PENGERTIAN BIAYA MODAL

Pengertian Biaya Modal
Modal yang dipakai buat membiayai operasi perusahaan terdiri dari kapital sendiri dan modal pinjaman atau hutang atau modal asing. Modal sendiri merupakan modal yg asal dari pihak perusahaan baik menurut pemilik perusahaan (pemegang saham) juga laba yg tidak dibagi (laba ditahan), sedangkan modal pinjaman merupakan modal yg asal dari pinjaman para kreditur, suplier dan perbankan. Di pada memenuhi modal yg diperlukan tersebut perusahaan dapat menerbitkan dan menjual surat berharga berupa obligasi (kapital pinjaman) serta saham (kapital sendiri). Surat berharga tersebut dijual pada para investor yg menginginkannya. Apabila perusahaan menjual surat berharga kepada investor, maka perusahaan berkewajiban menaruh output (return) yang diharapkan atau dikehendaki sang investor tadi. Hasil yang diharapkan oleh investor tadi, bagi perusahaan merupakan biaya yg diklaim biaya kapital misalnya porto bunga, porto penurunan nilai surat berharga serta porto lain yg berkaitan menggunakan perolehan kapital tadi. Biaya kapital pinjaman tidak hanya bunga yg wajib dibayar, tetapi pula biaya notaris, porto provisi serta meterai.

Biaya kapital (Cost of Capital) adalah biaya riil yg harus dimuntahkan sang perusahaan buat memperoleh dana baik yang dari berdasarkan hutang, saham preferen, saham biasa, maupun keuntungan ditahan buat mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Pengertian biaya kapital yaitu semua biaya yang secara riil dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mendapatkan sumber dana atau kapital. Biaya yg dimuntahkan mampu bersifat eksplisit seperti porto bunga, ada juga yg bersifat tersirat yaitu biaya yg nir dikeluarkan dalam saat ini tetapi dikeluarkan di masa yang akan tiba misalnya selisih harga obligasi yg dimuntahkan dalam saat jatuh tempo serta diratakan pada tahun-tahun berlakunya obligasi. Penentuan besarnya biaya kapital ini dimaksud-kan buat mengetahui berapa besarnya biaya riil yang wajib dimuntahkan perusahaan buat memperoleh dana yg diperlukan. Sebagai model, pada umumnya orang menduga bahwa porto kapital yg berasal menurut hutang yg dipinjam dari bank hanya berupa taraf bunga yang ditetapkan oleh bank pada kontrak perjanjian hutang. Hal ini sahih jika jumlah uang yang diterima sama besarnya menggunakan jumlah nominal hutangnya. Tetapi, pada kenyataannya acapkali kali dijumpai bahwa penerima kredit harus membayar porto administrasi, biaya asuransi dan sebagainya. Biaya-biaya tadi seringkali tidak dicantumkan dalam perjanjian kredit. Misalnya, perusahaan A akan meminjam uang atau kredit rekening koran berjangka 1 tahun sebanyak Rp. 10.000.000,- menggunakan bunga 20% setahun, berarti wajib membayar bunga sebanyak 20% kali Rp. 10.000.000,- = Rp. 2.000.000,- selain itu jua harus membayar biaya provisi Rp. 200.000,- biaya administrasi dan meterai Rp. 25.000,- dan biaya Notaris Rp. 50.000,- Dengan demikian semua porto yg dikeluarkan merupakan Rp. Dua.000.000 + Rp. 200.000 + Rp. 25.000 + Rp. 50.000 = Rp. Dua.275.000,-. Dana yg sanggup digunakan sebanyak Rp. 10.000.000 - Rp. Dua.275.000 = Rp. 7.725.000,- sebagai akibatnya porto modalnya yaitu (dua.275.000 : 7.725.000) x 100 % = 29,45%. Biaya kapital berdasarkan rekening koran sebanyak Rp. 10.000.000,- tersebut tidak sebesar 20 % namun 29,45% inilah menjadi biaya modal yg secara riil dibayar perusahaan. Dengan demikian biaya modal menurut penggunaan hutang yang secara riil harus ditanggung atas penerimaan kredit adalah lebih akbar daripada tingkat bunga dari kontrak. Fungsi biaya modal yaitu sebagai cut of rate atau taraf pembatas suatu keputusan investasi diterima atau ditolak. Suatu investasi diterima jika keuntungan yg diperoleh sanggup menutup semua porto modal yang dimuntahkan. Keputusan investasi merupakan keputusan berjangka panjang dan porto modal sebagai tolok ukur diterima atau ditolaknya suatu investasi, oleh karenanya yang perlu dihitung biaya modalnya.

Perusahaan yg memakai dana dari laba ditahan (laba ditahan dipakai buat reinvestasi pada perusahaan yg bersangkutan) juga terdapat biayanya walaupun keuntungan ditahan dari dari hasil usaha perusahaan. Biaya modal yang dari menurut keuntungan ditahan dianggap cost of retained earning. Biaya tadi sebanyak tingkat laba investasi (rate of return) yang disyaratkan diterima oleh para investor, karena bila keuntungan ditahan tersebut diinvestasikan pada perusahaan lain maka akan mendatangkan keuntungan. Besarnya laba tadi sama menggunakan besarnya keuntungan jika perusahaan menginvestasi sendiri dana laba ditahan tersebut atau sama besarnya dengan rate of return yg dibutuhkan diterima dari investasi dalam saham (expected rate of return on the stock).

Biaya modal bisa dihitung berdasarkan biaya buat masing-masing sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya kapital individual tersebut dihitung satu per satu buat tiap jenis kapital. Namun, jika perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya kapital yg dihitung adalah porto modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital disingkat WACC) berdasarkan semua kapital yg digunakan. Sekali lagi bahwa, konsep biaya modal dimaksudkan buat menentukan besarnya porto nyata (riil) berdasarkan penggunaan dana menurut masing-masing sumber dana. Dari biaya kapital secara sendiri tadi dipakai buat menentukan porto kapital homogen-ratanya. Konsep biaya kapital erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat keuntungan yg disyaratkan (required rate of return). Tingkat laba yg disyaratkan sebenarnya bisa dipandang menurut dua pihak yaitu menurut sisi investor serta perusahaan. Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return adalah taraf laba (rate of return) yg mencerminkan taraf risiko berdasarkan aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang memakai dana (modal), besarnya required rate of returnmerupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dimuntahkan buat menerima kapital tersebut.

Fungsi Biaya Modal
Perhitungan biaya modal sangat erat kaitannya dengan pajak yang dikenakan pada perusahaan. Biaya kapital yg dikenakan dalam kapital pinjaman akan tidak sama menggunakan biaya modal berdasarkan kapital sendiri. Konsep perhitungan porto kapital dapat berdasarkan dalam perhitungan sebelum pajak (before tax basis) atau perhitungan setelah pajak (after tax basis). Perbedaan konsep ini lantaran pajak adalah pengurang keuntungan yg diperoleh perusahaan, namun dalam umumnya, analisis porto modal berdasarkan dalam keadaan selesainya pajak. Jika terdapat porto modal yg dihitung sebelum pajak (seperti biaya kapital berdasarkan obligasi), maka perlu diubahsuaikan dulu menggunakan pajak sebelum dilakukan perhitungan porto modal rata-ratanya.

Biaya kapital umumnya dipakai menjadi berukuran buat memilih diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat laba (rate of return) menurut usulan investasi tadi menggunakan biaya modalnya. Yang dimaksud dengan biaya kapital pada sini merupakan biaya modal yg menyeluruh (overall cost of capital). Misalnya apabila kita menggunakan metode Net present value atau Profitability Index buat menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi, maka porto modal berfungsi sebagai "discount rate" yang dipakai buat menghitung nilai kini menurut proceeds dan pengeluaran investasi. Oleh lantaran perhitungan rate of return berdasarkan atas dasar sesudah pajak, maka sewajarnya jika pembandingnya (yaitu biaya modal) diperhitungkan atas dasar sehabis pajak. Dengan demikian perhitungan biaya modal pada buku ini akan berdasarkan atas dasar porto kapital sesudah pajak.

Biaya Modal Individual
Telah dijelaskan pada depan bahwa perhitungan porto modal atas perusahaan merupakan porto modal homogen-rata berdasarkan biaya tiap jenis kapital (biaya modal individual). Masing-masing perhitungan biaya modal dimaksud yg dimulai menggunakan perhitungan biaya modal secara individual hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan porto kapital sendiri.

1. Biaya Modal Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek (hutang lancar) adalah hutang yang jangka saat pengembaliannya kurang dari satu tahun. Hutang jangka pendek terdiri menurut hutang perniagaan (trade accounts payable), hutang wesel serta kredit jangka pendek menurut bank. Biaya kapital berdasarkan penggunaan hutang (cost of debt) dapat dihitung menggunakan cara: 

Biaya hutang sehabis pajak = porto hutang sebelum pajak (1,0 - taraf pajak). 

atau 


dimana:
k t = Biaya hutang jangka pendek setelah pajak
k b = Biaya hutang jangka pendek sebelum pajak yaitu sebanyak tingkat bunga hutang
t = Tingkat pajak

2. Biaya Modal Hutang Jangka Panjang
Biaya hutang yang ditanggung oleh perusahaan yg menggunakan dana hutang nir lain adalah sebesar taraf laba yang disyaratkan sang investor (pemilik dana). Pada dasarnya biaya penggunaan hutang jangka panjang (cost of debt) yang biasanya berasal berdasarkan obligasi (cost of bond) bisa dihitung menggunakan memakai cara misalnya perhitungan taraf pendapatan investasi dalam obligasi menggunakan rumus (metode) singkat dan metode present value (lihat pula Bab 3: Penilaian surat berharga). Untuk lebih jelasnya kita ikuti contoh berikut:


b. Perhitungan porto kapital hutang dengan metode Present value
Perhitungan biaya kapital dari hutang jangka panjang (obligasi) menggunakan menggunakan tabel present value tak jarang dianggap metode accurate. Dalam metode ini dicari tingkat bunga yg mengakibatkan nilai sekarang dari pembayaran bunga tahunan sebanyak Rp. 1.000,- ditambah pembayaran akhir sebanyak Rp. 25.000,- (outflows) sama menggunakan nilai sekarang berdasarkan penerimaan (inflows), yaitu sebanyak Rp. 24.250,-. Teknik perhitungannya persis sama dengan perhitungan analisis IRR dalam penilaian investasi yang telah dibahas pada muka. 

Untuk memperoleh besarnya porto modal (kd) yg pada cari, bila menggunakan cara coba-coba. Misalnya digunakan tingkat bunga 4% serta 7% buat mencari present value bunga serta nilai obligasi (pinjaman pokok), lalu dilakukan interpolasi dan hasilnya.

3. Biaya Modal Saham Preferen
Biaya modal saham preferen (cost of preferred stock atau kp) merupakan porto riil yg harus dibayar jika perusahaan memakai dana dengan menjual saham preferen. Biaya modal saham preferen diperhitungkan sebesar taraf keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) oleh investor pemegang saham preferen. Artinya taraf keuntungan yg diharapkan oleh investor merupakan porto yg wajib ditanggung emiten. Biaya kapital saham preferen berupa dividen yang besarnya permanen. Oleh karenanya, saham preferen mempunyai sifat adonan antara hutang dan saham biasa. Mempunyai sifat hutang, lantaran saham preferen mengandung kewajiban yang tetap buat memberikan pembayaran dividen secara periodik. Memiliki sifat misalnya saham biasa karena saham preferen merupakan bukti kepemilikan perusahaan yang mengeluarkan saham preferen tadi. Demikian juga waktu perusahan terpaksa dilikuidasi, maka perusahaan pemegang saham preferen memiliki hak didahulukan sebelum pemegang saham biasa.

Pembayaran dividen saham preferen dilakukan sehabis pendapatan dikurangi pajak, sebagai akibatnya porto kapital saham preferen tidak perlu lagi diubahsuaikan menggunakan pajak. Biaya kapital penggunaan saham preferen (kp) dihitung menggunakan membagi dividen per lbr saham preferen (Dp) dengan harga saham preferen waktu ini (PO).

4. Biaya Modal Saham Biasa serta Laba Ditahan
Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi biaya kapital sendiri (porto ekuitas) atau kadang-kadang disebut porto kapital saham biasa saja merupakan porto yang dimuntahkan oleh perusahaan yg memperoleh dana dengan menjual saham biasa atau menggunakan laba ditahan buat investasi. Biaya modal saham biasa atau porto ekuitas (cost of equity atau ke) bisa mengalami peningkatan secara internal dengan menunda keuntungan atau secara ekternal dengan menjual atau mengeluarkan saham biasa baru. Perusahaan dapat menunjukkan laba sesudah pajak yang diperoleh menjadi dividen atau menahannya pada bentuk laba ditahan. Laba yg ditahan tadi kemudian digunakan buat investasi (reinvestasi) pada dalam perusahaan. Laba ditahan yg dipakai buat investasi pulang tadi perlu diperhitungkan porto modalnya.

Secara teoritis perusahaan yang menggunakan keuntungan untuk reinvestasi harus memperoleh laba minimal sebesar tingkat keuntungan bila pemegang saham menginvestasikan dananya ke dalam perusahaan menggunakan tingkat risiko yg sama. Hal ini lantaran keuntungan sehabis pajak tadi sebenarnya merupakan hak bagi pemegang saham biasa. Tingkat laba yg dibutuhkan sang pemegang saham dari investasi dengan tingkat risiko eksklusif merupakan sebanyak ke. Pemegang saham bisa memperoleh return sebanyak ke menggunakan membeli saham perusahaan lain yg homogen, sehingga apabila perusahaan tidak bisa menginvestasikan laba ditahan serta memperoleh tingkat keuntungan paling tidak sebanyak ke maka sebaiknya perusahaan membagikannya pada bentuk dividen, serta membiarkan pemegang saham melakukan investasi sendiri. Oleh karena itu biaya modal berdasarkan penggunaan laba ditahan buat investasi akan sama dengan biaya penggunaan modal saham biasa. Untuk menghitung biaya ekuitas (ke) dipakai dua model pendekatan yaitu: 
a. Pendekatan Model Diskonto Dividen (Dividend Discount Model) 
b. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)

a. Pendekatan Model Diskonto Dividen (Dividend Discount Model)
Model Diskonto Dividen (MDD) mengungkapkan bahwa biaya ekuitas (ke), adalah tingkat diskonto yg menyeimbangkan nilai kini menurut keseluruhan dividen per lembar saham yg diperlukan pada masa akan datang, sehingga biaya kapital merupakan faktor diskonto berdasarkan dividen yg ada. 

Dari rumus di atas terlihat bahwa besarnya ke dipengaruhi oleh dividen yg dibutuhkan akan diterima selama periode (t). Asumsi yg dipakai pada metode ini bahwa pemegang saham akan mempunyai saham tersebut buat jangka waktu yg tak terbatas, serta dividen yg diterima nir mengalami pertumbuhan. Asumsi ini adalah keliru satu kelemahan model ini, lantaran saham bisa diperjualbelikan sewaktu-saat. Sehingga dalam kenyataannya contoh dividen yang mengalami pertumbuhan dirasa lebih realistis. Para investor selalu menginginkan output investasinya yg ditunjukkan oleh dividen yg mengalami pertumbuhan menurut ketika ke saat atau berdasarkan tahun ke tahun. 

b. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Model CAPM (model penetapan harga aktiva modal) adalah model penetapan porto kapital dengan menganalisis interaksi antara taraf return saham i atau Ri yang diharapkan dengan return pasar (market return atau Rm) yg terjadi. Besarnya taraf return saham yang diharapkan sang investor ini adalah biaya modal yg wajib dikeluarkan oleh emiten. Model CAPM ini dipengaruhi sang tiga faktor yaitu: besarnya tingkat bunga bebas risiko (risk free rate, Rf), risiko sistematis yg ditunjukkan oleh koefisien beta (b) dan premium risiko pasar yg ditunjukkan oleh selisih antara return pasar dengan return saham (Rm - Ri). 

Dalam rumus pada atas terlihat bahwa besarnya return saham i yg diperlukan (Ri) dipengaruhi antara lain oleh return pasarnya (Rm). Besarnya imbas return pasar terhadap return saham individual i tergantung dalam besarnya koefisien Beta saham i (bi). Beta merupakan koefisien yang menampakan sensitivitas tingkat laba sekuritas (saham) terhadap perubahan pasar. Apabila Beta = 1,00 ialah suatu saham memiliki standar deviasi atau risiko yang sama dengan risiko rata-homogen pasar.

Portofolio (penganekaragaman) investasi yg terdiri atas saham-saham dengan beta = 1 akan memiliki baku deviasi yg sama menggunakan indeks pasar. Artinya, jika risiko portofolio saham = 1, maka sama dengan risiko pasar yg ada. Sedangkan saham atau sekuritas menggunakan koefisien beta = 0,lima berarti sekuritas itu akan berubah sebesar setengah berdasarkan risiko pasar sebagai akibatnya harga pasar sekuritas akan cenderung beranjak 1/2 kali perubahan pasar. Sekuritas dengan koefisien beta lebih akbar dari 1 (satu) akan memberikan taraf keuntungan yang lebih akbar berdasarkan homogen-homogen pasar apabila kondisi pasar membaik, dan sebaliknya memberikan taraf keuntungan yang lebih rendah berdasarkan rata-rata pasar bila kondisi pasar melemah. Koefisien beta sekuritas yg mengukur perubahan pasar terhadap sebuah sekuritas bisa dicari dengan meregresikan tingkat laba sekuritas dengan taraf laba portofolio pasar. 

4. Biaya Modal Keseluruhan
Biaya kapital secara holistik adalah porto kapital yang memperhitungkan seluruh porto atas kapital yang digunakan sang perusahaan. Telah kita ketahui bersama bahwa perusahaan akan menggunakan kapital dari asal kapital asing dan kapital sendiri. Oleh karena itu, porto modal yang diperhitungkan merupakan porto modal berdasarkan semua jenis modal yang dipakai. Konsep biaya kapital perusahaan secara holistik (overall cost of capital) bermanfaat dalam kaitannya menggunakan evaluasi usulan investasi jangka panjang. Misalnya, bila kita ingin memilih proyek investasi yg wajib diambil, maka kita dapat menentukannya dengan membandingkan besarnya biaya modal yg harus dikeluarkan (cost of capital) menggunakan tingkat laba yg diperoleh di masa tiba. Lantaran biaya kapital berdasarkan masing-masing asal dana berbeda-beda, maka buat menetapkan biaya kapital berdasarkan perusahaan secara keseluruhan perlu dihitung porto kapital rata-homogen tertimbangnya (weighted average cost of capital atau WACC). Sebagai unsur penimbangnya merupakan proporsi dana bagi setiap jenis atau sumber modal yg digunakan pada investasi proyek tadi

PENGERTIAN BIAYA MODAL

Pengertian Biaya Modal
Modal yang digunakan buat membiayai operasi perusahaan terdiri menurut kapital sendiri serta modal pinjaman atau hutang atau modal asing. Modal sendiri adalah kapital yg berasal berdasarkan pihak perusahaan baik berdasarkan pemilik perusahaan (pemegang saham) maupun laba yang nir dibagi (laba ditahan), sedangkan kapital pinjaman adalah modal yang berasal dari pinjaman para kreditur, suplier dan perbankan. Di dalam memenuhi modal yg dibutuhkan tadi perusahaan bisa menerbitkan serta menjual surat berharga berupa obligasi (modal pinjaman) dan saham (modal sendiri). Surat berharga tersebut dijual kepada para investor yang menginginkannya. Jika perusahaan menjual surat berharga kepada investor, maka perusahaan berkewajiban memberikan output (return) yg diperlukan atau dikehendaki sang investor tadi. Hasil yang diharapkan oleh investor tersebut, bagi perusahaan merupakan biaya yang diklaim biaya modal seperti porto bunga, porto penurunan nilai surat berharga dan porto lain yg berkaitan dengan perolehan kapital tadi. Biaya modal pinjaman nir hanya bunga yang harus dibayar, tetapi juga biaya notaris, biaya provisi serta meterai.

Biaya kapital (Cost of Capital) merupakan biaya riil yg wajib dimuntahkan oleh perusahaan buat memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Pengertian biaya modal yaitu semua porto yang secara riil dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mendapatkan sumber dana atau kapital. Biaya yg dikeluarkan bisa bersifat eksplisit seperti biaya bunga, terdapat pula yg bersifat implisit yaitu porto yg nir dikeluarkan pada ketika ini namun dikeluarkan pada masa yg akan datang misalnya selisih harga obligasi yang dikeluarkan dalam waktu jatuh tempo serta diratakan dalam tahun-tahun berlakunya obligasi. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksud-kan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dimuntahkan perusahaan buat memperoleh dana yang diperlukan. Sebagai model, pada umumnya orang menduga bahwa porto modal yg asal berdasarkan hutang yg dipinjam berdasarkan bank hanya berupa taraf bunga yang ditetapkan sang bank dalam kontrak perjanjian hutang. Hal ini benar jika jumlah uang yang diterima sama besarnya menggunakan jumlah nominal hutangnya. Tetapi, pada kenyataannya tak jarang kali dijumpai bahwa penerima kredit harus membayar porto administrasi, biaya premi dan sebagainya. Biaya-porto tadi seringkali tidak dicantumkan pada perjanjian kredit. Misalnya, perusahaan A akan meminjam uang atau kredit rekening koran berjangka 1 tahun sebesar Rp. 10.000.000,- menggunakan bunga 20% setahun, berarti wajib membayar bunga sebesar 20% kali Rp. 10.000.000,- = Rp. Dua.000.000,- selain itu jua wajib membayar biaya provisi Rp. 200.000,- porto administrasi dan meterai Rp. 25.000,- dan biaya Notaris Rp. 50.000,- Dengan demikian seluruh porto yg dikeluarkan adalah Rp. 2.000.000 + Rp. 200.000 + Rp. 25.000 + Rp. 50.000 = Rp. 2.275.000,-. Dana yang sanggup dipakai sebesar Rp. 10.000.000 - Rp. Dua.275.000 = Rp. 7.725.000,- sehingga biaya modalnya yaitu (dua.275.000 : 7.725.000) x 100 % = 29,45%. Biaya kapital dari rekening koran sebesar Rp. 10.000.000,- tersebut nir sebesar 20 % namun 29,45% inilah menjadi biaya kapital yg secara riil dibayar perusahaan. Dengan demikian biaya kapital berdasarkan penggunaan hutang yang secara riil wajib ditanggung atas penerimaan kredit merupakan lebih akbar daripada tingkat bunga berdasarkan kontrak. Fungsi biaya kapital yaitu sebagai cut of rate atau tingkat pembatas suatu keputusan investasi diterima atau ditolak. Suatu investasi diterima bila laba yg diperoleh mampu menutup semua biaya kapital yang dikeluarkan. Keputusan investasi merupakan keputusan berjangka panjang dan biaya modal sebagai tolok ukur diterima atau ditolaknya suatu investasi, oleh karenanya yg perlu dihitung porto modalnya.

Perusahaan yg menggunakan dana dari keuntungan ditahan (laba ditahan dipakai untuk reinvestasi di perusahaan yang bersangkutan) jua ada biayanya walaupun keuntungan ditahan dari menurut hasil usaha perusahaan. Biaya kapital yang berasal dari laba ditahan diklaim cost of retained earning. Biaya tersebut sebesar taraf laba investasi (rate of return) yang disyaratkan diterima sang para investor, karena bila laba ditahan tersebut diinvestasikan pada perusahaan lain maka akan mendatangkan laba. Besarnya laba tersebut sama menggunakan besarnya laba apabila perusahaan menginvestasi sendiri dana laba ditahan tersebut atau sama besarnya dengan rate of return yg dibutuhkan diterima menurut investasi pada saham (expected rate of return on the stock).

Biaya modal bisa dihitung dari porto buat masing-masing sumber dana atau diklaim biaya modal individual. Biaya kapital individual tadi dihitung satu per satu buat tiap jenis modal. Tetapi, jika perusahaan memakai beberapa asal kapital maka porto modal yang dihitung merupakan biaya kapital homogen-homogen tertimbang (weighted average cost of capital disingkat WACC) dari seluruh modal yg digunakan. Sekali lagi bahwa, konsep porto kapital dimaksudkan buat menentukan besarnya biaya nyata (riil) menurut penggunaan dana menurut masing-masing asal dana. Dari porto kapital secara sendiri tersebut digunakan buat menentukan porto kapital rata-ratanya. Konsep biaya modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat laba yg disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya bisa dipandang dari dua pihak yaitu menurut sisi investor serta perusahaan. Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return adalah tingkat laba (rate of return) yang mencerminkan taraf risiko menurut aktiva yg dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yg memakai dana (modal), besarnya required rate of returnmerupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dimuntahkan buat mendapatkan modal tersebut.

Fungsi Biaya Modal
Perhitungan biaya kapital sangat erat kaitannya dengan pajak yg dikenakan pada perusahaan. Biaya kapital yg dikenakan dalam kapital pinjaman akan tidak sinkron menggunakan biaya kapital menurut kapital sendiri. Konsep perhitungan porto kapital bisa berdasarkan dalam perhitungan sebelum pajak (before tax basis) atau perhitungan setelah pajak (after tax basis). Perbedaan konsep ini lantaran pajak merupakan pengurang keuntungan yg diperoleh perusahaan, namun dalam umumnya, analisis porto kapital berdasarkan dalam keadaan sesudah pajak. Jika ada biaya modal yg dihitung sebelum pajak (misalnya porto modal dari obligasi), maka perlu diubahsuaikan dulu menggunakan pajak sebelum dilakukan perhitungan biaya kapital rata-ratanya.

Biaya modal umumnya dipakai menjadi berukuran buat memilih diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi (menjadi discount rate), yaitu dengan membandingkan taraf laba (rate of return) menurut usulan investasi tadi dengan biaya modalnya. Yang dimaksud dengan porto kapital pada sini merupakan biaya kapital yang menyeluruh (overall cost of capital). Misalnya bila kita memakai metode Net present value atau Profitability Index buat memilih diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi, maka porto kapital berfungsi sebagai "discount rate" yang dipakai buat menghitung nilai kini dari proceeds serta pengeluaran investasi. Oleh karena perhitungan rate of return berdasarkan atas dasar sehabis pajak, maka sewajarnya kalau pembandingnya (yaitu biaya modal) diperhitungkan atas dasar sesudah pajak. Dengan demikian perhitungan biaya kapital pada buku ini akan berdasarkan atas dasar biaya modal sesudah pajak.

Biaya Modal Individual
Telah dijelaskan di depan bahwa perhitungan biaya modal atas perusahaan merupakan biaya kapital rata-homogen berdasarkan porto tiap jenis kapital (biaya kapital individual). Masing-masing perhitungan porto kapital dimaksud yang dimulai dengan perhitungan porto kapital secara individual hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan biaya modal sendiri.

1. Biaya Modal Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek (hutang lancar) adalah hutang yang jangka saat pengembaliannya kurang menurut satu tahun. Hutang jangka pendek terdiri dari hutang perniagaan (trade accounts payable), hutang wesel serta kredit jangka pendek dari bank. Biaya modal dari penggunaan hutang (cost of debt) bisa dihitung dengan cara: 

Biaya hutang setelah pajak = porto hutang sebelum pajak (1,0 - tingkat pajak). 

atau 


dimana:
k t = Biaya hutang jangka pendek sehabis pajak
k b = Biaya hutang jangka pendek sebelum pajak yaitu sebanyak tingkat bunga hutang
t = Tingkat pajak

2. Biaya Modal Hutang Jangka Panjang
Biaya hutang yang ditanggung sang perusahaan yg menggunakan dana hutang tidak lain merupakan sebanyak tingkat keuntungan yang disyaratkan sang investor (pemilik dana). Pada dasarnya porto penggunaan hutang jangka panjang (cost of debt) yang umumnya dari menurut obligasi (cost of bond) dapat dihitung menggunakan menggunakan cara misalnya perhitungan tingkat pendapatan investasi dalam obligasi dengan rumus (metode) singkat dan metode present value (lihat jua Bab 3: Penilaian surat berharga). Untuk detail kita ikuti contoh berikut:


b. Perhitungan porto kapital hutang menggunakan metode Present value
Perhitungan biaya modal menurut hutang jangka panjang (obligasi) dengan memakai tabel present value seringkali dianggap metode accurate. Dalam metode ini dicari taraf bunga yg berakibat nilai kini berdasarkan pembayaran bunga tahunan sebesar Rp. 1.000,- ditambah pembayaran akhir sebesar Rp. 25.000,- (outflows) sama dengan nilai sekarang menurut penerimaan (inflows), yaitu sebanyak Rp. 24.250,-. Teknik perhitungannya persis sama dengan perhitungan analisis IRR pada penilaian investasi yang telah dibahas pada muka. 

Untuk memperoleh besarnya porto kapital (kd) yg pada cari, apabila memakai cara coba-coba. Misalnya dipakai taraf bunga 4% dan 7% buat mencari present value bunga dan nilai obligasi (pinjaman utama), kemudian dilakukan interpolasi serta hasilnya.

3. Biaya Modal Saham Preferen
Biaya kapital saham preferen (cost of preferred stock atau kp) merupakan porto riil yg wajib dibayar jika perusahaan memakai dana menggunakan menjual saham preferen. Biaya modal saham preferen diperhitungkan sebanyak tingkat laba yang disyaratkan (required rate of return) sang investor pemegang saham preferen. Artinya tingkat keuntungan yang diperlukan sang investor adalah biaya yg wajib ditanggung emiten. Biaya modal saham preferen berupa dividen yg besarnya tetap. Oleh karena itu, saham preferen mempunyai sifat campuran antara hutang serta saham biasa. Mempunyai sifat hutang, lantaran saham preferen mengandung kewajiban yang tetap buat memberikan pembayaran dividen secara periodik. Memiliki sifat misalnya saham biasa karena saham preferen merupakan bukti kepemilikan perusahaan yang mengeluarkan saham preferen tersebut. Demikian juga ketika perusahan terpaksa dilikuidasi, maka perusahaan pemegang saham preferen mempunyai hak didahulukan sebelum pemegang saham biasa.

Pembayaran dividen saham preferen dilakukan sehabis pendapatan dikurangi pajak, sehingga porto modal saham preferen tidak perlu lagi disesuaikan dengan pajak. Biaya modal penggunaan saham preferen (kp) dihitung menggunakan membagi dividen per lembar saham preferen (Dp) menggunakan harga saham preferen ketika ini (PO).

4. Biaya Modal Saham Biasa serta Laba Ditahan
Biaya kapital saham biasa serta laba ditahan atau seringkali disatukan sebagai biaya kapital sendiri (porto ekuitas) atau kadang-kadang disebut biaya modal saham biasa saja adalah porto yang dikeluarkan sang perusahaan yg memperoleh dana menggunakan menjual saham biasa atau memakai keuntungan ditahan buat investasi. Biaya modal saham biasa atau porto ekuitas (cost of equity atau ke) bisa mengalami peningkatan secara internal dengan menunda keuntungan atau secara ekternal menggunakan menjual atau mengeluarkan saham biasa baru. Perusahaan bisa membagikan keuntungan sesudah pajak yang diperoleh sebagai dividen atau menahannya pada bentuk laba ditahan. Laba yang ditahan tersebut lalu dipakai untuk investasi (reinvestasi) di pada perusahaan. Laba ditahan yg dipakai buat investasi balik tersebut perlu diperhitungkan biaya modalnya.

Secara teoritis perusahaan yang memakai laba buat reinvestasi harus memperoleh laba minimal sebanyak taraf laba bila pemegang saham menginvestasikan dananya ke dalam perusahaan dengan tingkat risiko yg sama. Hal ini karena keuntungan sesudah pajak tadi sebenarnya adalah hak bagi pemegang saham biasa. Tingkat keuntungan yg dibutuhkan sang pemegang saham berdasarkan investasi dengan taraf risiko tertentu merupakan sebesar ke. Pemegang saham dapat memperoleh return sebanyak ke menggunakan membeli saham perusahaan lain yang homogen, sebagai akibatnya jika perusahaan tidak dapat menginvestasikan laba ditahan serta memperoleh taraf laba paling tidak sebanyak ke maka sebaiknya perusahaan membagikannya pada bentuk dividen, serta membiarkan pemegang saham melakukan investasi sendiri. Oleh karena itu biaya modal menurut penggunaan keuntungan ditahan buat investasi akan sama menggunakan porto penggunaan kapital saham biasa. Untuk menghitung porto ekuitas (ke) dipakai 2 model pendekatan yaitu: 
a. Pendekatan Model Diskonto Dividen (Dividend Discount Model) 
b. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)

a. Pendekatan Model Diskonto Dividen (Dividend Discount Model)
Model Diskonto Dividen (MDD) menjelaskan bahwa porto ekuitas (ke), adalah tingkat diskonto yang menyeimbangkan nilai sekarang dari holistik dividen per lbr saham yg dibutuhkan di masa akan datang, sebagai akibatnya porto kapital adalah faktor diskonto menurut dividen yang terdapat. 

Dari rumus pada atas terlihat bahwa besarnya ke dipengaruhi sang dividen yang diperlukan akan diterima selama periode (t). Asumsi yg dipakai pada metode ini bahwa pemegang saham akan memiliki saham tadi buat jangka saat yg tak terbatas, serta dividen yang diterima tidak mengalami pertumbuhan. Asumsi ini adalah keliru satu kelemahan contoh ini, karena saham bisa diperjualbelikan sewaktu-waktu. Sehingga pada kenyataannya contoh dividen yg mengalami pertumbuhan dirasa lebih realistis. Para investor selalu menginginkan hasil investasinya yang ditunjukkan oleh dividen yg mengalami pertumbuhan berdasarkan waktu ke saat atau menurut tahun ke tahun. 

b. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Model CAPM (contoh penetapan harga aktiva kapital) merupakan contoh penetapan porto kapital dengan menganalisis interaksi antara taraf return saham i atau Ri yang dibutuhkan menggunakan return pasar (market return atau Rm) yang terjadi. Besarnya tingkat return saham yang dibutuhkan oleh investor ini merupakan biaya kapital yang wajib dikeluarkan oleh emiten. Model CAPM ini ditentukan oleh tiga faktor yaitu: besarnya tingkat bunga bebas risiko (risk free rate, Rf), risiko sistematis yg ditunjukkan oleh koefisien beta (b) serta premium risiko pasar yg ditunjukkan oleh selisih antara return pasar dengan return saham (Rm - Ri). 

Dalam rumus pada atas terlihat bahwa besarnya return saham i yang diperlukan (Ri) dipengaruhi diantaranya oleh return pasarnya (Rm). Besarnya efek return pasar terhadap return saham individual i tergantung dalam besarnya koefisien Beta saham i (bi). Beta merupakan koefisien yang menampakan sensitivitas tingkat keuntungan sekuritas (saham) terhadap perubahan pasar. Apabila Beta = 1,00 ialah suatu saham memiliki standar deviasi atau risiko yang sama menggunakan risiko rata-rata pasar.

Portofolio (penganekaragaman) investasi yang terdiri atas saham-saham dengan beta = 1 akan memiliki baku deviasi yang sama menggunakan indeks pasar. Artinya, bila risiko portofolio saham = 1, maka sama dengan risiko pasar yang terdapat. Sedangkan saham atau sekuritas dengan koefisien beta = 0,lima berarti sekuritas itu akan berubah sebanyak 1/2 dari risiko pasar sehingga harga pasar sekuritas akan cenderung berkecimpung setengah kali perubahan pasar. Sekuritas dengan koefisien beta lebih akbar berdasarkan 1 (satu) akan memberikan tingkat laba yang lebih akbar menurut homogen-homogen pasar jika kondisi pasar membaik, dan kebalikannya menaruh taraf laba yang lebih rendah menurut rata-rata pasar jika syarat pasar melemah. Koefisien beta sekuritas yg mengukur perubahan pasar terhadap sebuah sekuritas bisa dicari menggunakan meregresikan tingkat laba sekuritas dengan tingkat keuntungan portofolio pasar. 

4. Biaya Modal Keseluruhan
Biaya kapital secara holistik adalah porto kapital yg memperhitungkan seluruh porto atas kapital yg digunakan oleh perusahaan. Telah kita ketahui beserta bahwa perusahaan akan menggunakan kapital berdasarkan asal modal asing serta modal sendiri. Oleh karena itu, porto kapital yg diperhitungkan merupakan porto kapital berdasarkan semua jenis kapital yg digunakan. Konsep porto kapital perusahaan secara holistik (overall cost of capital) bermanfaat pada kaitannya dengan evaluasi usulan investasi jangka panjang. Misalnya, bila kita ingin menentukan proyek investasi yang wajib diambil, maka kita bisa menentukannya menggunakan membandingkan besarnya porto kapital yang wajib dimuntahkan (cost of capital) dengan taraf keuntungan yang diperoleh di masa datang. Lantaran porto modal berdasarkan masing-masing asal dana berbeda-beda, maka buat memutuskan biaya kapital berdasarkan perusahaan secara holistik perlu dihitung porto modal rata-rata tertimbangnya (weighted average cost of capital atau WACC). Sebagai unsur penimbangnya adalah proporsi dana bagi setiap jenis atau sumber modal yang dipakai dalam investasi proyek tersebut

PENGERTIAN DEFINISI ECONOMIC VALUE ADDED

Pengertian, Definisi Economic Value Added
Menurut James C. Van Horne (2007:141) EVA merupakan keuntungan operasional higienis setelah pajak (Net Operating Profit After Tax-NOPAT) dikurangi beban nilai porto modal untuk modal yg dipakai. EVA adalah pendekatan spesifik yg menghitung keuntungan ekonomi yang dikembangkan sang perusahaan konsultan Stern Stewart & Co.

Sedangkan menurut Hanif serta Darsono (2009:88) EVA dapat diperoleh menggunakan mengurangkan beban modal (capital charge) dari laba operasi higienis (net operating profit). Beban kapital diperoleh menurut perkalian antara jumlah aktiva yg dipakai dengan suatu taraf tarif (rate). Selain itu berdasarkan Tunggal (2008:340) EVA merupakan suatu sistem manajemen keuangan buat mengukur keuntungan ekonomi pada suatu perusahaan, yg menyatakan bahwa kesejahteraan dapat tercipta apabila perusahaan bisa memenuhi biaya operasi (operating cost) serta biaya kapital (cost of capital). 

Adapun menurut Brigham & Houston (2006:68) EVA merupakan suatu estimasi dari laba irit yang sebenarnya berdasarkan usaha buat tahun yang bersangkutan serta sangat jauh tidak sinkron menurut laba akuntansi. Dengan istilah lain EVA adalah pengukuran pendapatan residu (residual income) yang mengurangkan biaya -porto kapital terhadap laba operasi. 

Konsep Economic Value Added (EVA)
Menurut Tunggal (2008:343) Economic Value Added merupakan pengukuran kinerja yang didasari nilai pemegang saham yg didapatkan, baik itu bertambah juga berkurang. EVA menyajikan suatuh ukuran yang baik mengenai sampai sejauh mana perusahaan telah menaruh tambah pada nilai pemegang saham. Oleh karena itu, bila manajer serius dalam EVA, hal ini akan dapat membantu memastikan bahwa mereka sudah menjalankan operasi menggunakan cara yang konsisten dengan tujuan buat memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Perhatikan juga bahwa EVA dapat dihitung untuk divisi-divisi sekaligus jua buat perusahaan secara keseluruhan, sehingga dapat menjadi dasar yg berguna buat memilih kompensasi manajerial pada seluruh tingkatan.

Menurut Tunggal (2008:350) perhitungan EVA bisa dilakukan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:

1. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Nopat merupakan laba yang diperoleh menurut operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, namun termasuk biaya keuangan (financial cost) dan “non cash bookkeping entries” seperti biaya penyusutan. NOPAT bisa dihitung dengan rumus:


2. Mengidentifikasi Invested Capital
Invested Capital merupakan jumlah semua pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities), misalnya utang dagang, porto yang masih wajib dibayar, utang pajak, dan uang muka pelanggan. Invested Capital bisa dihitung dengan rumus:
Invested Capital   = Kas + Working Capital Requirement + Aktiva Tetap

Working Capital Requirement  = (Pesediaan + Piutang Dagang + Aktiva  Lancar       Lainnya) – (Utang Dagang + Biaya-biaya yang Masih Harus Dibayar + Uang muka pelanggan)
3. Menetukan Weight Average Cost of Capital (WACC) 
Cost of Capital merupakan taraf pengembalian investasi minimum buat mendapatkan Reqquiredrate of Return (taraf pengembalian yg diharapakan sang investor atau kreditur dan pemegang saham), porto kapital dalam suatu perusahaan tidak hanya bergantung pada porto utang serta pembiayaan ekuitas, tetapi juga seberapa poly menurut masing-masing itu dimiliki pada struktur kapital. Hubungan ini dihubungkan menggunakan Weight Average Cost of Capital menurut perusahaan tersebut. Weight Average Cost of Capital (WACC) dapat dihitung dengan formulasi menjadi berikut:

Keterangan:
WACC = Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang
T = Pajak Atas Pendapatan

Biaya hutang dihitung menggunakan rumus:

Kdt = Kd (1-T)

Kd = Tingkat Bunga Pinjaman

Kdt = Biaya Utang Setelah Pajak (Cost of Debt)

T = Pajak Atas Pendapatan

Biaya Ekuitas Dihitung dengan Rumus:

                    EAT
ROE  =   -------------------------
              Modal Sendiri

Keterangan:
ROE = Return on Equity
EAT = Earning After Tax

4. Menghitung EVA Perusahaan

Setelah menghitung WACC, hasil tersebut dikalikan dengan interest capital buat memperoleh nilai capital charge, selanjutnya EVA dapat dihitung dengan memakai rumus:

Keterangan:
NOPAT = Pendapatan Bersih Operasi Setelah Pajak
Capital Charge = Biaya Modal 
WACC = Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang

Kelebihan dan Kelemahan Konsep EVA
Menurut Hanif serta Darsono (2009:88) evaluasi kinerja dengan metode Analisis EVA mempunyai kebaikan sebagai berikut:
1. Manajer sentra investasi cenderung menerima investasi yg dari ROI nir menguntungkan ROI sebagai akibatnya nir menerima walaupun secara perusahaan keseluruhannya menguntungkan.
2. Memungkinkan penggunaan Cost of Capital yang bhineka dalam jenis aktiva.

Akan tetapi EVA mempunyai kelemahan karena kurang informatif karena nir dinyatakan dalam rasio sehingga sulit digunakan menjadi indera pembanding. Jadi, jika suatu perusahaan pada mana pendapatan dalam suatu periode hanya sanggup menutupi beban operasional dan beban bunga dan membayar dividen pemegang saham, maka periode itu perusahaan gagal membangun nilai tambah. 

Perbedaan Laba Akuntansi (Accounting Profit) dengan Laba Ekonomi (Economic Profit)
Menurut James C. Van Horne (2007:142) perhitungan laba akuntansi secara eksplisit mempertimbangkan beban pendanaan ekuitas. Laba akuntansi adalah disparitas antara revenue yg direalisasi yang muncul berdasarkan transaksi pada periode eksklusif dihadapkan dengan porto-biaya yang dimuntahkan pada periode tersebut. ROI, RI serta financial ratio adalah cara-cara menilai kinerja keuangan menurut laba akuntansi. 

Laba ekonomi merupakan sumber penciptaan nilai perusahaan. Perbedaan yg mencolok antara pengukuran laba akuntansi dengan laba ekonomi yang dikenal menggunakan EVA adalah keuntungan bersih versi akuntansi hanya memperhitungkan biaya kapital dari hutang dan tidak memperhitungkan biaya modal menurut ekuitas. Sedangkan laba ekonomi memperhitungkan biaya kapital berdasarkan hutang dan porto modal berdasarkan ekuitas. Dengan kata lain EVA bisa mengidentifikasi seberapa jauh kemampuan perusahaan buat membentuk nilai bagi pemilik perusahaan.

Tolak Ukur Economic Value Added (EVA)
Menurut Gatot Wijayanto pada Fatimah (2011:14) penilaian EVA bisa dinyatakan sebagai berikut:
a. Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkkan sudah terjadi proses nilai tambah dalam perusahaan.
b. Jika EVA = 0, memberitahuakn posisi impas atau Break Even Point
c. Jika EVA < 0, yg berarti EVA negatif menunjukkan nir terjadi proses nilai tambah.

Dari penerangan diatas bisa digambarkan pada bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel Tolak Ukur EVA
Nilai EVA
Kesimpulan
Laba Perusahaan

EVA>0
Ada nilai ekonomis lebih, setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban dalam para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektainya.
Positif

EVA = 0
Tidak ada nilai irit lebih, tetapi perusahaan bisa membayarkan seluruh kewajibannya dalam para penyandang dana atau kreditur sinkron ekspektasinya.
Positif


EVA<0 o:p="">0>
Perusahaan tidak sanggup membayarkan kewajuban pada para penyandang dana atau kreditur sebagai mana yg diharapkan ekspektasi Return saham tidak dapat dicapai.
Tidak bisa ditemukan, namun apabila pun terdapat keuntungan, tidak sinkron menggunakan yang diperlukan.

Dari uraian diatas dapat ditarik konklusi, bahwa pada dasarnya EVA berfungsi menjadi: Sumber: Skripsi Fatimah 
1. Indikator mengenai adanya penciptaan nilai menurut sebuah investasi
2. Indikator kinerja sebuah perusahaan pada setiap kegiatan operasional ekonomisnya.
3. Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan menggunakan memperhatikan secara adil pera penyandang dana atau pemegang saham.

PENGERTIAN DEFINISI ECONOMIC VALUE ADDED

Pengertian, Definisi Economic Value Added
Menurut James C. Van Horne (2007:141) EVA merupakan keuntungan operasional bersih sesudah pajak (Net Operating Profit After Tax-NOPAT) dikurangi beban nilai porto kapital buat kapital yg digunakan. EVA adalah pendekatan spesifik yang menghitung laba ekonomi yang dikembangkan oleh perusahaan konsultan Stern Stewart & Co.

Sedangkan dari Hanif dan Darsono (2009:88) EVA dapat diperoleh menggunakan mengurangkan beban kapital (capital charge) menurut keuntungan operasi bersih (net operating profit). Beban modal diperoleh berdasarkan perkalian antara jumlah aktiva yg dipakai menggunakan suatu taraf tarif (rate). Selain itu berdasarkan Tunggal (2008:340) EVA merupakan suatu sistem manajemen keuangan buat mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan dapat tercipta apabila perusahaan mampu memenuhi biaya operasi (operating cost) dan biaya kapital (cost of capital). 

Adapun dari Brigham & Houston (2006:68) EVA merupakan suatu estimasi menurut keuntungan ekonomis yang sebenarnya berdasarkan bisnis untuk tahun yg bersangkutan dan sangat jauh tidak selaras berdasarkan laba akuntansi. Dengan istilah lain EVA adalah pengukuran pendapatan residu (residual income) yang mengurangkan biaya -porto kapital terhadap keuntungan operasi. 

Konsep Economic Value Added (EVA)
Menurut Tunggal (2008:343) Economic Value Added merupakan pengukuran kinerja yang didasari nilai pemegang saham yg didapatkan, baik itu bertambah maupun berkurang. EVA menyajikan suatuh ukuran yg baik mengenai sampai sejauh mana perusahaan sudah memberikan tambah dalam nilai pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer berfokus dalam EVA, hal ini akan dapat membantu memastikan bahwa mereka sudah menjalankan operasi dengan cara yg konsisten dengan tujuan buat memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Perhatikan juga bahwa EVA dapat dihitung untuk divisi-divisi sekaligus jua buat perusahaan secara holistik, sehingga bisa menjadi dasar yg berguna untuk menentukan kompensasi manajerial dalam semua strata.

Menurut Tunggal (2008:350) perhitungan EVA bisa dilakukan dengan rumus-rumus menjadi berikut:

1. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Nopat merupakan laba yg diperoleh berdasarkan operasi perusahaan selesainya dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk porto keuangan (financial cost) dan “non cash bookkeping entries” misalnya porto penyusutan. NOPAT dapat dihitung menggunakan rumus:


2. Mengidentifikasi Invested Capital
Invested Capital adalah jumlah semua pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities), seperti utang dagang, porto yang masih harus dibayar, utang pajak, serta uang muka pelanggan. Invested Capital bisa dihitung menggunakan rumus:
Invested Capital   = Kas + Working Capital Requirement + Aktiva Tetap

Working Capital Requirement  = (Pesediaan + Piutang Dagang + Aktiva  Lancar       Lainnya) – (Utang Dagang + Biaya-biaya yang Masih Harus Dibayar + Uang muka pelanggan)
3. Menetukan Weight Average Cost of Capital (WACC) 
Cost of Capital merupakan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan Reqquiredrate of Return (taraf pengembalian yang diharapakan oleh investor atau kreditur dan pemegang saham), biaya modal pada suatu perusahaan nir hanya bergantung pada porto utang serta pembiayaan ekuitas, tetapi jua seberapa banyak berdasarkan masing-masing itu dimiliki pada struktur kapital. Hubungan ini dihubungkan dengan Weight Average Cost of Capital berdasarkan perusahaan tadi. Weight Average Cost of Capital (WACC) dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

Keterangan:
WACC = Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang
T = Pajak Atas Pendapatan

Biaya hutang dihitung menggunakan rumus:

Kdt = Kd (1-T)

Kd = Tingkat Bunga Pinjaman

Kdt = Biaya Utang Setelah Pajak (Cost of Debt)

T = Pajak Atas Pendapatan

Biaya Ekuitas Dihitung dengan Rumus:

                    EAT
ROE  =   -------------------------
              Modal Sendiri

Keterangan:
ROE = Return on Equity
EAT = Earning After Tax

4. Menghitung EVA Perusahaan

Setelah menghitung WACC, output tadi dikalikan dengan interest capital buat memperoleh nilai capital charge, selanjutnya EVA dapat dihitung menggunakan menggunakan rumus:

Keterangan:
NOPAT = Pendapatan Bersih Operasi Setelah Pajak
Capital Charge = Biaya Modal 
WACC = Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang

Kelebihan dan Kelemahan Konsep EVA
Menurut Hanif serta Darsono (2009:88) evaluasi kinerja menggunakan metode Analisis EVA memiliki kebaikan sebagai berikut:
1. Manajer pusat investasi cenderung mendapat investasi yg menurut ROI tidak menguntungkan ROI sehingga tidak menerima walaupun secara perusahaan keseluruhannya menguntungkan.
2. Memungkinkan penggunaan Cost of Capital yang bhineka pada jenis aktiva.

Akan tetapi EVA mempunyai kelemahan karena kurang informatif karena nir dinyatakan dalam rasio sebagai akibatnya sulit dipakai menjadi indera pembanding. Jadi, bila suatu perusahaan di mana pendapatan dalam suatu periode hanya bisa menutupi beban operasional serta beban bunga serta membayar dividen pemegang saham, maka periode itu perusahaan gagal menciptakan nilai tambah. 

Perbedaan Laba Akuntansi (Accounting Profit) menggunakan Laba Ekonomi (Economic Profit)
Menurut James C. Van Horne (2007:142) perhitungan laba akuntansi secara eksplisit mempertimbangkan beban pendanaan ekuitas. Laba akuntansi merupakan perbedaan antara revenue yg direalisasi yang ada dari transaksi dalam periode tertentu dihadapkan menggunakan porto-biaya yg dikeluarkan dalam periode tadi. ROI, RI dan financial ratio adalah cara-cara menilai kinerja keuangan dari keuntungan akuntansi. 

Laba ekonomi adalah asal penciptaan nilai perusahaan. Perbedaan yg mencolok antara pengukuran keuntungan akuntansi dengan laba ekonomi yang dikenal dengan EVA adalah keuntungan bersih versi akuntansi hanya memperhitungkan porto modal berdasarkan hutang dan nir memperhitungkan porto kapital menurut ekuitas. Sedangkan keuntungan ekonomi memperhitungkan porto modal dari hutang dan porto modal menurut ekuitas. Dengan istilah lain EVA sanggup mengidentifikasi seberapa jauh kemampuan perusahaan buat menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan.

Tolak Ukur Economic Value Added (EVA)
Menurut Gatot Wijayanto dalam Fatimah (2011:14) penilaian EVA bisa dinyatakan sebagai berikut:
a. Jika EVA > 0, berarti nilai EVA positif yg menunjukkkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
b. Jika EVA = 0, menampakan posisi impas atau Break Even Point
c. Jika EVA < 0, yg berarti EVA negatif memperlihatkan tidak terjadi proses nilai tambah.

Dari penjelasan diatas dapat digambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel Tolak Ukur EVA
Nilai EVA
Kesimpulan
Laba Perusahaan

EVA>0
Ada nilai irit lebih, selesainya perusahaan membayarkan seluruh kewajiban dalam para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektainya.
Positif

EVA = 0
Tidak terdapat nilai irit lebih, namun perusahaan bisa membayarkan semua kewajibannya dalam para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya.
Positif


EVA<0 o:p="">0>
Perusahaan nir sanggup membayarkan kewajuban pada para penyandang dana atau kreditur sebagai mana yang dibutuhkan ekspektasi Return saham nir dapat dicapai.
Tidak bisa ditemukan, namun jika pun ada laba, tidak sesuai dengan yg dibutuhkan.

Dari uraian diatas bisa ditarik kesimpulan, bahwa dalam dasarnya EVA berfungsi menjadi: Sumber: Skripsi Fatimah 
1. Indikator tentang adanya penciptaan nilai menurut sebuah investasi
2. Indikator kinerja sebuah perusahaan pada setiap kegiatan operasional ekonomisnya.
3. Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan menggunakan memperhatikan secara adil pera penyandang dana atau pemegang saham.