan hutang yang secara riil wajib ditanggung atas penerimaan kredit merupakan lebih akbar daripada tingkat bunga berdasarkan kontrak. Fungsi biaya kapital yaitu sebagai cut of rate atau tingkat pembatas suatu keputusan investasi diterima atau ditolak. Suatu investasi diterima bila laba yg diperoleh mampu menutup semua biaya kapital yang dikeluarkan. Keputusan investasi merupakan keputusan berjangka panjang dan biaya modal sebagai tolok ukur diterima atau ditolaknya suatu investasi, oleh karenanya yg perlu dihitung porto modalnya.

Perusahaan yg menggunakan dana dari keuntungan ditahan (laba ditahan dipakai untuk reinvestasi di perusahaan yang bersangkutan) jua ada biayanya walaupun keuntungan ditahan dari menurut hasil usaha perusahaan. Biaya kapital yang berasal dari laba ditahan diklaim cost of retained earning. Biaya tersebut sebesar taraf laba investasi (rate of return) yang disyaratkan diterima sang para investor, karena bila laba ditahan tersebut diinvestasikan pada perusahaan lain maka akan mendatangkan laba. Besarnya laba tersebut sama menggunakan besarnya laba apabila perusahaan menginvestasi sendiri dana laba ditahan tersebut atau sama besarnya dengan rate of return yg dibutuhkan diterima menurut investasi pada saham (expected rate of return on the stock).

Biaya modal bisa dihitung dari porto buat masing-masing sumber dana atau diklaim biaya modal individual. Biaya kapital individual tadi dihitung satu per satu buat tiap jenis modal. Tetapi, jika perusahaan memakai beberapa asal kapital maka porto modal yang dihitung merupakan biaya kapital homogen-homogen tertimbang (weighted average cost of capital disingkat WACC) dari seluruh modal yg digunakan. Sekali lagi bahwa, konsep porto kapital dimaksudkan buat menentukan besarnya biaya nyata (riil) menurut penggunaan dana menurut masing-masing asal dana. Dari porto kapital secara sendiri tersebut digunakan buat menentukan porto kapital rata-ratanya. Konsep biaya modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat laba yg disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya bisa dipandang dari dua pihak yaitu menurut sisi investor serta perusahaan. Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return adalah tingkat laba (rate of return) yang mencerminkan taraf risiko menurut aktiva yg dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yg memakai dana (modal), besarnya required rate of returnmerupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dimuntahkan buat mendapatkan modal tersebut.

Fungsi Biaya Modal
Perhitungan biaya kapital sangat erat kaitannya dengan pajak yg dikenakan pada perusahaan. Biaya kapital yg dikenakan dalam kapital pinjaman akan tidak sinkron menggunakan biaya kapital menurut kapital sendiri. Konsep perhitungan porto kapital bisa berdasarkan dalam perhitungan sebelum pajak (before tax basis) atau perhitungan setelah pajak (after tax basis). Perbedaan konsep ini lantaran pajak merupakan pengurang keuntungan yg diperoleh perusahaan, namun dalam umumnya, analisis porto kapital berdasarkan dalam keadaan sesudah pajak. Jika ada biaya modal yg dihitung sebelum pajak (misalnya porto modal dari obligasi), maka perlu diubahsuaikan dulu menggunakan pajak sebelum dilakukan perhitungan biaya kapital rata-ratanya.

Biaya modal umumnya dipakai menjadi berukuran buat memilih diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi (menjadi discount rate), yaitu dengan membandingkan taraf laba (rate of return) menurut usulan investasi tadi dengan biaya modalnya. Yang dimaksud dengan porto kapital pada sini merupakan biaya kapital yang menyeluruh (overall cost of capital). Misalnya bila kita memakai metode Net present value atau Profitability Index buat memilih diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi, maka porto kapital berfungsi sebagai "discount rate" yang dipakai buat menghitung nilai kini dari proceeds serta pengeluaran investasi. Oleh karena perhitungan rate of return berdasarkan atas dasar sehabis pajak, maka sewajarnya kalau pembandingnya (yaitu biaya modal) diperhitungkan atas dasar sesudah pajak. Dengan demikian perhitungan biaya kapital pada buku ini akan berdasarkan atas dasar biaya modal sesudah pajak.

Biaya Modal Individual
Telah dijelaskan di depan bahwa perhitungan biaya modal atas perusahaan merupakan biaya kapital rata-homogen berdasarkan porto tiap jenis kapital (biaya kapital individual). Masing-masing perhitungan porto kapital dimaksud yang dimulai dengan perhitungan porto kapital secara individual hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan biaya modal sendiri.

1. Biaya Modal Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek (hutang lancar) adalah hutang yang jangka saat pengembaliannya kurang menurut satu tahun. Hutang jangka pendek terdiri dari hutang perniagaan (trade accounts payable), hutang wesel serta kredit jangka pendek dari bank. Biaya modal dari penggunaan hutang (cost of debt) bisa dihitung dengan cara: 

Biaya hutang setelah pajak = porto hutang sebelum pajak (1,0 - tingkat pajak). 

atau 


dimana:
k t = Biaya hutang jangka pendek sehabis pajak
k b = Biaya hutang jangka pendek sebelum pajak yaitu sebanyak tingkat bunga hutang
t = Tingkat pajak

2. Biaya Modal Hutang Jangka Panjang
Biaya hutang yang ditanggung sang perusahaan yg menggunakan dana hutang tidak lain merupakan sebanyak tingkat keuntungan yang disyaratkan sang investor (pemilik dana). Pada dasarnya porto penggunaan hutang jangka panjang (cost of debt) yang umumnya dari menurut obligasi (cost of bond) dapat dihitung menggunakan menggunakan cara misalnya perhitungan tingkat pendapatan investasi dalam obligasi dengan rumus (metode) singkat dan metode present value (lihat jua Bab 3: Penilaian surat berharga). Untuk detail kita ikuti contoh berikut:


b. Perhitungan porto kapital hutang menggunakan metode Present value
Perhitungan biaya modal menurut hutang jangka panjang (obligasi) dengan memakai tabel present value seringkali dianggap metode accurate. Dalam metode ini dicari taraf bunga yg berakibat nilai kini berdasarkan pembayaran bunga tahunan sebesar Rp. 1.000,- ditambah pembayaran akhir sebesar Rp. 25.000,- (outflows) sama dengan nilai sekarang menurut penerimaan (inflows), yaitu sebanyak Rp. 24.250,-. Teknik perhitungannya persis sama dengan perhitungan analisis IRR pada penilaian investasi yang telah dibahas pada muka. 

Untuk memperoleh besarnya porto kapital (kd) yg pada cari, apabila memakai cara coba-coba. Misalnya dipakai taraf bunga 4% dan 7% buat mencari present value bunga dan nilai obligasi (pinjaman utama), kemudian dilakukan interpolasi serta hasilnya.

3. Biaya Modal Saham Preferen
Biaya kapital saham preferen (cost of preferred stock atau kp) merupakan porto riil yg wajib dibayar jika perusahaan memakai dana menggunakan menjual saham preferen. Biaya modal saham preferen diperhitungkan sebanyak tingkat laba yang disyaratkan (required rate of return) sang investor pemegang saham preferen. Artinya tingkat keuntungan yang diperlukan sang investor adalah biaya yg wajib ditanggung emiten. Biaya modal saham preferen berupa dividen yg besarnya tetap. Oleh karena itu, saham preferen mempunyai sifat campuran antara hutang serta saham biasa. Mempunyai sifat hutang, lantaran saham preferen mengandung kewajiban yang tetap buat memberikan pembayaran dividen secara periodik. Memiliki sifat misalnya saham biasa karena saham preferen merupakan bukti kepemilikan perusahaan yang mengeluarkan saham preferen tersebut. Demikian juga ketika perusahan terpaksa dilikuidasi, maka perusahaan pemegang saham preferen mempunyai hak didahulukan sebelum pemegang saham biasa.

Pembayaran dividen saham preferen dilakukan sehabis pendapatan dikurangi pajak, sehingga porto modal saham preferen tidak perlu lagi disesuaikan dengan pajak. Biaya modal penggunaan saham preferen (kp) dihitung menggunakan membagi dividen per lembar saham preferen (Dp) menggunakan harga saham preferen ketika ini (PO).

4. Biaya Modal Saham Biasa serta Laba Ditahan
Biaya kapital saham biasa serta laba ditahan atau seringkali disatukan sebagai biaya kapital sendiri (porto ekuitas) atau kadang-kadang disebut biaya modal saham biasa saja adalah porto yang dikeluarkan sang perusahaan yg memperoleh dana menggunakan menjual saham biasa atau memakai keuntungan ditahan buat investasi. Biaya modal saham biasa atau porto ekuitas (cost of equity atau ke) bisa mengalami peningkatan secara internal dengan menunda keuntungan atau secara ekternal menggunakan menjual atau mengeluarkan saham biasa baru. Perusahaan bisa membagikan keuntungan sesudah pajak yang diperoleh sebagai dividen atau menahannya pada bentuk laba ditahan. Laba yang ditahan tersebut lalu dipakai untuk investasi (reinvestasi) di pada perusahaan. Laba ditahan yg dipakai buat investasi balik tersebut perlu diperhitungkan biaya modalnya.

Secara teoritis perusahaan yang memakai laba buat reinvestasi harus memperoleh laba minimal sebanyak taraf laba bila pemegang saham menginvestasikan dananya ke dalam perusahaan dengan tingkat risiko yg sama. Hal ini karena keuntungan sesudah pajak tadi sebenarnya adalah hak bagi pemegang saham biasa. Tingkat keuntungan yg dibutuhkan sang pemegang saham berdasarkan investasi dengan taraf risiko tertentu merupakan sebesar ke. Pemegang saham dapat memperoleh return sebanyak ke menggunakan membeli saham perusahaan lain yang homogen, sebagai akibatnya jika perusahaan tidak dapat menginvestasikan laba ditahan serta memperoleh taraf laba paling tidak sebanyak ke maka sebaiknya perusahaan membagikannya pada bentuk dividen, serta membiarkan pemegang saham melakukan investasi sendiri. Oleh karena itu biaya modal menurut penggunaan keuntungan ditahan buat investasi akan sama menggunakan porto penggunaan kapital saham biasa. Untuk menghitung porto ekuitas (ke) dipakai 2 model pendekatan yaitu: 
a. Pendekatan Model Diskonto Dividen (Dividend Discount Model) 
b. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)

a. Pendekatan Model Diskonto Dividen (Dividend Discount Model)
Model Diskonto Dividen (MDD) menjelaskan bahwa porto ekuitas (ke), adalah tingkat diskonto yang menyeimbangkan nilai sekarang dari holistik dividen per lbr saham yg dibutuhkan di masa akan datang, sebagai akibatnya porto kapital adalah faktor diskonto menurut dividen yang terdapat. 

Dari rumus pada atas terlihat bahwa besarnya ke dipengaruhi sang dividen yang diperlukan akan diterima selama periode (t). Asumsi yg dipakai pada metode ini bahwa pemegang saham akan memiliki saham tadi buat jangka saat yg tak terbatas, serta dividen yang diterima tidak mengalami pertumbuhan. Asumsi ini adalah keliru satu kelemahan contoh ini, karena saham bisa diperjualbelikan sewaktu-waktu. Sehingga pada kenyataannya contoh dividen yg mengalami pertumbuhan dirasa lebih realistis. Para investor selalu menginginkan hasil investasinya yang ditunjukkan oleh dividen yg mengalami pertumbuhan berdasarkan waktu ke saat atau menurut tahun ke tahun. 

b. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Model CAPM (contoh penetapan harga aktiva kapital) merupakan contoh penetapan porto kapital dengan menganalisis interaksi antara taraf return saham i atau Ri yang dibutuhkan menggunakan return pasar (market return atau Rm) yang terjadi. Besarnya tingkat return saham yang dibutuhkan oleh investor ini merupakan biaya kapital yang wajib dikeluarkan oleh emiten. Model CAPM ini ditentukan oleh tiga faktor yaitu: besarnya tingkat bunga bebas risiko (risk free rate, Rf), risiko sistematis yg ditunjukkan oleh koefisien beta (b) serta premium risiko pasar yg ditunjukkan oleh selisih antara return pasar dengan return saham (Rm - Ri). 

Dalam rumus pada atas terlihat bahwa besarnya return saham i yang diperlukan (Ri) dipengaruhi diantaranya oleh return pasarnya (Rm). Besarnya efek return pasar terhadap return saham individual i tergantung dalam besarnya koefisien Beta saham i (bi). Beta merupakan koefisien yang menampakan sensitivitas tingkat keuntungan sekuritas (saham) terhadap perubahan pasar. Apabila Beta = 1,00 ialah suatu saham memiliki standar deviasi atau risiko yang sama menggunakan risiko rata-rata pasar.

Portofolio (penganekaragaman) investasi yang terdiri atas saham-saham dengan beta = 1 akan memiliki baku deviasi yang sama menggunakan indeks pasar. Artinya, bila risiko portofolio saham = 1, maka sama dengan risiko pasar yang terdapat. Sedangkan saham atau sekuritas dengan koefisien beta = 0,lima berarti sekuritas itu akan berubah sebanyak 1/2 dari risiko pasar sehingga harga pasar sekuritas akan cenderung berkecimpung setengah kali perubahan pasar. Sekuritas dengan koefisien beta lebih akbar berdasarkan 1 (satu) akan memberikan tingkat laba yang lebih akbar menurut homogen-homogen pasar jika kondisi pasar membaik, dan kebalikannya menaruh taraf laba yang lebih rendah menurut rata-rata pasar jika syarat pasar melemah. Koefisien beta sekuritas yg mengukur perubahan pasar terhadap sebuah sekuritas bisa dicari menggunakan meregresikan tingkat laba sekuritas dengan tingkat keuntungan portofolio pasar. 

4. Biaya Modal Keseluruhan
Biaya kapital secara holistik adalah porto kapital yg memperhitungkan seluruh porto atas kapital yg digunakan oleh perusahaan. Telah kita ketahui beserta bahwa perusahaan akan menggunakan kapital berdasarkan asal modal asing serta modal sendiri. Oleh karena itu, porto kapital yg diperhitungkan merupakan porto kapital berdasarkan semua jenis kapital yg digunakan. Konsep porto kapital perusahaan secara holistik (overall cost of capital) bermanfaat pada kaitannya dengan evaluasi usulan investasi jangka panjang. Misalnya, bila kita ingin menentukan proyek investasi yang wajib diambil, maka kita bisa menentukannya menggunakan membandingkan besarnya porto kapital yang wajib dimuntahkan (cost of capital) dengan taraf keuntungan yang diperoleh di masa datang. Lantaran porto modal berdasarkan masing-masing asal dana berbeda-beda, maka buat memutuskan biaya kapital berdasarkan perusahaan secara holistik perlu dihitung porto modal rata-rata tertimbangnya (weighted average cost of capital atau WACC). Sebagai unsur penimbangnya adalah proporsi dana bagi setiap jenis atau sumber modal yang dipakai dalam investasi proyek tersebut

PENGERTIAN DEFINISI ECONOMIC VALUE ADDED

Pengertian, Definisi Economic Value Added
Menurut James C. Van Horne (2007:141) EVA merupakan keuntungan operasional higienis setelah pajak (Net Operating Profit After Tax-NOPAT) dikurangi beban nilai porto modal untuk modal yg dipakai. EVA adalah pendekatan spesifik yg menghitung keuntungan ekonomi yang dikembangkan sang perusahaan konsultan Stern Stewart & Co.

Sedangkan menurut Hanif serta Darsono (2009:88) EVA dapat diperoleh menggunakan mengurangkan beban modal (capital charge) dari laba operasi higienis (net operating profit). Beban kapital diperoleh menurut perkalian antara jumlah aktiva yg dipakai dengan suatu taraf tarif (rate). Selain itu berdasarkan Tunggal (2008:340) EVA merupakan suatu sistem manajemen keuangan buat mengukur keuntungan ekonomi pada suatu perusahaan, yg menyatakan bahwa kesejahteraan dapat tercipta apabila perusahaan bisa memenuhi biaya operasi (operating cost) serta biaya kapital (cost of capital). 

Adapun menurut Brigham & Houston (2006:68) EVA merupakan suatu estimasi dari laba irit yang sebenarnya berdasarkan usaha buat tahun yang bersangkutan serta sangat jauh tidak sinkron menurut laba akuntansi. Dengan istilah lain EVA adalah pengukuran pendapatan residu (residual income) yang mengurangkan biaya -porto kapital terhadap laba operasi. 

Konsep Economic Value Added (EVA)
Menurut Tunggal (2008:343) Economic Value Added merupakan pengukuran kinerja yang didasari nilai pemegang saham yg didapatkan, baik itu bertambah juga berkurang. EVA menyajikan suatuh ukuran yang baik mengenai sampai sejauh mana perusahaan telah menaruh tambah pada nilai pemegang saham. Oleh karena itu, bila manajer serius dalam EVA, hal ini akan dapat membantu memastikan bahwa mereka sudah menjalankan operasi menggunakan cara yang konsisten dengan tujuan buat memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Perhatikan juga bahwa EVA dapat dihitung untuk divisi-divisi sekaligus jua buat perusahaan secara keseluruhan, sehingga dapat menjadi dasar yg berguna buat memilih kompensasi manajerial pada seluruh tingkatan.

Menurut Tunggal (2008:350) perhitungan EVA bisa dilakukan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:

1. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Nopat merupakan laba yang diperoleh menurut operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, namun termasuk biaya keuangan (financial cost) dan “non cash bookkeping entries” seperti biaya penyusutan. NOPAT bisa dihitung dengan rumus:


2. Mengidentifikasi Invested Capital
Invested Capital merupakan jumlah semua pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities), misalnya utang dagang, porto yang masih wajib dibayar, utang pajak, dan uang muka pelanggan. Invested Capital bisa dihitung dengan rumus:
Invested Capital   = Kas + Working Capital Requirement + Aktiva Tetap

Working Capital Requirement  = (Pesediaan + Piutang Dagang + Aktiva  Lancar       Lainnya) – (Utang Dagang + Biaya-biaya yang Masih Harus Dibayar + Uang muka pelanggan)
3. Menetukan Weight Average Cost of Capital (WACC) 
Cost of Capital merupakan taraf pengembalian investasi minimum buat mendapatkan Reqquiredrate of Return (taraf pengembalian yg diharapakan sang investor atau kreditur dan pemegang saham), porto kapital dalam suatu perusahaan tidak hanya bergantung pada porto utang serta pembiayaan ekuitas, tetapi juga seberapa poly menurut masing-masing itu dimiliki pada struktur kapital. Hubungan ini dihubungkan menggunakan Weight Average Cost of Capital menurut perusahaan tersebut. Weight Average Cost of Capital (WACC) dapat dihitung dengan formulasi menjadi berikut:

Keterangan:
WACC = Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang
T = Pajak Atas Pendapatan

Biaya hutang dihitung menggunakan rumus:

Kdt = Kd (1-T)

Kd = Tingkat Bunga Pinjaman

Kdt = Biaya Utang Setelah Pajak (Cost of Debt)

T = Pajak Atas Pendapatan

Biaya Ekuitas Dihitung dengan Rumus:

                    EAT
ROE  =   -------------------------
              Modal Sendiri

Keterangan:
ROE = Return on Equity
EAT = Earning After Tax

4. Menghitung EVA Perusahaan

Setelah menghitung WACC, hasil tersebut dikalikan dengan interest capital buat memperoleh nilai capital charge, selanjutnya EVA dapat dihitung dengan memakai rumus:

Keterangan:
NOPAT = Pendapatan Bersih Operasi Setelah Pajak
Capital Charge = Biaya Modal 
WACC = Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang

Kelebihan dan Kelemahan Konsep EVA
Menurut Hanif serta Darsono (2009:88) evaluasi kinerja dengan metode Analisis EVA mempunyai kebaikan sebagai berikut:
1. Manajer sentra investasi cenderung menerima investasi yg dari ROI nir menguntungkan ROI sebagai akibatnya nir menerima walaupun secara perusahaan keseluruhannya menguntungkan.
2. Memungkinkan penggunaan Cost of Capital yang bhineka dalam jenis aktiva.

Akan tetapi EVA mempunyai kelemahan karena kurang informatif karena nir dinyatakan dalam rasio sehingga sulit digunakan menjadi indera pembanding. Jadi, jika suatu perusahaan pada mana pendapatan dalam suatu periode hanya sanggup menutupi beban operasional dan beban bunga dan membayar dividen pemegang saham, maka periode itu perusahaan gagal membangun nilai tambah. 

Perbedaan Laba Akuntansi (Accounting Profit) dengan Laba Ekonomi (Economic Profit)
Menurut James C. Van Horne (2007:142) perhitungan laba akuntansi secara eksplisit mempertimbangkan beban pendanaan ekuitas. Laba akuntansi adalah disparitas antara revenue yg direalisasi yang muncul berdasarkan transaksi pada periode eksklusif dihadapkan dengan porto-biaya yang dimuntahkan pada periode tersebut. ROI, RI serta financial ratio adalah cara-cara menilai kinerja keuangan menurut laba akuntansi. 

Laba ekonomi merupakan sumber penciptaan nilai perusahaan. Perbedaan yg mencolok antara pengukuran laba akuntansi dengan laba ekonomi yang dikenal menggunakan EVA adalah keuntungan bersih versi akuntansi hanya memperhitungkan biaya kapital dari hutang dan tidak memperhitungkan biaya modal menurut ekuitas. Sedangkan laba ekonomi memperhitungkan biaya kapital berdasarkan hutang dan porto modal berdasarkan ekuitas. Dengan kata lain EVA bisa mengidentifikasi seberapa jauh kemampuan perusahaan buat membentuk nilai bagi pemilik perusahaan.

Tolak Ukur Economic Value Added (EVA)
Menurut Gatot Wijayanto pada Fatimah (2011:14) penilaian EVA bisa dinyatakan sebagai berikut:
a. Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkkan sudah terjadi proses nilai tambah dalam perusahaan.
b. Jika EVA = 0, memberitahuakn posisi impas atau Break Even Point
c. Jika EVA < 0, yg berarti EVA negatif menunjukkan nir terjadi proses nilai tambah.

Dari penerangan diatas bisa digambarkan pada bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel Tolak Ukur EVA
Nilai EVA
Kesimpulan
Laba Perusahaan

EVA>0
Ada nilai ekonomis lebih, setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban dalam para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektainya.
Positif

EVA = 0
Tidak ada nilai irit lebih, tetapi perusahaan bisa membayarkan seluruh kewajibannya dalam para penyandang dana atau kreditur sinkron ekspektasinya.
Positif


EVA<0 o:p="">0>
Perusahaan tidak sanggup membayarkan kewajuban pada para penyandang dana atau kreditur sebagai mana yg diharapkan ekspektasi Return saham tidak dapat dicapai.
Tidak bisa ditemukan, namun apabila pun terdapat keuntungan, tidak sinkron menggunakan yang diperlukan.

Dari uraian diatas dapat ditarik konklusi, bahwa pada dasarnya EVA berfungsi menjadi: Sumber: Skripsi Fatimah 
1. Indikator mengenai adanya penciptaan nilai menurut sebuah investasi
2. Indikator kinerja sebuah perusahaan pada setiap kegiatan operasional ekonomisnya.
3. Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan menggunakan memperhatikan secara adil pera penyandang dana atau pemegang saham.

PENGERTIAN DEFINISI ECONOMIC VALUE ADDED

Pengertian, Definisi Economic Value Added
Menurut James C. Van Horne (2007:141) EVA merupakan keuntungan operasional bersih sesudah pajak (Net Operating Profit After Tax-NOPAT) dikurangi beban nilai porto kapital buat kapital yg digunakan. EVA adalah pendekatan spesifik yang menghitung laba ekonomi yang dikembangkan oleh perusahaan konsultan Stern Stewart & Co.

Sedangkan dari Hanif dan Darsono (2009:88) EVA dapat diperoleh menggunakan mengurangkan beban kapital (capital charge) menurut keuntungan operasi bersih (net operating profit). Beban modal diperoleh berdasarkan perkalian antara jumlah aktiva yg dipakai menggunakan suatu taraf tarif (rate). Selain itu berdasarkan Tunggal (2008:340) EVA merupakan suatu sistem manajemen keuangan buat mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan dapat tercipta apabila perusahaan mampu memenuhi biaya operasi (operating cost) dan biaya kapital (cost of capital). 

Adapun dari Brigham & Houston (2006:68) EVA merupakan suatu estimasi menurut keuntungan ekonomis yang sebenarnya berdasarkan bisnis untuk tahun yg bersangkutan dan sangat jauh tidak selaras berdasarkan laba akuntansi. Dengan istilah lain EVA adalah pengukuran pendapatan residu (residual income) yang mengurangkan biaya -porto kapital terhadap keuntungan operasi. 

Konsep Economic Value Added (EVA)
Menurut Tunggal (2008:343) Economic Value Added merupakan pengukuran kinerja yang didasari nilai pemegang saham yg didapatkan, baik itu bertambah maupun berkurang. EVA menyajikan suatuh ukuran yg baik mengenai sampai sejauh mana perusahaan sudah memberikan tambah dalam nilai pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer berfokus dalam EVA, hal ini akan dapat membantu memastikan bahwa mereka sudah menjalankan operasi dengan cara yg konsisten dengan tujuan buat memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Perhatikan juga bahwa EVA dapat dihitung untuk divisi-divisi sekaligus jua buat perusahaan secara holistik, sehingga bisa menjadi dasar yg berguna untuk menentukan kompensasi manajerial dalam semua strata.

Menurut Tunggal (2008:350) perhitungan EVA bisa dilakukan dengan rumus-rumus menjadi berikut:

1. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Nopat merupakan laba yg diperoleh berdasarkan operasi perusahaan selesainya dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk porto keuangan (financial cost) dan “non cash bookkeping entries” misalnya porto penyusutan. NOPAT dapat dihitung menggunakan rumus:


2. Mengidentifikasi Invested Capital
Invested Capital adalah jumlah semua pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities), seperti utang dagang, porto yang masih harus dibayar, utang pajak, serta uang muka pelanggan. Invested Capital bisa dihitung menggunakan rumus:
Invested Capital   = Kas + Working Capital Requirement + Aktiva Tetap

Working Capital Requirement  = (Pesediaan + Piutang Dagang + Aktiva  Lancar       Lainnya) – (Utang Dagang + Biaya-biaya yang Masih Harus Dibayar + Uang muka pelanggan)
3. Menetukan Weight Average Cost of Capital (WACC) 
Cost of Capital merupakan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan Reqquiredrate of Return (taraf pengembalian yang diharapakan oleh investor atau kreditur dan pemegang saham), biaya modal pada suatu perusahaan nir hanya bergantung pada porto utang serta pembiayaan ekuitas, tetapi jua seberapa banyak berdasarkan masing-masing itu dimiliki pada struktur kapital. Hubungan ini dihubungkan dengan Weight Average Cost of Capital berdasarkan perusahaan tadi. Weight Average Cost of Capital (WACC) dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

Keterangan:
WACC = Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang
T = Pajak Atas Pendapatan

Biaya hutang dihitung menggunakan rumus:

Kdt = Kd (1-T)

Kd = Tingkat Bunga Pinjaman

Kdt = Biaya Utang Setelah Pajak (Cost of Debt)

T = Pajak Atas Pendapatan

Biaya Ekuitas Dihitung dengan Rumus:

                    EAT
ROE  =   -------------------------
              Modal Sendiri

Keterangan:
ROE = Return on Equity
EAT = Earning After Tax

4. Menghitung EVA Perusahaan

Setelah menghitung WACC, output tadi dikalikan dengan interest capital buat memperoleh nilai capital charge, selanjutnya EVA dapat dihitung menggunakan menggunakan rumus:

Keterangan:
NOPAT = Pendapatan Bersih Operasi Setelah Pajak
Capital Charge = Biaya Modal 
WACC = Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang

Kelebihan dan Kelemahan Konsep EVA
Menurut Hanif serta Darsono (2009:88) evaluasi kinerja menggunakan metode Analisis EVA memiliki kebaikan sebagai berikut:
1. Manajer pusat investasi cenderung mendapat investasi yg menurut ROI tidak menguntungkan ROI sehingga tidak menerima walaupun secara perusahaan keseluruhannya menguntungkan.
2. Memungkinkan penggunaan Cost of Capital yang bhineka pada jenis aktiva.

Akan tetapi EVA mempunyai kelemahan karena kurang informatif karena nir dinyatakan dalam rasio sebagai akibatnya sulit dipakai menjadi indera pembanding. Jadi, bila suatu perusahaan di mana pendapatan dalam suatu periode hanya bisa menutupi beban operasional serta beban bunga serta membayar dividen pemegang saham, maka periode itu perusahaan gagal menciptakan nilai tambah. 

Perbedaan Laba Akuntansi (Accounting Profit) menggunakan Laba Ekonomi (Economic Profit)
Menurut James C. Van Horne (2007:142) perhitungan laba akuntansi secara eksplisit mempertimbangkan beban pendanaan ekuitas. Laba akuntansi merupakan perbedaan antara revenue yg direalisasi yang ada dari transaksi dalam periode tertentu dihadapkan menggunakan porto-biaya yg dikeluarkan dalam periode tadi. ROI, RI dan financial ratio adalah cara-cara menilai kinerja keuangan dari keuntungan akuntansi. 

Laba ekonomi adalah asal penciptaan nilai perusahaan. Perbedaan yg mencolok antara pengukuran keuntungan akuntansi dengan laba ekonomi yang dikenal dengan EVA adalah keuntungan bersih versi akuntansi hanya memperhitungkan porto modal berdasarkan hutang dan nir memperhitungkan porto kapital menurut ekuitas. Sedangkan keuntungan ekonomi memperhitungkan porto modal dari hutang dan porto modal menurut ekuitas. Dengan istilah lain EVA sanggup mengidentifikasi seberapa jauh kemampuan perusahaan buat menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan.

Tolak Ukur Economic Value Added (EVA)
Menurut Gatot Wijayanto dalam Fatimah (2011:14) penilaian EVA bisa dinyatakan sebagai berikut:
a. Jika EVA > 0, berarti nilai EVA positif yg menunjukkkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
b. Jika EVA = 0, menampakan posisi impas atau Break Even Point
c. Jika EVA < 0, yg berarti EVA negatif memperlihatkan tidak terjadi proses nilai tambah.

Dari penjelasan diatas dapat digambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel Tolak Ukur EVA
Nilai EVA
Kesimpulan
Laba Perusahaan

EVA>0
Ada nilai irit lebih, selesainya perusahaan membayarkan seluruh kewajiban dalam para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektainya.
Positif

EVA = 0
Tidak terdapat nilai irit lebih, namun perusahaan bisa membayarkan semua kewajibannya dalam para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya.
Positif


EVA<0 o:p="">0>
Perusahaan nir sanggup membayarkan kewajuban pada para penyandang dana atau kreditur sebagai mana yang dibutuhkan ekspektasi Return saham nir dapat dicapai.
Tidak bisa ditemukan, namun jika pun ada laba, tidak sesuai dengan yg dibutuhkan.

Dari uraian diatas bisa ditarik kesimpulan, bahwa dalam dasarnya EVA berfungsi menjadi: Sumber: Skripsi Fatimah 
1. Indikator tentang adanya penciptaan nilai menurut sebuah investasi
2. Indikator kinerja sebuah perusahaan pada setiap kegiatan operasional ekonomisnya.
3. Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan menggunakan memperhatikan secara adil pera penyandang dana atau pemegang saham.

DEFINISI ECONOMIC VALUE ADDED

Definisi Economic Value Added
Menurut James C. Van Horne (2007:141) EVA adalah laba operasional bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax-NOPAT) dikurangi beban nilai porto modal buat modal yang dipakai. EVA merupakan pendekatan spesifik yang menghitung keuntungan ekonomi yg dikembangkan sang perusahaan konsultan Stern Stewart & Co.

Sedangkan menurut Hanif dan Darsono (2009:88) EVA dapat diperoleh menggunakan mengurangkan beban kapital (capital charge) dari laba operasi higienis (net operating profit). Beban kapital diperoleh menurut perkalian antara jumlah aktiva yg digunakan dengan suatu taraf tarif (rate). Selain itu menurut Tunggal (2008:340) EVA merupakan suatu sistem manajemen keuangan buat mengukur keuntungan ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan bisa tercipta bila perusahaan sanggup memenuhi porto operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). 

Adapun menurut Brigham & Houston (2006:68) EVA adalah suatu perkiraan dari keuntungan irit yang sebenarnya dari usaha buat tahun yg bersangkutan dan sangat jauh berbeda menurut laba akuntansi. Dengan kata lain EVA adalah pengukuran pendapatan sisa (residual income) yg mengurangkan porto-biaya kapital terhadap keuntungan operasi. 

Konsep Economic Value Added (EVA)
Menurut Tunggal (2008:343) Economic Value Added adalah pengukuran kinerja yang didasari nilai pemegang saham yang didapatkan, baik itu bertambah juga berkurang. EVA menyajikan suatuh berukuran yang baik tentang sampai sejauh mana perusahaan sudah menaruh tambah pada nilai pemegang saham. Oleh karenanya, bila manajer serius dalam EVA, hal ini akan dapat membantu memastikan bahwa mereka sudah menjalankan operasi dengan cara yang konsisten menggunakan tujuan buat memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Perhatikan pula bahwa EVA bisa dihitung buat divisi-divisi sekaligus jua buat perusahaan secara keseluruhan, sebagai akibatnya bisa sebagai dasar yg berguna untuk menentukan kompensasi manajerial dalam semua tingkatan.

Menurut Tunggal (2008:350) perhitungan EVA bisa dilakukan menggunakan rumus-rumus menjadi berikut:

1. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Nopat merupakan laba yang diperoleh menurut operasi perusahaan selesainya dikurangi pajak penghasilan, namun termasuk biaya keuangan (financial cost) dan “non cash bookkeping entries” misalnya porto penyusutan. NOPAT bisa dihitung menggunakan rumus:


2. Mengidentifikasi Invested Capital
Invested Capital merupakan jumlah seluruh pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities), misalnya utang dagang, porto yg masih wajib dibayar, utang pajak, serta uang muka pelanggan. 

3. Menetukan Weight Average Cost of Capital (WACC)
Cost of Capital adalah taraf pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan Reqquiredrate of Return (taraf pengembalian yg diharapakan oleh investor atau kreditur dan pemegang saham), biaya modal pada suatu perusahaan tidak hanya bergantung dalam porto utang dan pembiayaan ekuitas, tetapi pula seberapa poly berdasarkan masing-masing itu dimiliki pada struktur kapital. Hubungan ini dihubungkan menggunakan Weight Average Cost of Capital dari perusahaan tadi. 

Kelebihan dan Kelemahan Konsep EVA
Menurut Hanif dan Darsono (2009:88) penilaian kinerja dengan metode Analisis EVA memiliki kebaikan sebagai berikut:
1. Manajer pusat investasi cenderung mendapat investasi yg dari ROI tidak menguntungkan ROI sehingga nir mendapat walaupun secara perusahaan keseluruhannya menguntungkan.

2. Memungkinkan penggunaan Cost of Capital yg berbeda-beda dalam jenis aktiva.
Akan namun EVA mempunyai kelemahan lantaran kurang informatif karena nir dinyatakan pada rasio sebagai akibatnya sulit dipakai sebagai indera pembanding. Jadi, apabila suatu perusahaan di mana pendapatan pada suatu periode hanya mampu menutupi beban operasional serta beban bunga serta membayar dividen pemegang saham, maka periode itu perusahaan gagal menciptakan nilai tambah. 

Perbedaan Laba Akuntansi (Accounting Profit) menggunakan Laba Ekonomi (Economic Profit)
Menurut James C. Van Horne (2007:142) perhitungan laba akuntansi secara eksplisit mempertimbangkan beban pendanaan ekuitas. Laba akuntansi adalah disparitas antara revenue yg direalisasi yang muncul dari transaksi pada periode eksklusif dihadapkan dengan porto-porto yg dimuntahkan dalam periode tadi. ROI, RI dan financial ratio merupakan cara-cara menilai kinerja keuangan menurut laba akuntansi. 

Laba ekonomi adalah sumber penciptaan nilai perusahaan. Perbedaan yang mencolok antara pengukuran laba akuntansi menggunakan laba ekonomi yg dikenal dengan EVA adalah keuntungan higienis versi akuntansi hanya memperhitungkan biaya modal berdasarkan hutang dan tidak memperhitungkan biaya modal dari ekuitas. Sedangkan keuntungan ekonomi memperhitungkan porto kapital menurut hutang serta biaya kapital berdasarkan ekuitas. Dengan istilah lain EVA mampu mengidentifikasi seberapa jauh kemampuan perusahaan buat menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan.

Tolak Ukur Economic Value Added (EVA)
Menurut Gatot Wijayanto dalam Fatimah (2011:14) penilaian EVA dapat dinyatakan menjadi berikut:
a. Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkkan sudah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
b. Jika EVA = 0, menunjukkan posisi impas atau Break Even Point
c. Apabila EVA < 0, yg berarti EVA negatif memberitahuakn tidak terjadi proses nilai tambah.

DEFINISI ECONOMIC VALUE ADDED

Definisi Economic Value Added
Menurut James C. Van Horne (2007:141) EVA merupakan keuntungan operasional bersih sehabis pajak (Net Operating Profit After Tax-NOPAT) dikurangi beban nilai porto kapital buat modal yg dipakai. EVA adalah pendekatan khusus yg menghitung laba ekonomi yang dikembangkan oleh perusahaan konsultan Stern Stewart & Co.

Sedangkan menurut Hanif dan Darsono (2009:88) EVA bisa diperoleh dengan mengurangkan beban modal (capital charge) berdasarkan laba operasi higienis (net operating profit). Beban kapital diperoleh berdasarkan perkalian antara jumlah aktiva yang digunakan menggunakan suatu taraf tarif (rate). Selain itu dari Tunggal (2008:340) EVA merupakan suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur keuntungan ekonomi dalam suatu perusahaan, yg menyatakan bahwa kesejahteraan dapat tercipta bila perusahaan mampu memenuhi biaya operasi (operating cost) serta biaya modal (cost of capital). 

Adapun dari Brigham & Houston (2006:68) EVA merupakan suatu estimasi menurut laba irit yg sebenarnya dari bisnis buat tahun yang bersangkutan serta sangat jauh tidak selaras berdasarkan keuntungan akuntansi. Dengan kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya -biaya kapital terhadap laba operasi. 

Konsep Economic Value Added (EVA)
Menurut Tunggal (2008:343) Economic Value Added merupakan pengukuran kinerja yg didasari nilai pemegang saham yang didapatkan, baik itu bertambah maupun berkurang. EVA menyajikan suatuh berukuran yg baik mengenai hingga sejauh mana perusahaan sudah menaruh tambah dalam nilai pemegang saham. Oleh karenanya, jika manajer berfokus pada EVA, hal ini akan bisa membantu memastikan bahwa mereka telah menjalankan operasi menggunakan cara yg konsisten menggunakan tujuan buat memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Perhatikan juga bahwa EVA dapat dihitung buat divisi-divisi sekaligus juga buat perusahaan secara keseluruhan, sehingga dapat menjadi dasar yg berguna buat memilih kompensasi manajerial pada semua tingkatan.

Menurut Tunggal (2008:350) perhitungan EVA bisa dilakukan dengan rumus-rumus sebagai berikut:

1. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Nopat adalah keuntungan yang diperoleh berdasarkan operasi perusahaan selesainya dikurangi pajak penghasilan, namun termasuk biaya keuangan (financial cost) serta “non cash bookkeping entries” seperti porto penyusutan. NOPAT dapat dihitung menggunakan rumus:


2. Mengidentifikasi Invested Capital
Invested Capital adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities), seperti utang dagang, porto yg masih harus dibayar, utang pajak, dan uang muka pelanggan. 

3. Menetukan Weight Average Cost of Capital (WACC)
Cost of Capital merupakan taraf pengembalian investasi minimum buat menerima Reqquiredrate of Return (tingkat pengembalian yg diharapakan oleh investor atau kreditur dan pemegang saham), biaya modal dalam suatu perusahaan tidak hanya bergantung pada biaya utang dan pembiayaan ekuitas, tetapi juga seberapa poly dari masing-masing itu dimiliki pada struktur modal. Hubungan ini dihubungkan dengan Weight Average Cost of Capital menurut perusahaan tersebut. 

Kelebihan dan Kelemahan Konsep EVA
Menurut Hanif serta Darsono (2009:88) evaluasi kinerja menggunakan metode Analisis EVA mempunyai kebaikan menjadi berikut:
1. Manajer pusat investasi cenderung mendapat investasi yang menurut ROI nir menguntungkan ROI sebagai akibatnya nir menerima walaupun secara perusahaan keseluruhannya menguntungkan.

2. Memungkinkan penggunaan Cost of Capital yang berbeda-beda dalam jenis aktiva.
Akan tetapi EVA mempunyai kelemahan karena kurang informatif lantaran nir dinyatakan dalam rasio sebagai akibatnya sulit dipakai sebagai alat pembanding. Jadi, apabila suatu perusahaan di mana pendapatan dalam suatu periode hanya sanggup menutupi beban operasional serta beban bunga serta membayar dividen pemegang saham, maka periode itu perusahaan gagal menciptakan nilai tambah. 

Perbedaan Laba Akuntansi (Accounting Profit) dengan Laba Ekonomi (Economic Profit)
Menurut James C. Van Horne (2007:142) perhitungan keuntungan akuntansi secara eksplisit mempertimbangkan beban pendanaan ekuitas. Laba akuntansi adalah disparitas antara revenue yang direalisasi yg timbul berdasarkan transaksi dalam periode tertentu dihadapkan dengan biaya -biaya yang dikeluarkan pada periode tadi. ROI, RI dan financial ratio merupakan cara-cara menilai kinerja keuangan berdasarkan laba akuntansi. 

Laba ekonomi adalah asal penciptaan nilai perusahaan. Perbedaan yg mencolok antara pengukuran laba akuntansi menggunakan keuntungan ekonomi yang dikenal dengan EVA adalah keuntungan higienis versi akuntansi hanya memperhitungkan porto kapital dari hutang serta tidak memperhitungkan porto kapital berdasarkan ekuitas. Sedangkan laba ekonomi memperhitungkan porto kapital berdasarkan hutang dan porto modal menurut ekuitas. Dengan kata lain EVA mampu mengidentifikasi seberapa jauh kemampuan perusahaan buat menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan.

Tolak Ukur Economic Value Added (EVA)
Menurut Gatot Wijayanto dalam Fatimah (2011:14) penilaian EVA dapat dinyatakan menjadi berikut:
a. Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkkan sudah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
b. Jika EVA = 0, memberitahuakn posisi impas atau Break Even Point
c. Apabila EVA < 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah.

PENGERTIAN DEFINISI ASET TETAP MENURUT PARA AHLI

Pengertian, Definisi Aset Tetap Menurut Para Ahli 
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya tentu harus mempunyai aset tetap. Keberadaan aset tetap diperlukan dapat menaruh sumbangan pendapatan bagi perusahaan di masa kini serta masa mendatang, misalnya bangunan, mesin atau kendaraaan yang umumnya mempunyai masa manfaat lebih berdasarkan satu tahun atau satu periode akuntansi.

Pengertian aset permanen berdasarkan IAI, PSAK (2007 : 16.dua) adalah :
Aset berwujud yg dimiliki buat digunakan pada produksi atau penyediaan barang atau jasa, buat direntalkan pada pihak lain, atau buat tujuan administratif; dan diperlukan buat digunakan selama lebih berdasarkan satu periode.

Jerry J. Weygandt, Donald E. Kieso, and Paul D. Kimmel (2004) menyatakan: “Plant assets are tangible resources, that are used in the operations ot the business and not intended for sale to customer.” (p. 408)

Dari beberapa pengertian pada atas, maka dapat ditarik konklusi bahwa aset permanen adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, bernilai material, dipakai dalam operasi normal perusahaan serta nir dimaksudkan buat dijual.

Sedangkan pengertian aset tetap berupa tanah berdasarkan IAI, PSAK (2007 : 47.2) merupakan :

Tanah adalah aset berwujud yg diperoleh siap gunakan atau diperoleh kemudian disempurnakan sampai siap pakai dalam operasi entitas menggunakan manfaat irit lebih menurut setahun, dan nir dimaksud buat diperjualbelikan dalam aktivitas operasi normal entitas.

Karakteristik Aset Tetap
Menurut Hendriksen yg diterjemahkan sang Widjadjanto (2002 : 339), karakteristik menurut aset permanen merupakan :
a. Aset tetap merupakan barang fisik yang dimiliki buat memperlancar atau mempermudah produksi barang-barang lain pada kegiatan normal perusahaan.
b. Semua aset tetap mempunyai umur terbatas dan dalam akhir umurnya harus dibuang atau diganti. Umur ini bisa merupakan estimasi jumlah tahun yg berdasarkan pada pemakaian dan keausan yg disebabkan sang unsur-unsurnya atau bisa bersifat variabel tergantung pada jumlah penggunaan dan pemeliharaannya.
c. Nilai aset permanen berasal dari kemampuannya buat mengesampingkan pihak lain pada menerima hak-hak yang absah atas penggunaannya serta bukan berdasarkan pemaksaan suatu kontrak.
d. Aset permanen seluruhnya bersifat non moneter, keuntungannya diterima menurut penjualan jasa-jasa serta bukan dari pengubahannya sebagai sejumlah uang tertentu.
e. Pada umumnya jasa yg diterima dari aset tetap ini meliputi suatu periode yang lebih panjang dari satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan.

Terdapat tiga karakteristik aset tetap yang dikemukakan oleh Kieso, Weygandt serta Warfield :
a. They acquired for use in operation and not for sale.
Only assets used in normal business operation should be classified as property, plant, and equipment. An idle building is more appropriately classified separately as an investment ;land held by land developers or subdividers is classified as inventory.

b. They are long term in nature and usually subject to depreciation.
Property, land and equipment yield services over a number of years the investment in these assets is assigned to future periods through periodic depreciation charges. The exception is land, which is not depreciated unless a material decrease in value occurs, such as a loss in fertility of agriculture land because of poor crop rotation, drought, or soil erosion.

c. They posses physical substance.
Property, plant and equipment are characterized by physical existence of substance and thus are differentiated from intangible assets, such as patents or goodwill. Unlike raw material, however property, plant and equipment do not physically because part of product held for resale. (Kieso, Weygandt and Warfield, 2004 : 470).

Karakteristik aset tetap berdasarkan IAI, PSAK (2007 : 16.2) :
1. Besar kemungkinan manfaat hemat pada masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas;
2. Biaya perolehan aset bisa diukur secara andal.

Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap yang dimiliki sang suatu perusahaan bisa diklasifikasikan dari umurnya, substansinya, cara penyusutan/ depresiasinya dan jenis fisiknya. Secara akuntansi, aset permanen wajib diklasifikasikan dari dalam ciri fisik mereka. Aset eksklusif menggunakan karakteristik yg sama bisa digabungkan ke pada satu akun saja (single account).

Menurut Harahap (2002 : 22) aset permanen dapat dikelompokkan dalam berbagai cara, antara lain :


Berdasarkan umurnya aset tetap bisa dibedakan sebagai dua, yaitu: 
1.

Berdasarkan umurnya aset tetap bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:

a.
Limited Life Plant Equipment adalah seluruh Plant Equipment yang


memilikiumurterbatasmisalnyabangunan,mesin,peralatandanlain-


lain.karenaPlantEquipmentinimemilikiumurterbatasmakapadatiap


akhir     periode     atau     pada    penutupan     kitab      haruslah     dihitung


penyusutannya, sehingga tak jarang disebutDepreciated Plant Equipment.

b.
UnlimitedLifePlantEquipmentadalahPlantEquipmentyangmemiliki


umurtidakterbatas,misalnyatanah.sebagaimanadiketahuibahwatanah


dapatdipakaidalamjangkawaktuyangtidakterbatassehinggatidak


perludisusutkan,karenaituseringdisebutdenganNonDepreciatedPlant
assets.
2.

Berdasarkan tinjauan substansi bisa dibedakan menjadi:

a.
TangibleAssetsatauasetberwujudberupatanah,mesin,gedungdan


peralatan.

b.
IntangibleAssetsatauasetyangtidakberwujudberupagoodwill,hak


patent, hak cipta, copyright, hak guna bisnis dan lain-lain.
3.

Aset tetap berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi:

a.
Tanahmerupakanhartayangdimilikidandipergunakanselamakegiatan


masihberlangsung,dapatdikatakanmasapemakaiantidakterbatasdan


biasanyadijadikansebagaitempatpendirianbangunan,mempunyainilai

hargapokokyangdibayarkankepadasipenjualditambahdenganbiaya-
biaya yang bersangkutan terhadap jual beli tanah.

b.
Gedung  merupakan  bangunan  yang  dipakai  buat  aktivitas  usaha


perusahaan. Adapun beban porto yang ditanggung perusahaan dalam


rangkamemperolehgedungdandipakaidalamoperasiperusahaanadalah


total nilai beli ditambah biaya -biayalain yang timbul dalamperolehan.

c.
Mesin adalah semua alat-alat yang dipakai buat menjalankan


operasi    perusahaan,    termasuk    didalamnya    bagian-bagian    ataupun


peralatan yg menjadi bagian berdasarkan mesin yg bersangkutan.

d.
Kendaraanmerupakansemuajeniskendaraanyangdimilikiperusahaan


sebagaialatangkutanyangdapatmenunjangoperasionaldarikegiatan


perusahaan.

e.
Perlengkapankantormerupakanperlengkapankantoryangdipergunakan


untuk mempercepat serta mempermudah seluruh kegiatan pencatatan


ataupunmempermudahkomunikasiantarasatukegiatandenganbagian


laiannya, maupun antara perusahaan menggunakan pihak lain, contohnya


komputer, telepon.

f.
Peralatankantoryaitusemuaperalatanyangadadikantordandigunakan
untuk melaksanakan semua kegiatanyang dilaksanakan di tempat kerja.
4.

Berdasarkan tinjauan disusutkan atau nir, dibagi menjadi:

a.
Depreciated    Plant    Assets,    misalnya    gedung,   peralatan,    mesin,    dan


sebagainya.

b.
Undepreciated Plant Assets, seperti tanah.

Sedangkan pada PSAK (IAI, 2009: 16.7 ) sendiri, pembagian terstruktur mengenai aset tetap merupakan sebagai berikut:
Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokan aset yg memiliki sifat serta kegunaan yang serupa dalam operasi normal entitas. Berikut adalah contoh berdasarkan gerombolan aset yg terpisah :
a. Tanah;
b. Tanah serta bangunan;
c. Mesin;
d. Kapal;
e. Pesawat udara;
f. Kendaraan bermotor;
g. Perabotan;
h. Peralatan kantor.

Untuk penjabaran aset permanen berupa tanah, berdasarkan PSAK (IAI, 2007:47.dua) :
1. Tanah dalam negeri yaitu tanah yang berada di wilayah geograsfis Indonesia, terbagi sebagai 3 daerah yaitu: wilayah daerah berikat, daerah yuridiksi negara perwakilan, dan daerah pabean.
2. Tanah luar negeri adalah tanah yang berada di luar wilayah Indonesia, berada dalam wilayah hukum pertanahan lain pada luar aturan pertanahan Indonesia

Perolehan Aset Tetap
Aset tetap bisa diperoleh dengan berbagai cara dimana masing-masing cara perolehan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Harga perolehan yg ditetapkan perusahaan dapat mensugesti keakuratan dan kewajaran laporan keuangan pada umumnya dan neraca dan laporan keuntungan rugi pada khususnya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia pengertian porto perolehan aset tetap merupakan :
Biaya perolehan merupakan jumlah kas atau setara kas yg dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yg diserahkan buat memperoleh suatu aset pada ketika perolehan atau konstruksi atau, apabila dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset dalam ketika pertama diakui sinkron menggunakan persyaratan tertentu dalam PSAK lain. (IAI, 2007 : 16.dua)

Komponen biaya perolehan aset permanen terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN masukan tidak boleh restitusi (non refundable) serta setiap porto yang bisa diatribusikan secara eksklusif dalam membawa aset tersebut dapat bekerja buat penggunaan yang dimaksudkan.

Menurut Skousen, Stice and Stice pengertian biaya perolehan adalah :

The cost of property includes not only the original purchase price or equivalent value but also any other expenditures required in obtaining and preparing the asset for its intended use any taxes, freight, installation, and other expenditures related to the acquisition should be included in the asset’s cost (Skousen, Stice and Stice, 2000 : 680 )

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia mengenai porto perolehan aset tetap berupa tanah merupakan :
Biaya perolehan Aset Tetap Tanah adalah akumulasi seluruh biaya perolehan dan pengembangan tanah, berupa biaya pematangan tanah, pada luar Beban Tangguhan dampak porto sah pengurusan hak.

Pengeluaran buat memperoleh tanah diakui secara terpisah dari pengeluaran sah hak atas tanah. (IAI, 2007 : 47.3)

Ada beberapa cara perolehan aset tetap berdasarkan Baridwan (2004 : 278) :
a. Pembelian Tunai
Aset tetap berwujud yg diperoleh dari pembelian tunai dicatat sebanyak jumlah uang yg dikeluarkan. Untuk memperoleh aset tersebut yang termasuk di dalamnya adalah harga faktur serta semua porto yang dikeluarkan sampai aset tersebut siap untuk dipakai seperti biaya angkut, asuransi asuransi dalam bepergian, biaya kembali nama, biaya pemasangan serta porto percobaan. Semua biaya -biaya tersebut dikapatilasasi menjadi harga perolehan aset tetap. Apabila pada pembelian aset tetap ada rabat tunai, maka rabat tunai tadi adalah pengurangan terhadap harga faktur, tanpa melihat apakah potongan tadi didapat atau tidak.

b. Pembelian secara gabungan
Apabila pada suatu pembelian diperoleh lebih menurut satu macam aset tetap maka harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aset permanen. Misalnya pada pembelian gedung beserta tanahnya maka harga perolehan dialokasikan untuk gedung dan tanah.

Dasar alokasi yg digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga pasar nisbi masing-masing aset, yaitu dalam hal pembelian tanah serta gedung, dicari harga pasar tanah serta harga pasar gedung. Masing-masing harga pasar ini dibandingkan dan sebagai dasar alokasi harga perolehan. Jika harga pasar masing-masing aset tidak diketahui, alokasi harga perolehan dapat dilakukan memakai dasar surat bukti pembayaran pajak (contohnya pajak bumi dan bangunan). Jika tidak terdapat dasar yang dapat digunakan untuk alokasi harga perolehan maka alokasinya berdasarkan pada putusan pimpinan perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia tentang perolehan aset permanen dengan pembelian secara adonan :
Harga perolehan berdasarkan masing-masing aset tetap yang diperoleh secara adonan dipengaruhi menggunakan mengalokasikan harga adonan tersebut dari perbandingan nilai masuk akal masing-masing aset yang bersangkutan. (IAI, 2004:16.19)

c. Perolehan melalui pertukaran
1. Ditukar menggunakan surat-surat berharga
Aset tetap yg diperoleh menggunakan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi yang dipakai sebagai penukar. Jika harga pasar saham atau obligasi itu nir diketahui, harga perolehan aset tetap ditentukan sebesar harga pasar aset tersebut. Kadang-kadang harga pasar surat berharga serta aset tetap yang ditukar ke 2- duanya nir diketahui. Dalam keadaan seperti ini, nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan yang digunakan sebagai dasar pencatatan harga perolehan aset permanen dan nilai-nilai surat berharga yg dimuntahkan.

Pertukaran aset tetap dengan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya. Selisih nilai pertukaran dengan nilai nominal dicatat pada rekening agio atau disagio.

Apabila dalam pertukaran ini perusahaan mengeluarkan uang muka harga perolehan mesin adalah jumlah uang yg dibayarkan ditambah menggunakan harga pasar surat berharga yang dijadikan penukar. Yang dimaksudkan dengan harga pasar surat berharga merupakan harga yang terjadi pada bursa surat-surat berharga atau dalam transaksi dengan pihak lain yang bebas.

2. Ditukar menggunakan aset permanen yang lain
Banyak pembelian aset tetap dilakukan menggunakan tukar tumbah, dimana aset lama digunakan buat membayar harga aset baru, baik seluruhnya atau sebagian serta kekurangannya dibayar tunai. Ada perkara yg ada bila harga pasar aset usang juga baru tidak bisa ditentukan. Dalam hal ini nilai kitab aset usang akan digunakan menjadi dasar pencatatan pertukaran tersebut.

Selain perkara pada atas, perkara lainnya adalah pengakuan rugi atau keuntungan yang timbul karena adanya pertukaran aset tetap tersebut. Masalah rugi atau keuntungan pertukaran dipisahkan menjadi 2 yaitu :

a) Pertukaran aset permanen yg nir sejenis
Yang dimaksud pertukaran aset permanen yg heterogen adalah pertukaran aset tetap yg sifat dan kegunaannya tidak sama misalnya misalnya pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan gedung dan lain-lain. Perbedaan antara nilai wajar aset permanen yang diserahkan dengan nilai lumrah yang dipakai sebagai dasar pencatatan aset yang diperoleh pada lepas transaksi terjadi harus diakui menjadi laba atau rugi pertukaran aset tetap. Penentuan harga perolehan pada pertukaran misalnya ini wajib berdasarkan dalam nilai lumrah aset permanen yg diserahkan ditambah uang yg dibayarkan. Bila nilai wajar aset yang diserahkan tidak dapat diketahui, maka harga perolehan aset baru didasarkan dalam nilai lumrah aset baru.

b) Pertukaran aset tetap sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran aset tetap yg sejenis adalah pertukaran aset tetap yg sifat dan kegunaannya sama misalnya pertukaran mesin produksi merek A menggunakan merek B, truk merek A dengan merek B, dan seterusnya. Laba atau rugi yang muncul dampak disparitas nilai wajar aset tetap yang diperoleh menggunakan yg diserahkan tidak boleh diakui, sehingga selisihnya akan digunakan buat mengkoreksi nilai wajar aset yg diperoleh.

Apabila pada transaksi pertukaran ini perusahaan harus membayar uang dalam jumlah eksklusif, maka harga perolehan aset yang diterima sama menggunakan nilai kitab aset yang dilepaskan ditambah uang yg dibayarkan. Sebaliknya bila perusahaan mendapat uang pada transaksi pertukaran itu, maka harga perolehan aset yang diterima merupakan sebesar nilai buku aset yang dilepaskan dikurangi uang yg diterima.

Menurut PSAK tentang perolehan aset tetap menggunakan pertukaran :
Suatu aset permanen dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian buat suatu aset permanen yg nir serupa atau aset lain. Biaya berdasarkan pos semacam itu diukur pada nilai masuk akal aset yang dilepaskan atau yang diperoleh, yg mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai masuk akal aset yang dilepaskan sesudah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yg ditransfer. (IAI, 2004: 16.5)

d. Pembelian angsuran
Apabila aset permanen diperoleh menurut pembelian angsuran, maka pada harga perolehan aset permanen nir boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran harus dikeluarkan dari harga perolehan serta dibebankan menjadi porto bunga. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia mengenai perolehan aset tetap menggunakan dibuat sendiri (PSAK 2007: 30.5) :

Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan menjadi aset dan kewajiban pada neraca sebesar nilai masuk akal aset sewaan atau sebesar nilai kini menurut pembayaran sewa minimum, apabila nilai kin ilebih rendah berdasarkan nilai lumrah. Penilaian ditentukan dalam awal kontrak. Tingkat diskonto yg dipakai dalam perhitungan nilai sekarang berdasarkan pembayaran sewa minimum adalah tingkat suku bunga implicit dalam sewa, bila bisa ditentukan secara mudah; bila nir, dipakai taraf suku bunga pinjaman incremental lessee. Biaya eksklusif awal yang dikeluarkan lessee dibubuhi ke dalam jumlah yg diakui menjadi asset.

e. Diperoleh menurut bantuan gratis atau donasi
Pencatatan aset permanen yang diperoleh berdasarkan bantuan gratis atau bantuan mampu menyimpang dari prinsip harga perolehan. Pada waktu mendapat hadiah, mungkin harus mengeluarkan biaya -biaya , namun porto-porto tadi jauh lebih mini menurut nilai aset yg diterima. Apabila aset permanen dicatat sebesar biaya yg telah dimuntahkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aset, modal serta beban penyusutan menjadi terlalu mini . Untuk mengatasi hal ini maka aset yg diterima sebagai hibah dicatat sebanyak harga pasarnya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia tentang perolehan aset tetap dengan donasi : Aset tetap yg diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa:
a. Entitas akan memenuhi syarat atau prasyarat bantuan gratis tersebut;
b. Hibah akan diperoleh

f. Aset yg dibuat sendiri
Perusahaan mungkin membuat sendiri aset tetap yg diharapkan misalnya gedung, alat-indera serta perabot. Pembuatan aset ini umumnya dengan tujuan buat memakai kapasitas atau pegawai yang masih idle. Ada 2 cara yang dapat dipakai untuk membebankan porto factory overhead yaitu:

1. Kenaikan biaya Factory overhead yang dibebankan aset yang dibuat.
Dengan cara ini harga utama aset yg dibuat merupakan semua biaya -biaya pribadi buat menciptakan aset itu ditambah menggunakan kenaikan porto factory overhead.

2. Biaya factory overhead dialokasikan menggunakan tarif kepada pembuatan aset dan produksi. Dalam cara ini, harga pokok aset merupakan jumlah seluruh porto eksklusif ditambah dengan tarif yg menjadi beban aset yg dibuat itu.

Apabila harga pokok aset yg dibentuk lebih rendah daripada harga beli di luar, selisihnya merupakan penghematan biaya serta tidak boleh diakui menjadi laba. Tetapi apabila harga pokok aset yang dibentuk itu lebih tinggi menurut harga beli pada luar (menggunakan kualitas yg sama), maka selisih yg terdapat diperlakukan menjadi kerugian, sehingga aset akan dicatat dengan jumlah sebesar harganya yg normal.

Apabila pembuatan aset itu menggunakan dana yang dari berdasarkan pinjaman, maka bunga pinjaman selama masa pembuatan aset dikapitalisasi pada harga perolehan aset. Sesudah aset itu selesai dibuat, porto bunga pinjaman dibebankan sebagai porto pada periode terjadinya. Biaya-biaya lain yang timbul pada masa pembuatan aset dibebankan sebagai harga perolehan aset tetap.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia tentang perolehan aset tetap menggunakan dibentuk sendiri :
Biaya perolehan suatu aset yg dibangun sendiri dipengaruhi menggunakan memakai prinsip yg sama sebagaimana perolehan aset menggunakan pembelian atau cara lain . Apabila perusahaan membuat aset serupa buat dijual pada bisnis normal, porto perolehan aset umumnya sama menggunakan biaya pembangunan aset buat dijual. Oleh karenanya, dalam memutuskan biaya perolehan, maka setiap keuntungan internal dieliminasi. Demikian juga pemborosan yang terjadi pada pemakaian bahan standar, energi kerja, atau sumber daya lain pada konstruksi aset yang dibangun sendiri tidak termasuk biaya perolehan aset (IAI, 2007 : 16.5).

Penyusutan Aset Tetap
Secara terjadwal, semua aset permanen kecuali tanah akan mengalami penyusutan atau penurunan kemampuan pada menyediakan manfaat. Dengan adanya penyusutan, maka nilai menurut aset permanen tercatat nir lagi dapat mewakili nilai berdasarkan manfaat yg dimiliki aset tetap tersebut. Agar nilai aset tetap tercatat dapat memiliki nilai berdasarkan manfaat yang dimilikinya, maka perlu dilakukan pengalokasian manfaat atas aset permanen ke dalam akumulasi biaya secara sistematis berdasarkan estimasi masa manfaat aset tetap. Pengalokasian manfaat atas aset permanen wajib dilakukan secara sistematis.

Pengertian penyusutan dari Ikatan Akuntan Indonesia yaitu: “alokasi sistematis jumlah yang bisa disusutkan berdasarkan suatu aset selama umur keuntungannya.” (IAI, 2007 : 16.1)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia pengertian masa manfaat merupakan :
“ suatu periode di mana aset dibutuhkan akan digunakan buat entitas atau jumlah produksi atau unit serupa yang dibutuhkan akan diperoleh dari aset tadi sang entitas.” (IAI, 2007 : 16.dua)

Menurut Skousen, Stice and Stice pengertian penyusutan merupakan:
“ Depreciation is the systematic allocation of the cost of an asset over the different periods benefited by the use of the asset.” (Skousen, Stice and Stice, 2000 : 741)

Menurut Baridwan (2004:308) terdapat 2 hal yg mengakibatkan timbulnya biaya depresiasi dalam aset permanen yaitu :

a. Faktor-faktor fisik.
Faktor- faktor yg dapat mengurangi fungsi aset tetap merupakan aus lantaran pemakaian, umur, kerusakan-kerusakan lainnya. Dalam kondisi misalnya ini suatu aset nir bisa digunakan lagi buat memberikan jasanya sebagai akibatnya harus diganti dengan aset yg baru.

b. Faktor-faktor fungsional
Faktor-faktor yang membatasi umur aset tetap merupakan :
1) Ketidakmampuan aset buat memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti.
2) Adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan.
3) Kemajuan teknologi sehingga aset tadi tidak hemat lagi bila dipakai.

Faktor-faktor yang menghipnotis beban penyusutan berdasarkan Baridwan (2004: 306) merupakan :

a. Harga perolehan (cost).
Yaitu uang yang dimuntahkan atau utang yg timbul dan biaya -porto lain yang terjadi pada memperoleh aset serta menempatkannya hingga bisa digunakan.

b. Nilai residu atau nilai sisa.
Nilai residu suatu aset yg disusutkan adalah jumlah yg diterima jika aset itu dijual, ditukarkan atau cara-alternatif ketika aset tersebut sudah nir bisa digunakan lagi, dikurangi dengan porto-porto yang terjadi dalam waktu menjual atau menukarkannya.

c. Taksiran umur kegunaan (masa manfaat)
Taksiran umur kegunaan atau masa manfaat suatu aset ditentukan sang cara- cara pemeliharaan dan kebijakan-kebijakan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini mampu dinyatakan dalam satuan periode ketika, satuan output produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam menaksir umur (masa manfaat) aset harus dipertimbangkan karena-karena keausan fisik yaitu aus lantaran dipakai (wear and tear), aus karena umur (deterioration and decay) serta kerusakan-kerusakan dan sebab-karena keausan fungsional yaitu ketidakmampuan aset buat memenuhi kebutuhan produksi sebagai akibatnya perlu diganti serta karena adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yg didapatkan atau karena adanya kemajuan teknologi sehingga aset tersebut nir ekonomis lagi apabila digunakan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 :17.3) penyusutan bisa dilakukan dengan berbagai metode berdasarkan kriteria menjadi berikut :

a. Berdasarkan waktu
Metode ini menghubungkan biaya penyusutan menggunakan bepergian waktu. Taksiran umur kegunaan berdasarkan aset tetap dinyatakan dalam bentuk satuan saat, umumnya tahun. Metode ini terdiri menurut :

1) Metode garis lurus.
Beban penyusutan dibagi sama homogen selama masa manfaat aset yang bersangkutan sesudah dikurangi dengan estimasi nilai sisa yang masuk akal.rumus untuk menghitung penyusutan menggunakan metode garis lurus adalah menjadi berikut :
Beban penyusutan = Harga perolehan – Nilai sisa
Umur ekonomis


2) Metode saldo menurun
Metode penyusutan yg menyajikan penyusutan pada jumlah yg terus menurun:

Beban penyusutan = Tarif penyusutan x Nilai buku

b. Berdasarkan penggunaaan

Metode jumlah unit produksi
Taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat didapatkan. Tarif penyusutan dihitung sebagai persentase produksi aktual terhadap kapasitas produksi. Dengan demikian tarif dan beban penyusutan akan bervariasi dai tahun ke tahun, tergantung dalam produksi aktual yang dicapai pada tahun yang bersangkutan. Rumus buat menghitung penyusutan dengan metode jam jasa adalah sebagai berikut :
Beban penyusutan =  Harga perolehan – nilai sisa
                                                                 Taksiran hasil produksi (unit) 
Taksiran output produksi (unit) Jurnal untuk mencatat beban penyusutan merupakan menjadi berikut :
Dr. Depreciation expense fixed asset ---
Cr. Accumulated Depreciation fixed asset ---

Beban penyusutan umumnya dicatat pada setiap akhir periode pembukuan yg terjadi dalam akhir tahun, kuartal, semester, ataupun dalam saat terjadi transaksi tertentu yang menyangkut aset tetap seperti pada saat terjadi penjualan dan penghapusan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 16.10) :
Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi ekonomis masa depan berdasarkan aset oleh entitas. Metode penyusutan yg digunakan buat aset harus direview minimum setiap akhir tahun kitab , serta apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi tadi, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tadi. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sinkron menggunakan PSAK no. 25.

Aset permanen yg nir disusutkan merupakan tanah. Alasan buat nir melakukan penyusutan terhadap tanah merupakan dampak fenomena ekonomi dimana nilai dari tanah mini kemungkinan buat berkurang. Sebaliknya, dipercaya akan terus naik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 47.5), tanah dapat disusutkan bila memenuhi kondisi menjadi berikut :
a. Kondisi kualitas tanah nir layak lagi digunakan pada operasi utama perusahaan
b. Sifat operasi utama meninggalkan tanah dan bangunan begitu saja apabila proyek sudah terselesaikan.
c. Prediksi manajemen atau kepastian bahwa perpanjangan atau pembaharuan hak kemungkinan besar atau niscaya tidak diperoleh.

Pengeluaran setelah Perolehan Aset Tetap
Menurut Baridwan (2004: 272), perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran- pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan aset permanen dapat dibagi sebagai 2 yaitu :

a. Pengeluaran kapital (capital expenditure)
Pengeluaran kapital adalah pengeluaran buat memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih berdasarkan satu periode akuntansi. Pengeluaran – pengeluaran misalnya ini dicatat dalam rekening aset (dikapitalisasi). Yang termasuk pada pengeluaran kapital adalah beban reparasi yang jumlahnya relatif akbar, sporadis terjadi (umumnya terjadi selang beberapa tahun) serta manfaat reparasi ini akan dirasakan pada beberapa periode, beban pemugaran (betterment / improvement) dan beban penambahan (addition).

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan pada periode akuntansi yg bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran – pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening porto. Yang termasuk pada pengeluaran pendapatan adalah beban reparasi yg sifatnya sering terjadi (seperti penggantian baut, mur, sekering, mesin dan lain-lain), beban pemeliharaan (merupakan beban yang dimuntahkan buat memelihara aset supaya permanen dalam syarat yg baik, misalnya merupakan biaya penggantian oli, pencucian, pengecatan serta porto lain yg serupa), beban penggantian yg jumlahnya nisbi kecil.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 :16.7)
Pengeluaran sesudah perolehan awal suatu aset permanen yg memperpanjang masa manfaat atau yg kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yg akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi atau peningkatan standar kinerja wajib ditambahkan pada jumlah tercatat aset yg bersangkutan. Pengeluaran sesudah perolehan (subsequent expenditures) dalam properti, pabrik serta alat-alat hanya diakui menjadi suatu aset apabila pengeluaran menaikkan kondisi aset melebihi standar kinerja semula. Pengeluaran buat pemugaran atau perawatan aset permanen buat menjaga manfaat keekonomian masa yang akan tiba yang diharapkan perusahaan buat mempertahankan baku kinerja semula atas suatu aset, umumnya diakui sebagai beban pada saat terjadi.

Perbedaan capital expenditure serta revenue expenditure adalah menjadi berikut :
Capital expenditure adalah pengeluaran yg jarang dilakukan, bersifat material, menambah umur ekonomis atau menambah nilai irit aset, serta dikapitalisasi kepada nilai aset.

Revenue expenditure merupakan pengeluaran yg acapkali dilakukan, bersifat tidak material, nir menambah umur atau menambah nilai ekonomis aset, serta dibebankan pada rugi laba periode berjalan.

Penghapusan Aset Tetap
Aset permanen yang digunakan perusahaan suatu waktu akan dihapuskan dari pembukuan perusahaan. Perusahaan akan menghapus aset tetap menurut pembukuannya dengan pertimbangan-pertimbangan antara lain : aset permanen yang lama dinyatakan rusak dan tidak dapat digunakan lagi serta aset tetap tadi tidak bisa menaikkan produksi.

Menurut Warren, Fess and Reeve (2005:405) terdapat beberapa cara penghapusan aset permanen yaitu :

a. Penjualan
Nilai kitab aset dihitung kemudian dibandingkan dengan output penjualan yg diterima. Selisih yang diperoleh merupakan laba atau kerugian karena penjualan aset.

b. Pertukaran
Pertukaran bisa dilakukan menggunakan aset yg sejenis ataupun heterogen. Selisih antara nilai tukar dan nilai buku bisa menyebabkan laba atau kerugian. Pada pertukaran sejenis, keuntungan yang diperoleh akan dikurangkan pada harga aset yang baru. Sedangkan kerugian dibebankan pada tahun berjalan. Pada pertukaran aset yg heterogen, laba serta kerugiaannya dibebankan pada periode berjalan.

c. Penghapusan
Aset yang tidak digunakan lagi sang perusahaan dapat dihapuskan. Jika belum disusutkan penuh maka terjadi kerugian sebesar nilai bukunya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia mengenai penghapusan aset tetap merupakan sebagai berikut :
Jumlah aset tetap dihentikan pengakuannya dalam ketika dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang dibutuhkan dari penggunaan atau pelepasannya. (IAI, 2007 : 16.11)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 :16.11):
Laba atau rugi yg timbul menurut penghentian pengakuan aset permanen harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada ketika aset tersebut dihentikan pengakuannya. Laba nir boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.

Menurut Warren, Fess and Reeve perlakuan akuntansi atas penghapusan aset permanen adalah sebagai berikut :
The journal entry to record disposal of fixed asset will vary. In all cases, however any depreciation for the current period should be recorded, and the book value of the asset then removed from the accounts. The entry to remove the book value from the accounts is a debit to the asset’s accumulated depreciation account and a credit to the assets account for the cost of the asset. For asset retired from service, a loss may be recorded for any remaining book value af the asset.

When a fixed asset is sold, the book value is removed and the cash or other asset received is also recorded. If the selling price is less than the book value, there is a loss.

When a fixed asset is exchange for another similar nature,no gain is recognize on the exchange. The acquired asset’s cost is adjusted for any gains. A loss on exchange of similiar asset’s is recorded.” (Warren , Fess and Reeve, 2005:417)