GAMBAR KALIGRAFI INDAH

Berikut ini merupakan Gambar Kaligrafi Islam bergaya Tsuluts yang sangat indah karya kaligrafer Turki Hasan Jalabi (Hasan Celebi).
 من أروع ما كتبه الخطاط التركيا الأستاذ حسن جلبي وهو الذي نسب إليه لقب شيخ الخطاطين المعاصرين
Hassan Jalabi is a well – known Turkish artist and calligrapher. One "of the most celebrated masters of classical Ottoman calligraphy style"

Baca Juga : Wallpaper Indah Kaligrafi Islam


Berikut ini penampakannya :






Kaligrafi Tsulus berbunyi : 

بسم الله الرحمن الرحيم , يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ  (لقمان : 17


Hai anakku, dirikanlah shalat serta suruhlah (insan) mengerjakan yg baik serta cegahlah (mereka) berdasarkan perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yg menimpa engkau . Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).


O my son, establish prayer, enjoin what is right, forbid what is wrong, and be patient over what befalls you. Indeed, [all] that is of the matters [requiring] determination


Download arsip ini  639 kb  : اضغط هنا للتحميل 

GAMBAR KALIGRAFI PILIHAN 10

Saya lanjutkan balik memilih milih karya kaligrafi terbaik yang pernah dibuat oleh para kaligrafer. Tujuan saya adalah melengkapi koleksi, serta lebih khusus buat sebagai kesenangan mata saya. Disamping itu juga buat memudahkan aku memberikan materi materi pelajaran kaligrafi kepada para santri. Saya juga berharap kiranya gambar gambar kaligrafi ini berguna bagi semua pembaca.
Seperti yg sudah telah, saya akan pilihkan 10 gambar terbaik, lalu aku akan berusaha memberikan penerangan terhadap karya tersebut, siapa penulisnya, bagaimana isinya, sinkron hak hak yang wajib kita berikan dalam menghargai copyright orang lain. 

Berikut ini merupakan 10 gambar kaligrafi pilihan :


Karya kaligrafer Turki :  Zaki Al-Hasmi
Innama Amruhu Idza arooda syaián an yaquula lahu 
KUN FAYAKUN
Yasin ayat 82
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ 
ditulis menggunakan gaya yang sangat indah





Karya Abbas Al-Baghdady
Kaligrafi Putih diatas hitam Q.S Ibrahim 24
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ



Karya Sayyid Abdullah Zuhdi
Bagian atas mini berbunyi masalulladzi yadkuru rabbahu
Kaligrafi utama pada khat tsuluts berbunyi waaladzi laa yadzkuru rabbahu masalu
Bagian dipojok ditulis dengan naskh al hayyi walmayyiti
Bila dirangkai semuanya berbunyi 
مثل الذي يذكر ربه والذي لا يذكر ربه مثل الحي والميت
Perumpamaan orang yang mengingatvtuhannya serta orang yang tidak ingat tuhannya bagaikan orang hidup serta orang meninggal.
Kemudian didalam kotak ditulis beberapa hadis nabi pada khat naskh



Karya Dawud Bektas
maasyaa Allah  ما شاء الله
ditulis menggunakan khat diwani yang indah



Karya Haji Ahmad Arif
Tsuluts berbunyi
 نصر من الله وفتح قريب
Nashrun minallahi wabfathun qarib
Dilanjutkan dengan Surah Al Nashr lengkap menggunakan goresan pena naskh


Karya Mahfudz Ahmad Al Pakistani
Kaligrafi naskh serta tsuluts yg sangat indah, AlQurán surah Al-Qalam ayat 1-32



Karya kaligrafer Iraq, Misbah Al-Irbily
Perpaduan kaligrafi naskh dan tsuluts yg sangat indah
Al-Quran Surah Al-Alaq lengkap (ayat 1-19)






Karya Muhammad Ozcay 
Perpaduan naskh dan tsuluts menggunakan warna warni serta hiasan yg cantik
حريتي هي أغلى ما أعيش به * إن لم تكن فحياتي كلها عبث
Hurriyyati, hiya aghlaa ma a'iisyu bihi #  In lam takun fahayati kulluha abats
Kemerdekaanku, merupakan hal termahal pada hidupku #  jika dia lenyap, maka hidupku seluruhnya sia sia




Kaligrafi tsuluts bertemakan balasan infaq dijalan Allah
Al-Quran Surah Al-Baqarah 261
Karya Raudhan






Karya Sayyid Depeler
wadzkurisma rabbika (sebutlah nama tuhanmu)






Perbandingan alfabet huruf wawu goresan pena beberapa kaligrafer besar .
Setiap huruf wawu disertai tanda tangan oleh penulis

Gambar gambar kaligrafi pilihan, artikel original Kaligrafi Islam @2017.

Adapun semua gambar yg dicantumkan disini merupakan milik kaligrafer yg bersangkutan, yang kami ambil berdasarkan berbagai sumber. 



Mudah mudahan berguna.

GAMBAR KALIGRAFI ISLAM PILIHAN 4

Berikut ini merupakan gambar gambar kaligrafi arab yang kami pilihkan menurut beberapa karya master kaligrafi Islam. Semua kaligrafi ini sebisa mungkin, kami sandarkan kepada pemiliknya. Juga, kami akan berusaha membaca isinya, serta mengetahui bagaimana isi pesan yang dikandung pada gambar gambar kaligrafi arab ini. 

Bila terdapat kaligrafi yang tidak kami ketahui siapa penulisnya, atau nir kami kenali tanda tangannya, atau tidak bisa kami baca isinya maka akan kami biarkan kosong, sampai kami menerima titik jelas mengenai siapa penulisnya.





Kaligrafi Arab sangat indah dengan mengambil bentuk burung Hud Hud, karya Badr Muhammad Badr
Isi tulisannya merupakan kisah nabi Sulaiman dan Burung Hud Hud ( Al-Qurán Surah An-Naml  ayat 20)
وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَا أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ الْغَائِبِينَ

Kaligrafi Tsuluts karya Abdullah Usman. Ayat yang ditulis adalah Al-Baqarah ayat 144 :
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ

Kaligrafi bergaya Farisi karya kaligrafer wanita Narjis Nuruddin. Al-Qur'an Surh Al- Qodar lengkap.

Kaligrafi Tsuluts yang sudah melalui rekayasa digital karya Abdul Amir Al-Banay.
ٌالله غَنِيٌّ ، الله عَلِيٌّ ، الله عَلِيْم


Karya latif berdasarkan kaligrafer Baghdad Raudhon. Al-Qurán Surah ِAl-Qashas 71 :
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِن جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَٰهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُم بِضِيَاءٍ ۖ أَفَلَا تَسْمَعُونَ


 Kaligrafi Tsuluts karya Hazim Farhan berisi rangkaian latif surah At-Taubah ayat 112 :
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ 
Bagian akhir : wa bassyiril Mukminin ditulis didalam lengkungan ekor lafadz Allah.


Kaligrafi Riq'ah diambil menurut kitab pedoman belajar kaligrafi Riq'ah karya Mukhtar Alim. 
Surah Al-Baqarah ayat 197


Kaligrafi Farisi di pintu gerbang sebuah pasar pada Turki. Ditulis oleh Sami Afandi, dengan goresan pena :
al-kaasib habiibullah
الكاسب حبيب الله  
(Orang yg mau berusaha merupakan kekasih Allah)


Kaligrafi Kufi karya Ahmad bin Ahmad, meniru karya Ishom Abdul Fattah. 
Surah Al-Qolam ayat 1
Nuun. Wal Qolami wamaa yasthuruun
ن ۚ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ


Kaligrafi Farisi cantik karya Ghulam Husain Amir Khani.
álaikum bis-sukuuti fainnahu miftahus-silmi
عليكم باسكوت فإنه مفتاح السلم
Hendaklah kalian diam. Lantaran membisu itu kunci kedamaian

GAMBAR KALIGRAFI PILIHAN 11

Berikut ini kami pilihkan kembali gambar gambar kaligrafi yg dari kami adalah karya karya cantik dan menakjubkan, atau karya karya yang menarik buat dikomentari serta diberi penjelasan khusus. Disertai dengan penerangan isi tulisannya serta siapa penulisnya. 


Kaligrafi Ijazah serta Tsuluts yg sangat Indah karya Muhamad Ali al Makkawi, dengan tema perintah sholat. 

Bagian luar adalah kaligrafi ijazah dengan goresan pena: قال الله تعالى في كتابه الكريم kemudian basmalah serta Surah al Ahzab ayat 2. 

وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيراً

Hanya saja, tampaknya sang penulis galat memasukkan ayat ini lantaran ayat selanjutnya, dan ayat dibagian tengahnya berisi petikan Surah Al Ankabut ayat 45. Dugaan aku , oleh penulis hendak menulis al Ankabut 45 lengkap, namun galat. 

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ 


Kaligrafi tsulus karya Abdus Shobir Syirin Isinya merupakan petikan syair Mutanabbi :

إذا رايت نيوب الليث بارزة * فلا تظنن ان الليث يبتسم

Bila kau lihat taring taring singa menyeringai... Maka jangan sekali kali kamu menerka ia sedang tersenyum. 



Allahu Allah

Tulisan kaligrafi Allah yg dibuat berpantulan membangun bunga tulip, ditulis pada gaya kaligrafi modern atau tsuluts. 
Penulisnya merupakan Profesor Bilal Sezer, seorang kaligrafer Turki. 




Kullu man alaiha faan

كل من عليها فان / الرحمن : 26 

Ditulis dengan sangat Indah oleh kaligrafer spesialis Kufi, Jamal Kabbasi. 



Ta'awudz dan basmalah

Kaligrafi Kufi Murobba' karya kaligrafer Turki Savas Cevik berbunyi :

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. 


Kaligrafi Diwani karya Musthofa Khadir Bur Saidi

Beliau Menuliskan Al Quran Surah Al Baqarah ayat 237 
وَأَن تَعْفُوا أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۚ



Banjir Nuh

Kaligrafi tsuluts berbentuk pancaran Sumber air karya Said Nahri
Isinya adalah ayat Al Qur'an Surat Hud ayat 40 yang mendeskripsikan banjir Nuh :

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ قُلْنَا احْمِلْ فِيهَا مِن كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَن سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ آمَنَ ۚ وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ 





Kaligrafi Farisi 
Berisi qashidah Ali Mudzhirul Ajaib atau doa Nadi Aliyyan. Qashidah yg populer dikalangan penganut Syiah.


posted from Bloggeroid\


LOMBA KALIGRAFI LOKETA KECAMATAN BEJI


Seorang sahabat menghubungi saya buat menjadi juri kaligrafi. Lomba kaligrafi taraf SD. Saya sanggupi. Lomba diadakan di SDIT Darul Abidin Beji.

Semula aku mengira hanya lomba intern saja. Ternyata acaranya cukup besar . Pesertanya adalah Sekolah Dasar Negeri/Swasta dikecamatan Beji. Acaranya bertajuk LOKETA (Lomba Keterampilan Agama). Diselenggarakan oleh Asosiasi Pengajar Pendidikan Agama Islam Indonesia.

Ada 8 mata lomba yang dilombakan, termasuk kaligrafi. Untuk juri lomba kaligrafi saya ditemani ustadz Ahmad Solahuddin alumni Pesantren Qatrunnada.

Berikut ini catatan saya terkait lomba kaligrafi, siapa memahami berguna buat surat keterangan lomba sejenis.

Materi yang dilombakan adalah menulis surah al Fiil. Tulisan primer adalah khat Naskhi. Waktu yang diberikan 2 jam.

Kriteria penilaian yang dibentuk panitia adalah :
1. Ketepatan tulisan (nilai 50%). Meliputi kebenaran kaidah khat, dan keakuratan penulisan.
2. Kerapihan goresan pena (30%) mencakup kebersihan serta keteraturan goresan pena.
3. Variasi tulisan (nilai 20%). Sebenarnya aku kurang paham dengan kriteria terakhir ini. Karena murid hanya menulis dengan khat naskhi, tanpa variasi khat lain. Maka poin ini diisi dengan estetika ornamen atau hiasan.

Peserta membawa indera tulis sendiri sedangkan panitia hanya menyediakan kertas gambar A3 yang telah pada stempel.

Pesertanya anak Sekolah Dasar kelas 1 sampai kelas tiga. Lantaran itu pesertanya terlihat mini mini . Namun mereka sangat bersemangat. Tampak anak anak ini begitu asyik berlomba. Beberapa antara lain mahir memakai kuas. Ada jua yg telah mahir memakai pena kaligrafi. Kebanyakan mereka bawa pena Artline dan Snowman ukuran 3 mm. Diantara mereka jua terdapat yg sudah siap menggunakan cetakan ornamen (mal). Yang menarik, poly jua peserta yang kidal (menulis dengan tangan kiri).

Penjurian


Sebelum mulai, juri diminta naik keatas panggung. Kemudian para juri membaca sumpah beserta sama, bahwa mereka akan melakukan penjurian dengan amanah, obyektif dan netral. Setelah disumpah, juri eksklusif menuju ketempat lomba masing masing.

Pada lomba kaligrafi, juri hanya mengawasi saja. Kegiatan penjurian kaligrafi baru dilakukan setelah karya terkumpul. Saat itulah para juri bekerja keras. Menilai sebaik mungkin serta seobyektif mungkin. Setelah selesai, hasil evaluasi aku serta output evaluasi juri lainnya pada olah bersama. Hasilnya diputuskan beserta.

Apa yg terlihat dari karya anak anak ini?

Rata homogen mereka mempunyai karya yang indah dalam hiasan dan ornamen. Sedangkan dalam ketepatan goresan pena, mereka poly yg luput. Banyak yang lupa meletakkan titik, atau kehilangan satu istilah. Bahkan terdapat yg hiasannya cantik akan tetapi belum selesai menulis ayatnya. Kesalahan yang sangat wajar dan bisa dimaklumi buat tingkat anak SD.

Hanya saja, kesalahan tersebut menciptakan nilai mereka berkurang. Nilai ketepatan tulisan diberi porsi besar oleh panitia. Sedangkan hiasan memiliki poin nilai paling mini . Maka hasilnya, banyak karya yang sangat cantik tetapi tidak bisa dipilih sebagai juara karena mempunyai kesalahan nyata dalam tulisan. 

Tentu hasil ini tidak bisa memuaskan seluruh orang. Mungkin ada yg merasa karya anaknya bagus, namun tidak juara. Tapi bagi aku , yang penting anak anak peserta lomba sudah berkarya. Dan mereka senang saat berhasil menyelesaikannya.




Berikut ini karya karya yg relatif menonjol (yang mungkin sebagai juaranya) :


PENDEKATAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SERTA KOMBINASINYA DALAM PENELITIAN PSIKOLOGI

Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi
Kota sebagai hunian dengan representasi pembagian kota secara spasial adalah sebuah hubungan sosial yg terjadi dimana manusia berpikir mengenai global melalui lingkungan yang terbangun. Kawasan kota misalnya padat atau lengang, kelas menengah atau kelas bawah, daerah kondusif atau rawan, usaha atau pemukiman juga glamour ataukah miskin, seluruh ini merupakan representasi nyata menggunakan mengungkap beberapa aspek kota dimana representasinya mempunyai kekuasaan buat membatasi tindakan atau mengendapkan masalah tertentu.

Permasalahan kota pada hal visualisasi representasi kota sebagai tempat yg bersih, sehat, tidak mengganggu pemandangan, rapi dan tertata berakibat kota mempunyai bukti diri ruang yang tidak bisa dipungkiri serta kukuh. Pribadi kota seperti inilah yang mengakibatkan pekerja seni (seniman) kesulitan pada membuatkan daya imajinasinya dalam sebuah ruang yang bernama ruang publik. Sementara ruang publik sendiri diakui menjadi bagian dari bukti diri kota yg harus memenuhi standar menjadi kota yang higienis serta tertata.

Juergen Habermas menyebut ruang publik sebagai ruang yang dipakai secara individu serta secara prinsip dalam menggulirkan perihal sehingga bisa melahirkan debat generik (pada Barker, 2005: 154). Ruang ini tidak terbatas pada lingkup ruang tertutup namun jua ruang terbuka yang seharusnya dilindungi oleh negara agar dipakai secara meluas. Ruang publik belakangan menjadi pudar ketika ruang tersebut dihadapkan pada perkembangan kapitalisme yg mengarah kepada monopoli dan penguatan negara. Dalam perkembangan seni publik, hampir nir ada ruang publik yg sanggup mewadahi seniman pada menggulirkan perihal mereka.

Public art (seni publik) pada tentang seni rupa sendiri pada lingkup yang lebih menyempit merupakan seni yg dibentuk secara individu juga grup yang memakai prinsip-prinsip eksklusif dalam menggulirkan ihwal melalui karya seni rupa. Bentuk seni publik sendiri antara lain meliputi performance art, instalation art, happening art, stencil, graffiti, mural, poster, serta lain-lain. Graffiti yg terlanjur pada-cap sebagai karya vandalism kurang mendapat loka pada hati masyarakat.

Graffiti tampaknya menjadi aspek yg bisa memunculkan reaksi beragam pada konteks kepedulian lingkungan. Efek yg dihasilkan berdasarkan graffiti telah membangun ruang berapresiasi dengan segala macam penafsiran. Nilai visual (estetis) yang seharusnya terdapat pada karya seni - pada hal ini graffiti - pada konteks rapikan kota tidak lagi diindahkan. 

Tulisan ini bertujuan buat menemukan secara ilmiah motivasi bomber dalam membuat graffiti pada Surabaya lalu menghubungkan hasrat bomber dalam berkarya menggunakan kepentingan kota dan memberikan argumentasi ilmiah mengenai partisipasi graffiti pada perkembangan sosial kota. 

DEFINISI GRAFFITI
Manco menuliskan bahwa seni graffiti senantiasa berkembang secara monoton (Manco, 2004:7). Setiap hari, lapisan cat serta poster-poster yang baru saja ditempel, bermunculan hanya pada saat semalam pada tiap kota yg ada di semua dunia. Proses pembaharuan yg terjadi secara terus-menerus terhadap tanda-tanda dan karya seni – karya seni ini dibuat pada atas lapisan karya graffiti lama yang sudah memudar dan pada bagian atas-permukaan yang rusak dari sebuah kota. Tampaknya, graffiti memang sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan menurut sebuah kota.

Sebenarnya, apakah yg dimaksud dengan graffiti? Susanto menyebutkan, bahwa graffiti berasal berdasarkan kata Italia “graffito” yang berarti tabrakan atau guratan (2002:47). Penulis Arthur Danto (2002:47) menyebutnya dengan demotic art atau yg memiliki dan memberi fungsi dalam pemanfaatan aksi corat-coret. Pada dasarnya aksi ini dibuat atas dasar anti-estetik dan chaostic (bersifat merusak, baik menurut segi fisik maupun non-fisik).

Graffiti (juga dieja grafitty atau grafitti) adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi rona, garis, bentuk serta volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yg digunakan umumnya cat semprot kaleng. Menurut Wikipedia (n.D., 19 Januari 2006), graffiti adalah keliru satu goresan pena ataupun penanda yg dengan sengaja dibentuk sang insan dalam suatu permukaan benda, baik itu milik langsung ataupun publik. Sebuah graffiti bisa berupa sebuah karya seni, gambar ataupun istilah-istilah. Ketika suatu graffiti dikerjakan tanpa sepengetahuan pemilik properti, maka graffiti tadi bisa dikategorikan menjadi sebuah vandalism. Graffiti sendiri telah ada paling tidak sejak peradaban kuno seperti zaman Yunani Klasik serta Kerajaan Roma. 

Kata “Graffiti” merupakan kata jamak menurut “graffito”. Bentuk singularnya sendiri cenderung tidak jelas ialah dan dalam sejarah seni penggunaan istilah tersebut mengacu pada pembuatan karya seni yg didapatkan menggunakan menggoreskan/mengguratkan desain pada suatu bagian atas. Istilah lain yang berhubungan dengan graffiti adalah sgraffito, yaitu suatu cara menciptakan desain menggunakan menggores melalui satu lapisan menurut suatu warna/pigmen buat menampakan lapisan yang ada dibawahnya. Semua kata-istilah ini asal berdasarkan bahasa Itali, yaitu graffiato, bentuk lampau berdasarkan graffiare (to scratch/ menggores); para produsen graffiti pada zaman dulu menggoreskan karya mereka pada tembok-tembok sebelum adanya cat spray, misalnya yang kita lihat pada mural-mural atau fresko. Kata ini berasal dari bahasa Yunani γραφειν (graphein), yg artinya “menulis”. 

Bambataa menyebutkan, bahwa graffiti atau graf adalah salah satu berdasarkan empat unsur pada kultur hip-hop (2005:85). Tiga unsur lainnya adalah break dancing, DJ-ing dan rappin’. Graffiti dimulai sebagai seni urban underground yang ditampilkan secara mencolok pada area-area publik, biasanya di tembok-tembok gedung. Graffiti digunakan sang para masyarakat kota untuk menyatakan komentar sosial dan politik, seperti halnya geng-geng biasa mengungkapkan tempat yang sebagai kekuasaannya. Tidak ada kesepakatan kapan graffiti lahir dan tentang loka kelahiran awal graffiti. Namun beberapa referensi mengungkapkan bahwa graffiti dimulai di New York pada awal 1970-an bersamaan menggunakan lahirnya breakdance.

Meskipun ada asumsi bahwa graffiti ‘klasik’ mengalami stagnasi dalam pergerakannya, namun selentingan melalui majalah graffiti yg muncul belakangan ini ataupun kunjungan ke hall of fame setempat menunjukkan menggunakan kentara bahwa terdapat begitu banyak perubahan yang terjadi sejak tahun 1980-an. Dalam pemberontakan terhadap gaya generik, seniman menghancurkan peraturan graffiti yg nir tertulis buat menciptakan bentukan grafis yang baru dan imej lain diluar 3-D serta penulisan wild-style.

Graffiti artistik sendiri memilih pada bentuk tag (tulisan) yg terolah melalui bahasa visual yg estetik. Secara bentuk, graffiti tadi dituliskan menggunakan pemanfaatan logotype atau juga kaligrafi yang biasa disebut di kalangan street artist menjadi street logos (Manco, 2004:8). Penggunaan tag secara pictographic symbol seringkali dipakai buat menerangkan berkomunikasi secara visual dengan audiens. Sehingga akan mudah didapati graffiti yang seakan tidak bermakna, tetapi bila dibaca menggunakan sangat teliti melalui proses pembacaan graffiti yg rumit, maka graffiti artistik menyimpan poly makna yang sarat pesan sosial.

Dari bentuk yg lain, graffiti artistik akan ditemui melalui penggunaan warna yg maksimal . Penggunaan warna ini mendukung dalam pemilihan bentuk graffiti yg dibentuk. Warna umumnya menyesuaikan dengan space yang ada, meskipun kebanyakan rona yg dipakai merupakan rona-warna cerah.

Tabel 1. Klasifikasi Variabel Penelitian

No.

Subjek

Lokasi

Parameter

1.
Graffiti Artistik
Jl. Pemuda, Jl. Basuki Rachmat,  Jl. Ngagel, Rungkut Industri, Dinoyo, Jl. Jemursari, Jl. Margorejo, Jl. A. Yani, Jl. Kutisari, Kompleks Masjid Agung Surabaya
- Pengolahan dalam tipografi
- Pengolahan pada warna
- Pengolahan pada pola serta bentuk
2.
Ekologi Visual
---idem---
- Simbiosis mutualisme
- Kesatuan menggunakan lingkungannya
3.
Sosio-Kultural Kota
---idem---

- Menyiratkan budaya lokal
- Membangun kultur setempat
- Pola juga bentuk graffiti yg melokal


Tabel dua. Perbedaan Graffiti Artistik serta Graffiti Non-Artistik


Graffiti Artistik

Graffiti Non-artistik

Bahan serta media
- Cat semprot atau aerosol. Namun pada beberapa kota di Indonesia termasuk Surabaya selain cat semprot pula menggunakan cat tembok.
- Dinding berupa tembok tempat tinggal , gedung, pagar, indera transportasi.
- Cat semprot
- Spidol
- Dinding berupa tembok rumah, gedung, pagar, alat transpor-tasi.
Pola dan bentuk
- Bubble, yaitu gaya pola yg umum digunakan writer atau bomber buat melakukan throw up (menggrafiti dengan cepat)
- Wildstyleatau semi wildstyle, yaitu gaya yang sejenis dan biasa dipakai dan terkenal bagi para writer. Ciri gaya pola ini adalah menggunakan ornamen seperti tanda panah, bintang, dll.
- 3D, yaitu gaya pola yang mengesankan kesan tiga dimensi.
-Taki. Bentuk ini nampak misalnya tanda tangan. Hanya sekedar tulisan (tagging). Ini yg kemudian sering diklaim sebagai corat-coret.


Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam serta observasi ke lapangan langsung. Wawancara dilakukan sang peneliti terhadap 6 informan. Informan tersebut merupakan galat satu bomber yang tergabung pada beberapa grup. Kelompok bomber di Surabaya terdiri berdasarkan 4 informan, sedangkan bomber dari Jakarta ada dua informan. Informan dari Jakarta dibutuhkan dalam wawancara khususnya yg berkenaan menggunakan sejarah graffiti mulai berkembang pada Indonesia.

Wawancara dilakukan menggunakan terbuka, artinya pihak informan mengetahui maksud diwawancara dan mereka juga memahami bahwa sedang diwawancara. Berikut ini profil informan yang sengaja menggunakan inisial demi kepentingan privasi mereka, mengingat asumsi poly orang termasuk pemerintah kota yg menduga graffiti merupakan wujud seni yang menghambat keindahan kota sehingga pelaku graffiti mampu dianggap sebagai kriminal. Kriteria yang diambil menjadi informan adalah:
  • Telah menciptakan karya graffiti di beberapa titik kota Surabaya 
  • Aktif pada berkarya, minimal 1 tahun. 
  • Graffiti yg dihasilkan adalah yang berjenis artistik graffiti 
  • Sering melakukan prodo atau berkarya beserta-sama menggunakan gerombolan graffiti lain 
  • Kerjasama selama proses penelitian sangat baik. 
Tabel tiga. Profil Informan

No

Nama(inisial)

Usia

Profesi

Kelompok

1.
B
20 thn
Mahasiswa ITS semester 2 jurusan Planologi
Public Enemy (Surabaya)
2.
H
19 thn
Siswa SMA Santa Maria kelas 3
Yuck Fou (Surabaya)
3.
D
22 thn
Mahasiswa UK Petra jurusan DKV
Yuck Fou (Surabaya)
4.
M
19 thn
Siswa SMA St. Louis kelas 3
Humble (Surabaya)
5.
A
28 thn
Art Director sebuah agency
Total Terror (Jakarta) - Tembokbomber
6.
O
27 thn
Mahasiswa Interstudi Jakarta jurusan Desain
Artcoholic (Jakarta)

Wawancara selain dilakukan terhadap informan pula dilakukan terhadap 2 narasumber ahli. Narasumber dilakukan buat menggali relevansi graffiti pada hal ekologi juga sosio-kultural kota. Berikut profil narasumber pakar yang diperlukan dalam penelitian ini:
Tabel 5. Profil Narasumber

No.

Nama

Jabatan sekarang

Bidang Keahlian

1.
Dra. Pinky Saptandari, MA
- Sekretaris Jendral Dewan     Kota Surabaya
- Dosen Antropologi Universitas Airlangga
- Antropologi Kota
- Budaya Lokal
2.
Ir. Freddy H. Istanto, MT
- Dosen Arsitektur UK Petra  Surabaya
- Urban Space
- Ruang Publik

Gambar  Profil Narasumber

Motivasi Membuat Graffiti
Berdasarkan hasil wawancara yg dilakukan terhadap para bomber, diketahui bahwa motivasi buat membuat graffiti nir lain merupakan buat memperindah kota di samping faktor sekedar menunjukkan dirinya melalui graffiti. Hal ini diungkapkan sang M, bomber menurut Humble serta H, bomber menurut grup Yuck Fou. Tentu pendapat ini masih menyebabkan perdebatan dalam mengidentifikasikan mengenai keindahan kota. Pemkot Surabaya yang jelas memandang estetika kota relevan dengan kebersihan dimaknakan terbalik sang bomber Surabaya. Mereka berpendapat bahwa kebersihan tidak relevan dengan estetika. Tembok yang dicat putih bukanlah keindahan, namun kebersihan. Bersih bagi mereka belum tentu latif, sedangkan indah sanggup dimaknai menggunakan bersih. 

Di sisi lain, mereka tidak menampik pendapat bahwa terdapat sisi vandalisme yang dilakukan oleh bomber. B, bomber menurut Public Enemy mengakui bahwa terdapat semacam gejala ideologi yg menyebutkan bahwa menciptakan graffiti memang harus bersifat vandalis. Graffiti Surabaya yang masih baru berkembang dan jiwa muda yg terdapat dalam kepribadian mereka tidak bisa dilepaskan menurut semangat pemberontakan, anti kemapanan serta tantangan. Ingin memberitahuakn diri bahkan nir malu-membuat malu menyebut dirinya sebagai seorang vandalis menjadi kebanggaan tersendiri seseorang bomber.

Untuk pendapat ke 2 inilah, graffiti artistik mencicipi bahwa keberadaan mereka sanggup terganggu oleh ulah bomber yg memang bermaksud Mengganggu. Ideologi vandalis dalam graffiti benar-sahih mereka telan mentah-mentah yang terkadang tidak sinkron menggunakan konteks budaya lokal.

Perlawanan secara vandalis melalui graffiti memang dilakukan oleh anak belia pada Amerika Serikat serta Inggris awal mulanya dan kemudian berkembang ke nagara-negara lain termasuk Indonesia. Tetapi secara konteks kelokalan, vandalis yg dilakukan oleh bomber di Amerika Serikat dan Inggris tersebut tidak tanggal dari kebuntuan mereka nir menikmati kembali ruang publik di samping secara politis dilakukan sang anak belia yang anti mall, anti kemapanan dan anti pemerintah.

Di Jakarta, seperti diungkapkan sang O dari Artcoholic serta A menurut Tembokbomber, yang dilakukan sang bomber pada membuat graffiti adalah ketidaksukaan mereka terhadap bidang tembok yang dibiarkan tidak terawat serta begitu semrawutnya poster-poster iklan dan pamflet ditempelkan di dinding-dinding kota. Ada ketidakadilan dalam memaknai antara graffiti dan poster iklan dari pihak pemerintah kota. Dari konteks misalnya ini saja sanggup ditinjau bahwa motivasi menciptakan graffiti antara anak muda pada negara Barat dengan di Indonesia tidak sama. Menurut O dan A, tidak terdapat vandalisme pada graffiti toh mereka tidak menggempur dan membongkar tembok maupun dipecah-pecahkan, tetapi justru memberi sentuhan artistik buat tembok yang nir dirawat. Begitu jua terdapat pemilihan lokasi yang tepat untuk digraffiti, tidak asal ngebom.

Berikut ini adalah tabel yg menjelaskan alasan bomber membuat graffiti pada tembok-tembok kota:
Tabel 6. Alasan Membuat Graffiti

No.

Nama (inisial)

Kelompok

Alasan membuat graffiti

1.
B
Public Enemy
- Memperindah kota
- Daripada mabuk-mabukan juga beli narkoba, mendingan uangnya dipakai buat beli cat aerosol
2.
H
Yuck Fou
Ingin membuat sesuatu yang beda pada kota, jika corat-coret justru mengotori, tapi bila dibentuk artistik justru akan bangga dilihat orang.
3.
D
Yuck Fou
Memperindah kota
4.
M
Humble
Memperindah kota
5.
A
Tembokbomber
- Ingin membuat karya pada jalan
- Menghias kota
6.
O
Artcoholic
- Ingin membuat karya pada jalan
- Menghias kota

Graffiti: Tembok Tak Terawat dan Terawat

Sasaran primer kaum bomber adalah dinding atau tembok yg tidak terawat. Tembok yang dicat putih bersih tidak pernah menjadi sasaran empuk bomber yang mengerjakan graffiti artistik. Bilapun terdapat, maka sanggup dipastikan graffiti tersebut bukanlah graffiti artistik melainkan berupa tagging belaka. Bentuk seperti ini memang sebagai semacam ‘musuh’ bagi bomber graffiti artistik. Jangankan tembok yg dicat putih bersih, karya graffiti artistik pun mereka timpa dengan goresan pena atau istilah-kata yang justru semakin memperburuk gambaran.

Gambar Tagging dalam jembatan layang Gubeng sisi kiri Monkasel

Oleh lantaran itulah, evaluasi keburukan gambaran bersih tidak disama-ratakan pada semua bentuk graffiti. Ada graffiti yang memang benar-sahih bertujuan untuk memperindah kota, tetapi ada jua graffiti yg memang buat menghambat yg indah dan baik. Melihat tujuan graffiti artistik seperti di atas, maka pemilihan loka pun direncanakan sebaik mungkin. Tembok yang tak terawat terlebih pada jalan-jalan primer atau strategis mereka timpa menggunakan graffiti artistik. 

Tembok yang tidak terawat tadi, menurut H menurut Yuck Fou diasumsikannya menjadi bentuk pengingkaran terhadap hak miliknya sendiri. Artinya adalah mereka yang mempunyai tembok tidak mampu merawatnya, karena itulah bomber merogoh alihnya menggunakan maksud menghilangkan kesan tak terawat dengan bahasa rupa yaitu graffiti artistik. Kalaupun ada tembok yang terawat hingga dicat putih bersih tetapi terdapat graffiti artistiknya, itu lantaran terdapat permintaan dari pemilik tembok tadi.

Bentuk ‘pengambil alihan’ tembok yang tak terawat tadi sebagai bentuk kepedulian tentang bangunan pada jalan-jalan strategis yang nir merawatnya dengan baik, sehingga mengakibatkan kesan kotor berdasarkan setiap pengendara kendaraan yg melintasinya. Tembok tidak terawat didefinisikan mereka, menjadi berikut:
1) Tembok yang dibiarkan kumuh, sebagai akibatnya poster serta pamflet iklan sangat gampang menempelkannya. Tembok semacam ini akan segera ditimpa oleh graffiti.
2) Tembok yg dahulunya putih bersih, namun lama kelamaan memudar, bahkan warnanya cenderung agak coklat dan kehitaman atau kehijauan karena lumut. Untuk tembok yang misalnya ini, umumnya sebelum ditimpa graffiti, bomber akan mengecatnya dulu menggunakan rona putih buat mengakibatkan kesan segar.
3) Tembok yg dibiarkan rusak. Biasanya tembok ini dibiarkan beberapa bagiannya telah rusak dan oleh pemiliknya langsung ditindas menggunakan warna putih. Dalam jangka waktu ke depan, bagian yang rusak ini sebagai sangat kelihatan bentuknya dan mengurangi nilai kebersihan serta estetika. Dengan anugerah warna, rusaknya bagian tembok mampu diminimalisir.
4) Tembok pada ruang publik serta milik generik, namun nir dirawat keberadaannya. Lokasinya yang memungkinkan publik melihat lantaran berada di loka strategis berakibat titik ini nir berkesan indah lantaran nir dirawat oleh instansi terkait. Biasanya berupa tembok pada fly over serta lapangan. 

Selain tembok yg tidak terawat tersebut, kaum bomber jua mengarahkan sasarannya dalam tembok yg terawat. Tembok yang dicat putih pun menjadi sasaran mereka. Berbeda dengan tagging yang asal menciptakan graffiti, nmaun tak terlihat estetis, graffiti yang dibentuk secara artistik ini merupakan cara mereka menawarkan cara lain jika tembok nir hanya dicat putih. 

Pendapat ini menguatkan gagasan mereka, bahwa kota tidak hanya bersih tetapi pula harus latif. Belum lagi panasnya kota oleh terik matahari, membuat rona putih terasa menyilaukan mata serta tampak semakin monoton. Pengendara kendaraan pun bisa menikmati gambar-gambar yang dibuat hanya sekedar melepas kepenatan mereka mengendarai kendaraan serta mengusir rasa kesal terhadap kemacetan lalu lintas kota. Memang lantaran tidak adanya kompromi dengan pihak pemilik berakibat graffiti tetap menjadi ’musuh’ bagi mereka yang cinta dengan rona putih. Gagasan mereka secara underground disikapi miring, karena ruang tersebut adalah ruang hunian yg bersifat privasi. Kalaupun tembok tersebut milik publik, kejengahan kaum bomber tadi dievaluasi sebagai bisnis buat ’merebut’ balik ruang publik yg selama ini sudah dikuasai oleh pembangunan gedung-gedung pencakar langit. 

Memang pada gagasan ini sikap underground sebagai perkara utama, hal ini tidak sanggup dilepaskan dari perilaku mereka sebagai anak belia yang ingin mendobrak tatanan, anti kemapanan dan pemberontak. Sikap underground ditunjukkan dengan nir adanya ijin menurut pemilik tembok dan melakukan graffiti umumnya berdasarkan sore menjelang malam atau pada tengah malam hingga pagi hari. Berikut ini tembok terawat yang menjadi incaran mereka:
1) Tembok milik publik. Meskipun dirawat, tetapi kejengahan kaum bomber yang tidak bisa melihat tembok dicat putih dijadikan sasaran empuk olehnya. Menurut mereka tembok publik yg dicat putih bersih tidak mencerminkan estetika, tetapi kebosanan serta menciptakan silau dalam mata, apalagi jikalau terik mentari di siang hari begitu menyengat. Inilah yang ditentang oleh mereka. Biasanya pagar yang membentang panjang. 
2) Tembok milik langsung. Beberapa kawasan yang dijadikan sasaran umumnya adalah perumahan. Masih menggunakan alasan mereka, bahwa warna putih sangat membosankan dan menyilaukan mata, mereka jua berpendapat bahwa kebersihan bukanlah keindahan namun kemapanan. Graffiti artistik pada daerah ini sebagai ‘jelek rupa’ karena secara teknis belum semaksimal karya graffiti seperti halnya di Jakarta dan Jogjakarta, sehingga penghuni tempat tinggal di daerah perumahan yang biasanya mempunyai nilai rasa terhadap artistik visual tinggi belum menilai positif graffiti artistik tersebut. Selain itu penggarapan yg terkesan tidak terkoordinasi dengan baik, berakibat karya graffiti di beberapa loka secara visual kurang menarik, meskipun yg dikerjakannya merupakan graffiti artistik.

Graffiti yang hanya mengejar kuantitas belaka tentu nir mengakibatkan interaksi yg kuat dengan lingkungannya. Semakin banyaknya graffiti tanpa melihat faktor lingkungannya hanya akan semakin menambah ‘sampah visual’ misalnya halnya pamflet dan poster iklan. Bagi bomber-bomber yang baru turun ke jalan, hal yg harus mereka mengerti merupakan graffiti bukan hanya sekedar tren, namun graffiti pula indera komunikasi. Secara ekologis, jika semangat menciptakan graffiti semata-mata mengikuti tren, maka keseimbangan lingkungan tidak tercapai. Banyaknya jumlah graffiti pada Surabaya tidak seimbang menggunakan apresiasi yang jelek terhadap graffiti. Graffiti yang seharusnya dapat memperindah kota, justru terjebak dalam ‘sampah visual’ yg hanya semakin menambah hiruk pikuk kota. Graffiti yg segar serta sedap dicermati mata merupakan graffiti yg memperhatikan menggunakan akurat perwujudan nilai rupa yang mendukung sikap lingkungan. 

Definisi Vandalisme
Mendefinisikan vandalisme itu sulit lantaran umumnya apa yang disebut menjadi vandalisme itu sendiri umumnya bergantung pada bagaimana situasi dimana insiden terjadi. Untuk menggolongkannya menjadi ekpresi dari agresi dan perusakan saja tidaklah cukup, lantaran destruksi itu sendiri tidak mampu dibedakan bahkan dari tipe-tipe perilaku yg lain dimana elemen-elemen ini pula akan tampak. 

Mungkin sanggup lebih membantu menggunakan mulai memilah-milah apa saja yang bukan termasuk pada pada vandalisme. Sebagai contohnya, jika seseorang merusakkan sesuatu, entah disengaja atau tidak, serta lalu mulai memperbaiki kerusakan tadi, hal ini tidak dilihat sebagai suatu aktivitas destruksi. Bila seorang merusakkan sesuatu yang adalah miliknya sendiri, ataupun barang-barang yang sudah dibuang sebagai akibatnya barang-barang tadi nir dimiliki oleh siapapun juga maka hal yang sama berlaku. 

Hal yang sama tidak akan berlaku bila benda dirusakkan pada konteks dimana “letting go” disahkan menjadi suatu aktivitas, seperti di adventure playground. Yang terakhir, pada beberapa keadaan, aktivitas Mengganggu dijalankan atau dilakukan sang penguasa setempat dan oleh karena itu tentu saja tidak dapat dikatakan sebagai tindakan vandalisme: contohnya, ketika mereka menyebabkan suara-bunyian (polusi udara) lantaran suara bangunan yang diruntuhkan sebagai bagian berdasarkan pembangunan ulang kota.

Dari sini paling nir kita menerima tiga definisi elemen dari vandalisme yang bisa digambarkan sebagai berikut, yaitu:
1. Jika hal tadi menghambat barang-barang yang dimiliki sang seseorang (entah barang tadi terlihat dimiliki atau tidak oleh seorang).
2. Bila hal tadi menghambat properti milik orang lain; serta (c) apabila hal tadi merusak apa yang nantinya harus diperbaiki sang orang lain.destruction (penghancuran: The act of destroying; a tearing down; a bringing to naught; subversion; demolition; ruin; slaying; devastation), defacement (perusakan, tindakan mencacatkan atau merusakkan bagian atas atau penampakan berdasarkan sesuatu), breakage, graffiti, damage: konduite yang misalnya apakah yang dapat digolongkan sebagai vandalisme? Pada bahasan tentang vandalisme ini kita hanya akan mengacu menggunakan aktivitas yang didefinisikan pada bagian 1(I) berdasarkan the Criminal Damage Act,1971 (Griffiths dan Shapland, 1979:11)

Seseorang yang tanpa kuasa aturan yg absah mengijinkan penghancuran ataupun pengrusakan terhadap property milik seorang, apapun bentuknya, pada pemikiran yang lain buat menghancurkan atau menghambat property apapun ataupun bertindak sembrono seakan-akan properti tersebut akan dihancurkan atau dirusak maka akan dinyatakan bersalah lantaran melakukan pelanggaran.

Vandalisme umumnya pribadi mengarah ke properti umum. Hal ini mungkin dikarenakan properti generik tidak diidentifikasikan kepemilikannya (meskipun dalam kenyataannya dimiliki, tetapi kepemilikannya nir jelas) sehingga tindakan perusakan terlihat kurang patut buat dicela, dan pula kemungkinan bagi pelaku untuk dilarang atau ditangkap lebih mini , lantaran properti umum nir menerima strata yang sama dengan supervisi individual menjadi mana layaknya properti milik eksklusif. Adanya pandangan bahwa properti generik merupakan “milik orang lain” sebagai akibatnya sebagai tambahannya, maka akan terdapat “orang lain” yg akan memperbaiki. 

Vandalisme, kelihatannya, adalah bagian berdasarkan serangkaian konduite yang dimulai menurut bentuk ketidakpedulian yg paling umum terjadi, misalnya membuang sampah, dan dilanjutkan dengan penanganan-penanganan yg kasar – menabrakkan kereta dorong ke pintu kaca berputar, mengambil jalan pintas melalui tanaman yg baru ditanam di kebun bunga – sampai ke tingkat dimana perusakan menjadi disengaja: kaca yg pecah lantaran butiran peluru menurut senapan angin, menghancurkan perabot-perabot serta membongkar selang pemadam kebakaran. Hampir sanggup dipastikan, bahwa kebanyakan orang yg bertanggung jawab atas tindakan vandalisme ini tidak akan berlaku sama terhadap barang milik langsung mereka, karena mereka akan sebagai orang yg wajib memperbaikinya. 

Apa yang dilakukan oleh grup bomber pada menciptakan graffiti, memang tetap digolongkan sebagai aksi perusakan apapun bentuknya. Graffiti bagi mereka acapkali diartikan sebagai perwujudan seni publik meskipun media yg dipakai memakai media orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Namun demikian, graffiti yg dianggap sebagai permainan kekanakan ini dimaknai pula sebagai permainan yg santai serta lebih bersifat spontanitas. Marshall mengungkapkan pentingnya apa yang disebut sebagai seseorang ‘releaser’ (pembebas) buat membentuk daya tarik lain yg akan memadamkan/menyurutkan permainan kekanakan ini (dalam Griffiths dan Shapland, 1979:15). Seorang ‘pembebas’ merupakan sebuah penanda dalam suatu lingkungan yang mengijinkan pelanggar buat menilai perbuatan mereka sebagai sesuatu yang nir serius atau bahkan tidak penting sama sekali. Inilah kenapa jendela-jendela pada tempat tinggal -rumah yg kosong begitu seringnya kedapatan dipecahkan (terutama di blok yang diketahui sedang berada pada proses pembongkaran) atau mobil yg terlihat ditinggalkan begitu saja adalah korban destruksi yg empuk. Dengan istilah lain, anak-anak merespon kepada kesempatan saat kelihatannya mereka bisa bersenang-senang tanpa adanya kehadiaran pemilik atau penjaga yang akan mencegah atau bahkan mengkomplain mereka.

Dampak Graffiti Terhadap Ekologi Visual 
Ekologi visual berkaitan dengan interaksi antara wujud-wujud rupa menggunakan lingkungan sekitarnya, misalnya pemukiman, perkampungan, perumahan, persawahan, perkantoran serta tempat-tempat lainnya. Produk-produk seni visual yg pula wujud dari rupa ikut bertanggung jawab terhadap ekuilibrium lingkungan ini. 

Graffiti dan Poster Iklan
Memang selama ini cacat yang tertancap kuat merupakan graffiti. Bagi publik, graffiti merupakan perusak lingkungan, nir memperindah tetapi malah mengotori. Hal yg sama nir diarahkan kepada produk-produk visual lainnya, misalnya pamflet, billboard yg saling menjulang hampir menutup langit Surabaya dan jua poster-poster iklan yang melekat tak beraturan di dinding-dinding kota, entah itu hunian maupun perkantoran. 

Kecurigaan bomber adalah ketidak-adilan sikap yg mereka terima dari pemerintah kota diakibatkan karena graffiti nir berpotensi menguntungkan dalam hal pemasukan ke negara. Hal ini berbeda perlakuan jika ketidak nyamanan lingkungan secara visual diakibatkan sang poster-poster iklan yg nota bene menguntungkan negara. Tidak adanya teguran maupun peringatan keras kepada mereka menyebabkan para bomber justru memiliki pemikiran lain mengenai estetika kota. Menurut mereka, keindahan kota harus dipisahkan menggunakan kebersihan. Tidak ada relevansi keduanya. Yang justru terjadi merupakan estetika seharusnya mendukung kebersihan. Untuk hal inilah bomber menandakan bahwa karya graffiti mereka mampu memperindah kota daripada tempelan-tempelan tak beraturan poster serta pamflet iklan di dinding-dinding kota.

Gambar  Poster iklan di rumah 

Gambar Poster iklan di tembok pagar

Menurut Pingky Saptandari, seseorang antropolog pada wawancara kami menjelaskan, bahwa memandang graffiti tergantung dari cara apa memandangnya. Jika terlanjur selalu men-cap negatif, maka graffiti yang cantik dan ber-estetika tinggi pun akan selamanya buruk. Namun bila pikiran insan selalu ada sisi positifnya, maka graffiti mampu berpotensi menjadi pemandangan kota.

Menurutnya graffiti justru akan berpotensi memperindah kota apabila graffiti tersebut benar-benar mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Tidak perlu tidak boleh sepanjang tidak dilakukan di loka-loka yang memang bukan pada tempatnya. Dalam kedudukannya menjadi Sekjen Dewan Kota Surabaya yg peduli pada perkara lingkungan hidup kota Surabaya, beliau menunjuk beberapa tempat yang tidak pada tempatnya digraffiti, antara lain merupakan cagar budaya, misalnya candi, tempat-tempat bersejarah dan monumen perjuangan kemerdekaan. Dalam pandangannya pula, bentuk-bentuk iklan yg terlalu bebas tertempel di dinding-dinding kota itulah yang justru lebih jelek pemandangannya daripada graffiti.

Dampak Graffiti Terhadap Sosio-Kultur Setempat
Graffiti yg kini telah tumbuh di Surabaya bila dilihat secara sosio-kultur warga setempat kurang mampu mewakili perwujudan kelompok sosial pada Surabaya. Hal ini sanggup dicermati dalam penggunaan gaya dan istilah-kata yang masih berkiblat pada budaya graffiti pada luar negeri. Banjirnya liputan di internet serta semakin berkembangnya graffiti dalam bentuk majalah sebagai referensi satu-satunya graffiti artistik yang mereka ketahui. Referensi yg didapatnya tersebut dikonsumsi tanpa ada modifikasi yg diubahsuaikan menggunakan kultur setempat.

Gambar  Graffiti “Yuck” pada Margorejo 

Gambar  Graffiti pada Jl. Taman Apsari

Graffiti di atas adalah contoh, bahwa gaya visual dan karakter yg didapatkan masih berkiblat pada gaya graffiti di luar negeri. Mengkonsumsi majalah serta contoh-contoh graffiti di web site memang memancing wangsit buat berkarya, namun karya yang dihasilkan masih perlu karakteristik sendiri. Graffiti tersebut juga nir memberikan donasi apa-apa dalam kondisi sosial setempat. Graffiti memang nir wajib yang bermuatan politis, tetapi cukup menampilkan karakteristik daerah tersebut mengakibatkan graffiti di Surabaya memiliki kekhasan lokal.

Ketika ditanya tentang masalah tadi, H serta D menurut Yuck Fou, B berdasarkan Public Enemy dan M dari Humble sepakat bahwa buat berukuran Surabaya, graffiti di Surabaya masih wajib perlu berbenah. Mereka mengakui, bahwa yg dibuatnya masih perlu harus belajar lagi. Karakter lokal yg tidak dimunculkan dari M adalah lantaran belum ada model graffiti yang melokal. Dari pernyataan ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa bomber Surabaya masih harus belajar mencari wangsit dan belajar menuangkannya ke pada karya graffiti yang melokal.

Menurut Freddy H. Istanto, dosen arsitektur UK Petra yg ditemui pada wawacara ini mengungkapkan, bahwa graffiti di Indonesia pada memilih lokasi masih lebih baik daripada yang dilakukan bomber luar negeri. Semangat bomber di Indonesia adalah semangat memperbaiki wajah kota, kebalikannya di luar negeri, bomber menciptakannya untuk Mengganggu. Tempat yg dipilih pun nir seselektif di sini. Untuk memilih lokasi yg tepat, memang graffiti harus dihindarkan menurut lokasi yg selama ini diidentikkan menggunakan loka yang seram. Hal ini contohnya sangat berbeda menggunakan yang dilakukan menggunakan bomber pada Amerika Serikat.

Lokasi yang identik menggunakan kejahatan, premanisme serta yang berkaitan dengan hal-hal mistik atau horor dihindarkan menurut graffiti karena graffiti yang tercipta lebih poly justru semakin menambah kesan negatif itu. Lokasi yang dikenal menjadi lokasi yg dekat menggunakan premanisme, lalu lokasi tersebut poly ditemukan graffiti, maka kesan gelap dan hitam semakin menambah kesan negatif pada titik kota itu. Tetapi hal ini nir selamanya seperti itu, bila bomber mau mengubah imej negatif sebuah daerah, maka yang dilakukannya merupakan membuat graffiti yg segar dan jauh menurut seram. Tipografi serta rona diolah sedemikian rupa sebagai akibatnya bisa menjauhkan diri menurut kesan negatif.

Secara sosio-kultural warga setempat, graffiti sebenarnya turut membantu terciptanya daerah yang jauh menurut kesan negatif selama ini. Pingky Saptandari pula menegaskan bahwa graffiti yang tercipta wajib didekatkan sedekat mungkin dengan gambaran sosial setempat. Mengubah imej yang selama ini melekat dalam kawasan ‘hitam’ bisa dibantu menggunakan pengolahan graffiti yg menjauhkan berdasarkan kesan tersebut. Begitu jua bila kawasan tersebut dicitrakan sebagai daerah yang memiliki nilai pujian setempat, maka graffiti sanggup mendukungnya pada hal visual. Jika gambaran tersebut bisa dipertahankan, maka ekologi visual sanggup tercapai karena graffiti mengerti betul dimana dia berada. 

Dampak yg dihasilkan graffiti menurut sudut sosio-kultural adalah bagaimana graffiti sanggup menandai wilayah sesuai menggunakan kulturalnya. Bila graffiti masih selalu berkiblat luar negeri, maka secara sosio-kultur graffiti tersebut masih belum bisa berkomunikasi menggunakan gerombolan sosialnya. Citra graffiti kemudian adalah citra yang eksklusif. Masih berbalut nama gerombolan , geng, individu maupun orang lain namun divisualisasikan secara artistik. Dengan istilah lain graffiti masih belum berkecimpung dari awal mulanya graffiti lahir di Indonesia yang sarat dengan aroma geng. Tetapi perkembangannya sekarang adalah graffiti yg hanya mengejar nilai artistik akan tetapi nir mengungkapkan-istilah dengan lingkungannya. Dengan demikian graffiti artistik nir memiliki andil apa-apa terhadap sosio-kultur setempat.

Seandainya graffiti mampu berbicara secara kultur setempat, maka graffiti pada Surabaya akan menjadi penanda budaya yang akan menandai kultur yg tidak sinkron antara graffiti Surabaya menggunakan graffiti pada Jogjakarta, Jakarta serta Bandung pula dengan daerah-daerah lain. Kondisi ini tentunya akan semakin menumbuhkan apresiasi masyarakat awam terhadap graffiti semakin terbuka. Kehadirannya akan dimaknai akan memberi manfaat secara sosial daripada hanya sekedar menebar graffiti namun tidak ada yg tidak sama gaya antara graffiti yang satu menggunakan yang lain, antara graffiti yang didapatkan di wilayah tertentu menggunakan wilayah lain.