PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Para Ahli
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, memakai, mengevaluasi serta mengabaikan produk, jasa, atau wangsit yang diharapkan bisa memuaskan konsumen buat dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

Selain itu perilku konsumen berdasarkan Loudon dan Della Bitta (1993) merupakan: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu pada menilai, menerima, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang serta jasa-jasa.

Menurut Ebert serta Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan menjadi: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen buat membuat keputusan tentang suatu produk yg dibeli dan dikonsumsi.

1. Faktor-faktor Ekstern yg Mempengaruhi Perilaku Konsumen
a. Kebudayaan
faktor budaya adalah salah satu dampak yg paling berdampak luas dalam konduite konsumen.pustakawan harus mengetahui peranan yg dimainkan oleh budaya tersebut,serta pula sub-budaya,dan juga kelas sosial pembeli.budaya memegang peranan yang sangat krusial pada dalam perilaku konsumen.jika kebudayaan telah sangat inheren pada pada diri konsumen,tidak akan bisa menggunakan gampang impak kebudayan-kebudayaan asing yg datang berdasarkan luar mampu masuk begitu saja.

Contohnya saja seorang konsumen yg telah sangat cinta dengan kebudayaan bangsanya,sehingga ia selalu memakai prodak pada negeri dan tidak mau memakai prodak luar.memang nir seluruh konsumen misalnya itu,masih masih ada konsumen-konsumen yg nir memiliki jiwa kebudayaan yang melekat utuh didalam dirinya,sehingga beliau masih dengan gampang terpengaruh sang kebudayaan asing,serta menggunakan produk-produk dari luar.

Setiap kebudayaan masing-masing terdiri menurut sub-budaya sub-budaya yang lebih kecil lagi,yg memberikan identifikasi dan pengenalan yang lebih jelas buat para anggotanya. Adalah faktor penentu impian dan konduite seseorang yang paling fundamental. Apabila makhluk yg lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh insting, maka konduite manusia sebagian akbar adalah dipelajari.

Anak yang dibesarkan dalam sebuah rakyat menyelidiki seperangkat nilai dasar, persepsi, preferensi, serta konduite melalui sebuah proses pengenalan yang melibatkan famili serta berbagai lembaga penting lainnya. Lantaran itu, seorang anak yg dibesarkan pada kebudayaan tertentu akan mempunyai nilai-nilai kebudayaan eksklusif juga (misalnya nilai prestasi serta keberhasilan, aktivitas, efisiensi, dan kepraktisan, kemajuan, fenomena, ketenangan material, individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal, kemanusiaan dan perilaku serta jiwa muda).

b. Kelompok Sosial dan Refrensi
Pada biasanya konsumen acapkali meminta pendapat menurut orang sekitas serta lingkungannya mengenai produk apa yang harus dibeli. Lantaran itulah lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen. Faktor Sosial terdiri menurut tiga bagian, yaitu : grup acuan, keluarga, dan kiprah. Kelompok acuan adalah seluruh grup yang memilki imbas eksklusif terhadap sikap / prilaku seseorang. Dengan pendapat yg diperoleh berdasarkan suatu grup maka konsumen bisa menciptakan keputusan konsumsi. Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling krusial juga berpengaruh secara pribadi terhadap keputusan seseorang pada membeli barang sehari-hari. Sedangkan kiprah mencakup aktivitas yg diperlukan akan dilakukan seseorang. Suatu produk atau merk dapat menggambarkan peran serta status pamakainya.

Perilaku konsumen pula dipengaruhi oleh faktor sosial, misalnya kelompok kecil, famili serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seorang ditentukan sang poly grup kecil. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung. Definisi kelompok merupakan 2 orang atau lebih yang berinteraksi buat mencapai sasaran individu atau bersama.

Sebenarnya, semua rakyat manusia menampilkan lapisan-lapisan sosial. Lapisan-lapisan sosial ini kadang-kadang berupa sebuah sistem kasta dimana para anggota kasta yang tidak sama memikul peranan eksklusif dan mereka tidak dapat mengganti keanggotaan kastanya. Malah lebih tak jarang lapisan sosial itu berbentuk kelas sosial. Kelas sosial adalah sebentuk kelompok yg relatif sejenis dan bertahan lama pada sebuah rakyat yang tersusun pada sebuah urutan jenjang serta para anggota pada setiap jenjang itu mempunyai nilai, minat dan tingkah laku sama.

PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN MENURUT PARA AHLI

Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Para Ahli
Pengertian konduite konsumen berdasarkan Shiffman dan Kanuk (2000) merupakan “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti konduite yg diperhatikan konsumen pada mencari, membeli, memakai, mengevaluasi serta mengabaikan produk, jasa, atau pandangan baru yg dibutuhkan bisa memuaskan konsumen buat bisa memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yg ditawarkan.

Selain itu perilku konsumen dari Loudon serta Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individu-individu yg semuanya ini melibatkan individu pada menilai, mendapatkan, memakai, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.

Menurut Ebert serta Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan menjadi: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan menjadi upaya konsumen buat menciptakan keputusan tentang suatu produk yang dibeli serta dikonsumsi.

1. Faktor-faktor Ekstern yg Mempengaruhi Perilaku Konsumen
a. Kebudayaan
faktor budaya adalah keliru satu efek yang paling berdampak luas pada perilaku konsumen.pustakawan harus mengetahui peranan yg dimainkan sang budaya tadi,serta juga sub-budaya,dan juga kelas sosial pembeli.budaya memegang peranan yg sangat krusial pada pada konduite konsumen.apabila kebudayaan telah sangat melekat pada dalam diri konsumen,nir akan dapat menggunakan mudah imbas kebudayan-kebudayaan asing yang tiba menurut luar bisa masuk begitu saja.

Contohnya saja seorang konsumen yang telah sangat cinta menggunakan kebudayaan bangsanya,sehingga dia selalu memakai prodak dalam negeri serta nir mau menggunakan prodak luar.memang nir semua konsumen seperti itu,masih terdapat konsumen-konsumen yg tidak memiliki jiwa kebudayaan yg inheren utuh didalam dirinya,sehingga ia masih dengan mudah terpengaruh oleh kebudayaan asing,dan menggunakan produk-produk dari luar.

Setiap kebudayaan masing-masing terdiri menurut sub-budaya sub-budaya yg lebih kecil lagi,yg memberikan identifikasi dan sosialisasi yg lebih kentara untuk para anggotanya. Adalah faktor penentu cita-cita dan konduite seorang yg paling fundamental. Apabila makhluk yg lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh insting, maka konduite manusia sebagian akbar merupakan dipelajari.

Anak yang dibesarkan dalam sebuah masyarakat memeriksa seperangkat nilai dasar, persepsi, preferensi, serta konduite melalui sebuah proses sosialisasi yang melibatkan famili serta aneka macam lembaga penting lainnya. Lantaran itu, seseorang anak yg dibesarkan pada kebudayaan eksklusif akan memiliki nilai-nilai kebudayaan eksklusif juga (misalnya nilai prestasi dan keberhasilan, aktivitas, efisiensi, dan kepraktisan, kemajuan, fenomena, ketenangan material, individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal, humanisme dan perilaku serta jiwa belia).

b. Kelompok Sosial serta Refrensi
Pada umumnya konsumen seringkali meminta pendapat dari orang sekitas serta lingkungannya mengenai produk apa yang harus dibeli. Lantaran itulah lingkungan sosial memberikan efek terhadap prilaku konsumen. Faktor Sosial terdiri menurut 3 bagian, yaitu : gerombolan acuan, keluarga, serta peran. Kelompok acuan merupakan semua grup yang memilki pengaruh eksklusif terhadap perilaku / prilaku seorang. Dengan pendapat yg diperoleh dari suatu gerombolan maka konsumen bisa menciptakan keputusan konsumsi. Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen yg paling krusial juga berpengaruh secara pribadi terhadap keputusan seorang pada membeli barang sehari-hari. Sedangkan peran meliputi aktivitas yg dibutuhkan akan dilakukan seseorang. Suatu produk atau brand dapat mendeskripsikan kiprah serta status pamakainya.

Perilaku konsumen pula ditentukan oleh faktor sosial, seperti grup kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seorang dipengaruhi sang poly gerombolan mini . Kelompok yang memiliki imbas langsung. Definisi grup merupakan dua orang atau lebih yg berinteraksi untuk mencapai target individu atau bersama.

Sebenarnya, seluruh warga insan menampilkan lapisan-lapisan sosial. Lapisan-lapisan sosial ini kadang-kadang berupa sebuah sistem kasta dimana para anggota kasta yg tidak sama memikul peranan eksklusif dan mereka tidak bisa membarui keanggotaan kastanya. Malah lebih tak jarang lapisan sosial itu berbentuk kelas sosial. Kelas sosial adalah sebentuk gerombolan yg relatif homogen dan bertahan usang dalam sebuah warga yang tersusun pada sebuah urutan jenjang dan para anggota pada setiap jenjang itu memiliki nilai, minat dan tingkah laris sama.

PENGERTIAN FAKTOR PSIKOLOGIS KONSUMEN

Pengertian, Faktor Psikologis Konsumen 
Psikologi asal menurut bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa serta logos = kata, dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yg memeriksa mengenai jiwa/mental. Psikologi tidak menilik jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yg abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi serta ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laris serta proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi bisa didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang menilik tingkah laku dan proses mental.

R.S. Woodworth memberikan batasan tentang psikologi yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (2007) menjadi berikut: “Psychology can be defined as the science of the activities of the individual”. Sedangkan berdasarkan Leon Schiffman serta Leslie Lazar Kanuk (2008) menyatakan : “Karakteristik psikologis merujuk ke sifat-sifat diri atau hakiki konsumen perorangan”. Menurut Stephen P. Robbins serta Timothy A. Jugge (2008) menyatakan : “psikologi dapat diartikan menjadi ilmu pengetahuan yg berusaha mengukur, mengungkapkan, dan terkadang mengubah perilaku manusia serta mahluk lain”.

Dari pengertian-pengertian diatas, maka penulis bisa simpulkan bahwa psikologis konsumen merupakan tingkah laris atau mampu dikatakan konduite yg didorong sang jiwa/mental konsumen itu sendiri buat melakukan segala aktivitasnya.

Faktor Psikologis Konsumen
Kotler & Armstrong (2008) mengungkapkan bahwa: “pilihan atau keputusan pembelian konsumen ditentukan sang empat faktor psikologis primer: yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, dan agama dan perilaku”.

1. Motivasi
Menurut Kotler serta Armstrong (2008) mengemukakan motif merupakan kebutuhan yang mendorong seorang secara kuat mencari kepuasan atas kebutuhan tadi”. Psikolgis sudah mengembangkan beberapa teori motivasi. Dua yg paling terkenal-teori Sigmund Freud serta Abraham Maslow-sudah menaruh arti yg tidak selaras buat analisis konsumen pada pemasaran.

a. Teori Motivasi Freud.
Freud mengasumsikan bahwa seorang sangat nir sadar akan kekuatan psikologis yang membangun konduite mereka. Ia melihat manusia tumbuh, serta memutuskan banyak dorongan. Dorongan itu nir akan hilang serta nir akan mampu dikendalikan menggunakan sempurna; semua itu ada ke pada mimpi, ke galat bicara, ke perilaku neourotik dan obsesif, atau akhirnya sebagai sakit jiwa. Oleh karenanya, Freud membenarkan bahwa orang nir tahu sepenuhnya motivasinya.

b. Teori Motivasi Maslow
Abraham Maslow berusaha menyebutkan mengapa seorang terdorong sang kebutuhan eksklusif dalam waktu-ketika eksklusif. Maslow mengemukakan kebutuhan insan tersusun pada sebuah hirarki, dari yg paling mendesak sampai yang kurang mendesak. Hierarki kebutuhan Maslow dapat ditinjau di gambar 2.1. Diurut menurut segi kepentingannya, kebutuhan itu adalah, kebutuhan fisiologi, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan diri, serta kebutuhan aktualisasi. Orang berusaha memuaskan kebutuhan yang paling krusial terlebih dahulu. Pada saat kebutuhan tersebut terpenuhi, kebutuhan tersebut akan terhenti sebagai motivator serta beliau akan memenuhi kebutuhan paling krusial selanjutnya. Contoh, orang yg lapar (kebutuhan fisiologis) tidak akan tertarik dalam apa yang terjadi baru-baru ini pada dunia seni (kebutuhan aktualisasi diri), pula nir tertarik dalam apakah mereka dicermati atau dihargai oleh orang lain (kebutuhan penghargaan diri), jua tidak tertarik pada apakah dia menghirup udara segar (kebutuhan keamanan).

Gambar Hierarki kebutuhan Maslow
Sumber: Kotler dan Armstrong (2008) 

2. Persepsi
Menurut Kotler dan Armstrong (2008) mengartikan bahwa: “persepsi merupakan proses meyeleksi, mengatur, serta menginterpretasikan informasi guna membentuk citra yg berarti tentang global”. Sedangkan berdasarkan Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2008) mengemukakan bahwa: “persepsi adalah sebuah proses dimana individu mengatur serta menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna menaruh arti bagi lingkungan mereka.” 

Orang yang memperoleh rangsangan yang sama dapat membentuk persepsi yang berbeda-beda, lantaran adanya 3 proses perseptual yaitu:
  • Perhatian selektif, adalah kesamaan orang buat menyaring berita yang mereka dapatkan.
  • Distorsi selektif, menggambarkan kecenderungan orang buat menginterprestasikan fakta yang sinkron dengan cara yang mendukung apa yg telah mereka percaya.
  • Retensi selektif, adalah kesamaan orang untuk berusaha mempertahankan fakta yang mendukung perilaku dan agama mereka. 

3. Pembelajaran
Menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2008) pada bukunya Organizational Behavior yang diterjemahkan oleh Diana Angelica mengemukan bahwa: “pembelajaran adalah setiap perubahan konduite yg nisbi permanen, terjadi sebagai hasil berdasarkan pengalaman”. Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2008) menyatakan pembelajaran adalah perubahan konduite seseorang lantaran pengalaman.

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) pembelajaran terjadi melalui saling impak antara dorongan, stimulan, cues, tanggapan dan penguatan. Dorongan adalah stimulan internal bertenaga buat yang membangkitkan asa buat bertindak. Dorongan berubah sebagai motif bila diarahkan ke objek stimulan yang spesifik. Cues atau petunjuk adalah stimulan mini yg memilih kapan, dimana, dan bagaimana seseorang menaruh tanggapan. Penguatan akan ada karena berdasarkan tanggapan-tanggapan yang sudah ada.

4. Keyakinan dan Sikap
Melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapat keyakinan serta sikap, yg kemudian akan mempengaruhi konduite pembelian. Menurut Kotler dan Armstrong (2008) mendefinisikan keyakinan menjadi pemikiran deskriptif yang dipertahankan seseorang tentang sesuatu”. Keyakinan itu berdasarkan atas pengetahuan, opini, serta keyakinan yang mungkin ditentukan atau nir dipengaruhi rasa emosional. Setelah keyakinan maka akan timbul perilaku yang telah ditentukan sang keyakinan sebelumnya. Menurut Kotler dan Armstrong (2008) mengemukakan sikap adalah penilaian, perasaan, dan kesamaan yang konsisten atas senang atau nir sukanya seseorang terhadap objek atau wangsit.

Menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2008) dalam bukunya Organizational Behavior yang diterjemahkan sang Diana Angelica mengemukan bahwa: “sikap adalah pernyataan-pernyataan evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa. Menurutnya sikap mempunya tiga komponen krusial, yaitu:
• Komponen kognitif (cognitive component), merupakan segmen opini atau keyakinan berdasarkan perilaku.
• Komponen afektif (affective component), merupakan segmen emosional atau perasaan menurut sikap.
• Komponen perilaku (behavioral component), adalah niat untuk berperilaku pada cara tertentu terhadap seorang atau sesuatu.

Sikap menempatkan seorang kedalam kerangka pikiran menyukai atau tidak menyukai sesuatu yg kemudian dapat mendekatkan atau menjauhkannya terhadap hal tersebut. Sikap itu sukar diubah. Sikap seorang itu memiliki pola, serta mengganti satu perilaku akan membutuhkan penyesuaian yang sulit perilaku yg lain.

Menurut Katz pada Mowen serta Minor (2002) mendifinisikan empat fungsi sikap : Utilitarian, Pembelaan-ego, Pengetahuan, Nilai ekspresif :
  • Fungsi Utilitarian : Fungsi sikap Utilitarian mengacu pada pandangan baru bahwa orang mengekspresikan perasaan untuk memaksimalkan penghargaan serta meminimalkan sanksi yg mereka terima dari orang lain.
  • Fungsi Pembelaan-ego : (Ego-Defensive) : Fungsi sikap menjadi pembela ego adalah melindungi orang menurut kebenaran mendasar mengenai diri sendiri atau menurut kenyataan kekejaman dunia luar, Fungsi pembelaan-ego yg disebut pula fungsi pertahanan harga diri (Self-esteem maintenance fuction), mengandalkan pada teori psikoanalitik yaitu kepribadian insan dari dari usaha bergerak maju antara dorongan psikologis menurut pada diri(misalnya lapar, seks dan serangan) dan tekanan sosial buat mentaati aturan, anggaran, dan kode moral. Jadi Sikap misalnya prasangka kaum minoritas, berfungsi menjadi mekanisme pembelaan orang fanatik yg tidak mau mengakui kegelisahan diri mereka yang paling fundamental.
  • Fungsi pengetahuan (Knowledge Funtion) : Sikap juga dapat dipergunakan sebagai standar yang membantu seorang untuk tahu global mereka. Dalam memainkan peran ini, perilaku membantu seseorang buat menaruh arti dalam dunia yg tidak beraturan.
  • Fungsi Nilai-Ekspresif : Mengacu pada bagaimana seseorang mengekspresikan nilai sentral mereka pada orang lain yg biasa dianggap Fungsi identitas sosial. Ekspresi perilaku bahkan bisa membantu seorang dalam mendefinisikan konsep diri mereka kepada yg lain.
Pengukuran perilaku bisa dilakukan dengan menilai pernyataan perilaku seseorang. Pernyataan perilaku adalah rangkaian kalimat yg menyampaikan sesuatu tentang objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau berkata hal-hal yg positif tentang objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek perilaku. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yg favorable. Sebaliknya pernyataan perilaku mungkin juga berisi hal-hal negatif tentang objek sikap yang bersifat nir mendukung maupun kontra terhadap objek perilaku. Pernyataan seperti ini dianggap menggunakan pernyataan yg tidak favorable. Suatu skala perilaku sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan nir favorable pada jumlah yg seimbang. Dengan demikian pernyataan yg tersaji nir semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek perilaku Azwar (2000).

5. Model Sikap
a. Model Tiga Komponen
Menurut tricomponent attitude model Schiffman dan Kanuk, 2005 dan Engel et.al. (1994), sikap terdiri atas tiga komponen: kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif merupakan pengetahuan serta persepsi konsumen, yg diperoleh melalui pengalaman dengan suatu objek perilaku serta liputan berdasarkan banyak sekali sumber. Pengetahuan dan persepsi ini umumnya berbentuk kepercayaan (belief), yaitu konsumen mempercayai bahwa produk mempunyai sejumlah atribut. Kognitif ini acapkali pula diklaim menjadi pengetahuan dan agama konsumen. Afektif menandakan emosi dan perasaan konsumen. Schiffman serta Kanuk (2005) menyebutkan sebagai “as primarily evaluative in nature”, yaitu memperlihatkan penilaian pribadi dan umum terhadap suatu produk, apakah produk itu disukai atau tidak disukai; apakah produk itu baik atau jelek. Konatif menerangkan tindakan seorang atau kecenderungan perilaku terhadap suatu objek Engel, et al. (2004), konatif berkaitan dengan tindakan atau konduite yg akan dilakukan oleh seorang konsumen (likelihood or tendency) dan tak jarang pula diklaim sebagai intention. Solomon (2003) pada Sumarwan (2004) mengungkapkan tricomponent contoh sebagai Model Sikap ABC. A menyatakan sikap (affect), B merupakan perilaku (behavior), C adalah agama (cognitive).

b. Model Sikap Multiatribut Fishbein
Dalam Sumarwan (2004) Model Multiatribut Sikap menurut Fishbein terdiri menurut 3 contoh: the attitude-toward-object model, the attitude-towardbehavior- contoh, serta the theory-of-reasoned-action contoh. Model sikap multiatribut menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek perilaku (produk atau merek) sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen terhadap atributatribut yg dinilai. Model perilaku terhadap objek secara spesifik cocok buat pengukuran perilaku terhadap suatu produk atau merek eksklusif Fishbein dalam Schiffman serta Kanuk (2005). Menurut model ini, perilaku konsumen didefinisikan menjadi suatu fungsi menurut penampilan serta evaluasi terhadap sejumlah keyakinan berdasarkan produk tertentu atau atribut-atribut yg dimiliki oleh suatu produk atau merek tertentu Schiffman serta Kanuk (2005). Model ini secara singkat menyatakan bahwa perilaku seorang konsumen terhadap suatu objek akan ditentukan sang sikapnya terhadap banyak sekali atribut yg dimiliki sang objek tersebut Suwarman (2004).

Keputusan Pembelian
Menurut Leon Shciffman dan Leslie Lazar Kanuk (2008) mengemukakan bahwa: “keputusan merupakan seleksi terhadap dua pilihan cara lain atau lebih”. Sedangkan dari Kotler dan Armstrong (2008) mengemukakan bahwa: “keputusan pembelian merupakan tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan, bahwa keputusan pembelian merupakan memilih tindakan atau pengambilan keputusan berdasarkan beberapa alternatif yang kemudian dipilih keliru satu atau lebih buat dibeli.

Hubungan Psikologis Konsumen menggunakan Keputusan Pembelian
Sebagaimana yg sudah dijelaskan di atas bahwa psikologis konsumen adalah konduite konsumen yang didorong oleh jiwa/mental konsumen itu sendiri buat melakukan segala aktivitasnya. Begitupun pada hal keputusan pembelian yang adalah kegiatan konsumen yg nir terlepas berdasarkan dorongan psikologis ntuk menentukan keputusan pembelian yg paling sempurna.

Menurut Kotler serta Armstrong (2008) menyatakan bahwa “pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi serta psikologis”. Misalnya terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar Karakteristik Yang Mempengaruhi Pembelian Konsumen
Sumber: Kotler & Armstrong (2004)

Kerangka Konseptual
Sumber : Kotler serta Armstrong (2008)

Motivasi diartikan menjadi dorongan bagi konsumen buat melakukan pembelian yang berdasarkan dalam kebutuhan konsumen itu tersebut. Sedangkan persepsi disini dapat diartikan menjadi gambaran atau penilain seseorang terhadap suatu produk, lalu pembelajaran disini diartikan sebagai pengalaman sesudah menggunakan produk dan pembelajaran ini bisa didapat berdasarkan diri kita sendiri juga menurut orang lain, serta yang terakhir adalah keyakinan dan perilaku, keyakinan disini sangat bekerjasama eksklusif dengan kepercayaan terhadap suatu produk eksklusif dan perilaku herbi tindakan dan perasaan seseorang terhadap suatu objek. Keputusan pembelian adalah termin proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk

Hipotesis
Dari uraian kerangka pemikiran dan teori-teori yg mendukung diatas dapat penulis ambil dugaan sementara bahwa :Terdapat efek antara faktor psikologis terhadap keputusan pembelian.

Penelitian Terdahulu
Joni Gunawan (2006) “Pengaruh psikologis, sosial, dan bauran pemasaran terhadap keputusan rumah tangga dalam membeli produk semen”. Varibel motivasi, perilaku, grup surat keterangan, produk, harga, kenaikan pangkat , dan distribusi secara bersama-sama atau simultan mempunyai efek yg signifikan terhadap keputusan tempat tinggal tangga di kota Palembang pada membeli “produk semen”. Faktor Psikologis berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian produk semen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung lebih akbar daripada ttabel (3,614>dua,0227) dan probabilitas lebih kecil berdasarkan 0,05 yaitu sebanyak 0,001. Dengan demikian hipotesis 5 diterima.

Dwi Wahyuni (2007) “Pengaruh konduite pembelian mahasiswa terhadap keputusan pembelian komputer notebook di lingkungan mahasiswa UMP.faktor pembelian mahasiswa (yg terdiri menurut budaya, sosial, eksklusif, serta psikologis), bisa diketahui bahwa semua faktor tadi berpengaruh terhadap keputusan pembelian personal komputer notebook. Faktor Faktor Psikologis berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian netebook. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung lebih akbar daripada ttabel (2,189>dua,0227) serta probabilitas lebih kecil berdasarkan 0,05 yaitu sebesar 0,035. 

. Awang Kurnia (2010) “Pengaruh faktor-faktor psikologis konsumen terhadap proses pengambilan keputusan pembelian sepeda motor pada kota padang”. Dari output penelitian yg dilakukan dari faktor-faktor psikologis seperti motivasi, pengetahuan, keyakinan dan perilaku berpengaruh terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan rumus R2 dengan persentase sebanyak 55,lima%.

PENGERTIAN FAKTOR PSIKOLOGIS KONSUMEN

Pengertian, Faktor Psikologis Konsumen 
Psikologi berasal berdasarkan bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = istilah, pada arti bebas psikologi merupakan ilmu yg menilik tentang jiwa/mental. Psikologi tidak menilik jiwa/mental itu secara pribadi karena sifatnya yang tak berbentuk, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tadi yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sebagai akibatnya Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yg mengusut tingkah laris dan proses mental.

R.S. Woodworth menaruh batasan mengenai psikologi yang dikutip sang M. Ngalim Purwanto (2007) menjadi berikut: “Psychology can be defined as the science of the activities of the individual”. Sedangkan dari Leon Schiffman serta Leslie Lazar Kanuk (2008) menyatakan : “Karakteristik psikologis merujuk ke sifat-sifat diri atau hakiki konsumen perorangan”. Menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Jugge (2008) menyatakan : “psikologi dapat diartikan menjadi ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menyebutkan, serta terkadang mengganti perilaku manusia dan mahluk lain”.

Dari pengertian-pengertian diatas, maka penulis dapat simpulkan bahwa psikologis konsumen merupakan tingkah laku atau bisa dikatakan konduite yg didorong oleh jiwa/mental konsumen itu sendiri buat melakukan segala aktivitasnya.

Faktor Psikologis Konsumen
Kotler & Armstrong (2008) mengatakan bahwa: “pilihan atau keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama: yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta agama serta perilaku”.

1. Motivasi
Menurut Kotler serta Armstrong (2008) mengemukakan motif merupakan kebutuhan yg mendorong seseorang secara kuat mencari kepuasan atas kebutuhan tadi”. Psikolgis sudah mengembangkan beberapa teori motivasi. Dua yg paling populer-teori Sigmund Freud serta Abraham Maslow-telah menaruh arti yang berbeda buat analisis konsumen pada pemasaran.

a. Teori Motivasi Freud.
Freud mengasumsikan bahwa seseorang sangat tidak sadar akan kekuatan psikologis yg menciptakan konduite mereka. Ia melihat manusia tumbuh, serta memutuskan poly dorongan. Dorongan itu tidak akan hilang serta nir akan sanggup dikendalikan menggunakan paripurna; seluruh itu timbul ke dalam mimpi, ke salah bicara, ke perilaku neourotik dan obsesif, atau akhirnya menjadi sakit jiwa. Oleh karena itu, Freud membenarkan bahwa orang nir tahu sepenuhnya motivasinya.

b. Teori Motivasi Maslow
Abraham Maslow berusaha menjelaskan mengapa seseorang terdorong oleh kebutuhan tertentu dalam saat-saat tertentu. Maslow mengemukakan kebutuhan manusia tersusun pada sebuah hirarki, dari yg paling mendesak sampai yang kurang mendesak. Hierarki kebutuhan Maslow dapat dipandang di gambar 2.1. Diurut dari segi kepentingannya, kebutuhan itu merupakan, kebutuhan fisiologi, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan diri, dan kebutuhan aktualisasi. Orang berusaha memuaskan kebutuhan yang paling krusial terlebih dahulu. Pada waktu kebutuhan tadi terpenuhi, kebutuhan tersebut akan terhenti sebagai motivator serta dia akan memenuhi kebutuhan paling krusial selanjutnya. Contoh, orang yg lapar (kebutuhan fisiologis) nir akan tertarik dalam apa yg terjadi yang terbaru pada global seni (kebutuhan ekspresi), juga nir tertarik pada apakah mereka ditinjau atau dihargai sang orang lain (kebutuhan penghargaan diri), juga tidak tertarik pada apakah beliau menghirup udara segar (kebutuhan keamanan).

Gambar Hierarki kebutuhan Maslow
Sumber: Kotler serta Armstrong (2008) 

2. Persepsi
Menurut Kotler dan Armstrong (2008) mengartikan bahwa: “persepsi adalah proses meyeleksi, mengatur, serta menginterpretasikan kabar guna membangun citra yg berarti tentang dunia”. Sedangkan berdasarkan Stephen P. Robbins serta Timothy A. Judge (2008) mengemukakan bahwa: “persepsi merupakan sebuah proses dimana individu mengatur serta menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.” 

Orang yg memperoleh rangsangan yang sama dapat membangun persepsi yg bhineka, karena adanya 3 proses perseptual yaitu:
  • Perhatian selektif, adalah kesamaan orang buat menyaring fakta yg mereka dapatkan.
  • Distorsi selektif, mendeskripsikan kesamaan orang buat menginterprestasikan kabar yg sinkron menggunakan cara yg mendukung apa yang telah mereka percaya.
  • Retensi selektif, adalah kecenderungan orang buat berusaha mempertahankan fakta yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka. 

3. Pembelajaran
Menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2008) dalam bukunya Organizational Behavior yang diterjemahkan sang Diana Angelica mengemukan bahwa: “pembelajaran merupakan setiap perubahan perilaku yg relatif permanen, terjadi sebagai output berdasarkan pengalaman”. Sedangkan dari Kotler serta Armstrong (2008) menyatakan pembelajaran merupakan perubahan konduite seorang lantaran pengalaman.

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) pembelajaran terjadi melalui saling imbas antara dorongan, stimulan, cues, tanggapan serta penguatan. Dorongan merupakan stimulan internal kuat buat yg membangkitkan cita-cita buat bertindak. Dorongan berubah sebagai motif jika diarahkan ke objek stimulan yang khusus. Cues atau petunjuk merupakan stimulan mini yg menentukan kapan, dimana, serta bagaimana seorang memberikan tanggapan. Penguatan akan ada lantaran dari tanggapan-tanggapan yang telah timbul.

4. Keyakinan dan Sikap
Melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapat keyakinan dan sikap, yang kemudian akan menghipnotis perilaku pembelian. Menurut Kotler dan Armstrong (2008) mendefinisikan keyakinan menjadi pemikiran naratif yg dipertahankan seseorang tentang sesuatu”. Keyakinan itu didasarkan atas pengetahuan, opini, serta keyakinan yang mungkin dipengaruhi atau tidak ditentukan rasa emosional. Setelah keyakinan maka akan ada sikap yg sudah ditentukan sang keyakinan sebelumnya. Menurut Kotler dan Armstrong (2008) mengemukakan sikap adalah penilaian, perasaan, serta kecenderungan yang konsisten atas senang atau tidak sukanya seorang terhadap objek atau pandangan baru.

Menurut Stephen P. Robbins serta Timothy A. Judge (2008) pada bukunya Organizational Behavior yang diterjemahkan sang Diana Angelica mengemukan bahwa: “perilaku merupakan pernyataan-pernyataan evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa. Menurutnya perilaku mempunya tiga komponen penting, yaitu:
• Komponen kognitif (cognitive component), merupakan segmen opini atau keyakinan dari perilaku.
• Komponen afektif (affective component), adalah segmen emosional atau perasaan dari sikap.
• Komponen konduite (behavioral component), adalah niat untuk berperilaku pada cara eksklusif terhadap seseorang atau sesuatu.

Sikap menempatkan seseorang kedalam kerangka pikiran menyukai atau nir menyukai sesuatu yang kemudian dapat mendekatkan atau menjauhkannya terhadap hal tersebut. Sikap itu sukar diubah. Sikap seorang itu mempunyai pola, serta mengubah satu perilaku akan membutuhkan penyesuaian yang sulit perilaku yang lain.

Menurut Katz pada Mowen serta Minor (2002) mendifinisikan empat fungsi sikap : Utilitarian, Pembelaan-ego, Pengetahuan, Nilai ekspresif :
  • Fungsi Utilitarian : Fungsi perilaku Utilitarian mengacu pada inspirasi bahwa orang mengekspresikan perasaan buat memaksimalkan penghargaan serta meminimalkan hukuman yang mereka terima berdasarkan orang lain.
  • Fungsi Pembelaan-ego : (Ego-Defensive) : Fungsi sikap menjadi pembela ego adalah melindungi orang dari kebenaran fundamental mengenai diri sendiri atau dari fenomena kekejaman global luar, Fungsi pembelaan-ego yang diklaim juga fungsi pertahanan harga diri (Self-esteem maintenance fuction), mengandalkan pada teori psikoanalitik yaitu kepribadian insan berasal berdasarkan usaha dinamis antara dorongan psikologis berdasarkan pada diri(seperti lapar, seks dan agresi) serta tekanan sosial buat mentaati aturan, aturan, dan kode moral. Jadi Sikap misalnya prasangka kaum minoritas, berfungsi menjadi mekanisme pembelaan orang fanatik yang tidak mau mengakui kegelisahan diri mereka yang paling mendasar.
  • Fungsi pengetahuan (Knowledge Funtion) : Sikap pula bisa digunakan sebagai standar yang membantu seorang untuk memahami dunia mereka. Dalam memainkan kiprah ini, perilaku membantu seseorang buat memberikan arti pada global yg tidak beraturan.
  • Fungsi Nilai-Ekspresif : Mengacu dalam bagaimana seorang mengekspresikan nilai sentral mereka kepada orang lain yg biasa dianggap Fungsi identitas sosial. Ekspresi perilaku bahkan bisa membantu seseorang dalam mendefinisikan konsep diri mereka kepada yg lain.
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan perilaku seseorang. Pernyataan perilaku merupakan rangkaian kalimat yang berkata sesuatu mengenai objek perilaku yg hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengungkapkan hal-hal yg positif mengenai objek perilaku, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak dalam objek sikap. Pernyataan ini dianggap dengan pernyataan yang favorable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin juga berisi hal-hal negatif tentang objek perilaku yg bersifat nir mendukung maupun kontra terhadap objek perilaku. Pernyataan misalnya ini disebut menggunakan pernyataan yg nir favorable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan supaya terdiri atas pernyataan favorable serta tidak favorable pada jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yg disajikan tidak semua positif serta tidak seluruh negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau nir mendukung sama sekali objek perilaku Azwar (2000).

5. Model Sikap
a. Model Tiga Komponen
Menurut tricomponent attitude model Schiffman dan Kanuk, 2005 dan Engel et.al. (1994), sikap terdiri atas 3 komponen: kognitif, afektif, serta konatif. Kognitif merupakan pengetahuan serta persepsi konsumen, yang diperoleh melalui pengalaman menggunakan suatu objek perilaku serta fakta menurut berbagai sumber. Pengetahuan serta persepsi ini biasanya berbentuk agama (belief), yaitu konsumen mempercayai bahwa produk mempunyai sejumlah atribut. Kognitif ini tak jarang juga disebut sebagai pengetahuan serta agama konsumen. Afektif menerangkan emosi serta perasaan konsumen. Schiffman serta Kanuk (2005) menyebutkan sebagai “as primarily evaluative in nature”, yaitu menunjukkan evaluasi langsung serta generik terhadap suatu produk, apakah produk itu disukai atau nir disukai; apakah produk itu baik atau buruk. Konatif menerangkan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap suatu objek Engel, et al. (2004), konatif berkaitan dengan tindakan atau perilaku yg akan dilakukan sang seorang konsumen (likelihood or tendency) serta tak jarang pula dianggap menjadi intention. Solomon (2003) dalam Sumarwan (2004) menjelaskan tricomponent model sebagai Model Sikap ABC. A menyatakan sikap (affect), B adalah konduite (behavior), C adalah agama (cognitive).

b. Model Sikap Multiatribut Fishbein
Dalam Sumarwan (2004) Model Multiatribut Sikap berdasarkan Fishbein terdiri dari 3 model: the attitude-toward-object contoh, the attitude-towardbehavior- contoh, dan the theory-of-reasoned-action contoh. Model sikap multiatribut mengungkapkan bahwa perilaku konsumen terhadap suatu objek perilaku (produk atau merek) sangat ditentukan sang sikap konsumen terhadap atributatribut yg dievaluasi. Model perilaku terhadap objek secara spesifik cocok untuk pengukuran sikap terhadap suatu produk atau merek tertentu Fishbein dalam Schiffman serta Kanuk (2005). Menurut contoh ini, perilaku konsumen didefinisikan menjadi suatu fungsi dari penampilan dan evaluasi terhadap sejumlah keyakinan menurut produk eksklusif atau atribut-atribut yang dimiliki sang suatu produk atau merek eksklusif Schiffman dan Kanuk (2005). Model ini secara singkat menyatakan bahwa sikap seseorang konsumen terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh sikapnya terhadap berbagai atribut yang dimiliki sang objek tersebut Suwarman (2004).

Keputusan Pembelian
Menurut Leon Shciffman serta Leslie Lazar Kanuk (2008) mengemukakan bahwa: “keputusan merupakan seleksi terhadap dua pilihan cara lain atau lebih”. Sedangkan dari Kotler dan Armstrong (2008) mengemukakan bahwa: “keputusan pembelian adalah tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk”.

Dari beberapa pengertian diatas bisa penulis simpulkan, bahwa keputusan pembelian merupakan menentukan tindakan atau pengambilan keputusan dari beberapa cara lain yang kemudian dipilih keliru satu atau lebih buat dibeli.

Hubungan Psikologis Konsumen menggunakan Keputusan Pembelian
Sebagaimana yg telah dijelaskan pada atas bahwa psikologis konsumen merupakan konduite konsumen yang didorong oleh jiwa/mental konsumen itu sendiri buat melakukan segala aktivitasnya. Begitupun dalam hal keputusan pembelian yg adalah kegiatan konsumen yg tidak terlepas dari dorongan psikologis ntuk memilih keputusan pembelian yg paling sempurna.

Menurut Kotler serta Armstrong (2008) menyatakan bahwa “pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh ciri budaya, sosial, eksklusif dan psikologis”. Misalnya terlihat dalam gambar pada bawah ini.

Gambar Karakteristik Yang Mempengaruhi Pembelian Konsumen
Sumber: Kotler & Armstrong (2004)

Kerangka Konseptual
Sumber : Kotler serta Armstrong (2008)

Motivasi diartikan menjadi dorongan bagi konsumen buat melakukan pembelian yang didasarkan pada kebutuhan konsumen itu tadi. Sedangkan persepsi disini bisa diartikan sebagai citra atau penilain seseorang terhadap suatu produk, lalu pembelajaran disini diartikan sebagai pengalaman sesudah menggunakan produk dan pembelajaran ini mampu didapat menurut diri kita sendiri maupun berdasarkan orang lain, dan yang terakhir merupakan keyakinan dan sikap, keyakinan disini sangat berafiliasi langsung menggunakan kepercayaan terhadap suatu produk eksklusif dan sikap herbi tindakan serta perasaan seorang terhadap suatu objek. Keputusan pembelian merupakan termin proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk

Hipotesis
Dari uraian kerangka pemikiran dan teori-teori yang mendukung diatas dapat penulis ambil dugaan ad interim bahwa :Terdapat efek antara faktor psikologis terhadap keputusan pembelian.

Penelitian Terdahulu
Joni Gunawan (2006) “Pengaruh psikologis, sosial, dan bauran pemasaran terhadap keputusan rumah tangga pada membeli produk semen”. Varibel motivasi, sikap, gerombolan referensi, produk, harga, kenaikan pangkat , dan distribusi secara bersama-sama atau simultan mempunyai dampak yg signifikan terhadap keputusan tempat tinggal tangga pada kota Palembang pada membeli “produk semen”. Faktor Psikologis berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian produk semen. Hal ini ditunjukkan menggunakan nilai thitung lebih besar daripada ttabel (tiga,614>2,0227) serta probabilitas lebih mini dari 0,05 yaitu sebesar 0,001. Dengan demikian hipotesis 5 diterima.

Dwi Wahyuni (2007) “Pengaruh konduite pembelian mahasiswa terhadap keputusan pembelian personal komputer notebook pada lingkungan mahasiswa UMP.faktor pembelian mahasiswa (yang terdiri berdasarkan budaya, sosial, eksklusif, dan psikologis), dapat diketahui bahwa seluruh faktor tersebut berpengaruh terhadap keputusan pembelian komputer notebook. Faktor Faktor Psikologis berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian netebook. Hal ini ditunjukkan menggunakan nilai thitung lebih akbar daripada ttabel (2,189>2,0227) dan probabilitas lebih mini berdasarkan 0,05 yaitu sebesar 0,035. 

. Awang Kurnia (2010) “Pengaruh faktor-faktor psikologis konsumen terhadap proses pengambilan keputusan pembelian sepeda motor pada kota padang”. Dari hasil penelitian yang dilakukan dari faktor-faktor psikologis misalnya motivasi, pengetahuan, keyakinan serta sikap berpengaruh terhadap keputusan pembelian menggunakan memakai rumus R2 dengan persentase sebanyak 55,5%.