PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Para Ahli
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, memakai, mengevaluasi serta mengabaikan produk, jasa, atau wangsit yang diharapkan bisa memuaskan konsumen buat dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

Selain itu perilku konsumen berdasarkan Loudon dan Della Bitta (1993) merupakan: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu pada menilai, menerima, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang serta jasa-jasa.

Menurut Ebert serta Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan menjadi: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen buat membuat keputusan tentang suatu produk yg dibeli dan dikonsumsi.

1. Faktor-faktor Ekstern yg Mempengaruhi Perilaku Konsumen
a. Kebudayaan
faktor budaya adalah salah satu dampak yg paling berdampak luas dalam konduite konsumen.pustakawan harus mengetahui peranan yg dimainkan oleh budaya tersebut,serta pula sub-budaya,dan juga kelas sosial pembeli.budaya memegang peranan yang sangat krusial pada dalam perilaku konsumen.jika kebudayaan telah sangat inheren pada pada diri konsumen,tidak akan bisa menggunakan gampang impak kebudayan-kebudayaan asing yg datang berdasarkan luar mampu masuk begitu saja.

Contohnya saja seorang konsumen yg telah sangat cinta dengan kebudayaan bangsanya,sehingga ia selalu memakai prodak pada negeri dan tidak mau memakai prodak luar.memang nir seluruh konsumen misalnya itu,masih masih ada konsumen-konsumen yg nir memiliki jiwa kebudayaan yang melekat utuh didalam dirinya,sehingga beliau masih dengan gampang terpengaruh sang kebudayaan asing,serta menggunakan produk-produk dari luar.

Setiap kebudayaan masing-masing terdiri menurut sub-budaya sub-budaya yang lebih kecil lagi,yg memberikan identifikasi dan pengenalan yang lebih jelas buat para anggotanya. Adalah faktor penentu impian dan konduite seseorang yang paling fundamental. Apabila makhluk yg lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh insting, maka konduite manusia sebagian akbar adalah dipelajari.

Anak yang dibesarkan dalam sebuah rakyat menyelidiki seperangkat nilai dasar, persepsi, preferensi, serta konduite melalui sebuah proses pengenalan yang melibatkan famili serta berbagai lembaga penting lainnya. Lantaran itu, seorang anak yg dibesarkan pada kebudayaan tertentu akan mempunyai nilai-nilai kebudayaan eksklusif juga (misalnya nilai prestasi serta keberhasilan, aktivitas, efisiensi, dan kepraktisan, kemajuan, fenomena, ketenangan material, individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal, kemanusiaan dan perilaku serta jiwa muda).

b. Kelompok Sosial dan Refrensi
Pada biasanya konsumen acapkali meminta pendapat menurut orang sekitas serta lingkungannya mengenai produk apa yang harus dibeli. Lantaran itulah lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen. Faktor Sosial terdiri menurut tiga bagian, yaitu : grup acuan, keluarga, dan kiprah. Kelompok acuan adalah seluruh grup yang memilki imbas eksklusif terhadap sikap / prilaku seseorang. Dengan pendapat yg diperoleh berdasarkan suatu grup maka konsumen bisa menciptakan keputusan konsumsi. Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling krusial juga berpengaruh secara pribadi terhadap keputusan seseorang pada membeli barang sehari-hari. Sedangkan kiprah mencakup aktivitas yg diperlukan akan dilakukan seseorang. Suatu produk atau merk dapat menggambarkan peran serta status pamakainya.

Perilaku konsumen pula dipengaruhi oleh faktor sosial, misalnya kelompok kecil, famili serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seorang ditentukan sang poly grup kecil. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung. Definisi kelompok merupakan 2 orang atau lebih yang berinteraksi buat mencapai sasaran individu atau bersama.

Sebenarnya, semua rakyat manusia menampilkan lapisan-lapisan sosial. Lapisan-lapisan sosial ini kadang-kadang berupa sebuah sistem kasta dimana para anggota kasta yang tidak sama memikul peranan eksklusif dan mereka tidak dapat mengganti keanggotaan kastanya. Malah lebih tak jarang lapisan sosial itu berbentuk kelas sosial. Kelas sosial adalah sebentuk kelompok yg relatif sejenis dan bertahan lama pada sebuah rakyat yang tersusun pada sebuah urutan jenjang serta para anggota pada setiap jenjang itu mempunyai nilai, minat dan tingkah laku sama.

PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Para Ahli
Pengertian konduite konsumen berdasarkan Shiffman dan Kanuk (2000) merupakan “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti konduite yg diperhatikan konsumen pada mencari, membeli, memakai, mengevaluasi serta mengabaikan produk, jasa, atau pandangan baru yg dibutuhkan bisa memuaskan konsumen buat bisa memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yg ditawarkan.

Selain itu perilku konsumen dari Loudon serta Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individu-individu yg semuanya ini melibatkan individu pada menilai, mendapatkan, memakai, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.

Menurut Ebert serta Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan menjadi: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan menjadi upaya konsumen buat menciptakan keputusan tentang suatu produk yang dibeli serta dikonsumsi.

1. Faktor-faktor Ekstern yg Mempengaruhi Perilaku Konsumen
a. Kebudayaan
faktor budaya adalah keliru satu efek yang paling berdampak luas pada perilaku konsumen.pustakawan harus mengetahui peranan yg dimainkan sang budaya tadi,serta juga sub-budaya,dan juga kelas sosial pembeli.budaya memegang peranan yg sangat krusial pada pada konduite konsumen.apabila kebudayaan telah sangat melekat pada dalam diri konsumen,nir akan dapat menggunakan mudah imbas kebudayan-kebudayaan asing yang tiba menurut luar bisa masuk begitu saja.

Contohnya saja seorang konsumen yang telah sangat cinta menggunakan kebudayaan bangsanya,sehingga dia selalu memakai prodak dalam negeri serta nir mau menggunakan prodak luar.memang nir semua konsumen seperti itu,masih terdapat konsumen-konsumen yg tidak memiliki jiwa kebudayaan yg inheren utuh didalam dirinya,sehingga ia masih dengan mudah terpengaruh oleh kebudayaan asing,dan menggunakan produk-produk dari luar.

Setiap kebudayaan masing-masing terdiri menurut sub-budaya sub-budaya yg lebih kecil lagi,yg memberikan identifikasi dan sosialisasi yg lebih kentara untuk para anggotanya. Adalah faktor penentu cita-cita dan konduite seorang yg paling fundamental. Apabila makhluk yg lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh insting, maka konduite manusia sebagian akbar merupakan dipelajari.

Anak yang dibesarkan dalam sebuah masyarakat memeriksa seperangkat nilai dasar, persepsi, preferensi, serta konduite melalui sebuah proses sosialisasi yang melibatkan famili serta aneka macam lembaga penting lainnya. Lantaran itu, seseorang anak yg dibesarkan pada kebudayaan eksklusif akan memiliki nilai-nilai kebudayaan eksklusif juga (misalnya nilai prestasi dan keberhasilan, aktivitas, efisiensi, dan kepraktisan, kemajuan, fenomena, ketenangan material, individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal, humanisme dan perilaku serta jiwa belia).

b. Kelompok Sosial serta Refrensi
Pada umumnya konsumen seringkali meminta pendapat dari orang sekitas serta lingkungannya mengenai produk apa yang harus dibeli. Lantaran itulah lingkungan sosial memberikan efek terhadap prilaku konsumen. Faktor Sosial terdiri menurut 3 bagian, yaitu : gerombolan acuan, keluarga, serta peran. Kelompok acuan merupakan semua grup yang memilki pengaruh eksklusif terhadap perilaku / prilaku seorang. Dengan pendapat yg diperoleh dari suatu gerombolan maka konsumen bisa menciptakan keputusan konsumsi. Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen yg paling krusial juga berpengaruh secara pribadi terhadap keputusan seorang pada membeli barang sehari-hari. Sedangkan peran meliputi aktivitas yg dibutuhkan akan dilakukan seseorang. Suatu produk atau brand dapat mendeskripsikan kiprah serta status pamakainya.

Perilaku konsumen pula ditentukan oleh faktor sosial, seperti grup kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seorang dipengaruhi sang poly gerombolan mini . Kelompok yang memiliki imbas langsung. Definisi grup merupakan dua orang atau lebih yg berinteraksi untuk mencapai target individu atau bersama.

Sebenarnya, seluruh warga insan menampilkan lapisan-lapisan sosial. Lapisan-lapisan sosial ini kadang-kadang berupa sebuah sistem kasta dimana para anggota kasta yg tidak sama memikul peranan eksklusif dan mereka tidak bisa membarui keanggotaan kastanya. Malah lebih tak jarang lapisan sosial itu berbentuk kelas sosial. Kelas sosial adalah sebentuk gerombolan yg relatif homogen dan bertahan usang dalam sebuah warga yang tersusun pada sebuah urutan jenjang dan para anggota pada setiap jenjang itu memiliki nilai, minat dan tingkah laris sama.

PENGERTIAN PURCHASING MENURUT PARA AHLI

Pengertian Purchasing Menurut Para Ahli
Menurut Sofjan Assauri (2008,p.223) Pembelian adalah salah satu fungsi yang krusial pada berhasilnya operasi suatu perusahaan. Fungsi ini dibebani tanggung jawab buat menerima kuantitas dan kualitas bahan-bahan yg tersedia dalam waktu dibutuhkan menggunakan harga yang sesuai menggunakan harga yang berlaku. Pengawasan perlu dilakukan terhadap aplikasi fungsi ini, karena pembelian menyangkut investasi dana pada persediaan serta kelancaran arus bahan ke pada pabrik.

Sedangkan menurut Mulyadi (2007,p.711) kegiatan pada proses pembelian barang adalah:
1. Permintaan pembelian
2. Pemilihan pemasok
3. Penempatan order pembelian
4. Penerimaan barang, dan
5. Pencatatan transaksi pembelian

Permintaan pembelian adalah contoh suatu aktivitas yang adalah satuan pekerjaan yg ditujukan buat memicu bagian pembelian melakukan pengadaan barang sesuai dengan spesifikasi serta jadwal sebagaimana yg dibutuhkan oleh pemakai barang. Penerimaan barang adalah contoh kegiatan tentang penerimaan kiriman dari pemasok menjadi dampak adanya order pembelian yang dibuat oleh bagian pembelian.

Beberapa pengertian mengenai pembelian (Purchasing):
1. Purchasing merupakan aktivitas pengadaan barang atau jasa buat mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Tujuan primer menurut purchasing department adalah buat menjaga kualitas serta nilai dari produk perusahaan, meminimalisasikan perputaran modal yang digunakan buat penyediaan stok barang, menjaga genre barang masuk dan barang keluar, serta memperkuat daya saing organisasi atau perusahaan. Purchasing pula sanggup dikatakan dalam penerimaan serta pemrosesan permintaan resmi (proses pembelian barang), menciptakan penawaran dan mencari barang, penilaian penawaran, pemeriksaan atas barang yg diterima serta mengawasi atas penyimpanan dan pemakaian yg sempurna.
2. Purchasing dapat diartikan menjadi usaha buat memenuhi kebutuhan atas barang atau jasa yang diperlukan sang perusahaan serta dapat diterima tepat pada waktunya menggunakan mutu yang sesuai serta harga yang menguntungkan.
3. Purchasing merupakan galat satu fungsi primer diantara fungsi-fungsi penting lainnya yg terdapat didalam suatu perusahaan atau perhotelan, seperti: administrasi, pembukuan, penjualan serta pemasaran. Pembelian sudah banyak didefinisikan oleh para ahli dengan meninjau sudut pandang yg tidak sama namun pada dasarnya memiliki pengertian yang sama.

Dari pengertian pada atas, maka dapat disimpulkan bahwa purchasing atau pembelian adalah suatu bisnis pada memenuhi kebutuhan atas barang serta jasa yang diharapkan oleh perusahaan menggunakan melihat kualitas atau mutu, kuantitas berdasarkan barang yg dikirim, serta harga dan saat pengiriman yg tepat.

Purchasing Department
Menurut Nyoman Suarsana pada buku Siklus Pengadaan Barang, Aplikasi di Perhotelan dan Restoran (2007, p2) purchasing department merupakan tempat atau pusat dilakukannya transaksi pembelian segala jenis barang keperluan operasional hotel, sebagai akibatnya bagian pembelian ini acapkali dikatakan sebagai sentra pembelian pada perusahaan atau hotel yg bersangkutan. Bagian pembelian sebagai sub bagian menurut departemen akunting, yang bertugas membeli semua jenis barang keperluan operasional hotel, baik barang buat disimpan digudang menjadi barang persediaan, juga barang yang langsung digunakan oleh bagian yang meminta. Barang yang dibeli serta pribadi disimpan digudang disebut menggunakan stock items, sedangkan barang-barang yang dibeli dan kemudian eksklusif diambil serta dikonsumsi sang bagian atau departemen yang memesan barang tersebut dianggap dengan direct use items atau direct used purchased. 

Bagian pembelian pada sebuah hotel, dianggap sebagai galat satu bagian yg berperan sangat krusial pada ikut memilih kelangsungan hidup hotel itu sendiri, lantaran menggunakan menerapkan sistem serta mekanisme yg dimiliki oleh pengelola atau staf bagian pembelian, akan berpengaruh besar pula terhadap keuntunganyang akan diperoleh sang perusahaan atau hotel tadi. Yang ialah menggunakan keahlian mereka saat membeli barang dengan harga paling murah serta menggunakan kualitas bahan yg baku, sehingga sehabis diolah oleh bagian dapur akan mampu dijual dengan harga yg sinkron atau baku berdasarkan perhitungan standard cost percent kepada tamu hotel, sebagai akibatnya laba yg diperoleh akan lebih besar . Hal-hal krusial yg wajib diperhatikan dalam proses pembelian bahan makanan merupakan dengan memperhatikan kualitas produk dan menggunakan harga yg serendah-rendahnya.

Ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan agar mekanisme pembelian barang dapat berjalan menggunakan efektif adalah:
  1. Dibutuhkan staf bagian pembelian yg memenuhi syarat yaitu staf yang jujur, adil terhadap semua supplier dan nir mau diajak kongkalikong sang supplier dari pihak manapun. Disamping itu, wajib mengetahui tentang dari menurut barang atau bahan yg akan dibeli, karakteristik dari bahan yg akan dibeli, cara penyimpanan dari barang yang akan dibeli, tahu cara memilih atau menyeleksi bahan serta spesifikasi barang atau bahan yang akan dibeli.
  2. Adanya pedoman yg digunakan sang staf bagian pembelian pada membeli bahan kuliner yang dikenal dengan istilah standard purchase specification yg meliputi mengenai kualitas barang, ukuran, berat, dan lain sebagainya. Dokumen standard purchase specification terutama barang atau bahan kuliner perlu disiapkan dan dimengerti benar buat dipakai menjadi pegangan sang staf bagian pembelian, staf bagian penerima barang serta tentu jua oleh pihak supplier sebagai perusahaan pemasok barang atau bahan.
  3. Penggunaan metode serta mekanisme pembelian yang efektif yaitu pada proses pembelian bahan makanan supaya diusahakan tidak terlalu banyak mempergunakan formulir-formulir yang dapat merusak kelancaran proses pembelian barang itu sendiri.
Target Bagian Pembelian
Menurut Nyoman Suarsana dalam buku Siklus Pengadaan Barang, Aplikasi pada Perhotelan dan Restoran (2007, p23) menjadi bagian yg relatif penting pada sebuah hotel, bagian pembelian menggunakan ke tiga sub bagiannya sudah tentu dalam melakukan pekerjaannya mempunyai target atau target pada setiap kegiatannya yang berhubungan dengan transaksi pembelian barang keperluan operasional hotel. Target atau sasaran yang dimaksud merupakan pada proses pembelian barang untuk persediaan digudang, juga pembelian buat memenuhi permintaan barang sang bagian lain, semenjak pembuatan purchase requisition sampai sebagai purchase order, kapan barang akan dikirim ke hotel serta berapa usang proses yang diperlukan.

Untuk mencapai target itu, bagian pembelian diperlukan sebuah analisa dan perhitungan yg matang dan selanjutnya secara transparan dapat diinformasikan halangan-halangan yg terjadi selama proses pembelian pada bagian-bagian yg meminta barang. Dengan menaruh warta yg baik serta akurat, maka nantinya nir jadi bahan pertanyaan oleh bagian atau departemen yang bersangkutan. Untuk mengantisipasi agar barang tiba tepat pada waktunya, sesuai menggunakan lepas permintaan, maka bagian pembelian perlu buat menaruh penjelasan kepada kepala bagian lainnya atau department heads, misalnya :
1. Front Office Department
2. Food & Beverage Department
3. Housekeeping Department
4. Engineering Department
5. Dan department lainnya

Dalam melakukan pengisian purchase requisition khususnya barang-barang yang berupa spare part dengan spesifikasinya eksklusif dan bahan kuliner terutama makanan imported dan makanan musiman, supaya bagian yg meminta barang bisa mengetahui dan memahami waktu atau proses dan lepas pengirimannya. Dengan mengetahui berapa usang waktu pengiriman barang jenis spare part atau barang-barang musiman dengan spesifikasi tertentu, maka kepada bagian misalnya engineering dan bagian dapur yang memerlukan barang-barang tadi dapat menciptakan perencanaan serta jadwal pembelian barang dengan lebih tepat waktu atau lebih awal. Artinya agar nir meminta barang keperluan operasional yang spesifik pada waktu keadaan sudah sangat kritis atau krusial yg biasa diklaim dengan last minute order.

Teknik Membeli Barang
Menurut Nyoman Suarsana pada buku Siklus Pengadaan Barang, Aplikasi di Perhotelan serta Restoran (2007, p25) bagian pembelian oleh manajemen atau pemilik perusahaan diberikan kepercayaan buat membeli barang-barang keperluan operasional hotel. Untuk mendapatkan barang-barang akan dibeli bagian pembelian harus memiliki cara atau teknik tertentu, dimana dengan teknik yg dimiliki tujuannya merupakan buat mendapatkan harga beli barang yg paling murah dan dengan kualitas barang yg paling baik. Selain itu dibutuhkan teknik membeli barang yg lain, misalnya melakukan pendekatan pada supplier, yaitu bagaimana caranya supaya supplier yang tadinya nir bersedia buat mengantarkan barang dagangannya ke hotel, namun selesainya melakukan pendekatan dan dengan teknik-teknik eksklusif, dalam akhirnya supplier bersedia buat mengantarkan barang-barang pesanan yang krusial, walaupun kondisi pembayarannya dilakukan secara kredit.

Sistem Atau Cara Pembelian Barang
Menurut Nyoman Suarsana pada kitab Siklus Pengadaan Barang, Aplikasi di Perhotelan dan Restoran (2007, p27) didalam bagian pembelian terdapat beberapa sistem atau cara pembelian barang dalam sebuah hotel yaitu:

1. Sistem Kontrak
Sistem atau pembelian barang buat bahan makanan terutama jenis sayuran, buah-buahan serta kuliner yang musiman adalah dengan mempergunakan surat perjanjian kontrak. Kontrak dilakukan dengan satu supplier atau lebih. Dalam surat kontrak ditekankan dalam mengenai kualitas, kuantitas dan harga barang. Masa berlaku surat kontrak buat bahan kuliner sanggup mencapai tiga atau 6 bulan serta pembayarannya tetap dilakukuan setiap bulan.

2. Sistem Harian serta Bulanan
Pihak perusahaan atau hotel mampu menggunakan bebas membeli barang-barang keperluannya menurut beberapa supplier atau berdasarkan beberapa toko pasar swalayan yg ada disekitarnya. Dengan cara seperti ini pihak hotel nir perlu melakukan sebuah analisa yg terlalu ketat terhadap kinerja dari beberapa supplier buat dipilih. Cukup dengan berbelanja dalam toko terdekat, toko swalayan bahkan pasar tradisional yang harganya lebih murah, baik secara kontan maupun secara utang bulanan. Tetapi sistem serta prosedurnya wajib permanen sama yaitu menggunakan mencari kabar dimana toko atau supermarket dan pasar yg kualitas serta harga barangnya paling murah.

3. Pembelian secara kontan
Di bagian pembelian sebuah hotel pada biasanya menyiapkan uang kas yang jumlahnya nir terlalu poly yg disebut dengan kas mini atau petty cash. Kas kecil ini dipergunakan buat membeli barang keperluan operasional hotel, terutama bahan kuliner keperluan dapur yg seringkali diminta secara mendadak. Pembelian menggunakan cara kontan dengan menggunakan kas kecil dilakukan buat membeli bahan kuliner atau minuman dalam jumlah yang tidak terlalu poly. Hal seperti ini acapkali dilakukan dalam ketika gudang atau bagian dapur kehabisan bahan kuliner yang sangat diperlukan dalam ketika itu pula. Pembelian secara kontan tidak dapat dilakukan setiap hari, namun hanya dilakukan apabila keadaan sangat mendesak dan disinilah peranan seseorang buyer atau driver dibagian pembelian sangat diharapkan kemampuannya.

Prinsip Dalam Purchasing (Pembelian)
Menurut Indrajit serta Djokopranoto (2009) prinsip merupakan hal utama yg dijadikan pedoman pada melakukan sesuatu, sang karenanya, yang dimaksud menggunakan prinsip-prinsip pembelian adalah hal-hal utama pada aplikasi fungsi pembelian yang perlu dijadikan pedoman atau acuan. Fungsi pembelian atau bagian pembelian diadakan dalam suatu organisasi perusahaan bukan buat dirinya sendiri, tetapi terutama buat organisasi lain, yaitu organisasi produksi, atau fabrikasi, atau marketing atau lainnya. Fungsi pembelian diadakan buat melayani atau menunjang organisasi lain tadi. Oleh karena itu, prinsip-prinsip kerjanya wajib sedemikian rupa sehingga juga berorientasi dalam kegiatan penunjang misalnya yang ditugaskan tadi serta prinsip kerja dari fungsi pembelian wajib diatur agar sanggup menaruh donasi yg besar bagi keberhasilan perusahaan.

Prinsip dari purchasing yaitu:
1. The Right Price
The right price adalah nilai suatu barang yg dinyatakan dalam mata uang yang layak atau yang generik berlaku dalam waktu serta syarat pembelian dilakukan.

2. The Right Quantity
Jumlah yg tepat bisa dikatakan menjadi suatu jumlah yang benar-benar diperlukan sang suatu perusahaan atau perhotelan pada ketika eksklusif.

3. The Right Time
The right time menyangkut pengertian bahwa barang tersedia setiap kali diperlukan. Dalam hal ini persediaan barang haruslah diperhitungkan karena bila terdapat persediaan barang tentunya terdapat porto perawatan barang tadi.

4. The Right Place
The right place mengandung pengertian bahwa barang yg dibeli dikirimkan atau diserahkan dalam loka yang dikehendaki sang pembeli.

5. The Right Quality
The right quality merupakan mutu barang yg dibutuhkan sang suatu perusahaan sinkron dengan ketentuan yg sudah didesain yang paling menguntungkan perusahaan.

6. The Right Source
The right source mengandung pengertian bahwa barang asal berdasarkan sumber yang sempurna. Sumber dikatakan tepat jika memenuhi prinsip-prinsip yg lain yaitu the right price, the right quantity, the right time, the right place, and the right quanlity.

Tugas Dan Tanggung Jawab Purchasing (Pembelian)
Menurut Sofjan Assauri (2008,p.228) tanggung jawab bagian pembelian berbeda - beda menurut setiap perusahaan tergantung dalam luasnya aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tadi. Tanggung jawab bagian pembelian diantaranya adalah:
  1. Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembelian bahan-bahan agar planning operasi dapat dipenuhi dan pembelian bahan-bahan tersebut dalam tingkat harga yang perusahaan akan sanggup bersaing pada memasarkan produknya.
  2. Bertanggung jawab atas usaha-bisnis buat bisa mengikuti perkembangan bahan - bahan baru yg bisa mengguntungkan dalam proses produksi, perkembangan dalam desain, harga serta faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi produk perusahaan, harga serta desainnya.
  3. Bertanggung jawab untuk meminimalisasi investasi atau menaikkan perputaran (turn over) bahan, yaitu dengan penentuan skedul arus bahan ke dalam perusahaan dalam jumlah yang cukup buat memenuhi kebutuhan produksi.
  4. Bertanggung jawab atas aktivitas penelitian dengan menilik data dan perkembangan pasar, disparitas sumber-sumber penawaran (supply) serta menilik produk supplier buat mengetahui kapasitasnya dan kemampuan buat memenuhi kebutuhan-kebutuhan perusahaan.
  5. Sebagai tambahan, kadang bagian pembelian bertanggung jawab atas pemeliharaan bahan-bahan yang dibeli selesainya diterima serta bertanggung jawab atas supervisi persediaan. 
Tugas-tugas yang dilakukan bagian pembelian pada memenuhi tanggung jawab diantaranya adalah:
  1. Membuat dan mencetak PO (Purchase Order) dan mengirimkannya ke supplier, agar proses pembelian bisa berjalan dengan baik sinkron menggunakan jadwal dan spesifikasi yang diinginkan.
  2. Melakukan input porto- biaya yg muncul buat pengiriman barang yang dibebankan pada penerima barang.
  3. Membuat laporan bulanan buat pembelian serta outstanding PO, buat sebagai bahan fakta bagi atasan pada pengambilan keputusan.
  4. Melakukan pembelian alat-indera , barang, seperti office supplies, supaya tersedia sinkron menggunakan yang diharapkan oleh setiap departemen.
  5. Setiap nama barang atau item yang ada pada pada PR (Purchase Requisition ) harus menciptakan perbandingan harga (quotation) paling sedikit tiga supplier buat pembelian indera-indera, barang, obat dan lain-lain, yg nantinya akan dilampirkan kedalam PR tersebut.
  6. Membuat perbandingan harga buat sayuran, butir-buahan, daging, poultry, seafood, dairy serta groceries yg selau dilakukan setiap bulannya.
  7. Mencari kualitas barang dan harga barang buat keseluruhan PR berdasarkan setiap department yg tidak sama.
  8. Bertanggung jawab atas kelancaran pesanan, pengiriman serta pengembalian pembelian barang.
  9. Menjaga komunikasi yg terbuka serta efektif antara departemen lainnya.
  10. Menjaga komunikasi serta hubungan yg baik menggunakan supplier.

Standart Operational Procedure Purchasing pada ATRIA HOTEL (SOP)
  1. Make sure that the a procedure of tiga (three) quotes for every purchase in process every requisitions through purchasing division is implemented. The exception of this rule is only for a single agent.
  2. Price quotation from vendors should be attached as supporting documents to purchase requisition form and purchase order form.
  3. No orders should be placed to suppliers without completed requisition forms and purchase order.
  4. Cash purchase is allowed as long as there is prior approval from financial controller or chief accounting and it’s depend on cash float budgeted for purchasing. There are procedures for bath cash float and cash advance and it should be acknowledged by financial controller or chief accounting.
  5. If there is a recommendation vendor from other department head which proposed more expensive price upon purchasing price comparison, therefore should be attached with a form which we called it as a preferred form. Purchasing manager will issue the purchase order to recommended vendor which mentioned on the preferred form as long as get approval form financial controller and general manager.
  6. Monthly price comparison for fruits and vegetables should be implemented and copies of it should be given to executive chef, cost control, receiving and financial controller of chief accounting.
  7. Regular price comparison for beef, fish, processed meat or fish, poultry, groceries should be implemented (could be weekly, bi weekly, monthly depend on period agreed by both parties).
  8. Daily market list should be prepared through computer system (VHP), manual daily market list is not recommended.
  9. Daily market list should approved by executive chef, cost controller, purchasing manager and financial controller or chief accounting.
  10. To emphasize in processing every purchase request form or requisitions on priority scale.
  11. Maintain an efficient and effective administration system, such as purchase order, purchase requisition, quotations, capex, petty cash purchases.
  12. Check daily purchase summary (receiving report) which prepared by the receiving clerk to control that every received articles are same as mentioned on purchase order both quantity and price.
  13. Keep maintain good communication and good relationship with suppliers and coordinate sponsorship programs when required.
  14. Check missing delivery of daily market list articles to receiving latest by 12.00 noon daily, so if there are articles which needed urgently by chef ( kitchen) at the same day, at least purchasing still have time to do direct purchese to market (if vendors could not supply)

PENGERTIAN PURCHASING MENURUT PARA AHLI

Pengertian Purchasing Menurut Para Ahli
Menurut Sofjan Assauri (2008,p.223) Pembelian adalah galat satu fungsi yang penting pada berhasilnya operasi suatu perusahaan. Fungsi ini dibebani tanggung jawab buat menerima kuantitas dan kualitas bahan-bahan yang tersedia dalam waktu diharapkan menggunakan harga yang sesuai dengan harga yg berlaku. Pengawasan perlu dilakukan terhadap aplikasi fungsi ini, lantaran pembelian menyangkut investasi dana pada persediaan dan kelancaran arus bahan ke dalam pabrik.

Sedangkan berdasarkan Mulyadi (2007,p.711) aktivitas dalam proses pembelian barang merupakan:
1. Permintaan pembelian
2. Pemilihan pemasok
3. Penempatan order pembelian
4. Penerimaan barang, dan
5. Pencatatan transaksi pembelian

Permintaan pembelian adalah contoh suatu kegiatan yg adalah satuan pekerjaan yang ditujukan buat memicu bagian pembelian melakukan pengadaan barang sinkron dengan spesifikasi dan jadwal sebagaimana yg diperlukan sang pemakai barang. Penerimaan barang merupakan contoh aktivitas mengenai penerimaan kiriman dari pemasok menjadi akibat adanya order pembelian yang dibuat sang bagian pembelian.

Beberapa pengertian mengenai pembelian (Purchasing):
1. Purchasing adalah kegiatan pengadaan barang atau jasa buat mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Tujuan primer dari purchasing department adalah buat menjaga kualitas serta nilai menurut produk perusahaan, meminimalisasikan perputaran kapital yg digunakan buat penyediaan stok barang, menjaga aliran barang masuk dan barang keluar, serta memperkuat daya saing organisasi atau perusahaan. Purchasing pula sanggup dikatakan dalam penerimaan serta pemrosesan permintaan resmi (proses pembelian barang), membuat penawaran dan mencari barang, penilaian penawaran, pemeriksaan atas barang yg diterima dan mengawasi atas penyimpanan dan pemakaian yg tepat.
2. Purchasing dapat diartikan menjadi usaha untuk memenuhi kebutuhan atas barang atau jasa yang dibutuhkan sang perusahaan dan dapat diterima tepat pada waktunya menggunakan mutu yang sinkron serta harga yang menguntungkan.
3. Purchasing merupakan galat satu fungsi utama diantara fungsi-fungsi penting lainnya yg terdapat didalam suatu perusahaan atau perhotelan, misalnya: administrasi, pembukuan, penjualan serta pemasaran. Pembelian sudah poly didefinisikan oleh para pakar menggunakan meninjau sudut pandang yg tidak sama namun pada dasarnya memiliki pengertian yg sama.

Dari pengertian pada atas, maka dapat disimpulkan bahwa purchasing atau pembelian merupakan suatu bisnis dalam memenuhi kebutuhan atas barang serta jasa yang dibutuhkan sang perusahaan dengan melihat kualitas atau mutu, kuantitas berdasarkan barang yg dikirim, dan harga dan waktu pengiriman yg sempurna.

Purchasing Department
Menurut Nyoman Suarsana pada kitab Siklus Pengadaan Barang, Aplikasi di Perhotelan serta Restoran (2007, p2) purchasing department merupakan loka atau sentra dilakukannya transaksi pembelian segala jenis barang keperluan operasional hotel, sebagai akibatnya bagian pembelian ini sering dikatakan menjadi pusat pembelian dalam perusahaan atau hotel yang bersangkutan. Bagian pembelian sebagai sub bagian berdasarkan departemen akunting, yg bertugas membeli seluruh jenis barang keperluan operasional hotel, baik barang buat disimpan digudang menjadi barang persediaan, juga barang yg pribadi dipakai sang bagian yg meminta. Barang yg dibeli dan langsung disimpan digudang diklaim menggunakan stock items, sedangkan barang-barang yang dibeli dan lalu eksklusif diambil serta dikonsumsi oleh bagian atau departemen yang memesan barang tersebut disebut menggunakan direct use items atau direct used purchased. 

Bagian pembelian dalam sebuah hotel, dipercaya sebagai keliru satu bagian yg berperan sangat penting pada ikut menentukan kelangsungan hayati hotel itu sendiri, lantaran dengan menerapkan sistem dan prosedur yang dimiliki oleh pengelola atau staf bagian pembelian, akan berpengaruh akbar pula terhadap keuntunganyang akan diperoleh oleh perusahaan atau hotel tadi. Yang adalah dengan keahlian mereka waktu membeli barang menggunakan harga paling murah serta menggunakan kualitas bahan yg baku, sehingga sehabis diolah oleh bagian dapur akan sanggup dijual menggunakan harga yg sesuai atau baku dari perhitungan standard cost percent pada tamu hotel, sebagai akibatnya keuntungan yg diperoleh akan lebih besar . Hal-hal krusial yg wajib diperhatikan pada proses pembelian bahan kuliner merupakan menggunakan memperhatikan kualitas produk serta menggunakan harga yang serendah-rendahnya.

Ada tiga hal utama yg perlu diperhatikan supaya prosedur pembelian barang bisa berjalan menggunakan efektif merupakan:
  1. Dibutuhkan staf bagian pembelian yang memenuhi kondisi yaitu staf yang amanah, adil terhadap semua supplier dan nir mau diajak kongkalikong sang supplier dari pihak manapun. Disamping itu, wajib mengetahui mengenai berasal menurut barang atau bahan yg akan dibeli, karakteristik berdasarkan bahan yang akan dibeli, cara penyimpanan berdasarkan barang yang akan dibeli, memahami cara memilih atau menyeleksi bahan dan spesifikasi barang atau bahan yang akan dibeli.
  2. Adanya panduan yg dipakai sang staf bagian pembelian dalam membeli bahan kuliner yg dikenal dengan istilah standard purchase specification yg meliputi mengenai kualitas barang, ukuran, berat, serta lain sebagainya. Dokumen standard purchase specification terutama barang atau bahan makanan perlu disiapkan serta dimengerti benar buat digunakan sebagai pegangan oleh staf bagian pembelian, staf bagian penerima barang dan tentu pula sang pihak supplier sebagai perusahaan pemasok barang atau bahan.
  3. Penggunaan metode serta prosedur pembelian yang efektif yaitu pada proses pembelian bahan kuliner supaya diusahakan tidak terlalu poly mempergunakan formulir-formulir yang dapat Mengganggu kelancaran proses pembelian barang itu sendiri.
Target Bagian Pembelian
Menurut Nyoman Suarsana pada buku Siklus Pengadaan Barang, Aplikasi di Perhotelan serta Restoran (2007, p23) sebagai bagian yang cukup penting dalam sebuah hotel, bagian pembelian menggunakan ke 3 sub bagiannya sudah tentu pada melakukan pekerjaannya memiliki target atau target dalam setiap kegiatannya yg berhubungan dengan transaksi pembelian barang keperluan operasional hotel. Target atau sasaran yg dimaksud merupakan pada proses pembelian barang buat persediaan digudang, maupun pembelian buat memenuhi permintaan barang oleh bagian lain, semenjak pembuatan purchase requisition sampai sebagai purchase order, kapan barang akan dikirim ke hotel serta berapa usang proses yg dibutuhkan.

Untuk mencapai sasaran itu, bagian pembelian diharapkan sebuah analisa serta perhitungan yg matang dan selanjutnya secara transparan bisa diinformasikan halangan-halangan yg terjadi selama proses pembelian kepada bagian-bagian yg meminta barang. Dengan memberikan berita yang baik dan seksama, maka nantinya nir jadi bahan pertanyaan oleh bagian atau departemen yang bersangkutan. Untuk mengantisipasi supaya barang tiba tepat dalam waktunya, sinkron menggunakan tanggal permintaan, maka bagian pembelian perlu buat memberikan penjelasan kepada kepala bagian lainnya atau department heads, misalnya :
1. Front Office Department
2. Food & Beverage Department
3. Housekeeping Department
4. Engineering Department
5. Dan department lainnya

Dalam melakukan pengisian purchase requisition khususnya barang-barang yg berupa spare part menggunakan spesifikasinya eksklusif dan bahan makanan terutama kuliner imported dan kuliner musiman, supaya bagian yang meminta barang bisa mengetahui serta tahu waktu atau proses serta tanggal pengirimannya. Dengan mengetahui berapa usang saat pengiriman barang jenis spare part atau barang-barang musiman dengan spesifikasi tertentu, maka kepada bagian misalnya engineering serta bagian dapur yg memerlukan barang-barang tadi dapat menciptakan perencanaan dan jadwal pembelian barang menggunakan lebih sempurna saat atau lebih awal. Artinya supaya nir meminta barang keperluan operasional yg khusus pada saat keadaan telah sangat kritis atau penting yang biasa dianggap menggunakan last minute order.

Teknik Membeli Barang
Menurut Nyoman Suarsana pada kitab Siklus Pengadaan Barang, Aplikasi di Perhotelan serta Restoran (2007, p25) bagian pembelian oleh manajemen atau pemilik perusahaan diberikan agama untuk membeli barang-barang keperluan operasional hotel. Untuk menerima barang-barang akan dibeli bagian pembelian harus mempunyai cara atau teknik tertentu, dimana menggunakan teknik yg dimiliki tujuannya merupakan buat menerima harga beli barang yang paling murah serta menggunakan kualitas barang yang paling baik. Selain itu diperlukan teknik membeli barang yang lain, seperti melakukan pendekatan kepada supplier, yaitu bagaimana caranya agar supplier yg tadinya tidak bersedia buat mengantarkan barang dagangannya ke hotel, tetapi setelah melakukan pendekatan dan menggunakan teknik-teknik eksklusif, pada akhirnya supplier bersedia untuk mengantarkan barang-barang pesanan yg penting, walaupun syarat pembayarannya dilakukan secara kredit.

Sistem Atau Cara Pembelian Barang
Menurut Nyoman Suarsana dalam kitab Siklus Pengadaan Barang, Aplikasi di Perhotelan dan Restoran (2007, p27) didalam bagian pembelian terdapat beberapa sistem atau cara pembelian barang pada sebuah hotel yaitu:

1. Sistem Kontrak
Sistem atau pembelian barang buat bahan kuliner terutama jenis sayuran, butir-buahan dan makanan yang musiman merupakan menggunakan mempergunakan surat perjanjian kontrak. Kontrak dilakukan menggunakan satu supplier atau lebih. Dalam surat kontrak ditekankan pada tentang kualitas, kuantitas dan harga barang. Masa berlaku surat kontrak buat bahan kuliner bisa mencapai tiga atau 6 bulan serta pembayarannya permanen dilakukuan setiap bulan.

2. Sistem Harian dan Bulanan
Pihak perusahaan atau hotel bisa menggunakan bebas membeli barang-barang keperluannya berdasarkan beberapa supplier atau berdasarkan beberapa toko supermarket yang terdapat disekitarnya. Dengan cara misalnya ini pihak hotel tidak perlu melakukan sebuah analisa yg terlalu ketat terhadap kinerja dari beberapa supplier untuk dipilih. Cukup menggunakan berbelanja pada toko terdekat, toko supermarket bahkan pasar tradisional yang harganya lebih murah, baik secara kontan juga secara utang bulanan. Namun sistem serta prosedurnya wajib tetap sama yaitu dengan mencari informasi dimana toko atau pasar swalayan dan pasar yang kualitas serta harga barangnya paling murah.

3. Pembelian secara kontan
Di bagian pembelian sebuah hotel dalam umumnya menyiapkan uang kas yang jumlahnya nir terlalu poly yg diklaim dengan kas kecil atau petty cash. Kas mini ini dipergunakan buat membeli barang keperluan operasional hotel, terutama bahan kuliner keperluan dapur yg seringkali diminta secara mendadak. Pembelian dengan cara kontan menggunakan memakai kas kecil dilakukan buat membeli bahan makanan atau minuman pada jumlah yang nir terlalu banyak. Hal misalnya ini seringkali dilakukan dalam saat gudang atau bagian dapur kehabisan bahan makanan yg sangat dibutuhkan dalam saat itu pula. Pembelian secara kontan nir bisa dilakukan setiap hari, tetapi hanya dilakukan jika keadaan sangat mendesak serta disinilah peranan seseorang buyer atau driver dibagian pembelian sangat dibutuhkan kemampuannya.

Prinsip Dalam Purchasing (Pembelian)
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2009) prinsip merupakan hal pokok yang dijadikan panduan pada melakukan sesuatu, oleh karenanya, yg dimaksud dengan prinsip-prinsip pembelian merupakan hal-hal pokok pada pelaksanaan fungsi pembelian yg perlu dijadikan pedoman atau acuan. Fungsi pembelian atau bagian pembelian diadakan dalam suatu organisasi perusahaan bukan buat dirinya sendiri, tetapi terutama buat organisasi lain, yaitu organisasi produksi, atau fabrikasi, atau marketing atau lainnya. Fungsi pembelian diadakan buat melayani atau menunjang organisasi lain tersebut. Oleh karena itu, prinsip-prinsip kerjanya harus sedemikian rupa sebagai akibatnya juga berorientasi pada aktivitas penunjang seperti yang ditugaskan tersebut serta prinsip kerja menurut fungsi pembelian harus diatur supaya bisa memberikan kontribusi yang besar bagi keberhasilan perusahaan.

Prinsip menurut purchasing yaitu:
1. The Right Price
The right price adalah nilai suatu barang yang dinyatakan pada mata uang yang layak atau yg umum berlaku pada waktu dan syarat pembelian dilakukan.

2. The Right Quantity
Jumlah yg tepat bisa dikatakan sebagai suatu jumlah yg benar-benar dibutuhkan sang suatu perusahaan atau perhotelan dalam ketika tertentu.

3. The Right Time
The right time menyangkut pengertian bahwa barang tersedia setiap kali dibutuhkan. Dalam hal ini persediaan barang haruslah diperhitungkan karena bila terdapat persediaan barang tentunya terdapat porto perawatan barang tersebut.

4. The Right Place
The right place mengandung pengertian bahwa barang yg dibeli dikirimkan atau diserahkan pada tempat yg dikehendaki sang pembeli.

5. The Right Quality
The right quality merupakan mutu barang yg diharapkan sang suatu perusahaan sesuai dengan ketentuan yang sudah didesain yang paling menguntungkan perusahaan.

6. The Right Source
The right source mengandung pengertian bahwa barang berasal dari sumber yg tepat. Sumber dikatakan sempurna jika memenuhi prinsip-prinsip yg lain yaitu the right price, the right quantity, the right time, the right place, and the right quanlity.

Tugas Dan Tanggung Jawab Purchasing (Pembelian)
Menurut Sofjan Assauri (2008,p.228) tanggung jawab bagian pembelian berbeda - beda menurut setiap perusahaan tergantung dalam luasnya aktivitas yang dilakukan sang perusahaan tadi. Tanggung jawab bagian pembelian antara lain adalah:
  1. Bertanggung jawab atas aplikasi pembelian bahan-bahan agar planning operasi dapat dipenuhi dan pembelian bahan-bahan tersebut pada tingkat harga yg perusahaan akan mampu bersaing dalam memasarkan produknya.
  2. Bertanggung jawab atas bisnis-bisnis buat dapat mengikuti perkembangan bahan - bahan baru yg bisa mengguntungkan pada proses produksi, perkembangan dalam desain, harga dan faktor-faktor lain yg dapat memengaruhi produk perusahaan, harga dan desainnya.
  3. Bertanggung jawab buat meminimalisasi investasi atau menaikkan perputaran (turn over) bahan, yaitu dengan penentuan skedul arus bahan ke pada perusahaan pada jumlah yang cukup buat memenuhi kebutuhan produksi.
  4. Bertanggung jawab atas kegiatan penelitian dengan mengusut data dan perkembangan pasar, disparitas asal-sumber penawaran (supply) serta mempelajari produk supplier buat mengetahui kapasitasnya serta kemampuan buat memenuhi kebutuhan-kebutuhan perusahaan.
  5. Sebagai tambahan, kadang bagian pembelian bertanggung jawab atas pemeliharaan bahan-bahan yang dibeli setelah diterima dan bertanggung jawab atas pengawasan persediaan. 
Tugas-tugas yg dilakukan bagian pembelian pada memenuhi tanggung jawab antara lain adalah:
  1. Membuat serta mencetak PO (Purchase Order) dan mengirimkannya ke supplier, supaya proses pembelian bisa berjalan menggunakan baik sesuai menggunakan jadwal dan spesifikasi yang diinginkan.
  2. Melakukan input porto- biaya yang muncul buat pengiriman barang yang dibebankan pada penerima barang.
  3. Membuat laporan bulanan buat pembelian dan outstanding PO, untuk menjadi bahan warta bagi atasan dalam pengambilan keputusan.
  4. Melakukan pembelian alat-alat , barang, misalnya office supplies, agar tersedia sinkron dengan yg diperlukan sang setiap departemen.
  5. Setiap nama barang atau item yang ada pada dalam PR (Purchase Requisition ) wajib membuat perbandingan harga (quotation) paling sedikit tiga supplier buat pembelian indera-alat, barang, obat serta lain-lain, yg nantinya akan dilampirkan kedalam PR tadi.
  6. Membuat perbandingan harga buat sayuran, butir-buahan, daging, poultry, seafood, dairy dan groceries yg selau dilakukan setiap bulannya.
  7. Mencari kualitas barang dan harga barang buat keseluruhan PR menurut setiap department yang tidak sama.
  8. Bertanggung jawab atas kelancaran pesanan, pengiriman serta pengembalian pembelian barang.
  9. Menjaga komunikasi yang terbuka dan efektif antara departemen lainnya.
  10. Menjaga komunikasi dan hubungan yg baik menggunakan supplier.

Standart Operational Procedure Purchasing di ATRIA HOTEL (SOP)
  1. Make sure that the a procedure of tiga (three) quotes for every purchase in process every requisitions through purchasing division is implemented. The exception of this rule is only for a single agent.
  2. Price quotation from vendors should be attached as supporting documents to purchase requisition form and purchase order form.
  3. No orders should be placed to suppliers without completed requisition forms and purchase order.
  4. Cash purchase is allowed as long as there is prior approval from financial controller or chief accounting and it’s depend on cash float budgeted for purchasing. There are procedures for bath cash float and cash advance and it should be acknowledged by financial controller or chief accounting.
  5. If there is a recommendation vendor from other department head which proposed more expensive price upon purchasing price comparison, therefore should be attached with a form which we called it as a preferred form. Purchasing manager will issue the purchase order to recommended vendor which mentioned on the preferred form as long as get approval form financial controller and general manager.
  6. Monthly price comparison for fruits and vegetables should be implemented and copies of it should be given to executive chef, cost control, receiving and financial controller of chief accounting.
  7. Regular price comparison for beef, fish, processed meat or fish, poultry, groceries should be implemented (could be weekly, bi weekly, monthly depend on period agreed by both parties).
  8. Daily market list should be prepared through computer system (VHP), manual daily market list is not recommended.
  9. Daily market list should approved by executive chef, cost controller, purchasing manager and financial controller or chief accounting.
  10. To emphasize in processing every purchase request form or requisitions on priority scale.
  11. Maintain an efficient and effective administration system, such as purchase order, purchase requisition, quotations, capex, petty cash purchases.
  12. Check daily purchase summary (receiving report) which prepared by the receiving clerk to control that every received articles are same as mentioned on purchase order both quantity and price.
  13. Keep maintain good communication and good relationship with suppliers and coordinate sponsorship programs when required.
  14. Check missing delivery of daily market list articles to receiving latest by 12.00 noon daily, so if there are articles which needed urgently by chef ( kitchen) at the same day, at least purchasing still have time to do direct purchese to market (if vendors could not supply)

KONSEP PEMASARAN HIJAU GREEN MARKETING

Konsep Pemasaran Hijau (Green Marketing) 
Istilah green marketing (pemasaran hijau) sebagai keliru satu bisnis strategis dalam membangun bisnis yang berbasis lingkungan dan kesehatan telah dikenal pada akhir tahun 1980-an serta awal 1990-an. The American Marketing Associate (AMA) pada tahun 1975 mengadakan seminar pertama tentang ”Ecological marketing”, seminar ini menghasilkan buku pertama mengenai Pemasaran hijau (green marketing) berjudul ”Ecological Marketing” (Henion and Kinnear, 1978) serta sejak waktu itu poly buku tentang topik tadi dipublikasikan (Charter 1992, Ottman 1994). Pride and Ferrell, 1993 dalam Nanere, (2010), mengatakan bahwa green marketing dideskripsikan menjadi usaha organisasi/ perusahaan mendesign, kenaikan pangkat , harga serta distribusi produk-produk yang tidak merugikan lingkungan. 


American Marketing Associate (AMA) mendefinisikan green marketing is the marketing of products that are presumed to be environmentally safe (sebagai suatu proses pemasaran produk-produk yang diasumsikan aman terhadap lingkungan). Polonsky, Rosenberger and Ottman (1998), mendefinisikan green marketing sebagai “All activities designed to generate and facilitate any axchange intended 


to satisfy human needs or wants, such that the satisfaction of these needs and wants occurs, with minimal detrimental impact on the natural environment” (Green marketing merupakan konsistensi berdasarkan seluruh aktifitas yang mendesain pelayanan dan fasilitas bagi kepuasan kebutuhan serta cita-cita manusia, menggunakan tidak menyebabkan dampak dalam lingkungan alam). Shields mengemukakan “ The efforts by organizations to produce, promote, package, and reclaim product in a manner that is sensitive or responsive to ecological concerns (Usaha menurut organisasi buat menghasilkan, menjalankan, mengemas serta membuat produk yg peduli terhadap lingkungan) (Http://www.flickr.com/photos/cali2okie/2399377732/). 


Mintu and Lozada (1993) pada Lozada (2000) mendefinisikan Pemasaran hijau (green marketing) menjadi “pelaksanaan menurut alat pemasaran buat memfasilitasi perubahan yang menaruh kepuasan organisasi dan tujuan individual dalam melakukan pemeliharaan, proteksi, serta konservasi dalam lingkungan fisik”. Sedangkan Pride and Farrel (1993) mendefinisikan Pemasaran hijau (green marketing) sebagai sebuah upaya orang mendesain, mempromosikan, serta mendistribusikan produk yang nir merusak lingkungan. Charter (1992) memberikan definisi Pemasaran hijau (green marketing) merupakan keseluruhan, tanggung jawab strategik proses manajemen yg mengidentifikasi, mengantisipasi, memuaskan dan memenuhi kebutuhan stakeholders buat memberi penghargaan yang lumrah, yang nir menimbulkan kerugian kepada manusia atau kesehatan lingkungan alam. Ottman (2006) mengemukakan bahwa dimensi green marketing, dengan mengintegrasikan lingkungan ke pada semua aspek pemasaran pengembangan produk baru (green product) dan komunikasi (green communication). 


Produk Hijau 
Kasali (2005) mendefinisikan, produk hijau (Green product) adalah produk yg tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros asal daya, nir membentuk sampah hiperbola, serta nir melibatkan kekejaman pada binatang. Selanjutnya, Nugrahadi (2002) mengemukakan, produk hijau (green product) merupakan produk yang berwawasan lingkungan. Suatu produk yang didesain serta diproses menggunakan suatu cara buat mengurangi impak-dampak yg dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian serta pengkonsumsianya. Hal ini bisa dikaitkan menggunakan pemakaian bahan baku yang dapat didaur ulang. Ottman (2006) mendefinisikan green product are typically durable, nontoxic, made from recycled materials or minimally packaged (produk hijau umumnya tahan usang, nir beracun, terbuat berdasarkan bahan daur ulang). 


Dari pendapat-pendapat para ahli pada atas dapat kita buat suatu kesimpulan mengenai karakteristik produk hijau, yaitu: 
a) Produk tidak mengandung toxic, 
b) Produk lebih tahan usang, 
c) produk menggunakan bahan baku yang dapat didaur ulang, 
d) produk menggunakan bahan standar berdasarkan bahan daur ulang, 
e) Produk nir menggunakan bahan yang bisa menghambat lingkungan, 
f) Tidak melibatkan uji produk yang melibatkan hewan jika tidak benar -betul dibutuhkan, 
g) Selama penggunaan nir menghambat lingkungan, 
h) Menggunakan bungkus yg sederhana dan menyediakan produk isi ulang, 
i) Tidak membahayakan bagi kesehatan manusia dan hewan, 
j) Tidak menghabiskan banyak tenaga dan sumberdaya lainya selama pemrosesan, penggunaan, serta penjualan, 
k) Tidak membuat sampah yang tidak berguna akibat bungkus pada jangka waktu yg singkat. 


Bauran Pemasaran 
Pemasaran herbi mengidentifikasi serta memenuhi kebutuhan insan serta msyarakat. Salah satu definisi pemasaran merupakan “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”. 

McCarthy mengklasifikasikan alat-indera ini menjadi empat gerombolan akbar, yg disebutnya empat (4) P tentang pemasaran: produk (Product), Harga (Price), Promosi (Promotion), dan Tempat (Place). McCarthy(1996) dalam Kotler dan Keller (2007). 

Menurut Payne (2000), konsep bauran pemasaran adalah alat yg dikembangkan menggunakan baik yang digunakan sebagai struktur sang para pemasar. Konsep ini terdiri menurut aneka macam macam unsur program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar berhasil melaksanakan strategi dengan segmentation, targeting, dan positioning pemasaran pada pasar-pasar perusahan tadi. Karena itu, bauran pemasaran bisa dikatakan menjadi fungsi pemasaran yg merupakan perpaduan menurut aneka macam faktor yg bisa dikendalikan oleh suatu organisasi pemasaran yang dimobilisasi buat memenuhi kebutuhan suatu golongan konsumen tertentu. Berbagai faktor ini umumnya diselaraskan menggunakan kebijakan perusahaan yang terus menyesuaikan dengan lingkungan usaha yang terus mengalami perubahan mengikuti perilaku konsumen. 

Bauran pemasaran bisa dikatakan menjadi inti dari suatu sistem pemasaran yg ada didalam perusahaan. Oleh Stanton (1991) bauran pemasaran bisa diartikan menjadi kombinasi berdasarkan empat variabel atau aktivitas yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yg terdiri berdasarkan produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi. 

Zeithaml and Bitner (2000) memaknai bauran pemasaran sebagai elemen-elemen organisasi perusahaan yg dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen serta akan dipakai buat memuaskan konsumen. Sedangkan Kotler (2000) menyatakan bauran pemasaran merupakan sekumpulan indera pemasaran (marketing mix) yg bisa digunakan oleh perusahaan buat mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. 

Dengan demikian bauran pemasaran merupakan bentuk instrumen pemasaran yang bisa dikendalikan sang pemasar yang dipakai untuk melakukan komunikasi menggunakan konsumen dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pemasaran sesuai dengan sasaran pasar yang ditujunya. Semua faktor bauran pemasaran dapat dikatakan sama pentingnya, tetapi dalam kenyataannya mungkin terdapat galat satu yang lebih menonjol dari pada yang lain. Hal ini disebabkan lantaran impak lingkungan ekternal misalnya persaingan, dan syarat ekonomi, dan bentuk pasar yang ada. 


Produk 
Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif berdasarkan pembuat atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai bisnis mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan hasrat konsumen, sinkron dengan kompetensi serta kapasitas organisasi dan daya beli pasar. Selain itu produk dapat didefinisikan juga persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui output produsinya. Tjiptono (2008), Secara lebih rinci mengurakan tentang konsep produk total mencakup barang, kemasan, merek, label, pelayanan, serta jaminan . 


Harga 
Harga ditetapkan tentu saja memiliki tujuan eksklusif bagi produsen serta konsumen. Menurut Tjiptono (2008), tujuan penetapan harga karena mempunyai maksud seperti: Tujuan berorientasi pada keuntungan; Tujuan berorientasi dalam volume; Tujuan berorientasi pada citra, dan Tujuan stabilisasi harga, serta Tujuan-tujuan lainnya. 


Tempat atau Saluran distribusi atau Lokasi 
Saluran distribusi atau loka atau lokasi adalah salah satu faktor yg memberikan kontribusi bagi tercapainya tujuan perusahaan pada menjual produk. Menurut Payne (2000) lokasi berkenaan menggunakan keputusan perusahaan mengenai dimana operasi serta staf akan ditempatkan. Menurut Payne (2000) terdapat 3 jenis interaksi antara pembuat menggunakan konsumen yaitu: Pelanggan mendatangi pembuat, penghasil mendatangi pelanggan, serta Produsen serta konsumen melakukan transaksi usaha melalui pihak ketiga. 


Promosi 
Menurut Stern (1989) pemilihan atau penentuan alat kenaikan pangkat akan tergantung dalam tujuan promosi. Tjiptono (2008) melihat tujuan primer promosi adalah menginformasikan, mensugesti serta membujuk, dan mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Ketiga tujuan promosi itu dijabarkan sebagai berikut: Menginformasikan (informing), Membujuk pelanggan target (pesuating), Mengingatkan (reminding). 


Setelah mengetahui tujuan promosi barulah perusahaan menentukan alat promosi yang paling sinkron. Alat promosi yang sering digunakan diantaranya iklan, personal selling, promosi penjualan, dan publisitas (Stanton, 1987). Oleh Tjiptono (2008) dinamakan bauran promosi yang terdiri menurut: Personal selling, Mass selling terdiri dari periklanan dan publisitas, Publisitas, Sales Promotion (Promosi penjualan), Public relations (interaksi masyarakat), serta Direct marketing. 


Perilaku Konsumen 
Perilaku konsumen adalah suatu studi yang didalamnya mencakup suatu proses seorang atau grup dalam menyeleksi, menentukan, membeli, serta memakai atau membuang suatu produk, jasa, ilham, atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat (Solomon, 2002). Menurut Ma’ruf (2005), konduite konsumen (consumer behavior) merupakan proses yg terjadi pada konsumen saat memutuskan buat membeli, apa yang dibeli, dimana, kapan, dan bagaimana membelinya. Sehingga, bisa disimpulkan bahwasanya perilaku konsumen adalah suatu proses yg terus-menerus (berkesinambungan). 


Perilaku pembelian konsumen dimulai menurut perilaku konsumen itu sendiri. Engel et. Al, (1994) menyatakan bahwa, "konduite konsumen bisa didefenisikan menjadi berikut : "Kegiatan-aktivitas individu yang secara langsung terlibat pada usaha memperoleh, mengkonsumsi, serta menghasilkan barang serta jasa, termasuk proses kebutuhan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini". 


Menurut Swasta serta Handoko (2002), perilaku konsumen merupakan kegiatan yang secara langsung terlibat pada mendapatkan serta 


mempergunakan barang serta jasa. Termasuk pada dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan serta penentuan kegiatan-aktivitas tadi. Jadi, dari penelitian diatas, masih ada 2 elemen yang penting pada perilaku konsumen : Proses pengambilan keputusan, dan Kegiatan fisik. 


Selain dipengaruhi oleh stimulus, pengambilan keputusan pembelian pula dipengaruhi sang motivasi konsumen.konsumen mempunyai motivasi yang selalu berubah mengenai impian, persepsi serta preferensi.kadangkala suatu saat konsumen menyukai suatu barang, tetapi dilain ketika dia sanggup nir menyukai barang tersebut. Perubahan-perubahan seperti ini harus terus diikuti oleh penghasil jika nir ingin ditinggalkan oleh konsumen.untuk itu, menyelidiki motivasi pembelian adalah suatu area krusial pada kegiatan pemasaran. 


Motivasi Pembelian 
Motivasi dari dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi merupakan aspek yg penting pada ilmu perilaku konsumen lantaran motivasi adalah hal yang mengakibatkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia (Nugroho, 2003). Menurut American Encyclopedia pada Nugroho (2003), motivasi merupakan kecendrungan dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan serta tindakan. Pemahaman tentang motivasi bukanlah hal yg mudah. Motivasi merupakan sesuatu yg ada pada diri seorang serta nir tampak berdasarkan luar. Motivasi akan nampak melalui perilaku seorang yang dapat dicermati atau diamati. 


Setiap konsumen mempunyai 2 sifat motivasi pembelian yang saling tumpang tindih dalam dirinya, yaitu rasional serta emosional. Menurut Ma’ruf (2005), ada 2 tipe motivasi dalam pembelian : Emosional, dan Rasional 


Tipe-Tipe Pembelian 
Cobb and Hoyer pada Geoff and Clive (1998) menyatakan bahwasanya masih ada tiga tipe pembelian yaitu: 
1. Pembelian yg direncanakan (planned), 
2. Pembelian yang setengah direncanakan (partial planner) 
3. Pembelian impulsif, 

Teori Perilaku Rencanaan (Theory of Planned Behavior) 
Teori perilaku rencanaan (theory of planned behavior atau TPB) adalah pengembangan lebih lanjut berdasarkan theory of reasoned action (TRA). Icek Ajzen mengembangkan teori TPB ini. 


(Ajzen,1988). Ajzen (1988) menambahkan sebuah konstruk yg belum terdapat di TRA. Konstruk ini disebut menggunakan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control). Konstruk ini dibubuhi di TPB buat mengontrol perilaku individual yg dibatasi sang kekurangan-kekurangannya serta keterbatasan-keterbatasan menurut kekurangan sumber-sumber daya yg digunakan buat melakukan perilakunya. (Chau and Hu 2002). 


Model Teori Perilaku Rencanaan 
Dengan menambahkan sebuah konstruk ini, yaitu control perilaku persepsian (perceived behavioral control).  

Teori konduite rencanaan (theory of planned Behavior) adalah perkembangan dari teori tindakan beralasan (theory of reasoned action). Seperti sudah dibahas di bab sebelumnya, bahwa teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) didesain buat berhubugan menggunakan perilaku-perilaku yang mana orang-orang mempunyai tingkat yg tinggi terhadap control kemauannya (volitional control) dan mengasumsikan bahwa seluruh perilaku 


adalah domain-domain menurut personality dan psikologi sosial. Teori perilaku rencanaan (theory of planned behavior) secara eksplisit mengenal kemungkinan bahwa poly konduite tidak semuanya pada bawah control penuh sehinga konsep berdasarkan control konduite persepsian (perceived behavioral control) ditambahkan buat menangani konduite-perilaku semacam ini. Jika semua perilaku bisa dikontrol sepenuhnya oleh individual-individual, yaitu kontrol konduite (behavioral control) mendekati maksimum, maka teori perilaku rencanaan (theory of planned behavior) balik sebagai teori tindakan beralasan (theory of reasoned action). 


Sikap Terhadap Perilaku Dan Pengaruhnya Terhadap Minat Dan Perilaku. 
Sikap (attitude) merupakan penilaian agama (belief) atau perasaan positif atau negative menurut seorang jika harus melakukan konduite yang dipengaruhi. 


Norma-Norma Subjektif Dan Pengaruhnya Terhadap Minat Dan Perilaku 
Ajzen (1991) dalam Jogiyanto (2007) mengemukakan bahwa kebiasaan-kebiasaan subjektif (subjective norms) adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan -agama orang lain yg akan mensugesti minat buat melakukan atau nir melakukan konduite yang sedang dipertimbangkan. 


Kontrol Perilaku Persepsian Dan Pengaruhnya Terhadap Minat Perilaku 
Kontrol perilaku persepsian didefinisikan sang Ajzen (1991:88) menjadi kemudahan atau kesulitan persepsian buat melakukan perilaku “the perceived ease or difficult of performing the behavior”. Taylor serta Todd (1995:149) mendefinisikan Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) sebagai persepsi dan konstruk-konstruk internal dan eksternal menurut perilaku. Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) ini merefleksikan pengalaman masa lalu serta pula mengantisipasi halangan-halangan yg terdapat. 


Minat Perilaku Dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku 
Minat adalah “keliru satu aspek psikologis yg mempunyai pengaruh relatif akbar terhadap perilaku konduite dan minat juga adalah sumber motivasi yang akan mengarahkan seorang buat melakukan suatu aktivitas atau tindakan” (Schiffman & Kanuk, 2007). 


Theory of reasoned action mengungkapkan bahwa konduite dilakukan karena individual memiliki minat atau impian buat melakukannya. Terkait dengan contoh TPB, minat perilaku adalah suatu fungsi dari perilaku, norma-norma subjektif, serta kontrol konduite persepsian terhadap perilaku. Ini berarti bahwa minat seseorang buat melakukan perilaku diprediksi sang sikapnya terhadap perilakunya serta bagaimana dia berpikir, orang lain akan menilainya jika individu tersebut melakukan perilaku itu, dan selanjutnya agama-agama internal serta eksternal yang dipersepsikan sebagai pengontrol. Schiffman & Kanuk (2007) mengemukakan bahwa minat membeli adalah “kegiatan psikis yang ada lantaran adanya perasaan (afektif) dan pikiran (kognitif) terhadap suatu barang atau jasa yang diinginkan”. Sehingga minat membeli bisa diartikan sebagai suatu perilaku bahagia terhadap suatu obyek yg membuat individu berusaha buat mendapatkan obyek tadi dengan cara membayarnya dengan uang atau menggunakan pengorbanan. Dalam hubungan 


dengan penelitian ini, minat merupakan variabel interviening antara variabel Green marketing dan keputusan pembelian produk organik. 


Telah Hasil penelitian terdahulu 
Terkait penelitian mengenai “Green Marketing” dan pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian melalui Minat Beli produk organik, buat menaruh deskripsi serta kerangka konseptual yang lebih komprehensif, penelitian ini dilengkapi menggunakan hasil-output penelitian terdahulu yang sangat menunjang dan bersifat menguatkan atau melemahkan posisi bahasan topik penelitian ini. Selain penjelasan, penelitian terdahulu tergambar pada bentuk maping dalam tabel matriks. 
o Tarkiainen and Sundqvist (2006) melakukan penelitian menggunakan judul “Subjective Norms, Attitudes and Intentions of Finnish Consumers in Buying Organic Food”. 
o Magistris and Gracia (2008) dalam penelitian yg berjudul “The decision to buy organic food products in Southern Italy”. 
o Kalafatis et al.,(1999) melakukan penelitian dengan judul ”Green Marketing and Ajzen’s Theory of Planned Behavior: A cross-Market examination”. 
o Haryadi R (2009) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Green Marketing terhadap Pilihan Konsumen melalui Pendekatan Marketing Mix (Studi masalah pada The Body Shop Jakarta). 
o Fotopoulos dan Krystalis (2002) melakukan penelitian menggunakan judul “Purchasing motives and profile of the Greek Organic Consumer: A countrywide berita umum”. 
o Marija Radman (2005) melakukan penelitian menggunakan judul ”Consumer consumption and perception of organic products in Croatia”. 
o Tsakiridou et al.,(2007) melakukan penelitian dengan judul, “Attitudes And Behavior Towards Organic Products: An Exploratory Study”. 
o Zanoli & Naspetti (2002) pada penelitian yang berjudul, “ Consumer Motivations in the Purchase of Organic food: A Means-End Approach”. 
o Magnusson, et al., (2001) melakukan penelitian menggunakan judul,” Attitudes toward Organic Foods among Swedish Consumers”. 
o Tregear, Dent & McGregor (1994) pada penelitian yang berjudul ”The Demand for Organically Grown Produce”, 
o Hasrini sari (2008) pada penelitian yg berjudul “Pemasaran Produk Hijau : Profil Pelanggan menurut Usia, Gender, Pendidikan, serta Pengalaman membeli. 
o Junaedi S.mf (2008) melakukan penelitian menggunakan judul “Pengaruh Gender Sebagai Pemoderasi Pengembangan Model Perilaku Konsumen Hijau Di Indonesia”. 
o Junaedi S.mf (2003), “ Analisis faktor demografi, akses media dan sumber fakta Terhadap kepedulian serta kesadaran lingkungan konsumen: Kajian pemasaran yang berwawasan sosial”.


Hasil penelitian terdahulu diatas, membenarkan/ menjustifikasi determinan konduite pembelian produk hijau dan produk organik yg ramah lingkungan. Secara generik, sanggup menyampaikan serta mengungkapkan bahwa permodelan dari Theory of Planned Behavior/TPB (Teori konduite rencanaan) dari Ajzen (1991), yg mencakup Minat perilaku, Sikap terhadap Perilaku, Norma-norma Subjektif, dan Kontrol perilaku persepsian, merupakan determinan berdasarkan perilaku pembelian (Keputusan membeli) produk organik/produk hijau yang ramah 


lingkungan (Kalafatis, et al.,1999; Tarkiainen and Sundqvist, 2006; Magistris and Gracia, 2008; Tsakiridou et al.,2007; Junaedi,2008; Magnusson, et al., 2001). Selain permodelan berdasarkan TPB, penelitian lain yang melihat dari konsep pemasaran yang dideskripsikan menjadi bauran pemasaran atau marketing mix menerangkan dampak yg signifikan terhadap niat beli serta keputusan pembelian (Haryadi, 2009; Tregear, Dent & McGregor,1994; Fotopoulos serta Krystalis, 2002; Radman, 2005; Zanoli & Naspetti, 2002; Junaedi, 2003; Hasrini, 2008).

KONSEP PEMASARAN HIJAU GREEN MARKETING

Konsep Pemasaran Hijau (Green Marketing) 
Istilah green marketing (pemasaran hijau) sebagai salah satu usaha strategis pada membentuk bisnis yang berbasis lingkungan serta kesehatan telah dikenal dalam akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an. The American Marketing Associate (AMA) pada tahun 1975 mengadakan seminar pertama tentang ”Ecological marketing”, seminar ini membentuk kitab pertama tentang Pemasaran hijau (green marketing) berjudul ”Ecological Marketing” (Henion and Kinnear, 1978) dan semenjak ketika itu banyak buku tentang topik tadi dipublikasikan (Charter 1992, Ottman 1994). Pride and Ferrell, 1993 pada Nanere, (2010), mengungkapkan bahwa green marketing dideskripsikan menjadi usaha organisasi/ perusahaan mendesign, kenaikan pangkat , harga dan distribusi produk-produk yang tidak merugikan lingkungan. 


American Marketing Associate (AMA) mendefinisikan green marketing is the marketing of products that are presumed to be environmentally safe (sebagai suatu proses pemasaran produk-produk yang diasumsikan kondusif terhadap lingkungan). Polonsky, Rosenberger and Ottman (1998), mendefinisikan green marketing sebagai “All activities designed to generate and facilitate any axchange intended 


to satisfy human needs or wants, such that the satisfaction of these needs and wants occurs, with minimal detrimental impact on the natural environment” (Green marketing adalah konsistensi dari semua aktifitas yang mendesain pelayanan serta fasilitas bagi kepuasan kebutuhan serta hasrat insan, menggunakan nir menimbulkan imbas pada lingkungan alam). Shields mengemukakan “ The efforts by organizations to produce, promote, package, and reclaim product in a manner that is sensitive or responsive to ecological concerns (Usaha berdasarkan organisasi buat menghasilkan, menjalankan, mengemas serta menciptakan produk yg peduli terhadap lingkungan) (Http://www.flickr.com/photos/cali2okie/2399377732/). 


Mintu and Lozada (1993) pada Lozada (2000) mendefinisikan Pemasaran hijau (green marketing) menjadi “pelaksanaan menurut indera pemasaran untuk memfasilitasi perubahan yg menaruh kepuasan organisasi dan tujuan individual pada melakukan pemeliharaan, perlindungan, serta perlindungan pada lingkungan fisik”. Sedangkan Pride and Farrel (1993) mendefinisikan Pemasaran hijau (green marketing) sebagai sebuah upaya orang mendesain, mempromosikan, serta mendistribusikan produk yang nir menghambat lingkungan. Charter (1992) memberikan definisi Pemasaran hijau (green marketing) merupakan keseluruhan, tanggung jawab strategik proses manajemen yg mengidentifikasi, mengantisipasi, memuaskan serta memenuhi kebutuhan stakeholders buat memberi penghargaan yang masuk akal, yang tidak menimbulkan kerugian pada manusia atau kesehatan lingkungan alam. Ottman (2006) mengemukakan bahwa dimensi green marketing, menggunakan mengintegrasikan lingkungan ke dalam seluruh aspek pemasaran pengembangan produk baru (green product) dan komunikasi (green communication). 


Produk Hijau 
Kasali (2005) mendefinisikan, produk hijau (Green product) adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia serta lingkungannya, nir boros sumber daya, tidak membentuk sampah berlebihan, dan nir melibatkan kekejaman dalam binatang. Selanjutnya, Nugrahadi (2002) mengemukakan, produk hijau (green product) adalah produk yang berwawasan lingkungan. Suatu produk yang dibuat dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi dampak-imbas yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan pengkonsumsianya. Hal ini bisa dikaitkan menggunakan pemakaian bahan standar yang bisa didaur ulang. Ottman (2006) mendefinisikan green product are typically durable, nontoxic, made from recycled materials or minimally packaged (produk hijau umumnya tahan usang, tidak beracun, terbuat menurut bahan daur ulang). 


Dari pendapat-pendapat para ahli pada atas dapat kita buat suatu kesimpulan mengenai karakteristik produk hijau, yaitu: 
a) Produk tidak mengandung toxic, 
b) Produk lebih tahan lama , 
c) produk menggunakan bahan baku yang dapat didaur ulang, 
d) produk memakai bahan standar dari bahan daur ulang, 
e) Produk tidak menggunakan bahan yang dapat menghambat lingkungan, 
f) Tidak melibatkan uji produk yg melibatkan binatang jika tidak benar -benar diharapkan, 
g) Selama penggunaan tidak merusak lingkungan, 
h) Menggunakan kemasan yang sederhana serta menyediakan produk isi ulang, 
i) Tidak membahayakan bagi kesehatan manusia serta hewan, 
j) Tidak menghabiskan banyak energi dan sumberdaya lainya selama pemrosesan, penggunaan, dan penjualan, 
k) Tidak membuat sampah yg tidak berguna dampak bungkus pada jangka saat yang singkat. 


Bauran Pemasaran 
Pemasaran herbi mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan insan serta msyarakat. Salah satu definisi pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”. 

McCarthy mengklasifikasikan alat-indera ini sebagai empat kelompok besar , yg disebutnya empat (4) P tentang pemasaran: produk (Product), Harga (Price), Promosi (Promotion), dan Tempat (Place). McCarthy(1996) dalam Kotler serta Keller (2007). 

Menurut Payne (2000), konsep bauran pemasaran adalah indera yg dikembangkan menggunakan baik yang digunakan sebagai struktur sang para pemasar. Konsep ini terdiri berdasarkan berbagai macam unsur acara pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar berhasil melaksanakan strategi dengan segmentation, targeting, dan positioning pemasaran dalam pasar-pasar perusahan tersebut. Karena itu, bauran pemasaran bisa dikatakan menjadi fungsi pemasaran yang adalah gugusan menurut berbagai faktor yg bisa dikendalikan oleh suatu organisasi pemasaran yg dimobilisasi buat memenuhi kebutuhan suatu golongan konsumen tertentu. Berbagai faktor ini umumnya diselaraskan menggunakan kebijakan perusahaan yg terus menyesuaikan dengan lingkungan bisnis yang terus mengalami perubahan mengikuti konduite konsumen. 

Bauran pemasaran dapat dikatakan menjadi inti menurut suatu sistem pemasaran yang ada didalam perusahaan. Oleh Stanton (1991) bauran pemasaran bisa diartikan menjadi kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang adalah inti berdasarkan sistem pemasaran perusahaan yg terdiri berdasarkan produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi. 

Zeithaml and Bitner (2000) memaknai bauran pemasaran sebagai elemen-elemen organisasi perusahaan yang dapat dikontrol sang perusahaan pada melakukan komunikasi dengan konsumen serta akan dipakai untuk memuaskan konsumen. Sedangkan Kotler (2000) menyatakan bauran pemasaran merupakan sekumpulan alat pemasaran (marketing mix) yg dapat dipakai oleh perusahaan buat mencapai tujuan pemasarannya pada pasar sasaran. 

Dengan demikian bauran pemasaran adalah bentuk instrumen pemasaran yang bisa dikendalikan oleh pemasar yang digunakan untuk melakukan komunikasi menggunakan konsumen pada rangka mencapai tujuan serta target pemasaran sesuai dengan sasaran pasar yg ditujunya. Semua faktor bauran pemasaran dapat dikatakan sama pentingnya, tetapi dalam kenyataannya mungkin ada salah satu yg lebih menonjol menurut dalam yang lain. Hal ini disebabkan karena dampak lingkungan ekternal misalnya persaingan, dan syarat ekonomi, dan bentuk pasar yang terdapat. 


Produk 
Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif menurut penghasil atas sesuatu yg sanggup ditawarkan menjadi usaha mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan serta cita-cita konsumen, sinkron dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk bisa didefinisikan jua persepsi konsumen yg dijabarkan sang penghasil melalui hasil produsinya. Tjiptono (2008), Secara lebih rinci mengurakan mengenai konsep produk total mencakup barang, bungkus, merek, label, pelayanan, dan agunan . 


Harga 
Harga ditetapkan tentu saja memiliki tujuan tertentu bagi produsen dan konsumen. Menurut Tjiptono (2008), tujuan penetapan harga lantaran memiliki maksud seperti: Tujuan berorientasi dalam laba; Tujuan berorientasi dalam volume; Tujuan berorientasi pada gambaran, dan Tujuan stabilisasi harga, serta Tujuan-tujuan lainnya. 


Tempat atau Saluran distribusi atau Lokasi 
Saluran distribusi atau tempat atau lokasi merupakan salah satu faktor yang menaruh donasi bagi tercapainya tujuan perusahaan dalam menjual produk. Menurut Payne (2000) lokasi berkenaan menggunakan keputusan perusahaan mengenai dimana operasi dan staf akan ditempatkan. Menurut Payne (2000) terdapat 3 jenis interaksi antara produsen menggunakan konsumen yaitu: Pelanggan mendatangi produsen, penghasil mendatangi pelanggan, dan pembuat serta konsumen melakukan transaksi bisnis melalui pihak ketiga. 


Promosi 
Menurut Stern (1989) pemilihan atau penentuan alat kenaikan pangkat akan tergantung pada tujuan kenaikan pangkat . Tjiptono (2008) melihat tujuan utama promosi adalah menginformasikan, mensugesti dan membujuk, serta mengingatkan pelanggan target mengenai perusahaan serta bauran pemasarannya. Ketiga tujuan kenaikan pangkat itu dijabarkan sebagai berikut: Menginformasikan (informing), Membujuk pelanggan target (pesuating), Mengingatkan (reminding). 


Setelah mengetahui tujuan kenaikan pangkat barulah perusahaan memilih alat promosi yang paling sesuai. Alat promosi yang tak jarang dipakai diantaranya iklan, personal selling, kenaikan pangkat penjualan, dan publisitas (Stanton, 1987). Oleh Tjiptono (2008) dinamakan bauran kenaikan pangkat yg terdiri menurut: Personal selling, Mass selling terdiri menurut periklanan serta publisitas, Publisitas, Sales Promotion (Promosi penjualan), Public relations (hubungan masyarakat), serta Direct marketing. 


Perilaku Konsumen 
Perilaku konsumen adalah suatu studi yang didalamnya mencakup suatu proses seorang atau gerombolan pada menyeleksi, menentukan, membeli, dan memakai atau membuang suatu produk, jasa, ilham, atau pengalaman buat memenuhi kebutuhan dan hasrat (Solomon, 2002). Menurut Ma’ruf (2005), konduite konsumen (consumer behavior) adalah proses yang terjadi pada konsumen ketika tetapkan buat membeli, apa yang dibeli, dimana, kapan, dan bagaimana membelinya. Sehingga, bisa disimpulkan bahwasanya konduite konsumen adalah suatu proses yg monoton (berkesinambungan). 


Perilaku pembelian konsumen dimulai menurut konduite konsumen itu sendiri. Engel et. Al, (1994) menyatakan bahwa, "perilaku konsumen bisa didefenisikan menjadi berikut : "Kegiatan-kegiatan individu yg secara eksklusif terlibat dalam usaha memperoleh, mengkonsumsi, dan membuat barang dan jasa, termasuk proses kebutuhan yg mendahului dan mengikuti tindakan ini". 


Menurut Swasta dan Handoko (2002), konduite konsumen merupakan aktivitas yang secara eksklusif terlibat pada menerima serta 


mempergunakan barang dan jasa. Termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan dalam persiapan dan penentuan aktivitas-kegiatan tadi. Jadi, menurut penelitian diatas, terdapat dua elemen yg krusial pada perilaku konsumen : Proses pengambilan keputusan, serta Kegiatan fisik. 


Selain ditentukan oleh stimulus, pengambilan keputusan pembelian jua ditentukan oleh motivasi konsumen.konsumen memiliki motivasi yg selalu berubah mengenai harapan, persepsi serta preferensi.kadangkala suatu ketika konsumen menyukai suatu barang, namun dilain waktu dia mampu nir menyukai barang tersebut. Perubahan-perubahan misalnya ini harus terus diikuti sang penghasil apabila nir ingin ditinggalkan sang konsumen.untuk itu, mengusut motivasi pembelian adalah suatu area penting dalam kegiatan pemasaran. 


Motivasi Pembelian 
Motivasi berasal berdasarkan bahasa latin movere yg berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi adalah aspek yg penting pada ilmu perilaku konsumen lantaran motivasi merupakan hal yg menyebabkan, menyalurkan serta mendukung konduite insan (Nugroho, 2003). Menurut American Encyclopedia dalam Nugroho (2003), motivasi merupakan kecendrungan dalam diri seorang yg membangkitkan topangan dan tindakan. Pemahaman mengenai motivasi bukanlah hal yg mudah. Motivasi merupakan sesuatu yg terdapat pada diri seseorang serta nir tampak berdasarkan luar. Motivasi akan nampak melalui konduite seseorang yang bisa dipandang atau diamati. 


Setiap konsumen mempunyai 2 sifat motivasi pembelian yang saling tumpang tindih pada dirinya, yaitu rasional serta emosional. Menurut Ma’ruf (2005), terdapat 2 tipe motivasi pada pembelian : Emosional, dan Rasional 


Tipe-Tipe Pembelian 
Cobb and Hoyer dalam Geoff and Clive (1998) menyatakan bahwasanya terdapat tiga tipe pembelian yaitu: 
1. Pembelian yang direncanakan (planned), 
2. Pembelian yang 1/2 direncanakan (partial planner) 
3. Pembelian spontan, 

Teori Perilaku Rencanaan (Theory of Planned Behavior) 
Teori konduite rencanaan (theory of planned behavior atau TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari theory of reasoned action (TRA). Icek Ajzen menyebarkan teori TPB ini. 


(Ajzen,1988). Ajzen (1988) menambahkan sebuah konstruk yg belum terdapat di TRA. Konstruk ini diklaim menggunakan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan pada TPB buat mengontrol konduite individual yang dibatasi oleh kekurangan-kekurangannya dan keterbatasan-keterbatasan berdasarkan kekurangan sumber-sumber daya yg dipakai buat melakukan perilakunya. (Chau and Hu 2002). 


Model Teori Perilaku Rencanaan 
Dengan menambahkan sebuah konstruk ini, yaitu control konduite persepsian (perceived behavioral control).  

Teori perilaku rencanaan (theory of planned Behavior) adalah perkembangan dari teori tindakan beralasan (theory of reasoned action). Seperti telah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) dibuat buat berhubugan dengan konduite-konduite yg mana orang-orang memiliki taraf yg tinggi terhadap control kemauannya (volitional control) serta mengasumsikan bahwa semua konduite 


adalah domain-domain berdasarkan personality dan psikologi sosial. Teori konduite rencanaan (theory of planned behavior) secara eksplisit mengenal kemungkinan bahwa banyak perilaku tidak semuanya pada bawah control penuh sehinga konsep menurut control perilaku persepsian (perceived behavioral control) ditambahkan untuk menangani perilaku-konduite semacam ini. Apabila seluruh konduite bisa dikontrol sepenuhnya sang individual-individual, yaitu kontrol perilaku (behavioral control) mendekati maksimum, maka teori konduite rencanaan (theory of planned behavior) pulang sebagai teori tindakan beralasan (theory of reasoned action). 


Sikap Terhadap Perilaku Dan Pengaruhnya Terhadap Minat Dan Perilaku. 
Sikap (attitude) merupakan evaluasi kepercayaan (belief) atau perasaan positif atau negative berdasarkan seorang bila harus melakukan konduite yang ditentukan. 


Norma-Norma Subjektif Dan Pengaruhnya Terhadap Minat Dan Perilaku 
Ajzen (1991) dalam Jogiyanto (2007) mengemukakan bahwa norma-kebiasaan subjektif (subjective norms) merupakan persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan -agama orang lain yang akan mensugesti minat buat melakukan atau nir melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. 


Kontrol Perilaku Persepsian Dan Pengaruhnya Terhadap Minat Perilaku 
Kontrol konduite persepsian didefinisikan sang Ajzen (1991:88) sebagai kemudahan atau kesulitan persepsian buat melakukan konduite “the perceived ease or difficult of performing the behavior”. Taylor serta Todd (1995:149) mendefinisikan Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) menjadi persepsi serta konstruk-konstruk internal dan eksternal berdasarkan perilaku. Kontrol konduite persepsian (perceived behavioral control) ini merefleksikan pengalaman masa lalu dan jua mengantisipasi halangan-halangan yg ada. 


Minat Perilaku Dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku 
Minat adalah “galat satu aspek psikologis yg mempunyai efek relatif besar terhadap sikap konduite dan minat pula merupakan sumber motivasi yg akan mengarahkan seorang buat melakukan suatu kegiatan atau tindakan” (Schiffman & Kanuk, 2007). 


Theory of reasoned action mengungkapkan bahwa perilaku dilakukan lantaran individual mempunyai minat atau hasrat buat melakukannya. Terkait menggunakan contoh TPB, minat konduite adalah suatu fungsi berdasarkan perilaku, kebiasaan-kebiasaan subjektif, serta kontrol konduite persepsian terhadap perilaku. Ini berarti bahwa minat seorang buat melakukan perilaku diprediksi oleh sikapnya terhadap perilakunya dan bagaimana dia berpikir, orang lain akan menilainya apabila individu tersebut melakukan konduite itu, serta selanjutnya kepercayaan -kepercayaan internal dan eksternal yg dipersepsikan sebagai pengontrol. Schiffman & Kanuk (2007) mengemukakan bahwa minat membeli merupakan “aktivitas psikis yang muncul lantaran adanya perasaan (afektif) serta pikiran (kognitif) terhadap suatu barang atau jasa yang diinginkan”. Sehingga minat membeli bisa diartikan sebagai suatu perilaku bahagia terhadap suatu obyek yg menciptakan individu berusaha buat mendapatkan obyek tadi menggunakan cara membayarnya menggunakan uang atau dengan pengorbanan. Dalam interaksi 


dengan penelitian ini, minat adalah variabel interviening antara variabel Green marketing serta keputusan pembelian produk organik. 


Telah Hasil penelitian terdahulu 
Terkait penelitian tentang “Green Marketing” dan pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian melalui Minat Beli produk organik, buat memberikan pelukisan serta kerangka konseptual yg lebih komprehensif, penelitian ini dilengkapi menggunakan output-hasil penelitian terdahulu yg sangat menunjang dan bersifat menguatkan atau melemahkan posisi bahasan topik penelitian ini. Selain penerangan, penelitian terdahulu tergambar pada bentuk maping pada tabel matriks. 
o Tarkiainen and Sundqvist (2006) melakukan penelitian menggunakan judul “Subjective Norms, Attitudes and Intentions of Finnish Consumers in Buying Organic Food”. 
o Magistris and Gracia (2008) dalam penelitian yg berjudul “The decision to buy organic food products in Southern Italy”. 
o Kalafatis et al.,(1999) melakukan penelitian dengan judul ”Green Marketing and Ajzen’s Theory of Planned Behavior: A cross-Market examination”. 
o Haryadi R (2009) melakukan penelitian menggunakan judul “ Pengaruh Green Marketing terhadap Pilihan Konsumen melalui Pendekatan Marketing Mix (Studi masalah dalam The Body Shop Jakarta). 
o Fotopoulos dan Krystalis (2002) melakukan penelitian menggunakan judul “Purchasing motives and profile of the Greek Organic Consumer: A countrywide informasi lapangan”. 
o Marija Radman (2005) melakukan penelitian menggunakan judul ”Consumer consumption and perception of organic products in Croatia”. 
o Tsakiridou et al.,(2007) melakukan penelitian menggunakan judul, “Attitudes And Behavior Towards Organic Products: An Exploratory Study”. 
o Zanoli & Naspetti (2002) pada penelitian yang berjudul, “ Consumer Motivations in the Purchase of Organic food: A Means-End Approach”. 
o Magnusson, et al., (2001) melakukan penelitian dengan judul,” Attitudes toward Organic Foods among Swedish Consumers”. 
o Tregear, Dent & McGregor (1994) pada penelitian yang berjudul ”The Demand for Organically Grown Produce”, 
o Hasrini sari (2008) dalam penelitian yg berjudul “Pemasaran Produk Hijau : Profil Pelanggan dari Usia, Gender, Pendidikan, serta Pengalaman membeli. 
o Junaedi S.mf (2008) melakukan penelitian menggunakan judul “Pengaruh Gender Sebagai Pemoderasi Pengembangan Model Perilaku Konsumen Hijau Di Indonesia”. 
o Junaedi S.mf (2003), “ Analisis faktor demografi, akses media serta sumber liputan Terhadap kepedulian dan pencerahan lingkungan konsumen: Kajian pemasaran yg berwawasan sosial”.


Hasil penelitian terdahulu diatas, membenarkan/ menjustifikasi determinan konduite pembelian produk hijau serta produk organik yang ramah lingkungan. Secara generik, sanggup mengungkapkan dan mengungkapkan bahwa permodelan berdasarkan Theory of Planned Behavior/TPB (Teori perilaku rencanaan) dari Ajzen (1991), yang mencakup Minat perilaku, Sikap terhadap Perilaku, Norma-norma Subjektif, serta Kontrol perilaku persepsian, merupakan determinan dari perilaku pembelian (Keputusan membeli) produk organik/produk hijau yang ramah 


lingkungan (Kalafatis, et al.,1999; Tarkiainen and Sundqvist, 2006; Magistris and Gracia, 2008; Tsakiridou et al.,2007; Junaedi,2008; Magnusson, et al., 2001). Selain permodelan menurut TPB, penelitian lain yg melihat dari konsep pemasaran yg dideskripsikan sebagai bauran pemasaran atau marketing mix memberitahuakn efek yang signifikan terhadap niat beli dan keputusan pembelian (Haryadi, 2009; Tregear, Dent & McGregor,1994; Fotopoulos serta Krystalis, 2002; Radman, 2005; Zanoli & Naspetti, 2002; Junaedi, 2003; Hasrini, 2008).