CONTOH LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK GURU SD TERBARU 2018

Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Guru SD Terbaru 2018 ini merupakan arsip terkini yg akan aku share dalam kesempatan kali ini khususnya untuk guru baik SD, SMP, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dalam membuat laporan atas PTK yang telah dibuatnya. PTK adalah penelitian yang dilakukan sang pengajar di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan buat memperbaiki kinerjanya menjadi guru. Contoh Laporan PTK yg aku bagikan ini hanya sekedar referensi yg mungkin sesuai dengan asa anda.

File ini sekaligus buat memenuhi Bukti Fisik Akreditasi Sekolah Dasar/MI Standar Pendidik serta Tenaga Kependidikan (PTK) khususnya pada Instrumen No.42 (Poin 4) buat sekolah/madrasah yg akan melaksanakan akreditasi. 



Kerangkat dalam Laporan PTK ini secara garis bersarnya mengandung Pendahuluan, Kajian Pustaka, Pelaksanaan Penelitian, Hasil dan Pembahasan Penelitian, Kesimpulan dan Saran. Berikut link download buat Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas dibawah ini.





Download Juga !!!

CONTOH LAPORAN PTK GURU SD PDF TERBARU TAHUN 2018

Contoh Laporan PTK Guru Sekolah Dasar Pdf Terbaru Tahun 2018 ini adalah file terkini yg akan saya bagikan dalam postingan kali ini. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah penelitian yang dilakukan sang guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan buat memperbaiki kinerjanya menjadi guru. Untuk menciptakan Laporan PTK, anda mampu menggunakan format ini menjadi tambahan referensi.

File ini sekaligus buat memenuhi Bukti Fisik Akreditasi Sekolah Dasar/MI Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) khususnya dalam Instrumen No.42 (Poin 4) buat sekolah/madrasah yg akan melaksanakan akreditasi. 


Kerangkat dalam Laporan PTK SD ini secara garis bersarnya mengandung Pendahuluan, Kajian Pustaka, Pelaksanaan Penelitian, Hasil serta Pembahasan Penelitian, Kesimpulan dan Saran. Berikut link download buat Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas dibawah ini.


Download Juga !!!

CONTOH ARTIKEL PTK MAPEL IPA SEKOLAH DASAR

Abstrak : Penelitianini dilakukan menggunakan pembelajaran secara individu dan kelompok.tujuanpenelitian ini merupakan buat menaikkan pemahaman danprestasi siswa dalam mata pelajaran IPA materi pengaruh gaya pada benda dengan menggunakanalat peraga ilmiah.penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada 3 siklus, menggunakan tahapan planing,ackting,observing danreflekting dalam setiap siklusnya. Hasil penelitian tindakan kelas disimpulkan bahwa penggunaan alatperaga ilmiah dapat mempertinggi pemahaman dan prestasi sisw pada materipengaruh gaya dalam benda mata pelajaran IPA. Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1)Dalampembelajaran guru harus menggunakan aneka macam macam indera peraga supaya siswa dapatmemahami materi menggunakan baik.(2) Dalam pembelajaran guru perlumempersiapkan perangkat pembelajaran menggunakan baik, sebagai akibatnya pelaksanakan  pembelajaran bisa efektif dan efisien.(3)Kesulitan-kesulitan anak didik dalam tahu materi itumenjadi tanggung jawab guru bagaimanan caranya agar siswa sanggup mendapat materidengan optimal.
 
Kata Kunci : Alat Peraga, Pemahaman Materi Gaya, Hasil Belajar
Abstract : This research was conducted with individual and group learning. The purpose of this study was to improve understanding and student achievement in science subjects material effect on the body style using scientific props. Classroom action research conducted in three cycles, the planing stage, ackting, observing and reflekting in each cycle. Results of action research concluded that the use of scientific props can increase understanding and achievement sisw the influence of a force on the material science subjects. Furthermore, researchers recommend: (1) In lessons teachers should use a variety of props for students to understand the material well. (2) In lessons teachers need to prepare properly learning device, so that the implementation of a learning can be effective and efficient. (tiga) The difficulties of the students to understand the material it is the responsibility of teachers bagaimanan way that students are able to receive optimal material

Keywords: Viewer tool, Understanding of Materials Style, Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Denganperkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, dan saran dan pendapat para gurumaka pembelajaran sains disajikan dengan menerapkan aneka macam pendekatansehingga relevan dengan tujuan pembelajaran IPA yakni: menyajikan berbagaifakta atau percobaan sehingga dapat menambah pengalaman siswa baik dirumah maupun pada sekolah. Dalam pemahaman dan kemampuan menjadi perkara bagisiswa kelas IV SDNegeri 3 Tarub UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo. Terbukti dalam satu kelas menurut 42 siswa yg memperoleh nilai 67 keatas 20 anak, siswa yang lainnya hanya menerima 60 kebawah.oleh karena itu penulis selaku peneliti melakukan pemugaran pembelajaranmelalui penelitian tindakan kelas buat menaikkan pemahaman serta prestasisiswa dan buat memenuhi unsur pengembangan profesi berkelanjutan guru.
Guru atausiswa selalu mengharapkan setiap proses belajar mengajar dapat mencapai hasilbelajar yang baik. Pengajar pada menyampaiakan materi mengharapkan murid bisa memahamisetiap materi yg diajarkan, sebagai akibatnya memperoleh output belajar sinkron KKM, akan namun harapan-harapan itu nir selalu bisa terwujud dan masih masih ada murid yang kurang memahamipenjelasan guru. Ada anak didik yg nilainya selalu rendah, bahkan terdapat anak didik yangtidak sanggup mengerjakan soal atau apabila mengerjakan soalpun jawabannyaasal–asalan. Semua itu menerangkan bahwa guru wajib selalu mengadakan perbaikansecara terus menerus pada pembelajarannya, supaya kasus kasus kesulitanbelajar siswa bisa diatasi, sebagai akibatnya  hasil belajar anak didik mencapai tujuanyang diharapkan.
Masalah masalah yg dialami sang siswa dalampembelajaran tidak ada begitu saja, namun ada factor faktor penyebabnya. Apabila guru bisa mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah yangdialami sang anak didik , maka guru tadi akan bisa melakukanpenanganan–penanganan yang sempurna dalam memecahkan kasus pembelajarannya.
Sejujurnya penggunaan alat peraga untuk pembelajaranIPA di Sekolah Dasar sporadis bahkan hampir tidak pernah digunakan sang pengajar-guru SD,padahal alat peraga itu terdapat. Akhirnya indera peraga itu hanya jadi pajangankantor  atau tersimpan rapi di lemari. Alat peraga IPA tidak perlu mahal,kita bisa menemukannya di sekitar kita misalnya kebun sekolah, sawah, sungai,dan semua yang kita lihat pada alam raya ini.  Oleh karenanya tugas Penelitian Tindakan Kelas yg saya laksanakanini menggunakan cara menerapkan“ Penggunaan Alat Peraga Lingkungan Untuk Meningkatkan  Kemampuan Siswa dalam Kompetensi Dasar Menyimpulkan output percobaan bahwa gaya (dorongan atautarikan) bisa membarui gerak suatu benda pada SDNegeri 3 Tarub KecamatanTawangharjo Kabupaten Grobogan”.
Berdasarkan Peraturan PemerintahNomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 20 menyatakanPerencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaanpembelajaran yg memuat sekurang-skurangnya tujuan pembelajaran , bahan ajar,metode pedagogi, asal belajar, dan evaluasi hasil belajar.
Permasalahannya pada melakukanproses pembelajaran siswa-siswi belum optimal , sebagai akibatnya dalam pembelajaran hasilnyadibawah KKM sekolah. Hal ini ditimbulkan dalam pembelajaran penggunaan alatperaganya belum optimal.
Berdasarkan fenomena tersebut makapeneliti mencoba melakukan observasi output belajar anak didik dengan tindak lanjutmemberikan pembelajaran dengan penggunaan alat peraga alamiah yang mudah dijumpai oleh anak-anak sebagai akibatnya bisa mengexplore kemampuan dan daya ingatsiswa.
Alat peraga pada mengajar memegangperanan penting sebagai indera bantu buat membangun proses belajar mengajarIPA yang efektif (Sujana, 2002 : 99). “Dalam kaitannya buat meningkatan hasilbelajar IPA, eksistensi indera peraga jelas mempunyai efek terhadap hasilbelajar siswa. Beberapa fungsi / manfaat indera peraga pada pedagogi IPA,yaitu :
a)Memperjelasinformasi atau pesan pembelajaran pada pembelajaran IPA.
b)Memotivasibelajar murid dalam pembelajaran IPA.
c)Memberivariasi dalam pedagogi IPA.
Siswa lebih cepat serta mudahmemahami pelajaran bahan ajar IPA.
Denganadanya indera peraga, anak-anak akan lebih poly mengikuti pelajaran dengangembira, sebagai akibatnya minatnya dalam mempelajari IPA semakin akbar. Anak akansenang, terangsang, tertarik serta bersikap positif terhadap pedagogi IPA.  Menurut Sujana, 2002: 99). Poly ragamjenis indera peraga IPA yang bisa digunakan pada pembelajaran IPA pada Sekolah Dasar.alat peraga dicermati berdasarkan jenis alat bisa digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:

a)Mediaaudio, yaitu indera perga yang didengar
b)Mediavisual, yaitu alat peraga yang bisa dilihat
c)Mediaaudio visual, yaitu alat peraga yg bisa didengar serta dilihat
Selain itu alat peraga dari dipandang darisumbernya dapat digolongkan sebagai dua yaitu: (a) Alat peraga alamiah (Natural),yaitu alat peraga yg sinkron menggunakan benda aslinya di alam. (b) Alat peragabuatan (Artificial), yaitu alat peraga output modifikasi atau menirubenda aslinya.
Dalam belajar sangat diperlukanya kegiatan, tanpaaktivitas aktivitas belajar dan mengajar tak mungkin berlangsung secara baik,keberhasilan siswa pada belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannyaselama proses pembelajaran. Menurut Rohani (2004) ”aktivitas belajar dilakukanoleh kegiatan fisik dan psikis. Aktivitas fisik merupakan siswa giat aktifdengan anggota badan. Siswa mendengarkan, mengamati, memeriksa, mengingat,menguraikan serta sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis adalah jiwanya, sepertiberpikir, mengingat serta lain-lain”. Menurut Oemar Hamalik (2001: 175)”menyampaikan penggunaan kegiatan besar nilainya pada pembelajaran, sebabdengan melakukan kegiatan pada proses belajar murid bisa mencari pengalamansendiri, memupuk kerjasama yang serasi dikalangan siswa, anak didik bisa berhubungan menrut minat serta kemampuannya sendiri, murid dapat menyebarkan pemahamandan berfikir kritis, bisa membuatkan semua aspek langsung anak didik, suasanabelajar menjadi hayati sebagai akibatnya aktivitas yg dilakukan selama pembelajaranmenyenangkan bagi anak didik”. Dengan demikian, aktivitas belajar yang dimaksuddalam penelitian ini merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa setelahmengamati aktivitas pembelajaran yg pada lakukan oleh pengajar dalam KBM, kemudiansiswa berlatih dengan alat peraga yang sama yang dipakai sang guru. Indikatorkeberhasilan aktivitas belajar pada penelitian ini merupakan
1)Kemauan anak didik buat mendapat pelajaran sudahmenunjukkan peningkatan.

2)Perhatian siswa telah baik dalam memperhatikanpelajaran yg disampaikan oleh guru.

3)Siswa aktif dalam pembelajaran.

Dua pertiga dari holistik murid sudah beranimengajukan pertanyaan danb pendapat.
Menurut Oemar Hamalik, (2008:36)“Belajar adalahmodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is difinedas the modification or strengthening of behavior through experience)”.menurut Slameto, (2003:dua) “Berpendapat Secara psikologis belajar merupakansuatu proses perubahan tingkah laris sebagai output interaksi denganlingkungannya pada memenuhi kebutuhan hidupnya”. Perubahan-perubahan tersebutakan nyata pada seluruh aspek tingkah laris. Winataputra (2002) “belajar adalahproses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seseorangdikatakan belajar apabila pikiran serta perasaannya aktif”. Contohnya : siswabertanya, anak didik menjawab pertanyaan, anak didik diskusi, dll. Sedangkan Surya(2001), “beropini bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh perilakusecara keseluruhan. Proses perilaku tersebut mencakup beberapa pola dasar,yaitu: generalisi, diskriminasi, pembentukan serta penghapusan”. Dari pendapatpara ahli tadi bisa disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatanyang sengaja dilakukan individu buat memperoleh perubahan tingkah laku yangbaru secara holistik. Sebagai output latihan pengalaman individu sendiridalam interaksinya menggunakan lingkungan yg ditandai menggunakan adanya perubahantingkah laris.
Surya, (2001), ”beropini bahwa output belajarditandai menggunakan perubahan tingkah laris. Prinsip ini mengandung makna bahwaperubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yg mencakup seluruh aspek tingkahlaku dan bukan hanya satu atau 2 saja. Perubahan tingkah laris meliputiaspek-aspek kognitif, afektif”. Selama output proses pembelajaran belum baik,latihan aneka macam cara wajib diupayakan supaya menjadikan hasil yg baik. Hasilproses pembelajaran tidak hanya mengenai kecerdasan (kognitif), akan tetapi jugakepribadian dan ketrampilan” Nasution, (2002). Dari uraian disimpulkan bahwahasil belajar merupakan suatu hasil belajar yang sudah dicapai sang siswasetelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar tersebut diwujudkandalam bentuk nilai angka juga alfabet yg ditulis dalam buku laporan nilaiatau rapor yang diberikan selesainya selesai mengikuti tes.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakanmulai dari perencanaan hingga menggunakan seminar output penelitian kurang lebihempat bulan lebih. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis danJumat lantaran disesuaikan jadwal pelajaran Kelas IV. Subjek penelitian dalampenelitian tindakan ini adalah siswa-siswi SD Negeri 3 Tarub Kelas IV TahunPelajaran 2015/2016 semester II. Subjek penelitian ini berjumlah 42 orang yangterdiri dari pria sebanyak 20 orang dan perempuan sebanyak 22 orang


Demikian mengenai contoh Artikel PTK Mapel IPA SD bisa bermanfaat dalam penyusunan bapak/mak

PENGERTIAN DAN MODELMODEL PERENCANAAN PENGEMBANGAN SEKOLAH

Pengertian Dan Model-Model Perencanaan Pengembangan Sekolah 
A. Pengertian Perencanaan Pengembangan Sekolah
Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakkan atau memimpin (actuating atau leading), dan pengendalian (controlling) adalah fungsi-fungsi yg harus dijalankan pada proses manajemen. Apabila digambarkan pada sebuah siklus, perencanaan adalah langkah pertama dari holistik proses manajemen tersebut. Perencanaan bisa dikatakan sebagai fungsi terpenting diantara fungsi-fungsi manajemen lainnya. Apapun yang dilakukan berikutnya pada proses manajemen bermula menurut perencanaan. Daft (1988:100) menyatakan: “When rencana is done well, the other management functions can be done well.”

Perencanaan pada pada dasarnya merupakan upaya pendefinisian kemana sebuah organisasi akan menuju pada masa depan serta bagaimana sampai dalam tujuan itu. Dengan istilah lain, perencanaan berarti pendefinisian tujuan yg akan dicapai sang organisasi dan pembuatan keputuan tentang tugas-tugas dan penggunaan asal daya yg diharapkan buat mencapai tujuan itu. Sedangkan rencana (plan) merupakan hasil berdasarkan proses perencenaan yang berupa sebuah cetak biru (blueprint) mengenai alokasi sumber daya yang diperlukan, jadwal, serta tindakan-tindakan lain yg diharapkan dalam rangka pencapaian tujuan. 

Dalam pengertian tersebut, tujuan serta alokasi asal daya adalah 2 istilah kunci dalam sebuah planning. Tujuan (goal) dapat diartikan menjadi syarat masa depan yang ingin diwujudkan oleh organisasi. Dalam organisasi, tujuan ini terdiri menurut beberapa jenis dan tingkatan. Tujuan dalam taraf yang tertinggi dianggap menggunakan tujuan strategis (strategic goal), kemudian berturut-turut di bawahnya dijabarkan sebagai tujuan taktis (tactical objective) lalu tujuan operasional (operational objective). Tujuan strategis merupakan tujuan yg akan dicapai pada jangka panjang, sedangkan tujuan taktis serta tujuan operasional adalah tujuan jangka pendek yg berupa target-sasaran yang terukur.

Dalam organisasi sekolah, tujuan strategis adalah tujuan tertinggi yang akan dicapai pada taraf sekolah. Tujuan ini bersifat generik serta umumnya nir dapat diukur secara langsung. Tujuan-tujuan taktis merupakan tujuan-tujuan yg harus dicapai sang-oleh bagian-bagian primer organisasi sekolah, contohnya bidang kurikulum, kesiswaan, atau kerja sama menggunakan warga . Untuk Sekolah Menengah Kejuruan tujuan-tujuan taktis ini bisa berupa tujuan-tujuan yg harus dicapai dalam tingkat jurusan atau program keahlian. Sedangkan tujuan operasional adalah tujuan yang wajib dicapai dalam bagian-bagian yang secara struktur yang lebih rendah dari bagian-bagian utama sekolah tadi. Tujuan mata pelajaran atau grup mata pelajaran, misalnya, dapat mengkategorikan menjadi tujuan operasional. 

Masing-masing strata tujuan tersebut terkait menggunakan proses perencanaan. Tujuan strategis merupakan tujuan yang harus dicapai dalam taraf planning strategis (strategic plan). Tujuan taktis dan tujuan operasional masing-masing merupakan tujuan-tujuan yang wajib dicapai pada planning taktis (tactical plan) dan planning operasional (operational plan). 

Perlu dicatat bahwa semua organisasi, apapun bentuknya, ada atau diadakan atas dasar asumsi, keyakinan, sistem nilai serta mandat tertentu. Dalam kaitannya dengan perencanaan, dasar-dasar eksistensi ini diklaim dengan premis organisasi. Secara formal permis-premis perencanaan itu umumnya disajikan dalam bentuk rumusan visi, misi, dan nilai-nilai fundamental organisasi. Visi dapat dipandang menjadi alasan atas keberadaan lembaga serta adalah keadaan “ideal” yang hendak dicapai sang forum; sedangkan misi merupakan tujuan primer serta target kinerja dari forum. Keduanya wajib dirumuskan dalam kerangka filosofis, keyakinan dan nilai-nilai dasar yang dianut oleh organisasi yg bersangkutan serta digunakan menjadi konteks pengembangan dan penilaian atas taktik yg diinginkan.

Premis-premis tadi harus menjadi titik-tolak dalam perencanaan. Tujuan serta cara buat mencapai tujuan yg tertuang pada planning harus berada pada kerangka premis-premis itu. Untuk memudahkan pemahaman, Gambar mengilustrasikan hubungan antara premis organisasi, herarkhi tujuan, dan bentuk rencana sebagaimana diuraikan di atas.

Gambar Hubungan antara Premis, Tujuan, serta Rencana

Perencanaan pengembangan sekolah (school development planning) merupakan proses pengembangan sebuah planning buat menaikkan kinerja sebuah sekolah secara berkesinambungan. Perbedaan utama rencana pengembangan dengan planning lainnya terletak pada tujuan. Sedangkan herarkhi tujuan serta rencana sebagaimana sudah diuraikan di atas juga berlaku pada rencana pengembangan. Tujuan yang akan dicapai dalam planning pengembangan adalah output-output yg lebih baik dari apa yg selama ini telah dicapai sang sekolah. Rencana pengembangan sekolah disusun agar sekolah terus-menerus menaikkan kinerjanya. Oleh karena itu, selain berdasarkan dalam visi dan misi sekolah, perencanaan pengembangan wajib berdasarkan atas pemahaman yg mendalam tentang keberadaan serta syarat sekolah pada waktu rencana pengembangan itu disusun. Pemahaman semacam ini bisa dilakukan melalui kajian serta jajak mendalam terhadap kondisi internal juga lingkungan eksternal dimana sekolah itu berada.

B. Kerangka Umum Perencanaan Pengembangan Sekolah
Kerangka umum proses perencanaan pengembangan sekolah sebenarnya bisa digambarkan sebagai sebuah siklus yg bergerak mengelilingi sebuah titik sentra. Siklus itu terdiri dari empat langkah kunci: Telaah (Review) atau evaluasi diri (self evaluation), Rancangan Strategi (Strategy Design), Implementasi (Implementation), serta penilaian. Sedangkan titik pusatnya terdiri berdasarkan: Visi, Misi, dan Tujuan. Kerangka tadi bisa diilustrasikan dalam diagram sebagai Gambar.

Untuk mengoperasionalkan daur tadi, langkah-langkah dalam proses perencanaan bisa diubah sebagai sejumlah pertanyaan pokok. Ma­sing-masing langkah dapat direpresentasikan dengan sebuah pertanyaan utama yang dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan khusus. Pertanyaan-pertanyaan khusus ini lalu digunakan buat memilih tugas-tugas primer yg wajib dilaksanakan pada proses perencanaan pengembangan.

Tabel  merangkum operasionalisasi daur tadi. Uraian lebih rinci tentang langkah-langkah pelaksanaan berdasarkan masing-masing operasi tersebut tersaji dalam bab-bab selajutnya pada bahan training ini.

Gambar Kerangka Umum Proses Perencanaan

Tabel Langkah-langkah, Pertanyaan Pokok, Pertanyaan Khusus, dan Tugas dalam Proses Perencanaan Pengembangan
LANGKAH PERENCANAAN

PERTANYAAN POKOK

PERTANYAAN KHUSUS

TELAAH (REVIEW)

Dimanakah posisi sekolah kita sekarang?
Sejauh mana kita melakukan hal-hal yg berkaitan menggunakan:
·pencapaian visi, misi, serta tujuan kita?
·kinerja kita sebelumnya?
·praktik-praktik terbaik (best practices)?
·pemenuhan kebutuhan siswa?
·pemenuhan kebutuhan orang tua serta masyarakat?
·tindak lanjut terhadap tujuan pendidikan nasional?
·pengelolaan perubahan (baik internal juga eksternal)?  
Kemana kita akan membawa sekolah ini dalam akhir daur perencanaan?
·Apa yg dapat kita raih lebih berdasarkan apa yg kita capai sekarang?
·Perubahan apa yg harus kita lakukan?
·Apakah prioritas pengembangan kita?
RANCANGAN (DESIGN)

Bagaimana kita akan membawa sekolah supaya mencapai apa yg kita inginkan?
Bagaimana kita akan melakukan perubahan?
§Apa persisnya yang ingin kita capai?
§Tindakan-tindakan apa yang tersedia serta dapat kita pilih buat memampukan kita mencapai tujuan kita?
§Tindakan terbaik mana yg sinkron buat mencapai tujuan?
§Sumber daya apa yg kita butuhkan?
§Siapa yanng akan melaksanakan tindakan-tindakan itu?
§Bagaimana kemajuan tindakan akan diukur?
Bagaimana kita memastikan bahwa tujuan, kebijakan, prioritas, serta planning sekolah diketahui dan didukung sang seluruh masyarakat sekolah?
IMPLEMEN­TASI (IMPLE­MEN­TAION)

Apa yang seharusnya kita kerjakan buat menghantarkan sekolah sampai pada apa yang kita inginkan?
Bagaimana seharusnya usaha kita sehari-hari mencerminkan visi, misi, dan tujuan sekolah?
Bagaimana kita bisa mendorong kemajuan yang terkait dengan prioritas sekolah?
Apa yang harus kita lakukan buat mengklaim keberhasilan implementasi Rencana implementasi program pengembanganan?
Monitoring dan Telaah Formatif

Selama implemen­tasi, bagaimana kita akan mengecek apakah kita telah membawa sekolah ke arah yang kita inginkan?

Kemajuan apa yg kita capai buat mencapai tujuan kita?
Apakah tujuan spesifik masih sempurna pada kaitannya dengan tujuan umum dan prioritas kita?
Apakah tugas-tugas kita:
§Fisibel
§Tepat
§Tersedia asal daya yang memadai?
Apakah biaya yang dianggarkan:
§termanfaatkan?
§mampu memanfaatkan?
Berdasarkan pengalaman, apakah rentang waktu yang ditetapkan dapat diterima/relatif beralasan?
Penyesuaian-penyesuaian apa yang diharapkan buat mengklaim keberhasilan Rencana Sekolah Kita?
Telaah pengaruh (outcomes)
Pada akhir siklus perencanaan, bagaimana kita akan mengetahui apakah kita telah membawa sekolah ke loka yg kita inginkan?
Sampai dimana yang sudah kita capai?
Sejauh mana kita telah:
§Mencapai tujuan (objectives) berdasarkan planning implementasi acara pengembanganan yang kita buat?
§Mengembangkan prioritas yang kita menetapkan?
§Mengimplementasikan kebijakan yg kita menetapkan?
§Memperluas misi, visi, dan tujuan sekolah kita?
Tujuan Umum (Purpose)

Dengan cara apa kita kelak mengetahui bahwa kita sudah memilih arah yg benar?
Apakah kita telah berjalan pada jalur yang sahih? Dalam kaitannya dengan perubahan social budaya, sejauh mana ketepatan:
§Misi, visi, dan tujuan kita?
§Kebijakan kita?
§Prioritas pengembangan kita?
§Sasaran-sasaran (objectives) kita?
Proses

Bagaimana kelak kita akan mengetahui bahwa kita telah memilih kendaraan yg paling sinkron?
Apakah kita sudah memakai metode terbaik buat sampai ditujuan?
§Seberapa sesuaikah model proses perencanaan yang kita pilih?
§Seberapa efektifkah kita mengimplementaiskan model itu?
§Apa sajakah yang membantu serta mengemhambat kemajuan?

Rekomendasi

Kemana hendaknya kita menuju dari kondisi sekarang ini?
Berdasarkan pengalaman kita:
§Perubahan apa yang seharusnya kita lakukan terkait menggunakan contoh proses perencanaan kita?
§Aspek kehidupan sekolah yang mana yang wajib menjadi focus dalam daur perencanaan kita berikutnya?

C. Model-Model Alternatif Perencanaan Pengembangan Sekolah
Standar nasional pendidikan sebagaimana sudah diuraikan dalam bab sebelumnya memberitahuakn bahwa proses perencanaan menjadi perangkat yang esensial dalam pengelolaan sekolah. Dalam kaitannya menggunakan standar pengelolaan satuan pendidikan, sistem perencanaan pengembangan lembaga yang diterapkan dalam setiap sekolah wajib bisa memfasilitasi dan mengakomodasi lima pilar utama yang digariskan dalam standar pengelolaan itu : kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. 

Model perencanaan strategis (strategic planning) hingga ketika ini dilihat sebagai proses perencanaan yg demikian itu. Dengan menerapkan pendekatan perencanaan strategis, dibutuhkan sekolah akan terdorong buat melakukan perencanaan secara sistematis. Sekolah diperlukan akan menyediakan ketika buat mentelaah serta menganalisis dirinya sendiri dan lingkungannya, mengidentifikasi kebutuhannya buat menerima keunggulan terhadap yg lain, dan melakukan komunikasi serta konsultasi secara terus-menerus menggunakan banyak sekali pihak baik berdasarkan dalam maupun luar lingkungan lembaga selama berlangsungnya proses perencanaan. Di samping itu perencanaan strategis juga diperlukan akan mendorong sekolah untuk menyusun langkah-langkah dalam rangka mencapai tujuan strategis, secara terus-menerus memantau pelaksanaan planning itu, serta secara teratur melakukan pengkajian serta pemugaran buat menjaga supaya perencanaan yg dibentuk permanen relevan terhadap aneka macam kondisi yang terus berkembang (Nickols dan Thirunamachandran, 2000). 

Perencanaan strategis merupakan bagian menurut proses managemen strategis yg terkait menggunakan proses identifikasi tujuan jangka panjang menurut sebuah forum atau organisasi, ekskavasi gagasan serta pilihan-pilihan, pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan yg sudah ditentukan, serta pemantauan (monitoring) kemajuan atau kegagalan pada rangka menentukan strategi di masa depan (Nickols serta Thirunamachandran, 2000). Secara historis, perencanaan strategis bermula menurut dunia militer. Perkembangan selanjutnya, perencanaan strategis diadopsi oleh global bisnis dalam tahun 1950-an serta berkembang pesat dan sangat terkenal dalam tahun 1960 sampai 1970-an, serta berkembang balik tahun 1990-an Mintzberg (1994) menjadi "process with particular benefits in particular contexts." 

Penerapan perencanaan strategis di global pendidikan baru berkembang kurang lebih satu dekade yang kemudian. Saat mana forum-lembaga pendidikan dipaksa harus berhadapan dengan berbagai perubahan baik pada pada maupun di luar lingkungan lembaga, serta dipaksa harus tanggap terhadap banyak sekali tantangan yg timbul misalnya halnya menurunnya dukungan keuangan, pesatnya perkembangan teknologi, serta berubahnya struktur kependudukan, dan tertinggalnya acara-program akademik. Sebagai dampak berdasarkan syarat ini, sejumlah lembaga pendidikan lalu menggunakan perencanaan strategis menjadi indera buat “meraih manfaat serta perubahan strategis buat mengikuti keadaan dengan pesatnya perubahan liungkungan (Rowley, Lujan, & Dolence, 1997). 

Diantara contoh-contoh perencanaan strategis yang berkembang, yang hingga waktu ini masih banyak diterapkan dalam lembaga pendidikan antara lain: Model Dasar (Foundational Model), Perencanaan Tindakan Tahap Permulaan (Early Action Planning Model), dan Model Tiga-Unsur Sejajar (The Three-Strand Concurrent Model). Berikut diuraikan secara singkat masing-masing contoh yg tadi. Pada bagian akhir bab ini diurai sebuah contoh perencanaan pengembangan sekolah yang pernah diterapkan pada Indonesia dalam kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.

1. Model Dasar (Foundational Model)
Sesuai menggunakan namanya, model dasar ini pertama-tama difokuskan dalam peletakan landasan-landasan yg diharapkan pada perencanaan pengembangan dan pengembangan prasarana yang tepat, sebelum melangkah dalam perencanaan pengembangan pada skala yg menyeluruh. Model ini didasarkan dalam premis bahwa perencanaan pengembangan akan terlaksana lebih efektif jika tujuan dan nilai-nilai mendasar sekolah sudah diklarifikasi sehinga bisa sebagai kerangka acuan, serta bila perlu memampukan tersusunnya struktur rencana pengembangan. Model tersebut terdiri berdasarkan urutan kegiatan menjadi berikut:
a. Pembentukan/pengkajian struktur kerja sama dan konsultasi dalam termin persiapan.
b. Perumuskan/pembaharuan rumusan visi, misi, serta tujuan.
c. Perumuskan/pembaharuan Kebijakan Umum Sekolah yang terkait dengan bidang-bidang kunci kehidupan sekolah, seperti kedisiplinan, kesehatan serta keselatan, serta pemeliharaan kehidupan beragama.
d. Perumuskan/pembaharuan kebijakan dan prosedur yang terkait menggunakan perencanaan terkoordinasi dalam bidang belajar mengajar yg dilakukan oleh pengajar, jurusan, kelompok-gerombolan lintas kurikulum.
e. Evaluasi/revisi kebijakan serta prosedur yang terkait dengan anggaran serta spesifikasi dan pengalokasian asal daya.
f. Merancang dan adaptasi contoh perencanaan pengembangan sekolah.
g. Penerapan struktur umum dan prosedur yg sistematis berdasarkan operasi dasar perencanaan pengembangan: kaji, rancang, implementasi termonitor, dan evaluasi.
h. Penerapan model perencanaan pengembangan.setelah evaluasi, pulang ke langkah pertama dan ulangi proses 

Gambar  Model Dasar Perencanaan Pengembangan Sekolah

Bagi sekolah yg baru pertama kali melaksanakan perencanaan strategis, buat merampungkan langkah a hingga menggunakan e di atas kemungkinan diperlukan saat selama 18 bulan. Akan namun bila sekolah telah mempunyai rencana strategis serta hanya perlu melakukan penyesuaian atau perubahan-perubahan, langkah a hingga menggunakan e bisa diselesaikan dalam kurun ketika yg sangat singkat, lantaran kemungkinan hanya memerlukan sekedar perubahan-perubahan minor terhadap apa-apa yang telah terdapat. Namun demikian, langkah-langkah itu tidak dapat diabaikan begitu saja. Model dasar itu dapat diilustrasikan pada bentuk diagram sebagaimana Gambar.

2. Model Perencanaan Tindakan Tahap Permulaan (Early Action Planning Model)
Model Perencanaan Tindakan Tahap Awal (Early Action Planning Model) pertama-tama menitik beratkan dalam identifikasi cepat sejumlah mini prioritas jangka pendek serta inisiatif rencana implementasi acara pengembanganan buat mencapai prioritas itu. Model ini didasarkan dalam premis bahwa cara terbaik buat mendorong keberterimaan (acceptance) dan penyatuan Perencanaan Pengembangan Sekolah adalah memastikan kelancaran tindakan dan capaian pada tahap permulaan sebagai penguatan yg positif bagi partisipan dalam proses perencanaan. Pengalaman berhasil dalam termin permulaan ini akan sebagai bukti kemanfaatan perencanaan pengembangan sekolah. Dengan demikian, akan terjadi penguatan yg dapat mengurangi kecenderungan munculnya banyak sekali keluhan misalnya: “kita hanya bicara dan bicara, akan namun tidak terdapat yang menjadi fenomena dan nir pernah terjadi perubahan”. 

Gambar Model Perencanaan-Tindakan Tahap Permulaan bagi Perencanaan Pengembangan Sekolah

Selain itu jua akan memperkuat komitmen terhadap proses perencanaan serta sebagai bonus bagi keteribatan pada mekanisme peren­cana­an yg lebih kompleks. Model permulaan tadi dapat mencakup tahap-termin aktivitas (1) Perencanaan Tindakan Awal; (dua) Refleksi, serta (tiga) Perencanaan Terelaborasi.

3. Model Tiga-Unsur Sejajar (The Three-Strand Concurrent Model)
The Three-Strand Concurrent Model memfokus dalam kerangka ketika perencana­an. Model ini mengakui bahwa pengembangan sekolah memiliki dimensi-dimensi jangka panjang, jangka menengah, serta jangka pendek. Model itu berdasarkan pada premis bahwa 3 dimensi saat itu wajib dicapai secara beserta-sama sang sekolah jika sekolah memang memberikan respon yg efektif terhadap kebutuhan lingkungan yg bergerak maju. Model itu menyarankan sebuah kerangka yang terdiri berdasarkan tiga langkah kegiatan perencanaan yg saling terkait tetapi bhineka yg memampukan sekolah untuk mengatasi perubahan-perubatah yg rumit dan tidak dapat diprediksikan.

Gambar  The Three-Strand Concurrent Model buat Perencanaan Pengembangan Sekolah 

Model itu meliputi unsur-unsur: (1) Berfikir Masa Depan buat mengatasi dimensi jangka panjang pada perencanaan sekolah (5-15 tahun), (2) Niatan Strategis dan Tujuan Strategis buat mengatasi dimensi jangka menengah (tiga-5 tahun), serta Perencanaan Operasional buat mengatasi dimensi jangka pendek (1-tiga tahun). Three-Strand Concurrent Model tadi dapat digambarkan pada bentuk diagram sebagaimana Gambar

4. Model Perencanaan Pengembangan Sekolah di Indonesia
Digulirkannya konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dalam tahun 1999 sebenarnya merupakan rintisan diterapkannya perencanaan strategis pada lembaga pendidikan menengah pada Indonesia. Konsep manajemen ini menawarkan kerjasama yang erat antara sekolah, warga dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing - masing ini, berkembang berdasarkan kepada suatu asa anugerah kemandirian kepada sekolah buat ikut terlibat secara aktif serta dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yg ada. Sekolah wajib bisa menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta tahu kindisi lingkunganya (kelebihan dan kekurangannya) buat lalu melalui proses perencanaan, sekolah harus memformulasikannya ke pada kebijakan mikro dalam bentuk program-program prioritas yg harus dilaksanakan serta dievaluasi sang sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi dan misinya masing - masing. Sekolah harus menentukan target mutu buat tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mandiri namun masih pada kerangka acuan kebijakan nasional serta ditunjang menggunakan penyediaan input yg memadai, mempunyai tanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya yg dimilikinya sesuai menggunakan kebutuhan belajar murid dan warga (Umaedi, 1999).

D. Menumbuhkan Budaya Pengembangan Berencana Di Sekolah
Perencanaan pengembangan sekolah dalam dasarnya adalah proses yang berlangsung terus-menerus, bukan adalah kegiatan “sekali jadi”. Agar perencanaan pengembangan itu efektif dalam memampukan (enabling) sekolah buat menghadapi tantangan ganda yg berkaitan menggunakan peningkatan kualitas dan pengelolaan perubahan, perencanaan pengembangan wajib menjadi “modus operandi” normal bagi setiap sekolah. Bagi sekolah dalam biasanya, perencanaan pengembangan yang sistematis akan memerlukan perubahan mendasar dari kondisi yang terdapat sekarang. Bab ini memaparkan tantangan inovatif yg harus diatasi dengan cermat buat menjamin keberhasilan pengintegrasian perencanaan pengembangan ke pada kehidupan sekolah, sebagai akibatnya perencanaan akan menjadi budaya dalam manajemen sekolah. 

Berdasarkan penelitian internasional terhadap perubahan pendidikan dalam umumnya, penumbuhan budaya perencanaan pengembangan sekolah dibagi menjadi 3 termin:
  • Pemulaan (Inisiation): tahapan ini mencakup penetapan keputusan untuk memulai perencanaan pengembangan sekolah, menumbuhkan komitmen terhadap proses perencanaan, serta penyiapan partisipan.
  • Pembiasaan (Familirialisation): termin ini mencakup daur awal berdasarkan perencanaan pengembangan sekolah, dimana masyarakat sekolah belajar bagaimana melaksanakan proses perencanaan pengembangan itu.
  • Penyatuan (Embedding): tahap ini terjadi waktu perencanaan pengembangan sekolah sudah sebagai bagian pola kehidupan sekolah sehari-hari pada melaksanakan segala sesuatu.
1. Tahap Pemulaan (Inisiasi)
Secara formal semua pengelola sekolah bertanggung jawab atas inisiatif perencanaan pengembangan sekolah buat mengklaim bahwa keputusan buat menyusun rencana pengembangan sekolah sahih-sahih terlaksana dan terwujud. Akan namun, dalam praktiknya, inisiatif itu pada biasanya diambil sang ketua sekolah atau komite sekolah. 

Komitmen pengajar terhadap inovasi sekolah merupakan hal yang esensial bagi keberhasilan pada inovasi sekolah. Mereka wajib benar-sahih memahami hal-hal pokok berkaitan menggunakan apa, mengapa, dan bagaimana perencanaan pengembangan sekolah dilakukan. Guru-pengajar wajib disadarkan tentang kiprah yang wajib mereka ambil dalam proses perencanaan dan manfaat apa yang dapat mereka peroleh berdasarkan proses itu. Pemahaman mereka wajib difokuskan dalam keterkaitan antara proses dengan info-gosip yang penting bagi pengajar dalam umumnya, sehingga relevansi proses perencanaan serta kebutuhan sekolah bisa disampaikan dengan jelas. Penjelasan serupa jua wajib dilakukan kepada semua mitra kerja yang terdapat di lingkungan sekolah supaya proses perencanaan pengembangan sekolah memperoleh dukungan dari mereka.

Kegiatan-aktivitas berikut adalah cara-cara yang bisa membantu warga sekolah buat mempersiapkan partisipasinya pada proses perencanaan pengem­bang­an sekolah.
a. Membaca aneka macam pedoman, buku-buku pegangan serta laporan-laporan output penelitian tentang perencanaan pengembangan sekolah.
b. Mencari saran-saran, masukan dan dukungan menurut forum-forum yang peduli terhadap pendidikan yg terdapat pada kurang lebih sekolah.
c. Menghadiri seminar-seminar atau training-pembinaan yg relevan menggunakan perencanaan pengembangan sekolah.
d. Menghubungi sekolah-sekolah lain yang dipandang lebih maju di bidang perencanaan pengembangan sekolah buat menggali dan belajar menurut pengalaman yang mereka miliki.
e. Mengundang pembicara dari luar buat menyajikan gambaran mengenai perencanaan pengembangan sekolah pada hadapan pengajar, pengelola sekolah, komite sekolah, serta orang tua, baik secara bersama-sama atau terpisah.
f. Mengundang tokoh-tokoh kunci di lingkungan sekolah buat memaparkan pentingnya perencanaan pengembangan sekolah dan mendorong partisipasi seluruh pihak.
g. Memanfaatkan fasilitator dari luar buat membantu memulai dan mengimple­men­tasi­kan perencanaan pengembangan sekolah.

Keluaran yang dicapai dari tahap pemulaan mencakup: 
a. Telah dibuatnya keputusan untuk mengawali (mengintroduksi) perencanaan pengembangan sekolah.
b. Semua guru memiliki pemahaman yg benar mengenai perencanaan pengembangan sekolah serta mempunyai komitmen terhadap proses itu.
c. Semua kawan sekolah sudah diberi penerangan pada termin awal proses tadi.
d. Terpilihnya fasilitator buat membantu melaksanakan proses tersebut.

2. Tahap Pembiasaan (Familirialisation)
Pada tahap pembiasaan umumnya adalah langkah pertama berdasarkan daur perencanaan pengembangan sekolah secara utuh rakyat sekolah berada dalam proses belajar menurut pengalaman bagaimana melaksanakan proses perencanaan tersebut. Pengetahuan dan keterampilan yg diperlukan tumbuh dari pengalaman dan struktur kolaborasi yang berkembang. Hasil berdasarkan tahapan ini merupakan terkonsolidasikannya dan menguatnya komitmen terhadap proses perencanaan.

Selama berlangsungnya termin ini, fasilitator yg terampil, koordinasi yg cermat, serta dukungan yg relatif serta berkelanjutan, termasuk di dalamnya pembinaan dalam jabatan, akan sangat membantu keberhasilan proses perencanaan. Perhatian spesifik wajib diberikan supaya ada penguatan yang positif pada kalangan guru. 

3. Penyatuan (Embedding)
Tahap penyatuan terjadi ketika perencanaan pengembangan telah sebagai bagian dari cara-cara yang biasa dilakukan sekolah dalam melaksanakan segala sesuatu. Tatanan manajemen sekolah telah berkembang menjadi pendukung yang baik terhadap pengembangan maupun pemeliharaan sekolah yang bersangkutan, dan menjadi bagian dari pola prilaku yg berterima (acceptable) bagi semua pihak. Terdapat begitu luas ragam penggunaan planning implementasi program pengembanganan oleh pengajar. Dalam hal ini rencana pengembangan sekolah harus berfungsi menjadi kerangka acuan bagi perencanaan-perencanaan yang terkoordinasi yg dilakukan oleh pengajar secara individual, unit-unit yg ada sekolah, tim-tim lintas kurikulum, serta dampaknya akan tampak pada praktik-praktik pembelajaran dalam kelas. Seluruh proses tersebut pada ketika itu sudah sebagai “cara kita melakukan segala sesuatu di sekolah ini” atau "the way we do things around here."

PENGERTIAN DAN MODELMODEL PERENCANAAN PENGEMBANGAN SEKOLAH

Pengertian Dan Model-Model Perencanaan Pengembangan Sekolah 
A. Pengertian Perencanaan Pengembangan Sekolah
Perencanaan (rencana), pengorganisasian (organizing), menggerakkan atau memimpin (actuating atau leading), serta pengendalian (controlling) merupakan fungsi-fungsi yang wajib dijalankan pada proses manajemen. Jika digambarkan pada sebuah daur, perencanaan merupakan langkah pertama berdasarkan keseluruhan proses manajemen tersebut. Perencanaan dapat dikatakan sebagai fungsi terpenting diantara fungsi-fungsi manajemen lainnya. Apapun yg dilakukan berikutnya pada proses manajemen bermula berdasarkan perencanaan. Daft (1988:100) menyatakan: “When rencana is done well, the other management functions can be done well.”

Perencanaan pada pada dasarnya merupakan upaya pendefinisian kemana sebuah organisasi akan menuju pada masa depan dan bagaimana hingga dalam tujuan itu. Dengan istilah lain, perencanaan berarti pendefinisian tujuan yang akan dicapai sang organisasi dan pembuatan keputuan tentang tugas-tugas dan penggunaan asal daya yang diperlukan buat mencapai tujuan itu. Sedangkan rencana (plan) merupakan output menurut proses perencenaan yang berupa sebuah cetak biru (blueprint) mengenai alokasi asal daya yang diharapkan, jadwal, dan tindakan-tindakan lain yg diharapkan dalam rangka pencapaian tujuan. 

Dalam pengertian tadi, tujuan serta alokasi sumber daya merupakan 2 kata kunci dalam sebuah planning. Tujuan (goal) bisa diartikan menjadi syarat masa depan yg ingin diwujudkan sang organisasi. Dalam organisasi, tujuan ini terdiri berdasarkan beberapa jenis dan tingkatan. Tujuan dalam tingkat yg tertinggi disebut dengan tujuan strategis (strategic goal), lalu berturut-turut pada bawahnya dijabarkan menjadi tujuan taktis (tactical objective) lalu tujuan operasional (operational objective). Tujuan strategis merupakan tujuan yg akan dicapai pada jangka panjang, sedangkan tujuan taktis dan tujuan operasional adalah tujuan jangka pendek yg berupa target-sasaran yang terukur.

Dalam organisasi sekolah, tujuan strategis adalah tujuan tertinggi yg akan dicapai pada taraf sekolah. Tujuan ini bersifat umum dan umumnya tidak dapat diukur secara pribadi. Tujuan-tujuan taktis merupakan tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh-sang bagian-bagian utama organisasi sekolah, misalnya bidang kurikulum, kesiswaan, atau kerja sama menggunakan warga . Untuk SMK tujuan-tujuan taktis ini bisa berupa tujuan-tujuan yg harus dicapai dalam tingkat jurusan atau program keahlian. Sedangkan tujuan operasional merupakan tujuan yang wajib dicapai dalam bagian-bagian yang secara struktur yang lebih rendah dari bagian-bagian utama sekolah tadi. Tujuan mata pelajaran atau grup mata pelajaran, contohnya, bisa mengkategorikan menjadi tujuan operasional. 

Masing-masing tingkatan tujuan tadi terkait menggunakan proses perencanaan. Tujuan strategis merupakan tujuan yg harus dicapai pada tingkat planning strategis (strategic plan). Tujuan taktis dan tujuan operasional masing-masing adalah tujuan-tujuan yg harus dicapai pada planning taktis (tactical plan) serta planning operasional (operational plan). 

Perlu dicatat bahwa semua organisasi, apapun bentuknya, terdapat atau diadakan atas dasar asumsi, keyakinan, sistem nilai serta mandat eksklusif. Dalam kaitannya dengan perencanaan, dasar-dasar keberadaan ini dianggap dengan premis organisasi. Secara formal permis-premis perencanaan itu umumnya tersaji pada bentuk rumusan visi, misi, dan nilai-nilai fundamental organisasi. Visi dapat dicermati menjadi alasan atas eksistensi forum serta merupakan keadaan “ideal” yg hendak dicapai sang forum; sedangkan misi adalah tujuan primer serta target kinerja berdasarkan lembaga. Keduanya wajib dirumuskan dalam kerangka filosofis, keyakinan serta nilai-nilai dasar yang dianut oleh organisasi yg bersangkutan serta dipakai menjadi konteks pengembangan dan penilaian atas strategi yg diinginkan.

Premis-premis tadi harus sebagai titik-tolak dalam perencanaan. Tujuan dan cara buat mencapai tujuan yg tertuang dalam rencana harus berada dalam kerangka premis-premis itu. Untuk memudahkan pemahaman, Gambar mengilustrasikan interaksi antara premis organisasi, herarkhi tujuan, dan bentuk rencana sebagaimana diuraikan pada atas.

Gambar Hubungan antara Premis, Tujuan, dan Rencana

Perencanaan pengembangan sekolah (school development planning) adalah proses pengembangan sebuah planning buat mempertinggi kinerja sebuah sekolah secara berkesinambungan. Perbedaan pokok planning pengembangan menggunakan planning lainnya terletak pada tujuan. Sedangkan herarkhi tujuan dan rencana sebagaimana telah diuraikan di atas pula berlaku dalam rencana pengembangan. Tujuan yg akan dicapai dalam rencana pengembangan adalah output-output yg lebih baik dari apa yg selama ini sudah dicapai sang sekolah. Rencana pengembangan sekolah disusun supaya sekolah monoton mempertinggi kinerjanya. Oleh karena itu, selain berdasarkan pada visi dan misi sekolah, perencanaan pengembangan wajib didasarkan atas pemahaman yg mendalam tentang eksistensi serta syarat sekolah pada ketika planning pengembangan itu disusun. Pemahaman semacam ini bisa dilakukan melalui kajian dan jajak mendalam terhadap syarat internal juga lingkungan eksternal dimana sekolah itu berada.

B. Kerangka Umum Perencanaan Pengembangan Sekolah
Kerangka umum proses perencanaan pengembangan sekolah sebenarnya bisa digambarkan menjadi sebuah siklus yg berkecimpung mengelilingi sebuah titik sentra. Siklus itu terdiri berdasarkan empat langkah kunci: Telaah (Review) atau penilaian diri (self evaluation), Rancangan Strategi (Strategy Design), Implementasi (Implementation), dan penilaian. Sedangkan titik pusatnya terdiri dari: Visi, Misi, serta Tujuan. Kerangka tersebut bisa diilustrasikan dalam diagram sebagai Gambar.

Untuk mengoperasionalkan daur tadi, langkah-langkah pada proses perencanaan dapat diubah sebagai sejumlah pertanyaan pokok. Ma­sing-masing langkah dapat direpresentasikan dengan sebuah pertanyaan utama yang dijabarkan sebagai pertanyaan-pertanyaan spesifik. Pertanyaan-pertanyaan spesifik ini lalu dipakai buat memilih tugas-tugas utama yang harus dilaksanakan dalam proses perencanaan pengembangan.

Tabel  merangkum operasionalisasi daur tadi. Uraian lebih rinci tentang langkah-langkah pelaksanaan dari masing-masing operasi tadi disajikan dalam bab-bab selajutnya pada bahan pembinaan ini.

Gambar Kerangka Umum Proses Perencanaan

Tabel Langkah-langkah, Pertanyaan Pokok, Pertanyaan Khusus, serta Tugas pada Proses Perencanaan Pengembangan
LANGKAH PERENCANAAN

PERTANYAAN POKOK

PERTANYAAN KHUSUS

TELAAH (REVIEW)

Dimanakah posisi sekolah kita sekarang?
Sejauh mana kita melakukan hal-hal yang berkaitan dengan:
·pencapaian visi, misi, serta tujuan kita?
·kinerja kita sebelumnya?
·praktik-praktik terbaik (best practices)?
·pemenuhan kebutuhan siswa?
·pemenuhan kebutuhan orang tua serta masyarakat?
·tindak lanjut terhadap tujuan pendidikan nasional?
·pengelolaan perubahan (baik internal maupun eksternal)?  
Kemana kita akan membawa sekolah ini dalam akhir daur perencanaan?
·Apa yang dapat kita raih lebih menurut apa yg kita capai kini ?
·Perubahan apa yang wajib kita lakukan?
·Apakah prioritas pengembangan kita?
RANCANGAN (DESIGN)

Bagaimana kita akan membawa sekolah supaya mencapai apa yang kita inginkan?
Bagaimana kita akan melakukan perubahan?
§Apa persisnya yg ingin kita capai?
§Tindakan-tindakan apa yg tersedia serta dapat kita pilih buat memampukan kita mencapai tujuan kita?
§Tindakan terbaik mana yang sesuai buat mencapai tujuan?
§Sumber daya apa yg kita butuhkan?
§Siapa yanng akan melaksanakan tindakan-tindakan itu?
§Bagaimana kemajuan tindakan akan diukur?
Bagaimana kita memastikan bahwa tujuan, kebijakan, prioritas, dan rencana sekolah diketahui dan didukung sang semua masyarakat sekolah?
IMPLEMEN­TASI (IMPLE­MEN­TAION)

Apa yang seharusnya kita kerjakan buat menghantarkan sekolah hingga dalam apa yang kita inginkan?
Bagaimana seharusnya bisnis kita sehari-hari mencerminkan visi, misi, dan tujuan sekolah?
Bagaimana kita bisa mendorong kemajuan yg terkait menggunakan prioritas sekolah?
Apa yang wajib kita lakukan buat mengklaim keberhasilan implementasi Rencana implementasi acara pengembanganan?
Monitoring serta Telaah Formatif

Selama implemen­tasi, bagaimana kita akan mengecek apakah kita sudah membawa sekolah ke arah yg kita inginkan?

Kemajuan apa yang kita capai untuk mencapai tujuan kita?
Apakah tujuan khusus masih sempurna dalam kaitannya dengan tujuan generik dan prioritas kita?
Apakah tugas-tugas kita:
§Fisibel
§Tepat
§Tersedia sumber daya yang memadai?
Apakah biaya yg dianggarkan:
§termanfaatkan?
§bisa memanfaatkan?
Berdasarkan pengalaman, apakah rentang waktu yang ditetapkan bisa diterima/relatif beralasan?
Penyesuaian-penyesuaian apa yg dibutuhkan buat menjamin keberhasilan Rencana Sekolah Kita?
Telaah dampak (outcomes)
Pada akhir siklus perencanaan, bagaimana kita akan mengetahui apakah kita sudah membawa sekolah ke tempat yg kita inginkan?
Sampai dimana yang telah kita capai?
Sejauh mana kita telah:
§Mencapai tujuan (objectives) menurut rencana implementasi acara pengembanganan yg kita buat?
§Mengembangkan prioritas yang kita tetapkan?
§Mengimplementasikan kebijakan yg kita tetapkan?
§Memperluas misi, visi, dan tujuan sekolah kita?
Tujuan Umum (Purpose)

Dengan cara apa kita kelak mengetahui bahwa kita sudah memilih arah yg benar?
Apakah kita telah berjalan dalam jalur yg sahih? Dalam kaitannya menggunakan perubahan social budaya, sejauh mana ketepatan:
§Misi, visi, serta tujuan kita?
§Kebijakan kita?
§Prioritas pengembangan kita?
§Sasaran-target (objectives) kita?
Proses

Bagaimana kelak kita akan mengetahui bahwa kita sudah memilih kendaraan yang paling sinkron?
Apakah kita telah memakai metode terbaik buat sampai ditujuan?
§Seberapa sesuaikah contoh proses perencanaan yg kita pilih?
§Seberapa efektifkah kita mengimplementaiskan model itu?
§Apa sajakah yg membantu serta mengemhambat kemajuan?

Rekomendasi

Kemana hendaknya kita menuju dari syarat kini ini?
Berdasarkan pengalaman kita:
§Perubahan apa yang seharusnya kita lakukan terkait menggunakan contoh proses perencanaan kita?
§Aspek kehidupan sekolah yg mana yg wajib menjadi focus pada siklus perencanaan kita berikutnya?

C. Model-Model Alternatif Perencanaan Pengembangan Sekolah
Standar nasional pendidikan sebagaimana sudah diuraikan pada bab sebelumnya memperlihatkan bahwa proses perencanaan sebagai perangkat yg esensial pada pengelolaan sekolah. Dalam kaitannya dengan baku pengelolaan satuan pendidikan, sistem perencanaan pengembangan forum yang diterapkan pada setiap sekolah wajib bisa memfasilitasi serta mengakomodasi lima pilar utama yang digariskan pada baku pengelolaan itu : kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. 

Model perencanaan strategis (strategic planning) hingga saat ini dicermati menjadi proses perencanaan yg demikian itu. Dengan menerapkan pendekatan perencanaan strategis, diperlukan sekolah akan terdorong buat melakukan perencanaan secara sistematis. Sekolah diperlukan akan menyediakan ketika buat mentelaah serta menganalisis dirinya sendiri serta lingkungannya, mengidentifikasi kebutuhannya buat mendapatkan keunggulan terhadap yg lain, serta melakukan komunikasi serta konsultasi secara terus-menerus dengan banyak sekali pihak baik dari dalam maupun luar lingkungan lembaga selama berlangsungnya proses perencanaan. Di samping itu perencanaan strategis juga diperlukan akan mendorong sekolah buat menyusun langkah-langkah dalam rangka mencapai tujuan strategis, secara monoton memantau pelaksanaan planning itu, dan secara teratur melakukan pengkajian serta perbaikan buat menjaga supaya perencanaan yg dibentuk tetap relevan terhadap banyak sekali kondisi yg terus berkembang (Nickols serta Thirunamachandran, 2000). 

Perencanaan strategis merupakan bagian dari proses managemen strategis yang terkait dengan proses identifikasi tujuan jangka panjang berdasarkan sebuah lembaga atau organisasi, penggalian gagasan serta pilihan-pilihan, pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan yg telah ditentukan, dan pemantauan (monitoring) kemajuan atau kegagalan dalam rangka memilih strategi pada masa depan (Nickols serta Thirunamachandran, 2000). Secara historis, perencanaan strategis bermula dari global militer. Perkembangan selanjutnya, perencanaan strategis diadopsi sang global usaha pada tahun 1950-an serta berkembang pesat dan sangat terkenal dalam tahun 1960 hingga 1970-an, serta berkembang balik tahun 1990-an Mintzberg (1994) menjadi "process with particular benefits in particular contexts." 

Penerapan perencanaan strategis di global pendidikan baru berkembang lebih kurang satu dasa warsa yg lalu. Saat mana forum-forum pendidikan dipaksa harus berhadapan dengan berbagai perubahan baik pada dalam juga pada luar lingkungan forum, serta dipaksa wajib tanggap terhadap banyak sekali tantangan yg muncul seperti halnya menurunnya dukungan keuangan, pesatnya perkembangan teknologi, dan berubahnya struktur kependudukan, dan tertinggalnya acara-acara akademik. Sebagai dampak berdasarkan syarat ini, sejumlah lembaga pendidikan lalu memakai perencanaan strategis menjadi alat buat “meraih manfaat serta perubahan strategis buat menyesuaikan diri menggunakan pesatnya perubahan liungkungan (Rowley, Lujan, & Dolence, 1997). 

Diantara model-model perencanaan strategis yg berkembang, yg sampai saat ini masih poly diterapkan pada lembaga pendidikan antara lain: Model Dasar (Foundational Model), Perencanaan Tindakan Tahap Permulaan (Early Action Planning Model), serta Model Tiga-Unsur Sejajar (The Three-Strand Concurrent Model). Berikut diuraikan secara singkat masing-masing contoh yg tersebut. Pada bagian akhir bab ini diurai sebuah model perencanaan pengembangan sekolah yg pernah diterapkan pada Indonesia dalam kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.

1. Model Dasar (Foundational Model)
Sesuai menggunakan namanya, model dasar ini pertama-tama difokuskan pada peletakan landasan-landasan yang diperlukan dalam perencanaan pengembangan serta pengembangan prasarana yang sempurna, sebelum melangkah dalam perencanaan pengembangan pada skala yang menyeluruh. Model ini berdasarkan pada premis bahwa perencanaan pengembangan akan terealisasi lebih efektif jika tujuan serta nilai-nilai fundamental sekolah sudah diklarifikasi sehinga dapat menjadi kerangka acuan, serta apabila perlu memampukan tersusunnya struktur planning pengembangan. Model tadi terdiri dari urutan kegiatan menjadi berikut:
a. Pembentukan/pengkajian struktur kolaborasi dan konsultasi dalam termin persiapan.
b. Perumuskan/pembaharuan rumusan visi, misi, dan tujuan.
c. Perumuskan/pembaharuan Kebijakan Umum Sekolah yang terkait menggunakan bidang-bidang kunci kehidupan sekolah, seperti kedisiplinan, kesehatan serta keselatan, serta pemeliharaan kehidupan beragama.
d. Perumuskan/pembaharuan kebijakan serta mekanisme yang terkait menggunakan perencanaan terkoordinasi dalam bidang belajar mengajar yang dilakukan sang pengajar, jurusan, gerombolan -kelompok lintas kurikulum.
e. Evaluasi/revisi kebijakan dan prosedur yang terkait dengan anggaran dan spesifikasi dan pengalokasian asal daya.
f. Merancang serta adaptasi contoh perencanaan pengembangan sekolah.
g. Penerapan struktur umum dan mekanisme yg sistematis menurut operasi dasar perencanaan pengembangan: kaji, rancang, implementasi termonitor, serta evaluasi.
h. Penerapan model perencanaan pengembangan.setelah penilaian, kembali ke langkah pertama dan ulangi proses 

Gambar  Model Dasar Perencanaan Pengembangan Sekolah

Bagi sekolah yang baru pertama kali melaksanakan perencanaan strategis, buat menuntaskan langkah a hingga menggunakan e pada atas kemungkinan diharapkan saat selama 18 bulan. Akan tetapi bila sekolah sudah mempunyai rencana strategis dan hanya perlu melakukan penyesuaian atau perubahan-perubahan, langkah a sampai dengan e bisa diselesaikan dalam kurun waktu yang sangat singkat, karena kemungkinan hanya memerlukan sekedar perubahan-perubahan minor terhadap apa-apa yang sudah terdapat. Namun demikian, langkah-langkah itu tidak dapat diabaikan begitu saja. Model dasar itu bisa diilustrasikan dalam bentuk diagram sebagaimana Gambar.

2. Model Perencanaan Tindakan Tahap Permulaan (Early Action Planning Model)
Model Perencanaan Tindakan Tahap Awal (Early Action Planning Model) pertama-tama menitik beratkan pada identifikasi cepat sejumlah mini prioritas jangka pendek dan inisiatif rencana implementasi program pengembanganan buat mencapai prioritas itu. Model ini didasarkan pada premis bahwa cara terbaik buat mendorong keberterimaan (acceptance) dan penyatuan Perencanaan Pengembangan Sekolah adalah memastikan kelancaran tindakan serta capaian pada tahap permulaan sebagai penguatan yg positif bagi partisipan dalam proses perencanaan. Pengalaman berhasil pada termin permulaan ini akan menjadi bukti kemanfaatan perencanaan pengembangan sekolah. Dengan demikian, akan terjadi penguatan yang dapat mengurangi kecenderungan munculnya berbagai keluhan seperti: “kita hanya bicara serta bicara, akan namun tidak ada yang sebagai fenomena dan nir pernah terjadi perubahan”. 

Gambar Model Perencanaan-Tindakan Tahap Permulaan bagi Perencanaan Pengembangan Sekolah

Selain itu pula akan memperkuat komitmen terhadap proses perencanaan serta sebagai insentif bagi keteribatan dalam prosedur peren­cana­an yang lebih kompleks. Model permulaan tersebut dapat meliputi tahap-termin kegiatan (1) Perencanaan Tindakan Awal; (2) Refleksi, dan (tiga) Perencanaan Terelaborasi.

3. Model Tiga-Unsur Sejajar (The Three-Strand Concurrent Model)
The Three-Strand Concurrent Model memfokus pada kerangka ketika perencana­an. Model ini mengakui bahwa pengembangan sekolah memiliki dimensi-dimensi jangka panjang, jangka menengah, serta jangka pendek. Model itu berdasarkan dalam premis bahwa 3 dimensi waktu itu wajib dicapai secara bersama-sama oleh sekolah jika sekolah memang memberikan respon yang efektif terhadap kebutuhan lingkungan yg bergerak maju. Model itu menyarankan sebuah kerangka yg terdiri dari tiga langkah aktivitas perencanaan yg saling terkait namun bhineka yang memampukan sekolah buat mengatasi perubahan-perubatah yang rumit serta nir bisa diprediksikan.

Gambar  The Three-Strand Concurrent Model buat Perencanaan Pengembangan Sekolah 

Model itu mencakup unsur-unsur: (1) Berfikir Masa Depan buat mengatasi dimensi jangka panjang dalam perencanaan sekolah (lima-15 tahun), (2) Niatan Strategis serta Tujuan Strategis buat mengatasi dimensi jangka menengah (tiga-5 tahun), dan Perencanaan Operasional buat mengatasi dimensi jangka pendek (1-3 tahun). Three-Strand Concurrent Model tersebut dapat digambarkan pada bentuk diagram sebagaimana Gambar

4. Model Perencanaan Pengembangan Sekolah pada Indonesia
Digulirkannya konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) pada tahun 1999 sebenarnya adalah rintisan diterapkannya perencanaan strategis di lembaga pendidikan menengah di Indonesia. Konsep manajemen ini memberikan kerjasama yang erat antara sekolah, rakyat dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing - masing ini, berkembang berdasarkan pada suatu hasrat hadiah kemandirian pada sekolah buat ikut terlibat secara aktif serta dinamis pada rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro pendidikan dan memahami kindisi lingkunganya (kelebihan dan kekurangannya) buat kemudian melalui proses perencanaan, sekolah harus memformulasikannya ke pada kebijakan mikro dalam bentuk program-acara prioritas yang wajib dilaksanakan dan dinilai sang sekolah yg bersangkutan sinkron dengan visi serta misinya masing - masing. Sekolah harus menentukan target mutu buat tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mandiri tetapi masih dalam kerangka acuan kebijakan nasional dan ditunjang dengan penyediaan input yg memadai, memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya yg dimilikinya sinkron dengan kebutuhan belajar anak didik dan rakyat (Umaedi, 1999).

D. Menumbuhkan Budaya Pengembangan Berencana Di Sekolah
Perencanaan pengembangan sekolah dalam dasarnya adalah proses yang berlangsung terus-menerus, bukan merupakan kegiatan “sekali jadi”. Agar perencanaan pengembangan itu efektif pada memampukan (enabling) sekolah buat menghadapi tantangan ganda yg berkaitan menggunakan peningkatan kualitas serta pengelolaan perubahan, perencanaan pengembangan harus sebagai “modus operandi” normal bagi setiap sekolah. Bagi sekolah dalam umumnya, perencanaan pengembangan yang sistematis akan memerlukan perubahan mendasar menurut syarat yang ada sekarang. Bab ini memaparkan tantangan inovatif yang wajib diatasi menggunakan cermat untuk mengklaim keberhasilan pengintegrasian perencanaan pengembangan ke dalam kehidupan sekolah, sebagai akibatnya perencanaan akan sebagai budaya pada manajemen sekolah. 

Berdasarkan penelitian internasional terhadap perubahan pendidikan dalam umumnya, penumbuhan budaya perencanaan pengembangan sekolah dibagi sebagai tiga termin:
  • Pemulaan (Inisiation): tahapan ini meliputi penetapan keputusan buat memulai perencanaan pengembangan sekolah, menumbuhkan komitmen terhadap proses perencanaan, serta penyiapan partisipan.
  • Pembiasaan (Familirialisation): tahap ini meliputi daur awal menurut perencanaan pengembangan sekolah, dimana warga sekolah belajar bagaimana melaksanakan proses perencanaan pengembangan itu.
  • Penyatuan (Embedding): termin ini terjadi ketika perencanaan pengembangan sekolah sudah menjadi bagian pola kehidupan sekolah sehari-hari pada melaksanakan segala sesuatu.
1. Tahap Pemulaan (Inisiasi)
Secara formal seluruh pengelola sekolah bertanggung jawab atas inisiatif perencanaan pengembangan sekolah buat menjamin bahwa keputusan buat menyusun planning pengembangan sekolah benar-sahih terealisasi serta terwujud. Akan tetapi, pada praktiknya, inisiatif itu dalam umumnya diambil oleh ketua sekolah atau komite sekolah. 

Komitmen pengajar terhadap inovasi sekolah adalah hal yg esensial bagi keberhasilan pada inovasi sekolah. Mereka harus benar-benar tahu hal-hal pokok berkaitan dengan apa, mengapa, serta bagaimana perencanaan pengembangan sekolah dilakukan. Pengajar-pengajar harus disadarkan mengenai kiprah yg wajib mereka ambil dalam proses perencanaan serta manfaat apa yang dapat mereka peroleh dari proses itu. Pemahaman mereka wajib difokuskan pada keterkaitan antara proses dengan berita-isu yg penting bagi pengajar dalam umumnya, sebagai akibatnya relevansi proses perencanaan dan kebutuhan sekolah bisa disampaikan menggunakan kentara. Penjelasan serupa juga harus dilakukan kepada semua mitra kerja yg ada pada lingkungan sekolah agar proses perencanaan pengembangan sekolah memperoleh dukungan berdasarkan mereka.

Kegiatan-kegiatan berikut merupakan cara-cara yg bisa membantu masyarakat sekolah buat mempersiapkan partisipasinya dalam proses perencanaan pengem­bang­an sekolah.
a. Membaca berbagai pedoman, buku-kitab pegangan dan laporan-laporan output penelitian tentang perencanaan pengembangan sekolah.
b. Mencari saran-saran, masukan dan dukungan berdasarkan lembaga-lembaga yg peduli terhadap pendidikan yg ada pada lebih kurang sekolah.
c. Menghadiri seminar-seminar atau pelatihan-pembinaan yang relevan dengan perencanaan pengembangan sekolah.
d. Menghubungi sekolah-sekolah lain yg dilihat lebih maju di bidang perencanaan pengembangan sekolah buat menggali serta belajar berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.
e. Mengundang pembicara menurut luar buat menyajikan paparan tentang perencanaan pengembangan sekolah di hadapan guru, pengelola sekolah, komite sekolah, dan orang tua, baik secara bersama-sama atau terpisah.
f. Mengundang tokoh-tokoh kunci pada lingkungan sekolah buat memaparkan pentingnya perencanaan pengembangan sekolah serta mendorong partisipasi seluruh pihak.
g. Memanfaatkan fasilitator menurut luar buat membantu memulai serta mengimple­men­tasi­kan perencanaan pengembangan sekolah.

Keluaran yg dicapai menurut termin pemulaan mencakup: 
a. Telah dibuatnya keputusan buat mengawali (mengintroduksi) perencanaan pengembangan sekolah.
b. Semua guru memiliki pemahaman yg benar tentang perencanaan pengembangan sekolah serta memiliki komitmen terhadap proses itu.
c. Semua kawan sekolah telah diberi penerangan dalam tahap awal proses tersebut.
d. Terpilihnya fasilitator untuk membantu melaksanakan proses tadi.

2. Tahap Pembiasaan (Familirialisation)
Pada termin pembiasaan umumnya adalah langkah pertama menurut siklus perencanaan pengembangan sekolah secara utuh rakyat sekolah berada dalam proses belajar dari pengalaman bagaimana melaksanakan proses perencanaan tersebut. Pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan tumbuh dari pengalaman serta struktur kolaborasi yang berkembang. Hasil dari tahapan ini merupakan terkonsolidasikannya dan menguatnya komitmen terhadap proses perencanaan.

Selama berlangsungnya tahap ini, fasilitator yang terampil, koordinasi yang cermat, serta dukungan yang cukup serta berkelanjutan, termasuk pada dalamnya pembinaan dalam jabatan, akan sangat membantu keberhasilan proses perencanaan. Perhatian khusus wajib diberikan supaya muncul penguatan yg positif pada kalangan guru. 

3. Penyatuan (Embedding)
Tahap penyatuan terjadi ketika perencanaan pengembangan sudah menjadi bagian menurut cara-cara yg biasa dilakukan sekolah dalam melaksanakan segala sesuatu. Tatanan manajemen sekolah telah berkembang sebagai pendukung yg baik terhadap pengembangan maupun pemeliharaan sekolah yang bersangkutan, serta menjadi bagian dari pola prilaku yang berterima (acceptable) bagi semua pihak. Terdapat begitu luas ragam penggunaan rencana implementasi program pengembanganan sang guru. Dalam hal ini rencana pengembangan sekolah harus berfungsi sebagai kerangka acuan bagi perencanaan-perencanaan yang terkoordinasi yg dilakukan sang guru secara individual, unit-unit yg ada sekolah, tim-tim lintas kurikulum, dan dampaknya akan tampak pada praktik-praktik pembelajaran dalam kelas. Seluruh proses tadi pada waktu itu telah menjadi “cara kita melakukan segala sesuatu pada sekolah ini” atau "the way we do things around here."